Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, INVESTASI DAN UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI SUMATERA BARAT Oleh: Drs. Abdul Karib, MS Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang ABSTRACT This study aims to find a lot of value of production, value of investment and business unit jumalah employment in the industrial sector of West Sumatra. Research on employment was conducted in West Sumatra from 1997 to 2008 by using multiple linear regression analysis The results of this study indicate that employment in the industrial sector of West Sumatra affected by variable production value, investment value, and the number of business units by 96.3%. This study found a significant positive relationship between the variables of production, investment, business units with the amount of work in the industrial sector tenga Sumatara West. Based on this research, the author provides advice for investments, the number of business units, the amount of production to be increased in industry employment. Keyword: employment, investment, industry I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan di propinsi Sumatera Barat umumnya menitikberatkan pada sektor industri dan pertanian. Kedua sektor ini memberi kontribusi atau sumbangan devisa terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk dalam penciptaan lapangan kerja baru. Kebijaksanaan industri di Sumatera Barat di tujukan untuk memperluas kesempatan kerja, pemerataan kemampuan berusaha dan menunjang pembangunan daerah. Dari tabel 1.1 berikut ini dapat di lihat bahwa sektor industri di Sumatera Barat mampu menyerap cukup banyak jumlah tenaga kerja. Seperti terlihat pada tabel tersebut jumlah tenaga kerja seluruh sektor pada tahun 2008 sebesar 1.956.378 orang. Penyerapan tenaga kerja terbanyak adalah pada sektor pertanian karena perekonomian Sumatera Barat masih tergolong dalam kategori perekonomian Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 53 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 agraris. Hal tersebut terlihat dari kontribusi terbesar dalam struktur perekekonomian Sumatera Barat yang masih didominasi oleh sektor pertanian mencapai 47,97% dan jumlah tenaga kerja sebesar 924.314 orang. Sedangkan sektor industri berada pada urutan ke tiga setelah sektor pertanian dan perdagangan. Sektor industri dapat menyerap tenaga kerja sebesar 128.357 orang persentasenya mencapai 7,51%. Proses perekonomian Sumatera Barat dari agraris ke sektor industri masih membutuhkan waktu, dana dan sumber daya manusia, serta teknologi. Walupun demikian sektor industri dapat menyerap tenaga kerja Sumatera Barat yang cukup besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka pengangguran. Tabel 1.1 Penduduk Berumur15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha Tahun Sumatera Barat Jumlah Tenaga No Lapangan Usaha Kerja 1 Pertanian, Kelautan , Perikanan 924.314 2 Pertambangan 17.797 3 Industri Pengolahan 128.357 4 Listrik, Gas, Air 3.981 5 Bangunan 88.423 6 Perdagangan, Hotel, dan restoran 396.024 7 Pengangkutan dan Komunikasi 125.085 8 Keuangan , Pesewaan, dan jasa perusahaan 17.085 9 Jasa – Jasa 254.590 Jumlah 1.956.378 Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka 2008, BPS Selama 2008 di % 47,97 0,43 7,51 0,32 3,08 18,46 7,76 0,58 13,89 100 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sektor industri mempunyai peran sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran. Sektor industri terbagi tiga yaitu: industri kecil, industri menengah, dan industri besar. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri diasumsikan faktor produksi , investasi, dan unit usaha dapat mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 54 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini ialah: 1. Bagaimana pengaruh produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat. 2. Bagaiamana pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat. 3. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian untuk : 1. Menganalisis pengaruh produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat. 2. Menganalisis pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat. 3. Menganalisis pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat. 1.3. Definisi Variabel Variabel –variabel yang akan diteliti dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah: • Penyerapan tenaga kerja adalah seluruh jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri selama 1 tahun, diukur dalam satuan orang. • Nilai produksi adalah volume produksi yang di hasilkan dalam satu tahun yang di nyatakan dalam rupiah. • Investasi adalah jumlah nilai yang diinvestasikan dalam proses produksi selama 1 tahun yang di nyatakan dalam rupiah. • Jumlah unit usaha adalah jumlah unit usaha yang ada di Sumatera Barat Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 55 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 II. KERANGKA TEORI, STUDI LETERATUR 1. Pengertian Tenaga Kerja Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan (Mulyadi.S, 2003), yaitu: 1. Tenaga Kerja (manpower) Adalah penduduk dalam usia kerja (bersia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. 2. Angkatan Kerja (labor force) Adalah bagian tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa. 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Labor force participation rate) Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut. TPAK = Angka tan Kerja Χ100% Tenaga Kerja 4. Tingkat Penganguran (unemployment rate) Adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur di sini adalah aktif mencari pekerjaan. TP = Jumlah Orang Yang Mencari Pekejaan X 100% Jumlah Angk tan Kerja 5. Pengangguran Terbuka (open unemployment) Pengangguran terbuka atau pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. 6. Setengah Menganggur (underemployment) Adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya. 7. Setengah Menganggur Yang Kentara (visible underemployment) Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 56 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya. 8. Setengah Menganggur Yang Tidak Kentara (invisible underemployment) Adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetap pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya. 9. Pengangguran Tidak Kentara (disguised unemployment) Dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebenarnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktifitasnya. Misalnya : Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dua orang, tetapi dikerjakan oleh tiga orang sehingga satu orang merupakan disguised unemployment. 10. Pengangguran Friksional Adalah penganguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan lain tersebut. 11. Pengangguran Struktural Adalah pengangguran yang disebabkan karena ketidak cocokan antara struktur para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi. 2. Penyerapan Tenaga kerja Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja (Todaro, 2003 ). Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 57 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Usaha perluasan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja dapat dilakukan dengan dua cara : a. Pengembangan industri yaitu jenis industri yang sifatnya padat karya yang dapat menyerap relatif banyak tenaga kerja dalam industri termasuk industri rumah tangga. b. Melalui berbagai proyek pekerjaan umum, misalnya pembuatan saluran air, bendungan, jembatan. Dalam hal memaksimumkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah karyawan yang dapat dipekerjakannya. Sebagai bahan pertimbangan, suatu perusahaan perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan penambahan seorang karyawan yang disebut tambahan hasil marginal atau marginal physical product dari karyawan (MPP). Lalu menghitung pengembalian dari adanya tambahan hasil marginal yang disebut penerimaan marginal atau marginal revenue, yaitu nilai dari MPP dikalikan dengan harganya per unit. (P). Jadi apabila dituliskan dalam rumus adalah sebagai berikut : MR =VMPPL = MPPL x P Dimana: MR = Penerimaan marginal VMPPL = Nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan P = Harga barang yang diproduksi Penyerapan tenaga kerja pada dasarnya tergantung dari besar kecilnya permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan menyerap sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan satu produk. Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu dengan sektor yang lain. 3. Konsep Fungsi Cobb douglas Teori produksi merupakan suatu aktifitas yang memberikan nilai guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebuah fungsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 58 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 produksi dapat berbentuk tabel atau matematis yang menunjukkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok input yang dispesifikasikan , dengan mengingat teknologi yang ada. Hubungan di antara faktor-faktor produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: (Sukirno ,1994: 190) Q = f ( Κ , L, R , T ) .....................................................................................(1) Dimana: Q = Jumlah Produksi K = Jumlah stok modal L = Jumlah Tenaga Kerja / keahlian keusahawan R = Kekayaan Alam T = Tingkat Teknogi Formasi dari fungsi produksi Cobb Douglas dapat dituliskan dalam bentuk seperti berikut ( Pandjaitan dalam Mega, 2007:28) Q = AK α Lβ ............................................................................................ 2) Dimana : Q = Tingka Output A = Konstanta K = Jumlah Kapital Yang Digunakan L = Jumlah Tenaga Kerja Yang Digunakan α = Elastisitas Output Terhadap Pertumbuhan Faktor Produksi Kapital β = Elastisitas Output Terhadap Pertumbuhan Faktor Produksi Tenaga Kerja Untuk mempermudahkan pembahasan, maka dianggap hanya tenaga kerja (L) saja yang berubah dalam sebuah fungsi berubah dalam sebuah fungsi produksi. Sedangkan input lainnya, kapital (K) dianggap konstan. Bentuk ini sering disebut sebagai fungsi produksi jangka pendek, sebab perubuhan tenaga Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 59 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 kerja (L) terbatas pada jumlah kapital (K) tertentu saja. Secara matematis dapat ditulis: Q = f ( K , L ) .......................................................................................... (3) Sehingga didapat: Q = f (L ) ................................................................................................ (4) Didalam penelitian ini produksi dianggap memiliki pengaruh terhadap perubahan penyerapan tenaga kerja sehingga persamaannya dapat di ubah menjadi : L = f (Q ) .............................................................................................. (5) 4. Konsep Investasi Investasi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas yang lebih tinggi yang akan mengakibatkan surplus yang lebih besar, sehingga mempengaruhi proses investasi pada sektor yang satu atau yang lainnya. Dengan begitu kesempatan kerja semakin meningkat sehingga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Didalam penelitian ini, investasi dianggap mempunyai pengaruh terhadap perkembangan sektor industri Sumatera Barat yang berunjung kepada terbukanya kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran. Investasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan tenaga kerja. Sehingga dapat dilihat persamaan matematisnya: L = f (Ι ) ................................................................................................. (6) Dimana: L = Jumlah Tenaga Kerja I = Investasi. 5. Konsep Unit Usaha Jumlah unit usaha berkaitan erat dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri. Semkin banyak jumlah unit usaha, maka semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu industri. Pentingnya sektor Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 60 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 industri di Indonesia terefleksi antara lain dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah unit usaha dari kelompok industri. Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa unit usaha mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Sehingga secara matematis dapat dilihat persamaannya: L = f (u ) ..................................................................................................(7) Dimana: L = Penyerapan Tenaga Kerja U = Unit Usaha III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam menganalisis yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas perindustrian dan perdagangan Sumatera Barat (Sektor Industri dalam angka 1997- 2008), Sumber lain yang terkait dengan data yang di butuhkan 3.1. Metode Analisa Data Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam kerangka teori sebelumnya, maka menganalisa penyerapan tenaga kerja pada sekor industri Sumatera Barat dapat digunakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja tersebut, diantaranya adalah produksi (output), investasi dan unit usaha. Dari persamaan (5), (6), dan (7) didapat persamaan yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat. Secara matematis didapat persamaan : L = f (Q, I , U ) .....................................................................................................(8) Dimana : L = Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Q = Nilai Produksi Pada Sektor Industri di Sumatera Barat (Rupiah) I = Nilai Investasi Pada Sektor Industri di Sumatera barat (Rupiah) U = Jumlah Unit Usaha (Unit) Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 61 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Persamaan (8) dapat digunakan sebagai model dalam analisa regresi, dimana persamaan tersebut dapat dibuat sebagai berikut : L = a 0 + a1 X 1 + a 2 X 2 + a 3 X 3 + U .....................................................................(9) Dalam pengolahan data diatas dapat ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma (Log), seperti persamaan berikut ini : log L = a 0 + a1 log X 1 + a 2 log X 2 + a3 log X 3 + log U ......................................(10) Dimana : L = Jumlah Tenaga Kerja Pada Sektor Industri a0 = Konstanta a1 = Koefisien Regresi Nilai Produksi X1 = Nilai Produksi Pada Sektor Industri a2 = Koefisien Regresi Nilai Investasi X2 = Nilai Investasi Pada Sektor Industri a3 = Koefisien Regresi Jumlah Unit Usaha Pada Sektor Industri X3 = Jumlah Unit Usaha U = Disturbance term 3.2. Uji Statistik Model yang telah di rumuskan akan di regres untuk mengestimasi persamaan tersebut dengan menggunakan metode Ordinairy Least Square (OLS). Untuk pengujian hasil regersi digunakan analisa ekonometrika dengan cara pengujian sebagai berikut : 3.2.1. Uji t (Signifikasi Persial) Untuk melihat nilai signifikansi masing–masing parameter yang diestimasi maka digunakan t-test dengan rumus : t= ai Sai Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 62 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Dimana : t : Nilai mutlak pengujian a i : Koeefisien regresi Sai : Standar deviasi (akar varians) Apabila nilai t-test diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel (t - test > t tabel), maka parameter tersebut signifikan sebaliknya, apabila nilai t - test yang diperoleh lebih kecil atau sama dari nilai t tabel ( t - test ≤ t- tabel), maka parameter tersebut tidak signifikan. Nilai t-test ini akan bertanda positif bila koeefisien regresi variabel bebas ditemukan positif, demikian pula sebaliknya, bila koefisien regresi variabel bebas ditemukan negatif berarti nilai t-test ini juga negatif. ( Hasan, 2003) 3.2.2. Uji F (Signiikansi umum) Yaitu pengujian yang dilakukan dengan membandingkan nilai F-test dengan nilai F tabel. Nilai F-test dihitung dengan menggunakan rumus sbagai berikut : F − test = R2 / k − l (1 − R 2 ) /( n − k ) Dimana : R2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel n : Jumlah tahun pengamatan Ho : a1 = a − a 3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha : a1 ≠ a 2 ≠ a3 ≠ 0 , artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap varibel terikat. Pengujian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh seluruh variabel tidak bebas atau untuk menguji hipotesa sebagai berikut : Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 63 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 a. Jika F-test ≤ F-tabel, maka H o diterima Ha ditolak, berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. b. Jika F-test > F-tabel, maka H o ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. 3.2.3. Uji R 2 (Koefisien determinan ) Pengujian R 2 atau koefisien determinasi berguna untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap naik turunnya variabel terikat. Nilai R 2 di dapat dengan menggunakan metode sebagai berikut: R2 = a1ΣX 1Y + a 2 ΣX 2Y + a3 ΣX 3Y ΣY 2 Koefisien determinasi ( R 2 ) akan memperlihatkan seberapa besar kontribusi pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Semakin tinggi R 2 akan semakin baik, karena variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat lebih besar. Nilai R adalah 0 < R 2 < 1. Bila nilai R 2 mendekati 0 berarti sedikit sekali variasi variabel dependent yang dijelaskan oleh variabel independent. Jika nilai R 2 bergerak mendekati 1, berarti semakin besar presentase variasi variabel dependent yang di jelaskan oleh variabel independent. Jika dalam perhitungan R 2 = 0 maka menunjukkan variasi variabel dependent tidak bisa dijelaskan oleh variabel independent ( Gujarati, 1999 ). IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Estimilasi Hasil Penelitian Hasil pengujian yang diperoleh berdasarkan persamaan linier dapat diperlihatkan pada tabel berikut ini : Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 64 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Tabel 4.1 Hasil Estimasi Unstandardized Coefficients B Std. Error -3.034 0.836 0.138 0.022 0.383 0.040 0.707 0.163 Variabel (Constant) Nilai Produksi Nilai Investasi Jumlah Unit Usaha Fhitung = 70.238 Sig = 0.000 Adjuste R2 = 0.950 R2 = 0.963 DW = 2.000 thitung 6.182 9.511 4.346 Sig. 0.000 0.000 0.002 0. Sumber : Data diolah (lihat lampiran) Besarnya pengaruh yang nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja. Besar koefisien determinasi ditunjukkan dari nilai R Square (R2) pada model regresi. Berdasarkan hasil analisa regresi yang dilakukan pada tabel 5.1, diketahui nilai R2 adalah sebesar 0,963. Artinya 96,3% penyerapan tenaga kerja sektor industri Sumatera Barat dapat dijelaskan oleh nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha sedangkan sisanya sebesar 3,7% (100% - 96,3%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. 4.2. Pengujian F (f-test) Dari tabel 4.1 diketahui nilai f-hitung sebesar 70,238 dengan signifikansi 0.000. Jika dibandingkan dengan f-tabel pada derajat bebas ( v1 = k-1 dan v2 = nk), dimana n = jumlah sampel, dan k = jumlah variabel, nilai f-tabel pada taraf kepercayaan 95 % (signifikansi 5 % atau 0,05) adalah sebesar 4.07, maka f hitung > f tabel (70,238 > 4.07) dengan signifikansi < 0.005 (0.000 < 0.05). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima artinya secara bersama - sama nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sector industri Sumatera Barat selama tahun 1997 – 2008. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 65 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Berdasarkan hasil analisa regresi maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Log L = -3.034 + 0.138 log X1 + 0.383 log X2 + 0.707 log X3 Nilai koefisien regresi untuk nilai produksi sebesar 0.138 menunjukkan jika nilai investasi dan jumlah unit usaha tetap dan setiap nilai produksi mengalami peningkatan sebesar 10% maka jumlah tenaga kerja cenderung akan meningkat sebesar 1,38%. Koefisien regresi bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif antara nilai produksi dengan jumlah tenaga kerja artinya semakin tinggi nilai produksi maka semakin tinggi pula jumlah tenaga kerja sektor industri Sumatera Barat. Nilai koefisien regresi untuk nilai investasi sebesar 0.383 menunjukkan jika nilai produksi dan jumlah unit usaha adalah tetap dan setiap nilai investasi mengalami peningkatan sebesar 10% maka jumlah tenaga kerja cenderung akan meningkat pula sebesar 3,83%. Koefisien regresi bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif antara nilai investasi dengan jumlah tenaga kerja, artinya semakin tinggi nilai investasi maka semakin tinggi pula jumlah tenaga kerja sektor industri Sumatera Barat Nilai Koefisien regresi untuk jumlah unit usaha sebesar 0.707 menunjukkan jika nilai produksi dan nilai investasi adalah tetap dan setiap nilai jumlah unit usaha mengalami peningkatan sebesar 10 % maka jumlah tenaga kerja cenderung meningkat sebesar 7,07%. Koefisien regresi bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif antara jumlah unit usaha dengan jumlah tenaga kerja, artinya semakin banyak jumlah unit usaha maka semakin tinggi pula jumlah tenaga kerja di Sumatera Barat. 5.3. Pengujian T (t- test) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel independen terhdap variabel dependen. Pedoman yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel memiliki pengaruh secara parsial dengan cara melihat nilai thitung kemudian dibandingkan dengan ttabel. Untuk menghitung ttabel. = n – k, n = jumlah sampel, k = jumlah variabel. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 66 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Apabila nlai thitung lebih besar dari ttabel ( thitung >ttabel) maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Tabel 4.2 Hasil Analisa Uji t Ttabel Thitung Variabel Nilai Produksi 2.306 6.182 Nilai Investasi 2.306 9.511 Jumlah Unit Usaha 2.306 4.346 Sumber : data diolah (Lihat lampiran) Sig. Ket 0.000 0.000 0.002 Signifikan Signifikan Signifikan Dari tabel 4.2 di atas dapat di simpulkan bahwa: 1. Nilai Produksi (X1) Dari tabel 5.2. diketahui nilai t-hitung untuk nilai produksi sebesar 6.182. Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 2.306, maka t-hitung > t-tabel (6.182 > 2.306) dengan signifikansi < 0.005 ( 0.000 < 0.005), maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, artinya secara parsial nilai produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sektor industri Sumatera Barat selama tahun 1997 – 2008. 2. Nilai Investasi (X2) Dari tabel 5.2 diketahui nilai t-hitung untuk nilai investasi sebesar 9,511. Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 2.306, maka t-hitung > t-tabel (9,511 > 2,306) dengan signifikansi < 0.005 ( 0.000< 0.005), maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, artinya secara parsial nilai investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sector industri Sumatera Barat selama tahun 1997 – 2008. 3. Jumlah Unit Usaha (X3) Dari tabel 5.2 diketahui nilai t-hitung untuk jumlah unit usaha sebesar 4.346. Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 2.306, maka t-hitung > ttabel (4.346 > 2,306) dengan signifikansi < 0.005 ( 0.002< 0.005), maka Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, artinya secara parsial jumlah unit usaha Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 67 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja di Sumatera Barat selama tahun 1997 – 2008. Dari analisa data yang dilakukan, menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas yaitu nilai produksi (X1), nilai investasi (X2) dan jumlah unit usaha (X3) mempengaruhi variabel terikatnya yaitu jumlah tenaga kerja (Y) secara bersama – sama. Variabel nilai produksi memiliki nilai t-hitung > t-tabel (6.182 > 2.306), yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai produksi dengan jumlah tenaga kerja. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan nilai produksi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sector industry Sumatera Barat terbukti. 4.4. Implikasi Kebijakan Jika dilihat dari penemuan empiris tersebut di temukan adanya hubungan yang signifikan antara nilai investasi dengan jumlah tenaga kerja sektor industri. Hal ini sangat wajar karena nilai investasi memegang peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang dan mempercepat pertumbuhan sektor industri yang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Semakin besar nilai investasi yang di alirkan pada sektor industri, semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat, dan begitu sebaliknya. Variabel jumlah unit usaha juga berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat. Hal ini sangat wajar sebab jumlah unit usaha merupakan salah satu penentu peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor industri. Dapat dikatakan pula bahwa jumlah unit usaha pada sektor industri mempengaruhi pihak pengusaha untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaksanakan proses produksinya. Implikasi dari temuan di atas, peningkatan investasi yang di alirkan ke sektor industri Sumatera Barat menjadi faktor penting dalam upaya penyerapan tenaga kerja. Tetapi permasalahan yang terus di hadapi oleh pengusaha industri Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 68 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 adalah terdapatnya kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan termasuk dalam mengakses perbankan. Kebijakan pemerintah tentang sektor industri khususnya mengenai investasi telah banyak dibuat. Oleh karena itu yang perlu dapat perhatian disini adalah bagaimana realisasi dari kebijakan pemerintah tersebut. Hambatan yang mungkin muncul adalah bagaimana penyaluran dana bantuan yang telah di dapatkan pada sektor industri. Karena sebagian besar sektor industri tersebut tidak pernah memperoleh bantuan usaha dikarenakan kendala informasi dan prosedur saja, hanya sebagian kecil yang memperoleh bantuan dana untuk usahanya tersebut. Selain itu pemerintah hendaknya diberikan perhatian khusus terhadap pengembangan sektor industri tersebut. Hal ini dikarenakan sektor industri merupakan mata pencarian utama bagi masyarakat. Sektor industri juga dapat menciptakan kesempatan kerja yang cukup besar, sehingga peranan sektor industri dapat diandalkan sebagai sektor ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat peran sektor industri Sumatera Barat yaitu sebagai penyangka dari perekonomian negara pada umumnya dan masalah ketenagakerjaan pada khususnya, maka kemampuan sektor industri dalam menciptakan kesempatan kerja baru terutama yang tidak tertampung dalam sektor formal, perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut. Hal ini cukup beralasan karena krisis ekonomi yang melanda negara kita sejak beberapa tahun yang lalu menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia menjadi bertambah parah. Hal ini juga berdampak pada sektor industri banyak yang mengalami keterpurukan sehingga banyak tenaga kerja yang mengalami pengangguran. Pentingnya sektor industri Sumatera Barat antara lain dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah unit usaha kelompok sektor industri. Selain itu seitor industry juga mempunyai peluang yang besar untuk mengekspor barang hasil produksinya, sehingga bisa menambah devisa bagi negara. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 69 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Dengan melihat beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan sektor industri tersebut dalam penyerapan tenaga kerja, langkah yang diperlukan adalah dengan pemberian bantuan modal atau investasi kepada para pengusaha. Bantuan tersebut hendaknya mempunyai bunga yang ringan dengan syarat-syarat yang mudah sehingga dapat tersalur dengan baik dan dapat bermanfaat bagi para pengusaha sektor industri terutama dalam meningkatkan usahanya sehingga diharapkan dapat lebih banyak menampung tenaga kerja. V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh investasi, produksi dan unit usaha terhadap tenaga kerja sektor industri Sumatera Barat dengan mempergunakan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat dari tahun 1997 sampai 2008 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat dipengaruhi oleh variabel nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha. b. Nilai produksi, nilai investasi, dan jumlah unit usaha merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat tahun 1997 – 2008. c. Variabel produksi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat. Variabel produksi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga kerja. d. Variabel investasi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat. Variabel investasi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga kerja. e. Variabel jumlah unit usaha merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 70 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 6.2. Saran Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran : a. Sektor industri merupakan peranan penting dalam perekonomian harus semakin ditingkatkan dan di perbanyak jumlahnya. Alasannya karena sektor industri mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar melebihi sehingga mampu mengurangi pengangguran. b. Lebih di tingkat jumlah unit usaha pada sektor industri karena dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri. Dengan memperbanyak unit-unit usaha yang memerlukan tenaga kerja. c. Pemerintah daerah bersama dengan masyarakat harus dapat menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif sehingga dapat menarik pihak investor untuk dapat berinvestasi di Sumatera Barat. d. Dalam hal permodalan pemerintah harus banyak membantu terutama dari proses atau birokrasi perkeriditan yang berbelit dan pemberian kridit yang murah dengan bunga yang rendah. e. Pemerintah harus melakukan reorientasi prinsip kemitraan. Jalinan kemitraan harus didasarkan atas prinsip sinergi yaitu saling membutuhkan dan saling membantu antara unit usaha sektor industri. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 71 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 DAFTAR PUSTAKA Bellante, Don dan Mark Jackson.1990. Ekonomi Ketenagakerjaaan. Jakarta: FEUI Biro Pusat Statistik. Statistik Sektor Industri. Dinas Perindustrian Perdagangan Sumatera Barat. Berbagai tahun. Esmara, Hendra. 1986. Distribusi Pendapatan Penduduk Indonesia. Padang: Lembaga penelitian Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Gardner, Ackley. 1987. Teori Ekonomi Mikro, terjemahan P.Sihotang. Jakarta: UI Gujarati, damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Hasan, Igbal.2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (statistic Inferensif). Edisi ke dua. Jakarta: Bumi Aksara. Luthan, Julian. 1997. Beberapa Aspek Ketenagakerjaan Perusahaan Kecil di Indonesia. Jakarta: Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi ke lima. Jakarta: Erlangga. Mulyadi, S. 2003. ”Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Siagian, Sondang. P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia .Jakarta: Bumi Aksara. Simanjuntak, Payaman J.1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta: LPFE-UI. Subekti, Mohamad Agus. 2007. ”Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Genteng Di Kabupaten Banjarnegara”. Skripsi. Semarang. Program Strata I Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Sukirno, Sadono. 1982. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Kedua. Jakarta: PT. LPEE-UI Sukirno,Sadono. 1994. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rajagrafindo Perkasa. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 72 Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 - 5031 Todaro, Micheal .2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi keTujuh. Jilid 1 Jakarta: Airlangga Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2004 Tentang Sistem Perindustrian dan perdagangan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: diperbanyak oleh BP CBP Cipta Karya Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang 73