PEngaruh DEsEntralisasi Dan Kualitas informasi aKuntansi

advertisement
Journal
Of Economic
Management
& Business - Volume
13, Nomor 1, Januari 2012
Journal
Of Economic
Management
& Business
Volume 13, Nomor 1, Januari 2012
ISSN: 2301-4717
Hal. 53-60
Pengaruh Desentralisasi dan Kualitas
Informasi Akuntansi Manajemen
terhadap Kinerja Manajerial Aparatur
Pemerintah Daerah
Studi pada Kabupaten/Kota di Jawa Barat
mursidah
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
The purpose of this study is to know the influence of Decentralization and
Management Accounting Information Characteristics on Managerial Performance
of Local Government Apparatus (A Study on Local Government in West Java). This
research is conducted by using explanatory survey method on Local Government in
West Java. The sample is taken the amount of the office on 7 Regencies in West Java.
Data are collected by spreading the questionnaire to the research respondents, which
are middle managerial level. Analysis method that is used is multiple regression
analysis. The result of the test of the hypothesis shows that simultaneously,
decentralization and management accounting information characteristics have
significant influence on managerial performance. Partially, decentralization and
management accounting information characteristics have positive relationship and
significant influence on managerial performance.
Keywords: decentralization, management accounting information characteristics,
managerial performance
53
54
mursidah
PENDAHULUAN
Tuntutan
daerah
agar
lebih
memperhatikan pembangunan ekonomi
regional melatarbelakangi lahirnya UU No.
22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 yang
diperbaharui dengan UU No. 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Otonomi daaerah tidak lain adalah
perwujudan dan pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab dan mempunyai
hubungan yang erat dengan desentralisasi.
Mengenai ini, Mahfud MD (2000 :
66) menyatakan bahwa desentralisasi
merupakan penyerahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus daaerah
mulai, dari kebijakan, perencanaan, sampai
pada implementasi dan pmbiayaan dalam
rangka demokrasi. Sedangkan otonomi
adalah wewenang yang dimiliki oleh daerah
untuk mengurus rumah tangganya sendiri
dalam rangka desentralisasi.
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi
daerah adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik (public service) dan
memajukan perekonomian daerah, dan misi
utamanya sekurang-kurangnya ada 3, yaitu:
1) meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat, 2) menciptakan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan sumberdaya, dan 3)
memberdayakan dan menciptakan ruang
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan (Mardiasmo, 2002).
Namun pencapaian tujuan sebagaimana
yang dikemukakan di atas memerlukan
persyaratan tertentu, dan memerlukan
penjabaran operasional lebih lanjut.
Persyaratan yang harus ada antara lain
terciptanya
kehidupan
berdemokrasi,
tegaknya supremasi hukum, penataan ulang
pemerintah (reinventing government) dan
penguatan sumberdaya manusia yang harus
dipandang sebagai intellectual asset yang
penting, yang tercermin pada kompetensi
aparatur pemerintah daerah.
Kompetensi aparatur pemerintah daaerah
tercermin dari kemampuan mengelola
setidak-tidaknya tiga hal, yakni kebijakan,
sumberdaya, dan program. Kemampuan
pengelolaan ini juga harus tetap dilandaskan
pada semangat desentralisasi dalam bingkai
kehidupan negara yang demokratis,
maasyarakat madani dan good governance.
Salah satu indikator good governance
yakni adanya pelayanan yang lebih
berkualitas serta pemerintah yang bersih,
berwibawa dan bebas KKN. Untuk
itu dukungan profesionalisme aparat
pengawasan sangat penting dalam upaya
mencegah kebocoran, pemborosan, inefisiensi dalam pengelolaan keuangan negara
dan pembangunan. Dengan demikian,
peningkatan kualitas hasil-hasil pengawasan
akan mampu memberikan kontribusi bagi
terselenggaranya manajemen pemerintahan
yang baik, terwujudnya akuntabilitas publik
dan terciptanya aparatur pemerintah yang
bersih. Untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukan informasi akuntansi.
Menurut Mardiasmo (2002:39), terkait
dengan manajemen keuangan daerah,
akuntansi sektor publik (terutama akuntansi
manajemen) berperan dalam hal :
1. Perencanaan strategik;
2. Pemberian informasi biaya;
3. Penilaian investasi publik
4. Penganggaran; dan
5. Evaluasi kinerja
Bentuk informasi akuntansi manajemen
adalah: informasi keuangan dan operasional
dari berbagai aktivitas organisasi, proses,
unit-unit operasi, produk-produk, jasa-jasa
dan pelanggan. Dalam perkembangannya
katagori informasi akuntansi manajemen
menjadi lebih luas. Bukan saja tentang
operasi yang dikuantifikasikan dalam
terminologi keuangan saja akan tetapi juga
berupa informasi non keuangan seperti
kualitas, waktu, proses, pengukuran yang
bersifat lebih subjektif, kepuasan pelanggan,
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Januari 2012
kapabilitas karyawan dan kinerja atas
produk baru.
Oleh karena itu ketersediaan informasi
akuntansi manajemen yang tepat waktu dan
akurat sangat dibutuhkan oleh para manajer
dalam menjalankan tugasnya.
Hasil penelitian Huther dan Shah (1998)
di 80 negara bahwa kualitas pemerintahan,
yang merupakan variabel gabungan dari
partisipasi masyarakat, orientasi pemerintah,
pembangunan sosial, dan manajemen
ekonomi (makro), berhubungan positif
dengan derajat desentralisasi. Semakin
tinggi derajat desentralisasi yang ada di
suatu negara semakin baik pula partisipasi
masyarakatnya,
orientasi
pemerintah,
pembangunan sosial, dan manajemen
ekonomi (makro). Mardiasmo (2002:6)
menyimpulkan bahwa “pada tataran
empiris, desentralisasi terbukti berhubungan
positif dengan kualitas pemerintahan”.
Hasil penelitian Yew Ming Chia (1995)
yang dilakukan di Singapura pada 100
perusahaan telekomunikasi yang listing tahun
1990 menyimpulkan bahwa desentralisasi
(sebagai variable kontekstual organisasi)
serta informasi yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi manajemen mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
manajerial. Dan hasil penelitian N.Z. Miah
and L. Mia and L. Mia (1996) yang dilakukan
pada lima departemen di Pemerintah Pusat
Zew Zealand menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara desentralsiasi dengan
pengambilan keputusan dan kinerja dari
government department district offices,di
mana accounting controls systems sebagai
mediator keduanya
Berdasarkan fenomena yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Desentralisasi dan
Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen
terhadap Kinerja Manajerial Aparatur
Pemerintah Daerah ( Studi pada Kabupaten /
Kota di Jawa Barat)”. Rumusan masalah yang
diajukan adalah seberapa besar desentralisasi
dan kualitas informasi akuntasi manajemen
55
berpengaruh secara bersama-sama terhadap
kinerja manajerial aparatur pemerintah
daerah, seberapa besar desentralisasi
berpengaruh secara parsial terhadap kinerja
manajeral aparatur pemerintah daerah
dan seberapa besar kualitas informasi
akuntansi manajemen berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja manajerial aparatur
pemerintah daerah. Tujuan dari penelitian
adalah untuk mengetahui seberapa besar
desentralisasi dan kualitas informasi
akuntansi manajemen berpengaruh terhadap
kinerja manajerial aparatur pemerintah
daerah, untuk mengetahui seberapa besar
desentralisasi berpengaruh terhadap Kinerja
Manajerial Aparatur Pemerintah Daerah,
dan untuk mengetahui seberapa besar
kualitas informasi akuntansi manajemen
berpengaruh terhadap kinerja manajerial
aparatur pemerintah daerah.
METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah
desentralisasi dan kualitas informasi
akuntansi
manajemen
serta
kinerja
manajerial aparatur pemerintah daerah.
Unit analisisnya adalah aparatur pemerintah
daerah yaitu kepala dinas.
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain penelitian
deskriptif-analitis. Menurut Moh. Nazir
(1999: 105) Penelitian deskriptif adalah studi
untuk menemukan fakta dengan interpretasi
yang tepat, dan analitis ditujukan untuk
menguji hipotesa-hipotesa dan mengadakan
interpretasi yang lebih dalam tentang
hubungan-hubungan.
Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Variabel desentralisasi (X1)
Variabel desentralisasi (X1) diukur
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Gordon dan Narayanan (1984),
yang terdiri dari 5 item pertanyaan untuk
menentukan seberapa besar otoritas yang
didelegasikan kepada para kepala dinas.
Masing-masing item dalam variabel ini
56
menggunakan lima skala likert.
2. Kualitas informasi akuntansi manajemen
(X2)
Variabel kualitas informasi akuntansi
manajemen (X2) diukur menggunakan
instrument yang dikembangkan oleh
Chenhall dan Morris (1986) yang terdiri
dari 19 pertanyaan, dan berdasarkan
penelitian Paul Usmany menyatakan bahwa
sebelum kuesioner didstribusikan kepada
responden, terlebih dahulu melakukan uji
awal kuesioner (pilot test) kepada 30 orang
mahasiswa Magister Sains Akuntansi yang
bekerja pada instansi pemerintah, untuk
mengetahui apakah item-item pertanyaan
dalam kuesioner tersebut valid dan reliabel
(dipercaya) ataukah tidak. Hasil pilot test
menunjukkan bahwa ada 3 item pertanyaan
pada variabel informasi sistem akuntansi
manajemen ternyata tidak valid. Untuk itu
ketiga item pertanyaan ini terpaksa harus
dilepaskan dalam pengujian dan analisis
data yang sesungguhnya. Penelitian ini
menggunakan 16 item pertanyaan yang telah
diuji oleh Paul Usmany untuk menentukan
seberapa luas ketersediaan informasi
yang dihasilkan dari sistem akuntansi
manajemen.
3. Variabel kinerja manajerial aparatur
pemerintah daerah(Y)
Variabel kinerja manajerial diukur
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney, et al., (1963). Variabel
ini terdiri dari 9 item pertanyaan untuk
menentukan kinerja manajer berdasarkan
kegiatan manajerial yang dilakukan. Masingmasing item pertanyaan menggunakan lima
skala likert.
Populasi dan sampel penelitian adalah
seluruh dinas pada 25 Kabupaten/
Kota di Jawa Barat. Selanjutnya dipilih
sampel dengan menggunakan teknik
cluster sampling. Penentuan sampel pada
penelitian ini melalui dua langkah, yang
dikenal dengan istilah Two Stage Cluster
Sampling. Pada tahap kedua sampel ditarik
secara purposive. Akhirnya yang menjadi
mursidah
sampel adalah 3 dinas pada 7 Kabupaten di
Jawa Barat. Responden dalam penelitian ini
pejabat eselon III di lingkungan dinas yang
terpilih.
Data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian ini terdiri atas data primer untuk
variabel independen dan variabel dependen
serta data sekunder untuk mendukung
kelengkapan data primer.
Pengujian Data
Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini perlu diuji kesahihan
atau validitas dan keandalan atau
reliabilitasnya karena data tersebut berasal
dari jawaban responden yang mungkin
dapat menimbulkan bias. Hal ini sangat
penting dilakukan karena kualitas data
nantinya akan mempengaruhi kualitas
kesimpulan.
Uji
validitas
dilakukan
untuk mengetahui apakah alat ukur yang
digunakan benar-benar mengukur apa yang
diukur atau seberapa cermat suatu alat
ukur melakukan fungsinya. Uji validitas
dengan menggunakan teknik korelasi RankSpearman. Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui apakah alat pengumpul data
menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,
kestabilan, atau konsistensi alat tersebut
dalam mengungkapkan gejala tertentu dari
sekelompok individu walaupun dilakukan
pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas
dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach.
Data yang diperoleh melalui kuesioner
berupa data yang berskala ordinal, maka
agar dapat dianalisis secara statistik,
data tersebut harus dinaikkan atau
ditransformasikan skalanya menjadi interval
dengan menggunakan Method of Successive
Interval (MSI).
Metode Analisis Data
Hipotesis penelitian yang diuji ada dua
yaitu: uji secara bersama-sama dengan
menggunakan uji F, dan uji secara parsial
dengan menggunakan uji t.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Januari 2012
Uji secara bersama-sama
Ho : Semua βi = 0
i = 1,2
Desentralisasi dan kualitas informasi
akuntansi manajemen secara bersama-sama
tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja manajerial di lingkungan pemerintah
daerah kabupaten/kota pada Propinsi Jawa
Barat
Ha : Ada βi ≠ 0
i = 1,2
Desentralisasi dan kualitas informasi
akuntansi manajemen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial di lingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota pada Propinsi Jawa Barat
Uji Secara Parsial
Ho:β1 = 0 : i = 1,2
Desentralisasi secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial di lingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota pada Propinsi Jawa Barat
Ha: β1 ≠ 0 : i = 1,2
Desentralisasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajerial di
lingkungan pemerintah daerah kabupaten/
kota pada Propinsi Jawa Barat
Kriteria uji F dan uji t adalah apabila
Fhitung atau thitung > Ftabel atau ttabel
maka H0 ditolak, dan apabila Fhitung atau
thitung ≤ Ftabel atau ttabel maka H0
diterima, dengan tingkat keyakinan 95% (
= 0,05).
Hipotesis diuji dan dianalisa dengan
menggunakan analisis regressi linier
berganda. Pengolahan data menggunakan
software SPSS 12.0 for windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian validitas terhadap item
pernyataan dari variabel desentralisasi
(X1), variabel kualitas informasi akuntansi
manajemen (X2), dan variabel kinerja
manajerial aparatur pemerintah daerah
(Y) dengan menggunakan teknik korelasi
57
Rank-Spearman
menunjukkan
semua
item pernyataan tersebut valid dan dapat
diteruskan ke uji reliabilitas.
Hasil uji reliabilitas terhadap item
pernyataan dari variabel desentralisasi
(X1), variabel kualitas informasi akuntansi
manajemen (X2), dan variabel kinerja
manajerial aparatur pemerintah daerah
(Y) dengan menggunakan metode Alpha
Cronbach menunjukkan semua item
pernyataan tersebut adalah reliabel.
Pengujian hipotesis secara bersamasama dengan menggunakan uji F
menyatakan hipotesis nul (Ho) ditolak,
artinya desentralisasi dan kualitas informasi
akuntansi manajemen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial di lingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota di propinsi Jawa Barat.
Pengujian koefisien regresi secara parsial
(individual) merupakan kelanjutan dari
pegujian koefisien regresi secara bersamasama, di mana apabila pada pengujian
koefisien regresi secara bersama-sama Ho
ditolak, artinya ada di antara kedua variabel
independen yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, maka untuk
menguji lebih lanjut koefisien regresi variabel
independen mana yang pengaruhnya
signifikan dilakukan uji parsial (individual).
Untuk menguji apakah desentralisasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial, maka dilakukan pengujian
secara statistik dengan rumusan hipotesis
sebagai berikut:
Ho: β1 = 0 : i = 1,2
Desentralisasi secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial di lingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota pada Propinsi Jawa Barat
Ha: β1 ≠ 0 : i = 1,2
Desentralisasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajerial di
lingkungan pemerintah daerah kabupaten/
kota pada Propinsi Jawa Barat
Hasil pengujian secara statistik seperti
yang tertera dalam tabel di bawah ini:
58
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa
nilai t-hitung variabel desentralisasi sebesar
2,262 sedangkan dari tabel untuk  = 0.05
dan derajat bebas 18 pada pengujian dua
arah diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,1009.
Karena nilai t-hitung (2,262) lebih besar
dari t-tabel (2,1009) maka pada tingkat
kekeliruan 5% Ho ditolak Ha diterima,
sehingga dengan tingkat kepercayaan
95% dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari variabel
desentralisasi terhadap kinerja manajerial di
lingkungan pemerintah daerah kabupaten/
kota pada Propinsi Jawa Barat.
Besarnya pengaruh variabel desentralisasi
terhadap
kinerja
manajerial
secara
parsial ditunjukkan oleh koefisien regresi
desentralisasi yaitu sebesar 0,344 atau 34,4%,
artinya jika variabel lain konstan maka setiap
adanya peningkatan desentralisasi sebesar
satu satuan akan meningkatkan kinerja
manajerial sebesar 34,4%.
Hasil penelitian ini telah mendukung
hipotesis yang diajukan bahwa desentralisasi
secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
manajerial aparatur pemerintah dan sesuai
penelitian yang telah dilakukan oleh Yew
Ming Chia (1995)bahwa Hubungan antara
setiap karakteristik informasi Sistem
Akuntansi Manajemen dengan kinerja
manajerial adalah ditentukan oleh tingkat
desentralisasi.
N.Z. Miah and L. Mia (1996) bahwa
semakin tinggi tingkat desentralisasi
maka semakin tinggi pula kegunaan dari
Accounting Controls Systems pada akhirnya
akan meningkatkan kinerja district offices.
mursidah
Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi
Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial
Untuk menguji apakah karakteristik
informasi sistem akuntansi manajemen
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial, maka dilakukan pengujian
secara statistik dengan rumusan hipotesis
sebagai berikut:
Ho.β2 = 0 : i = 1,2 Kualitas informasi
akuntansi manajemen secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial di lingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota pada Propinsi Jawa Barat
Ha.β2 ≠ 0 : i = 1,2 kualitas informasi
akuntansi manajemen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial di lingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota pada Propinsi Jawa Barat
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa
nilai t-hitung variabel karakteristik informasi
sistem akuntansi manajemen sebesar 3,617
sedangkan dari tabel untuk  = 0.05 dan
derajat bebas 18 pada pengujian dua arah
diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,1009.
Karena nilai t-hitung (3,617) lebih besar
dari t-tabel (2,1009) maka pada tingkat
kekeliruan 5% Ho ditolak Ha diterima,
sehingga dengan tingkat kepercayaan
95% dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari variabel
kualitas informasi akuntansi manajemen
terhadap kinerja manajerial di lingkungan
pemerintah daerah kabupaten/kota pada
Propinsi Jawa Barat.
Besarnya pengaruh variabel kualitas
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 1, Januari 2012
informasi akuntansi manajemen terhadap
kinerja manajerial secara parsial ditunjukkan
oleh koefisien regresi kualitas informasi
akuntansi manajemen yaitu sebesar 0,655
atau 65,5%, artinya jika variabel lain konstan
maka setiap adanya peningkatan kualitas
informasi akuntansi manajemen
sebesar
satu satuan akan meningkatkan kinerja
manajerial sebesar 65,5%.
Hasil penelitian ini telah mendukung
hipotesis yang diajukan bahwa karakteristik
informasi sistem akuntansi manajemen
secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
manajerial aparatur pemerintah. Dan sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Yew Ming Chia (1995)bahwa Hubungan
antara setiap karakteristik informasi Sistem
Akuntansi Manajemen dengan kinerja
manajerial adalah ditentukan oleh tingkat
desentralisasi.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Desentralisasi dan kualitas informasi
akuntansi manajemen berpengaruh
secara bersama-sama terhadap kinerja
manajerial aparatur pemerintah daerah.
Hal ini menunjukkan kinerja manajerial
dapat meningkat dengan struktur
organisasi desentralisasi dan dengan
tersedianya kualitas informasi akuntansi
manajemen yang meliputi (informasi
dalam scope yang luas yaitu informasi
masa lalu dan informasi untuk masa yang
akan datang, informasi tepat waktu,
dan informasi yang ringkas) oleh sistem
informasi akuntansi manajemen.
2. Desentralisasi
berpengaruh
secara
parsial terhadap kinerja manajerial
aparatur pemerintah daerah. Hal ini
menunjukkan kinerja manajerial dapat
meningkat dengan struktur organisasi
desentralisasi
3. Kualitas informasi akuntansi manajemen
berpengaruh secara parsial terhadap
kinerja manajerial aparatur pemerintah
59
daerah. Hal ini menunjukkan kinerja
manajerial dapat meningkat dengan
tersedianya kualitas informasi akuntansi
manajemen yang meliputi (informasi
dalam scope yang luas yaitu informasi
masa lalu dan informasi untuk masa yang
akan datang, informasi tepat waktu,
dan informasi yang ringkas) oleh sistem
informasi akuntansi manajemen.
SARAN
Bagi aparatur Pemerintahan Daerah di
kabupaten/kota di Jawa Barat diharapkan:
a. Dengan struktur organisasi desentralisasi
dapat meningkatkan profesionalisme
yang
berorientasi
wirausaha,
mengacu kepada misi organisasi dan
pemberdayaan
melalui
kreativitas,
inovasi dan responsivitas.
b. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah yang berorientasi
pada
prestasi
kinerja,
aparatur
pemerintah daerah diharapkan untuk
mendayagunakan ketersediaan kualitas
informasi akuntansi manajemen yang
meliputi (informasi dalam scope yang luas
yaitu informasi masa lalu dan informasi
untuk masa yang akan datang, informasi
tepat waktu, dan informasi yang ringkas)
dalam pengambilan keputusan.
Bagi para peneliti selanjutnya:
a. Berdasarkan penelitian ini ada pengaruh
faktor-faktor lain di luar variabel
desentralisasi dan kualitas informasi
akuntansi manajemen yang tidak diamati
dalam penelitian ini yaitu sebesar
36,7% yang mempengaruhi kinerja
manajerial. Dengan demikian dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kinerja manajerial, seperti partisipasi
penyusunan anggaran dan sistem
pengendalian manajemen.
b. Memperluas populasi penelitian, karena
masing-masing daerah mempunyai
kekhasannya.
60
mursidah
REFERENSI
Anonymous, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah.
……………, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
……………,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
……………, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Atkinson, Anthony A., Banker, Rajiv D., et, al, 1995, Management Accounting, Englewood
Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall.
Chenhall, Robert H. and Deigan Morris (1986). The Impact of Structure, Environment, and
Interdependence on The Percerved Usefulness of Management Accounting Systems, The
Accounting Review Vol. LXI No. 1 January, pp. 16-35.
Chia, Yew Ming,1995, Decentralization, Management Accounting System (MAS) Information
Characteristics and Their Interaction Effect on Managerial Performance: A Singapore
Study), journal of business finance and accounting, September, pp. 811-830.
Gujarati, Damodar N., 2003, Basic Econometrics, 4th edition, New York: McGraw-Hill.
Harun Al – Rasyid, 1994, Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Diktat Kuliah,
Bandung: UNPAD.
Hansen, Don R. and Mowen, Maryanne, 2004, Management Accounting, buku 1, Salemba
Empat, Jakarta.
……………, 2005, Management Accounting, buku 2, Salemba Empat, Jakarta.
H.R.E. Kosasih Taruna Sepandji, 1998, Manajemen Pemerintahan dalam Sistem dan Struktur
Administrasi Negara Baru, Idola Remaja Do’a”, Bandung.
Indra Bastian, 2001, Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta
Mardiasmo, 2004, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta.
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 2006, Metode Penelitian Survei, Edisi revisi, LP3ES,
Yogyakarta.
Miah N.Z. and L. Mia , (1996), Decentralization, Accounting Controls and Performance of
Governtment Organizations: A New Zealand Empirical Study, Financial Accountability &
management, (12(3), August, pp. 173-190.
Mohamad Nazir.1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nazaruddin Sjamsuddin (1995) Indonesia dan Perubahan Global. www.hamline.edu
Paul Usmany, 2004, Pengaruh Struktur Desentralisasi, Informasi Sistem Akuntansi Manajemen
dan Dukungan Organisasional terhadap Kinerja Manajerial di Lingkungan Pemerintah
Daerah (Pemda): Studi Empiris pada Pemda Kota dan Kabupaten di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Tesis, Universitas Gajah Mada.
Sekaran, Uma, 2000, Research Methods For Bussiness: A Skill-Building Approach, Third
Edition, New York: John Wiley & Sons Inc.
Download