Nova Dhelia Susanti dan Agustina Ekasari

advertisement
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KETERAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
Alfiana Indah Muslimah
ABSTRACT
Marriage in Indonesia is the only legally recognized relationship between a man and a woman to
express their sexual needs, economic, childcare, and to divide the roles between the couple. The importance
of marriage makes people crave for a satisfying marriage. Marital satisfaction is determined by the extent
to which the couple can feel the satisfaction of marriage, with matching each other’s physical, economic,
emotional, and psychological needs. Marital satisfactionn itself can be defined as a feeling of pleasure in a
marriage in those husband and wife relationship. A satisfying marriage is also characterized by intimacy,
commitment, friendship, affection, sexual gratification, economic security, and opportunity for emotional
growth.
Marital satisfaction plays an important role in the sustainability of the marriage itself. Marital
satisfaction makes the marriage last longer and reduce the possibility of the broke of the marriage
(divorce). One of the factor that affect marital satisfaction is interpersonal communication. The design of
the study is correlational study. Sampling method using purposive sampling (samples intended) with 32
samples. Data collection techniques uses a scale of interpersonal communication and marital satisfaction
scale. The product moment correlation analysis using SPSS for Windows 16.0 (Statistics for Social
Science). The result shows that correlation coefficient is 0.972. The results of statistical tests show that the
probability of 0.00 (p <0.05), which means that there is a strong relationship between interpersonal
communication anxiety and marital satisfaction.
Keyword : marital satisfaction, interpersonal communication, couple
PENDAHULUAN
Pernikahan di Indonesia merupakan
satu-satunya hubungan legal yang diakui
antara seorang lelaki dan seorang perempuan
untuk mengekspresikan kebutuhan seksual,
ekonomi, pengasuhan anak, dan membagi
peran diantara pasangan. Indonesia yang
masih kental menganut budaya tradisi filsafat
Timur, pemuasan spiritual dan bertahannya
hidup spesies dianggap penting diatur dalam
pernikahan sehingga menambah penting arti
ideal penyatuan antara sepasang laki-laki dan
perempuan (Gardiner & Kosmitzky dalam
Papalia, Olds & Feldman, 2009 ).
Pentingnya
pernikahan
membuat
individu mendambakan pernikahan yang
memuaskan. Kepuasan dalam pernikahan
ditentukan oleh sejauh mana pasangan suami
istri dapat merasakan kepuasan pernikahan
dengan saling memenuhi kebutuhan fisik,
ekonomi, emosional, dan psikologis ( Lavner
dkk, 2013). Kepuasan pernikahan adalah
sesuatu yang dicari dan diharapkan oleh
setiap pasangan yang menikah. Kepuasan
pernikahan sendiri dapat diartikan sebagai
suatu perasaan akan kesenangan dalam suatu
pernikahan dalam hubungan suami dan istri
(Nawaz, 2014). Perasaan senang ini muncul
berdasarkan evaluasi subjektif terhadap
kualitas pernikahan secara keseluruhan. yang
berupa terpenuhinya kebutuhan, harapan dan
keinginan suami isteri dalam pernikaha
(Azeez, 2013). Pernikahan yang memuaskan
juga ditandai dengan keintiman, komitmen,
persahabatan, afeksi, pemuasan seksual,
keamanan ekonomi, dan kesempatan untuk
pertumbuhan emosional (Papalia, Olds &
Feldman, 2009).
Kepuasan dalam pernikahan memegang
peranan penting dalam keberlangsungan
pernikahan itu sendiri. Levenson dkk (1993)
mengungkapkan bahwa kepuasan dalam
pernikahan membuat pernikahan itu bertahan
lama
dan
mengurangi
kemungkinan
berakhirnya ikatan pernikahan (perceraian).
Individu yang puas dalam pernikahannya
cenderung akan merasa lebih bahagia dan
memiliki kualitas kehidupan yang baik
Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal
(Levenson, 1993). Berdasarkan hal ini maka
para ahli berusaha untuk merumuskan
berbagai macam faktor yang mempengaruhi
kepuasan
dalam
pernikahan.
Dahuji
dkk(2014) meneliti bahwa komunikasi
interpersonal memiliki pengaruh yang besar
terhadap kepuasan dalam pernikahan pada
wanita. Begitu juga Azeez (2013) yang
melakukan penelitian terhadap wanita pekerja
yang menemukan bahwa kepuasan pernikahan
sangat dipengaruhi oleh keterampilan
interpersonal dalam berkomunikasi dengan
pasangan. Tentunya komunikasi interpersonal
tidak hanya harus dimiliki oleh wanita saja.
Keterampilan komunikasi
merupakan
keterampilan
diadik
yang
perlu
dikembangkan oleh pasangan, keduanya perlu
bersinergi untuk membangun komunikasi
yang baik. Oleh karena itu dalam peneliti
tertarik untuk lebih dalam mengetahui
hubungan antara keterampilan komunikasi
interpersonal dengan kepuasan dalam
pernikahan.
Azeez
(2013) berpendapat bahwa
kepuasan pernikahan merupakan suatu sikap
yang relatif stabil dan mencerminkan evaluasi
keseluruhan individu dalam suatu hubungan
pernikahannya. Kepuasan pernikahan ini
tergantung atas kebutuhan individu, harapan,
dan keinginan dari hubungan yang
dijalaninya. Sebenarnya, konsep ini hampir
sama dengan definisi kebahagiaan pernikahan
karena hanya individu yang menjalaninya
yang mampu
mengatakan bagaimana
kebahagiaan atau kepuasan mereka. Larson &
Holman (Nawaz, 2014) menyatakan bahwa
ada tiga faktor dalam kepuasan pernikahan
berdasarkan perspektif ekologis, yaitu (a) latar
belakang atau faktor kontekstual (yaitu.,
variabel keluarga asal, faktor sosiokultural,
dan kondisi saat ini), (b) Sifat dan perilaku
individu, dan (c) proses interaks pasangan.
Mereka menyimpulkan bahwa prediktor yang
paling kuat dari ketidakstabilan pernikahan
adalah umur yang masih muda ketika
menikah. Ras bukanlah suatu prediktor yang
baik mengenai kepuasan pernikahan dan
peran gender masih belum bisa dipahami
dengan jelas. Selain itu, mereka melaporkan
bahwa hubungan pertemanan dan persepsi
positif tentang pasangannya merupakan
prediksi dari kepuasan pernikahan, sedangkan
Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014
efek tekanan pengasuhan sampai intimidasi
atau keterlibatan yang berlebihan merupakan
prediksi dari ketidakpuasan pernikahan.
Faktor
demografik yang turut
mempengaruhi kepuasan pernikahan terdiri
dari usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
usia menikah, lamanya perkenalan sebelum
menikah, agama, kelahiran, status menikah,
ras, status pekerjaan, status pernikahan
orangtua, populasi anak, dan tempat tinggal
sekarang (Nawaz, 2014). Sedangkan Azeez
(2013) menjelaskan tentang pentingnya
kesesuaian peran, komitmen terhadap agama,
karakteristik kepribadian, cinta kasih, saling
menghormati,
dan
kepercayaan
antar
pasangan. Azeez (2013) berpendapat bahwa
ada 6 kategori perilaku yang dapat
menunjukkan kepuasan pernikahan atau
kegagalan, yaitu:
a. Expression of Affection.
Kasih sayang dalam suatu hubungan antara
suami isteri diekspresikan melalui kata –
kata dan tindakan. Pada tahap awal
pernikahan,
biasanya
masing-masing
pasangan saling memberi perhatian lebih
dan bertindak dengan penuh pertimbangan.
Hal ini adalah daya tarik utama bagi suatu
hubungan. Akan tetapi, ketika kasih sayang
dalam suatu hubungan yang baru terlihat
sangat mudah, cara yang nyata adalah
dikembangkan dan di dukung oleh
tingkatan kasih sayang yang sebenarnya
dari waktu ke waktu.
b. Communication.
Sepanjang waktu dalam hubungan
pernikahan, komunikasi menjadi sebuah
persoalan mengenai kemampuan saling
mendengarkan
pemikiran,
gagasan,
perasaan, dan pendapat orang lain. Dalam
komunikasi yang terjadi melibatkan
kepercayaan,
keinginan
untuk
mempercayai, dan kemampuan untuk
mengungkapkan diri tanpa takut.
c. Consensus.
Persetujuan bersama tentang perbedaan
gaya hidup sangat diperlukan bagi
pasangan yang ingin mencapai kepuasan
dalam pernikahannya. Masing-masing
pasangan
seharusnya
membangun
pemahaman diantara mereka mengenai
permasalahan-permasalahan seperti uang,
rekreasi, lingkungan rumah, pengasuhan,
15
Alfiana Indah Muslimah
dan hubungan dengan orang lain dalam
hidup mereka. Pada level tertentu penting
bagi pasangan memiliki kesediaan untuk
berkompromi agar hubungannya dapat
berfungsi dengan baik.
d. Sexuality and Intimacy.
Seksualitas dan keintiman merupakan
komponen utama dalam pernikahan.
Seksualitas
dan
keintiman
dapat
menenteramkan hati pasangan bahwa
mereka adalah yang dicintai, dihargai, dan
menarik. Sepanjang waktu pernikahan, dua
hal ini menciptakan ikatan pribadi yang
mendalam atau menjadikan penolakan
pribadi. Sebagai tambahan, seksualitas dan
keintiman
menyediakan
keamanan
hubungan dengan memuaskan kebutuhan
dasar manusia .
e. Conflict Management.
Yang paling bijaksana ketika terjadi
perbedaan pendapat antar pasangan adalah
mempertimbangkan bagaimana konflik
tersebut ditangani dalam perkawinan.
Hubungan yang sehat memberikan
kesempatan pasangannya untuk tumbuh
dengan potensi mereka seutuhnya dan
perkawinan dapat menyediakan pondasi
untuk pemenuhan bersama.
f. Distribution of Roles.
Kepuasan perkawinan juga berhubungan
dengan kepuasan pasangan dengan peran
yang dimainkan dalam perkawinan
tersebut. Masalahnya adalah peran tersebut
berubah dari waktu dan kadang – kadang
perubahan peran itu\ kurang diinginkan
dalam kaitannya dengan keadaan yang di
luar kendali seperti keuangan, jadwal kerja,
anak – anak, dan kebutuhan anggota
keluarga lainnya.
Cara untuk memelihara kebahagiaan
dalam suatu hubungan yang unik ini adalah
belajar untuk bekerja dengan baik secara
bersama-sama, saling mendukung, dan
fleksibel. Ketika perubahan didukung,
perkawinan menjadi solid dan penuh kasih.
Tidak asing bagi kita membaca atau
mendengar istilah komunikasi interpersonal
atau komunikasi antarpribadi. Istilah ini
nampak sederhana. Pemahaman masyarakat
luas
mengenai
komunikasi,
justeru
mengesankan
pengertian
komunikasi
interpersonal.
Komunikasi
interpersonal
16
merupakan suatu proses penyampaian pesan
dari seseorang kepada orang lain/pihak lain.
Menurut pemahaman seperti ini, komunikasi
dikaitkan dengan pertukaran informasi yang
bermakna dan harus membawa hasil di antara
orang-orang yang berkomunikasi.
Komunikasi interpersonal menghendaki
informasi atau pesan dapat tersampaikan dan
hubungan di antara orang yang berkomunikasi
dapat terjalin. Oleh karena itu setiap orang
apapun tujuan mereka, dituntut memiliki
keterampilan komunikasi interpersonal agar
mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan
menjalin kerjasama untuk bisa bertahan
hidup.
Komunikasi interpersonal
adalah
“pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain, atau sekelompok
kecil orang dengan efek dan umpan balik
langsung. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang terjadi
antara dua orang secara langsung dengan
umpan balik yang segera direspon balik.
Menurut Rakhmat (2000) komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif apabila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Dahuji dkk
(2014) mengenai ciri komunikasi antarpribadi
yang efektif, yaitu Keterbukaan, empati,
dukungan, sikap positif dan kesetaraan.
Komunikasi interpersonal melibatkan
pesan verbal dan non-verbal serta kombinasi
dari keduanya. Biasanya pula perilaku
keduanya itu saling memperkuat atau saling
mendukung, meskipun tidak jarang terjadi
adanya suatu pesan yang kontradiktif. Untuk
itu Dahuji (2014) mengemukakan beberapa
aksioma yang perlu diperhatikan dalam
komunikasi interpersonal, yaitu:
1. Komunikasi interpersonal melibatkan
proses penyesuaian. Pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi interpersonal
sesungguhnya
menggunakan
sistem
isyarat/simbol yang menuntut penyesuaian.
Hal demikian terlihat jelas manakala
orang-orang yang berkomunikasi itu
menggunakan bahasa yang berbeda, maka
penyesuaian atas penggunaan isyarat atau
simbol yang sama (yang dapat dimengerti)
akan menguat. Seni berkomunikasi
sesungguhnya
mengidentifikasi
dan
Jurnal Soul, Vol. 7, No.2, September 2014
Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal
2.
3.
4.
5.
6.
mengenali isyarat atau simbol-simbol yang
digunakan orang lain.
Komunikasi
interpersonal
memiliki
dimensi isi dan hubungan. Setiap
komunikasi interpersonal selalu merujuk
pada apa yang dikomunikasikan dan
bagaimana hubungan di antara pihak-pihak
yang berkomunikasi.
Komunikasi interpersonal mendorong
terjadinya kesamaan (simetri) atau
perbedaan
(komplementer)
pola-pola
perilaku dan hubungan diantara pihakpihak yang berkomunikasi menjadi dasar
untuk menggambarkan kesamaan atau
perbedaan itu. Pola hubungan simentris
menunjukkan bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi interpersonal
bercermin pada perilaku lainnya. Pola ini
akan lebih jelas terlihat dalam suatu bentuk
persaingan atau perebutan pengaruh. Pola
hubungan komplementer memperlihatkan
bahwa di antara pihak yang berkomunikasi
terjadi
perbedaan.
Perbedaan
ini
hendaknya dipandang sebagai kondisi yang
mendorong produktivitas untuk saling
melengkapi atau menguatkan perilaku
yang lainnya.
Komunikasi interpersonal merupakan
serangkaian peristiwa yang kontinyu tetapi
juga terdapat segmentasi interaksi atau
jeda-jeda komunikasi sebagai sebab atau
stimulus dan lainnya sebagai efek atau
tanggapan. Jeda atau potongan komunikasi
ini amat tergantung pada perspektif yang
dimiliki pihak-pihak yang berkomunikasi.
Komunikasi interpersonal merupakan
proses
transaksional.
Komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses yang
dinamis,
melibatkan
komponenkomponennya yang saling tergantung dan
setiap pihak yang berkomunikasi bertindak
sebagai satu kesatuan yang utuh
(melibatkan
seluruh
aspek
kepribadiannya).
Komunikasi interpersonal seringkali terjadi
secara tidak terhindarkan. Komunikasi
interpersonal tidak hanya berlangsung
dalam kesengajaan, bertujuan dan dengan
dorongan yang benar-benar disadari.
Seringkali komunikasi itu terjadi dalam
kondisi yang tidak terhindarkan, tanpa
kesengajaan, tanpa tujuan, dan kurang
Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014
disadari. Kita tidak bisa tidak, (harus)
bereaksi.
7. Sekali terjadi peristiwa komunikasi
interpersonal, maka terjadilah dan tidak
bisa diulangi (irreversible). Sekali Anda
mengkomunikasikan sesuatu, maka Anda
tidak
bisa
mengkomunikasikannya
kembali.
Sekalipun
Anda
dapat
mengusahakan dampak dari pesan yang
telah terlanjur disampaikan, pesan itu
sendiri tidak bisa dikembalikan: nasi telah
menjadi
bubur.
Prinsip
ini
mengimplikasikan bahwa kita penting
untuk berhati-hati dalam berkomunikasi
atau dalam mengucapkan sesuatu sebab
bisa terjerembab ke dalam suatu konflik.
Rahmat
(2000)
dalam
bukunya
Psikologi Komunikasi menuliskan beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal
dalam
kaitannya
untuk
menumbuhkan hubungan interpersonal yaitu:
1. Percaya (trust)
Percaya
didefinisikan
sebagai
mengandalkan perilaku orang untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, yang
pencapaianya tidak pasti dan dalam situasi
yang
penuh
resiko.
Definisi
ini
menyebutkan tiga unsur percaya.
a) Ada situasi yang menimbulkan resiko,
bila orang menaruh kepercayaan pada
seseorang, ia akan menghadapi resiko.
resiko itu dapat berupa kerugian yang
anda alami. bila tidak ada resiko
percaya tidak diperlukan.
b) orang yang menaruh kepercayaan
kepada orang lain berarti menyadari
bahwa akibat-akibatnya bergantung
pada perilaku orang lain
c) orang yang yakin bahwa perilaku orang
lain akan berakibat baik baginya.
2. Sikap supportif
Sikap supportif adalah sikap yang
mengurangi
sikap
defensif
dalam
komunikasi. Komunikasi defensif dapat
terjadi karena factor personal atau factor
situasional. Defensif dapat mencakup
sikap tidak menerima, tidak juur dan tidak
empati.
3. Sikap terbuka
Sikap terbuka adalah sikap untuk
menerima dan memahami persoalan dalam
berbagai macam sudut, mengolahnya
17
Alfiana Indah Muslimah
kemudian membuat sintesa secara objektif
dengan menggunakan data dan keajegan
logika.
Masa dewasa awal merupakan masa
yang panjang, yang dibarengi juga dengan
beberapa tugas perkembangan. Salah satu
tugas perkembangan adalah membangun
keluarga dalam sebuah ikatan penikahan.
Tentunya dalam ikatan pernikahan individu
menginginkan kehidupan yang penuh
dengan kebahagiaan. Kebahagiaan ini
tentunya diperoleh dengan kepuasan dalam
menjalani pernikahan. Kepuasan dalam
pernikahan menjadi penting artinya dan
senantiasa diupayakan oleh pasangan suami
istri.
Berbagai macam aspek kepuasan
pernikahan yang meliputi kepuasan fisik dan
emosional dapat didukung besar oleh
komunikasi yang efektif pada pasangan.
Komunikasi efektif dapat terjadi ketika
pasangan
memiliki
keterampilan
interpersonal yang baik. Keterampilan
interpersonal yang baik akan menumbuhkan
empati, sikap peduli dan suasana yang
menyenangkan dalam menjalani kehidupan
rumah tangga.
METODE
Hipotesis
1. Keterampilan komunikasi interpersonal
memiliki hubungan dengan kepuasan
pernikahan.
2. Keterampilan komunikasi interpersonal
memiliki hubungan yang positif dengan
kepuasan pernikahan.
Subjek
Subjek penelitian ini adalah individu
yang masih terikat dalam pernikahan yang
berdomisili di Jakarta, Depok dan Bekasi .
Subjek berjumlah 32 orang dengan rentang
usia 25 tahun sampai 51 tahun.
Pengambilan data dilakukan kepada
subjek yang berdomisili di wilayah Jakarta,
Bekasi dan Depok. Subjek berjumlah 32
orang. karakteristik subjek lebih lanjut akan di
jabarkan sebagai berikut. Subjek penelitan
yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 15
orang, sedangkan yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 17 orang. Jumlah ini
relatif tidak timpang dan dari segi jenis
18
kelamin subjek penelitian dapat dikatakan
seimbang.
Subjek penelitian berusia antara 25
sampai 51 tahun. Subjek yang berusia 25
tahun berjumlah 2 orang. subjek yang berusia
26 tahun sampai 30 tahun berjumlah 3 orang.
Subjek yang berusia 31 tahun samapai 35
tahun berjumlah 10 orang. Subjek yang
berusia 36 tahun sampai 40 tahun berjumlah
8 orang. SSubjek yang berusia 41 – 45
berjumlah 6 tahun. Subjek yang berusia 46
tahun sampai 50 tahun berusia 2 orang. Dan
subjek yang berusia lebih dari 50 tahun
berjumlah satu orang. Subjek penelitian
memiliki usia pernikahan antara 1 hingga 26
tahun. Jumlah sbjek yang memiliki usia
pernikahan 1 tahun kebawah adalah 3 orang.
Subjek yang memiliki usia pernikahan 2
sampai 5 tahun berjumlah 5 orang. Subjek
yang memiliki usia pernikahan 6 sampai 10
tahun berjumlah 9 orang. subjek penelitian
yang memiliki usia pernikahan 11 sampai 15
tahun berjumlah 6 orang. Subjek penelitian
yang memiliki usia pernikahan 16 sampai 20
berjumlah 4 orang. Subjek penelitian yang
memiliki usia pernikahan 21 – 25 tahun
berjumlah 3 orang.
Dan subjek yang
memiliki usia pernikahan diatas 26 sebanyak
2 orang . Pekerjaan subjek penelitian sebagian
besar 69% adalah pegawai negeri sipil, yaitu
sebanyak 22 orang. 25 % atau sejumlah 8
orang adalah wirausaha. dan 6% atau 2 oarang
digolongkan dalam lain-lain.
Instrumen Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan dua alat yaitu :
1. Skala
Keterampilan
Komunikasi
Interpersonal
Skala
keterampilan
komunikasi
interpersonal berdasarkan pada aspek
yang dikemukan oleh De Vito (2007)
yang terdiri dari 5 aspek. Koefisien
korelasi aitem (rxy) yang valid bergerak
dari 0,221 sampai dengan 0,550. Uji
reliabilitas menggunakan teknik Alpha
Cronbach didapatkan koefisien Alpha
sebesar 0,570. Blue print skala akan
dijabarkan pada tabel 1.
2. Skala Kepuasan Pernikahan.
Skala
keterampilan
komunikasi
interpersonal berdasarkan pada aspek
yang dikemukan oleh Olson & Fower
Jurnal Soul, Vol. 7, No.2, September 2014
Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal
(1989) yang terdiri dari 10 aspek.
Koefisien korelasi aitem (rxy) yang valid
bergerak dari 0,320 sampai dengan 0,727.
Uji reliabilitas menggunakan teknik
Alpha Cronbach didapatkan koefisien
Alpha sebesar 0,847. Blue print skala
akan dijabarkan pada tabel 2.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji
hipotesis penelitian yaitu tentang hubungan
positif antara keterampilan komunikasi dan
kepuasan pernikahan. Metode analisis data
adalah korelasi product moment. Analisis data
ini diolah dengan menggunakan Stastical
Program for Social Science (SPSS) 16.
Sebelum melakukan penelitian langsung
di lapangan dilakukan terlebih dahulu tinjauan
pustaka mengenai variabel keterampilan
komunikasi interpersonal dan kepuasan
pernikahan. Tinjauan pustaka dilihat dari
buku dan jurnal-jurnal penelitian yang ada
tentang
keterampilan
komunikasi
interpersonal dan kepuasan pernikahan.
Setelah teori dan informasi yang dicari sudah
cukup
kemudian
dilanjutkan
dengan
penyusunan instrumen penelitian. Setelah
semua alat selesai dan siap untuk digunakan,
sebelum penelitian dilakukan peneliti
melakukan
ujicoba
kedua
instrumen
penelitian pada 30 subjek. Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada karyawan di
Universitas Islam “ 45 “ Bekasi dan pegawai
Arsip
Nasional
Republik
Indonesia.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli
2014.
HASIL
Dari hasil uji statistik juga didapatkan
koefisien korelasi sebesar 0,972. Dari hasil
tabel dengan hasil uji statistik di atas
menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,00 (p
< 0,05), hal ini berarti ada hubungan antara
kecemasan komunikasi interpersonal dengan
kepuasan pernikahan yang kuat. Hasil analisis
data ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Korelasi Kepuasan Pernikahan dengan
Komunikasi Interpersonal
Variabel
Koefisien
Nilai
korelasi
probabilitas
0,972
0,000
Kepuasan
Pernikahan
Komunikasi
Interpersonal
Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014
DISKUSI
Hasil dari pengujian tentang hipotesis
hubungan kepuasan pernikahan
dan
keterampilan
komunikasi
interpersonal
dengan menggunakan analisis statistika
Product Moment Pearson menunjukkan
bahwa hipotesis penelitian diterima. Semakin
tinggi tingkat komunikasi interpersonal maka
kepuasan pernikahan semakin tinggi juga,
begitu pula.
Sejalan dengan hasil penelitian Dahuji,
dkk (2014) bahwa individu yang memiliki
komunikasi interpersonal yang baik terhadap
pasangannya memiliki kepuasan pernikahan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang kurang mampu berkomunikasi
baik dengan pasangannya.
Kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan
dan pemikirannya akan sangat menetukan
hubungan interpesonalnya, semakin baik
seseorang mengungkapkannya berarti akan
semakin baik pula hubungan interpesonalnya
terutama dalam hal ini dengan pasangannya
(Olson, 2003). Hal ini nampaknya membuat
keterampilan
komunikasi
interpersonal
memiliki sumbangan yang dalam menentukan
kepuasan dalam hubungan pernikahan.
Hubungan
pernikahan merupakan
hubungan sepanjang waktu yang menuntut
individunya untuk bersama dan menjalani
tugas perkembangan sebagai suami istri dan
orang tua. Dalam interaksi yang panjang dan
menyangkut tugas perkembangan inilah
menuntukt individu untuk mampu melakukan
kesepakatan-kesepakatan tertentu agar sukses
menjalankan
tugas
perkembangannya.
Ketidak berhasilan dalam melakukan interaksi
yang baik akan membuat hubungan
pernikahan menjadi kurang harmonis dan
bahkan berujung pada perceraian.
Interaksi antar individu menuntut
adanya komunikasi yang baik. Karena
komunikasi menjadi sebuah persoalan
mengenai kemampuan saling mendengarkan
pemikiran, gagasan, perasaan, dan pendapat
orang lain. Dalam komunikasi yang terjadi
melibatkan kepercayaan, keinginan untuk
mempercayai, dan kemampuan untuk
mengungkapkan diri tanpa takut. Tanpa
komunikasi yang baik maka individu akan
sulit untuk mengungkapkan gagasan, perasan
dan kurang mampu mendengarkan pemikiran
19
Alfiana Indah Muslimah
orang lain. Akibatnya terjadilah ketakutan
dalam mengungkapkan diri, kurang percaya
terhadap diri maupun orang lain yang tentu
saja berefek buruk pada hubungan
interpersonalnya.
Pasangan suami istri yang kurang
mampu untuk melakukan komunikasi
interpersonal cenderung akan mengalami
krisis kepercayaan dan kurangnya empati
pada pasangan (Lavner, 2013). Kurangnya
empati dan kepercayan dalam pernikahan
nampaknya membuat pernikahan tidak
menjadi hangat dan hanya sebagai ikatan legal
saja. Ekspresi tentang perasaan tidak akan
muncul
dalam
pernikahan.
Individu
didalamnya akan cenderung merasa bosan
karena pernikahan
tidak memberikan
kebutuhan afeksi yang mereka butuhkan. Hal
ini tentu saja mempengaruhi kepuasan
pernikahan.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan
dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan
positif antara keterampilan komunikasi
interpersonal dan kepuasan pernikahan.
Ketika
individu memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal tinggi maka
kepuasan
pernikahannya
juga
tinggi,
sebaliknya ketika individu memiliki tingkat
ketampillan komuniksia interpersonal yang
rendah maka anak tersebut akan memiliki
tingkat kepuasan yang rendah.
1. Penelitian yang akan datang hendaknya
menambah jumlah subjek, dan membatasi
karakteristik subjek, agar generalisasi
penelitian dapat lebih tajam lagi.
2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai
pengaruh
variable
keterampilan
komunikasi
interpersonal
terhadap
kepuasan pernikahan.
3. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai
hubungan dan pengaruh variabel lain
seperti karakteristik subjek terhadap
kepuasan pernikahan.
DAFTAR PUSTAKA
Azeez, A.E.P (2013) Employed Women and
Marital Satisfaction: A Study among
Female Nurses International Journal
20
of Management and Social Sciences
Research (IJMSSR) ISSN: 2319-4421
Volume 2, No. 11, November 2013 iXplore International Research Journal
Consortium www.irjcjournals.org 17.
Diakses 6 April 2014
Dahuji,
K. Z., Tavakkoli M.A.R.,
Neamatolahi R. V.(2014). Influence of
Communication Skills on Marital
Satisfaction and Life Quality among
Mothers
of
GirlsHigh
School
Students. Applied Psychology. 5: 2330.
De Vito, J.A. (2007). The Interpersonal
Communication Book. USA: Pearson
Education
Fowers,B.J & Olson,D.H.(1989). Enrich
marital inventory: a discriminant
validity & cross-validity assessment.
Journal of Marital and Family
Therapy, 15 (1), 65-79 (Online),
(http://wwwprepareenrich.com/files/Article_Info/study3.p
df). Diakses 6 April 2014
Fowers,B.J & Olson,D.H.(1993). Enrich
marital scale : a brief research and
clinical
tool. Journal of Family
Psychology, 7 (2), 176-185. (Online),
(http://www.bulildingrelationships.co
m/pdf/study10.pdf) Diakses 6 April
2014
Lavner, J. A., Karney, B. R., & Bradbury, T.
N. (2013) Newlyweds' Optimistic
Forecasts of Their Marriage: For
Better or for Worse?. Journal of
Family Psychology June 24. Advance.
online
publication.
doi:
10.1037/a0033423 Diakses 6 April
2014
Levenson, R.W., Carstensen, L.L & Gottman,
J.M (1993) Long Term Marriage : Age,
Gender, and Satisfaction. Psychology
and Aging 1993 vol 8 no 2, 301-313.
Nawaz, S., Javeed, S., Haneef, A., Tasaur, B
& Khalid, I. (2014) Perceived Social
Support And Marital Satisfaction
Among Love And Arranged Marriage
Couples . International Journal of
Academic Research and Reflection Vol.
2, No. 2, 2014 Progressive Academic
Publishing
Page
41
Jurnal Soul, Vol. 7, No.2, September 2014
Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Keterampilan Komunikasi Interpersonal
www.idpublications.org. Diakses 6
April 2014
Olson, D.H, (2003). Marriages and Families
Strengths 7th ed. New York:
McGraw-Hill.
Jurnal Soul, Vol .7, No 2, September 2014
Papalia, D. E,. Olds, S. W,. & Fieldman, R.
D. (2006). A Child’s World Infancy Through
Adolescence Tenth Edition. Boston: Mc Graw
Hill.
21
Download