BAB I PENDAHULUAN Komunikasi adalah suatu aktivitas yang melekat dalam kehidupan manusia baik sebagai individu maupun hubungannya dengan manusia lain, hal ini karena komunikasi menjadi alat yang digunakan untuk berinteraksi satu sama lain dalam suatu kehidupan masyarakat maupun didalam suatu perusahaan atau organisasi. Komunikasi bukan saja dijadikan sebagai alat penyalur pesan, ide dan gagasan saja tetapi juga digunakan sebagai alat untuk mengajak atau mempengaruhi orang lain, sehingga komunikasi sebagai alat berinteraksi menyamakan persepsi dan untuk mencapai tujuan dalam organisasi. Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting didalam kehidupan manusia, maka komunikasi harus dipelajari dan dikembangkan guna meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan sesamanya dan dapat berkomunikasi secara efektif untuk mencapai tujuan. Di dalam suatu organisasi terdapat dua unsur penting yang harus diperhatikan yaitu antara atasan dan bawahan, proses komunikasi yang baik diantara keduanya dapat menciptakan tujuan dari organisasi tersebut dengan menggunakan two-way communication atau komunikasi dua arah dengan kata lain komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan kerja sama dengan harapan untuk mencapai cita-cita/tujuan organisasi. Menurut McQuail komunikasi efektif adalah proses yang linear dari komunikator ke komunikan dan dikatakan berhasil apabila komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan sesuai yang di kehendakinya, dan komunikan mengerti atas pesan yang disampaikan dari komunikator.1 Komunikasi pada organisasi menyangkut penyampaian dan penerimaan pesan informasi mengenai tugas/pekerjaan yang harus dilakukan oleh anggota organisasi lain, selain itu menyampaikan pesan berupa laporan kinerja yang sudah dilaksanakan. Untuk melancarkan komunikasi yang baik pada sebuah organisasi, maka diperlukan pola komunikasi dan kerja sama yang baik dimana interaksi diantara bagian-bagian itu berjalan secara harmonis dan pasti. Selain pola komunikasi yang diterapkan pada organisasi,dalam penyampaian pesan agar pesan tersebut dapat dimengerti dan dilaksanakan maka diperlukan relasi yang baik diantara kedua belah pihak. Oleh karena itu dalam berkomunikasi diperlukan hubungan atau 1 Dennis Mc Quail. 1994. Mass Communication Theory: An Introduction. London: Sage Publication, Inc. hal. 41. 1 relasi yang hangat, ramah, serta kesopanan agar dapat menunjang proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan salah satu unit sosial yang dikoordinasikan secara sengaja terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki fungsi dan wewenang untuk mengerjakan usaha dan kinerja demi mencapai tujuan tertentu.2 Salah satu organisasi pemerintah yang melakukan pengawasan yaitu Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara merupakan satu diantara sekian banyak organisasi yang terdapat di Indonesia. Berdasarkan peraturan pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan kegiatan pengawasan reguler dimana hal tersebut merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara rutin setiap tahunnya agar tujuan penyelenggaraan pemerintah daerah dapat berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.3 Hal ini penting dilakukan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan dari organisasi telah tercapai, dan apabila terjadi penyimpangan dapat diketahui dan akan segera dikoreksi serta diperbaiki demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan pengawasan Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara mengawasi kinerja SKPD/UKPD yang telah ditetapkan didalam PKPT (Program Kerja Pengawasan Tahunan) Provinsi DKI Jakarta.4 Pada pengawasan reguler yang dilakukan Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara dilakukan untuk memberikan informasi, penyampaian pesan, serta pemahaman kepada SKPD/UKPD mengenai kinerja yang tercantum pada Daftar Materi Pengawasan (DMP) yang digulirkan ke semua anggota unit SKPD/UKPD Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Jakarta Utara. Untuk menyampaikan pesan mengenai kinerja organisasi, maka diperlukan komunikasi internal yang diharapkan dapat menciptakan dan memelihara sistem antara Tim pengawas Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara dan SKPD/UKPD. Selain penyampaian informasi mengenai kinerja, kedua belah pihak ini melakukan hubungan 2 Stephen P. Robbins. 2002. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi. Aplikasi Julid I. Jakarta: PT Prenhallindo. hal. 2. 3 Terarsip dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Nomor 102 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat. Jakarta. hal. 4. 4 Terarsip dalam Inspektorat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.2013. 2 komunikasi secara dua arah dimana semua anggota yang terlibat dapat berpartisipasi secara bebas dalam pertukaran informasi. Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut maka dibutuhkan komunikasi dan kerjasama yang baik di antara sumber daya yang terlibat pada pengawasan reguler, salah satu nya pegawai aparat pengawas Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara dan SKPD/UKPD selaku subyek yang diawasi. Keduanya adalah unsur penting yang dapat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Selain itu tanpa penggunaan komunikasi secara tepat, maka pengawasan reguler tidak akan berhasil untuk mencapai tujuannya. Pengawasan reguler dapat dikatakan sebagai komunikasi antar manusia (human communication) dimana komunikasi yang disampaikan mengenai kejelasan perintah atasan, petunjuk kerja, penyampaian ide dan gagasan, diskusi kerja, penyampaian laporan, hingga hal-hal yang bersifat hubungan informal pada pengawasan reguler. Agar komunikasi pada pengawasan reguler menjadi jelas cara menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan penerimaan informasi dari seluruh bagian organisasi maka harus memiliki kejelasan mengenai pola komunikasi yang terjalin diantara individu dalam organisasi tersebut. Dengan adanya koordinasi-koordinasi antar bagian organisasi untuk menjalankan tugas dan fungsi secara optimal maka diperlukan kerja sama dan kepercayaan yang membawa pada hubungan antar manusia yang harmonis. Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka dibutuhkan bentuk relasi/hubungan antarpersonal serta komunikasi yang baik antara para anggota organisasi. Berdasarkan penjelasan uraian diatas, terdapat beberapa hal yang menarik perhatian peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan pengawasan reguler. Terdapat beberapa faktor yang terjadi dalam pengawasan reguler antara lain, penyampaian pesan kepada seluruh anggota SKPD/UKPD yang memiliki faktor ilmu pengetahuan berbeda, mengenai jumlah personil yang terlibat cukup kompleks dalam pengawasan reguler, penerimaan pesan yang disampaikan oleh Tim pengawas Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara, anggota organisasi yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, latar belakang ilmu pengetahuan dan budaya organisasi yang berbeda, serta hubungan komunikasi yang kurang terjalin diantara subyek pengawas dan subyek yang diawasi. Berangkat dari inilah pola dan relasi antarpersonal dalam komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam 3 upaya menciptakan komunikasi yang efektif dalam pengawasan reguler. Dengan melihat begitu pentingnya sebuah proses komunikasi dalam sebuah organisasi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana membangun sebuah pola dan relasi antarpersonal dalam komunikasi organisasi yang baik antara subyek pengawas (Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara) dan subyek yang diawasi nya (SKPD/UKPD) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Administrasi Jakarta Utara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pola dan relasi antarpersonal dalam komunikasi organisasi pada pelaksanaan pengawasan reguler di Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mengkaji dan menganalisis mengenai pola dan relasi antarpersonal dalam komunikasi organisasi pada pelaksanaan pengawasan reguler. Maka tujuan dari penelitian ini dapat mengetahui bentuk pola komunikasi dan relasi antarpersonal yang dijalankan pada pelaksanaan pengawasan reguler. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai pola komunikasi organisasi dalam pengawasan pemerintah baik secara teori maupun praktek, terutama pihak pemerintah dibidang pengawasan mengenai proses komunikasi dalam pelaksanaan pengawasan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak atau dinas pemerintah berupa dokumen dan evaluasi mengenai proses komunikasi di Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara. 4 E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan menjabarkan teori-teori mengenai pola komunikasi dan relasi antarpersonal yang berkaitan dengan komunikasi internal didalam pengawasan reguler. Untuk memahami hal tersebut peneliti terlebih dahulu menjabarkan teori pertama, komunikasi internal organisasi berisikan tentang jaringan komunikasi internal. Kedua, pola komunikasi dalam organisasi, dimana pola tersebut akan membentuk cara penyebaran pesan (serentak, berurutan, keduanya). Ketiga, relasi antarpersonal dalam penyampaian pesan yang terjadi pada pengawasan reguler. Keempat, posisi Inspektorat Pembantu Kota Jakarta Utara dengan SKPD/UKPD dalam pengawasan reguler. Pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan.5 Jika berbicara mengenai pengawasan hal ini tidak terlepas dari faktor manusia dan aspek komunikasi yang merupakan bagian terpenting dari keberhasilan sebuah organisasi dalam melaksanakan pengawasan. Komunikasi yang terjadi pada pengawasan reguler merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator (Tim aparat pengawas Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara) kepada SKPD/UKPD selaku komunikan di Kantor Perpustakaan danArsip Daerah Kota Administrasi Jakarta Utara, yang dilakukan secara langsung yaitu tatap muka.6 Pada pengawasan penyampaian arus informasi harus jelas, dan memiliki karakteristik poladan relasi antarpersonal agar pesan yang disampaikan dari komunikator dapat diterima dan dijalankan oleh SKPD/UKPD. Maka hal yang perlu diteliti dalam penelitian ini mengenai pola dan relasi antarpersonal dalam komunikasi organisasi pada pelaksanaan pengawasan reguler. 5 6 Robert L. Mathis & John H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat. hal. 303. Deddy Mulyana. 2004. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal. 61. 5 1. Komunikasi Internal Organisasi Menurut Chester I. Barnard7organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerjasama dari dua orang atau lebih sesuatu yang tak berujud dan tak bersifat pribadi.Dalam buku komunikasi organisasi menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules menjabarkan bahwa definisi komunikasi organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu definisi subjektif dan definisi objektif, keduanya memiliki ciri khas masing-masing yaitu:8 Komunikasi organisasi dalam perspektif subjektif adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada perspektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi. Sedangkan dalam definisi objektif adalah kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada perspektif ini yang lebih ditekankan adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka. Jika R. Wayne Pace memandang komunikasi organisasi dalam dua perspektif, lain hal nya dengan Redding dan Sanborn9 menurut nya komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, seperti komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi atasan kepada bawahan (downward), komunikasi dari bawahan ke atasan (upward), komunikasi horizontal, keterampilan komunikasi dan berbicara, mendengarkan dan komunikasi evaluasi program. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu proses dari fungsi komunikasi yang menghubungkan antara para perilaku pada organisasi, komunikasi tersebut dapat menimbulkan pengertian yang sama sehingga dapat mewujudkan dan menciptakan tujuan organisasi tersebut. Terjadinya proses komunikasi pada organisasi tentu saja tidak terlepas dari dukungan berbagai komponen yang terlibat langsung dalam proses komunikasi itu sendiri, karena apabila tidak berfungsi nya salah satu komponen komunikasi tersebut maka tujuan dari organisasi akan 7 Chester I. Barnard dalam Sutarto. 1995. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 22. 8 R. Wayne Pace dan Don F. Faules. 2010. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Organisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal. 33. 9 Redding & Sanborn dalam Abdullah dalam Masmuh. 2008. Komunikasi Organisasi dalam Perspekif Teori dan Praktek. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah. hal. 4. 6 sulit terealisasi dengan baik. Adapun komponen yang terkandung dalam proses komunikasi dalam organisasi adalah:10 (1) Komunikator (source), seseorang komunikator seharusnya memiliki keterampilan komunikasi yang baik, khususnya dalam penyampaian pesan dan penerimaan umpan balik. Misalnya berbicara, mendengarkan, menulis dan membaca. Selain itu, perlu mengetahui dengan baik mengenai isi pesan, pemilihan saluran komunikasi dalam penyampaian pesan, karakteristik penerima dan kemampuan penerima serta faktor lingkungan dalam melakukan proses komunikasi. Komunikator juga sebagai administrator harus memilih salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi dilancarkan. (2) Pesan (message), merupakan materi komunikasi yang disampikan komunikator kepada penerima. Prinsip dasar yang berkaitan dengan pesan adalah menyesuaikan isi pesan dengan tujuan komunikasi, pemilihan pesan, penyandian pesan (decode) serta pengaturan tata bahasa. (3) Saluran komunikasi (channel), merupakan seuatu media yang mewadahi pesan yang berasal dari komunikator ke komunikan. Beberapa hal mendasar berkaitan dengan saluran komunikasi adalah kesesuaian media yang digunakan dengan isi pesan, sesuai dengan situasi/kondisi lingkungan, ketepatan pemilihan saluran, serta kemampuan menggunakan saluran komunikasi. (4) Komunikan (receiver), merupakan penerima pesan yang disampaikan oleh sumber. Hal mendasar yang perlu diketahui adalah kemampuan berkomunikasi, kemampuan menyampaikan umpan balik, pengetahuan terhadap pesan,dan lingkungan dalam proses komunikasi. (5) Umpan balik (feed back), merupakan respon atau tanggapan yang diberikan dari penerima ke sumber komunikasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam umpan balik adalah kemampuan komunikan dan komunikator dalam menerima dan memahami isi pesan yang diberikan. (6) Hambatan/gangguan (noise), merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi yang sedang berlangsung yang berkaitan dengan ketepatan komunikasi. Hambatan komunikasi berasal dari komponen-komponen yang berkaitan dengan proses komunikasi dan gangguan merupakan faktor pengganggu yang berasal dari dalam / luar lingkungan komunikasi. 10 Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. hal. 17-18. 7 Dalam organisasi komunikasi memiliki empat fungsi utama yaitu sebagai kendali/kontrol/pengawasan, motivasi, pengungkapan emosional, dan informasi.11 Deetz dalam Jablin dan Putnam,12 menjelaskan dua cara untuk melihat dan mendefinisikan komunikasi internal. Pertama, pendekatan yang paling umum berfokus pada komunikai internal sebagai fenomena yang ada dalam organisasi. Dalam pandangan ini, organisasi adalah wadah komunikasi terjadi. Kedua, pendekatan yang melihat komunikasi internal sebagai cara untuk menggambarkan dan menjelaskan organisasi. Dalam hal ini komunikasi adalah proses individu dalam organisasi berbagi informasi, menciptakan hubungan, membuat makna dan membangun atau mengkonstruksi budaya organisasi dan nilai. Komunikasi internal bersifat terbuka antara manajemen dengan pegawai akan membantu organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Komunikasi internal dapat membangun relasi yang baik bagi kalangan organisasi. Richmond dan Mc Croskey,13 menjelaskan enam fungsi komunikasi internal organisasi yaitu : a. Fungsi informatif Fungsi ini memberikan informasi kepada karyawan tentang apa yang mereka butuhkan sehingga dapat mengerjakan pekerjaan dengan efektif dan efisien. Karyawan perlu mendapatkan informasi tentang perubahan dalam prosedur kerja dan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pekerjaan. Fungsi ini dijalankan melalui pertemuan-pertemuan rutin organisasi dan pesan tulis. b. Fungsi regulasi Fungsi ini dijalankan untuk mengarahkan karyawan dalam menjalankan peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi c. Fungsi integratif Fungsi ini di fokuskan oada koordinasi dalam unit kerja.Komunikasi ini digunakan untuk mengarahkan karyawan dalam mengembangkan kerjasama sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik. 11 Stephen P. Robbins. Op. Cit. hal. 310. Stanley Deetz (Conceptual Foundations) dalam F.M. Jablin & L.L. Putnam (Eds.). 2001. The New Handbook of Organizational Communication: Advances In Theory, Research and Methods. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, hal.3. 13 Virginia P. Richmond & James C. McCroskey. 1992. Organizational Communication for Survival. New Jersey: Prentice Hall. hal. 24-26. 12 8 d. Fungsi manajemen Fungsi ini berkaitan dengan tiga fungsi sebelumnya. Komunikasi difokuskan untuk mengarahkan karyawan agar mengerjakan pekerjaannya dengan lebih baik, mengenal karyawan lain, serta membangun hubungan antar karyawan. g. Fungsi persuasi Fungsi ini merupakan pengembangan dari fungsi manajemen. Manajer berusaha mempengaruhi karyawan agar mengerjakan tugas-tugas mereka dengan lebih baik demi kemajuan organisasi Komunikasi pada pengertian tersebut menekankan bahwa organisasi seharusnya memelihara komunikasi dua arah yang baik.Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan sebagai sarana komunikasi internal untuk menyatakan hubungan komunikasi timbal balik dalam suatu organisasi. 2. Jaringan Komunikasi Internal Sebuah jaringan menunjukkan bagaimana komunikasi mengalir dalam suatu organisasi. Jaringan komunikasi internal adalah pertukaran pesan dan informasi dalam suatu organisasi yang dilakukan oleh sejumlah orang dan menduduki posisi atau peranan tertentu.14 Jaringan komunikasi internal berkaitan dengan pola saluran komunikasi di antara anggota kelompok dan berbagai posisi dalam struktur organisasi.Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh pola hubungan interaksi antara individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi.15 Selain itu faktor yang mempengaruhi hakikat dan luasnya jaringan komunikasi beberapa di antara nya adalah hubungan dalam organisasi, arah arus pesan, dan isi pesan. Secara umum, jaringan komuikasi internal dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal.16 (1) Jaringan komunikasi formal (Formal Communication Network) Jaringan komunikasi formal adalah aliran komunikasi internal yang memiliki struktur dan telah direncanakan sehingga tidak dapat lagi di hindari oleh organisasi. Jaringan komunikasi formal berlangsung di antara anggota-anggota organisasi yang menduduki posisi atau jabatan tertentu secara hierarki dalam sebuah organisasi.17 Komunikasi formal ini mencakup susunan 14 Abdullah Masmuh. Op. Cit. hal. 56. Arni Muhammad. Op. Cit. hal. 102. 16 Ibid. hal. 110. 17 Richmond & Mc Croskey. Op. Cit. hal.26. 15 9 tingkah laku organisasi, pembagian departemen ataupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda-beda. Dalam sebuah organisasi perlu dikembangkan komunikasi yang terbuka, efektif dan mencakup ragam informasi serta interaksi yang di sediakan. Selain itu, saluran-saluran komunikasi yang digunakan dan bagaimana informasi tersebut di komunikasikan kepada karyawan juga perlu dikembangkan untuk kemajuan organisasi. Jaringan komunikasi formal dalam sebuah organisasi dapat dilihat dalam bagan berikut: Komunikasi ke atas Komunikasi sejajar Komunikasi ke bawah Komunikasi lintas saluran Bagan 1.1 Empat Arah Komunikasi Formal Organisasi Dari gambar diatas dapat dijelaskan dalam jaringan komunikasi formal suatu organisasi, informasi dapat berpindah-pindah secara formal dari seseorang yang otoritas nya lebih tinggi kepada orang lain yang otoritasnya lebih rendah (komunikasi ke bawah/donward communication), informasi yang bergerak dari jabatan yang otoritas nya lebih rendah kepada orang yang otoritasnya lebih tinggi (komunikasi ke atas/upward communication), informasi yang mengalir diantara orang-orang memiliki jabatan/otoritasnya yang sama (komunikasi horizontal), dan informasi yang bergerak diantara orang-orang yang jabatannya tidak menjadi atasan atau bawahan dan mereka menempati bagian fungsional yang berbeda (komunikasi lintas saluran). Dalam komunikasi formal ada hal lain yang menunjang terciptanya umpan balik adalah suasana 10 lingkungan pada saat komunikasi sedang berlangsung. Apabila tercipta suasana yang harmonis dan akrab antara pimpinan dengan karyawan maka tercipta umpan balik yang efektif. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti struktur organisasi, yaitu : a. Komunikasi ke bawah (Downward Communication) Pada tingkat ini, arus pesan dan informasi dari pimpinanyang berada pada struktur lapisan atau organisasi mengalir keseluruh lapisan bawah organisasi, kepada seluruh pegawai yang berada di bawah struktur organisasi. Dalam komunikasi ke bawah para pimpinan memberikan petunjuk, instruksi, informasi, penjelasan dan lain-lain kepada bawahannya. Adler dan Elmhorst18 mengidentifikasikan lima jenis informasi yang mengalir ke bawah melalui saluran komunikasi, yaitu: Petunjuk-petunjuk tugas yang spesifik, instruksi-instruksi pekerjaan/kinerja. Informasi yang di desain untuk menghasilkan pengertian tentang tugas dan hubungannya dengan tugas lainnya. Umpan balik mengenai pekerjaan kepada bawahan mereka. b. Komunikasi Ke atas (Upward Communication) Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkatan yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi. Arus pesan pada tingkatan ini berisikan tentang laporan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan), tugastugas yang telah diselesaikan, pertanyaan yang tidak atau kurang jelas mengenai metode dan prosedur kerja, pertanggung jawaban karyawan kepada pimpinan atau tugas yang dipercayakan padanya. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap pegawai, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Lebih lanjut Adler dan Elmhorst19 juga mengidentifikasikan jenis informasi yang mengalir melalui saluran komunikasi ke atas, yaitu: 18 Ronald B. Adler & Jeanne M. Elmhorst. 2002. Communication at Work: Principles and Practices for Bussines and The Professions. New York: McGraw-Hill Companies. hal. 15. 19 Ibid. hal. 18. 11 Informasi mengenai keberhasilan, kemajuan dan rencana-rencana mendatang dari para bawahan. Informasi mengenai masalah-masalah pekerjaan yang memerlukan bantuan tingkatan atasan dalam organisasi. Ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitas dan fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan. Informasi mengenai perasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang berkembang dalam pekerjaan. c. Komunikasi Sejajar/Horisontal (Horisontal Communication). Komunikasi horisontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkat otoritasnya didalam organisasi. Aliran informasi biasanya antara anggota dengan anggota, karyawan dengan karyawan. Komunikasi horisontal penting untuk koordinasi pekerjaan antara bagian-bagian dalam organisasi untuk menjawab dan membuat laporan yang akan diserahkan kepada atasan mereka. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling membagi informasi. Tujuan komunikasi horisontal antara lain:20 Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan serta memperoleh pemahaman bersama (mutual understanding). Untuk memcahkan permasalahan yang timbul diantara anggota karyawan pada tingkatan yang sama. Untuk mendamaikan, merundingkan dan memengahi perbedaan yang terjadi d. Komunikasi silang/diagonal (Diagonal Communication) Pengertian komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional.Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas saluran yang dilakukan orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas saluran/diagonal. Komunikasi ini berperan dalam fungsi koordinasi dan kerjasama antar divisi untuk memperoleh data atau informasi dari divisi lain, terkait 20 Pace & Faules.Op. Cit. hal. 195-196. 12 dengan penyelesaian tugas dan jalannya kebijakan organisasi, hal ini dikarenakan tidak semua data atau informasi dapat diperoleh di dalam divisi yang sama. (2) Jaringan Komunikasi Informal (Informal Communication Network) Selain melalui jaringan komunikasi formal, dalam komunikasi internal juga dapat mengalir secara informal.21 Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin yang berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh pihak pimpinan. Informasi ini mengalir ke atas, ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, walaupun ada mungkin sedikit. Informasinya dapat berubahubah dan tersembunyi. Dalam jaringan komunikasi informal, aliran informasi tampak mengalir dengan arah yang tidak terduga. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa di dalam jaringankomunikasi informal terdapat bebagai macam informasi yang mengalir. Dalam komunikasi informal terdapat tiga tipe informasi yang mengalir paling utama dan informasi yang sering menjadi pembicaraan dalam organisasi adalah: a. Gosip, sesuatu yang muncul di kalangan teman-teman atau rekan kerja dan mengandung pesan-pesan tentang orang lain yang mereka tahu atau kenal serta tentang kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. b. Rumor Secara lebih luas, rumor adalah sebuah cerita yang belum diketahui kebenarannya secara pasti yang terus beredar. Rumor adalah informasi-informasi yang belum diketahui kebenarannya secara pasti yang menyangkut orang-orang atau grup-grup yang dikenal langsung oleh si penyebar informasi. c. Selentingan (grapevine). Berikut ini penjelasan menurut pendapat Broom22 mengenai selentingan dalam jaringan komunikasi informal:“The grapevine is neither a formal not a controlled medium, but word of mouth is often the quickest menans for communicating information” 21 Arni Muhammad. Op. Cit. hal. 124. Glen M. Broom. 2009. Cutlip and C enter’s Effective Public Relations Tenth Edition. New Jersey: Pearson Education. hal. 231. 22 13 Selain itu Stein dalam Paul dan Faules23 juga menjelaskan selentingan adalah metode untuk manyampaikan rahasia dari orang-orang yang tidak dapat diperoleh dalam jaringan komunikasi formal. Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Selentingan adalah jenis komunikasi yang kuat tetapi juga dapat berbahaya karena informasi yang dikandungnya seringkali tidak bisa dipercaya kebenarannya. Meskipun demikian manfaat selentingan atau desaas desus adalah memberikan umpan balik kepada pimpinan mengenai pemikiran atau ide karyawan. Adanya selentingan yang berkembang didalam organisasi dapat muncul karena kekosongan informasi akibat program komunikasi internal yang tidak memadai.24 3. Pola Komunikasi dalam Organisasi Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya dan berfungi dalam suatu lingkungan organisasi. Salah satu tantangan terbesar dalam komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi dalam menyampaikan informasi dan informasi yang diterima didalam komunikasi internal organisasi.Pola komunikasi organisasi dapat membantu berjalannya proses komunikasi dan akan berpengaruh pada aliran informasi. Tantangan dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistem pesan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk organisasi besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Sebuah organisasi terdiri dari orang-orang dalam berbagai jabatan dimana setiap jabatan tersebut saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan berkembanglah keteraturan dalam kontak “siapa berbicara kepada siapa”. Lokasi setiap individu dalam pola dan jaringan yang 23 24 Jess Stein dalam Pace & Faules. Op. Cit. hal. 200. Broom.Op. Cit. hal. 245. 14 terjadi memberi peranan pada orang tersebut.25 Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain, jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang di formalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti tertentu dan pengoperan langsung untuk mengubah tingkah laku individu. Untuk itu menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, bahwa pola komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi efektif yang dapat membantu mencapai tujuan organisasi, yaitu mengerti terhadap pesan yang disampaikan komunikator, dapat meningkatkan saling keterbukaan dan hubungan baik antara pihak manajemen dengan setiap pegawai. Hal ini berorientasi pada kepentingan pegawai, dan dapat membangkitkan minat, semangat kerja, produktivitas kerja,motivasi yang mengarahkan pada hubungan karyawan (employee relations) yang positif.26 Menurut Guetzzkow27 aliran informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi dengan tiga cara: serentak, berurutan dan kombinasi dari kedua cara ini. a. Penyebaran pesan secara serentak Sebagian besar dari komunikasi organisasi berlangsung dari orang ke orang, atau diadik, hanya melibatkan sumber pesan dan penerimayang menginterprestasikan pesan sebagai tujuan akhir. Banyak organisasi yang mengeluarkan terbitan khusus berbentuk majalah atau selebaran yang diposkan kepada semua anggota organisasi. Bila semua anggota bagian dalam organisasi menerima suatu imformasi dalam waktu yang bersamaan, proses ini disebut penyebaran pesan 25 Pace & Faules.Op. Cit. hal. 176. Asrul Efendi. 2009. Pola Organisasi dan Employee Relations. Medan: Universitas Sumatera Utara. Terarsip di http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17837/7/Cover.pdf.Diakses tanggal 27 Oktober 2013. 27 Guetzzkow dalam R. Wayne Pace & Don. F. Faules. 2010. Op. Cit. hal. 171. 26 15 secara serentak.28 Berikut ini merupakan bagan dari aliran informasi dengan cara penyebaran serentak:29 Sumber tujuan tujuan tujuan tujuan tujuan tujuan Bagan 1.2 Penyebaran Pesan Serentak Dalam hal ini suatu pertemuan mungkin merupakan cara untuk menyampaikan informasi kepada setiap anggota organisasi pada saat yang sama. Namun pertemuan secara langsung tidak dapat berjalan dengan efektif karena seringkali anggota organisasi tidak dapat hadir dalam pertemuan tersebut.Namun dengan kecanggihan teknologi dan media telekomunikasi, penyebaran pesan/informasi kepada semua anggota secara serentak menjadi lebih sederhana bagi sebagian organisasi. Dengan berkembangnya sistem kabel dan telepon yang lebih canggih, dirangkaikan dengan video, semua organisasi dapat berhubungan secara visual dan vokal antara satu dengan yang lainnya sambil tetap berada di tempat kerja masing- masing. Penyebaran pesan secara serentak mungkin suatu cara yang lebih umum, lebih efektif dan efisien daripada cara lainnya untuk melancarkan aliran informasi dalam suatu organisasi.30 b. Penyebaran pesan secara berurutan Menurut Abdullah Masmuh dalam bukunya Komunikasi Organisasi, bahwa penyebaran pesan secara berurutan disampaikan secara bertahap maksud nya adalah sesuai dengan struktur organisasi. Aliran informasi ini memperlambat laju informasi yang akan disampaikan pada semua pihak yang berada didalam perusahaan tersebut sehingga mungkin timbul masalah dalam koordinasi.31 Hal yang sama juga dikemukakan oleh Haney32 bahwa penyampaian pesan berurutan merupakan bentuk komunikasi yang utamadan pasti terjadi pada suatu organisasi. Proses penyebaran informasi berurutan meliputi perluasan bentuk penyebaran diadik, jadi pesan disampaikan dari si A kepada si B kepada si C kepada si D kepada si E dalam serangkaian 28 Pace & Faules.Loc. Cit. Pace & Faules.Op. Cit. hal. 172. 30 Pace & Faules.Loc. Cit. 31 Ibid. hal. 173. 32 Haney dalam Pace & Faules. Loc. Cit. 29 16 transaksi dua orang; dalam hal ini setiap individu kecuali orang ke 1 (sumber pesan), mula-mula menginterpretasikan pesan yang diterimanya, dan kemudian meneruskan hasil interpretasinya kepada orang berikutnya dalam rangkaian tersebut. Dibawah ini merupakan bagan penyebaran pesan secara berurutan:33 Pesan Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan Bagan 1.3 Penyebaran pesan secara berurutan Penyebaran pesan berurutan memperlihatkan pola ”siapa berbicara kepada siapa”, penyebaran tersebut mempunyai suatu pola sebagai salah satu ciri terpentingnya. Bila pesan disebarkan secara berurutan, penyebaran informasi berlangsung dalam waktu yang tidak beraturan, jadi infomasi tersebut tiba ditempat yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula. Individu cenderung menyadari adanya informasi pada waktu yang berlainan, karena adanya perbedaan dalam menyadari informasi tersebut, mungkin timbul masalah dalam koordinasi. Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi akan menyebabkan informasi itu sulit digunakan untuk membuat keputusan karena ada orang yang belum memperoleh informasi. Bila jumlah orang yang harus diberi informasi cukup banyak, proses berurutan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk menyampaikan informasi kepada mereka. Dalam organisasi penyampaian pesan informasi mengandalkan proses berurutan umum untuk menghimpun dan menyebarkan informasi, pola khusus aliran informasi berkembang secara teratur dan rutin atas pengiriman dan penerimaan pesan. Menurut Katz dan Kahn34 menunjukan bahwa pola atau keadaan urusan yang teratur mensyaratkan bahwa komunikasi diantara para anggota bagian dalam organisasi dibatasi. Analisis pola-pola komunikasi 33 34 Pace & Faules.Loc. Cit. Ibid. hal. 174. 17 menyatakan bahwa pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa”mempunyai konsekuensi besar dalam berfungsinya suatu organisasi. Menurut Joseph Devito (1997) terdapat lima pola struktur dalam organisasi yaitu:35 (1) Struktur Pola Lingkaran. Pada struktur ini organisasi tersebut tidak memiliki pemimpin dan semua anggota memiliki posisi dan wewenang yangsama untuk mempengaruhi organisasi, selain itu setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya. Bagan 1.4 Pola Lingkaran Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan.Tidak seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memcahkan persoalan. (2) Struktur pola roda. Struktur ini memiliki pemimpin yang jelas dimana posisi pemimpin tersebut berada di posisi pusat/sentral, sehingga pemimpin ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. 35 Joseph A. Devito. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books. hal : 382-384. 18 Bagan 1.5 Pola Roda Orang yang berada dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan dari anggota lainnya. Selain itu orangyang berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian pada pola ini dapat dikatakan cukup efektif tapi keefektivan tersebut hanya mencakup masalah yang sederhana saja. (3) Struktur pola Y. Struktur ini relatif kurang tersentralisasi di banding dengan strukrur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya, sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas hanya dengan satu orang saja. Bagan 1.6 Pola “Y” (4) Struktur pola rantai. Struktur ini sama dengan struktur lingkaran kecuali para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. 19 Bagan 1.7 Pola Rantai Dalam struktur rantai dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan sistem ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan. Dalam struktur ini sejumlah saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi degan orang-orang tertentu saja. (5) Sruktur Pola Semua Saluran (Pola Bintang). Struktur ini hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Pada struktur ini memiliki sistem saluran terbuka dimana setiap anggota berkomunikasi dengan anggota lainnya. Bagan 1.8 Pola Semua Saluran Struktur bintang ini dapat dikatakan lebih efektif dan efisien untuk pemecahan masalah didalam organisasi dan secara kreatif lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat. 20 4. Relasi Antarpersonal dalam Komunikasi Organisasi Salah satu ciri komunikasi organisasi yang paling nyata adalah dengan adanya konsep hubungan/relasi, relasi dalam komunikasi organisasi sebagai hubungan dalam pertukaran pesan komunikasi yang terjadi pada organisasi. Menurut Goldbahermendefinisikan organisasi sebagai sebuah jaringan hubungan yang saling bergantung (interdependent), yang dimaksud adalah bahwa hal tersebut saling mempengaruhi dan saling dipengaruhi satu sama lainnya.36 Hal yang sangat penting untuk melakukan komunikasi diantara anggota organisasi adanya hubungan antarpersonal, bahwa hubungan ini dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi didalam diri komunikator. Jadi dapat diartikan bahwa hubungan antarpersonal adalah hubungan yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. 37 Hubungan antarpersonal adalah proses hubungan yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka dan hubungan interpersonal ini menuntut berhubungan komunikasi dengan orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan antarpersonal yang baik, kegagalan komunikasi terjadi bila isi pesan yang dipahami namun didalam hubungan diantara komunikan menjadi rusak. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan antarpersonal, maka perlu meningkatkan kualitas komunikasi.38 Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain. Sebagai komunikasi yang bersifat langsung dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting didalam kehidupan organisasi, dalam hal ini komunikasi tatap muka membuat anggota organisasi merasa lebih akrab dengan sesama anggota organisasi lain. Berbeda dengan komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi canggih pun. Didalam hubungan antarpersonal terdapat beberapa unsur agar hubungan antarpersonal dapat menunjang komunikasi yang efektif, yaitu sebagai berikut:39 a. Kepercayaan (Trust) Bila seseorang memiliki perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, dikhianati, maka seseorang tersebut akan mudah untuk membuka dirinya untuk melakukan komunikasi. Hal tersebut akan tumbuh jika faktor dari kepercayaan/trust dapat dipenuhi, yaitu: 36 Gerald M. Goldhaber. 1979. Organizational Communication (edisi 2). Dubuque lowa: Wm. C. Brown. hal.14. Dian Wisnuwardhani & Sri Fatmawati Mashoedi.Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika. hal. 8-9. 38 Ibid. hal. 11. 39 Ibid. hal. 13-15. 37 21 i Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut harus memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. ii Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka seseorang tersebut akan patuh dan tunduk. iii Kualitas komunikasi dan sifatnya menggambarkan adanya keterbukaan. Jika maksud pesan dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul. b. Perilaku suportif Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi, terdapat beberapa perilaku suportif yaitu: i Evaluasi dan deskripsi, artinya tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya. ii Orientasi masalah, artinya mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah dan mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan. iii Spontanitas, artinya bersikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam. c. Sikap terbuka Sikap terbuka merupakan kemampuan menilai secara onyektif, memiliki kemampuan membedakan dengan mudah, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinan. Dalam melakukan komunikasi seperti ini, dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi seperti kesombongan dan sifat pemalu. d. Persepsi antarpersonal Persepsi adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seorang komunikan.Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi. e. Atraksi antarpersonal Atraksi antarpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal: 22 i Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian terhadap orang lain tidak sematamata berdasarkan pertimbangan rasional, karena itu, ketika anggota organisasi menyenangi anggota organisasi lain, maka cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan seseornag tersebut secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, maka cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. ii Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila sedang berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan, maka terjalin hubungan yang gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang dibenci maka akan membuat suasana tegang, resah dan tidak nyaman sehingga akan menutup diri dan menghindari adanya komunikasi. Hubungan antarpersonal cenderung lebih baik bila kedua belah pihak melakukan hal-hal berikut :40 a. Menyampaikan perasaan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan ekspresif b. Menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi mereka melalui penyingkapan diri (self-disclosure) c. Menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya dengan memberikan respon-respon yang relevan d. Bersikap tulus satu sama lainnya dengan menunjukkan sikap menerima secara verbal maupun non verbal e. Selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama lainnya melalu respon yang ramah f. Berterus terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi, jujur, cermat dan membangun Beberapa penjelasan singkat diatas dijelaskan bahwa hubungan antarpersonal memiliki pengaruh yang besar bagi berlangsung nya kehidupan organisasi. 40 Ibid. hal. 203. 23 5. Posisi Inspektorat Pembantu Kota AdministrasiJakarta Utara danSKPD/UKPD dalam Organisasi Pemerintahan Inspektorat Pembantu Kota Administrasi merupakan salah satu bidang didalam bagan Inspektorat Provinsi yang mengawasi dan melaksanakan tugas pengawasan reguler terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah di wilayah kota, kecamatan, dan kelurahan atas permintaan walikota dan laporannya disampaikan kepada Inspektur.41 Pengawasan yang dilakukan oleh masing-masing bidang pembantu di Inspektorat sangat penting dilaksanakan guna untuk menciptakan dan meningkatkan pendayagunaan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugastugas umum pemerintah yang bersih dan transpran serta meminimalisir adanya penyimpangan. Dengan sasaran/tujuan berdasarkan PKPT (Program Kerja Pengawasan Tahunan) di Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara :42 (a) Terlaksananya pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah (b) Terlaksananya Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) DKI Jakarta secara efisien dan efektif (c) Terselenggaranya kebijakan pengawasan secara terpadu dan terkoordinasi dalam pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah. Pihak Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan pengawasan di setiap SKPD/UKPD Pemerintahan berdasarkan PKPT (Program Kerja Pengawasan Tahunan) yang telah ditetapkan. Setelah Aparat pengawas melakukan pelaksanaan pengawasan maka tugas selanjutnya adalah memberikan laporan kegiatan masing-masing ke Inspektur (Pimpinan dari Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara). F. Kerangka Konsep Melalui konsep seorang peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikiran nya dengan menggunakan istilah yang berkaitan satu dengan yang lainnya.43 Setelah melihat eksplanasi kerangka pemikiran diatas dan melihat definisi dari konsep, dapat ditentukan kerangka konsep yang akan dibahas pada bagian ini, dengan harapan konsep tersebut akan memperjelas alur penelitian. Pengawasan reguler merupakan pengawasan kinerja berdasarkan 41 Terarsip dalam Buku Saku Pedoman Pengawasan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta 2012. Terarsip dalam Inspektorat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.2013.hal. 2. 43 Masri Singarimbun. 1991. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Lembaga Pendidikan dan Penerangan Ekonomidan Sosial. hal. 32-33. 42 24 peraturan pemerintah yang telah ditetapkan dimana manusia yang terlibat didalamnya dan komunikasi merupakan unsur penting didalamnya. Proses pengawasan reguler sebagai bagian dari komunikasi organisasi memerlukan pengelolaan yang baik agar proses nya dapat mencapai tujuan positif yang diinginkan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan-kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pelaksanaan pengawasan reguler diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut. Penjelasan tersebut menegaskan bahwa dalam pelaksanaan pengawasan reguler memerlukan komunikasi internal didalamnya. Dalam hal ini organisasi membangun komunikasi dua arah (two way communication) untuk memberikan informasi kepada anggota lain dalam melaksanakan tugas mengenai kebijakan organisasi. Selain itu komunikasi dalam penyampaian informasi dan timbal balik yang terjadi pada pengawasan reguler, dapat dilihat melalui cara penyebaran informasi seperti penyebaran serentak dan berurutan karena banyaknya anggota terlibat didalamnya yang akan membentuk pola komunikasi. Hal tersebut digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai kinerja pada pengawasan reguler. Maka dari alasan tersebut harus diketahui pola komunikasi pada pengawasan reguler, penyebaran pesan pada pengawasan reguler, serta relasi antarpersonal dimana relasi tersebut dibutuhkan pada pengawasan reguler agar penyampaian pesan dapat dilakukan oleh seluruh anggota organisasi dan menjalankan sesuai dengan keinginan atasan. Pengawasan reguler yang terjadi pada organisasi memerlukan komunikasi internal. Hal ini dilakukan karena jalannya suatu organisasi sangat bergantung pada kinerja internal yang sejalan dengan kebijakan yang menjadi sasaran dan tujuan organisasi. Lewat komunikasi internal dapat memfasilitasi pemahaman dan pemberian informasi kepada anggota-anggota dalam pengawasan reguler.Dengan demikian pola komunikasi dan relasi antarpersonal sangat dibutuhkan, guna untuk mengetahui mengenai penyampian pesan/informasi serta penerimaan pesan/informasi pada pengawasan reguler. 25 Didalam sebuah organisasi informasi mengalir melalui dua jenis jaringan komunikasi internal, yaitu: a. Jaringan komunikasi formal, aliran komunikasi internal yang mempunyai struktur dan telah direncanakan sehingga tidak dapat lagi dihindari oleh organisasi. Jaringan komunikasi formal berlangsung diantara naggota-anggota organisasi yang memiliki posisi atau jabatan tertentu. b. Jaringan komunikasi informal, jaringan komunikasi yang berlangsung diantara anggota organisasi tanpa mengindahkan posisi/jabatan mereka didalam organisasi. Dalam jaringan komunikasi informal informasi mengalir dengan arah tidak terduga. G. Metodologi Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus.Metode kualitatif dipilih karena obyek yang diteliti merupakan sebuah proses yang masih berlangsung dan melibatkan institusi tertentu. Studi kasus sebagai salah satu desain dalam metode kualitatif dapat menggunakan teknik apapun yang sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah untuk membangun pemahaman yang utuh tentang sebuah kasus. 44 Selain itu studi kasus merupakan suatu teknik yang memanfaatkan sebanyak mungkin sumber data agar secara sistematik dapat menginvestigasi individu, kelompok, organisasi dan peristiwa. Keuntungan dari metode kualitatif berupa hasil rinci yang ditelitinya bersifat menyeluruh dan dapat dipakai untuk penelitian lebih lanjut. Dalam banyak hal, teknik ini juga memberi peluang untuk peneliti bergerak dengan berbagai macam bukti seperti dokumen, wawancara sistematik, observasi langsung dan survei.45 Peneltian ini menggunakan pendekatan studi kasus karena hendak menemukan penjelasan spesifik atas kasus yang diteliti dan dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu, pendekatan in memberi kemungkinan untuk menggunakan banyak ragam sumber sebagai alat pengumpulan datanya. Kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penyebaran informasi pada pelaksanaan pengawasan reguler di Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus deskriptif untuk memberikan gambaran menyeluruh (komprehensif) mengenai fenomena yang ditelitidan menganalisa nya berdasarkan teori komunikasi pada organisasi. Selain itu dengan studi kasus ini memungkinkan 44 Keith. F. Punch. 2005. Introduction to Social Research Quantitative & Qualitative Approaches. London: Sage Publications. hal. 114. 45 Robert K Yin. 1996. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal. 18. 26 penelitian tetap mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata seperti proses-proses organisasional dan manajerial perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan internasional, dan kematangan industri-industri.46 Pemilihan kualitatif secara deskriptif sebagai metodologi penelitian karena memiliki karakter yang sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu: a. Menggambarkan tentang kegiatan yang sebenarnya pelaksanaan pengawasan reguler. b. Sebagai suatu metode penelitian, studi kasus dapat memberikan tambahan pada ilmu pengetahuan peneliti secara unik mengenai fenomena yang terjadi di sebuah organisasi. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlangsung di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Jakarta Utara dengan fokus penelitian pada pelaksanaan pengawasan reguler yang sedang berlangsung. Penelitian ini dilakukan selama 20 hari kerja pada rentang waktu 21 Oktober 2013-18 November 2013. 2. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah Tim jajaran/aparat pengawas Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara dan Anggota SKPD/UKPD di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Administrasi Jakarta Utara. Sedangkan obyek penelitian ini lebih terfokus pada penyebaran informasi dalam menyampaikan kinerja pada pengawasan regulerdan relasi antarpersonal dalam komunikasi organisasi. Dengan kata lain, subyek ini merupakan pihak yang diwawancarai, sementara obyek adalah hal-hal yang harus digali dalam penelitian ini. Kemudian obyek penelitian jika diturunkan adalah berupa pola-pola komunikasi organisasi dan relasi antar personal yang dilakukan para subjek penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data Sumber bukti yang dijadikan fokus pada pengumpulan data studi kasus pola dalam komunikasi organisasi pada pengawasan ini diperoleh dari berbagai sumber. Hal ini berangkat dari apa yang ditulis oleh Nawawi bahwa studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan yang sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Untuk itu data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang bersangkutan, tetapi dapat juga diperoleh dari semua pihak 46 Ibid. hal. 4. 27 yang mengetahui dan mengamati nya secara baik.47 Dengan kata lain data dari studi ini dapat dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu : a. Data primer, merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama di lapangan tempat penelitian berlangsung. Data ini didapatkan langsung dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya komunikasi organisasi dalam pengawasan reguler. Untuk memperoleh data utama, metode yang digunakan adalah dengan: (1) Observasi, merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik observasi dibagi menjadi dua yaitu, observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsung nya peristiwa sehingga observer berada bersama obyek yang diselidikinya. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki. Misalnya peristiwa itu diamati melalui film,rangkaian soft file, atau rangkaian foto.48 Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi langsunguntuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti identitas Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara, identitas Tim aparat pengawas, serta Identitas SKPD/UKPD di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Administrasi Jakarta Utara. (2) Wawancara (Interview) adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara si pencari informasi dengan sumber informasi.49 Secara sederhana interview diartikan sebagai alat pengumpul data dengan mempergunakan tanya jawab antara pencari informasi dengan sumber informasi. Interview dilakukan terhadap subyek penelitian atau orang yang memahami obyek penelitian yaitu : (a) Tim aparat pengawas Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara. (b) Anggota SKPD/UKPD Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Administrasi Jakarta Utara. 47 Hadari Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 73. Ibid. hal. 100. 49 Ibid. hal. 111. 48 28 b. Data Sekunder, selain sumber manusia (human resource) melalui observasi dan wawancara sumber data lainnya sebagai pendukung yaitu : (1) Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, berupa arsiparsip, dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat , teori dan lain-lain yang berhubungan dengan penyelidikan.50 Dalam penelitian ini menggunakan dokumen sebagai sumber data berupa data tertulis seperti buku-buku, laporan-laporan hasil pelaporan, buku peraturan-peraturan Inspektorat, Arsip perencanaan pengawasan, Buku Saku pengawasan, koran serta artikel yang dapat menunjang pembahasan mengenai penelitian pelaksanaan pengawasan reguler. (2) Studi kepustakaan, yaitu dengan membaca atau mempelajari buku-buku teks, catatan kuliah, makalah-makalah, dan lain-lain. 4. Tahapan Penelitian dan Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan mengolah sumber data yang tersedia secara kualitatif. Untuk memperoleh gambaran atas kasus yang diteliti, peneliti menghubungkan antara data kualitatif yang didapat dengan konsep yang sudah di bangun pada kerangka penelitian. Data hasil proses penelitian yang telah di analisis kemudian di sajikan dalam bentuk uraian yang tersusun secara sistematis. Hal ini ditujukan agar hasil penelitian mampu memberikan jawaban secara komprehensif mengenai permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Terdapat beberapa tahapan penelitian yang dilakukan pada metode studi kasus :51 Mengembangkan teori Memilih kasus Melaksanakan studi kasus Menulis laporan kasus individu Menarik kesimpulan Memodifikasi teori Mengembangkan implikasi kebijakan Menulis laporan Bagan 1.9 Tahapan Penelitian 50 51 Ibid. hal. 133. Robert K. Yin. 2012. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 1. 29 (1) Tahap mengembangkan teori. Tahap inilah yang disebut sebagai pembentukan proposisi teori. Teori-teori yang telah disusun diawal penelitian dikembangkan dan digunakan sebagai acuan dalam proses pengumpulan dan analisis data. Dalam penelitian ini, tahap pertama adalah mengembangkan teori. (2) Tahap memilih kasus. Setelah mengembangkan teori, tahap selanjutnya adalah memilih studi kasus yang dapat di telaah menggunakan pengembangan teori tersebut. Untuk memenuhi syarat menjadi sebuah studi kasus, maka kasus yang dipilih harus memiliki keunikan, baik keunikan waktu maupun tempat yang tidak di miliki kasus-kasus lain. Fenomena yang dipilih oleh peneliti adalah proses penyebaran informasi mengenai kinerja pada pelaksanaan pengawasan reguler yang selalu memiliki kompleksitas dan perlunya mengetahui pola dan hubungan antarpersonal dalam pelaksanaannya. (3) Melakukan studi kasus. Tahap ini merupakan tahapan inti dalam melakukan penelitian studi kasus. Pada dasarnya, penyelenggaraan studi kasus dapat dilakukan dengan menggunakan enam sumber pengumpulan data. Namun pada penelitian kali ini hanya digunakan tiga di antaranya yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumen. (4) Menulis laporan individu. Dari ketiga sumber pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu temuan langsung dilapangan, hasil wawancara serta umpulan dokumen, maka peneliti mendapatkan data-data yang dibutuhkan sehingga mampu dituliskan dalam sebuah laporan penelitian individu untuk memudahkan proses analisis data. (5) Menarik kesimpulan. Setelah peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan dan menganalisisnya, maka peneliti mampu membuat kesimpulan dari ketiga sumber data yang di data dan menghubungkan data-data tersebut. Berdasarkan prinsip tersebut, maka peneliti mampu membuat kesimpulan mengenai fenomena yang di teliti, yaitu pola komunikasi organisasi dan relasi antarpersonal dalam organisasi pada pelaksanaan pengawasan reguler di Inspektorat Pembantu Kota Adminnistrasi Jakarta Utara. (6) Modifikasi teori. Data yang telah disimpulkan kemudian digunakan untuk mengembangkan teori yang telah di tulis sebelumnya di dalam kerangka pemikiran. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjodohan pola (pattern matching). Teknik ini menggunakan logika dan 30 membandingkan bentuk yang telah di prediksi sebelumnya berdasarkan teori yang dikembangkan dengan hasil temuan di lapangan. (7) Mengembangkan implikasi kebijakan. Jika pada tahap penjodohan pola (pattern matching) ditemukan indikasi bahwa teori yang disusun diawal tidak relevan, maka tahap ketujuh adalah saat untuk mengembangkan teori agar lebih relevan dengan data temuan di lapangan. (8) Menulis laporan. Tahap terakhir ini berisi tujuh tahap sebelumya dalam sebuah laporan yang sistematis layaknya laporan studi kasus. Jenis laporan yang akan digunakan adalah studi kasus yang mendeskripsikan mengenai pola komunikasi dan relasi antar personal dalam organisasi pada pelaksanaan pengawasan di Inspektorat Pembantu Kota Administrasi Jakarta Utara. 31