BAB X ANGGARAN BELANJA PERUSAHAAN HUTAN

advertisement
BAB X
ANGGARAN BELANJA PERUSAHAAN HUTAN
Jenis dan volume kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan teknis
kehutanan telah ditetapkan dalam RKT (Rencana Karya Tahunan) atau RTT (Rencana
Teknis Tahunan) yang secara keseluruhan diatur dalam mekanisme kelestarian hutan.
Sedangkan jenis dan volume kegiatan lainnya ditetapkan menurut keperluan dapat
berlangsung berhubungan dengan mekanisme kelestarian atau dukungan sebagai
contoh adanya pembangunan/rehabilitasi perumbahan karyawan merupakan faktor
pendukung yang tidak langsung dengan mekanisme kelestarian. Sedangkan keperluan
gudang bahan bakar, pelumas, suku cadang berhubungan langsung dengan
kelestarian hutan dalam arti untuk mendukung operasi alat/kendaraan untuk operasi
produksi maupun kegiatan lainnya.
Di dalam suatu unit perusahaan anggaran belanja dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya masing-masing seperti berikut:
1. Untuk belanja perusahaan yang bersifat makro tahunan ditetapkan dengan jenis
dan volume pekerjaan tahunan, selanjutnya untuk setiap jenis pekerjaan volume
kegiatannya harus dikalikan dengan biaya per satuan (unit cost) masing-masing.
Untuk keperluan ini biaya per jenis kegiatan unit costnya perlu ditetapkan lebih
dulu. Berdasarkan pengalaman dengan data yang ada perusahaan sudah
mempunyai standar biaya satuan. Biaya per jenis kegiatan ini ada kaitannya
dengan kinerja perusahaan karena merupakan hubungan masukan dan keluaran
yang harus dipertanggungjawabkan oleh departemen/ bagian/ seksi/ satuan
organisasi pada tiap jenis pekerjaan. Sebagai contoh seperti berikut:
a. Jenis kegiatan ITSP (Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan)
Dalam RKT/RTT ditetapkan pada tahun tertenu sebesar 2.000 ha/
tahun. Ditetapkan standar biaya persatuan Rp. 80.000/ha, maka belanja
perusahaan secara makro tahunan untuk kegiatan ITSP adalah sebesar
Rp. 160.000.000/tahun (seratus enam puluh juta rupiah pertahun) didapatkan
dan hasil kali 2.000/ha x Rp. 80.000/ha.
b. Untuk jenis kegiatan lainnya misalnya penebangan dan pembagian batang.
Menurut RKT ditetapkan JPT (jatah produksi tahunan) sebesar 80.000
3
m /tahun, maka apabila diketahui satuan biaya per m3nya sebesar Rp.7.000/m3
sedangkan biaya penebangan dan pembagian batang per tahun sebesar
Rp.560.000.000 (lima ratus enam puluh juta rupiah) hasil kali 30.000 m3 x
Universitas Gadjah Mada
Rp.7.000/m3. Demikian pula secara cepat dan mudah dapat diketahui dengan
model/ cara diatas untuk jenis pekerjaan lainnya. Manfaat dan belanja makro ini
adalah untuk kepentingan perkiraan labarugi perusahaan dalam tahun yang
bersangkutan. Hal ini dapat diketahui setelah belanja makro ini dikaitkan
dengan pendapatan secara makro tahunan seperti telah dijelaskan pada bab
sebelumnya.
2. Untuk kepentingan operasional kegiatan di lapangan dan kepentingan belanja
perusahaan, belanja makro harus diperinci lagi dalam belanja bulanan. Untuk
keperluaan ini maka RKT-RTT harus diperinci ke dalam rencana jenis dan volume
pekerjaan menurut jadwal tata waktu bulanan. Seperti halnya diatas rencana ini
mencakup departemen/ bagian/ seksi/ satuan organisasi masing-masing jenis
pekerjaan. Untuk setiap jenis pekerjaan dalam belanja bulanan akan dilengkapi
dengan komponennya misalnya upah, bahan bakar dll. Dalam unit perusahaan
hutan untuk menyusun rencana pekerjaan maupun belanja harus ada koordinasi
dan semua departemen terkait sehingga rumusan belanja menjadi akurat. Dalam
prakteknya setiap
tahun
ada
semacam
rakor (rapat koordinasi) khusus
membicarakan pendapatan dan belanja perusahaan. Hal ini diperlukan disamping
fungsi koordinasi juga semavam sosialisasi kepada para fungsionaris perusahaan
untuk mengetahui dan memahami kondisi dan pekerjaan yang harus dilakukan.
3. Dalam setiap bulan harus ada monitoring dan evaluasi terhadap belanja
pemsahaan bulanan. Realisasi harus dibandingkan dengan target/rencana dan
selanjutnya harus diketahui apabila terjadi penyimpangan harus dilakukan
perbaikan pada bulan-bulan berikutnya. Perbaikan dapat berupa penghematan
belanja
ataupun
pengambilan
peningkatan
keputusan
dapat
kinerja.
berakibat
Keterlambatan
buruk
bagi
dalam
perbaikan/
perusahaan
secara
keseluruhan.
10.1.
Biaya Perusahaan
Biaya perusahaan dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis, akan tetapi
untuk berbagai kepentingan yang paling banyak dipakai adalah pengelompokan
menjadi a) biaya tetap dan b) biaya variabel.
a) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah macam biaya yang tidak berubah karena volume
produksi atau aktivitas masing-masing departemen suatu perusahaan. Ciri-ciri
biaya tetap adalah sebagai berikut:
Universitas Gadjah Mada
1. Biaya tetap diperlukan untuk menyempurnakan suatu aktivitas, akan tetapi
bukan merupakan hasil kerja dan aktivitas tersebut.
2. Biasanya biaya tetap akan dihubungkan dengan periode pembukuan tahunan
dan dinyatakan dalam jumlah yang tetap tiap-tiap bulan, khususnya untuk
maksud pembelanjaan.
3. Perkiraan biaya tetap termasuk di dalam kebijaksanaan manajemen tertentu
yang akan dibuat. Misalnya dalam penetapan anggaran gaji para eksekutif
adalah penting bahwa kebijaksanaan manajemen untuk menaikkan atau
menurunkan gaji diketahui.
4. Biaya tetap ini tidak berubah dalam totalnya, tetapi berubah per unit. Misalnya
biaya tetap Rp. 100.000,- apabila diproduksi 1.000 unit, maka biaya tetap per
unit adalah Rp. 100,- sedangkan apabila hanya diproduksi 500 unit, biaya tetap
per unit adalah Rp. 200,-. Total cost tetap sedangkan unit cost berubah sesuai
dengan volume produksi. Pada umumnya yang termasuk biaya tetap
mencakup:
Biaya penghapusan/depresiasi/penyusutan
Biaya tetap berupa penghapusan/ depresiasi/ penyusutan harus dihitung pada
metode berupa aktiva tetap atau biaya investasi yang umur pakainya lebih dari satu
tahun. Relevansi konsep ini dengan perusahaan hutan antara lain karena perusahaan
hutan dalam operasinya memerlukan modal antara lain untu pembelian alat berat
(traktor, logging truck, kendaraan lain, bangunan gedung kantor/perumahan, alat-alat
mekanis pada persemaian dll).
Terhadap biaya modal/investasi di atas harus diperhitungkan nilai depresiasi
yang besarnya didasarkan atas umur pakai aktiva tetap di atas dan juga perkiraan bilai
residu pada saat akhir umur pakainya. Dana dan biaya depresiasi ini akan
tertanam/tersimpan karena pada kenyataanya tidak dikeluarkan dalam bentuk uang
kas, dan pada saat mencapai umur pakai merupakan sumber dana untuk investasi
kembali aktiva tersebut. Untuk menghitung biaya depresiasi ada beberapa metode
seperti berikut:
a.
Metode Garis Lurus (Straight line depreciation method)
Metode ini didasarkan atas jumlah depresiasi setiap tahun sama (seragam)
selama umur pakai aktiva tetap/investasi tersebut.
Universitas Gadjah Mada
Dt =
P-F
Dt
n
: depresiasi setiap tahun
P
: harga perolehan aktiva/harga pemilikan aktiva temasuk biaya
pemasangan (untuk peralatan/mesin)
b.
Metode jumlah tahun (digit)
Jumlah tahun digits diperoleh dengan rumus: 1 + 2 + 3+ n - 1 + n = n(n+1) /2
Dengan cara ini maka nilai depresiasi setiap tahun tidak sama, dan dihitung
dengan rumus:
Dt=
Dt
n-(t-1)
n(n+1)/2
(P-F)
: besarnya depresiasi pada tahun ke-t (ke-1, 2, 3, 4, 5) apa umur
pakainya 5 tahun
Sedangkan arti simbol P, n dan F sama dengan yang dipakai pada perhitungan
depresiasi dengan metode garis lurus.
Bunga Modal dan Angsuran
Apabila perusahaan mempunyai pinjaman/hutan kepada bank pada angsuran
modal dan bunganya merupakan biaya tetap karena harus dibayar oleh perusahaan
dengan jumlah tetap tanpa memperhitungakan apakah ada kegiatan produksi atau
tidak. Angsuran hutang dan bunganya telah ditetapkan peijanjian dengan pihak bank
dapat ditetapkan bulanan atau tahunan.
Pajak
Komponen biaya pajak yang bukan pajak yang behubungan dengan untuk-rugi
perusahaan, dimasukkan dalam biaya tetap. Sebagai contoh mencakup pajak atas
pemilikan alat berat/kendaraan bermotor, gedung/perumahan dan mesin-mesin
lainnya. Besarnya nilai pajak seperti ini biasanya telah diatur dalam undangundang/peraturan peipajakan dengan ketetapan pemerintah.
Asuransi
Untuk menjaga sesuatu yang berhubungan dengan aktiva tetap misalnya
kecelakaan, kebakaran dll biasanya aktiva ini diasuransikan dan besarnya premi/biaya
Universitas Gadjah Mada
asuransi pada umumnya akan bervariasi tergantung dari nilai aktiva tersebut. Di
indonesia dapat terjadi belum semua aktiva diasuransikan. Sebagai contoh mobil
kendaraan pribadi pada umumnya tidak diasuransikan. Untuk perusahaan semua
aktiva harus diasuransikan karena mencakup, resiko nilai aktiva yang cukup besar.
Gaji Karyawan
Gaji karyawan (tetap) yang masuk dalam biaya tetap pada umumnya adalah
karyawan dengan kategori bukan tenaga kerja langsung. Dalam hal ini gaji karyawan
dengan jabatan supervisi/kepada seksi ke atas dimasukkan ke dalam kategori biaya
tetap. Sedangkan untuk para mandor/kepala regu karena berkaitan dengan unit kerja
secara langsung di lapangan ada yang memasukkan menjadi biaya variable. Akan
tetapi apabila mandor di perusahaan hanya mengawasi pekerjaan sedangkan tiap regu
kerja masih ada kepala regunya dan mungkin upahnya tiap regu secara borongan,
dapat saja formasi mandor pegawai perusahaan pada kasus ini masuk biaya tetap.
b) Biaya Variabel
Biaya variabel adalah macam biaya yang berubah, sebanding dengan volume
produksi atau aktivitas masing-masing departemen suatu perusahaan. Ciri-ciri biaya
variabel adalah sebagai berikut:
1. Biaya variabel adalah biaya suatu produksi atau biaya aktivitas yang timbul
sebagai hasil suatu usaha, aktivitas atau pekerjaan. Biaya variabel ini bertambah
atau berkurang sesuai dengan perubahan aktivitas.
2. Biaya variabel berubah sebanding dengan aktivitas merupakan hasil langsung
dari suatu aktivitas. Biaya berubah berbanding langsung dengan perubahan
aktivitas.
3. Biaya variabel tertentu dapat dipengaruhi oleh keputusan kebijakan manajemen.
Misalnya manager memutuskan untuk menggunakan material yang mahal lebih
sedilcit dan yang dipergunakan sekarang, sehingga mengurangi jumlah biaya
total, meskipun demikian biaya tersebut masih variabel.
4. Biaya variabel berubah didalam total akan tetapi tetap per unitnya. Misalnya
biaya variabel Rp. 100.000,- apabila 1.000 unit diproduksi, biaya variabel per unit
adalah Rp. 100.-. Akan tetapi apabila yang diproduksi banya 500 unit, maka total
biaya variabel Rp. 50.000,- variabel cost per unit masih tetap Rp. 100,-.
Relevansi biaya tetap dan biaya variabel dengan studi ini adalah biaya tetap
untuk jenis kegiatan penataan hutan, merupakan biaya-biaya untuk pembelian alat-
Universitas Gadjah Mada
alat, dimana alat ini menjadi barang investasi bagi Perum Perhutani. Sedangkan biaya
variabel adalah biaya-biaya yang langsung diperlukan di lapangan, misalnya bahanbahan babis pakai dan tenaga kerja lapangan, dll.
b. 1.
Upah Tenaga Kerja
Upah menurut undang-undang 1974 No. 33 pasal 7 ayat a dan b, yang dikutip
oleh Heidjrachman dan Husnan (1990) upah ialah : a). tiap-tiap pembayaran berupa
uang yang diterima oleh buruh sebagai ganti pekerjaan, b). perumahan, makan bahan
makan dan pakaian dengan percuma, yang nilainya ditaksir menurut harga umum di
tempat itu. Oleh penulis di atas dikutip pula menurut Dewan Peneliti Pengupahan
Nasional ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dan memberikan kerja kepada
peneIma kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan,
berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan
produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.
Selanjutnya dinyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
tingkat upah, adalah : penawaran dan permintaan tenaga kerja, organisasi buruh,
kemampuan untuk membayar, produktivitas, biaya hidup dan pemerintah.
Kondisi yang ada berkaitan dengan keadaan di Indonesia adalah a), tingkat
penawaran tenaga kerja tinggi, permintaan rendah, b). organisasi buruh tidak punya
peranan, c). kemampuan untuk membayar belum ada standar, d). biaya hidup dan
peranan pemerintah terbatas hanya pada penetapan UMR (Upah Minimum Regional).
Oleh penulis yang sama diungkapkan bahwa keadilan harus dipertimbangkan.
Semakin tinggi pengorbanan yang diperlukan oleh suatu jabatan yang ditunjukkan
dengan persyaratan yang harus dipenuhi, semakin tinggi pula upah yang harus
diterima.
Blanz dan Pelkonen menyatakan bahwa besamya upah harus didasarkan atas
beberapa faktor, yaitu: permintaan pekerjaan, target dan prestasi kerja, serta
suksesnya terhadap hasil pekerjaan. Sedangkan permintaan pekerjaan didasarkan
atas kriteria: pendidikan, pengalaman, keahlian, tanggung jawab dan lingkungan kerja.
Hal ini mirip dengan apa yang dikemukakan oleh Starr (1978) yang mengemukakan
bahwa pekerjaan dapat diklasifikasikan dengan pertimbangan faktor : kemampuan,
ketrampilan, usaha phisik, tanggungjawab, kondisi kerja/ lingkungan.
Oleh Heidjrachman dan Husnan (1990) dinyatakan bahwa untuk menyusun
struktur upah dengan menggunakan jabatan mencakup : a), evaluasi jabatan ialah
Universitas Gadjah Mada
suatu proses analisis dan penilaian jabatan tertentu untuk menentukan tingkat
harga/baas jasa yang wajar, sehingga struktur upah yang digunakan untuk menyusun
tingkatan jabatan guna dijadikan dasar penetapan upah.
Dijelaskan pula bahwa ada 4 macam metode evaluasijabatan, yaitu:
1. The Ranking Method (The Simple Ranking Method)
sistem sederhana penisahaan kecil, proses evaluasinya : a), spesifikasi
jabatan/jenis pekerjaan dipisah-pisahkan didasarkan atas tingkat kesulitan atau
kemudahan, b). jabatan-jabatan tersebut dibandingkan satu sama lain, c). dari hasil
perbandingan tersebut disusun urutan jabatan (ranking) untuk menentukan
besarnya upah masing-masing.
2. The Job Grading (The Grade or Classification Method):
menyusun suatu kelompok jabatan yang akan digunakan sebagai standar
pengukuran untuk jabatan-jabatan yang akan dinilai, proses evaluasinya : a).
menyusun kelas jabatan dengan diskripsi jabatan yang bersifat umum, b). jabatanjabatan yang akan dinilai diperbandingkan diskripsi jabatannya dengan diskripsidiskripsi jabatan dalam kelas jabatan, suatu jabatan masuk kelas jabatan yang
mana untuk ditentukan tingkat upahnya.
3. The Factor Companson Methoa prosesnya:
memilih dan menjelaskan terhadap terhadap factor jabatan dan sub factor jabatan.
(a). Faktor jabatan ketrampilan, sub factor jabatan: 1. pendidikan, 2. Inisiatif dan 3.
pengalaman. (b). Usaha, sub factor jabatan :4. Usaha phisik, 5. Usaha mental, (c).
Tanggung jawab terhadap : 6. Pekerjaan, 7. Mesin, 8. Uang. 9. Bahan, 10.
Lingkungan kerja, dan 11. Resiko kerja.
Sesudah faktor alam sub faktor ditentukan, lalu diadakan pemiihanjabatanjabatan kunci. Jabatan kunci dengan persyaratan: memiliki diskripsi yang cukupjelas,
merupakan jabatan yang dipandang penting, jabatan yang dipiih mencakup jabatan
pada tingkat gaji terendah sampai tertinggi.
1. Apabila jabatan kunci sudah terpiih, maka diadakan penilaian atas faktor-faktor
jabatannya.
2. Setelah ranking jabatan dan faktor-faktornya dapat disusun alokasi nilai uangnya
untuk menentukan upah.
3. Apabila proses pada titik d). telah selesai maka diadakan periilaian jabatan lain,
dengan cat-a membandingkan factor jabatan dengan faktor-faktor jabatan kunci.
Prinsip-prinsip evaluasi jabatan di atas dapat dipergunakan dalam jenis-jenis
pekerjaan dalam pekerjaan penataan hutan dengan mengingat beberapa
Universitas Gadjah Mada
pertimbangan antara lain usaha phisik atau lingkungan kerja pada hutan
pegunungan atau datar, tanggung jawab terhadap mesin/bahan, pengaman dan
lain-lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam besarnya tarip upah. Mengenai
sistem pengupahan Munandar (1985) dan Heidjmchman dan Husnan, 1990
menyatakan bahwa secara garis besar sistem pengupahan mencakup:
a. Sistem upah menurut waktu: besar kecilnya upah tenaga kerja tergantung
banyak sedikitnya waktu kerja.
b. Sistem upah menurut unit hasil (potongan): besar kecilnya upah tergantung dari
banyak sedikitnya unit yang dihasilkan.
c. Sistem upah dengan insentif: besar kecilnya upah tergantung dan lamanya
waktu kerja ataujumlah/hasil kerja (unit hasil) ditambah dengan insentif
(tambahan upah) yang didasarkan atas prestasi dan ketrampilan kerja.
Selanjutnya oleh Munandar (1985) sistem upah dengan insentif dapat
dibedakan:
a. Sistem upah bertingkat menurut waktu, tarif upah menurut waktu yang berbeda
untuk prestasi kerja yang berbeda.
b. Sistem upah bertingkat menurut unit hasil, tariff upah menurut unit hasil
(potongan) yang berbeth untuk prestasi kerja yang berbeda
c. Sistem upah menurut waktu dengan insentif menurut unit hasil, tariff upah
menurut waktu sama, sedangkan kepada mereka yang berprestasi tinggi
diberikan tambahan upah (insentif) yang didasarkan pada unit hasil.
d. Sistem upah menurut unit hasil dengan insentif menurut unit hasil, tarip upah
menurut unit hasil sama, sedangkan kepada yang berprestasi tinggi diberikan
tambahan upah didasarkan atas unit hasil.
Relevansi sistem di atas dengan praktek pekerjaan kehutanan antara lain
apabila hasil yang diharapkan lehih banyak menuntut kualitas hasil dibanding
kuantitas hasil pada umumnya menggunakan sistem upah menurut waktu,
misalnya pengecatan patok pada kegiatan penataan hutan, sedangkan apabila
yang lebih utama pada kualitas hasil dengan standar kualitas yang berlaku
biasanya sistem pengupahan dengan upah potongan/borongan
Upah Tenaga Kerja Langsung
Menurut Munandar (1985) budget upah tenaga kerja langsung adalah
budget yang merencanakan secara terperinci tentang upah yang akan dibayarkan
kepada tenaga kerja langsung, mencakup: waktu yang diperlukan untuk
Universitas Gadjah Mada
menyelesaikan pekerjaan, tarip upah, kapan tenaga kerja tersebut melaksanakan
kegiatan, dimana dia bekerja dan jenis pekerjaan apa yang dilakukan. Tenaga
kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung menangani pmses produksi.
Dalam hubungan dengan studi ini yang akan dilaksanakan konsep di atas akan
berkaitan dengan prestasi kerja, besarnya tarip upah, waktu dan tempat kegiatan,
dan jenis pekerjaan secara terperinci pada kegiatan penataan dan perpetaan
hutan.
Pada unit perusahaan hampir semua sistem di atas digunakan dengan
berbagai variasi daii satu perusahaan dengan perusahaan lainnya sebagai contoh
seperti berikut:
1. Upah menurut waktu
Upah menurut waktu biasanya dipakai untuk pekerjaan yang hasilnya
tidak dapat diakui secara langsung, misalnya karyawan yang bekerja di kantor.
Biasanya insentif dengan adanya lembur. Menurut undang-undang satu hari
kerja normal jumlah jam kerja adalah 7 jam, selebihnya harus dihitung lembur.
Jam pertama lembur dihitung 1,5 kali dan upah per jam, jam kedua dihitung 2
kali dari upah perjam. Disamping itu ada tarif upah khususnya apabila
karyawan bekerja pada hari libur/hari besar dsb dengan ketentuan menurut
undang-undang. Sistem menurut waktu menuntu pengawasan yang intensif
apabila karyawan malas bekerja maka profesi kerja akan menurun yang
menyebabkan beban upah per unit akan meningkat. Di dalam perusahaan
pemimpin terutama yang membawa pekerjaan secara langsung setiap hani
harus membuat rencana pekerjaan hanian sedemikian rupa sehingga tidak ada
yang menganggur.
2. Upah menurut unit hasil
Sistem upah ini biasanya dikenal dengan upah borongan. Misalnya
pada pekerjaan penanaman dengan upah borongan per hektar. Dari segi
perusahaan dengan model upah borongan ini maka belanja penanaman per
unit akan bersifat tetap sehingga biaya dapat dikendalikan. Untuk karyawan
model upah borongan ini taritnya harus menarik dan semestinya pendapatan
dengan upah borongan harus lebih besar dari upah harian (upah mernuut
waktu). Pengawasan dilaksanakan terhadap hasil kerja secara langsung.
Dalam hal penanaman adalah berdasarkan atas realisasi pekerjaan di
lapangan sesuai dengan hasil pengamatan/pengukuran di lapangan.
Universitas Gadjah Mada
3. Sistem kombinasi upah menurut waktu dan upah menumt unit hasil
Sistem ini biasanya diterapkan pada bidang pemanenan hasil misalnya
upah untuk operator traktor sarad, sopir angkutan kayu (logging truck).
Operator dan sopir tadi mendapat jaminan upah tetap setiap bulan minimal
untuk keperluan makan/minum dapat tercukupi. Hal ini untuk menjaga
kemungkinan apabila karena adanya kemsakan traktor atau logging truck
misalnya selama 2-3 hari mereka tetap mendapat upah. Selanjutnya
operator/sopir tadi akan mendapat upah lagi berdasarkan hasil kerjanya, dalam
kasus ini adalah berdasarkan hasil kayu (m3) yang disarad atau diangkut.
Dalam hal upah menurut hasil dapat diperlukan upah per unit hasil yang
berlainan untuk insentif contohnya seperti berikut:
Tarif/upah unit basil/borongan pekerjaan penyaradan:
a. s/d 800 m3/bulan, tarifnya A Rp/m3
b. 801-1.000 m3/bulan, tarif B Rp/m3
c. 1.000 - 1.200 m3/bulan, tarif C Rp/m3
Apabila seorang operator traktor dapat menyarad 1.100 m3, maka
dalam bulan itu akan diterima upah sebesar:
Jaminan upah tetap + 800 x A Rp + 200 x B Rp+ 100 x C Rp
Catatan sesuai dengan prinsip insentif untuk presentasi kerja maka tariff upah
C>B>A
b.2. Material
Budget bahan/material ialah budget yang berhubungan dengan perencanaan
lebih terperinci mengenai penggunaan bahan/material untuk pmses produksi selama
periode mendatang mencakup : a) budget unit keperluan bahan/material, b) budget
pembelian bahan/material, dan c) budget biaya bahan/material (Munandar, 1995).
Selanjutnya dinyatakan bahwajika untuk tiap satuan barang yang dihasilkan
sudah diketahui, keperluan bahan/material untuk proses produksi dapat dihitung
dengan mengalikan banyaknya barang-barang yang akan dihasilkan dengan keperluan
bahan/material untuk tiap satuan hasil rasio (perbandingan) banyaknya produksi
terhadap jumlah bahan/material.
Keperluan material wituk jenis pekeiaan perusahaan hutan sangat bervariasi,
dengan model rasio yang bermacam-macam. Perkiraan keperluan material/rasio-rasio
pada umumnya didasarkan atas pengalaman maupun petunjuk dalam manual operasi
peralatan alat berat maupun manual lainnya yang sudah ditetapkan dalam standard.
Universitas Gadjah Mada
Rasio/standar keperluan material harus diketahui untuk menaksir keperluan dalam arti
kuantitatif. Selanjutnya bila diketahui harga material per unit diketahui maka dapat
dihitung belanja sebagai contoh dalam perusahaan hutan:
•
Rasio/dosis pupuk NPK per bibit (gram/bibit)
•
Rasio/dosis media semai (grani/bibit)
•
Rasio/dosis obat hama/penyakit (gram/bibit)
Keperluan material ini disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan diproduksi.
Belanja keseluruhan dihitung dengan keperluan material dan harga material yang
bersangkutan. Contoh lain dalam bidang pemanenan hasil, misalnya:
•
Rasio, keperluan bahan bakar solar traktor sarad (liter/m3)
•
Rasio keperluan ban logging truck (unit ban/ m3)
•
Rasio keperluan sling (wire rope) traktor sarad (m/ m3)
Sama dengan diatas apabila jumlah kuantitatif dan harga per unit diketahui
maka belanja keseluruhan dapat dihitung.
Material yang perlu dipertimbangakan khusus adalah keperluan suku cadang
alat beratnya misal biasanya tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan volume
hasil
b.3. Perawatan/ Perbaikan
Yang dimaksud biaya perawatan dan perbaikan disini berkaitan dengan biaya
tenaga kerja/mekanis yang merawat dan memperbaiki. Dalam hal tertentu khusus
untuk alat berat maka biaya perawatan dan perbaikan termasuk suku cadangnya.
Dalam praktek di lapangan maka biaya ini adalah masuk dalam departemen/
bagian/seksi perbengkelan. Pada unit perusahaan besar maka bengkel dapat dibag
menjadi beberapa bagian dengan pelayanan secara khusus misalanya:
•
Unit bengkel gergaji mesin
•
Unit bengkel iraktor
•
Unit bengkel logging truck/dump truck
•
Unit bengkel kendaraan kecil (mobil)
b.4. Bahan makanan
Unit perusahaan hutan di lapangan pada umumnya memberikan fasilitas
makan/minum bagi tenaga kerja lapangan (base camp maupun camp hutan).
Keperluan bahan makanan ini cukup besar karena jumlah karyawan di lapangan
biasanya cukup banyak bisa mencapai 500 orang, bahkan mencapai lebih dari 1.000
Universitas Gadjah Mada
orang, sebagai contoh andaikata ada 300 karyawan yang perlu fasiitas makan maka
diperlukan berbagai jenis bahan makanan cukup besar/contoh rasio keperluan beras
sebesar 15 kg/orang/bulan. Maka setiap bulan diperlukan 15 kg/orang dikalikan 300
orang sama dengan 4.500 kg atau 4,5 ton beras, hal ini masih ditambah untuk jenis
bahan yang lain termasuk sembako dan lainnya. Untuk jenis bahan sedapat mungkin
harus dibuat rasio seperti halnya pada kasus keperluan beras.
Universitas Gadjah Mada
Download