BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian Konflik Pengertian Konflik,1 berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak menghancurkannya berusaha atau menyingkirkan membuatnya pihak tidak lain dengan berdaya.Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.Konflik adalah sesuatu yang wajar terjadi di masyarakat, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yangtidak sempurna dapat menciptakan konflik. Pengertian Konflik berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: 1 Bagja waluya, sosiologi menyelami fenomena sosial dimasyarakat,setiapurnama,cetakan 1. Bandung. 2007. Hal 1 26 Percecokan; perselisihan; pertentangan. Sedangkan konflik social memiliki arti : pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Untuk mendapatkan gambaran lebih luas tentang pengertian konflik, berikut ini Merupakan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli :2 a. b. c. d. 2 Robert M.Z. Lawang, mengatakan bahwa konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya. Yang tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menunduhkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok yang lain dalam proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, social dan budaya) yang relatif terbatas. Kartono berpendapat bahwa konflik merupakan proses social yang bersifat antagonistic dan terkadang tidak bisa diserasikan karena dua belah pihak yang berkonflik memiliki tujuan , sikap dan struktur nilai yang berbeda, yang tercermin dalam berbagai bentuk perilaku perlawanan, baik yang halus, terkontrol, tersembunyi, tidak langsung, terkamuflase maupun yang terbuka dalam bentuk tindakan kekerasan. Peter Harris dan ben relly, berpendapat bahwa sifat konflik yang tajam di dunia telah berubah dalam satu decade terakhir, baik dalam inti permasalahan maupun dalam bentuk pengekspresiannya. Salah satu perubahan yang paling dramatis adalah pergeseran dari konflik antarnegara yang tradisional (perang antarnegara berdaulat menuju konflik dalam Negara. Konflik-konflik yang paling kejam sepanjang abad ke 20 adalah konflik antarnegara. Akan tetapi, pada tahun 1990 hampir semua konflik besar dunia terjadi dalam Negara atau konflik internal, misalnya perang saudara, pemberontakan bersenjata,gerakan separatis dengan kekerasan, dan peperangan domestic lainnya. Soerjono soekanto, menyatakan pertentangan atau konflik adalah suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan Ibid, hal 3 27 Berbagai definisi diatas memberitahukan bahwa konflik sosial adalah proses sosial yang terjadi di dalam masyarakat, bagaimana pun keadaanya, baik pada masyarakat modern maupun masyarakat tradisional. Proses sosial yang terjadi karena interaksi sosial dalam masyarakat akan menimbulkan berbagai masalah salah satunya adalah konflik sosial. Konflik terjadi karena adanya tujuan yang berbeda , baik antara individu maupun antara kelompok sosial yang ada, dengan demikian , konflik yang terjadi akan melibatkan dua orang atau lebih , individu dengan kelompok, dan antarkelompok yang berupaya mencapai tujuannya. 2. Faktor-Faktor Terjadinya Konflik.3 a. b. c. d. 3. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadipribadi yang berbeda pula. seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok, diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat Jenis-Jenis Konflik.4 Jenis-jenis konflik Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam : a. b. 3 4 konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role) konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank) Puline pudjiastiti, sosiologi, grasindo. Jakarta .2008. hal 3 Ibid, 5 28 c. d. 4. konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa). konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara) Akibat-Akibat Konflik.5 Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut : a. b. c. d. keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai. perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll. kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia. dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik. Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat menghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut: a. b. c. d. 5 Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaanuntuk mencari jalan keluar yang terbaik. Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik. Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaanyang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut. Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik Ibid. hal .7 29 5. Fenomena Dan Dampak Konflik.6 Fenomena dan dampak realita konflik di lapangan adalah munculnya kerusuhan, saling hasut-menghasut,caci-maki, menyiksa, mencederai, memperkosa, membunuh secara sadis atau penuh pertentangan bathin, membakar, merampas hak milik orang lain, mengusir, penghilangan dokumen-dokumen penting, membakar, dll. Konflik yang berkepanjangan selalu menyisakan ironi dan tragedi. Kekerasan yangterjadi dalam rentang waktu lama menjadikannya sebagai perilaku yang seolah wajar dan bahkan terinstitusionalisasi. Akibatnya lingkaran setan kekerasan menjadimata rantai yang semakin sulit untuk diputuskan. Karena perasaan masing-masing pihak adalah victim (korban) memicu dendam yang jika ada kesempatan akan dibalaskan melalui jalan kekerasan pula. Belum lagi kerusakan dan kerugian materiil yangharus di tanggung, sungguh tak terperikan lagi. Dampak konflik lainnya adalah mengundang turun tangan keluarga dan sanak saudara dari kepulauan, kecamatan, kabupaten, propinsi hingga ibu kota negara datang membantu keluarganya secara ekonomi, tenaga, ikut berperang dll. Di sudut agama terpanggil rasa solidaritas seagama dari pelbagai organisasi sosial keagamaan dari pelbagai penjuru tanah air hingga dari luar negeri. Kondisi ini dimanfaatkan pula oleh para pencuri, menyaru sebagai penyelamat-pemihak ternyata mejarah miliksemua pihak. Pasca konflik, ekses masih berlanjut, perumahan, 6 Bagja waluya, op.cit, hal 13 30 lembaga pendidikan, perkantoran, sarana ibadah musnah setidaknya hancur, kehilangan harta benda, mata pencaharian dan sanak saudara, orang cacat, putus sekolah, penderita keabnormalan jiwa, saling curiga, hari depan yang suram, pihak keamanan dan birokrasi kehilangan kharisma, dll.Trauma komunal seperti ini akan menimbulkan luka yang mendalam dan menyakitkan.Trauma komunal ini juga akan melahirkan ,pahlawan dan martir dari kedua belah pihak yang bertikai, berikut kenangan akan pengorbanannya yang digunakan untuk memperdalam perpecahan yang nyata diantara kelompok identitas yang berkonflik 6. Cara Penanganan Konflik .7 Konflik yang terjadi di lima wilayah Sampit, Sambas, Ambon, Poso dan Ternate, menampilkan interaksi yang rumit antara kekuatankekuatan yang berbeda. Namun demikian semua kasus di tiap wilayah mewakili jenis konflik yang mengakar dan berkepanjangan dikarenakan kesemuanya membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda dan institusi yang berbeda pula untuk mengelola pertikaian dan membangun perdamaian yang berkelanjutan. Lebih jauh, masing-masing membutuhkan penciptaan struktur yang terancang baik yang sengaja ditujukan untuk kebutuhan yang spesifik, maka tidak ada resep manjur yang dapat diterapkan untuk mengatasi segala jenis konflik.Di sinilah 7 Ibid, hal 9 31 justru kelemahan dari upaya penanganan yang selama ini sudah dilakukan Pemerintah. Hal tersebut terlihat dari respon masyarakat yang menyatakan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah selain memberikan bantuan fisik materiil, seperti sembako,atau tempat penampungan hanya berkisar pada fasilitasi, penjagaan oleh aparat keamanan dan sosialisasi perdamaian. Untuk mempercepat proses penanganan konflik tersebut, maka warga masyarakat daerah konflik mengusulkan agar masing-masing pihak bisa lebih mengembangkan sikap saling menghargai. SKEMA KONFLIK8 Kerangka konsep rekonstruksi sosial KEBENARAN Pengakuan transparansi pengungkapan kejelasan BELAS KASIHAN Penerimaan Pengampunan dukungan REKONSILIASI KEADILAN Kesetaraan Pemulihan hak-hak Tanggung jawab 8 Ibid, hal 15 32 PERDAMAIAN POSITIF Keharmonisan Kesatuan Kesejahteraan Keamanan respek B. Perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap Anak 1. Konsep-Konsep Berbicara tentang perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) khususnya perlindungan HAM anak tidak dapat kita lepas –pisahkan dari konsep perlindungan (HAM) secara keseluruhan. Hak Asasi Anak merupakan hak-hak yang melekat pada manusia yang mencerminkan martabatnya, yang harus memperoleh jaminan hukum, sebab hak-haknya dapat efektif apabila hak-hak itu dapat dilindungi hukum. melindungi hak-hak dapat terjamin, apabila hak-hak itu merupakan bagian dari hukum, yang memuat prosedur hukum untuk melindungi hak-hak tersebut. Hukum berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan mencerminkan norma-norma yang menghormati martabat manusia dan mengakui HAM.9 HAM merupakan alat untuk memungkinkan warga masyarakat dengan bebas mengembangkan bakatnya untuk penunaian tugasnya dengan baik. Kebebasan dijamin oleh Negara demi kepentingan masyarakat. Tentang pengertian HAM, A.Gunawan setiardja mengemukakan:10 1) Definisi yuridis HAM menunjuk pada HAM yang dikodifikasikan dalam naskah atau dokumen yang secara hukum mengikat baik dalam konstitusi nasional maupun dalam perjanjian internasional; 2) Definisi politis HAM, yang menunjuk pada pengertian politik, yaitu proses dinamis dalam arti luas berkembangnya masyarakat suatu masyarakat tertentu. Termasuk didalamnya keputusan-keputusan yang diambil dalam rangka kebijaksanaan pemerintah dalam upaya –upaya mengorganisir sarana-sarana atau sumber –sumber untuk mencapai tujuan tersebut. Hukum merupakan salah satu hasil terpenting dari 9 10 Lihat Muladi. Kapita selekta system peradilan pidana Badan penerbit universitas diponegoro. Semarang .1995. hal 45 A. Gunawan setiardja, Hak –hak asasi manusia berdasarkan ideologi pancasila. Kanisius . Yogyakarta .1993. hal 89-90 33 proses politik, hukum berakar dalam keadaan politik konkret masyarakat, 3) Definisi moral HAM yang menunjuk pada dimensi normative HAM. Makna etis HAM yang menyangkut justru problem esensial, klaim individual harus diakui sebagai hak-hak yuridis atau hak –hak politik. Pengertian klaim etis, tuntutan etis mengandung di dalamnya suatu pandangan teoretis mengenal landasan norma-norma etis. HAM menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang merupakan pencerminan hakikat manusia sebagai pribadi , anggota masyarakat, dan makhluk Tuhan, yang harus di hormati dan dijamin oleh hukum. Ada dua argument yang diajukan klaim universalitas paham HAM: a. Pertama, paham HAM adalah individualistik. Individualisme berdasarkan dua pertimbangan yaitu :11 a) Bahwa paham HAM memfokuskan kepada perhatian orang pada hak-haknya sendiri saja. Masyarakat sekedar sebagai sarana pemenuhan kebutuhan individual saja. Individu mengharapkan agar masyarakat dan Negara memenuhi tuntutan-tuntutanya. b) Paham HAM dilihat sebagai menempatkan individu, kelompok dan golongan masyarakat berhadapan dengan Negara bukan dalam kesatuan dengannya. Masyarakat bukan menyatu dengan Negara, melainkan perlu dilindungi terhadapnya. Kedua paham HAM bertolak dari suatu pengertian tentang otonomi manusia yang tidak ditemukan di luar beberapa kebudayaan asing dan bertentangan dengan agama. Menurut agama manusia tidak otonom, melainkan dalam segala- galanya di bawah kehendak dan hukum Tuhan. Konsepsi mengenai hak-hak asasi manusia mempunyai dua makna dasar. Pertama ialah hak –hak hakiki dan tak terpisahkan menjadi hak seseorang hanya karena ia adalah manusia. Hak-hak ini merupakan hakhak yang harus di hormati karena melekat pada keberadaanya sebagai manusia dari setiap umat manusia. 11 Ibid, hal 101 34 b. kedua dari hak-hak asasi manusia adalah hak-hak hukum yang baik secara nasional mapun internasional.12 Untuk menjabarkan hak-hak anak secara transparan yang memenuhi standar hukum, alangkah baiknya dipahami terlebih dahulu pengertian tentang hak. Seorang manusia dapat disebut mempunyai hak atau memiliki hak, lantaran ditimbulkan dari adanya manusia sebagai makluk sosial atau disebut aristoteles pada tahun 384 -322 SM dengan sebutan Zoon politicion. Eksistensi sebagai makluk sosial, menghendaki adanya atau jalinan hubungan membutuhkan dengan sesama. Hidup berdampingan saling satu sama lain. Atau lebih dikenal dengan hidup bermasyarakat yang pada hakekatnyasemata-mata untuk kepentingan manusia itu sendiri. Manusia diharuskan untuk menunjukan sesuatu yang menjadi jati diri self of dignity (kemuliaan), self of image (percaya diri), dan self esteem (harga diri) terhadap lingkungan sosial. Kepribadian yang utuh atau jati diri sesorang lahir sebagai wujud kepemilikan terhadap sesuatu nilai yang mendasar di dalam dirinya (human rights). Nilai ini kemudian meletakan dasar kepribadian yang membedakan terhadap sesama manusia. Pengertian human right, menurut Dicey menyebutkan human right meliputi:13 12 13 a. The right to personal freedom b. The right to freedom of discussion c. The right to public meeting. Leah Levin, Hak Asasi Manusia, kelompok kerja JK_PPK di indonesia dan KSPPM, Jakarta. 1994. hal 8 Ibid. 35 Nilai ini dikenal dalam kepemilikan yang disebut “hak” dari seseorang manusia atau subjek hukum; kemudian dikelompokan ke dalam Hak Asasi Manusia (HAM). Dengan demikian, yang dimaksud dengan hak, yaitu kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada seseorang (atau badan hukum) Karen perhubungan hukum dengan orang lain (badan hukum lain). Sebagai bahan perbandingan, dikemukakan juga definisi hak oleh beberapa pakar dan sarjana hukum terkemuka berikut ini: a. b. c. d. Benhard winscheid. Hak ialah sutau kehendak yang dilengkapi dengan kekuatan (macht) dan yang diberikan oleh tertib hukum kepada yang bersangkutan Van Apeldoorn. Hak adalah sesuatu kekuatan (macht) yang diatur oleh hukum Lemaire. Hak adalah sesuatu izin bagi yang bersangkutan untuk berbuat sesuatu Leon duguit. Hak adalah dig anti dengan fungsi sosial yangsemua manusia mempunyai hak, sebaliknya tidak semua manusia menjalani fungsi-fungsi sosial (kewajiban) tertentu. Pengertian –pengertian hak tersebut, sebagai suatu pengantar untuk memahami atau meletakan makna dari yang sebenarnya tentang hak anak. Hak anak dapat dibangun dari pengertian hak secara umum ke dalam pengertian sebagai berikut: Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,pemerintah dan Negara. Masalah perlindungan anak di indonesia tidak terlepas dari deklarasi hak-hak asasi anak yang disahkan oleh majelis umum PBB, pada tanggal 20 November 1959. Dalam mukadimah deklarasi ini, tersirat bahwa umat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik untuk anak. Dalam 36 deklarasi ini ditegaskan bahwa anak-anak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus, antara lain:14 Pertama : Anak berhak memperoleh perlindungan khusus dan harus memperoleh kesempatan yang dijamin oleh hukum dan sarana lain, agar menjadikannya mampu untuk mengembangkan diri secara fisik, kejiwaan, dan moral spiritual dan kemasyarakatan dalam situasi yang sehat, normal sesuai dengan kebebasan dan dan harkatnya. Penuangan tujuan itu ke dalam hukum, kepentingan terbaik atas diri anak harus merupakan pertimbangan utama Kedua: dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima perlindungan dan pertolongan Ketiga: anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi sosial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat penuh pengertian, toleransi dan persahabatan antarbangsa, perdamaian serta persaudaraan semesta dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan bakatnya harus diabdikan kepada sesama manusia . Dari perincian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seorang anak wajib dilindungi dari tindakan kebijaksanaan siapapun juga (baik individu atau kelompok, organisasi swasta maupun pemerintah, baik secara langsung atau tidak langsung. Menurut pandangan Arif gosita,15 Perlindungan anak adalah suatu usaha melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Sedangkan menurut bismar siregar mengatakan bahwa aspek hukum perlindungan anak, lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum (yuridis) anak belum dibebani kewajiban. 14 15 Lihat Barda N. arief. “Masalah perlindungan hukum bagi anak”. Makalah. seminr nasional peradilan anak Fakultas Hukum universitas Padjadjaran. Bandung . 1996. hlm.3. Lihat konvensi, media advokasi dan penegakan hak –hak anak.:lembaga advokasi anak indonesia (LLAI). Medan . 1998 .hlm. 3 37 Perlindungan HAM anak dengan demikian dapat disimpulkan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat, hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam undang-undang dasar 1945 dan konvensia perserikatan bangsabangsa tentang hak –hak anak . dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta hak atas perlindungan dari tindakan kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. 2. Instrumen Hukum Perlindungan Anak.16 Instrumen hukum yang mengatur perlindungan hak –hak anak terdapat dalam konvensi PBB tentang Hak-hak anak (convention on the rights of the child) tahun 1989, telah diratifikasi oleh lebih 191 negara, termasuk indonesia sebagai anggota PBB melalui Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990. Dengan demikian, konvensi PBB tersebut telah menjadi hukum indonesia dan mengikat seluruh warga Negara indonesia. Pada tahun 1999, indonesia mengeluarkan undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia yang di dalamnya juga mengatur 16 Saraswati Rika, op.cit, hal 15 38 tentang hak asasi anak melalui beberapa Pasal. Kemudian, tiga tahun sesudahnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak (UUPA). UUPA ini dimaksudkan sebagai undang-undang paying (umbrella’s law) yang secara sui generis mengatur hak-hak anak. Namun, didalam konsiderens hukumnya justru tidak mencantumkan konvensi hak anak sebagai referensi yuridis. Sumber kesalahannya terletak pada landasan hukum ratifikasi KHA yang menggunakan instrumen hukum keputusan presiden yang secara hierarki lebih rendah derajatnya daripada undang-undang. Meskipun demikian, substansi KHA dapat diadopsi sebagai materi undang-undang, seperti penggunaan asas dan tujuan perlindungan anak yang ada dalam UUPA. C. Pengaturan Perlindungan Hukum Terhadap Anak 1. Declaration The Right Of The Child Jo Keputusan Presiden No 36 Tahun 1990 Tentang Ratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak (Keppres No 36/1990).17 Hak anak merupakan bagian intergral dari hak asasi manusia dan konvensi hak anak (KHA) merupakan bagian integral dari instrumen internasional tentang hak asasi manusia. Konvensi hak anak merupakan instrumen yang berisi rumusan prinsip-prinsip universal dan ketentuan norma hukum mengenai hak-hak anak yang merupakan sebuah perjanjian 17 Ibid hal 16 39 internasional mengenai hak asasi manusia yang memasukan unsure-unsur hak anak sipil politik serta hak-hak ekonomi dan budaya. Perumusan naskah KHA dimulai sejak 1979 dan dalam waktu sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada 20 november 1989, naskah akhir konvensi dapat diterima dan disetujui dengan suara bulat oleh majelis umum PBB. Sesuai ketentuan Pasal 49 ayat (1), KHA diberlakukan sebagai hukum HAM internasional pada 2 september 1990. Deklarasi jenewa tahun 1924 tentang hak-hak asasi anak menyatakan perlunya perluasan pelayanan khusus bagi anak. Ini disetujui oleh majelis umum PBB pada tahun 1959 dan diakui dalam deklarasi HAM sedunia,perjanjian internasional tentang hak-hak sipil dan politik. Indonesia meratifikasi KHA melalui keputusan president nomor 36 tahun 1990 tertanggal 25 agustus 1990. Dengan ratifikasi itu, indonesia secara teknis telah dengan sukarela mengikatkan diri pada ketentuanketentuan yang terkandung dalam KHA. Sesuai dengan Pasal 49 ayat (2), konvensi hak anak dinyatakan berlaku di indonesia sejak tanggal 5 oktober 1990. Selanjutnya, Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam konvensi hak anak jo Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 adalah sebagai berikut:18 1. 18 Hak hidup (survival rights) Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. Konsekuensinya Ibid hal 21 40 2. menurut konvensi hak anak Negara harus menjamin kelangsungan hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6). Disamping itu, Negara berkewajiban untuk menjamin hak atas taraf kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau dan melakukan pelayanan kesehatan dan pengobatan , khususnya perawatan kesehatan primer (Pasal 24 ) Hak perlindungan , yaitu perlindungan anak dari diskriminasi, tindak kekerasan, dan ketelantaran bagi anak yang tdiak mempunyai keluarga dan bagi anak pengungsi. Hak perlindungan dari diskriminasi , termasuk perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh pendidikan, perawatan, dn pelatihan khusus, serta hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli dalam kehidupan masyarakat Negara. Perlindungan anak dalam keadaan krisis dan darurat a. Anak dalam situasi darurat (children in situation of emergency) Negara menjamin bahwa seorang anak sedang mengusahakan status pengungsi untuk memperoleh perlindungan yang layak dan bantuan kemanusiaan atau hak – hak asasi (Pasal 22) Negara menjamin adanya perlindungan dan perawatan bagi anak –anak yang terkena akibat dari sengketa konflik bersenjata (Pasal 38) b. Anak yang berkonflik dengan hukum (children in conflict in the law) Prosedur peradilan anak (Pasal 40) Anak –anak yang berada dalam penekanan kebebasan (Pasal 37) Reintegrasi sosial anak-anak dalam penyembuhan fisik dan psikologis anak (Pasal 39) c. Anak –anak dalam situasi eksploitasi (children in situation of exploitation ) Eksploitasi ekonomi Pekerja anak (Pasal 32) Penyalahgunaan obat bius dan narkotika (Pasal 33) Eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual (Pasal 34) Bentuk-bentuk eksploitasi lainnya (Pasal 36) Perdagangan anak, penculikan dan penyelundupan anak (Pasal 35) Anak –anak dari kelompok minoritas atau anak-anak penduduk suku terasing atau children belonging to a minority or an indigenous group (Pasal 30) 41 2. Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU NO 39 /1999) Menurut Pasal 8 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM, perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM merupakan tanggung jawab pemerintah disamping juga masyarakat. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan dan meratifikasi berbagai konvensi, seperti konvensi anak, konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan lain-lain, tetapi belum di dukung dengan komitmen bersama yang kuat untuk menerapkan instrumentinstrumen tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu mekanisme pelaksanaan hokum yang efektif untuk melindungi hak-hak warga masyarakat, terutama hak-hak kelompok rentan.19 Berkenaan dengan pemenuhan prinsip dasar hak-hak anak, bagian kesepuluh Pasal 66 UU No 39 1999 Tentang HAM merumuskan seperangkat hak sipil, politik, sosial ekonomi sebagai berikut:20 19 20 Hak untuk dilindungi orang tua , keluarga dan Negara Hak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf hidup Hak atas nama dan status warga Negara Hak anak cacat untuk perawatan, pendidikan dan pelatihan khusus Hak untuk mendapat perlindungan dai berbagai perlakuan buruk Hak untuk mendapatkan perlindungan dengan kehendak anak sendiri Hak untuk mencari, menerima dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat intelektualitasnya dan usianya serta nilai-nilai kesusialan dan kepatutan Maidin gultom, op.cit. hal 49 UU RI NO 39 TAHUN 1999 hal 10 42 Hak untuk beristirahat, bergaul dengan teman sebaya dan sesuai dengan minatnya Hak atas pelayanan kesehatandan jaminan sosial yang layak Hak untuk dilindungi dari eksploitasi seksual, perdagangan anak dan narkoba Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum Hak atas bantuan hukum, untuk membela diri dan memperoleh keadilan di pengadilan anak yang bebas dan tidak memihak. 3. Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang maha esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa dimasa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani , jasmani dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Jika mereka telah matang pertumbuhan fisik maupun mental dan sosialnya, maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu. Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik,mental, dan sosial. 21 21 Maidin Gultom, op.cit. hal 33 43 UUPA Pasal 1 ayat 1 memberikan pengertian bahwa anak adalah seorang yang belum berusia delapan belas (18) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. UUPA Pasal 1 ayat 2 memberikan pengertian bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. UUPA Pasal 1 ayat 12 memberikan pengertian bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuh oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara. Menurut UUPA Pasal 20, Negara ,pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Hal ini sesua dengan konvensi hak anak internasional. Adapun kewajiban dan tanggung jawab Negara dan pemerintah adalah sebagai berikut.:22 1. Bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak (Pasal 21) “Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, 22 Ibid. hal 35 44 status hukum anak, urutan kelahiran dan kondisi fisik dan /atau mental anak” 2. Berkewajban dan bertanggung jawab memberikan dukungan, sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 22) “Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Dukungan sarana dan prasarana tersebut misalnya: sekolah, lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, gedung kesenian, tempat rekreasi, tempat penitipan anak, dan rumah tahanan untuk anak” 3. Menjamin perlindungan pemeliharaan dan kesejahteraan anak (Pasal 23 ayat (1) “Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatkan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak”. 4. Mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak (Pasal 23 ayat (2) “ Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak” 5. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat (Pasal 24) 45 “Negara dan Pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak” 6. Pasal 26 mengatur kewajiban orang tua untuk: 1) Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak 2) Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuannya, bakat dan minatnya, dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak Menurut Pasal 25 UU no 23 tahun 2002, kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak di laksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Sedangkan menurut Pasal 72 masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak. Peran masyarakat tersebut dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha dan media massa. Peran masyarakat tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada prinsipnya penyelenggaraan perlindungan anak harus mampu menjamin terwujudnya penyelenggaraan hak-hak anak terhadap: Agama (42) Kesehatan(44) Pendidikan(48) 46 Sosial (55) Perlindungan khusus (59) Undang –undang No 23 Tahun 2002 Pasal 60 menyatakan bahwa anak dalam situasi darurat terdiri atas anak yang menjadi pengungsi, anak korban kerusuhan , anak korban bencana alam, dan anak dalam situasi konflik bersenjata, mewajibkan pemerintah dan lembaga Negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak dalam situasi darurat dan anak yang dikategorikan sebagai berikut: Anak yang berhadapan dengan hukum Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi Anak tereksploitasi secara ekonomi dan seksual Anak yang diperdagangkan Anak yang manjdi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika zat adiktif lainnya Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan Anak korban kekerasan , baik fisik dan mental Anak cacat Anak korban perlakuan salah dan penelantaran Undang –undang No 23 Tahun 2002 Pasal 62 menyebutkan, Perlindungan khusus bagi anak korban kerusuhan, korban bencana, dan anak dalam situasi konflik bersenjata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf b, huruf c, dan huruf d, dilaksanakan melalui : 47 a. Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan. b. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial. D. Peran Pemerintah 1. Peranan Peranan menurut Soerjono Soekanto pengertian Peranan (role) adalah suatu system kaidah –kaidah yang berisikan patokan- patokan perikelakuan pada kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan mana dapat dipunyai pribadi atau kelompok – kelompok pribadi yang mempunyai peranan tadi dinamakan pemegang peranan tadi, dapat sesuai dengan mungkin berlawanan dengan apa yang di tentukan di dalam kaidah – kaidah. Menurut Soejono Soekanto, menyatakan bahwa syarat-syarat peranan mencakup 3 ( tiga ) hal yaitu : a. Peranan meliputi norma – norma yang di hubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan – peraturan yang menjadi pedoman / membimbing seseorang untuk melakukan suatu aktifitas dalam kehidupan masyarakat; b. Peran dalam konsep, perihal yang dapat dilakukan ole seorang dalam masyarakatnya. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian kegiatan 48 yang dianggap paling tepat atau ideal yang dilakukan seseorang dalam kedudukan di masyarakat dalam menjalani tugasnya, c. Peranan yang kenyataanya dapat dilakukan seseorang dalam aktifitasnya yang berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat, peranan dalam arti ini adalah peranan konkrit yang dilakukan seseorang karena situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya, sehingga wujud nyata dari peran tersebut adalah berupa kebijakan – kebijakan yang belum tentu sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak perlu sebagai suatu aktifitas yang seharusnya (yang ideal), melainkan aktifitas yang lahir karena keadaan yang nyata yang mempengaruhinya. Secara sosilogis seseorang atau lembaga dalam masyarakat mempunyai kedudukan dan peranan. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah yang isinya adalah hak – hak dan kewajiban – kewajiban tadi sebagai peranan, oleh karena itu seseorang atau lembaga yang mempunyai kedudukan tertentu dinamakan pemegang peranan. Suatu peranan tertentu dapat dijabarkan kedalam unsure – unsure sebagai berikut : a. Peranan yang ideal ( idela role ) b. Peranan yang seharusnya ( expected role ) c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri ( perceived role ) d. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role ) Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang – kadang juga dinamakan “role performance” atau “role playing” kiranya dapat dipahami, bahwa 49 peranan yang ideal dan yang datang dari pihak lain, sedangkan peranan yang dianggap oleh diri sendiri serta peranan yang sebenarnya dilakukan berasal dari diri pribadi. Sudah tentu didalam kenyataanya, perananperanan tadi berfungsi apabila seseorang berhubugan dengan pihak lain disebut ( role setor) atau dengan beberapa pihak lain ( interaction role sector ). Dengan kata lain, fungsionalisasi dari peranan tersebut terjadi apabila ada pihak – pihak yang berhubungan satu dengan lainnya. Analisis fungsional memerlukan mekanisme yang konkret dan rinci, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk melihat berfungsinya suatu peranan diperlukan adanya suatu proses yang menggambarkan mekanisme yang konkret dan rinci dari hubungan yang ditimbulkan dari berfungsinya peranan itu sendiri. Soerjono soekanto, menyatakan bahwa untuk menyatakan suatu peranan tertentu dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Peranan normative, (peranan yang sesuai dengan undang – undang) b. Peranan actual, ( peranan yang nyata / kenyataan dilapangan) c. Peranan ideal, ( peranan yang dicita- citakan ) 50 2. Pemerintah Daerah Pengertian pemerintah dan pemerintahan daerah menurut mariun adalah: Istilah pemerintahan menunjukan pada bidangnya atau lapangan , fungsi , dan bidang tugas penting Istilah pemerintah menunjukan pada badan atau organisasi atau alat perlengkapan yang menjelaskan fungsi itu.23 Selanjutnya beliau menjelaskan tentang pengertian pemerintah dalam arti luas dan sempit. Pemerintah dalam arti luas adalah segala sesuatu tugas atau kewenangan atau kekuasaan Negara yang mencakup meliputi bidang legislative, eksekutif dan yudikatif Pemerintah dalam arti sempit adalah diartikan sebagai tugas atau kewenangan atau kekuasaan dalam bidang eksekutif saja. Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pokok- pokok pemerintahan daerah, ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkap daerah otonom lain sebagai badan eksekutif daerah. Sesuai dengan pembagian wilayah Negara kesatuan republik indonesia dalam daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang bersifat otonom, maka mempunyai kewenangan dan keleluasan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. 23 Mariun, Azas-azas ilmu pemerintahan ,BPA fakultas sospol UGM. Yogjakarta.1979. Hal 5 51 Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten dan daerah kota yang berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. E. Perda Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan, Pelayanan, Dan Pemulihan Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan.24 Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan, pelayanan, dan pemulihan perempuan dan anak korban konflik, pemerintah daerah kabupaten Poso mengeluarkan Perda No 6 Tahun 2008 berdasarkan tindakan kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak dapat menimbulkan korban yang berdampak pada traumatik yang berkepanjangan dan demi melindungi kepentingan perempuan dan anak, maka dipandang perlu ada kepastian hukum yang menjamin perlindungan terhadap perempuan dan anak. Dalam Pasal 1 ayat 4 anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun. Termasuk yang ada dalam kandungan. Menurut Pasal 1 ayat 7 Perda No 6 Tahun 2008 , memberikan pengertian bahwa perlindungan adalah segala upaya yang di tujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pemerintah, pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan pengadilan atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. 24 Perda No 6 Tahun 2008 Tentang P2TP2A 52 Sesuai dengan Pasal 1 ayat 10 tentang kewajiban pemerintah dalam penyelenggaraan perlindungan, pelayanan dan pemulihan perempuan dan anak korban kekerasan. Anak-anak pasca konflik mendapatkan perlindungan khusus dari instasi pemerintah serta lembaga sosial sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab Pasal 9 ayat (1) (2) yang berbunyi : a. Pemerintah daerah berkewajiban menyelenggarakan perlindungan pelayanan dan pemulihan terhadap korban kekerasan meliputi: 1) Menyediakan sarana dan prasarana layanan terpadu 2) Melibatkan lembaga swadaya masyarakat, organisas perempuan, tokoh agama, toko adat, toko masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan dan layanan terhadap korban 3) Menyediakan anggaran sesuai program dan kebutuhan 4) Menjamin terlaksananya kemudahan pelayanan kepada korban 5) Mengupayakan efektifitas dan efisiensi bagi proses pemulihan korban dan 6) Mengupayakan terciptanya kerjasama dan koordinasi dalam upaya pemulihan korban b. Pemerintah daerah berkoordinasi antar instansi dan lembaga sosial lainnya yang bertanggung jawab penuh dalam kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peraturan perundang-undangan yang berlaku 53 melaksanakan sesuai dengan Setiap korban berhak mendapatkan jaminan atas hak-haknya sebagai warga Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang meliputi : (1) Perlindungan dan perlindungan khusus dalam bentuk pendampingan dan rasa aman (2) Pelayanan dalam bentuk pelayanan medis, psiko-sosial, medical – legal pelayanan hukum dan pelayanan resosialisasi (3) Pemulihan dalam bentuk pendidikan, kesehatan dan pemulihan ekonomi. 54