EDISI FEB 2016 Saudara-saudari yang terkasih

advertisement
“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30)
EDISI FEB 2016
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus!
Perayaan Natal belum lama berlalu dan Anda mungkin merasa baru saja menurunkan
dan menyimpan dekorasi Natal ketika di awal bulan Februari ini kita memasuki masa
Prapaskah. Memang hari Rabu Abu tahun ini datang awal yaitu pada tanggal 10 Februari
dan Hari Raya Paskah jatuh pada tanggal 27 Maret. Harap kita meluangkan waktu untuk
menyambut dan mengikuti upacara Rabu Abu di St Joseph, Port Melbourne jam 7 pm
atau mungkin juga di gereja paroki masing-masing.
Kita mengawali masa Prapaskah dengan menerima abu sebagai tanda tobat dan
penyesalan atas segala kekurangan dan kesalahan kita. Sebuah tradisi panjang dalam
Gereja Katolik yang bahkan dapat ditelusuri sejak Perjanjian Lama (Ayub 42: 3 – 6).
Masa Prapaskah tahun ini menjadi lebih istimewa karena bertepatan dengan Yubileum
Agung Kerahiman Ilahi dengan motto yang diambil dari Injil Lukas 6: 36: “Hendaklah
kamu murah hati sama seperti Bapamu di surga yang murah hati.”
Paus Fransiskus mengakhiri Surat Kepausan (Bulla) Misericordiae Vultus (Wajah Belas
Kasih) sebagai berikut: Di Tahun Yubileum ini semoga Gereja menggemakan Sabda
Allah yang bergaung kuat dan jelas sebagai pesan dan tanda pengampunan, kekuatan,
pertolongan dan kasih. Semoga Dia tidak pernah lelah menyebarluaskan kerahiman dan
selalu sabar menawarkan belas kasih dan hiburan. Semoga Gereja menjadi suara setiap
orang, pria dan wanita, dan mengulangi dengan penuh percaya diri tanpa akhir: “Ingatlah
akan kerahiman dan kasih setiaMu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak
purbakala” (Mazmur 25: 6).
Masa Prapaskah adalah kesempatan yang baik dan tepat bagi kita untuk memperdalam
iman dan menjalankannya dalam aksi nyata hidup kita. Kita dapat mengikuti Pendalaman
Kitab Suci bersama chaplain kita Romo Bonifasius, atau mungkin di paroki atau dalam
kelompok lainnya. Ada juga rekoleksi bersama Sr Elisabeth SspS di Janssen Spirituality
Centre, Boronia pada hari Sabtu tanggal 5 Maret 2016 dengan tema: “Mengalami Misteri
Paskah Dalam Hidup Kita: Tuhan di dalam kekeringan dan kegelapan batin”. Harap
banyak dari kita yang dapat meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan ini.
Seperti biasa di tahun-tahun sebelumnya, bagi kita di Australia dalam masa prapaskah
kita dianjurkan untuk mengumpulkan coin dan memasukkannya ke dalam kotak Project
Compassion yang dikelola oleh Caritas Australia. Caritas Australia akan menyalurkan
dana yang terkumpul ini ke tempat-tempat yang memerlukan bantuan. Kotak Project
Compassion untuk tahun ini berjudul Learning More, Creating Change dengan gambar
seorang wanita/ibu dan seorang anak, mungkin di Afrika. Tahun ini Caritas Australia
mencapai 50 tahun karya amalnya dengan 195 program jangka panjang yang tersebar di
30 negara termasuk Indonesia.
Selain Kata Pengantar, dalam edisi ini Anda dapat juga mengikuti “Pesan Paus
Fransiskus untuk Masa Prapaskah 2016”, “Selamat Memasuki Masa Prapaskah 2016”
oleh chaplain kita Pater Boni Buahendri SVD yang berisi: Persiapan Paskah, Persiapan
Tahun Kerahiman Allah dan Doa Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi. Selain itu Anda juga
dapat membaca artikel refleksi sumbangan Frans Suryana yang berjudul “Nol”. Selamat
membaca dan sampai jumpa dalam kegiatan-kegiatan KKI.
1
MISA KKI
Minggu, 7 Feb 2016
St Martin de Porres
25 Bellin Street
Laverton VIC
Pukul: 11.15
Minggu, 14 Feb 2016
St. Joseph Church
95 Stokes Street
Port Melbourne VIC
Pukul: 11.00
Minggu, 21 Feb 2016
St Francis’ Church
326 Lonsdale St
Melbourne VIC
Pukul: 14:30
Minggu, 28 Feb 2016
St. Paschal
98-100 Albion Rd
Box Hill VIC
Pukul: 11.00
MISA MUDIKA
Sabtu pertama
Monastry Hall
St. Francis Church
326 Lonsdale Street
Melbourne VIC
Pukul: 12.00
PDKKI
Setiap Sabtu
St. Augustine’s City Church
631 Bourke Street
Melbourne VIC
Pukul: 18.00
Pesan Paus Fransiskus untuk Masa Prapaskah 2016
“Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” (Mat 9:13).
Karya-karya kerahiman pada jalan Yubileum.
1. Maria, Citra Gereja Yang Berevangelisasi Karena Ia Terevangelisasi
Dalam Bulla Indiksi Yubileum Luar Biasa Kerahiman, saya memohon agar “masa Prapaskah dalam Tahun Yubileum ini
dihayati secara lebih intens sebagai momen istimewa untuk merayakan dan mengalami kerahiman Allah” (Misericordiae
Vultus, 17). Dengan menyerukan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian sabda Allah dan mendorong prakarsa
“24 Jam Bagi Tuhan”, saya berusaha menekankan keutamaan mendengarkan penuh doa terhadap sabda Allah, terutama
sabda kenabian-Nya. Kerahiman Allah adalah sebuah pemberitaan yang dibuat bagi dunia, sebuah pemberitaan yang
mana setiap orang Kristiani dipanggil untuk mengalaminya secara langsung. Karena alasan ini, selama masa Prapaskah
saya akan mengutus para Misionaris Kerahiman sebagai sebuah tanda nyata bagi semua orang kedekatan dan
pengampunan Allah.
Setelah menerima Kabar Baik yang dikatakan kepadanya oleh malaikat Gabriel, Maria, dalam Magnificat-nya, secara
kenabian melantungkan kerahiman Allah yang dengan jalan tersebut Allah memilih dia. Perawan Nazaret, yang
bertunangan dengan Yosef, oleh karena itu menjadi ikon sempurna Gereja yang berevangelisasi, karena ia, dan terus,
terevangelisasi oleh Roh Kudus, yang membuat rahimnya yang perawan berbuah. Dalam tradisi kenabian, kerahiman
semata-mata terkait - bahkan pada taraf etimologis - dengan rahim keibuan (rahamim) dan kebaikan yang berlimpah, setia
dan penuh kasih sayang (hesed) yang ditampilkan di dalam hubungan pernikahan dan keluarga.
2. Perjanjian Allah Dengan Umat Manusia : Sebuah Sejarah Kerahiman
Misteri kerahiman ilahi terungkap dalam sejarah perjanjian antara Allah dan Israel umat-Nya. Allah menunjukkan diri-Nya
sesungguhnya kaya dalam kerahiman, sesungguhnya siap memperlakukan umat-Nya dengan kelembutan dan kasih
sayang yang mendalam, terutama pada saat-saat tragis tersebut ketika perselingkuhan memutuskan ikatan perjanjian,
yang kemudian perlu disahkan dengan lebih tegas dalam keadilan dan kebenaran. Di sinilah kisah kasih sejati, yang di
dalamnya Allah memerankan ayah dan suami yang dikhianati, sementara Israel memerankan anak dan mempelai yang
tidak setia. Gambaran-gambaran rumah tangga ini - seperti dalam kasus Hosea (bdk. Hos 1-2) - menunjukkan sejauh
mana Allah ingin mengikatkan diri-Nya kepada umat-Nya.
Kisah kasih ini memuncak dalam penjelmaaan Putra Allah. Dalam Kristus, Bapa mencurahkan keluar kerahiman-Nya yang
tak terbatas bahkan menjadikan-Nya “kerahiman yang menjelma” (Misericordiae Vultus, 8) Sebagai seorang manusia,
Yesus dari Nazaret adalah seorang putra Israel yang sejati; Ia mewujudkan pendengaran sempurna itu yang dibutuhkan
setiap orang Yahudi dengan Shema, yang hari ini juga merupakan jantung perjanjian Allah dengan Israel : “Dengarlah,
hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul 6:4-5). Sebagai Putra Allah, Ia adalah Sang Mempelai Laki-laki
yang melakukan segalanya untuk memenangkan kasih mempelai perempuan-Nya, yang kepadanya Ia terikat oleh kasih
tanpa syarat yang menjadi kelihatan dalam pesta pernikahan yang kekal.
Inilah jantung sesungguhnya kerygma apostolik, yang di dalamnya kerahiman ilahi memegang tempat sentral dan
fundamental. Ia adalah “keindahan kasih Allah yang menyelamatkan yang terwujud dalam Yesus Kristus yang telah wafat
dan bangkit dari antara orang mati” (Evangelii Gaudium, 36), pemberitaan pertama itu yang “kita harus dengar lagi dan lagi
dengan cara yang berbeda, pemberitaan yang kita harus wartakan dengan satu atau lain cara sepanjang proses katekese,
pada setiap tingkat dan saat” (Evangelii Gaudium, 164). Kerahiman “mengungkapkan cara Allah menjangkau orang
berdosa, menawarkan kepadanya sebuah kesempatan baru memandang diri-Nya, bertobat, dan percaya” (Misericordiae
Vultus, 21), dengan demikian memulihkan hubungannya dengan Dia. Dalam Yesus yang disalibkan, Allah menunjukkan
keinginan-Nya untuk mendekat kepada orang-orang berdosa, meskipun mereka mungkin jauh telah menyimpang
daripada-Nya. Dengan cara ini Ia berharap untuk melunakkan hati mempelai perempuan-Nya yang keras.
2
3. Karya-karya Kerahiman
Kerahiman Allah mengubah hati manusia; ia memungkinkan kita, melalui pengalaman kasih yang setia, menjadi penuh
kerahiman pada gilirannya. Dalam sebuah mukjizat yang sesungguhnya baru, kerahiman ilahi bersinar keluar dalam
kehidupan kita, mengilhami kita masing-masing untuk mengasihi sesama kita dan untuk mengabdikan diri kita terhadap
apa yang disebut tradisi Gereja karya-karya kerahiman rohani dan jasmani. Karya-karya ini mengingatkan kita bahwa
iman menemukan ungkapan dalam tindakan-tindakan nyata sehari-hari yang dimaksudkan untuk membantu sesama kita
dalam tubuh dan jiwa : dengan memberi makan, mengunjungi, menghibur dan memberi mereka petunjuk. Pada hal-hal
tersebut kita akan hakimi. Karena alasan ini, saya mengungkapkan harapan saya agar “umat Kristiani sudi merenungkan
karya-karya kerahiman jasmani dan rohani, ini akan menjadi suatu cara untuk membangunkan kembali hati nurani kita,
yang terlalu sering tumbuh membosankan dalam rupa kemiskinan, dan masuk lebih dalam ke jantung Injil di mana orang
miskin memiliki pengalaman khusus akan kerahiman Allah” (Misericordiae Vultus, 15). Karena dalam orang miskin,
daging Kristus “menjadi kelihatan dalam daging orang-orang yang tersiksa, orang-orang yang remuk redam, orang-orang
yang terhukum, orang-orang yang kurang gizi, dan orang-orang yang terasing ... untuk diakui, dijamah, dan dirawat oleh
kita” (Misericordiae Vultus, 15). Ia adalah misteri yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menyebabkan skandal dari
perluasan waktu penderitaan Anak Domba yang tak berdosa, semak terbakar dari kasih yang cuma-cuma. Di hadapan
kasih ini, kita bisa, seperti Musa, melepas kasut kita (bdk. Kel 3:5), terutama ketika orang-orang miskin adalah saudara
atau saudari kita di dalam Kristus yang sedang menderita karena iman mereka.
Dalam terang kasih ini, yang sekuat kematian (bdk. Kid 8:6), orang-orang miskin yang sebenarnya terungkap sebagai
orang-orang yang menolak untuk melihat diri mereka seperti itu. Mereka menganggap diri mereka kaya, namun mereka
sebenarnya orang-orang yang paling miskin dari antara orang-orang miskin. Hal ini karena mereka adalah budak-budak
dosa, yang membawa mereka menggunakan kekayaan dan kekuasaan bukan untuk melayani Allah dan orang lain, tetapi
menahan di dalam hati mereka rasa yang mendalam bahwa mereka juga hanya para pengemis yang miskin. Semakin
besar kekuasaan dan kekayaan mereka, kebutaan dan penipuan ini semakin bisa bertumbuh. Ia bahkan bisa mencapai
titik menjadi buta terhadap Lazarus yang mengemis di depan pintu mereka (bdk. Luk 16:20-21). Lazarus, orang miskin
tersebut, adalah sosok Kristus, yang melalui orang-orang miskin sangat memohon pertobatan kita. Dengan demikian, ia
mewakili kemungkinan pertobatan yang Allah tawarkan kepada kita dan yang mungkin kita gagal melihat orang-orang
miskin.
Kebutaan seperti itu sering disertai dengan khayalan yang membanggakan kemahakuasaan kita sendiri, yang
mencerminkan dengan cara yang jahat “kamu akan menjadi seperti Allah” yang bersifat iblis (Kej 3:5) yang merupakan
akar dari segala dosa. Khayalan ini dapat juga mengambil bentuk-bentuk sosial dan politik, seperti yang ditunjukkan oleh
sistem totaliter abad kedua puluh, dan, di zaman kita sendiri, oleh ideologi pemikiran yang memonopoli dan teknosains,
yang akan membuat Allah tidak relevan dan mengecilkan manusia menjadi bahan baku untuk dieksploitasi. Khayalan
ini juga dapat terlihat dalam tatanan-tatanan penuh dosa yang terkait dengan sebuah model pembangunan palsu yang
berdasarkan berhala uang, yang mengarah kepada kurangnya perhatian terhadap nasib orang-orang miskin pada pihak
pribadi-pribadi dan masyarakat-masyarakat kaya, mereka menutup pintu-pintu mereka, bahkan menolak melihat orangorang miskin.
Bagi kita semua, kemudian, masa Prapaskah dalam Tahun Yubileum ini adalah waktu yang menguntungkan untuk
mengatasi keterasingan keberadaan kita dengan mendengarkan sabda Allah dan dengan mengamalkan karya-karya
kerahiman. Dalam karya-karya kerahiman jasmani kita menjamah daging Kristus dalam saudara dan saudari kita yang
perlu diberi makan, diberi pakaian, dilindung, dikunjungi; dalam karya-karya kerahiman rohani - nasehat, petunjuk,
pengampunan, teguran dan doa - kita menjamah secara lebih langsung kedosaan kita sendiri. Karya-karya kerahiman
jasmani maupun rohani harus tidak pernah terpisah. Dengan menjamah daging Yesus yang disalibkan dalam orangorang yang sedang menderita, orang-orang berdosa dapat menerima karunia menyadari bahwa mereka juga miskin dan
membutuhkan.
Dengan mengambil jalan ini, “orang-orang angkuh”, “orang-orang berkuasa” dan “orang-orang kaya” yang dibicarakan
dalam Magnificat juga dapat dipeluk dan dengan tidak pantas dikasihi oleh Tuhan yang disalibkan yang telah mati dan
bangkit untuk mereka.
3
Kasih ini sendiri adalah jawaban terhadap kerinduan untuk kebahagiaan dan kasih yang tak terbatas itu yang kita pikir
kita dapat puaskan dengan berhala pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan. Namun bahaya selalu tinggal sehingga
dengan penolakan terus menerus untuk membuka pintu hati mereka bagi Kristus yang mengetuk mereka dalam orangorang miskin, orang-orang angkuh, kaya dan berkuasa akhirnya akan mengutuk diri mereka sendiri dan terjun ke dalam
jurang kesendirian kekal yang adalah neraka. Kata-kata tajam Abraham berlaku untuk mereka dan untuk kita semua : “Ada
pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu” (Luk 16:29). Mendengarkan
penuh perhatian seperti itu akan dengan paling baik mempersiapkan kita untuk merayakan kemenangan akhir atas dosa
dan kematian dari Sang Mempelai Laki-laki, yang sekarang telah bangkit, yang ingin memurnikan Tunangan-Nya dalam
pengharapan akan kedatangan-Nya.
Marilah kita tidak memboroskan masa Prapaskah ini, sehingga menguntungkan sebuah waktu untuk pertobatan! Kita
memohon hal ini melalui perantaraan keibuan Perawan Maria, yang, di hadapan kebesaran kerahiman Allah yang
dianugerahkan secara cuma-cuma atasnya, adalah orang pertama yang mengakui kerendahan dirinya (bdk. Luk 1:48) dan
menyebut dirinya hamba Tuhan (bdk. Luk 1:38).
Dari Vatikan, 4 Oktober 2015 Pesta Santo Fransiskus Asisi
FRANSISKUS
(dialihbahasakan oleh Peter Suriadi dan dituangkan dalam blog :http://katekesekatolik.blogspot.co.id/2016/01/pesan-pausfransiskus-untuk-masa.html)
SELAMAT MEMASUKI MASA PRAPASKAH 2016
Oleh Pater Boni Buahendri SVD, Chaplain KKI
Hari ini, Rabu Abu, kita mengawali masa Pra-Paskah 2016. Masa Retreat Agung 40 hari mempersiapkan perayaan
Paskah kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Bukan kebetulan, tahun ini juga adalah tahun Yubelium Agung
KERAHIMAN ALLAH. Di satu pihak kita diundang untuk merenungkan kerahiman Allah yang selalu mengampuni manusia
yang bertobat dan dipihak lain manusia juga diminta untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar, seperti kisah tentang
bertobatnya anak yang hilang/prodigal son. Kita diminta bukan hanya merenungkan kisah tentang “anak yang hilang”,
tetapi juga tentang Bapa yang baik hati, Bapa yang mengampuni”.
Karena itu dalam hubungan dengan persiapan Paskah dan perayaan Yubileum Agung Kerahiman Ilahi, kita semua umat
KKI Melbourne dihimbau:
MEMPERSIAPKAN PASKAH:
1.
Mengadiri misa Penerimaan Abu di misa KKI Melbourne hari Rabu Abu (7.00pm - Port Melbourne) atau ke gereja
lokal setempat. (Saya yakin, setiap misa harian sampai misa hari Minggu pertama Pra-paskah, di gereja-gereja lokal
masih diterimakan Abu, tanda tobat)
2.
Selama masa Pra-Paskah, dihimbau untuk menerima Sakrament Tobat secara pribadi di setiap misa KKI (sebelum
dan sesudah misa, pastor bersedia dan menunggu di dekat Tabernakel).
3.
Mengikuti kegiatan Lenten Program di Gereja terdekat.
4.
Menghadiri ibadat Jalan Salib setiap hari Jumat di Gereja Lokal.
5.
Menghadiri kegiatan liturgi, ziarah Tapinu, retret, rekoleksi dan acara sosial KKI lainnya selama masa Pra-paskah
(lihat Kalendirium Tahunan di website KKI)
4
MEMPERSIAPKAN TAHUN KERAHIMAN ALLAH
1.
Sesering mungkin menerima Sakramen Tobat & Ekaristi kudus, terutama pada setiap hari Jumat dalam minggu,
atau jumat pertama dalam bulan atau paling kurang, pada hari raya Minggu Kerahiman Ilahi, (hari Minggu kedua setelah
Paskah).
2.
Mengadakan Doa Kerahiman Ilahi setiap hari pada jam kerahiman, jam 3pm.
3.
Membuat Doa Koronka Kerahiman Ilahi, secara pribadi.
4.
Mengadakan Novena Kerahiman Ilahi dari hari Jumat Agung sampai Minggu ke dua Pra-Paskah (Doa Kerahiman
jam 3.00pm, Doa Koronka dan Novena Kerahiman Ilahi adalah doa devosional yang bisa dibuat secara pribadi, dalam
keluarga, di wilayah-wilayah, atau kelompok kategorial lainnya selama Tahun Kerahiman Allah ini. Semua brosur, informasi
dan teks doanya bisa didapat secara gratis, dari Chaplain KKI)
5.
Mengikuti “Special Program 2016 Year of Mercy” di gereja lokal terdekat dengan tempat tinggal kita.
6.
Mengikuti semua kegiatan tahunan KKI yang semuanya berhubungan erat dengan Year of Mercy 2016
(“Calenderium Tahunan” di website KKI)
7.
Dan yang terakhir, setiap hari jangan lupa doakan doa “Yubelium Agung Kerahiman Allah” yang dibuat oleh Bapak
Suci, Pope Fransisku berikut ini:
Doa Tahun Yubelium Kerahiman Ilahi (oleh Paus Fransiskus)
Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah mengajarkan kami bermurah hati seperti Bapa surgawi, dan telah mengatakan
kepada kami bahwa barangsiapa melihat Engkau melihat-Nya. Tunjukkanlah kepada kami wajah-Mu dan kami akan
diselamatkan. Tatapan-Mu yang penuh kasih membebaskan Zakeus dan Matius dari diperbudak oleh uang; para pezinah
dan Maria Magdalena dari mencari kebahagiaan hanya dalam benda-benda ciptaan; membuat Petrus menangis setelah
pengkhianatannya, dan memastikan Firdaus kepada penjahat yang bertobat.
Semoga kami mendengar sabda, yang Engkau katakan kepada perempuan Samaria: “Jika engkau tahu tentang karunia
Allah!” sebagai sabda yang ditujukan kepada kami masing-masing.
Engkaulah wajah yang kelihatan dari Bapa yang tak kelihatan, wajah Allah yang mewujudkan kuasa-Nya terutama dengan
pengampunan dan kerahiman: biarkan Gereja menjadi wajah-Mu yang kelihatan di dunia, wajah Tuhannya yang bangkit
dan dimuliakan.
Engkau menghendaki agar para pelayan-Mu juga akan mengenakan kelemahan agar mereka dapat merasa kasihan
kepada sesama yang berada dalam ketidaktahuan dan kekeliruan: biarkan semua orang yang datang kepada mereka
merasa dicari, dikasihi, dan diampuni oleh Allah.
Utuslah Roh-Mu dan kuduskanlah kami masing-masing dengan urapan-Nya, sehingga Yubileum Kerahiman ini dapat
menjadi sebuah tahun rahmat dari Tuhan, dan Gereja-Mu, dengan antusiasme yang diperbarui, dapat membawa
kabar baik kepada orang miskin, memberitakan kebebasan untuk para tawanan dan orang tertindas, dan memulihkan
penglihatan bagi orang buta.
Kami mohon ini melalui perantaraan Maria, Bunda Kerahiman, Engkau yang hidup dan memerintah bersama Bapa dan
Roh Kudus untuk selama-lamanya.
Amin.
Selamat memasuki masa Retret Agung, Pra-Paskah 2016
Pater Boni Buahendri, SVD.
5
Nol
Oleh Franciscus Suryana
Saya menulis artikel sederhana ini tepat pada hari Rabu Abu. Sebuah hari yang mengingatkan kita sebagai umat Katolik
bahwa kita berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu ketika berpulang. Atau dengan kata lain, kita datang ke
dunia ini dengan tangan kosong dan akan kembali dengan tangan hampa pula (datang dengan nol; pulang dengan nol).
Dalam matematika, nol adalah salah satu bilangan yang artinya kosong. Dalam bahasa sehari-hari, nol sering dipakai
untuk mengungkapkan kegagalan misalnya mendapat nilai nol dalam ujian atau usaha yang hasilnya nol artinya usaha
sia-sia. Tetapi, bagaimana kalau kita memakai “nol” ini sebagai refleksi dalam memasuki Masa Prapaskah?
Saya jadi teringat cerita seorang Bapak yang saya kenal di Indonesia. Bapak ini adalah seorang kontraktor yang sukses
secara finansial. Namun beberapa bulan yang lalu dia kehilangan istrinya dikarenakan sakit. Semenjak kepergian istrinya,
Bapak ini merasa bahwa keberhasilan usahanya tidaklah berarti banyak terhadap hidupnya. Dia merasa seperti kembali
ke nol.
Datang dengan nol dan pulang dengan nol intinya mengingatkan kita bahwa kebendaan atau keberhasilan duniawi yang
kita miliki atau capai sifatnya adalah sementara saja. Kebendaan atau keberhasilan ini tidak akan kita bawa sewaktu kita
dipanggil menghadap Bapa. Namun tentu saja refleksi ini tidak berarti bahwa kita mesti mengambil sifat pesimis terhadap
hidup. Sebaliknya refleksi ini justru mau mengingatkan kita untuk senantiasa bersiap diri secara iman karena panggilan itu
bisa datang sewaktu-waktu. Seperti kisah sepuluh gadis dalam Injil Matius (25:1-13) yang mana lima di antaranya secara
bijaksana menyimpan minyak untuk lentera mereka supaya tetap menyala sampai kedatangan mempelai lelaki. Alangkah
baiknya apabila kita bisa meneladani sikap kelima gadis yang bijaksana dalam cerita itu.
Selamat memasuki Masa Puasa.
Salam,
Franciscus Suryana
Warga lingkungan Santo Yohanes
Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan.
Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin
Kedang di [email protected]
Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya.
6
Download