48 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Di dalam bab 3 ini akan

advertisement
BAB 3
ANALISIS SISTEM BERJALAN
Di dalam bab 3 ini akan dituangkan analisis sistem yang sedang berjalan, analisis
permasalahan, penyebab permasalahan, dan pemecahan permasalahan. Sumber data
yang menjadi analisis ini diperoleh dari document examination dan wawancara dengan
dokter umum rumah sakit tersebut serta kepala seksi pelayanan dan penunjang medis.
Topik dari wawancara ini mengenai prosedur pelayanan rumah sakit.
3.1 Riwayat Organisasi
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang pembentukan
Pemerintahan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau. Peningkatan sebuah
kecamatan menjadi kabupaten, berdampak pada bertambahnya jumlah penduduk
yang signifikan selain infrastruktur, arus barang dan jasa. Hal ini berpengaruh
langsung terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan yang komprehensif terutama
pelayanan rujukan spesialistik.
Harapan masyarakat yang semakin
tinggi terhadap pelayanan kesehatan
menuntut pelayanan rumah sakit yang representatif. Oleh karena itu, diperlukan pula
peningkatan dan pengembangan baik aspek fisik, sarana, peralatan dan sumber daya
manusia yang baik di rumah sakit.
Pada tahun 2005, melalui Surat Keputusan Pejabat Bupati Sekadau (Murjani
Abdulah) Nomor 06 Tahun 2005 dan Pada Tahun yang sama Pj. Bupati Muis Haka
mengeluarkan Suatu Kebijakan yaitu Surat Keputusan tentang Peningkatan
Puskesmas Perawatan Sekadau dialihfungsikan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
48
49
Kabupaten Sekadau. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati tersebut, Bupati
menugaskan kepada Kepala Dinas dan KB Kab.Sekadau (Dr. Wirdan Mahzumi,
M.Kes) untuk mempersiapkan, merencanakan dan menetapkan Personel dan Pola
Tarif Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau.
Pada tahun 2006 kebijakan pemerintah daerah melalui Bupati terpilih, Bapak
Simon Petrus, S.Sos, Msi yang berkomitmen untuk mengedepankan pelayanan
kesehatan yang terjangkau kepada masyarakat terutama di wilayah kabupaten
Sekadau maka dimulailah pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau di
Jalan Sintang KM.06, ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau. Dana diambil dari anggaran pendapatan
belanja daerah dan tugas perbantuan maka pembangunan fisik rumah sakit yang
meliputi pembangunan poli spesialis, gedung administrasi dan
instalasi gawat
darurat.
Pada tahun 2007, Bupati Sekadau mengeluarkan kebijakan melalui peraturan
Bupati Nomor 20 tahun 2007 tentang pembentukan struktur organisasi dan tata kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau yang lebih menguatkan kedudukan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau sebagai suatu lembaga teknis daerah,
dengan ketentuan ini maka seluruh potensi yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekadau dapat dioptimalkan kembali. Perkembangan setelah menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah cukup pesat dan dapat dirasakan. Pembangunan fisik, pelayanan,
serta kesejahteraan para karyawan terasa tumbuh membaik. Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sekadau merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di kabupaten
Sekadau terutama pelayanan rujukan spesialistik bagi puskesmas-puskesmas dan
masyarakat kabupaten Sekadau sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh
50
masyarakat di wilayah kabupaten Sekadau terutama bagi masyarakat keluarga
miskin.
3.2 Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sekadau terdiri
dari direktur rumah sakit, sub bagian tata usaha, seksi keperawatan, seksi pelayanan
dan penunjang medis, kelompok jabatan fungsional, instalasi dan komite.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
51
3.3 Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Direktur Rumah Sakit
Direktur rumah sakit umum daerah mempunyai tugas dan wewenang
dalam memimpin, menetapkan kebijakan pelaksanaan, membina koordinasi,
mengatur, mengawasi pelaksanaan tugas dan kerjasama dalam pelaksanaan
tugas dibidang pelayanan medik, keperawatan, kesekretariatan, rekam medik,
keuangan dan program rumah sakit umum daerah.
b. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian tata usaha mempunyai tugas dan wewenang dalam
menyelenggarakan urusan tata usaha, kepegawaian, perlengkapan dan rumah
tangga,
pelaporan,
hukum,
menyelenggarakan
urusan
keuangan
dan
pembendaharaan, penyusunan anggaran, pencatatan dan mobilisasi pasien,
informasi rumah sakit dan rekam medik.
c. Seksi Keperawatan
Seksi
keperawatan
menyelenggarakan
dan
mempunyai
koordinasi
tugas
kegiatan
dan
wewenang
pelayanan
dalam
keperawatan,
merencanakan dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
sumber daya manusia di rumah sakit, membimbing pelaksanaan asuhan dan
mutu keperawatan.
d. Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik
Seksi pelayanan dan penunjang medik mempunyai tugas dan wewenang
dalam memfasilitasi dan koordinasi semua pelayanan medis dan non – medis,
pengawasan, pemeliharaan, penggunaan dan pengendalian sarana penunjang
52
medis dan penunjang non – medis, pengawasan pelaporan instalasi dan
pemasaran rumah sakit.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas dan wewenang dalam
melaksanakan fungsi dan tugas sesuai bidang keahlian jabatan fungsional
masing – masing.
•
Staf Medik Fungsional
Memiliki tugas dan wewenang dalam melaksanakan diagnosis,
pengobatan, pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan mutu pelayanan berdasarkan
standar pelayanan kesehatan.
•
Staf Paramedik Fungsional
Memiliki tugas dalam membantu dan mendukung staf medik dalam
melakukan tugasnya.
f. Komite
•
Komite Medis
Mempunyai tugas dan wewenang dalam membantu penyusunan
standar pelayanan medis, memantau pelaksanaan profesi anggota staf medis
fungsional, pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota
staf medis fungsional, pengembangan program pelayanan, pendidikan,
pelatihan dan pengembangan.
53
•
Komite Keperawatan
Mempunyai tugas dan wewenang dalam membantu penyusunan
standar pelayanan keperawatan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
keperawatan, pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi
anggota staf paramedik fungsional, pengembangan program pelayanan,
pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
g. Instalasi
Instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan fungsional
sesuai dengan fungsinya dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit
melalui bidang pelayanan dan penunjang medik.
3.4 Sistem Berjalan
Berdasarkan pengumpulan data, gambaran sistem yang ada saat ini adalah
sebagai berikut :
3.4.1
Keadaan Sarana Fisik RSU Daerah Sekadau Sampai Desember 2008
Deskripsi :
Luas Tanah
: 48000 M2
Luas Bangunan
: 13500 M2
Panjang
: 300 M2
Lebar
: 450 M2
54
Tabel 3.1 Jumlah Ruang Perawatan dan Tempat Tidur RSUD Sekadau
Sampai Desember 2011
No. Ruang Perawatan RSUD
Jumlah Tempat Tidur
1
2
3
4
5
6
7
8
Total
Ruang Kelas I
Ruang Kelas II
Ruang Kelas III
Ruang Perawatan Anak
Ruang Kebidanan
Ruang Bedah
Ruang Perinatologi
Ruang IGD
4
16
30
20
20
20
5
5
120
Tabel di atas merupakan data dari jumlah ruang perawatan dan tempat
tidur yang terdapat di RSUD Sekadau hingga Desember 2011 dengan total
tempat tidur mencapai 120.
Tabel 3.2 Gambaran Kunjungan Pelayanan Periode Januari s/d Desember 2011
Kunjungan Pelayanan
Jumlah Kunjungan
Kunjungan Rawat Jalan
Kunjungan IGD
Kunjungan Rawat Inap
Kunjungan Maskin
Total
5645
2567
1790
1560
11562
Tabel di atas merupakan gambaran dari kunjungan pelayanan untuk
periode Januari sampai dengan Desember 2011 dengan total kunjungan
mencapai 11.562 orang. Berdasarkan tabel di atas kunjungan yang paling
banyak adalah kunjungan rawat jalan dengan jumlah kunjungan mencapai
5645 orang.
55
Tabel 3.3 Gambaran Kunjungan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Periode
Januari s/d Desember 2011
Kunjungan Pelayanan IGD
Jumlah Kunjungan
Kecelakaan Lalu Lintas
Hypertensi
Stroke
Asma Bronkial
Kejang Demam
GAE dengan Dehidrasi
Gagal Jantung
Koma Diabetes
Masalah Kehamilan
Keracunan / Intoksikasi
Total
1305
330
250
120
105
145
24
18
65
205
2567
Tabel di atas merupakan gambaran dari kunjungan pelayanan instalasi
gawat darurat (IGD) untuk periode Januari sampai dengan Desember 2011
dengan total kunjungan mencapai 2567 orang. Berdasarkan tabel di atas
kunjungan yang paling banyak adalah kunjungan dari pasien yang
mengalami kecelakaan lalu lintas dengan jumlah kunjungan mencapai 1305
orang.
Data sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat inap pada Rumah Sakit
Sekadau periode Januari sampai Desember 2011 sebagaimana dijelaskan
pada tabel dibawah ini :
56
Tabel 3.4 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien Rawat Inap Periode
Januari s/d Desember 2011
Sepuluh Penyakit Terbanyak Rawat Inap
Jumlah Kunjungan
Diare & GEA
Gejala Demam
KLL
Gastritis
Demam Tifoid
Status Asmatikus
Hipertensi
Malaria
TBC
Hepatitis Akut
Total
960
865
778
670
618
530
425
320
265
248
5679
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa total pasien mencapai 5679
orang. Penyakit terbanyak pada pasien rawat inap adalah penyakit diare dan
GEA dengan jumlah pasien mencapai 960 orang.
Tabel 3.5 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien Maskin Januari s/d
Desember 2011
Sepuluh Penyakit Terbanyak Pasien Maskin
Jumlah Kunjungan
Gangguan Jiwa
Asthma
Tubercolusis
Gastritis
Hypertensi
Demam Typoid
Malaria
Gastroenteritis Akut
Acut Myocard
Stroke
Total
160
230
654
535
235
356
174
436
120
68
2968
Tabel di atas merupakan data dari sepuluh penyakit terbanyak pasien
Maskin (masyarakat miskin) dari Januari sampai dengan Desember 2011
dengan total pasien mencapai 2968 orang. Penyakit terbanyak pada pasien
57
maskin adalah penyakit tubercolusis dengan jumlah pasien mencapai 654
orang.
3.4.2
Gambaran Tenaga Rumah Sakit Umum Daerah Sekadau Desember
2011
Jumlah tenaga kerja yang ada di rumah sakit sampai periode Desember
2011 sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.6 Keadaan Tenaga sampai periode Desember 2011
Tenaga Kerja RSUD Sekadau
Jumlah
Dokter Umum
Perawat
Farmasi / Asisten Farmasi
Laboratorium
Bidan
Radiologi
Sanitasi
Fisioterapi
Perawat Gigi
Umum / Administrasi
Elektromedik
Dokter Gigi
Gizi
Total
6
74
5
7
15
3
4
1
4
8
1
2
4
134
Tabel di atas merupakan gambaran mengenai jumlah tenaga kerja yang
terdapat di RSUD Sekadau hingga tahun 2011 yang mencapai 134 orang.
Pada tabel di atas jumlah dokter umum yang ada berjumlah 6 orang, jumlah
perawat 74 orang farmasi/asisten farmasi berjumlah 5 orang, laboratorium
berjumlah 7 orang, dan seterusnya.
58
3.4.3
Tingkat Pemanfaatan Pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah
Sekadau Periode Januari 2011 s/d Desember 2011
a. Bed Occupacy Rate ( BOR)
Bed Occupacy Rate yaitu presentasi pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Adapun besar BOR rata – rata RSUD Sekadau
pertahun sekitar 60%.
b. Average Length Of Stay (ALOS)
ALOS yaitu rata – rata lama rawat seorang pasien, secara umum
nilai ALOS RSUD Sekadau adalah 3 – 4 hari.
c. Turn Over Interval (TOI)
Turn Over Interval adalah rata – rata dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah terisi hingga diisi untuk yang berikutnya. Nilai TOI
RSUD Sekadau rata – rata 4 hari.
d. Visit Rate Rawat Jalan
Rata-rata kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekadau 25 orang/hari.
3.4.4
Proses Rawat Jalan
Proses pertama dimulai dengan pasien datang ke rumah sakit pada jam
kerja dan dalam kondisi tidak gawat. Pasien terlebih dahulu harus melakukan
pendaftaran pada loket pendaftaran sebelum mendapatkan pelayanan. Pasien
lama hanya perlu memberikan kartu berobat pasien kepada petugas
kemudian petugas akan mencarikan dan memberikan status pasiennya
berdasarkan No. RM pada kartu berobat tersebut. Bila pasien baru, maka
59
akan ditanyakan mengenai identitas diri pasien seperti nama, alamat, umur,
agama, dan lainnya sesuai dengan status pasien kemudian akan diberikan
No. RM yang ditulis pada kartu berobat pasien beserta status pasien. Bila
pasien sudah mendapat status pasiennya, pasien kemudian membayar uang
registrasi sebesar Rp 15.000 di kasir dan meninggalkan loket menuju poli.
Setelah pasien melakukan pendaftaran di loket pasien. Pasien
kemudian menuju ruang poliklinik untuk menaruh status pasien pada
tumpukan antrian hingga tiba gilirannya akan dipanggil. Di ruang poli
terdapat dokter dan perawat. Proses pertama oleh perawat akan dilakukan
anamnesis pada pasien mengenai keluhannya, dan dilakukan pemeriksaan
tanda – tanda vital seperti tensi, suhu, dan sebagainya. Kemudian dokter
akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Proses selanjutnya dokter
menentukan apakah pasien perlu atau tidak rujukan ke penunjang medik
(radiologi atau laboratorium).
Bila perlu rujukan, maka pasien akan dibuatkan surat pengantar untuk
pemeriksaan penunjang medik dan pasien akan menuju ruang penunjang
medik disertai surat pengantar. Surat pengantar berisikan identitas pasien
dan nama dokter yang meminta dan tindakan apa yang akan dilakukan.
Pasien kemudian menyerahkan surat pengantar tersebut ke petugas instalasi
penunjang medik dan menunggu antrian hingga dipanggil. Setelah dipanggil
pasien akan melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter.
Setelah pemeriksaan, pasien akan diberikan kwitansi untuk melakukan
pembayaran di kasir. Ketika membayar pasien akan mendapat kwitansi
sebagai bukti telah melakukan pembayaran. Kwitansi terdiri dari 3 rangkap
60
yaitu satu untuk instalasi, satu untuk pasien, dan satu untuk kasir. Pada
kwitansi sudah terdapat poin – poin biaya yang harus dibayar pasien untuk
suatu tindakan misalnya jasa konsultasi, obat, dan sebagainya. Untuk semua
instalasi menggunakan kwitansi yang sama.
Setelah pasien melakukan rujukan ke penunjang medik kemudian
pasien kembali ke poli dengan hasil pemeriksaan penunjang medik tersebut,
dokter akan memeriksa hasil rujukan dan membuat diagnosis mengenai
penyakit pasien seperti ICDX . Setelah melakukan diagnosis maka dokter
akan menentukan apakah pasien perlu melakukan rawat inap atau tidak, bila
tidak maka pasien akan diberikan terapi dalam bentuk resep untuk
mengambil obat di apotek. Resep tersebut diserahkan ke apotek dan pasien
akan melakukan pembayaran di kasir. Setelah membayar pasien akan
kembali ke apotek dengan membawa kwitansi untuk pengambilan obat dan
pulang. Bila perlu rawat inap maka perawat poli akan membawa pasien ke
IGD untuk dilakukan tindakan medik seperti pemasangan infus, dan
sebagainya. Setelah dilakukan tindakan, kemudian perawat IGD akan
menghubungi ruang perawatan untuk menanyakan ketersediaan dan
persiapan kamar. Setelah mendapat kamar yang diinginkan, pasien akan
diantar ke kamarnya.
3.4.5
Intalasi Gawat Darurat (IGD)
Pasien yang datang dalam keadaan gawat atau diluar jam operasional
akan dilarikan ke IGD. Di IGD apabila ada lebih dari satu pasien yang
datang bersamaan atau berselang tidak lama maka pasien tersebut akan
61
diberikan prioritas mana yang akan ditangani terlebih dahulu sesuai dengan
keadaan pasien saat itu.
a. Pasien Gawat
Pasien yang datang dalam keadaan gawat darurat akan langsung
ditangani oleh tim IGD yang terdiri dari dokter jaga dan beberapa
petugas (dalam hal ini perawat piket) untuk dilakukan pertolongan
pertama pada pasien. Masing – masing petugas melakukan bagiannya
ada yang bertugas melakukan anamnesis, melakukan tindakan seperti
pemasangan infus, memberikan obat, memeriksa tanda – tanda vital
pasien seperti tensi, nadi, dan sebagainya. Kemudian dokter jaga akan
melakukan pemeriksaan fisik kondisi pasien. Dokter akan membuat
diagnosis dan memutuskan apakah pasien perlu perawatan lebih lanjut
(rawat inap) atau tidak. Apabila perlu, proses selanjutnya perawat akan
menghubungi ruang rawat untuk menyediakan kamar bagi pasien.
Kemudian mengantarkannya ke kamar perawatan yang telah dipesan dan
mendaftarkannya esok hari pada jam kerja.
b. Pasien Rawat Jalan
Proses pertama akan dilakukan anamnesis kepada pasien, keluarga
atau yang mengantarkan untuk dicatat di status pasien. Proses
selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter. Bila dirasa
perlu pasien akan dirujuk ke instalasi radiologi atau laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan. Selesai rujukan pasien akan kembali ke ruang
IGD dan diperiksa hasilnya. Dokter akan melakukan diagnosis dan
memutuskan pasien perlu rawat inap atau tidak. Bila tidak maka pasien
62
diberikan terapi dalam bentuk resep dan perawat akan membuatkan
kwitansi pembayaran dan pasien diperbolehkan pulang. Jika dinyatakan
perlu rawat inap maka akan dilakukan tindakan medis pada pasien
seperti pemasangan infus, dll. Perawat akan menghubungi ruang
perawatan untuk menyediakan kamar yang telah dipesan pasien.
Kemudian akan mengantarkan pasien ke kamar yang telah tersedia dan
mendaftarkannya esok hari pada jam kerja.
3.4.6
Penunjang Medik
a. Instalasi Radiologi
Pasien menyerahkan surat pengantar dari dokter kepada petugas
kemudian menunggu antrian untuk pemeriksaan. Pasien akan dipanggil
untuk melakukan pemeriksaan, pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan
pada surat pengantar dari dokter misalnya foto rontgen. Setelah
pemeriksaan maka pasien diminta melakukan pembayaran di kasir dan
kembali lagi dengan bukti pembayaran. Kemudian pasien kembali ke
poli atau diantar ke IGD disertai hasil pemeriksaan radiologi untuk
diperiksa oleh dokter.
b. Instalasi Laboratorium
Pasien menyerahkan surat pengantar dari dokter kepada petugas
kemudian menunggu antrian untuk pemeriksaan. Pasien akan dipanggil
untuk melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan
pada surat pengantar dari dokter. Setelah pemeriksaan, maka pasien
diminta melakukan pembayaran di kasir dan kembali lagi dengan bukti
63
pembayaran. Kemudian kembali ke poli atau diantar kembali ke IGD
disertai hasil pemeriksaan laboratorium untuk diperiksa oleh dokter.
c. Instalasi Farmasi
Pada pasien rawat jalan, rawat inap, atau pasien dari IGD datang
dengan membawa terapi dalam bentuk resep dari dokter kemudian
melakukan pembayaran di kasir dan mengambil obat.
3.4.7
Proses Rawat Inap
a. Pendaftaran Rawat Inap
Pasien akan didaftarkan oleh perawat dari poli jika ia berasal dari
poli dan perawat dari IGD jika ia berasal dari IGD. Jika dari IGD
Perawat akan menanyakan kepada pasien tentang kamar yang akan
dipesan, kemudian perawat IGD akan mengantarkan ke kamarnya setelah
menghubungi perawat di ruang rawat inap. Bila dari poli maka pasien
akan dilarikan ke IGD untuk mendapatkan tindakan medik terlebih
dahulu. Pasien akan dilayani 24 jam oleh perawat di ruang jaga perawat.
Perawat yang menjaga dibagi menjadi 3 shift (pagi, sore, dan malam).
b. Kunjungan Dokter
Dokter akan melakukan kunjungan setiap hari untuk memeriksa
keadaan pasien, dan memberikan resep atau rujukan ke penunjang medik
bila perlu.
64
c. Pemberian Obat
Pasien atau keluarga pasien akan diberikan resep oleh dokter untuk
menebus obatnya. Setelah obat ditebus pasien atau keluarganya
memberikan kepada perawat di ruang rawat inap untuk diberikan kepada
pasien sesuai dosis pemakaian.
d. Rujukan ke Instalasi Penunjang Medik
Dokter akan membuat surat pengantar yang akan diserahkan kepada
perawat kemudian perawat akan mengantarkan surat tersebut kepada
instalasi penunjang medik yang dimaksud. Untuk instalasi laboratorium,
petugas penunjang medik akan datang ke kamar pasien. Sedangkan
untuk instalasi radiologi, pasien akan diantarkan oleh perawat ke ruang
instalasi untuk dilakukan pemeriksaan sesuai permintaan dokter.
Hasilnya akan diserahkan oleh petugas instalasi ke perawat untuk
diperiksa oleh dokter dari pasien tersebut.
e. Pembayaran
Perawat akan mencatat semua biaya pasien selama di rawat inap
dan tagihan akan diberikan kepada pasien atau keluarga untuk dilunasi di
kasir, kemudian pasien akan kembali ke ruang rawat dengan membawa
kwitansi pembayaran yang sudah dilunasi dan menyerahkannya kepada
perawat dan pasien diperbolehkan pulang.
65
3.5 Flow Chart Sistem Yang Sedang Berjalan
3.5.1
Flow Chart Pendaftaran Pasien
Gambar 3.1 Flow Chart Pendaftaran Pasien
66
3.5.2
Flow Chart Pasien Rawat Jalan
Gambar 3.2 Flow Chart Pasien Rawat Jalan
67
3.5.3
Flow Chart Pasien Rawat Inap
Gambar 3.3 Flow Chart Pasien Rawat Inap
68
3.6 Data Flow Diagram (DFD) Sistem Yang Sedang Berjalan
3.6.1
Diagram Context
Gambar 3.4 Diagram Context
69
3.6.2
DFD Level 0
Gambar 3.5 DFD Level 0
70
3.6.3
DFD Level 1
Gambar 3.6 DFD Level 1
3.7 Cause Effect Analysis
Tabel 3.7 Tabel Cause Effect Analysis
No.
1
2
Permasalahan
Sulit
pencarian
pasien.
Penyebab
Akibat
dalam Jumlah data pasien yang Sulit
melakukan
data disimpan secara manual pencarian
data
telalu banyak.
pasien saat situasi
darurat.
Prosedur pelayanan Adanya
pengulangan Pasien
yang
proses,
seperti
harus mengeluhkan
membingungkan.
kembali
melakukan prosedur pelayanan
registrasi
sebelum yang
mendapatkan pelayanan membingungkan
pada instalasi berbeda.
71
No.
Permasalahan
Penyebab
3
Data
pembayaran Data pasien yang belum
pasien tidak ada.
lunas
tidak
terdokumentasi
dengan
baik.
4
Persediaan
obat Petugas
lupa
untuk
tidak up-to-date.
mengecek dan mencatat
persediaan obat secara
berkala
5
Kemungkinan
penyelewengan
dana.
Belum adanya sistem
penomoran pada kwitansi
rumah sakit.
Akibat
Rumah sakit sulit
mendapatkan
informasi tentang
pasien yang belum
melunasi
pembayaran
Obat yang habis
sering
tidak
diketahui
karena
dicatatan
masih
tersedia.
Rumah
sakit
dirugikan
secara
material.
3.8 Pemecahan Permasalahan
Tabel 3.8 Tabel Pemecahan Permasalahan
No
Permasalahan
Pemecahan Masalah
.
1 Sulit dalam pencarian Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur
data pasien.
sistem pencatatan pelayanan. Dengan sistem
ini, seluruh data yang berhubungan dengan
pasien akan tersimpan dengan baik dalam
database. Sehingga data pasien dapat dicari
dengan cepat hanya dengan memasukan
nomor rekam medik atau nama pasien.
2
3
4
Prosedur
pelayanan Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur
yang membingungkan. sistem pencatatan menggunakan database.
Dengan sistem ini seluruh data pasien akan
tercatat secara rapi dan dapat dilihat darimana
saja. Pasien tidak perlu lagi mengisi formulir
registrasi setiap ingin mendapatkan pelayanan
pada instalasi berbeda.
Data
pembayaran Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur
pasien tidak ada.
sistem pembuatan laporan pembayaran.
Dengan sistem ini, seluruh data transaksi akan
tercatat dengan rapi, siapa dan kapan transaksi
tersebut dilakukan.
Persediaan obat tidak Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur
up-to-date.
pencatatan persediaan obat. Semua obat yang
masuk dan keluar dicatat dengan lebih mudah.
72
No
Permasalahan
.
5 Kemungkinan
penyelewengan dana.
Pemecahan Masalah
Dikembangkan aplikasi yang mempunyai fitur
sistem pembuatan laporan pembayaran.
Dengan dibuatnya sistem penomoran pada
kwitansi, maka seluruh transaksi dapat
diperiksa secara mendetail tanpa ada yang
tertinggal.
Download