BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah

advertisement
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai evaluasi peranan
akuntansi lingkungan untuk mendukung keputusan manajemen lingkungan pada PT
Sahabat Mewah dan Makmur dalam mencapai sustainability perusahaan, peneliti telah
membuat beberapa kesimpulan.
V.1. Simpulan
V.1.1. Aktivitas Produksi Perusahaan
Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama mengenai aktivitas apa
yang paling membutuhkan peranan akuntansi lingkungan di perusahaan berkaitan
dengan UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, peneliti
membuat kesimpulan bahwa seluruh aktivitas dalam satu supplay chain perusahaan
membutuhkan peranan akuntansi lingkungan. Satu supply chain perusahaan dimulai dari
pemanenan buah di kebun, produksi di pabrik, hingga pengiriman CPO di pelabuhan.
Setiap tahapan yang dilalui dalam supply chain memerlukan pengidentifikasian biaya
lingkungan, pencatatan biaya lingkungan, serta pelaporan biaya lingkungan tersebut.
Langkah awal yang dapat dilakukan terkait biaya lingkungan adalah dengan
mengategorikan jenis biaya terkait dengan memperhatikan beberapa aspek seperti lokasi
situs limbah, jenis limbah berbahaya, metode pembuangan, dan lainnya. Biaya
lingkungan mengandung biaya yang eksplisit dan implisit. Biaya implisit seperti biaya
yang timbul akibat potensi kewajiban yang muncul (hlm.17, Bab II). Perlunya peranan
akuntansi lingkungan dalam setiap tahapan yang dilakukan oleh perusahaan dapat
98
memberikan sebuah informasi lingkungan terkait aktivitas bisnisnya, dimana informasi
tersebut dapat meningkatkan efisiensi produksi dan peningkatan kinerja lingkungan
perusahaan. Survey yang dilakukan oleh Florida dan Davidson (2001) dalam Morrow,
Rondonelli (2002), penggerak terkuat bagi perusahaan dalam menjalankan sistem
manajemen lingkungan adalah environmental improvement (91.9%), diikuti oleh
peluang mencapai tujuan perusahaan (88.7%), manfaat ekonomi dan kinerja bisnis
(87.1%), peraturan daerah dan lingkungan (85.5% dan 83.9%)
serta peningkatan
hubungan sosial (85.5%) (hlm.28, Bab II)
V.1.2. Gambaran Penerapan Akuntansi Lingkungan PT Sahabat Mewah dan
Makmur (ANJ Agri Belitung)
Meskipun PT Sahabat Mewah dan Makmur belum menerapkan sistem akuntansi
lingkungan, namun perusahaan telah memenuhi tiga tahap persyaratan untuk
membangun sebuah sistem akuntansi lingkungan. Tiga tahap berdasarkan penelitian
terdahulu oleh Lodhia (1999) menyebutkan bahwa pertama-tama perusahaan harus
membuat kebijakan lingkungan, kemudian membuat perencanaan lingkungan dan
kontrol lingkungan dan terakhir adalah pencatatan dan pelaporan aktivitas lingkungan.
a.
Tahap pertama dipenuhi oleh perusahaan karena perusahaan sudah membuat
delapan poin kebijakan lingkungan yang digunakan sebagai tolak ukur pencapaian
kinerja lingkungan perusahaan (hlm. 76, Bab IV).
b.
Sedangkan tahap kedua mengenai perencanaan lingkungan dan kontrol
lingkungan, perusahaan menjalankannya dengan membuat laporan perencanaan dan
pengelolaan lingkungan yang dibuat setiap tiga bulan. Namun dalam tahapan ini belum
99
ada akuntan yang terlibat secara langsung dalam penyusunan kebijakan lingkungan.
Tahap perencanaan dan pengelolaan lingkungan juga didukung dengan adanya
pembuatan laporan waste identification and risk assessment (hlm. 77, Bab IV).
c.
Tahapan terakhir adalah mengenai pencatatan dan pelaporan aktivitas
lingkungan. Perusahaan mengungkap aktivitas lingkungannya dalam laporan tahunan
manajemen head office. Sedangkan untuk laporan biaya lingkungan yang khusus,
perusahaan belum membuatnya. Tidak ada laporan khusus yang mengungkap item-item
yang menjadi biaya lingkungan perusahaan. Pencatatan aktivitas lingkungan yang
dilakukan hanya berupa pencatatan atas pengelolaan limbah, analisa limbah, perhitungan
emisi karbon, serta pembuatan laporan perencanaan dan pengelolaan lingkungan. Dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa PT Sahabat Mewah dan Makmur sebenarnya sudah
siap untuk menerapkan sistem akuntansi lingkungan dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya. Terdapat cukup data dan informasi relevan yang tersedia di perusahaan untuk
menunjang proses awal dalam menerapkan akuntansi lingkungan di perusahaan.
Selain memenuhi tiga tahapan tersebut, PT Sahabat Mewah dan Makmur sudah
memiliki manajemen lingkungan yaitu departemen EHS yang sengaja didirikan untuk
memantau segala dampak lingkungan yang dihasilkan dari aktivitas bisnis perusahaan
dalam menjaga dan mencapai sustainability perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam
manajemen lingkungan dibuktikan dengan diperolehnya sertifikasi internasional ISO
14001. Sebuah sistem akuntansi lingkungan yang baik tentunya memerlukan kontribusi
dari manajemen lingkungan yang baik juga perusahaan juga membuktikan komitmennya
terhadap lingkungan yang dibuktikan dengan sistem pelestarian lingkungan yang baik
seperti pengolahan limbah, pencarian energi alternatif ramah lingkungan dan upaya
mereduksi karbon.
100
V.1.3. Pengaruh Informasi Lingkungan Terhadap Keputusan Manajemen
Lingkungan di PT Sahabat Mewah dan Makmur (ANJ Agri Belitung)
Sistem manajemen lingkungan yang dilakukan sudah cukup mendukung sebagai
langkah awal perusahaan menerapkan akuntansi lingkungan. Laporan-laporan mengenai
aktivitas lingkungan yang sudah dibuat oleh perusahaan seperti laporan perencanaan dan
pengelolaan lingkungan, laporan perhitungan atas gas rumah kaca (green house gas
counting), dan laporan perhitungan atas identifikasi limbah dan risiko (waste and
identification risk assessment, dapat dilihat di Lampiran 2) dapat memberikan suatu
informasi lingkungan terhadap manajemen. Informasi lingkungan yang didapatkan dari
laporan-laporan tersebut akan memberikan gambaran kepada manajemen atas kinerja
lingkungan perusahaan, efisiensi yang diperoleh, dan kebijakan yang telah dicapai serta
menjadikan semua hal tersebut sebagai pertimbangan manajemen dalam membuat
keputusan yang akan berdampak terhadap pencapaian sustainability perusahaan seperti
contoh keputusan yang disebutkan di halaman 94, Bab IV. Namun, belum ada integrasi
yang baik antara informasi lingkungan yang sebagian besar datanya dalam satuan unit
menjadi data dalam satuan moneter. Perusahaan belum mengintegrasikan sistem
informasi lingkungan dengan sistem akuntansi konvensional.
101
V.2. Perbandingan Dengan Riset Acuan
Penelitian Sumit K. Lodhia (1999) mengevaluasi penerapan akuntansi
lingkungan di Fiji Sugar Corporation yang merupakan sebuah pabrik gula. Sedangkan
peneliti ingin mengetahui gambaran penerapan akuntansi lingkungan untuk mendukung
keputusan manajemen lingkungan dalam mencapai sustainability perusahaan pada PT
Sahabat Mewah dan Makmur yang memproduksi CPO. Baik peneliti maupun peneliti
sebelumnya menggunakan metode field research, dan wawancara semi-terstruktur.
Lodhia melakukan analisis terhadap laporan tahunan perusahaan untuk menelusuri
informasi lingkungan yang diungkap di laporan tersebut. Sedangkan peneliti tidak
berhasil mendapatkan laporan tahunan yang dimaksud.
V.3. Keterbatasan
Informasi yang telah peneliti dapatkan dari poses wawancara dan observasi telah
peneliti rangkum dalam bagian kesimpulan. Namun, terdapat beberapa keterbatasan dari
informasi-informasi tersebut. Bagian ini akan menyebutkan beberapa keterbatasan yang
peneliti temukan selama proses penelitian:
1.
Peranan akuntansi lingkungan diperlukan dalam setiap tahap yang berada di
supply chain perusahaan. Namun, karena perusahaan belum menerapkan akuntansi
lingkungan, jadi perusahaan hanya melakukan pencatatan sebatas pengetahuan
perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Tidak ada pencatatan yang lengkap
sebagaimana yang harus dipenuhi dalam menerapkan akuntansi lingkungan.
2.
Secara garis besar, cukup banyak data perusahaan yang dapat digunakan untuk
menunjang penerapan akuntansi lingkungan. Tidak terlihat sistem informasi yang
mengintegrasikan data lingkungan dengan data ekonomi.
102
3.
Tidak adanya pelaporan atas kegiatan konservasi lingkungan, maupun
keuntungan konservasi lingkungan.
4.
Belum terlihat adanya kategorisasi secara khusus untuk item-item lingkungan.
5.
Belum adanya akuntan yang terlibat secara langsung dalam aktivitas lingkungan,
misalnya dengan berkontribusi dalam pembuatan kebijakan lingkungan, pengukuran dan
evaluasi kinerja lingkungan, serta membuat laporan lingkungan yang terpisah.
6.
Perusahaan belum mengkonversikan satuan unit menjadi satuan moneter atas
efisiensi biaya yang diperoleh dari pengolahan limbah dan energi alternatif.
7.
Perusahaan belum mengungkap informasi aktivitas lingkungan yang dimilikinya
seperti sustainability report kepada publik.
V.4. Saran
Berdasarkan keterbatasan yang peneliti temukan, berikut beberapa saran yang
akan peneliti berikan:
1.
Perusahaan memang belum menerapkan sistem akuntansi lingkungan. Jika
perusahaan
memang
ingin
menerapkan
akuntansi
lingkungan,
untuk
dapat
menjalankannya harus ada kerjasama dari berbagai pihak yang memang memperhatikan
hubungan antara ekonomi dan lingkungan, serta pembangunan berkelanjutan di
perusahaan. Semuanya tentu harus ada kerjasama dari berbagai pihak yang
menyediakan data dan yang menggunakan data. Jadi jika semua pihak sudah
mendukung, penerapan akuntansi lingkungan dapat dimulai.
2.
Perusahaan memerlukan sebuah sistem informasi lingkungan yang dapat
didukung oleh penerapan dari akuntansi manajemen lingkungan. Akuntansi manajemen
lingkungan akan mengintegrasikan informasi akuntansi secara fisik dengan informasi
103
akuntansi moneter. Dengan adanya proses integrasi antara data fisik dengan moneter
akan lebih memudahkan semua pihak yang menggunakan data tersebut.
3.
Untuk pelaporan, perusahaan harus dapat meyakinkan bahwa akuntan dapat
memberikan kontribusinya. Kontribusi tersebut dapat diberikan dalam bentuk
kemampuan manajerial akuntan, mengestimasi risiko lingkungan dan kontinjensi,
memberikan pertimbangannya dalam keputusan investasi lingkungan, identifikasi biaya
lingkungan, berkontribusi dalam pembangunan kebijakan lingkungan, kebijakan
ekonomi, dan berkontribusi terhadap pembangunan sistem manajemen lingkungan.
Dengan begitu, perusahaan dapat menyediakan segala macam laporan yang berkaitan
dengan pengungkapan informasi lingkungan perusahaan yang dapat memberikan
manfaat internal maupun eksternal kepada perusahaan.
4.
Untuk item-item yang belum dikategorisasikan sebagai item lingkungan,
perusahaan harus memulai membuat sebuah laporan tersendiri mengenai biaya-biaya
terkait lingkungan. Akuntan yang profesional dapat berperan dalam pengidentifikasian
biaya lingkungan. Dengan adanya biaya yang terkait dengan lingkungan, pembangan
dan kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi material dalam persaingan pasar, pelacakan
dan penelusuran arus material dalam perusahaan telah menjadi alat utama untuk
mendeteksi potensi perbaikan dalam pencegahan limbah dan produksi yang lebih baik.
5.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh selama penelitian, ada baiknya
perusahaan membuat laporan secara terpisah yang berisi item terkait lingkungan seperti:
1. Biaya operasi dan perawatan peralatan pembangkit energi ramah lingkungan
2. Biaya pelatihan personil mengenai manajemen lingkungan
3. Biaya terkait pembuangan dan pengelolaan limbah
4. Biaya untuk perlindungan lingkungan
104
5. Biaya konsultasi
6. Biaya audit lingkungan
7. Biaya penelitian dan pengembangan terkait peningkatan kinerja lingkungan
8. Denda terkait perusakkan lingkungan
9. Biaya sertifikasi agenda hijau perusahaan
10. Biaya operasional teknologi ramah lingkungan (water treatment, biogas, mesin
boiler)
11. Jumlah penghematan dalam satuan moneter yang diperoleh dari perlindungan
dan peningkatan kinerja lingkungan
12. Pendapatan produk sampingan
V.5. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengulas pengungkapan biaya
lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan dengan lebih akurat yang disertai dengan
cara pengungkapannya karena penelitian saat ini masih belum dapat melakukan
penelusuran terhadap biaya lingkungan dan bagaimana biaya tersebut diungkapkan
dalam sebuah laporan. Penelitian ini belum terlaksana dengan baik, hal ini disebabkan
karena belum adanya pedoman beserta prinsip-prinsip mengenai penerapan akuntansi
lingkungan yang diberlakukan di Indonesia.
105
Download