1 PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PASAR MODAL

advertisement
1
PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN
DALAM PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA
Oleh: Abdul Halim Barkatullah
Dosen FH Unlam Banjarmasin
Email: [email protected]
ABSTRACT
The existence of a capital market which applies the Islamic law principles
completely is in need. This is on order to create of establichthe objective of syariah
(magasid syariah). The schdars of fiqh (Islamic jurisprudence) believe that shares can
be categorized as following the share are not prohibited in the Islamic law. Disclosure
principle is important for the development of the Islamic capital market. It is
significant for giving security and safety to investors in transactions and providing a
belief that the enterprise uses the capital for business that does not contradict with the
Islamic law. Therefore the disclosure principle for developing the Islamic capital
market is extremely required for the existence and continuance of the capital market
the implements the Islamic law in Indonesia.
ABSTRAK
Keberadaan pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah mutlak
diperlukan. Hal ini dalam rangka mewujudkan tujuan syariah atau maqashid syariah.
Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat dikatergorikan memenuhi
prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak
tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam syariah Islam. Prinsip keterbukaan (disclosure principle) dalam pasar modal syariah sangat penting dalam hal pengembangan
pasar modal syariah untuk memberikan rasa aman bagi investor dalam berteransaksi
dan memberi keyakinan bahwa perusahaan (emiten) menggunakan dana dalam usaha
yang tidak bertentangan dengan syara. Oleh karena itu prinsip keterbukaan dalam
pengembangan pasar modal syariah sangat dibutuhkan, dalam rangka eksistensi dan
kelangsungan pasar modal syariah di Indonesia.
Kata Kunci: Pasar Modal, Syariah, Prinsip Keterbukaan
A. Pendahuluan
Selama kurang lebih tiga puluh tahun terakhir, umat Islam telah mengalami
pembaharuan pemikiran dan institusional yang cukup signifikan. Hal ini terlihat
dengan lahirnya gagasan mengenai apa yang dikenal sebagai ekonomi syariah.
2
”Gerakan pembaruan kontemporer ini bertujuan mengadakan tranformasi ekonomi
umat dalam dunia Islam.” Oleh karena itu issu pokok yang ditampilkan ke permukaan
adalah masalah-masalah ekonomi dalam berbagai dimensi. (Syamsul Anwar, 2006 :
73)
Keberadaan pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah mutlak
diperlukan. Hal ini dalam rangka mewujudkan tujuan syariah atau maqashid syariah,
di mana salah satu tujuannya adalah dalam rangka menjaga harta manusia yang
merupakan amanah dari Allah Swt., dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat
kelak.
Perusahaan (emiten) yang menjual sahamnya di pasar modal, sangat
membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya. Modal sangat dibutuhkan untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan maupun untuk pengembangan usaha suatu
perusahaan. Pertanyaannya adalah darimanakah perusahaan memperoleh modal,
terutama dalam bentuk uang (fresh money), untuk memenuhi kebutuhan tersebut?
Alternatif bagi perusahaan untuk mengatasi kebutuhan akan modal antara lain dengan
mencari pihak lain untuk berpartisipasi sebagai pemilik perusahaan dengan cara
menanamkan modal. Apabila cara ini yang dilakukan, berarti perusahaan harus
menjual sebagian dari modal yang berupa kepemilikan (equity) atas perusahaan atau
biasa disebut dengan saham perusahaan kepada masyarakat luas. Kegiatan
perusahaan mencari modal melalui penjualan saham kepada masyarakat luas dikenal
dengan istilah penawaran umum. (Pasal 1 angka 15 Undang-undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal )
Setiap perusahaan yang bermaksud menawarkan efeknya di pasar modal harus
memberikan informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian,
3
atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek di bursa dan atau keputusan investor,
calon investor atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
Keterbukaan ini disebut dengan prinsip keterbukaan (disclosure principle), hal ini
sangat penting dalam pengembangan pasar modal syariah untuk memberikan rasa
aman bagi investor dalam bertransaksi dan memberi keyakinan bahwa emiten
menggunakan dana dalam usaha yang tidak bertentangan dengan syara.
B. Pembahasan
1. Urgensi Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Undang-undang
Pasar Modal) telah mewajibkan keterbukaan, di mana kewajiban keterbukaan tersebut
secara substansial menentukan pengungkapan informasi pada saat-saat yang telah
ditentukan, dan yang lebih penting undang-undang tersebut menentukan pengawasan
waktu, tempat dan bagaimana perusahaan melakukan keterbukaan. (Frank H.
Easterbrook dan Daniel R., 2008 : 680)
Pasal 1 angka 25 Undang-undang Pasar Modal menyatakan bahwa prinsip
keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik,
dan Pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada
masyarakat dalam waktu tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau
permodalan terhadap efek yang dimaksud
dan atau harga dari efek tersebut.
Sedangkan mengenai informasi material sebagaimana ditentukan Pasal 1 Undangundang Pasar Modal adaah informasi atau fakta penting yang relevan mengenai
peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa efek
dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau Pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.
4
Selanjutnya, apabila dirinci tujuan prinsip keterbukaan oleh Emiten atau
perusahaan publik kepada investor, maka rinciannya adalah pertama, untuk
menciptakan mekanisme pasar efisien. Pasar efisien sering didefinisikan sebagai
pasar di mana harga saham berpengaruh terhadap semua informasi yang tersedia
secara langsung. (John C. Coffee Jr, 2001 : 747) Menurut Johon Coffee, Jr, bahwa
pasar yang efesien tersebut berkaitan dengan sistem keterbukaan, oleh karena itu,
pada dasarnya sistem keterbukaan menyediakan informasi teknis (tecnical
information) bagi analisis saham yang profesional. (John C. Coffee Jr, 2001 : 747)
Menurut Brad M. Barber Paul A Griffin dan Baruch Lev. Bahwa dalam suatu pasar
yang efesien seluruh informasi publik disampaikan secara cepat dan penuh yang hal
itu dicerminkan pada harga saham yang ada di pasar. (Brad M. Barber. Paul A Griffin
dan Baruch Lev, 2004 : 294)
Kedua
perlindungan
terhadap
investor,
khususnya
investor
biasa
(unsophisticated investors) dari penipuan. Karena tujuan prinsip keterbukaa tersebut
dilakukan dengan cara menyamakan akses terhadap informasi di antara para pelaku
pasar. Cara penyamaan akses tersebut di antara investor akan dapat menjaga
kepercayaan investor dan dapat mencegah terjadinya penipuan. Cara penyamaan
akses terhadap informasi tersebut adalah suatu yang dibutuhkan investor. (Brad M.
Barber. Paul A Griffin dan Baruch Lev, 2004 : 294). Apabila hukum yang
mewajibkan prinsip keterbukaan ditegakkan secara fair dan mengandung unsur
creaditability serta accountability, maka kejahatan dalam bentuk misstatement atau
misrepresentation dan omission yang mengakibatkan pernyataan menyesatkan
(misleading statement) akan dapat diatasi. Sebab dengan prinsip keterbukaan itu
5
membuat kegiatan yang dilakukan manajemen sangat mudah dideteksi. (Brad M.
Barber. Paul A Griffin dan Baruch Lev, 2004 : 294)
Dengan demikian unsphisticated, yang pada umumnya kurang dapat
mengakses informasi dibadingkan dengan investor potensil yang profesional, dapat
terlindung dari eksploitasi. Karena terdapat pendapat, bahwa ”investor yang tidak
mengetahui informasi adalah termasuk sebagai investor tereksploitasi.” Dalam
perkataan lain, ”barang siapa yang mengetahui sedikit informasi akan memperoleh
suatu deal yang merugikan.” (Frank H. Easterbrook dan Daniel R., 2008 : 38) Di
pihak lain, eksploitasi akan membuat rasa ketakutan dan ketakutan eksploitasi ini
akan merusak kepercayaan. Meskipun investor tersebut terbukti mengalami kerugian
ataupun tidak dirugikan. (Frank H. Easterbrook dan Daniel R., 2008 : 38) Investor
yang tereksploitasi dari informasi ini sangat dirugikan, dibandingkan dengan investor
lain yang memiliki informasi, karena informasi tersebutlah ia berada dalam posisi
yang diuntungkan (informational advantages). Oleh karena itu, dapat dipahami
bahwa fungsi keterbukaan tersebut dapat melindungi investor dari ketakutan
eksploitasi.
Dalam mencapai tujuan prinsip keterbukaan untuk perlindungan investor
tersebut hanya dapat diharapkan terpenuhi sepanjang informasi yang disampaikan
kepada investor mengandung kelengkapan data keuangan emiten dan informasi
lainnya yang mengandung fakta materiel. Dengan penyampaian informasi yang
demikian kepada investor akan dapat menghindari investor dari bentuk-bentuk
penipuan (fraud) atau manipulasi (deceit) serta hal-hal lainnya yang berbentuk
perbuatan–perbuatan curang (fraudulent acts), seperti melalui misrepresantation atau
6
omission yang pada akhirnya mengakibatkan pernyataan menyesatkan. (Keith J.
Kanouse, 2000 : 133-134)
Tujuan keterbukaan yang kedua tersebut mendasari pengaturan ketentuan
keterbukaan supaya dilakukan secara akurat dan penuh. Dalam melakukan
keterbukaan tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh ketentuan keterbukaan
yang diatur dalam hukum pasar modal, agar tidak menimbulkan pernyataan yang
menyesatkan bagi investor, seperti informasi yang salah. Karena menurut Fround on
the Market Theory informasi yang salah, yang masuk kepasar secara cepat akan
merubah harga suatu saham. (John M. Newman Jr., Mark Herrmann dan Geoffrey J.
Ritts, 2005 : 572)
Ketiga,
membantu
menetapkan
harga
yang
akurat.
(Nichholas
I
Geogakopoulos, 2006 : 418). Sebab dengan prinsip keterbukaan akan mudah
diperoleh informasi. hal ini didasarkan pengamatan sebagaimana yang diuraikan Saul
Levmore yang menguraikan bahwa apabila informasi secara relatif mudah untuk
diperoleh para pelaku pasar modal, maka informasi tersebut akan masuk kepasar
dengan nilai kebenaran yang sangat akurat. (Saul Levmore, 2000 : 647)
Bismar Nasution berpendapat bahwa prinsip keterbukaan merupakan jiwa
pasar modal. Keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan
pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan
pertimbangan bagi investor untuk secara rasional dapat mengambil keputusan
melakukan pembelian atau penjualan saham. (Bismar Nasution, 2001 : 1)
Fungsi keterbukaan di pasar modal adalah: (Bismar Nasution, 2001 : 9-11)
Pertama, memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Makin jelas informasi
perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi semakin tinggi,
7
sebaliknya ketiadaan, kekurangan atau ketertutupan informasi dapat menimbulkan
ketidakpastian bagi investor sehingga menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam
melakukan investasi melalui pasar modal.
Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi menciptakan mekanisme pasar yang
efisien. Pasar dapat dikatakan efisien jika harga saham sepenuhnya merupakan
refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Tanpa informasi, masyarakat tidak dapat
mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan tersebut, di sisi lain jika emiten tidak
menyediakan informasi secara luas dan akurat, maka ia akan kehilangan kesempatan
menjual sahamnya. Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan
(fraud).
2. Ruang Lingkup Prinsip Keterbukaan dalam Pasar Modal
Dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Pasar Modal, menguraikan Prinsip
keterbukaan yang dilakukan setelah suatu perusahaan menjual sahamnya kepada
masyarakat akan berbeda dengan perusahaan yang tidak menjual sahamnya kepada
masyarakat. Perusahaan yang telah melakukan penjualan saham kepada masyarakat
maka disebut sebagai perusahaan publik. Terbukanya kepemilikan saham suatu
perusahaan menimbulkan beberapa perubahan yang mau tidak mau harus dilakukan
oleh pihak emiten. Perubahan tersebut biasanya tampak pada pola dan visi
manajemen perusahaan, dari tradisional menjadi modern serta professional,
perubahan gaya manajemen dari informasi menjadi formal.
Perusahaan tersebut merupakan suatu konsekuensi logis bagi emiten
sehingga emiten tidak dapat dengan semuanya sendiri mengelola perusahaan. Selain
persoalan manajemen dan visi, emiten diharuskan memberitahukan kepada pemegang
saham, investor serta kepada pihak pengawas bursa efek dalam hal ini Bapepam.
8
Emiten mempunyai beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan setelah “go
public”. Kewajiban tersebut semata-mata dalam rangka pengawasan terhadap kinerja
emiten yang dilakukan oleh Bapepam maupun para pemegang saham.
Pertanyaannya adalah, apakah yang harus dibuka (disclosed) di pasar modal?
Fakta atau informasi mengenai usaha atau efek perusahaan yang dapat berpengaruh
terhadap keputusan permodalan, terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek
tersebut. Pasal 1 angka 7 Undang-undang Pasar Modal menyatakan:
“Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga
Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak
lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.”
Kewajiban emiten yang harus disampaikan tersebut adalah:
1. Membuat laporan berkala dalam Pasal 86 Undang-Undang Pasar Modal,
yaitu:
a. Laporan keuangan tahunan, dengan ketentuan :
a) Laporan keuangan yang telah diaudit;
b) Disampaikan dengan rangkap enam;
c) Jangka waktu penyampaian, paling lambat 120 hari setelah tanggal
laporan keuangan.
b. Laporan keuangan tengah tahunan, dengan ketentuan:
1) Disampaikan rangkap enam;
2) Jangka waktu penyampaian yaitu:
a) Unaudied: 60 hari
b) Limited Revier: 90 hari
c) Audited: 120 hari
2. Laporan kejadian kepentingan dan relevan, yaitu kewajiban melaporkan setiap
kejadian penting yang dapat mempengaruhi harga saham di bursa seperti
akuisisi, pergantian direksi dan sebagainya. (Surat Keputusan Ketua Bapepam
No. Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi yang harus segera
diumumkan kepada Publik )
3. Laporan penjualan saham lebih dari 5%, yaitu pemegang saham menjual
sahamnya lebih dari 5% dari jumlah saham yang tercatat wajib melaporkan
kepada Bapepam. (Pasal 87 Undang-Undang Pasar Modal )
9
Laporan yang wajib disampaikan Emiten kepada Bapepam tersebut dapat
dipergunakan oleh umum, artinya masyarakat lain pemegang saham perusahaan
Emiten dapat juga mengikuti perkembangan kinerja Emiten maupun sebagai bahan
kajian. Selain kewajiban tersebut di atas, Emiten juga diwajibkan untuk menghindari
atau tidak melakukan praktik insider trading, manipulasi pasar atau tindakan lain
yang hanya bertujuan mendatangkan keuntungan pribadi serta merugikan masyarakat
atau pemegang saham lainnya.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-86/PM/1996 dan
Peraturan No. X.K1 memaparkan bahwa informasi atau fakta material yang
diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau keputusan pemodal, antara lain:
Pertama, penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau
pembentukan usaha patungan. Kedua, pemecahan saham atau pembagian deviden
saham. Ketiga, pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya. Keempat, perolehan
atau kehilangan kontrak penting. Kelima, produk atau penemuan baru yang berarti.
Keenam, perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen.
Ketujuh, pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang.
Kedelapan, penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
material jumlahnya. Kesembilan, pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang
material. Kesepuluh, perselisihan tenaga kerja yang relatif penting, Kesebelas,
tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau direktur dan komisaris
perusahan. Keduabelas, penjualan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain.
Ketigabelas, pergantian akuntan yang mengaudit perusahaan. Keempatbelas,
pergantian wali amanat. Kelimabelas, perubahan tahun fiskal perusahaan.
10
Keterbukaan perusahaan sangat diperlukan, sehingga masyarakat investor
mengetahui dengan pasti apa yang dikerjakan oleh direksi perusahaan dan kearah
mana perusahaan tersebut bergerak. Kewajiban membuka informasi bagi perusahaan
publik terhadap masyarakat ditujukan demi pertumbuhan pasar modal. (Noorjahan
Meulling, 2002 : 42)
Berkenaan dengan keterbukaan perusahaan tersebut, maka timbul pertanyaan
sejauh mana kebutuhan ini dimungkinkan, yaitu hal-hal apakah yang dapat
diinformasikan oleh perusahaan kepada masyarakat dan sebaliknya, hal-hal mana saja
yang diperlukan oleh masyarakat sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau
menjual saham yang dimilikinya. (Erman Radjagukguk, 1999 : 13)
Permasalahan yang timbul adalah menjaga keseimbangan antara kepentingan
perusahaan untuk menjaga rahasia perusahaan di satu pihak dan pihak lain hak-hak
pemegang saham untuk melindungi investasi mereka, sehingga hal ini merupakan
suatu dilemma. Di satu pihak hukum terus mengejar dengan memerinci sedetildetilnya tentang hal-hal apa saja yang mesti di buka oleh pihak-pihak penyandang
kewajiban disclosure. Dipihak lain hukum juga harus memproteksi kepentingankepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi tersebut. (Munir
Fuady, 2001 : 78)
Keselarasan diantara dua kepentingan yang kontradiktif tersebut, tercermin
dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa suatu keterbukaan di pasar modal
tidaklah semata-mata full tetapi juga haruslah fair, seperti yang tersimpul dalam
istilah full and fair disclosure. (Munir Fuady, 2001 : 78)
Doktrin hukum tentang kewajiban keterbukaan bagi suatu perusahaan publik,
mempunyai karakteristik yuridis sebagai berikut: (Munir Fuady, 2001 : 78)
11
1. Prinsip ketinggian derajat akurasi informasi;
2. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi;
3. Prinsip keseimbangan antara efek negatif kepada Emiten di satu pihak dan di
pihak lain efek positif kepada publik, jika dibukanya informasi tersebut.
Keterbukaan informasi ada juga yang dilarang, yaitu: (Munir Fuady, 2001 : 78)
1. Memberikan informasi yang salah sama sekali;
2. Memberikan informasi yang setengah benar;
3. Memberikan informasi yang tidak lengkap;
4. Sama sekali diam terhadap fakta atau informasi material.
Keempat model pelanggaran tersebut dilarang karena oleh hukum dianggap
dapat menimbulkan misleading bagi investor dalam memberikan judmentnya untuk
membeli suatu efek. (David L. Ratner, et.al., 2001 : 628)
Keterbukaan mengenai segala fakta materiel yang mampu mempengaruhi
putusan investor untuk membeli, menjual atau sebaliknya dalam rangka agar
masyarakat investor tahu dengan sesungguhnya atau terhindar dari segala bentuk
manipulasi atau penipuan pasar yang hanya menguntungkan bagi pihak-pihak
tertentu. (Erman Radjagukguk, 1996 : 3)
Colin H.C. Bacon menyebutkan beberapa aspek perusahaan yang perlu
diketahui
oleh para pemegang saham dan investor dalam mengambil keputusan
mereka dan merupakan ukuran-ukuran yang sangat penting bagi penampilan suatu
perusahaan. (Colin H.C. Bacon 2002 : 13-16) Aspek-aspek penting tersebut adalah:
1. Net Operating Profit (NOP) atau keuntungan bersih perusahaan. Keuntungan
tersebut dapat diperoleh oleh perusahaan dari barang-barang yang diproduksi
oleh perusahaan sendiri;
12
2. Gross Profit Margin (GPM) Keterbukaan mengenai Gross Profit Margin akan
memberikan pemahaman kepada pemegang saham mengenai keuntungan
perusahaan;
3. Perkiraan penjualan hasil aktivitas perusahaan, dari yang paling sederhana
sampai yang canggih;
4. Evaluasi terhadap risiko penting yang dihadapi oleh perusahaan. Risiko
tersebut harus diberitahukan kepada para pemegang saham maupun investor;
5. Diumumkannya secara jelas mengenai rencana penambahan modal untuk
perluasan perusahaan;
6. Kredibilitas para manajemen perusahaan publik dalam menjalankan usahanya.
Berdasarkan informasi yang jelas dan akurat tersebut, maka masyarakat
investor dapat membuat suatu penilaian secara realistis terhadap saham yang akan
dijual. (Colin H.C. Bacon 2002 : 13-16) Fakta menunjukkan bahwa harga sekuritas
ditentukan oleh informasi yang tersedia. Apabila informasi mengenai perusahaan
tertentu adalah positif, misalnya perusahaan tersebut memperoleh laba yang luar
biasa, maka harga sahamnya akan naik, demikian sebaliknya jika informasi negatif
yang terjadi. Seseorang yang memiliki informasi eksklusif tersebut berada di posisi
yang diuntungkan (informational advantages). Apabila orang yang memiliki
informasi tersebut melakukan transaksi sekuritas berdasarkan informasi tersebut
maka akan terjadi ketidakadilan di pasar modal.
3. Pentingnya Penerapan Prinsip Keterbukaan Pada Pasar Modal Syariah
Pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal syariah hampir sama dengan
13
pasar modal konvensional, yang dapat dikategorikan dalam tiga fase: Pertama,
sebelum pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif (pra listing). Kedua, pada
perdagangan saham di pasar perdana. Ketiga, pada perdagangan saham di pasar
sekunder.
Pernyataan pendaftaran (registration statement yang wajib diserahkan kepada
badan Pengawas Pasar Modal terdiri dari prospektus awal (preliminary prospectus)
dan dokumen-dokumen pendukung. Prospektus adalah penawaran tertulis resmi
untuk menjual sekuritas yang mencantumkan rencana dari suatu usaha bisnis yang
diusulkan, atau fakta-fakta yang menyangkut usaha yang sudah ada dan perlu
diketahui oleh seorang investor agar dapat membuka keputusan dengan pengetahuan
yang cukup. Prospektus diterbitkan pula untuk dana bersama yang menjelaskan
sejarah, latar belakang para manajer, tujuan penggunaan dana, laporan keuangan, dan
data penting lainnya. Prospektus berisikan informasi keuangan dan penjelasan sejarah
bisnis perusahaan, operasi, perkara hukum (apabila ada), dan rencana perusahaan,
termasuk penggunaan hasil penjualan dari emisi saham. (Bismar Nasution, 2001 :
104)
Penjelasan Pasal 78 ayat (3) Undang-undang Pasar Modal menyebutkan
bahwa suatu prospektus sekurang-kurangnya memuat: Pertama, uraian tentang
penawaran umum. Kedua, tujuan dan penggunaan dana penawaran umum. Ketiga,
analisis dan pembahasan mengenai kegiatan dan keuangan. Keempat, risiko usaha.
Kelima, data keuangan. Keenam, keterangan dari segi hukum. Ketujuh, informasi
mengenai pemesanan pembelian efek. Ketujuh, keterangan tentang Anggaran Dasar.
Pelaksanaan prinsip keterbukaan pada perdagangan saham di pasar perdana
dalam penyampaian informasi saham melalui prospektus. (Bismar Nasution, 2001 :
14
153) Suatu yang dibuat harus memperhatikan ketentuan dalam Pasal 81 ayat (1)
Undang-undang Modal, yaitu harus memuat keterangan benar tentang fakta materiel.
Fungsi prospektus sangat vital bagi setiap investor di pasar modal syariah karena
prospektus memberikan pengetahuan cukup dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat untuk membeli suatu saham, maka bentuk atau isi dan
saat penyampaian prospektus kepada calon investor memerlukan pengetahuan yang
cukup sehingga dapat bermanfaat sebagai salah satu cara untuk melindungi penjualan
yang curang (fraudulent sales). (Bismar Nasution, 2001 : 153)
Di Amerika Serikat, selain fakta materiil yang wajib disampaikan juga untuk
menyampaikan informasi perusahaan yang berkenaan dengan manajemen, termasuk
mengenai proyek internalnya (internal projection). Adapun ukuran dari tanggung
jawab suatu “forward looking statement” diletakkan pada pernyataan yang dibuat
berdasarkan iktikad baik dan mempunyai suatu dasar yang layak. Pernyataan ini
harus memperhatikan hal sebagai berikut. Pertama, pernyataan yang berisi proyeksi
keuntungan, pendapatan perusahaan, biaya modal, deviden, struktur permodalan dan
hak-hak keuangan lainnya. Kedua, pernyataan tentang rencana manajemen dan tujuan
operasi di masa depan. Ketiga, pernyataan tentang kinerja masa depan yang berisi
pembahasan manajemen dan analisis keuangan serta hasil-hasil operasi. Keempat
yang harus dinyatakan adalah pernyataan keterbukaan tentang asumsi-asumsi yang
berdasarkan dan berhubungan dengan pernyataan-pernyataan pertama, kedua dan
ketiga. (Bismar Nasution, 2001 : 157)
Linsting, merupakan tahap akhir dari rangkaian proses go-public. Setelah
listing, emiten masuk ke pasar sekunder dan harga saham yang diperdagangkan
ditentukan oleh mekanisme pasar. Pada pasar sekunder prinsip keterbukaan
15
dilaksanakan melalui penyampaian laporan keuangan secara berkala, laporan
mengenai fakta materiil yang baru, larangan insider trading, dan larangan manipulasi
pasar.
Laporan keuangan secara berkala, dilakukan kepada Bapepam dan
mengumumkannya kepada investor, sebagaimana diatur daiam Pasal 28 ayat (1) butir
a Undang-undang Pasar Modal. Berdasarkan laporan-laporan tersebut dapat disusun
evaluasi cash flows yang akan datang dan selanjutnya membuat estimasi nilai saham.
Keterlambatan atas penyampaian laporan keuangan berkala merupakan pelanggaran
prinsip keterbukaan.
Pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi administratif berupa denda
sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan
penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) berdasarkan Pasal 63 butir e Peraturan
Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar
Modal.
Keterbukaan mengenai adanya Fakta Materiil Baru, suatu fakta materiil baru
harus segera dilaporkan paling lambat 2 (dua) hari kerja, untuk segera diumumkan
kepada publik. Fakta materiil yang harus disampaikan kepada publik apabila fakta
materiil tersebut dapat mempengaruhi harga saham, seperti kebakaran, pemogokan,
perusahaan ditutup, tender offer, merger atau peleburan dan akuisi.
Insider trading bertentangan dengan prinsip keterbukaan, karena yang
bersangkutan memberi atau menjual saham berdasarkan informasi dari “orang dalam”
yang fidak publik sifatnya. Tindakan tersebut merugikan pihak lain yang tidak
menerima informasi yang sama pada waktu yang sama, sehingga ia tidak dapat
16
mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham yang dipegangnya.
Manipulasi Pasar, adalah praktik yang ditujukan pada distorsi terhadap
kekuatan bebas atas persediaan dan permintaan. Pada umumnya, setiap manipulasi
menggunakan restriksi artifisial pada “f1oacting supply of stock,” yang diikuti oleh
beberapa faktor untuk merangsang publik pada permintaan saham dalam bentuk
artifisial atau penciptaan penampilan palsu atas kegiatan perdagangan yang
sebenarnya.
Oleh karena itu, untuk menghindari praktik yang bersifat spekulatif, penipuan,
dan riba pasar modal syaria harus menganut prinsip keterbukaan. Menurut
Pontjowinoto perinsip keterbukaan dalam pasar modal syariah pada pasar perdana
diatur ketentuan: (Iwan Pontjowinoto, 2003 : 43)
1. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil;
2. Tidak boleh menerbitkan efek hutang untuk membayar kembali hutang (bay
al-dayn bi al-dayn);
3. Dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan;
4. Hasil inventasi akan diterima pemodal (shahibul maal) yang merupakan
fungsi dari manfaat yang diterima perusahaan dari dana atau hasil penjualan
efek;
5. Tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi
waktu.
6. Memberikan informasi materiil secara terbuka terhadap kondisi dan kegiatan
emiten.
Sedangkan untuk pasar sekunder pada pasar modal syariah diatur: (Iwan
Pontjowinoto, 2003 : 43)
1. Tidak boleh membeli efek berdasarkan tren (indeks);
2. Suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari
efek tersebut (baik kupon/dividen) tidak boleh diperjualbelikan;
3. Tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek
transaksi sebagai jaminan;
4. Tidak boleh melakukan insider trading, dan manipulasi pasar.
17
Prinsip keterbukaan pada pasar perdana dan pasar sekunder sejalan dengan
prinsip syariah dan menjadi jantung yang menentukan apakah transaksi saham itu
telah dilakukan secara syariah atau tidak. Dalam pasar modal syariah diatur (1)
Larangan terhadap setiap transaksi yang mengandung unsur ketidakjelasan; (2)
Instumen atau efek yang diperjualbelikan harus memenuhi kreteria halal, yang
tentunya juga melarang insider trading, dan manipulasi pasar.
Perinsip keterbukaan mutlak dilakukan dalam pasar modal syariah untuk
memberikan rasa aman, halal, dan ketenangan bagi invenstor yang menanamkan
modalnya di pasar modal syariah di Indonesia.
C. Penutup
Setiap perusahaan yang bermaksud menawarkan efeknya di pasar modal harus
memberikan informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian,
atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek di bursa dan atau keputusan investor,
calon investor atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
Prinsip keterbukaan sangat penting dalam pasar modal syariah untuk memberikan
rasa aman bagi investor dalam bertransaksi dan memberi keyakinan bahwa emiten
menggunakan dana dalam usaha yang tidak bertentangan dengan syara.
Prinsip keterbukaan pada pasar modal syariah dalam praktiknya mengatur,
pertama, larangan terhadap setiap transaksi yang mengandung unsur ketidakjelasan;
Kedua, instumen atau efek yang diperjualbelikan harus memenuhi kreteria halal, yang
tentunya juga melarang insider trading, dan manipulasi pasar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Anwar. 2006. Studi Hukum Islam Kontemporer. Yogyakarta: Cakrawala.
Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fischel 2008. The Economic Stucture of
CorporateLaw. Cambridge, Massachusetts, London: Harvard University Press.
John C. Coffee Jr. 2001. “Market Failure and the Economic Case for A Mandatory
Disclosure System”. Virginia Law Review. Vol. 70.
Brad M. Barber. Paul A Griffin dan Baruch Lev. 2004. “The Fraud-on-the-Market
Theory and Indicators of Common Stock` Efficiency,” The Journal of Corporation
Law. Winter.
Keith J. Kanouse. 2000. “The Rise and Fall of the Private Cause of Action for
Violation of Margin Requirements“. Banking Law Journal.
John M. Newman Jr., Mark Herrmann dan Geoffrey J. Ritts. 2005. “Basic Truth. The
Implications of the Fraud-on-the-Market Theory for Evaluating the ‘Misleading and
Materielity’ Elements of Securrities Fraud Claims.” The Journal of Corporation Law.
Summer, 2005.
Nichholas I Geogakopoulos. 2006. “Why Should Disclosure Rules Subzidise
Informed Traders.” International Review Law and Economic. vol. 16.
Saul Levmore. 2000. “Efficient Markets and Puzzling Intermediaries.” Virginia Law
Review. Vol. 70.
Bismar Nasution. 2001. Keterbukaan dalam PasarModal. Jakarta: Fakultas Hukum
Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Noorjahan Meulling. 2002. “Disclosure Obligation”. dalam Pusat Pengkajian
Hukum, Kebutuhan akan Penataan Pasar Modal di Indonesia Melalui Perangkat
Hukum. Jakarta: Yayasan Pusat Pengakajian Hukum.
Erman Radjagukguk. 1999. “Mekanisme Pasar Modal dan Persoalan-persoalan
Hukum yang Timbul.“ Makalah Seminar Masalah-masalah Hukum di Pasar Modal
Indonesia. Yogyakarta: Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UII.
Munir Fuady. 2001. Pasar Modal Modrn (Tinjauan Hukum) Buku Kesatu. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
David L. Ratner, et.al. 2001. Securities Regulation:Cases and Material. Minn: West
Publishing Co, St. Paul.
Erman Radjagukguk, 1996. “Kemungkinan-kemungkinan Tindak Pidana dan
Kegiatan Pasar Modal.” Makalah Seminar Potensi-potensi Kejahatan di Bursa Efek.
Yogyakarta: Senat Mahasiswa Fakultas UGM, Yogyakarta.
Colin H.C. Bacon. 2002. “Information for Shareholders”. dalam Investment Analysis
in Singapore. Singapore : Singapore University Press.
Iwan Pontjowinoto. 2003. Prinsip Syariah di Pasar Modal. Jakarta: Modal, 2003.
19
DR. ABDUL HALIM BARKATULLAH
Dosen Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, lulus S1 Fakultas Syariah
IAIN Antasari Banjarmasin Tahun 2000, dan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan
Adam Banjarmasin Tahun 2001. Lulus S2 Magister Hukum Bisnis Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Tahun 2003. Lulus S3 Pada Program Doktor
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tahun 2006..
Download