Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketah

advertisement
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Rompone (2012) tentang “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ketahanan Pangan di Kabupaten Klaten Sebagai Kabupaten
Penyangga Pangan di Jawa Tengah” bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketahanan pangan di Kabupaten Klaten dari sisi ketersediaan beras dan
menganalisis faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi ketahanan
pangan di Kabupaten Klaten dari sisi ketersediaan beras. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda. Model dalam penelitian ini
menggunakan teori produksi Cobb-Douglas, metode yang digunakan metode
OLS. Penelitian ini menghasilkan uji F yang signifikan pada taraf kepercayaan
99% dan R2 sebesar 0,995. Hasil uji t menunjukkan variabel produksi beras,
konsumsi beras pertahun dan ketersediaan beras tahun t-1 secara individu
signifikan, sedangkan variabel luas panen padi, nilai tukar petani, harga beras
dan harga jagung secara individu tidak signifikan. Pada penelitian ini terdapat
multikolineritas namun tidak terdapat autokorelasi.
Penelitian Nuryanti (2005) tentang “Analisis Keseimbangan Sistem
Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia” bertujuan untuk menganalisis
stabilitas sistem keseimbangan penawaran dan permintan beras di Indonesia
serta dampak kebijakan harga dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Analisis data menggunakan model keseimbangan Cobweb. Tahap pertama
menggunakan metode OLS. Pada pengaruh jangka pendek, berdasarkan nilai
D1 diketahui bahwa kenaikan jumlah penawaran sebesar 1 % dalam jangka
pendek akan mengakibatkan kenaikan harga sebesar 0,56%, atau kenaikan
penawaran beras sebesar 10% akan meningkatkan harga beras sebesar 5,6%.
Sebaliknya, kenaikan harga beras sebesar 1% akan meningkatkan penawaran
sebesar 1,33%, atau kenaikan harga beras sebesar 10% akan meningkatkan
penawaran beras sebesar 13,3%. Berdasarkan nilai D2, diketahui bahwa
kenaikan harga urea sebesar 1% akan menurunkan penawaran sebesar 0,05%,
atau akan menaikkan harga urea sebesar 10% dalam jangka pendek akan
8
9
menurunkan jumlah beras yang ditawarkan sebesar 0,5%. Hasil analisis lainnya
menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan perkapita dan pertumbuhan
penduduk tidak dipengaruhi penawaran beras, namun keduanya mempengaruhi
permintaan beras. Pengaruh jangka panjang, berdasarkan persamaan bahwa
kenaikan harga pupuk urea sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan
penawaran beras sebesar 0,02%. Selain itu pendapatan perkapita sebesar 1%
dalam jangka panjang tidak mengakibatkan perubahan permintaan maupun
harga beras. Peningkatan jumlah penduduk dalam jangka panjang sebesar 1%
juga menyebabkan peningkatan permintaan beras sebesar 0,82% dan harga
beras sbesar 0,21%. Stabilitas keseimbangan penawaran dan permintaan,
hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek keseimbangan penawaran
da permintaan beras menjauhi keseimbangan, namun dalam jangka panjang
kembali menuju keseimbangan. Implikasinya adalah bahwa kebijakan harga
pada input dan output pertanian tidak mengganggu keseimbangan pasar beras
Indonesia. Oleh karena itu kebijakan tersebut aman untuk diterapkan.
Penelitian
Siti
(2008)
tentang
“Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani dalam Aplikasi Input Produksi
Padi di Kabupaten Jember Jawa Timur” model analisis yang digunakan dari
pemikiran Falconet al (1981) menyatakan bahwa keputusan petani dalam
proses produksi dibedakan dalam 3 hal, yaitu (1) produksi, (2) teknik yang
diterapkan, dan (3) jumlah input yang digunakan untuk menghasilkan output.
Fungsi produksi yang dikembangan ialah dengan pendekatan fungsi
keuntungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R2 0,4994; hal ini
mengidikasikan bahwa variabel yang digunakan dalam model memberikan
pengaruh sebesar 49,94%, sedangkan lainnya ditentukan variabel diluar model.
Nilai F-test signifikan pada taraf kepercayaan 99%, berarti secara bersamasama variabel yang digunakan dalam model mempengaruhi petani dalam
pengambilan
keputusan
produksi.
Nilai
obs*R
squared
untuk
uji
heteroskedastik di Kabupaten Jember 11,6137 dan nilai probablitas 0,7701,
nilai ini > 0,05 berarti signifikan, maka bebas dari heteroskedastik. Uji
normalitas menunjukkan signifikan untuk nilai Jarque-Bera ialah 0, 3027 dan
10
probabilitas 0,8595 > 0,05 sehingga model persamaan lolos dari uji normalitas.
Untuk multikolinearitas tidak ada variabel yang berkorelasi > 0,8. Berdasarkan
hasil analisis dapat dicari nilai elastisitas produksi padi yang diusahakan oleh
petani menunjukkan bahwa nilai elastisitas pupuk urea diperoleh negatif elastis
(-1,27) yang berarti kenaikan harga pupuk 1% menurunkan penggunaan pupuk
sebesar 1,27%. Sehingga pengambilan keputusan petani dalam berproduksi
padi sangat dipengaruhi oleh harga pupuk.
Penelitian Boansi (2014) tentang“Hasil Respon Beras di Nigeria”
menggunakan
analisis
co-integrasi
yang
bertujuan
untuk
membantu
kesenjangan informasi dalam studi respon pasokan untuk Nigeria dan
menginformasikan keputusan kebijakan tentang bagaimana penawaran dan
permintaan bisa dijembatani dalam waktu dekat. Pada penelitian ini digunakan
data sekunder pada tahun 1966-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka panjang, secara signifikan tergantung pada harga produsen beras,
keluarga agregat padi dan harga produsen jagung. Dalam jangka pendek, hasil
ini tergantung pada hasil tertinggal, harga produsen beras, output agregat padi,
harga produsen jagung, dan kuantitas pupuk yang digunakan. Sebanyak sekitar
59,82% dari variasi dalam hasil padi sawah untuk Nigeria dijelaskan oleh
variabel dalam model estimasi. Sebanyak 26% dari penyimpangan ekuilibrium
jangka panjang untuk hasil yang dipulihkan pada periode berjalan, dan
restorasi ini ditemukan signifikan pada tingkat 5%.
Penelitian Rahji (2008) tentang “Respon Penawaran dan Permintaan Pasar
untuk Padi Lokal di Nigeria”yang bertujuan untuk swasembada beras. Data
sekunder yang digunakan mencakup tahun 1960 sampai 2004. Penelitian ini
menggunakan analisis subseqeunt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah
pembudidayaan cocok untuk model karena memiliki nilai R2 yaitu 0,96. Semua
parameter estimasi yang secara signifikan berbeda dari 0 sampai 1%, hal ini
menjelaskan bahwa 96% dari variasi dalam daerah pembudidayaan padi.
Elastisitas jangka pendek dengan mengukur persentase perubahan luas tanaman
sehubungan dengan harga yang diharapkan adalah 0,077 namun memperoleh
nilai sementara 0,259 melaporkan nilai 0,222. Koefisien penyesuaian daerah
11
0,0488, koefisisen daerah tertinggal 0,9512 sehingga sangat signifikan. Pada
jangka panjang respon pasokan 1,5779 yang berarti elastis, namun diperoleh
nilai sementara 0,58 melaporkan nilai 0,296. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa prospek untuk mencapai swasembada beras jangka panjang dapat
dikatakan cerah.Variabel cuaca menunjukkan hasil nilai R2 sebesar 0,8707
yang menjelaskan sekitar 87% dari variasi dalam hasil. Semua parameter yang
signifkan pada tingkat 1%, sehingga cocok digunakan dalam model.
Penelitian-penelitian diatas memiliki beberapa perbedaan ialah alat
analisis yang digunakan. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan
yang berbeda-beda, maka dari itu metode analisis data yang digunakan
disesuaikan dengan tujuan dari penelitian tersebut. Penelitian Nuryanti
menggunakan analisis data menggunakan model keseimbangan Cobweb,
penelitian Endang Siti menggunakan model analisis dari pemikiran Falcon
yang menyatakan bahwa keputusan petani dalam proses produksi dibedakan
dalam 3 hal yaitu; produksi atau jumlah output yang dihasilkan, teknik apa
yang diterapkan, dan jumlah input yang digunakan petani untuk menghasilkan
output. Penelitian Boansi menggunakan analisis co-integrasi. Penelitian Rahji
menggunakan analisis subseqeunt, sedangkan metode analisis yang digunakan
dalam penelitian analisis penawaran padi di Kabupaten Karanganyar
menggunakan metode analisis regresi linier berganda, tujuan dari penelitian
analisis
penawaran
ini
hanya
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi, yang paling mempengaruhi, dan mengetahui tingkat elastisitas
terhadap
penawaran padi gogo di Kabupaten Karanganyar. Namun pada
penelitian Rompone memiliki beberapa persamaan dengan penelitian
penawaran padi gogo di Kabupaten Karanganyar antara lain metode OLS dan
model teori produksi Cobb-Douglas
12
B. Tinjauan Pustaka
1. Padi
Padi memiliki nama latin Oryza sativa L.Klasifikasi botani pada
tanaman padi sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Class
: Monotyledonae
Ordo
: Poales
Familia
: Gramineae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Spesies
: sativa L.
(Van Steenis 2005).
Menurut Prihatman (2008), padi dapat dibedakan menjadi padi
sawah dan padi gogo. Padi sawah biasanya ditanam di daerah dataran
rendah yang memerlukan penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam
dataran tinggi pada lahan kering. Menurut Eko (2011), padi gogo
memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut
hanya mengandalkan curah hujan. Pada musim kemarau produksi
meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia, dimusim hujan walau air
melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukannya kurang efektif.
Padi gogo dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah
tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo.
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per
bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang
dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi 230 C. Tinggi tempat yang cocok untuk
tanaman padi berkisar antara 0-1500 m dpl. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi
pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan
13
air dalam jumlah yang cukup. Pada dapat tumbuh dengan baik pada tanah
yang ketebalan lapisan atasnya 18-22 cm dengan pH antara 4-7. Di dataran
rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22270 C sedangkan di dataran tinggi 650-1500 m dpl dengan temperatur 19230 C. Angin berpengaruh pada penyerbukaan dan pembuahan tetapi jika
terlalu kencang akan merobohkan tanaman (Dinas Pertanian, 2000).
Pembenihan merupakan salah satu tahap dalam budidaya padi karena
umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan
terlebih dahulu di tempat lain. Benih bermutu merupakan syarat untuk
mendapatkan hasil panen yang maksimal. Petani biasanya menyediakan
benih sampai sekitar 45 kg untuk setiap hektar tanah yang akan
ditanaminya, dengan asumsi jarak tanam rata-rata 25cm x 25 cm.
menyiapkan
tempat
pembenihan
pada
prinsipnya
sama
dengan
menyiapkan lahan penanaman. Bagian sawah yang akan digunakan untuk
pembenihan dicangkul merata sedalam kira-kira 30 cm. Selanjutnya tanah
dihaluskan dengan cara dicangkuli sampai lumer, bersamaan dengan hal
tersebut lahan sawah ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang
sebanyak 40 kg setiap 35 m2 dengan cara ditebar merata. Kemudian
diinjak-injak agar menyatu dengan tanah. Keempat sisi dan tengah tempat
pembibitan, dibuat parit sebagai tempat untuk mengeluarkan kelebihan air.
Penyiapan tempat untuk pembibitan ini dilakukan kira-kira seminggu
sebelum benih disebarkan. Mengecambahan benih dilakukan dengan cara
benih direndam dalam air bersih selama sekitar dua hari sehingga
menyerap air. Hanya benih yang bernas saja yang dipilih sedangkan benih
yang mengapung tidak dipilih. Setelah direndam kemudian benih di peram
sekitar dua hari agar berkecambah. Pemeraman dilakukan dengan cara
dihamparkan di atas lantai dan kemudian ditutup karung goni basah.
Menyebarkan benih harus berhati-hati dan secara merata, tidak perlu harus
terbenam ke dalam tanah (Andoko, 2008).
Analisis statistik menunjukkan bahwa varietas sangat mempengaruhi
tinggi tanaman umur 30 dan 60 HST . Tinggi tanaman padi varietas lokal
14
sangat bervariasi antar varietas. Tanaman padi tertinggi pada umur 30 HST
dijumpai pada varietas Padi Pangku yang berbeda nyata dengan Padi
Barcelona, DG I SHS, Padi Mirah, IR64, Salah Mayang Ru, Sipirok, Padi
Peunataran, Padi P66, Bo Santeut, Padi Das, Rangkop Mirah, Sanbei, dan
B0 100. Namun demikian, tidak berbeda nyata dengan varietas Sikuneng,
Asi Puteh, Aweuh, Sigupai, dan Sepuluo. Pada umur 60 HST varietas
tertinggi adalah Padi Pangku mencapai 123 cm, yang tidak berbeda nyata
dengan varietas Sikuneng, Rom Mokot, Sepuluo, Padi Mas, dan Sigupai.
Namun, berbeda nyata dengan varietas Padi Peunataran, Inpari, Padi
Mirah, Situ Bagendit, DG I SHS, Ciherang, Salah Mayang Ru, Padi Das,
dan IR64 (Efendi, 2012).
Variasi tinggi tanaman yang terjadi antar varietas disebabkan karena
setiap varietas memiliki faktor genetik dan karakter yang berbeda dengan
kata lain adanya gen yang mengendalikan sifat dari varietas tersebut.
Selain pengaruh genetik, setiap varietas ini juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang dapat menyebabkan mutasi gen. Mutasi gen akan terjadi
apabila suatu varietas ditanam di daerah yang bersuhu dingin kemudian
hasilnya diperbanyak di daerah yang bersuhu panas (Sugeng, 2001).
Luas pertanaman padi di Indonesia diperkirakan mencapai 11–12
juta ha. Tersebar di berbagai tipologi lahan seperti sawah (5,10 juta ha),
lahan tadah hujan (2,10 juta ha), ladang (1,20 juta ha),dan lahan pasang
surut. Lebih dari 90% produksi beras nasional dihasilkan dari lahan
sawah,dan lebih dari 80% total areal pertanaman padi sawah telah
ditanami varietas unggul (Badan Pusat Statistik, 2000).
Menurut Susanto (2003), kebutuhan akan beras yang terus
meningkat menuntut peningkatan produktivitas padi dengan segera. Oleh
karena itu, dilakukan introduksi galur-galur/ varietas dari IRRI yang
memiliki potensi hasil tinggi. Menurut Daradjat (2001) Peningkatan
produksi padi dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu peningkatan potensi
hasil dan peningkatan stabilitas hasil.
15
Pada padi beririgasi pemakaian air dalam jumlah yang sesuai secara
terkendali dan tepat waktu disertai dengan drainase yang efektif
merupakan persyaratan pemanfaatan air dan produksi maksimal dari
berbagai varietas padi, dengan 2x tanam setahun irigasi tidak menjadi
kendala. Faktor lain dalam meningkatan produksi padi disamping air
irigasi sebagai sarana produksi, juga perlu diimbangi dengan sarana
produksi lainnya seperti pupuk, peptisida, dan zat perangsang tumbuh,
peningkatan pengetahuan sumberdaya manusia dan memberdayakan
kembali organisasi kelompok tani yang ada (Sumono, 2012). Menurut
Sianturi (2014), aras pencapaian produksi padi masih dapat ditingkatkan
dengan melakukan intensifikasi (usaha untuk meningkatkan hasil pertanian
dengan mengoptimalkan lahan yang sudah ada), memberikan penyuluhan
secara langsung kepada petani untuk meningkatkan pengetahuan sumber
daya manusia dan memperkenalkan teknologi tanaman dan perangkatnya
kepada petani.
Program pemerintah untuk mencukupi kebutuhan beras, selama ini
lebih diorientasikan pada padi sawah, sedangkan padi ladang dianggap
sebagai tambahan saja. Padahal untuk mencetak sawah baru melalui
ekstensifikasi maupun sebagai pengganti lahan sawah yang beralih fungsi
membutuhkan biaya yang mahal untuk pembangunan waduk, bendungan,
jaringan irigasi dan infrakstuktur lainnya. Jika dievaluasi dengan alat ukur
ekonomi semata maka nilai investasi tersebut tidak sebanding dengan nilai
beras yang akan diperoleh. Seharusnya upaya swasembada beras dilakukan
juga melalui padi ladang, karena padi ladang belum menggunakan input
produksi seperti pupuk dan pestisida dosis tinggi (Edward, 2012).
2.
Teori produksi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1993) Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah
suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel,
dimana variabel yang satu disebut variable dependent (Y) yang dijelaskan,
dan yang lain disebut variable independent (X) yang menjelaskan.
16
Fungsi dalam beberapa pembahasan ekonomi produksi banyak
diminati dan dianggap penting karena:
a. Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi
dengan produksi itu sendiri secara langsung dan hubungan tersebut
dapat mudah dimengerti.
b. Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang
dijelaskan (Q) dengan variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus
mampu mengetahui hubungan antar variabel penjelasnya (antara X
dengan X yang lain).
Secara matematis sederhana, fungsi produksi dapat ditulias sebagai
berikut:
Output = f(input)................................................................(1)
Q = f (X1,X2,X3,.....Xi)
dimana:
Q = output
Xi = input yang digunakan dalam proses produksi; i = 1,2,3,....n.
Input yang digunakan dalam proses produksi antara lain adalah modal,
tenaga kerja, dummy, dan lain-lain. Dalam ilmu ekonomi, output
dinotasikan dengan Q sedangkan input (faktor produksi) yang digunakan
biasanya (untuk penyederhanaan) terdiri dari input kapital (K) dan tenaga
kerja (L).
Dengan demikian : Q = f (K,L)..........................................(2)
Beberapa alasan praktis yang membuat produksi Cobb-Douglas
sering dipergunakan orang adalah:
a. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah
dalam penerapannya.
b. Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala
hasil (return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
c. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung
menggambarkan
elastisitas
produksi
dari
setiap
input
yang
17
dipergunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi
Cobb-Douglas itu.
d. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan
indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan
efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari system
produksi yang sedang dikaji itu (Yuliastuti, 2011).
Fungsi penawaran dan kurva penawaran
Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang
sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang
ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan
para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan
bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila
harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa
makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut
akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, semakin rendah harga sesuatu
barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.
S
Harga (Rupiah)
3.
Kuantitas (Kg)
Q
Gambar 1. Kurva Penawaran
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan
di antara harga sesuatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut
yang ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah
ke kanan atas. Berarti arah pergerakannya berlawanan dengan arah
pergerakan kurva permintaan. Bentuk kurva penawaran bersifat seperti itu
karena terdapat hubungan yang positif diantara harga dan jumlah barang
18
yang ditawarkan, yaitu makin tinggi harga, makin banyak jumlah yang
ditawarkan (Sukirno, 2005).
Menurut
Samuelson,
Nordhaus
(2003),
kurva
penawaran
menghubungkan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang dengan
harga pasarnya sementara hal-hal lain konstan. Dalam mempertimbankan
penawaran, hal-hal lain yang dianggap konstan mencakup biaya produksi,
harga barang terkait, dan kebijakan pemerintah. Hal yang mendasar yang
perlu dipahami ialah bahwa para produsen menawarkan komoditikomoditinya demi keuntungan dan bukan untuk kesenangan. Salah satu
unsur utama yang mendasari kurva penawaran ialah biaya produksi.
4.
Elastisitas
Konsep koefisien elastisitas secara umum dapat didefinisikan
sebagai perubahan persentase suatu variabel terikat sebagai akibat adanya
perubahan persentase suatu variabel bebas. Jika konsep ini diterapkan pada
fungsi permintaan, berarti mengukur perubahan persentase jumlah yang
diminta oleh konsumen sebagai akibat adanya perubahan persentase pada
harga barang itu sendiri dan variabel – variabel bebas yang lain yang
memperngaruhinya secara parsial. Elastisitas permintaan terdiri dari tiga
macam yaitu: elastisitas harga, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan
(Bintang, 2011).
Elastisitas permintaan dapat dibagi menjadi tiga jenis elastisitas,
sesuai dengan determinan dari permintaan diantaranya:
a. Elastisitas harga (price elasticity) yaitu persentase jumlah yang diminta
yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan satu
persen.
b. Elastisitas silang (cross elasticity) yaitupersentase perubahan jumlah
yang diminta akan sesuatu barang yang diakibatkan oleh perubahan
harga barang lain (yang mempunyai “hubungan”) dengan satu persen.
c. Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan permintaan akan
suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan rill konsumen
dengan satu persen (Boediono, 1980).
19
Elastisitas penawaran mengukur responsif penawaran sebagai
akibat perubahan harga. Koefisien elastisitas penawaran dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:
Es=Persentasi perubahan jumlah barang yang ditawarkan
Persentasi perubahan harga
Untuk tujuan perhitungan rumus di atas perlu diubah menjadi
Es=
Keterangan:
Es = Koefisisen elastisitas penawaran
QB = Jumlah baru barang yang ditawarkan
QA = Jumlah penawaran yang asal
PB = Tingkat harga yang baru
PA = Tingkat harga yang asal
Elastisitas penawaran mempunyai sifat-sifat yang bersamaan dengan
elastisitas permintaan, yaitu terdapat lima tingkat elastisitas yaitu:
P
P
S1
S0
Q
0 2. Kurva Penawaran
Gambar
Elastis Sempurna
Q
0
Gambar 3. Kurva Penawaran Tidak
Elastis Sempurna
20
P
P
S3
P
S3
P1
S4
Q
0
0
Gambar 4. Kurva Penawaran
Elastis Uniter
Q
Q
Q1
Gambar 5. Kurva Penawaran
Tidak Elastis
P
P
P1
S5
Q
0
Q
Q1
Gambar 6. Kurva Penawaran Elastis
Elastis sempurna wujud apabila para penjual bersedia menjual
semua barangnya pada suatu harga tertentu. Apabila penawaran sesuatu
barang bersifat elastis sempurna, kurva penawarannya sejajar dengan
sumbu datar. Tidak elastis sempurna (kurva penawarannya sejajar sumbu
tegak) wujud apabila penjual sama sekali tidak dapat menambah
penawarannya walaupun harga bertambah tinggi. Gambar 2 dan 3
menggambarkan bentuk dari elastisitas penawaran yang elastis sempurna
(S0) dan tidak elastis sempurna (S1). Kurva penawaran yang tidak elastis,
elastisitasnya uniter dan elastis, ditunjukkan dalam pada gambar 4 hingga
gambar 6. Kurva penawaran elastisitasnya uniter (S3) apabila kurva
tersebut bermula dari titik 0. Kurva penawaran adalah tidak elastis (S 4)
21
apabila perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil
terhadap penawaran. Kurva Penawaran adalah elastis (S5) apabila
perbahan harga menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap
penawaran (Sukirno, 2005).
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
Fungsi penawaran komoditas tanaman pangan dan hortikultura.
Dalam pengambilan keputusan tentang perubahan alokasi lahan yang akan
ditanami dengan komoditas tertentu sebagai akibat perubahan harga
output, tidak terjadi secara spontan (immediate response), tetapi ada
keterlambatan (lagged response). Hal ini disebabkan oleh adanya
kekakuan (rigidity) sifat produsen dan pemilikan sumberdaya yang sulit
berubah secara cepat (aset fixity), seperti lahan, jumlah tenaga kerja
keluarga dan ketersediaan modal. Maka analisis yang digunakan ialah
“Partial Adjusment Model” yang dikembangkan oleh Marc Nerlove.
Bentuk dasar model Nerlove ditunjukkan pada persamaan (1) dan (2)
berikut:
At* = b0 + b1 Pt-1 + µ t.....................(3)
At - At-1 = y(At*- At-1)....................(4)
Keterangan:
At* = Luas areal tanam yang diinginkan produsen tahun t (ha)
At = Luas areal tanam aktual pada tahun t (ha)
Pt-1 = Harga komoditas yang bersangkutan tahun sebelumnya (Rp/kg)
µ t = Galat tahun t
y = Koefisien pennyesuaian (adjustment coeficient) Nerlove
(Purwanti 2012).
Menurut Nuryanti (2005) penawaran tahun ini juga dipengaruhi oleh
penawaran dan harga input tahun sebelumnya, sehingga fungsi penawaran
persamaan menjadi:
Qst-1=f(Qst, Pt, Pft) atau Qst= f (Qst-1, Pt-1, Pft-1).....................(5)
Keterangan:
Qst = jumlah beras yang ditawarkan pada tahun t
22
Qst-1 = jumlah beras yang ditawarkan pada tahun t-1
Pt
= harga gabah pada tahun t
Pt-1 = harga gabah pada tahun t-1
Pft = harga pupuk urea pada tahun t
Pft-1 = harga pupuk urea pada tahun t-1
Menurut Daniel (2001), perubahan pada penawaran bisa terjadi karena
adanya perubahan pengaruh beberapa faktor diantaranya adalah teknologi,
harga input, harga produksi komoditas lain, jumlah produk dan harapan
produsen.
a.
Teknologi
Bila terjadi perubahan pada teknologi dalam proses produksi, maka
akan terjadi perubahan produksi yang cenderung meningkat, sehingga
jumlah penawarannyapun akan meningkat.
b.
Harga input
Besarnya harga input akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah input
yang dipakai.
c.
Harga produksi komoditas lain
Jika harga komoditas lain meningkat, maka petani cenderung
menanam komoditas tersebut dengan harapan keuntungan lebih
banyak. Hal ini menyebabkan luas areal tanam berkurang, sehingga
jumlah produksipun menurun.
d.
Jumlah produsen
Bila produsen bertambah, maka produksi yang ditawarkan akan
meningkat. Hal itu ditandai dengan perluasan luas areal tanam.
e.
Harapan produsen
Perkembangan harga yang terjadi di pasar menyebabkan petani
berspekulasi terhadap harga pada musim tanam berikutnya. Bila
petani optimis harga akan meningkat pada musim datang, maka akan
mempengaruhi luas areal tanam dan jumlah penawaran.
Kenaikan terbaru dalam pertanian harga komoditas juga telah
mengakibatkan lebih banyak kompetisi untuk lahan pertanian. Misalnya,
23
ada investasi pertanian besar asing di banyak negara berkembang, terutama
berfokus pada tumbuh tinggi tanaman termasuk jagung, kedelai, gandum,
beras dan banyak tanaman biofuel lainnya. Kenaikan harga komoditas
pertanian juga insentif untuk investasi pertanian yang lebih besar
darimenghasilkan peningkatan teknologi (Von Braun, Meinzen- Dick,
2009). Menurut Haile (2013) perubahan areal tanaman telah dipenuhi baik
dengan menambahkan lahan marginal dalam budidaya dan dengan
penawaran tanah dari tanaman rendah permintaan. Untuk akhir ini, sebuah
penelitian terbaru menunjukkan bahwa lebih dari seperempat dari
peningkatan di bidang tanaman permintaan tinggi untuk periode
2004/2005 untuk 2010/2011 terdiri dari pengungsi area tanaman yang
rendah permintaannya sedangkan sisanya datang dari perluasan lahan
marginal.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang cocok untuk usahatani
salah satunya yaitu usahatani tanaman padi. Tanaman padi menghasilkan beras
yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Padi tidak hanya
merupakan komoditas tanaman pangan namun juga komoditas yang memiliki
sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi. Sehingga
apabila terjadi gangguan dalam produksi beras, maka pasokan akan terganggu
dan harga jualnya akan meningkat. Penawaran padi merupakan jumlah padi
pada saat produsen bersedia menjualnya pada berbagai alternatif harga.
Apabila harga beras meningkat maka jumlah yang ditawarkan juga meningkat.
Besarnya penawaran suatu barang dapat diketahui melalui 2
pendekatan, yaitu pendekatan langsung (jumlah produksi) dan pendekatan
tidak langsung (luas areal pembudidayaan). Analisis penawaran padi gogo di
Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan secara langsung pada
jumlah produksi. Jumlah produksi padi hasil budidaya pada tahun
pembudidayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
24
1.
Harga beras pada tahun sebelumnya
Apabila harga beras pada tahun sebelumnya naik, maka luas lahan dan
penggunaan input padi akan meningkat, dan sebaliknya.
2.
Jumlah produksi padi gogo pada tahun sebelumnya
Apabila jumlah produksi padi gogo pada tahun sebelumnya naik, maka
harga beras akan turun, luas lahan dan penggunaan input padi juga
menurun, dan sebaliknya.
3.
Luas panen pada tahun pembudidayaan
Apabila luas panen padi gogo pada tahun pembudidayaan naik, maka
produksi padi gogo pada tahun pembudidayaan akan naik dan penggunaan
input padi gogo juga akan meningkat, dan sebaliknya.
4.
Rata-rata curah hujan pada tahun pembudidayaan
Faktor curah hujan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan padi. Curah
hujan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi yang
merupakan bagian dari syarat tumbuh tanaman padi. Apabila curah hujan
pada tahun pembudidayaan baik, maka produksi padi akan naik, sehingga
luas lahan dan penggunaan input padi juga akan meningkat.
5.
Harga jagung pada tahun sebelumnya
Penentuan jagung sebagai komoditas lain dalam penelitian ini didasarkan
bahwa tanaman jagung merupakan hasil pertanian yang biasanya dijadikan
pengganti tanaman padi untuk dikonsumsi sehari-hari apabila tanaman
padi gogo gagal panen. Apabila harga jagung naik, maka penggunaan luas
lahan jagung akan meningkat, sehingga penggunaan luas lahan padi akan
menurun, dan sebaliknya.
6.
Harga kedelai pada tahun sebelumnya
Komoditas kedelai merupakan komoditas lain pengganti padi yang
termasuk memiliki hasil produksi yang banyak di Kabupaten Karanganyar
dan juga dikonsumsi sehari-hari apabila tanaman padi gogo gagal panen.
Apabila harga kedelai naik, maka penggunaan luas lahan kedelai akan
meningkat, sehingga penggunaan luas lahan padi akan menurun, dan
sebaliknya.
25
7.
Harga ketela pohon pada tahun sebelumnya
Komoditas ketela pohon merupakan komoditas yang ditanam di lahan
kering seperti halnya padi gogo. Maka apabila harga ketela pohon
meningkat petani akan meningkatkan produksi ketela pohon, namun petani
juga akan meningkatkan produksi padi gogo karena harga ketela pohon
biasanya lebih rendah dibandingkan dengan harga padi yang merupakan
bahan makanan pokok utama masyarakat.
8.
Harga pupuk urea, SP36, dan KCl pada tahun pembudidayaan
Pemupukan
pada
budidaya
padi
ditujukan
untuk
meningkatkan
produksipadi. Pemupukan merupakan salah satu bagian dari perawatan
budidaya tanaman padi yang cukup penting. Adanya pemupukan yang
sesuai dan rutin maka hal tersebut akan mempengaruhi meningkatan hasil
produksi tanaman padi. Apabila harga beras naik maka penggunaan luas
lahan padi juga akan meningkat, sehingga hal ini juga akan mempengaruhi
peningkatan penggunaan pupuk urea, SP36, KCl dan sebaliknya.
Untuk mengestimasi besarnya perubahan penawaran sebagai akibat dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan nilai elastisitas dari penawaran.
Elasisitas
penawaran
adalah
persentase
perubahan
penawaran
dalam
menanggapi persentase perubahan faktor yang mempengaruhinya. Dengan
demikian, untuk mengetahui lebih jelas mengenai alur berfikir dalam penelitian
analisis penawaran padi gogo di Kabupaten Karanganyar ini maka dapat dilihat
kerangka teori pendekatan masalah pada Gambar 7 berikut:
26
Penawaran Padi
Gogo
Tidak Langsung
Pendekatan Luas Areal Tanam
dan Produktivitas










Langsung
Pendekatan Jumlah
Produksi
Harga beras tahun sebelumnya
Produksi padi gogo tahun sebelumnya
Rata-rata curah hujan pada tahun pembudidayaan
Luas panen pada tahun pembudidayaan
Harga jagung pada tahun sebelumnya
Harga kedelai pada tahun sebelumnya
Harga ketela pohon pada tahun sebelumnya
Harga pupuk urea pada tahun pembudidayaan
Harga pupuk SP36 pada tahun pembudidayaan
Harga pupuk KCl pada tahun pembudidayaan
Elastisitas Penawaran
Keterangan:
: Dilakukan
: Tidak dilakukan
Gambar 7. Alur Kerangka Berfikir Penawaran Padi Gogo di Kabupaten
Karanganyar
D. Asumsi
1. Produksi padi gogo terjual seluruhnya, sehingga jumlah produksi pada
tahun pembudidayaan diasumsikan sama dengan penawaran padi gogo di
Kabupaten Karanganyar pada tahun pembudidayaan.
2.
Keadaan pasar dalam bentuk pasar persaingan sempurna.
3.
Petani berfikir rasional, yakni berusaha mencapai keuntungan maksimal.
E. Pembatasan Masalah
1.
Penelitian dilakukan terhadap produksi padi gogo hasil budidaya pertanian
di Kabupaten Karanganyar.
2.
Padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi gogo.
27
3.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada harga beras
pada tahun sebelumnya, jumlah produksi padi gogo pada tahun
sebelumnya, rata-rata curah hujan pada tahun pembudidayaan, luas panen
pada tahun pembudidayaan, harga jagung pada tahun sebelumnya, harga
kedelai pada tahun sebelumnya, harga ketela pohon pada tahun
sebelumnya, harga pupuk urea pada tahun pembudidayaan, harga pupuk
SP36 pada tahun pembudidayaan, dan harga pupuk KCl pada tahun
pembudidayaan.
4.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan rentang waktu 19 tahun yakni 1995-2013.
F. Definisi Operasional
1. Jumlah penawaran padi gogo adalah jumlah produksi padi gogo yang
dihasilkan pada suatu luas tanam selama satu tahun di Kabupaten
Karanganyar, dinyatakan dalam satuan ton.
2.
Harga beras, harga jagung, harga kedelai dan ketela pohon pada tahun
sebelumnya adalah harga yang diterima konsumen pada tahun sebelumnya
dan merupakan harga yang sudah dideflasikan, dinyatakan dalam satuan
Rp/kg. Menurut Pyndick, Daniel Rubinfeld (1998), harga terdeflasi dapat
dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Hbr =
Ihkd
 Hba
Ihkt
Keterangan :
3.
Hbr
: harga setelah terdeflasi pada tahun t.
Ihkd
: indeks harga konsumen pada tahun dasar.
Ihkt
: indeks harga konsumen pada tahun t.
Hba
: harga sebelum terdeflasi pada tahun t.
Mengurangi pengaruh perubahan harga ataupun nilai tukar uang yang
terjadi maka dilakukan pendeflasian dengan indeks harga konsumen
kelompok barang umum sebagai deflator.
4.
Produksi padi gogo pada tahun sebelumnya adalah jumlah padi gogo yang
dihasilkan pada tahun sebelumnya dengan satuan ton.
28
5.
Harga input pada tahun t adalah harga pupuk urea, SP36, dan KCl yang
dibayar oleh petani pada tahun t, merupakan harga yang sudah
dideflasikan, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.
6.
Curah hujan merupakan jumlah rata-rata curah hujan dalam satu tahun dan
dinyatakan dengan satuan mm/tahun.
7.
Elasisitas penawaran adalah persentase perubahan penawaran dalam
menanggapi persentase perubahan faktor yang mempengaruhinya.
8.
Variabel terikat adalah variabel jumlah penawaran padi gogo pada tahun
pembudidayaan.
9.
Variabel bebas adalah variabel harga beras pada tahun sebelumnya, jumlah
produksi padi gogo pada tahun sebelumnya, rata-rata curah hujan pada
tahun pembudidayaan, luas panen pada tahun pembudidayaan, harga
jagung pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya,
harga ketela pohon pada tahun sebelumnya, harga pupuk urea pada tahun
pembudidayaan, harga pupuk SP36 pada tahun pembudidayaan, dan harga
pupuk KCl pada tahun pembudidayaan.
Download