BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah Sakit PKU ini awalnya merupakan sebuah klinik dan rumah bersalin yang diberi nama Klinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul yang kemudian diresmikan menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada tahun 2001 berdasarkan keputusan Ijin Kanwil Depkes Provinsi DIY no 503/1009/PK/IV/1995 dan dengan diterbitkannya izin operasional dari Dinas Kesehatan No : 445/4318/2001. Visi yang dimiliki RS PKU Muhammadiyah Bantul yaitu terwujudnya rumah sakit islam yang mempunyai keunggulan kompetitif global dan menjadi kebanggaan umat. Mewujudkan visi yang telah dibuat, RS PKU Muhammadiyah Bantul mempunyai misi yaitu berdakwah melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan mengutamakan peningkatan kepuasan pelanggan serta peduli pada kaum dhu’afa. 37 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul menyediakan berbagai macam jenis pelayanan. Salah satu pelayanan yang ditawarkan adalah pelayanan rawat inap. Ruang rawat inap yang ditawarkan ada berbagai macam kelas sesuai dengan kebutuhan dan biaya yang dimiliki oleh pasien jenis ruang rawat inap yang ditawarkan yaitu ruang perawatan VIP, ruang perawatan kelas 1, ruang perawatan kelas II dan ruang perawatan kelas III. Fasilitas perawatan yang diterima berbeda-bedasesuai ruang perawatan yang dipilih. Ruang rawat inap yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Bantul yaitu bangsal umum dewasa (Al Insan, Al A’raf, Al Kautsar), bangsal bedah (Al Kahfi), bangsal anak (Al Ikhlas), Bangsal perawatan bayi dan nifas (An Nuur-An Nisaa). Peneliti melakukan penelitian pada semua bangsal rawat inap yang tujuannya untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien. Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul kelas C yang memiliki kewajiban menerapkan keselamatan pasien diseluruh area pelayanan. Keselamatan pasien mulai diperkenalkan di rumah sakit Muhammadiyah Bantul sejak Agustus 2006. Hal PKU ini mengacu pada kebijakan DEPKES RI tahun 2006. Pada tahun yang sama juga telah dilakukan pembentukan tim keselamatan pasien rumah sakit beserta pembuatan sistem kerja. Tahun 2012 standar akreditasi baru untuk rumah sakit yang berfokus pada pasien yaitu standar Joint Commission International (JCI). Standar akreditasi ini yang sekarang diterapkan oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Pelatihan terkait keselamatan pasien di rumah sakit dilakukan setiap tahun. Pelatihan ini merupakan salah satu program dari keselamatan pasien. Program keselamatan pasien didalamnya terdapat 6 sasaran keselamatan pasien yaitu salah satunya identifikasi pasien. Di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sudah terdapat SPO terkait identifikasi pasien. SPO identifikasi pasien dibuat oleh tim keselamatan pasien yang ada rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Gambaran Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 perawat yang bekerja dibangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. Data gambaran karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, antara lain : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Bangsal Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul pada AprilMei (n=60) No 1 Karakteristik Usia Responden 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan DIII S1 Lama Kerja 1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 2 3 4 Frekuensi (n) Prosentase (%) 36 23 1 60 38,3 1,7 7 53 11,7 88,3 49 11 81,7 18,3 41 15 3 1 68,3 25 5 1,7 Sumber : Data Primer 2016 Tabel 4.1 diketahui bahwa berdasarkan kelompok usia responden mayoritas pada usia 21-30 tahun sebanyak 36 (60%) responden. Pada kelompok jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 53 (88,3%) responden. Pada kelompok pendidikan mayoritas responden berpendidikan DIII sebanyak 49 (81,7%) responden. Dan pada kelompok lama kerja mayoritas responden pada 1-5 tahun sebanyak 41 (68,3%) responden. 3. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat Tingkat pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul disajikan dalam tabel 4.2 dan tabel 4.3 dibawah ini Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul tentang Identifikasi Pasien pada April – Mei 2012 (n=60) No 1 2 Tingkat Pengetahuan Tinggi Rendah Total F (n) 56 4 60 Prosentase (%) 93,3 6,7 100 Sumber :Data primer 2016 Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 56 (93,3%) responden memiliki pengetahuan tinggi. Tabel 4.3 Gambaran Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien pada April – Mei 2016 (n=60) No 1 2 Kepatuhan Perawat Patuh Tidak Patuh Total F (n) 17 43 60 Prosentase (%) 28,3 71,7 100 Sumber : Data Primer 2016 Tabel tabel 4.3 menunjukkan sebanyak 43 (71,7%) responden tidak patuh dalam identifikasi pasien. 1. Crosstab Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat Identifikasi Pasien dengan Karakteristik Perawat dalam Tabel 4.4 Crosstab Tingkat Pengetahuan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul tentang Identifikasi Pasien dan Karakteristik Perawat pada April – Mei 2016 (n= 60) Tingkat Pengetahuan No 1. 2. 3. 4. Karakteristik Responden Usia Responden 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan DIII S1 Lama Kerja 1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun Tinggi Rendah n % N % 32 23 1 53,3 38,3 1,7 4 6,7 6 50 10 83,3 1 3 1,7 5 46 3 76,7 5 10 1 16,7 1,7 37 15 3 1 61,7 25 5 1,7 4 6,7 Sumber :Data Primer 2016 Tabel 4.4 menunjukkan dalam kategori usia responden, mayoritas berusia 21-30 tahun memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 32 (53,3%) responden. Kategori jenis kelamin mayoritas perempuan memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 50 (83,3%) responden. Kategori pendidikan mayoritas DIII memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 46 (76,7%) responden. Dan kategori lama bekerja mayoritas perawat 1-5 tahun dengan pengetahuan tinggi sebanyak 37 (61,7%) responden. Tabel 4.5 Crosstab Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien dan Karakteristik Perawat pada April – Mei 2016 (n= 60) Kepatuhan No 1. 2. 3. 4. Karakteristik Responden Usia Responden 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan DIII S1 Lama Kerja 1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun Patuh Tidak patuh N % N % 10 7 16,7 11,7 26 16 1 43,3 26,7 1,7 4 13 6,7 21,7 3 40 5 66,7 14 3 23,3 5 35 8 58,3 13,3 11 5 1 18,3 3 1,7 31 10 1 1 51,7 16,7 1,7 1,7 Sumber : Data Primer 2016 Tabel 4.5 menunjukkan dalam kategori usia responden, mayoritas berusia 21-30 tahun tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 26 (43,3%) responden. Kategori jenis kelamin mayoritas perempuan tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 40 (66,7%) responden. Kategori pendidikan mayoritas DIII tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 35 (58,3%) responden dan kategori lama kerja mayoritas responden bekerja 1-5 tahun tidak patuh terhadap identifikasi pasien sebanyak 31 (51,7%)responden. 2. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien disajikan dalam tabel 4.6 dibawah ini Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam Identifikasi Pasien pada April – Mei 2016 (n=60) Variabel Pengetahuan perawat Tinggi Rendah Total Kepatuhan perawat Patuh Tidak patuh F % F % 17 28,3 39 65,0 4 6,7 17 28,3 43 71,7 Total F 56 4 60 % 84,3 6,7 100 P 0,570 Sumber : Data Primer 2016 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien didominasi oleh perawat yang tidak patuh dan memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 39 (65%) dan didapatkan nilai p = 0,570. B. Pembahasan 1. Data Demografi Responden a. Usia Karakteristik responden berdasarkan usia didominasi oleh usia 21-30 tahun. Perawat yang berusia 21-30 tahun masuk dalam usia dewasa dini yang berkisar antara 20-40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan pada usia dewasa dini mayoritas perawat tidak patuh terhadap pelaksanaan identifikasi pasien. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, akan terjadi perubahan dari segi fisik maupun psikologi. Pertambahan usiapun bisa berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang termasuk pengetahuan dan kepatuhan. Akan tetapi hal tersebut tidak lepas dari faktor lain juga yang mempengaruhi (Nursalam,2012). Perawat dengan usia dewasa dini lebih cenderung memiliki komitmen yang bisa berubah, memiliki ketergantungan, masa perubahan nilai, masa kreatif serta masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Segala tindakan yang dilakukan perawat dengan usia dewasa dini lebih tergantung dari komitmen yang mereka miliki dan membutuhkan keberadaan seseorang yang bisa merubah sifat ketergantungannnya. Selain itu, usia dewasa dini lebih dituntut untuk menjalani peran baru ditempat kerja, rumah dan masyarakat, serta mengembangkan minat, nilai-nilai, sikap dengan peran tersebut sehinnga membutuhkan waktu beradaptasi (Kozier dkk, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan Setiawan dan Budoastuti (2012) menjelaskan bahwa usia sebagai salah satu kerakteristik pada individu memiliki hubungan yang stimulan dalam melakukan pekerjaannya, tetapi tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik individu itu sendiri. Adanya faktor tersebut akan mempengaruhi karakteristik perawat itu sendiri dalam menampilkan kemampuannya dalam bekerja. b. Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Banyak perawat yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak patuh terhadap identifikasi pasien juga didominasi oleh perempuan. Peneliti berasumsi hal tersebut bisa terjadi karena jumlah perawat perempuan lebih banyak dibandingkan dengan perawat laki-laki sehingga membuat kesempatan perawat lakilaki untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam menerapkan pengetahuan dan kepatuhan identifikasi pasien lebih sedikit dibandingkan perawat perempuan. Selain itu berdasarkan survei dan informasi kepala keperawatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul didominasi oleh perawat perempuan yang tersebar diseluruh ruangan rawat inap maupun rawat jalan. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakan bahwa jenis kelamin perawat didominasi oleh perempuan, karena dalam sejarahnya keperawatan muncul sebagai peran care taking (pemberi perawatan) secara tradisional di dalam keluarga dan masyarakat (Rolinson & Kish, 2010). Selain itu, banyak penelitian yang menyebutkan hasil yang berbeda-bedadan berubah secara terus menerus tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin melainkan jumlah perawat yang melakukan berdasarkan jenis kelamin (Riyadi,2007). Sesuai dengan hasil penelitian dalam pelaksanaan identifikasi pasien mayoritas perawat tidak patuh didominasi oleh jenis kelamin perempuan, hal ini terjadi karena sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan . c. Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didominasi DIII. Banyaknya perawat berpendidikan DIII dalam penelitian dipengaruhi oleh mayoritas perawat yang ada di daerah sekitar Bantul masih didominasi oleh lulusan DIII. Perawat dengan pendidikan DIII ini tersebar diseluruh ruangan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul sedangkan perawat dengan lulusan S1 masih berjumlah sedikit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Azim, 2014) yang mengatakan perawat dengan latar belakang pendidikan DIII jauh lebih banyak dibandingkan dengan latar belakang pendidikan S1 sehingga membuka peluang yang jauh lebih besar pada perawat DIII untuk memberikan hasil yang berbeda. Sesuai dengan hasil penelitian perawat tidak patuh dalam identifikasi pasien didominasi oleh pendidikan DIII karena jumlah perawat DIII lebih banyak sehinnga berpeluang lebih besar tidak patuh dalam identifikasi pasien. d. Lama Bekerja Karakteristik responden berdasarkan lama kerja didominasi oleh perawat dengan lama kerja 1-5 tahun. Lama bekerja merupakan kurun waktu atau lama waktu yang telah dilalui seseorang seorang sejak mulai menekuni pekerjaannya. Lama kerja perawat di bangsal rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul rata-rata 5 tahun. Pengalaman kerja yang rata-rata 5 tahun ini ternyata belum bisa membuat perawat patuh terhadap tindakan identifikasi pasien. Hal ini bisa terjadi karena tidak hanya faktor pengalaman kerja yang bisa menjamin seseorang menjadi patuh melainkan masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan seseorang. Pengalaman yang banyak dapat memberikan keterampilan dan keahlian dalam bekerja. Setiap perawat memiliki pengalaman yang berbeda. Perbedaan pengalaman ini dapat menyebabkan kemampuan yang dimiliki perawat berbeda antara perawat satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah. Menurut Azwar (2008), salah satu hal yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang adalah pengalaman. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan yang ditekuni maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya diharapkan semakin baik (Ranupandoyo dan Saud, 2005). Begitu juga dengan pelaksanaan identifikasi pasien, semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki perawat harapannya pelaksanaan identifikasi pasien semakin baik. 2. Pengetahuan Perawat tentang Identifikasi Pasien Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden memiliki pengetahuan tinggi tentang identifikasi pasien. Tingginya pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien terjadi karena perawat sebelumnya sudah mendapatkan pelatihan terkait identifikasi pasien. Hal ini juga disampaikan oleh kepala bagian keperawatan yang mengatakan bahwa sudah dilaksanakannya pelatihan terkait keselamatan pasien kepada perawat yang bekerja di rumah sakait PKU Muhammadiyah Bantul. Selain itu, kuesioner yang digunakan dalam penelitian dibuat berdasarkan poin identifikasi pasien menurut Departemen Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Dimana rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul juga menggunakan peraturan tersebut. Didalam kuesioner membahas mulai dari definisi identifikasi pasien, tujuan identifikasi pasien, elemen identifikasi pasien dan akibat jika tidak dilakukan identifikasi pasien. beberapa poin tersebut kemudian dikembangkan menjadi 24 pernyataan yang kemudian bisa digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya pengetahuan perawat yaitu perawat sudah mendapatkan materi terkait keselamatan pasien ketika pendidikan. Hal ini diungkapkan oleh mayoritas perawat yang bekerja di rumah sakit. Selain faktor mendapat pelatihan dan mendapat materi keselamatan pasien ketika pendidikan, faktor mencari informasi juga memiliki peran dimana seperti yang diungkapkan oleh perawat dan kepala ruangan yang ada di bangsal rawat inap rumah sakit bahwasannya sebagian besar perawat pernah mencari informasi terkait keselamatan pasien baik itu di media cetak maupun media elektronik. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh El-Jardali, Sheikh, Jamal dan Abdo (2014) yang mengatakan bahwa adanya tenaga profesional perlu mengedukasi stafnya tentang pentingnya keselamatan pasien berdasarkan standar nasional maupun internasiaonal dan diusahakan menjadi salah satu budaya dalam melaksanakan prosedur yang berlaku. Maksudnya yaitu perlu diberikan edukasi dalam hal ini pelatihan maupun penyuluhan kepada perawat terkait keselamatan pasien agar perawat dapat melaksanakan atau patuh terhadap tindakan yang mengacu pada keselamatan pasien. Faktor – faktor diatas sesuai dengan teori yang mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain usia, pendidikan, informasi, budaya dan pengalaman (Notoatmodjo, 2010). 3. Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat tentang identifikasi pasien belum bisa menjadikan perawat patuh terhadap pelaksanaan identifiasi pasien. Penilaian kepatuhan perawat dilihat dari Checklist observasi mulai dari memastikan identitas, perkenalan diri, tujuan pelayanan dan meminta persetujuan sebelum tindakan sudah sesuai dengan isi kuesioner, yang harapannya ketika pengetahuan tinggi maka bisa membuat perawat menjadi patuh. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden tidak patuh terhadap pelaksanaan identifikasi pasien. menurut Milgram (2007), kepatuhan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (1) status lokasi, dimana pada lokasi penelitian ini sudah terdapat SPO terkait pelaksanaan identifikasi pasien. (2) tanggung jawab personal, dimana tanggung jawab responden terkait identifikasi masih kurang terlihat dari kurangnya kepatuhan responden dalam pelaksanaan identifikasi identifikasi pasien. (3) legitimasi dari figure otoritas, dimana seperti yang diketahui bahwa semua karyawan dirumah sakit menerima kebijakan terkaitidentifikasi pasien. (4) Status dari figure otoritas, dimana yang diketahui bahwa kebijakan dikeluarkan oleh pihak rumah sakit. (5) dukungan rekan, dimana dukungan rekan atau teman kerja masih terlihat kurang. Dari semua faktor diatas dapat dilihat bahwa faktor yang berpengaruh dalam ketidak patuhan perawat dalam identifikasi pasien yaitu tanggung jawab personal dan dukungan rekan. Sikap yang baik dapat terwujud jika didasarkan pada tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah motivasi (Notoatmojo, 2003). Perawat akan termotivasi dalam menerapkan sebuah prosedur ketika mereka dievaluasi secara individu atau sesuai keadilan dengan penghargaan yang perawat terima seimbang terhadap sesuatu yang mereka kerjakan. Perawat yang menerima penghargaan sesuai akan perannya akan meningkatkan motivasi kerja perawat untuk lebih cenderung melakukan prosedur tersebut secara benar dan berkelanjutan (Nursalam, 2012). Selama penelitian peneliti tidak melihat adanya evaluasi terhadap tindakan identifikasi pasien dan tidak ada penghargaan yang diterima perawat ketika perawat patuh dalam melakukan identifikasi pasien. Hal ini bisa mempengaruhi ketidak patuhan perawat dalam identifikasi pasien sesuai dengan teori diatas meskipun pengetahuan perawat terbilang tinggi. 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat dalam Identifikasi Pasien Menentukan ditolak atau diterimanya hipotesis penelitian maka data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program statistik menggunakan Fisher’s Exact Test. Setalah itu dianalisa dan didapatkan hasil p yaitu 0,570 dimana p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien. Tidak adanya hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini menunjukkan masih banyak faktor yang tidak berkontribusi dalam penelitian. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan antara lain yaitu status lokasi, dimana di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul sudah terdapat SPO tindakan identifikasi pasien yang harus dilakukan ketika akan memberikan tindakan kepada pasien. Tanggung jawab personal, dimana tanggung jawab personal ini masih kurang pada perawat telihat dari banyaknya perawat yang tidak patuh dalam melakukan identifikasi pasien. Legitimasi dari figure otoritas, dimana seperti yang diketahui bahwa semua karyawan dirumah sakit baik medis mau pun non medis menerima kebijakan yang dikeluarkan oleh rumah sakit, dalam hal ini khususnya perawat menerima adanya SPO terkaiti dentifikasi pasien. Dan faktor yang terakhir yang dapat mempengaruhi adalah dukungan rekan, dimana selama penelitian peneliti melihat dukungan dari sesama rekan kerja masih kurang. Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan identifikasi perawat yaitu tanggung jawab personal dan kurangnya dukungan rekan kerja. Dimana dalam tanggung jawab personal terlihat perawat kurang termotivasi sehingga perawat tidak patuh melakukan tanggung jawabnya dalam melakukan identifikasi pasien tersebut. Menurut teori motivasi Douglas Mc Gregor bahwa motivasi itu penting untuk mendorong seseorang dalam bekerja karena motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan menurut Hakcman dan Oldham (1989) menyebutkan bahwa pencapai tujuan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pekerjaan yang dilakukan (Suryanto, 2009). Dukungan rekan kerja dapat mempengaruhi kepatuhan. Dalam hal ini bisa kepala ruang juga memiliki pengaruh terhadap konsistensi perawat dalam melakukan perannya. Hal tersebut terlihat dari adanya perbedaan peran kepala ruang dalam melakukan tugasnya secara profesional. Perawat yang berada di bangsal tertentu yang mendapat motivasi dan dukungan dari kepala ruang memiliki hasil yang berbeda ketika melakukan identifikasi pasien. Selain itu perawat akan melakukan suatu tindakan apabila mereka termotivasi dalam menerapkan sebuah prosedur ketika mereka dievaluasi secara individu atau sesuai keadilan dengan penghargaan yang perawat terima seimbang terhadap sesuatu yang mereka kerjakan. Maksudnya perawat yang menerima penghargaan sesuai akan perannya akan meningkatkan motivasi kerja perawat untuk lebih cenderung melakukan prosedur tersebut secara benar dan berkelanjutan (Nursalam, 2012). Pemberian penghargaan terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan identifikasi pasien tersebut belum terlihat di bangsal rawat inap RS. PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widaningrum (2015) dimana didapatkan hasil p = 0,930 dimana p> 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat. dimana perilaku perawat yang dapat diobservasi dan dapat langsung diukur merupakan kepatuhan perawat (Praptianingsih, 2007). Pada beberapa kasus, pengetahuan cukup untuk mengubah perilaku patuh seseorang, akan tetapi tidak demikian pada beberapa kasus lainnya. Belum tentu bila seseorang telah memiliki pengetahuan dijamin akan merubah perilaku khususnya kepatuhannya. Hal ini terlihat dari hasil penelitian ini dimana meskipun pengetahuan perawat di Bangsal Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam level tinggi, kepatuhan mereka justru menunjukkan sebaliknya. C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung untuk melihat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien sehingga perawat tidak dapat memanipulasi perilaku yang telah mereka lakukan sehari-hari. 2. Kelemahan penelitian Penelitian ini hanya meneliti hubungkan kepatuhan dengan pengetahuan tanpa memenghubungkan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam identifikasi pasien. Selain itu dalam penelitian ini peneliti hanya melakukan observasi satu kali untuk menilai kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi pasien.