Penulis Rulam Ahmadi 1 Ensiklopedi Pendidikan (Premium). Iuran Rp.1.000; per kutipan lengkap dengan sumber pustaka. Minimal 6 kutipan. Caranya, kirim kode nomor urut dari kutipan yang diinginkan ke [email protected]. Nomor rekening BANK menyusul. Kontak: 081939483377. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. [definisi]Aktivitas adalah banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan dan pikiranpikirannya dalam tindakan yang spontan. Sesuai dengan beberapa pendapat di atas, aktivitas merupakan perilaku yang aktif dalam melakukan tindakan yang merupakan penjelmaan dari perasaan (Suryabrata, 2002: 72). [definisi]Aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan. Aktivitas yang dimaksud adalah keaktifan atau partisipasi langsung dalam suatu kegiatan (Ali, 1996: 26). [definisi]Alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pengajar untuk mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan penjaran guna memberi pengertian atau gambaran yang jelas tentang pelajaran yang diberikan (Subari, 1994: 95). [definisi]Alat peraga matematika adalah seperangkat benda kongkrit yang dirancang, dibuat, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep atau prinsip dalam matematika (Estiningsi dalam Pujiati, 2004: 3). [definisi]Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsih dalam Asyhar, 2011: 12). [definisi]Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawa ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsi dalam Pujiati, 2004: 3). [definisi]Alat peraga sebagai suatu alat bantu yang dipergunakan oleh peserta didik untuk memperagakan materi pelajaran (Sanaky dalam Asyhar, 2011: 12). [definisi]Alat perekam pita magnetik (kaset tape recorder) adalah alat perekam yang menggunakan pita dalam kaset. Pita tersebut digulunggulung pada kumparan yang berada dalam kotak yang disebut kaset. Pita yang digunakan untuk cassete recorder itu adalah pita magnetik, berupa pita plastik yang tipis dan elastis (Asnawir & Usman, 2002: 90). [definisi]Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang ia ketahui (Arikunto, 2002: 128). [definisi]Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulirformulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2006: 67). [definisi]Angket atau questionnaire merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2006: 135). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 2 [definisi]Bagan adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual, untuk mendapat sejumlah informasi yang menunjukkan perkembangan ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang (Asnawir & Usman, 2002: 33). [definisi]Bahan cetak (Printed Material) adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran, dan lain sebagainya. Sedangkan bahan belajar non cetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunukasi elektronik yang biasanya berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk video, kaset, computer, CD, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2009: 147-149). [definisi]Bahan-bahan operasional adalah sumber-sumber yang dipergunakan sebagai pelancar proses transformasi (Mudyahardjo, 2001: 44). [definisi]Bahan-bahan produksi adalah bahan-bahan olahan yang akan dijadikan hasil produksi (Mudyahardjo, 2001: 44). [definisi]Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan (Syah, Muhibbin, 2004: 136). [definisi]Balajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru, sehingga menyababkan perubahan perilaku (Hudojo, 2005: 71). [definisi]Belah ketupat adalah jajar genjang dengan sisi-sisi yang berdekatan kongruen. Belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Semua sisinya sama panjang. (b) Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri. (c) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. (d) Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan berpotongan tegak lurus (Raharjanto, 2010: 73). [definisi]Belajar adalah merupakan proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Hudojo, 2005: 71). [definisi]Belajar adalah modivikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan proses, suatu kegiatan, untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2005: 36). [definisi]Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi dari hasil latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah, kedewasaan atau keadaan organisme yang bersifat temporer melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau gabungan dari kesemuanya (Morgan dkk dalam Soekamto dan Winataputra, 1997: 14). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 3 [definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Sanjaya, 2006: 89). [definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari (Sanjaya, 2007: 112). [definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Sanjaya 2006: 86). [definisi]Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah dengan mengabaikan perubahan selain dari faktor-faktor latihan (Hilgard dalam Sanjaya, 2006: 89). [definisi]Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, kemampuan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2002:11). [definisi]Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebagai hasil dari aktifitas belajar akan dapat dilihat dari perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Thomas Gordon dalam Purwanto, 1996: 83). [definisi]Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Djamarah, 2002: 141). [definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Purwanto, 1993: 84). [definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian (Witherington dalam Purwanto, 1993: 84). [definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan dalam Sagala, 2010:13). [definisi]Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman (Purwanto, 1990: 9). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 4 [definisi]Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun (Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9). [definisi]Belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru, sehingga menyebabkan perubahan perilaku (Hudojo, 2005: 71). [definisi]Belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Misalnya, setelah belajar siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan belajarnya dimana sebelumnya siswa tidak dapat melakukannya (Hudojo, 2005: 71). [definisi]Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). [definisi]Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi sampai ke liang lahat (Sadiman dalam Warsita, 2008: 62). [definisi]Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan, jadi belajar adalah proses aktif mengenai informasi dan kemudian disusun dan dibentuk dengan cara yang unik oleh setiap individu (Hamalik, 2001: 36). [definisi]Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2006: 92). [definisi]Belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku (Hudojo, 1998: 1). [definisi]Belajar dalam arti luas, yaitu sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, yaitu sebagai usaha pengusaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2007: 20). [definisi]Belajar diartikan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabalitas baru (Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10). [definisi]Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003: 28). [definisi]Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga (James O. Whittaker dalam Djamarah, 2002:12). [definisi]Belajar kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 5 anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin dalam Isjoni, 2009: 12). [definisi]Belajar kooperatif/Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009: 15). [definisi]Belajar kooperatif/Secara sederhana pembalajaran kooperatif berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim (Isjoni, 2007: 6). [definisi]Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2005: 22). [definisi]Belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya (Uno, 2007: 22). [definisi]Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dimana perubahan yang terjadi relatif menetap serta menyangkut kepribadian baik fisik maupun psikis (Purwanto, 2003: 85). [definisi]Belajar pada dasarnya sebagai titipan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa (Muhibbin Syah, 2001: 90). [definisi]Belajar sebagai aktivitas untuk mendapatkan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai dan mendapatkan informasi atau menemukan sesuatu. Belajar dianggap sebagai aktivitas dan penguasaan sesuatu (Hilgard dan Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 13). [definisi]Belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (James O. Whittaker dalam Djamarah, 2002: 12). [definisi]Belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Cronbach dalam Djamarah, 2002: 13). [definisi]Berpikir kritis adalah berpikir secara alasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (R. H. Ennis dalam Zaleha, 2004: 86-87). [definisi]Berprestasi adalah mencapai prestasi, kesuksesan atau keberhasilan dibidang tertentu (McClelland dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 135). [definisi]Buletin supervisi ialah salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar (Sahertian, Piet A., 2000: 31). [definisi]Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi, dalam demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu (Moeslichatoen R., 2004: 27). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 6 [definisi]Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, danperasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah. Untuk menulis suatu deskripsi yang baik seseorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalah dengan semua pancaindera (Parera, 1993: 5). [definisi]Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertahan dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian dan objek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata Latin describera yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal, sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal (Keraf, 1981: 93). [definisi]Disiplin adalah sesuatu yang terletak didalam jiwa seseorang yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku (Pangab dalam Wijaya & Rusyan, 1991: 18). [definisi]Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2005: 206). [definisi]Editing adalah setelah daftar pertanyaan yang sudah diisi diterima kembali, maka perlu dibaca kembali, yang kurang jelas diperbaiki, kalau masih ada yang belum sesuai dan belum konsisten jawaban dengan pertanyaan dikembalikan kepada peneliti atau penyidik untuk diperbaiki atau diisi kembali (Nasir, 2003: 348). [definisi]Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu (Semi, 1993: 36). [definisi]Energi atau tenaga adalah gerak dari alat-alat kerja yang dipergunakan dalam proses transformasi atau semua operasi yang terjadi dalam transformasi (Mudyahardjo, 2001: 44). [definisi]Evaluasi merupakan proses penentuan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dikuasai siswa (Gronlund, 1973: 21). [definisi]Gambar/foto adalah media reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi. Foto ini merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis (Asnawir & Usman, 2002: 47). [definisi]Generalisasi induktif yaitu proses penalaran memperoleh kesimpulan umum berdasarkan data empiris (hurter dan Pierce (Sumarmo, 1987: 41). [definisi]Generalisasi induktif yaitu proses penalaran memperoleh kesimpulan umum berdasarkan data empiris (Hurter dan Pierce dalam Sumarmo, 1987: 41). [definisi]Generalisasi/Bahwa generalisasi menyatakan pola, menentukan struktur/data/gambaran/suku berikutnya dan memformulasikan keumuman secara simbolis (Trisnadi, 2006:11). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 7 [definisi]Generalisasi/bahwa membuat generalisasi adalah membuat perkiraan atau terkaan berdasarkan kepada pengetahuan (pengalaman) yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (Ruseffendi, 1991: 267). [definisi]Generalisasi/Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi (Soekadijo, 1999: 134). [definisi]Grafik adalah gambar sederhana yang disusun menurut prinsip matematika, dengan menggunakan data berupa angka-angka (Asnawir & Usman, 2002: 38). [definisi]Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Jamarah, 2000: 55). [definisi]Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah (Undangundang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). [definisi]Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik disekolah ataupun diluar sekolah (N. A. Ametembun dalam Djamarah, 2000: 32). [definisi]Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik (Syah, Muhibbin, 2008: 256). [definisi]Guru adalah tenaga professional, yang karena tugas kependidikannya berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka harus tanggap atas keadaan pribadi maupun keadaan masyarakat (Drost, 1998: 48). [definisi]Guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin ummat (Isa, 1994: 64). [definisi]Guru dalam bahasa jawa adalah seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan dan diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru yang artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara bicara, hingga cara berperilaku sehari-hari. Sebagai seorang yang harus digugu dan ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid (Nurdin, 2008: 17). [definisi]Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Kunandar, 2007: 46-47). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 8 [definisi]Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar (Hamalik, 2006: 27). [definisi]Guru profesional/Menurut Moh Uzer Usman bahwa guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Usman. 2006: 15). [definisi]Guru yang professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Kunandar, 2007: 46-47). [definisi]Hadiah (reward) merupakan salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi (Sardiman, 2002: 89). [definisi]Hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa dari pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang diikutinya selama pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono 2006: 55). [definisi]Hasil belajar adalah keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs) (Romiszowski dalam Abdurrahman, 2009: 38). [definisi]Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008: 22). [definisi]Hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi (Romizowski, Keller dalam Abdurrahman, 2009:38). [definisi]Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku baik afektif, kognitif, maupun psikomotor (Sudjana, 2001: 22). [definisi]Hipotesis berasa dari penggalan kata “hypo” yang artinya di bawah dan “Thesa” yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis adalah anggapan dasar mengenai suatu teori yang bersifat sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji di bawah kebenaran (Arikunto, 2005:1080). [definisi]Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64). [definisi]Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan (Partanto & Al Barry, 1994: 247). [definisi]Informasi adalah keterangan yang disampaikan kepada pihak lain (Mudyahardjo, 2001: 43). [definisi]Informasi operasional adalah keterangan tentang bahan-bahan yang dipergunakan untuk memproses bahan olahan (Mudyahardjo, 2001: 44). [definisi]Informasi produk adalah keterangan tentang bahan olahan, bahan yang akan diproses menjadi suatu produk (Mudyahardjo, 2001: 43). [definisi]Istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau pengajaran, yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 9 perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Selanjutnya pembelajaran dapat pula diartikan sebagai usaha untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang digunakan, atau biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuata siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar (Gino, Suwarni, Suripto H.S, Maryanto, dan Sutijan, 1998: 30). [definisi]Jajar genjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Jajar genjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. (b) Sudutsudut yang berhadapan adalah sama besar. (c) Jumlah dua sudut yang berdekatan adalah 1800. (d) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang (Raharjanto, 2010: 73). [definisi]Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat ditentukan benar atau salahnya karena masih memuat variabel (Aminulhayat, 2004: 119). [definisi]Karya tulis ilmiah adalah kegiatan penuangan atau lapangan atau gagasan pemikiran ke dalam bentuk karangan dengan mengikuti aturan dan metode ilmu pengetahuan. Sehingga menghasilkan informasi ilmiah yang dapat didiskusikan dan disebarluaskan kepada masyarakat pendidikan serta di dokumentasikan diperpustakaan sekolah (Depag, 2001: 30). [definisi]Kebijakan (wisdom) adalah suatu ketentuan dari pimpinan yang berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena adanya alasan yang dapat diterima untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku (Imran, 2008: 17). [definisi]Kebijakan adalah ”wisdom” sedangkan kebiksanaan adalah ”policy” (Imran, 2008: 1). [definisi]Kebijakan adalah seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta peratutan-peraturan yang membimbing sesuatu organisasi. Dengan demikian kebijakan mencakup keseluruhan petunjuk organisasi (Murphy dalam Syafaruddin, 2008: 2). [definisi]Kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah, sehingga berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia ditempatkan pada tempat yang paling tinggi (Subroto, 1994: 7). [definisi]Kepala sekolah adalah manajer pendidikan yang mewujudkan pendayagunaan setiap personil secara tepat agar mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya, baik dari segi jumlah maupun dari segi mutu dan proses belajar mengajar (Nawawi, 1996: 90). [definisi]Kepala sekolah adalah orang atau guru yang memimpin suatu sekolah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 480). [definisi]Kepemimpinan merupakan suatu proses yang mengandung unsur mempengaruhi, adanya kerjasama dan mengarah pada suatu hal dan tujuan bersama dalam sebuah organisasi (Arifin, 2004: 23). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 10 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. [definisi]Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang memberikan corak yang khas dalam caranya menyesuaikan diri dengan lingkunganya (Gordon W. Alport dalam Baharuddin, 2007: 210). [definisi]Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu (Tika, MP., 2006: 121). [definisi]Kinerja adalah prestasi kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Kemampuan melaksanakan tugas atau kinerja (performance) adalah sesuatu hal yang dapat meningkatkan fungsi motivasi secara terus menerus. Dengan demikian, kinerja guru hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Rahardja, 2004: 4). [definisi]Kinerja diartikan sebagai tingkah laku ketrampilan atau kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan (As’ad, 2001: 47). [definisi]Kinerja, jika dilihat dari asal katanya, adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “Entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan; (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban kewajiban suatu niat atau nazar; (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab; dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (Mangkuprawira, 2007: 1). [definisi]Kinerja/Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai yang melaksanakan tugasnya sesuai denagn tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000: 67). [definisi]Komik adalah media yang mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah dipahami. Oleh sebab itu media komik dapat berfungsi sebagai media yang informatif dan edukatif (Asnawir & Usman, 2002: 55). [definisi]Kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif (Usman, 1994: 1). [definisi]Kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dalam Mulyasa, 2008: 75). [definisi]Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 11 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dalam Mulyasa, 2008: 173). [definisi]Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu (Spencer & Spencer, 1993: 9). [definisi]Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan (Syah, 2000: 229). [definisi]Kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak (Syah, 2000: 230). [definisi]Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika (Muhaimin, 2004: 151). [definisi]Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (McAhsan (1981: 45) dalam Mulyasa, 2003: 38). [definisi]Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dalam Mulyasa, 2008: 117). [definisi]Kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya (Surya, 2003: 138). [definisi]Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 12 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dalam Mulyasa, 2008: 175). [definisi]Kompetensi sebagai kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan (Robbins, 2001: 37). [definisi]Kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2004: 7). [definisi]Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan (Finch & Crunkilton (1979: 222), dalam Mulyasa, 2003: 38). [definisi]Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Kenyataannya konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda, semakin dekat konsep pada realita, maka akan semakin mudah konsep tersebut diukur dan diartikan (Singarimbun, 2001: 45). [definisi]Konsep adalah suatu ide atau gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengaplikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau bukan contoh dari gagasan tersebut (Bell dalam Abidin, 2004:59). [definisi]Konsep belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam siswa, melainkan pemberian makna oleh siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya Kegiatan belajar lebih dipandang dalam segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas (Budiningsih, 2008: 58). [definisi]Konsep Matematika itu sendiri merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwaperistiwa serta mengklasifikasikan apakah objek-objek atau peristiwaperistiwa itu termasuk atau tidak termasuk ke dalam ide abstrak tersebut (Hudojo, 2005: 20). [definisi]Konsep merupakan dasar bagi proses- proses untuk memecahkan suatu masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi atau contoh- contoh (Abidin, 2004: 60). [definisi]Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 13 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan (Corey dalam Sagala, 2005: 61). [definisi]Kreatifitas adalah kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 33). [definisi]Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003). [definisi]Kurikulum adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran, yang merupakan suatu rencana pendidikan dan memberikan pedoman serta pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi, dan proses pendidikan (Sukmadinata, 2006: 3-7). [definisi]Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa untuk mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Dalam laboratorium bahasa siswa duduk sendiri-sendiri pada bilik akuistik dan kotak suara yang telah tersedia (Asnawir & Usman, 2002: 93). [definisi]Layang-layang adalah segiempat yang dibentuk dari gabungan dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpitan. Layang-layang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Dua pasang sisi yang berdekatan sama panjang. (b) Sepasang sudut yang berhadapan sama besar. (c) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri. (d) Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lainnya. (e) Diagonalnya saling berpotongan tegak lurus (Raharjanto, 2010:74). [definisi]Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu pada bidang datar. Titik tertentu itu disebut pusat lingkaran dan jaraknya disebut jari-jari lingkaran (Junaidi dkk., 2006: 166). [definisi]Lingkungan adalah keseluruhan atau setiap aspek dan gejala fisik dan sosial kultural yang memengaruhi individu. Kerja adalah aktifitas manusia baik fisik maupun mental yang didasarkan adalah bawaan dan mempunyai tujuan yaitu mendapatkan kepuasan (As’ad, 2003: 47). [definisi]Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan (Alex S Nitisemito dalam Nitiseminto S ., 2000: 183). [definisi]Masa pendidikan adalah jangka waktu berlangsungnya keseluruhan kegiatan di sebuah satuan pendidikan atau keseluruhan kegiatan semua satuan-satuan pendidikan (Mudyahardjo, 2001: 66). [definisi]Masalah adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban (Santyasa, 2005: 10). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 14 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. [definisi]Masalah adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban (Santyasa, 2005, 10). [definisi]Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu diselesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Ruseffendi, 1980: 216). [definisi]Masalah sebagai suatu pertanyaan yang hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut (Hudojo, 1979: 157). [definisi]Masalah sebagai suatu pertanyaan yang hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut (Hudojo, 1979: 157). [definisi]Masukan adalah sumber-sumber yang ada dalam lingkungan atau suprasistem yang masuk dalam sebuah sistem (Mudyahardjo, 2001: 43). [definisi]Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir (Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman, 2009: 252). [definisi]Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, respresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi (Johnson dan Rising dalam Suherman, dkk, 2003: 17). [definisi]Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Di dalam matematika terdapat alat berupa bahasa dengan simbolsimbol yang kreatif, jadi kecerdasan dan ketelitian siswa dapat terasah dengan baik (Hudojo, 2005: 35). [definisi]Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK (Hudojo, 2005: 35). [definisi]Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia. Dan untuk menemukan jawaban atas segala masalah yang di hadapinya, manusia akan menggunakan: (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya, (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran, (3) kemampuan untuk menghitung, dan (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan (Paling dalam Abdurrahman, 2009: 252). [definisi]Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia. Dan untuk menemukan jawaban atas segala masalah yang di hadapinya, manusia akan menggunakan: (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya, (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran, (3) kemampuan untuk menghitung, dan (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan (Paling dalam Abdurrahman, 2009: 252). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 15 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. [definisi]Matematika ialah sebagai berikut: (1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. (2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan. (4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. (6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat (Soedjadi, 2000: 11). [definisi]Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan diantara hal itu (Hudojo, 2005:103). [definisi]Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. (Gagne dalam Sadiman et al 1996 : 6). [definisi]Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Sedangkan menurut Heinich apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar kepeserta didik (Association Of Education And Communication Technology (AECT) dalam Uno, 2007: 113). [definisi]Media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya rekaman video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik (Sanjaya, 2007: 172). [definisi]Media audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan yang dapat dilihat dan didengar (Rohani, 1997: 97). [definisi]Media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga, karena berfungsi membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pembelajaran (Notoamodjo, 2003: 71). [definisi]Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran (Sanaky, 2009: 4). [definisi]Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran (Rossi dan Breidle dalam Sanjaya, 2007: 163). [definisi]Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan atau informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 16 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172. 173. 174. 175. mendefenisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran (Schramm dalam Suwarna, 2005: 128). [definisi]Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan , perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar (Ibrahim & Syaodih, 2003: 112). [definisi]Media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat dipengaruhi efektifitas program instruksional (Education Association (NEA) Asnawir & Usman, 2002: 11). [definisi]Media Video cassette adalah sistem penyimpanan dan rekaman video di mana signal audio visual direkam pada disk plastik, bukan pada pita magnetic (Arsyad, 2002: 36 ). [definisi]Membuat tabulasi tidak lain adalah memasukkan data kedalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori (Nasir, 2003: 355). [definisi]Mengajar adalah mengusahakan terciptanya suatu situasi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, antara lain: tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia (Arifin, 1970: 85). [definisi]Mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi (Raka Joni dalam Sardiman , 2003: 54). [definisi]Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan (Ali, 1996: 12). [definisi]Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar (Nasution, 1967: 15). [definisi]Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya da menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa (Sardiman, 2003: 45). [definisi]Mengajar dilukiskan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran (Hudojo, 2005: 71). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 17 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. [definisi]Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong siswa melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997: 15-16) [definisi]Mengkode jawaban adalah menaruh angka pada tiap jawaban atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana (Nasir, 2003: 348). [definisi]Metode adalah a way in achieving something, dengan kata lain metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi (Sanjaya, 2007: 127). [definisi]Metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode merupakan cara pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan yaitu tujuan pembelajaran (T. Raka Joni dalam Soli Abimanyu, 2008: 2-5). [definisi]Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2007: 147). [definisi]Metode adalah cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu (Saliwangi, 1994: 4). [definisi]Metode adalah cara yang diterapkan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam keadaan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2006:145). [definisi]Metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan (Sunaryo, 1995: 73). [definisi]Metode ceramah adalah .teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan (M. Basyiruddin Usman dalam Usman, 2002: 34). [definisi]Metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai (Arief, 2002: 135-136). [definisi]Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok (Sholahuddin, 1986: 43). [definisi]Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2002: 203). [definisi]Metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan atau bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana dalam meragakan disertai dengan penjelasan lisan (Syah, 2007: 152). [definisi]Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2002: 208). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 18 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. [definisi]Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Djamarah, 1997: 102). [definisi]Metode deskriptif dapat diuraikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarkat) pada masa sekarang berdasarkan fakta yang ada (Hadi, 1997: 200). [definisi]Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation) (Syah, 2002: 205). [definisi]Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengutip sumber catatan yang telah ada. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2002: 135). [definisi]Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina Sanjaya, 2008: 179). [definisi]Metode interview merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakapdan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti (Mardalis, 2006: 64). [definisi]Metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak ke objek di luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung. Metode ini menjadikan bahan yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat (Djamarah (1997: 105-106). [definisi]Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui upaya penanaman terhadap kebiasaa-kebiasaan tertentu. Melalui penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu ini diharapkan siswa dapat menyerap materi secara lebih optimal (Djamarah, 1997: 108). [definisi]Metode mengajar cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau menyajukan pelajaran pada khususnya (Sagala, 2006: 169). [definisi]Metode mengajar cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau menyajikan pelajaran pada khususnya (Sagala, 2006:169). [definisi]Metode mengajar merupakan caracara yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode yang digunakan maka makin efektif dan efisien kegiatan mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa pada akhirnya akan menunjang dan mengantarkan keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru (Syah, Darwin (2007:133). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 19 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. [definisi]Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu (Surakhmad, 1990:131). [definisi]Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998: 1). [definisi]Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana yang dikutip Syah, 2007: 133). [definisi]Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajari (Djamarah, 2006: 95). [definisi]Metode proyek merupakan metode pembelajaran berupa penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang relevan sehingga diperolah pemecahan secara menyeluruh dan bermakna. Prinsip metode ini adalah membahas suatu materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang pelajaran lain. Metode ini dapat memantapkan pengetahuan yang diperoleh anak didik, menyalurkan minat dan melatih siswa menganalisis suatu materi dengan wawasan yang luas (Djamarah, 1997: 94). [definisi]Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru menmberikan tugas tertentu agar siswa melalukan kegiatan belajar. Kelebihan metode resitasi sebagai berikut : a) Membina tanggung jawab dan disipilin siswa. b) Dapat mengembangkan kreativitas siswa. c) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru (Djamarah, 2006: 98). [definisi]Metode simulasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh suatu pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu (Suyatno dkk, 2008: 32). [definisi]Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Penggunaan metode ini mengembangkan keterampilan mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, membuat kesimpulan, menerapkan dan mengomunikasikan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran (Djamarah, 1997: 107). [definisi]Metode wawancara menurut Moh. Nazir adalah: “Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka anatara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Ingterviw Guide (Pedoman wawancara) (Nazir, 1988: 234). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 20 210. 211. 212. 213. 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. [definisi]Metodologi adalah tata cara memudahkan sehingga dalam proses belajar-mengajar perlu dicapai dan dikembangkan oleh guru (Nababan, 1993: 3). [definisi]Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1996: 24). [definisi]Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pernyataan tersebut mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari rasa senang pada sesuatu (Djaali, 2007: 121). [definisi]Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1988: 182). [definisi]Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, Muhibbin, 2004: 151). [definisi]Minat berarti kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang (Djamarah, 2008: 166).. [definisi]Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya (Witherington dalam Buchori, 1991:135). [definisi]Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan, semakin kuat keinginanya semakin kuat dan bertahan minat tersebut (Hurlock, 1990: 114). [definisi]Minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perasaan senang yang menyertai minat seseorang (Slameto, 1995: 57). [definisi]Minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan pemusatan perhatian (Sujanto (2004: 92) [definisi]Minat/Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Syah, 1999: 136). [definisi]Minat/Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktifitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Shaleh & Wahab, 2004: 262-263). [definisi]Motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk melakukan sesuatu (S. Nasution, 1995: 73). [definisi]Motif/Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1990: 73). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 21 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. [definisi]Motif/Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1990: 73). [definisi]Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati (Winkel, 1986: 71). [definisi]Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang, yang mendorong individu untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan, jadi motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan karena adanya sesuatu yang kita saksikan (Suryabrata, 1998: 78). [definisi]Motivasi adalah kebutuhan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan (Reksohadiprojo dan Handoko, 2000: 252). [definisi]Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku, untuk mendorong pegawai supaya berprestasi diperlukan pula motivasi inspirasional (Gibson, 1996: 185). [definisi]Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku, untuk mendorong pegawai supaya berprestasi diperlukan pula motivasi inspirasional (Gibson, 1996: 185). [definisi]Motivasi adalah keseluruh proses pemberian motif bekerja kepada bawahannya sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan iklas demi tercapainya tujuan organisasi (Siagian, 1992: 47). [definisi]Motivasi adalah merupakan sesuatu kekuatan penggerakan dalam perilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun daya tahan (peristence) tiap perilaku manusia yang didalamnya terkandung pula unsur-unsur emosional insane yang bersangkutan (Surjono trimo dalam Rusyan, 1989: 98). [definisi]Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama dengan efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan,2003: 95). [definisi]Motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan (Rusyan, dkk. 1994: 99). [definisi]Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Frederik J. MC. Donald dalam Rusyan, 1989: 98). [definisi]Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan (Sabri, 2001: 90). [definisi]Motivasi adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu (Armstrong, 1994: 174). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 22 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. [definisi]Motivasi adalah suatu keadaan yang melatarbelakangi individu untuk mencapai tujuan tertentu. Batasan pengertian ini memandang motivasi dari sudut kepentingan individual (Wexley dan Yuki, 1992:113) [definisi]Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya: rasa lapar, haus dan bermasyarakat) (Wayne F. Cascio dalam Hasibuan, 2003: 95). [definisi]Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam drii individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Rohani, 2004: 11). [definisi]Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin di kehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Poerwadarminta, 1995: 85). [definisi]Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk menjadikan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi itu adalah di dalam seseorang (Sardiman, 2001: 3). [definisi]Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Poerwadarminto, 1995: 705). [definisi]Motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 1984: 70). [definisi]Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, dan persaingan yang bersifat negative ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman (Hamalik, 2007: 162-163). [definisi]Motivasi ialah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Biggs dan Tufler yang dikutip dari Sutama, 2000:36). [definisi]Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Muhibbin Syah, 2008: 136). [definisi]Motivasi ialah konsep yang menguraikan tentang kekuatankekuatan yang ada dalam diri siswa yang memulai dan mengarahkan perilaku” (Gibson, 1995: 94). [definisi]Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar (Muhibbinsyah, 2002: 136). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 23 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258. 259. 260. 261. 262. [definisi]Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya (Sabri, 1996: 85). [definisi]Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Amirullah dkk, 2002: 146). [definisi]Motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan, motivasi yang diberikan bisa menjadi dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif (Reksohadiprodjo, 1990: 79). [definisi]Motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu (Stephen P.Robbins dalam Hasibuan, 2003: 96). [definisi]Narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarah sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu (Semi, 1993: 32). [definisi]Organisasi merupakan gabungan sekelompok orang yang terikat secara formal dan hierarkis, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 20021: 35). [definisi]Organisasi sosial yaitu sebuah sistem yang terpadu dari kelompok-kelompok psikologis yang saling berhubungan yang terbentuk untuk mencapai suatu tujuan yang dirumuskan (misalnya: Negara, partai politik,perusahaan, dan sebagainya) (Mudyahardjo, 2001: 55). [definisi]Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi (Sondng P. Siagian dalam Syafaruddin, 2002: 97). [definisi]Pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan (Good dalam Marzuki, 1992: 5). [definisi]Pemahaman adalah keadaan pengetahuan ketika informasi matematika baru dihubungkan tepat dengan pengetahuan yang telah ada (Hiebert dalam Usman, 2001: 11). [definisi]Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya (Uno, 2007: 140) [definisi]Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Hamzah, 2009: 36). [definisi]Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang telah dipelajari (Bloom dalam Abidin, 2004: 57). [definisi]Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 24 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya (Uno, 2007: 140). [definisi]Pemahaman konsep adalah pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau jaringan ide (Hiebert dan Lefevre (Walle, 2006: 29). [definisi]Pembelajaran adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan itu pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha (Sumadi Suryabrata, 1981: 2). [definisi]Pembelajaran adalah kata benda yang diceritakan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk belajar (Poerwadarminto, 2007: 17). [definisi]Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala, 2010: 62). [definisi]Pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Sanjaya, 2005: 78). [definisi]Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan (Djamarah, 1997: 11). [definisi]Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati, 1999:156). [definisi]Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam kegiatan pembelajaran memqang tidak dapat dilepaskan dari apa yang dikatakan dengan belajar dan mengajar. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami oleh pesrta didik, karena pengajar yang baik yaitu pengajar yang mampu membuat peserta didiknya paham pada materi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 17). [definisi]Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Birggs, dan Wager dalam Udin S Winata Putra, 2007: 119). [definisi]Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membuat seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar kegiatan. Dalam proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Sagala, 2007: 64-65). [definisi]Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar (Hamalik, 2003: 57). [definisi]Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi- [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 25 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Nyimas Aisyah, 2007: 1.3). [definisi]Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan (Corey dalam Sagala, 2005: 61). [definisi]Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayananterhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 1). [definisi]Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Suprapto, 2003: 9). [definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh soal dan pembahasannya dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan (Sunarto, 2009: 1). [definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh soal dan pembahasannya dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan (Sunarto, 2009: 1). [definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Depdiknas, 2008: 30). [definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Depdiknas, 2008: 30). [definisi]Pembelajaran generatif adalah suatu pembelajaran di mana peserta didik belajar aktif berpartisipasi dalam proses mengkonstruksi makna dari informasi yang ada di sekitarnya berdasarkan pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik (Osborne dan Wittrock dalam Sudyana, dkk, 2007: 1080). [definisi]Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, sehingga siswa dapat bekerjasama untuk memaksimalkan pembelajaran mereka (Utomo, 2004: 131). [definisi]Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi dkk, 2004: 61). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 26 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. [definisi]Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2006: 03). [definisi]Pembelajaran matematika menurut pandangan kontruktivistik adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru (Hudojo, 2005: 20). [definisi]Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru (Sagala, 2006: 61). [definisi]Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik (Sagala, 2010: 61). [definisi]Pembelajaran merupakan suatu proses sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran (Knirk dan Gustafson dalam Sagala, 2007: 64). [definisi]Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran (Warsita, 2008: 265). [definisi]Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pemberdayaan sumber-sumber belajar guna membantu siswa agar dapat belajar sesuatu dengan kebutuhan dan minatnya. Dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran diperlukan berbagai perangkat atau komponen seperti materi (bahan), cara (metode), alat (sarana), dan untuk membuktikan tercapai tidaknya tujuan diperlukan kegiatan evaluasi (Sardiman 1986: 63). [definisi]Pembelajaran pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan/jawaban oleh siswa (Mbulu, 2001: 52). [definisi]Pembelajaran pemecahan masalah merupakan kegiatan seorang guru yang membangkitkan siswa-siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru kemudian guru membimbing siswa untuk sampai pada penyelesaian masalah (Hudojo, 2005: 124). [definisi]-Pembelajaran sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995: 2). [definisi]Pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 27 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304. 305. 306. 307. 308. dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan/ jawaban oleh siswa (Mbulu, 2001: 52). [definisi]Pemecahan masalah adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik dan Rudnick (1996) dalam Santyasa, 2005: 10). [definisi]Pemecahan masalah merupakan proses penerimaan masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut (Hudojo, 1979: 160). [definisi]Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian dari masalah (Ruseffendi, 1980: 218). [definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki (Rudianto, 2009: 24). [definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki (Dahar, 1996: 190 dalam Rudianto, 2006: 23). [definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki (Rudianto, 2009: 24). [definisi]Pemecahan masalah sebagai suatu kegiatan manusia untuk menerapkan konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar, 1996: 190) dalam Rudianto, 2006: 23). [definisi]Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak segera dicapai (Polya dalam Roebyanto, dkk. 2009: 23). [definisi]Pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dapat dicapai (Polya dalam Hudojo 1979: 96). [definisi]Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan (Kartono, 1990: 20). [definisi]Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika (Jacobs dalam Shadiq, 2004: 6). [definisi]Penalaran induksi merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum berdasar pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar (Shadiq, 2004: 4). [definisi]Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi (Soekadijo, 1999: 134). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 28 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317. 318. [definisi]Penalaran/Istilah penalaran sebagai proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan (Keraf dalam Shadiq, 2004:2). [definisi]Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu (Muhibbinsyah, 2002: 139). [definisi]Pendekatan sistem adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah (Mudyahardjo, 2001: 40). [definisi]Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan citacita (Amin, 1992: 1). [definisi]Pendidikan agama adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam, serta menjadikanya sebagai jalan kehidupannya (Abd. Rahman Saleh dalam Zuhairini, 1993: 10). [definisi]Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam (Zuhairini, dkk. 1983: 27). [definisi]Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat (Deajat, 1984: 82). [definisi]Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam seluruhnya. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Majid & Andatani, 2004: 130-131). [definisi]Pendidikan Agama Islam/Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam pengertian lain menyatakan bahwa pendidikan agama berarti usaha untuk membimbing kea rah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Zuhairini & Ghofir, 2004: 2). [definisi]Pendidikan dalam bahasa arab berarti “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 29 319. 320. 321. 322. 323. 324. 325. arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan pendidikan islam dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah islamiyah” (Darajat dkk, 2006: 25). [definisi]Pendidikan formal/pendidikan disekolah yang teratur, sistematis mempunyai jenjang yang dibagi-bagi dalam waktu tertentu yang langsung dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Informal: proses yang diperoleh dengan pengalaman sehari-hari, dengan tidak sadar dari keluarga, tetangga, pekerja, hiburan, pasar atau didalam pergaulan. Sehingga tergantung pada kemampuan yang ada yang mereka miliki dengan demikian diharapkan dapat mengubah dirinya sendiri. Pendidikan Non Formal : pendidikan luar sekolah sama bentuk pendidikannya yang diselenggarakan dengan sengaja tertib, terarah dan berlaku diluar kegiatan persekolahan, sedangkan pembagian jenjang formal menurut tingkatannya dapat dibagi sebagai berikut: 1). Pendidikan Pra-Sekolah, 2). Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Dasar, 3). Pendidikan Menengah Tingkat Menengah Pertama, 4). Pendidikan Tinggi Tingkat Menengah Atas, 5). Pendidikan Tingkat Perguruan Tinggi (Philip H. Comb dalam Zakaria, 1981: 58). [definisi]Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (Insan Kamil) (Marimba, 1989: 19). [definisi]Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasr (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar) (M. Arifin dalam Aat Syafaat, 2008: 1516). [definisi]Pendidikan Islam/Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term at-Tarbiyah, at-Ta.dib dan at-Ta.lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang paling populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term at-tarbiyah, sedangkan term at-ta.dib dan at-ta.lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam (Nizar, 2002: 25). [definisi]Pendidikan Islam/Sedangkan menurut istilah, pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi (Arifin, 1995: 10). [definisi]Pendidikan itu merupakan suatu proses membawa perubahan yang diinginkan ke dalam perilaku manusia. Pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses menanamkan atau memperoleh pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi (Dahama & Bhatnagar, 1980: 3-4). [definisi]Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam yaitu upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang (Muhaimin, 2005: 7-8). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 30 326. 327. 328. 329. 330. 331. 332. 333. 334. 335. 336. 337. [definisi]Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian dan lain-lain (Notoatmojo dalam Samsudin, 2003: 10). [definisi]Pendidikan sebagai proses timbal-balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia; moral, intelektual dan jasmani (panca indera), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (Brubacher, 1962: 371). [definisi]Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan ilmiah dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan faktorfaktor atau prinsip-prinsip guru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi (Margono, 1996: 1). [definisi]Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kuntor, 2003 :95). [definisi]Penelitian eksperimen adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat sebab akibat (Ruseffendi, 1994: 32). [definisi]Penelitian korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variable (Arikunto, 2005: 247). [definisi]Penelitian korelasional adalah hubungan dua atau lebih variabel yang berpasangan, hubungan antara dua perangkat data atau lebih, yang mana derajat hubungannya bisa diukur dan digambarkan dengan koefisien korelasi (Faisal, 1982: 293). [definisi]Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan maksud memperoleh data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003: 14). [definisi]Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Suhardjono dalam Arikunto, 2007: 58). [definisi]Pengajaran artinya bahan pelajaran yang disajikan atau proses penyajian bahan ajar (Karo-Karo, dkk., 1979: 3). [definisi]Pengajuan soal diartikan sebagai perumusan atau pembentukan soal atau pertanyaan soal dari situasi (informasi) yang disediakan (Siswono, 1999: 28). [definisi]Pengajuan soal/Istilah “Menanyakan soal” biasanya diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif matematika yang berbeda, yaitu: (a) Menanyakan pre-solusi, di mana seorang siswa membuat soal dari soal yang diadakan. (b) Menanyakan di dalam solusi, di mana seorang siswa merumuskaqn ulang soal seperti yang telah diselesaikan. (c) Menanyakan setelah solusi, di mana siswa memodifikasi tujaun dan kondisi soal yang baru (Silver dalam Mas’ud, 1997: 04). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 31 338. 339. 340. 341. 342. 343. 344. 345. 346. 347. 348. 349. [definisi]Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Soejamto, 1989: 53). [definisi]Pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Manullang, 2005: 173). [definisi]Pengetahuan konseptual/Pemahaman konseptual adalah pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau jaringan ide (Walle, 2006: 29). [definisi]Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang perlambang yang digunakan dalam matematika dan aturan serta prosedur yang digunakan dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas matematika (Muhsetyo, 2001: 24). [definisi]Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feet back) bagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan ataupun koreksi (Usman, 2001: 80). [definisi]Perasaan adalah gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf (Suryabrata, 2002: 66) [definisi]Perasaan adalah peryataan jiwa yang sedikit banyak bersifat subyektif dalam merasakan senang atau tidak senang (Ahmadi, 1991: 36). [definisi]Perasaan/Gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Penilaian subjek terhadap sesuatu objek membentuk perasaan subjek yang bersangkutan. Karena itu perasaan pada umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenai, artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, membayangkan, mengingat atau memikirkan sesuatu (Suryabrata, 2002: 66). [definisi]Perencanaan/Planning is future thinking; planning is controlling the future; planning is decision making; planning is integrated decision making.” (Anen dalam Sa’ud dan Makmun, 2006 : 5). [definisi]Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (Suryabrata, 2002: 14). [definisi]Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu sekumpulan objek (Baharudin, 2009: 178). [definisi]Permainan bahasa adalah jenis permainan yang menimbulkan kegembiraan, dan ada ketrampilan bahasa yang terlatih (Soeparno, 1980: 60). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 32 350. 351. 352. 353. 354. 355. 356. 357. 358. 359. 360. 361. [definisi]Pernyataan (proposisi/deklarasi/statemen) adalah kalimat yang memiliki nilai kebenaran benar saja atau salah saja tetapi tidak sekaligus benar dan salah (Tampomas, 2004: 183). [definisi]Persegi adalah persegi panjang dengan sisi-sisi yang berdekatan kongruen. Persegi memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Semua sisinya sama panjang. (b) Keempat sudutnya sama besar dan siku-siku. (c) Diagonal-diagonalnya sama panjang dan berpotongan saling tegak lurus. (d) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama besar. (e) Diagonaldiagonalnya membagi sudut menjadi dua sama besar (Raharjanto, 2010:72). [definisi]Persegi panjang adalah bangun segiempat yang memiliki dua pasang sisi yang sejajar dan keempat sudutnya siku-siku. Persegi panjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut : (a) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. (b) Sudut-sudutnya sama besar dan siku-siku. (c) Diagonal-diagonalnya sama panjang. (d) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang (Raharjanto, 2010: 72). [definisi]Pola deduktif yang dimaksudkan dalam berpikir matematika yaitu dari aksioma yang bersifat umum dapat diturunkan hinggga memperoleh aksioma yang bersifat khusus (Hudojo, 2005: 37). [definisi]Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus (Soedjadi, 2000:16). [definisi]Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Singarimbun, 2001: 98). [definisi]Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang akan diteliti. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009: 253). [definisi]Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian (Arikunto, 2002: 108). [definisi]Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006:130). [definisi]Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2005: 130). [definisi]Populasi/Menurut Hermawan Wasito menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Tarsito, 1995: 47). [definisi]Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik yang secara khusus diseleksi untuk menunjukkan keadaan secara khusus keadaan peserta didik (Mueller dalam Burhan, 2008: 260). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 33 362. 363. 364. 365. 366. 367. 368. 369. 370. 371. [definisi]Poster adalah gabungan antara gambar dan tulisan dalam satu bidang yang memberikan informasi tentang satu atau dua ide pokok, poster dibuat dengan gambar dekoratif dan huruf yang jelas (Asnawir & Usman, 2002: 43-44). [definisi]Prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai (Winkel 1989: 102). [definisi]Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Purwodarminto 1976:70). [definisi]Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai “hasil yang dicapai oleh siswa didalam belajar, hasil tersebut biasanya harus dilakukan dengan mengadakan penilaian atau pengukuran yang dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan (Dwi, 2008: 29). [definisi]Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Dimyati & Mujiono, 2002: 79). [definisi]Prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi yang mendukung disertai dengan data yang objektif dan memadai (Rusyan, 1994: 21). [definisi]Prestasi belajar/Sedangkan menurut Tu’u prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah. b. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai dari aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka dari ulangan atau ujian yang ditempuhnya (Tu’u dalam Dwi, 2008: 30). [definisi]Problem posing berasal dari dua kata yaitu problem yang berarti masalah atau soal dan posing dari to pose yang berarti mengajukan, membentuk. Pengajuan soal dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, karena pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang kemampuan tersebut dengan membuat soal, siswa perlu membaca infomasi yang diberikan dan mengondisikan pertanyaan secara verbal maupun tertulis (Iskandar dalam Ariyanti, 2007: 9). [definisi]Profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan, karena merasa terpanggil untuk pekerjaan itu (Sikun Pribadi dalam Hamalik, 2004: 2). [definisi]Profesi guru/Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 34 372. 373. 374. 375. 376. 377. 378. 379. 380. 381. 382. 383. 384. berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna (Kunandar, 2007: 46). [definisi]Profesi/Arifin profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.2 (Arifin, 1995: 105). [definisi]Profesi/Jasin Muhammad menjelaskan bahwa profesi adalah .suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli.. Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli (Namsa, 2006: 29). [definisi]Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai criteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu (Danim, 2002: 23). [definisi]Profesionalisme/Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional (Tafsir, 2005: 107). [definisi]Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman dalam Suryosubroto, 1997: 9). [definisi]Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2002 : 154) [definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2005: 131). [definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Menurut Sugiyono (2006:56) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Arikunto, 2006:130). [definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:109). [definisi]Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian (Mardalis, 2006: 55). [definisi]Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (Subagyo, 1997: 111). [definisi]Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan (Mudyahardjo, 2001: 67). [definisi]Secara epistimologi, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 35 385. 386. 387. 388. 389. 390. 391. 392. 393. adalah suatu kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti dan dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 13). [definisi]Secara singkat dikatakan bahwa, matematika berkenaan dengan ide- idea tau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Mustangis, 2002: 4). [definisi]Seni adalah mempersatukan keindahan yang tersebar pada alam. Kapasitas yang menentukan keindahan adalah selera, sedangkan kapasitas yang membawanya dalan satu keseluruhan adalah artistik jenius. Menurutnya keindahan berpadu dengan kebaikan, jadi keindahan adalah kebaikan yang terwujud, dan kebaikan adalah kebaikan batin (Pagano dalam Kadir, 1975: 14). [definisi]Seni adalah pertumbuhan keindahan yang dengan samar-samar diketahui oleh perasaan sehingga menjadi suatu hal yang benar dan baik (Mendelssohn dalam Abdul, 1975: 12). [definisi]Seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia. Dalam pengertian ini, seni merupakan produk keindahan, berkaitan dengan pembuatan benda untuk kepentingan estetis, lazimnya seni indah (Fine art) dilawankan dengan seni terap (Applied art), Soedarso, 1988: 2). [definisi]Seni rupa adalah cabang seni yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia lewat obyekobyek dua dan tiga dimensional yang memakan tempat dan tahan akan waktu ini yang menjadikan kelebihan cabang seni rupa dibanding dengan seni lain (Sudarso, 1976: 6). [definisi]Seni/Kaitannya dengan pengertian seni sebagai suatu kemahiran, hal ini bisa dengan asal usul katanya yaitu berasal dari kata ars yang berarti kemahiran atau ketangkasan, sehingga secara etimologi kata ars dapat diartikan sebagai suatu kemahiran atau ketangkasan seseorang dalam menciptakan atau mengerjakan benda-benda atau sesuatu barang (Sudarso, 1976: 15). [definisi]Seni/Pengertian seni dijelaskan seperti: kemahiran, kegiatan manusia, karya seni, seni indah, dan seni penglihatan (seni rupa) (Gie, 1976: 60). [definisi]Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik secara positif maupun negative (Syah, 1999: 135). [definisi]Sikap adalah kecenderungan untuk beraksi dengan berbagai faktor lingkungan. Azwar (1995: 5) menyatakan bahwa sikap sebagai keteraturan perasaan (affection) pemikiran (cognition) dan predesposisional tindakan (conation) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Bogardus dalam Muller, 1995: 2-3). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 36 394. 395. 396. 397. 398. 399. 400. 401. 402. 403. [definisi]Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau ojek (Notoatmojdo, 2003: 130). [definisi]Sikap sebagai tingkat pengaruh positif atau negatif dalam hubungannya dengan beberapa objek psikologis (Thurstone dalam Edward, 1957: 2). [definisi]Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang memotivasi seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya (Suherman, 2001). [definisi]Supervisi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan, dan membimbing perkembangan guru baik secara perseorangan maupun secara kolektif agar mereka mendapatkan pengertian yang lebih baik dan secara efektif melaksanakan semua fungsifungsi mengajar sehingga mereka lebih dimungkinkan untuk mendorong dan membimbing perkembangan siswa (Sardjonopriyo, 1992: 3). [definisi]Supervisi ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka pekerjaan itu efektif (Handayaningrat, 1994: 17). [definisi]Supervisi pendidikan merupakan usaha-usaha berupa bantuan dan pelayanan pendidikan yang diberikan oleh supervisor kepada supervisee (yaitu para guru) untuk memperbaiki dan meningkatkan situasi belajarmengajar menjadi lebih baik. Selanjutnya situasi belajar-mengajar yang makin menjadi lebih baik itu akan lebih menyempurnakan tercapainya tujuan pendidikan (Soepardi, 1988: 63). [definisi]Supervisi sebagai kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan tersebut berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran, metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran (Purwanto, 2002: 76). [definisi]Supervisi yaitu setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan supervisi (Neagley dalam Pidarta, 1992: 2). [definisi]Supervisi/Pengertian supervisi meliputi tiga unsur, yaitu: a) unsur proses pengarahan, b) unsur bantuan atau pertolongan dari pihak atasan atau pihak yang lebih memahami, dan c) unsur guru-guru dan personalia sekolah lainnya yang berhubungan langsung dengan belajar para siswa sebagai pihak yang diberi pertolongan, unsur proses belajar mengajar sebagai obyek yang diperbaiki (Pidarta, 1992: 4). [definisi]Teknik pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2005: 100-101). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 37 404. 405. 406. 407. 408. 409. 410. 411. 412. 413. 414. 415. [definisi]Transformasi adalah proses pengubahan masukan olahan menjadi hasil produksi atau jasa, yang dilakukan manusia atau mesin-mesin, atau manusia dengan mesin-mesin (Mudyahardjo, 2001: 45). [definisi]Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai satu dan hanya satu pasang sisi yang sejajar. Trapesium memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Pada setiap trapesium, jumlah besar sudut yang berdekatan di antara dua sisi yang sejajar adalah 1800 (b) Trapesium siku-siku mempunyai ciri khusus, yaitu memiliki tepat dua sudut siku-siku. (c) Trapesium sama kaki mempunyai ciri khusus, yaitu dua pasang sudut yang sama besar dan diagonalnya sama panjang (Raharjanto, 2010: 75). [definisi]Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan (Roestiyah dalam Djamarah, 2002: 48). [definisi]Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara guru dan siswa (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 184). [definisi]Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002 : 144). [definisi]Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun & Effendi,1995:124). [definisi]Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Sutrisno Hadi dalam Arikunto, 2002: 94). [definisi]Variabel adalah proses pemberian angka terhadap obyek atau fenomena menurut aturan tertentu (Nazir, 1998: 143). [definisi]Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan di jadikan obyek pengamatan penelitian, sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai factor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti dalam hal ini terdapat variable yaitu : tingkat perlayanan (X) dan tingkat kepentingan (Y) (Suryabrata, 1989: 73 ). [definisi]Wacana adalah ungkapan kebahasaan yang selesai dan bermakna. Soeparno (1980:19) unsur pembangaun sebuah wacana meliputi (1) unsur bahasa seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat; (2) konteks yang terdapat disekitar wacana; (3) makna dan maksud; (4) koherensi; dan (5) kohesi (Supomo dalam Purwo, 1993: 30). [definisi]Wacana deskripsi pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang memaparkan atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya pengalaman yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pembaca atau pendengar merasa seolah-olah ia mengalami atau mengetahuinya secara langsung (Sumarlam, 2003: 210). [definisi]Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2005: 132). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 38 416. 417. 418. 419. 420. 421. [definisi]Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, secara lisan, untuk menjawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah langsung dengan tatap muka antara si pencari data informasi dengan sumber informasi (Nawawi, 2011: 111). [definisi]Wawancara sering juga disebut sebagai metode kuesioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1998: 145). [definisi]Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang dihadapai melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perorangan (Sahertian, 2000: 104). Ada sembilan dimensi yang terkait dengan proses pendidikan, yaitu: 1) Significance, yaitu tingkat kebermaknaan perencanaan. 2) Feasibillity, yaitu kelayakan teknis dan perkiraan biaya dilihat secara relistik. 3) Relevance, yaitu diperlukan dalam implementasi rencana. 4) Definitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk menjalankan rencana dengan data model buatan, untuk meminimalkan hal yang tidak diharapkan. 5) Parsimoniousness, yaitu perencanaan harus digambarkan secara sederhana. 6) Adaptability, yaitu perencanaan harus dinamis dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan informasi. 7) Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, dan merubah siatuasi yang tidak dapat dilakukan akibat keterbatasan-keterbatasan dalam meramalkan masa depan. 8) Monitoring, yaitu untuk menjamin bahwa berbagai unsur rencana berjalan secara efektif. 9) Subject matter, yaitu pokok bahasan yang akan direncanakan mencakup sasaran dan tujuan, program dan pelayanan, sumber daya manusia, sumber daya fisik, penganggaran, struktur pemerintahan, dan konteks sosial (Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006: 53-54). Administrasi pendidikan itu berjalan di dalam rangkaian proses-proses tertentu yang meliput: 1) Perencanaan; 2) Pengorganisasian; 3) Pengkoordinasian; 4) Komunikasi; 5) Supervisi; dan 6) Evaluasi (Purwanto, 1998: 25). Alat peraga/Dengan menggunakan alat peraga maka: a) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika. b) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah; c) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan dapat dipahami. d) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebgai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak (Sulianto, 2010: 4). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 39 422. 423. 424. 425. 426. 427. 428. 429. 430. Alat peraga/Fungsi alat peraga antara lain: 1) Memperkenalkan suatu masalah atau unit atau suatu pokok baru kepada anak-anak. 2) Mengembangkan atau memperjelas suatu masalah atau pokok persoalan. 3) Menafsirkan suatu masalah atau pokok persoalan yang dikemukakan atau diterangkan. 4) Menyingkat atau menyederhanakan suatu pokok persoalan atau masalah yang diterangkan. 5) Mengadakan hubungan atau korelasi antara dua atau lebih keadaan atau keterangan. 6) Mengidentifikasi suatu situasi. 7) Memindahkan suatu pikiran kedalam situasi yang nyata. 8) Meningkatkan minat dan mendorong siswa untuk memperhatikan sesuatu (Subari, 1994:102). Alat peraga/Fungsi alat peraga antara lain: 1) Sebagai media dalam, 2) menanamkan konsep-konsep matematika. 3) Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep. 4) Sebagai media untuk mewujudkan hubungan antara konsep metematika dengan dunia disekitar aplikasi konsep dalam kehidupan nyata (Pujiati, 2004: 4). Alat peraga/Penggunaan alat peraga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (pengajaran itu sendiri, bahan pengajaran, keadaan siswa, tujuan yang akan dicapai, waktu berlangsungnya pelajaran dan alat peraga itu sendiri) (Subari, 1994: 102) Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan, hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain (Muhajir 1989: 171). Analisis data/Proses analisis data ditempuh melalui proses redukdi data, penyajian data, dan penarikan suatu kesimpulan hasil penelitian. Proses reduksi data meliputi: pemilihan dan penyederhanaan data-data kasar yang diperoleh di lapangan. Kemudian data diseleksi, diringkas, dan dikelompokkan dalam satuan-satuan pokok pikiran. Datadata yang tidak perlu dan tidak banyak berkaitan dengan masalah penelitian dibuang dan kemudian digantikan dengan data-data yang sesuai (Rohidi, 1990: 16). Analisis data/Siddel proses berjalannya tehnik analisis data adalah sebagai berikut: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu di beri kode agar sumber datanya dapat diproses. 2. Mengumpulkan dan memilah-milah, mengklasifikasi, mensintesiskan membuat ikhtiar dan membuat indeksnya. 3. Berfikir, dengan jalan menemukan pola hubunganhubungan dan membuat temuan-temuan umum (Siddel, 1998: 64). Angket yang digunakan adalah angket dalam bentuk pilihan yaitu meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari sekian banyak jawabanjawaban alternatif yang sudah disediakan (Hadi, 1987: 160). Belajar aktif informasi, keterampilan dan sikap terjadi lewat suatu proses pencarian. Para peserta didik lebih berada dalam suatu pencarian daripada sebuah bentuk reaktif (Sibarman, 2001:101). Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu: dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran dikasihkan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan, dimensi yang [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 40 431. 432. 433. 434. 435. 436. 437. kedia menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 1989: 111-117). Belajar dipandang sebagai proses dapat dilihat pada saat pembelajaran guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman. Pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan ditekankan pada dayadaya yang mendinamisir proses itu (Surakhmad: 74-75). Belajar kooperatif//Johnson mengemukakan, pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok (Isjoni, 21). Belajar kooperatif/Agar kreativitas dapat tumbuh pada diri peserta didik, maka dalam proses pendidikan harus melibatkan peserta didik secara aktif. Karena anak didik merupakan subyek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat (Djamarah, 2002: 46). Belajar kooperatif/Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran (Trianto, 2007: 41-42). Belajar kooperatif/Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya yang kekurangan dengan rela hati mau belajar dari yang berlebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri (Djamarah & Zain, 1997: 63). Belajar kooperatif/Beberapa ahli menyatakan bahwa model cooperative learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Djamarah & Zain, 1997: 63). Belajar kooperatif/Belajar secara individualities dan kompetitif jika disusun dengan baik, maka belajar tersebut akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualitif seperti kompetisi siswa yang kadang tidak sehat. Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif (Trianto, 2009: 55). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 41 438. 439. 440. 441. 442. Belajar kooperatif/Berdasarkan pemahaman ini, maka peranan guru di kelas haruslah jelas tampak. Misalnya, dalam menjamin terlaksananya pembelajaran kooperatif seyogyanya guru harus membantu siswa memahami dinamika dalam bekerja sama dalam kelompok, membantu siswa agar memahami bahwa mereka menghadapi kepentingan serta tujuan sama, terampil untuk berpartisipasi atau berbagi tugas, bertanggung jawab dan saling menghargai dalam pembelajaran kooperatif (Isjoni dkk., 2007: 68). Belajar kooperatif/Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009: 15). Belajar kooperatif/Cooperative learning ini bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kompetitif ini adalah sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya sebagaian siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam kompetisi, yakni hanya lainnya semakin tenggelam dalam ketidak tahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuannya merasa malu bila kekurangannya diekspose. Kadang-kadang motivasi persaingan akan menjadi kurang sehat bila tidak mampu, katakanlah dalam menjawab soal yang diberikan guru. Sikap mental inilah yangn dirasa perlu untuk mengalami improvement (perbaikan) (Djamarah, 2000: 7). Belajar kooperatif/Dalam cooperative learning terdapat beberapa model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume, berikut penjelasannya: 1. Student Team Achievement Division (STAD) Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: a. Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. b. Tahap kegiatan kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang akan dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. c. Tahap tes individual, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yangn akan dibahas. d. Tahap penghitungan skor perkembangan individu, dimaksudkan untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing (Isjoni, 2009: 50). Belajar kooperatif/Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak didik aktif dan kreatif secara optimal. Guru bertindak sebagai fasilitator [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 42 443. 444. 445. 446. 447. 448. 449. 450. 451. dan pembimbing sedangkan anak aktif dan kreatif dan belajar (Djamarah, 2000: 62-63). Belajar kooperatif/Dalam model cooperative learning, terdapat beberapa ciri dari cooperative learning: Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman sekelompoknya. d. Guru membantu keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Isjoni, 2009: 20). Belajar kooperatif/Dalam setiap kelompok, siswa yang berkemampuan lebih akan membantu dalam proses pemahaman materi bagi siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan sedang. Interaksi dalam setiap kelompok, kemampuan tiap anggotanya heterogen (Sapriya, 2009: 43). Belajar kooperatif/Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model belajar ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda (Suherman, 2001: 217). Belajar kooperatif/Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model belajar ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda (Suherman,2001:217). Belajar kooperatif/Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari tidak disadari, makhluk lain ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu (Djamarah, 2000: 7). Belajar kooperatif/Hasil penelitian yang diperoleh oleh As’ari (2007) menyatakan bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, karena mereka dapat berdiskusi dengan teman mereka sendiri yang sudah ditentukan. Dari rasa senang tersebut mengakibatkan pemahaman matematika siswa meningkat (As’ari, 2007: 80). Belajar kooperatif/Jumlah siswa yang bekerjasama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktifitasnya (Isjoni, 2007: 55). Belajar kooperatif/Jumlah siswa yang bekerjasama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktifitasnya (Isjoni, 2010:78). Belajar kooperatif/Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dengan kemampuan yang heterogen, maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 43 452. 453. 454. 455. 456. 457. hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakang (Isjoni, 16-17). Belajar kooperatif/Kelemahan danlam pemebelajaran kooperatif adalah: 1) Guru harus mempersiapkan pemebelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tanaga, pemikiran dan waktu. 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic masalah yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain pasif (Isjoni, 2007: 25). Belajar kooperatif/keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut: a. Saling ketergantungan yang positif. b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan indivu. c. Siswa dilibatkan dalm pengeloalaan dan perencanaan kelas. d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan (Jarolimek dan Parker dalam Isjoni, 39). Belajar kooperatif/Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1) Saling ketergantungan positif. 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang meneyenangkan (Parker dalam Isjoni, 2007: 24). Belajar kooperatif/Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1) Saling ketergantungan positif. 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5) Terjalinya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan (Parker dalam Isjoni, 2007: 24). Belajar kooperatif/Kreativitas adalah kemampuan untuk berkreasi dengan sebuah ideide yang baru yang merupakan esensial dalam pemecahan masalah (Wena, 2009: 138). Belajar kooperatif/Kreativitas merupakan salah satu kemampuan intelektual atau berfikir manusia. Meski tidak menjamin seseorang untuk bertindak kreatif, namun dengan dasar-dasar suatu pengetahuan, maka seseorang dapat melengkapi atau mengembangkan sistem pengetahuan yang ada, membuat analogi-analogi untuk merencanakan pemecahan suatu masalah atau mentransformasikan ke dalam situasi yang baru (Suharnan, 2005: 392-393). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 44 458. 459. 460. 461. 462. 463. 464. 465. 466. Belajar kooperatif/Menurut teori pengajaran, keikutsertaan secara aktif dari peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang sebenarnya. Bahkan merupakan faktor penting dalam hakikat kegiatan belajar mengajar. Sebab, suatu pengajaran tidak akan berlangsung dengan berhasil tanpa keaktifan peserta didik (Subadijah, 1996: 32). Belajar kooperatif/Metode pembelajaran kooperatif tipe GI terdapat tahapan-tahapan dalam penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap identifikasi topic atau materi dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. 2) Merencanakan tugas belajar (para siswa menyusun rencana bersama). 3) Melakukan penyelidikan. 4) Mempersiapkan laporan akhir. 5) Menyajikan laporan akhir. 6) Evaluasi (Utomo, 2004: 138). Belajar kooperatif/Model ini (cooperative learning) didasari falsafah homo homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berkecenderungan untuk hidup bersama (Djamarah, 1996: 17). Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama (Suherman, 2001: 218). Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif mencakupi suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama (Suherman, 2001: 218). Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif yang bertujuan agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk menggemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2009: 21). Belajar kooperatif/Oleh karena itu, para peserta didik untuk mengubah paradigma dalam proses pembelajaran, dari yang bersifat “teacher centered” menjadi “student centered instruction”. Dimana dalam sistem pengajaran ini peranan dan partisipasi yang tinggi dari peserta didik sangat ditonjolkan (Nurdin, 2002: 115-116). Belajar kooperatif/Pada dasarnya metode kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tida tujuan yang penting, yaitu: 1) hasil belajar akademik. 2) penerimaan terhadap perbedaan individu. 3) pengembangan keterampilan social (Ibrohim dalam Isjoni, 2007: 27). Belajar kooperatif/Pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan yang penting, yaitu: 1) Hasil belajar akademik - Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beberapa tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu - Tujuan lain metode pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas, sosial, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 45 467. 468. 469. 470. 471. 472. 473. kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan social - Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting akan dimiliki siswa, sebab saat ini masih banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial (Ibrahim dalam Isjoni, 2007: 27). Belajar kooperatif/Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memperbaiki kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2009: 21). Belajar kooperatif/Pemberian penghargaan anggota kelompok berdasarka peroleha skor rata-rata. Adapun criteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok juga disajikan pada table (Isjoni dkk, 2000: 62). Belajar kooperatif/Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagi interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam hal pelaksanaannya yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kretivitas peserta didik (Mulyasa, 2007: 164). Belajar kooperatif/Salah satu model pembelajarann untuk mengantisipasi kelemahan model pembelajaran yang sering dipakai oleh seorang guru pada umumnya adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk mampu menyelesaikan masalah mendengar pendapat orang lain dan bersosial (Suprijono, 2009: 62). Belajar kooperatif/Secara sederhana pembelajaran “kooperatif” berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainya sebagai satu tim (Isjoni, 2007: 6). Belajar kooperatif/Selain itu melalui model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman. “Pemahaman”, proses belajar sangat perlu memahami, pemahaman merupakan salah satu target yang ingin dicapai membaca (belajar) (Sapriya, 2009: 158). Belajar kooperatif/Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan. Selama bekerja [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 46 474. 475. 476. 477. dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran (Trianto, 2009: 57). Belajar kooperatif/Slavin mengemukakan, “In cooperation learning method, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher (dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh guru) (Slavin, 2005: 8). Belajar kooperatif/Slavin menyebutkan bahwa cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka (Isjoni, 2009: 17). Belajar kooperatif/Terdapat dua aspek penting yang mendasari keberhasilan cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif (Slavin (1995: 16). Belajar kooperatif/Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif: 1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seoranng tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses. 2. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seoranng siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. 3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : a. Membantu siswa yang membutuhkan bantuan. b. Siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya. 4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. 5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik (Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto, 2009: 60). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 47 478. 479. 480. 481. 482. 483. 484. 485. Belajar kooperatif/Tiap anggota kelompok terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Nurhadi dkk., 2004: 65). Belajar kooperatif/Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning(Lie, 2004: 31). Belajar kooperatif/Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif: 1) Penghargaan kelompok. 2) Pertanggung jawaban individu. 3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan (Salavin dalam Isjoni, 2007: 21- 22). Belajar kooperatif/Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif: 1) Penghargaan kelompok - Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. 2) Pertanggung jawaban individu - Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan - Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya (Slavin dalam Isjoni, 2007: 21-22). Belajar kooperatif/Ukuran kelompok yang ideal untuk cooperative learning adalah tiga sampai lima orang (Suherman, 2001: 220). Belajar kooperatif/Ukuran kelompok yang ideal untuk cooperative learning adalah tiga sampai lima orang (Suherman, 2001: 220). Belajar kooperatif/Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning adalah sebagai berikut : a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok. e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Lundgren dalam Isjoni, 2009). Belajar kooperatif/Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 48 486. 487. 488. 489. 490. 491. bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”. (2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. (3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. (4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. (5) Siswa dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya. (6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (7) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selam proses belajarnya (Ibrohim, 2000: 6). Belajar kooperatif/Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning (Lie, 2008: 32 35). Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan (Gadne yang dikutip Purwanto, 1993: 84). Belajar/Ada beberapa prinsip untuk mengaktifkan cara belajar siswa, antara lain: a. Prinsip Motivasi, artinya pemberian dorongan agar terangsang perhatianya untuk berbuat sesuatu. Baik yang bersifat intrinsic maupun ekstrinsik, seperti perintah, teguran, celaan, hukuman, dan sebagainya. b. Prinsip Konteks, artinya mengasosiasikan pengetahuan baru, dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Dengan demikian memudahkan siswa untuk memahaminya. c. Prinsip Focus, artinya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, dan merupakan konsep yang hendak ditemukan. d. Prinsip Sosialisasi, artinya siswa diberikan kepercayaan untuk bekerjasama dengan teman-temannya. e. Prinsip belajar sambil bekerja, artinya siswa diberikan kepercayaan untuk bekerja sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka memperoleh pengalaman langsung (Miranu Triantono dalam Triantoro, 1993: 69). Belajar/Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: 1) Faktor Internal, berupa faktor belajar yang bersumber dari dalam diri siswa tersebut di antaranya kematangan, kecerdasan, latihan dan motivasi. 2 ) Faktor Eksternal, berupa faktor belajar yang bersumber dari luar diri siswa di antaranya lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat (Purwanto, 1990: 19). Belajar/Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor Intern - Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. 2) Faktor Ekstern - Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar (Slameto, 2002:54-71). Belajar/Belajar ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, secara garis besarnya dapat dapat dibagi kepada [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 49 492. 493. 494. 495. 496. 497. dua bagian, yaitu: a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi keadaan kondisi jasmani (fisiologis), dan kondisi rohani (psikologis). b. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan, baik social dan non social dan faktor instrumental (Sabri: 1996: 59). Belajar/Ciri-ciri belajar antara lain: 1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Hal ini berarti bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. 2) Perubahan perilaku relatif permanen. Artinya, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubahubah. 3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung. Perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. 4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. 5) Pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat akan memberikan semangat untuk mengubah tingkah laku (Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 15-16). Belajar/Ciri-ciri proses belajar adalah: 1) Perubahan terjadi secara sadar, 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, 3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif, 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003: 3). Belajar/Dalam kegiatan belajar siswa akan selalu dituntut untuk berfikir, pemahaman dan keterampilan sosial. “Berpikir” seperti yang dinyatakan Philip L. Harriman berfikir adalah angan-angan, pertimbangan, kreatifitas, tingkah laku, pembicaran yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan masalah, penentuan, perencanaan, dan sebagainya; aktivitas dalam menanggapi situasi yang tidak objektif yang menyerang organ pancaindra (Shaleh, 2008: 22). Belajar/Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami/mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Selain itu dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan (Mudzakir dan Sutrisno 1997: 153-154). Belajar/Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sacara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri si subjek belajar (Sardiman, 2007: 39). Belajar/Ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal yaitu: Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor minimal 65% dari total skor atau nilai 65. Suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar jika dalam kelas tersebut telah terdapat minimal 65% dari jumlah seluruh siswa yang telah mencapai daya serap lebih besar atau sama dengan 65% (Suryosubroto (1997: 77). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 50 498. 499. 500. 501. Belajar/Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu (Muhibbinsyah, 2002: 139). Belajar/Prinsip-prinsip belajar itu adalah: 1) Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar. untuk mencapai harapanharapan; 2) Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku pelajaran itu sendiri; 3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian; 4) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya; 5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya; 6) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan; 7) Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari (Aqib, 2002: 44-45). Belajar/Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar antara lain: 1) Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya, 2) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para peserta didik, 3) Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita, 4) Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan, 5) Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran, 6) Belajar dapat melakukan cara yaitu: diajar secara langsung, control, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun dan lain-lain), pengenalan dan atau peniruan, 7) Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, ketrampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja, 8) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan, 9) Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, dari pada bahan yang kurang bermakna, 10) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar, 11) Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri (Sardiman, 2002: 24). Belajar/Proses belajar terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang berasal dari dalam atau faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor faktor tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Faktor dari luar (Ekstern) Kondisi ini mencakup: a) Bahan ajaran - Bahan yang dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi, dan bagaimana hasilnya yang dapat diharapkan. Belajar tentang keterampilan berbeda dengan belajar tentang pemecahan masalah. Demikian juga taraf kesukaran besar pengaruhnya terhadap proses belajar. b) Faktor-faktor lingkungan - Terdiri dari: - Lingkungan alami, Belajar [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 51 502. 503. 504. dalam keadaan udara segar misalnya, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Lingkungan social, Lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu-lintas, gemuruhnya pasar dan lain sebagainya juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. c) Faktor-faktor instrumental - Adalah faktor yang adanya dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirumuskan. Termasuk dalam faktor ini adalah perangkat keras (hardware), misalnya: kurikulum, program, pedoman belajar, dan sebagainya. 2) Faktor dari dalam (Intern) Kondisi ini mencakup: a) Kondisi fisiologis, Misalnya: gizi, kesehatan, dan panca indera, terutama indera pendengaran, dan penglihatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. b) Kondisi psikologis - Meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi (Soeharto dkk (2003:109). Belajar/Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam yaitu: 1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yaitu: a) Aspek fisiologis yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendisendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, namun pada umumnya yang dipandang lebih esensial yaitu: 1) tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, 2) sikap siswa, 3) bakat siswa, 4) minat siswa, 5) motivasi siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa). Faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu: a) Lingkungan sosial siswa seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. b) Lingkungan non sosial siswa yang meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa (Syah, 2006:132-139). Belajar/Suatu masalah dalam belajar itu jika seorang siswa tidak memenuhi harapan-harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh sekolah seperti yang tercantum pada tujuan dari kurikulum dan kurikuler (Partowisastro, H. K. dan Hadisuparto (1986: 46). Belajar/Tujuh Keyakinan Utama dalam Pola Pendidikan dan Belajar yang Sedang Berubah. 1) Belajar yang berorientasi pada peserta didik daripada belajar yang berorientasi pada pendidik (guru). 2) Mendorong keragaman, bukan homoginitas: mencakup intelegensi banyak dan pola-pola belajar yang beragam. 3) Memahami sebuah dunia saling bergantung dan berubah, daripada menghafal fakta-fakta dan berusaha untuk jawabanjawaban yang benar. 4) Mengeksplorasi secara konstan teori-teori dalam penggunaan seluruh yang tercakup dalam proses pendidikan. 5) Mengintegrasikan kembali pendidikan dalam jaringan-jaringan (webs) hubungan sosial yang menghubungkan teman sejawat, sahabat, famili, organisasi, dan masyarakat. 6) Mengatasi fragmentasi pengetahuan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 52 505. 506. 507. 508. 509. terutama model pencerahan pertama tentang pemahaman sesuai dengan cara-cara mengetahui yang bersifat holistik dan integral; 7) Menganekaragamkan peranan yang meningkat pada belajar non-formal dan informal (Valdés-Cotera, 2011: 10). Bepikir kritis/Berkenaan dengan perilaku dalam aspek berfikir, menurut Benjamin ada 6 (enam) tingkatan dalam domain kognitif, diantaranya: a. Pengetahuan/ingatan (Knowledge), aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. b. Pemahaman (Comprehension), aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atu diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. c. Penerapan/aplikasi (Application), aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsipprinsip, dan sebagainya. d. Analisis (Analysis), aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain. e. Sintesis (Synthesis), aspek ini mengacu kepada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sahingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. f. Evaluasi (evaluation), aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaianterhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu (Sagala, 2009: 157). Berfikir kritis meliputi disposisi-disposisi untuk: a. Berpikir tebuka, fleksibel dan berani mengambil resiko. b. Mendorong keingintahuan intelaktual. c. Mencari dan memperjelas pemahaman. d. Merencanakan dan menyusun strategi. e. Berhati-hati secara intelektual. f. Mencari dan mengevaluasi pertimbangan-pertimbangan rasional, dan g. Mengembangkan metakognitif (Perkins dalam Desmite, 153). Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang pernah dialaminya pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang (Purwanto, 2010: 47-48). Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berfikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik (Desmita, 2009: 153). Berpikir kritis/Beberapa komponen pemikiran kritis, yaitu: a. Basic Operations of Reasoning. Untuk berfikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, mengeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental. b. Domain-Specific Knowledge. Dalam mengahadapi suatu problem seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 53 510. 511. tersebut. c. Metacognitive Knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika dia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapandia memerlukan informasi baru, dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut. d. Values, Beliefs, and Dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten and reflektif ketika berfikir (Saifer dan Hoffnung dalam Zaleha, 2004: 154). Berpikir kritis/Beberapa Macam Cara Berfikir: a. Berpikir Induktif. Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung, dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifatsifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa cirri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi. b. Berpikir Deduktif. Sebaliknya dari berpikir induktif, maka berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip atau kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ ia menerapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut. c. Berpikir Analogis Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang pernah dialaminya pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang (Purwanto, 2010: 47-48). Berpikir kritis/Dari beberapa penelitian yang diadakan oleh Lan Wright dan C. L. Bar menyatakan hal-hal berikut ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, diantaranya: 1. Membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seseorang harus membaca dengan kritis pula. Ada beberapa langkah yang harus dikuasai untuk membaca dengan kritis, langkah-langkah ini adalah: a) Amati dan baca sekilas sebuah teks sebelum membacanya secara keseluruhan. b) Hubungkan teks dan konteksnya, yaitu dengan meletakkan pada konteks sejarah atau budaya atau sejarah yang betul. c) Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat membaca. d) Refleksikan kandungan teks yang berhubungan dengan pendapat dan pendirian sendiri. e) Buat ringkasan kandungan teks dengan menggunakan kata-kata sendiri. f) Evaluasi teks dari segi logika, kredibilitas dan reabilitasnya. g) Bandingkan teks yang dibaca dengan teks lain dalam hal persamaan dan perbedaan. h) Meningkatkan daya analisis. Dalam diskusi kelompok, cari cara penyelesaian/solusi yang baik untuk suatu permasalahan, kemudian diskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi. Dalam menjalankan diskusi, anda dapat mengarahkan pembicaraan untuk mendapatkan beberapa tindakan preventif. 2. Mengembangkan kemampuan observasi/mengamati. Meningkatkan kemampuan mengamati, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 54 512. 513. 514. 515. 516. berarti meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dengan mengamati, seseorang akan dapat menyelesaikan masalah yang menimpa seseorang. Untuk meningkatkan kemampuan mengamati seseorang harus: a) Peka/tanggap terhadap lingkungan. b) Melatih diri sendiri untuk mengoptimalkan pemakaian indera. c) Bisa langsung mengungkapkan secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran (Zaleha, 2004: 95-100). Berpikirkritis/Bentuk kecenderungan berpikir kritis adalah: a. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. b. Mencari alasan. c. Berusaha mengetahui informasi yang baik. d. Memiliki sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkan. e. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. f. Berusaha tetap relevan dengan ide utama. g. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar. h. Mencari alternatif. i. Bersikap dan berpikir terbuka. j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu. k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan. l. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah. m. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain (R. H. Ennis dalam Zaleha, 2004: 9192). CTL/Ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut: a) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. b) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. c) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. d) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain (Sanjaya, 2006: 256-270). CTL/Contextual Teaching and Learning merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2004: 137). CTL/Contextual teaching learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi & Senduk, 2004: 4). CTL/Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa (Johnson, 2002: 26). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 55 517. 518. 519. 520. 521. CTL/Lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai berikut. a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagianbagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: 1) Menyusun konsep sementara; 2) Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; 3) Merevisi dan mengembangkan konsep. d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari. e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari (Zahorik (1995) dalam Nurhadi dkk., 2003: 138). CTL/Menurut Zahhorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual. a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning) b) Pemerolehan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotensi (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. d) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge) e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut (Johnson, 2002: 27-29). CTL/Pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru acting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”. 2) Pembelajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. 3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar. 4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu Penting (Nurhadi dkk., 2003: 15). CTL/Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2002: 67). CTL/Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL. a. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang yang sedang berkembang. b. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. c. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 56 522. 523. 524. 525. (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi (Sanjaya, 2006: 271-272). Deskripsi secara garis besar menjadi dua yaitu deskripsi eksposition dan deskripsi impresionistik. 1. Deskripsi eksposition. Deskripsi ini pada umumnya bersifat logis, ia disusun seperti satu katalog dalam urutan yang logis, umpamanya orang mendeskripsikan satu gedung tinggi mulai dari bawah ke atas atau dari kiri ke kanan. Pilihan detail-detail untuk menunjukkan ketelitian penginderaan pengarang. Tujuan deskripsi ini ialah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat, mendengar, merasakan apa yang dideskripsikan itu. 2. Deskripsi impresionistik Tujuan deskripsi ini adalah membuat pembaca memancainderakan dan membuat ia bereaksi secara emosional akan apa yang dideskripsikan. Dalam deskripsi ini pengarang ingin mendapatkan jawaban atau reaksi pembaca, maka pertama pengarang harus menentukan dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki. Akan tetapi ia tidak mempunyai pola untuk mendeskripsikannya dalam urutan logis (Keraf (1993: 10). Dewasa/Pertama, orang yang telah dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup (philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Seorang yang telah dewasa yang tidak mudah terombang-ambing karena telah mempunyai pegangan yang jelas, kemana akan pergi dan dengan cara mana ia mencapainya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala sesuatu secara obyektif. Mampu melihat dirinya dan orang lain secara obyektif, melihat kelebihan dan kekurangan dirinya dan juga orang lain. Lebih dari itu ia mampu bertindak sesuai dengan cara mana ia mencapainya. Ketiga, orang dewasa adalah orang yang telah bisa bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memliki kemerdekaan, kebebasan tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab. Ia bebas menentukan arah, hidupnya, perbuatannya, tetapi setelah berbuat ia dituntut tanggung jawab. Guru harus terdiri dari orang-orang yang bertanggunga jawab atas segala perbuatannya. Perbuatan yang bertanggung jawab adalah perbuatan berencana, yang dikaji terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Sukmadinata, 2005: 254-255). Disiplin/Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari guru yang kurang disiplin, kurang arif, dan kurang beribawa. Oleh karena itu sekaranglah saatnya kita membina disiplin peserta didik dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditunjukkan untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan (Mulyasa, 2007: 122-123). Disiplin/Patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru (Wijaya & Rusyan, 1991: 21). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 57 526. 527. 528. 529. Ekspositori/Dalam penggunaan metode ekspositori terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan oleh setiap guru antara lain: a. Berorientasi pada Tujuan - Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam metode ini, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini (Sanjaya, 2008: 181). Ekspositori/Kelemahan pembelajaran ekspositori antara lain: (1) pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan pada siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik perlu digunakan pembelajaran lain, (2) pembelajaran ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, bakat dan minat serta perbedaan gaya belajar, (3) sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis karena pembelajaran ini banyak menggunakan ceramah, (4) keberhasilan pembelajaran ekspositori ditentukan oleh apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur dan kemampuan mengelola kelas, (5) kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan sangat terbatas karena gaya komunikasi lebih banyak terjadi satu arah. Selain itu, komunikasi satu arah dapat mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas pada materi yang diberikan guru (Depdiknas, 2008: 35-36). Ekspositori/Kelemahan pembelajaran ekspositori antara lain: (1) pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan pada siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik perlu digunakan pembelajaran lain, (2) pembelajaran ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, bakat dan minat serta perbedaan gaya belajar, (3) sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis karena pembelajaran ini banyak menggunakan ceramah, (4) keberhasilan pembelajaran ekspositori ditentukan oleh apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur dan kemampuan mengelola kelas, (5) kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan sangat terbatas karena gaya komunikasi lebih banyak terjadi satu arah. Selain itu, komunikasi satu arah dapat mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas pada materi yang diberikan guru (Depdiknas, 2008: 35-36). Ekspositori/Langkah-langkah dalam pembelajaran ini adalah: 1) Persiapan. Hal yang harus dilakukan guru pada langkah ini adalah: a) Memberikan sugesti yang positif. contoh: guru menyampaikan bahwa [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 58 530. 531. 532. 533. 534. 535. 536. 537. dimensi tiga merupakan materi yang sangat penting dalam bidang perencanaan bangunan atau konstruksi bangunan. b) Mengemukakan tujuan yang harus dicapai. contoh: guru menyampaikan bahwa tujuan yang akan dicapai adalah siswa dapat menentukan jarak titik ke garis. c) Mengingatkan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. d) contoh: siswa diingatkan tentang dalil Pythagoras, proyeksi titik terhadap garis, garis tinggi suatu segitiga, luas segitiga serta aturan sinus dan kosinus (Depdiknas, 2008: 33-34). Ekspositori/Langkah-langkah pembelajaran ekspositori secara lebih sederhana yaitu: 1) guru memberikan informasi tentang suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilannya tentang pola, aturan atau dalil tentang suatu konsep. Siswa bertanya dan guru memeriksa apakah siswa sudah mengerti, 2) guru memberikan contoh soal dan juga pembahasannya, 3) siswa mengerjakan latihan soal (Ruseffendi, 1980: 171-172). Ekspositori/Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach)” (Sanjaya, 2008: 179). Ekspositori/Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh soal dan pembahasannya dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan (Sunarto, 2009: 1). Ekspositori/Pembelajaran ekspositori sebagai pembelajaran konvensional (Sagala, 2009: 79). Ekspositori/Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Sagala, 2009: 78). Ekspositori/Peran guru dalam pembelajaran ini (pembelajaran ekspositori) antara lain sebagai penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, pemberi fasilitas belajar yang baik, serta pembimbing siswa dan penilai dalam pemerolehan informasi yang benar (Nasution, 2000: 158-159). Ekspositori/Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran ekspositori diantaranya: (1) pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal yang artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam pembelajaran ini, (2) materi pelajaran yang disampaikan merupakan materi pelajaran yang sudah jadi seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang, (3) tujuan utama pembelajaran ini adalah penguasaan materi pelajaran (Nasution, 2000: 158). Ekspositori/Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran ekspositori diantaranya: (1) pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal yang artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam pembelajaran ini, (2) materi pelajaran yang disampaikan merupakan materi pelajaran yang sudah jadi seperti data atau fakta, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 59 538. 539. 540. 541. 542. 543. 544. 545. konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang, (3) tujuan utama pembelajaran ini adalah penguasaan materi pelajaran yang menurut Nasution (2000: 158), tujuan pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilainilai kepada siswa (Depdiknas 2008: 31): Ekspositori/Tujuan pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa (Nasution, 2000: 158). Ekspositori/Tujuan pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa (Depdiknas 2008: 31). Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan. Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan (Commite dalam Wirawan, 2002: 22). Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu (Haryati, 2008: 24). Evaluasi merupakan suatu tahapan dan kegiatan yang amat penting dalam suatu proses rangkaian kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dengan evaluasi akan dilihat derajat ketercapaian tujuan yang dirumuskan. Sehubungan dengan itu pula dalam kegiatan evaluasi diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan data serta pelaporan yang benar. Jika hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya maka tujuan dan sasaran pembelajaran yang dirancang sebelumnya boleh jadi tidak tampak ketercapaiannya (Syafii dalam Hastu, 2006: 30). Evaluasi/Agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostic-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis (Zainal Machmoed dalam Nurgianto, 2001: 305). Evaluasi/Beberapa tahap penyusunan instrumen, antara lain: (1) tahap menyusun tes objektif: persiapan, memilih elemen-elemen untuk diteskan, dan membangun butir tes, (2) tahap menyusun assessment esai dengan langkah-langkah: menetapkan prosedur penyusunan, penyekoran, dan umpan- balik, dan (3) assessment performan dengan langkah: menyusun terminology performan, merancang latihan performan, penyekoran dan pencatatan hasil (Stiggins, 1994: 109-175). Evaluasi/Bloom membedakan delapan tipe aplikasi dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi antara lain: 1) Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 60 546. 547. 548. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekadar dapat menetapkan prinsip yang sesuai. 2) Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai. 3) Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi. 4) Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi. 5) Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebabakibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala. 6) Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditujukan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif. 7) Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisai yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini banyak diperlukan oleh ahliahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan. 8) Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi (Sudjana, 1995: 26-27). Evaluasi/Dalam proses belajar mengajar disekolah saat ini, tipe hasil belajar kognditif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar efektif dan psikomotorik, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana, 2006: 31). Evaluasi/Fungsi dan tujuan evaluasi hasil belajar diantaranya: (a) Untuk diagnostik dan pengembangan, jika alat yang digunakan dalam penelitian cukup memenuhi persyaratan dengan melihat hasilnya guru dapat menemukan kelemahan siswa dan mengetahui sebab-sebab kelemahan siswa. (b) Untuk seleksi, dengan mengadakan penelitian, seorang guru melakukan seleksi terhadap siswa dengan memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, untuk mendapat beasiswa, dan menentukan siswa yang berhak lulus. (c) Untuk kenaikan kelas, dengan mengadakan penelitian, guru mendapatkan informasi tentang siswa yang berhak naik kelas dan guru dapat memilih secara tepat siswa yang dapat meneruskan belajar dan siswa yang harus mengulang. (d) Untuk penempatan, masingmasing individu berbeda dalam hal potensi, bakat, dan yang lain maka dengan hasil penilaian seorang guru dapat mengidentifikasi potensi siswa dan menempatkan dalam kelompok belajar, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya (Rosjidan dkk. dalam Supriati, 2007: 22-23). Evaluasi/Fungsi penilaian adalah sebagai berikut: (a) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional. (b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll. (c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 61 549. 550. 551. 552. 553. 554. 555. 556. berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapai (Sudjana (2008:4). Evaluasi/Fungsi penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: a) Untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran. b) Untuk mengetahui keefektifan PBM yang telah dilakukan guru (Armai, 2002: 89-92). Evaluasi/Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memilki nilai sama dalam kelompok. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompokknya yang merupakan hasil kerja adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggotanya kelompok (Sanjaya, 2009: 248-249). Evaluasi/Hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa dari pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang diikutinya selama pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono 2006: 55). Evaluasi/Hasil belajar adalah keluaran dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs) (Romiszowski dalam Abdurrahman, 2009: 38). Evaluasi/Hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 22). Evaluasi/Hasil belajar afektif dan psikomotoris ada yang tampak pada saat proses pembelajaran berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktik kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas, lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab secara langsung mempengaruhi perilakunya (Sudjana, 2008: 33). Evaluasi/Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspekaspek tersebut, yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pengertian, (3) Kebiasaan, (4) Keterampilan, (5) Apresiasi, (6) Emosional, (7) Hubungan sosial, (8) Jasmani, (9) Etis atau budi pekerti, dan (10) Sikap (Yasin, 2008: 30). Evaluasi/Hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: 1) Informasi Verbal - Informasi Verbal adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalaui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun teoritis. 2) Kemahiran Intelektual - Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill) menununjuk pada”Knowing How”, yaitu bagaimana kemampuan seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri. Kemahiran intelektual dibagi menjadi empat kategori, yaitu: a) Diskriminasi jamak (Multiple Discrimination), yaitu kemampuan seseorang dalam membedakan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Dalam pemersepsi ,seseorang akan menanggapi suatu benda ciri-ciri yang khas , misalnya warna, bentuk, panjanglebar, kasar-halus, bau dan sebagainya. Berdasarkan persepsi itu seseorang dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain. b) Konsep (consept),yaitu arti yang mewakili sejumlah [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 62 557. 558. 559. objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk kata yang mewakili konsep itu.Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.konsep konkret adalah suatu pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan. Konsep yang didefinisikan, yaitu konsep yang mewakili realitas hidup tetapi bukan lingkungan hidup fisik, misalnya lingkaran adalah yang garis yang berbentuk bundar yang mempunyai jari-jari sama panjang. c) Kaidah (Rule), yaitu dua konsep atau lebih yang jika dihubungkan satu sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu keteraturan, misalnya besi jika dipanaskan akan memuai. d) Prinsip (Higher-Order rule) yaitu kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi dan kompleks. Kaidah tersebut disebut “prinsip”. Berdasarkan prinsip, orang mampu menyelesaikan soal. 3) Pengaturan Kegiatan Kognitif - Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive Strategy), yaitu kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Khususnya bila sedang belajar dan berpikir. Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktifitas mentalnya sendiri dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari jauh lebih efisien dan efektif, daripada orang yang tidak berkemampuan demikian. 4) Sikap - Sikap yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek . Misalnya, siswa bersikap positif terhadap sekolah, karena sekolah berguna baginya. Sebaliknya dia bersikap negatif terhadap pesta-pesta karena merasa tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan uang saja. 5) Keteampilan Motorik - Keterampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam uraian tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak –gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Misalnya, Supir mobil dengan terampil mengendarai kendaraannya, sehingga konsentrasinya tidak hanya pada kendaraannya, tetapa juga pada arus lalu lintas di jalan (Gagne dalam Djiwandono (2002: 217). Evaluasi/Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku baik afektif, kognitif, maupun psikomotor (Sudjana, 2001: 22). Evaluasi/Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan (Hamalik, 2005: 155). Evaluasi/Kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat dikategorikan ke dalam 6 tipe: 1) Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen. 2) Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antar asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya. 3) Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil keputusan. 4) Dapat mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan. 5) Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 63 560. 561. 562. 563. 564. 565. ditetapkan. 6) Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit (Sudjana, 1995: 29). Evaluasi/Klasifikasi hasil belajar secara garis besar ada 3 ranah , yaitu: (1) Ranah Kognitif, meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi; (2) Ranah afektif, meliputi penghayatan nilai dari objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik orang, benda maupun kejadian; dan (3) Ranah psokomotorik, meliputi penanaman metode ilmiah disertai dengan usaha peningkatan mutu intelektualitas yaitu misalnya cerdas, kritis, serta sistematis dalam berpikir (Bloom dalam Sudjana, 2008: 22-23). Evaluasi/Langkah-langkah penyusunan instrumen: sintesis teori, menyusun konstruk, pengembangan indikator, menetapkan parameter kontinum, analisis butir, validasi teoretik dan empirik, validasi pakar, revisi, penggandaan terbatas, uji coba, uji validasi internal dan eksternal, kesimpulan sortir, reliabilitas, dan perakitan. Langkah-langkah ini diarahkan untuk penyusunan instrumen yang digunakan untuk penelitian (Djaali, 2000: 89-90). Evaluasi/Lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris (Gagne dalam Sujana, 2005: 22). Evaluasi/Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garisgaris besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Syah, Muhibbin, 1999: 150). Evaluasi/Penilaian yang dilakukan pada karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan selintas. Maksudnya adalah penilaian tersebut bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari pembaca karangan secara selintas. Guru cenderung melakukan penilaian yang bersifat analisis karena guru memerlukan penilaian secara lebih objektif dan terinci mengenai kemampuan siswa untuk keperluan diagnosikedukatif (Nurgiantoro, 2001: 305). Evaluasi/Proses konstruksi berbagai tes dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi tujuantujuan utama untuk skor yang digunakan, (2) mengidentifikasi perilaku yang mewa- penelikili konstruk atau domain, (3) menyiapkan spesifikasi butir, proporsi butir yang akan difokuskan pada tiap perilaku, (4) menyusun butir-butir utama, (5) meninjau ulang butir dan merevisinya, (6) persiapan ujicoba dan merevisinya, (7) tes lapangan pada sampel yang representatif, (8) menentukan alat-alat statistik skor butir, kesesuaian, eleminasi butir yang tidak memenuhi kriteria, (9) merancang dan mengondisikan reliabilitas [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 64 566. 567. 568. 569. 570. 571. 572. 573. dan validitas pada bentuk akhir tes, (10) mengembangkan panduan administrasi, penyekoran, dan interpretasi skor tes (menyiapkan tabel norma standar performan) (Crocker dan Algina, 1986: 66-86). Evaluasi/Secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu: (a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam espek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. (b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. (c) Ranah psikomotori berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan reseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresir dan interpretatif (Benyamin Bloom dalam Sudjana, 2005: 22). Evaluasi/Secara garis besar hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris (Benyamin Bloom dalam Sudjana, 2005: 22). Evaluasi/Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. (Sudjana, 2008: 24). Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalamanpengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan masyarakat (Slameto, 1988: 62). Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Sabri, 1996: 59-60). Faktor kemampuan seseorang tidak cukup hanya dilihat dari segi pendidikan dan latihan saja, namun dapat juga dilihat dari segi pengalaman atau pengalaman kerja seseorang selama bekerja pada organisasi/lembaga tertentu (Samsudin, 2003: 33). Faktor pemicu terjadinya perubahan secara umum ialah: a) konfigurasi tenaga kerja, b) terobosan di bidang teknologi, c) ketidak pastian di bidang ekonomi, d) persaingan yang makin ketat, e) gejala-gejala sosial, f) pergeseran nilai-nilai moral dan etika, dan g) situasi politik (Siagian (2002: 207). Faktor-faktor tersebut di atas harus diperhatikan oleh suatu organisasi karena: Organisasi tidak sekedar berarti wadah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi juga merupakan mekanisme yang berlangsung dalam proses kerja sama itu. Oleh karena itu, maka organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sebagai alat organisasi dapat baik dan dapat pula buruk bagi pencapaian tujuan. (Nawawi, 1982 : 93). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 65 574. 575. 576. 577. 578. 579. 580. Field trip adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru mengunjungi tempattempat tertentu dengan maksud untuk belajar (Sagala, 2006: 214). Field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan teknik field trip yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, took serba ada, dan sebagainya (Roestiyah, 2001: 85). Field trip mempunyai beberapa kebaikan, antara lain ialah 1) anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beragam dari dekat, 2) anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan, 3) anak didik dapat menjawab masalahmasalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba, atau membuktikan secara langsung, 4) anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan on the spor dan, 5) anak didik dapat mempelajari sesuatu secara interna l dan komprehensif (Sagala, 2006: 215). Field trip merupakan pesiar (ekskursi) yang digunakan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah (Sagala, 2006: 214). Field trip/Adapun tujuan teknik ini adalah dengan melaksanakan field trip diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran (Roestiyah, 200: 85). Fieldtrip bertujuan agar siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran. Selain itu dengan metode ini akan membuat siswa lebih nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung dan dapat melatih siswa untuk menggunakan waktu secara efektif (Roestriyah, 2001: 85). Fieldtrip memiliki keunggulan antar lain sebagai berikut: a. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan petugas pada objek karyawisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. b. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka. c. Dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi. d. Dengan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 66 581. 582. 583. 584. 585. 586. 587. 588. objek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacammacam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi (Roestiyah, 2001: 87). Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: a) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstrukti kenyataan melalui kegiatan subjek. b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalamanpengalaman seseorang (Suprijono, 22). Generalisasi didasari oleh prinsip apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi (Soekadijo, 1999: 134). Generalisasi induktif/Hasil penalaran generalisasi induktif sendiri juga disebut generalisasi, generalisasi dalam arti ini berupa suatu proporsi universal (Soekadijo, 1999:134). Generalisasi memuat beberapa syarat di antaranya adalah: (1) generalisasi harus tidak terbatas secara numerik, artinya generalisasi tidak boleh terikat jumlah tertentu; (2) generalisasi harus tidak terbatas secara spasio temporal, artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu (Soekadijo (1999: 134). Generalisasi memuat beberapa syarat di antaranya adalah: (1) generalisasi harus tidak terbatas secara numerik, artinya generalisasi tidak boleh terikat jumlah tertentu; (2) generalisasi harus tidak terbatas secara spasio temporal, artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu (Soekadijo,1999: 134). Generalisasi/Faktor-faktor probabilitas yang berhubungan dengan generalisasi memiliki sifat-sifat berikut: (1) makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasarpenalaran, makin tinggi probabilitas konklusinya; (2) makin besar jumlah faktor kesamaan di dalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya; (3) makin besar jumlah faktor disanaloginya di dalam premis, makin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya; (4) semakin luas konklusinya semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya (Soekadijo, 1999: 136). Generalisasi/Indikator kemampuan generalisasi matematis antara lain sebagai berikut: (1) Siswa mampu mengenal sebuah aturan matematis / pola matematis. Siswa juga mampu mempersepsi atau mengidentifikasi pola. Siswa telah mengetahui bahwa masalah yang disajikan dapat diselesaikan menggunakan aturan matematis /pola matematis. (2) Siswa mampu menggunakan hasil generalisasi untuk menyelesaikan masalah, dan mampu menerapkan aturan matematis/pola matematis yang telah mereka temukan pada berbagai persoalan (Mason dalam Herdian, 2010). Guru adalah titik sentral suatu kurikulum. Berkat usaha guru, maka timbulah kegairahan belajar siswa, sehingga memacunya belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum (Hamalik, 1992: 95). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 67 589. 590. 591. 592. Guru perlu menciptakan suasana kelas yang membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya, guru perlu menciptakan siswa berfikir, hal ini membuat siswa akan lebih aktif dan menjadikan suasana kelas tidak menjenuhkan (Yamin, 2008: 13). Guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi; a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat. e. Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila. h. Guru adalah seorang warga negara yang baik. 32 (Hamalik dalam Yamin, 2007: 5-7). Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar, dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi, serta kesehatan jasmani dan rohani. Minimal ada tiga cirri kedewasaan (Sukmadinata, 2005: 254). Guru yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang mencakup (1) memiliki keterampilan interpersonal khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan terhadap peserta didik, dan ketulusan, (2) menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik, (3) mampu menerima, mengakui dan memperhatikan peserta didik secara ikhlas, (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik, (6) mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan merencanakan kegiatan pembelajaran, (7) mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi, (8) mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas. Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang mencakup (1) mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi peserta didik yang tidak mempunyai perhatian, suka menyela, mengalihkan perhatian, dan mampu memberikan transisi substansi bahan. Agar dalam proses pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua peserta didik. Ketiga, mempunyai kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feed back) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri atas (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon peserta didik; (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap peserta didik yang lamban dalam belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan; (4) mampu memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika diperlukan. Keempat, mempunyai kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri yang mencakup (1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; (2) mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metodemetode pembelajaran; (3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 68 593. 594. 595. 596. 597. 598. pembelajaran yang relevan (Menurut Davis dan Thomas dalam Suyanto, 2001: 3). Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi peserta didik (Mulyasa, 2007: 121). Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.33 (Surya dalam Kunandar, 2007: 47). Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara (Sholeh, 2006: 9). Guru/Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu:1). Kepemimpinan kepala sekolah, 2). Fasilitas kerja, 3). Harapan-harapan, dan 4.) Kepercayaan personalia sekolah. Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru (Pidarta dalam Lamatenggo, 2001:35). Guru/Ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru; (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, (4) masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya. Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru (Akadum, 1999: 17). Guru/Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Iklim sekolah, 3) Harapan-harapan, dan 4) Kepercayaan personalia sekolah (Pidarta (1995) dalam Saerozi, 2005: 2). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 69 599. 600. 601. 602. Guru/Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut: a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum-kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi. b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar. c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA, dan menciptakan iklim belajar yang efektif. d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, mebuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. e. Menguasai landasanlandasan kependidikan. f. Merencanakan program pengajaran. g. Mengelola interaksi belajar mengajar. h. Menguasai macam-macam metode mengajar. i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah. l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang sederhana guna kemajuan pengajaran (Hamalik, 2006: 44-45). Guru/Dalam mengembangkan kreativitas, guru dapat melatih ketrampilan bidang, dengan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus seperti bahasa, matematika atau seni; mengajarkan ketrampilan kreatif dalam batas tertentu, seperti cara berpikir menghadapi masalah secara kreatif, teknik memunculkan gagasan orisinal, yang diajarkan secara langsung dengan contoh; dan motivasi intrinsik, dengan guru menjadi model dengan mengungkapkan secara bebas minatnya, dan tantangan pribadi untuk memecahkan masalah atau melakukan tugas, dan memungkinakn siswa untuk bisa otonom sampai batas tertentu di kelas (Amabile dalam Munandar, 2002: 156). Guru/Dalam proses belajar mengajar hubungan antara guru dan siswa haruslah terjalin dengan baik. Karena cara belajar siswa dipengaruhi oleh hubungannya dengan gurunya (Slameto, 1988: 68). Guru/Dalam proses belajar mengajar, guru harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk aktif. Keaktifan siswa bisa berbentuk aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat di golongkan ke dalam beberapa hal, yaitu: a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperiman, dan demonstrasi. b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi. c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 70 603. 604. 605. 606. 607. 608. 609. 610. pengarahan. d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis. e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat (Uzer, 1995: 22). Guru/Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan, tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai serta membangun karakter peserta didik secara berkelanjutan (Sholeh, 2006: 3). Guru/Dengan kata lain, guru yang baik adalah guru yang sadar diri, menyadari kelebihan dan kekurangannya (self consciousness) (Mulyasa, 129). Guru/Dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah (Akadum, 1999:16). Guru/Dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah (Akadum, 1999:16). Guru/Intensitas dan kualitas pembinaan kepala sekolah kepada guru bergantung pada kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor, selain sebagai administrator dan motivator (Dirjen Dikdasmen, 2000: 15). Guru/Jadi guru yang bijaksana dan sederhana dalam bertindak adalah seorang guru yang selalu menggunakan akal budinya dalam bertindak dan tidak berlebihlebihan. Kebijaksanaan dan kesederhanaan dalam bertindak, akan menjalin keterkaitan batin guru dengan siswa. Dengan adanya keterikatan tersebut, guru akan mampu mengendalikan proses belajar mengajar yang diselenggarakan (Wijaya & Rusyan, 1991: 20). Guru/Kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya (Johnson dalam Anwar, 2004: 63). Guru/Kemampuan yang harus dimiliki guru diantaranya: mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia dalam belajar, mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya dengan baik, mempunyai sikap yang tepat dengan memahami kelemahan dan kekuatan diri sendiri sebagai tenaga pendidik, dan mempunyai keterampilan mempunyai teknik dan pendekatan dalam kegiatan mengajar (Yamin, 2008: 12). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 71 611. 612. 613. 614. 615. 616. 617. Guru/Kualitas guru tercermin pada kinerja profesionalnya sebagai guru. Kinerja guru merupakan variabel yang fluktuatif, eksistensinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya pembinaan kepala sekolah (Zahera, 1998: 118). Guru/Mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut: 1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur sebagai berikut: a. Latar belakang pre-service dan in-service guru. b. Pengalaman mengajar guru. c. Penguasaan pengetahuan keguruan. d. Pengabdian guru dalam mengajar. 2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri dari: a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP). b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas. c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas. 3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasilhasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut. Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di madrasah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses belajar mengajar, disamping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya (Sabri, 1992: 16-18). Guru/Nilai kompetensi seorang guru dipupuk melalui program pendidikan, pengembangan dan pelatihan (Iriyanto dalam Samsudin, 2003: 11). Guru/Peningkatan, pengembangan dan pembentukan guru dapat dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan (Hamalik dalam Samsudin, 2003: 11). Guru/Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi, peran guru tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar, karena guru di sini sebagai sebagai pendidik, pembentuk kepribadian dan yang menentukan keberhasilan siswa (Dimyati, 1999: 33). Guru/Rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guruguru agar kemampuan profesional mereka makin berkembang sehingga situasi belajar mengajar makin efektif dan efisien (Supervisi dalam Lazaruth, 1988: 33). Guru/Seorang guru dikatakan telah mempunyai kemampuan profesional jika pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan jaman yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada jamannya dimasa yang akan datang (Muhaimin (2001:63). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 72 618. 619. 620. 621. 622. 623. 624. Guru/Seorang guru harus simpatik karena dengan sifat ini akan disenangi oleh para siswa, dan jika siswa menyenangi gurunya, sudah barang tentu pelajarannyapun mereka senangi pula. Demikian pula dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus menarik, karena dengan daya tarik yang diungkapkan atau ditunjukkan oleh guru, maka akan memberikan pengaruh tertentu pada siswa yaitu kesemangatan belajar siswa terus meningkat (Wijaya & Rusyan, 1991: 20). Guru/Seorang guru juga harus bersikap luwes terhadap siapapun termasuk peserta didiknya. Keluwesan merupakan faktor pendukung yang disenangi para siswa dalam proses belajar mengajar, karena dengan sifat ini guru akan mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik dengan teman sejawat maupun dengan peserta didik, dan juga orang tua wali murid (Wijaya & Rusyan, 1991: 20). Guru/Setiap guru berfungsi sebagai: a. Designer of intruction (perancang pengajaran); b. Manager of intruction (pengelola pengajaran); c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa) (Gagne dalam Syah, Muhibbin, 2007: 250). Guru/Setiap guru berkesempatan untuk melakukan hal-hal berikut ini, yaitu: (1) identifiaksi masalah pembelajaran; (2) mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan; (3) memilih alternatif model pembelajaran yang digunakan; (4) merancang rencana pembelajaran; (5) mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih; (6) melaksanakan pembelajaran; (7) mengobservasi proses pembelajaran; (8) mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas; (9) melakukan refleksi secara bersamasama atas hasil observasi kelas; serta (10) mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya (Hendayana dkk., 2006: 10). Guru/Tingkat kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor yang turut mempengaruhi, baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun faktor yang berasal dari guru seperti fasilitas sekolah, peraturan dan kebijakan yang berlaku, kualitas manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya. Tingkat kualitas kinerja guru ini selanjutnya akan turut menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan serta pencapaian lulusan yang dihasilkan serta pencapaian keberhasilan sekolah secara keseluruhan (Lamatenggo, 2001: 98). Guru/Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang kurang disiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas dan pengendali seluruh perilaku peserta didik (Mulyasa, 2007: 126). Guru/Unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi). Kemudian [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 73 625. 626. 627. ketiga aspek ini dijabarkan menjadi: a. Kemampuan profesional mencakup: 1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu. 2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan. 3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru. c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup: 1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. 2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh seseorang guru. 3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya (Yamin, 2007: 4-5). Guru/Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut: 1). Kesetiaan. Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab. 2). Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. 3). Tanggung Jawab. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya (Siswanto dalam Lamatenggo, 2001: 34). Guru/Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam empat kemampuan yakni: a. Merencanakan program belajar mengajar. b. Menguasai bahan pelajaran. c. Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar (Sudjana, 1998: 20-22). Guru/Untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi: a. Menguasai bahan meliputi: 1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah; 2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi; b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi: 1) Merumuskan tujuan intsruksional; 2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat; 3) Melaksanakan program belajar mengajar; 4) Mengenal kemampuan anak didik; c. Mengelola kelas, meliputi: 1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran; 2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi; d. Menggunakan media atau sumber, meliputi: 1) Mengenal, memilih dan menggunakan media; 2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana; 3) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar; 4) Menggunakan micro [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 74 628. 629. 630. 631. 632. 633. teaching untuk unit program pengenalan lapangan; e. Menguasai landasanlandasan pendidikan. f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar. g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran. h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan: a. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan; b. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan; i. Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah; j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.21 (Ahmad Sabri dalam Namsa, 2006: 37-38). Hadiah/Hadiah (reward) merupakan salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi (Sardiman, 2002: 89). Hadiah/Macam-macam reward adalah sebagai berikut: 1) Pemberian angka atau nilai, 2) Pemberian hadiah, 3) Pemberian pujian, 4) Pemberian penghargaan (Sardiman, 2002: 89). Hasil penalaran generalisasi induktif sendiri juga disebut generalisasi, generalisasi dalam arti ini berupa suatu proporsi universal (Soekadijo, 1999:134). Hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural adalah aturan dan proses dari pengetahuan prosedural mempunyai dasar atau konsep bermakna, serta perlambangan yang digunakan mewakili konsep yang sesuai Prosedur yang tanpa dasar konseptual menyebabkan pembelajaran berlangsung dengan hafalan (Muhsetyo, 2001: 21). Hukum perkembangan rohani yang dianggap penting, seperti: (1). Hukum bertahan dan berkembang sendirii, adanya hukum inio mendorong anak untuk makan dan minum dan mempertahankan diri juga ingin mencari kepandaian dan pengetahuan baru. Dorongan ini kelihatan dalam kegiatan bermain, ingin tahu dan bergerak (2). Hukum tempo perkembangan, perkembangan anak tidak sama waktunya, tiap anak mempunyai tempo perkembangannya sendiri, ada anak yang cepat pandai dan ada yang lambat. (3). Hukum konvergensi, perkembangan anak ditentukan oleh kerjasama antar faktor pembawaan dan faktor millieu (lingkungan) atau dengan kata lain oleh pendidikan dan bakat. (4). Hukum irama perkembangan, perkembangan fungsi-fungsi itu berjalan tidak lurus ke atas tetapi liku-liku, melompat, diam dan penuh kegoncangan kadangkadang maju, kadang-kadang berhenti, kadang-kadang mundur, jadi perkembangan jiwa anak seolah-olah mengikuti suatu irama. (5). Hukum masa peka, dalam masa perkembangan ada suatu waktu dimana suatu fungsi muncul dan meminta dikembangkan. Waktu munculnya itu disebut masa peka dan merupakan waktu yang palikng baik untuk dikembangkan sedangkan timbulnya masa peka pada setiap anak berbeda-beda (Kartono, 1992: 41-42). Induksi merupakan suatu kegiatan budi, dimana kita menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui benar untuk kasus-kasus khusus, juga akan benar untuk semua kasus yang serupa dengan yang tersebut tadi untuk hal-hal tertentu (Mill dalam Shadiq, 2004: 4). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 75 634. 635. 636. 637. 638. 639. 640. 641. 642. Ingkaran dari disjungsi p v q adalah (p v q) (p q) (Aminulhayat, 2004:136). Ingkaran dari biimplikasi “p q” adalah ( p q) (p q) v (q p) (Tampomas, 2004:194). Ingkaran dari implikasi “p q” adalah ( p q) p q (Tampomas, 2004: 194). Ingkaran dari konjungsi p q adalah (p q) (p v q) (Aminulhayat, 2004:136). Inkuiri/Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode inkuiri yaitu: a. Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, metode inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. c. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam metode inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya (Sanjaya, 2007: 196-197). Inkuiri/Dalam inquiry, sesorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist), melakukan demonstrasi, dan mampu melakukan proses mental berinquiry, adalah sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami. b. Merumuskan masalah-masalah. c. Merumuskan hipotesis-hipotesis. d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen. e. Melaksanakan eksperimen. f. Mensistensikan pengetahuan. g. Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu, keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model teoritis, serta bertanggung jawab (Hamalik, 2007: 219-220). Inkuiri/Dalam pendekatan inquiry berarti guru merencanakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman (Nuryani R, 2005: 95). Inkuiri/Inquiry berasal dari bahasa inggris “Inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan (Mulyasa, 2007: 108). Inkuiri/Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang dilakukan oleh para ahli penelitian. Untuk mengenal masalah, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 76 643. 644. 645. 646. 647. mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuatramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman (Nuryani, 2005: 95). Inkuiri/Metode ini (inkuiri) merupakan suatu bentuk instruksional kognitif, yang memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara aktif menggunakan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan demonstrasi yang memberi kesempatan siswa untuk menemukan konsep dan prinsipprinsip sendiri (Arifin dkk, 2005: 61). Inkuiri/Metode inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indrah pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan inderaindera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terusmenerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari keingintahuan itu. Dalam rangka itulah pendekatan inkuiri dikembangkan (Sanjaya, 2007: 196). Inkuiri/Metode inkuiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) inkuiri terpimpin (guided inquiry) dan (2) inkuiri bebas atau terbuka (openended inquiry). Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya. Pada inkuiri terpimpin guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Inkuiri terpimpin dapat dilakukan pada awal suatu pelajaran untuk siswa yang belum terbiasa, untuk kemudian dapat diikuti oleh open ended inquiry atau inkuiri terbuka. Pada inkuiri terbuka guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh siswa dan pemecahannya pun dirancang oleh siswa. Hasil dari pemecahan. mungkin mengarah pada pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari masalah sebelumnya (Nuryani, 2005: 95). Inkuiri/Metode inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan nalar siswa. b. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. c. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup. d. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, dan berdiskusi. e. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar f. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa (Sudjana, 2007: 154-155). Inkuiri/Prinsip-prinsip Metode Inkuiri adalah sebagai berikut: a. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pendekatan inkuiri ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. b. Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 77 648. 649. interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. c. Prinsip bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. d. Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak limbic, maupun otak neokortek. e. Prinsip keterbukaan. Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya (Sanjaya, 2007: 199-201). Inkuiri/Proses inquiry adalah proses berpikir bila seseorang terlibat dalam kegiatan yang meliputi: mengobservasi, meramalkan, menyarankan, merencanakan penelitian, merumuskan hipotesis, mengiterpretasikan data, mengontrol variabel, melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan (Mulyati, 2005: 63). Inkuiri/Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu: 1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. 2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. 3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. b. Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan tekateki. Dikatakan, teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya: 1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji 2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menuntut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti 3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 78 650. 651. 652. 653. lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. c. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-mengira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. d. Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan (Sanjaya, 2007: 202-205). Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Djaali, 2000: 87). Instrumen dikatakan valid apabila mampu menggali apa yang diinginkan dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto (1993:135). Instrument pengumpul data dikatakan valid bila mampu dan dapat mengungkap data atau informasi dari suatu variable yang diteliti secara tepat dan mampu mengukur apa yang diinginkan atas penelitian tersebut. Tinggi rendahnya koefisien validitas menggambarkan kemampuan mengungkap data atau informasi dari variabel tersebut (Sugiyono, 2004: 110). Intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 79 654. 655. 656. 657. 658. 659. semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses (Syah, Muhibbin, 2004: 134). Interaksi siswa-siswa penting untuk mengontruksi pengetahuan matematis, mengembangkan kompetensi pemecahan masalah dan penalaran,mendorong rasa percaya diri dan memperoleh keterampilan sosial (Jacob, 2002: 378). IPS/Ada beberapa tujuan lain yang hendak dicapai melalui pengajaran IPS di sekolah. Menurut ’the social science education frame work for california school’, tujuan IPS adalah: a. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian berdasarkan data generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun bersifat interdisipliner/ komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial. b. Membina siswa ke arah nilai-nilai kemasyarakatan serta dapat mengembangkan dan menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya c. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai, dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultur maupun individu. d. Membina siswa agar dapat mengembangkan dan mempraktekkan keanekaragaman ketrampilan studi, kerja, dan intelektualnya secara pantas sebagaimana diharapkan oleh ilmu-ilmu sosial e. Membina siswa berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat (Zuhri, 2004: 9). IPS/Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan ’to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Solihatin & Rahardjo, 2007: 14). IPS/Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah bidang studi yang multi disiplin, terdiri dari beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan humaniora (humanities), yang mempelajari interaksi manusia dengan alam dan lingkungan masyarakat (Suderadjat, 2004: 49). IPS/Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial (Tim Pustaka Yustisia, 2007: 336). IPS/Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 80 660. 661. 662. 663. 664. mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih Djahiri dalam Solihin & Rahardjo, 2007: 14). IPS/Pembelajaran IPS adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmadja dalam Trianto. 2007:121). IPS/Pembelajaran IPS adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmadja yang dikutip dalam Trianto, 2007: 121). IPS/Pembelajaran IPS adalah diharapkan mampu membina suatu masyarakat yang baik, dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan bertanggung jawab yang dapat menciptakan nilai-nilai budaya kemanusiaan yang baik di kemudian hari (Kosasih Djahiri dalam Zuhri, 2004: 9). IPS/Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek ‘pendidikan’ daripada ‘transfer konsep’, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya (Martorella dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 14). IPS/Rumusan tujuan IPS dapat dirinci sebagai berikut: a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. b. Mengetahui dan memahami konsep dasar serta mampu menggunakan metode yang di adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial c. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. f. Mengunjuk kerjakan perilaku yang menggambarkan kesamaan derajat manusia dalam perbedaan suku, bangsa, dan agama g. Menghargai demokrasi dan mampu menjadi warga negara yang demokratis h. Berfikir kritis dan mampu mengevaluasi informasi dan mampu berkomunikasi secara aktif (Awan Mutakin dalam Suderajat, 49). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 81 665. 666. 667. 668. 669. 670. 671. 672. 673. 674. Jigsaw/Dalam pembelajaran kooperatif jenis jigsaw siswa belajar kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri (Yuzar dalam Isjoni, 2010: 79). Jigsaw/Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat tahapantahapan penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap pembentukan kelompok dan pembagian submateri. 2) Tahap mempelajari, memahami, dan diskusi dengan kelompok ahli. 3) Tahap kembali dikelompok asal, untuk saling menjelaskan atau menerangkan dengan anggota kelompoknya. 4) Tahap evaluasi atau tes. 5) Tahap pemberian penghargaan kelompok (Isjoni (2007: 54). Jigsaw/Dalam penyelenggaraan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar yang heterogen, dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli.jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing- masing kelompok harus dibatasi agar kegiatan balajar dapat berlangsung secara efektif. Kelompok yang terdiri dari 4 siswa terbukti sangat efektif (Edward dalam Isjoni, 2004: 55). Jigsaw/Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada awalnya dikembangkan oleh Aronson dkk di Universitas Texas dan diadaptasi oleh Slavin dkk di Universitas John Hopkin (Lie, 2002:73). Jigsaw/Pembelajaran koooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajar kooperatif yang mendorong siswa aktif dansaling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007: 54). Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2010:77). Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007: 54). Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada awalnya dikembangkan oleh Aronsok dkk di Universitas Texas dan diadaptasi oleh Slavin dkk di Universitas Johan Hopkin (Lie, 2002: 73) Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat tahapan-tahapan penyelenggaraan yaitu: (Isjoni, 2007: 54): a). Tahap pembentukan kelompok dan pembagian submateri. b). Tahap pembelajari, memahami, dan diskusi dengan kelompok ahli. c). Tahap kembali dikelompok asal, untuk saling menjelaskan atau menerangkan dengan anggota kelompoknya. d). Tahap evaluasi atau tes. e). Tahap pemberian penghargaan kelompok. Kebijakan pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: a. Kebijakan yang berkenaan dengan fungsi esensial, seperti: kurikulum, penetapan rekuitmen dan penerimaan peserta didik. b. Kebijakan mengenai lembaga individual dan keseluruhan siswa kependidikan. c. [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 82 675. 676. 677. Kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan penarikan tenaga kerja, promosi, pengawasan, dan penggantian keseluruhan staf. d. Kebijakan berkaitan dengan pengalokasian sumber daya non manusia, seperti sumber finansial, gedung dan perlengkapan-perlengkapan (Sagala, 2009: 121). Kebijakan pendidikan/Adapun tiga tahapan kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Formulasi kebijakan. Formulasi kebijakan adalah perumusan atau pembuatan. Jadi, formulasi kebijakan adalah pembuatan/perumusan suatu kebijakan dalam pendidikan. Berikut adalah tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan: a) Penyusunan agenda, yakni menempatkan masalah pada agenda pendidikan. b) Formulasi kebijakan yakni merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah. c) Adopsi kebijakan yakni kebijakan alternatif tersebut diadopsi/diambil untuk solusi dalam menyelesaikan suatu masalah. d) Implementasi kebijakan yakni kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan dalam pendidikan. e) Penilaian kebijakan yakni tahap ini tahap penilaian dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan dalam kebijakan pendidikan (Syafaruddin, 2008: 81-82). (2) Implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan pada intinya adalah cara yang dilaksanakan agar sebuah kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan. Implementasi kebijakan adalah serangkaian aktifitas dan keputusan yang memudahkan pernyataan kebijakan dalam pembuatan kebijakan terwujud ke dalam prakteknya/realisasinya. Terdapat empat faktor penting dalam mengimplementasikan kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana kebijakan dan struktur birokrasi.Untuk mengimplementasikan kebijakan pendidikan ada dua cara, yaitu: yang pertama, secara langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program pendidikan, yang kedua dapat melalui kebijakan turunan dari kebijakan pendidikan nasional tersebut (Syafaruddin, 2008: 88). (3) Evaluasi kebijakan. Setelah adanya pelaksanaan kebijakan kemudian diadakan pengevaluasian dalam kebijakan pendidikan, karena akan dapat diketahui sejauh mana pelaksanaan tersebut dapat tercapai. Menurut Putt dan Springer bahwa evaluasi adalah langkah menerima umpan balik yang utama dari proses kebijakan (Syafaruddin, 2008: 88). Kebijakan pendidikan/Dalam suatu kebijakan pendidikan ini terdapat tiga tahap kebijakan yaitu: formulasi, implementasi, dan evaluasi. Kepala madrasah sebagai petugas yang profesional dituntut untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasikan dari kebijakan pendidikan tersebut (Syafaruddin, 2008: 117). Kebijakan pendidikan/Terdapat lima jenis kebijakan pendidikan yang mencakup: a. Penataan/penyusunan tujuan dan sasaran lembaga pendidikan. b. Mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan pendidikan. c. Menentukan tujuan pemberian pelayanan pendidikan. d. Menentukan pelayanan pendidikan yang hendak diberikan. e. Menentukan tingkat investasi dalam mutu pendidikan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi (Beare dan Boyd dalam Syafaruddin, 2008: 117-118). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 83 678. 679. 680. 681. 682. 683. 684. Kelompok yang terdiri dari 4 siswa terbukti sangat efektif (Edward dalam Isjoni, 2004: 55). Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses sosialisasi belajar bagi anak, di dlam keluarga anak akan belajar bergaul, menghargai orang lain, menerima norma-norma, sikap, dan sebagainya. Sikap dan tingkah laku anak banyak dipengaruhi oleh keluarga dimana ia dilahirkan dan dimana ia tumbuh (Elizabeth, dalam Martensi 1980: 96). Keluarga/Fungsi keluarga secara umum menurut ST. Vembraiato seperti dikutip oleh Alisuf Sabri mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya denga si anak yaitu: 1) fungsi biologik: yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis anak berasal dari orang tuanya. 2) Fungsi afektif: yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman). 3) Fungsi sosialisasi: yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya. 4) Fungsi pendidikan: yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan dalam keluarga merupakan satusatunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal dengan sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utam dalma mengembangkan kepribadian dasar anak. 5) Fungsi rekreasi: yaitu keluarga merupkan tempat atau medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan kegembiraan. 6) Fungsi keagamaan: yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, dan samping peran yang dilakukan oleh institusi agama. Fungsi ini penting artinya bai penanaman jiwa agama pada si anak sayangya sekarang fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat pengaruh sekularisasi. 7) Fungsi perlindungan: yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat, dan melindungi si anak baik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badan-badan sosial seperti tempat perawatan bagi anakanak cacat tubuh, mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi (Sabri, 1999: 16). Kepala sekolah adalah orang atau guru yang memimpin suatu sekolah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 480). Kepala sekolah berada di titik sentral dari kehidupan sekolah; keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala sekolah (Supriadi, 2001: 346). Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga (Slamet, 2000: 46). Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru dengan: Pertama: menetapkan sistem manajemen terbuka yaitu kepala sekolah menerima saran, kritik yang muncul dari semua pihak lingkungan baik dari guru, karyawan serta siswa. Manajemen terbuka ini memberikan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 84 685. 686. 687. kewenangan kepada para guru untuk memberika saran bahkan kritik yang membangun bagi sekolah. Kedua: Kepala sekolah juga menerapkan pembagian tugas dan tanggungjawab dengan para guru agar guru yang terlibat lebih memahami tugasnya masing-masing dan diharapkan adanya kerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ketiga: Kepala sekolah menerapkan hubungan vertikal ke bawah yaitu kepala sekolah menjalin hubungan baik terhadap semua bawahan yaitu kepada guru dan karyawan hal ini dilakukan agar mereka bersedia melaksanakan tugastugas dengan sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan tanggung jawab kepada pimpinan, tugas dan tempat kerja. Kepala sekolah juga melakukan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan daya kreasi, inisiatif yang tinggi untuk mendorong semangat bawahannya. Keempat: Kepala sekolah melakukan pemetaan program-program kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja guru seperti: kegiatan briefing, penghargaan bagi guru yang berprestasi, peningkatan kesejahjetraan guru, peningkatan SDM, memberikan pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian secara personel, workshop, outbond. Melalui program-program tersebut maka diharapkan guru-guru mampu mengembangkan proses kerjanya dan mampu menghasilkan output yang baik sesuai program yang diselenggarakan. Kelima: Kepala sekolah melakukan pengawasan yang bersifat continue dan menyeluruh yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aspek antara lain: personel, pelaksanaan kegiatan, material dan hambatanhambatan. Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan pada tujuan sekolah, agar pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan untuk mengetahui hambatan ataupun kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan Keenam: Kepala sekolah melakukan evaluasi meliputi evaluasi terhadap uraian tugas dan evaluasi bukti-bukti dokumen, dengan cara melihat langsung terhadap bukti-bukti tugas yang telah dilakanakan oleh guru kemudian memberikan masukan apabila terdapat kesalahan atau kurang sesuai dengan kriteria yang diharapakan. Kepala sekolah memberikan solusi terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam melakukan tugasnya. (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000: 26). Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting. Dikatakan sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan program pelaksanaan pendidikan di setiap sekolah (Purwanto, 1998: 43). Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 113). Kepala sekolah yang profesional akan memberikan dampak positif antara lain terhadap efektivitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tanaga kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 85 688. 689. 690. 691. 692. 693. 694. responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas (Mulyasa, 2003: 89). Kepemimpinan mempunyai peranan sentral dalam dinamika kehidupan organisasi. Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi (Arifin, 2004: 23). Kepemimpinan yang efektif bukanlah sebuah ”idealisme” yang tak pernah tercapai. Sebaliknya kepemimpinan yang efektif dapat dicapai dengan cara berpegang pada usaha tertentu maupun faktor faktor kunci yang dapat memberikan dampak tertentu atas gaya kepemimpinan yang dipilih. Karena kepemimpinan selalu berhadapan dengan faktor manusia sebagai sentral bagi kelangsungan organisasi, maka ia semestinya berusaha memahaminya sebagai individu yang punya krakteristik berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lainnya (Burhanudin, 1994: 124). Kepemimpinan/Keahlian atau kemampuan dasar sebagai kelompok kemampuan yang harus dimiliki oleh tingkat pemimpin yang mencakup: technical, human dan conceptual skill (the basic and developable skills). 1) Technical skill yaitu kecakapan spesifik tentang proses, prosedur, atau teknikteknik yang merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis halhal yang khusus. Technical skills menunjukkan kecakapan yang berhubungan dengan barang, sedangkan 2) Human skills menunjukkan keterampilan dengan orang atau manusia. Human skills yaitu kecakapan pemimpin untuk bekerja secara efektif sebagai anggota kelompok yang dipimpinnya. 3) Conceptual skill yaitu kemampuan pemimpin melihat organisasi sebagai satu keseluruhan (Tracey (1999) dalam Wahjosumidjo, 2004: 386). Kepemimpinan/Sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: a. Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpinnya. b. Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh. c. Mantap dalam kelancaran berbicara. d. Mantap berpikir dan emosi. e. Mempunyai dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin. f. Memahami kepentingan tentang kerjasama (Koontz dan O’Donnell, 1990: 21). Kepemimpinan/Tidak semua pemimpin akan dapat mempengaruhi dan menggerakkan orang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, sebab orang lain baru dapat dipengaruhi/digerakkan jika: a. Ada kemampuan pada pemimpin untuk menggunakan teknik kepemimpinan. b. Ada sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu sifat-sifat kepemimpinan yang mempengaruhi jiwa orang-orang sehingga kagum dan tertarik pada pemimpin tersebut (Abdulrachman, 2004:16). Kepemimpinan/Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis, Laissez faire (Purwanto, 1992: 4850). Kepribadian bahasa inggrisnya adalah “personality” yang berasal dari bahasa Yunani “per” dan “sconare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut (Sukmadinata, 2005: 136). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 86 695. 696. 697. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami keguncangan jiwa (tingkat menengah) (Zakiyah Darajat dalam Syah, Muhibbin: 225-226). Kepribadian yang mantap dan berkeyakinan ini menekankan pada tiga hal yang merupakan landasan gaya kepribadiannya : kebenaran, tanggungjawab, dan kehormatan. Senantiasa dalam segala hal, dia berusaha untuk melakukan apa yang benar, untuk bertanggung jawab dan mendapat kehormatan dari keluarga, teman, dan hubungan lainnya. Kepribadian ini memperjuangkan hal-hal yang diyakini benar secara tenang, tapi ulet bahkan secara keras kepala. Namun demikian, kekeraskepalaan ini dilunakkan oleh ketenangan dan kemampuannya untuk menyelami dan ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dia adalah orang yang dapat meyakinkan, mahir dalam mendapatkan bantuan orang lain dan dalam mengejar cita-citanya, sekalipun ia akan berusaha untuk menyadari kehadiran orang lain itu, perasaan, dan kebutuhannya. Kepribadian ini menghendaki bersikap ramah tamah dan dalam kebanyakan hal, ia memang ramah tamah; tindakan kasar dan ketidak perdulian bukanlah gayanya. Ia dapat bersikap kompetitif, tapi dia melakukannya tidak berlagak dan bernada merendahkan, hingga mengurangi sikap agresifnya dan memberi kesan menyenangkan (George G. Young dalam Sunar P., 2008: 215). Kepribadian/Empat makna dari rumusan kepribadian menurut Allport, yaitu: a. Kepribadian merupakan suatu organisasi. Pengertian organisasi merujuk kepada suatu kondisi atau keadaan yang kompleks, mengandung banyak aspek, banyak hal yang harus diorganisasi. Organisasi juga punya makna bahwa sesuatu yang diorganisasi itu memiliki sesuatu cara atau sistem pengaturan, yang menunjukan sesuatu pola hubungan fungsional. Didalam organisasi kepribadian itu memiliki sesuatu cara pengaturan atau pola hubungan tersebut adalah cara dan pola tingkah laku. Keseluruhan pola tingkah laku individu membentuk satu aturan atau sistem tertentu yang harmonis. b. Kepribadian bersifat dinamis. Kepribadian individu bukan sesuatu yang statis, menetap, tidak berubah, tetapi kepribadian tersebut berkembang secara dinamis. Perkembangan manusia berbeda dengan binatang yang statis, yang megikuti lingkaran tertutup, perkembangan manusia dinamis membentuk suatu lingkaran terbuka atau spiral. Meskipun pola-pola umumnya sama tetapi selalu terbuka kesempatan untuk pola-pola khusus baru. Dinamika kepribadian individu ini, bukan saja dilator belakangi oleh potensi-potensi yang dimilikinya, tetapi sebagai makhluk sosial mansuai selalu berinteraksi dengan lingkunganya, dengan manusia lain. Lingkungan manusia juga selalu berada dalam perubahan dan perkembangan. c. Kepribadian meliputi aspek jasmaniah dan rohaniah. Kepribadian adalah suatu sistem psikofisik, yaitu suatu kesatuan antara aspek-aspek fisik dengan psikis. Kepribadian [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 87 698. 699. 700. 701. 702. bukan hanya terdiri atas aspek psikis, tetapi keduanya membentuk satu kesatuan. Kalau individu berjalan, maka berjalan bukan hanya dengan kakinya tetapi dengan seluruh aspek kepribadiannya. Bukan kaki yang berjalan tetapi individu. Demikian pula kalau individu itu berbicara, berfikir, melamun, dan sebagainya, yang melakukan semua perbuatan itu adalah individu. d. Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya. Kepribadian individu bukan sesuatu yang berdiri sendiri, lepas dari lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Ia adalah bagian dari lungkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya. Interaksi atau penyesuaian diri individu dengan lingkungannya bersifat unik, atau khas, yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya (Sukmadinata, 2005: 138-139). Kepribadian/Inti mengenai kepribadian adalah sebagai berikut: a. Bahwa kepribadian itu merupakan suatu kebetulan yang terdiri dari aspek-aspek jasmaniah dan rohaniah b. Bahwa kepribadian seseorang itu bersifat dinamik dalam hubunganya dengan lingkungan. c. Bahwa kepribadian seseorang itu berkembang dengan dipengaruhi faktor-faktor yang berasal dari dalam dan luar (Baharuddin, 2007: 209). Kepribadian/Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspekaspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap (Syah, Muhibbin, 2008: 225). Kepsek/4 tipe supervise kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu supervisi yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi yang bersifat konstruktif, supervise yang bersifat kreatif (Briggs dalam Lazaruth, 1988: 33). Kepsek/Ada enam kompetensi kepala sekolah yang dinyatakan sebagai berikut. 1. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah 2. Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah dan program pengajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan staf. 3. Menjamin bahwa manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif. 4. Bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat. 5. Memberi contoh (teladan) tindakan berintegritas. 6. Memahami, menanggapi, dan mempengaruhi lingkungan politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih luas (Dharma (2003) diadaptasi dari CCSSO, 2002). Kepsek/Adapun syarat kepala/madrasah adalah sebagai berikut: a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 88 703. 704. 705. terutama disekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya. c. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifatsifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan. d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terumata mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya. e. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya (Daryanto, 1998: 92). Kepsek/Aspek penting peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam memberdayakan guru mengharuskan para kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan: a. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu statistik dan kontrol proses. b. Memilih untuk meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana cara mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya mereka bersikap. c. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen mereka. d. Menanyakan pendapat staf tentang sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan, pelajar, orang tua, dan partner kerja. e. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan pendekatan manajemen top down. f. Memindahkan tanggungjawab dan kontrol pengembangan tenaga professional langsung kepada guru dan pekerja teknis. g. Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu di antara tiap orang yang terlibat di sekolah. h. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik. i. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa rendah diri. j. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun tim, manajemen proses, pelayanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan. k. Memberikan teladan yang baik dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat-lihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainya. l. Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos. m. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko. n. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal (pelajar, orang tua, dan lainnya), dan kepada para pelanggan internal (pengajar, guru, dan pekerja lainnya) (Spanbauer dalam Sallis (2006: 176-177). Kepsek/Banyak sekolah-sekolah jelek dengan kepala sekolah yang baik, tetapi tidak ada sekolah yang baik dengan kepala sekolah yang jelek (Ronald Edmonds dalam Permadi,1999: 30). Kepsek/Beberapa prinsip yang dapat diterapakan kepala sekolah untuk mendorong guru agar mau dan mampu meningkatkan motivasi kerja yaitu: 1). Kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan 2). Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan tentang hasil setiap pekerjaannya. 3). Pemberian hadiah lebih baik dari ada hukuman, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 89 706. 707. 708. 709. 710. 711. maupun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 4). Memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikannya, sehingga setiap pegawai memperoleh kepuasaan dan penghargaan (Yunus, 2007: 40). Kepsek/Dalam bidang pendidikan, kebijaksanaan desentralisasi harus dapat menjawab masalah kemerosotan kualitas pendidikan yang disebabkan ketidakmampuan organisasi sekolah guna menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan lingkungan Karena itu agar wewenang dan tanggung jawab yang dilimpahkan dapat dijalankan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah yang kompeten sehingga dapat bekerja secara maksimal (Zamroni 2003: 85). Kepsek/Dalam dunia kerja, iklim profesional harus berdasarkan sistem “merit”, yaitu sistem promosi, pengupahan, rekrutmen tenaga kerja didasarkan pada prestasi (achievement) nyata tidak semata-mata pada “ijazah” atau simbol-simbol status lainnya. Sistem promosi maupun kompensasi atas dasar prestasi kerja dapat memacu karyawan, tidak terkecuali kepala sekolah dan guru untuk bekerja lebih kompetitif. Menyadari arti penting kompensasi dalam meningkatkan kinerja (Suryadi dan Tilaar, 2004: 155) Kepsek/Dalam inovasi pendidikan kepala sekolah dan guru adalah sumber inovasi yang penting. Perasaan dan persepsi merekalah yang harus menjadi data-data dasar inovasi. Pengalaman merekalah yang harus dihayati, dan pada akhirnya guru dan kepala sekolah itu sendiri harus turut serta dalam membuat keputusan-keputusan inovasi dalam menaikkan mutu pendidikan (Imat R. Amidjaya dalam Permadi, 1999: 28). Kepsek/Dalam inovasi pendidikan kepala sekolah dan guru adalah sumber inovasi yang penting. Perasaan dan persepsi merekalah yang harus menjadi data-data dasar inovasi. Pengalaman merekalah yang harus dihayati, dan pada akhirnya guru dan kepala sekolah itu sendiri harus turut serta dalam membuat keputusan-keputusan inovasi dalam menaikkan mutu pendidikan (khususnya di sekolah dasar) (Imat R Amidjaya dalam Permadi, 1999: 28). Kepsek/Dalam rangka profesionalisasi jabatan kepala sekolah, tersedianya standar kompetensi kepala sekolah menjadi hal yang sangat pokok dan penting, di samping beberapa prasyarat atau hal lain yang juga penting, yaitu yang berkaitan dengan penyelenggaraan program sertifikasi dan mekanisme pengangkatan kepala sekolah. Pentingnya standar kompetensi kepala sekolah tersebut tidak saja sebagai dasar peningkatan kualifikasi kompetensi kepala sekolah akan tetapi juga sebagai alat pengendalian mutu (quality control instrument). Tersedianya seperangkat kompetensi kepala sekolah yang baku merupakan suatu keharusan dalam era otonomi di mana salah satu pilar utama dalam membangun akuntabilitas adalah adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya (Nurdin, 2001: 6). Kepsek/Fungsi dan peran kepala sekolah: (1) Sebagai pendidik (educator): a) Prestasi sebagai guru mata pelajaran. Seorang kepala madrasah dapat [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 90 712. 713. melaksanakan program pembelajaran dengan baik. b) Kemampuan dalam membimbing guru dalam melaksanakan tugas. c) Mampu memberikan alternatif pembelajaran yang efektif. d) Kemampuan dalam membimbing karyawan dalam melaksanakan tugas sebagai tata usaha, pustakawaan, laboratorium, dan bendaharawan. e) Kemampuan membimbing stafnya lebih berkembang secara pribadi dan profesinya. f) Kemampuan membimbing bermacam-macam kegiatan kesiswaan. g) Kemampuan belajar mengikuti perkembangan IPTEK dalam forum diskusi, bahan referensi dan mengikuti perkembangan ilmu melalui media elektronika. (2) Sebagai manajer: a) Kemampuan menyusun program secara sistematis, periodik dan kemampuan melaksanakan program yang dibuatnya secara skala prioritas. b) Kemampuan menyusun organisasi personal dengan uraian tugas sesuai dengan standar yang ada. c) Kemampuan menggerakkan stafnya dan segala sumber daya yang ada serta lebih lanjut memberikan acuan yang dinamis, dalam kegiatan rutin dan kontemporer. (3) Sebagai administrator: a) Kemampuan mengelola semua perangkat KBM secara sempurna dengan bukti data administrasi yang akurat. b) Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, dan administrasi persuratan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (4) Sebagai supervisor: a) Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan di lembaganya dan dapat melaksanakan dengan baik. b) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru dan karyawan. c) Kemampuan memanfaatkan kinerja guru/karyawan untuk pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. (5) Sebagai pemimpin (leader)38: a) Memiliki kepribadian yang kuat. b) Memahami semua personalnya yang memiliki kondisi yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lain. c) Memilki upaya untuk peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan. d) Mau mendengar kritik/usul/saran yang konstruktif dari semua pihak yang terkat dengan tugasnya baik dari staf, karyawan atau siswanya sendiri. e) Memiliki visi dan misi yang jelas dari lembaga yang dipimpinnya. f) Kemampuan berkomuninikasi dengan baik, mudah dimengerti, teratur, sistematis kepada semua pihak. g) Kemampuan menciptakan hubungan kerja yang harmonis. membagi tugas secara merata dan dapat diterima oleh semua pihak. (6) Sebagai innovator: a) Memiliki gagasan baru (proaktif) untuk inovasi kemajuan dan perkembangan madrasah. b) Kemampuan mengimplementasikan ide yang baru tersebut dengan baik, ide yang baik tersebut berdampak positif ke arah kemajuan. c) Kemampuan mengatur lingkungan kerja sehingga kondusif (pengaturan tata ruang kantor, kelas, perpustakaan, halaman, interior, musholla atau masjid) untuk bertugas dengan baik (Marno, 2007: 61-65). Kepsek/Fungsi kepala sekolah sebagai administrator pendidikan, yaitu: 1) perencanaan, 2) organisasi, 3) bimbingan/pengarahan, 4) koordinasi, 5) pengawasan, dan 6) komunikasi (Nawawi, 1991: 14). Kepsek/Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan sebagai berikut: a. memiliki visi mutu terpadu bagi institusi; b. memiliki [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 91 714. 715. 716. 717. 718. komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu; c. mengkomunikasikan pesan mutu; d. memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi; e. mengarahkan perkembangan karyawan; f. berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain tanpa bukti-bukti yang nyata; g. memimpin inovasi dalam institusi; h. mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikn tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat; i. memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural; j. mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan (Sallis, 2006: 173-174). Kepsek/Kedudukan kepala sekolah adalah kedudukan yang cukup sulit. Pada satu pihak ia adalah orang atasan karena ia diangkat oleh atasan. Tetapi pada lain pihak ia adalah wakil guru-guru atau stafnya (Soewadji Lazaruth, 1988: 20). Kepsek/Kepala madrasah adalah orang yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan perjalanan sekolah sebagai orang yang berada di tataran paling atas, kepala madrasah dituntut untuk mampu mengendalikan sekolah, baik ke dalam maupun keluar. Ke dalam artinya kepala madrasah harus bertanggungjawab untuk memberdayakan guru, staf sekolah dan tenaga lainnya. Adapun keluar artinya kepala sekolah mampu berkomunikasi serta melibatkan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah. Selain itu, juga bertanggungjawab secara kedinasan ke atasnya (Sulhan, 2006: 101). Kepsek/Kepala sekolah adalah manajer pendidikan tingkat sekolah dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Kepala sekolah memegang peran paling penting untuk keberhasilan implementasi manajemen berbasis sekolah, dan oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kemampuan manajerial yang profesional dalam mengelola sekolahnya (Hadiyanto, 2004: 55). Kepsek/Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana ( Slamet, 2000: 46). Kepsek/Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru dengan: Pertama: menetapkan sistem manajemen terbuka yaitu kepala sekolah menerima saran, kritik yang muncul dari semua pihak lingkungan baik dari guru, karyawan serta siswa. Manajemen terbuka ini memberikan kewenangan kepada para guru untuk memberika saran bahkan kritik yang membangun bagi sekolah. Kedua: Kepala sekolah juga menerapkan pembagian tugas dan tanggungjawab dengan para guru agar guru yang terlibat lebih memahami tugasnya masing-masing dan diharapkan adanya kerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ketiga: Kepala sekolah menerapkan hubungan vertikal ke bawah yaitu kepala sekolah menjalin hubungan baik terhadap semua bawahan yaitu kepada guru dan karyawan hal ini dilakukan agar mereka bersedia melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan tanggung jawab kepada pimpinan, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 92 719. 720. 721. 722. tugas dan tempat kerja. Kepala sekolah juga melakukan pendekatanpendekatan untuk meningkatkan daya kreasi, inisiatif yang tinggi untuk mendorong semangat bawahannya. Keempat: Kepala sekolah melakukan pemetaan program-program kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja guru seperti: kegiatan briefing, penghargaan bagi guru yang berprestasi, peningkatan kesejahjetraan guru, peningkatan SDM, memberikan pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian secara personel, workshop, outbond. Melalui program-program tersebut maka diharapkan guru-guru mampu mengembangkan proses kerjanya dan mampu menghasilkan output yang baik sesuai program yang diselenggarakan. Kelima: Kepala sekolah melakukan pengawasan yang bersifat continue dan menyeluruh yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aspek antara lain: personel, pelaksanaan kegiatan, material dan hambatan-hambatan. Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan pada tujuan sekolah, agar pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan untuk mengetahui hambatan ataupun kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Keenam: Kepala sekolah melakukan evaluasi meliputi evaluasi terhadap uraian tugas dan evaluasi bukti-bukti dokumen, dengan cara melihat langsung terhadap bukti-bukti tugas yang telah dilakanakan oleh guru kemudian memberikan masukan apabila terdapat kesalahan atau kurang sesuai dengan kriteria yang diharapakan. Kepala sekolah memberikan solusi terhadap hambatanhambatan yang dihadapi oleh guru dalam melakukan tugasnya (Suyanto dan Hisyam, 2000: 26). Kepsek/Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM) (Dinas Pendidikan dalam Mulyasa, 2004: 98). Kepsek/Kepala sekolah harus memahami dan menggunakan berbagai asas organisasi yang meliputi “(1) kejelasan tujuan, (2) pembagian kerja, (3) kesatuan perintah, (4) koordinasi, (5) reentangan kontrol, dan (6) kelentukan (Hadari Nawawi, 1982: 93). Kepsek/Kepala sekolah merupakan penanggung jawab pertama dan utama dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah bersama dengan guru-guru sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran siswa. Kepemimpinan pendidikan kepala sekolah merupakan tumpuan keberhasilan manajemen sekolah (Suderadjat (2005: 18). Kepsek/Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif berikut ini. a. Visi dan Simbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, para pelajar, dan kepada komunitas yan lebih luas. b. MBWA adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi. c. Untuk para pelajar. Istilah ini sama dengan “dekat dengan pelanggan”. Ini memastikan bahwa institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya. [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 93 723. 724. 725. 726. 727. 728. 729. d. Otonomi, eksperimentasi, dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi di antara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut. e. Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan di antara para pelajar, orang tua, guru, dan staf institusi. f. Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme adalah sifatsifat yang merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan (Petters dan Austin dalam Sallis, 2006: 170-171). Kepsek/Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 113). Kepsek/Kepala sekolah sebagai supervisor memegang peranan yang sangat penting dalam: a). Membimbing guru agar dapat memahami lebih jelas masalah atau persoalan-persoalan dan kebutuhan murid, serta membantu guru dalam mengatasi suatu persoalan. b). Membantu guru dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar. c). Memberi bimbingan yang bijaksana terhadap guru baru dengan orientasi. d). Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan sifat materinya. e). Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi dalam pelaksanaan tugas sekolah pada seluruh staf. f). Memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis (Soetopo dan Soemanto, 1984: 55). Kepsek/Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai motor penggerak sekaligus penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan cara pencapaian tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan (Mulyasa, 2004: 126). Kepsek/Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai motor penggerak sekaligus penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan cara pencapaian tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan (Mulyasa, 2004:126). Kepsek/Keterampilan konseptual kepala sekolah meliputi: (1) kemampuan analisis, (2) kemampuan berpikir rasional, (3) ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi, (4) mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecenderungan, (5) mampu mengantisipasi perintah, dan 6) mampu menganalisis macam-macam kesempatan dan problem-problem social (Wahjosumidjo, 2003: 101). Kepsek/Keterampilan manusiawi kepala sekolah meliputi: (1) kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerjasama, (2) kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku, (3) kemampuan untuk berkounikasi secara jelas dan efektif, (4) kemampuan menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis, dan (5) mampu berperilaku yang dapat diterima (Wahjosumidjo, 2003: 101). Kepsek/Keterampilan teknis kepala sekolah meliputi: (1) menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus, dan (2) kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus (Wahjosumidjo, 2003:101). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 94 730. Kepsek/Kompetensi yang diperlukan dalam penerapan manajemen mutu terpadu untuk pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah adalah sebagai berikut: a. Visi, yaitu (1) kemampuan mengajukan tujuan dan sasaran sesuai keinginan sekolah, (2) kemampuan untuk melaksanakan kebutuhan sementara dalam situasi tertentu, (3) kemampuan memprediksi kebutuhan sesuai tugas, (4) menghasilkan keaslian, mengungkapkan imajinasi untuk mengidentifikasi tugas, dan (5) kemampuan mendemonstrasikan suatu kesadaran tentang dimensi nilai dan kesiapan terhadap tantangan asumsi. b. Keterampilan perencanaan, yaitu (1) kemampuan merencanaan pencapaian target, (2) kemampuan menilai urutan alternatif strategis sebelum pelaksanaan suatu rencana, (3) kemampuan menyadari jadwal yang sesuai, (4) kemampuan menentukan prioritas, (5) kemampuan menganalisis elemen penting, dan (6) kemampuan mengembangkan secara detail dan urutan logis rencana untuk mencapai sasaran. c. Berpikir kritis, yaitu: (1) kemampuan berpikir analitis dan kritis, (2) kemampuan menerapkan konsep dan prinsip, dan (3) kemampuan membedakan berpikir rutin dan berpikir analitis. d. Keterampilan kepemimpinan, yaitu: (1) kemampuan mengarahkan tindakan dari semua orang menuju sasaran yang disepakati, (2) menstruktur interaksi untuk menjangkau tujuan, (3) memimpin penyebaran secara efektif semua sumber daya, (4) keinginan menerima tanggungjawab untuk tindakan secara bersama dan untuk mencapai tujuan, dan (5) kemampuan bertindak secara meyakinkan dalam situasi yang sesuai. e. Keteguhan hati, yaitu (1) kesiapan membuat suatu urutan strategi untuk mencapai solusi masalah, (2) kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu komitmen terhadap tugas, dan (3) kamampuan untuk mengenali kapan iklim yang diperlukan memberikan respon yang fleksibel. f. Keterampilaan mempengaruhi, yaitu: (1) kemampuan untuk memberikan pengaruh atas yang lain dengan tindakan atau keteladanan, (2) kemampuan untuk memperoleh keterlibatan yang lain dalam proses manajemen, (3) membujuk staf untuk menyeimbangkan kebutuhan individual dan kebutuhan organisasi, dan (4) membujuk personel untuk memperhatikan keluasan berbagai pilihan. g. Keterampilan hubungan interpersonal, yaitu : (1) kemampuan membangun dan memelihara hubungan positif, (2) kemampuan merasakan kebutuhan, perhatian dan keadaan pribadi dari orang lain, (3) kemampuan mengenali dan menyelesaikan konflik, (4) kemampuan menggunakan keterampilan dan mendengarkan secara efektif, (5) kemampuan memberitahukan, menginterpratasi, merespon prilaku nonverbal, (6) kemampuan menggunakan secara efektif urutan komunikasi lisan dan tulisan, dan (7) kemampuan memberikan umpan balik yang sesuai dalam suasana yang sensitif. h. Percaya diri, yaitu: (1) kemampuan untuk merasa yakin akan potensi pribadi dan penilaian, (2) kemampuan mendemonstrasikan prilaku tegas tanpa menggerakkan permusuhan, (3) kemampuan menyusun dan menerima umpan balik dari kinerja seseorang dan gaya manajemen, (4) kemampuan menyampaikan tantangan kepada orang lain agar menata sikap percaya diri mereka, dan (5) kemampuan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 95 731. 732. menyampaikan umpan balik untuk mengembangkan percaya diri. i. Pengembangan, yaitu: (1) kemampuan untuk secara aktif menemukan cara mengembangkan kemampuan pribadi, (2) kemampuan mendemonstrasikan suatu pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri yang lain, (3) kemampuan secara aktif menatap peluang untuk menangani pertumbuhan dalam diri dan yang lain, (4) kemampuan untuk memasuki pengembangan kebutuham. (5) kemampuan melakukan rancangan, melaksanakan dan mengevaluasi program pengembangan, dan (6) kemampuan untuk mengimplementasikan iklim yang kondusf dan positif untuk pertumnuhan dan pengembangan organisasi. j. Empati, yaitu: (1) kemampuan mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan kelompok dan kebutuha seorang anggota, (2) kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi dalam suasana yang konstruktif, dan (3) kemampuan menyatakan hal yang sensitif untuk mempengaruhi keputusan bagi yang lain. k. Toleransi terhadap stres, yaitu (1) kemampuan menyatakan prilaku yang sesuai dalam keadaan stres, (2) kemampuan mendemonstrasikan ketabahan/ ulet dalam situasi tertekan, (3) kemampuan menyisakan secara efektif suatu tingkat pekerjaan, (4) kemempuan memelihara keseimbangan antara beberapa prioritas, dan (5) kemampuan memperhitungkan tingkatan dari stres orang lain (Hoy, dkk.dalam Syafaruddin 2002: 63-66). Kepsek/Kualifikasi pribadi yaitu serangkaian sifat atau watak yang harus dimiliki kepala sekolah yang meliputi: 1) Mental, unggul dalam intelegensi, mampu memberikan pertimbangan individu yang bagus, memiliki kecakapan dalam menghadapi persoalan-persoalan abstrak, kecakapan menghadapi, dan bekerjasama dengan orang lain, kesanggupan untuk mempengaruhi orang lain, unggul didalam kemampuan menulis dan berbicara. 2) Fisik, stamina fisik yang sangat penting agar mampu memenuhi tuntutan tugas. Kesiagaan, energik dan antusiasme sehari-hari memerlukan kesehatan prima. 3) Emosi, sepantasnya pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan memiliki daya tahan atau bersikap sabar terhadap kegagalan atau hambatan. 4) Berwatak sosial. 5) Kepribadian (personality), seorang pemimpin dikatakan memiliki kepribadian apabila pemimpin atau kepala sekolah selalu bersikap dan berperilaku; berpikir dan berbuat secara sistematik dan teratur, harus mengetahui modal atau asset yang dimilikinya dengan segala keterbatasannya; selalu sadar, simpatik dan loyal dengan bawahannya; cukup yakin untuk menghindarkan tuntutan bawahan sejalan terhadap kemauan; cukup matang untuk tidak merasa atau menjadi kecil dalam menghadapi gertakan atau kritik, membuat senang bawahan, menolong bawahan sehingga merasa memperoleh kemudahan, memberikan dorongan dan menerima bawahan, menciptakan satu lingkungan yang dapat dipercaya, keterbukaan dan rasa hormat terhadap individu (Menurut Tracey (1999), seperti yang dikutip oleh Wahjosumidjo, 2004: 387). Kepsek/Kualifikasi pribadi yaitu serangkaian sifat atau watak yang harus dimiliki kepala sekolah yang meliputi: 1) Mental, unggul dalam intelegensi, mampu memberikan pertimbangan individu yang bagus, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 96 733. 734. 735. memiliki kecakapan dalam menghadapi persoalan-persoalan abstrak, kecakapan menghadapi, dan bekerjasama dengan orang lain, kesanggupan untuk mempengaruhi orang lain, unggul didalam kemampuan menulis dan berbicara. 2) Fisik, stamina fisik yang sangat penting agar mampu memenuhi tuntutan tugas. Kesiagaan, energik dan antusiasme sehari-hari memerlukan kesehatan prima. 3) Emosi, sepantasnya pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan memiliki daya tahan atau bersikap sabar terhadap kegagalan atau hambatan. 4) Berwatak sosial. 5) Kepribadian (personality), seorang pemimpin dikatakan memiliki kepribadian apabila pemimpin atau kepala sekolah selalu bersikap dan berperilaku; berpikir dan berbuat secara sistematik dan teratur, harus mengetahui modal atau asset yang dimilikinya dengan segala keterbatasannya; selalu sadar, simpatik dan loyal dengan bawahannya; cukup yakin untuk menghindarkan tuntutan bawahan sejalan terhadap kemauan; cukup matang untuk tidak merasa atau menjadi kecil dalam menghadapi gertakan atau kritik, membuat senang bawahan, menolong bawahan sehingga merasa memperoleh kemudahan, memberikan dorongan dan menerima bawahan, menciptakan satu lingkungan yang dapat dipercaya, keterbukaan dan rasa hormat terhadap individu (Tracey (1999) dalam Wahjosumidjo, 2004: 387). Kepsek/Kualitas kepala sekolah (pengalaman kerja, pendidikan, kemampuan profesional) memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa (Suryadi dan Tilaar, 2004: 126). Kepsek/Kunci keberhasilan inovasi ada pada kepala sekolah, karena berpeluang besar untuk menciptakan suasana agar upayaupaya inovatif di lingkungan sekolah menjadi mungkin untuk dilaksanakan dalam rangka profesionalisasi guru. Peranan kepala sekolah yang amat esensial dalam penyelenggaraan inovasi atau upaya pembaharuan pada tingkat institusi terletak lebih pada peranan kepala sekolah sebagai pemimpin daripada sebagai manajer. Secara konsepsional tindak kepemimpinan kepala sekolah hendaknya mengarah pada terciptanya kesetimbangan yang dinamis (dynamic equilibrium) yang menuju pada kemajuan sekolah. Sedangkan tindak manajerial kepala skeolah hendaknya tertuju pada sistem sekolah. Jadi kemampuan sekolah untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan amat bergantung pada peran kepemimpinan kepala sekolah (Permadi, 1999: 109). Kepsek/Kunci keberhasilan inovasi ada pada kepala sekolah, karena berpeluang besar untuk menciptakan suasana agar upayaupaya inovatif di lingkungan sekolah menjadi mungkin untuk dilaksanakan dalam rangka profesionalisasi guru. Peranan kepala sekolah yang amat esensial dalam penyelenggaraan inovasi atau upaya pembaharuan pada tingkat institusi terletak lebih pada peranan kepala sekolah sebagai pemimpin daripada sebagai manajer. Secara konsepsional tindak kepemimpinan kepala sekolah hendaknya mengarah pada terciptanya kesetimbangan yang dinamis (dynamic equilibrium) yang menuju pada kemajuan sekolah. Sedangkan tindak manajerial kepala skeolah hendaknya tertuju pada [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 97 736. 737. 738. 739. 740. 741. 742. sistem sekolah. Jadi kemampuan sekolah untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan amat bergantung pada peran kepemimpinan kepala sekolah (Permadi, 1999: 109). Kepsek/Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan berdampak positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi sekolah. Agar motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam organisasi sekolah maka perlu diketahui faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi motivasi kerja itu. Faktor-faktor itu meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan. (Wahjosumidjo, 2001: 42). Kepsek/Mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah (Mortimer J Adler dalam Dadi Permadi, 1999: 24). Kepsek/Pembinaan kepala sekolah sebagai supervisor kepada guru-guru adalah membantu dalam pengembangan kurikulum, pengorganisasian pengajaran, pemenuhan fasilitas belajar. Produktivitas akan meningkat jika guru-guru mendapatkan pembinaan yang baik dan memiliki etos kerja yang kuat (Sucipto & Mukti (Zahera, 1998: 118). Kepsek/Pengangkatan seseorang dalam jabatan kepala sekolah dilakukan melalui seleksi yang ketat, adil (fair), dan transparan dengan mengutamakan kapasitas kepemimpinan yang bersangkutan. Harus dihindari pengangkatan kepala sekolah yang hanya didasarkan atas lamanya masa kerja atau pertimbngan-pertimbangan yang tidak berkaitan dengan tujuan peningkatan mutu dan pemberdayaan sekolah (Jalal dan Supriadi, 2001: 286). Kepsek/Peran dan fungsi kepala sekolah ke dalam empat peran, yaitu: (1) kepala sekolah sebagai pejabat formal, (2) kepala sekolah sebagai manajer, (3) kepala sekolah sebagai pemimpin, dan (4) kepala sekolah sebagai pendidik. Sementara Mulyasa (2003: 98-120) meramu peran kepala sekolah menjadi tujuh dengan singkatan EMASLIM, yaitu kepala sekolah sebagai: (1) educator, (2) manager, (3) administrator, (4) supervisor, (5) leader, (6) innovator, dan (7) motivator (Wahjosumidjo, 2001: 84-123). Kepsek/Peran dan fungsi kepala sekolah yaitu: 1) Merencanakan, menyusun, membimbing, dan mengawasi kegiatan administrasi pendidikan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan. 2) Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan dari unit-unit kerja yang ada dilingkungan sekolah. 3) Menjalin hubungan dan kerjasama dengan orang tua siwa, lembagalembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, dan masyarakat. 4) Melaporkan pelaksanaan dan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan administrasi disekolah kepada atasannya (Soetjipto dan Kosasi, 1994: 220). Kepsek/Persyaratan kepala sekolah yang berkualitas baik adalah flexibility in autonomy and innovation (luwes dalam hal otonomi dan inovasi); [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 98 743. 744. 745. 746. 747. 748. cohesiveness within organization (menyatu dalam organisasi); commitment to school mission (terikat kepada misi sekolah); recognition of staff (menghargai staf); problem solving through collaboration (pemecahan masalah melalui kerja sama); effective delegation (tepat dalam mendelegasikan); dan focus on teaching and learning (tertuju pada belajar mengajar) (Rouche dan Baker dalam Permadi,1999: 25-26). Kepsek/Persyaratan kepala sekolah yangi berkualitas baik adalah luwes dalam hal otonomi dan inovasi; menyatu dalam organisasi; terikat kepada misi sekolah; menghargai staf; pemecahan masalah melalui kerja sama; tepat dalam mendelegasikan; dan tertuju pada belajar mengajar (Rouche dan Baker dalam Permadi, 1999: 25-26). Kepsek/Produktifitas sekolah berkaitan dengan bagaimana mengasilkan lulusan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman (Mulyasa, 2005: 71). Kepsek/Satu tugas kepala sekolah adalah menjadi agen perubahan (change agent) yang mendorong dan mengelola agar semua pihak termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut (Mulyasa, 2006: 181). Kepsek/Sebagai tenaga professional sebelum melaksanakan tugasnya ia harus terlebih dahulu mempelajari kurikulum sekolah itu dan memahami semua program pendidikan yang sedang dilaksanakan (Hamalik, 2003: 35). Kepsek/Secara garis besarnya kepemimpinan sekolah adalah sebagai berikut: a. Dalam pendekatan berbasis mutu, kepemimpinan di sekolah bergantung pada pemberdayaan para guru dan staf lain yang terlibat dalam proses pembelajaran. Para guru diberi wewenang untuk mengambil keputusan sehingga mereka memiliki tanggungjawab yang besar. Mereka diberi keleluasaan dan otonomi untuk bertindak. b. Komitmen jauh lebih penting dari sekedar menyampaikan pidato tahunan tentang betapa pentingnya mutu dalam sekolah. Komitmen menghendaki kemajuan dengan metode dan cara yang baru. Komitmen memerlukan tinjauan ulang terhadap masing-masing dan setiap tindakan. c. Pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang serupa, sehingga melahirkan lingkungan kerja yang interaktif. d. Pemimpin harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami bahwa perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta. e. Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerja sama dalam satu kelompok tim (Spanbauer (Sallis 2006: 174-175) Kepsek/Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugastugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru (Purwanto, 1995: 122). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 99 749. 750. 751. 752. 753. 754. Kepsek/Setiap kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu memilih dan mempersiapkan bentuk organisasi yang sesuai dengan kondisi sekolahnya dan harus berusaha pula menerapkan asas-asas organisasi bilamana menghendaki tujuan secara efektif (Nawawi, 1982: 87). Kepsek/Sumberdaya pendidikan harus dikelola berdasarkan prinsip efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Karena itu, institusi pendidikan hendaknya dikelola oleh pemimpin yang berkualitas dan mengetahui permasalahan pendidikan. Dengan demikian, dalam desentralisasi pengelolaan pendidikan diperlukan kepala sekolah yang berkualitas dalam arti mampu menciptakan transparansi dan akuntabel dalam melaksanakan tugas (Arifin, 2003: 19). Kepsek/Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapakan kepala sekolah untuk mendorong guru agar mau dan mampu meningkatkan motivasi kerja yaitu: 1). Kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan 2). Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan tentang hasil setiap pekerjaannya. 3). Pemberian hadiah lebih baik dari ada hukuman, maupun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 4). Memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikannya, sehingga setiap pegawai memperoleh kepuasaan dan penghargaan (Yunus, 2007: 40). Kepsek/Tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor: Kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa kepala sekolah hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menemukan syarat-syarat mana sajakah yang dapat diperlukan bagi kemajuan sekolahnya, sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah tersebut maksimal mungkin dapat tercapai (Purwanto, 1998: 80). Kepsek/Tugas pokok dan fungsi kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan adalah: a. Perencanaan sekolah/madrasah dalam arti menetapkan sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian. b. Mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat struktur organisasi, menetapkan staf, dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staf. c. Menggerakkan staf dalam arti mmotivasi staf melalui internal markting dan memberikan contoh eksternal marketing. d. Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan dan membimbing semua staf dan warga sekolah. e. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah secara kreatif, dan menghindari serta menanggulangi konflik (Sudrajat, 2005: 121). Kepsek/Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah: 1) Kepala sekolah sebagai pejabat formal: a) Diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku. b) Secara hirarki mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi, dan memiliki bawahan. c) Mempunyai [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 100 755. 756. 757. 758. hak kepangkatan, gaji, dan karier. d) Terikat oleh kewajiban, peraturan, dan ketentuan yang berlaku. e) Berkewajiban dan bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan. 3) Kelapa sekolah sebagai manajer. Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan anggota-anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Kepala sekolah sebagai pemimpin: a) Bertindak arif, bijaksana, adil, dan tidak pilih kasih. b) Memberikan sugesti atau saran. c) Memberikan dukungan. d) Sebagai katalisator. e) Menciptakan rasa aman. f) Harus menjaga integritas penampilan, selalu percaya, dan dihormati. 4) Kepala sekolah sebagai pendidik harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan harkat, nilai-nilai mental, moral, fisik dan artistik 5) Kepala sekolah sebagai supervisor. Supervisi merupakan bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. 6) Kepala sekolah sebagai staf. Keberadaan kepala sekolah di bawah pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung berperan sebagai atasan kepala sekolah (Departemen Pendidikan Nasional, 2000: 4-6). Kepsek/Tugas-tugas kepala sekolah dalam fungsinya sebagai administrator pendidikan meliputi: 1) Bidang administrasi sekolah; 2) Bidang administrasi keuangan; 3) Bidang administrasi peralatan dan perlengkapan serta gedung; 4) Bidang pembinaan kurikulum; 6) Bidang hubungan sekolah dan masyarakat (Lazaruth, 1994: 22). Kepsek/Tugas-tugas pokok kepala sekolah mencakup tujuh bidang, yaitu: 1) Bidang akademik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam dan di luar sekolah. 2) Bidang ketatausahaan dan keuangan sekolah. 3) Bidang kesiswaan. 4) Bidang personalia. 5) Bidang gedung dan perlengkapan sekolah. 6) Bidang peralatan pelajaran. 7) Bidang hjubungan sekolah dan masyarakat (Nawawi, 1996: 91). Kepsek/Tujuh hal yang lebih berupa sikap/perilaku yang harus dimiliki kepala sekolah agar tercipta kehidupan sekolah yang sehat, kondusif, dan menunjang kinerja sekolah, yaitu: (1) memiliki visi yang jelas, (2) lebih mengandalkan pendekatan kolaboratif, (3) responsif dan proaktif dalam menanggapi apa yang terjadi di luar sekolah, (4) keteladanan dan konsisten dalam menegakkan aturan, (5) banyak aktif dan turun ke bawah (management by walking around), (6) banyak memberikan “ganjaran sosial” (social rewards), dan (7) menciptakan berbagai wahana ataupun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan pro-sosial (pro-social skills), keimanan dan ketaqwaan siswa (Supriadi, 1999: 349). Kepsek/Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 2) Kepala sekolah harus berusaha [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 101 759. 760. 761. menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka, yang akan bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. 3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran (Mulyasa 2004: 100). Kepsek/Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 2) Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka, yang akan bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. 3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran (Mulyasa, 2004: 100). Kepsek/Usaha-usaha yang dilakukan kepala sekolah sebagai administrator pendidikan adalah: 1) Membentuk semacam ikatan keluarga sekolah yang bersifat sosial; 2) Membentuk koperasi keluarga personel sekolah; 3) Mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan profesi guru-guru atau pegawai sekolah; 4) Memberi kesempatan dan bantuan dalam rangka pengembangan karier; 5) Mengusulkan dan mengurus kenaikan gaji atau pangkat guru-guru dan pegawai tepat pada waktunya sesuai dengan peraturan yang berlaku (Purwanto, 1998: 112). Kepsek/Usaha-usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku peran dan fungsinya sebagai supervisor adalah: a). Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masingmasing dengan sebaik-baiknya. b). Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. c). Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntuan kurikulum yang sedang berlaku. d). Membina kerjasama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. e). Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka mengikuti penataranpenataran, seminar sesuai bidangnya masing-masing. f). Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan instansi-instansi [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 102 762. 763. 764. 765. 766. 767. 768. 769. dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa (Purwanto, 2002: 119). Kepsesk/Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM) (Dinas Pendidikan dalam E. Mulyasa, 2004: 98). Keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah (Gagne dalam Suherman, 2001:83). Keterampilan konseptual merupakan kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi rumit (Stephen P. Robbins, 2003: 6). Keterampilan manusiawi adalah kemampuan bekerja sama, memahami, dan memotivasi orang lain, baik perorangan maupun dalam kelompok (Robbins, 1996: 6). Keterampilan sosial maksudnya adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain kepada individu-individu yang tidak terampil menjadi terampil berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, baik dalam hubungan formal maupun informal (Ramdhani, 1994). Keterampilan sosial/Life Skill merupakan pemberian keterampilanketerampilan kepada siswa sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk Tuhan. Seseorang yang mempunyai life skill/ keterampilan sosial mempunyai kecakapan yang terdiri dari: 1. Kecakapan Komunikasi. Kecakapan komunikasi adalah kecakapan hidup yang berkaitan dengan keterampilan mengolah dan menyampaikan pesan kepada pihak yang diajak berkomunikasi. Keterampilan ini meliputi: a) Keterampilan meremas atau meramu pesan yang akan disampaikan. 2) Keterampilan menggunakan alat aatu media untuk menyampaikan pesan. c) Keterampilan meyakinkan penerima pesan bahwa informasi atau pesan yang diasampaikan penting dan berharga. Dalam menyampiakan pesan atau informasi bias dilakukan melalui komunikasi lisan atau melalui komunikasi tertulis. 3. Kecakapan Bekerjasama. Kecakapan bekerja sama merupakan kecakapan atau keterampilan individu untuk dapat bekerjasama dan diterima oleh orang lain, baik dalam kelompok kecil, maupun dalam kelompok besar serta ikut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan secara kelompok (Syah, Darwin, 302-303). Keterampilan teknik meliputi kemampuan dalam menerapkan pengetahuan atau keahlian spesialisasi (Stephen P. Robbins (1998:5). Ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal yaitu: 1. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor minimal 65% dari total skor atau nilai 65. 2. Suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar jika dalam kelas tersebut telah terdapat minimal 65% dari jumlah seluruh siswa yang telah mencapai daya serap lebih besar atau sama dengan 65% (Suryosubroto, 1997: 77). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 103 770. 771. 772. 773. 774. 775. Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan tersebut proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin dan tertib. Dengan demikian kewibawaan bukan berarti siswa harus takut kepada guru, melainkan siswa akan taat dan Kinerja/Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan pada 3 kelompok, yaitu kompetensi individu orang yang bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan manajemen (Simanjuntak, 2005: 2). Kinerja/Masalahnya adalah bagaimana menjamin divaritas yang disebabkan oleh adanya konteks lokalitas yang cenderung memunculkan kriteria lokal. Lebih lanjut perlu dipikirkan pengembangan standar kinerja pendidikan yang memenuhi tuntutan keunggulan kompetitif dan komparatif dalam konteks nasional bahkan internasional (Mulyasa (2006: 18). Kinerja/Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor utama yang merupakan kebutuhan, yaitu: 1. Faktor-faktor Pemeliharaan: Merupakan faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah. Kebutuhan ini akan berlangsung terus-menerus, seperti misalnya laparmakan kenyang-lapar. Dalam bekerja, kebutuhan ini misalnya gaji, kepastian pekerjaan dan supervisi yang baik. Jadi faktor-faktor ini bukanlah sebagai motivator, tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan. 2. Faktor Motivasi, faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang sesuai dan lain sebagainya. Kedua faktor tersebut disebut Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) (Herzberg dalam Hakim, 2008: 44). Kinerja/Perbedaan kinerja orang tersebut terjadi karena perbedaan karakteristik dari seseorang seperti perbedaan kemampuan (Maier dalam As’ad, 2001: 48). Kinerja/Tingkat pencapaian pelaksanaan tugas seseorang atau evaluasi kinerja kelompok atau evaluasi kinerja organisasi membutuhkan tolok ukur sebagai alat pembanding atau alat ukur. Tolok ukur dapat berbeda sesuai dengan sifat pekerjaan atau jabatan masing-masing. Beberapa jenis tolok ukur diuraikan di bawah ini: a. Sasaran atau target sebagaimana telah dirumuskan atau dinyatakan dalam rencana kerja. b. Standar umum, baik yang ditetapkan sebagai ketentuan atau pedoman oleh instansi resmi, maupun yang diterima secara konsensus di tingkat nasional atau international. c. Standar yang ditetapkan secara khusus. d. Uraian tugas atau jabatan menggambarkan pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh pejabat yang bersangkutan. e. Misi dan atau tugas pokok organisasi atau unit organisasi menggambarkan apa yang harus dicapai oleh organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu (Simanjuntak, 2005: 3). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 104 776. 777. 778. 779. 780. 781. 782. 783. Kompensasi/Pembagian kompensasi yang digunakan dalam studi ini mengacu pada pendapat Mondy & Noe yang mengemukakan bahwa kompensasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial ada yang bersifat langsung (direct financial compensation), dan tak langsung (indirect financial compensation). Kompensasi finansial langsung terdiri dari gaji, upah, bonus, dan komisi. Kompensasi finansial tak langsung dikenal dengan tunjangan, yakni segala tambahan pendapatan di luar kompensasi finansial langsung. Kompensasi nonfinansial terdiri dari kepuasan yang diterima pegawai (guru) dari pekerjaannya itu sendiri atau dari lingkungan pisik dan atau psikologis di tempat seorang pegawai tersebut bekerja (Mondy & Noe, 1993: 374). Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan sesuatu (Dharma, 2003). Kompetensi dan aspek psikologis yang harus dikuasai atau dimiliki oleh guru yang efektif ke dalam tiga hal pokok, yaitu: 1) penguasaan aspekaspek dikdatik-paedogogik, 2) penguasaan bidang studi yang akan diajarkan, 3) penguasaan metodik atau teknik mengajarkan bidang studi tersebut (Elliot, Kratochwill, Cook, dan Travers dalam M. Furqon Hidayatullah, 2007: 21). Kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan (Surya, 2003:138). Kompetensi kepribadian/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2008: 117). Kompetensi kepribadian/Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah) (Zakiah Darajat dalam Syah, 2000: 225-226). Kompetensi kepribadian/Kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi (Gumelar dan Dahyat, 2002: 127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education). Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi: a. Kemampuan dalam memahami peserta didik, dengan indikator antara lain: (1) Memahami karakteristik perkembangan peserta didik, seperti memahami [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 105 tingkat kognisi peserta didik sesuai dengan usianya; (2) Memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik, seperti mengenali tipe-tipe kepribadian peserta didik, mengenali tahapan-tahapan perkembangan kepribadian peserta didik, dan lainnya; (3) Mampu mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik, mengenali perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik, dan lain sebagainya. b. Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, dengan indikator antara lain: (1) Mampu merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran, seperti mampu menelaah dan menjabarkan materi yang tercantum dalam kurikulum, mampu memilih bahan ajar yang sesuai dengan materi, mampu menggunakan sumber belajar yang memadai, dan lainnya; (2) Mampu merencanakan pengelolaan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, memilih jenis strategi/metode pembelajaran yang cocok, menentukan langkahlangkah pembelajaran, menentukan cara yang dapat digunakan untuk memotivasi peserta didik, menentukan bentuk-bentuk pertanyaan yang akan diajukan kepada pesera didik, dan lainnya; (3) Mampu merencanakan pengelolaan kelas, seperti penataan ruang tempat duduk peserta didik, mengalokasi waktu, dan lainnya; (4) Mampu merencanakan penggunakan media dan sarana yang bisa digunakan untuk mempermudah pencapaian kompetensi, dan lainnya; (5) Mampu merencanakan model penilaian proses pembelajaran, seperti menentukan bentuk, prosedur, dan alat penilaian. c. Kemampuan melaksanakan pembelajaran, dengan indikator antara lain: (1) Mampu menerapkan ketrampilan dasar mengajar, seperti membuka pelajaran, menjelaskan, pola variasi, bertanya, memberi penguatan, dan menutup pelajaran; (2) Mampu menerapkan berbagai jenis model pendekatan, strategi/ metode pembelajaran, seperti aktif learning, pembelajaran portofolio, pembelajaran kontekstual dan lainnya; (3) Mampu menguasai kelas, seperti mengaktifkan peserta didik dalam bertanya, mampu menjawab dan mengarahkan pertanyaan siswa, kerja kelompok, kerja mandiri, dan lainnya; (4) Mampu mengukur tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung d. Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar, dengan indicator antara lain: (1) Mampu merancang dan melaksanakan asesment, seperti memahami prinsip-prinsip asesment, mampu menyusun macammacam instrumen evaluasi pembelajaran, mampu melaksanakan evaluasi, dan lainnya; (2) mampu menganalisis hasil assesment, seperti mampu mengolah hasil evaluasi pembelajaran, mampu mengenali karakteristik instrumen evaluasi; (3) Mampu memanfaatkan hasil asesment untuk perbaikan kualitas pembelajaran selanjutnya, seperti memanfaatkan hasil analisisn instrumen evaluasi dalam proses perbaikan instrumen evaluasi, dan mampu memberikan umpan balik terhadap perbaikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. e. Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dengan indikator antara lain: (1) Memfasilitasi peserta didik untuk [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 106 784. 785. 786. 787. mengembangkan potensi akademik, seperti menyalurkan potensi akademik peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi akademik peserta didik; (2) Mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi non-akademik, seperti menyalurkan potensi non-akademik peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi nonakademik peserta didik (Yasin, 2008: 73-75). Kompetensi Pedagogik/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2008: 75). Kompetensi pedagogik/Kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan (Joni, 1984: 12). Kompetensi pedagogik/Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (1) memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan, (7) memperbaiki program belajar mengajar, dan (8) melaksanakan hasil penilaian belajar (Harahap, 1982: 32). Kompetensi pedagogik/Kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 107 788. 789. 790. 791. 792. 793. pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan waktu (Depdiknas, 2004: 9). Kompetensi pedagogik/Kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran, (2) mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, (3) mampu memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5) mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7) mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, (8) mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian, (10) mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis, (11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, (12) mengklasifikasi kemampuan siswa, (13) mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu melaksanakan tindak lanjut, (15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan (16) mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian. Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik tercermin dari indikator (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (2) kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan (3) kemampuan melakukan penilaian (Depdiknas, 2004: 9). Kompetensi pedagogik/Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan (Sutisna, 1993: 212). Kompetensi pedagogik/Ppersyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar (Yutmini, 1992: 13). Kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa (Arikunto (1993: 239). Kompetensi Profesioanal/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2008: 135). Kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 108 794. 795. 796. 797. menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik (Gumelar dan Dahyat (2002: 127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education). Kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan (Depdiknas, 2004: 9). Kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993: 239). Kompetensi profesional, antara lain: mengembangkan tanggungjawab, melaksanakan peranan-peranannya, mampu bekerja dan berusaha mencapai tujuan pendidikan, mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar dan belajar di kelas (Hamalik, 2004: 38:52). Kompetensi profesional/Kemampuan profesional mencakup (1) penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3) penguasaan proses-proses kependidikan, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 109 798. 799. 800. 801. 802. 803. 804. keguruan dan pembelajaran siswa (Johnson sebagaimana dikutip Anwar, 2004: 63). Kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial (Surya, 2003:138). Kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan (Gumelar dan Dahyat (2002: 127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education). Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat (Arikunto, 1993: 239). Kompetensi Sosial/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2008: 173). Kompetensi sosial/Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru (Johnson dalam Anwar, 2004: 63). Kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan (Sofo, 1999: 123). Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru (Majid, 2005: 6). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 110 805. 806. 807. 808. 809. 810. 811. 812. 813. 814. Kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman (Diyakini Robotham, 1996: 27). Konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dalam konsep itu, meliputi:1) nama, 2) contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif, 3) karekteristik, baik yang pokok maupun tidak, 4) rentangan Karekteristik, dan 5) kaidah (Brunner dalam Budiningsih, 2005: 43). Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan suatu masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi atau contoh-contoh (Abidin, 2004: 60). Konsep/Suatu konsep memiliki 5 unsur seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia menegtahui semua unsur darikonsep itu, meliputi: (1) Nama, (2) Contoh- contoh baik yang positif maupun yang negative, (3) Karakteristik, baik yang pokok ataupun tidak, (4) rentangan karakteristik, dan (5) Kaidah (Bruner dalam Budiningsih, 2005: 43). Kooperatif adalah adalah mengelompokkan siswa dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut (Johnson dan Johnson dalam Isjoni, 22). Kosakata/Semua tingkat kecakapan untuk memenuhi peningkatan kosakata dapat dilakukan dengan media permainan (games) (Betteridge, 1994:113). Kosakata/Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta fator-faktor geografis. Seperti halnya dalam proses membaca yang membimbing siswa dari yang telah diketahui menuju ke arah yang belum atau tidak diketahui. Oleh karena itu, telaah kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama atau tidak diketahui (Tarigan 1986: 2-3). Kosakata/Untuk dapat mencapai hasil pembelajaran kosakata yang optimal, guru perlu membekali siswanya dengan kata-kata yang berkaitan dengan bidang tertentu. Dalam setiap bidang ilmu dipergunakan kata-kata khusus. Upaya pemerkayaan koasakata perlu dilakukan secara terusmenerus dan dapat diperoleh melalui bidang-bidang tertentu (Depdikbud 2003: 35). Kreativitas/Aspek perkembangan kreativitas meliputi: 1. dimensi pribadi (person), tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. 2. definisi proses (prosess), meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan maalah sampai dengan menyampaikan hasil. 3. definisi pendorong (press), baik dorongan dari internal maupun eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. 4. definisi produk, fokus produk kreatif menekankan unsur orisinalitas, kebaruan, kebermaknaan (Munandar, 2002: 26-28). Kreativitas/Berbagai persyaratan dalam rangka pengembangan kreativitas: 1. profesionalisme sebagai prasyarat kreativitas mengandung arti [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 111 815. 816. 817. 818. seseorang harus menguasai secara tuntas bidang keahliannya, disertai komitmen dan dorongan untuk mencapai prestasi yang setingginya 2. toleransi terhadap perbedaan pendapat, dengan peningkatan kemampuan dalam penguasaan iptek hanya mungkin terjadi melalui sintesis dan perpaduan antara perspektif dan argumentasi yang berbeda-beda. Tradisi (budaya) yang dibangun di lingkungan pendidikan adalah bahwa suatu gagasan dan pendapat hendaknya benar-benar didasari pemikiran yang jernih dan dudukung buktibukti yang dapat diuji kebenarannya 3. keterbukaan, kesediaan dan kesiapan untuk menerima informasi, gagasan dan nilai baru yang konstruktif. Dengan keterbukaan kita akan terhindar dari perangkap wawasan sempit yang dapat menghambat perkembangan kreativitas. Keterbukaan menuntut adanya aturan dan etika yang jelas sebagai pedoman berpikir dan bertindak. Keterbukaan mensyaratkan adanya kekenyalan budaya yang berpijak pada jati diri bangsa. Budaya yang kenyal adalah budaya yang terbuka bagi masuknya unsur budaya yang positif dan konstruktif serta cukup kuat dalam mencegah masuknya unsur budaya yang destruktif. Agar tidak menjurus budaya destruktif, kreativitas harus senantiasa dibingkai nilai etika desertai keimanan dan ketaqwaan sehingga memberi bobot yang seimbang dalam poses pembangunan nasional (Wardiman Djojonegoro dalam Supriadi,1997: vii). Kreativitas/Kebudayaan yang menunjang pengembangan kreativitas yaitu: tersedianya sarana prasarana kebudayaan; keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan; penekanan pada becoming tidak semata-mata being; kesempatan bebas terhadap media kebudayaan; kebebasan dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan; menghargai dan dapat memadukan rangsangan dari kebudayaan lain; toleransi dan minat terhadap pandangan yang berbeda (divergen); interaksi antarpribadi yang berarti dalam pengembangan bakat; dan adanya insentif, penghargaan dan penguatan (Arieti dalam Munandar, 2002: 197). Kreativitas/Kemampuan berfikir kreatif sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sekolah, tetapi pada kenyataannya belum semua sekolah yang menyadari pentingnya kreatifitas. Kreatifitas adalah kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar,1999: 33). Kreativitas/Kreativitas merupakan kemampuan dalam menciptakan kombinasi baru dalam hal-hal yang telah ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru (Munandar, 1992: 72). Kreativitas/Langkah-langkah menuju budaya kreatif: 1. mendefinisikan kembali problem yang dihadapi. Secara esensi cara ini bisa dimaknai sebagai pelepasan seseorang dari belenggu pikirannya. Proses ini adalah bagian dari sintetis berpikir kreatif. 2. bertanya dan menganalisis asumsi. Orang kreatif mempertanyakan asumsi dan cepat menggerakkan orang lain melakukan hal yang sama. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 112 819. 820. kreativitas berpikir analisis. 3. menjual ide. Murid-murid dilatih bagaimana mempengaruhi orang lain melalui gagasan-gagasan mereka. Menjual gagasan adalah bagian dari aspek praktikal berpikir kreatif. 4. mendorong menghasilkan ide. Orang kreatif mampu mendemonstrasikan gaya berpikir seorang legislatif. Seorang legislatif suka menghasilkan ide. Siswa butuh banyak pengetahuan agar ide yang muncul lebih baik. Guru dan murid harus bersamasama mengidentifikasi dan mengenali aspek kreatif dari ide yang dihadirkan. 5. mengenali dua arah perolehan pengetahuan. Murid-murid dikenalkan pada proses belajar dua arah, berpusat pada guru dan belajar dari diri mereka sendiri. 6. mendorong siswa mengidentifikasi rintangan dan mengatasinya. Siswa perlu tahu bahwa proses kreativitas berlangsung lama, agar nilai atau ide kreatif bisa dikenal dan dihargai. 7. mendorong berpikir sehat dan berani mengambil resiko. Apakah kesulitan, rintangan dan resiko harus dihindari? Tidak. Pertanyaan dan jawaban ini harus ditanamkan secara kuat pada jiwa murid, agar sadar tentang semua resiko yang akan dihadapi dari setiap pengambilan keputusan. Inilah bentuk berpikir sehat, dan, itulah harga kerja kreatif. 8. mendorong toleransi ambigu. Menyadari adanya kodrat hitam dan putih. Demikian pula, pemikiran dan perbuatan mempunyai dua dimensi, baik-buruk. 9. membantu siswa membangun keyakinan meraih sukses (selfefficacy). Semua siswa pada dasarnya mempunyai kemampuan berkreasi atas pengalaman-pengalamannya. Berada di kelompok yang menyenangkan, misalnya, mendorong siswa mampu memunculkan sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, cara pertama adalah memberi suasana kondusif pada siswa untuk bisa kreatif. 10. membantu siswa menemukan cinta pada perbuatannya. Siswa disadarkan pentingnya mencintai apa yang sedang dikerjakan. Hal ini mendorong siswa menampilkan kerja yang bagus, fokus dan penuh dedikasi. 11. mengajarkan siswa pentingnya menunda kepuasaan. Siswa harus ditanam kesadaran pentingnya kita mengerjakan suatu proyek dalam jangka waktu lama, tanpa berharap cepat-cepat mendapatkan hasil. 12. memelihara lingkungan agar tetap kreatif. Suasana kelas hendaknya dikondisikan untuk tetap terjaga kreativitasnya. Dengan demikian siswa akan terdorong untuk selalu kreatif (Naqiyah, 2005). Kreativitas/Pada akhirnya kreativitas dan inisiatif akan tumbuh subur bila didasari komitmen yang kuat. Maka komitmen para anggota profesi keguruan, khusunya guru pendidikan jasmani amat vital bagi terpenuhinya ke semua unsur profesi ideal. Jadi tindak kepemimpinan kepala sekolah yang berorientasi pada faktor substansial dalam profesionalisasi guru pendidikan jasmani sebaiknya bergerak dalam penguatan komitmen guru yang mampu menggerakkan daya kreativitas dan inisiatif untuk senantiasa berusaha menambah pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan khususnya yang langsung berkaitan dengan tugas profesionalnya (Permadi, 1999: 111). Kreativitas/Pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreatifitas peserta didik. Guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar hendaknya memahami hal ini, oleh karena itu harus mempunyai [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 113 821. 822. 823. 824. 825. 826. karakteristik dalam mengembangkan kreativitas yaitu kompetensi dan minat belajar, kemahiran dalam mengajar, adil dan tidak memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibilitas, rasa humor, menggunakan penghargaan dan pujian, minat luas, memberi perhatian terhadap masalah anak, dan penampilan dan sikap yang menarik (Munandar, 2002: 145). Kreativitas/Pengembangan budaya kreatif tidak terlepas dari budaya yang berlaku di sekolah bersangkutan. Kreatifitas merupakan kemampuan dalam menciptakan kombinasi baru dalam hal-hal yang telah ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru (Munandar, 1992: 72). KTSP memiliki 4 karakteristik yaitu: 1) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, 2) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, 3) Kepemimpinan yang demokratis dan professional. 4) Tim kerja yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2006: 29). KTSP/Dalam pelaksanaan KTSP, perlu pula memperhatikan tujuh prinsip dalam pelaksanaannya antara lain: 1). Pelaksanaan kurikulum didasari pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. 2). Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar. 3). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat layanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, terbuka, serta dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha. 5). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, serta memafaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi seluruh mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselengggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas, dan jenis serta jenjang pendidikan (Mulyasa, 2006: 247-249). KTSP/Keberhasilan implementasi KTSP sangat ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakannya tugas dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan memuaskan (Mars dalam Mulyasa, 2006: 247). Kuesioner disebut mempunyai reliabilitas atau dapat dipercaya jika kuesioner itu stabil dan dapat diandalkan sehingga penggunaan kuesioner berkali-kali tetap akan memberikan hasil yang serupa (Nazir, 1998: 125). Kultur sekolah diyakini oleh kepala sekolah, guru-guru, dan staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Lebih lanjut [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 114 827. 828. 829. 830. dijelaskan bahwa beberapa studi menyimpulkan kultur sekolah yang “sehat” memiliki korelasi tinggi terhadap: (1) prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, (2) sikap dan motivasi kerja guru, dan (3) produktivitas dan kepuasan kerja guru (Zamroni, 2003: 149). Kurikulum adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran, yang merupakan suatu rencana pendidikan dan memberikan pedoman serta pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi, dan proses pendidikan (Sukmadinata, 2006: 3-7). Kurikulum/Beberapa fungsi kurikulum antara lain: 1). Fungsi penyesuaian - Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya secara menyeluruh. Oleh karena itu lingkungan akan senantiasa berubah dan bersifat dinamis, sehingga setiap individu harus memiliki kemampuan untuk bersifat dinamis pula. Disamping itu lingkungan juga harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Disinilah terletak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan. 2). Fungsi integrasi - Kurikulum berfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena itu, individu-individu itu merupakan bagian integral dari masyarakat sehingga akan dapat memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat. 3). Fungsi deferensiasi - Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaanperbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang untuk berpikir kritis dan kreatif sehingga akan dapat mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. 4). Fungsi persiapan - Kurikulum berfungsi untuk mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh. 5). Fungsi pemilihan - Kurikulum berfungsi memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang diinginkannya dan menarik minatnya. Untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel. 6). Fungsi diagnostic - Kurikulum berfungsi untuk mengarahkan dan membantu para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya (Hamalik, 2006: 10). Kurikulum/Fungsi kurikulum ditinjau dari 3 segi, yakni: 1). Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan: a). Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. b). Kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah. 2). Fungsi bagi sekolah diatasnya: Dalam hal ini, kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat diatasnya dapat melakukan penyesuaian. 3). Fungsi bagi masyarakat - Kurikulum haruslah mengetahui dan mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan sekolah (Nurgiantoro, 1988: 6). Kurikulum/Fungsi kurikulum ditinjau dari 3 segi, yakni: 1). Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan: a). Kurikulum sebagai alat untuk mencapai [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 115 831. 832. 833. 834. 835. tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. b). Kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah. 2). Fungsi bagi sekolah diatasnya: Dalam hal ini, kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat diatasnya dapat melakukan penyesuaian. 3). Fungsi bagi masyarakat - Kurikulum haruslah mengetahui dan mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan sekolah (Nurgiantoro, 1988: 6). Kurikulum/Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum antara lain: 1). Pelaksanaan kurikulum didasari pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. 2). Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar. 3). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat layanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, terbuka, serta dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha. 5). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, serta memafaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi seluruh mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselengggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dankesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas, dan jenis serta jenjang pendidikan (Mulyasa, 2006: 247-249). Kursus/Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu teknik melainkan suatu alat yang dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah keterampilan guru dalam melengkapi profesi mereka. Dengan mengikuti kursus guru diarahkan ke dalam dua hal, pertama sebagai penyegaran, dan kedua sebagai upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu (Sahertian, 2000: 121). Latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu (Jucius dalam Moekijat, 1991: 2). Lingkungan/Alex S. Niti Semito faktor-faktor yang memengaruhi lingkungan kerja: 1) pewarnaan, 2) kebersihan, 3) pertukaran udara, 4) penerangan, 5) keamanan, 6) kebisingan (Niti Seminto, S. 1992: 184). Lingkungan/Dalam proses belajar-mengajar turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 116 836. 837. 838. 839. 840. 841. 842. (environmental input). Berfungsi pula sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input). Guna tercapainya keluaran yang dikehendaki (output) (Purwanto, 1993: 106-107). Lingkungan/Dalam setiap instansi hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan kerja sebab selain hal ini memengaruhi kesehatan maka dengan lingkungan kerja yang bersih akan dapat memengaruhi kesehatan kejiwaan. Kebersihan lingkungan bukan hanya berarti kebersihan tempat kerja, tetapi jauh lebih luas dari pada itu misalkan kamar kecil yang berbau tidak enak akan menimbulkan rasa yang kurang menyenangan bagi para karyawan yang menggunakan. Untuk menjaga kebersihan ini pada umumnya diperlukan petugas khusus tetapi kebersihan ini bukan sematamata kewajiban dari petugas khusus. Setiap karyawan harus ikut bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan tempat mereka bekerja (Niti Seminto, S., 1992: 192). Lingkungan/Hubungan antara lingkungan kerja dengan semangat kerja karyawan dinyatakan oleh Manullang bahwa kondisi kerja yang menyenangkan terlebih lagi semasa jam kerja akan memperbaiki moral pegawai dan kesungguhan kerja, peralatan yang baik, ruangan kerja yang nyaman, perlindungan terhadap bahaya, ventilasi yang baik, penerangan yang cukup dan kebersihan bukan saja dapat meningkatkan efisiensi kerja, kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan akan menciptakan semangat kerja dan dapat mempengaruhi kinerja karyawan (Manullang, 2001: 46). Lingkungan/Keuntungan dari penerangan yang baik adalah: 1) kualitas pekerjaan yang baik; 2) mengurangi ketegangan mata dan kelelahan rohaniah; 3) semangat kerja karyawan yang lebih baik ; dan 4) prestise yang lebih baik untuk kantor/perusahaan (Niti Seminto, S., 1992: 192). Lingkungan/Lingkungan nonfisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. Menurut Alex Nitisemito, perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri (Nitiseminto, S , 2000: 171-173). Lingkungan/Moekijat menyatakan bahwa komponen-komponen dari kondisi kerja kebanyakan adalah: 1) penerangan, 2) warna, 3) udara, 4) suasana, 5) tata ruang kantor (Moekijat, 1995: 135). Lingkungan/Sadarmayanti lingkungan kerja nonfisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan (Sedarmayanti, 2001: 31). Lingkungan/Sedarmayanti, lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat memengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung (Sedarmayanti, 2001: 1). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 117 843. 844. 845. 846. 847. 848. 849. 850. 851. Lingkungan/Sedarmayati mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya, seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok (Sedarmayanti, 2001: 1). Lingkungan/Suryadi Perwiro Sentoso yang mengutip pernyataan Lee sang pencetus teori W, bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan (Sentono, 2001: 19-21). Lingkungan/Tata ruang kantor adalah penyusuan/pengaturan dari pada perkakas dan peralatan dalam ruang lantai yang tersedia. Penyusunan alatalat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang menimbulkan kepuasan kerja bagi para karyawan/pegawai disebut tata ruang (Gie, 1992: 76). Lingkungan/Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti adalah sebagai berikut: 1) Penerangan; 2) Suhu udara; 3) Suara bising; 4) Penggunaan warna; 5) Ruang gerak yang diperlukan Keamanan kerja; 6) Hubungan karyawan (Sedarmayanti, 2001: 46). Makin banyak fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka makin tinggi probabilitas kebenaran konklusinya dan sebaliknya (Soekadijo, 1999: 134). Management is concerned with the direction of this individuals and functions to achieve ends previously determined (John M. Pfifner (Hadriyanus Suharyanto dan Agus Heruanto Hadna, 2005 :12). Manajemen, termasuk manajemen sekolah, dibutuhkan karena tiga alas an utama, (1) Untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi, (2) Untuk menjagan keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, dan (3) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan kelas (Handoko, 2000: 610). Manajemen/Penerapan pendekatan manajemen ini di sekolah, harus diikuti dengan upaya restrukturisasi dan deregulasi pendidikan, yang menurut Zamroni (2001) mencakup empat aspek, yaitu: (1) orientasi pembelajaran siswa, (2) profesionalitas guru, (3) akuntabilitas sekolah, dan (4) partisipasi orang tua peserta didik dan masyakarakat sekitar dalam penyelenggaraan pendidikan (Zamroni, 2001: 25). Manajemen/Studi di Jamaika menemukan bahwa manajemen yang berpusat di sekolah tidak mendatangkan manfaat efisiensi yang diharapkan terutama karena kurangnya pelatihan untuk para kepala sekolah dan kurangnya pengetahuan mereka tentang bagaimana bekerja sama dengan masyarakat setempat (Fiske, 1998: 50). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 118 852. 853. 854. Manajemen/Unsur-unsur manajemen tenaga kependidikan tersebut di atas oleh E. Mulyasa (2006 : 153-158) diuraikan sebagai berikut : 1) Perencanaan - Perencanaan tenaga kependidikan dilakukan untuk menentukan kebutuhan tenaga kependidikan, baik dari segi jumlah maupun mutunya sesuai dengan bidang kerja yang ada. 2) Pengadaan Pengadaan tenaga kependidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga. Kegiatannya melalui rekrutmen dan seleksi. Rekrutmen dimaksudkan untuk mencari calon sebanyak-banyaknya yang memenuhi persyaratan, dan selanjutnya dilakukan pemilihan melalui seleksi. 3) Pembinaan dan pengembangan Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan dilakukan untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training. 4) Promosi dan mutasi - Promosi dilakukan dalam rangka menentukan calon tenaga kependidikan menjadi anggota organisasi yang sah, yaitu melalui pengangkatan. Dengan promosi ini personel akan menjadi anggota yang sah disertai dengan hak dan kewajibannya sebagai tenaga kependidikan. Sedangkan mutasi dilakukan dengan tujuan agar personel yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja, memberikan prestasi kerja, menghilangkan kejenuhan yakni melalui pemindahan fungsi, dan tanggung jawab pada situasi yang baru. 5) Pemberhentian - Pemberhentian personel dapat terjadi atas permintaan sendiri, pemberhentian oleh dinas, dan pemberhentian karena sebab lain. 6) Kompensasi - Kompensasi yaitu balas jasa yang diberikan kepada personel. Kompensasi yang diberikan harus seimbang dengan beban dan prestasi kerja personel yang bersangkutan. Bentuk kompensasi ini dapat berupa gaji, tujangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan sebagainya. Dengan adanya kompensasi yang adil dan layak hal ini akan dapat mendorong semangat kerja dan dedikasi para personil sekolah. 7) Penilaian - Penilaian biasanya difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilai personel penting dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan berbagai hal seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Hasilhasil dari penilaian dimanfaatkan sebagai sumber data untuk perencanaan tenaga kependidikan, nasihat yang perlu disampaikan kepada personel, alat untuk umpan balik, salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan, dan bahan informasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tenaga kependidikan. Manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis (Kurt Lewin dalam Alwisol, 2005: 376). Masalah ada dua macam yaitu (1) masalah untuk menemukan yaitu untuk menemukan suatu obyek tertentu dan (2) masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya, 1962: 119). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 119 855. 856. 857. 858. 859. 860. 861. Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu diselesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Ruseffendi, 1980: 216). Masalah/Bagian utama dari macam masalah tersebut. Bagian utama dari masalah untuk menemukan adalah apa yang diketahui, apa yang dicari, dan bagaimana syaratnya. Bagian utama dari masalah untuk membuktikan adalah hipotesa atau konklusi dari suatu pernyataan yang harus dibuktikan kebenarannya (Hudojo, 1979: 158-159). Masalah/Beberapa strategi pemecahan masalah menurut Polya (1973 dalam Shodiq 2004: 13-14) dan Pasmep (1989 dalam Shodiq 2004: 13-14) yaitu: mencoba-coba, membuat diagram, mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat tabel, menemukan pola, memecah tujuan, memperhitungakan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari belakang, dan mengabaikan hal yang tidak mungkin. Masalah/Berbagai penelitian mengenai pembelajaran secara umum di sekolah-sekolah bahwa kondisi objektif menunjukkan banyak para siswa datang di sekolah merasa terintimidasi oleh sekolah, karena sistem pembelajaran cenderung menggunakan pendekatan birokratik bukan pendekatan pedagogik. Peserta didik merasa terintimidasi dalam kegiatan belajar, sebagai konsekuensi logisnya mereka selalu merasa tidak mampu belajar dan belajar menjadi kurang menyenangkan, agar perasaan terintimidasi dalam belajar tidak berlanjut, maka sekolah harus melakukan beberapa pergeseran paradigma pembelajaran, yaitu perubahan-perubahan dalam rangka berfikir pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, para siswanya dan juga orang tua siswa (Sagala, 2009: 7). Masalah/Dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih orientasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa (Syafaruddin, 2002: 19). Masalah/Sebagian besar masalah sedemikian disebabkan oleh manajemen yang lemah atau tidak mencukupi. Mengetahui sebab kegagalan mutu dan memperbaikinya adalah tugas kunci seorang manajer (Edward Sallis, alih bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, 2006: 106). Masalah/Sedikitnya terdapat enam permasalahan yang harus diantisipasi pada paradigma baru manajemen pendidikan dalam konteks otonomi daerah, yakni kepentingan nasional, mutu pendidikan, efisiensi [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 120 862. 863. 864. 865. 866. 867. 868. 869. pengelolaan, perluasan dan pemerataan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas (Fiska, Nurhadi, dan Satori dalam Mulyasa, 2006: 17). Masalah/Suatu masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada di bawah taraf perilaku dari sebagian besar teman sekelasnya pada mata pelajaran maupun perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru (Partowisastro, H. K. dan Hadisuparto (1986: 47). Masukan instrumental/Instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana, dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Dalam keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajarmengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar (Purwanto, 1993:107). Masukan mentah/Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah (raw input) adalah siswa, sebagai raw input siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya, sedangkan kondisi psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua itu dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya (Purwanto, 1993:107). Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan (IPTEK) sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak kecil. Oleh karena itu kita perlu berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep matematika tersebut, karena peserta didik yang masih kecil berpikirnya masih sangat terbatas, artinya berpikirnya dengan mengaitkan benda-benda konkret ataupun gambar-gambar konkret (Hudoyo, 2005: 35). Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas (Lerner dalam Abdurrahman, 2009: 252). Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contohcontoh khusus atau ilustrasi geometris (Suherman, dkk., 2003:18). Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Chairani, 2007: 02). Matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian yang dikenal menuju arah yang tidak dikenal (Russel dalam Uno, 2007: 129). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 121 870. 871. 872. 873. 874. 875. 876. 877. 878. 879. 880. Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasaran. Namun penunjukan kuantitas seperti itu belum memenuhi sasaran matematika yang lain, yaitu yang ditunjukan oleh hubungan, pola, bentuk dan struktur (Tinggih dalam Hudoyo, 2005: 35). Matematika/Belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Selanjutnya Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya peserta didik melewati tiga tahap belajar yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik (Bruner dalam Suherman, dkk, 2003: 43). Matematika/Dalam proses belajar matematika bahan yang dipelajari harus bermakana, artinya bahan pelajaran harus bermakna sesuai dengan kemampuan dan struktur kognitif yang dimiliki siswa (Uno, 2007: 132). Matematika/Dari dua pernyataan p dan q dapat dibentuk suatu pernyataan majemuk dengan menggunakan kata hubung “jika p maka q” yang dinamakan implikasi atau pernyataan bersyarat (Aminulhayat, 2004: 130). Matematika/Dari dua pernyataan p dan q dapat dibentuk suatu pernyataan majemuk dengan menggunakan kata hubung “…jika dan hanya jika…”, dinamakan biimplikasi yang dilambangkan dengan notasi “p q” (dibaca: p jika dan hanya jika q), atau dapat juga dibaca: a. Jika p maka q dan jika q maka p; b. p syarat perlu dan cukup bagi q; c. q syarat perlu dan cukup bagi p. (Aminulhayat, 2004: 133). Matematika/Dari dua pernyataan p dan q, dapat dibentuk pernyataan majemuk menggunakan kata hubung “dan”, yang dinamakan konjungsi (Aminulhayat, 2004: 122). Matematika/Dari suatu implikasi p q dapat dibentuk tiga implikasi baru yaitu: a. q p disebut konvers. b. p q disebut invers. c. c. q p disebut kontraposisi (Kartini, dkk, 2004: 19). Matematika/Dari suatu pernyataan “p” dapat dibuat pernyataan lain dalam bentuk “tidak benar bahwa p” atau “tidak p”, Pernyataan demikian disebut ingkaran dari pernyataan p (Aminulhayat, 2004:120). Matematika/Di dalam penyelesaian soal matematika, PS3 menerapkan 4 langkah yaitu: analisis, perencanaan, penyelesaian, dan penilaian kembali Utomo dan Kees Ruijhter (1985: 90). Matematika/Di dalam penyelesaian soal matematika, PS3 menerapkan 4 langkah yaitu: analisis, perencanaan, penyelesaian, dan penilaian kembali (Utomo dan Kees Ruijhter, 1985: 90). Matematika/Didalam penyelesaian matematika diperlukan pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Pada umunya disepakati bahwa aturan yang bersifat prosedural seharusnya jangan diajarkan tanpa disertai konsep meskipun pada kenyataannya sangat sering dilakukan (Walle, 2006: 29). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 122 881. 882. 883. 884. 885. 886. 887. 888. 889. 890. 891. Matematika/Gabungan dua pernyataan p dan q dengan menggunakan kata hubung “atau”. Dalam bentuk lambang, disjungsi dari p dan q dinotasikan dengan “p v q” (dibaca p atau q) (Aminulhayat, 2004: 125). Matematika/Hakekat matematika dapat diketahui, karena objek penelaahan matematika yaitu sasarannya telah diketahui sehingga dapat diketahui pula bagaimana cara berpikir matematika itu (Hudojo, 2005: 35). Matematika/Kebenaran matematika akan bisa diterima secara universal dan akan mendukung teori-teori matematika yang lain, karena kebenaran matematika bersifat konsisten. Hal ini dikarenakan matematika adalah suatu ilmu pasti yang kebenarannya adalah bersifat mutlak dan tidak tergantung pada metode ilmiah yang cenderung bersifat induktif (Sumardyono, 2004: 4). Matematika/Kemampuan komunikasi matematika merupakan kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan (Shadiq, 2009: 12). Matematika/Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu diselesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Ruseffendi, 1980: 216). Matematika/materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika (Depdiknas dalam Shadiq, 2004: 3). Matematika/Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2001: 3). Matematika/Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik adalah membantu siswa untuk membangun konsepkonsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali; transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru (Nickson dalam Hudojo, 2005: 20). Matematika/Sasaran atau objek penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip (Begle dalam Hudoyo, 2005: 36). Matematika/Secara singkat dikatakan bahwa, matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Mustangin, 2002:4). Matematika/Soedjadi (2000:13) mengemukakan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah: (1) Memiliki objek kajian abstrak Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi dan (4) prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 123 892. 893. matematika. (2) Bertumpu pada kesepakatan - Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian. (3) Berpola pikir deduktif - Soedjadi (2000:16) mengemukakan pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Hal ini sejalan dengan pemikiran Suherman, dkk. (2003:18) yang mengatakan matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada tahaptahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometris. (4) Memiliki simbol yang kosong dari arti - Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometrik tertentu, dsb. Huruf-huruf yang dipergunakan dalam model persamaan, misalnya x + y = z belum tentu bermakna atau berarti bilangan, demikian juga tanda + belum tentu berarti operasi tambah untuk dua bilangan. Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model itu. (5) Memperhatikan semesta pembicaraan - Semesta pembicaraan adalah lingkup pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada atau tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya. (6) Konsisten dalam sistemnya.- Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Misal dikenal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem geometri tersebut dipandang terlepas satu sama lain, tetapi di dalam sistem aljabar sendiri terdapat sistem yang lebih kecil yang terkait satu sama lain. Matematika/Tujuan pembelajaran matematika bukan mematikan manusia tetapi membuat matematika membahagiakan manusia, dilain pihak matematika tidak mudah dipahami tetapi penting dalam kegiatan manusia, maka pembelajaran haruslah sedapat mungkin seperti berikut: (a) Menyenangkan, sedikitnya tidak menegangkan. (b) Menghargai perbedaan individual. (c) Menghormati pendapat siswa. (d) Dapat menunjukkan makna matematika dalam kehidupan manusia (Marpaung, 2005: 08). Materi pendidikan Islam yang paling utama adalah Al-Qur‟an, keterampilan membaca, menghafal, menganalisa dan sekaligus mengamalkan ajaranajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur‟an tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini (Armai, 2002: 30-31). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 124 894. 895. 896. 897. 898. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, audio dan video dan tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya (Hamalik, 57). Media audio berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam katakata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio antara lain: radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa (Sadirman dkk. 2003: 49-50). Media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat transparasi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau meteri yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya (Sanjaya, 2007: 163-164). Media proyeksi diam (still proyected medium) mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan- rangsangan visual. Kecuali itu bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara mereka adalah bila pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada proyeksi diam, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, terlebih dahulu. Ada kalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang hanya visual saja (Sadiman dkk., 2003: 55-56. Media/Ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, yaitu: a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan ketrampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. c. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya yang lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. d. Guru trampil menggunakannya. Ini salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 125 899. 900. 901. 902. 903. menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. f. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang (Arsyad, 2002: 72-74). Media/Audio visual adalah media peraga sebagai alat bantu. Karna itu alat peraga dapat diberi pengertian sebagai alat bantu pelajaran (Edgar Dale (Subari, 1994:95) Media/Beberapa prinsip tentang penggunaan alat audio visual sebagai berikut: 1. Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik. 2. Alat-alat tertentu lebih tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan. 3. Audio visual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian yang integral dari pengajaran. 4. Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai alat audio visual. 5. Siswa menyadari tujuan alat audio visual dan merespon data yang diberikan. 6. Perlu diadakan lanjutan. 7. Alat audio visual dan sumber-sumber yang digunakan untuk menambah kemampuan komunikasi memungkinkan belajar lebih luas karena adanya hubungan-hubungan (Kenneth H. Hoover dalam Usman, 1992: 28). Media/Benda asli merupakan alat paling efektif mengikutsertakan berbagai indera dalam belajar (Sanaky (2009:109). Media/Ciri-ciri umum media pembelajaran sebagai berikut: a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indra. b. Media pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik didalam maupun diluar kelas. e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. f. Media pendidikan dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya:modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu (Arsyad. 2002: 6-7). Media/Dalam alat atau media mengajar dimasukkan juga segala permainan yang dapat dimainkan oleh pelajar berkelompok, sekelas, atau berdua. Contoh-contoh yang disajikan di sini ialah a) permainan teka-teki silang, b) permainan untuk melatih struktur (pola kalimat), c) permainan untuk [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 126 904. 905. melatih kosakata, d) permainan untuk melatih membaca dan menjawab pertanyaan secara tertulis, e) permainan untuk melatih pendengaran untuk membedakan dan mengidentifikasikan kata-kata (Utama, 1993: 211). Media/Dalam pengajaran, media memiliki beberapa manfaat, antara lain: a. meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, b. memperbesar perhatian siswa, c. meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih mantap, d. memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa, e. membantu tumbuhnya pengertian sehingga membantu perkembangan kemampuan siswa, f. memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak (Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik, 1989: 15). Media/Delapan manfaat media dalam kegiatan pembelajaran yaitu: a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang suatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi disampaikan kepada siswa secara seragam. b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses atau prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap. c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif Media harus dirancang dengan benar, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa saja. Namun dengan media guru dapat mengatur kelas mereka sehingga bukan hanya kelas dominasi guru atau guru yang aktif, tetapi juga siswa yang lebih banyak berperan. d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi Seringkali guru menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk menjelaskan suatu materi. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media pendidikan dengan baik. e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan Penggunaan media tidak hanya membuat proses belajar-mengajar lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh. f. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. g. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu itu sendiri. h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif Pertama, guru tidak perlu mengulang-ngulang penjelasan mereka bila media digunakan dalam pembelajaran. Kedua, dengan mengurangi uraian verbal (lisan), guru dapat memberikan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 127 906. 907. 908. 909. perhatian lebih banyak kepada aspek-aspek lain dalam pembelajaran. Ketiga, peran guru tidak lagi menjadi sekedar pengajar tetapi juga konsultan, penasihat, atau manajer pembelajaran (Kemp dan Dayton Yasmin, 2007: 178-181). Media/Dengan Penggunaan media ini (video) dalam penyajian berbagai materi pelajaran memberikan banyak keuntungan, misalnya dalam memperlihatkan proses pertumbuhan tanaman, kehidupan berbagai kelompok masyarakat, serta kilasan peristiwa di masa lalu. Dengan media ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan baik, berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media lainnya dapat disajikan melalui video. Alat ini dapat diputar kembali yang memungkinkan terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan peningkatan upaya pengajaran (Ibrahim, 2003: 117-118). Media/Fungsi media sebagai berikut: 1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2. Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. 3. Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran. 4. Penggunaan media bukan semata – mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru. 6. Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Nana Sudjana dalam Djamarah, 1996: 152 ). Media/Gambar yang baik sebagai sumber belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut, yaitu: 1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu. 2. Memberi kesan kuat dan menarik perhatian. 3. Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek – obyek dalam gambar. 4. Berani dan dinamis. 5. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami (Sudirman et al, 1991: 219). Media/jenis/Beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan di Indonesia diantaranya: 1) Media pembelajaran visual dua dimensi tidak transparan, yang termasuk dalam jenis media ini adalah: gambar, foto, poster, peta, grafik, sketsa, papan tulis, flipchart, dan sebagainya. 2) Media pembelajaran visual dua dimensi yang transparan. Media jenis ini mempunyai sifat tembus cahaya karena terbuat dari bahanbahan plastik atau dari film yang termasuk jenis media ini adalah: film slide, film strip, dan sebagainya. 3) Media pembelajaran visual tiga dimensi. Media ini mempunyai isi atau volume seperti benda sesungguhnya. yang termasuk jenis media ini adalah: benda sesungguhnya, speciment, mock-up, dan sebagainya. 4) Media pembelajaran audio. Media audio berkaitan dengan alat pendengaran seperti misalnya: radio, kaset, laboratorium bahasa, telepon dan sebagainya. 5) Media pembelajaran audio visual. Media yang dapat menampilkan gambar dan suara dalam waktu yang bersamaan, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 128 910. 911. 912. 913. 914. seperti: Film, Compact Disc (CD), TV, Video, dan lain sebagainya (Wibawa (1993:27-55). Media/Kekurangan Media Audio Visual: a. Kelemahan media ini, terutama terletak dalam segi teknis dan juga biaya. Penggunaan media ini memerlukan dukungan sarana dan prasarana tertentu seperti listrik serta peralatan atau bahan-bahan khusus yang tidak selamanya mudah diperoleh ditempat-tempat tertentu. b. Pengadaan maupun pemeliharaannya cenderung menuntut biaya yang mahal. c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna d. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks58 (Ibrahim & Syaodih , 2003: 118). Media/Kelebihan Media Audio Visual: a. Kelebihan dari media ini pada umumnya ialah dapat memberikan suasana yang lebih hidup penampilannya lebih menarik, dan disamping itu dapat digunakan untuk memperlihatkan suatu proses tertentu secara lebih nyata. b. Penggunaannya tidak menggunakan ruangan yang gelap. c. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. d. Penggunaan media ini memecahkan aspek verbalisme pada diri siswa (Ibrahim & Syaodih , 2003: 118). Media/Kelebihan Media Video: a. Dapat menarik perhatian untuk periodeperiode yang singkat dari rangsangan luar lainnya. b. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahliahli atau spesialis. c. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya. d. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. e. Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang lagi bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau. f. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar g. Gambar proyeksi biasa di bekukan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut, kontrol sepenuhnya di tangan guru. h. Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya. 2. Kekurangan Media Video: a. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan. b. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain. c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna. d. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks (Sadiman, dkk, 2003: 74-75). Media/Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual dalam bentuk program dokumenter bermanfaat untuk membantu pengajar dalam mengetengahkan fakta, kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kelas.62 (Uno, 2007: 125126). Media/Kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut: a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran. b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa. c. Media yang digunakan mudah diperoleh, mirah, sederhan dan praktis [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 129 915. 916. 917. 918. penggunaannya. d. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pengajaran. e. Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.f. Sesuai dengan tarap berpikir siswa (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam Djamarah dan Zein, 1996: 150). Media/Macam-Macam Media Audio Visual. Media ini dibagi menjadi beberapa macam yaitu: 1. Audio Visual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, cetak suara. 2. Audio Visual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassete. Pembagian lain dari media ini adalah: a. Audio Visual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber seperti film video-cassete. b. Audio Visual Tidak Murni, yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara (Djamarah, dkk. 1996: 141). Media/Manfaat lain dari media pembelajaran adalah : Pertama, media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, Kedua, media dapat mengatasi batas ruang kelas Ketiga, dapat memungkinkan terjadinya iteraksi langsung antara peserta dan lingkungan. Keempat, media dapat menghasilkan keseragaman pengamat. Kelima, media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat. Keenam, media dapat membangkitkan motifasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik. Ketujuh, media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. Kedelapan, media dapat mengontrol atau kecepatan belajar peserta. Kesembilan, media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai yang abstrak (Sanjaya, 2007: 169-172). Media/Manfaat Media Audio Visual. Media audio visual menurut Encyclopedia of Educational Research memiliki nilai atau manfaat sebagai berikut: a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya). b. Memperbesar perhatian siswa. c. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan. d. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa. e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu. f. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa. Manfaat selain yang tersebut di atas adalah: a. Sangat menarik minat siswa dalam belajar. b. Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih banyak. c. Menghemat waktu belajar. Guru tidak usah menerangkan sesuatu dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya atau alat lain (Usman, 1992: 55). Media/manfaat/Ada beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran: 1). Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 130 919. 920. 921. 922. 923. 924. 925. 926. menumbuhkan motivasi belajar. 2). Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa. 3). Metode mengajar akan lebih bervariasi. 4). Siswa melakukan kegiatan belajar, seperti mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan (Sudjana (2002:2). Media/Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat terangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 1996: 6). Media/Media secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian media sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Djamarah dan Zein, 1996: 136). Media/Media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan: 1). Tujuan Pembelajaran. 2). Bahan pelajaran. 3). Metode pengajaran. 4). Tersedia alat yang dibutuhkan. 5). Pribadi pengajar. 6). Minat dan kemampuan siswa. 7). Situasi pengajaran yang sedang berlangsung (Sanaky (2009: 6). Media/Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Hamalik dalam Arsyad, 2002: 15). Media/Penekanan utama dalam pengajaran audio visual adalah pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman kongkret , tidak hanya didasarkan atas kata-kata belaka (Sudjana dan Rifai, 1989: 58). Media/Penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mingkin akan menjadi karangan – karangan (Purwanto dan Alim (1997: 63). Media/Penggunaan media ini (video) dalam penyajian berbagai materi pelajaran memberikan banyak keuntungan, misalnya dalam memperlihatkan proses pertumbuhan tanaman, kehidupan berbagai kelompok masyarakat, serta kilasan peristiwa di masa lalu. Dengan media ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan baik, berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media lainnya dapat disajikan melalui film video. Alat ini dapat diputar kembali yang memungkinkan terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan peningkatan upaya pengajaran (Ibrahim, R & Nana Syaodih. 2003: 117118). Media/Peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu: 1. Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar. 2. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar. 3. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi). 4. Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain (Sudirman et al, 1991: 220). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 131 927. 928. 929. 930. 931. 932. 933. Media/Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru masalahmasalah kehidupan dan sebagainya. Radio juga dapat dijadikan sebagai media pendidikan dan pengajaran yang cukup efektif (Asnawir & Usman, 2002: 83). Media/Video, sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bersifat fakta (kejadian / peristiwa penting, berita) maupun fiktif (ceritera), bisa bersifat informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan video. Tapi ini tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing mempunyai kelebihan dan keterbatasannya sendiri (Sadiman, 2003: 74). Membaca/Membaca mencari sesuatu konsep lebih mendorong motivasi siswa di banding dengan membaca tanpa mencari sesuatu. Diyakini olehnya bahwa pembuatan peta konsep dapat memotivasi siswa untuk berfikir tentang ranah isi. Siswa dituntut untuk dapat mengenali, menguji konsep-konsep penting, mengklasifikasi konsep- konsep tersebut, menggambarkan hubungan antara konsep satu dengan yang lain, dan menganalisis sifat hubungannya (Dimyati dan Mudjiono (2004: 93). Mengamati/Untuk meningkatkan kemampuan mengamati seseorang harus: a) Peka/tanggap terhadap lingkungan. b) Melatih diri sendiri untuk mengoptimalkan pemakaian indera. c) Bisa langsung mengungkapkan secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran (Zaleha, 2004: 95-100). Metode ceramah/Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip iktisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan (Daradjat, 289). Metode ceramah/Kelebihan Metode Ceramah: a. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif. b. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan. c. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak. d. Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat (Arief, 2002: 139). Metode ceramah/Kelemahan Metode Ceramah: a. Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru). b. Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah. c. Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru. d. Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-istilah yang kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 132 934. 935. 936. 937. 938. verbalisme. e. Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah. Karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti fikiran guru. f. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat. g. Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif. h. Bila guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kempuan penerimaan siswa. i. Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, kerena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur (Arief, 2002: 13940). Metode ceramah/Metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas apabila: a. Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi; b. Jumlah siswanya terlalu banyak; c. Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa dan dapat merangsang siswa (Basyiruddin dkk., 35-36). Metode ceramah/Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut (ceramah) seorang guru harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut: a. Untuk menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif. b. Selingilah metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik. c. Susunlah ceramah secara sistematis. d. Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya. e. Carilah umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung (Basyiruddin dkk., 3536). Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat pengajaran yang digunakan harus betul-betul efektif dan efisien (Sudjana, 2000: 30). Metode demonstrasi/Ada beberapa dasar pertimbangan dalam pemilihan metode demonstrasi sebagai berikut : a) Mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan mengatur sesuatu proses, membuat sesuatu, atau menggunakan komponen-komponen sesuatu. b) Membandingkan suatu cara dengan cara lain. c) Mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. d) Ingin menunjukkan suatu keterampilan (Syah, 2007: 152). Metode demonstrasi/Agar metode demonstrasi dapat menjadi efektif, maka guru harus: (1) merumuskan keterampilan yang diharapkan akan dicapai oleh siswa setelah demonstrasi dilakukan: (2) mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi, supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; (3) memperkirakan jumlah siswa apakah memungkinkan diadakan metode demonstrasi; (4) menetapkan garis besar [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 133 939. 940. 941. 942. 943. 944. langkah yang akan dilaksanakan; (5) memperhitungkan waktu yang dibutuhkan (Hasibuan, 2002: 31). Metode demonstrasi/Demonstrasi menjadi tidak efektif bila: benda yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa, siswa tidak dilibatkan untuk mencoba, dan bila tidak dilakukan di tempat yang sebenarnya (Hasibuan, 2002: 30). Metode demonstrasi/Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi: 1) Tahap persiapan - Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: a) Menetapkan tujuan demonstrasi. b) Menetapkan langkahlangkah demonstrasi. c) Menyiapkan alat atau benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi. 2) Langkah pelaksanaan demonstrasi a) Mendemonstrasikan sesuatu dengan tujuan yang disertai dengan penjelasan lisan. b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab. c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan. 3) Tahap mengakhiri demonstrasi - a) Menugaskan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan apa yang telah diperagakan. b) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan dalam bentuk karya atau perbuatan (Darwyn Syah, 2007: 152). Metode demonstrasi/Manfaat metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga berpendapat, bahwa metode ini dapat : a) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan. b) Menghemat waktu belajar di kelas. c) Menjadikan hasil yang mantap dan permanen. d) Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa. e) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas (S. Nasution dalam Muhibbin Syah, 2002: 210). Metode demonstrasi/Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah: a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan. b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Syah, 2002:209). Metode diskusi/Kelebihan metode diskusi sebagai berikut: a) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. b) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. c) Memperluas wawasan. d) Membiasakan untuk bermusyawarah unutk mufakat dalam memcahkan masalah (Djamarah, 1997: 99). Metode diskusi/Kelebihan Metode Diskusi. Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain: a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. b. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. d. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 134 945. 946. 947. 948. 949. 950. 951. dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah. e. Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik. f. Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasanalasan/pikiran-pikiran orang lain (Arief, 2002: 148-149). Metode diskusi/Kelemahan Metode Diskusi Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekuarangan penggunaan metode diskusi antara lain: a. Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. b. Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari faktafakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja. c. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Roetiyah, 1988: 6). Metode diskusi/Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada dasarnya adalah. Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Arsjad & Mukti, 1991: 37). Metode diskusi/Sedangkan menurut Zuhairini dkk., yang diaksud metode diskusi ..ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid (Zuhairini, 1983: 89). Metode diskusi/Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini (diskusi), maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran. b. Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru. c. Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi. d. Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya. e. Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (Arief, 2002: 149). Metode mengajar dapat menciptakan terjadinya interaksi belajar mengajar yang baik, efektif dan efisien. Karena dengan pemilihan metode mengajar yang baik dan tepat guna serta tepat sasaran akan semakin menciptakan interaksi edukatif yang semakin baik pula (Syah, 2007: 134). Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula, akibatnya siswa malas untuk belajar. Bahan pelajaran juga mempengaruhi belajar siswa, kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa (Slameto, 1988: 68). Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Metode ceramah, metode ceramah paling efisien untuk menyampaikan informasi [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 135 952. 953. dengan cara guru bercerita; b) Metode tanya jawab, metode ini dapat digunakan untuk menilai tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan atau materi yang diberikan; c) Metode diskusi kelompok, metode ini bertujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama; d) Metode pemberian tugas, siswa diharapkan ikut serta secara aktif datam suatu proses belajar mengajar; e) Metode studi kasus, metode menganalisis masalah, menghubungkan masalah dengan kehidupan sehari-hari; f) Metode brain storming (meramu pendapat), metode meramu pendapat merupakan perpaduan antara teknik tanya jawab dengan teknik diskusi; g) Metode eksperimen, yaitu guru mendemonstrasikan secara langsung dan siswa memperhatikannya pada kesempatan berikutnya siswa mencobanya sendiri; h) Metode simulasi, sebagai tiruan dari keadaan yang sesungguhnya; i) Metode sosiodrama, suatu cara dimana siswa mendramatisasikan sekaligus memecahkan masalah kehidupan di masyarakat (Saliwangi, 1994: 56-62). Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Metode diskusi, merupakan proses interaksi dua atau lebih individu sating tukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah semua aktif; b) Metode kerja kelompok, yaitu cara mengajar di mana siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok; c) Metode penemuan, merupakan proses mental di mana siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep; d) Metode simulasi, adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksud; e) Metode brain storming (sumbang saran), adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas, dengan cara melontarkan suatu masalah kemudian siswa menjawab; f) Metode esperimen, yaitu cara mengajar di mana siswa melakukan percobaan suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan nasil percobaannya, kemudian disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru; g) Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar di mana seorang guru menunjukkan suatu proses siswa melihat, mengarnati, mendengar mungkin meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut; h) Metode karya wisata, yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan cara mengajak siswa ke suatu tempat di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu; i) Metode bermain peran dan sosiodrama, yaitu siswa mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia; j) Metode latihan dan driil, yaitu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan latihan, agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari pada yang telah dipelajari; k) Metode tanya jawab, yaitu suatu metode untuk memberi motivasi kepada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya atau guna mengajukan pertanyaan, siswa menjawab; 1) Metode ceramah, yaitu usaha menularkan pengetahuan kepada siswa secara lisan (Roestiyah, 1998: 1). Metode pembelajaran diklasifikaskan sebagai berikut: a) Metode penugasan, yaitu suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang dipersiapkan guru; b) Metode eksperimen, yaitu suatu cara memberikan kepada siswa secara [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 136 954. 955. 956. perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri; c) Metode proyek, yaitu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh dari berbagai mata pelajaran; d) Metode diskusi, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah untuk mecapai suatu kesepakatan; e) Metode widyawisata, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek; f) Metode bermain peran, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya ekspresi dan penghayatan siswa; g) Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar dengan mempertunjukkan suatu benda atau cara kerja sesuatu; h) Metode tanya jawab, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab oleh siswa; i) Metode latihan, yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampiian tertentu berdasarkan petunjuk guru; j) Metode ceramah, yaitu suatu cara mengajar dengan penyajian melalui penuturan dan penerangan lisan kepada siswa; k) Metode pameran, metode pameran digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang telah dipelajari; l) Metode cerita, yaitu suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa dengan mengungkapkan kepribadian lokoh-tokoh melalui penuturan hikayat, legenda, dongeng dan sejarah lokal; m) Metode simulasi, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui kegiatan praktek langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai penerapan pengetahuan dan keterampilan sehari-hari (Depdikbud, 1994: 37-47). Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Meskipun selalu banyak dilakukan penelitian dan eksperimen yang diadakan mengenai metode-metode mana yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang paling baik (Nababan, 1993: 150-151). Metode simulasi/Dalam penerapan metode simulasi memiliki beberapa aturan sebagai berikut: a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok paling banyak lima orang. b. Guru menyediakan topiktopik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap kelompok. c. Guru berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang bahasa. d. Kesalahan umum dibicarakan secara umum. e. Diusahan agar anggota kelompok berani mengemukakan pendapat. f. Guru mencatat kesalahan yang selalu muncul. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi. g. Untuk memperbaiki kesalahan, sebaiknya siswa yang memperbaikinya (Suyatno dkk, 2008: 23). Metode simulasi/Kelebihan dari metode simulasi antara lain: a. Memupuk daya cipta, sebab simulasi dilakukan sesuai dengan kreasi siswa masingmasing dalam membawakan peranannya. b. Simulasi dapat dijadikan sebagai sebgai bekal siswa untuk menghadapi situasi sebenarnya yang akan dihadapi di lingkungan yang lebih luas. c. Simulasi dapat [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 137 957. 958. 959. 960. membiasakan dan memberikan keterampilan kepada siswa untuk menanggapi dan bertindak secara spontan. d. Memupuk keberanian dan kemantapan siswa didepan orang banyak. e. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman tidak langsung yang diperlukan siswa dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. f. Siswa berkesempatan menyalurkan perasaan yang tependam, sehingga memperoleh kesegaran, kepuasan serta kesehatan jiwa kembali. g. Dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki siswa, misalnya dalam seni drama. h. Siswa dapat belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain (Suyatno dkk, 2008: 32). Metode simulasi/Kelemahannya ialah: a. Efektivitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan lebih riset. b. Terlalu mahal biayanya. c. Banyak orang meragukan hasilnya karena sering tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang penting. d. Menghendaki pengelompokkan yang fleksibel;perlu ruang dan gedung. e. Menghendaki banyak imajinasi dan guru maupun siswa. f. Menimbulkan hubungan informasi antara guru dan siswa yang melebihi batas. g. Sering mendapat kritik dari orang tua karena dianggap permainan saja (Suyatno dkk, 2008: 32). Metode simulasi/Penggunaan metode simulasi memiliki beberapa alasan sebagai berikut: a. Ada situasi atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan secara nyata dalam situasi sebenarnya, misalnya keadaan bulan dan rotasi bumi dan bulan, serta matahari atau keadaan kebakaran pasar, keadaan perang, dan sebagainya. b. Terdapat konsep-konsep yang harus diresapi dan dan dirasakan peserta didik secara langsung, misalnya suasana perjuangan atau mempertahankan kemerdekaan, saling hormat menghormati sesama manusia, dan sebagainya. c. Menanamkan sikapsikap normatif kepada peserta didik yang harus direfleksikan dalam apresiasi jiwa. d. Agar peserta didik dapat berperan dan berkomunikasi dengan baik (Sumantri dkk., 1998/1999: 162). Metode simulasi/Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena: a. Menyenangkan siswa. b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa. c. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya. d. Mengurangi hal-hal yang verbalitas atau abstrak. e. Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam. f. Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang memberi kemingkinan timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat. g. Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban/kurang cakap. h. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis. i. Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas yang berbeda-beda (Roestiyah, 2008: 22). Metode simulasi/Tujuan penggunaan metode simulasi adalah sebagai berikut: a. Melatih keterampilan tertentu yang bersifat praktis bagi kehidupan sehari- hari. b. Membantu mengembangkan sikap percaya diri pedeserta didik. c. Mengembangkan persuasi dan komunikasi. d. Melatih peserta didik memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber-sumber [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 138 961. 962. 963. yang dapat digunakan memecahkan masalah. e. Meningkatkan pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari. f. Meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan peserta didik dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya (Sumantri dkk., 1998/1999: 161). Metode yang bisa digunakan untuk pengungkapan sikap yaitu: 1. Observasi perilaku. Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten (terulang) misalnya tidak pernah mau diajak nonton film Indonesia, bukanlah dapat disimpulkan bahwa ia tidak menyukai film Indonesia. Orang lain yang selalu memakai baju warna putih, bukankah dia memperlihatkan sikapnya terhadap warna putih. Perilaku tertentu bahkan kadang-kadang sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya. Dengan demikian, perilaku yang diamati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dalam kontek situasional tertentu, tetapi interpretasi sikap warna sangat berhati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang. 2. Pertanyaan langsung. Asumsi yang mendasari metode pertanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. 3. Pengungkapan langsung. Suatu metode pertanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Prosedur pengungkapan langsung dengan item ganda sangat sederhana. Responden diminta untuk menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respondennya yang dilakukan secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur. Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengungkapan langsung yaitu dengan menggunakan skala psikologis yang diberikan pada objek (Azwar, 2000: 90). Metode/Dalam proses penyampaian materi pendidikan kepada sasaran pendidikan, di samping kurikulum maka metode dan alat pendidikan turut memegang peranan penting. Sebab bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya mengubah tingkah laku, tidak terlepas dari metode dan alat bantu pendidikan yang digunakan. Metode dan alat bantu pendidikan yang baik akan mempermudah proses belajar dan mengajar (Soekidjo (2003:59). Metode/Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 139 964. 965. 966. 967. 968. 969. 970. 971. termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengjaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2002: 15). Metode/Dengan mengambil pendekatan elektrik, seorang guru bahasa tidak terpaku pada suatu metode saja, tetapi ia dapat mengadakan penyesuaian yang lebih cocok bagi situasi dan kondisi kelasnya dalam usahanya untuk meningkatkan mutu dan efektifitas pengajaran bahasa (Utama, 1993: 151). Metode/Kedudukan metode pembelajaran sebagaimana diungkapkan Djamarah dan Aswan Zain: 1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik. 2) Metode sebagai strategi pengajaran. 3) Metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan Aswan Zain (1997: 82). Metode/Llima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran: 1) Tujuan yang bermacam-macam jenis dan fungsinya. 2) Anak didik yang bermacam-macam tingkat kematangannya. 3) Situasi yang bermacam-macam. 4) Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya. 5) Pribadi guru serta kemampuan profesional yang berbedabeda (Djamarah, 2006: 78). Metode/Model dalam pembelajaran kooperatif diantaranya Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team Assisted Individualisation (TAI), Group Investigation (GI), dan struktural (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi dkk, 2004: 64-67). Metode/Pengaruh metode pembelajaran terhadap pengalaman belajar seseorang. Edgar Dale mengemukakan bahwa pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami, mengingat, dan menerapkan berbagai simbol abstrak. Kegiatan belajar akan terasa lebih mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi siswa ataupun mempunyai relevansi dengan pengalamannya (Edgar Dale yang dikutip oleh Basuki Wibawa (1993:16). Metode/Tidak ada satu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam setiap situasi. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dengan sifatnya polivalen dan polipraemasi, guru perlu mengetahui kapan sesuatu metode tepat digunakan dan kapan dia mengguankan kombinasi dari metode-metode tersebut. Guru hendaknya memilih metode yang paling banyak mendatangkan hasil (Zuhairini dan Ghofir, 2004: 57-59). Metode/Untuk menghindari kejenuhan disarankan agar guru menggunakan metode yang beragam. Kegiatan bisa dilakukan di dalam atau di luar kelas dengan tugas yang beragam, berpasangan, berkelompok, atau seluruh kelas (Depdikbud, 2003: 6). Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam kurun waktu tertentu (Djamarah (2008:167). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 140 972. 973. 974. 975. 976. 977. 978. 979. 980. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Guru seyogyanya membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan membangun sikap positif (Syah, 2002:129). Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi (Dalyono, 2001: 56-57). Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari (Dalyono, 2001: 56-57). Minat menggerakan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi kegiatan itu (Purwanto, 64). Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu obyek. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perhatian di dalam minat seseorang terhadap sesuatu (Witherington yang dikutip oleh Buchori (1991:135). Minat/Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Diantara kedua hal tersebut timbul lebih dahulu sukar ditentukan secara pasti (Winkel (1983:30). Model teori hierarki kebutuhan. Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materiil maupun non materiil. Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang keinginannya tak terbatas atau tak henti, alat motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya berjenjang (Maslow dalam Robbins, 1996: 127). Motif itu ada tiga golongan yaitu: a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti: lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya. b. Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyongkonyong (emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh: motif melarikan diri dari bahaya,motif berusaha mengatasi suatu rintangan. Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (Woodwort dan Marquis dalam Ngalim Purwanto. 1998: 64). Motif-motif itu ada dua golongan sebagai berikut: a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya. b. Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti : [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 141 981. 982. 983. 984. 985. 986. 987. dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya (Sartain dalam Ngalim Purwanto, 1998: 62). Motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar (McCleland dalam Irawan, dkk., 1997: 42). Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan. Yang bersifat negative adalah sindiran tajam, cemoohan, dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhannya (Rusyan, dkk, 1994: 120-121). Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri anak sendiri. Misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi, menyenangi kehidupan dan keinginan diterima orang lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu (Hamalik, 2007: 162). Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan berdampak positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi sekolah (Wahjosumidjo, 2001: 42). Motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangan sumber daya manusia (Surya, 2004: 61-62). Motivasi/Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan belajar para siswa. Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan dapat dikurangi. Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang akan dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan motif untuk mempelajarinya. Ketiga, memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir tahun. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soalsoal yang sulit hanya bisa diterima atau dipecahkan oleh siswa pandai, siswa yang kurang pandai sukar menguasai atau memecahkannya. Agar siswa yang kurang pandai juga bisa menguasai / memecahkan soal, maka berikan bahan atau soal yang sesuai dengan kemampuannya. Keberhasilan yang dicapai siswa dapat menimbulkan kepuasan kemudian membangkitkan motif. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Keenam, adakan persaingan sehat. Persaingan atau kompetesi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar (Ibrahim & Syaodih, 2003: 28-29). Motivasi/Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang dalam organisasi, yaitu: "(1), pemuas kerja (Job Satisfies) yang [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 142 988. 989. 990. 991. 992. 993. berkaitan dengan isi pekerjaan dan (2). Ketidakpuasan kerja (Job Dissatisfies) yang berkaitan dengan suasana kerja. Satisfies disebut motivators sedangkan Dissatisfies disebut faktor-faktor hygienis (Hygienic Factors) (Herzberg (1959) dalam Reksohadiprojo dan Handoko, 2000: 259). Motivasi/Ada dua prinsip yang dapat di gunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1) motivasi dipandang sebagai proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang, (2) kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjukpetunjuk dari tingkah lakunya (Hamalik, 2007: 158). Motivasi/Ada tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu: a) Mendorong siswa untuk berbuat dan bertindak. Motif itu sebagai penggerak atau motor yang memberi energi atau kekuatan seseorang untuk melakukan suatu tugas. b) Motif itu menentukan arah perbuatan, yakin kearah perwujudan cita-cita atau suatu tujuan. c) Motif itu dapat menyelesaikan suatu berbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan (Hamalik, 2007: 161). Motivasi/Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan (Dimyati, dkk. 2006: 80). Motivasi/Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 1990: 74). Motivasi/Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: 1. Memberi angka. 2. Hadiah. 3. Saingan/kompetisi. 4. Memberi ulangan. 5. Mengetahui hasil. 6. Pujian. 7. Hukuman. 8. Hasrat untuk belajar. 9. Minat. 10) Tujuan yang diakui (Sardiman A. M., 1990: 92-95). Motivasi/Cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah: a. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan. b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan sekolah. c. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang. d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin. e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa. f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin. g. Menggunakan bentuk .bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa. h. Menggunakan intensif seperti pujian, hadiah secara wajar (Tadjab, 1994: 103). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 143 994. 995. 996. 997. 998. Motivasi/Cara untuk menumbuhkan motivasi berprestasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah sebagai berikut: a) Memberikan angka, b) Hadiah, c) Memberi ulangan, d) Mengetahui hasil, e) Pujian, f) Hukuman (Sardiman, 2002: 89). Motivasi/Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. b. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang di sesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan. c. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa akhirnya memiliki self motivation yang baik. d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di dalam kelas. e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari pada asasasas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses belajar mengajar (Hamalik, 2007: 161-162). Motivasi/Dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu: a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalanpersoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan (Sardiman A. M. 1990: 74). Motivasi/Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar, misalnya perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seorang siswa yang mendorong siswa tersebut melakukan kegiatan belajar, misalnya pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua serta guru, dan seterusnya (Syah, Muhibbin, 136-137). Motivasi/Dengan adanya kebutuhan, maka hal ini menjadi motivasi bagi anak didik untuk berbuat dan bekerjasama. Misalnya anak ingin mengetahui isi cerita dari buku sejarah, maka keingian untuk mengetahui [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 144 999. 1000. 1001. 1002. 1003. 1004. isi buku tersebut menjsdi pendorong bagi anak didik untuk membacanya (Purwanto, 2007: 112). Motivasi/Dengan mengetahui hasil dan prestasin sendiri, seperti apakah ia mendapat kemajuan atau tidak, hal ini akan menjadi pendorong bagi anak untuk belajar lebih giat lagi. Jadi adanya pengetahuan sendiri tentang kemajuannya, maka motivasi itu akan timbul (Djiwandono, 2002: 359). Motivasi/Faktor-faktor dalam pekerjaan yang mempengaruhi motivasi kerja individu sebagai berikut: a. Rasa aman (security), yaitu adanya kepastian karyawan untuk memperoleh pekerjaan tetap, memangku jabatan di perusahaan selama mungkin seperti yang mereka harapkan. b. Kesempatan untuk maju, yaitu adanya kemungkinan untuk maju, naik tingkat, memperoleh kedudukan dan keahlian. c. Tipe pekerjaan, yaitu adanya pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, bakat, dan minat karyawan. d. Nama baik tempat bekerja, yaitu perusahaan (sekolah) yang memberikan kebanggaan karyawan bila bekerja di perusahaan atau sekolah tersebut. e. Rekan kerja, yaitu rekan kerja yang sepaham, yang cocok untuk kerja sama. f. Upah, yaitu penghasilan yang diterima. g. Penyelia (Supervisor), yaitu pemimpin atau atasan yang mempunyai hubungan baik dengan bawahannya, mengenal bawahannya, dan mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh bawahannya. h. Jam kerja, yaitu jam kerja yang teratur atau tertentu dalam sehari. i. Kondisi kerja, yaitu seperti kebersihan tempat kerja, suhu, ruangan kerja, ventilasi, kegaduhan suara, bau, dan sebagainya. j. Fasilitas, yaitu kesempatan cuti, jaminan kesehatan, pengobatan dan sebagainya (Yunus, 2007: 45). Motivasi/Faktor-faktor itu (yang mempengaruhi motivasi kerja) meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan (Wahjosumidjo, 2001: 42). Motivasi/Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: a. Adanya kebutuhan. b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri. c. Adanya cita-cita atau aspirasi (Akyas Azhari, 1996: 75). Motivasi/Fungsi motivasi adalah sebagai berikut: a) Mendorong manusia untuk berbuat. b) Menentukan arah perbuatan, yakin kearah tujuan yang ingin dicapai. c) Menyelesaikan perbuatan, yakni menyelesaikan perbuatanperbuatan yang harus dilakukan (S. Nasution dalam Rusyan, dkk. 1989: 107). Motivasi/Indikator motivasi berpestasi adalah sebagai berikut: 1) Tekun dalam menghadapi tugas, 2) Ulet dan tidak mudah putus asa, 3) Menerima pelajaran dengan baik untuk mencapai prestasi, 4) Senang belajar mandiri, 5) Senang, rajin dalam belajar dan penuh semangat, 6) Berani mempertahankan pendapat bila benar, 7) Suka mengerjakan soal-soal latihan (Sardiman, 2002: 82-83). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 145 1005. Motivasi/Jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu: motif bawaan, (motive psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya. (Sardiman A. M. 1990: 74). 1006. Motivasi/Keadaan motivasi belajar terkait erat dengan struktur pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Struktur pembelajaran yang dikenal adalah struktur kompetitif, struktur individual, dan struktur kooperatif (Ames, 1984). 1007. Motivasi/Model teori hierarki kebutuhan (Need Hierarchi) dari Maslow (Robbins, 1996: 127) Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materiil maupun non materiil. Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang keinginannya tak terbatas atau tak henti, alat motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya berjenjang. 1008. Motivasi/Nilai motif pribadi mencakup tiga hal, yaitu kebutuhan prestasi, afiliasi dan kuasa (McClelland dalam Steers, 1988: 33). 1009. Motivasi/Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa (1) suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang (Yamin, 2003: 82). 1010. Motivasi/Prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut. a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement). e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya dorongannya. g. Tugas-tugas yang disebabkan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadangkadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis. k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat muridmurid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai. l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar. m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat menimbulkan perbedaan yang lebih baik. n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi. o. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan. p. Tekanana kelompok murid (pergrup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa. q. [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 146 1011. 1012. 1013. 1014. 1015. 1016. 1017. 1018. 1019. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid (Kenneth H. Hover dalam Hamalik, 2007: 114-116). Motivasi/Salah satu strategi motivasional yang diterapkan dalam proses belajar mengajar adalah model ARCS, yaitu Attention, Relevance, Convidance, dan Saticfaction (Irawan, dkk. 1997: 42). Motivasi/Salah satu teori motivasi berprestasi adalah hadiah dan penguat (reward dan reinforcer), menunjukkan bahwa ada hubungan atau pengaruh antara motivasi berprestasi dengan reward (Wlodkoski dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 330-342). Motivasi/Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah (Purwanto, 2007: 73). Motivasi/Setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan aktualiasi diri. Salah satu kebutuhan aktualisasi diri adalah pengetahuan dan pemahaman serta pemakaian kemampuan kognitif secara positif (Maslow dalam Alwisol, 2005: 254). Motivasi/Siswa yang termotivasi untuk mencapai prestasi ingin dan mengharapkan sukses, serta siswa yang motivasi berprestasinya tinggi cenderung sukses dalam mencapai prestasi belajarnya menunjukkan bahwa ada pengaruh antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar (Weiner dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 355). Motivasi/Strategi motivasional model ARC dapat dikembangkan melalui metode-metode pembelajaran berbasis konstruktivistik. Sebagai filsafat belajar, pemikiran konstruktivisme adalah orang hanya dapat memahami apa yang dikonstruksinya sendiri (Sindhunata, 2000: 109). Motivasi/Teori motivasi terbagi kedalam dua katagori yaitu Teori kepuasan dan Teori proses. Teori kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor didalam individu yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan perilaku. Teori proses menerangkan dan menganalisa bagaimana perilaku didorong, diarahkan, dipertahankan dan dihentikan (Gibson, 1996: 186). Murid/Peserta didik diharapkan dapat memiliki pengetahuan, kemampuan serta ketrampilan untuk mengkonstruksi/membangun pengetahuan secara mandiri melalui pembelajaran generatif (Sumadi, 2000:15). Mutu/Pengukuran mutu dari sisi produsen (sekolah) disebut quality in fact sedangkan pengukuran mutu dari sisi pelanggan disebut sebagai quality in perception. Adapun standar yang dipakai pengukuran quality in fact adalah standar proses dan pelayanan, yakni yang sesuai dengan spesifikasi dalam perencanaan, cocok dengan tujuan dan dilaksanakan dengan tanpa kesalahan (zero defect) atau mengerjakan sesuatu yang benar sejak pertama dan seterusnya (right first time and every time). Standar yang [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 147 1020. 1021. 1022. 1023. 1024. 1025. 1026. 1027. digunakan untuk pengukuran quality in perception adalah standar pelanggan, yakni kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan (Suderadjat, 2005: 2). Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaman yang direka-reka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja yang berbentuk fakta contohnya biografi, autobiografi, kisah-kisah sejati. Sedangkan yang berbentuk fiksi antara lain novel, cerpen, cerbung (Muharimin, 1999: 97). Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah (Parera, 1993: 5). NHT/Kooperatif model numbered head together merupakan sebuah varian diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan metode pembelajaran kooperatif numbered head together yaitu adanya keterlibatan total semua siswa dan meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok (Nur, 2005:78). NHT/Numbered head together adalah salah satu model pembelajaran kooperatif struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Nurhadi dkk, 2004: 67). NHT/Numbered head together adalah suatu metode belajar di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok secara acak guru memanggil nomor dari siswa (Widdiharto, 2004: 5). Organisasi/Ada lima fungsi budaya yang penting untuk diaktualisasikan yaitu: Penentu batas-batas berprilaku. 1) Menumbuhkan kesadaran tentang identitas sebagai anggota organisasi. 2) Penumbuh komitmen. 3) Pemelihara stabilitas organisasi. 4) Mekanisme pengawasan (Siagian, 2002 :199-200). Organisasi/Budaya organisasi seperti itu dikemukakan oleh Keits Davis dan John Newstorm sebagai berikut: Seperti halnya pribadi seseorang, organisasi selalu unik dan ingin tampil khas, masing-masing organisasi memiliki budayanya sendiri-sendiri, hal ini karena dipengaruhi oleh visi dan misi, serta tujuan. Walaupun organisasi itu sejenis, namun budayanya akan berbeda. Oleh kerena itu, budaya organisasi disebut juga dengan sifat-sifat internal organisasi yang dapat membedakannya dengan organisasi lain. Budaya organisasi ini dapat tampil lewat tradisi-tradisi, metode tindakannya sendiri secara keseluruhan menciptakan suatu iklim (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006: 98). Organisasi/Budaya bersifat dinamis bukan statis. Dorongan budaya ini bertolak dari visi organisasi mengenai apa yang dapat dicapai dan strategi lembaga untuk menolong dorongan budaya agar melakukan perubahan organisasi. Budaya organisasi sekolah ini yang akan menentukan perbaikan mutu dalam kontek kepemimpinan sekolah (Syafaruddin, 2002: 99). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 148 1028. Organisasi/Budaya organisasi dapat mempengaruhi persepsi, pandangan dan cara kerja orang yang ada di dalamnya. Apakah karyawan menunjukkan kegairahan, disiplin, rasa suka atau moral-moral yang negatif seperti malas, kurang responsif, apatis, dan sebagainya, dapat ditentukan oleh pengaruh-pengaruh kultural yang terjadi pada organisasi. (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006: 98). 1029. Organisasi/Budaya organisasi harus dibentuk dan dikembangkan kerena adanya budaya organisasi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses yang memerlukan waktu, mulai dari terbentuknya organisasi hingga menjadi organisasi yang mapan, yang pada gilirannya organisasi itu akan menemukan jati dirinya yang khas (Siagian, 2002: 187). 1030. Organisasi/Ciri-ciri organisasi bermutu adalah organisasi yang senantiasa secara konsisten berorientasi kepada sasaran dan tujuan, sehingga secara optimal dapat memberikan pelayanan terhadap pelanggan. Berfokus pelanggan, fokus pada upaya mencegah masalah, investasi pada manusia, memiliki strategi mencapai kualitas, memperlakukan keluhan sebagai umpan balik memperbaki diri, memiliki kebijakan dalam perencanaan mencapai kualitas, mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang, membentuk fasilitator yang berkualitas untuk memimpin proses perbaikan, mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas dan mampu menciptakan kualitas, memperjelas peranan dan tanggung jawab setiap orang, memiliki strategi evaluasi jelas, memandang kualitas sebagai jalan menuju perbaikan kepuasan pelanggan, memiliki rencana jangka panjang, memandang kualitas sebagai bagian dari kebudayaan, dan meningkatkan kualitas sebagai suatu keharusan strategis berdasarkan misi tertentu dari suatu organsiasi (Permadi, 1999: 12-13). 1031. Organisasi/Filsafat organisasi yang di dalamnya mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Fokus perhatian pada kepuasan pelanggan. 2) Pemupukan loyalitas. 3) Perhatian pada budaya organisasi. 4) Pentingnya ketentuan formal dan prosedur (Siagian, 2002: 25-34). 1032. Organisasi/Prinsip-prinsip organisasi yang di dalamnya meliputi: 1) Kejelasan tujuan, yaitu tujuan organisasi harus dirumuskan secara jelas agar dapat dipahami oleh semua personel, dan dapat meyakinkan personel bahwa tujuan dimaksud pantas untuk dicapai. 2) Fungsionalisasi, yaitu segala jenis fungsi yang akan diselenggarakan ditempatkan dalam wadah tertentu sehingga tidak ada fungsi yang tidak jelas pewadahannya. Dan tidak ada fungsi yang bernaung di bawah lebih dari satu wadah dalam organisasi. Fungsionalisasi ini berguna untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan berbagai jenis kegiatan. 3) Pembagian tugas, yaitu dalam menyelesaikan tugas-tugas organisasi dilakukan dengan cara membagikan tugas, dengan dasar bahwa walaupun betapa hebatnya seorang manajer tentu tidak akan dapat bekerja sendirian. Setiap satuan kerja mempunyai tugas dan kegiatan yang secara fungsional menjadi tanggung jawabnya. Oleh karenanya, diperlukan uraian tugas yang kemudian dirinci menjadi uraian pekerjaan setiap orang dalam satuan kerjanya masing-masing. 4) Penempatan yang tepat, yaitu menempatkan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 149 1033. 1034. 1035. 1036. 1037. 1038. personel sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, bakat, dan minatnya. Hal ini berfungsi untuk menghindari kinerja yang hanya bersifat rutinitas, repetitip, dan mekanistik yang pada akhirnya dapat menimbulkan kebosanan. Dengan penempatan kerja yang tepat akan meningkatkan kepuasan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas kerja. 5) Koordinasi, yaitu melakukan tugas-tugas organisasi yang bersifat multi-dimensi tidak dengan cara yang berkotak-kotak, melainkan dengan melihat keterkaitan tugas yang satu dengan tugas yang lainnya. 6) Departementalisasi, hal ini dilakukan karena tuntutan spesialisasi, dan pembagian tugas yang tepat. Departementalisasi ini biasanya dilakukan oleh organisasi yang besar. 7) Kesatuan arah, yaitu setiap kegiatan yang dilakukan dalam organisasi harus diarahkan hanya pada upaya pencapaian tujuan, karena kegiatan yang tidak relevan hanya akan sia-sia saja. 8) Kesatuan komando, yaitu seseorang bawahan hanya bertanggung jawab kepada dan menerima perintah dari atasannya. Jika prinsip ini tidak diikuti maka akan menimbulkan kerancuan dalam kinerjanya. 9) Rentang kendali, yaitu suatu kegiatan yang berkaitan erat dengan efektivitas supervisi. 10) Pola pengambilan keputusan, yaitu pola sentralisasi dan desentralisasi, masing-masing memiliki ciri, dan dampak yang berbeda terhadap prilaku personel. Itulah sebabnya, kepala sekolah harus pandai membaca situasi, kondisi, waktu, dan ruang untuk menentukan pola pengambilan keputusan yang tepat (Siagian, 2002: 3648). Organisasi/Produktivitas suatu organiasasi harus selalu dapat diupayakan untuk terus ditingkatkan, terlepas dari tujuannya, misinya, jenisnya, strukturnya, dan ukurannya. Aksioma tersebut berlaku bagi semua jenis organisasi (Siagian, 2002 : 1). Organisasi/Struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi itu yang menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas individu yang didalamnya beserta kerja samanya dengan individu-individu lain dan hubungan anatara unit-unit kerja itu baik secara vertikal maupun horisontal (Pidarta (2004: 57). Para ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seseorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lainnya (Silberman, 2001:157). Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1) Kohesi (Kesatuan); (2) Koherensi (Kepaduan); dan (3) Pengembangan/Kelengkapan paragraph” (Suriamuharja, 1996: 48). Paragraf/Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah: 1. Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan. 2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan (Tarigan, 1996: 48). Partisipasi/Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulit [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 150 1039. 1040. 1041. 1042. 1043. 1044. 1045. 1046. untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikemukakan (Daryanto, 2006 : 29). Partisipasi/Dimensi hubungan ini mengukur sejauh mana partisipasi personalia yang ada di sekolah. Dimensi ini mencakup afektif dan interaksi para personel yang ada. Skala yang dipakai untuk mengukur hubungan adalah dukungan peserta didik, afiliasi, keretakan, keintiman, kedekatan, dan keterlibatan (Moos dan Arter dalam Hadiyanto, 2004: 179). Partisipasi/Masyarakat merupakan mitra untuk mengembangkan sekolah. Sekolah tidak dapat maju pesat tanpa bantuan dari masyarakat. Oleh karena itu, kemitraan dengan masyarakat harus terus terjalin (Komariah dan Triatna, 2006: 57). Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia sedikitnya mencakup tujuh kegiatan utama, yaitu perencanaan tenaga kependidikan, pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian tenaga kependidikan, kompensasi, dan penilaian tenaga kependidikan (Mulyasa, 2006: 152). Pelatihan sebagai proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu (Sikula dalam Sumantri, 2000: 2). Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Tingkat terendah, adalah pemahaman terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika, menagrtikan Merah Putih, menerapkan prinsipprinsip listrik dalam memasang sakelar. b. Tingkat kedua adalah tingkat penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok c. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah tingkat pemahaman ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya (Sudjana, 2009: 24-25). Pemahaman konsep/Adapun indikator pemahaman konsep adalah siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Sedangkan indikator pemahaman prosedural adalah siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar (DEPDIKNAS, 2003:11). Pemahaman konsep/Adapun indikator pemahaman konsep adalah siswa mampu mengidentifikasikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. Sedangkan indikator pemahaman prosedural adalah siswa mampu mengenali prosedural atau proses menghiting yang benar (DEPDIKNAS, 2003:11). Pemahaman konseptual ditunjukkan dengan kejelasan bahwa pengetahuan yang kaya akan hubungan-hubungan (Hudojo, 2005: 101). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 151 1047. Pemahaman merupakan aspek mendasar dalam belajar, dan setiap pembelajaran matematika seharusnya memfokuskan pada bagaimana menanamkan konsep matematika berdasarkan pemahaman (Abidin, 2004: 57). 1048. Pemahaman prosedural ditunjukkan dua bagian yang berbeda. Pertama, tersusun sebagai bahasan formal atau sistem representasi simbol matematika. Kedua, terdiri dari algoritma atau aturan untuk menyelesaikan tugas (Hudojo, 2005: 101). 1049. Pemahaman prosedural merupakan pengetahuan tentang urutan kaidahkaidah, prosedur- prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan soalsoal matematika (Abidin, 2004: 61). 1050. Pemahaman/Buxton mengemukakan ada empat tingkatan pemahaman yaitu sebagai berikut: a. Tingkatan pemahaman meniru (Rote Learning), pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa. b. Tingkatan pemahaman observasi (Observasikoanal Understanding), pada tingkatan ini siwa lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola (Pattern) atau kecenderungan. c. Tingkatan pemahaman pencerahan (Insightfull Understanding), tingkatan ini siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan tepat, tetapi baru kemudian menyadari mengapa dan bagaimana dia dapat menyelesaikannya setelah berdiskusi ulang atau mempelajari ulang materinya. d. Tingkatan pemahaman relasional, tingkat pemahaman ini siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah, melainkan dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks (Wahyudi, www. Depdiknas.go.id/jurnal/36/tingkatan pemahaman siswa.htm) 1978). 1051. Pemahaman/Kecakapan untuk mengontrol tingkat pemahaman merupakan proses yang sejalan dengan tingkat perkembangan berpikir seseorang. Artinya semakin tua usia siswa maka semakin tinggi tingkat kecakapan dalam kemampuan pemahamannya. Hal ini ada kaitannya dengan tingkat perkembangan perilaku kognitif (Sardiman, 2007: 43). 1052. Pemahaman/Menurut aliran teori belajar Gestalt, insight/pemahaman dapat diperoleh seseorang dengan melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya insight/pemahaman itu tergantung hal-hal berikut: Kesanggupan, maksudnya kesanggupan atau kemampuan inteligensi. a) Pengalaman, karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight. b) Taraf kompleksitas dari suatu situasi, semakin kompleks semakin sulit c) Latihan, dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih. d) Trial and Eror, sering seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaanpercobaan, seseorang dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insinght (Sardiman, 37). 1053. Pembelajaran bukan menitikberatkan pada “apa yang di pelajari “, melainkan pada “bagaimana membuat siswa mengalami proses belajar, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 152 yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaiytan dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran (Yamin, 2011: 70). 1054. Pembelajaran ekspositori sebagai pembelajaran konvensional (Sagala, 2009: 79). 1055. Pembelajaran generatif terdiri dari empat tahap, yaitu: a) Eksplorasi Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut juga tahap pendahuluan. Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa aktivitas/tugas-tugas seperti melalui demonstrasi/penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait dengan konsepsi yang dipelajari. Dalam aktivitas ini, gejala, data, fakta yang didemonstrasikan sebaiknya dapat merangsang untuk berfikir kritis, mengkaji fakta, data dan gejala, serta memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang dipecahkan. Dengan demikian, pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktivitas demonstrasi/penelusuran, siswa didorong untuk mengamati gejala dan fakta. Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa, mengapa hal itu terjadi. Pada langkah berikutnya guru mengajak dan mendorong siswa untuk berdiskusi tentang gejala atau fakta yang baru diselidiki atau diamati. Guru harus mengarahkan proses diskusi guna mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis. Pada proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan, bimbingan, motivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat/ide/hipotesis. b) Pemfokusan - Pada tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep atau intervensi. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mencoba membuktikan konsep atau rumus yang telah mereka rumuskan sebelumnya di tahap eksplorasi. Dalam hal ini materi yang di uji hipotesisnya adalah luas permukaan dan volume kubus dan balok. Pada tahap ini guru bertugas sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan. Tugastugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun/dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai dengan caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas dilakukan secara berkelompok sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 153 pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya. c) Tantangan Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep. Pada tahap ini siswa mulai mengetahui konsep yang benar dari materi yang sedang dipelajari. Para siswa diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman diantara siswa sehinggan konsep yang benar akan mulai diketahui peserta didik. Dalam tahapan ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman, dan menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Pada saat diskusi, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadinya proses mental disebut asimilasi dan akomodasi. Terjadi proses asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep yang benar menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris. Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut. Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian menuju yang sukar. Dengan soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian besar siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya akan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, jika langsung diberikan soal yang tingkat kesukarannya tinggi maka sebagian besar siswa tidak akan mampu menyelesaikannya dengan benar maka akan dapat menurunkan motivasi belajar siswa. d) Penerapan - Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa diluar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan. Pada tahap ini siswa perlu diberi banyak latihanlatihan soal. Dengan adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep (isi pembelajaran) secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang, ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik. Dari uraian di atas mengenai tahap-tahap dari pembelajaran generatif, dari tahap eksplorasi sampai dengan tahap penerapan. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan serta ketrampilan untuk mengkontruksi/membangun pengetahuannya sendiri secara mandiri. Dengan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa akan mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Dengan begitu konsep yang didapat akan tersimpan dalam memori jangka panjang (Osborne dan Cosgrove dalam Wena, 2010: 177- 180). 1056. Pembelajaran generatif/Intisari dari pembelajaran generatif adalah otak tidak menerima informasi dengan pasif melainkan aktif mengkonstruksi [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 154 1057. 1058. 1059. 1060. 1061. 1062. suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan (Waluya, 2005: 5). Pembelajaran generatif/Kelebihan pembelajaran generatif adalah: Pembelajaran generatif memberikan peluang kepada siswa untuk belajar secara kooperatif; Merangsang rasa ingin tahu; Pembelajaran generatif cocok untuk meningkatkan ketrampilan proses; Meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya dengan bertukar pikiran dengan siswa yang lainnya, menjawab pertanyaan dari guru, serta berani tampil untuk mempresentasikan hipotesisnya. Konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke dalam memori jangka panjang (Sutarman dalam Syarifah, 2010: 37). Pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif sehingga dapat menghadapi situasi sejenis atau bahkan situasi yang baru sama sekali dengan cara yang memuaskan (Darsono, 2000: 71). Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Sagala, 2009: 78). Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil (Woolfolk dalam Budiningarti, 1998: 22). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait, elemen-elemen tersebut antara lain: 1) Saling Ketergantungan Positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui: a) Saling ketergantungan mencapai tujuan, b) Saling ketergantungan menyelesaikan tugas, c) Saling ketergantungan bahan atau sumber, d) Saling ketergantungan peran, e) Saling ketergantungan hadiah. 2) Interaksi Tatap Muka. Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. 3) Akuntabilitas Individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas Individual. 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 155 1063. 1064. 1065. 1066. 1067. 1068. menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya akan memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi dkk, 2004: 61-62). Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu; (1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir, (2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (Sagala, 2005: 63). Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran (Warsita, 2008: 265). Pembelajaran/Agar dapat mengajar secara efektif maka guru harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b. Menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM secara efektif. c. Memberi motivasi belajar siswa. d. Menguasai bahan pelajaran yang akan disajikan. e. Membuat perencanaan sebelum mengajar (RPP). f. Melakukan komunikasi atau interaksi belajar mengajar. g. Melaksanakan penilaian hasil belajar (PHB) siswa (Roestiyah dalam Suryosubroto 1997: 14). Pembelajaran/Ciri dan prinsip dalam proses pembelajaran agar siswa mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan saat ini dan mendatang adalah sebagai berikut : (a) Berorientasi pada siswa. (b) Mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yang tepat dan beragam. (c) Memperhatikan teori pendidikan dan teori belajar. (d) Mengusahakan suasana yang demokratis, partisipatif, dan kooperatif. (e) Mengembangkan penilaian (evaluasi) yang menyeluruh dan beragam (tidak hanya dalam bentuk tes, tetapi juga dalam bentuk-bentuk lain: seperti porto folio, tugas (proyek), karya tulis, karya kerja (kinerja). (f) Memperhatikan ciri pokok keilmuan dari bidang studi atau materi yang sedang dipelajari (Muhsetyo, 2006: 03). Pembelajaran/Efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu (Nasution dalam Subroto, 1997: 11). Pembelajaran/Keefektifan pendidikan ditinjau dari dua segi yaitu: 1. Mengajar guru, yang menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang diajarkan terlaksana. 2. Belajar siswa, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar (Simanjuntak dalam Suryosubroto, 1997: 9) [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 156 1069. Pembelajaran/Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar (BSNP dalam Warsita, 2008: 266). 1070. Pembelajaran/Kombinasi pembelajan secara klasikal, kelompok dan individual memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran (Usman, 2000: 96-98). 1071. Pembelajaran/Langkah-langkah dalam pembelajaran adalah: 1) Persiapan. Hal yang harus dilakukan guru pada langkah ini adalah: 1) Memberikan sugesti yang positif. contoh: guru menyampaikan bahwa dimensi tiga merupakan materi yang sangat penting dalam bidang perencanaan bangunan atau konstruksi bangunan. 2) Mengemukakan tujuan yang harus dicapai. contoh: guru menyampaikan bahwa tujuan yang akan dicapai adalah siswa dapat menentukan jarak titik ke garis. 3) Mengingatkan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. contoh: siswa diingatkan tentang dalil Pythagoras, proyeksi titik terhadap garis, garis tinggi suatu segitiga, luas segitiga serta aturan sinus dan kosinus (Depdiknas, 2008: 33-34). 1072. Pembelajaran/Lebih tepat, efektifitas pengajaran itu seharusnya ditinjau dari hubunganya dengan guru tertentu, di dalam situasi tertentu dan dalam usahanya mencapai tujuantujuan tertentu (Popham, 1992: 7). 1073. Pembelajaran/Membedakan tiga cara pengorganisasian siswa belajar ,yaitu: a) pembelajaran secara individual; b) pembelajaran secara kelompok; c) pembelajaran secara klasikal. Ketiga pembelajaran ini memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda-beda (Dimyati dan Mudjiono, 2000:161-170). 1074. Pembelajaran/Mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah (Mortimer J Adler dalam Permadi, 1999: 24). 1075. Pembelajaran/Pada dasarnya pembelajaran melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran merupakan suatu proses, maka diperlukan adanya perencanaan yang seksama dan sistematis (Ibrahim dan Sukmadinata, 1996: 31). 1076. Pembelajaran/Prinsip kegiatan pembelajaran, sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa. b. Pembalikan makna belajar. c. Belajar dengan melakukan. d. Mengembangkan kemampuan sosial, kognitif dan kemampuan emosional. e. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan. f. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. g. Mengembangkan kreativitas siswa. h. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi i. Menumbuhkan kesadran sebagai warga yang baik. j. Belajar sepanjang hayat. k. Perpaduan kemandirian dan kerjasama (Syah, 2007: 288-295). 1077. Pembelajaran/Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman dalam Suryosubroto, 1997: 9). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 157 1078. Pembelajaran/Terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yakni: 1) Menyusun program pengajaran, termasuk merumuskan tujuan. 2) Menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut. 3) Menentukan alat peraga /media pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut. 4) Memilih dan menggunakan metode belajar yang tepat. 5) Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai-tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan sebagai feedback bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya maupun kuantitas belajar siswa (Usman, 2001: 18). 1079. Pembelajaran/Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu dengan lainnya dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian. (Sudjana 1997: 16). 1080. Pembelajaran/Tiga struktur pembelajaran dijelaskan oleh Haris Mudjiman sebagai berikut: a. Struktur Kompetitif. Struktur pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan formaltradisional adalah struktur kompetitif. Sistem penilaian yang digunakan dalam struktur ini mendorong siswa untuk berkompetisi dengan kawankawannya. Kemampuan mereka diukur dengan nilai dan rank. Orientasi siswa adalah “menang atau kalah”. Belajar yang berhasil adalah kalau dapat mengalahkan kawannya sehingga terjadi persaingan dengan segala akibat baik dan buruknya. b. Struktur Individual. Pembelajaran dengan struktur individual banyak dijalankan dalam system pendidikan nonformal atau dalam pendidikan formaltradisional tetapi ada penugasan-penugasan individual sesuai minat masing-masing. Dalam struktur pembelajaran individual , siswa berorientasi kepada pencapaian kompetisi. Bila masih terjadi kompetensi, yang terjadi adalah kompetisi dengan diri sendiri, bukan dengan kawankawannya. c. Struktur Kooperatif. struktur Pembelajarn ini dapat dilaksanakan di kelas-kelas tradisional dalam bentuk kerja kelompok, atau di kelas-kelas pendidikan nonformal. Sikap kompetitif masih ada pada setiap kelompok, tetapi orientasi belajar utamanya adalah ke pencapaian suatu keompetensi atau pemecahan masalah (Mudjiman, 2005: 70-72). 1081. Pembelajaran/Tiga unsur yang merupakan dasar terpenting dalam kegiatan pembelajaran yaitu: 1. Orientasi - Memberikan dasar orientasi yang lengkap yang mencakup isi maupun metode yang dipakai. 2. Latihan Melatih keaktifan secara bertahap langkah demi langkah dengan empat parameter proses belajar yaitu: a. (Konkret -Verbal – Mental). b. Kelengkapan (Lengkap – Singkat). c. Penguasan (Kurang – Baik). d. Sifat Persoalan (Khas – Umum). Dengan mempelajari parameter-parameter secara terperinci apabila belum diperoleh pemecahan dengan baik maka siswa dapat kembali lagi ke tingkat yang lebih rendah sehingga memungkinkan untuk dapat menyelesaikan dengan baik. 3. Umpan Balik Melakukan suatu diagnosa tentang hasil dari proses belajar mengajar yaitu dengan PS3 (Galperin dalam Tjipto dan Ruijhter (1985 : 88). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 158 1082. Pembelajaran/Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan (Roestiyah (dalam Djamarah, 2002: 48). 1083. Pembelajaran/Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut (Dimyati, dkk. 2006: 97-100). 1084. Pemberian tugas pengajuan soal dapat dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut: (a) Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang diperlukan untuk nmemecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat pertanyaan berdasarkan informasi tadi. (b) Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiannya. Nanti soal-soal dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain. Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit tentang kebaikan dan kesiapannya. Soal-soal tersebut nanti digunakan untuk latihan. Nama pembuat soal tersebut ditunjukkan, tetapisolusinya tidk. Soal-soal tersebut didiskusikan dalam masing-masing kelompok dan kelas. (c) Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi katakatanya berbeda. Dengan mendaftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah tersebut akan membantu siswa “memahami masalah:,sebagai salah satu aspek pemecahan masalah (Menon dalam Siswono, 2000: 8-9). 1085. Pemecahan masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan dalam kehidupan (Cooney dalam Hudojo, 1979: 161). 1086. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian dari masalah (Ruseffendi, 1980: 218). 1087. Pemecahan masalah/Ada dua macam masalah, yaitu (1) masalah untuk menemukan yaitu untuk menemukan suatu obyek tertentu dan (2) masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya, 1962: 119). 1088. Pemecahan masalah/Bagian utama dari masalah untuk menemukan adalah apa yang diketahui, apa yang dicari, dan bagaimana syaratnya. Bagian utama dari masalah untuk membuktikan adalah hipotesa atau konklusi dari suatu pernyataan yang harus dibuktikan kebenarannya (Hudojo, 1979: 158-159). 1089. Pemecahan masalah/Beberapa strategi pemecahan masalah yaitu: mencoba-coba, membuat diagram, mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat tabel, menemukan pola, memecah tujuan, memperhitungakan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari belakang, dan mengabaikan hal yang tidak mungkin (Polya, 1973 dalam Shodiq 2004: 13-14) dan Pasmep, 1989 dalam Shodiq 2004: 13-14). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 159 1090. Pemecahan masalah/Dalam pelaksanaan problem posing dikenal beberapa jenis model problem posing antara lain: (a) Situasi problem posing bebas Siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan soal sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan untuk mengajukan soal. (b) Situasi problem posing semi terstruktur - Siswa diberikan situasi atau informasi terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan mengaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu. (c) Situasi problem posing terstruktur - Siswa diberi soal atau selesaian soal tersebut, kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal baru (Chairani, 2007: 04). 1091. Pemecahan masalah/Indikator dari pemecahan masalah antara lain: a) Menunjukkan pemahaman masalah; b) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah; c) Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk; d) Memilih pendekatan atau metode yang tepat; e) Mengembangkan strategi pemecahan masalah; f) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah; g) Menyelesaikan masalah atau soal tidak rutin (Shadiq, 009:14). 1092. Pemecahan masalah/Kekurangan pembelajaran pemecahan masalah yaitu: (1) menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, (2) waktu yang dibutuhkan cukup lama, (3) mengubah kebiasaan belajar siswa dari mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri yang kadang-kadang memerlukan sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa, (4) bagi siswa yang tidak terbiasa menghadapi masalah akan mengalami kesulitan untuk memahami masalah yang ditugaskan, (5) siswa yang pandai akan mendominasi kegiatan pemecahan masalah sedangkan yang kurang pandai tidak mendapat kesempatan dalam pemecahan masalah (Hudojo (2005: 171) dan Mbulu, 2001: 57). 1093. Pemecahan masalah/Kelebihan pembelajaran pemecahan masalah yaitu: (1) membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, (2) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisanya kembali dan akhirnya meneliti kembali hasilnya, (3) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, merupakan hadiah intrinsik siswa, (4) merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh sehingga potensi intelektual siswa meningkat, (5) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melakukan proses melakukan penemuan (Hudojo, 2005: 170 dan Mbulu, 2001: 56). 1094. Pemecahan masalah/Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah adalah 1) siswa dihadapkan pada suatu masalah, 2) siswa merumuskan masalah tersebut, 3) siswa merumuskan hipotesis, 4) siswa menguji hipotesis, dan 5) siswa mempraktekkan kemungkinan pemecahan yang [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 160 1095. 1096. 1097. 1098. 1099. 1100. 1101. 1102. 1103. 1104. dipandang terbaik (John Dewey dalam Mbulu, 2001: 53 dan dalam Nasution, 2000: 171). Pemecahan masalah/Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah yaitu: (1) guru memilihkan masalah dan menyesuaikannya dengan minat siswa dan taraf kesulitan yang dapat dihadapi siswa, (2) bekerja dalam kelompok kecil, (3) siswa diberi tugas menulis apa yang diketahui, apa yang ditanya, dan informasi apa yang diperlukan untuk pemecahan, (4) sajikan masalah sedemikian sehingga siswa paham apa yang harus dikerjakan, (5) sediakan cukup waktu bagi siswa untuk memecahkan masalah, membahas hasil dan mengevaluasi hasil, dan (6) kelas membahas cara lain yang mungkin untuk memecahkan masalah (Hatfield, Edward, dan Bitter dalam Goni, 2002: 24-25). Pemecahan masalah/Masalah ada dua macam yaitu (1) masalah untuk menemukan yaitu untuk menemukan suatu obyek tertentu dan (2) masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya, 1962: 119). Pemecahan masalah/Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Sagala, 2009: 78). Pemecahan masalah/Pembelajaran pemecahan masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan dalam kehidupan (Cooney (1975) dalam Hudojo, 1979: 161). Pemecahan masalah/Pemecahan masalah dapat menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan di dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, istilah tersebut juga mempunyai interpretasi yang berbeda (Utari, 1994: 24). Pemecahan masalah/Pemecahan masalah sebagai suatu kegiatan manusia untuk menerapkan konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar (1996: 190 dalam Rudianto, 2006: 23). Pemecahan masalah/Penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah melalui model kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMA (Gumilar, 2006). Pemecahan masalah/Peran guru dalam pembelajaran ini antara lain sebagai penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, pemberi fasilitas belajar yang baik, serta pembimbing siswa dan penilai dalam pemerolehan informasi yang benar (Nasution, 2000: 158-159). Pemecahan masalah/Petunjuk guru membimbing siswa menyelesaikan masalah adalah 1) membuat siswa memahami masalah, 2) membantu siswa menghimpun pengalaman belajar dan informasi yang relevan sehingga memudahkan siswa merencanakan penyelesaian, 3) membuat siswa memeriksa kembali jawaban (Hudojo, 1988: 175). Pemecahan masalah/Problem posing mempunyai beberapa arti: (a) Pengajuan soal ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. (b) Pengajuan soal ialah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 161 1105. 1106. 1107. 1108. 1109. 1110. 1111. 1112. alternatif soal yang relevan. (c) Pengajuan soal ialah perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah pemecahan suatu soal atau masalah (Suryanto dalam Siswoyo, 2003: 3-4). Pemecahan masalah/Prosedur yang efektif bagi siswa untuk dapat memahami masalah yaitu: a) Membaca pernyataan masalah secara lengkap untuk memperoleh suatu ide umum dari situasi dan memvisualisasikan situasi tersebut. b) Membaca pernyataan masalah untuk memahami pernyataan dan hubungan-hubungannya. c) Membaca pernyataan masalah sebagian-sebagian untuk mencatat konsep-konsep yang sulit dan belum terbiasa. d) Membaca masalah untuk membantu mengorganisasikan langkah-langkah utama untuk kemungkinan pemecahan. e) Membaca masalah lebih dari satu kali untuk memeriksa prosedur yang akan digunakan. f) Petunjuk guru membimbing siswa menyelesaikan masalah (Barnet (1980) dalam Priatna, 1994:20). Pemecahan masalah/Strategi pemecahan masalah yaitu: mencoba-coba, membuat diagram, mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat tabel, menemukan pola, memecah tujuan, memperhitungakan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari belakang, dan mengabaikan hal yang tidak mungkin (Polya (1973) dalam Shodiq 2004: 13-14); dan Pasmep (1989) dalam Shodiq 2004: 13-14). Pemecahan masalah/Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang memotivasi seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya (Suherman, 2001). Pemecahan masalah/Suatu masalah dalam belajar itu jika seorang siswa tidak memenuhi harapan-harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh sekolah seperti yang tercantum pada tujuan dari kurikulum dan kurikuler (Partowisastro dan Hadisuparto (1986:46). Pemecahan masalah/Suatu masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada di bawah taraf perilaku dari sebagian besar teman sekelasnya pada mata pelajaran maupun perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru (Partowisastro dan Hadisuparto, 1986: 47). Pemecahan masalah/Tahapan pemecahan masalah yang sejalan dengan tahapan Polya yaitu: (1) pemahaman masalah, (2) pembentukan model matematika melalui proses abstraksi, (3) pelaksanaan pemecahan melalui proses manipulasi matematis, dan (4) interpretasi melalui perwujudan kembali (Skemp (1971: 2358) dalam Priatna: 18). Pemecahan masalah/Tika Ratna Mayestika (2007) menyatakan bahwa pemahaman konsep matematis dan ketuntasan belajar siswa kelas VIII dapat ditingkatkan dengan pendekatan pemecahan masalah. Pemecahan masalah/Tujuan pembelajaran pemecahan masalah yaitu melatih siswa berpikir menurut cara-cara yang tepat sesuai dengan yang dilakukan secara alamiah (Simandjuntak, 1986: 114). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 162 1113. Penalaran induktif/Makin banyak fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka makin tinggi probabilitas kebenaran konklusinya dan sebaliknya (Soekadijo, 1999:134). 1114. Pendidikan Agama Islam/Tujuan/Zakiyah Darajat mengklasifikasikan tujuan pendidikan agama islam menjadi tiga yaitu: a. Tujuan umum, ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. b. Tujuan akhir, pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula. Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari taqwa, dan sebagai akhir dari proses pendidikan itulah yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. c. Tujuan sementara, tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. d. Tujuan operasional, ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Darajat dkk., 2006: 30-32). 1115. Pendidikan formal (sekolah) memiliki program pendidikan dengan karakteristik program sebagai berikut: 1) Kegiatan pendidikan hendaknya terdiri atas kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 2) Kegiatan sekolah hendaknya campuran antara studi dan bekerja. 3) Kegiatan sekolah hendaknya makin tertuju dan mengutamakan kegiatanbelajar sendiri dan membina diri sendiri. 4) Proses pendidikan atau kegiatanbelajar-mengajar hendaknya tidak hanya melalui satu jalur pengalaman belajar, tetapi lebih merupakan gabungan dari berbagai pengalaman belajar dan bervariasi. Hal ini dapat dicapai dengan: 1) Menggunakan berbagai sumber belajar. 2) Guru memposisikan diri sebagai contoh, fasilitator dan motivator. 3) Menggunakan berbagai alat bantu mengajar (Mudyahardjo, 2012: 177178). 1116. Pendidikan formal/Fungsi dan tujuan pendidikan formal sebagai berikut: 1) Pendidikan sekolah ialah salah satu tangga dari keseluruhan proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hidup. 2) Pendidikan sekolah ialah pendidikan untuk mengembangkan semua aspek kepribadian, baik kognitif dan afektif maupun keterampilan. 3) Pendidikan sekolah merupakan suatu sistem terbuka. 4) Pendidikan sekolah merupakan sekelompok paket belajar atau program belajar yang menyediakan jalur belajar dan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa dapat menggunakan hasil belajarnya untuk belajar sendiri atau self-learning, dan membina dirinya sendiri atau self-direction. 5) Tujuan pendidikan sekolah tidak hanya menguasai bahan belajaran, tetapi dapat menggunakan apa yang telah dipelajari itu untuk mampu belajar sendiri dan membina diri kapan pun dan di mana pun juga, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seumur hidup mencapai kualitas hidup pribadi, sosial, dan profesional seoptimal mungkin (Mudyahardjo, 2012: 176-177). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 163 1117. Pendidikan formal/Karakteristik pendidikan formal sebagai berikut: 1) Biasanya dalam latar kelas sekolah, walaupun tidak tidak hanya berbasissekolah. 2) Isi biasanya ditetapkan sebelumnya oleh guru atau orang/kelompok lain yang memiliki otoritas (barang kali bahkan sukarelawan). 3) Hirarki yang mapan antara guru dan murid. 4) Sering berakhir dengan tes formal atau pembuktian pengetahuan (Dalam Literacy Watch Bulletin (2001-No.17). 1118. Pendidikan formal/Karakteristik pendidikan formal sebagai berikut: 1) Pendidikan formal mulai kerangka teoritis atau konsepual dan pengarah pada pekerjaan praktis atau lapangan aktual. 2) Terdapat kurikulum yang mapan atau ditentukan sebelumnya. 3) Para peserta didik dalam tipe pendidikan ini homogen dengan tujuan umum. 4) Pembelajaran adalah vertikal dan berpusat pada kurikulum. 5) Ketaatan pada norma-norma lembaga yang ketat dan tidak ada pilihan bebas bagi peserta didik. 6) Pendidikan ini bersifat spesialis, misalnya berorientasi pada kelas, berorientasi pada matapelajaran dan berorientasi pada gelar. 7) Para peserta didik diajar langsung oleh para guru (Dahama dan Bhatnagar, 1981: 27). 1119. Pendidikan formal/Menurut O. P. Dahama dan O. P. Bhatnagar (1981) bahwa pendidikan formal pada dasarnya merupakan suatu aktivitas institusional, seragam dan berorientasi pada matapelajaran, waktu belajarnya penuh, terstruktur secara hirarkis, mengarah pada perolehan sertifikat )ijasah), gelar dan diploma (Dahama dan Bhatnagar, 1981: 6). 1120. Pendidikan formal/Pendidikan formal itu terstruktur secara hirarkis, sistem pendidikan yang bergelar secara kronologis yang berlangsung mulai sekolah dasar hingga universitas dan termasuk, hingga pada studi-studi akademik umum, ragam program-program dan lembaga-lembaga khusus untuk pelatihan teknik dan profesional penuh waktu (Combs & Ahmed, 1973: 11). 1121. Pendidikan formal/Tujuan pendidikan formal (sekolah) adalah sebagai berikut: 1) Menyadari perlunya belajar seuur hidup dalam usaha mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya dalam masyarakat. 2) Meningkatkan kemampuan belajar atau educability. 3) Memperluas daerah belajar. 4) Memadukan pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman belajar di luar sekolah (Mudyahardjo, 2012: 177). 1122. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat yang terjadi secara alamiah disebut sebagai pendidikan informal (UU SPN Nomor 20 Tahun 2003). 1123. Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur yang berkenaan dengan pengalaman sehari-hari yang tidak terencana dan tidak terorganisir (belajar incidental). Jika pengalaman-pengalaman diinterpretasikan atau dijelaskan oleh orang-orang yang lebih tua atau teman sejawat pengalaman itu merupakan pendidikan informal (Kleis, 1973: 3-4). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 164 1124. Pendidikan informal/Begitu pula dengan suasana rumah, situasi rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anakyang belajar (Slameto, 1988: 65). 1125. Pendidikan informal/Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya,dan nilai atau hasil belajar yang anak dapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya (Slameto, 1988: 64). 1126. Pendidikan informal/Hubungan antar anggota keluarga yang terpenting adalah hubungan antar anak dengan orang tua, begitu juga hubungan antar anak dengan anggota keluarga lainnya, semua itu turut mempengaruhi belajar anak (Slameto, 1988: 64). 1127. Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang (peserta didik) agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Ahmad Tafsir dalam Marimba, 1989: 32). 1128. Pendidikan memberikan berkontribusi besar terhadap pemberdayaan masyarakat miskin. Pendidikan dan pekerjaan adalah saling terkait, karena pencapaian pendidikan merupakan jalur utama menuju peranan-peranan pekerjaan yang diinginkan. Apa yang orang-orang dapat lakukan sangat ditentukan oleh pendidikan apa yang mereka miliki (McKee, 1981:313). 1129. Pendidikan nonformal merupakan usaha pendidikan yang disengaja yang dilaksanakan di luar sistem persekolahan (Tight, 1983: 6). 1130. Pendidikan nonformal sebagai usaha pendidikan yang melembaga dan sistematis (biasanya di luar sekolah tradisional) di mana isi diadaptasikan pada kebutuhan-kebutuhan peserta didik yang spesifik (atau situasi yang spesifik) untuk memaksimalkan belajar dan meminimalkan unsur-unsur lain yang sering dilakukan oleh para guru sekolah formal (Kleis, 1973: 6). 1131. Pendidikan nonformal/Karakteristiknya sebagai berikut: a) keluwesan (fleksibilitas) untuk disesuaikan dengan kebutuhan khusus setempat, serta dalam mengubah-menyesuaikan kondisi dan kesempatan dalam memilih mata-pelajaran serta memilih cara mengajarnya dan dalam mengadakan kombinasi pelajaran teori dan latihan praktis. b) keleluasan untuk disesuaikan dengan keperluan anak-didik, misalnya dengan mengatur pengajaran sambilan yang disesuaikan dengan tugas pada tempat bekerja atau dalam kalangan keluarga, dan dengan menyusun satuan-satuan pelajaran yang tertentu yang boleh dipelajari dan diselesaikan oleh masing-masing siswa dalam jangka masa dan pada waktu yang lebih cocok – memungkinkan mereka masuk-keluar berganti-ganti ke dalam proses pengajaran, sesuai dengan kehendak dan kesempatan masingmasing. c) Kemampuan untuk memanfaatkan tenaga ahli, fasilitas dan dukungan masyarakat setempat – sementara memupuk rasa turut-memiliki dan turut-mengurus di kalangan masyarakat bersangkutan – sehingga antara lain diperoleh kesempatan pendidikan yang lebih mampu bertahan dalam segi ekonominya (Combs & Ahmed, 1973: 233-234). 1132. Pendidikan nonformal/Karena pendidikan non-formal itu mencakup beraneka-ragam soal, golongan konsumen dan tujuan, maka karena [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 165 1133. 1134. 1135. 1136. 1137. 1138. pertimbangan praktis mencakup program-program yang bertujuan memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan produktivitas dan pendapatan, pada umumnya program yang dirancangkan khusus untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan (Combs & Ahmed, 1973: 3). Pendidikan nonformal/Kebanyakan program pendidikan non-formal mempunyai komponen biaya modal yang relatif rendah (Combs & Ahmed, 1973: 295). Pendidikan nonformal/Manfaat yang diperoleh dari program-program tersebut (pendidikan non-formal) melampaui manfaat ekonomi langsung (misalnya yang tercermin pada peningkatan produksi dan pendapatan) (Combs & Ahmed, 1973: 282). Pendidikan nonformal/Usaha pendidikan digabung dengan faktor-faktor penting-penting lainnya, merupakan suatu unsur yang sangat perlu dan seringkali pun sangat besar produktivitasnya dalam rangka usaha pendidikan itu. Syarat yang mutlak karenanya ialah agar setiap usaha pendidikan non-formal diakaitkan secara ampuh dengan kegiatan pembangunan dan pendidikan lainnya. Pada umumnya, agar pendidikan non-formal itu dapat berhasil guna secara sempurna, ia harus diintegrasikan secara horizontal dengan faktor-faktor pelengkap dalam bidang pendidikan maupun di luar bidang tersebut di daerah geografis yang sama dan di samping itu juga secara vertikal dengan lembagalembaga dan kegiatan pada tingkat yang lebih tinggi yang dapat memberi umpan atau dukungan kepada kegiatan pendidikan di daerah (Combs & Ahmed, 1973: 383). Pendidikan pada dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) sebelum memasuki dunia kerja (Zanun dalam Samsudin, 2003:10). Pendidikan Seni Rupa di Sekolah yang pada awalnya hanya mencakup kegiatan menggambar dengan tujuan untuk menghasilkan anak yang terampil menggambar melalui pelatihan koordinasi mata atau tangan, kemudian hadir dalam cakupan yang lebih luas dengan tujuan yang beragam seperti: menanamkan kesadaran budaya, mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu pendidikan seni rupa. Keragaman tujuan Pendidikan Seni Rupa di Sekolah ini merupakan cerminan dari dinamika masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang, pengaruh keragaman fokus pembinaan dan aspirasi masyarakat. Konsekuensi dari keragaman ini tentu saja berdampak terhadap pelaksanaan pendidikan seni rupa (Bongsoe dalam Salam, 2001: 8). Pendidikan seni rupa/Asselbergs dan Knoop (1995) menuliskan tentang apa yang dilakukan oleh murid dalam kegiatan menggambar di sekolah di Belanda berdasarkan pendekatan ini sebagai berikut. Siswa belajar menggambarkan garis lurus, sudut, segi empat, lengkungan, dan lingkaran untuk kemudian menggambarkan bentuk tiga dimensional yang lebih rumit. Karena guru pada umumnya tidak cukup terampil dalam hal [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 166 1139. 1140. 1141. 1142. 1143. 1144. 1145. menggambar seperti yang harus dilakukan ini, maka guru sangat tergantung pada buku pegangan yang berfungsi sebagai alat bantu mengajar (Asselbergs dan Knoop, 1995: 5). Pendidikan seni rupa/Dengan pemahaman yang baik, akan mampu membuat keputusan yang cerdas dan arif terutama dalam pembuatan kebijakan, perencanaan, maupun penilaian program pendidikan seni rupa di sekolah. Hakikat dan tujuan pendidikan seni rupa juga perlu disosialisasikan di luar lingkungan pendidikan formal, masyarakat luas, khususnya kalangan orang tua atau wali yang memiliki kedekatan psikologis dengan baik, amat penting dalam turut serta menyukseskan misi pendidikan seni rupa di sekolah (Efland dalam Salam, 2003: 263). Pendidikan tersebut lebih banyak menekankan pada kerja alat pikiran yang berupa hafalan dan kurang memperhatikan segi-segi kepribadian, kemasyarakatan, kejiwaan, fisik, mental para peserta didik, dan ini sangat memprihatinkan. Karena hal ini akan menjadikan beban bagi peserta didik dan ditakutkan akan menimbulkan beban mental pada peserta didik (Muhaimin, 2008: 111). Penelitian deskriftif dimaksudkan untuk melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Penelitian mengembangkan konsep, menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Oleh karena itu penelitian ini tidak menggunakan hipotesis, tetapi hanya akan menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan disertai dengan interpretasi (Singarimbun, 1995 : 4). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah atau bidang-bidang tertentu (Ismiyanto, 2003: MP/III/ 3). Penelitian deskriptif menjadi dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dijelaskan sebagai jenis penelitian yang pada dasarnya melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi (Sugiyono (2009: 11) (Mayer dan Greenwood dalam Silalahi, 2009: 27). Penelitian deskriptif menjadi dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dijelaskan sebagai jenis penelitian yang pada dasarnya melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi (Sugiyono (2009: 11) (Mayer dan Greenwood dalam Silalahi, 2009: 27). Penelitian eksperimen harus memenuhi persyaratan seperti: membandingkan dua kelompok atau lebih dan menggunakan ukuranukuran statistik tertentu (statistik inferensial), juga: 1. Menyamakan dulu kondisi subyek yang dimasukkan ke dalam kelompokkelompoknya dilakukan secara acak. 2. Memanipulasi secara langsung satu variabel bebasnya (independent) atau lebih. 3. Melakukan pengukuran (sebagai hasil eksperimen) terhadap variabel bergantungnya (dependent). 4. Adanya kontrol terhadap variabel non percobaan (ektraneous variabels) (Ruseffendi, 1994: 38). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 167 1146. Penelitian eksperimen untuk membuktikan akibat dari suatu treatment yang sengaja diciptakan untuk dibuktikan kebenarannya (Sutrisno Hadi, 1988: 427). 1147. Penelitian kualitatif/Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen (Lofland dan Lofland dalam Moleong, 2007: 157). 1148. Penelitian/Kriteria keabsahan data dapat di lihat sebagai berikut: 1. Tehnik Memeriksa Derajat Kepercayaan Tehnik ini berfungsi untuk melaksanakan penyelidikan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Beberapa tehnik yang digunakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya antara lain: a. Ketekunan Pengamatan. Tehnik ini bermaksud menemukan ciri-ciri dari unsur persoalan/isu yang sedang di cari dan kemudian mensahkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Pengamatan yang dimaksud dalam hal ini pengamatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh terhadap sumber data primer dan data sekunder. b. Triangulasi. Adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain . Triangulasi bertujuan mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada beberapa fase penelitian pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. c. Kecukupan Referensi. Yang dimaksud dengan referensi adalah adanya pendukung untuk membukukan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data hasil wawancara perlu didukung dengan rekaman- rekaman wawancara data, gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh dokumendokumen yang mendukung. Tehnik ini sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang ditemukan peneliti (Moleong, 2005: 34). 1149. Pengajuan masalah matematika bukan hanya bertujuan untuk menantang siswa untuk mengajukan pertanyaan, akan tetapi juga menjadi salah satu clue dalam pemecahan masalah, soal, atau pertanyaan yang lebih rumit dari sebelumnya (Upu, 2003: 18). 1150. Pengajuan masalah/Dalam pustaka pendidikan matematika, pengajuan masalah materi oleh siswa mempunyai tiga pengertian, yaitu: (a) Pengajuan masalah adalah perumusan masalah matematika sederhana atau perumusan ulang masalah yang telah diberikan dengan beberapa cara dalam rangka menyelesaikan masalah yang rumit. (b) Pengajuan masalah adalah perumusan masalah matematika yang berkaitan dengan syaratsyarat pada masalah yang telah dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan yang relevan. (c) Pengajuan masalah adalah merumuskan atau mengajukan pertanyaan matematika dari situasi yang diberikan, baik diajukan sebelum pada saat atau sesedah pemecahan masalah (Silver dalam Upu, 2003: 17). 1151. Pengajuan masalah/Metode pengajuan soal (problem posing) dapat: (a) Membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap pengajaran. (b) Membentuk siswa bersikap kritis dan kreatif. (c) Dapat mempromosikan semangat inkuri dan membentuk pikiran yang berkembang dan fleksibel. (d) Mendorong siswa untuk lebih [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 168 1152. 1153. 1154. 1155. 1156. bertanggungjawab dalam belajarnya. (e) Mempertinggi kemampuan pemecahan masalah. (f) Menghilangkan kesan keseraman dan kekunoan dalam belajar. (g) Memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran. (h) Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. (i) Membantu memusatkan perhatian pada pelajaran. (j) Mendorong siswa lebih banyak membaca materi pelajaran (Tatag dalam Kholitatunnawa, 2007: 17). Pengajuan masalah/Untuk membantu siswa dalam memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal dengan kata-kata sendiri, menulis soal dalam bentuk lain atau dalam bentuk yang operasional. Cara yang disarankan Russefendi merupakan istilah yang dikenal dengan istilah pengajuan soal (problem posing) (Russefendi dalam Siswono, 2000: 03). Pengalaman kerja/Beberapa indikator pengalaman kerja, yaitu sebagai berikut: a. Pendidikan dan latihan Pendidikan dan latihan yang dimiliki oleh guru menentukan hasil yang dicapai dalam bekerja akan semakin baik. Pendidikan dan latihan yang baik dimiliki oleh para guru akan dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam bekerja. b. Masa kerja. Masa kerja merupakan faktor yang mendukung proses bekerja seorang. Semakin lama waktu dalam bekerja, seorang guru akan dapat mengukur kemampuannya dalam bekerja secara lebih baik. c. Kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang dimiliki seorang akan dapat membuka kesempatan bagi dirinya untuk memperoleh sesuatu yang belum pernah dimiliki seorang guru. Kesempatan kerja sangat. penting dalam mendukung diperolehnya pengalaman kerja yang berharga dalam hidupnya (Basu Swastha dan Ibnu Sukojto, 1998: 282). Pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami, mengingat, dan menerapkan berbagai simbol abstrak. Kegiatan belajar akan terasa lebih mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi siswa ataupun mempunyai relevansi dengan pengalamannya. Untuk mendekatkan siswa terhadap pengalaman langsung dan pemahaman proses perbaikan sistem kopling maka dapat menggunakan berbagai jenis metode maupun media pembelajaran (Edgar Dale yang dikutip oleh Wibawa (1993:16). Pengawasan/Pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah (Manullang, 2005: 173). Pengawasan/Unsur-unsur pokok dalam pengawasan terdiri dari: 1. Suatu standar mengenai performance yang diharapkan. 2. Suatu pengukuran performance yang sesungguhnya. 3. Suatu perbandingan antara performance yang sesungguhnya dengan performance yang diharapkan. 4. Laporan mengenai penyimpangan kepada pimpinan. 5. Suatu rangkaian tindakan, keputusan dari pimpinan untuk memilih respon yang cocok. 6. Suatu metode perencanaan dan pengawasan yang lebih baik untuk mengubah kondisi (Oemar Hamalik, 1991: 128). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 169 1157. Pengetahuan konseptual adalah keterkaitan yang terintegrasi dan berhubungan dengan konsep matematika yang lain (Muhsetyo, 2001: 22). 1158. Pengetahuan prosedural/Pengetahuan prosedural ditunjukkan dengan tersusunnya bahasa formal atau sistem representasi simbol matematika termasuk di dalamnya algoritma atau aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah (Hiebert dan Lefreve dalam Hudojo, 2005: 90). 1159. Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini, tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak menimbulkan dampak negative (Mulyasa, 2006: 151). 1160. Penghitungan realiabilitas dilakukan hanya pada item yang valid. Dalam penelitian ini untuk mengetahui realibilitas alat ukur dilakukan dengan analisis uji keandalan butir dengan teknik alpha dari Cronbach (Umar, 2008: 120). 1161. Penguatan/Ada enam tujuan pemberian penguatan yaitu: 1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajarn. 2. Melancarkan atau memudahkan proses belajar. 3. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar yang produktif. 4. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar. 5. Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik atau divergen dan inisiatif sendiri (Hasibuan & Moedjiono, 2008: 58). 1162. Penguatan/Ada tiga tujuan pemberian penguatan yaitu: a) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. b) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. c) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina prilaku laku yang produktif (Mulyasa, 2008: 78). 1163. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi (Romizowski dalam Abdurrahman; 2009: 38). 1164. Perencanaan/A simple definition of educational planning is the process of preparing decisions for action in the future in the field of educatioinal development is the function of educational planning (Guruge (Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006 : 8). 1165. Perencanaan/Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, ekstensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi, dan sebagainya) (Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun (2006 :3-4). 1166. Perhatian pada mutu layanan pendidikan yang menekankan pada kepuasan siswa muncul dalam rangka menarik para calon siswa, melayani dan mempertahankan mereka. Peningkatan mutu pendidikan termasuk di dalamnya mutu layanan akademik dan mutu pengajaran merupakan upayaupaya yang harus dilakukan agar kepuasan pelanggan dapat diberikan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 170 1167. 1168. 1169. 1170. 1171. 1172. secara optimal. Namun pada beberapa masalah layanan pendidikan pada sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia menjadi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional (Greiner (2000) dan Riportela Couste dan Torres (2001), (Tersedia :http/Google.pakguruonline). Perubahan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya (Budiningsih, 2008: 34). Perubahan yang diperkirakan akan terjadi harus dapat diantisipasi dan siap mengambil langkah-langkah untuk “menampung” dampaknya. Bahkan apabila mungkin dampak tersebut diubah menjadi peluang bagi organisasi dalam upaya mencapai tujuan dan berbagai sasarannya termasuk tujuan dan sasaran pribadi para anggotanya (Siagian, 2002 : 206). Peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan diantarannya adalah: a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa. b. Mempelajari cara belajar. c. Mengungkapkan konsepsi salah. d. Alat evaluasi (Dahar, 1999: 129). Peta konsep/Ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: a. Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep atau proposisi-proposisi menjadi lebih bermakna. b. Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari konsep-konsep. Namun, peta konsep ini tidak hanya menggambarkan konsep-konsep penting, melainkan juga hubungan antara konsep-konsep ini. c. Adanya cara menyatakan hubungan antar konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama, maka perlu ditentukan konsep mana yang lebih inklusif. d. Sehubungan dengan ciri yang ketiga, maka dalam peta konsep menunjukkan adanya hierarki (Dahar, 2000:125). Peta konsep/Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori kognitif Ausubel (2000:132): 1) Struktur kognitif itu diatur secara herekis, dengan konsep-konsep dan proposisiproposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsepkonsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. 2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami deferensial progresif. Prinsip Ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinu dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proposional. Jadi konsep-konsep tidak pernah “tuntas dipelajari”, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. 3) Penyesuaian intregratif. Prinsip belajar ini menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat, bela siswa menyadari hubunganhubungan baru (kaitan-kaitan konsep antara kumpulan) konsepkonsep atau proposisi-proposisi yang berhubungan. Dalam peta konsep penyesuaian intregratifini diperlihatkan dengan adamya kaitan-kaitan silang (cross links) kumpulan antara konsepkonsep. Peta konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Proposisiproposisi merupakan dua atau lebih lebih konsep yang dihubungkan oleh katakata dalam unit sumatik. Winkel (1996: 327) menyatakan bahwa peta konsep adalah jaringan-jaringan konsep yang saling berhubungan secara hierarkis [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 171 1173. 1174. 1175. 1176. 1177. 1178. 1179. 1180. 1181. 1182. dari atas ke bawah. Jadi belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep disusun secara hierarki (Dahar, 1989: 122). Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran (Buzan, 2008: 4). Peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta pikiran merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa untuk belajar (Edward, 2009: 64). Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi (DePorter, dkk., 2005: 175-176). Peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah (DePorter dan Hernacki, 2006: 152). Peta pikiran/A mind map is a diagram used to represent words, ideas, tasks, or other items linked to and arranged around a central key word or idea. Mind maps are used to generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, decision making, and writing (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map). Peta pikiran/Metode peta pikiran sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis narasi. Metode mencatat ini, didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja sama dengan otak, dan bukan menentangnya (Buzan dalam DePorter, dkk., 2005: 176). Peta pikiran/Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran (Buzan, 2008: 4). Peta pikiran/Mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya (Buzan, 2007: 4). Peta pikiran/Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward, 2009: 64). Peta pikiran/Sistem mind mapping mempunyai banyak keunggulan yang di antarnya: proses pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan otak. Oleh karena itu metode peta pikiran ini akan sangat membantu memudahkan siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam menulis narasi. Metode peta pikiran akan menambah pengetahuan siswa untuk mencari urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang diharapkan. Siswa akan lebih mudah jika dalam pembelajaran menulis narasi mengangkat tema dari kehidupan siswa sehari-hari atau pengalaman-pengalamannya. Melalui bimbingan guru, pengalamanpengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka berfikir melalui peta [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 172 pikiran. Peta pikiran tersebut penuh kreativitas siswa dengan gambar dan kata-katanya yang sangat variatif. Hal ini dapat memicu siswa untuk menulis karangan narasi yang lebih besar atau menarik siswa untuk menulis narasi. Berdasarkan hal tersebut, maka kemampuan menulis narasi siswa akan meningkat (Edward, 2009: 64-65). 1183. Peta pikiran/Sistem peta pikiran mempunyai banyak keunggulan yang di antarnya: proses pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak semata-mata hanya mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan otak. Oleh karena itu metode peta pikiran ini akan sangat membantu memudahkan siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam menulis narasi. Metode peta pikiran akan menambah pengetahuan siswa untuk mencari urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang diharapkan. Siswa akan lebih mudah jika dalam pembelajaran menulis narasi mengangkat tema dari kehidupan siswa sehari-hari atau pengalaman-pengalamannya. Melalui bimbingan guru, pengalamanpengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka berfikir melalui peta pikiran. Peta pikiran tersebut penuh kreativitas siswa (Edward, 2009: 6465). 1184. Peta pikiran/Tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami. 2) Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak. 3) Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. 4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat. 5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. 6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran. 7) Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata (Buzan, 2008: 15). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 173 1185. Pola berpikir yang dikembangkan matematika seperti dijelaskan di atas memang membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif (Shadiq, 2004: 3). 1186. Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang akan diteliti. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009: 253). 1187. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari menusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian (Nawawi, 2005: 141). 1188. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2001: 108). 1189. Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 72). 1190. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek maupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 90-91). 1191. Portofolio/Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam menggunakan portofolio di sekolah, antara lain; (1) saling percaya (mutual trust) antar siswa dan guru, (2) kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa, (3) milik bersama (join ownership) antara guru dan siswa, (4) kepuasaan (satisfaction), (5) kesesuaian (relevance), dan (6) penilaian proses dan hasil (Majid, 2008: 202). 1192. Portofolio/Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsipprinsip tersebut antara lain: Saling Percaya, Keterbukaan, Kerahasiaan, Milik Bersama, Kepuasan dan Kesesuaian, Budaya Pembelajaran, Refleksi, Berorientasi Pada Proses dan Hasil Belajar (Sanjaya, 2006: 198200). 1193. Portofolio/Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu (1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2) kualitas hasil, (3) bukti-bukti otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, (4) kerjasama siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, (5) penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan melalui refleksi diri dan evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran (Marhaeni dalam Lilik, 2010: 25). 1194. Portofolio/Jenis-jenis portofolio yaitu: (1) Portofolio proses - Portofolio proses menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Tujuan portofolio proses adalah untuk membantu peserta didik mengidentifikasi tujuan pembelajaran, perkembangan hasil belajar dari waktu ke waktu, dan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 174 menunjukkan pencapaian hasil belajar. Salah satu bentuk portofolio proses adalah portofolio kerja yaitu bentuk yang digunakan untuk memilih koleksi evidence peserta didik, memantau kemajuan atau perkembangan dan menilai peserta didik dalam mengelola kegiatan belajar mengajar siswa sendiri. (2) Portofolio produk - Portofolio produk menekankan pada penguasaan (masteri) dari tugas yang dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar, serta hanya menunjukan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh. Tujuan portofolio produk adalah untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang telah dicapai. Contoh portofolio produk yaitu portofolio tampilan dan portofolio dokumentasi (Arifin, 2009: 207). 1195. Portofolio/Kekurangan penilaian portofolio antara lain yaitu: (1) Membutuhkan waktu dan kerja ekstra. (2) Penilaian portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan penilaian yang lain. (3) Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga proses penilaian kurang mendapat perhatian. (4) Jika guru melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat teacher oriented, kemungkinan besar inisiatif dan kreativitas peserta didik akan terbelenggu sehingga penilaian portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan baik. (5) Orang tua peserta didik sering berpikir skeptis karena laporan hasil belajar anaknya tidak berbentuk angka. (6) Penilaian portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahaminya. (7) Tidak tersedianya kriteria penilaian yang jelas. (8) Analisis terhadap penilaian portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat dikuranginya penggunaan angka. (9) Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional. (10) Dapat menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap dan detail (Arifin, 2009: 206). 1196. Portofolio/Kelebihan penilaian portofolio antara lain yaitu: (1) Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu berdasaarkan feed-back dan refleksi diri. (2) Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di kelas. (3) Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan, baik di kelas maupun di luar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran. (4) Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajarn dan penilaian. (5) Memberi kesempatan kepada peseta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka. (6) Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran. (7) Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, sekolah, dalam melihat pencapain kemampuan peserta didik. (8) Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self-assessment), refleksi, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking). (9) Memungkinkan guru melakukan penilaian secara fleksibel, tetapi tetap mengacu pada kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang ditentukan. (10) Guru dan peserta didik sama- [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 175 1197. 1198. 1199. 1200. 1201. 1202. sama bertanggung jawab untuk merancang dan menilai kemajuan belajar. (11) Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta didik yang pandai dan kurang pandai. (12) Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar peserta didik (Arifin, 2009: 205). Portofolio/Manfaat portofolio yaitu: (1) Guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan siswa. (2) Guru dan murid dapat berkomunikasi tentang pekerjaan siswa. (3) Siswa dapat menjadi partner dalam proses penilaian. (4) Siswa dapat menemukan bakat dan kemampuannya. (5) Penilaian tersebut obyektif. (6) Meningkatkan interaksi siswa dan guru untuk mencapai tujuan. (7) Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, mempunyai kebanggaan (pride), rasa memiliki, dan menumbuhkan kepercayaan diri. (8) Mencapai ketuntasan belajar, bukan sekedar tuntas materi. (9) Guru bersama pengawas dapat mengevaluasi program pengajaran. (10) Meningkatkan profesionalisme guru (Arifin, 2009:201). Portofolio/Pada hakekatnya terdapat dua bentuk portofolio, yaitu portofolio produk dan portofolio proses. Portofolio produk adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk mencapai evidence itu terjadi. Portofolio tampilan (show portfolio) dan portofolio dokumentasi (documentary portfolio) merupakan contoh portofolio produk (Cole, Ryan dan Kick dalam Surapranata dan Hatta, 2004: 46). Portofolio/Penilaian portofolio adalah penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Surapranata dan Hatta, 2004: 21). Portofolio/Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan (Sanjaya, 2006:194). Portofolio/Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaaan/tugas atau karya melalui pengumpulan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu (Arifin, 2009:198). Portofolio/Portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain: 1) Menghargai perkembangan yang dialami siswa. 2) Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung. 3) Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik. 4) Merefleksikan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 176 1203. 1204. 1205. 1206. 1207. 1208. 1209. kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi. 5) Meningkatkan efektifitas pembelajaran. 6) Bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan guru lain. 7) Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa. 8) Melakukan kemampuan refleski diri, dan membantu siswa dalam merumuskan tujuan (Majid, 2008: 202). Portofolio/Salah satu tujuan penting yang disajikan dalam suatu portofolio adalah portofolio dapat memungkinkan guru untuk mengakses perkembangan pemahaman siswa terhadap suatu pelajaran (Karim dalam Kristina, 2006: 19). Portofolio/Secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portofolio ideal (ideal portfolio), portofolio penampilan (show portfolio), portofolio dokumentasi (documentary portfolio), portofolio evaluasi (evaluation portfolio) dan portofolio kelas (classroom portfolio) (Nitko dalam Majid, 2008: 202). Portofolio/Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian portofolio. Tahapan terebut antara lain: (1) Menentukan tujuan portofolio. (2) Menentukan isi portofolio. (3) Menentukan kriteria dan format penilaian. (4) Pengamatan dan penentuan bahan portofolio. (5) Menyusun dokumen portofolio (Sanjaya, 2005: 202207).. Portofolio/Tujuan portofolio yaitu: (1) Menghargai perkembangan peserta didik. (2) Mendokumentasikan proses pembelajaran. (3) Memberi perhatian pada prestasi kerja. (4) Merefleksikan kesanggupan mengambil risiko dan melakukan eksperimentasi. (5) Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. (6) Bertukar informasi antara orang tua peserta didik dengan guru lain. (7) Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik. (8) Meningkatkan kemampuan refleksi diri. (9) Membantu peserta didik merumuskan tujuan (Arifin, 2009: 200). Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara: a. Penilaian formatif - Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif - Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.40 (Purwanto, 2001: 26). Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam dua faktor yaitu, faktor intern (faktor dalam diri manusia) dan faktor ekstern (faktor dari luar manusia) (Mudzakir dan Sutrisno, 1997: 155-168). Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa. 2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. 3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 177 1210. 1211. 1212. 1213. 1214. 1215. belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Muhibbinsyah, 2002: 82). Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Slameto, 2003: 54). Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu (Kunandar, 2007: 45). Profesi/Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, (4) mengutamakan layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya (Yamin, 2007: 14). Profesi/Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas (Yamin, 2007: 3). Profesi/National Education Association (NEA) 1998 dengan menyarankan kriteria profesi keguruan sebagai berikut: a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. b. Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu yang khusus. c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama. d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan. e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. f. Jabatan yang menentukan buku (standarnya) sendiri. g. Jabatan yang mempunya organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat (Soetjipto & Kosasi, 2004: 18). Profesi/Robert W. Richey mengemukakan ciri-ciri sekaligus syarat-syarat dari suatu profesi sebagai berikut: a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi. b. Seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya. c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikap serta cara kerja. e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan disiplin diri dalam profesi, serta kesejahtraan anggotannya. g. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang anggota yang permanent (Namsa, 2006: 39). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 178 1216. Profesi/Yunus Namsa, Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi adalah; (1) bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik. Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar; (3) bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan dan latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan (Namsa dkk., 2006: 31-32). 1217. Profesional/Power (1992) menyatakan bahwa profesional merupakan sosialisasi dalam profesi (Power, 1992: 37). 1218. Profesional/Seorang profesional adalah seorang yang terus menerus berkembang atau trainable (Tilaar, 2000: 137). 1219. Program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik memiliki lima kriteria yang bisa disingkat dengan SMART (specific, measurable, achievebel, realistic, timebound). Kriteria tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan indikator kinerja pendidikan yang terukur dan yang dapat dicapai sebagai target/sasaran masing-masing program (Renstra Depdiknas 2005-2009 (2005: 84). 1220. Proses belajar terjadi karna adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang berasal dari dalam atau faktor yang berasal dari luar diri siswa (Soeharto dkk., 2003: 109). 1221. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pendekatan pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heurisken yang berarti saya menemukan (Sanjaya, 2007: 196). 1222. PSH/Pendidikan sepanjang hayat mencakup pola-pola belajar formal, nonformal dan informal seluruh siklus kehidupan individu untuk peningkatan kualitas kehidupan yang disadari dan terus-menerus, dirinya dan masyarakatnya (Dave, 1976). 1223. PSH/Setiap individu harus dalam posisi tetap belajar dalam sepanjang hidupnya. Gagasan pendidikan sepanjang hayat merupakan keystone masyarakat belajar (the learning society). Konsep sepanjang hayat mencakup semua aspek pendidikan, merangkul segala sesuatu di dalamnya, dengan seluruh yang lebih banyak dari bagian-bagiannya. Tidak ada sesuatu bagian yang terpisah secara “permanen” dengan pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan sepanng hayat bukan sistem pendidikan tetapi prinsip di mana seluruh organisasi dari sebuah system dijumpai, dan selanjutnya melandasi pengembangan masing-masing komponen (Faure, 1972: 181-182). 1224. Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam kehidupannya, manusia baik sebagai individu maupun anggota masyarakat di hadapkan pada hal-hal yang membuatnya hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup (Abdul Majid, 2006: 132). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 179 1225. PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya (McNiff dalam Arikunto, 2007: 102). 1226. PTK/Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto, 2007: 2-3). 1227. PTK/Karakteristik PTK tersebut, antara lain: 1) adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, 2) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan, 3) sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran, 4) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting, 5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti, 6) ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu me ningkatkan profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan (Arikunto, dkk., 2007: 62). 1228. PTK/McTaggart, mengemukakan ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas (PTK), diantaranya adalah sebagai berikut: 1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. 2. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri. 3. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the re-planning. 4. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. 5. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK. 6. PTK adalah proses belajar yang sistematis , dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 7. PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (guru). 8. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memeberikan hipotesis tindakan) (Arikunto, 2007: 2-3). 1229. PTK/Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: 1. Perencanaan - Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. 2. Pelaksanaan Tindakan - Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3. Pengamatan - Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 180 1230. 1231. 1232. 1233. 1234. 1235. 1236. dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. 4. Refleksi - Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesei melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2007: 16-19). Ranah afektif - Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). Ranah afektif/Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) - Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri (Winkel, 1996: 248). Ranah afektif/Penerimaan (Receiving/Attending) - Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru (Winkel, 1996: 248). Ranah afektif/Penghargaan - Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin (Winkel, 1996: 248). Ranah afektif/Pengorganisasian (Organization) - Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting (Winkel, 1996: 248). Ranah afektif/Tanggapan - Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.) Ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut: (a) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkaitan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. (b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 181 1237. 1238. 1239. 1240. 1241. 1242. hal yang dipelajari. (c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. (d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi maslah menjadi bagian yang kecil. (e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja (Bloom dalam Daryanto, 2010: 100). Ranah kognitif/Analisis - Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik (Winkel, 1996: 247). Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). Ranah kognitif/Aplikasi - Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru (Winkel, 1996: 247). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). Ranah kognitif/Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan criteria tertentu (Winkel, 1996: 247). Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). Ranah kognitif/Pemahaman - Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari (Winkwl, 1996: 247). Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/). Ranah kognitif/Pengetahuan - Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya (Winkel, 1996: 247). Ranah kognitif/Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru (Winkel, 1996: 247). Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 182 1243. Ranah psikomotor/Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin (http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/). 1244. Rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesional mereka makin berkembang sehingga situasi belajarmengajar makin efektif dan efisien (Soewadji Lazaruth, 1988: 33). 1245. Sampel/Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, tergantung dari: a. kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti (Arikunto, 2005: 134). 1246. Sampel/Jumlah sampel minimal 4 atau 5 kali jumlah variabel yang digunakan didalam analisis (Malhotra, 1999: 416). 1247. Sampel/Untuk menentukan besarnya sampel dapat dilakukan dengan cara (1) bila populasi besar persentase kecil saja sudah dapat memenuhi syarat ; (2) besarnya sampel hendaknya jangan kurang dari 30 (Suparmoko, 1998: 42). 1248. Sarana/Berbagai sumber daya dan dana merupakan ‘benda mati’, maka sarana prasarana tersebut harus digunakan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya selama mungkin (Siagian, 2002: 2). 1249. Scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian (Cazden dalam Yamin; 2011: 166). 1250. Scaffolding/4 tahapan pada proses pembelajaran scaffolding yaitu: Tahap pertama - Guru menjelaskan materi didepan kelas dan siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Tahap kedua - Guru menilai pemahaman siswa dengan cara memberikan tugas. Selama tahap ini guru memberikan bantuan kepada siswa. Tahap ketiga - Guru mulai mengurangi bantuan yang diberikan kepada siswa. Tahap keempat - Guru menghilangkan bantuan sama sekali apabila siswa telah dapat menyelesaikan tugas secara mandiri tanpa membutuhkan bantuan dari guru (Vygotsky dalam Hartman, 2002). 1251. Scaffolding/Kenzie (2000) scaffolding juga mempunyai karakteristik khusus, yaitu: (1) Scaffolding provides clear directions (scaffolding memberikan petunjuk yang jelas). Guru mengantisipasi adanya masalahmasalah yang mungkin akan dihadapi oleh siswa, sehingga guru mengembangkan selangkah demi selangkah pembelajaran-pembelajaran, yang mana menjelaskan apa yang harus dilakukan siswa untuk memenuhi harapan mereka. (2) Scaffolding clarifies purpose (scaffolding menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran). Pendekatan scaffolding ini membantu para siswa untuk memahami mengapa mereka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan mengapa hal tersebut penting untuk dikerjakan. (3) Scaffolding keeps students on the task (scaffolding [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 183 menunjukkan siswa pada tugasnya). Penyediaan struktur-struktur pembelajaran yang menyediakan jalan bagi para siswa, membantu siswa untuk dapat membuat keputusan-keputusan jalan mana yang dipilih atau apa saja yang akan dijelajahi sepanjang jalan tersebut. Tetapi mereka tidak menyimpang dari jalan tersebut sebagai jalan yang ditunjuk yang akan diberikan kepada mereka. (4) Scaffolding offers assessment to clarify expectations (scaffolding menawarkan penaksiran untuk memperjelas tujuan-tujuan). Sejak awal kegiatan pembelajaran, siswa diberikan contohcontoh yang berupa latihan-latihan soal dan rubrik - rubrik yang ditunjukkan kepada para siswa. (5) Scaffolding points students of worthy sources (scaffolding mengarahkan siswa ke sumber belajar yang bermutu). Guru menyediakan sumber-sumber pelajaran untuk mengurangi kebingungan dan frustasi serta memberikan arahan tentang sumber mana yang pantas digunakan siswa, agar siswa dapat memutuskan sumber mana yang akan digunakan. (6) Scaffolding reduces uncertainly, surprise and disappointment (scaffolding mengurangi ketidakpastian, keheranan dan kekecewaan). Guru mengadakan evaluasi terhadap pelajaran - pelajaran yang sudah dipelajari untuk menentukan area permaslahan yang mungkin muncul atau ada, kemudian mengadakan perbaikan-perbaikan untuk untuk mengurangi kesulitan-kesulitan sehingga proses pembelajaran dapat dimaksimalkan. (7) Scaffolding delivers efficiency (scaffolding memberi efisiensi). Pendekatan scaffolding memberikan keefisienan, dimana dalam proses pembelajaran mereka melakukan sesuai dengan rencana pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas tepat pada waktunya dan sesuai dengan jalan yang ditunjukkan sehingga apa yang mereka usahakan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (8) Scaffolding create momentum (scaffolding menimbulkan semangat). Dalam proses pembelajaran, banyak guru menyediakan bantuan-bantuan tidak hanya berupa pemecahan masalah, tetapi juga dorongan atau motivasi ketika siswa mengalami frustasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, sehingga lebih mudah mengerjakan tugas-tugas yang sulit karena bantuanbantuan tersebut. 1252. Scaffolding/Pembelajaran/Vygotsky (2000) mengungkapkan bahwa terdapat 2 kunci utama dalam pembelajaran dengan pendekatan scaffolding yaitu; (1) memberikan pemahaman, dimana siswa harus dapat membangun pemahamannya sendiri dan dapat menyelesaikan tugas secara mandiri, (2) bantuan sementara, dimana bantuan yang diberikan oleh guru hanya bersifat sementara. Guru akan mengurangi bantuan kepada siswa dan pada akhirnya tidak memberikan bantuan sama sekali apabila siswa sudah dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri. 1253. Scaffolding/Siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir ke tingkat yang lebih tinggi ketika mendapat bantuan (scaffolding) dari seseorang yang lebih ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi (Vygotsky dalam Yamin, 2011: 167). 1254. Scaffolding/The instructional scaffolding initially provides extensive instructional support, or scaffolding, to continually assist the student to [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 184 1255. 1256. 1257. 1258. 1259. 1260. building their understanding of new content and process. The temporary scaffolding provided by the instructor is removed to reveal the impressive permanent structure of student understanding (Hartman, 2002: 1). Segitiga istimewa merupakan segitiga yang memiliki sifat-sifat khusus (istimewa), baik mengenai hubungan panjang sisi-sisinya maupun hubungan besar sudut-sudutnya (Adinawan dan Sugijono, 2007: 123-126). Sekolah memiliki budaya tersendiri sebagai berikut: “Sekolah sebagai organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan prilaku orang-orang yang ada di dalamnya (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006 :101). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. faktor sekolah ini meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan masih banyak lagi (Slameto, 1988: 66). Sekolah/Ada empat tujuan yaitu : Efektivitas produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja, dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan sekolah. Efektivitas produksi, yang berarti menghasilkan sejumlah lulusan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku (Sergiovanni dan Carver (H.M. Daryanto, 2006 : 17). Sekolah/Bagaimana melaksanakan perubahan di sekolah: 1. tahap pembuyaran, yang mana guru diyakinkan bahwa mempertahankan gaya konvensional dalam PBM dapat mengancam kelangsungan hidup sekolah, dan kritik tertuju pada guru. Guru sebagai sasaran ubah diyakinkan dan dimotivasi untuk menciptakan perubahan gaya PBM, ditempuh melalui mekanisme pengurangan atau peniadaan ketegasan mengenai PBM bagaimana yang harus diciptakan guru; penanaman kesalahan atau kegelisahan guru dalam penerapan gaya PBM, konvensional; dan penurunan teguran atau ancaman terhadap kejadian yang biasanya terjadi 2. tahap pengubahan, yang mana PBM gaya baru dikenalkan, tanggapan baru dikembangkan melalui informasi yang baru, melalui mekanisme identifikasi, kepala sekolah atau agen pembaharu lain dijadikan sumber utama informasi/model dari PBM gaya baru; dan pencarian sumber informasi/model PBM gaya baru diperoleh dari berbagai sumber lain 3. tahap pembekuan kembali, yang mana PBM gaya baru dijadikan kebiasaan atau pegangan. Penerapan kebaruan dipelihara sebagai kestabilan dan kepaduan perubahan, dilakukan dengan pemberian penghargaan atas prestasi guru; dan penguatan terhadap perilaku pendukung (Permadi, 1999: 95-97). Sekolah/Banyak sekolah-sekolah jelek dengan kepala sekolah yang baik, tetapi tidak ada sekolah yang baik dengan kepala sekolah yang jelek (Ronald Edmonds dalam Permadi, 1999: 30). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 185 1261. Sekolah/Beberapa prasyarat mempersiapkan perubahan di sekolah: 1. persiapan berkaitan dengan materi ubah, yang mana perubahan terencana adakalanya memasukkan ide, praktek dan objek yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi kalangan internal sekolah. Sesuatu yang baru tersebut sifatnya kualitatif untuk mengatasi masalah sendiri (indigeneous problem). Maka kepala sekolah harus berupaya menemukan dan merumuskan inovasi apa yang hendak diterapkan di lingkungan sekolahnya, karena ini berkaitan dengan pengembangan kreativitas. Yang perlu diperhatikan adalah sifat-sifat dari inovasi yang dapat berpengaruh terhadap tingkat penerimaan (adopsinya). 2. persiapan berkaitan dengan pelaku perubahan, yang mana perubahan melibatkan orang secara individual, kelompok atau institusi. Pihak yang diberi tanggung jawab dalam penyebaran inovasi disebut agen pembaharu. Untuk meyebarkan suatu inovasi, kepala sekolah perlu mengidentifikasi dan harus menetapkan siapa-siapa yang menjadi agen pembaharunya. 3. persiapan berkaitan dengan sasaran ubah (klien) ubah, yang mana sekelompok sosial yang dijadikan sasaran ubah adalah klien perubahan. Kepala sekolah sebagai pengelola perubahan dituntut mengenal kliennya, karena ada tidaknya perubahan terletak pada keadaan kliennya. Kemungkinan respon yang muncul dalam penyelenggaraan perubahan dapat diantisipasi lebih dini, penerapan strategi perubahan didasarkan atas pertimbangan kendalakendala yang dihadapi (Permadi, 1999: 92-94). 1262. Sekolah/Dalam budaya (kultur) sekolah, kreativitas bermakna dalam hidup dan berperanan sangat penting, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya; kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, karena di sekolah yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan dan penalaran (berpikir logis); bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu; kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya, dengan ide-ide, penemuan baru, teknologi baru (Munandar, 1999: 31). 1263. Sekolah/Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia sekolah memiliki peranan strategis sebagai institusi penyelenggra kegiatan pendidikan (Syafaruddin, 2002: 87). 1264. Sekolah/Dalam upaya mengelola perubahan di sekolah ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebagai berikut: 1) Menemukan. Pada tahap ini kepala sekolah berupaya menemukan hal-hal yang harus diatasi. 2) Mengkomunikasikan. Masalah yang telah ditemukan dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait untuk mendapat kejelasan tentang masalah yang telah ditemukan. 3) Mengkaji dan menganalisa. Masalah yang ditemukan dan telah dikomunikasikan pada tahap ini dikaji secara cermat untuk mencari faktor-faktor penyebabnya melalui data-data yang relevan. 4) Mencari dukungan. Untuk meyakinkan bahwa masalah benar-benar [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 186 1265. 1266. 1267. 1268. 1269. 1270. 1271. 1272. 1273. terjadi, kepala sekolah mencari sumber, baik orang maupun sarana yang menguatkan adanya masalah dan mencari jalan untuk melakukan perubahan. 5) Menerima perubahan. Pada tahap ini perubahan dimulai, sebagai problem solving untuk memecahkan masalah (Mulyasa, 2006: 186). Sekolah/Iklim sekolah adalah suasana sosial psikologis di mana iklim kelas berada di dalamnya (Hadiyanto, 2004: 177). Sekolah/Iklim sekolah merupakan kualitas dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi mereka dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka (Hadiyanto, 2004: 178). Sekolah/Keberadaan sekolah menjadi institusi sosial yang menentukan pembinaan pribadi anak dan sosialisasi serta pembudayaan suatu bangsa (Syafaruddin, 2002: 88). Sekolah/Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah (Mulyasa, 2006: 151). Sekolah/Kebudayaan yang menunjang pengembangan kreativitas yaitu: tersedianya sarana prasarana kebudayaan; keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan; penekanan pada becoming tidak semata-mata being; kesempatan bebas terhadap media kebudayaan; kebebasan dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan; menghargai dan dapat memadukan rangsangan dari kebudayaan lain; toleransi dan minat terhadap pandangan yang berbeda (divergen); interaksi antarpribadi yang berarti dalam pengembangan bakat; dan adanya insentif, penghargaan dan penguatan (Arieti dalam Utami Munandar, 2002: 197). Sekolah/Lulusan sekolah khususnya di Indonesia dinilai bermutu rendah dalam komparasi Internasional (Suderadjat (2005: 4). Sekolah/Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. ... Oleh karena itulah maka dapat dikatakan bahwa fungsi sekolah adalah meneruskan, mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan suatu masyarakat, melalui kegiatan ikut membentuk kepribadian anak-anak agar menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di dalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya (Nawawi (1982: 27). Sekolah/Perubahan budaya sekolah pada pokoknya ditentukan oleh atmosfer budaya yang dikembangkan oleh kepala sekolah bersama dengan guru-guru (Safaruddin, 2002: 99). Sekolah/Setiap lembaga pendidikan termasuk di dalamnya Sekolah Luar Biasa hendaknya bergerak dari awal hingga akhir sampai titik tujuan suatu proses pendidikan, yang pada akhirnya dapat “mewujudkan terjadinya pembelajaran sebagai suatu proses aktualisasi potensi peserta didik menjadi kompetensi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan dalam kehidupan” (Hari Suderadjat, 2005 : 6). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 187 1274. Sekolah/Tahapan melaksanakan perubahan di sekolah: 1. tahap pembuyaran, yang mana guru diyakinkan bahwa mempertahankan gaya konvensional dalam PBM dapat mengancam kelangsungan hidup sekolah, dan kritik tertuju pada guru. Guru sebagai sasaran ubah diyakinkan dan dimotivasi untuk menciptakan perubahan gaya PBM, ditempuh melalui mekanisme pengurangan atau peniadaan ketegasan mengenai PBM bagaimana yang harus diciptakan guru; penanaman kesalahan atau kegelisahan guru dalam penerapan gaya PBM, konvensional; dan penurunan teguran atau ancaman terhadap kejadian yang biasanya terjadi. 2. tahap pengubahan, yang mana PBM gaya baru dikenalkan, tanggapan baru dikembangkan melalui informasi yang baru, melalui mekanisme identifikasi, kepala sekolah atau agen pembaharu lain dijadikan sumber utama informasi / model dari PBM gaya baru; dan pencarian sumber informasi /model PBM gaya baru diperoleh dari berbagai sumber lain. 3. tahap pembekuan kembali, yang mana PBM gaya baru dijadikan kebiasaan atau pegangan. Penerapan kebaruan dipelihara sebagai kestabilan dan kepaduan perubahan, dilakukan dengan pemberian penghargaan atas prestasi guru; dan penguatan terhadap perilaku pendukung (Permadi, 1999: 95-97). 1275. Sekolah/Tuntutan terhadap pelayanan terbaik juga menjadi perhatian manajemen mutu terpadu, tak terkecuali dalam pendidikan. Sekolahsekolah pada dewasa ini tidak hanya cukup menawarkan program studi dengan kurikulum tertentu, orang tua dan pelajar menjadi puas. Akan tetapi, sekolah juga harus menyediakan alat-alat belajar dan mengajar yang relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses pembelajaran dan pengajaran. Gedung sekolah yang bagus diisi dengan sarana dan fasilitas belajar yang baik dan fungsional, tempat bermain pelajar, serta pelayanan yang prima terhadap pelajar, guru, orang tua, dan masyarakat. Situasi dan kondisi sekolah yang kondusif akan memberikan kontribusi positif bagi mutu proses dan mutu produk (lulusan) sekolah (Syafaruddin, 2002: 37). 1276. Sekolah/Untuk mengembangkan budaya kreatif di sekolah berbagai persyaratan sebagai berikut: 1. profesionalisme sebagai prasyarat kreativitas mengandung arti seseorang harus menguasai secara tuntas bidang keahliannya, disertai komitmen dan dorongan untuk mencapai prestasi yang setingginya. 2. toleransi terhadap perbedaan pendapat, dengan peningkatan kemampuan dalam penguasaan iptek hanya mungkin terjadi melalui sintesis dan perpaduan antara perspektif dan argumentasi yang berbeda-beda. Tradisi (budaya) yang dibangun di lingkungan pendidikan adalah bahwa suatu gagasan dan pendapat hendaknya benarbenar didasari pemikiran yang jernih dan dudukung buktibukti yang dapat diuji kebenarannya. 3. keterbukaan, kesediaan dan kesiapan untuk menerima informasi, gagasan dan nilai baru yang konstruktif. Dengan keterbukaan kita akan terhindar dari perangkap wawasan sempit yang dapat menghambat perkembangan kreativitas. Keterbukaan menuntut adanya aturan dan etika yang jelas sebagai pedoman berpikir dan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 188 1277. 1278. 1279. 1280. 1281. 1282. bertindak. Keterbukaan mensyaratkan adanya kekenyalan budaya yang berpijak pada jati diri bangsa. Budaya yang kenyal adalah budaya yang terbuka bagi masuknya unsur budaya yang positif dan konstruktif serta cukup kuat dalam mencegah masuknya unsur budaya yang destruktif. Agar tidak menjurus budaya destruktif, kreativitas harus senantiasa dibingkai nilai etika desertai keimanan dan ketaqwaan sehingga memberi bobot yang seimbang dalam poses pembangunan nasional (Wardiman Djojonegoro dalam Supriadi, 1997: vii). Self-efficacy. Konsep itu berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan (Bandura, 1977: 191-215). Sementara fungsi keluarga menurut Beirstadt seabagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi adalah sebagai berikut: 1). Menggantikan keluarga. 2). Mengatur dan menguasai impuls-impul sexuil. 3). Bersifat membantu. 4). Menggerakkan nilai-nilai kebudayaan. 5). Menunjukkan status (Ahmadi, 1991: 108). Seperti halnya berlaku untuk guru, pendidikan tenaga kependidikan nonguru (konselor, laboran, pengembang kurikulum, teknisi sumber belajar, pengelola satuan pendidikan, pustakawan) perlu dipersiapkan secara matang melalui pendidikan yang struktur kurikulum dan penyelenggaraannya dirancang dan dilaksanakan dengan baik dan akuntabel untuk menunjang penyelenggaraan sistem pendidikan yang bermutu (cetak tebal oleh penulis) (Kelompok Kerja Tenaga Kependidikan (Jalal dan Supriadi, 2001: 251). Sertifikasi (certification) mengandung makna, jika hasil penelitian atas persyaratan pendaftaran yang diajukan calon penyandang profesi dipandang memenuhi persyaratan kepadanya diberikan pengakuan oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya (Danim, 2002: 30). Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: menerima, merespons, menghargai, bertanggung jawab (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 130). Sikap mendidik anak. Bebrapa pedoman umum untuk diketahui sebagaimana berikut ini: (a). Orang tua hendaknya membantu anak-anak dalam memecahkan problem yang dihadapi anak-anak. Misalnya, menjawab pertanyaan anak-anak tentang dunia dan lingkungannya. (b). Orang tua hendaknya bijakasana dalam mendidik anak-anaknya agar dapat berkembang semaksimal dan jangan memaksa tetapi menganjurkan. (c). Memberikan pengarahan pada tindakan anak-anak ke hal-hal yang positif, ingat terutama pada masa puber, bila tidak ada pengarahan yang baik dapat berakibat tindakan asusila, krisis kepercayaan, tindakan berandalan dan kewibawaan. (d). Memberikan jawaban, penjelasan, ssegala sesuatu yang perlu diketahui anak dengan jujur dan disesuaikan dengan perkembangannya. (e). Berikan kebebasan pada anak untuk selalu bertanya kepada anda sebagai orang tua. Adakan hubungan sikap terbuka. Orang tua merupakan teman dan pelindung bukan polisi yang selalu menghukum kebebasan anak jangan diartikan membiarkan, tetapi [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 189 1283. 1284. 1285. 1286. kebebasan dalam arti pengarahan. (f). Ciptakan suasana yang enak di rumah tangga misalkan tentang rukun, gembira dan aman. (g). Jangan menyalahkan anak kalau tak berkembang sesuai dengan masanya, tetapi koreksilah diri sendiri dahulu bukan mustahil kesalahan terletak pada orang tua (Kartono, 1992: 43). Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996: 84). Sikap/Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek (Thursthoen dalam Walgito, 1990: 108). Sikap/Sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat. Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya. 2. Fungsi pertahanan ego. Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego. 3. Fungsi ekspresi nilai. Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. 4. Fungsi pengetahuan. Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu. Dengan pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut objek sikap yang bersangkutan (Katz dalam Walgito, 1990:110). Sikap/Sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 190 1287. 1288. 1289. 1290. 1291. senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu (Berkowitz, dalam Azwar, 2000: 5). Sikap/Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain: fasilitas, faktor dukungan dari pihak lain. (Soekidjo Nototmodjo, 2003: 133). Sikap/Tipe ukuran sikap yang paling sering dipakai adalah questioner selfreport yang disebut skala sikap dan biasanya meliputi respon setuju atau tidak dalam beberapa kelompok-kelompok. Ukuran self-report mudah digunakan namun ukuran itu dapat memiliki sifat kemenduaan (ambiguity) atau adanya ukuran lain. Sikap dari skala sikap ini adalah isi pernyataan yang berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukuran atau pernyataan tidak langsung yang kurang jelas untuk tujuan ukurannya bagi responden (Bringham dalam Azwar, 2000:138). Sistem/Karakteristik sistem terbuka: 1) Mendatangkan energi. 2) Mentransformasikan energi. 3) Mengekspor hasil. 4) Sebuah rangkaian peristiwa. 5) Negentropi. 6) Balikan negative. 7) Homeostatis. 8) Diferensiasi. 9) Ekuifinalitas. (Mudyahardjo, 2001: 46-47). Sistem/Karakteristik teori sistem: 1) Keseluruhan adalah hal yang utama dan bagian-bagian adalah hal yang kedua. 2) Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara bagian-bagian dalam satu sistem. 3) Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan. 4) Bagianbagian memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan. 5) Sifat bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan terhadap hubungan-hubungan bagiannya. 6) Keseluruhan adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dari energi dan berperilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak kompleks. 7) Segala sesuatu haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian-bagian serta hubunganhubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur-angsur (Mudyahardjo, 2001:41-42). Sistem/Tipe-tipe sistem: 1) Sistem alami dan sistem buatan. Sistem alami merupakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang bekerja berdasarkan hokum-hukum alam, dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat diramalkan secara ilmiah. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang, dilaksanakan, dandikendalikan oleh manusia, dan hubungan antara masukan yang diambil dari sistem alami, dengan hasil diatur manusia. 2) Sitem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek. Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk organisasinya berjalan otomatis. Sistem terbuka adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan yang terus-menerus berubah-ubah, dalam usaha dapat mencapai kapasitas optimalnya. Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 191 1292. 1293. 1294. 1295. 1296. bentuk operasinya dinamis, karena bagian-bagian dalam sistem dapat berubah karakteristik dan posisinya (Mudyahardjo, 2001: 45-46). Siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir ke tingkat yang lebih tinggi ketika mendapat bantuan (scaffolding) dari seseorang yang lebih ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi (Vygotsky dalam Yamin, 2011:1 67). Siswa/Kedudukan siswa sendiri sebagai salah seorang warga negara Indonesia, juga memiliki hak dan kewajiban dalam pendidikan nasional, sebagaimana yang tertuang dalam Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hak peserta didik menurut Undang– Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain: a). Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; b). Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; c). Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; d). Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; e). Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara; f). Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Siswa/Kewajiban peserta didik menurut Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain: a). Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan; b). Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Snowball throwing/Langkah-langkah metode pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya, 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, 5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit, 6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 7) Guru memberikan kesimpulan, 8) Evaluasi, 9) Penutup (Kisworo, 2008: 11). Snowball throwing/Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 192 1297. 1298. 1299. 1300. 1301. 1302. 1303. 1304. 1305. 1306. 1307. (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo, 2008:11). Sosialisasi/Sosialisasi merupakan proses memilih dan mencari: nilai, sikap, minat, keterampilan, dan pengetahuan yang berkaitan dengan profesi atau pembudayaan profesi (Merton dalam Power, 1992: 37). STAD/Dalam metode pembelajaran STAD, para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok (Nurhadi dkk., 2004: 65). STAD/Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: - Tahap penyajian materi, Tahap kegiatan kelompok, Tahap tes individu, Tahap penghitungan skor perkembangan individu, Tahap pemberian penghargaan (Isjoni, 2007: 51). STAD/Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: Tahap penyajian materi. 2) Tahap kegiatan kelompok. 3) Tahap tes individu. 4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu. 4) Tahap pemberian penghargaan (Isjoni, 2007: 51) STAD/Metode STAD (Student Team Achievement Deviasion) dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannyadi Universitas John Hopkin (Nurhadi dkk, 2004: 64). STAD/Metode STAD (Student Team Achievement Devision) dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawanya dari Universitas John Hopkin (Nurhadi dkk, 2004: 64). Strategi manajemen/Management Strategy adalah metode untuk menata interaksi antara yang belajar dan variable metode pembelajaran lainnya (Hamzah, 17-18). Struktur kognitif ini sebagai Skemata (Schemas), yaitu kumpulan skemaskema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya schemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya (Jean Piaget dalam Suherman, 2001: 38). Struktur kognitif ini sebagai Skemata (Schemas),yaitu kumpulan skemaskema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya schemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya (Suherman, 2001:38). Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen (Lofland dan Lofland dalam Moleong, 2007: 157). Supervisi dibutuhkan di sekolah menengah karena: a) Adanya pertumbuhan yang pesat dari sekolah-sekolah menengah dan meningkatnya jumlah murid-muridnya, sehingga menyebabkan timbulnya masalah-masalah pengajaran, yang mana membutuhkan adanya program supervisi yang baik. b) Guru-guru sekolah menengah hanya terbatas dari lulusan sekolah pendidikan guru yang secara terbatas dipersiapkan dalam hal mengajar. Oleh karena itu, bagi mereka dibutuhkan pembinaan yang [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 193 1308. 1309. 1310. 1311. 1312. 1313. baik. c) Adanya perubahan metode-metode mengajar yang lebih menekankan perbedaan-perbedaan individual, hal ini menuntut adanya pembinaan bagi guru yang pada umumnya kurang pengalaman dalam menggunakan metode-metode yang baru (Sardjonopriyo, 1992: 3-4). Supervisi pendidikan yaitu “Semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 1994: 233). Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor (Mulyasa, 2004: 111). Supervisi/4 tipe supervisi kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu supervisi yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi yang bersifat konstruktif, supervise yang bersifat kreatif. 1). Supervisi yang bersifat korektif - Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk mencari-cari kesalahan orang yang disupervisi (guru-guru). 2). Supervisi yang bersifat preventif - Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk melindungi guru-guru dari berbuat salah. Guruguru selalu diingatkan untuk tidak melakukan kesalahan dengan memberikan mereka batasan-batasan, larangan-larangan atau sejumlah pedoman dalam bertindak. 3). Supervisi yang bersifat konstruktif Tipe supervisi jenis ini ialah supervisi yang berorientasi ke masa depan, menolong guru-guru untuk selalu melihat ke depan, belajar dari pengalaman, melihat hal-hal yang baru, dan secara antusias mengusahakan perkembangan. 4). Supervisi yang bersifat kreatif - Kegiatan supervisi ini, lebih menekankan pada usaha menumbuhkembangkan daya kreatifitas guru, dimana peran kepala sekolah hanyalah sebatas mendorong dan membimbing (Briggs dalam Lazaruth, 1988: 33). Supervisi/4 tipe supervisi kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu supervisi yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi yang bersifat konstruktif, supervisi yang bersifat kreatif (Briggs dalam Lazaruth, 1988: 33). Supervisi/5 tipe supervisi oleh kepala sekolah, yakni: supervisi sebagai inspeksi, laissez faire, coercive supervision, dan supervisi sebagai latihan bimbingan (Burton dan Brueckner dalam Purwanto, 2002: 92). Supervisi/Beberapa prinsip positif dan prinsip negatif dalam supervisi pendidikan. 1). Prinsip positif: a). Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif. b). Supervisi harus kreatif dan konstruktif. c). Supervisi harus scientific dan efektif. d). Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman kepada guru-guru. e). Supervisi harus berdasarkan kenyataan. f). Supervisi harus memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan self evaluation. 2). Prinsip negative: a). Seorang supervisor tidak boleh bersikap otoriter. b). Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru. c). Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan dengan baik.d). Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari para guru. e). Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 194 1314. 1315. 1316. 1317. 1318. 1319. kecil dalam cara guru mengajar. f). Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia mengalami kegagalan (Soetopo dan Soemanto, 1984: 4244). Supervisi/Delapan fungsi supervisi: 1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah; 3) Memperluas pengalaman guru-guru; 4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; 5) Memberikan penilaian dan fasilitas yang terus menerus; 7) Memberikan pengetahuan atau skill kepada setiap anggota staf; 8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru-guru (Sahertian, 1991: 26). Supervisi/Fungsi kegiatan supervisi pendidikan dirinci sebagai berikut: 1). Mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2). Melengkapi kepemimpinan sekolah; 3). Memperluas pengalaman guru-guru; 4). Menstimulasi usahausaha yang kreatif; 5). Memberikan fasilitas dan penilaian yang terusmenerus; 6). Menganalisis situasi belajar dan mengajar; 7). Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf; 8). Mengintegrasi tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru-guru dalam mengajar (Lazaruth, 1988: 34). Supervisi/Fungsi supervisi dibedakan menjadi dua bagian besar yakni: 1). Fungsi utama ialah membantu sekolah sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa. 2). Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat (Pidarta, 1999: 15-19). Supervisi/Fungsi supervisi pendidikan ialah penelitian, evaluasi, perbaikan, dan pembinaan (Soepardi, 1988: 68-69). Supervisi/Kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan pada hal-hal sebagai berikut: 1). Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. 2). Mengembang dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih sesuai 3). Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dan siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan. 4). Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk work shop, seminar, in service training, up grading, dan sebagainya (Depag, 2004: 29). Supervisi/Made Pidarta mengemukakan pernyataan bahwa: 1). supervisi lebih bersifat proses daripada peranan; 2). supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu (Pidarta, 1999: 2). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 195 1320. Supervisi/Made Pidarta mengemukakan pernyataan bahwa: 1). supervisi lebih bersifat proses daripada peranan; 2). supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu (Pidarta, 1999: 2). 1321. Supervisi/Metode yang dipakai dalam melaksanakan supervisi dinamakan teknik supervisi yang dapat berupa teknik individual apabila melaksanakan supervise terhadap perseorangan dan teknik kelompok apabila melakukan supervisi terhadap sekelompok guru (Pidarta (1992: 209). 1322. Supervisi/Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan memperbaiki proses belajar-mengajar secara total (Purwanto, 2002: 77). 1323. Supervisi/Prinsip supervisi sebagai berikut: 1) Supervisi yang bersifat konstruktif. 2) Supervisi yang bersifat realistis. 3) Supervisi yang bersifat demokratis. 4) Supervisi yang bersifat objektif (Lazaruth, 1988: 33). 1324. Supervisi/Sergiovanni dalam Pidarta (1999) mengemukakan pernyataan bahwa: 1). supervisi lebih bersifat proses daripada peranan; 2). supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu (Sergiovanni dalam Pidarta, 1999: 2). 1325. Supervisi/Supervisi: “…is considered the province of those responsible for instructional improvement. While we hold this view, we add to this instructional emphasis responsibility for all school goals which are achieved through or dependent upon the human organization of the school (Sergiovanni dalam Bondi & Wiles, 1986: 9). 1326. Supervisi/Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau organ dari organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dari apa yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervise (Pidarta, 1999: 15). 1327. Supervisi/Teknik supervisi yang dapat dipakai oleh supervisor menurut Pidarta (1992: 210) meliputi: “...observasi kelas, pertemuan formal, pertemuan informal, rapat guru, kunjungan kelas, supervisi sebaya, supervisi dengan mengunjungi sekolah lain, dan supervisi melalui pertemuan-pertemuan pendidikan. 1328. Supervisi/Teknik supervisi. Bila ditinjau dari banyaknya guru, terdiri dari: a). Teknik kelompok: Adalah teknik supervisi yang dipakai oleh supervisor manakala terdapat banyak guru yang mempunyai masalah yang sama. Teknik-teknik yang dapat dipakai antara lain; rapat guru-guru, workshop, seminar, konseling kelompok. b). Teknik perorangan, Adalah teknik yang dipergunakan apabila sesorang guru memiliki masalah khusus dan meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik-teknik yang dapat dipakai antara lain; orientasi bagi guru-guru baru, kunjungan kelas, individual converence, dan intervisitation. 2). Bila ditinjau dari cara [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 196 menghadapi guru, terdiri dari: a). teknik langsung: (1) menyelenggarakan rapat guru, (2) kunjungan kelas, (3) menyelenggarakan workshop, (4) mengadakan converence. b). Teknik tidak langsung: (1) melalui questioner, (2) melalui buku presensi guru, (3) melalui jurnal mengajar, (4) melalui buku piket guru, (5) melalui bulletin board, 3). Bila ditinjau dari banyaknya guru dan cara menghadapi guru, terdiri dari: a). Teknik kelompok, Yaitu teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik itu antara lain: (1) pertemuan orientasi bagi guru baru, (2) rapat guru, (3) studi kelompok antar guru, (4) diskusi, (5) tukar-menukar pendapat (sharing of experience), (6) lokakarya (workshop), (7) diskusi panel, (8) seminar, (9) pelajaran contoh (demonstration teaching), (10) bulletin supervise, (11) mengikuti diklat, (12) membaca langsung, (13) symposium. b). Teknik individual/ perorangan: (1) kunjungan kelas (classroom visitation), (2) kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya, (3) kunjungan dengan pemberitahuan sebelumnya, (4) kunjungan atas undangan, (5) observasi kelas (classroom observation), (6) percakapan pribadi (individual conference), (7) percakapan pribadi setelah kunjungan kelas, (8) percakapan pribadi melalui percakapan sehari-hari, (9) saling mengunjungi kelas, (10) menilai diri sendiri (self evaluation) (Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, 1984: 44-53): 1). 1329. Supervisi/Teknik-teknik yang digunakan dalam supervisi pendidikan antara lain: 1). Mengadakan kunjungan kelas. 2). Mengadakan kunjungan observasi. Ada 2 macam observasi kelas: (a) Observasi langsung; (b) Observasi tak langsung. 3). Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa atau mengatasi masalah yang dialami siswa. 4). Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah, antara lain: (a) Menyusun program catur wulan/semester. (b) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran. (c) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas. (d) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran. (e) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar mengajar. (f) Mengorganisasi kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler (Harahap, 1983: 11). 1330. Supervisi/Terdapat 5 tipe supervisi oleh kepala sekolah, yakni: supervisi sebagai inspeksi, laissez faire, coercive supervision, dan supervisi sebagai latihan bimbingan. Dari pendapat mengenai tipe-tipe supervisi oleh kepala sekolah tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Supervisi sebagai inspeksi - Tipe supervisi ini adalah kegiatan pengawasan yang semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan guru atau bawahan. Inspeksi dijalankan dengan maksud untuk mengawasi apakah guru atau bawahan sudah menjalankan apa yang sudah diinstruksikan. Jadi pada intinya, inspeksi berarti kegiatan mencari-cari kesalahan. 2). Laissez faire - Kepengawasan tipe ini sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan laissez faire adalah tipe supervisi yang membiarkan guruguru atau bawahan bekerja sekehendaknya tanpa bimbingan dan petunjuk. 3). Coercive supervision Tipe supervisi ini hampir serupa dengan inspeksi, [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 197 1331. 1332. 1333. 1334. 1335. 1336. 1337. tipe supervisi ini bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasannya si pengawas bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut pendapatnya sendiri. 4). Supervisi sebagai latihan bimbingan Supervisi ini lebih menekankan kepada pemberian latihan dan bimbingan kepada guru-guru dalam melaksanakan tugasnya (Burton dan Brueckner dalam Purwanto, 2002: 92). Supervisi/Tujuan konkrit dari supervisi pendidikan secara nasional antara lain: 1). Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. 2). Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid. 3). Membantu guru dalam menggunakan alat pengajaran modern, metodemetode, dan sumber-sumber pengalaman belajar. 4). Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri. 5). Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya. 6). Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah (Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, 40-41). Supervisi/Tujuan supervisi antara lain membantu guru-guru agar dapat: 1) Melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan; 2) Membimbing anak didik dalam proses belajar mengajar; 3) Mengefektifkan penggunaan sumber-sumber belajar; 4) Mengevaluasi kemajuan belajar anak didik, teman-temannya dan masyarakat; dan 5) Mencintai tugasnyaa agar dapat melaksanakan dengan penuh rasa tangung jawab (Lazaruth, 1994: 34). Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik (Soetopo dan Soemanto, 1984: 40). Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik (Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto, 1984: 40). Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan dibedakan menjadi: 1). Tujuan akhir adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa (yang bersifat total). Dengan demikian sekaligus akan dapat memperbaiki masyarakat. 2). Tujuan kedua ialah membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara kontinyu (dalam rangka menghadapi tantangan perubahan jaman). 3). Tujuan dekat ialah bekerjasama mengambangkan proses belajar mengajar yang tepat. Tujuan-tujuan tersebut perlu ditambah dengan; 4). Tujuan perantaraan ialah membina guru-guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik, atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi (Sergiovanni dalam Pidarta, 1999: 20). Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran (Sanjaya, 2007: 127). Teknik korelasional/Tujuan teknik korelasional adalah: (1) untuk mencari bukti berdasarkan hasil pengumpulan data, apakah terdapat hubungan antara variabel atau tidak. (2) untuk menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel tersebut kuat, sedang atau lemah. dan (3) ingin memperoleh kepastian secara matematis apakah hubungan antar variabel [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 198 1338. 1339. 1340. 1341. 1342. 1343. 1344. 1345. 1346. 1347. merupakan hubungan yang meyakinkan (signifikan) atau hubungan yang tidak meyakinkan (Sudijono, 2004: 188). Teknik wawancara merupakan teknik utama yang lebih banyak digunakan untuk mencari data di lapangan. Agar kegiatan wawancara berjalan baik dan dapat mencapai sasaran yang diinginkan maka di samping wawancara bebas dilakukan pula wawancara terpimpin, yaitu dalam kegiatan wawancara digunakan pedoman wawancara atau instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan (Moleong 1988: 116). Teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu: guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum. Komponen tersebut melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran (instructional) (Knirk dan Gustafson dalam Sagala, 2007: 64). Teknologi pendidikan adalah media yang lahir dari perkembangan alat informasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan (Nasution, 1987: 20). Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem- sistem, teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia (Nasution, 1987: 7). Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah mencari jalan pemecahanya, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. (Yusufhadi, 1986: 1). TGT/Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap identifikasi topik atau materi dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. 2) Merencanakan tugas belajar (para siswa menyusun rencana bersama). 3) Melakukan penyelidikan. 4) Mempersiapkan laporan akhir. 5)Menyajikan laporan akhir. 5) Evaluasi (Utomo (2004:138). TGT/Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap penyajian materi. 2) Tahap belajar kelompok. 3) Tahap tournament. 4) Tahap pemberian penghargaan. 5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe GI ini, siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang (Utomo, 2004:136). TGT/Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapan-tahapan dalam penyelenggaraan-penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap penyajian materi. 2) Tahap belajar kelompok. 3) Tahap tournament. 4) Tahap pemberian penghargaan. 4) Group Infestigation (GI) (Utomo, 2004: 136). TGT/Pada metode pembelajaran kooperatif tipe GI ini, siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang (Isjoni, 2007: 58). TGT/Pada metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) pengelompokkan siswa, format pembelajaran, dan lembaran kerja atau tugas yang diberikan sama dengan pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaanya pada metode pembelajaran kooperatif tipe TGT [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 199 1348. 1349. 1350. 1351. 1352. 1353. 1354. 1355. 1356. siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik di dalam tournament (Utomo, 2004:136). TGT/Pada metode pembelajaran TGT pengelompokan siswa, format pembelajaran, dan lembaran kerja atau tugas yang diberikan sama dengan pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaannya pada metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa memainkan pertandinganpertandingan akademik didalam tournament (Utomo, 2004: 136). Think-Pair-Share adalah teknik pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Lyman yang mampu mengubah asumsi bahwa teknik resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan (Nur Hadi, 2003: 65). Think-Pair-Share/Model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antara siswa dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif teknik Think-PairShare siswa memungkinkan dapat berpikir kritis, pemahaman, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memilki keterampilan, baik keterampilan dalam berpikir (Thinking Skill) maupun keterampilan sosial (Social Skill), seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Isjoni, 2009: 35). Think-Pair-Share/Model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share akan membantu siswa memperoleh pengalaman (pemahaman). Dalam model pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis siswa, beberapa ahli berpendapat, bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit (Isjoni, 39). Tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal (Sudjana, 2008: 24). Tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah (Slameto, 1988: 58). Tujuan menempati posisi yang penting dalam semua aktifitas, apalagi dalam interaksi edukatif, tujuan dapat memberikan arah kegiatan yang jelas. Guru sebaiknya merumuskan tujuan pembelajarannya sebelum melaksanakan tugas mengajar di kelas. Dengan cara itu guru akan mudah menyeleksi (Djamarah, 2005: 27). Tujuan/Para manajer membuat keputusan, mengelola sumber daya, dan melaksanakan kegiatan menuju tujuan yang sudah ditentukan. Semua yang terlibat dalam kegiatan, saling mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tujuan yang telah ditetapkan (Robins, 1996: 5). Tujuan/Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar-mengajar kecuali mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal (Arikunto, 2002: 274). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 200 1357. Tutor sebaya dipilih karana kebanyakan siswa lebih mudah menerima bantuan atau pengajaran dari teman-temannya dari pada menerima bantuan atau pengajaran dari gurunya, meskipun guru sudah memilih metode mengajar yang lebih sesuai bagi siswasiswanya. Siswa-siswa tersebut tidak mempunyai rasa enggan atau rendah diri untuk bertanya atau meminta bantuan terhadap teman-temannya sendiri apalagi teman teman akrab (Arikunto, 1992: 62). 1358. Tutor sebaya ini ditunjuk oleh guru dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan. 2) Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut. 3) Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menjunjung situasi tutoring. 4) Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pengajaran dengan metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut akan lebih mempunyai kepercayaan diri (Soekartawi, 1995: 22). 1359. Tutor sebaya/Metode tutor sebaya memiliki beberapa kebaikan dan kelemahan. Beberapa manfaat atau kebaikannya antara lain: 1) Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan terhadap gurunya. 2) Bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring ini akan mempunyai akibat memeperkuat konsep yang sedang dibahas, dengan memberitahukan kepada siswa lain maka seolaholah ia menelaah serta menghafalkan kembali. 3) Bagi siswa yang menjadi tutor, kegiatan tutoring merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. 4) Mempercepat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Kelemahan atau kesulitan metode tutor sebaya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dapat disebutkan antara lain: 1) Siswa yang dibantu sering kali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan kawannya sehingga hasilnya kurang memuaskan. 2) Ada beberapa anak yang masih malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh kawannya. 3) Pada kelas-kelas tertentu metode ini sukar dilaksanakan karena perbedaan kelamin antar tutor dengan siswa yang diberi materi pelajaran. 4) Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing. 5) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat tempo belajarnya dapat mengajarkan kembali kepada kawan-kawannya (Djamarah dan Zain, 2002: 29). 1360. Tutor sebaya/Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengistilahkan dengan istilah tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah siswa yang mempunyai umur atau usia yang hampir sama atau sebaya. Istilah ini untuk membedakan “tutor serumah”, yaitu pengajaran yang dilakukan oleh orang tua, kakak, atau anggota keluarga yang lain yang bertempat tinggal serumah dengan siswa tersebut. Selain itu dapat juga untuk membedakan dengan tutor dilakukan oleh staf pengajar yang lain yang bukan dari siswa (Djamarah dan Zain, 2002:29). 1361. Tutorial adalah cara lain dari sistem pengajaran yang dapat dipakai oleh pengajar (Soekarwati, 1995: 22). [email protected] – www.infodiknas.com Penulis Rulam Ahmadi 201 1362. Vygotsky/Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruang kelas, sedangkan ativitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru (Isjoni, 51-57). [email protected] – www.infodiknas.com