HUBUNGAN PEKERJAAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN

advertisement
HUBUNGAN PEKERJAAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN
KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DI RST DR ASMIR SALATIGA
Mira Nur Azizah1), Mona Saparwati2), Galeh Septiar Pontang3)
Email : [email protected]
Program Studi DIV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Latar Belakang : Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan < 20 minggu atau berat
janin < 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor pekerjaan dan status gizi ibu
hamil.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara pekerjaan dan status gizi ibu hamil dengan
kejadian abortus spontan di RST Dr Asmir Salatiga.
Metode : Metode Penelitian adalah diskriptif kolerasi, pendekatan cross
sectional, pada responden ibu hamil yang periksa dan mendapatkan penanganan
di RST Dr Asmir Salatiga yaitu sebanyak 316. teknik sampling menggunakan
purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji chi-square
dengan α=0,05
Hasil : Berdasarkan uji chi square pekerjaan dengan abortus spontan didapat ρvalue
sebesar 0,000 sehingga ρvalue (0,000) < α (0,05). Uji chi-square status gizi dengan
abortus spontan didapat ρvalue 0,000, sehingga ρvalue (0,000) < α (0,05).
Simpulan : ada hubungan antara pekerjaan dan status gizi ibu hamil dengan
kejadian abortus spontan.
Kata kunci
Daftar pustaka
: pekerjaan, status gizi, abortus spontan
: 41 Pustaka (2004-2013)
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
1
The Relationship Between Employment And Nutrition Status Of Pregnant
Women With Spontaneous Abortion In Army Hospital Dr Asmir Salatiga
Mira Nur Azizah1), Mona Saparwati2), Galeh Septiar Pontang3)
ABSTRACT
Background : Abortion is a threat or discharge of the product of conception
(when ovum meets sperm) in the age less than 20 week of gestation or the fetus
weighs less than 500 grams, before the fetus can live outside the womb. The
abortion can be caused by several factors, among other the factor of employment
and the nutrition status of pregnant women.
Objective : The purpose of the study was to determine the relationship between
the employment and the nutrition status of pregnant women wiht spontaneous
abortion in army hospital Dr Asmir salatiga.
Method : This was an diskriptif study, with cross sectional approach, the
respondents of pregnant women were examined and given the treatment in the
army hospital Dr. Asmir Salatiga who were 316 respondents. Sampling technique
used purposive sampling. Data analysis technique used chi-square test with α
0.05.
Result : Based on the analysis of the Chi Square test, the relationship between the
employment with spontaneous abortion obtained ρ value of 0.000 so ρ value
(0.000) < α (0.05). The relationship between nutrition status with spontaneous
abortion obtained ρ value of 0.005 so ρ value (0.005) < α (0.05).
Conclusion : There was a relationship between the employment and the nutrition
status of pregnant women with spontaneous abortion.
Keywords
Bibliographies
: employment, nutrition status, spontaneous abortion
: 41 (2004-2013)
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kematian ibu merupakan tolak
ukur kemampuan pelayanan kesehatan
di suatu negara (Johanes,2009). Lima
penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan, infeksi, eklamsia, partus
lama,
dan
komplikasi
abortus
(Sulistyawati, 2012).
Masalah abortus merupakan salah
satu penyebab perdarahan yang terjadi
pada kehamilan trimester pertama dan
kedua.
Perdarahan
ini
dapat
menyebabkan berakhirnya kehamilan
(Wiknjosastro, 2006). Menurut data
WHO
persentase
kemungkinan
terjadinya abortus cukup tinggi, yaitu
sekitar 15 – 40 % angka kejadian pada
ibu yang sudah dinyatakan positif
hamil. Kejadian abortus tersebut
diketahui bahwa 60 – 75 % terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 12
minggu (Lestariningsih, 2008).
Survey
Kesehatan
Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2009 terdapat
750.000 – 1,5 juta abortus yang terjadi
di Indonesia, 2500 orang diantaranya
berakhir dengan kematian. Aborsi
berkontribusi 11,1 % terhadap Angka
Kematian Ibu (AKI) (Mursyida, 2011).
Affandi (2003) menambahkan bahwa
dari 2,3 juta kasus yang terjadi di
Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara
spontan, 0,6 juta diaborsi karena
kegagalan KB dan 0,7 juta diaborsi
karena tidak digunakannya alat KB.
Menurut data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
angka kejadian komplikasi kebidanan
di Jawa Tengah pada tahun 2012 masih
tinggi yaitu sebesar 126.806 atau 20%
dari jumlah ibu hamil (Dinas kesehatan
Jawa Tengah, 2012).
Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan
sel telur dan sel sperma) pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan (Nugroho,2011). Menurut
Manuaba (2010), bahwa abortus dapat
disebabkan oleh faktor pekerjaan,
faktor umur dan faktor paritas. Menurut
Nugroho (2012), komplikasi dari
abortus spontan antara lain dapat
menimbulkan perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok. Apabila komplikasi
tersebut tidak dapat tertangani dengan
baik
maka
akan
menyebabkan
kematian ibu.
Pekerjaan merupakan salah satu
faktor kemungkinan terjadinya abortus
karena adanya peningkatan beban
kerja. Wanita hamil boleh bekerja,
tetapi
jangan
terlampau
berat
(Prawirohardjo,
2005).
Menurut
Raybum & Carey (2001), menyatakan
bahwa selama kehamilan wanita boleh
meneruskan kerja dan manfaat
kesehatan dari kebiasaan kerja ringan
atau sedang. Gerak badan atau latihan
dalam posisi telentang harus dihindari
setelah trimester I. Seluruh aktivitas
yang berpotensi mendatangkan trauma
pada perut sekalipun ringan atau berat
haruslah dihindari.
Faktor lain yang menyebabkan
abortus adalah status gizi ibu hamil.
Status gizi yang buruk pada masa
kehamilan
akan
mempengaruhi
pertumbuhan
janin
(Proverawati,
2009). Diperkirakan sekitar 85%
penyebab tidak langsung terjadinya
abortus antara lain karena status gizi
ibu hamil, faktor sosial budaya,
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
3
ekonomi, pendidikan, anemia dan
perilaku kesehatan (Saifuddin, 2006).
Wanita hamil yang memiliki
status gizi kurang selama kehamilannya
akan menimbulkan masalah, baik pada
ibu
maupun
janinnya
(Nugroho,dkk.2014). Masalah pada ibu
diantaranya
dapat
menyebabkan
kekurangan energi kronik (KEK),
anemia, perdarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, dan
terkena penyakit infeksi. Sedangkan
pada janin dapat menyebabkan abortus,
bayi lahir mati, asfiksia intrapartum
dan berat badan lahir rendah (Waryana,
2010).
Berdasarkan data dari rekam
medik Rumah Sakit Tentara Dr Asmir
Salatiga terdapat ibu hamil yang
mengalami abortus sebanyak 118
orang, angka tersebut terhitung dari
bulan Juli 2014 sampai dengan bulan
Juli 2015. Dimana dari bulan Mei
sampai dengan Juli 2015 mengalami
peningkatan kejadian abortus. Pada
bulan Juli 2015 terdapat 17 ibu
mengalami
abortus
angka
ini
cenderung naik bila dibandingkan
bulan Mei yaitu terdapat 8 ibu yang
mengalami abortus.
Dari hasil studi pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Tentara
Dr. Asmir Salatiga didapatkan 10 ibu
hamil yang mengalami abortus
spontan. Data didapatkan dari Rekam
Medik Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir
Salatiga, dari 10 ibu hamil yang
mengalami abortus spontan tersebut
dilihat
dari
faktor
pekerjaan,
didapatkan 7 ibu bekerja (buruh) (70%)
(mengalami
abortus
spontan,
sedangkan pada faktor status gizi
didapatkan 5 ibu (50%) mengalami
kekurangan energi kronik ( lila < 23,5).
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
desain diskriptif kolerasi. Sedangkan
metode pendekatan yang digunakan
adalah cross sectional, yaitu rancangan
penelitian yang mempelajari hubungan
antara faktor resiko (independen)
dengan faktor efek (dependen) dengan
melakukan
pengukuran
atau
pengamatan pada saat bersamaan atau
sekali waktu (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil yang periksa
dan mendapatkan penanganan di
Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir
Salatiga pada bulan Juli 2014 sampai
dengan bulan Juli 2015 yaitu sebanyak
670 orang.
Sampel
yang
digunakan
penelitian ini adalah bagian ibu hamil
yang periksa dan mendapatkan
penanganan di Rumah Sakit Tentara
Dr. Asmir Salatiga dari bulan Juli 2014
sampai dengan Juli 2015 yang
memenuhi kriteria. Kriteria insklusi
antara lain Usia ibu antara 20-35 tahun,
Ibu dengan paritas < 4, dan Usia
kehamilan < 22 minggu.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 4.1
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Kejadian
Abortus Spontan
Kejadian Abortus
Abortus
Tidak Abortus
Jumlah
Frekuensi
118
198
316
Persentase
(%)
37,3
62,7
100,0
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
4
Berdasarkan tabel 4.1, dapat
diketahui bahwa kejadian abortus
spontan pada ibu hamil sejumlah 118
orang (37,3%), sedangkan ibu hamil
yang tidak mengalami abortus spontan
sejumlah 198 orang (62,7%).
Tabel 4.2 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Hamil
Pekerjaan
Bekerja
Tidak
Bekerja
Jumlah
Frekuensi
200
116
Persentase
(%)
63,3
36,7
316
100,0
Berdasarkan tabel 4.2, dapat
diketahui bahwa dari 316 responden
ibu hamil, sebagian besar merupakan
ibu yang bekerja, yaitu sejumlah 200
orang (63,3%), sedangkan ibu hamil
yang tidak bekerja sejumlah 116 orang
(36,7%).
Tabel 4.3 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Status Gizi
Ibu Hamil
Status Gizi
Frekuensi
KEK
Tidak KEK
Jumlah
102
214
316
Persentase
(%)
32,3
67,7
100,0
Berdasarkan tabel 4.3, dapat
diketahui bahwa dari 316 responden
ibu hamil, sebagian besar ibu tidak
mengalami KEK, yaitu sejumlah 214
orang (67,7%), sedangkan ibu hamil
yang mengalami KEK sejumlah 102
orang (32,3%).
Analisa Bivariat
Tabel 4.4 Hubungan antara Pekerjaan
dengan Kejadian Abortus
Spontan
Kejadian Abortus Spontan
pTotal
Tidak
Pekerjaan
Abortus
valu OR
Abortus
e
F
%
f
%
f
%
Bekerja
93
46,5 107 53,5 200 100 0.00 3,2
Tidak
25
21,6 91 78,4 116 100 01
Bekerja
Jumlah
118 37,3 198 62,7 316 100
Berdasarkan tabel 4.4, dapat
diketahui bahwa ibu bekerja yang
mengalami abortus sejumlah 93 orang
(46,5%) sedangkan ibu yang tidak
bekerja yang mengalami abortus
sejumlah 25 orang (21,6%). Ini
menunjukkan bahwa kejadian abortus
lebih banyak terjadi pada ibu yang
bekerja dibandingkan ibu yang tidak
bekerja.
Berdasarkan uji Chi-Square
didapat p-value sebesar 0,0001. Oleh
karena p-value = 0,0001 < α (0,05),
maka
disimpulkan
bahwa
ada
hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan kejadian abortus.
Dari hasil uji Chi- Square diperoleh
nilai Odds Rasio sebesar 3,2. Ini n
menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
beresiko 3,2 kali lebih mengalami
abortus spontan dibandingkan ibu yang
tidak bekerja.
Tabel 4.5 Hubungan antara Status
Gizi
dengan
Kejadian
Abortus Spontan
Status
Gizi
Kejadian Abortus
Spontan
pTotal
OR
value
Tidak
Abortus
Abortus
F
%
F
%
f
%
60 58,8 42
41,2 102 100 0.000 3,8
58 27,1 156
62,7 214 100
1
KEK
Tidak
KEK
Jumlah 118 37,3 198
62,7
316
100
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
5
Berdasarkan tabel 4.5, dapat
diketahui bahwa ibu mengalami KEK
yang mengalami abortus spontan
sejumlah 60 orang (58,8%), sedangkan
ibu yang tidak mengalami KEK yang
mengalami abortus spontan sejumlah
58 orang (27,1%). Ini menunjukkan
bahwa kejadian abortus spontan lebih
banyak terjadi pada ibu yang
mengalami KEK dibandingkan ibu
yang tidak mengalami KEK.
Berdasarkan uji Chi-Square
didapat p-value sebesar 0,0001. Oleh
karena p-value = 0,0001 < α (0,05),
maka
disimpulkan
bahwa
ada
hubungan yang signifikan antara status
gizi dengan kejadian abortus spontan.
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh
nilai Odds Rasio sebesar 3,8. Ini
menunjukkan
bahwa
ibu
yang
mengalami KEK beresiko 3,8 kali lebih
mengalami
abortus
spontan
dibandingkan
ibu
yang
tidak
mengalami KEK.
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
1. Kejadian Abortus Spontan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dari 316 responden ibu hamil
mengalami abortus spontan sejumlah
118 orang (37,3%).
Dari 118 kejadian abortus
spontan, klasifikasi abortus spontan
terbanyak adalah abortus inkomplit,
yaitu sebanyak 81 kejadian (68,64%).
Serta kejadian abortus spontan
terbanyak terjadi pada usia kehamilan
8-12 minggu yaitu 92 kejadian
(77,97%).
2. Pekerjaan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dari 316 responden sebagian besar
merupakan ibu yang bekerja, yaitu
sejumlah 200 orang (63,3%).
Dari hasil penelitian sebagian
besar pekerjaan ibu hamil adalah
pekerjaan swasta yaitu sebanyak 168
ibu hamil (84%). Dimana pekerjaan
swasta ini mencakup buruh pabrik dan
pedagang.
3. Status Gizi
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dari 316 responden ibu hamil, sebagian
besar ibu tidak mengalami KEK, yaitu
sejumlah 214 orang (67,7%). Namun
jika dilihat dari angka kejadian abortus
yaitu sebanyak 118 orang, dimana 60
orang (51,69%) diantaranya mengalami
KEK. Angka ini cukup tinggi, apabila
dibandingkan dengan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2010, bahwa terdapat 13,91% ibu
hamil mengalami KEK.
Dari hasil penelitian yang
dilakukan didapatkan 60 orang
(51,69%) ibu yang beresiko KEK
mengalami abortus spontan, dimana 40
orang (66,67%) diantaranya adalah ibu
pekerja.
Analisa Bivariat
1. Hubungan Pekerjaan ibu hamil
dengan
Kejadian
Abortus
Spontan
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan
ibu hamil yang bekerja lebih banyak
mengalami abortus spontan yaitu
sebanyak
93
(46,5%)
orang
dibandingkan dengan ibu tidak bekerja
sebanyak 25 orang (21,6%).
Berdasarkan uji Chi-Square
didapatkan p-value sebesar 0,0001.
Oleh karena p-value = 0,0001 < α
(0,05), maka disimpulkan bahwa ada
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
6
hubungan yang signifikan antara
pekerjaan ibu hamil dengan kejadian
abortus spontan. Dari hasil uji ChiSquare diperoleh nilai Odds Rasio
sebesar 3,2 ini menunjukkan bahwa ibu
yang bekerja beresiko 3,2 kali lebih
mengalami
abortus
spontan
dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Damayanti (2004), yang
menunjukkan ada hubungan antara
pekerjaan ibu dengan kejadian abortus.
Pada penelitian ini ibu bekerja
lebih banyak mengalami abortus
spontan dibandingkan ibu yang tidak
bekerja, yaitu sebanyak 93 orang
(78,8%). Dimana dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan pekerjaan ibu
hamil yang paling besar adalah swasta
sebanyak 88 ibu hamil (74,57%),
pekerjaan swasta ini mencakup buruh
pabrik dan pedagang. Hal ini
dikarenakan pekerjaan swasta tersebut
membutuhkan waktu yang lama
sehingga ibu hamil yang bekerja
dengan waktu yang lama akan
mengakibatkan terjadinya abortus
spontan karena kondisi tubuh ibu yang
mudah lelah dan kurang istirahat.
misalnya saja pada ibu yang bekerja
dipabrik dengan rata-rata jam kerja
lebih dari 7 jam perhari, ditambah
dengan waktu istirahat yang disediakan
sangat terbatas yaitu sekitar 0,5-1 jam,
menyebabkan ibu pekerja akan mudah
mengalami kelelahan. Hal tersebut
diperkuat dengan teori Klein &
Thomson (2008), bahwa abortus sangat
dipengaruhi oleh kondisi ibu. Apabila
ibu terlalu banyak beraktivitas dan
bekerja terlalu keras akan memicu
terjadinya abortus.
Salah
satu
kemungkinan
terjadinya abortus adalah pekerjaan,
dengan adanya peningkatan beban
kerja akan mempengaruhi hasil
konsepsi (kehamilan) (Manuaba,2010).
Pada ibu hamil yang bekerja
mempunyai beban kerja ganda yaitu
sebagai ibu rumah tangga dan sebagai
ibu bekerja. Pada ibu yang bekerja
swasta (buruh pabrik) akan lebih
mudah terjadi abortus spontan karena
kondisi ibu yang mudah lelah kurang
istirahat dan posisi ibu yang lebih
banyak berdiri atau duduk dalam waktu
lama saat bekerja dibandingkan dengan
ibu yang tidak bekerja. Padahal
pekerjaan ibu rumah tangga bisa
dikatakan cukup berat karena meliputi
mencuci,
mengepel,
memasak,
membersihkan lingkungan rumah dan
lain-lain serta ditambah dengan
pekerjaan diluar rumah yang menuntut
ibu untuk berada pada posisi duduk
atau berdiri dalam waktu lama, hal ini
dapat menyebabkan ibu kelelahan dan
mengganggu proses kehamilan salah
satunya dapat menyebabkan abortus.
Hal ini sesuai penelitian Mulianingsih
(2012) yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara beban
kerja ibu hamil dengan kejadian
abortus spontan.
Menurut Depkes beban kerja
meliputi beban kerja fisik maupun
mental. Akibat beban pekerjaan yang
terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat menyebabkan
seseorang pekerja menderita gangguan
kesehatan seperti anemia, keguguran
pada wanita hamil atau penyakit akibat
kerja. Ketika ibu hamil memiliki beban
pekerjaan yang berat ditempat kerja hal
ini dapat menyebabkan stres, karena
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
7
ketika stres denyut jantung manusia
lebih cepat dari biasanya, ditambah
hormon adrenalin keluar secara
berlebihan. Jika tidak segera ditangani
dapat mengganggu pertumbuhan janin
(Murkoff, 2006).
Wanita hamil boleh bekerja,
tetapi jangan terlalu berat. Harus
diimbangi dengan istirahat yang cukup
(Winkjosastro, 2009). Anjuran juga
perlu disampaikan terutama bagi yang
pertama kali hamil, atau kehamilannya
sejak awal mempunyai masalah. Ibu
hamil
dengan
aktivitas
tinggi
membutuhkan lebih banyak asupan
nutrisi dikarenakan metabolisme tubuh
ibu pekerja lebih tinggi daripada ibu
yang tidak bekerja. Karena pada
dasarnya setiap pekerjaan mempunyai
resiko terhadap gangguan kesehatan
seseorang, resiko tersebut timbul
bergantung dari cara orang tersebut
melakukan pekerjaan.
2. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil
dengan
Kejadian
Abortus
Spontan
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan
ibu KEK yang mengalami abortus
spontan sejumlah 60 orang (58,8%)
sedangkan ibu yang tidak mengalami
KEK yang mengalami abortus spontan
sejumlah 58 orang (27,1%).
Berdasarkan uji Chi-Square
didapat p-value sebesar 0,0001. Oleh
karena p-value = 0,0001 < α (0,05),
maka
disimpulkan
bahwa
ada
hubungan yang signifikan antara status
gizi dengan kejadian abortus spontan.
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh
nilai Odds Rasio sebesar 3,8. Ini
menunjukkan
bahwa
ibu
yang
mengalami KEK beresiko 3,8 kali lebih
mengalami
abortus
spontan
dibandingkan
ibu
yang
tidak
mengalami KEK.
Pada penelitian ini menunjukkan
ibu yang mengalami abortus spontan
lebih banyak terjadi pada ibu yang
mengalami KEK dibandingkan ibu
yang tidak mengalami KEK. Hal ini
dikarenakan ibu yang mengalami KEK
tidak mempunyai kecukupan gizi untuk
memenuhi kebutuhannya, dimana ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi
dapat
mengganggu
proses
kehamilannya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Khasanah (2005) bahwa ada
hubungan yang bermakna antara status
gizi ibu yang kurang dengan
pertumbuhan janin.
Pada penelitian ini didapatkan 60
orang (51,69%) ibu yang beresiko
mengalami KEK mengalami abortus
spontan, dimana 20 orang (33,33%)
diantaranya merupakan ibu yang tidak
bekerja (IRT) serta merupakan ibu
nulipara hal ini dikarenakan kejadian
abortus spontan tidak hanya disebabkan
oleh faktor pekerjaan dan status gizi
saja melainkan dapat juga karena faktor
paritas ibu. Paritas 1 dan paritas tinggi
(lebih dari 4) mempuyai angka
kematian maternal lebih tinggi
(Wiknjosastro,
2009).
Hal
ini
dikarenakan pada ibu nulipara memiliki
beberapa organ yang belum cukup
matang untuk menanggung beban
kehamilan dan secara psikis belum
memiliki kondisi psikis yang stabil
sehingga
dapat
mengakibatkan
kontraksi selama kehamilan serta
beberapa organ reproduksi seperti
rahim belum cukup matang untuk
menanggung
beban
kehamilan
sedangkan pada multipara memiliki
otot-otot rahim yang mengalami
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
8
penurunan elastisitas dibandingkan
pada primipara oleh karena frekuensi
kehamilannya
lebih
sering
dibandingkan primipara sehingga tidak
mampu menjaga janin dalam posisi
yang stabil. Resiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetric lebih
baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat dicegah dengan kehamilan
berencana. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Sumarni (2006),
yang menunjukkan ada hubungan
antara paritas ibu dengan kejadian
abortus.
Selama masa kehamilan terjadi
peningkatan metabolisme energi hal ini
dikarenakan meningkatnya kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Apabila ibu hamil
tersebut mengalami KEK maka ibu
hamil tersebut merupakan kelompok
ibu hamil yang cukup rawan gizi dan
mempunyai dampak cukup besar
terhadap proses kehamilannya. Hal ini
diperparah
dengan
adanya
ketidaknyamanan morning sickness
pada
awal
kehamilan,
yang
menyebabkan seorang ibu mengalami
mual muntah dan kehilangan nafsu
makan sehingga kebutuhan akan energi
yang dibutuhkan tidak tercukupi.
Menurut Waryana (2010) mengatakan
bahwa ibu hamil yang mengalami
status gizi kurang selama kehamilannya
maka
ia
beresiko
terhadap
pertumbuhan janinnya salah satunya
yaitu abortus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Angka kejadian abortus spontan di
RST Dr. Asmir Salatiga cukup
tinggi sejumlah 37,3%.
2. Sebagian
besar
ibu
abortus
merupakan ibu yang bekerja
sejumlah 78,8%.
3. Ibu abortus yang mengalami KEK
lebih banyak dibandingkan ibu yang
tidak mengalami KEK sejumlah
58,8%.
4. Ada hubungan bermakna antara
pekerjaan dengan kejadian abortus
spontan pada ibu hamil dimana hasil
uji Chi Square diperoleh nilai
Asymp Sig. (2-tailed) sebesar 0,000
sehingga ρvalue (0,000) < α (0,05)
5. Ada hubungan bermakna antara
status gizi ibu hamil dengan
kejadian abortus spontan pada ibu
hamil dimana hasil uji Chi Square
diperoleh nilai Asymp Sig. (2-tailed)
sebesar 0,000 sehingga ρvalue (0,000)
< α (0,05)
Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan agar hasil penelitian
dapat menjadi bahan acuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan
bagi peserta didik.
2. Bagi Bidan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan
informasi
kepada
tenaga kesehatan khususnya bidan
untuk dapat memberikan pendidikan
kesehatan mengenai pola makan dan
pekerjaan pada ibu hamil.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan
pengetahuan
dan
gambaran pada masyarakat untuk
menghindari
kehamilan
yang
beresiko terhadap terjadinya abortus
spontan
4. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
memperhatikan faktor lain yang
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
9
berhubungan
dengan
kejadian
abortus spontan seperti jarak
kehamilan, riwayat abortus, serta
penyakit ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. (2009). Psikologi
Kerja. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian :
Suatu
Pendekatan
Praktek.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Bandiyah, Siti. (2009). Kehamilan,
Persalinan
&
Gangguan
Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Chinue,
(2009).
Perhitungan
Kebutuhan Gizi. Malang : Media
Group
Cunningham.
(2005).
Obstetric
Williams Volume 2 Edisi 21.
Jakarta : EGC
Dahlan, MS. (2006). Statistik Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan Uji
Hipotesis
Dengan
Menggunakan SPSS Seri 1.
Jakarta: Arkans.
Fairus, Prasetyowati. (2010). Gizi dan
Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
EGC
Hanim, Diffah. (2004). Pengkajian
Penentuan Status Gizi “Studi
Obesitas” pada Wanita Hamil
(20-45
tahun).
Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor
Hidayat, A. A. (2010). Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika
Lestraningsih,
(2008).
http://gepe2306.wordpress.com/2
009/02/27/hubungan-usia-ibudengan-kejadian-abortus/,
diunduh pada tanggal 10 April
2015
Klein & Thomson. (2008). Panduan
Lengkap Kebidanan. Yogyakarta
: Pallmal
Kusmiyati, Yuni, Sujiyatini. (2009).
Perawatan Ibu Hamil (Asuhan
Ibu Hamil). Yogyakarta :
Fitramaya
Mandriwati. (2008). Penuntun Belajar
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.
Jakarta : EGC
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan,
Penyakit
Kandungan
dan
Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC
Murkoff, Heidi. (2006). Kehamilan
Apa yang Anda Hadapi Bulan
per Bulan. Jakarta : ARCAN
Mursyida. (2011). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
abortus imminens instalasi
rawat inap kebidanan rumah
sakit
muhammadiyah
palembang
tahun
2011.
Diunduh pada tanggal 11 april
2015
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
10
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta
Ginekologi.
Medika
Riyanto,
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nugroho, Taufan. (2011). Buku Ajar
Obstetri
untuk
Mahasiswa
Kebidanan. Yogjakarta : Nuha
Medika
Nugroho, Taufan. (2012). Patologi
Kebidanan. Yogjakarta : Nuha
Medika
Nursalam. (2008). Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrumen
Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Path EF. (2004). Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Buku
Acuan Pelayanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Proverawati, Atikah dan Asfuah, Siti.
(2009). Gizi untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Raybun, William F & Carey, J.
Chistoper. (2004). Obstetric &
Jakarta
:
Widya
A.
(2011).
Aplikasi
Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Saifudin AB, Wiknjosastro GH,
Affandi B, Waspodo D. (2004).
Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan
Maternal
Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Salamah, Rusmiati, Maryanah, Susanti
Ni Nengah. (2005). Asuhan
Kebidanan Antenatal. Jakarta :
EGC
Saryono
&
Setyawan.
(2011).
Metodologi
Penelitian
Kebidanan DIII, DIV, SI, dan S2.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sastrawinata,
Sulaiman.
(2005).
Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
Setiyarini. (2007). Hubungan Antara
Tingkat Pekerjaan Ibu Hamil
Dengan Kejadian Abortus Di
RSUD Sunan Kalijaga Demak
bulan Juli 2006 – April 2007.
Semarang: AKBID Karyadi
Semarang.
Soetjiningsih.
(2009).
Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
11
Suyanto, U.S. (2008). Riset Kebidanan
Metodologi
dan
Aplikasi.
Yogyakarta: Mitra Cendekia
Press
Sukarni,I.
(2013).
Kehamilan,
Persalinan dan Nifas Dilengkapi
dengan Patologi. Yogyakarta :
Nuha Medika
Supariasa, I Dewa Nyoman, et al.
(2012). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC
Tiran, denise. (2006). Kamus Saku
Bidan Edisi 10. Jakarta : EGC
Waryana. (2010). Gizi Reproduksi.
Yogyakarta : Pustaka Rihama
Wiknjosastro GH,dkk. (2009). Ilmu
Kebidanan Edisi ke Empat
Cetakan Kedua. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
William Oxorn, H. (2010). Buku Ilmu
Kebidanan
Patologi
dan
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta
: Yayasan Essentia Medika
Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr
Asmir Salatiga
12
Download