HUBUNGAN PEKERJAAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DI RST DR ASMIR SALATIGA Mira Nur Azizah1), Mona Saparwati2), Galeh Septiar Pontang3) Email : [email protected] Program Studi DIV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo ABSTRAK Latar Belakang : Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor pekerjaan dan status gizi ibu hamil. Tujuan : Mengetahui hubungan antara pekerjaan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian abortus spontan di RST Dr Asmir Salatiga. Metode : Metode Penelitian adalah diskriptif kolerasi, pendekatan cross sectional, pada responden ibu hamil yang periksa dan mendapatkan penanganan di RST Dr Asmir Salatiga yaitu sebanyak 316. teknik sampling menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji chi-square dengan α=0,05 Hasil : Berdasarkan uji chi square pekerjaan dengan abortus spontan didapat ρvalue sebesar 0,000 sehingga ρvalue (0,000) < α (0,05). Uji chi-square status gizi dengan abortus spontan didapat ρvalue 0,000, sehingga ρvalue (0,000) < α (0,05). Simpulan : ada hubungan antara pekerjaan dan status gizi ibu hamil dengan kejadian abortus spontan. Kata kunci Daftar pustaka : pekerjaan, status gizi, abortus spontan : 41 Pustaka (2004-2013) Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 1 The Relationship Between Employment And Nutrition Status Of Pregnant Women With Spontaneous Abortion In Army Hospital Dr Asmir Salatiga Mira Nur Azizah1), Mona Saparwati2), Galeh Septiar Pontang3) ABSTRACT Background : Abortion is a threat or discharge of the product of conception (when ovum meets sperm) in the age less than 20 week of gestation or the fetus weighs less than 500 grams, before the fetus can live outside the womb. The abortion can be caused by several factors, among other the factor of employment and the nutrition status of pregnant women. Objective : The purpose of the study was to determine the relationship between the employment and the nutrition status of pregnant women wiht spontaneous abortion in army hospital Dr Asmir salatiga. Method : This was an diskriptif study, with cross sectional approach, the respondents of pregnant women were examined and given the treatment in the army hospital Dr. Asmir Salatiga who were 316 respondents. Sampling technique used purposive sampling. Data analysis technique used chi-square test with α 0.05. Result : Based on the analysis of the Chi Square test, the relationship between the employment with spontaneous abortion obtained ρ value of 0.000 so ρ value (0.000) < α (0.05). The relationship between nutrition status with spontaneous abortion obtained ρ value of 0.005 so ρ value (0.005) < α (0.05). Conclusion : There was a relationship between the employment and the nutrition status of pregnant women with spontaneous abortion. Keywords Bibliographies : employment, nutrition status, spontaneous abortion : 41 (2004-2013) Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Kematian ibu merupakan tolak ukur kemampuan pelayanan kesehatan di suatu negara (Johanes,2009). Lima penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, eklamsia, partus lama, dan komplikasi abortus (Sulistyawati, 2012). Masalah abortus merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan (Wiknjosastro, 2006). Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi, yaitu sekitar 15 – 40 % angka kejadian pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil. Kejadian abortus tersebut diketahui bahwa 60 – 75 % terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu (Lestariningsih, 2008). Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 terdapat 750.000 – 1,5 juta abortus yang terjadi di Indonesia, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian. Aborsi berkontribusi 11,1 % terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) (Mursyida, 2011). Affandi (2003) menambahkan bahwa dari 2,3 juta kasus yang terjadi di Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan 0,7 juta diaborsi karena tidak digunakannya alat KB. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah angka kejadian komplikasi kebidanan di Jawa Tengah pada tahun 2012 masih tinggi yaitu sebesar 126.806 atau 20% dari jumlah ibu hamil (Dinas kesehatan Jawa Tengah, 2012). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (Nugroho,2011). Menurut Manuaba (2010), bahwa abortus dapat disebabkan oleh faktor pekerjaan, faktor umur dan faktor paritas. Menurut Nugroho (2012), komplikasi dari abortus spontan antara lain dapat menimbulkan perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Apabila komplikasi tersebut tidak dapat tertangani dengan baik maka akan menyebabkan kematian ibu. Pekerjaan merupakan salah satu faktor kemungkinan terjadinya abortus karena adanya peningkatan beban kerja. Wanita hamil boleh bekerja, tetapi jangan terlampau berat (Prawirohardjo, 2005). Menurut Raybum & Carey (2001), menyatakan bahwa selama kehamilan wanita boleh meneruskan kerja dan manfaat kesehatan dari kebiasaan kerja ringan atau sedang. Gerak badan atau latihan dalam posisi telentang harus dihindari setelah trimester I. Seluruh aktivitas yang berpotensi mendatangkan trauma pada perut sekalipun ringan atau berat haruslah dihindari. Faktor lain yang menyebabkan abortus adalah status gizi ibu hamil. Status gizi yang buruk pada masa kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin (Proverawati, 2009). Diperkirakan sekitar 85% penyebab tidak langsung terjadinya abortus antara lain karena status gizi ibu hamil, faktor sosial budaya, Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 3 ekonomi, pendidikan, anemia dan perilaku kesehatan (Saifuddin, 2006). Wanita hamil yang memiliki status gizi kurang selama kehamilannya akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janinnya (Nugroho,dkk.2014). Masalah pada ibu diantaranya dapat menyebabkan kekurangan energi kronik (KEK), anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Sedangkan pada janin dapat menyebabkan abortus, bayi lahir mati, asfiksia intrapartum dan berat badan lahir rendah (Waryana, 2010). Berdasarkan data dari rekam medik Rumah Sakit Tentara Dr Asmir Salatiga terdapat ibu hamil yang mengalami abortus sebanyak 118 orang, angka tersebut terhitung dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Juli 2015. Dimana dari bulan Mei sampai dengan Juli 2015 mengalami peningkatan kejadian abortus. Pada bulan Juli 2015 terdapat 17 ibu mengalami abortus angka ini cenderung naik bila dibandingkan bulan Mei yaitu terdapat 8 ibu yang mengalami abortus. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir Salatiga didapatkan 10 ibu hamil yang mengalami abortus spontan. Data didapatkan dari Rekam Medik Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir Salatiga, dari 10 ibu hamil yang mengalami abortus spontan tersebut dilihat dari faktor pekerjaan, didapatkan 7 ibu bekerja (buruh) (70%) (mengalami abortus spontan, sedangkan pada faktor status gizi didapatkan 5 ibu (50%) mengalami kekurangan energi kronik ( lila < 23,5). METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain diskriptif kolerasi. Sedangkan metode pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, yaitu rancangan penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen) dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Notoatmodjo, 2010). Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang periksa dan mendapatkan penanganan di Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir Salatiga pada bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Juli 2015 yaitu sebanyak 670 orang. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah bagian ibu hamil yang periksa dan mendapatkan penanganan di Rumah Sakit Tentara Dr. Asmir Salatiga dari bulan Juli 2014 sampai dengan Juli 2015 yang memenuhi kriteria. Kriteria insklusi antara lain Usia ibu antara 20-35 tahun, Ibu dengan paritas < 4, dan Usia kehamilan < 22 minggu. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Abortus Spontan Kejadian Abortus Abortus Tidak Abortus Jumlah Frekuensi 118 198 316 Persentase (%) 37,3 62,7 100,0 Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 4 Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa kejadian abortus spontan pada ibu hamil sejumlah 118 orang (37,3%), sedangkan ibu hamil yang tidak mengalami abortus spontan sejumlah 198 orang (62,7%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Frekuensi 200 116 Persentase (%) 63,3 36,7 316 100,0 Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 316 responden ibu hamil, sebagian besar merupakan ibu yang bekerja, yaitu sejumlah 200 orang (63,3%), sedangkan ibu hamil yang tidak bekerja sejumlah 116 orang (36,7%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Ibu Hamil Status Gizi Frekuensi KEK Tidak KEK Jumlah 102 214 316 Persentase (%) 32,3 67,7 100,0 Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 316 responden ibu hamil, sebagian besar ibu tidak mengalami KEK, yaitu sejumlah 214 orang (67,7%), sedangkan ibu hamil yang mengalami KEK sejumlah 102 orang (32,3%). Analisa Bivariat Tabel 4.4 Hubungan antara Pekerjaan dengan Kejadian Abortus Spontan Kejadian Abortus Spontan pTotal Tidak Pekerjaan Abortus valu OR Abortus e F % f % f % Bekerja 93 46,5 107 53,5 200 100 0.00 3,2 Tidak 25 21,6 91 78,4 116 100 01 Bekerja Jumlah 118 37,3 198 62,7 316 100 Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa ibu bekerja yang mengalami abortus sejumlah 93 orang (46,5%) sedangkan ibu yang tidak bekerja yang mengalami abortus sejumlah 25 orang (21,6%). Ini menunjukkan bahwa kejadian abortus lebih banyak terjadi pada ibu yang bekerja dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Berdasarkan uji Chi-Square didapat p-value sebesar 0,0001. Oleh karena p-value = 0,0001 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian abortus. Dari hasil uji Chi- Square diperoleh nilai Odds Rasio sebesar 3,2. Ini n menunjukkan bahwa ibu yang bekerja beresiko 3,2 kali lebih mengalami abortus spontan dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Tabel 4.5 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Abortus Spontan Status Gizi Kejadian Abortus Spontan pTotal OR value Tidak Abortus Abortus F % F % f % 60 58,8 42 41,2 102 100 0.000 3,8 58 27,1 156 62,7 214 100 1 KEK Tidak KEK Jumlah 118 37,3 198 62,7 316 100 Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 5 Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa ibu mengalami KEK yang mengalami abortus spontan sejumlah 60 orang (58,8%), sedangkan ibu yang tidak mengalami KEK yang mengalami abortus spontan sejumlah 58 orang (27,1%). Ini menunjukkan bahwa kejadian abortus spontan lebih banyak terjadi pada ibu yang mengalami KEK dibandingkan ibu yang tidak mengalami KEK. Berdasarkan uji Chi-Square didapat p-value sebesar 0,0001. Oleh karena p-value = 0,0001 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian abortus spontan. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai Odds Rasio sebesar 3,8. Ini menunjukkan bahwa ibu yang mengalami KEK beresiko 3,8 kali lebih mengalami abortus spontan dibandingkan ibu yang tidak mengalami KEK. PEMBAHASAN Analisa Univariat 1. Kejadian Abortus Spontan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 316 responden ibu hamil mengalami abortus spontan sejumlah 118 orang (37,3%). Dari 118 kejadian abortus spontan, klasifikasi abortus spontan terbanyak adalah abortus inkomplit, yaitu sebanyak 81 kejadian (68,64%). Serta kejadian abortus spontan terbanyak terjadi pada usia kehamilan 8-12 minggu yaitu 92 kejadian (77,97%). 2. Pekerjaan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 316 responden sebagian besar merupakan ibu yang bekerja, yaitu sejumlah 200 orang (63,3%). Dari hasil penelitian sebagian besar pekerjaan ibu hamil adalah pekerjaan swasta yaitu sebanyak 168 ibu hamil (84%). Dimana pekerjaan swasta ini mencakup buruh pabrik dan pedagang. 3. Status Gizi Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 316 responden ibu hamil, sebagian besar ibu tidak mengalami KEK, yaitu sejumlah 214 orang (67,7%). Namun jika dilihat dari angka kejadian abortus yaitu sebanyak 118 orang, dimana 60 orang (51,69%) diantaranya mengalami KEK. Angka ini cukup tinggi, apabila dibandingkan dengan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010, bahwa terdapat 13,91% ibu hamil mengalami KEK. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan 60 orang (51,69%) ibu yang beresiko KEK mengalami abortus spontan, dimana 40 orang (66,67%) diantaranya adalah ibu pekerja. Analisa Bivariat 1. Hubungan Pekerjaan ibu hamil dengan Kejadian Abortus Spontan Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan ibu hamil yang bekerja lebih banyak mengalami abortus spontan yaitu sebanyak 93 (46,5%) orang dibandingkan dengan ibu tidak bekerja sebanyak 25 orang (21,6%). Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan p-value sebesar 0,0001. Oleh karena p-value = 0,0001 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 6 hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu hamil dengan kejadian abortus spontan. Dari hasil uji ChiSquare diperoleh nilai Odds Rasio sebesar 3,2 ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja beresiko 3,2 kali lebih mengalami abortus spontan dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Damayanti (2004), yang menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian abortus. Pada penelitian ini ibu bekerja lebih banyak mengalami abortus spontan dibandingkan ibu yang tidak bekerja, yaitu sebanyak 93 orang (78,8%). Dimana dari hasil penelitian tersebut menunjukkan pekerjaan ibu hamil yang paling besar adalah swasta sebanyak 88 ibu hamil (74,57%), pekerjaan swasta ini mencakup buruh pabrik dan pedagang. Hal ini dikarenakan pekerjaan swasta tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga ibu hamil yang bekerja dengan waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya abortus spontan karena kondisi tubuh ibu yang mudah lelah dan kurang istirahat. misalnya saja pada ibu yang bekerja dipabrik dengan rata-rata jam kerja lebih dari 7 jam perhari, ditambah dengan waktu istirahat yang disediakan sangat terbatas yaitu sekitar 0,5-1 jam, menyebabkan ibu pekerja akan mudah mengalami kelelahan. Hal tersebut diperkuat dengan teori Klein & Thomson (2008), bahwa abortus sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu. Apabila ibu terlalu banyak beraktivitas dan bekerja terlalu keras akan memicu terjadinya abortus. Salah satu kemungkinan terjadinya abortus adalah pekerjaan, dengan adanya peningkatan beban kerja akan mempengaruhi hasil konsepsi (kehamilan) (Manuaba,2010). Pada ibu hamil yang bekerja mempunyai beban kerja ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai ibu bekerja. Pada ibu yang bekerja swasta (buruh pabrik) akan lebih mudah terjadi abortus spontan karena kondisi ibu yang mudah lelah kurang istirahat dan posisi ibu yang lebih banyak berdiri atau duduk dalam waktu lama saat bekerja dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Padahal pekerjaan ibu rumah tangga bisa dikatakan cukup berat karena meliputi mencuci, mengepel, memasak, membersihkan lingkungan rumah dan lain-lain serta ditambah dengan pekerjaan diluar rumah yang menuntut ibu untuk berada pada posisi duduk atau berdiri dalam waktu lama, hal ini dapat menyebabkan ibu kelelahan dan mengganggu proses kehamilan salah satunya dapat menyebabkan abortus. Hal ini sesuai penelitian Mulianingsih (2012) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara beban kerja ibu hamil dengan kejadian abortus spontan. Menurut Depkes beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban pekerjaan yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat menyebabkan seseorang pekerja menderita gangguan kesehatan seperti anemia, keguguran pada wanita hamil atau penyakit akibat kerja. Ketika ibu hamil memiliki beban pekerjaan yang berat ditempat kerja hal ini dapat menyebabkan stres, karena Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 7 ketika stres denyut jantung manusia lebih cepat dari biasanya, ditambah hormon adrenalin keluar secara berlebihan. Jika tidak segera ditangani dapat mengganggu pertumbuhan janin (Murkoff, 2006). Wanita hamil boleh bekerja, tetapi jangan terlalu berat. Harus diimbangi dengan istirahat yang cukup (Winkjosastro, 2009). Anjuran juga perlu disampaikan terutama bagi yang pertama kali hamil, atau kehamilannya sejak awal mempunyai masalah. Ibu hamil dengan aktivitas tinggi membutuhkan lebih banyak asupan nutrisi dikarenakan metabolisme tubuh ibu pekerja lebih tinggi daripada ibu yang tidak bekerja. Karena pada dasarnya setiap pekerjaan mempunyai resiko terhadap gangguan kesehatan seseorang, resiko tersebut timbul bergantung dari cara orang tersebut melakukan pekerjaan. 2. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus Spontan Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan ibu KEK yang mengalami abortus spontan sejumlah 60 orang (58,8%) sedangkan ibu yang tidak mengalami KEK yang mengalami abortus spontan sejumlah 58 orang (27,1%). Berdasarkan uji Chi-Square didapat p-value sebesar 0,0001. Oleh karena p-value = 0,0001 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian abortus spontan. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai Odds Rasio sebesar 3,8. Ini menunjukkan bahwa ibu yang mengalami KEK beresiko 3,8 kali lebih mengalami abortus spontan dibandingkan ibu yang tidak mengalami KEK. Pada penelitian ini menunjukkan ibu yang mengalami abortus spontan lebih banyak terjadi pada ibu yang mengalami KEK dibandingkan ibu yang tidak mengalami KEK. Hal ini dikarenakan ibu yang mengalami KEK tidak mempunyai kecukupan gizi untuk memenuhi kebutuhannya, dimana ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dapat mengganggu proses kehamilannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Khasanah (2005) bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi ibu yang kurang dengan pertumbuhan janin. Pada penelitian ini didapatkan 60 orang (51,69%) ibu yang beresiko mengalami KEK mengalami abortus spontan, dimana 20 orang (33,33%) diantaranya merupakan ibu yang tidak bekerja (IRT) serta merupakan ibu nulipara hal ini dikarenakan kejadian abortus spontan tidak hanya disebabkan oleh faktor pekerjaan dan status gizi saja melainkan dapat juga karena faktor paritas ibu. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 4) mempuyai angka kematian maternal lebih tinggi (Wiknjosastro, 2009). Hal ini dikarenakan pada ibu nulipara memiliki beberapa organ yang belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan dan secara psikis belum memiliki kondisi psikis yang stabil sehingga dapat mengakibatkan kontraksi selama kehamilan serta beberapa organ reproduksi seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan sedangkan pada multipara memiliki otot-otot rahim yang mengalami Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 8 penurunan elastisitas dibandingkan pada primipara oleh karena frekuensi kehamilannya lebih sering dibandingkan primipara sehingga tidak mampu menjaga janin dalam posisi yang stabil. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dicegah dengan kehamilan berencana. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sumarni (2006), yang menunjukkan ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian abortus. Selama masa kehamilan terjadi peningkatan metabolisme energi hal ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan energi dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Apabila ibu hamil tersebut mengalami KEK maka ibu hamil tersebut merupakan kelompok ibu hamil yang cukup rawan gizi dan mempunyai dampak cukup besar terhadap proses kehamilannya. Hal ini diperparah dengan adanya ketidaknyamanan morning sickness pada awal kehamilan, yang menyebabkan seorang ibu mengalami mual muntah dan kehilangan nafsu makan sehingga kebutuhan akan energi yang dibutuhkan tidak tercukupi. Menurut Waryana (2010) mengatakan bahwa ibu hamil yang mengalami status gizi kurang selama kehamilannya maka ia beresiko terhadap pertumbuhan janinnya salah satunya yaitu abortus. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Angka kejadian abortus spontan di RST Dr. Asmir Salatiga cukup tinggi sejumlah 37,3%. 2. Sebagian besar ibu abortus merupakan ibu yang bekerja sejumlah 78,8%. 3. Ibu abortus yang mengalami KEK lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak mengalami KEK sejumlah 58,8%. 4. Ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan kejadian abortus spontan pada ibu hamil dimana hasil uji Chi Square diperoleh nilai Asymp Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 sehingga ρvalue (0,000) < α (0,05) 5. Ada hubungan bermakna antara status gizi ibu hamil dengan kejadian abortus spontan pada ibu hamil dimana hasil uji Chi Square diperoleh nilai Asymp Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 sehingga ρvalue (0,000) < α (0,05) Saran 1. Bagi Institusi Diharapkan agar hasil penelitian dapat menjadi bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik. 2. Bagi Bidan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai pola makan dan pekerjaan pada ibu hamil. 3. Bagi Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan gambaran pada masyarakat untuk menghindari kehamilan yang beresiko terhadap terjadinya abortus spontan 4. Bagi Peneliti Diharapkan bagi peneliti selanjutnya memperhatikan faktor lain yang Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 9 berhubungan dengan kejadian abortus spontan seperti jarak kehamilan, riwayat abortus, serta penyakit ibu. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta Bandiyah, Siti. (2009). Kehamilan, Persalinan & Gangguan Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika Chinue, (2009). Perhitungan Kebutuhan Gizi. Malang : Media Group Cunningham. (2005). Obstetric Williams Volume 2 Edisi 21. Jakarta : EGC Dahlan, MS. (2006). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Uji Hipotesis Dengan Menggunakan SPSS Seri 1. Jakarta: Arkans. Fairus, Prasetyowati. (2010). Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Hanim, Diffah. (2004). Pengkajian Penentuan Status Gizi “Studi Obesitas” pada Wanita Hamil (20-45 tahun). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Lestraningsih, (2008). http://gepe2306.wordpress.com/2 009/02/27/hubungan-usia-ibudengan-kejadian-abortus/, diunduh pada tanggal 10 April 2015 Klein & Thomson. (2008). Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmal Kusmiyati, Yuni, Sujiyatini. (2009). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta : Fitramaya Mandriwati. (2008). Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Murkoff, Heidi. (2006). Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Jakarta : ARCAN Mursyida. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus imminens instalasi rawat inap kebidanan rumah sakit muhammadiyah palembang tahun 2011. Diunduh pada tanggal 11 april 2015 Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 10 Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Ginekologi. Medika Riyanto, Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho, Taufan. (2011). Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogjakarta : Nuha Medika Nugroho, Taufan. (2012). Patologi Kebidanan. Yogjakarta : Nuha Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Path EF. (2004). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Buku Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP Proverawati, Atikah dan Asfuah, Siti. (2009). Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Raybun, William F & Carey, J. Chistoper. (2004). Obstetric & Jakarta : Widya A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. (2004). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Salamah, Rusmiati, Maryanah, Susanti Ni Nengah. (2005). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC Saryono & Setyawan. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI, dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika Sastrawinata, Sulaiman. (2005). Obstetri Patologi. Jakarta : EGC Setiyarini. (2007). Hubungan Antara Tingkat Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Sunan Kalijaga Demak bulan Juli 2006 – April 2007. Semarang: AKBID Karyadi Semarang. Soetjiningsih. (2009). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 11 Suyanto, U.S. (2008). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Sukarni,I. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas Dilengkapi dengan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika Supariasa, I Dewa Nyoman, et al. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Tiran, denise. (2006). Kamus Saku Bidan Edisi 10. Jakarta : EGC Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Wiknjosastro GH,dkk. (2009). Ilmu Kebidanan Edisi ke Empat Cetakan Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. William Oxorn, H. (2010). Buku Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Spontan Di RST Dr Asmir Salatiga 12