persepsi ibu tentang aktivitas seksual pada masa menopause di

advertisement
PERSEPSI IBU TENTANG AKTIVITAS SEKSUAL PADA MASA MENOPAUSE DI
DUSUN TEGAL SARI DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN
MOJOKERTO
LAILATUL QODRIYAH
11002113
Subject :Persepsi, Aktivitas Seksual, Menopause, Ibu Menopause
DESCRIPTION
Banyak perempuan menopause merasa menjadi tua, yang diasosiasikan dengan
ketidakmenarikan dan kehilangan hasrat seksual. Saat menghadapi masa menopause seorang
wanita tidak hanya di hadapkan pada masalah penurunan fungsi alat reproduksi saja tetapi
juga di hadapkan pada asumsi dan sikap masyarakat bahwa usia menopause adalah usia yang
menyedihkan, kehilangan kecantikan, kulit keriput dan libido berkurang. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui persepsi ibu tentang aktivitas seksual pada masa menopause di
Dusun Tegal Sari Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancang bangun survei
pendapat umum.Variabel penelitian adalah persepsi ibu tentang aktivitas seksual pada masa
menopause. Populasi penelitian adalah seluruh ibu menopause yang masih mempunyai suami di
Dusun Tegal Sari Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto berjumlah 104
orang. Sampel berjumlah 83 responden diambil menggunakan cluster sampling. Sumber data
adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Analisa data menggunakan analisa
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memiliki persepsi negatif
tentang aktivitas seksual pada masa menopause yaitu sebanyak 49 responden (59%).Usia
responden yang tidak muda lagi menyebabkan kemampuan fisiknya berkurang untuk
mendapatkan kenikmatan saat berhubungan seksual. Mereka tidak begitu memperhatikan
kebutuhan seksual, responden cenderung lebih khawatir dengan kebutuhan kehidupan seperti
ekonomi, anak dan masalah lainnya.
Perlu diupayakan pencegahan terhadap keluhan/masalah aktifitas seksual pada masa
menopause dapat dilakukan di tingkat dasar seperti, memberikan penyuluhan, pendidikan dan
pemahaman tentang masalah aktivitas seksual pada masa menopause.Tenaga kesehatan perlu
memberikan edukasi tentang kebutuhan masa menopause terutama kebutuhan seksual supaya
dapat menikmati hubungan seksual bersama pasangan.
ABSTRACT
Many menopausal women feel getting older, which is associated with the vapidity
and loss of sexual desire. When faced menopause, women are not only faced the problem of
the decline of reproductive function but also faced the assumptions and attitudes that
menopause is the period of a sad, beauty lost, skin wrinkles and diminished libido. The
purpose of this study was to determine the mother's perception of sexual activity during
menopause in Tegal Sari – Jabon Village Mojoanyar Mojokerto.
This research used a descriptive method and survey of public opinion design. The
research variables were mother's perception of sexual activity during menopause. The
population was all menopausal mother who still has a husband in the Tegal Sari, Jabon,
Mojoanyar Mojokerto as many as 104 people. 83 respondents as research sample taken by
cluster sampling. Primary data collected by questionnaires. Data analyzed by descriptive
analysis and presented in frequency distribution table.
The results showed the majority of respondents had negative perceptions about
sexual activity during menopause as many as 49 respondents (59%). Age of respondents who
are not young anymore cause reduced physical ability to get pleasure during intercourse.
They paid little attention to the sexual needs, respondents tend to be more concerned with the
needs of life such as economics, children and other issues.
We need to prevent sexual activity problems during menopause. Prevention in basic
level such as provide counseling, health education about the problems of sexual activity
during menopause. Health workers need to provide education about the need for menopause
especially sexual needs in order to get to enjoy sexual intercourse with her housband.
Keywords: Perception, Sexual Activity, Menopause
Contributor
Date
Type Material
Identifier
Right
Summary
: Dian Irawati, S.K.M., M.Kes
FifinWijayanti, S.ST
: 4 Juni 2014
: Laporan Penelitian
:
:
:
LATAR BELAKANG
Menopause dianggap sebagian masyarakat sebagai awal dari kemunduran fungsi
kewanitaan secara keseluruhan, bahkan ada yang mengnggap menopause sebagai bencana di
usia senja. Banyak perempuan menopause merasa menjadi tua, yang diasosiasikan dengan
ketidakmenarikan dan kehilangan hasrat seksual (Rachmawati, 2006) . Saat menghadapi
masa menopause seorang wanita tidak hanya di hadapkan pada masalah penurunan fungsi
alat reproduksi saja tetapi juga di hadapkan pada asumsi dan sikap masyarakat bahwa usia
menopause adalah usia yang menyedihkan, kehilangan kecantikan, kulit keriput dan libido
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan trauma psikis, depresi, cemas dan mudah
tersinggung. Terlebih lagi jika pada usia itu bersamaan dengan makin dewasanya anak-anak
yang menyebabkan mereka tidak lagi bergantung pada ibunya yang menyebabkan si ibu tidak
di perlukan lagi baik oleh anak maupun suaminya (Placeholder1)(Tagliaferridkk, 2006) .
Pertambahan jumlah wanita Indonesia menopause dalam kurun waktu tahun 19952005 sekitar 14 juta jiwa. Menurut proyeksi penduduk Indonesia oleh badan statistik, jumlah
penduduk perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 15,9 juta orang, dan pada tahun 2025
diperkirakan akan mencapai 60 juta perempuan menopause (Rachmawati, 2006) . Hasil
penelitian dan kajian, diperoleh data bahwa 75% wanita yang mengalami menopause akan
merasakan sebagai masalah atau gangguan, sedangakn sekitar 25% tidak memasalahkannya.
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi seorang perempuan terhadap menopause, antara
lain factor kultural, social ekonomi, gaya hidup, kebutuhan terhadap kebutuhan seksual, dan
sebagainya (Achadiat, 2007) . Penelitian mengenai hal ini telah banyak dilakukan terutama
dari aspek fisik atau biologis, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Suliyanti (2007)
merupakan bahwa perubahan seksualitas yang terjadi pada masa menopause cukup menjadi
kendala bagi perempuan menopause di kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan intim
dengan pasangannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahayuni dari Universitas
Airlangga dengan judul Faktor yang Memengaruhi Aktivitas Seksual pada Wanita
Perimenopause Studi di Kelurahan Renon Kecamatan Denpasar Selatan pada 77 wanita
menupause didapatkan fakta bahwa Rasa ketertarikan responden terhadap pasangannya
sebagian besar masih tertarik dan cara yang dilakukan oleh responden untuk mengungkapkan
rasa tertariknya terhadap pasangan yaitu dengan memegang tangan dan membelai sebesar
40,3%. Dalam upaya memperlambat penurunan fungsi seksual pada wanita masa
menopause yaitu dengan melakukan aktivitas seksual secara aktif dan teratur maka responden
yang melakukan hubungan seksual dengan frekuensi seminngu> 1 kali sebesar 61,0%.
Sejarah seks sebelum mengalami menopause yaitu responden hubungan seksualnya aktif
dan teratur sebesar 85,7% karena responden dalam mengatasi rasa kejenuhannya
terhadap pasangannya dengan cara menghindari suasana monoton dalam aktivitas seksual
sebesar 49,4%.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dusun Tegal Sari Desa Jabon
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto tanggal 20 Maret 2014 pada 10 ibu menopause
didapatkan 7 ibu (70%) mengatakan dalam sebulan hampir tidak pernah melakukan
hubungan seksual. Dan mereka pun menyatakan sudah tidak bergairah lagi untuk
berhubungan seksual. Sedangkan 3 ibu (30%) masih melakukan hubungan seksual minimal
satu bulan sekali.
Perempuan akan mengalami perubahan pada masa menopause, di antaranya
penurunan kadar hormon dalam tubuh berakibat kulit menjadi kering, keriput, dan vagina pun
kering sehingga menurunkan keinginan seksualnya. Namun dengan berolahraga secara teratur
dapat membuat hasrat seksual tetap baik. Banyak perempuan ketakutan dan cemas saat
menopause oleh karena merasa tua dan tidak di butuhkan lagi. Padahal, sebenarnya justru
mereka memasuki periode masa kehidupan yang lebih tenang dan penuh kedamaian.
Menopause merupakan tanda berakhirnya masa subur dan berkurangnya kadar hormon
esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berkaitan dengan fungsi haid serta
memproduksi cairan vagina yang berfungsi sebagai pelicin saat berhubungan seksual .
Turunnya kadar esterogen sering menyebabkan rasa sakit pada saat berhubungan seksual oleh
karena kurangnya pelicin. Pada masa menopause seharusnya hasrat seksual meningkat, oleh
karena hubungan seksual dapat di lakukan kapan saja tanpa terhalang oleh haid dan dijamin
tidak hamil. Ungkapan yang mengatakan bahwa menurunnya gairah seksual akan terjadi
waktu menopause adalah “mitos”, yaitu suatu pemahaman yang salah tetapi oleh sebagian
besar masyarakat dianggap benar. Suami dan istri mengalami “fenomena seks yang padam”
pada usia pertengahan, fenomena ini timbul disebabkan oleh kejenuhan dan kejengkelan
terhadap aktivitas seksual yang monoton. Bagi pasutri yang telah lama menikah kejenuhan
memang sering terjadi (Prawirohardjo, 2011)
METODOLOGI
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancang bangun survei
pendapat umum.Variabel penelitian adalah persepsi ibu tentang aktivitas seksual pada masa
menopause. Populasi penelitian adalah seluruh ibu menopause yang masih mempunyai suami di
Dusun Tegal Sari Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto berjumlah 104
orang. Sampel berjumlah 83 responden diambil menggunakan cluster sampling. Sumber data
adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Analisa data menggunakan analisa
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Umum
a.Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan ibu
Didapatkan data bahwa lebih dari 50% responden lulusan pendidikan dasar yaitu
sebanyak 68 orang (81,9%).
b.Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pekerjaan Ibu
Didapatkan data bahwa sebagian besar responden adalah ibu tidak bekerja atau
ibu rumah tangga yaitu sebanyak 61 responden (73,5%).
c.Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak
Didapatkan data bahwa sebagian besar responden telah mempunyai anak
berjumlah antara 2-4 anak yaitu sebanyak 48 responden (57,8%).
2. Data khusus
Distribusi responden berdasarkan persepsi tentang aktivitas seksual pada masa
menopause di Dusun Tegal Sari Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto
Didapatkan data bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi negatif tentang
aktivitas seksual pada masa menopause yaitu sebanyak 49 responden (59%).
Didapatkan data bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi negatif tentang
aktivitas seksual pada masa menopause yaitu sebanyak 49 responden (59%).
Persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan
pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagal proses perolehan,
penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang
diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dan lingkungan sosial
serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain. Secara umum, persepsi sosial adalah
aktivitas memersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali (Sarlito 2009 :
24). Banyak perempuan menopause merasa menjadi tua, yang diasosiasikan dengan
ketidakmenarikan dan kehilangan hasrat seksual (Rachmawati, 2006) . Saat menghadapi
masa menopause seorang wanita tidak hanya di hadapkan pada masalah penurunan fungsi
alat reproduksi saja tetapi juga di hadapkan pada asumsi dan sikap masyarakat bahwa usia
menopause adalah usia yang menyedihkan, kehilangan kecantikan, kulit keriput dan libido
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan trauma psikis, depresi, cemas dan mudah
tersinggung. Terlebih lagi jika pada usia itu bersamaan dengan makin dewasanya anak-anak
yang menyebabkan mereka tidak lagi bergantung pada ibunya yang menyebabkan si ibu
tidak di perlukan lagi baik oleh anak maupun suaminya (Placeholder1)(Tagliaferridkk,
2006).
Hasil penelitian menunjukkan sebagaian besar responden berpersepsi negatif tentang
kebutuhan seksual masa menopause.Hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut
juga menjadi fenomena umum selain di tempat penelitian.Kebutuhan seksual pada dasarnya
adalah untuk meneruskan keturunan.Namun pada prosesnya seksualitas menghadirkan
kenikmatan yang dapat mempererat hubungan suami istri dan itupun menjadi kebutuhan
yang tidak kalah penting disamping tujuan utama untuk mendapatkan keturunan. Usia
responden yang cenderung tidak muda lagi menyebabkan kemampuan fisiknya berkurang
untuk mendapatkan kenikmatan saat berhubungan seksual, selain itu pada wanita usia
menopause sudah penuh dengan pengalaman kehidupan terutama dalam masalah seksual
sehingga wajar saja jika mereka tidak begitu memperhatikan kebutuhan seksual, responden
cenderung lebih khawatir dengan kebutuhan kehidupan seperti ekonomi, anak, dll. Pada
hasil komunikasi diluar kuesioner juga didapatkan mereka sudah jarang sekali melakukan
hubungan seksual, mereka mengatakan melakukan hubungan seksual kadang 1 bulan sekali
paling banyak 3 kali, itupun mereka mengatakan tidak mendapatkan kenikmatan ketika
mereka masih muda. Karena kenikmatan yang berkurang ditambah dengan masalah seharihari kebutuhan seksual mereka jarang mereka perhatikan.
Berdasarkan parameter persepsi dalam bentuk kesadaran didapatkan sebagian besar
responden mempunyai kesadaran yang negatif tentang aktivitas seksual pada masa
menopause yaitu sebanyak 47 responden (56,6%).Persepsi atau kognisi tentang lingkungan
sejajar dengan istilah “kesadaran akan lingkungan”, karena secara sadar pula seseorang
(sekelompok orang) mencitrakan lingkungan sebagai representasi mental. Dalam hal ini
kesadaran akan lingkungan menunjukkan pula peran kognisi, emosi dan psikomotor terutama
dalam kaitannya dengan lingkungan (Sobur 2003). Kesadaran responden penelitian sudah
berubah pandangannya tentang hubungan seksual, hal tersebut dikarenakan aktivitas seksual
pada usia mereka memang bukanlah untuk fungsi reproduksi atau untuk meneruskan
keturunan namun lebih pada untuk menjaga keharmonisan hubungan suami istri. Menurut
hasil kuesioner sebagian besar dari mereka setuju bahwa Wanita yang sudah memasuki usia
masa menopause seharusnya sudah tidak memikirkan hal-hal yang bersifat seksual. Selain
itu, mereka juga menyatakan setuju bahwa karena terbatasnya kondisi fisik, wanita masa
menopause tidak harus melayani dalam melakukan hubungan seksual. Pernyataan mereka
tersebut dapat dimaklumi karena pada usia mereka saat ini terjadi berbagai kemunduran fisik,
tidak lincah lagi bergerak, sudah banyak gangguan fisik yang muncul, penyakit sudah sering
datang belum lagi permasalahan sosial keluarga membuat mereka menyadari bahwa
hubungan seksual tidak lagi dapat dinikmati secara maksimal dengan intensitas yang sering.
Berdasarkan parameter persepsi dalam bentuk pandangan didapatkan sebagian besar
mereka mempunyai persepsi positif tentang aktivitas seksual masa menopause yaitu sebanyak
47 responden (56,6%). Tanggapan atau respon secara individu terhadap orang lain atau objek
di luar dirinya di bentuk oleh cara orang lain “memandang” seseorang atau objek tersebut.
Perilaku seseorang di bentuk oleh “pandangan individu” tersebut terhadap “dunianya”.
Tanpa memiliki pengertian tentang “pandangan” tersebut, kita sulit memahami perilaku
individu yang bersangkutan Sobur, 2003).Walaupun secara keseluruhan persepsi mereka
negatif namun hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka masih menganggap penting
hubungan seksual untuk dilakukan pada masa menopause.Seperti pernyataan mereka yang
menyebutkan bahwa wanita menopause harus memenuhi kebutuhan seksual suami untuk
mendapatkan perhatian dan khususnya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.Namun
kebanyakan mereka juga sudah menganggap bahwa membicarakan masalah seksual pada saat
ini (masa menopause) sudah tidak menggairahkan lagi.
Berdasarkan parameter persepsi dalam bentuk pengalaman didapatkan sebagian besar
mereka mempunyai persepsi positif tentang aktivitas seksual masa menopause yaitu sebanyak
45 responden (54,2%). Pengalaman masalalu adalah salahsatu faktor yang menentukan
pandangan.Pengalaman menyenangkan ataupun buruk dapat mempengaruhi persepsi
seseorang.Pengalaman tentang informasi dapat disimpulkan dan juga menafsirkan secara
berbeda pula tergantung pengalaman yang di terima (Sobur, 2003).Berdasarkan hasil
kuesioner didapatkan sebagian dari mereka setuju bahwa walaupun mereka sering merasakan
ketidaknyamanan saat melakukan hubungan seksual dengan suami, namun aktivitas seksual
tentang penting untuk dilakukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
Hasil penelitian juga dapat ditinjau dari pendidikan di mana responden yang
berpendidikan dasar cenderung mempunyai persepsi yang negatif tentang aktivitas seksual
pada masa menopause yaitu sebanyak 46 responden (46%). Kenyataan dilapangan
menunjukkan bahwa ibu-ibu yang berpendidikan lebih rendah sudah tidak lagi terlalu
memikirkan masalah hubungan seksual dengan suami, mereka cenderung lebih memikirkan
masalah kondisi ekonomi mereka, karena selain berpendidikan rendah ekonomi mereka juga
tergolong ekonomi yang kurang sehingga persepsi mereka tentang aktivitas seksual masa
menopause juga tidak terlalu mereka anggap penting.
Berdasarkan status pekerjaan didapatkan sebagian besar responden tidak bekerja
memiliki persepsi negatif yaitu sebanyak 41 responden (67,2%). Ibu yang tidak bekerja di
tempat penelitian hampir tidak mempunyai kesibukan selain urusan rumah tangga.Hal
tersebut juga membuat mereka mengandalkan materi dari suami yang juga mempunyai
penghasilan yang masih dirasa kurang untuk kebutuhan sehari-hari.Kurangnya ekonomi juga
membuat mereka tidak mampu merawat fisik mereka menjadi lebih baik seperti wanita
kaya.Hal tersebut juga membuat persepsi tentang aktivitas seksual juga sudah tidak terlalu
penting.
Berdasarkan jumlah anak didapatkan responden yang masih mempunyai 1 anak
seluruhnya mempunyai persepsi positif tentang aktivias seksual yaitu sebanyak 11
responden dan responden yang mempunyai lebih dari 4 anak hampir seluruhnya mempunyai
persepsi negatif tentang aktivitas seksual yaitu sebanyak 20 responden (83,3%). Banyaknya
anak menentukan kondisi organ-organ reproduksi, responden yang mempunyai 1 anak
cenderung kondisi fisik organ reproduksinya tidak mengalami gangguan seperti mengendur
dan sensivitasnya masih baik dibandingkan dengan responden yang mempunyai lebih dari 4
anak.Hal tersebut juga berpengaruh pada pengalaman mereka berhubungan seksual,
responden yang masuk mempunyai 1 anak cenderung masih rutin menjalani aktivitas
seksual dari pada responden yang memiliki lebih dari 4 anak.
Masih banyaknya responden yang mempunyai persepsi negatif tentang aktivitas
seksual masa menopause akan berakibat pada keharmonisan rumah tangga mereka. Oleh
karena itu perawat di instansi kesehatan atau dimasyarakat perlu memberikan edukasi
tentang kebutuhan masa menopause terutama kebutuhan seksual supaya mendapatkan
menikmati hubungan seksual bersama pasangan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul persepsi tentang aktivitas seksual pada
masa menopause di Dusun Tegal Sari Desa Jabon Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
Mojokerto tanggal 12-24Mei 2014 pada 83 responden didapatkan bahwa sebagian besar
responden memiliki persepsi negatif tentang aktivitas seksual pada masa menopause yaitu
sebanyak 49 responden (59%).
REKOMENDASI
1. Bagi Masyarakat
Perubahan fisik dan psikis adalah hal yang pasti terjadi oleh karena itu
masyarakat khususnya wanita menopause harus mempersiapkan segala kemungkinan
yang terjadi dan selalu berkonsultasi pada tenaga kesehatan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Petugas kesehatan terutama bidan harus selalu mengembangkan pelayanan
kesehatan masyarakat terutama pelayanan dengan melibatkan keluarga dan masyarakat
yang berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause baik
fisik maupun psikologis dan bagaimana cara menjalani masa menopause dengan sehat
diantaranya dengan memberikan penyuluhan, pendidikan dan pemahaman tentang
masalah aktivitas seksual pada masa menopause, serta menganjurkan perempuan
menopause untuk makan-makanan yang sehat, rendah lemak, tinggi serat, banyak
mengandung vitamin dan mineral, misalnya buah-buahan dan sayuran berwarna hijau.
3. Peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan.Untuk itu diharapkan
bagi peneliti selanjutnya untuk lebih lanjut meniliti tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan hubungan seksual masa menopause.
4. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan lebih aktif memberikan informasi tentang kesehatan
melalui kerja sama lintas sektor dengan instansi kesehatan dan melengkapi sarana
prasarana tentang kesehatan memberikan informasi melalui penyuluhan dan seminar
khususnya tentang kesehatan reproduksi masa menopause dan kebutuhan seksual masa
menopause
.
ALAMAT KORESPONDENSI
Email
: [email protected]
NoTelp
: 085322454214
Alamat
: Jember
Download