53 ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, INVESTASI DAN - E

advertisement
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, INVESTASI DAN UNIT USAHA
TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR
INDUSTRI SUMATERA BARAT
Oleh: Drs. Abdul Karib, MS
Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang
ABSTRACT
This study aims to find a lot of value of production, value of investment
and business unit jumalah employment in the industrial sector of West Sumatra.
Research on employment was conducted in West Sumatra from 1997 to 2008 by
using multiple linear regression analysis The results of this study indicate that
employment in the industrial sector of West Sumatra affected by variable
production value, investment value, and the number of business units by 96.3%.
This study found a significant positive relationship between the variables of
production, investment, business units with the amount of work in the industrial
sector tenga Sumatara West. Based on this research, the author provides advice
for investments, the number of business units, the amount of production to be
increased in industry employment.
Keyword: employment, investment, industry
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pembangunan di propinsi Sumatera Barat umumnya menitikberatkan
pada sektor industri dan pertanian. Kedua sektor ini memberi kontribusi atau
sumbangan devisa terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk
dalam penciptaan lapangan kerja baru. Kebijaksanaan industri di Sumatera Barat
di tujukan untuk memperluas kesempatan kerja, pemerataan kemampuan
berusaha dan menunjang pembangunan daerah.
Dari tabel 1.1 berikut ini dapat di lihat bahwa sektor industri di Sumatera
Barat mampu menyerap cukup banyak jumlah tenaga kerja. Seperti terlihat pada
tabel tersebut jumlah tenaga kerja seluruh sektor pada tahun 2008 sebesar
1.956.378 orang.
Penyerapan tenaga kerja terbanyak adalah pada sektor pertanian karena
perekonomian Sumatera Barat masih tergolong dalam kategori perekonomian
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
53
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
agraris. Hal tersebut terlihat dari kontribusi terbesar dalam struktur
perekekonomian Sumatera Barat yang masih didominasi oleh sektor pertanian
mencapai 47,97% dan jumlah tenaga kerja sebesar 924.314 orang.
Sedangkan sektor industri berada pada urutan ke tiga setelah sektor
pertanian dan perdagangan. Sektor industri dapat menyerap tenaga kerja sebesar
128.357 orang persentasenya mencapai 7,51%. Proses perekonomian Sumatera
Barat dari agraris ke sektor industri masih membutuhkan waktu, dana dan
sumber daya manusia, serta teknologi.
Walupun demikian sektor industri dapat menyerap tenaga kerja Sumatera
Barat yang cukup besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mengurangi angka pengangguran.
Tabel 1.1 Penduduk Berumur15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha Tahun
Sumatera Barat
Jumlah Tenaga
No Lapangan Usaha
Kerja
1
Pertanian, Kelautan , Perikanan
924.314
2
Pertambangan
17.797
3
Industri Pengolahan
128.357
4
Listrik, Gas, Air
3.981
5
Bangunan
88.423
6
Perdagangan, Hotel, dan restoran
396.024
7
Pengangkutan dan Komunikasi
125.085
8
Keuangan , Pesewaan, dan jasa perusahaan
17.085
9
Jasa – Jasa
254.590
Jumlah
1.956.378
Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka 2008, BPS
Selama
2008 di
%
47,97
0,43
7,51
0,32
3,08
18,46
7,76
0,58
13,89
100
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sektor industri mempunyai
peran sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi
tingkat pengangguran. Sektor industri terbagi tiga yaitu: industri kecil, industri
menengah, dan industri besar. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
diasumsikan faktor produksi , investasi, dan unit usaha dapat mempengaruhi
jumlah tenaga kerja.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
54
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini ialah:
1. Bagaimana pengaruh produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri di Sumatera Barat.
2. Bagaiamana pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri di Sumatera Barat.
3. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga
kerja pada sektor industri di Sumatera Barat.
1.2.
Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian untuk :
1. Menganalisis pengaruh produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri di Sumatera Barat.
2. Menganalisis pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri di Sumatera Barat.
3. Menganalisis pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga
kerja pada sektor industri di Sumatera Barat.
1.3.
Definisi Variabel
Variabel –variabel yang akan diteliti dan batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
•
Penyerapan tenaga kerja adalah seluruh jumlah tenaga kerja yang
terserap dalam industri selama 1 tahun, diukur dalam satuan orang.
•
Nilai produksi adalah volume produksi yang di hasilkan dalam satu tahun
yang di nyatakan dalam rupiah.
•
Investasi adalah jumlah nilai yang diinvestasikan dalam proses produksi
selama 1 tahun yang di nyatakan dalam rupiah.
•
Jumlah unit usaha adalah jumlah unit usaha yang ada di Sumatera Barat
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
55
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
II. KERANGKA TEORI, STUDI LETERATUR
1. Pengertian Tenaga Kerja
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan
(Mulyadi.S, 2003), yaitu:
1. Tenaga Kerja (manpower)
Adalah penduduk dalam usia kerja (bersia 15-64 tahun) atau jumlah
seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang
dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
2. Angkatan Kerja (labor force)
Adalah bagian tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha
untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa.
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Labor force participation rate)
Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok
umum sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur tersebut.
TPAK =
Angka tan Kerja
Χ100%
Tenaga Kerja
4. Tingkat Penganguran (unemployment rate)
Adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan
kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur di
sini adalah aktif mencari pekerjaan.
TP =
Jumlah Orang Yang Mencari Pekejaan
X 100%
Jumlah Angk tan Kerja
5. Pengangguran Terbuka (open unemployment)
Pengangguran terbuka atau pengangguran adalah bagian dari angkatan
kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
6. Setengah Menganggur (underemployment)
Adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan
seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara
normal mampu dan ingin dikerjakannya.
7. Setengah Menganggur Yang Kentara (visible underemployment)
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
56
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya
sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.
8. Setengah Menganggur Yang Tidak Kentara (invisible underemployment)
Adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetap
pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya yang
terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk
mengembangkan seluruh keahliannya.
9. Pengangguran Tidak Kentara (disguised unemployment)
Dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi
sebenarnya
mereka
adalah
penganggur
jika
dilihat
dari
segi
produktifitasnya.
Misalnya : Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dua orang, tetapi
dikerjakan oleh tiga orang sehingga satu orang merupakan disguised
unemployment.
10. Pengangguran Friksional
Adalah penganguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang
waktu
dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan
pekerjaan lain tersebut.
11. Pengangguran Struktural
Adalah pengangguran yang disebabkan karena ketidak cocokan antara
struktur para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang
keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga
kerja yang belum terisi.
2. Penyerapan Tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja
untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang
menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh
pencari kerja (Todaro, 2003 ).
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
57
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Usaha perluasan lapangan pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja dapat
dilakukan dengan dua cara :
a. Pengembangan industri yaitu jenis industri yang sifatnya padat karya
yang dapat menyerap relatif banyak tenaga kerja dalam industri termasuk
industri rumah tangga.
b. Melalui berbagai proyek pekerjaan umum, misalnya pembuatan saluran
air, bendungan, jembatan.
Dalam hal memaksimumkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur
berapa jumlah karyawan yang dapat dipekerjakannya. Sebagai bahan
pertimbangan, suatu perusahaan perlu memperkirakan tambahan hasil (output)
yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan penambahan seorang karyawan
yang disebut tambahan hasil marginal atau marginal physical product dari
karyawan (MPP). Lalu menghitung pengembalian dari adanya tambahan hasil
marginal yang disebut penerimaan marginal atau marginal revenue, yaitu nilai
dari MPP dikalikan dengan harganya per unit. (P). Jadi apabila dituliskan dalam
rumus adalah sebagai berikut :
MR =VMPPL = MPPL x P
Dimana:
MR
= Penerimaan marginal
VMPPL = Nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan
P = Harga barang yang diproduksi
Penyerapan tenaga kerja pada dasarnya tergantung dari besar kecilnya
permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan
besarnya kemampuan suatu perusahaan menyerap sejumlah tenaga kerja untuk
menghasilkan satu produk. Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja besarnya
tidak sama antara sektor satu dengan sektor yang lain.
3. Konsep Fungsi Cobb douglas
Teori produksi merupakan suatu aktifitas yang memberikan nilai guna
suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebuah fungsi
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
58
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
produksi dapat berbentuk tabel atau matematis yang menunjukkan jumlah output
maksimum yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok input yang
dispesifikasikan , dengan mengingat teknologi yang ada.
Hubungan di antara
faktor-faktor produksi yang diciptakannya
dinamakan fungsi produksi. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk
sebagai berikut: (Sukirno ,1994: 190)
Q = f ( Κ , L, R , T ) .....................................................................................(1)
Dimana:
Q = Jumlah Produksi
K = Jumlah stok modal
L = Jumlah Tenaga Kerja / keahlian keusahawan
R = Kekayaan Alam
T = Tingkat Teknogi
Formasi dari fungsi produksi Cobb Douglas dapat dituliskan dalam
bentuk seperti berikut ( Pandjaitan dalam Mega, 2007:28)
Q = AK α Lβ ............................................................................................ 2)
Dimana :
Q = Tingka Output
A = Konstanta
K = Jumlah Kapital Yang Digunakan
L = Jumlah Tenaga Kerja Yang Digunakan
α = Elastisitas Output Terhadap Pertumbuhan Faktor Produksi Kapital
β = Elastisitas Output Terhadap Pertumbuhan Faktor Produksi Tenaga
Kerja
Untuk mempermudahkan pembahasan,
maka dianggap hanya tenaga
kerja (L) saja yang berubah dalam sebuah fungsi berubah dalam sebuah fungsi
produksi. Sedangkan input lainnya, kapital (K) dianggap konstan. Bentuk ini
sering disebut sebagai fungsi produksi jangka pendek, sebab perubuhan tenaga
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
59
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
kerja (L) terbatas pada jumlah kapital (K) tertentu saja. Secara matematis dapat
ditulis:
Q = f ( K , L ) .......................................................................................... (3)
Sehingga didapat:
Q = f (L ) ................................................................................................ (4)
Didalam penelitian ini produksi dianggap memiliki pengaruh terhadap
perubahan penyerapan tenaga kerja sehingga persamaannya dapat di ubah
menjadi :
L = f (Q ) .............................................................................................. (5)
4. Konsep Investasi
Investasi bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas yang
lebih tinggi yang akan mengakibatkan surplus yang lebih besar, sehingga
mempengaruhi proses investasi pada sektor yang satu atau yang lainnya. Dengan
begitu
kesempatan
kerja
semakin
meningkat
sehingga
mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja.
Didalam penelitian ini, investasi dianggap mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan sektor industri Sumatera Barat yang berunjung kepada
terbukanya kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Investasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan
tenaga kerja. Sehingga dapat dilihat persamaan matematisnya:
L = f (Ι ) ................................................................................................. (6)
Dimana:
L
= Jumlah Tenaga Kerja
I
= Investasi.
5. Konsep Unit Usaha
Jumlah unit usaha berkaitan erat dengan penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri. Semkin banyak jumlah unit usaha, maka semakin banyak pula
jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu industri. Pentingnya sektor
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
60
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
industri di Indonesia terefleksi antara lain dari jumlah unit usahanya yang sangat
banyak jauh melebihi jumlah unit usaha dari kelompok industri.
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa unit usaha
mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Sehingga secara
matematis dapat dilihat persamaannya:
L = f (u ) ..................................................................................................(7)
Dimana:
L = Penyerapan Tenaga Kerja
U = Unit Usaha
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam menganalisis yang
diperoleh dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
perindustrian dan perdagangan Sumatera Barat (Sektor Industri dalam angka
1997- 2008), Sumber lain yang terkait dengan data yang di butuhkan
3.1. Metode Analisa Data
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam kerangka teori
sebelumnya, maka menganalisa penyerapan tenaga kerja pada sekor industri
Sumatera Barat dapat digunakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
tenaga kerja tersebut, diantaranya adalah produksi (output), investasi dan unit
usaha.
Dari
persamaan
(5),
(6),
dan
(7)
didapat
persamaan
yang
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja
pada sektor industri di Sumatera Barat. Secara matematis didapat persamaan :
L = f (Q, I , U ) .....................................................................................................(8)
Dimana :
L
= Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
Q
= Nilai Produksi Pada Sektor Industri di Sumatera Barat (Rupiah)
I
= Nilai Investasi Pada Sektor Industri di Sumatera barat (Rupiah)
U
= Jumlah Unit Usaha (Unit)
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
61
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Persamaan (8) dapat digunakan sebagai model dalam analisa regresi,
dimana persamaan tersebut dapat dibuat sebagai berikut :
L = a 0 + a1 X 1 + a 2 X 2 + a 3 X 3 + U .....................................................................(9)
Dalam pengolahan data diatas dapat ditransformasikan ke dalam
bentuk Logaritma (Log), seperti persamaan berikut ini :
log L = a 0 + a1 log X 1 + a 2 log X 2 + a3 log X 3 + log U ......................................(10)
Dimana :
L
= Jumlah Tenaga Kerja Pada Sektor Industri
a0
= Konstanta
a1
= Koefisien Regresi Nilai Produksi
X1
= Nilai Produksi Pada Sektor Industri
a2
= Koefisien Regresi Nilai Investasi
X2
= Nilai Investasi Pada Sektor Industri
a3
= Koefisien Regresi Jumlah Unit Usaha Pada Sektor Industri
X3
= Jumlah Unit Usaha
U
= Disturbance term
3.2. Uji Statistik
Model yang telah di rumuskan akan di regres untuk mengestimasi
persamaan tersebut dengan menggunakan metode Ordinairy Least Square
(OLS). Untuk pengujian hasil regersi digunakan analisa ekonometrika dengan
cara pengujian sebagai berikut :
3.2.1. Uji t (Signifikasi Persial)
Untuk melihat nilai signifikansi masing–masing parameter yang
diestimasi maka digunakan t-test dengan rumus :
t=
ai
Sai
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
62
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Dimana :
t
: Nilai mutlak pengujian
a i : Koeefisien regresi
Sai : Standar deviasi (akar varians)
Apabila nilai t-test diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel (t - test > t tabel), maka parameter tersebut signifikan sebaliknya, apabila nilai t - test yang
diperoleh lebih kecil atau sama dari nilai t tabel ( t - test ≤ t- tabel), maka
parameter tersebut tidak signifikan.
Nilai t-test ini akan bertanda positif bila koeefisien regresi variabel bebas
ditemukan positif, demikian pula sebaliknya, bila koefisien regresi variabel
bebas ditemukan negatif berarti nilai t-test ini juga negatif. ( Hasan, 2003)
3.2.2. Uji F (Signiikansi umum)
Yaitu pengujian yang dilakukan dengan membandingkan nilai F-test
dengan nilai F tabel. Nilai F-test dihitung dengan menggunakan rumus sbagai
berikut :
F − test =
R2 / k − l
(1 − R 2 ) /( n − k )
Dimana :
R2
: Koefisien determinasi
k
: Jumlah variabel
n
: Jumlah tahun pengamatan
Ho
: a1 = a − a 3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ha
: a1 ≠ a 2 ≠ a3 ≠ 0 , artinya ada pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas terhadap varibel terikat.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh seluruh
variabel tidak bebas atau untuk menguji hipotesa sebagai berikut :
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
63
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
a. Jika F-test ≤ F-tabel, maka H o diterima Ha ditolak, berarti variabel
bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
b. Jika F-test > F-tabel, maka H o ditolak dan Ha diterima, berarti variabel
bebas bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
3.2.3. Uji R 2 (Koefisien determinan )
Pengujian R 2 atau koefisien determinasi berguna untuk melihat seberapa
besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap naik turunnya
variabel terikat. Nilai R 2 di dapat dengan menggunakan metode sebagai berikut:
R2 =
a1ΣX 1Y + a 2 ΣX 2Y + a3 ΣX 3Y
ΣY 2
Koefisien determinasi ( R 2 ) akan memperlihatkan seberapa besar
kontribusi pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Semakin
tinggi R 2 akan semakin baik, karena variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat lebih besar. Nilai R adalah 0 < R 2 < 1.
Bila nilai R 2 mendekati 0 berarti sedikit sekali variasi variabel
dependent yang dijelaskan oleh variabel independent. Jika nilai R 2 bergerak
mendekati 1, berarti semakin besar presentase variasi variabel dependent yang di
jelaskan oleh variabel independent. Jika dalam perhitungan R 2 = 0 maka
menunjukkan variasi variabel dependent tidak bisa dijelaskan oleh variabel
independent ( Gujarati, 1999 ).
IV. HASIL PENELITIAN
4.1.
Estimilasi Hasil Penelitian
Hasil pengujian yang diperoleh berdasarkan persamaan linier dapat
diperlihatkan pada tabel berikut ini :
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
64
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Tabel 4.1
Hasil Estimasi
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-3.034
0.836
0.138
0.022
0.383
0.040
0.707
0.163
Variabel
(Constant)
Nilai Produksi
Nilai Investasi
Jumlah Unit Usaha
Fhitung =
70.238
Sig
=
0.000
Adjuste R2 = 0.950
R2 =
0.963
DW =
2.000
thitung
6.182
9.511
4.346
Sig.
0.000
0.000
0.002
0.
Sumber : Data diolah (lihat lampiran)
Besarnya pengaruh yang nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit
usaha terhadap penyerapan tenaga kerja. Besar
koefisien determinasi
ditunjukkan dari nilai R Square (R2) pada model regresi. Berdasarkan hasil
analisa regresi yang dilakukan pada tabel 5.1, diketahui nilai R2 adalah sebesar
0,963. Artinya 96,3% penyerapan tenaga kerja sektor industri Sumatera Barat
dapat dijelaskan oleh nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha
sedangkan sisanya sebesar 3,7% (100% - 96,3%) dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini.
4.2. Pengujian F (f-test)
Dari tabel 4.1 diketahui nilai f-hitung sebesar 70,238 dengan signifikansi
0.000. Jika dibandingkan dengan f-tabel pada derajat bebas ( v1 = k-1 dan v2 = nk), dimana n = jumlah sampel, dan k = jumlah variabel, nilai f-tabel pada taraf
kepercayaan 95 % (signifikansi 5 % atau 0,05) adalah sebesar 4.07, maka f
hitung > f tabel (70,238 > 4.07) dengan signifikansi < 0.005 (0.000 < 0.05).
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima artinya secara bersama - sama
nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha berpengaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sector industri Sumatera Barat selama
tahun 1997 – 2008.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
65
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Berdasarkan hasil analisa regresi maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut :
Log L
= -3.034 + 0.138 log X1 + 0.383 log X2 + 0.707 log X3
Nilai koefisien regresi untuk nilai produksi sebesar 0.138 menunjukkan
jika nilai investasi dan jumlah unit usaha tetap dan setiap nilai produksi
mengalami peningkatan sebesar 10% maka jumlah tenaga kerja cenderung akan
meningkat sebesar 1,38%. Koefisien regresi bernilai positif menunjukkan
adanya hubungan positif antara nilai produksi dengan jumlah tenaga kerja
artinya semakin tinggi nilai produksi maka semakin tinggi pula jumlah tenaga
kerja sektor industri Sumatera Barat.
Nilai koefisien regresi untuk nilai investasi sebesar 0.383 menunjukkan
jika nilai produksi dan jumlah unit usaha adalah tetap dan setiap nilai investasi
mengalami peningkatan sebesar 10% maka jumlah tenaga kerja cenderung akan
meningkat pula sebesar 3,83%. Koefisien regresi bernilai positif menunjukkan
adanya hubungan positif antara nilai investasi dengan jumlah tenaga kerja,
artinya semakin tinggi nilai investasi maka semakin tinggi pula jumlah tenaga
kerja sektor industri Sumatera Barat
Nilai Koefisien regresi untuk jumlah unit usaha sebesar
0.707
menunjukkan jika nilai produksi dan nilai investasi adalah tetap dan setiap nilai
jumlah unit usaha mengalami peningkatan sebesar 10 % maka jumlah tenaga
kerja cenderung meningkat sebesar 7,07%. Koefisien regresi bernilai positif
menunjukkan adanya hubungan positif antara jumlah unit usaha dengan jumlah
tenaga kerja, artinya semakin banyak jumlah unit usaha maka semakin tinggi
pula jumlah tenaga kerja di Sumatera Barat.
5.3. Pengujian T (t- test)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
variabel independen terhdap variabel dependen. Pedoman yang digunakan untuk
mengetahui apakah suatu variabel memiliki pengaruh secara parsial dengan cara
melihat nilai thitung kemudian dibandingkan dengan ttabel. Untuk menghitung ttabel.
= n – k, n = jumlah sampel, k = jumlah variabel.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
66
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Apabila nlai thitung lebih besar dari ttabel ( thitung >ttabel) maka dapat
dikatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependennya.
Tabel 4.2
Hasil Analisa Uji t
Ttabel
Thitung
Variabel
Nilai Produksi
2.306
6.182
Nilai Investasi
2.306
9.511
Jumlah Unit Usaha
2.306
4.346
Sumber : data diolah (Lihat lampiran)
Sig.
Ket
0.000
0.000
0.002
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Dari tabel 4.2 di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. Nilai Produksi (X1)
Dari tabel 5.2. diketahui nilai t-hitung untuk nilai produksi sebesar 6.182.
Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 2.306, maka t-hitung > t-tabel
(6.182 > 2.306) dengan signifikansi < 0.005 ( 0.000 < 0.005), maka Ho1
ditolak dan Ha1 diterima, artinya secara parsial nilai produksi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sektor
industri Sumatera Barat selama tahun 1997 – 2008.
2. Nilai Investasi (X2)
Dari tabel 5.2 diketahui nilai t-hitung untuk nilai investasi sebesar 9,511.
Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 2.306, maka t-hitung > t-tabel
(9,511 > 2,306) dengan signifikansi < 0.005 ( 0.000< 0.005), maka Ho2
ditolak dan Ha2 diterima, artinya secara parsial nilai investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja sector
industri Sumatera Barat selama tahun 1997 – 2008.
3. Jumlah Unit Usaha (X3)
Dari tabel 5.2 diketahui nilai t-hitung untuk jumlah unit usaha sebesar
4.346. Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 2.306, maka t-hitung > ttabel (4.346 > 2,306) dengan signifikansi < 0.005 ( 0.002< 0.005), maka
Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, artinya secara parsial jumlah unit usaha
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
67
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja di
Sumatera Barat selama tahun 1997 – 2008.
Dari analisa data yang dilakukan, menunjukkan bahwa ketiga variabel
bebas yaitu nilai produksi (X1), nilai investasi (X2) dan jumlah unit usaha (X3)
mempengaruhi variabel terikatnya yaitu jumlah tenaga kerja (Y) secara bersama
– sama.
Variabel nilai produksi memiliki nilai t-hitung > t-tabel (6.182 > 2.306),
yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai produksi dengan
jumlah tenaga kerja. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan nilai
produksi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja
sector industry Sumatera Barat terbukti.
4.4.
Implikasi Kebijakan
Jika dilihat dari penemuan empiris tersebut di temukan adanya hubungan
yang signifikan antara nilai investasi dengan jumlah tenaga kerja sektor industri.
Hal ini sangat wajar karena nilai investasi memegang peranan yang sangat
penting dalam rangka menunjang dan mempercepat pertumbuhan sektor industri
yang mempunyai daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja sehingga dapat
membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Semakin besar
nilai investasi yang di alirkan pada sektor industri, semakin banyak tenaga kerja
yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat, dan begitu sebaliknya.
Variabel jumlah unit usaha juga berpengaruh secara signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat. Hal ini sangat
wajar sebab jumlah unit usaha merupakan salah satu penentu peningkatan
jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor industri. Dapat dikatakan
pula bahwa jumlah unit usaha pada sektor industri mempengaruhi pihak
pengusaha untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
melaksanakan proses produksinya.
Implikasi dari temuan di atas, peningkatan investasi yang di alirkan ke
sektor industri Sumatera Barat menjadi faktor penting dalam upaya penyerapan
tenaga kerja. Tetapi permasalahan yang terus di hadapi oleh pengusaha industri
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
68
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
adalah terdapatnya kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan
untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan termasuk dalam
mengakses perbankan.
Kebijakan pemerintah tentang sektor industri khususnya mengenai
investasi telah banyak dibuat. Oleh karena itu yang perlu dapat perhatian disini
adalah bagaimana realisasi dari kebijakan pemerintah tersebut. Hambatan yang
mungkin muncul adalah bagaimana penyaluran dana bantuan yang telah di
dapatkan pada sektor industri. Karena sebagian besar sektor industri tersebut
tidak pernah memperoleh bantuan usaha dikarenakan kendala informasi dan
prosedur saja, hanya sebagian kecil yang memperoleh bantuan dana untuk
usahanya tersebut.
Selain itu pemerintah hendaknya diberikan perhatian khusus terhadap
pengembangan sektor industri tersebut. Hal ini dikarenakan sektor industri
merupakan mata pencarian utama bagi masyarakat. Sektor industri juga dapat
menciptakan kesempatan kerja yang cukup besar, sehingga peranan sektor
industri dapat diandalkan sebagai sektor ekonomi yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Dengan melihat peran sektor industri Sumatera Barat yaitu sebagai
penyangka
dari
perekonomian
negara
pada
umumnya
dan
masalah
ketenagakerjaan pada khususnya, maka kemampuan sektor industri dalam
menciptakan kesempatan kerja baru terutama yang tidak tertampung dalam
sektor formal, perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut. Hal ini cukup beralasan
karena krisis ekonomi yang melanda negara kita sejak beberapa tahun yang lalu
menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia menjadi bertambah parah. Hal
ini juga berdampak pada sektor industri banyak yang mengalami keterpurukan
sehingga banyak tenaga kerja yang mengalami pengangguran.
Pentingnya sektor industri Sumatera Barat antara lain dilihat dari jumlah
unit usahanya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah unit usaha kelompok
sektor industri. Selain itu seitor industry juga mempunyai peluang yang besar
untuk mengekspor barang hasil produksinya, sehingga bisa menambah devisa
bagi negara.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
69
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Dengan melihat beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
untuk meningkatkan kemampuan sektor industri tersebut dalam penyerapan
tenaga kerja, langkah yang diperlukan adalah dengan pemberian bantuan modal
atau investasi kepada para pengusaha. Bantuan tersebut hendaknya mempunyai
bunga yang ringan dengan syarat-syarat yang mudah sehingga dapat tersalur
dengan baik dan dapat bermanfaat bagi para pengusaha sektor industri terutama
dalam meningkatkan usahanya sehingga diharapkan dapat lebih banyak
menampung tenaga kerja.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh investasi,
produksi dan unit usaha terhadap tenaga kerja sektor industri Sumatera Barat
dengan mempergunakan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sumatera Barat dari tahun 1997 sampai 2008 dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat dipengaruhi
oleh variabel nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha.
b. Nilai produksi, nilai investasi, dan jumlah unit usaha merupakan faktor
yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah
tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat tahun
1997 – 2008.
c. Variabel produksi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap
jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat.
Variabel produksi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga kerja.
d. Variabel investasi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap
jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat.
Variabel investasi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga kerja.
e. Variabel jumlah unit usaha merupakan faktor yang sangat menentukan
terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera
Barat.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
70
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
6.2. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas,
maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran :
a. Sektor industri merupakan peranan penting dalam perekonomian harus
semakin ditingkatkan dan di perbanyak jumlahnya. Alasannya karena
sektor industri mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar
melebihi sehingga mampu mengurangi pengangguran.
b. Lebih di tingkat jumlah unit usaha pada sektor industri karena dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri. Dengan
memperbanyak unit-unit usaha yang memerlukan tenaga kerja.
c. Pemerintah daerah bersama dengan masyarakat harus dapat menciptakan
kondisi lingkungan yang kondusif sehingga dapat menarik pihak investor
untuk dapat berinvestasi di Sumatera Barat.
d. Dalam hal permodalan pemerintah harus banyak membantu terutama dari
proses atau birokrasi perkeriditan yang berbelit dan pemberian kridit
yang murah dengan bunga yang rendah.
e. Pemerintah harus melakukan reorientasi prinsip kemitraan. Jalinan
kemitraan
harus
didasarkan
atas
prinsip
sinergi
yaitu
saling
membutuhkan dan saling membantu antara unit usaha sektor industri.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
71
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
DAFTAR PUSTAKA
Bellante, Don dan Mark Jackson.1990. Ekonomi Ketenagakerjaaan. Jakarta:
FEUI
Biro Pusat Statistik. Statistik Sektor Industri. Dinas Perindustrian Perdagangan
Sumatera Barat. Berbagai tahun.
Esmara, Hendra. 1986. Distribusi Pendapatan Penduduk Indonesia. Padang:
Lembaga penelitian Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi Universitas
Andalas
Gardner, Ackley. 1987. Teori Ekonomi Mikro, terjemahan P.Sihotang. Jakarta:
UI
Gujarati, damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hasan, Igbal.2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (statistic Inferensif). Edisi ke
dua. Jakarta: Bumi Aksara.
Luthan, Julian. 1997. Beberapa Aspek Ketenagakerjaan Perusahaan Kecil di
Indonesia. Jakarta:
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi ke lima. Jakarta:
Erlangga.
Mulyadi, S. 2003. ”Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Siagian, Sondang. P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia .Jakarta: Bumi
Aksara.
Simanjuntak, Payaman J.1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia.
Jakarta: LPFE-UI.
Subekti, Mohamad Agus. 2007. ”Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai
Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Genteng Di
Kabupaten Banjarnegara”. Skripsi. Semarang. Program Strata I Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Sukirno, Sadono. 1982. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Kedua. Jakarta: PT.
LPEE-UI
Sukirno,Sadono. 1994. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Kedua. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Perkasa.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
72
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012
ISSN : 2086 - 5031
Todaro, Micheal .2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi keTujuh. Jilid 1 Jakarta: Airlangga
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perindustrian dan perdagangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: diperbanyak oleh BP CBP Cipta
Karya
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa Padang
73
Download