BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu sejak janin yang masih dalam kandungan, bayi, anak – anak, dewasa hingga usia lanjut sangat membutuhkan kecukupan zat gizi, sehingga harus dijaga kecukupan zat gizi dan kesehatanya menurut Depkes RI 2003:1 dalam penelitian Gunatmaningsih (2007). Indonesia pada saat ini dihadapkan pada permasalahan gizi remaja yang diantaranya anemia gizi, kekurangan energi, protein, kekurangan vitamin A dan kekurangan iodium. Ibu atau calon ibu merupakan kelompok yang paling rawan dalam kekurangan zat gizi. Anemia masih menjadi masalah kesehatan terutama di negara – negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Kejadian anemia banyak terjadi pada usia remaja terutama remaja putri. Permasalahan gizi pada usia remaja yang sering terjadi diantaranya adalah defisiensi berbagai macam vitamin, anemia gizi serta kekurangan energi dan protein menurut Khomsan 2003 dalam penelitian Wibowo, dkk, (2012). Permasalahan diatas yang sering terjadi adalah anemia gizi. Kekurangan zat gizi menjadi penyebab anemia dengan presentasi 85,5% dan dipangaruhi oleh asupan gizi sehari hari mulai dari pola makan, kesediaan bahan pangan serta peningkatan kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah dalam pembentukan pertumbuhan menurut Arisman, 2010 pada penelitian Wibowo, dkk, (2012). Menurut data Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengen penderita anemia umur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% berumur 15-24 tahun. (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012, untuk prevalensi anemia pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja usia 10-18 tahun 57,1%, dan usia 19-45 tahun 39,5%. Remaja putri merupakan risiko tertinggi terkena anemia (Kemenkes RI, 2013). Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 57,1%. Kota Semarang sendiri angka kejadian anemia pada remaja mencapai 26% (Dinkes Jateng, 2009). Kekurangan zat zat gizi mikro 1 http://repository.unimus.ac.id 2 seperti : zat besi, asam folat dapat menyebabkan anemia gizi dikarenakan berperan dalam eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dan metabolisme besi menurut Beard 2000 dan Allen 2002 dalam penelitian Dwiriani, dkk, (2011). Remaja putri mengalami anemia merupakan hal yang dapat dimaklumi karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang dapat membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi dan asam folat, disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan asupan zat besi dan asam folat yang lebih tinggi, sedangkan jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah. Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan yang mudah terkena penyakit, dan menurunkan aktivitas serta terhambatnya pertumbuhan secara optimal (Gunatmaningsih, 2007). Permasalahan zat gizi lain yang dialami oleh remaja adalah dengan gaya hidup serta pola makan yang kurang baik yang berpengaruh kelebihan lemak atau obesitas dan juga hipertensi antara lain dikarenakan asupan natrium yang tinggi. Asupan natrium tinggi dapat menyebabkan peningkatan volume plasma, tekanan darah meningkat dan degupan jantung yang tidak stabil. Jika berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan penyempitan saluran pembuluh darah oleh lemak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah (Kautsar, 2013). Ramaja putri di masa yang akan datang akan menjadi seorang ibu. Sehingga harus mempersiapkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan yang lain. Keadaan Ibu hamil yang dapat menyebabkan kondisi tidak sehat diantaranya penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita hipertensi, kondisi usia terlalu muda < 20 tahun, usia terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan 2 tahun dan terlalu banyak anak > 3 tahun. Perempuan usia dibawah 20 tahun sebanyak 54,2 per 1000 telah melahirkan, dan perempuan yang melahirkan usia diatas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Data diperkuat oleh masih adanya umur perkawinan pada usia muda (< 20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah menikah (RENSTRA 2015). http://repository.unimus.ac.id 3 Berdasarkan kelompok umur kejadian AKI pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 62,02%, pada kelompok umur > 35 tahun sebesar 30,52% dan pada kelompok umur < 20 tahun sebesar 7,45% (Dinkes Jateng, 2015). Menurut UNPFA 2006, WHO 2007 dan USAID 2006 dalam penelitian Fadlyana, dkk, (2016) menunjukkan bahwa usia kurang dari 17 tahun yang mengalami kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan di usia yang sangat muda dapat menjadikan angka kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 1519 tahun. Kekurangan zat gizi mikro masih menjadi masalah kesehatan utama pada remaja yang akan menjadi calon ibu nantinya. Remaja putri sering tidak memperhatikan asupan konsumsi zat gizi mikro yang penting bagi tubuh diantaranya zat besi, asam folat dan natrium. Penyuluhan tentang pengetahuan zat gizi mikro diperlukan untuk calon ibu agar dapat menjaga status gizinya dengan baik agar dapat lebih mempersiapkan kehidupan yang akan datang. Penyuluhan kesehatan adalah pendekatan secara edukatif yang dapat menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan gizi menurut Suhardjo, 2003 dalam penelitian Prastomo, (2015). Upaya untuk mengatasi permasalahan gizi remaja diantaranya dapat dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan yaitu melalui intervensi pendidikan gizi atau peningkatan pengetahuan gizi agar terjadi perubahan perilaku makan sehingga nantinya diharapkan dapat menurunkan prevalensi anemia dapat tercapai. Remaja merupakan target dalam pemberian pendidikan gizi dikarenakan pada umumnya remaja bersifat lebih terbuka serta dapat menunjukkan keingintahuan dan ketertarikan terhadap ide atau pengetahuan yang baru (Dwiriani, dkk, 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Tingkat Kecukupan Zat Besi, Asam Folat,Natrium Pada Remaja Putri Di Unimus Residence”. http://repository.unimus.ac.id 4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan tingkat kecukupan zat besi, asam folat dan natrium pada remaja putri di UNIMUS residence. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan tingkat kecukupan zat besi, asam folat dan natrium. 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Mendeskripsikan pengetahuan tentang zat besi, asam folat dan natrium sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan pada remaja putri. 1.3.2.2 Mendeskripsikan tingkat kecukupan zat besi, asam folat, dan natrium sebelum dan sesudah penyuluhan. 1.3.2.3 Menganalisis perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang zat besi, asam folat, dan natrium. 1.3.2.4 Menganalisis perbedaan tingkat kecukupan zat besi sebelum dan sesudah penyuluhan. 1.3.2.5 Menganalisis perbedaan tingkat kecukupan asam folat sebelum dan sesudah penyuluhan. 1.3.2.6 Menganalisis perbedaan tingkat kecukupan natrium sebelum dan sesudah penyuluhan. http://repository.unimus.ac.id 5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Peneliti dapat memperoleh pengalaman serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam hal penyuluhan gizi. 1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai acuan dan masukan petugas kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam pelayanan penyuluhan tentang zat besi, asam folat dan natrium untuk calon ibu. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah kepustakaan tentang penyuluhan yang nantinya dapat digunakan untuk pembelajaran mahasiswa. http://repository.unimus.ac.id 6 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Puspitasari, B. Tahun Penelitian Asupan zat gizi 2009 mikro dan makro pada remaja hipertensi Variabel Penelitian Asupan zat gizi mikro dan makro pada remaja hipertensi 2. Dwiriani, C.M., dkk Pengaruh 2011 pemberian zat multi gizi mikro dan pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi, pemenuhan zat gizi dan status besi remaja putri Variabel bebas pemberian zat gizi mikro dan pendidikan gizi Varibael terikat pemenuhan zat gizi dan status besi remaja putri 3. Shinta, A Identifikasi 2010 Angka Kecukupan Gizi Dan Strategi Peningkatan Gizi Keluarga Di Kota Probolinggo (Studi Kasus Di Kecamatan Kedopok Dan Mayangan) Identifikasi Angka Kecukupan Gizi dan Strategi Peningkatan Gizi Keluarga 1. Judul Penelitian http://repository.unimus.ac.id Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan asam folat, natrium, serat larut dan protein dengan kejadian hipertensi Terdapat Asupan natrium merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada remaja. Terdapat yang dilakukan dengan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner semi-quantitative food frequency di remaja SMP N 1 Semarang Pengetahuan gizi pada semua kategori masih kurang dan juga intake kurang dari 70% dari AKG Pemberian pendidikan gizi signifikan dapat meningkatkan 28,6 skor pengetahuan gizi dan pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro (zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C, riboflavin dan vitamin B12) dapat menurunkan prevalensi anemi Zat gizi mikro belum terpenuhi karena jenis makanan yang dikonsumi belum dapat menghasilkan zat gizi mikro yang memadai 7 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada (pada tabel 1.1) adalah variabel bebas yang digunakan penyuluhan gizi dan variabel terikat pengetahuan dan tingkat kecukupan zat besi, asam folat dan natrium pada pada remaja putri di UNIMUS residence. http://repository.unimus.ac.id