JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 30-33 ISSN 2303-1077 KARBON AKTIF DARI LIMBAH CANGKANG SAWIT SEBAGAI ADSORBEN GAS DALAM BIOGAS HASIL FERMENTASI ANAEROBIK SAMPAH ORGANIK Apria Widyastuti1*, Berlian Sitorus1, Afghani Jayuska1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124 *email: [email protected] ABSTRAK Karbon aktif yang berasal dari limbah cangkang sawit dapat digunakan untuk penyerapan gas CO2 dan pemurnian biogas. Karbon aktif yang berasal dari cangkang sawit berukuran mikropori agar dapat menyerap gas dengan baik. Hasil karakterisasi menggunakan Gas Sorption Analyzer (GSA) menunjukkan nilai volume total pori, luas permukaan dan rerata jejari pori. Hasil analisis karbon aktivasi kimia memiliki volume pori 0,1304 cc/g, luas permukaaan 208,091 m2/g dan rerata jejari pori 12,531 dan hasil analisis karbon aktif komersial memiliki luas permukaan 666,534 m2/g dengan volume total pori 0,3571 cc/g dan rerata jari pori 10,713 Ǻ. Pada pengukuran gas, karbon aktif cangkang sawit aktivasi kimia memiliki daya serap CO2 sebesar 6,1% dan kadar CH4 yang terukur sebesar 65,5% sedangkan pada karbon aktif komersial daya serap CO2 sebesar 12,97% dan kadar CH4 yang terukur sebesar 70,5%. Perbedaan pengukuran gas CH4 dengan menggunakan adsorben karbon aktif komersial dan karbon aktif cangkang sawit tidak terlalu jauh berbeda. Berdasarkan hasil analisis dengan GSA dan pengukuran gas, maka dapat disimpulkan karbon aktif yang berasal dari cangkang sawit memiliki potensi sebagai adsorben gas dilihat dari meningkatnya kadar CH4 sebelum menggunakan adsorben dan setelah menggunakan adsorben. Kata kunci : adsorpsi, biogas, cangkang sawit, gas CO2, karbon aktif pembakaran biogas sekitar 4.800-6.900 Kkal/m3 atau setara dengan 6.720-9660 Kkal/kg (Harasimowiczt, et al., 2007). Adsorben yang berpotensi untuk menyerap gas CO2 dalam biogas adalah karbon aktif. Salah satu limbah yang dapat dijadikan bahan baku karbon aktif adalah limbah cangkang sawit. melalui proses karbonisasi. Cangkang sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak (Kurniati, 2008). Karakterisasi karbon aktif dilakukan dengan GSA (Gas Sorption Analyser) untuk mengetahui porositas, luas permukaan, konstanta BET, dan jari-jari rerata pori. Menurut Suyati (2005) semakin besar luas permukaan dan volume total pori, maka jari-jari rata pori akan semakin kecil sehingga sangat baik dijadikan sebagai adsorben untuk menyerap gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi cangkang sawit sebagai karbon aktif untuk menyerap gas pengotor dalam biogas sehingga kadar CH4 dapat meningkat. PENDAHULUAN Biogas merupakan salah satu energi alternatif yang banyak digunakan masyarakat. Pemanfaatan metana (CH4) dalam biogas merupakan tindakan ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Biogas dihasilkan melalui fermentasi anaerobik limbah organik seperti sampah organik, sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri makanan. Salah satu limbah organik yang memiliki potensi yang sangat besar yang dapat dijadikan biogas adalah sampah organik. Hasil fermentasi dari sampah organik menghasilkan biogas dengan komponen terbesar yaitu metana (CH4) sebesar 55%-75%, dan karbon dioksida (CO2) sebesar 25%-45% (Maarif dan Januar, 2007). Kadar CH4 melebihi 60% dapat diperoleh meleui pemurnian. Pemurnian dilakukan dengan metode adsorpsi yaitu penyerapan gas terutama karbon dioksida (CO2), karena dengan diserapnya CO2 maka kadar CH4 yang dihasilkan akan meningkat (Wahono, 2010). Gas CO2 dalam biogas perlu dihilangkan karena dapat mengurangi nilai kalor pembakaran biogas. Nilai kalor pembakaran gas metana murni pada tekanan 1 atm dan temperatur 15,5°C yaitu 9100 Kkal/m3 atau setara dengan 12.740 Kkal/kg, sedangkan nilai kalor 30 JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 30-33 ISSN 2303-1077 METODOLOGI PENELITIAN Cangkang sawit yang dapat digunakan sebagai karbon aktif harus melalui proses karbonisasi bahan dasar dan mengalami proses aktivasi (Darmawan, 2009). Proses karbonisasi ini dilakukan dengan cara pemanasan dengan tujuan untuk melepaskan senyawa atau zat ektraktif yang mudah menguap dan proses ini dapat membuka ukuran pori dari karbon dan memaksimalkan karbon aktif dari cangkang sawit sebagai adsorben gas, maka perlu dilakukan aktivasi. Proses aktivasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah aktivasi kimia agar adsorben yang dihasilkan lebih maksimal sebagai penyerap gas CO2 dalam biogas. Pada penelitian ini, adsorben karbon aktif yang berasal dari cangkang sawit diaktivasi dengan menggunakan H3PO4 10%. Pemilihan H3PO4 karena senyawa ini memiliki stabilitas termal dan karakter kovalen yang tinggi sehingga diharapkan bahan pengaktif ini dapat meningkatkan daya serap dan memaksimalkan potensi karbon aktif sebagai adsorben gas. Bahan pengaktif H3PO4 berfungsi mengikat senyawa-senyawa pengotor bukan karbon yang menyebabkan pori pada karbon akan semakin terbuka. Pada aktivasi kimia, karbon hasil proses karbonsasi diubah dari karbon yang memiliki daya serap rendah menjadi karbon yang memiliki daya serap tinggi. Selain itu proses aktivasi akan memperkecil rerata jari pori dan memperbesar luas permukaan, serta memperoleh karbon yang berpori diharapkan nantinya adsorben yang dihasilkan dapat menyerap gas pengotor dalam biogas terutama gas CO2, sehingga dengan diserapnya gas CO2 maka kadar CH4 dalam biogas akan meningkat (Bansal and Gosal, 1988). Alat dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: GSA, gas CO Analyzer model 48i, neraca analitik, oven, pH universal, alat refluks, alat multifungsi gas portable Rieken. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, asam fosfat (H3PO4) 10%, karbon aktif dari cangkang sawit, dan karbon aktif komersial. Cara Kerja Preparasi Sampel (Darmawan, 2009) Sampel cangkang sawit dikeringkan dan ditanur pada suhu 600ºC selama 1,5 jam hingga diperoleh karbon. Aktivasi karbon aktif secara kimia (Darmawan, 2009) Sampel karbon aktif cangkang sawit diaktivasi secara kimia dengan direndam dalam H3PO4 10% selama 24 jam. Karbon kemudian ditiriskan dan dikalsinasi dalam oven pada suhu 110ºC selama 2 jam. Pengujian Gas CO2 Dilakukan pengukuran gas CO2 sebelum diadsorpsi dan setelah diadsorpsi menggunakan adsorben karbon aktif serta dicatat hasilnya. Analisis dengan GSA Untuk mengetahui karakter pori pada tiap variasi perlakuan maka adsorben karbon aktif yang berasal dari cangkang sawit dikarakterisasi dengan menggunakan GSA. Analisis Pori Adsorben Menggunakan Gas Sorption Analyzer Pengukuran volume total pori, rerata jejari pori dan luas permukaan dilakukan dengan Gas Sorption Analyzer (GSA). Pengukuran dilakukan pada karbon aktivasi kimia dan karbon aktif komersial. Hasil analisis adsorben menggunakan Gas Sorption Analyzer dapat dilihat pada Tabel 1 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi dan Pembuatan Adsorben Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah karbon aktif yang berasal dari cangkang sawit. Proses preparasi diawali dengan membersihkan cangkang sawit menggunakan akuades yang bertujuan untuk mengurangi zat pengotor yang masih terikat pada cangkang sawit. Cangkang sawit yang sudah dicuci kemudian dihaluskan dan ditanur pada suhu 600ºC selama 1,5 jam untuk menghilangkan senyawa bukan karbon yang terkandung dalam cangkang sawit (Sembiring dkk., 2003), sehingga yang terbentuk adalah Caktif. Tabel 1. Hasil analisis GSA karbon aktif Jenis Adsorben C-komersial C-aktivasi kimia Volume Total Pori (cc/g) 0,3571 0,1304 Luas Permukaan 2 (m /g) 666,534 208.091 Rerata Jejari Pori (Ǻ) 10,713 12,531 Adsorben yang baik digunakan untuk menyerap gas CO2 dalam biogas adalah yang 31 JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 30-33 ISSN 2303-1077 memiliki ukuran pori yaitu < 2 nm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suyati (2005), untuk menghasilkan adsorben mikropori yang terbaik, volume total pori dan luas permukaan harus semakin besar namun rerata jari pori semakin kecil. Pada penelitian yang dilakukan, Karbon aktif cangkang sawit yang diaktivasi kimia dengan H3PO4 memilki potensi sebagai adsorben gas pengotor dalam biogas yang dilihat dari analisis hasil dengan GSA dan pengukuran kadar CH4 pada biogas yang menunjukkan peningkatan kadar CH4 sebelum menggunakan adsorben dan setelah menggunakan adsorben karbon aktif kimia. Menurut Kurniati (2008) pengaktivasi H3PO4 sangat baik dalam mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi didalam karbon aktif. Inilah yang menyebabkan rerata jejari pori pada adsorben karbon aktif cangkang sawit aktivasi kimia memilki ukuran yang lebih besar dibanding dengan karbon aktif komersial. Hal ini dikarenakan dengan hilangnya senyawasenyawa pengotor di dalam karbon aktif menyebabkan rerata jari pori akan semakin besar sehingga di dalam adsorben karbon aktif tersebut tidak ada senyawa penggangu dalam proses adsorpsi. Tabel 2. Konsentrasi gas CO2 dan CH4 dalam biogas setelah diadsorpsi dengan karbon aktif cangkang sawit dan karbon aktif komersial Zat Pengaktif Tanpa Adsorben C-Aktivasi Kimia C-Komersial Konsentrasi Gas (%) CO2 CH4 100 58,5 93,9 65,5 87,1 70,5 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa penurunan konsentrasi CO2 pada adsorben aktivasi kimia sebesar 6,1% dan adsorben komersial sebesar 12,9% jika dibandingkan sebelum menggunakan adsorben. Pada pengukuran CH4 dengan adsorben karbon aktivsi kimia, terjadi peningkatan sebesar 7% dan adsorben komersial sebesar 12% dibanding sebelum menggunakan adsorben. Nilai konsentrasi ini juga tidak jauh berbeda antara karbon aktif cangkang sawit yang diaktivasi kimia dengan karbon aktif komersial yang dilihat dari pengukuran gas CO2 dan CH4 pada biogas. Dari data peningkatan CH4 ini, maka adsorben cangkang sawit dengan aktivasi kimia memilki potensi yang besar untuk menyerap gas pengotor dalam biogas terutama gas CO2. Dengan diserapnya gas pengotor terutama gas CO2 dalam biogas hasil fermentasi anaerob, maka kadar CH4 dalam biogas akan semakin meningkat kemurniannya. Gas CO2 dalam biogas hasil fermentasi sampah organik merupakan gas pengotor dalam biogas, sehingga gas CO2 tersebut perlu dihilangkan atau diserap dengan metode adsorpsi. Pada penelitian ini proses adsorpsi yang terjadi pada penyerapan gas CO2 merupakan adsorpsi fisika yang dikarenakan ikatan yang terbentuk antara adsorbat dan adsorben membentuk interaksi Van der walls. Daya tarik antara gas CO2 dan karbon sangat lemah. Molekul gas CO2 hanya menempel pada permukaan adsorben karbon. Keseimbangan antara adsorben karbon aktif dan gas CO2 lebih cepat tercapai dan bersifat reversible. Setelah gas CO2 yang menempel pada permukaan adsorben mencapai keseimbangan, maka adsorben dan adsorbat akan mencapai titik jenuh hingga adsorben tidak mampu mengadsorpsi gas CO2 lagi. Adsorpsi Gas CO2 dan Pengukuran Kadar CH4 dalam Biogas Hasil Fermentasi Anaerobik Sampah Organik Adsorpsi gas CO2 dengan adsorben karbon aktif yang berasal dari limbah cangkang sawit dapat dilihat dengan pengukuran gas. Pengukuran gas dilakukan dengan melewatkan biogas pada adsorben karbon aktif yang dibuat dengan perlakuan aktivasi kimia dan karbon aktif komersial. Hasil pengukuran adsorpsi CO2 dan pengukuran kadar CH4 selanjutnya dibandingkan dengan adsorpsi CO2 dan pengukuran kadar CH4 oleh karbon aktif komersial. Daya adsorpsi gas CO2 dan pengukuran kadar CH4 dalam biogas dapat dilihat dari konsentrasi gas CO2 dan CH4 sebelum menggunakan adsorben dan setelah menggunakan adsorben dengan aktivasi kimia dan pembanding karbon aktif komersial. Hasil uji karbon aktif dari limbah cangkang sawit terhadap gas CO2 dan CH4 dengan perlakuan aktivasi kimia H3PO4 dan karbon aktif komersial pada biogas yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. 32 JKK, tahun 2013, volume 2 (1), halaman 30-33 Persentase Daya Serap CO2 14% ISSN 2303-1077 sebesar 70,5% dibandingkan sebelum menggunakan adsorben sebesar 58,5%. 12,97% 12% UCAPAN TERIMAKASIH 10% 6% Terima kasih kepada Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia yang telah membiayai penelitian ini. 4% DAFTAR PUSTAKA 2% Bansal, R.C., dan Gosal, M., 1988, Activated Carbon Adsorption, Taylor & Francis, New York. Darmawan, S., 2009, Optimasi Suhu dan Lama Aktivasi dengan Asam Phosfat dalam Produksi Arang Aktif Tempurung Kemiri, Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(2): 51-56. Harasismowiczt M., Orluk P., Zakrzewska., Trznadel G., dan Chmielewski AG., 2007, Application of Polyimide Membranes for Biogas Purification Enrihmant, Journal of Hazardous Materials 144: 698-702. Kurniati, E., 2008, Pemanfaatan Cangkang Sawit sebagai Arang Aktif, Jurnal Penelitian Ilmu Teknik 8(2). Maarif, F., dan Januar, A., 2007, Absorbsi Gas Karbondioksida (CO2) dalam Biogas dengan Larutan NaOH secara Kontinyu, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Semarang, Draft Jurnal Hasil Penelitian UNDIP Sembiring, Meilita, dan Surya, T., 2003, Arang Aktif, Digitized USU Digital Library: Sumatera Utara. Suyati, 2005, Pembuatan dan Karakterisasi Katalis Nikel/Zeolit pada Pirolisis Batubara, JSKA 7(2). Wahono, K., 2010, Modifikasi Zeolit Lokal Gunung Kidul sebagai Upaya Peningkatan Performa Biogas untuk Pembangkit Listrik, Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010 ISSN : 1411-4216,Yogyakarta. 8% 6,10% 0% Aktivasi Kimia C-Komersial Jenis Adsorben A = C-Aktivasi Kimia B = C-Komersial Gambar 1. Grafik persentase daya serap karbon aktif terhadap gas CO2 Persentase adsorpsi gas CO2dalam biogas hasil fermentasi anaerobik sampah organik dapat dihitung dengan rumus : %Adsorpsi= Hasil pengukuran konsentrasi gas CO2 dan CH4 dapat dilihat persentase penyerapan gas CO2 dan peningkatan kadar CH4. Persentase penyerapan gas CO2 menggunakan karbon aktif cangkang sawit dengan aktivasi kimia H3PO4 sebesar 6,1% dan karbon aktif komersial sebesar 12,97%, sedangkan pada pengukuran kadar CH4, terjadi peningkatan yaitu pada pengukuran menggunakan adsorben karbon aktif kimia dengan H3PO4 sebesar 7% dan karbon aktif komersial sebesar 12%. Dari data tersebut dapat dilihat peningkatan kadar CH4 yang terukur dengan menggunakan adsorben karbon aktif cangkang sawit yang diaktivasi kimia dan tanpa menggunakan adsorben, sehingga terlihat bahwa karbon aktif cangkang sawit dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai adsorben gas CO2 agar kadar CH4 dalam biogas dapat meningkat. SIMPULAN Cangkang sawit memiliki potensi yang besar sebagai adsorben karbon aktif dengan aktivasi kimia menggunakan H3PO4 untuk menyerap gas CO2 sehingga kadar CH4 dalam biogas dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kadar CH4 dalam biogas yang diserap dengan adsorben karbon aktif kimia dengan H3PO4 sebesar 65,5% dan karbon aktif komersial 33