1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi meningkatkan taraf hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Hal tersebut diiringi dengan meningkatnya harapan hidup penduduk yang akhirnya meningkatkan jumlah penduduk usia lanjut. Menurut WHO (1998), harapan hidup orang Indonesia meningkat dari 65 tahun pada tahun 1997 menjadi 73 tahun pada tahun 2005. Pada tahun 2005, terdapat 17.6 juta jiwa usia lanjut di Indonesia. Bappeda (2008) memproyeksikan jumlah usia lanjut tahun 2025 akan mencapai angka 62.4 juta jiwa. Hidup sehat dan berumur panjang merupakan hal yang sangat berarti dan didambakan, khususnya bagi wanita usia lanjut. Menurut Mutingatun (2006), jumlah penduduk usia lanjut didominasi oleh wanita. Mutingatun (2006) menyatakan bahwa usia harapan hidup wanita lebih tinggi 5 sampai 8 tahun dibanding pria. Berdasarkan data sensus penduduk dari BPS tahun 2004 menunjukkan adanya 16.5 juta jiwa manusia usia lanjut yang tersebar dengan komposisi 7.8 juta jiwa (47.3%) laki-laki dan 8.7 juta jiwa (52.7%) wanita. Bertambahnya usia mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan baik secara fisik, fisiologis, maupun psikologis. Secara fisik, pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan dalam komposisi tubuh. Perubahan fungsi dan kondisi fisik yang umum terjadi pada usia lanjut adalah menurunnya massa otot, psikomotor, akurasi, dan kecepatan. Komposisi lemak tubuh cenderung meningkat pada usia lanjut diakibatkan oleh penurunan aktivitas. Laju metabolisme basal juga menurun yang diakibatkan oleh penurunan massa otot dan faktor umur. Aktivitas pada usia lanjut juga menurun sehingga kebutuhan energi usia lanjut lebih sedikit dibanding usia dewasa. Pola konsumsi makan yang telah terbentuk sejak dahulu sangat mempengaruhi konsumsi usia lanjut. Asupan energi dan faktor aktivitas akan mempengaruhi kondisi fisik usia lanjut. Perubahan lain yang dialami ketika memasuki usia lanjut adalah terjadi penurunan fungsi indera. Menurunnya fungsi indera penciuman dan pengecap pada usia lanjut dapat berakibat menurunnya selera makan. Asupan makanan yang berkurang mempengaruhi pemenuhan energi dan zat gizi. Berkurangnya asupan energi dapat menyebabkan penurunan massa otot yang dapat mengganggu aktivitas. Wanita berumur 45-50 tahun indung telurnya mulai kehabisan telur untuk dikeluarkan (Oswari 1997). Pada saat telur tidak lagi mengeluarkan hormon 2 estrogen dan progesteron, sehingga wanita tersebut mengalami berbagai gangguan antara lain hot flush, letih, tidak bersemangat, pikiran terganggu, dan berhentinya haid. Keadaan tersebut disebut dengan menopause. Tahapan menopause diawali dengan haid yang tidak teratur. Menopause dan perubahan fungsi tubuh yang dialami wanita usia lanjut menyebabkan penurunan kemampuan respon ovarium sehingga menimbulkan berbagai gangguan (Vander et al. 2001). Berbagai keluhan menopause dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis wanita usia lanjut yang akan berdampak pada status gizinya. Menopause merupakan salah satu fase alami yang terjadi pada setiap wanita. Rata-rata menopause dimulai pada usia 52 tahun. Pada tahun 2003, jumlah wanita di dunia yang memasuki masa menopause diperkirakan sejumlah 1.2 miliyar orang. Marga (2007) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 14 juta wanita menopause pada tahun 2007. Namun, menurut proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 1995-2005 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk wanita berusia diatas 50 tahun adalah 15.9 juta orang. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah wanita menopause akan mencapai 60 juta orang. Kondisi fisik dan hormonal yang tidak seimbang harus dapat diatasi oleh para wanita usia lanjut. Pengetahuan tentang gizi sangat membantu wanita usia lanjut dalam menyikapi perubahan yang terjadi. Hasil penelitian Mutingatun (2006) menunjukkan bahwa sebagian besar populasi (75.6%) berusia 60-70 tahun memiliki pengetahuan gizi yang rendah. Sindrom menopause dialami oleh banyak wanita hampir diseluruh dunia. Sekitar 70% - 80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Dari beberapa data tampak bahwa salah satu faktor dari perbedaan jumlah tersebut adalah karena pola makannya. Terdapat hipotesis bahwa produk yang mengandung isoflavon mungkin dapat menjadi alternatif potensial sebagai terapi pengganti hormon untuk mencegah keluhankeluhan pada saat menopause. Beberapa kajian telah dilakukan mengenai efek isoflavon terhadap massa tulang, namun, sebagian besar kajian tersebut hanya berlangsung dalam periode singkat yang dilakukan pada wanita menopause dan menggunakan variabel sumber dan dosis isoflavon yang berbeda. Hanya beberapa di antara kajian tersebut yang yang mengukur massa tulang secara biokimia (Brink et al. 2008). Wanita usia lanjut biasanya memiliki perkumpulan sosial. Hal tersebut mereka lakukan untuk mengisi waktu di hari tua dengan berkumpul 3 bersama teman sejawat. Terdapat berbagai kegiatan sosial yang melibatkan para usia lanjut dalam perkumpulan sosial. Kegiatan tersebut biasanya berupa pelatihan ataupun juga kelompok arisan dan kegiatan keagamaan. Tujuan dari kegiatan itu salah satunya untuk memberdayakan dan meningkatkan partisipasi para usia lanjut di masyarakat. Salah satu kegiatan pemberdayaan wanita usia lanjut adalah Program Lifeskills Wanita Pra dan Usia Lanjut yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional yang bekerjasama dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia (YASMINA). Program ini dilaksanakan di Bogor dan terdiri dari serangkaian kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan pada program ini adalah penyuluhan tentang perawatan dan pengasuhan usia lanjut, pelatihan daur ulang sampah plastik, pelatihan menyulam dan mayet, pelatihan kelembagaan, pendampingan, dan pemeriksaan kesehatan (klinis) usia lanjut. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang karakteristik fisik dan status gizi serta kebiasaan konsumsi kedelai dan produk turunannya terkait dengan sindrom menopause pada wanita usia lanjut. Peserta Program Lifeskills Wanita Pra dan Usia Lanjut dipilih sebagai populasi dalam penelitian ini karena dipandang dapat memberikan gambaran tentang karakteristik wanita usia lanjut. Kemudahan dalam akses pengambilan data juga menjadi pertimbangan peneliti dalam mengambil peserta program sebagai populasi penelitian. Selain itu, peserta program ini juga sudah mendapat pendidikan gizi dan pelatihan keterampilan serta memiliki kegiatan sosial rutin sehingga lebih mudah berkomunikasi dan bekerjasama dalam pengambilan data. 4 Tujuan Tujuan umum: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik fisik, status gizi, kebiasaan konsumsi kedelai dan produk turunannya dengan sindrom menopause. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah: 1. Menganalisis karakteristik sosial-ekonomi (pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga) wanita usia lanjut. 2. Menganalisis karakteristik individu meliputi usia, usia menarche, karakteristik fisik, dan pengetahuan gizi mengenai menopause. 3. Menganalisis aktivitas fisik dan status gizi wanita usia lanjut. 4. Menganalisis kebiasaan konsumsi kedelai dan produk turunannya serta sindrom menopause. 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sindrom manopause. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause. Penelitian ini juga dapat berguna untuk mengetahui keterkaitan antara diet, terutama konsumsi kedelai dan produk turunannya, dengan sindrom menopause dan perubahanperubahan baik fisik maupun fisiologis dan psikologis. Penelitian ini juga dapat berguna bagi Kota dan Kabupaten Bogor dalam menangani permasalahan dan keluhan menopause yang dialami oleh warga usia lanjut. Pengetahuan tersebut berguna untuk peningkatan derajat kesehatan warga terutama warga wanita usia lanjut. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar wanita usia lanjut dapat menjalani masa menopause dengan nyaman dan mencapai derajat kesehatan yang baik.