KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL Alfiana Indah Muslimah ABSTRACT Marriage in Indonesia is the only legally recognized relationship between a man and a woman to express their sexual needs, economic, childcare, and to divide the roles between the couple. The importance of marriage makes people crave for a satisfying marriage. Marital satisfaction is determined by the extent to which the couple can feel the satisfaction of marriage, with matching each other’s physical, economic, emotional, and psychological needs. Marital satisfactionn itself can be defined as a feeling of pleasure in a marriage in those husband and wife relationship. A satisfying marriage is also characterized by intimacy, commitment, friendship, affection, sexual gratification, economic security, and opportunity for emotional growth. Marital satisfaction plays an important role in the sustainability of the marriage itself. Marital satisfaction makes the marriage last longer and reduce the possibility of the broke of the marriage (divorce). One of the factor that affect marital satisfaction is interpersonal communication. The design of the study is correlational study. Sampling method using purposive sampling (samples intended) with 32 samples. Data collection techniques uses a scale of interpersonal communication and marital satisfaction scale. The product moment correlation analysis using SPSS for Windows 16.0 (Statistics for Social Science). The result shows that correlation coefficient is 0.972. The results of statistical tests show that the probability of 0.00 (p <0.05), which means that there is a strong relationship between interpersonal communication anxiety and marital satisfaction. Keyword : marital satisfaction, interpersonal communication, couple PENDAHULUAN Pernikahan di Indonesia merupakan satu-satunya hubungan legal yang diakui antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk mengekspresikan kebutuhan seksual, ekonomi, pengasuhan anak, dan membagi peran diantara pasangan. Indonesia yang masih kental menganut budaya tradisi filsafat Timur, pemuasan spiritual dan bertahannya hidup spesies dianggap penting diatur dalam pernikahan sehingga menambah penting arti ideal penyatuan antara sepasang laki-laki dan perempuan (Gardiner & Kosmitzky dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009 ). Pentingnya pernikahan membuat individu mendambakan pernikahan yang memuaskan. Kepuasan dalam pernikahan ditentukan oleh sejauh mana pasangan suami istri dapat merasakan kepuasan pernikahan dengan saling memenuhi kebutuhan fisik, ekonomi, emosional, dan psikologis ( Lavner dkk, 2013). Kepuasan pernikahan adalah sesuatu yang dicari dan diharapkan oleh setiap pasangan yang menikah. Kepuasan pernikahan sendiri dapat diartikan sebagai suatu perasaan akan kesenangan dalam suatu pernikahan dalam hubungan suami dan istri (Nawaz, 2014). Perasaan senang ini muncul berdasarkan evaluasi subjektif terhadap kualitas pernikahan secara keseluruhan. yang berupa terpenuhinya kebutuhan, harapan dan keinginan suami isteri dalam pernikaha (Azeez, 2013). Pernikahan yang memuaskan juga ditandai dengan keintiman, komitmen, persahabatan, afeksi, pemuasan seksual, keamanan ekonomi, dan kesempatan untuk pertumbuhan emosional (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Kepuasan dalam pernikahan memegang peranan penting dalam keberlangsungan pernikahan itu sendiri. Levenson dkk (1993) mengungkapkan bahwa kepuasan dalam pernikahan membuat pernikahan itu bertahan lama dan mengurangi kemungkinan berakhirnya ikatan pernikahan (perceraian). Individu yang puas dalam pernikahannya cenderung akan merasa lebih bahagia dan memiliki kualitas kehidupan yang baik Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal (Levenson, 1993). Berdasarkan hal ini maka para ahli berusaha untuk merumuskan berbagai macam faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam pernikahan. Dahuji dkk(2014) meneliti bahwa komunikasi interpersonal memiliki pengaruh yang besar terhadap kepuasan dalam pernikahan pada wanita. Begitu juga Azeez (2013) yang melakukan penelitian terhadap wanita pekerja yang menemukan bahwa kepuasan pernikahan sangat dipengaruhi oleh keterampilan interpersonal dalam berkomunikasi dengan pasangan. Tentunya komunikasi interpersonal tidak hanya harus dimiliki oleh wanita saja. Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan diadik yang perlu dikembangkan oleh pasangan, keduanya perlu bersinergi untuk membangun komunikasi yang baik. Oleh karena itu dalam peneliti tertarik untuk lebih dalam mengetahui hubungan antara keterampilan komunikasi interpersonal dengan kepuasan dalam pernikahan. Azeez (2013) berpendapat bahwa kepuasan pernikahan merupakan suatu sikap yang relatif stabil dan mencerminkan evaluasi keseluruhan individu dalam suatu hubungan pernikahannya. Kepuasan pernikahan ini tergantung atas kebutuhan individu, harapan, dan keinginan dari hubungan yang dijalaninya. Sebenarnya, konsep ini hampir sama dengan definisi kebahagiaan pernikahan karena hanya individu yang menjalaninya yang mampu mengatakan bagaimana kebahagiaan atau kepuasan mereka. Larson & Holman (Nawaz, 2014) menyatakan bahwa ada tiga faktor dalam kepuasan pernikahan berdasarkan perspektif ekologis, yaitu (a) latar belakang atau faktor kontekstual (yaitu., variabel keluarga asal, faktor sosiokultural, dan kondisi saat ini), (b) Sifat dan perilaku individu, dan (c) proses interaks pasangan. Mereka menyimpulkan bahwa prediktor yang paling kuat dari ketidakstabilan pernikahan adalah umur yang masih muda ketika menikah. Ras bukanlah suatu prediktor yang baik mengenai kepuasan pernikahan dan peran gender masih belum bisa dipahami dengan jelas. Selain itu, mereka melaporkan bahwa hubungan pertemanan dan persepsi positif tentang pasangannya merupakan prediksi dari kepuasan pernikahan, sedangkan Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014 efek tekanan pengasuhan sampai intimidasi atau keterlibatan yang berlebihan merupakan prediksi dari ketidakpuasan pernikahan. Faktor demografik yang turut mempengaruhi kepuasan pernikahan terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, usia menikah, lamanya perkenalan sebelum menikah, agama, kelahiran, status menikah, ras, status pekerjaan, status pernikahan orangtua, populasi anak, dan tempat tinggal sekarang (Nawaz, 2014). Sedangkan Azeez (2013) menjelaskan tentang pentingnya kesesuaian peran, komitmen terhadap agama, karakteristik kepribadian, cinta kasih, saling menghormati, dan kepercayaan antar pasangan. Azeez (2013) berpendapat bahwa ada 6 kategori perilaku yang dapat menunjukkan kepuasan pernikahan atau kegagalan, yaitu: a. Expression of Affection. Kasih sayang dalam suatu hubungan antara suami isteri diekspresikan melalui kata – kata dan tindakan. Pada tahap awal pernikahan, biasanya masing-masing pasangan saling memberi perhatian lebih dan bertindak dengan penuh pertimbangan. Hal ini adalah daya tarik utama bagi suatu hubungan. Akan tetapi, ketika kasih sayang dalam suatu hubungan yang baru terlihat sangat mudah, cara yang nyata adalah dikembangkan dan di dukung oleh tingkatan kasih sayang yang sebenarnya dari waktu ke waktu. b. Communication. Sepanjang waktu dalam hubungan pernikahan, komunikasi menjadi sebuah persoalan mengenai kemampuan saling mendengarkan pemikiran, gagasan, perasaan, dan pendapat orang lain. Dalam komunikasi yang terjadi melibatkan kepercayaan, keinginan untuk mempercayai, dan kemampuan untuk mengungkapkan diri tanpa takut. c. Consensus. Persetujuan bersama tentang perbedaan gaya hidup sangat diperlukan bagi pasangan yang ingin mencapai kepuasan dalam pernikahannya. Masing-masing pasangan seharusnya membangun pemahaman diantara mereka mengenai permasalahan-permasalahan seperti uang, rekreasi, lingkungan rumah, pengasuhan, 15 Alfiana Indah Muslimah dan hubungan dengan orang lain dalam hidup mereka. Pada level tertentu penting bagi pasangan memiliki kesediaan untuk berkompromi agar hubungannya dapat berfungsi dengan baik. d. Sexuality and Intimacy. Seksualitas dan keintiman merupakan komponen utama dalam pernikahan. Seksualitas dan keintiman dapat menenteramkan hati pasangan bahwa mereka adalah yang dicintai, dihargai, dan menarik. Sepanjang waktu pernikahan, dua hal ini menciptakan ikatan pribadi yang mendalam atau menjadikan penolakan pribadi. Sebagai tambahan, seksualitas dan keintiman menyediakan keamanan hubungan dengan memuaskan kebutuhan dasar manusia . e. Conflict Management. Yang paling bijaksana ketika terjadi perbedaan pendapat antar pasangan adalah mempertimbangkan bagaimana konflik tersebut ditangani dalam perkawinan. Hubungan yang sehat memberikan kesempatan pasangannya untuk tumbuh dengan potensi mereka seutuhnya dan perkawinan dapat menyediakan pondasi untuk pemenuhan bersama. f. Distribution of Roles. Kepuasan perkawinan juga berhubungan dengan kepuasan pasangan dengan peran yang dimainkan dalam perkawinan tersebut. Masalahnya adalah peran tersebut berubah dari waktu dan kadang – kadang perubahan peran itu\ kurang diinginkan dalam kaitannya dengan keadaan yang di luar kendali seperti keuangan, jadwal kerja, anak – anak, dan kebutuhan anggota keluarga lainnya. Cara untuk memelihara kebahagiaan dalam suatu hubungan yang unik ini adalah belajar untuk bekerja dengan baik secara bersama-sama, saling mendukung, dan fleksibel. Ketika perubahan didukung, perkawinan menjadi solid dan penuh kasih. Tidak asing bagi kita membaca atau mendengar istilah komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Istilah ini nampak sederhana. Pemahaman masyarakat luas mengenai komunikasi, justeru mengesankan pengertian komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal 16 merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain/pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini, komunikasi dikaitkan dengan pertukaran informasi yang bermakna dan harus membawa hasil di antara orang-orang yang berkomunikasi. Komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan dan hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan komunikasi interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin kerjasama untuk bisa bertahan hidup. Komunikasi interpersonal adalah “pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik langsung. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang secara langsung dengan umpan balik yang segera direspon balik. Menurut Rakhmat (2000) komunikasi interpersonal dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Dahuji dkk (2014) mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu Keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan. Komunikasi interpersonal melibatkan pesan verbal dan non-verbal serta kombinasi dari keduanya. Biasanya pula perilaku keduanya itu saling memperkuat atau saling mendukung, meskipun tidak jarang terjadi adanya suatu pesan yang kontradiktif. Untuk itu Dahuji (2014) mengemukakan beberapa aksioma yang perlu diperhatikan dalam komunikasi interpersonal, yaitu: 1. Komunikasi interpersonal melibatkan proses penyesuaian. Pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal sesungguhnya menggunakan sistem isyarat/simbol yang menuntut penyesuaian. Hal demikian terlihat jelas manakala orang-orang yang berkomunikasi itu menggunakan bahasa yang berbeda, maka penyesuaian atas penggunaan isyarat atau simbol yang sama (yang dapat dimengerti) akan menguat. Seni berkomunikasi sesungguhnya mengidentifikasi dan Jurnal Soul, Vol. 7, No.2, September 2014 Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal 2. 3. 4. 5. 6. mengenali isyarat atau simbol-simbol yang digunakan orang lain. Komunikasi interpersonal memiliki dimensi isi dan hubungan. Setiap komunikasi interpersonal selalu merujuk pada apa yang dikomunikasikan dan bagaimana hubungan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi interpersonal mendorong terjadinya kesamaan (simetri) atau perbedaan (komplementer) pola-pola perilaku dan hubungan diantara pihakpihak yang berkomunikasi menjadi dasar untuk menggambarkan kesamaan atau perbedaan itu. Pola hubungan simentris menunjukkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal bercermin pada perilaku lainnya. Pola ini akan lebih jelas terlihat dalam suatu bentuk persaingan atau perebutan pengaruh. Pola hubungan komplementer memperlihatkan bahwa di antara pihak yang berkomunikasi terjadi perbedaan. Perbedaan ini hendaknya dipandang sebagai kondisi yang mendorong produktivitas untuk saling melengkapi atau menguatkan perilaku yang lainnya. Komunikasi interpersonal merupakan serangkaian peristiwa yang kontinyu tetapi juga terdapat segmentasi interaksi atau jeda-jeda komunikasi sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau tanggapan. Jeda atau potongan komunikasi ini amat tergantung pada perspektif yang dimiliki pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi interpersonal merupakan proses transaksional. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang dinamis, melibatkan komponenkomponennya yang saling tergantung dan setiap pihak yang berkomunikasi bertindak sebagai satu kesatuan yang utuh (melibatkan seluruh aspek kepribadiannya). Komunikasi interpersonal seringkali terjadi secara tidak terhindarkan. Komunikasi interpersonal tidak hanya berlangsung dalam kesengajaan, bertujuan dan dengan dorongan yang benar-benar disadari. Seringkali komunikasi itu terjadi dalam kondisi yang tidak terhindarkan, tanpa kesengajaan, tanpa tujuan, dan kurang Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014 disadari. Kita tidak bisa tidak, (harus) bereaksi. 7. Sekali terjadi peristiwa komunikasi interpersonal, maka terjadilah dan tidak bisa diulangi (irreversible). Sekali Anda mengkomunikasikan sesuatu, maka Anda tidak bisa mengkomunikasikannya kembali. Sekalipun Anda dapat mengusahakan dampak dari pesan yang telah terlanjur disampaikan, pesan itu sendiri tidak bisa dikembalikan: nasi telah menjadi bubur. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa kita penting untuk berhati-hati dalam berkomunikasi atau dalam mengucapkan sesuatu sebab bisa terjerembab ke dalam suatu konflik. Rahmat (2000) dalam bukunya Psikologi Komunikasi menuliskan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal dalam kaitannya untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu: 1. Percaya (trust) Percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaianya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya. a) Ada situasi yang menimbulkan resiko, bila orang menaruh kepercayaan pada seseorang, ia akan menghadapi resiko. resiko itu dapat berupa kerugian yang anda alami. bila tidak ada resiko percaya tidak diperlukan. b) orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain c) orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya. 2. Sikap supportif Sikap supportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Komunikasi defensif dapat terjadi karena factor personal atau factor situasional. Defensif dapat mencakup sikap tidak menerima, tidak juur dan tidak empati. 3. Sikap terbuka Sikap terbuka adalah sikap untuk menerima dan memahami persoalan dalam berbagai macam sudut, mengolahnya 17 Alfiana Indah Muslimah kemudian membuat sintesa secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika. Masa dewasa awal merupakan masa yang panjang, yang dibarengi juga dengan beberapa tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan adalah membangun keluarga dalam sebuah ikatan penikahan. Tentunya dalam ikatan pernikahan individu menginginkan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Kebahagiaan ini tentunya diperoleh dengan kepuasan dalam menjalani pernikahan. Kepuasan dalam pernikahan menjadi penting artinya dan senantiasa diupayakan oleh pasangan suami istri. Berbagai macam aspek kepuasan pernikahan yang meliputi kepuasan fisik dan emosional dapat didukung besar oleh komunikasi yang efektif pada pasangan. Komunikasi efektif dapat terjadi ketika pasangan memiliki keterampilan interpersonal yang baik. Keterampilan interpersonal yang baik akan menumbuhkan empati, sikap peduli dan suasana yang menyenangkan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. METODE Hipotesis 1. Keterampilan komunikasi interpersonal memiliki hubungan dengan kepuasan pernikahan. 2. Keterampilan komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan pernikahan. Subjek Subjek penelitian ini adalah individu yang masih terikat dalam pernikahan yang berdomisili di Jakarta, Depok dan Bekasi . Subjek berjumlah 32 orang dengan rentang usia 25 tahun sampai 51 tahun. Pengambilan data dilakukan kepada subjek yang berdomisili di wilayah Jakarta, Bekasi dan Depok. Subjek berjumlah 32 orang. karakteristik subjek lebih lanjut akan di jabarkan sebagai berikut. Subjek penelitan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 15 orang, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang. Jumlah ini relatif tidak timpang dan dari segi jenis 18 kelamin subjek penelitian dapat dikatakan seimbang. Subjek penelitian berusia antara 25 sampai 51 tahun. Subjek yang berusia 25 tahun berjumlah 2 orang. subjek yang berusia 26 tahun sampai 30 tahun berjumlah 3 orang. Subjek yang berusia 31 tahun samapai 35 tahun berjumlah 10 orang. Subjek yang berusia 36 tahun sampai 40 tahun berjumlah 8 orang. SSubjek yang berusia 41 – 45 berjumlah 6 tahun. Subjek yang berusia 46 tahun sampai 50 tahun berusia 2 orang. Dan subjek yang berusia lebih dari 50 tahun berjumlah satu orang. Subjek penelitian memiliki usia pernikahan antara 1 hingga 26 tahun. Jumlah sbjek yang memiliki usia pernikahan 1 tahun kebawah adalah 3 orang. Subjek yang memiliki usia pernikahan 2 sampai 5 tahun berjumlah 5 orang. Subjek yang memiliki usia pernikahan 6 sampai 10 tahun berjumlah 9 orang. subjek penelitian yang memiliki usia pernikahan 11 sampai 15 tahun berjumlah 6 orang. Subjek penelitian yang memiliki usia pernikahan 16 sampai 20 berjumlah 4 orang. Subjek penelitian yang memiliki usia pernikahan 21 – 25 tahun berjumlah 3 orang. Dan subjek yang memiliki usia pernikahan diatas 26 sebanyak 2 orang . Pekerjaan subjek penelitian sebagian besar 69% adalah pegawai negeri sipil, yaitu sebanyak 22 orang. 25 % atau sejumlah 8 orang adalah wirausaha. dan 6% atau 2 oarang digolongkan dalam lain-lain. Instrumen Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua alat yaitu : 1. Skala Keterampilan Komunikasi Interpersonal Skala keterampilan komunikasi interpersonal berdasarkan pada aspek yang dikemukan oleh De Vito (2007) yang terdiri dari 5 aspek. Koefisien korelasi aitem (rxy) yang valid bergerak dari 0,221 sampai dengan 0,550. Uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach didapatkan koefisien Alpha sebesar 0,570. Blue print skala akan dijabarkan pada tabel 1. 2. Skala Kepuasan Pernikahan. Skala keterampilan komunikasi interpersonal berdasarkan pada aspek yang dikemukan oleh Olson & Fower Jurnal Soul, Vol. 7, No.2, September 2014 Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal (1989) yang terdiri dari 10 aspek. Koefisien korelasi aitem (rxy) yang valid bergerak dari 0,320 sampai dengan 0,727. Uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach didapatkan koefisien Alpha sebesar 0,847. Blue print skala akan dijabarkan pada tabel 2. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu tentang hubungan positif antara keterampilan komunikasi dan kepuasan pernikahan. Metode analisis data adalah korelasi product moment. Analisis data ini diolah dengan menggunakan Stastical Program for Social Science (SPSS) 16. Sebelum melakukan penelitian langsung di lapangan dilakukan terlebih dahulu tinjauan pustaka mengenai variabel keterampilan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan. Tinjauan pustaka dilihat dari buku dan jurnal-jurnal penelitian yang ada tentang keterampilan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan. Setelah teori dan informasi yang dicari sudah cukup kemudian dilanjutkan dengan penyusunan instrumen penelitian. Setelah semua alat selesai dan siap untuk digunakan, sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan ujicoba kedua instrumen penelitian pada 30 subjek. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada karyawan di Universitas Islam “ 45 “ Bekasi dan pegawai Arsip Nasional Republik Indonesia. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2014. HASIL Dari hasil uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,972. Dari hasil tabel dengan hasil uji statistik di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,00 (p < 0,05), hal ini berarti ada hubungan antara kecemasan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan yang kuat. Hasil analisis data ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Korelasi Kepuasan Pernikahan dengan Komunikasi Interpersonal Variabel Koefisien Nilai korelasi probabilitas 0,972 0,000 Kepuasan Pernikahan Komunikasi Interpersonal Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014 DISKUSI Hasil dari pengujian tentang hipotesis hubungan kepuasan pernikahan dan keterampilan komunikasi interpersonal dengan menggunakan analisis statistika Product Moment Pearson menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. Semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal maka kepuasan pernikahan semakin tinggi juga, begitu pula. Sejalan dengan hasil penelitian Dahuji, dkk (2014) bahwa individu yang memiliki komunikasi interpersonal yang baik terhadap pasangannya memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang kurang mampu berkomunikasi baik dengan pasangannya. Kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pemikirannya akan sangat menetukan hubungan interpesonalnya, semakin baik seseorang mengungkapkannya berarti akan semakin baik pula hubungan interpesonalnya terutama dalam hal ini dengan pasangannya (Olson, 2003). Hal ini nampaknya membuat keterampilan komunikasi interpersonal memiliki sumbangan yang dalam menentukan kepuasan dalam hubungan pernikahan. Hubungan pernikahan merupakan hubungan sepanjang waktu yang menuntut individunya untuk bersama dan menjalani tugas perkembangan sebagai suami istri dan orang tua. Dalam interaksi yang panjang dan menyangkut tugas perkembangan inilah menuntukt individu untuk mampu melakukan kesepakatan-kesepakatan tertentu agar sukses menjalankan tugas perkembangannya. Ketidak berhasilan dalam melakukan interaksi yang baik akan membuat hubungan pernikahan menjadi kurang harmonis dan bahkan berujung pada perceraian. Interaksi antar individu menuntut adanya komunikasi yang baik. Karena komunikasi menjadi sebuah persoalan mengenai kemampuan saling mendengarkan pemikiran, gagasan, perasaan, dan pendapat orang lain. Dalam komunikasi yang terjadi melibatkan kepercayaan, keinginan untuk mempercayai, dan kemampuan untuk mengungkapkan diri tanpa takut. Tanpa komunikasi yang baik maka individu akan sulit untuk mengungkapkan gagasan, perasan dan kurang mampu mendengarkan pemikiran 19 Alfiana Indah Muslimah orang lain. Akibatnya terjadilah ketakutan dalam mengungkapkan diri, kurang percaya terhadap diri maupun orang lain yang tentu saja berefek buruk pada hubungan interpersonalnya. Pasangan suami istri yang kurang mampu untuk melakukan komunikasi interpersonal cenderung akan mengalami krisis kepercayaan dan kurangnya empati pada pasangan (Lavner, 2013). Kurangnya empati dan kepercayan dalam pernikahan nampaknya membuat pernikahan tidak menjadi hangat dan hanya sebagai ikatan legal saja. Ekspresi tentang perasaan tidak akan muncul dalam pernikahan. Individu didalamnya akan cenderung merasa bosan karena pernikahan tidak memberikan kebutuhan afeksi yang mereka butuhkan. Hal ini tentu saja mempengaruhi kepuasan pernikahan. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara keterampilan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan. Ketika individu memiliki keterampilan komunikasi interpersonal tinggi maka kepuasan pernikahannya juga tinggi, sebaliknya ketika individu memiliki tingkat ketampillan komuniksia interpersonal yang rendah maka anak tersebut akan memiliki tingkat kepuasan yang rendah. 1. Penelitian yang akan datang hendaknya menambah jumlah subjek, dan membatasi karakteristik subjek, agar generalisasi penelitian dapat lebih tajam lagi. 2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh variable keterampilan komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pernikahan. 3. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai hubungan dan pengaruh variabel lain seperti karakteristik subjek terhadap kepuasan pernikahan. DAFTAR PUSTAKA Azeez, A.E.P (2013) Employed Women and Marital Satisfaction: A Study among Female Nurses International Journal 20 of Management and Social Sciences Research (IJMSSR) ISSN: 2319-4421 Volume 2, No. 11, November 2013 iXplore International Research Journal Consortium www.irjcjournals.org 17. Diakses 6 April 2014 Dahuji, K. Z., Tavakkoli M.A.R., Neamatolahi R. V.(2014). Influence of Communication Skills on Marital Satisfaction and Life Quality among Mothers of GirlsHigh School Students. Applied Psychology. 5: 2330. De Vito, J.A. (2007). The Interpersonal Communication Book. USA: Pearson Education Fowers,B.J & Olson,D.H.(1989). Enrich marital inventory: a discriminant validity & cross-validity assessment. Journal of Marital and Family Therapy, 15 (1), 65-79 (Online), (http://wwwprepareenrich.com/files/Article_Info/study3.p df). Diakses 6 April 2014 Fowers,B.J & Olson,D.H.(1993). Enrich marital scale : a brief research and clinical tool. Journal of Family Psychology, 7 (2), 176-185. (Online), (http://www.bulildingrelationships.co m/pdf/study10.pdf) Diakses 6 April 2014 Lavner, J. A., Karney, B. R., & Bradbury, T. N. (2013) Newlyweds' Optimistic Forecasts of Their Marriage: For Better or for Worse?. Journal of Family Psychology June 24. Advance. online publication. doi: 10.1037/a0033423 Diakses 6 April 2014 Levenson, R.W., Carstensen, L.L & Gottman, J.M (1993) Long Term Marriage : Age, Gender, and Satisfaction. Psychology and Aging 1993 vol 8 no 2, 301-313. Nawaz, S., Javeed, S., Haneef, A., Tasaur, B & Khalid, I. (2014) Perceived Social Support And Marital Satisfaction Among Love And Arranged Marriage Couples . International Journal of Academic Research and Reflection Vol. 2, No. 2, 2014 Progressive Academic Publishing Page 41 Jurnal Soul, Vol. 7, No.2, September 2014 Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal www.idpublications.org. Diakses 6 April 2014 Olson, D.H, (2003). Marriages and Families Strengths 7th ed. New York: McGraw-Hill. Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014 Papalia, D. E,. Olds, S. W,. & Fieldman, R. D. (2006). A Child’s World Infancy Through Adolescence Tenth Edition. Boston: Mc Graw Hill. 21