Ensiklopedi Pendidikan

advertisement
Penulis Rulam Ahmadi
1
Ensiklopedi Pendidikan (Premium). Iuran Rp.1.000; per kutipan lengkap dengan
sumber pustaka. Minimal 6 kutipan. Caranya, kirim kode nomor urut dari kutipan
yang diinginkan ke [email protected]. Nomor rekening BANK menyusul.
Kontak: 081939483377.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
[definisi]Aktivitas adalah banyak sedikitnya orang menyatakan diri,
menjelmakan perasaan dan pikiranpikirannya dalam tindakan yang
spontan. Sesuai dengan beberapa pendapat di atas, aktivitas merupakan
perilaku yang aktif dalam melakukan tindakan yang merupakan
penjelmaan dari perasaan (Suryabrata, 2002: 72).
[definisi]Aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan. Aktivitas yang
dimaksud adalah keaktifan atau partisipasi langsung dalam suatu kegiatan
(Ali, 1996: 26).
[definisi]Alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pengajar untuk
mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan penjaran guna memberi
pengertian atau gambaran yang jelas tentang pelajaran yang diberikan
(Subari, 1994: 95).
[definisi]Alat peraga matematika adalah seperangkat benda kongkrit yang
dirancang, dibuat, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep atau prinsip dalam
matematika (Estiningsi dalam Pujiati, 2004: 3).
[definisi]Alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung
atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsih dalam
Asyhar, 2011: 12).
[definisi]Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau
membawa ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsi dalam Pujiati,
2004: 3).
[definisi]Alat peraga sebagai suatu alat bantu yang dipergunakan oleh
peserta didik untuk memperagakan materi pelajaran (Sanaky dalam
Asyhar, 2011: 12).
[definisi]Alat perekam pita magnetik (kaset tape recorder) adalah alat
perekam yang menggunakan pita dalam kaset. Pita tersebut digulunggulung pada kumparan yang berada dalam kotak yang disebut kaset. Pita
yang digunakan untuk cassete recorder itu adalah pita magnetik, berupa
pita plastik yang tipis dan elastis (Asnawir & Usman, 2002: 90).
[definisi]Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau halhal yang ia ketahui (Arikunto, 2002: 128).
[definisi]Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulirformulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis
pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2006:
67).
[definisi]Angket atau questionnaire merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2006: 135).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
2
[definisi]Bagan adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara
diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual, untuk
mendapat sejumlah informasi yang menunjukkan perkembangan ide,
objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang
(Asnawir & Usman, 2002: 33).
[definisi]Bahan cetak (Printed Material) adalah berbagai informasi
sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk tercetak
seperti buku, majalah, koran, dan lain sebagainya. Sedangkan bahan
belajar non cetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang
disimpan dalam berbagai bentuk alat komunukasi elektronik yang
biasanya berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk
video, kaset, computer, CD, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2009: 147-149).
[definisi]Bahan-bahan operasional adalah sumber-sumber yang
dipergunakan sebagai pelancar proses transformasi (Mudyahardjo, 2001:
44).
[definisi]Bahan-bahan produksi adalah bahan-bahan olahan yang akan
dijadikan hasil produksi (Mudyahardjo, 2001: 44).
[definisi]Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan
tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan (Syah,
Muhibbin, 2004: 136).
[definisi]Balajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman
atau pengetahuan baru, sehingga menyababkan perubahan perilaku
(Hudojo, 2005: 71).
[definisi]Belah ketupat adalah jajar genjang dengan sisi-sisi yang
berdekatan kongruen. Belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
(a) Semua sisinya sama panjang. (b) Diagonal-diagonalnya merupakan
sumbu simetri. (c) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi
dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. (d) Kedua diagonalnya saling
membagi dua sama panjang dan berpotongan tegak lurus (Raharjanto,
2010: 73).
[definisi]Belajar adalah merupakan proses aktif dalam memperoleh
pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan
tingkah laku (Hudojo, 2005: 71).
[definisi]Belajar adalah modivikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan proses, suatu
kegiatan, untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2005: 36).
[definisi]Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi dari hasil latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku
disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya
proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak
terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah,
kedewasaan atau keadaan organisme yang bersifat temporer melainkan
perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau gabungan
dari kesemuanya (Morgan dkk dalam Soekamto dan Winataputra, 1997:
14).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
3
[definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Sanjaya, 2006:
89).
[definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental
itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang
disadari (Sanjaya, 2007: 112).
[definisi]Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku (Sanjaya 2006:
86).
[definisi]Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah dengan mengabaikan perubahan selain dari faktor-faktor latihan
(Hilgard dalam Sanjaya, 2006: 89).
[definisi]Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, kemampuan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2002:11).
[definisi]Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta,
rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebagai hasil dari
aktifitas belajar akan dapat dilihat dari perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Thomas Gordon dalam Purwanto, 1996: 83).
[definisi]Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif
dan psikomotor (Djamarah, 2002: 141).
[definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman (Morgan dalam Purwanto, 1993: 84).
[definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat
tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian (Witherington dalam Purwanto, 1993:
84).
[definisi]Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman
(Morgan dalam Sagala, 2010:13).
[definisi]Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman (Purwanto, 1990: 9).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
4
[definisi]Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun (Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9).
[definisi]Belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman
atau pengetahuan baru, sehingga menyebabkan perubahan perilaku
(Hudojo, 2005: 71).
[definisi]Belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman
atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Misalnya, setelah belajar siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan
dan keterampilan belajarnya dimana sebelumnya siswa tidak dapat
melakukannya (Hudojo, 2005: 71).
[definisi]Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
[definisi]Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi sampai ke
liang lahat (Sadiman dalam Warsita, 2008: 62).
[definisi]Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan, jadi belajar adalah proses aktif mengenai informasi dan
kemudian disusun dan dibentuk dengan cara yang unik oleh setiap
individu (Hamalik, 2001: 36).
[definisi]Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2006: 92).
[definisi]Belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh
pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku (Hudojo, 1998: 1).
[definisi]Belajar dalam arti luas, yaitu sebagai kegiatan psiko-fisik menuju
ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, yaitu
sebagai usaha pengusaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman,
2007: 20).
[definisi]Belajar diartikan seperangkat proses kognitif yang mengubah
sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
kapabalitas baru (Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10).
[definisi]Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
(Slameto, 2003: 28).
[definisi]Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga (James O.
Whittaker dalam Djamarah, 2002:12).
[definisi]Belajar kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
5
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin dalam
Isjoni, 2009: 12).
[definisi]Belajar kooperatif/Cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau
satu tim (Isjoni, 2009: 15).
[definisi]Belajar kooperatif/Secara sederhana pembalajaran kooperatif
berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu tim (Isjoni, 2007: 6).
[definisi]Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2005: 22).
[definisi]Belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya (Uno, 2007: 22).
[definisi]Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi
melalui latihan atau pengalaman dimana perubahan yang terjadi relatif
menetap serta menyangkut kepribadian baik fisik maupun psikis
(Purwanto, 2003: 85).
[definisi]Belajar pada dasarnya sebagai titipan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa (Muhibbin Syah, 2001: 90).
[definisi]Belajar sebagai aktivitas untuk mendapatkan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai dan
mendapatkan informasi atau menemukan sesuatu. Belajar dianggap
sebagai aktivitas dan penguasaan sesuatu (Hilgard dan Bower dalam
Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 13).
[definisi]Belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman (James O. Whittaker dalam
Djamarah, 2002: 12).
[definisi]Belajar sebagai usaha aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Cronbach dalam Djamarah,
2002: 13).
[definisi]Berpikir kritis adalah berpikir secara alasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan (R. H. Ennis dalam Zaleha, 2004: 86-87).
[definisi]Berprestasi adalah mencapai prestasi, kesuksesan atau
keberhasilan dibidang tertentu (McClelland dalam Sri Esti Wuryani
Djiwandono, 2002: 135).
[definisi]Buletin supervisi ialah salah satu alat komunikasi dalam bentuk
tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat
untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar
(Sahertian, Piet A., 2000: 31).
[definisi]Demonstrasi
berarti
menunjukkan,
mengerjakan,
dan
menjelaskan. Jadi, dalam demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan
cara-cara mengerjakan sesuatu (Moeslichatoen R., 2004: 27).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
6
[definisi]Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan
berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman
pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman,
danperasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran tentang suatu
peristiwa atau kejadian dan masalah. Untuk menulis suatu deskripsi yang
baik seseorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalah dengan
semua pancaindera (Parera, 1993: 5).
[definisi]Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertahan
dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian dan objek yang
sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata Latin describera yang
berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal, sebaliknya kata
deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang berasal dari kata
peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal (Keraf, 1981: 93).
[definisi]Disiplin adalah sesuatu yang terletak didalam jiwa seseorang
yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana ditetapkan
oleh norma dan peraturan yang berlaku (Pangab dalam Wijaya & Rusyan,
1991: 18).
[definisi]Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2005: 206).
[definisi]Editing adalah setelah daftar pertanyaan yang sudah diisi diterima
kembali, maka perlu dibaca kembali, yang kurang jelas diperbaiki, kalau
masih ada yang belum sesuai dan belum konsisten jawaban dengan
pertanyaan dikembalikan kepada peneliti atau penyidik untuk diperbaiki
atau diisi kembali (Nasir, 2003: 348).
[definisi]Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau
memberikan informasi tentang sesuatu (Semi, 1993: 36).
[definisi]Energi atau tenaga adalah gerak dari alat-alat kerja yang
dipergunakan dalam proses transformasi atau semua operasi yang terjadi
dalam transformasi (Mudyahardjo, 2001: 44).
[definisi]Evaluasi merupakan proses penentuan pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dikuasai siswa (Gronlund, 1973: 21).
[definisi]Gambar/foto adalah media reproduksi bentuk asli dalam dua
dimensi. Foto ini merupakan alat visual yang efektif karena dapat
divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan
realistis (Asnawir & Usman, 2002: 47).
[definisi]Generalisasi induktif yaitu proses penalaran memperoleh
kesimpulan umum berdasarkan data empiris (hurter dan Pierce (Sumarmo,
1987: 41).
[definisi]Generalisasi induktif yaitu proses penalaran memperoleh
kesimpulan umum berdasarkan data empiris (Hurter dan Pierce dalam
Sumarmo, 1987: 41).
[definisi]Generalisasi/Bahwa generalisasi menyatakan pola, menentukan
struktur/data/gambaran/suku berikutnya dan memformulasikan keumuman
secara simbolis (Trisnadi, 2006:11).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
7
[definisi]Generalisasi/bahwa membuat generalisasi adalah membuat
perkiraan atau terkaan berdasarkan kepada pengetahuan (pengalaman)
yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (Ruseffendi, 1991:
267).
[definisi]Generalisasi/Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang
bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu
disebut generalisasi (Soekadijo, 1999: 134).
[definisi]Grafik adalah gambar sederhana yang disusun menurut prinsip
matematika, dengan menggunakan data berupa angka-angka (Asnawir &
Usman, 2002: 38).
[definisi]Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik (Jamarah, 2000: 55).
[definisi]Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah (Undangundang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
[definisi]Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung
jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun
klasikal, baik disekolah ataupun diluar sekolah (N. A. Ametembun dalam
Djamarah, 2000: 32).
[definisi]Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar,
dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai
implementasi konsep ideal mendidik (Syah, Muhibbin, 2008: 256).
[definisi]Guru adalah tenaga professional, yang karena tugas
kependidikannya berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka harus tanggap atas keadaan pribadi maupun keadaan
masyarakat (Drost, 1998: 48).
[definisi]Guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan
pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin ummat (Isa,
1994: 64).
[definisi]Guru dalam bahasa jawa adalah seorang yang harus digugu dan
ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang
disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran
oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang
guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan dan
diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru yang artinya seorang guru
menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara
bicara, hingga cara berperilaku sehari-hari. Sebagai seorang yang harus
digugu dan ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar
biasa dominannya bagi murid (Nurdin, 2008: 17).
[definisi]Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru
yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Kunandar, 2007: 46-47).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
8
[definisi]Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh
program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah
mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada
kelas-kelas besar (Hamalik, 2006: 27).
[definisi]Guru profesional/Menurut Moh Uzer Usman bahwa guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Usman. 2006: 15).
[definisi]Guru yang professional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya
(Kunandar, 2007: 46-47).
[definisi]Hadiah (reward) merupakan salah satu cara menumbuhkan
motivasi berprestasi (Sardiman, 2002: 89).
[definisi]Hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa dari
pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang diikutinya selama
pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik
(Dimyati dan Mudjiono 2006: 55).
[definisi]Hasil belajar adalah keluaran (outputs) dari suatu sistem
pemrosesan masukan (inputs) (Romiszowski dalam Abdurrahman, 2009:
38).
[definisi]Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008: 22).
[definisi]Hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan
berbagai masukan yang berupa informasi (Romizowski, Keller dalam
Abdurrahman, 2009:38).
[definisi]Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku baik afektif,
kognitif, maupun psikomotor (Sudjana, 2001: 22).
[definisi]Hipotesis berasa dari penggalan kata “hypo” yang artinya di
bawah dan “Thesa” yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis adalah
anggapan dasar mengenai suatu teori yang bersifat sementara, yang
kebenarannya masih perlu diuji di bawah kebenaran (Arikunto,
2005:1080).
[definisi]Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64).
[definisi]Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan (Partanto & Al
Barry, 1994: 247).
[definisi]Informasi adalah keterangan yang disampaikan kepada pihak lain
(Mudyahardjo, 2001: 43).
[definisi]Informasi operasional adalah keterangan tentang bahan-bahan
yang dipergunakan untuk memproses bahan olahan (Mudyahardjo, 2001:
44).
[definisi]Informasi produk adalah keterangan tentang bahan olahan, bahan
yang akan diproses menjadi suatu produk (Mudyahardjo, 2001: 43).
[definisi]Istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau pengajaran,
yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
9
perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Selanjutnya
pembelajaran dapat pula diartikan sebagai usaha untuk memberi stimulus
kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang
digunakan, atau biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan
secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuata siswa belajar
dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan
belajar mengajar (Gino, Suwarni, Suripto H.S, Maryanto, dan Sutijan,
1998: 30).
[definisi]Jajar genjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan
sejajar dan sama panjang. Jajar genjang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: (a) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. (b) Sudutsudut yang berhadapan adalah sama besar. (c) Jumlah dua sudut yang
berdekatan adalah 1800. (d) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua
sama panjang (Raharjanto, 2010: 73).
[definisi]Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat ditentukan
benar atau salahnya karena masih memuat variabel (Aminulhayat, 2004:
119).
[definisi]Karya tulis ilmiah adalah kegiatan penuangan atau lapangan atau
gagasan pemikiran ke dalam bentuk karangan dengan mengikuti aturan
dan metode ilmu pengetahuan. Sehingga menghasilkan informasi ilmiah
yang dapat didiskusikan dan disebarluaskan kepada masyarakat
pendidikan serta di dokumentasikan diperpustakaan sekolah (Depag, 2001:
30).
[definisi]Kebijakan (wisdom) adalah suatu ketentuan dari pimpinan yang
berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena
adanya alasan yang dapat diterima untuk tidak memberlakukan aturan
yang berlaku (Imran, 2008: 17).
[definisi]Kebijakan adalah ”wisdom” sedangkan kebiksanaan adalah
”policy” (Imran, 2008: 1).
[definisi]Kebijakan adalah seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta
peratutan-peraturan yang membimbing sesuatu organisasi. Dengan
demikian kebijakan mencakup keseluruhan petunjuk organisasi (Murphy
dalam Syafaruddin, 2008: 2).
[definisi]Kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah, sehingga
berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah
ia ditempatkan pada tempat yang paling tinggi (Subroto, 1994: 7).
[definisi]Kepala sekolah adalah manajer pendidikan yang mewujudkan
pendayagunaan setiap personil secara tepat agar mampu melaksanakan
tugasnya secara maksimal untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya, baik
dari segi jumlah maupun dari segi mutu dan proses belajar mengajar
(Nawawi, 1996: 90).
[definisi]Kepala sekolah adalah orang atau guru yang memimpin suatu
sekolah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 480).
[definisi]Kepemimpinan merupakan suatu proses yang mengandung unsur
mempengaruhi, adanya kerjasama dan mengarah pada suatu hal dan tujuan
bersama dalam sebuah organisasi (Arifin, 2004: 23).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 10
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
[definisi]Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem
psikofisik individu yang memberikan corak yang khas dalam caranya
menyesuaikan diri dengan lingkunganya (Gordon W. Alport dalam
Baharuddin, 2007: 210).
[definisi]Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan
seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu
(Tika, MP., 2006: 121).
[definisi]Kinerja adalah prestasi kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.
Kemampuan melaksanakan tugas atau kinerja (performance) adalah
sesuatu hal yang dapat meningkatkan fungsi motivasi secara terus
menerus. Dengan demikian, kinerja guru hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Rahardja, 2004:
4).
[definisi]Kinerja diartikan sebagai tingkah laku ketrampilan atau
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan (As’ad, 2001:
47).
[definisi]Kinerja, jika dilihat dari asal katanya, adalah terjemahan dari kata
performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary,
terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata “to
perform” dengan beberapa “Entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan,
melaksanakan; (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban kewajiban
suatu niat atau nazar; (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung
jawab; dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau
mesin (Mangkuprawira, 2007: 1).
[definisi]Kinerja/Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau
actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah
dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja atau prestasi kerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
yang melaksanakan tugasnya sesuai denagn tanggung jawab yang
diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000: 67).
[definisi]Komik adalah media yang mempunyai sifat sederhana, jelas,
mudah dipahami. Oleh sebab itu media komik dapat berfungsi sebagai
media yang informatif dan edukatif (Asnawir & Usman, 2002: 55).
[definisi]Kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi
atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif
(Usman, 1994: 1).
[definisi]Kompetensi
pedagogik
adalah
kemapuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dalam Mulyasa, 2008: 75).
[definisi]Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 11
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Standar Nasional
Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dalam Mulyasa, 2008:
173).
[definisi]Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan
dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan
dan situasi tertentu. Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan,
kompetensi dikatakan underlying characteristic karena karakteristik
merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian
seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan.
Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau
memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena
kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya
baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu (Spencer &
Spencer, 1993: 9).
[definisi]Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan (Syah, 2000:
229).
[definisi]Kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang,
atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih
menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak (Syah, 2000: 230).
[definisi]Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh
tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan,
dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan
sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan,
teknologi maupun etika (Muhaimin, 2004: 151).
[definisi]Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (McAhsan (1981: 45) dalam
Mulyasa, 2003: 38).
[definisi]Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir b dalam Mulyasa, 2008: 117).
[definisi]Kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang
diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional.
Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam
bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta
metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan
dengan sejawat guru lainnya (Surya, 2003: 138).
[definisi]Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran
secara
luas
dan mendalam yang memungkinkan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 12
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
membimbing pesrta didik memenuhi standar
kompetensi
yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Standar Nasional
Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dalam Mulyasa, 2008:
175).
[definisi]Kompetensi sebagai kapasitas seseorang individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan
bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual
adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental
sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan
keterampilan (Robbins, 2001: 37).
[definisi]Kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
(Depdiknas, 2004: 7).
[definisi]Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas,
keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan (Finch & Crunkilton (1979: 222), dalam Mulyasa, 2003: 38).
[definisi]Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Kenyataannya konsep dapat mempunyai tingkat generalisasi yang
berbeda, semakin dekat konsep pada realita, maka akan semakin mudah
konsep tersebut diukur dan diartikan (Singarimbun, 2001: 45).
[definisi]Konsep adalah suatu ide atau gagasan abstrak yang
memungkinkan seseorang dapat mengaplikasikan objek-objek atau
peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau bukan contoh dari
gagasan tersebut (Bell dalam Abidin, 2004:59).
[definisi]Konsep belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan
sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam
siswa, melainkan pemberian makna oleh siswa melalui proses asimilasi
dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya
Kegiatan belajar lebih dipandang dalam segi prosesnya dari pada segi
perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas (Budiningsih,
2008: 58).
[definisi]Konsep Matematika itu sendiri merupakan suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwaperistiwa serta mengklasifikasikan apakah objek-objek atau peristiwaperistiwa itu termasuk atau tidak termasuk ke dalam ide abstrak tersebut
(Hudojo, 2005: 20).
[definisi]Konsep merupakan dasar bagi proses- proses untuk memecahkan
suatu masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui
definisi atau contoh- contoh (Abidin, 2004: 60).
[definisi]Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 13
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan
subset khusus dari pendidikan (Corey dalam Sagala, 2005: 61).
[definisi]Kreatifitas adalah kemampuan umum untuk mencipta sesuatu
yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru
yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 1999: 33).
[definisi]Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003).
[definisi]Kurikulum adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan atau pengajaran, yang merupakan suatu rencana pendidikan
dan memberikan pedoman serta pegangan tentang jenis, lingkup, urutan
isi, dan proses pendidikan (Sukmadinata, 2006: 3-7).
[definisi]Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa untuk
mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan
materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Dalam laboratorium bahasa
siswa duduk sendiri-sendiri pada bilik akuistik dan kotak suara yang telah
tersedia (Asnawir & Usman, 2002: 93).
[definisi]Layang-layang adalah segiempat yang dibentuk dari gabungan
dua segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpitan.
Layang-layang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Dua pasang sisi
yang berdekatan sama panjang. (b) Sepasang sudut yang berhadapan sama
besar. (c) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri. (d) Salah satu
diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lainnya. (e)
Diagonalnya saling berpotongan tegak lurus (Raharjanto, 2010:74).
[definisi]Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak
sama terhadap suatu titik tertentu pada bidang datar. Titik tertentu itu
disebut pusat lingkaran dan jaraknya disebut jari-jari lingkaran (Junaidi
dkk., 2006: 166).
[definisi]Lingkungan adalah keseluruhan atau setiap aspek dan gejala fisik
dan sosial kultural yang memengaruhi individu. Kerja adalah aktifitas
manusia baik fisik maupun mental yang didasarkan adalah bawaan dan
mempunyai tujuan yaitu mendapatkan kepuasan (As’ad, 2003: 47).
[definisi]Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja yang dapat memengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang diembankan (Alex S Nitisemito dalam Nitiseminto S ., 2000: 183).
[definisi]Masa pendidikan adalah jangka waktu berlangsungnya
keseluruhan kegiatan di sebuah satuan pendidikan atau keseluruhan
kegiatan semua satuan-satuan pendidikan (Mudyahardjo, 2001: 66).
[definisi]Masalah adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya
yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban (Santyasa, 2005: 10).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 14
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
[definisi]Masalah adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya
yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban (Santyasa, 2005, 10).
[definisi]Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu
diselesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin
(Ruseffendi, 1980: 216).
[definisi]Masalah sebagai suatu pertanyaan yang hanya jika seseorang
tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan
untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut (Hudojo, 1979: 157).
[definisi]Masalah sebagai suatu pertanyaan yang hanya jika seseorang
tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan
untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut (Hudojo, 1979: 157).
[definisi]Masukan adalah sumber-sumber yang ada dalam lingkungan atau
suprasistem yang masuk dalam sebuah sistem (Mudyahardjo, 2001: 43).
[definisi]Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ruangan, sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir (Johnson dan
Myklebust dalam Abdurrahman, 2009: 252).
[definisi]Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
respresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi (Johnson dan Rising dalam
Suherman, dkk, 2003: 17).
[definisi]Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara
berpikir. Di dalam matematika terdapat alat berupa bahasa dengan simbolsimbol yang kreatif, jadi kecerdasan dan ketelitian siswa dapat terasah
dengan baik (Hudojo, 2005: 35).
[definisi]Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara
berfikir. Karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan
sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK (Hudojo, 2005:
35).
[definisi]Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi manusia. Dan untuk menemukan jawaban
atas segala masalah yang di hadapinya, manusia akan menggunakan: (1)
informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya, (2)
pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran, (3) kemampuan untuk
menghitung, dan (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan
hubungan-hubungan (Paling dalam Abdurrahman, 2009: 252).
[definisi]Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi manusia. Dan untuk menemukan jawaban
atas segala masalah yang di hadapinya, manusia akan menggunakan: (1)
informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya, (2)
pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran, (3) kemampuan untuk
menghitung, dan (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan
hubungan-hubungan (Paling dalam Abdurrahman, 2009: 252).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 15
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
[definisi]Matematika ialah sebagai berikut: (1) Matematika adalah cabang
ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. (2) Matematika
adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. (3) Matematika adalah
pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan.
(4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk. (5) Matematika adalah pengetahuan
tentang struktur-struktur yang logik. (6) Matematika adalah pengetahuan
tentang aturan-aturan yang ketat (Soedjadi, 2000: 11).
[definisi]Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau
menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan-hubungan diantara hal itu (Hudojo, 2005:103).
[definisi]Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang untuk belajar. (Gagne dalam Sadiman et al 1996 :
6).
[definisi]Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi. Sedangkan menurut Heinich apabila
dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
membawa informasi dari pengajar kepeserta didik (Association Of
Education And Communication Technology (AECT) dalam Uno, 2007:
113).
[definisi]Media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Misalnya
rekaman video, berbagai rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya.
Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik (Sanjaya,
2007: 172).
[definisi]Media audio visual adalah media instruksional modern yang
sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan yang dapat
dilihat dan didengar (Rohani, 1997: 97).
[definisi]Media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran. Alat bantu ini lebih
sering disebut alat peraga, karena berfungsi membantu dan memperagakan
sesuatu dalam proses pembelajaran (Notoamodjo, 2003: 71).
[definisi]Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat
digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran
(Sanaky, 2009: 4).
[definisi]Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat
dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku,
koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio
dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka
merupakan media pembelajaran (Rossi dan Breidle dalam Sanjaya, 2007:
163).
[definisi]Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan atau
informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 16
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
mendefenisikan media pembelajaran sebagai sarana fisik untuk
menyampaikan isi atau materi pembelajaran (Schramm dalam Suwarna,
2005: 128).
[definisi]Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang
pikiran, perasaan , perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat
mendorong proses belajar mengajar (Ibrahim & Syaodih, 2003: 112).
[definisi]Media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat dipengaruhi efektifitas
program instruksional (Education Association (NEA) Asnawir & Usman,
2002: 11).
[definisi]Media Video cassette adalah sistem penyimpanan dan rekaman
video di mana signal audio visual direkam pada disk plastik, bukan pada
pita magnetic (Arsyad, 2002: 36 ).
[definisi]Membuat tabulasi tidak lain adalah memasukkan data kedalam
tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah
kasus dalam berbagai kategori (Nasir, 2003: 355).
[definisi]Mengajar adalah mengusahakan terciptanya suatu situasi yang
memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Sistem lingkungan ini
terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, antara lain:
tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan
siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial
tertentu, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana
belajar-mengajar yang tersedia (Arifin, 1970: 85).
[definisi]Mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang
serta mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa
perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi (Raka Joni
dalam Sardiman , 2003: 54).
[definisi]Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka
memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan (Ali, 1996: 12).
[definisi]Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak,
sehingga terjadi proses belajar (Nasution, 1967: 15).
[definisi]Mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya da menghubungkan dengan anak,
sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya
menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar
bagi para siswa (Sardiman, 2003: 45).
[definisi]Mengajar dilukiskan sebagai suatu proses interaksi antara guru
dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih oleh guru sesuai dengan
tujuan pembelajaran (Hudojo, 2005: 71).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 17
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
[definisi]Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan
yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong
siswa melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997: 15-16)
[definisi]Mengkode jawaban adalah menaruh angka pada tiap jawaban
atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana (Nasir, 2003: 348).
[definisi]Metode adalah a way in achieving something, dengan kata lain
metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi
(Sanjaya, 2007: 127).
[definisi]Metode adalah cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode merupakan cara pelaksanaan
kegiatan dalam mencapai tujuan yaitu tujuan pembelajaran (T. Raka Joni
dalam Soli Abimanyu, 2008: 2-5).
[definisi]Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2007: 147).
[definisi]Metode adalah cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu
(Saliwangi, 1994: 4).
[definisi]Metode adalah cara yang diterapkan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam keadaan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2006:145).
[definisi]Metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu
hasil yang memuaskan (Sunaryo, 1995: 73).
[definisi]Metode ceramah adalah .teknik penyampaian pesan pengajaran
yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah
diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru
bilamana diperlukan (M. Basyiruddin Usman dalam Usman, 2002: 34).
[definisi]Metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi
pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai
(Arief, 2002: 135-136).
[definisi]Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran
secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok (Sholahuddin, 1986:
43).
[definisi]Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah
siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2002: 203).
[definisi]Metode demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian
pelajaran dengan cara meragakan bagaimana membuat, mempergunakan
serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan atau
bagaimana mengerjakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana dalam
meragakan disertai dengan penjelasan lisan (Syah, 2007: 152).
[definisi]Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan (Syah, 2002: 208).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 18
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
[definisi]Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran (Djamarah, 1997: 102).
[definisi]Metode deskriptif dapat diuraikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
objek/subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarkat) pada masa
sekarang berdasarkan fakta yang ada (Hadi, 1997: 200).
[definisi]Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan
resitasi bersama (socialized recitation) (Syah, 2002: 205).
[definisi]Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan
mengutip sumber catatan yang telah ada. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya (Arikunto, 2002: 135).
[definisi]Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach)
(Wina Sanjaya, 2008: 179).
[definisi]Metode interview merupakan teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan
melalui bercakap-cakapdan berhadapan muka dengan orang yang dapat
memberikan keterangan pada peneliti (Mardalis, 2006: 64).
[definisi]Metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi
dengan cara membawa langsung anak ke objek di luar kelas atau
lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami
secara langsung. Metode ini menjadikan bahan yang dipelajari di sekolah
lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat
(Djamarah (1997: 105-106).
[definisi]Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui
upaya penanaman terhadap kebiasaa-kebiasaan tertentu. Melalui
penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu ini diharapkan siswa
dapat menyerap materi secara lebih optimal (Djamarah, 1997: 108).
[definisi]Metode mengajar cara yang digunakan oleh guru dalam
mengorganisasikan kelas pada umumnya atau menyajukan pelajaran pada
khususnya (Sagala, 2006: 169).
[definisi]Metode mengajar cara yang digunakan oleh guru dalam
mengorganisasikan kelas pada umumnya atau menyajikan pelajaran pada
khususnya (Sagala, 2006:169).
[definisi]Metode mengajar merupakan caracara yang digunakan guru
untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode yang digunakan
maka makin efektif dan efisien kegiatan mengajar yang dilakukan antara
guru dan siswa pada akhirnya akan menunjang dan mengantarkan
keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh
guru (Syah, Darwin (2007:133).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 19
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
[definisi]Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai
tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan
mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu (Surakhmad, 1990:131).
[definisi]Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan
(Roestiyah, 1998: 1).
[definisi]Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran
(Nana Sudjana yang dikutip Syah, 2007: 133).
[definisi]Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok untuk melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajari (Djamarah,
2006: 95).
[definisi]Metode proyek merupakan metode pembelajaran berupa
penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah yang
selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang relevan sehingga diperolah
pemecahan secara menyeluruh dan bermakna. Prinsip metode ini adalah
membahas suatu materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang
pelajaran lain. Metode ini dapat memantapkan pengetahuan yang
diperoleh anak didik, menyalurkan minat dan melatih siswa menganalisis
suatu materi dengan wawasan yang luas (Djamarah, 1997: 94).
[definisi]Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru
menmberikan tugas tertentu agar siswa melalukan kegiatan belajar.
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut : a) Membina tanggung jawab
dan disipilin siswa. b) Dapat mengembangkan kreativitas siswa. c) Dapat
mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru (Djamarah,
2006: 98).
[definisi]Metode simulasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan
menggunakan situasi tiruan dalam proses belajar mengajar untuk
memperoleh suatu pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu (Suyatno dkk, 2008: 32).
[definisi]Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa
tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Penggunaan metode ini
mengembangkan
keterampilan
mengamati,
menginterpretasi,
mengklasifikasi,
membuat
kesimpulan,
menerapkan
dan
mengomunikasikan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk memotivasi
anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran (Djamarah,
1997: 107).
[definisi]Metode wawancara menurut Moh. Nazir adalah: “Proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka anatara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
Ingterviw Guide (Pedoman wawancara) (Nazir, 1988: 234).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 20
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
[definisi]Metodologi adalah tata cara memudahkan sehingga dalam proses
belajar-mengajar perlu dicapai dan dikembangkan oleh guru (Nababan,
1993: 3).
[definisi]Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu (Winkel, 1996: 24).
[definisi]Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu
hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pernyataan tersebut
mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat akan ada rasa tertarik.
Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari rasa senang pada
sesuatu (Djaali, 2007: 121).
[definisi]Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1988: 182).
[definisi]Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, Muhibbin, 2004: 151).
[definisi]Minat berarti kecenderungan yang menetap dan mengenang
beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan
memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang
(Djamarah, 2008: 166)..
[definisi]Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek,
seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya
(Witherington dalam Buchori, 1991:135).
[definisi]Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan, semakin kuat keinginanya semakin
kuat dan bertahan minat tersebut (Hurlock, 1990: 114).
[definisi]Minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
terus-menerus yang disertai rasa senang. Beberapa pendapat di atas
menunjukkan adanya unsur perasaan senang yang menyertai minat
seseorang (Slameto, 1995: 57).
[definisi]Minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja
yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan
lingkungannya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan
pemusatan perhatian (Sujanto (2004: 92)
[definisi]Minat/Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang
studi tertentu (Syah, 1999: 136).
[definisi]Minat/Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang,
aktifitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan
disertai perasaan senang (Shaleh & Wahab, 2004: 262-263).
[definisi]Motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk
melakukan sesuatu (S. Nasution, 1995: 73).
[definisi]Motif/Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1990: 73).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 21
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
[definisi]Motif/Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1990: 73).
[definisi]Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif
menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan atau dihayati (Winkel, 1986: 71).
[definisi]Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang, yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan, jadi motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang
dapat disimpulkan karena adanya sesuatu yang kita saksikan (Suryabrata,
1998: 78).
[definisi]Motivasi adalah kebutuhan pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan (Reksohadiprojo dan Handoko, 2000: 252).
[definisi]Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan
yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku, untuk mendorong pegawai
supaya berprestasi diperlukan pula motivasi inspirasional (Gibson, 1996:
185).
[definisi]Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan
yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku, untuk mendorong pegawai
supaya berprestasi diperlukan pula motivasi inspirasional (Gibson, 1996:
185).
[definisi]Motivasi adalah keseluruh proses pemberian motif bekerja
kepada bawahannya sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja
dengan iklas demi tercapainya tujuan organisasi (Siagian, 1992: 47).
[definisi]Motivasi adalah merupakan sesuatu kekuatan penggerakan dalam
perilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun daya tahan
(peristence) tiap perilaku manusia yang didalamnya terkandung pula
unsur-unsur emosional insane yang bersangkutan (Surjono trimo dalam
Rusyan, 1989: 98).
[definisi]Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama dengan efektif
dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
(Hasibuan,2003: 95).
[definisi]Motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan
dengan didasari adanya suatu kebutuhan (Rusyan, dkk. 1994: 99).
[definisi]Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Frederik J.
MC. Donald dalam Rusyan, 1989: 98).
[definisi]Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah
laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu
kebutuhan (Sabri, 2001: 90).
[definisi]Motivasi adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang
membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu
(Armstrong, 1994: 174).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 22
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
[definisi]Motivasi adalah suatu keadaan yang melatarbelakangi individu
untuk mencapai tujuan tertentu. Batasan pengertian ini memandang
motivasi dari sudut kepentingan individual (Wexley dan Yuki, 1992:113)
[definisi]Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan
seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya: rasa lapar, haus dan
bermasyarakat) (Wayne F. Cascio dalam Hasibuan, 2003: 95).
[definisi]Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk
menimbulkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan
dalam drii individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Rohani, 2004: 11).
[definisi]Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang ingin di kehendaki atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya (Poerwadarminta, 1995: 85).
[definisi]Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi, sehingga seseorang itu mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
menjadikan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu
dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi itu adalah di dalam seseorang
(Sardiman, 2001: 3).
[definisi]Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri
seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu (Poerwadarminto, 1995: 705).
[definisi]Motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai
suatu tujuan (Suryabrata, 1984: 70).
[definisi]Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan
hadiah, medali, dan persaingan yang bersifat negative ialah sarcasm,
ridicule, dan hukuman (Hamalik, 2007: 162-163).
[definisi]Motivasi ialah dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Biggs dan Tufler
yang dikutip dari Sutama, 2000:36).
[definisi]Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini,
motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah (Muhibbin Syah, 2008: 136).
[definisi]Motivasi ialah konsep yang menguraikan tentang kekuatankekuatan yang ada dalam diri siswa yang memulai dan mengarahkan
perilaku” (Gibson, 1995: 94).
[definisi]Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan
belajar (Muhibbinsyah, 2002: 136).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 23
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
[definisi]Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar,
misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan
dan sebagainya (Sabri, 1996: 85).
[definisi]Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja (Amirullah dkk, 2002: 146).
[definisi]Motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu untuk mencapai suatu tujuan, motivasi yang diberikan bisa
menjadi dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif
(Reksohadiprodjo, 1990: 79).
[definisi]Motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal
mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh
kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu
(Stephen P.Robbins dalam Hasibuan, 2003: 96).
[definisi]Narasi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan
karangan dan tulisan yang bersifat menyejarah sesuatu berdasarkan
perkembangan dari waktu ke waktu (Semi, 1993: 32).
[definisi]Organisasi merupakan gabungan sekelompok orang yang terikat
secara formal dan hierarkis, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 20021: 35).
[definisi]Organisasi sosial yaitu sebuah sistem yang terpadu dari
kelompok-kelompok psikologis yang saling berhubungan yang terbentuk
untuk mencapai suatu tujuan yang dirumuskan (misalnya: Negara, partai
politik,perusahaan, dan sebagainya) (Mudyahardjo, 2001: 55).
[definisi]Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat
efektivitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi (Sondng P.
Siagian dalam Syafaruddin, 2002: 97).
[definisi]Pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam
memperoleh skill dan pengetahuan (Good dalam Marzuki, 1992: 5).
[definisi]Pemahaman adalah keadaan pengetahuan ketika informasi
matematika baru dihubungkan tepat dengan pengetahuan yang telah ada
(Hiebert dalam Usman, 2001: 11).
[definisi]Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya
sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya (Uno, 2007: 140)
[definisi]Pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari (Hamzah, 2009: 36).
[definisi]Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dari
bahan yang telah dipelajari (Bloom dalam Abidin, 2004: 57).
[definisi]Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 24
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya (Uno, 2007:
140).
[definisi]Pemahaman konsep adalah pengetahuan yang berisi banyak
hubungan atau jaringan ide (Hiebert dan Lefevre (Walle, 2006: 29).
[definisi]Pembelajaran adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan
pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan itu
pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha
(Sumadi Suryabrata, 1981: 2).
[definisi]Pembelajaran adalah kata benda yang diceritakan sebagai proses,
cara menjadikan orang atau makhluk belajar (Poerwadarminto, 2007: 17).
[definisi]Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono
dalam Sagala, 2010: 62).
[definisi]Pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang
diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih
baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Sanjaya,
2005: 78).
[definisi]Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku berkat
pengalaman dan latihan (Djamarah, 1997: 11).
[definisi]Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru
untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati, 1999:156).
[definisi]Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar. Dalam kegiatan pembelajaran memqang tidak
dapat dilepaskan dari apa yang dikatakan dengan belajar dan mengajar.
Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat
dipahami oleh pesrta didik, karena pengajar yang baik yaitu pengajar yang
mampu membuat peserta didiknya paham pada materi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005: 17).
[definisi]Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Birggs, dan
Wager dalam Udin S Winata Putra, 2007: 119).
[definisi]Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru
untuk membuat seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai
yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar kegiatan. Dalam
proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang
menggambarkan kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam
proses pembelajaran (Sagala, 2007: 64-65).
[definisi]Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar (Hamalik, 2003: 57).
[definisi]Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 25
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey
dalam Nyimas Aisyah, 2007: 1.3).
[definisi]Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus
dari pendidikan (Corey dalam Sagala, 2005: 61).
[definisi]Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan
pelayananterhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa serta siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 1).
[definisi]Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu system atau proses
membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Suprapto,
2003: 9).
[definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan
dengan memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip
dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh soal dan
pembahasannya dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan
penugasan (Sunarto, 2009: 1).
[definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan
dengan memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip
dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh soal dan
pembahasannya dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan
penugasan (Sunarto, 2009: 1).
[definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal (Depdiknas, 2008: 30).
[definisi]Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal (Depdiknas, 2008: 30).
[definisi]Pembelajaran generatif adalah suatu pembelajaran di mana
peserta didik belajar aktif berpartisipasi dalam proses mengkonstruksi
makna dari informasi yang ada di sekitarnya berdasarkan pengetahuan
awal dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik (Osborne dan
Wittrock dalam Sudyana, dkk, 2007: 1080).
[definisi]Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran dengan
menggunakan kelompok kecil, sehingga siswa dapat bekerjasama untuk
memaksimalkan pembelajaran mereka (Utomo, 2004: 131).
[definisi]Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, dan
silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat
nyata (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi dkk, 2004: 61).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 26
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
[definisi]Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman
belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika
yang dipelajari (Muhsetyo, 2006: 03).
[definisi]Pembelajaran matematika menurut pandangan kontruktivistik
adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip
matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi
sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, transformasi informasi
yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru (Hudojo, 2005: 20).
[definisi]Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang
baru (Sagala, 2006: 61).
[definisi]Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
(Sagala, 2010: 61).
[definisi]Pembelajaran merupakan suatu proses sistematis melalui tahap
rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika,
melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran (Knirk dan
Gustafson dalam Sagala, 2007: 64).
[definisi]Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang
dalam bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti
menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah
menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran (Warsita, 2008: 265).
[definisi]Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pemberdayaan
sumber-sumber belajar guna membantu siswa agar dapat belajar sesuatu
dengan kebutuhan dan minatnya. Dalam proses belajar mengajar guna
mencapai tujuan pembelajaran diperlukan berbagai perangkat atau
komponen seperti materi (bahan), cara (metode), alat (sarana), dan untuk
membuktikan tercapai tidaknya tujuan diperlukan kegiatan evaluasi
(Sardiman 1986: 63).
[definisi]Pembelajaran pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan
pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan
untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan/jawaban
oleh siswa (Mbulu, 2001: 52).
[definisi]Pembelajaran pemecahan masalah merupakan kegiatan seorang
guru yang membangkitkan siswa-siswanya agar menerima dan merespon
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru kemudian guru
membimbing siswa untuk sampai pada penyelesaian masalah (Hudojo,
2005: 124).
[definisi]-Pembelajaran sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 1995: 2).
[definisi]Pemecahan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 27
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan/ jawaban oleh
siswa (Mbulu, 2001: 52).
[definisi]Pemecahan masalah adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan
yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi
yang tak lumrah tersebut (Krulik dan Rudnick (1996) dalam Santyasa,
2005: 10).
[definisi]Pemecahan masalah merupakan proses penerimaan masalah
sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut (Hudojo, 1979:
160).
[definisi]Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian dari
masalah (Ruseffendi, 1980: 218).
[definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk
mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal
pengetahuan yang sudah dimiliki (Rudianto, 2009: 24).
[definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk
mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal
pengetahuan yang sudah dimiliki (Dahar, 1996: 190 dalam Rudianto,
2006: 23).
[definisi]Pemecahan masalah merupakan suatu aktifitas intelektual untuk
mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal
pengetahuan yang sudah dimiliki (Rudianto, 2009: 24).
[definisi]Pemecahan masalah sebagai suatu kegiatan manusia untuk
menerapkan konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar, 1996:
190) dalam Rudianto, 2006: 23).
[definisi]Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar
dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak segera dicapai
(Polya dalam Roebyanto, dkk. 2009: 23).
[definisi]Pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari
suatu kesulitan mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan
segera dapat dicapai (Polya dalam Hudojo 1979: 96).
[definisi]Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitasaktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan
(Kartono, 1990: 20).
[definisi]Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari
pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan
logika (Jacobs dalam Shadiq, 2004: 6).
[definisi]Penalaran induksi merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat
suatu pernyataan baru yang bersifat umum berdasar pada beberapa
pernyataan khusus yang diketahui benar (Shadiq, 2004: 4).
[definisi]Penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat
umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut
generalisasi (Soekadijo, 1999: 134).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 28
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
[definisi]Penalaran/Istilah penalaran sebagai proses berpikir yang berusaha
menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan (Keraf dalam Shadiq, 2004:2).
[definisi]Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu (Muhibbinsyah, 2002: 139).
[definisi]Pendekatan sistem adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang
menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam
memecahkan masalah (Mudyahardjo, 2001: 40).
[definisi]Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis,
yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk
mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan citacita (Amin, 1992: 1).
[definisi]Pendidikan agama adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam, serta
menjadikanya sebagai jalan kehidupannya (Abd. Rahman Saleh dalam
Zuhairini, 1993: 10).
[definisi]Pendidikan agama berarti usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan
ajaran islam (Zuhairini, dkk. 1983: 27).
[definisi]Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia maupun di akhirat (Deajat, 1984: 82).
[definisi]Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam
seluruhnya. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Majid &
Andatani, 2004: 130-131).
[definisi]Pendidikan Agama Islam/Sedangkan Pendidikan Agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama
Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam pengertian lain
menyatakan bahwa pendidikan agama berarti usaha untuk membimbing
kea rah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan
pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam sehingga
terjalin kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Zuhairini & Ghofir, 2004: 2).
[definisi]Pendidikan dalam bahasa arab berarti “tarbiyah” dengan kata
kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim”
dengan kata kerjanya “’allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 29
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan pendidikan islam dalam bahasa
arabnya adalah “tarbiyah islamiyah” (Darajat dkk, 2006: 25).
[definisi]Pendidikan formal/pendidikan disekolah yang teratur, sistematis
mempunyai jenjang yang dibagi-bagi dalam waktu tertentu yang langsung
dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Informal:
proses yang diperoleh dengan pengalaman sehari-hari, dengan tidak sadar
dari keluarga, tetangga, pekerja, hiburan, pasar atau didalam pergaulan.
Sehingga tergantung pada kemampuan yang ada yang mereka miliki
dengan demikian diharapkan dapat mengubah dirinya sendiri. Pendidikan
Non Formal : pendidikan luar sekolah sama bentuk pendidikannya yang
diselenggarakan dengan sengaja tertib, terarah dan berlaku diluar kegiatan
persekolahan, sedangkan pembagian jenjang formal menurut tingkatannya
dapat dibagi sebagai berikut: 1). Pendidikan Pra-Sekolah, 2). Pendidikan
Dasar Tingkat Sekolah Dasar, 3). Pendidikan Menengah Tingkat
Menengah Pertama, 4). Pendidikan Tinggi Tingkat Menengah Atas, 5).
Pendidikan Tingkat Perguruan Tinggi (Philip H. Comb dalam Zakaria,
1981: 58).
[definisi]Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (Insan Kamil)
(Marimba, 1989: 19).
[definisi]Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia
kepada kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat derajat
kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasr (fitrah) dan kemampuan
ajarannya (pengaruh dari luar) (M. Arifin dalam Aat Syafaat, 2008: 1516).
[definisi]Pendidikan Islam/Pendidikan dalam konteks Islam pada
umumnya mengacu kepada term at-Tarbiyah, at-Ta.dib dan at-Ta.lim.
Dari ketiga istilah tersebut term yang paling populer digunakan dalam
praktek pendidikan Islam ialah term at-tarbiyah, sedangkan term at-ta.dib
dan at-ta.lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah
digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam (Nizar, 2002: 25).
[definisi]Pendidikan Islam/Sedangkan menurut istilah, pendidikan Islam
adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam
mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi
maupun ukhrawi (Arifin, 1995: 10).
[definisi]Pendidikan itu merupakan suatu proses membawa perubahan
yang diinginkan ke dalam perilaku manusia. Pendidikan juga dapat
didefinisikan sebagai suatu proses menanamkan atau memperoleh
pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi
(Dahama & Bhatnagar, 1980: 3-4).
[definisi]Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam yaitu upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar
menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang (Muhaimin,
2005: 7-8).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 30
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
[definisi]Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber
daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual
dan kepribadian dan lain-lain (Notoatmojo dalam Samsudin, 2003: 10).
[definisi]Pendidikan sebagai proses timbal-balik dari tiap pribadi manusia
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam
semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi
dan kelengkapan dari semua potensi manusia; moral, intelektual dan
jasmani (panca indera), oleh dan untuk kepribadian individunya dan
kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi menghimpun semua
aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (Brubacher, 1962: 371).
[definisi]Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan
percobaan ilmiah dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan faktorfaktor atau prinsip-prinsip guru yang bertujuan untuk mendapatkan
pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi (Margono,
1996: 1).
[definisi]Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada
perlakuan terhadap obyek yang diteliti (Kuntor, 2003 :95).
[definisi]Penelitian eksperimen adalah penelitian yang benar-benar untuk
melihat sebab akibat (Ruseffendi, 1994: 32).
[definisi]Penelitian korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau
beberapa variable (Arikunto, 2005: 247).
[definisi]Penelitian korelasional adalah hubungan dua atau lebih variabel
yang berpasangan, hubungan antara dua perangkat data atau lebih, yang
mana derajat hubungannya bisa diukur dan digambarkan dengan koefisien
korelasi (Faisal, 1982: 293).
[definisi]Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan maksud
memperoleh data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2003: 14).
[definisi]Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas
(Suhardjono dalam Arikunto, 2007: 58).
[definisi]Pengajaran artinya bahan pelajaran yang disajikan atau proses
penyajian bahan ajar (Karo-Karo, dkk., 1979: 3).
[definisi]Pengajuan soal diartikan sebagai perumusan atau pembentukan
soal atau pertanyaan soal dari situasi (informasi) yang disediakan
(Siswono, 1999: 28).
[definisi]Pengajuan soal/Istilah “Menanyakan soal” biasanya diaplikasikan
pada tiga bentuk aktivitas kognitif matematika yang berbeda, yaitu: (a)
Menanyakan pre-solusi, di mana seorang siswa membuat soal dari soal
yang diadakan. (b) Menanyakan di dalam solusi, di mana seorang siswa
merumuskaqn ulang soal seperti yang telah diselesaikan. (c) Menanyakan
setelah solusi, di mana siswa memodifikasi tujaun dan kondisi soal yang
baru (Silver dalam Mas’ud, 1997: 04).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 31
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
[definisi]Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui
dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau
pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Soejamto,
1989: 53).
[definisi]Pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan
apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
semula (Manullang, 2005: 173).
[definisi]Pengetahuan
konseptual/Pemahaman
konseptual
adalah
pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau jaringan ide (Walle, 2006:
29).
[definisi]Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang
perlambang yang digunakan dalam matematika dan aturan serta prosedur
yang digunakan dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas matematika
(Muhsetyo, 2001: 24).
[definisi]Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah
bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feet back) bagi sipenerima
(siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan ataupun
koreksi (Usman, 2001: 80).
[definisi]Perasaan adalah gejala psikis yang bersifat subyektif yang
umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam
kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf (Suryabrata, 2002:
66)
[definisi]Perasaan adalah peryataan jiwa yang sedikit banyak bersifat
subyektif dalam merasakan senang atau tidak senang (Ahmadi, 1991: 36).
[definisi]Perasaan/Gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas
senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Penilaian subjek terhadap
sesuatu objek membentuk perasaan subjek yang bersangkutan. Karena itu
perasaan pada umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenai, artinya
perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, membayangkan,
mengingat atau memikirkan sesuatu (Suryabrata, 2002: 66).
[definisi]Perencanaan/Planning is future thinking; planning is controlling
the future; planning is decision making; planning is integrated decision
making.” (Anen dalam Sa’ud dan Makmun, 2006 : 5).
[definisi]Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu
obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas
yang dilakukan (Suryabrata, 2002: 14).
[definisi]Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu sekumpulan objek
(Baharudin, 2009: 178).
[definisi]Permainan bahasa adalah jenis permainan yang menimbulkan
kegembiraan, dan ada ketrampilan bahasa yang terlatih (Soeparno, 1980:
60).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 32
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
[definisi]Pernyataan (proposisi/deklarasi/statemen) adalah kalimat yang
memiliki nilai kebenaran benar saja atau salah saja tetapi tidak sekaligus
benar dan salah (Tampomas, 2004: 183).
[definisi]Persegi adalah persegi panjang dengan sisi-sisi yang berdekatan
kongruen. Persegi memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a) Semua sisinya
sama panjang. (b) Keempat sudutnya sama besar dan siku-siku. (c)
Diagonal-diagonalnya sama panjang dan berpotongan saling tegak lurus.
(d) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama besar. (e) Diagonaldiagonalnya membagi sudut menjadi dua sama besar (Raharjanto,
2010:72).
[definisi]Persegi panjang adalah bangun segiempat yang memiliki dua
pasang sisi yang sejajar dan keempat sudutnya siku-siku. Persegi panjang
memiliki sifat-sifat sebagai berikut : (a) Sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar. (b) Sudut-sudutnya sama besar dan siku-siku. (c)
Diagonal-diagonalnya sama panjang. (d) Diagonal-diagonalnya saling
membagi dua sama panjang (Raharjanto, 2010: 72).
[definisi]Pola deduktif yang dimaksudkan dalam berpikir matematika
yaitu dari aksioma yang bersifat umum dapat diturunkan hinggga
memperoleh aksioma yang bersifat khusus (Hudojo, 2005: 37).
[definisi]Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran
yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan
kepada hal yang bersifat khusus (Soedjadi, 2000:16).
[definisi]Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Singarimbun, 2001: 98).
[definisi]Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang akan diteliti.
Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang,
masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang
semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak
mendua (Silalahi, 2009: 253).
[definisi]Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian (Arikunto,
2002: 108).
[definisi]Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006:130).
[definisi]Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2005:
130).
[definisi]Populasi/Menurut Hermawan Wasito menyatakan bahwa
populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam suatu penelitian (Tarsito, 1995: 47).
[definisi]Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik yang secara
khusus diseleksi untuk menunjukkan keadaan secara khusus keadaan
peserta didik (Mueller dalam Burhan, 2008: 260).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 33
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
[definisi]Poster adalah gabungan antara gambar dan tulisan dalam satu
bidang yang memberikan informasi tentang satu atau dua ide pokok,
poster dibuat dengan gambar dekoratif dan huruf yang jelas (Asnawir &
Usman, 2002: 43-44).
[definisi]Prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian dibidang
pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan
dalam bentuk nilai (Winkel 1989: 102).
[definisi]Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Purwodarminto 1976:70).
[definisi]Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai “hasil yang dicapai
oleh siswa didalam belajar, hasil tersebut biasanya harus dilakukan dengan
mengadakan penilaian atau pengukuran yang dilaksanakan pada waktu
yang telah ditentukan (Dwi, 2008: 29).
[definisi]Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru (Dimyati & Mujiono, 2002: 79).
[definisi]Prestasi belajar merupakan hasil dari adanya rencana dan
pelaksanaan proses belajar, sehingga diperlukan informasi-informasi yang
mendukung disertai dengan data yang objektif dan memadai (Rusyan,
1994: 21).
[definisi]Prestasi belajar/Sedangkan menurut Tu’u prestasi belajar siswa
dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Prestasi belajar siswa adalah hasil
belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan
kegiatan pembelajaran disekolah. b. Prestasi belajar siswa tersebut
terutama dinilai dari aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan
kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesa, dan evaluasi. c. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan
ditunjukan melalui nilai atau angka dari ulangan atau ujian yang
ditempuhnya (Tu’u dalam Dwi, 2008: 30).
[definisi]Problem posing berasal dari dua kata yaitu problem yang berarti
masalah atau soal dan posing dari to pose yang berarti mengajukan,
membentuk. Pengajuan soal dapat meningkatkan kemampuan belajar
siswa, karena pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang
kemampuan tersebut dengan membuat soal, siswa perlu membaca
infomasi yang diberikan dan mengondisikan pertanyaan secara verbal
maupun tertulis (Iskandar dalam Ariyanti, 2007: 9).
[definisi]Profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan,
karena merasa terpanggil untuk pekerjaan itu (Sikun Pribadi dalam
Hamalik, 2004: 2).
[definisi]Profesi guru/Kunandar mengemukakan profesi guru adalah
keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran,
dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 34
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian
dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil
guna (Kunandar, 2007: 46).
[definisi]Profesi/Arifin profession mengandung arti yang sama dengan
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh
melalui pendidikan atau latihan khusus.2 (Arifin, 1995: 105).
[definisi]Profesi/Jasin Muhammad menjelaskan bahwa profesi adalah
.suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan
teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi
lapangan pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang ahli.. Pengertian
profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional
diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual
yang mengacu pada pelayanan yang ahli (Namsa, 2006: 29).
[definisi]Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai
criteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh
profesinya itu (Danim, 2002: 23).
[definisi]Profesionalisme/Profesionalisme
adalah
paham
yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang
professional (Tafsir, 2005: 107).
[definisi]Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu (Usman dalam Suryosubroto, 1997: 9).
[definisi]Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat
dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2002 : 154)
[definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2005: 131).
[definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Menurut
Sugiyono (2006:56) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Arikunto, 2006:130).
[definisi]Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002:109).
[definisi]Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi
obyek penelitian (Mardalis, 2006: 55).
[definisi]Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk
mengambil sampel (Subagyo, 1997: 111).
[definisi]Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai alat pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan (Mudyahardjo,
2001: 67).
[definisi]Secara epistimologi, belajar berarti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 35
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
adalah suatu kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Usaha untuk
mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum
dimiliki sebelumnya sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti dan dapat melaksanakan dan memiliki tentang
sesuatu (Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 13).
[definisi]Secara singkat dikatakan bahwa, matematika berkenaan dengan
ide- idea tau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan
penalarannya deduktif (Mustangis, 2002: 4).
[definisi]Seni adalah mempersatukan keindahan yang tersebar pada alam.
Kapasitas yang menentukan keindahan adalah selera, sedangkan kapasitas
yang membawanya dalan satu keseluruhan adalah artistik jenius.
Menurutnya keindahan berpadu dengan kebaikan, jadi keindahan adalah
kebaikan yang terwujud, dan kebaikan adalah kebaikan batin (Pagano
dalam Kadir, 1975: 14).
[definisi]Seni adalah pertumbuhan keindahan yang dengan samar-samar
diketahui oleh perasaan sehingga menjadi suatu hal yang benar dan baik
(Mendelssohn dalam Abdul, 1975: 12).
[definisi]Seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh
manusia. Dalam pengertian ini, seni merupakan produk keindahan,
berkaitan dengan pembuatan benda untuk kepentingan estetis, lazimnya
seni indah (Fine art) dilawankan dengan seni terap (Applied art),
Soedarso, 1988: 2).
[definisi]Seni rupa adalah cabang seni yang mengekspresikan pengalaman
artistik manusia lewat obyekobyek dua dan tiga dimensional yang
memakan tempat dan tahan akan waktu ini yang menjadikan kelebihan
cabang seni rupa dibanding dengan seni lain (Sudarso, 1976: 6).
[definisi]Seni/Kaitannya dengan pengertian seni sebagai suatu kemahiran,
hal ini bisa dengan asal usul katanya yaitu berasal dari kata ars yang
berarti kemahiran atau ketangkasan, sehingga secara etimologi kata ars
dapat diartikan sebagai suatu kemahiran atau ketangkasan seseorang dalam
menciptakan atau mengerjakan benda-benda atau sesuatu barang (Sudarso,
1976: 15).
[definisi]Seni/Pengertian seni dijelaskan seperti: kemahiran, kegiatan
manusia, karya seni, seni indah, dan seni penglihatan (seni rupa) (Gie,
1976: 60).
[definisi]Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik
secara positif maupun negative (Syah, 1999: 135).
[definisi]Sikap adalah kecenderungan untuk beraksi dengan berbagai
faktor lingkungan. Azwar (1995: 5) menyatakan bahwa sikap sebagai
keteraturan
perasaan
(affection)
pemikiran
(cognition)
dan
predesposisional tindakan (conation) seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya (Bogardus dalam Muller, 1995: 2-3).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 36
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
[definisi]Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau ojek (Notoatmojdo, 2003: 130).
[definisi]Sikap sebagai tingkat pengaruh positif atau negatif dalam
hubungannya dengan beberapa objek psikologis (Thurstone dalam
Edward, 1957: 2).
[definisi]Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang memotivasi
seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung
apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya (Suherman, 2001).
[definisi]Supervisi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk mendorong,
mengkoordinasikan, dan membimbing perkembangan guru baik secara
perseorangan maupun secara kolektif agar mereka mendapatkan
pengertian yang lebih baik dan secara efektif melaksanakan semua fungsifungsi mengajar sehingga mereka lebih dimungkinkan untuk mendorong
dan membimbing perkembangan siswa (Sardjonopriyo, 1992: 3).
[definisi]Supervisi ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah
tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka pekerjaan itu
efektif (Handayaningrat, 1994: 17).
[definisi]Supervisi pendidikan merupakan usaha-usaha berupa bantuan dan
pelayanan pendidikan yang diberikan oleh supervisor kepada supervisee
(yaitu para guru) untuk memperbaiki dan meningkatkan situasi
belajarmengajar menjadi lebih baik. Selanjutnya situasi belajar-mengajar
yang makin menjadi lebih baik itu akan lebih menyempurnakan
tercapainya tujuan pendidikan (Soepardi, 1988: 63).
[definisi]Supervisi sebagai kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah
yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Kegiatan
tersebut berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan
keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan
pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran, metode-metode mengajar yang
lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses
pengajaran (Purwanto, 2002: 76).
[definisi]Supervisi yaitu setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan
menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan
supervisi (Neagley dalam Pidarta, 1992: 2).
[definisi]Supervisi/Pengertian supervisi meliputi tiga unsur, yaitu: a) unsur
proses pengarahan, b) unsur bantuan atau pertolongan dari pihak atasan
atau pihak yang lebih memahami, dan c) unsur guru-guru dan personalia
sekolah lainnya yang berhubungan langsung dengan belajar para siswa
sebagai pihak yang diberi pertolongan, unsur proses belajar mengajar
sebagai obyek yang diperbaiki (Pidarta, 1992: 4).
[definisi]Teknik pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2005: 100-101).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 37
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
[definisi]Transformasi adalah proses pengubahan masukan olahan menjadi
hasil produksi atau jasa, yang dilakukan manusia atau mesin-mesin, atau
manusia dengan mesin-mesin (Mudyahardjo, 2001: 45).
[definisi]Trapesium adalah bangun segi empat yang mempunyai satu dan
hanya satu pasang sisi yang sejajar. Trapesium memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: (a) Pada setiap trapesium, jumlah besar sudut yang berdekatan di
antara dua sisi yang sejajar adalah 1800 (b) Trapesium siku-siku
mempunyai ciri khusus, yaitu memiliki tepat dua sudut siku-siku. (c)
Trapesium sama kaki mempunyai ciri khusus, yaitu dua pasang sudut yang
sama besar dan diagonalnya sama panjang (Raharjanto, 2010: 75).
[definisi]Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan
pelajaran yang kita ajarkan (Roestiyah dalam Djamarah, 2002: 48).
[definisi]Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan
membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan
antara guru dan siswa (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 184).
[definisi]Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002 : 144).
[definisi]Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur
apa yang ingin diukur (Singarimbun & Effendi,1995:124).
[definisi]Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Sutrisno Hadi
dalam Arikunto, 2002: 94).
[definisi]Variabel adalah proses pemberian angka terhadap obyek atau
fenomena menurut aturan tertentu (Nazir, 1998: 143).
[definisi]Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan di jadikan
obyek pengamatan penelitian, sering pula dinyatakan variabel penelitian
sebagai factor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti
dalam hal ini terdapat variable yaitu : tingkat perlayanan (X) dan tingkat
kepentingan (Y) (Suryabrata, 1989: 73 ).
[definisi]Wacana adalah ungkapan kebahasaan yang selesai dan bermakna.
Soeparno (1980:19) unsur pembangaun sebuah wacana meliputi (1) unsur
bahasa seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat; (2) konteks yang terdapat
disekitar wacana; (3) makna dan maksud; (4) koherensi; dan (5) kohesi
(Supomo dalam Purwo, 1993: 30).
[definisi]Wacana deskripsi pada dasarnya berupa rangkaian tuturan yang
memaparkan atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman
maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana
ini adalah tercapainya pengalaman yang agak imajinatif terhadap sesuatu,
sehingga pembaca atau pendengar merasa seolah-olah ia mengalami atau
mengetahuinya secara langsung (Sumarlam, 2003: 210).
[definisi]Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,
2005: 132).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 38
416.
417.
418.
419.
420.
421.
[definisi]Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan, secara lisan, untuk menjawab secara
lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah langsung dengan tatap muka
antara si pencari data informasi dengan sumber informasi (Nawawi, 2011:
111).
[definisi]Wawancara sering juga disebut sebagai metode kuesioner lisan,
yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1998: 145).
[definisi]Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok
yang terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema
yang dihadapai melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun
bersifat perorangan (Sahertian, 2000: 104).
Ada sembilan dimensi yang terkait dengan proses pendidikan, yaitu: 1)
Significance, yaitu tingkat kebermaknaan perencanaan. 2) Feasibillity,
yaitu kelayakan teknis dan perkiraan biaya dilihat secara relistik. 3)
Relevance, yaitu diperlukan dalam implementasi rencana. 4)
Definitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk menjalankan
rencana dengan data model buatan, untuk meminimalkan hal yang tidak
diharapkan. 5) Parsimoniousness, yaitu perencanaan harus digambarkan
secara sederhana. 6) Adaptability, yaitu perencanaan harus dinamis dan
dapat berubah sesuai dengan perkembangan informasi. 7) Time, yaitu
siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, dan merubah siatuasi
yang tidak dapat dilakukan akibat keterbatasan-keterbatasan dalam
meramalkan masa depan. 8) Monitoring, yaitu untuk menjamin bahwa
berbagai unsur rencana berjalan secara efektif. 9) Subject matter, yaitu
pokok bahasan yang akan direncanakan mencakup sasaran dan tujuan,
program dan pelayanan, sumber daya manusia, sumber
daya fisik,
penganggaran, struktur pemerintahan, dan konteks sosial (Udin Syaefudin
Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006: 53-54).
Administrasi pendidikan itu berjalan di dalam rangkaian proses-proses
tertentu yang meliput: 1) Perencanaan; 2) Pengorganisasian; 3)
Pengkoordinasian; 4) Komunikasi; 5) Supervisi; dan 6) Evaluasi
(Purwanto, 1998: 25).
Alat peraga/Dengan menggunakan alat peraga maka: a) Proses belajar
mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa,
minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena itu
akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika. b) Konsep abstrak
matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena itu lebih dapat
dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang
lebih rendah; c) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan
benda-benda di alam sekitar akan dapat dipahami. d) Konsep-konsep
abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model
matematik yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebgai alat
untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak
(Sulianto, 2010: 4).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 39
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
Alat peraga/Fungsi alat peraga antara lain: 1) Memperkenalkan suatu
masalah atau unit atau suatu pokok baru kepada anak-anak. 2)
Mengembangkan atau memperjelas suatu masalah atau pokok persoalan.
3) Menafsirkan suatu masalah atau pokok persoalan yang dikemukakan
atau diterangkan. 4) Menyingkat atau menyederhanakan suatu pokok
persoalan atau masalah yang diterangkan. 5) Mengadakan hubungan atau
korelasi antara dua atau lebih keadaan atau keterangan. 6)
Mengidentifikasi suatu situasi. 7) Memindahkan suatu pikiran kedalam
situasi yang nyata. 8) Meningkatkan minat dan mendorong siswa untuk
memperhatikan sesuatu (Subari, 1994:102).
Alat peraga/Fungsi alat peraga antara lain: 1) Sebagai media dalam, 2)
menanamkan konsep-konsep matematika. 3) Sebagai media dalam
memantapkan pemahaman konsep. 4) Sebagai media untuk mewujudkan
hubungan antara konsep metematika dengan dunia disekitar aplikasi
konsep dalam kehidupan nyata (Pujiati, 2004: 4).
Alat peraga/Penggunaan alat peraga sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: (pengajaran itu sendiri, bahan pengajaran, keadaan
siswa, tujuan yang akan dicapai, waktu berlangsungnya pelajaran dan alat
peraga itu sendiri) (Subari, 1994: 102)
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan, hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan
bagi orang lain (Muhajir 1989: 171).
Analisis data/Proses analisis data ditempuh melalui proses redukdi data,
penyajian data, dan penarikan suatu kesimpulan hasil penelitian. Proses
reduksi data meliputi: pemilihan dan penyederhanaan data-data kasar yang
diperoleh di lapangan. Kemudian data diseleksi, diringkas, dan
dikelompokkan dalam satuan-satuan pokok pikiran. Datadata yang tidak
perlu dan tidak banyak berkaitan dengan masalah penelitian dibuang dan
kemudian digantikan dengan data-data yang sesuai (Rohidi, 1990: 16).
Analisis data/Siddel proses berjalannya tehnik analisis data adalah sebagai
berikut: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
di beri kode agar sumber datanya dapat diproses. 2. Mengumpulkan dan
memilah-milah, mengklasifikasi, mensintesiskan membuat ikhtiar dan
membuat indeksnya. 3. Berfikir, dengan jalan menemukan pola hubunganhubungan dan membuat temuan-temuan umum (Siddel, 1998: 64).
Angket yang digunakan adalah angket dalam bentuk pilihan yaitu meminta
responden untuk memilih salah satu jawaban dari sekian banyak jawabanjawaban alternatif yang sudah disediakan (Hadi, 1987: 160).
Belajar aktif informasi, keterampilan dan sikap terjadi lewat suatu proses
pencarian. Para peserta didik lebih berada dalam suatu pencarian daripada
sebuah bentuk reaktif (Sibarman, 2001:101).
Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu: dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
dikasihkan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan, dimensi yang
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 40
431.
432.
433.
434.
435.
436.
437.
kedia menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi pada
struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 1989: 111-117).
Belajar dipandang sebagai proses dapat dilihat pada saat pembelajaran
guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani
pengalaman. Pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan yang
diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman
belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan ditekankan pada dayadaya yang mendinamisir proses itu (Surakhmad: 74-75).
Belajar kooperatif//Johnson mengemukakan, pembelajaran kooperatif
mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam
kegiatan kooperatif siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh
anggota kelompok (Isjoni, 21).
Belajar kooperatif/Agar kreativitas dapat tumbuh pada diri peserta didik,
maka dalam proses pendidikan harus melibatkan peserta didik secara aktif.
Karena anak didik merupakan subyek utama dalam pendidikan. Dialah
yang belajar setiap saat (Djamarah, 2002: 46).
Belajar kooperatif/Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu
anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran (Trianto,
2007: 41-42).
Belajar kooperatif/Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama
dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan
kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu
yang kekurangan. Sebaliknya yang kekurangan dengan rela hati mau
belajar dari yang berlebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang
positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar
yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif,
dan mandiri (Djamarah & Zain, 1997: 63).
Belajar kooperatif/Beberapa ahli menyatakan bahwa model cooperative
learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep
yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative
learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga
memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi
yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya (Djamarah & Zain, 1997: 63).
Belajar kooperatif/Belajar secara individualities dan kompetitif jika
disusun dengan baik, maka belajar tersebut akan efektif dan merupakan
cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun
demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan
individualitif seperti kompetisi siswa yang kadang tidak sehat. Untuk
menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang
lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar
kooperatif (Trianto, 2009: 55).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 41
438.
439.
440.
441.
442.
Belajar kooperatif/Berdasarkan pemahaman ini, maka peranan guru di
kelas haruslah jelas tampak. Misalnya, dalam menjamin terlaksananya
pembelajaran kooperatif seyogyanya guru harus membantu siswa
memahami dinamika dalam bekerja sama dalam kelompok, membantu
siswa agar memahami bahwa mereka menghadapi kepentingan serta
tujuan sama, terampil untuk berpartisipasi atau berbagi tugas, bertanggung
jawab dan saling menghargai dalam pembelajaran kooperatif (Isjoni dkk.,
2007: 68).
Belajar kooperatif/Cooperative learning berasal dari kata cooperative
yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni,
2009: 15).
Belajar kooperatif/Cooperative learning ini bukan bermaksud untuk
menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif
dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan
kompetitif ini adalah sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan
kompetisi, yakni hanya sebagaian siswa saja yang akan bertambah pintar,
sementara yang lainnya semakin tenggelam kompetisi, yakni hanya
lainnya semakin tenggelam dalam ketidak tahuannya. Tidak sedikit siswa
yang kurang pengetahuannya merasa malu bila kekurangannya diekspose.
Kadang-kadang motivasi persaingan akan menjadi kurang sehat bila tidak
mampu, katakanlah dalam menjawab soal yang diberikan guru. Sikap
mental inilah yangn dirasa perlu untuk mengalami improvement
(perbaikan) (Djamarah, 2000: 7).
Belajar kooperatif/Dalam cooperative learning terdapat beberapa model
yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achievement
Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio
Exchange, dan Group Resume, berikut penjelasannya: 1. Student Team
Achievement Division (STAD) Pada proses pembelajarannya, belajar
kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: a. Tahap
penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan
indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang materi yang akan dipelajari. b. Tahap kegiatan kelompok, pada
tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling
membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat
memahami materi yang akan dibahas, dan satu lembar dikumpulkan
sebagai hasil kerja kelompok. c. Tahap tes individual, yaitu untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes
secara individual, mengenai materi yangn akan dibahas. d. Tahap
penghitungan skor perkembangan individu, dimaksudkan untuk
memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Perhitungan
skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing
(Isjoni, 2009: 50).
Belajar kooperatif/Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak
didik aktif dan kreatif secara optimal. Guru bertindak sebagai fasilitator
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 42
443.
444.
445.
446.
447.
448.
449.
450.
451.
dan pembimbing sedangkan anak aktif dan kreatif dan belajar (Djamarah,
2000: 62-63).
Belajar kooperatif/Dalam model cooperative learning, terdapat beberapa
ciri dari cooperative learning: Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi
hubungan interaksi langsung diantara siswa. c. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman sekelompoknya. d.
Guru membantu keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok. e.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Isjoni, 2009:
20).
Belajar kooperatif/Dalam setiap kelompok, siswa yang berkemampuan
lebih akan membantu dalam proses pemahaman materi bagi siswa yang
berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan sedang. Interaksi
dalam setiap kelompok, kemampuan tiap anggotanya heterogen (Sapriya,
2009: 43).
Belajar kooperatif/Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model
belajar ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan
dan berlatar belakang berbeda (Suherman, 2001: 217).
Belajar kooperatif/Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model
belajar ini dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan
dan berlatar belakang berbeda (Suherman,2001:217).
Belajar kooperatif/Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat
ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik.
Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka
masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.
Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan seperti ekosistem
dalam mata rantai kehidupan. Tidak ada makhluk hidup yang terus
menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau
tidak langsung, disadari tidak disadari, makhluk lain ikut ambil bagian
dalam kehidupan makhluk tertentu (Djamarah, 2000: 7).
Belajar kooperatif/Hasil penelitian yang diperoleh oleh As’ari (2007)
menyatakan bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw ini, karena mereka dapat berdiskusi dengan teman mereka
sendiri yang sudah ditentukan. Dari rasa senang tersebut mengakibatkan
pemahaman matematika siswa meningkat (As’ari, 2007: 80).
Belajar kooperatif/Jumlah siswa yang bekerjasama dalam masing-masing
kelompok harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama
secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan
produktifitasnya (Isjoni, 2007: 55).
Belajar kooperatif/Jumlah siswa yang bekerjasama dalam masing-masing
kelompok harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama
secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan
produktifitasnya (Isjoni, 2010:78).
Belajar kooperatif/Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6
orang dengan kemampuan yang heterogen, maksud kelompok heterogen
adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 43
452.
453.
454.
455.
456.
457.
hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja
dengan teman yang berbeda latar belakang (Isjoni, 16-17).
Belajar kooperatif/Kelemahan danlam pemebelajaran kooperatif adalah: 1)
Guru harus mempersiapkan pemebelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tanaga, pemikiran dan waktu. 2) Agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancer maka dibutuhkan
dukungan
fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. 3) Selama kegiatan diskusi
kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic masalah yang sedang
dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang,
hal ini mengakibatkan siswa yang lain pasif (Isjoni, 2007: 25).
Belajar kooperatif/keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini
adalah sebagai berikut: a. Saling ketergantungan yang positif. b. Adanya
pengakuan dalam merespon perbedaan indivu. c. Siswa dilibatkan dalm
pengeloalaan dan perencanaan kelas. d. Suasana kelas yang rileks dan
menyenangkan. e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat
antara siswa dengan guru, dan f. Memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan (Jarolimek dan
Parker dalam Isjoni, 39).
Belajar kooperatif/Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran
kooperatif adalah: 1) Saling ketergantungan positif. 2) Adanya pengakuan
dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan
menyenangkan. 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat
antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang meneyenangkan (Parker dalam
Isjoni, 2007: 24).
Belajar kooperatif/Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran
kooperatif adalah: 1) Saling ketergantungan positif. 2) Adanya pengakuan
dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan
menyenangkan. 5) Terjalinya hubungan yang hangat dan bersahabat antara
siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan (Parker dalam
Isjoni, 2007: 24).
Belajar kooperatif/Kreativitas adalah kemampuan untuk berkreasi dengan
sebuah ideide yang baru yang merupakan esensial dalam pemecahan
masalah (Wena, 2009: 138).
Belajar kooperatif/Kreativitas merupakan salah satu kemampuan
intelektual atau berfikir manusia. Meski tidak menjamin seseorang untuk
bertindak kreatif, namun dengan dasar-dasar suatu pengetahuan, maka
seseorang dapat melengkapi atau mengembangkan sistem pengetahuan
yang ada, membuat analogi-analogi untuk merencanakan pemecahan suatu
masalah atau mentransformasikan ke dalam situasi yang baru (Suharnan,
2005: 392-393).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 44
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
Belajar kooperatif/Menurut teori pengajaran, keikutsertaan secara aktif
dari peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar merupakan
konsekuensi logis dari pengajaran yang sebenarnya. Bahkan merupakan
faktor penting dalam hakikat kegiatan belajar mengajar. Sebab, suatu
pengajaran tidak akan berlangsung dengan berhasil tanpa keaktifan peserta
didik (Subadijah, 1996: 32).
Belajar kooperatif/Metode pembelajaran kooperatif tipe GI terdapat
tahapan-tahapan dalam penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap identifikasi topic
atau materi dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. 2)
Merencanakan tugas belajar (para siswa menyusun rencana bersama). 3)
Melakukan penyelidikan. 4) Mempersiapkan laporan akhir. 5) Menyajikan
laporan akhir. 6) Evaluasi (Utomo, 2004: 138).
Belajar kooperatif/Model ini (cooperative learning) didasari falsafah homo
homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang berkecenderungan untuk hidup bersama (Djamarah, 1996: 17).
Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif mencakupi suatu
kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan
sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama (Suherman, 2001: 218).
Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif mencakupi suatu
kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan
sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama (Suherman, 2001: 218).
Belajar kooperatif/Model pembelajaran kooperatif yang bertujuan agar
peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan memberi kesempatan kepada
orang lain untuk menggemukakan gagasannya dengan menyampaikan
pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2009: 21).
Belajar kooperatif/Oleh karena itu, para peserta didik untuk mengubah
paradigma dalam proses pembelajaran, dari yang bersifat “teacher
centered” menjadi “student centered instruction”. Dimana dalam sistem
pengajaran ini peranan dan partisipasi yang tinggi dari peserta didik sangat
ditonjolkan (Nurdin, 2002: 115-116).
Belajar kooperatif/Pada dasarnya metode kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tida tujuan yang penting, yaitu: 1) hasil belajar
akademik. 2) penerimaan terhadap perbedaan individu. 3) pengembangan
keterampilan social (Ibrohim dalam Isjoni, 2007: 27).
Belajar kooperatif/Pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan yang penting,
yaitu: 1) Hasil belajar akademik - Dalam pembelajaran kooperatif
meskipun mencakup beberapa tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi
siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli
berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu - Tujuan
lain metode pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas, sosial,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 45
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3)
Pengembangan keterampilan social - Tujuan penting ketiga pembelajaran
kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama
dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting akan dimiliki
siswa, sebab saat ini masih banyak anak muda yang masih kurang dalam
keterampilan sosial (Ibrahim dalam Isjoni, 2007: 27).
Belajar kooperatif/Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan
partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative
learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik,
sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Tujuan utama dalam
penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan memperbaiki kesempatan
kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara
berkelompok (Isjoni, 2009: 21).
Belajar kooperatif/Pemberian penghargaan anggota kelompok berdasarka
peroleha skor rata-rata. Adapun criteria yang digunakan untuk menentukan
pemberian penghargaan terhadap kelompok juga disajikan pada table
(Isjoni dkk, 2000: 62).
Belajar kooperatif/Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagi
interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam hal pelaksanaannya yang
dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kretivitas peserta didik
(Mulyasa, 2007: 164).
Belajar kooperatif/Salah satu model pembelajarann untuk mengantisipasi
kelemahan model pembelajaran yang sering dipakai oleh seorang guru
pada umumnya adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
teknik Think-Pair-Share. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa
untuk mampu menyelesaikan masalah mendengar pendapat orang lain dan
bersosial (Suprijono, 2009: 62).
Belajar kooperatif/Secara sederhana pembelajaran “kooperatif” berarti
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainya sebagai satu tim (Isjoni, 2007: 6).
Belajar kooperatif/Selain itu melalui model pembelajaran kooperatif
diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman. “Pemahaman”,
proses belajar sangat perlu memahami, pemahaman merupakan salah satu
target yang ingin dicapai membaca (belajar) (Sapriya, 2009: 158).
Belajar kooperatif/Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal
dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik
didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, berdiskusi, dan
sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan
yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan. Selama bekerja
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 46
474.
475.
476.
477.
dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai
jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi
pelajaran (Trianto, 2009: 57).
Belajar kooperatif/Slavin mengemukakan, “In cooperation learning
method, students work together in four member teams to master material
initially presented by the teacher (dalam metode pembelajaran kooperatif,
para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan
empat orang untuk menguasai materi yang akan disampaikan oleh guru)
(Slavin, 2005: 8).
Belajar kooperatif/Slavin menyebutkan bahwa cooperative learning
merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana
pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama
dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh
teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar mengajar
guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga
siswa dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa yang lainnya dan
saling belajar mengajar sesama mereka (Isjoni, 2009: 17).
Belajar kooperatif/Terdapat dua aspek penting yang mendasari
keberhasilan cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif
(Slavin (1995: 16).
Belajar kooperatif/Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif:
1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja
sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seoranng
tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses. 2. Kedua,
Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan
meningkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seoranng
siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena
kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok.
3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam
belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : a.
Membantu siswa yang membutuhkan bantuan. b. Siswa tidak hanya
sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman
sekelompoknya. 4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok
kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi
yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. 5. Kelima, Proses
kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses
kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan
bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat
hubungan kerja yang baik (Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto,
2009: 60).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 47
478.
479.
480.
481.
482.
483.
484.
485.
Belajar kooperatif/Tiap anggota kelompok terdiri dari 5 atau 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen (Nurhadi dkk., 2004: 65).
Belajar kooperatif/Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning(Lie, 2004: 31).
Belajar kooperatif/Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif: 1) Penghargaan kelompok. 2) Pertanggung
jawaban individu. 3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
(Salavin dalam Isjoni, 2007: 21- 22).
Belajar kooperatif/Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif: 1) Penghargaan kelompok - Pembelajaran
kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok
mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. 2) Pertanggung jawaban
individu - Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu
dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu
dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga
menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas
lainya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 3)
Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan - Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari
yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini, setiap siswa
baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya
(Slavin dalam Isjoni, 2007: 21-22).
Belajar kooperatif/Ukuran kelompok yang ideal untuk cooperative
learning adalah tiga sampai lima orang (Suherman, 2001: 220).
Belajar kooperatif/Ukuran kelompok yang ideal untuk cooperative
learning adalah tiga sampai lima orang (Suherman, 2001: 220).
Belajar kooperatif/Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning adalah
sebagai berikut : a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama”. b. Para siswa memiliki tanggung
jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung
jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. c.
Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan
yang sama. d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung
jawab sama besarnya diantara anggota kelompok. e. Para siswa akan
diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. f. Para siswa berbagi
kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama
selama belajar. g. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif
(Lundgren dalam Isjoni, 2009).
Belajar kooperatif/Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut: (1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 48
486.
487.
488.
489.
490.
491.
bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”. (2) Siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti
milik mereka sendiri. (3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di
dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. (4) Siswa haruslah
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota
kelompoknya. (5) Siswa dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota
kelompoknya. (6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (7) Siswa
berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selam proses belajarnya (Ibrohim, 2000: 6).
Belajar kooperatif/Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada
kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah
beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative
learning (Lie, 2008: 32 35).
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah.
Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus
yang menyebabkan perubahan perbuatan (Gadne yang dikutip Purwanto,
1993: 84).
Belajar/Ada beberapa prinsip untuk mengaktifkan cara belajar siswa,
antara lain: a. Prinsip Motivasi, artinya pemberian dorongan agar
terangsang perhatianya untuk berbuat sesuatu. Baik yang bersifat intrinsic
maupun ekstrinsik, seperti perintah, teguran, celaan, hukuman, dan
sebagainya. b. Prinsip Konteks, artinya mengasosiasikan pengetahuan
baru, dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Dengan
demikian memudahkan siswa untuk memahaminya. c. Prinsip Focus,
artinya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan
pertanyaan yang hendak dijawab, dan merupakan konsep yang hendak
ditemukan. d. Prinsip Sosialisasi, artinya siswa diberikan kepercayaan
untuk bekerjasama dengan teman-temannya. e. Prinsip belajar sambil
bekerja, artinya siswa diberikan kepercayaan untuk bekerja sendiri untuk
berbuat sesuatu dalam rangka memperoleh pengalaman langsung (Miranu
Triantono dalam Triantoro, 1993: 69).
Belajar/Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu: 1) Faktor
Internal, berupa faktor belajar yang bersumber dari dalam diri siswa
tersebut di antaranya kematangan, kecerdasan, latihan dan motivasi. 2 )
Faktor Eksternal, berupa faktor belajar yang bersumber dari luar diri siswa
di antaranya lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat (Purwanto,
1990: 19).
Belajar/Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor Intern
- Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar.
2) Faktor Ekstern - Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu
yang sedang belajar (Slameto, 2002:54-71).
Belajar/Belajar ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa di sekolah, secara garis besarnya dapat dapat dibagi kepada
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 49
492.
493.
494.
495.
496.
497.
dua bagian, yaitu: a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi
keadaan kondisi jasmani (fisiologis), dan kondisi rohani (psikologis). b.
Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan,
baik social dan non social dan faktor instrumental (Sabri: 1996: 59).
Belajar/Ciri-ciri belajar antara lain: 1) Belajar ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku. Hal ini berarti bahwa hasil belajar hanya dapat
diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. 2) Perubahan
perilaku relatif permanen. Artinya, bahwa perubahan tingkah laku yang
terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubahubah. 3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung. Perubahan perilaku tersebut bersifat
potensial. 4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman. 5) Pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang memperkuat akan memberikan semangat untuk mengubah
tingkah laku (Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 15-16).
Belajar/Ciri-ciri proses belajar adalah: 1) Perubahan terjadi secara sadar,
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, 3) Perubahan
dalam belajar bersifat aktif dan positif, 4) Perubahan dalam belajar bukan
bersifat sementara, 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003: 3).
Belajar/Dalam kegiatan belajar siswa akan selalu dituntut untuk berfikir,
pemahaman dan keterampilan sosial. “Berpikir” seperti yang dinyatakan
Philip L. Harriman berfikir adalah angan-angan, pertimbangan, kreatifitas,
tingkah laku, pembicaran yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan
masalah, penentuan, perencanaan, dan sebagainya; aktivitas dalam
menanggapi situasi yang tidak objektif yang menyerang organ pancaindra
(Shaleh, 2008: 22).
Belajar/Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor
pemahaman atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting.
Dengan belajar dapat memahami/mengerti hubungan antara pengetahuan
dan pengalaman. Selain itu dalam belajar pribadi atau organisme
memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan
secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan
bertujuan (Mudzakir dan Sutrisno 1997: 153-154).
Belajar/Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sacara garis besar dapat
dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subjek belajar dan
faktor ekstern (dari luar) diri si subjek belajar (Sardiman, 2007: 39).
Belajar/Ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal yaitu:
Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah
mencapai skor minimal 65% dari total skor atau nilai 65. Suatu kelas
dikatakan telah tuntas belajar jika dalam kelas tersebut telah terdapat
minimal 65% dari jumlah seluruh siswa yang telah mencapai daya serap
lebih besar atau sama dengan 65% (Suryosubroto (1997: 77).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 50
498.
499.
500.
501.
Belajar/Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu (Muhibbinsyah, 2002: 139).
Belajar/Prinsip-prinsip belajar itu adalah: 1) Belajar harus bertujuan dan
terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar. untuk mencapai harapanharapan; 2) Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru
maupun buku pelajaran itu sendiri; 3) Belajar memerlukan pemahaman
atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian; 4)
Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasainya; 5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi
saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya; 6)
Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan; 7) Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan
kedalam bidang praktek sehari-hari (Aqib, 2002: 44-45).
Belajar/Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar antara lain: 1)
Belajar pada hakekatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya,
2) Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para
peserta didik, 3) Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong
dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam, lain halnya belajar dengan
rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita, 4) Dalam
banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan
berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan, 5) Kemampuan belajar
seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi
pelajaran, 6) Belajar dapat melakukan cara yaitu: diajar secara langsung,
control, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar
bicara, sopan santun dan lain-lain), pengenalan dan atau peniruan, 7)
Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif
mampu membina sikap, ketrampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila
dibandingkan dengan belajar hafalan saja, 8) Perkembangan pengalaman
anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang
bersangkutan, 9) Bahan pelajaran yang bermakna atau berarti, lebih mudah
dan menarik untuk dipelajari, dari pada bahan yang kurang bermakna, 10)
Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar, 11)
Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas,
sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya
sendiri (Sardiman, 2002: 24).
Belajar/Proses belajar terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor yang berasal dari dalam atau faktor yang
berasal dari luar diri siswa. Faktor faktor tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut: 1) Faktor dari luar (Ekstern) Kondisi ini mencakup: a)
Bahan ajaran - Bahan yang dipelajari ikut menentukan bagaimana proses
belajar itu terjadi, dan bagaimana hasilnya yang dapat diharapkan. Belajar
tentang keterampilan berbeda dengan belajar tentang pemecahan masalah.
Demikian juga taraf kesukaran besar pengaruhnya terhadap proses belajar.
b) Faktor-faktor lingkungan - Terdiri dari: - Lingkungan alami, Belajar
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 51
502.
503.
504.
dalam keadaan udara segar misalnya, akan lebih baik hasilnya daripada
belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Lingkungan social,
Lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu-lintas,
gemuruhnya pasar dan lain sebagainya juga berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar. c) Faktor-faktor instrumental - Adalah faktor yang
adanya dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirumuskan. Termasuk
dalam faktor ini adalah perangkat keras (hardware), misalnya: kurikulum,
program, pedoman belajar, dan sebagainya. 2) Faktor dari dalam (Intern) Kondisi ini mencakup: a) Kondisi fisiologis, Misalnya: gizi, kesehatan,
dan panca indera, terutama indera pendengaran, dan penglihatan sangat
berpengaruh terhadap proses belajar. b) Kondisi psikologis - Meliputi:
minat, kecerdasan, bakat, motivasi (Soeharto dkk (2003:109).
Belajar/Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat kita bedakan menjadi tiga macam yaitu: 1. Faktor internal (faktor
dari dalam siswa). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua
aspek yaitu: a) Aspek fisiologis yaitu kondisi umum jasmani dan tonus
(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendisendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. b) Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk
aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran siswa, namun pada umumnya yang dipandang
lebih esensial yaitu: 1) tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, 2) sikap
siswa, 3) bakat siswa, 4) minat siswa, 5) motivasi siswa. 2. Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa). Faktor yang berasal dari luar diri siswa
yaitu: a) Lingkungan sosial siswa seperti para guru, para staf administrasi,
dan teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi proses belajar seorang
siswa. b) Lingkungan non sosial siswa yang meliputi gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa (Syah, 2006:132-139).
Belajar/Suatu masalah dalam belajar itu jika seorang siswa tidak
memenuhi harapan-harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh sekolah
seperti yang tercantum pada tujuan dari kurikulum dan kurikuler
(Partowisastro, H. K. dan Hadisuparto (1986: 46).
Belajar/Tujuh Keyakinan Utama dalam Pola Pendidikan dan Belajar yang
Sedang Berubah. 1) Belajar yang berorientasi pada peserta didik daripada
belajar yang berorientasi pada pendidik (guru). 2) Mendorong keragaman,
bukan homoginitas: mencakup intelegensi banyak dan pola-pola belajar
yang beragam. 3) Memahami sebuah dunia saling bergantung dan
berubah, daripada menghafal fakta-fakta dan berusaha untuk jawabanjawaban yang benar. 4) Mengeksplorasi secara konstan teori-teori dalam
penggunaan seluruh yang tercakup dalam proses pendidikan. 5)
Mengintegrasikan kembali pendidikan dalam jaringan-jaringan (webs)
hubungan sosial yang menghubungkan teman sejawat, sahabat, famili,
organisasi, dan masyarakat. 6) Mengatasi fragmentasi pengetahuan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 52
505.
506.
507.
508.
509.
terutama model pencerahan pertama tentang pemahaman sesuai dengan
cara-cara mengetahui yang bersifat holistik dan integral; 7)
Menganekaragamkan peranan yang meningkat pada belajar non-formal
dan informal (Valdés-Cotera, 2011: 10).
Bepikir kritis/Berkenaan dengan perilaku dalam aspek berfikir, menurut
Benjamin ada 6 (enam) tingkatan dalam domain kognitif, diantaranya: a.
Pengetahuan/ingatan (Knowledge), aspek ini mengacu pada kemampuan
mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana
sampai pada hal-hal yang sukar. b. Pemahaman (Comprehension), aspek
pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atu diingat dan memaknai arti dari
bahan maupun materi yang dipelajari. c. Penerapan/aplikasi (Application),
aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan
pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsipprinsip, dan sebagainya. d. Analisis (Analysis), aspek ini mengacu pada
kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke
dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta
mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain.
e. Sintesis (Synthesis), aspek ini mengacu kepada kemampuan memadukan
berbagai konsep atau komponen, sahingga membentuk suatu pola struktur
atau bentuk baru. f. Evaluasi (evaluation), aspek ini mengacu pada
kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaianterhadap gejala atau
peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan
kriteria tertentu (Sagala, 2009: 157).
Berfikir kritis meliputi disposisi-disposisi untuk: a. Berpikir tebuka,
fleksibel dan berani mengambil resiko. b. Mendorong keingintahuan
intelaktual. c. Mencari dan memperjelas pemahaman. d. Merencanakan
dan menyusun strategi. e. Berhati-hati secara intelektual. f. Mencari dan
mengevaluasi
pertimbangan-pertimbangan
rasional,
dan
g.
Mengembangkan metakognitif (Perkins dalam Desmite, 153).
Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau
memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami.
Dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari
fenomena-fenomena yang pernah dialaminya pula bagi fenomena yang
dihadapi sekarang (Purwanto, 2010: 47-48).
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berfikir secara logis, reflektif, dan
produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang baik (Desmita, 2009: 153).
Berpikir kritis/Beberapa komponen pemikiran kritis, yaitu: a. Basic
Operations of Reasoning. Untuk berfikir secara kritis, seseorang memiliki
kemampuan untuk menjelaskan, mengeneralisasi, menarik kesimpulan
deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental. b.
Domain-Specific Knowledge. Dalam mengahadapi suatu problem
seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau kontennya.
Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki
pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 53
510.
511.
tersebut. c. Metacognitive Knowledge. Pemikiran kritis yang efektif
mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika dia mencoba untuk
benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapandia memerlukan
informasi baru, dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah
mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut. d. Values, Beliefs,
and Dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara
fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran
benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi
yang persisten and reflektif ketika berfikir (Saifer dan Hoffnung dalam
Zaleha, 2004: 154).
Berpikir kritis/Beberapa Macam Cara Berfikir: a. Berpikir Induktif.
Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung,
dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifatsifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan-kesimpulan bahwa cirri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua
jenis fenomena tadi. b. Berpikir Deduktif. Sebaliknya dari berpikir
induktif, maka berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum
menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari
suatu teori ataupun prinsip atau kesimpulan yang dianggapnya benar dan
sudah bersifat umum. Dari situ ia menerapkan kepada fenomena-fenomena
yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi
fenomena tersebut. c. Berpikir Analogis Analogi berarti persamaan atau
perbandingan. Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan
atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami.
Dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari
fenomena-fenomena yang pernah dialaminya pula bagi fenomena yang
dihadapi sekarang (Purwanto, 2010: 47-48).
Berpikir kritis/Dari beberapa penelitian yang diadakan oleh Lan Wright
dan C. L. Bar menyatakan hal-hal berikut ini dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, diantaranya: 1. Membaca dengan kritis. Untuk
berpikir secara kritis, seseorang harus membaca dengan kritis pula. Ada
beberapa langkah yang harus dikuasai untuk membaca dengan kritis,
langkah-langkah ini adalah: a) Amati dan baca sekilas sebuah teks
sebelum membacanya secara keseluruhan. b) Hubungkan teks dan
konteksnya, yaitu dengan meletakkan pada konteks sejarah atau budaya
atau sejarah yang betul. c) Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat
membaca. d) Refleksikan kandungan teks yang berhubungan dengan
pendapat dan pendirian sendiri. e) Buat ringkasan kandungan teks dengan
menggunakan kata-kata sendiri. f) Evaluasi teks dari segi logika,
kredibilitas dan reabilitasnya. g) Bandingkan teks yang dibaca dengan teks
lain dalam hal persamaan dan perbedaan. h) Meningkatkan daya analisis.
Dalam diskusi kelompok, cari cara penyelesaian/solusi yang baik untuk
suatu permasalahan, kemudian diskusikan akibat terburuk yang mungkin
terjadi. Dalam menjalankan diskusi, anda dapat mengarahkan pembicaraan
untuk mendapatkan beberapa tindakan preventif. 2. Mengembangkan
kemampuan observasi/mengamati. Meningkatkan kemampuan mengamati,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 54
512.
513.
514.
515.
516.
berarti meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dengan mengamati,
seseorang akan dapat menyelesaikan masalah yang menimpa seseorang.
Untuk meningkatkan kemampuan mengamati seseorang harus: a)
Peka/tanggap terhadap lingkungan. b) Melatih diri sendiri untuk
mengoptimalkan pemakaian indera. c) Bisa langsung mengungkapkan
secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran (Zaleha, 2004: 95-100).
Berpikirkritis/Bentuk kecenderungan berpikir kritis adalah: a. Mencari
pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. b. Mencari alasan. c.
Berusaha mengetahui informasi yang baik. d. Memiliki sumber yang
memiliki kredibilitas dan menyebutkan. e. Memperhatikan situasi dan
kondisi secara keseluruhan. f. Berusaha tetap relevan dengan ide utama. g.
Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar. h. Mencari alternatif. i.
Bersikap dan berpikir terbuka. j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang
cukup untuk melakukan sesuatu. k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin
apabila memungkinkan. l. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan
bagian-bagian dari keseluruhan masalah. m. Peka terhadap tingkat
keilmuan dan keahlian orang lain (R. H. Ennis dalam Zaleha, 2004: 9192).
CTL/Ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi
pembelajaran, yaitu sebagai berikut: a) CTL adalah model pembelajaran
yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun
mental. b) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi
proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. c) Kelas dalam
pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan. d) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil
pemberian dari orang lain (Sanjaya, 2006: 256-270).
CTL/Contextual Teaching and Learning merupakan konsep pembelajaran
yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan
dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2004: 137).
CTL/Contextual teaching learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari (Nurhadi & Senduk, 2004: 4).
CTL/Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa
harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa
pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh
Jhon Dewey pada abad 20-an yang menekankan pada pengembangan
siswa (Johnson, 2002: 26).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 55
517.
518.
519.
520.
521.
CTL/Lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
kontekstual, sebagai berikut. a. Pembelajaran harus memperhatikan
pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. b. Pembelajaran
dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagianbagiannya secara khusus
(dari umum ke khusus). c. Pembelajaran harus ditekankan pada
pemahaman, dengan cara: 1) Menyusun konsep sementara; 2) Melakukan
sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; 3)
Merevisi dan mengembangkan konsep. d. Pembelajaran ditekankan pada
upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari. e. Adanya
refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan
yang dipelajari (Zahorik (1995) dalam Nurhadi dkk., 2003: 138).
CTL/Menurut Zahhorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam
praktek pembelajaran kontekstual. a) Pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activating learning) b) Pemerolehan pengetahuan yang sudah
ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan
dulu, kemudian memperhatikan detailnya. c) Pemahaman pengetahuan
(understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotensi (2)
melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi)
dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan
dikembangkan. d) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
(applaying knowledge) e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengetahuan tersebut (Johnson, 2002: 27-29).
CTL/Pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual
sebagai berikut: 1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa. Dari “guru acting di depan kelas, siswa menonton”
ke “siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”. 2) Pembelajaran
harus berpusat pada ‘bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan
baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. 3)
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian
(assessment) yang benar. 4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam
bentuk kerja kelompok itu Penting (Nurhadi dkk., 2003: 15).
CTL/Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan
konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2002: 67).
CTL/Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru
manakala menggunakan pendekatan CTL. a. Siswa dalam pembelajaran
kontekstual dipandang sebagai individu yang yang sedang berkembang. b.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. c. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan
atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah
diketahui. d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema
yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru
(akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 56
522.
523.
524.
525.
(mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses
akomodasi (Sanjaya, 2006: 271-272).
Deskripsi secara garis besar menjadi dua yaitu deskripsi eksposition dan
deskripsi impresionistik. 1. Deskripsi eksposition. Deskripsi ini pada
umumnya bersifat logis, ia disusun seperti satu katalog dalam urutan yang
logis, umpamanya orang mendeskripsikan satu gedung tinggi mulai dari
bawah ke atas atau dari kiri ke kanan. Pilihan detail-detail untuk
menunjukkan ketelitian penginderaan pengarang. Tujuan deskripsi ini
ialah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat,
mendengar, merasakan apa yang dideskripsikan itu. 2. Deskripsi
impresionistik Tujuan deskripsi ini adalah membuat pembaca
memancainderakan dan membuat ia bereaksi secara emosional akan apa
yang dideskripsikan. Dalam deskripsi ini pengarang ingin mendapatkan
jawaban atau reaksi pembaca, maka pertama pengarang harus menentukan
dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki. Akan tetapi ia tidak
mempunyai pola untuk mendeskripsikannya dalam urutan logis (Keraf
(1993: 10).
Dewasa/Pertama, orang yang telah dewasa memiliki tujuan dan pedoman
hidup (philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini
kebenarannya dan menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Seorang
yang telah dewasa yang tidak mudah terombang-ambing karena telah
mempunyai pegangan yang jelas, kemana akan pergi dan dengan cara
mana ia mencapainya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu
melihat segala sesuatu secara obyektif. Mampu melihat dirinya dan orang
lain secara obyektif, melihat kelebihan dan kekurangan dirinya dan juga
orang lain. Lebih dari itu ia mampu bertindak sesuai dengan cara mana ia
mencapainya. Ketiga, orang dewasa adalah orang yang telah bisa
bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memliki
kemerdekaan, kebebasan tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung
jawab. Ia bebas menentukan arah, hidupnya, perbuatannya, tetapi setelah
berbuat ia dituntut tanggung jawab. Guru harus terdiri dari orang-orang
yang bertanggunga jawab atas segala perbuatannya. Perbuatan yang
bertanggung jawab adalah perbuatan berencana, yang dikaji terlebih
dahulu sebelum dilaksanakan (Sukmadinata, 2005: 254-255).
Disiplin/Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai
dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Kita tidak bisa
berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari guru
yang kurang disiplin, kurang arif, dan kurang beribawa. Oleh karena itu
sekaranglah saatnya kita membina disiplin peserta didik dengan pribadi
guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus
ditunjukkan untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi,
mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan suasana
yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka
menaati segala peraturan yang ditetapkan (Mulyasa, 2007: 122-123).
Disiplin/Patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh guru (Wijaya & Rusyan, 1991: 21).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 57
526.
527.
528.
529.
Ekspositori/Dalam penggunaan metode ekspositori terdapat prinsip-prinsip
pembelajaran yang harus diperhatikan oleh setiap guru antara lain: a.
Berorientasi pada Tujuan - Walaupun penyampaian materi pelajaran
merupakan ciri utama dalam metode ini, namun tidak berarti proses
penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang
harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini
(Sanjaya, 2008: 181).
Ekspositori/Kelemahan pembelajaran ekspositori antara lain: (1)
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan pada siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa
yang tidak memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik
perlu digunakan pembelajaran lain, (2) pembelajaran ini tidak mungkin
dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,
perbedaan pengetahuan, bakat dan minat serta perbedaan gaya belajar, (3)
sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis karena
pembelajaran ini banyak menggunakan ceramah, (4) keberhasilan
pembelajaran ekspositori ditentukan oleh apa yang dimiliki guru seperti
persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi,
dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur dan kemampuan
mengelola kelas, (5) kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran akan sangat terbatas karena gaya komunikasi
lebih banyak terjadi satu arah. Selain itu, komunikasi satu arah dapat
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas pada materi yang
diberikan guru (Depdiknas, 2008: 35-36).
Ekspositori/Kelemahan pembelajaran ekspositori antara lain: (1)
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan pada siswa yang
memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa
yang tidak memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik
perlu digunakan pembelajaran lain, (2) pembelajaran ini tidak mungkin
dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,
perbedaan pengetahuan, bakat dan minat serta perbedaan gaya belajar, (3)
sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis karena
pembelajaran ini banyak menggunakan ceramah, (4) keberhasilan
pembelajaran ekspositori ditentukan oleh apa yang dimiliki guru seperti
persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi,
dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur dan kemampuan
mengelola kelas, (5) kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran akan sangat terbatas karena gaya komunikasi
lebih banyak terjadi satu arah. Selain itu, komunikasi satu arah dapat
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas pada materi yang
diberikan guru (Depdiknas, 2008: 35-36).
Ekspositori/Langkah-langkah dalam pembelajaran ini adalah: 1)
Persiapan. Hal yang harus dilakukan guru pada langkah ini adalah: a)
Memberikan sugesti yang positif. contoh: guru menyampaikan bahwa
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 58
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.
537.
dimensi tiga merupakan materi yang sangat penting dalam bidang
perencanaan bangunan atau konstruksi bangunan. b) Mengemukakan
tujuan yang harus dicapai. contoh: guru menyampaikan bahwa tujuan yang
akan dicapai adalah siswa dapat menentukan jarak titik ke garis. c)
Mengingatkan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. d) contoh:
siswa diingatkan tentang dalil Pythagoras, proyeksi titik terhadap garis,
garis tinggi suatu segitiga, luas segitiga serta aturan sinus dan kosinus
(Depdiknas, 2008: 33-34).
Ekspositori/Langkah-langkah pembelajaran ekspositori secara lebih
sederhana yaitu: 1) guru memberikan informasi tentang suatu konsep,
mendemonstrasikan keterampilannya tentang pola, aturan atau dalil
tentang suatu konsep. Siswa bertanya dan guru memeriksa apakah siswa
sudah mengerti, 2) guru memberikan contoh soal dan juga
pembahasannya, 3) siswa mengerjakan latihan soal (Ruseffendi, 1980:
171-172).
Ekspositori/Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach)”
(Sanjaya, 2008: 179).
Ekspositori/Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang digunakan
dengan memberikan keterangan terlebih dahulu berupa definisi, prinsip
dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh soal dan
pembahasannya dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan
penugasan (Sunarto, 2009: 1).
Ekspositori/Pembelajaran ekspositori sebagai pembelajaran konvensional
(Sagala, 2009: 79).
Ekspositori/Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku
kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru
(Sagala, 2009: 78).
Ekspositori/Peran guru dalam pembelajaran ini (pembelajaran ekspositori)
antara lain sebagai penyusun program pembelajaran, pemberi informasi
yang benar, pemberi fasilitas belajar yang baik, serta pembimbing siswa
dan penilai dalam pemerolehan informasi yang benar (Nasution, 2000:
158-159).
Ekspositori/Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran ekspositori
diantaranya: (1) pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan
materi secara verbal yang artinya bertutur secara lisan merupakan alat
utama dalam pembelajaran ini, (2) materi pelajaran yang disampaikan
merupakan materi pelajaran yang sudah jadi seperti data atau fakta,
konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa
untuk berpikir ulang, (3) tujuan utama pembelajaran ini adalah penguasaan
materi pelajaran (Nasution, 2000: 158).
Ekspositori/Terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran ekspositori
diantaranya: (1) pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan
materi secara verbal yang artinya bertutur secara lisan merupakan alat
utama dalam pembelajaran ini, (2) materi pelajaran yang disampaikan
merupakan materi pelajaran yang sudah jadi seperti data atau fakta,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 59
538.
539.
540.
541.
542.
543.
544.
545.
konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa
untuk berpikir ulang, (3) tujuan utama pembelajaran ini adalah penguasaan
materi pelajaran yang menurut Nasution (2000: 158), tujuan pembelajaran
ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilainilai kepada siswa (Depdiknas 2008: 31):
Ekspositori/Tujuan pembelajaran ekspositori adalah memindahkan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa (Nasution, 2000:
158).
Ekspositori/Tujuan pembelajaran ekspositori adalah memindahkan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa (Depdiknas 2008:
31).
Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya
manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan
pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan.
Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar
adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil
belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan (Commite dalam
Wirawan, 2002: 22).
Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik
mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan,
metode produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu (Haryati,
2008: 24).
Evaluasi merupakan suatu tahapan dan kegiatan yang amat penting dalam
suatu proses rangkaian kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dengan
evaluasi akan dilihat derajat ketercapaian tujuan yang dirumuskan.
Sehubungan dengan itu pula dalam kegiatan evaluasi diperlukan
perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan data serta pelaporan yang
benar. Jika hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya
maka tujuan dan sasaran pembelajaran yang dirancang sebelumnya boleh
jadi tidak tampak ketercapaiannya (Syafii dalam Hastu, 2006: 30).
Evaluasi/Agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat
memperoleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk
keperluan diagnostic-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai
dengan penilaian yang bersifat analitis (Zainal Machmoed dalam
Nurgianto, 2001: 305).
Evaluasi/Beberapa tahap penyusunan instrumen, antara lain: (1) tahap
menyusun tes objektif: persiapan, memilih elemen-elemen untuk diteskan,
dan membangun butir tes, (2) tahap menyusun assessment esai dengan
langkah-langkah: menetapkan prosedur penyusunan, penyekoran, dan
umpan- balik, dan (3) assessment performan dengan langkah: menyusun
terminology performan, merancang latihan performan, penyekoran dan
pencatatan hasil (Stiggins, 1994: 109-175).
Evaluasi/Bloom membedakan delapan tipe aplikasi dalam rangka
menyusun item tes tentang aplikasi antara lain: 1) Dapat menetapkan
prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi.
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 60
546.
547.
548.
Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan
seluruh problem, tetapi sekadar dapat menetapkan prinsip yang sesuai. 2)
Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip
atau generalisasi mana yang sesuai. 3) Dapat memberikan spesifikasi
batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi. 4) Dapat mengenali
hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi. 5) Dapat
menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi
tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebabakibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau
kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala. 6) Dapat
meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi
tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditujukan
berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan
kuantitatif. 7) Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam
menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisai
yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini banyak diperlukan oleh ahliahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan. 8)
Dapat menjelaskan
alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang
dihadapi (Sudjana, 1995: 26-27).
Evaluasi/Dalam proses belajar mengajar disekolah saat ini, tipe hasil
belajar kognditif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil
belajar efektif dan psikomotorik, karena berkaitan dengan kemampuan
para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana, 2006: 31).
Evaluasi/Fungsi dan tujuan evaluasi hasil belajar diantaranya: (a) Untuk
diagnostik dan pengembangan, jika alat yang digunakan dalam penelitian
cukup memenuhi persyaratan dengan melihat hasilnya guru dapat
menemukan kelemahan siswa dan mengetahui sebab-sebab kelemahan
siswa. (b) Untuk seleksi, dengan mengadakan penelitian, seorang guru
melakukan seleksi terhadap siswa dengan memilih siswa yang dapat
diterima di sekolah tertentu, untuk mendapat beasiswa, dan menentukan
siswa yang berhak lulus. (c) Untuk kenaikan kelas, dengan mengadakan
penelitian, guru mendapatkan informasi tentang siswa yang berhak naik
kelas dan guru dapat memilih secara tepat siswa yang dapat meneruskan
belajar dan siswa yang harus mengulang. (d) Untuk penempatan, masingmasing individu berbeda dalam hal potensi, bakat, dan yang lain maka
dengan hasil penilaian seorang guru dapat mengidentifikasi potensi siswa
dan menempatkan dalam kelompok belajar, kegiatan ekstrakulikuler, dan
sebagainya (Rosjidan dkk. dalam Supriati, 2007: 22-23).
Evaluasi/Fungsi penilaian adalah sebagai berikut: (a) Alat untuk
mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini
maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan
instruksional. (b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan
belajar siswa, strategi mengajar guru, dll. (c) Dasar dalam menyusun
laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan
tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 61
549.
550.
551.
552.
553.
554.
555.
556.
berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapai
(Sudjana (2008:4).
Evaluasi/Fungsi penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut: a) Untuk mengetahui tercapainya
tujuan pengajaran. b) Untuk mengetahui keefektifan PBM yang telah
dilakukan guru (Armai, 2002: 89-92).
Evaluasi/Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan
dibagi dua. Nilai setiap kelompok memilki nilai sama dalam kelompok.
Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam
kelompokknya yang merupakan hasil kerja adalah nilai bersama dalam
kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggotanya
kelompok (Sanjaya, 2009: 248-249).
Evaluasi/Hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa dari
pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang diikutinya selama
pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik
(Dimyati dan Mudjiono 2006: 55).
Evaluasi/Hasil belajar adalah keluaran dari suatu sistem pemrosesan
masukan (inputs) (Romiszowski dalam Abdurrahman, 2009: 38).
Evaluasi/Hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 22).
Evaluasi/Hasil belajar afektif dan psikomotoris ada yang tampak pada saat
proses pembelajaran berlangsung dan ada pula yang baru tampak
kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktik kehidupannya di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil
belajar afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas, lebih sulit dipantau
namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab
secara langsung mempengaruhi perilakunya (Sudjana, 2008: 33).
Evaluasi/Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspekaspek tersebut, yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pengertian, (3) Kebiasaan, (4)
Keterampilan, (5) Apresiasi, (6) Emosional, (7) Hubungan sosial, (8)
Jasmani, (9) Etis atau budi pekerti, dan (10) Sikap (Yasin, 2008: 30).
Evaluasi/Hasil belajar dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: 1)
Informasi Verbal - Informasi Verbal adalah tingkat pengetahuan yang
dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalaui bahasa lisan maupun
tertulis kepada orang lain. Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu
pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun teoritis. 2) Kemahiran
Intelektual - Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill) menununjuk
pada”Knowing How”, yaitu bagaimana kemampuan seseorang
berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri. Kemahiran
intelektual dibagi menjadi empat kategori, yaitu: a) Diskriminasi jamak
(Multiple Discrimination), yaitu kemampuan seseorang dalam
membedakan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Dalam
pemersepsi ,seseorang akan menanggapi suatu benda ciri-ciri yang khas ,
misalnya warna, bentuk, panjanglebar, kasar-halus, bau dan sebagainya.
Berdasarkan persepsi itu seseorang dapat membedakan objek yang satu
dengan yang lain. b) Konsep (consept),yaitu arti yang mewakili sejumlah
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 62
557.
558.
559.
objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep dapat dilambangkan
dalam bentuk kata yang mewakili konsep itu.Konsep dibedakan atas
konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.konsep konkret
adalah suatu pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam
lingkungan. Konsep yang didefinisikan, yaitu konsep yang mewakili
realitas hidup tetapi bukan lingkungan hidup fisik, misalnya lingkaran
adalah yang garis yang berbentuk bundar yang mempunyai jari-jari sama
panjang. c) Kaidah (Rule), yaitu dua konsep atau lebih yang jika
dihubungkan satu sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang
mewakili suatu keteraturan, misalnya besi jika dipanaskan akan memuai.
d) Prinsip (Higher-Order rule) yaitu kombinasi dari beberapa kaidah,
sehingga terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi dan kompleks. Kaidah
tersebut disebut “prinsip”. Berdasarkan prinsip, orang mampu
menyelesaikan soal. 3) Pengaturan Kegiatan Kognitif - Pengaturan
kegiatan kognitif (Cognitive Strategy), yaitu kemampuan yang dapat
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Khususnya
bila sedang belajar dan berpikir. Orang yang mampu mengatur dan
mengarahkan aktifitas mentalnya sendiri dalam bidang kognitif akan dapat
menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah dipelajari jauh lebih
efisien dan efektif, daripada orang yang tidak berkemampuan demikian. 4)
Sikap - Sikap yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek .
Misalnya, siswa bersikap positif terhadap sekolah, karena sekolah berguna
baginya. Sebaliknya dia bersikap negatif terhadap pesta-pesta karena
merasa tidak ada gunanya, hanya membuang waktu dan uang saja. 5)
Keteampilan Motorik - Keterampilan motorik yaitu seseorang yang
mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam uraian
tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak –gerik berbagai
anggota badan secara terpadu. Misalnya, Supir mobil dengan terampil
mengendarai kendaraannya, sehingga konsentrasinya tidak hanya pada
kendaraannya, tetapa juga pada arus lalu lintas di jalan (Gagne dalam
Djiwandono (2002: 217).
Evaluasi/Hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku baik afektif,
kognitif, maupun psikomotor (Sudjana, 2001: 22).
Evaluasi/Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan (Hamalik, 2005: 155).
Evaluasi/Kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat
dikategorikan ke dalam 6 tipe: 1) Dapat memberikan evaluasi tentang
ketepatan suatu karya atau dokumen. 2)
Dapat memberikan evaluasi
satu sama lain antar asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan
logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang
mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya. 3) Dapat
memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil
keputusan. 4)
Dapat mengevaluasi suatu karya dengan
memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan. 5) Dapat
mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 63
560.
561.
562.
563.
564.
565.
ditetapkan. 6)
Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan
menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit (Sudjana, 1995: 29).
Evaluasi/Klasifikasi hasil belajar secara garis besar ada 3 ranah , yaitu: (1)
Ranah Kognitif, meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi; (2) Ranah afektif, meliputi penghayatan nilai dari
objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik orang, benda maupun
kejadian; dan (3) Ranah psokomotorik, meliputi penanaman metode ilmiah
disertai dengan usaha peningkatan mutu intelektualitas yaitu misalnya
cerdas, kritis, serta sistematis dalam berpikir (Bloom dalam Sudjana, 2008:
22-23).
Evaluasi/Langkah-langkah penyusunan instrumen: sintesis teori,
menyusun konstruk, pengembangan indikator, menetapkan parameter
kontinum, analisis butir, validasi teoretik dan empirik, validasi pakar,
revisi, penggandaan terbatas, uji coba, uji validasi internal dan eksternal,
kesimpulan sortir, reliabilitas, dan perakitan. Langkah-langkah ini
diarahkan untuk penyusunan instrumen yang digunakan untuk penelitian
(Djaali, 2000: 89-90).
Evaluasi/Lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b)
keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)
keterampilan motoris (Gagne dalam Sujana, 2005: 22).
Evaluasi/Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan
proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,
baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui
garisgaris besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan
dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Syah, Muhibbin, 1999:
150).
Evaluasi/Penilaian yang dilakukan pada karangan siswa biasanya bersifat
holistik, impresif, dan selintas. Maksudnya adalah penilaian tersebut
bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari pembaca
karangan secara selintas. Guru cenderung melakukan penilaian yang
bersifat analisis karena guru memerlukan penilaian secara lebih objektif
dan terinci mengenai kemampuan siswa untuk keperluan
diagnosikedukatif (Nurgiantoro, 2001: 305).
Evaluasi/Proses konstruksi berbagai tes dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) mengidentifikasi tujuantujuan utama untuk skor yang
digunakan, (2) mengidentifikasi perilaku yang mewa- penelikili konstruk
atau domain, (3) menyiapkan spesifikasi butir, proporsi butir yang akan
difokuskan pada tiap perilaku, (4) menyusun butir-butir utama, (5)
meninjau ulang butir dan merevisinya, (6) persiapan ujicoba dan
merevisinya, (7) tes lapangan pada sampel yang representatif, (8)
menentukan alat-alat statistik skor butir, kesesuaian, eleminasi butir yang
tidak memenuhi kriteria, (9) merancang dan mengondisikan reliabilitas
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 64
566.
567.
568.
569.
570.
571.
572.
573.
dan validitas pada bentuk akhir tes, (10) mengembangkan panduan
administrasi, penyekoran, dan interpretasi skor tes (menyiapkan tabel
norma standar performan) (Crocker dan Algina, 1986: 66-86).
Evaluasi/Secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu:
(a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam espek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. (b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri atas lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi. (c) Ranah psikomotori berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam
aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan reseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresir dan interpretatif (Benyamin
Bloom dalam Sudjana, 2005: 22).
Evaluasi/Secara garis besar hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris (Benyamin Bloom dalam
Sudjana, 2005: 22).
Evaluasi/Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. (Sudjana, 2008: 24).
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalamanpengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah
“faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan masyarakat
(Slameto, 1988: 62).
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta
strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa (Sabri, 1996: 59-60).
Faktor kemampuan seseorang tidak cukup hanya dilihat dari segi
pendidikan dan latihan saja, namun dapat juga dilihat dari segi
pengalaman atau pengalaman kerja seseorang selama bekerja pada
organisasi/lembaga tertentu (Samsudin, 2003: 33).
Faktor pemicu terjadinya perubahan secara umum ialah: a) konfigurasi
tenaga kerja, b) terobosan di bidang teknologi, c) ketidak pastian di bidang
ekonomi, d) persaingan yang makin ketat, e) gejala-gejala sosial, f)
pergeseran nilai-nilai moral dan etika, dan g) situasi politik (Siagian
(2002: 207).
Faktor-faktor tersebut di atas harus diperhatikan oleh suatu organisasi
karena: Organisasi tidak sekedar berarti wadah sekelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi juga merupakan
mekanisme yang berlangsung dalam proses kerja sama itu. Oleh karena
itu, maka organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sebagai alat
organisasi dapat baik dan dapat pula buruk bagi pencapaian tujuan.
(Nawawi, 1982 : 93).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 65
574.
575.
576.
577.
578.
579.
580.
Field trip adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk
melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral
dari kurikulum sekolah. Dengan field trip sebagai metode belajar
mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru mengunjungi tempattempat tertentu dengan maksud untuk belajar (Sagala, 2006: 214).
Field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan teknik field trip
yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu
tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil,
took serba ada, dan sebagainya (Roestiyah, 2001: 85).
Field trip mempunyai beberapa kebaikan, antara lain ialah 1) anak didik
dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beragam dari dekat, 2) anak
didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba
turut serta di dalam suatu kegiatan, 3) anak didik dapat menjawab
masalahmasalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar,
mencoba, atau membuktikan secara langsung, 4) anak didik dapat
memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau
mendengarkan ceramah yang diberikan on the spor dan, 5) anak didik
dapat mempelajari sesuatu secara interna l dan komprehensif (Sagala,
2006: 215).
Field trip merupakan pesiar (ekskursi) yang digunakan oleh para peserta
didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan
bagian integral dari kurikulum sekolah (Sagala, 2006: 214).
Field trip/Adapun tujuan teknik ini adalah dengan melaksanakan field trip
diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang
dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta
dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu
memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran (Roestiyah,
200: 85).
Fieldtrip bertujuan agar siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik
seseorang serta dapat bertanggung jawab. Mungkin dengan jalan demikian
mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Selain itu dengan metode ini akan membuat siswa lebih
nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung dan dapat melatih
siswa untuk menggunakan waktu secara efektif (Roestriyah, 2001: 85).
Fieldtrip memiliki keunggulan antar lain sebagai berikut: a. Siswa dapat
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan petugas pada objek
karyawisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan
mereka. b. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara
individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan
memperdalam dan memperluas pengalaman mereka. c. Dalam kesempatan
ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang
pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi. d. Dengan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 66
581.
582.
583.
584.
585.
586.
587.
588.
objek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacammacam
pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi (Roestiyah, 2001: 87).
Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai
berikut: a) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi
selalu merupakan konstrukti kenyataan melalui kegiatan subjek. b) Subjek
membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan. c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep
seseorang. Struktur konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalamanpengalaman seseorang (Suprijono, 22).
Generalisasi didasari oleh prinsip apa yang beberapa kali terjadi dalam
kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang
sama terpenuhi (Soekadijo, 1999: 134).
Generalisasi induktif/Hasil penalaran generalisasi induktif sendiri juga
disebut generalisasi, generalisasi dalam arti ini berupa suatu proporsi
universal (Soekadijo, 1999:134).
Generalisasi memuat beberapa syarat di antaranya adalah: (1) generalisasi
harus tidak terbatas secara numerik, artinya generalisasi tidak boleh terikat
jumlah tertentu; (2) generalisasi harus tidak terbatas secara spasio
temporal, artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu (Soekadijo
(1999: 134).
Generalisasi memuat beberapa syarat di antaranya adalah: (1) generalisasi
harus tidak terbatas secara numerik, artinya generalisasi tidak boleh terikat
jumlah tertentu; (2) generalisasi harus tidak terbatas secara spasio
temporal, artinya tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu
(Soekadijo,1999: 134).
Generalisasi/Faktor-faktor probabilitas yang berhubungan dengan
generalisasi memiliki sifat-sifat berikut: (1) makin besar jumlah fakta yang
dijadikan dasarpenalaran, makin tinggi probabilitas konklusinya; (2)
makin besar jumlah faktor kesamaan di dalam premis, makin rendah
probabilitas konklusinya dan sebaliknya; (3) makin besar jumlah faktor
disanaloginya di dalam premis, makin tinggi probabilitas konklusinya dan
sebaliknya; (4) semakin luas konklusinya semakin rendah probabilitasnya
dan sebaliknya (Soekadijo, 1999: 136).
Generalisasi/Indikator kemampuan generalisasi matematis antara lain
sebagai berikut: (1) Siswa mampu mengenal sebuah aturan matematis /
pola matematis. Siswa juga mampu mempersepsi atau mengidentifikasi
pola. Siswa telah mengetahui bahwa masalah yang disajikan dapat
diselesaikan menggunakan aturan matematis /pola matematis. (2) Siswa
mampu menggunakan hasil generalisasi untuk menyelesaikan masalah,
dan mampu menerapkan aturan matematis/pola matematis yang telah
mereka temukan pada berbagai persoalan (Mason dalam Herdian, 2010).
Guru adalah titik sentral suatu kurikulum. Berkat usaha guru, maka
timbulah kegairahan belajar siswa, sehingga memacunya belajar lebih
keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan
kurikulum (Hamalik, 1992: 95).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 67
589.
590.
591.
592.
Guru perlu menciptakan suasana kelas yang membuat siswa antusias
terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan
persoalannya, guru perlu menciptakan siswa berfikir, hal ini membuat
siswa akan lebih aktif dan menjadikan suasana kelas tidak menjenuhkan
(Yamin, 2008: 13).
Guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi; a. Memiliki
bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki
keahlian yang baik dan terintegrasi. d. Memiliki mental yang sehat. e.
Berbadan sehat. f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g.
Guru adalah manusia berjiwa pancasila. h. Guru adalah seorang warga
negara yang baik. 32 (Hamalik dalam Yamin, 2007: 5-7).
Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar, dan pembimbing dituntut
memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi, serta kesehatan jasmani
dan rohani. Minimal ada tiga cirri kedewasaan (Sukmadinata, 2005: 254).
Guru yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Pertama,
mempunyai pengetahuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang
mencakup (1) memiliki keterampilan interpersonal khususnya kemampuan
untuk menunjukkan empati, penghargaan terhadap peserta didik, dan
ketulusan, (2) menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik, (3)
mampu menerima, mengakui dan memperhatikan peserta didik secara
ikhlas, (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar,
(5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan
kohesivitas dalam dan antar kelompok peserta didik, (6) mampu
melibatkan peserta didik dalam mengorganisir dan merencanakan kegiatan
pembelajaran, (7) mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai
haknya untuk berbicara dalam setiap diskusi, (8) mampu meminimalkan
friksi-friksi di kelas. Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi
manajemen pembelajaran, yang mencakup (1) mempunyai kemampuan
untuk menghadapi dan menanggapi peserta didik yang tidak mempunyai
perhatian, suka menyela, mengalihkan perhatian, dan mampu memberikan
transisi substansi bahan. Agar dalam proses pembelajaran; (2) mampu
bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang
berbeda untuk semua peserta didik. Ketiga, mempunyai kemampuan yang
terkait dengan pemberian umpan balik (feed back) dan penguatan
(reinforcement), yang terdiri atas (1) mampu memberikan umpan balik
yang positif terhadap respon peserta didik; (2) mampu memberikan respon
yang bersifat membantu terhadap peserta didik yang lamban dalam
belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta
didik yang kurang memuaskan; (4) mampu memberikan bantuan
profesional kepada peserta didik jika diperlukan. Keempat, mempunyai
kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri yang mencakup (1)
mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; (2)
mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metodemetode pembelajaran; (3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara
berkelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 68
593.
594.
595.
596.
597.
598.
pembelajaran yang relevan (Menurut Davis dan Thomas dalam Suyanto,
2001: 3).
Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan
mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta
rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk
dimarahi dan hal ini membelokkan konsentrasi peserta didik (Mulyasa,
2007: 121).
Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan
tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,
bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung
jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.33 (Surya dalam
Kunandar, 2007: 47).
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang
bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu
menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang
sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh
tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara (Sholeh, 2006: 9).
Guru/Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya yaitu:1). Kepemimpinan kepala sekolah,
2). Fasilitas kerja, 3). Harapan-harapan, dan 4.) Kepercayaan personalia
sekolah. Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala
sekolah dan fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja
guru (Pidarta dalam Lamatenggo, 2001:35).
Guru/Ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru; (1) masih
banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan
rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3)
pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati
dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari
masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan
kependidikan, (4) masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang
proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum
berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan
PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk
menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya
mulai mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya. Dengan melihat
adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,
pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi
guru (Akadum, 1999: 17).
Guru/Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya yaitu: 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Iklim
sekolah, 3) Harapan-harapan, dan 4) Kepercayaan personalia sekolah
(Pidarta (1995) dalam Saerozi, 2005: 2).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 69
599.
600.
601.
602.
Guru/Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan
oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan
sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata
sebagai berikut: a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi
dalam
kurikulum-kurikulum
sekolah,
menguasai
bahan
pengayaan/penunjang bidang studi. b. Mengelola program belajar
mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan bisa
memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur instruksional
yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal
kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas,
melaksanakan dan merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi
hasil belajar. c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam
rangka CBSA, dan menciptakan iklim belajar yang efektif. d.
Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, mebuat
alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola
laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan
perpustakaan dalam proses belajar mengajar. e. Menguasai landasanlandasan kependidikan. f. Merencanakan program pengajaran. g.
Mengelola interaksi belajar mengajar. h. Menguasai macam-macam
metode mengajar. i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran. j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah. k. Mengenal penyelenggaraan administrasi
sekolah. l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan yang sederhana guna kemajuan pengajaran (Hamalik, 2006:
44-45).
Guru/Dalam mengembangkan kreativitas, guru dapat melatih ketrampilan
bidang, dengan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus
seperti bahasa, matematika atau seni; mengajarkan ketrampilan kreatif
dalam batas tertentu, seperti cara berpikir menghadapi masalah secara
kreatif, teknik memunculkan gagasan orisinal, yang diajarkan secara
langsung dengan contoh; dan motivasi intrinsik, dengan guru menjadi
model dengan mengungkapkan secara bebas minatnya, dan tantangan
pribadi untuk memecahkan masalah atau melakukan tugas, dan
memungkinakn siswa untuk bisa otonom sampai batas tertentu di kelas
(Amabile dalam Munandar, 2002: 156).
Guru/Dalam proses belajar mengajar hubungan antara guru dan siswa
haruslah terjalin dengan baik. Karena cara belajar siswa dipengaruhi oleh
hubungannya dengan gurunya (Slameto, 1988: 68).
Guru/Dalam proses belajar mengajar, guru harus memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk aktif. Keaktifan siswa bisa berbentuk aktivitas
jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat di
golongkan ke dalam beberapa hal, yaitu: a. Aktivitas visual (visual
activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperiman, dan
demonstrasi. b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca
sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi. c. Aktivitas mendengarkan
(listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 70
603.
604.
605.
606.
607.
608.
609.
610.
pengarahan. d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik,
menari, melukis. e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti
mengarang, membuat makalah, membuat surat (Uzer, 1995: 22).
Guru/Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih
ilmu pengetahuan, tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai serta
membangun karakter peserta didik secara berkelanjutan (Sholeh, 2006: 3).
Guru/Dengan kata lain, guru yang baik adalah guru yang sadar diri,
menyadari kelebihan dan kekurangannya (self consciousness) (Mulyasa,
129).
Guru/Dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual
korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan
beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan
kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji
berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah
(Akadum, 1999:16).
Guru/Dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual
korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan
beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan
kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji
berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah
(Akadum, 1999:16).
Guru/Intensitas dan kualitas pembinaan kepala sekolah kepada guru
bergantung pada kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan
fungsinya sebagai supervisor, selain sebagai administrator dan motivator
(Dirjen Dikdasmen, 2000: 15).
Guru/Jadi guru yang bijaksana dan sederhana dalam bertindak adalah
seorang guru yang selalu menggunakan akal budinya dalam bertindak dan
tidak berlebihlebihan. Kebijaksanaan dan kesederhanaan dalam bertindak,
akan menjalin keterkaitan batin guru dengan siswa. Dengan adanya
keterikatan tersebut, guru akan mampu mengendalikan proses belajar
mengajar yang diselenggarakan (Wijaya & Rusyan, 1991: 20).
Guru/Kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang
positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman,
penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh
seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya
untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya
(Johnson dalam Anwar, 2004: 63).
Guru/Kemampuan yang harus dimiliki guru diantaranya: mempunyai
pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia dalam belajar,
mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
dengan baik, mempunyai sikap yang tepat dengan memahami kelemahan
dan kekuatan diri sendiri sebagai tenaga pendidik, dan mempunyai
keterampilan mempunyai teknik dan pendekatan dalam kegiatan mengajar
(Yamin, 2008: 12).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 71
611.
612.
613.
614.
615.
616.
617.
Guru/Kualitas guru tercermin pada kinerja profesionalnya sebagai guru.
Kinerja guru merupakan variabel yang fluktuatif, eksistensinya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya pembinaan kepala sekolah
(Zahera, 1998: 118).
Guru/Mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage,
process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut: 1. Kriteria
presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur
sebagai berikut: a. Latar belakang pre-service dan in-service guru. b.
Pengalaman mengajar guru. c. Penguasaan pengetahuan keguruan. d.
Pengabdian guru dalam mengajar. 2. Kriteria process (kemampuan guru
dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri dari:
a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran
(RPP). b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di
dalam kelas. c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas. 3. Kriteria
product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasilhasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut.
Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di
madrasah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru
tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana
guru dituntut kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan
tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam
mendisain dan mengelola proses belajar mengajar, disamping itu guru juga
harus mampu melaksanakan atau membimbing terjadinya kualitas proses
belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya (Sabri, 1992: 16-18).
Guru/Nilai kompetensi seorang guru dipupuk melalui program pendidikan,
pengembangan dan pelatihan (Iriyanto dalam Samsudin, 2003: 11).
Guru/Peningkatan, pengembangan dan pembentukan guru dapat dilakukan
melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan (Hamalik dalam
Samsudin, 2003: 11).
Guru/Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi,
peran guru tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar, karena guru
di sini sebagai sebagai pendidik, pembentuk kepribadian dan yang
menentukan keberhasilan siswa (Dimyati, 1999: 33).
Guru/Rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guruguru agar kemampuan profesional mereka makin berkembang sehingga
situasi belajar mengajar makin efektif dan efisien (Supervisi dalam
Lazaruth, 1988: 33).
Guru/Seorang guru dikatakan telah mempunyai kemampuan profesional
jika pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya,
sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap
continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan
memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan
jaman yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik
adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada
jamannya dimasa yang akan datang (Muhaimin (2001:63).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 72
618.
619.
620.
621.
622.
623.
624.
Guru/Seorang guru harus simpatik karena dengan sifat ini akan disenangi
oleh para siswa, dan jika siswa menyenangi gurunya, sudah barang tentu
pelajarannyapun mereka senangi pula. Demikian pula dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, guru harus menarik, karena dengan
daya tarik yang diungkapkan atau ditunjukkan oleh guru, maka akan
memberikan pengaruh tertentu pada siswa yaitu kesemangatan belajar
siswa terus meningkat (Wijaya & Rusyan, 1991: 20).
Guru/Seorang guru juga harus bersikap luwes terhadap siapapun termasuk
peserta didiknya. Keluwesan merupakan faktor pendukung yang disenangi
para siswa dalam proses belajar mengajar, karena dengan sifat ini guru
akan mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik dengan teman
sejawat maupun dengan peserta didik, dan juga orang tua wali murid
(Wijaya & Rusyan, 1991: 20).
Guru/Setiap guru berfungsi sebagai: a. Designer of intruction (perancang
pengajaran); b. Manager of intruction (pengelola pengajaran); c. Evaluator
of student learning (penilai prestasi belajar siswa) (Gagne dalam Syah,
Muhibbin, 2007: 250).
Guru/Setiap guru berkesempatan untuk melakukan hal-hal berikut ini,
yaitu: (1) identifiaksi masalah pembelajaran; (2) mengkaji pengalaman
pembelajaran yang biasa dilakukan; (3) memilih alternatif model
pembelajaran yang digunakan; (4) merancang rencana pembelajaran; (5)
mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang
dipilih; (6) melaksanakan pembelajaran; (7) mengobservasi proses
pembelajaran; (8) mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam
aktivitas belajar siswa di kelas; (9) melakukan refleksi secara bersamasama atas hasil observasi kelas; serta (10) mengambil pelajaran berharga
dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas
proses dan hasil pembelajaran lainnya (Hendayana dkk., 2006: 10).
Guru/Tingkat kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor yang
turut mempengaruhi, baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun
faktor yang berasal dari guru seperti fasilitas sekolah, peraturan dan
kebijakan yang berlaku, kualitas manajerial dan kepemimpinan kepala
sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya. Tingkat kualitas kinerja guru ini
selanjutnya akan turut menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan serta
pencapaian lulusan yang dihasilkan serta pencapaian keberhasilan sekolah
secara keseluruhan (Lamatenggo, 2001: 98).
Guru/Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus senantiasa
mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar
tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang kurang disiplin.
Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik
guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas
dan pengendali seluruh perilaku peserta didik (Mulyasa, 2007: 126).
Guru/Unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b)
kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi). Kemudian
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 73
625.
626.
627.
ketiga aspek ini dijabarkan menjadi: a. Kemampuan profesional
mencakup: 1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan
bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan
yang diajarkannya itu. 2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan
wawasan kependidikan dan keguruan. 3) Penguasaan proses-proses
kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. b. Kemampuan sosial
mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru. c.
Kemampuan personal (pribadi) mencakup: 1) Penampilan sikap yang
positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. 2) Pemahaman,
penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh seseorang
guru. 3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya (Yamin, 2007: 4-5).
Guru/Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian
kinerja guru adalah sebagai berikut: 1). Kesetiaan. Kesetiaan adalah tekad
dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu
yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab. 2). Prestasi
Kerja. Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. 3).
Tanggung Jawab. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga
kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan
kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat
risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan
keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang
telah diwajibkan padanya (Siswanto dalam Lamatenggo, 2001: 34).
Guru/Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka
kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan
usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan ke dalam
empat kemampuan yakni: a. Merencanakan program belajar mengajar. b.
Menguasai bahan pelajaran. c. Melaksanakan dan memimpin/mengelola
proses belajar mengajar. d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar
(Sudjana, 1998: 20-22).
Guru/Untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru
harus memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi
guru, yang meliputi: a. Menguasai bahan meliputi: 1) Menguasai bahan
bidang studi dalam kurikulum sekolah; 2) Menguasai bahn
pengayaan/penunjang bidang studi; b. Mengelola program belajar
mengajar, meliputi: 1) Merumuskan tujuan intsruksional; 2) Mengenal dan
dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat; 3) Melaksanakan
program belajar mengajar; 4) Mengenal kemampuan anak didik; c.
Mengelola kelas, meliputi: 1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran;
2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi; d. Menggunakan
media atau sumber, meliputi: 1) Mengenal, memilih dan menggunakan
media; 2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana; 3) Menggunakan
perpustakaan dalam proses belajar mengajar; 4) Menggunakan micro
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 74
628.
629.
630.
631.
632.
633.
teaching untuk unit program pengenalan lapangan; e. Menguasai landasanlandasan pendidikan. f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar. g.
Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran. h. Mengenal fungsi
layanan dan program bimbingan dan penyuluhan: a. Mengenal fungsi dan
layanan program bimbingan dan penyuluhan; b. Menyelenggarakan
layanan bimbingan dan penyuluhan; i. Mengenal dan menyelengarakan
administrasi sekolah; j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.21 (Ahmad Sabri dalam
Namsa, 2006: 37-38).
Hadiah/Hadiah (reward) merupakan salah satu cara menumbuhkan
motivasi berprestasi (Sardiman, 2002: 89).
Hadiah/Macam-macam reward adalah sebagai berikut: 1) Pemberian
angka atau nilai, 2) Pemberian hadiah, 3) Pemberian pujian, 4) Pemberian
penghargaan (Sardiman, 2002: 89).
Hasil penalaran generalisasi induktif sendiri juga disebut generalisasi,
generalisasi dalam arti ini berupa suatu proporsi universal (Soekadijo,
1999:134).
Hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural adalah aturan
dan proses dari pengetahuan prosedural mempunyai dasar atau konsep
bermakna, serta perlambangan yang digunakan mewakili konsep yang
sesuai Prosedur yang tanpa dasar konseptual menyebabkan pembelajaran
berlangsung dengan hafalan (Muhsetyo, 2001: 21).
Hukum perkembangan rohani yang dianggap penting, seperti: (1).
Hukum bertahan dan berkembang sendirii, adanya hukum inio mendorong
anak untuk makan dan minum dan mempertahankan diri juga ingin
mencari kepandaian dan pengetahuan baru. Dorongan ini kelihatan dalam
kegiatan bermain, ingin tahu dan bergerak (2). Hukum tempo
perkembangan, perkembangan anak tidak sama waktunya, tiap anak
mempunyai tempo perkembangannya sendiri, ada anak yang cepat pandai
dan ada yang lambat. (3). Hukum konvergensi, perkembangan anak
ditentukan oleh kerjasama antar faktor pembawaan dan faktor millieu
(lingkungan) atau dengan kata lain oleh pendidikan dan bakat. (4). Hukum
irama perkembangan, perkembangan fungsi-fungsi itu berjalan tidak lurus
ke atas tetapi liku-liku, melompat, diam dan penuh kegoncangan kadangkadang maju, kadang-kadang berhenti, kadang-kadang mundur, jadi
perkembangan jiwa anak seolah-olah mengikuti suatu irama. (5). Hukum
masa peka, dalam masa perkembangan ada suatu waktu dimana suatu
fungsi muncul dan meminta dikembangkan. Waktu munculnya itu disebut
masa peka dan merupakan waktu yang palikng baik untuk dikembangkan
sedangkan timbulnya masa peka pada setiap anak berbeda-beda (Kartono,
1992: 41-42).
Induksi merupakan suatu kegiatan budi, dimana kita menyimpulkan bahwa
apa yang kita ketahui benar untuk kasus-kasus khusus, juga akan benar
untuk semua kasus yang serupa dengan yang tersebut tadi untuk hal-hal
tertentu (Mill dalam Shadiq, 2004: 4).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 75
634.
635.
636.
637.
638.
639.
640.
641.
642.
Ingkaran dari disjungsi p v q adalah (p v q)  (p  q) (Aminulhayat,
2004:136).
Ingkaran dari biimplikasi “p  q” adalah ( p q)  (p  q) v (q  p)
(Tampomas, 2004:194).
Ingkaran dari implikasi “p  q” adalah ( p  q)  p  q (Tampomas,
2004: 194).
Ingkaran dari konjungsi p  q adalah (p  q)  (p v q) (Aminulhayat,
2004:136).
Inkuiri/Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode inkuiri yaitu: a.
Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara
verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang di
pertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri
(self belief). Dengan demikian, metode inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator
belajar siswa. c. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental. Dengan demikian, dalam metode inkuiri siswa tak hanya dituntut
agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya (Sanjaya, 2007: 196-197).
Inkuiri/Dalam inquiry, sesorang bertindak sebagai seorang ilmuwan
(scientist), melakukan demonstrasi, dan mampu melakukan proses mental
berinquiry, adalah sebagai berikut: a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang gejala alami. b. Merumuskan masalah-masalah. c. Merumuskan
hipotesis-hipotesis. d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi
eksperimen. e. Melaksanakan eksperimen. f. Mensistensikan pengetahuan.
g. Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu, keterbukaan,
menginginkan dan menghormati model-model teoritis, serta bertanggung
jawab (Hamalik, 2007: 219-220).
Inkuiri/Dalam pendekatan inquiry berarti guru merencanakan situasi
sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur
yang digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan
pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan
pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang
pengalaman (Nuryani R, 2005: 95).
Inkuiri/Inquiry berasal dari bahasa inggris “Inquiry”, yang secara harfiah
berarti penyelidikan (Mulyasa, 2007: 108).
Inkuiri/Melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri
berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi
ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik
yang dilakukan oleh para ahli penelitian. Untuk mengenal masalah,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 76
643.
644.
645.
646.
647.
mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian,
memberikan pemaparan yang ajeg, membuatramalan, dan penjelasan yang
menunjang pengalaman (Nuryani, 2005: 95).
Inkuiri/Metode ini (inkuiri) merupakan suatu bentuk instruksional kognitif,
yang memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara aktif
menggunakan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan demonstrasi
yang memberi kesempatan siswa untuk menemukan konsep dan
prinsipprinsip sendiri (Arifin dkk, 2005: 61).
Inkuiri/Metode inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke
dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya
merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia
memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indrah
pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan inderaindera lainnya. Hingga
dewasa keingintahuan manusia secara terusmenerus berkembang dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia
akan bermakna (meaningfull) manakala didasari keingintahuan itu. Dalam
rangka itulah pendekatan inkuiri dikembangkan (Sanjaya, 2007: 196).
Inkuiri/Metode inkuiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) inkuiri
terpimpin (guided inquiry) dan (2) inkuiri bebas atau terbuka (openended
inquiry). Perbedaan antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan
pertanyaan dan apa tujuan dari kegiatannya. Pada inkuiri terpimpin guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal
dan mengarahkan pada suatu diskusi. Inkuiri terpimpin dapat dilakukan
pada awal suatu pelajaran untuk siswa yang belum terbiasa, untuk
kemudian dapat diikuti oleh open ended inquiry atau inkuiri terbuka. Pada
inkuiri terbuka guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh
siswa dan pemecahannya pun dirancang oleh siswa. Hasil dari pemecahan.
mungkin mengarah pada pertanyaan baru yang merupakan pengembangan
dari masalah sebelumnya (Nuryani, 2005: 95).
Inkuiri/Metode inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut: a. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan
untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran
yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan nalar siswa. b.
Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. c. Adanya fasilitas dan
sumber belajar yang cukup. d. Adanya kebebasan siswa untuk
berpendapat, berkarya, dan berdiskusi. e. Partisipasi setiap siswa dalam
setiap kegiatan belajar f. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi
terhadap kegiatan siswa (Sudjana, 2007: 154-155).
Inkuiri/Prinsip-prinsip Metode Inkuiri adalah sebagai berikut: a.
Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari metode
inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,
pendekatan inkuiri ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar. b. Prinsip interaksi. Proses pembelajaran
pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 77
648.
649.
interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan. c. Prinsip bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan metode inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir. d. Prinsip belajar untuk berpikir.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan
potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil,
otak limbic, maupun otak neokortek. e. Prinsip keterbukaan. Belajar
adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin
saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya
(Sanjaya, 2007: 199-201).
Inkuiri/Proses inquiry adalah proses berpikir bila seseorang terlibat dalam
kegiatan yang meliputi: mengobservasi, meramalkan, menyarankan,
merencanakan penelitian, merumuskan hipotesis, mengiterpretasikan data,
mengontrol variabel, melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan
(Mulyati, 2005: 63).
Inkuiri/Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode
inkuiri dapat dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut: a. Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu: 1)
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa. 2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. 3)
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. b. Merumuskan
masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan tekateki. Dikatakan, teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji
disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merumuskan masalah, diantaranya: 1) Masalah hendaknya dirumuskan
sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi
manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji 2)
Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat
merumuskan masalah yang menuntut guru jawaban sebenarnya sudah ada,
tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti 3)
Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 78
650.
651.
652.
653.
lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa
siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam
rumusan masalah. c. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban
sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi
individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu
lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk
menebak atau mengira-mengira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. d.
Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji hipotesis.
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping
itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh
karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan.
Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan (Sanjaya, 2007:
202-205).
Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Djaali, 2000: 87).
Instrumen dikatakan valid apabila mampu menggali apa yang diinginkan
dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto
(1993:135).
Instrument pengumpul data dikatakan valid bila mampu dan dapat
mengungkap data atau informasi dari suatu variable yang diteliti secara
tepat dan mampu mengukur apa yang diinginkan atas penelitian tersebut.
Tinggi rendahnya koefisien validitas menggambarkan kemampuan
mengungkap data atau informasi dari variabel tersebut (Sugiyono, 2004:
110).
Intelegensi adalah semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 79
654.
655.
656.
657.
658.
659.
semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin
kecil peluangnya untuk meraih sukses (Syah, Muhibbin, 2004: 134).
Interaksi siswa-siswa penting untuk mengontruksi pengetahuan matematis,
mengembangkan
kompetensi
pemecahan
masalah
dan
penalaran,mendorong rasa percaya diri dan memperoleh keterampilan
sosial (Jacob, 2002: 378).
IPS/Ada beberapa tujuan lain yang hendak dicapai melalui pengajaran IPS
di sekolah. Menurut ’the social science education frame work for
california school’, tujuan IPS adalah: a. Membina siswa agar mampu
mengembangkan pengertian berdasarkan data generalisasi serta konsep
ilmu tertentu maupun bersifat interdisipliner/ komprehensif dari berbagai
cabang ilmu sosial. b. Membina siswa ke arah nilai-nilai kemasyarakatan
serta dapat mengembangkan dan menyempurnakan nilai-nilai yang ada
pada dirinya c. Membina dan mendorong siswa untuk memahami,
menghargai, dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan
kultur maupun individu. d. Membina siswa agar dapat mengembangkan
dan mempraktekkan keanekaragaman ketrampilan studi, kerja, dan
intelektualnya secara pantas sebagaimana diharapkan oleh ilmu-ilmu
sosial e. Membina siswa berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan,
baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat (Zuhri, 2004: 9).
IPS/Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam
kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan ’to prepare
students to be well-functioning citizens in a democratic society’. Tujuan
lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan
yang dihadapinya (Solihatin & Rahardjo, 2007: 14).
IPS/Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah bidang studi yang multi disiplin,
terdiri dari beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan
humaniora (humanities), yang mempelajari interaksi manusia dengan alam
dan lingkungan masyarakat (Suderadjat, 2004: 49).
IPS/Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari
aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS merupakan bagian dari
kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu
sosial: sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan
psikologi sosial (Tim Pustaka Yustisia, 2007: 336).
IPS/Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana siswa tumbuh
dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 80
660.
661.
662.
663.
664.
mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih
Djahiri dalam Solihin & Rahardjo, 2007: 14).
IPS/Pembelajaran IPS adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmadja dalam Trianto.
2007:121).
IPS/Pembelajaran IPS adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmadja yang dikutip dalam
Trianto, 2007: 121).
IPS/Pembelajaran IPS adalah diharapkan mampu membina suatu
masyarakat yang baik, dimana para anggotanya benar-benar berkembang
sebagai insan sosial yang rasional dan bertanggung jawab yang dapat
menciptakan nilai-nilai budaya kemanusiaan yang baik di kemudian hari
(Kosasih Djahiri dalam Zuhri, 2004: 9).
IPS/Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek
‘pendidikan’ daripada ‘transfer konsep’, karena dalam pembelajaran
pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap
sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral,
dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya
(Martorella dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 14).
IPS/Rumusan tujuan IPS dapat dirinci sebagai berikut: a. Memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan
masyarakat. b. Mengetahui dan memahami konsep dasar serta mampu
menggunakan metode yang di adaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial c.
Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah
sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat e. Mampu mengembangkan berbagai
potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang
kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. f. Mengunjuk
kerjakan perilaku yang menggambarkan kesamaan derajat manusia dalam
perbedaan suku, bangsa, dan agama g. Menghargai demokrasi dan mampu
menjadi warga negara yang demokratis h. Berfikir kritis dan mampu
mengevaluasi informasi dan mampu berkomunikasi secara aktif (Awan
Mutakin dalam Suderajat, 49).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 81
665.
666.
667.
668.
669.
670.
671.
672.
673.
674.
Jigsaw/Dalam pembelajaran kooperatif jenis jigsaw siswa belajar
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, heterogen dan bekerjasama
saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri
(Yuzar dalam Isjoni, 2010: 79).
Jigsaw/Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat tahapantahapan penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap pembentukan kelompok dan
pembagian submateri. 2) Tahap mempelajari, memahami, dan diskusi
dengan kelompok ahli. 3) Tahap kembali dikelompok asal, untuk saling
menjelaskan atau menerangkan dengan anggota kelompoknya. 4) Tahap
evaluasi atau tes. 5) Tahap pemberian penghargaan kelompok (Isjoni
(2007: 54).
Jigsaw/Dalam penyelenggaraan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok belajar yang heterogen, dengan
menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli.jumlah siswa yang
bekerja sama dalam masing- masing kelompok harus dibatasi agar
kegiatan balajar dapat berlangsung secara efektif. Kelompok yang terdiri
dari 4 siswa terbukti sangat efektif (Edward dalam Isjoni, 2004: 55).
Jigsaw/Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada awalnya
dikembangkan oleh Aronson dkk di Universitas Texas dan diadaptasi oleh
Slavin dkk di Universitas John Hopkin (Lie, 2002:73).
Jigsaw/Pembelajaran koooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajar kooperatif yang mendorong siswa aktif dansaling membantu
dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal (Isjoni, 2007: 54).
Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal (Isjoni, 2010:77).
Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal (Isjoni, 2007: 54).
Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada awalnya dikembangkan
oleh Aronsok dkk di Universitas Texas dan diadaptasi oleh Slavin dkk di
Universitas Johan Hopkin (Lie, 2002: 73)
Jigsaw/Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat tahapan-tahapan
penyelenggaraan yaitu: (Isjoni, 2007: 54): a). Tahap pembentukan
kelompok dan pembagian submateri. b). Tahap pembelajari, memahami,
dan diskusi dengan kelompok ahli. c). Tahap kembali dikelompok asal,
untuk saling menjelaskan atau menerangkan dengan anggota
kelompoknya. d). Tahap evaluasi atau tes. e). Tahap pemberian
penghargaan kelompok.
Kebijakan pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: a.
Kebijakan yang berkenaan dengan fungsi esensial, seperti: kurikulum,
penetapan rekuitmen dan penerimaan peserta didik. b. Kebijakan
mengenai lembaga individual dan keseluruhan siswa kependidikan. c.
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 82
675.
676.
677.
Kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan penarikan tenaga kerja,
promosi, pengawasan, dan penggantian keseluruhan staf. d. Kebijakan
berkaitan dengan pengalokasian sumber daya non manusia, seperti sumber
finansial, gedung dan perlengkapan-perlengkapan (Sagala, 2009: 121).
Kebijakan pendidikan/Adapun tiga tahapan kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Formulasi kebijakan. Formulasi kebijakan adalah
perumusan atau pembuatan. Jadi, formulasi kebijakan adalah
pembuatan/perumusan suatu kebijakan dalam pendidikan. Berikut adalah
tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan: a) Penyusunan
agenda, yakni menempatkan masalah pada agenda pendidikan. b)
Formulasi kebijakan yakni merumuskan alternatif kebijakan untuk
mengatasi masalah. c) Adopsi kebijakan yakni kebijakan alternatif tersebut
diadopsi/diambil untuk solusi dalam menyelesaikan suatu masalah. d)
Implementasi kebijakan yakni kebijakan yang telah diambil dan
dilaksanakan dalam pendidikan. e) Penilaian kebijakan yakni tahap ini
tahap penilaian dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan dalam
kebijakan pendidikan (Syafaruddin, 2008: 81-82). (2) Implementasi
kebijakan. Implementasi kebijakan pada intinya adalah cara yang
dilaksanakan agar sebuah kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan.
Implementasi kebijakan adalah serangkaian aktifitas dan keputusan yang
memudahkan pernyataan kebijakan dalam pembuatan kebijakan terwujud
ke dalam prakteknya/realisasinya. Terdapat empat faktor penting dalam
mengimplementasikan kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, sikap
pelaksana kebijakan dan struktur birokrasi.Untuk mengimplementasikan
kebijakan pendidikan ada dua cara, yaitu: yang pertama, secara langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program-program pendidikan, yang
kedua dapat melalui kebijakan turunan dari kebijakan pendidikan nasional
tersebut (Syafaruddin, 2008: 88). (3) Evaluasi kebijakan. Setelah adanya
pelaksanaan kebijakan kemudian diadakan pengevaluasian dalam
kebijakan pendidikan, karena akan dapat diketahui sejauh mana
pelaksanaan tersebut dapat tercapai. Menurut Putt dan Springer bahwa
evaluasi adalah langkah menerima umpan balik yang utama dari proses
kebijakan (Syafaruddin, 2008: 88).
Kebijakan pendidikan/Dalam suatu kebijakan pendidikan ini terdapat tiga
tahap kebijakan yaitu: formulasi, implementasi, dan evaluasi. Kepala
madrasah sebagai petugas yang profesional dituntut untuk
memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasikan dari
kebijakan pendidikan tersebut (Syafaruddin, 2008: 117).
Kebijakan pendidikan/Terdapat lima jenis kebijakan pendidikan yang
mencakup: a. Penataan/penyusunan tujuan dan sasaran lembaga
pendidikan. b. Mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan pendidikan.
c. Menentukan tujuan pemberian pelayanan pendidikan. d. Menentukan
pelayanan pendidikan yang hendak diberikan. e. Menentukan tingkat
investasi dalam mutu pendidikan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi
(Beare dan Boyd dalam Syafaruddin, 2008: 117-118).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 83
678.
679.
680.
681.
682.
683.
684.
Kelompok yang terdiri dari 4 siswa terbukti sangat efektif (Edward dalam
Isjoni, 2004: 55).
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses sosialisasi belajar
bagi anak, di dlam keluarga anak akan belajar bergaul, menghargai orang
lain, menerima norma-norma, sikap, dan sebagainya. Sikap dan tingkah
laku anak banyak dipengaruhi oleh keluarga dimana ia dilahirkan dan
dimana ia tumbuh (Elizabeth, dalam Martensi 1980: 96).
Keluarga/Fungsi keluarga secara umum menurut ST. Vembraiato
seperti dikutip oleh Alisuf Sabri mempunyai 7 fungsi yang ada
hubungannya denga si anak yaitu: 1) fungsi biologik: yaitu keluarga
merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis anak berasal dari
orang tuanya. 2) Fungsi afektif: yaitu keluarga merupakan tempat
terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi
(penuh kasih sayang dan rasa aman). 3) Fungsi sosialisasi: yaitu fungsi
keluarga dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial
dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap,
keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka
pengembangan kepribadiannya. 4) Fungsi pendidikan: yaitu keluarga sejak
dahulu merupakan institusi pendidikan dalam keluarga merupakan satusatunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial
ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal dengan sebagai
lingkungan pendidikan yang pertama dan utam dalma mengembangkan
kepribadian dasar anak. 5) Fungsi rekreasi: yaitu keluarga merupkan
tempat atau medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi,
ketenangan, dan kegembiraan. 6) Fungsi keagamaan: yaitu keluarga
merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah agama bagi para
anggotanya, dan samping peran yang dilakukan oleh institusi agama.
Fungsi ini penting artinya bai penanaman jiwa agama pada si anak
sayangya sekarang fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat
pengaruh sekularisasi. 7) Fungsi perlindungan: yaitu keluarga berfungsi
memelihara, merawat, dan melindungi si anak baik maupun sosialnya.
Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak
dilakukan oleh badan-badan sosial seperti tempat perawatan bagi anakanak cacat tubuh, mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan
perusahaan asuransi (Sabri, 1999: 16).
Kepala sekolah adalah orang atau guru yang memimpin suatu sekolah
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 480).
Kepala sekolah berada di titik sentral dari kehidupan sekolah; keberhasilan
atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya tergantung
pada kualitas kepemimpinan kepala sekolah (Supriadi, 2001: 346).
Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga (Slamet, 2000: 46).
Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru dengan:
Pertama: menetapkan sistem manajemen terbuka yaitu kepala sekolah
menerima saran, kritik yang muncul dari semua pihak lingkungan baik
dari guru, karyawan serta siswa. Manajemen terbuka ini memberikan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 84
685.
686.
687.
kewenangan kepada para guru untuk memberika saran bahkan kritik yang
membangun bagi sekolah. Kedua: Kepala sekolah juga menerapkan
pembagian tugas dan tanggungjawab dengan para guru agar guru yang
terlibat lebih memahami tugasnya masing-masing dan diharapkan adanya
kerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ketiga: Kepala
sekolah menerapkan hubungan vertikal ke bawah yaitu kepala sekolah
menjalin hubungan baik terhadap semua bawahan yaitu kepada guru dan
karyawan hal ini dilakukan agar mereka bersedia melaksanakan tugastugas dengan sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan tanggung jawab
kepada pimpinan, tugas dan tempat kerja. Kepala sekolah juga melakukan
pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan daya kreasi, inisiatif yang
tinggi untuk mendorong semangat bawahannya. Keempat: Kepala sekolah
melakukan pemetaan program-program kegiatan untuk meningkatkan
motivasi kerja guru seperti: kegiatan briefing, penghargaan bagi guru yang
berprestasi, peningkatan kesejahjetraan guru, peningkatan SDM,
memberikan pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian secara
personel, workshop, outbond. Melalui program-program tersebut maka
diharapkan guru-guru mampu mengembangkan proses kerjanya dan
mampu menghasilkan output yang baik sesuai program yang
diselenggarakan. Kelima: Kepala sekolah melakukan pengawasan yang
bersifat continue dan menyeluruh yaitu pengawasan yang meliputi seluruh
aspek antara lain: personel, pelaksanaan kegiatan, material dan hambatanhambatan. Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan pada
tujuan sekolah, agar pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan dan untuk mengetahui hambatan
ataupun kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan Keenam:
Kepala sekolah melakukan evaluasi meliputi evaluasi terhadap uraian
tugas dan evaluasi bukti-bukti dokumen, dengan cara melihat langsung
terhadap bukti-bukti tugas yang telah dilakanakan oleh guru kemudian
memberikan masukan apabila terdapat kesalahan atau kurang sesuai
dengan kriteria yang diharapakan. Kepala sekolah memberikan solusi
terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam melakukan
tugasnya. (Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000: 26).
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting.
Dikatakan sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan
dengan program pelaksanaan pendidikan di setiap sekolah (Purwanto,
1998: 43).
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara
efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas,
pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 113).
Kepala sekolah yang profesional akan memberikan dampak positif antara
lain terhadap efektivitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat,
pengelolaan tanaga kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork
yang kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah
dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk
berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 85
688.
689.
690.
691.
692.
693.
694.
responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan
sustainabilitas (Mulyasa, 2003: 89).
Kepemimpinan mempunyai peranan sentral dalam dinamika kehidupan
organisasi. Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber
daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi (Arifin,
2004: 23).
Kepemimpinan yang efektif bukanlah sebuah ”idealisme” yang tak pernah
tercapai. Sebaliknya kepemimpinan yang efektif dapat dicapai dengan cara
berpegang pada usaha tertentu maupun faktor faktor kunci yang dapat
memberikan dampak tertentu atas gaya kepemimpinan yang dipilih.
Karena kepemimpinan selalu berhadapan dengan faktor manusia sebagai
sentral bagi kelangsungan organisasi, maka ia semestinya berusaha
memahaminya sebagai individu yang punya krakteristik berbeda-beda
antara individu yang satu dengan yang lainnya (Burhanudin, 1994: 124).
Kepemimpinan/Keahlian atau kemampuan dasar sebagai kelompok
kemampuan yang harus dimiliki oleh tingkat pemimpin yang mencakup:
technical, human dan conceptual skill (the basic and developable skills).
1) Technical skill yaitu kecakapan spesifik tentang proses, prosedur, atau
teknikteknik yang merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis halhal yang khusus. Technical skills menunjukkan kecakapan yang
berhubungan dengan barang, sedangkan 2) Human skills menunjukkan
keterampilan dengan orang atau manusia. Human skills yaitu kecakapan
pemimpin untuk bekerja secara efektif sebagai anggota kelompok yang
dipimpinnya. 3) Conceptual skill yaitu kemampuan pemimpin melihat
organisasi sebagai satu keseluruhan (Tracey (1999) dalam Wahjosumidjo,
2004: 386).
Kepemimpinan/Sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: a.
Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpinnya. b.
Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh. c. Mantap
dalam kelancaran berbicara. d. Mantap berpikir dan emosi. e. Mempunyai
dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin. f. Memahami
kepentingan tentang kerjasama (Koontz dan O’Donnell, 1990: 21).
Kepemimpinan/Tidak semua pemimpin akan dapat mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan secara
efektif dan efisien, sebab orang lain baru dapat dipengaruhi/digerakkan
jika: a. Ada kemampuan pada pemimpin untuk menggunakan teknik
kepemimpinan. b. Ada sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu sifat-sifat
kepemimpinan yang mempengaruhi jiwa orang-orang sehingga kagum dan
tertarik pada pemimpin tersebut (Abdulrachman, 2004:16).
Kepemimpinan/Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya
kepemimpinan Otokratis, Demokratis, Laissez faire (Purwanto, 1992: 4850).
Kepribadian bahasa inggrisnya adalah “personality” yang berasal dari
bahasa Yunani “per” dan “sconare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal
dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang
memakai topeng tersebut (Sukmadinata, 2005: 136).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 86
695.
696.
697.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami
keguncangan jiwa (tingkat menengah) (Zakiyah Darajat dalam Syah,
Muhibbin: 225-226).
Kepribadian yang mantap dan berkeyakinan ini menekankan pada tiga hal
yang merupakan landasan gaya kepribadiannya : kebenaran,
tanggungjawab, dan kehormatan. Senantiasa dalam segala hal, dia
berusaha untuk melakukan apa yang benar, untuk bertanggung jawab dan
mendapat kehormatan dari keluarga, teman, dan hubungan lainnya.
Kepribadian ini memperjuangkan hal-hal yang diyakini benar secara
tenang, tapi ulet bahkan secara keras kepala. Namun demikian,
kekeraskepalaan ini dilunakkan oleh ketenangan dan kemampuannya
untuk menyelami dan ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Dia adalah orang yang dapat meyakinkan, mahir dalam mendapatkan
bantuan orang lain dan dalam mengejar cita-citanya, sekalipun ia akan
berusaha untuk menyadari kehadiran orang lain itu, perasaan, dan
kebutuhannya. Kepribadian ini menghendaki bersikap ramah tamah dan
dalam kebanyakan hal, ia memang ramah tamah; tindakan kasar dan
ketidak perdulian bukanlah gayanya. Ia dapat bersikap kompetitif, tapi dia
melakukannya tidak berlagak dan bernada merendahkan, hingga
mengurangi sikap agresifnya dan memberi kesan menyenangkan (George
G. Young dalam Sunar P., 2008: 215).
Kepribadian/Empat makna dari rumusan kepribadian menurut Allport,
yaitu: a. Kepribadian merupakan suatu organisasi. Pengertian organisasi
merujuk kepada suatu kondisi atau keadaan yang kompleks, mengandung
banyak aspek, banyak hal yang harus diorganisasi. Organisasi juga punya
makna bahwa sesuatu yang diorganisasi itu memiliki sesuatu cara atau
sistem pengaturan, yang menunjukan sesuatu pola hubungan fungsional.
Didalam organisasi kepribadian itu memiliki sesuatu cara pengaturan atau
pola hubungan tersebut adalah cara dan pola tingkah laku. Keseluruhan
pola tingkah laku individu membentuk satu aturan atau sistem tertentu
yang harmonis. b. Kepribadian bersifat dinamis. Kepribadian individu
bukan sesuatu yang statis, menetap, tidak berubah, tetapi kepribadian
tersebut berkembang secara dinamis. Perkembangan manusia berbeda
dengan binatang yang statis, yang megikuti lingkaran tertutup,
perkembangan manusia dinamis membentuk suatu lingkaran terbuka atau
spiral. Meskipun pola-pola umumnya sama tetapi selalu terbuka
kesempatan untuk pola-pola khusus baru. Dinamika kepribadian individu
ini, bukan saja dilator belakangi oleh potensi-potensi yang dimilikinya,
tetapi sebagai makhluk sosial mansuai selalu berinteraksi dengan
lingkunganya, dengan manusia lain. Lingkungan manusia juga selalu
berada dalam perubahan dan perkembangan. c. Kepribadian meliputi
aspek jasmaniah dan rohaniah. Kepribadian adalah suatu sistem psikofisik,
yaitu suatu kesatuan antara aspek-aspek fisik dengan psikis. Kepribadian
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 87
698.
699.
700.
701.
702.
bukan hanya terdiri atas aspek psikis, tetapi keduanya membentuk satu
kesatuan. Kalau individu berjalan, maka berjalan bukan hanya dengan
kakinya tetapi dengan seluruh aspek kepribadiannya. Bukan kaki yang
berjalan tetapi individu. Demikian pula kalau individu itu berbicara,
berfikir, melamun, dan sebagainya, yang melakukan semua perbuatan itu
adalah individu. d. Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri
yang unik dengan lingkungannya. Kepribadian individu bukan sesuatu
yang berdiri sendiri, lepas dari lingkungannya, tetapi selalu dalam
interaksi dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Ia adalah bagian
dari lungkungannya dan berkembang bersama-sama dengan
lingkungannya. Interaksi atau penyesuaian diri individu dengan
lingkungannya bersifat unik, atau khas, yang berbeda antara satu individu
dengan individu lainnya (Sukmadinata, 2005: 138-139).
Kepribadian/Inti mengenai kepribadian adalah sebagai berikut: a. Bahwa
kepribadian itu merupakan suatu kebetulan yang terdiri dari aspek-aspek
jasmaniah dan rohaniah b. Bahwa kepribadian seseorang itu bersifat
dinamik dalam hubunganya dengan lingkungan. c. Bahwa kepribadian
seseorang itu berkembang dengan dipengaruhi faktor-faktor yang berasal
dari dalam dan luar (Baharuddin, 2007: 209).
Kepribadian/Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya
adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran,
perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan
nyata). Aspekaspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang
individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap
(Syah, Muhibbin, 2008: 225).
Kepsek/4 tipe supervise kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu
supervisi yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi
yang bersifat konstruktif, supervise yang bersifat kreatif (Briggs dalam
Lazaruth, 1988: 33).
Kepsek/Ada enam kompetensi kepala sekolah yang dinyatakan sebagai
berikut. 1. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan
visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh
komunitas sekolah 2. Membantu, membina, dan mempertahankan
lingkungan sekolah dan program pengajaran yang kondusif bagi proses
belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan staf. 3.
Menjamin bahwa manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya
sekolah digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman,
sehat, efisien, dan efektif. 4. Bekerja sama dengan orang tua murid dan
anggota masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas
yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat. 5. Memberi
contoh (teladan) tindakan berintegritas. 6. Memahami, menanggapi, dan
mempengaruhi lingkungan politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih
luas (Dharma (2003) diadaptasi dari CCSSO, 2002).
Kepsek/Adapun syarat kepala/madrasah adalah sebagai berikut: a.
Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 88
703.
704.
705.
terutama disekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya. c.
Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifatsifat
kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan. d. Mempunyai
keahlian dan pengetahuan yang luas, terumata mengenai bidang-bidang
pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya. e.
Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan
pengembangan sekolahnya (Daryanto, 1998: 92).
Kepsek/Aspek penting peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
dalam memberdayakan guru mengharuskan para kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan: a. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam
aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah,
prinsip-prinsip mutu statistik dan kontrol proses. b. Memilih untuk
meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana
cara mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan
bagaimana seharusnya mereka bersikap. c. Menyampaikan sebanyak
mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan
peningkatan komitmen mereka. d. Menanyakan pendapat staf tentang
sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam
menyampaikan mutu kepada pelanggan, pelajar, orang tua, dan partner
kerja. e. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru
tidak sesuai dengan pendekatan manajemen top down. f. Memindahkan
tanggungjawab dan kontrol pengembangan tenaga professional langsung
kepada guru dan pekerja teknis. g. Mengimplementasikan komunikasi
yang sistematis dan kontinyu di antara tiap orang yang terlibat di sekolah.
h. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi
dalam rangka menyelesaikan konflik. i. Memiliki sikap membantu tanpa
harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa rendah
diri. j. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun
tim, manajemen proses, pelayanan pelanggan, komunikasi serta
kepemimpinan. k. Memberikan teladan yang baik dengan cara
memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu
untuk melihat-lihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan
keinginan guru dan pelanggan lainya. l. Belajar untuk berperan sebagai
pelatih dan bukan sebagai bos. m. Memberikan otonomi dan berani
mengambil resiko. n. Memberikan perhatian yang berimbang dalam
menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal (pelajar, orang tua, dan
lainnya), dan kepada para pelanggan internal (pengajar, guru, dan pekerja
lainnya) (Spanbauer dalam Sallis (2006: 176-177).
Kepsek/Banyak sekolah-sekolah jelek dengan kepala sekolah yang baik,
tetapi tidak ada sekolah yang baik dengan kepala sekolah yang jelek
(Ronald Edmonds dalam Permadi,1999: 30).
Kepsek/Beberapa prinsip yang dapat diterapakan kepala sekolah untuk
mendorong guru agar mau dan mampu meningkatkan motivasi kerja yaitu:
1). Kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan 2). Tujuan
kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan tentang hasil
setiap pekerjaannya. 3). Pemberian hadiah lebih baik dari ada hukuman,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 89
706.
707.
708.
709.
710.
711.
maupun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 4). Memperhatikan
kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah
memperhatikannya, sehingga setiap pegawai memperoleh kepuasaan dan
penghargaan (Yunus, 2007: 40).
Kepsek/Dalam bidang pendidikan, kebijaksanaan desentralisasi harus
dapat menjawab masalah kemerosotan kualitas pendidikan yang
disebabkan ketidakmampuan organisasi sekolah guna menyesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan lingkungan Karena itu agar
wewenang dan tanggung jawab yang dilimpahkan dapat dijalankan dengan
baik, maka diperlukan kepala sekolah yang kompeten sehingga dapat
bekerja secara maksimal (Zamroni 2003: 85).
Kepsek/Dalam dunia kerja, iklim profesional harus berdasarkan sistem
“merit”, yaitu sistem promosi, pengupahan, rekrutmen tenaga kerja
didasarkan pada prestasi (achievement) nyata tidak semata-mata pada
“ijazah” atau simbol-simbol status lainnya. Sistem promosi maupun
kompensasi atas dasar prestasi kerja dapat memacu karyawan, tidak
terkecuali kepala sekolah dan guru untuk bekerja lebih kompetitif.
Menyadari arti penting kompensasi dalam meningkatkan kinerja (Suryadi
dan Tilaar, 2004: 155)
Kepsek/Dalam inovasi pendidikan kepala sekolah dan guru adalah sumber
inovasi yang penting. Perasaan dan persepsi merekalah yang harus
menjadi data-data dasar inovasi. Pengalaman merekalah yang harus
dihayati, dan pada akhirnya guru dan kepala sekolah itu sendiri harus turut
serta dalam membuat keputusan-keputusan inovasi dalam menaikkan mutu
pendidikan (Imat R. Amidjaya dalam Permadi, 1999: 28).
Kepsek/Dalam inovasi pendidikan kepala sekolah dan guru adalah sumber
inovasi yang penting. Perasaan dan persepsi merekalah yang harus
menjadi data-data dasar inovasi. Pengalaman merekalah yang harus
dihayati, dan pada akhirnya guru dan kepala sekolah itu sendiri harus turut
serta dalam membuat keputusan-keputusan inovasi dalam menaikkan mutu
pendidikan (khususnya di sekolah dasar) (Imat R Amidjaya dalam
Permadi, 1999: 28).
Kepsek/Dalam rangka profesionalisasi jabatan kepala sekolah, tersedianya
standar kompetensi kepala sekolah menjadi hal yang sangat pokok dan
penting, di samping beberapa prasyarat atau hal lain yang juga penting,
yaitu yang berkaitan dengan penyelenggaraan program sertifikasi dan
mekanisme pengangkatan kepala sekolah. Pentingnya standar kompetensi
kepala sekolah tersebut tidak saja sebagai dasar peningkatan kualifikasi
kompetensi kepala sekolah akan tetapi juga sebagai alat pengendalian
mutu (quality control instrument). Tersedianya seperangkat kompetensi
kepala sekolah yang baku merupakan suatu keharusan dalam era otonomi
di mana salah satu pilar utama dalam membangun akuntabilitas adalah
adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya (Nurdin, 2001: 6).
Kepsek/Fungsi dan peran kepala sekolah: (1) Sebagai pendidik (educator):
a) Prestasi sebagai guru mata pelajaran. Seorang kepala madrasah dapat
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 90
712.
713.
melaksanakan program pembelajaran dengan baik. b) Kemampuan dalam
membimbing guru dalam melaksanakan tugas. c) Mampu memberikan
alternatif pembelajaran yang efektif. d) Kemampuan dalam membimbing
karyawan dalam melaksanakan tugas sebagai tata usaha, pustakawaan,
laboratorium, dan bendaharawan. e) Kemampuan membimbing stafnya
lebih berkembang secara pribadi dan profesinya. f) Kemampuan
membimbing bermacam-macam kegiatan kesiswaan. g) Kemampuan
belajar mengikuti perkembangan IPTEK dalam forum diskusi, bahan
referensi dan mengikuti perkembangan ilmu melalui media elektronika.
(2) Sebagai manajer: a) Kemampuan menyusun program secara sistematis,
periodik dan kemampuan melaksanakan program yang dibuatnya secara
skala prioritas. b) Kemampuan menyusun organisasi personal dengan
uraian tugas sesuai dengan standar yang ada. c) Kemampuan
menggerakkan stafnya dan segala sumber daya yang ada serta lebih lanjut
memberikan acuan yang dinamis, dalam kegiatan rutin dan kontemporer.
(3) Sebagai administrator: a) Kemampuan mengelola semua perangkat
KBM secara sempurna dengan bukti data administrasi yang akurat. b)
Kemampuan mengelola administrasi kesiswaan, ketenagaan, keuangan,
sarana dan prasarana, dan administrasi persuratan dengan baik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. (4) Sebagai supervisor: a) Kemampuan
menyusun program supervisi pendidikan di lembaganya dan dapat
melaksanakan dengan baik. b) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi
untuk peningkatan kinerja guru dan karyawan. c) Kemampuan
memanfaatkan kinerja guru/karyawan untuk pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan. (5) Sebagai pemimpin (leader)38: a)
Memiliki kepribadian yang kuat. b) Memahami semua personalnya yang
memiliki kondisi yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya berbeda
dengan yang lain. c) Memilki upaya untuk peningkatan kesejahteraan guru
dan karyawan. d) Mau mendengar kritik/usul/saran yang konstruktif dari
semua pihak yang terkat dengan tugasnya baik dari staf, karyawan atau
siswanya sendiri. e) Memiliki visi dan misi yang jelas dari lembaga yang
dipimpinnya. f) Kemampuan berkomuninikasi dengan baik, mudah
dimengerti, teratur, sistematis kepada semua pihak. g) Kemampuan
menciptakan hubungan kerja yang harmonis. membagi tugas secara merata
dan dapat diterima oleh semua pihak. (6) Sebagai innovator: a) Memiliki
gagasan baru (proaktif) untuk inovasi kemajuan dan perkembangan
madrasah. b) Kemampuan mengimplementasikan ide yang baru tersebut
dengan baik, ide yang baik tersebut berdampak positif ke arah kemajuan.
c) Kemampuan mengatur lingkungan kerja sehingga kondusif (pengaturan
tata ruang kantor, kelas, perpustakaan, halaman, interior, musholla atau
masjid) untuk bertugas dengan baik (Marno, 2007: 61-65).
Kepsek/Fungsi kepala sekolah sebagai administrator pendidikan, yaitu: 1)
perencanaan, 2) organisasi, 3) bimbingan/pengarahan, 4) koordinasi, 5)
pengawasan, dan 6) komunikasi (Nawawi, 1991: 14).
Kepsek/Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
sebagai berikut: a. memiliki visi mutu terpadu bagi institusi; b. memiliki
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 91
714.
715.
716.
717.
718.
komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu; c.
mengkomunikasikan pesan mutu; d. memastikan kebutuhan pelanggan
menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi; e. mengarahkan
perkembangan karyawan; f. berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang
lain tanpa bukti-bukti yang nyata; g. memimpin inovasi dalam institusi; h.
mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah
mendefinisikn tanggungjawab dan mampu mempersiapkan delegasi yang
tepat; i. memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang
bersifat organisasional maupun kultural; j. mengembangkan mekanisme
yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan (Sallis, 2006:
173-174).
Kepsek/Kedudukan kepala sekolah adalah kedudukan yang cukup sulit.
Pada satu pihak ia adalah orang atasan karena ia diangkat oleh atasan.
Tetapi pada lain pihak ia adalah wakil guru-guru atau stafnya (Soewadji
Lazaruth, 1988: 20).
Kepsek/Kepala madrasah adalah orang yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaan perjalanan sekolah sebagai orang yang berada di tataran
paling atas, kepala madrasah dituntut untuk mampu mengendalikan
sekolah, baik ke dalam maupun keluar. Ke dalam artinya kepala madrasah
harus bertanggungjawab untuk memberdayakan guru, staf sekolah dan
tenaga lainnya. Adapun keluar artinya kepala sekolah mampu
berkomunikasi serta melibatkan orang tua dan masyarakat dalam program
sekolah. Selain itu, juga bertanggungjawab secara kedinasan ke atasnya
(Sulhan, 2006: 101).
Kepsek/Kepala sekolah adalah manajer pendidikan tingkat sekolah dan
ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Kepala
sekolah memegang peran paling penting untuk keberhasilan implementasi
manajemen berbasis sekolah, dan oleh karena itu kepala sekolah harus
mempunyai kemampuan manajerial yang profesional dalam mengelola
sekolahnya (Hadiyanto, 2004: 55).
Kepsek/Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana ( Slamet, 2000: 46).
Kepsek/Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru dengan:
Pertama: menetapkan sistem manajemen terbuka yaitu kepala sekolah
menerima saran, kritik yang muncul dari semua pihak lingkungan baik
dari guru, karyawan serta siswa. Manajemen terbuka ini memberikan
kewenangan kepada para guru untuk memberika saran bahkan kritik yang
membangun bagi sekolah. Kedua: Kepala sekolah juga menerapkan
pembagian tugas dan tanggungjawab dengan para guru agar guru yang
terlibat lebih memahami tugasnya masing-masing dan diharapkan adanya
kerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ketiga: Kepala sekolah
menerapkan hubungan vertikal ke bawah yaitu kepala sekolah menjalin
hubungan baik terhadap semua bawahan yaitu kepada guru dan karyawan
hal ini dilakukan agar mereka bersedia melaksanakan tugas-tugas dengan
sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan tanggung jawab kepada pimpinan,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 92
719.
720.
721.
722.
tugas dan tempat kerja. Kepala sekolah juga melakukan pendekatanpendekatan untuk meningkatkan daya kreasi, inisiatif yang tinggi untuk
mendorong semangat bawahannya. Keempat: Kepala sekolah melakukan
pemetaan program-program kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja
guru seperti: kegiatan briefing, penghargaan bagi guru yang berprestasi,
peningkatan kesejahjetraan guru, peningkatan SDM, memberikan
pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian secara personel,
workshop, outbond. Melalui program-program tersebut maka diharapkan
guru-guru mampu mengembangkan proses kerjanya dan mampu
menghasilkan output yang baik sesuai program yang diselenggarakan.
Kelima: Kepala sekolah melakukan pengawasan yang bersifat continue
dan menyeluruh yaitu pengawasan yang meliputi seluruh aspek antara
lain: personel, pelaksanaan kegiatan, material dan hambatan-hambatan.
Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan pada tujuan
sekolah, agar pekerjaan atau kegiatan dapat berlangsung sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan dan untuk mengetahui hambatan ataupun
kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Keenam: Kepala
sekolah melakukan evaluasi meliputi evaluasi terhadap uraian tugas dan
evaluasi bukti-bukti dokumen, dengan cara melihat langsung terhadap
bukti-bukti tugas yang telah dilakanakan oleh guru kemudian memberikan
masukan apabila terdapat kesalahan atau kurang sesuai dengan kriteria
yang diharapakan. Kepala sekolah memberikan solusi terhadap hambatanhambatan yang dihadapi oleh guru dalam melakukan tugasnya (Suyanto
dan Hisyam, 2000: 26).
Kepsek/Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai
edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan
laju perkembangan jaman, kepala sekolah sedikitnya harus mampu
berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
innovator, dan motivator (EMASLIM) (Dinas Pendidikan dalam Mulyasa,
2004: 98).
Kepsek/Kepala sekolah harus memahami dan menggunakan berbagai asas
organisasi yang meliputi “(1) kejelasan tujuan, (2) pembagian kerja, (3)
kesatuan perintah, (4) koordinasi, (5) reentangan kontrol, dan (6)
kelentukan (Hadari Nawawi, 1982: 93).
Kepsek/Kepala sekolah merupakan penanggung jawab pertama dan utama
dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah bersama dengan guru-guru
sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran siswa. Kepemimpinan
pendidikan kepala sekolah merupakan tumpuan keberhasilan manajemen
sekolah (Suderadjat (2005: 18).
Kepsek/Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan membutuhkan
perspektif-perspektif berikut ini. a. Visi dan Simbol-simbol. Kepala
sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf,
para pelajar, dan kepada komunitas yan lebih luas. b. MBWA adalah gaya
kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi. c. Untuk para
pelajar. Istilah ini sama dengan “dekat dengan pelanggan”. Ini memastikan
bahwa institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya.
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 93
723.
724.
725.
726.
727.
728.
729.
d. Otonomi, eksperimentasi, dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin
pendidikan harus melakukan inovasi di antara staf-stafnya dan bersiap-siap
mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut. e.
Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa
kekeluargaan di antara para pelajar, orang tua, guru, dan staf institusi. f.
Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme adalah sifatsifat yang merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin
lembaga pendidikan (Petters dan Austin dalam Sallis, 2006: 170-171).
Kepsek/Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi
secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas,
pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 113).
Kepsek/Kepala sekolah sebagai supervisor memegang peranan yang
sangat penting dalam: a). Membimbing guru agar dapat memahami lebih
jelas masalah atau persoalan-persoalan dan kebutuhan murid, serta
membantu guru dalam mengatasi suatu persoalan. b). Membantu guru
dalam mengatasi kesukaran dalam mengajar. c). Memberi bimbingan yang
bijaksana terhadap guru baru dengan orientasi. d). Membantu guru
memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan
berbagai metode mengajar yang sesuai dengan sifat materinya. e).
Membina moral kelompok, menumbuhkan moral yang tinggi dalam
pelaksanaan tugas sekolah pada seluruh staf. f). Memberikan pimpinan
yang efektif dan demokratis (Soetopo dan Soemanto, 1984: 55).
Kepsek/Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai motor penggerak
sekaligus penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan cara
pencapaian tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan (Mulyasa, 2004: 126).
Kepsek/Kepemimpinan kepala sekolah berperan sebagai motor penggerak
sekaligus penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan cara
pencapaian tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan (Mulyasa, 2004:126).
Kepsek/Keterampilan konseptual kepala sekolah meliputi: (1) kemampuan
analisis, (2) kemampuan berpikir rasional, (3) ahli atau cakap dalam
berbagai macam konsepsi, (4) mampu menganalisis berbagai kejadian,
serta mampu memahami berbagai kecenderungan, (5) mampu
mengantisipasi perintah, dan 6) mampu menganalisis macam-macam
kesempatan dan problem-problem social (Wahjosumidjo, 2003: 101).
Kepsek/Keterampilan manusiawi kepala sekolah meliputi: (1) kemampuan
untuk memahami perilaku manusia dan proses kerjasama, (2) kemampuan
untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka
berkata dan berperilaku, (3) kemampuan untuk berkounikasi secara jelas
dan efektif, (4) kemampuan menciptakan kerjasama yang efektif,
kooperatif, praktis dan diplomatis, dan (5) mampu berperilaku yang dapat
diterima (Wahjosumidjo, 2003: 101).
Kepsek/Keterampilan teknis kepala sekolah meliputi: (1) menguasai
pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk
melaksanakan kegiatan khusus, dan (2) kemampuan untuk memanfaatkan
serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam
mendukung kegiatan yang bersifat khusus (Wahjosumidjo, 2003:101).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 94
730.
Kepsek/Kompetensi yang diperlukan dalam penerapan manajemen mutu
terpadu untuk pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah adalah
sebagai berikut: a. Visi, yaitu (1) kemampuan mengajukan tujuan dan
sasaran sesuai keinginan sekolah, (2) kemampuan untuk melaksanakan
kebutuhan sementara dalam situasi tertentu, (3) kemampuan memprediksi
kebutuhan sesuai tugas, (4) menghasilkan keaslian, mengungkapkan
imajinasi untuk mengidentifikasi tugas, dan (5) kemampuan
mendemonstrasikan suatu kesadaran tentang dimensi nilai dan kesiapan
terhadap tantangan asumsi. b. Keterampilan perencanaan, yaitu (1)
kemampuan merencanaan pencapaian target, (2) kemampuan menilai
urutan alternatif strategis sebelum pelaksanaan suatu rencana, (3)
kemampuan menyadari jadwal yang sesuai, (4) kemampuan menentukan
prioritas, (5) kemampuan menganalisis elemen penting, dan (6)
kemampuan mengembangkan secara detail dan urutan logis rencana untuk
mencapai sasaran. c. Berpikir kritis, yaitu: (1) kemampuan berpikir analitis
dan kritis, (2) kemampuan menerapkan konsep dan prinsip, dan (3)
kemampuan membedakan berpikir rutin dan berpikir analitis. d.
Keterampilan kepemimpinan, yaitu: (1) kemampuan mengarahkan
tindakan dari semua orang menuju sasaran yang disepakati, (2)
menstruktur interaksi untuk menjangkau tujuan, (3) memimpin penyebaran
secara efektif semua sumber daya, (4) keinginan menerima tanggungjawab
untuk tindakan secara bersama dan untuk mencapai tujuan, dan (5)
kemampuan bertindak secara meyakinkan dalam situasi yang sesuai. e.
Keteguhan hati, yaitu (1) kesiapan membuat suatu urutan strategi untuk
mencapai solusi masalah, (2) kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu
komitmen terhadap tugas, dan (3) kamampuan untuk mengenali kapan
iklim yang diperlukan memberikan respon yang fleksibel. f.
Keterampilaan mempengaruhi, yaitu: (1) kemampuan untuk memberikan
pengaruh atas yang lain dengan tindakan atau keteladanan, (2) kemampuan
untuk memperoleh keterlibatan yang lain dalam proses manajemen, (3)
membujuk staf untuk menyeimbangkan kebutuhan individual dan
kebutuhan organisasi, dan (4) membujuk personel untuk memperhatikan
keluasan berbagai pilihan. g. Keterampilan hubungan interpersonal, yaitu :
(1) kemampuan membangun dan memelihara hubungan positif, (2)
kemampuan merasakan kebutuhan, perhatian dan keadaan pribadi dari
orang lain, (3) kemampuan mengenali dan menyelesaikan konflik, (4)
kemampuan menggunakan keterampilan dan mendengarkan secara efektif,
(5) kemampuan memberitahukan, menginterpratasi, merespon prilaku nonverbal, (6) kemampuan menggunakan secara efektif urutan komunikasi
lisan dan tulisan, dan (7) kemampuan memberikan umpan balik yang
sesuai dalam suasana yang sensitif. h. Percaya diri, yaitu: (1) kemampuan
untuk merasa yakin akan potensi pribadi dan penilaian, (2) kemampuan
mendemonstrasikan prilaku tegas tanpa menggerakkan permusuhan, (3)
kemampuan menyusun dan menerima umpan balik dari kinerja seseorang
dan gaya manajemen, (4) kemampuan menyampaikan tantangan kepada
orang lain agar menata sikap percaya diri mereka, dan (5) kemampuan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 95
731.
732.
menyampaikan umpan balik untuk mengembangkan percaya diri. i.
Pengembangan, yaitu: (1) kemampuan untuk secara aktif menemukan cara
mengembangkan
kemampuan
pribadi,
(2)
kemampuan
mendemonstrasikan suatu pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri
yang lain, (3) kemampuan secara aktif menatap peluang untuk menangani
pertumbuhan dalam diri dan yang lain, (4) kemampuan untuk memasuki
pengembangan kebutuham. (5) kemampuan melakukan rancangan,
melaksanakan dan mengevaluasi program pengembangan, dan (6)
kemampuan untuk mengimplementasikan iklim yang kondusf dan positif
untuk pertumnuhan dan pengembangan organisasi. j. Empati, yaitu: (1)
kemampuan mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan kelompok dan
kebutuha seorang anggota, (2) kemampuan mendengarkan dan
berkomunikasi dalam suasana yang konstruktif, dan (3) kemampuan
menyatakan hal yang sensitif untuk mempengaruhi keputusan bagi yang
lain. k. Toleransi terhadap stres, yaitu (1) kemampuan menyatakan prilaku
yang sesuai dalam keadaan stres, (2) kemampuan mendemonstrasikan
ketabahan/ ulet dalam situasi tertekan, (3) kemampuan menyisakan secara
efektif suatu tingkat pekerjaan, (4) kemempuan memelihara keseimbangan
antara beberapa prioritas, dan (5) kemampuan memperhitungkan tingkatan
dari stres orang lain (Hoy, dkk.dalam Syafaruddin 2002: 63-66).
Kepsek/Kualifikasi pribadi yaitu serangkaian sifat atau watak yang harus
dimiliki kepala sekolah yang meliputi: 1) Mental, unggul dalam
intelegensi, mampu memberikan pertimbangan individu yang bagus,
memiliki kecakapan dalam menghadapi persoalan-persoalan abstrak,
kecakapan menghadapi, dan bekerjasama dengan orang lain, kesanggupan
untuk mempengaruhi orang lain, unggul didalam kemampuan menulis dan
berbicara. 2) Fisik, stamina fisik yang sangat penting agar mampu
memenuhi tuntutan tugas. Kesiagaan, energik dan antusiasme sehari-hari
memerlukan kesehatan prima. 3) Emosi, sepantasnya pemimpin harus
memiliki emosi yang stabil dan memiliki daya tahan atau bersikap sabar
terhadap kegagalan atau hambatan. 4) Berwatak sosial. 5) Kepribadian
(personality), seorang pemimpin dikatakan memiliki kepribadian apabila
pemimpin atau kepala sekolah selalu bersikap dan berperilaku; berpikir
dan berbuat secara sistematik dan teratur, harus mengetahui modal atau
asset yang dimilikinya dengan segala keterbatasannya; selalu sadar,
simpatik dan loyal dengan bawahannya; cukup yakin untuk
menghindarkan tuntutan bawahan sejalan terhadap kemauan; cukup
matang untuk tidak merasa atau menjadi kecil dalam menghadapi gertakan
atau kritik, membuat senang bawahan, menolong bawahan sehingga
merasa memperoleh kemudahan, memberikan dorongan dan menerima
bawahan, menciptakan satu lingkungan yang dapat dipercaya, keterbukaan
dan rasa hormat terhadap individu (Menurut Tracey (1999), seperti yang
dikutip oleh Wahjosumidjo, 2004: 387).
Kepsek/Kualifikasi pribadi yaitu serangkaian sifat atau watak yang harus
dimiliki kepala sekolah yang meliputi: 1) Mental, unggul dalam
intelegensi, mampu memberikan pertimbangan individu yang bagus,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 96
733.
734.
735.
memiliki kecakapan dalam menghadapi persoalan-persoalan abstrak,
kecakapan menghadapi, dan bekerjasama dengan orang lain, kesanggupan
untuk mempengaruhi orang lain, unggul didalam kemampuan menulis dan
berbicara. 2) Fisik, stamina fisik yang sangat penting agar mampu
memenuhi tuntutan tugas. Kesiagaan, energik dan antusiasme sehari-hari
memerlukan kesehatan prima. 3) Emosi, sepantasnya pemimpin harus
memiliki emosi yang stabil dan memiliki daya tahan atau bersikap sabar
terhadap kegagalan atau hambatan. 4) Berwatak sosial. 5) Kepribadian
(personality), seorang pemimpin dikatakan memiliki kepribadian apabila
pemimpin atau kepala sekolah selalu bersikap dan berperilaku; berpikir
dan berbuat secara sistematik dan teratur, harus mengetahui modal atau
asset yang dimilikinya dengan segala keterbatasannya; selalu sadar,
simpatik dan loyal dengan bawahannya; cukup yakin untuk
menghindarkan tuntutan bawahan sejalan terhadap kemauan; cukup
matang untuk tidak merasa atau menjadi kecil dalam menghadapi gertakan
atau kritik, membuat senang bawahan, menolong bawahan sehingga
merasa memperoleh kemudahan, memberikan dorongan dan menerima
bawahan, menciptakan satu lingkungan yang dapat dipercaya, keterbukaan
dan rasa hormat terhadap individu (Tracey (1999) dalam Wahjosumidjo,
2004: 387).
Kepsek/Kualitas kepala sekolah (pengalaman kerja, pendidikan,
kemampuan profesional) memberikan pengaruh positif terhadap prestasi
belajar siswa (Suryadi dan Tilaar, 2004: 126).
Kepsek/Kunci keberhasilan inovasi ada pada kepala sekolah, karena
berpeluang besar untuk menciptakan suasana agar upayaupaya inovatif di
lingkungan sekolah menjadi mungkin untuk dilaksanakan dalam rangka
profesionalisasi guru. Peranan kepala sekolah yang amat esensial dalam
penyelenggaraan inovasi atau upaya pembaharuan pada tingkat institusi
terletak lebih pada peranan kepala sekolah sebagai pemimpin daripada
sebagai manajer. Secara konsepsional tindak kepemimpinan kepala
sekolah hendaknya mengarah pada terciptanya kesetimbangan yang
dinamis (dynamic equilibrium) yang menuju pada kemajuan sekolah.
Sedangkan tindak manajerial kepala skeolah hendaknya tertuju pada
sistem sekolah. Jadi kemampuan sekolah untuk beradaptasi dengan
berbagai perubahan amat bergantung pada peran kepemimpinan kepala
sekolah (Permadi, 1999: 109).
Kepsek/Kunci keberhasilan inovasi ada pada kepala sekolah, karena
berpeluang besar untuk menciptakan suasana agar upayaupaya inovatif di
lingkungan sekolah menjadi mungkin untuk dilaksanakan dalam rangka
profesionalisasi guru. Peranan kepala sekolah yang amat esensial dalam
penyelenggaraan inovasi atau upaya pembaharuan pada tingkat institusi
terletak lebih pada peranan kepala sekolah sebagai pemimpin daripada
sebagai manajer. Secara konsepsional tindak kepemimpinan kepala
sekolah hendaknya mengarah pada terciptanya kesetimbangan yang
dinamis (dynamic equilibrium) yang menuju pada kemajuan sekolah.
Sedangkan tindak manajerial kepala skeolah hendaknya tertuju pada
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 97
736.
737.
738.
739.
740.
741.
742.
sistem sekolah. Jadi kemampuan sekolah untuk beradaptasi dengan
berbagai perubahan amat bergantung pada peran kepemimpinan kepala
sekolah (Permadi, 1999: 109).
Kepsek/Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan
berdampak positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh
organisasi sekolah. Agar motivasi kerja dapat dioptimalkan dalam
organisasi sekolah maka perlu diketahui faktor-faktor apa sajakah yang
dapat mempengaruhi motivasi kerja itu. Faktor-faktor itu meliputi faktor
internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang
bersumber dari luar individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat,
minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu
yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja,
kepemimpinan. (Wahjosumidjo, 2001: 42).
Kepsek/Mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan
oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah (Mortimer J
Adler dalam Dadi Permadi, 1999: 24).
Kepsek/Pembinaan kepala sekolah sebagai supervisor kepada guru-guru
adalah membantu dalam pengembangan kurikulum, pengorganisasian
pengajaran, pemenuhan fasilitas belajar. Produktivitas akan meningkat jika
guru-guru mendapatkan pembinaan yang baik dan memiliki etos kerja
yang kuat (Sucipto & Mukti (Zahera, 1998: 118).
Kepsek/Pengangkatan seseorang dalam jabatan kepala sekolah dilakukan
melalui seleksi yang ketat, adil (fair), dan transparan dengan
mengutamakan kapasitas kepemimpinan yang bersangkutan. Harus
dihindari pengangkatan kepala sekolah yang hanya didasarkan atas
lamanya masa kerja atau pertimbngan-pertimbangan yang tidak berkaitan
dengan tujuan peningkatan mutu dan pemberdayaan sekolah (Jalal dan
Supriadi, 2001: 286).
Kepsek/Peran dan fungsi kepala sekolah ke dalam empat peran, yaitu: (1)
kepala sekolah sebagai pejabat formal, (2) kepala sekolah sebagai manajer,
(3) kepala sekolah sebagai pemimpin, dan (4) kepala sekolah sebagai
pendidik. Sementara Mulyasa (2003: 98-120) meramu peran kepala
sekolah menjadi tujuh dengan singkatan EMASLIM, yaitu kepala sekolah
sebagai: (1) educator, (2) manager, (3) administrator, (4) supervisor, (5)
leader, (6) innovator, dan (7) motivator (Wahjosumidjo, 2001: 84-123).
Kepsek/Peran dan fungsi kepala sekolah yaitu: 1) Merencanakan,
menyusun, membimbing, dan mengawasi kegiatan administrasi
pendidikan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan. 2)
Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan dari unit-unit kerja
yang ada dilingkungan sekolah. 3) Menjalin hubungan dan kerjasama
dengan orang tua siwa, lembagalembaga pemerintah maupun bukan
pemerintah, dan masyarakat. 4) Melaporkan pelaksanaan dan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan administrasi disekolah kepada atasannya (Soetjipto
dan Kosasi, 1994: 220).
Kepsek/Persyaratan kepala sekolah yang berkualitas baik adalah flexibility
in autonomy and innovation (luwes dalam hal otonomi dan inovasi);
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 98
743.
744.
745.
746.
747.
748.
cohesiveness within organization (menyatu dalam organisasi); commitment
to school mission (terikat kepada misi sekolah); recognition of staff
(menghargai staf); problem solving through collaboration (pemecahan
masalah melalui kerja sama); effective delegation (tepat dalam
mendelegasikan); dan focus on teaching and learning (tertuju pada belajar
mengajar) (Rouche dan Baker dalam Permadi,1999: 25-26).
Kepsek/Persyaratan kepala sekolah yangi berkualitas baik adalah luwes
dalam hal otonomi dan inovasi; menyatu dalam organisasi; terikat kepada
misi sekolah; menghargai staf; pemecahan masalah melalui kerja sama;
tepat dalam mendelegasikan; dan tertuju pada belajar mengajar (Rouche
dan Baker dalam Permadi, 1999: 25-26).
Kepsek/Produktifitas sekolah berkaitan dengan bagaimana mengasilkan
lulusan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pada akhirnya
diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan perkembangan jaman (Mulyasa, 2005: 71).
Kepsek/Satu tugas kepala sekolah adalah menjadi agen perubahan
(change agent) yang mendorong dan mengelola agar semua pihak
termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut (Mulyasa, 2006:
181).
Kepsek/Sebagai tenaga professional sebelum melaksanakan tugasnya ia
harus terlebih dahulu mempelajari kurikulum sekolah itu dan memahami
semua program pendidikan yang sedang dilaksanakan (Hamalik, 2003:
35).
Kepsek/Secara garis besarnya kepemimpinan sekolah adalah sebagai
berikut: a. Dalam pendekatan berbasis mutu, kepemimpinan di sekolah
bergantung pada pemberdayaan para guru dan staf lain yang terlibat dalam
proses pembelajaran. Para guru diberi wewenang untuk mengambil
keputusan sehingga mereka memiliki tanggungjawab yang besar. Mereka
diberi keleluasaan dan otonomi untuk bertindak. b. Komitmen jauh lebih
penting dari sekedar menyampaikan pidato tahunan tentang betapa
pentingnya mutu dalam sekolah. Komitmen menghendaki kemajuan
dengan metode dan cara yang baru. Komitmen memerlukan tinjauan ulang
terhadap masing-masing dan setiap tindakan. c. Pemimpin institusi
pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain dalam
mengembangkan karakteristik yang serupa, sehingga melahirkan
lingkungan kerja yang interaktif. d. Pemimpin harus menjalankan dan
membicarakan mutu serta mampu memahami bahwa perubahan terjadi
sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta. e. Pemimpin memiliki
peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator
untuk bekerja sama dalam satu kelompok tim (Spanbauer (Sallis 2006:
174-175)
Kepsek/Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugastugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam
perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik
dengan guru-guru (Purwanto, 1995: 122).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 99
749.
750.
751.
752.
753.
754.
Kepsek/Setiap kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus mampu
memilih dan mempersiapkan bentuk organisasi yang sesuai dengan
kondisi sekolahnya dan harus berusaha pula menerapkan asas-asas
organisasi bilamana menghendaki tujuan secara efektif (Nawawi, 1982:
87).
Kepsek/Sumberdaya pendidikan harus dikelola berdasarkan prinsip
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Karena itu, institusi
pendidikan hendaknya dikelola oleh pemimpin yang berkualitas dan
mengetahui permasalahan pendidikan. Dengan demikian, dalam
desentralisasi pengelolaan pendidikan diperlukan kepala sekolah yang
berkualitas dalam arti mampu menciptakan transparansi dan akuntabel
dalam melaksanakan tugas (Arifin, 2003: 19).
Kepsek/Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapakan kepala sekolah
untuk mendorong guru agar mau dan mampu meningkatkan motivasi kerja
yaitu: 1). Kegiatan yang dilakukan menarik dan menyenangkan 2). Tujuan
kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan tentang hasil
setiap pekerjaannya. 3). Pemberian hadiah lebih baik dari ada hukuman,
maupun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 4). Memperhatikan
kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah
memperhatikannya, sehingga setiap pegawai memperoleh kepuasaan dan
penghargaan (Yunus, 2007: 40).
Kepsek/Tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor: Kepala
sekolah sebagai supervisor berarti bahwa kepala sekolah hendaknya
pandai meneliti, mencari, dan menemukan syarat-syarat mana sajakah
yang dapat diperlukan bagi kemajuan sekolahnya, sehingga tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah tersebut maksimal mungkin dapat tercapai
(Purwanto, 1998: 80).
Kepsek/Tugas pokok dan fungsi kepala madrasah sebagai pemimpin
pendidikan adalah: a. Perencanaan sekolah/madrasah dalam arti
menetapkan sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan dengan
cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian. b.
Mengorganisasikan sekolah dalam arti membuat struktur organisasi,
menetapkan staf, dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staf. c.
Menggerakkan staf dalam arti mmotivasi staf melalui internal markting
dan memberikan contoh eksternal marketing. d. Mengawasi dalam arti
melakukan supervisi, mengendalikan dan membimbing semua staf dan
warga sekolah. e. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk
dijadikan dasar peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan
problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan
masalah secara kreatif, dan menghindari serta menanggulangi konflik
(Sudrajat, 2005: 121).
Kepsek/Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah: 1) Kepala sekolah
sebagai pejabat formal: a) Diangkat dengan surat keputusan oleh atasan
yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan
prosedur dan peraturan yang berlaku. b) Secara hirarki mempunyai atasan
langsung, atasan yang lebih tinggi, dan memiliki bawahan. c) Mempunyai
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 100
755.
756.
757.
758.
hak kepangkatan, gaji, dan karier. d) Terikat oleh kewajiban, peraturan,
dan ketentuan yang berlaku. e) Berkewajiban dan bertanggung jawab atas
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan. 3) Kelapa sekolah sebagai
manajer.
Manajemen
merupakan
proses
merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan anggota-anggota
organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber daya dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Kepala sekolah sebagai
pemimpin: a) Bertindak arif, bijaksana, adil, dan tidak pilih kasih. b)
Memberikan sugesti atau saran. c) Memberikan dukungan. d) Sebagai
katalisator. e) Menciptakan rasa aman. f) Harus menjaga integritas
penampilan, selalu percaya, dan dihormati. 4) Kepala sekolah sebagai
pendidik harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan
harkat, nilai-nilai mental, moral, fisik dan artistik 5) Kepala sekolah
sebagai supervisor. Supervisi merupakan bantuan dalam pengembangan
situasi belajar mengajar yang lebih baik. 6) Kepala sekolah sebagai staf.
Keberadaan kepala sekolah di bawah pejabat lain, baik langsung maupun
tidak langsung berperan sebagai atasan kepala sekolah (Departemen
Pendidikan Nasional, 2000: 4-6).
Kepsek/Tugas-tugas kepala sekolah dalam fungsinya sebagai administrator
pendidikan meliputi: 1) Bidang administrasi sekolah; 2) Bidang
administrasi keuangan; 3) Bidang administrasi peralatan dan perlengkapan
serta gedung; 4) Bidang pembinaan kurikulum; 6) Bidang hubungan
sekolah dan masyarakat (Lazaruth, 1994: 22).
Kepsek/Tugas-tugas pokok kepala sekolah mencakup tujuh bidang, yaitu:
1) Bidang akademik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di
dalam dan di luar sekolah. 2) Bidang ketatausahaan dan keuangan sekolah.
3) Bidang kesiswaan. 4) Bidang personalia. 5) Bidang gedung dan
perlengkapan sekolah. 6) Bidang peralatan pelajaran. 7) Bidang hjubungan
sekolah dan masyarakat (Nawawi, 1996: 91).
Kepsek/Tujuh hal yang lebih berupa sikap/perilaku yang harus dimiliki
kepala sekolah agar tercipta kehidupan sekolah yang sehat, kondusif, dan
menunjang kinerja sekolah, yaitu: (1) memiliki visi yang jelas, (2) lebih
mengandalkan pendekatan kolaboratif, (3) responsif dan proaktif dalam
menanggapi apa yang terjadi di luar sekolah, (4) keteladanan dan
konsisten dalam menegakkan aturan, (5) banyak aktif dan turun ke bawah
(management by walking around), (6) banyak memberikan “ganjaran
sosial” (social rewards), dan (7) menciptakan berbagai wahana ataupun
kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan pro-sosial (pro-social
skills), keimanan dan ketaqwaan siswa (Supriadi, 1999: 349).
Kepsek/Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Mengikutsertakan guru-guru
dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala
sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. 2) Kepala sekolah harus berusaha
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 101
759.
760.
761.
menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat
bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka, yang akan
bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan
meningkatkan prestasinya. 3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di
sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri
pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran (Mulyasa 2004:
100).
Kepsek/Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Mengikutsertakan guru-guru
dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala
sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. 2) Kepala sekolah harus berusaha
menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat
bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka, yang akan
bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan
meningkatkan prestasinya. 3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di
sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri
pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran (Mulyasa,
2004: 100).
Kepsek/Usaha-usaha yang dilakukan kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan adalah: 1) Membentuk semacam ikatan keluarga sekolah yang
bersifat sosial; 2) Membentuk koperasi keluarga personel sekolah; 3)
Mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan
profesi guru-guru atau pegawai sekolah; 4) Memberi kesempatan dan
bantuan dalam rangka pengembangan karier; 5) Mengusulkan dan
mengurus kenaikan gaji atau pangkat guru-guru dan pegawai tepat pada
waktunya sesuai dengan peraturan yang berlaku (Purwanto, 1998: 112).
Kepsek/Usaha-usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku peran dan
fungsinya sebagai supervisor adalah: a). Membangkitkan dan merangsang
guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masingmasing dengan sebaik-baiknya. b). Berusaha mengadakan dan melengkapi
alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang
diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. c).
Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan
menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntuan
kurikulum yang sedang berlaku. d). Membina kerjasama yang baik dan
harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. e). Berusaha
mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah,
antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan
perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka mengikuti penataranpenataran, seminar sesuai bidangnya masing-masing. f). Membina
hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan instansi-instansi
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 102
762.
763.
764.
765.
766.
767.
768.
769.
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa (Purwanto, 2002:
119).
Kepsesk/Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya
sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS).
Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala sekolah sedikitnya harus
mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,
leader, innovator, dan motivator (EMASLIM) (Dinas Pendidikan dalam E.
Mulyasa, 2004: 98).
Keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui
pemecahan masalah (Gagne dalam Suherman, 2001:83).
Keterampilan konseptual merupakan kemampuan mental untuk
menganalisis dan mendiagnosis situasi rumit (Stephen P. Robbins, 2003:
6).
Keterampilan manusiawi adalah kemampuan bekerja sama, memahami,
dan memotivasi orang lain, baik perorangan maupun dalam kelompok
(Robbins, 1996: 6).
Keterampilan sosial maksudnya adalah kemampuan berinteraksi dengan
orang lain kepada individu-individu yang tidak terampil menjadi terampil
berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, baik dalam hubungan
formal maupun informal (Ramdhani, 1994).
Keterampilan sosial/Life Skill merupakan pemberian keterampilanketerampilan kepada siswa sebagai makhluk sosial maupun sebagai
makhluk Tuhan. Seseorang yang mempunyai life skill/ keterampilan sosial
mempunyai kecakapan yang terdiri dari: 1. Kecakapan Komunikasi.
Kecakapan komunikasi adalah kecakapan hidup yang berkaitan dengan
keterampilan mengolah dan menyampaikan pesan kepada pihak yang
diajak berkomunikasi. Keterampilan ini meliputi: a) Keterampilan
meremas atau meramu pesan yang akan disampaikan. 2) Keterampilan
menggunakan alat aatu media untuk menyampaikan pesan. c)
Keterampilan meyakinkan penerima pesan bahwa informasi atau pesan
yang diasampaikan penting dan berharga. Dalam menyampiakan pesan
atau informasi bias dilakukan melalui komunikasi lisan atau melalui
komunikasi tertulis. 3. Kecakapan Bekerjasama. Kecakapan bekerja sama
merupakan kecakapan atau keterampilan individu untuk dapat bekerjasama
dan diterima oleh orang lain, baik dalam kelompok kecil, maupun dalam
kelompok besar serta ikut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
diadakan secara kelompok (Syah, Darwin, 302-303).
Keterampilan teknik meliputi kemampuan dalam menerapkan pengetahuan
atau keahlian spesialisasi (Stephen P. Robbins (1998:5).
Ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal yaitu: 1. Seorang
siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor
minimal 65% dari total skor atau nilai 65. 2. Suatu kelas dikatakan telah
tuntas belajar jika dalam kelas tersebut telah terdapat minimal 65% dari
jumlah seluruh siswa yang telah mencapai daya serap lebih besar atau
sama dengan 65% (Suryosubroto, 1997: 77).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 103
770.
771.
772.
773.
774.
775.
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan tersebut
proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik, berdisiplin dan
tertib. Dengan demikian kewibawaan bukan berarti siswa harus takut
kepada guru, melainkan siswa akan taat dan
Kinerja/Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat
digolongkan pada 3 kelompok, yaitu kompetensi individu orang yang
bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan manajemen
(Simanjuntak, 2005: 2).
Kinerja/Masalahnya adalah bagaimana menjamin divaritas yang
disebabkan oleh adanya konteks lokalitas yang cenderung memunculkan
kriteria lokal. Lebih lanjut perlu dipikirkan pengembangan standar kinerja
pendidikan yang memenuhi tuntutan keunggulan kompetitif dan
komparatif dalam konteks nasional bahkan internasional (Mulyasa (2006:
18).
Kinerja/Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor utama yang merupakan kebutuhan, yaitu: 1. Faktor-faktor
Pemeliharaan: Merupakan faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan
dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah.
Kebutuhan ini akan berlangsung terus-menerus, seperti misalnya laparmakan kenyang-lapar. Dalam bekerja, kebutuhan ini misalnya gaji,
kepastian pekerjaan dan supervisi yang baik. Jadi faktor-faktor ini
bukanlah sebagai motivator, tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan.
2. Faktor Motivasi, faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor motivasi
yang menyangkut kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan
penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan
pekerjaan, misalnya ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang sesuai
dan lain sebagainya. Kedua faktor tersebut disebut Teori Dua Faktor (Two
Factors Theory) (Herzberg dalam Hakim, 2008: 44).
Kinerja/Perbedaan kinerja orang tersebut terjadi karena perbedaan
karakteristik dari seseorang seperti perbedaan kemampuan (Maier dalam
As’ad, 2001: 48).
Kinerja/Tingkat pencapaian pelaksanaan tugas seseorang atau evaluasi
kinerja kelompok atau evaluasi kinerja organisasi membutuhkan tolok
ukur sebagai alat pembanding atau alat ukur. Tolok ukur dapat berbeda
sesuai dengan sifat pekerjaan atau jabatan masing-masing. Beberapa jenis
tolok ukur diuraikan di bawah ini: a. Sasaran atau target sebagaimana telah
dirumuskan atau dinyatakan dalam rencana kerja. b. Standar umum, baik
yang ditetapkan sebagai ketentuan atau pedoman oleh instansi resmi,
maupun yang diterima secara konsensus di tingkat nasional atau
international. c. Standar yang ditetapkan secara khusus. d. Uraian tugas
atau jabatan menggambarkan pekerjaan atau tugas yang harus
dilaksanakan oleh pejabat yang bersangkutan. e. Misi dan atau tugas
pokok organisasi atau unit organisasi menggambarkan apa yang harus
dicapai oleh organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu (Simanjuntak,
2005: 3).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 104
776.
777.
778.
779.
780.
781.
782.
783.
Kompensasi/Pembagian kompensasi yang digunakan dalam studi ini
mengacu pada pendapat Mondy & Noe yang mengemukakan bahwa
kompensasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni kompensasi finansial dan
kompensasi non finansial. Kompensasi finansial ada yang bersifat
langsung (direct financial compensation), dan tak langsung (indirect
financial compensation). Kompensasi finansial langsung terdiri dari gaji,
upah, bonus, dan komisi. Kompensasi finansial tak langsung dikenal
dengan tunjangan, yakni segala tambahan pendapatan di luar kompensasi
finansial langsung. Kompensasi nonfinansial terdiri dari kepuasan yang
diterima pegawai (guru) dari pekerjaannya itu sendiri atau dari lingkungan
pisik dan atau psikologis di tempat seorang pegawai tersebut bekerja
(Mondy & Noe, 1993: 374).
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan
seseorang ketika melakukan sesuatu (Dharma, 2003).
Kompetensi dan aspek psikologis yang harus dikuasai atau dimiliki oleh
guru yang efektif ke dalam tiga hal pokok, yaitu: 1) penguasaan aspekaspek dikdatik-paedogogik, 2) penguasaan bidang studi yang akan
diajarkan, 3) penguasaan metodik atau teknik mengajarkan bidang studi
tersebut (Elliot, Kratochwill, Cook, dan Travers dalam M. Furqon
Hidayatullah, 2007: 21).
Kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2)
keteladanan (Surya, 2003:138).
Kompetensi kepribadian/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2008: 117).
Kompetensi kepribadian/Kepribadian itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya,
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak
didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan
mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah)
(Zakiah Darajat dalam Syah, 2000: 225-226).
Kompetensi kepribadian/Kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan
tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang
budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4)
pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,
(6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7)
setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru
secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa,
bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi (Gumelar dan Dahyat,
2002: 127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education).
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi: a. Kemampuan
dalam memahami peserta didik, dengan indikator antara lain: (1)
Memahami karakteristik perkembangan peserta didik, seperti memahami
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 105
tingkat kognisi peserta didik sesuai dengan usianya; (2) Memahami
prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik, seperti mengenali
tipe-tipe kepribadian peserta didik, mengenali tahapan-tahapan
perkembangan kepribadian peserta didik, dan lainnya; (3) Mampu
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik, mengenali perbedaan
potensi yang dimiliki peserta didik, dan lain sebagainya. b. Kemampuan
dalam membuat perancangan pembelajaran, dengan indikator antara lain:
(1) Mampu merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran, seperti
mampu menelaah dan menjabarkan materi yang tercantum dalam
kurikulum, mampu memilih bahan ajar yang sesuai dengan materi, mampu
menggunakan sumber belajar yang memadai, dan lainnya; (2) Mampu
merencanakan pengelolaan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai, memilih jenis strategi/metode pembelajaran yang cocok,
menentukan langkahlangkah pembelajaran, menentukan cara yang dapat
digunakan untuk memotivasi peserta didik, menentukan bentuk-bentuk
pertanyaan yang akan diajukan kepada pesera didik, dan lainnya; (3)
Mampu merencanakan pengelolaan kelas, seperti penataan ruang tempat
duduk peserta didik, mengalokasi waktu, dan lainnya; (4) Mampu
merencanakan penggunakan media dan sarana yang bisa digunakan untuk
mempermudah pencapaian kompetensi, dan lainnya; (5) Mampu
merencanakan model penilaian proses pembelajaran, seperti menentukan
bentuk, prosedur, dan alat penilaian. c. Kemampuan melaksanakan
pembelajaran, dengan indikator antara lain: (1) Mampu menerapkan
ketrampilan dasar mengajar, seperti membuka pelajaran, menjelaskan,
pola variasi, bertanya, memberi penguatan, dan menutup pelajaran; (2)
Mampu menerapkan berbagai jenis model pendekatan, strategi/ metode
pembelajaran, seperti aktif learning, pembelajaran portofolio,
pembelajaran kontekstual dan lainnya; (3) Mampu menguasai kelas,
seperti mengaktifkan peserta didik dalam bertanya, mampu menjawab dan
mengarahkan pertanyaan siswa, kerja kelompok, kerja mandiri, dan
lainnya; (4) Mampu mengukur tingkat ketercapaian kompetensi peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung d. Kemampuan dalam
mengevaluasi hasil belajar, dengan indicator antara lain: (1) Mampu
merancang dan melaksanakan asesment, seperti memahami prinsip-prinsip
asesment, mampu menyusun macammacam instrumen evaluasi
pembelajaran, mampu melaksanakan evaluasi, dan lainnya; (2) mampu
menganalisis hasil assesment, seperti mampu mengolah hasil evaluasi
pembelajaran, mampu mengenali karakteristik instrumen evaluasi; (3)
Mampu memanfaatkan hasil asesment untuk perbaikan kualitas
pembelajaran selanjutnya, seperti memanfaatkan hasil analisisn instrumen
evaluasi dalam proses perbaikan instrumen evaluasi, dan mampu
memberikan umpan balik terhadap perbaikan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pembelajaran. e. Kemampuan dalam mengembangkan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dengan
indikator antara lain: (1) Memfasilitasi peserta didik untuk
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 106
784.
785.
786.
787.
mengembangkan potensi akademik, seperti menyalurkan potensi akademik
peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan
mengembangkan potensi akademik peserta didik; (2) Mampu
memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi non-akademik,
seperti menyalurkan potensi non-akademik peserta didik sesuai dengan
kemampuannya, mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi nonakademik peserta didik (Yasin, 2008: 73-75).
Kompetensi Pedagogik/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik
adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa,
2008: 75).
Kompetensi pedagogik/Kemampuan merencanakan program belajar
mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian
bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar
mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan
penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan
penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.Depdiknas (2004:9)
mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi
(1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3)
mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi
pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga
pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu
menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan
waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar
mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup:
merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang
kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar,
dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan (Joni, 1984: 12).
Kompetensi pedagogik/Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (1)
memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran,
(2) mengarahkan tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran
dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan
pemantapan belajar, (5) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan
baik dan benar, (6) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan, (7)
memperbaiki program belajar mengajar, dan (8) melaksanakan hasil
penilaian belajar (Harahap, 1982: 32).
Kompetensi pedagogik/Kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar
meliputi (1) membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan
media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa
yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8)
berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 107
788.
789.
790.
791.
792.
793.
pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian,
dan (12) menggunakan waktu (Depdiknas, 2004: 9).
Kompetensi pedagogik/Kompetensi penilaian belajar peserta didik,
meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran, (2)
mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, (3) mampu
memperbaiki soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5)
mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian, (6) mampu mengolah dan
menganalisis hasil penilaian, (7) mampu membuat interpretasi
kecenderungan hasil penilaian, (8) mampu menentukan korelasi soal
berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu mengidentifikasi tingkat variasi
hasil penilaian, (10) mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara
jelas dan logis, (11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil
penilaian, (12) mengklasifikasi kemampuan siswa, (13) mampu
mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu
melaksanakan tindak lanjut, (15) mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut,
dan (16) mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil
penilaian. Berdasarkan uraian di atas kompetensi pedagogik tercermin dari
indikator (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (2)
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar
mengajar, dan (3) kemampuan melakukan penilaian (Depdiknas, 2004: 9).
Kompetensi pedagogik/Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan
untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar
yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses
yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan
(Sutisna, 1993: 212).
Kompetensi pedagogik/Ppersyaratan kemampuan yang harus di miliki
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan:
(1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang
sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata
pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa,
(4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan
evaluasi proses belajar mengajar (Yutmini, 1992: 13).
Kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang
mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut
diteladani oleh siswa (Arikunto (1993: 239).
Kompetensi Profesioanal/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan (Mulyasa, 2008: 135).
Kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1)
mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,
psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar
sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 108
794.
795.
796.
797.
menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya,
(4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5)
mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas
belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu
menumbuhkan motivasi peserta didik (Gumelar dan Dahyat (2002: 127)
merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education).
Kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan profesi, pemahaman
wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi
meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung
profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku
pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran,
(4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis
buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9)
melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi
tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni,
(13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan
kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2)
memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami
konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5)
mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan
hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan
pendidikan dan luar sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi
(1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3)
menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru
tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2)
kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan
pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan
landasan pendidikan (Depdiknas, 2004: 9).
Kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang
luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan
serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun
memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses
belajar mengajar (Arikunto, 1993: 239).
Kompetensi profesional, antara lain: mengembangkan tanggungjawab,
melaksanakan peranan-peranannya, mampu bekerja dan berusaha
mencapai tujuan pendidikan, mampu melaksanakan perannya dalam
proses mengajar dan belajar di kelas (Hamalik, 2004: 38:52).
Kompetensi profesional/Kemampuan profesional mencakup (1)
penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan
tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan
kependidikan dan keguruan, (3) penguasaan proses-proses kependidikan,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 109
798.
799.
800.
801.
802.
803.
804.
keguruan dan pembelajaran siswa (Johnson sebagaimana dikutip Anwar,
2004: 63).
Kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang
agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi
sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan
tanggung jawab sosial (Surya, 2003:138).
Kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam
menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat
melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki
kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru
yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan
kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan
dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2)
pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program
yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan
pendidikan (Gumelar dan Dahyat (2002: 127) merujuk pada pendapat
Asian Institut for Teacher Education).
Kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi
sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai
tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas,
kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru
dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru
dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5)
interaksi guru dengan masyarakat (Arikunto, 1993: 239).
Kompetensi Sosial/Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal
28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan
masyarakat sekitar (Mulyasa, 2008: 173).
Kompetensi sosial/Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada
waktu membawakan tugasnya sebagai guru (Johnson dalam Anwar, 2004:
63).
Kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan
sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan (Sofo,
1999: 123).
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya
sebagai guru (Majid, 2005: 6).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 110
805.
806.
807.
808.
809.
810.
811.
812.
813.
814.
Kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik
melalui pendidikan formal maupun pengalaman (Diyakini Robotham,
1996: 27).
Konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu
konsep apabila ia mengetahui semua unsur dalam konsep itu, meliputi:1)
nama, 2) contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif, 3)
karekteristik, baik yang pokok maupun tidak, 4) rentangan Karekteristik,
dan 5) kaidah (Brunner dalam Budiningsih, 2005: 43).
Konsep merupakan dasar bagi proses-proses untuk memecahkan suatu
masalah. Konsep dalam matematika biasanya dijelaskan melalui definisi
atau contoh-contoh (Abidin, 2004: 60).
Konsep/Suatu konsep memiliki 5 unsur seseorang dikatakan memahami
suatu konsep apabila ia menegtahui semua unsur darikonsep itu, meliputi:
(1) Nama, (2) Contoh- contoh baik yang positif maupun yang negative, (3)
Karakteristik, baik yang pokok ataupun tidak, (4) rentangan karakteristik,
dan (5) Kaidah (Bruner dalam Budiningsih, 2005: 43).
Kooperatif adalah adalah mengelompokkan siswa dalam kelas ke dalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelompok tersebut (Johnson dan Johnson dalam Isjoni, 22).
Kosakata/Semua tingkat kecakapan untuk memenuhi peningkatan
kosakata dapat dilakukan dengan media permainan (games) (Betteridge,
1994:113).
Kosakata/Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata
akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan,
bawaan, dan status sosial serta fator-faktor geografis. Seperti halnya dalam
proses membaca yang membimbing siswa dari yang telah diketahui
menuju ke arah yang belum atau tidak diketahui. Oleh karena itu, telaah
kosakata yang efektif haruslah beranjak dengan arah yang sama atau tidak
diketahui (Tarigan 1986: 2-3).
Kosakata/Untuk dapat mencapai hasil pembelajaran kosakata yang
optimal, guru perlu membekali siswanya dengan kata-kata yang berkaitan
dengan bidang tertentu. Dalam setiap bidang ilmu dipergunakan kata-kata
khusus. Upaya pemerkayaan koasakata perlu dilakukan secara terusmenerus dan dapat diperoleh melalui bidang-bidang tertentu (Depdikbud
2003: 35).
Kreativitas/Aspek perkembangan kreativitas meliputi: 1. dimensi pribadi
(person), tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian
dalam interaksi dengan lingkungannya. 2. definisi proses (prosess),
meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan maalah
sampai dengan menyampaikan hasil. 3. definisi pendorong (press), baik
dorongan dari internal maupun eksternal dari lingkungan sosial dan
psikologis. 4. definisi produk, fokus produk kreatif menekankan unsur
orisinalitas, kebaruan, kebermaknaan (Munandar, 2002: 26-28).
Kreativitas/Berbagai persyaratan dalam rangka pengembangan kreativitas:
1. profesionalisme sebagai prasyarat kreativitas mengandung arti
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 111
815.
816.
817.
818.
seseorang harus menguasai secara tuntas bidang keahliannya, disertai
komitmen dan dorongan untuk mencapai prestasi yang setingginya 2.
toleransi terhadap perbedaan pendapat, dengan peningkatan kemampuan
dalam penguasaan iptek hanya mungkin terjadi melalui sintesis dan
perpaduan antara perspektif dan argumentasi yang berbeda-beda. Tradisi
(budaya) yang dibangun di lingkungan pendidikan adalah bahwa suatu
gagasan dan pendapat hendaknya benar-benar didasari pemikiran yang
jernih dan dudukung buktibukti yang dapat diuji kebenarannya 3.
keterbukaan, kesediaan dan kesiapan untuk menerima informasi, gagasan
dan nilai baru yang konstruktif. Dengan keterbukaan kita akan terhindar
dari perangkap wawasan sempit yang dapat menghambat perkembangan
kreativitas. Keterbukaan menuntut adanya aturan dan etika yang jelas
sebagai pedoman berpikir dan bertindak. Keterbukaan mensyaratkan
adanya kekenyalan budaya yang berpijak pada jati diri bangsa. Budaya
yang kenyal adalah budaya yang terbuka bagi masuknya unsur budaya
yang positif dan konstruktif serta cukup kuat dalam mencegah masuknya
unsur budaya yang destruktif. Agar tidak menjurus budaya destruktif,
kreativitas harus senantiasa dibingkai nilai etika desertai keimanan dan
ketaqwaan sehingga memberi bobot yang seimbang dalam poses
pembangunan nasional (Wardiman Djojonegoro dalam Supriadi,1997: vii).
Kreativitas/Kebudayaan yang menunjang pengembangan kreativitas yaitu:
tersedianya sarana prasarana kebudayaan; keterbukaan terhadap
rangsangan kebudayaan; penekanan pada becoming tidak semata-mata
being; kesempatan bebas terhadap media kebudayaan; kebebasan dengan
pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan; menghargai dan
dapat memadukan rangsangan dari kebudayaan lain; toleransi dan minat
terhadap pandangan yang berbeda (divergen); interaksi antarpribadi yang
berarti dalam pengembangan bakat; dan adanya insentif, penghargaan dan
penguatan (Arieti dalam Munandar, 2002: 197).
Kreativitas/Kemampuan berfikir kreatif sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas sekolah, tetapi pada kenyataannya belum semua
sekolah yang menyadari pentingnya kreatifitas. Kreatifitas adalah
kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru, sebagai
kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya
(Munandar,1999: 33).
Kreativitas/Kreativitas merupakan kemampuan dalam menciptakan
kombinasi baru dalam hal-hal yang telah ada sehingga menghasilkan
sesuatu yang baru (Munandar, 1992: 72).
Kreativitas/Langkah-langkah menuju budaya kreatif: 1. mendefinisikan
kembali problem yang dihadapi. Secara esensi cara ini bisa dimaknai
sebagai pelepasan seseorang dari belenggu pikirannya. Proses ini adalah
bagian dari sintetis berpikir kreatif. 2. bertanya dan menganalisis asumsi.
Orang kreatif mempertanyakan asumsi dan cepat menggerakkan orang lain
melakukan hal yang sama. Mempertanyakan asumsi adalah bagian dari
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 112
819.
820.
kreativitas berpikir analisis. 3. menjual ide. Murid-murid dilatih
bagaimana mempengaruhi orang lain melalui gagasan-gagasan mereka.
Menjual gagasan adalah bagian dari aspek praktikal berpikir kreatif. 4.
mendorong menghasilkan ide. Orang kreatif mampu mendemonstrasikan
gaya berpikir seorang legislatif. Seorang legislatif suka menghasilkan ide.
Siswa butuh banyak pengetahuan agar ide yang muncul lebih baik. Guru
dan murid harus bersamasama mengidentifikasi dan mengenali aspek
kreatif dari ide yang dihadirkan. 5. mengenali dua arah perolehan
pengetahuan. Murid-murid dikenalkan pada proses belajar dua arah,
berpusat pada guru dan belajar dari diri mereka sendiri. 6. mendorong
siswa mengidentifikasi rintangan dan mengatasinya. Siswa perlu tahu
bahwa proses kreativitas berlangsung lama, agar nilai atau ide kreatif bisa
dikenal dan dihargai. 7. mendorong berpikir sehat dan berani mengambil
resiko. Apakah kesulitan, rintangan dan resiko harus dihindari? Tidak.
Pertanyaan dan jawaban ini harus ditanamkan secara kuat pada jiwa
murid, agar sadar tentang semua resiko yang akan dihadapi dari setiap
pengambilan keputusan. Inilah bentuk berpikir sehat, dan, itulah harga
kerja kreatif. 8. mendorong toleransi ambigu. Menyadari adanya kodrat
hitam dan putih. Demikian pula, pemikiran dan perbuatan mempunyai dua
dimensi, baik-buruk. 9. membantu siswa membangun keyakinan meraih
sukses (selfefficacy). Semua siswa pada dasarnya mempunyai kemampuan
berkreasi atas pengalaman-pengalamannya. Berada di kelompok yang
menyenangkan, misalnya, mendorong siswa mampu memunculkan sesuatu
yang baru. Oleh sebab itu, cara pertama adalah memberi suasana kondusif
pada siswa untuk bisa kreatif. 10. membantu siswa menemukan cinta pada
perbuatannya. Siswa disadarkan pentingnya mencintai apa yang sedang
dikerjakan. Hal ini mendorong siswa menampilkan kerja yang bagus,
fokus dan penuh dedikasi. 11. mengajarkan siswa pentingnya menunda
kepuasaan. Siswa harus ditanam kesadaran pentingnya kita mengerjakan
suatu proyek dalam jangka waktu lama, tanpa berharap cepat-cepat
mendapatkan hasil. 12. memelihara lingkungan agar tetap kreatif. Suasana
kelas hendaknya dikondisikan untuk tetap terjaga kreativitasnya. Dengan
demikian siswa akan terdorong untuk selalu kreatif (Naqiyah, 2005).
Kreativitas/Pada akhirnya kreativitas dan inisiatif akan tumbuh subur bila
didasari komitmen yang kuat. Maka komitmen para anggota profesi
keguruan, khusunya guru pendidikan jasmani amat vital bagi terpenuhinya
ke semua unsur profesi ideal. Jadi tindak kepemimpinan kepala sekolah
yang berorientasi pada faktor substansial dalam profesionalisasi guru
pendidikan jasmani sebaiknya bergerak dalam penguatan komitmen guru
yang mampu menggerakkan daya kreativitas dan inisiatif untuk senantiasa
berusaha menambah pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan
khususnya yang langsung berkaitan dengan tugas profesionalnya
(Permadi, 1999: 111).
Kreativitas/Pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreatifitas
peserta didik. Guru sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar
hendaknya memahami hal ini, oleh karena itu harus mempunyai
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 113
821.
822.
823.
824.
825.
826.
karakteristik dalam mengembangkan kreativitas yaitu kompetensi dan
minat belajar, kemahiran dalam mengajar, adil dan tidak memihak, sikap
kooperatif demokratis, fleksibilitas, rasa humor, menggunakan
penghargaan dan pujian, minat luas, memberi perhatian terhadap masalah
anak, dan penampilan dan sikap yang menarik (Munandar, 2002: 145).
Kreativitas/Pengembangan budaya kreatif tidak terlepas dari budaya yang
berlaku di sekolah bersangkutan. Kreatifitas merupakan kemampuan
dalam menciptakan kombinasi baru dalam hal-hal yang telah ada sehingga
menghasilkan sesuatu yang baru (Munandar, 1992: 72).
KTSP memiliki 4 karakteristik yaitu: 1) Pemberian otonomi luas kepada
sekolah dan satuan pendidikan, 2) Partisipasi masyarakat dan orang tua
yang tinggi, 3) Kepemimpinan yang demokratis dan professional. 4) Tim
kerja yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2006: 29).
KTSP/Dalam pelaksanaan KTSP, perlu pula memperhatikan tujuh prinsip
dalam pelaksanaannya antara lain: 1). Pelaksanaan kurikulum didasari
pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang berguna bagi dirinya. 2). Kurikulum dilaksanakan
dengan menegakkan lima pilar belajar. 3). Pelaksanaan kurikulum
memungkinkan peserta didik mendapat layanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4). Kurikulum
dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, terbuka, serta dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tuladha. 5).
Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, serta
memafaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6). Kurikulum
dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya
serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal. 7). Kurikulum yang mencakup
seluruh komponen kompetensi seluruh mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri diselengggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan,
dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas, dan jenis serta
jenjang pendidikan (Mulyasa, 2006: 247-249).
KTSP/Keberhasilan implementasi KTSP sangat ditentukan oleh faktor
guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak
melaksanakannya tugas dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum
(pembelajaran) tidak akan memuaskan (Mars dalam Mulyasa, 2006: 247).
Kuesioner disebut mempunyai reliabilitas atau dapat dipercaya jika
kuesioner itu stabil dan dapat diandalkan sehingga penggunaan kuesioner
berkali-kali tetap akan memberikan hasil yang serupa (Nazir, 1998: 125).
Kultur sekolah diyakini oleh kepala sekolah, guru-guru, dan staf
administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan
memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Lebih lanjut
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 114
827.
828.
829.
830.
dijelaskan bahwa beberapa studi menyimpulkan kultur sekolah yang
“sehat” memiliki korelasi tinggi terhadap: (1) prestasi dan motivasi siswa
untuk berprestasi, (2) sikap dan motivasi kerja guru, dan (3) produktivitas
dan kepuasan kerja guru (Zamroni, 2003: 149).
Kurikulum adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan
atau pengajaran, yang merupakan suatu rencana pendidikan dan
memberikan pedoman serta pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi,
dan proses pendidikan (Sukmadinata, 2006: 3-7).
Kurikulum/Beberapa fungsi kurikulum antara lain: 1). Fungsi penyesuaian
- Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya secara menyeluruh. Oleh
karena itu lingkungan akan senantiasa berubah dan bersifat dinamis,
sehingga setiap individu harus memiliki kemampuan untuk bersifat
dinamis pula. Disamping itu lingkungan juga harus disesuaikan dengan
kondisi perorangan. Disinilah terletak fungsi kurikulum sebagai alat
pendidikan. 2). Fungsi integrasi - Kurikulum berfungsi untuk mendidik
pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena itu, individu-individu itu
merupakan bagian integral dari masyarakat sehingga akan dapat
memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian
masyarakat. 3). Fungsi deferensiasi - Kurikulum perlu memberikan
pelayanan terhadap perbedaanperbedaan perorangan dalam masyarakat.
Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang untuk berpikir kritis
dan kreatif sehingga akan dapat mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat. 4). Fungsi persiapan - Kurikulum berfungsi untuk
mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
suatu jangkauan yang lebih jauh. 5). Fungsi pemilihan - Kurikulum
berfungsi memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang
diinginkannya dan menarik minatnya. Untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun secara
luas dan bersifat fleksibel. 6). Fungsi diagnostic - Kurikulum berfungsi
untuk mengarahkan dan membantu para siswa agar mereka mampu
memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua
potensi yang dimilikinya (Hamalik, 2006: 10).
Kurikulum/Fungsi kurikulum ditinjau dari 3 segi, yakni: 1). Fungsi bagi
sekolah yang bersangkutan: a). Kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. b). Kurikulum dijadikan
pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
disekolah. 2). Fungsi bagi sekolah diatasnya: Dalam hal ini, kurikulum
dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses
pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu,
maka kurikulum pada tingkat diatasnya dapat melakukan penyesuaian. 3).
Fungsi bagi masyarakat - Kurikulum haruslah mengetahui dan
mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para
pemakai tamatan sekolah (Nurgiantoro, 1988: 6).
Kurikulum/Fungsi kurikulum ditinjau dari 3 segi, yakni: 1). Fungsi bagi
sekolah yang bersangkutan: a). Kurikulum sebagai alat untuk mencapai
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 115
831.
832.
833.
834.
835.
tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. b). Kurikulum dijadikan
pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
disekolah. 2). Fungsi bagi sekolah diatasnya: Dalam hal ini, kurikulum
dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses
pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu,
maka kurikulum pada tingkat diatasnya dapat melakukan penyesuaian. 3).
Fungsi bagi masyarakat - Kurikulum haruslah mengetahui dan
mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para
pemakai tamatan sekolah (Nurgiantoro, 1988: 6).
Kurikulum/Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum antara lain: 1).
Pelaksanaan kurikulum didasari pada potensi, perkembangan, dan kondisi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. 2).
Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar. 3).
Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat layanan
yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan
potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang
berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4).
Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, terbuka, serta dengan
prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung
tuladha. 5). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai,
serta memafaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. 6).
Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan
muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7). Kurikulum yang
mencakup seluruh komponen kompetensi seluruh mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengembangan diri diselengggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan, dankesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas, dan
jenis serta jenjang pendidikan (Mulyasa, 2006: 247-249).
Kursus/Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu teknik melainkan suatu
alat yang dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi
mengajar dan menambah keterampilan guru dalam melengkapi profesi
mereka. Dengan mengikuti kursus guru diarahkan ke dalam dua hal,
pertama sebagai penyegaran, dan kedua sebagai upaya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu (Sahertian, 2000:
121).
Latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat,
keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu (Jucius dalam Moekijat, 1991: 2).
Lingkungan/Alex S. Niti Semito faktor-faktor yang memengaruhi
lingkungan kerja: 1) pewarnaan, 2) kebersihan, 3) pertukaran udara, 4)
penerangan, 5) keamanan, 6) kebisingan (Niti Seminto, S. 1992: 184).
Lingkungan/Dalam proses belajar-mengajar turut berpengaruh pula
sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 116
836.
837.
838.
839.
840.
841.
842.
(environmental input). Berfungsi pula sejumlah faktor yang sengaja
dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input). Guna tercapainya
keluaran yang dikehendaki (output) (Purwanto, 1993: 106-107).
Lingkungan/Dalam setiap instansi hendaknya selalu menjaga kebersihan
lingkungan kerja sebab selain hal ini memengaruhi kesehatan maka
dengan lingkungan kerja yang bersih akan dapat memengaruhi kesehatan
kejiwaan. Kebersihan lingkungan bukan hanya berarti kebersihan tempat
kerja, tetapi jauh lebih luas dari pada itu misalkan kamar kecil yang berbau
tidak enak akan menimbulkan rasa yang kurang menyenangan bagi para
karyawan yang menggunakan. Untuk menjaga kebersihan ini pada
umumnya diperlukan petugas khusus tetapi kebersihan ini bukan sematamata kewajiban dari petugas khusus. Setiap karyawan harus ikut
bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan tempat mereka bekerja (Niti
Seminto, S., 1992: 192).
Lingkungan/Hubungan antara lingkungan kerja dengan semangat kerja
karyawan dinyatakan oleh Manullang bahwa kondisi kerja yang
menyenangkan terlebih lagi semasa jam kerja akan memperbaiki moral
pegawai dan kesungguhan kerja, peralatan yang baik, ruangan kerja yang
nyaman, perlindungan terhadap bahaya, ventilasi yang baik, penerangan
yang cukup dan kebersihan bukan saja dapat meningkatkan efisiensi kerja,
kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan akan menciptakan
semangat kerja dan dapat mempengaruhi kinerja karyawan (Manullang,
2001: 46).
Lingkungan/Keuntungan dari penerangan yang baik adalah: 1) kualitas
pekerjaan yang baik; 2) mengurangi ketegangan mata dan kelelahan
rohaniah; 3) semangat kerja karyawan yang lebih baik ; dan 4) prestise
yang lebih baik untuk kantor/perusahaan (Niti Seminto, S., 1992: 192).
Lingkungan/Lingkungan nonfisik ini juga merupakan kelompok
lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. Menurut Alex Nitisemito,
perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung
kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status
jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan
adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian
diri (Nitiseminto, S , 2000: 171-173).
Lingkungan/Moekijat menyatakan bahwa komponen-komponen dari
kondisi kerja kebanyakan adalah: 1) penerangan, 2) warna, 3) udara, 4)
suasana, 5) tata ruang kantor (Moekijat, 1995: 135).
Lingkungan/Sadarmayanti lingkungan kerja nonfisik adalah semua
keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik
hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun
hubungan dengan bawahan (Sedarmayanti, 2001: 31).
Lingkungan/Sedarmayanti, lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan
berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat
memengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak
langsung (Sedarmayanti, 2001: 1).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 117
843.
844.
845.
846.
847.
848.
849.
850.
851.
Lingkungan/Sedarmayati mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut
lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, lingkungan sekitarnya, seseorang bekerja, metode kerjanya,
serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok (Sedarmayanti, 2001: 1).
Lingkungan/Suryadi Perwiro Sentoso yang mengutip pernyataan Lee sang
pencetus teori W, bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya
membangun suatu iklim dan suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa
kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama. Pihak manajemen
perusahaan juga hendaknya mampu mendorong inisiatif dan kreativitas.
Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk
bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan (Sentono,
2001: 19-21).
Lingkungan/Tata ruang kantor adalah penyusuan/pengaturan dari pada
perkakas dan peralatan dalam ruang lantai yang tersedia. Penyusunan alatalat kantor pada letak yang tepat serta pengaturan tempat kerja yang
menimbulkan kepuasan kerja bagi para karyawan/pegawai disebut tata
ruang (Gie, 1992: 76).
Lingkungan/Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja menurut
Sedarmayanti adalah sebagai berikut: 1) Penerangan; 2) Suhu udara; 3)
Suara bising; 4) Penggunaan warna; 5) Ruang gerak yang diperlukan
Keamanan kerja; 6) Hubungan karyawan (Sedarmayanti, 2001: 46).
Makin banyak fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka makin
tinggi probabilitas kebenaran konklusinya dan sebaliknya (Soekadijo,
1999: 134).
Management is concerned with the direction of this individuals and
functions to achieve ends previously determined (John M. Pfifner
(Hadriyanus Suharyanto dan Agus Heruanto Hadna, 2005 :12).
Manajemen, termasuk manajemen sekolah, dibutuhkan karena tiga alas an
utama, (1) Untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi, (2) Untuk
menjagan keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan
dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, dan (3) Untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan kelas (Handoko, 2000: 610).
Manajemen/Penerapan pendekatan manajemen ini di sekolah, harus diikuti
dengan upaya restrukturisasi dan deregulasi pendidikan, yang menurut
Zamroni (2001) mencakup empat aspek, yaitu: (1) orientasi pembelajaran
siswa, (2) profesionalitas guru, (3) akuntabilitas sekolah, dan (4)
partisipasi orang tua peserta didik dan masyakarakat sekitar dalam
penyelenggaraan pendidikan (Zamroni, 2001: 25).
Manajemen/Studi di Jamaika menemukan bahwa manajemen yang
berpusat di sekolah tidak mendatangkan manfaat efisiensi yang diharapkan
terutama karena kurangnya pelatihan untuk para kepala sekolah dan
kurangnya pengetahuan mereka tentang bagaimana bekerja sama dengan
masyarakat setempat (Fiske, 1998: 50).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 118
852.
853.
854.
Manajemen/Unsur-unsur manajemen tenaga kependidikan tersebut di atas
oleh E. Mulyasa (2006 : 153-158) diuraikan sebagai berikut : 1)
Perencanaan - Perencanaan tenaga kependidikan dilakukan untuk
menentukan kebutuhan tenaga kependidikan, baik dari segi jumlah
maupun mutunya sesuai dengan bidang kerja yang ada. 2) Pengadaan Pengadaan tenaga kependidikan merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga. Kegiatannya melalui
rekrutmen dan seleksi. Rekrutmen dimaksudkan untuk mencari calon
sebanyak-banyaknya yang memenuhi persyaratan, dan selanjutnya
dilakukan pemilihan melalui seleksi. 3) Pembinaan dan pengembangan Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan dilakukan
untuk memperbaiki, menjaga,
dan meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job
training dan in service training. 4) Promosi dan mutasi - Promosi
dilakukan dalam rangka menentukan calon tenaga kependidikan menjadi
anggota organisasi yang sah, yaitu melalui pengangkatan. Dengan promosi
ini personel akan menjadi anggota yang sah disertai dengan hak dan
kewajibannya sebagai tenaga kependidikan. Sedangkan mutasi dilakukan
dengan tujuan agar personel yang bersangkutan memperoleh kepuasan
kerja, memberikan prestasi kerja, menghilangkan kejenuhan yakni melalui
pemindahan fungsi, dan tanggung jawab pada situasi yang baru. 5)
Pemberhentian - Pemberhentian personel dapat terjadi atas permintaan
sendiri, pemberhentian oleh dinas, dan pemberhentian karena sebab lain.
6) Kompensasi - Kompensasi yaitu balas jasa yang diberikan kepada
personel. Kompensasi yang diberikan harus seimbang dengan beban dan
prestasi kerja personel yang bersangkutan. Bentuk kompensasi ini dapat
berupa gaji, tujangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan sebagainya.
Dengan adanya kompensasi yang adil dan layak hal ini akan dapat
mendorong semangat kerja dan dedikasi para personil sekolah. 7)
Penilaian - Penilaian biasanya difokuskan pada prestasi individu dan peran
sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilai personel penting dilakukan
dalam rangka pengambilan keputusan berbagai hal seperti identifikasi
kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan,
penempatan, promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan
proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Hasilhasil dari penilaian dimanfaatkan sebagai sumber data untuk perencanaan
tenaga kependidikan, nasihat yang perlu disampaikan kepada personel, alat
untuk umpan balik, salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang
diharapkan, dan bahan informasi dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan tenaga kependidikan.
Manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis (Kurt Lewin
dalam Alwisol, 2005: 376).
Masalah ada dua macam yaitu (1) masalah untuk menemukan yaitu untuk
menemukan suatu obyek tertentu dan (2) masalah untuk membuktikan
adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah
tetapi tidak keduanya (Polya, 1962: 119).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 119
855.
856.
857.
858.
859.
860.
861.
Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang mampu
diselesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin
(Ruseffendi, 1980: 216).
Masalah/Bagian utama dari macam masalah tersebut. Bagian utama dari
masalah untuk menemukan adalah apa yang diketahui, apa yang dicari,
dan bagaimana syaratnya. Bagian utama dari masalah untuk membuktikan
adalah hipotesa atau konklusi dari suatu pernyataan yang harus dibuktikan
kebenarannya (Hudojo, 1979: 158-159).
Masalah/Beberapa strategi pemecahan masalah menurut Polya (1973
dalam Shodiq 2004: 13-14) dan Pasmep (1989 dalam Shodiq 2004: 13-14)
yaitu: mencoba-coba, membuat diagram, mencobakan pada soal yang
lebih sederhana, membuat tabel, menemukan pola, memecah tujuan,
memperhitungakan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari
belakang, dan mengabaikan hal yang tidak mungkin.
Masalah/Berbagai penelitian mengenai pembelajaran secara umum di
sekolah-sekolah bahwa kondisi objektif menunjukkan banyak para siswa
datang di sekolah merasa terintimidasi oleh sekolah, karena sistem
pembelajaran cenderung menggunakan pendekatan birokratik bukan
pendekatan pedagogik. Peserta didik merasa terintimidasi dalam kegiatan
belajar, sebagai konsekuensi logisnya mereka selalu merasa tidak mampu
belajar dan belajar menjadi kurang menyenangkan, agar perasaan
terintimidasi dalam belajar tidak berlanjut, maka sekolah harus melakukan
beberapa pergeseran paradigma pembelajaran, yaitu perubahan-perubahan
dalam rangka berfikir pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, para
siswanya dan juga orang tua siswa (Sagala, 2009: 7).
Masalah/Dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi
harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan,
penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal
sulam, bahkan lebih orientasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil
pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan
relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika
kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kualitas lulusan
pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan
pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar
tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah.
Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi
penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak,
moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa
(Syafaruddin, 2002: 19).
Masalah/Sebagian besar masalah sedemikian disebabkan oleh manajemen
yang lemah atau tidak mencukupi. Mengetahui sebab kegagalan mutu dan
memperbaikinya adalah tugas kunci seorang manajer (Edward Sallis, alih
bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, 2006: 106).
Masalah/Sedikitnya terdapat enam permasalahan yang harus diantisipasi
pada paradigma baru manajemen pendidikan dalam konteks otonomi
daerah, yakni kepentingan nasional, mutu pendidikan, efisiensi
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 120
862.
863.
864.
865.
866.
867.
868.
869.
pengelolaan, perluasan dan pemerataan, peran serta masyarakat, dan
akuntabilitas (Fiska, Nurhadi, dan Satori dalam Mulyasa, 2006: 17).
Masalah/Suatu masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada di bawah
taraf perilaku dari sebagian besar teman sekelasnya pada mata pelajaran
maupun perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru (Partowisastro,
H. K. dan Hadisuparto (1986: 47).
Masukan instrumental/Instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja
dirancang dan dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran,
guru yang memberikan pengajaran, sarana, dan fasilitas, serta manajemen
yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Dalam keseluruhan sistem,
maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting dan paling
menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki karena
instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajarmengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar (Purwanto, 1993:107).
Masukan mentah/Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang
dimaksud masukan mentah (raw input) adalah siswa, sebagai raw input
siswa memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis.
Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya,
dan sebagainya, sedangkan kondisi psikologis adalah minatnya, tingkat
kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan
sebagainya. Semua itu dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil
belajarnya (Purwanto, 1993:107).
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Oleh
karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari
maupun dalam menghadapi kemajuan (IPTEK) sehingga matematika perlu
dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak kecil. Oleh karena itu kita
perlu berhati-hati dalam menanamkan konsep-konsep matematika tersebut,
karena peserta didik yang masih kecil berpikirnya masih sangat terbatas,
artinya berpikirnya dengan mengaitkan benda-benda konkret ataupun
gambar-gambar konkret (Hudoyo, 2005: 35).
Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa
universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas (Lerner dalam
Abdurrahman, 2009: 252).
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran,
pada tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contohcontoh khusus atau ilustrasi geometris (Suherman, dkk., 2003:18).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia (Chairani, 2007: 02).
Matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian
yang dikenal menuju arah yang tidak dikenal (Russel dalam Uno, 2007:
129).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 121
870.
871.
872.
873.
874.
875.
876.
877.
878.
879.
880.
Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta
operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasaran. Namun
penunjukan kuantitas seperti itu belum memenuhi sasaran matematika
yang lain, yaitu yang ditunjukan oleh hubungan, pola, bentuk dan struktur
(Tinggih dalam Hudoyo, 2005: 35).
Matematika/Belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam
pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara
konsep-konsep dan struktur-struktur. Selanjutnya Bruner mengemukakan
bahwa dalam proses belajarnya peserta didik melewati tiga tahap belajar
yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik (Bruner dalam Suherman, dkk, 2003:
43).
Matematika/Dalam proses belajar matematika bahan yang dipelajari harus
bermakana, artinya bahan pelajaran harus bermakna sesuai dengan
kemampuan dan struktur kognitif yang dimiliki siswa (Uno, 2007: 132).
Matematika/Dari dua pernyataan p dan q dapat dibentuk suatu pernyataan
majemuk dengan menggunakan kata hubung “jika p maka q” yang
dinamakan implikasi atau pernyataan bersyarat (Aminulhayat, 2004: 130).
Matematika/Dari dua pernyataan p dan q dapat dibentuk suatu pernyataan
majemuk dengan menggunakan kata hubung “…jika dan hanya jika…”,
dinamakan biimplikasi yang dilambangkan dengan notasi “p  q”
(dibaca: p jika dan hanya jika q), atau dapat juga dibaca: a. Jika p maka q
dan jika q maka p; b. p syarat perlu dan cukup bagi q; c. q syarat perlu dan
cukup bagi p. (Aminulhayat, 2004: 133).
Matematika/Dari dua pernyataan p dan q, dapat dibentuk pernyataan
majemuk menggunakan kata hubung “dan”, yang dinamakan konjungsi
(Aminulhayat, 2004: 122).
Matematika/Dari suatu implikasi p  q dapat dibentuk tiga implikasi baru
yaitu: a. q  p disebut konvers. b. p  q disebut invers. c. c. q  p
disebut kontraposisi (Kartini, dkk, 2004: 19).
Matematika/Dari suatu pernyataan “p” dapat dibuat pernyataan lain dalam
bentuk “tidak benar bahwa p” atau “tidak p”, Pernyataan demikian disebut
ingkaran dari pernyataan p (Aminulhayat, 2004:120).
Matematika/Di dalam penyelesaian soal matematika, PS3 menerapkan 4
langkah yaitu: analisis, perencanaan, penyelesaian, dan penilaian kembali
Utomo dan Kees Ruijhter (1985: 90).
Matematika/Di dalam penyelesaian soal matematika, PS3 menerapkan 4
langkah yaitu: analisis, perencanaan, penyelesaian, dan penilaian kembali
(Utomo dan Kees Ruijhter, 1985: 90).
Matematika/Didalam penyelesaian matematika diperlukan pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural. Pada umunya disepakati bahwa
aturan yang bersifat prosedural seharusnya jangan diajarkan tanpa disertai
konsep meskipun pada kenyataannya sangat sering dilakukan (Walle,
2006: 29).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 122
881.
882.
883.
884.
885.
886.
887.
888.
889.
890.
891.
Matematika/Gabungan dua pernyataan p dan q dengan menggunakan
kata hubung “atau”. Dalam bentuk lambang, disjungsi dari p dan q
dinotasikan dengan “p v q” (dibaca p atau q) (Aminulhayat, 2004: 125).
Matematika/Hakekat matematika dapat diketahui, karena objek penelaahan
matematika yaitu sasarannya telah diketahui sehingga dapat diketahui pula
bagaimana cara berpikir matematika itu (Hudojo, 2005: 35).
Matematika/Kebenaran matematika akan bisa diterima secara universal dan
akan mendukung teori-teori matematika yang lain, karena kebenaran
matematika bersifat konsisten. Hal ini dikarenakan matematika adalah suatu
ilmu pasti yang kebenarannya adalah bersifat mutlak dan tidak tergantung
pada metode ilmiah yang cenderung bersifat induktif (Sumardyono, 2004:
4).
Matematika/Kemampuan
komunikasi
matematika
merupakan
kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan, antara lain melalui
pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan
(Shadiq, 2009: 12).
Matematika/Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang
mampu diselesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin
(Ruseffendi, 1980: 216).
Matematika/materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui
penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi
matematika (Depdiknas dalam Shadiq, 2004: 3).
Matematika/Pembelajaran matematika adalah proses pemberian
pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan
matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2001: 3).
Matematika/Pembelajaran
matematika
menurut
pandangan
konstruktivistik adalah membantu siswa untuk membangun konsepkonsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui
proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali;
transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru
(Nickson dalam Hudojo, 2005: 20).
Matematika/Sasaran atau objek penelaahan matematika adalah fakta,
konsep, operasi, dan prinsip (Begle dalam Hudoyo, 2005: 36).
Matematika/Secara singkat dikatakan bahwa, matematika berkenaan
dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis
dan penalarannya deduktif (Mustangin, 2002:4).
Matematika/Soedjadi (2000:13) mengemukakan ciri-ciri khusus atau
karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum.
Beberapa karakteristik itu adalah: (1) Memiliki objek kajian abstrak Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga
disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek
dasar itu meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi dan (4)
prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 123
892.
893.
matematika. (2) Bertumpu pada kesepakatan - Dalam matematika
kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang
amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif. Aksioma diperlukan
untuk menghindarkan berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan
konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam
pendefinisian. (3) Berpola pikir deduktif - Soedjadi (2000:16)
mengemukakan pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Suherman, dkk. (2003:18) yang mengatakan matematika
dikenal sebagai ilmu deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian
deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada tahaptahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh
khusus atau ilustrasi geometris. (4) Memiliki simbol yang kosong dari arti
- Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan,
baik berupa huruf ataupun bukan huruf rangkaian simbol-simbol dalam
matematika dapat membentuk suatu model matematika. Model
matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometrik
tertentu, dsb. Huruf-huruf yang dipergunakan dalam model persamaan,
misalnya x + y = z belum tentu bermakna atau berarti bilangan, demikian
juga tanda + belum tentu berarti operasi tambah untuk dua bilangan.
Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang
mengakibatkan terbentuknya model itu. (5) Memperhatikan semesta
pembicaraan - Semesta pembicaraan adalah lingkup pembicaraan. Benar
atau salahnya ataupun ada atau tidaknya penyelesaian suatu model
matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraannya. (6) Konsisten
dalam sistemnya.- Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem
yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat
dipandang terlepas satu sama lain. Misal dikenal sistem-sistem aljabar,
sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem geometri tersebut
dipandang terlepas satu sama lain, tetapi di dalam sistem aljabar sendiri
terdapat sistem yang lebih kecil yang terkait satu sama lain.
Matematika/Tujuan pembelajaran matematika bukan mematikan manusia
tetapi membuat matematika membahagiakan manusia, dilain pihak
matematika tidak mudah dipahami tetapi penting dalam kegiatan manusia,
maka pembelajaran haruslah sedapat mungkin seperti berikut: (a)
Menyenangkan, sedikitnya tidak menegangkan. (b) Menghargai perbedaan
individual. (c) Menghormati pendapat siswa. (d) Dapat menunjukkan
makna matematika dalam kehidupan manusia (Marpaung, 2005: 08).
Materi pendidikan Islam yang paling utama adalah Al-Qur‟an,
keterampilan membaca, menghafal, menganalisa dan sekaligus
mengamalkan ajaranajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dimaksudkan agar ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur‟an tertanam
dalam jiwa anak didik sejak dini (Armai, 2002: 30-31).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 124
894.
895.
896.
897.
898.
Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, audio dan
video dan tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri terdiri dari ruangan
kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal
dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya
(Hamalik, 57).
Media audio berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan
indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam
lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam katakata/bahasa lisan)
maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan
dalam media audio antara lain: radio, alat perekam pita magnetik, piringan
hitam dan laboratorium bahasa (Sadirman dkk. 2003: 49-50).
Media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan
pesan seperti overhead projector, radio, televisi, dan sebagainya.
Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti
informasi yang terdapat transparasi atau buku dan bahan-bahan cetakan
lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau meteri yang disuguhkan
dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya (Sanjaya, 2007:
163-164).
Media proyeksi diam (still proyected medium) mempunyai persamaan
dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan- rangsangan
visual. Kecuali itu bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media
proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara mereka adalah bila pada
media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang
bersangkutan pada proyeksi diam, pesan tersebut harus diproyeksikan
dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, terlebih dahulu. Ada
kalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tapi ada pula yang hanya
visual saja (Sadiman dkk., 2003: 55-56.
Media/Ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih
media, yaitu: a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih
berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum
mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran
yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang
berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang
berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan ketrampilan mental
yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses
pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan
kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. c. Praktis,
luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya
yang lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang
mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah
jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para
guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau
mudah dibuat sendiri oleh guru. d. Guru trampil menggunakannya. Ini
salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 125
899.
900.
901.
902.
903.
menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media
amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. e. Pengelompokan
sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama
efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada
media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang,
kelompok kecil, dan perorangan. f. Mutu teknis. Pengembangan visual
baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang
ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain
yang berupa latar belakang (Arsyad, 2002: 72-74).
Media/Audio visual adalah media peraga sebagai alat bantu. Karna itu alat
peraga dapat diberi pengertian sebagai alat bantu pelajaran (Edgar Dale
(Subari, 1994:95)
Media/Beberapa prinsip tentang penggunaan alat audio visual sebagai
berikut: 1. Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik. 2. Alat-alat
tertentu lebih tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau
dalam hubungannya dengan tujuan. 3. Audio visual dan sumber-sumber
yang digunakan merupakan bagian yang integral dari pengajaran. 4. Perlu
diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai alat audio
visual. 5. Siswa menyadari tujuan alat audio visual dan merespon data
yang diberikan. 6. Perlu diadakan lanjutan. 7. Alat audio visual dan
sumber-sumber yang digunakan untuk menambah kemampuan komunikasi
memungkinkan belajar lebih luas karena adanya hubungan-hubungan
(Kenneth H. Hoover dalam Usman, 1992: 28).
Media/Benda asli merupakan alat paling efektif mengikutsertakan
berbagai indera dalam belajar (Sanaky (2009:109).
Media/Ciri-ciri umum media pembelajaran sebagai berikut: a. Media
pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai
hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat,
didengar, atau diraba dengan panca indra. b. Media pendidikan memiliki
pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak),
yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. c. Penekanan media
pendidikan terdapat pada visual dan audio. d. Media pendidikan memiliki
pengertian alat bantu pada proses belajar baik didalam maupun diluar
kelas. e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. f. Media pendidikan
dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi), kelompok besar
dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan
(misalnya:modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). g. Sikap,
perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu (Arsyad. 2002: 6-7).
Media/Dalam alat atau media mengajar dimasukkan juga segala permainan
yang dapat dimainkan oleh pelajar berkelompok, sekelas, atau berdua.
Contoh-contoh yang disajikan di sini ialah a) permainan teka-teki silang,
b) permainan untuk melatih struktur (pola kalimat), c) permainan untuk
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 126
904.
905.
melatih kosakata, d) permainan untuk melatih membaca dan menjawab
pertanyaan secara tertulis, e) permainan untuk melatih pendengaran untuk
membedakan dan mengidentifikasikan kata-kata (Utama, 1993: 211).
Media/Dalam pengajaran, media memiliki beberapa manfaat, antara lain:
a. meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga
mengurangi verbalisme, b. memperbesar perhatian siswa, c. meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat
pelajaran lebih mantap, d. memberikan pengalaman yang nyata yang dapat
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa, e. membantu
tumbuhnya pengertian sehingga membantu perkembangan kemampuan
siswa, f. memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diperoleh
dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih
mendalam serta keragaman yang lebih banyak (Encyclopedia of
Educational Research dalam Hamalik, 1989: 15).
Media/Delapan manfaat media dalam kegiatan pembelajaran yaitu: a.
Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan Guru mungkin
mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang suatu hal. Melalui
media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi disampaikan kepada
siswa secara seragam. b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan
dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah,
suatu konsep, suatu proses atau prosedur yang bersifat abstrak dan tidak
lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap. c. Proses belajar siswa menjadi
lebih interaktif Media harus dirancang dengan benar, media dapat
membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif.
Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada
siswa saja. Namun dengan media guru dapat mengatur kelas mereka
sehingga bukan hanya kelas dominasi guru atau guru yang aktif, tetapi
juga siswa yang lebih banyak berperan. d. Jumlah waktu belajar-mengajar
dapat dikurangi Seringkali guru menghabiskan waktu yang cukup banyak
untuk menjelaskan suatu materi. Padahal waktu yang dihabiskan tidak
perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media pendidikan dengan
baik. e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan Penggunaan media tidak
hanya membuat proses belajar-mengajar lebih efisien, tetapi juga
membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan
utuh. f. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja Media
pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
belajar dimana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa tergantung pada
keberadaan seorang guru. g. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran
maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. Dengan
media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat
meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan
dan proses pencarian ilmu itu sendiri. h. Peran guru dapat berubah ke arah
yang lebih positif Pertama, guru tidak perlu mengulang-ngulang
penjelasan mereka bila media digunakan dalam pembelajaran. Kedua,
dengan mengurangi uraian verbal (lisan), guru dapat memberikan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 127
906.
907.
908.
909.
perhatian lebih banyak kepada aspek-aspek lain dalam pembelajaran.
Ketiga, peran guru tidak lagi menjadi sekedar pengajar tetapi juga
konsultan, penasihat, atau manajer pembelajaran (Kemp dan Dayton
Yasmin, 2007: 178-181).
Media/Dengan Penggunaan media ini (video) dalam penyajian berbagai
materi pelajaran memberikan banyak keuntungan, misalnya dalam
memperlihatkan proses pertumbuhan tanaman, kehidupan berbagai
kelompok masyarakat, serta kilasan peristiwa di masa lalu. Dengan media
ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan baik,
berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media
lainnya dapat disajikan melalui video. Alat ini dapat diputar kembali yang
memungkinkan terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan
peningkatan upaya pengajaran (Ibrahim, 2003: 117-118).
Media/Fungsi media sebagai berikut: 1. Penggunaan media dalam proses
belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai
fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar
mengajar yang efektif. 2. Penggunana media pengajaran merupakan
bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. 3. Media
pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran. 4.
Penggunaan media bukan semata – mata alat hiburan, bukan sekedar
melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 5.
Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian
yang diberikan guru. 6. Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan
untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Nana Sudjana dalam
Djamarah, 1996: 152 ).
Media/Gambar yang baik sebagai sumber belajar memiliki cirri-ciri
sebagai berikut, yaitu: 1. Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu. 2.
Memberi kesan kuat dan menarik perhatian. 3. Merangsang orang yana
melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek – obyek dalam
gambar. 4. Berani dan dinamis. 5. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi
menarik dan mudah dipahami (Sudirman et al, 1991: 219).
Media/jenis/Beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan di
Indonesia diantaranya: 1) Media pembelajaran visual dua dimensi tidak
transparan, yang termasuk dalam jenis media ini adalah: gambar, foto,
poster, peta, grafik, sketsa, papan tulis, flipchart, dan sebagainya. 2) Media
pembelajaran visual dua dimensi yang transparan. Media jenis ini
mempunyai sifat tembus cahaya karena terbuat dari bahanbahan plastik
atau dari film yang termasuk jenis media ini adalah: film slide, film strip,
dan sebagainya. 3) Media pembelajaran visual tiga dimensi. Media ini
mempunyai isi atau volume seperti benda sesungguhnya. yang termasuk
jenis media ini adalah: benda sesungguhnya, speciment, mock-up, dan
sebagainya. 4) Media pembelajaran audio. Media audio berkaitan dengan
alat pendengaran seperti misalnya: radio, kaset, laboratorium bahasa,
telepon dan sebagainya. 5) Media pembelajaran audio visual. Media yang
dapat menampilkan gambar dan suara dalam waktu yang bersamaan,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 128
910.
911.
912.
913.
914.
seperti: Film, Compact Disc (CD), TV, Video, dan lain sebagainya
(Wibawa (1993:27-55).
Media/Kekurangan Media Audio Visual: a. Kelemahan media ini,
terutama terletak dalam segi teknis dan juga biaya. Penggunaan media ini
memerlukan dukungan sarana dan prasarana tertentu seperti listrik serta
peralatan atau bahan-bahan khusus yang tidak selamanya mudah diperoleh
ditempat-tempat tertentu. b. Pengadaan maupun pemeliharaannya
cenderung menuntut biaya yang mahal. c. Kurang mampu menampilkan
detail dari objek yang disajikan secara sempurna d. Memerlukan peralatan
yang mahal dan kompleks58 (Ibrahim & Syaodih , 2003: 118).
Media/Kelebihan Media Audio Visual: a. Kelebihan dari media ini pada
umumnya ialah dapat memberikan suasana yang lebih hidup
penampilannya lebih menarik, dan disamping itu dapat digunakan untuk
memperlihatkan suatu proses tertentu secara lebih nyata. b.
Penggunaannya tidak menggunakan ruangan yang gelap. c. Menghemat
waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. d. Penggunaan media ini
memecahkan aspek verbalisme pada diri siswa (Ibrahim & Syaodih , 2003:
118).
Media/Kelebihan Media Video: a. Dapat menarik perhatian untuk periodeperiode yang singkat dari rangsangan luar lainnya. b. Dengan alat perekam
pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahliahli atau spesialis. c. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan
direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa
memusatkan perhatian pada penyajiannya. d. Menghemat waktu dan
rekaman dapat diputar berulang-ulang. e. Kamera TV bisa mengamati
lebih dekat objek yang lagi bergerak atau objek yang berbahaya seperti
harimau. f. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila
akan disisipi komentar yang akan didengar g. Gambar proyeksi biasa di
bekukan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur dimana dia
akan menghentikan gerakan gambar tersebut, kontrol sepenuhnya di
tangan guru. h. Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya. 2.
Kekurangan Media Video: a. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi
mereka jarang dipraktekkan. b. Sifat komunikasinya yang bersifat satu
arah haruslah diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain.
c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna. d. Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks (Sadiman,
dkk, 2003: 74-75).
Media/Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual
dalam bentuk program dokumenter bermanfaat untuk membantu pengajar
dalam mengetengahkan fakta, kemudian membahas fakta tersebut secara
lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kelas.62 (Uno, 2007: 125126).
Media/Kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut: a.
Ketepatan dengan tujuan pengajaran. b. Dukungan terhadap isi bahan
pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa. c.
Media yang digunakan mudah diperoleh, mirah, sederhan dan praktis
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 129
915.
916.
917.
918.
penggunaannya. d. Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam
proses pengajaran. e. Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga
media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran
berlangsung.f. Sesuai dengan tarap berpikir siswa (Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai dalam Djamarah dan Zein, 1996: 150).
Media/Macam-Macam Media Audio Visual. Media ini dibagi menjadi
beberapa macam yaitu: 1. Audio Visual Diam, yaitu media yang
menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound
slides), film rangkai suara, cetak suara. 2. Audio Visual Gerak, yaitu
media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
seperti film suara dan video-cassete. Pembagian lain dari media ini adalah:
a. Audio Visual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar
berasal dari suatu sumber seperti film video-cassete. b. Audio Visual
Tidak Murni, yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber
yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya
bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape
recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara
(Djamarah, dkk. 1996: 141).
Media/Manfaat lain dari media pembelajaran adalah : Pertama, media
dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, Kedua,
media dapat mengatasi batas ruang kelas Ketiga, dapat memungkinkan
terjadinya iteraksi langsung antara peserta dan lingkungan. Keempat,
media dapat menghasilkan keseragaman pengamat. Kelima, media dapat
menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat. Keenam, media
dapat membangkitkan motifasi dan merangsang peserta untuk belajar
dengan baik. Ketujuh, media dapat membangkitkan keinginan dan minat
baru. Kedelapan, media dapat mengontrol atau kecepatan belajar peserta.
Kesembilan, media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari
hal-hal yang konkrit sampai yang abstrak (Sanjaya, 2007: 169-172).
Media/Manfaat Media Audio Visual. Media audio visual menurut
Encyclopedia of Educational Research memiliki nilai atau manfaat
sebagai berikut: a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir.
Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti,
tahu nama tetapi tidak tahu bendanya). b. Memperbesar perhatian siswa. c.
Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan. d.
Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri di kalangan para siswa. e. Menumbuhkan pemikiran yang
teratur dan kontinu. f. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu
perkembangan kemampuan berbahasa. Manfaat selain yang tersebut di
atas adalah: a. Sangat menarik minat siswa dalam belajar. b. Mendorong
anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui lebih
banyak. c. Menghemat waktu belajar. Guru tidak usah menerangkan
sesuatu dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu
gambar, benda yang sebenarnya atau alat lain (Usman, 1992: 55).
Media/manfaat/Ada beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran:
1). Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 130
919.
920.
921.
922.
923.
924.
925.
926.
menumbuhkan motivasi belajar. 2). Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa. 3). Metode mengajar
akan lebih bervariasi. 4). Siswa melakukan kegiatan belajar, seperti
mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan (Sudjana (2002:2).
Media/Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsang untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat terangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 1996: 6).
Media/Media secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian
media sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa
yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan (Djamarah dan Zein, 1996: 136).
Media/Media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi
pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan: 1).
Tujuan Pembelajaran. 2). Bahan pelajaran. 3). Metode pengajaran. 4).
Tersedia alat yang dibutuhkan. 5). Pribadi pengajar. 6). Minat dan
kemampuan siswa. 7). Situasi pengajaran yang sedang berlangsung
(Sanaky (2009: 6).
Media/Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa (Hamalik dalam Arsyad, 2002: 15).
Media/Penekanan utama dalam pengajaran audio visual adalah pada nilai
belajar yang diperoleh melalui pengalaman kongkret , tidak hanya
didasarkan atas kata-kata belaka (Sudjana dan Rifai, 1989: 58).
Media/Penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok
pikiran yang mingkin akan menjadi karangan – karangan (Purwanto dan
Alim (1997: 63).
Media/Penggunaan media ini (video) dalam penyajian berbagai materi
pelajaran
memberikan
banyak
keuntungan,
misalnya
dalam
memperlihatkan proses pertumbuhan tanaman, kehidupan berbagai
kelompok masyarakat, serta kilasan peristiwa di masa lalu. Dengan media
ini kebutuhan berbagai program pendidikan dapat dipenuhi dengan baik,
berbagai sumber informasi yang tidak mungkin diberikan melalui media
lainnya dapat disajikan melalui film video. Alat ini dapat diputar kembali
yang memungkinkan terjadinya proses umpan balik untuk perbaikan dan
peningkatan upaya pengajaran (Ibrahim, R & Nana Syaodih. 2003: 117118).
Media/Peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu: 1. Dapat
membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa
dalam belajar. 2. Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih
giat belajar. 3. Dapat membantu daya ingat siswa (retensi). 4. Dapat
disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain
(Sudirman et al, 1991: 220).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 131
927.
928.
929.
930.
931.
932.
933.
Media/Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan
untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui
beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru masalahmasalah kehidupan dan sebagainya. Radio juga dapat dijadikan sebagai
media pendidikan dan pengajaran yang cukup efektif (Asnawir & Usman,
2002: 83).
Media/Video, sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak,
semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang
disajikan bersifat fakta (kejadian / peristiwa penting, berita) maupun fiktif
(ceritera), bisa bersifat informative, edukatif maupun instruksional.
Sebagian besar tugas film dapat digantikan video. Tapi ini tidak berarti
bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan keterbatasannya sendiri (Sadiman, 2003: 74).
Membaca/Membaca mencari sesuatu konsep lebih mendorong motivasi
siswa di banding dengan membaca tanpa mencari sesuatu. Diyakini
olehnya bahwa pembuatan peta konsep dapat memotivasi siswa untuk
berfikir tentang ranah isi. Siswa dituntut untuk dapat mengenali, menguji
konsep-konsep penting, mengklasifikasi konsep- konsep tersebut,
menggambarkan hubungan antara konsep satu dengan yang lain, dan
menganalisis sifat hubungannya (Dimyati dan Mudjiono (2004: 93).
Mengamati/Untuk meningkatkan kemampuan mengamati seseorang harus:
a) Peka/tanggap terhadap lingkungan. b) Melatih diri sendiri untuk
mengoptimalkan pemakaian indera. c) Bisa langsung mengungkapkan
secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran (Zaleha, 2004: 95-100).
Metode ceramah/Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan
mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu
adalah benar, murid mengutip iktisar ceramah semampu murid itu sendiri
dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang
bersangkutan (Daradjat, 289).
Metode ceramah/Kelebihan Metode Ceramah: a. Suasana kelas berjalan
dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga
guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif. b. Tidak
membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu
yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan.
c. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang
sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak. d. Melatih para pelajar untuk
menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat
menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat (Arief,
2002: 139).
Metode ceramah/Kelemahan Metode Ceramah: a. Interaksi cenderung
bersifat centered (berpusat pada guru). b. Guru kurang dapat mengetahui
dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah. c.
Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan
apa yang dimaksudkan guru. d. Siswa kurang menangkap apa yang
dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-istilah yang
kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 132
934.
935.
936.
937.
938.
verbalisme. e. Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memecahkan masalah. Karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti
fikiran guru. f. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat. g.
Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif. h. Bila guru
menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas,
menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kempuan
penerimaan siswa. i. Cenderung membosankan dan perhatian siswa
berkurang, kerena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis
siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur (Arief, 2002: 13940).
Metode ceramah/Metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas
apabila: a. Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi; b.
Jumlah siswanya terlalu banyak; c. Guru adalah seorang pembicara yang
baik, berwibawa dan dapat merangsang siswa (Basyiruddin dkk., 35-36).
Metode ceramah/Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut
(ceramah) seorang guru harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut: a.
Untuk menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang
diberikan, hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan,
gerak-gerik, dan contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya
menggunakan media yang refresentatif. b. Selingilah metode ceramah
dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik. c.
Susunlah ceramah secara sistematis. d. Mengulang kata atau istilah-istilah
yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa yang kurang atau
lambat kemampuan dan daya tangkapnya. e. Carilah umpan balik
sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung (Basyiruddin dkk., 3536).
Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar
tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat
berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Metode dan alat pengajaran yang digunakan
harus betul-betul efektif dan efisien (Sudjana, 2000: 30).
Metode demonstrasi/Ada beberapa dasar pertimbangan dalam pemilihan
metode demonstrasi sebagai berikut : a) Mendapatkan gambaran yang
jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan mengatur sesuatu proses,
membuat sesuatu, atau menggunakan komponen-komponen sesuatu. b)
Membandingkan suatu cara dengan cara lain. c) Mengetahui atau melihat
kebenaran sesuatu. d) Ingin menunjukkan suatu keterampilan (Syah, 2007:
152).
Metode demonstrasi/Agar metode demonstrasi dapat menjadi efektif,
maka guru harus: (1) merumuskan keterampilan yang diharapkan akan
dicapai oleh siswa setelah demonstrasi dilakukan: (2) mencoba alat-alat
yang akan digunakan dalam demonstrasi, supaya waktu diadakan
demonstrasi tidak gagal; (3) memperkirakan jumlah siswa apakah
memungkinkan diadakan metode demonstrasi; (4) menetapkan garis besar
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 133
939.
940.
941.
942.
943.
944.
langkah yang akan dilaksanakan; (5) memperhitungkan waktu yang
dibutuhkan (Hasibuan, 2002: 31).
Metode demonstrasi/Demonstrasi menjadi tidak efektif bila: benda yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa, siswa tidak
dilibatkan untuk mencoba, dan bila tidak dilakukan di tempat yang
sebenarnya (Hasibuan, 2002: 30).
Metode demonstrasi/Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi:
1) Tahap persiapan - Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus
dilakukan: a) Menetapkan tujuan demonstrasi. b) Menetapkan langkahlangkah demonstrasi. c) Menyiapkan alat atau benda yang dibutuhkan
untuk demonstrasi. 2) Langkah pelaksanaan demonstrasi a)
Mendemonstrasikan sesuatu dengan tujuan yang disertai dengan
penjelasan lisan. b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
tanya jawab. c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan
mempraktekkan. 3) Tahap mengakhiri demonstrasi - a) Menugaskan
kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan apa yang telah
diperagakan. b) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan
dalam bentuk karya atau perbuatan (Darwyn Syah, 2007: 152).
Metode demonstrasi/Manfaat metode demonstrasi dengan menggunakan
alat peraga berpendapat, bahwa metode ini dapat : a) Menambah aktivitas
belajar siswa karena ia turut melakukan kegiatan peragaan. b) Menghemat
waktu belajar di kelas. c) Menjadikan hasil yang mantap dan permanen. d)
Membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa. e) Memberikan
pemahaman yang lebih tepat dan jelas (S. Nasution dalam Muhibbin Syah,
2002: 210).
Metode demonstrasi/Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah:
a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan. b) Proses belajar siswa lebih
terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Syah,
2002:209).
Metode diskusi/Kelebihan metode diskusi sebagai berikut: a) Merangsang
kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru dalam
pemecahan suatu masalah. b) Mengembangkan sikap menghargai
pendapat orang lain. c) Memperluas wawasan. d) Membiasakan untuk
bermusyawarah unutk mufakat dalam memcahkan masalah (Djamarah,
1997: 99).
Metode diskusi/Kelebihan Metode Diskusi. Menurut Armai Arief, di
dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode
diskusi adalah antara lain: a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa
mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang
didiskusikan. b. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti:
sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan
sebagainya. c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena
mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu
kesimpulan. d. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 134
945.
946.
947.
948.
949.
950.
951.
dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah. e. Membantu murid
untuk mengambil keputusan yang lebih baik. f. Tidak terjebak kedalam
pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit.
Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasanalasan/pikiran-pikiran orang lain (Arief, 2002: 148-149).
Metode diskusi/Kelemahan Metode Diskusi Menurut Roetiyah N.K., di
dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekuarangan
penggunaan metode diskusi antara lain: a. Kadang-kadang bisa terjadi
adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan,
bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga
memerlukan waktu yang panjang. b. Dalam diskusi menghendaki
pembuktian logis, yang tidak terlepas dari faktafakta; dan tidak merupakan
jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja. c. Tidak dapat dipakai
pada kelompok yang besar. d. Biasanya orang menghendaki pendekatan
yang lebih formal (Roetiyah, 1988: 6).
Metode diskusi/Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada dasarnya
adalah. Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam
kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah
(Arsjad & Mukti, 1991: 37).
Metode diskusi/Sedangkan menurut Zuhairini dkk., yang diaksud metode
diskusi ..ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau
menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid (Zuhairini,
1983: 89).
Metode diskusi/Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode
ini (diskusi), maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a.
Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran. b.
Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari
guru. c. Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi
dalam diskusi. d. Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran
berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya.
e. Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan (Arief, 2002: 149).
Metode mengajar dapat menciptakan terjadinya interaksi belajar mengajar
yang baik, efektif dan efisien. Karena dengan pemilihan metode mengajar
yang baik dan tepat guna serta tepat sasaran akan semakin menciptakan
interaksi edukatif yang semakin baik pula (Syah, 2007: 134).
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula, akibatnya siswa malas untuk belajar. Bahan
pelajaran juga mempengaruhi belajar siswa, kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar siswa. Kurikulum yang kurang
baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa,
tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa (Slameto, 1988: 68).
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Metode
ceramah, metode ceramah paling efisien untuk menyampaikan informasi
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 135
952.
953.
dengan cara guru bercerita; b) Metode tanya jawab, metode ini dapat
digunakan untuk menilai tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan
atau materi yang diberikan; c) Metode diskusi kelompok, metode ini
bertujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam
mencapai tujuan bersama; d) Metode pemberian tugas, siswa diharapkan
ikut serta secara aktif datam suatu proses belajar mengajar; e) Metode
studi kasus, metode menganalisis masalah, menghubungkan masalah
dengan kehidupan sehari-hari; f) Metode brain storming (meramu
pendapat), metode meramu pendapat merupakan perpaduan antara teknik
tanya jawab dengan teknik diskusi; g) Metode eksperimen, yaitu guru
mendemonstrasikan secara langsung dan siswa memperhatikannya pada
kesempatan berikutnya siswa mencobanya sendiri; h) Metode simulasi,
sebagai tiruan dari keadaan yang sesungguhnya; i) Metode sosiodrama,
suatu cara dimana siswa mendramatisasikan sekaligus memecahkan
masalah kehidupan di masyarakat (Saliwangi, 1994: 56-62).
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Metode
diskusi, merupakan proses interaksi dua atau lebih individu sating tukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah semua aktif; b) Metode
kerja kelompok, yaitu cara mengajar di mana siswa di dalam kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok; c) Metode penemuan, merupakan proses
mental di mana siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep; d) Metode
simulasi, adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang
dimaksud; e) Metode brain storming (sumbang saran), adalah suatu teknik
atau cara mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas, dengan cara
melontarkan suatu masalah kemudian siswa menjawab; f) Metode
esperimen, yaitu cara mengajar di mana siswa melakukan percobaan suatu
hal, mengamati prosesnya serta menuliskan nasil percobaannya, kemudian
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru; g) Metode demonstrasi,
yaitu cara mengajar di mana seorang guru menunjukkan suatu proses
siswa melihat, mengarnati, mendengar mungkin meraba dan merasakan
proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut; h) Metode karya wisata,
yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan cara mengajak siswa ke suatu
tempat di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu; i)
Metode bermain peran dan sosiodrama, yaitu siswa mendramatisasikan
tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan
sosial antar manusia; j) Metode latihan dan driil, yaitu cara mengajar di
mana siswa melaksanakan kegiatan latihan, agar memiliki ketangkasan
atau keterampilan yang lebih tinggi dari pada yang telah dipelajari; k)
Metode tanya jawab, yaitu suatu metode untuk memberi motivasi kepada
siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya atau guna mengajukan
pertanyaan, siswa menjawab; 1) Metode ceramah, yaitu usaha menularkan
pengetahuan kepada siswa secara lisan (Roestiyah, 1998: 1).
Metode pembelajaran diklasifikaskan sebagai berikut: a) Metode
penugasan, yaitu suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang dipersiapkan guru; b)
Metode eksperimen, yaitu suatu cara memberikan kepada siswa secara
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 136
954.
955.
956.
perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses
percobaan secara mandiri; c) Metode proyek, yaitu cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan
sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh dari berbagai mata
pelajaran; d) Metode diskusi, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran
melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah untuk mecapai suatu
kesepakatan; e) Metode widyawisata, yaitu cara penguasaan bahan
pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek; f) Metode
bermain peran, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi, daya ekspresi dan penghayatan siswa; g) Metode
demonstrasi, yaitu cara mengajar dengan mempertunjukkan suatu benda
atau cara kerja sesuatu; h) Metode tanya jawab, yaitu suatu cara penyajian
bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab oleh
siswa; i) Metode latihan, yaitu metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampiian tertentu
berdasarkan petunjuk guru; j) Metode ceramah, yaitu suatu cara mengajar
dengan penyajian melalui penuturan dan penerangan lisan kepada siswa;
k) Metode pameran, metode pameran digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang
telah dipelajari; l) Metode cerita, yaitu suatu cara penanaman nilai-nilai
kepada siswa dengan mengungkapkan kepribadian lokoh-tokoh melalui
penuturan hikayat, legenda, dongeng dan sejarah lokal; m) Metode
simulasi, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui kegiatan
praktek langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai penerapan pengetahuan
dan keterampilan sehari-hari (Depdikbud, 1994: 37-47).
Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu
memiliki kekurangan dan kelebihan. Meskipun selalu banyak dilakukan
penelitian dan eksperimen yang diadakan mengenai metode-metode mana
yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara
ilmiah metode mana yang paling baik (Nababan, 1993: 150-151).
Metode simulasi/Dalam penerapan metode simulasi memiliki beberapa
aturan sebagai berikut: a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil.
Setiap kelompok paling banyak lima orang. b. Guru menyediakan topiktopik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap kelompok. c. Guru
berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang bahasa.
d. Kesalahan umum dibicarakan secara umum. e. Diusahan agar anggota
kelompok berani mengemukakan pendapat. f. Guru mencatat kesalahan
yang selalu muncul. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi. g.
Untuk memperbaiki kesalahan, sebaiknya siswa yang memperbaikinya
(Suyatno dkk, 2008: 23).
Metode simulasi/Kelebihan dari metode simulasi antara lain: a. Memupuk
daya cipta, sebab simulasi dilakukan sesuai dengan kreasi siswa masingmasing dalam membawakan peranannya. b. Simulasi dapat dijadikan
sebagai sebgai bekal siswa untuk menghadapi situasi sebenarnya yang
akan dihadapi di lingkungan yang lebih luas. c. Simulasi dapat
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 137
957.
958.
959.
960.
membiasakan dan memberikan keterampilan kepada siswa untuk
menanggapi dan bertindak secara spontan. d. Memupuk keberanian dan
kemantapan siswa didepan orang banyak. e. Memperkaya pengetahuan,
sikap, dan keterampilan serta pengalaman tidak langsung yang diperlukan
siswa dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. f. Siswa
berkesempatan menyalurkan perasaan yang tependam, sehingga
memperoleh kesegaran, kepuasan serta kesehatan jiwa kembali. g. Dapat
mengembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki siswa,
misalnya dalam seni drama. h. Siswa dapat belajar menghargai dan
menerima pendapat orang lain (Suyatno dkk, 2008: 32).
Metode simulasi/Kelemahannya ialah: a. Efektivitas dalam memajukan
belajar siswa belum dapat dilaporkan lebih riset. b. Terlalu mahal
biayanya. c. Banyak orang meragukan hasilnya karena sering tidak
diikutsertakannya elemen-elemen yang penting. d. Menghendaki
pengelompokkan yang fleksibel;perlu ruang dan gedung. e. Menghendaki
banyak imajinasi dan guru maupun siswa. f. Menimbulkan hubungan
informasi antara guru dan siswa yang melebihi batas. g. Sering mendapat
kritik dari orang tua karena dianggap permainan saja (Suyatno dkk, 2008:
32).
Metode simulasi/Penggunaan metode simulasi memiliki beberapa alasan
sebagai berikut: a. Ada situasi atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan
secara nyata dalam situasi sebenarnya, misalnya keadaan bulan dan rotasi
bumi dan bulan, serta matahari atau keadaan kebakaran pasar, keadaan
perang, dan sebagainya. b. Terdapat konsep-konsep yang harus diresapi
dan dan dirasakan peserta didik secara langsung, misalnya suasana
perjuangan atau mempertahankan kemerdekaan, saling hormat
menghormati sesama manusia, dan sebagainya. c. Menanamkan sikapsikap normatif kepada peserta didik yang harus direfleksikan dalam
apresiasi jiwa. d. Agar peserta didik dapat berperan dan berkomunikasi
dengan baik (Sumantri dkk., 1998/1999: 162).
Metode simulasi/Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena: a.
Menyenangkan siswa. b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan
kreativitas siswa. c. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa
memerlukan lingkungan yang sebenarnya. d. Mengurangi hal-hal yang
verbalitas atau abstrak. e. Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan
mendalam. f. Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang memberi
kemingkinan timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta
kekeluargaan yang sehat. g. Menimbulkan respon yang positif dari siswa
yang lamban/kurang cakap. h. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis. i.
Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas yang berbeda-beda
(Roestiyah, 2008: 22).
Metode simulasi/Tujuan penggunaan metode simulasi adalah sebagai
berikut: a. Melatih keterampilan tertentu yang bersifat praktis bagi
kehidupan sehari- hari. b. Membantu mengembangkan sikap percaya diri
pedeserta didik. c. Mengembangkan persuasi dan komunikasi. d. Melatih
peserta didik memecahkan masalah dengan memanfaatkan sumber-sumber
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 138
961.
962.
963.
yang dapat digunakan memecahkan masalah. e. Meningkatkan
pemahaman tentang konsep dan prinsip yang dipelajari. f. Meningkatkan
keaktifan belajar dengan melibatkan peserta didik dalam mempelajari
situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya (Sumantri
dkk., 1998/1999: 161).
Metode yang bisa digunakan untuk pengungkapan sikap yaitu: 1.
Observasi perilaku. Kalau seseorang menampakkan perilaku yang
konsisten (terulang) misalnya tidak pernah mau diajak nonton film
Indonesia, bukanlah dapat disimpulkan bahwa ia tidak menyukai film
Indonesia. Orang lain yang selalu memakai baju warna putih, bukankah
dia memperlihatkan sikapnya terhadap warna putih. Perilaku tertentu
bahkan kadang-kadang sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan
sikap yang sebenarnya. Dengan demikian, perilaku yang diamati mungkin
saja dapat menjadi indikator sikap dalam kontek situasional tertentu, tetapi
interpretasi sikap warna sangat berhati-hati apabila hanya didasarkan dari
pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang. 2.
Pertanyaan langsung. Asumsi yang mendasari metode pertanyaan
langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa
individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, dan
kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan
secara terbuka apa yang dirasakannya. 3. Pengungkapan langsung. Suatu
metode pertanyaan langsung adalah pengungkapan langsung (direct
assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan
item tunggal maupun dengan menggunakan item ganda. Prosedur
pengungkapan langsung dengan item ganda sangat sederhana. Responden
diminta untuk menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan
memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian
respondennya yang dilakukan secara tertulis memungkinkan individu
untuk menyatakan sikap secara lebih jujur. Pengukuran sikap yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pengungkapan langsung yaitu dengan menggunakan skala psikologis yang
diberikan pada objek (Azwar, 2000: 90).
Metode/Dalam proses penyampaian materi pendidikan kepada sasaran
pendidikan, di samping kurikulum maka metode dan alat pendidikan turut
memegang peranan penting. Sebab bagaimanapun pandainya seorang
pendidik dalam usahanya mengubah tingkah laku, tidak terlepas dari
metode dan alat bantu pendidikan yang digunakan. Metode dan alat bantu
pendidikan yang baik akan mempermudah proses belajar dan mengajar
(Soekidjo (2003:59).
Metode/Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat
penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini
sangat berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai meskipun masih ada
berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara
lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa
menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 139
964.
965.
966.
967.
968.
969.
970.
971.
termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa
salah satu fungsi utama media pengjaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2002: 15).
Metode/Dengan mengambil pendekatan elektrik, seorang guru bahasa
tidak terpaku pada suatu metode saja, tetapi ia dapat mengadakan
penyesuaian yang lebih cocok bagi situasi dan kondisi kelasnya dalam
usahanya untuk meningkatkan mutu dan efektifitas pengajaran bahasa
(Utama, 1993: 151).
Metode/Kedudukan metode pembelajaran sebagaimana diungkapkan
Djamarah dan Aswan Zain: 1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik. 2)
Metode sebagai strategi pengajaran. 3) Metode pembelajaran sebagai alat
untuk mencapai tujuan (Djamarah dan Aswan Zain (1997: 82).
Metode/Llima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode
pembelajaran: 1) Tujuan yang bermacam-macam jenis dan fungsinya. 2)
Anak didik yang bermacam-macam tingkat kematangannya. 3) Situasi
yang bermacam-macam. 4) Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan
kuantitasnya. 5) Pribadi guru serta kemampuan profesional yang berbedabeda (Djamarah, 2006: 78).
Metode/Model dalam pembelajaran kooperatif diantaranya Student
Teams Achievement Divisions (STAD), Team Games Tournament (TGT),
Jigsaw, Team Assisted Individualisation (TAI), Group Investigation (GI),
dan struktural (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi dkk, 2004: 64-67).
Metode/Pengaruh metode pembelajaran terhadap pengalaman belajar
seseorang. Edgar Dale mengemukakan bahwa pengalaman langsung
diperlukan untuk membantu siswa belajar memahami, mengingat, dan
menerapkan berbagai simbol abstrak. Kegiatan belajar akan terasa lebih
mudah bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi siswa ataupun
mempunyai relevansi dengan pengalamannya (Edgar Dale yang dikutip
oleh Basuki Wibawa (1993:16).
Metode/Tidak ada satu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam setiap
situasi. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dengan
sifatnya polivalen dan polipraemasi, guru perlu mengetahui kapan sesuatu
metode tepat digunakan dan kapan dia mengguankan kombinasi dari
metode-metode tersebut. Guru hendaknya memilih metode yang paling
banyak mendatangkan hasil (Zuhairini dan Ghofir, 2004: 57-59).
Metode/Untuk menghindari kejenuhan disarankan agar guru menggunakan
metode yang beragam. Kegiatan bisa dilakukan di dalam atau di luar kelas
dengan tugas yang beragam, berpasangan, berkelompok, atau seluruh
kelas (Depdikbud, 2003: 6).
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan
berjalan lancar bila disertai minat. Minat merupakan alat motivasi yang
utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam
kurun waktu tertentu (Djamarah (2008:167).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 140
972.
973.
974.
975.
976.
977.
978.
979.
980.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang studi tertentu. Guru seyogyanya membangkitkan minat siswa untuk
menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan
cara yang kurang lebih sama dengan membangun sikap positif (Syah,
2002:129).
Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati
sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar
artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.
Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi
(Dalyono, 2001: 56-57).
Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati
sanubari (Dalyono, 2001: 56-57).
Minat menggerakan perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi kegiatan itu (Purwanto, 64).
Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang,
soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat
harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu
disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu obyek. Beberapa
pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perhatian di dalam minat
seseorang terhadap sesuatu (Witherington yang dikutip oleh Buchori
(1991:135).
Minat/Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi
oleh sikap yang positif. Diantara kedua hal tersebut timbul lebih dahulu
sukar ditentukan secara pasti (Winkel (1983:30).
Model teori hierarki kebutuhan. Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan
pekerja identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa
materiil maupun non materiil. Dasar teori ini adalah bahwa manusia
merupakan makhluk yang keinginannya tak terbatas atau tak henti, alat
motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya
berjenjang (Maslow dalam Robbins, 1996: 127).
Motif itu ada tiga golongan yaitu: a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni,
motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam
dari tubuh seperti: lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur,
dan sebagainya. b. Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyongkonyong (emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena
kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh: motif
melarikan diri dari bahaya,motif berusaha mengatasi suatu rintangan.
Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek
atau tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari
dalam diri kita (Woodwort dan Marquis dalam Ngalim Purwanto. 1998:
64).
Motif-motif itu ada dua golongan sebagai berikut: a. Psychological drive
adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti
lapar, haus dan sebagainya. b. Sosial Motives adalah dorongan-dorongan
yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti :
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 141
981.
982.
983.
984.
985.
986.
987.
dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya (Sartain dalam
Ngalim Purwanto, 1998: 62).
Motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi
belajar (McCleland dalam Irawan, dkk., 1997: 42).
Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari
luar situasi belajar seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali,
pertentangan dan persaingan. Yang bersifat negative adalah sindiran tajam,
cemoohan, dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab
pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat peserta didik atau
sesuai dengan kebutuhannya (Rusyan, dkk, 1994: 120-121).
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar
dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering
juga disebut motivasi murni, motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari
dalam diri anak sendiri. Misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan
tertentu, memperoleh informasi, menyenangi kehidupan dan keinginan
diterima orang lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan
berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau
hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan
menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau
hadiah itu (Hamalik, 2007: 162).
Motivasi kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi sekolah akan
berdampak positif yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh
organisasi sekolah (Wahjosumidjo, 2001: 42).
Motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan
mengembangan sumber daya manusia (Surya, 2004: 61-62).
Motivasi/Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk
membangkitkan belajar para siswa. Pertama, menggunakan cara atau
metode dan media mengajar yang bervariasi. Dengan metode dan media
yang bervariasi kebosanan dapat dikurangi. Kedua, memilih bahan yang
menarik minat dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang akan dibutuhkan akan
menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan motif untuk
mempelajarinya. Ketiga, memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar
adalah lulus ujian atau naik kelas. Sasaran akhir baru dicapai pada akhir
tahun. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soalsoal yang sulit hanya bisa diterima atau dipecahkan oleh siswa pandai,
siswa yang kurang pandai sukar menguasai atau memecahkannya. Agar
siswa yang kurang pandai juga bisa menguasai / memecahkan soal, maka
berikan bahan atau soal yang sesuai dengan kemampuannya. Keberhasilan
yang dicapai siswa dapat menimbulkan kepuasan kemudian
membangkitkan motif. Kelima, diciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Keenam, adakan persaingan sehat. Persaingan atau
kompetesi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar (Ibrahim &
Syaodih, 2003: 28-29).
Motivasi/Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
seseorang dalam organisasi, yaitu: "(1), pemuas kerja (Job Satisfies) yang
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 142
988.
989.
990.
991.
992.
993.
berkaitan dengan isi pekerjaan dan (2). Ketidakpuasan kerja (Job
Dissatisfies) yang berkaitan dengan suasana kerja. Satisfies disebut
motivators sedangkan Dissatisfies disebut faktor-faktor hygienis (Hygienic
Factors) (Herzberg (1959) dalam Reksohadiprojo dan Handoko, 2000:
259).
Motivasi/Ada dua prinsip yang dapat di gunakan untuk meninjau motivasi,
ialah: (1) motivasi dipandang sebagai proses. Pengetahuan tentang proses
ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk
memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang, (2) kita
menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjukpetunjuk dari
tingkah lakunya (Hamalik, 2007: 158).
Motivasi/Ada tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu: a) Mendorong
siswa untuk berbuat dan bertindak. Motif itu sebagai penggerak atau motor
yang memberi energi atau kekuatan seseorang untuk melakukan suatu
tugas. b) Motif itu menentukan arah perbuatan, yakin kearah perwujudan
cita-cita atau suatu tujuan. c) Motif itu dapat menyelesaikan suatu
berbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan yang harus
dilakukan, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan (Hamalik, 2007: 161).
Motivasi/Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (1) kebutuhan,
(2) dorongan, dan (3) tujuan (Dimyati, dkk. 2006: 80).
Motivasi/Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu: a. Mendorong manusia
untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c.
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut (Sardiman, 1990: 74).
Motivasi/Beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: 1. Memberi angka. 2. Hadiah. 3.
Saingan/kompetisi. 4. Memberi ulangan. 5. Mengetahui hasil. 6. Pujian. 7.
Hukuman. 8. Hasrat untuk belajar. 9. Minat. 10) Tujuan yang diakui
(Sardiman A. M., 1990: 92-95).
Motivasi/Cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara membangkitkan
motivasi belajar diantaranya adalah: a. Menjelaskan kepada siswa, alasan
suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk
kehidupan. b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di
luar lingkungan sekolah. c. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang
studi yang dipegang. d. Mendorong siswa untuk memandang belajar di
sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga
siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan
sebaik mungkin. e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu
sesingkat mungkin. g. Menggunakan bentuk .bentuk kompetisi
(persaingan) antar siswa. h. Menggunakan intensif seperti pujian, hadiah
secara wajar (Tadjab, 1994: 103).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 143
994.
995.
996.
997.
998.
Motivasi/Cara untuk menumbuhkan motivasi berprestasi dalam kegiatan
belajar di sekolah adalah sebagai berikut: a) Memberikan angka, b)
Hadiah, c) Memberi ulangan, d) Mengetahui hasil, e) Pujian, f) Hukuman
(Sardiman, 2002: 89).
Motivasi/Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai
berikut: a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan
belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
b. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang
di sesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada
siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam
pendidikan. c. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan
imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara
yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi
belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa akhirnya
memiliki self motivation yang baik. d. Berhasil atau gagalnya dalam
membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat
pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini
mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di dalam kelas. e. Asas
motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari pada asasasas
mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi
prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan
pengajaran yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah
sangat esensial dalam proses belajar mengajar (Hamalik, 2007: 161-162).
Motivasi/Dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu: a. Bahwa
motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada
organisme manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling",
afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalanpersoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku
manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan
(Sardiman A. M. 1990: 74).
Motivasi/Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri
seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu
pekerjaan belajar, misalnya perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik
dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seorang siswa
yang mendorong siswa tersebut melakukan kegiatan belajar, misalnya
pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang
tua serta guru, dan seterusnya (Syah, Muhibbin, 136-137).
Motivasi/Dengan adanya kebutuhan, maka hal ini menjadi motivasi bagi
anak didik untuk berbuat dan bekerjasama. Misalnya anak ingin
mengetahui isi cerita dari buku sejarah, maka keingian untuk mengetahui
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 144
999.
1000.
1001.
1002.
1003.
1004.
isi buku tersebut menjsdi pendorong bagi anak didik untuk membacanya
(Purwanto, 2007: 112).
Motivasi/Dengan mengetahui hasil dan prestasin sendiri, seperti apakah ia
mendapat kemajuan atau tidak, hal ini akan menjadi pendorong bagi anak
untuk belajar lebih giat lagi. Jadi adanya pengetahuan sendiri tentang
kemajuannya, maka motivasi itu akan timbul (Djiwandono, 2002: 359).
Motivasi/Faktor-faktor dalam pekerjaan yang mempengaruhi motivasi
kerja individu sebagai berikut: a. Rasa aman (security), yaitu adanya
kepastian karyawan untuk memperoleh pekerjaan tetap, memangku
jabatan di perusahaan selama mungkin seperti yang mereka harapkan. b.
Kesempatan untuk maju, yaitu adanya kemungkinan untuk maju, naik
tingkat, memperoleh kedudukan dan keahlian. c. Tipe pekerjaan, yaitu
adanya pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan,
pengalaman, bakat, dan minat karyawan. d. Nama baik tempat bekerja,
yaitu perusahaan (sekolah) yang memberikan kebanggaan karyawan bila
bekerja di perusahaan atau sekolah tersebut. e. Rekan kerja, yaitu rekan
kerja yang sepaham, yang cocok untuk kerja sama. f. Upah, yaitu
penghasilan yang diterima. g. Penyelia (Supervisor), yaitu pemimpin atau
atasan yang mempunyai hubungan baik dengan bawahannya, mengenal
bawahannya, dan mempertimbangkan pendapat-pendapat
yang
dikemukakan oleh bawahannya. h. Jam kerja, yaitu jam kerja yang teratur
atau tertentu dalam sehari. i. Kondisi kerja, yaitu seperti kebersihan tempat
kerja, suhu, ruangan kerja, ventilasi, kegaduhan suara, bau, dan
sebagainya. j. Fasilitas, yaitu kesempatan cuti, jaminan kesehatan,
pengobatan dan sebagainya (Yunus, 2007: 45).
Motivasi/Faktor-faktor itu (yang mempengaruhi motivasi kerja) meliputi
faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal
yang bersumber dari luar individu itu seperti sikap terhadap pekerjaan,
bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar
individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja,
kepemimpinan (Wahjosumidjo, 2001: 42).
Motivasi/Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
a. Adanya kebutuhan. b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya
sendiri. c. Adanya cita-cita atau aspirasi (Akyas Azhari, 1996: 75).
Motivasi/Fungsi motivasi adalah sebagai berikut: a) Mendorong manusia
untuk berbuat. b) Menentukan arah perbuatan, yakin kearah tujuan yang
ingin dicapai. c) Menyelesaikan perbuatan, yakni menyelesaikan
perbuatanperbuatan yang harus dilakukan (S. Nasution dalam Rusyan,
dkk. 1989: 107).
Motivasi/Indikator motivasi berpestasi adalah sebagai berikut: 1) Tekun
dalam menghadapi tugas, 2) Ulet dan tidak mudah putus asa, 3) Menerima
pelajaran dengan baik untuk mencapai prestasi, 4) Senang belajar mandiri,
5) Senang, rajin dalam belajar dan penuh semangat, 6) Berani
mempertahankan pendapat bila benar, 7) Suka mengerjakan soal-soal
latihan (Sardiman, 2002: 82-83).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 145
1005. Motivasi/Jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu: motif
bawaan, (motive psychological drives) dan motif yang dipelajari
(affiliative needs), misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu
pengetahuan dan sebagainya. (Sardiman A. M. 1990: 74).
1006. Motivasi/Keadaan motivasi belajar terkait erat dengan struktur
pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Struktur pembelajaran yang
dikenal adalah struktur kompetitif, struktur individual, dan struktur
kooperatif (Ames, 1984).
1007. Motivasi/Model teori hierarki kebutuhan (Need Hierarchi) dari Maslow
(Robbins, 1996: 127) Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja
identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis, yaitu berupa materiil
maupun non materiil. Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan
makhluk yang keinginannya tak terbatas atau tak henti, alat motivasinya
adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhannya berjenjang.
1008. Motivasi/Nilai motif pribadi mencakup tiga hal, yaitu kebutuhan prestasi,
afiliasi dan kuasa (McClelland dalam Steers, 1988: 33).
1009. Motivasi/Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa (1) suatu perilaku
tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil tersebut mempunyai
nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha
yang dilakukan seseorang (Yamin, 2003: 82).
1010. Motivasi/Prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut. a. Pujian lebih efektif
daripada hukuman. b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan
psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. c.
Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi
yang dipaksakan dari luar. d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi
(sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan
(reinforcement). e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap
orang lain. f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya
dorongannya. g. Tugas-tugas yang disebabkan oleh diri sendiri akan
menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada
apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. h. Pujian-pujian yang
datangnya dari luar (external reward) kadangkadang diperlukan dan cukup
efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. i. Teknik dan proses
mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat
murid j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat
ekonomis. k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat
muridmurid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga)
bagi para siswa yang tergolong pandai. l. Kecemasan yang besar akan
menimbulkan kesulitan belajar. m. Kecemasan dan frustasi yang lemah
dapat menimbulkan perbedaan yang lebih baik. n. Apabila tugas tidak
terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke
demoralisasi. o. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi
yang berlainan. p. Tekanana kelompok murid (pergrup) kebanyakan lebih
efektif dalam motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa. q.
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 146
1011.
1012.
1013.
1014.
1015.
1016.
1017.
1018.
1019.
Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid (Kenneth
H. Hover dalam Hamalik, 2007: 114-116).
Motivasi/Salah satu strategi motivasional yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar adalah model ARCS, yaitu Attention, Relevance,
Convidance, dan Saticfaction (Irawan, dkk. 1997: 42).
Motivasi/Salah satu teori motivasi berprestasi adalah hadiah dan penguat
(reward dan reinforcer), menunjukkan bahwa ada hubungan atau
pengaruh antara motivasi berprestasi dengan reward (Wlodkoski dalam Sri
Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 330-342).
Motivasi/Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru tujuan motivasi
adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan
ditetapkan di dalam kurikulum sekolah (Purwanto, 2007: 73).
Motivasi/Setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan
aktualiasi diri. Salah satu kebutuhan aktualisasi diri adalah pengetahuan
dan pemahaman serta pemakaian kemampuan kognitif secara positif
(Maslow dalam Alwisol, 2005: 254).
Motivasi/Siswa yang termotivasi untuk mencapai prestasi ingin dan
mengharapkan sukses, serta siswa yang motivasi berprestasinya tinggi
cenderung sukses dalam mencapai prestasi belajarnya menunjukkan
bahwa ada pengaruh antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar
(Weiner dalam Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 355).
Motivasi/Strategi motivasional model ARC dapat dikembangkan melalui
metode-metode pembelajaran berbasis konstruktivistik. Sebagai filsafat
belajar, pemikiran konstruktivisme adalah orang hanya dapat memahami
apa yang dikonstruksinya sendiri (Sindhunata, 2000: 109).
Motivasi/Teori motivasi terbagi kedalam dua katagori yaitu Teori
kepuasan dan Teori proses. Teori kepuasan memusatkan perhatian pada
faktor-faktor didalam individu yang mendorong, mengarahkan,
mempertahankan dan menghentikan perilaku. Teori proses menerangkan
dan menganalisa bagaimana perilaku didorong, diarahkan, dipertahankan
dan dihentikan (Gibson, 1996: 186).
Murid/Peserta didik diharapkan dapat memiliki pengetahuan, kemampuan
serta ketrampilan untuk mengkonstruksi/membangun pengetahuan secara
mandiri melalui pembelajaran generatif (Sumadi, 2000:15).
Mutu/Pengukuran mutu dari sisi produsen (sekolah) disebut quality in fact
sedangkan pengukuran mutu dari sisi pelanggan disebut sebagai quality in
perception. Adapun standar yang dipakai pengukuran quality in fact
adalah standar proses dan pelayanan, yakni yang sesuai dengan spesifikasi
dalam perencanaan, cocok dengan tujuan dan dilaksanakan dengan tanpa
kesalahan (zero defect) atau mengerjakan sesuatu yang benar sejak
pertama dan seterusnya (right first time and every time). Standar yang
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 147
1020.
1021.
1022.
1023.
1024.
1025.
1026.
1027.
digunakan untuk pengukuran quality in perception adalah standar
pelanggan, yakni kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan
permintaan dan harapan pelanggan (Suderadjat, 2005: 2).
Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaman yang direka-reka atau
dikhayalkan oleh pengarangnya saja yang berbentuk fakta contohnya
biografi, autobiografi, kisah-kisah sejati. Sedangkan yang berbentuk fiksi
antara lain novel, cerpen, cerbung (Muharimin, 1999: 97).
Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan
masalah (Parera, 1993: 5).
NHT/Kooperatif model numbered head together merupakan sebuah varian
diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang
siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu
siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Hal ini dilakukan sesuai
dengan tujuan metode pembelajaran kooperatif numbered head together
yaitu adanya keterlibatan total semua siswa dan meningkatkan tanggung
jawab individual dalam diskusi kelompok (Nur, 2005:78).
NHT/Numbered head together adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif struktural yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993)
dengan melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka
mengenai isi pelajaran tersebut (Nurhadi dkk, 2004: 67).
NHT/Numbered head together adalah suatu metode belajar di mana
setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok secara acak
guru memanggil nomor dari siswa (Widdiharto, 2004: 5).
Organisasi/Ada lima fungsi budaya yang penting untuk diaktualisasikan
yaitu: Penentu batas-batas berprilaku. 1) Menumbuhkan kesadaran tentang
identitas sebagai anggota organisasi. 2) Penumbuh komitmen. 3)
Pemelihara stabilitas organisasi. 4) Mekanisme pengawasan (Siagian,
2002 :199-200).
Organisasi/Budaya organisasi seperti itu dikemukakan oleh Keits Davis
dan John Newstorm sebagai berikut: Seperti halnya pribadi seseorang,
organisasi selalu unik dan ingin tampil khas, masing-masing organisasi
memiliki budayanya sendiri-sendiri, hal ini karena dipengaruhi oleh visi
dan misi, serta tujuan. Walaupun organisasi itu sejenis, namun budayanya
akan berbeda. Oleh kerena itu, budaya organisasi disebut juga dengan
sifat-sifat internal organisasi yang dapat membedakannya dengan
organisasi lain. Budaya organisasi ini dapat tampil lewat tradisi-tradisi,
metode tindakannya sendiri secara keseluruhan menciptakan suatu iklim
(Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006: 98).
Organisasi/Budaya bersifat dinamis bukan statis. Dorongan budaya ini
bertolak dari visi organisasi mengenai apa yang dapat dicapai dan strategi
lembaga untuk menolong dorongan budaya agar melakukan perubahan
organisasi. Budaya organisasi sekolah ini yang akan menentukan
perbaikan mutu dalam kontek kepemimpinan sekolah (Syafaruddin, 2002:
99).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 148
1028. Organisasi/Budaya organisasi dapat mempengaruhi persepsi, pandangan
dan cara kerja orang yang ada di dalamnya. Apakah karyawan
menunjukkan kegairahan, disiplin, rasa suka atau moral-moral yang
negatif seperti malas, kurang responsif, apatis, dan sebagainya, dapat
ditentukan oleh pengaruh-pengaruh kultural yang terjadi pada organisasi.
(Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006: 98).
1029. Organisasi/Budaya organisasi harus dibentuk dan dikembangkan kerena
adanya budaya organisasi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui
proses yang memerlukan waktu, mulai dari terbentuknya organisasi
hingga menjadi organisasi yang mapan, yang pada gilirannya organisasi
itu akan menemukan jati dirinya yang khas (Siagian, 2002: 187).
1030. Organisasi/Ciri-ciri organisasi bermutu adalah organisasi yang senantiasa
secara konsisten berorientasi kepada sasaran dan tujuan, sehingga secara
optimal dapat memberikan pelayanan terhadap pelanggan. Berfokus
pelanggan, fokus pada upaya mencegah masalah, investasi pada manusia,
memiliki strategi mencapai kualitas, memperlakukan keluhan sebagai
umpan balik memperbaki diri, memiliki kebijakan dalam perencanaan
mencapai kualitas, mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan
semua orang, membentuk fasilitator yang berkualitas untuk memimpin
proses perbaikan, mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas
dan mampu menciptakan kualitas, memperjelas peranan dan tanggung
jawab setiap orang, memiliki strategi evaluasi jelas, memandang kualitas
sebagai jalan menuju perbaikan kepuasan pelanggan, memiliki rencana
jangka panjang, memandang kualitas sebagai bagian dari kebudayaan, dan
meningkatkan kualitas sebagai suatu keharusan strategis berdasarkan misi
tertentu dari suatu organsiasi (Permadi, 1999: 12-13).
1031. Organisasi/Filsafat organisasi yang di dalamnya mencakup hal-hal sebagai
berikut: 1) Fokus perhatian pada kepuasan pelanggan. 2) Pemupukan
loyalitas. 3) Perhatian pada budaya organisasi. 4) Pentingnya ketentuan
formal dan prosedur (Siagian, 2002: 25-34).
1032. Organisasi/Prinsip-prinsip organisasi yang di dalamnya meliputi: 1)
Kejelasan tujuan, yaitu tujuan organisasi harus dirumuskan secara jelas
agar dapat dipahami oleh semua
personel, dan dapat meyakinkan
personel bahwa tujuan dimaksud pantas untuk dicapai. 2) Fungsionalisasi,
yaitu segala jenis fungsi yang akan diselenggarakan ditempatkan dalam
wadah tertentu sehingga tidak ada fungsi yang tidak jelas pewadahannya.
Dan tidak ada fungsi yang bernaung di bawah lebih dari satu wadah dalam
organisasi. Fungsionalisasi ini berguna untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih dalam pelaksanaan berbagai jenis kegiatan. 3) Pembagian
tugas, yaitu dalam menyelesaikan tugas-tugas organisasi dilakukan dengan
cara membagikan tugas, dengan dasar bahwa walaupun betapa hebatnya
seorang manajer tentu tidak akan dapat bekerja sendirian. Setiap satuan
kerja mempunyai tugas dan kegiatan yang secara fungsional menjadi
tanggung jawabnya. Oleh karenanya, diperlukan uraian tugas yang
kemudian dirinci menjadi uraian pekerjaan setiap orang dalam satuan
kerjanya masing-masing. 4) Penempatan yang tepat, yaitu menempatkan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 149
1033.
1034.
1035.
1036.
1037.
1038.
personel sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, bakat, dan minatnya.
Hal ini berfungsi untuk menghindari kinerja yang hanya bersifat rutinitas,
repetitip, dan mekanistik yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kebosanan. Dengan penempatan kerja yang tepat akan meningkatkan
kepuasan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas
kerja. 5) Koordinasi, yaitu melakukan tugas-tugas organisasi yang bersifat
multi-dimensi tidak dengan cara yang berkotak-kotak, melainkan
dengan melihat keterkaitan tugas yang satu dengan tugas yang lainnya. 6)
Departementalisasi, hal ini dilakukan karena tuntutan spesialisasi,
dan pembagian tugas yang tepat. Departementalisasi ini biasanya
dilakukan oleh organisasi yang besar. 7) Kesatuan arah, yaitu setiap
kegiatan yang dilakukan dalam organisasi harus diarahkan hanya pada
upaya pencapaian tujuan, karena kegiatan yang tidak relevan hanya akan
sia-sia saja. 8) Kesatuan komando, yaitu seseorang bawahan hanya
bertanggung jawab kepada dan menerima perintah dari atasannya. Jika
prinsip ini tidak diikuti maka akan menimbulkan kerancuan dalam
kinerjanya. 9) Rentang kendali, yaitu suatu kegiatan yang berkaitan erat
dengan efektivitas supervisi. 10) Pola pengambilan keputusan, yaitu pola
sentralisasi dan desentralisasi, masing-masing memiliki ciri, dan dampak
yang berbeda terhadap prilaku personel. Itulah sebabnya, kepala sekolah
harus pandai membaca situasi, kondisi, waktu, dan ruang untuk
menentukan pola pengambilan keputusan yang tepat (Siagian, 2002: 3648).
Organisasi/Produktivitas suatu organiasasi harus selalu dapat diupayakan
untuk terus ditingkatkan, terlepas dari tujuannya, misinya, jenisnya,
strukturnya, dan ukurannya. Aksioma tersebut berlaku bagi semua jenis
organisasi (Siagian, 2002 : 1).
Organisasi/Struktur organisasi adalah mekanisme kerja organisasi itu yang
menggambarkan unit-unit kerjanya dengan tugas-tugas individu yang
didalamnya beserta kerja samanya dengan individu-individu lain dan
hubungan anatara unit-unit kerja itu baik secara vertikal maupun
horisontal (Pidarta (2004: 57).
Para ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya
apabila seseorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lainnya
(Silberman, 2001:157).
Paragraf baik dan efektif harus memenuhi tiga parsyaratan, yaitu (1)
Kohesi
(Kesatuan);
(2)
Koherensi
(Kepaduan);
dan
(3)
Pengembangan/Kelengkapan paragraph” (Suriamuharja, 1996: 48).
Paragraf/Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah: 1. Sebagai
penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan
karangan. 2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok
karangan (Tarigan, 1996: 48).
Partisipasi/Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas yang berupa
gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan dukungan
masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas
menjalankan program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulit
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 150
1039.
1040.
1041.
1042.
1043.
1044.
1045.
1046.
untuk mencapai tujuan pendidikan yang dikemukakan (Daryanto, 2006 :
29).
Partisipasi/Dimensi hubungan ini mengukur sejauh mana partisipasi
personalia yang ada di sekolah. Dimensi ini mencakup afektif dan
interaksi para personel yang ada. Skala yang dipakai untuk mengukur
hubungan adalah dukungan peserta didik, afiliasi, keretakan, keintiman,
kedekatan, dan keterlibatan (Moos dan Arter dalam Hadiyanto, 2004:
179).
Partisipasi/Masyarakat merupakan mitra untuk mengembangkan sekolah.
Sekolah tidak dapat maju pesat tanpa bantuan dari masyarakat. Oleh
karena itu, kemitraan dengan masyarakat harus terus terjalin (Komariah
dan Triatna, 2006: 57).
Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia sedikitnya
mencakup tujuh kegiatan utama, yaitu perencanaan tenaga kependidikan,
pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian tenaga kependidikan,
kompensasi, dan penilaian tenaga kependidikan (Mulyasa, 2006: 152).
Pelatihan sebagai proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan
cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan
akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis
untuk tujuan tertentu (Sikula dalam Sumantri, 2000: 2).
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Tingkat
terendah, adalah pemahaman terjemahan dalam arti yang sebenarnya,
misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan
Bhinneka Tunggal Ika, menagrtikan Merah Putih, menerapkan prinsipprinsip listrik dalam memasang sakelar. b. Tingkat kedua adalah tingkat
penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik
dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok c.
Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah tingkat
pemahaman ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi seseorang mampu melihat
dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau
dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya (Sudjana, 2009: 24-25).
Pemahaman konsep/Adapun indikator pemahaman konsep adalah siswa
mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh
atau bukan contoh dari konsep. Sedangkan indikator pemahaman
prosedural adalah siswa mampu mengenali prosedur atau proses
menghitung yang benar (DEPDIKNAS, 2003:11).
Pemahaman konsep/Adapun indikator pemahaman konsep adalah siswa
mampu mengidentifikasikan konsep, mengidentifikasi dan memberi
contoh atau bukan contoh dari konsep. Sedangkan indikator pemahaman
prosedural adalah siswa mampu mengenali prosedural atau proses
menghiting yang benar (DEPDIKNAS, 2003:11).
Pemahaman konseptual ditunjukkan dengan kejelasan bahwa pengetahuan
yang kaya akan hubungan-hubungan (Hudojo, 2005: 101).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 151
1047. Pemahaman merupakan aspek mendasar dalam belajar, dan setiap
pembelajaran matematika seharusnya memfokuskan pada bagaimana
menanamkan konsep matematika berdasarkan pemahaman (Abidin, 2004:
57).
1048. Pemahaman prosedural ditunjukkan dua bagian yang berbeda. Pertama,
tersusun sebagai bahasan formal atau sistem representasi simbol
matematika. Kedua, terdiri dari algoritma atau aturan untuk menyelesaikan
tugas (Hudojo, 2005: 101).
1049. Pemahaman prosedural merupakan pengetahuan tentang urutan kaidahkaidah, prosedur- prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan soalsoal matematika (Abidin, 2004: 61).
1050. Pemahaman/Buxton mengemukakan ada empat tingkatan pemahaman
yaitu sebagai berikut: a. Tingkatan pemahaman meniru (Rote Learning),
pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu
mengapa. b. Tingkatan pemahaman observasi (Observasikoanal
Understanding), pada tingkatan ini siwa lebih mengerti setelah melihat
adanya suatu pola (Pattern) atau kecenderungan. c. Tingkatan pemahaman
pencerahan (Insightfull Understanding), tingkatan ini siswa mampu
menjawab soal-soal dengan baik dan tepat, tetapi baru kemudian
menyadari mengapa dan bagaimana dia dapat menyelesaikannya setelah
berdiskusi ulang atau mempelajari ulang materinya. d. Tingkatan
pemahaman relasional, tingkat pemahaman ini siswa tidak hanya tahu
tentang penyelesaian suatu masalah, melainkan dia juga dapat
menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih
kompleks
(Wahyudi,
www.
Depdiknas.go.id/jurnal/36/tingkatan
pemahaman siswa.htm) 1978).
1051. Pemahaman/Kecakapan untuk mengontrol tingkat pemahaman merupakan
proses yang sejalan dengan tingkat perkembangan berpikir seseorang.
Artinya semakin tua usia siswa maka semakin tinggi tingkat kecakapan
dalam kemampuan pemahamannya. Hal ini ada kaitannya dengan tingkat
perkembangan perilaku kognitif (Sardiman, 2007: 43).
1052. Pemahaman/Menurut aliran teori belajar Gestalt, insight/pemahaman dapat
diperoleh seseorang dengan melihat hubungan tertentu antara berbagai
unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya insight/pemahaman itu
tergantung hal-hal berikut: Kesanggupan, maksudnya kesanggupan atau
kemampuan inteligensi. a) Pengalaman, karena belajar, berarti akan
mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya
insight. b) Taraf kompleksitas dari suatu situasi, semakin kompleks
semakin sulit c) Latihan, dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi
kesanggupan memperoleh insight, dalam situasi-situasi yang bersamaan
yang telah dilatih. d) Trial and Eror, sering seseorang tidak dapat
memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaanpercobaan, seseorang dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam
problem itu, sehingga akhirnya menemukan insinght (Sardiman, 37).
1053. Pembelajaran bukan menitikberatkan pada “apa yang di pelajari “,
melainkan pada “bagaimana membuat siswa mengalami proses belajar,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 152
yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaiytan
dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan
cara mengelola pembelajaran (Yamin, 2011: 70).
1054. Pembelajaran ekspositori sebagai pembelajaran konvensional (Sagala,
2009: 79).
1055. Pembelajaran generatif terdiri dari empat tahap, yaitu: a) Eksplorasi Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut juga tahap
pendahuluan. Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk
melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang
diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran
pada tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu
melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa
aktivitas/tugas-tugas seperti melalui demonstrasi/penelusuran terhadap
suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data dan fakta yang terkait
dengan konsepsi yang dipelajari. Dalam aktivitas ini, gejala, data, fakta
yang didemonstrasikan sebaiknya dapat merangsang untuk berfikir kritis,
mengkaji fakta, data dan gejala, serta memusatkan pikiran terhadap
permasalahan yang dipecahkan. Dengan demikian, pada akhirnya dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktivitas
demonstrasi/penelusuran, siswa didorong untuk mengamati gejala dan
fakta. Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul
pertanyaan pada diri siswa, mengapa hal itu terjadi. Pada langkah
berikutnya guru mengajak dan mendorong siswa untuk berdiskusi tentang
gejala atau fakta yang baru diselidiki atau diamati. Guru harus
mengarahkan proses diskusi guna mengidentifikasi konsepsi siswa yang
selanjutnya dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis.
Pada proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan,
bimbingan, motivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat
mengemukakan pendapat/ide/hipotesis. b) Pemfokusan - Pada tahap kedua
yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep atau intervensi. Pada
tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis. Pengujian
hipotesis dilakukan untuk mencoba membuktikan konsep atau rumus yang
telah mereka rumuskan sebelumnya di tahap eksplorasi. Dalam hal ini
materi yang di uji hipotesisnya adalah luas permukaan dan volume kubus
dan balok. Pada tahap ini guru bertugas sebagai fasilitator yang
menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan arahan. Tugastugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa
sehingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji
hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang
disusun/dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk
atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan
kemungkinan siswa beraktivitas sesuai dengan caranya sendiri atau cara
yang diinginkannya. Penyelesaian tugas dilakukan secara berkelompok
sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang
ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat,
membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 153
pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya. c) Tantangan Tahap ketiga yaitu tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep.
Pada tahap ini siswa mulai mengetahui konsep yang benar dari materi
yang sedang dipelajari. Para siswa diminta mempresentasikan temuannya
melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar
pengalaman diantara siswa sehinggan konsep yang benar akan mulai
diketahui peserta didik. Dalam tahapan ini siswa berlatih untuk berani
mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman, dan
menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Pada saat diskusi,
guru berperan sebagai moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi
dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa siswa memperoleh
kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi
proses kognitif, yaitu terjadinya proses mental disebut asimilasi dan
akomodasi. Terjadi proses asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan
konsep yang benar menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi
apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris. Pada tahap ini
sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan
soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut.
Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian menuju
yang sukar. Dengan soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian
besar siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya
akan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, jika
langsung diberikan soal yang tingkat kesukarannya tinggi maka sebagian
besar siswa tidak akan mampu menyelesaikannya dengan benar maka akan
dapat menurunkan motivasi belajar siswa. d) Penerapan - Tahap keempat
adalah tahap penerapan. Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat
memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep
benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam
kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang
dikerjakan siswa diluar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang
baik untuk dilakukan. Pada tahap ini siswa perlu diberi banyak latihanlatihan soal. Dengan adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami
konsep (isi pembelajaran) secara lebih mendalam dan bermakna. Pada
akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka
panjang, ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik. Dari uraian di atas
mengenai tahap-tahap dari pembelajaran generatif, dari tahap eksplorasi
sampai dengan tahap penerapan. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan,
kemampuan serta ketrampilan untuk mengkontruksi/membangun
pengetahuannya sendiri secara mandiri. Dengan pengetahuan awal (prior
knowledge) yang telah dimiliki sebelumnya dan menghubungkannya
dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa akan mampu
mengkonstruksi pengetahuan baru. Dengan begitu konsep yang didapat
akan tersimpan dalam memori jangka panjang (Osborne dan Cosgrove
dalam Wena, 2010: 177- 180).
1056. Pembelajaran generatif/Intisari dari pembelajaran generatif adalah otak
tidak menerima informasi dengan pasif melainkan aktif mengkonstruksi
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 154
1057.
1058.
1059.
1060.
1061.
1062.
suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat
kesimpulan (Waluya, 2005: 5).
Pembelajaran generatif/Kelebihan pembelajaran generatif adalah:
Pembelajaran generatif memberikan peluang kepada siswa untuk belajar
secara kooperatif; Merangsang rasa ingin tahu; Pembelajaran generatif
cocok untuk meningkatkan ketrampilan proses; Meningkatkan aktivitas
belajar siswa, diantaranya dengan bertukar pikiran dengan siswa yang
lainnya, menjawab pertanyaan dari guru, serta berani tampil untuk
mempresentasikan hipotesisnya. Konsep yang dipelajari siswa akan masuk
ke dalam memori jangka panjang (Sutarman dalam Syarifah, 2010: 37).
Pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk
secara kreatif sehingga dapat menghadapi situasi sejenis atau bahkan
situasi yang baru sama sekali dengan cara yang memuaskan (Darsono,
2000: 71).
Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Sagala,
2009: 78).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan
bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain
sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,
makhluk yang berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60).
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif
siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya
jika setiap anggota kelompoknya berhasil (Woolfolk dalam Budiningarti,
1998: 22).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait, elemen-elemen tersebut antara
lain: 1) Saling Ketergantungan Positif. Dalam pembelajaran kooperatif,
guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud
dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat
dicapai melalui: a) Saling ketergantungan mencapai tujuan, b) Saling
ketergantungan menyelesaikan tugas, c) Saling ketergantungan bahan atau
sumber, d) Saling ketergantungan peran, e) Saling ketergantungan hadiah.
2) Interaksi Tatap Muka. Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling
tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. 3)
Akuntabilitas Individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya
dalam belajar kelompok. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil
belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus
memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok
yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara
individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas Individual. 4)
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Keterampilan sosial
seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan
bukan mengkritik teman dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 155
1063.
1064.
1065.
1066.
1067.
1068.
menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat
menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya akan memperoleh teguran
dari guru tetapi juga dari sesama siswa (Abdurrahman & Bintoro dalam
Nurhadi dkk, 2004: 61-62).
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu; (1) dalam proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan
hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi
menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir, (2) dalam
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus
menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu
dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruksi sendiri (Sagala, 2005: 63).
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam
bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti
menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah
menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran (Warsita, 2008: 265).
Pembelajaran/Agar dapat mengajar secara efektif maka guru harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Mengaktifkan siswa dalam
proses belajar mengajar. b. Menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM
secara efektif. c. Memberi motivasi belajar siswa. d. Menguasai bahan
pelajaran yang akan disajikan. e. Membuat perencanaan sebelum mengajar
(RPP). f. Melakukan komunikasi atau interaksi belajar mengajar. g.
Melaksanakan penilaian hasil belajar (PHB) siswa (Roestiyah dalam
Suryosubroto 1997: 14).
Pembelajaran/Ciri dan prinsip dalam proses pembelajaran agar siswa
mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan saat
ini dan mendatang adalah sebagai berikut : (a) Berorientasi pada siswa. (b)
Mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yang tepat dan
beragam. (c) Memperhatikan teori pendidikan dan teori belajar. (d)
Mengusahakan suasana yang demokratis, partisipatif, dan kooperatif. (e)
Mengembangkan penilaian (evaluasi) yang menyeluruh dan beragam
(tidak hanya dalam bentuk tes, tetapi juga dalam bentuk-bentuk lain:
seperti porto folio, tugas (proyek), karya tulis, karya kerja (kinerja). (f)
Memperhatikan ciri pokok keilmuan dari bidang studi atau materi yang
sedang dipelajari (Muhsetyo, 2006: 03).
Pembelajaran/Efektifitas guru mengajar nyata dari keberhasilan siswa
dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu (Nasution dalam Subroto,
1997: 11).
Pembelajaran/Keefektifan pendidikan ditinjau dari dua segi yaitu: 1.
Mengajar guru, yang menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar
yang diajarkan terlaksana. 2. Belajar siswa, yang menyangkut sejauh mana
tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar
mengajar (Simanjuntak dalam Suryosubroto, 1997: 9)
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 156
1069. Pembelajaran/Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar (BSNP dalam Warsita,
2008: 266).
1070. Pembelajaran/Kombinasi pembelajan secara klasikal, kelompok dan
individual memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan
pengajaran (Usman, 2000: 96-98).
1071. Pembelajaran/Langkah-langkah dalam pembelajaran adalah: 1) Persiapan.
Hal yang harus dilakukan guru pada langkah ini adalah: 1) Memberikan
sugesti yang positif. contoh: guru menyampaikan bahwa dimensi tiga
merupakan materi yang sangat penting dalam bidang perencanaan
bangunan atau konstruksi bangunan. 2) Mengemukakan tujuan yang harus
dicapai. contoh: guru menyampaikan bahwa tujuan yang akan dicapai
adalah siswa dapat menentukan jarak titik ke garis. 3) Mengingatkan siswa
terhadap materi yang telah dipelajari. contoh: siswa diingatkan tentang
dalil Pythagoras, proyeksi titik terhadap garis, garis tinggi suatu segitiga,
luas segitiga serta aturan sinus dan kosinus (Depdiknas, 2008: 33-34).
1072. Pembelajaran/Lebih tepat, efektifitas pengajaran itu seharusnya ditinjau
dari hubunganya dengan guru tertentu, di dalam situasi tertentu dan dalam
usahanya mencapai tujuantujuan tertentu (Popham, 1992: 7).
1073. Pembelajaran/Membedakan tiga cara pengorganisasian siswa belajar
,yaitu: a) pembelajaran secara individual; b) pembelajaran secara
kelompok; c) pembelajaran secara klasikal. Ketiga pembelajaran ini
memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda-beda (Dimyati
dan Mudjiono, 2000:161-170).
1074. Pembelajaran/Mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah
ditentukan oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah
(Mortimer J Adler dalam Permadi, 1999: 24).
1075. Pembelajaran/Pada dasarnya pembelajaran melalui tiga tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran merupakan suatu
proses, maka diperlukan adanya perencanaan yang seksama dan sistematis
(Ibrahim dan Sukmadinata, 1996: 31).
1076. Pembelajaran/Prinsip kegiatan pembelajaran, sebagai berikut: a. Berpusat
pada siswa. b. Pembalikan makna belajar. c. Belajar dengan melakukan. d.
Mengembangkan kemampuan sosial, kognitif dan kemampuan emosional.
e. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan. f.
Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. g. Mengembangkan
kreativitas siswa. h. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi i. Menumbuhkan kesadran sebagai warga yang
baik. j. Belajar sepanjang hayat. k. Perpaduan kemandirian dan kerjasama
(Syah, 2007: 288-295).
1077. Pembelajaran/Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu proses
yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu (Usman dalam Suryosubroto, 1997: 9).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 157
1078. Pembelajaran/Terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru
dalam proses pembelajaran, yakni: 1) Menyusun program pengajaran,
termasuk merumuskan tujuan. 2) Menentukan materi pelajaran yang sesuai
dengan tujuan tersebut. 3) Menentukan alat peraga /media pengajaran yang
dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan
materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan
tersebut. 4) Memilih dan menggunakan metode belajar yang tepat. 5)
Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai-tidaknya tujuan
yang hasilnya dapat dijadikan sebagai feedback bagi guru dalam
meningkatkan kualitas mengajarnya maupun kuantitas belajar siswa
(Usman, 2001: 18).
1079. Pembelajaran/Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu
dengan lainnya dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode,
media, dan penilaian. (Sudjana 1997: 16).
1080. Pembelajaran/Tiga struktur pembelajaran dijelaskan oleh Haris Mudjiman
sebagai berikut: a. Struktur Kompetitif. Struktur pembelajaran yang
digunakan dalam pendidikan formaltradisional adalah struktur kompetitif.
Sistem penilaian yang digunakan dalam struktur ini mendorong siswa
untuk berkompetisi dengan kawankawannya. Kemampuan mereka diukur
dengan nilai dan rank. Orientasi siswa adalah “menang atau kalah”.
Belajar yang berhasil adalah kalau dapat mengalahkan kawannya sehingga
terjadi persaingan dengan segala akibat baik dan buruknya. b. Struktur
Individual. Pembelajaran dengan struktur individual banyak dijalankan
dalam system pendidikan nonformal atau dalam pendidikan
formaltradisional tetapi ada penugasan-penugasan individual sesuai minat
masing-masing. Dalam struktur pembelajaran individual , siswa
berorientasi kepada pencapaian kompetisi. Bila masih terjadi kompetensi,
yang terjadi adalah kompetisi dengan diri sendiri, bukan dengan kawankawannya. c. Struktur Kooperatif. struktur Pembelajarn ini dapat
dilaksanakan di kelas-kelas tradisional dalam bentuk kerja kelompok, atau
di kelas-kelas pendidikan nonformal. Sikap kompetitif masih ada pada
setiap kelompok, tetapi orientasi belajar utamanya adalah ke pencapaian
suatu keompetensi atau pemecahan masalah (Mudjiman, 2005: 70-72).
1081. Pembelajaran/Tiga unsur yang merupakan dasar terpenting dalam kegiatan
pembelajaran yaitu: 1. Orientasi - Memberikan dasar orientasi yang
lengkap yang mencakup isi maupun metode yang dipakai. 2. Latihan Melatih keaktifan secara bertahap langkah demi langkah dengan empat
parameter proses belajar yaitu: a. (Konkret -Verbal – Mental). b.
Kelengkapan (Lengkap – Singkat). c. Penguasan (Kurang – Baik). d. Sifat
Persoalan (Khas – Umum). Dengan mempelajari parameter-parameter
secara terperinci apabila belum diperoleh pemecahan dengan baik maka
siswa dapat kembali lagi ke tingkat yang lebih rendah sehingga
memungkinkan untuk dapat menyelesaikan dengan baik. 3. Umpan Balik Melakukan suatu diagnosa tentang hasil dari proses belajar mengajar yaitu
dengan PS3 (Galperin dalam Tjipto dan Ruijhter (1985 : 88).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 158
1082. Pembelajaran/Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan
perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari
bahan pelajaran yang kita ajarkan (Roestiyah (dalam Djamarah, 2002: 48).
1083. Pembelajaran/Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari
kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah
keluarga, lembaga agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda yang
lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat
pendidikan tersebut (Dimyati, dkk. 2006: 97-100).
1084. Pemberian tugas pengajuan soal dapat dilakukan dengan tiga cara sebagai
berikut: (a) Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi
semua informasi yang diperlukan untuk nmemecahkan soal tersebut ada.
Tugas siswa adalah membuat pertanyaan berdasarkan informasi tadi. (b)
Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi
kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus
penyelesaiannya. Nanti soal-soal dipecahkan oleh kelompok-kelompok
lain. Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit tentang
kebaikan dan kesiapannya. Soal-soal tersebut nanti digunakan untuk
latihan. Nama pembuat soal tersebut ditunjukkan, tetapisolusinya tidk.
Soal-soal tersebut didiskusikan dalam masing-masing kelompok dan kelas.
(c) Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan
yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian
diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat
bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi katakatanya berbeda. Dengan mendaftar pertanyaan yang berhubungan dengan
masalah tersebut akan membantu siswa “memahami masalah:,sebagai
salah satu aspek pemecahan masalah (Menon dalam Siswono, 2000: 8-9).
1085. Pemecahan masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis di dalam
mengambil keputusan dalam kehidupan (Cooney dalam Hudojo, 1979:
161).
1086. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian dari masalah
(Ruseffendi, 1980: 218).
1087. Pemecahan masalah/Ada dua macam masalah, yaitu (1) masalah untuk
menemukan yaitu untuk menemukan suatu obyek tertentu dan (2) masalah
untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan
itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya, 1962: 119).
1088. Pemecahan masalah/Bagian utama dari masalah untuk menemukan adalah
apa yang diketahui, apa yang dicari, dan bagaimana syaratnya. Bagian
utama dari masalah untuk membuktikan adalah hipotesa atau konklusi dari
suatu pernyataan yang harus dibuktikan kebenarannya (Hudojo, 1979:
158-159).
1089. Pemecahan masalah/Beberapa strategi pemecahan masalah yaitu:
mencoba-coba, membuat diagram, mencobakan pada soal yang lebih
sederhana, membuat tabel, menemukan pola, memecah tujuan,
memperhitungakan setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari
belakang, dan mengabaikan hal yang tidak mungkin (Polya, 1973 dalam
Shodiq 2004: 13-14) dan Pasmep, 1989 dalam Shodiq 2004: 13-14).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 159
1090. Pemecahan masalah/Dalam pelaksanaan problem posing dikenal beberapa
jenis model problem posing antara lain: (a) Situasi problem posing bebas Siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan soal
sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena
dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan untuk mengajukan soal. (b)
Situasi problem posing semi terstruktur - Siswa diberikan situasi atau
informasi terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal
dengan mengaitkan informasi itu dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Situasi dapat berupa gambar atau informasi yang
dihubungkan dengan konsep tertentu. (c) Situasi problem posing
terstruktur - Siswa diberi soal atau selesaian soal tersebut, kemudian siswa
diminta untuk mengajukan soal baru (Chairani, 2007: 04).
1091. Pemecahan masalah/Indikator dari pemecahan masalah antara lain: a)
Menunjukkan pemahaman masalah; b) Mengorganisasi data dan memilih
informasi yang relevan dalam pemecahan masalah; c) Menyajikan
masalah secara matematik dalam berbagai bentuk; d) Memilih pendekatan
atau metode yang tepat; e) Mengembangkan strategi pemecahan masalah;
f) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah; g)
Menyelesaikan masalah atau soal tidak rutin (Shadiq, 009:14).
1092. Pemecahan masalah/Kekurangan pembelajaran pemecahan masalah yaitu:
(1) menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat berpikir siswa memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, (2)
waktu yang dibutuhkan cukup lama, (3) mengubah kebiasaan belajar siswa
dari mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar
dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri yang kadang-kadang
memerlukan sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa, (4)
bagi siswa yang tidak terbiasa menghadapi masalah akan mengalami
kesulitan untuk memahami masalah yang ditugaskan, (5) siswa yang
pandai akan mendominasi kegiatan pemecahan masalah sedangkan yang
kurang pandai tidak mendapat kesempatan dalam pemecahan masalah
(Hudojo (2005: 171) dan Mbulu, 2001: 57).
1093. Pemecahan masalah/Kelebihan pembelajaran pemecahan masalah yaitu:
(1) membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kehidupan, (2) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisanya kembali dan akhirnya meneliti kembali
hasilnya, (3) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, merupakan
hadiah intrinsik siswa, (4) merangsang pengembangan kemampuan
berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh sehingga potensi intelektual
siswa meningkat, (5) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan
dengan melakukan proses melakukan penemuan (Hudojo, 2005: 170 dan
Mbulu, 2001: 56).
1094. Pemecahan masalah/Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah
adalah 1) siswa dihadapkan pada suatu masalah, 2) siswa merumuskan
masalah tersebut, 3) siswa merumuskan hipotesis, 4) siswa menguji
hipotesis, dan 5) siswa mempraktekkan kemungkinan pemecahan yang
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 160
1095.
1096.
1097.
1098.
1099.
1100.
1101.
1102.
1103.
1104.
dipandang terbaik (John Dewey dalam Mbulu, 2001: 53 dan dalam
Nasution, 2000: 171).
Pemecahan masalah/Langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah
yaitu: (1) guru memilihkan masalah dan menyesuaikannya dengan minat
siswa dan taraf kesulitan yang dapat dihadapi siswa, (2) bekerja dalam
kelompok kecil, (3) siswa diberi tugas menulis apa yang diketahui, apa
yang ditanya, dan informasi apa yang diperlukan untuk pemecahan, (4)
sajikan masalah sedemikian sehingga siswa paham apa yang harus
dikerjakan, (5) sediakan cukup waktu bagi siswa untuk memecahkan
masalah, membahas hasil dan mengevaluasi hasil, dan (6) kelas membahas
cara lain yang mungkin untuk memecahkan masalah (Hatfield, Edward,
dan Bitter dalam Goni, 2002: 24-25).
Pemecahan masalah/Masalah ada dua macam yaitu (1) masalah untuk
menemukan yaitu untuk menemukan suatu obyek tertentu dan (2) masalah
untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan
itu benar atau salah tetapi tidak keduanya (Polya, 1962: 119).
Pemecahan masalah/Pembelajaran ini bertolak dari pandangan bahwa
tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan
oleh guru (Sagala, 2009: 78).
Pemecahan masalah/Pembelajaran pemecahan masalah memungkinkan
siswa menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan dalam
kehidupan (Cooney (1975) dalam Hudojo, 1979: 161).
Pemecahan masalah/Pemecahan masalah dapat menciptakan ide baru,
menemukan teknik atau produk baru. Bahkan di dalam pembelajaran
matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, istilah
tersebut juga mempunyai interpretasi yang berbeda (Utari, 1994: 24).
Pemecahan masalah/Pemecahan masalah sebagai suatu kegiatan manusia
untuk menerapkan konsep dan aturan yang diperoleh sebelumnya (Dahar
(1996: 190 dalam Rudianto, 2006: 23).
Pemecahan masalah/Penerapan pembelajaran matematika berbasis
masalah melalui model kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa SMA (Gumilar, 2006).
Pemecahan masalah/Peran guru dalam pembelajaran ini antara lain sebagai
penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, pemberi
fasilitas belajar yang baik, serta pembimbing siswa dan penilai dalam
pemerolehan informasi yang benar (Nasution, 2000: 158-159).
Pemecahan masalah/Petunjuk guru membimbing siswa menyelesaikan
masalah adalah 1) membuat siswa memahami masalah, 2) membantu
siswa menghimpun pengalaman belajar dan informasi yang relevan
sehingga memudahkan siswa merencanakan penyelesaian, 3) membuat
siswa memeriksa kembali jawaban (Hudojo, 1988: 175).
Pemecahan masalah/Problem posing mempunyai beberapa arti: (a)
Pengajuan soal ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal
yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat
dikuasai. (b) Pengajuan soal ialah perumusan soal yang berkaitan dengan
syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka pencarian
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 161
1105.
1106.
1107.
1108.
1109.
1110.
1111.
1112.
alternatif soal yang relevan. (c) Pengajuan soal ialah perumusan soal atau
pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum,
ketika atau setelah pemecahan suatu soal atau masalah (Suryanto dalam
Siswoyo, 2003: 3-4).
Pemecahan masalah/Prosedur yang efektif bagi siswa untuk dapat
memahami masalah yaitu: a) Membaca pernyataan masalah secara lengkap
untuk memperoleh suatu ide umum dari situasi dan memvisualisasikan
situasi tersebut. b) Membaca pernyataan masalah untuk memahami
pernyataan dan hubungan-hubungannya. c) Membaca pernyataan masalah
sebagian-sebagian untuk mencatat konsep-konsep yang sulit dan belum
terbiasa. d) Membaca masalah untuk membantu mengorganisasikan
langkah-langkah utama untuk kemungkinan pemecahan. e) Membaca
masalah lebih dari satu kali untuk memeriksa prosedur yang akan
digunakan. f) Petunjuk guru membimbing siswa menyelesaikan masalah
(Barnet (1980) dalam Priatna, 1994:20).
Pemecahan masalah/Strategi pemecahan masalah yaitu: mencoba-coba,
membuat diagram, mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat
tabel, menemukan pola, memecah tujuan, memperhitungakan setiap
kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari belakang, dan mengabaikan hal
yang tidak mungkin (Polya (1973) dalam Shodiq 2004: 13-14); dan
Pasmep (1989) dalam Shodiq 2004: 13-14).
Pemecahan masalah/Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang
memotivasi seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu
secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya
(Suherman, 2001).
Pemecahan masalah/Suatu masalah dalam belajar itu jika seorang siswa
tidak memenuhi harapan-harapan yang diisyaratkan kepadanya oleh
sekolah seperti yang tercantum pada tujuan dari kurikulum dan kurikuler
(Partowisastro dan Hadisuparto (1986:46).
Pemecahan masalah/Suatu masalah timbul, kalau seorang siswa itu berada
di bawah taraf perilaku dari sebagian besar teman sekelasnya pada mata
pelajaran maupun perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru
(Partowisastro dan Hadisuparto, 1986: 47).
Pemecahan masalah/Tahapan pemecahan masalah yang sejalan dengan
tahapan Polya yaitu: (1) pemahaman masalah, (2) pembentukan model
matematika melalui proses abstraksi, (3) pelaksanaan pemecahan melalui
proses manipulasi matematis, dan (4) interpretasi melalui perwujudan
kembali (Skemp (1971: 2358) dalam Priatna: 18).
Pemecahan masalah/Tika Ratna Mayestika (2007) menyatakan bahwa
pemahaman konsep matematis dan ketuntasan belajar siswa kelas VIII
dapat ditingkatkan dengan pendekatan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah/Tujuan pembelajaran pemecahan masalah yaitu
melatih siswa berpikir menurut cara-cara yang tepat sesuai dengan yang
dilakukan secara alamiah (Simandjuntak, 1986: 114).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 162
1113. Penalaran induktif/Makin banyak fakta yang dijadikan dasar penalaran
induktif, maka makin tinggi probabilitas kebenaran konklusinya dan
sebaliknya (Soekadijo, 1999:134).
1114. Pendidikan Agama Islam/Tujuan/Zakiyah Darajat mengklasifikasikan
tujuan pendidikan agama islam menjadi tiga yaitu: a. Tujuan umum, ialah
tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek
kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan,
dan pandangan. b. Tujuan akhir, pendidikan islam itu berlangsung selama
hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah
berakhir pula. Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai
muslim yang merupakan ujung dari taqwa, dan sebagai akhir dari proses
pendidikan itulah yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. c. Tujuan
sementara, tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal. d. Tujuan operasional, ialah tujuan praktis
yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Darajat
dkk., 2006: 30-32).
1115. Pendidikan formal (sekolah) memiliki program pendidikan dengan
karakteristik program sebagai berikut: 1) Kegiatan pendidikan hendaknya
terdiri atas kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 2) Kegiatan sekolah
hendaknya campuran antara studi dan bekerja. 3) Kegiatan sekolah
hendaknya makin tertuju dan mengutamakan kegiatanbelajar sendiri dan
membina diri sendiri. 4) Proses pendidikan atau kegiatanbelajar-mengajar
hendaknya tidak hanya melalui satu jalur pengalaman belajar, tetapi lebih
merupakan gabungan dari berbagai pengalaman belajar dan bervariasi. Hal
ini dapat dicapai dengan: 1) Menggunakan berbagai sumber belajar. 2)
Guru memposisikan diri sebagai contoh, fasilitator dan motivator. 3)
Menggunakan berbagai alat bantu mengajar (Mudyahardjo, 2012: 177178).
1116. Pendidikan formal/Fungsi dan tujuan pendidikan formal sebagai berikut:
1) Pendidikan sekolah ialah salah satu tangga dari keseluruhan proses
pendidikan yang berlangsung sepanjang hidup. 2) Pendidikan sekolah
ialah pendidikan untuk mengembangkan semua aspek kepribadian, baik
kognitif dan afektif maupun keterampilan. 3) Pendidikan sekolah
merupakan suatu sistem terbuka. 4) Pendidikan sekolah merupakan
sekelompok paket belajar atau program belajar yang menyediakan jalur
belajar dan pengalaman belajar, yang memungkinkan siswa dapat
menggunakan hasil belajarnya untuk belajar sendiri atau self-learning, dan
membina dirinya sendiri atau self-direction. 5) Tujuan pendidikan sekolah
tidak hanya menguasai bahan belajaran, tetapi dapat menggunakan apa
yang telah dipelajari itu untuk mampu belajar sendiri dan membina diri
kapan pun dan di mana pun juga, dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan seumur hidup mencapai kualitas hidup pribadi, sosial, dan
profesional seoptimal mungkin (Mudyahardjo, 2012: 176-177).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 163
1117. Pendidikan formal/Karakteristik pendidikan formal sebagai berikut: 1)
Biasanya dalam latar kelas sekolah, walaupun tidak tidak hanya berbasissekolah. 2) Isi biasanya ditetapkan sebelumnya oleh guru atau
orang/kelompok lain yang memiliki otoritas (barang kali bahkan
sukarelawan). 3) Hirarki yang mapan antara guru dan murid. 4) Sering
berakhir dengan tes formal atau pembuktian pengetahuan (Dalam Literacy
Watch Bulletin (2001-No.17).
1118. Pendidikan formal/Karakteristik pendidikan formal sebagai berikut: 1)
Pendidikan formal mulai kerangka teoritis atau konsepual dan pengarah
pada pekerjaan praktis atau lapangan aktual. 2) Terdapat kurikulum yang
mapan atau ditentukan sebelumnya. 3) Para peserta didik dalam tipe
pendidikan ini homogen dengan tujuan umum. 4) Pembelajaran adalah
vertikal dan berpusat pada kurikulum. 5) Ketaatan pada norma-norma
lembaga yang ketat dan tidak ada pilihan bebas bagi peserta didik. 6)
Pendidikan ini bersifat spesialis, misalnya berorientasi pada kelas,
berorientasi pada matapelajaran dan berorientasi pada gelar. 7) Para
peserta didik diajar langsung oleh para guru (Dahama dan Bhatnagar,
1981: 27).
1119. Pendidikan formal/Menurut O. P. Dahama dan O. P. Bhatnagar (1981)
bahwa pendidikan formal pada dasarnya merupakan suatu aktivitas
institusional, seragam dan berorientasi pada matapelajaran, waktu
belajarnya penuh, terstruktur secara hirarkis, mengarah pada perolehan
sertifikat )ijasah), gelar dan diploma (Dahama dan Bhatnagar, 1981: 6).
1120. Pendidikan formal/Pendidikan formal itu terstruktur secara hirarkis, sistem
pendidikan yang bergelar secara kronologis yang berlangsung mulai
sekolah dasar hingga universitas dan termasuk, hingga pada studi-studi
akademik umum, ragam program-program dan lembaga-lembaga khusus
untuk pelatihan teknik dan profesional penuh waktu (Combs & Ahmed,
1973: 11).
1121. Pendidikan formal/Tujuan pendidikan formal (sekolah) adalah sebagai
berikut: 1) Menyadari perlunya belajar seuur hidup dalam usaha
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya dalam masyarakat.
2) Meningkatkan kemampuan belajar atau educability. 3) Memperluas
daerah belajar. 4) Memadukan pengalaman belajar di sekolah dengan
pengalaman belajar di luar sekolah (Mudyahardjo, 2012: 177).
1122. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga maupun di lingkungan
masyarakat yang terjadi secara alamiah disebut sebagai pendidikan
informal (UU SPN Nomor 20 Tahun 2003).
1123. Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur yang
berkenaan dengan pengalaman sehari-hari yang tidak terencana dan tidak
terorganisir
(belajar
incidental).
Jika
pengalaman-pengalaman
diinterpretasikan atau dijelaskan oleh orang-orang yang lebih tua atau
teman sejawat pengalaman itu merupakan pendidikan informal (Kleis,
1973: 3-4).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 164
1124. Pendidikan informal/Begitu pula dengan suasana rumah, situasi rumah
yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada
anakyang belajar (Slameto, 1988: 65).
1125. Pendidikan informal/Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anak. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan
pendidikan anaknya, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil
dalam belajarnya,dan nilai atau hasil belajar yang anak dapatkan tidak
memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya (Slameto, 1988: 64).
1126. Pendidikan informal/Hubungan antar anggota keluarga yang terpenting
adalah hubungan antar anak dengan orang tua, begitu juga hubungan antar
anak dengan anggota keluarga lainnya, semua itu turut mempengaruhi
belajar anak (Slameto, 1988: 64).
1127. Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang
(peserta didik) agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam (Ahmad Tafsir dalam Marimba, 1989: 32).
1128. Pendidikan memberikan berkontribusi besar terhadap pemberdayaan
masyarakat miskin. Pendidikan dan pekerjaan adalah saling terkait, karena
pencapaian pendidikan merupakan jalur utama menuju peranan-peranan
pekerjaan yang diinginkan. Apa yang orang-orang dapat lakukan sangat
ditentukan oleh pendidikan apa yang mereka miliki (McKee, 1981:313).
1129. Pendidikan nonformal merupakan usaha pendidikan yang disengaja yang
dilaksanakan di luar sistem persekolahan (Tight, 1983: 6).
1130. Pendidikan nonformal sebagai usaha pendidikan yang melembaga dan
sistematis (biasanya di luar sekolah tradisional) di mana isi diadaptasikan
pada kebutuhan-kebutuhan peserta didik yang spesifik (atau situasi yang
spesifik) untuk memaksimalkan belajar dan meminimalkan unsur-unsur
lain yang sering dilakukan oleh para guru sekolah formal (Kleis, 1973: 6).
1131. Pendidikan nonformal/Karakteristiknya sebagai berikut: a) keluwesan
(fleksibilitas) untuk disesuaikan dengan kebutuhan khusus setempat, serta
dalam mengubah-menyesuaikan kondisi dan kesempatan dalam memilih
mata-pelajaran serta memilih cara mengajarnya dan dalam mengadakan
kombinasi pelajaran teori dan latihan praktis. b) keleluasan untuk
disesuaikan dengan keperluan anak-didik, misalnya dengan mengatur
pengajaran sambilan yang disesuaikan dengan tugas pada tempat bekerja
atau dalam kalangan keluarga, dan dengan menyusun satuan-satuan
pelajaran yang tertentu yang boleh dipelajari dan diselesaikan oleh
masing-masing siswa dalam jangka masa dan pada waktu yang lebih
cocok – memungkinkan mereka masuk-keluar berganti-ganti ke dalam
proses pengajaran, sesuai dengan kehendak dan kesempatan masingmasing. c) Kemampuan untuk memanfaatkan tenaga ahli, fasilitas dan
dukungan masyarakat setempat – sementara memupuk rasa turut-memiliki
dan turut-mengurus di kalangan masyarakat bersangkutan – sehingga
antara lain diperoleh kesempatan pendidikan yang lebih mampu bertahan
dalam segi ekonominya (Combs & Ahmed, 1973: 233-234).
1132. Pendidikan nonformal/Karena pendidikan non-formal itu mencakup
beraneka-ragam soal, golongan konsumen dan tujuan, maka karena
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 165
1133.
1134.
1135.
1136.
1137.
1138.
pertimbangan praktis mencakup program-program yang bertujuan
memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan produktivitas dan
pendapatan, pada umumnya program yang dirancangkan khusus untuk
meningkatkan kecerdasan dan keterampilan (Combs & Ahmed, 1973: 3).
Pendidikan nonformal/Kebanyakan program pendidikan non-formal
mempunyai komponen biaya modal yang relatif rendah (Combs & Ahmed,
1973: 295).
Pendidikan nonformal/Manfaat yang diperoleh dari program-program
tersebut (pendidikan non-formal) melampaui manfaat ekonomi langsung
(misalnya yang tercermin pada peningkatan produksi dan pendapatan)
(Combs & Ahmed, 1973: 282).
Pendidikan nonformal/Usaha pendidikan digabung dengan faktor-faktor
penting-penting lainnya, merupakan suatu unsur yang sangat perlu dan
seringkali pun sangat besar produktivitasnya dalam rangka usaha
pendidikan itu. Syarat yang mutlak karenanya ialah agar setiap usaha
pendidikan non-formal diakaitkan secara ampuh dengan kegiatan
pembangunan dan pendidikan lainnya. Pada umumnya, agar pendidikan
non-formal itu dapat berhasil guna secara sempurna, ia harus
diintegrasikan secara horizontal dengan faktor-faktor pelengkap dalam
bidang pendidikan maupun di luar bidang tersebut di daerah geografis
yang sama dan di samping itu juga secara vertikal dengan lembagalembaga dan kegiatan pada tingkat yang lebih tinggi yang dapat memberi
umpan atau dukungan kepada kegiatan pendidikan di daerah (Combs &
Ahmed, 1973: 383).
Pendidikan pada dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan sumber
daya manusia (SDM) sebelum memasuki dunia kerja (Zanun dalam
Samsudin, 2003:10).
Pendidikan Seni Rupa di Sekolah yang pada awalnya hanya mencakup
kegiatan menggambar dengan tujuan untuk menghasilkan anak yang
terampil menggambar melalui pelatihan koordinasi mata atau tangan,
kemudian hadir dalam cakupan yang lebih luas dengan tujuan yang
beragam seperti: menanamkan kesadaran budaya, mengembangkan
kemampuan
apresiasi
seni
rupa,
menyediakan
kesempatan
mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu
pendidikan seni rupa. Keragaman tujuan Pendidikan Seni Rupa di Sekolah
ini merupakan cerminan dari dinamika masyarakat yang senantiasa
berubah dan berkembang, pengaruh keragaman fokus pembinaan dan
aspirasi masyarakat. Konsekuensi dari keragaman ini tentu saja berdampak
terhadap pelaksanaan pendidikan seni rupa (Bongsoe dalam Salam, 2001:
8).
Pendidikan seni rupa/Asselbergs dan Knoop (1995) menuliskan tentang
apa yang dilakukan oleh murid dalam kegiatan menggambar di sekolah di
Belanda berdasarkan pendekatan ini sebagai berikut. Siswa belajar
menggambarkan garis lurus, sudut, segi empat, lengkungan, dan lingkaran
untuk kemudian menggambarkan bentuk tiga dimensional yang lebih
rumit. Karena guru pada umumnya tidak cukup terampil dalam hal
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 166
1139.
1140.
1141.
1142.
1143.
1144.
1145.
menggambar seperti yang harus dilakukan ini, maka guru sangat
tergantung pada buku pegangan yang berfungsi sebagai alat bantu
mengajar (Asselbergs dan Knoop, 1995: 5).
Pendidikan seni rupa/Dengan pemahaman yang baik, akan mampu
membuat keputusan yang cerdas dan arif terutama dalam pembuatan
kebijakan, perencanaan, maupun penilaian program pendidikan seni rupa
di sekolah. Hakikat dan tujuan pendidikan seni rupa juga perlu
disosialisasikan di luar lingkungan pendidikan formal, masyarakat luas,
khususnya kalangan orang tua atau wali yang memiliki kedekatan
psikologis dengan baik, amat penting dalam turut serta menyukseskan misi
pendidikan seni rupa di sekolah (Efland dalam Salam, 2003: 263).
Pendidikan tersebut lebih banyak menekankan pada kerja alat pikiran yang
berupa hafalan dan kurang memperhatikan segi-segi kepribadian,
kemasyarakatan, kejiwaan, fisik, mental para peserta didik, dan ini sangat
memprihatinkan. Karena hal ini akan menjadikan beban bagi peserta didik
dan ditakutkan akan menimbulkan beban mental pada peserta didik
(Muhaimin, 2008: 111).
Penelitian deskriftif dimaksudkan untuk melakukan pengukuran yang
cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Penelitian mengembangkan
konsep, menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.
Oleh karena itu penelitian ini tidak menggunakan hipotesis, tetapi hanya
akan menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau
keadaan disertai dengan interpretasi (Singarimbun, 1995 : 4).
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan
sifat populasi atau daerah atau bidang-bidang tertentu (Ismiyanto, 2003:
MP/III/ 3).
Penelitian deskriptif menjadi dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dijelaskan sebagai jenis
penelitian yang pada dasarnya melibatkan proses konseptualisasi dan
menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi (Sugiyono (2009:
11) (Mayer dan Greenwood dalam Silalahi, 2009: 27).
Penelitian deskriptif menjadi dua yaitu deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dijelaskan sebagai jenis
penelitian yang pada dasarnya melibatkan proses konseptualisasi dan
menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi (Sugiyono (2009:
11) (Mayer dan Greenwood dalam Silalahi, 2009: 27).
Penelitian eksperimen
harus
memenuhi
persyaratan seperti:
membandingkan dua kelompok atau lebih dan menggunakan ukuranukuran statistik tertentu (statistik inferensial), juga: 1. Menyamakan dulu
kondisi subyek yang dimasukkan ke dalam kelompokkelompoknya
dilakukan secara acak. 2. Memanipulasi secara langsung satu variabel
bebasnya (independent) atau lebih. 3. Melakukan pengukuran (sebagai
hasil eksperimen) terhadap variabel bergantungnya (dependent). 4.
Adanya kontrol terhadap variabel non percobaan (ektraneous variabels)
(Ruseffendi, 1994: 38).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 167
1146. Penelitian eksperimen untuk membuktikan akibat dari suatu treatment
yang sengaja diciptakan untuk dibuktikan kebenarannya (Sutrisno Hadi,
1988: 427).
1147. Penelitian kualitatif/Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
(Lofland dan Lofland dalam Moleong, 2007: 157).
1148. Penelitian/Kriteria keabsahan data dapat di lihat sebagai berikut: 1. Tehnik
Memeriksa Derajat Kepercayaan Tehnik ini berfungsi untuk melaksanakan
penyelidikan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya
dapat dicapai. Beberapa tehnik yang digunakan agar kebenaran hasil
penelitian dapat dipercaya antara lain: a. Ketekunan Pengamatan. Tehnik
ini bermaksud menemukan ciri-ciri dari unsur persoalan/isu yang sedang
di cari dan kemudian mensahkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Pengamatan yang dimaksud dalam hal ini pengamatan yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh terhadap sumber data primer dan data sekunder.
b. Triangulasi. Adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain . Triangulasi bertujuan mengecek
kebenaran data tertentu dengan membandingkan dengan data yang
diperoleh dari sumber lain, pada beberapa fase penelitian pada waktu yang
berlainan dan dengan metode yang berlainan. c. Kecukupan Referensi.
Yang dimaksud dengan referensi adalah adanya pendukung untuk
membukukan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data hasil
wawancara perlu didukung dengan rekaman- rekaman wawancara data,
gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh dokumendokumen yang
mendukung. Tehnik ini sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas
data yang ditemukan peneliti (Moleong, 2005: 34).
1149. Pengajuan masalah matematika bukan hanya bertujuan untuk menantang
siswa untuk mengajukan pertanyaan, akan tetapi juga menjadi salah satu
clue dalam pemecahan masalah, soal, atau pertanyaan yang lebih rumit
dari sebelumnya (Upu, 2003: 18).
1150. Pengajuan masalah/Dalam pustaka pendidikan matematika, pengajuan
masalah materi oleh siswa mempunyai tiga pengertian, yaitu: (a)
Pengajuan masalah adalah perumusan masalah matematika sederhana atau
perumusan ulang masalah yang telah diberikan dengan beberapa cara
dalam rangka menyelesaikan masalah yang rumit. (b) Pengajuan masalah
adalah perumusan masalah matematika yang berkaitan dengan syaratsyarat pada masalah yang telah dipecahkan dalam rangka mencari
alternatif pemecahan yang relevan. (c) Pengajuan masalah adalah
merumuskan atau mengajukan pertanyaan matematika dari situasi yang
diberikan, baik diajukan sebelum pada saat atau sesedah pemecahan
masalah (Silver dalam Upu, 2003: 17).
1151. Pengajuan masalah/Metode pengajuan soal (problem posing) dapat: (a)
Membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan
terhadap pengajaran. (b) Membentuk siswa bersikap kritis dan kreatif. (c)
Dapat mempromosikan semangat inkuri dan membentuk pikiran yang
berkembang dan fleksibel. (d) Mendorong siswa untuk lebih
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 168
1152.
1153.
1154.
1155.
1156.
bertanggungjawab dalam belajarnya. (e) Mempertinggi kemampuan
pemecahan masalah. (f) Menghilangkan kesan keseraman dan kekunoan
dalam belajar. (g) Memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran.
(h) Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. (i) Membantu
memusatkan perhatian pada pelajaran. (j) Mendorong siswa lebih banyak
membaca materi pelajaran (Tatag dalam Kholitatunnawa, 2007: 17).
Pengajuan masalah/Untuk membantu siswa dalam memahami soal dapat
dilakukan dengan menulis kembali soal dengan kata-kata sendiri, menulis
soal dalam bentuk lain atau dalam bentuk yang operasional. Cara yang
disarankan Russefendi merupakan istilah yang dikenal dengan istilah
pengajuan soal (problem posing) (Russefendi dalam Siswono, 2000: 03).
Pengalaman kerja/Beberapa indikator pengalaman kerja, yaitu sebagai
berikut: a. Pendidikan dan latihan Pendidikan dan latihan yang dimiliki
oleh guru menentukan hasil yang dicapai dalam bekerja akan semakin
baik. Pendidikan dan latihan yang baik dimiliki oleh para guru akan dapat
menghindari kesalahan-kesalahan dalam bekerja. b. Masa kerja. Masa
kerja merupakan faktor yang mendukung proses bekerja seorang. Semakin
lama waktu dalam bekerja, seorang guru akan dapat mengukur
kemampuannya dalam bekerja secara lebih baik. c. Kesempatan kerja.
Kesempatan kerja yang dimiliki seorang akan dapat membuka kesempatan
bagi dirinya untuk memperoleh sesuatu yang belum pernah dimiliki
seorang guru. Kesempatan kerja sangat. penting dalam mendukung
diperolehnya pengalaman kerja yang berharga dalam hidupnya (Basu
Swastha dan Ibnu Sukojto, 1998: 282).
Pengalaman langsung diperlukan untuk membantu siswa belajar
memahami, mengingat, dan menerapkan berbagai simbol abstrak.
Kegiatan belajar akan terasa lebih mudah bila menggunakan materi yang
terasa bermakna bagi siswa ataupun mempunyai relevansi dengan
pengalamannya. Untuk mendekatkan siswa terhadap pengalaman langsung
dan pemahaman proses perbaikan sistem kopling maka dapat
menggunakan berbagai jenis metode maupun media pembelajaran (Edgar
Dale yang dikutip oleh Wibawa (1993:16).
Pengawasan/Pengawasan sebagai suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu
mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
rencana semula. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk
organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah
(Manullang, 2005: 173).
Pengawasan/Unsur-unsur pokok dalam pengawasan terdiri dari: 1. Suatu
standar mengenai performance yang diharapkan. 2. Suatu pengukuran
performance yang sesungguhnya. 3. Suatu perbandingan antara
performance yang sesungguhnya dengan performance yang diharapkan. 4.
Laporan mengenai penyimpangan kepada pimpinan. 5. Suatu rangkaian
tindakan, keputusan dari pimpinan untuk memilih respon yang cocok. 6.
Suatu metode perencanaan dan pengawasan yang lebih baik untuk
mengubah kondisi (Oemar Hamalik, 1991: 128).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 169
1157. Pengetahuan konseptual adalah keterkaitan yang terintegrasi dan
berhubungan dengan konsep matematika yang lain (Muhsetyo, 2001: 22).
1158. Pengetahuan prosedural/Pengetahuan prosedural ditunjukkan dengan
tersusunnya bahasa formal atau sistem representasi simbol matematika
termasuk di dalamnya algoritma atau aturan-aturan untuk menyelesaikan
masalah (Hiebert dan Lefreve dalam Hudojo, 2005: 90).
1159. Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan
untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan
ini, tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang
positif dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan
dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap
tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan
penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar
tidak menimbulkan dampak negative (Mulyasa, 2006: 151).
1160. Penghitungan realiabilitas dilakukan hanya pada item yang valid. Dalam
penelitian ini untuk mengetahui realibilitas alat ukur dilakukan dengan
analisis uji keandalan butir dengan teknik alpha dari Cronbach (Umar,
2008: 120).
1161. Penguatan/Ada enam tujuan pemberian penguatan yaitu: 1. Meningkatkan
perhatian siswa terhadap pembelajarn. 2. Melancarkan atau memudahkan
proses belajar. 3. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu
kearah tingkah laku belajar yang produktif. 4. Mengembangkan dan
mengatur diri sendiri dalam belajar. 5. Mengarahkan kepada cara berfikir
yang baik atau divergen dan inisiatif sendiri (Hasibuan & Moedjiono,
2008: 58).
1162. Penguatan/Ada tiga tujuan pemberian penguatan yaitu: a) Meningkatkan
perhatian siswa terhadap pembelajaran. b) Merangsang dan meningkatkan
motivasi belajar. c) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina prilaku
laku yang produktif (Mulyasa, 2008: 78).
1163. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi
(Romizowski dalam Abdurrahman; 2009: 38).
1164. Perencanaan/A simple definition of educational planning is the process of
preparing decisions for action in the future in the field of educatioinal
development is the function of educational planning (Guruge (Udin
Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006 : 8).
1165. Perencanaan/Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses
kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi
(peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan
dilakukan (intensifikasi, ekstensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi,
dan sebagainya) (Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsuddin
Makmun (2006 :3-4).
1166. Perhatian pada mutu layanan pendidikan yang menekankan pada kepuasan
siswa muncul dalam rangka menarik para calon siswa, melayani dan
mempertahankan mereka. Peningkatan mutu pendidikan termasuk di
dalamnya mutu layanan akademik dan mutu pengajaran merupakan upayaupaya yang harus dilakukan agar kepuasan pelanggan dapat diberikan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 170
1167.
1168.
1169.
1170.
1171.
1172.
secara optimal. Namun pada beberapa masalah layanan pendidikan pada
sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia menjadi kendala dalam
meningkatkan mutu pendidikan nasional (Greiner (2000) dan Riportela
Couste dan Torres (2001), (Tersedia :http/Google.pakguruonline).
Perubahan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya (Budiningsih, 2008: 34).
Perubahan yang diperkirakan akan terjadi harus dapat diantisipasi dan siap
mengambil langkah-langkah untuk “menampung” dampaknya. Bahkan
apabila mungkin dampak tersebut diubah menjadi peluang bagi organisasi
dalam upaya mencapai tujuan dan berbagai sasarannya termasuk tujuan
dan sasaran pribadi para anggotanya (Siagian, 2002 : 206).
Peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan diantarannya adalah:
a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa. b. Mempelajari cara belajar.
c. Mengungkapkan konsepsi salah. d. Alat evaluasi (Dahar, 1999: 129).
Peta konsep/Ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: a. Peta konsep adalah
suatu cara untuk memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep atau
proposisi-proposisi menjadi lebih bermakna. b. Peta konsep merupakan
suatu gambar dua dimensi dari konsep-konsep. Namun, peta konsep ini
tidak hanya menggambarkan konsep-konsep penting, melainkan juga
hubungan antara konsep-konsep ini. c. Adanya cara menyatakan hubungan
antar konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama, maka perlu
ditentukan konsep mana yang lebih inklusif. d. Sehubungan dengan ciri
yang ketiga, maka dalam peta konsep menunjukkan adanya hierarki
(Dahar, 2000:125).
Peta konsep/Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan
pada tiga gagasan dalam teori kognitif Ausubel (2000:132): 1) Struktur
kognitif itu diatur secara herekis, dengan konsep-konsep dan proposisiproposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsepkonsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. 2)
Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami deferensial progresif.
Prinsip Ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan
proses yang kontinu dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih
banyak arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proposional.
Jadi konsep-konsep tidak pernah “tuntas dipelajari”, tetapi selalu
dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. 3) Penyesuaian
intregratif. Prinsip belajar ini menyatakan bahwa belajar bermakna akan
meningkat, bela siswa menyadari hubunganhubungan baru (kaitan-kaitan
konsep antara kumpulan) konsepkonsep atau proposisi-proposisi yang
berhubungan. Dalam peta konsep penyesuaian intregratifini diperlihatkan
dengan adamya kaitan-kaitan silang (cross links) kumpulan antara konsepkonsep.
Peta konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Proposisiproposisi
merupakan dua atau lebih lebih konsep yang dihubungkan oleh katakata
dalam unit sumatik. Winkel (1996: 327) menyatakan bahwa peta konsep
adalah jaringan-jaringan konsep yang saling berhubungan secara hierarkis
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 171
1173.
1174.
1175.
1176.
1177.
1178.
1179.
1180.
1181.
1182.
dari atas ke bawah. Jadi belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila
konsep-konsep disusun secara hierarki (Dahar, 1989: 122).
Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah
yang akan “memetakan” pikiran (Buzan, 2008: 4).
Peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan,
menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Peta pikiran
merupakan salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan
siswa untuk belajar (Edward, 2009: 64).
Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita
mengingat banyak informasi (DePorter, dkk., 2005: 175-176).
Peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam
suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan
untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini
dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah
(DePorter dan Hernacki, 2006: 152).
Peta pikiran/A mind map is a diagram used to represent words, ideas,
tasks, or other items linked to and arranged around a central key word or
idea. Mind maps are used to generate, visualize, structure, and classify
ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, decision
making, and writing (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map).
Peta pikiran/Metode peta pikiran sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran menulis narasi. Metode mencatat ini, didasarkan pada
penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja sama dengan
otak, dan bukan menentangnya (Buzan dalam DePorter, dkk., 2005: 176).
Peta pikiran/Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran (Buzan, 2008: 4).
Peta pikiran/Mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari
dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur
secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara
berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan
baik, dan bekerja sesuai fungsinya (Buzan, 2007: 4).
Peta pikiran/Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan
efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke
otak (Edward, 2009: 64).
Peta pikiran/Sistem mind mapping mempunyai banyak keunggulan yang
di antarnya: proses pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak
semata-mata hanya mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik
sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan otak. Oleh
karena itu metode peta pikiran ini akan sangat membantu memudahkan
siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam menulis
narasi. Metode peta pikiran akan menambah pengetahuan siswa untuk
mencari urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang
diharapkan. Siswa akan lebih mudah jika dalam pembelajaran menulis
narasi mengangkat tema dari kehidupan siswa sehari-hari atau
pengalaman-pengalamannya. Melalui bimbingan guru, pengalamanpengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka berfikir melalui peta
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 172
pikiran. Peta pikiran tersebut penuh kreativitas siswa dengan gambar dan
kata-katanya yang sangat variatif. Hal ini dapat memicu siswa untuk
menulis karangan narasi yang lebih besar atau menarik siswa untuk
menulis narasi. Berdasarkan hal tersebut, maka kemampuan menulis narasi
siswa akan meningkat (Edward, 2009: 64-65).
1183. Peta pikiran/Sistem peta pikiran mempunyai banyak keunggulan yang di
antarnya: proses pembuatan mind mapping menyenangkan, karena tidak
semata-mata hanya mengandalkan otak kiri saja dan sifatnya unik
sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan otak. Oleh
karena itu metode peta pikiran ini akan sangat membantu memudahkan
siswa dalam proses pembelajaran terutama digunakan dalam menulis
narasi. Metode peta pikiran akan menambah pengetahuan siswa untuk
mencari urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah yang
diharapkan. Siswa akan lebih mudah jika dalam pembelajaran menulis
narasi mengangkat tema dari kehidupan siswa sehari-hari atau
pengalaman-pengalamannya. Melalui bimbingan guru, pengalamanpengalaman tersebut dituangkan ke dalam kerangka berfikir melalui peta
pikiran. Peta pikiran tersebut penuh kreativitas siswa (Edward, 2009: 6465).
1184. Peta pikiran/Tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh
langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dimulai dari bagian tengah
kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape).
Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak
untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara
lebih bebas dan alami. 2) Menggunakan gambar atau foto untuk sentral.
Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang
membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan.
Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus,
membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak. 3) Menggunakan
warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan
gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pada
pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. 4) Hubungkan cabang-cabang
utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan
tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja
menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal
sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah
dimengerti dan diingat. 5) Membuat garis hubung yang melengkung,
bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak.
Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang
pohon jauh lebih menarik bagi mata. 6) Menggunakan satu kata kunci
untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih
banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran. 7) Menggunakan
gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu
kata (Buzan, 2008: 15).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 173
1185. Pola berpikir yang dikembangkan matematika seperti dijelaskan di atas
memang membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis,
dan kreatif (Shadiq, 2004: 3).
1186. Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang akan diteliti. Populasi
dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat,
organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki
ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak mendua (Silalahi,
2009: 253).
1187. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari menusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu didalam suatu penelitian (Nawawi, 2005: 141).
1188. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2001: 108).
1189. Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 72).
1190. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek maupun
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009: 90-91).
1191. Portofolio/Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan
pedoman dalam menggunakan portofolio di sekolah, antara lain; (1) saling
percaya (mutual trust) antar siswa dan guru, (2) kerahasiaan bersama
(confidentiality) antara guru dan siswa, (3) milik bersama (join ownership)
antara guru dan siswa, (4) kepuasaan (satisfaction), (5) kesesuaian
(relevance), dan (6) penilaian proses dan hasil (Majid, 2008: 202).
1192. Portofolio/Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian
portofolio terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsipprinsip tersebut antara lain: Saling Percaya, Keterbukaan, Kerahasiaan,
Milik Bersama, Kepuasan dan Kesesuaian, Budaya Pembelajaran,
Refleksi, Berorientasi Pada Proses dan Hasil Belajar (Sanjaya, 2006: 198200).
1193. Portofolio/Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen
pokok, yaitu (1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari
satu ranah, (2) kualitas hasil, (3) bukti-bukti otentik yang mencerminkan
dunia nyata dan bersifat multi sumber, (4) kerjasama siswa dengan siswa,
dan siswa dengan guru, (5) penilaian yang integratif dan dinamis karena
mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan melalui refleksi diri dan
evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran (Marhaeni
dalam Lilik, 2010: 25).
1194. Portofolio/Jenis-jenis portofolio yaitu: (1) Portofolio proses - Portofolio
proses menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan
perkembangan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Tujuan
portofolio proses adalah untuk membantu peserta didik mengidentifikasi
tujuan pembelajaran, perkembangan hasil belajar dari waktu ke waktu, dan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 174
menunjukkan pencapaian hasil belajar. Salah satu bentuk portofolio proses
adalah portofolio kerja yaitu bentuk yang digunakan untuk memilih
koleksi evidence peserta didik, memantau kemajuan atau perkembangan
dan menilai peserta didik dalam mengelola kegiatan belajar mengajar
siswa sendiri. (2) Portofolio produk - Portofolio produk menekankan pada
penguasaan (masteri) dari tugas yang dituntut dalam standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar,
serta hanya menunjukan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan
bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh. Tujuan portofolio
produk adalah untuk mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas
prestasi yang telah dicapai. Contoh portofolio produk yaitu portofolio
tampilan dan portofolio dokumentasi (Arifin, 2009: 207).
1195. Portofolio/Kekurangan penilaian portofolio antara lain yaitu: (1)
Membutuhkan waktu dan kerja ekstra. (2) Penilaian portofolio dianggap
kurang reliabel dibandingkan penilaian yang lain. (3) Ada kecenderungan
guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga proses penilaian
kurang mendapat perhatian. (4) Jika guru melaksanakan proses
pembelajaran yang bersifat teacher oriented, kemungkinan besar inisiatif
dan kreativitas peserta didik akan terbelenggu sehingga penilaian
portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan baik. (5) Orang tua peserta
didik sering berpikir skeptis karena laporan hasil belajar anaknya tidak
berbentuk angka. (6) Penilaian portofolio masih relatif baru sehingga
banyak guru, orang tua dan peserta didik yang belum mengetahui dan
memahaminya. (7) Tidak tersedianya kriteria penilaian yang jelas. (8)
Analisis terhadap penilaian portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat
dikuranginya penggunaan angka. (9) Sulit dilakukan terutama menghadapi
ujian dalam skala nasional. (10) Dapat menjebak peserta didik jika terlalu
sering menggunakan format yang lengkap dan detail (Arifin, 2009: 206).
1196. Portofolio/Kelebihan penilaian portofolio antara lain yaitu: (1) Dapat
melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari
waktu ke waktu berdasaarkan feed-back dan refleksi diri. (2) Membantu
guru melakukan penilaian secara adil, objektif, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di
kelas. (3) Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab
terhadap apa yang mereka kerjakan, baik di kelas maupun di luar kelas
dalam rangka implementasi program pembelajaran. (4) Meningkatkan
peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajarn dan
penilaian. (5) Memberi kesempatan kepada peseta didik untuk
meningkatkan kemampuan mereka. (6) Membantu guru mengklarifikasi
dan mengidentifikasi program pembelajaran. (7) Terlibatnya berbagai
pihak, seperti orang tua, guru, sekolah, dalam melihat pencapain
kemampuan peserta didik. (8) Memungkinkan peserta didik melakukan
penilaian diri (self-assessment), refleksi, dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritis (critical thinking). (9) Memungkinkan guru melakukan
penilaian secara fleksibel, tetapi tetap mengacu pada kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar yang ditentukan. (10) Guru dan peserta didik sama-
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 175
1197.
1198.
1199.
1200.
1201.
1202.
sama bertanggung jawab untuk merancang dan menilai kemajuan belajar.
(11) Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta
didik yang pandai dan kurang pandai. (12) Memungkinkan guru
memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar peserta didik (Arifin,
2009: 205).
Portofolio/Manfaat portofolio yaitu: (1) Guru dapat menilai perkembangan
dan kemajuan siswa. (2) Guru dan murid dapat berkomunikasi tentang
pekerjaan siswa. (3) Siswa dapat menjadi partner dalam proses penilaian.
(4) Siswa dapat menemukan bakat dan kemampuannya. (5) Penilaian
tersebut obyektif. (6) Meningkatkan interaksi siswa dan guru untuk
mencapai tujuan. (7) Menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar,
mempunyai kebanggaan (pride), rasa memiliki, dan menumbuhkan
kepercayaan diri. (8) Mencapai ketuntasan belajar, bukan sekedar tuntas
materi. (9) Guru bersama pengawas dapat mengevaluasi program
pengajaran. (10) Meningkatkan profesionalisme guru (Arifin, 2009:201).
Portofolio/Pada hakekatnya terdapat dua bentuk portofolio, yaitu
portofolio produk dan portofolio proses. Portofolio produk adalah
portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang telah
dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk
mencapai evidence itu terjadi. Portofolio tampilan (show portfolio) dan
portofolio dokumentasi (documentary portfolio) merupakan contoh
portofolio produk (Cole, Ryan dan Kick dalam Surapranata dan Hatta,
2004: 46).
Portofolio/Penilaian portofolio adalah penilaian berbasis kelas terhadap
sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu (Surapranata dan Hatta, 2004: 21).
Portofolio/Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya
siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan
untuk memantau perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran yang
bersangkutan (Sanjaya, 2006:194).
Portofolio/Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model
penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membangun dan merefleksi suatu pekerjaaan/tugas atau karya melalui
pengumpulan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan
yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat
dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu (Arifin,
2009:198).
Portofolio/Portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan,
antara lain: 1) Menghargai perkembangan yang dialami siswa. 2)
Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung. 3) Memberi
perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik. 4) Merefleksikan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 176
1203.
1204.
1205.
1206.
1207.
1208.
1209.
kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi. 5)
Meningkatkan efektifitas pembelajaran. 6) Bertukar informasi dengan
orang tua/wali peserta didik dan guru lain. 7) Membina dan mempercepat
pertumbuhan konsep diri positif pada siswa. 8) Melakukan kemampuan
refleski diri, dan membantu siswa dalam merumuskan tujuan (Majid,
2008: 202).
Portofolio/Salah satu tujuan penting yang disajikan dalam suatu portofolio
adalah portofolio dapat memungkinkan guru untuk mengakses
perkembangan pemahaman siswa terhadap suatu pelajaran (Karim dalam
Kristina, 2006: 19).
Portofolio/Secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi
lima bentuk, yaitu portofolio ideal (ideal portfolio), portofolio penampilan
(show portfolio), portofolio dokumentasi (documentary portfolio),
portofolio evaluasi (evaluation portfolio) dan portofolio kelas (classroom
portfolio) (Nitko dalam Majid, 2008: 202).
Portofolio/Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam
melaksanakan penilaian portofolio. Tahapan terebut antara lain: (1)
Menentukan tujuan portofolio. (2) Menentukan isi portofolio. (3)
Menentukan kriteria dan format penilaian. (4) Pengamatan dan penentuan
bahan portofolio. (5) Menyusun dokumen portofolio (Sanjaya, 2005: 202207)..
Portofolio/Tujuan portofolio yaitu: (1) Menghargai perkembangan peserta
didik. (2) Mendokumentasikan proses pembelajaran. (3) Memberi
perhatian pada prestasi kerja. (4) Merefleksikan kesanggupan mengambil
risiko dan melakukan eksperimentasi. (5) Meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran. (6) Bertukar informasi antara orang tua peserta didik
dengan guru lain. (7) Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif
peserta didik. (8) Meningkatkan kemampuan refleksi diri. (9) Membantu
peserta didik merumuskan tujuan (Arifin, 2009: 200).
Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara: a. Penilaian formatif - Penilaian
formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan
balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan
untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah
dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif - Penilaian sumatif adalah penilaian
yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana
penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang
telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.40 (Purwanto, 2001: 26).
Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan kedalam dua faktor yaitu, faktor intern (faktor dalam diri
manusia) dan faktor ekstern (faktor dari luar manusia) (Mudzakir dan
Sutrisno, 1997: 155-168).
Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu: 1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri
siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa. 2. Faktor
Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 177
1210.
1211.
1212.
1213.
1214.
1215.
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran
(Muhibbinsyah, 2002: 82).
Prestasi/Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat digolongkan
kedalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa
dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri
dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi,
kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat
(Slameto, 2003: 54).
Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu (Kunandar, 2007: 45).
Profesi/Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis
Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki
pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan
tujuan, (4) mengutamakan layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat
pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya (Yamin, 2007:
14).
Profesi/Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang
yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan
prosedur berlandaskan intelektualitas (Yamin, 2007: 3).
Profesi/National Education Association (NEA) 1998 dengan menyarankan
kriteria profesi keguruan sebagai berikut: a. Jabatan yang melibatkan
kegiatan intelektual. b. Jabatan yang menggeluti satu batang tubuh ilmu
yang khusus. c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang
lama. d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
bersinambungan. e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan
keanggotaan yang permanen. f. Jabatan yang menentukan buku
(standarnya) sendiri. g. Jabatan yang mempunya organisasi profesional
yang kuat dan terjalin erat (Soetjipto & Kosasi, 2004: 18).
Profesi/Robert W. Richey mengemukakan ciri-ciri sekaligus syarat-syarat
dari suatu profesi sebagai berikut: a. Lebih mementingkan pelayanan
kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi. b. Seorang pekerja
profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang
mendukung keahliannya. c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi
profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam
pertumbuhan jabatan. d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan,
tingkah laku sikap serta cara kerja. e. Membutuhkan suatu kegiatan
intelektual yang tinggi. f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan
standar pelayanan disiplin diri dalam profesi, serta kesejahtraan
anggotannya. g. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan
menjadi seorang anggota yang permanent (Namsa, 2006: 39).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 178
1216. Profesi/Yunus Namsa, Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat
bahwa ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar
disebut sebagai profesi adalah; (1) bidang tugas guru memerlukan
perencanaan yang matang, pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang
baik. Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar sistem; (2) bidang pekerjaan
mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar;
(3) bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan
dan latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan
(Namsa dkk., 2006: 31-32).
1217. Profesional/Power (1992) menyatakan bahwa profesional merupakan
sosialisasi dalam profesi (Power, 1992: 37).
1218. Profesional/Seorang profesional adalah seorang yang terus menerus
berkembang atau trainable (Tilaar, 2000: 137).
1219. Program dan latihan kegiatan pendidikan yang baik memiliki lima kriteria
yang bisa disingkat dengan SMART (specific, measurable, achievebel,
realistic, timebound). Kriteria tersebut dapat digunakan sebagai dasar
dalam mengembangkan indikator kinerja pendidikan yang terukur dan
yang dapat dicapai sebagai target/sasaran masing-masing program
(Renstra Depdiknas 2005-2009 (2005: 84).
1220. Proses belajar terjadi karna adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya,
baik faktor yang berasal dari dalam atau faktor yang berasal dari luar diri
siswa (Soeharto dkk., 2003: 109).
1221. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa. Pendekatan pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heurisken yang
berarti saya menemukan (Sanjaya, 2007: 196).
1222. PSH/Pendidikan sepanjang hayat mencakup pola-pola belajar formal, nonformal dan informal seluruh siklus kehidupan individu untuk peningkatan
kualitas kehidupan yang disadari dan terus-menerus, dirinya dan
masyarakatnya (Dave, 1976).
1223. PSH/Setiap individu harus dalam posisi tetap belajar dalam sepanjang
hidupnya. Gagasan pendidikan sepanjang hayat merupakan keystone
masyarakat belajar (the learning society). Konsep sepanjang hayat
mencakup semua aspek pendidikan, merangkul segala sesuatu di
dalamnya, dengan seluruh yang lebih banyak dari bagian-bagiannya. Tidak
ada sesuatu bagian yang terpisah secara “permanen” dengan pendidikan.
Dengan kata lain, pendidikan sepanng hayat bukan sistem pendidikan
tetapi prinsip di mana seluruh organisasi dari sebuah system dijumpai, dan
selanjutnya melandasi pengembangan masing-masing komponen (Faure,
1972: 181-182).
1224. Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam kehidupannya,
manusia baik sebagai individu maupun anggota masyarakat di hadapkan
pada hal-hal yang membuatnya hatinya tidak tenang dan tidak tenteram
sehingga memerlukan pegangan hidup (Abdul Majid, 2006: 132).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 179
1225. PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik
sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan
prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya
(McNiff dalam Arikunto, 2007: 102).
1226. PTK/Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini, yaitu (1)
penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto, 2007:
2-3).
1227. PTK/Karakteristik PTK tersebut, antara lain: 1) adanya tindakan yang
nyata yang dilakukan dalam situasi yang alami dan ditujukan untuk
menyelesaikan masalah, 2) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan,
3) sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam
pembelajaran, 4) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata,
jelas, dan penting, 5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti, 6)
ada tujuan penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu me ningkatkan
profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk
meningkatkan dan menambah pengetahuan (Arikunto, dkk., 2007: 62).
1228. PTK/McTaggart, mengemukakan ada beberapa hal yang perlu dipahami
tentang penelitian tindakan kelas (PTK), diantaranya adalah sebagai
berikut: 1. PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan
dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan
dan pembelajaran. 2. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang
melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri. 3. PTK
dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of
planning, acting, observing, reflecting, the re-planning. 4. PTK adalah
kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk
mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang
makna tindakan. 5. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang
berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK. 6. PTK
adalah proses belajar yang sistematis , dalam proses tersebut menggunakan
kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 7. PTK
memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (guru).
8. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji
secara sistematis bukti yang menantangnya (memeberikan hipotesis
tindakan) (Arikunto, 2007: 2-3).
1229. PTK/Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
1. Perencanaan - Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. 2. Pelaksanaan Tindakan - Tahap kedua dari penelitian
tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3.
Pengamatan - Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan
oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 180
1230.
1231.
1232.
1233.
1234.
1235.
1236.
dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. 4. Refleksi - Tahap
keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection,
yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi
ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesei melakukan
tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2007: 16-19).
Ranah afektif - Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).
Ranah afektif/Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a
Value or Value Complex) - Memiliki sistem nilai yang mengendalikan
tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).
Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi)
dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri (Winkel, 1996: 248).
Ranah afektif/Penerimaan (Receiving/Attending) - Penerimaan mencakup
kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan
yang diberikan oleg guru (Winkel, 1996: 248).
Ranah afektif/Penghargaan - Penghargaan atau penilaian mencakup
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa
diri sesuai dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima,
menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang
sesuai dengan konsisten dengan sikap batin (Winkel, 1996: 248).
Ranah afektif/Pengorganisasian (Organization) - Memadukan nilai-nilai
yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu
sistem
nilai
yang
konsisten
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai
yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang
pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting
(Winkel, 1996: 248).
Ranah afektif/Tanggapan - Memberikan reaksi terhadap fenomena yang
ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam
memberikan
tanggapan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.)
Ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut: (a)
Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkaitan dengan
fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. (b)
Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 181
1237.
1238.
1239.
1240.
1241.
1242.
hal yang dipelajari. (c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan
metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. (d)
Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurangi maslah menjadi bagian yang kecil. (e) Sintesis,
mencakup kemampuan membentuk pola baru. Misalnya kemampuan
menyusun suatu program kerja (Bloom dalam Daryanto, 2010: 100).
Ranah kognitif/Analisis - Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk
merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik (Winkel,
1996: 247). Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi
ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya,
dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari
sebuah
skenario
yang
rumit.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).
Ranah kognitif/Aplikasi - Aplikasi atau penerapan diartikansebagai
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada
suatu kasus atau problem yang konkret dan baru (Winkel, 1996: 247). Di
tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).
Ranah kognitif/Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan criteria tertentu
(Winkel, 1996: 247). Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk
memastikan
nilai
efektivitas
atau
manfaatnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).
Ranah kognitif/Pemahaman - Pemahaman didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang
dipelajari (Winkwl, 1996:
247). Pemahaman juga dikenali dari
kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram,
arahan,
peraturan,
dan
sebagainya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/).
Ranah kognitif/Pengetahuan - Berisikan kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan sebagainya (Winkel, 1996: 247).
Ranah kognitif/Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk
suatu kesatuan atau pola baru (Winkel, 1996: 247). Sintesis satu tingkat di
atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan
mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan
solusi
yang
dibutuhkan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/.).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 182
1243. Ranah psikomotor/Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan
mesin
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom./2008/05/02/).
1244. Rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru
agar kemampuan profesional mereka makin berkembang sehingga situasi
belajarmengajar makin efektif dan efisien (Soewadji Lazaruth, 1988: 33).
1245. Sampel/Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau
lebih, tergantung dari: a. kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu,
tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap
subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. c. Besar
kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti (Arikunto, 2005: 134).
1246. Sampel/Jumlah sampel minimal 4 atau 5 kali jumlah variabel yang
digunakan didalam analisis (Malhotra, 1999: 416).
1247. Sampel/Untuk menentukan besarnya sampel dapat dilakukan dengan cara
(1) bila populasi besar persentase kecil saja sudah dapat memenuhi syarat ;
(2) besarnya sampel hendaknya jangan kurang dari 30 (Suparmoko, 1998:
42).
1248. Sarana/Berbagai sumber daya dan dana merupakan ‘benda mati’, maka
sarana prasarana tersebut harus digunakan sedemikian rupa sehingga
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya selama mungkin (Siagian,
2002: 2).
1249. Scaffolding sebagai kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam
penyelesaian (Cazden dalam Yamin; 2011: 166).
1250. Scaffolding/4 tahapan pada proses pembelajaran scaffolding yaitu: Tahap
pertama - Guru menjelaskan materi didepan kelas dan siswa
memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Tahap kedua - Guru
menilai pemahaman siswa dengan cara memberikan tugas. Selama tahap
ini guru memberikan bantuan kepada siswa. Tahap ketiga - Guru mulai
mengurangi bantuan yang diberikan kepada siswa. Tahap keempat - Guru
menghilangkan bantuan sama sekali apabila siswa telah dapat
menyelesaikan tugas secara mandiri tanpa membutuhkan bantuan dari
guru (Vygotsky dalam Hartman, 2002).
1251. Scaffolding/Kenzie (2000) scaffolding juga mempunyai karakteristik
khusus, yaitu: (1) Scaffolding provides clear directions (scaffolding
memberikan petunjuk yang jelas). Guru mengantisipasi adanya masalahmasalah yang mungkin akan dihadapi oleh siswa, sehingga guru
mengembangkan selangkah demi selangkah pembelajaran-pembelajaran,
yang mana menjelaskan apa yang harus dilakukan siswa untuk memenuhi
harapan mereka. (2) Scaffolding clarifies purpose (scaffolding
menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran). Pendekatan scaffolding ini
membantu para siswa untuk memahami mengapa mereka mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan mengapa hal tersebut penting
untuk dikerjakan. (3) Scaffolding keeps students on the task (scaffolding
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 183
menunjukkan siswa pada tugasnya). Penyediaan struktur-struktur
pembelajaran yang menyediakan jalan bagi para siswa, membantu siswa
untuk dapat membuat keputusan-keputusan jalan mana yang dipilih atau
apa saja yang akan dijelajahi sepanjang jalan tersebut. Tetapi mereka tidak
menyimpang dari jalan tersebut sebagai jalan yang ditunjuk yang akan
diberikan kepada mereka. (4) Scaffolding offers assessment to clarify
expectations (scaffolding menawarkan penaksiran untuk memperjelas
tujuan-tujuan). Sejak awal kegiatan pembelajaran, siswa diberikan contohcontoh yang berupa latihan-latihan soal dan rubrik - rubrik yang
ditunjukkan kepada para siswa. (5) Scaffolding points students of worthy
sources (scaffolding mengarahkan siswa ke sumber belajar yang bermutu).
Guru menyediakan sumber-sumber pelajaran untuk mengurangi
kebingungan dan frustasi serta memberikan arahan tentang sumber mana
yang pantas digunakan siswa, agar siswa dapat memutuskan sumber mana
yang akan digunakan. (6) Scaffolding reduces uncertainly, surprise and
disappointment (scaffolding mengurangi ketidakpastian, keheranan dan
kekecewaan). Guru mengadakan evaluasi terhadap pelajaran - pelajaran
yang sudah dipelajari untuk menentukan area permaslahan yang mungkin
muncul atau ada, kemudian mengadakan perbaikan-perbaikan untuk untuk
mengurangi kesulitan-kesulitan sehingga proses pembelajaran dapat
dimaksimalkan. (7) Scaffolding delivers efficiency (scaffolding memberi
efisiensi). Pendekatan scaffolding memberikan keefisienan, dimana dalam
proses pembelajaran mereka melakukan sesuai dengan rencana
pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas tepat pada waktunya dan
sesuai dengan jalan yang ditunjukkan sehingga apa yang mereka usahakan
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (8) Scaffolding create
momentum (scaffolding menimbulkan semangat). Dalam proses
pembelajaran, banyak guru menyediakan bantuan-bantuan tidak hanya
berupa pemecahan masalah, tetapi juga dorongan atau motivasi ketika
siswa mengalami frustasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit,
sehingga lebih mudah mengerjakan tugas-tugas yang sulit karena bantuanbantuan tersebut.
1252. Scaffolding/Pembelajaran/Vygotsky (2000) mengungkapkan bahwa
terdapat 2 kunci utama dalam pembelajaran dengan pendekatan
scaffolding yaitu; (1) memberikan pemahaman, dimana siswa harus dapat
membangun pemahamannya sendiri dan dapat menyelesaikan tugas secara
mandiri, (2) bantuan sementara, dimana bantuan yang diberikan oleh guru
hanya bersifat sementara. Guru akan mengurangi bantuan kepada siswa
dan pada akhirnya tidak memberikan bantuan sama sekali apabila siswa
sudah dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri.
1253. Scaffolding/Siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir ke tingkat
yang lebih tinggi ketika mendapat bantuan (scaffolding) dari seseorang
yang lebih ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan
yang lebih tinggi (Vygotsky dalam Yamin, 2011: 167).
1254. Scaffolding/The instructional scaffolding initially provides extensive
instructional support, or scaffolding, to continually assist the student to
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 184
1255.
1256.
1257.
1258.
1259.
1260.
building their understanding of new content and process. The temporary
scaffolding provided by the instructor is removed to reveal the impressive
permanent structure of student understanding (Hartman, 2002: 1).
Segitiga istimewa merupakan segitiga yang memiliki sifat-sifat khusus
(istimewa), baik mengenai hubungan panjang sisi-sisinya maupun
hubungan besar sudut-sudutnya (Adinawan dan Sugijono, 2007: 123-126).
Sekolah memiliki budaya tersendiri sebagai berikut: “Sekolah sebagai
organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh
nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan,
dan prilaku orang-orang yang ada di dalamnya (Aan Komariah dan Cepi
Triatna, 2006 :101).
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih
giat. faktor sekolah ini meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan
guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan masih banyak lagi (Slameto,
1988: 66).
Sekolah/Ada empat tujuan yaitu : Efektivitas produksi, efisiensi,
kemampuan menyesuaikan diri (adaptiveness), dan kepuasan kerja, dapat
digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu
penyelenggaraan sekolah. Efektivitas produksi, yang berarti menghasilkan
sejumlah lulusan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku
(Sergiovanni dan Carver (H.M. Daryanto, 2006 : 17).
Sekolah/Bagaimana melaksanakan perubahan di sekolah: 1. tahap
pembuyaran, yang mana guru diyakinkan bahwa mempertahankan gaya
konvensional dalam PBM dapat mengancam kelangsungan hidup sekolah,
dan kritik tertuju pada guru. Guru sebagai sasaran ubah diyakinkan dan
dimotivasi untuk menciptakan perubahan gaya PBM, ditempuh melalui
mekanisme pengurangan atau peniadaan ketegasan mengenai PBM
bagaimana yang harus diciptakan guru; penanaman kesalahan atau
kegelisahan guru dalam penerapan gaya PBM, konvensional; dan
penurunan teguran atau ancaman terhadap kejadian yang biasanya terjadi
2. tahap pengubahan, yang mana PBM gaya baru dikenalkan, tanggapan
baru dikembangkan melalui informasi yang baru, melalui mekanisme
identifikasi, kepala sekolah atau agen pembaharu lain dijadikan sumber
utama informasi/model dari PBM gaya baru; dan pencarian sumber
informasi/model PBM gaya baru diperoleh dari berbagai sumber lain 3.
tahap pembekuan kembali, yang mana PBM gaya baru dijadikan kebiasaan
atau pegangan. Penerapan kebaruan dipelihara sebagai kestabilan dan
kepaduan perubahan, dilakukan dengan pemberian penghargaan atas
prestasi guru; dan penguatan terhadap perilaku pendukung (Permadi,
1999: 95-97).
Sekolah/Banyak sekolah-sekolah jelek dengan kepala sekolah yang baik,
tetapi tidak ada sekolah yang baik dengan kepala sekolah yang jelek
(Ronald Edmonds dalam Permadi, 1999: 30).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 185
1261. Sekolah/Beberapa prasyarat mempersiapkan perubahan di sekolah: 1.
persiapan berkaitan dengan materi ubah, yang mana perubahan terencana
adakalanya memasukkan ide, praktek dan objek yang dirasakan sebagai
sesuatu yang baru bagi kalangan internal sekolah. Sesuatu yang baru
tersebut sifatnya kualitatif untuk mengatasi masalah sendiri (indigeneous
problem). Maka kepala sekolah harus berupaya menemukan dan
merumuskan inovasi apa yang hendak diterapkan di lingkungan
sekolahnya, karena ini berkaitan dengan pengembangan kreativitas. Yang
perlu diperhatikan adalah sifat-sifat dari inovasi yang dapat berpengaruh
terhadap tingkat penerimaan (adopsinya). 2. persiapan berkaitan dengan
pelaku perubahan, yang mana perubahan melibatkan orang secara
individual, kelompok atau institusi. Pihak yang diberi tanggung jawab
dalam penyebaran inovasi disebut agen pembaharu. Untuk meyebarkan
suatu inovasi, kepala sekolah perlu mengidentifikasi dan harus
menetapkan siapa-siapa yang menjadi agen pembaharunya. 3. persiapan
berkaitan dengan sasaran ubah (klien) ubah, yang mana sekelompok sosial
yang dijadikan sasaran ubah adalah klien perubahan. Kepala sekolah
sebagai pengelola perubahan dituntut mengenal kliennya, karena ada
tidaknya perubahan terletak pada keadaan kliennya. Kemungkinan respon
yang muncul dalam penyelenggaraan perubahan dapat diantisipasi lebih
dini, penerapan strategi perubahan didasarkan atas pertimbangan kendalakendala yang dihadapi (Permadi, 1999: 92-94).
1262. Sekolah/Dalam budaya (kultur) sekolah, kreativitas bermakna dalam hidup
dan berperanan sangat penting, karena dengan berkreasi orang dapat
mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, kreativitas merupakan
manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya; kreativitas atau
berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, karena di sekolah
yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan dan
penalaran (berpikir logis); bersibuk diri secara kreatif tidak hanya
bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberikan
kepuasan kepada individu; kreativitaslah yang memungkinkan manusia
meningkatkan kualitas hidupnya, dengan ide-ide, penemuan baru,
teknologi baru (Munandar, 1999: 31).
1263. Sekolah/Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia sekolah memiliki
peranan strategis sebagai institusi penyelenggra kegiatan pendidikan
(Syafaruddin, 2002: 87).
1264. Sekolah/Dalam upaya mengelola perubahan di sekolah ada beberapa tahap
yang harus dilakukan sebagai berikut: 1) Menemukan. Pada tahap ini
kepala sekolah berupaya menemukan hal-hal yang harus diatasi. 2)
Mengkomunikasikan. Masalah yang telah ditemukan dikomunikasikan
dengan pihak-pihak terkait untuk mendapat kejelasan tentang masalah
yang telah ditemukan. 3) Mengkaji dan menganalisa. Masalah yang
ditemukan dan telah dikomunikasikan pada tahap ini dikaji secara cermat
untuk mencari faktor-faktor penyebabnya melalui data-data yang relevan.
4) Mencari dukungan. Untuk meyakinkan bahwa masalah benar-benar
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 186
1265.
1266.
1267.
1268.
1269.
1270.
1271.
1272.
1273.
terjadi, kepala sekolah mencari sumber, baik orang maupun sarana yang
menguatkan adanya masalah dan mencari jalan untuk melakukan
perubahan. 5) Menerima perubahan. Pada tahap ini perubahan dimulai,
sebagai problem solving untuk memecahkan masalah (Mulyasa, 2006:
186).
Sekolah/Iklim sekolah adalah suasana sosial psikologis di mana iklim
kelas berada di dalamnya (Hadiyanto, 2004: 177).
Sekolah/Iklim sekolah merupakan kualitas dari lingkungan sekolah yang
terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi mereka dan
berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka (Hadiyanto, 2004:
178).
Sekolah/Keberadaan sekolah menjadi institusi sosial yang menentukan
pembinaan pribadi anak dan sosialisasi serta pembudayaan suatu bangsa
(Syafaruddin, 2002: 88).
Sekolah/Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh
keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang
tersedia di sekolah (Mulyasa, 2006: 151).
Sekolah/Kebudayaan yang menunjang pengembangan kreativitas yaitu:
tersedianya sarana prasarana kebudayaan; keterbukaan terhadap
rangsangan kebudayaan; penekanan pada becoming tidak semata-mata
being; kesempatan bebas terhadap media kebudayaan; kebebasan dengan
pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan; menghargai dan
dapat memadukan rangsangan dari kebudayaan lain; toleransi dan minat
terhadap pandangan yang berbeda (divergen); interaksi antarpribadi yang
berarti dalam pengembangan bakat; dan adanya insentif, penghargaan dan
penguatan (Arieti dalam Utami Munandar, 2002: 197).
Sekolah/Lulusan sekolah khususnya di Indonesia dinilai bermutu
rendah dalam komparasi Internasional (Suderadjat (2005: 4).
Sekolah/Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah
mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu
menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara
individual maupun sebagai anggota masyarakat. ... Oleh karena itulah
maka dapat dikatakan bahwa fungsi sekolah adalah meneruskan,
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan suatu masyarakat,
melalui kegiatan ikut membentuk kepribadian anak-anak agar menjadi
manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di dalam kebudayaan dan
masyarakat sekitarnya (Nawawi (1982: 27).
Sekolah/Perubahan budaya sekolah pada pokoknya ditentukan oleh
atmosfer budaya yang dikembangkan oleh kepala sekolah bersama
dengan guru-guru (Safaruddin, 2002: 99).
Sekolah/Setiap lembaga pendidikan termasuk di dalamnya Sekolah Luar
Biasa hendaknya bergerak dari awal hingga akhir sampai titik tujuan suatu
proses pendidikan, yang pada akhirnya dapat “mewujudkan terjadinya
pembelajaran sebagai suatu proses aktualisasi potensi peserta didik
menjadi kompetensi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan dalam
kehidupan” (Hari Suderadjat, 2005 : 6).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 187
1274. Sekolah/Tahapan melaksanakan perubahan di sekolah: 1. tahap
pembuyaran, yang mana guru diyakinkan bahwa mempertahankan gaya
konvensional dalam PBM dapat mengancam kelangsungan hidup sekolah,
dan kritik tertuju pada guru. Guru sebagai sasaran ubah diyakinkan dan
dimotivasi untuk menciptakan perubahan gaya PBM, ditempuh melalui
mekanisme pengurangan atau peniadaan ketegasan mengenai PBM
bagaimana yang harus diciptakan guru; penanaman kesalahan atau
kegelisahan guru dalam penerapan gaya PBM, konvensional; dan
penurunan teguran atau ancaman terhadap kejadian yang biasanya terjadi.
2. tahap pengubahan, yang mana PBM gaya baru dikenalkan, tanggapan
baru dikembangkan melalui informasi yang baru, melalui mekanisme
identifikasi, kepala sekolah atau agen pembaharu lain dijadikan sumber
utama informasi / model dari PBM gaya baru; dan pencarian sumber
informasi /model PBM gaya baru diperoleh dari berbagai sumber lain. 3.
tahap pembekuan kembali, yang mana PBM gaya baru dijadikan kebiasaan
atau pegangan. Penerapan kebaruan dipelihara sebagai kestabilan dan
kepaduan perubahan, dilakukan dengan pemberian penghargaan atas
prestasi guru; dan penguatan terhadap perilaku pendukung (Permadi,
1999: 95-97).
1275. Sekolah/Tuntutan terhadap pelayanan terbaik juga menjadi perhatian
manajemen mutu terpadu, tak terkecuali dalam pendidikan. Sekolahsekolah pada dewasa ini tidak hanya cukup menawarkan program studi
dengan kurikulum tertentu, orang tua dan pelajar menjadi puas. Akan
tetapi, sekolah juga harus menyediakan alat-alat belajar dan mengajar yang
relevan dengan perkembangan zaman untuk mendukung kemajuan proses
pembelajaran dan pengajaran. Gedung sekolah yang bagus diisi dengan
sarana dan fasilitas belajar yang baik dan fungsional, tempat bermain
pelajar, serta pelayanan yang prima terhadap pelajar, guru, orang tua, dan
masyarakat. Situasi dan kondisi sekolah yang kondusif akan memberikan
kontribusi positif bagi mutu proses dan mutu produk (lulusan) sekolah
(Syafaruddin, 2002: 37).
1276. Sekolah/Untuk mengembangkan budaya kreatif di sekolah berbagai
persyaratan sebagai berikut: 1. profesionalisme sebagai prasyarat
kreativitas mengandung arti seseorang harus menguasai secara tuntas
bidang keahliannya, disertai komitmen dan dorongan untuk mencapai
prestasi yang setingginya. 2. toleransi terhadap perbedaan pendapat,
dengan peningkatan kemampuan dalam penguasaan iptek hanya mungkin
terjadi melalui sintesis dan perpaduan antara perspektif dan argumentasi
yang berbeda-beda. Tradisi (budaya) yang dibangun di lingkungan
pendidikan adalah bahwa suatu gagasan dan pendapat hendaknya benarbenar didasari pemikiran yang jernih dan dudukung buktibukti yang dapat
diuji kebenarannya. 3. keterbukaan, kesediaan dan kesiapan untuk
menerima informasi, gagasan dan nilai baru yang konstruktif. Dengan
keterbukaan kita akan terhindar dari perangkap wawasan sempit yang
dapat menghambat perkembangan kreativitas. Keterbukaan menuntut
adanya aturan dan etika yang jelas sebagai pedoman berpikir dan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 188
1277.
1278.
1279.
1280.
1281.
1282.
bertindak. Keterbukaan mensyaratkan adanya kekenyalan budaya yang
berpijak pada jati diri bangsa. Budaya yang kenyal adalah budaya yang
terbuka bagi masuknya unsur budaya yang positif dan konstruktif serta
cukup kuat dalam mencegah masuknya unsur budaya yang destruktif.
Agar tidak menjurus budaya destruktif, kreativitas harus senantiasa
dibingkai nilai etika desertai keimanan dan ketaqwaan sehingga memberi
bobot yang seimbang dalam poses pembangunan nasional (Wardiman
Djojonegoro dalam Supriadi, 1997: vii).
Self-efficacy. Konsep itu berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa
dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi
syarat keberhasilan (Bandura, 1977: 191-215).
Sementara fungsi keluarga menurut Beirstadt seabagaimana
dikutip oleh Abu Ahmadi adalah sebagai berikut: 1). Menggantikan
keluarga. 2). Mengatur dan menguasai impuls-impul sexuil. 3). Bersifat
membantu. 4). Menggerakkan nilai-nilai kebudayaan. 5). Menunjukkan
status (Ahmadi, 1991: 108).
Seperti halnya berlaku untuk guru, pendidikan tenaga kependidikan
nonguru (konselor, laboran, pengembang kurikulum, teknisi sumber
belajar, pengelola satuan pendidikan, pustakawan) perlu dipersiapkan
secara matang melalui pendidikan yang struktur kurikulum dan
penyelenggaraannya dirancang dan dilaksanakan dengan baik dan
akuntabel untuk menunjang penyelenggaraan sistem pendidikan yang
bermutu (cetak tebal oleh penulis) (Kelompok Kerja Tenaga Kependidikan
(Jalal dan Supriadi, 2001: 251).
Sertifikasi (certification) mengandung makna, jika hasil penelitian atas
persyaratan pendaftaran yang diajukan calon penyandang profesi
dipandang memenuhi persyaratan kepadanya diberikan pengakuan oleh
negara atas kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya (Danim, 2002:
30).
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: menerima, merespons,
menghargai, bertanggung jawab (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 130).
Sikap mendidik anak. Bebrapa pedoman umum untuk diketahui
sebagaimana berikut ini: (a). Orang tua hendaknya membantu anak-anak
dalam memecahkan problem yang dihadapi anak-anak. Misalnya,
menjawab pertanyaan anak-anak tentang dunia dan lingkungannya. (b).
Orang tua hendaknya bijakasana dalam mendidik anak-anaknya agar dapat
berkembang semaksimal dan jangan memaksa tetapi menganjurkan. (c).
Memberikan pengarahan pada tindakan anak-anak ke hal-hal yang positif,
ingat terutama pada masa puber, bila tidak ada pengarahan yang baik dapat
berakibat tindakan asusila, krisis kepercayaan, tindakan berandalan dan
kewibawaan. (d). Memberikan jawaban, penjelasan, ssegala sesuatu yang
perlu diketahui anak dengan jujur dan disesuaikan dengan
perkembangannya. (e). Berikan kebebasan pada anak untuk selalu
bertanya kepada anda sebagai orang tua. Adakan hubungan sikap terbuka.
Orang tua merupakan teman dan pelindung bukan polisi yang selalu
menghukum kebebasan anak jangan diartikan membiarkan, tetapi
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 189
1283.
1284.
1285.
1286.
kebebasan dalam arti pengarahan. (f). Ciptakan suasana yang enak di
rumah tangga misalkan tentang rukun, gembira dan aman. (g). Jangan
menyalahkan anak kalau tak berkembang sesuai dengan masanya, tetapi
koreksilah diri sendiri dahulu bukan mustahil kesalahan terletak pada
orang tua (Kartono, 1992: 43).
Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi belajar.
Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap
poitif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari,
terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia
belajar seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan
sebagainya (Sabri, 1996: 84).
Sikap/Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui
gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu
objek (Thursthoen dalam Walgito, 1990: 108).
Sikap/Sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi instrumental
atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat. Fungsi ini berkaitan dengan
sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan.
Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan
sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu
seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif
terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap
menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif
terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang
artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan.
Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang
diambil seseorang akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap
sekitarnya. 2. Fungsi pertahanan ego. Ini merupakan sikap yang diambil
oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap
diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam
keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya
dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego. 3. Fungsi ekspresi
nilai. Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat
menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu,
akan dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang
bersangkutan. 4. Fungsi pengetahuan. Fungsi ini mempunyai arti bahwa
setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu. Dengan
pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh
individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga
menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu
terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut
objek sikap yang bersangkutan (Katz dalam Walgito, 1990:110).
Sikap/Sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan
faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi.
Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 190
1287.
1288.
1289.
1290.
1291.
senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau
menjauhi/menghindari sesuatu (Berkowitz, dalam Azwar, 2000: 5).
Sikap/Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara
lain: fasilitas, faktor dukungan dari pihak lain. (Soekidjo Nototmodjo,
2003: 133).
Sikap/Tipe ukuran sikap yang paling sering dipakai adalah questioner selfreport yang disebut skala sikap dan biasanya meliputi respon setuju atau
tidak dalam beberapa kelompok-kelompok. Ukuran self-report mudah
digunakan namun ukuran itu dapat memiliki sifat kemenduaan (ambiguity)
atau adanya ukuran lain. Sikap dari skala sikap ini adalah isi pernyataan
yang berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukuran atau pernyataan
tidak langsung yang kurang jelas untuk tujuan ukurannya bagi responden
(Bringham dalam Azwar, 2000:138).
Sistem/Karakteristik sistem terbuka: 1) Mendatangkan energi. 2)
Mentransformasikan energi. 3) Mengekspor hasil. 4) Sebuah rangkaian
peristiwa. 5) Negentropi. 6) Balikan negative. 7) Homeostatis. 8)
Diferensiasi. 9) Ekuifinalitas. (Mudyahardjo, 2001: 46-47).
Sistem/Karakteristik teori sistem: 1) Keseluruhan adalah hal yang utama
dan bagian-bagian adalah hal yang kedua. 2) Integrasi adalah kondisi
saling hubungan antara bagian-bagian dalam satu sistem. 3) Bagian-bagian
membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan. 4) Bagianbagian memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai
tujuan dari keseluruhan. 5) Sifat bagian dan fungsinya dalam keseluruhan
dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan terhadap hubungan-hubungan
bagiannya. 6) Keseluruhan adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks
atau sebuah konfigurasi dari energi dan berperilaku seperti sesuatu unsur
tunggal yang tidak kompleks. 7) Segala sesuatu haruslah dimulai dari
keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian-bagian serta hubunganhubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur-angsur (Mudyahardjo,
2001:41-42).
Sistem/Tipe-tipe sistem: 1) Sistem alami dan sistem buatan. Sistem alami
merupakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang bekerja
berdasarkan hokum-hukum alam, dan hubungan antara masukan dengan
hasil dapat diramalkan secara ilmiah. Sistem buatan manusia adalah sistem
yang dirancang, dilaksanakan, dandikendalikan oleh manusia, dan
hubungan antara masukan yang diambil dari sistem alami, dengan hasil
diatur manusia. 2) Sitem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup
adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu
pendek. Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk
organisasinya berjalan otomatis. Sistem terbuka adalah sistem yang
struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari
lingkungan yang terus-menerus berubah-ubah, dalam usaha dapat
mencapai kapasitas optimalnya. Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 191
1292.
1293.
1294.
1295.
1296.
bentuk operasinya dinamis, karena bagian-bagian dalam sistem dapat
berubah karakteristik dan posisinya (Mudyahardjo, 2001: 45-46).
Siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir ke tingkat yang lebih
tinggi ketika mendapat bantuan (scaffolding) dari seseorang yang lebih
ahli atau melalui teman sejawat yang memiliki kemampuan yang lebih
tinggi (Vygotsky dalam Yamin, 2011:1 67).
Siswa/Kedudukan siswa sendiri sebagai salah seorang warga negara
Indonesia, juga memiliki hak dan kewajiban dalam pendidikan nasional,
sebagaimana yang tertuang dalam Undang–Undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hak peserta didik menurut Undang–
Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara
lain: a). Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; b). Mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; c).
Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya; d). Mendapatkan biaya pendidikan
bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;
e). Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain
yang setara; f). Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
batas waktu yang ditetapkan.
Siswa/Kewajiban peserta didik menurut Undang–Undang No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain: a). Menjaga
norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan; b). Ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Snowball throwing/Langkah-langkah metode pembelajaran snowball
throwing adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi yang
akan disajikan, 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi, 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya, 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu
lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, 5) Kemudian kertas
tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selama kurang lebih 5 menit, 6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian, 7) Guru memberikan kesimpulan, 8) Evaluasi, 9) Penutup
(Kisworo, 2008: 11).
Snowball throwing/Metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu
metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang
diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 192
1297.
1298.
1299.
1300.
1301.
1302.
1303.
1304.
1305.
1306.
1307.
(kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Kisworo, 2008:11).
Sosialisasi/Sosialisasi merupakan proses memilih dan mencari: nilai,
sikap, minat, keterampilan, dan pengetahuan yang berkaitan dengan
profesi atau pembudayaan profesi (Merton dalam Power, 1992: 37).
STAD/Dalam metode pembelajaran STAD, para siswa didalam kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4
atau 5 anggota kelompok (Nurhadi dkk., 2004: 65).
STAD/Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: - Tahap penyajian materi, Tahap
kegiatan kelompok, Tahap tes individu, Tahap penghitungan skor
perkembangan individu, Tahap pemberian penghargaan (Isjoni, 2007: 51).
STAD/Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: Tahap penyajian materi. 2) Tahap
kegiatan kelompok. 3) Tahap tes individu. 4) Tahap penghitungan skor
perkembangan individu. 4) Tahap pemberian penghargaan (Isjoni, 2007:
51)
STAD/Metode STAD (Student Team Achievement Deviasion)
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannyadi Universitas
John Hopkin (Nurhadi dkk, 2004: 64).
STAD/Metode STAD (Student Team Achievement Devision)
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawanya dari Universitas
John Hopkin (Nurhadi dkk, 2004: 64).
Strategi manajemen/Management Strategy adalah metode untuk menata
interaksi antara yang belajar dan variable metode pembelajaran lainnya
(Hamzah, 17-18).
Struktur kognitif ini sebagai Skemata (Schemas), yaitu kumpulan skemaskema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan
respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya schemata ini.
Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungannya (Jean Piaget dalam Suherman, 2001: 38).
Struktur kognitif ini sebagai Skemata (Schemas),yaitu kumpulan skemaskema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan
respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya schemata ini.
Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungannya (Suherman, 2001:38).
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen (Lofland dan
Lofland dalam Moleong, 2007: 157).
Supervisi dibutuhkan di sekolah menengah karena: a) Adanya
pertumbuhan yang pesat dari sekolah-sekolah menengah dan
meningkatnya jumlah murid-muridnya, sehingga menyebabkan timbulnya
masalah-masalah pengajaran, yang mana membutuhkan adanya program
supervisi yang baik. b) Guru-guru sekolah menengah hanya terbatas dari
lulusan sekolah pendidikan guru yang secara terbatas dipersiapkan dalam
hal mengajar. Oleh karena itu, bagi mereka dibutuhkan pembinaan yang
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 193
1308.
1309.
1310.
1311.
1312.
1313.
baik. c) Adanya perubahan metode-metode mengajar yang lebih
menekankan perbedaan-perbedaan individual, hal ini menuntut adanya
pembinaan bagi guru yang pada umumnya kurang pengalaman dalam
menggunakan metode-metode yang baru (Sardjonopriyo, 1992: 3-4).
Supervisi pendidikan yaitu “Semua usaha yang dilakukan oleh supervisor
untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran
(Soetjipto dan Raflis Kosasi, 1994: 233).
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang
berperan sebagai supervisor (Mulyasa, 2004: 111).
Supervisi/4 tipe supervisi kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu
supervisi yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi
yang bersifat konstruktif, supervise yang bersifat kreatif. 1). Supervisi
yang bersifat korektif - Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha
untuk mencari-cari kesalahan orang yang disupervisi (guru-guru). 2).
Supervisi yang bersifat preventif - Kegiatan supervisi ini lebih
menekankan usaha untuk melindungi guru-guru dari berbuat salah. Guruguru selalu diingatkan untuk tidak melakukan kesalahan dengan
memberikan mereka batasan-batasan, larangan-larangan atau sejumlah
pedoman dalam bertindak. 3). Supervisi yang bersifat konstruktif Tipe
supervisi jenis ini ialah supervisi yang berorientasi ke masa depan,
menolong guru-guru untuk selalu melihat ke depan, belajar dari
pengalaman, melihat hal-hal yang baru, dan secara antusias mengusahakan
perkembangan. 4). Supervisi yang bersifat kreatif - Kegiatan supervisi ini,
lebih menekankan pada usaha menumbuhkembangkan daya kreatifitas
guru, dimana peran kepala sekolah hanyalah sebatas mendorong dan
membimbing (Briggs dalam Lazaruth, 1988: 33).
Supervisi/4 tipe supervisi kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu
supervisi yang bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi
yang bersifat konstruktif, supervisi yang bersifat kreatif (Briggs dalam
Lazaruth, 1988: 33).
Supervisi/5 tipe supervisi oleh kepala sekolah, yakni: supervisi sebagai
inspeksi, laissez faire, coercive supervision, dan supervisi sebagai latihan
bimbingan (Burton dan Brueckner dalam Purwanto, 2002: 92).
Supervisi/Beberapa prinsip positif dan prinsip negatif dalam supervisi
pendidikan. 1). Prinsip positif: a). Supervisi harus dilaksanakan secara
demokratis dan kooperatif. b). Supervisi harus kreatif dan konstruktif. c).
Supervisi harus scientific dan efektif. d). Supervisi harus dapat
memberikan perasaan aman kepada guru-guru. e). Supervisi harus
berdasarkan kenyataan. f). Supervisi harus memberikan kesempatan
kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan self evaluation. 2).
Prinsip negative: a). Seorang supervisor tidak boleh bersikap otoriter. b).
Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru. c).
Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah
peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan dengan baik.d).
Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari para
guru. e). Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 194
1314.
1315.
1316.
1317.
1318.
1319.
kecil dalam cara guru mengajar. f). Seorang supervisor tidak boleh lekas
kecewa, bila ia mengalami kegagalan (Soetopo dan Soemanto, 1984: 4244).
Supervisi/Delapan fungsi supervisi: 1) Mengkoordinasi semua usaha
sekolah; 2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah; 3) Memperluas
pengalaman guru-guru; 4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; 5)
Memberikan penilaian dan fasilitas yang terus menerus; 7) Memberikan
pengetahuan atau skill kepada setiap anggota staf; 8) Mengintegrasikan
tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru-guru
(Sahertian, 1991: 26).
Supervisi/Fungsi kegiatan supervisi pendidikan dirinci sebagai berikut: 1).
Mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2). Melengkapi kepemimpinan
sekolah; 3). Memperluas pengalaman guru-guru; 4). Menstimulasi usahausaha yang kreatif; 5). Memberikan fasilitas dan penilaian yang terusmenerus; 6). Menganalisis situasi belajar dan mengajar; 7). Memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf; 8).
Mengintegrasi tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan guru-guru dalam mengajar (Lazaruth, 1988: 34).
Supervisi/Fungsi supervisi dibedakan menjadi dua bagian besar yakni: 1).
Fungsi utama ialah membantu sekolah sekaligus mewakili pemerintah
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan
individu para siswa. 2). Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam
membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam
mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri
dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat
(Pidarta, 1999: 15-19).
Supervisi/Fungsi supervisi pendidikan ialah penelitian, evaluasi,
perbaikan, dan pembinaan (Soepardi, 1988: 68-69).
Supervisi/Kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan pada hal-hal
sebagai berikut: 1). Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan
pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan
baik. 2). Mengembang dan mencari metode-metode belajar mengajar yang
baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih sesuai 3).
Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dan
siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh
staf sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan. 4).
Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan
pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik
dalam bentuk work shop, seminar, in service training, up grading, dan
sebagainya (Depag, 2004: 29).
Supervisi/Made Pidarta mengemukakan pernyataan bahwa: 1). supervisi
lebih bersifat proses daripada peranan; 2). supervisi adalah suatu proses
yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap
aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada
para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan
sekolah itu (Pidarta, 1999: 2).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 195
1320. Supervisi/Made Pidarta mengemukakan pernyataan bahwa: 1). supervisi
lebih bersifat proses daripada peranan; 2). supervisi adalah suatu proses
yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab terhadap
aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada
para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan
sekolah itu (Pidarta, 1999: 2).
1321. Supervisi/Metode yang dipakai dalam melaksanakan supervisi dinamakan
teknik supervisi yang dapat berupa teknik individual apabila melaksanakan
supervise terhadap perseorangan dan teknik kelompok apabila melakukan
supervisi terhadap sekelompok guru (Pidarta (1992: 209).
1322. Supervisi/Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya
bertujuan memperbaiki proses belajar-mengajar secara total (Purwanto,
2002: 77).
1323. Supervisi/Prinsip supervisi sebagai berikut: 1) Supervisi yang bersifat
konstruktif. 2) Supervisi yang bersifat realistis. 3) Supervisi yang bersifat
demokratis. 4) Supervisi yang bersifat objektif (Lazaruth, 1988: 33).
1324. Supervisi/Sergiovanni dalam Pidarta (1999) mengemukakan pernyataan
bahwa: 1). supervisi lebih bersifat proses daripada peranan; 2). supervisi
adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang
bertanggungjawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang
bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk
menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu (Sergiovanni dalam
Pidarta, 1999: 2).
1325. Supervisi/Supervisi: “…is considered the province of those responsible for
instructional improvement. While we hold this view, we add to this
instructional emphasis responsibility for all school goals which are
achieved through or dependent upon the human organization of the school
(Sergiovanni dalam Bondi & Wiles, 1986: 9).
1326. Supervisi/Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau
organ dari organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dari apa yang ingin
dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervise (Pidarta, 1999:
15).
1327. Supervisi/Teknik supervisi yang dapat dipakai oleh supervisor menurut
Pidarta (1992: 210) meliputi: “...observasi kelas, pertemuan formal,
pertemuan informal, rapat guru, kunjungan kelas, supervisi sebaya,
supervisi dengan mengunjungi sekolah lain, dan supervisi melalui
pertemuan-pertemuan pendidikan.
1328. Supervisi/Teknik supervisi. Bila ditinjau dari banyaknya guru, terdiri dari:
a). Teknik kelompok: Adalah teknik supervisi yang dipakai oleh
supervisor manakala terdapat banyak guru yang mempunyai masalah yang
sama. Teknik-teknik yang dapat dipakai antara lain; rapat guru-guru,
workshop, seminar, konseling kelompok. b). Teknik perorangan, Adalah
teknik yang dipergunakan apabila sesorang guru memiliki masalah khusus
dan meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik-teknik yang
dapat dipakai antara lain; orientasi bagi guru-guru baru, kunjungan kelas,
individual converence, dan intervisitation. 2). Bila ditinjau dari cara
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 196
menghadapi guru, terdiri dari: a). teknik langsung: (1) menyelenggarakan
rapat guru, (2) kunjungan kelas, (3) menyelenggarakan workshop, (4)
mengadakan converence. b). Teknik tidak langsung: (1) melalui
questioner, (2) melalui buku presensi guru, (3) melalui jurnal mengajar,
(4) melalui buku piket guru, (5) melalui bulletin board, 3). Bila ditinjau
dari banyaknya guru dan cara menghadapi guru, terdiri dari: a). Teknik
kelompok, Yaitu teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor
dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik itu antara lain:
(1) pertemuan orientasi bagi guru baru, (2) rapat guru, (3) studi kelompok
antar guru, (4) diskusi, (5) tukar-menukar pendapat (sharing of
experience), (6) lokakarya (workshop), (7) diskusi panel, (8) seminar, (9)
pelajaran contoh (demonstration teaching), (10) bulletin supervise, (11)
mengikuti diklat, (12) membaca langsung, (13) symposium. b). Teknik
individual/ perorangan: (1) kunjungan kelas (classroom visitation), (2)
kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya, (3) kunjungan dengan
pemberitahuan sebelumnya, (4) kunjungan atas undangan, (5) observasi
kelas (classroom observation), (6) percakapan pribadi (individual
conference), (7) percakapan pribadi setelah kunjungan kelas, (8)
percakapan pribadi melalui percakapan sehari-hari, (9) saling mengunjungi
kelas, (10) menilai diri sendiri (self evaluation) (Hendiyat Soetopo dan
Wasti Soemanto, 1984: 44-53): 1).
1329. Supervisi/Teknik-teknik yang digunakan dalam supervisi pendidikan
antara lain: 1). Mengadakan kunjungan kelas. 2). Mengadakan kunjungan
observasi. Ada 2 macam observasi kelas: (a) Observasi langsung; (b)
Observasi tak langsung. 3). Membimbing guru-guru tentang cara-cara
mempelajari pribadi siswa atau mengatasi masalah yang dialami siswa. 4).
Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah, antara lain: (a) Menyusun program catur
wulan/semester. (b) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran.
(c) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas. (d)
Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran. (e) Menggunakan media
dan sumber dalam proses belajar mengajar. (f) Mengorganisasi kegiatan
siswa dalam bidang ekstrakurikuler (Harahap, 1983: 11).
1330. Supervisi/Terdapat 5 tipe supervisi oleh kepala sekolah, yakni: supervisi
sebagai inspeksi, laissez faire, coercive supervision, dan supervisi sebagai
latihan bimbingan. Dari pendapat mengenai tipe-tipe supervisi oleh kepala
sekolah tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Supervisi
sebagai inspeksi - Tipe supervisi ini adalah kegiatan pengawasan yang
semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan guru atau
bawahan. Inspeksi dijalankan dengan maksud untuk mengawasi apakah
guru atau bawahan sudah menjalankan apa yang sudah diinstruksikan. Jadi
pada intinya, inspeksi berarti kegiatan mencari-cari kesalahan. 2). Laissez
faire - Kepengawasan tipe ini sama sekali tidak konstruktif.
Kepengawasan laissez faire adalah tipe supervisi yang membiarkan guruguru atau bawahan bekerja sekehendaknya tanpa bimbingan dan petunjuk.
3). Coercive supervision Tipe supervisi ini hampir serupa dengan inspeksi,
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 197
1331.
1332.
1333.
1334.
1335.
1336.
1337.
tipe supervisi ini bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasannya si
pengawas bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar
dan baik menurut pendapatnya sendiri. 4). Supervisi sebagai latihan
bimbingan Supervisi ini lebih menekankan kepada pemberian latihan dan
bimbingan kepada guru-guru dalam melaksanakan tugasnya (Burton dan
Brueckner dalam Purwanto, 2002: 92).
Supervisi/Tujuan konkrit dari supervisi pendidikan secara nasional antara
lain: 1). Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
2). Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid. 3).
Membantu guru dalam menggunakan alat pengajaran modern, metodemetode, dan sumber-sumber pengalaman belajar. 4). Membantu guru
dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
5). Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira
dengan tugas yang diperolehnya. 6). Membantu guru-guru agar waktu dan
tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah (Hendiyat
Soetopo dan Wasti Soemanto, 40-41).
Supervisi/Tujuan supervisi antara lain membantu guru-guru agar dapat: 1)
Melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan; 2) Membimbing anak
didik dalam proses belajar mengajar; 3) Mengefektifkan penggunaan
sumber-sumber belajar; 4) Mengevaluasi kemajuan belajar anak didik,
teman-temannya dan masyarakat; dan 5) Mencintai tugasnyaa agar dapat
melaksanakan dengan penuh rasa tangung jawab (Lazaruth, 1994: 34).
Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi
belajar dan mengajar yang lebih baik (Soetopo dan Soemanto, 1984: 40).
Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi
belajar dan mengajar yang lebih baik (Hendiyat Soetopo dan Wasti
Soemanto, 1984: 40).
Supervisi/Tujuan supervisi pendidikan dibedakan menjadi: 1). Tujuan
akhir adalah untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa
(yang bersifat total). Dengan demikian sekaligus akan dapat memperbaiki
masyarakat. 2). Tujuan kedua ialah membantu kepala sekolah dalam
menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara kontinyu
(dalam rangka menghadapi tantangan perubahan jaman). 3). Tujuan dekat
ialah bekerjasama mengambangkan proses belajar mengajar yang tepat.
Tujuan-tujuan tersebut perlu ditambah dengan; 4). Tujuan perantaraan
ialah membina guru-guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik,
atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi (Sergiovanni dalam
Pidarta, 1999: 20).
Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode
pembelajaran (Sanjaya, 2007: 127).
Teknik korelasional/Tujuan teknik korelasional adalah: (1) untuk mencari
bukti berdasarkan hasil pengumpulan data, apakah terdapat hubungan
antara variabel atau tidak. (2) untuk menjawab pertanyaan apakah
hubungan antar variabel tersebut kuat, sedang atau lemah. dan (3) ingin
memperoleh kepastian secara matematis apakah hubungan antar variabel
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 198
1338.
1339.
1340.
1341.
1342.
1343.
1344.
1345.
1346.
1347.
merupakan hubungan yang meyakinkan (signifikan) atau hubungan yang
tidak meyakinkan (Sudijono, 2004: 188).
Teknik wawancara merupakan teknik utama yang lebih banyak digunakan
untuk mencari data di lapangan. Agar kegiatan wawancara berjalan baik
dan dapat mencapai sasaran yang diinginkan maka di samping wawancara
bebas dilakukan pula wawancara terpimpin, yaitu dalam kegiatan
wawancara digunakan pedoman wawancara atau instrumen penelitian
yang berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan (Moleong 1988: 116).
Teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling
berinteraksi yaitu: guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum.
Komponen tersebut melengkapi struktur dan lingkungan belajar formal.
Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik
merupakan inti proses pembelajaran (instructional) (Knirk dan Gustafson
dalam Sagala, 2007: 64).
Teknologi pendidikan adalah media yang lahir dari perkembangan alat
informasi yang digunakan untuk tujuan pendidikan (Nasution, 1987: 20).
Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian
sistem- sistem, teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar manusia (Nasution, 1987: 7).
Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk
menganalisis masalah mencari jalan pemecahanya, melaksanakan,
mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut
semua aspek belajar manusia. (Yusufhadi, 1986: 1).
TGT/Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap identifikasi topik atau
materi dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok. 2)
Merencanakan tugas belajar (para siswa menyusun rencana bersama). 3)
Melakukan penyelidikan. 4) Mempersiapkan laporan akhir. 5)Menyajikan
laporan akhir. 5) Evaluasi (Utomo (2004:138).
TGT/Dalam metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapantahapan dalam penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap penyajian materi. 2)
Tahap belajar kelompok. 3) Tahap tournament. 4) Tahap pemberian
penghargaan. 5) Pada metode pembelajaran kooperatif tipe GI ini, siswa
dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang (Utomo,
2004:136).
TGT/Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat tahapan-tahapan
dalam penyelenggaraan-penyelenggaraan yaitu: 1) Tahap penyajian
materi. 2) Tahap belajar kelompok. 3) Tahap tournament. 4) Tahap
pemberian penghargaan. 4) Group Infestigation (GI) (Utomo, 2004: 136).
TGT/Pada metode pembelajaran kooperatif tipe GI ini, siswa dibagi
kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang (Isjoni, 2007: 58).
TGT/Pada metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament)
pengelompokkan siswa, format pembelajaran, dan lembaran kerja atau
tugas yang diberikan sama dengan pada metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Perbedaanya pada metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 199
1348.
1349.
1350.
1351.
1352.
1353.
1354.
1355.
1356.
siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik di dalam
tournament (Utomo, 2004:136).
TGT/Pada metode pembelajaran TGT pengelompokan siswa, format
pembelajaran, dan lembaran kerja atau tugas yang diberikan sama dengan
pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaannya pada
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa memainkan pertandinganpertandingan akademik didalam tournament (Utomo, 2004: 136).
Think-Pair-Share adalah teknik pembelajaran ini dikembangkan oleh
Frank Lyman yang mampu mengubah asumsi bahwa teknik resitasi dan
diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara
keseluruhan (Nur Hadi, 2003: 65).
Think-Pair-Share/Model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antara
siswa dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif teknik Think-PairShare siswa memungkinkan dapat berpikir kritis, pemahaman, di samping
itu juga bisa melatih siswa untuk memilki keterampilan, baik keterampilan
dalam berpikir (Thinking Skill) maupun keterampilan sosial (Social Skill),
seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan
masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi
timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Isjoni,
2009: 35).
Think-Pair-Share/Model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share
akan membantu siswa memperoleh pengalaman (pemahaman). Dalam
model pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis siswa,
beberapa ahli berpendapat, bahwa model pembelajaran kooperatif unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit (Isjoni, 39).
Tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk
dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal
(Sudjana, 2008: 24).
Tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah (Slameto, 1988: 58).
Tujuan menempati posisi yang penting dalam semua aktifitas, apalagi
dalam interaksi edukatif, tujuan dapat memberikan arah kegiatan yang
jelas. Guru sebaiknya merumuskan tujuan pembelajarannya sebelum
melaksanakan tugas mengajar di kelas. Dengan cara itu guru akan mudah
menyeleksi (Djamarah, 2005: 27).
Tujuan/Para manajer membuat keputusan, mengelola sumber daya, dan
melaksanakan kegiatan menuju tujuan yang sudah ditentukan. Semua yang
terlibat dalam kegiatan, saling mengawasi dan bertanggung jawab
terhadap tujuan yang telah ditetapkan (Robins, 1996: 5).
Tujuan/Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar-mengajar
kecuali mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai
tingkat optimal (Arikunto, 2002: 274).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 200
1357. Tutor sebaya dipilih karana kebanyakan siswa lebih mudah menerima
bantuan atau pengajaran dari teman-temannya dari pada menerima bantuan
atau pengajaran dari gurunya, meskipun guru sudah memilih metode
mengajar yang lebih sesuai bagi siswasiswanya. Siswa-siswa tersebut
tidak mempunyai rasa enggan atau rendah diri untuk bertanya atau
meminta bantuan terhadap teman-temannya sendiri apalagi teman teman
akrab (Arikunto, 1992: 62).
1358. Tutor sebaya ini ditunjuk oleh guru dengan memperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut: 1) Menguasai bahan yang akan disampaikan atau
ditutorkan. 2) Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut. 3) Memiliki
hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menjunjung situasi
tutoring. 4) Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pengajaran
dengan metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut akan lebih
mempunyai kepercayaan diri (Soekartawi, 1995: 22).
1359. Tutor sebaya/Metode tutor sebaya memiliki beberapa kebaikan dan
kelemahan. Beberapa manfaat atau kebaikannya antara lain: 1) Ada
kalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan
takut atau enggan terhadap gurunya. 2) Bagi siswa yang menjadi tutor,
kegiatan tutoring ini akan mempunyai akibat memeperkuat konsep yang
sedang dibahas, dengan memberitahukan kepada siswa lain maka seolaholah ia menelaah serta menghafalkan kembali. 3) Bagi siswa yang menjadi
tutor, kegiatan tutoring merupakan kesempatan untuk melatih diri
memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih
kesabaran. 4) Mempercepat hubungan antara sesama siswa sehingga
mempertebal perasaan sosial. Kelemahan atau kesulitan metode tutor
sebaya menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dapat disebutkan
antara lain: 1) Siswa yang dibantu sering kali belajar kurang serius karena
hanya berhadapan dengan kawannya sehingga hasilnya kurang
memuaskan. 2) Ada beberapa anak yang masih malu bertanya karena takut
rahasianya diketahui oleh kawannya. 3) Pada kelas-kelas tertentu metode
ini sukar dilaksanakan karena perbedaan kelamin antar tutor dengan siswa
yang diberi materi pelajaran. 4) Bagi guru sukar untuk menentukan
seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang
harus dibimbing. 5) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat tempo
belajarnya dapat mengajarkan kembali kepada kawan-kawannya
(Djamarah dan Zain, 2002: 29).
1360. Tutor sebaya/Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengistilahkan
dengan istilah tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah siswa yang
mempunyai umur atau usia yang hampir sama atau sebaya. Istilah ini
untuk membedakan “tutor serumah”, yaitu pengajaran yang dilakukan oleh
orang tua, kakak, atau anggota keluarga yang lain yang bertempat tinggal
serumah dengan siswa tersebut. Selain itu dapat juga untuk membedakan
dengan tutor dilakukan oleh staf pengajar yang lain yang bukan dari siswa
(Djamarah dan Zain, 2002:29).
1361. Tutorial adalah cara lain dari sistem pengajaran yang dapat dipakai oleh
pengajar (Soekarwati, 1995: 22).
[email protected] – www.infodiknas.com
Penulis Rulam Ahmadi 201
1362. Vygotsky/Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara
domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di
dalam ruang kelas, sedangkan ativitas sosialnya dikembangkan dalam
bentuk kerja sama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu
di bawah bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru (Isjoni, 51-57).
[email protected] – www.infodiknas.com
Download