implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach)

advertisement
IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH
(SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN
OTENTIK (AUTHENTIC ASSESSMENT) PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013
(Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas
HarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1
Tengaran Kab. Semarang)
Oleh
ZAKIYAH WULANSARI, S.Ag
NIM. M1.12.018
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
1
2
IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH
(SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN
OTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013
(Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas
HarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1
Tengaran Kab. Semarang)
Oleh
ZAKIYAH WULANSARI, S. Ag
NIM. M1.12.018
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 28Pebruari 2015
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
NIP. 19670112199203 1 003
Dr. Zakiyuddin Baidhawy M.Ag
NIP. 197205212005011003
3
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Nama
: Zakiyah Wulansari
NIM
: M1.12.018
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian
: 7 Maret 2015
Judul Tesis
:IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH
(SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN
OTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) PADA
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM
2013
(Studi Kasus SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
Tengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran
Kab. Semarang)
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji :Asfa Widiyanto, MA., Ph. D
______________
2. Sekretaris
:Dr. Winarno, S.Si., M.Pd
______________
3. Penguji I
:Dr. H. Sa’adi, M.Ag
______________
4. Penguji II
:Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
______________
5. Penguji III
:Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag______________
4
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil
karya sendiri dari sepanjang sepengetahuan dan keyakinan saya tidak
mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan
sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah
diajukan untuk gelar atau ijazah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau
perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 27 Pebruari 2015
Yang membuat pernyataan
Zakiyah Wulansari
5
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH DAN PENILAIAN OTENTIK
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI
PEKERTI DI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Tengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang)
Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan
agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Pada saat ini
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan
pengembangan dari KTSP 2006 dan KBK 2004.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pendekatan
ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti di kurikulum 2013 (studi kasus di SMK Telekomunikasi
Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran). Penelitian ini membahas (1)
Pemahaman guru PAI dan Budi Pekerti terhadap kurikulum 2013 (2) Respon guru
(3) Implementasi pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti (4) Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013
yang diterapkan.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksploratif kualitatif. Subyeknya adalah guru pengampu mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti secara khusus. Instrumen yang digunakan adalah studi dokumentasi,
observasi, dan wawancara. Data yang dianalisis adalah Permendikbud No 65 dan
66, RPP, rekaman proses pembelajaran di kelas, penilaian yang digunakan, dan
hasil wawancara
Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Guru mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti memahami aturan yang tertera dalam PP No 65 dan 66, baik secara
administratif berupa RPP, pendekatan ilmiah dan penilaian otentik. (2) Respon
positif diberikan guru mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti terhadap implementasi
kurikulum 2013. Selain penambahan struktur kurikulum menjadi tiga jam, model
pendekatan yang digunakan mampu menjadikan guru sebagai fasilitator bagi
siswa dan sumber belajar bisa diambilkan dari berbagai pihak. Walaupun keluhan
guru tentang implementasi penilaian otentik, karena dianggap merepotkan. (3)
Guru telah melaksanakan pendekatan scientificyang meliputi mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi pada mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Proses menanya yang idealnya dilakukan oleh
siswa secara langsung, namun masih dibutuhkan stimulus dari guru. Implementasi
penilaian otentik dilaksanakan, walaupun masih terdapat kebingungan dari guru
ketika harus melakukan penilaian sikap dan ketrampilan secara utuh yang sesuai
dengan permendikbud No 66 tentang penilaian. (4) Kelebihannya pendekatan
yang dikembangkan mampu mengembangkan kreatifitas siswa dan penilaian yang
digunakan menyeluruh tiga ranah. Hambatan yang ada diantaranya kurangnya
kesiapan guru dan siswa serta kurangnya sarana prasarana yang memadai.
6
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH AND AUTHENTIC
ASSESSMENT IN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AND BUDI PEKERTI’S
SUBJECTS IN THE CURRICULUM 2013 (A case study in SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaranand SMK Negeri 1 Tengaran)
Curriculum is an educational component that is used as a reference by the
institution. Continuos curriculum improvement is imperative that the national
education system is always relevant and competitive. The current curriculum used
is the Curriculum 2013. Curriculum 2013 is the development of KTSP 2006 and
KBK 2004.
Purpose of this study is to investigate the implementation of a scientific
approach and authentic assessment in Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’s
subjects in the curriculum 2013 (a case study in SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan and SMK Negeri 1 Tengaran). This study discusses (1) Teachers
understanding of the curriculum 2013. (2) Responses of teachers. (3)
Implementation of a scientific approach and authentic assessment in Pendidikan
Agama Islam and Budi Pekerti’s subject. (4) Advantages and disadvantages of
curriculum 2013 that applied.
Research design used in this study is exploratory qualitative. The study
subjects were the teachers of Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’s
subjects. The instrument used is the study of documentation, observation and
interviews. The data analyzed were permendikud No 65 and 66, RPP, recording
the learning process in the classroom, assessment is used and the results of
intervie
The results of this study indicate (1) The subject teachers of PAI dan Budi
Pekerti’s understand the rules contained in PP No 65 and No 66, administratively
form of lesson plan, scientific approach and authentic assessment. (2) Positive
Responses from subject teachers of PAI dan Budi Pekerti on the implementation
of curriculum 2013. The eother than the addition of the structure the curriculum
into 3 hours, a model approach that is used to make the teachers as a facilitator for
students and learning resources that can be deducted from various parties. Thus,
reducing the learning process lectures. Feedback on the assessment applied too
troublesome. (3) The teachers have applied a scientific approach to the Pendidikan
Agama Islam and Budi Pekerti’s subjects. Although there are some records that
should be fixed. Such as, ask process should ideally be done by the students
directly, but still needed the stimulus of teachers. The teachers have applied
authentic assessment. Teachers feel confused when they have to make an
assessment as a whole attitude and skills appropriate Permendikbud No 65 and 66.
(4) The adventages of curriculum 2013 that the approach is able to develop
students creativity and thorough assessment used include attitudes, knowledge and
skills. The shortages include the lack of preparedness of teachers and students as
well as and the lack of infrastructurews.
7
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya Tesis ini dapat selesai. Penulisan
tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna
memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, disamping manfaat yang mungkin dapat
disumbangkan dari hasil penelitian ini kepada pihak yang berkepentingan.
Penulisan tesis ini merupakan kesempatan yang teramat berharga untuk mencoba
menerapkan beberapa teori yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah dalam
situasi dunia nyata.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa baik dalam pengungkapan,
penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi tesis ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk
perbaikan tesis ini.
Banyak pihak yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bantuan, baik
itu melalui kata-kata ataupun dorongan semangat langsung atau tak langsung
untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih disertai penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Ag, selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri
Salatiga sekaligus dosen pembimbing utama yang telah mencurahkan
perhatian dan tenaga serta dorongan kepada penulis hingga selesainya tesis
ini.
2. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana STAIN
Salatiga sekaligus dosen pembimbing kedua yang telah banyak dan penuh
sabar membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8
3. Para staff pengajar Program Pascasarjana STAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmu Pendidikan Islam dan cabangnya melalui suatu kegiatan
belajar mengajar dengan dasar pemikiran analitis dan pengetahuan yang
lebih baik dan penuh kesabaran.
4. Para staf administrasi yang telah banyak membantu dan mempermudah
penulis dalam menyelesaikan studi di Program Pascasarjana STAIN Salatiga.
5. Mohamad Ibnu Nadhir, S.Pd, selaku Kepala SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Kab Semarang.
6. Indrattuti, S.Pd, selaku Kepala SMK N 1 Tengaran Kabupaten Semarang
7. Semua rekan guru, karyawan, siswa dan komite sekolah, baik di SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran yang telah
banyak membantu dengan meluangkan waktu berharganya sehingga
terselesaikannya tesis ini
8. Bapak (alm), Ibu, Ibu mertua, Suami (Mahbub, M.Pd.I), anak-anakku (Afuza
Luqyanata Awwaly Al Emza, Beniah Efrem Tsania Al Emza dan Chamud
Tsalitsa Musanned) dan saudara/keponakan, yang telah memberikan support,
kasih sayang, dan bpk / ibu teman-teman pascasarjana angkatan 2012 yang
telah memberikan dukungan, semangat serta sebuah persahabatan dan
kerjasama yang baik selama kuliah di Program Pasca Sarjana STAIN
Salatiga.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Selain kepada pribadi-pribadi di atas, penulis ingin pula menorehkan catatan
kepada pihak yang teramat besar pula perannya dalam membantu saya untuk
menyelesaikan studi ini.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Allah SWT berkenan
membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 27 Pebruari 2015
Zakiyah Wulansari
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………......... i
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………….......... ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………........... iii
SURAT PERNYATAAN…………………………...................................... iv
ABSTRAK……………………………………………………………….... v
PENGANTAR…..………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 10
C. Signifikansi Penelitian…………………………………………….. 12
D. Kajian Pustaka…………………………………………………….. 15
E. Metode Penelitian…………………………………………………. 44
F. Sistematika Pembahasan………………………………………….. 52
BAB II GAMBARAN UMUM SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS
HARAPAN DAN SMK NEGERI 1 TENGARAN.………................. 54
A. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang……………. 54
B. SMK Negeri 1 Tengaran…………………………………………… 65
BAB III PEMAHAMAN DAN RESPON GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI TERHADAP
10
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013……………………………. 77
A. Pemahaman Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Terhadap Implementasi Kurikulum 2013………….. ……………
77
B. Respon Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Terhadap Implementasi Kurikulum 2013……………………….. 87
BAB IV IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC)
DAN AUTHENTHIC ASSESMENT (PENILAIAN OTENTIK)
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013…………………….. 99
A. Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) pada
MataPelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti……………………….............................................99
B. Implementasi Penilaian Otentik (Authentic Assesment)
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti…………………………………………………….126
C. Kelebihan dan Hambatan Implementasi Kurikulum 2013………….143
BAB V PENUTUP………………………………………………………… 151
A. Kesimpulan………………………………………………………… 151
B. Saran……………………………………………………………….. 156
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
11
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.2 tentang Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Tengaran… 66
2. Tabel 2.1 tentang Struktur Organisasi SMK Telekomunikasi
Tunas Harapan….…………………………………………………. 162
3. Tabel 4.1 tentang Hasil pemahaman, respon, implementasi
pendekatan ilmiah dan penilaian otentik pada SMKTelekomunikasi
Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran. ……………..
163
12
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengkodean pada metode pengumpulan data………………… 164
2. Catatan Observasi……………………………………………… 165
3. Catatan Wawancara……………………………………………..177
4. Surat Keterangan Penelitian dari SMK Negeri1
Tengaran………………………………………………………. 216
5. Surat Keterangan Penelitian dari SMK Telekomunikasi
Tunas Harapan………………………………………………… 217
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum dipahami sebagai suatu rencana
yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.1
Sehingga berhasil tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang
peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran dan yang
lebih tinggi yaitu tujuan pendidikan itu sendiri. Kurikulum dan pendidikan
memiliki keterkaitan yang sangat erat yang teraplikasi dalam proses
pendidikan atau pembelajaran dalam sebuah lembaga pendidikan. Proses
pembelajaran yang efektif dan dapat mencapai tujuan itulah yang dikehendaki
dalam sebuah kurikulum.Sejalandenganitumenurut Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum
adalah
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaransertacarayangdigunakansebagaipedomanpenyelenggaraankeg
iatan pembelajaran untuk mencapaitujuanpendidikantertentu.2
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas
lulusan adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya, maka setiap
1
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah
Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFE, 1998,3.
2
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), Jakarta: Cemerlang, 4.
14
kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan
pasar. Kementerian pendidikan dan kebudayaan juga secara teratur
melakukan evaluasi terhadap peraturan yang terkait dengan kurikulum. Tidak
dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode
belajar semakin lama semakin maju pesat. Sementara itu di sisi lain, prioritas
kebijakan nasional ikut berubah. Begitu juga pola pembiayaan pendidikan
serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntunan profesi serta
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua ikut memberikan dorongan bagi
penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan,
modifikasi dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.
Secara historis-kronologis, kurikulum pendidikan di Indonesia sendiri
telah mengalami berbagai revisi, tentu saja disesuaikan dengan mindstream
yang berkembang pada saat itu. Perkembangan itu terbagi menjadi dua fase
yaitu pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan, dimana masing-masing
memiki karakteristik tersendiri. Sejak 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu tahun 1947 dikenal dengan Rencana
Pelajaran dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 dikenal dengan
sebutan Rencana Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 dikenal dengan Kurikulum
Sekolah Dasar, 1973 dikenal dengan Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan, 1975 dikenal dengan Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 yang
dikenal Kurikulum 1984 dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), 1994
yang dikenal dengaan Kurikulum 1994, 1997 dikenal dengan Revisi
15
Kurikulum 1994, 2004 dikenal dengan Rintisan Kurikulum Berbasis
Kompetensi, 2006 dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan tahun 2013 dikenal dengan kurikulum 2013.3
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi
belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.4 Penyempurnaan itu
terlihat dalam peraturan yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia tentang standar kompetensi lulusan, standar
penilaian
pendidikan,
kerangka
dasar
dan
struktur
kurikulum
sekolah/madrasah serta buku pembelajaran sebagai sumber utama.
Perubahan terhadap empat standar pendidikan pada kurikulum 2013
mengacu pada standar isi, standar proses pembelajaran, standar penilaian
pembelajaran dan standar kelulusan. Sementara itu, standar pembiayaan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan dan standar
sarana prasarana tidak mengalami perubahan.
Dari keempat perubahan pada standar pendidikan yang ada,
pemerintah melahirkan berbagai peraturan pemerintah maupun peraturan
menteri sehingga menjadi landasan yuridis implementasi kurikulum 2013.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013 tentang perubahan PP No 19 tahun
2005 tantang standar Nasional Pendidikan, peraturan menteri pendidikan dan
3
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013, Bandung 16 Maret 2013.
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013, diunduh
pada minggu, 9 Pebruari 2013 jam 16.13.
4
16
kebudayaan republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang standar
kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan no 55 tahun 2013 tentang standar isi, peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia no 65 tahun 2013
tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan no 66 tahun 2013 tentang standar penilaian
pendidikan.5 Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan, standar
isi diturunkan dari standar kompentensi lulusan melalui kompetensi inti yang
bebas mata pelajaran. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Mata pelajaran diturunkan
dari kompetensi yang ingin dicapai, semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti (setiap kelas).6
Kurikulum 2013 melahirkan beberapa kebijakan yang membedakan
dengan kurikulum yang berlaku sebelumnya, penggunaan istilah kompetensi
inti dan kompetensi dasar digunakan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
setiap mata pelajaran yang meliputi ranah sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan ketrampilan.
Di dalam lampiran permendikbud no 65 tahun 2013 tentang standar
proses disebutkan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
pendekatan ilmiah (scientific) yang terdiri dari mengamati, menanya,
5
Modul pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru PAI dan Budi
Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK, Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo
Semarang Tahun 2013.
6
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
17
menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.7 Meskipun dikembangkan lagi
menjadi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data,
mengkomunikasikan, menginovasi dan mencipta, namun, tujuan dari
beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran scientific
sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas,
tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Selain pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah
(scientific), dikenal juga istilah lain yang digunakan yaitu penilaian otentik.
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untukmenilaimulaidarimasukan(input),
proses,dan
keluaran
(output)
pembelajaran.8 Penilaian ini meliputi ranah sikap, pengetahuan dan
ketrampilan, dimana masing-masing ranah terbagi menjadi beberapa kategori
dengan karakteristiknya yang berbeda sehingga hasil pendidikan lebih
komprehensif.
Sebagaibagiandaripendidikannasional,PendidikanAgamamempunyaipe
ranyang sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang
Pendidikan
Agama
dan
PendidikanKeagamaanpasal2ayat(1)secarategasmenyatakanbahwa
PendidikanAgama
berfungsimembentukmanusiaIndonesiayangberimandanbertakwakepadaT
uhanYang
MahaEsasertaberakhlakmuliadanmampumenjagakedamaiandankerukuna
7
8
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses.
Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…
18
nhubungan interdanantarumat beragama.9
Melihat demikian pentingnya pendidikan agama di sekolah dan
perguruan
tinggi
sebagaimanadirumuskandalamperaturanperundang-
undangandiatas,makaPendidikan
Agama,khususnyaPendidikanAgamaIslam,memainkanperandantanggungjawa
byang sangat besar dalam ikut serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
terutama
untuk
mempersiapkanpesertadidikdalammemahamiajaran-
ajaranagamadanberbagaiilmuyang
dipelajari
serta
melaksanakannya
dalamkehidupansehari-hari.
Aspek-aspek yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan
standar kurikulum 2013 yaitu aspek sikap yang terbagi menjadi sikap spiritual
yang tertuang dalam kompetensi inti 1, sikap sosial yang tertuang dalam
kompetensi inti 2, aspek pengetahuan yang tercakup dalam kompetensi inti 3
dan aspek ketrampilan yang tercakup dalam kompetensi inti 4. Hal ini,
kiranya tidak ada perbedaan dengan tujuan dan ruang lingkup dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, terutama pada ranah aspek sikap spiritual
dan sosial.
Keberhasilan suatu pendidikan, salah satu faktor penentunya adalah
guru, selain sarana prasarana dan hal yang menunjang lainnya. Pelaku utama
dalam proses belajar mengajar terletak di tangan guru, tentunya dibarengi
dengan kesiapan siswa dalam menerima materi yang ada. Metode yang
digunakan guru akan mempengaruhi proses transformasi ilmu dari guru kepada
9
Peraturan pemerintah No 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan
19
siswa. Maka, guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam menggunakan
metode dan cara mengajarnya, sehingga tujuan pendidikan dapat terpenuhi.
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Menurut Syaiful Bachri
Jamarah, guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan
memegang
peran
penting
dalam
pendidikan.
Ketika
semua
orang
mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam
agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan
formal.10
Apabila dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu, proses
pembelajaran yang ada pada saat itu masih belum mencerminkan adanya
pembelajaranyangberpusatpadasiswa(studentcentered)
Pembelajaranyang
sering diterapkan di sekolah-sekolah pada waktu itu adalah pembelajaran
konvensional.Guruadalahsumberinformasiutamabagisiswa.
Gurumerupakan
subjek aktif yang tugasnya memberikan informasi dan ilmu pengetahuan,
sedangkansiswahanyapasifkarenatugasmerekahanyamenampungapasaja yang
diberikan guru ke dalam pikirannya. Akibatnya, komunikasi hanya
berlangsungsatu arah saja yaitu hanyadari gurukesiswa. Metode ceramah
dianggap sebagai metode yang paling ampuh dalam melakukan proses belajar
mengajar.
Kurikulum 2013 menawarkan suatu regulasi dan kebijakan yang
berbeda dengan kenyataan yang ada di lapangan. Student centered menjadi
salah satu metode dan cara, yang idealnya digunakan oleh para guru dalam
10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000, 1.
20
mengelola proses belajar mengajar, namun itu belum sepenuhnya terpenuhi.
Perubahan mindsetcara menyampaikan materi kepada siswa, merupakan suatu
pekerjaan besar bagi guru untuk merubahnya, karena hampir menjadi budaya
bahwa siswa hanya dianggap botol kosong yang boleh diisi apapun oleh guru.
Kurangnya kreatifitas guru memilih metode dalam proses belajar mengajar
pun akhirnya menjadi bumerang bagi dunia pendidikan.
Kesiapan belajar siswa pun dibutuhkan, baik sebelum pembelajaran di
mulai maupun tugas-tugas dan pekerjaan tambahan yang harus dilakukan
siswa. Rasa ingin tahu, budaya gemar menelaah dan membaca, sangat minim
dimiliki oleh siswa. Kecenderungan untuk mengerjakan tugas dengan
meminta dan mengandalkan teman yang mampu menjadi pemandangan
sehari-hari. Pekerjaan rumah dan tugas yang diberikan guru, yang seharusnya
dikerjakan di rumah, yang sedianya diberikan kepada guru untuk menambah
wawasan dan pengetahuan siswa, ternyata pekerjaan dan tugas itu dikerjakan
secara instan sebelum pembelajaran berlangsung, sehingga tujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan siswa tidak terpenuhi.
Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan, merupakan salah satu
faktor keberhasilan dari sebuah kurikulum. Walaupun tidak bisa dijadikan
patokan utama, bahwa terpenuhinya sarana prasarana pendidikan menjadikan
tolok ukur sebuah keberhasilan pendidikan. Namun, kekurangan sarana
prasana yang ada, menjadi salah satu factor penyebab ketidakberhasilan suatu
pendidikan.
Pengawasan baik secara langsung maupun tidak langsung dari
21
pemerintah terhadap implementasi kurikulum 2013, agak kurang. Berbagai
perbedaan pendapat dari pemangku jabatan untuk menyelesaikan beragam
persoalan di lapangan sering kali muncul. Sehingga, hal ini berpengaruh
terhadap kebijakan yang ada di sekolah sebagai pelaksananya.
Model
penilaian
otentik
diduniapendidikankarenamodel
dewasainibanyak
dibicarakan
inidirekomendasikan,ataubahkan
harusditekankan,penggunaannyadalam
kegiatan
menilai
hasil
belajar.Salahsatupermasalahanyang
munculadalahbelumtentusemuagurumemahami
konsepdanpelaksanaanpenilaianotentik.Jikasebuah
belumterpahami,bagaimana
konsep
mungkinkitamaumempergunakannya
untukkeperluanpraktispadakegiatan
pembelajaran?Mungkinsajaorangmenyangka
ataumengatakan
telahmempergunakanpenilaian otentik untuk menilai hasil belajarsiswa,
tetapipada kenyataannya tidakdemikian, dimana penilaian hanya terbatas
pada aspek pengetahuan saja.
Di wilayah Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, sebagai tempat uji
coba pelaksanaan kurikulum 2013 meliputi lima sekolah, diantaranya SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan, SMK N 1 Tengaran, SMK N 1 Bawen, SMK
Widya Praja Ungaran dan SMK NU Ungaran.
Dari uraian di atas peneliti ingin mengamati bagaimana implementasi
pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik yang menjadi arahan dari
kurikulum 2013 terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
22
Budi Pekerti khusus kelas X. Sehingga peneliti merumuskan penelitian ini
dengan judul “Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan
Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dalam Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Studi kasus di SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab. Semarang dan SMK N 1
Tengaran Kab.Semarang)
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Beberapa persoalan muncul dengan diberlakukannya regulasi
kurikulum 2013, di antaranya:
a.
Pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab.
Semarang maupun SMK N 1 Tengaran terhadap munculnya
kurikulum 2013 terkesan hanya berjalan secara administratif.
b.
Respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti dengan regulasi baru, masih dipertanyakan.
c.
Implementasi kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti menjadi hal yang harus ditangani lebih
serius, karena untuk menghilangkan metode mengajar ceramah
bukanlah hal yang mudah dan melakukan penilaian yang mencakup
tiga ranah, juga membutuhkan waktu tersendiri.
23
d.
Masih terdapat kekurangan dengan diberlakukannya kurikulum 2013,
baik dari sisi kesiapan pemerintah sampai kepada pelaksana di
lapangan
2. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi agar pembahasan dalam tesis ini tidak terlalu
luas, serta untuk memperoleh gambaran yang cukup jelas, maka ruang
lingkup pembahasan dalam penulisan tesis ini ialah sebagai berikut:
Penelitian ini, dibatasi pada implementasi kurikulum 2013 dalam
ranah pendekatan ilmiah (scientific approach) yang meliputi langkahlangkah diantaranya mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi
dan mengkomunikasi serta penilaian otentik (authentic assessment)
meliputi penilaian sikap baik spiritual maupun sosial, pengetahuan dan
ketrampilan.
Implementasi kurikulum 2013 ini, penulis batasi pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X, karena
implementasi kurikulum 2013 baru diterapkan pada siswa kelas X
sehingga akan terlihat pada peran guru dan siswa dalam melaksanakannya.
Kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kurikulum 2013 kami
tambahkan sehingga memudahkan para pengguna untuk memanfaatkan
penelitian ini sebagai referensi ke depan.
3. Perumusan Masalah
24
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memfokuskan
penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
mengenai pendekatan
ilmiah (scientific approach) dan penilaian
otentikdalam kurikulum 2013?
b. Bagaimana respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti, baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK
N 1 Tengaran terhadap kurikulum 2013?
c. Sejauh mana implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian otentik
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
SMK N 1 Tengaran dan SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab
Semarang?
d. Bagaimana kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013 yang sedang
diterapkan di SMK N 1 Tengaran dan SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Kab Semarang?
C. Signifikansi Penelitian
1.
Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti dengan adanya pendekatan ilmiah
(scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment)
25
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
kurikulum 2013.
b. Untuk mengetahui respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti dengan adanya regulasi di kurikulum
2013.
c. Untuk mengetahui implementasi pendekatan ilmiah (scientific
approach) dan penilaian otentik (authentic assessment) pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
d. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari implementasi
kurikulum 2013 di lapangan.
2.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah suatu rumusan tehadap perlunya
penelitian dan pembahasan yang dilakukan berkenaan dengan karya tulis
yang dibahas, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain :
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah keilmuan yang berkenaan dengan implementasi kurikulum
2013 khususnya pendekatan ilmiah dan penilaian otentik pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta dapat
menjadi bahan masukan bagi siapapun yang berminat menindaklanjuti.
b. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi:
26
1) Bagi penulis, hal ini bisa menambah wawasan dan cakrawala
keilmuan
khususnya
yang
berkaitan
dengan
aturan
dan
implementasi kurikulum 2013.
2) Bagi lembaga yang bersangkutan khususnya guru sebagai subjek
penelitian, diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah yang
konstruktif, baik dalam rangka peningkatan profesionalitas guru,
menyangkut aspek pedagogik, profesional, kepribadian maupun
sosial,
yang perlu dikembangkan kedepan sehingga harapan
seluruh bangsa Indonesia terwujud terutama menyangkut output
dan outcome yang dihasilkan yaitu melahirkan generasi yang
berkualtas.
3) Bagi
guru
sebagai
subjek
penelitian,
diharapkan
mampu
meningkatkan aspek profesionalitasnya sehingga perannya sebagai
transformer ilmu dan fasilitator siswa tidak terputus.
4) Bagi
pemerintah
dinas
Pendidikan,
diharapkan
mampu
mengakomodasi segala kekurangan baik berupa pemenuhan sarana
prasarana pendidikan yang menunjang maupun dukungan secara
moral sehingga kurikulum 2013 tetap berjalan sesuai aturan yang
telah ditentukan.
5) Bagi seluruh pembaca, sebagai pengetahuan atau informasi untuk
menambah partisipasi dan kepedulian terhadap dunia pendidikan
karena dibutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk menghasilkan
kualitas pendidikan yang lebih bermutu dan menjanjikan.
27
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang implementasi kurikulum sudah sering dilakukan,
baik tentang kurikulum KBK maupun KTSP, seperti penelitian yang
dilakukan
Nur
Faiko
yang
berjudul
“Penerapan
KTSP
Pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kompetensi Menulis Laporan
Perjalanan Siswa Kelas VIII DI SMP Negeri 1Gresik” yang menyoroti
tentang penerapan KTSP pada perencanaan, penerapan dan penilaian
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kompetensi menulis laporan
perjalanan di SMP Negeri 1 Gresik, serta faktor pendukung dan
penghambat penerapan KTSP pada pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia kompetensi menulis laporan perjalanan di SMP Negeri 1
Gresik.Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia
kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik yang berjumlah dua orang. Instrumen
yang digunakan adalah studi dokumentasi, observasi/pengamatan, dan
wawancara. Data yang dianalisis adalah silabus, RPP, rekaman proses
pembelajaran
di
kelas,
penilaian
yang
digunakan,
dan
hasil
wawancara.Hasil penelitian ini menunjukkan , Guru Bahasa dan Sastra
Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik telah menggunakan silabus
28
dan RPP yang sesuai dengan KTSP. Akan tetapi guru belum melakukan
pengembangan terhadap silabus dan RPP yang disusun oleh Depdiknas;
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik
melakukan proses pembelajaran sesuai dengan KTSP, yaitu melakukan
tahap-tahap kegiatan, yaitu pre test (kegiatan awal), kegiatan inti, dan post
test (kegiatan akhir); (3) Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri
1 Gresik menggunakan rubrik penilaian untuk menilai hasil laporan
perjalanan siswa, aspek yang dinilai dalam rubrik penilaian mencakup
bahasa (baik, benar, komunikatif, dan efektif), keruntutan ruang dan
waktu, kelengkapan Isi (5W + 1H), sistematika laporan (pendahuluan, isi,
penutup); (4) Guru merasa merasa kesulitan dalam membuat RPP; (5)
Guru tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar secara utuh pada kegiatan
melakukan perjalanan, karena siswa mengadakan perjalanan secara
berkelompok-kelompok dengan tujuan yang berbeda.11 Walaupun titik
temu diantara keduanya terletak pada kajian implementasi kurikulum,
namun
fokus
implementasinya
yang
berbeda,
dimana
peneliti
menggunakan kurikulum 2013, sementara penelitian ini menggunakan
kurikulum KTSP. Perbedaan yang lain terletak di rumusan masalah yang
akan diteliti, Nur Faiko mencari bagaimana dengan perencanaan,
penerapan, penilaian serta faktor pendukung dan penghambatnya,
sementara peneliti lebih menitikberatkan pada implementasi proses dan
penilaian serta hasil yang diharapkan.
11
Nur Faiko, Penerapan KTSP pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Kompetensi Menulis Laporan Perjalanan siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik, Skripsi
Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, UM, 2007.
29
Penelitian yang dilakukan oleh Muh taufiq tentang : Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala yang Dihadapi
Pengelola Madrasah Aliyah Nahdatul Wathan (NW)Pancor Lombok
Timur. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui kesiapan pengelola
Madrasah dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK),
pelaksanaan KBK pada pembelajaran, berbagai faktor pendukung dan
penghambat dalam mengimplementasikan KBK di Madrasah Aliyah NW
Pancor serta upaya yang dilakukan untuk menaggulanginya.12 Rumusan
masalah ini pula yang membedakan penelitian. Begitu juga dengan
metode penelitiannya yang menggunakan deskriptif kualitatif, sementara
peneliti menggunakan metode eksploratif.
Penelitian yang dilakukan oleh Resti fauziah yang berjudul
Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah. Pendekatan Saintifik yang digunakan
sama dengan salah satu implementasi kurikulum 2013, yang meliputi
Observing,
Questioning,
Experimenting,
Associating
dan
Communicating.13 Namun, banyak perbedaan yang muncul, diantaranya
metode yang dipakai adalah campuran antara kualitatif dan kuantitaf
dengan model penelitian tindakan kelas, dimana salah satu langkah untuk
menambah semangat pembelajaran salah satunya digunakan metode
12
Mut Taufiq, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala
yang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan (NW) Pancor, Lombok Timur,
Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2010.
13
Resti Fauziah, Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui
Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Ivotec, Volume IX, No 2 Agustus 2013: 165178, Universitas Pendidikan Indonesia,
30
pembelajaran berdasarkan masalah. Sementara, penelitian ini, kami
fokuskan ke metode eksploratif kualitatif, yang menggambarkan respon
dan pemahaman warga sekolah, proses pembelajaran dan penilaian dan
hasil pembelajaran serta kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.
2. Kerangka Teori
a. Pendekatan Ilmiah (Scientific)
Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu
pendidikan Amerika pada akhir abad ke 19, sebagai penekanan pada
metode laboratorium formalistic yang mengarah pada fakta-fakta
ilmiah. Discovery Education menyebutkan bahwa
The scientific method is the tool that scientists use to find the
answers to questions. It is the process of thinking through the
possible solutions to a problem and testing each possibility to
find the best solution.14
Scientific
Methodmerupakan
serangkaian
proses
untuk
menjawab pertanyaan. Melalui proses berfikir, sebuah hipotesis
diajukan untuk menjadi jawaban sementara atas pertanyaan yang
diajukan. Serangkaian tes dijalankan untuk menguji hipotesis tersebut,
sampai ditemukan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan yang
muncul pada bagian awal proses.
Kenneth
Lafferty
Hess
Family
Charitable
Foundation
menyatakan bahwa:
The Scientific Method is a process for experimentation that is
used to explore observations and answer questions. Scientists
14
Discovery Education, Scientific Method, 2006 diambil pada kamis, 6 Maret 2014
http://school.discovery.com/SciencefairCentral/scifairstudies/handbook/scientificmethod..ht
ml.
31
use the scientific method to search for cause and effect
relationships in nature. In other words, they design an
experiment so that changes to one item cause something else to
vary in a predictable way.15
Definisi ini lebih eksplisit menggunakan istilah eksperimen
sebagai alat yang digunakan untuk menjawab pertanyaan. Sehingga
bisa digambarkan bahwa Scientific Method merupakan serangkaian
proses ilmiah yang diawali dengan suatu pertanyaan, diikuti
pengajuan hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
muncul, lalu dikatakan proses pengujian hipotesis melalui eksperimen
dan pada akhirnya disusun kesimpulan sebagai jawaban yang lebih
shahih.
Menurut Varelas, metode ini memudahkan guru atau
pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu
dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapantahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa
melaksanakan kegiatan pembelajaran.16 Hal ini sejalan dengan
tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses belajar mengajar di
kurikulum 2013.
Sund & Leslie mendefinisikan Scientific Method sebagai
proses sains yang terdiri dari enam langkah, yaitu (1) stating the
problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4)
making observation, (5) collecting data from the experiment, (6)
15
Mc Guire, Using the Scientific Method, Learning Assistance Review (TLAR) Fall
2007, Vol 12 Issue2, p33-45,13p.2 Diagrams.
16
Maria Varelas and Michael Ford, The Scientific method and scientific inquiry:
Tensions in teaching and learning, USA: Wiley InterScience, 2009, 31.
32
drawing conclutions.17 Tahap ini dimulai dari masalah yang
dimunculkan dengan suatu pertanyaan ilmiah. Proses berikutnya
membuat hipotesis, melakukan observasi atau eksperimen, dan
akhirnya membuat kesimpulan.
Sementara itu Griffith menggambarkan Scientific Method
sebagai proses bersiklus dengan tiga tingkat, di antaranya; (1)
observation or experiments, (2) generalitation, (3) hypothesis or
theory.18
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat dikatakan
bahwa Scientific Method adalah jalan untuk membuat dan menjawab
pertanyaan ilmiah melalui observasi dan atau eksperimen.
Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan
ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam
pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai pendekatan
atau metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak
berbeda dengan metode saintifik (scientific method).
Sesuai
dengan
Standar
Kompetensi
Lulusan,
sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan
ketrampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga
ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktifitas menerima,
17
R.B.Sund & Leslie, Teaching Science by Inquiry in the Secondary School,
Columbus: Charles E. Merill Publishing Company, 1973,12.
18
Griffith, The Physics of Everyday Phenomena: A Conceptual Introduction to
Physic, New York: McGraw Hill, 2007, 4.
33
menjalankan,
menghargai,
menghayati
dan
mengamalkan.
Pengetahuan diperoleh melalui aktifitas mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Ketrampilan
diperoleh melalui aktifitas mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar
proses.19Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
atau eksperimen, mengasosiasi/menalar dan mengkomunikasikan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013,
sesuai dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses, diantaranya:
a. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari
tahu
b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi
belajar berbasis aneka sumber belajar
c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah
d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi
e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu
f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya
multi dimensi
g. Dari pembelajaran verbalisme menuju ketrampilan aplikatif
h. Peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisikal
(hardskills) dan ketrampilan mental (softkills)
i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat
j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan member
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan
19
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…
34
(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani)
k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat;
l. Pembelajaran yang menerapkan prisnsip bahwa siapa saja
adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja
adalah kelas.
m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran; dan
n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya peserta didik.20
Pengelolaan Kelas seperti yang tercantum dalam Salinan
lampiran Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses,
diantaranya;
a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik
sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran
harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan
mudah dimengerti oleh peserta didik.
d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan,
dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran.
f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap
respons dan hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk
bertanya dan mengemukakan pendapat.
h. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
i. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta
didik silabus mata pelajaran; dan
j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan.21
20
21
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…
35
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP,
meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.Dalam kegiatan
pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan seharihari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional daninternasional;
c.mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuansebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akandicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran,media pembelajaran, dan sumber belajar yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau
saintifik
dan/atauinkuiri
dan
penyingkapan
(discovery)
dan/ataupembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project basedlearning)disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
KegiatanPenutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang
telahberlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok; dan
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.22
22
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…
36
Strategi pembelajaran yang dianjurkan pada kurikulum 2013
mengacu pada salah satu strategi yang ada, pendekatan discovery
learning, project based learning dan problem based learning.23
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya,
dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan
yang sesuai dengan lingkungannya.
Strategi
Discovery
Learningadalah
teori
belajar
yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar
tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri.
Discovery Learning merupakan suatu cara mengajar yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.24
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui
dengan mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik.
Kelebihan atau keunggulan Discovery Learning, seperti yang
diungkapkan oleh Suherman;
a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar
23
24
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 7, Jakarta: Reineka Cipta, 2008,20.
37
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran
c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas
d. Siswa dengan memperoleh pengetahuan dengan metode
penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya
ke berbagai konteks
e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar
sendiri.25
Langkah yang ditempuh untuk mencapai Discovery Learning
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari
peserta didik
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik26
Discovery Learning terjadi apabila individu terlibat, terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Strategi Project Based Learning dikembangkan berdasarkan
faham filsafat konstruktivisme dalam pembelajaran. Konstruktivisme
mengembangkan atmosfer pembelajaran yang menuntut peserta didik
untuk menyusun sendiri pengetahuannya.27 Strategi ini merupakan
pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek
25
Suherman dkk, Common TextBook Strategi pembelajaran Matematika
Kontemporer, Bandung: Jurusan pendidikan matematika UPI bandung, 2001,179.
26
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
27
Bell, Children’s Science, Contructivism and Learning in Science, Victoria: Deakin
University Pers,1995, 28.
38
secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang
dapat dipresentasikan kepada orang lain.
Prinsip yang mendasaripembelajaran berbasis proyek adalah:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan
tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya
pembelajaran.
b. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian
berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan
dalam pembelajaran.
c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan
menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan
dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam
bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk, laporan
atau hasil karya tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk
mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan
proyek berikutnya.28
Langkah - langkah pembelajaran dalam Project Based
Learning sebagaiamana dikembangkan oleh The George Lucas
Educational Foundation terdiri dari:
a. Start with the essential question
b. Design a plan for the project
c. Create a schedule
d. Monitor the students and the progress of the project
e. Assess the outcome
f. Evaluate the experience29
Secara umum langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
proyek, sebagaimana uraian materi pada pelatihan Kurikulum 2013
disebutkan bahwa langkah awal yang dipakai adalah penentuan
28
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
The Goerge Lucas Educational Foundation, Instructional Module Project Based
Learning, 2005, diambil pada Selasa, 8 april 2014 jam 08.46 dari
http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php.
29
39
proyek,
perancangan
langkah-langkah
penyelesaian
proyek,
penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, penyelesaian proyek dengan
fasilitasi
dan
monitoring
guru,
penyusunan
laporan
dan
presentasi/publikasi hasil proyek dan evaluasi proses dan hasil
proyek.30
Penerapan pembelajaran berbasis proyek sanggup membuat
peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu
pembelajaran
yang
dikembangkan
berdasarkan
paham
konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali
sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung,
membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil
aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan
usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya.
Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang
dewasa belajar agar lebih bermakna.
Problem
Based
Learning
adalah
pembelajaran
yang
menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (illstructured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan
berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru.31
Pembelajaran
30
31
berbasis
masalah
dirancang
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
dalam
suatu
prosedur
40
pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dan menggunakan
instruktur sebagai pelatih metakognitif32
Di dalam Problem Based Learning pusat pembelajaran adalah
peserta didik (student centered), sementara guru berperan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif
menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya.
Langkah-langkah yang ditempuh, sesuai Uraian materi
pelatihan Kurikulum 2013, antara lain;
a.
b.
c.
d.
e.
Mengorientasika peserta didik terhadap masalah
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.33
Problem Based Learning digunakan untuk merangsang
berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah. Untuk
mencapai hal ini, guru membantu peserta didik secara kritis
mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan dan sumber
belajar
yang
menyelesaikan
relevan
masalah
untuk
melakukan
tersebut.
penyelidikan
Dalam
dalam
mengembangkan
keterampilan ini, kerjasama antar peserta didik secara berpasangan
atau berkelompok diperlukan untuk mengidentifikasi informasi dan
32
Jurnal pendidikan dan Pengajaran Undiksa, No 1 Th XXXX Januari 2007, I
Wayan sadia, Pengembangan Kemampuan Berfikir Formal siswa SMA Mellaui Penerapan
Model Pembelajaran ’Problem Based Learning” dan ”Cycle Learning” dalam
Pembelajaran Fisika.
33
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
41
strategi yang relevan dan sumber belajar yang relevan untuk
menyelesaikan masalah yang mereka temukan.
b. Penilaian Otentik
Otentik atau Autentik diartikan dapat dipercaya; benar; asli;
sumber-sumber.34 Autentik diartikan dapat dipercaya; asli; tulen;
sah.35
Penilaian
otentik
merupakan
penilaian
yang
dilakukan
secarakomprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses,dankeluaran (output) pembelajaran.36
Berkenaan dengan penilaian otentik, seperti yang disampaikan
dalam penelitian Burhan Nurgiyantoro, disebutkan bahwa The
necessarystepsto
include(1)setting
developan
the
authenticassessment
standard;(2)assigning
authentictasks;(3)selecting thecriteria;and(4)designingtherubric.
Langkah ini akan sangat membantu guru dalam mengimplementasikan
penilaian otentik sebagai wujud realisasi kurikulum 2013. Lebih lanjut
dalam Judith T.M.Gulikers menyebutkan bahwa
The two most important reasons for using authentic
competency-based assessment are (a) their construct validity
and (b) their impact on student learning, also called
consequential validity.37
34
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta:
Balai Pustaka, 2006, 69.
35
Dep.pend. Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat, Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008, 101.
36
Salinan Lampiran Permendikbud No 66 tahun 2013…
37
Judith T.M.Gulikers, A Five-Dimesional Framework for Authentic Assessment,
Educational Technology Research and Development, 2004, Volume 52, Issue 3.
42
Pada hakikatnya, penilaian otentik merupakan penilaian yang
dilakukan menyeluruh yang menggambarkan kemampuan siswa,
prestasi, motivasi, dan sikap pada pembelajaran yang relevan.
Penilaian ini menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat
mengembangkan instrument untuk mengukur kemampuan siswa
dengan cara yang lebih baik.
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensisikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui
observasi,penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer
evaluation) olehpeserta didik dan jurnal. Instrumen yang
digunakan untukobservasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalahdaftar cek atau skala penilaian (rating
scale) yang disertai rubrik,sedangkan pada jurnal berupa catatan
pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan
secaraberkesinambungan dengan menggunakan indera, baik
secaralangsung
maupun
tidak
langsung
dengan
menggunakanpedoman observasi yang berisi sejumlah
indikator perilaku yangdiamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara
memintapeserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangandirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yangdigunakan berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian
dengancara meminta peserta didik untuk saling menilai
terkait denganpencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupalembar penilaian antarpeserta didik.
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar
kelasyang berisi informasi hasil pengamatan tentang
kekuatan dankelemahan peserta didik yang berkaitan dengan
sikap danperilaku.38
Adapun tujuan penilaian ranah afektif menurut Arikuntoadalah
38
Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…
43
(1)mendapatkanumpanbalik
(feedback),baikbagigurumaupunsiswasebagaidasaruntuk
memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan
programperbaikan(remedialprogram)bagianakdidiknya,
(2)
mengetahuitingkatperubahantingkahlakuanakdidikyang
dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk
perbaikantingkahlakuanakdidik,
(3)menempatkananak didik dalam situasi belajar-mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkatpencapaian
dan
kemampuan serta karakteristik anak didik, dan
(4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan
tingkah laku anak didik.39
Sehubungan dengan tujuan penilaian ranah afektif, maka yang
menjadi
sasarandalam
penilaian
ranah
afektif
adalahperilaku,minat,perasaan,danmotivasianakdidik,
bukan
pengetahuannya.Jadi,dikatakanbahwafaktorafeksi
menunjangkeberhasilanbelajarpesertadidik,halitudapat
diartikanbahwafaktorafeksiyangtinggiataupositifakan
peluang
untuk
lebih
berhasil
memberi
secara
Sebaliknya,jikafaktorafeksipesertadidikrendah,halitu
dapatdiartikanbahwa faktor
sehingga
sulit
afeksinya
untuk
kurang
mencapai
optimal.
juga
mendukung
keberhasilan
secaraoptimal.Jikafaktorafeksipesertadidikrendah,maka
guruharusmengadakantindaklanjut,misalnyaolehguru
bimbingan
konseling untuk menangani atau membantu memotivasi peserta didik.
Adapun
langkah-langkahyangdigunakan
dalampengukuranranahafektifadalah
39
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2013, 1963.
44
(1) penentuan komponen afeksi apa yang akan diiventori,
misalnya
apakah
unsur
sikap,
minat,
motivasi,
watakperilaku,perasaan,atauyanglain,(2)penentuancara inventori
data afektif yangakan dipilih, misalnya apakahlewat
pengamatan,wawancara, ataupemberianangket,dan
misalnyakitamemilihcarapemberianangket,(3)pembuatan kisikisipengujiandanindicator(pertanyaan)tiapkomponen
afektif.Misalnya,jikamenanyakanaspeksikap,makasecara
substansial hal-hal apa saja yang perlu ditanyakan yang
mendukung sikap,(4)pembuatan daftar pertanyaan angket yang
sesuai dengan kisi-kisi. Selain itu, juga ditentukan rentangan
skala penilaian (skala Likert), misalnya 1-5, 5 (sangat tinggi)
dan
1
(sangat
rendah),
(5)
pelaksanaan
pengisianangketolehpesertadidikdandiikutipenyekoran.
Misalnya,jikaada10buahpertanyaan,skortertinggi50dan terendah
10,
dan
(6)
pembuatan
pedoman
posisi
afektif
siswa,misalnya;41-keatas;tinggi,26-40;sedang,10-25; rendah.40
Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis,
teslisan, dan penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian,
jawabansingkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
Instrumenuraian dilengkapi pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atauprojek
yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuaidengan
karakteristik tugas.
Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian
kinerja,yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikansuatu
kompetensi
tertentu
dengan
menggunakan tes praktik,projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupadaftar cek atau skala penilaian
(rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon
berupaketerampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku
sesuaidengan tuntutan kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang
meliputikegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secaratertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan
dengancara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik
40
Burhan Nurgiantoro, Penilaian… 2010,489.
45
dalambidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untukmengetahui
minat,
perkembangan,
prestasi,
dan/ataukreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Karyatersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkankepedulian
peserta
didik
terhadap
lingkungannya.41
Pelaksanaan penilaian kompetensi pengetahuan, sering kali
dilakukan oleh guru, baik secara tertulis dengan tes pilihan ganda
maupun model tes yang lain. Sementara untuk penilain untuk
mengetahui ketrampilan yang dimiliki peserta didik, bisa dilakukan
dengan
penilaian
kinerja.
Penilaiankinerjabukanmemintasiswauntukmenjawab
pertanyaan
pilihan gandapadakertasdanpensil. 42Guru yang melakukan penilaian
kinerja akan meminta siswa mendemonstrasikan bahwa mereka dapat
melakukantugas-tugas tertentu seperti
melakukan
suatu
eksperimen,
menulis suatu
menginterpretasikan
karangan,
jawaban
terhadap suatu masalah, memainkan suatu lagu atau melukis suatu
gambar.
Penilaian
kinerja
menuntutsiswadapatmendemonstrasikanketerampilannyadalamsuatusi
tuasi testing.
SurapranatadanHattamenyatakan
portofolioberartisebagaikumpulanevidence(dokumen,bukti)yangberisi
informasi tentang kemampuan dan perkembangan peserta didik dari
waktu
41
ke
Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…
Ibrahim Muslimin dan Muhammad Nur, Pengajaran Berdasarkan Masalah,
Surabaya: University Press, 2000, 53.
42
46
waktu.43Portofolioadalahkumpulanhasilkaryaseorangsiswa,sebagaiha
silpelaksanaan
tugaskinerja,yangditentukanolehguruatauolehsiswabersamaguru,seba
gai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai
kompetensi
yang
ditentukandalamkurikulum.Olehkarenaitu,tidaksetiapkumpulankaryas
eorang siswa disebut portofolio. Portofolio dalam arti ini, dapat
digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari
instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai
hasil belajar siswa.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai
denganbentuk instrumen yang digunakan; dan
3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatifsesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik44
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan
menggunakan jurnal, penilaian diri dan atau penilaian antar teman.
Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan dan atau
penugasan. Penilaian ketrampilan melalui tes praktik, penilaian
proyek dan penilaian portofolio.
43
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio: Implementasi
Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006,30.
44
Salinan Lampiran permendikbud No 66 Tahun 2013…
47
Banyak pemaparan dari para ahli tentang kurikulum 2013 baik
melalui seminar maupun pelatihan dan pendidikan, namun penelitian
yang berkenaan dengan kurikulum 2013 merupakan hal baru, sehingga
sangatlah beralasan apabila penelitian terhadap kurikulum yang baru ini
dilakukan.
c. Kinerja dan Kompetensi Guru
Guru dalam proses belajar mengajar di kelas dipandang dapat
memainkan peran penting dalam membantu peserta didik untuk
membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin
tahu, mendorong kemandirian dan menciptakan situasi dan kondisi
yang mendukung untuk belajar.
Kinerja dan kompetensi guru memiliki tanggung jawab yang
besar dalam transformasi ilmu kepada siswa dari ketidaktahuan menjadi
tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi
terampil, dengan metode-metode pembelajaran tertentu, yang bukan
lagi mempersiapkan siswa yang pasif, melainkan siswa berpengetahuan
yang senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan
informasi baru dengan berpikir, bertanya, menggali, mencipta an
mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kehidupannya.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)
ditegaskan bahwa pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen
48
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini. Arahan tersebut menyatakan bahwa guru
sebagai agen pembelajaran yang bertanggung jawab dalam proses
pentransferan ilmu pengetahuan siswa.
Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan
pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.45Sebagai perencana,
maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi di lapangan, sebagai pengelola maka guru harus mampu
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat
belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Lebih lanjut
Brown dalam Sardiman menjelaskan tugas dan peranan guru, antara
lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan
dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, dan mengontrol serta
mengevaluasi kegiatan belajar siswa.46
Pembelajaran sebagai wujud dari kinerja guru, maka segala
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru harus menyatu dan
menghayati tugas-tugas yang relevan dengan tingkat kebutuhan dan
kemampuan siswa serta kemampuan guru dalam mengorganisasikan
materi pembelajaran dengan raga teknologi pembalajaran yang
memadai.
45
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Prenada Media, 2005, h.13-14
46
A.M.Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000, h.142
49
Hudoyo menjelaskan bahwa tugas guru sebagai pelaksana
kurikulum harus memahami empat pertanyaan kurikulum yaitu
mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa topic-topik harus
diajarkan? Pertanyaan pertama, mengapa topik-topik harus diajarkan,
berkaitan
dengan
pemahaman
guru
tentang kegunaan
materi.
Pertanyaan kedua, apa yang akan diajarkan, berkaitan dengan
penguasaan guru terhadap bahan yang akan diajarkan. Pertanyaan
ketiga, bagaimana mengajarkan, berkaitan dengan penguasaan guru
tentang strategi pembelajaran, dan pertanyaan keempat, kepada siapa
bahan ajar diajarkan, berkaitan dengan pemahaman guru tentang
karakteristik siswa yang belajar.47
Agar guru dapat mengajar dengan baik, maka syarat pertama
yang harus dimiliki adalah menguasai betul dengan cermat dan jelas
apa yang akan diajarkan. Seorang guru yang tidak menguasai bahan
ajar, tidak mungkin dapat mengajar dengan baik. Hal penting dalam
pembelajaran setelah guru menguasai bahan ajar adalah peran guru
mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran menjadi hal
penting karena berkaitan langsung dengan aktivitas belajar siswa.
Upaya guru untuk menguasai bahan ajar yang akan diajarkan,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajran dengan optimal
dapat terwujud jika dalam diri guru tersebut ada dorongan dan tekad
yang kuat untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
47
H.Hudoyo, Pengembangan Kurikulum Matematika & Pelaksanaannya di Depan
Kelas, Surabaya: Usaha Nasional, 1979, h.25
50
Dengan demikian, untuk mendapatkan proses dan hasil belajar
siswa yang berkualitas tentu memerlukan kinerja guru yang maksimal.
Agar guru tersebut menunjukkan kinerjanya yang tinggi, paling tidak
guru tersebut harus memiliki penguasaan terhadap materi apa yang
akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya agar pembelajaran data
berlangsung efektif dan efisien serta komitmen untuk menjalankan
tugas-tugas tersebut.
Penguasaan bidang studi oleh guru akan tampak dalam perilaku
nyata ketika ia mengajar. Penguasaan itu akan tampak pada
kemampuan guru dalam menjelaskan, mengorganisasikan bahan ajar
dan sikap guru. Semakin baik penguasaan bahan ajar oleh guru, maka
kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan bahan
ajar juga semakin baik.
Guru yang kurang mampu penguasaan bahan ajar, akan
kehilangan kepercayaan diri bila berada dalam kelas, selalu ragu-ragu
dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat dan tuntas atas
pertanyaan siswa. Hal ini akan berakibat kurang baik dalam
mengajarkan materi, sebab akan merendahkan mutu pembelajaran dan
dapat menimbulkan kesulitan pemahaman siswa. Lebih dari itu, guru
yang tidak menguasai bidang studi akan diremehkan oleh siswa.
Mulyasa menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses yang kompleks yang melibatkan berbagai aspek yang saling
berkaitan satu dengan yang lain. Aspek-aspek yang saling berkaitan
51
tersebut, antara lain: guru, siswa, bahan ajar, sarana pembelajaran dan
lingkungan belajar.48 Mengorganisir dalam pembelajaran adalah
pekerjaan yang dilakukan seorang guru dalam mengatur dan
menggunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar
dengan cara yang efektif dan efisien.
Pernyataan ini dipertegas oleh Usman bahwa pengelolaan
pembelajaran terkait dengan upaya guru untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung,
mengembangkan
bahan
ajar
dengan
baik,
dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus mereka capai.49
Kondisi pembelajaran yang efektif dapat tercapai jika guru
mampu mengatur siswa dan sarana pembelajaran, mampu menjalin
hubungan interpersonal dengan siswa serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kondisi pembelajaran yang efektif akan mempengaruhi kualitas
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
kemampuan mengelola pembelajaran selama proses belajar mengajar
dengan beberapa dimensi yaitu, menciptakan dan memelihara kondisi
pembelajaran yang optimal, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
48
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Rosdakarya,
2007, h.136
49
M.U.Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002,
h. 21
52
membina hubungan yang positif dengan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Sejalan dengan perubahan kurikulum, maka bukan lagi eranya
bagi seorang guru untuk selalu menunggu petunjuk dari atasan. Ia harus
proaktif mencari, berimprovisasi dan melakukan inovasi baik pada saat
pembuatan RPP maupun pada saat melakukan proses transformasi
pengetahuan di dalam kelas. Pada saat ini, guru tidak lagi harus
menjadi sumber belajar yang utama, namun, harus sanggup menjadi
fasilitator yang mampu menerapkan berbagai macam metode dan
strategi saat mengajar. Siswa dilibatkan secara penuh pada saat proses
belajar mengajar di kelas.
Guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan
kurikulum. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah
harus diawali dengan adanya komitmen guru untuk menjalankan
tugasnya secara aktif, kreatif dan inovatif.
Mulyasa menjelaskan bahwa komitmen secara mandiri perlu
dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru, terutama
untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kekakuan
birokrasi,
seperti
harus
menunggu
petunjuk
atasan
dengan
mengubahnya menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif.50 Sehingga
komitmen diartikan sebagai suatu keberpihakan diri terhadap suatu
pekerjaan atau tugas atas dasar loyalitas, tanggung jawab dan
50
E. Mulyasa, op.cit.,h.151
53
keterlibatan secara psikologis dalam tugas, seperti kebanggaan dan rela
berkorban.
Terkait dengan tugas yang diberikan kepada guru, diperlukan
komitmen adanya komunikasi dan peran guru dalam mengarahkan dan
membimbing siswa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
efektif.
Kompetensi
guru
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya tujuan pembelajaran dan pendidikan di
sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar dan lama mengajar. Pengembangan kompetensi merupakan
suatu proses yang berhasil memahirkan seperangkat ketrampilan yang
dibutuhkan untuk mencapai domain kehidupan. Kompetensi guru
dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, yang
dapat dijadikan pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan
tenaga guru.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik
dan
Kompetensi
guru.
Dijelaskan
bahwa
Standar
Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat (4) kompetensi
utama,
yaitu kompentensi pedagogik,
professional.
kepribadian, sosial dan
54
Kompetensi pedagogik merupakan suatu kemampuan seseorang
dalam bidang ilmu pendidikan. Untuk menjadi guru yang profesional
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan dan
ketrampilan pada bidang profesi kependidikan. Pengetahuan dan
pemahaman yanag harus dimiliki seorang guru sebagai profesi
kependidikan meliputi: peserta didik, terori belajar dan pembelajaran,
kurikulum dan perencanaan pengajaran, budaya dan masyarakat sekitar
sekolah, filsafat dan teori pendidikan, evaluasi, teknik dasar dalam
mengembangkan proses belajar, teknologi dan pemanfaatannya dalam
pendidikan, penelitian dan moral, etika dan kaidah profesi.51
Sementara kompetensi kepribadian merupakan suatu masalah
yang abstrak, hanya dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan
dan cara berpakaian seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda. Seperti yang disampaikan Mulyasa bahwa seorang guru harus
memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,
berakhlaq mulia dan dapat menjadi teladan. Selain itu pribadi guru
yang terintegrasi dengan penampilan kedewasaan yang layak
diteladani, memiliki sikap dan kemampuan memimpin yang demokratis
serta ngayomi siswa.52
Berdasarkan kompetensi tersebut, seorang guru harus bertindak
secara konsisten sesuai norma agama, hukum, social dan budaya,
51
Depdiknas, Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21
(SPTK-21), Jakarta: Depdiknas. 2002, h. 27
52
E.Mulyasa, op.cit.,h.118
55
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan
berakhlaq mulia mampu menjadi teladan siswa.
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru dalam hal
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame
pendidik, tenaga kependidikan, wali siswa dan masyarakat sekitar.53
Jadi seorang guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dan
santun dengan siswa, sesama guru dan tenaga kependidikan, orang tua
siswa dan masyarakat sekitar. Selain itu, diharapkan guru memiliki
kemampuan bekerja sama dengan sesamanya.
Kompetensi professional merupakan suatu kemampuan yang
sesuai dengan keahliannya, seperti menyampaikan sesuatu kepada
siswa dalam rangka menjalankan tugas dan profesinya. Kemampuan
memahami bahan ajar dan materi yang harus diajarkan menjadi bagian
dari kompetensi ini.
Dalam sistem pengajaran modern, keterlibatan guru mulai dari
perencanaan, inovasi pendidikan sampai kepada pelaksanaan dan
evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan
suatu pengajaran. Guru di sekolah mempunyai peran yang luas sebagai
pendidik, orang tua, teman, dokter, motivator dan lain sebagainya.
Selain guru, ada hal yag tidak bisa diabaikan dalam proses
belajar mengajar yaitu fasilitas yang merupakan bagian yang ikut
53
Depdiknas, Standar Kompetensi Guru (SKG), Jakarta: Depdiknas, 2003, h. 27.
56
mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran. Tanpa fasilitas, maka
proses improvisasi pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menitik beratkan pada field research atau penelitian
lapangan, namun juga tidak mengesampingkan pada studi kepustakaan atau
library research terutama untuk menyusun landasan teori.
Sehubungandenganpermasalahanyangdiangkatolehpeneliti,makajenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatifdimana mengkaji berbagai
studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris seperti studi kasus,
pengalaman personal, pengakuan instropeksi, kisah hidup, wawancara, artifak,
berbagai teks dan produksi kultural, pengamatan, sejarah, interaksional dan
berbagai
teks
Fokuspenelitianyangakandilakukanadalahinteraksilangsungdenganmateri,
pengajar
visual.
para
serta peserta didik baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
maupun di SMK Negeri 1Tengaran Kabupaten Semarang.
Pendekatan yang digunakan adalah eksploratif. Eksploratif bersifat
eksplorasi yang artinya penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang
terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan.54Penelitian Eksplotarif
dilakukan bilamana literature atau hasil penelitian yang membahas masalah
tersebut masih langka.55 Peneliti mengidentifikasi orang-orang yang ada
54
55
Dep.Pend.Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…359.
Slamet Soeseno, Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Jakarta: Gramedia, 2006,7.
57
berdasarkan kepentingan penelitian, mencatat kejadian-kejadian. Dari kategorikategori itu peneliti mengembangkan konsep sesuai keadaan yang ada di
lapangan.
Pendekatan eksploratif merupakan pendekatan penelitian yang berusaha
mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru. Sehingga peneliti akan
menfokuskan pada implementasi kurikulum 2013 dengan menggunakan
pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X. Peneliti juga akan mengupas
lebih dalam bagaimana kekurangan dan kelebihan kurikulum 2013.
Berbagai bahan kajian empiris itu disajikan dalam rincian persoalan di
berbagai momen dan berbagai pemaknaan dan berbagai kehidupan sosial.
2. Lokasipenelitian
Lokasi
penelitian
yangdijadikansebagaitempatuntukpenelitian
iniadalahpadaSMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK N 1 Tengaran Kab
Semarang. Peneliti memilih SMK Telekomunikasi Tunas Kab Semarang dan
SMK N 1 Tengaran sebagai tempat penelitian, karena dua SMK tersebut
merupakan SMK yang ditunjuk dari Dinas Pendidikan Kab Semarang untuk
menggunakan kurikulum 2013 pada kelas X.
3. Subjek Penelitian
Adapunsampelyangdiambilpenelitisebanyaktigakategori:
yakni
materi berupa aturan atau pijakan hukum dan produknya berupa
kurikulum, proses berhubungan dengan pelaksanaan dan aplikasi hukum
58
itu dan hasil yang berkaitan dengan output setelah diberlakukan dan
diterapkan kurikulum 2013.
Jadisampelyangdiambilolehpenelitidapat berupa materi yang telah
jadi/matang, baik berupa UU, Permendiknas, PP, kurikulum, pelaku dan
penikmatnya
yang kesemuanya itu terdapat dan diambil dari beberapa
sumber diantaranya dari SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab.
Semarang dan SMK N 1 Tengaran Kab. Semarang.
4. Data dan Sumber Data
a. Data
1). DataPrimer
Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama
baik dari individu maupun perseorangan seperti hasil wawanacara
dan observasi yang dilakukan peneliti. Data primer yang akan
digunakan adalah informan, yang dianggap mengetahui dan
melaksanakan kurikulum 2013. Adapun yang akan menjadi
informan pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti, dan siswa.Selain itu, observasi terhadap
proses belajar mengajar dan laporan hasil belajar siswa menjadi
data yang kami perlukan.
59
2). Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Undang-undang, Permendikbud
dan
Keputusan
Menteri
Agama
yang
diberlakukan
pada
pelaksanaan kurikulum 2013.Dokumen-dokumen resmidanarsiparsipbaik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang
maupun
SMK
N
1Tengaran
Kab.
Semarang
. Datainiberupadatayangdiperolehlangsungdariorangataupimpinan
dan
informasiyangsengajadipilih/diambil
olehpenelitiuntukmemperolehdata-dataatau
informasiyangadarelevansinyadenganpermasalahanini.
b. SumberData
Sumberdatamerupakandatadatasebagaipenunjangatauacuandalam
penelitian
iniyangmemilikiperanyangsangatpenting
dalamsuatupenelitian,khususnyasebagaialatatauteknikyangdapatdiguna
kan untuk memperoleh data dalam penelitian.
1). Kata-katadanTindakan
Katakatadantindakanorangyangdiamatiataudiwawancaraimerupakan
sumberdatautama.Sumberdatautamadicatatmelaluicatatantertulis.
2). DataTertulis
Datatertulismerupakansumberdatayangdiambilmelaluidatadatabuku, majalah i l m i a h sumber dari skripsi, dokumen dan lain-
60
lain.
Daridata
tersebutdiataspenelitidapatmemperoleh
datainformasiyangberkaitan
sebagai
bahan
penelitian,
seperti
informasi tentang lingkaran keluarga yangditeliti.
5. TeknikPengumpulanData
Metodepengumpulandatapenelitianmemilikiperanyangsangatpentin
g dalamsuatupenelitian,khususnyasebagaialatatauteknikyangdapatdigunakan
untuk memperoleh data dalam penelitian.
a. Observasi
Adapunobservasiyangdilakukanpenulistermasukdalamjenis
observasi partisipasif dimanapenulisterlibatlangsungdengankegiatanseharihariorang
yangsedangdiamatiatauyangdigunakansebagaisumberdatapenelitian.
Sambilmelakukanpengamatan,penulisikutmelakukanapayangdikerjakan
oleh sumberdata.
Dalammetodeobservasiinipenulistidakhanyamengamatiobyekstudi
tetapijugamencatathal-halyangterdapatpadaobyektersebut.Selainitu metode
ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dan
kondisisecarauniversaldariobyekpenelitian,yakni point-point penting dari
adanya hukum normatif sehingga dijadikan pijakan oleh guru dalam
menentukan kualitas hasil belajarnya baik yang bersumber dan diterapkan
di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang maupun SMK N 1
Tengaran,
tentunya
tetap
dilengkapi
dengan
letakgeografis/lokasi
sekolah,kondisisaranaprasarana jugastrukturorganisasinya.
61
b. Wawancara
Peneliti menggunakan wawancara
peneliti
hanya
tidak
membawa
terstruktur,
dimana
pedoman
wawancarayangmemuatgarisbesartentanghal-halyangakanditanyakankepada
subyek, karenanya pewawancara harus memahami cara yang terbaik untuk
mengontak yang diwawancarai, secara cermat menggunakan alat, pokokpokok pertanyaan, telah menetapkan waktu dan telah ditentukan secara pasti
siapa, apa dan dimana akan diadakan wawancara. Adapun pertanyaan yang
diajukan
kepada
subyek,
secara
pokokakan
mengungkapbeberapa
pertanyaan dari yang kurang mendalam (pheriperal) sampai pada
pertanyaan yang teramat mendalam (Probing) dalam rangka menggali,
mengklarifikasi/ mencari kesadaran kritis dalam mencari penjelasan yang
bertujuan menfokuskan kembali jika dalam wawancara terjadi pembiasan
tentangbagaimanadata yang dikumpulkan.
c. Dokumentasi
Metodedokumenyangdimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar, kopian kurikulum 2013, kurikulum dan aturan yang terakit
dengannya di sekolah, catatan-catatan, peraturan tertulis, surat kabar, f oto
kegiatan, surat keputusan, koran yang berkaitan, data-data guru yang telah
dan belum pernah mengikuti pendidikan dan latihan tentang kurikulum
2013 dan guru yang telah dan belum menerapkannya dalam KBM seharihari danyang berhubungan langsung dengan penelitian dalam tesis ini.
62
6. TeknikAnalisaData
Penelitian menggambarkan kembali data-data yang telah terkumpul
mengenai
materi
hukum
kependidikan, terapan dan
dan
atau
undang-undang,
kurikulum
hasilnya di SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Tengaran Kabupaten Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran
Kabupaten Semarang.
Dataitudikumpulkandalamanekamacamcara seperti
observasi,
wawancara, dokumentasi, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan
kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.
a. ReduksiData
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian
padapenyederhanaan,pengabstrakan,dantranformasidata“kasar”yangmu
ncul
daricatatan-catatan
tertulisdilapangan.
Reduksidatabukanlah
suatuhalyang
terpisahdarianalisis,iamerupakanbagiandarianalisis.Reduksidatamerupa
kan
suatu
bentukanalisis
yangmenajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan,
membuangyangtidakperlu,danmengorganisasikandatadengancarasede
mikian
rupasehinggakesimpulanfinalnyadapatditarikdandiverifikasikan.Denga
ncara
itu,kitatidakmenepisdatayangadadarikonteksdimanadataituterjadiatau
63
diperoleh.
b. PenyajianData
Alur
penting
yangkedua
darikegiatan
analisis
penyajikan
adalah
data.
Kamimembatasisuatu“penyajian”sebagaisekumpulaninformasitersusun
yang
memberikemungkinanadanyapenarikankesimpulandanpengambilantind
akan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapatmemahami apa
yang
sedang
terjadidanapayangharusdilakukanlebihjauhmenganalisisataukahmenga
mbil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari
penyajian-penyajian tersebut.
c. MenarikKesimpulan/Verifikasi
Kegiatan
analisis
ketiga
yang
penting
adalahmenarik
kesimpulan
atau
verifikasidanpermulaanpengumpulandata.Daripermulaanpengumpulan
data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda
mencatat
keteraturan,
pola-pola,
yangmungkinalursebabakibat,
penjelasan,
danproposisi.
konfigurasi
Penarikankesimpulan
dalampandanganpenelitihanyalahsebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi
yang
utuh.
Kesimpulan-kesimpulan
diverifikasikanselamapenelitianberlangsung.
juga
64
Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan
upayayang
berlanjut,berulangdanterusmenerus.Masalahreduksidatapenyajiandata,
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran
keberhasilan
secara
berurutansebagairangkaiankegiatananalisisyangsalingsusulmenyusul.N
amun duahallainnyaitusenantiasamerupakanbagiandarilapangan.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini memuat suatu kerangka pemikiran yang
akan dituangkan dalam lima bab yang disusun secara sistematis.
BAB I Pendahuluan terdiri dari; latar belakang masalah, rumusan masalah
yang terdiri dari identifikasi masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, signifikansi penelitian yang meliputi tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari
penelitian terdahulu dan kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II Deskripsi Data Penelitian yang membahas tentang profil sekolah, visi
dan misi sertastruktur organisasi baik di SMK N 1 Tengaran maupun
di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab Semarang.
BAB III Analisa Data yang terdiri dua macam pembahasan, yaitu
pemahaman dan respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama
65
Islam dan Budi Pekerti di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab
Semarang dan SMK N 1 Tengaran tentang kurikulum 2013.
BAB IV Data Hasil Penelitian yang penulis laksanakan yang meliputi dua sub
pokok bahasan terdiri dari implementasi pendekatan ilmiah dan
penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti kelas X di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan kab
Semarang dan SMK N 1 Tengaran dan kelebihan dan kekurangan
pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik (authentic) pada
kurikulum 2013.
BAB V Kesimpulan dan Saran.
66
BAB II
GAMBARAN UMUM SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN
DAN SMK NEGERI 1 TENGARAN
A. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
1. Profil Sekolah
Pada era global yang berdampak pada berbagai bidang, bahkan
terjadi krisis global yang mendera dunia saat ini, dibutuhkan banyak
tenaga terampil dan mandiri yang mampu bersaing dalam segala
bidang.Tuntutan profesionalitas calon tenaga kerja di segala bidang akan
terus meningkat.Tantangan ini tidak dapat ditawar lagi, sebab tuntutan
akan profesionalisme, kemandirian dan integritas diri dipertaruhkan.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kabupaten
Semarang adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki
Kompetensi Keahlian: Teknik Komputer dan Jaringan, Rekayasa
Perangkat Lunak, Multimedia, dan Teknik Kendaraan Ringan. SMK ini
menyelenggarakan program-program untuk mempersiapkan calon tenaga
67
profesional dan lulusan yang kompeten, kompetitif dan memiliki dedikasi
tinggi untuk bekerja keras dimanapun berada atau melanjutkan pendidikan
di jenjang yang lebih tinggi.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan berbagai potensi,
diantaranya SDM yang berkualitas baik tenaga pendidik (guru) maupun
tenaga kependidikan serta sumber daya lainnya sebagai pendukung proses
pembelajaran yakni sarana fisik berupa ruang belajar, fasilitas peralatan
praktik dan tidak kalah penting adalah daya dukung masyarakat, dunia
usaha/dunia industri, pemerintah daerah serta pemerintah pusat dalam
bentuk pendanaan kegiatan pembelajaran maupun kelengkapan sarana
praktik dan perhatian terhadap perkembangan siswa. Melalui dorongan
berbagai komponen tersebut diharapkan dapat menunjang tercapainya
standarisasi kompetensi yang telah ditetapkan.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan berdiri pada tahun 2001
dengan jurusan Teknik Informatika. Pada tahun tersebut, masih jarang
didirikan sekolah dengan program keahlian Teknik Informatika khususnya
untuk wilayah Kabupaten Semarang, sehingga animo siswa sangat banyak.
Kepedulian Bapak Hendrawan selaku pendiri Yayasan Tunas Harapan
terhadap pendidikan terwujud dengan didirikannya sekolah ini. Pada tahun
berikutnya, membuka jurusan baru yaitu Teknik Elektronika Komunikasi
dan Teknik Mekanik Otomotif.
Perkembangan SMK Telekomunikasi terjadi sangat pesat dari
tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari jumlah siswa sudah hampir mencapai
68
1000 orang yang berasal dari berbagai daerah, baik seputar Kabupaten
Semarang, Salatiga, Boyolali, Kota Semarang maupun luar Jawa Tengah
dan luar Pulau Jawa. Walaupun SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
merupakan sekolah swasta, namun pengembangan sarana prasarana tidak
kalah dengan sekolah negeri bahkan lebih baik. Begitu juga dengan
prestasi yang ditorehkan oleh siswa SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
sehingga mampu menjadikan sekolah ini terbaik di kabupaten Semarang.
2. Visidan Misi
Menjadikan Pusat Pendidikan untuk menciptakan Sumber Daya
Manusia yang Profesional dan Kompetitif, mempunyai wawasan IPTEK
dan IMTAQ, berwawasan Nasional dan Internasional untuk menghasilkan
tenaga kerja tingkat menengah dalam rangka memenuhi kebutuhan
Pembangunan Nasional baik saat ini maupun dimasa yang akan datang
sejalan kecenderungan era globalisasi.
ï‚·
Menyediakan wadah pendidikan yang mempunyai keunggulan dan
mampu menciptakan Sumber Daya Manusia dalam mengatasi
kebutuhan SDM dalam pembangunan Nasional Indonesia.
ï‚·
Menghasilkan SDM yang dapat menjadi faktor keunggulan dalam
berbagai sektor pembangunan.
ï‚·
Mengubah peserta didik dari status beban , menjadi asset yang
produktif.
69
ï‚·
Menghasilkan tenaga kerja yang profesional untuk memenuhi
kebutuhan industri khususnya dan tuntutan pembangunan pada
umumnya.
ï‚·
Membekali
peserta
didik
dengan
kemampuan
untuk
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.
ï‚·
Mendidik untuk menghasilkan lulusan yang memiiliki IMTAQ dan
IPTEK yang mampu bersaing di era informasi yang menglobal.
3. Tujuan
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabuapten Semarang telah
ditetapkan menjadi SMK berpotensi yang dikembangkan menjadi SMK
Rintisan Bertaraf Internasional meskipun pada media 2012 program ini
telah dihapuskan. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten
Semarang memiliki keinginan untuk maju yang didorong kerja keras, kerja
cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas semua komponen yang ada, untuk
meningkatkan mutu pendidikan.Sejalan dengan tuntutan masyarakat
sekitarnya, tuntutan dunia usaha / dunia industri
maupun tuntutan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era global, SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang berusaha keras
untuk memenuhi kebutuhan sarana prasanana pendidikan dalam rangka
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Meningkatnya mutu pendidikan di SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Kabupaten Semarang dapat menghasilkan tamatan yang memiliki
SDM berkualitas, sehingga mampu memenangkan persaingan global.
70
4. Geografis
Kondisi geografis SMK Telekomunikasi Tunas Harapan secara
umum adalah terletak di jalan umbul senjoyo desa bener Kec. Tengaran
Kab. Semarang propinsi Jawa Tengah dengan batas-batas sebagai berikut :
Timur
: Perumahan senjoyo dan objek wisata senjoyo
Selatan
: Perumahan dan kawasan industry radius 1 km
Barat
: Jalan Solo- Semarang dan terminal tingkir
Utara
: Jalan Salatiga- Karanggede (boyolali)
Gedung sekolah terletak di pingggir jalan umbul senjoyo yang
menghubungkan jalan Solo-semarang dengan obyek Umbul senjoyo dan
jalan Salatiga - Suruh serta terletak 100 m dari terminal Tingkir Salatiga
sehingga sangat mudah dijangkau oleh siswa. Kurang lebih 250 meter
sebelah selatan bangunan sekolah terdapat Bank BRI yang memudahkan
para siswa untuk menabung atau menerima kiriman uang dari orangtua,
saudara, atau bantuan dari instansi lain.
Untuk segi keamanan sekolah sangat didukung dengan adanya
Polsek Tingkir Salatiga yang ada di sebelah tenggara kurang lebih 300
meter dari gedung sekolah.
Untuk pembinaan iman para siswa khususnya yang beragama
Islam, ada masjid dua lantai dengan kapasitas 1000 jamaah sehingga bisa
digunakan untuk kegiatan ibadah bagi civitas akademika seperti salat
71
jumat atau salat dzuhur berjamaah sekaligus pembinaan keagaaman melaui
rohis.
Puskesmas cebongan yang memilki fasilitas 24 jam yang letaknya
kurang lebih 500 meter dari sekolah juga sangat mendukung sekolah, jika
sewaktu-waktu ada siswa sakit bisa cepat-cepat dibawa ke puskesmas
meskipun di sekolah juga ada UKS dengan seorang tenaga medis yang
memadahi.
Untuk mendukung pembelajaran khususnya bidang ekonomi juga
bidang studi yang lain di jalan Solo-Semarang depan terminal Tingkir
berdiri Telsa Center yang merupakan unit produksi dari sekolah. Sebagai
sarana pendukung kegiatan pembelajaran sekolah telah dilengkapi dengan
sarana sistem informasi yang cukup baik, triangle tiang pemancar dan
penerima signal, acces point , server dengan spesifikasi cukup tinggi serta
didukung acces internet dari beberapa provider membuat hot spot area
ataupun WiFi sekolah memilki kuota dengan kecepatan acces relative
tinggi bagi civitas akademika.
Disamping itu dibangun pula, unit produksi untuk program
keahlian Multi Media berupa proses pembuatan dan pencetakan MMT.
Sistem piket untuk siswa diatur sedemikian rupa, sehingga tidak
mengurangi dan menghalangi siswa untuk mengikuti jam tatap muka di
kelas. Didirikan pada awal bulan Juli 2014, sehingga dibutuhkan
pemasaran dan promosi yang kuat memasarkan produk yang dihasilkan.
72
5. Sosial Budaya
Lingkungan sekolah berada ditempat sejuk asri dan nyaman karena
cukup jauh dari pusat keramaian kota namun akses jalan tidak terlalu jauh
dari jalan utama Solo-Semarang sehingga mudah menggapainya. Akses
internet sangat menonjol disekolah ini bahkan merupakan pencitraan
publik untuk sekolah ini.Prestasi akademik dan non akademik selalu
ditorehkan dengan selalu menempati peringkat pertama Ujian Nasional
tingkat Kabupaten Semarang dan juga juara umum Lomba Ketrampilan
Siswa (LKS) serta juara O2SN dan Science terapan SMK.
Kondisi orang tua peserta didik sangat beragam dari pejabat,
pengusaha, pegawai negeri/swasta, petani, pedagang dan lain-lain. Kondisi
ekonomi yang cukup merupakan modal kuat bagi pengembangan sekolah,
beasiswa juga disediakan bagi orang tua peserta didik yang kurang mampu
atau siswa yang berprestasi. Mereka berasal dari Kabupaten Semarang,
Salatiga, Boyolali maupun beberapa kota lain seperti Jepara, Kudus,
Purwodadi bahkan luar Jawa seperti Sumatera dan Papua. Pada dasarnya
orang tua peserta didik merupakan masyarakat berbudaya yang telah sadar
tentang pentingnya pendidikan yang bermutu bagi putra-putri mereka.
Kepedulian orang tua terlihat pada terpenuhinya kebutuhan siswa berupa
laptop yang digunakan siswa untuk praktik pembelajaran, walaupun setiap
laboratorium komputer sudah disediakan sesuai kebutuhan. Hampir setiap
siswa memilikinya, sehingga memudahkan bagi guru pengampu mata
pelajaran paket A dan B untuk memberikan penugasan mandiri.
73
Seleksi masuk bagi siswa baru cukup ketat. Penerimaan Peserta
Didik Baru menyeleksi kemampuan intelektual, bakat minat, kesehatan,
buta warna, tidak bertato, tidak bertindik, tinggi badan minimal 160 cm
dan lain-lainnya, sehingga akan mendapatkan siswa baru dengan bibit
yang unggul. Sekolah ini menerapkan kedisiplinan yang cukup baik bila
dibanding
sekolah
lain.Ini
penting
berkaitan
dengan
kegiatan
pembelajaran agar proses transformasi pendidikan dapat dilakukan dengan
baik (proses). Sedangkan untuk output siswa terjadi hal yang unik apabila
kita berbicara tentang sekolah kejuruan, dimana prosentase siswa yang
melanjutkan cukup tinggi dibanding yang bekerja. Beberapa kerjasama
dengan industri untuk tamatan dilaksanakan disekolah seperti dengan PT.
Fukusuke, PT Anabatic, PT Unilever, PT Epsson dan laian-lain telah
dilaksanakan sekolah memalui BKK dengan dukungan perangkat sistem
informasi.
Sekolah telah terakreditasi A dari Badan Akreditasi Sekolah
(BAS) untuk semua program keahliannya, sehingga secara umum telah
memenuhi 8 standar pelayanan pendidikan meskipun masih ada beberapa
kelemahan untuk standar tertentu. Semenjak tahun 2008 sekolah telah
mengimplementasikan ISO 9001:2008 dari URS sehingga mutu sekolah
senantiasa terjaga.Prosedur ditujukan untuk menjelaskan cara-cara
melakukan tinjauan atas Sistem Manajemen Mutu sehingga dapat menilai
keefektifan sistem dan menentukan usaha manajemen untuk memperbaiki
sistem secara berkelanjutan. Agenda tinjauan atau evaluasi, misalnya
74
mengenai hasil audit internal maupun eksternal,tindakan koreksi sejak
rapat terakhir,tindak lanjut dari tinjauan manajemen,umpan balik
pelanggan, tindakan pencegahan dan tindakan koreksi,kinerja proses dan
kesesuaian
pencapaiannya,perubahan-perubahan
atau
usul
untuk
memperbaiki sistem,penetapan sasaran mutu dan peningkatan produktifitas
efisiensi kerja senantiasa dilakukan. Apabila sistem manual dirasa tidak
mampu mendukung sistem maka diusahakan mengadopsisistem informasi
yang lebih tepat sesuai tujuan misal perpustakaan, akademik maupun
proses pembelajaran.
Pelayanan kepada siswa pun dilakukan dengan sepenuh hati. Hal
ini terlihat di pagi hari, siswa yang datang ke sekolah disambut oleh guruguru yang piket gerbang. Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan melakukan
pendampingan siswa selama proses pembelajaran baik di sekolah maupun
di dunia usaha/dunia industri selama siswa melakukan Prakerin di kelas XI
pada semester 4. Bimbingan yang menyeluruh pun dilakukan oleh
Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling, baik dilakukan secara
individu maupun kelompok.
Berbagai kegiatan ekstra kurikuler diberikan kepada siswa, yang
terbagi ke dalam ekstra wajib dan ekstra pilihan. Ekstra wajib meliputi
latihan pleton inti (baris berbaris), pramuka dan rohis. Sementara ekstra
pilihan, meliputi basket, volley ball, futsal, badminton, tae kwondo, PMR,
tenis meja, tari dan karya ilmiah remaja. Sementara itu, untuk mewadahi
75
kreatifitas pengembangan bahasa, dibentuklah klub bahasa Inggris dan
bahasa Jepang.
Prestasi siswa SMK Telekomunikasi Tunas Harapan baik di tingkat
kabupaten maupun propinsi antara lain: Juara I siswa berprestasi SMK
tingkat propinsi pada tahun 2009, Juara I English debate tingkat kabupaten
pada tahun 2009, juara II lomba band SMK tingkat propinsi pada tahun
2010, juara bola basket O2SN tingkat karesidenan Semarang pada tahun
2011 sampai sekarang, Juara I LKS tingkat kabupaten pada tahun 2009
sampai sekarang yang meliputi networking support, web design, animasi,
graphic design, matematika-olimpiade sains terapan, software application,
fisika terapan, juara I TUB-PBB Kab Semarang pada tahun 2009 sampai
sekarang.
Permasalahan yang muncul baik mengenai pribadi, keluarga
maupun belajar siswa diakomodir oleh Wali Kelas yang bekerja sama
dengan BP/BK. Pelaksanaan home visit dilakukan bagi siswa yang sakit
atau yang tidak masuk tanpa keterangan lebih dari satu hari. Kepedulian
guru dan staf merupakan gambaran akan kepedulian dan tanggung jawab
yang diberikan orang tua yang mempercayakan anaknya untuk dididik di
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan.
6. Sarana Prasarana
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kabupaten
Semarang berdiri di atas lahan 4,5 Ha telah memiliki sarana dan prasarana
76
yang cukup memadai dalam rangka pengembangan sekolah, diantaranya
ruang teori sebanyak 33 ruang teori yang telah dilengkapi dengan LCD
proyektor. Ruangan ini akan dipakai oleh siswa untuk pembelajaran
normative maupun adaptif. Selain itu, dibangun pula 12 (dua belas) ruang
laboratorium computer untuk menunjang pembelajaran praktik, yang
dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan diantara computer, netbook
maupun LCD proyektor. Untuk menunjang pembelajaran produktif
program keahlian teknik kendaraan ringan, dibangun pula 3 bengkel yang
memadai berikut sarana yang dibutuhkan. Untuk program keahlian multi
media disediakan studio Telsa TV sebagai wahana penyaluran karya siswa
yang terpancar sampai radius 12 km.
Pada tahun 2008, dilengkapi dengan pembangunan asrama untuk
siswa baik putra yang terdiri dari 4 (empat) lantai dan asrama putri, yang
dibangun secara terpisah.Hal ini dimaksudkan untuk menampung siswa
yang di luar wilayah Kabupaten Semarang atau yang membutuhkan.
Kelebihan diberikan kepada siswa yang tinggal di asrama, diantaranya
mendapatkan pelayanan pembelajaran malam, laundry untuk baju seragam
dan berbagai fasilitas yang lainnya.
Beberapa ruang juga dibangun sebagai penunjang proses
pembelajaran diantaranya, ruang guru, ruang kantor TU, ruang kepala
sekolah, meeting room, ruang wakil kepala sekolah, ruang perpustakaan,
ruang UKS, ruang koperasi siswa, ruang BP / BK, ruang OSIS, kamar
mandi / WC, gudang, Masjid / Aula, kantin, rumah dinas Kasek, Asrama
77
Guru/Karyawan, tempat sepeda, garasi mobil, lapangan sepak bola,
lapangan bola volly, lapangan bola basket, gardu piket, reservoar, tempat
parkir mobil dan taman – taman penghijauan.
78
B. SMK Negeri 1 Tengaran
1.
Profil Sekolah
Pemerintah Jawa Tengah mencanangkan sebagai propinsi vokasi,
memiliki pengaruh yang besar terhadap berdirinya sekolah menengah
kejuruan di wilayah kabupaten Semarang pada khususnya. Hal ini terlihat
dengan didirikannya sekolah menengah kejuruan di berbagai pelosok
wilayah kabupaten Semarang, diantaranya di daerah Susukan dan
Tengaran.
Pada awal berdirinya, sekolah ini bernama Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Kecil yang berlokasi di SMP Negeri 2 Tengaran
beralamat Jalan Raya Salatiga-Solo KM. 07 Karangduren Tengaran
dengan jadwal masuk mulai jam 13.00 WIB. Pada tanggal 1 Agustus
2005, SMK Kecil tersebut berpindah di Jalan Darun Na'im, Karangduren,
Tengaran dengan menempati gedung sendiri yang berposisi berada di
belakang SMP Negeri 2 Tengaran. SMK Kecil Tengaran tersebut dengan
Program Keahlian yaitu Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Tata Busana
(TB) yang dipimpin oleh Bapak Drs. H. Saliminudin, MM.
Pada tahun pelajaran 2006/2007 sekolah tersebut berganti nama,
dari SMK Kecil Tengaran menjadi SMK Negeri 1 Tengaran dan masih
dibawah pimpinan Bapak Drs. H. Saliminudin, MM. dengan bertambah
jurusan menjadi 5 (lima) yaitu :Teknik Kendaraan Ringan (TKR),
Teknik Sepeda Motor (TSM), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL),
Tata Busana (TB), Tata Boga (TG), hingga tahun pelajaran 2013/2014
79
sekarang. Dengan alamat kontak SMK Negeri 1 Tengaran Alamat: Jl.
Darun Na'im, Karangduren, Tengaran Kab. Semarang - Jawa Tengah Indonesia, Telepon: +62-0298-3405144 Fax: 0298-3405166 Email:
[email protected], Web: www.smkn1tengaran.sch.id.
StrukturOrganisasiSMK N 1 Tengaran
Sumber : www.smkn1tengaran.sch.id juga hasil observasi
2.
Visi, Misi, Motto dan Program Kerja
a.
Visi
Menjadi Pusat Diklat Sertifikasi (Centre of Training and
Certification) yang unggul dalam mewujudkan lulusan yang
Profesional, Adaptabel, Responsif didasari Iman dan Taqwa
80
b.
Misi :
1.
Mengembangkan keunggulan melalui keprigelan, keetelatenan
dan kebersihan dengan mengengedepankan kemandirian dan
kreatifitas serta menumbuhkan rasa kejujuran dan kepedulian
terhadap sesama dan lingkungan.
2.
Meningkatkan pemahaman warga sekolah pelaksanaan
kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan KTSP dan Spektrum.
3.
Meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan bidang dan
tugasnya.
4.
Melengkapi sekolah dengan sarana yang memadai untuk
mencapai tataran ideal
5.
Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif
untuk mengasah kasanah keilmuan.
6.
menjadi pusat kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan memberikan fasilitas penelitian dan
eksperimen
7.
Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat, stake holders
dan instansi serta institusi pendukung pendidikan lainnya.
c.
Motto
SMK Negeri 1 Tengaran memiliki motto untuk mutu
pendidikan yaitu TEPAT, yang diuraikan menjadi Tangguh dalam
81
menghadapi tantangan, Eksis dalam teknologi, Produktif dalam
setiap pemikiran, Andal dalam berkompetisi, Teliti dalam segala
sikap dan perbuatan.
Untuk Mutu Organisasi TAKWA yang diuraikan Taat
melaksanakan kewajiban, Amanah melaksanakan tugas, Kritis
mensikapi setiap perbuatan, Wajar meraih keberhasilan, Arif setiap
kata dan tindakan.
d.
Program Kerja
SMK Negeri 1 Tengaran memiliki program kerja yang dibagi
dalam dua kategori, program unggulan dan program pengembangan
sarana prioritas
1.
Program Unggulan
a) Menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN)
b) Mengembangkan sikap dan kompetensi keagamaan
c) Mengembangkan potensi siswa berbasis multiple
intelligence
d) Mengembangkan budaya daerah
e) Mengembangkan kemampuan bahasa dan teknologi
informasi
f)
2.
Meningkatkan daya serap ke perguruan tinggi favorit.
ProgramPengembangan Sarana Prioritas
a) Membangun 1 Bengkel praktik siswa dengan konstruksi
bangunan 1 tingkat
82
b) Membangun parkir area
c) Pembangunan Kantin Siswa
d) Perbaikan dan Pengecetan Lapangan Olah Raga
e) Pengembangan Jaringan Infrastruktur LAN (Intranet dan
Internet)
f)
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Sekolah
(SIMS)
g) Melengkapi Sarana dan Prasarana Perpustakaan dan Lab
Komputer
h) Membangun Aula
3.
i)
Renovasi Tampilan Depan Skolah/Gerbang Sekolah
j)
Renovasi Koridor
Geografis
Secara umum SMK Negeri 1 Tengaran terletak di tempat yang
strategis, dapat diakses oleh semua transportasi umum, karena terletak 100
m dari jalan raya Solo-Semarang sehingga memudahkan bagi pelanggan
yang akan berkunjung ke lokasi.
Gedung sekolah dikelilingi rumah
penduduk, tepatnya di jalan Darun Naim Karang Duren Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang. Lokasi berada tepat di belakang pasar
Kembang Sari yang memudahkan para civitas akademika memenuhi
kebutuhan sekolahnya.
83
Dari sisi keamanan sekolah sangat didukung dengan adanya Polsek
Tingkir Salatiga yang ada di sebelah utara kurang lebih 600 meter dari
gedung sekolah dan dibangunnya asrama TNI yang berjarak kurang lebih
100 m.
Pelaksanaan sholat dhuhur berjamaah bagi guru dan siswa maupun
kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan di musholla yang dibangun di
dekat pintu gerbang masuk ke lokasi sekolah, sehingga mengurangi alasan
siswa untuk meninggalkan sholat dhuhur dan memperlancar proses belajar
mengajar khususnya untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
budi pekerti.
Pembangunan kantin di sekolah pun dilakukan yang berada di
dalam lokasi sekolah sebanyak 12 (dua belas) kantin. Posisi antar kantin
dibuat strategis sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti di belakang ruang
praktek siswa, di dekat lapangan olah raga, di belakang ruang teori dan di
dekat parker siswa. Dengan dipenuhinya jumlah kantin dan makanan yang
beragam diharapkan siswa dan guru tidak keluar dari lingkungan sekolah
selama proses pembelajaran berlangsung.
Untuk mendukung pembelajaran khususnya bidang prakarya dan
kewirausahaan siswa di depan sekolah berdiri Unit Produksi untuk bidang
Tata Busana. Terlihat beberapa pelanggan dan siswa sedang melakukan
transaksi usaha baik pemesanan baru maupun mengambil pesanan yang
sudah jadi. Ketrampilan siswa sudah teruji sehingga masyarakat
mempercayakan kebutuhan busananya kepada mereka.
84
4.
Sosial budaya
Lingkungan sekolah berada ditempat sejuk asri dan nyaman
walaupun berada di belakang pasar, namun keramaian pasar tidak sampai
terdengar di lingkungan sekolah.
Dari kelima program keahlian, SMK Negeri 1 Tengaran memiliki
program keahlian yang seringkali mewakili kabupaten Semarang untuk
maju Lomba Ketrampilan Siswa dalam bidang produktif Teknik
Kendaraan Ringan. Beberapa prestasi lain yang ditorehkan oleh SMK
Negeri 1 Tengaran, diantaranya dalam bidang lomba Kewirausahaan dan
Tata Busana.
Secara umum kondisi orang tua siswa berada pada posisi
menengah dan sejahtera, walaupun ada 10 persen orang tua siswa berada
pada posisi ekonomi pra sejahtera. Pemerintah memberikan Bantuan
Operasional Siswa, meringankan siswa dan orang tua dalam pembayaran
uang sekolah. Bahkan, siswa yang berada pada kondisi ekonomi pra
sejahtera digratiskan dalam pembayaran uang sekolah. Beasiswa yang lain,
diberikan berupa bantuan BAZIS dari potongan gaji dari pegawai.
Animo siswa untuk mendaftar di SMK Negeri 1 Tengaran
lumayan banyak. Terbukti hampir setiap tahun pembelajaran baru, calon
pendaftar sebanyak 1.100 orang, padahal yang dibutuhkan berkisar 500
siswa. Pendaftaran pun hanya dilakukan selama 1 (satu) minggu, sesuai
aturan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang.
Program keahlian yang menjadi favorit masyarakat yaitu Teknik
85
Kendaraan Ringan dan Tata Busana. Hal ini terjadi, karena SMK Negeri 1
Tengaran tidak melakukan pemungutan uang sumbangan pembangunan
dan biaya bulanan yang relative rendah.
Penyaluran tenaga kerja siswa yang telah lulus dari SMK Negeri 1
Tengaran dikelola oleh Bursa Kerja Khusus di bawah wakil kepala bidang
Kehumasan. Kerja sama dengan Dunia Usaha/Dunia Industri seperti
dengan PT. Fukusuke Kogyo Indonesia dan PT SMART Tbk. Prosentase
siswa yang bekerja lebih banyak dibanding siswa yang melanjutkan
kuliah. Ada beberapa perusahaan di seputar kecamatan Tengaran
menampung siswa lulusan dari program keahlian Tata Busana.
Semenjak
tahun
2011,SMK
Negeri
1
Tengaran
telah
mengimplementasikan ISO 9001:2008. Prosedur ini berisi Standar
Operasional Prosedur, Instruksi Kerja yang dijabarkan ke dalam form dari
masing-masing unit kerja. Sistem Manajemen Mutu diawali oleh audit
internal yang dilakukan oleh pihak dalam yang dilanjutkan dengan audit
eksternal dari pihak luar. Dengan dijalankannya prosedur ini dapat dilihat
program perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tata cara menyelesaikan
masalah yang muncul dari masing-masing unit. Cara ini, mempermudah
kepala sekolah dan stafnya untuk melakukan tinjauan supaya sistem
berjalan dengan baik.
Penggalakan kegiatan ekstra kurikuler di bawah lingkup Wakil
Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, meliputi beberapa macam, seperti
kesenian, olah raga terutama basket, bola voli dan futsal. PMR pun
86
digemari oleh siswa, paskibra dan aktifnya pramuka dan osis.Pelayanan
kepada siswa pun dilakukan dengan sepenuh hati. Wakil Kepala Sekolah
Kesiswaan melakukan pendampingan siswa selama proses pembelajaran
baik di sekolah maupun di dunia usaha/dunia industri selama siswa
melakukan Prakerin di kelas XI pada semester 4. Bimbingan yang
menyeluruh pun dilakukan oleh Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan
Konseling, baik dilakukan secara individu maupun kelompok.
Proses pembelajaran intra kurikuler dari hari senin sampai hari
sabtu yang dimulai dari jam 07.00 sampai jam 14.30. Untuk
menyeimbangkan potensi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa,
dibentuklah berbagai kegiatan ekstra kurikuler di bawah tanggung jawab
wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Kegiatan olah raga seperti basket,
bola voli dan futsal diikuti oleh sebagian besar siswa, yang biasanya
dilakukan secara terjadwal sesuai dengan kelompoknya. Ekstra band pun
tidak kalah diikuti oleh banyak siswa terutama yang memiliki bakat music
dan vokal. Kesibukan wakil kepala sekolah pun terlihat ketika mendekati
peringatan hari besar nasional, dimana sejumlah siswa selama bermingguminggu akan berlatih baris berbaris di halaman sekolah. Hal ini menyita
waktu dan tenaga bagi siswa dan tim pelatihnya, bahkan seringkali harus
meninggalkan jam pembelajaran intra kurikuler dalam beberapa waktu.
Aktifitas siswa yang tergabung dalam OSIS maupun pramuka juga terlihat.
Berbagai kegiatan OSIS seperti pemilihan ketua umum, pelatihan LDK,
dan menjalankan program-programnya seperti penggalangan donor darah
87
dan peringatan hari besar agama maupun nasional. Pelaksanaan kemah
bhakti setahun sekali, renungan suci dan mencari jejak merupakan bagian
program dari pramuka yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Pertemuan rohis pun dilakukan secara berkala, meliputi kegiatan baca tulis
al Qur’an, ceramah keagamaan dan bakti sosial.
Pada tahun 2012 siswa SMK Negeri 1 Tengaran mewakili
Indonesia pada ajang International Exhibition for Young Inventors di
Bangkok, Thailand. Tim SMK Negeri 1 Tengaran terpilih karena temuan
program permainan edukatif berbasis mobile untuk siswa SD, Jarimatika.
Lomba berlangsung pada tanggal 28-30 Juni 2012 diikuti ratusan peserta
dari 38 negara. Pada tahun 2013, mendapatkan bantuan revitalisasi mesin
oven cat dari Direktorat Pendidikan Kejuruan Departemen Pendidikan.
Alat tersebut menjadi alat penunjang praktek siswa program keahlian
teknik Kendaraan Ringan untuk mengecat bodi mobil. Beberapa kejuruan
diperoleh oleh siswa pada mata Lomba Ketrampilan Siswa pada program
keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan mata pelajaran Kewirausaahaan.
Bahkan pada tahun 2014, SMK Negeri 1 Tengaran mendapat gelar juara
umum pada Lomba Ketrampilan Siswa tingkat Kabupaten Semarang,
dengan memperoleh 7 (tujuh) kejuaraan pada lomba tersebut.
5.
Sarana Prasarana
SMK Negeri 1 Tengaran memiliki sarana dan prasarana yang
cukup memadai dalam rangka pengembangan sekolah, diantaranya ruang
88
teori sebanyak 33 ruang yang digunakan untuk pembelajaran kelompok
paket A dan B maupun pembelajaran paket C yang membutuhkan ruang
teori biasa. Selain itu, dibangun pula 11 ruang praktek untuk menunjang
pembelajaran praktik, yang dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan.
Dari 11 ruang praktek tersebut, terbagi ke dalam 3 ruang praktek Tata
Busana, 2 ruang praktek Teknik Kendaraan Ringan, 2 ruang praktek
Rekayasa Prangkat Lunak, 1 ruang praktek Teknik Sepeda Motor, 1 ruang
praktek Tata Boga, 2 laboratorium komputer.
Di depan sekolah dibangun pula ruangan untuk unit produksi SMK
Negeri 1 Tengaran berupa produk pembuatan sekaligus pemasaran untuk
program keahlian Tata Busana. Setiap harinya, tampak beberapa
pengunjung mendatangi stand tersebut yang dilayani oleh siswa yang
sedang melaksanakan pembelajaran praktik.
Gedung
pertemuan
dibangun,
untuk
melayani
kunjungan
pelanggan dengan kapasitas 250 orang. Selain digunakan untuk ruang
pertemuan, gedung tersebut juga berfungsi sebagai tempat latihan olah
raga, bagi guru dan siswa, rekrutmen tenaga kerja dan sebagainya.
Beberapa ruang juga dibangun sebagai penunjang proses
pembelajaran diantaranya, ruang guru, ruang kantor TU, ruang kepala
sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang perpustakaan, ruang UKS,
ruang koperasi siswa, ruang BP/BK dan ruang konseling, kamar mandi
sebanyak 25 ruang, gudang sebanyak 4 ruang, musholla, kantin sekolah
sebanyak 12 buah, rumah penjaga sekolah, tempat parkir sepeda untuk
89
guru, siswa maupun tamu, lapangan bola volly, lapangan bola basket dan
gardu piket petugas keamanan.
Asrama siswa dibangun untuk menampung siswa yang berasal dari
daerah yang sulit dijangkau kendaraan umum. Ada beberapa persyaratan
siswa yang tinggal di asrama, diantaranya berasal dari tempat tinggal yang
jauh, keluarga yang kurang mampu dan memiliki prestasi yang bagus.
Asrama ini lebih banyak digunakan untuk menampung siswa kelas XII
yang akan mengikuti Ujian Nasional, sehingga memudahkan bagi siswa
untuk memperoleh jam pembelajaran tambahan di malam hari.
Koleksi perpustakaan SMK Negeri 1 Tengaran memiliki stok buku
kurang lebih 2.200 eksemplar yang terdiri dari buku pelajaran, buku fiksi,
non fiksi dan buku referensi yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan
Inggris. Terdapat juga data elektronik melalui email dan akses internet
yang dapat digunakan setiap saat serta adanya hotspot area dimana setiap
orang dapat mengakses internet secara gratis.
90
BAB III
PEMAHAMAN DAN RESPON GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI TERHADAP IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
A. Pemahaman Guru Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013
1.
SMK Negeri 1 Tengaran
SMK Negeri 1 Tengaran merupakan salah satu sekolah yang
ditunjuk
oleh
dinas
pendidikan
kabupaten
Semarang
untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 pada kelas X secara keseluruhan.
Hal ini memacu para guru dan civitas akademika untuk berbenah
mempersiapkannya secara maksimal. Salah satu bentuk persiapan yang
ada yaitu dikirimkannya lima (5) orang guru untuk mengikuti pelatihan
kurikulum 2013, yang terdiri dari guru Matematika, Bahasa Indonesia
dan Sejarah.
Sejalan dengan program pengembangan pemahaman kurikulum
2013, Ibu Kepala Sekolah menyampaikan pendapatnya:
“Saya berharap pengiriman untuk diklat kurikulum 2013
terbatas pada guru 3 (tiga) mata pelajaran saja. Apalagi
pengirimannya pun mepet menjelang kurikulum 2013
dilaksanakan. Untuk diklat kepala sekolah sendiri,
dilaksanakan sekali di bulan Juni 2013 di Solo.” 56
Menanggapi hal itu bapak waka kurikulum, menambahkan:
56
W(S2)1
tidak
untuk
mau
baru
91
“Di awal pemberlakuan kurikulum 2013 kemarin, guru yang
mendapatkan pelatihan baru 5 (orang) ditambah kepala sekolah.
Sehingga langkah kami, hanya belajar secara mandiri dari undangundang yang dikeluarkan. Pelatihan kepada seluruh guru, kami
lakukan di bulan Desember 2013, ketika libur semester.” 57
Sementara dari kementrian agama kab Semarang bidang PAIS
mengadakan pelatihan kurikulum 2013 untuk guru-guru Pendidikan
Agama Islam SMK se kab Semarang. Pelatihan tersebut diikuti oleh tiga
(3) orang guru, yaitu Ibu Dra. Nur Solichah, M.Pd, Bapak Fathan
Budiman, S.H.I dan Ibu Siti Suhartini,S.Pd.I. Sementara Ibu Heni
Wulandari, S.Pd.I tidak mengikuti dikarenakan terbatasnya kuota yang
ditetapkan. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan Ibu Nur
Solichah yang menyampaikan bahwa kuota dari kementrian Agama Kab
Semarang hanya memperbolehkan maksimal mengirimkan tiga (3) orang
guru.58
Pelatihan tersebut berlangsung tiga hari, yang diikuti oleh hampir
90 (Sembilan puluh) peserta dari 33 SMK yang ada di wilayah Kab
Semarang. Pelatih dan mentor yang handal dan profesional dihadirkan
selama pelatihan tersebut. Selain pemaparan materi secara teori peserta
juga diminta membuat produk berupa rencana pelaksanaan pembelajaran
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk
kelas X. Di akhir pertemuan, diadakan micro teaching berbasis
57
58
W(S2)3
W(S2)2a
92
pendekatan ilmiah yang dilakukan secara bergilir dari masing-masing
kelompok.59
Berkaitan dengan Ibu Heni Wulandari, S.Pd.I yang belum
mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dari kemenag Kab. Semarang,
sedikit mengalami kesulitan untuk memahami aturan yang ada, baik di
PP No 65 tentang standar proses dan PP No 66 tentang standar penilaian.
Seperti yang beliau sampaikan di sela-sela obrolan kami,
“Pelatihan kurikulum 2013 yang diadakan di SMK Negeri 1
Tengaran hanya mengarah kepada pembuatan RPP, namun untuk
implementasi dari PP 65 dan 66 disampaikan secara umum.
Sehingga, pemahaman saya jauh berbeda dengan pemahaman
teman-teman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang
lain. Apalagi, pelatihan yang diadakan dari kemenag sesuai dengan
tuntutan yang harus dilakukan oleh guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti.”
Dari observasi yang kami lakukan terhadap hasil rencana
pelaksanaan pembelajaran dari guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMK N 1 Tengaran, kami dapatkan bahwa
menyelesaikan
sebagian
rencana
pelaksanaan
guru baru
pembelajaran
dari
keseluruhan materi yang ada. Walaupun, materi belum terselesaikan
secara keseluruhan, kami dapatkan bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dibuat telah sesuai dengan undang-undang yang
berlaku. Telah tampak prosedur kegiatan belajar mengajar yang dimulai
dari pendahuluan, kegiatan inti maupun penutup, dimana masing-masing
item kegiatan ditambah dengan durasi waktu yang dibutuhkan.
59
W(S2)3
93
Begitu pula dengan proses penilaian, telah lengkap dituliskan
model penilaian yang digunakan, bentuk soal sekaligus kunci jawaban
yang ada. Demikian juga dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dibuat oleh Ibu Heni telah mencerminkan aturan yang ditetapkan., karena
dalam pembuatannya beliau menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
Dari wawancara dan observasi terhadap dokumen yang tersedia,
dapat dikatakan bahwa guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi pekerti memahami regulasi yang ada dalam PP No 65 dan 66. PP
No 65 berkaitan dengan standar proses berupa kegiatan inti dalam
pembelajaran
yang
meliputi
proses
mengamati,
menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Peraturan yang
tercantum dalam PP No 66 yang berupa penilaian ranah sikap,
pengetahuan dan ketrampilan juga telah tampak pada rencana pelaksana
pembelajaran yang dibuat.
Berkaitan dengan pemahaman guru terhadap pendekatan saintifik,
berikut kami sampaikan beberapa wawancara dan observasi kepada guru.
Seperti yang disampaikan Bapak Fathan, bahwa pendekatan saintifik
kalau diterapkan dalam metode pembelajaran sangat ideal, karena guru
hanya berfungsi sebagai fasilitator, bukan satu-satunya sumber belajar
yang utama.60
Ibu Nur Sholikah menyampaikan:
“Ya sebisanya saya praktekkan pendekatan ilmiah ini, walaupun
kadang saya harus menstimulasi siswa untuk bertanya. Praktek ini
60
W(S2)3
94
sangat mendukung dan saya gunakan untuk jurusan RPL,
sementara untuk jurusan TKR tidak bisa maksimal.”61
Pernyataan yang sama disampaikan oleh Ibu Heni pengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti:
“Siswa kebanyakan pasif, sehingga begitu masuk kelas langsung
saya bentuk kelompok kecil membahas tugasnya masing-masing.
Itu saja saya bisa terapkan untuk jurusan TG dan TB, namun untuk
jurusan TKR dan TSM sangat susah saya berikan.”62
Guru-guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah
memahami
menanya,
pendekatan ilmiah yang meliputi proses mengamati,
mengekplorasi,
mengasosiasi
dan
mengkomunikasi.
Implementasi dari kegiatan ini pun terlihat selama proses observasi yang
dilakukan oleh peneliti.
Metode pembelajaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari penilaian
otentik. Data yang kami himpun, sebagian besar diperoleh dari
wawancara dan observasi terhadap subyek. Seperti penuturan yang
disampaikan bapak waka kurikulum:
“Secara umum teman-teman guru sudah memahami penilaian yang
harus kita lakukan, walaupun rumit. Hal itu terbukti, ketika para
guru harus mengirimkan (3) tiga nilai itu, mereka membuatnya
dengan baik, meskipun sejarah nilai itu tidak kami peroleh.” 63
Permasalahan yang muncul memang sudah diakomodir oleh pihak
kurikulum terutama berkenaan dengan proses penilaian. Menurut beliau,
keluhan dari hampir sebagian guru adalah berkenaan dengan penilaian.
Hal ini juga dirasakan oleh bapak waka kurikulum:
61
W(S2)3
W(S2)3
63
W(S2)2a
62
95
“Sebagai guru biasa, memang mudah menjalankan penilaian ini
secara tuntas, namun karena beban pekerjaan di kurikulum ini
terlalu besar, terkadang kami juga kewalahan untuk menyiapkan
semua instrument penilaian yang dibutuhkan.” 64
Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
terhadap penilaian otentik terlihat pada aktifitas guru mata pelajaran ini
untuk melakukan penilaian pada setiap kompetensi yang diajarkan.
Penilaian tersebut meliputi penilaian sikap yang dilakukan di awal,
proses dan akhir pembelajaran, yang digunakan untuk menilai
keseluruhan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Dari berbagai wawancara dan observasi yang telah kami lakukan,
kami menyakini bahwa guru pengampu Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti di SMK N 1 Tengaran telah memahami undang-undang
yang diberlakukan. Terbukti dengan hasil rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sudah dikumpulkan, implementasi pendekatan ilmiah
sudah berjalan dan penilaian otentik sudah dilakukan. Namun
pembenahan tetap harus dilakukan demi kesempurnaan sebuah program.
2.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
Implementasi kurikulum 2013 telah berlangsung sejak bulan Juli
2013, namun pemahaman dari guru tentang pelaksanaan kurikulum 2013
beragam. Beberapa hal yang menjadi pemicunya, salah satunya adalah
kesiapan guru memahami kurikulum 2013 yang diwujudkan dalam
bentuk pelatihan yang difasilitasi negara.
64
W(S2)2a
96
Pemerintah belum menganggarkan pelatihan yang diberikan untuk
guru, selain kepala sekolah. Di bulan Juli - Agustus 2013, ada lima guru
yang diminta mengahadiri pelatihan dengan skala nasional untuk guru
Matematika dan Bahasa Indonesia masing-masing terdiri dari 2 (dua)
orang dan 1 (satu) orang dari mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Hal ini sangat berpengaruh kepada pemahaman guru untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar.
Hal ini diakui oleh waka kurikulum:
“Pemerintah kurang cepat dalam mengambil langkah untuk
memberikan pelatihan kepada guru, padahal bulan Juli 2013,
kurikulum ini harus mulai berjalan. Walaupun pihak sekolah sudah
melakukan secara mandiri baik seminar maupun pelatihan
pembuatan RPP. Namun, menurut kami hal ini masih kurang
banyak, terbukti baru 3 (tiga) guru pengampu mata pelajaran saja
yang ditugaskan. Sementara itu masih banyak guru yang belum
memahami.”65
.Dari hasil pelatihan yang diberikan kepada tiga pengampu mata
pelajaran pun mengalami perbedaan, Hal ini terlihat ketika pembahasan
dilakukan untuk menyamakan persepsi dalam pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Terlepas dari perbedaan tersebut, dalam
kesempatan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, terlihat
kesiapan guru dalam mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran.
Berkaitan dengan pelatihan yang dilakukan oleh pihak sekolah
terhadap guru-guru, biasanya mengambil waktu habis jumatan, dimana
65
W(S1)b1
97
pada jam tersebut, pembelajaran diakhiri agak awal dibanding hari efektif
yang lain. Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah:
“Untuk lebih memahamkan kurikulum 2013 ini, sekolah
melakukan pelatihan secara mandiri, biasanya kita gunakan hari
jumat setelah jumatan. Siswa kelas X memang masih masuk untuk
mengikuti ekstra pramuka, namun pembelajaran di kelas hari
jumat, selesai jam 11.45.”66
Pelatihan yang dilakukan kurang lebih dimulai bulan Agustus
sampai bulan Oktober, kurang lebih ada 10 (sepuluh) kali pertemuan,
yang terbagi ke dalam beberapa sesi. Durasi pelatihan yang diberikan,
setidaknya mampu mengurangi ketidaktahuan para guru tentang
kurikulum 2013 secara umum.
Pelatihan kurikulum 2013 pun diadakan oleh Kementrian Agama
bidang PAIS kab. Semarang bagi guru pengampu mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti yang dilakukan di hotel Cantik Ungaran, selama tiga (3)
hari. Hal ini sangat membantu pemahaman para guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti terhadap regulasi yang baru.
Hal itu terbukti, ketika kami melakukan observasi terhadap hasil
rencana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti yang telah dibuat, terbukti
sudah sesuai dengan apa yang
diamanatkan dalam undang-undang no 65. Di dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran, tertuang kegiatan inti yang meliputi proses mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, yang
disesuaikan dengan durasi waktu yang dibutuhkan. Begitu juga terhadap
66
W(S1)a
98
penilaian otentik yang harus dilakukan oleh guru meliputi ranah sikap,
pengetahuan dan ketrampilan. Sehingga, guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti memahami aturan yang dikeluarkan pemerintah PP No
65 dan No 66
Yang sangat menentukan perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP
adalah pendekatan yang diberikan kepada siswa, yaitu pendekatan
ilmiah. Hal ini membawa pengaruh kepada proses penyampaian materi
kepada siswa. Pemahaman guru dengan adanya pendekatan saintifik telah
menunjukkan peningkatan, sebagaimana disampaikan bapak kepala
sekolah:
“Sesuai dengan supervisi yang saya lakukan terhadap 40 guru,
menunjukkan adanya implementasi ilmiah ke dalam proses belajar
mengajar di kelas. Walaupun masih ada beberapa yang terkesan
memaksakan untuk prakteknya, namun hal itu menunjukkan
pemahaman guru terhadap pendekatan ilmiah.” 67
Senada dengan pernyataan bapak kepala sekolah, sengaja kami
melakukan observasi terhadap implementasi pendekatan saintifik pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dimana proses
belajar mengajar dilakukan secara outdoor. Di awal pertemuan guru
melakukan presensi dan memberikan motivasi kepada siswa, dilanjutkan
dengan kegiatan inti berupa penyampaian tujuan pembelajaran secara
umum dan khusus. Guru menstimulasi siswa dengan guru memberikan
peragaan membaca ayat al Qur’an. Dilanjutkan proses tanya jawab antar
guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Setelah proses tanya jawab
67
W(S1)a
99
selesai, dilanjutkan dengan pembentukan kelompok kecil, yang diberi
tugas sesuai materinya yaitu analisis Qur’an Surat An Nur ayat 2.
Pertemuan selanjutnya, dilakukan proses mempresentasikan tugas yang
diberikan.68
Dari berbagai wawancara dan observasi yang kami lakukan, bahwa
guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah memahami
implementasi pendekatan ilmiah, meskipun ada beberapa catatan yang
harus dilakukan, diantaranya kreatifitas guru yang perlu ditingkatkan
supaya proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
Sementara untuk pemahaman guru terhadap penilaian otentik,
terlihat dari beberapa wawancara dan observasi yang kami lakukan.
Disampaikan waka kurikulum dalam rapat briefing pagi:
“Penilaian kurikulum 2013 berbeda dengan KTSP yang mencakup
tiga aspek yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Dimohon nilai bisa dikumpulkan ke bidang kurikulum, paling
lambat tanggal 12 Desember 2013.”69
Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
terlihat pada wawancara yang kami lakukan terhadap bapak Heru Budi
selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti menyampaikan:
“Untuk penilaian sikap, kita mencoba membuat instrument sendiri,
walaupun kami kurang tahu betul atau salah. Kalau penilaian
ketrampilan sudah ada instrumennya sejak lama.” 70
68
O(S1)c
69
70
W(S1)b1
W(S1)c
100
Hal ini senada yang dilakukan oleh bapak Ashabul Khoir, bahwa
penilaian
beliau
lakukan
sebanyak
tiga
ranah
untuk
setiap
kompetensinya. Walaupun merepotkan, namun tetap harus dilakukan.
Penilaian otentik yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan
ketrampilan difahami oleh guru pengampu mata diklat Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti, terbukti dari dokumen penilaian akhir
semester gasal (rapot semester gasal) yang ada di kurikulum,
menegaskan bahwa penilaian yang diberikan dari pengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup tiga (3) ranah.
B. Respon Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013
1.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang
Pemberlakuan kurikulum 2013 yang dimulai bulan Juli 2013,
memunculkan berbagai ragam tanggapan baik yang memberikan kritik
dan menerima dengan pemikiran terbuka terhadap kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah. Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah
bahwa:
“SMK Telekomunikasi Tunas Harapan merupakan salah satu
sekolah di Kabupaten Semarang yang diminta menerapkan
kurikulum 2013 mulai bulan Juli 2013 kemarin. Saya yakin temanteman guru memiliki ragam pendapat mengenai perubahan
kurikulum ini. Hal ini wajar, karena perubahan yang mendasar
terlihat pada pola dan cara mengajar guru berikut penilaiannya.” 71
71
W(S1)a
101
Senada dengan ini, wakil kepala sekolah bidang kurikulum
menyampaikan pendapatnya, sebagai berikut;
“Perubahan kurikulum ini membuat kami agak kerepotan, terutama
menyikapi perubahan beban dan struktur kurikulum 2013.
Beberapa mata pelajaran ditiadakan dan diadakan pengurangan jam
tatap muka, seperti mata pelajaran KKPI, IPA dan IPS. Demikian
pula dengan
penambahan beban jam pelajaran, sehingga
mengharuskan siswa kelas X untuk memiliki beban 52 jam dalam
seminggu, padahal siswa kelas XI dan XII hanya 47 jam. Sehingga
jadwal kepulangan siswa pun mengalami perbedaan, disesuaikan
dengan beban jam masing-masing.”72
Perbedaan waktu pulang siswa, mengurangi semangat belajar siswa
dan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini terjadi pada hari
sabtu, dimana siswa kelas XI dan XII hanya memiliki 4 (empat) jam
pelajaran, sementara kelas X masih harus belajar sampai jam ke 9
(Sembilan).
Perubahan beban jam mengajar, terlihat ada beberapa perubahan
jam seperti mata pelajaran Penjas dan Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti yang semula 2 jam menjadi 3 jam seminggu, Bahasa Indonesia
yang semula 2 jam, menjadi 4 jam.
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum pun menyampaikan;
“Perubahan jam yang signifikan terjadi di kurikulum 2013 ini,
sehingga dengan terpaksa kami menambah jam belajar siswa di
hari sabtu sampai jam 15.00, walaupun KTSP hanya sampai jam
10.15. Perubahan jam tersebut pada mata pelajaran Penjaskes,
Pendidikan Agama Islam menjadi 3 jam. ”73
72
73
W(S1)b
W(S1)b
102
Perubahan jam dari struktur KTSP menjadi kurikulum 2013,
membawa perubahan kepada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti yang semula dua (2) jam perminggu menjadi tiga (3)
jam perminggu dengan satuan 45 menit perjamnya.
Wawancara yang kami lakukan kepada pengampu mata pelajaran
Pendidikan
Agama
Islamdan
Budi
Pekerti,
Bapak
Ashab,
menyampaikan:
“Penambahan jam menjadi 3 jam per minggu, memberikan
keleluasaan waktu pada kami untuk lebih meningkatkan praktek
ibadah dan membenahi sikap siswa. Walaupun materi yang
diberikan dalam silabus lebih sedikit dibanding KTSP, namun lebih
aplikatif dalam kehidupan siswa sehari hari.”74
Respon positif pun kami peroleh dari bapak Heru, selaku
pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,
yang menyatakan bahwa pemerintah sangat bijaksana ketika menambah
jam tatap muka untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Guru pengampu pun mampu berekspresi untuk penambahan
praktik ibadah siswa terutama praktik membaca al Qur’an. 75
Pemberlakuan
kurikulum
2013
terutama
berkaitan
dengan
penambahan jam pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti ditanggapi positif oleh dua (2) guru pengampu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Intensitas pertemuan yang
74
75
W(S1)c
W(S1)c
103
banyak, mampu membuat guru pengampu Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti memberikan treatment praktek ibadah kepada siswa..
Berkenaan dengan buku pegangan siswa dan guru, pemerintah
menjanjikan akan menerbitkan buku tersebut secepatnya, tetapi yang
terjadi di lapangan, pembelajaran satu tahun hampir berakhir, buku yang
dijanjikan belum juga ada. Sehingga, keluhan dari guru pengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berkenaan dengan
kesiapan pemerintah menerbitkan regulasi kurikulum 2013 tidak
dibarengi dengan kesiapan yang matang.
Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah:
“Untuk anggaran pembelanjaan dana BOS diharapkan digunakan
untuk pembelian buku siswa dan guru. Anggaran ini baru terealisir
awal tahun 2014. Namun, sampai bulan ini, Mei 2014, buku
pegangan siswa dan guru belum juga datang. Inilah yang menjadi
problem terbesar yang menghalangi pelaksanaan kurikulum 2013
berjalan lancar.”76
Ketika hal ini kami konfirmasi kepada petugas perpustakaan, Ibu
Nuning Widiastuti, menyampaikan:
“Uang dari dana BOS sudah dianggarkan untuk melakukan
pembelian 8 (delapan) mata pelajaran, namun sampai bulan ini,
Mei 2014 belum ada kelanjutannya. Siswa sudah menanyakan
kedatangan buku tersebut.”77
Walaupun buku pegangan siswa dan guru belum datang, sekolah
memiliki inisiatif untuk mengambil buku dari internet, kemudian
memperbanyak sebanyak 30 (tiga puluh) buah. Namun, keluhan dari
76
77
W(S1)a
W(S1)e
104
siswa dan guru pun terdengar, karena, jumlah buku yang diperbanyak
tidak mampu memenuhi kebutuhan siswa. Setiap selesai pembelajaran,
buku harus dikembalikan ke perpustakaan, karena akan digunakan kelas
lain. Seperti yang disampaikan Enadevita, siswa kelas XF:
“Setiap kali pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti,
kami mengambil buku yang ada di perpustakaan dan setelah selesai
kami mengembalikannya. Sebenarnya kami masih membutuhkan
buku sebagai salah satu sumber belajar dan mengerjakan tugas di
rumah, namun buku tidak ada di tempat kami, sehingga kesulitankesulitan muncul.”78
Keluhan guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti terhadap pemberlakuan kurikulum 2013, memang
dianggap wajar karena pemberlakuan kurikulum 2013 tanpa kesiapan
yang matang dari berbagai pihak. Pelatihan yang diberikan kepada guruguru pun terbatas kepada guru mata pelajaran tertentu. Terbukti, di awal
tahun 2013, dinas pendidikan hanya menunjuk guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika dan Sejarah untuk mengikuti pelatihan
tersebut. Sementara itu, pemberlakuan kurikulum 2013 untuk kelas X
harus tetap dilaksanakan.
Kerepotan guru dalam menerapkan penilaian otentik (authentic
assessment) terlihat pada saat penentuan dalam pembuatan rapot
semester gasal. Nilai yang terkumpulkan dari semua guru mata pelajaran
terdiri dari nilai sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Berikut tanggapan
yang disampaikan staf kurikulum bapak Arif Lestiyono, sebagai berikut:
78
W(S1)f
105
“Kurikulum 2013 ini dari segi penilaian sangat merepotkan kami
selaku staf kurikulum yang harus membuat program penilaian yang
hasilnya akan kami laporkan kepada orang tua.” 79
Perubahan sikap siswa dianggap merupakan bagian dari pengaruh
diberlakukannya penilaian otentik (authentic assessment). Hal ini
terungkap dari berbagai pendapat yang disampaikan beberapa guru di
sela-sela pelaksanaan rapat pleno kenaikan kelas. Ditambahkan oleh
waka kesiswaan:
“Pelanggaran terhadap aturan sekolah sangat minim terjadi pada
anak kelas X, mungkin pemberlakuan authentic assessment
merubah pola dan perilaku hidup mereka. Ketika diprosentasi,
paling hanya sekitar 10% siswa melakukan pelanggaran dibanding
siswa kelas XI dan XII.”80
Kurikululum 2013 menuai tanggapan positif dan kritikan yang
disampaikan dari berbagai sisi. Walaupun keluhan dan kelebihan
pemberlakuan kurikulum 2013, guru pengampu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tetap optimis dapat
melaksanakan amanat yang tertera dalam Undang Undang No 65 dan 66
tentang kurikulum 2013 dengan baik.
2. SMK Negeri 1 Tengaran
Implementasi kurikulum 2013 baik dari sisi pendekatan ilmiah
(scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment) telah
dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tengaran mulai bulan Juli 2013.
Tanggapan positif maupun negatif dari guru dan siswa dengan
79
80
W(S1)d3
W(S1)b2
106
pemberlakuan kurikulum yang baru, namun pemberlakuan kurikulum
2013 tetap berjalan. Seperti yang diungkapkan Ibu kepala sekolah:
“Pemberlakuan kurikulum 2013 di jalankan di SMK Negeri 1
Tengaran mulai juli 2013 yang lalu, walaupun banyak keluhan dari
para guru dengan kurikulum 2013 tersebut. Namun, kita selaku
sekolah yang ditunjuk dari dinas Pendidikan kab. Semarang untuk
melaksanakannya sebaik mungkin.”81
Hal
tersebut
juga
diungkapkan
oleh
waka
kurikulum,
menyampaikan:
“Guru banyak mengeluhkan perubahan kurikulum tersebut,
diantaranya implementasi scientific approach susah diterapkan
untuk mata pelajaran tertentu. Apalagi, authentic assessment sangat
merepotkan.”82
Berkaitan dengan penambahan jam yang diberlakukan kepada
beberapa guru mata pelajaran, seperti Bahasa Indonesia, Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti, Penjaskes dan mata pelajaran kelompok
C, waka kurikulum menyampaikan:
“Penambahan jam yang ada pada beberapa mata pelajaran tertentu,
memberikan angin segar pada kita, karena jumlah guru kita kurang
lebih 90 (Sembilan puluh) orang, sehingga pembagian jam merata.
Ini berpengaruh pada guru yang sertifikasi, karena tidak perlu
mencari jam tambahan dari sekolah lain, untuk memenuhi
kebutuhan jam minimal.”83
Ternyata penambahan jam memberikan pengaruh yang positif juga
dirasakan oleh ibu Nur Sholikhah selaku pengampu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti:
“Penambahan waktu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti, kami merasa diuntungkan terutama
pemenuhan treatment kepada siswa yang belum bisa membaca al
81
W(S2)1
W(S2)2a
83
W(S2)2a
82
107
Quran, bisa kami masukkan di jam pembelajaran. Tidak seperti
tahun kemarin, kami butuh waktu di luar jam untuk membimbing
siswa membaca al Qur’an.”84
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Fathan, S.Pd.I, bahwa
penambahan waktu yang semula dua (2) jam menjadi tiga (3) jam
perminggu, mampu membawa perubahan pada sikap keberagamaan
siswa terutama dari kesadaran pelaksanaan sholat fardlu. Materi yang ada
pun mampu dijelaskan secara leluasa dan mendalam.85
Tanggapan positif disampaikan oleh pengampu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mengenai penambahan waktu
tatap muka setiap minggunya. Materi yang diberikan bisa disampaikan
secara maksimal, selain itu treatment praktek ibadah mampu terlaksana.
Pengiriman
buku
yang
terlambat
dari
distributor
pun
mempengaruhi proses belajar mengajar. Keluhan dari siswa tentang hal
ini, diungkapkan oleh Satria, siswa kelas 1RPL2, menyampaikan:
“Kami mengalami kesulitan ketika akan mengerjakan tugas dari
guru, karena panduan secara resmi belum kami dapatkan. Padahal,
lembar kreatifitas siswa pun tidak ada. Untuk mengatasi ini, sering
kami browsing materi di internet, selesai proses pembelajaran.” 86
Bu Nur Sholikah selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti menyampaikan hal yang sama. Seperti
yang disampaikan:
“Kami juga kesulitan memberikan tugas kepada siswa, karena buku
belum turun juga sampai sekarang (Mei 2014). Sehingga kami
memberikan alternatif lain kepada siswa dengan memberikan soft
file. Namun kendalanya, untuk jurusan lain selain RPL, siswa
84
85
W(S2)3
86
W(S2)3
W(S2)6
108
kurang begitu memahami soft file dari materi tersebut karena
kurang pemahaman mereka tentang komputer.” 87
Beragam cara ditempuh guru untuk menyampaikan materi itu
kepada siswa supaya proses belajar mengajar berjalan dengan baik,
seperti yang disampaikan oleh Ibu kepala sekolah:
“Kami memberikan kebebasan kepada setiap guru untuk
memberikan materi itu kepada siswa. Sehingga pemesanan LKS
pun kami ijinkan, karena sampai hari ini (Mei 2014) buku belum
sampai.” 88
Selain respon positif terhadap pemberlakuan kurikulum 2013
terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
terutama perubahan struktur kurikulum berupa penambahan jam, namun
keluhan muncul dari kurangnya sarana prasarana pendukung berupa buku
teks pelajaran. Ini bagian dari kekurangsiapan pemerintah pusat dengan
belum terdistribusinya buku pegangan guru dan siswa ke setiap sekolah.
Berkaitan dengan implementasi pendekatan ilmiah (scientific
approach), tidak semua guru pengampu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti mampu mengaplikasikan dengan baik,
sebagaimana acuan yang ada di dalam undang-undang no 65. Hal itu
terjadi karena beberapa faktor yang menjadi kendalanya. Seperti yang
disampaikan Ibu Nur Solichah, pendekatan ilmiah mampu dilaksanakan
pada semua program keahlian kecuali pada program keahlian Teknik
Sepeda Motor dan Teknik Kendaraan Ringan. Keaktifan siswa yang
87
88
W(S2)3
W(S2)1
109
menjadi kendalanya. Siswa dari program keahlian Teknik Sepeda Motor
dan Teknik Kendaraan Ringan
cenderung pasif, bahkan diskusi
kelompok kecil tidak bisa terlaksana dengan baik.89
Keluhan ini juga sempat disampaikan oleh waka kurikulum,
seperti yang disampaikan:
“Banyak guru yang mengeluh dengan implentasi ilmiah ini, karena
secara umum kita dipaksa harus melaksanakan, sementara dari
berbagai sisi kami belum siap.”90
Keaktifan siswa sangat membantu implementasi pendekatan
ilmiah, karena langkah yang harus dilakukan guru yaitu proses menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Apabila siswa
kesulitan untuk diajak aktif selama proses tersebut, maka implementasi
pendekatan ilmiah tidak bisa dilakukan. Hal ini terjadi pada program
keahlian tertentu, program keahlian Teknik Sepeda Motor dan Teknik
Kendaraan Ringan belum bisa dilaksanakan secara maksimal.
Penilaian otentik merupakan bagian yang harus dilakukan oleh
pelaksana kurikulum 2013. Dibandingkan dengan pendekatan saintifik
dalam proses belajar mengajar, lebih banyak keluhan guru pada penilaian
otentik
ini.
Terlihat
kerepotan
dari
berbagai
pihak
untuk
mengimplementasikannya dengan baik.
Berbeda halnya dengan Ibu Nur Sholikah, pengampu Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti menyampaikan:
89
W(S2)3
90
W(S2)2a
110
“Dari pemerintah memang belum menyampaikan form yang harus
diisi dari setiap penialain yang ada, namun khusus pendidikan
agama dan budi pekerti, kami coba-coba membuat sendiri, yang
penting seluruh penilaian yang tercantum dalam undang-undang no
66 terpenuhi. Selain itu penilaian otentik ini memberikan pengaruh
yang positif terhadap sikap siswa, karena siswa mengerti bahwa
guru menilai sikap mereka baik di kelas maupun di luar kelas.” 91
Kerepotan penilaian otentik disampaikan juga oleh Bapak Joko
selaku waka kurikulum:
“Semester gasal kemarin kita hanya mencoba menerjemahkan
sendiri dari 3 ranah penilaian itu, karena pemerintah juga belum
mengeluarkan form secara resmi untuk rapot.”92
Dari ketiga ranah penilaian yang ditetapkan, keluhan lebih banyak
pada ranah penilaian sikap, karena penilaian pengetahuan dan
ketrampilan sudah sering digunakan terutama pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Seperti yang diungkapkan
oleh bapak Fathan, menuturkan bahwa penilaian sikap yang harus
diberikan pada siswa terlalu merepotkan dengan berbagai form yang
harus disediakan.93
Guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti mengeluh tentang pelaksanaan penilaian otentik yang dianggap
merepotkan, terutama pada penilaian sikap.
Dari berbagai observasi dan wawancara di atas, secara
keseluruhan, bisa kami sampaikan beberapa hal, diantaranya, tanggapan
positif dari guru dan siswa
dengan pemberlakuan kurikulum 2013,
karena merupakan bagian dari peraturan pemerintah yang harus
91
W(S2)3
W(S2)2a
93
W(S2)3
92
111
dijalankan. Implementasi pendekatan saintifik tidak bisa sepenuhnya
terlaksana karena beberapa faktor, diantaranya sarana, kemampuan guru
dan kreatifitas guru serta siswa. Berbeda dengan penilaian otentik,
menurut mereka terlalu rumit dan membutuhkan waktu yang banyak
untuk mengolahnya.
112
BAB IV
IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC) DAN
AUTHENTIC ASSESMENT (PENILAIAN OTENTIK) PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI
KURIKULUM 2013
Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dengan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi, data akan dianalisis dengan pendekatan dan teknik
kualitatif eksploratif.Peneliti mengidentifikasi nara sumber yang ada berdasarkan
kepentingan penelitian dan mencatat kejadian-kejadian. Dari kategori-kategori itu
peneliti mengembangkan konsep sesuai keadaan yang ada di lapangan.
Pendekatan eksploratif merupakan pendekatan penelitian yang berusaha mencari
ide-ide atau
hubungan-hubungan yang baru. Kurikulum 2013 merupakan
kebijakan baru sehingga belum banyak yang mengungkap dan melakukan
penelitian tentang pendekatan ilmiah maupun penilaian otentik.
A.
Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific) Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Sebagaimana yang telah penulis paparkan pada landasan teori,
bahwa perubahan terhadap empat standar pendidikan pada kurikulum 2013
mengacu pada standar isi, standar proses pembelajaran, standar penilaian
pembelajaran dan standar kelulusan. Sementara itu, standar pembiayaan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan dan
standar sarana prasarana tidak mengalami perubahan.
Sesuai dengan fokus kajian penelitian tentang implementasi
113
pendekatan ilmiah (scientific) pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti, kami akan mengacu pada permendikbud No 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses terutama mnegenai prinsip
pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013,
Implementasi pendekatan ilmiah (scientific) kami dapatkan dari
metode observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran dan SMK Negeri 1 Tengaran.
1.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran
Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 terletak pada
standar kelulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Dalam
proses belajar mengajar, guru harus menerapkannya ketika berinteraksi
dengan siswa. Permendikbud No 65 tentang standar proses telah
ditentukan proses belajar mengajar meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan
penutup.
Menurut hasil wawancara dengan Mei Intan siswa kelas XD
Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, menyampaikan:
“Biasanya Bapak Heru itu kalau mengajar diberi tugas kelompok
untuk diskusi, yang sebelumnya disuguhkan film tentang dakwah
nabi Muhammad SAW periode Madinah, yang kebetulan materinya
Substansi dan Strategi Dakwah Periode Madinah. Saya masuk
kelompok 2, kemudian kami diberi waktu untuk mendikusikan
tentang strategi dakwah nabi di Madinah. Pertemuan selanjutnya,
kami diminta mempresentasikannya di depan kelas dan diadakan
tanya jawab.”94
94
W(S1)f
114
Demikian juga ketika salah satu siswa jurusan Rekayasa Perangkat
Lunak kelas XA Adam Rizananda ditanya hal yang sama yakni proses
belajar
mengajar
Pendidikan
Agama
Islam
dan
Budi
Pekerti,
menyampaikan:
“Untuk semester genap kami telah dibagi tugas setiap
kelompoknya. Satu kelas dibagi menjadi empat (4) kelompok,
dimana masing masing kelompok memiliki tugas untuk membahas
setiap judul bab. Saya sudah menyelesaikan tugas karena termasuk
kelompok 1 y aitu membahas materi tentang perintah dalam ayat
mencari ilmu. Untuk sekarang, baru sampai kelompok 3 yaitu
tentang Wakaf. Waktu itu kami diminta mencari materi di internet
dan buku yang ada di perpustakaan, kemudian kami mendiskusikan
dengan teman kelompok dan membuat laporan tugas dalam bentuk
power
point.
Setelah
pertemuan
selanjutnya
kami
mempresentasikannya.”95
Pendapat lain yang berhasil peneliti temukan ketika menanyakan
tentang pelaksanaan permen No 65 tentang standar proses kepada siswa
kelas XB jurusan Rekayasa Perangkat Lunak B’tari Alma, katanya:
“Pak Aab itu kalau ngajar enak, suka pindah pindah tempat, tidak
hanya di kelas, kadang di samping lapangan basket, kadang di
masjid habis sholat dhuhur. Untuk materi yang baru diajarkan
sekarang tentang wakaf. Kemarin kita diminta melihat video karya
siswa jurusan Multi Media kelas XI, videonya lucu tapi mengena,
diantaranya tentang anjuran melakukan wakaf. Kemudian, kita
dibagi menjadi empat kelompok, diantara masing-masing
kelompok mengkaji pengertian, hukum, syarat-syarat wakaf dan
hikmah wakaf. Kita diskusikan tugas masing masing kelompok dan
membuat catatan penting. Pertemuan minggu berikutnya kita
mempresentasikannya tanpa membaca teks, tidak menggunakan
metode hafalan tapi pemahaman kita. Pada saat presentasi ada
tanya jawab, diteruskan dengan membahas semua materi yang ada.
Untuk pertemuan selanjutnya diagendakan ada ulangan lisan dan
tertulis.”96
95
96
W(S1)f
W(S1)f
115
Sedangkan berdasarkan hasil observasi penulis pada proses belajar
mengajar oleh Bapak Ashabul Khoir, S.Pd.I pada Selasa, 22 April 2014
kelas XH Jurusan Multimedia jam ke 3, 4 dan 5, sebagai berikut:
1) Jam 08.35 – 09.15 Guru masuk kelas, memimpin doa,
melakukan presensi dan meminta tagihan tugas kelompok
selama libur UN kelas XII
2) Jam 09.15-09.30 Istirahat
3) Jam 09.38-10.00 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
pokok pokok materi yang harus dikuasai siswa
4) Jam 10.00-10,30 Guru meminta siswa menelaah dan
menginventarisir barang berharga yang menjadi miliknya dan
melihat bagaimana praktik sedekah dan zakat yang ada di
daerahnya
5) Jam 10.30-10.52 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya
tentang kegunaan dan cara memanfaatkan barang yang dimiliki
sesuai ajaran agama Islam.
6) Jam 10.52-11.03 Pembagian kelompok berikut pemberian
tugas kelompok sesuai tema masing-masing.97
Observasi ini kami lanjutkan pada pertemuan berikutnya yaitu pada
Selasa 29 April 2014, sebagai berikut:
1) Jam 08.32-08.45 Guru melakukan presensi, menyesuaikan
posisi tempat duduk sesuai kelompok siswa
2) Jam 08.45-09.15 Guru meminta siswa menyiapkan
kelompoknya untuk presentasi
3) Jam 09.15-09.30 Istirahat
4) Jam 0930-11.05 Presentasi dan tanya jawab antar kelompok
secara bergantian98
Sementara itu, hasil observasi terhadap proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh Bapak Heru Budi Wiyatno, S.Ag pada Sabtu, 26
April 2014, sebagai berikut:
1) Jam 12.35-13.15 Guru melakukan prsesensi dan meminta
siswa membersihkan kelas
97
98
O(S1)c
O(S1)c
116
2) Jam 13.15-13.28 Guru menyampaikan tujuan dan pokokpokok materi tentang Substansi dan Strategi Dakwah Periode
Madinah
3) Jam 13.28-14.10 Guru memutarkan film tentang dakwah nabi
di Madinah dengan tiga film yang berbeda, guru meminta
siswa mengamati tanyangan yang ada dengan LCD Proyektor
4) Jam 14.10-14.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya
tentang film yang telah diputar tadi
5) Jam 14.35-14.50 Guru membagi kelompok sesuai tugas yang
ada, dibagi menjadi 3 kelompok dengan metode jigsaw 99
Peneliti melanjutkan observasi pada pertemuan selanjutnya, pada
Sabtu, 3 Mei 2014, sebagai berikut:
1) Jam 12.33-12.40 Guru memimpin berdoa dan melakukan
presensi, meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya
2) Jam 12.40-13.10 Guru meminta siswa berdiskusi yang
memiliki tugas yang sama sebelum kembali ke kelompoknya.
3) Jam 13.10-13.28 Guru meminta siswa kembali ke
kelompoknya menjadi kelompok ahli
4) Jam 13.28-14.35 Guru Setiap kelompok mempresentasikan
tugasnya dengan tanya jawab
5) Jam 14.35-14.55 Guru bersama dengan siswa menyimpulkan
materi
6) Jam 14.55-14.59 Guru memberikan rencana pertemuan
selanjutnya yaitu penilaian tertulis.100
Pernyataan yang disampaikan Bapak Heru Budi Wiyatno, S.Ag,
berkenaan dengan implementasi pendekatan saintifik dalam
mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, sebagai berikut:
“Saya mengajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti hanya
dua (2) kelas yaitu kelas XD dan XE. Sebisa mungkin, saya akan
pahami dan terapkan sesuai kemampuan saya.” 101
Dari hasil observasi di atas menggambarkan guru menggunakan
langkah awal dalam pembelajaran dengan meminta siswa mengamati
99
O(S1)c
O(S1)c
101
W(S1)c
100
117
tayangan gambar, film atau video, buku pegangan siswa maupun sumber
belajar yang lain. Pernyataan ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan
Rizki Zulva, siswa kelas XD, sebagai berikut:
“Kebanyakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti yang diampu oleh Bapak Heru, kita disuguhkan
dengan film-film yang menggambarkan tentang materi yang ada.
Film yang paling berkesan menurut saya ketika melihat peristiwa
hijrahnya nabi Muhammad SAW ke Madinah.”102
Demikian juga ketika peneliti mewawancarai siswa Tya Ariani
siswi kelas XJ jurusan Multimedia menyampaikan:
“Sebelum Pak Aab meminta kita (para siswa) untuk berdiskusi
kelompok, biasanya kita diminta mempelajari dan membaca buku
pegangan siswa, kadang juga buku ensiklopedi yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Beberapa kali, kita diperlihatkan video
karya kakak kelas.”103
Langkah
kegiatan
inti
yang
pertama
yaitu
mengamati,
diimplementasikan guru dengan memanfaatkan teknologi informasi yang
sesuai dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013.
Hal ini sesuai dengan Bab IV Pelaksanaan Pembelajaran yang
berkaitan dengan Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran yang
meliputi Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran, Buku Teks
Pelajaran dan Pengelolaan Kelas.104
Alokasi waktu yang diharapkan yaitu 45 menit setiap jam tatap
muka pembelajaran untuk SMK/SMA sudah dilaksanakan sesuai aturan
yang ada. Walaupun masih dibutuhkan kedisiplinan guru untuk mengawali
pembelajaran sesuai waktu yang telah ditetapkan. Beberapa faktor menjadi
102
W(S1)f
W(S1)f
104
Salinan lampiran Permendikbud No 65….
103
118
pemicu ketidakdisiplinan masuk tepat waktu. Pengelolaan kelas yang
meliputi guru melakukan pengaturan tempat duduk di awal pembelajaran,
dan penggunaan ruang selain kelas formal yang digunakan dijalankan
sesuai harapan. Kekurangan yang ada yaitu volume dan intonasi suara
guru ketika di luar ruang kelas formal perlu ditingkatkan.
Dalam kegiatan pendahuluan, guru menyiapkan siswa secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memberi motivasi
belajar siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai.105
Dari observasi yang kami peroleh, kami mendapatkan bahwa guru
melaksanakan serangkaian proses yang dimulai dari memberikan motivasi
dan menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai.
Sehingga penyimpangan terhadap Permendikbud No 65 tentang Kegiatan
Pendahuluan tidak nampak dan berjalan dengan baik.
Proses menanya, telah diimplementasi walaupun masih dibutuhkan
stimulus dari guru untuk mengarahkan proses ini berjalan dengan lancar,
guru perlu memberikan rangsangan supaya siswa bertanya setelah
mengamati materi yang disuguhkan. Gurupun memberikan rangsangan
nilai tambahan bagi siswa yang aktif. Ketika peneliti mengkonfirmasi
kenyataan ini kepada guru pengampu baik Bapak Ashab maupun Bapak
Heru, mereka memiliki kesamaan jawaban, diantaranya:
“Siswa kelas X merupakan siswa yang heterogen dari berbagai
daerah, sehingga dibutuhkan adaptasi dan penyamaan persepsi di
105
Salinan Lampiran Permendikbud No 65….
119
antara mereka. Kebiasaan lama yang dimiliki siswa ketika SMP
yaitu menerima materi dengan metode ceramah tanpa diminta
mengkritisi yang telah mereka terima. Faktor lain, juga dikarenakan
kesiapan siswa menerima materi baru yang belum pernah mereka
dengar. Selain itu, kemampuan untuk mengungkapkan pendapat
sangat rendah.”106
Berbagai kekurangan yang tampak dari observasi dan wawancara
yang kami dapatkan, tidak sesuai dengan pendapat dari Kenneth bahwa
The Scientific Method is a process for experimentation that is used to
explore observations and answer question.107Walaupun berbagai faktor
yang melatarbelakangi kegiatan inti kedua yaitu menanya tidak berjalan
seperti harapan, tetapi guru mempunyai usaha untuk menstimulasi
kegiatan tersebut.
Langkah ketiga dalam kegiatan inti yaitu mengeksplorasi, dimana
siswa diminta mencari, menemukan atau mendapatkan materi, yang
dikenal dengan istilah discovery learning, merencanakan aktivitas belajar,
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan
produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain (project based
learning), dan siswa untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan
membangun pengetahuannya (problem based learning). Berbagai macam
model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan, kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
Discovery learning merupakan suatu cara mengajar yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
106
107
W(S1)c
Mc Guire, Using…
120
diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat
belajar sendiri.108
Untuk kegiatan mengeksplorasi, guru cenderung menggunakan
discovery learning dimana siswa diminta untuk mencari dan menemukan
sendiri materi sesuai tema yang sedang diajarkan, dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Selama proses itu, sumber belajar
bisa diambil dari banyak tempat. Terkadang kendala muncul, ketika siswa
membutuhkan jaringan internet, namun pada saat bersamaan ada ujian
online untuk siswa dari kelas lain. Hal ini disampaikan oleh Bapak Heru,
sebagai berikut:
“Kami sering meminta siswa mencari materi di internet, namun
bersamaan dengan ujian online kelas lain, sehingga loading
materinya susah. Siswa memiliki alternatif lain, biasanya mereka
membawa modem ke sekolah, untuk mengantisipasi kejadian
seperti ini. Pendekatan discovery learning paling cocok diterapkan
pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dibanding dengan dua
pendekatan lainnya.”109
Selama proses mengeksplorasi, terlihat ada proses mengasosiasi
materi antar siswa dalam kelompok kelompok kecil maupun dalam
kegiatan mengkomunikasikan berupa presentasi kelompok. Durasi yang
ditentukan
menyesuaikan kebutuhan kelompok dan kelas untuk
menyelesaikan prosesnya.
Kegiatan inti yang berikutnya berjalan dengan sempurna, dimana
guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompokkelompok tersebut melakukan kegiatan menemukan materi sesuai tugas
108
109
Roestiyah, Strategi…
W(S1)c
121
yang diberikan kemudian menyamakan persepsi di antara mereka dan
mempresentasikan hasilnya.
Dibandingkan kegiatan inti yang lain, mengeksplorasi, mengosiasi
dan mengkomunikasi memiliki tingkat pelaksanaan yang tinggi. Durasi
waktu yang dibutuhkan lebih banyak dibanding yang lain. Bahkan, proses
ini membutuhkan waktu sampai 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Kegiatan mengasosiasi, mengeksplorasi dan mengkomunikasi
memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa terutama keaktifan siswa
dalam kelompoknya, keberanian mengungkapkan ide dan gagasan dan
keberanian menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Suherman, bahwa
keunggulan Discovery Learning diantaranya siswa aktif dalam kegiatan
belajar dan melatih siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan metode
penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks.110
Langkah kegiatan inti yang terakhir yaitu menyimpulkan, dimana
siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Kenyataan yang ada, biasanya guru yang lebih mendominasi kegiatan ini.
Terlihat Pak Heru dan Pak Ashab menyimpulkan materi lebih banyak
dibandingkan
dengan
siswa.
Ketika
kami
konfirmasi
mereka
menyampaikan:
“Biasanya kita agak terburu-buru ketika tahu bahwa waktu hampir
habis, sementara rangkaian kegiatan belum semua kita laksanakan,
110
Suherman, Common…
122
jadi untuk kegiatan menyimpulkan lebih banyak kami yang
melakukan.”111
Ada kesesuaian antara Permen No 65 tentang standar proses belajar
mengajar yang diarahkan menggunakan pendekatan saintifik dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh Musyawarah Guru Pendidikan
Agama Islam SMK Telekomunikasi, diantaranya:
A. Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan
1.
Waktu
Pendahuluan
a. Membuka pembelajaran dengan dengan salam
dan berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang 20 menit
peserta didik dengan khusuk
b. Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadirandan memeriksa kesiapan siswa
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran;
c. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif
berkaitan dengan tema
d. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang
akan dicapai;
e. Menyampaikantahapan kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
berdiskusi,
mengkomunikasikan
dengan
menyampailan, menanggapi dan membuat
kesimpulan hasil diskusi
111
W(S1)c
123
No.
Kegiatan
Waktu
2.
Kegiatan Inti
145 Menit
a. Mengamati
- Mencermati bacaan teks tentang substansi dan
strategi dakwah Rasullullah
SAW di
Madinah
- Meyimak penjelasan materi tersebut di atas
melalui tayangan video atau media lainnya.
b. Menanya
- Apa substansi dakwah Rasulullah di
Madinah?
- Apa strategi dakwah Rasulullah di Madinah?
c. Mengeksperimen/Mengexplorasi
- Peserta didik mendiskusikan substansi dan
strategi dakwah Rasullullah
SAW di
Madinah.
- Guru mengamati perilaku semangat ukhuwah
sebagai implementasi dari pemahaman
strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.
- Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk
mengamati perilaku semangat ukhuwah
sebagai implementasi dari pemahaman
strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.
d. Asosiasi
- Membuat kesimpulan materi substansi dan
strategi dakwah Rasullullah
SAW di
Madinah.
e. Komunikasi.
- Mempresentasikan /menyampaikan hasil
diskusi tentang materi substansi dan strategi
dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
3.
Penutup
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan
mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta 15 Menit
didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan
sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah
selanjutnya
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan
memberikan tugas baik cara individu maupun
kelompok bagi peserta didik yang menguasai
materi
124
No.
Kegiatan
c.
Waktu
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.112
Durasi waktu yang telah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran mengalami pergeseran, dikarenakan menurut pengamatan
peneliti terdapat beberapa faktor diantaranya kondisi kesiapan siswa,
kesiapan ruang kelas maupun kondisi mata pelajaran yang berlangsung
sebelum dan sesudahnya. Seperti terlihat proses kegiatan belajar yang
diampu oleh Bapak Ashab dan Bapak Heru pada kegiatan pendahuluan
yang waktu yang ditetapkan 20 menit, namun pada kenyataannya kegiatan
pendahuluan membutuhkan waktu 40 menit, karena ada penagihan tugas
setelah siswa libur UN. Hal itu juga terjadi pada pada proses belajar
mengajar yang diampu oleh Bapak Heru, yang membutuhkan waktu 40
menit di awal karena meminta siswa untuk membersihkan ruangan.
Sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 tentang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran disebutkan bahwa komponen RPP terdiri dari identitas
sekolah, identitas mata pelajaran, materi, alokasi waktu, tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode, mdia
pembelajaran,
sumber
belajar,
langkah-langkah
penilaian.113
112
D(S1)3
Salinan Lampiran Permendikbud No 65…
113
pembalajaran
dan
125
Dari RPP yang kami dapatkan, terdapat kesesuaian antara RPP
yang dimiliki guru pengampu PAI dan Budi Pekerti dengan aturan yang
terdapat di dalam Permendikbud No 65.
Prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sesuai dengan
Permendikbud No 65 tahun 2013, diantaranya guru bukan satu-satunya
sumber belajar. Hal ini terlihat pada observasi peneliti, guru sering kali
meminta siswa untuk mencari materi yang telah ditentukan melalui
internet maupun buku di perpustakaan. Selaras juga dengan kutipan
wawancara peneliti kepada petugas perpustakaan Ibu Nuning Widiastuti,
A.Md, menyampaikan:
“Pada jam-jam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pak
Heru dan pak Aab sering meminta siswa meminjam buku, baik
buku pegangan siswa maupun sumber belajar yang lain, seperti
koran maupun majalah. Bahkan satu (1) jam siswa diminta
langsung ke perpustakaan untuk mengakses materi baik melalui
internet maupun buku, sampai perpustakaan penuh dengan
siswa.”114
Pengaturan
tempat
duduk
bagi
siswa
dilakukan
untuk
mengoptimalkan proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Hal ini
sudah dilakukan oleh Pak Heru dan Pak Ashab pada kegiatan
pendahuluan. Namun, perlu ada kreatifitas guru untuk menatanya dengan
rapi dan tertib. Sesuai observasi peneliti, pengaturan tempat duduk
dilakukan ala kadarnya, tanpa memperhatikan kebutuhan, keindahan dan
kenyamanan siswa dalam proses belajar mengajar. Keadaan ini juga
berlaku ketika pembelajaran dilakukan secara outdoor, yang dilakukan
114
W(S1)e
126
tanpa meja dan kursi yang memadai sehingga konsentrasi siswa mudah
pecah dan guru harus berulangkali mengingatkan siswa. Walaupun
pembelajaran outdoor perlu dilakukan untuk menghindari kebosanan,
seperti yang disampaikan Hamba Fikri Kelas XC, sebagai berikut:
“Sekali-kali kita butuh refresh dengan outdoor, karena ketegangan
bisa hilang. Biasanya dalam satu semester pak Aab 2 sampai 3 kali
melakukan outdoor. Walaupun, konsentrasi gampang hilang karena
suara Pak Aab kurang keras dan tempat untuk duduk dan diskusi
kurang mendukung. ”115
Proses belajar mengajar pada siswa jurusan Teknik Kendaraan
Ringan berbeda dengan jurusan yang lain. Kenyataan ini tampak ketika
peneliti melakukan observasi pada kelas XK, Rabu 23 April 2014 jam ke
7-9, sebagai berikut:
1) Jam 12.35 – 13.10 Guru membuka pelajaran, melakukan
presensi dan tagihan tugas selama libur
2) Jam 13.10 – 13.20 Guru menyampaikan tujuan, pokok materi
dan langkah pembelajaran
3) Jam 13.20 – 14.00 Guru meminta siswa mengamati tayangan
video contoh praktek wakaf yang ada di masyarakat (sebagian
siswa tertidur, guru sudah mengingatkan dan meminta cuci
muka, namun terjadi berulang-ulang)
4) Jam 14.00 – 14.15 Guru menstimulasi siswa bertanya dengan
menyampaikan ada tambahan nilai bagi yang bertanya (namun
tidak ada siswa yang bertanya)
5) Jam 14.15 – 14.28 Guru membentuk kelompok menjadi empat
(4) kelompok
6) Jam 14.28 – 14.45 Guru mengarahkan dan menstimulasi siswa
untuk berdiskusi tahap I dan menyampaikan rencana
pertemuan selanjutnya diantaranya siswa diminta mencari
materi di rumah baik via internet maupun buku rujukan yang
lainnya.116
115
116
W(S1)f
O(S1)c
127
Peneliti melanjutkan observasi pada pertemuan berikutnya, rabu,
30 April 2014 jam ke 7 – 9, sebagai berikut:
1) Jam 12.40 – 13.05 Guru membuka pelajaran, melakukan
presensi, memberikan motivasi ibadah terutama sholat dhuhur
(ada beberapa siswa yang dihukum karena membolos shalat
jamaah dhuhur)
2) Jam 13.05 – 13.26 Guru meminta tagihan pekerjaan rumah
yang diberikan minggu lalu (hanya dua kelompok yang telah
menyelesaikan tugasnya) dan memberikan kesempatan untuk
menyelesaikannya.
3) Jam 13.26 – 14.30 Guru meminta siswa mempresentasikan
tugas kelompoknya (diskusi hanya berjalan satu arah, karena
tanya jawab hanya dilakukan oleh dua siswa yang sama setiap
kelompok yang maju)
4) Jam 14.30-14.45 Guru dan menyimpulkan materi dan meminta
siswa membersihkan kelasnya.117
Untuk menambah akurat hasil penelitian, peneliti melakukan
observasi pada Rabu, 14 Mei 2014 dengan materi yang berbeda yaitu
Strategi dan Substansi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah, sebagai
berikut:
1) Jam 12.30 – 12.50 Guru membuka pelajaran, melakukan
presensi, memberikan motivasi ibadah dan memberikan contoh
pergaulan yang benar
2) Jam 12.50 – 13.05 Guru menyampaikan tujuan dan pokokpokok materi yang akan diajarkan berikut langkah-langkah
pembelajaran (siswa keberatan dengan metode diskusi, mereka
meminta guru supaya materi dijelaskan langsung tanpa ada
pembagian kelompok)
3) Jam 13.05 – 13.16 Guru memberikan pertanyaan seputar
materi (respon hanya sedikit)
4) Jam 13.16 – 14.15 Guru menjelaskan materi Substansi Dakwah
Nabi periode Madinah
5) Jam 14.15 – 14.35 Guru menguji siswa dengan pertanyaan
seputar materi yang telah diajarkan (respon siswa sudah lebih
banyak)
6) Jam 14.35 – 14.45 Guru memberikan kesimpulan dengan
mengajak siswa bersama.118
117
O(S1)c
128
Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan Pak
Ashab selaku pengampu kelas XK, sebagai berikut:
“Kami kesulitan untuk menerapkan kurikulum 2013 terutama untuk
langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dari mengamati,
menanya,
mengeksplorasi,
mengasosiasikan
dan
mengkomunikasikan. Siswa di jurusan Teknik Kendaraan Ringan
secara umum pasif kalau diminta berdiskusi.”119
Ada perbedaan perlakuan antara siswa di jurusan Teknik
Kendaraan Ringan dengan siswa di jurusan yang lain. Untuk menemukan
jawabannya, peneliti melakukan wawancara dengan ketua Panitia
Penerimaan Siswa Baru (Bapak Hendra Christanto, S.Pd), menyampaikan:
“Input siswa jurusan TKR memang berbeda dengan siswa jurusan
TKJ, RPL maupun MM. Siswa yang memilih jurusan TKR
biasanya memiliki jumlah nilai rapot maupun UN lebih rendah
dibanding jurusan yang lain.”120
Hal senada juga disampaikan WAKA 1 Bapak Wisnu Handoko,
S.T, sebagai berikut:
“Posisi nilai siswa TKR dibanding dengan siswa jurusan lain lebih
rendah, walaupun kita memberikan perlakuan yang sama, faktor
utamanya dari input yang rendah.”121
Dengan melihat data di atas, maka implementasi pendekatan
saintifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan, dalam langkah-langkah proses
belajar mengajar meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi dan mengkomunikasi telah mencerminkan aturan dalam
118
O(S1)c
W(S1)c
120
W(S1)d
121
W(S1)b
119
129
permendikbud No 65 tahun 2013 tentang standar proses. Walaupun perlu
ada catatan, seperti pengelolaan kelas yang meliputi pengaturan suara
guru ketika proses belajar mengajar terjadi terutama setting tempatnya
berada di luar kelas formal dan proses menanya yang masih butuh
stimulus dari guru. Kelemahan yang muncul, pada saat implementasi ini
diterapkan pada kelas TKR, langkah-langkah ini, belum sepenuhnya bisa
dilakukan mengingat keterbatasan dari siswa dalam menerima dan
menginterpretasikannya.
2.
SMK Negeri 1 Tengaran
Pada bulan Juli 2013 implementasi kurikulum 2013 serentak
diberlakukan di lima (5) SMK sekabupaten Semarang, salah satunya di
SMK Negeri 1 Tengaran. Sebagaimana wawancara kami dengan Wakil
Kepala Sekolah bidang kurikulum, menyampaikan:
“SMK Negeri 1 Tengaran telah mengimplementasikan kurikulum
2013 semenjak Juli 2014 kepada semua mata pelajaran terutama
Pendidikan Agama Islam, dimana guru-guru pengampunya menjadi
pioner pelaksanaan kurikulum 2013 sehingga menjadi contoh bagi
mata pelajaran yang lain.”122
Di dalam salinan Lampiran permendikbud No 65 tentang
Pengelolaan Kelas, disebutkan bahwa Guru memberikan motivasi belajar
siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran berikut kompetensi dasarnya dan
menyesuaikan pengatura tempat duduk siswa sesuai dengan karakteristik
proses pembelajaran.123
122
123
W(S2)2
Salinan lampiran Permendikbud No 65….
130
Observasi yang kami lakukan untuk kelas 1RPL1 dengan
pengampu Dra Nur Scolicha, M.Pd, Sabtu, 26 April 2014
1) Jam 07.04 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi
2) Jam 07.15 – 07.28 Guru menyampaikan tujuan dan materi
pokok pembelajaran berikut langkah-langkah yang akan dilalui
3) Jam 07.28 – 08.01 Guru membagi potongan gambar dari surat
kabar tentang kondisi ekonomi masyarakat sekitar, siswa
diminta mengamati
4) Jam 08.01 – 08.29 Guru melakukan tanya jawab (Respon
bagus, komunikasi terjalin baik)
5) Jam 08.29 – 08.38 pembagian kelompok
6) Jam 08.38 – 09.13 Diskusi Tahap I
7) Jam 09.13 – 09.16 menyampaikan rencana pertemuan
berikutnya124
Observasi peneliti lanjutkan pada pertemuan minggu berikutnya,
sabtu 3 Mei 2014
1) Jam 07.05 – 07.15 guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi, menata posisi tempat duduk siswa sesuai kelompok
2) Jam 07.15 – 08.00 Diskusi Tahap II
3) Jam 08.00 – 09.02 Presentasi kelompok
4) Jam 09.02 – 09.11 Guru bersama siswa menyimpulkan materi
5) Jam 09.11 – 09.15 Guru menyampaikan agenda pertemuan
selanjutnya125
Peneliti pun berhasil mewawancarai siswa kelas IRPL3 (Umi Nur
Fadhilah), sebagai berikutnya:
“Belajar PAI dan Budi Pekerti yang diampu oleh Ibu Nur
menyenangkan, karena kita sering kali diminta diskusi,
diperlihatkan film-film Islam, pembelajaran pun terkadang dibawa
keluar dari kelas.”126
Proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan aturan yang
terdapat dalam Salinan Permendikbud No 65 dimana guru selalu
124
O(S2)3
O(S2)3
126
W(S2)6
125
131
mengawali
dengan
memberikan
motivasi,
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan mengatur posisi tempat duduk siswa.
Pola pengaturan pun terlihat ketika pembelajaran di lakukan di luar kelas.
Dari hasil obervasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap
kelas IRPL1 dan IRPL3, proses mengamati terlihat dari siswa diminta
mengamati potongan gambar dari surat kabar tentang kondisi masyarakat
sekitar. Kreatifitas guru terlihat dengan memanfaatkan potensi yang ada di
sekitarnya.
Hal ini sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Salinan Lampiran
Permendikbud
No
65
tentang
Pelaksanaan
Pembelajaran
yang
menyebutkan bahwa dalam kegiatan inti berupa ketrampilan diperoleh
melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan
mencipta.127
Mengamati merupakan awal
proses kegiatan inti yang harus
dilakukan oleh guru. Dari wawancara dan observasi yang kami lakukan,
kami mendapatkan bahwa proses kegiatan mengamati telah dijalankan
dengan baik.
Langkah selanjutnya guru meminta tanggapan siswa dengan
memperhatikan kenyataan yang ada di sekitarnya, akhirnya muncul diskusi
dari gambar yang diberikan. Pendekatan yang digunakan discovery
learning, dimana siswa diminta mencari materi yang telah ditentukan
menggunakan berbagi sumber belajar.
127
Salinan Lampiran Permendikbud No 65…
132
Proses mengeksplorasi yang diterapkan agak terbatas pada buku
pegangan siswa dan ensiklopedi Islam. Keterbatasan untuk mengakses
internet karena siswa tidak membawa perangkat yang dibutuhkan. Selama
proses mengeksplorasi inilah, proses diskusi kecil masing-masing
kelompok yang melahirkan proses mengasosiasikan dalam pengetahuan
baru ke dalam catatan yang nantinya digunakan sebagai bahan untuk
presentasi.
Walaupun sumber belajar diperoleh secara sederhana, namun
terdapat kesesuaian dengan prinsip pembelajaran yang digunakan
diantaranya dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar.128
Tahapan selanjutnya mengkomunikasikan hasil diskusi kecil ke
dalam kelas secara bergantian. Keseluruhan proses mulai dari mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan
berjalan dengan baik. Namun kenyataan itu berbeda ketika peneliti
melakukan observasi di kelas IKR2, pada Jum’at, 25 April 2014, sebagai
berikut:
1) Jam 07.05 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi, merapikan seragam yang dikenakan siswa
2) Jam 07.15 – 07.29 Guru menyampaikan tujuan dan materi
pokok pembelajaran
3) Jam 07.29 – 07.35 Guru meminta siswa mengambil buku
pegangan guru di perpustakaan dan membaginya kepada siswa
4) Jam 07.35 – 07.50 Guru menstimulasi siswa dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang relevan (respon kecil)
5) Jam 07.50 – 09.07 Guru memberikan materi kepada siswa
secara klasikal
128
Salinan Lampiran Permendikbud No 65…
133
6) Jam 09.07 – 09.15 Guru menyampaikan rencana pertemuan
selanjutnya 129
Ketika peneliti menemukan perbedaan perlakuan terhadap kelas
IKR2 dibanding dengan kelas IRPL1, ada konfirmasi dari Ibu Nur selaku
pengampu PAI dan Budi Pekerti, sebagai berikut:
“Dari awal semester gasal kemarin, kami sudah mencoba untuk
menerapkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
kurikulum 2013, namun hasilnya tidak maksimal untuk siswa
jurusan Kendaraan Ringan, ketika mereka diminta untuk diskusi,
mereka hanya diam, siswanya cenderung pasif, mungkin karena
inputnya berbeda dengan jurusan BG, TB maupun RPL. Sehingga
sampai sekarang, pendekatan ceramah dan klasikal masih saya
pakai untuk kelas jurusan KR.”130
Untuk melengkapi data, peneliti melakukan wawancara dengan
siswa kelas IKR1 (Muhammad Aminudin), menyampaikan:
“Saya lebih suka apabila proses belajar mengajar dengan dijelaskan
secara langsung tidak perlu ada penugasan-penugasan tertentu, atau
diskusi. Saya tidak perlu melakukan sesuatu yang lebih selain
mendengarkan. Tapi ya cepat lupa, hari ini dijelaskan besok lupa,
apalagi kalau tiba-tiba ada ulangan mendadak, pasti nilainya
jelek.”131
Prinsip pembelajaran yang dianut dalam kurikulum 2013,
diantaranya dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari
tahu.132Prinsip tersebut belum bisa terlaksana dengan maksimal, dimana
siswa hanya siap mencari materi dan informasi dari guru, tanpa bisa
melakukannya
secara
mandiri.
Kesiapan
pembelajaran masih mengalami banyak kendala.
129
O(S2)3
W(S2)3
131
W(S2)6
132
Salinan Lampiran Permendikbud No 65…
130
siswa
sebelum
proses
134
Implementasi kurikulum 2013 membutuhkan kesiapan dari semua
pihak, baik siswa, sarana maupun guru. Kesiapan dan keinginan siswa di
kelas IRPL3 lebih baik dibanding kelas IKR2.
Observasi pada pengampu PAI dan Budi Pekerti yang lain, yaitu
Ibu Heni Wulandari, pada hari Sabtu, 30 April 2014 kelas ISM1, sebagai
berikut:
1) Jam 08.33 – 08.45 Guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi
2) Jam 08.45 – 08.58 Guru menyampaikan pertanyaan yang
relevan
3) Jam 08.58 – 09.15 Guru menyampaikan tujuan dan pokok
materi
4) Jam 09.15 – 09.43 Guru meminta siswa mempelajari materi
yang ada di buku pegangan siswa
5) Jam 09.43 – 10.00 pembagian kelompok
6) Jam 10.20 – 11.00 Diskusi kelompok tahap I133
Pertemuan selanjutnya, Rabu, 7 Mei 2014
1) Jam 08.40 – 08.50 Guru membuka pembelajaran dengan doa
dan melakukan presensi
2) Jam 08.50 – 09.13 Diskusi kelompok tahap II
3) Jam 09.13 – 10.00 Presentasi
4) Jam 10.18 – 11.00 Presentasi dan penutup134
Dari hasil observasi, peneliti mendapatkan data bahwa proses
kegiatan pendahuluan dilaksanakan, namun dalam kegiatan inti, peneliti
melihat ada kekurangannya yaitu tidak adanya proses menanya antara
siswa dan guru dan sebaliknya. Kami mengkonfirmasi hal ini kepada Ibu
Heni, beliau menyampaikan
“Khususnya saya belum begitu faham dengan tahapan yang harus
dilalui, karena saya belum pernah ikut pelatihan, pemahaman yang
133
134
O(S2)3
O(S2)3
135
saya dapat dari Ibu Nur maupun Pak Fathan ternyata belum
sempurna.”135
Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa kelas ISM1
(Muji Utami), menyampaikan:
“Bu Heni jarang meminta kita melakukan diskusi, kebetulan saja
waktu materi wakaf, kami dibentuk kelompok untuk membahas
materi ini, sebenarnya kami lebih suka dengan model diskusi,
ingatnya materi itu lebih lama dibanding hanya dijelaskan saja.” 136
Hal senada juga disampaikan oleh Wahyu Wulansari, siswa kelas
ITB2, menyampaikan:
“Ya Bu Heni itu kalau di kelas ya langsung menjelaskan materi
tidak pernah dilihatkan film atau video, tidak seperti teman saya
yang jurusan RPL yang diajar sama Ibu Nur, mereka selalu diajar
dengan cara yang berbeda-beda.”137
Kenyataan yang ada di lapangan tentang masalah guru yang
bersangkutan ternyata memiliki perbedaan denga pernyataan yang
disampaikan oleh Sardiman bahwa tugas dan peranan guru, antara lain:
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan
mempersiapkan pelajaran sehari-hari, dan mengontrol serta mengevaluasi
kegiatan belajar siswa.138Sehingga, setiap guru baik yang sudah
mendapatkan pelatihan maupun belum, memiliki kinerja dan kompetensi
yang sesuai.
Observasi kami lanjutkan pada guru pengampu Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti yang lain, yaitu Bapak Fathan Budiman, S.H.I,
135
W(S2)3
W(S2)6
137
W(S2)6
138
A.M.Sardiman, Interaksi…
136
136
beliau
bukan
lulusan
dari
fakultas
tarbiyah,
namun
mampu
mengimplementasikan materi ajar dengan baik. Hal ini terlihat dari
wawancara kami dengan siswa kelas X Boga, sebagai berikut:
“Pak Fathan, kalau ngajar enak, biasanya kita diajak keluar dari
kelas, menjelaskannya pun gampang difahami. Metode yang
dipakai macam-macam, terkadang kita dilihatkan video.”139
Hal ini senada dengan observasi pada kelas X TG, selasa 22 April
2014 jam 12.15 – 14.30
1) Jam 12.18 – 12.25 Guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi dan memotivasi ibadah
2) Jam 12.25 – 12.38 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan materi pokok tentang wakaf
3) Jam 12.38 – 13.03 menanyangkan video contoh praktik wakaf
4) Jam 13.03 – 13.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya
5) Jam 13.35 – 13.45 Guru membagi siswa dalam kelompok kecil
6) Jam 13.45 – 13.56 Guru membimbing siswa untuk melakukan
ke mushola untuk kegiatan selanjutnya
7) Jam 13.56 – 14.27 Diskusi tahap I
8) Jam 14.27 – 14.30 Dipimpin doa dan rencana pertemuan
selanjutnya
140
Observasi minggu berikutnya, selasa 29 April 2014 jam 12.15 –
14.30
1) Jam 12.25 – 12.31 Membuka pembelajaran dan melakukan
presensi
2) Jam 12.31 – 13.05 Diskusi tahap II
3) Jam 13.05 -14.20 Presentasi Kelompok
4) Jam 14.20 – 14.30 Guru merencanakan agenda pertemuan
berikutnya yaitu tes pengetahuan tertulis dan menutup proses
belajar mengajar.141
Dari hasil observasi, kami mendapatkan data bahwa kegiatan
pembelajaran dimulai dari pendahuluan. Hal ini terlihat selama proses
139
W (S2)6
O(S2)3
141
O(S2)3
140
137
pendahuluan diawali dengan memimpin doa, melakukan presensi dan
memotivasi belajar serta ibadah siswa. Selama proses kegiatan inti, kami
menemukan kegiatan menanya masih banyak didominasi oleh guru. Ketika
kami
konfirmasi
kepada
guru
pengampu,
pak
Fathan,
beliau
menyampaikan bahwa:
“ Siswa belum bisa secara mandiri memberikan pertanyaan, rasa
ingin tahu terhadap sesuatu masih rendah, kepedulian terhadap
lingkungan pun rendah, akhirnya, yang kami lakukan menstimulasi
siswa supaya bertanya dengan tambahan informasi dan bahkan
memberikan pertanyaan terlebih dahulu.”142
Pendekatan saintifik yang digunakan sama dengan salah satu
implementasi
kurikulum
2013,
yang
meliputi
observing,
questioning…143Dari data yang kami peroleh, proses menanya tidak
berjalan dengan sempurna, masih dibutuhkan stimulus dari guru supaya
siswa mau bertanya. Hal ini merupakan salah satu hambatan implementasi
kurikulum 2013 berjalan dengan sempurna yaitu kesiapan dari siswa itu
sendiri.
Kegiatan selanjutnya berupa mengeksplorasi dan mengasosiasi,
dilakukan dengan baik dan siswa mampu menggunakan kesempatan
sebaik mungkin, hal ini terlihat dari keseriusan mereka mencari materi
yang ditugaskan baik buku paket yang tersedia maupun materi yang
diperoleh dari sumber lain. Proses mengeksplorasi dilakukan selama dua
kali pertemuan, karena waktu yang tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan dalam satu pertemuan. Hal ini, mempermudah siswa untuk
142
143
W(S2)3
Resti fauziah, Pendekatan...
138
mencari materi dari sumber lain, terutama internet. Model selanjutnya
berupa mempresentasikan hasil dari diskusi untuk setiap kelompok secara
bergiliran. Selama proses diskusi kelas, terjadi proses tanya jawab dan
kritikan dari kelompok lain.
Kelemahan terlihat pada kegiatan penutup, diantaranya guru tidak
menyimpulkan materi bersama siswa.
Dari data di atas, maka implementasi pendekatan santifik pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK Negeri
1 Tengaran, dalam langkah-langkah proses belajar mengajar meliputi
kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiakan dan
mengkomunikasikan telah mencerminkan aturan dalam permendikbud No
65 tahun 2013 tentang standar proses. Walaupun perlu ada catatan, seperti
kemampuan guru dalam menguasai metode dan cara menyampaikan
materi kepada siswa harus lebih diperhatikan, seperti proses menanya yang
lebih didominasi oleh guru dan menyampaikan kesimpulan setelah proses
belajar mengajar berakhir. Pemahaman guru pengampu terhadap metode
saintifik perlu ditingkatkan melalui pelatihan atau belajar secara mandiri.
Pendekatan saintifik berjalan dengan baik pada jurusan tertentu
seperti siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, dimana penguasaan
komputer dan internet lebih baik dibanding jurusan lain, hal ini didukung
proses mengeksplorasi sering menggunakan media laptop atau komputer.
Untuk jurusan lain, baik jurusan Tata Boga, Tata Busana bisa diterapkan,
139
namun butuh kreatifitas guru untuk melakukan proses ini supaya berjalan
dengan baik.
Kelemahan yang muncul, pada saat implementasi ini diterapkan
pada kelas Teknik Sepeda Motor, langkah-langkah ini, belum sepenuhnya
bisa dilakukan mengingat keterbatasan dari siswa dalam menerima dan
menginterpretasikannya.
B.
Implementasi Penilaian Otentik(Authentic Assesment) Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Sesuai aturan yang tertera dalam Permendikbud No 66 tahun
2013 tentang standar penilaian, menyebutkan bahwa penilaian otentik
merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.
Penilaian tersebut meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Implementasi penilaian otentik, kami lakukan secara observasi,
wawancara dan dokumentasi baik di SMK Negeri 1 Tengaran dan SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran.
1. SMK Negeri 1 Tengaran
Penilaian otentik merupakan rangkaian penilaian yang dilakukan
secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,
dan
keluaran
(output)
pembelajaran.144Perubahan
penilaian
yang
diberlakukan dalam kurikulum 2013 lebih detail dan rumit dibandingkan
144
Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
140
KTSP. Hal ini seperti yang disampaikan Bapak Joko, selaku Wakil Kepala
bidang Kurikulum,
“Penilaian kurikulum 2013 lebih rumit dibanding KTSP, form
yang digunakan lebih banyak dan lebih detail. Seluruh komponen
siswa dinilai, mulai dari sikap di kelas, sehari-hari di lingkungan
kelas maupun di luar kelas, penilaian pengetahuan, dan penilaian
ketrampilan. Ini memang merumitkan bagi guru, namun bagi
siswa lebih transparan.”145
Ruang lingkup penilaian peserta didik mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang dilakukan secara berimbang
sehingga dapat digunakan untuk mennetukan posisi relative setiap peserta
didik terhadap standar yang telah ditetapkan.146
Implementasi penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti terlihat pada pembelajaran yang diampu
Ibu Nur Sholikhah, S.Ag. Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 26 April
2014 dimulai dari jam 08.40-09.15.
Selama tenggang waktu tersebut beliau memberlakukan metode
diskusi dengan kelompok kecil, pemaparan hasil dan penyampaian
kesimpulan. Proses tersebut tidak luput dari pengamatan Ibu Nur
Sholikhah, dengan memberikan penilaian siswa menggunakan lembar
observasi. Observasi kami lanjutkan pada pertemuan minggu selanjutnya,
Sabtu, 3 mei 2014. Kami menemukan beliau melanjutkan melakukan
penilaian sikap menggunakan lembar observasi, baik selama diskusi
kelompok kecil maupun presentasi kelompok.
145
W(S2)2
146
Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
141
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang
berisi sejumlah indicator perilaku yang diamati.147
Hal ini selaras dengan yang disampaikan siswa kelas 1RPL1, Nia:
“Selama proses diskusi, bu Nur menilai siswa menggunakan
lembaran tertentu, dan itu mengakibatkan kita serius, karena tahu
proses diskusi kita dinilai.”148
Proses penilaian kompetensi sikap melalui observasi dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang berlaku. Walaupun indikator yang diamati
belum menggambarkan perilaku secara sempurna.
Di akhir pembelajaran, beliau membagikan selembar penilaian
individu dan penilaian antar individu yang dilakukan oleh teman yang lain.
Beberapa saat terlihat suasana hidup di dalam kelas selama guru
membagikan lembar penilaian individu. Guru memberikan aturan dalam
penilaian tersebut, diantaranya subyektifitas antar teman supaya dikurangi,
sehingga nilai yang ada benar-benar obyektif.
Observasi kami lanjutkan, pada kelas 1KR2, Jum’at, 25 April
2014. Beliau memberikan perlakuan yang berbeda dengan kelas 1RPL1,
penilaian dengan menggunakan lembar observasi pengamatan diskusi
tidak dilakukan. Hal ini terjadi, karena proses diskusi kelompok kecil
maupun
148
presentasi
kelompok
tidak
ada,
147
Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
W(S2)6
sehingga
pengamatan
142
menggunakan lembar observasi diskusi pun tidak ada. Ketika kami
konfirmasikan kepada Ibu Nur Sholikhah, beliau menyampaikan:
“Untuk kelas 1KR1, sengaja tidak ada proses diskusi, sehingga
penilaian sikap dengan lembar observasi untuk diskusi tidak kami
berlakukan. Namun, penilaian sikap tetap kami berikan dengan
penilaian sikap individu dan antar teman. Walaupun tidak secara
langsung saya juga mengamati siswa selama proses pembelajaran.
Siswa yang aktif dan menghargai penjelasan dari guru memiliki
nilai yang berbeda dengan siswa yang pasif dan ngantuk ketika
dijelaskan.”149
Kami melihat, di akhir pertemuan tersebut, dibagikan lembar
penilaian individu dan antar teman yang harus diisi oleh siswa. Siswa
diminta mengisi dengan memberikan tanda pada kolom yang sudah
disediakan.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi.150
Penilaian diri yang dilakukan guru pengampu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap siswa pada akhir
setiap kompetensi yang diajarkan sesuai dengan Permendikbud no 66.
Perlakuan ini, dilakukan juga kepada 1KR2, seperti yang
diungkapkan oleh Rachmat Irfan:
“Setiap selesai dalam satu bab, biasanya kita diminta untuk
mengisi lembar penilaian, ngisinya dengan memberikan check list
pada kolom yang sesuai.” 151
149
W(S2)3
Salinan Lampiran Permendibud No 66…
151
W(S2)6
150
143
Selain menggunakan metode penilaian individu dan penilaian
antar teman serta observasi, beliau juga menggunakan penilaian jurnal
siswa dari catatan wali kelas dan guru Bimbingan Konseling.
Hal ini juga dilakukan oleh Ibu Heni Wulandari, S.Pd.I, ketika
mengajar di kelas 1SM2 pada hari Sabtu, 30 April 2014. Tampak pada
pemberian nilai sikap dari lembar observasi yang beliau berikan untuk
kelas tersebut. Pada tahap proses pembelajaran inti, beliau membentuk
kelompok siswa ke dalam kelompok kecil. Selama siswa melakukan
proses asosiasi pada kelompok kecilnya, beliau memberikan penilaian
sikap melalui lembaran observasi untuk diskusi. Ketika siswa kami Tanya
tentang proses penilaian itu, mereka memberikan jawaban yang hampir
sama.
“Ketika bu Heni sudah mengeluarkan lembaran penilaian
terhadap diskusi, kami akan sungguh-sungguh melakukannya,
biar nilai kami bagus.”152
Observasi kami lanjutkan pada pertemuan selanjutnya, Rabu, 7
Mei 2014, kami dapati, diakhir pembelajaran, siswa diminta untuk
melakukan penilaian terhadap diri dan temannya dengan formulir
penilaian yang sudah disediakan.
Penilaian sikap yang menjadi acuan Bapak Fathan lebih kepada
penilaian jurnal siswa yang berisi catatan-catatan guru terhadap perilaku
siswa baik di dalam kelas selama proses pembelajaran maupun di luar
kelas. Penilaian di luar kelas, beliau ambil dari nilai keaktifan mengikuti
152
W(S2)6
144
sholat jamaah maupun penilaian dari guru Bimbingan Konseling. Hal ini
senada yang disampaikan oleh ketua kelas 1TG, menyampaikan:
“Sholat dhuhur secara berjamaah yang dilakukan oleh sekolah,
ada presensinya, setiap ketua kelas diminta untuk melakukan
presensi terhadap siswa yang ada di kelasnya.” 153
Dari beberapa observasi yang kami lakukan terhadap proses
penilaian sikap kepada Ibu Nur Sholikhah, Bapak Fathan dan Ibu Heni,
kami dapat menyimpulkan bahwa, secara umum penilaian sikap sudah
dilakukan, walaupun belum secara maksimal. Ibu Nur Sholikah berusaha
menggunakan empat macam model penilaian sikap, seperti penilaian
observasi, diri sendiri, antar teman dan jurnal dalam setiap bab yang
diajarkan. Namun, penilaian sikap yang dilakukan oleh Ibu Heni hanya
terfokus kepada penilaian dengan menggunakan lembar observasi, dan
Bapak Fathan lebih cenderung menggunakan penilaian jurnal. Jurnal.
. Ketika kami melakukan konfirmasi kepada mereka berdua,
berikut pernyataan Ibu Heni:
“pada materi ini, saya memang tidak menggunakan penilaian
diri, antar teman dan jurnal, karena terbatasnya waktu. Tetapi,
pada materi sebelumnya, saya pergunakan semuanya.”154
Pernyataan ini berbeda dengan yang disampaikan bapak
Fathan:
“Untuk penilaian sikap, saya lebih setuju, menggunakan
penilaian jurnal, hasilnya lebih obyektif dibanding yang lain.
Namun, bukan berarti, metode penilaian yang lainnya tidak
153
154
W(S2)6
W(S2)3
145
saya gunakan. Kebetulan, karena saya belum sempat untuk
membuat formulir penilaian diri dan antar teman saja, sehingga
pada materi ini, tidak saya berikan. Untuk metode penilaian
observasi, biasanya kami pergunakan, untuk melihat proses
diskusi kelompok kecil dan presentasi kelompok besar.”155
Aspek penilaian pengetahuan yang dilakukan secara umum
berjalan dengan baik, yang dilakukan secara lisan maupun tertulis. Seperti
yang dilakukan oleh Ibu Heni, pada Rabu, 14 Mei 2014,kelas 1SM1
1) Jam 08.35-08.50 Guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi dan motivasi ibadah siswa serta menyampaikan
agenda pembelajaran hari ini
2) Jam 08.50-09.30 Guru mereview ulang materi secara
keseluruhan
3) Jam 09.30-09.43 Guru membagikan soal ulangan secara
tertulis dan menyampaikan peraturan mengerjakan soal
ulangan
4) Jam 09.43-10.50 Siswa mengerjakan soal ulangan
5) Jam 10.50-11.00 Siswa mengumpulkan hasil ulangan, Guru
menutup pembelajaran.156
Hal yang sama dilakukan oleh Ibu Nur Sholikhah, pada hari
Sabtu, 10 Mei 2014 kelas 1RPL1
1) Jam 07.05-07.12 Guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi, menyampaikan agenda pembelajaran yang akan
berlangsung
2) Jam 07.12-07.50 Siswa mempelajari materi secara mandiri
3) Jam 07.50-08.05 Guru membacakan 10 soal ulangan tertulis
secara essay
4) Jam 08.05-09.12 Siswa mengerjakan soal secara mandiri,
guru melakukan proses pengawasan
5) Jam 09.12-09.15 Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan
guru menutup pembelajaran157.
155
W(S2)3
O(S2)3
157
O(S2)3
156
146
Perbedaan terlihat pada proses penilaian pengetahuan yang
dilakukan oleh Bapak fathan, seperti pada observasi kami, Selasa, 6 Mei
2014, sebagai berikut:
1) Jam 12.15-12.30 Guru membuka pembelajaran, melakukan
presensi dan menyampaikan agenda yang akan berlangsung
pada hari ini, diantaranya ada perubahan bentuk soal yang
telah disampaikan pada minggu yang lalu.
2) Jam 12.30-14.30 Siswa secara bergiliran melakukan penilaian
pengetahuan secara lisan, metodenya setiap siswa diberikan
lima (5) pertanyaan yang berbeda.
3) Jam 14.30 Guru menutup pembelajaran 158
Dari ketiga observasi yang kami peroleh, dapat kami simpulkan
bahwa, guru melakukan proses penilaian pengetahuan secara lisan dan
tertulisbaik menggunakan soal pilihan ganda maupun essai. Sementara
penugasan yang diberikan berupa penyelesaian penugasan diskusi
kelompok dikerjakan selama satu minggu sebelum pertemuan berikutnya.
Pendidik menilai kompetensi ketrampilan melalui penilaian
kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemostrasikan
suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan
penilaian portofolio.159
Penilaian ketrampilan merupakan kriteria penilaian yang harus
dilakukan oleh guru untuk melengkapi proses penilaian yang tertuang
dalam Permen No 66. Hal ini terlihat pada proses penilaian ketrampilan
membaca dan menghafal ayat pada pertemuan di bulan Pebruari. Seperti
yang disampaikan Ivanka restu siswa kelas 1RPL2:
158
159
O(S2)3
Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
147
“Di awal semester ini, kami diminta melakukan praktek
menghafalkan surat tentang larangan berbuat zina dan pentingnya
ilmu pengetahuan. Sebenarnya diberi waktu satu minggu
mengahafalkan, tapi sampai hari ini, saya masih kurang satu ayat
yang belum hafal. Bu Nur memberikan batasan sebelum tes
semester genap.”160
Di kelas yang berbeda, kami meminta penjelasan dari Ula Kurnia
siswa kelas 1SM1:
“Pada akhir bulan Januari, Bu Heni meminta kita mempraktekkan
membaca surat An Nur dan Al Isra kemudian menghafalkannya.
Kebetulan, saya sudah praktek membaca dan menghafalkannya,
namun, ada beberapa teman saya yang sama sekali belum
menghafalkannya.”161
Pak Fathan memiliki kriteria tersendiri dalam menilai praktek
membaca dan menghafal siswa. Seperti yang diungkapkannya:
“Saya tidak akan memberikan nilai kepada siswa yang melakukan
unjuk praktek menghafalkan ayat terlebih dahulu, baru praktek
membaca. Biasanya siswa yang belum bisa membaca al Qur’an,
akan menggunakan jalan pintas dalam memperoleh nilai, yaitu
menghafalkan dengan menggunakan huruf latin bukan huruf arab.
Itu tidak mendidik siswa untuk bisa membaca al Qur’an.” 162
Dalam rangka melakukan observasi lebih jauh tentang praktek
siswa dalam membaca al Qur’an, kami juga mendapatkan jawab dari Bu
Nur:
“Siswa di sini heterogin, ada yang sudah mahir membaca al
Qur’an, namun ada juga yang belum bisa sama sekali
membacanya. Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,
160
W(S2)6
W(S2)6
162
W(S2)3
161
148
sehingga menuntut guru untuk meluangkan waktu di luar jam
efektif untuk mengajari siswa membaca al Quran.” 163
Penilaian otentik telah diimplementasikan pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X di SMK Negeri 1
Tengaran. Walaupun terdapat beberapa kelemahan yang ada, seperti
lembar observasi yang dimiliki guru hanya sebatas digunakan untuk
penilaian
diskusi,
belum
mencakup
seluruh
materi
yang
tidak
menggunakan metode diskusi. Persiapan guru untuk melakukan penilaian
sikap masih kurang. Hal itu terlihat pada salah satu guru yang belum
sempat membuat komponen penilaian individu maupun antar teman.
Sehingga terkesan, penilaian yang dilakukan tidak menyeluruh dari
keseluruhan penilaian yang dianjurkan. Perlu juga dihindari dalam
pembuatan ragam soal untuk penilaian individu dan antar teman, karena
subyektifitas sering terjadi dengan metode ini.
Penilaian aspek pengetahuan sudah terlihat dengan baik, yang
menggunakan dua macam cara, yaitu tertulis maupun lisan.
Penilaian
praktek
meliputi
tes
praktik,
projek
dan
portofolio.164Sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Permendikbud No
66, terdapat beberapa item penilaian ketrampilan. Namun yang terlihat
baru penilaian ketrampilan tes praktik. Sementara untuk projek dan
penilaian portofolio belum dilakukan.
163
W(S2)3
164
Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
149
Begitu pun di aspek ketrampilan, terlihat juga keseluruhan aspek
ketrampilan
yang
disesuaikan
dengan
standar
kelulusan
sudah
dilaksanakan, meliputi praktek membaca dan menghafalkan ayat.
2. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan
pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.165Kegiatan guru meliputi
merencanakan proses pembelajaran, melakukan tatap muka di kelas dan
memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujia tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, ujian sekolah dan ujian nasioal.166
Penilaian otentik merupakan salah satu perubahan mendasar
dalam Kurikulum 2013, yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan
ketrampilan.
Penilaian sikap dilaksanakan untuk melihat bagaimana sikap
siswa selama mengikuti proses pembelajaran maupun di luar kelas. Guru
secara mandiri bisa memberikan penilaian itu maupun antar guru, guru BP
dan kesiswaan. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana sikap siswa
secara keseluruhan.
165
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Prenada Media, 2005, h.13-14
166
Salinan Lampiran Permendikbud No 66
150
Penilaian pengetahuan dan ketrampilan sudah dilakukan oleh
kurikulum yang berlaku sebelumnya, baik KTSP maupun KBK.
Implementasi penilaian otentik ini, bisa kita lihat dalam
pelaksanaan penilaian di kelas XH, Selasa 22 April 2014. Penugasan yang
diberikan
mampu
memacu
siswa
untuk
mengamati
benda
dan
menganalisis prsosesnya. Tampak, guru memberikan penilaian obeservasi
selama proses tersebut, sehingga siswa pun antusias mengikuti proses yang
ada sampai selesai. Ketika kami konfirmasi kepada siswa, Deviana,
menyampaikan:
“Selama proses pembelajaran, pak Ashab memberikan nilai
pekerjaan dan sikap kami, sehingga kami lebih tekun dan tertib.
Kalau tidak memperhatikan, nilai kami jelek.” 167
Observasi kami lanjutkan pada pertemuan minggu selanjutnya, 29
April 2014, terlihat, guru menilai proses diskusi siswa yang dilakukan
setelah istirahat pertama. Selama proses itu, memang ada beberapa siswa
yang kurang memperhatikan, karena bukan kelompoknya yang bertugas
mempresentasikan materi. Hal itu menjadi perhatian guru, dengan
mengingatkan secara terus menerus, sikapnya itu mampu mengurangi
nilainya.
Seperti ungkapan Bapak Ashabul Khoir,
“Terkadang selama proses diskusi, ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan, karena merasa bukan kelompoknya. Kami
menemukan cara supaya siswa tetap konsentrasi selama proses
167
W(S1)f
151
pembelajaran, diantaranya, siswa yang ramai, kami minta duduk
di posisi depan atau kelompoknya kami dahulukan majunya.” 168
Proses penilaian sikap, kami konfirmasi juga kepada siswa XJ,
Karina:
“Kebanyakan Pak Ashab membentuk kelompok kecil pada kelas
kami dan meminta kita melakukan diskusi sesuai tema masingmasing.Selama diskusi kecil itu, beliau memberikan penilaian,
sehingga teman kami yang biasanya buat gaduh, jadi diam.” 169
Selain penilaian observasi, Pak Ashab juga membuat form
penilaian diri siswa yang diberikan kepada siswa kelas XH pada selasa, 29
April 2014.
Pendidik
melakukan
penilaian
kompetensi
sikap
melalui
observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh
peserta didik dan jurnal.170
Dari observasi dan wawancara yang kami lakukan, penilaian
sikap dilakukan maksimal terhadap siswa baik menggunakan teknik
observasi, penilaian diri, antar teman maupun jurnal.
Untuk penilaian pengetahuan, beliau menggunakan tes tertulis
soal essai sebanyak 10 soal, yang dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014.
Pada hari tersebut, pengawasan diserahkan kepada guru piket, karena
beliau ijin.
Pada kelas yang lain, yaitu XL, ada sedikit perbedaan, yaitu untuk
materi wakaf dan Islam periode Madinah dijadikan satu waktu untuk
168
W(S1)c
W(S1)f
170
Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
169
152
penilaian pengetahuannya. Yang dipakai adalah tes tertulis dengan soal
pilihan ganda sebanyak lima puluh (50) soal. Ketika kami konfirmasikan
itu, beliau menjawab:
“Untuk kelas XL, saya kekurangan waktu untuk bertemu dengan
siswa, karena dijadwalkan hari sabtu, sementara hari sabtu banyak
agenda sekolah yang harus meliburkan siswa. Akhirnya, untuk
menghemat waktu, untuk penilaian pengetahuan saya gabung dua
materi sekaligus.”171
Kompetensi membaca dan menghafal beberapa ayat al Quran
yang ada dalam silabus, dilakukan di awal semester. Kami, tidak sempat
melihat prosesnya, namun hasil wawancara kami dengan siswa dan guru
bisa menjadi bukti, ditambah hasil nilai prakteknya.
Seperti yang diungkapkan Karina, siswa XJ:
“Di bulan januari 2014 kemarin, ada penilaian praktek membaca
al Qur’an dan menghafalnya. Namun, ada beberapa teman yang
melakukan di luar batas waktu yang telah ditentukan.” 172
Senada dengan pernyataan Karina, siswa kelas XC, Vicky Bagus:
“Penugasan menghafal dan membaca ayat al Qur’an sudah
diberikan pada akhir bulan januari, namun, sampai hari ini
(Kamis, 8 Mei 2014) saya belum selesai semua surat yang
ditugaskan. Karena, saya harus mengikuti tugas yang diberikan
sekolah yaitu mengikuti latihan Peleton Inti, jadi, saya dijanjikan
sama Pak Ashab, harus bisa menyelesaikan tugas hafalan sampai
bulan Pertengahan Bulan Juni 2014.”173
Kesamaan perlakuan terhadap siswa juga dilakukan oleh Bapak
Heru, di akhir pembelajaran maupun di awal pembelajaran. Terlihat pada
171
W(S1)c
W(S1)f
173
W(S1)f
172
153
observasi, yang kami lakukan pada hari Sabtu, 26 April 2014, sebagai
berikut:
1) Jam 13.28-14.10, guru menayangkan video berkenaan dengan
perjalanan nabi hijrah ke Madinah
2) Jam 14.10-14.35, guru menstimulasi siswa untuk bertanya
tentang video yang telah diputarkan
3) Jam 14.35-14.50, guru meminta siswa membentuk kelompok
kecil untuk mendiskusikan sesuai tema yang telah
ditetapkan.174
Selama periode waktu di atas, guru melakukan penilaian sikap
kepada siswa, berupa penilaian observasi, dengan melihat sikap siswa
selama melihat tanyangan video, apakah memperhatikan dengan seksama
atau tidak memperhatikan. Penilaian observasi juga dilakukan oleh guru
pada proses kegiatan inti yaitu menanya dan asosiasi yang dilakukan oleh
siswa.
Ketika kami konfirmasikan, Pak Heru menyampaikan:
“Setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa, memang saya pantau
terus, selain saya bisa menilai siswa secara obyektif, siswa pun
menjadi semangat dan terpacu belajarnya.”175
Pada pertemuan, Sabtu, 3 Mei 2014, kami lanjutkan observasi
terhadap proses penilaian sikap. Terlihat pula, guru melakukan penilaian
siswa sembari mengarahkan proses komunikasi antar siswa.
Siswa pun memiliki jawaban yang hampir sama, ketika kami
lakukan wawancara dengan beberapa siswa,
174
175
O(S1)c
W(S1)c
154
“Ya, kami jadi memperhatikan proses pembelajaran baik ketika ada
tanyangan video atau diskusi, karena guru pasti akan menilai sikap
kita, jadi ngantuknya hilang. Kita juga harus bisa bicara di depan
teman-teman.”176
Di akhir pembelajaran, guru menutup pembelajaran dengan
menyampaikan agenda minggu depan. Namun, di akhir pembelajaran kami
tidak melihat, guru mengadakan penilaian individu maupun antar teman.
Kami konfirmasikan hal itu kepada Bapak Heru, beliau
menyampaikan:
“Semester gasal kemarin, saya menggunakan penilaian individu
dan antar teman, namun hasilnya tidak maksimal, karena, siswa
lebih subyektif terhadap diri dan temannya, sehingga semester
genap ini, saya hanya menggunakan penilaian observasi untuk
menilai mereka, baik dari saya, wali kelas maupun dari guru
BK.”177
Untuk melihat bagaimana proses penilaian pengetahuan, kami
melakukan observasi pada Sabtu, 10 Mei 2014, sebagai berikut:
1) Jam 12.30-12.45, guru melakukan presensi dan memberikan
motivasi menggunakan waktu senggang
2) 12.45-12.50, guru menjelaskan agenda yang akan dilakukan
hari ini
3) 12.50-13.00, siswa mereview materi
4) 13.00-13.06, guru membagi soal yang terdiri dari pilihan ganda
40 soal dan essai 5
5) 13.06-14.45, siswa mengerjakan soal
6) 14.45, siswa mengumpulkan lembar jawab178
Dari observasi yang kami lakukan, terlihat proses penilaian
pengetahuan secara tertulis dilakukan. Untuk mengetahui pelaksanaan tes
176
W(S1)f
O(S1)c
178
O(S1)c
177
155
ini di kelas lain, kami tanyakan kepada siswa kelas XE, Mei Intan, dia
menyampaikan:
“Minggu ini, kami dijanjikan ada ulangan tertulis, seperti kelas
XD kemarin. Saya lebih suka tes secara lisan, yang dulu pernah
dilakukan semester gasal, tetapi butuh waktu dua kali pertemuan
baru selesai. Lha ini mau semesteran, mungkin Pak Heru
mempercepat prosesnya supaya materi dan seluruh penilaian bisa
selesai.”179
Penilaian Kinerja bukan meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan pilihan ganda pada kertas dan pensil.180 Dari definisi tersebut
guru sudah melakukan penilaian kinerja dengan tes praktik secara tepat.
Penilaian praktek sudah dilakukan di akhir Januari 2014, namun, kami
melihat ada yang masih melakukan tes unjuk kerja berupa praktek
membaca dan menghafal ayat yang telah ditentukan.
Seperti yang dilakukan Bagas Damas siswa kelas XE, sedang
membaca al Qur’an pada jam istirahat di ruang Bapak Heru. Ketika kami
tanyakan hal ini, dia menjawab:
“Saya di kasih kesempatan belajar membaca al Qur’an sampai
bulan Mei ini, karena pada waktu penilaian praktek membaca al
Qur’an, saya belum bisa. Dan untuk praktek menghafalnya minggu
depan. Ini memang berat bagi saya, tapi akhirnya saya sudah bisa
membaca al Qur’an walaupun belum lancar.”181
Beberapa observasi dan wawancara terhadap nara sumber
menghasilkan catatan khusus diantaranya, penilaian sikap terhadap siswa
sudah dilakukan walaupun hanya satu item saja yaitu penilaian observasi.
179
W(S1)f
Ibrahim Muslimin dan Muhammad Nur, Pengajaran...
181
W(S1)f
180
156
Untuk penilaian diri dan antar teman belum dilakukan dengan beberapa
pertimbangan.
Penilaian pengetahuan sudah dilakukan dengan baik, sesuai
jadwal yang telah dibuat, sehingga hasil dari penilaian pengetahuan lebih
bagus dibanding penilaian sikap. Demikian juga dengan penilaian
ketrampilan, terlihat antusiasme siswa mengikuti dengan baik, sehingga
tampak perubahan siswa dari yang belum bisa membaca al Qur’an
akhirnya menjadi bisa.
Namun
kesempurnaan
dari
penilaian
ketrampilan
belum
dilaksanakan secara maksimal, seperti projek dan portofolio belum
dilakukan secara baik.
C.
Kelebihan dan Hambatan Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan perubahan dari KTSP yang
digulirkan pada tahun 2008. Hal ini tentu saja menuai pro dan kontra
dengan perubahan tersebut, baik dari standar isi, kelulusan, proses
pembelajaran maupun penilaian. Kami akan menguaraikan dalam dua
kategori, yaitu kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.
1. Kelebihan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006
atau KTSP.
kebudayaan,
Seperti yang disampaikan menteri pendidikan dan
157
“Berbagai kritik terhadap kurikulum 2006 atau KTSP mencoba
disikapi dan diakomodir dengan lahirnya kurikulum 2013. Kritikkritik tersebut antara lain, mata pelajaran yang terlalu banayak,
kurang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman, terlalu
menekankan aspek kognitif sementara aspek afektif dan
psikomotor penerapannya kurang diperhatikan. Kurikulum dalam
penerapannya adanya upaya penyederhanaan dan tematikintegratif. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalam
penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 adalah
menambahkan dan menekankan pada fenomena alam, social dan
budaya.182
Berdasarkan survey penelitian terhadap mahasiswa UNNES,
didapatkan bahwa keunggulan kurikulum 2013 dibanding dengan
kurikulum sebelumnya adanya unsur tematik, pendidikan karakter,
integrasi budaya dan mampu membuat siswa aktif.183
Ada perbedaan aspek pengembangan pendidikan pada KTSP yang
disempurnakan dalam kurikulum 2013, meliputi spiritual keagamaan,
sikap personal-sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Selain itu, pada KTSP
mata
pelajaran
tertentu
mendukung
kompetensi
tertentu,
yang
disempurnakan dalam Kurikulum 2013 menjadi setiap mata pelajaran
mendukung semua kompetensi baik sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hilda Karli, bahwa kegiatan
pembelajaran
KTSP dan Kurikulum 2013, diantaranya KTSP lebih
menekankan pada pembelajaran menekankan pada aspek kogntif, afeksi
dan psikomotor namun dalam pelaksanaannya masih pada kognitif saja
termasuk penilaian masih berbentuk tes tertulis saja. Sementara di dalam
182
Kemdikbud, 2012. Kurikulum 2013 Tematik Integratif. Diunduh di
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/868 Pada 13 Nopember 2014
183
Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies,
Persepsi Civitas Akademika FIP UNNES Mengenai Kurikulum 2013 ditinjau dari SubKultur Budaya Jawa Tengah,2014
158
kurikulum 2013 pembelajaran menekankan aspek sikap, pengetahuan,
ketrampilan dan melakukan penilaian berbentuk tes dan non tes.184
Dari Permendikbud 65, guru diharapkan melakukan kegiatan
pendahuluan yang terdiri dari membuka pembelajaran, memimpin doa,
melakukan presensi, mengatur tempat duduk, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Urutan pelaksanaannya hendaknya dilakukan dengan baik,
biar kondisi siswa tertata.
Kegiatan Inti meliputi proses mengamati, menanya, asosiasi,
komunikasi dan menyimpulkan dilakukan secara runtut. Guru dituntut
untuk lebih kreatif memanfaatkan lingkungan sekitarnya dalam proses
pembelajaran, seperti ruang kelas, masjid, lapangan atau berbagai tempat
yang memungkinkan. Guru pun bisa membuat posisi duduk siswa sesuai
materi dan metode yang digunakan. Model dan metode pembelajaran pun
bisa dilakukan secara beragam, sesuai dengan kondisi dan situasi. Hal ini,
memacu keterlibatan siswa dibanding model pembelajaran secara
ceramah. Siswa memiliki pemikiran terbuka terhadap materi, yang berasal
dari berbagai sumber, bukan hanya dari guru sebagai satu-satunya sumber
pembelajaran.
Proses mengamati memiliki manfaat untuk siswa diantaranya
mengarahkan dan membimbing siswa tidak secara langsung terhadap
materi yang akan dibahas. Selanjutnya, siswa diharapkan memiliki
pemikiran yang kritis dan terbuka wawasannya terhadap pengamatan yang
184
Hilda Karli, Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan
Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Penabur-No.22/Tahun
ke-13/Juni 2014
159
sudah dilakukan dan berani mengungkap secara jelas dan lugas di forum.
Ketrampilan berbicara pun diasah untuk menyampaikan ide ketika proses
asosiasi di dalam kelompok kecilnya maupun dalam kelas.
Penilaian yang digunakan pada KTSP menggunakan istilah
kognitif,
afeksi,
psikomotor,
sementara
untuk
Kurikulum
2013
menggunanakan istilah pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Namun
pelaksanaan pada KTSP penekanan masih pada kognitif (pengetahuan).
Yang membedakannya lagi, penilaian tiga ranah aspek ini tertera dalam
format Laporan Capaian Kompetensi pada kurikulum 2013 yang tidak
dijumpai dalam KTSP.
Penilaian sikap, bisa diambil dari observasi guru mata pelajaran
selama proses pembelajaran, observasi sesama guru, dan guru BK.
Penilaian individu siswa dan antar siswa pun bisa digunakan untuk
penilaian sikap ini. Sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat karena
diambilkan dari berbagai sisi.
Tidak hanya kepada peserta didik, kementerian juga mengambil
kesimpulan, bahwa diterapkannya kurikulum tersebut menuntut guru
untuk
meningkatkan
mengintegrasikan
kualitas
pembelajaran
pembelajaran,
dengan
kemampuan
pendekatan
ilmiah,
untuk
dan
membangun karakter anak. Selain itu, memengaruhi guru untuk
mengembangkan metode pembelajaran. Pada dasarnya, poin-poin tersebut
yang menjadi tujuan dari pengembangan kurikulum. Jika hal itu benar-
160
benar terjadi, diharapkan bisa membangkitkan kembali gairah dan
semangat pendidikan di Indonesia yang sedang merosot.
2. Hambatan Pelaksanaan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 membutuhkan persiapan yang matang dari
berbagai pihak, namun, di tengah perjalanannya, kami menemukan
beberapa hambatan pelaksanaannya.
Kesiapan guru menjadi sorotan paling utama selain sarana
prasarana yang dibutuhkan. Guru, yang seharusnya menjadi pelaku utama
kurikulum
2013,
memiliki
keterbatasan
kemampuan
dalam
mengimplementasikannya. Ketika kami konfirmasikan hal ini, Bu Fita,
selaku guru Bahasa Inggris menyampaikan:
“Ini kurikulum baru, yang sangat berbeda dengan KTSP, kami belum
pernah ikut pelatihan kurikulum 2013. Ketika, saya menanyakan
kepada teman-teman yang sudah pernah mengikuti, mereka memiliki
jawaban yang beragam satu sama lain. Sehingga, saya menjalankan
sepahamnya saya saja.”185
Hal ini senada dengan pernyataan Bapak Joko, selaku Waka
Kurikulum SMK N 1 Tengaran:
“Pemerintah memang belum memberikan pelatihan kepada semua
guru, kalau dihitung prosentase, baru sekitar 10 % yang diikutkan
pelatihan oleh dinas kabupaten. Pada bulan Juli 2013 kami pernah ikut
pelatihan di Yogya, dan diteruskan bulan Agustus 2013 di Solo, itu
pun kami menemui perbedaan materi yang disampaikan, terutama
185
W(S1)d
161
masalah penilaian. Kami menilai, orang direktorat masih bingung juga
menerapkan ini.”186
Jumlah guru yang diikutkan pelatihan memang masih terbatas,
baik di SMK N 1 Tengaran maupun SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan.
“Jumlah guru yang diikutkan pelatihan, baru guru Bahasa Indonesia 2
orang, guru Sejarah 1 orang, guru Matematika 2 orang. Rencana
pemerintah di akhir Juli nanti ada 5 guru mata diklat yang diikutkan
pelatihan, yaitu Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya, Bahasa Inggris
dan Matematika. Itu hanya untuk satu guru setiap mata pelajaran,
padahal, hampir setiap mata pelajaran, kami memiliki dua sampai tiga
guru. Saya anggap ini jauh dari ideal.”187
Demikian ungkapan dari Waka Kurikulum SMK Telekomunikasi
Tunas Harapan, Bapak wisnu.
Kesiapan buku dari pemerintah untuk setiap mata pelajaran yang
telah dijanjikan, sampai akhir bulan Juni belum datang. Hal ini sangat
menghambat proses pembelajaran, dimana hampir keseluruhan materi
pembelajaran dari setiap mata pelajaran mengalami perubahan. Buku
panduan guru dan siswa, telah dibuat oleh pemerintah, namun distribusi ke
setiap sekolah mengalami keterlambatan.
Untuk memperlancar proses pembelajaran, biasanya guru
memperbanyak materi secara mandiri, yang dibagikan kepada siswa. Ini,
membutuhkan biaya yang besar, karena dana APBS tidak mencantumkan
anggaran untuk memperbanyak buku materi. Sehingga, terkadang, siswa
melakukan iuran untuk memperoleh materi pembelajaran.
186
187
W(S2)2
W(S1)b
162
Sarana prasarana yang ada di sekolah merupakan hambatan
selanjutnya, terutama perangkat IT yang dibutuhkan. Sekolah yang belum
memiliki sarana prasarana tersebut akan merasa tertinggal dalam
melakukan proses pembelajaran kurikulum 2013. Kebetulan, untuk SMK
Telekomunikasi dan SMK N 1 Tengaran, memiliki sarana prasarana yang
dibutuhkan, sehingga tidak ada masalah dalam mengimplementasikannya.
Namun, bagi sekolah yang belum memiliki sarana prasarana yang kurang
memadai, akan mempersulit implementasinya.
Model penilaian yang sedemikian rumit, membutuhkan perhatian
guru yang lebih untuk memperoleh nilai yang otentik. Sehingga, bagi guru
yang sering kali meninggalkan proses pembelajaran di kelas, akan merasa
kesulitan dalam memberikan penilaian sikap. Hambatan lain, dalam proses
penilaian yaitu dibutuhkannya kertas dalam jumlah yang besar. Ketika
penilaian sikap yang terdiri dari penilaian observasi, individu maupun
antar individu dilakukan secara keseluruhan, kertas yang dibutuhkan
sangat banyak. Minimal untuk satu kompetensi setiap penilaian sikap,
membutuhkan 3 lembar kertas. Setiap siswa dalam satu kompetensi,
membutuhkan lebih dari 6 lembar untuk penilaian pengetahuan dan
ketrampilan. Apabila, satu mata pelajaran terdiri dari 6 kompetensi dalam
satu semester, membutuhkan 36 lembar kertas. Kalau, di kelas terdiri dari
30 siswa, maka kertas yang dibutuhkan sebanyak 1.080 kertas untuk satu
mata pelajaran. Apabila, seluruh mata pelajaran yang diajarkan ada 14
macam, sehingga membutuhkan 15.120 lembar kertas.
163
Merubah mind set guru dan siswa bukanlah hal yang mudah,
terutama memindahkan pola mengajar mereka yang sudah membudaya
menggunakan metode ceramah berubah menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific) dalam pendekatan pembelajarannya. Tidak sedikit, guru yang
masih terjebak dengan pola lama. Demikian juga dengan siswa, yang
terbiasa dengan pola mendengarkan dan menerima, sekarang berubah
siswa yang harus mencari dan berusaha sendiri memperoleh informasi.
164
Tabel 4.1
Hasil Pemahaman, Respon, Implementasi Pendekatan Ilmiah
dan Penilaian Otentik
Tingkat
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
Pemahaman Guru 1. Guru telah memahami desain 1.
aturan pembuatan RPP
2. Guru memahami pendekatan
saintifik
3. Guru memahami aturan penilaian 2.
yang berlaku namun masih perlu
bimbingan
untuk
pengklasifikasiannya
3.
Respon Guru dan 1.
Siswa
Implementasi
Pendekatan
Ilmiah
Bertambahnya jam pembelajaran
pada struktur kurikulum 2013
membawa pengaruh terhadap
kelangsungan PBM
2. Berkurangnya jam dan hilangnya
mata pelajaran tertentu membawa
dampak yang berbeda pula.
3. Perubahan materi pada mata
pelajaran
tertentu
membawa
pengaruh
pada
pendekatan
pembelajaran yang digunakan
4. Respon positif dengan model
pendekatan
saintifik
yang
diterapkan
5. Respon positif juga diperoleh dari
siswa dengan pendekatan dan
materi yang berubah
6. Penilaian dianggap merepotkan
dan membingungkan
7. Perubahan sikap siswa di kelas
dengan
penilaian
otentik
dibanding penilaian pada KTSP
1.Persyaratan pelaksanaan Proses
pembelajaran
sesuai
dengan
struktur kurikulum 2013 yang
berlaku, penyediaan buku teks
pelajaran dan sumber belajar yang
mendukung
tersedia
dengan
SMK Negeri 1 Tengaran
Pemahaman guru terhadap
perubahan
kurikulum
terlihat pada hasil RPP yang
dibuat
Pendekatan
saintifik
dipahami oleh guru dengan
baik
Penilaian otentik terlihat
membingungkan
hampir
semua
guru,
walaupun
dilaksanakan dengan baik.
1. Penambahan jam pada mata
pelajaran tertentu ditanggapi
berbeda oleh guru
2. Pengurangan jam pada mata
pelajaran Bahasa Inggris dan
peniadaan mata pelajaran
IPA telah menuai beragam
pendapat
3. Implementasi
pendekatan
saintifik membawa dampak
yang baik pada siswa
4. Implementasi
pendekatan
saintifik mampu dijalankan
dengan baik
5. Respon
positif
juga
diperoleh dari siswa dengan
teknik
penilaian
yang
diterapkan.
6. Respon yang kurang baik
dengan
penilaian
yang
diterapkan
karena
merepotkan guru
1.Persyaratan pelaksanaan Proses
pembelajaran sesuai dengan
struktur kurikulum 2013 yang
berlaku, penyediaan buku teks
pelajaran dan sumber belajar
yang
mendukung
tersedia
165
sempurna,
pengelolaan
kelas
terkontrol dengan baik, volume dan
intonasi
suara
yang
harus
diperhatikan guru
2.Kegiatan pelaksanaan pembelajaran
yang
meliputi
kegiatan
pendahuluan dilaksanakan dengan
baik
3. Kegiatan inti yang meliputi proses
mengamati,
menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasi sudah dilakukan
tetapi kegiatan menanya masih
membutuhkan stimulus dari guru.
Kegiatan menyimpulkan lebih
banyak didominasi oleh guru.
4.Aktifitas siswa secara mandiri
terlihat
pada
proses
mengeksplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan
5.Kegiatan
inti
tidak
bisa
dilaksanakan secara maksimal pada
kelas tertentu yaitu program
keahlian TKR
6.Kegiatan penutup dilakukan dengan
maksimal baik.
Impelementasi
1.
Penilaian Otentik
2.
3.
4.
Ruang
Lingkup
penilaian
mencakup tiga ranah yaitu sikap,
pengetahuan dan ketrampilan
Teknik
penilaian
sikap
dilaksanakan dengan baik
Teknik penilaian pengetahuan
dilaksanakan dengan baik
Teknik penilaian ketrampilan telah
dilaksanakan dengan beberapa
kekurangan yaitu penilaian projek
dan portofolio masih butuh
bimbingan
walaupun
dengan
belum
sempurna, pengelolaan kelas
terkontrol dengan baik, dimana
pembelajaran dilakukan di
mushola mengurangi kejenuhan
siswa.
2.Kegiatan
pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi
kegiatan
pendahuluan
dilaksanakan dengan baik
3. Kegiatan inti yang meliputi
proses mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi
dan mengkomunikasi sudah
dilakukan
tetapi
kegiatan
menanya masih membutuhkan
stimulus dari guru.
4.Aktifitas siswa secara mandiri
terlihat
pada
proses
mengeksplorasi, mengasosiasi
dan mengkomunikasi dengan
bantuan dan stimulus dari guru.
5.Kegiatan inti tidak bisa
dilaksanakan secara maksimal
pada kelas tertentu yaitu
program keahlian TKR dan
TSM
6.Kegiatan penutup dilakukan
dengan maksimal baik.
1. Ruang Lingkup penilaian
mencakup tiga ranah yaitu
sikap, pengetahuan dan
ketrampilan
2. Teknik
penilaian
sikap
dilaksanakan dengan baik
3. Teknik
penilaian
pengetahuan dilaksanakan
dengan baik
4. Teknik
penilaian
ketrampilan
telah
dilaksanakan
dengan
beberapa kekurangan yaitu
penilaian
projek
dan
portofolio masih butuh
bimbingan
166
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menelaah teori dan menganalisa hasil penelitian
tentang implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian
otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti, maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian pelatihan kurikulum 2013, yang telah dilaksanakan oleh
Kementrian Agama bidang PAIS kab. Semarang maupun pihak SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab. Semarang dan SMK Negeri
1 Tengaran kab. Semarang telah dipahami oleh guru pengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Terbukti dengan
pembuatan RPP yang telah dibuat berdasarkan aturan yang tertera dalam
PP No 65 tahun 2013 tentang standar proses. Pendekatan ilmiah (scientific
approach) yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi dan mengkomunikasikan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Aspek mengamati dipahami
guru sebagai langkah untuk memperlihatkan materi secara umum kepada
siswa menggunakan berbagai media. Proses menanya dipahami sebagai
sebuah proses yang dilakukan oleh siswa setelah proses mengamati, yang
membutuhkan keaktifan dan kesiapan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Mengeksplorasi merupakan langkah yang harus
167
dilakukan siswa dengan guru sebagai fasilitatornya dengan cara membagi
siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Proses mengeksplorasi
difahami sebagai proses mencari referensi materi dari berbagai sumber
yang ada. Selama proses mengeksplorasi tersebut, siswa juga melakukan
proses mengasosiasi pengetahuannya dengan kelompok-kelompok kecil.
Proses terakhir dalam kegiatan inti adalah mengkomunikasikan. Guru
memahami
bahwa
proses
mengkomunikasikan
dilakukan
secara
bergantian sesuai dengan nomer urut yang ada. Begitu juga dengan
penilaian otentik (authentic assessment) yang meliputi penilaian sikap,
pengetahuan dan ketrampilan telah dipahami. Berdasarkan observasi dan
wawancara yang kami lakukan, kami menemukan bahwa guru melakukan
penilaian sikap di awal, selama proses dan akhir pembelajaran untuk setiap
babnya. Permasalahan muncul, ketika ada salah seorang guru di SMK
Negeri 1 Tengaran Kab Semarang yang belum pernah mengikuti pelatihan
yang diadakan oleh Kementrian Agama. Sehingga berpengaruh terhadap
pemahaman guru terhadap implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian
otentik. Pelatihan kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh sekolah
lebih banyak menyangkut pembuatan RPP, bukan ke aplikasi pendekatan
dan penilaian yang digunakan.
2. Perubahan struktur kurikulum 2013 diantaranya penambahan jam dan
pengurangan materi yang ada dalam silabus mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti ditanggapi positif oleh guru yang
bersangkutan. Bertambahnya jam dimanfaatkan guru untuk menutupi
168
kekurangan kompetensi yang harus dikuasai siswa, seperti kompetensi
praktek sholat dan membaca al Qur’an. Lingkungan sekolah dimanfaatkan
untuk kegiatan belajar mengajar, selain ruang kelas formal, penggunaan
masjid atau musholla sekolah, pembelajaran outdoor pun dilakukan.
Pendekatan ilmiah dan penilaian otentik ternyata mampu menambah
semangat siswa dalam belajar.
Tanggapan positif berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 dari
sisi penambahan dari struktur kurikulum maupun pendekatan ilmiah
(scientific approach), namun kesulitan guru dalam mengimplementasikan
penilaian otentik ranah sikap, menjadi kendala pelaksanaannya. Kerepotan
guru yang harus memberikan penilaian yang mencakup seluruh kegiatan
siswa baik di kelas selama proses belajar mengajar maupun di luar kelas.
Selain itu, keluhan dari guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti mengenai keberadaan buku teks pegangan guru dan siswa
yang sampai penelitian ini kami lakukan, buku tersebut belum juga datang.
Padahal implementasi kurikulum 2013 hampir berlangsung selama satu
tahun. Upaya guru untuk memperbanyak sendiri materi yang ada, tidak
mampu menyelesaikan masalah secara tuntas.
3. Berdasarkan observasi dan wawancara kami terhadap guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pendekatan ilmiah (scientific
approach) telah dilaksanakan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru
diawali dengan proses mengamati, dimana guru memberikan stimulus
kepada siswa berupa tayangan gambar atau film yang dipresentasikan
169
menggunakan lcd proyektor dan surat kabar yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas pada hari itu. Proses berikutnya yaitu menanya, yang
dilakukan oleh guru terhadap siswa. Proses ini yang tidak sesuai dengan
aturan yang diterapkan dalam PP No 65, dimana proses menanya
dilakukan oleh siswa terhadap siswa atau siswa terhadap guru. Analisa
penulis, ini menggambarkan bahwa kesiapan siswa terhadap materi masih
kurang atau keberanian siswa untuk mengungkapkan ide dan pokok
pikirannya
mengalami
kesulitan.
Selanjutnya,
dilakukan
proses
mengeksplorasi, guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil
dan membagi tugas untuk masing-masing kelompok kecil tersebut. Proses
mengeksplorasi yang dilakukan siswa terlihat pada kegiatan siswa untuk
memperoleh materi yang ditugaskan guru, dari berbagai sumber belajar. Di
sini terlihat bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar utama dan
berperan sebagai fasilitator selama proses belajar mengajar. Siswa SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab. Semarang memanfaatkan
media internet selama proses mengeksplorasi ini yang telah terpenuhi
hotspot area, dilengkapi dengan laptop yang dibawa oleh siswa secara
mandiri. Proses mengasosiasi tidak terlepas dari proses mengeksplorasi,
karena diskusi kelompok-kelompok kecil masih berjalan, dimana siswa
menyamakan persepsi terhadap materi yang sudah mereka cari selama
proses mengeksplorasi tersebut. Guru meminta kelompok-kelompok kecil
tersebut menuangkan hasil diskusinya pada tampilan power point yang
akan memudahkan siswa untuk mempresentasikan hasilnya. Langkah
170
terakhir dari kegiatan inti yaitu mengkomunikasikan, yang tampak dari
pemaparanyang dilakukan secara bergantian.
Implementasi penilaian otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Tengaran dan SMK Negeri 1 Tengaran kab. Semarang telah
dilaksanakan. Penilaian yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan
ketrampilan dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan
kebutuhan. Seperti, siswa SMK Negeri 1 Tengaran kab. Semarang diminta
melakukan ketrampilan membaca dan mengahafal ayat tertentu di awal
semester sampai akhir semester. Sehingga penilaian ini meringankan bagi
siswa yang kurang menguasai kompetensi tersebut. Untuk penilaian
pengetahuan, dilakukan setelah menyelesaikan satu kompetensi, yang
ditambah dengan nilai penugasan pada kompetensi yang sama. Penilaian
sikap dilakukan oleh guru di awal dan akhir pertemuan setiap kompetensi
baru dan selama proses diskusi kelompok kecil yang berupa observasi.
4. Kurikulum 2013 menawarkan hal yang baru, baik berupa pendekatan
ilmiah (scientific approach) maupun penilaian otentik (authentic
assessment). Pekerjaan guru yang berhubungan dengan penyampaian
materi kepada siswa, menjadi terkurangi. Peran guru sebagai fasilitator
terlihat,
dengan
pembentukan
kelompok-kelompok
kecil
berikut
pemberian tugas kepada siswa. Sehingga, kelas menjadi hidup dan
bermakna, karena siswa mencari sumber belajar dari berbagai referensi,
bukan guru satu-satunya sebagai sumber belajar. Penilaian otentik
171
membawa dampak perubahan pada sikap siswa, terutama sikap siswa di
kelas. Kesadaran siswa terhadap penilaian yang dilakukan oleh guru,
memacu siswa untuk memperbaiki sikapnya baik di kelas tatap muka
maupun di luar kelas.
Hambatan yang ada di antaranya dibutuhkan kesiapan guru selain sarana
prasarana yang dibutuhkan. Guru, yang seharusnya menjadi pelaku utama
kurikulum
2013,
memiliki
keterbatasan
kemampuan
dalam
mengimplementasikannya.
Penyediaan buku teks pelajaran bagi guru dan siswa yang mengalami
keterlambatan dalam pendistribusiannya menjadi kendala tersendiri
berikut pemanfaatan teknologi informasi yang kurang maksimal mampu
menghambat pelaksanaan kurikulum 2013.
B. Saran
1. Pemerintah
Pemerintah
seharusnya
mempertimbangkan
secara
matang
dalam
mengeluarkan kebijakan baru terutama berkaitan dengan perubahan
kurikulum 2013. Pelatihan bagi kepala sekolah maupun guru sebaiknya
tidak dilakukan secara mendadak dan terbatas. Yang terjadi di lapangan,
Kurikulum 2013 harus segera dilaksanakan di bulan Juli 2013, namun
pelatihan baru dilakukan mulai bulan tersebut. Sekolah harus mencari
format yang tepat untuk menerapkannya. Sehingga sekolah yang diminta
menjadi pioneer K13 hanya dijadikan sebagai kelinci percobaan.
172
Sinkronisasi pemahaman antara dinas pendidikan pusat dengan dinas
pendidikan daerah harus dilakukan. Ketika kebingungan di sekolah terjadi,
dinas pendidikan daerah tidak mampu menjadi menemukan solusi yang
benar.
2. Sarana Prasarana
Penyiapan sarana prasarana yang memadai sangat dibutuhkan untuk
keberlangsungan implementasi kurikulum 2013. Ruang kelas dan ruang
penunjang lain harus tersedia demi kelangsungan proses belajar mengajar.
Penyediaan LCD proyektor, laptop dan speaker aktif menjadi faktor
penunjang utama. Area hotspot atau wifi menjadi penunjang yang lain,
sehingga sumber belajar bisa diambil sewaktu-waktu.
3. Guru
Kreatifitas guru menjadi faktor utama keberlangsungan Kurikulum 2013.
Kepandaian guru mengelola kelas, menggunakan dan memanfaatkan
media pembelajaran yang tersedia, kesiapan menerima perubahan dan
informasi yang global berkaitan dengan Kurikulum 2013 menjadi tuntutan
utama seorang guru.
4. Siswa
Keaktifan siswa dalam menerima dan mengelola model belajar yang
diterapkan harus dimiliki. Mindset siswa harus dirubah
terhadap
perubahan pola belajar yang selama ini, dimana guru menjadi sumber
belajar menjadi sekedar fasilitator. Usaha memahami materi pembelajaran
secara
mandiri
harus
diterapkan,
tidak
diperkenankan
hanya
173
mengandalkan informasi itu dari guru.
5. Orang Tua
Bagi orang tua, diharapkan memperhatikan pola tingkah laku putraputrinya, terutama dorongan untuk belajar. Yang terjadi selama ini,
beberapa
pengakuan
dari
siswa,
orang
tuanya
tidak
pernah
memperhatikannya, terutama masalah belajar putra-putrinya. Mereka
hanya dicukupkan dengan materi tanpa diingatkan untuk belajar lebih
serius.
174
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
2013.
Bell.Children’s
Science, Contructivism and Learning in Science. Victoria:
Deakin University Pers, 1995.
Dawson, Catherine. Metodologi PenelitianPraktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2001.
Dep. Pend. Nasional.Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan
Abad ke 21 (SPTK-21), Jakarta: Depdiknas. 2002.
Dep. Pend. Nasional.Standar Kompetensi Guru (SKG). Jakarta: Depdiknas, 2003.
Dep. Pend. Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat. Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT. Rineka Cipta. 2000.
Discovery Education. Scientific Method.
2006.http://school.discovery.com/SciencefairCentral/scifairstudies/handbo
ok/scientificmethod..html (6 Maret 2014).
Faiko, Nur.Penerapan KTSP pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Kompetensi Menulis Laporan Perjalanan siswa Kelas VIII di SMP Negeri
1 Gresik. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. UM. 2007.
Fauziah, Resti.Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui
Model Pembelajaran Berbasis Masalah.Jurnal Ivotec. Volume IX. No 2
Agustus 2013: 165-178. Universitas Pendidikan Indonesia.
Furchan, Arief.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. 1982.
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013 (6 Maret
2014)
175
The Goerge Lucas Educational Foundation.Instructional Module Project Based
Learning. 2005.http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. (8
April 2014).
Griffith.The Physics of Everyday Phenomena: A Conceptual Introduction to
Physic. New York: McGraw Hill. 2007.
Guire, Mc. Using the Scientific Method, Learning Assistance Review (TLAR) Fall,
Vol 12 Issue2, p33-45,13p.2 Diagrams.2007.
Gulikers, Judith T.M.A Five-Dimesional Framework for Authentic Assessment,
dalam jurnal Educational Technology Research and Development,Volume
52, Issue 3. 2004.
.Hudoyo, H.Pengembangan Kurikulum Matematika & Pelaksanaannya di Depan
Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. 1979.
Huberman, Michael.AnalisaData Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia, 1992.
Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies. Persepsi
Civitas Akademika FIP UNNES Mengenai Kurikulum 2013 ditinjau dari
Sub-Kultur Budaya Jawa Tengah.2014.
Jurnal pendidikan dan Pengajaran Undiksa. No 1 Th XXXX Januari, I Wayan
sadia, Pengembangan Kemampuan Berfikir Formal siswa SMA Mellaui
Penerapan Model Pembelajaran ’Problem Based Learning” dan ”Cycle
Learning” dalam Pembelajaran Fisika.2007.
Karli, Hilda.
Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan
Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Penabur-No.22/Tahun ke-13/Juni 2014.
Kemdikbud,
2012.
Kurikulum
2013
Tematik
Integratif.
Diunduh
di
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/868(13 Nopember 2014).
Materi Pelatihan dan Pendampingan Kurikulum 2013. oleh Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2013.
Modul pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru PAI dan
Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK. Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon
206 IAIN Walisongo Semarang Tahun 2013. 2013.
176
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya,
2007.
Muslimin, Ibrahim dan Muhammad Nur.Pengajaran Berdasarkan Masalah,
Surabaya: University Press, 2000.
Nurgiyantoro, Burhan.Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah
Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE. 1998.
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013. Bandung 16 maret 2013.
Patton, Michael Quinn.Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
1991.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
Peraturan pemerintah No 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan
Poerwadarminta,W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta:
Balai Pustaka, 2006.
Roestiyah.Strategi Belajar Mengajar. Cet. 7. Jakarta: Reineka Cipta, 2008.
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian
Sanjaya,
Wina.Pembelajaran
Dalam
Implementasi
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media. 2005.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2000.
Suherman
dkk.Common
TextBook
Strategi
pembelajaran
Matematika
Kontemporer. Bandung: Jurusan pendidikan matematika UPI Bandung.
2001.
Slamet Soeseno.Teknik Penulisan Ilmiah Populer. Jakarta: Gramedia. 2006.
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta.Penilaian Portofolio: Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.
Sund, R.B. & Leslie.Teaching Science by Inquiry in the Secondary School.
Columbus: Charles E. Merill Publishing Company. 1973.
177
Taufiq, Muh. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala
yang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan (NW)
Pancor, Lombok Timur, Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta. 2010.
Usman, M.U.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.
Varelas, Maria and Michael Ford.The Scientific method and scientific inquiry:
Tensions in teaching and learning, USA: Wiley InterScience. 2009.
O(S1)c
A. SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN KAB SEMARANG
178
CATATAN OBSERVASI
Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Selasa, 22 April 2014
Tempat
: Ruang Kelas XH
Waktu
: 08.30 - 11.00 (Jam ke 3 - 5)
Subyek
: Ashabul Khoir, S.Pd.I
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jam 08.35 – 09.15 Guru masuk kelas, memimpin doa, melakukan presensi
dan meminta tagihan tugas kelompok selama libur UN kelas XII
Jam 09.15-09.30 Istirahat
Jam 09.38-10.00 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok pokok
materi yang harus dikuasai siswa
Jam 10.00-10,30 Guru meminta siswa menelaah dan menginventarisir barang
berharga yang menjadi miliknya dan melihat bagaimana praktik sedekah dan
zakat yang ada di daerahnya
Jam 10.30-10.52 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang kegunaan
dan cara memanfaatkan barang yang dimiliki sesuai ajaran agama Islam.
Jam 10.52-11.03 Pembagian kelompok berikut pemberian tugas kelompok
sesuai tema masing-masing
Selasa 29 April 2014, sebagai berikut:
7.
Jam 08.32-08.45 Guru melakukan presensi, menyesuaikan posisi tempat
duduk sesuai kelompok siswa
8. Jam 08.45-09.15 Guru meminta siswa menyiapkan kelompoknya untuk
presentasi
9. Jam 09.15-09.30 Istirahat
10. Jam 0930-11.05 Presentasi dan tanya jawab antar kelompok secara bergantian
O(S1)c
CATATAN OBSERVASI
179
Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Sabtu, 26 April 2014
Tempat
: Ruang Kelas XD
Waktu
: 12.30 - 14.45 (jam ke 7 - 9)
Subyek
: Heru Budi Wiyatno, S.Ag
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1.
2.
3.
4.
5.
Jam 12.35-13.15 Guru melakukan prsesensi dan meminta siswa
membersihkan kelas
Jam 13.15-13.28 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materi
tentang Substansi dan Strategi Dakwah Periode Madinah
Jam 13.28-14.10 Guru memutarkan film tentang dakwah nabi di Madinah
dengan tiga film yang berbeda, guru meminta siswa mengamati tanyangan
yang ada dengan LCD Proyektor
Jam 14.10-14.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang film yang
telah diputar tadi
Jam 14.35-14.50 Guru membagi kelompok sesuai tugas yang ada, dibagi
menjadi 3 kelompok dengan metode jigsaw
Sabtu, 3 Mei 2014, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jam 12.33-12.40 Guru memimpin berdoa dan melakukan presensi, meminta
siswa untuk duduk sesuai kelompoknya
Jam 12.40-13.10 Guru meminta siswa berdiskusi yang memiliki tugas yang
sama sebelum kembali ke kelompoknya.
Jam 13.10-13.28 Guru meminta siswa kembali ke kelompoknya menjadi
kelompok ahli
Jam 13.28-14.35 Guru Setiap kelompok mempresentasikan tugasnya dengan
tanya jawab
Jam 14.35-14.55 Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi
Jam 14.55-14.59 Guru memberikan rencana pertemuan selanjutnya yaitu
penilaian tertulis.
O(S1)c
CATATAN OBSERVASI
180
Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Rabu, 23 April 2014
Tempat
: Ruang Kelas XK
Waktu
: 12.30 - 14.45 (Jam ke 7 - 9)
Subyek
: Ashabul Khoir, S.Pd.I
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1. Jam 12.35 – 13.10 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi dan
tagihan tugas selama libur
2. Jam 13.10 – 13.20 Guru menyampaikan tujuan, pokok materi dan langkah
pembelajaran
3. Jam 13.20 – 14.00 Guru meminta siswa mengamati tayangan video contoh
praktek wakaf yang ada di masyarakat (sebagian siswa tertidur, guru sudah
mengingatkan dan meminta cuci muka, namun terjadi berulang-ulang)
4. Jam 14.00 – 14.15 Guru menstimulasi siswa bertanya dengan
menyampaikan ada tambahan nilai bagi yang bertanya (namun tidak ada
siswa yang bertanya)
5. Jam 14.15 – 14.28 Guru membentuk kelompok menjadi empat (4)
kelompok
6. Jam 14.28 – 14.45 Guru mengarahkan dan menstimulasi siswa untuk
berdiskusi tahap I dan menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya
diantaranya siswa diminta mencari materi di rumah baik via internet
maupun buku rujukan yang lainnya
Rabu, 30 April 2014 jam ke 7 – 9
7. Jam 12.40 – 13.05 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi,
memberikan motivasi ibadah terutama sholat dhuhur (ada beberapa siswa
yang dihukum karena membolos shalat jamaah dhuhur)
8. Jam 13.05 – 13.26 Guru meminta tagihan pekerjaan rumah yang diberikan
minggu lalu (hanya dua kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya)
dan memberikan kesempatan untuk menyelesaikannya.
9. Jam 13.26 – 14.30 Guru meminta siswa mempresentasikan tugas
kelompoknya (diskusi hanya berjalan satu arah, karena tanya jawab hanya
dilakukan oleh dua siswa yang sama setiap kelompok yang maju)
181
10. Jam 14.30-14.45 Guru dan menyimpulkan materi dan meminta siswa
membersihkan kelasnya.
O(S1)c
CATATAN OBSERVASI
182
Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Rabu, 14 Mei 2014
Tempat
: Ruang kelas XK
Waktu
: Jam 12.45 - 15.00
Subyek
: Ashabul Khoir, S.Pd.I
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jam 12.30 – 12.50 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi,
memberikan motivasi ibadah dan memberikan contoh pergaulan yang benar
Jam 12.50 – 13.05 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materi yang
akan diajarkan berikut langkah-langkah pembelajaran (siswa keberatan
dengan metode diskusi, mereka meminta guru supaya materi dijelaskan
langsung tanpa ada pembagian kelompok)
Jam 13.05 – 13.16 Guru memberikan pertanyaan seputar materi (respon
hanya sedikit)
Jam 13.16 – 14.15 Guru menjelaskan materi Substansi Dakwah Nabi periode
Madinah
Jam 14.15 – 14.35 Guru menguji siswa dengan pertanyaan seputar materi
yang telah diajarkan (respon siswa sudah lebih banyak)
Jam 14.35 – 14.45 Guru memberikan kesimpulan dengan mengajak siswa
bersama
O(S1)c
CATATAN OBSERVASI
183
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
: Terbuka/Langsung
: Sabtu, 26 April 2014
: Ruang Kelas XD
: 12.30 - 14.45 (Jam ke 7 - 9)
: Heru Budi Wiyatno, S.Ag
: Implementasi Pendekatan Saintifik
: Proses Belajar Mengajar
1. Jam 13.28-14.10, guru menayangkan video berkenaan dengan perjalanan
nabi hijrah ke Madinah
2. Jam 14.10-14.35, guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang video
yang telah diputarkan
3. Jam 14.35-14.50, guru meminta siswa membentuk kelompok kecil untuk
mendiskusikan sesuai tema yang telah ditetapkan
O(S1)c
184
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: Terbuka/Langsung
: Sabtu, 10 Mei 2014
: Ruang kelas XD
: 12.30 - 14.45
: Heru Budi Wiyatno, S.Ag
: Implementasi Penilaian Otentik
: Proses Belajar Mengajar
Jam 12.30-12.45, guru melakukan presensi dan memberikan motivasi
menggunakan waktu senggang
12.45-12.50, guru menjelaskan agenda yang akan dilakukan hari ini
12.50-13.00, siswa mereview materi
13.00-13.06, guru membagi soal yang terdiri dari pilihan ganda 40 soal dan
essai 5
13.06-14.45, siswa mengerjakan soal
14.45, siswa mengumpulkan lembar jawab
O(S2)3
185
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
: Terbuka/Langsung
: Sabtu, 26 April 2014
: Ruang Kelas 1RPL1
: 07.00 - 09.15
: Dra Nur Sholichah, M.Pd
: Implementasi Pendekatan saintifik
: Proses Belajar Mengajar
1. Jam 07.04 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi
2. Jam 07.15 – 07.28 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran berikut
langkah-langkah yang akan dilalui
3. Jam 07.28 – 08.01 Guru membagi potongan gambar dari surat kabar tentang kondisi
ekonomi masyarakat sekitar, siswa diminta mengamati
4. Jam 08.01 – 08.29 Guru melakukan tanya jawab (Respon bagus, komunikasi terjalin
baik)
5. Jam 08.29 – 08.38 pembagian kelompok
6. Jam 08.38 – 09.13 Diskusi Tahap I
7. Jam 09.13 – 09.16 menyampaikan rencana pertemuan berikutnya
Sabtu 3 Mei 2014
1.
2.
3.
4.
5.
Jam 07.05 – 07.15 guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menata posisi
tempat duduk siswa sesuai kelompok
Jam 07.15 – 08.00 Diskusi Tahap II
Jam 08.00 – 09.02 Presentasi kelompok
Jam 09.02 – 09.11 Guru bersama siswa menyimpulkan materi
Jam 09.11 – 09.15 Guru menyampaikan agenda pertemuan selanjutnya
O(S2)3
186
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: Terbuka/Langsung
: Jum'at, 25 April 2014
: Ruang Kelas 1IKR2
: 07.00 - 09.15
: Dra Nur Sholichah, M.Pd
: Implementasi pendekatan Saintifik
: Proses Belajar Mengajar
Jam 07.05 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, merapikan
seragam yang dikenakan siswa
Jam 07.15 – 07.29 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran
Jam 07.29 – 07.35 Guru meminta siswa mengambil buku pegangan guru di
perpustakaan dan membaginya kepada siswa
Jam 07.35 – 07.50 Guru menstimulasi siswa dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang relevan (respon kecil)
Jam 07.50 – 09.07 Guru memberikan materi kepada siswa secara klasikal
Jam 09.07 – 09.15 Guru menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya
O(S2)3
187
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: Terbuka/Langsung
: Sabtu, 30 April 2014
: Ruang Kelas 1SM1
: 08.30 - 11.00
: Heni Wulandari, S.Pd.I
: Implementasi Pendekatan Saintifik
: Proses Belajar Mengajar
Jam 08.33 – 08.45 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi
Jam 08.45 – 08.58 Guru menyampaikan pertanyaan yang relevan
Jam 08.58 – 09.15 Guru menyampaikan tujuan dan pokok materi
Jam 09.15 – 09.43 Guru meminta siswa mempelajari materi yang ada di buku
pegangan siswa
Jam 09.43 – 10.00 pembagian kelompok
Jam 10.20 – 11.00 Diskusi kelompok tahap I
Rabu, 7 Mei 2014
1.
2.
3.
4.
Jam 08.40 – 08.50 Guru membuka pembelajaran dengan doa dan melakukan
presensi
Jam 08.50 – 09.13 Diskusi kelompok tahap II
Jam 09.13 – 10.00 Presentasi
Jam 10.18 – 11.00 Presentasi dan penutup
O(S2)3
188
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
: Terbuka/Langsung
: Selasa, 22 April 2014
: Ruang Kelas 1TG
: 12.15 - 14.30
: Fathan, S.H.I
: Implementasi Pendekatan saintifik
: Proses Belajar Mengajar
Jam 12.18 – 12.25 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan
memotivasi ibadah
Jam 12.25 – 12.38 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pokok
tentang wakaf
Jam 12.38 – 13.03 menanyangkan video contoh praktik wakaf
Jam 13.03 – 13.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya
Jam 13.35 – 13.45 Guru membagi siswa dalam kelompok kecil
Jam 13.45 – 13.56 Guru membimbing siswa untuk melakukan ke mushola untuk
kegiatan selanjutnya
Jam 13.56 – 14.27 Diskusi tahap I
Jam 14.27 – 14.30 Dipimpin doa dan rencana pertemuan selanjutnya
Selasa 29 April 2014 jam 12.15 – 14.30
1.
2.
3.
4.
Jam 12.25 – 12.31 Membuka pembelajaran dan melakukan presensi
Jam 12.31 – 13.05 Diskusi tahap II
Jam 13.05 -14.20 Presentasi Kelompok
Jam 14.20 – 14.30 Guru merencanakan agenda pertemuan berikutnya yaitu tes
pengetahuan tertulis dan menutup proses belajar mengajar
O(S2)3
189
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
1.
2.
3.
4.
5.
: Terbuka/Langsung
: Rabu, 14 Mei 2014
: Ruang Kelas 1SM1
: 08.30 - 11.00 ( Jam ke 3 - 5)
: Heni Wulandari, S.Pd.I
: Implementasi Penilaian Otentik
: Proses Belajar Mengajar
Jam 08.35-08.50 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan motivasi
ibadah siswa serta menyampaikan agenda pembelajaran hari ini
Jam 08.50-09.30 Guru mereview ulang materi secara keseluruhan
Jam 09.30-09.43 Guru membagikan soal ulangan secara tertulis dan menyampaikan
peraturan mengerjakan soal ulangan
Jam 09.43-10.50 Siswa mengerjakan soal ulangan
Jam 10.50-11.00 Siswa mengumpulkan hasil ulangan, Guru menutup pembelajaran
190
O(S2)3
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
1.
2.
3.
4.
5.
: Terbuka/Langsung
: Sabtu, 10 Mei 2014
: Ruang Kelas 1RPL1
: Jam 07.00 - 09.15 (Jam ke 1 - 3)
: Dra Nur Sholichah, M.Pd
: Implementasi Penilaian Otentik
: Proses Belajar Mengajar
Jam 07.05-07.12 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menyampaikan
agenda pembelajaran yang akan berlangsung
Jam 07.12-07.50 Siswa mempelajari materi secara mandiri
Jam 07.50-08.05 Guru membacakan 10 soal ulangan tertulis secara essay
Jam 08.05-09.12 Siswa mengerjakan soal secara mandiri, guru melakukan proses
pengawasan
Jam 09.12-09.15 Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan guru menutup
pembelajaran
191
O(S2)3
CATATAN OBSERVASI
Sifat
Hari/Tanggal
Tempat
Waktu
Subyek
Jenis Data
Agenda
1.
2.
3.
: Terbuka/Langsung
: Selasa, 6 Mei 2014
: Ruang Kelas 1TG
: Jam 12.15 - 14.30 (Jam ke 7 - 9)
: Fathan, S.H.I
: Implementasi Penilaian Otentik
: Proses Belajar Mengajar
Jam 12.15-12.30 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan
menyampaikan agenda yang akan berlangsung pada hari ini, diantaranya ada
perubahan bentuk soal yang telah disampaikan pada minggu yang lalu.
Jam 12.30-14.30 Siswa secara bergiliran melakukan penilaian pengetahuan secara
lisan, metodenya setiap siswa diberikan lima (5) pertanyaan yang berbeda.
Jam 14.30 Guru menutup pembelajaran
192
BIODATAPENELITI
Nama
:Zakiyah Wulansari, S.Ag
TempatTanggalLahir:Kab Semarang, 26 Desember 1978
AlamatRumah
: Kalibening RT/RW03/III
Kec. Tingkir Kota Salatiga
Alamat Email
: [email protected]
Telp
: 085-865-222-881
GRADUASIPENDIDIKAN
1. MI Asas Islam Kalibening Salatiga Tahun1984-1990
2. MTsN Salatiga Tahun 1990-1993
3. MAPK MAN 1 Surakarta Tahun 1993-1996
4. STAIN Salatiga Tahun 1996-2000
5. Pascasarjana STAIN Salatiga 2012-2015
JABATAN TERAKHIR
Guru SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang Mulai Tahun
2001 - sekarang
193
SURATPERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Zakiyah Wulansari, S.Ag
NIM
: M.1.12.1018
Alamat
: Kalibening RT 03 RW 03 Kec. Tingkir Salatiga
Menyatakan bahwa kami tidak berkeberatan apabila naskah tesis ini
dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini kami buat
Hormat Kami
Zakiyah Wulansari, S.Ag
Download