BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan pada dunia bisnis yang semakin ketat mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Memaksimalkan nilai perusahaan itu berarti mensejahterakan para pemegang saham, ini menjadi sangat penting karena ini adalah tujuan perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan. Tujuan yang paling penting bagi perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan harga saham perusahaan (Laila, 2011). Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran untuk para pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Pemegang saham mengharapkan memperoleh keuntungan dari dividen yang dibagikan secara periodik dan dari keuntungan capital gain yaitu nilai saham yang terus meningkat di atas harga beli saham. Perilaku investor di pasar saham pada umumnya membeli saham bila tahu bahwa harga saham dinilai terlalu rendah atau undervalued yaitu harga saham dibawah nilai sebenarnya dan menjual sahamnya bila merasa sahamnya dinilai terlalu tinggi dari harga sebenarnya. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen 1 2 keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Tingginya harga saham akan berdampak baik kepada return saham yaitu sejalan dengan tingginya harga saham return saham akan semakin tinggi pula. Adapun perkembangan return saham pada industri perbankan pada daftar CGPI dan terdaftar di BEI, dimana bank-bank yang termasuk didalamnya adalah Bank CIMB Niaga (BNGA), Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank OCBC NISP (NISP), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Central Asia (BBCA), bank-bank tersebut cukup lama go public menerbitkan sahamnya. Saham dari bank-bank tersebut setiap tahunnya memiliki return untuk pemiliknya, dengan nilai return yang tidak selalu sama. Berikut perkembangan return saham pada industri perbankan selama periode 2004-2012. Grafik 1.1 Perkembangan Nilai Perusahaan (Return Saham/Y) Pada Industri Perbankan Versi CGPI Diterbitkan IICG Dan Terdaftar di BEI Periode 2004-2012 250 200 BNGA 150 BMRI 100 BBNI 50 NISP BBRI 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 BBCA -50 -100 Sumber: Data Diolah Dilihat dari grafik di atas kondisi return saham ini sangat berfluktuatif dari tahun 2004-2012. Sedangkan dapat dilihat pada tahun 2008 kondisi return saham 3 pada semua bank berada di bawah garis 0 (nol), artinya nilai return saham ini memiliki nilai yang negatif yang artinya mengalami kerugian. Ini terjadi pada saat sedang terjadi krisis ekonomi global dan berdampak pada turunnya harga saham, turunnya harga saham membuat return saham pun menurun. Meningkatkan nilai perusahaan dapat menggunakan GCG (Good Corporate Governance) sebagai sistem yang mengatur, mengendalikan perusahaan yang berdampak kepada meningkatnya nilai perusahaan tersebut untuk para pemegang saham. Good Corporate Governance (GCG) dalam perkembangannya semakin populer dan ditempatkan pada posisi yang baik. Dikarenakan GCG merupakan salah satu kunci sukses bagi perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus untuk dapat bersaing dalam bisnis global terutama bagi perusahaan yang mampu terus maju dan berkembang. GCG merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan berlaku lainnya. Penerapan Good Corporate Governance dalam mengelola perusahaan harus dilakukakn tata-kelola perusahaan yang baik dan benar. Pada perusahaan BUMN di Indonesia wajib menerapkan atau mempraktikan Good Corporate Governance tersebut. BUMN wajib menerapkannya ini tercantum pada Pasal 44 (1) Peraturan Menteri Negara BUMN per-01/MBU/2011, BUMN wajib melakukan pengukuran atas kualitas penerapan GCG yang dilaksanakan berkala setiap dua tahun dalam bentuk penilaian (assessment) atas pelaksanaan GCG dan evaluasi (review) atas tindak lanjut rekomendasi perbaikan dari hasil penilaian sebelumnya. Pada prinsipnya yang melakukan evaluasi adalah BUMN itu sendiri (penilaian mandiri), sedangkan pelaksanaan penilaian dilakukan oleh penilai independen yang kompeten dan harus ditunjuk oleh Dewan Komisaris. Aktivitas dan tujuan dari penilaian serta evaluasi dalam penerapan GCG (Good Corporate Governance) yaitu untuk pengukuran kualitas GCG di BUMN dalam rangka pemberian skor atas penerapan GCG dan pemberian kategori kualitas 4 penerapan GCG, untuk identifikasi kekuatan dan kelemahan serta penyusunan rekomendasi perbaikan penerapan GCG dalam rangka mengurangi kesenjangan pada kriteria GCG, dan untuk pemantauan konsistensi penerapan GCG dalam rangka penyempurnaan dan pengembangan kebijakan tata kelola di lingkungan BUMN. GCG merupakan harapan yang perlu diterapkan oleh setiap perusahaan atau entitas bisnis di Indonesia. Prinsip-prinsip GCG yaitu: transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas, independen dan fairness (keadilan) dapat mengubah kebiasaankebiasaan yang koruptif dan manipulatif. Agar perusahaan atau entitas bisnis menerapkan GCG, beberapa lembaga di Indonesia memberikan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan yang dinilai telah menerapkan GCG secara konsisten (Makaryanawati, 2012). Pada tahun 2012, untuk kesepuluhkalinya SWA bekerjasama dengan Indonesia Institute for Corporate Governance menggelar survei Corporate Governance Perception Index (CGPI) ini adalah bentuk penghargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat. Selama sepuluh tahun perjalanannya survei ini memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti, dari segi jumlah peserta misalnya, dari tahun ke tahun terus bertambah. Mengacu pada penelitian terdahulu Retno (2012) GCG berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, Verdana (2013) corporate governance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan penelitian terdahulu oleh Untung (2012) yang mendukung penelitan Retno (2012) bahwa GCG berpengaruh terhadap return saham. Perusahaan yang ikut serta pada CGPI adalah bukan saja BUMN/BUMD, lembaga keuangan bank dan non bank, lembaga keuangan syariah, dan BUMS (Badan Usaha Milik Swasta) turut ikut serta didalamnya. Manfaat diadakannya CGPI untuk mengkomunikasikan apa saja yang sedang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan tata-kelola yang baik dan dapat meningkatkan reputasi perusahaan tersebut. Adanya CGPI ini sangat diharapkan oleh investor, dimana dapat membantu investor untuk memudahkan mengambil keputusan karena dapat melihat dari rencana bisnis jangka panjang dari perusahaan. 5 Dalam perkembangan saat ini nilai corporate governance perception index (CGPI) merupakan informasi yang dapat digunakan oleh investor sebagai bahan pertimbangan dan penilaian nilai saham sehingga dapat memicu pergerakan nilai saham perusahaan. Dengan mengacu pada nilai CGPI, para pemegang saham berharap semakin baiknya corporate governance perusahaan akan membuat kinerja perusahaan semakin baik sehingga diharapkan akan memberikan peningkatan nilai perusahaan yang tercermin dari meningkatnya nilai saham perusahaan di pasar (Utama & Abdul, 2013). Kinerja keuangan merupakan hasil akhir dari implementasi corporate governance yang meliputi kinerja jangka pendek maupun kinerja jangka panjang, yang merupakan alat pertanggungjawaban manajemen yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengolah dan mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya, serta digunakan investor dan stakeholder lainnya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Kinerja keuangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidaknya terkonsentrasi kepemilikan, manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kinerja perbankan merupakan ukuran keberhasilan suatu bank yang mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengelola usahanya. Penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis, mandiri dan objektif dengan berorientasi pada masa depan, atas kebijakan atau keputusan manajemen dalam mengelola sumber daya dan dana yang dipercayakan kepadanya dalam rangka meningkatkan kemampuan pelaksanaan fungsi manajemen yang lebih baik. Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian suatu negara. Kondisi baik atau buruk akan memberikan dampak bagi perkembangan ekonomi. Industri perbankan selama periode 2012 mencatat kinerja yang cukup baik terlihat dari perolehan laba yang meningkat 21,585 menjadi Rp 95,30 triliun dari tahun sebelumnya (http://bisnis.liputan6.com). Sedangkan yang terjadi pada Kinerja perbankan pada tahun 2013 yang tidak sebaik tahun 2012, perolehan laba yang tidak sebaik tahun sebelumnya ini mengapa dikatakan kineja perbankan tahun 2013 kurang begitu baik, dikarenakan kinerja industri perbankan sedikit terpengaruh oleh kondisi perekonomian utamanya adalah dalam perolehan 6 laba dan penyaluran kredit. Kinerja tahun 2013 sebenarnya tidak mengalami masalah yang signifikan, namun karena adanya tekanan-tekanan ekonomi menjadi berpengaruh terhadap perbankan. Tekanan ekonomi tersebut salah satunya adalah tingginya inflasi. (www.infobanknews.com). Kinerja perbankan ini adalah hasil yang dicapai oleh manajemen perbankan untuk mencapai tujuan, yang tujuannya adalah memperoleh keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perbankan alat yang digunakan untuk mengevaluasi adalah laporan keuangan perusahaan dan untuk menilainya dengan analisis laporan keuangan. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan telah ditentukan oleh Bank Indonesia, bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian ini dilakukan setiap tahun, apakah terjadi peningkatan atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank terus-menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank. Aspek penilaiannya adalah capital, asset quality, management, earning, liquidity, dan sensitivity yang disingkat dengan CAMELS (Khasmir, 2010). Analisis CAMELS adalah analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat kesehatan bank yang menitikberatkan pada kemampuan bidang permodalan, mengoptimalkan kualitas dan kuantitas aktiva dalam operasi, manajemen, analisis laba dan kekayaan, kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, dan pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Hasil pengukuran dengan analisis tersebut diterapkan untuk menentukan tingkat kesehatan bank, yang dikategorikan sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Rasio tersebut dapat digunakan sebagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Mengacu pada penelitian terdahulu dengan rasio-rasio CAMELS dengan alat ukur yang digunakan. Adapun penelitian yang terdahulu capital yang diukur dengan CAR 7 terhadap return saham dilakukan oleh Wongso (2012) bahwa CAR berpengaruh terhadap return saham, sedangkan penelitian lain yang dilakuakan oleh Dianasari (2012) menyebutkan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap CAR. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maksum (2013) dan Istanti (2012) bahwa assets quality yang diukur dengan NPL berpengaruh terhadap harga saham, penelitian ini tidak sejalan dengan Haryetti (2012) yang tidak memiliki pengaruh antara ROA terhadap harga saham. Gunawan (2012) bahwa NPL tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian terdahulu Farkhan (2013) dan Zulfa (2013) bahwa ROA berpengaruh terhadap return saham, penelitian yang lain Putri (2013) bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap return saham. Gunawan (2012) dan Zulfa (2013) hasil ini menyatakan bahwa LDR berpengaruh terhadap return saham, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Zulfa, hasil Kurniadi (2012) bahwa LDR tidak berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh Kinerja Perbankan Berbasis Penerapan GCG Dan CAMELS Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri Perbankan Versi CGPI Dan Terdaftar Di BEI Periode 2004-2012. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi bahwa kondisi return saham pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI tidak stabil. Hal ini dapat dipengaruhi oleh investor yang melakukan pertimbangan pada faktor kinerja perbankan dalam melakukan keputusan berinvestasi saham pada perbankan. kinerja perbankan berdasarkan GCG dan CAMELS. Terjadinya fluktuasi nilai return saham dapat disebabkan oleh kondisi kinerja perbankan yang menyebabkan investor mengalami pasang-surut permintaan terhadap saham perusahaan telekomunikasi, sehingga harga saham pun mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil. Oleh karena itu, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut: 8 1. Bagaimana perkembangan kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS serta nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012. 2. Bagaimana pengaruh kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS secara simultan terhadap nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012. 3. Bagaimana pengaruh kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS secara parsial terhadap nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka maksud dan tujuan ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS serta nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012. 2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS terhadap nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012 secara simultan. 3. Untuk mengetahui bagaimana kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS terhadap nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012 secara parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak antara lain : 1. Bagi manajemen 9 Diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis tentang manfaat penerapan dan mekanisme GCG dan CAMELS dalam meningkatkan nilai perusahaan. 2. Bagi peneliti Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang GCG dan CAMELS. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan dalam melanjutkan penelitian terkait dengan analisis pengaruh GCG dan CAMELS terhadap nilai perusahaan. 4. Bagi akademis Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan GCG dan CAMELS. 5. Bagi investor Dapat digunakan sebagai sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan dalam memilih perusahaan yang mempunyai nilai perusahaan yang tinggi. 1.5 Kerangka Pemikiran Perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa lain yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sistem perekonomian. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan, dimana kegiatan pihak perbankan sama seperti halnya pedagang atau perusahaan lainnya yaitu secara sederhana dapat dikatakan adalah membeli uang (menghimpun dana) dan menjual uang (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pengertian perbankan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998: Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup 10 kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik. Laporan keuangan merupakan suatu media yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Namun dalam menginterpresentasikan laporan keuangan dibutuhkan suatu tindak lanjut analisa agar laporan keuangan tersebut dapat menjadi informasi yang lebih tepat dan akurat. Dengan adanya analisis laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan. Kinerja perbankan merupakan ukuran keberhasilan suatu bank yang mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengelola usahanya. Penilaian kinerja perbankan dapat dilihat berdasarkan penilaian internal dan penilaian eksternal. Salah satu alat untuk mengukur kinerja perbankan berdasarkan penilaian internal yaitu dengan menggunakan analisis CAMELS (capital, asset quality, management, earning, liquidity, dan sensitivity). Kinerja dengan menggunakan analisis CAMELS, aspek penilaian yang pertama yaitu capital (permodalan). Capital (permodalan) ini merupakan faktor penting dalam bisnis perbankan, namun modal hanya membiayai sebagian kecil dari harta bank. Modal bank terdiri dari dua elemen yaitu modal sendiri (primary capital) dan modal tambahan (secondary capital). Menurut Pandia (2012:28) Keberhasilan suatu bank bukan terletak pada jumlah modal yang dimilikinya, tetapi didasarkan kepada bagaimana bank tersebut mempergunakan modal itu untuk menarik sebanyak mungkin dana atau simpanan masyarakat yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya sehingga membentuk pendapatan bagi bank tersebut. Menurut Khasmir (2011:43) dalam aspek permodalan (capital) yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiaban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequancy Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan 11 pemerintah, maka CAR dibawah 8% harus segera memperoleh perhatian dan penanganan yang serius untuk segera diperbaiki. Asset Quality (kualitas aset) yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan (Kashmir, 2011:43). Kualitas aset ini penilaiannya dapat berdasarkan NPL (Non Performing Loan). NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah dari keseluruhan kredit yang diberikan oleh bank. Kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga bukan pemberian kredit pada pihak lain. Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhdap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasionalnya dan permodalan. Rentabilitas adalah hasil perolehan dari investasi (penanaman modal) yang dikatakan dengan persentase dari besarnya investasi (Veithzal Rivai Dkk., 2013:480). Salah satu penilaian dari aspek earning ini adalah Rasio laba terhadap total aset atau ROA (Return On Assets). ROA adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan. Semua jenis usaha tidak terkecuali usaha perbankan memerlukan likuiditas. Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Suatu bank dianggap likuid apabila bank tersebut mempunyai kesanggupan untuk membayar penarikan giro, tabungan, deposito berjangka, pinjaman bank yang segera jatuh tempo, pemenuhan permintaan kredit tanpa adanya suatu penundaan (kredit yang direalisasi). Penialian yang lazim digunakan dalam dunia perbankan adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. 12 Dalam menilai kinerja suatu bank laporan keuangan merupakan faktor yang menjadi penting, karena laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi keuangan yang dihasilkan dari suatu proses akuntansi yang digunakan pemakainya untuk mengambil keputusan. Kinerja perbankan berdasarkan penilaian eksternal yaitu dengan melihat dari GCG (Good Corporate Governance). Corporate Governance yaitu sistem yang mengatur bagaimana perusahaan dikelola dan dikendalikan sistem tersebut mengarahkan berbagai hubungan antara para pemegang saham perusahaan, dewan direksi, serta para manajemen senior (Van Horne & Wachowicz 2013:9). Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI) tahun 2008: GCG dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Nilai perusahaan adalah nilai jual suatu perusahaan di pasar modal. Nilai perusahaan merupakan persepsi dari investor pada perusahaan yang dikaitkan dengan harga saham. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham adalah memaksimumkan present value keuntungan pemegang saham yang diharapkan dalam investasi. Present value merupakan nilai sekarang dari keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham yang akan diterima pada masa mendatang. Kemakmuran pemegang saham meningkat apabila harga saham yang dimiliki meningkat. Nilai perusahaan merupakan salah satu tolak ukur bagi para investor terhadap perusahaan, yang kemudian dikaitkan dengan harga saham (Fidhayatin & Uswati Dewi, 2012). Saham merupakan dokumen sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan, jika perusahaan memperoleh keuntungan, makan setiap pemegang saham berhak atas bagian laba yang dibagikan atau dividen sesuai dengan porsi kepemilikannya. Harga jual dapat berbeda dari harge belinya kemungkinan bisa untung atau rugi. 13 Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang diberlakukannya (Tendelilin, 2010:102). Menurut Zubir (2011:4) Return saham terdiri dari capital gain dan dividend yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar dibagi dengan harga beli, dan dividend yield adalah dividen perlembar dibagi dengan harga beli saham perlembar. Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Variabel Peneliti No Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian GCG Ö C A E L NP/R Ö Ö Hasil penelitian secara parsial GCG Analisis Pengaruh Good signifikan terhadap Corporate return saham, Total Governance Laily 1. Sabiroza Kurnia Putri berpengaruh Assets Turnover Dan Financial (TATO) dan Ratio Terhadap Inventory Turnover Return Saham (ITO) tidak Pada berpengaruh Perusahaan signifikan terhadap Yang Terdaftar return saham. Rasio Di Jakarta Islamic Index. profitabilitas yang diukur menggunakan indikator Return On Assets (ROA) dan 14 Variabel Peneliti No Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian GCG C A E L NP/R Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Rasio pasar yang diukur menggunakan Earning Per Share (EPS) dan Price Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Ö 2 Ö Pengaruh menunjukkan Corporate bahwa: corporate Governance governance tidak Enggar Terhadap Nilai Fibria Perusahaan Verdana Kualitas Laba Laba, kualitas laba Sebagai tidak berpengaruh Variabel terhadap nilai berpengaruh terhadap kualitas Intervening. 3 Hasil penelitian ini perusahaan. Reny Dyah Pengaruh Good Ö Ö Hasil penelitian Retno Corporate menunjukkan GCG Governance berpengaruh positif 15 Variabel Peneliti No Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian GCG C A E L NP/R dan terhadap Nilai Pengungkapan Perusahaan dengan Corporate variabel kontrol Size Social dan Leverage, Responsibility Pengungkapan CSR Terhadap Nilai berpengaruh positif Perusahaan dan tidak signifikan (Studi Empiris terhadap Nilai Pada Perusahaan dengan Perusahaan variabel kontrol Size, Yan Terdaftar Jenis industri, Di BEI Periode Profitabilitas, dan (2007-2010) Leverage, GCG dan Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Pengaruh Rasio CAMEL, 4 Tri Inflasi, dan Gunawan Nilai Tukar Uang terhadap Return Saham Ö Ö Ö Ö Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya inflasi yang berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham, 16 Variabel Peneliti No Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian GCG C A E L NP/R Sedangkan untuk CAR, NPL, OEOI, ROA, LDR dan nilai tukar uang tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil uji secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh antara CAR, NPL, OEOI, ROA, LDR, inflasi dan nilai tukar uang secara simultan. Ö Pengaruh Implementasi Good Corporate Unrico 5 Untung Governance terhadap Ö Hasil uji hipotesis menunjukkan Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang Return Saham diproksi dengan Melalui ROA dan EPS, Profitabilitas Dan Likuiditas. sedangkan proksi ROS dan NPM tidak berpengaruh positif 17 Variabel Peneliti No Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian GCG C A E L NP/R terhadap Good Corporate Governance. implementasi Good Corporate Governance tidak berpengaruh positif terhadap likuiditas. GCG tidak berpengaruh terhadap return saham. Pengaruh CAR, ROE, LDR dan NPL Terhadap 6 Ö Ö Ö Ö Dari hasil pengolahan data menunjukkan secara parsial maupun Return Saham simultan, rasio CAR, Serta Pengaruh ROE, LDR dan NPL Novita Saat Sebelum tidak berpengaruh Dianasari dan Sesudah terhadap return Publikasi Laporan Keuangan Pada Bank Go Public di Bursa Efek Indonesia saham. 18 Variabel Peneliti No Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian GCG C A E L NP/R Ö Ö Ö Ö Hasil pengujian partial kesimpulan Pengaruh Rasio 6 bahwa tingkat Loan to Deposit Ratio Keuangan (LDR), Return On Terhadap Assets (ROA) dan Ryan Return Saham Capital Adequacy Alexander Pada Bank Ratio (CAR) pada Wongso Mandiri di Bank Mandiri di Makassar Makassar Periode (20052010) berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan return saham. Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Kinerja Perbankan Perbankan Nilai Perusahaan Penilaian Eksternal Return Saham Laporan keuangan CAMELS GCG Capital (CAR) Keterangan garis : Asset Quality (NPL) Management = Variabel yang diteliti Earning (ROA) Liquidity (LDR) Sensitivity = Variabel yang tidak diteliti Sumber: Penulis 19 20 1.6 Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan atau jawaban sementara terhadap masalah yang dibuat berdasarkan kerangka pemikiran (Zulganef, 2008:46). Hipotesis adalah Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada tidaknya hubungan yang ditimbulkan oleh variable independent (variable X) dan terdapat variable dependent (variable Y) baik secara langsung maupun tidak langsung. serta untuk mengetahui kuat atau tidaknya kedua variable tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012. 2. Kinerja perbankan berbasis penerapan GCG dan CAMELS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada industri perbankan versi CGPI dan terdaftar di BEI periode 2004-2012. 1.7 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif merupakan metode yang memperlihatkan dan menguraikan objek penelitian, dengan tujuan memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena objek yang diteliti untuk kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Nazir (2005:89) metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan interprestasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimumkan bias dan mamaksimalkan rentabilitas. Tujuan studi deskriptif, karena itu adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri atau lainnya. Sedangkan metode verifikatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu 21 pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima (Rasyad, 2003:6). Kedua metode penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi faktual dan mengidentifikasi suatu masalah, melakukan tes sehingga dapat memperoleh hasil atau jawaban mengenai bagaimana hubungan suatu variabel terhadap variable lain. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan ini untuk tekhnik pengumpulan data melalui cara-cara berikut : a. Mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. b. Membaca buku-buku dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas untuk memperoleh data sekunder. c. Membaca sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang diteliti. Data diperoleh dimaksudkan untuk memperoleh suatu gambaran maupun landasan teoritis dalam merumuskan masalah dan menganalisis data dan informasi mengenai hasil penelitian. 2. Studi Lapangan Melakukan penelitian secara tidak langsung ke perbankan yaitu melalui penelitian ke pojok bursa Universitas Widyatama untuk mendapatkan laporan keuangan selama 9 tahun 2004-2012. Data yang diambil adalah data perbankan yang terdaftar di BEI yang ikut berpartisipasi dalam survei CGPI selama 2004-2012 serta memiliki skor CGPI dan data keuangan yang berupa laporan keuangan auditan serta data harga saham akhir tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari www.iicg.org dan majalah SWA. 22 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini , maka penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Widyatama, Jalan Cikutra No.204A Bandung, dan Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia di jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Sedangkan waktu penelitian ini terhitung sejak bulan Agustus 2013.