BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu mekanisme proteksi tubuh terhadap gangguan dari luar atau infeksi, akan tetapi inflamasi juga menjadi penyebab timbulnya berbagai gangguan misalnya pada artritis. Pada kasus seperti ini, obat-obat antiinflamasi mungkin diperlukan untuk memodulasi proses peradangan (Mycek, et al., 1997; Wibowo dan Gofir, 2001). Obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi. Mekanisme kerja AINS didasarkan atas penghambatan enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi. Penggunaan klinis utama AINS adalah sebagai antiradang dalam penanganan gangguan otot rangka seperti artritis reumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. AINS merupakan golongan obat yang relatif aman, namun terdapat beberapa efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan serta efek samping pada ginjal (Santos, et al., 2012; Tan dan Rahardja, 2007; Trevor, et al., 2002). Diklofenak adalah salah satu golongan AINS yang merupakan suatu turunan asam fenilasetat yang dikembangkan secara khusus sebagai obat antiradang. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif non selektif. Diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh 1 yang pendek. Akan tetapi pemberian jangka panjang pada obat ini memberikan beberapa efek samping yang tidak diinginkan seperti tukak dan iritasi lambung yang disebabkan oleh gugus asam karboksilat. Merancang pro-drug adalah satu dari beberapa strategi untuk mengatasi masalah ini (Roberts dan Morrow, 2001; Suryawanshi, et al., 2014). Pro-drug adalah obat yang diberikan dalam bentuk inaktif yang kemudian dikonversi menjadi bentuk aktif obat melalui proses metabolisme. Pro-drug dirancang untuk mengubah sifat fisika – kimia obat. Dengan melindungi gugus asam bebas pada suatu molekul AINS maka saluran pencernaan dapat terlindungi dari iritasi lokal. Salah satu cara pembuatan pro-drug adalah dengan pembentukan ester (Kumar, et al, 2010; Hasan dan Elias, 2014; Suryawanshi, et al., 2014). Ester dihasilkan melaui suatu reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol yang biasanya menggunakan katalis asam dan dikenal dengan nama esterifikasi. Pembentukan ester dari suatu zat aktif dapat mengubah kelarutan dan laju pelarutannya, yang secara umum berarti penurunan proses laju pelarutan. Pembentukan ester dimaksudkan untuk menghindari peruraian zat aktif di lambung, yang dapat berfungsi sebagai pro-drug yang ia sendiri tidak larut dalam cairan lambung tetapi aktivitas dalam cairan usus terjadi karena peruraian prodrug oleh sejumlah enzim sehingga membebaskan zat aktif dan menghambat atau memperpanjang aksi beberapa zat aktif. Kebanyakan pro-drug dari AINS telah dipersiapkan dengan derivatisasi gugus karboksilnya. Turunan ester mempunyai aktivitas antiradang karena secara in vivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Memodifikasi substruktur molekul dengan memasukkan gugus dengan nilai pKa yang berbeda dapat memodifikasi kelarutan dan permeabilitas dari senyawa. 2 Gugus penarik dan pendonor elektron dapat ditambahkan atau dihilangkan tergantung pada efek yang diinginkan (Aiache, et al., 1982; Hasan dan Elias, 2014; Kerns dan Di, 2008; Riswiyanto, 2009; Suryawanshi, et al., 2014). Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sintesis butil diklofenak karena sediaan butil diklofenak merupakan suatu pro-drug berupa senyawa ester yang belum terdapat di pasaran. Sediaan butil diklofenak ini diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara asam diklofenak dengan butanol dengan bantuan katalisator asam sulfat. Senyawa butil diklofenak ini diduga mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan senyawa garamnya seperti natrium diklofenak atau kalium diklofenak terutama dalam hal iritasi lambung karena gugus asam pada diklofenak yang berperan menyebabkan tukak lambung telah dilindungi oleh gugus butil. Adanya gugus butil yang merupakan pendonor elektron akan menyebabkan peningkatan harga pKa. Peningkatan harga pKa menyebabkan daerah absorbsi berada pada daerah yang lebih basa yaitu usus. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah untuk penelitian ini adalah: 1. apakah asam diklofenak dapat diesterifikasi menjadi butil diklofenak? 2. apakah hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan butanol diperoleh senyawa butil diklofenak yang murni? 3. apakah senyawa hasil sintesis butil diklofenak dapat ditentukan karakteristiknya? 3 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. asam diklofenak dapat diesterifikasi menjadi butil diklofenak. 2. hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan butanol diperoleh senyawa butil diklofenak yang murni. 3. hasil sintesis butil diklofenak dapat ditentukan karakteristiknya. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui esterifikasi butil diklofenak. 2. untuk mengetahui kemurnian senyawa butil diklofenak yang merupakan hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan butanol. 3. untuk mengetahui karakteristik senyawa hasil sintesis butil diklofenak. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai sintesis butil diklofenak yang berasal dari asam diklofenak mengetahui informasi mengenai karakteristiknya. 4 dan