Document

advertisement
Koridor : Bali-Nusa Tenggara
Fokus Kegiatan : Pariwisata
LAPORAN AKHIR (TAHUN I)
PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN
DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
2011-2025 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025)
FOKUS/KORIDOR :
PARIWISATA/BALI-NUSA TENGGARA
TOPIK KEGIATAN
STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA GENETIK BUAH-BUAHAN
LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTEGRASI PERTANIAN
DENGAN PARIWISATA DI BALI
TIM PENGUSUL
Ketua
: Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S.
Anggota : 1. Dr. Ir. Gede Wijana, M.S.
2. I Putu Sudana, A. Par, M. Par.
3. Ir. I Wayan Wiraatmaja, MP.
0015056303
0007076105
0006037204
0018045908
Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor:186/
UN14.2/PNL.01.03.00/2015/Tanggal 3 Maret 2015
1
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………..
2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
3
RINGKASAN …………………………………………………………………...
4
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………..
5
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………
5
1.2. Tujuan …………………………………………………………….
7
1.3. Urgensi (Keutamaan Penelitian) ………………………………….
7
1.4. Luaran yang ditargetkan ………………………………………….
8
BAB II. STUDI PUSTAKA ……………………………………………………
8
2.1. Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal ……………………….
9
2.2. Intergrasi Pertanian dengan Pariwisata …………………………..
10
BAB III. PETA JALAN PENELITIAN ………………………………………..
13
BAB IV. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………….
14
BAB V. METODE PENELITIAN …………………………………………….
15
BAB VI. HASIL PENELITIAN TAHUN I……………………………………..
17
6.1. Jenis-Jenis Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal …………..
17
6.2. Web-site dan Peta Geografis Sumberdaya Genetik Buah-Buahan
Lokal ……………………………………………………………..
145
6.3. Komoditas Buah Unggulan ……………………………………..
6.4. Musim Panen Buah di Bali ………………………………………
187
191
6.5. Kajian Kemasan Paket Agrowisata Berbasis Kegiatan On-farm
dan Off-farm Agribisnis Buah-Buahan Lokal dan Kaitannya dengan
Daya Tarik Wisata Sekitarnya ……………………………………
193
BAB VII. KESIMPULAN DAN DARAN ………………………………………..
225
7.1. Kesimpulan …………………………………………………………
225
7.2. Saran ………………………………………………………………..
226
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….
227
LAMPIRAN: FOTO-FOTO KEGIATAN ……………………………………….
236
3
STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA GENETIK BUAH-BUAHAN
LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTEGRASI PERTANIAN
DENGAN PARIWISATA DI BALI
Rai, I N*., G. Wijana*, I P. Sudana**, dan I W. Wiraatmaja*
*) Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Univ. Udayana, Denpasar, Bali
**) Prodi Industri Perjalanan Wisata, Fak. Pariwisata Univ. Udayana, Denpasar, Bali
Alamat Korespondensi/E-mail:[email protected]
RINGKASAN
Pesatnya perkembangan pariwisata di Bali memunculkan masalah baru yaitu semakin
terdesaknya sektor pertanian. Untuk menghindari semakin tidak seimbangnya perkembangan
pariwisata dan pertanian dikembangkanlah model pembangunan pertanian terintegrasi
dengan pariwisata. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi dan telaah pemanfaatan
sumber daya genetik buah-buahan lokal untuk meningkatkan integrasi pertanian dan
pariwisata di Bali. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2015 diseluruh
kabupaten/kota di Bali, menggunakan metode eksplorasi dan survey untuk mengidentifikasi
jenis-jenis sumberdaya genetik buah-buahan lokal, lokasi persebarannya, dan
penggunaannya untuk kegiatan pariwisata. Batasan/definisi buah lokal dalam penelitian ini
adalah sesuai dengan bunyi Pasal 1 Ayat 6 Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2013
tentang Perlindungan Buah Lokal, bahwa buah lokal adalah semua jenis buah-buahan yang
dikembangkan, dibudidayakan, dan tumbuh di Bali. Hasil penelitian menunjukkan
teridentifikasi lebih dari 40 jenis dan 150 sub-jenis buah-buahan lokal, baik yang
dibudidayakan secara komersial maupun yang tidak/belum dibudidayakan dan buah-buahan
langka. Lokasi tumbuhnya sebagian besar tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Bali
seperti jeruk Bali, salak, pisang, wani, mangga, manggis, durian, jambu biji, dan nangka,
tetapi banyak pula yang hanya dibudidayakan atau tumbuh pada lokasi spesifik tertentu
seperti strowberi, kawista, jeruk Kintamani, anggur, leci, dan badung. Ketersediaan
produksi buah-buahan lokal tersebut umumnya masih bersifat musiman, dengan musim
panen dominan dari bulan Desember sampai Maret, kecuali buah-buahan tertentu seperti
strowberi, jambu biji, pisang, papaya, dan nangka, baik karena sifat tanamannya sendiri yang
berbuah tidak mengenal musim maupun karena telah diterapkannya teknologi produksi di
luar musim. Produksi buah-buahan lokal Bali dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor,
perdagangan antar pulau, konsumsi lokal, memenuhi keperluan ritual adat dan budaya dan
pasar pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata masih relatif kecil, yaitu dalam
bentuk: (1) hasil buah untuk konsumsi segar (fresh fruit) seperti salak, wani, pisang,
mangga, jeruk, dan manggis; (2) hasil buah untuk bahan juice (markisa, mangga, melon,
strowberi, wani); (3) hasil buah untuk bahan wine (salak, anggur), (4) bagian buah, daun,
atau bagian lainnya untuk massage/Spa (jeruk lemon, nenas, alpokat, papaya, strowberi,
belimbing wuluh); dan (5) kebun buah-buahan untuk agrowisata (strowberi, salak, jeruk, dan
manggis).
Berdasarkan hasil penelitian ini perlu ada upaya nyata meningkatkan
pemanfaatan buah-buahan lokal untuk kegiatan pariwisata agar kesejahteraan masyarakat
petani di Bali semakin meningkat.
4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Bali masih menjadi tujuan wisata utama di Indonesia. Berkembang pesatnya
sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi perekonomian Bali,
ditunjukkan oleh tingginya kontribusi sektor pariwisata, hotel dan restoran terhadap PDRB
Bali yaitu mencapai 29,89% selama 3 tahun terakhir (2010-2012), sementara kontribusi
sektor pertanian pada periode yang sama hanya mencapai 19,17% (BPS Bali, 2013).
Komersialisme Bali yang menonjolkan pariwisata secara berlebihan berdampak pada
tidak berkembangnya ekonomi Bali yang lain secara seimbang, terutama sektor pertanian.
Perkembangan yang asimetris dengan dominasi sektor pariwisata telah berdampak pada
termarginalisasinya partanian, padahal pertanian bukan saja sebagai pilar penting dalam
mendukung keberhasilan pariwisata, tetapi juga sebagai sektor strategis yang harus tetap
dijaga karena merupakan hajat hidup bagi sebagian besar masyarakat Bali dan instrument
penting dalam menjaga keberlanjutan parwisata. Disadari atau tidak, sesungguhnya
pariwisata Bali sangat tergantung pada pertanian. Bali dikenal dan dikagumi karena nilai
budaya agrarisnya yang unik dan kondisi alamnya yang menarik. Keunikan budaya dan
keindahan tersebut akan tetap terjaga apabila pertanian tetap terjaga, dan ini akan bisa
tercapai apabila pertanian itu sendiri memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Oleh
karena itu, dikembangkanlah model pembangunan partanian disinergikan dengan pariwisata.
Goodwin (2000) mengemukakan bahwa sinergi pembangunan pertanian dengan pariwisata
dimaksudkan agar sektor pariwisata memberikan multiplier effect kepada para pelaku sektor
pertanian sehingga kesejahteraan pelaku pertanian meningkat, sekaligus mampu mendukung
pemberdayaan dan keberlanjutan sistem pertanian.
Integrasi pertanian dengan pariwisata di Bali sejak satu dekade terakhir telah
dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti pengembangan pariwisata pada sistem subak,
pemanfaatan view dan aktivistas pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan, dan perikanan) untuk agrowisata atau agro-ekowisata, dan lain-lain. Kegiatan
tersebut telah memberikan dampak positif terhadap pendapatan ekonomi petani sekaligus
5
tumbuhnya persespi positif terhadap pariwisata dikalangan masyarakat pedesaan (Windia at
al., 2008; Sumiyati, 2011). Oleh karena itu, model pembangunan pertanian terintegrasi
dengan pariwisata perlu didorong terus implementasinya melalui pendekatan sinergiskomplementaris agar terjadi hubungan saling menguntungkan (simbisosis mutualistik).
Dengan semakin meningkatnya integrasi pertanian dengan pariwisata, dalam jangka panjang
diharapkan pariwisata Bali berfungsi sebagai pendorong pertanian untuk meningkatkan
kuantitas, kualitas dan kontinyuitas produk, sekaligus mendorong pertanian untuk
melestarikan lingkungan dalam rangka mewujudkan green tourism dan sustainable tourism
di Bali (Insani, 2012).
Sumberdaya genetik buah-buahan lokal merupakan salah satu potensi besar yang
belum digarap dalam rangka mewujudkan integrasi pertanian dengan pariwisata. Bali kaya
akan sumberdaya genetik buah lokal, namun kekayaan tersebut belum diberdayakan secara
optimal. Buah-buahan di Bali tidak hanya bernilai ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi, tetapi juga bernilai sosial budaya untuk kegiatan ritual keagamaan, untuk bahan
Spa (massage), perdagangan antar pulau, dan ekspor. Namun saat ini pamor buah lokal
kalah jauh dibandingkan buah impor. baik untuk konsumsi maupun untuk kegiatan ritual.
Terdesaknya keberadaan buah-buahan lokal mendorong DPRD Provinsi Bali bersama
eksekutif membuat regulasi dengan menyusun Perda Perlindungan Buah Lokal (DPRD Bali,
2013), yang saat ini draft perda tersebut sedang dikonsultasikan dengan pemerintah pusat.
Salah satu hal penting yang tersurat dalam Draft Perda Perlindungan Buah Lokal
tersebut adalah perlunya Pemerintah Provinsi Bali melakukan penguatan, permberdayaan
dan perlindungan terhadap sumberdaya genetik dan produk buah lokal melalui kegiatan
integrasi dengan pariwisata. Penelitian ini merupakan salah satu tindak lanjut melaksanakan
amanat Draft Perda Perlindungan Buah lokal dengan tujuan untuk mendapatkan rumusan
strategi pengembangan sumberdaya genetik buah-buahan lokal untuk meningkatkan
integrasi pertanian dengan pariwisata di Bali.
6
1.2. Tujuan
Tujuan utama penelitian ini adalah didapatkan rumusan strategi pengembangan
sumberdaya genetik buah-buahan lokal yang dapat dimplementasikan agar terjadi integrasi
pengembangan buah-buahan lokal dengan industri pariwisata di Bali.
Tujuan khusus Penelitian:
1. Menyusun profil sumberdaya genetik buah-buahan lokal menyangkut jenis, lokasi
persebarannya, status, kegunaan bagian-bagian tanaman, produksi (kuantitas, kualitas,
dan kontinyuitas), potensi pengembangan dan kebutuhan untuk pelestariannnya.
2. Merancang dan meng up-load peta geografis sumberdaya genetik buah-buahan lokal
dalam web-site.
3. Merumuskan kegiatan on-farm dan off-farm yang dapat dijadikan sebagai daya tarik
wisata (something to see, something to do, something to buy, dan something to learn)
dan merancang pengadaan kebun botani (arboretum) plasma nutfah buah-buahan lokal
sebagai obyek agro-ekowisata dan sarana edukasi bagi masyarakat.
4. Dapat dirumuskan hubungan produsen-konsumen antara petani buah-buahan lokal
dengan pasarindustri pariwisata (hotel, restoran, dan lain-lain).
5. Petani buah-buahan lokal dapat melaksanakan penerapan teknologi produksi buahbuahan di luar musim untuk menjamin kontinyuitas pasokan.
6. Petani mampu meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk buah-buahan unggulan
Bali (salak, pisang, manggis, jeruk, mangga, durian, dan lain-lain) dalam hal
penanganan pasca panen, pengemasan, penyimpanan dan penyiapan produk sebagai
souvenir.
1.3. Urgensi (Keutamaan Penelitian)
Penelitian ini memiliki urgensi yang sangat tinggi mengingat semakin tidak
berdayanya buah-buahan lokal karena kalah bersaing dengan buah-buahan impor. Buah
7
impor tidak hanya menguasai pasar pariwisata tetapi telah dijual di pasar-pasar tradisional,
bahkan sampai ke pelosok desa. Bila hal ini dibiarkan terus maka plasma nutfah buahbuahan lokal terancam kelestariannya. Kondisi tersebut telah mendapat pehatian serius
Pemerintah Provinsi Bali, baik pihak eksekutif maupun legislatif, yang diwujudkan dengan
dilakukannya penyusunan Perda Perlindunagn Buah-Buahan Lokal. Dengan kondisi riil
tersebut penelitian tentang strategi pengembangan sumberaya genetik buah-buahah lokal
untuk meningkatkan integrasi pertanian dengan pariwisata di Bali ini sangat diperlukan agar
buah-buah lokal tetap lestari, semakin tangguh dan semakin kompetitif dalam bersaing
dengan buah impor, sehingga dapat meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis buahbuahan lokal.
1.4. Luaran yang Ditargetkan
1. Dapat dihasilkan buku profil sumberdaya genetik buah-buahan lokal, berisi informasi
detail tentang buah-buahan lokal Bali dilengkapi dengan gambar/foto masing-masing
jenis.
2. Tersusunnya web site memuat peta geografis dan intisari profil sumberdaya genetik
buah-buahan lokal Bali sebagai media informasi dan promosi keberadaan buah-buahan
lokal.
3. Terciptanya hubungan produsen-konsumen antara petani buah-buahan lokal dengan pasar
pariwisata (hotel, restoran, dan lain-lain).
4. Kualitas dan kontinuitas suplai buah-buahan lokal meningkat dengan mampunya petani
memproduksi buah di luar musim dan menerapkan berbagai teknologi untuk
meningkatkan kualtias produk.
5. Terwujudnya pengadaan kebun botani (arboretum) plasma nutfah buah-buahan lokal
sebagai obyek agro-ekowisata dan sarana edukasi bagi masyarakat.
8
VI. HASIL PENELITIAN TAHUN I
6.1. Jenis-Jenis Sumberdaya Genetik Buah-Buahan Lokal
Hasil penelitian menunjukkan teridentifikasi 41 jenis dan 154 sub-jenis buah-buahan
lokal, baik yang dibudidayakan secara komersial maupun yang tidak/belum dibudidayakan
dan buah-buahan langka. Lokasi tumbuhnya sebagian besar tersebar hampir di seluruh
kabupaten/kota di Bali seperti jeruk Bali, salak, pisang, wani, mangga, manggis, durian,
jambu biji, dan nangka, tetapi banyak pula yang hanya dibudidayakan atau tumbuh pada
lokasi spesifik tertentu seperti strowberi, kawista, jeruk Kintamani, anggur, leci, dan badung.
Berikut ini diuraikan berbagai jenis dan sub-jenis sumberdaya genetik buah-buahan
lokal yang berhasil diinventarisasi dan ditelaah pada penelitian tahun I ini.
6.1.1. ANGGUR
Tanaman anggur yang buahnya dapat dimakan (edible fruit) terdiri atas dua genera,
yaitu genus Vitis dan Muscadiana. Perbedaannya, genus Vitis memiliki alat pemanjat
(tendril) yang kuat dan panjang, kulit kayu mengelupas, ukuran klaster/dompolan buah
panjang dan besar, dan daya lekat buah pada tangkai kuat, sedangkan genus Muscadiana
memiliki alat pemanjat kurang kuat dan lebih pendek, kulit kayu melekat erat, ukuran
klaster/dompolan kecil dan pendek, dan daya lekat buah pada tangkai mudah lepas.
Berdasarkan keunggulan dari genus Vitis, semua jenis anggur yang dibudidayakan di Bali
hanya satu spesies dari genus Vitis yaitu Vitis vinifera (Ashari, 2004).
Anggur tergolong tanaman buah-buahan merambat tahunan (perenial), berbentuk
semak dengan batang beruas-ruas/berbuku-buku dan berkayu. Batang berbentuk silindris
dengan permukaan halus. Setiap buku batang mempunyai mata tunas. Struktur batang dan
percabangannya terdiri atas batang utama, cabang primer, cabang sekunder, dan cabang
tersier yang akan menghasilkan bunga dan buah. Cabang sudah tumbuh dekat dengan
permukaan tanah. Kulit batang dan cabang yang masih muda berwarna hijau tetapi setelah
tua berubah hijau kecoklat-coklatan sampai coklat. Cabang bermata tunas dapat digunakan
sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Batang tanaman anggur tumbuh
memanjat (scadens), yaitu batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang
(Sunaryono, 2013). Penunjang dapat berupa benda mati atau hidup (tumbuhan lain), dan
9
pada waktu naik ke atas atau memanjat, batang tanaman anggur memerlukan alat khusus
untuk berpegangan pada penunjang. Alat khusus tersebut adalah cabang pembelit atau
disebut juga dengan sulur dahan, dan fungsi dari sulur (sirrus) adalah sebagai alat pemanjat.
Sulur letaknya berhadap-hadapan atau berseling dengan daun dan bersifat terputus, artinya
dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing bersulur, sedangkan daun yang
berikutnya tidak bersulur (Setiadi, 2004).
Anggur merupakan tanaman berdaun tunggal, yaitu satu helai daun pada satu tangkai
daun. Struktur daun tanaman anggur terdiri atas helaian daun, tangkai daun, dan sepasang
daun penumpu. Posisi daun tersusun berseling (alternate), bentuk bangun daun bulat atau
bundar (orbicularis) hingga jorong, daun-daun bertulang menjari (palminervis), panjang 10 16 cm, lebar 8 - 14 cm, helaian daun tipis berwarna hijau, permukaan berbulu (pilosus),
pangkal berlekuk (emerginatus), ujung daun meruncing (acuminatus), tepi bergigi runcing
(dentatus) dan berlekuk berdasarkan dalamnya torehan dan umumnya memiliki 5 lekukan.
Tanaman anggur berbunga majemuk dan berbentuk dompolan atau klaster, bunga umumnya
muncul dari ruas ke-3 sampai dengan ruas ke-5 dari tunas yang baru tumbuh dari cabang
tersier. Perbedaan verietas ditunjukkan dari perbedaan susunan/struktur bunga serta ukuran
dan bentuk bunganya. Ukuran bunga anggur kecil, panjangnya antara 2-4 cm, umumnya
berwarna hijau, mempunyai 5 daun kelopak (sepal) dan 5 daun mahkota (petal). Ruas di
atas buah umumnya menghasilkan tendril atau semacam sulur untuk berpegangan (Ashari,
2004).
Sejauh ini buah anggur umumnya dimanfaatkan sebagai buah segar/buah meja dan
juga untuk minuman (anggur/wine), jeli, bahan juice, anggur kering (raisin) sebagai bahan
kue, minyak biji anggur, kismis, sarana upakara ritual adat, budaya dan agama, serta bahan
untuk berbagai produk olahan lainnya. Menurut Prihatman (2000a), buah anggur
mengandung banyak senyawa polifenol dan resveratol yang berperan aktif dalam berbagai
metabolisme tubuh, mampu mencegah terbentuknya sel kanker, dan berbagai penyakit
lainnya. Aktivitas tersebut berkaitan dengan adanya senyawa metabolit sekunder pada buah
anggur yang berperan sebagai senyawa antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.
Buah anggur berperan meningkatkan kadar air di dalam paru-paru sehingga baik untuk
penderita asma karena bisa mengurangi sesak nafas yang dideritanya. Buah anggur juga
bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan otak manusia dan menghindari penyakit
10
alzheimer (penyakit otak mengerut dan mengecil seperti pada orang tua), karena buah
anggur mengandung resveratol. Disebutkan pula bahwa juice anggur bermanfaat untuk
mencegah kanker payudara, mengurangi kelelahan karena mengandung zat besi, dan
menyembuhkan sakit kepala (migraine). Tingkat oksida nitrat di darah akan meningkat jika
mengonsumsi buah anggur, sehingga bermanfaat untuk mencegah pembekuan dan risiko
penyakit jantung. Disamping itu, buah anggur mengandung asam organik, gula, dan selulosa
yang bermanfaat sebagai pencahar sehingga dapat mengobati sembelit (susah buang air
besar).
Anggur diusahakan sebagai tanaman lahan kering, di tegalan/kebun, pekarangan, atau
pada lahan sawah yang dikeringkan. Jenis anggur yang dibudidayakan di Bali, yaitu anggur
Bali dan Prabu Bestari (Red Prince). Sentra produksi anggur di Bali adalah di Kabupaten
Buleleng, yaitu di Kecamatam Gerokgak, Seririt, dan Banjar. Di Kecamatan Gerokgak
anggur dibudidayakan di Desa Banyupoh, Desa Musi, Desa Penyabangan, Desa Patas, dan
Desa Sanggalangit, sedangkan di Kecamatan Seririt terdapat di Desa Kalisada, Desa
Banjarasem, Desa Seririt, dan Desa Lokapaksa. Selanjutnya di Kecamatan Banjar terdapat di
Desa Banjar, Desa Dencarik, dan DesaTemukus. Lokasi penanaman anggur tersebut berada
di daerah pesisir dengan ketinggian 0-300 meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata 2531°C, kelembaban udara 40-80%, curah hujan rata-rata 800 mm/tahun, musim kemarau
relatif panjang 6 - 7 bulan, dan tanah liat berpasir dengan pH 6,5 – 7,0. Panen buah
sepanjang tahun dan tidak tergantung musim.
Varietas yang dominan diusahakan di Bali adalah anggur Bali (Vitis vinifera L. var.
Alphonso Lavalle). Bentuk buah anggur Bali bulat sampai bulat telur, warna kulit buah
muda hijau tua sedangkan warna kulit buah matang hitam atau coklat tua kehitaman, warna
daging buah ungu, rasa buah matang manis asam dan berair/segar. Umur panen 105-110 hari
(matang di pohon) setelah pemangkasan, panen buah sepanjang tahun dan tidak tergantung
musim. Untuk menghasilkan buah yang baik perlu dilakukan penjarangan dengan
menyisakan 80-90% buah yang terbentuk.
Anggur Prabu Bestari awal mulanya merupakan anggur introduksi dari Australia yang
aslinya bernama Red Prince, kemudian setelah lama ditanam di Probolinggo dan beradaptasi
baik akhirnya dilepas sebagai varietas unggul dengan nama Prabu Bestari. Anggur Prabu
Bestari dicirikan dengan batang tegak berbentuk lingkaran, warna batang coklat, dan
11
merambat pada tiang rambatan. Daun berbentuk pentagonal, warna dominan hijau dengan
pangkal tulang daun berwarna kemerahan. Warna bunga putih kehijauan, bentuk buah
bundar agak lonjong, warna kulit buah muda hijau dan bila sudah tua berwarna merah gelap
dengan daging buah krem transparan.
Tiap buah berisi 1-3 biji dengan warna coklat
kehitaman.
Gambar 2. Daun anggur Bali (a), Buah muda anggur Bali (b),
tandan buah Anggur Bali siap panen
6.1.2. AVOKAD
Nama buah ini dalam bahasa Indonesia sendiri sering berubah-ubah, ada yang
menamai avokad, tetapi kadang-kadang juga disebut dengan nama alpukat atau apokat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buah yang dalam Bahasa Inggris diberi nama
avocado ini disebut tanaman avokad. Beberapa daerah di Indonesia juga memberi nama
berbeda seperti alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat,
jamboo pokat (Batak), pookat (Lampung), apokat (Bali), dan lain-lain. Tanaman avokad
merupakan tanaman buah berupa pohon yang diduga berasal dari dataran tinggi Amerika
Tengah yaitu Guatemala dan Honduras, diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18.
Negara penghasil avokad terbesar di dunia adalah Meksiko, sedangkan Indonesia merupakan
negara penghasil Avokad yang terbesar di Asia Tenggara, walaupun sebagian besar buahnya
dikonsumsi sendiri (Ashari, 2004).
Tanaman avokad memiliki batang berkayu bulat, bisa mencapai tinggi 20 m, berakar
tunggang, bercabang banyak, dan rantingnya berambut halus. Daun tunggal, letaknya
berdesakan di ujung ranting, bentuk jorong sampai bulat telur memanjang, bertulang
menyirip dan helaian daun tebal. Daun muda berwarna kemerahan dan berambut rapat
sedangkan daun tua warnaya hijau dan gundul. Bunganya majemuk, letaknya tersembunyi
12
dengan warna hijau kekuningan. Buahnya buah buni, bentuk bervariasi tergantung varietas,
tetapi umumnya berbetuk bulat lonjong atau bulat telur dengan lekukan di dekat pangkal
buah (Ochse, 1961). Daging buah apokat saat matang lunak, berwarna hijau muda dekat
kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut. Kulit buah licin dan lembut, tidak
rata, warnanya bervarasi tergantung varietas, tetapi umumnya berwarna hijau muda saat
buah muda dan hijau tua hingga ungu kecoklatan saat sudah matang. Biji berbentuk bulat
seperti bola, ukurannya bervarisi ada yang berukuran besar memenuhi rongga tetapi ada juga
yang berukuran relatif kecil, biji ada menempel erat dalam rongga dengan kulit biji yang
melekat tetapi ada juga yang tidak menempel dalam rongga sehingga mudah dipisahkan dari
daging buahnya (Indriani et al., 1997).
Tanaman avokad seperti kebanyakan jenis tanaman buah-buahan lainnya, karena sudah
sangat lama dibudidayakan masyarakat, asal-usul bibit tidak dicatat secara cermat, dan
karena terjadinya kawin silang (crossing) serta mutasi maka sangat sulit ditentukan darimana
asalnya (Ashari, 2004). Di Bali tanaman avokad masih merupakan tanaman pekarangan atau
ditanam di kebun sebagai tanaman campuran, belum dibudidayakan dalam skala usaha
komersial, dapat ditemukan mulai dari dataran rendah dekat pantai sampai di dataran tinggi
pada ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Berdasarkan bentuk dan warna kulit buah saat
matang, jenis avokad yang ditemukan di Bali dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Avokad yang warna kulit buahnya saat matang berwarna hijau tua berbintik-bintik
kuning, bentuk buah bulat panjang, ujung buah rata, memiliki lekukan seperti leher dekat
pangkal buah. Permukaan kulit buah licin dengan tekstur lunak, dan lapisan daging buah
tebal. Warna daging buah bagian dalam (dekat biji) kuning sedangkan warna daging
buah di bagian luar (dekat kulit) kuning kehijauan. Bijinya berbentuk lonjong dengan
ukuran relatif kecil.
2. Avokad dengan warna kulit buah saat matang hijau kemerahan dengan permukaan licin
berbintik kuning. Bentuk buah seperti botol (Bahasa Bali: pucung), ujung buah tumpul,
antara ujung dan pangkal buah terdapat lekukan/leher seperti botol, dan pangkal agak
meruncing. Daging buah tebal, bertekstur lunak, berwarna kuning. Biji berbentuk jorong
dan mudah lepas dari daging buah.
3. Avokad dengan warna kulit buah saat matang sangat khas yaitu ungu kemerahan dan
bentuk buahnya bundar. Ujung buah tumpul, sedangkan pangkalnya meruncing. Daging
13
buah agak tebal, warna daging buah kuning. Bijinya berbentuk lonjong dan mudah
dipisahkan dari daging buah.
Gambar 3. Buah avokad muda (kiri) dan buah masak (kanan)
Avokad merupakan tanaman buah yang memiliki kadar lemak tinggi, karena sekitar
75% dari kalori buah alpukat berupa lemak, yang sebagian besar adalah lemak tak jenuh.
Menurut USDA (2013), nilai kandungan gizi avokad per 100 g buah adalah energi 670 kJ
(160 kcal), karbohidrat 8,53 g, gula 0,66 g, diet serat 6,7 g, lemak 14,66 g, lemak tak jenuh
tunggal (monounsaturated) 9,80 g, polyunsaturated 1,82 g, protein 2 g, thiamine (Vit. B1)
0,067 mg (5%), riboflavin (Vit. B2) 0,130 mg (9%), niacin (Vit. B3) 1.738 mg (12%), asam
pantotenat (B5) 1,389 mg (28%), vitamin B6 0,257 mg (20%), folat (Vit. B9) 81 mg (20%),
vitamin C 10 mg (17%), kalsium 12 mg (1%), besi 0,55 mg (4%), magnesium 29 mg (8%),
fosfor 52 mg (7%), kalium 485 mg (10%), dan seng 0,64 mg (6%). Berdasarkan data
kandungan gizi tersebut, avokad memiliki banyak manfaat. Daging buah avokad dapat
dimanfaatkan dan dimakan sebagai buah segar, untuk bahan dasar kosmetik, untuk
mengobati sariawan dan melembabkan kulit yang kering, dan dipakai sebagai bahan pangan
yang diolah dalam berbagai masakan. Daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat
batu ginjal, rematik, mengobati kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri saraf,
nyeri lambung, saluran napas membengkak dan menstruasi), bijinya digunakan dalam
industri pakaian sebagai pewarna yang tidak mudah luntur . Batang pohonnya dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Kulit pohonnya digunakan sebagai pewarna warna cokelat
pada produk dari bahan kulit (Sunaryono, 2013; Ashari, 2004; Ochse, 1961).
Dst … sampai 41 jenis buah lokal
14
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Keseimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disumpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Telah teridentifikasi sejumlah 41 jenis dan 150 sub-jenis buah-buahan lokal, baik yang
dibudidayakan secara komersial maupun yang tidak/belum dibudidayakan/liar dan buahbuahan langka.
2. Lokasi tumbuhnya sebagian besar tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Bali
seperti jeruk Bali, salak, pisang, wani, mangga, manggis, durian, jambu biji, dan nangka,
tetapi banyak pula yang hanya dibudidayakan atau tumbuh pada lokasi spesifik tertentu
seperti strowberi, kawista, jeruk Kintamani, anggur, leci, dan badung.
3. Ketersediaan buah dari buah-buahan lokal umumnya masih bersifat musiman, dengan
musim panen dominan dari bulan Desember sampai Maret, kecuali buah-buahan tertentu
seperti strowberi, jambu biji, pisang, papaya, dan nangka, karena sifat tanamannya sendiri
yang berbuah tidak mengenal musim.
4. Produksi buah-buahan lokal Bali dimanfaatkan sebagai konsumsi lokal, perdagangan
antar pulau, komoditas ekspor, memenuhi keperluan ritual adat dan budaya dan pasar
pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata masih relatif kecil, yaitu dalam
bentuk: (1) hasil buah untuk konsumsi segar (fresh fruit) seperti salak, wani, pisang,
mangga, jeruk, dan manggis; (2) hasil buah untuk bahan juice (markisa, mangga, melon,
strowberi, wani); (3) hasil buah untuk bahan wine (salak, anggur), (4) bagian buah, daun,
atau bagian lainnya untuk massage/Spa (jeruk lemon, nenas, alpokat, papaya, strowberi,
belimbing wuluh); dan (5) kebun buah-buahan untuk agrowisata (strowberi, salak, jeruk,
dan manggis).
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini perlu ada upaya nyata meningkatkan pemanfaatan
buah-buahan lokal untuk kegiatan pariwisata agar kesejahteraan masyarakat petani di Bali
semakin meningkat. Untuk itu, penelitian perlu dilakukan penelitian lanjutan:
15
1.
Mengkaji terciptanya hubungan produsen-konsumen antara petani buah-buahan lokal
dengan pasar pariwisata (hotel, restoran) melalui foreward contract farming (kontrak
perjanjian di depan), pola bapak asuh, pola pendampngan, atau cara-cara lainnya yang
saling menguntungkan.
2.
Pelatihan dan desiminasi penerapan teknologi produksi buah-buahan di luar musim
untuk menjamin kontinyuitas pasokan.
3.
Pendampingan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk buah-buahan
unggulan Bali (salak, pisang, manggis, jeruk, mangga, dan durian) dalam hal
penanganan pasca panen, pengemasan, penyimpanan dan penyiapan produk sebagai
souvenir
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, N. 2013. Peluang Bisnis Hortikultura: Agrobisnis Kebun Jambu Kristal.
http://kampung samara.blogspot.co.id/ (Diakses 9 Agustus, 2015)
Andriyanto, F. 2001. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Sentul (Sandoricum
koetjape (Burm. f.) Merr.) terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Makanan. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Anonimous. 2009. Kecapi, Family Meliaceae. http://www.iptek.net.id. (Diakses 28 Mei
2015).
Anonimous.
2011.
Potensi
Agroindustri
Buah
Kawista.
https://foragri.wordpress.com/2011/01/21/
potensi-agroindustri-buah-kawista/
(Diakses 21 Juli 2015)
Anonimous.
2012.
Jenis
dan
manfaat
buah
nenas.
http://budidayapetani.blogspot.co.id/2013/03/jenis-tanaman-nanas.html. (Diakses 7 Agustus 2015).
Anonimous. 2013. Kepundung. http://tumbuhanbali.blogspot.com/2013/02/kepundung.html.
(Diakses 25 Pebruari 2015).
Anonimous. 2014.
Gowok atau Kupa, Tanaman Asli Indonesia yang Dilupa.
http://alamendah.org/html. (Diaskes 2 September 2015).
Apriyanty, I. 2009.
Bandung.
Seluk Beluk Nanas dan Penanamannya. Penerbit :Jasa Grafika
Ashari, S. 1995. Hirtikultura. Aspek Budidaya. Penerbit: UI Press, Jakarta. 485p.
Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Penerbit:
Bayumedia Publishing, Malang. 201p.
Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit: Andi
Offset Yogyakarta. 144pp.
Asmaria. 2008. Pemanfaatan Tepung Kulit Buah Terong Belanda Fermentasi ’’Aspergilus
Niger’’ terhadap Kinerja Reproduksi Burung Puyuh (Cutornix Japonica). Universitas
Sumatera Utara.
Astawan. 2008. Delima si Cantik Istimewa http://portal.cbn.net.id/ (Diakses 7 Agustus
20150).
Bank Indonesia. 2004. Aspek Pemasaran Salak. Model Kelayakan Program Kemitraan
Terpadu
(PKT)
"Budidaya
Tanaman
Salak
Unggul".
http://www.bi.go.id/sipuk/id/lm/salak/asp. (Rabu, 26 maret 2008). Bank Indonesia, Jl.
MH. Thamrin 2 Jakarta. Hak Cipta Bank Indonesia.
Baswarsiati. 2009. Kesemek. Penerbit: Rajawali Press, Jakarta dan Pusat Antar Universitas
Bioteknologi IPB, Bogor.
Biro Pusat Statistik (BPS) Bali. 2013. Bali dalam Angka 2013. Biro Pusat Statistik
Provinsi Bali.
17
Bompard, J.M., A.J.G.H. Kostermans. 1985. Wild Mangifera Species in Kalimantan,
Indonesia. In Mehra, K.L. and S. Sastrapadja (Eds.). Proceedings of the International
Symposium on South East Asian Plant Genetic Resources. Lembaga Biologi Nasional,
Bogor. p.172-174.
Coronel, R.E. 1983. Promising Fruits of the Philippines. Collage of Agricultural University
of the Philippines at Los Banos. Philippines. p.478-480.
CRFG (California Rare Fruit Growers). 1996. Persimmon (Diospyros kaki Linn.)Ebenaceae. http://www.crfg.org/pubs/ff/ persimmon.html. CRFG.Inc. Diakses, 9
Agustus 2015.
Dalimartha, S. 1999. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Cetakan ke4. Penerbit: Penebar Swadaya. Jakarta.
Dalimartha, S. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 4. Penerbit: Puspa Swara, Jakarta.
Dalimartha, S. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Penerbit: Dinamika Media,
Jakarta.
Deptan (Departemen Pertanian). 2012. Ekspor Hortikultura Indonesia. Nilai dan Volume
Ekspor Buah-Buahan. http.//www.deptan.go.id. [20 Maret 2013).
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali.
Perlindungan Buah Lokal.
2013.
Rancangan Peraturan Daerah
Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen
Pertanian. 2010. Komoditas Buah-Buahan Binaan Direktorat Jenderal Hortikultura.
http://ditbuah.hortikultura.go.id [12 Mei 2011].
Ferguson, A. 2002. Medicinal Use of Citrus. Scienses Department. Cooperative extension
Services Instituse of Food Agricultural Science. University of Florida, Gainesville.
http://edis.ifas.edu/body. Diakses 28 Agustus 2015.
Ferro, E., A. Schinini, M. Maldonado, J. Rosner, G.S. Hirschman, 1988, Eugenia Uiflora Laf
Extract and Lipid Metabolism in Cebus Apella Monkeys. Journal of
Ethnopharmacology 24:321-325.
Garhan, D.A. 2003. Duku Woro Diakui sebagai Duku Palembang, Artikel pada Harian
Umum Suara Merdeka, 14 April 2003. Diakses 27 Agustus 2015.
Goodwin, H. 1998. Sustainable Tourism and Poperty Elimination. Peper on Workshop on
Sustainable Tourism and Poperty. United Kingdom.
Hartana, A., J.P. Mogea, A.A.K. Darmadi. 2002. Pembungaan Salak Bali. Hayati Journal
of Bioscienses 9(2):59-61.
Hermanto, C., N L.P. Indriani, S. Hadiati. 2013. Keragaman dan Kekayaan Buah Tropika
Nusantara. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
164p.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 3. Penerbit: Yayasan Sarana Wana
Jaya, Jakarta.
18
Hume, E. P. 1947. Difficulties in Mangosteen Culture. Tropical Agriculture 24:1-3.
Hutapea, J.R. 1991. Aneka Tanaman Obat. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.
Hutapea, J.R.1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 3, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Hutton, W. 1996. Tropical Fruits of Indonesia. Periplus Editions, Singapore. 62p.
IHIBF (Indonesia Horticulture Investemnt and Business Forum). 2015. Revolusi
Pengembangan Buah Nusantara Skala Kecil dan Menengah untuk Kesejahteraan
Bangsa Indonesia. Bogor, 16 Oktober 2015. Diorganisasikan oleh Departemen
Agronomi dan Hortikultura IPB dan Himpunan Alumni Agronomi IPB. 17p.
Indriani, Y. H.; E. Suminarsih.1997. Alpukat. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.
Insani, A. 2012. Pertanian dan Pariwisata Sebagai Sektor Unggulan di Bali: Membangun
Kreativitas dan Kewirausahaan Petani dalam Menjawab Peluang Pasar Pariwisata.
Badan Pengembangan Sumberdaya Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Revitalisasi Subak Menjadi Lembaga
Usaha Ekonomi dan Agribisnis Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani, Kerjasama
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Fakultas Pertanian Unud dan Forum Komunikasi
Pemberdayaan Pertanian Bali. Denpasar, 11 April 2011.
Ishaq, I., N. Sutrisna. 2003. Identifikasi Sifat Morfologi dan Sistem Budidaya Buah
Kesemek (Diospyros Kaki L.F) di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Buletin Ristek
Balitbangda 2(1):38-46.
Jaswanth, A., 2002, Evaluation of Mosquitocidal Activity of Annona Squamosa Leaves
Against Filarial Vector Mosquito, Culex Quinquefasciatus Say., Department of
Pharmacology, Periyar College of Pharmaceutical Sciences for Girls, Tiruchirappalli,
India.
Kader, A. 2001. Quality Assurance of Harvested Horticultural Perishables. Acta Hort.
553:51-55.
Kaleem, M. 2006. Antidiabetic and Antioxidant Activity of Annona Squamosa Extract in
Streptozotocin-Induced Diabetic Rats, Department of Biochemistry, Faculty of Life
Sciences, Aligarh Muslim University, Aligarh, India.
Karsinah, R., C. Hutabarat, Manshur. 2010. Markisa Asam (Passiflora Edulis Sims.), Buah
Eksotik Kaya Manfaat. IPTEK Hortikultura Nomor 6 Agustus 2010. Balai Penelitian
Tanaman Buah Solok,Sumatera Barat.
Khalid, M. M. Z. 2002. Hybridizations Between Selected Annonaceae Species. Acta
Hort. 575:367–369.
Kitagawa, H.,P.G., Glucina. 1984. Persimmon Culture in New Zealand. Information Series
No 159. 77p.
Krismawati, A., M. Sabran. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Tanaman Obat
Spesifik Kalimantan Tengah. Buletin Plasma Nutfah 12(1):16:23.
19
Kumalaningsih, S., Suprayogi. 2006. Tamarillo (Terung Belanda). Penerbit: Trubus
Agrisarana, SUrabaya.
Kurniawi. 2006. Sejuta Khasiat Delima Http://Theeazayoe.Blogspot.Com /2007/05/Html
(Diaskes 28 Juli 2015).
Latiff, A.M. 1991. Ziziphus Mauritiana Lamk. In: Verheij, E.W.M. And Coronel, R.E.
(Editors). Plant Resources of South-East Asia No. 2: Edible Fruits and Nuts. Pudoc,
Wageningen, The Netherlands, p.310-312.
Lee, M., J. Chiou, K. Yen, L. Yang, 2000, DNA Polymerase Inhibition of Tannins from
Eugenia Uniflora, Cancer Letters 154:31-136.
Lim, T.K. (2012). Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Fruits (Tumbuhan Non-Obat
dan Obat yang dapat Dimakan: Buah-Buahan) (Dalam Bahasa Inggris).
http//books.google.co.id/books (Diakses 28 Agustus 2015).
Lugrayasa, I.N. 2004. Pelestarian Pisang dan Manfaat Dalam Upacara Adat Hindu Bali.
Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu.
Manuwoto, S. 2012. Pengembangan Pusat Kajian Hortikultura Tropika. Center for Tropical
Horticulture Studies. Pusat Kajian Hortikultura Tropika Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. 2012
Matsumura, T., M. Kasai, T. Hayashi, M. Arisawa, Y. Momose, I. Arai. 2000. A
Glucosidase Inhibitors Fromparaguay an Natural Medicine, Nangapiry, The Leaves of
Eugenia Uniflora, Pharmaceutical Biology 38:302-307.
Mogea, J.P. 1990. Pollination in Salacca Edulis. Principles 22(2):56-63.
Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E.Nasution, Irawati. 2001. Tumbuhan
Langka Indonesia. LIPI-Seri Panduan Lapangan. Bogor. Balai Penelitian Botani,
Puslitbang Biologi, LIPI.
Mohr, H. C. 1986. Watermelon Breeding. In M.J. Bassett (Ed). Breeding Vegetable Crops.
Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Amerika.
Moncur, M.W., B.J. Watson. 1987. Observations on The Floral Biology of The
Monoecious Form of Salacca Zalacca 31 (1):20-22.
Morton, J. 1987. Indian Jujube. p.272–275. In: Fruits of Warm Climates. Julia F. Morton,
Miami. Department of Horticulture and Landscape Architecture at Purdue University
(Diakses 7 September 2015).
Mudita, I. W. 2012. Mengenal Morfologi Tanaman dan Sistem Pemberian Skor SimmondsShepherd untuk Menentukan Berbagai Kultivar Pisang Turunan Musa Acuminata dan
Musa Balbisiana.
Mukherji, S.K. 1985. Systematic aand Ecogeographic Studies of Crop Genepools:
Mangifera L. International Board for Plant Genetic Resources. IBPGR Secretariat,
Rome. p.13-70.
Nonci, Y.N. 2009. Formulasi Tablet Kunyah Ekstrak Daun Dewandaru (Eugenia Uniflora
L) dengan Kombinasi Bahan Pengisi Sorbitol-Laktosa. Jurnal Kesehatan 2(4):12-16.
20
Nusmawarhaeni, Saptarini, D. Prihatini, Pohan, E. Puspita. 1999. Mengenal Buah Unggul
Indonesia. Cetakan Ke-9. Penerbit:Penebar Swadaya, Jakarta.
Ochse, J.J. 1961. Tropical and Subtropicak Agriculture. Vol. I. The Mac Millan Company,
New York. 617p.
Orwa, C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass, A. Simons. 2009. Agroforestreedatabase: A
Tree Reference and Selection Guide Version 4.0. ICRAF. Bogor.
http://www.World Agro Forestry.Org/ (Diakses 14 Agustus 2014.
Parimin, S. P. 2005. Jambu Biji. Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Penerbit: Penebar
Swadaya, Depok.
Pebriyanthi, N. E. 2010. Ekstraksi Xanthone dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.) dan Aplikasinya dalam Bentuk Sirup. Skripsi. Departemen Teknologi
Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor.
Pecis, E., A. Levi, R. Ben-Arie. 1986. Deastringency of Persimmon Fruit by Creating a
Modified Atmosphere in Polyethylene Bags. Journal of Food Science 51(4):12831288.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Permentan/Ot.140/7/2011 tentang Pelestarian dan
Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman.
Prihatman, K. 2000a. Anggur (Vitis Vinifera L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Prihatman, K. 2000b. Jambu Air (Eugenia Aquea Burm). Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Jakarta.
Prihatman, K. 2000c. Jambu Biji/Jambu Batu (Psidium Guajava L.) . Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, Jakarta.
Pihatman, K. 2000d. Kedondong (Spondias Dulcis Forst.). Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Jakarta.
Pihatman, K. 2000e. Melon (Cucumis Melo L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Pihatman, K. 2000f. Nanas (Ananas Comosus). Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Poerwanto, R.
2003.
Peran Manajemen Budidaya Tanaman dalam Peningkatan
Ketersediaan dan Mutu Buah-Buahan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor: 13 September 2003.
86p
21
Prajnanta, F..2003. Melon Pemeliharaan Secara Intensif Kiat Sukses Beragribisnis. Penerbit:
Penebar
Swadaya, Jakarta.
Purbiati, T., R. Triatminingsih. 1992. Pengaruh Penambahan beberapa Zat Pengatur Tumbuh
terhadap Eksplan Kesemek (Diospyros Kaki L.F) In Vitro. Jurnal Hortikultura 2(3):3436.
Purnomo, S. 1987. Eksplorasi Mangga Liar di Kalimantan. Kerjasama International Board
of Plant Genetic Resources FAO dengan Sub Balai Penelitian Hortikultura Malang.
42p.
Puspitasari, E., E.U. Ulfa. 2009. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Buah Buni (Antidesma
Bunius (L) Spreng) terhadap Sel Hela. Jurnal Ilmu Dasar 10(2):181-185.
Rasadah,
M.
A.
2004.
Anti-Inflammatory
Koetjape Merr. Phytomedicine. 11:2 261-265.
Agents
from Sandoricum
Rai, I. N., R. Poerwanto, L. K. Darusman, B.S. Purwoko. 2004. Pengaturan Pembungaan
Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L.) di Luar Musim dengan Strangulasi, serta
Aplikasi Paklobutrazol dan Etepon. Buletin Agronomi 32(2):12-20.
Rai, I. N., Partamawati, I. N. G. Astawa. 2005. Potensi dan Pengembangan Buah-Buahan
Lokal Sebagai Buah-Buahan Unggulan Indonesia. Makalah Disampaikan pada
International Seminar on Investigate the Potential and Problems of Developing the
Tropical Fruits of Indonesia. 31th August 2000, Denpasar.
Rai, I. N., R. Poerwanto. 2008. Memproduksi Buah Di Luar Musim. Pernerbit: Andi,
Yogyakarta.
Rai, I. N., G Wijana, C.G.A. Semarajaya. 2008. Identifikasi Variabilitas Genetik ”Wani
Bali” (Mangifera Caesia Jack) dengan Penanda Rapd. Jurnal Hortikultura (Journal of
Horticulture) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Puslitbang Hortikultura
Jakarta 18(2):101-111.
Rai, I. N. 2009. Naskah Akademik Usulan Pelepasan Jeruk Bali Putih Menjadi Jeruk Bali
Unggul Nasional. Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali.
Rai, I. N., C. G.A Semarajaya, I W. Wiraatmaja. 2010. A Study on The Flowering
Phenophysiology of Gula Pasir Snake Fruit to Prevent Failure of Fruit-Set. Jurnal of
Horticulture 22(2):77-101.
Rai, I. N., C. G.A Semarajaya, I W. Wiraatmaja. 2010. Studi Fenofisiologi Pembungaan
dan Pembuahan Salak Gula Pasir sebagai Upaya Memproduksi Buah di Luar Musim.
Jurnal Hortikultura 22(2):77-101.
Rai, I.N. N. L. P. Wiagustini, I.G. Riana, I.W. Nuarsa, I.A.N. Saskara, I.N. Dibia,
I.A.P. Dharmawathi, C.G.A. Semarajaya, I.W. Wiraatmaja.
2012.
Penyusunan Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Perlindungan
Buah Lokal. Kerjasama Biro Perekonomian Dan Pembangunan Sekretariat Daerah
Pemerintah Provinsi Bali dengan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Rivai, M.A. 1986. Flora Buah-Buahan Indonesia. Bogor. Lembaga Biologi Nasional-LIPI.
22
Rubenstein, K. D., P. Heisey, R. Shoemaker, J. Sullivan, G. Frisvold. 2005. Crop Genetic
Resources: An Economic Appraisal. A Report From The Economic Research Service.
Economic Information Bulletin Number 2 May 2005. 47p.
Rukmana, R. 1996. Budidaya Belimbing. Penerbit: Kanisius Jakarta
Rukmana, R. 1998. Budidaya Jambu Bol. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Pisang. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Rukmana, R. 2005. Jeruk Besar, Potensi dan Prospeknya. Penerbit: Kanisius, Yogyakarta.
Sastrapradja, S. D. M.A. Rifa’i. 1972. Exploration and Conservation of The Undeveloped
Genetic Resources in Indonesia Forests. In Report on the LIPIi-MAB Workshop on
Natural Resources IIIi-B, Jakarta.
Sastrapradja, S.; Panggabean, Gillmour; Mogea, J. Palar; Sukardjo, Sukristijono; Sunarto, A.
Tri. 1981. Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi: BuahBuahan 8.Jakarta: LIPI Bekerja Sama dengan Balai Pustaka.
Sastrapradja, S.D.,M. A. Rifa’i. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Sumber Plasma
Nutfahnya. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional dan Pulitbang Bioteknologi,
LIPI, Bogor.
Sastrapradja, S., U. Soetisna, Panggabean, Gilmour; Mogea, P. Johanis, Sukardjo,
Sukristijono; Sunarto, Aloysius (1980). Buah-Buahan 8:44-45. Jakarta:LBN-LIPI
berjasama dengan Balai Pustaka.
Sayaka, B. 2014. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Genetik. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian
Pertanian.
Schmeda-Hirschmann, G., C. Theoduloz, L. Franco, E. Ferro, R. D. Arias, 1987, Preliminary
Pharmacological Studies on Eugenia Uniflora Leaves: Xanthine Oxidase Inhibitory
Activity, Journal of Ethnopharmacology 21:183-186.
Sedley, M., A. R. Griffin. 1989. Sexual Reproduction of Tree Crops. Toronto: Academic
Press.
Setiadi. 2004. Bertanam Anggur. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta.
Siagian, D. R., M. A. Girsang, S. S. Girsang, Salwati. 2007. Pewilayahan Komoditas
Unggulan Perkebunan di Kabupaten Nias Selatan. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, Medan.
Siebert, B. 1997. Nephelium sp. di Dalam:Verheij, EWM, Coronel RE, Editor. Sumber
Daya Nabati Asia Tenggara 2 (Buah-Buahan yang Dapat Dimakan), Penerbit:
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Bekerja Sama dengan Prosea Indonesia dan
European Commission.
Simaremare, P., M. Andrie, B. Wijianto. 2013. Pengaruh Jus Buah Durian (Durio
Zibethinus Murr.) terhadap Profil Farmakokinetik Parasetamol pada Tikus Putih
23
(Rattus Norvegicus L.) Jantan Galur Wistar. Traditional Medicine Journal 18(3):178186.
Siregar, M., N.K.E. Undaharta, I W. Sumantera, D. Mudiana, I D.P. Darma, D. Meiningsasi,
I G.W. Setiadi. 2004. Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu Di Kebun Raya
Eka Karya Bali. p. 51-80. Dalam: M. Siregar, H.M. Siregar, I W. Sumantera, I G.N.A.
Wiswasta, P.K. Sutara, W.S. Lestari (Editor). Prosiding Seminar Konservasi
Tumbuhan Upacara Agama Hindu. Bali, 7 Oktober 2004.
Soedarya, A. P. 2010. Agribisnis Guava (Jambu Batu). Budidaya-Usaha-Pengolahan.
Penerbit: CV. Pustaka Grafika, Bandung.
Steenis, C.G.G.J. V. 1981. Flora, untuk Sekolah di Indonesia. Penerbit: PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Sudjijo.2014. Sekilas Tanaman Delima dan Manfaatnya. IPTEK Hortikultura No. 10
Agustus 2014. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika,Solok Sumatera Barat.
Suharti, S., H. Alrasyid, 1993. Pedoman Teknis Tanaman Buah Nangka (Artocarpus
Heterophyllus Lamk). Informasi Teknis No. 41. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor
Sumiyati. 2011. Kompatibilitas Transformasi Sistem Subak dan Agroekowisata untuk
Mendukung Pengembangan Kawasan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suparwoto, Y. Hutapea. 2005. Keragaan Buah Duku dan Pemasarannya di Sumatera
Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3):24-31.
Syafirudin,
M.
2012.
Manfaat
Buah
Delima
http://www.syafir.com/(Diakses 17 Agustus 2015).
Untuk
Kesehatan.
Syamsuhidayat, S. Sugati, J. R. Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I),
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Sukadana, I M. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing
Manis (Averrhoa Carambola Linn.L). Jurnal Kimia 3 (2): 109-116.
Sunaryono, H. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Penerbit: Penebar Swadaya,
Jakarta.
Syukur. 2008. Varietas dan Syarat Tumbuh Semangka. Pelatihan Budidaya Semangka
Sistem Turus. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tate, D. 2000. Tropical Fruit of Thailand. Asia Book. Tien Wah Press, Singapore. 96p.
Uji, T. 2007. Keragaman Jenis Buah-Buhan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas
8(2):157-167.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United
Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Mengenai Keanekaragaman Hayati). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1994 Nomor 41.
24
USDA (United States Departement Of Agriculture). 2013. Food and Nutrition Information
Center. USDA Nutrient Data Laboratory. National Agriculture Laboratory. Diunduh
29 Juli 2015.
Utami, P.. 2008. Buku Pinter Tanaman Obat. Penerbit: Agromedia Pustaka, Jakarta.
Verheij, E.W.M., R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-Buahan
yang Dapat Dimakan. Prosea Foundation. Pernebit: Gramedia,Jakarta.
Wardana, H.D. 2002. Pemanfaatan Plasma Nutfah dalam Industri Jamu dan Kosmetika
Alami. Buletin Plasma Nutfah 8(2):84-85.
Weecharangsan, W., P. Opanasopit, M. Sukma, T. Ngawhirunpat, U. Sotanaphun, P.
Siripong. 2006, Antioxidative and Neuroprotective Activities of Extracts From the
Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia Mangostana Linn.), Med Princ Pract., 15(4):281287.
Welly,Y. B. Arifin, Afrizal. 2013. Aktivitas Antioksidan dan Isolasi Senyawa Metabolit
Sekunder dari Kulit Batang Srikaya. Jurnal Penelitian pada Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Andalas.
Wiana, I.K., 2002. Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu. Cetakan Pertama.
Penerbit: Paramita Surabaya.
Widodo, F. 2010. Karakterisasi Morfologi Beberapa Aksesi Tanaman Srikaya di daerah
Sukolili, Pati, Jawa Tengah, Skripsi Fakultas Pertanian Uniersitas Sebelas.
Wills, R.A.H,, T.H. Lee, D. Graham, W.B. Mcglasson, E.G. Hall. 198l. Postharvest an
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. New South
Wales University Press, Sydney.
Windia, W.P. 2004. Kebijakan Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya
Mengkonservasi Tanaman Upakara di Bali. P.1-8. Dalam: M. Siregar, H.M. Siregar, I
W. Sumantera, I G.N.A. Wiswasta, P.K. Sutara, W.S. Lestari (Editor). Prosiding
Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu. Bali, 7 Oktober 2004.
Windia, W., M. Wirartha, K. Suamba, M. Sarjana. 2008. Model Pengembangan Agrowisata
di Bali. Jurnal SOCA (Socio-economic of Agriculture and Agribusiness). Fakultas
Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar, Bali-Indonesia. http://ejournal.unud.ac.id/
abstrak/(13)%20soca-windia%20dkk-agrowisata(1).pdf.
Wiryowidagdo, S., M. Sitanggang. 2002. Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah
Tinggi, Dan Kolesterol. Jakarta (Id): Agromedia Pustaka.
World Conservation Monitoring Centre 1998. Mangifera Lalijiwa. The Iucn Red List Of
Threatened Species. Version 2015.2. <Www.Iucnredlist.Org>. Downloaded On 30
July 2015.
Yang H.J., X. Li, N. Zhang, J.W. Chen, M.Y. Wang, 2009, Two New Cytotoxic Acetogenins
from Annona Squamosa., J. Asian Nat. Prod. Res. 11(3):250-6.
Zetra, Y. 2003. Komponen Volatil dari Buah Kedondong (Spondios Pinnutu) . Majalah
Iptek Hortikultura 14 (1):14-22.
25
Download