ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DAERAH IWAN SETIAWAN SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daflar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2010 /wan Setiawan NRP A156080144 ..... ABSTRACT /WAN SETIAWAN. Developing Agricultural Sector in Sumbawa Regency Based on Local Primary Commodities. SupeNised by DWI PUTRO TEJO BASKORO and MUHAMMAD FIRDAUS. The agricultural sector had been playing an important role in Sumbawa Regency development program. Accelerating process of agricultural development could be done by developing local primary commodities. This research purposes wero to determine alternatives and the development strategies of the primary food orop commodities in Sumbawa Regency. Research was carried out by collecting stakeholde(s perception, productivity and economic value of the food crops in Sumbawa Regency and West Nusa Tenggara Province. The analysis methods used were Klassen typology, analytical hierarchy process and spatial analysis. The results showed that local primary food crop commodities were com (score 0,33), mung beans (score 0,23), soybean (score 0, 19), chilli (score O, 16), and sweet potatoes (score 0,09). tne development of com and mung beans were more focussed on marketing accessibility to other regions through cooperation contract to be more guaranteed prices. For soybeans, chi/II and sweet potatoes, development could be dona by extending the netves: area, use of superior seeds, use of water pumps to overcome the limitations of water. intercropplng planting patterns, and develop microfinanco institutions in the rural district. Keywords: regional planning, primary commodity, analytical hierarchy process, spatial analysis RINGKASAN IWAN SETIAWAN. Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan MUHAMMAD FIRDAUS. Sektor pertanian yang tetap berperan penting dalam pembangunan Kabupaten Sumbawa menjadl tltik tolak arah pembangunan ke depan. Hal ini dinyatakan dalam visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju masyarakat sejahlera. Untuk itu, diperlukan upaya identifikasi sumberdaya agribisnis yang diunggulkan di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menentukan altematif komodilas unggulan tanaman pangan, 2) menentukan prioritas komoditas untuk dikembangkan. 3) memetakan wilayah pengembangan, dan 4) merumuskan arahan strategis pengembangannya. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa tingkat produktivitas dan nilai ekonomi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Nusa Tenggara Barat, serta data primer berupa persepsi berbagal pihak terkalt. Metode analisis yang digunakan berupa tipologi Klassen untuk menentukan alternatif komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Sumbawa. Penentuan prioritas pengembangan dengan proses hirarl<i analitik oleh responden pakar yang dipilih secara purposive sampling. Wilayah pengembangan dianalisis secara spasial tematik dengan mempertimbangkan tingkat produksi saat ini. Serta arahan pengembangan dlrumuskan secara deskriptif berdasarkan proyeksi konsumsi dan hasil analisis spasial zona agroekologl dengan pola penggunaan lahan yang ada. Hasil analisis tipologi Klassen menunjukkan bahwa komodltas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar. dan cabe rawit rnerupakan altematif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. I ndikator keunggulan ditunjukkan oleh estimasi nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi diband1ngkan rata-rata daerah acuan Nusa Tenggara Baral. Berdasarkan proses hirarkl analltlk, urutan prioritas komoditas tersebut dari yang lebih penting sampai kurang penting adalah jagung (skor 0,33), kacang hijau (skor 0,23), kedelal (skor 0, 19), cabe rawit (skor 0, 16), dan ubi jalar (skor 0,09). Prioritas tersebut dipengaruhi oleh faktor pasar (skor 0,30), modal (skor 0,24), lahan (skor 0,20). nilai tambah (skor 0, 1 B). dan preferensi (skor 0,09). Tingkat produksi yang aca saat ini memberikan peluang pengusahaan komoditas jagung untuk dikembangkan di Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk. dan Utan. Kacang hijau di Moyo Hillr. Empang, Lopok, dan Plampang. Komoditas kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar berpotensi untuk dikembangkan pada areal yang lebih luas secara lebih intensif. Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan kedelal adalah Kecamatan Alas Baral, Alas, Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk. Wilayah pengambangan cabe rawit meliputi Kecamatan Buer, Batu Lanteh, Plampang, Tarano, can Labangka. Dan ubl jalar dapat dikembangkan di Kecamatan Labuhan Badas, Batu Lanteh, Sumbawa, dan Buer. Produksi jagung dan kacang hijau saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi regional dengan indeks kecukupan masing-masing sebesar 2,58 dan 8,09. Sedangkan kedelai. cabe rawit, dan ubi jalar produksi saat ini masih belum mencukupi secara relatif kebutuhan konsumsi regional Nusa Tenggara Ba.rat dengan indeks kecukupan kurang dart satu (<1). Bila dipernatikan secara biogeofisik karakteristik wilayah potensial untuk pengembangan komoditas unggulan tersebut menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dengan demikian, pengembangan jagung dan kacang hijau lebih ditekankan pada aksesibilitas pemasaran Ke luar daerah melalui kontrak ke~asama agar harga dapat lebih terjamin. Untuk kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar. pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi berupa penggunaan benih unggul, penggunaan pompa air untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan air, menerapkan pola tanam tumpang sari, dan menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan. Kata kunci: perencanaan wilayah. komoditas unggulan, proses hirarki analitik, analisis spasial ARAHAN PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DAERAH IWAN SETIAWAN Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studl llmu Perencanaan Wilayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOG OR 2010 Judul Tesis : Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Oaerah lwan Setiawan Nam a NRP : A156080144 Oisetujui Kornisl Pembimbing Ph.D Ketua Anggota Diketahui Tanggal Ujian: 13 Januari 2010 Tanggat Lulus O J .-Ea 2010 lh1 t ok lh uA o }10119 sciu'» ku: 111£/u _ .. r er?ty ''vahku yonq kul>wigi;o 8adarvddm rvo.;,1 Don >1Jndo1a11 i1C11J,\;1, • M.J//ihah PRAKATA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang maha menentukan dan maha mengetahui segala ilmu. Alas taufik dan karunia-Nya, tesis Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Komoditas Unggulan Daerah ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi llmu Perencanaan Wilayah lnstitut Pertanian Bogor. Arahan, dukungan, dan diskusi membangun dari berbagai pihak memberikan andil dalam menentukan penyelesaian tests ini, mulai dari penyusunan rencana penelitian hingga menjadi tesis seperti yang ada sekarang. Untuk itu, kepada Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. dan Bapak Muhammad Firdaus, S.P, M.Si., Ph.D penulis sampaikan terima kasih alas segala bentuk bimbingannya. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ir. lskandar Lubis, M.S. atas arahan dan perbaikan dalam ujian tesis, serta kepada Bapak Dr. Ir. Eman Rustiadi, M.Agr. atas masukan penyempumaannya. Kepada temanteman di PWL08, diskusi-diskusi ilmiah yang terjalin selama ini menjadi catatan sejarah tersendiri, terima kasih. Penulis juga menyampaikan terima kasih atas pastisipasi aktif dari berbagai kalangan alas penyediaan data-data pendukung. Kepada para petanl yang telah menyisihkan sebagian waktunya untuk berbincang-bincang tentang pertanian Sumbawa yang penulis pillh sebagai wilayah penelitian. Rekan-rekan kerja di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa, Bappeda, Dinas Pertanian NTB, BPTP NTB, dan BBSDLP Bogor, semoga komunikasi kita tetap terjalln demi pembangunan pertanian ke depan. Kepada keluarga besar Badaruddin Noor dan Asthohar Mastur, terima kasih alas do'a dan dukungannya. Dan tentu saja kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atas pembiayaan program ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2010 /wan Seiiewen RIWAYAT HIDUP Penufis dilahirkan di Lantung Sepukur Kabupaten Sumbawa pada tanggal 22 Oktober 1976 dart ayah Badaruddin Noor dan ibu Tenry. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 1994 penutis tulus dart SMA Negari 2 Sumbawa Besar dan pada tahun yang sama tutus seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Mataram. Penulis memitih program studi Teknotogi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti per1wliahan, penulis aktif sebagai asisten dosen pada beberapa mata kufiah praktikum. Penulis bekerja sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumbawa sejak Desember 2002. Sampai dengan saat ini ditempatkan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Program magister di program studi llmu Perencanaan Wilayah IPB sejak tahun 2008 ditempuh atas beasiswa pendidikan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). DAFTAR ISi Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR . .. .. DAFTAR LAMPIRAN I. 11. . . . . .. .. .. . . .. . .• . .. . . . . . .. . .. . .. . . . ... .. . .. . .. . .. .. xiii . . . .. . xiv PENDAHULUAN . 1 1.1 Latar Belakang .. .. . .. . .. . 1 1.2 Perumusan Masalah .. ... .. .... .. .... .. ... .. ... .. .... .. .... .. ... .... .. .. .. 2 1.3 Tujuan Penelitian 6 1.4 Manfaat Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 . Tlnjauan Teoritls 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 Ill. •.• xii 7 7 Penetapan Komodltas Unggulan Sistem Usaha Tani Permlntaan dan Penawaran Komoditas Zona Agroekologi (ZAE) Perencanaan Wilayah 7 8 10 11 13 2.2 Tinjauan Studi Terdahulu 14 2. 3 Tinjauan Kebijakan yang Terkait .. .. 17 METODOLOGI PENELITIAN . 18 3.1 Kerangka Pemikiran 18 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 21 3.3 Sumber Data dan lnstrumen 21 3 .4 Metode Ana Ii sis Data . 3.4.1 3.4.2 3.4.3 3.4.4 3.4.5 3.4.6 .. . Location Quotient Analisis Tipologi Klassen Proses Hirarki Analitik (PHA) Analisis Spasial Proyeksi Konsumsi Analisis Deskriptif .. 22 23 24 25 26 27 27 x IV. v. 4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah 4.2 Topografi 4.3 Keadaan lklim dan Cuaca 30 4.4 Geologi 32 4.5 Jenis Tanah 33 4.6 Hidrologi 34 4.7 Penggunaan Lahan 34 4.8 Prasarana Perhubungan 36 28 ....• HASIL DAN PEMBAHASAN ,,............. 30 . 37 5.1 Alternatif Komoditas Unggulan Daerah 37 5.2 Priorltas Komoditas untuk Dikembangkan 42 5.3 Wllayah Pengembangan Komoditas 48 5.4 Arahan Strategis Pengembangan 54 5.4.1 5.4.2 55 5.4.3 VI. 28 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Tlngkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan ...... .... Zona Agroekologi Potensial untuk Tanaman Pangan Rumusan Strategi 58 62 KESIMPULAN DAN SARAN 67 6.1 Keslmpulan 67 6.2 Saran 68 DAFTAR PUST AKA LAMPI RAN xi DAFT AR TABEL Ha la man 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output . .. .. .. .. ...•... Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa .. . .. . .. . . . . .. . .. .. .. . Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008 . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .. . .. . .. . .. 22 24 .. . .• . 29 Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2008 dirinci perbulan (mm).... 31 Rata-rata Karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 .. .. . ... .. . ... .. . ... .. . .. .. . . . .. . ... .. . .. . . ...... .. . .. . . .. . .. . ..... .... 32 Keadaan luas lahan berdasarkan potensi wilayah di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 ... .. . .. ... . .. ... ... . .. ... .. . ... .. . ... .. ... . 35 Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2004-2007 38 Rata-rata produktivitas dan nilai ekonomi komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB tahun 2004-2007 .. . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . .. . .. . . . . . . .. .. .. .. . . . 39 Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen .. .. . . .. . .. ... ... .. . 40 Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa ... .. . .. ... . .. .. . ... .. . ... .. ... . .. ... .. . . . . .. ... . . .. . . .. ... 55 lndeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025) . . .. . . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . .. . .. . . . . .. . . . 56 Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komodi1as unggulan Kabupaten Sumbawa .. . . . . .. . .. . 57 Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Baral (2025) 58 xii DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Laju perturnbuhan PDRB Provinsi NTB ADH konstan 2000 menu rut kabupaten/kota 2004-2006 ... . . ... . ... .. .. ..... . .. . .. ... . .. . .. .. . ... .. ... 3 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Surnbawa rnenurut lapangan usaha ADH konstan 2000 tahun 2004-2006 ... .. . .. . . ... . . .. .. . .. 3 3. Aliran barang dan jasa dalam suatu sistern usaha tani sederhana .... 9 4. Kerangka pernikiran penelitian 5. Wilayah adrninistrasi kecarnatan di Kabupaten Sumbawa .. . . . .. ... . .. . .. 21 6. Hirari<i penentuan prioritas komodltas unggulan 26 7. Jarak dari ibukota kabupaten ke kota kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa tahun 2008 . . .. . . . . . . .. . . . .. . .. . 29 2. 20 8. Keadaan topografi Kabu paten Surnbawa .. . . . .. . .. . . 9. Skor masing-rnasing kriteria dalam penentuan prioritas kornoditas unggulan daerah... .. . .. ... . .... . .. ... ... . . . .. . ... . . ... . .. .... .. ... . . .. . 44 10. Skar masing-masing allematlf dalam penentuan prioritas kornoditas unggulan daerah....................... 46 Hirarki skor prioritas kriteria dan altematif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa 47 12. Sebaran produksi jagung di Kabupaten Surnbawa Tahun 2008 49 13. Seba ran produksi kacang hijau di Kabupaten Surnbawa 2008 . .. . . . ... . 50 14. Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Surnbawa Tahun 2008 51 15. Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 .. 52 16. Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 53 17. Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa ..........•............... 59 18. Sebaran zona potensial pengembangan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa . .. . . . . . . . . . .. 11. 19. 20. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan citra Landsat tahun 2006 .. Arahan wilayah pengembangan kornoditas unggulan daerah Kabu paten Sumbawa .•.•... .. . . . . .. . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . .. . .. .. . .. 30 .. . 60 61 . .. . 66 xiii DAFTAR LAMPIRAN 1. Rata-rata produksl komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007 2. Rata-rata luas panen komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Baral berdasarkan data tahun 2004-2007 3. Rata-rata produktivitas komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provins! Nusa Tenggara Baral berdasarkan data tahun 2004-2007 4. Rata-rata nllai ekonomi komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan data tahun 2004-2007 5. Daftar ldentitas respooden expert datam analisis AHP 6 Sintesis detil prioritas pada level kriteria dan altematif dalam anallsis AHP 7 Proyeksi penduduk Nusa Tenggara Barat menurut kelompok umur tahun 2009-2025 (x1000) 8. Zona agroekologl dan zonasi alternatif pengembangan pertanian dan kehutanan di Kabupaten Sumbawa 9. Luas panen, produlctlvitas, dan jumlah produksl jagung di Kabupaten Sumbawa dirinci peri<ecamatan tahun 2008 10. Luas panen, produktivitas, den jumlah produksi kacang hijau di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008 11. Luas panen, produktivitas, dan jumtan produkst kedelai di Kabupaten Sumbawa dirincl perkecamatan tahun 2008 12. Luas panen, produklivitas, dan jumlah produksl cabe rawit di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008 13. Luas panen. produktivitas, dan jumlah produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan tahun 2008 xiv PENDAHULUAN I. 1.1 Latar Belakang Kawasan Timur Indonesia (KTI) dewasa ini terus mendapat prioritas pengembangan dan pembangunan termasuk dalam sektor pertanian, karena wilayah tersebut mempunyai cadangan sumber daya lahan yang cukup luas. Prlontas pengembangan tersebut terkalt dengan upaya menge]ar ketertinggalan kawasan timur terhadap kawasan barat Indonesia. Sejalan dengan diterapkannya sistem otonomi daerah, setlap daerah berlomba-lomba dapat mengangkat daerah lainnya. kompleksitas potensi speslfik lokasi agar memilikl Otonomi daerah juga memberikan perencanaan dan pengendalian untuk daya salng dengan pengaruh terhadap pembangunan sebagai akibat dlnamika kehidupan masyarakat. Kabupaten Sumbawa sebagal salah satu kabupaten di Provins! Nusa Tenggara Baral memiliki cadangan sumber daya lahan cukup luas. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menyebutkan bahwa luas lahan pertanian sekitar 2.880,33 km2 dari keseluruhan luas wilayah 6.643,98 km2• Sampal dengan saat inl, sektor pertanlan di Kabupaten Sumbawa maslh berperan besar dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Data BPS Sumbawa (2008) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 p(oduk domestik regional brute (PDRB) Kabupaten Sumbawa masih disumbangkan sebesar 42,69 persen darl sektor pertanian. Peranan sektor lni dltunjang oleh subsektor tanaman pangan yang menyumbang sebesar 26,68 persen. Untuk itu, sektor pertanian perlu mendapat perhatian khusus dengan berbagai kebljakan pembangunan yang didukung oleh ketersediaan informasl yang akurat tentang potensi wilayah yang dimiliki. Salah satu langkah inventarisasi potensi wilayah adalah dengan menginventarisasi produk-produk (komoditas) potensial, andalan. dan unggulan daerah. Komoditas unggulan daerah menggambarkan menghasilkan komoditas. menciptakan nilai tambah, daya secara nyata, memberi kesempatan kemampuan daerah memanfaatkan sumber kerja, memiliki prospek untuk meningka.tkan produktivltas dan investasinya, serta mampu menangkal produk sejenis di pasaran. 2 Dalam mengembangkan komoditas-komoditas unggulan tersebut juga perlu diketahui potensi dan karakteristik lahan. Lahan mempunyai kemampuan beragam dari segi biofisik, ditentukan oleh karakter bentuk pennukaan, kemiringan. ketinggian tempat. serta shat tanah seperti tekstur. struktur, lingkat kemasaman, dan sifat kimia tanah lainnya. Produktivitas suatu komoditas sangat ditentukan oleh berkembang, karakteristik lahan tersebut sebagai dan setiap komoditas mempunyai tempat tumbuh dan persyaratan tumbuh yang berbeda. Syafruddin et al. (2004) mengemukakan bahwa untuk membangun sektor pertanian yang kuat, berproduksi berkelanjutan komoditas perlu dilakukan tinggl, efisien, penataan unggulan di setiap wilayah sistem berdaya saing tingg1, pertanian dan pengembangan dan penetapan disertai kebijakan pemerintah daerah yang tepat. Untuk itu perlu dilakukan penehtian tentang arahan masukan pengembangan komodrtas unggulan sebagai dalam pengambilan kebijakan dan perencanaan pembangunan Kabupaten Sumbawa ke depan. 1.2 Perumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi wilayah di Nusa Tenggara Barat terus mengalami peningkatan. mengurangi Namun demikian, ketimpangan pertumbuhan pembangunan wilayah tersebut. BPS Provinsi tersebut (disparitas) tidak serta merta yang terjadi di dalam Nusa Tenggara Barat (2008) menyebutkan bahwa pada tahun 2006, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa hanya sebesar 4,68 persen dan berada di bawah rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 4,93 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Sumbawa masih kurang mampu bersaing dengan wilayahwilayah lain yang ada di Nusa Tenggara Barat. Wilayah yang paling dekat adalah Kabupaten Sumbawa Baral yang merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Sumbawa sejak tahun 2003, laju pertumbuhan PDRBnya mencapai 6,99 persen jauh di alas Kabupaten Sumbawa. PDRB masing-masing Persentase laju pertumbuhan kabupaten/l<ota di Nusa Tenggara Barat tanun 2004 sampai dengan 2006 disajikan dalam Gambar 1. 3 •2004 •2005 2006 Gambar 1 Laju pertumbuhan PDRB Provinsi NTB ADH Konstan 2000 menurut kabupatenlkota 2004-2006. Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Sumbawa sampai dengan saat ini masih disumbang secara signifikan oleh sektor pertanian (Gambar 2). BPS Kabupaten Sumbawa (2007) menyebutkan bahwa sampai dengan tahun 2006, sektor pertanian masih menyumbang sebesar 43,51 persen terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Sektor pendukung PDRB selanjutnya adalah perdagangan, hotel, dan restoran yang relatif menunjukkan peningkatan setiap tahun, namun rnasih jauh di bawah sektor pertanian. 50 --Pertanian 45 40 35 ~ 30 c 2S ~ ~ a. 20 15 ".. _. t lndustri Pengolahan --Listrik, Gas, an Air llersih • • • 5 - I ~ 2004 -Bangunan Perdagangan, Hotel, dan 10 0 Pertambangan dan Penggalian t ' " 2005 Tahun ''I!' 200€ Rcstoran Pengang~utan dan Komunlkasl Keua,ngan, Persewaan, Jasa Perusahaan Gambar 2 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Sumbawa menurut lapangan usaha ADH Konstan 2000 tahun 2004-2006. 5 Pengusahaan komoditas dibatasi oleh karakteristik lahan, bahwa setiap komoditas pertanian hanya akan mampu berproduksi optimal pada lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh (crop recuiremenl) sehingga hanya memer1ukan input yang relatif rendah untuk berproduksi. Lahan sebaga1 satuan input dasar pengembangan sektor pertanian mempunyai kondisi cukup beragam di masing-masing daerah, dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, terrainltopograft, dan hidrologi. Keragaman kondisi ini sangat berpengaruh terhadap potensi lahan dan jenis penggunaan lahan yang dapat dikembangkan atau diusahakan. Karakteristik potensial suatu lahan untuk pengembangan komoditas dikenal dengan zona agroekologi (ZAE) yaitu unit-unit lahan yang dibagi berdasarkan kemiripan sifat tanah, iklim, dan terrainltopograft. Dengan memperhatikan bahwa suatu wilayah mungkin hanya sesuai untuk komoditas tertentu tetapi tidak untuk yang lain atau tidak selalu suatu komoditas dapat diusahakan di setiap wilayah, maka dipertukan pewilayahan masingmasing komoditas yang potensial untuk diusahakan Perencanaan wilayah dalam bentuk dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa harus mempertimbangkan kondisi tersebut. Deliniasi kawasan kegiatan ekonomi sektor pertanian dalam RTRW yang ada saat ini dipandang belum mempertimbangkan kondisi biofisik dan agroldimal ser11a sosial ekonomi wilayah yang bersangkutan. Pengernbangan sektor pertanian Kabupaten Sumbawa menuju daerah agribisnis harus diutamakan pada komocfllas-komoditas unggulan daerah yaitu komoditas yang mampu mernberikan hasa yang optimal dan n[lai tambah yang besar dengan tetap mempertahankan kemampuan lahan demi pencapaian tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya. Dan sektor pertanian tanaman pangan merupakan bagian penting yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembangunan terkait dengan hajat hidup manusia yang tetap memer1ukan pangan. Pangan adalah kebutuhan dasar manusia, karena itu mengkonsumsi pangan merupakan suatu keharusan siapa pun dan apa pun status seseorang. Bagi manusia makan dan minum adalah k.ebutuhan yang harus dipenuhi. Manusia memang tidak hanya h1dup dari pangan, namun manusia tidak bisa selamanya hidup tanpa pangan. meskipun pada situasi dan kondisi tertentu manusia bisa menahan lapar dan haus yang dialaminya. ldentiflkasi sumberdaya agribi.snis yang dapat diunggulkan memunculkan beberapa perrnasalahan yang mendasan penelitian iru, berupa: 6 1. Jenis komoditas apa saja yang dapat menjadi unggulan daerah Kabupaten Sumbawa? 2. Komoditas manakah yang meniadi prioritas untuk d1kembangkan? 3. Wilayah mana saja yang dapat menjadi sentra pengembangan komoditas tersebut? 4. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk pengembangan sektor pertanian tanaman pangan dengan memanfaatkan komoditas unggulan tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarl<an latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penelitian iru dilakukan dengan tujuan: 1. Menentukan altematif komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa sektor penanian tanaman pangan. 2. Menentukan prioritas komoditas unggulan daerah untuk dikembangkan. 3. Memetakan wilayah pengembangan komoditas unggulan daerah. 4. Merumuskan arahan strategis pengembangan komoditas unggulan daerah. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan tersebut maka hasil penelitian yang akan didapatkan, diharapkan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa sebagai rujukan dalam menentukan rencana program peningkatan pangan, kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian tanaman sedangkan bagi masyarakat/petani maupun investor dapat menjadi rujukan komoditas apa yang layak untuk diusahakan. II. TINJAUAN PUST AKA 2.1 Tlnjauan Teorttis 2.1.1 Penetapan Komodita$ Unggulan Pengembangan suatu komoditas di daerah yang sesuai dengan kondisi lahan dan berskala luas dapat meningkatkan efisiensi usaha tani, menjaga kelestarian sumberdaya lahan dan meningkatkan aktivitas perdagangan antar pulau dan daerah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Agar hal ini dapat berjalan dengan baik diperlukan penetapan kawasan pengembangan dan komoditas unggulan yang didukung oleh ketersediaan data dan informasi kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani. Konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi. yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan dalam pertumbuhannya komoditas yang paling superior pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Pengertian tersebut lebih dekat dengan pengertian locational advantages. Sedangkan di'lihat dari sisi permintaan, komoditas unggulan merupakan komoditas yang mempunyai permintaan yang kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar intemasional. Dengan pengertian tersebut maka komoditas unggulan bersifat dinamis baik dilihat dari sisi penawaran karena adanya perubahan teknologi maupun dilihat dari sisi permintaan karena adanya pergeseran permintaan konsumen (Syafa'at dan Priyatno 2000). Dalam laporan akhir Kajian Peluang Perencanaan lnvestasi Pertanian Indonesia yang dikeluarkan oien Departemen Pertanian bekerjasama dengan SUCOFINDO melaporkan bahwa, berdasarkan hasil survey yang dilakukan dengan melakukan diskusi dan konfirmasi dengan instansi terkait, diperoleh beberapa faktor yang dijadikan dasar dalam penentuan komoditas unggulan diantaranya adalah: (1) kesesuaian lahan, (2) historikal budaya masyarakat, (3) ketersediaan lahan pengembangan. (4) keunggulan teknis yang dimiliki oleh masing-masing komoditas dimaksud, komoditas dimaksud. dan (5) belum adanya investor untuk Selain faktor tersebut d1 alas penentuan komocfrtas unggulan juga didasarkan pada kriteria: 10 pengolahan. adakalanya disebut dengan agroindustri. 4) subsistem perdagangan atau tata niaga hasil, dan 5) subsistem jasa pendukung penelitian, berupa kegiatan penyediaan kredit, sistem transportasi, pendidikan dan penyuluhan, serta kebijakan makro (Syahyuti 2006). Premis dasar paradigma agribisnis adalah bersifat profit oriented. Dengan demikian. menentukan keberhasilan agribisnis. usaha pertanian haruslah pasar berperan besar dalam Berbicara tentang pasar, dalam era globalisasi dan perdagangan bebas tentunya produk yang akan dipasarl<an pertu mempunyai daya saing tinggi, dan pertu mempunyai keunggulan Sehubungan dengan hat tersebut, konsep keunggulan konsep yang menekankan pada kedinamikaan kompetitif. kompetitif merupakan pelaku ekonomi dalam menembus pasar melalui inovasi dan pengembangan proses kreativitas lainnya. Melalui proses tersebut, hal-hal yang ketinggalan zaman harus segera diganti dengan hal-hal baru yang lebih baik, lebih murah, lebih disukai dan lebih bermanfaat (Siahaan 2003). 2.1.3 Penmintaan dan Penawaran Komoditas Permintaan (demand) merupakan keinginan dan kebutuhan pembeli atau konsumen ternadap suatu produk dalam jumlah tertentu pada berbagai tingkat selama periode tertentu. Secara spesifik permintaan komocfrtas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli komoditas pertanian berdasartcan harga yang yang sudah ditentul<an oleh produsen. Hukum dasar permintaan mengindikasikan bahwa bua harga suatu komoditas naik dan faktor lain tetap maka jumlah komoditas yang diminta akan berkurang, begitu juga sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian dapat dirumuskan secara matematis dan sederhana sebagai berikut (Rahim dan Hastuti 2008): D = f (Px. Py, I, T. N, Q, EsP) Dimana: D Px Py T . : : : : Pennintaan akan komoditas (produk) Harga komoditas itu sendiri Harga komoditas lain (substitusi dan komplementer) Pendapatan Selera/kebiasaan 11 N Q : Jumlah penduduk : Kualitas komoditas EsP : Perkiraan harga di masa mendatang Penawaran dalam pertanian merupakan banyaknya komoditas pertanian yang disediakan atau ditawarkan oleh berbagai produsen di suatu daerah. Hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan atau sering disebut hukum penawaran, menyebutkan bahwa makin tinggl harga suatu barang semakin banyak pula jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh produsen. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dirumuskan secara matematis sebagai berlkut (Rahim dan Hastuti 2006): S = f (Pi, Ppl, T, Nip, Hpro) dlmana: S Pl : Penawaran akan komoditas pertanian : Harga input Ppl T : Harga komoditas lain : Teknologi Nip : Jumlah lembaga pemasaran Hpro : Harapan produsen terhadap harga komoditas di masa datang 2.1.4 Zona Agroekologl (ZAE) Zona Agroekologi (ZAE) merupakan salah satu cara dalam menata penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan sifat dan kondisi wilayah. Pengelompokan bertujuan untuk menetapkan area pertanaman dan kornoditas potensial, berskala ekonomi, dan tertata dengan baik agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan. Komponen utama dalam penetapan ZAE adalah kondisi biofisik lahan (kelerengan, kedalaman tanah, dan elevasi), iklim (curah hujan, kelembaban, dan suhu), dan persayaratan tumbuh tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimum (Syafruddin el ul. 2004). Agroekologi dldefinisikan sebagai penerapan konsepkonsep dan prinsip-prinslp ekologi dalam membentuk dan mengatur agroekosistem yang berkelanjutan (Gliessman 2004). Secara spesifik dikatakan bahwa agroekologi menggambarkan interaksi diantara tanaman, hewan, manusia, dan lingkungan dalem suatu sistem pertanian (Dalgaard el al. 2003). 12 Dengan demikian, dalam pengembangan pertanian diperlukan suatu strategi yang didasarkan pada kemampuan lahan (carrying capacity) suatu wilayah untuk mewujudkan pertumbuhan (growth), keseimbangan (equity), dan berkelanjutan (sustainability). Fauzi (2006) carrying capacity didasarkan kapasltas maksimum untuk menjelaskan bahwa pengukuran pada pemikiran mendukung bahwa lingkungan suatu memiliki pertumbuhan/aktifitas dan pertumbuhan yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap ruang sampai daya dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan. Kondisi berkelanjutan. tersebut Pertanian mengharuskan berkelanjutan adanya (sustainable sistem pertanian agriculture) merupakan pengelolaan sumberdaya pertanlan untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia samb1I mempertahankan atau meningkatkan kualltas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam (Reijntjes et al. 2006). Sistem pertanian berkelanjutan harus mengatur atau meningkatkan produktivitas biologis dan ekonomls. Produktivitas blologls dibutuhkan untuk pemenuhan konsumsl pangan indlvidu dan masyarakat di sekitarnya. Sedangkan produktivitas ekonomis dibutuhkan untuk penlngkatan pendapatan petsru (Edwards et al. 1993}. Melalui pendekatan zona agroekologi, pemanfaatan potensi lahan dapat diidentifikasi dengan cepat dan lebih tepat. Dengan dikelompokkannya variasi lahan ke dalam satuan-satuan unil lahan berdasarkan keadaan tanan, hldrologl, dan iklim, maka hasil inventarisasi sumberdaya lahan akan lebih mudah dlpahami oleh pengguna. Dengan demlkian, informasl ZAE juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menilai sumberdaya lahan sebagai dasar untuk perencanaan penggunaan lahan, perencanaan pengembangan pertanian atau manajemen sumberdaya lahan lainnya. Penyusunan keragaan zona agroekologi mengacu pada konsep sistem pakar (Expe1t Sy:>lem), yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Prinsip metode didasarkan pada pendekatan pencocokan (matching) antara karakteristik tanaman. iklim dan sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh Menurut sistem pakar pembagian zonasi agroekologi dibedakan berdasarkan perbedaan rejim iklim dan relief (kisaran lereng). Rejim iklim yang digunakan ialah rejim kelembaban dan suhu (Rumayar el al. 2005). 13 2.1.5 PerencanaanWilayah Secara historis kegagalan program-program pembangunan dalam mencapai tujuannya seringkali bukan semata-mata kegagalan dalam program atau pelaksanaannya, tetapi ada berkembangnya kepercayaan terhadap l<onsep pembangunan sumbangan "kesalahan" karena kebenaran teori-teori atau konsep- yang melandasinya (Rustiadi et al. 2009). Dalam banasa sehari-hari biasa disebut dengan pergeseran paradigma atau lahimya paradigma baru. Biasanya perubahan paradigma ini dilakukan untuk menampilkan wajah baru untuk menggantikan atau menghilangkan kesan negatif alas kekurangan yang ada di masa lampau. Paradigma baru perencanaan wilayah adalah pembangunan yang berkelanjutan (sustainability). Menurut Komisi Brundtland (Fauzl 2006) menyatakan bahwa. pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk beriatan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Definisi perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebu.ah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut (Widodo 2006). Sedangkan perencanaan wilayah menurut Tarigan (2008) adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, rneramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lol<asi dart berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan pengembangan wilayah secara umum ditunjang oleh empat pilar pokok (Rustiadi et al. 2009), yaitu: 1) lnventarisasi, klasifikasi, dan evaluasl sumberdaya, 2) Aspek ekonomi, Aspek lokasi/spasial. 3) Aspek kelembagaan (institusional), dan 4) Sumberdaya selalu memiliki sifat langka dan nilai guna yang tidak merata. Sehingga pengalokasian sumberdaya harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif yang diatur memperhatikan aspek tata ruang. secara kelembagaan dengan tetap 14 Perencanaan yang mempertimbangkan kondisi spatial suatu daerah akan mampu mengembangkan penataan ruang pembangunan, juga harmonisasi diharapkan fungsi ruang secara dapat menjadi berkelanjutan, landasan koordinasi yang mengedepankan kepentingan wilayah atau kawasan yang lebih tuas melalui pelaksanaan prinsip-prinsip sinergi pembangunan dan pemanfaatan bersama (complementary benefit). Melalui sinergi antar wilayah, antar sektor, dan antar pelaku, nantinya diharapkan dapat memberikan hasilhasil yang efektif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungannya (Riyadi dan Bratakusumah 2004). Kebijakan pembangunan selalu dihadapkan pada pilihan pendekatan pembangunan yang terbaik. Secara teoritis strategi pengembangan wilayah baru dapat digolongkan dalam dua kategori strategi yaitu demand side strategy dan supply side strategy (Rustiadi et al. 2009). Demand side strategy diupayakan melalui peningkatan barang-barang dan jasa-jasa dari masyarakal setempat melalui kegiatan produksi lokal untuk meningkatkan Sedangkan supply side strategy diupayakan kegiatan-kegiatan produksi taraf hidup penduduk. melalui investasi modal untuk yang berorientasi ke luar yang diproses dari sumberdaya alam lokal yang akan menjadi daya tarik kegiatan lain untuk datang ke wilayah tersebut. Selanjutnya konsep pengembangan wilayah setidaknya didasarkan pada prinsip: (1) berbasis pacla sektor unggulan: (2) dilakukan alas dasar karakteristik daerah; (3) dilakukan secara komprehensif dan terpadu; (4) mempunyai keterkaitan kuat ke depan dan ke belakang; (5) dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi 2.2 Tinjauan studi terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Nurwahidah (2004}, selama kurun waktu 1997-2002 sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa masih kontribusi paling besar terhadap memberikan PDRB. Analisis LO menunjukkan sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan. hotel dan restoran. dan sektor listrik. gas. dan air bersih merupakan sektor basis di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan hasil anaHsis Klassen typology menunjukkan Kabupaten Sumbawa termasuk daerah maju tapi tertekan. Sebagai upaya pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa agar dapat lebih rnaiu, maka sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor basis 15 tersebut perlu terus dikembangkan. Untuk itu, perlu ditetapkan komoditas pertanian yang dapat menjadi unggulan untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk kebijakan program. Penetapan komoditas unggulan dapat dilakukan dengan berbagai metode analisis. Pendekatan secara biofisik dapat dilakukan dalam menetapkan komodltas unggulan, yaltu pendekatan pedo-agroklimat atau zona agroekologi. D]aenuddln et al. (2002) dalam penelitiannya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) memberikan arahan pewilayahan komoditas pertanian secara biofisik di Nusa Tenggara Barat ke dalam komoditas unggulan utama ya~u: tembakau, jagung, kedelal, can plsang, serta komoditas unggulan pendukunglalternatif yaitu: padi sawah. padi gogo, srikaya, sayuran dan umbi-umbian dataran tinggi, bawang merah, dan bawang putih. Penelitian lebih spesifik dilakukan oleh Suparto et al. (2006) di Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa untuk mendukung prlma tanl Komoditas yang disarankan adalah kedelai, kacang hijau, padl gogo, dan jagung Secara nasional penentuan komodilas unggulan diaplikasi dengan metode Location Quotient (LQ) seperti yang dikemukakan oien Hendayana (2003). Namun metode LO memiliki beberapa keterbatasan seperti hambatan dalam akurasi data yang dikumpulkan di lapangan den kesulitan deliniasi wilayah kajian sehingga hasil LQ terkadang aneh, misalnya suatu wllayah yang dlduga memiliki keunggulan di sektor nonpangan namun hasil LQ dapat menunjukkan keunggulan sektor pangan. Vanabel yang dipakai dalam penelltian tersebut adalah luas areal panen yang dipandang dapat memenuhi kriterla unggul dari sisi penawaran. Hasil analisis LQ tersebut menunjukkan bahwa komoditas unggulan Nusa Tenggara Barat adalah padi sawah. kedete, kacang hijau. kacang tanah, cabe, bawang merah, mangga, dan pisang. Metode analisis yang lain adalah model Input - Output seperti yang dilakukan oleh Syafa'at dan Priyatno (2000). Metode ini lebih menekankan pada penetapan komoditas unggulan dari sisi demand, hasil anailsis disajikan dalam rnatriks komoditas berdasarkan pengganda permintaan akhir terhadap nilai tambah dan tenaga kerja di Sulawesi tahun 1995. Kuadran I dengan nilai tambah tinggi dan tenaga keqa tinggi adalah komoditas padi dan jagung. Kuadran II dengan nilai tambah tinggi dan tenaga kerja rendah adalah komoditas kentang, kedele, ubi kayu, hortikultura dan pangan lainnya. Kuadran Ill dengan nilai tambah rendah dan tenaga kerja tinggi adalah komoditas jeruk, bawang merah, 15 bawang putih. dan umbi-umbian lainnya. Sedangkan kuadran IV dengan nilai tambah rendah dan tenaga kerja rendah adalah komoditas perkebunan. Kedua pendekatan tersebul dapat digunakan secara bersama-sama dalam matriks komoditas menggunakan yang disajikan ke dalam bentuk kuadran dengan analisis Trpologi Klassen. Dengan analisis Tipologi Klassen, keunggulan dari sisi penawaran (supply) maupun sisi permsuaan (demand) dapat digabungkan secara simultan. Berbagai komoditas unggufan dihasilkan dari analisis tersebut belum tentu sepenuhnya preferensi masyarakat. Sementara dipengaruhi produktivitas sesuai yang dengan komoditas tersebut juga oleh tingkat kesukaan atau preferensi berbagai pihak terkait. Preferensi terkait dengan pengambilan keputusan atau skala prioritas dari berbagai altematif komoditas yang ada Metode yang banyak dikembangkan saat ini dalam pengambilan keputusan adalah the analythic hierarchy process (AHP). Oddershed.e el al. (2007) menggunakan the analythic hierarchy process untuk mendukung kebijakan pengembangan masyarakat pedesaan di Chile. Hal ini dilakukan karena melihat bahwa ada inconsistency (ketidaktepatan) antara apa yang diinginkan oleh masyarakat, program yang ditawarkan, dan tujuan yang ada. AHP yang disusun dalam penelitian tersebut mengangkat tujuan umum mengembangkan pembangunan daerah. Pada level 0 diletakkan sasaran umum yaitu pembangunan daerah, pada level 1 berisikan sektor-sektor yang berkontribusi dalam pembangunan daerah. pada level 2 terdiri dari aspek-aspek yang berpengaruh nyata terhadap sektor-sektor tersebut. dan pada level 3 terdiri dari alternatif-altematif memacu pertumbuhan kegiatan pembangunan aspek-aspek pada yang memungkinkan level sebelumnya. untuk Hasilnya menunjukkan bahwa sektor pariwisata merupakan prioritas dengan pendidikan sebagai aspek yang paling mendukung sektor tersebul. Berbagai contoh penggunaan AHP dalam sektor pertanian di negara berkembang juga dikemukan oleh Alphonce (1997). Misalnya dalam memutuskan bagian lahan yang akan dialokasikan untuk tanaman jagung, padi, dan ketela. Kriteria yang berpengaruh adalah biaya produksi, res1ko kerusakan. kesukaan, dan ketersediaan di pasaran saat surplus. Berdasarkan studi dan metode tersebut, maka penelitian ini mensintesa faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam penentuan priontas komocfrtas yang diusahakan. 17 2.3 Tinjauan kebijakan yang terkait Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Pangan Dinas Pertanian Tanaman sampai dengan akhir tahun 2008 masih tetap memprioritaskan peningliatan produksi pertanian pada peningkatan/pemantapan produksi padi/beras. palawija (kedele, jagung, kacang hijau, ubi kayu) dan pengembangan hortikUllura terutama tanaman sayuran dan buah-buahan. Kegiatan lain yang menjadi skala prioritas adalah pembangunan sarana dan prasarana penunjang meliputi pembangunan check dam, jaringan irigasi, dan jalan usaha tani serta pengembangan alat dan mesin pertanian untuk mempercepat pengolahan lahan pertanian (Oiperta 2009). Saat ini telah dikembangkan kawasan Agropolitan Alasutan di bagian barat Kabupaten Sumbawa yang meliputi Kecarnatan Alas Baral, Alas, Buer, utan. dan Rhee. Agropolitan Alasutan merupakan kebijakan program Provinsi Nusa Tenggara Baral dan pemerintah Kabupalen Sumbawa masih sebalas pendukung program. Kawasan ini terdiri dari 15 subkawasan unggulan dengan komoditas unggulan masing-masing seperti sapi, kelapa, rambutan, srikaya, pisang, anggur, jambu mete, mangrove, dan ikan. Namun perl<embangannya sampai dengan saat ini belum menunjukkan kemajuan yang nyata. Sementara itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke depan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa melaksanakan lima program utama (Diperta, 2009) yaitu: 1) Peningkatan kesejahteraan petani, 2) Peningkatan ketahanan pangan, 3) Peningkatan pemasaran hasil, Peningkatan penerapan teknologi pertanian pertanian, dan 5) peningkatan 4) produksi Ill. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sasaran akhir pembangunan pertanian adalah menlngkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun upaya meningkatkan pendapatan tersebut menghadapi berbagai kendala baik secara teknis, alamiah, sumber daya, maupun sosial budaya. Kendala-kendala tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. F aktor internal dilihat dari sisi penawaran (supply) yaltu faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa besar suatu komoditas mampu dlhasilkan dalam satuan wllayah. Faktor tersebut berupa agroklimat seperti lkllm. tanah, dan hidrologi serta kemampuan petani itu sendiri dalam mengelola usaha taninya. Faktor ekternal dilihat dari sisi permintaan (domond) yaitu faktor-fakor yang mempengaruhi jumlah yang diperfukan atau diapresiasl dalam kebutuhan penduduk. Faktor tersebut dapat berupa adanya pasar dan stimulus kebijakan dari pemerintah. Kedua faktor tersebut berperan dalam menentukan tlngkat keunggulan suatu komoditas. Faktor internal menentukan keunggulan komparatif sedangkan keunggulan kompetitif dltentukan oleh faktor ekternal. Penentuan komoditas unggulan biasanya dilalukan dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ dapat mengukur tingkat konsentrasl suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang leb1h luas. Analisis yang lain adalah Tipologl Klassen. Analisis ini menggunakan matriks perbandingan dari faktor yang berpengaruh. Keunggulan komparatif dapat dinyatakan dengan keberlimpahan sumberdaya untuk mendukung produksi dalam satuan wilayah yang dlkenal dengan produktifitas. Sedangkan keunggulan kompetitif berupa estimasi nilai ekonomi suatu komoditas yang diapresiasl secara teknls oleh pasar, Keunggulan tersebut diperbandingkan dan diletakkan dalam empat kuadran, setiap kuadran merupakan interaksi suatu komoditas di suatu daerah (Kabupaten Sumbawa sebagai daerah penelitian) terhadap daerah acuan pasar yang lebih tinggi (Provinsi Nusa Tenggara Baral). Kendala-kendala dalam pengembangan indikator atau kriteria yang harus diperhalikan komoditas apa yang harus diusahakan. komoditas unggulan menjadi dalam menentukan prioritas Kriteria-kriteria tersebut berupa kesesuaian lahan, peluang nilai tambah, permintaan pasar, kebutuhan modal, maupun preferensi petani. Dengan menggunanakan proses hirarki analisis 19 (PHA). berbagai kriteria tersebut diberikan pertimbangan lingkat prioritasnya temadap suatu tujuan yang diinginkan. Langkah yang dilakukan adalah membangun hirarki pada bebetapa level, yaitu: • Level 0 merupakan tujuan secara umum yaitu menentukan prioritas komoditas unggulan. • Level 1 merupakan kriteria-kriteria yang mempengaruhi penentuan prioritas, berupa lahan, nilai tambah, pasar, modal. dan preferensi. • Level 2 merupakan sekumpulan altematif komoditas unggulan yang telah ditetapkan melalui analisis tipologi Klassen. Terkait dengan pangan sebagai kebutuhan dasar manusia, maka tingkat konsumsi di daerah acuan merupakan salah satu rujukan dalam pengusahaan suatu komoditas. Tingkat konsumsi komoditas secara langsung digunal<an sebagai estimasi tingkat pennintaan pasar. Dalam penelitian ini, permintaan pasar di luar konsumsi langsung tidak diperMungkan. nngkat konsumsi mengacu pada proyeksi kebutuhan pangan penduduk Nusa Tenggara Bara! pada tahun 2025 sebagai masa akhir rencana pembangunan jangka panjang (RPJP). Untuk metihat kemampuan wiJayah dalam memenuhi kebutuhan tersebut maka tingkat konsumsi dibandingkan dengan kemampuan produksi saat ini. Di sisi lain, produktivitas komoditas dilentukan oleh karakteristik yang terdapat pada lahan Karak1eristik dalam satuan lahan homogen disusun sebagai zona agroekologi (ZAE}. Masing-masing zona menentukan bentuk pengelolaan dan potensi kesesuaian bagi komoditas tertentu. Dalam satu zona bisa menjadi potensial untuk beberapa komoditas sekafigus dan juga terdapat beberapa komoditas yang cocok pada beberapa zona. Namun demikian, zona-zona potensial tersebut dengan perkembangan teknologi dan sosral budaya petani dapat saja berubah pemanfaatannya. Hal ini dapat dilihat dan kondisi eksisting pola penggunaan lahan (land use) yang ada. Zona agroekologi dan perkembangan land use tidal< terikat dengan batas-batas wilayah administrasi. Sementara berbagai program dan kebijakan pengembangan oleh pemerintah daerah yang dijalankan menggunakan wilayah administrasi sebagai lokasi pelaksanaannya. lmplikasinya tefhadap bentuk perencanaan adalah menyusun wilayah-wilayah administrasi. pengembangan dengan satuan dasar batas wilayah 20 Berbagai implikasi dari analisis yang dilakukan dirangkum dalam arahan strategis pengembangan. Program yang ditawarkan harus mampu mengatasi berbagai kelemahan yang ada Kebijakan-kebijakan yang sudah ada selama ini seperti tertuang dalam rencana strategis (renstra) pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) maupun rencana serta arahan tata ruang dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) dirujuk sebagai dasar arahan strategi. Kerangka pemikiran secara ringkas mengenai arah alur penelilian yang dilaksanakan disajikan dalam Gambar 4. Pcmbangunan Pcrtanlan "meningkatkan pendapatan dan keselahteraan" I • • Eksternal; Internal: • A,groklimat • SOM • Pasar Kebijakan • • Keunggulan Komparatil: Produktivitos • 1 Keunggulan Kompetitif: Pendopoton J Komoditas Unggulan: -. lipologi Klassen I • • ... Zona potensial: Prioritas Pengembangan: iingkat konsumsi: ZAE, LU PHA + • Kriterio yang mempengorurn Wilayah Pengembangan L Nill 2025 ~ Kebuluhan lahan untuk berproduksi • Arahan rengembangan Komoditas Unggulan Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian. ZAE LU • : Zona Agroekologi : land use (penggunaan lahan) PHA : proses hirarki analisis - 21 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Baral meliputi 24 Kecamatan (Gambar 5), pada bulan Juli sampai dengan September 2009. _. ·+ PETAADMINISTRASI KABUPATEN SUMBAWA ~~MO~K.11 flJ1f""l....I ~~,!$ 02• a- 12 ta - - - Gambar 5 Wilayah admirustrasi kecamatan di Kabupaten Sumbawa. 3.3 Sumber Data dan lnstrumen Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan informasi sekunder yang telah ada di berbagai instansi sumber baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional. Peta Zona Agroekologi Skala 1:250.000 diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogor, Peta Administrasi dan Peta Penggunaan Lahan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa. Sedangkan data-data tabular sosial ekonomi diperoleh dari Bappeda, BPS, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sedangkan data primer berupa kondisi lapangan dikumpulkan dengan metode survei langsung di lapang. Responden (expert) dalam penentuan prioritas dipilih secara purposive sampling dengan pertimbangan expert yang dipilih merupakan pihak yang cukup berperan penting dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa. 22 Expert yang dimaksud berjumlah dua puluh lima responden yang terdiri alas Kepala dan Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Penanian. Kepala Bidang PPS dan Kepala Bidang Ekonomi Sadan Perencaanaan Pembangunan, satu orang pimpinan DPRD, satu orang pengusaha, dan delapan belas orang petani dari tujuh belas kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan. I nstrumen pendukung dalam penelitian berupa seperangkat komputer dengan software An:;GIS ver. 9.3. Expert Choice 2000, Microsoft Word, dan Microsoft Excel, serta daftar pertanyaan (kuesioner). 3.4 Metode Analisis Data Data-data yang telah diperoleh baik melalui studi primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan kriteria data yang diperlukan seperti tertuang dalam Tabel 1. Tabel 1 No. Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data yang diperlukan, sumber data, dan output Tujuon Peoelitiim Met ode Analisis Dela yang diperlukan SumberData 01rtJ)lrt Menentuken komod~as unggulan daerah LQ Produktivilas, f1pol0g1 Klassen pmduksi, dan harga komoditas peflanian 2. Menentul<an pnoritas komodltas unggulan AHP Persepsi Wawancara Prioritas komoditas unggulen daerah 3. Memetakan wilayah pengembangan Spasial tematik Prodll\si saat ini. p<elerensi da!MI AHP Oinas Pertanian Kab. Sumbawa. wawancara Wilayah pengeml>angan komoditas unggulan 4. Mcrumuskan Proycksi konsumsi Konsumsi perbpi\a, jumtah SUSENAS 2007 Aranan strategis peoget11bangan 1. arahan strategis pengcmbangan Analisis spas·a1 Desl<riptif penduduk Keragaan biofisil< wilayah Kond.sl tapangan Sumbawadan NTB dalam angka Oinas Pertanlan NTB dan Kab. Sul'flbawa Peta ZAE. Pela Mministrasi,land use RPJPIRPJM. Renstra Altematil komodrtes ooggulan daerah 23 8erbagai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ), npologi Klassen, proses hirarki analitik (PHA), analisis spasial, dan analisis deskriptif. 3.4.1 Location Quotient Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk melihat indikasi komoditas basis di Kabupaten Sumbawa. Rumayar et al. (2005) menyatakan bahwa LO digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditas merupakan komoditas basis atau nonbasis atau suatu komoditas mempunyai k.eunggulan komparatif atau tidak.. Untuk komoditas berbasis lahan perhitungan LQ didasarkan pada areal tanam/panen, produksi, atau produktivitas (Hendayana 2003). Dalam penelitian ini LQ dihitung berbasis produksi masing-masing komoditas dengan formula: lQ X--/X· lJ I. X.j/X_ Diman a: Xij Xi. X.j X = produksi komoditas j di Kabupaten Sumbawa = total produk.si komoditas yang d1uji di Kabupaten Sumbawa = produksi komoditas j di NTB =total produksi komodfas yang diuji di NT8 Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama dengan satu sampai lebih besar dari angka satu (1 s LQ > 1 ). Besaran nllai LQ menunjukkan besaran derajat spesiatisasi atau konsentrasi komoditas tersebut di witayah Kabupaten Sumbawa terhadap wilayah referensi/acuan Nusa Tenggara Baral. lnterpretasi nilai LQ adalah: • LO> 1; lndikasi komoditas tersebut menjadi basis karena produksinya terkonsentrasi secara retatif di Kabupaten Sumbawa. • LQ"' 1; lndikasi komoditas tersebut secara relatif sama atau peluang usahanya menyebar secara meraia di seluruh wilayah NTB. • LQ < 1, lndikasi komoditas tersebut di Kabupaten Sumbawa masih relatil lebih kecil dari pengusahaan rata-rata NTB. 24 Analisis Tipologi Klassen 3.4.2 Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditas prioritas atau unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonoml daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor. usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pernbentuk variabel regional suatu daerah (Widodo 2006). lndikator atau kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ekonomi yang diapresiasi dengan harga komoditas di pasar (keunggulan kompetitit) dan produktivitas masing-masing komoditas (keunggulan komparatif) baik di tmgkat Kabupaten Sumbawa maupun Nusa Tenggara Barat. Matriks klasifikasi kriteria dalam Tipologi Klassen disajikan ke dalam empat klasifikasi (Syafa'at dan Priyatno 2000}. Empat klasifikasi tipologi Klassen tersebut disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 -~ Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa Nilai Ekonomi P.... 2: Pnil) Produktivi~--.__ W.,,,,<=Wnw ws.,, < wntb P-< Pn10 -~ • • Komoditas Unggulan Komoditas Potensial I. Komoditas Berkembang I • Komoditas Inferior dimana: Ps»w = estimasi nilai ekonomi komoditas i di Kabupaten Sumbawa we.,. = = Wnio = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB Pntb estimasi nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB produktivitas komoditas i di Kabupaten Sumbawa IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupatenlkota yang ada dl Provinsi Nusa Tenggara Baral Sumbawa terletak di antara 116°42'·118°22' Secara geografis Kabupaten Bujur Timur dan 8°8'·9°7' Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores • Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia • Sebelah tlmur berbatasan dengan Kabupaten Dompu • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat Posisi ini merupakan lintas perdagangan yang menghubungkan antara pusat perdagangan Surabaya dan Makassar maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur serta merupakan lintas pariwisata yaitu Provinsi Bali Pulau Lombok, Taman Nasional Komodo. dan Tanah Toraja Sulawesi Selatan. Secara administratif daerah Kabupaten Sumbawa terbagi dalam dua puluh empat kecamatan Plampang, yaitu Kecamatan Tarano, Maronge, Labangka. Moyo Hilir, Moyo Utara, Empang, Moyo Hulu, Lunyuk Batu Lanteh, Sumbawa, Unter lwis, Labuhan Badas. Rhee. Utan, Buer, Alas. Alas Baral, Orong Telu, Lape, Lopok, Ropang Lenangguar, dan Lantung dengan ibukota kabupaten adalah Kola Sumbawa Besar. Luas wilayah secara keseluruhan sekitar 6.643,96 km2• Tinjauan geografis kedekatan jangkauan pelayanan pemerintahan pada setiap tingkat administrasi pemerintahan dapat diukur dengan indikator tingkat aksesibilitas atau jarak jangkauan antar wilayah administrasl. Secara rata-rata jarak jangkauan ibukota kecamatan terhadap pusat pelayanan pemerintahan di ibukota Kabupaten Sumbawa adalah 45,46 km dengan jarak terjauh dari ibukota kabupaten adalah 103 km {kecamatan Tarano). Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan berdasarkan data lahun 2008 disajikan dalam label 3. Sedangkan jarak jangkauan kecamatan terhadap ibukota kabupaten disajil<an dalam Gambar 7. ibukota 29 Tabel 3 Luas wilayah Kabupaten Sumbawa dirinci per kecamatan tahun 2008 No luas Wilayah (km') Kecamatan 513,74 465,97 123,04 168,88 137,01 155,42 lunyuk Orong Telu Alas Alas Baral Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuha n Badas unter twes Mayo Hilir Moyo utara Moyo Hulu Ro pang lenangguar lantung Lape lopok Plampang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Proporsi ('l'i) 230,82 391,40 44,83 435,89 82,38 186,79 90,80 311,98 444,48 504,32 167,45 204,43 155,59 418,69 243,08 274,75 558,55 333,71 6.643,98 tabangka Maronge Em pang Tarano Total 7,73 7,01 2,64 1,16 2,66 2,80 3,01 5,89 0,66 6,69 1,13 2,81 1,37 4,70 6,69 7,59 2,52 3,07 2,34 7,11 2,52 4,46 8.41 S,02 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa. 2009 e:!!. 120 100 so 60 40 20 0 --aHl • I _..LI I 11 11 $umber. BPS KabupatenSumbawa. 2(JIJ9 Gambar 7 Jarak dari ibukota kabupaten ke kola kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa Tahun 2008. I~ 30 4.2 Topografi Sumber: Cilra SRTIA, 2009 Gamber 8 Keadaan topografi Kabupaten Sumbawa. Menurut karakterislik lopografinya (Gamber 8), Kabupaten Sumbawa merupakan daerah dengan permukaan tanah tidak rata atau cenderung berbukitbukit dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 1. 730 meter di atas pennukaan air laut, sebagian besar diantaranya berada pada ketinggian di alas 100 meter. Sementara itu ketinggian unluk kota-kota kecamalan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 meter samcat 650 meter di alas permukaan air laut. lbukota Kecamatan Batulanleh (Semongkat) merupalcan ibukota kecamatan yang tertinggi sedangkan Sumbawa Besar merupakan yang terrendah. 4.3 Keadaan lklim dan Cuaca Karakterisnk iklim Kabupaten Sumbawa dipengaruhi oteh musim huian dan musim tropis. Huran merupakan faktor yang paling menenlukan keadaan iklim di daerah survei. Berdasarkan klasifikasl Oldeman. Kabupaten Sumbawa termasuk beriklim tipe 03 dengan panjang bu1an basah (curah hujan >200 mm) selama 3 bulan dan panjang bulan kering (curah hujan <100mm) selama 6 bulan. 31 Tabel 4 Bulan Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sumbawa tahun 20042008 dirinci perbulan {mm) 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata 106,80 90,40 166,80 43,30 288,20 139,10 91,70 271,10 630,40 179,80 293,20 293,24 124,20 226,90 210,40 443,20 113,00 223,54 April 1,50 219,20 190,60 102,10 111,70 125,02 Mei 93,80 0,00 54,00 8,90 5, 10 32,36 Juni 0,60 45,10 0,00 14,50 7,90 13,62 Juli 0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 0,22 Agustus 0,00 12,00 0,00 0,10 0,00 2,42 September 0,00 4,30 0,00 0,00 0,60 0,98 Oktober 9,00 85,70 0,00 1,50 86,20 36,48 November 144,70 110,30 12,90 151,20 106,40 105,10 Oesember 248,30 202,80 336,50 230,60 182,10 240,06 Jumlah 820,60 1167,80 1.601,60 1.175,20 1.195,50 1.211,14 Januari Pebruari Maret Sumber: BMKG Sumbawa dalam BPS Kabupaten S11mbawa. 2005. 200!} Tabel 4 menunjukkan bahwa bulan Pebruari, Maret, dan Desember merupakan bulan basah. Sedangkan bulan Mei, Juni, Juli. Agustus. September, dan Oktober merupakan bulan kering. Bulan Januari, April, dan November dikatakan sebagai bulan fembab. Data diambil pasca pemekaran wilayah dengan Kabupaten Sumbawa Baral. Pada tahun 2008 temperatur rata-rata adalah 26,9°C dengan temperatur maksimum mencapai 35,5°C yang terjadi pada bulan Oktober dan temperatur minimum 20,4°C yang terjadi pada bulan Juli. Tekanan udara maksimum 1.010,7 mb, dan tekanan udara minimum 1.006,4 mb. Arah mata angin terbanyak adalah SE (tenggara) dengan kecepatan tertinggi sebesar 21 knots yang terjadi pada bulan Februari. Tabel 5 menunjukkan rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa selama tahun 2008. 32 Tabel 5 Bulan Rata-rata karakteristik cuaca di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 Kee. Angin rata-rata (Knots) Rata-rata Suhu Udara Rata-rata Kelembaban Udara (%) 1•q Modus Arah Ang in Januari 5,0 26,7 84 NW Februari 7,0 26,1 88 NW Maret 5,0 26,5 85 April 4,0 26,9 80 Mei 5,0 26,8 71 Jun I 5,0 26,5 71 Juli 6,0 25,7 67 Agustus 6,0 26,7 66 September 6,0 27,8 66 Oktober 6,0 28,8 70 Nopember 5,0 27,S 82 Desember 4,0 26,7 83 SE SE SE SE SE SE SE SE SE SE Jumlah s.o 26,9 76 SE 2007 5,0 27,0 76 SE 2006 5,0 26,8 7b SE 2005 s.o 27,l 77 E 2004 6,0 27,0 77 SE Sumb6r: BMKG Sumllawa dlllam BPS Kabupaten Sumllawa. 2009 4.4Geologi Berdasarkan peta geologi tiniau Putau Sumbawa skala 1 :250.000 (Direktorat Geologi, 1975) Kabupaten Sumbawa termasuk formast tersler dan kuarter. Formasi terser merupakan batuan has11 gunung api dan batuan endapan. Terdiri dari breksi bersifat andesit dengan lapisan-lapisan tufa berpasir, tufa batuapung. dan batupasir bertufa. di beberapa tempat mengandung lahar, lava, andesit dan basal, lempung bertufa yang terdiri dari tapisan-lapisan pasir dan kerikil. Formasi ini menempati wilayah perbukitan serta dataran angkatan. Formasi kuarter merupakan endapan permukaan (bahan aluvium) yang terdiri dari kerikll. pasir, lempung (loam) dan pasir pantai, terutama bersusunan andesit. Penyebaran formasi ini terutama di dataran estuarian clan di sepanjang pantai. Juga ditemukan batu koral yang terangkat bersusunan batugamping yang 33 tediri dari terumbu koral dan pecahan batugamping koral, di beberapa tempat mengandung kepingan batuan hasil gunung api. Penyebaran fonnasi in terutama di sepanjang pantai. Formasi batuan terobosan juga cukup banyak yang disusun oleh andesit. basal, dasit, dan batuan yang tidak dapat dibedakan. Dasi! dan andesit pada umumnya mengandung pirit Batuan ini dijumpai pada daerah Kabupaten Sumbawa bagian tengah dan timur menempati areal yang tidak begitu luas di wilayah perbukitan Kecamatan Lape Lopok. Formasi-fonnasi tersebut pada umumnya tertutupi oleh abu/pasir vulkanik hasil letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Tebal lapisan bervariasi dari 10 cm pada daerah pegunungan/perbukitan, sampai lebih dari 100 cm pada daerah dataran atau cekungan. 4.5 Jenis Tanah Jenis tanah utama di Kabupaten Sumbawa yang banyak ditemukan adalah entisol sekitar 38,7 persen, entisol lilhic subgroup sekitar 7 ,5 persen, alftsol sekitar 6,8 persen, inceptisol sekitar 3,4 persen, ultisol sekitar 12,3 persen, vertisol sekitar 9 ,8 persen, dan komplek entisoVasosiasi sekitar 23,2 persen. Tanah-tanah tersebut lebih banyak terbentuk dari bahan alluvium. Dari 664.398 ha luas daratan Kabupaten Sumbawa, komplek entisol lithic subgroup, alfisol/inceptisol mendominasi sebaran tanah dengan luas areal mencapai 457.478 ha atau sekitar 68,8 persen. Tersebar dari bagian selatan Kabupaten Sumbawa dari timur hingga barat. lnoeptisol tersebar di Kecamatan Moyo Hulu, Moyo Hilir, dan Lape. Asosiasi entisol dan ultisot dijumpai di daerah dengan curah hujan tinggi dan penggunaan lahan berupa hutan lebat dan fisiogerapi berbukit hingga bergunung yakni di wilayah Kecamatan Batu Lanteh, Ropang, Mayo Hulu, menenpati areal sekitar 34.564 ha atau 5,2 persen. Penyebaran jenis tanah entisol dan alfisol dijumpai di daerah daratan/lembah dan dipinggir pantai utara. Daerah ini diusahakan untuk persawahan, pertambakan, dan juga masih merupakan rawa. Tiap jenis tanah mempunyai sifat dan karakter sendiri yang akan menentukan kemampuan suatu lahan untuk dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Tanah entisol dan inceptisol yang banyak terdapat di Kabupaten Sumbawa dapat diperuntukkan bagi lahan pertanian tanaman pangan karena memiliki karakteristik drainase baik sampai temambat dengan tekstur tanah 34 umumnya agak halus dan kapasitas tukar kaiton (KTK) bervariasi dari rendah sampai tinggi. Tanah-tanah ini merupakan tanah muda yang belum berkembang lebih lanjut sehingga cukup subur untuk pertumbuhan tanaman. 4.6 Hidrologi Daerah-daerah pertanian dan permukiman di Kabupaten Sumbawa sangat ditentukan oleh tersedianya air disamping keadaan tofografi dan tanahnya Sumber air pokok adalah air hujan, air sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk daerah curah hujan yang relatif kecil dan tidak merata sepanjang tahun. Sungai di Kabupaten Sumbawa mempunyal area yang sempit dan lereng yang curam. Sungai yang cukup lebar adalah Sungai Brang Beh yang mengalir ke selatan Kecamatan Lunyuk, Sungai Brang Utan di Kecamatan Utan, serta Sungai Brang Moyo di Kecamatan Mayo Hilir Aliran sungai sangat dipengaruhi oleh besarnya hujan. Pada waktu hujan besar debit sungai dengan cepat menjadi besar, tapi begitu hujan selesai aliran sungai dengan oepat menjadl turun bahkan menjadi kering. Artinya bahwa aliran sungai tidak selalu mengalir sepanjang tahun. Air tanah di Kabupaten Sumbawa teian digunakan mesklpun secara sederhana, terutama untuk keperluan sehari-hari dengan menggunakan sumur gali di daerah-daerah dataran alluvial disepanjang pantai utara. 4.7 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan erat kaltannya dengan perkembangan dan dinamika penduduk. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat memperkuat desakan terhadap pemanfaatan lahan. Sehingga yang d~akukan adalah pengendalian pola penggunaan lahan secara konsrsten dalam rangka penciptaan keserasian penggunaan tanah dengan lingkungan sesuai dengan fungsi kawasan yang direncanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah. Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa terbagi dalam beberapa kategori tipologi penggunaan meliputi; 1) Lahan sawah seluas 46.873 Ha, 2) Lahan buxan sawah (pekarangan. tegalan/kebun. ladang/huma. padang rumput, sementara tidak diusahakan, hutan rakyat. lain-lain) seluas 241.160 Ha, 3) Lahan bukan pertanian (rumahlbangunan, hutan negara, rawa-rawa, lainnya) seluas 376.365 Ha seperti ditunjukkan pada Tabel 6. 35 Tabel 6 Keadaan luas lahan berdasarxan potensi wilayah di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 Realisasi Dalam Satu Tahun (ha) No. Ditanami Padi Penggunaan Lahan Tigo 1.1 3 4 5 2 1 1 Dua Kali Satu kafi Kali SemenTidak tara Tidak ditanaDimi Padi usahakan 6 7 Jumlah 8 I LAHAN PERTANIAN . lahan Sawah a. lrigasi Teknis b. lrigasi Setengah Teknis c. lrigasi Scdcrhana d. lrigasi Desa/Non-PU e. Tadah Hujan I. Pasa ng Surut g. I 2SO 1.059 8.332 4.845 9.401 5.529 7 228 999 2.724 3 3.954 2.003 3.736 44 5.783 7 7.706 16.186 29.096 17.990 11.433 7.713 Lebak h. Lainnya (Polder, rembesan. di!) Jumlah tahan Sawah 1.2 1.537 54 Lahan Bukan Sawah Tegal b. I Keoun ladang I Huma 59.000 9.883 c. Perkebunan 27.849 d. Ditanami Pohon I Hutan Rakyat Tambak 91.336 e. f. Kolam/Tebat/Empang g. Padang Pengembalaan / Rumput h. Sementara Tidak Diusahakan a. i. lainnya (pekarangan yang dltanarru tanaman pertanian, dll) Jumlah lahan Sukan Sawah 2 46.873 2.981 242 3.773 25.937 20.159 241.160 J LAHAN BUKAN PERTANIAN a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan Negara Rawa-rawa (Tldak Dltanaml) Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll) c, d. Jumlah tahan Bukan Pcrtanian Total (Luas Wilayah Kecamatan) = Jumlah Lahan Sawah t Jumlah Lahan Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian $umber: Dinas Pettanian Tanaman Pangan KJJbuparenSumbawa. 2009 6.148 278.154 92.063 376.365 664.398 36 4.8 Prasarana Perhubungan Jaringan jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomlan dalam meningkatkan usaha pembangunan guna memudahkan mobilisasi penduduk dan memperlancar perdagangan antar wilayah. Kondisi Jalan dari ibukota kabupaten ke kecamatan kondisinya cukup baik. Dan untuk memperlancar aksesibilitas produksi dan pemasaran, pemerintah terus meningkatkan pembangunan jalan usaha tani terutama di daerah-daerah sentra produksi pertanian. Perhubungan laut juga berperanan penting dalam perekonomian Kabupaten Sumbawa. Ada dua pelabuhan taut yang penting yakni Pelabuhan Badas di Kecamatan Labuhan Badas sekitar 10 km dari Sumbawa Besar dan Pelabuhan Poto Tano di Kecamatan Seteluk sekarang berada diwilayah Kabupaten Sumbawa Baral 79 km dari SumbaWa Besar. Melalui kedua pelabuhan ini, kegiatan ekspor impor serta lalu lintas penyeberangan orang menjadi mudah. Sedangkan perhubungan udara, saat ini hanya ada satu kali penerbangan setiap hari ke ibukota provinsi melalui Bandara Brang Biji di Kota Sumbawa Besar dengan jenis pesawat Foker F-27. V. 5.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Alternatif Komoditas Unggulan Oaerah Penentuan Sumbawa atau identifikasi altematif komoditas unggulan Kabupaten menjadi sangat penting, karena komoditas unggulan diharapkan menjadi komoditas penggerak utama (prime mover) perekonomian di Kabupaten Sumbawa. Widodo (2006) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi akan lebih optimal apabila didasarkan pada keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggutan kompetrtif (competitive advantage). Pengertian unggul di sini didasarkan dalam bentuk perbandingan dengan wilayah yang leblh tinggi. Keunggulan komparatif suatu komoditas adalah jika produklivitas yang dimiliki suatu komoditas lebih unggul secara relatif terhadap komodilas sejenls di wilayah yang leb1h t1ngg1. kemampuan suatu Sedangkan keunggulan komoditas menembus kompetitif merupakan pasar yang diapresiasi dengan penerimaan yang lebih tinggi. Adanya spesialisasi komoditas sesual dengan keunggulan yang dimiliki, memungkinkan pemusatan pengusahaan di daerah yang akan mempercepat pertumbuhan daerah (Aswandi dan Kuncoro 2002). Lebih lanjut dikatakan bahwa ekonomi spesialisasi telah memungkinkan terbentuknya jaringan perdagangan antarindividu dan antarnegara yang lebih luas, mendorong proses pertukaran sesuai kebuluhan rnasing-masing. Analisis Location Quoliont (LO) produksi (Tabet 7) menunjukkan bahwa kornoditas kacang hijau. sawo. rnangga. jagung, dan pepaya memiliki nilal LO leb1h dari satu (LO>l). Nilai LO lebih dari satu mengmdikasikan bahwa komoditas-kornoditas tersebut terkonsentrasi secara relatlf pengusahaannya di Kabupaten Sumbawa. Semakin terkonsentrasinya pengusahaan besar nilai LO menunjukkan semakin suatu komoditas di Kabupaten Sumbawa. Derajat konsentrasi (basis) inilah yang mengind kasikan bahwa suatu komoditas berpotensi untuk menjadi kornoditas unggulan. Untuk komoditas padi dengan nilal LO sama dengan satu, mengindikasikan bahwa pengusahaan komoditas padi secara relatif sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Baral atau dapat dikatakan menyebar secara merata. Sedangkan ubi kayu, kedelai, kacang tanah. cabe rawit. ubi jalar, bawang merah, dan pisang menjadi komoditas nonbasis dengan LQ kurang dari satu. Nilai LO kurang dari satu mengindikasikan bahwa pengusahaan komoditas tersebut tidak terkonsentrasi di Kabupaten Sumbawa. 38 Tabel7 Nilai LQ produksi tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa tahun 2004-2007 No. Komoditas 1 Kacang Hijau 2 Sawo Mangga Jagung Pepaya Padi Ubi Kayu Kedelai Kacang Tanah Cabe Rawit Ubi Jalar Bawang Merah Pisang 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Produksi (ton) Sumbawa Total 30.262 1.894 21.310 28.818 2.574 269.034 12.715 10.848 4.144 2.424 1.210 4.556 722 390.509 NTB 39.274 3.878 71.615 98.077 10.042 1.478.700 89.147 93.809 42.374 35.302 18.100 83.617 53.375 LO 4,18 2,65 1.61 1,59 1,39 0,99 0,77 0,63 0,53 0,37 0,36 0,30 0,07 2.117.010 Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah) Nilai LO produksi yang tinggi bukan serr.ata-mata mencerminkan bahwa produksi komoditas tersebut tinggi, tetapi merupakan cerminan nilai relatif terhadap share komoditas dalam daerah acuan provinsi (Hendayana 2003). Seperti sawo dan pepaya dengan produksi yang Jebih kecil dari ubi kayu dan kedelai memil1k1 nilai LO kurang dari satu. Demikian juga dengan nilai LQ yang rend ah. belum tentu komoditas tersebut tidal< banyak diusahakan di Kabupaten Sumbawa. Seperti padi dengan produksi tertinggi di Kabupaten Sumbawa yaitu 269.034 ton memiliki nilai LQ sama dengan satu, begitu juga dengan ubl kayu dan kedelai dengan produksi tinggi tetapi nilai LQ kurang dari satu. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa menunjukkan bahwa pada tahun 2005 komoditas dengan nilai LQ kurang dari satu banyak dipasarkan ke luar daerah seperti kacang tanah sebanyak 1.675 ton, kedelai sebanyak 4.967 ton, dan gabah sebanyak 15.767ton. Keunggulan komoditas yang ditentukan dengan metode LQ produksi merupakan keunggulan basis yang befsifat relatif. Artinya bahwa suatu komoditas akan menjadi unggul bila produksi yang dimiliki suatu wilayah berperan besar dalam menentukan besamya total produksi pada daerah acuan yang lebih tinggi. Dan nilai LQ produksi hanya mencerminkan keunggulan dari 39 sisi keberhmpahan potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan terhadap komoditas tersebut secara relahf Sedangkan sisi permintaan dalam bentuk apresiasi konsumen terhadap produk tersebut belum terlihat. Produk yang dihasilkan bisa saja tidak mempunyai daya sainq di pasaran (keunggulan kompetitif) yang disebabkan oleh karakteristik komoditas tersebut, seperti mudah rusak atau preferensi konsumen di wilayah lain rendah sehingga komoditas tersebut hanya mampu dipasarkan di wilayah send1ri. Sebaga1 upaya mengatas1 kelemahan yang dimil1k1 oleh metode LQ, maka dalam penelitian dengan ini komoditas unggulan memperhatikan (produktiv1tas) aspek dikaitkan dengan Kabupaten sumberdaya lahan Sumbawa ditentukan untuk berproduksi ntlai ekonomi yang diapresiasi konsumen terhadap komoditas tersebut (harga). Karena pengusahaan komoditas maupun usaha tani pada umumnya haruslah berorientas pasar Kedua aspek tersebut dapat dianalisis secara slmultan dengan metode t1polog1 Klassen. I ndikator utama yang d1gunakan dalam Klassen pada penelitian lru adalah tingkat produktivitas suatu komoditas pangan dan nilal ekonoml komcdttas tersebut di pasar Kabupaten Sumbawa rnaupun di Nusa Tenggara Baral. Data rata-rata produktivitas dan nila1 ekonomi komoditas pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provinsi Nusa Tenggara Baral disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 No Rata-rata produktlvitas dan nilai ekonomi komoditas lanaman pangan di Kabupaten Sumbawa dan Provins! NTB tahun 2004-2007 Komoditas Produktivitas (ton/ha) Sumbawa 1 2 3 4 5 6 7 6 9 10 11 12 13 Padi Jagung Kedelai Kacang Hijau Kacang Tarrah Ubl Kayu Ubl Jalar Bawang Merah Cabe Rawit Mangga Pepaya Pi sang Sawo 4,53 2,53 1,24 0,84 1,22 11,59 11,39 9,56 6,00 7,37 31,79 4,96 6,59 NTB Nilai Ekonomi (Re Juta/lon) Sumbawa NlB 4,55 2,49 1.19 0,83 1,25 11,61 11,36 6,62 4,97 11,59 74,51 55,24 11,88 Sumber: Dinas Pertanian NTB dan Kab. Sumbawa (diolah) 1,64 1,72 4.24 5,63 862 1 60 1 64 5.17 12,99 3,56 2,8:.> 4,07 5,36 1,94 1,<la 3.35 5,34 7,50 0,66 0,95 5,93 7,59 3,06 2,32 224 3,23 40 Berbagai komoditas tersebut selanjutnya dianalisis ke dalam matriks yang terbagi menjadi empat kuadran. Kuadran I diisi dengan komooitas-komoditas yang memiliki tingkat produktivttas dan nilai ekonomi di Kabupaten Sumbawa lebih besar atau sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Barat Kuadran II merupakan komoditas dengan tingkat produktivitas lebih tinggi atau sama dengan rata-rata Nusa Tenggara Baral namun nilai ekonominya lebih rendah Kuadran Ill merupakan komoditas-komoditas yang memiliki tingkat produktivitas lebih rendah tetapi nilal ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Nusa Tenggara Baral. Sedangkan kuadran IV mervpakan komoditas dengan tingkat produktivitas dan nilai ekonomi yang lebih rendah dari rata-rata di Nusa Tenggara Barat. Tabel 9 menyajikan posrs: masing-masing komoditas berdasarkan tipologi Klassen Tabel 9 -- Posisi masing-masing komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan tipologi Klassen -- Nilai Ekonomi Produktivitas w_2wn., P-2 Pn10 -- • • • • • • • w_<w,.,,, P-< P,,., • • • • Jagung Kedelai Kacang Hijau Ubi Jalar Cabe Rawit • Bawang Merah Kacang Tanah Ubi Kayu Mangga Pepay a Pisang Sawo • Padi keterangan: P.ow = nilai ekonomi komoditas i di Ka.bupaten Sumbawa Pnib = nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB w_ = produktivitaskomoditas i di Kabupaten Sumbawa Wrr.n = produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB Dari analisis tersebut dapat ditentukan beberapa altematif komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa yartu komcdeas-komoonas dengan produktivitas dan nilai ekonomi komoditas tersebul di Kabupaten Sumbawa lebih besar atau sama dengan daerah acuan Nusa Tenggara Baral. Komoditas-komoditas 41 tersebut dttunjukkan dalam kuadran I. lerdiri dari jagung, kedelai. kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit. Artinya bahwa pengusahaanya selama rentang waktu 2004-2007, mampu memberikan kontribusi yang pesat terhadap total penerimaan dengan tingkat efisiensi usaha yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat, Hal ini memungkinkan komoditas tersebut menjadl penggerak dalam usaha tani di Kabupaten Sumbawa. Pertumbuhan yang cepat pada komoditas unggulan tersebut menghasilkan efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi karena pertumbuhan pada komoditas tersebut mendorong pertumbuhan yang pesat pada sektor-sektor perekonomian la1nnya. msamya di sektor pengolahan (agro-processing)dan jasa pertanian (agro-setvices) (Daryanto 2009). Walaupun efek pengganda tersebut dinikmati oleh wilayah lain di luar Kabupaten Sumbawa, tetapi pergerakan pemasaran menjadi semakin luas. Komoditas bawang merah yang masuk ke dalam kuadran II dengan lndikator mempunyai produktivitas lebih hnggi akan tetapi n1lai ekonomi lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provins! Nusa Tenggara Baral, mengindikasikan bahwa komodrtas bawang merah termasuk komoditas dengan karakterisitik spesifik lokasi. Dan di pasar lokal komoditas bawang merah belum banyak diapresiasi oleh para pelaku pasar. Hal ini ditunjukkan dari hasil survey lapang yang menunjukkan bahwa bawang merah hanya diusahakan di Kecamatan Plampang dan beberapa kecamatan lain yang bersifat sporadis pada musim kering I dan II (MK I dan II) oleh petani penyewa dari luar daerah yaitu Kabupaten Dompu dan Kabupaten Sima. Pada musim hujan (MH} lahan yang ada diusahakan untuk tanaman padi oleh pemiiik lahan. Data luas panen menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 2004-2007 bawang merah hanya dipanen seluas 457 Ha. jauh di bawah rata-rata provinsi seiuas 9.702 Ha. Dengan demikian, harga hanya diapresiasi oieh petani penyewa dan produksi yang dihasiikan lebih banyak dibawa ke luar Kabupaten Sumbawa yaitu ke Kabupaten Dompu dan Sima Pada kuadran Ill dengan indikatoc tingkat produktivitas yang !ebih rendah tetapi nilai ekonomi lebih tinggi daripada rata-rata Nusa Tenggara Baral terdapat komoditas kacang tanah, Komocitas-komodltas ubi kayu, mangga, pepaya, pisang dan sawo. ini mempunyai peluang besar (potensiai} untuk dapat dikembanqxan apabua produktJvitas mampu untuk ditingkatkan karena nilai ekonomi sudah tinggi Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan peningkatan intensifikasi skala usaha tani. Survey lapang menunjukkan bahwa 42 komoditas-komoditas tersebut belum diusahakan secara penuh oleh petani Kacang tanah dan ubi kayu baru sebatas sebagai tanaman sela pada lahanlahan marjnal atau pada petakan-petakan kecil saja. Mangga masih belum dilakukan peremajaan. Sedangkan sawo lebih banyak sebagai tanaman pekarangan. Sedangkan pada kuadran IV dengan indikator tingkat produktivitas dan nilal ekonomi di bawah rata-rata provinsi Nusa Tenggara Baral terdapat komoditas padi Tingkat produldivitas yang dimiliki padi hampir sama dengan produktivitas rata-rata di Nusa Tenggara Baral (Tabel 9), namun dari sisi nilai ekonomi masih tertekan walaupun padi sebagai komoditas politis sudah ditentukan harga dan standar kualitas o!eh pemerintah. Hal mi mengindikasikan bahwa standar operasional produksi padi belum diterapkan secara maksimal sehingga apresiasi harga di pasaran hanya mengikuti kualitas yang ditawarkan. Biasanya petani menjual langsung sebaqian besar hasil panennya masih dalam keadan basah atau kadar air tinggi. Alasan mereka karena tidak mempunyai sarana penjemuran seperti lantai jemur maupun sarana penyimpanan. Walaupun demikian, komoditas padi tetap menjadi komo<frtas utama untuk diusahakan pada musim hujan mengingat Masuknya padi pengusahaannya standar keterkaitan sosial budaya yang dimitikinya sebaga1 sedikit di Kabupaten Sumbawa. tetapi lebih disebabkan karena yang belum inferior bukan k:arena operasional komoditas masih besar. terpenuhi. Komoditas padi merupakan komodilas yang tetap berperan penting dalam usaha tani di Kabupaten Sumbawa. S.2 Prioritas Komoditas untuk Dikembang.kan Pengambilan kebijakan pengembangan wilayah harus mempertimbangkan berbagai segi seperti kondisi ek:onomi, sosial, maupun isu-isu politik. Dengan demikian setiap diperhitungkan. kriteria dan aktor yang berperan di dalamnya harus Terdapat berbagai alat analisis untuk menentukan formula kebijakan pengembangan. Analisis yang banyak digunakan adalah a11a/ytllical hierarchy process (AHP) (Dine et al. 2002). AHP mampu mengintegrasikan model kuantitatif dengan faktor-fak!or kualitatif. Kriteria-kriteria dan altematif yang berperan dalam menentukan prioritas komoditas unggulan diberikan skor berdasarkan tingkat kepentingan oleh 43 responden pakar (expert) yang berasal dari pemerintah pengusaha. dan petani. Responden expert tersebut d1pi11h berdasarkan hubungan langsung mereka terhadap daerah, OPRD, secara sengaia pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa. Iqbal (2007) menegaskan bahwa seyogianya peran stakeholders yang terkena dampak program baik positf maupun negatif diwujudkan melalui persamaan persepsi, keputusan kolektif, dan sinergi aktivitas dalam menunjang kelancaran program pertanian. Kehidupan masyarakat yang semakin heterogen dan individualis menyebabkan mereka kurang respons terhadap berbagai kegiatan oersama membangun desa. Dalam kondisi seperti ini, hanya upaya semipartisipatif dan partisipatif yang mungkin untuk dilaksanakan (Jamal 2009). Responden memoerikan pertimbangan (judgments) dalam membandingkan senap knteria yang ada Perbandingan berpasangan (pa11Wise comparation) diberikan satu skala absolut dari angka 1 hingga 9 yang menunjukkan berapa kali lebih besar satu kriteria lebih penting dari kriteria lainnya Prosedur ini diulang untuk semua elemen dalam struktur. menghas1lkan ranking preferensi atas pertimbangan selcruh expert (Oddershede el al. 2007). Setiap responden diwawancarai secara terpisah pada waktu yang berteda. Pertemuan dimulai dengan wawancara informal untuk menggali informasi secara umum tentang apa yang akan ditanyakan. Selanjutnya, responden diminta untuk memberikan pertimbangan perbandingan berpasangan atau penraian secara eksplisit pada setiap Hasil pertimbangan responden yang berasal dari unsur pemerintah daerah dan OPRD tidak dapat langsung diambil setelah wawancara. Karena agenda kerja mereka cukup padat sehingga hasil baru diketahui keesokan harinya bahkan beberapa hari kemudian. Dari pengamatan hasil setelah responden menyerahkan kuesioner ke peneliti. ada beberapa pertimbangan responden yang menunjukkan gejala inkonsistensi Pertimbangan tersebut ditanyakan kembali dengan memperhatikan hasil wawancara informal sebelumnya tanpa merubah esensi dasar pertimbangan yang telah diberikan, sehingga objektivitas pertimbangan tetap dipertahankan. Namun sebagian besar responden merupakan expert yang mengetahui lebih banyak tentang berbagai kriteria yang diperbandingkan, sehingga tingkat inkonsistensi yang didapat brsa diperkecil. 44 •Skor 0,30 0,24 0,20 0,18 0,09 Nilai tambah Lahan Pasar Mod;I Prefere.n<i Kriteria Gambar 9 Skar masing-masing kriteria dalam pener.tuan prioritas komoditas unggulan daerah. Gambar 9 menunjukkan bahwa kriteria pasar yang diindikasikan dengan lingginya peluang permintaan pasar yang ada lebih dipen1ingkan cart kriteria yang lainnya. Pasar mem~iki skor sebesar 0,30. Kriteria kedua adalah modal yang diperlukan dalam berproduksi relatif kecil dengan skor seoesar 0, 24. Lahan dengan tingkat keseuaian yang optimal mempunyai skor sebesar 0.20. Sedangkan kriteria nilai tambah dengan ind1kas1 banyaknya peluang memberikan manfaai lainnya mempunyai skor sebesar 0, 18. Untuk kriteria preferensi atau tingkat kesukaan terhadap komoditas yang diusahakan lidak terlalu diapresiasi oleh expert; skomya hanya sebesar 0,09. Pasar memainkan peranan paling penting dalarn pengusahaan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dimungkinkan karena pengusahaan suatu komoditas pertanian akan berkembang dengan baik bila ditunjang oleh kelancaran pemasaran baik untJk kepentingan domestik maupun internasional. Kurangnya permintaan dari komoditas yang dikembangkan menyebabkan terjadi penumpukan hasil panen dan penyimpanan yang cukup lama yang akhirnya menurunkan kuafitas dan kuantitas komodilas tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Walker et a/ (Budirohman 2006) yang menyatakan bahwa inovasi baru harus memikirkan pasar terleb'h dahulu sebelum memikirkan jumlah produk. Faklor modal dalam berproduksi menjadi prioritas kedua setelah pasar. Modal menjadi penting karena setiap aspek dalam usaha pertanian dewasa ini 45 sudah dihargai dengan modal. Mulai dari penyiapan bibit/benih, pemupukan, ham a penyakit, pengairan, Setiap usaha pertanian tenaga kerja, bahkan sampai jasa pascapanen. yang berorientasi pasar dan bersifat rasional untuK memperoleh manfaat ekonomi sebesar-besarnya dikenal dengan agribisnis (Sudaryanto et al. 2005). Sementara itu, sebagian besar petani di Kabupaten Sumbawa tergolong sebagai petani dengan modal terbatas dan akses terhadap permodalan jug a masih kurang. Hasil survey la pang menunjukkan bahwa petanipetani yang mempunyai akses ke instansi program pemberdayaan masyarakat Sadan Kelahan pemerintah yang menjalankan seperti Dinas Pertanian, Dinas Sosial, Pangan dan sejenisnya mampu mengelola usaha taninya dengan baik. Prioritas ketiga adalah kesesuaian lahan yang optimal. Semakin optimal tingkat kesesuaian lahan maka akan semakin memberikan keleluasaan dalam menentukan opsi komoditas apa yang akan diusahakan. Secara rata-rata kondisi kesesuaian lahan di Kabupaten Sumbawa dibatasi oleh faktor ketersediaan air yang minim. lrigasi teknis yang masih mampu dimanfaatkan sangat terbatas di beberapa lokast saja seperti di Kecamatan Unter lwis, Labuhan Badas dan Sumbawa, juga di Kecamatan Lopok dan Lape. Alih fungsi lahan semakin memperparah kondisi irigasi. Hasil survey lapang menunjukkan bahwa surnbersumber mata air semakin berkurang sehingga debit air di beberapa bendungan yang sudah ada sangat terbatas, Data BPS menunjukan bahwa rata-rata curah hujan selama lima tahun pada bulan Juli sebesar 0,22 mm, Agustus sebesar 2,42 mm, sedangkan pada bulan September sebesar 0,98 mm. Nilai tambah berupa banyaknya peluang memberikan rnanfaat untuk sektor lain atau peluang untuk menghasilkan setelah lahan, produk turunan juga cukup diprioritaskan modal, dan pasar. Sudaryanto el al. 2005 menjelaskan bahwa pengusahaan suatu komodrtas tidak terlepas dengan tiga dimensi utama, yaitu vertikal. horisontal. dan spasial, Dan nilai tambah dapat dipandang sebagai dimensi vertikal seperti industri pengolahan hasil dan pedagang (distributor) produk-produk yang dihasilkan, serta dimensi horisontal yang muncul melalui sumberdaya khususnya dimensi spasial lahan maupun melalui pasar (konsumsi). Sedangkan berkaitan dengan lokasi atau sebaran regional komoditas terse but. Kriteria atau indikator yang paling kecil peranannya adalah preferensi atau tingkai kesukaan terhadap komoditas untuk diusahakan. Artinya bahwa 46 preferensi bersifat relatif dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti kestabilan harga, introduksi teknologi, maupun kebijakan pemerintah. Dari in depth interview dengan petani tertihat juga bahwa budaya dan keamanan dari hewan pengganggu berpengaruh dalam menentukan preferensi terhadap komoditas yang akan diusahakan. Di Kabupaten Sumbawa sampai dengan saat ini masih berlangsung budaya melepas ternaknya setelah musim panen. Ditambah lagi dengan hewan pengganggu liar la·nnya seperti babi hutan. Kondlsi-kondisi tersebut axan berpengaruh dalam pola pengusahaan komoditas. •Skor 0.33 0,23 0,19 0,16 0,09 Jagung Kedelal Kacang Hijau uoi !ala• C•IJI! Rdwit Komoditas Unggulan Garn bar 1 O Skor masrng-masmg alternatif dalam penentuan prioritas komoditas unggulan daerah. Hasil anausis AHP pada struktur altematif (Gambar 10) menunjukkan bahwa jagung lebih diprioritaskan untuk diusahakan dengan skor 0.33. Prioritas komoditas selanjutnya berturut-turut adalah kacang hijau dengan skor 0,23, kedelai dengan skor 0, 19, cabe rawit dengan skor 0, 16, serta ubi jalar dengan skor 0,09. Secara lengkap hasil analisis AHP untuk menentukan prioritas komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa disajikan dalam hirarki pada Gambar 11. 47 Menentukan Prioritas Komoditas Unggulan Tujuan Kriteria Lahan 0,20 Nilai Tambah 0,18 Pasar Modal Preferensi 0,30 0,24 0,09 Ubi Jalar 0,09 Cabe Rawit Alternatif • Jagung Kedelai 0,33 0,19 Kacang Hifau 0,23 0,16 Gambar 11 Hirarki skor prioritas kriteria dan alternatif penentuan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. Komoditas jagung menjadi prioritas utama untuk dikembangkan di Kabupaten Sumbawa, terutama disebabkan oleh tingginya peluang permintaan pasar dan tingkat kesesuaian lahan yang optimal (lihat sintesis detil dalam Lampiran 9}. Begitu juga dengan peluang peningkatan nilai tarnbah sehingga memperbesar preferensi untuk diusahakan. Prospek pasar jagung baik ditingkat domestik maupun dunia masih terbuka lebar, mengingat sampai saat ini Indonesia hanya mampu sekitar sembilan puluh persen memenuhi kebutuhannya dari produksi sendiri (Deptan 2007). Berdasarkan data tahun 2004-2007, trend rata-rata luas panen jagung di Kabupaten Sumbawa terus mengalami kenaikan, berturut-turut seluas 9.110 ha di tahun 2004. 12.240 ha tahun 2005, 13.075 ha tahun 2006, dan 11.004 ha pada tahun 2007. Kondisi tersebut didukung oleh kebijakan pemerintah pusat yang berupaya untuk swasembada jagung dengan melaksanakan berbagai program kegiatan di daerah seperti perluasan areal tanam dan sekolah lapang penerapan teknologi tepatguna (SLPIT). Sedangkan dilihat darl sisi peluang nllai tambah, saat ini jumlah penggunaan jagung untuk industri pakan lebih dari lima puluh persen, dan sisanya untuk industri pangan, konsumsi langsung, dan penggunaan lainnya (Deptan 2007). 48 Priontas kedua adatan kacang h11au. Hal 1rn dapat dilihat dari peluang pasar yang stabil, tidak ter1alu bergejolak di setiap musim. Berdasarkan data harga pasar tahun 2004-2007, rata-rata harga kacang hijau terus menunjukkan kenaikan dari Rp 4.875/kg di tahun 2004 sampai dengan Rp 7.120/kg tahun 2007. Kestabilan harga ini memacu pemngkatan preferensi petani untuk mengusahakan komoditas kacang hijau. Komoditas kedelai menjadi prioritas ketiga setelah jagung dan kacang hijau. Prioritas ini lebih besar disebabkan karena peluang peningkatan nilai tambah. Namun dari segi kestabilan pasar yang diapresiasi dengan harga, ter1ihat bahwa selama tahun 2004-2007. harga kedelai mengalami flulctuasi dengan trend linear tetap pada kisaran harga Rp 4.300/kg. Secara nasional, pengembangan kedelai terus digalakkan karena persentase pemenuhan kebutuhan dalam negeri baru sekitar tiga puluh lima persen dan sisanya diimpor (Oeptan 2007). Prioritas keempat adalah cabe rawit Pengusahaan cabe rawit berdasarkan analisis AHP menunjukkan kriteria apresiasi pasar yang rendah, dan data harga selama tahun 2004-2007 menunjukkan fluktuasi yang sangat besar. Data harga pada tahun 2004 adalah Rp 18.500/kg, tahun 2005 Rp 9.167/kg, tahun 2006 15.050/kg. dan tahun 2007 turun menjadi 9.230/kg. Sementara modal produksi yang diper1ukan juga cukup besar. Sedangkan komoditas ubi jalar menjadi prioritas terakhir karena dari segi lahan ubi jalar biasanya dilanam pada lahanlahan kritis, apresiasi pasar rendah, dan diper1ukan modal besar dalam pengusahaannya. sehingga preferensi petani untuk mengusahakannya kecil. 5.3 Wila.yah Pengembangan Komoditas Pengembangan komocfrtas terkait erat dengan kemampuan suatu wilayah dalam berproduksi baik dilihat dari kebertimpahan sumberdaya (luas panen dan produksl) maupun dari l<aralcteristik biogeofisik lahan yang dimilikJ, serta orientasi pasar sebagai daya tank datam berp<oduksi. Terl<ail dengan pemasaran produk yang dihasilkan. rnaka kemampuan menawarkan produk (supply side) harus mampu mengimbangi besamya permintaan (demand side) pacla komoditas terse but. 49 Wilayah Pengembangan Jagung Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C dan curah hujan rata-rata dapat mencapai 1.212 jagung. mm!tahun sesuai untuk pengembangan Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyebutkan suhu >26-30°C kelas kesesuaian lahannya adalah S2 (sesuai) yang ditunjang dengan curah hujan 900-1.200 mm/tahun. Kesesuaian lahan ini memacu peningkatan produksi hampir di setiap wilayah kecamatan (Gambar 12). SEBARAH PRODUKSI JAGUNG KABUPATEH SUMBAWA TAHUN 2003 Jvml:.h Produks'i (Ton) ~..."i.OO 1es oo - }(li:i 01. - 759 01. 1.'.ro! co 15900 - ~.\l\·Zj'H.C•) - ?7ll (11 62:26 co - 62?6.Ul 282« 00 ~~fPl'SJoS/AJIAA i"1>•Au1,...1CtM.W-l~-'.a)lt ;IFr,XR.IJ.•SO..::t •.1.tUPfilf_~A.loH'llll-"V'vl :-ro~ Gambar 12 Produksi 58.396 ton Sebaran produksi jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008. jagung di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 telah mencapai Wilayah yang berperan penting dalam proouksl jagung adalah Kecamatan Labangka mencapai 28.244 ton dengan luas panen 7.549 ha. Diikuti oleh Kecamatan Lunyuk sebesar 6. 226 ton dengan luas panen 1. 761 ha, Plampang sebesar 4.867 ton dengan luas panen 1.353 ha. dan Utan sebesar 4.702 ton dengan luas panen 1.333 ha. Sedangkan kecamatan-kecarnatan lainnya memiliki tuas panen di bawah 1.000 ha (lampiran 10). Luas panen di atas 1.000 ha diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak sehingga keunggulan sosial dapat lebih dirasakan manfaatnya cleh lebih banyak petani. Disamping itu efisiensi ekonomi maupun pengawasan dari segi pengendalian hama dapat lebih efektif. Untuk itu, 51 dengan luas panen 3.871 ha, dan Plampang sebesar 3.075 ton dengan luas panen 3.236 ha. Sedangkan Kecamatan lainnya memiliki luas panen masingmasing di bawah 2.000 ha. Luas panen di atas 2.000 ha diharapkan mampu mencapai skala pengusahaan optimal karena produktivrtas yang hanya sebesar 0,94 ton/ha Dengan demikian, empat kecamatan tersebut dapat dijadikan wilayah sentra produksi yaitu Kecamatan Moye Hilir. Empang Lopok. dan Plampang. Wilayah Pengembangan Kedelai Dilihat dari segi kesesuaian lahan untuk kedelai, iklim di Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C termasuk S2 (sesuai) dan curah hujan 1.212 mm/tahun termasuk S1 (sangat sesuai). Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menveoutkan karakteristik suhu >25-28°C termasuk ketas kesesuaian lahan S2 dan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun termasuk S1. Pada tahun 2008. produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa hanya sebesar 7.893 ton dengan luas areal panen 6.692 ha dan produktivitas 1.18 ton/ha. Sementara pengusahaannya menyebar di sebagian besar wilayah kecamatan dengan luas panen yang relatif kecil. Sebaran produksi kedelai tahun 2008 dapat dilihal pada Gambar 14. SEBARAN PRODUKSI KEDELAI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2008 Jumlah P-rodu'<si (Ton) noo 11\10 2101- U1CO - 111 c- - 17'3(1 ·2-'C.CO - 2~5-.V'I· il'JOO - 931 0' 1190( . 13g.1 0) • :.>f:v:ll-"'H "J.SCl.:ARJ,t.HA. tt~111ur l"tot1i\N1111111:;1GOI" FRC(llWt Si\1Q1 . lll«"J?fllfl(".N<.Ull ~ ..... ii,.~ ~ Gambar 14 Sebaran produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa tahun 2008. 52 Gambar '4 menunjukkan bahwa kedelai lebih banyak diproduksi di kecamatan-kecarnatan bagian barat, bagian selatan dan ujung timur Kabupaten Sumbawa, kedelai. sedangkan bagian tengah tidak begitu mengapresiasi komoditas Kecamatan-kecamatan yang berpotensi untuk dijadikan sentra pengembangan adalah kecamatan-kecamatan dengan luas areal panen saat ini lebih dari 100 ha. Hal ini mengingat tingkat produktivrtas rata-rata hanya 1, 18 ton/ha (Lampiran 12). Dengan areal yang lebih dari 100 ha diharaokan skala manajemen produksi maupun pengawasan terhadap hama penyakit dan kendala lain dapat lebih efektif. Kecamatan tersebut adalah Utan. Alas Baral, Alas, Lantung, Buer, Empang, Ropang, Rhee, Lenangguar, Tarano, serta Lunyuk. Wilayah Pengembangan Cabe Rawit Kondisi iklim Kabupaten Sumbawa juga mendukung untuk pengembangan cabe rawit. Cahyono (2003) menyatakan bahwa agar dapat berproduksi dengan baik, cabe rawit memerlukan suhu tahunan rata-rata 18°C-30°C dengan curah hujan berkisar 600-1.250 mm/tahun. Namun demikian cabe rawit memiliki toleransi yang tinggi terhadao suhu udara oanas (daerah kering) maupun udara dingin (daerah curah hujan tinggi). SEBARAN PROOUKSI CABE RAW1T11 KABUPATEN SUM!IAWA TAHUN 2008 • • Jumlah Produks.i tTon) ooc- ,tll-; - 1110\ '8\(1 - 4!(11 11300 - 113Ct 14!0: 'A,$~1-~1100 ••1731 ~...aoo ~l<ll!¢~ loes:tltu'I Par ;.\.#IH&OGC'I ?H~A!;..l,.11.11 t.lfl. Pe-lE-.C:.,.._V.W•ffl..A'(A.11 ""' Gambar 15 Sebaran produksi cabe rawit di Kabupaten Sumbawa tahun 2008. 53 Gambar 15 menunjukkan bahwa saat ini cabe rawlt leblh banyak diusahakan d1 Kecamatan Buer dengan luas areal panen 186 ha dan mampu berproduksi sebesar 1.258 ton, tetapi prcduktivitasnya masih kecil (6,76 ton/ha). Kemudian diikuti oleh Kecamatan Batu Lanteh dengan luas areal panen 30 ha dan produksl sebesar 417 ton dengan produktivitas 13,90 ton/ha. Selanjutnya Kecamatan Plampang dengan produksi 248 ton, Tarano dengan produksi 210 ton, dan Labangka dengan produksi sebcsar 150 ton (lampiran 13). Peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dapat diupayakan dengan meningkatkan produktiv1tas dan perluasan areal panen di wilayah-wilayah tersebut. Wi/ayah Pengembangan Ubi Jalar Kabupaten Sumbawa dengan suhu rata-rata tahunan 26-27°C termasuk sesuai (S2) untuk pengembangan ubi jalar. Namun bulan kering selama 6 bulan termasuk ke dalam sesuai marjinal (83). Kondisl iklim yang kurang sesual ini menyebabkan produksi ubi jalar saat ini masih sangat terbatas. SEBARAN PROOUKSI UBI JALAR KAEIUPATEN SLIMBAWA TAHUN 2008 Jumloh Produksl (Ton) IHltl • ·~· on1 '.II oe J>01 >aco ("® - _jll)l - Co01 vJCO Q·1 :u 1!1:).00 - !!IWl.N' f\lt:ll~l..W.j .. ~'"'.ITl'l''l'l'.,Nll.lll>O...Olt l'Nn.~t-fllt" 1..'l•l Pl"IEllCA>O•~ \\1IAY/IJ+ ""' Gambar 16 Sebaran produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa tahun 2008 Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu berproduksi sebesar 656 ton. Bila dibandingkan dengan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025 yang mencapai 13.476 ton maka peluang 54 untuk menawarkan produksi masih besar. Sebaran produksi ubi jalar tahun 2008 {Gambar 16) menunjukkan bahwa 13 dari 24 kecamatan tidak memproduksi ubi jalar sama sekali. Hal ini mengindikasikan bahwa pengusahaan ubi jalar masih memerlukan upaya yang lebih intensif untuk meningkatkan preferensi masyarakat (lihat hasil analisis AHP). Saat ini, ubi jatar banyak diusahakan di Kecamatan Labuhan Badas dengan luas areal panen 12 ha dan mampu berproduksi sebanyak 136 ton, diikuti oleh Batu Lanteh dengan luas areal panen 10 ha dengan jumlah produksi sebesar 116 ton. Kemudian Sumbavra dengan luas areal panen 8 ha dengan produksi 93 ton dan Buer dengan luas areal panen 6 ha dengan produksi sebesar 69 ton. Sedangkan kecsmatan lainnya luas panennya di bawah 5 ha (lampiran 14). Dengan dernikian Batu Lanteh. labuhan Badas, Sumbawa, dan Buer dapat d1jad1kan sentra pengembangan ubi jalar di Kabupaten Sumbawa. 5.4 Arahan Strategis Pengembangan Sebagai bentuk perencanaan ke depan, kebijakan pengembangan komoditas unggulan daerah agar dapat memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional maupun dirurnuskan. pemenuhan kebutuhan sendiri secara regional penu Berbagai faktor dipertimbangkan secara komprehensif baik itu potensi yang dimiliki, target yang harus diraih, sinerg1tas program secara nasional, permasalahan yang dihadapi, maupun implikasi dari permasalahan yang ada. Pengembangan sektor pertanian terkait dengan target pembangunan Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing Upaya yang dilakukan adalah percepatan transformasi dari pol.a produksi yang hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) ke arah peningkaran produksi dan nilai tambah yang berorientasi pasar. Terkait 1uga dengan sasaran jangka panjang sektor pertanian yang diorientasikan pada: 1) Terwujudnya sistem pertanian industrial yang berdayasaing, 2) Mantapnya ketahanan pangan secara mandiri, 3) Terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat penanian, dan 4) Terhapusnya masyarakat pertanian dari kemiskinan (Deptan 2007). Tingkat permintaan pasar diestimasi dengan besamya konsumsi langsung penduduk lerhadap masing-masing komoditas. Sedangkan permintaan untuk kebutuhan di luar konsumsi penduduk seperti industri pakan, industri pengolahan 55 hasil, kebutuhan benih, maupun besarnya stok penyimpanan tidak menjadi bagian yang diperhitungkan dalarn penelitian ini. Orientasi atau target pasar yang dituju adalah pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk regional Nusa Tenggara Baral pada tahun 2025. Target ini merupakan akhir masa rencana pembangunan iangka panjang {RPJP). 5.4.1 Tingkat Konsumsi dan Kebutuhan Lahan Besarnya permintaan terhadap komoditas unggulan dapat didekati dengan mengalikan konsumsi perkapita terhadap jumlah penduduk. Dalam penelitian ini konsumsi perkapita diambil dari survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2007. Sedangkan jumlah penduduk merupakan proyeksi jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025. Tabel 10 Proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Baral tahun 2025 terhadap komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa No. Komoditas 1. Jagung 2 3. 4. 5. Kacang Hijau Konsumsi perkapita 2007 (kgfkapttahun) Proyeksi jumlah penduduk 2025 (orang) Proyeksi konsumsi 2025 (ton/tahun) 4.2 0,6 8,6 1,5 2,5 5.390.500 5.390.500 5.390.500 5.390.500 5.390.500 22.640 3.234 46.358 8.140 13.476 Kedelai Cabe Rawi! Ubi Jalar Sumber: SUSENAS 2007 dan BPS, 2009 (diolah) Tabel 10 menyajikan proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Provinsi N usa Tenggara Baral terhadap komoditas-komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa pada tahun 2025 berdasarkan data konsumsi perkapita tahun 2007. Berdasarkan proyeksi konsumsi tersebut maka dapat diketahui kemampuan pemenuhan oleh Kabupaten Sumbawa dengan melihat tingkat produksl yang ada saat ini. Kemampuan pemenuhan dihitung dengan indeks kecukupan yang didefinisikan dengan cara membagi jumlah produksi terhadap tingkat konsumsi masing-masing komoditas (Cowell dan Parkmson 2003). 56 Tabel 11 lndeks kecukupan produksi komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa (2008) terhadap kebutuhan konsumsi NTB (2025) No. ,. Komoditas Jagung Kacang H'jau Kedelai Cabe Rawi! Ub1 Jalar 2. 3. 4. 5. Proyeksi konsumst NTB 2025 (tonttahun) Produksi 2008 (ton) 22.640 lndeks kecukupan 58.396 26.169 7.893 3.260 656 3.234 46.358 8.140 13.476 2,58 8,09 0,17 0,40 0,05 Tabel 11 menunjukkan bahwa kemampuan daerah Kabupaten Sumbawa sampai dengan saat ini untuk rnemenuhi proyeksi kebutuhan pangan penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025 berbeda-beoa untuk setrap komoditas unggulan yang ada. Produksi kedelai, ubi jalar, clan cabe rawit masih berpeluang untuk terus dikembangkan dengan memacu peningkatan produktivitas maupun perluasan areal panen, karena dengan kondlsi produksl saat ini belum mampu untuk mencukupi kebutuhan konsumsi regional (indeks kurang dari satu). Sedangkan untuk jagung dan kacang hiiau sudah mampu melebihi kebutuhan konsumsi secara regional (lndeks lebih dari satu). Jagung dan kacang hijau masih menjadi unggulan untuk d1kembangkan walaupun indeks kecukupan sudah lebih dari satu. Hal ini untuk mempertahankan kecukupan serta mengantisipasi terjad1nya perubahan permintaan pasar yang sangat dinamis. Selain itu, keberlimpahan produksi yang ada dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di luar konsumsi langsung penduduk maupun pemenuhan permintaan pasar secara nasional. Berdasarkan tingkat konsumsi dan produktivitas lahan yang ada maka dapat dihitung kebutuhan lahan untuk memenuhi target produksi. Formula yang digunakan adalah dengan membagi tingkat konsumsi komoditas produktivitas (Cowell dan Parkinson 2003). c A= -y dimana· A = luas areal lahan yang dibutuhkan (hallahun) C = kebutuhan konsumsi (ton/lahun) Y tingkat produktivitas (ton/ha) = dengan 57 Tabel 12 Kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Baral untuk memenuhi tingkat konsumsi 2025 berbagai komoditas unggulan Kabupaten Sumbawa No. Komoditas 1. Jagung 2 Kacang H [au 3. Kedelai 4. Cabe Rawit 5. Ubi Jalar Konsurnsi NTB 2025 (ton/tahun) Produktivitas 2004-2007 (ton/ha) Luas areal dibutuhkan (haltahun) 22.640 2,49 9.092 3.234 0,83 3.897 46.358 1, 18 39.287 8.140 4,97 1.638 13.476 11,35 Jumlah Tabel 12 menunjukkan 1.187 55.101 total luasan areal yang dibutuhkan untuk memproduksi komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sumbawa seluas 55.101 ha. Areal tersebut dapat dipenuhi dengan memanfaatkan lahan potensial untuk pertanian lahan kering berdasarkan ZAE Kabupaten Sumbawa dengan luas mencapai sekitar 87.428 ha serta pertanian lahan basah dengan luasan potensial mencapai sekitar 108.171 ha. Pemanfaatan lahan potensial baik lahan kering rnaupun lahan basah tergantung kepada budaya dan tingkat teknologi demikian, yang digunakan. Namun diharapkan lahan yang sudah dimanfaatkan sebagai sawah harus tetap dipertahankan fungsinya. Hal ini mengingat struktur dan kriteria untuk kesesuaian sawah sangat terbatas. Undang-undang nomor 41 tahun 2009 tentang perllndungan iahan pertanian pangan berkelanju1an menyebutkan bahwa bahwa guna menjaga kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional maka lahan untuk pangan pokok harus dilindungi dan dikembangkan secara konsisten. Lahan sawah baik beririgasi maupun tidak beririgasi merupakan lahan yang menghasilkan pangan pokok nasional yaitu beras. Apabila lahan tersebut ditetapkan sebagai tanan pertanian pangan berkelanjutan maka dilindungi dan dilarang untuk dialihfungsikan. Persentase penggunaan lahan saat ini di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di Nusa Tenggara Barat ditunjukkan pada Tabel 13. 58 Tabel 13 Persentase penggunaan lahan (2008) untuk komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa terhadap kebutuhan lahan di NTB (2025) No. Komoditas Areal dibutuhkan NTB (ha) Areal digunakan Sumbawa (ha) Persentase penggunaan (%) 1. Jagung 9.092 16.063 177 2. 3, Kacang Hijau 3.897 27.956 717 39 287 6.692 17 4. Cabe Rawlt 1.638 349 21 5, Ubi Jalar 1.187 57 5 55,101 50.990 93 Kedelai Jurntah Sampai dengan saat ini, Kabupaten Sumbawa hanya mampu memenuhi kebutuhan lahan untuk jagung dan kacang hijau sedangkan kedelai, cabe rawit, dan ubi jalar masih relatif terbatas. Hal inl juga ditunjukkan oleh nilai LQ jagung dan kacang hljau yang lebih darl satu yang mengindlkasikan komoditas tersebut menjad1 basis di Kabupaten Sumbawa. bahwa kedua Sedangkan kedelai, cabe rawit, dan ub. jalar, nilai LQ masih kurang dari satu yang artinya bahwa saat lni ketiga komoditas tersabut secara relalif tldak berbasis di Kabupaten Sumbawa. Oengan demlklan, diperlukan upaya peningkatan luasan tahan untuk meningkatkan produksi dimungkinkan karena kedelai, luasan cabe rawit, dan ubi [alar. Hal ini masih total untuk pertanian di Kabupaten Sumbawa mencapai lebih dari 200.000 ha (Tabel 6). 5.4.2 Zona Agroekologl Potenslal untuk Tanaman Pangan Berdasarkan kemampuan produksi saat lni dan kebutuhan Jahan maka diperlukan pcrcncanaan dalam rangka memenuhi wilayah. Penentuan wilayah pengembangan masing-masing komoditas target produksi yang sesuai dengan kemampuan wuayan pengembangan harus disesuaikan dengan karakteristik biogeofisik lahan. Karakteristik biogeofisik lahan dapat dilihat dalam peta zona agroekologi (ZAE) yang telah dikembangkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogar. Peta ZAE merupakan peta lahan yang telah dibagi ke dalarn zona-zona berdasarkan karakteristik yang sesuai untuk pengembangan suatu komoditas. keseragaman 59 •~n PETA ZONA /IGROEKOLOGI KABUPATEN SUMBAWA ZOHA AGROEKOt.OG! -I -ll by - ,..., ":~· Gambar 17 llay 1Vax1 lllax 1Vax2 !•UI Sebaran zona agroekologi di Kabupaten Sumbawa. Di Kabupaten Sumbawa terdapat tujuh zona agroekologi dengan keterangan masing-masing (Gambar 17) zona dapat diliha! pada Lampiran 9. Zona agroekologi tersebut. terdiri dari; 1. Zona I dengan kemiringan lereng >40% merupakan zona dengan sistem kehutanan dengan vegetasi alami dengan luas sekitar 338.342 ha. 2. Zona II dengan kemiringan lereng 16-40% merupakan zona dengan sistem perkebunan (budidaya tahunan), terdapat sub-Zona llay dengan kelompok komoditas utama yang direkornendastkan adalah tanarnan keras penghasil rninyak, getah, dan buah-buahan dataran rendah dengan luasan sekitar 48.819 ha. 3. Zona Ill dengan kerniringan lereng 8-15% merupakan zona dengan sistem wana tani, terdapat sub-Zona I I lay dengan kelornpok kornoditas utarna yang direkornendasikan adalah pepohonan dan perdu, palawija, dan padi ladang dengan luasan sekitar 68.012 ha. 4 Zona Ill dengan direkornendasikan sub-Zona adalah lllby. kelompok komoditas pepohonan dan perdu, dataran tinggi dengan luasan sekitar 13.624 ha. utarna yang serta sayur-sayuran 60 5. Zona IV dengan kemiringan <8%, terdapat sub-Zona 1Vax1 dengan drainase buruk merupakan zona dengan sistem pertanian lahan basah dengan komoditas utama adalah padi sawah sekitar 94.200 ha. 6 Zona IV sub-Zona 1Vax2 dengan drainase baik dan kelembaban lembab, merupakan sislem pertanian lahan kering dengan kelompok komoditas utama adalah sayur-sayuran dataran tinggi, serealla, kacang-kacangan, dan urnbi- umbian sekitar 33.853 ha. 7. Zona IV sub-Zona 1Vay2, karaktenstik sama dengan sub-Zona 1Vax2 hanya berbeda pada kelembaban yang agak kering dengan luas sekitar-67.550 ha. Zona agrockologi yang sesuai untuk tanaman pangan adalah Zona 1Vax2. Zona 1Vay2, dan Zona lllay serta Zona 1Vax1. Luasannya diperkirakan mencapai 263.615 ha. Pada Gambar HI terlihat zona-zona tersebut menyebar d1 settap kecamatan, .,,..,.. ,. r., .. PETA ZONA POTENSIAL ~ANAMAN PANCAN KASUPATEN SUMBAWA (~ u.-:..ACm~li•~ K«•.,"llln f'l•rc-:~~1'1!<11\i,t.ll"lll' :lilfl Pt1110NTllll\ '! ·' - le.<,, Pon1m11~1 la~111onP:i119"" .'. Gambar 18 Sebaran zona potensial pengembangan komoditas unggulan daerah Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan penelitian Suratman dan Sudarta (2005), zona potensial tersebut terdapat pada lahan dengan relief datar hingga bergelombang, sebagian berbatu, utamanya di dataran volkan. Penyebarannya dijumpai pada /andform aluvtal. fluvio-marin. antar perbukitan, kaki volkan, dan di dataran Gl tektonik/struktural. Komoditas tanaman pangan yang dapat dikembangkan antara lain kacang hijau, kedelai, jagung, ketela, kacang tanah, bawang merah, cabai, tomat, dan kacang panjang. Namun demikian. zona potensial belum sepenuhnya dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Penggunaan lahan saat iru atau kondisi eksisting lahan juga mempengaruhi arah pengembangan ke depan. Bila diperhatikan pota penggunaan tanan di Kabupaten Sumbawa saat ini (Gambar 19), terdapat wilayah-wilayah yang potensial tetapi masih berupa hut an lahan kering primer maupun sekunder seperti terdapat di Kecamatan Ropang, Lantung, Lunyuk. Orong Telu, Plampang, dan Empang. Juga terdapat wilayah-wilayah non potensial yang termanfaatkan diperuntukkan bagi kehutanan dan per1<ebunan sudah untuk pertanian lahan kering dan campuran semak belukar, seperti terlihat di kecamatan Moyo Hulu Batu Lanteh, dan Tarano. " ' TI POL.A PENGGUNAAN LAHAM KABUPATEN SUMBAWA 2006 '\#c-t '-"''"'°'" .... .... ~''~\~II n:.rt...rl" ~,, 014 l' 111( - H:\lttt' .. "-" , • .,;"I P""'" - hvl.o)u '4iho111 \C"iifltj ••lu1·1Ql'1 h.iU" 1!\11'1Qt0Vt t)ttthff Ptflotbil!Uf\ -Poff'llU~11Nn Pornnl•n lat-an kWJn9 Port1t'M11n lM kt-rll'l:Q tor atmlli. "-•Ii I tvlluli•r 11.fuh llll'bWM $.f<M AH f'l.V... ~qJl.t.,o. IN$T'T\1Tl'l;:Fl..'11.AN~ ~!Aol1.'M$1UIJI LIU"l.'UN:MilMNWll.AY'~ "'" Gambar 19 Pola penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa berdasarkan cltra Landsat tahun 2006. Berdasarkan zona potensial dan pola penggunaan lahan saat ini yang menyebar harnpir dipergunakan pendekatan disetiap wilayah kecamatan, maka domain spasial yang dalam perencanaan wilayah pengembangan menggunakan regional. Wtlayah perencanaan yang digunakan adalah batas 62 wilayah administrasi kecamatan, daerah menggunakan domain karena kecamatan bentuk perencanaan sebagai di pemerintah lokasi suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. 5.4.3 Rumusan Berbagai Strategi faktor dan analisis arahan slrategis pengernbangan komoditas unggulan daerah. yang telah dBakukan melahirkan beberapa sektor pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis Arahan strategis tersebut Surnbawa tahun dirurnuskan sebagai berikut: a. Pengembangan Produksi 58.396 komodltas jagung ton. Jumtan 22.640 di Kabupaten produks1 konsumsi penduduk jagung terseblrt sudah 2008 telah melampaul proyeksi rnencapai kebutuhan Nusa Tenggara Baral pada tahun 2025 yang hanya sebesar ton. Artinya bahwa terjadi 35.000 ton (lihat Tabel kelebil::an produksi untuk konsurnsi sekitar 11). Kelebihan produksi jagung dibandingkan dengan kebutuhan konsurnsi pangan rnasih bisa diserap oleh sektor lain seperti industri pakan ternak rnaupun industri olahan tepung yang tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini. Narnun dernikian, diperlukan upaya untuk rnenjaga kestabilan pasar lerulama harga agar lldak mengalarni penurunan terulama pada saat panen raya. Langkah yang d1perfukan oleh pemerintah daerah sebagai fasilitator adalah menjalin konlrak kerjasama penjualan dan pernasaran antara pengusaha sebagai mitra dan petani sebagai pernilik lahan, serta meningkatkan aksesibi1itas pemasaran ke luar daerah. Pengembangan jagung juga harus mengantisipasi kondisi-kondisi yang tidak terduga seperti perubahan iklim, gaga! panen karena hama penyakit, bencana alarn, rnaupun adanya perubahan pola konsumsi dan permintaan pasar global Sehingga diperlukan upaya untuk mengamankan jumlah produksi yang ada. Hal ini terkait dengan irnplikasi kebijakan pengelolaan dan pengawasan produksi di lapangan. Maka pengusahaan kornoditas jagung lebih diarahkan untuk dipusatkan di wilayah kecarnatan yang saat ini menjadi sentra pengernbangan. Wilayah yang dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan Labangka (7.549 ha), Lunyuk (1 -761 ha), Plampang (1.353 ha), dan Utan (1.333 ha). Total luas penggunaan lahan di empat kecamatan tersebut seluas 11.996 ha, atau 137 persen dari kebutuhan lahan 9.092 ha. Artinya bahwa luasan 63 penggunaan lahaan saat ini tetap dipertahankan untuk memenuhi areal lahan yang dibutuhkan dengan berupaya untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas yang masih rendah (sekitar 2,5 ton/ha) dapat ditingkatkan melalui intensifikasi berupa penggunaan benih unggul dan penerapan paket teknologi tepat guna. Untuk itu, sinkrornsasi dengan program pemerintah pusat berupa bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan sekolah lapang penerapan tel<nologi tepat guna (SLPTI) jagung diharapkan menjadi pengikat kontrak kerjasama dengan petani karena petam mendapatkan stimulus modal produksi b. Pengembangan komoditas kacang hijau Produksl kacang hijau di Kabupaten Sumbawa saat ini mampu melampaui proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025. Tahun 2008 Kabupaten Sumbawa memproduksi kacang hijau sebanyak 26.169 ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsurnsi penduduk Nusa Tenggara Barat tanun 2025 hanya sebesar 3.234 ton. Hal iru karena konsumsi perkapita kacang hijaL1 sangat kecil hanya 0.6 kg/kap/tahun Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pemasaran kacang hijau masih relatif stabil dengan tingkat preferensi masyarakat yang tinggi. Kondisi ini mengindikasikan permintaan pasar di luar konsumsi pangan secara langsung maupun permintaan pasar secara nasional cukup tinggL Upaya penting yang diperlukan dalam menyerap tingginya prooukst yang ada adatan mengembangkan aksesloaitas pemasaran ke luar daerah. Kontrak kerjasama dengan industri pengolahan pangan di luar daerah perlu difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Sumbawa. Hal ini dikarenakan saat ini industri pengolahan hasil di Kabupaten Sumbawa belum berkembang secara baik. Untuk memenuhi standar industri maka kualitas produk penting untuk diperhatikan. Dengan demikian pengawasan terhadap proses produksi harus lebih diintensifkan. Upaya yang dapat dilakukan adalah intensifikasi pengawasan mutu produksi dalam kawasan sentra pengembangan. Wilayah yang dapat dijadikan sentra pengembangan adalah Kecamatan Moyo Hilir (5.048 ha), Empang (3.864 ha), dan Lopok (3871 ha). dan Plampang (3.236 ha). Apabila luas penggunaan lahan pada empat kecamatan tersebut tetap dipertahankan maka akan mampu memenuhi 411 persen dari kebutuhan lahan untuk kacang hijau yang hanya sebesar 3.897 ha. 64 c. Pengembangan komoditas kedelai Produksi kedelai di Kabupaten Sumbawa saat ini masih terbatas dalam memenuhi proyeksi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral pada tahun 2025. Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu memproduksi kedelai sebanyak 7.893 ton sedangkan proyeksi kebutuhan konsumsi sebanyak 46.358 ton, sehingga masih berpeluang untuk meningkatkan jumlah produksi sekitar lebih dari 38.000 ton sampai dengan lahun 2025. Pengembangan kedelai mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan komoditas lainnya. Karena luas areal panen di masing-masing wilayah tersebut masih kecil, maka diperlukan upaya lebih inlensif unluk meningkatkan preferensi petani dalam mengusahakannya. Misalnya dengan menerapkan pola tumpang sari dengan tanaman lain seperti jagung maupun cabe rawit (Suparto et al. 2007). Peningkatan areal panen masih dimungkinkan dengan ekstensifikasi. Produktivitas yang masih rendah juga perlu ditingkatkan dengan inlensifikasi penggunaan benih unggul dan penerapan teknologi budidaya penggunaan mulsa jerami untuk mempertahankan kelembaban seperti tanah serta menggalakkan sislem pompa air baik untuk air permukaan maupun air tanah karena keterbatasan ketersediaan air. Wilayah pengembangan kedelai mellputi Kecamatan Utan (1.130 ha). Alas Baral (835 ha), Alas (814 ha), Lanlung {704 ha). Buer (701 ha), Empang (530 ha), Ropang (495 ha). Rhee (473 ha}, Lenangguar (224 ha}, dan Tarano (210 ha). Total luas penggunaan untuk kedelai pada sepuluh kecamatan tersebut sebesar 6.116 ha atau 15,7 persen dari kebutuhan areal di Nusa Tenggara Baral yang mencapai 39.287 ha. d. Pengembangan komoditas cabe rawit Cabe raw1t sampai dengan saat ini masih berpotensi untuk dikembangkan, mengingat proyeksi kebuluhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025 sebesar 8. 140 ton belum terpenuhi secara maksimal jika hanya mengandalkan luas areal panen yang ada sekarang ini, Pada tahun 2008 Kabupaten Sumbawa hanya mampu berprotluksi sebesar 3.260 ton, sehingga ada peluang untuk mengisi kesenjangan kebutuhan cabe rawit sekitar 5.000 ton. Wilayah pengembangan cabe rawit di Kabupaten Sumbawa meliputi Kecamatan Buer (186 ha), Batu lanteh (30 ba], Plampang (13 ha), Tarano (4 ha), dan Labangl<a (12 ha). Total luas areal panen pada fima kecamatan tersebut 65 adalah 245 ha atau hanya 15 persen dari kebutuhan lahan untuk pengembangan cabe rawit di Nusa Tenggara Barat yang mencapai 1.638 ha. Dengan demikian upaya peningkatan luas areal panen dengan meningkatkan areal tanam dapat dilakukan pada masing-masing kecamatan tersebut karena potensi lahan pertanian yang tersedia masih besar. Produktivitas yang masih kecil juga dapat ditingkatkan dengan menerapkan teknologi usaha tani yang lebih baik, sehingga sangat dipertukan keljasama usaha dalam suatu kelompok tani untuk mengoptimalkan skala usaha tani. Pola tanam tumpang sari dengan jagung ataupun komontss lam dapat drterapkan untuk memaksimalkan sumberdaya lahan. Upaya lam yang tidal< blsa diabaikan adalah pengaturan waktu lanam terutama untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada musim-musim tertentu seperti lebaran dan akhir tahun, e. Pengembangan komoditas ubi jalar Produksi ubi jalar di Kabupaten Sumbawa saat ini masih sangat terbatas. Produksi pada tahun 2008 hanya sebesar 656 ton, terpaut jauh cart kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Baral tahun 2025 yang mencapai 13.476 ton. Hal ini lebih disebabkan karena kendala biogeofisik lahan berupa iklim yang terlalu panas dengan bulan kering yang panjang. Wilayah pengembangan ubi jalar meliputi Kecamatan Labuhan Badas (12 ha), Batu Lanteh (10 ha), Sumbawa (8 ha), dan Buer (6 ha). Sementara potensi lahan yang tersedia di Kabupaten Sumbawa masih besar Namun demikian, pengembangan ubi jalar masih terkendala secara teknis seperti teknik budidaya dan akses modal untuk sarana prasarana produksi. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan areal panen antara lain mengembangkan sumber air berupa sumur bor di kawasan pengembangan. Karena modal produksi yang bertambah dengan penerapan teknologi, maka diharapkan pengusahaan ubi jalar dilaksanakan secara berkelompok agar dapat lebih efektif. Pemberdayaan kelompok tani juga mempermudah dalam akses terhadap permodalan. Peran Jembaga keuangan mikro menjadi semakin penting. Untuk itu, perlu menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro yang langsung bersentuhan dengan peiani di daerah-daerah sentra pengembangan. 66 S..-0.0:~ S...G,OC.8 r- ID "' ~1 • ., "' .. ,, ",Q ... 0 ~8 6Y "" c:"'. -s "' ..,O> " Cl " UI w L ~ "' ::t w ~ z " l!! {; ,_" ;:, -r ~ ~"A "':;;: r-<; E "'t: ,--{,v.-' , g E ~<O ,__;·" , J1 ~~ s.ccc.s - . VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Visi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis berdaya saing menuju masyarakat sejahtera akar dapat terwujud apabila mampu menggali dan memanfaatkan keunggulan potensl yang dimiliki secara bijal< sena menerapkan regulasi yang aplikatif. Dari berbagai analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Alternatif komoditas tanaman pangan unggulan Kabupaten Sumbawa adalah jagung, kedelai kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit dengan indikator keunggulan memiliki nilai ekonomi dan produktivitas yang leblh besar dari rata-rata Nusa Tenggara Barat. 2 Prioritas pengembangan komoditas tanaman pangan unggulan tersebut berdasarkan permmtaan pertimbangan kesesuaian lahan. peluang nilal tambah, pasar. kebutuhan modal. dan tingkat preferensi secara berurut adalah jagung. kacang hi1au. kedela1. cabe raw1t, serta ubi jalar. 3 Tingkal produksi saat ini membenkan peluang pengusahaan ja,gung di Kecamatan Labangka, Plampang, Lunyuk, dan Utan. Kacang hijau di Kecamatan Moyo Hilir, Empang, Lopok, dan Plampang. Untuk kedelai, cabe raw1t. can ub1 jatar mas1h berpotensr untuk dikembangkan pada areal yang lebih tuas dan secara intensf untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Nusa Tenggara Barat pada tahun 2025. 4 Produksi jagung dan kacang kedelai sudah mencukupi konsumsi langsung dengan mdeks kecukupan lebth dari satu. Untuk kedelai. cabe rawit, dan ubi jalar, indeks kecukupan masih kurang dari satu. Sehingga pengembangan jagung dan kacang hijau lebih dnckankan pada aksesibilitas pemasaran ke luar daerah melalui kontrak kerjasama agar harga dapat lebih teqarnin, Untuk kedelal, cabe rawit dan ubi jalar, pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan intensifikasi berupa penggunaan benih unggul, mengatasi keterbatasan air, pola oenggunaan pompa air untuk tanam tumpang sari, menumbuhkembangkan lembaga keuangan mikro di pedesaan. dan 68 6.2 Saran Berbagai data empirik di lapangan dipandang pertu untuk diperhatikan unluk pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa. Untuk itu diajukan saran sebagai berikut: 1. Dalam menentukan kawasan atau wilayah pengembangan jagung dan kacang hijau, pola penggunaan lahan perlu dioptirnasi secara spasial. 2. Pengembangan kornoditas unggulan harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan ketersediaan berbagai pihak terkait, terutama sarana dan prasarana produksi dalam mengembangkan seperti jalan usaha tani, konservasi tanan, maupun ketersediaan lembaga keuangan mikro. DAFTAR PUSTAKA Alphonche CB. 1997 Application of the Analythic Hierarchy Process in Agriculture in Developing Countries. Agricultural System 53:97 -112. Aswandi H, Kuncoro M. 2002 Evaluasi penetapan kawasan andalan: studl empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonoml dan Bisnls Indonesia 17(1 ):27-45. (BPS NTB] Sadan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Baral. 2008. Nusa Tanggara Baral dalam Angka 2008. Mataram: BPS NTB 2008. Prorluk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumbawa 2005-2007, Sumbawa: (BPS Sumbawa] Sadan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa. BPS Sumbawa Budirokhman D 2006. Kajian pengembangan agroindustri tanaman per1<ebunan skala kecil di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Baral. Jumal Ag1ijciti 3(1 ):20-23. Cahyono B. 2003. Cabe Rawit, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta. Kanlsius. Cowell SJ, Parkinson S. 2003. Localisation of UK rood production: an analysis using land area and energy as indicators. Agriculture, Ecosyslems and Environment 94:221 ·236. Oalgaard T, Hutchings NJ, Porter JR. 2003. Review Agroecology, Scaling and I nterdisciplinaraty Agriculture, Ecosystems and Environment 100:39-51. Oaryanto A. 2009. peningkatannya. Posisl daya saing pertanian Indonesia dan upaya Di dalam Prosiding Seminat Nasional P1:111iogk1:1lan Daya Salng Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani; Bogor, 14 Oktober 2009. Boger. Pusat Analisis Sosial Ekonorni dan Kebijakan Pertanian. ?009. [OeptanJ Departemen Pertanian, Pertanlan. 2007. Prospek Sadan Penelitian dan Pengembangan dan Arah Pengembangan Rangkuman Kebutuhan lnvestasi. Jakarta: Deptan. Dine Agrib1snis: M, Haynes KE, Tarimcilar M. 2003. Integrating models for regional development decisions: A policy perspective. The Annals of Regional Science 37:31-53 [Diperta] Dinas Pertananian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa. 2009. Leporen Tahunan Dinas Penemen Kabupaten Sumbawa Tahun 2008. Sumbawa Besar: Diperta. Ojaenudin 0, Sulaeman Y, Abdurrachman A. 2002. Pendekatan pewnayahan komoditas pertanian menurut pedo-agroklimat di Kawasan Timur Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 21(1). Edwards CA, Grove TL, Harwood RR. Colfer CJP. 1993. The role of agroecology and integrated farming system in agriculture sustainability. Agriculture, Ecosystem and Environment 46:99-121. Fauz1 A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Unqkunqan: Teori dan Ap/ikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Firdaus M, Farid MA. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih unluk Manajemen dan Bisnis. Bogar: IPB Press Gliessman SR. 2004. lntegratrng agroecolog1cal processes into cropping systems research. Journal of Crop Improvement 11 (112):61-80 and New DimensiOns in Agroeco/ogy 61-80. Hendayana R. 2003. Aplikasi metode location quotient (LQJ dalam penentuan komoditas unggulan nasional. lnformatika Pertanian Volume 12. Iqbal M. 2007. Analisis peran pemangku kepentrngan dan implementesinya dalam pembangunan pertanian. Jumal Utbang Pertanian 26(3):89-99. Jamal E. 2009. Membangun momentum baru pembangunan pedesaan dr Indonesia. Jumal Litbang Pertanian 28(1):7-14. Nurwahidah S. 2004. Analisis sektor unggulan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa [tesis] Yogyakarta: Program Pascasa~ana, Universitas Gajah Mada. Oddershede A. Arias A, Cancino H. 2007. Rural development decision support using the analythic hierarchy process. Mathematical and Computer Modelling 46:1107-1114. Rahim A, Hastuti DRO. 2008. Pengantar, Teori. den Kesus Ekonomika Pertenian. Jakarta· Penebar Swadaya. Reijntjes C. Haverkort B. Bayers AW. 2006. Pertanian Mesa Depan: Pengantar untul< Pertanian Berkelanjulan dengan Input Luar Rendah. Sukoco Y, penerjemah: van de Fliert E. Hidayat B, editor. Jakarta: Kanisius. Terjemahan dan: Farming for The Future, An tmroaucuon to Low-ExtemalJnput and Sustainable Agriculture. Riyadi. Bratakusumah OS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam MewuJUdkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rumayar TP, Kairupan AN, Hutahaean L, Femmi NF, Syafruddin. 2005. Keragaan dan analisis komoditas unggulan perikanan umum berdasarkan zona agroekolog.i di Kabupaten Buol Sulawesi Tengah. Jums! Pengi<ajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3):460466. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obar Indonesia. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin: Proses Hirarki Analilik untuk Pcngambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Setiono L, penerjemah; Peniwati K. editor. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders: The Analythic Hierarchy Process for Decisions in Complex World. Siahaan BR. 2003. Penentuan produk unggulan berbasis cassava dalam rangka meningkatkan pendapatan industri kecil menengah (IKM) [tesisj. Bogor. Program Pascasarjana, tnstitut Pertanian Bogor. Sudaryanto T, Simatupang P, Kariyasa K. 2005. Konsep sistem usaha pertanian serta peranan BPTP dalam rekayasa teknotogi pertanian spesifik lokasi. Analisis Kebifakan Pertanian 3(3):349-366. Suparto, Tafakresnanto C, Hendrisman M 2006. Potensi pengembangan dan alternatif teknologi pertanian di Kecamatan Buer, Nusa Tenggara Baral untuk mendukung prima tani. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pettanian; Bogor, 14-15 September 2006. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2007. him 291-304. Suratman, Sudarta N. 2005. Lahan potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan perkebunan di Putau Sumbawa. Di datam: Pro.siding Seminar Nasional Jnovasi Teknologi Sumber Daya Tanah dan /klim; Bogor, 14-15 September 2004. Bogor. Pusat Penelilian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. him 61-74. Syafa'at N, Friyatno S. 2000 Anafisis dampak krisis ekonomi terhadap kesempatan kerja dan idenlifikasi komoditas andalan sektor pertanian di witayah Sulawest pendekatan Input-Output. Ekonomi dan Keuangan Indonesia XLVlll(4):369-394. Syafruddin, Kairupan AN, Negara A, Limbongan J. 2004. Penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan berdasarkan zona agroekologi di Sulawesi Tengah. Jumal Litbang Pertanian 23(2):61-67. Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penling dafam Pembangunan Pedesaan don Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Tarigan R. 2008. Perencanaan Pembangunan Wi/ayah Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Widodo T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. LAMPI RAN -...."' ...... "' "'... ...... ... "' "' "' -"'.. ... "' "'... "' "' "' er 0 r-, 0 r-; ' oO .,,;· ,.; er .... ~ ..... r-, 0 0 00 N rl "' .... 0 ..,; "' ~ "' 0 N 0N.... oO 00 "' .... "' c: ,_"'"' co m M .. .."' -"' ~ N "' "'N' "' "' "'.... :::; CD 0 0 ~ z :;;; ""., c: 0 !::::.. "' "'c;"" f- N CT> .,,:::; 0 N "O 0 ·;;; ~ c Cl. > 0 ..,"'c .... 0 0 0 . ... N 0 N "'E 0 0 "'., " ... "' 0. "'=> "' .0 0"' ~"' c f- - -" "' c ~ .. "'"'"' -0 "" "'.,, a; "' 'ii c CL 0 E 0 "" ·;;; .>< :> "8~ Cl. "'' er "'"' N => c c £ -0 CD ,.._ ..... .,,; ·.o -"' "' ~ .0 M 00 "'.-i °' ... "' ....... "' ... ~ CL "' 0 00 -"' :::; z CT> ..."'..,; 0 "' "'..: .o ·;;; re 10 .. ~ ::> N "'c -"' ....; .... 00 ..... 0 00 CD N <n' N ... .... 0........ .D E 0 0 ..... "' N ef 00 N "'' 0. ".. >t ID 0 0 .0 ,.., =¬ c0 0 .... N 00 CD -s 0 ..... ..... a-~ oo' 00 ..... .... ....N .....00 "'- .,,- ,.,.... N 00 .... "' ..... .,,ec .... 0 er 0 0 00 N m ,.; vi 00 m "' ..... 00 ..... 0 CT> m ..... "' "'..... .-i "' "'00 0 "' N N CTI 00 00 N co 0 0 0 m 0 "' 0 0 0 00 ..... N N "' "' ... ai ..."' "' ........... o' o' ¢' N 00 N ..... "' "'"' m ,... .-i .... ..... .... "' m "' 00 t-: ..,; ,.; "' 0 00 N "' 00 ..... 00 .,,- .... ~ ~ -12 0 'i5 ~ r-, ..... ~ m "'! r-, <D ,.; m N CD 0 0 0 0 ..... 0 M 0 co co "' "',..: c) CD Ill 00 N M oO Ill ..... .... ,...... .- N ..... oO ... "'"' ...... ... "'...- ,..; 0 N N 0 "' ..... N "'m c) "' r-, 0 .... M ...N.- 0 er r-, .... oO .... "' ~·~"'v, ......,. N"'.. .s,. 0 N rl f:'. ..,. ..... I.fl N' <l. "'.... ..."' .!<"c: ..... ~ '., N 00 0 Q. m 0 0 c) "'.... ........ en ¢' .,,.... .... CT> CT> "' ... N N' ai " N 0 '- ... ........ ·m ..."' 0"' "' "'....;"' '"'! .,;. ..."' 0"'m 0 .... " "'"' ...."'... 8 "' vi "'co ..,;... -: .... ... "'..,c "' "' e ...vi "'mm "'"' "'... "'"'...."' co"'...; ....<Ci "'°'"' "'ci ...."'"' "'~ °' "' ... "' ....."' "' "' "' "' ~c"' e CT> 0 N N N .... .... ot5 "'.......; "'co"'<i ..."'<i co.... 0 N 00 N ,.... "'"'.... "' "' ...... "'o' "' "' "'•i "'..,N' ...; ..... "' N 00 00 N 0 Ill 00 ..... 0 M "' ..... Ill N M 0 N N Cl c: C'i .g en ""..... ...co "'o. 00 "'" .!; " ll .8 E ".,c: ~ VI c N °' c: ~ CL ... U'\ ..... <D ,..: 8 N U'\ N ....<r .... "' "' "' .-i 0 .... c)"' Ill 00 N "' ::> :~ c ~ 0 m ... "' 0 "'"' ....."' ..,. ....; :;:; ....c 0 r-, "' "'..... "'"' oO "' c)"' m "' !9 c N 0 0. "'~ "'"' c: '"'! "..... .... ......... 00 N .... 0 ....00 .Q"'c ..... N 000 <D t:. "'rl ,..,"' 0 "' "' "' <D ..... ... N ~ 0 00 ro <t CTI " ·:;; 0"' .,.,.. ci' ,..; "' "' "' ,,,..,."' .... ""c: .... ... ."' 0 ef -"' 0 ..... .... .... ... ::> c N "' N 't> "' "'.;, .!; r-; (l/ ~ .... t--; N :I: E 0 "' 0 z 'ii ,,_"' .... "":> Oi"O"' c Wl ~ N QI QI) c .."""' v 0 .... 00 "" ..... ,c:"'"'_ OD c: u "' """' 0 U) CTI ¢' m .... "' ..,. "' "' "'.. ..... ~ CTI 0 ~- U) N N U) .-i c" E " c: ~ c: c: ·"'t:" c ~ .."". .. .."" "' £ "" ... "' M 0 "'N"' "' vi .... Ill ~ ""' "" "' :a ::i ,... "' > "' .§ ~ 2 ~ c: ~ QJ ~ ..0 :a => co u 00 ~ "'"' "'c "'>a. c: 0~ "' ~"' 2"' 0:: "' "' .... 0 ,.., ..... .... "' "' .... Wl QJ Cl. N "' c<::" ..,i,: -0 E :::. "' -.."'.. .. - a:: -""' 0 '1 .,"" I- "':::J"' "'re ... "' gg c t-"' z "' 0 0 N 'ti "' s: "i" c .... :t e "O 0 ~ "':::J"' z ..; en ...,..... c en cn 8 ; .. 8 "' .... "O aE N "'c41 N I l a: .D E 0 '6 c c ~ ..." -" c:- ~ "'.. .,"... .. 0.. 1"'.. - :~"' s: "... "O 0 Q. .. :i 'f :::J 8 c 41 N <t .. 00 "' <t .. :> "O 00 "" '6 . ~ \0 0 0 N 1 --"' .n N ... "! "'.... cn"',..: "! .... cn q .... N.... N .... en ,..: 00 N N "! .... N 0 0 ... ,.,; ,... .. "' ........ .;....... <r .,; .... .... .; ..... .... 00 N N ........ N N \0 .0 N N 0 N cn u'i N <t 00 N 0 00 N N 00 OI .... "'ai "!"'.... ... 00 ., ...; oci ,.,; "! \0 .... N .... ...... 0 ...... "". 00 <t "' ": .,; N 0 .,; 0 00 "' 00 ,... N N cn "' <'! "! ........ .... .... .... "' 8 .,; 00 0 "'.... 0 0 "'0N "' .... ,...~ 0 co en ,,: ID N ..."". N Ill U\ N 0 cO .... ... .,. "l Ill ..... ~ 00 .... "' ~ "'"' "'..,....,..: ai "' "' <t ..,0 s0 0 00 ,...... ,.,; "' "'"' 0 .... .... cn "! ,...; \D ~ f:! $ .... ,... :§. .. "'i q r-, .... ... 0 .,,...0 ~ c: ~ 0 N "' s .0 <: ~ cn ai .... 00 \0 &; 0 ,... 0... ,..: 0 r-, "'..n.... "',..:..... "' "!"' "' "' " "' q ~ ·"' "' "' ·~"'0 cn ... ....0"' ...."' 0 0 .... 0 N 0 N c: .!1 c: ~ ~ lj N "' "' N cn 8 <t .... .... ~.; .,; .; ....... ....... ;;t 0 .... .. ""... .., "'.....; "'..,;"' ,_; .., .... 00 \0 0 CL N 0 0 g ;::: cn ..; ...; "' .; .... ....... N ~ .... \0 .!; Q c: .g ~ 8l .... 0 ..a ID V) a\ q "' "'"' "c: E ~ N "' ... °' c: .. ;1; 0 N en 00 ai .... cn ... "',_;... "' ai.... ...."' ......, "'<tai .n .... "' N N d: c: 0 E 0 " {!. E 0 "' ci 2 . ..... " "'... .... ... .. "" .. ., "'. "" "" """' ..,.. "' "' """' "' .. """' ..,.. "' .. "' "' "' .."' "' ..."' r .c c t- c u c: u •'.!!_ 0 "' <r <t "' "'.... 0 :::J .,,·""'' E: "". ....... .0... .... .., .., 00 "! .,; "! .... ....... N........ "". 00 <t 0 ..... .... ai 0 ..0 cn ,... "'! 0 "' ai .... .n .,. "',._; """". ,...<t,..; enen,..: ,..: .; "' .... ...... ....... "' "' "'.... 0....."' N "' ~ en 00 00 <t N .... N .... ......., ,... .... ~ cn ... .... .... .... ..a q"' "! "! "l "' "! " " "' "' ~ .., .;N N..."' .... N.... ........ ...."'... ,.,;00 ai.... N.... ...... aO.., "' 0"' .n "' 0 ·'=' "' 0 2: N "' " ~ l -"'"' Cl. "' N ~ .D a:: "'_gc: "! ... .... .... "! N N c I- 0 q N 0 .... .., .... "' 0en .... :i .., "' .., "' ,_; .n u'i a:: "' .... .0 .... .n ... ..n...... u'i"' ..... 8 .t:: ..; N N "". N -.. "'".. .."' -"'"' .5.. .. - ,,, .... "' Q. ...n"' 00 0 ..... ....,; "'"!.., ..... .... <D N ... 0.. 0.. :> .."' :::J > l: ... "'8 " ·5 ;;; .... <t,... ~ "'" "<t .-<.... ...'"' .... "! "'<t " c"" 8 N 00 cn a: ' 00 ~ ~ N 15 "' 0.. .... c ~ N " "' c: .~c: .s: ::J > :0 ::> ID ~ :0 ::> .... ~ c 'j a: "'~ > ~ a.. cn 0..... .... ;;: .0 co u c: C1. 0 t'. ~ """' "' 0 0 .!;; n."' "' "' .,, c N ..... 0 . ~ ;.: .... "' E: .,," ... ;;;"' 0) ... a: .... .... ~' .... "'"' a:"'"' "' L L b'ecl. ..... s c: QI I- ... "' 00 "'00 c: I"' :0 c0 g "' <ti L " ·;;; c: ·;;: c: ~ ..... N .D 0 :::> 0 V> N c ..."' s:.. c. "' :J ..... "' "" c'c:" '5 :J I.D c: ...,, 00 "'c: L"' "' "' .,,"'"' ...:0.."' "' 0. L Q) ""E 0 c: 0 "" "';. ... N -; "'e-t 0 "! rl N "! "' m N m m N ,...: ..,.; "'..... "'<D"' "',...: N m N 00 II\ 0 0 0 ...; "' q "' .... "' "' ~ :c.Q 00 00 ui OI q r-, ..... r-, 0 -e 00 0 N ": "' ..... 0\ ai ... N N .S! N r-; N N <:; ""! m "' "'"'~m ": ..... .... ..... .... N N .,; ..... ... "'_,; ") T"1 ~ ci ci a> ..... vi 0 ..... ..,; "'...; "',._; 0 T"1 0 .. 0 0 00 "! rl co ..... "'.... ,.,;"' ": "'!.,, "' "! - N - E "c 00 VI ...., ..... Q. N .. 0 "'! N ... N ...; "' co...;... q N 00 ...; N 00 ..... r-, a ..... ... "'"'! .... ..... N c:5 <i N q N .... "'.... "',..; m LO 00 N 0 ~ <= ·;;; ,£ m "' ui .... N ,...: .. "" N 00 oO 0 ,..; "' ...~ .... co ..... ..... vi ........ "'........ "'"'!.... "' m 'Q. OI 0) N ..... m N N '° oi "'m ") N "'! N r-, 0 ...; 00 m c .,; .S! c: ~ ~ ..." "' "' .s N .... "' " "' N <:i .,; Q () "'! c: .g () :J ..0 ~ :0 "' c: 0 < ..."' ~:J N ...; 0\ ..... ,..; ... ....... "' "' m"' .,; ai ...; CTI ()() N CTI ...; N 00 ui 0 0 ·:.'(I a. ~ .E "" 0 0 N ..... .... "' ..... m "'! ") 00 "' •n 00 ,... "'! m N ..... ...; "'! ..... "' "'"' .... ... :;: 0 "'vi "'...; .... "! m N <i gj .Q ...; E :J ........ .... N N "' <!) 0 ,,.. ..... ..... ...; N N "'! "' "'~c: 0 "! ..... §- ..Q ~ c: 15, c: .. "" z 0 rl ...; 0 <I') ,..; U') ..... ...; 0 0 00 00 ...; N "' <D '° U') N ...; 00 0 .... ,.; q N 0 ..,.. oO .... 0 U') ,._; m 0 c-J N "' ""! 0 0 .,; 0 Q. c: 0 E 0 c: {!. c: .!;! .,,"' :J E 0 "" 'O "' c: :::; 0 ·o; .... .."" ..,.. """' Qi c: c: -0 0 u .. u ~"' "" ...."' "'"' 0. z c: "' r"' I-"' 00 N c: ~ ~ .;;. .c .,"' L :::- 0 E """" c: ~ " 0 "'"' ...." o "',, "'l:0 "' <>. c e N 00 0:: .... c: .g ~ 0 ... "' ~..... ....,..; a:"' >: "'... ."'.' , ..0 a: ... a: . ": N vi ..."! OI () 2 <ti 0 ...; "' ::n N g z N r-, 0 U') N z 0 c: 0 w UJ ..... .... "' "'o o"' 0 0 0 .. .. 0 0 0 Q. E .... II\ ,...: 00 U') c: .>< w 0 U') 0 0 L c ..... N ,._; N .E z N 0 '- ~ ~ a. ~ :::> 0 ... "' m vi "' N .:!:'._ .."' II\ N z co E N "' L "'>: .... ·!g <ti .,,"' O> 00 :J L > .!!! :0 ~ :0 """' ::) "' ::) ..... ~ 00 § "'" ·"':;:... a: QI «> .D ,... 0) O> u . "'"" >c: "" "' ••c "' 0 0 ..£; Cl :;: a. "' "' ii:"'"' "' ..,.,;,,: 0 .... ......... .... ...."' E "'" :2 Cl. Vl N .. c: ·c: t! QI c, s~~~~~~ CL "' 0.. Q. CL f'I 0. CL ~c, ~ ~ ~ ;:: ~ ~ ;:!; ~ ~ CL 0... CL CL 0.. Q. 0. 0.. c, l.O!'C:00\0.-4NM'"'1"U"I ~rl"""'4"""'4NNNNNN ~ a. ;:i: <( !l"' .9~ "' r..: "'.... "'<i "',..; "! .... .,; °' "' N ... "',..; ..... "' ·;:: "' ..... en en \l) "! co \l) 0 ,..; .n U) <i .,; ..; ..; <i .,; "' .... ... ......; "!... ~ ") N r-, ,..; 0 "' 0. "' ~ "'c <( .. E ;;; 'tl .... +; "' .. <-"' ~ -.. .. c~ QI ~ c: c~ .. ·o ·;:: <!J -' ..,"' "'.,, -.. a. ·;;: 0 ·;;: §: .."' 3- ::> ~ .. .!! a: 'iii c: "" c: Qj c: ::> .,, v ~ .a ::> .. QJ ii ~ ;;;) u ~"' ~ ~~ "'Qi> ;) "' = J: U'l ... ~ oi "".2~ "' "' """' .. "' "' "! ... r-, .. "" "" G; Qj .,, QJ - ... ::> "' .. "'. "" ::> - :::> "' "' ., "' ~"" "" ,,.. ci "' "' "' . .. "' "' "' Cl "' N "' "' "' "'"' en cO 0.. .,., e, . 0 .~.,, - .. (I) c ;;; "'c .g "' .... E 0 -e"' ..: ·;;: E "' "' D c "' --' "' s: -z"'"' - ~ ~ :~ .i -~ = ;:i: ~ :x: ~ -~ :x: ~ 3 :x: ~ n ... .!! a: ·;;; "" .!! a: OD 0 "" .!! a: ;;; ... .!! a: c: ~ c: Qj c: c: QJ c: ~ e Qi c: .!!! 0 ~ .,, n ::> "O v ::s "O u u .o D v ii D ::> OD QJ 00 QJ n ii ii eo QI ii .0 ;;;) v ;;;) u ;;;) u ;;;) v ~ ~ "" ';;; ~ "' "' 0. "' ;; "O 0 ~ c QI ~ -u 't~ 0. "' ,. N~M-fl'lqNqcc;!.-1 -i \D vi vi a; co oO-u:> 80 ~ N ; ~ ~ ~ :-;: ~ ~ ~ 0\ <"'1 ~ ~~~ N .,; 0 ~~~-~~~~<nOO•~Q ~ ~~~~~~dm~~d~~N ~~~~~~~~~~~~~~~~ q~~ ~ R ;;~ "' •s "n••~O~rl·-~-~~~·~~~~..·~~~~~i~d~-~~. N~~~~···~~~m~N~~~m~~~ "' N C'f"'IG'lm 2~~~~~ o ~~~m~~m~~m~~~~w~N N -• Omg~~~;~~~~~~~~~~~M m .;,t "(I q- q M N N e-- .-! ....., ~ ..; . ~m .. 00 v ~ c c: " s~ 0 . 0 = ~ .... 0' 0 Lampiran 9 tuas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Sumbawa dirinci perkecamatan Tahun 2008 No. Kecamatan 1 Lunyuk 2 Orong Telu 3 tuas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Jumlah Produksi (ton) 1,761 3.54 6,226 so 3.36 168 Alas 116 3.50 406 4 Alas Barat 762 ::1.57 2,721 5 Buer 53 3.51 186 6 Utan 1,333 3.53 4,707 7 Rhee 263 3.50 920 8 Batu Lanteh 325 3.54 1,152 9 Sumbawa 191 3.57 682 10 L3buan Badas 735 3.58 2,632 11 Unter lwes 119 3.55 423 l2 Moyo Hilir 1.15 3.53 759 13 Moyo Utara 123 3.50 431 14 Moyo Hulu 107 3.52 377 15 Ropang 10 3.50 35 16 Lenangguar 15 3.53 53 17 Lan tung 10 3.50 35 18 Lape 145 3.36 487 19 topok 47 3.49 164 20 Plampang 1,353 3.60 4,867 21 Labangka 7,$49 3.74 28,244 22 Maronge 27 3.48 94 23 Ernpang 353 3.48 1,229 24 Tara no 401 3.49 1,398 16,063 3.64 58,396 Jumlah iomoiro« 11 luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi l<edelai di Kabupaten Sumbawa dirind perkecamaran Tahun 2008 No. Kecamatan Lua> Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Jumlah Produksi (ton) 1 Lu~yuk 172 1.04 179 ] Orong TPlu 100 1.17 117 3 Alas 814 1.14 931 4 Al~s Bar at 835 1.26 1,056 5 Buer 701 l.15 809 6 Utan 1,130 1.23 1.394 7 Rhee 473 1.12 528 8 Batu Lanteh 25 l.08 27 9 Sumbawa 80 1.06 85 10 tabuan Badas 63 1.08 68 11 unter wes 84 1.14 96 12 Moyo Hillr 13 Moyo Utara 2 1.00 2 14 Moyo Hulu 46 1.11 Sl 15 Ropang 495 1.22 604 16 Lenangguar 224 1.10 246 17 Lan tung 704 1.16 815 18 Lape 1 1.00 l 19 Lopok 20 Plampang 2 1.00 2 21 Labangka 22 Maronge 1 1.00 1 23 Empang 530 1.22 648 24 Tarano 210 1.11 233 Jumlah 6.692 1.18 7,893 iomoiron 13 Luas Panen, Produktivitas, dan Jumlah Produksi Ubi Jalar di Kabupaten Sumbawa dirincl perkecamatan Tahun 2008 No. Kecamatan Produktivitas (ton/ha) luas Panen (ha) J umlah Produksi (ton) 1 Lunyuk 2 OrongTelu 3 Alas 4 Alas Barat 5 Ruer 6 11.50 69 6 Utan 5 11.40 57 7 Rhee 8 Batu Lanteh 10 11.60 116 9 Sumbawa 8 11.63 93 10 labuan Badas 12 11.33 136 11 Unter lwes 3 11.67 35 12 Moyo Hilir 13 Moyo utora 14 Mayo Hulu 2 11.SO 23 15 Ro pang 2 11.50 23 16 tenangguar 5 11.60 58 17 Lantung 2 11.50 23 18 Lape 19 topok 20 Plampang 2 11.50 23 21 Labangka 22 Maronge 23 Empang 24 Tarano 57 11.51 656 Jumlah