BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, terus-menerus, dan
berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia
pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
(Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut
mengalami perubahan, dan sebagian besar perubahan itu terjadi ke arah yang memburuk/
mengalami penurunan, misalnya, organ reproduksi lebih cepat usang dibanding organ yang lain,
perubahan penampilan, perubahan panca indra, perubahan seksual (Hurlock, 1999).
Menurut Blanch dan Collier (1993) seksualitas adalah kenikmatan yang merupakan
bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh. Umumnya seksualitas melibatkan panca indra (aroma,
rasa, penglihatan, pendengaran, sentuhan) dan otak (organ yang paling kuat terkait dalam seks
dalam fungsi fantasi, antisipasi, memori, atau pengalaman). Tujuan seksualitas itu sendiri secara
umum yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia, sedangkan tujuan seksualitas
secara khusus, yaitu prokresi (menciptakan atau meneruskan keturunan) dan rekreasi
(memperoleh kenikmatan biologis/ seksual)
(Kusmiran, 2011).
Seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin
disebut dengan seksualitas. Menurut Masters, Jonshon, dan Kolodny (1992), seksualitas
menyangkut berbagai dimensi, diantaranya adalah dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultur.
Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat
reproduksi serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Berdasarkan dimensi
psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual
Universitas Sumatera Utara
dan psikologis dalam kehidupan manusia. Dampak sosial melihat bagaimana seksualitas
mensosialisasikan peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia. Dan dimensi kultur
dan moral menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap
seksualitas yang berbeda dengan negara barat (Kusmiran, 2011).
Pada usia lanjut maka daya kemampuan seksual baik pada wanita maupun pada pria
mengalami kemunduran, namun tidaklah berarti bahwa kenikmatan seks hilang sama sekali,
hanya membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai orgasme, sedangkan orgasmenya sendiri
berlangsung lebih pendek (Hurlock, 1999). Menurut Darmojo dan Martono, pada usia lanjut
terdapat dua faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual, yang dapat dibagi menjadi faktor
internal, yaitu faktor fisik, penyakit dan psikologis (kesepian/ duka cita, depresi) serta faktor
eksternal yang datangnya dari kebudayaan dan obat-obatan. Faktor fisik menyangkut faktor
hormonal, biasanya pada pria lanjut usia terjadi penurunan sirkulasi hormon testosteron,
membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi dan ejakulasi, membutuhkan stimulasi manual yang
lebih banyak (Oktaviani, 2010). Sedangkan pada wanita menurut Hawton (1993) pengaruh
utama seksualitas dihubungkan dengan perubahan yang terjadi pada saat menopause, terjadi
perubahan stimulasi sensori dan aliran darah akibat penurunan hormon estrogen, vagina menjadi
kurang fleksibel dan mungkin membutuhkan pelumas buatan (Papalia, 2008).
Faktor psikologis yang menyebabkan fungsi dan potensi seksualitas pada lanjut usia
menurun meliputi rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksualitas pada lanjut
usia, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupan dan masalah kesehatan
jiwa yang mungkin muncul.
Menurut Pangkahila (2008) faktor psikologis yang
menghambat fungsi seksualitas pada usia lanjut, meliputi perasaan jemu dengan situasi seharihari, khususnya dalam hubungan dengan pasangan, perasaan kehilangan kemampuan seksualitas
Universitas Sumatera Utara
dan daya tarik, perasaan kesepian, dan perasaan takut dianggap tidak wajar bila masih aktif
melakukan hubungan seksualitas (Ropei, 2010).
Perubahan psikologis dalam seksualitas ini tidak mengandung arti bahwa dalam keadaan
normal orang tengah baya atau lanjut usia tidak dapat menikmati hubungan seks lagi. Dalam hal
ini kebudayaan masyarakat ikut mempengaruhi, begitu pula faktor kesehatan juga menentukan.
Pandangan bahwa hubungan seks pada usia lanjut tidak terpuji ataupun dapat menimbulkan
penyakit perlu dihilangi lebih dulu, khususnya di Indonesia (Monks, 2004). Menurut Warsono
(2010) yang mengutip pendapat Tamher, tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting
dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak
pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang
terjadi. Sedangkan menurut Papalia (2008), halangan utama mereka untuk memenuhi kehidupan
seksual adalah kecenderungan ketiadaan pasangan.
Pria sehat yang lebih aktif secara seksual dapat terus melakukan beberapa bentuk ekspresi
seksual aktif pada usia lanjut. Fungsi terpenting dalam mempertahankan seksual adalah aktivitas
seksual yang konsisten dari tahun ke tahun (Papalia, 2008). Menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) naluri seks dalam tubuh pria lebih nyata dan lebih kuat
perangsangan dapat timbul secara tidak disadari pada tubuh dan perasaan, sehingga terjadilah
hal-hal yang tidak diinginkan seperti banyak pria lansia melakukan pelecehan seksual yaitu
melakukan hubungan seksual dengan anak kecil sebanyak 55% yang menyangkut rendahnya
frekuensi hubungan seksual di usia lanjut, persoalannya lebih terletak pada turunnya minat
seksual istri (Oktaviani, 2010).
Menurut hasil penelitian Warsono (2010) tentang hubungan karakteristik usia lanjut
dengan pemenuhan kebutuhan seksualitas usia lanjut di Kelurahan Karangroto Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
Genuk Kota Semarang sebagian besar mengatakan bahwa lansia dalam pemenuhan kebutuhan
seksualnya mengalami penurunan, semua itu dipengaruhi oleh keadaan fisiknya, dan faktorfaktor lain.
Berdasarkan Database Usila Puskesmas Tanah Luas tahun 2012, wilayah kerja
Puskesmas Tanah Luas mempunyai jumlah lansia berusia > 60 tahun sebanyak 1200 orang
dengan rata-rata kunjungan lansia ke puskesmas adalah 400 orang. Dari survei awal penelitian
melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 September 2012 di Puskesmas Tanah Luas
kepada 7 orang lansia menunjukkan bahwa 4 responden yang berusia 60-63 tahun (1 laki-laki,
dan 3 perempuan) mengatakan bahwa hubungan seksual pada usia lanjut tidak perlu dan malu
terhadap cucu, dan 2 responden mengakui bahwasanya pihak wanita menolak dengan alasan
sudah tua sehingga mereka cenderung untuk bersama cucu, sedangkan 1 responden mengakui
faktor kesehatan.
Oleh karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual pada lansia
maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor merupakan
salah satu teknik analisis multivariat yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan
pemecahan masalah-masalah yang membutuhkan pengkajian secara menyeluruh terhadap suatu
hal yang dipelajari. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar sejumlah
variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga dibuat satu atau
beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2005).
Maka berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Analisis Faktor yang Memengaruhi Hubungan Seksual Lanjut Usia (Lansia) Wanita di Wilayah
Kerja Puskesmas Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah karena banyaknya faktor yang mempengaruhi hubungan seksual pada lanjut
usia (lansia), maka perlu diringkas faktor mana saja yang mempengaruhi hubungan seksual pada
lanjut usia (lansia) dengan cara/ menggunakan metoda analisis faktor.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meringkas beberapa variabel menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi
hubungan seksual pada lanjut usia (lansia) dengan metoda analisis faktor di wilayah kerja
puskesmas tanah luas kabupaten Aceh Utara tahun 2013.
1.3.2
1.
Tujuan Khusus
Untuk memilih variabel-variabel dominan yang mempengaruhi hubungan seksual pada
lansia yang dimasukkan dalam analisis faktor.
2.
Untuk mengelompokkan variabel faktor yang mempengaruhi hubungan seksual pada
lansia menjadi satu atau beberapa faktor.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Lanjut usia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan bagi para lanjut
usia sehingga terbentuknya sikap yang positif terhadap seksualitas guna menjaga
keharmonisan rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada pihak Puskesmas sebagai dasar untuk
membuat suatu kebijakan terkait faktor-faktor yang memengaruhi hubungan seksual pada
lanjut usia, guna meningkatkan pengetahuan lansia.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan perbandingan serta data awal bagi
peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah
yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Download