FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF NO. REC. KASUS: 16 KASUS: SENGKETA TANAH PERHUTANI DESA NGEREANAK, KECAMATAN SINGOROJO, KABUPATEN KENDAL. DESKRIPSI: Sejarah Penguasaan Tanah Sebelum masuknya Belanda ke Indonesia Sejarah terbentuknya Desa Ngareanak, tidak jauh berbeda dengan terbentuknya Desa Kalirejo, karena sebenarn diantara dua desa tersebut masih ada ikatan secara emosional. Menurut keterangan warga, kisah tersebut beraw dari sayembara yang diadakan Bupati Baureksa karena salah seorang putrinya menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Bupati Baureksa pernah menjadi Panglima tentara Sultan Agung semasa pasukan Kerajaan Mataram menyerang VOC di Batavia. Jadi peristiwa sayembara yang dilakukan oleh Bupati Baureksa ini terjadi sekitar abad ke-16. Dalam sayembara tersebut, datang seorang pemuda bernama Kyai Wirosongko yang kemudian berhasil menyembuhkan putri sang Bupati. Sebagai imbalannya Bupati memberikan sebagian lahanny Kemudian Bupati pun menyerahkan lahannya yang berada di dua wilayah, yaitu: Kademangan Singorojo dan Kademangan Boja dengan perjanjian bahwasanya atas lahan tersebut tidak akan dipungut upeti. Oleh Wirosongko, sejumlah lahan dimanfaatkan sebagai tanah garapan dan pemukiman, sejumlah lahan yang la dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar yang dengan itikad baik ingin memanfaatkan lahan sebagai lahan garapan. Tanah tersebut dibagikan kepada beberapa tokoh yang kemudian menjadi pendiri Desa Cacaban, Ngareanak, dan desa Kalirejo. Menurut penuturan Mbah Parmen, sesepuh desa Ngarenak, pembagian tanah oleh Wirosongko tersebut terdiri a 2 periode, yaitu pada saat kesembuhan anaknya dan ketika Kabupaten Kendal kehabisan laki-laki. Selengkapny sebagai berikut: Periode pertama: - Wilayah Ngareanak diserahkan pada Kyai Mekukuhan - Wilayah Singorojo diserahkan pada Kyai Singorojo/Gamping - Wilayah Glompong/Kalirejo diserahkan pada Mbah Samprit - Wilayah Kaligedang diserahkan pada Kyai Paing Ponco Kriyo (dari Cirebon) - Wilayah Sorak diserahkan pada Kyai Belong, dan Kyai Gondo - Wilayah Sedadi diserahkan pada Kyai Surodadi - Wilayah Kalipuru diserahkan pada Kyai Sawiyah - Wilayah Suwukan diserahkan pada Kyai Sawi'an - Wilayah Kaliwesi diserahkan pada Kyai Mangun/Brojo Seketi Kemudian, pada periode kedua, pembagian wilayah adalah sebagai berikut: - Wilayah Kecamatan Singorojo diserahkan pada Kyai Jimah - Wilayah Kecamatan Limbangan diserahkan pada Kyai Godeg - Wilayah Kecamatan Mijen diserahkan pada Mbah Ngadi Pesan dari Wirosongko waktu itu pada saat membagi tanah adalah agar tanah tersebut digarap dengan baik dan diteruskan pada anak cucunya. Dalam penyerahan tanah tersebut, sebenarnya ada bukti tertulis dari Wirosongko berupa surat-surat penyerahan ke orang-orang di atas, namun bukti-bukti itu hilang karena dibakar oleh Belanda ketika Belanda masuk ke Kendal. Sedangkan Wirosongko sendiri hanya menggarap di Wilayah Gembyang, desa Ngareanak seluas 2 hektar. Masuknya Belanda ke Indonesia Pada waktu masuknya Belanda ke Indonesia, wilayah Kabupaten Kendal juga didatangi untuk melakukan ekspa penguasaan wilayah. Belanda pun merayu warga untuk mau melakukan sewa-menyewa tanah dengan Belanda. Rayuan tersebut dilakukan dengan cara memaksa masyarakat untuk melakukan sewa-menyewa berdasarkan at aturan dalam hak erfpacht. Hak erfpacht adalah hak penguasaan tanah untuk orang Eropa dalam bentuk hak se tanah dalam jangka waktu 75 tahun. Dalam hal ini dilakukan antara Belanda dengan warga. Pada kenyataannya uang sewa yang seharusnya dibayarkan pada warga tidak ada yang sampai ke tangan mereka. Ada juga surat perjanjian sewa-menyewa yang dimiliki oleh Belanda, namun tidak pernah sampai ke tangan masyarakat. Warga tidak berani melakukan perlawanan, terlebih ketika ada peristiwa digantungnya Mbah Marian oleh Belanda, seor warga desa yang tidak mau tanahnya disewa oleh Belanda. Hal itu membuat warga memilih untuk meninggalkan lahan tersebut. Kekalahan Belanda atas Jepang juga tidak membawa perubahan nasib bagi rakyat, warga masih saja menderita dan mengalami perbudakan.Hingga pada akhirnya terjadi peristiwa Kemerdekaan RI, rakyat kembali dapat menduduki lahannya, namun hal tersebut tidak berlangsung lama, mereka kembali diusir dari lahan. Belanda menghancurkan rumah dan mengosongkan lahan dengan maksud ingin mendirikan perkebunan, sehingga mere harus mendekam di penjara Kendal, sedangkan keluarga mereka mengungsi ke wilayah Suwukan hingga akhirn mereka menetap disana. Setelah masa kemerdekaan RI Setelah Belanda mengalami kekalahan atas Indonesia, maka seluruh tanah dan hutan yang tadinya dikuasai pemerintah koloni kini jatuh dalam penguasaan pemerintah RI. Pada masa nasionalisasi tahun 1956, tanah-tana hak Barat banyak yang diduduiki oleh masyarakat termasuk di desa Ngareanak. Tetapi waktu itu banyak tanahtanah rakyat yang digusur lagi oleh pemerintah setempat melalui oknum koramil waktu itu yang bernama Rame. Thursday, April 19, 2007 Page 41 of 73 FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF Sebenarnya dengan dikuasainya lahan oleh pemerintah, keadaan tidak jauh berubah menjadi baik, hanya saja memang ada pola penguasaan yang berbeda yang dilakukan oleh pemerintah, lahan-lahan hutan ditanami poho jati oleh Perhutani. Dengan alasan demi kesejahteraan warga, Perhutani mengambil alih lahan dan menutup aks warga untuk menggarap. Pada masa reformasi sekarang warga kembali melancarkan aksi perlawanannya dalam menuntut kembalinya la Kemiskinan telah menyadarkan mereka untuk melakukan reklaiming. Aksi reklaiming ini dilakukan dengan mena lahan-lahan hutan dengan tanaman-tanaman masyarakat. Namun, upaya ini kadangkala mendapat pertentangan dari pihak Perhutani melalui mandornya yang melakukan intimidasi kepada masyarakat di lahan. Bukti-bukti fisik yang dimiliki masyarakat: - adanya kuburan di dalam hutan - adanya piring-piring di dalam lahan hutan - adanya bukti-bukti pembayaran pajak Selama penguasaan tanah tersebut, masyarakat sebenarnya banyak yang telah memperoleh tanda bukti pembayaran pajak berupa Letter D. Bahkan, setelah lahan-lahan mereka dicaplok oleh Perhutani, mereka masih membayar pajak atas tana yang tidak dikuasai tersebut. Namun, Letter D-letter D tersebut kemudian diminta oleh aparat desa Ngareanak. Ketika masyarakat meminta kembali bukti-bukti tersebut di kemudian hari, mereka mendapat jawaban dari apara desa bahwa bukti-bukti tersebut telah diminta oleh Pemerintah Kabupaten Kendal. Perkembangan terakhir Masyarakat desa Ngareanak telah melakukan reklaiming atas lahan-lahan hutan yang diklaim Perhutani tersebu namun masih tetap mendapat ancaman dan intimidasi dari mandor Perhutani. AREA SENGKETA Saat ini area sengketa masuk dalam wilayah Desa Ngareanak dengan luas wilayah 1000 ha, yang mana oleh Perhutani tanah tersebut ditanami dengan pohon jati Wilayah yang dikuasai oleh Perhutani letaknya ditengah-tengah perkampungan dan tanah peremajekan warga STATUS MONITORING: Aktif PIHAK BERSENGKETA: Komunitas/Masyarakat adat Lawan Sengketa Dusun Kaliwesi, Pathukan, dan Ngareanak Perhutani Desa Ngareanak RIWAYAT PEREBUTAN KLAIM: Tanggal DOKUMEN-DOKUMEN: Thursday, April 19, 2007 Status Hak - Tanah Perhutani 1957 Tanah nasionalisasi 1997 Dasar Status Hak Fungsi PengKlaim Hutan produksi Perhutani Nasionalisasi Tanah negara Pemerintah RI Tanah reklaiming Tanah warisan Kyai Mekukuhan Tanah garapan Masyarakat desa Ngareanak Abad 16 Tanah milik Tanah warisan Kyai Mekukuhan Tanah garapan Masyarakat desa Ngareanak Abad 16 Tanah milik Pemberian Kyai Wirosongko Tanah garapan Kyai Mekukuhan Abad 16 Tanah kekuasaan Bupati Pemberian Raja Mataram Sebagai hak milik Bupati Bupati Baureksa Abad 16 Tanah milik Pemberian Bupati Baureksa Tanah garapan Kyai Wirosongko Abad 18 Tanah sewa Peta wilayah Hutan makmur Pemerintah Belanda No. Rec Penulis Judul Komnts? Jenis Dokumen 97 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1978 mengenai Surat Penambahan Unit Produksi Perusahan Umum Kehutanan Negara 96 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1961 mengena Surat Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Kehutanan Negara 95 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1961 mengena Surat Pendirian Perusahaan Kehutanan Negara Jawa Tengah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1961 Page 42 of 73 FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF 94 Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1963 mengena Surat Penyerahan Pengusahaan Tertentu Kepada Perusahaan-perusahaan Kehutanan Negara Pengusahaan 93 Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1986 mengena Surat Perusahaan Umum Kehutanan Negara (PERUM PERHUTANI) 92 Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1999 mengena Surat Perusahaan Umum Kehutanan Negara (PERUM PERHUTANI) 91 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 mengenai peraturan dasar pokok-pokok agraria Surat 90 Undang-undang No. 5 Tahun 1967 mengenai ketentuan-ketentuan pokok kehutanan Surat 89 Undang-undang No. 41 Tahun 1999 mengenai kehutanan Surat Surat 83 aparat desa Letter D/buku C desa 84 Perhutani Kwitansi pembayaran pajak Perhutani Lainnya 82 Perhutani Peta Perhutani Lainnya KRONOLOGI PERISTIWA: Judul Peristiwa: 1957 Perampasan lahan desa Ngareanak 2007 Deskripsi Peristiwa: Pada masa nasionalisasi, tanah-tanah bekas hak Barat yang waktu itu dinasionalisasikan oleh presiden Soekarno diberikan kepada Perhutani. Didalamnya termasuk tanah-tanah yang digarap oleh masyarakat pada waktu itu. Dampak: Masyarakat kehilangan lahan garapan dan kemudian mereka melakukan reklaiming Hak-hak terlanggar: Tindakan-tindakan: Tanggal Korban Tindakan Pelaku: Derajat keterlibatan: Jenis pelaku: Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Perhutani KPH Kendal Keterlibatan dalam Perusahaan lokal atau tindakan nasional langsung/pelanggaran lainnya Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1960) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1967) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1999) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1961) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1963) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Thursday, April 19, 2007 Page 43 of 73 FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1986) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1999) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1961) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Presiden RI (Periode Tahun 1978) Keterlibatan dalam kaitan dengan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan Eksekutif Intervensi-intervensi: No. Rec Intervenor Jenis Intervensi Pada Korban? 83 Organisasi Tani Jawa Tengah (ORTAJA) - Bukan 84 LBH Semarang - Bukan 80 LBH Semarang - 79 Organisasi Tani Jawa Tengah (ORTAJA) - Tanggal Dampak Pada Situasi Status Intervensi - - 2003 - - Masyarakat desa Ngareanak 2003 - - Masyarakat desa Ngareanak 2003 - - Dokumen-dokumen: Judul Jenis Dokumen 97 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1978 mengenai Penambahan Unit Produksi Perusahan Umum Kehutanan Negara Surat 96 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1961 mengenai Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Kehutanan Negara Surat 90 Undang-undang No. 5 Tahun 1967 mengenai ketentuan-ketentuan pokok Surat kehutanan 91 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 mengenai peraturan dasar pokok-poko Surat agraria 89 Undang-undang No. 41 Tahun 1999 mengenai kehutanan Surat 92 Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 1999 mengenai Perusahaan Umum Kehutanan Negara (PERUM PERHUTANI) Surat 93 Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1986 mengenai Perusahaan Umum Kehutanan Negara (PERUM PERHUTANI) Surat 95 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1961 mengenai Pendirian Perusahaan Surat Kehutanan Negara Jawa Tengah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1961 94 Surat Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1963 mengenai Penyerahan Pengusahaan Tertentu Kepada Perusahaan-perusahaan Kehutanan Nega Pengusahaan No. Rec Penulis Thursday, April 19, 2007 Page 44 of 73 FORMAT KASUS - KOMPREHENSIF Judul Peristiwa: Mbah Marian di Hukum Gantung Abad 18 Abad 18 Deskripsi Peristiwa: Mbah marian digantung oleh Belanda karena tidak mau menyarahkan tanahnya untuk disewakan kepada Belanda p waktu Belanda masuk ke Desa Ngareanak Dampak: masyarakat ketakutan, ada yang menerima dengan terpaksa sewa-menyewa tanah dan kemudian ada yang pindah karena merasa takut Hak-hak terlanggar: Tindakan-tindakan: Tanggal Korban Tindakan Mbah Marian Pelanggaran terhadap hak hidup Pelaku: Derajat keterlibatan: Pemerintah Belanda Sebagai pelaku langsung pada pelanggaran lainnya Jenis pelaku: Kekuatan yang menguasai Intervensi-intervensi: Dokumen-dokumen: Judul Peristiwa: Pemaksaan sewa-menyewa tanah Abad 18 Abad 18 Deskripsi Peristiwa: Belanda memaksa masyarakat melakukan sewa-menyewa tanah, tanpa diberi uang sewa menyewanya. Selanjutny masyarakat disuruh Belanda menanami lahan hutan tersebut dengan tanaman jati, jengkol, dan petai. Dampak: Masyarakat kehilangan hak atas tanahnya dan beberapa puluh tahun kemudian (tahun 1997) melakukan reklaiming Hak-hak terlanggar: Tindakan-tindakan: Tanggal Korban Tindakan Masyarakat desa Ngareanak Pelanggaran terhadap hak rakyat untuk mengatur sumber daya dan kekayaan alam Pelaku: Derajat keterlibatan: Jenis pelaku: Kekuatan yang Pemerintah Belanda Keterlibatan dalam tindakan menguasai langsung/pelanggaran lainnya Intervensi-intervensi: Dokumen-dokumen: No. Rec 84 Penulis Judul Jenis Dokumen Perhutani Kwitansi pembayaran pajak Perhutani Lainnya Judul Peristiwa: Pembakaran surat pemberian tanah Abad 18 Abad 18 Deskripsi Peristiwa: Surat pemberian tanah dari Kyai Wirosongko ke Kyai Mekukuhan pernah ada, namun dibakar ketika zaman Belanda Dampak: Musnahnya bukti-bukti tertulis pemberian tanah dari Kyai Wirosongko ke Kyai Mekukuhan. Masyarakat dipaksa melakukan sewa-menyewa tanah dengan Belanda. Hak-hak terlanggar: Tindakan-tindakan: Tanggal Korban Masyarakat desa Ngareanak Tindakan Perusakan Pelaku: Derajat keterlibatan: Jenis pelaku: Pemerintah Belanda Keterlibatan dalam Kekuatan yang tindakan menguasai langsung/pelanggaran lainnya Intervensi-intervensi: Dokumen-dokumen: Thursday, April 19, 2007 Page 45 of 73