Tahun 1 Buku 1 REMAJA Buku Pegangan Guru Empat Kitab Injil Perbaruilah Kehidupan Rohanimu (Juli/Agustus/September) “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman.” (Ibrani 12:1-2a) ÿ Diterbitkan oleh Majelis Pusat Gereja Yesus Sejati Indonesia Tahun 1 Buku 1 REMAJA Buku Pegangan Guru Empat Kitab Injil Judul Bagian # 1: Raja, Kerajaan-Nya dan Umat-Nya “Siapakah Tuhan Yesus?”, merupakan suatu pertanyaan yang membingungkan banyak manusia pada zaman Yesus di dunia. Dalam tiga pelajaran selanjutnya, pemahaman kita mengenai Tuhan Yesus akan diperbarui. Yesus Kristus bukan hanya manusia pada umumnya, Ia adalah Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuhan, yang berada di dalam suatu masa sejarah, yang menjadi sama seperti kita. Ia datang ke dunia dengan suatu amanat, yaitu mati di kayu salib dan membawa kita kembali kepada Allah. Selagi di dunia, Tuhan Yesus menjelajahi seluruh Palestina dengan menyatakan suatu rahasia yang tersembunyi mengenai kerajaan surga. Kerajaan yang Ia maksudkan bukanlah salah satu kerajaan di dunia ini, yang dibentuk oleh kekuasaan militer atau kekuasaan politik, tetapi suatu tempat yang prinsip dan nilai Allah dijunjung tinggi. Bagian # 2: Sukacita Melayani Ketika Yesus Kristus datang ke dunia, Ia tidak bertindak seperti raja atau macam Mesias yang manusia nanti-nantikan, tetapi sebagai seorang hamba yang siap melayani dan mati bagi dosa-dosa manusia. Tuhan Yesus mengajarkan suatu pandangan yang berbeda dengan yang dunia ajarkan. Dunia berpandangan bahwa seseorang itu besar, ketika ia adalah yang pertama dan yang terakhir di dalam segala sesuatunya. Sementara, Tuhan Yesus berpandangan bahwa seseorang itu besar, ketika ia melayani dan memberikan nyawaNya bagi orang lain Empat Kitab Injil Bagian # 3: Kita Menerima dan Memberi dengan Cuma-Cuma Sekalipun Ia adalah Allah, Tuhan Yesus datang ke dunia dalam bentuk manusia. Seperti manusia pada umumnya, Ia menghadapi suatu proses kehidupan secara jasmani, mental, sosial dan rohani. Ia memahami dan mengetahui kebutuhan kita. Kasih-Nya kepada kita tidaklah sebatas menyembuhkan penyakit kita, melimpahi berkat jasmani atau mengeluarkan kita dari situasi yang sulit, tetapi Kasih-Nya bagi bersedia memberikan nyawa-Nya di kayu salib untuk menghadapi segala akar persoalan hidup manusia, yaitu dosa. Melalui kematian-Nya, Tuhan Yesus memberikan damai sejahtera dan keselamatan kepada semua manusia. Bagian # 4: Mengenal Allah dengan Sepenuhnya Dalam kitabnya, Rasul Yohanes menunjukkan suatu bukti dan kenyataan untuk meyakinkan manusia bahwa Yesus Kristus bukan hanya manusia pada umumnya, melainkan pula Allah sendiri. Selama penginjilan-Nya, Yesus Kristus menggunakan tanda heran, pengajaran dan kebangkitan-Nya untuk membuktikan bahwa Ia sungguh adalah Anak Allah. Dengan pergunakan ungkapan ‘Akulah...’ sebanyak tujuh kali, Tuhan Yesus menyatakan secara pribadi bahwa Ia adalah Allah yang Maha kuasa dan yang Maha kekal; Ia sepenuhnya adalah Allah dan manusia. Sekalipun semuanya telah jelas terbukti, tidak banyak pula orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi Yohanes meninggalkan kemajuan yang berarti, yaitu mampu mengatasi rintangan dan mengenal Yesus adalah sungguh Mesias dan Anak Allah. Daftar Isi Selamat Datang di Kurikulum Remaja Memahami Para Remaja Anda Beberapa Keinginan Para Remaja (1-2) Bagaimana Saya Berkomunikasi Secara Tepat Guna kepada Murid-Murid? i-ii iii iv-v Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 1. Sang Raja 2. Kerajaan Allah 3. Warga Kerajaan Surga xii 1 11 19 Bagian # 2: Injil Markus Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru vi Membangun Persahabatan Bersama dengan Murid-Murid vii Bagaimana Membuat Murid-Murid Tetap Termotivasi dan Tertarik? viii Lomba Ayat Hafalan dan Bacaan Kitab untuk Minggu ini ix Ayat Hafalan untuk Kwartal ini Bagian # 1: Injil Matius 4. Yesus Kristus – Hamba yang Setia 5. Kualitas Seorang Hamba 6. Berbagai Cara untuk Melayani 30 31 39 51 Bagian # 3: Injil Lukas Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 7. Yesus Kristus – Anak Manusia 8. Yesus Kristus – Anak Domba Allah 9. Yesus Kristus – Juruselamat Umat Manusia 62 63 73 83 Bagian # 4: Injil Yohanes x-xi Sasaran dan Renungan Bagi Para Guru 92 10. Yesus Kristus – Anak Allah 93 11. Mengenal dan Percaya kepada Tuhan Yesus Kristus 103 12. Yesus Kristus, Jawaban dari Segala Sesuatu 13. Ulasan 115 127 Selamat Datang di Kurikulum Remaja Buku ini telah dirancang untuk membantu para Guru Pendidikan Agama untuk merencanakan dan menjadikan suasana belajar dan mengajar menjadi lebih terarah kepada murid-murid. Karena pengaruh firman Allah yang dahsyat, para Guru Pendidikan Agama memohon agar dapat menyaksikan sendiri setiap langkah perubahan dari muridmurid dalam memahami dan menerapkan Alkitab di dalam kehidupan mereka. Di sini, Anda akan menemukan berbagai bahan yang diperlukan untuk mengajar kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanya. Judul Pelajaran Ringkasan dari Lima Kitab Taurat Kurikulum ini meliputi: Bacaan Kitab Mat. 24-25; 22:31-32; Yoh. 5:39; Kel. 20-23; Im. 17-26; Ul. 5:12-26 CONTOH Sasaran Pelajaran 1. 2. Memahami pentingnya mempelajari Perjanjian Lama dan mengenal pengajaran utama dari Lima Kitab Taurat Menjadi termotivasi untuk mempelajari Alkitab dan beroleh pemahaman bagaimana menjalankan hidup mereka Ayat Alkitab Karena Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat. 5:18) Bacaan Kitab untuk Minggu ini Kejadian 1-10 i Empat Kitab Injil Semua pelajaran ini didasarkan pada: (Tidak tertera di dalam Buku Aktivitas Murid) Latar Belakang Alkitab Sumber tambahan yang berkaitan dengan pelajaran untuk diketahui bagi para guru dan murid. Pemanasan Sesuatu yang menawan perhatian murid-murid, agar mereka dapat memulainya. Pemahaman Alkitab Bimbinglah murid-murid di dalam menemukan kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanyamelalui penerapan pemahaman Alkitab di dalam kehidupan nyata. (Lembar Kerja Murid hanya dalam bentuk yang sederhana) Menguji Pemahaman Ujilah pemahaman keseluruhan dari murid murid. Anda dapat melakukannya dengan berbagai cara yang berbeda. Salah satunya adalah menanyakan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang mereka telah pelajari. Penerapan Kehidupan Bantulah setiap murid untuk menerapkan firman Allah di dalam kehidupan mereka sama seperti Roh Kudus memimpin mereka. Motivasilah murid-murid melakukan tindakan untuk melatih apa yang mereka telah pelajari. Bagaimana mereka melakukan tindakan itu? Kapankah mereka melakukannya? Renungan dan Doa Mintalah murid-murid untuk berbagi apa yang mereka masih ingat setelah pelajaran berlangsung dan akhirilah di dalam doa. Ingatlah!!! Sasaran dan pengajaran guru ada tertulis pada setiap pendahuluan pelajaran. Bacaan Kitab untuk Minggu ini dan Ayat Hafalan ada tertulis pada setiap pelajaran. Pastikan membacanya sebelum mempersiapkan dan mengajar murid-murid. Empat Kitab Injil ii Memahami Para Remaja Adalah penting mengajarkan dan memperlengkapi para remaja dengan dasar kekuatan yang kokoh, yaitu iman yang teguh. Sekarang ini, kita bersama dengan angkatan yang sedang mencari jawaban yang benar. Sekalipun mungkin telah mengalami suka maupun duka di dalam kehidupan atau kemerosotan rohani, mereka tetap ingin mengetahui siapa yang membuat suatu perbedaan di dalam dunia ini. Para remaja yang menjadi percaya kepada Allah akan dianggap tidak masuk akal, karena mereka pun hidup di dunia yang penuh dengan kekerasan terhadap hukum-hukum Allah. Sebagai akibat dari hal ini adalah timbulnya wabah penyakit, kerusaksan lingkungan dan kekerasan rumah tangga. Oleh karena itu, mereka diperhadapkan dengan keputusan-keputusan penting setiap harinya. Apa yang mereka putuskan dapat mempengaruhi nilai-nilai Kehidupan, iman, pendidikan, pilihan dalam berteman, pekerjaan, pernikahan dan kehidupan bergereja. Selain itu, para remaja mungkin berjuang menghadapi tekanan dari teman sebaya, gaya hidup, penyalahgunaan, persoalan keluarga, sebagaimana pula dengan jati diri. Dengan kata lain, mereka diombangambingkan oleh perubahan, entahkah secara rohani, perasaan, sosial maupun jasmani. iii Empat Kitab Injil Para remaja membutuhkan sesuatu dan seseorang bagi mereka untuk disandari, apapun yang dianggap layak untuk menjadi pegangan hidup mereka. Lalu, tugas kita adalah membimbing para remaja untuk menyaksikan kuasa Allah di dalam dunia yang selalu berubah ini. Sangat mengherankan, para remaja ingin menjadi ‘rohani’. sekalipun seluruh masyarakat berada di sekitar mereka. Oleh karena itu, mereka perlu mendengarkan banyak kesaksian pribadi dan kebenaran Alkitab mengenai bagaimana kasih Allah telah menyentuh kehidupan orang lain serta pengharapan apa saja yang dimiliki, sekalipun kita hidup di dunia yang sering kali tidak berperikemanusiaan. Bagaimana kita dapat meneguhkan iman mereka di dalam Tuhan, yang mengasihi dan peduli kepada mereka lebih daripada siapapun juga? Beberapa Keinginan Para Remaja (1) 1. Mengasihi dan Diterima Para remaja memiliki suatu keinginan yang besar untuk diterima oleh temanteman sebayanya dan memperhatikan apa yang orang lain pikirkan mengenai diri mereka. Mereka kuatir mengenai bagaimana orang lain memperhatikan mereka secara jasmani (penampilan: terlalu tinggi, terlalu pendek, terlalu gemuk, terlalu kurus, pemahaman mengenai seks) dan secara mental (kepandaian: terlalu pandai atau terlalu bodoh). Mereka pun memperhatikan para teman, guru, olahragawan, personal media sebagai contoh bagi diri mereka. Oleh karena itu, cara guru menyatakan iman dan keyakinan akan menjadi saksi yang positif bagi diri mereka. 2. Menjalin hubungan dengan Allah atau Mencari Keyakinan Iman 3. Merasakan Pengalaman Pribadi Bersama dengan Allah Dalam kehidupan mereka sampai saat ini, para remaja mungkin masih belum memiliki banyak pengalaman pribadi bersama dengan Allah. Kehidupan ibadah mereka sepertinya telah teratur berjalan dengan menghadiri kebaktian di gereja ataupun di kelas dan berdoa sebelum tidur. Sekalipun keteraturan ini baik, tetapi masih belum cukup. Sekarang, saatnya memotivasi mereka untuk berdoa secara tekun, sehingga dapat menyadari peran Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bagikan beberapa kesaksian pribadi yang akan menyentuh hati mereka. Dengan demikian, mereka akan mulai melihat Allah sebagai sahabat, penghibur dan penasihat pribadi bagi diri mereka. Pada usia seperti ini, para remaja tidak lagi akan datang ke gereja hanya disebabkan orangtua menyuruh mereka melakukannya. Mereka mulai mengembangkan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Sekalipun kemampuan berpikir para remaja akan menyebabkan mereka mempertanyakan apa peranan Allah dan Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi penting bagi Guru Pendidikan Agama senantiasa menantang mereka untuk menyediakan waktu dalam berdoa dan beribadah di luar kelas dan gereja, sehingga dapat membangun iman mereka sendiri. Sasaran kerohanian mereka adalah menemukan makna dan tujuan hidup mereka melalui Yesus Kristus. Empat Kitab Injil iv Beberapa Keinginan Para Remaja kemampuan untuk membiarkan mereka mengetahui kelayakan diri mereka. Para remaja menghormati orangtua dan orang dewasa lainnya secara konsisiten. Ketika mereka membuat keputusan sendiri dan belajar dari kesalahan, hal itu akan membuat mereka menemukan jati dirinya sendiri dan apa yang diyakininya. Ketika melakukannya, mereka pun dapat menjadi setia terhadap keyakinan dan nilai-nilai kehidupan mereka. 4. 4. 5. Memahami Tujuan Hidup yang Sesungguhnya Para remaja ingin mengetahui siapa sesungguhnya diri mereka. Pada usia kritis seperti ini, mereka mulai bertanya kepada diri sendiri, “Apakah tujuan hidup saya?” dan “Apakah maksud dari semuanya ini?” Seorang remaja perlu memandang diri sendiri sebagai seseorang yang berbeda dan yang layak untuk mencapai keberhasilan dari masa transisi menuju masa dewasa. Keyakinan diri mereka begitu kuat, hingga merasa perlu membuktikan diri sebagai seseorang yang berkemampuan untuk itu. Beberapa orangtua tidak ingin membiarkan anak-anak mereka pergi seorang diri hingga menjadi berlebihan, karena merasa kuatir akan adanya ancaman perkembangan diri dari anakanak mereka. Sebagai akibatnya, para remaja akhirnya memberontak kepada orangtua. Sebagai Guru Pendidikan Agama, kita perlu menunjukkan dukungan dan motivasi serta memberikan nasihat yang membantu mereka. Kita pun perlu meneguhkan talenta dan v Empat Kitab Injil Kemurnian dan Kekudusan Mungkin karena usia yang masih muda dan kurang begitu berpengalaman di dalam dunia yang nyata ini, para remaja sering kali merasa bahwa mereka dapat mengatasi segala sesuatunya, bila berusaha dengan cukup keras. “Saya dapat mengatasinya,” demikianlah pikir mereka. “Itu boleh saja terjadi kepada diri mereka, tetapi tidak akan terjadi kepada diri saya!” Di satu sisi adalah positif memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Bagaimanapun, ketika menghadapi banyak perncobaan yang sesungguhnya, mereka mungkin belum siap untuk menghadapi semuanya dengan ‘kepala dingin’. Sekalipun tidak perlu memberitahukan mereka dengan cerita-cerita dari banyak orang yang telah gagal untuk tetap murni dan kudus, kita tetap perlu membiarkan mereka memahami kenyataan dan kesulitan-kesulitan itu. Tantanglah mereka untuk berpikir mengenai apa yang penting bagi diri mereka dan motivasilah agar tetap teguh kepada apa yang mereka yakini. Bagaimana Saya Berkomunikasi Secara Tepat Guna kepada Murid-Murid? 1. Sambutlah setiap murid pada tiap-tiap bagian pelajaran Sambutan yang bersahabat dan yang ramah menyatakan perhatian yang sepenuhnya. Ungkapan seperti “bagaimana keadaan kamu?” dapat menyatakan perhatian yang tulus. Ungkapan seperti “luar biasa bertemu dengan kamu!” dapat mengubah harihari dari seseorang. Sambutan kita hanya memerlukan waktu sekitar 30-40 detik, tetapi murid-murid akan begitu merasakan bahwa kita benar-benar peduli kepada mereka. 2. Kirimlah sebuah kartu/email atauhubungilah melalui telepon untuk mengetahui seseorang sedang melakukan hal apa Dengan mengatakan, “Saya takjub bagaimana kamu dapat melakukannya”, akan membuat suatu perbedaan yang menonjol di dalam kehidupan seseorang. Sekalipun perbuatan ini hanya memerlukan waktu 4-5 menit dan harga yang tidak seberapa dari selembar kartu, tetapi akan membuat hari-hari para remaja bersemangat kembali. 3. Undanglah setiap murid ke ru- mah dalam acara persekutuan atau kejadian istimewa lainnya Kenangan terindah kita dari melayani Tuhan dihasilkan melalui persekutuan atau kejadian istimewa lainnya. Setiap persekutuan akan memberikan suatu kesempatan yang baru untuk menunjukkan rasa simpati dan empati kepada seseorang. 4. Berdoalah bersama dengan mereka Para remaja perlu mengetahui bahwa para guru ternyata mendoakan mereka dengan tekun. Sekalipun mereka mungkin begitu sibuk dengan aktivitas belajar, kita hendaknya senantiasa mengingatkan bahwa berdoa bersama pada saat-saat tertentu itu merupakan satu-satunya cara untuk memohon hikmat dan kekuatan dari Allah. Empat Kitab Injil vi Membangun Persahabatan Bersama dengan Murid-Murid Pada abad 21 ini, hampir semua remaja berkomunikasi melalui email setiap harinya. Dengan bantuan internet, banyak orang menemukan cara yang luar biasa untuk tetap dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar mereka yang tidak dapat berbicara langsung dan dengan orangorang yang tinggalnya berjauhan. Sebagai Guru Pendidikan Agama, penggunaan email untuk menjangkau murid-murid merupakan cara yang indah di dalam membangun persahabatan. Sejak mengetahui murid-murid dapat mengirimkan email yang sedikit lebih mendalam daripada sekedar katakata sambutan atau pujian, Anda mungkin dapat ajukan pertanyaan yang merangsang pikiran murid-murid mengenai apa yang sedang terjadi di dunia saat ini, apa yang mereka yakini, bagaimana hubungan mereka dengan keluarga atau mungkin mulailah dengan suatu pertanyaan yang pribadi mengenai hubungan mereka dengan Allah. Fakta menunjukkan bahwa murid-murid merasa senang bila menemukan email di mailbox mereka, sekalipun Anda dan mereka jarang berkomunikasi. Setidaknya, pikirkan vii Empat Kitab Injil email apa yang dapat memotivasi muridmurid agar mengetahui bahwa mereka berada di dalam pikiran Anda atau mengetahui bahwa Anda mengharapkan mereka berhasil di dalam ujian atau aktivitas olahraga. Bahkan Anda dapat membuat hari-hari mereka penuh semangat dengan memberikan pujian atau motivasi tertulis di dalamnya. Untuk menjangkau murid-murid secara tepat guna melalui email, tulislah pesan Anda secara singkat (cukup satu paragraf atau satu kalimat). Hidup di dalam masyarakat yang serba cepat ini, tidak banyak dari antara kita yang ingin memeriksa sebuah email yang panjang isinya. Begitu pula penting untuk menjawab pesan dalam waktu 1-2 hari. Murid-murid mencari Anda untuk memperoleh dukungan dan bimbingan. Anda akan segera kehilangan kepercayaan dari mereka, bila tidak ada balasan dari Anda selama satu minggu ke depan. Tetap usahakan menggunakan nada kalimat yang ramah di dalam menulis email Anda. Biarkan mereka mengetahui bahwa Anda selalu berada di dekat mereka, terutama ketika salah seorang murid sedang sakit jasmani atau lemah rohani. Kutiplah sebagian ayat Alkitab dan gunakan humor secara bebas. Para remaja tidak akan menanggapi secara positif kepada guruguru yang selalu menyalahkan. Tetaplah berada di sana dan jadilah teladan. Email adalah alat komunikasi yang luar biasa dengan murid-murid. Kiranya Allah meneguhkan iman muridmurid dan menanamkan pemahaman akan firman-Nya kepada mereka. Bagaimana Membuat Murid-Murid Tetap Termotivasi dan Tertarik? Kamu dapat menggunakan... 1. Permainan 2. Video klip 3. Diskusi untuk menemukan solusi atau gagasan lainnya 4. Poster 5. Pertanyaan yang menarik atau topik-topik yang hangat 6. Kesaksian atau pujian yang menyentuh hati 7. Saat-saat perenungan untuk mengintrospeksi diri 8. Kesetiaan dan kerajinan Ketika membawakan pelajaran, kamu dapat menggunakan... 1. Suatu gaya dari seorang guru ketika mengajar murid-murid 2. Suatu penggalian Alkitab yang mendalam 3. Suatu tulisan singkat yang menarik perhatian murid-murid 4. suatu film yang bermakna dalam dan yang berkaitan dengan topik pelajaran Guru dapat menguji pemahaman murid-murid dengan... 1. Meminta murid-murid untuk berbagi apa yang mereka telah pelajari 2. Menanyakan beberapa pertanyaan mengenai pemahaman Alkitab 3. Meminta murid-murid untuk menemukan moral yang baik selama pelajaran 4. Menanyakan siapa tokoh yang murid-murid ingin jadikan bagian dari kehidupan mereka 5. Meminta murid-murid untuk menerapkan pemahaman Alkitab di dalam kehidupan sehari-hari Empat Kitab Injil viii Lomba Ayat Hafalan Apakah Anda mengetahui bahwa dengan bersama-sama menghafal Ayat Hafalan di dalam kelas, dapat memberikan saat yang paling baik dalam mengajarkan firman Allah? Kebanyakan orang beranggapan bahwa murid-murid kelas Remaja telah mengetahui banyak mengenai ayat-ayat dalam Alkitab. Bagaimanapun, anggapan itu tidaklah benar. Oleh karena itu, kita sebagai Guru Pendidikan Agama haruslah lebih menekankan bagian pelajaran ini daripada yang lainnya. Mengapa? Karena dengan mengingat ayat Alkitab dapat membantu murid-murid bertahan menghadapi pencobaan dan membangun iman yang lebih teguh. Pastikan bahwa ini merupakan hal yang melibatkan para guru dan murid. Tantanglah murid-murid untuk dapat mengingat Ayat Hafalan bersama dengan Anda setiap minggunya. Adalah gagasan yang positif, bila Anda dan murid-murid dapat mengucapkan ketiga belas Ayat Hafalan pada akhir kwartal. Ini merupakan cara yang luar biasa untuk memotivasi Anda dan muridmurid. Mungkin Anda dapat menantang murid-murid dengan sebuah lomba. Buatlah lomba itu sebagai tantangan yang nyata dan lihatlah siapa yang dapat mengucapkan Ayat Hafalan paling banyak pada perlombaan itu. Anda dapat memberikan apapun macam penghargaan kepada murid-murid yang menang. ix Empat Kitab Injil Karena perlu mengulang Ayat Hafalan dari minggu ke minggu, Anda dapat menghabiskan waktu lebih banyak untuk membicarakannya bersama murid-murid. Biarkan firman Allah itu mempengaruhi kehidupan pribadi murid-murid dan menjadi bagian dari kehidupan mereka. Setelah suatu periode waktu tertentu, Anda pasti akan melihat kehidupan muridmurid bertumbuh seperti yang Allah kehendaki. Intinya adalah bila muridmurid mendapati Anda sedang serius dalam menghafal Ayat Alkitab, mereka pun akan melihatnya sebagai suatu cara yang penting untuk bertumbuh lebih menyerupai Yesus Kristus. Kiranya Allah senantiasa meneguhkan semangat pelayanan kita kepada muridmurid. Bacaan Kitab untuk Minggu ini 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Matius 1-9 Matius 10-19 Matius 20-28 Markus 1-5 Markus 6-10 Markus 11-16 Lukas 1-8 Lukas 9-16 Lukas 17-24 Yohanes 1-7 Yohanes 8-14 Yohanes 15-21 Ayat Hafalan untuk Bulan Juni, Agustus dan September 1. “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat. 1:21) 2. Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Luk. 17:20-21) 3. “Bukan setiap orang yang berseru kepadak-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.” (Mat. 7:21) 4. “Dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10:44-45) 5. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu, Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Mrk. 9:35) 6. “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor. 15:58) 7. “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibr. 4:15) 8. “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk. 19:10) 9. “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Gal. 3:26-28) Lima Kitab Taurat x Ayat Hafalan untuk Bulan Juni, Agustus dan September 10. “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Maha besar, di tempat yang tinggi.” (Ibr. 1:3) 11. “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristuts. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.” (1 Yoh. 5:20) 12. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat. 11:28-29) xi Empat Kitab Injil Sang Raja, Kerajaan-Nya dan Umat-Nya Sasaran Melalui bagian ini, muridmurid akan memeriksa seberapa mereka sungguhsungguh mengenal Allah dan percaya di dalam-Nya. Apakah mereka melihat Allah sebagai Penguasa yang Maha tinggi atas surga dan bumi, atas waktu dan kekekalan atau hanya sebagai Satusatunya yang menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan? Murid-murid akan mempertimbang-kan, sudahkah telah tempatkan Tuhan Yesus sebagai Sang Raja di dalam jiwa dan kehidupan mereka dan sudahkah Tuhan Yesus berperan mutlak atas pilihan yang dibuat di dalam kehidupan mereka. Murid-murid pun seharusnya belajar sebagai anak-anak Allah, kita perlu menerima dan berbuat menurut segala prinsip dan nilai dari kerajaan-Nya. Segala prinsip dan nilai ini sungguh bertentangan langsung dengan segala prinsip dan nilai duniawi. Pertentangan ini digambar-kan sebagai situasi rumit yang murid-murid sering kali alami antara apa yang mereka senang lakukan dan apa yang mereka harap lakukan sebagai warga dari Kerajaan Allah. Bagaimanapun, Yesus Kristus berjanji bahwa barangsiapa mene-rima dan berbuat menurut segala hukum Allah akan beroleh berkat hidup yang kekal. Bagian # 1 Renungan Bagi Para Guru Tuhan Yesus meng-ingatkan bahwa kita adalah terang dunia (Mat. 5:14). Bagaimanapun, mengapa justru sering menyembunyikan iman kita sendiri? Bukankah seharusnya berdiri teguh di dalam iman dan tidak hindari masalah dengan merusak keyakinan sendiri atau mengabaikan masalah-masalah yang dapat mem-bantu meneguhkan iman kita? Apakah yang terpenting bagi kita? Kadang kita terlalu memperhatikan tanggapan orang lain mengenai kegagalan kita dalam bersinar bagiNya atau menunjukkan kasih Allah kepada mereka. Sempatkan waktu untuk mengintrospeksi diri mengenai bagaimana Anda dapat tetap berdiri teguh di dalam iman. Bagaimana Anda dapat memberikan teladan bagi murid-murid? Bagaimana murid-murid dapat berdiri teguh di dalam iman mereka? Janganlah kamu mengasihi dunia “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1 Yohanes 2:15-16) Empat Kitab Injil xii xiii Empat Kitab Injil pelajaran Injil Matius Sang Raja 1 Bacaan Kitab Mat. 1:18-2:1-23; 8:18-9:1-17; 12:1-50; 14:13-21; 15:1-20,29-31; 16:13-17 7 7 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias, Raja yang kekal 2. Memampukan murid-murid menguji dan meningkatkan pemahaman mereka mengenai Tuhan Yesus. Ayat Alkitab “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat. 1:21) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Matius 1-9 Latar Belakang Alkitab Penulis: Penulis kitab Matius umumnya diyakini adalah Matius sendiri. Ia pun dikenal dengan panggilan Lewi, yang berarti ‘bergabung’. Ia adalah anak dari Alfeus, seorang Yahudi dari provinsi Galilea. Sebelum mengikut Tuhan, Matius melakukan pekerjaan yang tidak mendapat simpati dari masyarakat orang Yahudi, yaitu sebagai pemungut cukai bagi pemerintahan Romawi. Bagaimanapun, saat Tuhan memanggilnya, ia bertobat dan menjadi seorang murid serta rasul Kristus (Mat. 9:111). Matius mengikut Tuhan Yesus dan menuliskan secara rinci apa yang ia dengar dan saksikan. Matius memberitakan Injil di Palestina untuk beberapa tahun lamanya. Kemudian, menjelajahi ke beberapa negeri dan mengakhirinya di Etiopia, di mana ia memberitakan Injil dan mendirikan gereja, hingga terbunuh akhirnya pada tahun 60 Masehi. Empat Kitab Injil 1 Waktu Penulisan: Tidak ada catatan waktu yang pasti kapan kitab Matius ini dituliskan. Tetapi secara umum diyakini bahwa kitab ini dituliskan sebelum kota Yerusalem diruntuhkan oleh pasukan tentara Roma pada tahun 70 Masehi. Ini sesuai dengan apa yang dituliskan dalam Mat. 24, di mana kota Yerusalem tidak tampak telah diserang. Sasaran Penulisan: Selama beberapa abad, orang-orang Yahudi telah menantikan Mesias, yang para nabi Perjanjian Lama telah nubuatkan. Mereka meyakini bahwa Mesias (‘yang diurapi’) akan menolong mereka dari penindasan orang-orang Roma, sehingga dapat mendirikan suatu kerajaan yang baru dan memerintah dunia dengan keadilan. Tahun berganti tahun, bermacam-macam orang telah datang dan pergi, di antaranya menyatakan diri sebagai Mesias, sementara yang lainnya dianggap oleh masyarakat orang Yahudi sebagai calon Mesias saja. Tetapi tidak ada seorangpun yang meyakinkan. Bagaimanapun, banyak orang Yahudi yang tidak memperhati-kan apa yang para nabi juga katakan mengenai Sang Raja ini sebagai seorang hamba yang menderita, yang akan ditolak dan dibunuh. Memang tidak ada yang mengejutkan kemudian, bahwa beberapa orang Yahudi mengakui Tuhan Yesus sebagai Mesias. Bagaimana mungkin seorang guru dari Nazaret yang rendah hati ini dapat menjadi raja mereka? Belum pernahkah Ia ditolak oleh para pemimpin orang Israel? Apakah Ia benar-benar Mesias yang masyarakat orang Israel nanti-nantikan? Kitab Matius menanggapinya dengan suatu jawaban ‘ya’! Di dalam kitab Injil pertama ini, Matius memenuhinya dengan nubuatan dari para nabi Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Yang dipilih oleh Allah. Ia ingin segenap orang Yahudi mempelajari kitab Taurat mereka dan menemukan Yesus sebagai Kristus, Anak Daud, Anak Abraham, Anak Allah. Di dalam kitabnya, Matisus senantiasa menggunakan ungkapan ‘kerajaan surga’ untuk memberitahukan orangorang Yahudi bahwa Tuhan Yesus mendirikan suatu kerajaan, tetapi berbeda dengan yang mereka kira. Tuhan Yesus tidak diutus untuk menjadi raja duniawi, tetapi Raja surgawi. Ia tidak datang untuk menolong orang-orang Yahudi dari penindasan orangorang Roma, tetapi dari penindasan dosa dan Iblis. Ia tidak datang untuk memerintah atas orang-orang Yahudi, tetapi menjadi sesuatu yang utama yang mengendalikan hidup dan hati kita. Kerajaan-Nya akan lebih besar daripada kerajaan Daud, karena kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Matius berusaha meyakinkan orangorang Yahudi dan kita pada hari ini untuk mengakui Yesus Kristus bagi Dia yang sesungguhnya dan menyembah-Nya sebagai Sang Raja dalam hidup kita. Pemanasan Pernahkah kalian berusaha meyakinkan seseorang atas sesuatu yang mereka belum percayai? Seberapa sulitnya usaha kalian ini? Bagaimana kalian mengatasi rintangan yang ada? Apakah yang menghambat kalian dari memandang Kebenaran itu? 2 Empat Kitab Injil Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Siapakah Tuhan Yesus? ‘Siapakah Tuhan Yesus?’ merupakan suatu pertanyaan yang membingungkan bagi kebanyakan orang. Sebagaimana Tuhan Yesus memberitakan kerajaan surga, menyembuhkan yang sakit dan mengusir setan-setan, banyak yang mempersoalkan dan merasa bingung akan jati diri-Nya. Orang banyak, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, bahkan murid-murid yang mengikut Yesuspun senantiasa menanyakan siapakah Dia. A. Siapakah Tuhan Yesus? l Menurut orang banyak Orang banyak dibingungkan dan merasa ingin tahu mengenai manusia Yesus dan kehebatan pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan. Sering kali pertanyaan ‘siapakah Dia?’ timbul di antara orang banyak, sebagaimana mereka ingin mencari tahu jati diri-Nya. Tetapi Tuhan tidak ingin mengungkapkan jati diri-Nya sebagai Mesias, karena kuatir orang banyak akan beranggapan bahwa Ia datang untuk menjadi seorang raja yang akan memindahkan Kekaisaran Romawi secara paksa. Lalu, apakah yang orang banyak katakan mengenai Tuhan Yesus? 1. Tuhan Yesus adalah seorang nabi Dalam Matius 16:13-20, Tuhan bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Murid-murid memberikan beberapa jawaban.Ada yang beranggapan bahwa Ia adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali; yang lainnya menyangka Elia atau Yeremia atau salah seorang dari para nabi pada zaman dahulu. Pandangan umum ini mungkin telah menjadi akibat dari Ulangan 18:18, yang mengatakan bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi dari antara orang-orang Yahudi. Orang banyak beranggapan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang nabi, karena tanda-tanda heran dan mujizat yang Ia lakukan (Luk. 7:16; Yoh. 6:14; 7:4043; 9:17). 2. Tuhan Yesus adalah seorang guru Sering kali Tuhan dianggap sebagai seorang guru yang hebat atau rabi. Para pengajar hukum Taurat atau para rabi adalah mereka yang telah memahami hukum Taurat dan yang memberikan perintah rohani kepada umat. Tetapi orang banyak beranggapan bahwa Tuhan Yesus bukanlah seperti para pengajar hukum Taurat pada umumnya. Ia tidak mengajar seperti para ahli Taurat dan orang Farisi, yang sering kali mengulang pengajaran dari rabi yang telah dikenal sebelumnya. Orang banyak beranggapan bahwa Tuhan Yesus berbicara dengan wibawa, hikmat dan kuasa yang besar (Mat. 7:2829; 13:54-58; 22:15-22). 3. Tuhan Yesus adalah seorang penyedia Yohanes 6:1-14 mencatatkan suatu kejadian, di mana memberi makan kepada lima ribu orang lebih dengan lima roti dan dua ikan. Setelah kenyang, mereka datang kembali keesokan harinya untuk mencari-Nya. Empat Kitab Injil 3 Tuhan mengetahui maksud sesungguhnya dan berkata kepada mereka, “Sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tandatanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh. 6:26). Selama pelayanan-Nya, orang banyak melihat Yesus Kristus sebagai seorang penyedia, penyembuh atau seseorang yang dapat memuaskan kebutuhan jasmani mereka. Mereka telah keliru dalam memahami siapakah Dia yang sesungguhnya. Mereka datang kepada-Nya untuk kesembuhan jasmani dan bukan untuk kesembuhan rohani. Mereka datang untuk makanan dan bukan untuk mencari Roti yang hidup, yaitu Tuhan Yesus sendiri. l Menurut orang-orang Farisi Apakah yang orang-orang Farisi dan para ahli Taurat katakan mengenai Tuhan Yesus? 1. Tuhan Yesus adalah seorang penghujat Ketika Tuhan Yesus berdiri di hadapan Kayafas, Imam Besar bertanya Terpuji?” Tuhan menjawab, “Akulah dia.” Para pemimpin begitu terkejut dan marah kepada Tuhan yang telah menganggap diri-Nya sama dengan Allah dan mereka menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya (Mrk. 14:61-64). Menurut hukum Taurat, siapa yang menghujat nama Tuhan, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu (Im. 24:16). Bagaimanapun, para pemimpin agama tidak menyadari bahwa orang yang mereka tuduh dan jatuhi hukuman mati itu adalah Allah sendiri. 2. Tuhan Yesus adalah seorang pelanggar hukum Taurat Yohanes 9:1-14 mencatatkan bagaimana pada hari Sabat, Tuhan Yesus menyembuhkan seseorang yang buta sejak lahirnya. Ketika orang-orang Farisi menyadari hal ini, mereka begitu marah, karena menurut hukum orang Yahudi, tidak boleh ada pekerjaan yang dilakukan pada hari Sabat. Perbuatan Tuhan yang mengaduk tanah dan menyembuhkan orang buta telah termasuk ke dalam suatu pekerjaan. Inilah yang membuat orang-orang Farisi dan para ahli Taurat mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang pelanggar hukum Taurat. Dalam pandangan mereka, Tuhan bukanlah seorang yang berasal dari Allah, karena Ia tidak mematuhi banyak adat istiadat dan hukum yang orang-orang Yahudi pegang. Dalam beberapa kejadian, Tuhan melanggar hukum Taurat mengenai hari Sabat dan tidak melakukan adat istiadat orang Yahudi seperti pembasuhan tangan (Yoh. 9:16; 5: 1-16; Luk. 13:10-17; 14:1-6; Mat. 15:1-6). 3. Tuhan Yesus adalah suatu ancaman Semangat dan tekad yang orang-orang Farisi tunjukkan dalam mengikut hukum dan adat istiadat dari Perjanjian Lama membuat mereka dikagumi oleh orang-orang Yahudi pada umumnya. Mereka begitu dihormati di dalam masyarakat dan begitu berpengaruh di dalam rumah ibadat. Tetapi mereka membenci Tuhan, karena Ia menantang sikap kesombongan dan motivasi yang tidak terhormat dari pada mereka. Sekalipun para pemimpin orang Yahudi menentang-Nya, mereka tetap merasa iri terhadap kepopularitasan dan kewibawaan-Nya. Matius 21:15 mencatatkan bahwa mereka merasa iri dan marah mengenai hal-hal luar biasa yang Tuhan perbuat. Mereka menghargai nilai status di dalam masyarakat dan kesempatan untuk beroleh banyak keuntungan pribadi,sehingga tidak dapat lagi memandang tujuan mereka yang sebenarnya sebagai pemimpin agama. 4 Empat Kitab Injil Semua orang Yahudi seharusnya menyadari Tuhan sebagai Mesias, tetapi mereka justru menolak untuk mengakui-Nya, karena tidak rela menyerahkan kedudukan dan kekuasan mereka itu. Ketika Tuhan memperlihatkan perilaku mereka itu, mereka justru menjadikan-Nya musuh dan bukannya Mesias. l Menurut murid-murid Tuhan Yesus Apakah yang murid-murid katakan mengenai Tuhan Yesus? Tuhan Yesus adalah Mesias Sekalipun murid-murid mengikut Tuhan Yesus selama masa pelayanan-Nya, mereka masih merasa takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapakah gerangan orang ini?” (Mrk. 4:41). Sekalipun menyaksikan mujizat-mujizat yang Tuhan perbuat dan mendengarkan perkataan-Nya, mereka sering kali lamban di dalam memahami pelayanan dan pengajaran-Nya (Mat. 4:13,40; 6:52; 8:33; 16:8) serta tujuan sebenarnya dari kedatangan-Nya di dunia. Seperti orang-orang Yahudi yang lain, murid-murid pun menantikan Mesias yang akan memindahkan Kekaisaran Romawi dan mendirikan kerajaan-Nya. Tetapi Tuhan tidak hendak mendirikan sebuah kerajaan di dunia ini yang berpusat di dalam istana dan takhta, tetapi justru berpusat di dalam hati dan kehidupan para pengikut-Nya. Mereka tidak dapat memahami bahwa nilai-nilai dari kerajaan Allah yang kekal berbeda daripada nilai-nilai dunia. Tetapi saat Tuhan telah menyelesaikan amanatNya secara jasmani dan saat Roh Kudus Tips Mengajar dicurahkan pada hari Pentakostalah, muridmurid baru benar-benar mengenal Tuhan. Murid-murid dapat dibagi ke B. Siapakah yang mengenal Tuhan Yesus? Siapakah yang benar-benar mengenal Tuhan Yesus? 1. Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:29) 2. Simeon (Luk. 2:25-35) 3. Hana, seorang nabi perempuan (Luk. 2:36) 4. Orang-orang majus (Mat. 2:2) 5. Iblis (Mat. 8:28-29; Luk.4:33-34) Bagian # 2 – Siapakah Mesias? dalam beberapa kelompok untuk mewakili ‘orang banyak’, ‘orang-orang Farisi’ dan ‘murid-murid Tuhan Yesus’. Di mana ketiga kelompok ini akan mendiskusikan pandangan mereka mengenai siapakah Tuhan Yesus itu. MuridMurid dapat saling berbagi pandangan di antara mereka. Orang-orang Yahudi telah berpendapat sebelumnya seperti apa seharusnya Mesias itu. Ia seharusnya datang dari latar belakang yang luar biasa dan menjadi seorang pemimpin militer yang hebat, yang dapat membebaskan Israel dari penindasan Roma. Ketika Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah Kristus, mereka tidak mengakui-Nya sebagai Mesias. Mereka tidak dapat mempercayai hikmat dan kuasa-Nya yang besar. Mereka hanya dapat melihat-Nya sebagai manusia biasa sama seperti diri mereka. Hal-hal apakah yang menghambat orang-orang Yahudi dari menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias mereka? Empat Kitab Injil 5 A. Latar Belakang yang Rendah 1. Di Betlehem, Tuhan Yesus dilahirkan di sebuah tempat yang terpencil (Mik. 5:1-2). Ia turun ke dunia dan menjadi suatu bagian dari keluarga yang begitu miskin bahwa Maria, ibu-Nya, harus mempersembahkan dua burung merpati dan bukannya domba sebagai korban penyucian dirinya. 2. Sekalipun Tuhan Yesus dilahirkan di Betlehem, Ia menjadi dewasa di kota Nazaret. Nazaret merupakan suatu kota kecil yang tidak begitu dipandang oleh orang-orang Yahudi. Dalam Yohanes 1:46, Natanael berkata, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Catatan buruk yang kota ini miliki mungkin disebabkan dari sedikitnya kebudayaan yang ada, dialek yang kasar dari penduduk Galilea, kelemahan moral dan pasukan Romawi yang tinggal di sana. 3. Tuhan Yesus merupakan anak dari seorang tukang kayu (Mat. 13:55; Mrk. 6:3). Tuhan sendiri melakukan pekerjaan yang sama. Penduduk setempat menganggap diri-Nya bukanlah seperti Mesias mereka, tetapi seseorang yang sama seperti diri mereka. Pandangan ini membuat mustahil bagi mereka untuk menerima pesan-Nya dan menjadikan mereka buta terhadap Kebenaran. 4. Karena Tuhan Yesus memiliki latar belakang yang rendah, Ia tentu tidak banyak menerima pendidikan. Dalam Yohanes 7:15, para pemimpin orang Yahudi terkejut ketika mereka mendengar Tuhan mengajar dengan wibawa, sekalipun Ia tidak pernah belajar. B. Tidak Memiliki Penampilan Tuhan Yesus tidak memiliki penampilan atau kharisma yang meyakinkan orang banyak. Yesaya 53:2 memberitahukan: “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada, sehingga kita memandang dia dan rupanya tidak, sehingga kita menginginkannya.” C. Tidak Memiliki Status Selama zaman Tuhan Yesus, para pemungut cukai, pelacur dan orang-orang berdosa merupakan sekelompok orang yang dikucilkan, tetapi Ia justru bergaul dengan mereka semua (Mat. 9:9-13). Tuhan pun “dihina dan dihindari orang... sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan” (Yes. 53:3). D. Tidak Seperti Seorang Raja Orang-orang Yahudi mengharapkan adanya seorang raja yang berbeda. Di dalam pandangan mereka, Tuhan Yesus tidak tampak seperti seseorang yang mampu menundukkan Kekaisaran Romawi. Ia tidak bertindak, berperilaku atau berbicara seperti layaknya seorang raja. Para raja tinggal di dalam istana, tetapi Tuhan bahkan tidak memiliki sebuah tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Para raja dan penguasa dunia mengharapkan untuk dilayani, tetapi Tuhan datang untuk melayani. Tuhan mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa 6 Empat Kitab Injil sebagai seorang hamba (Flp. 2:5-8). Ia datang untuk melayani kaum fakir miskin, orang-orang berdosa dan mereka yang terkucil dari masyarakat setempat. Ia begitu rendah hati, ramah dan mengasihi. Tuhan menjelajahi Palestina sambil mengajarkan Kebenaran mengenai keselamatan dan menyembuhkan yang sakit. Ia mengangkat pengharapan dan hati manusia kepada kerajaan surga. Ia tidak mencari kedudukan atau kemuliaan dunia. Ia merendahkan diri-Nya dengan mati di atas kayu salib. Menguji Pemahaman 1. Apakah yang orang banyak, orang-orang Farisi dan murid-murid katakan mengenai Tuhan Yesus? 2. Kapan dan bagaimana kalian mengakui Kristus? 3. Apakah motivasi orang banyak di dalam mencari Tuhan Yesus? Apakah motivasi kalian di dalam mengikut Tuhan Yesus? 4. Hal apa sajakah yang menghambat orang-orang Farisi dan para ahli Taurat dari mengakui jati diri Tuhan Yesus yang sebenarnya? 5. Apakah yang kita dapat pelajari dari cara orang-orang Farisi memandang Tuhan Yesus dan cara kita memandang dan menilai orang lain? 6. Bagaimana mengetahui latar belakang Tuhan Yesus yang meyakini pemahaman kita mengenai macam Mesias yang Ia kemukakan? 7. Tokoh lain siapakah di dalam Alkitab yang menunjukkan pandangan yang keliru ketika menilai orang lain? Penerapan Kehidupan Kita Memahami Terlalu Sedikit Ada dua bersaudara yang telah menghabiskan seluruh hidup mereka di suatu kota dan yang tidak pernah melihat ladang atau padang. Suatu hari, mereka berkeinginan untuk mengadakan perjalanan ke suatu desa. Selagi melakukan perjalanan, mereka melihat seorang petani sedang membajak sawah, sehingga berpikir keras untuk memahami apa yang petani itu sedang lakukan. “Apakah yang petani itu sedang lakukan?” tanya mereka. “Orang laki-laki itu melakukan gerakan dari satu tempat ke tempat lainnya berulang kali sepanjang hari, menggoresi tanah dengan alur yang panjang. Mengapa orang harus membajak sawahnya seperti itu?” Pada petang harinya, mereka melewati kembali tempat yang sama dan kali ini, mereka melihat petani itu sedang menabur benih gandum di alur itu. Empat Kitab Injil 7 “Sekarang apa lagi yang petani itu perbuat?” tanya mereka. “Petani itu pastilah seorang yang gila. Ia mengambil benih gandum yang terbaik dan melemparkannya ke dalam alur itu!” “Desa ini tidak cocok bagi saya,” kata salah seorang saudara itu. “Penduduk di sini bertindak dengan tidak menggunakan akal sehat. Saya mau pulang saja.” Dan ia benar-benar kembali ke kota. Tetapi saudara yang kedua tetap tinggal di desa itu dan beberapa minggu kemudian, ia melihat suatu perubahan yang luar biasa. Dedaunan yang segar mulai menutupi ladang itu dengan kelebatan yang tidak pernah ia bayangkan. Ia segera menuliskan sesuatu kepada saudaranya dan menyuruh kembali untuk melihat pertumbuhan yang luar biasa itu. Saudaranya datang dan menjadi terkejut akan perubahan yang terjadi itu. Sebagaimana hari-hari sebelumnya mereka lihat hanya berupa dataran hijau, tetapi sekarang telah berubah menjadi ladang gandum yang berwarna keemasan. Akhirnya, mereka memahami alasan mengapa petani itu membajak sawahnya. Kemudian, gandum itu siap untuk dituai dan petani itu membawa sabit dan mulai menuainya. Saudara yang tadinya kembali ke kota, tidak dapat percaya melihat apa yang terjadi itu. “Apakah yang sekarang orang bodoh ini sedang perbuat?” tanyanya. “Selama musim panas, ia bekerja keras untuk menumbuhkan gandum yang indah ini dan sekarang, ia menyabit dengan tangannya sendiri! Ia benar-benar seorang yang gila! Cukuplah sudah. Saya mau kembali ke kota.” Tetapi saudaranya memiliki kesabaran yang lebih. Ia tetap tinggal di desa dan mengamati petani itu mengumpulkan gandum dan menaruhnya ke dalam lumbungnya. Ia melihat bagaimana cerdiknya petani itu menyimpan hasil panennya. Dan ia dipenuhi rasa kagum ketika menyadari bahwa dengan menabur benih yang ada, petani itu telah menuai seluruh ladang gandum. Kemudian, ia benar-benar memahami bahwa petani itu memiliki suatu alasan bagi segala sesuatu yang dilakukan olehnya. (sebuah cerita dari orang-orang Yahudi) Pertanyaan Diskusi: 1. Datang dari suatu kota, dua bersaudara ini belum memahami apa yang sang petani sedang lakukan dan tidak jarang pula menghina tindakannya. Bagaimana tanggapan dua bersaudara ini mencerminkan orang-orang pada hari ini? (Sebagai manusia, kita sering melakukan kesalahan dengan menilai orang lain dari penampilan luar saja. Kita pun sering kali bertindak dan memberikan penilaian terlalu cepat kepada orang lain. Kadang kita senang melakukan sesuatu hal yang kita ketahui atau nyaman. Kita segera menolak apa yang kita tidak pahami atau tidak dapat diterima. Kita sering kali menjadi kurang sabar untuk mencari dan bertindak. Oleh karena itu, kita kehilangan banyak kesempatan untuk belajar dan melihat Kebenaran.) 2. Bandingkan tindakan dari dua bersaudara ini. Selama masa Tuhan Yesus, hanya sedikit orang Yahudi yang menyadari siapa sesungguhnya Dia, sementara yang lainnya telah kehilangan sasaran mereka. Bagaimana kalian melihat hal ini di dalam orang-orang yang kita beritakan Injil? Bagaimana kalian bertindak ketika tidak memahami kehendak Allah atau karya-Nya? 8 Empat Kitab Injil 3. Hari ini, kita mungkin menyombongkan diri di dalam kenyataan bahwa kita telah dibaptis, menghadiri kebaktian dan berdoa secara tekun serta memahami Kebenaran Alkitab. Tetapi apakah kita benar-benar mengenal Tuhan Yesus? Seberapa dalamkah kita mengenal-Nya? Bagaimana kita mengenal-Nya? Bagaimana kita dapat melihat dan lebih mengenal-Nya lagi? (Kita sering kali datang ke gereja hanya melakukan penyembahan kepada Allah sebagai suatu kewajiban, yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan. Yer. 29:13 mengatakan, “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati.” Untuk lebih mengenal Allah, kita perlu terus mengejar dan mencari-Nya dengan sepenuh hati.) Renungan dan Doa Orang-orang Farisi mengetahui banyak mengenai Allah, tetapi mereka tidak mengenal Allah. Orang banyak hanya mengenal Tuhan sebagai seseorang yang dapat menyembuhkan mereka secara jasmani dan menyediakan kebutuhan jasmani mereka, tetapi tidak mengetahui bahwa Ia ternyata dapat menyediakan pula kehidupan yang kekal kepada mereka. Banyak yang datang untuk memperoleh berkat-berkat jasmani, tetapi sedikit yang datang untuk memperoleh berkat-berkat rohani dari pada-Nya. Tuhan Yesus lebih daripada seorang pemimpin yang hebat, seorang yang memberikan teladan dan pengaruh besar atau seorang nabi. Ia adalah Anak Allah. Kiranya Allah mengaruniakan hikmat dan pemahaman rohani, sehingga kita benar-benar dapat mengenal Tuhan. Empat Kitab Injil 9 10 Empat Kitab Injil pelajaran Kerajaan Allah 2 Bacaan Kitab Mat. 4:23-25; 13:1-58; Yoh. 18:33-37; Ibr. 12:28; Why. 21:1-4; 1 Kor. 4:20; Luk. 11:20 7 7 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid mengetahui tentang Kerajaan Allah 2. Memampukan murid-murid menyadari penting memiliki Allah sebagai raja dari hidup kita Ayat Alkitab Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Luk. 17:20-21) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Matius 10-19 Latar Belakang Alkitab “Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat” merupakan suatu pesan yang Yohanes Pembaptis sampaikan kepada orang banyak. Tidak lama kemudian, Tuhan Yesus pun memulai pelayanan-Nya dengan menyampaikan kata-kata yang sama (Mat. 3:2; 4:17,23). Dari keseluruhan kitab Matius, pesan kerajaan surga ini disebutkan kira-kira 50 kali. Mengapa pesan ini begitu penting? Apakah maksudnya kepada orang banyak dan kita pada hari ini? Pada mulanya, Allah memegang misteri kerajaan surga sebagai suatu rahasia (1 Kor. 2:7-10; Kol. 1:26-27). Tetapi sekarang dengan kedatangan Tuhan Yesus, Allah menggenapkan apa yang Ia telah rahasiakan dari permulaan dunia dan apa yang telah dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama. Para nabi terdahulu telah bernubuat dengan penuh kuasa mengenai kedatangan suatu kerajaan yang dipimpin oleh seorang penguasa yang berasal dari keturunan Daud. Raja ini adalah Allah sendiri Empat Kitab Injil 11 yang menjadi manusia (Yes. 9:5-6). Penguasa ini akan membawa damai sejahtera, penghiburan, keadilan, kebenaran, kemakmuran dan kekudusan. Segala berkat ini akan digenapi saat Sang Raja datang untuk berkuasa. Di dalam Injil ini, Matius berusaha memberitahukan kepada orang banyak bahwa kerajaan surga telah datang. Dengan kedatangan Tuhan Yesus, kerajaan surga sekarang berada di dalam hati mereka. Melalui pengajaran, tanda heran, mujizat dan penyembuhan, Tuhan melepaskan penyakit, penderitaan dan persoalan sehari-hari mereka dan memberikan kelepasan rohani, pengharapan, damai sejahtera dan hidup yang kekal. Ini merupakan kabar sukacita dari kerajaan surga yang diberitakan kepada orang banyak dan untuk umat manusia pada hari ini. Coba kaitkan Latar Belakang Alkitab pada pelajaran 1 untuk informasi lebih lanjut pada Injil Matius dengan pelajaran 2 dan 3 pada bagian Pemahaman Alkitab. Pemanasan Apakah pemahaman kalian mengenai ‘suatu kerajaan’? Bila kalian membentuk suatu kerajaan, hal apa sajakah yang akan membentuk kerajaan itu? Mengapa halhal itu penting? Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Kerajaan Allah A. Karakteristik mengenai Kerajaan Allah 1. Kristus adalah Raja Setiap kerajaan memiliki seorang raja atau penguasa yang memerintah para rakyatnya. Di dalam kerajaan surga, Yesus Kristus adalah Raja dan Ia memerintah dengan wewenang yang mutlak. Kerajaan berlangsung berdasarkan prinsip dan nilai Allah. 2. Berasal dari atas Ketika Tuhan dibawa ke hadapan Pontius Pilatus, Pilatus bertanya kepadaNya, “Engkau inikah raja orang Yahudi?” Tuhan menjawab, “Akulah Dia.” Tetapi Ia menjawab lebih lanjut, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini...” (Yoh. 18:36). Tuhan Yesus adalah Raja, tetapi Ia bukanlah seorang raja seperti di dunia pada umumnya. Lebih daripada itu, Ia adalah Raja dari dunia rohani. Kerajaan-Nya bukan kerajaan politik dan militer yang orang-orang Yahudi harapkan, tetapi kerajaan-Nya berasal dari atas. Kita umumnya mengira kerajaan itu seperti sebuah tempat, tetapi Kerajaan Allah tidak memiliki batas. Banyak orang salah mengira bahwa kerajaan surga akan datang dengan kekuasaan dan dapat terlihat, tetapi sesungguhnya, tidak terlihat dan tidak dapat diraba (Luk. 17:20). Dan karena kerajaan surga bukan dari dunia, maka dunia akan membencinya (Yoh. 15:1819; 17:14). 12 Empat Kitab Injil 3. Penuh kuasa Kerajaan Allah ditandai oleh kuasa dari Roh Allah (Mat.12:28; 1 Kor. 4:20). Selama pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menyembuhkan penyakit, mengusir setansetan dan menunjukkan banyak mujizat yang menyatakan bahwa Kerajaan Allah telah datang. Roh Allah, kuasa ilahi dan wibawa ditunjukkan melalui karya-karyaNya yang luar biasa. 4. Penuh kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Roma. 14:17 memberitahukan bahwa kerajaan surga bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Ketika mematuhi kehendak Allah dan wibawa-Nya, kita akan memperoleh berkat dan kekayaan hidup di dalam Yesus Kristus. B. Di manakah Kerajaan yang Amat Menyenangkan? 1. Kerajaan Tuhan Yesus adalah suatu kerajaan yang amat menyenangkan yang telah dipersiapkan bagi orang-orang kudus sejak dunia diciptakan (Mat. 25:34). Selama pelayanan-Nya, Tuhan mengungkapkan keberadaan dari kerajaan yang amat menyenangkan ini. Ia berkata, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal” (Yoh. 14:1-3), yang menunjukkan kepada suatu langit dan bumi yang baru, yang diciptakan oleh Allah. Suatu kerajaan yang tidak dapat terguncangkan (Ibr. 12:28) dan ada selamanya (Ibr. 10:34). Suatu kerajaan yang tidak akan ada air mata, maut, perkabungan atau dukacita dan hanya orang benar yang akan hidup selamanya di sana (Why. 21:1-4; Mat. 25:26b). Di dalam Tips Mengajar Why. 21:15-27 menggambarkan suatu tempat yang Tuhan Yesus telah persiapkan Murid-murid boleh membanbagi kita. Suatu kota yang penuh dengan dingkan antara karakteristik kemegahan, di mana tidak memerlukan kerajaan surga dengan cahaya matahari atau bulan. Suatu kota yang kerajaan dunia. Kalian boleh dipenuhi oleh kemuliaan Allah. Faktanya, lakukan ini dengan menggamsurga itu jauh melampaui kemampuan kita barkannya ke dalam sebuah untuk memahami, membayangkan atau daftar sebelah menyebelah. mengilustrasikannya (1 Kor. 2:9). 2. Gereja merupakan Kerajaan Allah Di dalam Doa Bapa Kami, Yesus Kristus mengajarkan kita untuk berdoa, “Datanglah kerajaan-Mu, di bumi seperti di surga.” Kita memahami bahwa di manapun Allah adalah Raja dan di manapun pula Roh Tuhanlah yang akan memerintah – itulah kerajaan surga. Di bumi, gereja merupakan Kerajaan Allah dan Rumah Allah (Ef. 2:19). Di gereja, Kristus adalah Kepala dan Roh-Nya memenuhi tempat ini (Mat. 12:28). Di sinilah, Allah mengaruniakan anugerahNya, menyatakan kuasa-Nya, mengungkapkan kehendak-Nya kepada seluruh jemaat dan nama-Nya dimuliakan. 3. Di dalam hati kita Suatu kali, orang-orang Farisi bertanya kepada Tuhan mengenai kapankah Kerajaan Allah datang. Ia menjawab mereka, “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya, Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk. 17:20). Faktanya, Kerajaan Allah mulai ada di sini dan sekarang, ketika Empat Kitab Injil 13 kita menghormati Allah sebagai Raja di dalam hati dan ketika mengakui kehendak Allah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjalankan suatu kehidupan yang berkenan kepada-Nya. Bagian # 2 – Perkembangan Kerajaan Allah Di dalam Mat. 13, Tuhan Yesus membicarakan tujuh perumpamaan mengenai perkembangan Kerajaan Allah dari permulaan hingga akhirnya. 1. Perumpamaan mengenai seorang penabur Kerajaan Allah seumpama seorang penabur yang keluar untuk menaburkan benih. Beberapa benih jatuh di empat macam tanah yang berbeda, yang menghasilkan empat hasil yang berbeda pula. Penabur itu adalah Tuhan Yesus yang datang ke dunia untuk memberitakan kabar baik mengenai kerajaan surga. Ketika pesan itu sampai ke hati tiap-tiap orang, mereka menerimanya dengan masing-masing tanggapan. Beberapa ada yang tidakmenerima Kebenaran sama sekali, sementara yang lainnya, menghasilkan buah. Di sini, Tuhan mengajarkan kita suatu kondisi hati seseorang yang menentukan, entahkah firman Allah akan berpengaruh kepadanya atau entahkah memang layak akan Kerajaan Allah. 2. Perumpamaan mengenai gandum dan lalang Di dalam perumpamaan ini, Tuhan menjelaskan bagaimana Anak Manusia mena-burkan benih yang baik di suatu ladang dengan turun ke dunia dan memberitakan pesan mengenai kerajaan surga. Pada saat yang bersamaan, sang musuh, Iblis bekerja dengan menaburkan benih lalang di antara benih gandum. Lalangpun mulai berbulir seiring dengan gandum. Selagi benih, lalang tampak sama seperti gandum, tetapi ketika mereka telah matang pada masa tuai bahwa ternyata mereka dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Di sini, Tuhan mengajarkan bahwa sekalipun banyak orang datang untuk menerima pesan kerajaan surga dan meyakininya, tetapi Iblis akan menimbulkan rasa bimbang dan tidak percaya itu meningkat. Orang yang percaya dan yang tidak percaya akan ada di dalam dunia ini. Bagaimanapun, Allah tidak akan segera melakukan penghakiman, tetapi akan membiarkan kejahatan terus ada hingga pada masanya. Pada hari penghakiman, Ia akan memisahkan kebaikan daripada kejahatan untuk selama-lamanya. 3. Perumpamaan mengenai biji sesawi Kerajaan Allah seumpama sebuah benih biji sesawi yang ditaburkan. Benih biji sesawi ini bukanlah benih yang paling kecil seperti yang kita ketahui pada hari ini, tetapi merupakan benih yang paling kecil yang digunakan oleh para petani dan tukang kebun Palestina dan tanaman ini dapat bertumbuh hingga sepuluh kaki. Seperti benih biji sesawi, Kerajaan Allah pada mulanya muncul dengan jumlah yang sedikit dan tidak menyakinkan; Tuhan Yesus dilahirkan di dalam suatu kandang binatang, bertambah dewasa di suatu kota yang kecil, memilih dua belas murid yang tidak terpelajar, orang biasa dan akhirnya mati di atas kayu salib. Sekalipun Tuhan dan pesan-Nya diawali dengan permulaan yang sederhana dan yang tidak meyakinkan, tetapi kabar baik ini terus berkembang dan menyebar ke seluruh dunia dan mempengaruhi banyak kehidupan manusia. Sekalipun Kebenaran berkembang, tetapi masih ada pekerjaan Iblis hingga hari ini. 14 Empat Kitab Injil 4. Perumpamaan mengenai ragi Kerajaan surga seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya. Seorang perempuan menunjukkan gereja dan ragi menunjukkan kemunafikan (Luk. 12:1; Mat. 16:6,11), keburukan dan kejahatan (1 Kor. 5:8), pengajaran yang sesat (Gal. 5:9) dan perbuatan serta adat istiadat yang menyimpang dari Kebenaran. Di dalam Perjanjian Lama, ragi tidak boleh dipergunakan di dalam mempersembahkan korban apapun (Kel. 13:3; Im. 2:11). Tetapi di dalam perumpamaan ini, ragi justru dicampurkan ke dalam adonan. Ini menunjukkan betapa pengajaran yang sesat, kejahatan dan kemunafikan telah mencemari gereja mula-mula, yang menyebabkan Kebenaran menjadi sesat dan menyimpang. 5. Perumpamaan mengenai harta terpendam Kerajaan surga seumpama harta yang terpendam di suatu ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Pada masa itu, bila seseorang menemukan harta yang terpendam, mereka harus memendamkannya di bawah tanah untuk mencegah, agar tidak tercuri oleh para perampok (Ayb. 3:21; Ams. 2:4; Mat. 25:18,25)Bagaimanapun bila yang menemukan harta itu meninggal, maka harta itu segera digali atau dipendam selamanya. Harta yang terpendam itu menunjukkan Injil Tuhan Yesus (Flp. 3:8; Ibr. 11:26). Tanah menunjukkan gereja Allah. Hanya di dalam gereja yang benar, kasih karunia Tuhan akan ditemukan (1 Tim. 3:15). Oleh sebab sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu. Demikian pula, kita harus rela meninggalkan segala sesuatu demi kerajaan surga. 6. Perumpamaan mengenai mutiara yang berharga Kerajaan surga seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Mutiara yang indah menunjukkan kepada kabar baik dari kerajaan surga. Nilai dari menerima Kebenaran, sesungguhnya melebihi dari memiliki segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dalam Filipi 3:8, Paulus berkata, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah, aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” 7. Perumpamaan mengenai pukat Kerajaan surga seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai jenis ikan. Ini menunjukkan Injil kerajaan surga yang diberitakan ke seluruh dunia dan menarik banyak jiwa. Seperti banyak jenis ikan yang ditangkap, demikian pula, banyak manusia dari berbagai bangsa dan ras akan menerima Injil keselamatan. Ketika penuh, pukat itu diseret orang ke pantai dan suatu proses pemisahanpun berlangsung. Para malaikat akan menghakimi dengan memisahkan manusia berdasarkan perbuatan baik dan perbuatan jahat yang mereka lakukan. Yang jahat adalah mereka yang berbuat jahat dan yang tidak kudus (Im. 11:9-12). Roma 9:6 mencatatkan, “Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel.” Oleh karena itu, kita tidak dapat menjadi puas diri hanya karena telah berada di dalam jala keselamatan. Tuhan mengatakan bahwa banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih. Hanya orang yang benarlah akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia (2 Tim. 2:21), yang menunjukkan kepada kerajaan surga. Tetapi semua yang jahat dan yang tidak menjalankan Empat Kitab Injil 15 perintah Allah akan ditolak dan dilemparkan ke dalam lautan yang menyalanyala. Oleh karena itu, pada hari-hari terakhir, amanat agung dari Gereja Yesus Sejati adalah menyebarkan firman Allah kepada semua manusia. Menguji Pemahaman 1. Apakah perbedaan antara kerajaan dunia dengan Kerajaan Allah? 2. Di manakah Kerajaan Allah? 3. Mengapa Injil Matius berulang kali menyebutkan bahwa Kerajaan Allah telah datang? 4. Dapatkah kalian mengikuti jejak perkembangan Kerajaan Allah? Apakah yang kalian perhatikan mengenai permulaan, kelanjutan dan akhirnya? 5. Bagaimana kita memajukan Kerajaan Allah? Penerapan Kehidupan Dalam pelajaran ini, kita telah mempelajari bahwa Kerajaan Allah merupakan suatu keadaan di manapun Allah memerintah di dalam kehidupan kita. Ketika mencari dan mengikuti kehendak Allah dan berjalan menurut Roh-Nya, kita membiarkan Allah menjadi Raja di hati kita. Seperti Paulus, kita perlu bertanya, “Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?” (Kis. 22:10). Ketika membiarkan Allah menjadi Raja di hati dan kehidupan, kita perlu melihat apa yang Allah ingin kita lakukan, sekalipun bukan merupakan pilihan yang sesuai dengan arah perjalanan kehidupan kita. Pilihan yang kita buat, dari pagi hari hingga malam hari, menggambarkan siapa sesungguhnya diri kita. Bila menghargai Allah sebagai Raja di hati, kita tentu akan mempertimbangkan pilihan-pilihan yang kita buat itu apakah mencerminkan prinsip-prinsip Alkitab atau membawa kemuliaan bagi nama Allah. Bacalah perbandingan kasus berikut dan diskusikan bagaimana setiap karakter dapat menjalankan kehendak Allah di dalam kehidupan mereka. Perbandingan Kasus 1. Simon telah menyelesaikan pendidikannya. Ia telah berusaha untuk mencari suatu pekerjaan selama tujuh bulan, tetapi tampaknya sia-sia saja. Ia mulai merasa kuatir mengenai masa depannya. Suatu hari, ia menerima panggilan dari perusahaan yang ia sebelumnya diwawancarai. Mereka menawarkan sebuah pekerjaan kepadanya dengan penghasilan yang besar. Hanya masalahnya adalah ia harus bekerja pada hari Sabtu. Perasaaannya begitu bingung, ia mulai berpikir apakah harus menerima pekerjaan itu. Simon bertanya kepada beberapa saudara dan saudari di gereja untuk meminta nasihat. Mereka mengucapkan kepadanya dan berkata, “Puji syukur kepada Tuhan, kamu telah mencari 16 Empat Kitab Injil sepanjang waktu ini dan sekarang telah mendapatkan pekerjaan itu. Ini pasti kehendak Allah.” Simon memutuskan untuk mengambil pekerjaan itu. Apakah menurut kalian, Simon membuat keputusan yang tepat? Bagaimana kalian akan tahu, bila keputusan Simon sesuai dengan kehendak Allah? (Simon telah mencari selama tujuh bulan dan mulai sedikit merasa kuatir. Sekarang, ketika kesempatan pertama itu tiba, ia meraihnya. Dalam Matius 6:31-33, Tuhan mengingatkan bahwa kita tidak perlu merasa kuatir mengenai apa yang kita butuhkan, karena Ia akan sediakan. Ia adalah Bapa kita yang di surga dan kewajiban kita adalah percaya kepada-Nya. Tetapi sayangnya, ketika menghadapi persoalan, kita terlalu terpusat pada persoalan dan pemecahannya. Sering kali, keputusan yang diambil mencerminkan kita memerlukan lebih daripada iman di dalam perkataan Allah atau prinsip-prinsip Alkitab. Seorang Kristen yang memprioritaskan Allah akan mempertimbangkan apapun yang bertentangan dengan pengajaran Alkitab. Ia akan dapat melihat, entahkah pilihannya akan berkenan kepada Allah atau tidak. Ia akan mematuhi dan mendengarkan prinsip-prinsip Allah, bahkan bila keputusan itu berarti menyisihkan harapannya, memiliki lebih banyak persoalan atau tidak memecahkan persoalan. Kadang apa yang kita kira suatu keputusan dan pemecahan persoalan yang tepat hanya menambah persoalan kita lebih lanjut. Bila kita memiliki sebuah ketulusan hati untuk mencari ke kehendak-Nya apapun resikonya, Allah pasti akan menuntun dan memberikan kesempatan yang lebih baik bagi kita, seperti yang dialami oleh banyak saudara-saudari dan orang-orang kudus pada zaman dahulu. Allah itu pengasih dan penyayang dan Ia tidak akan meninggalkan barangsiapa yang memilih untuk percaya kepada-Nya.) 2. Jane telah menantikan peristiwa besar ini untuk waktu yang lama. Suatu malam, Jane mengenakan pakaian bagusnya untuk menghadiri pesta dansa, dan ia datang bersama dengan teman-temannya, bertindak dan diperlakukan seperti seorang dewasa. Bahkan lebih menarik lagi ialah Ian, yang telah meminta Jane untuk menjadi pasangan dansanya pada malam itu. Jane mulai berpikir mengenai semua persiapan yang ia telah lakukan. Tetapi orangtua melarang Jane dengan keras untuk menghadiri pesta dansa itu. Ia tidak dapat memahami mengapa mereka melarangnya memberikan satu kali kesempatan saja di dalam hidupnya itu. Apakah salahnya? Bukankah mereka senantiasa membicarakan mengenai beroleh pengalaman di dalam kehidupan? Apakah menurut kalian, orangtua Jane bertindak tepat dalam melarang anak mereka pergi menghadiri pesta dansa itu? Diskusikan kehendak Allah yang terdapat di dalam cerita ini. (Sebagai seorang Kristen, Allah telah memberikan suatu kebebasan untuk membuat pilihan kita sendiri. Beberapa pilihan yang kita buat akan mempengaruhi iman secara positif, sementara yang lainnya akan merusak iman. Rasul Paulus mengingatkan bahwa ‘segala sesuatu diperbolehkan, tetapi bukan segala sesuatu itu berguna.’ Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membuat pilihan secara bijak, agar bermenfaat bagi kerohanian kita. Menghadiri pesta dansa merupakan pokok acara yang penting bagi semua murid sekolah, khususnya mereka yang memasuki usia remaja. Tetapi sebagai orang Kristen, kita harus menguji apakah kita melakukan yang berkenan kepada Allah, bagaimanapun betapa kecilnya hal itu. Yang pertama, Jane memikirkan apa motivasinya menghadiri pesta dansa itu. Apakah yang menyebabkan pesta dansa itu begitu menarik untuk dihadiri? Apakah karena semua teman turut hadir? Apakah karena menerima suatu hal? Apakah karena berkencan akan menjadi menyenangkan? Empat Kitab Injil 17 Yang kedua, Jane memikirkan apa saja acaranya. Suatu acara pesta malam meliputi acara dansa dan makan malam bagi para murid sekolah, khususnya mereka yang memasuki usia remaja. Biasanya meliputi banyak musik dengan suara keras, berdansa dan bersenda-gurau. Musik dimainkan sebagaimana lagu rap atau hip-hop, syair-syairnya mengenai kekuasaan, kekerasan dan seksualitas. Ketika lampu diredupkan, musik membuat orang berpikir mengenai seksualitas dan ada banyak terjadi kontak fisik antara yang seorang dengan yang lainnya. Ini mudah untuk membiarkan kewaspadaan jatuh dan bangkitnya hawa nafsu. Yang ketiga dan yang terpenting, Jane memikirkan apa pandangan Allah di dalam hal ini. Apakah ini benar-benar akan memuliakan Allah? Apakah ini akan membangkitkan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup? Akankah menjadi sehat bagi mata dan pikiran kita? Paulus memerintahkan untuk menguduskan diri kita dari segala sesuatu yang akan mencemarkan tubuh dan roh. Kita harus berjaga-jaga terhadap tubuh dan roh kita, tetap menjaganya dari semua kemungkinan pencobaan dan menjauhi dari pada hal-hal ini. Renungan dan Doa 1. Apakah Allah itu Raja di hati kalian? 2. Hal apa sajakah yang dapat mengambil posisi Allah sebagai Raja di hati kalian? 3. Bagaimana kita menempatkan Allah sebagai Raja di hati kita setiap harinya? 18 Empat Kitab Injil pelajaran Warga Kerajaan Surga 3 Bacaan Kitab Mat. 5:7; Kis. 13:4-7; Flp. 3:20; Ef. 2:11-22; Kol. 1:12-23; 1 Pet. 2:9-10; 1 Yoh. 2:1-18 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid belajar mengenai perilaku yang benar dari seorang warga Kerajaan Allah 2. Memampukan murid-murid memahami bahwa sebagai warga kerajaan Allah, kita perlu menjadi berbeda dari pada dunia Ayat Alkitab “Bukan setiap orang yang berseru kepadak-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di surga.” (Mat. 7:21) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Matius 20-28 Latar Belakang Alkitab Kiranya menunjuk kepada bagian Latar Belakang Alkitab dalam pelajaran 1 dan 2 sebagai tambahan informasi pada Injil Matius (tiga pelajaran pertama dari buku ini merupakan pemahaman Alkitab pada Injil Matius). Pemanasan Sebutkan hal-hal yang membuat seorang warga menjadi baik di lingkungan tempat tinggalnya. Bagaimana membedakan kualitas pribadi dari seorang Kerajaan Allah? Empat Kitab Injil 19 Pemahaman Alkitab Ucapan Bahagia Karena indahnya Pemahaman Alkitab ini, periksalah Pertanyaan Diskusi yang dtempatkan setelah tiap-tiap ucapan bahagia. Setiap kerajaan tentu memiliki seorang raja atau penguasa yang memerintah warganya. Di dalam Kerajaan Allah, Yesuslah Rajanya. Siapakah yang menjadi warga-Nya? Ketika Pilatus menanyakan Tuhan Yesus, apakah Ia adalah Raja orang Yahudi, Iapun mengakuinya. Apakah ini berarti bahwa warga Kerajaan Allah hanya orang Yahudi di dunia ini? Rasul Paulus memberikan suatu penjelasan yang begitu rinci mengenai hal ini. Ia berkata, “Sebab yang disebut Yahudi, bukanlah orang yang lahiriah Yahudi...Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya” (Rm. 2:28-29). Ini berarti bahwa semua orang yang telah dibaptis di dalam Kristus menjadi keturunan dari Abraham. Mereka adalah orang Yahudi secara rohani, warga Kerajaan Allah (Gal. 3:27-29). Karena Tuhan adalah Raja, maka kerajaan-Nya pun dijalankan menurut hukum dan prinsip-prinsip-Nya. Apakah hukum-hukum dari kerajaan surgawi itu? Tuhan berkata, “Barangsiapa menolak Aku dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan hakimnya pada akhir zaman” (Yoh. 12:48). Karena pengajaran Tuhan Yesus adalah hukumhukum dari kerajaan surga, sebagai warga-Nya, kita harus menghormati Raja kita dengan menjalankan apa yang Ia perintahkan. Matius 5-7 mencatatkan ‘khotbah di atas bukit’ yang Tuhan sampaikan di suatu bukit dekat kota Kapernaum. Inilah khotbah terpanjang yang tercatat, Tuhan Yesus menjelaskan suatu hal dengan rinci mengenai pokok-pokok yang terkandung di dalam hukum kerajaan surga. Ia mengawali dengan menggambarkan beberapa karakteristik yang Ia cari sebagai para pengikut-Nya dan Ia memberikan petunjuk bagaimana menjalani hidup sebagai warga-warga kerajaan-Nya yang penuh iman. Khotbah diawali dengan ‘delapan ucapan bahagia’. Ucapan bahagia berasal dari kata Latin ‘beatus’, yang berarti bahagia, sedangkan kata Yunani berarti senang, beruntung. Tiap-tiap ucapan bahagia memberitahukan bagaimana warga kerajaan seharusnya menjalani hidup agar diberkati. Tiap-tiap ucapan bahagia hampir bertentangan dengan macam jalan kehidupan, yaitu antara nilai-nilai kerajaan yang kekal dan nilai-nilai dunia yang sementara. Menurut standar duniawi, macam manusia yang Tuhan gambarkan tampaknya tidak menjadi berkat, karena semua ucapan bahagia ini tidak menjanjikan tertawa lebih senang, lebih puas atau lebih makmur secara jasmani. Sebaliknya, berbahagialah bagi mereka yang dipuaskan dan dihargai secara rohani. a. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena mereka yang empunya kerajaan surga (Matius 5:3) Orang yang miskin di hadapan Allah adalah mereka yang miskin atau yang kekurangan sesuatu di dalam hati mereka. Barangsiapa yang kaya di hadapan Allah, tidak akan berkeinginan untuk menjadi lebih. Hanya barangsiapa yang miskin akan berkeinginan untuk menjadi lebih dan lebih (Luk. 6:20). Matius 11:25 mencatatkan bagaimana Kebenaran justru disembunyikan dari orang bijak dan 20 Empat Kitab Injil mengungkapkan bagi orang kecil. Orang bijak adalah barangsiapa yang merasa dirinya cukup tahu dan kehilangan keinginan untuk mengejarnya lebih jauh. Sebaliknya, orang kecil adalah barangsiapa yang miskin secara rohani. Mereka yang rendah hati, ingin mengetahui lebih banyak dan membuka Kebenaran Allah. Kepada mereka inilah, Tuhan akan mengungkapkan Kebenaran-Nya. Sida-Sida Etiopia adalah salah satu contohnya. Sekalipun merupakan kepala bendahara, seorang yang memilki kekuasaan, pengetahuan dan status, tetapi ia dengan rendah hati mengakui dirinya tidak memahami apa-apa dan meminta agar Filipus bersedia membimbing dirinya. Karena kerendahan hatinya, Allah membuka hati sida-sida ini untuk memahami perkataan-perkataan-Nya dan menerima keselamatan (Kis. 8:26-40). Dari contoh ini, kita dapat melihat bahwa sida-sida ini miskin di hadapan Allah. Barangsiapa yang miskin di hadapan Allah akan mengetahui dan memahami kelemahan mereka sendiri. Mereka menyadari kekurangan dan keterbatasan mereka serta memiliki suatu keinginan untuk memperbaiki diri mereka. Rasul Paulus adalah seorang pekerja Tuhan yang luar biasa, yang menerima banyak wahyu ilahi, tetapi dalam 1 Korintus 13:9, ia menuliskan, “Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.” Paulus mengakui bahwa apa yang ia ketahui masih belum cukup lengkap. Bahwa ia seharusnya melupakan masa yang lalu dan terus berjuang di dalam menyempurnakan dirinya. Bagaimana orang yang miskin di hadapan Allah beroleh berkat dari pada-Nya? Tuhan menjanjikan kerajaan surga kepada mereka. Perhatikan bagaimana ini digunakan di dalam kalimat pertama dan terakhir dari ucapan-ucapan bahagia. Barangsiapa yang miskin di hadapan Allah adalah barangsiapa yang mengakui kekurangan diri dan mengejar kepenuhan rohani mereka. Ketika menjalankan perkataan Allah dan menuruti bimbingan Roh-Nya, maka hati kita akan bersandar kepada kehendak Allah, menjadikan Allah sebagai Raja di hati. Itulah saatnya, Kerajaan Allah telah datang ke dalam hati kita. Pertanyaan: 1. Sebutkan beberapa cara yang kita dapat menjadi miskin di hadapan Allah. 2. Bagaimana kerajaan surga hadir di sini dan saat kita miskin di hadapan Allah? b. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur (Matius 5:4) 2 Korintus 7:10 memberitahukan, “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.” Di sini disebutkan dua macam dukacita, yaitu: Dukacita menurut kehendak Allah dan dukacita dari dunia. Seperti janda dari kota Nain, yang berdukacita atas kematian anak laki-laki tunggalnya (Luk. 7:11-15), banyak orang yang berdukacita atas kematian atau kehilangan orang-orang atau hal-hal yang mereka sayangi. Kadang dukacita atas kehilangan sesuatu itu berdampak begitu besar kepada seseorang di dalam beberapa peristiwa, perasaan inilah yang membawa kepada kematian. Dukacita secara rohani bagaimanapun, tidak membawa kepada kematian tetapi kepada keselamatan. Dukacita secara rohani adalah ketika seseorang menangis dan berkabung atas segala dosa dan perbuatan salahnya. Alkitab mencatatkan Empat Kitab Injil 21 perbedaan sikap yang orang-orang miliki terhadap dosa mereka. Samuel menegur keras Saul mengenai ketidakpatuhannya kepada perintah Allah, Saul berusaha untuk membenarkan perbuatan salah dirinya (1 Sam. 13:11-14). Bandingkan ketika Nabi Natan mengatakan dosa Daud, Daud tidak berusaha menutupi kesalahannya atau membela dirinya sendiri. Sebaliknya, ia bertobat sambil berdukacita (Mzm. 51:3-6). Daud menangis dan berkabung setiap malam atas dosa-dosanya (Mzm. 6:7). Di dalam pandangan Allah, dukacita macam inilah yang paling berharga. Mengapa mereka yang berdukacita diberkati? Karena mereka akan dihiburkan. Bila menghadap Tuhan di saat-saat dukacita, kita akan menerima penghiburan dari pada-Nya. Sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, janda dari kota Nain ini mungkin telah berusaha mencari penghiburan dari orang-orang atau hal-hal di sekitarnya. Tetapi hanya ketika ia bertemu dengan Tuhanlah, dukacitanya berubah menjadi sukacita. Tuhan mengetahui penderitaan dan kepahitan hatinya, sehingga Ia menghibur janda itu dengan membangkitkan anak lakilakinya yang tunggal dari kematian. Bila Allah menghibur kita dari dukacita dunia, seberapa banyakkah Ia akan menghibur kita, bila menghadap-Nya dengan berdukacita atas segala dosa kita? Tentu saja, ini jauh lebih berharga di hadapan Allah. Mazmur 51:19 berkata, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” Dan dalam Yesaya 66:2, Tuhan berkata, “Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: Kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku.” Ketika kita menghadap Tuhan dengan kedukaan, Ia akan menghapus air mata dan mengampuni dosa-dosa kita (Yer. 15:19; Yes. 30:15). Pertanyaan: 1. Hal apa sajakah yang menyebabkan kita terlalu berdukacita? 2. Pernahkah kita berkabung atau berdukacita bagi segala dosa kita dan orang lain? 3. Mengapa berdukacita bagi segala dosa kita itu berharga di hadapan Allah? c. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5) Orang yang lemah lembut adalah mereka yang rendah hati; yang sabar dan tidak lekas marah (Ams. 16:32); yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi mengalah. Kejadian di mana Ishak mengalah tiga kali kepada para gembala Gerar merupakan suatu contoh dari seorang yang lemah lembut (Kej. 26:12-22). Di sini, kita dapat melihat suatu perilaku rohani yang sungguh berbeda dari perilaku kebanyakan orang di dalam masyarakat. Hari ini, kita dapat diprovokasi untuk bertengkar, karena apa yang dimiliki merupakan hak kita. Kita dapat diajar untuk membela diri sendiri dan tidak membiarkan orang lain memerintah dengan sewenang-wenang. Masyarakat sering meminta kita untuk memiliki kepercayaan diri lebih dan pendekatan yang berani. Bagaimanapun di dalam ucapan bahagia ini, Tuhan mengingatkan bahwa orang yang lemah lembut adalah mereka yang diberkati dan bukan yang mencari pembalasan diri sendiri. Faktanya, kita tidak perlu balas dendam atau membalas dengan kehancuran yang serupa. Pikirkan 22 Empat Kitab Injil sebuah berkat, yang karena kelemahlembutan kita, kita beroleh kerugian atau kesalahan. Pada akhirnya, Allah akan membela dan memberikan berkat lebih daripada apa yang telah diambil oleh orang lain. Bagaimana orang yang lemah lembut itu diberkati? Tuhan Yesus menjanjikan bahwa barangsiapa yang lemah lembut akan memiliki bumi. Di sini, ‘bumi’ dapat menunjuk kepada tanah dataran yang sebenarnya atau milik pusaka yang rohani. Dalam Kejadian 13:8-18, Abram menawarkan terlebih dahulu suatu dataran kepada Lot. Ketika Lot memandang Lembah Yordan, ia memilih dataran terbaik bagi dirinya sendiri. Selagi Abram kehilangan dataran karena kelemahlembutan hatinya, Allah membayarnya kembali dengan dataran yang lebih luas daripada apa yang ia telah serahkan. Bagaimanapun, tanah milik pusaka kita pada hari ini mungkin bukanlah tanah dataran di dunia ini, tetapi sesuatu yang rohani. Yakobus 1:21 memberitahukan, “Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” Benih yang ditanamkan menunjukkan firman Allah. Bila kita menerima firman Allah dengan lemah lembut dan rendah hati, maka firman Allah itu akan membawa kita kepada kehidupan yang kekal dan akan menerima milik pusaka surgawi kita (2 Tim. 3:15). Pertanyaan: 1. Apakah maksudnya menjadi lemah lembut? 2. Bagaimana perbedaan antara perilaku dunia dan perilaku rohani perihal kelemahlembutan? 3. Pernahkah kalian dalam suatu situasi diperlakukan tidak adil? Apakah yang kalian perbuat? Bagaimana hasilnya? d. Berbahagialah orang yang lapar dan yang haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Matius 5:6) Tubuh jasmani kita memiliki kebutuhan dan keinginan yang bersifat alami. Ketika lapar, kita tentu ingin makan. Ketika haus, kita tentu ingin minum. Inilah halhal yang akan memuaskan kebutuhan jasmani kita. Tetapi tubuh rohani kita pun memiliki kebutuhan dan keinginan. Bagaimanapun, bila menggunakan halhal jasmani untuk memuaskan rasa lapar dan haus pada tubuh rohani, maka kebutuhan-kebutuhan itu tidak akan dapat dipuaskan. Kita perlu temukan halhal yang tepat, agar dapat memuaskan segala kebutuhan dari jiwa kita. Setelah Tuhan Yesus memberi makan kepada lima ribu orang lebih, orang banyak itu mencari Dia kembali pada keesokan harinya. Ketika mengetahui bahwa Ia tidak berada di tempat itu, mereka segera naik ke perahu dan berlayar dari Tiberias ke Kapernaum, yang berada di sisi lainnya dari Danau Galilea. Ketika mereka menemukan Tuhan, Ia memberitahukan agar mereka jangan mengejar makanan jasmani, tetapi makanan rohani (Yoh. 6:27). Banyak orang yang lapar dan yang haus untuk kepuasan makanan jasmani. Mereka menghadapi penderitaan yang besar untuk menemukan Tuhan Yesus, yang memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Tetapi mereka mencari untuk hal yang keliru. Orang-orang pada hari ini merasa lapar dan haus lebih dari sekedar untuk kemakmuran, pencapaian dan kenikmatan. Tetapi ucapan bahagia ini mengatakan berbahagialah orang yang lapar dan yang haus akan kebenaran. Kebenaran di sini menunjukkan kepada melakukan kehendak Allah dan meneladani Kristus. Kita seharusnya memiliki suatu keinginan yang kuat untuk menjadi serupa dan bergaul bersama dengan Tuhan Yesus. Pemazmur menuliskan, “Seperti rusa yang merindukan sungai Empat Kitab Injil 23 yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm. 42:2-3; 119:20) Berkat apakah yang akan diterima dari orang yang lapar dan yang haus akan kebenaran? Mereka akan dipuaskan. Ketika orang banyak menghampiri Tuhan, motivasi mereka mencari-Nya adalah untuk beroleh berkat-berkat jasmani. Seperti berkat jasmani dan kesenangan yang bersifat sementara dan tidak dapat memuaskan rasa lapar dan haus dari jiwa kita sepenuhnya. Hanya ketika kita mengejar Kebenaran Allah, kita baru benar-benar dipuaskan. Melalui firman-Nya dan Roh-Nya, jiwa kita akan disegarkan, diperbarui dan diteguhkan (Yes. 55:1-3; Yer. 31:25; Mzm. 81:17). Pertanyaan: 1. Menunjukkan apakah ‘Kebenaran’ di sini? 2. Macam perilaku apakah yang seharusnya kita miliki, ketika berada dalam kondisi ‘lapar dan haus’? 3. Pernahkah kalian merasa begitu ingin bertemu dengan Allah dan firman-Nya? e. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan (Matius 5:7) Orang yang murah hati adalah mereka yang telah menunjukkan rasa belas kasihan dan simpati, karena ketidakberuntungan dan penderitaan orang lain. Menjadi murah hati bukanlah hanya dibayangkan saja, tetapi diwujudkan pula ke dalam tindakan. Selama pelayanan-Nya di dunia, Tuhan Yesus tidak hanya menunjukkan kuasa yang besar, tetapi banyak mujizat-Nya yang dimotivasi oleh kasih dan belas kasihan yang Ia berikan kepada orang banyak. Ia mengasihani orang banyak, karena mereka seperti ‘domba yang tidak memiliki gembala’ (Mat. 9:36; 14:14; 15:32). Sering kali kita terlalu memilih kepada siapa saya menunjukkan kasih dan kemurahan hati ini. Tuhan memberikan kita sebuah contoh yang baik dengan mengulurkan tangan kepada siapapun yang sedang memerlukan kita, tanpa memandang latar belakang, gender atau status (Mat. 14:14; 15:32). Bagaimana orang yang murah hatinya diberkati? Mereka akan beroleh kemurahan. Ini memberitahukan bahwa dengan menjadi murah hati kepada orang lain atau menunjukkan kemurahan kepada orang lain, sebenarnya kita menunjukkan kemurahan kepada diri sendiri, karena kita akan bergiliran ditunjukkan kemurahan. Dalam cerita Rahab dan dua pengintai yang mengintai tanah Kanaan, Rahab dan keluarganya dipisahkan dari kehidupan mereka, ia menunjukkan kemurahan kepada dua pengintai Israel (Yos. 2:1-14; 6:22-25). Pengkhotbah 11:1 memberitahukan bahwa bila melemparkan roti ke air, maka kita akan mendapatnya kembali lama setelah itu.”Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Luk. 6:38). Pertanyaan: 1. Siapakah yang memerlukan belas kasihan dan murah hati kita? 2. Dalam cara-cara apakah Tuhan telah bermurah hati kepada kalian? 24 Empat Kitab Injil f. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah (Matius 5:8) Orang yang suci hati adalah mereka yang tidak hidup di dalam dosa dan ketidakkudusan. Mereka memiliki suatu hubungan yang erat dengan Allah dan telah dibersihkan dengan Kebenaran dan Roh Allah (Ibr. 12:14; 1 Yoh. 3:1-3). Dari sini diketahui bahwa untuk menjadi erat dengan Allah, kita harus memiliki suatu hati yang bersih dan kehidupan yang kudus. Tanpa suatu hati yang bersih, kita tidak dapat menjalani kehidupan yang kudus. Mazmur 24:3-4 mengatakan, “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan yang tidak bersumpah palsu.” Kita harus menjaga hati dengan segala kewaspadaan terhadap apapun, karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23). Bagaimana orang yang suci hatinya diberkati? Mereka akan dapat melihat Allah. Tidak hanya mereka akan melihat Allah setiap hari di masa yang akan datang (1 Yoh. 3:2-3), tetapi dapat melihat Allah pula di saat kehidupan sekarang ini. Ada beberapa cara kita dapat melihat Allah. Alkitab mencatatkan bagaimana Allah menampakkan diri atau berbicara dalam wujud yang berbeda. Alkitab tidak menyebutkan secara rinci bagaimana, tetapi Allah mungkin telah menampakkan diri kepada mereka di dalam mimpi dan penglihatan (Ayb. 33:14) atau melalui suatu panggilan suara yang lembut (1 Raj. 19:9-13). Cara lain dapat melihat Allah, yaitu ketika kita melihat penyertaan Allah di dalam hidup kita. Ketika dijadikan orang yang diperbantukan di rumah Potifar, Yusuf begitu berhasil di dalam segala sesuatu yang ia perbuat, bahkan tuannya yang tidak menyembah Allah sekalipun, melihat bahwa Allah menyertai Yusuf (Kej. 39:1-4). Kita menyadari bahwa kita tidak harus melihat penglihatan atau mimpi untuk melihat Allah. Faktanya, ketika kita merasa berkat dan penyertaan Allah hadir di dalam hidup kita, keluarga kita atau pekerjaan kita dan ketika doadoa kita dikabulkan, kita telah melihat Allah. Inilah sesungguhnya yang paling berharga di dalam hidup kita. Pertanyaan: 1. Bagaimana kita dapat menjadi orang yang suci hatinya? 2. Pernahkah kalian ‘melihat’ Allah di dalam kehidupan seharihari? g. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Mat. 5:9) Orang yang membawa damai adalah mereka yang senantiasa mencari akhir dari perseteruan dan membawa perdamaian. Pembawa damai adalah: 1) mereka yang berdamai dengan Allah; 2) mereka yang berdamai dengan sesamanya; 3) mereka yang menyebabkan orang lain berdamai; 4) mereka yang menyebabkan orang lain berdamai dengan Allah. Setelah kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, manusia diusir dari hadirat Allah. Manusia membuat dirinya dimurkai oleh Allah. Dan hanya melalui darah Kristuslah, manusia dapat diperdamaikan kembali dengan Allah dan memperbarui hubungan yang pernah dimilikinya (Kol. 1:20). Oleh karena itu, kita adalah pembawa damai ketika kita berdamai dengan Allah. Selain itu, kita dipercayakan dengan pelayanan perdamaian (2 Kor. 5:18-19) dan inilah kewajiban kita untuk memberitakan Injil kepada mereka Empat Kitab Injil 25 yang terpisah dari Allah. Tidak hanya itu saja, kita pun harus mencari hidup damai dengan semua orang (Ibr. 12:14) dan membuang perselisihan di antara sesama jemaat. Sadarilah bahwa Iblis bekerja untuk menghancurkan damai di mana-mana, kita, laskar Yesus Kristus, harus bekerja memelihara damai antara Allah dan umat manusia. Bagaimana orang yang membawa damai akan diberkati? Sebagai pembawa damai, kita akan beroleh suatu penghargaan yang luar biasa, yaitu sebagai anakanak Allah yang Maha tinggi. Ketika berdamai dengan Tuhan, kita kembali kepada status terdahulu sebagai anak-anak Allah. Yesaya 9:5-6 mencatat bagaimana Tuhan Yesus datang sebagai Raja Damai. Sebagai pengorbanan terakhir, Ia membawa damai antara Allah dan umat manusia. Oleh karena itu, dengan berdamai dengan Allah dan sesama serta dengan memberitakan Injil damai sejahtera, kita akan disebut anak-anak Allah, karena kita meneladani Tuhan dan mencerminkan karakter Bapa kita. Pertanyaan: 1. Bagaimana kalian menyelesaikan konflik? 2. Jelaskan bagaimana kita adalah anak-anak Allah dengan menjadi pembawa damai. 3. Dengan siapakah kita harus berdamai? h. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya kerajaan surga (Mat. 5:10) Penganiayaan dapat terjadi untuk banyak alasan. Manusia dapat digoda atau diperlakukan berbeda menurut ras, agama atau keyakinan. Di dalam Alkitab, ada banyak tokoh yang dianiaya oleh sebab Kristus dan Injil (1 Pet. 2:19-20). Mengapa kita menghadapi penganiayaan? Tuhan pernah berkata kepada Pilatus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yoh. 18:36). Sebagai para pengikut Kristus, kita bukanlah milik dunia. Iman, nilai hidup dan gaya hidup kita berbeda dari dunia. Dengan demikian, kita menjauhi dunia dan dibenci oleh dunia (Yoh. 15:18-19; 2 Kor. 6:14). Selain itu, Tuhan memberitahukan bahwa selama di dunia, kita akan mengalami kesengsaraan dan ditentukan untuk menderita (Yoh. 16:33; 1 Tes. 3:3). Karena Tuhan menderita dan dianiaya, kita seharusnya tidak menjadi terkejut ketika menjalani penganiayaan serupa. Sebagai hamba Kristus, kita harus memperlengkapi dengan mental yang sama seperti Kristus, Tuhan kita (1 Pet. 4:1,12; Yoh. 15:20). Sadarilah ini, kita tidak perlu menjadi takut akan penganiayaan, tetapi hadapilah dengan sukacita rohani yang mendalam dan kehormatan ketika menderita bagi Tuhan (Yak. 1:2; Kis. 5:40; 13:49-52). Berkat apakah yang dimiliki bagi orang-orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran? Mereka yang bertahan dalam penganiayaan, Tuhan janjikan kerajaan surga, di mana mereka akan menerima penghargaan yang luar biasa. Oleh karena itu, penderitaan kita yang sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan kekal yang akan kita terima kelak. Pertanyaan: 1. Pernahkah kalian harus bertahan kepada apa yang diyakini sekalipun bertentangan? 2. Pernahkah kalian diolok-olok atau difitnah karena iman kalian? Bagaimana rasanya? Mudahkah untuk mengatasinya? 26 Empat Kitab Injil 3. Alkitab memberitahukan bahwa kita harus bersukacita ketika dianiaya. Bagaimana kita dapat bersukacita ketika dihina atau dianiaya? Ucapan Bahagia Tuliskan ucapan bahagia menurut kalian Sebutkan contoh Alkitab yang gambarkan sikap ini Apakah perbedaan dengan nilai-nilai dunia? Tips Mengajar Anda dapat mengajak muridmurid untuk berdiskusi dalam beberapa kelompok dan isilah daftar pada halaman berikut (juga didapati dalam Buku Aktivitas Murid), yang merupakan ringkasan dari tiap-tiap ucapan bahagia. Berkat apakah yang Allah janjikan? Bagaimana dapat terapkan ini dalam hidup kita? Yang miskin di hadapan Allah Yang berdukacita Yang lemah lembut Yang lapar dan haus akan kebenaran Yang murah hatinya Yang suci hatinya Yang membawa damai Yang dianiaya oleh sebab kebenaran Empat Kitab Injil 27 Menguji Pemahaman Beberapa pertanyaan ini dapat ditemukan di dalam bagian Pemahaman Alkitab, setelah tiap-tiap ucapan bahagia. Penerapan Kehidupan Biarkan Orang Lain Melihat Yesus di dalam Diri Kalian Bilangan 23:9 mencatatkan, “Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihatlah, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir.” Sepanjang sejarah, umat pilihan Israel merupakan suatu bangsa yang terpisah dan yang berbeda dari antara bangsa-bangsa lainnya. Mereka merupakan umat kepunyaan Allah sendiri dan hanya kepada merekalah hukum dan perintah Allah berikan. Allah memanggil umat Israel, sehingga mereka dapat membawa nilai-nilai Allah kepada dunia. Demikian pula, Allah telah memanggil kita, sehingga dapat menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Ia tidak meminta kita untuk menyesuaikan diri dengan dunia, tetapi menghendaki kita menjadi terang kepada bangsa-bangsa lain, sehingga dapat menyebarkan keselamatan Allah hingga ke ujung bumi (Kis. 13:47). Pertanyaan Diskusi: 1. Pernahkah kalian dipandang berbeda oleh orang lain sebagai seorang warga kerajaan surga? 2. Pernahkah kalian cenderung untuk menyesuaikan diri dengan mereka yang di sekitar kalian? 3. Apakah kalian merasa bangga atau malu menjadi seorang warga kerajaan surga? 4. Apakah yang membuat sukar menjadi warga Kerajaan Allah di dunia ini? 5. Bagaimana kita dapat menjadi garam dan terang dunia? 28 Empat Kitab Injil Renungan dan Doa Tuhan Yesus telah memberikan amanat yang begitu rinci mengenai bagaimana menjalani hidup dan bertindak sebagai seorang warga dari kerajaan surga. 1. Apakah kita memenuhi syarat untuk menjadi warga Kerajaan Allah? 2. Ucapan bahagia manakah yang telah diterapkan di dalam kehidupan kita? 3. Apakah perilaku kita serupa dengan dunia atau mencerminkan Tuhan Yesus yang telah memanggil kita? Empat Kitab Injil 29 Sukacita Bebas dari Melayani Dosa Sasaran 30 Topik utama dari Keluaran Saat sekarang ini,kitab muridadalah bebas dariterlibat belenggu murid akan banyak di dalam keselamatan satu atau bentuk beroleh di dalam lainnya dari pekerjaan kudusini, Allah. Dalam pelajaran yang ada. Pada bagian ini, murid-murid akan mempelajari murid-murid akan belajar Israel bagaimana umat melalui teladan Tuhan Yesus dibebaskan dari perbudakan perihal mengawali pentingnya melakudan perjalanan kan pekerjaan iman yang luarkudus biasa.dan Di dalam pengembangan perjalanan yangrohani. panjang ini, Murid-murid akan menemuumat Allah menyadari pentingnya kan bahwa kualitas suatu kenyataan bahwayangmenjadi perusahaan cari dalam pribadi bebas sepenuhnya berarti bebas para pekerjanya bukanlah mematuhi Allah dan melakukan kualitas atau motivasi yang hari kehendak-Nya. Dalam dunia Allah cari dalamdiyakini pribadi menjadi yang ini, kebebasan melayani-Nya. Murid-murid berkuasa melakukan sesuatu pun akanmenyenangkan. mengenali talenta hal yang Muridmasing-masing dan cara-cara murid tidak akan ragu-ragu untuk dapat melayaniapa Allahyang dan berjuang terhadap sesama. masyarakat beritakan dan apa yang mereka ketahui adalah benar. Sebagaimana sebagian besar kasus, mereka mengetahui apa yang saleh, tetapi ketika harus mengamalkannya, itu adalah cerita yang berbeda. Bagaimana mereka dapat menyadari atau memahami apa yang Allah ingin perbuat dan apa yang setiap orang tidak ingin lakukan sehubungan dengan kebebasan? Melalui pelajaran ini, murid-murid akan belajar bahwa tubuh mereka adalah roh yang menaruh ruang bagi Allah dan perilaku mereka berbicara mengenai untuk apa mereka bertahan. Akhirnya, mereka akan menyadari bahwa kebebasan di dalam Allah adalah kebebasan dari belenggu dosa dunia dan kuasa untuk mematuhi kehendak-Nya. Empat Kitab Injil Bagian # 2 Renungan Bagi Bagi Para Para Guru Guru Renungan Tuhan Yesus pernah Mematuhi perintah Allah memberitahukan ini bukanlah hal mudah untuk kepada murid-murid-Nya, dilakukan. Berapa kalikah kita “Akulah pokok anggur dan telah berusaha membengkokkan kamulah ranting-rantingnya. kebenaran Allah untuk memenuhi Barangsiapa ting-gal dalam sedikit kebutuhan dandikeinginan Aku dan di dakam dia, ia kita dan Aku kemudian membodohi berbuah banyak, sebab dipikiran luar diri sendiri ke dalam Aku, kamu tidak mematuhi.-Nya. dapat berbuah bahwa kita telah apa-apa” (Yoh. memberitahukan 15:5). Oleh Ketika Allah karenakita itu, perlu begitu pentingnya bahwa mengubah caramengerjakan hal-hal cara hidup kita, kitabagi menolak Allah dengan kekuatan keras dan meyakini diridan sendiri hikmat-Nya. bahwa apa Rasul yang Paulus kita perbuat berkata, “Segala dapat bukanlah hal yangperkara buruk. Dalam kutanggung di kita dalam Dia yang kenyataannya, mencari jalan memberi kekuatan pintas dan jalan kepadaku” keluar bagi (Flp. hidup4:13). kita sebagai orang Kristen. Kebenaran Sempatkan waktusebuah Allah seperti untuk diri mercu mengintrospeksi suar, yang dapat menuntun perihal mau menjadi seperti kita ketika sedang menghadapi apakah kehidupan saya ini badai. Tetapi mercu suar tidak bila terlepas dari Tuhan Yesus dapat mengubah keinginan dan Kristus? Berdoalah agar Allah kebutuhan kita. Seperti sebuah tunjukkan bagai-mana kalian bejana, kita harus mengubah dapat menjadi lebih berakar arah untuk menyesuaikan dalam firman Allah dan dalam hidup kita kepada apa yang kehidupan bersama denganAllah Nya. inginkan. Allah senantiasa ada untuk kita, tetapi ketika Ia beritahu kita untuk Tinggal bersama Tuhan mengubah Yesus jalan hidup kita, kita benar-benar tidak memiliki pilihan, tetapi “Tinggallah di dalam Aku dan harus mematuhinya. Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat Yesus berbuahKristus dari dirinya sendiri, Tidak Pernah Berubah kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga “Yesus Kristus tetap sama, kamu tidak berbuah, baik kemarin maupun hari ini jikalau kamu tidak tinggal dan sampai selama-lamanya.” di dalam Aku.” (Ibrani 13:8) (Yohanes 15:4) pelajaran Injil Markus Yesus Kristus – Hamba yang Setia 4 Bacaan Kitab Yes. 42:1-7; 49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:13; Mrk. 8:1-10; Luk. 22:39-42 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid memahami perlunya meningkatkan nilai-nilai rohani saat melakukan pekerjaan kudus 2. Memampukan murid-murid belajar bagaimana melayani dari teladan Tuhan Yesus kita Ayat Alkitab “Dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10:44-45) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Markus 1-5 Latar Belakang Alkitab Penulis: Injil Markus, seperti Injil lainnya, tidak mencantumkan pula jati diri penulisnya. Bagaimanapun, kesaksian dari bapa-bapa gereja awal dengan jelas menunjukkan bahwa Injil ini ditulis oleh Yohanes Markus sendiri. Diyakini bahwa Markus membuat Injil ini dengan menuliskan kenangan Petrus akan kehidupan Yesus. Markus adalah nama dari seorang Romawi yang berarti ‘palu’, sementara Yohanes adalah nama dari seorang Yahudi yang berarti ‘ anugerah Allah’. Markus dilahirkan di Yerusalem dan jemaat sering kali bertemu di rumah ibunya untuk berdoa (Kis. 12:12). Markus adalah seorang rekan sekerja dari Paulus dan Barnabas pada perjalanan penginjilan yang pertama. Bagaimanapun, Markus sempat meninggalkan mereka pada saat itu. Pada perjalanan penginjilan yang kedua, Paulus menolak untuk mengajak Markus kembali. Tetapi bersyukur kepada Barnabas, yang telah bersedia melatih imanya, sehingga akhirnya, Markus dapat diterima kembali oleh Paulus dan menjadi seorang pekerja yang begitu berguna. Empat Kitab Injil 31 Waktu Penulisan: Sepertinya ditulis di Roma antara tahun 55 dan 77 Masehi. Waktu penulisan Injil Markus sebenarnya mustahil akurat, karena petunjuk isi kitab yang sedikit. Injil ini diduga ditulis oleh Markus sebelum tahun 70 Masehi, karena tidak ada dituliskan perihal penghancuran Yerusalem yang telah dinubuatkan oleh Tuhan Yesus (Mrk. 13:1-23). Sasaran Penulisan: Injil Markus merupakan Injil yang tersingkat dari keempat kitab Injil yang ada. Injil ini dituliskan kepada orang-orang Kristen Romawi yang tinggal di Roma untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Markus tidak perlu menceritakan silsilah Tuhan Yesus atau menunjukkan penggenapan nubuatan dari Perjanjian Lama seperti yang Injil Matius tuliskan. Bangsa-bangsa kafir tidak memerlukan pelajaran sejarah orang Yahudi; mereka memerlukan gambaran Kristus yang jelas. Dan masyarakat Romawi percaya akan kuasa dan tindakan. Jadi, Markus menghadirkan Tuhan melalui serangkaian gambaran yang hidup di dalam perbuatan-Nya, sehingga jati diri Tuhan sebenarnya terungkap dari apa yang Ia lakukan, bukan dari apa yang Ia katakan saja. Bagaimanapun, Markus menunjukkan kuasa Tuhan untuk menolong manusia di dalam wujud seorang hamba dan bukannya seorang raja. Markus menyusun topik hamba di sepanjang Injil ini untuk menunjukkan bagaimana Yesus Kristus rela menyerahkan nyawa-Nya dan melayani manusia. Demikian pula, kita seharusnya berbuat serupa sebagai murid Tuhan. Pemanasan Bayangkan kalian adalah seorang agen pekerjaan yang mencarikan calon pekerjaan sebagai seorang editor bagi sebuah perusahaan surat kabar lokal dan pekerjaan lainnya sebagai seorang editor bagi gereja kita bagian literatur. Hal apakah yang kalian akan carikan bagi kedua pekerjaan ini? Persamaan dan perbedaan apakah yang akan terdapat di dalam persyaratan dari kedua pekerjaan ini? Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Gambaran Yesaya tentang Yesus Kristus (Hamba yang Sempurna) Dalam bagian pertama dari kitab Yesaya, nabi Yesaya memperingati umat Israel untuk berbalik dari dosa-dosa mereka. Ia menubuatkan bahwa bila terus hidup di dalam dosa, mereka akan ditawan ke dalam pembuangan oleh orang-orang Babel. Sekalipun demikian, Yesaya menghibur umat Israel dengan membicarakan perihal pembebasan Tuhan. Ia menggambarkan bagaimana Allah umat Israel akan datang dalam kebesaran dan kekuasaan untuk menjalankan ketaatan, menghapuskan 32 Empat Kitab Injil ketidakadilan dan membebaskan umat-Nya. Tetapi tiba-tiba, nada suara Yesaya berubah. Raja yang datang ini akan menjadi seorang hamba! Dalam kitab Yesaya, ada empat ‘Pujian Hamba’ (Yes. 42:1-7; 49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:13), yang membicarakan karakter dan amanat dari hamba Allah. Pada puncaknya, Yesaya menubuatkan bagaimana Mesias akan mati bagi manusia. Menurut catatan sejarah, hamba yang Yesaya katakan adalah Koresy, Raja Persia (559-530 Sebelum Masehi), yang mengalahkan Babel dan membebaskan umat Israel (Yes. 45:1-8; 48:14-15). Koresy mengizinkan umat Israel untuk kembali membangun kota Yerusalem yang telah dihancurkan sebelumnya. Bagaimanapun, dalam empat ‘Pujian Hamba’, Allah menarik jendela waktu untuk membiarkan umat menyaksikan penderitaan Mesias dan hasil pengampunan yang berlaku bagi semua umat manusia. Oleh karena itu empat ‘Pujian Hamba’ ini, sesungguhnya merupakan nubuatan mengenai Tuhan Yesus, yang akan menjadi seorang hamba. Faktanya, perbedaan ini antara gambaran Yesaya mengenai Tuhan yang Maha kuasa, tindakan yang penuh kuasa, penderitaan dan yang terakhir, mati bagi manusia, yang merupakan misteri bagi orang-orang Yahudi. Hanya dengan hadirnya Tuhan Yesus ke dalam Perjanjian Baru, maka nubuatan ini barulah dapat dipahami. Saat Yesus Kristus datang ke dunia, Ia membuat semua manusia kebingungan. Ia menantang pandangan yang ada. Sekalipun sepenuhnya adalah Allah, Ia tidak bertindak seperti seorang raja atau seorang perwira yang berkuasa, tetapi sebagai seorang hamba Tips Mengajar yang siap melayani dan mati bagi segala dosa manusia. Tuhan Yesus mengajarkan pandangan yang berbeda dari dunia menjadi sesuatu yang Bacalah empat ‘Pujian Hamba’ penting. Ia mengatakan bahwa barangsiapa ingin yang tercatat di dalam kitab menjadi yang pertama haruslah menjadi yang Yesaya. Jelaskan ayat-ayat terakhir. Dunia berpandangan bahwa seseorang yang membicarakan perihal: itu besar, bila ia menjadi yang pertama dan yang a) hubungan hamba terbaik di dalam segala sesuatunya. Sementara, dengan Allah Tuhan berpandangan bahwa seseorang itu besar, b) amanat seorang hamba bila Ia melayani dan menyerahkan nyawa-Nya bagi c) ciri khas seorang hamba orang lain. Bagian # 2 – Ciri Khas Seorang Hamba Allah yang Sempurna A. Hamba yang mematuhi dan menjalani kehendak Allah Seperti para hamba dunia diminta untuk menyelesaikan perintah dan harapan dari sang tuan, Yesus Kristus pun datang sebagai seorang hamba Allah untuk menyelesaikan amanat yang ditetapkan kepada-Nya. Dalam Yoh. 4:34, Tuhan Yesus berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Dan Yohanes. 6:38 mengatakan, “Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh. 5:19-20,30; 8:28; 12:47-50; Luk. 22:41-44). Seluruh kehidupan Tuhan adalah mempersiapkan dan menggenapkan amanat-Nya. Segala sesuatu yang Ia katakan dan perbuat adalah untuk tujuan ini. Bahkan saat seorang anak kecil, Tuhan Yesus menyadari mengapa Ia datang ke dunia (Luk. 2:49). Saat tampaknya terlalu berat untuk menanggung beban, Tuhan Yesus justru dengan tegar, menjawab bahwa untuk saat inilah Ia telah datang (Yoh. 12:27). Para hamba perlu mengetahui apa yang menjadi kehendak sang tuan. Empat Kitab Injil 33 Demikian pula, Tuhan mengetahui apa yang menjadi kehendak sang Bapa (Luk. 4:48). Dalam kitab Yesaya, amanat dari hamba Allah adalah menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Ia akan membuka mata yang buta, mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan membawa keselamatan hingga ke ujung bumi (Yes. 42:1,7; 49:6). Tuhan datang sebagai terang bagi dunia. Ia datang untuk memberitakan keselamatan bagi mereka yang diam dalam kegelapan rohani, sehingga terbebas dari tawanan dosa (Mat. 4:16). Sebagai seorang hamba, Tuhan telah mematuhi kehendak Bapa surgawi dengan sepenuh hati-Nya. Dan dengan ucapan, “Sudah selesai,” Ia mengakhiri pekerjaan penebusan dosa manusia itu. B. Hamba yang rendah hati Sekalipun Yesus Kristus adalah Allah sendiri, Ia bersedia meninggalkan takhta dan kemuliaan surgawi untuk tinggal di antara manusia. Ia tidak hanya datang dalam wujud manusia, tetapi mengambil status terendah sebagai seorang hamba. Tuhan tidak datang ke dunia seperti seorang pangeran yang besar, tetapi dengan diam-diam. Kerajaan-Nya adalah kerajaan rohani, yang bukan datang dengan kekuatan dan penuh kuasa. Tidak datang dengan pengamatan pula. Dalam kitab Yesaya ada dikatakan bahwa, “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya” (Yes. 42:2-3). Tuhan datang dengan belas kasihan dan kesabaran. Teman gaul-Nya adalah orang-orang yang tidak terpelajar, orang-orang berdosa dan para pemungut cukai – mereka yang ditolak atau yang tidak memiliki pengharapan dalam masyarakat. Ketika yang lainnya berusaha untuk menjadikan-Nya seorang raja dengan paksa, Tuhan Yesus justru melarikan diri dari antara mereka, karena Ia bukan datang untuk menjadi raja, tetapi menjadi seorang hamba (Yoh. 6:15). Ia datang untuk menunjukkan prinsip-prinsip pelayanan. “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk. 9:35). Setelah menunjukkan mujizat, Tuhan pasti akan memerintah orang banyak untuk tidak membicarakan hal itu. Ia datang bukan untuk mencari kemuliaan-Nya sendiri atau kemuliaan manusia (Yoh. 15:41; 8:50), tetapi Tips Mengajar mencari kemuliaan Bapa. Sekalipun membasuh kaki murid-murid dan menerima perlakuan terderita Anda boleh meminta muriddan terhina dalam bentuk kematian, Tuhan Yesu murid untuk membuat suatu mengajarkan murid-murid-Nya apa yang benardaftar contoh dari empat kitab benar berarti di dalam kerajaan surga. C. Hamba penderitaan yang akan menjalankan Kewajiban dari seorang hamba adalah mematuhi perintah sang tuan, entahkah ia bersedia ataupun tidak. Ketika seorang hamba harus menjawab setiap panggilan sang tuan, maka ia harus mengosongkan dirinya. Setiap hari, sang hamba menjalani suatu hidup yang melayani dan berkorban, entahkah memiliki sedikit atau tidak ada sama sekali waktu untuk beristirahat. 34 Empat Kitab Injil Injil untuk tiap-tiap bagian dalam pelajaran ini. Anda boleh bertanya, “Dalam cara apakah Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya: a) mematuhi kehendak Allah b) rendah hati dan lembut c) seorang hamba yang menderita? Kemudian, murid-murid dapat saling berbagi dan berdiskusi mengenai jawaban mereka. Saat Yesus Kristus berada di dunia, Ia pergi dari satu desa ke desa lainnya untuk memberitakan Kerajaan Allah, menyembuhkan penyakit dan mengusir setansetan setiap harinya. Begitu Ia mulai menyebarkan berita Kerajaan Allah, Tuhan menjadi semakin sibuk. Kerumunan orang banyak akan berdatangan untuk mencariNya. Ia menaruh belas kasihan dan melayani mereka semua (Mrk. 1:32-34). Ia mengesampingkan kebutuhan pribadi-Nya dan ingin menolong mereka. Markus. 8:110 mencatatkan suatu kejadian saat Tuhan Yesus telah memberitakan Injil selama tiga hari dan tidak memiliki makanan. Bandingkan dengan Markus. 3:20, kerumunan orang banyak telah berkumpul, sehingga Ia dan murid-murid-Nya tidak sempat untuk makan. Yesus Kristus sering kali berkorban dan melayani orang banyak, hingga Ia tidak sempat makan atau tidur. Ia biasanya menyempatkan diri pada malam hari untuk berdoa di gunung atau bangun pagi-pagi benar untuk berdoa (Mrk. 1:35). Akankah kita bersedia pergi tanpa makan atau tidur? Akankah kita dapat bertahan dari kelelahan dan kelaparan? Tuhan Yesus tidak memikirkan diri-Nya sendiri. Setiap kejadian, Ia menyempatkan diri untuk menolong orang-orang yang berada di sekitarNya dan menyelamatkan jiwa banyak orang. Sekalipun Yesus Kristus menderita secara jasmani, penderitaan terberat bahwa Tuhan harus menjalani penghukuman dalam menanggung segala dosa manusia. Demi dosa-dosa kita, Tuhan bersedia menyerah-kan nyawa-Nya sebagai korban domba yang disembelih. Yesaya mengatakan mengenai Tuhan Yesus, “Aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi” (Yes. 50:5-6). Untuk menyelamatkan kita dari dosa, Yesus Kristus menanggung hukuman atas diri-Nya, sehingga oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh (Yes. 53:4-6). Menguji Pemahaman 1. Mengapa Allah memilih untuk menyelamatkan umat manusia melalui seorang hamba yang rendah hati daripada seorang raja yang mulia? 2. Apakah kita dapat beritahukan mengenai Allah yang kita sembah? 3. Allah sering kali bekerja dalam cara-cara yang kita tidak duga. Pernahkah Allah bekerja secara tidak terduga di dalam kehidupan kita? 4. Nabi Yesaya menubuatkan mengenai kedatangan Tuhan Yesus beberapa abad yang lalu. Apakah yang dapat kita pelajari mengenai janji dan kasih Allah? 5. Dalam cara apakah Tuhan Yesus menggenapi gambaran dari hamba Allah seperti yang dikatakan di dalam kitab Yesaya? 6. Apakah amanat dari Tuhan Yesus? Apakah amanat kita pada hari ini? 7. Seberapa setiakah kita telah memenuhi amanat yang dipercayakan gereja kepada kita? 8. Apakah yang kita dapat pelajari mengenai kerendahan hati dari Tuhan Yesus? Empat Kitab Injil 35 Penerapan Kehidupan Menjadi Serupa dengan Tuhan Yesus Dalam pelajaran hari ini, kita mempelajari tiga ciri khas yang dibutuhkan dari seorang hamba Tuhan yang setia. Kebanyakan dari antara kita saat ini telah mulai mengambil bagian dalam melakukan pekerjaan kudus di gereja. Kita telah menyadari bahwa melayani itu tidaklah semudah yang dibayangkan. Kita mungkin menghadapi pencobaan, tekanan atau resiko. Dalam diskusi, kita akan melihat pentingnya ketiga ciri khas ini di dalam melayani Tuhan. Kepatuhan: “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yoh. 15:14) Suatu hati yang patuh dan melakukan kehendak Allah adalah persyaratan utama untuk menjadi seorang hamba Allah. Bagaimanapun, kita sepertinya memiliki suatu kebebasan untuk melakukan apa yang kita senangi. Kita sering tidak menyenangi bila diberitahukan apa yang harus dilakukan. Ketika Allah meminta kita untuk melakukan hal-hal yang pasti, kita tidak mendengarkannya. Ada saat-saat kita harus memaksa diri sendiri untuk tunduk kepada apa yang Allah kehendaki daripada apa yang kita inginkan. Pertanyaan Diskusi: 1. Berikan contoh ketika kalian tidak bersedia mendengarkan atau melakukan sesuatu yang diberitahukan untuk kalian lakukan. 2. Mengapa kepatuhan itu merupakan suatu persyaratan yang penting bagi seorang hamba Allah? 3. Mengapa dapat menjadi sulit untuk tunduk kepada Allah atau perintah-Nya berkali-kali? 4. Berikan cara-cara yang dapat membantu meningkatkan ketundukan atau kepatuhan kita kepada kehendak Allah. (Dengan mengesampingkan kehendak dan keinginan pribadi; dengan meyakini firman Allah dan janji-janji-Nya; dengan memohon kekuatan untuk melakukan kehendak-Nya, dengan tekad yang bulat) Kerendahan Hati: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat. 11:29) Sering menjadi sulit untuk memelihara suatu hati yang lembut ketika sekolah dan lingkungan mendukung kita untuk memiliki harga diri, kepercayaan diri dan kebanggaan diri. 36 Empat Kitab Injil Pertanyaan Diskusi: 1. Bayangkan suatu saat ketika kalian merasa bangga akan diri, pekerjaan atau prestasi pribadi. 2. Ciri khas apakah dari seorang hamba yang rendah hati? 3. Bagaimana kita dapat menjadi lebih rendah hati lagi? (Melalui pemahaman diri dan keterbatasan diri sendiri, melalui kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian Allah kepada kita (1 Kor. 4:7), melalui tindakan yang menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri (Flp. 2:3), melalui renungan dan mengikuti teladan Tuhan Yesus dan tokoh Alkitab lainnya (Flp. 2:6-8).) Menderita: “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, – karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.” (1 Pet. 4:1) Karena Tuhan menderita bagi kita, kita harus siap untuk menderita secara jasmani, perasaan dan lingkungan bagi Kristus (1 Pet. 4:1). Pertanyaan Diskusi: 1. Buatlah daftar cara yang kalian rasa pernah mengalami penderitaan selagi melayani Tuhan. 2. Bagaimana perasaan kalian sekarang ini? Apakah kalian menyerah? 3. Bagaimana kalian mengatasi kesulitan dan persoalan ini? Renungan dan Doa Menjadi seorang hamba membutuhkan suatu persyaratan kerohanian yang tinggi. Sebagaimana ingin melayani Tuhan, kita perlu terus mengintrospeksi diri sendiri, sehingga iman dan pelayanan kita akan dikenan oleh Tuhan. Empat Kitab Injil 37 38 Empat Kitab Injil pelajaran Kualitas Seorang Hamba 5 Bacaan Kitab Hag. 2:11-14; Luk. 12:41-48; Kis. 6:1-6; 1 Kor. 3:5-15; 4:1-2; 12:1-11; 2 Kor. 11:23-28; 2 Tim. 2:20-22; 1 Pet. 4:1-11 Sasaran Pelajaran Memampukan murid-murid memahami perlunya kualitas yang kita harus miliki sebagai seorang hamba Allah yang setia Ayat Alkitab Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu, Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Mrk. 9:35) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Markus 6-10 Latar Belakang Alkitab Kiranya menunjuk kepada bagian Latar Belakang Alkitab dalam pelajaran 4 sebagai tambahan informasi pada Injil Markus (pelajaran 4, 5 dan 6 dari buku ini merupakan pemahaman Alkitab pada Injil Markus). Empat Kitab Injil 39 Pemanasan “Tuhan Yesus telah memanggil kita untuk melayani” Apakah pemahaman kalian mengenai hal ini? Bagaimana perasaan kalian mengenai melayani sesama? Sulit atau menyenangkankah bagi kalian? Apakah motivasi atau rintangan kalian dari melayani sesama? Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Kualitas Seorang Hamba Sebagaimana dapat mengenal Tuhan, kita akan belajar untuk semakin menghargai kasih-Nya. Kita ingin memberikan Dia sesuatu sebagai balasannya. Tetapi bagaimana kita dapat membalas kasih Allah bagi diri kita? Satu-satunya cara untuk membalas kasih Allah adalah hidup bagi Dia. Hidup bagi Kristus pada mulanya adalah belajar untuk memberi. Ketika kita memberi sesuatu kepada Tuhan dengan sepenuh hati, Ia akan memakai diri kita untuk menyelesaikan tujuan-Nya yang luar biasa. Kita akan menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Tetapi dalam beberapa pekerjaan, ada persyaratan utama yang kita harus miliki agar dapat melayani Allah secara tepat guna. Hari ini, kita akan terus belajar meningkatkan kualitas sebagai seorang hamba Allah. A. Kasih dan belas kasihan Membutuhkan kasih yang besar untuk melayani Allah, kerajaan dan umatNya. Hanya dengan kasih yang demikian, kita dapat mengorbankan diri sendiri, uang, waktu dan tenaga. Ini mungkin tampaknya mudah, sesungguhnya mengasihi bukanlah dengan perkataan saja, tetapi dengan perbuatan dan di dalam Kebenaran pula. Allah tidak hanya mengatakan bahwa Ia mengasihi kita. Ia pun melakukannya melalui pengorbanan nyawa-Nya di atas kayu salib. Kadang kita berpikir bahwa dengan mengasihi dan mengorbankan diri kepada orang lain berarti telah menyerahkan nyawa kita dan mati sebagai seorang martir. Mungkin kita berpikir bahwa mengasihi Allah dan sesama manusia seperti mengambil sebuah tagihan $ 1,000 dan menaruhnya di atas meja – ‘Inilah hidup saya, Tuhan. Saya menyerahkan semuanya.’ Tetapi sebenarnya sebagian besar Allah justru mengutus kita bagaikan ke suatu bank dan menyuruh menukarkan uang $ 1,000 ke dalam 25 sen. Kita menghadapi hidup ini bagaikan mengeluarkan uang 25 sen di sini dan 50 sen di sana. Biasanya berserah diri kepada Kristus bukanlah suatu kemuliaan. Yesus Kristus menunjukkan hal ini di sepanjang pelayanan-Nya di dunia (Mat. 15:29-31). Menjelang saat kematian-Nya yang semakin dekat, Tuhan dan murid-murid-Nya menuju Yerusalem. Dalam perjalanan, Ia memberitahukan murid-murid apa yang akan terjadi dengan diri-Nya. 40 Empat Kitab Injil “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit” (Mrk. 10:32-34). Begitu Tuhan dan murid-murid melalui Yerikho, dua orang buta berseru-seru kepada Tuhan untuk memohon belas kasihan mereka. Apakah yang akan dilakukan bila kita berada di pihak Tuhan? Kita mungkin beranggapan bahwa amanat kita terlalu penting untuk diganggu dengan hal-hal yang kurang serius. Bagaimanapun, Tuhan rela berhenti dan mempedulikan kebutuhan dari dua orang buta yang memalukan banyak orang ini, sekalipun amanat yang penting dan yang berat menanti diri-Nya. Ia mengesampingkan jadwal pribadi-Nya dan bertanya kepada mereka, “Apakah yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Ini adalah kata-kata dari seorang hamba yang siap melayani tuannya. Kemudian, Tuhan menyentuh mata mereka; ini menunjukkan bahwa Ia cukup peduli melakukan sesuatu bagi mereka, bahkan menyembuhkan mereka dengan satu perkataan saja. Kita dapat melihat bahwa bukan masalah waktu atau tempat, Tuhan Yesus akan mengesampingkan kepentingan-Nya sendiri untuk melayani orang banyak dengan mengajar, menyembuhkan atau memberitakan Injil kepada mereka. Ia menunjukkan kasih yang terbesar dengan memperlihatkan kebutuhan rohani kita dan mengesampingkan takhta surgawi-Nya dengan rela mati bagi kita di dunia. Di dalam kehidupan dan jadwal kita yang sibuk, apakah kita rela kesampingkan kepentingan dan waktu sendiri bagi orang lain? Apakah kita rela berhenti dan melihat kebutuhan keluarga dan teman-teman kita? Sering kali, kita terlalu fokus terhadap diri sendiri daripada menyempatkan waktu bagi orang lain. Kita perlu belajar dari Tuhan Yesus, yang berinisiatif untuk melihat kebutuhan manusia dan kita perlu menawarkan pelayanan kita secara suka rela. B. Kekudusan Dalam Perjanjian Lama, orang Lewi dan para imam adalah orang-orang yang dipisahkan dari umat Israel untuk melayani Allah. Sebelum mempersembahkan korban, mereka harus membersihkan dan menguduskan diri mereka sendiri. Di rumah Allah, ada banyak perkakas yang berharga dan yang kurang berharga. Agar menjadi sebuah perkakas yang berharga, kita harus memguduskan diri dari segala dosa. Kita harus belajar bagaimana mendisiplinkan diri, menjaga diri dari dosa (2 Tim. 2:20-22), memiliki hati nurani yang murni (Kis. 20:33-34; 1 Sam. 12:3-5; Pkh. 12:14) dan terus bertumbuh di dalam pengetahuan rohani dan mempertahankan semangat kerohanian kita. Mengapa penting untuk memelihara kekudusan selagi melakukan pekerjaan Tuhan? Dalam Hagai 2:11-14, nabi Hagai bertanya kepada para imam, “Andaikata seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya, lalu dengan puncanya itu ia menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur atau minyak atau sesuatu yang dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh itu?” Lalu para imam itu menjawab, “Tidak!” Berkatalah pula Hagai: “Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?” Lalu para imam itu menjawab, “Tentu!” Dalam Perjanjian Lama, seseorang yang cemar atau yang najis tidak diperkenankan untuk mendekati atau menyembah Allah. Demikian pula, barangsiapa yang melayani Allah perlu menguduskan dirinya, agar tidak merusakkan pekerjaan kudus. Allah pun tidak akan bekerja sama dengan barangsiapa yang tidak kudus Empat Kitab Injil 41 (Yos. 7:11-12,25; Ibr. 12:14; Gal. 5:19-21). Andaikata kita tidak kudus dan melayani Allah, tidak peduli apapun jabatan kudus yang kita pegang atau seberapa besar jerih payah kita dalam melakukan pekerjaan itu, maka tidak akan dikenan oleh-Nya. C. Kerendahan hati Dalam Alkitab, ada banyak tokoh yang dipakai oleh Allah secara luar biasa. Para pekerja ini bukan sepenuhnya berhasil oleh sebab talenta atau kualitas kepemimpinan, tetapi justru oleh sebab kerendahan hati mereka. Dalam Am. 7:14-15, nabi Amos secara terbuka memberitahukan bahwa ia bukan berasal dari golongan nabi, tetapi justru seorang peternak dan pemungut buah ara hutan, di mana buah ara hutan merupakan sejenis makanan bagi orang miskin. Sekalipun merendahkan latar belakangnya, Allah memakai Amos dengan menyuruhnya untuk pergi ke beberapa pusat penyembahan berhala umat Israel dan menyatakan hukuman Allah atas kesesatan mereka. Dari contoh ini, kita melihat bahwa persyaratan Allah dalam memakai seseorang bukan ditentukan oleh latar belakang, pendidikan atau keahlian orang itu. Pekerjaan-Nya tidak bergantung pada hikmat dan pengetahuan dunia, tetapi pada kepatuhan seseorang atas kehendak Allah dan sikap melayani yang rendah hati. Bagaimana kita dapat meningkatkan sikap kerendahan hati kita? 1. Kerendahan hati timbul saat menyadari betapa bukan apa-apanya diri kita, tetapi hanyalah orang-orang berdosa, yang belum memiliki kesempatan untuk melayani Allah yang Maha besar dan Pencipta alam semesta (1 Tim. 1:12-17). 2. Yakobus 1:17 memberitahukan bahwa “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang.” Karena kasih karunia, kemampuan dan kesempatan diberikan oleh Allah, lalu apakah yang harus kita megahkan? Biarlah segala kemuliaan, kehormatan dan pujian bagi Bapa surgawi kita (1 Kor. 4:7; Mzm. 115:1). 3. Filipi 2:3-8 mengingatkan bahwa kita harus menganggap yang lain lebih utama daripada diri sendiri. Tiap-tiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Bagaimanapun, kecenderungan umum adalah kita membandingkan kelebihan kita dengan kekurangan orang lain. Ketika melakukan hal ini, kita sebenarnya telah menjadi sombong, karena beranggapan lebih baik daripada orang lain dalam beberapa bidang kehidupan. Sebaliknya, bila membandingkan kekurangan kita dengan kelebihan orang lain, kita tidak akan bermegah. Selain itu, bila membandingkan diri dengan Tuhan Yesus, kita pasti tidak akan memiliki alasan apapun untuk menjadi sombong. Oleh karena itu, kita perlu belajar mengakui dan menghargai kelebihan orang lain. Dengan demikian, kita dapat memelihara sikap rendah hati (1 Pet. 5:5-6). D. Siap menghadapi kesulitan dan tantangan Saat bekerja bagi Tuhan, Rasul Paulus menghadapi banyak kesulitan dan pencobaan. Sekalipun ia sering kali hampir kehilangan nyawanya, Paulus tidak berusaha melarikan diri dari kesulitan atau ancaman dengan berhenti melayani. Sebaliknya, ia menghadapi semua tantangan itu. Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus memotivasinya dengan berkata, “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2 Tim. 4:5). Bila ingin bekerja bagi Allah, kita harus senantiasa siap 42 Empat Kitab Injil menerima dan menghadapi tantangan. Macam tantangan apa sajakah yang kita akan hadapi? 1. Tantangan dari dalam diri sendiri Sebagai hamba Allah, sasaran utama kita adalah menyenangkan Tuan kita dan menyelesaikan kehendak-Nya. Ini berarti mengesampingkan kehendak pribadi dan melakukan apa yang Allah inginkan. Mematuhi kehendak Allah dan mengorbankan diri bagi orang lain sering kali menyakitkan dan bertentangan dengan keinginan daging. Faktanya, menurut Paulus, keinginan daging kita merupakan perseteruan terhadap Allah (Rm. 8:7). Ketika ingin mengorbankan diri untuk mengasihi orang lain, keinginan daging kita sebaliknya memberitahukan untuk mempedulikan keinginan pribadi. Ketika ingin memberikan waktu lebih untuk membantu saudara-saudari seiman, maka keinginan daging sebaliknya memberitahukan bahwa kita memerlukan waktu untuk melakukan pekerjaan rumah atau berbelanja. Ketika melayani Allah dan manusia, kita harus mengatasi keinginan dan ambisi pribadi. Kita harus memegang perintah Allah dan kebutuhan saudara-saudari seiman sebagai prioritas utama. Ini mungkin suatu pergumulan pada mulanya, tetapi dengan tekad dan kuasa Allah, kita akan belajar melayani dengan sukacita. 2. Tantangan dari luar diri sendiri dan penderitaan Macam tantangan lainnya yang kita dapat hadapi selagi melakukan pekerjaan gereja adalah tantangan dari luar diri sendiri. Ini dapat termasuk tekanan dari lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. Rasul Paulus menghadapi banyak tantangan dari luar dirinya sendiri. Dalam 2 Korintus 11:23-28, ia memberikan riwayat dari semua yang harus dihadapi, entah bahaya dalam perjalanan maupun penganiayaan dari orang-orang bangsa kafir dan orang-orang Yahudi. Bagaimanapun, Petrus memotivasi kita dengan mengatakan, “karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, – karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa” (1 Pet. 4:1). Penderitaan melatih kita untuk bersandar pada kekuatan Allah. Allah ingin kita melayani-Nya secara tepat guna, sekaligus melatih kita melalui penderitaan, sehingga kita dikuduskan dari kecemaran. Bagian # 2 – Hal Lainnya yang Perlu Diperhatikan di dalam Pelayanan A. Pergunakan talenta kita Dalam surat kepada jemaat Korintus, Paulus membicarakan bermacammacam karunia yang dipergunakan untuk membantu fungsi jemaat secara tepat guna. Karunia-karunia ini bukanlah untuk menimbulkan perpecahan, iri hati atau persaingan di antara jemaat, tetapi untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Ef. 4:12-13). Setiap orang dari antara kita diberikan karunia dan talenta yang berbeda untuk membantu dan melayani sesama (1 Kor. 12:11). Beberapa karunia mungkin telah dilimpahkan ke atas kita saat dilahirkan. Sebagai contoh, beberapa dari antara kita dilahirkan dengan bakat dalam bidang musik atau bahasa. Karunia lainnya diberikan ketika kita memohon di dalam doa (1 Kor. 14; Ef. 4:12), sementara yang lainnya masih harus diberikan melalui penumpangan tangan (2 Tim. 1:6). Tidak masalah bagaimana kita menerima karunia-karunia itu, Allahlah yang memberikan semuanya kepada tiap-tiap orang untuk memperlengkapi pekerjaan yang diatur sebelumnya Empat Kitab Injil 43 kepada mereka, seperti: Yosua diberikan kualitas kepemimpinan untuk melanjutkan amanat Musa dalam memimpin umat Israel (Ul. 34:9; Bil. 27:18-20); Yohanes Pembaptis diberikan semangat dan kuasa Elia untuk mengembalikan hati umat Israel kepada Allah (Luk. 1:14-17); tujuh puluh murid yang diutus melayani dan Allah memberikan mereka kewibaan untuk memberitakan Injil, menyembuhkan penyakit dan mengusir setan-setan (Luk. 10:9,17). 1. Kenalilah karunia-karunia kita Kita seharusnya mengintrospeksi diri dan berusaha mengenali rupa-rupa kualitas, kekuatan dan kemampuan diri sendiri. Tidak ada cara yang rahasia untuk menemukan karunia-karunia rohani kita. Karunia-karunia rohani tidak selalu menunjukkan kebenaran diri kita, beberapa dari antaranya akan menjadi jelas di waktu yang akan datang. Kita seharusnya berusaha melakukan semua macam pekerjaan dan melihat di mana kekuatan kita dan di mana Allah menyertai kita. 2. Jangan meremehkan karunia-karunia kita Salah satu bagian dari acara Ripley’s Believe It or Not adalah sebuah gambar sederhana dari sebatang besi yang berharga $ 5. Sebatang besi yang sama memiliki nilai yang berbeda, bila dipergunakan ke dalam bagian yang berbeda. Sebagai contoh, seperti sepasang sepatu kuda, batang besi yang sama mungkin berharga $ 50. Seperti jarum jahit, itu mungkin berharga $ 5000, tetapi bila dipergunakan sebagai neraca pegas untuk jam tangan Swiss, itu mungkin berharga $ 500,000. Gambaran di atas mengingatkan bahwa bahan mentah bukanlah sesuatu yang penting. Yang penting adalah bagaimana bahan mentah itu diolah dan dipergunakan! Kadang kemampuan kita seolah-olah tampak begitu kecil atau kurang berarti. Atau merasa bantuan kita tidak begitu diperhitungkan. Bagaimanapun, kita seharusnya meneladani anak kecil yang tampil ke depan dan menawarkan dua roti dan lima ikan kepada Tuhan. Anak kecil ini memberikan semua yang ia miliki, yang tampaknya tidak berarti apa-apa, ke dalam tangan Tuhan tanpa mengira sebelumnya bahwa Tuhan Yesus berkenan untuk berkarya bagi orang banyak dengan bantuan itu. Inilah sikap yang Tuhan ingin kita miliki tanpa mempedulikan, entahkah kita memiliki lima, dua atau satu talenta. Sepanjang kita memiliki hati yang tulus, Allah dapat membuat apa yang kita tawarkan menjadi sesuatu yang berguna. 3. Jangan membandingkan karunia-karunia kita dengan orang lain Peranan jemaat sesungguhnya banyak dengan macam tugas yang berbeda seperti memberitakan Injil, mengajar, menyembuhkan, mengasuh, memberikan bantuan, menyelenggarakan sesuatu kegiatan, membangun dan masih banyak yang lainnya. Tiap-tiap tugas adalah penting bagi kemajuan gereja. Selama zaman Rasul-Rasul, para rasul merasa tidak puas, karena telah melalaikan firman Allah untuk melayani meja (Kis. 6:1-6). Sepertinya makanan telah disalurkan, tetapi beberapa janda diabaikan kebutuhannya. Oleh karena itu, para rasul mengangkat tujuh diaken yang bertanggung jawab untuk melayani meja. Dengan demikian, para rasul dapat lebih fokus dalam memberitakan Injil dan berdoa. Dari sini, kita dapat belajar bahwa pemberitaan firman Allah dan pelayanan meja merupakan dua peranan yang perlu ada bagi jemaat. Kita tidak dapat katakan bahwa pemberitaan firman Allah lebih penting daripada pelayanan meja dan seharusnya jangan melupakan kebutuhan sehari-hari jemaat dan hanya 44 Empat Kitab Injil berfokus pada pemberitaan Injil. 1 Korintus 3:8 mengatakan, “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.” Kita tidak perlu menjadi iri hati terhadap karunia-karunia orang lain atau merasa kadar dari satu macam pekerjaan lebih tinggi daripada yang lainnya. Apa yang Allah kehendaki adalah kita bertindak sesuai dengan kemampuan kita yang terbaik. B. Pemeliharaan rohani 1. Mengapa pemeliharaan rohani penting? Begitu kita terlibat dalam pekerjaan gereja, pemeliharaan rohani merupakan hal yang sangat penting. Dari empat kitab Injil, kita dapat melihat pentingnya dua hal ini di dalam kehidupan Tuhan Yesus: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana...lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan” (Mrk. 1:35-39). Di tengah jadwal kesibukan Tuhan untuk menyembuhkan, memberitakan Injil dan mengajar, Ia sering kali harus menarik diri-Nya dari kerumunan orang dan pergi ke suatu tempat yang sunyi, di mana Ia dapat berkomunikasi secara mendalam dengan Allah (Luk. 4:42; 5:16; 11:1; Mrk. 1:35; 3:7; 6:46). Selama doa-Nya dengan Allah, Yesus Kristus menerima hikmat dan kuasa ilahi yang perlu untuk menyelesaikan kehendak Bapa. Dari sini, kita memahami bahwa ada hubungan langsung antara pemeliharaan rohani dan pelayanan yang tepat guna. Semakin kita memelihara diri, semakin baik kita dapat melayani Allah dan manusia. Dalam 1 Korintus 9:27, Rasul Paulus berkata, “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” Paulus memahami pentingnya pemeliharaan rohani, karena menyadari kelemahan dirinya dan pekerjaan setan. Sekalipun seorang pekerja Allah yang luar biasa, yang memiliki banyak karunia dan talenta, tetapi Paulus tidak gagal dalam menaklukkan dirinya. Kita perlu memahami bahwa hanya karena memiliki banyak talenta hingga melakukan banyak pekerjaan kudus, tetapi bukan berarti kita tidak perlu mendekatkan diri kepada Allah atau pasti diselamatkan. Kita diselamatkan bukan karena pekerjaan kudus yang kita lakukan, tetapi karena pemeliharaan rohani kita. Seseorang yang hanya memperhatikan pekerjaan kudus, tetapi mengabaikan pemeliharaan rohani mungkin akan ditolak oleh Allah, tidak peduli betapa banyaknya pekerjaan kudus yang ia telah lakukan. 2. Pemeliharaan rohani dan pelayanan Lukas 10:38-42 mencatatkan suatu saat Tuhan Yesus mengunjungi rumah Maria, Marta dan Lazarus. Selama kunjungan itu, Marta begitu sibuk melayani Tuhan, sehingga menjadi tertekan dan marah terhadap pekerjaan yang ia lakukan. Ia bersungut-sungut kepada Tuhan bahwa Maria, saudarinya, tidak melakukan apa-apa untuk membantunya. Sebaliknya, Maria hanya duduk, mendengarkan Tuhan berbicara. Kadang, ketika mengabaikan pemeliharaan rohani pribadi, kita dapat beranggapan, “Bagaimana saya harus melakukan semua pekerjaan kudus ini?” atau “Saudara dan saudari seiman lainnya tidak memiliki kasih. Mereka membiarkan saya melakukan semua pekerjaan kudus ini.” Dalam kunjungan berikut yang dinyatakan dalam Yohanes 12:2, kita dapat mengamati suatu perubahan di dalam diri Marta. Di sini, Marta kembali hanya bertanggung jawab untuk melayani Tuhan Yesus, tetapi ia tidak bersungut- Empat Kitab Injil 45 sungut. Marta telah bertumbuh di dalam imannya. Ia mengingat perlunya semakin dekat kepada Allah dan pemeliharaan rohaninya setelah Tuhan Yesus mengatakan bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik. Maria pun bertumbuh secara rohani. Dalam hal ini, Maria mengambil sekati minyak narwastu yang murni, menuangkannya ke kaki Tuhan Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Maria duduk di dekat kaki Tuhan dan mendengarkan semua yang Ia katakan. Sekarang, Maria termotivasi untuk menawarkan yang terbaik kepada Tuhan. Apa yang Maria tawarkan adalah sebuah pelayanan kasih. Ia menawarkan sekati minyak narwastu yang murni, yang diperoleh dari upah setahunnya. Ini sungguh merupakan suatu pengorbanan yang besar. Ia mampu mengosongkan dirinya, karena pemeliharaan rohaninya. Kasih Allah menggerakkannya untuk memberikan yang terbaik kepada Allah. Menguji Pemahaman 1. Hal apakah yang merusak kekudusan atau yang mempengaruhi pekerjaan kudus? 2. Dalam hal apakah Yesus Kristus rendah hati dan tulus? 3. Siapakah tokoh di dalam Alkitab yang rendah hati? 4. Apakah pentingnya menjadi rendah hati? 5. Bagaimana dapat meningkatkan kerendahan hati kita? 6. Ketika ingin melayani Allah, adalah penting bagi kita untuk diperlengkapi dengan semangat penderitaan. Sudahkah kita memperlengkapi diri untuk melakukan pekerjaan kudus? 7. Tantangan dari dalam atau dari luar apakah yang kalian telah temukan atau yang sedang kalian temukan sekarang ini? 8. Bagikan mengenai bagaimana kalian menemukan atau mengembangkan karunia atau talenta kalian? 9. Karunia lain apakah yang kalian suka doakan, sehingga dapat lebih membantu gereja? 10. Apakah yang kalian dapat lakukan sekarang untuk mempersiapkan diri menjadi sebuah bejana yang berguna bagi Allah? 11. Seberapa seringkah kita menyempatkan waktu dalam pemeliharaan rohani? Kesulitan atau rintangan apa sajakah yang kita hadapi dalam pemeliharaan rohani kita? 12. Gejala apa sajakah yang mungkin berdampak bila kalian melayani Allah tanpa memelihara rohani kalian? 46 Empat Kitab Injil Penerapan Kehidupan Kesaksian Pelayanan Mengenai kasih dan belas kasihan Salah seorang adik nenek, sebagian masa hidup pernikahannya, secara jasmani tersiksa oleh suaminya. Bagaimanapun, sang suami kemudian menderita oleh suatu penyakit akibat amputasi lengan dan kakinya. Selama sepuluh tahun itu, sang suami harus terbaring di tempat tidurnya. Bagaimanapun, sepanjang masa itu, sang istri terus-menerus mendampingi suaminya. Ia mencintai dan memelihara suaminya, meskipun menderita. Betapa besar kasih dan pengorbanan dari sang istri bagi suaminya! Pertanyaan Diskusi: 1. Bayangkan saat-saat di mana kalian mampu atau tidak mampu menunjukkan tindakan kasih kepada orang lain. 2. Apakah yang memotivasi kita untuk membantu orang lain? 3. Apakah yang merintangi kita dari membantu orang lain? 4. Bagaimana kita dapat meningkatkan kasih? Mengenai kekudusan Ada seorang saudara yang mengakses internet untuk menonton sejumlah gambar porno pada suatu hari Jumat malam. Hari berikutnya, ia dijadwalkan untuk melakukan pelayanan penerjemah selama kebaktian Sabat. Ketika berada di mimbar untuk menerjemah, terdengarlah suara dengungan dalam telinga yang ia tidak dapat singkirkan. Suara itu membuat ia begitu kebingungan. Tetapi begitu kebaktian usai dan ia menuruni mimbar, suara dengungan itu menghilang. Pertanyaan Diskusi: 1. Hal apa sajakah yang berpengaruh negatif pada kerohanian kita? 2. Bagaimana hal-hal itu merusak iman kita? 3. Bandingkan kejiwaan kalian saat melayani Allah setelah melakukan sesuatu yang kalian ketahui tidak seharusnya diperbuat dengan saat melayani Allah dengan hati nurani yang murni. Siap Hadapi Berbagai Kesulitan Suatu hari, tiga puluh simpatisan dari gereja lain datang untuk mencari Kebenaran di Gereja Yesus Sejati Taiwan. Pendeta dari komunitas gereja lain itu merasa tidak begitu sukacita mengenai hal ini. Ia tidak ingin kehilangan jemaatnya, karena tiap-tiap pribadi dapat memberi persembahan $ 800 (dollar Taiwan) per bulan bagi penghasilannya. Lalu, ia menyewa beberapa anggota geng untuk menghadapi Pendeta X dari Gereja Yesus Sejati. Suatu, Pendeta S dijadwalkan untuk mengunjungi salah seorang simpatisan. Simpatisan ini mengetahui bahwa anggota geng itu datang untuk menyelesaikan perkara, sekaligus mengancam Pendeta X. Bagaimanapun, Pendeta X telah menuju rumah simpatisan itu. Ketika Pendeta X tiba, ia melihat serangkaian motor besar dan beberapa anggota geng dengan pukulan bola di tangan yang sedang menanti dirinya. Beberapa jemaat yang menyertai Pendeta X inipun gemetar dengan ketakutan. Bagaimanapun, Pendeta X beranggapan, “Bila saya harus berkelahi, Empat Kitab Injil 47 biarlah demikian,” dan ia keluar dari dalam mobil. Setibanya di kumpulan anggota geng itu, ia bertanya, “Apakah ada masalah?” Setelah mengatakan demikian, semua anggota geng itu melarikan diri. Pendeta X tidak tahu mengapa demikian, tetapi ia menduga bahwa Allahlah yang telah menakuti diri mereka. Kemudian, semua simpatisan itu dibaptis di Gereja Yesus Sejati. Pertanyaan Diskusi: 1. Hal apakah yang paling menantang yang kalian mohon untuk melakukannya? 2. Bagaimana kalian menghadapi tantangan itu? 3. Pelajaran apakah yang kalian dapatkan dari pengalaman ini? Mengenai pengetahuan dan melayani Allah dengan karunia kalian Selama pemilihan Majelis Internasional, seorang ketua akan dipilih untuk menggantikan seorang ketua yang telah habis masa jabatannya, di mana penatua itu berdiri untuk menyampaikan pidatonya ke hadapan hadirin. Penatua ini mengetahui bahwa suara terbanyaklah dalam voting yang akan memilih dirinya sebagai pemimpin berikutnya, sepertinya ia merasa berkemampuan untuk pelayanan ini. Bagaimanapun penatua menyadari dengan jelas apa karunia yang ia miliki sebenarnya. Dalam pidatonya, penatua menjelaskan bahwa Allah telah melimpahkan karunia menulis ke atas dirinya, sehingga ia bertekad untuk membuat lebih banyak buku lagi dalam kesempatan mendatang. Bila terpilih menjadi seorang pemimpin, ia akan kekurangan waktu untuk melakukan apa yang baik dan apa yang akan bermanfaat bagi angkatan berikutnya. Ia menjelaskan bahwa bila sepasang tangan diberikan fungsi sebagai kaki, maka sepasang tangan itu masih dapat dipergunakan untuk berjalan, tetapi tentu tidak akan terasa nyaman, tampak aneh dan tidak akan dapat berjalan dengan jarak yang jauh. Pertanyaan Diskusi: 1. Sebutkan talenta yang Allah telah berikan kepada kalian. 2. Apakah kalian telah mempergunakan talenta itu bagi Allah dan manusia? Mengenai pemeliharan rohani Seorang saudara lanjut usia telah melayani di suatu gereja untuk beberapa periode waktu lamanya. Saudara ini mulai merasa puas diri. Ia menghakimi jemaat lainnya dan berbuat sedikit bagi gereja. Pendeta setempat, yang mengamati hal ini, merasa perbuatan dari saudara ini merupakan tanggung jawabnya agar berubah seperti dahulu. Jadi, selama mengunjungi rumahnya, pendeta menasihati saudara ini dengan santun mengenai dukungannya pada masa yang lalu bagi gereja. Ia pun mengingatkan saudara ini mengenai hal-hal yang perlu ia tingkatkan atas dirinya. Saudara ini bersyukur bahwa pendeta telah menasihatinya, tetapi sesungguhnya ia marah di dalam hatinya. Ia beranggapan, “Saya lebih lanjut usianya daripada kamu dan lebih berpengalaman daripada kamu, apakah kamu berhak mengajari saya?” Ia memutuskan untuk tidak lagi melakukan pekerjaan kudus. Malam itu, saudara ini mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan 70-80 mph, tiba-tiba di depannya ia melihat seorang besar yang berpakaian putih, yang memegang sebatang tongkat putih. Saudara ini tidak mengurangi kecepatannya dan saat ia menghampiri malaikat itu, sang malaikat memukul punggungnya dengan tongkat. Saudara ini jatuh ke tanah dan harus dibawa segera ke rumah sakit. Malam itu, pendeta mengunjungi saudara ini di rumah sakit. Ia tidak dapat mengenali saudara ini, karena luka yang begitu parahnya. Begitu melihat pendeta, saudara ini menangis dengan sedihnya 48 Empat Kitab Injil dan bertobat akan segala dosanya. Setelah pelajaran ini, saudara ini kembali menjadi seorang pekerja Allah yang baik. Pertanyaan Diskusi: 1. Melalui kesaksian ini, apakah yang kalian dapati bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari melayani tanpa pemeliharaan rohani yang berkelanjutan? 2. Introspeksilah diri pada saat-saat pelayanan kalian terganggu karena kurangnya pemeliharaan rohani. Renungan dan Doa Sebagian besar dari para rasul adalah orang-orang yang berstatus rendah dan kurang terpelajar, tetapi Allah justru menggunakan mereka untuk memenuhi tujuan-Nya. Serupa dengan kenyataan pada hari ini; pendidikan dan status dunia justru memiliki nilai yang kecil di hadapan Allah. Allah mencari barangsiapa yang memiliki kualitas rohani dan yang bersedia menyerahkan hidup mereka kepada-Nya untuk menyelesaikan kehendak-Nya. Empat Kitab Injil 49 50 Empat Kitab Injil pelajaran Injil Markus 6 Berbagai Cara untuk Melayani Bacaan Kitab Mat. 25:31-46; Luk. 8:1-3; 12:16-21; 2 Kor. 9:1-15; Rm. 10:14-15; Yak. 2:14-17; 1 Yoh. 3:16-18 Sasaran Pelajaran Memampukan murid-murid untuk mengenali berbagai alasan dan cara, sehingga kita dapat melayani Ayat Alkitab “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor. 15:58) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Matius 11-16 Latar Belakang Alkitab Kiranya menunjuk kepada bagian Latar Belakang Alkitab dalam pelajaran 4 sebagai tambahan informasi pada Injil Markus (pelajaran 4, 5 dan 6 dari buku ini merupakan pemahaman Alkitab pada Injil Markus). Pemanasan Ini Penting Di sepanjang pantai Lautan Atlantik yang begitu luas, hiduplah seseorang yang berusia lanjut. Tiap-tiap hari ketika arus pasang kembali surut, ia akan membuat beberapa langkah jauhnya di sepanjang pantai itu. Seorang lain yang tinggalnya jauh sekali dari pantai sesekali menyaksikan orang yang tua itu menghilang di kejauhan dan kembali terlihat ketika berjalan pulang. Sang tetangga pun menyaksikan bahwa sebagaimana orang yang tua itu berjalan, ia sering kali membungkukkan badan Empat Kitab Injil 51 untuk mengangkat sesuatu dari pasir dan membuangnya ke dalam lautan. Suatu hari, ketika orang yang tua itu pergi ke pantai, tetangga ini mengikutinya untuk memuaskan rasa keingintahuannya. Cukup jelas ia melihat, sebagaimana orang yang tua itu membungkukkan badannya dan mengangkat sesuatu dari pasir dan membuangnya ke dalam lautan. Saat orang yang tua itu menghentikan langkahnya, tetangga ini menghampiri cukup dekat untuk melihat dan ternyata orang tua itu mengangkat seekor bintang laut yang telah terhempas oleh arus pasang dan tentu saja, akan mati kekurangan cairan sebelum arus pasang itu kembali. Begitu orang yang tua itu kembali dari mengangkat bintang laut, sang tetangga memanggil dan mengolok-oloknya, “Hai, orang yang tua! Apakah yang kamu sedang lakukan? Ini pantai yang luasnya ratusan mil dan ribuan bintang laut terdampar setiap harinya! Kamu tentu tidak berpikir melemparkan sedikit bintang laut akan menjadi suatu perkara, bukan? Orang yang tua itu mendengarkan dan menghentikan langkahnya sesaat, kemudian menunjukkan bintang laut yang berada di tangannya kepada sang tetangga, sambil berkata, “Ini penting bagi yang satu ini.” Mintalah murid-murid untuk membagikan gambaran mereka pada cerita ini. Kadang, apa yang kita lakukan bagi Allah dan manusia di sekitar tampak tidak meyakinkan seperti melemparkan seekor bintang laut kembali ke lautan. Tetapi di hadapan Allah, setiap tindakan kasih yang kecil adalah suatu perkara yang akan diingat-Nya. Biarlah kita belajar, dalam cara sekecil apapun, berilah sesuatu kepada orang lain. Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Berbagai Alasan Melayani A. Mengapa kita perlu melayani? Suatu kali, ketika murid-murid pergi ke luar untuk membeli makanan, Tuhan memberitakan Injil kepada seorang perempuan Samaria, yang datang untuk menimba air dari sumur. Setelah murid-murid kembali, Tuhan berkata kepada mereka, “PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal...makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:32,34). Dari jawaban Tuhan, kita mungkin menanyakan bagaimana melakukan pekerjaan bagi Allah yang terkait dengan makanan. Di sini, Tuhan Yesus menunjukkan bagaimana melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan rohani-Nya memberikan kepuasan dan kenikmatan yang serupa dengan yang makanan jasmani berikan bagi tubuh kita. Sebagai seorang Kristen, kita dipelihara kerohaniannya melalui doa, menghadiri Pemahaman Alkitab dan kebaktian. Bagaimanapun, kerohanian kita bertumbuh ketika berjuang mematuhi perintah Allah dan bekerja bagi-Nya. Kita pun akan mengalami rasa sukacita dan kepuasan yang tidak terkira dari melayani Tuhan. Matius 25:31-46 berbicara mengenai perumpamaan domba dan kambing, yang menggambarkan pentingnya menaruh iman kita ke dalam tindakan dan melayani sesama. Pada hari terakhir, Tuhan akan memisahkan umat manusia ke dalam dua kelompok, yaitu domba dan kambing. Kelompok domba adalah orang-orang yang telah melayani Allah dengan setia sebagaimana melayani sesama. Surga adalah 52 Empat Kitab Injil upah mereka. Sebaliknya, kelompok kambing adalah orang-orang yang tidak bertindak apa-apa. Bahkan mereka telah memberontak beberapa perintah Allah, tidak berusaha secara tekun untuk menyenangkan hati Allah atau manusia. Kerajaan Allah itu mengenai pelayanan, bukan kesenangan dan kepuasan pribadi. Seorang Kristen yang dewasa tidak hanya menerima, tetapi memberi bahkan mengorbankan dirinya bagi orang lain untuk membalas kasih Tuhan. B. Bagaimana kita mengetahui kapan saat melayani? Selagi Yesus Kristus berada di bumi, Ia melayani manusia kapanpun mereka membutuhkan pertolongan. Pelayanan terakhir Tuhan Yesus adalah selagi kita masih berdosa dan rela mati demi kita (Rm. 5:6). Tuhan melihat kebutuhan mendasar manusia dan menunjukkan kasih dan belas kasihan dengan menyelamatkan manusia. Dalam Alkitab, ada beberapa contoh tokoh yang melayani sesama. Saat Tuhan memasuki Yerusalem, Ia memerlukan seekor keledai. Selagi pemilik keledai ini mengetahui keperluan Yesus ini, ia segera mempersilahkan murid-murid untuk membawa keledai itu (Mat. 21:1-3). Selagi Tuhan memberitakan Injil di bumi, sekelompok perempuan mengikut-Nya dan menyediakan keperluan Tuhan dan murid-murid-Nya (Luk. 8:1-3). Hari ini, kesempatan melayani sesama ada di sekitar kita. Melayani orang lain dapat termasuk melakukan perkara sesederhana apapun dalam bentuk menyerahkan tempat duduk atau memberikan kata-kata penghiburan kepada orang lain. Kita perlu membuat catatan dan mengamati orang-orang di sekitar kita untuk melihat apakah mereka memerlukan bantuan atau pelayanan kita. Melalui komunikasi atau menanyakan langsung kepada orang lain, kita akan mengetahui di mana bantuan itu dibutuhkan. Kesaksian berikut adalah contoh dari hal ini. Ada seorang saudari yang baru menerima baptisan air, yang belum banyak terlibat di dalam melakukan pekerjaan kudus pada saat itu. Suatu malam, saudari ini bermimpi dan di dalam mimpinya, ia melihat dirinya sedang duduk diam tanpa melakukan hal apapun. Tiba-tiba, terdengarlah sebuah suara yang berkata kepadanya, “Mengapa kamu tidak bekerja?” Saudari ini menjawab, “Semua pekerjaan telah dilakukan oleh yang lainnya. Tidak ada pekerjaan lagi yang dapat saya lakukan.” Kemudian, Tuhan menunjukkan sebuah gambar mengenai seorang saudara yang berbeban berat dan penuh penderitaan. Ia menyuruh saudari ini untuk pergi menanyakan apakah saudara itu membutuhkan bantuan. Setelah itu, berakhirlah mimpinya. Saudari ini menyimpan mimpinya di dalam hati dan selanjutnya, ia pergi ke gereja untuk menanyakan perihal adakah yang ia dapat bantu. Lalu, saudara itu memberitahukan bahwa ia kelebihan beban dalam melakukan pekerjaan kudus dan ingin menghargai bantuan dari saudari ini. Bagian # 2 – Berbagai Cara untuk Melayani Ketika ingin melayani, kita mungkin mendengar sesuatu dari diri sendiri yang mengatakan, “Apakah yang kita dapat perbuat?” atau “Kita adalah seorang muda saja!” Yeremia dan Musa menanggapi dengan cara yang sama. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dipersembahkan dalam pelayanan kita. Empat Kitab Injil 53 A. Mempersembahkan Semua yang Kita Miliki 1. Mempersembahkan apa yang kita miliki Suatu kali, ada seorang kaya yang berencana bagi masa depannya dengan mendirikan sebuah lumbung yang lebih besar, untuk menyimpan segala hartanya dan menikmatinya dalam tahun-tahun mendatang. Tetapi ia tidak mengetahui bila pada malam itu, jiwanya akan diambil dari padanya. Yesus menyimpulkan, “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Bapa surgawi kita telah memberikan banyak hal yang luar biasa untuk kita nikmati. Ia telah memberikan talenta, kemampuan, hikmat, kekayaan dan yang lainnya kepada kita. Tetapi semuanya itu bukanlah satu-satunya ‘harta’ yang kita dapat nikmati. Allah pun telah memberikan ‘harta lain’, sehingga kita dapat kaya di hadapan Allah. Apakah maksudnya? Maksudnya adalah Allah tidak memberikan semua hal ini untuk kepentingan karir kita, memadati isi dompet kita atau menguntungkan diri kita. Ia ingin kita menggunakan semua ‘harta’ itu untuk membantu saudara-saudari seiman di gereja, sebagaimana pula kepada orang-orang di sekitar kita. Allah memberikan sesuatu kita, agar kita dapat memberikannya pula kepada orang lain. Ia menyediakan kita suatu sumber, sehingga dapat membantu orang lain. Bagaimanapun, ada orang-orang yang merasa bila mempersembahkan kekayaan atau waktu mereka, maka tidak akan mencukupi bagi diri mereka sendiri. Ada yang mempersembahkan dengan hematnya, karena beranggapan bahwa mempersembahkan itu berarti kehilangan sesuatu. Ada yang ragu-ragu untuk mempersembahkan dengan rela hati kepada Allah, karena kuatir akan kecukupan uang bagi kebutuhan pribadi atau ingin membeli apa yang diinginkan. Ada yang tidak ingin menyempatkan waktu untuk melakukan pekerjaan kudus, karena merasa terlalu banyak tanggung jawab yang harus dipikul, sehingga tidak dapat mengerjakan yang lainnya. Tetapi pertimbangkanlah beberapa contoh dari saudara dan saudari, yang melepaskan diri dari pekerjaan penuh waktu atau tugas sekolah yang banyak, sehingga masih dapat melakukan pekerjaan kudus dengan tekun. Apakah tugas sekolah atau pekerjaan menjadi terbebani, karena menyempatkan waktu untuk melakukan pekerjaan kudus? Tidak sepenuhnya benar demikian. Barangsiapa yang mempersembahkan apa yang dimilikinya bagi Tuhan, maka akan bertambah kaya (Ams. 11:24-25). 2 Korintus 9:11-15 mencatatkan dampak positif dari mempersembah sesuatu kepada orang lain. Pada saat itu, jemaat di Yudea sedang mengalami penderitaan akibat masa kelaparan yang berkepanjangan. Jemaat di kota-kota lainnya dipanggil untuk membantu jemaat di Yudea ini. Di sini, Paulus memuji jemaat di Makedonia atas bantuan mereka, karena sekalipun dalam keadaan begitu susahnya, mereka masih dapat memberi bantuan dengan rela hati dan sukacita kepada para jemaat di Yudea. Paulus menjelaskan lebih lanjut mengenai dampak positif dari mempersembahkan sesuatu kepada orang lain. Ia memberitahukan bahwa barangsiapa yang memberi akan: a) menerima karunia dan berkat rohani lebih banyak lagi, sehingga dapat melakukan kebajikan lebih banyak lagi (6-8), b) menghasilkan lebih banyak buah kebenaran (10), c) diperkaya dalam segala macam kebajikan (11-12). Berkat demi berkat akan ditambahkan kepada mereka. Selain itu, dengan memberi kepada orang lain, kebutuhan dari orangorang yang menerimanya akan dicukupkan, sehingga mereka akan dihiburkan secara jasmani maupun rohani (12). Iman mereka pun termotivasi oleh kasih yang melayani sesama dan mereka akan saling melayani. Pada akhirnya, nama Allah dimuliakan (13). 54 Empat Kitab Injil 2. Mempersembahkan diri Selain mempersembahkan talenta, waktu dan kekayaan kita kepada Tuhan, persembahan paling indah adalah mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup. Roma 12:1 mengatakan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati.” Ayat ini memberitahukan bahwa akhirnya, apa yang Allah inginkan dari kita bukanlah apa yang kita miliki, tetapi diri kita sendiri, yaitu segenap hati, segenap pikiran, segenap jiwa dan segenap kekuatan kita. Inilah persembahan yang menyenangkan hati Allah. Karena Kristus menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, kita seharusnya tidak lagi hidup bagi diri sendiri, tetapi bagi Dia, yang telah mati dan yang telah dibangkitkan bagi kita (2 Kor. 5:15). Dengan hidup bagi Kristus, kita tidak lagi hidup menurut keinginan daging, mematuhi perintah-Nya dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan. Tidak ada persembahan yang lebih menyenangkan hati Allah daripada patuh dan tunduk kepada perintah-Nya (1 Sam. 15:22). Selagi melayani Allah dan memberikan waktu atau tenaga, kita harus memikirkan apa yang Allah ingin kita perbuat. Kita perlu belajar menghormati kehendak Allah di dalam setiap pilihan yang kita buat. Mempersembahkan diri terdiri dari menjadi apa yang Tuhan inginkan, mengatakan apa yang Ia ingin kita katakan, menuju ke mana Ia ingin kita tuju dan melakukan apa yang Ia ingin kita lakukan. B. Menyelamatkan banyak jiwa Kitab Amos menubuatkan, “Sesungguhnya, waktu akan datang, demikianlah firman Allah. Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan” (Am. 8:11). Hari ini, kelaparan itu adalah kehampaan yang ada di dalam hati manusia. Untuk mengisi kehampaan itu, manusia menggunakan alkohol, obatobatan terlarang, pergaulan bebas dan kekerasan. Mereka berusaha begitu rupa, tetapi sia-sia saja. Sebagai akibatnya, semua manusia makin terperosok ke dalam dosa dan keputusasaan akan perlunya Tuhan dan anugerah keselamatan dari Injil. Umat manusia memerlukan Allah dan kita adalah salah satu yang dapat memberitahukan orang-orang itu mengenai diri-Nya. Tuhan Yesus pernah melihat orang banyak di sekitar-Nya dan mengatakan, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Mat. 9:37-38). Inilah kebutuhan mendesak untuk ke luar dan menuai banyak jiwa bagi Tuhan. Ini adalah pekerjaan paling mulia yang setiap orang dapat turut serta di dalamnya. C. Melayani saudara-saudari seiman Dalam musim gugur, kita biasanya menyaksikan angsa-angsa menuju arah selatan, terbang bersama-sama dalam kelompok dengan bentuk ‘V’. Ini menarik untuk dipelajari, mengapa angsa-angsa itu terbang demikian. Pertama, dengan terbang dalam bentuk ‘V’, burung-burung air ini dapat saling membantu dengan mengepakkan sayap, sehingga membuat kembali bersemangat. Kedua, ketika ada angsa yang kelelahan, maka ia berputar ke arah belakang kelompok dan angsa lain menggantikannya terbang di posisi depan dari kelompok itu. Ketiga, untuk menjaga kecepatan terbang yang di depan, angsa-angsa yang terbang di belakang menyaringkan suaranya. Dan terakhir, ketika ada seekor angsa yang terluka oleh Empat Kitab Injil 55 suatu tembakan dan terjatuh, maka dua angsa lainnya segera turun bersama angsa yang terluka itu untuk membantu dan melindunginya. Mereka menemani angsa yang terluka itu, hingga dapat terbang kembali atau mati. Kemudian, mereka akan terbang kembali tanpa atau dengan kelompok lainnya untuk mengejar kelompok mereka. Kebudayaan kita hari ini adalah mengelu-elukan paham perseorangan dan mementingkan kepentingan pribadi. Manusia akan semakin terpisah seorang dari yang lainnya. Tetapi dari binatang-binatang di sekitar kita, kita belajar sebuah pelajaran penting mengenai saling memperhatikan dan saling memelihara di antara kita. Alkitab memberitahukan, “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4) dan “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya” (Rm. 15:1-2). Oleh karena itu, sebagai saudara-saudari seiman di dalam Kristus, kita memiliki kewajiban untuk saling memperhatikan dan saling memelihara atas kebutuhan jasmani dan rohani dari jemaat lainnya. Waktu dan usaha kita ada batasnya, sehingga kita harus menggunakannya secara bijak. Daripada menghabiskan waktu makan siang selama hari Sabat dengan teman-teman, lebih baik berbincang-bincang dengan saudara atau saudari yang merasa dirinya terasing atau kesepian. Daripada menghabiskan waktu untuk berbelanja atau beristirahat pada saat hari libur, lebih baik menyempatkan waktu untuk menghubungi saudara atau saudari yang telah beberapa minggu lamanya tidak hadir di gereja. Daripada membeli sesuatu yang istimewa bagi diri sendiri, lebih baik membeli atau berbuat sesuatu yang akan membantu orang lain merasakan kasih Kristus. Daripada berbicara kosong, lebih baik membagikan apa yang ada di dalam hati dan mengingat setiap orang di dalam doa. Dengan melakukan ini, kita dapat saling menanggung beban dan saling membantu bertumbuh di dalam iman dan pelayanan kepada Tuhan. D. Mempersembahkan doa syafaat Ada sebuah keluarga yang memiliki tiga orang anak. Suatu hari, saudara yang sulung ketahuan berbuat sesuatu yang nakal, sehingga sang ibu menyuruh anaknya berlutut untuk dihukum. Ketika sang ibu mendisiplinkan anaknya yang sulung dengan sebatang bambu, ia melihat dua anaknya yang lain berlutut pula di samping anaknya yang sulung. Mereka memohon, “Ibu, bila ibu memukul saudara kami, lebih baik ibu mendisiplinkan kami juga, karena kami pun bersalah dengan berbuat kenakalan.” Ketika mendengarkan permohonan mereka, sang ibu menurunkan batang bambu itu dan pergi sambil menangis. Pada kejadian lainnya, dua saudara yang lebih muda ketahuan sedang berada dalam masalah. Dengan cara yang sama, sang ibu menyuruh mereka berlutut untuk dihukum. Ketika kedua adiknya berlutut, saudara sulung pun berlutut di samping mereka dan berkata kepada sang ibu, “Ibu, bila ibu memukul saudaraku, ibu harus memukul saya pula, karena saya tidak dapat menjadi teladan bagi mereka.” Sekali lagi, sang ibu pun tersentuh hatinya dan tidak jadi memukul mereka. Ini kisah nyata yang menggambarkan kekuatan dari doa syafaat. Mendoakan orang lain adalah sesuatu yang setiap orang dapat lakukan. Bila kita memiliki suatu teladan – kasih – kita dapat menjadi seorang pendoa. Kita dapat mendukung dengan sangat bagi pekerjaan kudus dan kemajuan gereja melalui doa-doa kita yang tulus bagi para pekerjanya. Di dalam Kemah Suci, semua perkakas dipergunakan untuk melayani Allah, mezbah pembakaran ukupan merupakan salah satu yang terpenting. Mezbah ini diletakkan di depan tabir penutup tabut hukum (Kel. 30:6). Setiap pagi 56 Empat Kitab Injil hari dan petang hari, imam harus membakar ukupan dari wangi-wangian bagi Allah turun-temurun. Ukupan ini mewakili doa dari orang-orang kudus (Why. 8:3-4; 5:8). Ini menunjukkan bahwa salah satu cara yang terpenting agar kita dapat melayani adalah dengan mempersembahkan doa dengan tekun bagi orang lain yang membutuhkannya. Dalam Alkitab, ada sejumlah tokoh besar yang berdoa bagi orang lain. Musa menempuh kesukaran di hadapan Allah dengan berdoa bagi umat Israel, sekalipun Allah memberitahukannya untuk tidak lagi berdoa bagi mereka (Mzm. 106:23). Bila Musa tidak berdoa bagi umat Israel, mereka tentu telah dibinasakan. Sebelum akhirnya Raja Saul ditolak oleh Allah, Nabi Samuel pernah berkata, “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan yang lurus” (1 Sam. 12:23). Yeremia adalah seorang nabi yang berdoa sambil menangis bagi umat Allah, sekalipun mereka angkuh, tidak patuh dan memberontak kepada Allah. Dari pengalaman Yeremia, kita memahami bahwa berdoa dengan sepenuh hati bagi orang lain ternyata tidak sia-sia. Ada kalanya, doa-doa kita langsung terjawab atau terjawab setelah sekian lamanya, seperti doa-doa Yeremia baru terjawab setelah tujuh tahun kemudian. Karena doanya, Allah berjanji untuk membawa umat Israel kembali ke tanah perjanjian setelah masa pembuangan mereka. Kita dapat melihat bahwa berdoa bagi orang lain itu begitu penting, seperti membawa perihal kemenangan dan keselamatan. Kita seharusnya menyempatkan waktu lebih banyak setiap harinya untuk berdoa dengan tekun di hadapan Tuhan bagi saudara-saudari seiman yang sedang lemah iman, bagi keluarga kita dan bagi Injil yang diberitakan di seluruh dunia. Menguji Pemahaman 1. Mengapa kalian melayani Allah? 2. Dapatkah dijelaskan hal-hal yang kalian dapat persembahkan kepada Tuhan? 3. Apakah manfaat dari mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan? 4. Berapa persenkah isi dari doa-doa kalian yang bagi kepentingan diri sendiri dan bagi kebutuhan saudara-saudari seiman? 5. Dapatkah kalian sempatkan waktu doa bagi seseorang? Dan apakah hasilnya? 6. Pernahkah kalian berbuat sesuatu untuk menyelamatkan jiwa? Empat Kitab Injil 57 Penerapan Kehidupan Menjangkau Orang Lain Frank Daily menatap ke tanah yang membeku. Ia menginjak bongkahan salju, yang dihitamkan dari knalpot mobil di sebelahnya. Ia hanya berpura-pura mendengarkan perkataan kosong dari temannya, Norm dan Ed, sebagaimana mereka semua menaiki bis nomor 10 dari sekolah. Ia mengatakan jawaban secara spontan atas pertanyaan-pertanyaan mereka: “Ya, saya beroleh nilai bagus dari ujian Milton...tidak, saya tidak bisa pada malam ini, karena harus belajar.” Frank dan teman-temannya menduduki bagian belakang kursi pada bis kota Milwaukee bersamaan dengan beberapa orang murid dari sekolah yang berbeda. Bis itu mengeluarkan asap dari knalpot dan menuju arah barat pada Blue Mound Road. Frank bersandar santai di kursinya. Kedua ibu jarinya dimasukkan kedua ke dalam bagian tengah dari sabuknya. Suatu hari kelam pada bulan November yang lalu, ketika suatu kehancuran menimpa kehidupannya. Frank mengetahui bahwa kemampuannya dalam bermain bola basket sama bagusnya dengan kemampuan teman lainnya. Sang ibu menyebut Frank sebagai atlet yang terkenal di musim itu. Ketika masih kecil, sang ibu pernah menyebut Frank dengan julukan ‘mencari dan menghancurkan’. Ia tersenyum kala mengenang hal itu’. Tiba-tiba, bis itu terhuyung-huyung jalannya, sehingga Frank harus menyeimbangkan diri dengan sepatu olahraganya. Ini pasti masalah tinggi badan saya, demikianlah pikirnya. Karena tinggi badan Franky sekitar 5,4 khaki.”Karena saya murid baru di Sekolah Marquette, maka pelatih bola basket itu pasti telah memutuskan bahwa saya terlalu pendek untuk masuk ke dalam tim bola basket.” Memang tidak mudah untuk menjadi murid di sekolah yang baru, terutama dengan semua murid laki-laki dari sekolah Katolik itu. Murid yang senior cenderung untuk tidak bersimpati terhadap murid yang baru masuk seperti Frank. Inilah yang sulit bagi Frank, karena ia adalah seorang atlet dalam semua bidang olahraga di sekolah lamanya. Sekarang, tampaknya ia bukanlah siapa-siapa. Tidak hanya ia berprestasi dalam atletik sebelum tiba di sekolah Marquette, ia pun berprestasi dalam pelajaran politik dan sejarah pada kelas lima dan kelas enam. Ia mengingat nasihat gurunya, Don Anderson, yaitu: “Lihatlah Frank, bila kamu akan berbagi waktu di dalam pelajaran dan bola basket, maka kamu harus berprestasi di keduanya.” Frank beranggapan bahwa nasihat Anderson mengenai pelajaran ada benarnya. Prestasi pelajaranku pernah mencapai nilai A dan B. Sementara, bola basket adalah perkara yang berbeda. Suara klakson yang kencang dan suara rem yang mendecit terdengar di belakang bis yang mengejutkan Frank. Ia melihat ke arah Norm dan Ed. Norm menolehkan kepalanya ke arah jendela bis sambil memicingkan mata, sehingga hembusan nafasnya membuat suatu lingkaran uap di kaca jendela bis itu. Frank mengusap-usap matanya. Ia masih terkenang bagaimana perutnya terasa dingin seperti saat ia menghampiri lemari sekolah pada bulan yang lalu. Ia telah membaca daftar tim bola basket yang tergantung pada pintu dari ruang lemari sekolah, berharap, mencari namanya dengan penuh gelisah. Ternyata tidak ada di sana. Tiba-tiba, ia merasa telah terbuang. Ini mustahil. 58 Empat Kitab Injil Guncangan bis itu berakhir di daerah County Institution. Pengendara bis mengingatkan anak-anak sekolah yang duduk di barisan belakang agar tenang. Frank memandang sekilas ke arah pengendara bis, yang dijuluki ‘Kojak’, karena kepalanya botak. Seorang perempuan hamil berpegangan pada tiang penopang bis itu dan secara perlahan, mendorong dirinya berjalan ke arah belakang. Sepertinya perempuan itu telah terbiasa untuk duduk di kursi belakang dari pengendara bis, dengan kaki yang diluruskan ke depan dan Frank hanya melihat kaos kaki yang menutupi kaki perempuan itu. Sepertinya Kojak pun memperhatikan perempuan hamil yang menaiki bis yang dikendarainya, sehingga ia berseru sambil mengangkat bahunya, “Ke manakah sepatumu, ibu? Temperatur di luar sana tidak lebih daripada 10 derajat. Saya tidak mampu membeli sepatu,” jawab perempuan itu. Ia menarik kerah mantel yang berjumbai di sekitar lehernya. Beberapa anak sekolah yang duduk di belakang hanya memandang sekilas dan tersenyum menyeringai. “Saya naik ke bis hanya untuk membuat kaki saya terasa hangat,” kata perempuan itu. “Bila kalian tidak keberatan, saya akan berada di bis ini sebentar saja. Kojak menggaruk kepalanya yang botak sambil berkata, “Sekarang, beritahukan kepada saya, mengapa kamu tidak mampu membeli sepatu?” “Saya memiliki delapan anak. Mereka semua memiliki sepatu. Sementara, saya tidak cukup untuk membelinya. Tetapi tidak mengapalah, Tuhan yang akan memelihara saya.” Frank menatap ke arah sepatu olahraga barunya. Kakinya senantiasa hangat dan terlindungi. Dan kemudian, ia memandang kembali perempuan itu. Kaos kaki perempuan itu telah sobek. Salah satu kancing dari mantel perempuan itu pun telah hilang, sehingga terlihat sebagian dari perutnya, seperti bola basket yang tertutupi oleh sebuah baju yang kotor. Setelah itu, Frank tidak mendengarkan apapun di sekitarnya. Ia tidak mempedulikan perkataan dari Norm atau Ed. Ia hanya merasakan suatu kehangatan di dalam perutnya. Kata ‘ajaib’ kembali terlintas di dalam pikirannya. Seseorang yang miskin dan yang dilupakan oleh masyarakat, tetapi karena suatu alasan yang berbeda, rela menderita. Ia akan senantiasa dapat membeli sepatu. Sementara, perempuan itu tidak akan pernah mampu membelinya. Di bawah tempat duduknya, ia menarik belakang sepatu dengan tumit kaki lainnya hingga terbuka, demikian dengan pasangan sepatu lainnya. Ia memandang ke sekeliling. Tidak ada orang yang memperhatikan. Ia harus berjalan sejauh tiga komplek bangunan di dalam tumpukan salju. Tetapi rasa dingin tidak akan terlalu banyak menganggu dirinya. Ketika bis berhenti di tempat pemberhentian, Frank menanti hingga setiap penumpang lainnya telah turun. Kemudian, ia mengangkat sepatu olahraganya itu. Ia segera berjalan ke arah perempuan dan memberikan sepatu olahraga kepadanya. Sambil menatap ke arah bawah, Frank berkata, “Ibu, kamu membutuhkan sepatu ini lebih daripada yang saya perlukan.” Kemudian, Frank segera menuju pintu bis dan turun. Ia berjalan di tumpukan salju. Itu bukan masalah. Ia tidak merasa kedinginan sama sekali. Ia mendengar perkataan dari perempuan itu, “Lihat, mereka memperlakukan saya dengan begitu baiknya!” Kemudian, ia mendengar pula Kojak memanggil, “Hai, kembali ke sini! Siapakah nama kamu?” Frank memandang rupa Kojak. Pada saat yang bersamaan, Norm dan Ed menanyakan ke mana sepatumu. Frank merasa kebingungan terhadap Kojak, teman-temannya dan perempuan itu. “Frank Daily,” sahutnya dengan diam-diam. “Nama saya adalah Frank Daily.” Empat Kitab Injil 59 “Frank,” kata Kojak. “Saya belum pernah melihat hal yang seperti ini selama 20 tahun saya mengendarai bis ini. Perempuan itu menangis terharus. “Terima kasih, anak muda,” katanya. Ia berpaling ke arah Kojak dan berkata, “Lihatlah, saya beritahu kamu bahwa Tuhan akan memelihara saya.” Frank berkata, “Sama-sama.” Dan tersenyum pula kepada perempuan itu sambil berkata, “Ini bukan masalah.” Setelah itu, Frank segera menghampiri Norm dan Ed. Dan awan mendungpun telah nampak. Saat perjalanan pulang, ia begitu merasakan dingin di bawah kakinya. (Barbara A Lewis) Pertanyaan Diskusi: 1. Kami memberikan yang terbaik. Faktanya, kami pun serupa dengan Allah ketika sedang memberi dan melayani. Lihatlah pada minggu-minggu terakhir ini, apakah kalian telah melayani Allah dan manusia? 2. Perubahan apakah yang terjadi di dalam diri Frank selama perjalanan bis? 3. Pada akhirnya, Frank mengalami sukacita yang datang bersamaan dengan mengasihi dan melayani orang lain. Pernahkah kalian memiliki pengalaman yang serupa? Bagaimana kalian merasakan ketika dipanggil untuk melayani orang lain? 4. Frank memberikan apa yang ia miliki pada suatu kali. Kasih karunia atau kemampuan apakah yang paling menonjol yang Allah telah berikan kepada kalian? Apakah kalian merasakan sedang menggunakannya? 5. Setiap orang di bis mendengarkan perempuan itu memberitahukan kepada sang pengendara bis perihal keadaan buruknya, tetapi hanya Frank yang tergerak memberikan bantuan kepadanya. Pernahkah kalian melihat suatu kesempatan untuk melayani atau membantu orang lain, tetapi tidak melakukan apapun untuk hal itu? Pandanglah ke sekeliling, adakah jemaat atau gereja yang memerlukan bantuan dari pada kalian sekarang? Apakah yang kalian dapat pelajari dari tindakan Frank ini? 6. Bila kita serupa dengan Allah dalam pemberian dan pelayanan, pikirkan mengenai bagaimana kita dapat menjadi ‘serupa dengan Allah’ pada minggu ini? Kepada siapakah kalian dapat memberikan berkat tesebut melalui pelayanan kalian? Bagaimana kalian akan melayani? Apakah kalian akan membuat suatu kesempatan yang lebih istimewa bagi Allah atau orang tersebut? Rencanakan pelayanan kalian dan kerjakanlah sebelum akhir minggu ini? 60 Empat Kitab Injil Renungan dan Doa Tuhan Yesus pernah berkata, “Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya” (Mrk. 9:41). Apa yang kita persembahkan kepada Tuhan mungkin sekecil satu atau dua cangkir air. Atau mungkin seperti Samuel muda, yang diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang tampaknya kurang berarti, yaitu ‘membuka pintu rumah Tuhan’ (1 Sam. 3:15). Kita harus menyadari bahwa Allah senantiasa mengingat apa yang kita kerjakan, bahkan terhadap hal-hal terkecil sekalipun. Oleh karena itu, biarlah kita mempersembahkan kepada Allah apapun yang Ia telah serahkan ke dalam tangan kita bagi tujuan dan kehendak-Nya. Empat Kitab Injil 61 Kita Menerima dan Memberi dengan Cuma-Cuma Sasaran 62 Dalam bagian ini, murid-murid akan mempela-jari apa yang telah dipahami mengenai Juruselamat yang sanggup bersimpati dengan setiap orang yang lemah dan yang membutuhkan. Mereka hanya perlu percaya di dalam-Nya dan menyerah-kan semua kebutuhan kepada-Nya. Karena Allah telah memberikan kasih karunia dengan cumacuma, murid-murd pun akan mere-nungkan bagaimana mereka dapat membalas semua anugerah yang Tuhan Yesus berikan. Salah satu cara yang terbaik adalah memberikan kembali apa yang kita telah terima kepada orang lain, dengan cuma-cuma dan tanpa persyaratan apapun. Murid-murid akan memeriksa bagaimana Tuhan Yesus datang menyelamatkan dan memilih umat tanpa pandang bulu, tidak peduli bagaimana buruknya orang itu. Pada gilirannya, mereka akan merenungkan, entahkah perlakuan mereka kepada orang lain itu bersifat pandang bulu atau justru merangkul semua dan menyatakan belas kasih dari Tuhan Yesus. Empat Kitab Injil Bagian # 3 Renungan Bagi Para Guru Kehidupan kristen itu merupakan suatu perjuangan rohani. Dosa dirasa sesuatu yang nikmat dan tampaknya benar. Jadi, perjuangan yang bersifat sementara. Paulus pun berjuang untuk hal ini. Ia ingin melakukan hal yang benar, tetapi justru yang dilakukannya adalah sesuatu yang keliru, sehingga ia merasa bersalah. Bersyukurlah! Kuasa Allah sungguh berkhasiat bagi Paulus dan bagi kita pula melalui kuasa Roh Kudus. Kuasa ini dapat menghancurkan belenggu dosa. Yang benar adalah, kita tidak mencari hidup benar dengan mengharap-kan upah, tetapi karena memiliki keselamatan. Mati bagi Dosa, Hidup bagi Allah “Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Roma 6:13) pelajaran Injil Lukas 7 Yesus Kristus – Anak Manusia Bacaan Kitab Luk. 1:26-38; 2:1-24,39-52; 4:1-13; Yoh. 4:7-26; 11:7-26; 11:17-44; Ibr. 4:14-16 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid memahami bahwa Yesus Kristus tidak hanya seorang manusia dengan perasaan dan tindakan manusia, tetapi Ia juga adalah Allah yang menjadi seorang manusia 2. Memampukan murid-murid untuk mengetahui bahwa kita mempercayakan segala sesuatunya kepada Allah, karena Ia peduli dan memahami kita Ayat Alkitab “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibr. 4:15) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Lukas 1-8 Latar Belakang Alkitab Penulis: Sejauh yang kita ketahui, seluruh Alkitab disusun oleh para penulis Ibrani, kecuali kitab yang satu ini, disusun oleh tabib Lukas. Seorang Yunani dari Antiokhia Siria, Lukas adalah seorang yang terpelajar dan benar-benar mengenal dunia bangsa Roma. Ia adalah seseorang yang menemani Paulus selama perjalanan penginjilannya (Kis. 16:10-17; 20:5-15; 21:1-18; 27:1-28:16; Kol. 4:14; Flm. 24). Hubungan yang erat dengan Rasul Paulus dan para pemimpin gereja memungkinkan Lukas mendengarkan dari berbagai kejadian dan saksi mata mengenai riwayat Tuhan Yesus yang perlu untuk disusun ke dalam Injil. Karena Lukas adalah seorang dari bangsa kafir, maka bukanlah hal yang mengejutkan bahwa Injilnya tampak menyoroti bangsa-bangsa kafir dan tanggapan mereka kepada Yesus Kristus. Sebagai contoh, Matius menelusuri silsilah Tuhan kembali ke Abraham, bapa orang-orang Yahudi Empat Kitab Injil 63 (Mat. 1:2), tetapi Lukas menelusuri silsilah Tuhan kembali ke Adam, bapa umat manusia (Luk. 3:38). Selain itu, alur naskah dari kitab Lukas berlanjut ke dalam kitab Kisah Para Rasul, di mana ia menunjukkan Injil ini bergerak melampaui asal-usul dari orang-orang Yahudi, termasuk orang-orang dari berbagai ras. Waktu Penulisan: Mungkin ditulis sekitar tahun 60-61 Masehi di Kaesarea. Sasaran Penulisan: Sasaran penulisan Lukas tercatat di dalam bagian pendahuluan kitab ini. Ia ingin memberikan kepada ‘Teofilus yang mulia’, seorang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan, suatu penyelidikan yang seksama dan membukukannya dengan teratur mengenai kehidupan Yesus Kristus (Luk. 1:3). Tujuannya agar Teofilus dapat mengetahui Kebenaran mengenai hal-hal yang diajarkan adalah sungguh benar. Dalam kedua kitabnya yang diteliti dengan baik, Lukas menghadirkan Yesus Kristus sebagai seorang manusia yang sepenuhnya. Tetapi saat yang bersamaan, ia menghadirikan-Nya sebagai sesuatu yang ilahi, yaitu Allah sendiri yang menyatakan diri-Nya ke dalam manusia; hal ini terbukti dari berbagai mujizat dan nubuatan yang terkait dengan kehidupan Tuhan Yesus. Lukas memberikan riwayat nenek moyang, kelahiran dan perkembangan Kristus yang paling lengkap. Tuhan Yesus adalah Anak manusia yang begitu mengenali penderitaan dan keadaan buruk dari dosa umat manusia, agar melepaskan penderitaan kita dan menyelesaikan pekerjaan penyelamatan. Salah satu hal yang Lukas tekankan adalah bahwa Yesus Kristus tidak datang untuk orang Yahudi saja, tetapi untuk menjadi Juruselamat bagi semua umat manusia. Tuhan Yesus seperti yang Lukas gambarkan, menjangkau orangorang dari setiap golongan dan latar belakang – orang Yahudi, orang Samaria, orang dari bangsa-bangsa lain, tentara Romawi, orang miskin, perempuan, anak-anak, yang berkuasa, yang sakit, yang penuh kekuatiran, yang saleh, yang tidak percaya. Ia memiliki sesuatu untuk dipersembahkan kepada setiap orang. Pemanasan Gambarkan hubungan kalian dengan Tuhan Yesus. Apakah kalian melihat Tuhan Yesus sebagai seorang sahabat, Bapa, Allah yang mengagumkan...? Mengapa? 64 Empat Kitab Injil Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Yesus Kristus adalah sepenuhnya manusia Tuhan Yesus adalah Allah yang datang ke dunia dalam wujud manusia. Dalam cara apakah Tuhan menunjukkan bahwa Ia adalah sepenuhnya manusia? A. Yesus Kristus memiliki hubungan dengan manusia lainnya Silsilah yang tercatat dalam Injil Matius dan Lukas menelusuri garis keluarga dari Tuhan Yesus. Banyak alasan bagi pencatatan ini, salah satunya untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah benar-benar seorang manusia, yang berada di dalam sejarah. Tuhan Yesus datang sebagai Anak Manusia, yang berarti Ia datang sebagai seorang manusia. Yesus Kristus adalah seseorang yang lahir terutama pada zaman Romawi dan sejarah orang-orang Yahudi (Luk. 3:12). Ia katang ke dunia saat Kaisar Agustus memerintah dalam Kekaisaran Romawi dari tahun 27 hingga 14 Sebelum Masehi. Tuhan Yesus pun memiliki silsilah keturunan secara jasmani. Dari sini, kita melihat bahwa Ia merupakan keturunan dari Raja Daud dan Abraham, di mana kedua tokoh ini merupakan tokoh kunci dalam sejarah orang-orang Yahudi. Pada pasal-pasal awal dari Injil Matius dan Lukas pun ada menerangkan perihal bayi Tuhan Yesus untuk menunjukkan bahwa Ia dilahirkan seperti manusia yang lainnya (sekalipun pembuahan janin-Nya adalah dari Roh Kudus). Tuhan dilahirkan di Betlehem Yudea, ke dalam sebuah keluarga yang miskin, dengan orangtua-Nya, yaitu Yusuf dan Maria serta saudara kandung lainnya. B. Yesus Kristus melalui proses perkembangan Sekalipun Tuhan dalam beberapa hal berbeda, tetapi Ia memiliki pola perkembangan yang sama dengan manusia pada umumnya. Pada masa perkembangan-Nya, Ia berkembang dari masa bayi, ke masa anak-anak dan menuju masa remaja. Ia belajar merangkak, duduk, berjalan dan berlari. Ia pun belajar makan dan berbicara. Ia tidak muncul langsung sebagai orang yang dewasa atau melalui jalan pintas. Sebaliknya, Tuhan Yesus melalui proses perkembangan yang selayaknya bagi seorang manusia. Lukas 2:41-52 mencatatkan bahwa Tuhan Yesus sedang belajar di dalam Bait Allah. Tuhan tidak datang ke dunia dengan mengetahui segala sesuatu yang Ia perlu ketahui. Ia tidak memperoleh pengetahuan tanpa belajar. Sekalipun Tuhan Yesus membuat para alim ulama terkagum-kagum atas pertanyaan dan jawaban-Nya, tetapi Ia tetap melalui suatu proses perkembangan hidup yang panjang secara jasmani, kejiwaan, sosial dan rohani (Luk. 2:52). Yesus Kristus dilahirkan di bawah hukum Taurat dan mematuhi hukum Taurat. Dalam proses berkembang, Tuhan menjalani upacara keagamaan yang sebagaimana anak laki-laki orang Yahudi lainnya lakukan. Sebagai contoh, Ia disunat dan diberi nama pada hari kedelapan setelah hari kelahiran-Nya (Im. 12:3; Luk. 1:59-60; 2:21). Sebagai anak laki-laki tunggal, Ia dikuduskan bagi Allah pada satu bulan setelah kelahiran-Nya. Selama upacara ini, orangtua-Nya akan membeli Dia kembali atau menebus-Nya, dari Allah melalui persembahan. Karena tiga tahun pertama dari kehidupan, anak-anak menerima pendidikan di rumah melalui ibu mereka. Dari usia tiga tahun ke atas, para bapa mengajarkan hukum Taurat, sekaligus cara Empat Kitab Injil 65 berdagang kepada mereka. Tuhan bukan hanya seorang anak tukang kayu (Mat. 13:55), tetapi Ia pun adalah seorang tukang kayu (Mrk. 6:3). Pada usia enam tahun, anak laki-laki orang Yahudi mengikuti suatu sekolah di Yerusalem yang disebut ‘ rumah buku’. Di sini, mereka diajari Perjanjian Lama dan hukum Taurat. Di sinilah Tuhan Yesus saat berusia dua belas tahun (Luk. 2:41-52). Pada usia tiga belas tahun, seorang anak laki-laki orang Yahudi menjadi seorang ‘anak hukum Taurat’, sepenuhnya bertanggung jawab untuk menjalankan perintah-perintah. Inilah yang dikenal sebagai Bar-Mitzvah dan biasanya diterapkan di antara orang-orang Yahudi pada hari ini. C. Yesus Kristus memiliki kebutuhan dan perasaan manusia Sekalipun Tuhan Yesus adalah Allah yang mewujudkan diri sebagai manusia, Ia tidak menghindari perasaan atau keterlibatan dengan manusia. Ia menunjukkan rasa belas kasihan dan peduli kepada orang-orang di sekitar-Nya (Luk. 7:12-13; Mat. 9:36; Mrk. 8:2; 10:21; Yoh. 11:5,35; 15:11). Ia pun menunjukkan rasa marah, sedih bahkan keluhan terhadap mereka yang tidak percaya kepada-Nya (Luk. 19:41-44; Yoh. 2:14-17; Mrk. 8:12). Tuhan tidak hanya memberi reaksi kepada orang-orang di sekitar-Nya, tetapi Ia pun memiliki perasaan dan kebutuhan pribadi. Seperti manusia lainnya, Tuhan Yesuspun tidak terluput dari berbagai tekanan dan cobaan hidup. Setelah memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit dan mengajar sepanjang hari, Iapun mengalami rasa lelah, lapar dan haus, sebagaimana kita hari ini. Setelah empat puluh hari lamanya berpuasa di padang gurun, Tuhanpun merasa lapar. Status Tuhan Yesus sebagai Anak Allah tidak membuat aktivitas puasa itu menjadi lebih mudah; tubuh jasmani-Nya menderita kelaparan karena tidak mengasup makanan dan minuman, sebagaimana kita hari ini. Tuhanpun mengalami saat-saat letih seperti ketika Ia harus menyerahkan nyawa-Nya. Pergumulan yang berkelanjutan ini tampak melalui doa-doa-Nya, di mana peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (Luk. 22:44). Mengapa perlu bagi Tuhan untuk mengalami semua perasaan, cobaan dan kebutuhan manusia? Dengan datang ke dunia sebagai manusia, Tuhan mengalami kelemahan kita, rasa sakit kita, menanggung hukuman bagi dosa-dosa kita dan membawa kita kembali kepada-Nya (Ibr. 4:15). Oleh karena itu, kita seharusnya tidak menjadi takut untuk menyerahkan perasaan kita yang sebenarnya, entahkah itu rasa sukacita atau ragu atau pedih hati ke hadapan-Nya. Tuhan memahami semua perasaan itu, karena iapun telah mengalaminya. Bagian # 2 – Yesus Kristus Memahami Kebutuhan Kita A. Yesus Kristus mengetahui kebutuhan jasmani kita Suatu hari, Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya menaiki sebuah perahu dan berangkat ke sisi lain dari Laut Galilea. Tiba-tiba, mengamuklah badai yang dahsyat. Gelombang menghantam begitu kerasnya, hingga membuat perahu itu kemasukan air. Dalam kehidupan, kadang kita menghadapi banyak badai kehidupan yang tiba-tiba menyerang kita. Kadang keadaan bahaya,sakit dan tidak menyenangkan melanda kita. Selama masa-masa itu, memang sulit untuk merasakan Allah di dalam kehidupan kita. Mungkin pada masa-masa demikian, sebagaimana dengan muridmurid Tuhan Yesus, kita pun dapat meragukan perkataan Allah, “Apakah Engkau tidak peduli, entahkah kita binasa atau tidak?” atau “ Apakah Engkau tidak memahami apa yang terjadi pada diri kita?” 66 Empat Kitab Injil Sungguh Tuhan memahami dan peduli terhadap apa yang terjadi pada diri kita. Kita mengetahui bahwa Ia peduli dan memahami ketika Ia melindungi dan membebaskan kita dari dalam masa-masa kesesakan dan kehancuran. Ia memahami kebutuhan kita pada masa-masa kesukaran, sekaligus memberikan sukacita dan damai sejahtera-Nya, sehingga kita dapat mengatasi semua kesulitan hidup. Tuhan memberitahukan bahwa Ia memahami kesulitan kita, sehingga kita dapat memelihara hati yang penuh damai sejahtera melalui percaya di dalam kasih-Nya dan tinggal di dalam firman-Nya. Tuhan tidak hanya memberikan damai sejahtera secara jasmani atas berbagai kesulitan hidup yang ada, Ia pun mencukupkan makanan jasmani dan kebutuhan kita. Suatu hari, Tuhan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, yang baru kembali setelah berlayar sepanjang malam, kata-Nya, “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Mereka menjawab, “Tidak ada.” Kemudian, Tuhan menyuruh agar mereka menebarkan jala ke sebelah kanan perahu. Akhirnya, merekapun menangkap begitu banyak ikan, sehingga tidak mampu menarik jala itu ke atas. Ketika tiba di darat, mereka melihat bahwa Tuhan telah mempersiapkan sarapan bagi mereka (Yoh. 21:1-13). Tuhan Yesus tidak hanya peduli terhadap kerohanian kita, tetapi juga akan kebutuhan jasmani kita. Dari sini, Tuhan Yesus memahami bahwa murid-murid telah berusaha untuk menangkap ikan sepanjang malam dan mungkin mereka belum makan. Oleh karena itu, Ia menyediakan sarapan bagi mereka. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa kita tidak perlu menjadi cemas akan kebutuhan jasmani kita, karena hal-hal itu pun dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lainnya. Ia memberitahukan agar kita melihat burung-burung di udara dan bunga bakung di padang. Apakah Allah tidak memelihara mereka? Seberapa banyakkah Ia akan lebih memelihara bagi kita? B. Yesus Kristus mengetahui kebutuhan perasaan kita Selain dari kebutuhan jasmani, manusia pun memiliki kebutuhan perasaan. Matius 8:1-3 menyebutkan bagaimana seorang kusta datang kepada Yesus Kristus dan sujud menyembah di hadapan-Nya sambil menangis, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu, Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah dan mentahirkan orang itu dari penyakit kustanya. Orang-orang yang menderita penyakit kusta, mereka tidak boleh tersentuh oleh orang lain dan harus berseru-seru di tengah jalan untuk memperingati orang lain agar menjauhi diri mereka. Mereka harus hidup terasing di luar kota, terpisah dari orang-orang yang mereka kasihi. Selain ingin beroleh kesembuhan, mereka memiliki kebutuhan yang mendalam untuk dikasihi dan diterima. Tuhan memahami semuanya itu, sehingga Ia menjamah orang kusta itu. Bila kita pernah merasa kesepian, bahkan ditolak atau tidak dikasihi, kita tahu apa yang kita butuhkan. Bila kita yakin bahwa tidak seorangpun peduli terhadap diri kita, kita perlu ingatkan diri sendiri, seperti halnya dengan kejadian orang kusta ini, kita hanya perlu membuang segala kekuatiran dan datang kepada-Nya, karena Ia yang memahami dan yang peduli akan diri kita (1 Pet. 5:7). C. Yesus Kristus mengetahui kebutuhan rohani kita Akhirnya, terbukti kepedulian Allah kepada manusia dengan mengutus anakNya yang tunggal, Tuhan Yesus, ke dunia. Yesus Kristus datang untuk menghadapi semua akar persoalan dari kehidupan, yaitu dosa. Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai penebusan bagi dosa (Ibr. 2:17). Kasih-Nya yang terbesar bagi kita tidak Empat Kitab Injil 67 hanya ditunjukkan melalui penyembuhan sakit-penyakit kita, memberkati kita secara jasmani atau menolong kita ke luar dari keadaan sulit, tetapi melalui penebusanNya akan hukuman bagi dosa (Yes. 53:10; Ibr. 2:17; 2 Kor. 5:21). Tuhan melihat kebutuhan ini selagi manusia belum jatuh ke dalam dosa, Ia datang pada suatu waktu yang telah ditetapkan untuk mati bagi kita, sehingga kita memiliki harapan untuk beroleh hidup yang kekal. Menguji Pemahaman 1. Bagaimana Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya menjadi seorang manusia yang seutuhnya? 2. Mengapa penting bahwa Yesus Kristus datang sebagai seorang manusia? 3. Dalam pengalaman kalian, bagaimana Tuhan telah memuaskan kebutuhan jasmani, perasaan atau rohani kalian? Penerapan Kehidupan Saya Memahami Penderitaanmu Apakah sebabnya Tuhan Yesus hidup di dunia sesingkat yang Ia perbuat? Tidak dapatkah hidup-Nya lebih singkat lagi? Mengapa Ia tidak datang ke dunia dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mati bagi segala dosa kita dan kemudian meninggalkan dunia ini? Mengapa bukan satu tahun atau satu minggu tanpa dosa? Mengapa Ia harus menjalani sebuah kehidupan? Untuk menanggung dosa adalah suatu hal, tetapi untuk menanggung kelelahan, kelaparan dan penderitaan? Untuk membangun suatu jalan dan hari yang panjang? Mengapa Ia lakukan hal itu? Mengapa Ia bertahan terhadap semua perasaan ini? Karena Ia mengetahui bahwa kalian akan merasakan semua perasaan itu; akan merasakan letih, cemas dan marah; akan merasakan sepi, dilanda kesedihan dan lapar. Ia mengetahui bahwa kalian akan menghadapi penderitaan, bukan saja penderitaan jasmani, tetapi penderitaan jiwa. Dan Tuhan Yesus datang untuk mengalami semuanya itu untuk membiarkan kita mengetahui bahwa Ia memahami penderitaan kita. Kadang sebagian orang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dapat menyelesaikan segala sesuatunya. Sementara yang lainnya dengan angkuh meyakini bahwa mereka mampu menyelesaikan segala sesuatunya. Tetapi yang benar adalah, kehidupan manusia di dunia adalah singkat, kemampuan manusia terbatas dan manusia menderita banyak kelemahan. Pesan Tuhan Yesus saat datang ke dunia adalah percayalah kepada-Nya. Karena Yesus Kristus hidup sebagai seorang manusia, Ia sepenuhnya memahami pengalaman dan perjuangan hidup kita. Karena Yesus Kristus adalah Allah, Ia pun memiliki kuasa dan kewenangan untuk membebaskan kita dari dosa. Tuhan Yesus adalah Allah yang kekal, Pencipta 68 Empat Kitab Injil dan Penguasa atas segala sesuatunya. Ia adalah Allah yang Maha hadir, Maha kuasa dan Maha tahu. Kesaksian # 1: Haleluya, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, saya menyaksikan mengenai suatu pengalaman yang saya alami selama berdoa pada tanggal 26 Desember 1999 di gereja Toronto, Canada. Selama doa itu, saya memikirkan ayah saya yang berada di Taiwan, yang bekerja keras untuk mendukung keluarga yang berada di Canada ini. Terakhir kalinya, saya melihat ayah setahun yang lalu dan benar-benar merasakan rindu yang mendalam kepadanya. Sekalipun ayah itu seorang yang tegas, saya masih ingin dia datang kembali dan memeluk saya dan ingin memberitahukan bagaimana saya mengasihi dia. Memikirkan ayah begitu rupa, sehingga membuat saya ingin menangis. Beberapa menit setelah berdoa, tiba-tiba suatu sinar yang terang memancar dan menyelubungi mata, hingga mengelilingi seluruh diri saya. Saya melihat seorang yang berpakaian putih datang menghampiri saya. Lalu, ada lima atau enam orang yang berpakaian putih pula sedang mengikuti Dia. Kemudian, saya menyadari bahwa orang yang pertama yang saya lihat itu adalah Tuhan Yesus dan orang-orang yang mengikuti Dia adalah para malaikat. Tuhan menghampiri dan mengulurkan tangan kasih-Nya kepada saya. Saat itu, saya merasakan begitu sukacita, damai dan terhibur, pula merasakan aman dan terlindungi. Tuhan memeluk agar saya dapat merasakan kerinduan itu. Kemudian Tuhan berkata, “Saya adalah Ayahmu, Saya adalah Allahmu.” Tuhan Yesus memberitahukan agar saya tidak merasa kuatir. Ayah saya yang berada di Taiwan akan baik-baik saja dan Tuhan akan memelihara dia dan saya. Saya menengadah, karena begitu ingin melihat seperti apa rupa Tuhan itu. Tetapi saya tidak dapat melihat rupa-Nya, karena diterangi oleh sinar yang begitu terangnya, bahkan lebih terang daripada sinar matahari. Rupa dari para malaikat pun memancarkan terang seperti rupa Tuhan Yesus. Para malaikat membentuk sebuah lingkaran mengelilingi Tuhan dan saya, saling berpegangan tangan. Mereka menaikkan pujian dalam bahasa roh, memuji Tuhan. Sekalipun saya tidak memahami apa yang mereka sedang nyanyikan, suara mereka begitu harmonis dan merdu. Saya belum pernah mendengar pujian yang seindah itu di dalam hidup saya. Kemudian, saya melihat ke arah bawah, ke tempat saya sedang berlutut berdoa. Lantai itu telah berubah ke warna putih yang begitu bersihnya dan mulai menyebar secara perlahan dari titik di mana Tuhan Yesus dan saya berada, memancar ke segala arah hingga menutupi seluruh tempat itu. Gereja tampak lenyap dan saya merasakan bahwa diri saya tidak lagi berada di dunia – saya menyadari bahwa diri saya berada di surga! Inilah pertama kalinya, saya melihat gemerlapan dari kerajaan surga dengan mata saya sendiri. Tidak dapat digambarkan dengan kata-kata bagaimana indahnya pemandangan yang mengelilingi saya itu. Segala sesuatu begitu putih bersih, tetapi tidak tampak aneh. Lalu, saya mendengar bel doa berbunyi. Tuhan Yesus berdiri dan pergi, dengan para malaikat yang mengikuti Dia. Mereka semua menghilang ke dalam sebuah sinar terang di kejauhan. Penglihatan itupun berakhir, saya mulai merasakan hadirat dari saudarasaudari seiman lainnya yang berdoa di samping saya. Saya membuka mata dan menyadari bahwa saya merasakan sukacita yang luar biasa setelah dipeluk oleh Bapa surgawi dan memandang Dia dengan mata saya sendiri! Empat Kitab Injil 69 Inilah suatu pengalaman yang luar biasa yang saya tidak akan pernah lupakan. Sekarang, saya mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah saya, yang juga adalah Bapa surgawi yang paling saya kasihi dan yang paling berharga bagi saya. Ia akan memelihara, mengasihi saya dan senantiasa akan berada di samping saya. Saya merasa begitu berbahagia menjadi anak-Nya. (Bapaku yang di surga, Manna # 34, Januari-Maret 2001) Kesaksian # 2 Kejadian beberapa bulan yang lalu akan tetap teringat pada pikiran sebagaimana saya telah mengalami kasih dari saudara-saudari seiman dan anugerah serta kasih karunia dari Allah yang luar biasa. Sebagai bagian dari jadwal kuliah, saya harus menghabiskan waktu empat bulan lamanya di St. Petersburg, Rusia. Empat bulan itu tampaknya merupakan saat-saat yang paling panjang dan berat dari kehidupan saya. Saya bersukacita memiliki pengalaman itu, walaupun membencinya pada saat itu. Sebelum meninggalkan Rusia, saya mengetahui bahwa akan mengalami masa yang sulit, karena perbedaan bahasa dan budaya. Yang terpenting, ketidakhadiran saya pada gereja setempat merupakan ujian bagi iman saya. Pikiran ini membuat saya merasa takut – saya tidak mengetahui, entahkah dapat bertahan selama empat bulan tanpa dukungan rohani atau tidak. Tetapi syukurlah kepada Allah yang memastikan saya di dalam doa, sekaligus menegaskan bahwa Ia tidak akan meninggalkan diri saya seorang diri. Pandangan sekilas saya mengenai kepastian Allah adalah melalui seorang perempuan Rusia. Perempuan ini berada di Edinburgh (Skotlandia) untuk beberapa hari dan akan kembali ke London. Bagaimanapun, ia ketinggalan kereta yang terakhir yang menuju London. Tidak tahu apa yang ia harus perbuat dan tidaka tahu pula di mana ia harus tinggal, perempuan itu mengembara di jalan Edinburgh. Secara luar biasa, ia tiba di sebuah restoran dari jemaat gereja dan meminta bantuan dari padanya. Saudara ini adalah bibi saya, dan pada malam itu, keponakan saya mengantarkan perempuan Rusia ini ke rumah mereka. Mereka menghidangkan makanan dan meminjamkan sebuah kamar tidur, agar ia dapat beristirahat pada malam itu. Keesokan harinya sebelum perempuan itu meninggalkan London, ia bertukar alamat dengan keponakan saya. Perempuan itu memberitahukan bahwa saya seharusnya menghubunginya begitu ia tiba di St. Petersburg. Ketika merenungkan kembali kejadian ini, saya mengetahui bahwa ini semua merupakan pengaturan dari Allah. Mengapa perempuan ini dari St. Petersburg datang ke Edinburgh? Mengapa ia dapat ketinggalan kereta yang terakhir yang menuju London? Dan mengapa pula, perempuan itu justru memasuki sebuah restoran yang merupakan milik dari saudara gereja kita, padahal ada banyak restoran lain di sana? Saya sungguh tersentuh, karena menyadari bahwa Allah telah mengabulkan doa-doa saya. Ia memastikan kembali bahwa Ia akan menyertai untuk membimbing dan memimpin jalan saya. Ia tidak akan meninggalkan saya seorang diri. Saya banyak merasakan penghiburan dari kejadian ini. Kemudian, saya mengatur waktu untuk bertemu dengan perempuan itu di Rusia dan bersukacita atas keramahan hatinya. Kita telah menjadi sahabat dan berharap suatu hari kelak, ia pun dapat mengalami kasih Allah. Sungguh, Allah telah membukakan suatu jalan. Kejadian kedua yang saya dapat bagikan adalah mengenai pentingnya berdoa. Setelah beberapa lama di Rusia, saya merasakan kesepian dan tertekan. Cuaca di sana kurang mendukung; saya tidak dapat pergi ke manapun dengan 70 Empat Kitab Injil menggunakan bahasa setempat. Iman saya semakin merosot dan menganggap berdoa itu seperti tugas yang sangat berat untuk dilakukan. Pada banyak kejadian, saya tidak suka berdoa, sekalipun hati menginginkannya. Suatu kali, ketika keponakan menghubungi melalui telepon, saya memberitahukan mengenai betapa sulitnya bagi diri saya untuk berdoa dan betapa sepinya yang saya rasakan. Lalu, keponakan mengingatkan bahwa saya seharusnya senantiasa berdoa, jangan pedulikan betapapun lemahnya iman yang saya rasakan. Bila kita tidak mengambil langkah pertama untuk berdoa, bagaimana Allah akan menolong kita? Agar Ia menghampiri kita, kita harus mendekati-Nya terlebih dahulu. Setelah berhubungan melalui telepon, saya langsung berdoa untuk memohon pengampunan dan pertolongan dari Allah – saya tidak dapat melakukannya seorang diri. Dengan penuh keputusasaan, saya akhirnya membutuhkan Allah, satu-satunya yang dapat menolong saya. Kemudian, saya menyadari mengenai pentingnya berdoa. Bila tidak berdoa, saya akan kehilangan semua hubungan dengan Allah dan akan berakibat pada kematian kehidupan rohani saya. Saya tidak ingin hal ini terjadi. Saya tidak dapat membiarkannya. Tidak, setelah semua yang Allah telah perbuat bagi saya. Saya berhutang banyak kepada-Nya. Kejadian lain yang membantu dalam pergumulan iman adalah sebuah kartu yang saya terima dari seorang saudari. Saudari ini sempat mengetahui perihal ketidakbahagiaan dan kesepian diri saya, sehingga menuliskan, “Ia hanya ingin memberikan penghiburan kepada kamu dan membiarkan kamu mengetahui bahwa banyak orang yang peduli dan berdoa bagi kamu.” Setelah membaca tulisan ini, air matapun berlinang di dalam mata saya. Saya begitu terharu, sekaligus begitu malu. Saudara-saudari seiman di luar sana sedang mendoakan saya, tetapi saya bahkan tidak beroleh kekuatan untuk berdoa. Tulisan itu begitu menghibur bahwa ternyata para jemaat masih mengingat diri saya. Mereka telah meninggalkan suatu kesan yang tidak terhapuskan di dalam hati, sehingga saya dapat memahami mengenai pentingnya doa syafaat itu. (Allah akan Membuka Jalan, Manna # 30) Pertanyaan Diskusi: 1. Dari dua kesaksian ini, bagaimana manusia menghadapi persoalan hidup mereka? Bagaimana kalian menghadapi persoalan hidup kalian? Apakah kalian menyerahkan semua sukacita dan penderitaan kepada-Nya? Apakah kalian memohon pertolongan dari pada-Nya pada saat-saat sulit? Ataukah kalian melarikan diri dari persoalan dan menggunakan cara-cara sendiri untuk menyelesaikannya? 2. Bagaimana Tuhan menjawab doa-doa mereka? Renungkan ketika Tuhan membuka suatu jalan bagi kalian. 3. Apakah yang manusia pelajari dari pengalaman hidup mereka? Apakah yang kalian pelajari dari pengalaman hidup kalian? 4. Bagaimana mengetahui bahwa Tuhan pernah datang sebagai seorang manusia yang menolong kalian untuk memiliki suatu hubungan khusus dengan-Nya? 5. Tuhan Yesus merupakan perwujudan Allah yang sempurna, yang dapat melihat, mengetahui dan mengendalikan segala sesuatu. Bagaimana sikap dan gaya hidup kita akan berubah, bila sungguh-sungguh percaya dan memahami bahwa Yesus dapat mengetahui apa yang kita rasakan? Empat Kitab Injil 71 6. Pernahkah kalian merasa seolah-olah Tuhan Yesus tidak memahami diri atau keadaan kalian? Jelaskan mengenai hal ini. Renungan dan Doa 1. Bila kalian belum siap untuk memelihara jadwal doa, cobalah berdoa selama satu bulan. Ambillah suatu buku catatan, tuliskan mengenai kapan dan untuk hal apa kalian berdoa. Tuliskan pula kapan dan bagaimana Allah menjawab doa kalian itu. 2. Lihatlah pada minggu ini, cara-cara apa sajakah yang kalian dapat sampaikan perihal belas kasihan Allah kepada orang lain. Biarlah teman-teman melihat bahwa kalian memahami dan menghargai berbagai persoalan hidup mereka. Biarlah keluarga mengetahui bahwa kalian berusaha melakukan yang terbaik untuk memahami berbagai tantangan kehidupan mereka. Lakukan sesuatu yang luar biasa. Ambillah suatu tindakan di luar daerah kenyamanan kalian. 72 Empat Kitab Injil pelajaran Injil Lukas 8 Yesus Kristus – Anak Domba Allah Bacaan Kitab Mat. 27; Mrk. 15; Luk. 23; Yoh. 19; Mat. 28:1-20; Mrk. 16:1-20; Luk. 24:1-53; Yoh. 20-21 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid memahami bahwa Anak Manusia datang untuk mati di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia 2. Memampukan murid-murid menyatakan bagaimana membalas kasih Tuhan dengan menjalani hidup mereka bagi-Nya Ayat Alkitab “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk. 19:10) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Lukas 9-16 Latar Belakang Alkitab Salah satu alat penghukuman paling kejam yang dipergunakan oleh bangsa Yunani dan Romawi adalah penyaliban. Hukuman ini diberlakukan untuk menghukum para korban dan penjahat yang bukan penduduk Roma, sekaligus merupakan suatu hukuman terburuk bagi para penjahat dan teroris. Sebelum penyaliban, para terhukum dicambuk terlebih dahulu, sehingga akan mati kehabisan darah. Para terhukum memikul balok salibnya sendiri atau bagian dari balok salib itu ke tempat penghukuman, yang terletak di luar kota Yerusalem. Begitu tiba di sana, para terhukum akan ditelanjangi, dibaringkan di atas balok salib, dipakukan pada pergelangan tangan dan pergelangan kakinya dan kemudian balok salib itu ditegakkan. Suatu kematian yang perlahan dan begitu menyakitkan. Orang yang tersalib akan mengalami kelelahan jasmani dan sesak nafas yang disebabkan kekurangan oksigen. Biasanya penghukuman ini akan berlangsung beberapa hari lamanya. Selagi tergantung, orang yang tersalib dapat menggunakan kaki untuk mengangkat tubuhnya, agar dapat memperoleh lebih banyak oksigen yang masuk ke dalam jantungnya. Untuk mempercepat proses kematian, kadang kaki orang yang Empat Kitab Injil 73 tersalib itu dipatahkan. Dalam kebanyakan perkara, tubuh dari orang yang salib akan menjadi busuk, karena terkena pancaran sinar matahari dan air hujan atau menjadi makanan bagi burung-burung dan binatang buas lainnya. Saat di kayu salib, Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya bagi kita untuk melengkapi rencana keselamatan. Oleh sebab itu, salib, yang biasanya merupakan lambang dari kutukan dan kengerian, telah menjadi suatu lambang yang paling indah bagi umat Kristen. Bagi orang-orang Yahudi, salib merupakan suatu batu sandungan. Bagi orang-orang kafir, salib merupakan suatu kebodohan, tetapi bagi umat Kristen, salib merupakan lambang dari kemenangan, kasih, keselamatan, damai sejahtera dan sukacita. Hanas dan Kayafas, keduanya merupakan Imam Besar dari kalangan orang Yahudi. Hanas menjadi Imam Besar dari tahun 6-15 Masehi; ia dipecat oleh pemerintahan Romawi. Kayafas, mertua dari Anas, diangkat menjadi Imam Besar dari tahun 18-36/37 Masehi. Berdasarkan hukum orang-orang Yahudi, jabatan Imam Besar dipegang seumur hidup. Tetapi penduduk Roma tidak menyukai pemusatan kekuasaan di bawah kendali satu orang, sehingga mereka sering kali menggantikan posisi itu dengan orang lain. Bagaimanapun, banyak orang Yahudi masih mengharapkan Hanas menjadi Imam Besar dan masih memanggilnya dengan jabatan itu. Sekalipun Hanas berpengaruh besar di antara orang-orang Yahudi, tetapi Kayafaslah yang membuat keputusan akhir. Pontius Pilatus adalah gubernur Romawi atas Yudea (daerah di mana kota Yerusalem terletak) dari tahun 26-36 Masehi. Pilatus kurang begitu terkenal di kalangan orang Yahudi, karena telah mengambil uang dari perbendaharaan Bait Allah untuk membangun saluran air. Pilatus tinggal di Kaesarea, tetapi datang ke Yerusalem selama hari-hari perayaan utama orang-orang Yahudi untuk menjalankan perintah dan mencegah terjadinya huru-hara atau pemberontakan yang mungkin terjadi. Pemanasan Apakah itu kasih? Bagikan sebuah tindakan kasih yang telah menyentuh hati sebagian besar dari kalian. Saat Yesus Kristus disalibkan merupakan cerita kasih yang terbesar. Bukan seperti cerita cinta klasik yang membicarakan perihal cinta di antara dua kekasih atau orangtua dan anak, tetapi ini adalah cerita bagaimana Sang Pencipta rela mati bagi para ciptaan-Nya, yaitu umat manusia. “Akan tetapi, Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8). Dari para raja hingga para budak, dari yang terpelajar hingga yang tidak terpelajar, dari yang tua hingga yang muda, dari yang modern hingga yang primitif, cerita kasih sejati ini telah diberitakan dan kembali diberitakan serta masih diberitakan pada hari ini. 74 Empat Kitab Injil Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Anak Manusia A. Pengadilan Tuhan Yesus Tuhan Yesus pernah bertanya kepada Petrus, “Siapakah Anak Manusia itu?” Sebutan ‘Anak Manusia’ ini ditemukan di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru, sebutan ini dipergunakan 94 kali dan dengan lima pengecualian, selalu oleh Kristus sendiri. Pada satu sisi, sebutan ‘Anak Manusia’ mengacu pada kemuliaan dan keagungan Kristus yang akan datang dan menghakimi seluruh dunia. Sebutan ini mengacu pula pada status kemuliaan Yesus Kristus. Daniel 7:13 menubuatkan bagaimana Anak Manusia akan mendirikan sebuah kerajaan yang tidak akan musnah. Bagaimanapun, sebutan ‘Anak Manusia’ memiliki makna yang lainnya. Selain bermakna kekuasaan, juga mengacu pada kemanusiaan Kristus yang sepenuhnya dan amanat penebusan-Nya. Sebutan ini secara tidak langsung menyatakan perbudakan dan penderitaan. Markus. 10:45 mencatatkan, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Tuhan tidak hanya datang sebagai Kristus yang diagungkan, tetapi melayani, menderita, mati dan bangkit (Mat. 16:21-23; 17:22; 20:17). 1. Di hadapan kekuasaan orang-orang Yahudi a. Di hadapan Hanas (Yoh. 18:13-23) Pada malam itu, pasukan prajurit dan para perwira dari Imam Besar dan orang-orang Farisi datang untuk menangkap Tuhan Yesus. Kali ini, para pemimpin agama berhasil untuk menangkap-Nya. Sasaran mereka adalah untuk membunuh Tuhan Yesus – menetapkan kesalahan dan kebenaranNya secara formalitas semata. Pada mulanya, Tuhan dibawa ke rumah Hanas, seorang Imam Besar, yang menginterogasi-Nya pada malam itu. Berdasarkan hukum Taurat, pengadilan tidak seharusnya diadakan pada malam hari. Tuhan Yesus diadili secara rahasia dan tidak sah, karena para pemimpin agama menghendaki menghukum-Nya sebelum hari Sabat dimulai, sehingga mereka dapat melangsungkan hari raya Paskah. b. Di hadapan Kayafas (Mat. 26:57-68; Mrk. 14:53-65; Luk. 22:54,63-65; Yoh. 18:24) Lalu, Yesus Kristus dibawa ke hadapan Kayafas, seorang Imam Besar (Mat. 26:57-58). Di sini, mereka ingin mengetahui satu hal: Siapakah Yesus itu? Mereka ingin Tuhan sendiri memberitahukan mereka bahwa Ia adalah Kristus. Para pemimpin agama membawa beberapa orang yang menyaksikan Tuhan mengatakan akan merubuhkan Bait Suci dan membangunnya kembali dalam tiga hari. Tuhan Yesus memberitahukan mereka, “Mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Maha kuasa.” Dengan mengatakan demikian, Tuhan Yesus mengaku bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah. Maka sidang tidak memerlukan kesaksian lagi. Tuhan telah mengaku diri-Nya adalah Mesias. Empat Kitab Injil 75 Tuduhan mereka terhadap Tuhan Yesus adalah menghujat – menyatakan diri-Nya sama dengan Allah. Penghukuman yang berlaku atas kesalahan ini adalah hukuman mati. Para pemimpin orang Yahudi telah memiliki bukti yang mereka perlukan. Menurut hukum orang-orang Yahudi, seseorang yang melakukan penghujatan akan dilempari dengan batu (Im. 24:16). c. Di hadapan Mahkamah Agama (Mat. 27:1; Mrk. 15:1; Luk. 22:66-71) Mahkamah Agama adalah suatu dewan yang terdiri dari para ahli Taurat dan tua-tua orang Yahudi. Dewan ini hanya dapat menjatuhi hukuman mati bagi Tuhan Yesus, tetapi tidak dapat melaksanakan hukuman mati-Nya yang berada di bawah hukum Romawi. Kekaisaran Romawilah yang harus menghukum mati Tuhan Yesus. Jadi, Tuhan Yesus dibawa ke sidang di hadapan pemimpin Romawi setempat – Pontius Pilatus. 2. Di hadapan kekuasaan Kekaisaran Romawi a. Di hadapan Pontius Pilatus (Mat. 27:2,11-14; Mrk. 15:1-5; Luk. 23:1-6; Yoh. 18:28-38) Para pemimpin agama telah menjatuhkan hukuman mati bagi Tuhan Yesus, tetapi hanya pemerintahan Romawi yang dapat menyetujui hukuman mati itu. Oleh karena itu, mereka membawa Tuhan Yesus ke hadapan Pilatus, gubernur Romawi atas daerah Yudea, pada saat itu. Pilatus tidak ingin terlibat dalam perkara ini, tetapi orang-orang Yahudi beranggapan bahwa Tuhan Yesus menentang Kaisar. Mereka berkata, “Kita telah dapati orang ini menyesatkan bangsa kami dan melarang membayar pajak kepada Kaisar dan tentang diri-Nya Ia mengatakan bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.” Berdasarkan hukum Romawi, macam kejahatan seperti pengkhianatan dan pemberontakan terhadap pemerintahan Roma dan Kaisar adalah layak untuk beroleh hukuman mati. Pilatus berpendapat bahwa Tuhan tidak bersalah, tetapi ia takut untuk melukai perasaan dari orang-orang Yahudi. Ia takut kepada para pemimpin agama yang akan melaporkan keputusannya kepada Kaisar untuk mendukung raja lain, selain daripada Kaisar dan tidak segera mengatasi suatu pemberontakan. b. Di hadapan Herodes Antipas (Luk. 23:7-12) Karena Tuhan Yesus berasal dari wilayh Galilea, Pilatus mengirm-Nya kepada Herodes Antipas, penguasa Galilea yang berada di Yerusalem selama hari raya Paskah. Pilatus telah menyerahkan Tuhan kepada Herodes seperti sebuah cara melepaskan dilema penghakiman Tuhan. Bagaimanapun, Herodes akhirnya tidak berbuat apa-apa dengan-Nya dan mengirim-Nya kembali kepada Pilatus. c. Di hadapan Pilatus kembali (Mat. 27:15-26; Mrk. 16:6-15; Luk. 23:13-25; Yoh. 18:39-19:16) Pilatus tidak menyukai para pemimpin agama. Ia tidak tertarik dalam penghukuman Tuhan Yesus, karena mengetahui bahwa Dia tidak bersalah. Bagaimanapun, Pilatus mengetahui pemberontakan yang lain di dalam wilayah kekuasaannya yang dapat mengorbankan pekerjaannya. Pada mulanya, Pilatus berusaha untuk mencambuk Yesus, lalu melepaskanNya, suatu tindakan ilegal. Bagaimanapun, orang-orang Yahudi bersikeras, sehingga ketika kerumunan orang tampak telah tidak terkendali 76 Empat Kitab Injil lagi, ia memerintahkan prajuritnya untuk menimbulkan penghukuman sebelumnya untuk menghukum Tuhan Yesus. Sekali lagi, Pilatus berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi atas ketidakbersalahan Tuhan. Akhirnya, saat orang-orang Yahudi berseru, “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar” (Yoh. 19:12), Pilatuspun menyerahkan Tuhan Yesus untuk disalibkan. Bagi Pilatus, daya tarik dan keberhasilan di bidang politik lebih penting daripada rasa adilnya dalam memutuskan suatu perkara. Dan akhirnya, Pilatus berbagai dalam kejahatan terbesar yang pernah dilakukan. B. Penderitaan dan Penyaliban Tuhan Yesus Tuhan Yesus dicambuk dan kemudian diserahkan untuk disalibkan (Mat. 27:26-31). Ia harus memikul salib yang berat pada jalan yang menuju Golgota. Kekuatan-Nya merosot, Ia tersandung di jalan dan para prajurit memaksa Simon, seorang dari Kirene, untuk memikul salib Tuhan Yesus. Setibanya di Golgota, sebelah barat daya dari Yerusalem, dikenal sebagai tempat tengkorak, mereka menyalibkan Tuhan pada balok salib. Mereka meletakkanNya di antara dua penjahat, seorang di sebelah kiri-Nya dan seorang lagi di sebelah kanan-Nya. Sekalipun merupakan penderitaan yang terberat di atas balok salib, Tuhan Yesus tidak melupakan ibu-Nya dan mempercayakan sang ibu kepada murid yang dikasihi-Nya. Melalui semua penderitaan ini, Tuhan masih mendoakan bagi semua orang yang telah menyalibkan diri-Nya (Luk. 23:33-35). Tuhan Yesus menahan rasa malu dan rasa sakit penyaliban, hinaan dari orang banyak dan olokolokkan dari para prajurit, karena Ia menyadari bahwa untuk tujuan inilah Ia datang ke dunia. Orang-orang Yahudi dan Romawi tidak mengambil nyawa dari pada-Nya; Ia memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri (Yoh. 10:17-18). Pada tengah hari hingga pukul tiga, seluruh bumi menjadi kelam dan terguncang. Saat itulah jiwa Tuhan Yesus pergi ke neraka (Ibr. 2:9; Kis. 2:27). Jiwa-Nya begitu menderita. Kegelapan meliputi jasmani dan rohani Tuhan. Tabir yang memisahkan ruang maha kudus dari ruang kudus terbelah dua, dari atas hingga bawah. Kemudian dengan suara yang nyaring, Ia berseru, “Bapa, ke dalam tangan-Mulah Kuserahkan nyawaKu” dan setelah itu, Tuhan menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah (Yoh. 19:30; Luk. 23:46). Anak Domba Allah yang menanggung dosadosa umat manusia telah memberikan diri-Nya sebagai pengganti orang-orang berdosa. Dengan matinya Tuhan, bumi menjadi gelap, gempa bumi, bukit-bukit batu terbelah, bahkan orang-orang matipun bangkit dari kubur. Kepala pasukan dan prajurit lain yang menjaga Yesus menjadi sangat takut, ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah” (Mat. 27:45-54). Sepertinya kepala pasukan ini telah sering menyelesaikan beberapa penghukuman, tetapi belum pernah seperti kali ini terjadi. Sungguh, Tuhan Yesus tidak seperti orang-orang biasa lainnya. Biasanya, yang tergantung dibiarkan mati pada balok salib, tetapi karena menjelang hari Sabat dan hari raya Paskah pada keesokan harinya, maka kakikaki dari para penjahat dipatahkan untuk mempercepat proses kematiannya dan mayat mereka diturunkan. Begitu melihat Tuhan telah meninggal, kepala pasukan mengambil sebatang tombak dan menikam lambung Yesus, sehingga mengeluarkan darah dan air. Kemudian, Yusuf dari Arimatea meminta agar mayat Tuhan dikuburkan di dalam kuburannya sendiri. Empat Kitab Injil 77 Dalam sejarah umat manusia, mujizat terbesar adalah Tuhan Yesus sanggup bangkit dari kematian setelah tiga hari, sebagaimana Ia dan para nabi dari Perjanjian Lama telah nubuatan (Mzm. 16:10; Kis. 2:31; Mat. 16:21; 17:23; 20:19; 26:32). Bila Yesus Kristus seperti manusia pada umumnya yang mati dan tidak dapat bangkit lagi, tubuh-Nya masih berada di dalam kubur dan keselamatan Allah akan sia-sia. Tetapi Ia adalah Allah, Yang Empunya kehidupan dan Ia menaklukkan kematian dan dosa sekali dan untuk selama-lamanya. Bagian # 2 – Apakah Makna dari Kematian Tuhan Yesus? A. Pengampunan Dosa Pernahkah kalian berhutang? Bayangkan hutang kalian menjadi begitu besar, tidak peduli betapa sulit kalian melunasinya, tentu bersama dengan bunga hutangnya. Tidak peduli apapun yang kalian perbuat, hutang tetap ada. Sebelum mengenal Tuhan, kita seperti orang-orang yang memiliki banyak hutang yang tidak dapat terlunaskan. Hutang ini menunjukkan segala dosa kita. Karena segala dosa itulah, kita terhalangi sama sekali dari Allah. Dosa menjadi sebuah penghalang yang abadi di antara Allah dan kita. Dalam usaha menghadapi persoalan dosa, manusia di dalam masa Perjanjian Lama membawa binatang seperti domba, kambing atau lembu untuk mendamaikan bagi dosa (Im. 4). Binatang korban ini menjadi suatu pengganti bagi seseorang. Darah binatang dicurahkan, sehingga satu kehidupan mungkin dipersembahkan kepada yang lain. Tetapi manusia berdosa terus-menerus, sebanyak apapun binatang dikorbankan. Dalam Perjanjian Baru, sebaliknya anak domba yang tidak bercela, Yesus Kristus datang sebagai Anak Domba Allah untuk mengorbankan nyawa-Nya dan mengampuni dosa untuk satu kali dan bagi semua orang. Akhirnya, Ia berkorban bagi dosa. Tuhan Yesus tidak berdosa, tetapi untuk menebus kita dari dosa dan kematian, Ia menjadi jemu terhadap segala dosa umat manusia dan membayar penuh hukuman bagi dosa. Nyawa dan darah-Nya dikorbankan bagi kita, sehingga melalui kematian-Nya kita menjadi hidup. Saat seorang prajurit menikam lambung Yesus Kristus, mengalirlah darah dan air. Hari ini, barangsiapa yang datang kepada-Nya dengan iman, maka segala dosa mereka akan dihapuskan oleh darah-Nya melalui baptisan air (Ef. 1:7; Ibr. 9:13-14,28; 10:10; Rm. 5:8; 8:3; 1 Kor. 15:3). B. Perdamaian dengan Allah (Rm. 5:10; Ef. 2:13) Sebelum Kristus memanggil, kita adalah orang-orang yang terpisah dari Kristus. Kita diasingkan dari umat Israel, orang asing terhadap perjanjian kekal, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dunia (Ef. 2:12-22). Karena dosa, kita bukan lagi milik Allah, tetapi milik setan dan dunia yang gelap ini. Akhir hidup kita akan begitu menyedihkan. Tetapi, syukurlah kepada Allah, Tuhan membuka jalan yang baru dan jalan kehidupan bagi kita melalui kematian-Nya. Melalui cara baptisan yang benar, kita disucikan dan dibenarkan di dalam pandangan Allah. Selanjutnya, kita dapat datang ke hadirat Tuhan tanpa rasa takut. Kita tidak lagi terhalang dari Allah oleh sebab dosa. Kita menjadi berdamai dengan Allah dan status kita sebagai anak Allah dipulihkan kembali (Ibr. 10:19-22; 2:14-15; 1 Kor. 15:21-22). 78 Empat Kitab Injil C. Kemenangan atas Kuasa Dosa dan Kematian Tidak ada yang lebih menakutkan daripada menghadapi suatu hukuman. Karena kejahatannya, seorang penjahat merasa takut mengetahui sebagian dari suatu hari, hari kematian yang tidak dapat terelakkan olehnya. Sebelum mengenal Tuhan, takdir kita seperti seorang penjahat yang menantikan hukuman mati. Saat bernafas untuk terakhir kalinya, kita mungkin akan menghadapi penderitaan kekal di neraka atas dosa-dosa kita. Kitab Roma memberitahukan bahwa upah dosa ialah maut (Rm. 6:23). Sebelum mengenal Allah, kita dibelenggu oleh dosa dan setan. Lalu, Yesus datang menghadapi persoalan dosa yang memimpin kepada maut. Tuhan Yesus datang untuk menderita dan mati bagi kita. Tetapi, Tuhan tidak tertahan oleh kematian, karena Ia tidak berdosa sepenuhnya. Kuasa dosa tidak bekerja terhadap diri-Nya. Dalam cara yang sama, karena kematian-Nya, kita pun dapat dibebaskan dari belenggu dosa dan kuasa maut. Melalui baptisan air dan pembaruan Roh Kudus, dosa tidak lagi menguasai kita. Sekalipun mati pada akhirnya, tetapi kita akan bangkit kembali bersama dengan Tuhan. Untuk inilah, kita memuji dengan suara yang nyaring, “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Kor. 15:54-56). Menguji Pemahaman 1. Buatlah daftar alasan mengapa orang-orang Yahudi menginginkan Tuhan Yesus dihukum mati? 2. Buatlah daftar argumen antara orang-orang Yahudi dan Pilatus. 3. Mengapa Tuhan harus datang sebagai seorang manusia yang mati di kayu salib? 4. Tuhan meninggalkan takhta surgawinya untuk datang menderita bagi kita. Hal apa sajakah yang kita telah serahkan orang lain? 5. Yesus Kristus bertekad untuk mati bagi kita, sekalipun penderitaanlah yang Ia akan jumpai. Tekad apakah yang kita buat bagi Allah? Empat Kitab Injil 79 Penerapan Kehidupan Seberapa Besarkah Kamu Mengasihi Saya? Suatu hari, saya bangun pada pagi hari untuk menyaksikan matahari terbit. Oh, betapa indahnya ciptaan Allah itu, sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Selagi menyaksikannya, saya memuji Allah karena karya-Nya yang begitu indah. Selagi duduk di sana, Tuhan menyatakan hadirat-Nya kepada saya. Ia bertanya kepada saya, “Apakah kamu mengasihi Aku? Saya menjawab, “Tentu saja! Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat saya!” Lalu, Ia bertanya, “Andaikata kamu cacat secara jasmani, apakah kamu masih akan mengasihi Aku? Saya tercengang sambil menatap ke arah kedua lengan dan kaki serta bagian tubuh saya lainnya, sekaligus terheran-heran akan seberapa banyakkah hal-hal yang saya belum dapat sadari dan lakukan. Dan saya menjawab, “Ini menjadi sulit, Tuhan, tetapi saya masih akan mengasihi-Mu.” Tuhan berkata, “Andaikata kamu buta, apakah kamu masih mengasihi ciptaanKu?” Bagaimana saya mengasihi sesuatu tanpa dapat melihatnya? Saya terkejut. Kemudian, saya memikirkan mengenai semua orang buta yang berada di dunia dan seberapa banyakkah dari antara mereka yang masih mengasihi Allah dan ciptaanNya? Jadi, saya menjawab, “Ini sulit untuk dipikirkan, tetapi saya masih akan mengasihi-Mu.” Selanjutnya, Tuhan bertanya kepada saya, “Andaikata kamu tuli, apakah kamu masih akan mendengarkan firman-Ku? Sekali lagi, saya menanyai diri sendiri, bagaimana saya dapat mendengarkan apapun andaikata saya tuli. Lalu, saya memahami. Mendengarkan firman Allah bukan menggunakan telinga semata-mata, tetapi dengan hati kita. Saya menjawab, “Akan menjadi tegar, tetapi saya masih akan mendengarkan firman-Mu.” Tuhan bertanya lagi, “Andaikata kamu bisu, apakah kamu masih akan memuji nama-Ku?” Bagaimana saya dapat memuji tanpa suara? Ini terjadi pada diri saya, Allah menginginkan saya untuk bernyanyi dari hati dan jiwa. Jangan pernah permasalahkan seperti apa suara kita itu. Memuji Allah tidak selalu dengan sebuah lagu, tetapi dapat pula terjadi ketika kita difitnah. Kita memberikan Allah pujian dengan kata-kata syukur. Jadi, saya menjawab, “Sekalipun saya secara jasmani tidak dapat bernyanyi, tetapi saya masih akan memuji nama-Mu.” Dan lebih jauh lagi, Tuhan bertanya, “Apakah kamu benar-benar mengasihi Aku?” Dengan berani dan keyakinan yang teguh, saya menjawab, “Ya Tuhan! Saya mengasihi-Mu, karena Engkau adalah satu-satunya Allah yang benar.” Saya mengira telah menjawab dengan sempurna, tetapi Allah kemudian bertanya, “Mengapa kamu berbuat dosa?” Saya menjawab, “Karena saya seorang manusia. Saya tidak sempurna.” “Kemudian, mengapa pada masa-masa damai kamu justru menyimpang jauh sekali? Mengapa kamu berdoa selagi banyak masalah?” Tidak ada jawaban. Hanya air mata menitik. 80 Empat Kitab Injil Tuhan melanjutkan, “Mengapa hanya memuji pada saat persekutuan dan retreat? Mengapa mencari Aku hanya pada saat-saat persekutuan? Mengapa memohon hal-hal yang begitu mementingkan diri sendiri?” Air matapun menitik kembali di pipi. “Mengapa kamu malu terhadap Aku? Mengapa kamu tidak memberitakan Injil? Pada saat-saat penganiayaan, apakah kamu menangis bagi orang lain ketika memberikan bahu untuk orang lain yang menangis? Mengapa membuat alasan ketika Aku memberikan kesempatan kepada kamu untuk melayani di rumah tanggaKu?” Saya berusaha untuk menjawab, tetapi tidak ada jawaban untuk diberikan. “Kamu diberkati dengan kehidupan. Aku menjadikan kamu bukan untuk membuang bakat ini. Aku telah memberkati kamu dengan talenta untuk melayani Aku, tetapi kamu justru menyia-nyiakannya. Aku telah menjangkau kamu dengan firman-Ku, tetapi kamu tidak beroleh pengetahuan. Aku telah berbicara kepada kamu, tetapi telingamu tidak mendengarkan. Aku telah menunjukkan berkat-berkatKu kepada kamu, tetapi mata kamu berpaling. Aku telah mendengarkan semua doa kamu dan telah menjawabnya. Apakah kamu benar-benar mengasihi Aku? Saya tidak dapat menjawab. Bagaimana saya dapat menjawabnya? Saya merasa terlalu malu. Saya tidak memiliki alasan apapun. Apakah yang saya dapat katakan mengenai hal ini? Ketika air mata mengalir, saya berkata, “Kiranya ampuni diri saya, Tuhan. Saya tidak layak menjadi anak-Mu.” Tuhan menjawab, “Itulah anugerah-Ku, anak-Ku.” Saya menjawab, “Mengapa Engkau mengampuni saya? Mengapa Engkau mengasihi saya pula?” Tuhan menjawab, “Karena kamu adalah ciptaan-ku. Kamu adalah anakKu. Aku tidak akan pernah mengabaikan kamu. Ketika kamu menangis, Aku akan menunjukkan belas kasihan dan menangis pula bersama dengan kamu. Ketika kamu tertawa sukacita, Aku akan tertawa pula bersama dengan kamu. Ketika kamu sedang sedih, Aku akan memotivasi kamu. Ketika kamu sedang lemah, Aku akan menguatkan kamu. Ketika kamu sedang lelah, Aku akan mengendong kamu. Aku akan menyertai hingga akhir hidup kamu dan Aku akan mengasihi kamu selamanya.” Belum pernah saya menangis sesedih ini sebelumnya. Bagaimana saya dapat begitu berubah? Bagaimana dapat menyakiti hati Allah seperti yang saya telah perbuat? Saya bertanya kepada Allah, “Seberapa besarkah Engkau mengasihi saya?” Dan Tuhan mengulurkan tangan-Nya, yang bekas dipaku di kayu salib. Saya berlutut pada kaki Kristus, Juruselamat saya dan untuk pertama kalinya, saya benarbenar berdoa. Pertanyaan Diskusi: 1. Apakah pesan-pesan yang cerita ini sampaikan? (Apakah yang kita telah perbuat untuk membalas kasih Allah? Kita mengatakan bahwa diri kita mengasihi Allah, tetapi bagaimana hidup kita mencerminkannya? Apakah masih akan mengasihi Allah, bila memiliki tubuh yang cacat dan bila Ia mengambil semua cinta kasih dan harta kita? Sekalipun kita tidak layak dan lemah, tetapi kasih Allah tetap tidak akan berubah.) 2. Apakah yang pengarang cerita kaitkan dengan diri kita? 3. Pernahkah kita benar-benar mengalami kasih Kristus yang mendalam? Gambarkan seperti apakah saat atau pengalaman itu. Empat Kitab Injil 81 4. Apakah makna dari kematian Tuhan Yesus di dalam hidup kita? (Melalui kematian Tuhan Yesus, segala dosa kita diampuni melalui baptisan air. Kita diperdamaikan dengan Allah dan beroleh kemenangan atas dosa dan maut.) 5. Tuhan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, apakah yang kita dapat tinggalkan di kayu salib bagi Tuhan? 6. Bagaimana kita dapat membantu orang lain memahami dan merasakan betapa dalamnya kasih Allah itu? (Melalui dipenuhi oleh Roh Kudus – Rm. 5:4; melalui pengakuan dosa, kelemahan dan ketidaklayakan diri kita – 1 Tim. 1:15; Rm. 5:20; melalui mengenal dan memahami kasih Allah – Ef. 3:16-19.) 7. Saat Tuhan mati, tabir Bait Allah terbelah dua ‘dari atas hingga ke bawah’. Apakah makna dari ungkapan ini? (Di dalam masa Perjanjian Lama, ketika manusia berbuat dosa, mereka harus mempersembahkan binatang-binatang kepada para imam untuk dijadikan korban pendamaian bagi dosa-dosa mereka. Setiap tahun, imam besar akan masuk melalui tabir itu, ke dalam Ruang Maha Kudus, sehingga ia dapat mempersembahkan korban-korban pendamaian bagi umat. Tidak ada yang boleh masuk atau menghadap Allah untuk mempersembahkan korban, kecuali imam besar. Tetapi melalui kematian Tuhan Yesus, tabir yang memisahkan kita dari Allah dan yang mencegah kita dari menghadap Allah terbelah menjadi dua bagian. Melalui nyawa-Nya, suatu jalan yang baru dan yang hidup kepada Allah terbuka bagi kita (Ibr. 10:20). Tidak ada lagi yang menghalangi kita dari Allah karena dosa. Kita dapat menghadap Tuhan, tanpa rasa takut. Dan melalui cara baptisan air yang benar, kita diperdamaikan dengan Allah dan status kita sebagai anak Allah dipulihkan.) 8. Terimalah seberapa besarnya Allah telah mengampuni kita melalui kematianNya di kayu salib, tuliskan setiap dosa yang kalian telah perbuat pada minggu yang lalu. Cobalah untuk tidak tinggalkan sama sekali – perkataan yang kasar, perilaku yang tidak peduli, tindakan yang mementingkan diri sendiri. Setelah itu, mohonlah agar Allah mengampuni segala dosa kita dan bersyukurlah atas segala kasih dan pengampunan-Nya. 9. Bahkan bila kita adalah seorang penyair puisi, cobalah tuliskan beberapa baris puisi untuk menggambarkan perasaan kalian mengenai kematian Kristus. Tekankan hal apakah yang terpenting bagi kalian? Renungan dan Doa “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan” (Ef. 3:16-19). 82 Empat Kitab Injil pelajaran Injil Lukas Yesus Kristus – Juruselamat Umat Manusia 9 Bacaan Kitab Luk. 2:1-14; 8:1-3; 10:29-37; 16:19-31; 19:1-10; 24:44-48; Gal. 3:23-4:7 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid mengetahui bahwa Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan semua umat manusia 2. Memampukan murid-murid memahami pentingnya pemberitaan Injil kepada orang lain di dunia ini Ayat Alkitab “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Gal. 3:26-28) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Lukas 17-24 Latar Belakang Alkitab Kiranya menunjuk kepada bagian Latar Belakang Alkitab dalam pelajaran 7 dan 8 sebagai tambahan informasi pada Injil Lukas (pelajaran 7, 8 dan 9 dari buku ini merupakan pemahaman Alkitab pada Injil Lukas). Pemanasan Bersama dengan orang macam bagaimanakah kita senang bergaul? Adakah macam orang tertentu yang kita kurang senangi di sekitar atau di dalam kehidupan kita? Empat Kitab Injil 83 Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Tuhan Datang untuk Selamatkan Siapakah? Dalam suatu masyarakat yang orang-orangnya dibedakan oleh uang, pendidikan, status dan kesehatan, Lukas memberikan penghiburan dengan memberitakan seorang Juruselamat yang tanpa dosa: “Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaaan besar untuk seluruh bangsa; hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk. 2:10-11). Yesus Kristus datang untuk mengubah dunia dan nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Ia datang untuk mengubah tatanan kehidupan manusia secara menyeluruh. Ia tidak menghakimi manusia berdasarkan penampilan luar atau faktor seperti jenis kelamin, status, pendidikan, kemakmuran atau silsilah dari seseorang. Tuhan melihat manusia dari sisi untuk siapakah mereka ada; manusia memiliki kebutuhan jasmani dan rohani. Ia meraih setiap jiwa yang membutuhkan-Nya dan membawa jiwa-jiwa itu ke dalam keselamatan. Dengan melakukan ini, Tuhan menghapuskan setiap keberadaan manusia dan penghalang buatannya untuk menyelamatkan dan mengubah kehidupan manusia. Macam manusia manakah yang Tuhan datang untuk selamatkan? A. Juruselamat dari Orang-Orang Yahudi dan Bangsa-Bangsa Lain Sejak zaman Perjanjian Lama, Allah menjanjikan Abraham bahwa Ia akan memberkati dunia melalui keturunan-Nya, umat Israel (Kej. 12:3). Allah telah memilih Israel untuk menjadi umat kepunyaan-Nya, suatu bangsa yang kudus dan yang terpisah. Mereka akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada Allah sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6). Tetapi saat Tuhan Yesus datang, orang-orang Yahudi tidak mengakui-Nya sebagai Mesias mereka (Luk. 2:1011). Dalam kitabnya, Lukas memberitakan bahwa sekalipun keselamatan diberitakan pertama kali kepada umat Israel, tetapi faktanya, keselamatan itu adalah bagi semua manusia. Yesus Kristus memberikan pengampunan dan keselamatan secara cuma-cuma kepada semua manusia, tanpa memperhatikan ras, jenis kelamin atau tingkat sosial semata. Keselamatan tidak hanya bagi orang-orang Yahudi, tetapi bagi orang-orang non-Yahudi pula, bangsa-bangsa lain. Untuk menggambarkan ini, Lukas membuat suatu perbandingan yang tepat kepada orang-orang Samaria. Dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:29-37), Tuhan memberitahukan bahwa yang membantu seseorang yang terluka ternyata bukanlah orang-orang Yahudi. Tetapi, justru seorang Samaria, yang memiliki suatu ras yang orang-orang Yahudi tidak sukai, karena merupakan suatu ras yang telah tercampur oleh darah dari bangsa-bangsa lain. Sekalipun demikian, Tuhan tetap bergaul dengan orang-orang Samaria, seperti pergi ke kampung mereka, menyembuhkan sepuluh orang kusta dan membandingkan iman dari bangsa-bangsa lain dengan umat Israel, memampukan orang-orang Yahudi menyadari bahwa Ia menyelamatkan ‘musuh’ mereka (Luk. 17:11-19; Yoh. 4:1-26). Selain orang-orang Samaria, Tuhan menyatakan bahwa keselamatan dapat pula datang kepada bangsa-bangsa lain. Ia menyatakan hal ini tidak hanya satu kali (Luk. 7:1-10; Mat. 8:5-13; 15:21-28). Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan mengamanatkan murid-murid-Nya untuk memberitakan kabar baik ini kepada 84 Empat Kitab Injil segala makhluk (Mrk. 16:15-16; Mat. 28:19) Inilah yang Allah ingin kita beritakan, dari kampung yang satu ke kampung yang lainnya. Injil perlu disebarkan melampaui budaya, ras dan penghalang bangsa lainnya. B. Juruselamat dari Orang-Orang Berdosa Biasanya, manusia senang bergaul dengan mereka yang makmur, yang terkenal atau yang berbakat. Sedikit yang akan memilih untuk bergaul dengan orangorang berdosa. Kebanyakan dari manusia akan menjauhi mereka. Bagaimanapun, Tuhan Yesus bergaul dengan orang-orang berdosa. Suatu kali, orang-orang Farisi menuduh Tuhan Yesus menjadi ‘teman dari para pemungut cukai dan orang-orang berdosa’ (Mat. 11:19). Menurut orang-orang Farisi dan para ahli hukum Taurat, bergaul dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa membuat seorang Yahudi menjadi najis. Istilah ‘orang-orang berdosa’ tidak hanya berlaku bagi para pelacur dan penyembah berhala, tetapi bagi orang biasa, yang tidak mengetahui hukum Taurat dan yang tidak hidup menurut standar kehidupan orang-orang Farisi. Mereka dianggap berbuat kejahatan dan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah, karena tidak melakukan pentahiran diri seperti yang diembankan kepada mereka. Oleh karena itu, makan dan minum bersama dengan orang-orang macam demikian merupakan hal yang mengerikan. Lebih daripada itu, para pemungut cukai dibenci oleh orang-orang Yahudi, karena mereka mengkhianati para pengikut Yahudi lainnya dengan memilih bekerja bagi Kekaisaran Romawi. Mereka pun terkenal karena sering memperkaya diri sendiri dengan menambahkan jumlah pajak dan cukai serta menyimpannya bagi diri mereka sendiri. Orang-orang Farisi tidak akan berbuat apa-apa dengan orang-orang ini, tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Tuhan rela bergaul dengan orang-orang yang tidak diterima oleh masyarakat setempat, agar Ia dapat menyelamatkan mereka. Amanat kedatangan-Nya ‘bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat’ (Luk. 5:31-32). Lukas menyebutkan bagaimana Tuhan mengampuni salah seorang penjahat di kayu salib (Luk. 23:39-43), perempuan yang berzinah (Luk. 7:37-50). Ia mengubah Zakheus (Luk. 19:1-10) dan memanggil Matius, sang pemungut cukai (Luk. 5:27). Yesus sanggup mengampuni segala dosa mereka dan melihat kebutuhan dari orang-orang ini. Mereka adalah orang-orang yang membutuhkan Injil. Tidak seperti keangkuhan dari orang-orang Farisi, orang-orang berdosa mengakui segala dosa mereka dan dengan rendah hati datang kepada-Nya untuk memohon pengampunan dosa dan kehidupan baru mereka. C. Juruselamat dari Orang-Orang Kaya dan Orang-Orang Miskin Di sepanjang pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menunjukkan kemurahan hati kepada orang-orang dari segala latar belakang kehidupan dan lapisan masyarakat yang berbeda. Ia mengasihi orang-orang miskin sebagaimana terhadap orang-orang kaya dan mereka memiliki status sosial yang tinggi. Ini karena Tuhan melihat hati manusia lebih dari sekedar kekayaan materi atau status. Di antara para pengikutNya, ada yang kaya dan yang berkuasa, sebagaimana pula dengan yang miskin. Yusuf Arimatea, yang meminta mayat Kristus dari Pilatus, yang merupakan seorang penasihat dan seorang yang kaya (Mat. 27:57). Zakheus pun adalah seorang pemungut cukai yang kaya, yang memberikan hartanya demi mengikut Tuhan (Luk. 19:1-10). Nikodemus, seorang Farisi dan seorang anggota Mahkamah Agama, seseorang yang memiliki kuasa dan status. Empat Kitab Injil 85 Lukas pun menyoroti kepedulian dan perlakuan Tuhan kepada orang-orang miskin. Ia memberkati orang-orang miskin (Luk. 6:20); menyembuhkan penyakit dan memenuhi kebutuhan mereka (Luk. 9:10-17); memerintahkan para pengikut-Nya untuk membantu yang miskin (Luk. 14:13); menyelamatkan Lazarus (Luk. 16:1931); memilih murid-murid yang berasal dari kalangan orang miskin. Orang-orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki banyak uang dan yang sering dihina oleh masyarakat setempat. Tuhan Yesus mengakui kesulitan dan kesengsaraan yang orang-orang miskin hadapi dan mencukupkan kebutuhan jasmani mereka. Tetapi, orang-orang miskin biasanya menyadari ketidakberdayaan mereka dan inilah yang menyebabkan mereka lebih mudah untuk mengenal kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan tidaklah terbatas bagi orang miskin atau orang kaya. Tidak semua orang miskin pergi ke surga dan tidak semua orang kaya pula pergi ke neraka. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana setiap manusia menanggapi anugerah yang dari pada Allah ini. Keselamatan terbuka bagi setiap manusia, tidak peduli, entahkah orang miskin atau orang kaya, rendah hati atau yang terhormat. D. Juruselamat dari Laki-Laki dan Perempuan Dalam sebuah masyarakat yang pilih kasih, Tuhan menunjukkan bahwa perempuan, sebagaimana dengan laki-laki, memiliki kebutuhan, terutama kebutuhan akan keselamatan. Dalam Injil Lukas, ada sepuluh acuan kepada perempuan, lima di antaranya tidak disebutkan di dalam Injil lainnya (Luk. 4:38-39; 7:11-17; 7:3650; 8:1-3; 8:43-48; 10:38-42; 13:10-17; 21:1-3; 23:27-31; 23:55-24:11). Dalam abad pertama kebudayaan orang Yahudi, perempuan biasanya diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, menikmati lebih sedikit hak asasi daripada yang laki-laki miliki. Perempuan sering kali diabaikan. Orang-orang Yahudi akan mengernyitkan dahi mereka, bila perempuan belajar bersama dengan para rabi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa adalah dosa bila mengajarkan hukum Taurat kepada perempuan. Perempuan diizinkan untuk masuk ke dalam sinagoga, tetapi haruslah duduk terpisah dari laki-laki. Bagaimanapun Lukas, membuat suatu catatan khusus mengenai bagaimana Tuhan bersikap hormat dan menyelamatkan perempuan. Sebagai contoh, dalam Lukas 8:1-3, disebutkan pengabdian dan pelayanan dari beberapa perempuan kepada Tuhan Yesus. Biasanya, perempuan tidak akan pernah diakui, tetapi di sini, Lukas mencatat bagaimana perempuan bersedia melayani, mengikut Tuhan, menangis di dekat kayu salib, mempersiapkan rempahrempah untuk mengurapi mayat Tuhan dan menampakkan diri pertama kali kepada perempuan setelah kebangkitan-Nya. Lebih daripada itu, Tuhan tidak hanya berbicara kepada perempuanperempuan, tetapi Ia pun menyembuhkan penyakit mereka (Luk. 4:38-39; 8:43-48; 13:10-17), menunjukkan belas kasihan kepada mereka (Luk. 7:11-17), mengampuni dosa-dosa mereka (Yoh. 8:1-11) dan menyelamatkan mereka. Ini mengingatkan orang-orang Yahudi bahwa Tuhan Yesus menghormati laki-laki dan perempuan dengan imbang. Ini menunjukkan pula bahwa jiwa laki-laki dan perempuan samasama berharga di hadapan Allah. Bagian # 2 – Jadikan Tuhan Juruselamat Kami A. Percaya dalam Tuhan Yesus Adakah di dalam hidup, kalian begitu mempercayai sesuatu atau seseorang? Bagaimana pengaruh kepercayaan itu terhadap pikiran atau tindakan kalian? Hari 86 Empat Kitab Injil ini, banyak orang mengatakan bahwa mereka percaya kepada Allah, tetapi sikap dan tindakan mereka tidak menunjukkan kepercayaan itu. Hidup, perkataan dan sikap mereka lebih mencerminkan suatu kepercayaan kepada diri sendiri dan dunia daripada kepada Allah. Oleh karena itu, kita melihat bahwa kokohnya kepercayaan kita berdampak secara langsung kepada bagaimana kita menjalani kehidupan. Makin kokoh pemahaman dan kepercayaan kita kepada Tuhan, maka semakin erat pula kita akan mengikut Tuhan dan membiarkan firman-Nya membentuk sikap, perkataan dan pikiran kita. Bila kita mengamati orang-orang yang Tuhan temukan selama pelayanan-Nya, kita melihat bahwa mereka yang percaya kepada-Nya menunjukkan perubahan yang nyata di dalam kehidupan mereka. Mereka berubah karena telah meyakini sepenuhnya kepada siapa mereka percaya. Oleh karena itu, marilah kita menguji kedalaman dan kemurnian iman kita dan mohonlah agar Tuhan meningkatkan iman dan pengenalan kita kepada-Nya. B. Bertobat Bertobat dalam bahasa Yunani adalah ‘metanoia’, yang berarti ‘suatu perubahan batin dan kehidupan, suatu perubahan kehidupan secara langsung’. Seseorang yang bertobat berubah dari cara-cara hidupnya yang lama dengan sepenuh hati dan bertekad untuk melakukan kehendak Allah. Kita perlu bertobat dari segala dosa kita pada masa yang lalu, dari segala kesalahan pada kehidupan seharihari, dari menolak untuk percaya kepada Allah atau dari meyakini doktrin atau agama palsu lainnya. Untuk menunjukkan pertobatan, kita perlu bertekad mengubah jalan hidup kita dengan mengikuti petunjuk dan perintah Allah. Zakheus merupakan suatu contoh seseorang yang bertobat dari kehidupan dosa pada masa lalunya. Setelah mengenal Tuhan, ia menunjukkan perubahan pada batin dan tindakannya. Tidak cukup mengikut Tuhan hanya di dalam pikiran dan batin kita. Kita perlu menunjukkan pertobatan dengan sebuah perubahan hidup dan perilaku. Kehidupan baru kita perlu menunjukkan suatu perubahan dari sikap hidup, cara menjalani hidup dan pandangan duniawi kita. Hari ini, hal apakah dari kehidupan kita yang memerlukan pertobatan? Sudahkah pertobatan kita menghasilkan suatu tindakan atau perubahan yang nyata? C. Dibaptis dengan Air dan Roh Suatu malam, seorang Farisi yang bernama Nikodemus datang kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menyatakan kepadanya bahwa untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, maka ia harus dilahirkan dari air dan roh (Yoh. 3:5). Melalui baptisan air, manusia lama kita turut dikubur bersama dengan Kristus dan dosadosa kita pada masa yang lalu turut dihapuskan. Kita menjadi manusia baru dengan hidup yang baru di dalam Kristus. Melalui baptisan roh, kita diberikan suatu meterai bagi milik pusaka surgawi kita (Ef. 1:13-14). Roh Kudus adalah Penasihat pribadi yang menolong memperbarui diri kita dari seorang yang penuh dosa dan rusak moral hingga menjadi seorang percaya yang sejati. D. Menuju Sebuah Kehidupan yang Baru Selagi Yesus Kristus berada di dunia, amanat-Nya bukanlah menyembuhkan manusia dari penyakit mereka, melimpahi berkat jasmani dan mengatasi persoalan mereka saja. Ia datang menjadi Juruselamat bagi jiwa-jiwa manusia. Ia datang untuk menyelamatkan kita dari dosa dan kebinasaan. Hari ini, bila kita mencari hanya Empat Kitab Injil 87 Tuhan Yesus sebagai Juruselamat bagi kehidupan ini dan bukan bagi kehidupan yang kekal, maka yang seperti Rasul Paulus katakan bahwa kita adalah ‘orangorang yang paling malang dari segala manusia’ (1 Kor. 15:19), karena kita telah kehilangan seluruh pesan Injil. Ketika kita memahami dengan jelas bahwa Tuhan datang untuk menyelamatkan kita dari hukuman dosa dan kebinasaan, kehidupan kita seharusnya menunjukkan pemahaman ini. Kehidupan dan batin kita menjadi berubah, karena mematuhi perintah Allah dan melakukan kehendak-Nya. Menguji Pemahaman 1. Apakah yang Tuhan ajarkan mengenai sikap kita terhadap ras dan budaya yang berbeda, terutama yang dapat melukai hati kita? 2. Tunjukkan cara-cara untuk memberitakan Injil kepada orang lain dari ras yang berbeda. 3. Sudahkah kita berusaha membuka diri sendiri atau jemaat hingga memampukan orang-orang dari berbagai ras merasakan lebih dari sekedar di rumah? 4. Orang-orang Farisi memisahkan diri mereka dari kenajisan dan kejahatan manusia. Bagaimana kita memandang orang-orang berdosa dan orang-orang jahat? 5. Apakah yang kita dapat pelajari mengenai hati dari Tuhan Yesus yang menghargai orang-orang berdosa? 6. Apakah status, kemakmuran atau kepopuleran mudah mengesankan kita? 7. Apakah kita memihak kepada mereka yang memiliki harta yang berlimpah dan mengabaikan mereka yang kurang beruntung? 8. Apakah yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita mengenai keselamatan dan kemakmuran materi? 9. Dalam cara-cara apakah kita pernah memperlakukan orang lain atau diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua? Bagaimana kalian menghadapi situasi ini? 10. Perubahan apakah yang perlu kita buat untuk memperlakukan seseorang seperti yang Juruselamat perbuat? 11. Langkah-langkah apakah yang perlu kita ambil untuk membuat perubahan itu? 12. Apakah perkataan, pikiran dan tindakan kita mencerminkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat di dalam kehidupan kita? 13. Bagikan dengan yang lainnya mengenai bagaimana kehidupan kita telah berubah sejak mengenal Tuhan. 88 Empat Kitab Injil Penerapan Kehidupan Tuan Air Beberapa tahun yang lalu, ada sebuah kampung di suatu padang belantara. Air begitu langkanya, sehingga pendudukpun hanya mendapatkan air sedikit. Di sana, hujanpun jarang turun, tetapi bila itu terjadi, maka penduduk setempat bergegas untuk menampung air di dalam beberapa timba dan bejana. Setiap tetes air begitu berharga bagi mereka. Suatu kali, seorang petani sedang menggali lubang untuk beberapa tiang pagarnya. Beberapa kaki di bawah permukaan tanah, ia menemukan sebuah lubang – tidak besar, tetapi penuh dengan air. Ia segera menurunkan sebuah timba untuk merasakannya, ternyata air di dalam lubang itu segar dan manis. Ia begitu bersukacita, lalu mengisi semua timbanya, mengangkatnya ke belakang gerobak dan segera memasuki kampung itu. “Saya mendapatkan air! Saya mendapatkan air!” serunya. Penduduk kampung itu segera berlarian keluar dari dalam rumah mereka. Begitu semua penduduk berkumpul, petani itu menjelaskan bagaimana ia telah mendapatkan air itu. Ia mengumumkan dengan penuh sukacita bahwa air itu cukup bagi setiap orang di kampung ini. “Minumlah air sepuas kalian. Air sungguh berlimpah! Nikmatilah!” Penduduk kampung itu pun merasakan sukacita untuk pertama kalinya sepanjang yang mereka ingat, ada cukup air bagi mereka. Kemudian, sang petani mengumumkan rencananya. “Setiap pagi hari, saya akan menimba air, sehingga setiap orang dari kalian dapat memiliki air seberapa yang kalian perlukan.” Dan itulah yang benar-benar ia lakukan. Sang petani itu menjadi tuan air. Setiap pagi hari, ia mengangkat banyak timba ke dalam gerobaknya, memasuki kampung dan memberikan air itu kepada penduduk di sana. Air ini diberikan dengan cuma-cuma. Sang petani rela melakukannya dan penduduk kampungpun berterima kasih. Kejadian ini berlanjut hingga sang petani beroleh mimpi pada suatu malam. Dalam mimpi itu, ia melihat penduduk membawa timba air dan tidak berterima kasih. Mereka menghampiri gerobak, mengambil timba air dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata terima kasihpun. Ketika terbangun dari tidurnya, ia menjadi susah hati. Begitu memasuki kampung itu, ia memutuskan untuk memberikan air hanya kepada penduduk yang berterima kasih. Ia mengumumkan kepada penduduk, “Mulai dari sekarang, saya tidak akan memberikan air lagi kepada penduduk yang tidak berterima kasih.” Mereka terkejut, lalu berterima kasih kembali ketika hendak menerima air. Kejadian ini berlanjut hingga sang petani beroleh suatu mimpi yang lain. Dalam mimpi itu, beberapa penduduk yang meminum air itu bersikap tidak murah hati kepada tetangga dan menganggap mereka sebagai binatang. Pada keesokan paginya, ia memutuskan untuk memberikan air kepada penduduk yang layak saja. “Bila kalian menganggap binatang atau bersikap tidak murah kepada tetangga, kalian tidak akan beroleh air lagi,” demikianlah keputusannya. Penduduk di kampung itu saling berpandangan dan berdiam diri. Mereka mengetahui ada penduduk yang bersikap tidak baik di antara mereka. Ketika tuan air merasakan adanya kecurigaan, ia mendapatkan suatu gagasan. “Setiap orang dari kalian datang dan memberitahukan siapa yang tidak layak, sehingga saya akan mengetahui siapa yang dimaksudkan dan yang tidak bersikap Empat Kitab Injil 89 murah hati.” Lalu, seorang demi seorang menyebutkan nama mereka dan ia membuat suatu daftar. Akhirnya, setelah semua penduduk itu menyebutkan nama mereka, ia menjadi terkejut. Ternyata nama dari setiap penduduk di kampung itu tercantum di dalam daftar itu, kecuali seorang, yaitu sang petani. Jadi, ia berdiri pada gerobak dan mengumumkan bahwa karena beberapa penduduk yang berterima kasih dan tidak ada yang layak, maka ia tidak akan menimba air lagi ke dalam kampung ini. Dan dengan demikian, ia memutarkan gerobaknya dan berjalan pulang. Pertanyaan Diskusi: 1. Bagaimana cerita ini mengajarkan kita mengenai perbedaan antara memberikan apa yang seseorang perlukan dan apa yang seseorang butuhkan? 2. Sudahkah kita mengubah cara-cara memperlakukan orang lain, berdasarkan faktor luar atau berdasarkan entahkah orang ini baik atau jahat? 3. Ketika memberitakan Injil kepada seseorang yang kita pilih, kepada siapakah kita berbicara? Apakah kita berbicara kepada mereka yang dianggap layak menerima Injil dan mengabaikan mereka yang tidak layak menurut pandangan kita? Bagaimana kita dapat memperoleh sikap dari Tuhan, yang memilih tanpa pandang bulu, tidak peduli betapa tidak bergunanya orang itu? Renungan dan Doa Kabar baik mengenai Yesus Kristus adalah saat Ia datang kepada semua golongan manusia, termasuk yang tidak dicintai, yang sederhana, yang diasingkan dan yang dihina sekalipun. Ia datang kepada setiap orang dengan rendah hati, asalkan mau menerima-Nya. Yesus Kristus menerima siapapun mereka itu. Marilah kita memohon, agar Tuhan menolong kita memiliki hati untuk merangkul semua, hati yang berbelas kasihan, hati yang peduli kepada orang-orang di sekeliling kita dan hati yang berbagi Injil kepada segala makhluk di dunia ini. 90 Empat Kitab Injil Empat Kitab Injil 91 Mengenal Allah dengan Sungguh Sasaran 92 Dalam beberapa pelajaran berikut, murid-murid akan memeriksa iman kepercayaan mereka di dalam Tuhan Yesus. Mereka akan bertanya kepada diri sendiri mengenai: Seberapa-kah mereka percaya dengan sungguh kepada Allah, selain menghadiri kebaktian, membaca Alkitab dan berdoa. Percaya dan mengenal Tuhan Yesus meliputi lebih banyak tindakan daripada sekedar menyetujui suatu kebenaran. Maksudnya adalah berpaling dari dosa, menjalani suatu kehidupan yang patuh dan kasih, memelihara firman Allah, melangkah di dalam kehendakNya dan menga-sihi saudarasaudari seiman. Murid-murid pun akan belajar bahwa untuk mengenal Tuhan Yesus, kita perlu memiliki beberapa pengalaman dari Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengenal karakter Tuhan Yesus, mereka akan menemukan bahwa tidak peduli apa yang dihadapi di dalam kehidupan, mereka perlu percaya kepada-Nya, karena Ia adalah jawaban bagi semua persoalan kehidupan. Empat Kitab Injil Bagian # 4 Renungan Bagi Para Guru Pada dasarnya, kehidupan orang Kristen berasal dari rangkaian pilihan yang berkelanjutan. Kehidupan yang saleh tampaknya mustahil untuk menjadi kenyataan, hingga kita mendekati salah satu pilihan kehidupan pada suatu saat. Lalu, kehidupan yang saleh itu akan menjadi kenyataan. Seseorang pernah mengatakan, “Kunci untuk meraih kehidupan Kristiani yang penuh kebanggaan berasal dari hal ini – tetaplah lakukan, apapun yang kalian lakukan itu adalah hal yang benar; segera hentikan, apapun yang kalian lakukan itu adalah hal yang keliru. Hukum yang Terutama Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Lukas 10:27) Injil Yohanes Yesus Kristus – Anak Allah pelajaran 10 Bacaan Kitab Yoh. 1:1-14,29-51; 4:1-26; 10:22-39; 11; 17; 11:17-44; Luk. 7:11-23 Sasaran Pelajaran Memampukan murid-murid belajar mengakui bahwa Yesus Kristus adalah perwujudan diri Allah dalam bentuk manusia Ayat Alkitab “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Maha besar, di tempat yang tinggi.” (Ibr. 1:3) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Yohanes 1-7 Latar Belakang Alkitab Injil Yohanes adalah kitab Injil yang keempat. Tiga kitab Injil pertama dikenal sebagai sinoptik Injil, karena bahan mengenai kehidupan dan pengajaran Tuhan Yesus adalah sama dan pengaturan isi kitabnya adalah hampir sama pula. Bagaimanapun, Injil Yohanes sungguh berbeda dari ketiga Injil lainnya dalam hal isi dan pendekatannya. Yohanes memilih pokok dan waktu kejadian untuk menjelaskan kejadian itu sendiri. Ia menggunakan perbendaharaan kata yang mudah dimengerti, tetapi memilih kata-kata istimewa dengan pemahaman yang mendalam seperti kata: Kebenaran, terang, kegelapan, hidup dan kasih. Fokus utama Injil Yohanes terletak pada jati diri Yesus Kristus yang sejati sebagai Anak Allah. Penulis: Memang Injil Yohanes tidak mencatatkan secara jelas mengenai penulisnya, banyak hal yang mendukung penulis kitab ini adalah Rasul Yohanes, saudara dari Yakobus. Yohanes tinggal di Betsaida, tetapi ia memiliki pula rumah lainnya di Yerusalem (Yoh. 19:27). Ayahnya adalah Zebedeus dan ibunya adalah Salome. Empat Kitab Injil 93 Yohanes dan saudaranya, Yakobus adalah seorang penjala ikan (Mat.4:2122). Mereka dipanggil oleh Tuhan untuk mengikut Dia. Kemudian, mereka ditetapkan sebagai rasul (Mat. 10:2) dan di antara kedua belas murid, mereka adalah dua dari tiga murid yang paling dekat dengan Tuhan (Mat. 17:1). Yohanes sering kali diyakini menjadi murid yang dikasihi oleh Tuhan Yesus (Yoh. 13:23-28). Ia adalah yang termuda dari kedua belas rasul dan hanya rasul yang mengikuti Tuhan saat disalibkan (Yoh. 19:26). Saat tergantung di kayu salib, Tuhan Yesus menyuruh Yohanes untuk memelihara ibu-Nya. Setelah kenaikan Tuhan ke surga, Yohanes menjadi sokoguru jemaat dan penatua (Gal. 2:9; 2 Yoh. 1). Ia meninggal pada usia 98 tahun, satu-satunya rasul yang hidup paling lanjut usianya. Waktu Penulisan: Injil Yohanes ditulis antara tahun 85-90 Masehi di Efesus, setelah kehancuran Yerusalem (tahun 70 Masehi) dan sebelum pembuangan Yohanes ke Pulau Patmos. Menurut catatan sejarah, Yohanes tinggal di Efesus setelah kematian Maria, ibu Yesus Kristus. Adapun, Yohanes menyelesaikan Injil ini dan surat lainnya hingga akhir tahun pemerintahan Kaisar Domitian, yang membuangnya ke Pulau Patmos. Di sana, ia menulis Kitab Wahyu. Sasaran Penulisan: Yohanes menjelaskan sasaran penulisannya dengan begitu jelas di dalam Yoh. 20:31, “Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Pokok sasaran dari Injil ini adalah membiarkan orangorang dari bangsa lain, yang belum memiliki pandangan yang benar mengenai pengenalan akan Allah, dapat mempelajari kebenaran tentang Kristus. Yohanes pun menuliskan kepada orang-orang Kristen untuk meneguhkan iman mereka. Injil ini memperkenalkan Allah sebagai Firman (Yoh. 1:1). Dan Firman itu menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Tuhan Yesus, perwujudan Firman, datang penuh dengan kasih karunia dan kebenaran. Barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 1:14,18; 20:31). Pemanasan Bila harus memperkenalkan diri, kenyataan apakah mengenai diri kalian yang akan diperkenalkan, agar orang lain dapat mengenal kalian lebih mendalam lagi? 94 Empat Kitab Injil Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Anak Allah Sejarah dipenuhi oleh banyak orang yang menyatakan diri sebagai allah, atau diberikan pujian yang berlebihan setelah mereka meninggal. Orang-orang seperti Raja Tutankhamen, Siddharta Gautama, Aleksander Agung, Napoleon Bonaparte dan Vladimir Lenin adalah beberapa contoh di antaranya. Bagaimanapun, hanya Tuhan Yesuslah yang menyokong pernyataan-Nya sendiri. Dalam Injil ini, Yohanes menekankan pembuktian dan fakta untuk meyakinkan orang banyak bahwa Yesus Kristus bukanlah manusia biasa. Ia adalah Allah sendiri. Injil lainnya dimulai dengan kelahiran Tuhan Yesus atau dengan riwayat nenek moyang-Nya sebagai manusia. Sebaliknya, Yohanes memberitahukan bahwa anak yang terlahir itu adalah Allah yang kekal (Yoh. 1:14). Asal usul-Nya bukan terletak pada pembuahan janin secara jasmani, tetapi Nabi Mikah pernah mengatakan mengenai Tuhan Yesus, “Yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mik. 5:1). Para nabi pada Perjanjian Lama telah menubuatkan sejak dahulu mengenai kedatangan Anak Allah. Nabi Yesaya pernah mengatakan, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan...” (Yes. 9:5-6; 16:5). Yeremia memberitahukan bagaimana Tuhan akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud (Yer. 23:5). Dan dalam Ulangan 18:18, Allah menampakkan diri kepada Musa dan berkata, “Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” Sekarang, Yohanes menegaskan tanpa keraguan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, satu-satunya yang telah dinubuatkan dari sejak dahulu kala. Dalam Injil ini, Tuhan Yesus sering disebutkan sebagai Anak atau Anak Allah (Luk. 10:22; 1:35b; Yoh. 5:19; 20:31). Tetapi apakah maksudnya Ia adalah Anak Allah? Setelah baptisan dan perubahan rupa dari Tuhan Yesus, terdengarlah suatu suara dari surga yang menyatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah aku berkenan” (Mat. 3:16-17; 17:5). Kata ‘tunggal’ memang tidak dinyatakan secara langsung, tetapi bagaimanapun juga, makna dilahirkan terkandung di dalam kejadian ini. Maksudnya unik, tetapi bukan menunjukkan permulaan dari sang Anak. Anak Allah sebenarnya merupakan suatu sebutan yang menggambarkan bagaimana Allah datang dalam wujud seorang manusia yang sepenuhnya. Sekalipun Allah datang dalam wujud manusia Yesus, Tuhan adalah Allah pada saat yang sama. Sekalipun Ia tinggal di dunia, Ia pun berada di surga pada saat yang sama. Dari nubuatan Yesaya, Anak adalah Bapa yang kekal (Yes. 9:5) yang berarti bahwa Tuhan Yesus adalah Bapa yang kekal sendiri. Di sepanjang pelayanan-Nya, Tuhan sering kali mengungkapkan jati diri yang sesungguhnya. Dalam Yohanes 10:30, Tuhan menyatakan: “Aku dan Bapa adalah satu.” Dan saat ditanya bilakah Ia adalah Kristus, Anak yang Terpuji, Tuhan Yesus menjawab, “Akulah Dia” (Mrk. 14:61-62). Saat Filipus memohon Tuhan untuk menunjukkan Bapa kepadanya, Tuhan memberitahukan bahwa Ia adalah Bapa. “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, Ia telah melihat Bapa...” (Yoh. 14:9). Dari sini, kita melihat bahwa Yesus Kristus sebenarnya adalah Bapa surgawi, Pencipta alam semesta. Allah tidak menyerahkan sifat keilahian-Nya untuk menjadi Empat Kitab Injil 95 seorang manusia, tetapi Ia mengesampingkan kemuliaan dan kekuasaan-Nya. Ia datang sebagai seorang Anak, yang mematuhi kehendak Bapa, menyelesaikan rencana ilahi bagi keselamatan manusia. Dengan datang seperti manusia yang berdosa, Allah menghapuskan dosa pada diri manusia. Dalam segala hal, Ia harus dibuat serupa dengan saudara-Nya, bahwa Ia menjadi seorang Imam Besar yang murah hati dan yang setia, untuk memperdamaikan segala dosa umat manusia. Bagian # 2 – Tuhan Yesus adalah Allah A. Yesus Kristus Tidak Berdosa 1. Tuhan Yesus dilahirkan melalui Roh Kudus Kelahiran Tuhan Yesus merupakan salah satu keajiban terbesar yang pernah terjadi. Sekalipun Ia datang sebagai seorang manusia, kelahiran Tuhan Yesus memisahkan diri-Nya dari segala manusia pada umumnya. Biasanya, setiap manusia dikandung melalui proses pembuahan janin laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun, Yesus Kristus dilahirkan melalui Roh Kudus dan disebut sebagai Anak Allah. Melalui keajaiban kelahiran-Nya, Tuhan terbebas dari dosa asal yang ada pada setiap manusia pada umumnya dari Adam. Oleh karena itu, Yesus Kristus tidak berdosa atau bersalah. Ia adalah satu-satunya manusia yang tidak berdosa; Ia dipilih untuk menjadi Anak Domba Allah dan mati bagi segala dosa umat manusia (1 Yoh. 3:5). 2. Yesus Kristus tidak berdosa Sebagaimana hidup di dunia ini, kita diserang dengan berbagai godaan dan tekanan dunia yang menyebabkan kita berbuat dosa setiap harinya. Tuhan Yesus pun mengalami segala macam godaan itu, tetapi Ia sanggup mengatasi segalanya. Ia tidak berbuat dosa dengan segala macam godaan itu. Bahkan saat secara jasmani sedang lemah, setelah berpuasa empat puluh hari lamanya, Tuhan tidak mengalah terhadap tipu muslihat setan. Suatu kali, saat orang banyak memaksaNya untuk menjadi raja, Ia sanggup menolak godaan yang membawa kemuliaan bagi diri-Nya sendiri (Yoh. 6:15). Saat Tuhan berdiri di persidangan di hadapan para penuduhnya, mereka tidak dapat menyatakan-Nya bersalah. Bahkan saat Pilatus menyidangkan Tuhan beberapa kali, ia tidak dapat menemukan kesalahan apapun yang memperberat hukuman mati dari Yesus Kristus (Luk. 23:4,14,22). Tidak seperti semua orang lainnya, Yesus Kristus adalah satu-satunya manusia yang sanggup menolak dan mengatasi dosa di sepanjang kehidupan-Nya (1 Pet. 2:21-23). B. Yesus Kristus Berkuasa atas Maut Inilah suatu kesedihan dan kebenaran yang tidak dapat terelakkan bahwa maut adalah akhir dari setiap kehidupan. Karena dosa, maut mendatangi setiap manusia (Ibr. 9:27; Rm. 6:23). Seperti semua umat manusia, Yesus Kristus pun hidup dan meninggal. Tetapi apa yang membuat Yesus Kristus berbeda adalah bahwa Ia sanggup bangkit dari kematian. Inilah yang membuktikan bahwa Ia bukan sekedar seorang manusia, tetapi merupakan Allah pula, Tuhan atas kehidupan. Kematian tidak dapat mengurung Tuhan dan Ia bangkit dari kematian setelah tiga hari penguburanNya. Bukan sekedar Tuhan dapat mengatasi kematian-Nya, tetapi Ia pun sanggup membangkitkan kepada barangsiapa yang telah meninggal (Yoh. 11:17-44; Luk. 7:1117; 8:41-42,49-56). Dalam Yohanes 11:25, Tuhan menyatakan bahwa Ia adalah 96 Empat Kitab Injil ‘kebangkitan dan hidup’. Ia memberikan suatu janji yang indah kepada para pengikutNya: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10b). Dalam masa yang akan datang, Tuhan akan menyelamatkan jiwa kita dari kematian yang kedua. Ia akan menyebabkan tubuh jasmani kita bangkit dari kematian dan mengubahnya ke dalam tubuh rohani yang akan memasuki kerajaan surga (Yoh. 6:54; 11:26; Rm. 8:11; 1 Tes. 4:13-18). C. Yesus Kristus adalah Maha Tahu Sepanjang pelayanan-Nya, Tuhan sering mengejutkan orang-orang di sekitar dengan kesanggupan-Nya yang mengetahui segala sesuatunya. 1. Yesus Kristus mengetahui masa lalu manusia Selagi berbincang dengan perempuan Samaria di tepi sebuah sumur, Tuhan mengungkapkan masa lalu dari perempuan Samaria itu (Yoh. 4:16-19). Dalam Yohanes 1:45-49, Yesus Kristus mengetahui Natanael, bahkan sebelum mereka bertemu. Ia mengetahui bahwa Natanael adalah seorang Israel yang sejati, seseorang yang tidak memiliki kepalsuan di dalam dirinya. Ia pun menunjukkan kemahatahuan-Nya kepada Natanael dengan memberitahukan tempat yang sebenarnya sebelum Filipus memanggilnya. 2. Yesus Kristus mengetahui hati manusia Yesus Kristus adalah Allah yang Maha tahu, yang mengetahui pikiran dan maksud hati manusia yang terdalam sekalipun. Pada beberapa kejadian, ketika orang-orang Farisi atau para ahli Taurat hendak mencobai-Nya, Tuhan mengetahui pikiran dan kemunafikan hati mereka (Mat. 9:4; 22:18; Mrk. 12:15; Luk. 11:14-17). Setelah Tuhan mengampuni semua dosa dari orang yang lumpuh di Kapernaum, Ia mengetahui bahwa dalalm batin dari para ahli Taurat menanyakan kewenangan-Nya untuk mengampuni semua dosa (Mrk. 2:5-8). 3. Yesus Kristus mengetahui masa depan manusia Manusia tidak mengetahui mengenai masa depannya, bahkan apa yang akan terjadi pada keesokan harinya. Hanya Allah yang dapat melihat dan mengendalikan semua kejadian pada masa depan: Tuhan Yesus menubuatkan perihal kematian dan kebangkitan-Nya sebanyak tiga kali (Mat. 16:21; 17:22; 20:17); Ia menubuatkan bagaimana murid-murid akan meninggalkan-Nya dan melarikan diri (Mat. 26:31,56); Ia menubuatkan bagaimana Petrus akan menyangkal diri-Nya sebanyak tiga kali dan apa yang sebenarnya yang akan terjadi kepada Petrus (Mat. 26;31-35,74-75; Yoh. 21:18-19); Ia menubuatkan perihal kehancuran Yerusalem (Mat. 24:1-2); Ia menubuatkan bagaimana Petrus dan Yohanes akan menemukan seseorang yang akan membawa mereka ke suatu ruangan yang dipergunakan sebagai tempat menyelenggarakan hari raya Paskah (Luk. 22:7-13); Ia menubuatkan bagaimana dua murid-Nya akan menemukan seekor keledai di kampung berikutnya (Mat. 21:1-7). Dari sini, kita melihat bahwa Yesus Kristus bukanlah sekedar manusia biasa. Ia adalah Allah sendiri pula, yang Maha ada, Maha kuasa dan Maha tahu. Karena Tuhan Yesus adalah Allah sendiri, maka segala jalan kita tidaklah dapat disembunyikan dari pada-Nya (Mzm. 139:3-4; Ams. 15:3). Allah mengetahui perkataan kita, perbuatan kita, pikiran kita dan hati kita yang paling dalam (1 Taw. 28:9; 1 Yoh. 3:20). Empat Kitab Injil 97 D. Yesus Kristus Menunjukkan Banyak Tanda Heran dan Mujizat Sebagai Allah sendiri, Yesus Kristus menyatakan segala sifat Allah yang sempurna melalui perkataan dan tindakan-Nya. Dalam Kristuslah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kol. 2:9). Sepanjang pelayanan-Nya, Tuhan menunjukkan kuasa dan wewenang ilahi-Nya. Ia menyembuhkan banyak orang dengan segala macam penyakit dan sengsara mereka (Mat. 4:23-24). Ia menunjukkan banyak tanda heran dan mujizat yang menyebabkan orang banyak menjadi terheran-heran: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel” (Mat. 9:33). Tuhan tidak menggunakan cara-cara penyembuhan tradisional dari manusia, tetapi menggunakan kuasa ilahi-Nya. Kadang, orang yang sakit disembuhkan melalui jamahan tangan-Nya, pegangan tangan-Nya atau meletakkan tangan-Nya (Mrk. 1:41; 5:41; 8:22-25; 9:27). Dalam kesempatan yang lain, Ia menyembuhkan orang sakit dengan sebuah perkataan atau perintah (Mrk. 2:11-12; 3:5; 10:52; Luk. 4:39; 5:13; Yoh. 4:50-51; 5:8-9). Tuhan menunjukkan semua mujizat ini, agar manusia mengetahui siapa sesungguhnya diri-Nya, sehingga dapat membawa mereka percaya kepada-Nya (Rm. 15:18; 10:13; Mrk. 16:16; Yoh. 3:1-2; 5:1-38). E. Yesus Kristus Mengajar dengan Kuasa Mengajar di sekolah perguruan tinggi atau universitas biasanya memerlukan guru atau dosen yang berpengalaman di bidangnya dan yang beroleh surat izin mengajar. Demikian pula, pada zaman Tuhan Yesus, para rabi dan ahli Taurat harus menerima pendidikan mengenai hukum Taurat sebelum mereka boleh mengajar. Bagaimanapun, Tuhan tidak menerima pelatihan apapun sebelumnya. Ia tidak mencari pengesahan, gelar atau surat izin mengajar dari manusia. Tetapi saat Ia mengajar, Tuhan berbicara dengan kuasa dan mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang orang banyak pertanyakan mengenai diri-Nya: “Dari mana Ia memperoleh hikmat-Nya itu?” (Mat. 13:53-54; 21:23; 22:15-46). Kristus sanggup mengajar secara tepat guna, untuk memperbaiki sikap, pikiran dan tindakan yang keliru dan untuk memberikan apa sebenarnya yang manusia paling butuhkan. Manusia dapat merasakan bahwa Tuhan mengajar sebagai seseorang yang berkuasa, tidak seperti para ahli Taurat mereka (Mat. 7:28-29; Luk. 4:31-32). Bukankah Ia adalah anak seorang tukang kayu? Dari manakah Tuhan memperoleh kuasa itu? Bagaimana Ia dapat mengajar dengan berkuasa? Yang benar adalah Tuhan Yesus bukan sekedar seorang manusia, tetapi Ia adalah Allah dan di dalam-Nya ada perwujudan yang sempurna mengenai Kebenaran. F. Yesus Kristus Memiliki Kuasa dan Wewenang atas Setan Lukas 4:18-19 mencatatkan amanat Tuhan datang ke dunia ini. Ia datang untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan untuk membebaskan orang-orang yang tertindas. Orang-orang yang tertawan tidak hanya yang memiliki penyakit, kegelisahan atau persoalan hidup, tetapi yang tertawan oleh setan dan dosa pula. Hidup yang demikian adalah kehidupan yang malang dan penuh dengan kegelapan. Tetapi Yesus Kristus datang untuk mematahkan belenggu setan, “Untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah” (Kis. 26:18a). Dalam Injil Yohanes ini, ada banyak kejadian mereka yang terbelenggu oleh setan dibebaskan oleh Allah. Ia sanggup mengusir setan dari dua orang di daerah Gadara (Mat. 8:28-34); Ia menyembuhkan anak dari seorang perempuan Kanaan yang kerasukan 98 Empat Kitab Injil setan (Mat. 15:21-28); Ia menyembuhkan orang buta dan orang bisu yang kerasukan setan (Mat. 12:22). Bagaimanapun, Kristus tidak hanya datang untuk mengusir setan, tetapi untuk mematahkan belenggu dosa dan setan selamanya. Melalui penumpahan darah-Nya, Tuhan telah membebaskan kita dari belenggu yang mengerikan itu. Tidak ada seorangpun yang mampu, hanya Kristuslah yang sanggup membebaskan kita, sebagaimana Ia memiliki kuasa yang mutlak atas kerajaan jasmani dan rohani. Segala sesuatu tunduk kepada wewenang Allah. Seperti ada tertulis dalam Kolose 1:16, “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu dicptakan oleh Dia dan untuk Dia.” G. Yesus Kristus adalah Tuhan yang Ilahi Seberapa banyakkah dari antara kita yang telah merencanakan suatu perjalanan dan harus membatalkan atau menundanya karena cuaca buruk? Seberapa banyakkah dari antara kita yang telah pergi memancing dan kembali ke rumah tanpa seekor tangkapan ikanpun? Sungguh, cuaca dan kekuatan alam itu melampaui kendali manusia. Bagaimanapun, di dalam Injil ini, terdapat sembilan mujizat yang menunjukkan betapa Yesus Kristus memiliki kendali penuh atas kekuatan alam. Air berubah menjadi anggur di Kana (Yoh. 2:1-11); tangkapan ikan dekat Kapernaum (Luk. 5:1-11); tangkapan ikan lainnya (Yoh. 21:6); angin ribut diredakan (Mat. 8:23-27; Mrk. 4:35-41; Luk. 8:22-25); lima ribu orang lebih diberi makan dari lima roti dan dua ikan (Mat. 14:13-21; Mrk. 6:30-44; Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-14); Tuhan Yesus berjalan di atas air (Mat. 14:22-36; Mrk. 6:45-52; Yoh. 6:15-21); empat ribu orang lebih diberi makan (Mat. 15:32-39; Mrk. 8:1-10); uang untuk pajak Bait Suci didapati dari mulut seekor ikan (Mat. 17:24-27); sebatang pohon ara yang dikutuk (Mat. 21:18-22; Mrk. 11:12-24,20-25). Menguji Pemahaman 1. Apakah pemahaman dari Anak Allah? 2. Apakah hubungan Yesus dengan Allah? 3. Apakah perbedaan antara kita sebagai anak-anak Allah dengan Yesus Kristus sebagai Anak Allah? Empat Kitab Injil 99 Penerapan Kehidupan Allah dan Segala Ciri Khas-Nya Mazmur 105:1-5 mengatakan, “Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orangorang yang mencari Tuhan! Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya.” Bacalah beberapa kesaksian berikut dan kemudian kaitkan dengan sebuah kesaksian pribadi atau kejadian yang menyebabkan kalian mengalami kehadiran Allah dan segala sifat-Nya. Mulailah untuk membuat sebuah catatan, bila kalian belum pernah melakukannya dari semua pengalaman kalian dengan Allah dan perbuatanNya. Karena dengan setiap pengalaman yang ada, kalian akan mulai menyadari betapa hebat dan luar biasanya Allah kita dan bagaimana Ia memelihara setiap hal dari kehidupan kita. Allah memiliki kendali atas alam Seorang saudara memiliki sebuah peternakan ikan. Suatu kali, ia bangun dan mendapati semua ikannya telah mati dan mengambang di atas air. Ketika para tetangga melihat kejadian ini, mereka menertawakannya sambil mengatakan, “Apakah gunanya percaya kepada Allah?” Sebenarnya, hanya ikannya yang mati, padahal ikan mereka tidak ada yang mati. Saudara ini begitu sedih dan merasa heran mengapa Allah membiarkan kejadian ini terjadi. Ia mengumpulkan semua ikan yang mati dan menjualnya di pasar dengan harga murah. Tidak lama kemudian, sebuah gelombang air pasang melanda peternakan ikan. Gelombang itu begitu dahsyatnya, sehingga semua ikan dalam peternakan itu menjadi hanyut. Para tetangga mendapati bahwa mereka telah kehilangan semua ikan yang disebabkan terseret oleh arus pasang. Saudara ini segera menyadari kehendak Allah yang baik yang menyebabkan ikannya mati terlebih dahulu. Sekalipun kita harus menjual ikan dengan harga murah, tetapi ia tidak harus kehilangan ikan seperti para tetangganya itu. Allah mengetahui pikiran dan niat hati kita Seorang saudara yang berusia lanjut dan istrinya telah menjadi jemaat di gereja lain, sehingga mereka beribadah pada hari Minggu. Suatu kali ketika sedang berbelanja bahan makanan, seorang saudari dari Gereja Yesus Sejati memberitakan Injil kepada saudara ini dan mengundangnya untuk hadir pada Kebaktian Kebangunan Rohani. Sepanjang tujuh hari kebaktian ini, saudara ini mengalami banyak penglihatan dan berkat yang mengherankan dari Tuhan. Ia bertekad untuk menerima baptisan dan selama Sakramen Perjamuan Kudus, ia melihat sebuah penglihatan lagi. Ia melihat Tuhan Yesus menampakkan diri dalam sebuah jubah putih, sambil memegang selembar kertas kuning dengan Sepuluh Perintah yang tertulis di dalamnya. Ketika menghampirinya, Tuhan menanyakan, bilakah saudara ini dapat menghafalkan Sepuluh Perintah itu. Biasanya saudara ini dapat menghafalkannya 100 Empat Kitab Injil dengan mudah, tetapi kali ini, ia tidak dapat mengingat Perintah keempat. Kemudian, suatu mujizat segera terjadi dalam waktu singkat. Perintah keempat berkedip tiga kali, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.” Allah adalah Tuhan yang mengetahui dan yang menyelidiki hati seseorang. Di dalam hatinya, saudara ini berniat untuk menghadiri kembali satu hari setelah hari Sabat di gerejanya yang terdahulu. Tuhan mengetahuinya dan memperingatkan saudara ini di dalam penglihatan mengenai pentingnya mematuhi pengajaran Alkitab yang sepenuhnya. Allah memiliki kuasa untuk menyembuhkan penyakit Karena melahirkan anak perempuannya yang terakhir, seorang saudari, belum pernah mengenal Tuhan, menderita sakit pendarahan yang menahun. Penyakit ini berlanjut selama dua belas tahun. Sekalipun sang suami adalah seorang dokter yang terkenal, telah berupaya untuk menghubungi dokter dan rumah sakit terbaik, tetapi ia belum dapat menemukan suatu pengobatan bagi penyakit istrinya. Suatu hari, seorang saudari lain mengajak saudari ini untuk datang ke Gereja Yesus Sejati. Ketika hadir di sana, saudari ini menerima Roh Kudus. Sepanjang berdoa, ia merasakan suatu kekuatan seperti kilat menghampirinya dan mulai bergetar dengan kuat. Ia mulai merasa kuatir bahwa getaran ini akan menyebabkannya mengalami pendarahan lebih hebat lagi. Bagaimanapun, saudari ini akhirnya mengalami suatu kesembuhan dari pendarahannya pada saat ia beroleh Roh Kudus. Allah dapat mengusir setan Dalam suatu kampung, hiduplah seorang penyihir yang terkenal, yang memiliki suatu kekuatan yang dapat mengutuk mati seseorang, bila ia menginginkannya. Sepertinya, seluruh penduduk kampung itu ketakutan dan datang untuk mencari kuasa penyembuhan melalui ilmu sihirnya. Bagaimanapun pada suatu saat, ia melewati Gereja Yesus Sejati dan berhenti untuk melihat-lihatnya. Selagi berdiri di sana, ia melihat seseorang yang berjubah putih turun dari surga ke dalam gereja itu. Pada keesokan harinya, ketika melewati Gereja Yesus Sejati lagi, ia melihat penglihatan lainnya, yaitu seseorang yang berkilau sedang menumpangkan tangan kepada para jemaat yang berdoa. Setiap tempat di gereja itu terang, kecuali tempat ia berdiri. Tidak lama kemudian, ia jatuh sakit. Ia terkena suatu penyakit yang serupa dengan arthritis (radang persendian). Seluruh otot pada tubuhnya menegang, sehingga sulit baginya untuk menggerakkan atau membengkokkan anggota tubuhnya. Hampir setiap malam, tiga setan senantiasa mengganggunya, yaitu setan-setan yang ia sembah dan sandari untuk melatih ilmu sihirnya. Ketiga setan itu memerintahkannya agar jangan mempercayai agama Kristen, bahkan memukuli dan mencekiknya atau menarik selimut, sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ia berada di atas tempat tidur itu selama dua bulan lebih. Setelah itu, para jemaat dari Gereja Yesus Sejati mengunjungi dan memberitahukannya mengenai Kebenaran yang sepenuhnya. Suatu malam ketika tiga setan itu datang kembali, ia berseru, “Haleluya!” seperti yang telah diajarkan kepadanya. Tiga setan itu lalu menghilang. Dari kejadian ini, ia memahami kuasa Allah lebih baik lagi. Kemudian, ia dibaptis. Ia harus diusung dengan usungan kayu dan itu menjadi sebuah pekerjaan baptisan yang sulit bagi seorang laki-laki yang tidak dapat membengkokkan anggota tubuhnya sendiri. Setelah dibaptis, ia secara ajaib sembuh dari penyakitnya itu. Pertanyaan Diskusi: Tuliskan kejadian di dalam hidup kalian yang membuktikan kuasa Tuhan yang ajaib. Empat Kitab Injil 101 Renungan dan Doa 1. Hal apa sajakah dari sifat ilahi Allah yang pernah kita alami di dalam hidup? 2. Seberapa besarkah kita telah membiarkan Pencipta alam semesta dan bumi i ni tinggal di dalam hati kita dan mengendalikan kehidupan kita? 3. Seberapa besarkah kita telah menghargai kesempatan untuk mengenal Allah dan firman-Nya? 102 Empat Kitab Injil Injil Yohanes pelajaran 11 Mengenal dan Percaya kepada Tuhan Yesus Kristus Bacaan Kitab Rm. 1:24-28; 10:14-17; Ef. 1:15-23; 2 Tes. 2:9-12; Ibr. 4:2; 1 Yoh. 2:1-6 Sasaran Pelajaran Memampukan murid-murid belajar mengenai pentingnya mengenal Tuhan sebagai Juruselamat pribadi kita Ayat Alkitab “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristuts. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.” (1 Yoh. 5:20) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Yohanes 8-14 Latar Belakang Alkitab Kiranya menunjuk kepada bagian Latar Belakang Alkitab dalam pelajaran 10 sebagai tambahan informasi pada Injil Yohanes (pelajaran 10, 11 dan 12 dari buku ini merupakan pemahaman Alkitab pada Injil Yohanes). Pemanasan Apakah maksud sesungguhnya dari mengenali seseorang itu? Apakah perbedaan antara mengetahui seseorang dan mengenali orang itu secara pribadi? Empat Kitab Injil 103 Pemahaman Alkitab Bagian # 1 – Mengenal Tuhan Yesus A. Pentingnya Mengenal Tuhan Injil Yohanes berbeda dengan Injil lainnya, yang dituliskan agar menunjukkan keberadaan Tuhan Yesus untuk meyakinkan beberapa kelompok kebudayaan. Injil Yohanes dituliskan sebagai suatu Injil yang menyeluruh, sehingga orang banyak dari semua masa boleh mempercayai bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus, Anak Allah. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan, melalui mulut dari para nabi, memberitahukan manusia bahwa mereka harus berjuang untuk mengenal-Nya (Mzm. 100:3; Hos. 6:3,6). Tetapi sekalipun Ia senantiasa memanggil, menasihati dan menegur umat pilihan-Nya dengan keras, orang-orang Israel tetap tidak mengenal dan mengakui Allah (Yes. 1:2-3). Oleh karena itu, dalam Injil ini dan beberapa suratnya, Yohanes menegaskan perihal pentingnya mengenal dan percaya kepada Tuhan. Menurut Yohanes, pemahaman yang sebenarnya merupakan suatu sasaran bagi para umat percaya. Pemahaman ini mengacu kepada pengenalan Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan Juruselamat kita serta hal lainnya berkaitan dengan Allah (1 Yoh. 2:4,1314; 5:20; 4:7-8). Hari ini, kita menyadari bahwa pengenalan Yesus Kristus merupakan suatu persekutuan di dalam kehidupan sehari-hari (1 Yoh. 1:3). Ia adalah ‘jalan, kebenaran dan hidup’ (Yoh. 14:6). Hanya melalui mengenal Tuhanlah, kita dapat beroleh segala berkat di dalam kehidupan ini, sebagaimana dengan kehidupan yang kekal. Bagaimanapun, untuk mengenal Allah tidaklah semudah melatih kecerdasaan atau diskusi. Tetapi haruslah secara aktif, senantiasa percaya dan bersekutu dengan Allah yang membawa kehidupan yang kekal. Ini melibatkan suatu kehidupan yang patuh dan kasih, menjalankan firman Allah, melakukan kehendak-Nya dan mengasihi saudara-saudari seiman. B. Beberapa Tokoh Alkitab yang Mengenal Tuhan Injil Yohanes mencatatkan beberapa tokoh dari yang tidak percaya menjadi percaya sepenuhnya dan patuh kepada Tuhan Yesus. Melalui iman dan pengalaman yang ada, mereka mengenal Yesus Kristus dan mengakui bahwa Ia adalah sungguhsungguh Mesias, Anak Allah. 1. Natanael Saat Filipus memberitahukan Natanael mengenai bagaimana ia menemukan Mesias, yang adalah Yesus dari Nazaret, Natanael segera bersikap ragu-ragu. Para nabi pernah mengatakan bahwa tidak ada seorang besarpun yang berasal dari Nazaret. Bagaimanapun, Natanael tertegun saat Tuhan Yesus menyambutnya dengan berkata, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Tetapi ketika Tuhan menunjukkan kemahatahuan-Nya dengan mengungkapkan kepada Natanael mengenai tempat yang sebenarnya sebelum mereka bertemu, Natanael segera mengatakan, “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” (Yoh. 1:43-49). 104 Empat Kitab Injil 2. Perempuan Samaria Perempuan Samaria, yang memiliki masa lalu begitu sengsaranya hingga dikucilkan dari masyarakat setempat, bertemu dengan Tuhan Yesus di tepi sebuah sumur. Sepanjang perbincangan itu, perempuan Samaria ini beroleh kemajuan dari menolak Tuhan Yesus menjadi percaya kepada-Nya, karena Ia mengetahui masa lalu dan kerinduannya akan Mesias (Yoh. 4:1-30,39-42). 3. Marta Tuhan Yesus menjadi seorang tamu di rumah Marta, Maria dan Lazarus di Betania pada beberapa kejadian sebelumnya (Luk. 10:38). Sepertinya Marta telah mengenal Tuhan, pengetahuan rohani dan imannya pun bertumbuh. Bagaimanapun, hanya setelah Tuhan memberitahukan bahwa Ia adalah ‘kebangkitan dan hidup’ dan bangkitnya Lazarus dari kematianlah yang benarbenar membuat Marta percaya bahwa Tuhan adalah ‘Kristus, Anak Allah, Ia yang datang ke dalam dunia’ (Yoh. 11:25-27). 4. Tomas Sekalipus Tomas telah menjadi seorang pengikut Kristus, ia baru benar-benar sadar bahwa Tuhan adalah Anak Allah, setelah Tuhan Yesus menampakkan diri dan menunjukkan bekas paku pada tangan dan lambung kepadanya. Apakah yang merintangi Tomas dari melihat dan mengenali Allah? Tomas kehilangan iman. Ia memerlukan keyakinannya itu dapat dibuktikan dengan nyata. Ia perlu untuk melihat dan menjamah Tuhan sendiri sebelum menjadi percaya. Setelah Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya, Tomas percaya dengan sepenuh hati dan berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:26-28). 5. Yohanes Pembaptis Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus adalah saudara sepupu, sehingga ia mengetahui siapa Tuhan Yesus secara jasmani, tetapi belum mengenal bahwa Yesus Kristus adalah Mesias. Dua kali, dalam Yohanes 1:31 dan 1:33, Yohanes berkata, “Aku sendiri tidak mengenal-Nya.” Jadi, sekalipun Yohanes diutus oleh Allah untuk memberitakan bahwa janji Juruselamat bagi umat Israel telah dinyatakan dan dipanggil untuk ‘menyaksikan tentang Terang itu’, tetapi belum mengenal Dia hingga saat pembaptisan Tuhan Yesuslah, ia baru benar-benar memahami bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias. Saat Tuhan Yesus datang untuk dibaptis oleh Yohanes, Yohanes melihat Roh Allah turun dari langit seperti burung merpati dan tinggal di atas-Nya (Yoh. 1:29-34). 6. Simon Petrus Suatu saat, Tuhan Yesus menanyakan Petrus perihal siapakah Dia itu. Petrus menyatakan, “Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh. 6:69). Pemahaman Petrus akan Kristus adalah benar, tetapi masih terbatas adanya. Sekalipun Petrus mengenal siapa Tuhan, ia belum memahami sepenuhnya mengenai sasaran dan amanat-Nya di bumi. Ia melihat Tuhan dari sudut pandang dunia, beranggapan bahwa Ia akan segera memulihkan Kerajaan Israel dan menjadi Raja secara duniawi. Bagaimanapun, pemahaman Petrus akan Kristus berkembang terusmenerus. Setelah menyangkal mengenai penderitaan Tuhan, menyaksikan kematian dan kebangkitan-Nya serta mengalami kuasa Roh Kudus pada hari Pentakosta, kesadaran Petrus akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat bertumbuh dan semakin mendalam. Empat Kitab Injil 105 7. Orang-Orang Yahudi Suatu saat, Tuhan dipanggil untuk segera datang ke Betania, karena Lazarus sedang jatuh sakit. Saat Ia tiba sana, Lazarus telah meninggal empat hari lamanya. Sepanjang waktu itu, beberapa orang Yahudi pun pergi ke rumah Marta dan Maria untuk menghibur mereka. Saat Tuhan berdiri di depan kubur Lazarus, Ia berdoa dan menyerukan agar Lazarus keluar dari dalam kubur itu. Saat Lazarus keluar dari dalam kubur itu, banyak orang Yahudi, yang bersamasama dengan Maria menyaksikan apa yang Ia telah lakukan, menjadi percaya kepada-Nya. Orang-orang Yahudi itu dahulunya adalah pengikut dari para ahli Taurat dan orang Farisi, yang menentang dan menolak Yesus Kristus. Tetapi sekarang, setelah menyaksikan mujizat itu, mereka menjadi paham dan percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh. 11:1-48). Bagian # 2 – Proses Percaya dan Menerima Allah Percaya dan menerima Tuhan Yesus melibatkan suatu proses yang panjang dan rumit. Hal apa sajakah yang biasanya menjadi batu sandungan, sehingga merintangi manusia dari menerima Kristus? Apakah yang menjadi sumber iman dan kepercayaan di dalam Tuhan Yesus? A. Batu Sandungan 1. Pertimbangan dan pemahaman awal Pertimbangan dan pemahaman awal mengenai Kristus dan agama Kristen sering kali menjadi batu sandungan. Sikap Natanael terhadap penduduk Nazaret membuat dirinya beranggapan bahwa tidak ada sesuatu yang baik yang berasal dari sana. Beberapa orang dari negeri Timur-Jauh tidak akan pernah menerima agama Kristen, karena mereka menyangka bahwa agama Kristen itu merupakan agama dari dunia barat dan agama dari orang-orang kafir. Dalam masa Kristus, pertimbangan dari orang-orang Farisi dan para ahli Taurat inilah yang merintangi mereka untuk melihat Kebenaran yang sepenuhnya. Dalam Matius 9:17, Tuhan Yesus berkata kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, “Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak, sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur.” Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mendirikan suatu perjanjian yang baru antara Allah dan umat-Nya. Ia datang untuk menawarkan pengampunan dosa dan perdamaian dengan Allah melalui iman. Ini sungguh berbeda dari cara kepercayaan orang-orang Yahudi, dengan peraturan dan adat istiadat yang mereka anut. Orang-orang Yahudi menganut tradisi lama yang mereka anggap baik. Dan sekalipun, mereka mendengar pengajaran Tuhan Yesus yang berkuasa dan menyaksikan berbagai mujizat-Nya, mereka tetap menentang Kebenaran yang sepenuhnya itu, sehingga merintangi mereka dari percaya dan mengenal Yesus Kristus sebagai Mesias yang telah lama dinantikan, Anak Allah (Yes. 53:1-3; Luk. 24:21). Apakah kita pernah mempertimbangkan dan memahami sesuatu yang membutakan kita untuk melihat Kebenaran yang sepenuhnya atau merintangi dari berjalan dengan iman kita? 2. Kehilangan iman Saat Yesus Kristus mengajar, banyak orang yang mengikut-Nya untuk memperoleh makanan dan berkat jasmani. Mereka mengejar kehidupan di dunia ini dan gagal untuk melihat apa yang Tuhan tawarkan. Manusia yang tidak 106 Empat Kitab Injil beriman menaruh pengharapan mereka pada hal-hal yang kelihatan dan yang bersifat sementara. Mereka tidak dapat melihat hal-hal yang bersifat kekal. Iman mereka ada hanya sepanjang berkenaan dengan pengharapan mereka. Orang banyak yang mengikut Tuhan Yesus justru kehilangan iman mereka. Mereka ‘percaya’ kepada Kristus dengan dangkalnya dan pergi begitu saja ketika Ia tidak menawarkan apa yang mereka harapkan. Iman mereka tidak cukup dengan mengabaikan pemahaman dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan firman-Nya (Rm. 11:20; 2 Kor. 1:24). Alkitab berkata, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (Ibr. 11:6a). Oleh karena itu, iman merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam memperoleh keselamatan. “Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya” (Ibr. 4:2). Seseorang yang beriman tidak akan kehilangan pandangannya mengenai kehidupan yang kekal karena hal-hal dari dunia ini. Mereka memiliki iman untuk memandang jauh dari sekedar godaan hidup, bahkan menerima dan mematuhi firman Allah dengan sepenuhnya. 3. Hati yang keras Manusia pada masa Tuhan Yesus, seperti mereka yang hidup pada masa Yesaya (Yes. 6:10), tidak akan percaya sekalipun ada bukti yang nyata. Sebagai akibatnya, Allah keraskan hati mereka. Dalam Roma. 1:24-28 dan 2 Tesalonika 2:9-12, mencatatkan bagaimana orang-orang dunia telah menjadi sia-sia di dalam pandangan dan pikiran mereka yang gelap. Bagi mereka yang memiliki hati yang keras, bahkan untuk alasan yang paling menyentuh hati sekalipun menjadi siasia. Tuhan Yesus cukup banyak menunjukkan tanda mujizat yang membuat orang banyak seharusnya menjadi percaya kepada-Nya. Tanda mujizat yang terbesar adalah membangkitkan Lazarus dari kematian, seharusnya dapat menggugah iman dari semua orang yang melihat atau yang mendengarkan kejadian itu. Tetapi orang-orang Yahudi tetap mengeraskan hati mereka dan menolak untuk meyakini bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias. Marilah mengintrospeksi dan memastikan apakah hati kita ini telah menjadi tegar karena tipu daya dosa (Ibr. 3:13). Tips Pengajaran: Anda boleh membuat sebuah daftar seperti berikut untuk membantu mengatur informasi yang ada. Tokoh Rintangan apakah bagi mereka untuk mengenal Tuhan? Bagaimana menghilangkan rintangan itu? Hasil Empat Kitab Injil 107 B. Sumber Iman 1. Mendengarkan firman Allah dan diperbarui oleh Kebenaran Paulus berkata, “Jadi, iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rm. 10:17). Iman termotivasi dari mendengarkan Injil firman Allah. Pada hari Pentakosta, Petrus berdiri dan berkhotbah di hadapan orang banyak. Dalam khotbahnya, Petrus memperkenalkan Injil dan jalan keselamatan kepada mereka. Ketika mendengarkannya, mereka menjadi tersentuh. Kepandaian berbicara atau kehebatan merayu apakah yang Petrus miliki, sehingga menyebabkan orang banyak mengatakan hal ini? Sungguh, tidak ada. “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr. 4:12). Melalui firman Allah, “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Kor. 10:3-5). 2. Melihat kuasa Allah Dalam Yoh. 10:37-39, Tuhan Yesus mengatakan kepada orang banyak, “Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu.” Tuhan mengakui bahwa orang banyak belum dapat menerima pengajaran-Nya dan mungkin percaya melalui cara yang lainnya. Oleh karena itu, Ia mengundang para pendengar-Nya untuk mempertimbangkan semua mujizat-Nya, bila mereka menemukan firman-Nya terlalu sulit untuk dipercayai. Setelah semuanya itu, dinubuatkan bahwa Mesias akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar (Yes. 35:4-6). Hari ini, Alah dapat menggunakan berbagai mujizat untuk menolong kita. Dan berbagai mujizat itu mungkin merupakan mujizat yang luar biasa atau sesuatu yang biasa saja. Tetapi dalam cara apapun, Allah membiarkan kita mengetahui bahwa Ia berbicara secara pribadi kepada kita. Banyak orang datang kepada Tuhan setelah menyaksikan mujizat seperti beroleh kesembuhan dari suatu penyakit, beroleh kelepasan dari kuasa kegelapan dan lain sebagainya (Mrk. 16:17-20; 1 Sam. 2:6-7). Berbagai mujizat itu tidak akan pernah berakhir dalam kehidupan mereka. Tuhan menunjukkan berbagai mujizat itu, sehingga orang banyak dapat mengetahui dan memahami bahwa Aku (Yesus) di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku (Yesus) (Yoh. 14:10-11). Demikian pula, Allah dapat menggunakan berbagai mujizat untuk meyakinkan orang banyak, agar mereka percaya kepadaNya dan meneguhkan Kebenaran yang sesungguhnya. 3. Merendahkan hati sendiri Pada suatu saat, Tuhan mengatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Mat. 11:25). Mengapa Injil tersembunyi dari orang bijak dan orang pandai? Ada orang-orang yang merasa sombong dalam pengetahuan mereka. Mereka merasa telah mengetahui semuanya. Sementara, orang kecil adalah mereka yang rendah hati dan mau menerima Kebenaran firman Allah. Di dalam Alkitab, ada seorang sida-sida dari tanah Etiopia, pembesar dan kepala perbendaharaan dari Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang bertanggung jawab atas harta yang banyak. Ia baru saja beribadah di Yerusalem dan sedang 108 Empat Kitab Injil membaca suatu catatan dari Yesaya dalam perjalanan pulangnya. Saat ditanya apakah memahami apa yang sedang dibacanya, sida-sida itu tidak menggunakan kesombongan atau statusnya dalam memahami firman Allah. Ia mengecewakan para pengawalnya dan justru meminta Filipus untuk duduk di sampingnya dan menjelaskan catatan yang sedang ia baca itu. Sekalipun seorang yang berkedudukan tinggi, sida-sida itu memahami bahwa ada beberapa bagian kehidupan yang perlu bantuan dari orang lain dan ia tidak merasa malu untuk melakukannya. Karena kerendahan hatinya, sida-sida itu mampu memahami firman Allah dan menerima karunia hidup kekal (Rm. 10:9; 4:20-21; 1 Tim. 1:15; 4:8-9). Mereka yang sombong, sebaliknya, akan terhalangi dari mendengarkan atau melihat Kebenaran. Bukanlah dengan pengetahuan duniawi, kekuasaan atau status yang membuat kita mengetahui Kebenaran, tetapi suatu sikap yang rendah hati. Bila mempelajari Kitab Suci dengan iman dan rendah hati, kita akan menerima banyak pandangan dan pemahaman firman Allah yang baru. 4. Allah memberikan pemahaman dan membuka hati kita untuk menerima-Nya Tidak peduli seberapa banyak telah berusaha, kita tidak dapat memahami Yesus pada diri kita sendiri, karena manusia memang tidak dapat menjelaskan misteri dari Roh Allah (1 Kor. 2:11). Demikian pula dengan manusia, sekalipun telah berusaha dengan berbagai alasan untuk mengenali Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak dapat mengenali-Nya (Mat. 16:13-14). Penduduk Nazaret, kota Tuhan Yesus dibesarkan, beranggapan bahwa mereka mengenal Dia, tetapi pemahaman mereka mengenai Tuhan Yesus hanya dibatasi sebagai anak tukang kayu saja (Mat. 13:55-58). Dunia melalui hikmatnya tidak dapat mengenali Allah (1 Kor. 1:20-21). Hanya Allahlah yang dapat mengungkapkan kepada manusia siapa diri-Nya yang sesungguhnya (Mat. 11:27; Kis. 16:14). Dalam Lukas 10:22, Tuhan memberitahukan murid-murid, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Setelah itu berpalinglah Yesus berkata kepada murid-muridNya tersendiri, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” Sungguh, ini bukan hasil pekerjaan manusia bahwa kita dapat mengenal Dia, tetapi karena melalui pilihan dan kasih karunia-Nya kita diselamatkan (Yoh. 15:15-16; Ef. 2:8-9). Kiranya Tuhan mengaruniakan kita Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar (Ef. 1:17). Menguji Pemahaman 1. Menurut Yohanes, apakah maksudnya mengenali Allah itu? 2. Hal apa sajakah yang merintangi seseorang dari percaya kepada Allah? 3. Sumber iman dan kepercayaan apakah kepada Allah? 4. Dari pembelajaran kita mengenai beberapa tokoh yang percaya kepada Tuhan, adakah seorang tokoh yang kalian dapat mengenalinya? Empat Kitab Injil 109 Penerapan Kehidupan Selangkah Lebih Dekat dalam Mengikut Yesus Kita tinggal di suatu dunia yang sebagian besar masyarakatnya tidak percaya bahwa sesuatu itu benar adanya, bila kita memberitahukan mereka. Ini benar-benar terasa terutama ketika kita memberitahukan Injil, agar mereka percaya kepada Allah. Manusia perlu untuk melihat dan mengalami Allah secara pribadi. Manusia menjadi percaya dan memahami Tuhan Yesus melalui berbagai cara. Ada kalanya Allah mengirim kilat untuk mengejutkan kita. Ada kalanya Allah mengirim anugerah dan berkat untuk membiarkan kita melihat kehadiran-Nya. Kita telah mengalami Allah melalui penyembuhan penyakit, menerima Roh Kudus, beriman kepada firman-Nya atau kasih dari orang-orang di sekeliling kita. Allah akan menggunakan berbagai cara untuk menyanggupkan kita mengenal-Nya, tetapi kita perlu membuka hati dan menjadi sensitif kepada panggilan ilahi-Nya. Bacalah kutipan berikut dari sebuah surat yang dituliskan oleh seorang saudari kepada teman baiknya, yang ia telah kenal sejak SMP. Melalui surat itu, kita dapat melakukan suatu perjalanan bersama dengannya, sebagaimana ia mulai mengenal Allah dan mengalami suatu perubahan di dalam kehidupannya. Teman Baikku, Saya bersyukur kepada Allah atas kamu dan hubungan baik kita selama beberapa tahun ini. Saya pun bersyukur kepada Allah bahwa kamu telah menyempatkan waktu dari jadwal kesibukanmu untuk menghadiri kebaktian hari Sabtu malam, yaitu Kebaktian Kebangunan Rohani yang diadakan dua kali setahun di Garden Grove. Saya memahami bagaimana kamu merasakan malam itu, karena saya pun merasakan hal yang serupa saat pertama kali melihat orang-orang berdoa dalam bahasa lidah pada kebaktian rumah tangga yang saya hadiri bersama dengan orangtua dan saudara termudah saya (ia berusia 9 tahun dan saya berusia 10 tahun). Doa itu tidak sampai 30 menit, tetapi lebih dari 10 menit lamanya. Sekalipun demikian, saya merasa takut dan tidak nyaman. Saya beranggapan bahwa berdoa dengan bahasa lidah itu sungguh suatu cara yang aneh untuk berdoa. Bahkan saya dan adik tertawa, sekaligus tidak menyukainya, tetapi merasa damai, sebagaimana kita melihat-lihat selama mereka berdoa. Setelah itu, ketika menghadiri Kebaktian Kebangunan Rohani di Garden Grove, saya merasakan bahwa berdoa selama 30 menit itu sungguh merupakan suatu beban, karena tidak tahu apa yang harus didoakan dan lutut saya masih terasa sakit, bahkan setelah selesai berdoa. Saya terkenang saat pertama kali pergi ke Gereja Yesus Sejati di El Monte. Saya melihat-lihat ke berbagai ruangan di gereja itu dan mendapati ruang kosong yang berseberangan dengan ruang aula utama. Ketika duduk pada salah satu bangku kayu di gereja itu, saya merasakan seperti telah tiba di ‘rumah’ sendiri. Ruang aula ini jelas terasa hangat dan penuh damai sejahtera (sebagaimana yang kamu ketahui, bahwa saya merasakan seperti di rumah sendiri). Saya pun terkenang saat menerima Sakramen Baptisan Air di sungai yang airnya begitu dingin seperti es yang membeku. Saya melakukan apa yang pendeta katakan dan tentunya, yang sesuai pula dengan ajaran Alkitab. Saya berlutut di 110 Empat Kitab Injil dalam air, menundukkan kepala, melipatkan tangan dalam posisi berdoa, memejamkan mata dan bertobat (mengakui semua hal buruk yang pernah saya perbuat dan memohon pengampunan Allah), lalu pendeta membaptis saya dalam nama Yesus Kristus. Setelah mengeringkan tubuh dan berganti pakaian, kita kembali ke Gereja Yesus Sejati di El Monte untuk melakukan Sakramen Pembasuhan Kaki dan Sakramen Perjamuan Kudus. Saat duduk kembali di sebelah kiri adik di dalam suatu mobil yang berwarna merah anggur dan membuka jendelanya, tiba-tiba, saya merasakan seperti ada suatu beban yang besar dan begitu berat, yang terpikul di pundak saya, padahal saya baru berusia 10 tahun. Beban apakah yang mungkin saya dapat pikul pada saat itu? Saya memuji Allah bahwa diri saya sekarang ini sungguh berbeda dari seorang gadis yang menyedihkan, seperti yang digambarkan dahulu kepadamu. Beban yang terpikul di pundak adalah segala beban dosa yang pernah saya perbuat. Saya memiliki sifat yang begitu buruk dan mudah sekali untuk menjadi marah. Saya melampiaskan seluruh kemarahan dan rasa frustrasi saya ke dalam tindak kekerasan, seperti yang ayah sering perbuat. Saya membenarkan tindakan dan hak untuk menjadi marah. Saya tidak dapat mengendalikan sifat buruk itu. Saya sering meninju orang yang kurus dengan kejam dan menendangnya, tidak membantu adik kapanpun ia menjengkelkan perasaan saya. Seolah-olah belum cukup buruk, suatu saat saya begitu marah kepada adik, sehingga mencakar lengan bawah dan membuatnya berdarah. Saya sadar memiliki sifat buruk itu, tetapi tidak mampu untuk memperbaikinya. Pada suatu saat, saya menjadi begitu marah dan jengkel, bahkan meluapkan kemarahan di hadapan ibu atau sanak saudara yang memberitahukan sifat buruk yang saya miliki. Saya tidak mampu menangani sifat buruk itu dan begitu angkuhnya untuk mengakui kekurangan diri sendiri. Saya sering berkata kasar (meniru kebiasaan dari anak-anak tetangga). Saya terbiasa dan sering kali menggunakannya di dalam sekolah. Saya terlalu pelit dan mementingkan diri sendiri. Saya tidak suka berbagi kepunyaan sendiri, tetapi justru menimbunnya. Untuk makanan atau hal lainnya, saya senantiasa mengambil bagian yang terbaik bagi diri sendiri dan tidak mempedulikan kebutuhan dan keinginan orang lain. Saya mencuri uang dari orangtua dan menjadikan adik sebagai kaki-tangan saya, sehingga kita dapat bermain ding-dong di toko donat yang bersebelahan dengan restoran hasil laut orangtua kami. Suatu saat, perbuatan adik ketahuan dan dihukum oleh orangtua, tetapi saya justru tidak membela adik. Di atas semua itu, saya memiliki harga diri yang begitu rendah, sehingga membenci diri sendiri. Sebenarnya, ‘membenci’ di sini, bukanlah sepenuhnya menunjukkan seberapa besar saya merasa kesal dan memandang rendah segala sesuatu mengenai diri sendiri. Di sekolah, saya senantiasa diacuhkan, karena tidak dapat menempatkan diri di manapun saya berada. Saya senantiasa menjadi orang terakhir yang terpilih di suatu tim. Teman-teman sekolah mengejek, karena corak budaya dan pakaian yang tidak modern yang saya kenakan. Beberapa anak lakilaki bahkan berlaku terlalu jauh terhadap diri saya, seperti mengeluarkan kata-kata sumpah serapah, melemparkan batu, menghina dan mendorong saya. Mereka memukuli saya tanpa belas kasihan, sehingga membuat hidung saya berdarah, luka dan memar pada anggota tubuh lainnya. Di rumah, saya sering kali ditampar, dipukuli dan dihukum oleh ayah, kapanpun ia melampiaskan rasa marah dan frustrasinya. Saya merasa tertolak dan kesepian; kapanpun memandang muka di hadapan cermin, semua yang saya dapati hanyalah keburukan, kebodohan, anak yang tidak disayangi, yang tidak dapat berbuat apapun yang pantas atau yang baik. Oleh karena itu, saya sering berjalan dengan tatapan mata ke bawah dan kepala Empat Kitab Injil 111 yang tertunduk. Saya merasa tidak dapat berbuat sesuatu yang pantas. Bahkan saya beranggapan bahwa ibu, semua orang membenci diri saya. Sekalipun menyedihkan dan merasa bahwa hidup ini tidak pantas untuk dijalani, saya terlalu takut untuk melarikan diri dari rumah atau menjalani kehidupan saya sendiri. Saya jarang tersenyum. Suatu saat, teman sekolah saya bertanya dengan terus terang, “Bagaimana kamu dapat untuk tidak pernah tersenyum?” Saya dengan penuh kesedihan menjawabnya, “Karena tidak ada hal yang saya dapat senyumkan.” Apakah yang berbeda dari diri saya pada hari ini? Kamu dan orang-orang lainnya yang mengetahui diri saya mungkin akan menggambarkannya sebagai seseorang yang benar-benar menyenangkan. Bahkan, beberapa orang telah menjuluki saya ‘gadis sinar matahari’. Tentu saja, saya tidak berubah dari semalam ataupun karena suatu hal kebetulan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Pada hari ini, saya masih memiliki banyak hal untuk membuktikannya. Saat bertumbuh di dalam Tuhan, saya menemukan tekanan yang berat, yaitu mengasihani dan membenci diri sendiri yang berasal dari cara pandang saya terhadap segala sesuatu. Kemampuan saya untuk bersukacita sekarang ini (tidak peduli dalam situasi bagaimanakah diri saya ini) bukanlah disebabkan oleh berpikir secara positif ataupun rasa optimis, tetapi karena firman Allah yang ada di dalam Alkitab. Saya tidak mendengarkan dan membaca firman Allah saja, tetapi memasukkan dan menjalaninya di dalam kehidupan saya. Saya belum pernah mencari bantuan dari psikoterapis sebelumnya, tetapi hanya memiliki beberapa orang teman. Dua orang dari antara teman-teman itu memberitahukan bahwa mereka itu sebenarnya merupakan teman-teman yang buruk, sementara dua orang lainnya pun bermasalah atau tertekan. Mengapa mereka tidak memiliki ketulusan, sukacita dan damai sejahtera di dalam hati mereka, sementara saya memilikinya? Semua yang saya ketahui adalah Allah telah menyediakan suatu terapi yang terbaik melalui firman-Nya “yang hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr. 4:12). Firman Allah telah membentuk segala sifat saya bertahun-tahun lamanya dan terus-menerus akan membentuknya hingga saat kematian diri saya. Sekalipun bekas luka dari masa kecil saya akan senantiasa ada, tetapi bekas luka itu tidak akan menghilangkan rasa sukacita di dalam Tuhan, karena saya memiliki suatu sasaran hidup dan pengharapan keselamatan yang kekal. Selain itu, saya telah mengalami kasih Allah dan kegenapan dari janji-janji-Nya seperti yang tercatat di dalam Alkitab. Alkitab bukan sekedar tulisan yang memuat catatan sejarah, cerita dan konsep. Firman Allah senantiasa berlaku dan berkaitan dengan kehidupan manusia. Firman Allah mengandung kebenaran dan hidup; saya menyadarinya dari pengalaman pribadi. Saya begitu banyak berbagi dengan kamu, tetapi tidak ingin berlebihan atau membuat kamu merasa bahwa saya berusaha untuk mengubah diri kamu. Saya hanya ingin berbagi harta yang saya temukan ini. Saya berharap dapat membagikan semuanya ini, karena merasa terlalu kuatir mengenai apa yang kamu akan pikirkan, terutama dalam menghindari penggunaan perkataan atau perilaku yang dapat melukai hati orang lain. 112 Empat Kitab Injil Saya ingin mengatakan bahwa saya mengasihi dan mempedulikanmu. Akan sungguh berarti bagi saya, bila kamu dapat mempercayai saya dengan datang kembali ke gereja untuk “mengecap dan melihat betapa baiknya Tuhan itu” (Mzm. 34:9). Kamu boleh datang kepada saya kapanpun. (Selangkah Lebih Dekat dalam Mengikut Yesus, Higher Ground, Musim Semi 1998) Pertanyaan Diskusi: 1. Bagaimana kalian dapat percaya kepada Tuhan? 2. Bagaimana kalian ‘melihat’ Allah untuk pertama kalinya? 3. Seberapa teguhkah iman kalian di dalam Allah? 4. Hal apa sajakah atau kejadian yang meyakinkan kalian bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat kalian? 5. Rintangan atau keraguan apa sajakah yang kalian pergumulkan dalam mencari Allah? Bagaimana kalian mengatasinya? Renungan dan Doa Melalui pencobaan dan penderitaan, Ayub mampu melanjutkan dari ‘mendengar perihal Allah’ menjadi ‘melihat Allah’. Hari ini, sudahkah kita mendengar perihal Allah atau kita benar-benar telah melihat Allah di dalam kehidupan kita? “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan” (Hos. 6:3). Empat Kitab Injil 113 114 Empat Kitab Injil Injil Yohanes pelajaran 12 Yesus Kristus – Jawaban dari Segala Sesuatu Bacaan Kitab Yoh. 6; 8:1-12; 10:1-18; 11:1-44; 14:1-7; 16:33; Ef. 1-2:8; Mzm. 103:1-5,13 Sasaran Pelajaran 1. Memampukan murid-murid untuk mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang Maha kuasa, yang dapat mengatasi segala persoalan kehidupan kita sehari-hari 2. Memampukan murid-murid belajar percaya dan berserah kepada Tuhan terhadap apa yang kita hadapi di dalam kehidupan Ayat Alkitab “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat. 11:28-29) Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid) Yohanes 15-21 Latar Belakang Alkitab Kiranya menunjuk kepada bagian Latar Belakang Alkitab dalam pelajaran 10 sebagai tambahan informasi pada Injil Yohanes (pelajaran 10, 11 dan 12 dari buku ini merupakan pemahaman Alkitab pada Injil Yohanes). Pemanasan Kapankah kalian mendapati persoalan? Kepada siapakah pertama kali kalian biasa berserah? Mengapa? Empat Kitab Injil 115 Pemahaman Alkitab Karena sifat alami dari Pemahaman Alkitab ini, periksalah pemahaman berbagai pertanyaan yang dapat ditemukan setiap ungkapan ‘Akulah...’. Dalam kitab Yohanes, Tuhan sering menggunakan ungkapan ‘Akulah...’ (ego eimi) untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri. Faktanya, Yesus Kristus menggunakan ungkapan ini sebanyak tujuh kali untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang Maha kuasa dan yang Maha kekal. Penggunaan ungkapan ‘Akulah...’ pertama kali digunakan pada Perjanjian Lama, saat Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa (Kel. 3:13-14). Ungkapan ‘Akulah...’ menyatakan keberadaan Allah dan digunakan secara mutlak oleh Allah dan bagi Allah. Ungkapan ini dimaksukan kepada Satusatunya yang kekal, Allah yang sejati, Pencipta alam semesta dan Penebus umat Israel (Yes. 43:13; 44:6; 46:9; 48:12; 52:6; Ul. 32:39; Kis. 7:32; Mat. 22:32). Dalam penggunaan ungkapan ini, Tuhan menegaskan bahwa Ia adalah Allah yang kekal dan yang tidak nampak, yang menjadi manusia. Setiap ungkapan ‘Akulah...’ muncul, Tuhan Yesus mengungkapkan suatu hal unik dari sifat keilahian-Nya. Tiap-tiap ungkapan menunjukkan suatu hal yang Tuhan penuhi dalam kehidupan kita. A. Akulah Roti Hidup yang Turun dari Surga (Yoh. 6:51) Saat menyaksikan mujizat bagaimana Tuhan memberikan makanan kepada lima ribu orang lebih, mereka tertarik kepada Tuhan karena manfaat dan berkat jasmani. Kristus memperbaiki pandangan mereka yang keliru dengan mengatakan, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35). Tuhan mengingatkan orang banyak untuk tidak memusatkan pikiran terhadap makanan dan minuman atau berkat jasmani yang dapat binasa, tetapi pada hal-hal yang tidak dapat binasa. Ia mengingatkan bahwa selain kehidupan jasmani, ada pula kehidupan rohani yang memerlukan makanan rohani yang bergizi dan kepuasan. Sering kali, kelaparan dan kehausan rohani ini timbul dalam berbagai cara yang berbeda, seperti kesepian, kebosanan, kesia-siaan dan kehampaan. Hari ini, kita membuat kesalahan umum dari berusaha untuk mengisi kekosongan rohani dengan hal-hal jasmani seperti makanan, kesenangan, kenikmatan dan kehidupan yang sibuk. Makin berusaha untuk mengisi kekosongan ini dengan hal-hal duniawi, maka semakin hampa kita akan merasakannya. Sebagian manusia seperti seseorang yang terapung-apung di lautan. Ia menjadi mengigau karena kehausan dan bertekad untuk meminum air laut untuk menghilangkan dahaganya. Makin banyak minum, ia semakin haus. Akhirnya, ia mati karena kehabisan cairan dalam tubuh. Memang mustahil untuk memperoleh kepuasan hati yang sesungguhnya dari hal-hal duniawi. Bagaimanapun, Tuhan menawarkan kita sebuah jalan keluar. Ia berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). Satu-satunya jalan keluar bagi kehampaan dan kesia-siaan hidup adalah dengan datang ke hadapan Tuhan Yesus, percaya kepada-Nya dan menjalankan firman-Nya. Setelah itu, kita akan menemukan kepuasan dalam hati dan kelegaan bagi jiwa kita. 116 Empat Kitab Injil Menguji Pemahaman: 1. Pernahkah kalian merasa hampa di dalam hidup? 2. Apakah kalian mendapati bahwa kehidupan itu mengerikan, tertekan atau siasia? 3. Apakah yang kalian telah lakukan untuk berusaha membawa makna ke dalam kehidupan kalian? Apakah hal itu tepat guna? B. Akulah Terang Dunia (Yoh. 8:12) Dalam Yohanes 8:1-11, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan yang berzinah ke hadapan Tuhan untuk dihakimi. Bagaimanapun, Kristus berpaling kepada mereka dan berkata, “Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendakah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Setiap orang meninggalkan tempat itu dari yang tertua hingga yang termuda. Tuhan berpaling kepada perempuan itu dan memerintahkannya untuk jangan berbuat dosa lagi. Lalu, Ia berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Dari kejadian ini, kita dapat melihat bahwa Yesus Kristus, terang yang sesungguhnya, telah memancarkan terang itu ke dalam hati perempuan yang berzinah. Saat memancar, terang itu akan menebus kegelapan, hingga menyingkapkan mana yang benar dan yang salah, mana yang sejati dan yang palsu. Dahulu perempuan yang berzinah ini hidup di dalam kegelapan, dosa dan tanpa pengenalan akan Allah, tetapi sekarang ini, ia dapat ‘melihat’ dan mengenal Tuhan. Tuhan Yesus menunjukkan jalan-jalan yang keliru kepadanya. Ia menunjukkan pula kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi bahwa di hadapan Allah, mereka pun adalah orang-orang berdosa dan bukan orang-orang yang benar. Barangsiapa tinggal di dalam kegelapan akan dibingungkan, tidak dapat melihat kenyataan hidup. Tersesat di dalam khalayan kehidupan, mereka membuat penghakiman berdasarkan penampilan luar saja dan tidak dapat memahami apa yang penting dan yang benar. Hanya dengan mengenal Yesus Kristus dan tinggal di dalam firman-Nyalah, kita akan dapat benar-benar ‘melihat’ arah kehidupan ini. Dengan terang, kita dapat melihat nilai dari segala hal dengan jelas dan dapat melihat untuk apa sebenarnya kita hidup di dunia. Karena firman Allah bagaikan sebuah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita, sehingga kita tidak akan tersandung atau terjatuh. (Mzm. 119:105). Menguji Pemahaman: 1. Bagaimana terang Allah telah bersinar di dalam kehidupan kalian? 2. Bila terang Allah memang telah bersinar di dalam kehidupan kalian, hal apakah yang akan tersingkap? 3. Matius 5:14-16 memberitahukan agar terang kita dapat bersinar kepada orang lain. Apakah maksudnya? Introspeksilah dalam perkataan, tindakan dan jalan kehidupan kita, apakah telah menjadi terang bagi bangsa-bangsa lainnya. Empat Kitab Injil 117 C. Akulah Pintu (Yoh. 10:7) Pada suatu petang di Palestina, kawanan domba dikumpulkan ke dalam sebuah kandang untuk melindungi mereka dari para pencuri, cuaca buruk atau binatang buas. Para gembala biasanya tidur sebagai pintu di tempat masuk dan keluarnya kawanan domba itu. Tuhan menggunakan pintu ini untuk menggambarkan bahwa hanya melalui Dialah kita beroleh kehidupan yang kekal. Hari ini, ada banyak macam agama. Dalam kekristenan sendiri, ada 10.000 gereja dengan berbagai pengajaran mengenai keselamatan. Dalam masyarakat plural seperti hari ini, kita diajarkan untuk menerima semua agama yang secara garis besar adalah sama; semua agama itu mengajarkan kita untuk berbuat kebaikan dan memimpin kita kepada kehidupan yang kekal. Tetapi tidak semua agama adalah sama ataupun dapat memimpin manusia kepada kehidupan yang kekal. Hanya melalui Tuhan Yesuslah kita dapat beroleh keselamatan (Kis. 4:12). Yesus Kristus adalah satu-satunya pintu menuju keselamatan. Karena hanya ada satu Tuhan, maka hanya ada satu jalan dan satu pintu pula untuk masuk ke dalam jalan yang menuju kehidupan yang kekal (Ef. 4:4-6). Oleh karena itu, dua gereja dengan dua pengajaran yang berbeda mengenai keselamatan tidaklah dapat dibenarkan ataupun dapat memimpin kita menuju kehidupan yang kekal. Keselamatan hanya diperoleh dengan percaya kepada Tuhan Yesus dan menemukan gereja yang memberitakan Injil yang sepenuhnya. Inilah gereja yang menegakkan dan menyatakan Kebenaran yang diajarkan di dalam Alkitab. Pada akhir zaman, Tuhan sendiri telah mendirikan Gereja Yesus Sejati untuk memberitakan satu-satunya jalan keselamatan. Menguji Pemahaman: 1. Apakah yang dimaksudkan dengan pintu? 2. Bagaimana kita dapat masuk ke pintu ini? D. Akulah Gembala yang Baik (Yoh. 10:11) Penggembalaan merupakan suatu pekerjaan yang umum di Israel, sehingga Tuhan pernah berkata, “Akulah gembala yang baik.” Ini merupakan suatu perumpamaan agar manusia dapat memahami dengan jelas. Dalam kitab Yeremia dan Yehezkiel, para nabi menghukum gembala-gembala (para pemimpin) yang palsu, yang menyalahgunakan peranan kerohanian mereka, “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” (Yer. 23:1) Yehezkiel menubuatkan bahwa gembala yang sejati (Mesias) akan datang dan menuntun umat Allah dengan kepedulian dan kepemimpinan. Yesus Kristus adalah gembala yang sejati bagi umat-Nya. Bagaimana Tuhan Yesus menjadi seorang gembala yang baik? l Gembala yang baik akan menuntun kawanan dombanya (1 Pet. 5:7; Mzm. 23:1-6). Tuhan akan memaringkan kita di padang yang berumput hijau dan membimbing kita ke air yang tenang (Mzm. 23:2). Kita dapat bersukacita dan beroleh kehidupan yang berlimpah melalui tinggal di dalam firman dan Roh Allah. l Gembala yang baik akan berjalan di depan kawanan dombanya. Tuhan telah menjadi teladan bagi kita di dalam setiap bidang kehidupan, sehingga kita dapat mengikuti jejak-Nya di dalam perkataan, kasih, tindakan, kebajikan, semangat dan penderitaan (1 Pet. 2:21-24). 118 Empat Kitab Injil l Gembala yang baik mengenal kawanan dombanya dan kawanan domba pun mengenalnya (Yoh. 10:14). Tuhan mengetahui segala kondisi dan kebutuhan kita. Ia mengetahui pengharapan dan kekuatiran kita, kekuatan dan kelemahan kita. Ia mengenali kita lebih daripada kita mengenali diri sendiri. Ia mengetahui seluruh kepribadian kita. Ia mengenali mereka yang kuat dan yang lemah, yang sakit dan yang terluka, serta akan menolong kita. l Gembala yang baik akan menyerahkan nyawa bagi kawanan dombanya. Tuhan Yesus berjerih-lelah bagi kita saat berada di dunia dan pada akhirnya, menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Seorang gembala yang sejati akan melakukan semua yang ia dapat lakukan untuk menunjukkan kasih dan peduli kepada kawanan dombanya, entahkah saat siang maupun malam. Ia akan mengasihi, bahkan menyerahkan nyawa bagi kawanan dombanya. Bukanlah seperti seorang gembala upahan, yang melayani karena ada keuntungan pribadi, tetapi justru karena kasih Allah. Menguji Pemahaman: 1. Bagaimana Tuhan telah menuntun kalian di dalam hidup? 2. Dalam cara apa sajakah kalian telah mengalami bahwa Tuhan, Gembala yang baik, mengenal kawanan domba-Nya dan kawanan domba-Nya mengenal Dia? 3. Berikan contoh (tanpa menyebutkan nama) dari orang-orang yang kalian temukan yang telah menunjukkan kualitas menjadi seorang gembala yang baik. E. Akulah Kebangkitan dan Hidup (Yoh. 11:25) Sebelum Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian, Ia meneguhkan iman Marta dengan berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup,” untuk membuatnya memahami bahwa Ia berkuasa atas kehidupan dan kematian. Tetapi apakah makna dari kebangkitan Lazarus bagi kita pada hari ini? Kebangkitan Lazarus membuktikan bahwa Tuhan adalah sumber dari kehidupan dan bahwa kehidupan dan kematian berada di tangan-Nya (Yoh. 1:4). Yesus Kristus tidak hanya sumber dari kehidupan jasmani, tetapi sumber dari kehidupan rohani pula. Ia tidak menjanjikan bahwa seseorang akan terluput dari kematian jasmani, tetapi berjanji memberikan kita kehidupan yang berlimpah, termasuk kebangkitan dan kehidupan yang kekal bersama dengan-Nya. Kebangkitan Lazarus dari kematian membuktikan bahwa Ia berkuasa atas kehidupan seseorang. Hanya Ia yang dapat mengatasi kematian. Jadi, kita memiliki jaminan dan kepastian bahwa karena Kristus hidup, kita pun akan hidup. Lebih jauh dari kejadian ini menunjukkan bahwa kuasa kebangkitan-Nya sanggup membangkitkan umat-Nya, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Marta tidak memahami sepenuhnya akan kenyataan bahwa Tuhan sanggup membangkitkan saudaranya pada saat itu dan kelak. Kadang, kita pun dapat keliru membatasi kuasa pemberian kehidupan dari Tuhan untuk masa yang akan datang. Kita mungkin percaya bahwa kelak kita akan bangkit dari kematian dan diubahkan ke dalam tubuh yang rohani. Tetapi kita pun dapat mengalami kuasa Kristus pada masa hidup sekarang ini. Tidak ada situasi atau persoalan di dalam kehidupan kita yang melampaui kuasa Allah untuk diubahkan. Tidak ada kelemahan kita yang terlalu besar bagi-Nya untuk diubahkan. Empat Kitab Injil 119 Menguji Pemahaman: 1. Seberapa besarkah kita percaya di dalam kuasa kebangkitan Tuhan? 2. Pernahkah kita mengalami perubahan hidup dari kuasa Allah di dalam kehidupan kita? F. Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh. 14:6) Sebelum Tuhan Yesus disalibkan, Ia menghibur murid-murid dengan mengatakan, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ” (Yoh. 14:1-4). 1. Yesus Kristus adalah jalan Tomas menanyakan suatu pertanyaan yang bagus. Bagaimana Tuhan Yesus menjadi jalan, sehingga orang-orang dapat berjalan menuju surga? Tampaknya hal ini tidak nyata. Dalam kondisi yang nyata, sebuah jalan dapat menghubungkan kita dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam kondisi yang tidak nyata, hal ini menunjukkan cara yang akan menghubungkan kita ke suatu titik yang pasti. Yesus Kristus adalah jalan menuju kerajaan surga, yang berarti bahwa Ia adalah satu-satunya cara, agar kita dapat sampai ke surga. Mengapa Yesus Kristus merupakan satu-satunya jalan? Mengapa kita tidak dapat diselamatkan melalui Confucius atau Nabi Muhammad atau orang besar lainnya? Jawabannya terletak pada persoalan dosa. Hanya Allahlah, yang tidak berdosa, yang dapat membebaskan kita dari hukuman dosa. Ia rela mengorbankan darah dan nyawa-Nya, sehingga terbukalah jalan yang baru dan yang hidup bagi kita (Ibr. 10:20). Jadi dengan percaya kepada Tuhan Yesus, bertobat, beroleh baptisan air dan roh, mematuhi segala perintah-Nya dan menjadi kuduslah, kita dapat diselamatkan (Kis. 2:38; Tit. 3:5). 2. Yesus Kristus adalah kebenaran Berdasarkan Kamus Lengkap Webster dalam bahasa Inggris, kata ‘kebenaran’ dimaknai sebagai kesesuaian dengan fakta atau realita; keadaan yang sebenarnya dari suatu hal; suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah. Bagaimanapun, pemahaman kebenaran dalam Alkitab sungguh berbeda. Dalam Yohanes 1:1,14 dikatakan, “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Dalam Yohanes 14:6, Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa Ia adalah kebenaran. Firman Allah adalah kebenaran (Yoh. 17:17). Tuhan Yesus merupakan perwujudan Firman dalam manusia, sehingga Ia adalah kebenaran. Dengan berdiam di dalam firman Allah, kita akan dikuduskan dan dibebaskan dari dosa serta akan menerima kehidupan yang kekal (2 Tim. 3:15). 120 Empat Kitab Injil 3. Yesus Kristus adalah hidup Bagaimana Yesus Kristus adalah hidup? Bagaimana Yesus Kristus dapat menyelamatkan dan memberikan kita kehidupan yang kekal? Tuhan Yesus adalah Allah atas kehidupan yang kekal, yang tidak berawal dan yang tidak berakhir (Ibr. 7:1-3,22-25). Ia adalah sumber hayat (Mzm. 36:10), roti hidup (Yoh. 6:35) dan Pemimpin kepada hidup (Kis. 3:15). Karena inilah, Yesus Kristus berkuasa sepenuhnya atas kehidupan dan dapat memberikan kita kehidupan yang jasmani, sebagaimana kehidupan yang kekal (Yoh. 10:28). Melalui namaNya, baptisan air dan mengambil bagian dalam darah dan daging-Nya, kita dapat beroleh hidup yang kekal. Menguji Pemahaman: 1. Bagaimana Yesus Kristus adalah jalan, kebenaran dan hidup? 2. Dalam Yohanes 14:6, bagaimana kalian akan menanggapi seseorang yang mengatakan, “Ada banyak jalan untuk menuju Allah”? G. Akulah pokok anggur yang benar (Yoh. 15:1) Dalam pernyataan ini, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan pokok anggur untuk menggambarkan betapa eratnya hubungan di antara umat percaya dengan diri-Nya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Ketika tinggal di dalam Tuhan Yesus, di dalam gereja-Nya, di dalam firman-Nya, di dalam kasih-Nya, kita bagaikan terhubung dengan pokok anggur itu. Ketika sebatang ranting terhubung dengan batang pohon utamanya, ia akan menerima asupan air dan mineral yang diperlukan bagi pertumbuhannya. Demikian pula bila terhubung kepada Tuhan, kita akan menerima makanan dan minuman rohani, yaitu firman dan Roh Allah. Melalui firman dan Roh Allah, kerohanian kita akan hidup, bertumbuh dan menghasilkan buah. Sebaliknya, bila tidak terhubung dengan pokok anggur, kita bagaikan sebatang ranting yang telah terpotong dari pokok anggur itu. Sekalipun ranting ini mungkin masih tetap hidup dan menghasilkan dedaunan, tetapi hanya sesaat saja. Setelah itu, ia akan layu mengering dan mati. Ini memberitahukan bahwa sebatang ranting tidak dapat menghasilkan buah, kecuali ia tetap terhubung dengan pokok anggurnya. Banyak manusia berusaha untuk menjadi baik, jujur dan melakukan apa yang benar, tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk dapat menjalani sebuah kehidupan yang benar adalah menjadi terhubung denganNya, bagaikan sebatang ranting yang terhubung pada pokok anggurnya. Sering kali, kita menggunakan ukuran manusia untuk mengukur apa yang baik dan yang benar, tetapi ukuran manusia itu tidaklah mutlak. Apa yang benar pada pandangan manusia belum tentu baik menurut Kebenaran Allah. Hanya firman Allahlah merupakan Kebenaran yang mutlak, yang terukur berdasarkan ukuran Alkitab. Sebagai ranting, biarlah kita tetap terhubung dengan pokok anggur kita, Tuhan Yesus. Renungkan bagaimana hampanya kehidupan ini, bila kita gagal untuk tetap tinggal dalam Tuhan Yesus? Seperti hampanya sebatang ranting yang terpotong dari pokok anggurnya, yang tidak dapat menghasilkan buah dan kehidupan. Empat Kitab Injil 121 Menguji Pemahaman: 1. Bagaimana dapat mengukur diri sendiri untuk melihat apakah kita ini masih terhubung dengan pokok anggur rohani kita, Tuhan Yesus? 2. Bagaimana kita dapat menghasilkan buah? Menguji Pemahaman Beberapa pertanyaan dapat ditemukan di dalam bagian Pemahaman Alkitab, setelah pada tiap-tiap ungkapan ‘Akulah...’ Penerapan Kehidupan Biarlah murid-murid membentuk beberapa kelompok dan periksalah beberapa skenario berikut dengan hati-hati. Jelaskan tiap-tiap persoalan dan kemudian cocokkan dengan setiap kasus dengan sifat ilahi dari Tuhan Yesus yang akan menyelesaikan berbagai persoalan itu. Sebagai contoh, kasus # 1 adalah Tuhan Yesus, Roti Hidup. Kenikmatan jasmani tidak dapat memuaskan kehampaan yang kadang kita dapat rasakan. Hanya Tuhan Yesuslah yang dapat membawa makna dan kepuasan kepada batin yang hampa. Setelah menjelaskan tiap-tiap skenario, pilihlah satu skenario dan tebaklah cara-cara untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Kasus # 1 Pada hari Sabtu malam, Emma mendapati dirinya merasa kesepian di depan televisi. Sebenarnya tidak terlalu kesepian pula, tetapi tidak ada hal lain yang ia kira dapat lakukan. Dengan remote televisi di tangan, Emma dapat mengubah saluran televisi yang satu ke saluran televisi lainnya dan ia melakukannya selama beberapa jam. (Batin yang hampa dapat ditunjukkan ke dalam berbagai bentuk, seperti perasaan sepi, bosan, sia-sia dan hampa. Emma merasa sepi dan bosan, sehingga ia membuat kesalahan umum untuk mencoba mengisi kehampaan rohaninya dengan hal-hal jasmani, seperti dalam kasus ini, yaitu menjelajahi saluran televisi. Tuhan Yesus adalah roti hidup. Jalan keluar satu-satunya untuk mengatasi kehampaan dan kesia-siaan adalah datang kepada Tuhan. Melalui firman dan Roh-Nya, kita akan menemukan kepuasan yang sejati bagi jiwa kita.) Kasus # 2 Mandy memiliki sebuah tetangga yang bernama Jan. Suatu hari topik rohani sedang dibahas dan akhirnya, mereka beroleh suatu diskusi yang hangat mengenai beribadah pada hari Sabat. Mandy telah berusaha meyakinkan Jan bahwa Sabat itu adalah hari Sabtu dan bukannya hari Minggu. Jan memberitahukannya pula bahwa beribadah kepada Allah pada hari Sabtu ataupun hari Minggu adalah sama saja. Setiap hari adalah sama bagi Allah. 122 Empat Kitab Injil Sebagaimana seribu tahun sama seperti satu hari di hadapan Allah, begitu pula hari Sabtu adalah sama seperti hari Minggu di hadapan-Nya. Kapan kita beribadah kepada Allah bukanlah sesuatu yang penting, tetapi apakah hati kita benar di hadapan-Nya. Apakah Mandy dapat membuat Jan menjadi paham akan hal ini? (Seorang pengikut Kristus yang sejati akan mematuhi Injil dan pengajaran Tuhan Yesus yang sepenuhnya pula. Tetapi sayangnya hari ini, banyak gereja dan agama yang “tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah” (Rm. 10:3). Jan telah salah langkah dan berusaha untuk membenarkan alasannya. Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Hanya dengan mematuhi sepenuhnya segala perintah Allah dan berjalan di jalan yang Yesus Kristus telah persiapkan, kita dapat beroleh hidup yang kekal.) Kasus # 3 Tracy adalah salah seorang pemimpin dari persekutuan pemuda. Ia sering menunjukkan perhatiannya kepada saudara-saudari seiman dengan membantu mereka dalam berbagai cara. Satu hal yang ia suka lakukan adalah memperlakukan para pemuda dengan menyediakan makanan ringan dan hidangan penutup setelah persekutuan mingguan mereka. Bagaimanapun, semuanya ini telah mulai membuat marah sang suami, yang merasa bahwa sang istrinya lebih banyak menghabiskan waktu dan uangnya kepada hal lainnya. Sang suami merasa para pemuda mampu mengatasi persoalan mereka sendiri. Bila tidak, saudara-saudari seiman lainnyapun dapat membantu mengatasinya. Sang suami bahkan mulai melarangnya untuk terlibat dalam persekutuan itu. Tracy bertanya-tanya apa yang ia dapat katakan, agar membuat sang suami lebih memahami dirinya. (Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik, yang menyerahkan nyawa-Nya bagi kawanan domba. Selagi di dunia, Tuhan berjerih lelah dan bekerja sepanjang hari dan akhirnya, menyerahkan hidup-Nya bagi kita di kayu salib. Sebagai gembala-gembala Allah, kita perlu melakukan yang terbaik untuk memperhatikan dan mengasihi kawanan domba yang ada. Ini berarti memberikan harta, waktu dan kenikmatan pribadi kita. Tuhan telah menetapkan kita untuk menjadi teladan dalam segala bidang kehidupan dan sebagai gembala-gembala, kita perlu meneladani-Nya.) Kasus # 4 Jess telah menerima suatu pelajaran dari kelas Pendidikan Agama, karena gurunya baru saja membicarakan mengenai pentingnya pemberitaan Injil kepada orang-orang di sekitarnya. Lalu, ia mengumpulkan keberanian untuk berbicara kepada seorang teman yang beragama Budha. Kemudian, teman Jess ini memberitahukan bahwa semua agama adalah sama, seperti yang diajarkan kepada kita untuk berbuat kebaikan dan memimpin kita kepada hidup yang kekal. Tidak masalah agama apapun yang diyakini, kita masih dapat mengalami hadirnya Allah. Jess mulai bertanya-tanya, apakah ada kebenaran yang temannya itu katakan. (Hari ini, ada banyak agama, tetapi hanya melalui Tuhan Yesuslah kita dapat beroleh keselamatan dan hidup yang kekal (Kis. 4:12). Agama lainnya mungkin dapat menunjukkan tanda heran dan mujizat, tetapi bukan berarti bahwa mereka itu memiliki kebenaran dan jalan menuju keselamatan. Tuhan Yesuslah satu-satunya pintu. Karena hanya ada satu Tuhan, maka hanya ada satu pintu pula untuk masuk ke dalam jalan yang memimpin kepada hidup yang kekal.) Empat Kitab Injil 123 Kasus # 5 Bob sedang berpikir mengenai masa depannya. Iapun mengetahui bahwa harus mencari kehendak Allah di dalam pilihannya, berdoa dan bertanya kepada Allah, “Tuhan, Engkau mengetahui macam perempuan mana yang saya sukai, yang bermata besar, yang tinggi, yang langsing dan yang cantik. Kiranya Engkau bersedia menolong saya untuk menemukan seorang perempuan yang semacam itu.” Suatu kali, beberapa saudara-saudari seiman berusaha untuk membantu Bob menemukan seorang pasangan hidup yang sesuai. Tetapi ia menolak mereka semua, karena tidak seorangpun calon pasangan hidup yang sesuai dengan persyaratannya. (Persyaratan dan penilaian Bob didasarkan pada penampilan luar dan nilai-nilai duniawi saja (1 Tes. 4:4). Ia tidak mampu melihat nilai-nilai rohani yang adalah penting bagi seorang calon pasangan hidup dan gagal menyadari apa yang berharga dalam pandangan Allah. Tuhan Yesus adalah terang dunia. Dengan terang yang sejati, kita dapat mengenal nilai-nilai dari sesuatu hal dengan jelas, melihat manfaat dari hal-hal yang sebenarnya, sehingga kita akan membuat keputusan dan penilaian yang tepat dan benar.) Kasus # 6 Rick baru saja masuk universitas. Ada banyak perihal baru dan yang menyenangkan baginya – beberapa teman baru untuk ditemui dan organisasi untuk digabungi. Ia pun melibatkan dirinya dalam sebuah persekutuan Kristen di kampus. Ia mendapati beberapa orang yang begitu baik dan yang aktif dalam melakukan perbuatan amal. Ia mulai bertanya-tanya akan seberapa banyakkah dari jemaat gerejanya yang berperilaku tidak saleh atau yang tidak beramal seperti orang-orang ini. Gerejanya berbicara banyak mengenai kasih, tetapi tidak banyak yang dapat melakukannya. Ia pun bertanya-tanya, manakah yang berharga pergi ke gereja dan dapat melakukan banyak perbuatan yang baik atau tanpa pergi ke gereja dan dapat melakukan banyak perbuatan yang baik. (Rick perlu memahami bahwa kita tidak dapat bergantung pada perbuatan dan sifat yang baik untuk menerima hidup yang kekal. Banyak orang berusaha untuk menjalani kehidupan yang baik, yang jujur, tetapi ukuran yang dipergunakan untuk mengukur apa yang baik itu bersifat relatif. Kebajikan kita perlu diukur berdasarkan ukuran dari Alkitab. Tuhan Yesus adalah pokok anggur yang benar. Hanya dengan tetap terhubung kepada Tuhan dan gereja-Nyalah, kita akan menerima asupan rohani yang benar melalui firman dan Roh Kudus.) Kasus # 7 Dave dan keluarganya telah dibaptis. Sejak itu, mereka begitu bersemangat. Suatu hari, bagaimanapun, Dave memeriksakan kesehatannya dan menemukan bahwa ia terkena penyakit kanker. Perasaan Dave begitu hancur karena berita yang mengejutkan itu. Dave merasa berita itu sama baiknya dengan sebuah kalimat kematian, yang melalui tahapan-tahapan tekanan jiwa yang serius. Ia mulai menyalahkan Allah atas keadaan yang tidak beruntung ini. Ia memutuskan untuk tidak akan pernah pergi ke gereja atau beribadah kepada Allah lagi. (Tuhan Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Ia adalah sumber hidup, baik kehidupan maupun kematian berada di tangan-Nya (Yoh. 1:4). Yesus Kristus tidak menjanjikan manusia untuk tidak luput dari kematian jasmani, karena kita semua akan mati suatu saat. Tetapi Ia menjanjikan kita untuk memberikan kehidupan yang berlimpah, termasuk kebangkitan dan kekekalan bersama dengan-Nya. Bagaimanapun, kuasa anugerah kehidupan Tuhan bukan terbatas untuk masa yang akan datang saja. 124 Empat Kitab Injil Kita pun dapat mengalami kuasa Yesus Kristus dalam kehidupan sekarang ini. Tidak ada situasi atau persoalan dalam hidup kita yang melampaui kuasa-Nya untuk dapat berubah, sepanjang Ia menghendakinya.) Renungan dan Doa Di dalam kehidupan ini, ada beberapa persoalan yang seolah-olah tidak ada akhirnya. Tetapi di manakah keberadaan Allah, yang senantiasa akan menjadi jawaban bagi beberapa persoalan itu. Yesaya 30:15 menasihati kita, “Dengan bertobat dan tinggal diam kita akan diselamatkan; dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan kita.” Sudahkah kita datang kepada-Nya tanpa merasa ragu dan takut? Empat Kitab Injil 125 126 Empat Kitab Injil pelajaran Ulasan 13 Sasaran Pelajaran 1. Memahami pesan pokok dari empat kitab Injil adalah Tuhan Yesus dan rencana keselamatan-Nya 2. Memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai siapa Tuhan Yesus, sifat ilahi dan kemanusiaan-Nya serta amanat-Nya di dunia 3. Memampukan murid-murid mengetahui bahwa mereka beribadah kepada Allah, yang dapat mereka percayai dan sandari, karena Ia mengetahui dan memahami kelemahan kita dan berkuasa untuk mengubah diri kita Ulasan Dari permulaan zaman, rencana penyelamatan Allah telah berlangsung, tetapi baru tergenapi hanya dengan kedatangan Yesus Kristus. Rencana ini berupa Allah menjadi seorang manusia yang mati di kayu salib untuk menebus semua jiwa umat manusia. Inilah pesan pokok dari empat kitab Injil. Sekalipun empat kitab Injil ini membicarakan mengenai kehidupan, pelayanan dan amanat Tuhan Yesus, tetapi tiap-tiap kitab Injil menggambarkan Juruselamat dari sudut pandang yang berbeda. Dalam kitab Matius, sang penulis berusaha untuk meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias yang masyarakat Israel nantinantikan. Bagaimanapun, berlawanan dengan harapan mereka, Yesus Kristus tidak diutus menjadi seorang raja duniawi, tetapi justru menjadi seorang Raja surgawi. Ia tidak mendirikan kerajaan duniawi, tetapi kerajaan surgawi. Ia tidak datang untuk memerintah manusia secara jasmani, tetapi memerintah atas kehidupan dan hati manusia. Dalam kitab Markus, sang penulis berusaha menyatakan jati diri Tuhan yang sebenarnya melalui apa yang Ia perbuat, bukan dari apa yang Ia katakan. Markus menunjukkan Yesus Kristus bukan sebagai seorang raja yang hebat, tetapi justru sebagai seorang hamba yang datang untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya bagi semua orang. Kitab Lukas menggambarkan Yesus Kristus sebagai seorang manusia yang seutuhnya, yang memahami dan merasakan keadaan buruk manusia. Lukas menunjukkan sifat kasih dan murah hati Tuhan Yesus, yang datang untuk menyelamatkan tidak hanya kepada orang-orang Yahudi, tetapi kepada semua manusia. Empat Kitab Injil 127 Dalam kitab Yohanes, kita melihat tanpa ragu bahwa sekalipun Tuhan Yesus adalah seorang manusia, Ia pun adalah Allah dari sejak dahulu kala. Ia adalah Pencipta dan Tuhan atas alam semesta serta Pemimpin atas kehidupan. ‘Siapakah Tuhan Yesus?’ Pertanyaan ini ditanyakan dari beribu-ribu tahun yang lalu dan masih dtanyakan pada hari ini. Kiranya melalui Pemahaman Alkitab mengenai kitab Injil ini, kita dapat beroleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai siapa Tuhan dan apa yang Ia perbuat saat di dunia. Demikian pula, kita seharusnya mengintrospeksi diri mengenai siapa diri kita dan apa yang Allah ingin kita perbuat. Pertanyaan 1. Apakah yang orang banyak katakan mengenai diri Yesus Kristus? Mereka beranggapan bahwa Yesus Kristus adalah: a) seorang nabi b) seorang guru c) seorang penyedia 2. Apakah anggapan dari orang-orang Farisi dan para ahli Taurat mengenai diri Yesus Kristus? Mereka beranggapan bahwa Yesus Kristus adalah: a) seorang pengkhianat b) seorang yang melanggar hukum Taurat c) seorang yang mengancam 3. Sebutkan contoh tokoh-tokoh yang benar-benar mengenal Tuhan Yesus. l Simeon l Nabi Hana l Orang bijak l Iblis 4. Hal apa sajakah yang dapat merintangi orang-orang Yahudi dari menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias mereka? l Memiliki latar belakang yang rendah l Tidak berpenampilan luar yang bagus l Tidak memiliki status l Tidak seperti seorang raja 5. Apakah ciri khas dari kerajaan surga? l Kristus adalah Raja l Berasal dari atas l Penuh kuasa l Penuh kebenaran, damai sejahtera dan sukacita 6. Di manakah kerajaan surga? Kerajaan surga adalah di manapun Allah adalah Raja dan Roh Tuhan memerintah. Kerajaan surga mungkin di gereja atau hati kita. 128 Empat Kitab Injil 7. Siapa sajakah ‘orang yang miskin’ di hadapan Allah? Mereka yang mengakui ketidakmampuan dan mengejar kepenuhan rohaninya. 8. Apakah perbedaan antara perilaku duniawi dan rohani pada sikap kelembutan hati? Masyarakat hari ini memotivasi kita untuk membela diri atas apa yang kita anggap benar. Kita diajarkan untuk mempertahankan diri dan tidak boleh membiarkan orang lain ‘menginjak-injak’ harga diri kita. Kita perlu membangun kepribadian yang lebih tegas dan berani menyerang untuk mempertahankan harga diri kita pada hari ini. Bagaimanapun, Tuhan mengingatkan bahwa mereka yang berhati lembut akan diberkati dan bukannya mereka yang mencari pembalasan sendiri. Faktanya, kita tidak ingin melakukan pembalasan. Renungkanlah sebuah berkat berikut, apakah karena bersikap lemah lembut, kita tidak beroleh keuntungan apa-apa dan berbuat sesuatu yang keliru atau justru pada akhirnya, Allah akan memberikan kita lebih daripada yang telah hilang. 9. “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran.” Apakah kebenaran yang dimaksudkan di sini? Melakukan kehendak Allah dan menyerupai Kristus. 10. Bagaimana kita dapat menjadi ‘hati yang murni’? Untuk menjadi hati yang murni, kita perlu memiliki sebuah hubungan yang erat dengan Allah, dalam perkataan, tindakan dan pikiran yang dikuduskan dengan kebenaran dan Roh Allah. 11. Mengapa kita menghadapi penganiayaan? Sebagai pengikut Kristus, kita bukanlah milik dunia. Iman, nilai dan gaya hidup kita berbeda dengan orang-orang dunia. Karena inilah, kita dijauhkan dan dibenci oleh dunia. Lebih daripada itu, selama kita berada di dunia, kita akan menghadapi penderitaan dan kita ditetapkan untuk itu. 12. Dengan cara apakah Yesus Kristus menggenapi perumpamaan m engenai hamba Allah seperti yang digambarkan dalam kitab Yesaya? l Mematuhi dan menjalankan kehendak Allah l Bersikap rendah hati l Siap menghadapi penderitaan 13. Bagaimana kita dapat memelihara kerendahan hati? l Menyadari kita ini bukan siapa-siapa dan orang-orang berdosa saja l Kita tidak memiliki kemegahan apapun, karena karunia, kemampuan dan kesempatan kita diberikan oleh Allah l Beranggapan bahwa orang lain lebih baik daripada diri sendiri 14. Mengapa pemeliharaan rohani lebih penting daripada sekedar melakukan pekerjaan kudus? l Melalui pemeliharaan rohani, kita dapat menerima hikmat dan kuasa untuk mencari kehendak Bapa di surga l Melalui pembacaan Alkitab dan berdoa, kita dapat menyadari kelemahan diri sendiri dan berusaha untuk menjadi umat Kristen yang lebih baik lagi Empat Kitab Injil 129 15. Sebutkan beberapa alasan mengapa kita harus melayani Allah. l Membalas kasih Tuhan l Melakukan pekerjaan Allah memberikan kepuasan batin dan sukacita l Melalui melayani Allah dan sesama, kerohanian kita bertumbuh l Demi pertumbuhan rohani saudara-saudari seiman 16. Sebutkan beberapa cara kalian melayani Allah dan sesama di sekitar kalian. l Menawarkan apa yang kita miliki, seperti bakat, kemampuan, hikmat, harta dan waktu kita l Menawarkan diri (apa yang Allah inginkan adalah bukan yang kita miliki, tetapi diri kita sendiri) – dengan segenap hati, segenap pikiran, segenap jiwa dan segenap kekuatan. Inilah persembahan yang Allah perkenan l Menyelamatkan banyak jiwa l Melayani saudara-saudari seiman l Melakukan doa-doa syafaat 17. Dengan cara apakah Tuhan menunjukkan bahwa Ia adalah manusia seutuhnya? l Memiliki hubungan sosial l Menjalani proses perkembangan menjadi manusia dewasa l Memiliki kebutuhan dan perasaan manusia 18. Tuhan Yesus adalah ‘Anak manusia’. Apakah maksudnya? Pada satu sisi, ungkapan ‘Anak manusia’ dimaksudkan untuk memuliakan dan mengagungkan Kristus, yang akan datang dan menghakimi semua umat manusia. Pada sisi lainnya, dimaksudkan untuk menunjuk kepada keutuhan Kristus sebagai manusia dan amanat penebusan-Nya. Ini menyatakan secara tidak langsung mengenai pengabdian dan penderitaan. 19. Apakah yang dimaksud dengan ‘Anak Allah’? Ungkapan ‘Anak Allah’ sebenarnya merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bagaimana Allah sendiri datang ke dunia dalam wujud dan sifat seorang manusia. 20. Apakah yang dicapai melalui kematian Tuhan Yesus? l Pengampunan dosa l Pendamaian dengan Allah (Rm. 5:10; Ef. 2:13) l Kemenangan atas kuasa dosa dan maut 21. Bagaimana kita membuat Tuhan menjadi Juruselamat kita? l Percaya kepada Tuhan Yesus l Bertobat l Dibaptis melalui air dan roh l Menuju ke arah hidup yang baru 22. Bagaimana Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya adalah Allah? l Tidak berdosa l Berkuasa atas maut l Maha tahu l Menunjukkan banyak tanda heran dan mujizat 130 Empat Kitab Injil l Mengajar dengan kuasa l Berkuasa atas setan l Memiliki sifat-sifat ilahi 23. Sebutkan beberapa tokoh dalam kitab Yohanes yang berkembang dari tidak percaya hingga percaya sepenuhnya dan patuh kepada Tuhan Yesus. l Natanael l Perempuan Samaria l Marta l Tomas l Yohanes Pembaptis l Simon Petrus l Orang-orang Yahudi 24. Hal apakah yang biasanya menjadi batu sandungan hingga merintangi manusia dari menerima Kristus? l Pertimbangan dan dugaan awal l Kehilangan iman l Kekerasan hati 25. Apakah yang merupakan sumber iman dan kepercayaan di dalam Tuhan Yesus? l Mendengarkan firman Allah dan menerangi sesama dengan kebenaran l Menyaksikan kuasa Allah l Merendahkan hati l Pemahaman yang diberikan oleh Allah 26. Menurut Yohanes, apakah yang dimaksudkan dengan mengenal Allah? Percaya dan mengenal Tuhan melibatkan lebih banyak hal daripada saat kita menyetujui kebenaran-Nya. Ini berarti harus berpaling dari dosa, menjalani suatu kehidupan yang patuh dan kasih, memelihara firman Allah, menyerupai-Nya dan mengasihi saudara-saudari seiman. 27. Dalam kitab Yohanes, ada tujuh pernyataan ‘Akulah...’ Apakah maksud dari pernyataan itu? Tiap-tiap pernyataan menyatakan suatu hal yang unik mengenai sifat keilahian Tuhan Yesus, sekaligus menunjukkan bahwa Kristus memenuhi di dalam kehidupan kita. 28. Apakah maksud dari ‘Tuhan Yesus adalah roti hidup yang turun dari surga’? Satu-satunya jalan keluar dari kehampaan dan kesia-siaan dalam hidup kita adalah dengan datang ke hadapan Tuhan Yesus, percaya kepada-Nya dan menjalankan firman-Nya. Dengan demikian, kita akan menemukan kepuasan bagi jiwa kita. 29. Apakah maksud dari ‘Tuhan Yesus adalah pintu’? Hanya melalui Tuhan Yesuslah kita dapat menerima hidup yang kekal. Empat Kitab Injil 131 30. Bagaimana persyaratan gembala yang baik yang adalah Tuhan Yesus sendiri? l Gembala yang baik akan menyediakan sesuatu bagi kawanan domba-Nya l Gembala yang baik akan berjalan di depan kawanan domba-Nya l Gembala yang baik mengenal kawanan domba-Nya dan kawanan dombaNya pun mengenal Dia l Gembala yang baik akan menyerahkan nyawa bagi kawanan domba-Nya 132 Empat Kitab Injil llllllllllllllllll “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23) “Engkau akan menemukan seperti memandang ke belakang dari hidupmu, bahwa saat-saat yang telah engkau jalani sebenarnya merupakan saat-saat di mana banyak hal yang telah engkau lakukan di dalam semangat kasih.” (Henry Drummond) “Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.” (Titus 2:7) Pendidikan Agama REMAJA Tahun 1 Buku 1 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16) True Jesus Church General Assembly, USA (Buku ini hanya dipergunakan di dalam Gereja Yesus Sejati) Edisi Revisi 1, 2012