Uploaded by User5670

OUTLINE JIWA

advertisement
OUTLINE
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI DENGAN
PERILAKU KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN GANGGUAN
JIWA
(STUDI KASUS DI PUSKESMAS SP III TRANS KECAMATAN SEKADAU
HILIR KABUPATEN SEKADAU)
DISUSUN OLEH :
SELAMET SUBAGIO / NIM : 171511005
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT K. SINTANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2019
2
1.
Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009, upaya
kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan
gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa (Depkes RI,
2009).Upaya penyembuhan penderita gangguan jiwa merupakan tanggung
jawab pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab menciptakan
kondisi kesehatan jiwa yang setinggi-tingginya dan menjamin ketersediaan,
aksesibilitas, mutu dan pemerataan upaya kesehatan jiwa (Depkes RI,
2009).
Kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi
mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, di rumah,
di sekolah, di kampus, di tempat kerja dan lingkungan sosialnya. Seseorang
yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami ketidakmampuan
berfungsi secara optimal dalam kehidupannya sehari-hari (Hawari, 2001).
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari 4 masalah kesehatan
utama dinegara maju, modern dan industry. Ke empat masalah kesehatan
utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan
kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya
gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara
individu maupun keluarga akan menghambat pertumbuhan karena mereka
tidak produktif dan tidak efisien (Hawari, 2001).
Faktanya, satu dari empat orang dewasa akan mengalami masalah
kesehatan jiwa pada satu waktu dalam hidupnya. Bahkan, setiap 40 detik di
suatu tempat di dunia ada seseorang yang meninggal karena bunuh diri
(WFMH, 2016).
3
Data WHO (2016) menunjukkan, terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia,
serta 47,5 juta terkena demensia. (WHO,2016)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes
tahun 2018, Prevalensi Rumah Tangga dengan Gangguan Jiwa berat sebesar
7 per 1000 penduduk , Proporsi penderita dengan gangguan jiwa yang
pernah dipasung sebesar 14%, sementara orang dengan gangguan jiwa yang
pernah dipasung dalam 3 bulan terakhir sebesar 31,5%, Cakupan orang
dengan gangguan jiwa berat yang berobat sebesar 84,9%, sementara yang
tidak berobat sebesar 15,1%, penderita ODGJ yang rutin berobat sebesar
48,9%, ODGJ yang tidak rutin berobat sebesar 51,1, dengan alasan tidak
rutin minum obat adalah karena merasa sudah sembuh sebesar 36,1%
sedangkan alasan tidak mampu beli obat rutin sebsar 23,6%, Prevalensi
depresi pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 6,1 per 1000 penduduk,
prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejalagejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai 9,8%
dari jumlah penduduk Indonesia. Merujuk pada data tersebut, maka masalah
kesehatan jiwa seseorang janganlah dianggap enteng.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau menunjukkan penderita
gangguan jiwa pada tahun 2016 mencapai 316 orang, sedangkan untuk
tahun 2017 tercatat ada sebanyak 370 orang yang menderita gangguan jiwa
(Dinkes Sekadau, 2017).
Kegiatan penyuluhan pada keluarga yang menderita gangguan jiwa
terus dilakukan dan menjadi skala prioritas pada Dinas Kesehatan bidang
Yankes Kabupaten Sekadau. Pelatihan bagi tenaga kesehatan merupakan
wujud peningkatan mutu penanganan kesehatan jiwa. Puskesmas SP III
Trans Kecamatan Sekadau dalam melaksanakan kegiatan dilakukan secara
kontinyu kepada keluarga pasien gangguan jiwa melalui kunjungan rumah.
Kenyataannya laporan Puskesmas tahun 2016 terdapat 54 kasus
gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas SP III Trans Kecamatan
Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau, Tahun 2017, terdapat 63 Kasus
4
Gangguan jiwa , dari 63 pasien gangguan jiwa didapatkan 52 orang atau
82,54 % pasien gangguan jiwa tidak dilakukan perawatan diri, dan 11 orang
atau 17,46 % dilakukan perawatan diri. Hasil estimasi menunjukkan jumlah
kasus gangguan jiwa yang berada di wilayah binaan SP III Trans Kecamatan
Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau berjumlah 0,0015 X 10.585 = 16 orang.
63 orang yang menderita gangguan jiwa menunjukkan angka yang sangat
melebihi jumlah dari estimasi, sehingga permasalahan dalam penelitian ini
adalah masih banyak pasien gangguan jiwa yang kurang mendapat
perawatan diri di rumah (Eva, 2008).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasien kurang mendapat
perawatan diri di rumah antara lain kurangnya pengetahuan anggota
keluarga tentang perawatan di rumah, sikap keluarga terhadap pasien
gangguan jiwa dan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan di rumah.
Dampak yang timbul dari pasien yang kurang mendapat perawatan
diri di rumah adalah pasien mudah terserang oleh berbagai penyakit. Dalam
aktifitas hidup sehari-hari pasien yang kurang mendapatkan perawatan diri
akan ditolak oleh masyarakat karena personal hygiene yang tidak baik,
pasien mempunyai harga diri rendah khususnya dalam hal identitas dan
perilaku, pasien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi
kekurangannya, sehingga peran keluarga sangat penting dalam memberi
perawatan langsung pada pasien (Eva, 2008).
Berdasarkan hasil observasi peneliti sementara pada keluarga yang
memiliki pasien dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas SP III
Trans Kecamatan Sekadau Hilir Kabupeten Sekadau menunjukkan bahwa
masih banyak keluarga yang kurang melakukan perawatan bagi pasien
dengan gangguan jiwa di rumah. Kebutuhan dasar pasien masih banyak
yang belum terpenuhi seperti kebersihan diri (personal hygiene) pasien
antara lain mandi, BAB dan BAK, kebersihan rambut, kuku, mulut dan lainlain.
Namun upaya perawatan pasien di rumah mungkin jauh lebih baik
karena kesembuhan pasien gangguan jiwa relatif lama karena merupakan
5
penyakit kronis, sebaiknya keluarga lebih sering berkomunikasi dengan
petugas kesehatan dalam perawatan diri di rumah karena pelayanan
kesehatan jiwa merupakan fasilitas yang membantu pasien dan keluarga
dalam mengembangkan kemampuan mencegah terjadinya masalah oleh
karena itu setelah pasien pulang kerumah, sebaiknya pasien melakukan
perawatan lanjutan pada Puskesmas di wilayahnya yang mempunyai
program Integrasi kesehatan jiwa. Perawat komuniti yang menanggani
pasien dapat menganggap rumah pasien sebagai “ruang perawatan”
keluarga bekerja sama membantu proses adaptasi pasien didalam keluarga
dan masyarakat. Sehingga perawat dapat membuat kontrak dengan keluarga
tentang jadwal kunjungan rumah (Eva, 2008).
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu ”Apakah terdapat hubungan antara
pengetahuan, sikap dan motivasi dengan perilaku keluarga dalam perawatan
pasien gangguan jiwa di rumah di wilayah Puskesmas SP III Trans
Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau?”
3
Tujuan Penelitian
a.
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi dengan perilaku
keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa jiwa di rumah di
wilayah Puskesmas SP III Trans Kecamatan Sekadau Hilir
Kabupaten Sekadau.
6
b.
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya
gambaran
pengetahuan
keluarga
dengan
penanganan pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III
Trans Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
2. Diketahuinya gambaran sikap keluarga dengan penanganan
pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III Trans
Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
3. Diketahuinya gambaran motivasi keluarga dengan penanganan
pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III Trans
Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
4. Diketahuinya gambaran perilaku keluarga dengan penanganan
pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III Trans
Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
5. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan keluarga dengan
penanganan pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III
Trans Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
6. Diketahuinya
hubungan
antara
sikap
keluarga
dengan
penanganan pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III
Trans Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
7. Diketahuinya hubungan antara motivasi keluarga dengan
penanganan pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III
Trans Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
8. Diketahuinya hubungan antara perilaku keluarga dengan
penanganan pasien gangguan jiwa di rumah di Puskesmas SP III
Trans Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
4.
Manfaat Penelitian
a. Bagi Puskesmas SP III Trans Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten
Sekadau
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi pihak
Puskesmas untuk terus meningkatkan upaya-upaya sehubungan dengan
7
promosi dan pendidikan kesehatan bagi keluarga yang memiliki
penderita gangguan jiwa.
b. Bagi Keluarga
Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi
kepada keluarga yang memiliki pasien dengan gangguan jiwa dalam hal
penanganan di rumah, sehingga keluarga mengetahui dengan jelas cara
penanganan pasien gangguan jiwa di rumah yang baik dan benar
sehingga dapat menunjang kesembuhan pasien.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini pada hakikatnya adalah merupakan proses belajar
memecahkan masalah secara sistimatis dan logis dan diharapkan dapat
memberikan informasi yang cukup jelas bagi peneliti mengenai
hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dengan
perawatan di rumah pada pasien gangguan jiwa di Puskesmas SP III
Trans Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
5.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengetahuan keluarga
Perilaku keluarga dalam
melakukan perawatan
Sikap keluarga
Motivasi keluarga
Variabel Bebas
pasien gangguan jiwa di
rumah
Variabel Terikat
8
6.
Variabel Penelitian
a.
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah, pengetahuan, sikap dan
motivasi.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku keluarga dalam
melakukan perawatan pasien gangguan jiwa di rumah.
7.
Defenisi Operasional
Defenisi
No
Variabel
Hasil
Skala
Ukur
Ukur
Cara Ukur Alat Ukur
Operasional
Variabel bebas
1
Pengetahuan
Pemahaman
Wawancara Kuisioner
Ordinal
responden
_
mengenai cara
1. Baik
melakukan
perawatan
pasien
gangguan jiwa
di rumah
seperti
kebersihan diri
pasien,
2. Kuran
g
9
keteraturan
minum obat,
dan
komunikasi
interpersonal.
2
Sikap keluarga
Pernyataan
Wawancara Kuisioner
Ordinal
responden
_
mengenai
1. Mend
ukung
2. Tidak
menduk
ung
pemahaman
perawatan
pasien
gangguan jiwa
di rumah
3
Motivasi
Tingkat
keluarga
keinginan atau
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
1. Baik
kekuatan yang
mendasari
keluarga dalam
melakukan
perawatan
pasien dengan
gangguan jiwa
sehari-hari.
2. Kuran
g
10
Variabel terikat
4 Perilaku
Tindakan nyata Observasi
keluarga dalam
sehari-hari oleh
melakukan
keluarga dalam
perawatan pasien melakukan
gangguan jiwa di penanganan
rumah
Checklist
Ordinal
1. Melak
ukan
2. Tidak
melakuk
an
pada pasien
dengan
gangguan jiwa
dengan
indikator:
memperhatikan
kebersihan
pasien,
memberikan
obat secara
rutin dan
melakukan
komunikasi.
8.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
11
Ada hubungan antara pengetahuan ,sikap,dan motivasi dengan perilaku
keluarga dalam melakukan perawatan pasien gangguan jiwa di rumah.
9.
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode survey
yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, untuk
mempelajari hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi, dengan
perilaku keluarga dalam melakukan perawatan pada pasien gangguan jiwa
di rumah di wilayah kerja Puskesmas SP III Trans Kecamatan Sekadau Hilir
Kabupaten Sekadau. Adapun kelebihan dari cross sectional adalah mudah
dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu dan hasilnya dapat
diperoleh dengan cepat.
10.
Populasi Dan Sampel Penelitian.
a.
Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki pasien
dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas SP III Trans
Kecamatan Sekadau Hililr Kabupaten Sekadau. Jumlah populasi adalah
sebanyak 63 keluarga.
12
b.
Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yaitu dengan
menggunakan teknik Judgment sampling yaitu sampel dipilih
berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel tersebut adalah pihak yang
paling baik untuk dijadikan sampel penelitian karena paling banyak
mengetahui tentang kondisi yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dari penelitian ini adalah anggota keluarga yang melakukan
perawatan di rumah pada pasien dengan gangguan jiwa. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 63 responden .
Download