BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Di dalam bab 3 ini akan dituangkan analisis sistem yang sedang berjalan, analisis permasalahan, penyebab permasalahan, dan pemecahan permasalahan. Sumber data yang menjadi analisis ini diperoleh dari document examination dan wawancara dengan dokter umum rumah sakit tersebut serta kepala seksi pelayanan dan penunjang medis. Topik dari wawancara ini mengenai prosedur pelayanan rumah sakit. 3.1 Riwayat Organisasi Berdasarkan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang pembentukan Pemerintahan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau. Peningkatan sebuah kecamatan menjadi kabupaten, berdampak pada bertambahnya jumlah penduduk yang signifikan selain infrastruktur, arus barang dan jasa. Hal ini berpengaruh langsung terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan yang komprehensif terutama pelayanan rujukan spesialistik. Harapan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pelayanan kesehatan menuntut pelayanan rumah sakit yang representatif. Oleh karena itu, diperlukan pula peningkatan dan pengembangan baik aspek fisik, sarana, peralatan dan sumber daya manusia yang baik di rumah sakit. Pada tahun 2005, melalui Surat Keputusan Pejabat Bupati Sekadau (Murjani Abdulah) Nomor 06 Tahun 2005 dan Pada Tahun yang sama Pj. Bupati Muis Haka mengeluarkan Suatu Kebijakan yaitu Surat Keputusan tentang Peningkatan Puskesmas Perawatan Sekadau dialihfungsikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah 48 49 Kabupaten Sekadau. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati tersebut, Bupati menugaskan kepada Kepala Dinas dan KB Kab.Sekadau (Dr. Wirdan Mahzumi, M.Kes) untuk mempersiapkan, merencanakan dan menetapkan Personel dan Pola Tarif Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau. Pada tahun 2006 kebijakan pemerintah daerah melalui Bupati terpilih, Bapak Simon Petrus, S.Sos, Msi yang berkomitmen untuk mengedepankan pelayanan kesehatan yang terjangkau kepada masyarakat terutama di wilayah kabupaten Sekadau maka dimulailah pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau di Jalan Sintang KM.06, ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau. Dana diambil dari anggaran pendapatan belanja daerah dan tugas perbantuan maka pembangunan fisik rumah sakit yang meliputi pembangunan poli spesialis, gedung administrasi dan instalasi gawat darurat. Pada tahun 2007, Bupati Sekadau mengeluarkan kebijakan melalui peraturan Bupati Nomor 20 tahun 2007 tentang pembentukan struktur organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau yang lebih menguatkan kedudukan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau sebagai suatu lembaga teknis daerah, dengan ketentuan ini maka seluruh potensi yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau dapat dioptimalkan kembali. Perkembangan setelah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah cukup pesat dan dapat dirasakan. Pembangunan fisik, pelayanan, serta kesejahteraan para karyawan terasa tumbuh membaik. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di kabupaten Sekadau terutama pelayanan rujukan spesialistik bagi puskesmas-puskesmas dan masyarakat kabupaten Sekadau sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh 50 masyarakat di wilayah kabupaten Sekadau terutama bagi masyarakat keluarga miskin. 3.2 Struktur Organisasi Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau terdiri dari direktur rumah sakit, sub bagian tata usaha, seksi keperawatan, seksi pelayanan dan penunjang medis, kelompok jabatan fungsional, instalasi dan komite. Gambar 3.1 Struktur Organisasi 51 3.3 Wewenang dan Tanggung Jawab a. Direktur Rumah Sakit Direktur rumah sakit umum daerah mempunyai tugas dan wewenang dalam memimpin, menetapkan kebijakan pelaksanaan, membina koordinasi, mengatur, mengawasi pelaksanaan tugas dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas dibidang pelayanan medik, keperawatan, kesekretariatan, rekam medik, keuangan dan program rumah sakit umum daerah. b. Sub Bagian Tata Usaha Sub bagian tata usaha mempunyai tugas dan wewenang dalam menyelenggarakan urusan tata usaha, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga, pelaporan, hukum, menyelenggarakan urusan keuangan dan pembendaharaan, penyusunan anggaran, pencatatan dan mobilisasi pasien, informasi rumah sakit dan rekam medik. c. Seksi Keperawatan Seksi keperawatan menyelenggarakan dan mempunyai koordinasi tugas kegiatan dan wewenang pelayanan dalam keperawatan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sumber daya manusia di rumah sakit, membimbing pelaksanaan asuhan dan mutu keperawatan. d. Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik Seksi pelayanan dan penunjang medik mempunyai tugas dan wewenang dalam memfasilitasi dan koordinasi semua pelayanan medis dan non – medis, pengawasan, pemeliharaan, penggunaan dan pengendalian sarana penunjang 52 medis dan penunjang non – medis, pengawasan pelaporan instalasi dan pemasaran rumah sakit. e. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas dan wewenang dalam melaksanakan fungsi dan tugas sesuai bidang keahlian jabatan fungsional masing – masing. • Staf Medik Fungsional Memiliki tugas dan wewenang dalam melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan mutu pelayanan berdasarkan standar pelayanan kesehatan. • Staf Paramedik Fungsional Memiliki tugas dalam membantu dan mendukung staf medik dalam melakukan tugasnya. f. Komite • Komite Medis Mempunyai tugas dan wewenang dalam membantu penyusunan standar pelayanan medis, memantau pelaksanaan profesi anggota staf medis fungsional, pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota staf medis fungsional, pengembangan program pelayanan, pendidikan, pelatihan dan pengembangan. 53 • Komite Keperawatan Mempunyai tugas dan wewenang dalam membantu penyusunan standar pelayanan keperawatan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan keperawatan, pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota staf paramedik fungsional, pengembangan program pelayanan, pendidikan, pelatihan dan pengembangan. g. Instalasi Instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan fungsional sesuai dengan fungsinya dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit melalui bidang pelayanan dan penunjang medik. 3.4 Sistem Berjalan Berdasarkan pengumpulan data, gambaran sistem yang ada saat ini adalah sebagai berikut : 3.4.1 Keadaan Sarana Fisik RSU Daerah Sekadau Sampai Desember 2008 Deskripsi : Luas Tanah : 48000 M2 Luas Bangunan : 13500 M2 Panjang : 300 M2 Lebar : 450 M2 54 Tabel 3.1 Jumlah Ruang Perawatan dan Tempat Tidur RSUD Sekadau Sampai Desember 2011 No. Ruang Perawatan RSUD Jumlah Tempat Tidur 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Ruang Kelas I Ruang Kelas II Ruang Kelas III Ruang Perawatan Anak Ruang Kebidanan Ruang Bedah Ruang Perinatologi Ruang IGD 4 16 30 20 20 20 5 5 120 Tabel di atas merupakan data dari jumlah ruang perawatan dan tempat tidur yang terdapat di RSUD Sekadau hingga Desember 2011 dengan total tempat tidur mencapai 120. Tabel 3.2 Gambaran Kunjungan Pelayanan Periode Januari s/d Desember 2011 Kunjungan Pelayanan Jumlah Kunjungan Kunjungan Rawat Jalan Kunjungan IGD Kunjungan Rawat Inap Kunjungan Maskin Total 5645 2567 1790 1560 11562 Tabel di atas merupakan gambaran dari kunjungan pelayanan untuk periode Januari sampai dengan Desember 2011 dengan total kunjungan mencapai 11.562 orang. Berdasarkan tabel di atas kunjungan yang paling banyak adalah kunjungan rawat jalan dengan jumlah kunjungan mencapai 5645 orang. 55 Tabel 3.3 Gambaran Kunjungan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Periode Januari s/d Desember 2011 Kunjungan Pelayanan IGD Jumlah Kunjungan Kecelakaan Lalu Lintas Hypertensi Stroke Asma Bronkial Kejang Demam GAE dengan Dehidrasi Gagal Jantung Koma Diabetes Masalah Kehamilan Keracunan / Intoksikasi Total 1305 330 250 120 105 145 24 18 65 205 2567 Tabel di atas merupakan gambaran dari kunjungan pelayanan instalasi gawat darurat (IGD) untuk periode Januari sampai dengan Desember 2011 dengan total kunjungan mencapai 2567 orang. Berdasarkan tabel di atas kunjungan yang paling banyak adalah kunjungan dari pasien yang mengalami kecelakaan lalu lintas dengan jumlah kunjungan mencapai 1305 orang. Data sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat inap pada Rumah Sakit Sekadau periode Januari sampai Desember 2011 sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah ini : 56 Tabel 3.4 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien Rawat Inap Periode Januari s/d Desember 2011 Sepuluh Penyakit Terbanyak Rawat Inap Jumlah Kunjungan Diare & GEA Gejala Demam KLL Gastritis Demam Tifoid Status Asmatikus Hipertensi Malaria TBC Hepatitis Akut Total 960 865 778 670 618 530 425 320 265 248 5679 Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa total pasien mencapai 5679 orang. Penyakit terbanyak pada pasien rawat inap adalah penyakit diare dan GEA dengan jumlah pasien mencapai 960 orang. Tabel 3.5 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien Maskin Januari s/d Desember 2011 Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien Maskin Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa Asthma Tubercolusis Gastritis Hypertensi Demam Typoid Malaria Gastroenteritis Akut Acut Myocard Stroke Total 160 230 654 535 235 356 174 436 120 68 2968 Tabel di atas merupakan data dari sepuluh penyakit terbanyak pasien Maskin (masyarakat miskin) dari Januari sampai dengan Desember 2011 dengan total pasien mencapai 2968 orang. Penyakit terbanyak pada pasien 57 maskin adalah penyakit tubercolusis dengan jumlah pasien mencapai 654 orang. 3.4.2 Gambaran Tenaga Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau Desember 2011 Jumlah tenaga kerja yang ada di rumah sakit sampai periode Desember 2011 sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah ini. Tabel 3.6 Keadaan Tenaga sampai periode Desember 2011 Tenaga Kerja RSUD Sekadau Jumlah Dokter Umum Perawat Farmasi / Asisten Farmasi Laboratorium Bidan Radiologi Sanitasi Fisioterapi Perawat Gigi Umum / Administrasi Elektromedik Dokter Gigi Gizi Total 6 74 5 7 15 3 4 1 4 8 1 2 4 134 Tabel di atas merupakan gambaran mengenai jumlah tenaga kerja yang terdapat di RSUD Sekadau hingga tahun 2011 yang mencapai 134 orang. Pada tabel di atas jumlah dokter umum yang ada berjumlah 6 orang, jumlah perawat 74 orang farmasi/asisten farmasi berjumlah 5 orang, laboratorium berjumlah 7 orang, dan seterusnya. 58 3.4.3 Tingkat Pemanfaatan Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau Periode Januari 2011 s/d Desember 2011 a. Bed Occupacy Rate ( BOR) Bed Occupacy Rate yaitu presentasi pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Adapun besar BOR rata – rata RSUD Sekadau pertahun sekitar 60%. b. Average Length Of Stay (ALOS) ALOS yaitu rata – rata lama rawat seorang pasien, secara umum nilai ALOS RSUD Sekadau adalah 3 – 4 hari. c. Turn Over Interval (TOI) Turn Over Interval adalah rata – rata dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah terisi hingga diisi untuk yang berikutnya. Nilai TOI RSUD Sekadau rata – rata 4 hari. d. Visit Rate Rawat Jalan Rata-rata kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau 25 orang/hari. 3.4.4 Proses Rawat Jalan Proses pertama dimulai dengan pasien datang ke rumah sakit pada jam kerja dan dalam kondisi tidak gawat. Pasien terlebih dahulu harus melakukan pendaftaran pada loket pendaftaran sebelum mendapatkan pelayanan. Pasien lama hanya perlu memberikan kartu berobat pasien kepada petugas kemudian petugas akan mencarikan dan memberikan status pasiennya berdasarkan No. RM pada kartu berobat tersebut. Bila pasien baru, maka 59 akan ditanyakan mengenai identitas diri pasien seperti nama, alamat, umur, agama, dan lainnya sesuai dengan status pasien kemudian akan diberikan No. RM yang ditulis pada kartu berobat pasien beserta status pasien. Bila pasien sudah mendapat status pasiennya, pasien kemudian membayar uang registrasi sebesar Rp 15.000 di kasir dan meninggalkan loket menuju poli. Setelah pasien melakukan pendaftaran di loket pasien. Pasien kemudian menuju ruang poliklinik untuk menaruh status pasien pada tumpukan antrian hingga tiba gilirannya akan dipanggil. Di ruang poli terdapat dokter dan perawat. Proses pertama oleh perawat akan dilakukan anamnesis pada pasien mengenai keluhannya, dan dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital seperti tensi, suhu, dan sebagainya. Kemudian dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Proses selanjutnya dokter menentukan apakah pasien perlu atau tidak rujukan ke penunjang medik (radiologi atau laboratorium). Bila perlu rujukan, maka pasien akan dibuatkan surat pengantar untuk pemeriksaan penunjang medik dan pasien akan menuju ruang penunjang medik disertai surat pengantar. Surat pengantar berisikan identitas pasien dan nama dokter yang meminta dan tindakan apa yang akan dilakukan. Pasien kemudian menyerahkan surat pengantar tersebut ke petugas instalasi penunjang medik dan menunggu antrian hingga dipanggil. Setelah dipanggil pasien akan melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter. Setelah pemeriksaan, pasien akan diberikan kwitansi untuk melakukan pembayaran di kasir. Ketika membayar pasien akan mendapat kwitansi sebagai bukti telah melakukan pembayaran. Kwitansi terdiri dari 3 rangkap 60 yaitu satu untuk instalasi, satu untuk pasien, dan satu untuk kasir. Pada kwitansi sudah terdapat poin – poin biaya yang harus dibayar pasien untuk suatu tindakan misalnya jasa konsultasi, obat, dan sebagainya. Untuk semua instalasi menggunakan kwitansi yang sama. Setelah pasien melakukan rujukan ke penunjang medik kemudian pasien kembali ke poli dengan hasil pemeriksaan penunjang medik tersebut, dokter akan memeriksa hasil rujukan dan membuat diagnosis mengenai penyakit pasien seperti ICDX . Setelah melakukan diagnosis maka dokter akan menentukan apakah pasien perlu melakukan rawat inap atau tidak, bila tidak maka pasien akan diberikan terapi dalam bentuk resep untuk mengambil obat di apotek. Resep tersebut diserahkan ke apotek dan pasien akan melakukan pembayaran di kasir. Setelah membayar pasien akan kembali ke apotek dengan membawa kwitansi untuk pengambilan obat dan pulang. Bila perlu rawat inap maka perawat poli akan membawa pasien ke IGD untuk dilakukan tindakan medik seperti pemasangan infus, dan sebagainya. Setelah dilakukan tindakan, kemudian perawat IGD akan menghubungi ruang perawatan untuk menanyakan ketersediaan dan persiapan kamar. Setelah mendapat kamar yang diinginkan, pasien akan diantar ke kamarnya. 3.4.5 Intalasi Gawat Darurat (IGD) Pasien yang datang dalam keadaan gawat atau diluar jam operasional akan dilarikan ke IGD. Di IGD apabila ada lebih dari satu pasien yang datang bersamaan atau berselang tidak lama maka pasien tersebut akan 61 diberikan prioritas mana yang akan ditangani terlebih dahulu sesuai dengan keadaan pasien saat itu. a. Pasien Gawat Pasien yang datang dalam keadaan gawat darurat akan langsung ditangani oleh tim IGD yang terdiri dari dokter jaga dan beberapa petugas (dalam hal ini perawat piket) untuk dilakukan pertolongan pertama pada pasien. Masing – masing petugas melakukan bagiannya ada yang bertugas melakukan anamnesis, melakukan tindakan seperti pemasangan infus, memberikan obat, memeriksa tanda – tanda vital pasien seperti tensi, nadi, dan sebagainya. Kemudian dokter jaga akan melakukan pemeriksaan fisik kondisi pasien. Dokter akan membuat diagnosis dan memutuskan apakah pasien perlu perawatan lebih lanjut (rawat inap) atau tidak. Apabila perlu, proses selanjutnya perawat akan menghubungi ruang rawat untuk menyediakan kamar bagi pasien. Kemudian mengantarkannya ke kamar perawatan yang telah dipesan dan mendaftarkannya esok hari pada jam kerja. b. Pasien Rawat Jalan Proses pertama akan dilakukan anamnesis kepada pasien, keluarga atau yang mengantarkan untuk dicatat di status pasien. Proses selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter. Bila dirasa perlu pasien akan dirujuk ke instalasi radiologi atau laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan. Selesai rujukan pasien akan kembali ke ruang IGD dan diperiksa hasilnya. Dokter akan melakukan diagnosis dan memutuskan pasien perlu rawat inap atau tidak. Bila tidak maka pasien 62 diberikan terapi dalam bentuk resep dan perawat akan membuatkan kwitansi pembayaran dan pasien diperbolehkan pulang. Jika dinyatakan perlu rawat inap maka akan dilakukan tindakan medis pada pasien seperti pemasangan infus, dll. Perawat akan menghubungi ruang perawatan untuk menyediakan kamar yang telah dipesan pasien. Kemudian akan mengantarkan pasien ke kamar yang telah tersedia dan mendaftarkannya esok hari pada jam kerja. 3.4.6 Penunjang Medik a. Instalasi Radiologi Pasien menyerahkan surat pengantar dari dokter kepada petugas kemudian menunggu antrian untuk pemeriksaan. Pasien akan dipanggil untuk melakukan pemeriksaan, pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan pada surat pengantar dari dokter misalnya foto rontgen. Setelah pemeriksaan maka pasien diminta melakukan pembayaran di kasir dan kembali lagi dengan bukti pembayaran. Kemudian pasien kembali ke poli atau diantar ke IGD disertai hasil pemeriksaan radiologi untuk diperiksa oleh dokter. b. Instalasi Laboratorium Pasien menyerahkan surat pengantar dari dokter kepada petugas kemudian menunggu antrian untuk pemeriksaan. Pasien akan dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan pada surat pengantar dari dokter. Setelah pemeriksaan, maka pasien diminta melakukan pembayaran di kasir dan kembali lagi dengan bukti 63 pembayaran. Kemudian kembali ke poli atau diantar kembali ke IGD disertai hasil pemeriksaan laboratorium untuk diperiksa oleh dokter. c. Instalasi Farmasi Pada pasien rawat jalan, rawat inap, atau pasien dari IGD datang dengan membawa terapi dalam bentuk resep dari dokter kemudian melakukan pembayaran di kasir dan mengambil obat. 3.4.7 Proses Rawat Inap a. Pendaftaran Rawat Inap Pasien akan didaftarkan oleh perawat dari poli jika ia berasal dari poli dan perawat dari IGD jika ia berasal dari IGD. Jika dari IGD Perawat akan menanyakan kepada pasien tentang kamar yang akan dipesan, kemudian perawat IGD akan mengantarkan ke kamarnya setelah menghubungi perawat di ruang rawat inap. Bila dari poli maka pasien akan dilarikan ke IGD untuk mendapatkan tindakan medik terlebih dahulu. Pasien akan dilayani 24 jam oleh perawat di ruang jaga perawat. Perawat yang menjaga dibagi menjadi 3 shift (pagi, sore, dan malam). b. Kunjungan Dokter Dokter akan melakukan kunjungan setiap hari untuk memeriksa keadaan pasien, dan memberikan resep atau rujukan ke penunjang medik bila perlu. 64 c. Pemberian Obat Pasien atau keluarga pasien akan diberikan resep oleh dokter untuk menebus obatnya. Setelah obat ditebus pasien atau keluarganya memberikan kepada perawat di ruang rawat inap untuk diberikan kepada pasien sesuai dosis pemakaian. d. Rujukan ke Instalasi Penunjang Medik Dokter akan membuat surat pengantar yang akan diserahkan kepada perawat kemudian perawat akan mengantarkan surat tersebut kepada instalasi penunjang medik yang dimaksud. Untuk instalasi laboratorium, petugas penunjang medik akan datang ke kamar pasien. Sedangkan untuk instalasi radiologi, pasien akan diantarkan oleh perawat ke ruang instalasi untuk dilakukan pemeriksaan sesuai permintaan dokter. Hasilnya akan diserahkan oleh petugas instalasi ke perawat untuk diperiksa oleh dokter dari pasien tersebut. e. Pembayaran Perawat akan mencatat semua biaya pasien selama di rawat inap dan tagihan akan diberikan kepada pasien atau keluarga untuk dilunasi di kasir, kemudian pasien akan kembali ke ruang rawat dengan membawa kwitansi pembayaran yang sudah dilunasi dan menyerahkannya kepada perawat dan pasien diperbolehkan pulang. 65 3.5 Flow Chart Sistem Yang Sedang Berjalan 3.5.1 Flow Chart Pendaftaran Pasien Gambar 3.1 Flow Chart Pendaftaran Pasien 66 3.5.2 Flow Chart Pasien Rawat Jalan Gambar 3.2 Flow Chart Pasien Rawat Jalan 67 3.5.3 Flow Chart Pasien Rawat Inap Gambar 3.3 Flow Chart Pasien Rawat Inap 68 3.6 Data Flow Diagram (DFD) Sistem Yang Sedang Berjalan 3.6.1 Diagram Context Gambar 3.4 Diagram Context 69 3.6.2 DFD Level 0 Gambar 3.5 DFD Level 0 70 3.6.3 DFD Level 1 Gambar 3.6 DFD Level 1 3.7 Cause Effect Analysis Tabel 3.7 Tabel Cause Effect Analysis No. 1 2 Permasalahan Sulit pencarian pasien. Penyebab Akibat dalam Jumlah data pasien yang Sulit melakukan data disimpan secara manual pencarian data telalu banyak. pasien saat situasi darurat. Prosedur pelayanan Adanya pengulangan Pasien yang proses, seperti harus mengeluhkan membingungkan. kembali melakukan prosedur pelayanan registrasi sebelum yang mendapatkan pelayanan membingungkan pada instalasi berbeda. 71 No. Permasalahan Penyebab 3 Data pembayaran Data pasien yang belum pasien tidak ada. lunas tidak terdokumentasi dengan baik. 4 Persediaan obat Petugas lupa untuk tidak up-to-date. mengecek dan mencatat persediaan obat secara berkala 5 Kemungkinan penyelewengan dana. Belum adanya sistem penomoran pada kwitansi rumah sakit. Akibat Rumah sakit sulit mendapatkan informasi tentang pasien yang belum melunasi pembayaran Obat yang habis sering tidak diketahui karena dicatatan masih tersedia. Rumah sakit dirugikan secara material. 3.8 Pemecahan Permasalahan Tabel 3.8 Tabel Pemecahan Permasalahan No Permasalahan Pemecahan Masalah . 1 Sulit dalam pencarian Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur data pasien. sistem pencatatan pelayanan. Dengan sistem ini, seluruh data yang berhubungan dengan pasien akan tersimpan dengan baik dalam database. Sehingga data pasien dapat dicari dengan cepat hanya dengan memasukan nomor rekam medik atau nama pasien. 2 3 4 Prosedur pelayanan Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur yang membingungkan. sistem pencatatan menggunakan database. Dengan sistem ini seluruh data pasien akan tercatat secara rapi dan dapat dilihat darimana saja. Pasien tidak perlu lagi mengisi formulir registrasi setiap ingin mendapatkan pelayanan pada instalasi berbeda. Data pembayaran Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur pasien tidak ada. sistem pembuatan laporan pembayaran. Dengan sistem ini, seluruh data transaksi akan tercatat dengan rapi, siapa dan kapan transaksi tersebut dilakukan. Persediaan obat tidak Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur up-to-date. pencatatan persediaan obat. Semua obat yang masuk dan keluar dicatat dengan lebih mudah. 72 No Permasalahan . 5 Kemungkinan penyelewengan dana. Pemecahan Masalah Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur sistem pembuatan laporan pembayaran. Dengan dibuatnya sistem penomoran pada kwitansi, maka seluruh transaksi dapat diperiksa secara mendetail tanpa ada yang tertinggal.