Ketiadaan Peran Dinas Sosial Kabupaten Poso dalam

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konflik
1.
Pengertian Konflik
Pengertian Konflik,1 berasal dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah
satu
pihak
menghancurkannya
berusaha
atau
menyingkirkan
membuatnya
pihak
tidak
lain
dengan
berdaya.Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan,
dan lain sebagainya.Konflik adalah sesuatu yang wajar terjadi di
masyarakat, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik
dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yangtidak
sempurna dapat menciptakan konflik.
Pengertian Konflik berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu:
1
Bagja waluya, sosiologi menyelami fenomena sosial dimasyarakat,setiapurnama,cetakan 1.
Bandung. 2007. Hal 1
26
Percecokan; perselisihan; pertentangan. Sedangkan konflik social
memiliki arti : pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat
menyeluruh dalam kehidupan.
Untuk mendapatkan gambaran lebih luas tentang pengertian
konflik, berikut ini Merupakan beberapa definisi yang dikemukakan para
ahli :2
a.
b.
c.
d.
2
Robert M.Z. Lawang, mengatakan bahwa konflik diartikan sebagai
perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai,
status, kekuasaan, dan sebagainya. Yang tujuan mereka berkonflik
itu tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga
untuk
menunduhkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan
kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok yang lain dalam
proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik,
social dan budaya) yang relatif terbatas.
Kartono berpendapat bahwa konflik merupakan proses social yang
bersifat antagonistic dan terkadang tidak bisa diserasikan karena
dua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan , sikap dan struktur
nilai yang berbeda, yang tercermin dalam berbagai bentuk perilaku
perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak
langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan
kekerasan.
Peter Harris dan ben relly, berpendapat bahwa sifat konflik yang
tajam di dunia telah berubah dalam satu decade terakhir, baik dalam
inti permasalahan maupun dalam bentuk pengekspresiannya. Salah
satu perubahan yang paling dramatis adalah pergeseran dari konflik
antarnegara yang tradisional (perang antarnegara berdaulat menuju
konflik dalam Negara. Konflik-konflik yang paling kejam sepanjang
abad ke 20 adalah konflik antarnegara. Akan tetapi, pada tahun 1990
hampir semua konflik besar dunia terjadi dalam Negara atau konflik
internal,
misalnya
perang
saudara,
pemberontakan
bersenjata,gerakan separatis dengan kekerasan, dan peperangan
domestic lainnya.
Soerjono soekanto, menyatakan pertentangan atau konflik adalah
suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan atau kekerasan
Ibid, hal 3
27
Berbagai definisi diatas memberitahukan bahwa konflik sosial
adalah proses sosial yang terjadi di dalam masyarakat, bagaimana pun
keadaanya,
baik
pada masyarakat
modern
maupun
masyarakat
tradisional. Proses sosial yang terjadi karena interaksi sosial dalam
masyarakat akan menimbulkan berbagai masalah salah satunya adalah
konflik sosial. Konflik terjadi karena adanya tujuan yang berbeda , baik
antara individu maupun antara kelompok sosial yang ada, dengan
demikian , konflik yang terjadi akan melibatkan dua orang atau lebih ,
individu dengan kelompok, dan antarkelompok yang berupaya mencapai
tujuannya.
2.
Faktor-Faktor Terjadinya Konflik.3
a.
b.
c.
d.
3.
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan
perasaan.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadipribadi yang berbeda pula. seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, diantaranya
menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat
Jenis-Jenis Konflik.4
Jenis-jenis konflik Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi
4 macam :
a.
b.
3
4
konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara
peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)
konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar
gank)
Puline pudjiastiti, sosiologi, grasindo. Jakarta .2008. hal 3
Ibid, 5
28
c.
d.
4.
konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan
massa).
konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Akibat-Akibat Konflik.5
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa
dendam, benci, saling curiga dll.
kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam
konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang
berkonflik dapat menghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah
skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian
terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan
hipotesa sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
5
Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan
menghasilkan percobaanuntuk mencari jalan keluar yang terbaik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan
menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan
menghasilkan percobaanyang memberikan "kemenangan" konflik
bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan
percobaan untuk menghindari konflik
Ibid. hal .7
29
5.
Fenomena Dan Dampak Konflik.6
Fenomena dan dampak realita konflik di lapangan adalah
munculnya kerusuhan, saling hasut-menghasut,caci-maki, menyiksa,
mencederai,
memperkosa,
membunuh
secara
sadis
atau
penuh
pertentangan bathin, membakar, merampas hak milik orang lain,
mengusir, penghilangan dokumen-dokumen penting, membakar, dll.
Konflik yang berkepanjangan selalu menyisakan ironi dan tragedi.
Kekerasan yangterjadi dalam rentang waktu lama menjadikannya sebagai
perilaku yang seolah wajar dan bahkan terinstitusionalisasi. Akibatnya
lingkaran setan kekerasan menjadimata rantai yang semakin sulit untuk
diputuskan. Karena perasaan masing-masing pihak adalah victim
(korban) memicu dendam yang jika ada kesempatan akan dibalaskan
melalui jalan kekerasan pula. Belum lagi kerusakan dan kerugian materiil
yangharus di tanggung, sungguh tak terperikan lagi.
Dampak konflik lainnya adalah mengundang turun tangan keluarga
dan sanak saudara dari kepulauan, kecamatan, kabupaten, propinsi
hingga ibu kota negara datang membantu keluarganya secara ekonomi,
tenaga, ikut berperang dll. Di sudut agama terpanggil rasa solidaritas seagama dari pelbagai organisasi sosial keagamaan dari pelbagai penjuru
tanah air hingga dari luar negeri. Kondisi ini dimanfaatkan pula oleh para
pencuri,
menyaru sebagai penyelamat-pemihak ternyata
mejarah
miliksemua pihak. Pasca konflik, ekses masih berlanjut, perumahan,
6
Bagja waluya, op.cit, hal 13
30
lembaga pendidikan, perkantoran, sarana ibadah musnah setidaknya
hancur, kehilangan harta benda, mata pencaharian dan sanak saudara,
orang cacat, putus sekolah, penderita keabnormalan jiwa, saling curiga,
hari depan yang suram, pihak keamanan dan birokrasi kehilangan
kharisma, dll.Trauma komunal seperti ini akan menimbulkan luka yang
mendalam dan menyakitkan.Trauma komunal ini juga akan melahirkan
,pahlawan dan martir dari kedua belah pihak yang bertikai, berikut
kenangan akan pengorbanannya yang digunakan untuk memperdalam
perpecahan yang nyata diantara kelompok identitas yang berkonflik
6.
Cara Penanganan Konflik .7
Konflik yang terjadi di lima wilayah Sampit, Sambas, Ambon,
Poso dan Ternate, menampilkan interaksi yang rumit antara kekuatankekuatan yang berbeda. Namun demikian semua kasus di tiap wilayah
mewakili jenis konflik yang mengakar dan berkepanjangan dikarenakan
kesemuanya membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda dan institusi
yang berbeda pula untuk mengelola pertikaian dan membangun
perdamaian
yang
berkelanjutan.
Lebih
jauh,
masing-masing
membutuhkan penciptaan struktur yang terancang baik yang sengaja
ditujukan untuk kebutuhan yang spesifik, maka tidak ada resep manjur
yang dapat diterapkan untuk mengatasi segala jenis konflik.Di sinilah
7
Ibid, hal 9
31
justru kelemahan dari upaya penanganan yang selama ini sudah
dilakukan Pemerintah.
Hal tersebut terlihat dari respon masyarakat yang menyatakan
bahwa upaya yang dilakukan pemerintah selain memberikan bantuan
fisik materiil, seperti sembako,atau tempat penampungan hanya berkisar
pada fasilitasi, penjagaan oleh aparat keamanan dan sosialisasi
perdamaian.
Untuk mempercepat proses penanganan konflik tersebut, maka
warga masyarakat daerah konflik mengusulkan agar masing-masing
pihak bisa lebih mengembangkan sikap saling menghargai.
SKEMA KONFLIK8
Kerangka konsep rekonstruksi sosial
KEBENARAN
Pengakuan
transparansi
pengungkapan
kejelasan
BELAS KASIHAN
Penerimaan
Pengampunan
dukungan
REKONSILIASI
KEADILAN
Kesetaraan
Pemulihan hak-hak
Tanggung jawab
8
Ibid, hal 15
32
PERDAMAIAN
POSITIF
Keharmonisan
Kesatuan
Kesejahteraan
Keamanan
respek
B. Perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap Anak
1. Konsep-Konsep
Berbicara tentang perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) khususnya
perlindungan HAM anak tidak dapat kita lepas –pisahkan dari konsep
perlindungan (HAM) secara keseluruhan. Hak Asasi Anak merupakan
hak-hak yang melekat pada manusia yang mencerminkan martabatnya,
yang harus memperoleh jaminan hukum, sebab hak-haknya dapat efektif
apabila hak-hak itu dapat dilindungi hukum. melindungi hak-hak dapat
terjamin, apabila hak-hak itu merupakan bagian dari hukum, yang memuat
prosedur hukum untuk melindungi hak-hak tersebut. Hukum berlandaskan
nilai-nilai kemanusiaan mencerminkan norma-norma yang menghormati
martabat manusia dan mengakui HAM.9
HAM merupakan alat untuk memungkinkan warga masyarakat dengan
bebas mengembangkan bakatnya untuk penunaian tugasnya dengan baik.
Kebebasan dijamin oleh Negara demi kepentingan masyarakat.
Tentang pengertian HAM, A.Gunawan setiardja mengemukakan:10
1) Definisi yuridis HAM menunjuk pada HAM yang dikodifikasikan
dalam naskah atau dokumen yang secara hukum mengikat baik dalam
konstitusi nasional maupun dalam perjanjian internasional;
2) Definisi politis HAM, yang menunjuk pada pengertian politik, yaitu
proses dinamis dalam arti luas berkembangnya masyarakat suatu
masyarakat tertentu. Termasuk didalamnya keputusan-keputusan yang
diambil dalam rangka kebijaksanaan pemerintah dalam upaya –upaya
mengorganisir sarana-sarana atau sumber –sumber untuk mencapai
tujuan tersebut. Hukum merupakan salah satu hasil terpenting dari
9
10
Lihat Muladi. Kapita selekta system peradilan pidana Badan penerbit universitas diponegoro.
Semarang .1995. hal 45
A. Gunawan setiardja, Hak –hak asasi manusia berdasarkan ideologi pancasila. Kanisius .
Yogyakarta .1993. hal 89-90
33
proses politik, hukum berakar dalam keadaan politik konkret
masyarakat,
3) Definisi moral HAM yang menunjuk pada dimensi normative HAM.
Makna etis HAM yang menyangkut justru problem esensial, klaim
individual harus diakui sebagai hak-hak yuridis atau hak –hak politik.
Pengertian klaim etis, tuntutan etis mengandung di dalamnya suatu
pandangan teoretis mengenal landasan norma-norma etis.
HAM menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang merupakan
pencerminan hakikat manusia sebagai pribadi , anggota masyarakat, dan
makhluk Tuhan, yang harus di hormati dan dijamin oleh hukum.
Ada dua argument yang diajukan klaim universalitas paham HAM:
a.
Pertama,
paham
HAM
adalah
individualistik.
Individualisme
berdasarkan dua pertimbangan yaitu :11
a) Bahwa paham HAM memfokuskan kepada perhatian orang pada
hak-haknya sendiri saja. Masyarakat sekedar sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan individual saja. Individu mengharapkan
agar masyarakat dan Negara memenuhi tuntutan-tuntutanya.
b) Paham HAM dilihat sebagai menempatkan individu, kelompok dan
golongan masyarakat berhadapan dengan Negara bukan dalam
kesatuan dengannya. Masyarakat bukan menyatu dengan Negara,
melainkan perlu dilindungi terhadapnya. Kedua paham HAM
bertolak dari suatu pengertian tentang otonomi manusia yang tidak
ditemukan di luar beberapa kebudayaan asing dan bertentangan
dengan agama. Menurut agama manusia tidak otonom, melainkan
dalam segala- galanya di bawah kehendak dan hukum Tuhan.
Konsepsi mengenai hak-hak asasi manusia mempunyai dua makna
dasar. Pertama ialah hak –hak hakiki dan tak terpisahkan menjadi hak
seseorang hanya karena ia adalah manusia. Hak-hak ini merupakan hakhak yang harus di hormati karena melekat pada keberadaanya sebagai
manusia dari setiap umat manusia.
11
Ibid, hal 101
34
b. kedua dari hak-hak asasi manusia adalah hak-hak hukum yang baik secara
nasional mapun internasional.12
Untuk menjabarkan hak-hak anak secara transparan yang memenuhi
standar hukum, alangkah baiknya dipahami terlebih dahulu pengertian
tentang hak. Seorang manusia dapat disebut mempunyai hak atau memiliki
hak, lantaran ditimbulkan dari adanya manusia sebagai makluk sosial atau
disebut aristoteles pada tahun 384 -322 SM dengan sebutan Zoon
politicion. Eksistensi sebagai makluk sosial, menghendaki adanya atau
jalinan
hubungan
membutuhkan
dengan
sesama.
Hidup
berdampingan
saling
satu sama lain. Atau lebih dikenal dengan hidup
bermasyarakat yang pada hakekatnyasemata-mata untuk kepentingan
manusia itu sendiri. Manusia diharuskan untuk menunjukan sesuatu yang
menjadi jati diri self of dignity (kemuliaan), self of image (percaya diri),
dan self esteem (harga diri) terhadap lingkungan sosial.
Kepribadian yang utuh atau jati diri sesorang lahir sebagai wujud
kepemilikan terhadap sesuatu nilai yang mendasar di dalam dirinya
(human rights). Nilai ini kemudian meletakan dasar kepribadian yang
membedakan terhadap sesama manusia. Pengertian human right, menurut
Dicey menyebutkan human right meliputi:13
12
13
a.
The right to personal freedom
b.
The right to freedom of discussion
c.
The right to public meeting.
Leah Levin, Hak Asasi Manusia, kelompok kerja JK_PPK di indonesia dan KSPPM, Jakarta.
1994. hal 8
Ibid.
35
Nilai ini dikenal dalam kepemilikan yang disebut “hak” dari seseorang
manusia atau subjek hukum; kemudian dikelompokan ke dalam Hak Asasi
Manusia (HAM). Dengan demikian, yang dimaksud dengan hak, yaitu
kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada seseorang (atau badan
hukum) Karen perhubungan hukum dengan orang lain (badan hukum lain).
Sebagai bahan perbandingan, dikemukakan juga definisi hak oleh
beberapa pakar dan sarjana hukum terkemuka berikut ini:
a.
b.
c.
d.
Benhard winscheid. Hak ialah sutau kehendak yang dilengkapi dengan
kekuatan (macht) dan yang diberikan oleh tertib hukum kepada yang
bersangkutan
Van Apeldoorn. Hak adalah sesuatu kekuatan (macht) yang diatur
oleh hukum
Lemaire. Hak adalah sesuatu izin bagi yang bersangkutan untuk
berbuat sesuatu
Leon duguit. Hak adalah dig anti dengan fungsi sosial yangsemua
manusia mempunyai hak, sebaliknya tidak semua manusia menjalani
fungsi-fungsi sosial (kewajiban) tertentu.
Pengertian –pengertian hak tersebut, sebagai suatu pengantar untuk
memahami atau meletakan makna dari yang sebenarnya tentang hak anak.
Hak anak dapat dibangun dari pengertian hak secara umum ke dalam
pengertian sebagai berikut:
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,pemerintah
dan Negara.
Masalah perlindungan anak di indonesia tidak terlepas dari deklarasi
hak-hak asasi anak yang disahkan oleh majelis umum PBB, pada tanggal
20 November 1959. Dalam mukadimah deklarasi ini, tersirat bahwa umat
manusia berkewajiban memberikan yang terbaik untuk anak. Dalam
36
deklarasi ini ditegaskan
bahwa
anak-anak mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan khusus, antara lain:14
Pertama : Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan harus
memperoleh kesempatan yang dijamin oleh hukum dan sarana lain, agar
menjadikannya mampu untuk mengembangkan diri secara fisik, kejiwaan,
dan moral spiritual dan kemasyarakatan dalam situasi yang sehat, normal
sesuai dengan kebebasan dan dan harkatnya. Penuangan tujuan itu ke
dalam hukum, kepentingan terbaik atas diri anak harus merupakan
pertimbangan utama
Kedua: dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima
perlindungan dan pertolongan
Ketiga: anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam
bentuk diskriminasi sosial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi
lainnya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat penuh pengertian,
toleransi dan persahabatan antarbangsa, perdamaian serta persaudaraan
semesta dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan bakatnya harus
diabdikan kepada sesama manusia .
Dari perincian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seorang anak
wajib dilindungi dari tindakan kebijaksanaan siapapun juga (baik individu
atau kelompok, organisasi swasta maupun pemerintah, baik secara
langsung atau tidak langsung.
Menurut pandangan Arif gosita,15 Perlindungan anak adalah suatu
usaha melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.
Sedangkan menurut bismar siregar mengatakan bahwa aspek hukum
perlindungan anak, lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur
hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum (yuridis) anak
belum dibebani kewajiban.
14
15
Lihat Barda N. arief. “Masalah perlindungan hukum bagi anak”. Makalah. seminr nasional
peradilan anak Fakultas Hukum universitas Padjadjaran. Bandung . 1996. hlm.3.
Lihat konvensi, media advokasi dan penegakan hak –hak anak.:lembaga advokasi anak
indonesia (LLAI). Medan . 1998 .hlm. 3
37
Perlindungan HAM anak dengan demikian dapat disimpulkan sebagai
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
agar dapat, hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat
dalam undang-undang dasar 1945 dan konvensia perserikatan bangsabangsa tentang hak –hak anak . dari sisi kehidupan berbangsa dan
bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita
bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan berkembang, berpartisipasi serta hak atas perlindungan dari tindakan
kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
2. Instrumen Hukum Perlindungan Anak.16
Instrumen hukum yang mengatur perlindungan hak –hak anak terdapat
dalam konvensi PBB tentang Hak-hak anak (convention on the rights of
the child) tahun 1989, telah diratifikasi oleh lebih 191 negara, termasuk
indonesia sebagai anggota PBB melalui Keputusan Presiden Nomor 36
tahun 1990. Dengan demikian, konvensi PBB tersebut telah menjadi
hukum indonesia dan mengikat seluruh warga Negara indonesia.
Pada tahun 1999, indonesia mengeluarkan undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia yang di dalamnya juga mengatur
16
Saraswati Rika, op.cit, hal 15
38
tentang hak asasi anak melalui beberapa Pasal. Kemudian, tiga tahun
sesudahnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang nomor 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak (UUPA). UUPA ini dimaksudkan
sebagai undang-undang paying (umbrella’s law) yang secara sui generis
mengatur hak-hak anak. Namun, didalam konsiderens hukumnya justru
tidak mencantumkan konvensi hak anak sebagai referensi yuridis. Sumber
kesalahannya terletak pada landasan hukum ratifikasi KHA yang
menggunakan instrumen hukum keputusan presiden yang secara hierarki
lebih rendah derajatnya daripada undang-undang. Meskipun demikian,
substansi KHA dapat diadopsi sebagai materi undang-undang, seperti
penggunaan asas dan tujuan perlindungan anak yang ada dalam UUPA.
C. Pengaturan Perlindungan Hukum Terhadap Anak
1. Declaration The Right Of The Child Jo Keputusan Presiden No 36
Tahun 1990 Tentang Ratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak (Keppres No
36/1990).17
Hak anak merupakan bagian intergral dari hak asasi manusia dan
konvensi hak anak (KHA) merupakan bagian integral dari instrumen
internasional tentang hak asasi manusia. Konvensi hak anak merupakan
instrumen yang berisi rumusan prinsip-prinsip universal dan ketentuan
norma hukum mengenai hak-hak anak yang merupakan sebuah perjanjian
17
Ibid hal 16
39
internasional mengenai hak asasi manusia yang memasukan unsure-unsur
hak anak sipil politik serta hak-hak ekonomi dan budaya.
Perumusan naskah KHA dimulai sejak 1979 dan dalam waktu sepuluh
tahun kemudian, tepatnya pada 20 november 1989, naskah akhir konvensi
dapat diterima dan disetujui dengan suara bulat oleh majelis umum PBB.
Sesuai ketentuan Pasal 49 ayat (1), KHA diberlakukan sebagai hukum
HAM internasional pada 2 september 1990.
Deklarasi jenewa tahun 1924 tentang hak-hak asasi anak menyatakan
perlunya perluasan pelayanan khusus bagi anak. Ini disetujui oleh majelis
umum PBB pada tahun 1959 dan diakui dalam deklarasi
HAM
sedunia,perjanjian internasional tentang hak-hak sipil dan politik.
Indonesia meratifikasi KHA melalui keputusan president nomor 36
tahun 1990 tertanggal 25 agustus 1990. Dengan ratifikasi itu, indonesia
secara teknis telah dengan sukarela mengikatkan diri pada ketentuanketentuan yang terkandung dalam KHA. Sesuai dengan Pasal 49 ayat (2),
konvensi hak anak dinyatakan berlaku di indonesia sejak tanggal 5 oktober
1990.
Selanjutnya, Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam
konvensi hak anak jo Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 adalah
sebagai berikut:18
1.
18
Hak hidup (survival rights)
Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan
tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Konsekuensinya
Ibid hal 21
40
2.
menurut konvensi hak anak Negara harus menjamin kelangsungan hak
hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6).
Disamping itu, Negara berkewajiban untuk menjamin hak atas taraf
kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau dan melakukan pelayanan
kesehatan dan pengobatan , khususnya perawatan kesehatan primer
(Pasal 24 )
Hak perlindungan , yaitu perlindungan anak dari diskriminasi, tindak
kekerasan, dan ketelantaran bagi anak yang tdiak mempunyai keluarga
dan bagi anak pengungsi. Hak perlindungan dari diskriminasi ,
termasuk perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh
pendidikan, perawatan, dn pelatihan khusus, serta hak anak dari
kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli dalam kehidupan
masyarakat Negara.
Perlindungan anak dalam keadaan krisis dan darurat
a. Anak dalam situasi darurat (children in situation of emergency)
 Negara menjamin bahwa seorang anak sedang mengusahakan
status pengungsi untuk memperoleh perlindungan yang layak
dan bantuan kemanusiaan atau hak – hak asasi (Pasal 22)
 Negara menjamin adanya perlindungan dan perawatan bagi
anak –anak yang terkena akibat dari sengketa konflik bersenjata
(Pasal 38)
b. Anak yang berkonflik dengan hukum (children in conflict in the
law)
 Prosedur peradilan anak (Pasal 40)
 Anak –anak yang berada dalam penekanan kebebasan (Pasal 37)
 Reintegrasi sosial anak-anak dalam penyembuhan fisik dan
psikologis anak (Pasal 39)
c. Anak –anak dalam situasi eksploitasi (children in situation of
exploitation )
 Eksploitasi ekonomi
 Pekerja anak (Pasal 32)
 Penyalahgunaan obat bius dan narkotika (Pasal 33)
 Eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual (Pasal 34)
 Bentuk-bentuk eksploitasi lainnya (Pasal 36)
 Perdagangan anak, penculikan dan penyelundupan anak (Pasal
35)
 Anak –anak dari kelompok minoritas atau anak-anak penduduk
suku terasing atau children belonging to a minority or an
indigenous group (Pasal 30)
41
2. Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU
NO 39 /1999)
Menurut Pasal 8 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM, perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM merupakan tanggung jawab
pemerintah disamping juga masyarakat. Pemerintah telah mengeluarkan
berbagai peraturan perundang-undangan dan meratifikasi berbagai
konvensi, seperti konvensi anak, konvensi penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan dan lain-lain, tetapi belum di dukung
dengan komitmen bersama yang kuat untuk menerapkan instrumentinstrumen
tersebut.
Berdasarkan
keadaan
tersebut,
maka
perlu
dikembangkan suatu mekanisme pelaksanaan hokum yang efektif untuk
melindungi hak-hak warga masyarakat, terutama hak-hak kelompok
rentan.19
Berkenaan dengan pemenuhan prinsip dasar hak-hak anak, bagian
kesepuluh Pasal 66 UU No 39 1999 Tentang
HAM merumuskan
seperangkat hak sipil, politik, sosial ekonomi sebagai berikut:20







19
20
Hak untuk dilindungi orang tua , keluarga dan Negara
Hak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
hidup
Hak atas nama dan status warga Negara
Hak anak cacat untuk perawatan, pendidikan dan pelatihan khusus
Hak untuk mendapat perlindungan dai berbagai perlakuan buruk
Hak untuk mendapatkan perlindungan dengan kehendak anak sendiri
Hak untuk mencari, menerima dan memberikan informasi sesuai
dengan tingkat intelektualitasnya dan usianya serta nilai-nilai
kesusialan dan kepatutan
Maidin gultom, op.cit. hal 49
UU RI NO 39 TAHUN 1999 hal 10
42





Hak untuk beristirahat, bergaul dengan teman sebaya dan sesuai
dengan minatnya
Hak atas pelayanan kesehatandan jaminan sosial yang layak
Hak untuk dilindungi dari eksploitasi seksual, perdagangan anak dan
narkoba
Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum
Hak atas bantuan hukum, untuk membela diri dan memperoleh
keadilan di pengadilan anak yang bebas dan tidak memihak.
3. Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang maha esa
yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya. Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan
cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa dimasa mendatang
dan sebagai sumber harapan
bagi generasi terdahulu, perlu mendapat
kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar
baik secara rohani , jasmani dan sosial. Perlindungan anak merupakan
usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan
dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa
di kemudian hari. Jika mereka telah matang pertumbuhan fisik maupun
mental dan sosialnya, maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu.
Perlindungan anak adalah
segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan
hak dan
kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar
baik fisik,mental, dan sosial. 21
21
Maidin Gultom, op.cit. hal 33
43
UUPA Pasal 1 ayat 1 memberikan pengertian bahwa anak adalah
seorang yang belum berusia delapan belas (18) tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan.
UUPA Pasal 1 ayat 2 memberikan pengertian bahwa perlindungan
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
UUPA Pasal 1 ayat 12 memberikan pengertian bahwa hak anak adalah
bagian dari hak asasi manusia
yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuh oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara.
Menurut UUPA Pasal 20, Negara ,pemerintah, masyarakat, keluarga,
orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak. Hal ini sesua dengan konvensi hak anak internasional.
Adapun kewajiban dan tanggung jawab Negara dan pemerintah adalah
sebagai berikut.:22
1.
Bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak
(Pasal 21)
“Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan
suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa,
22
Ibid. hal 35
44
status hukum anak, urutan kelahiran dan kondisi fisik dan /atau mental
anak”
2.
Berkewajban dan bertanggung jawab memberikan dukungan, sarana
dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 22)
“Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan
perlindungan anak. Dukungan sarana dan prasarana tersebut misalnya:
sekolah, lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, gedung
kesenian, tempat rekreasi, tempat penitipan anak, dan rumah tahanan
untuk anak”
3.
Menjamin perlindungan pemeliharaan dan kesejahteraan anak (Pasal
23 ayat (1)
“Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan
kesejahteraan anak dengan memperhatkan hak dan kewajiban orang
tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab
terhadap anak”.
4.
Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 23 ayat (2)
“ Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan
anak”
5.
Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan
pendapat (Pasal 24)
45
“Negara dan Pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan
haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat
kecerdasan anak”
6.
Pasal 26 mengatur kewajiban orang tua untuk:
1) Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
2) Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuannya,
bakat dan minatnya, dan mencegah terjadinya perkawinan pada
usia anak-anak
Menurut Pasal 25 UU no 23 tahun 2002, kewajiban dan tanggung
jawab masyarakat terhadap perlindungan anak di laksanakan melalui
kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak.
Sedangkan menurut Pasal 72 masyarakat berhak memperoleh kesempatan
seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak. Peran masyarakat
tersebut dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak,
lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga
pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha dan media massa. Peran
masyarakat tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pada prinsipnya penyelenggaraan perlindungan anak harus mampu
menjamin terwujudnya penyelenggaraan hak-hak anak terhadap:

Agama (42)

Kesehatan(44)

Pendidikan(48)
46

Sosial (55)

Perlindungan khusus (59)
Undang –undang No 23 Tahun 2002 Pasal 60 menyatakan bahwa anak
dalam situasi darurat terdiri atas anak yang menjadi pengungsi, anak
korban kerusuhan , anak korban bencana alam, dan anak dalam situasi
konflik bersenjata, mewajibkan pemerintah dan lembaga Negara lainnya
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan
khusus terhadap anak dalam situasi darurat dan anak yang dikategorikan
sebagai berikut:

Anak yang berhadapan dengan hukum

Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi

Anak tereksploitasi secara ekonomi dan seksual

Anak yang diperdagangkan
 Anak yang manjdi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol,
psikotropika zat adiktif lainnya

Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan

Anak korban kekerasan , baik fisik dan mental

Anak cacat

Anak korban perlakuan salah dan penelantaran
Undang –undang No 23 Tahun 2002 Pasal 62 menyebutkan,
Perlindungan khusus bagi anak korban kerusuhan, korban bencana, dan
anak dalam situasi konflik bersenjata sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60 huruf b, huruf c, dan huruf d, dilaksanakan melalui :
47
a. Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang,
pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan
keamanan, dan persamaan perlakuan.
b. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan
anak yang mengalami gangguan psikososial.
D. Peran Pemerintah
1. Peranan
Peranan menurut Soerjono Soekanto pengertian Peranan (role) adalah
suatu
system
kaidah
–kaidah
yang
berisikan
patokan-
patokan
perikelakuan pada kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan
mana dapat dipunyai pribadi atau kelompok – kelompok pribadi yang
mempunyai peranan tadi dinamakan pemegang peranan tadi, dapat sesuai
dengan mungkin berlawanan dengan apa yang di tentukan di dalam kaidah
– kaidah.
Menurut Soejono Soekanto, menyatakan bahwa syarat-syarat peranan
mencakup 3 ( tiga ) hal yaitu :
a. Peranan meliputi norma – norma yang di hubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan – peraturan yang menjadi pedoman / membimbing
seseorang
untuk
melakukan
suatu
aktifitas
dalam
kehidupan
masyarakat;
b. Peran dalam konsep, perihal yang dapat dilakukan ole seorang dalam
masyarakatnya. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian kegiatan
48
yang dianggap paling tepat atau ideal yang dilakukan seseorang dalam
kedudukan di masyarakat dalam menjalani tugasnya,
c. Peranan
yang
kenyataanya
dapat
dilakukan
seseorang
dalam
aktifitasnya yang berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat,
peranan dalam arti ini adalah peranan konkrit yang dilakukan seseorang
karena situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya, sehingga wujud nyata
dari peran tersebut adalah berupa kebijakan – kebijakan yang belum
tentu sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak perlu sebagai suatu
aktifitas yang seharusnya (yang ideal), melainkan aktifitas yang lahir
karena keadaan yang nyata yang mempengaruhinya.
Secara sosilogis seseorang atau lembaga dalam masyarakat
mempunyai kedudukan dan peranan. Kedudukan tersebut sebenarnya
merupakan suatu wadah yang isinya adalah hak – hak dan kewajiban –
kewajiban tadi sebagai peranan, oleh karena itu seseorang atau lembaga
yang mempunyai kedudukan tertentu dinamakan pemegang peranan.
Suatu peranan tertentu dapat dijabarkan kedalam unsure – unsure
sebagai berikut :
a. Peranan yang ideal ( idela role )
b. Peranan yang seharusnya ( expected role )
c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri ( perceived role )
d. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role )
Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang – kadang juga dinamakan
“role performance” atau “role playing” kiranya dapat dipahami, bahwa
49
peranan yang ideal dan yang datang dari pihak lain, sedangkan peranan
yang dianggap oleh diri sendiri serta peranan yang sebenarnya dilakukan
berasal dari diri pribadi. Sudah tentu didalam kenyataanya, perananperanan tadi berfungsi apabila seseorang berhubugan dengan pihak lain
disebut ( role setor) atau dengan beberapa pihak lain ( interaction role
sector ). Dengan kata lain, fungsionalisasi dari peranan tersebut terjadi
apabila ada pihak – pihak yang berhubungan satu dengan lainnya. Analisis
fungsional memerlukan mekanisme yang konkret dan rinci, sehingga dapat
dikatakan bahwa untuk melihat berfungsinya suatu peranan diperlukan
adanya suatu proses yang menggambarkan mekanisme yang konkret dan
rinci dari hubungan yang ditimbulkan dari berfungsinya peranan itu
sendiri.
Soerjono soekanto, menyatakan bahwa untuk menyatakan suatu
peranan tertentu dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Peranan normative, (peranan yang sesuai dengan undang – undang)
b. Peranan actual, ( peranan yang nyata / kenyataan dilapangan)
c. Peranan ideal, ( peranan yang dicita- citakan )
50
2. Pemerintah Daerah
Pengertian pemerintah dan pemerintahan daerah menurut mariun
adalah:

Istilah pemerintahan menunjukan pada bidangnya atau lapangan ,
fungsi , dan bidang tugas penting

Istilah pemerintah menunjukan pada badan atau organisasi atau alat
perlengkapan yang menjelaskan fungsi itu.23
Selanjutnya beliau menjelaskan tentang pengertian pemerintah dalam
arti luas dan sempit.

Pemerintah dalam arti luas adalah segala sesuatu tugas atau
kewenangan atau kekuasaan Negara yang mencakup meliputi bidang
legislative, eksekutif dan yudikatif

Pemerintah dalam arti sempit adalah diartikan sebagai tugas atau
kewenangan atau kekuasaan dalam bidang eksekutif saja.
Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pokok-
pokok pemerintahan daerah, ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan
pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkap daerah otonom
lain sebagai badan eksekutif daerah. Sesuai dengan pembagian wilayah
Negara kesatuan republik indonesia dalam daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan daerah kota yang bersifat otonom, maka mempunyai
kewenangan dan keleluasan untuk membentuk dan melaksanakan
kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat.
23
Mariun, Azas-azas ilmu pemerintahan ,BPA fakultas sospol UGM. Yogjakarta.1979. Hal 5
51
Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah
kabupaten dan daerah kota yang berwenang untuk menentukan dan
melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.
E. Perda Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan,
Pelayanan, Dan Pemulihan Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan.24
Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan, pelayanan, dan pemulihan
perempuan dan anak korban konflik, pemerintah daerah kabupaten Poso
mengeluarkan Perda No 6 Tahun 2008 berdasarkan tindakan kekerasan yang
terjadi terhadap perempuan dan anak dapat menimbulkan korban yang
berdampak pada traumatik yang berkepanjangan dan demi melindungi
kepentingan perempuan dan anak, maka dipandang perlu ada kepastian
hukum yang menjamin perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Dalam Pasal 1 ayat 4 anak adalah seseorang yang belum berusia 18
Tahun. Termasuk yang ada dalam kandungan. Menurut Pasal 1 ayat 7 Perda
No 6 Tahun 2008 , memberikan pengertian bahwa perlindungan adalah segala
upaya yang di tujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang
dilakukan oleh pemerintah, pihak keluarga, advokat, lembaga sosial,
kepolisian, kejaksaan pengadilan atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan pengadilan.
24
Perda No 6 Tahun 2008 Tentang P2TP2A
52
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 10 tentang kewajiban pemerintah dalam
penyelenggaraan perlindungan, pelayanan dan pemulihan perempuan dan
anak korban kekerasan. Anak-anak pasca konflik mendapatkan perlindungan
khusus dari instasi pemerintah serta lembaga sosial sesuai dengan kewajiban
dan tanggung jawab Pasal 9 ayat (1) (2) yang berbunyi :
a.
Pemerintah
daerah
berkewajiban
menyelenggarakan
perlindungan
pelayanan dan pemulihan terhadap korban kekerasan meliputi:
1) Menyediakan sarana dan prasarana layanan terpadu
2) Melibatkan lembaga swadaya masyarakat, organisas perempuan,
tokoh agama, toko adat, toko masyarakat dalam penyelenggaraan
perlindungan dan layanan terhadap korban
3) Menyediakan anggaran sesuai program dan kebutuhan
4) Menjamin terlaksananya kemudahan pelayanan kepada korban
5) Mengupayakan efektifitas dan efisiensi bagi proses pemulihan
korban dan
6) Mengupayakan terciptanya kerjasama dan koordinasi dalam upaya
pemulihan korban
b.
Pemerintah daerah berkoordinasi antar instansi dan lembaga sosial
lainnya
yang
bertanggung
jawab
penuh
dalam
kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
peraturan perundang-undangan yang berlaku
53
melaksanakan
sesuai dengan
Setiap korban berhak mendapatkan jaminan atas hak-haknya sebagai
warga Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
meliputi :
(1) Perlindungan dan perlindungan khusus dalam bentuk pendampingan
dan rasa aman
(2) Pelayanan dalam bentuk pelayanan medis, psiko-sosial, medical –
legal pelayanan hukum dan pelayanan resosialisasi
(3) Pemulihan dalam bentuk pendidikan, kesehatan dan pemulihan
ekonomi.
54
Download