evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ULKUS
DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Bernadetta Wenni Sukma Windarti
NIM: 028114068
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian untuk Skripsi
Berjudul
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ULKUS
DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE 2005
Diajukan oleh:
Bernadetta Wenni Sukma Windarti
NIM: 028114068
Telah disetujui oleh:
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan membuat segala sesuatu
indah pada waktu – Nya
Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat,
supaya kamu ditinggikan – Nya pada waktunya.
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada – Nya,
sebab Ia yang memelihara kamu. ( 1 Pet 5 : 6 – 7 )
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok,
karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. ( Matius 6 : 34 )
Kupersembahkan karyaku yang sederhana ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bundaku yang selalu ada untukku.
Bapak, Ibu, dan ade’ku yang sangat aku cintai dan mencintaiku.
Keluarga besarku yang selalu ada di hatiku.
Teman-teman dan sahabat-sahabatku
yang sangat aku cintai, aku banggakan, dan aku kagumi.
Almamaterku.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala kasih-Nya sehingga penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Ulkus Diabetes Mellitus
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma dan dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan, saran,
dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen penguji skripsi atas
kesediaan untuk menguji dan masukan yang telah diberikan.
3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji skripsi atas kesediaan untuk
menguji dan masukan yang telah diberikan.
4. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing akademik atas
segala bimbingan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini.
5. Segenap direksi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas ijin dan kesempatan
yang telah diberikan sehingga penulis dapat melakukan dan menyelesaikan
penelitian.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Segenap karyawan Unit Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
atas segala bantuan, saran, waktu, dan dukungan yang telah diberikan.
7. Bapak Ismartoyo dan Ibu Rita Tri Purwaningsih atas segala doa, cinta,
perhatian, dan pengorbanannya.
8. Peppy, Via, almarhum mbah kakung, mbah putri, dan keluarga besarku yang
telah banyak memberikan doa, nasehat, saran, dorongan, dan perhatian.
9. Keluarga Bapak Supoyo atas doa, masukan, nasehat, dan perhatiannya.
10. Mas Edyn, Atik, Ria, Dek Ipung, dan Mas Dwi atas segala dukungan dan
doanya.
11. Cecil, Isti, Rina, Novi, Astri, dan Astu atas kebersamaan dan perhatiannya.
12. Antok, Fretty, Ema, TP, Ulin, Sinta, Ayu, Meita, Puri, Peter, Rio, Nawa, Heri,
Bowo, dan teman-teman semua yang telah banyak membantu, mendukung,
dan mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
13. Mbak Fistra sekeluarga serta seluruh anggota koor lingkungan atas doanya.
14. Teman–temanku angkatan 2002 kelompok C atas kebersamaannya selama ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak memberikan perhatian dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Yogyakarta, Januari 2007
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Ulkus DM adalah tukak, borok atau kerusakan jaringan dalam yang terjadi
pada pasien DM berhubungan dengan kelainan saraf dan pembuluh darah tungkai
bawah. Luka terbuka ini mengakibatkan bakteri mudah masuk melalui kaki
kemudian tumbuh, menyebar, dan akhirnya infeksi. Tujuan penelitian ini
mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi rawat
inap Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) Yogyakarta periode 2005.
Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan rancangan
deskriptif evaluatif. Metode pengumpulan data secara retrospektif. Data diambil
dari kartu rekam medik pasien kemudian dianalisis secara deskriptif. Jalannya
penelitian dibagi 4 tahap yaitu perencanaan, analisis situasi, pengumpulan data,
dan evaluasi data. Data diambil dan dianalisis berdasarkan umur, jenis kelamin,
komplikasi, penyakit penyerta, golongan obat, jenis obat, dan analisis Drug
Related Problems (DRP) terkait dengan penggunaan antibiotika.
Hasil penelitian diperoleh 38 pasien dengan 42 kasus. Persentase
berdasarkan kelompok umur 31–50 tahun 21,43%, 51–70 tahun 64,29%, dan lebih
dari 70 tahun 14,28%. Berdasarkan jenis kelamin laki–laki dan perempuan sama
banyak yaitu 50%. Persentase kelas terapi obat adalah obat saluran cerna 40,48%,
obat kardiovaskular 66,67%, obat darah 2,38%, obat saluran napas 23,81%, obat
sistem saraf pusat 40,48%, infus 83,33%, obat lain–lain 16,67%, obat gizi
33,33%, obat analgesik 83,33%, obat otot skelet dan sendi 30,95%, obat
antidiabetik 90,48%, dan obat antiinfeksi 100%. Identifikasi DRP terkait dengan
permasalahan penggunaan antibiotika diperoleh 4 kasus DRP. Satu kasus DRP
dapat terdiri dari beberapa DRP. Dari 4 kasus DRP tersebut terdapat 2 kasus
termasuk dalam DRP perlu terapi obat tambahan, 2 kasus termasuk DRP terapi
obat tanpa indikasi, 3 kasus termasuk DRP salah obat, 2 kasus termasuk DRP
reaksi obat yang merugikan, dan 1 kasus termasuk DRP dosis terlalu tinggi.
Kata kunci: ulkus DM, antibiotika, Drug Related Problems (DRP)
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Diabetic ulcer is an ulcer, wound or the damage in the internal tissue
which happens to the DM patients. This opened wound makes the germs easily
enter the body by the legs, then growing, spreading, and finally they will infect all
of the body. The aims of this research is to evaluate the using of the antibiotics by
the diabetic ulcer patients in Panti Rapih Hospital Yogyakarta in 2005.
This research is a nonexperimental research and done with the evaluative
descriptive design. The data were obtained by retrospective method. The data
were taken from the patient medical record’s then analized with descriptive
method. This research was divided into four steps: the planning, analize of the
situation, data collecting, and evaluation. The data being taken and analized were
based on the age, sex, complication, illness inverted, drug classification, type of
medicine, and also the analize of the Drug Related Problems (DRP) in case of
relation about the using of antibiotics.
The results of this research showed that there were 38 patients with 42
cases. Percentage of the age 31–50 was 21,43%, 51–70 was 64,29%, and more
than 70 years was 14,28%. Result based on sex shows that there was an equality
of male and female. The percentage was 50%. The percentage of therapy class
was the gastrointestinal tract drugs 40,48%, cardiovascular drugs 66,67 %, blood
drugs 2,38%, inhalation tract drugs 23,81 %, central nerve system drugs 40,48%,
infusion 83,33%, another drugs 16,67%, nutrient drugs 33,33%, analgesic drugs
83,33%, skeletal muscle and hinge drugs 30,95%, antidiabetic drugs 90,48%, and
antiinfection drugs 100%. Identifying DRP related to the use of antibiotics yielded
4 DRP cases. One case of DRP could consist of some DRP. From those 4 cases of
DRP there were 2 cases of the DRP needed for additional drug therapy, 2 cases
included to DRP unnecessary drug therapy, 3 cases included to DRP wrong drug,
2 cases included to DRP adverse drug reaction, and 1 case included to DRP dose
too high.
Key words : diabetic ulcer, antibiotics, Drug Related Problems (DRP)
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................
v
PRAKATA .................................................................................................
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................
viii
INTISARI ...................................................................................................
ix
ABSTRACT .................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xix
BAB I. PENGANTAR ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
4
C. Keaslian Penelitian ................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................
6
1. Manfaat teoritis ...................................................................................
6
2. Manfaat praktis ...................................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................
6
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Tujuan umum .....................................................................................
6
2. Tujuan khusus .....................................................................................
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................
8
A. Diabetes Mellitus ...................................................................................
8
1. Definisi dan tujuan terapi ..................................................................
8
2. Penggolongan DM .............................................................................
8
3. Diagnosis DM ....................................................................................
8
4. Perawatan pasien DM ........................................................................
9
B. Ulkus ......................................................................................................
10
1. Definisi dan epidemiologi .................................................................
10
2. Infeksi ulkus DM ...............................................................................
15
3. Faktor risiko amputasi alat gerak bawah ...........................................
16
4. Penatalaksanaan ulkus DM ................................................................
17
C. Antibiotika .............................................................................................
22
1. Definisi ..............................................................................................
22
2. Terapi antibiotika ...............................................................................
22
3. Antibiotika ulkus DM ........................................................................
24
D. Drug Related Problems (DRP) ..............................................................
26
1. Pengertian dan penggolongan DRP ...................................................
26
2. Penyebab–penyebab DRP .................................................................
26
E. Keterangan Empiris ...............................................................................
27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
28
A. Jenis Penelitian ......................................................................................
28
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Definisi Operasional ..............................................................................
28
C. Subyek Penelitian ..................................................................................
30
D. Bahan Penelitian ....................................................................................
30
E. Lokasi Penelitian ....................................................................................
30
F. Tatacara Penelitian .................................................................................
30
1. Tahap perencanaan .............................................................................
30
2. Tahap analisis situasi ..........................................................................
31
3. Tahap pengumpulan data ....................................................................
31
4. Tahap evaluasi data ............................................................................
32
G. Analisis Hasil ........................................................................................
32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................
34
A. Gambaran Umum ..................................................................................
34
1. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan kelompok umur ...............
34
2. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan jenis kelamin ...................
35
3. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan komplikasi .......................
36
4. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan penyakit penyerta ............
36
B. Profil Pengobatan Pasien Ulkus Diabetes Mellitus ...............................
37
1. Obat saluran cerna ...........................................................................
38
2. Obat darah .......................................................................................
38
3. Obat kardiovaskular..........................................................................
39
4. Obat saluran napas ...........................................................................
40
5. Obat sistem saraf pusat ....................................................................
40
6. Infusi ................................................................................................
41
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Obat lain–lain (suplemen, metabolisme, vaksin, dan tetes mata) ....
42
8. Obat gizi ..........................................................................................
42
9. Obat analgesik .................................................................................
43
10. Obat otot skelet dan sendi ................................................................
44
11. Obat antidiabetik .............................................................................
45
12. Obat antiinfeksi ...............................................................................
46
C. Drug Related Problems (DRP) ..............................................................
50
D. Outcome Terapi Pasien Ulkus DM ........................................................
57
E. Rangkuman Pembahasan .......................................................................
58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
61
A. Kesimpulan ............................................................................................
61
B. Saran ......................................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
63
LAMPIRAN ...............................................................................................
66
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................
96
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
I.
Pembagian tingkat keparahan ulkus DM secara klinis .................... 24
II.
Standar terapi antibiotika empirik pada pasien ulkus DM .............. 25
III.
Standar terapi antibiotika berdasarkan kuman penginfeksi ............. 25
IV.
Drug Related Problems (DRP) ........................................................ 27
V.
Persentase kelas terapi obat pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ..... 37
VI.
Golongan dan jenis obat saluran cerna pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 38
VII.
Golongan dan jenis obat darah pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ..... 39
VIII.
Golongan dan jenis obat kardiovaskular pada pasien ulkus DM
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 39
IX.
Golongan dan jenis obat saluran napas pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 40
X.
Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat pada pasien ulkus
DM di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 41
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
XI.
Golongan dan jenis larutan infusi pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005 ...................... 41
XII.
Golongan dan jenis obat lain–lain pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005 ...................... 42
XIII.
Golongan dan jenis obat gizi pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ..... 43
XIV.
Golongan dan jenis obat analgesik pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 44
XV.
Golongan dan jenis obat otot skelet dan sendi pada pasien ulkus
DM di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005 .......... 44
XVI.
Golongan dan jenis obat antidiabetik pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 45
XVII.
Golongan dan jenis obat antiinfeksi pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 46
XVIII.
Persentase kultur dan sensitivitas tes pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode 2005 .................................................................................... 48
XIX.
Terapi antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ....................... 49
XX.
Penggunaan antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi rawat
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ............... 49
XXI.
Kesesuaian terapi antibiotika dengan standar terapi pada pasien
ulkus DM di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode
2005 ................................................................................................. 50
XXII.
Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM I di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005 ...................................................... 51
XXIII.
Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM II di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005 ...................................................... 52
XXIV.
Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM III di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005 ...................................................... 53
XXV.
Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM IV di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005 ...................................................... 54
XXVI.
Perlu terapi obat tambahan (need for additional drug therapy) 55
XXVII.
Terapi obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy) .................. 55
XXVIII.
Salah obat (wrong drug) .................................................................. 56
XXIX.
Reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction) .................... 56
XXX.
Dosis terlalu tinggi (dose too high) ................................................. 57
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagan patogenesis ulkus DM ...............................................................
11
2. Timbunan lemak pada dinding pembuluh darah kaki ..........................
13
3. Kaki pasien DM yang mengalami ganggren ........................................
14
4. Amputasi alat gerak bawah pasien ulkus DM ......................................
15
5. Ulkus terinfeksi ....................................................................................
16
6. Persentase kelompok umur pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ............................
34
7. Persentase jenis kelamin pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ............................
35
8. Persentase komplikasi pasien ulkus DM di instalasi rawat inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ........................................
36
9. Persentase penyakit penyerta pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ...........................
37
10. Persentase lama tinggal pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 ...........................
57
11. Kondisi pasien ulkus DM keluar dari instalasi rawat inap RSPR
Yogyakarta periode 2005 setelah menjalani perawatan ......................
xviii
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Surat ijin penelitian dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta .........
2.
Data Rekam Medik Pasien Ulkus Diabetes Mellitus di Instalasi
66
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005 .......
67
3.
Arti Lambang dan Singkatan ..............................................................
91
4.
Penggolongan Obat Pasien Ulkus DM di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005 .......................................
xix
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Penelitian
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila tidak dikendalikan,
penyakit ini akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal
termasuk amputasi pada penyakit kaki diabetes (Misnadiarly, 2001). Komplikasi
diabetes terdiri dari 2 jenis yaitu komplikasi akut dan kronis. Komplikasi akut
meliputi ketoasidosis diabetik, hiperosmolar nonketotik, dan hipoglikemia.
Komplikasi kronis yang terjadi antara lain makroangiopati yaitu penyakit pada
pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak atau
strok; mikroangiopati yaitu retinopati diabetik dan nefropati diabetik; neuropati;
dan rentan infeksi. Kaki diabetik terjadi akibat gabungan dari komplikasi kronis
pada pasien DM (Misnadiarly, 2001).
Diabetes merupakan penyebab utama amputasi alat gerak bawah. Kira-kira
14-24% pasien ulkus DM telah diamputasi (Anonim, 2006b). Risiko amputasi alat
gerak bawah 15-46 kali lebih tinggi pada pasien DM. Kejadian ulkus DM dapat
dicegah. Deteksi awal dan perawatan ulkus yang tepat dapat mencegah amputasi
sampai 85% (Armstrong & Lavery, 1998). Ulkus atau foot ulcer adalah kerusakan
atau luka terbuka di kulit. Kira-kira 15% pasien DM mengalami ulkus di telapak
kaki yang tampak seperti lubang-lubang dangkal atau lubang-lubang dengan
warna,
ukuran,
dan
kedalaman
yang
1
berbeda-beda
(Anonim,
2005b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Terbentuknya ulkus disebabkan oleh berbagai faktor seperti kehilangan rasa di
kaki disebabkan oleh neuropati, sirkulasi darah yang tidak baik di kaki, kelainan
bentuk kaki, adanya gangguan kulit yang disebabkan oleh gesekan atau tekanan,
dan luka pada kaki (Anonim, 2006b).
Penderita DM selama beberapa tahun dapat mengalami neuropati yaitu
berkurangnya atau hilangnya rasa di kaki secara menyeluruh karena kerusakan
saraf. Kerusakan saraf diakibatkan oleh tingginya kadar glukosa darah dalam
jangka waktu lama. Keadaan ini sering terjadi tanpa rasa sakit dan kadang-kadang
tidak disadari sebagai penyebab ulkus. Penyakit pembuluh darah dapat
memperparah ulkus, mengurangi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka,
dan meningkatkan risiko infeksi. Tingginya kadar glukosa darah mengurangi
kemampuan tubuh menyingkirkan penyebab infeksi dan memperlambat
penyembuhan (Anonim, 2006b).
Ulkus yang terbuka dan tidak dirawat mempunyai risiko infeksi lebih
besar. Infeksi dapat terjadi karena luka terbuka pada kaki memudahkan bakteri
masuk, tumbuh, dan menyebar. Tanda-tanda ulkus yang terinfeksi meliputi merah,
bengkak, luka semakin mengering, glukosa darah meningkat secara tiba-tiba,
demam, dan rasa kelelahan. Rasa sakit kemungkinan tidak terjadi karena
neuropati (Kalla, 2006).
Perawatan ulkus dapat dilakukan dengan mengurangi tekanan pada kulit
misalnya menggunakan sepatu longgar, pembalutan, dan perawatan luka.
Pembedahan dan antibiotika penting untuk ulkus terinfeksi. Antibiotika
merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan. Menurut Lim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(cit., Juwono & Prayitno, 2003), biaya antibiotika dapat mencapai 50% anggaran
obat di rumah sakit. Terapi antibiotika yang tepat penting untuk mengatasi infeksi
dan mencegah amputasi (Shea, 1999). Namun penggunaan antibiotika yang tidak
tepat dapat menyebabkan kekebalan mikroba dan efek obat yang tidak
dikehendaki. Penelitian ini mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien
ulkus DM dan mengidentifikasi Drug Related Problems (DRP) yang terjadi.
Pasien ulkus DM dalam penelitian ini adalah yang menjalani rawat inap di
RSPR Yogyakarta selama tahun 2005. Panti Rapih merupakan salah satu rumah
sakit swasta Katolik cukup besar terdiri dari berbagai kelas rawat inap mulai kelas
1, 2, 3, dan VIP dengan jumlah pasien cukup banyak dari berbagai golongan
masyarakat. Visi RSPR Yogyakarta yaitu sebagai rumah sakit yang siap melayani
selama 24 jam, mampu menerima rujukan dari rumah sakit lain di sekitarnya yang
memandang pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan
memberikan pelayanan kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih
dalam suasana syukur kepada Tuhan. Selain itu, RSPR Yogyakarta juga
memberikan bimbingan medik, keperawatan, dan nonmedik kepada rumah sakit
lain yang membutuhkan. Misi RSPR Yogyakarta menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang holistik atau menyeluruh meliputi aspek biologis, psikologis,
sosial, spiritual, dan intelektual secara ramah (R), adil (A), profesional (P), ikhlas
(I), dan hormat (H) dalam semangat iman Katolik yang gigih membela hak hidup
insani dan berpihak kepada yang berkekurangan (Anonim, 1998). Unit Rekam
Medik RSPR Yogyakarta melaporkan selama tahun 2005 terdapat 568 pasien DM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang menjalani rawat inap dengan berbagai komplikasi. Dari 568 pasien DM
tersebut terdapat 38 pasien ulkus DM dengan jumlah kasus sebesar 42 kasus.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apakah profil pasien ulkus DM yang meliputi kelompok umur, jenis
kelamin, komplikasi, dan penyakit penyerta?
2. Seperti apakah profil pengobatan yang digunakan pasien ulkus DM meliputi
kelas terapi obat, golongan obat, dan jenis obat?
3. Apakah antibiotika yang digunakan pasien ulkus DM sudah rasional atau
terdapat Drug Related Problems (DRP) meliputi perlu terapi obat tambahan
(need for additional drug therapy), terapi obat tanpa indikasi (unnecessary
drug therapy), salah obat (wrong drug), dosis terlalu rendah (dosage too low),
reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction), dosis terlalu tinggi
(dosage
too
high),
dan
ketidaktaatan
pasien
menggunakan
obat
(uncompliance)?
4. Seperti apakah outcome (dampak) terapinya meliputi lama tinggal di rumah
sakit (length of stay), pasien keluar dari rumah sakit sudah sembuh, pulang
paksa (atas permintaan sendiri), rawat jalan, semakin parah, atau meninggal?
C. Keaslian Penelitian
Damayanti (2000) telah melakukan penelitian dengan judul “Gambaran
Penggunaan Obat pada Penderita Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus-Desember tahun 1998”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang meneliti jenis DM, komplikasi penyakit DM, rata-rata jumlah obat, golongan
obat, dan cara pemberian obat. Penelitian yang lain berjudul “Gambaran
Peresepan Obat pada Pasien DM Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2001-2002” oleh Triastuti (2004) yang meneliti
kasus DM tipe 2 (bukan keseluruhan kasus DM di rumah sakit) serta
mengikutsertakan seluruh obat yang ada dalam peresepan.
Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Hardiknastuti (2006) dengan
judul “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Hiperglikemia dan Hipoglikemia pada
Pasien DM di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Tahun 2005”. Penelitian
yang lain berjudul “Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Mellitus
dengan Komplikasi Dislipidemia di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta
Tahun 2005” oleh Priyani (2006). Penelitian yang telah dilakukan oleh
Retnari (2006) juga mengevaluasi terapi pasien DM berjudul “Evaluasi
Penatalaksanaan Terapi Komplikasi Nefropati pada Kasus Diabetes Mellitus di
Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Periode 2005”.
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian evaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi rawat inap RSPR
Yogyakarta periode 2005 belum pernah dilakukan. Perbedaan penelitian ini
dengan sebelumnya penelitian ini mengevaluasi penggunaan antibiotika dan
mengidentifikasi Drug Related Problems (DRP) yang terjadi terkait dengan
penggunaan antibiotika. Subyek penelitian ini adalah pasien ulkus DM bukan
pasien DM secara umum atau pasien DM dengan komplikasi yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi
mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi menuju
penggunaan antibiotika yang rasional pada pasien ulkus DM di RSPR Yogyakarta
dan sebagai dasar dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya bagi
pasien DM di rumah sakit tersebut.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengevaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi rawat inap RSPR
Yogyakarta periode 2005.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui profil pasien ulkus DM yang meliputi kelompok umur, jenis
kelamin, komplikasi, dan penyakit penyerta.
b. Mengetahui profil pengobatan yang digunakan pasien ulkus DM meliputi kelas
terapi obat, golongan obat, dan jenis obat.
c. Mengetahui antibiotika yang digunakan pasien ulkus DM sudah rasional atau
terdapat Drug Related Problems (DRP) meliputi perlu terapi obat tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
(need for additional drug therapy), terapi obat tanpa indikasi (unnecessary
drug therapy), salah obat (wrong drug), dosis terlalu rendah (dosage too low),
reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction), dosis terlalu tinggi
(dosage
too
high),
dan
ketidaktaatan
pasien
menggunakan
obat
(uncompliance).
d. Mengetahui outcome (dampak) terapinya meliputi lama tinggal di rumah sakit
(length of stay), pasien keluar dari rumah sakit sudah sembuh, pulang paksa
(atas permintaan sendiri), rawat jalan, semakin parah, atau meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi dan tujuan terapi
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik dengan karakteristik
terhambatnya aksi insulin, sekresi insulin yang tidak mencukupi, atau keduanya.
Manifestasi klinik penyakit ini adalah hiperglikemia. Diabetes mellitus
dihubungkan dengan ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Tujuan terapi DM adalah mengurangi gejala hiperglikemia, mengurangi
muncul dan berkembangnya komplikasi seperti retinopati, nefropati, dan
neuropati, terapi intensif kardiovaskular sebagai faktor risiko, dan memperbaiki
kuantitas dan kualitas hidup pasien (Triplitt, Reasner, & Isley, 2005).
2. Penggolongan DM
Pasien DM digolongkan ke dalam 1 dari 2 kategori besar yaitu DM tipe 1
disebabkan kekurangan insulin secara absolut yaitu sel beta pankreas tidak
mampu memproduksi insulin sama sekali atau DM tipe 2 yang disebabkan oleh
sekresi insulin yang tidak mencukupi. Diabetes mellitus yang timbul pada wanita
selama kehamilan disebut gestational diabetes. Tipe DM yang lain disebabkan
oleh infeksi, endokrinopati, dan rusaknya kelenjar pankreas (Triplitt, et al., 2005).
3. Diagnosis DM
Diagnosis diabetes dibuat menjadi 3 standar yaitu kadar glukosa darah
puasa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dl, nilai dari 75 g tes toleransi
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
glukosa oral setelah 2 jam lebih besar atau sama dengan 200 mg/dl, atau kadar
glukosa darah sewaktu lebih besar atau sama dengan 200 mg/dl disertai
gejala-gejala diabetes yaitu poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan (Triplitt, et al., 2005). Keluhan lain yang juga dirasakan pasien untuk
penegakan diagnosis klinis DM antara lain kesemutan, gatal-gatal, dan mata kabur
(Misnadiarly, 2001).
Sindrom prediabetes terjadi apabila pasien kehilangan kemampuan
mengatur insulin secara efektif. Sindrom prediabetes juga dapat diketahui apabila
terdapat gejala-gejala seperti peningkatan berat badan, tekanan darah, dan
kolesterol darah yang tinggi. Kontrol diabetes sehingga mencapai kadar glukosa
darah stabil penting untuk menghindari komplikasi-komplikasi buruk dan prosesproses akhir diabetes seperti penyakit jantung koroner, obesitas, atau penyakit
ginjal yang memerlukan dialisis atau cuci darah. Beberapa klinik menggunakan
kadar glukosa darah puasa 90 mg/dl atau lebih dari 5,0 mmol/l sebagai penanda
risiko terjadinya penyakit jantung koroner (Anonim, 2005a). Faktor genetik,
terutama orang yang mempunyai riwayat keluarga DM, membuat seseorang lebih
mudah menderita DM tipe 2. Sebagian besar DM terjadi pada usia pertengahan
sampai 50 tahunan apabila tidak melakukan gaya hidup sehat (Anonim, 2005a).
4. Perawatan pasien DM
Perawatan utama diabetes dimaksudkan untuk mencapai kadar glukosa
darah normal dan stabil. Hal ini dapat dicapai apabila pasien membatasi segala
makanan yang digoreng, buah-buahan, kentang, dan terutama hasil olahan
gandum misalnya roti karena kandungan karbohidratnya tinggi sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
meningkatkan kadar glukosa darah (Anonim, 2005a). Pasien sebaiknya makan
dengan porsi sedikit tetapi sering, mengkonsumsi daging yang aman seperti ikan
dan ayam, mengkonsumsi sayuran-sayuran seperti brokoli, asparagus, dan rutin
melakukan olahraga. Faktanya, 9 dari 10 kasus diabetes tipe 2 dapat dicegah jika
seseorang mengkonsumsi makanan yang sehat, melakukan olahraga secara rutin,
berhenti merokok, dan melakukan pola hidup sehat yang lain (Anonim, 2005a).
Terapi medis tidak tepat jika hanya ditujukan untuk mengontrol glukosa
darah. Obat-obatan yang digunakan diharapkan dapat mencegah krisis diabetes
yang disebabkan oleh kadar glukosa darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Proses penyakit mendasar, yang diakibatkan oleh tingginya kadar glukosa darah
yang tersimpan di dalam tubuh pasien, seringkali diabaikan oleh para tenaga
kesehatan. Apabila seorang penderita diabetes terlambat untuk memeriksakan dan
merawat kondisinya maka sesegera mungkin orang tersebut dapat mengalami
ulkus. Oleh karena itu, kontrol glukosa darah dan perawatan yang baik perlu
dilakukan oleh penderita DM (Anonim, 2005a).
B. Ulkus
1. Definisi dan epidemiologi
Ulkus DM adalah adanya tukak, borok atau kerusakan jaringan dalam
berhubungan dengan kelainan saraf dan pembuluh darah yang diakibatkan oleh
DM pada tungkai bawah pasien DM. Masalah yang timbul pada kaki penderita
diabetes ini diakibatkan oleh gangguan atau kerusakan pada saraf, gangguan atau
kerusakan pada pembuluh darah, dan infeksi (Thoha, 2006). Ulkus DM banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
terjadi di telapak kaki kira-kira 15% pasien DM (Anonim, 2006b). Ulkus atau foot
ulcer ini merupakan kerusakan atau perubahan yang terjadi di kulit. Jika hal ini
terjadi, bakteri mudah masuk melalui kaki kemudian akan tumbuh, menyebar, dan
dapat menyebabkan infeksi. Semakin lama ulkus tetap terbuka dan tidak dirawat
maka semakin besar risiko terkena infeksi (Kalla, 2006). Patogenesis ulkus DM
disajikan dalam bagan berikut.
Pasien DM
↓
Hiperglikemia
↓
Abnormalitas trombosit (reaktivitas bertambah)
↓
Tingginya agregasi sel darah merah
↓
Sirkulasi darah menjadi lambat terutama pada tungkai bawah (kaki)
↓
Mempermudah terbentuknya trombus pada dinding arteri
↓
Gangguan sirkulasi darah
↓
Mengurangi pasokan oksigen pada serabut saraf
↓
Degenerasi serabut saraf
↓
Neuropati
↓
Jika ada luka sekecil apapun dapat timbul ulkus
↓
Dapat berkembang menjadi nekrosis atau ganggren
↓
Jika sulit diatasi diperlukan tindakan amputasi
Gambar 1. Bagan patogenesis ulkus DM (Misnadiarly, 2001)
Lima puluh persen kasus ulkus atau ganggren diabetes akan mengalami
infeksi akibat adanya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembangnya
bakteri patogen. Bakteri–bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
anaerob karena organ yang terinfeksi kekurangan pasokan oksigen akibat
berkurangnya aliran darah. Bakteri anaerob mempunyai peran sangat besar untuk
menimbulkan infeksi dan ganggren karena bekerja secara sinergis dalam
pembentukan gas kemudian menjadi gas ganggren (Misnadiarly, 2001).
Ulkus disebabkan oleh tekanan berlebihan di kulit atau gesekan antara
kulit dengan benda-benda seperti saat memakai sepatu yang sempit karena
ukurannya terlalu kecil, berjalan tanpa menggunakan alas kaki, atau menapak
sesuatu yang tajam. Tanda awal ulkus adalah melepuh (Kalla, 2006). Kombinasi
berbagai faktor seperti hilangnya rasa di kaki karena sirkulasi darah yang tidak
baik, kelainan bentuk pada kaki, adanya gangguan pada kulit seperti gesekan atau
tekanan, dan luka berat yang terjadi pada penderita DM juga dapat menimbulkan
ulkus (Anonim, 2006b). Pasien diabetes yang sebelumnya mempunyai riwayat
ulkus atau amputasi mempunyai peningkatan risiko terjadinya ulkus lebih lanjut,
infeksi, dan amputasi berikutnya. Perubahan kondisi kaki seperti terjadinya ulkus,
kelainan bentuk, atau amputasi menyebabkan ketidaknormalan tekanan pada kaki
dan dapat mengakibatkan timbulnya ulkus baru (Armstrong & Lavery, 1998).
Kira-kira 80% ulkus terjadi di kaki yang kehilangan rasa atau sensasi.
Ulkus ini timbul seperti lubang-lubang yang dangkal atau lubang-lubang dengan
warna, ukuran, dan kedalaman yang berbeda-beda. Keadaan luka ini sangat sulit
untuk disembuhkan sehingga dapat dilakukan amputasi. Luka ini mungkin juga
terasa sakit yang luar biasa dan pada beberapa kasus dapat menimbulkan bau yang
tidak enak. Istilah medisnya adalah ganggren (Anonim, 2005a). Luka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
terkadang berbau ini mengakibatkan pasien yang menderita ulkus enggan bergaul
karena takut mengganggu orang-orang di sekelilingnya (Kalla, 2006).
Faktor pendukung terjadinya ganggren, 95% dari seluruh kasus ganggren,
adalah atheroskeloris yang sebagian besar terjadi karena penyakit pembuluh darah
perifer dan penyakit penyumbatan arteri atau trombus pada alat gerak bawah
(Anonim, 2005b). Penyakit pembuluh darah perifer, yang terjadi pada 50% pasien
diabetes, menyebabkan penyempitan arteri yang memasok darah ke kaki. Keadaan
ini berangsur-angsur dapat mengakibatkan terbentuknya lapisan lemak pada
dinding pembuluh darah yang disebut atherosklerosis. Timbunan lemak ini akan
menyumbat jaringan–jaringan dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang dekat
dengan perifer pada sistem sirkulasi sehingga aliran darah ke kaki dan telapak
kaki akan terganggu. Kondisi ini akan memperparah ulkus dan dapat
mengakibatkan ganggren (Anonim, 2005a).
Gambar 2. Timbunan lemak pada dinding pembuluh darah kaki
(Anonim, 2005a)
Ganggren disebabkan oleh pengurangan secara berangsur-angsur pasokan
darah ke jaringan-jaringan dan hal ini terbatas untuk alat gerak terutama kaki dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
jari-jari kaki (Anonim, 2005b). Pada tahap awal, ganggren menyebabkan beberapa
jari kaki tumpul dan terasa sakit. Daerah sekitar yang terpengaruh terasa sakit
sekali jika disentuh atau ditekan kemudian menjadi dingin, kering, dan berkerut.
Tahap selanjutnya kulit secara berangsur-angsur berubah warna menjadi coklat
tua lalu biru keungu-unguan gelap kemudian hitam sama sekali akibat
pembentukan besi sulfida dari hemoglobin yang membusuk (Anonim, 2005b).
Kaki pasien DM yang mengalami ganggren disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 3. Kaki pasien DM yang mengalami ganggren (Anonim, 2005b)
Diabetes menjadi penyebab utama amputasi alat gerak bawah. Kira-kira
14-24% pasien ulkus DM telah diamputasi (Anonim, 2006b). Risiko amputasi alat
gerak bawah 15-46 kali lebih tinggi pada pasien DM. Deteksi dini dan perawatan
ulkus yang tepat mencegah amputasi sampai 85% (Armstrong & Lavery, 1998).
Banyak penderita diabetes mempunyai penyakit arteri yang mengurangi aliran
darah ke kaki dan penyakit saraf yang mengurangi sensasi pada kaki. Kedua hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tersebut mempermudah ulkus dan infeksi yang dapat mengakibatkan amputasi.
Kebanyakan amputasi dicegah dengan perawatan teratur dan menggunakan alas
kaki sesuai untuk mengurangi gesekan dan tekanan pada kaki (Anonim, 2006c).
Masalah pada kaki kebanyakan terjadi apabila terdapat kerusakan saraf
yang mengakibatkan hilangnya rasa pada kaki. Kerusakan saraf mengakibatkan
rasa sakit, panas, dan dingin pada luka menjadi tidak terasa. Hilangnya rasa pada
kaki kadang-kadang juga mengakibatkan seseorang tidak mengetahui adanya
luka. Luka lama-kelamaan melepuh dan seseorang tetap tidak akan merasakan.
Kemungkinan luka terus terbuka dan akhirnya terinfeksi (Anonim, 2006c). Infeksi
yang menjalar sampai ke tulang dapat mengakibatkan amputasi. Gambar amputasi
alat gerak bawah pada pasien ulkus DM disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 4. Amputasi alat gerak bawah pasien ulkus DM (Anonim, 2005b)
2. Infeksi ulkus DM
Perawatan ulkus sesegera mungkin sangat penting karena semakin lama
ulkus terbuka kemungkinan terjadinya infeksi semakin besar. Ulkus terinfeksi jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bakteri masuk kaki melalui kulit yang luka. Bakteri tersebut akan tumbuh dan
menyebar di dalam darah dan mengakibatkan infeksi. Pada kasus-kasus berat
infeksi dapat menjalar sampai kaki bagian atas bukan hanya telapak kaki.
Tanda-tanda ulkus terinfeksi meliputi merah, bengkak, luka semakin mengering,
peningkatan gula darah secara tiba-tiba, demam, dan kelelahan. Rasa sakit
mungkin tidak terasa oleh karena neuropati (Kalla, 2006). Ulkus semakin cepat
sembuh apabila tidak terinfeksi (Anonim, 2006b). Ulkus pasien DM yang
terinfeksi disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 5. Ulkus terinfeksi (Anonim, 2005b)
3. Faktor risiko amputasi alat gerak bawah
Ulkus disebabkan oleh berbagai faktor dan dapat mengakibatkan amputasi.
Beberapa faktor risiko amputasi alat gerak bawah pada ulkus DM dirinci sebagai
berikut.
a. Neuropati perifer mengakibatkan hilangnya rasa pada kaki dan juga
mengakibatkan berkurangnya keringat sehingga kulit kering dan retak–retak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Ketidakcukupan aliran darah arteri.
c. Kelainan bentuk kaki dan pembentukan kalus pada daerah yang sering
mendapatkan tekanan.
d. Kegemukan yang mengakibatkan terbatasnya gerakan.
e. Tidak baiknya kontrol glukosa darah yang mengganggu penyembuhan luka.
f. Alas kaki yang tidak baik mengakibatkan kerusakan kulit karena tidak dapat
melindungi kulit dari tekanan dan gesekan.
g. Riwayat ulkus atau amputasi alat gerak bawah (Armstrong & Lavery, 1998).
4. Penatalaksanaan ulkus DM
Outcome atau dampak terapi yang diharapkan adalah sembuh. Semakin
cepat sembuh memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi. Ulkus pada pasien
diabetes harus dirawat. Tujuan perawatan ulkus DM yaitu mengurangi risiko
infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup pasien, dan
mengurangi biaya perawatan kesehatan (Anonim, 2006b).
Sasaran terapi ulkus DM adalah kuman penginfeksi. Infeksi biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, bakteri Gram–negatif aerob seperti
Enterobacter
sp.,
Escherichia
coli,
Klebsiella
sp.,
Proteus
mirabilis,
Pseudomonas aeruginosa, dan bakteri anaerob seperti Peptostreptococcus
(Guglielmo, 2001). Kuman penginfeksi dan antibiotika yang sensitif terhadap
kuman penginfeksi tersebut dapat diketahui dengan kultur dan sensitivitas tes.
Strategi terapi dapat dilakukan secara nonfarmakologis dan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
a. Periksa kondisi telapak kaki dengan mencari perubahan apapun dan atau
kerusakan kulit seperti merah, bengkak, keretakan kulit, luka-luka, perdarahan,
gatal, atau mati rasa. Perubahan apapun di telapak kaki menjadi tahap awal
yang kemungkinan besar dapat menjadi berat.
b. Jaga telapak kaki selalu bersih. Cuci dengan sabun dan air hangat setiap hari
untuk menjaga kebersihan telapak kaki. Jangan merendam telapak kaki terlalu
lama. Pastikan air yang digunakan untuk membasuh telapak kaki tidak panas
tetapi hangat. Caranya yaitu dengan mengecek menggunakan siku tetapi
jangan menggunakan tangan dan telapak kaki karena perbedaan temperaturnya
tidak dapat dirasakan dengan tepat.
c. Berikan perlakuan yang halus pada kulit. Sepertiga dari seluruh penderita DM
menderita kekeringan kulit pada telapak kaki. Perlu diberikan pelembab setiap
hari pada telapak kaki untuk mencegah kekeringan dan pecah-pecah kulit
karena kerusakan kulit dapat menjadi masalah serius. Jika sangat kering maka
berikan perawatan yang lebih khusus pada kulit.
d. Hindari panas. Jangan menggunakan alas pemanas atau botol yang berisi air
panas pada kaki atau telapak kaki untuk alasan apapun.
e. Selalu mengenakan pakaian longgar. Jika terdapat masalah sirkulasi darah
maka hindari menyilangkan kedua kaki dan jangan gunakan kaos kaki yang
terlalu kencang atau pakaian yang dapat membatasi aliran darah menuju
telapak kaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
f. Dengarkan saran ahli kesehatan. Pastikan selalu konsultasi dengan ahli
kesehatan dan jangan melakukan pengobatan apapun pada telapak kaki
sebelum konsultasi dengan ahli kesehatan yang berkompeten.
g. Hati-hati dengan alat-alat tajam. Jangan memotong sendiri kalus-kalus pada
telapak kaki tanpa pertolongan petugas kesehatan karena dapat memicu
infeksi. Terjadinya infeksi harus dihindari pada pasien DM karena dapat
mengakibatkan komplikasi yang semakin berat.
h. Pelihara berat badan yang sesuai. Jika perlu kurangi berat badan. Hal ini tidak
hanya mengontrol diabetes tetapi juga mengurangi tekanan pada telapak kaki.
i.
Jaga kondisi telapak kaki. Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki.
Sebelum menggunakan sepatu, periksa dan pastikan tidak ada kerikil atau
permukaan kasar di dalam sepatu. Pastikan kaos kaki yang akan digunakan
tidak ada lipatan kasar atau daerah yang ditambal. Segala sesuatunya harus
benar-benar pas dan nyaman (Kalla, 2006).
Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian antibiotika dan tindakan
pembedahan luka atau amputasi. Antibiotika dan pembedahan penting untuk ulkus
terinfeksi. Perawatan pasien rawat jalan dilakukan dengan merawat dan
membersihkan luka, kultur kuman, dan pemberian antibiotika oral kemudian
dievaluasi dalam tiga sampai lima hari. Perawatan pasien rawat inap dilakukan
dengan pembedahan, kultur darah dan luka selanjutnya pemberian antibiotika
empirik sebagai permulaan (Lipsky, et al., 2004). Pengobatan ulkus dimulai
dengan mengenal dan menghilangkan penyebab (Kalla, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Faktor-faktor penting perawatan ulkus DM adalah mencegah infeksi,
menghindari tekanan pada ulkus, membersihkan jaringan dan kulit mati atau
debridemen, melakukan pengobatan atau pembalutan luka, dan mengatur kadar
glukosa darah agar tidak terlalu tinggi (Anonim, 2006b). Perawatan dan
pembalutan luka juga penting untuk mencegah infeksi. Jenis-jenis perawatan dan
pembalutan tergantung tingkat keparahan ulkus. Sebagian besar ulkus keadaannya
semakin baik dengan pengurangan tekanan dan pembalutan luka (Kalla, 2006).
Debridemen
merupakan
tahap
awal
evaluasi ulkus. Debridemen
menghilangkan semua jaringan nekrosis dan kalus yang ada di sekeliling ulkus
sampai dinyatakan sehat dan tidak terjadi perdarahan lagi di tepi luka. Sesudah
debridemen
sebaiknya
ulkus
diperiksa
untuk
menentukan
keterlibatan
struktur-struktur mendasar seperti tendon, tulang atau tulang sendi. Keterlibatan
struktur-struktur mendasar, ada tidaknya iskhemia dan infeksi harus ditentukan
sebelum dilakukan penggolongan kondisi klinis pasien yang tepat untuk membuat
rencana perawatan yang akan dilaksanakan (Armstrong & Lavery, 1998).
Tanpa memperhatikan perawatan, terdapat beberapa ulkus yang tidak
dapat sembuh. Ulkus diabetes seringkali lambat sembuh. Salah satu penyebabnya
adalah protein-protein yang menyembuhkan luka atau faktor-faktor pertumbuhan
rusak. Faktor-faktor pertumbuhan ini adalah protein-protein yang memegang
peranan penting dalam proses penyembuhan luka. Tidak berfungsinya faktorfaktor pertumbuhan menyebabkan ulkus tidak dapat sembuh (Kalla, 2006).
Obat pilihan infeksi ulkus DM adalah seftriakson yaitu obat golongan
sefalosporin generasi ketiga. Mekanisme aksinya menghambat sintesis dinding sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bakteri. Indikasi antibiotika ini untuk infeksi kulit, struktur kulit, bakteri Gram
positif, Gram negatif, infeksi tulang, dan tulang sendi (Lacy, Armstrong,
Goldman, dan Lance, 2003). Dosis dan aturan pakai pasien dewasa diberikan
secara injeksi intramuskuler dalam, bolus intravena atau infus 1 g/hari dalam dosis
tunggal. Pada infeksi berat diberikan 2–4 g/hari dosis tunggal. Dosis lebih dari 1 g
harus diberikan pada dua tempat atau lebih. Untuk profilaksis bedah diberikan 1 g
dosis tunggal (Anonim, 2000). Efek samping yang mungkin timbul adalah diare
dan kolitis pada penggunaan dosis tinggi (Anonim, 2000). Selain itu, dapat juga
mengakibatkan gangguan darah seperti eosinofilia, trombositosis, dan leukopenia
(Lacy, et al., 2003). Kontraindikasi adalah pasien yang hipersensitif terhadap
sefalosporin dan antibiotika beta laktam lainnya. Interaksi obatnya yaitu dengan
aminoglikosida menghasilkan aktivitas antibakteri yang sinergis namun
meningkatkan potensi nefrotoksik. Seftriakson dengan probenesid dosis tinggi
dapat mengurangi klirens. Tindakan pencegahan atau peringatannya yaitu kurangi
dosis pada pasien dengan kerusakan ginjal berat, memperpanjang penggunaan
pada superinfeksi, gunakan dengan hati–hati pada pasien yang mempunyai
riwayat alergi penisilin, dan dapat menyebabkan kolitis (Lacy, et al., 2003).
Infeksi pada penderita DM adalah multibakteri yaitu disebabkan oleh
bakteri Gram negatif, Gram positif, bakteri anaerob, stafilokokus, dan
streptokokus. Bakteri–bakteri penyebab infeksi tersebut dapat membentuk toksin
yang dapat menyebabkan trombus pada arteri jari kaki sehingga memperparah
ulkus
DM.
Penanganan
infeksi
dapat
dilakukan
dengan
memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
siprofloksasin yaitu obat golongan kuinolon. Terapi ini cukup berhasil
(Misnadiarly, 2001).
Terdapat beberapa obat selain antibiotika yang perlu diberikan pada pasien
ulkus DM. Beberapa obat lain yang biasa digunakan oleh pasien untuk
mempercepat penyembuhan ulkus DM antara lain insulin, neurotropik, kompres
luka, obat antitrombosit (cilostazol atau pletaal), neurontin, dan oksoferin solution
untuk terapi lokal (Misnadiarly, 2001).
C. Antibiotika
1. Definisi
Antibiotika adalah obat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri dan merupakan salah satu antimikroba selain obat antivirus, antijamur, dan
antiparasit. Antibiotika relatif tidak berbahaya bagi manusia dan digunakan untuk
mengobati infeksi. Semula antibiotika hanya berasal dari organisme hidup tetapi
sekarang terdapat antimikroba sintesis. Beberapa antibiotika berasal dari jamur
misalnya golongan penisilin. Antibiotika umumnya molekul–molekul kecil
dengan berat molekul kurang dari 2000 (Anonim, 2006a).
2. Terapi antibiotika
Antibiotika umumnya diresepkan untuk lima sampai tujuh hari. Secara
umum terapi dihentikan tiga hari setelah gejala-gejala infeksi hilang. Pemantauan
dini tiga hari setelah permulaan terapi penting untuk menentukan tepat atau
tidaknya pemberian antibiotika. Jika pemberian antibiotika tepat maka pengobatan
dilanjutkan seperti semula. Namun jika belum tepat dapat dilakukan peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
atau penurunan pengobatan antibiotika. Peningkatan pengobatan dilakukan
dengan beralih dari pengobatan oral ke parenteral, menaikkan dosis, atau beralih
ke antibiotika dengan spektrum yang lebih luas. Penurunan pengobatan dilakukan
dengan beralih dari pengobatan parenteral ke oral, menurunkan dosis, atau beralih
ke antibiotika dengan spektrum yang lebih sempit dan spesifik. Pengobatan
antibiotika dihentikan apabila infeksi sembuh yaitu tujuan pengobatan telah
dicapai atau bila diagnosisnya berubah (Juwono & Prayitno, 2003).
Kombinasi antibiotika dapat digunakan pada berbagai keadaan seperti
pengobatan permulaan pada pasien dengan infeksi berat, infeksi polimikroba,
mencegah resistensi mikroorganisme, mengurangi toksisitas yang berkaitan
dengan dosis, dan untuk mendapatkan efek sinergistik. Antibiotika yang dipilih
harus berdasarkan pola kepekaan kuman, pengalaman klinis, tempat aksi,
toksisitas, dan harga. Akibat merugikan yang mungkin timbul perlu diperhatikan
pada terapi kombinasi seperti antagonisme, meningkatnya efek samping,
superinfeksi, dan kenaikan biaya (Juwono & Prayitno, 2003).
Keberhasilan terapi antibiotika dilihat dari kondisi klinis pasien dan hasil
uji laboratorium. Kondisi klinis pasien ditandai dengan menurunnya suhu badan,
berkurangnya nyeri, berkurangnya warna merah, berkurangnya pembengkakan
pada tempat infeksi, sputum menjadi jernih, dan air kemih menjadi tidak keruh
atau tidak bau (Juwono & Prayitno, 2003). Hasil uji hematologi menunjukkan
jumlah leukosit dan laju endap darah (LED) menurun. C reactive protein menurun
terlihat dari hasil uji biokimia. Hasil uji mikroskopis tidak tampak kuman pada
pus. Tidak ada pertumbuhan kuman pada biakan dan hasil uji X-ray dinyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
membaik (Juwono & Prayitno, 2003). Sebab-sebab kegagalan terapi antibiotika
adalah mikroorganisme penyebab infeksi resisten terhadap antibiotika yang
digunakan, salah diagnosis, pemilihan antibiotika benar tetapi dosis atau rute
pemberiannya salah, antibiotika tidak dapat mencapai tempat infeksi, adanya
timbunan pus yang harus dikeluarkan dengan pembedahan, adanya benda asing
atau jaringan nekrotik yang harus disingkirkan, adanya infeksi sekunder, demam
yang diakibatkan oleh penggunaan antibiotika, dan pasien tidak mematuhi
pengobatan (Juwono & Prayitno, 2003).
3. Antibiotika ulkus DM
Pemberian antibiotika untuk penanganan infeksi agar lebih tepat dan
efisien sebaiknya berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi yang lengkap dan
ditunjang dengan suatu penelitian terkait dengan obat–obatan vaskular
(Misnadiarly, 2001). Antibiotika empirik biasanya diberikan sebagai permulaan
terapi sambil menunggu hasil kultur dan sensitivitas tes. Terapi empirik juga
diberikan apabila kultur dan sensitivitas tes tidak dilakukan. Penggolongan tingkat
keparahan ulkus DM secara klinis berdasarkan diagnosis and treatment of
diabetic foot infections disajikan dalam tabel berikut.
Tabel I. Pembagian tingkat keparahan ulkus DM secara klinis
Tingkat keparahan
Tidak terinfeksi
Ringan
Keterangan
Tidak ada tanda-tanda peradangan.
Terjadi nanah, kemerahan, sakit, nyeri, dan panas atau hangat.
Cellulitis ≤ 2 cm di luar ulkus.
Sedang
Cellulitis > 2 cm, abses yang dalam, ganggren, melibatkan otot,
tulang, atau tulang sendi.
Berat
Terjadi toksisitas sistemik atau ketidakstabilan metabolisme,
demam, kekacauan atau kebingungan, takikardi, dan
hiperglikemia.
(Lipsky, et al., 2004)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Terapi empirik berdasarkan kondisi klinis dan hasil laboratorium pasien
yaitu lekosit, limfosit, monosit, dan neutropil nilainya melebihi normal. Terapi
absolut diberikan berdasarkan kultur dan sensitivitas tes.
Tabel II. Standar terapi antibiotika empirik pada pasien ulkus DM
No.
Kondisi klinis
1.
Ringan
2.
Sedang
3.
Berat
Pilihan antibiotika empirik
Oral: doksisiklin / klindamisin /sefaleksin /
trimetoprim–sulfametoksasol (TMP–SMX) / amoksisilin /
amoksisilin–asam klavulanat / levofloksasin
Oral atau parenteral: TMP–SMX / ampisilin–sulbaktam /
levofloksasin
Parenteral: sefoksitin / seftriakson / sefuroksim /
sefuroksim + metronidazol / tikarsilin / tikarsilin–asam klavulanat /
piperasilin / piperasilin–tazobactam
Parenteral: piperasilin–tazobactam /
levofloksasin + klindamisin / siprofloksasin + klindamisin / imipenem /
vankomisin / seftazidim / vankomisin + metronidazol /
seftazidim + metronidazol
(Lipsky, et al., 2004)
Tabel III. Standar terapi antibiotika berdasarkan kuman penginfeksi
Mikroorganisme
Antibiotika pilihan pertama
Staphylococcus
aureus
nafcillin
Enterobacter
trimetoprim – sulfametoksasol
Escherichia coli
sefalosporin generasi ketiga
Klebsiella sp.
sefalosporin generasi ketiga
Proteus mirabilis
ampisilin
Pseudomonas
aeruginosa
Peptostreptococcus
penisilin antipseudomonas
penisilin antipseudomonas +
aminoglikosida
penisilin antipseudomonas +
kuinolon
seftazidim
seftazidim + aminoglikosida
seftazidim + kuinolon
penisilin
Antibiotika pilihan lain
cefazolin
vankomisin
klindamisin
trimetoprim – sulfametoksasol
kuinolon
imipenem
gentamisin
sefalosporin generasi satu atau dua
gentamisin
sefalosporin generasi satu atau dua
gentamisin
trimetoprim – sulfametoksasol
sefalosporin generasi satu
trimetoprim – sulfametoksasol
kuinolon
kuinolon + aminoglikosida
imipenem
imipenem + aminoglikosida
klindamisin
sefalosporin
(Guglielmo, 2001)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
D. Drug Related Problems (DRP)
1. Pengertian dan penggolongan DRP
Drug Related Problems adalah kejadian tidak diinginkan yang dialami
pasien selama terapi obat dan mengganggu outcome yang diharapkan. Drug
Related Problems sering terjadi pada penggunaan obat dalam praktek klinis.
Permasalahan penggunaan obat ini dapat mengakibatkan terapi menjadi tidak
rasional dan sering menimbulkan permasalahan bagi pasien. Farmasis seharusnya
dapat mengenali, mencegah, dan mengatasi tujuh macam DRP yang dapat terjadi
pada pasien-pasien tersebut (Cipolle, Strand, & Morley, 1998).
Drug
Related
Problems
digolongkan
menjadi
tujuh
kategori.
Penggolongan ini penting untuk mengenali masalah-masalah terapi obat dan
untuk memberikan penilaian secara umum mengenai permasalahan-permasalahan
terapi obat yang terjadi. Tujuh kategori Drug Related Problems adalah:
a. pasien memerlukan obat baru atau terapi obat tambahan,
b. pasien memperoleh terapi obat tanpa indikasi untuk kondisi saat ini,
c. pasien memperoleh obat yang salah,
d. pasien memperoleh dosis obat terlalu kecil dari dosis yang sebenarnya,
e. pasien mengalami kondisi kesehatan diakibatkan reaksi obat yang merugikan,
f. pasien memperoleh dosis obat terlalu besar dari dosis yang sebenarnya,
g. pasien tidak menggunakan obat secara tepat (Cipolle, Strand, & Morley, 1998).
2. Penyebab-penyebab DRP
Drug Related Problems timbul akibat permasalahan penggunaan obat.
Uraian kasus–kasus DRP dalam praktek klinis disajikan dalam tabel IV berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tabel IV. Drug Related Problems (DRP)
Drug Related Problem
Perlu terapi obat tambahan
(need for additional drug therapy)
Terapi obat tanpa indikasi
(unnecessary drug therapy)
Salah obat
(wrong drug)
Dosis terlalu rendah
(dosage too low)
Reaksi obat yang merugikan
(adverse drug reaction)
Dosis terlalu tinggi
(dose too high)
Kepatuhan
(compliance)
Penyebab-penyebab Drug Related Problems
Pasien memerlukan permulaan terapi obat baru
Pasien memerlukan kelanjutan terapi obat
Pasien memerlukan terapi obat kombinasi
Pasien memerlukan terapi obat profilaksis
Pasien memperoleh obat indikasinya tidak sesuai
Pasien terkena racun obat atau bahan kimia tertentu
Penyalahgunaan obat, pemakaian alkohol, merokok
Kondisi akan lebih baik dengan terapi bukan obat
Dari banyak obat hanya satu yang indikasinya tepat
Obat tidak efektif dan pasien alergi obat tersebut
Obat bukan yang paling efektif merawat indikasi
Pasien adalah faktor risiko kontraindikasi obat
Obat efektif tetapi bukan paling murah dan aman
Pasien infeksi tetapi organisme resisten terhadap obat
Pasien sukar disembuhkan dengan terapi obat ini
Pemberian kombinasi obat yang tidak berguna
Dosis terlalu rendah menghasilkan respon diinginkan
Kadar obat dalam darah di bawah range terapeutik
Antibiotika sebelum operasi diberikan terlalu awal
Perubahan formulasi, rute, atau dosis tidak cukup
Interval dan dosis pemberian yang tidak cukup
Pasien memberikan reaksi alergi terhadap pengobatan
Pasien pernah mengalami reaksi idiosinkrasi dari obat
Bioavailabilitas berubah karena makanan / obat lain
Efek obat berubah karena induksi atau inhibisi enzim
Efek obat berubah karena adanya zat makanan
Efek obat berubah karena pindah dari tempat ikatan
Obat mengganggu hasil tes laboratorium pasien
Dosis terlalu tinggi untuk pasien
Kadar obat dalam darah di atas range terapeutik
Dosis obat pasien dinaikkan sangat cepat
Obat terakumulasi karena terus–menerus diberikan
Perubahan formulasi, rute, atau dosis tidak sesuai
Interval dan dosis pemberian yang tidak sesuai
Pasien tidak mendapat aturan pengobatan yang tepat
Pasien tidak taat menjalani pengobatan
Pasien tidak membeli obat karena harga sangat mahal
Pasien tidak memahami petunjuk pemakaian obat
(Cipolle, Strand, & Morley, 1998)
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran evaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta
periode 2005 dan memberi gambaran Drug Related Problems (DRP) yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005 ini merupakan penelitian
noneksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif. Pengumpulan
data dilakukan secara retrospektif.
Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental karena pengamatan
dilakukan sesuai keadaan apa adanya tanpa ada perlakuan langsung dari peneliti
terhadap subyek uji (Pratiknya, 2001). Evaluasi hasil penelitian disajikan secara
deskriptif mengenai kerasionalan penggunaan antibiotika dan menganalisis
permasalahan yang terjadi terkait dengan penggunaan antibiotika pada
kasus-kasus tersebut. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yaitu data
diambil dari dokumen terdahulu dan dilihat perkembangannya pada periode yang
lalu atau saat itu (Pratiknya, 2001).
B. Definisi Operasional
1. Evaluasi adalah melihat kembali pola penggunaan antibiotika dan menganalisis
kerasionalan penggunaannya serta permasalahan yang terjadi terkait dengan
penggunaan antibiotika.
2. Pasien adalah semua orang yang menjalani rawat inap di RSPR Yogyakarta
selama tahun 2005 dengan diagnosis ulkus DM.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Komplikasi adalah penyakit yang dialami pasien akibat proses DM lebih
lanjut.
4. Penyakit penyerta adalah penyakit lain yang dialami pasien dapat diakibatkan
pengaruh lingkungan, kondisi pasien yang kurang baik, dan bukan merupakan
kelanjutan proses penyakit DM.
5. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek yang ditimbulkan dari
setiap kelas terapi yang diberikan pada pasien misalnya antiaritmia, antitusif,
ekspektoran, hipnotik, sefalosporin generasi ketiga, dan lain–lain.
6. Jenis obat adalah macam obat dari setiap golongan obat yang diberikan kepada
pasien selama proses terapi misalnya parasetamol, amoksisilin, siprofloksasin,
glibenklamid, metformin hidroklorida, ketoprofen, dan lain–lain.
7. Nama obat adalah sebutan obat yang diresepkan dan digunakan pasien selama
terapi berupa nama generik.
8. Dosis obat adalah aturan pakai obat yang diberikan kepada pasien.
9. Bentuk sediaan adalah variasi bentuk obat yang diberikan kepada pasien
meliputi tablet, kapsul, kaplet, serbuk, sirup, tetes, larutan, cairan injeksi,
infus, krim, dan supositoria.
10. Cara pemberian adalah perlakuan terhadap suatu obat kepada pasien yaitu
secara oral, parenteral, atau topikal.
11. Lama pemakaian obat adalah jumlah hari yang dibutuhkan pasien dalam
menggunakan obat selama proses perawatan.
12. Lama perawatan adalah jangka waktu yang dibutuhkan pasien untuk
menjalani proses perawatan di rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
13. Outcome terapi adalah lama tinggal pasien di rumah sakit (length of stay) dan
kondisi pasien keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan beberapa
waktu meliputi pasien sembuh, pulang paksa (atas permintaan sendiri), rawat
jalan, semakin parah, atau meninggal.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah semua pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian adalah rekam medik pasien ulkus DM yang menjalani
rawat inap selama tahun 2005 di RSPR Yogyakarta.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian unit rekam medik RSPR Yogyakarta yang
terletak di Jalan Cik Di Tiro 30 Yogyakarta.
F. Tatacara Penelitian
Jalannya penelitian dibagi dalam 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
analisis situasi, tahap pengumpulan data, dan tahap evaluasi data.
1. Tahap perencanaan
Tahap ini dimulai dengan mengajukan proposal dan surat ijin penelitian
untuk dapat melakukan penelitian di bagian unit rekam medik. Surat ijin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penelitian ditujukan kepada bagian personalia RSPR selanjutnya dimintakan
persetujuan direktur RSPR Yogyakarta. Setelah permohonan penelitian diijinkan,
penelitian di bagian unit rekam medik RSPR Yogyakarta dapat dilakukan.
2. Tahap analisis situasi
Tahap ini dilakukan untuk mencari informasi jumlah pasien DM yang
menjalani rawat inap selama tahun 2005. Informasi jumlah pasien DM yang
menjalani rawat inap selama tahun 2005 dapat diketahui dari bagian olah data.
Berdasarkan data dan keterangan bagian olah data diperoleh informasi bahwa
selama tahun 2005 terdapat 568 pasien DM yang menjalani rawat inap. Dari 568
pasien DM tersebut terdapat 38 pasien yang didiagnosis menderita ulkus DM.
3. Tahap pengumpulan data
Data rekam medik yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian ini
adalah data diri pasien meliputi nomor rekam medik, nama, umur, tinggi badan,
berat badan, suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan,
tanggal perawatan, kondisi pasien, diagnosis masuk, diagnosis keluar, komplikasi,
dan penyakit penyerta yang dialami pasien. Selain itu, dicatat juga obat yang
digunakan, cara pemberian, lama pemberian, dan hasil laboratorium pasien.
Data laboratorium yang mendukung penelitian ini adalah jumlah lekosit,
persentase neutropil, limfosit, monosit, dan laju endap darah (LED) untuk melihat
ada tidaknya infeksi. Nilai SGOT dan SGPT dicatat sebagai tanda adanya
kerusakan hati untuk pasien yang mengalami gangguan fungsi hati. Nilai ureum,
kreatinin, dan asam urat dicatat sebagai tanda adanya gangguan pada ginjal untuk
pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal. Kadar glukosa darah puasa, kadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
glukosa darah 2 jam setelah makan, dan kadar glukosa darah sewaktu diperlukan
untuk melihat kondisi pasien DM dihubungkan dengan kondisi ulkus atau infeksi
yang terjadi. Hasil kultur dan sensitivitas tes mutlak diperlukan untuk mengetahui
kuman penyebab dan antibiotika yang sensitif membunuh kuman tersebut. Data
ini penting untuk memilih antibiotika yang tepat mengobati ulkus atau infeksi
yang disebabkan oleh kuman tersebut. Seluruh data yang dikumpulkan dicatat
dalam lembar pengumpul data dalam bentuk tabel.
4. Tahap evaluasi data
Data dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, komplikasi,
penyakit penyerta, golongan, dan jenis obat yang digunakan kemudian dihitung
persentasenya untuk tiap kelompok. Setelah data dianalisis kemudian dilakukan
evaluasi penggunaan obat khususnya antibiotika. Identifikasi Drug Related
Problems (DRP) juga dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi
terkait dengan penggunaan antibiotika. Luaran terapi dianalisis dengan
mengevaluasi outcome terapi pasien yaitu lama tinggal di rumah sakit (length of
stay) dan kondisi pasien keluar dari rumah sakit setelah menjalani perawatan
beberapa waktu yaitu sudah sembuh, pulang paksa (atas permintaan sendiri),
rawat jalan, semakin parah, atau meninggal dunia.
G. Analisis Hasil
Data dikelompokkan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin,
komplikasi, penyakit penyerta, golongan dan jenis obat yang digunakan oleh
pasien selama proses terapi kemudian dihitung persentasenya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
1. Umur pasien dikelompokkan menjadi 3 yaitu 31–50 tahun, 51–70 tahun, dan
lebih dari 70 tahun kemudian dihitung persentasenya menggunakan rumus (1).
2. Jenis kelamin pasien dibagi 2 kelompok yaitu laki–laki dan perempuan
selanjutnya dihitung persentasenya menggunakan rumus (1).
3. Persentase komplikasi yang dialami pasien dihitung menggunakan rumus (1).
4. Persentase penyakit penyerta yang dialami dihitung menggunakan rumus (1).
5. Persentase golongan obat yang digunakan dihitung menggunakan rumus (1).
6. Persentase jenis obat yang digunakan dihitung menggunakan rumus (1).
Rumus (1):
Keterangan:
n
x100%
x
n = jumlah kasus yang terjadi pada tiap kelompok
x = jumlah seluruh kasus
Standar terapi antibiotika empirik yang digunakan berdasarkan diagnosis
and treatment of diabetic foot infections (Lipsky, et al., 2004) dan standar
terapi
absolut
yang
digunakan
berdasarkan
principles
of
infectious
diseases (Guglielmo, 2001). Identifikasi DRP dilakukan dengan melihat hasil
laboratorium pasien dan pengobatan yang dilakukan. Identifikasi kasus DRP
disajikan dalam bentuk tabel yang memuat subyektif pasien, hasil laboratorium
disertai nilai normalnya, penatalaksanaan, penilaian, dan rekomendasi yang
diberikan. Terdapat 4 kasus DRP dalam penelitian ini. Satu kasus DRP dapat
terdiri dari beberapa DRP. Dari 4 kasus DRP tersebut terdapat 2 kasus termasuk
dalam DRP perlu terapi obat tambahan, 2 kasus termasuk DRP terapi obat tanpa
indikasi, 3 kasus termasuk DRP salah obat, 2 kasus termasuk DRP reaksi obat
yang merugikan, dan 1 kasus termasuk DRP dosis terlalu tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Gambaran umum hasil penelitian ini disajikan dalam 4 bagian. Profil
pasien ulkus DM berdasarkan kelompok umur disajikan dalam bagian satu.
Bagian dua menyajikan profil pasien ulkus DM berdasarkan jenis kelamin. Profil
pasien berdasarkan komplikasi yang dialami disajikan dalam bagian tiga dan
bagian empat menyajikan profil pasien berdasarkan penyakit penyerta yang
terjadi.
1. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan kelompok umur
Persentase pasien ulkus DM berdasarkan kelompok umur disajikan dalam
gambar 6.
Persentase pasien ulkus DM
berdasarkan kelompok umur
14.28%
21.43%
31 - 50 tahun
51 - 70 tahun
lebih dari 70 tahun
64.29%
Gambar 6. Persentase kelompok umur pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
Ulkus DM banyak diderita orang tua antara usia 50–70 tahun
(Stajich & Blakey, 2000). Pada usia tersebut, DM yang diderita pasien sudah
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
parah dan dapat mengakibatkan kerusakan saraf. Kerusakan saraf ini
mengakibatkan pasien tidak dapat merasakan sakit sehingga ulkus cepat
berkembang menjadi parah. Kerusakan saraf juga akan mengurangi pasokan darah
ke pembuluh darah kaki sehingga dapat memperparah dan memperlambat
penyembuhan ulkus. Hasil penelitian yang diperoleh sudah sesuai dengan teori
bahwa pasien yang paling banyak menderita ulkus DM adalah kelompok
usia 51–70 tahun.
2. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan jenis kelamin
Persentase pasien ulkus DM berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam
gambar berikut.
Persentase pasien ulkus DM
berdasarkan jenis kelamin
50%
Pria
50%
Wanita
Gambar 7. Persentase jenis kelamin pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
Ulkus DM dapat terjadi pada pria dan wanita. Angka kejadian DM pada
wanita lebih besar daripada pria (Triplitt, et al., 2005) karena kebanyakan wanita
kurang aktivitas dan olahraga sehingga kemungkinan besar dapat mengalami DM.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori bahwa kejadian ulkus DM pada pria dan
wanita sama banyak yaitu sebesar 50%. Hal ini disebabkan kebanyakan wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
penderita DM lebih rajin merawat luka dan menjaga tubuhnya agar tidak terjadi
luka sehingga angka kejadian ulkus DM pada pria dan wanita sama besar.
3. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan komplikasi
Persentase komplikasi yang dialami pasien ulkus DM disajikan dalam
gambar 8.
Persentase komplikasi yang dialami
pasien ulkus DM
2.38%
Hipertensi
2.38%
4.76%
IHD
19.05%
Strok
Nefropati
4.76%
Neuropati
9.52%
CRF
Gambar 8. Persentase komplikasi pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
Komplikasi yang paling banyak terjadi adalah hipertensi. Hipertensi
banyak terjadi pada pasien DM karena hiperglikemia yang lama dapat
menyebabkan penyumbatan arteri dan abnormalitas trombosit. Bertambahnya
reaktivitas trombosit ini akan menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah
sehingga memperlambat sirkulasi darah dan mempermudah terbentuknya trombus
pada dinding arteri hingga akhirnya terjadi gangguan sirkulasi darah dan
meningkatkan tekanan darah.
4. Persentase pasien ulkus DM berdasarkan penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang paling banyak dialami oleh pasien adalah nyeri
otot dan sendi. Infeksi ulkus DM yang sudah parah dapat menjalar sampai otot,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tulang, dan tulang sendi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya nyeri otot,
tulang, dan persendian. Persentase penyakit penyerta yang dialami pasien ulkus
DM disajikan dalam gambar 9.
Persentase penyakit penyerta
35.00%
Nyeri otot dan sendi
Demam
Pusing
Mual - mual
Muntah - muntah
Batuk kering
Batuk berdahak
Radang mata
Anemia megaloblastik
Hepatitis A
Kejang demam
Celulitis
Pankreatitis
Hematuria
Hepatopati
Ensefalopati
30.95%
30.00%
25.00%
23.81%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
7.14%
4.76%
2.38%
0.00%
Gambar 9. Persentase penyakit penyerta pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
B. Profil Pengobatan Pasien Ulkus Diabetes Mellitus
Tabel V berikut menyajikan profil pengobatan berdasarkan persentase
kelas terapi obat yang diberikan pada pasien selama proses terapi.
Tabel V. Persentase kelas terapi obat pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kelas terapi obat
Obat saluran cerna
Obat darah
Obat kardiovaskular
Obat saluran napas
Obat sistem saraf pusat
Infusi
Obat lain–lain
(suplemen, metabolisme, vaksin, dan tetes mata)
Obat gizi
Obat analgesik
Obat otot skelet dan sendi
Obat antidiabetik
Obat antiinfeksi
Jumlah kasus
17
1
28
10
17
35
7
Persentase (%)
40,48
2,38
66,67
23,81
40,48
83,33
16,67
14
35
13
38
42
33,33
83,33
30,95
90,48
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kelas terapi obat yang paling banyak digunakan adalah obat antiinfeksi
untuk mengobati infeksi yang terjadi pada ulkus DM. Pasien juga menerima
beberapa kelas terapi obat sesuai komplikasi dan penyakit penyerta yang
dialaminya. Berikut akan disajikan beberapa golongan dan jenis obat dari tiap
kelas terapi yang diterima pasien.
1. Obat saluran cerna
Golongan dan jenis obat saluran cerna yang diberikan pada pasien
disajikan dalam tabel VI.
Tabel VI. Golongan dan jenis obat saluran cerna pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
Golongan obat
1.
Antasida
2.
6.
7.
Antagonis reseptor–
H2
Khelator dan senyawa
kompleks
Penghambat pompa
proton
Adsorben dan
pembentuk massa
Antimotilitas
Pencahar stimulan
8.
Enzim pencernaan
3.
4.
5.
Jenis obat
aluminium hidroksida,
magnesium hidroksida,
dimetil polisiloksan
simetidin
ranitidin
sukralfat
Jumlah kasus
Persentase (%)
4
9,52
1
8
1
2,38
19,05
2,38
omeprazol
1
2,38
attapulgit
1
2,38
loperamid hidroklorida
bisakodil
natrium pikosulfat
pankreatin
2
5
1
10
4,76
11,90
2,38
23,81
Obat saluran cerna yang paling banyak digunakan adalah pankreatin.
Penderita DM mengalami ketidakcukupan sekresi insulin atau tidak ada produksi
insulin sama sekali karena terjadi kerusakan pankreas. Pankreatin sangat
dibutuhkan sebagai pengganti enzim pankreas.
2. Obat darah
Persentase golongan dan jenis obat darah disajikan dalam tabel VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel VII. Golongan dan jenis obat darah pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
1.
Golongan obat
Anemia megaloblastik
Jenis obat
asam folat
Jumlah kasus
1
Persentase (%)
2,38
Asam folat diberikan pada pasien yang mengalami anemia megaloblastik
disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau folat.
3. Obat kardiovaskular
Persentase golongan dan jenis obat kardiovaskular yang digunakan pasien
disajikan dalam tabel VIII.
Tabel VIII. Golongan dan jenis obat kardiovaskular pada pasien ulkus DM
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Golongan obat
Antiaritmia
Penghambat enzim
pengubah
angiotensin (ACE)
Antagonis reseptor
angiotensin II
Antihipertensi yang
bekerja sentral
Antiangina golongan
nitrat
Antiangina golongan
antagonis kalsium
Diuretika kuat
Antiplatelet
Hemostatik dan
antifibrinolitik
Obat penurun lipid
kelompok klofibrat
Obat penurun lipid
statin
Obat untuk syok dan
hipotensi
Vasodilator perifer
Jenis obat
amiodaron hidroklorida
kaptopril
ramipril
Jumlah kasus
1
5
7
Persentase (%)
2,38
11,90
16,67
valsartan
2
4,76
klonidin hidroklorida
3
7,14
isosorbid dinitrat
2
4,76
amlodipin besilat
diltiazem hidroklorida
nifedipin
furosemid
silostazol
asam traneksamat
2
1
2
8
13
5
4,76
2,38
4,76
19,05
30,95
11,90
bezafibrat
fenofibrat
atorvastatin
1
1
1
2,38
2,38
2,38
dopamin hidroklorida
1
2,38
naftidrofuril oksalat
bensiklan
flunarisin
2
1
2
4,76
2,38
4,76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan oleh pasien adalah
obat antitrombosit jenis obatnya adalah silostazol. Silostazol digunakan untuk
mengobati gejala iskemia seperti ulkus serta rasa sakit dan dingin pada
ekstremitas yang disebabkan karena adanya penyumbatan arteri kronis
(Anonim, 2005c). Obat tersebut tepat diberikan pada pasien ulkus DM.
4. Obat saluran napas
Obat saluran napas yang paling banyak digunakan pasien adalah antitusif
dan ekspektoran. Antitusif digunakan untuk mengobati batuk kering dan
ekspektoran untuk mengobati batuk produktif yang dialami pasien. Persentase
golongan dan jenis obat saluran napas yang diberikan pada pasien ulkus DM
disajikan dalam tabel IX.
Tabel IX. Golongan dan jenis obat saluran napas pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
1.
2.
3.
4.
Golongan obat
Antihistamin
non–sedatif
Antihistamin sedatif
Mukolitik
Antitusif
5.
Ekspektoran
Jenis obat
loratadin
Jumlah kasus
1
Persentase (%)
2,38
feniramin maleat
bromheksin
kodein fosfat
dekstrometorfan
difenhidramin
kombinasi
alkaloida opium dengan
morphin
1
1
4
1
4
2,38
2,38
9,52
2,38
9,52
1
2,38
5. Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat yang paling banyak digunakan adalah gabapentin
untuk mengobati kejang–kejang. Kejang dapat disebabkan oleh suhu tubuh yang
terlalu tinggi atau gangguan sistem saraf pusat yang dialami pasien. Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
golongan dan jenis obat sistem saraf pusat yang digunakan pasien ulkus DM
disajikan dalam tabel X.
Tabel X. Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat pada pasien ulkus DM
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
1
Golongan obat
Hipnotik
2.
Ansiolitik
3.
Obat untuk mual dan vertigo
4.
Antiepilepsi
5.
Depresan saraf pusat
Jenis obat
midazolam
estazolam
diazepam
dimenhidrinat
domperidon
ondansetron
klobazam
gabapentin
pirasetam
mekobalamin
Jumlah kasus
1
3
1
1
4
3
1
7
1
2
Persentase (%)
2,38
7,14
2,38
2,38
9,52
7,14
2,38
16,67
2,38
4,76
6. Infusi
Larutan infusi yang mengandung cairan dan elektrolit digunakan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit normal yang banyak
hilang melalui luka, diare, dan frekuensi buang air kecil berlebih (poliuria)
yang terjadi pada pasien DM. Persentase golongan dan jenis larutan infusi
yang digunakan pasien ulkus DM disajikan dalam tabel XI.
Tabel XI. Golongan dan jenis larutan infusi pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005
No.
Golongan obat
1.
Cairan dan
elektrolit
2.
Pengganti
plasma
Jenis obat
Ca2+, K+, Na+, C-, asetat
Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-,
asetat, sorbitol
natrium klorida
natrium laktat, Na+, HCO3glukosa
maltosa
Na+, Cl-, glukosa
NaCl, KCl, CaCl2,
natrium laktat, maltosa
albumin
Jumlah kasus
18
12
Persentase (%)
42,86
28,57
24
7
5
7
1
1
57,14
16,67
11,90
16,67
2,38
2,38
4
9,52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
7. Obat lain–lain (suplemen, metabolisme, vaksin, dan tetes mata)
Persentase obat lain–lain yang digunakan pasien ulkus DM disajikan
dalam tabel XII.
Tabel XII. Golongan dan jenis obat lain–lain pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005
No.
1.
2.
Golongan obat
Suplemen
Metabolisme
3.
Vaksin
4.
5.
Kortikosteroid
Obat lain
Jenis obat
ekstrak phyllanthi herba
sitikolina
piritinol
imunoglobulin G dengan
antibodi tetanus toksin
deksametason
tolterodin L–tartrat
Jumlah kasus
3
2
2
1
Persentase (%)
7,14
4,76
4,76
2,38
1
1
2,38
2,38
Obat lain–lain yang banyak digunakan pasien adalah golongan suplemen
jenis obatnya ekstrak phyllanthi herba. Ekstrak phyllanthi herba ini tepat
digunakan oleh pasien ulkus DM karena berefek memperkuat khasiat obat dalam
pengobatan infeksi sehingga obat ini dapat membantu dan mempercepat proses
penyembuhan infeksi pada ulkus DM.
8. Obat gizi
Kelas terapi obat gizi yang digunakan pasien ulkus DM adalah golongan
vitamin dan mineral. Obat gizi yang paling banyak digunakan oleh pasien adalah
golongan mineral jenis obatnya garam seng. Garam seng ini bermanfaat untuk
meningkatkan perfusi darah pasien DM. Perfusi darah pada pasien DM tidak baik.
Hal ini dapat mempersulit penyembuhan ulkus. Garam seng tepat diberikan pada
pasien ulkus DM karena dapat meningkatkan perfusi darah terutama pada kaki
sehingga dapat membantu dan mempercepat penyembuhan luka. Persentase obat
gizi yang digunakan pasien disajikan dalam tabel XIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel XIII. Golongan dan jenis obat gizi pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
Golongan obat
1.
Mineral
2.
Vitamin
Jenis obat
garam Ca
garam K
garam K dan Mg
garam Zn
vitamin B1
vitamin B1, B2, B6, B12, C, E,
Ca-pantotenat, nikotinamida
vitamin B1, B2, B6, B12,
nikotinamida, pantotenol,
D (+) biotin
vitamin B1, B2, B6, B12,
nikotinamida, Ca-pantotenat,
amilase, protease,
asam desoksikolat,
dimetilpolisiloksan
vitamin B1, B6, B12
sari ginseng G 115 konsentrasi
tinggi, dimetilamisetanol
bitartrat, vit-A, B1, B2, B6,
B12, C, D, E, besi (II) sulfat
dihidrat, kalsium hidrogen
fosfat, Ca-fluorida, Ca-sulfat,
tembaga (II) sulfat monohidrat,
mangan (II) sulfat monohidrat,
magnesium sulfat trihidrat,
seng oksida, lesitina
vitamin C
vitamin K
asam amino esensial
Jumlah kasus
2
1
1
7
2
1
Persentase (%)
4,76
2,38
2,38
16,67
4,76
2,38
1
2,38
2
4,76
1
2,38
1
2,38
1
1
3
2,38
2,38
7,14
9. Obat analgesik
Obat analgesik yang paling banyak digunakan pasien ulkus DM adalah
parasetamol. Parasetamol digunakan untuk mengatasi demam dan nyeri ringan
sampai sedang tetapi tidak mempunyai aktivitas antiinflamasi. Analgesik opioid
digunakan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat seperti nyeri setelah
operasi. Penggunaan analgesik opioid tidak boleh terus–menerus karena dapat
menimbulkan ketergantungan dan toleransi. Persentase golongan dan jenis obat
analgesik yang digunakan pasien disajikan dalam tabel XIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel XIV. Golongan dan jenis obat analgesik pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
Golongan obat
1.
Analgesik
non–opioid
2.
Analgesik opioid
Jenis obat
asetosal
parasetamol
parasetamol kombinasi
dengan bukan psikoleptik
asam mefenamat
dipiron kombinasi
dengan psikoleptik
tinoridin
ketorolak trometamol
metampiron
tramadol hidroklorida
garam morfin
Jumlah kasus
1
23
3
Persentase (%)
2,38
54,76
7,14
2
2
4,76
4,76
11
9
1
1
1
26,19
21,43
2,38
2,38
2,38
10. Obat otot skelet dan sendi
Persentase golongan dan jenis obat otot skelet dan sendi yang digunakan
pasien ulkus DM disajikan dalam tabel XV.
Tabel XV. Golongan dan jenis obat otot skelet dan sendi pada pasien
ulkus DM di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005
No.
1.
2.
Golongan obat
Antiinflamasi nonsteroid
(AINS)
Kortikosteroid
3.
4.
Obat untuk mengatasi gout
Antireumatik dan antiencok
Jenis obat
ketoprofen
Jumlah kasus
11
Persentase (%)
26,19
deksametason
natrium fosfat
alopurinol
selekosib
1
2,38
1
3
2,38
7,14
Obat otot skelet dan sendi yang paling banyak digunakan pasien adalah
golongan obat AINS jenis obatnya ketoprofen. Obat ini tepat digunakan karena
kuman penginfeksi dan proses peradangan pada ulkus DM dapat sampai di otot,
tulang, dan tulang sendi sehingga pasien dapat mengalami nyeri otot dan sendi.
Ketoprofen sangat bermanfaat bagi pasien karena dapat mengatasi nyeri otot dan
sendi yang dialami oleh pasien ulkus DM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
11. Obat antidiabetik
Kelas terapi obat antidiabetik digunakan pada pasien ulkus DM untuk
mengendalikan kadar glukosa darah agar tidak terlalu tinggi. Kadar glukosa darah
pasien ulkus DM harus dijaga agar tidak terlalu tinggi dan dalam kondisi stabil.
Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan infeksi.
Tingginya kadar glukosa darah akan mengurangi kemampuan tubuh untuk
menyingkirkan penyebab infeksi sehingga memperlambat proses penyembuhan
infeksi. Persentase golongan dan jenis obat antidiabetik yang digunakan oleh
pasien ulkus DM disajikan dalam tabel XVI.
Tabel XVI. Golongan dan jenis obat antidiabetik pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
Golongan obat
1.
Insulin
2.
Sulfonilurea
3.
4.
5.
Biguanid
Antidiabetik lain
Antidiabetik
kombinasi
Meglitinid
Thiazolidinedione
6.
7.
Jenis obat
regular insulin (RI) atau
insulin kerja singkat
(short–acting)
gliklazid
glibenklamid
glipizid
glikuidon
glimepirida
metformin hidroklorida
akarbosa
glibenklamid dan
metformin hidroklorida
repaglinid
pioglitazone
Jumlah kasus
Persentase (%)
30
71,43
7
5
4
2
2
8
2
8
16,67
11,90
9,52
4,76
4,76
19,05
4,76
19,05
6
1
14,29
2,38
Obat antidiabetik yang paling banyak digunakan oleh pasien ulkus DM
dalam penelitian ini adalah insulin. Pada kondisi patologis tertentu seperti infeksi,
koma, dan trauma, pemberian insulin diperlukan bersama dengan antidiabetika
oral untuk membantu mempertahankan kadar glukosa darah agar stabil sehingga
dapat mempermudah proses pemulihan kondisi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
12. Obat antiinfeksi
Persentase golongan dan jenis obat antiinfeksi yang digunakan pasien
ulkus DM disajikan dalam tabel XVII.
Tabel XVII. Golongan dan jenis obat antiinfeksi pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
No.
Golongan obat
1.
Penisilin spektrum luas
2.
3.
Penisilin antipseudomonas
Sefalosporin generasi
pertama
4.
Sefalosporin generasi
ketiga
5.
6.
7.
Sefalosporin generasi
keempat
Betalaktam lain
Aminoglikosida
8.
Kuinolon
9.
Sulfonamid dan
trimetoprim
10.
Antibiotika anaerob
11.
Antijamur
Jenis obat
amoksisilin
amoksisilin–asam
klavulanat
sulbenisilin
sefadroksil
Jumlah kasus
9
1
Persentase (%)
21,43
2,38
2
3
4,76
7,14
sefiksim
sefotaksim
seftazidim
seftriakson
sefotiam
sefepim
1
4
7
17
1
2
2,38
9,52
16,67
40,48
2,38
4,76
imipenem
amikasin
gentamisin
ofloksasin
siprofloksasin
gatifloksasin
pefloksasin
levofloksasin
kotrimoksasol
6
1
3
2
12
4
2
5
3
14,29
2,38
7,14
4,76
28,57
9,52
4,76
11,90
7,14
klindamisin
linkomisin
metronidazol
flukonazol
itrakonazol
bifonazol
mikonazol nitrat
tiokonazol
1
3
15
1
1
1
1
1
2,38
7,14
35,71
2,38
2,38
2,38
2,38
2,38
Antibiotika hanya efektif mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Infeksi pada ulkus DM umumnya multibakteri yaitu disebabkan oleh bakteri
Gram negatif, Gram positif, bakteri anaerob, stafilokokus, dan streptokokus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Bakteri anaerob banyak menginfeksi ulkus DM. Hal ini diakibatkan pada pasien
DM terjadi gangguan sirkulasi darah karena terbentuknya trombus pada dinding
arteri yang diakibatkan oleh tingginya kadar glukosa darah. Gangguan sirkulasi
darah ini mengakibatkan jaringan-jaringan pada daerah sekitar luka kekurangan
pasokan oksigen sehingga bakteri anaerob yang hidup dan tumbuh dalam keadaan
tidak ada oksigen molekuler akan banyak tumbuh dan berkembang.
Antibiotika yang paling banyak digunakan dalam kasus ini adalah obat
golongan sefalosporin generasi ketiga jenis obatnya seftriakson. Sefalosporin
generasi ketiga merupakan antibiotika pilihan ulkus DM. Selain sefalosporin
generasi ketiga, penanganan infeksi juga dapat dilakukan dengan memberikan
siprofloksasin (golongan kuinolon) dan hasilnya cukup berhasil. Sefalosporin
generasi ketiga dan kuinolon digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri Gram
negatif aerob sedangkan antistafilokokus (infeksi bakteri Gram positif aerob)
digunakan penisilin dan sefalosporin generasi pertama. Untuk membasmi bakteri
anaerob digunakan antibiotika anaerob yaitu klindamisin, linkomisin, atau
metronidazol.
Hasil penelitian yang diperoleh sudah sesuai dengan teori. Seftriakson dan
siprofloksasin banyak digunakan untuk membasmi bakteri Gram negatif aerob
yang menginfeksi ulkus DM. Staphylococcus aureus yang menginfeksi ulkus DM
dibasmi dengan amoksisilin dan sefalosporin generasi pertama jenis obatnya
sefadroksil. Metronidazol banyak digunakan untuk membasmi bakteri anaerob
yang banyak menginfeksi ulkus DM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kultur dan sensitivitas tes sebaiknya dilakukan pada terapi antibiotika
untuk mengetahui jenis kuman penginfeksi dan kepekaan kuman terhadap
antibiotika. Sebagai permulaan terapi, dokter akan memberikan terapi empirik
berdasarkan penelitian dan pengetahuan pola kuman yang ada di daerah tersebut.
Pemberian antibiotika akan lebih tepat membasmi kuman jika sesuai dengan hasil
kultur dan sensitivitas tes. Namun kultur dan sensitivitas tes tidak selalu dilakukan
pada terapi antibiotika. Hal ini dapat dikarenakan kultur dan sensitivitas tes
membutuhkan waktu yang lama yaitu kurang lebih hasilnya diperoleh selama 1
minggu tergantung pertumbuhan bakterinya, terapi antibiotika empirik yang
diberikan pada pasien sudah dapat menyembuhkan luka dan infeksi yang terjadi,
dan keterbatasan biaya pasien untuk melakukan kultur dan sensitivitas tes.
Persentase kultur dan sensitivitas tes pada pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005 disajikan dalam tabel XVIII.
Tabel XVIII. Persentase kultur dan sensitivitas tes pada pasien ulkus DM di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
Kultur dan sensitivitas tes
Dilakukan
Tidak dilakukan
Jumlah
Jumlah kasus
23
19
42
Persentase (%)
54,76
45,24
100
Terapi antibiotika yang dilakukan berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas
tes disebut sebagai terapi antibiotika absolut. Meskipun sudah ada hasil kultur dan
sensitivitas tes, dalam praktek klinis banyak dijumpai pemberian antibiotika tidak
sesuai hasil kultur dan sensitivitas tes tersebut. Hal ini mengakibatkan antibiotika
tidak sensitif membasmi kuman penginfeksi dan dapat mengakibatkan resistensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mikroba terhadap antibiotika. Persentase terapi antibiotika yang diberikan pada
pasien ulkus DM disajikan dalam tabel XIX.
Tabel XIX. Terapi antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
Terapi antibiotika
Absolut
Empirik
Jumlah
Jumlah kasus
14
28
42
Persentase (%)
33,33
66,67
100
Tujuan terapi antibiotika pada pasien ulkus DM adalah kuratif untuk
mengobati infeksi. Hal ini disebabkan pada ulkus DM pasti terjadi infeksi karena
masuknya kuman penginfeksi ke dalam luka tersebut. Kondisi infeksi tersebut
bermacam–macam yaitu ringan, sedang, atau berat yang dapat ditentukan
berdasarkan kondisi klinis dan hasil laboratorium pasien.
Antibiotika dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi. Kombinasi
antibiotika ditujukan untuk memperluas spektrum antikuman, mengobati infeksi
polimikroba, mencegah resistensi, dan memperoleh efek sinergis. Persentase
penggunaan antibiotika tunggal dan kombinasi disajikan dalam tabel XX.
Tabel XX. Penggunaan antibiotika pada pasien ulkus DM di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
Penggunaan antibiotika
Kombinasi
Tunggal
Jumlah
Jumlah kasus
30
12
42
Persentase (%)
71,43
28,57
100
Penggunaan antibiotika dalam penelitian ini tidak semuanya rasional.
Pada beberapa kasus dijumpai kuman sudah resisten terhadap suatu antibiotika
tetapi antibiotika tersebut tetap digunakan dalam terapi. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya superinfeksi atau meningkatkan resistensi kuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
terhadap antibiotika tersebut. Penggunaan antibiotika dalam penelitian ini juga
tidak semuanya sesuai dengan standar terapi antibiotika yang digunakan.
Kesesuaian penggunaan antibiotika dengan standar terapi yang digunakan
disajikan dalam tabel XXI.
Tabel XXI. Kesesuaian terapi antibiotika dengan standar terapi pada pasien
ulkus DM di instalasi rawat inap RSPR Yogyakarta periode 2005
Kesesuaian dengan standar terapi
Terapi antibiotika absolut
Sesuai standar terapi
Tidak sesuai standar terapi
Terapi antibiotika empirik
Sesuai standar terapi
Tidak sesuai standar terapi
Jumlah
Jumlah kasus
Persentase (%)
14
-
33,33
-
24
4
42
57,14
9,53
100
C. Drug Related Problems (DRP)
Evaluasi DRP dilakukan dengan membandingkan penggunaan antibiotika
dengan standar terapi yang digunakan dan melihat antibiotika yang digunakan
pasien sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas tes atau tidak pada pasien yang
melakukan kultur dan sensitivitas tes. Jika sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivitas tes maka disebut sebagai terapi antibiotika absolut. Namun, jika tidak
sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas tes yang ada dan tidak sesuai dengan
standar terapi yang digunakan maka kasus tersebut termasuk DRP. Terapi
antibiotika absolut pada pasien ulkus DM dalam penelitian ini seluruhnya sesuai
dengan hasil kultur dan sensitivitas tes dan standar terapi yang digunakan.
Sehingga pada terapi antibiotika absolut tidak ada yang mengalami DRP. Terapi
antibiotika empirik terdapat 4 kasus yang mengalami DRP karena tidak sesuai
dengan standar terapi yang digunakan. Berikut diuraikan kasus DRP yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel XXII. Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM I di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005
Subyektif:
Bapak FXS, nomor rekam medik (RM) 072107, umur 52 tahun menjalani rawat inap I di RSPR
selama 27 hari dengan ulkus di telapak kaki kanan. Pasien masuk RS tanggal 01 / 04 / 2005.
Tiga tahun yang lalu telah dilakukan amputasi jari kelingking kaki kanan. Diagnosis masuk:
hipertensi dan DM ganggren pedis dextra. Pasien menderita komplikasi hipertensi, neuropati,
nefropati, dan mempunyai penyakit hepatitis A. Tindakan: tanggal 06 / 04 / 2005 dilakukan
operasi debridemen ulkus telapak kaki kanan.
Obyektif:
Nilai normal:
01 / 04 / 2005: URE : 89; CREAT : 6,7; AS.URT : 7,0;
GLOB : 4,24; GDS : 297; HbA1c : 9,3
05 / 04 / 2005: URE : 108; CREAT : 6,6; GDP : 165;
GDPP : 250
12 / 04 / 2005: URE : 112; CREAT : 7,6; GDP : 213;
GDPP : 95
WBC : 4,00 – 11,00 x 10^3/ul
URE : 10 – 50 mg/dl
CREAT : 0,5 – 0,9 mg/dl
AS.URT : 3,4 – 7,0 mg/dl
GLOB : 3,20 – 3,90 U/l
HbA1c : 4,5 – 6,5%
GDS : 70 – 100 mg/dl
GDP : 70 – 110 mg/dl
GDPP : 100 – 140 mg/dl
22 / 04 / 2005: WBC : 14,40; URE : 113; CREAT : 7,5;
GDP : 147
Suhu: 36 – 37,5 °C
Nadi: 76 – 105 kali / menit
Tidak dilakukan kultur dan sensitivitas tes
Penatalaksanaan:
Infeksi: trimetoprim dan sulfametoksasol 2 x 480 mg diberikan tanggal 04 – 17 / 04 / 2005,
19 / 04 / 2005, dan 22 – 24 / 04 / 2005 secara oral. Antibiotika ini merupakan kombinasi
trimetoprim dan sulfametoksasol dengan perbandingan 1:5 digunakan untuk terapi infeksi.
Penilaian:
a.
b.
c.
Penggunaan trimetoprim dan sulfametoksasol tidak tepat pada pasien dengan
gangguan fungsi hati dan ginjal karena potensial meningkatkan gangguan fungsi hati
dan ginjal (reaksi obat yang merugikan).
Sulfonilurea diberikan tanggal 23 – 26 / 04 / 2005. Penggunaan trimetoprim dan
sulfametoksasol bersama sulfonilurea dapat meningkatkan efek sulfonilurea
(reaksi obat yang merugikan).
Dosis pemakaian trimetoprim dan sulfametoksasol tersebut terlalu tinggi pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal yang dapat mengakibatkan akumulasi obat di ginjal
(dosis terlalu tinggi).
Rekomendasi:
a. Berikan doksisiklin yang boleh digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
b. Berikan doksisiklin yang tidak berinteraksi dengan sulfonilurea.
c. Berikan doksisiklin yang boleh digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel XXIII. Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM II di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005
Subyektif:
Ny. SH, nomor RM 127069, umur 65 tahun menjalani rawat inap II di RSPR selama 13 hari.
Pasien masuk RS tanggal 06 / 07 / 2005. Saat masuk RS pasien mengeluh nyeri senut – senut
pada luka di kaki kiri. Diagnosis masuk dan keluar: ulkus DM. Tindakan: tanggal 09 / 07 / 2005
dilakukan debridemen luka di kaki kiri.
Obyektif:
Nilai normal:
06 / 07 / 2005: WBC : 20,48; SGOT : 105,2; SGPT : 58,1;
URE : 81; CREAT : 1,5; AS.URT : 10,8
WBC : 4,00 – 11,00 x 10^3/ul
SGOT : 0,0 – 38,0 U/l
SGPT : 0,0 – 41,0 U/l
URE : 10 – 50 mg/dl
CREAT : 0,5 – 0,9 mg/dl
AS.URT : 3,4 – 7,0 mg/dl
GDP : 70 – 110 mg/dl
GDS : 70 – 100 mg/dl
08 / 07 / 2005: GDS : 152
13 / 07 / 2005: GDP : 123; GDS : 156
Suhu: 36 – 38,3 °C
Nadi: 78 – 120 kali / menit
Frekuensi pernapasan: 16 – 21 kali / menit
Hasil kultur dan sensitivitas tes:
08 / 07 / 2005: hasil pembiakan : Enterobacter sp.
cefepime (S), cefoperazone–sulbactam (S),
cefotaxime (I), ceftazidime (S), ceftriaxone
(S), imipenem (S)
Penatalaksanaan:
Infeksi: sefotiam 2 x 200 mg diberikan tanggal 18 – 19 / 07 / 2005 secara oral. Sefotiam
merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga digunakan untuk terapi infeksi.
Penilaian:
a.
b.
Penggunaan sefotiam tidak sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas tes yang ada
sehingga tidak sensitif membasmi bakteri penyebab infeksi (salah obat).
Berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas tes, sefotiam tidak sensitif terhadap kuman
penginfeksi (perlu terapi obat tambahan).
Rekomendasi:
a.
b.
Hentikan penggunaan sefotiam dan ganti dengan antibiotika lain yang sensitif terhadap
kuman penginfeksi sesuai hasil kultur dan sensitivitas tes yang telah dilakukan.
Berikan antibiotika sesuai hasil kultur dan sensitivitas tes agar sensitif membasmi
kuman penginfeksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel XXIV. Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM III di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005
Subyektif:
Bapak W, nomor RM 464343, umur 37 tahun dirawat di RSPR selama 36 hari. Pasien masuk
RS tanggal 15 / 02 / 2005. Keluhan saat masuk RS, pasien merasa sakit perut, perut terasa
panas, muntah–muntah, BAB cair 5–7 kali, dan terdapat luka pada jari II dan jari III kaki kanan.
Pasien menderita DM sejak 5 tahun yang lalu. Diagnosis masuk: ulkus DM dan pancreatitis.
Tindakan: tanggal 22 / 02 / 2005 dilakukan amputasi jari III kaki kanan dan tanggal 02 / 03 /
2005 dilakukan debridemen luas pada luka. Pasien pulang APS dengan alasan keberatan biaya.
Obyektif:
25 / 02 / 2005: WBC : 18,47; LIM : 5,4; GDP : 193
01 / 03 / 2005: WBC : 14,81; NEUT : 89,5; LIM : 3,2;
URE : 50; CREAT : 2,4; GDP : 228
11 / 03 / 2005: WBC : 17,86; LIM : 5,4; URE : 75;
CREAT : 2,9
14 / 03 / 2005: WBC : 24,92; LIM : 6,3
16 / 03 / 2005: WBC : 28,14; LIM : 7,5
Nilai normal:
WBC : 4,00 – 11,00 x 10^3/ul
NEUT : 35,0 – 88,7%
LIM : 12,0 – 44,0%
URE : 10 – 50 mg/dl
CREAT : 0,5 – 0,9 mg/dl
GDP : 70 – 110 mg/dl
Suhu: 35,6 – 39,9 °C
Nadi: 70 – 108 kali / menit
Hasil kultur dan sensitivitas tes:
02 / 03 / 2005: hasil pembiakan : Enterobacter sp.
cefoperazone–sulbactam (I), imipenem (S),
meropenem (S)
21 / 03 / 2005: hasil pembiakan : Pseudomonas aeruginosa
Penatalaksanaan:
Infeksi: siprofloksasin 2 x 500 mg diberikan tanggal 16 – 17 / 02 / 2005 secara oral untuk
mengobati infeksi kuman gram positif dan gram negatif. Seftriakson 2 x 1 g merupakan
antibiotika sefalosporin generasi ketiga diberikan tanggal 18 – 24 / 02 / 2005 secara iv untuk
mengobati infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Sefotaksim 3 x 1 g golongan
sefalosporin generasi ketiga diberikan tanggal 25 / 02–06 / 03 / 2005 secara iv untuk profilaksis
bedah. Metronidazol 3 x 100 ml diberikan tanggal 01 – 06 / 03 dan 15 / 03 / 2005 dengan cara
infus digunakan untuk infeksi kuman anaerob. Imipenem 2 x 500 mg diberikan tanggal
08 – 10 / 03 / 2005 dan 18 – 23 / 03 / 2005 secara iv untuk mengobati infeksi kuman gram
positif, gram negatif, aerob, anaerob, dan sebagai antibiotika profilaksis pada pembedahan.
Penilaian:
a.
b.
Penggunaan sefotaksim dan metronidazol tidak sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivitas tes yang ada sehingga tidak sensitif membasmi bakteri penginfeksi
(salah obat).
Penggunaan metronidazol tidak sensitif terhadap kuman penginfeksi dan tidak ada
indikasi untuk mengobati kuman penginfeksi (terapi obat tanpa indikasi).
Rekomendasi:
a.
b.
Ganti sefotaksim dan metronidazol dengan antibiotika lain yang sensitif terhadap
kuman penginfeksi sesuai hasil kultur dan sensitivitas tes yang telah dilakukan.
Berikan antibiotika sesuai jenis kuman penginfeksi Gram negatif aerob yang ada yaitu
trimetoprim dan sulfametoksasol / kuinolon / gentamisin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel XXV. Evaluasi DRP pada kasus ulkus DM IV di instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005
Subyektif:
Bapak MN, nomor RM 469332, umur 60 tahun dirawat di RSPR selama 11 hari. Pasien masuk
RS tanggal 24 / 03 / 2005. Kondisi pasien saat masuk RS terdapat luka coklat – coklat dan nyeri
pada telapak kaki kanan. Pasien kencing tidak terasa dan BAB tidak lancar. Pasien juga
mengeluh kadang–kadang pusing. Tidak terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia (kadar glukosa
darah stabil). Diagnosis masuk dan keluar: ulkus DM.
Obyektif:
Nilai normal:
24 / 03 / 2005: WBC : 15,22; NEUT : 84,3; LIM : 4,5;
SGOT : 38,5; SGPT : 45,0
25 / 03 / 2005: GDP : 115; GDPP : 101
29 / 03 / 2005: GDP : 123
02 / 04 / 2005: GDP : 110
WBC : 4,00 – 11,00 x 10^3/ul
NEUT : 35,0 – 88,7%
LIM : 12,0 – 44,0%
SGOT : 0,0 – 38,0 U/l
SGPT : 0,0 – 41,0 U/l
GDP : 70 – 110 mg/dl
GDPP : 100 – 140 mg/dl
Suhu: 36,6 – 39 °C
Nadi: 80 – 112 kali / menit
Hasil kultur dan sensitivitas tes:
27 / 03 / 2005: hasil pembiakan : Enterobacter sp.
cefoperazone–sulbactam (I), eritromisin (I),
gentamisin (S), imipenem (S), meropenem
(S), netilmisin (S)
Penatalaksanaan:
Infeksi: amoksisilin 3 x 500 mg diberikan tanggal 25 – 26 / 03 / 2005 secara oral. Amoksisilin
merupakan antibiotika golongan penisilin spektrum luas digunakan untuk terapi infeksi kuman
Gram positif dan Gram negatif. Sulbenisilin 3 x 1 g diberikan tanggal 26 / 03 – 03 / 04 / 2005
secara iv digunakan untuk mengobati infeksi Pseudomonas aeruginosa. Metronidazol
3 x 500 mg diberikan tanggal 31 / 03 – 04 / 04 / 2005 secara oral untuk infeksi kuman anaerob.
Penilaian:
a.
b.
c.
Penggunaan sulbenisilin dan metronidazol tidak sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivitas tes yang ada (salah obat).
Sulbenisilin merupakan antibiotika golongan penisilin antipseudomonas dan
metronidazol merupakan antibiotika anaerob yang digunakan untuk membasmi bakteri
anaerob. Pemberian sulbenisilin dan metronidazol tidak sesuai untuk kuman
Enterobacter
sp.
yang
merupakan
bakteri
Gram
negatif
aerob
(terapi obat tanpa indikasi).
Antibiotika yang diberikan pada pasien tidak ada yang sensitif terhadap kuman
penginfeksi yang ada (perlu terapi obat tambahan).
Rekomendasi:
a.
b.
c.
Sebaiknya mengganti dengan antibiotika yang sensitif terhadap kuman penginfeksi
sesuai hasil kultur dan sensitivitas tes yang ada.
Berikan antibiotika yang sesuai untuk kuman Enterobacter sp. yaitu trimetoprim dan
sulfametoksasol / kuinolon / imipenem / gentamisin.
Berikan antibiotika sesuai hasil kultur dan sensitivitas tes sehingga sensitif terhadap
kuman penginfeksi dan dapat mempercepat proses penyembuhan infeksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
RINGKASAN DRP
Tabel XXVI. Perlu terapi obat tambahan (need for additional drug therapy)
Kasus
2
4
Obat – Problem
Penilaian
Rekomendasi
Sefotiam – tidak
sensitif terhadap
kuman
penginfeksi.
Berdasarkan hasil kultur dan
sensitivitas tes, sefotiam tidak
sensitif terhadap kuman
penginfeksi.
Berikan antibiotika sesuai hasil
kultur dan sensitivitas tes agar
sensitif membasmi kuman
penginfeksi.
Antibiotika yang
diberikan – tidak
ada yang sensitif
terhadap
Enterobacter sp.
Antibiotika yang diberikan
pada pasien tidak ada yang
sensitif terhadap kuman
penginfeksi yang ada.
Berikan antibiotika sesuai hasil
kultur dan sensitivitas tes
sehingga sensitif terhadap
kuman penginfeksi dan dapat
mempercepat proses
penyembuhan infeksi.
Tabel XXVII. Terapi obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)
Kasus
Obat – Problem
Penilaian
Rekomendasi
3
Metronidazol –
tidak sensitif dan
tidak ada indikasi
untuk kuman
penginfeksi.
Penggunaan metronidazol
tidak sensitif terhadap kuman
penginfeksi dan tidak ada
indikasi untuk mengobati
kuman penginfeksi.
Berikan antibiotika sesuai jenis
kuman penginfeksi Gram
negatif aerob yang ada yaitu
trimetoprim dan
sulfametoksasol / kuinolon /
gentamisin.
Sulbenisilin dan
metronidazol –
tidak sesuai untuk
Enterobacter sp.
Sulbenisilin merupakan
antibiotika golongan penisilin
antipseudomonas dan
metronidazol merupakan
antibiotika anaerob yang
digunakan untuk membasmi
bakteri anaerob. Pemberian
sulbenisilin dan metronidazol
tidak sesuai untuk kuman
Enterobacter sp. yang
merupakan bakteri Gram
negatif aerob.
4
Berikan antibiotika yang sesuai
untuk kuman Enterobacter sp.
yaitu trimetoprim dan
sulfametoksasol / kuinolon /
imipenem / gentamisin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel XXVIII. Salah obat (wrong drug)
Kasus
Obat – Problem
Penilaian
Rekomendasi
2
Penggunaan
sefotiam – tidak
sesuai dengan hasil
kultur dan
sensitivitas tes
yang telah
dilakukan.
Penggunaan sefotiam tidak
sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivitas tes yang ada
sehingga tidak sensitif
membasmi bakteri penyebab
infeksi.
Berikan antibiotika sesuai hasil
kultur dan sensitivitas tes agar
sensitif membasmi kuman
penginfeksi.
Penggunaan sefotaksim dan
metronidazol tidak sesuai
dengan hasil kultur dan
sensitivitas tes yang ada
sehingga tidak sensitif
membasmi bakteri
penginfeksi.
Ganti sefotaksim dan
metronidazol dengan
antibiotika lain yang sensitif
terhadap kuman penginfeksi
sesuai hasil kultur dan
sensitivitas tes yang telah
dilakukan.
Penggunaan sulbenisilin dan
metronidazol tidak sesuai
dengan hasil kultur dan
sensitivitas tes yang ada.
Sebaiknya mengganti dengan
antibiotika yang sensitif
terhadap kuman penginfeksi
sesuai hasil kultur dan
sensitivitas tes yang ada.
Penggunaan
sefotaksim dan
metronidazol –
tidak sesuai
dengan hasil kultur
dan sensitivitas tes
yang telah
dilakukan.
3
Penggunaan
sulbenisilin dan
metronidazol –
tidak sesuai
dengan hasil kultur
dan sensitivitas tes
yang ada.
4
Tabel XXIX. Reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction)
Kasus
Obat – Problem
Penilaian
Rekomendasi
1
Trimetoprim dan
sulfametoksasol –
pasien mengalami
gangguan fungsi
hati dan ginjal.
Penggunaan trimetoprim dan
sulfametoksasol tidak tepat
pada pasien dengan gangguan
fungsi hati dan ginjal karena
potensial meningkatkan
gangguan fungsi hati dan
ginjal.
Berikan doksisiklin yang boleh
digunakan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal.
1
Trimetoprim dan
sulfametoksasol –
pasien mengalami
gangguan fungsi
hati dan ginjal.
Sulfonilurea diberikan tanggal
23 – 26 / 04 / 2005.
Penggunaan trimetoprim dan
sulfametoksasol bersama
sulfonilurea dapat
meningkatkan efek
sulfonilurea.
Berikan doksisiklin yang tidak
berinteraksi dengan
sulfonilurea.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel XXX. Dosis terlalu tinggi (dose too high)
Kasus
Obat – Problem
Penilaian
Rekomendasi
1
Trimetoprim dan
sulfametoksasol –
pasien mengalami
gangguan fungsi
hati dan ginjal.
Dosis pemakaian trimetoprim
dan sulfametoksasol tersebut
terlalu tinggi pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal
yang dapat mengakibatkan
akumulasi obat di ginjal.
Berikan doksisiklin yang boleh
digunakan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal.
D. Outcome Terapi Pasien Ulkus DM
Pasien menjalani perawatan di rumah sakit untuk mempercepat
penyembuhan dan mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti infeksi yang
parah dan amputasi. Lama perawatan di rumah sakit tergantung kondisi pasien
saat masuk rumah sakit dan tingkat keparahan yang terjadi. Persentase lama waktu
pasien menjalani perawatan di rumah sakit disajikan dalam gambar 10.
Lama waktu pasien ulkus DM
menjalani perawatan di rumah sakit
9.52%
7.14%
42.86%
1 - 10 hari
11 - 20 hari
21 - 30 hari
1 - 3 bulan
40.48%
Gambar 10. Persentase lama tinggal pasien ulkus DM di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005
Sebagian besar pasien kondisinya tidak parah karena membutuhkan waktu
perawatan yang singkat di rumah sakit yaitu selama 1 sampai 20 hari. Persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pasien yang keluar dari rumah sakit dengan berbagai kondisi disajikan dalam
gambar berikut.
Persentase pasien ulkus DM
keluar dari rumah sakit
7.14%
26.19%
66.67%
Obat jalan
Pulang APS
Meninggal
Gambar 11. Kondisi pasien ulkus DM keluar dari instalasi rawat inap
RSPR Yogyakarta periode 2005 setelah menjalani perawatan
Persentase paling banyak pasien keluar dari rumah sakit masih
memerlukan obat jalan yaitu sebesar 66,67%. Obat jalan diberikan untuk menjaga
kesehatan pasien, menjaga kadar glukosa darah agar tidak terlalu tinggi sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan, merawat ulkus agar semakin membaik,
serta mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah.
E. Rangkuman Pembahasan
Kelompok umur pasien yang paling banyak menderita ulkus DM
adalah 51–70 tahun sebesar 64,29%. Pada usia tersebut seseorang sudah lama
menderita DM dan akhirnya dapat mengalami kerusakan saraf. Kerusakan saraf
ini mengakibatkan berkurangnya pasokan darah ke pembuluh darah kaki sehingga
memperparah keadaan dan memperlambat penyembuhan. Pasien pria dan wanita
dalam penelitian ini sama banyak yaitu 50%. Komplikasi yang paling banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dialami adalah hipertensi sebesar 19,05%. Hipertensi banyak terjadi pada pasien
DM karena hiperglikemia dapat menyebabkan penyumbatan arteri dan
abnormalitas trombosit. Bertambahnya reaktivitas trombosit akan menyebabkan
tingginya agregasi sel darah merah sehingga memperlambat sirkulasi darah dan
mempermudah terbentuknya trombus pada dinding arteri hingga akhirnya terjadi
gangguan sirkulasi darah dan meningkatkan tekanan darah. Penyakit penyerta
yang paling banyak terjadi adalah nyeri otot dan sendi sebesar 30,95%. Nyeri otot
dan sendi banyak terjadi karena kuman penginfeksi dapat menyebar sampai di
otot, tulang, dan tulang sendi sehingga dapat mengakibatkan nyeri otot, tulang,
dan persendian.
Obat antiinfeksi digunakan pada seluruh kasus. Dari seluruh kasus yang
menggunakan antibiotika hanya 54,76% yang melakukan kultur dan sensitivitas
tes. Terapi antibiotika tidak selalu mengikuti hasil kultur dan sensitivitas tes yang
ada meskipun telah dilakukan dan telah ada hasil. Terapi antibiotika absolut
berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas tes hanya dilakukan pada 33,33% dari
seluruh kasus sedangkan 66,67% yang lain dilakukan terapi antibiotika empirik.
Penggunaan antibiotika untuk terapi infeksi dalam penelitian ini tidak semuanya
rasional. Seluruh terapi antibiotika absolut dalam penelitian ini telah sesuai
dengan standar terapi yang digunakan yaitu berdasarkan principles of infectious
diseases (Guglielmo, 2001). Terapi antibiotika empirik yang sesuai dengan
standar yang digunakan adalah sebesar 54,76% berdasarkan diagnosis and
treatment of diabetic foot infections (Lipsky, et al., 2004) sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sebanyak 9,52% atau 4 kasus tidak sesuai dengan standar sehingga mengalami
DRP.
Identifikasi DRP dilakukan terkait dengan permasalahan penggunaan
antibiotika. Hasil identifikasi DRP terlihat bahwa tidak semua penggunaan
antibiotika rasional. Dalam penelitian ini terdapat 2 kasus termasuk dalam DRP
perlu terapi obat tambahan, 2 kasus termasuk DRP terapi obat tanpa indikasi, 3
kasus termasuk DRP salah obat, 2 kasus termasuk DRP reaksi obat yang
merugikan, dan 1 kasus termasuk DRP dosis terlalu tinggi.
Evaluasi outcome atau dampak terapi paling banyak pasien menjalani
rawat inap selama 1–10 hari sebesar 42,86% sehingga kebanyakan pasien dirawat
dengan kondisi tidak parah. Sebagian besar pasien membutuhkan perawatan dan
pengobatan untuk memperbaiki kesehatannya dan mencegah proses penyakit lebih
lanjut yang dapat mengakibatkan amputasi alat gerak bawah. Sebagian besar
pasien keluar dari rumah sakit sudah sembuh namun masih perlu melakukan rawat
jalan yaitu sebesar 66,67%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Kelompok umur terbanyak adalah 51–70 tahun sebesar 64,29%. Pasien pria dan
wanita sama banyak yaitu sebesar 50%. Komplikasi yang paling banyak
dialami pasien adalah hipertensi sebesar 19,05% dan penyakit penyerta
terbanyak adalah nyeri otot dan sendi sebesar 30,95%.
2. Kelas terapi obat yang digunakan pasien selama menjalani perawatan di rumah
sakit adalah obat saluran cerna 40,48%, obat darah 2,38%, obat
kardiovaskular 66,67%, obat saluran napas 23,81%, obat sistem saraf
pusat 40,48%, infus 83,33%, obat lain–lain 16,67%, obat gizi 33,33%, obat
analgesik
83,33%,
obat
otot
skelet
dan
sendi
30,95%,
obat
antidiabetik 90,48%, dan obat antiinfeksi 100%.
3. Berdasarkan identifikasi DRP terkait dengan permasalahan penggunaan
antibiotika diperoleh 2 kasus termasuk dalam DRP perlu terapi obat tambahan,
2 kasus termasuk DRP terapi obat tanpa indikasi, 3 kasus termasuk DRP salah
obat, 2 kasus termasuk DRP reaksi obat yang merugikan, dan 1 kasus termasuk
DRP dosis terlalu tinggi.
4. Outcome terapi pasien paling banyak dirawat di rumah sakit selama 1–10 hari
sebesar 42,86% dan pulang masih harus menjalani rawat jalan sebesar 66,67%.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Saran
Beberapa saran dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh.
1. Diperlukan sebuah standar terapi penanganan infeksi di RSPR Yogyakarta
khususnya infeksi pada ulkus DM.
2. Perlu dilakukan penelitian evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien
komplikasi DM yang lain selain ulkus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998, Visi, Misi, dan Tujuan RSPR, 14-18, Rumah Sakit Panti Rapih,
Yogyakarta.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 199-205, 210-211,
219-220, 222-224, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 2005a, Foot Gangrene: Common Complication of Diabetes,
http://reversegangrene.com/foot_gangrene_diabetes_ulcer.htm.
Diakses
pada 24 Mei 2006.
Anonim, 2005b, Halt the Progression of Gangrene and Prevent Amputation
Naturally, http://www.reversegangrene.com/gangrene_information.htm.
Diakses pada 24 Mei 2006.
Anonim, 2005c, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Volume 40, Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2006a, Antibiotics, http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic. Diakses pada
21 Juli 2006.
Anonim, 2006b, Diabetic Foot Ulcer, http://www.bushnellfootclinic.com/
ulcer.htm. Diakses pada 24 Mei 2006.
Anonim,
2006c,
Foot
Complications,
http://www.diabetes.org/type-2diabetes/foot-complications.jsp. Diakses pada 24 Mei 2006.
Armstrong, D.G. dan Lavery, L.A., 1998, Diabetic Foot Ulcers: Prevention,
Diagnosis and Classification, http://www.aafp.Org/afp/980315ap/
armstron.html. Diakses pada 24 Mei 2006.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care
Practice, 75-76, 78, 82-83, McGraw-Hill, New York.
Damayanti, D., 2000, Gambaran Penggunaan Obat pada Penderita Diabetes
Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Agustus-Desember Tahun 1998, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Donatus, I.A., Yuswanto, Ag., dan Yuliani, S.H., 2005, Buku Panduan Skripsi
Edisi IV, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Guglielmo, B.J., 2001, Principles of Infectious Diseases, in Koda-Kimble, M.A.,
Young, L.Y., Kradjan, W.A., dan Guglielmo, B.J., (Eds.), Applied
Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, Seventh (7th) Ed., Chapter 54,
7, 11–13, Lippincott Williams & Wilkins, USA.
Hardiknastuti, M.A.I., 2006, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Hiperglikemia dan
Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Juwono, R. dan Prayitno, A., 2003, Terapi Antibiotika, dalam Aslam, M.,
Tan, C.K., dan Prayitno, A. (Eds.), Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy):
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 321,
324–325, 327, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Kalla, T.B., 2006, Complications: Footcare and The Trouble with Ulcers,
http://www.diabetes.ca/Section_About/feet.asp. Diakses pada 24 Mei
2006.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., dan Lance, L.L., 2003, Drug
Information Handbook, 11th Ed., 269–270, Lexi-Comp Inc., Canada.
Lipsky, B.A., et al., 2004, Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections,
http://www.hopkins-abxguide.org/show pages.cfm ? content = Nov–04
content.html. Diakses pada 24 Mei 2006.
Misnadiarly, 2001, Permasalahan Kaki Diabetes dan Upaya Penanggulangannya,
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/052001/hor-1.htm. Diakses pada
9 November 2006.
Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 10-16, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Priyani, F.N., 2006, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Mellitus
dengan Komplikasi Dislipidemia di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Retnari, N.W., 2006, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Komplikasi Nefropati pada
Kasus Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Shea, K.W., 1999, Antimicrobial Therapy for Diabetic Foot Infections,
http://www.postgradmed.com/issues/1999/07_99/shea.htm. Diakses pada
22 September 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Stajich, G.V. dan Blakey, S.A., 2000, Bone and Joint Infections, in Herfindal,
E.T. dan Gourley, D.R., (Eds.), Textbook of Therapeutics Drug and
Disease Management, Seventh (7th) Ed., Chapter 74, 1521–1522,
Lippincott Williams & Wilkins, USA.
Thoha,
D.,
2006,
Paling
Ditakuti
tetapi
Bisa
Dihindari,
http://kompas.com/kompas-cetak/0601/06/kesehatan/2342572.htm.
Diakses pada 27 November 2006.
Triastuti, F.E., 2004, Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta
Periode 2001-2002, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Triplitt, C.L., Reasner, C.A., dan Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, in DiPiro,
J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,
(Eds.), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth (6th) Ed.,
1333-1335, McGraw-Hill Companies, Inc.,USA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data Rekam Medik Pasien Ulkus Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005
Kasus
1.
Data diri
pasien
061086, SEP, L,
46 tahun,
168 cm, 102 kg,
36,5 °C, 130 / 80 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
31 / 07 / 2005
s. d.
04 / 08 / 2005
2.
Diagnosis:
masuk = ulcus diabetes
pedis
keluar = ulkus DM
komplikasi = hipertensi,
infeksi
penyakit penyerta = 066456, BS, L,
50 tahun,
38 °C, 140 / 80 mmHg,
100x/menit, 22x/menit
Tanggal perawatan:
24 / 02 / 2005
s. d.
14 / 03 / 2005
Diagnosis:
masuk = DM dengan luka
infeksi di kaki kiri
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = -
Kondisi
pasien
Terdapat luka pada kapal di
telapak kaki kiri. Dua tahun
yang lalu amputasi jari manis
kaki kiri.
Tanggal 01 / 08 / 2005
dilakukan debridement ulkus
pada telapak kaki kiri.
Terdapat luka bernanah di kaki
kiri. Pasien mual – mual, tidak
mau makan, dan badan lemas.
Tanggal 27 / 02 / 2005
dilakukan operasi debridement
pada luka kaki kiri.
Obat yang digunakan
Cara
pemberian
i.v.
Infus
Infus
Infus
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Tanggal
pemberian
01 – 02 / 08 / 2005
01 – 02 / 08 / 2005
01 / 08 / 2005
01 / 08 / 2005
02 / 08 / 2005
01 – 04 / 08 / 2005
01 – 04 / 08 / 2005
01 – 04 / 08 / 2005
01 – 03 / 08 / 2005
03 – 04 / 08 / 2005
03 – 04 / 08 / 2005
03 – 04 / 08 / 2005
03 – 04 / 08 / 2005
Asering + Martos
Asering
Sistenol (1 x 1 kaplet)
Amoksisilin (2 x 1 g)
Flagyl (2 x 100 ml)
Infus
Infus
Oral
i. v.
Infus
Insulin RI 3 x 10 U
s. c.
Insulin RI 3 x 12 U
Insulin RI 3 x 15 U
Insulin RI 3 x 18 U
Insulin RI 3 x 20 U
Insulin RI 1 x 7 U
Ringer Laktat
NaCl 0,9 %
Darah 2 kantong
Tienam (2 x 500 mg)
Esilgan (1 x 1 mg)
Amikin dilarutkan dalam NaCl 100
ml (2 x 500 mg)
Tequin (1 x 1 tablet)
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
Infus
Infus
Infus
i. v.
Oral
Infus
24 / 02 / 2005
24 – 27 / 02 / 2005
25 – 27 / 02 / 2005
25 / 02 – 03 / 03 / 2005
25 – 27 / 02 / 2005 dan
01 – 07 / 03 / 2005
25 / 02 / 2005 dan
12 – 14 / 03 / 2005
25 – 27 / 02 / 2005
27 / 02 – 04 / 03 / 2005
05 – 08 / 03 / 2005
08 – 11 / 03 / 2005
11 / 03 / 2005
28 / 02 – 01 / 03 / 2005
01 – 02 / 03 / 2005
01 / 03 / 2005
03 – 07 / 03 / 2005
05 – 09 / 03 / 2005
09 – 11 / 03 / 2005
Oral
13 – 14 / 03 / 2005
Clacef (1 x 1 g)
Metrofusin 500 mg
Asering 28 tetes / menit
Tutofusin OpS 28 tetes / menit
Analsik (1 x 1 kaplet)
Diabex F (2 x 850 mg)
Diamicron (2 x 80 mg)
Aspilet (2 x 81 mg)
Kaptopril (2 x 12,5 mg)
Kaptopril (2 x 25 mg)
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Zegase (1 x 1 tablet)
Obat yang dibawa pulang
Ciprofloksasin (3 x 500 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Zegase (1 x 1 tablet)
Tequin (1 x 1 tablet / hari)
Insulin RI (3 x 10 U)
Hasil
laboratorium
▪ 31 / 07 / 2005
WBC = 10,40
NEUT = 68,9
LIM = 24,9
MONO = 4,3
GDS = 90
Hasil kultur dan
sensitivitas tes
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 25 / 02 / 2005
GDP = 203
▪ 26 / 02 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Klebsiella sp.
Hasil:
Amikacin (I)
Imipenem (S)
Meropenem (S)
▪ 26 / 02 / 2005
WBC = 22,80
NEUT = 85,90
LIM = 6,4
MONO = 6,6
▪ 27 / 02 / 2005
GDP = 217
GDS = 197
▪ 28 / 02 / 2005
GDS = 222
▪ 03 / 03 / 2005
WBC = 12,47
NEUT = 77,1
LIM = 11,9
MONO = 8,7
GDP = 148
▪ 09 / 03 / 2005
Bahan:
jaringan nekrotomi
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amikacin (I)
Netilmicin (I)
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
▪ 04 / 03 / 2005
GDS = 211
▪ 10 / 03 / 2005
GDP = 168
3.
072107, FXS, L,
52 tahun,
163 cm, 64 kg,
37 °C, 180 / 120 mmHg,
80x/menit, 20x/menit
Tanggal perawatan:
01 / 04 / 2005
s. d.
28 / 04 / 2005
Diagnosis:
masuk = hipertensi, DM
ganggren pedis dextra
keluar = hipertensi, ulkus
DM
komplikasi = hipertensi,
neuropati, dan nefropati
penyakit penyerta =
hepatitis A
Pasien menjalani rawat inap I di
RSPR pada tahun 2005 dengan
ulkus di telapak kaki kanan.
Tiga tahun yang lalu telah
dilakukan amputasi jari
kelingking kaki kanan.
Tanggal 06 / 04 / 2005
dilakukan operasi debridement
ulkus di telapak kaki kanan.
Pletaal (2 x 50 mg)
Oral
Triatec (1 x 10 mg)
Oral
Catapres (3 x 75 mcg)
Catapres (2 x 75 mcg)
Extra Catapres (1 x 150 mcg)
Oral
Oral
Oral
Catapres (3 x 150 mcg)
Neurontin (2 x 100 mg)
Neurontin (3 x 100 mg)
Trimeta (2 x 480 mg)
Oral
Oral
Oral
Oral
Aprovel (1 x 150 mg)
Insulin RI 3 x 4 U
Insulin RI 3 x 6 U
Insulin RI 3 x 10 U
Insulin RI 3 x 12 U
Oral
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
NaCl 0,9 %
Asering
Infus
Infus
Darah 2 kantong
Darah 1 kantong untuk HD
Ketosteril (3 x 600 mg)
Herbesser serbuk injeksi 50 mg +
NaCl 48 cc diberikan tiap 4 jam
(12 cc / jam)
Lasix (3 x 1 ampul)
Lasix (1 x 1 ampul)
Lasix (1 x 40 mg)
Infus
Glucobay (3 x 50 mg)
Dulcolax Sup. (1 x 5 mg)
Oral
i. v.
i. v.
i. v.
Oral
Oral
Rektum
01 – 19 / 04 / 2005 dan
21 – 28 / 04 / 2005
01 – 05 / 04 / 2005,
08 – 19 / 04 / 2005, dan
21 – 28 / 04 / 2005
01 – 04 / 04 / 2005
05 / 04 / 2005
06 / 04 / 2005 dan
19 / 04 / 2005
06 – 28 / 04 / 2005
01 – 11 / 04 / 2005
12 – 24 / 04 / 2005
04 – 17 / 04 / 2005,
19 / 04 / 2005, dan
22 – 24 / 04 / 2005
04 – 05 / 04 / 2005
02 – 04 / 04 / 2005
05 – 08 / 04 / 2005
08 – 12 / 04 / 2005
13 – 20 / 04 / 2005 dan
23 / 04 / 2005
05 / 04 / 2005
06 / 04 / 2005,
08 – 11 / 04 / 2005,
13 – 15 / 04 / 2005, dan
19 – 22 / 04 / 2005
05 / 04 / 2005
13 / 04 / 2005
11 – 20 / 04 / 2005
06 / 04 / 2005,
08 – 12 / 04 / 2005, dan
14 – 16 / 04 / 2005
06 – 15 / 04 / 2005
17 / 04 / 2005
18 – 19 / 04 / 2005 dan
21 – 26 / 04 / 2005
18 – 27 / 04 / 2005
18 – 19 / 04 / 2005
Angioten (1 x 1 tablet) XXX
Pharmaton (1 x 1 kapsul) X
Catapres (3 x 75 mcg) XX
Amitriptiline (1 x 25 mg) X
Glurenorm (2 x 30 mg) XX
Neurontin (2 x 100 mg) LX
Triatec (1 x 10 mg) XXX
▪ 13 / 03 / 2005
GDPP = 73
▪ 01 / 04 / 2005
URE = 89
CREAT = 6,7
AS.URT = 7,0
GLOB = 4,24
GDS = 297
HbA1c = 9,3
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 02 / 04 / 2005
GDP = 205
▪ 05 / 04 / 2005
URE = 108
CREAT = 6,6
GDP = 165
GDPP = 250
▪ 08 / 04 / 2005
GDPP = 313
▪ 09 / 04 / 2005
URE = 98
CREAT = 7,2
GDP = 157
▪ 12 / 04 / 2005
URE = 112
CREAT = 7,6
GDP = 213
GDPP = 95
▪ 13 / 04 / 2005
GDP = 212
▪ 14 / 04 / 2005
URE = 89
CREAT = 5,9
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Extra Nifedipine (1 x 5 mg)
Narfoz (2 x 1 ampul)
Glurenorm (2 x 30 mg)
Oral
i. v.
Oral
▪ 17 / 04 / 2005
URE = 115
CREAT = 6,3
GDP = 229
18 / 04 / 2005
21 – 23 / 04 / 2005
23 – 26 / 04 / 2005
▪ 22 / 04 / 2005
WBC = 14,40
URE = 113
CREAT = 7,5
GDP = 147
▪ 25 / 04 / 2005
GDP = 149
4.
072107, FXS, L,
52 tahun,
38 °C, 120 / 70 mmHg,
72x/menit, 36x/menit
Tanggal perawatan:
09 / 07 / 2005
s. d.
10 / 07 / 2005
5.
Diagnosis:
masuk = CRF dan ulkus
DM
keluar = komplikasi = CRF
penyakit penyerta = 086556, THTS, P,
61 tahun,
163 cm, 55 kg,
39,7 °C, 160 / 90 mmHg,
111x/menit
Rawat inap II dengan ulkus DM.
Pukul 23.00 dilakukan HD
dengan kondisi pasien sakit
berat dan sesak nafas. Pasien
meninggal dunia pada tanggal
10 / 07 / 2005.
Ceftum (1 x 1 g)
Zantac (1 x 1 ampul)
Lasix (2 x 1 ampul)
Kalnex (3 x 1 ampul)
Plantacid 4 x 10 U
Dekstrose 10 %
NaCl 0,9 %
i. v.
i. v.
i. v.
i. v.
s. c.
Infus
Infus
09 – 10 / 07 / 2005
09 – 10 / 07 / 2005
09 – 10 / 07 / 2005
09 – 10 / 07 / 2005
09 / 07 / 2005
09 / 07 / 2005
09 / 07 / 2005
Rawat inap I pada tahun 2005.
Terdapat ganggren dan benjolan
bernanah pada kaki kanan.
Pasien pulang APS dengan
alasan akan dibawa ke Jakarta.
Peflacine (2 x 400 mg)
Kaptopril (2 x 25 mg)
Insulin RI 3 x 10 U
Glucovance (1 x 2,5 mg)
Glucovance (2 x 2,5 mg)
NaCl 0,9 %
Oral
Oral
s. c.
Oral
Oral
Infus
29 / 09 – 01 / 10 / 2005
29 / 09 – 01 / 10 / 2005
29 / 09 / 2005
29 – 30 / 09 / 2005
30 / 09 – 01 / 10 / 2005
29 – 30 / 09 / 2005
-
Peflacine (2 x 400 mg) IV
Glucovance (2 x 2,5 mg) VI
Kaptopril (2 x 25 mg) VI
▪ 27 / 04 / 2005
GDP = 198
▪ 09 / 07 / 2005
WBC = 26,33
NEUT = 93,6
LIM = 2,3
URE = 380
CREAT = 11,8
▪ 29 / 09 / 2005
WBC = 13,7
LIM = 8,1
URE = 57
CREAT = 1,5
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
Tanggal perawatan:
29 / 09 / 2005
s. d.
01 / 10 / 2005
Diagnosis:
masuk = DM
keluar = ulkus DM
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
komplikasi = IHD,
ganggren
penyakit penyerta = demam
086556, THTS, P,
61 tahun,
38,1 °C, 180 / 80 mmHg,
106x/menit, 26x/menit
Tanggal perawatan:
27 / 10 / 2005
s. d.
07 / 11/ 2005
Diagnosis:
masuk = DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = IHD,
ganggren
penyakit penyerta = demam
dan kejang–kejang
7.
104514, CNS, P,
55 tahun,
161 cm, 38 °C,
130 / 80 mmHg,
92x/menit, 19x/menit
Rawat inap II di RSPR pada
tahun 2005 dengan keluhan
sejak semalam pasien panas,
kejang–kejang, kesadaran
menurun, sulit berbicara, dan
komunikasi tidak jelas.
Terdapat ganggren dan benjolan
bernanah pada kaki kanan.
Pasien pulang APS karena
keberatan dilakukan operasi dan
amputasi.
Terdapat luka pada telapak kaki
kanan. Kaki kanan nyeri dan
kaki kiri kadang kesemutan.
Tanggal 15 / 11 / 2005
dilakukan debridement luka
pada telapak kaki kanan.
Tanggal perawatan:
14 / 11 / 2005
s. d.
21 / 11 / 2005
8.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM (foot
diabetic dextra)
keluar = ulkus DM (foot
diabetic dextra)
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
127069, SH, P,
65 tahun,
38,1 °C, 160 / 100 mmHg,
40x/menit
Pasien rawat inap I pada tahun
2005 dengan nyeri kaki kanan
karena terdapat ulkus yang
berkembang menjadi bengkak.
Ceftum (2 x 1 g)
Sanmol (2 x 500 mg)
Sanmol (1 x 500 mg)
Peflacine (2 x 400 mg)
Darah 2 kantong
Lasix (1 x 1 ampul)
Zegase (1 x 1 tablet)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Pletaal (2 x 50 mg)
Primperan (2 x 1 ampul)
Tienam (2 x 500 mg)
Dulcolax Sup. (1 x 5 mg)
Flagyl (2 x 100 ml)
Insulin RI 3 x 8 U
NaCl 0,9 % 20 tetes / menit
Ringer Laktat + Insulin RI 12 U
20 tetes / menit
NaCl 0,9 % + Insulin RI 50 U
NaCl 0,9 %
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Glibenklamid (3 x 2,5 mg)
Metformin (3 x 500 mg)
Pletaal (2 x 100 mg)
Diamicron (1 x 80 mg)
Extra Sanmol (1 x 500 mg)
i. v.
Oral
Oral
Oral
Infus
i. v.
Oral
Oral
Oral
i. v.
i. v.
Rektum
Infus
s. c.
Infus
Infus
27 / 10 – 04 / 11/ 2005
28 – 30 / 10 / 2005
31 / 10 – 03 / 11 / 2005 dan
05 – 06 / 11 / 2005
27 / 10 – 05 / 11/ 2005
01 / 11 / 2005
02 / 11 / 2005
04 – 07 / 11 / 2005
04 – 07 / 11 / 2005
04 – 07 / 11 / 2005
04 – 07 / 11 / 2005
04 – 07 / 11 / 2005
04 / 11 / 2005
05 – 07 / 11 / 2005
06 – 07 / 11 / 2005
27 / 10 / 2005
27 / 10 – 06 / 11 / 2005
Pronalges (1 x 50 mg)
NaCl 0,9 % (400 ml) 30 tetes /
menit
Dekstrose 5 % (350 ml)
Oral
Infus
30 / 10 – 01 / 11 / 2005
06 / 11 / 2005
14 – 21 / 11 / 2005
14 – 21 / 11 / 2005
14 – 17 / 11 / 2005
14 – 21 / 11 / 2005
14 – 21 / 11 / 2005
16 – 21 / 11 / 2005
14 / 11 / 2005 dan
16 – 17 / 11 / 2005
15 / 11 / 2005
15 / 11 / 2005
Infus
15 / 11 / 2005
Primperan (1 x 10 mg)
Primperan (2 x 1 ampul)
Reskuin (2 x 250 mg)
Amaryl (1 x 1 mg)
Oral
i. v.
Oral
Oral
01 – 02 / 04 / 2005
03 – 08 / 04 / 2005
01 – 03 / 04 / 2005
01 – 03 / 04 / 2005 dan
Infus
Infus
i. v.
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Insulin RI (3 x 10 U)
Linkomisin (3 x 500 mg)
Triatec (1 x 2,5 mg)
▪ 27 / 10 / 2005
WBC = 29,6
LIM = 4,8
URE = 108
CREAT = 1,8
AS.URT =10,9
GDS = 814
▪ 30 / 10 / 2005
GDS = 517
▪ 04 / 11 / 2005
WBC = 23,2
LIM = 7,4
URE = 51
CREAT = 1,6
Pletaal (2 x 100 mg) XX
Diamicron (1 x 80 mg) X
Metformin (2 x 500 mg) XX
Linkomisin (3 x 500 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
▪ 11 / 11 / 2005
WBC = 11,2
GDP = 228
GDPP = 378
▪ 29 / 10 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (+) coccus
Hasil pembiakan:
Staphylococcus
aureus
Hasil:
Amikacin (S)
Imipenem (S)
Netilmicin (S)
Teicoplanin (S)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 21 / 11 / 2005
GDP = 239
Amaryl (1 x 1 mg) X
Glucophage (3 x 500 mg)
XXX
Triatec (2 x 2,5 mg) XX
▪ 31 / 03 / 2005
WBC = 11,70
CREAT = 1,4
AS.URT =11,8
▪ 04 / 04 / 2005
Bahan:
jaringan nekrose
Jenis kuman:
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tanggal perawatan:
31 / 03 / 2005
s. d.
12 / 04 / 2005
Pasien juga mengeluh pusing,
batuk – batuk kering, dan agak
sesak nafas.
Tanggal 04 / 04 / 2005
dilakukan debridement abses.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM +
hipertensi
komplikasi = hipertensi,
infeksi
penyakit penyerta = batuk–
batuk kering, pusing, nyeri
otot dan sendi
9.
127069, SH, P,
65 tahun,
36,4 °C, 110 / 80 mmHg,
92x/menit, 16x/menit
Rawat inap II dengan luka senut
– senut pada kaki kiri. Tanggal
09 / 07 / 2005 dilakukan operasi
debridement pada luka di kaki
kiri.
Tanggal perawatan:
06 / 07 / 2005
s. d.
19 / 07 / 2005
10.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
134625, YSSW, P,
93 tahun,
36,3 °C, 130 / 70 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
19 / 01 / 2005
Telapak kaki kanan pasien
bengkak, keluar nanah, dan
memerah karena 1 minggu yang
lalu menginjak pines.
Tanggal 24 / 01 / 2005
dilakukan operasi debridement
abses.
Vometa (3 x 10 mg)
Codein (3 x 10 mg)
Oral
Oral
Alinamin F (3 x 1 tablet)
Oral
Plantacid (10 cc)
Ceftum (2 x 1 g)
Asering 15 tetes / menit
Zantac (2 x 1 ampul)
Glucophage (2 x 500 mg)
Oral
i. v.
Infus
i. v.
Oral
Glucophage (3 x 500 mg)
Toradol (2 x 30 mg)
Mefinal (500 mg) k/p bila pusing
Oral
i. v.
Oral
Triatec (1 x 2,5 mg)
Oral
Triatec (2 x 2,5 mg)
Tequin (1 x 400 mg)
Amoxsan (3 x 500 mg)
Unalium (1 x 5 mg)
Amaryl (1 x 1 mg)
Sulferazon (2 x 1 g)
Glucophage (3 x 500 mg)
Triatec (2 x 2,5 mg)
Cursil (3 x 1 kapsul)
Toradol (1 x 30 mg)
Sanmol (1 x 500 mg)
OMZ (1 x 20 mg)
Lodia (1 x 2 mg)
Ceradolan (2 x 200 mg)
NaCl 0,9 %
Tutofusin OpS (500 ml)
Darah 1 kantong
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
i. v.
Oral
Oral
Oral
i. v.
Oral
Oral
Oral
Oral
Infus
Infus
Infus
Esilgan 1 mg k/p
Longcef (3 x 500 mg)
Stimuno (3 x 50 mg)
Reskuin (1 x 500 mg)
Oral
Oral
Oral
Oral
Cedocard (3 x 5 mg)
Oral
06 – 12 / 04 / 2005
02 – 03 / 04 / 2005
02 – 03 / 04 / 2005 dan
05 – 10 / 04 / 2005
02 – 03 / 04 / 2005 dan
05 – 12 / 04 / 2005
03 / 04 / 2005
03 – 06 / 04 / 2005
03 – 08 / 04 / 2005
03 – 08 / 04 / 2005
03 / 04 / 2005,
05 – 06 / 04 / 2005, dan
08 – 11 / 04 / 2005
11 – 12 / 04 / 2005
04 – 06 / 04 / 2005
05 / 04 / 2005 dan
09 / 04 / 2005
05 – 06 / 04 / 2005 dan
08 – 11 / 04 / 2005
11 – 12 / 04 / 2005
06 / 04 / 2005
06 – 12 / 04 / 2005
07 – 10 / 04 / 2005
07 – 09 / 07 / 2005
07 – 18 / 07 / 2005
07 – 19 / 07 / 2005
07 – 19 / 07 / 2005
08 – 19 / 07 / 2005
09 / 07 / 2005
09 / 07 / 2005
09, 11, 14 / 07 / 2005
14 / 07 / 2005
18 – 19 / 07 / 2005
07 – 14 / 07 / 2005
09 – 15 / 07 / 2005
09 – 11 / 07 / 2005
Amoxsan (3 x 500 mg) VI
Mefinal (1 x 500 mg) k/p bila
pusing atau nyeri
Codein (3 x 10 mg) k/p bila
batuk
19 – 20 / 01 / 2005
20 / 01 / 2005
20 – 29 / 01 / 2005
20 – 22 / 01 / 2005,
24 – 25 / 01 / 2005, dan
27 – 29 / 01 / 2005
21 – 25 / 01 / 2005 dan
-
▪ 02 / 04 / 2005
GDP = 137
GDPP = 207
▪ 03 / 04 / 2005
GDPP = 233
▪ 04 / 04 / 2005
GDS = 220
▪ 06 / 04 / 2005
GDS = 68
▪ 08 / 04 / 2005
GDS = 286
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amoksisilin (S)
Ampisilin (S)
Cefepime (I)
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Cefpirome (S)
Ceftriaxone (I)
Cotrimoxazole (I)
Imipenem (S)
Meropenem (I)
Streptomycin (I)
Teicoplanin (S)
▪ 11 / 04 / 2005
GDP = 149
GDPP = 264
Triatec (2 x 2,5 mg)
Glucophage (3 x 500 mg)
Cursil (3 x 1 kapsul)
Ceradolan (2 x 200 mg)
▪ 06 / 07 / 2005
WBC = 20,48
SGOT = 105,2
SGPT = 58,1
URE = 81
CREAT = 1,5
AS.URT =10,8
▪ 08 / 07 / 2005
GDS = 152
▪ 13 / 07 / 2005
GDP = 123
GDS = 156
▪ 19 / 01 / 2005
WBC = 21,36
CREAT = 1,4
LED 1 j = 118
LED 2 j = 140
▪ 27 / 01 / 2005
▪ 08 / 07 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (I)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (S)
Imipenem (S)
▪ 21 / 01 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
s. d.
29 / 01 / 2005
Clobazam (3 x 10 mg)
Toradol (2 x 30 mg)
Gentamicin 0,1 % (2 x sehari)
Asering (500 ml)
Tutofusin OpS (500 ml)
Martos (500 ml)
NaCl 0,9 %
Darah 2 kantong
Diagnosis:
masuk = kaki diabetik
(diabetic foot)
keluar = kaki diabetik
(diabetic foot)
komplikasi = IHD, infeksi
penyakit penyerta = -
11.
147434, M, L,
33 tahun,
172 cm, 70 kg,
39 °C, 140 / 90 mmHg,
96x/menit
Tanggal perawatan:
04 / 09 / 2005
s. d.
10 / 09 / 2005
Diagnosis:
masuk = DM dan sepsis
keluar = ulkus DM
komplikasi = penyakit penyerta = batuk,
Telapak kaki kiri ada benjolan
merah seperti darah oleh pasien
dibuka sendiri keluar cairan
merah. Luka tidak mengering,
suhu badan naik, sekitar luka
nyeri. Pasien pulang APS karena
terbentur biaya.
Insulin RI 1 x 8 U
Insulin RI 3 x 14 U
Martos (500 ml)
NaCl 0,9 %
Ceftriaxone (1 x 1 g)
Sanmol (3 x 500 mg)
Codein extra (1 x 10 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Flagyl Sup. (3 x 500 mg)
Romilar (3 x 10 cc)
Pronalges (3 x 50 mg)
Profenid Sup. (1 x 100 mg)
MST Continus (1 x 10 mg)
Diamicron (1 x 160 mg)
Oral
i. v.
Topikal
Infus
Infus
Infus
Infus
Infus
s. c.
s. c.
Infus
Infus
i. v.
Oral
Oral
Oral
Rektum
Oral
Oral
Rektum
Oral
Oral
CREAT = 1,2
27 – 29 / 01 / 2005
23 – 25 / 01 / 2005 dan
28 – 29 / 01 / 2005
25 – 26 / 01 / 2005
25 – 26 / 01 / 2005
19 – 28 / 01 / 2005
25 – 27 / 01 / 2005
25 – 27 / 01 / 2005
28 / 01 / 2005
28 / 01 / 2005
04 / 09 / 2005
05 – 10 / 09 / 2005
04 – 07 / 09 / 2005
04 – 09 / 09 / 2005
04 – 10 / 09 / 2005
04 – 10 / 09 / 2005
05 / 09 / 2005
05 – 06 / 09 / 2005
05 – 10 / 09 / 2005
06 – 09 / 09 / 2005
06 – 10 / 09 / 2005
07 / 09 / 2005
07 – 09 / 09 / 2005
08 – 10 / 09 / 2005
Diamicron (1 x 160 mg) X
Glucophage (2 x 500 mg) X
▪ 04 / 09 / 2005
WBC = 25,4
GDS = 374
▪ 07 / 09 / 2005
GDP = 320
GDPP = 345
▪ 09 / 09 / 2005
GDP = 203
GDPP = 210
Amikacin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Cefotaxime (I)
Cefpirome (I)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (I)
Cefuroxime (S)
Gentamicin (S)
Imipenem (I)
Meropenem (S)
Nalidixic Acid (S)
Netilmicin (S)
▪ 22 / 01 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (+) coccus
Hasil pembiakan:
Peptostreptococcus
Hasil:
Kloramfenikol (S)
Ampisilin (S)
Penisilin G (S)
Linkomisin (S)
Klindamisin (S)
Metronidazole (S)
Cefotaxime (S)
Augmentin (S)
▪ 06 / 09 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amikacin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (S)
Cefotiam (S)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (S)
Cefuroxime (I)
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
demam
12.
148284, SM, L,
51 tahun,
36,9 °C, 100 / 80 mmHg,
82x/menit
Pasien mengeluh badan lemas,
nafsu makan berkurang, dan
lutut kemeng. Pasien pulang
APS karena keberatan biaya.
Tanggal perawatan:
24 / 03 / 2005
s. d.
01 / 04 / 2005
13.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = demam,
nyeri otot dan sendi
164342, PR, P,
39 tahun,
37,1 °C, 128 / 80 mmHg,
96x/menit, 12x/menit
Tanggal perawatan:
12 / 05 / 2005
s. d.
05 / 06 / 2005
Diagnosis:
masuk = DM dengan
celulitis pedis sinistra
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = demam,
nyeri otot dan sendi
Telapak kaki kiri terasa nyeri,
bengkak, dan merah. Badan
panas ketika masuk RS. Tanggal
20 / 05 / 2005 dilakukan operasi
debridement ulkus.
Glucovance (2 x 2,5 mg) XX
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
i. v.
Oral
Oral
s. c.
s. c.
Infus
25 / 03 / 2005
25 / 03 / 2005 dan
27 / 03 / 2005
25 / 03 – 01 / 04 / 2005
27 / 03 – 01 / 04 / 2005
31 / 03 – 01 / 04 / 2005
28 – 30 / 03 / 2005
30 / 03 – 01 / 04 / 2005
25 – 30 / 03 / 2005
i. v.
Oral
s. c.
s. c.
s. c.
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Rektum
Oral
Infus
Infus
Infus
Infus
12 – 18 / 05 / 2005
12 – 15 / 05 / 2005
12 – 13 / 05 / 2005
14 – 18 / 05 / 2005
19 – 23 / 05 / 2005
15 / 05 – 05 / 06 / 2005
16 – 26 / 05 / 2005
16 / 05 – 05 / 06 / 2005
18 – 20 / 05 / 2005
21 / 05 – 04 / 06 / 2005
27 / 05 – 02 / 06 / 2005
28 / 05 – 03 / 06 / 2005
31 / 05 – 01 / 06 / 2005
31 / 05 – 04 / 06 / 2005
12 – 19 / 05 / 2005
20 / 05 / 2005
20 / 05 / 2005
22 – 24 / 05 / 2005
Glucophage (2 x 500 mg)
Erytromisin (4 x 250 mg)
Lincocin (3 x 250 mg)
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Oral
Oral
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Zyloric (2 x 100 mg)
Glucovance (1 x 2,5 mg)
Insulin RI 3 x 15 U
Insulin RI 3 x 20 U
Asering 16 tetes / menit
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 12 U
Insulin RI 3 x 15 U
Celebex (1 x 200 mg)
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Profenid E 100 (2 x 100 mg)
Glucovance (1 x 2,5/500)
Glucovance (2 x 2,5/500)
Amoksisilin (3 x 500 mg)
Glucophage (2 x 500 mg)
Profenid Sup. (1 x 100 mg)
Glucobay (2 x 50 mg)
Ringer Laktat 16 tetes / menit
Tutofusin OpS (400 ml)
Martos (350 ml)
Asering
▪ 24 / 03 / 2005
WBC = 19,90
CREAT = 1,3
AS.URT =11,3
Cotrimoxazole (S)
Gentamicin (S)
Imipenem (S)
Kanamycin (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
Teicoplanin (I)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 30 / 03 / 2005
GDP = 337
▪ 31 / 03 / 2005
GDPP = 298
▪ 12 / 05 / 2005
WBC = 15,87
LIM = 8,8
▪ 13 / 05 / 2005
GDP = 300
GDPP = 365
▪ 18 / 05 / 2005
GDP = 311
GDPP = 320
▪ 20 / 05 / 2005
GDPP = 228
▪ 24 / 05 / 2005
GDP = 227
GDPP = 226
▪ 27 / 05 / 2005
GDP = 208
GDPP = 250
▪ 14 / 05 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (+) coccus
Hasil pembiakan:
Staphylococcus
aureus
Hasil:
Amikacin (S)
Amoksisilin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Cefotaxime (I)
Ceftazidime (I)
Ceftriaxone (S)
Cefuroxime (S)
Erytromisin (S)
Gentamicin (I)
Imipenem (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (I)
Teicoplanin (I)
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
▪ 29 / 05 / 2005
GDPP = 210
14.
165555, YPAS, P,
78 tahun,
36,3 °C, 120 / 80 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
16 / 02 / 2005
s. d.
09 / 03 / 2005
Satu minggu yang lalu terdapat
seperti tlusupan pada ibu jari
kaki kiri kemudian benda asing
tersebut dikeluarkan sendiri.
Kaki tambah bengkak, merah,
dan bernanah.
Tanggal 18 / 02 / 2005
dilakukan amputasi ibu jari kaki
kiri.
Diagnosis:
masuk = ganggren pedis
(diabetic)
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = radang
mata
15.
215389, AM, P,
64 tahun,
155 cm, 45 kg,
36,7 °C, 130 / 80 mmHg,
78x/menit
Tanggal perawatan:
02 / 11 / 2005
s. d.
13 / 11 / 2005
Diagnosis:
masuk = DM ganggren
keluar = ulkus DM
komplikasi = hipertensi,
infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
Baquinor (2 x 500 mg)
Asering 20 tetes / menit
Stimuno (3 x 50 mg)
Sanmol (1 x 500 mg)
Ceftriaxone (1 x 1 g)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Insulin RI 1 x 5 U
Insulin RI 3 x 7 U
Cendoxitrol (3 x 1 tetes mata
kanan dan kiri)
Tequin (1 x 400 mg)
Flagyl (3 x 500 mg)
Novonorm (3 x 0,5 mg)
s. c.
s. c.
Topikal
16 – 19 / 02 / 2005
16 – 21 / 02 / 2005
16 – 24 / 02 / 2005
17 – 18 / 02 / 2005
19 – 22 / 02 / 2005
20 – 28 / 02 / 2005 dan
01 – 08 / 03 / 2005
21 / 02 / 2005
21 – 25 / 02 / 2005
23 / 02 – 08 / 03 / 2005
Oral
Oral
Oral
23 / 02 – 08 / 03 / 2005
27 / 02 – 08 / 03 / 2005
06 – 08 / 03 / 2005
Oral
Infus
Oral
Oral
i. v.
Oral
Nonflamin (3 x 50 mg) XXII
Tequin (1 x 400 mg) VII
Flagyl (3 x 500 mg) XIX
Novonorm (3 x 0,5 mg) XIX
▪ 04 / 06 / 2005
GDP = 35
GDPP = 68
▪ 16 / 02 / 2005
LED 1 j = 120
LED 2 j = 140
▪ 17 / 02 / 2005
HbA1c = 10,0
▪ 21 / 02 / 2005
GDP = 197
GDPP = 261
▪ 01 / 03 / 2005
GDP = 140
GDPP = 168
▪ 06 / 03 / 2005
GDP = 144
GDPP = 226
Jari kaki kiri melepuh. Dari
kaki kiri sampai dengan betis
terasa sakit. Tanggal 07 / 11 /
2005 dilakukan operasi jaringan
nekrotik pada ujung jari kaki
kiri, debridement, dan cabut
kuku pada jari kaki kiri.
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 10 U
Ceftriaxone (1 x 1 g)
NaCl 0,9 %
Lipanthyl 200 M (1 x 200 mg /
malam)
s. c.
s. c.
i. v.
Infus
Oral
Parasetamol (3 x 500 mg)
Triatec (1 x 2,5 mg)
Triatec (1 x 5 mg / pagi)
Norvask (1 x 5 mg / malam)
Norvask (1 x 10 mg / malam)
Catapres (2 x 75 mcg)
Catapres (4 x 75 mcg)
Adalat (1 x 5 mg)
Tutofusin OpS
Albiotin (2 x 300 mg)
Augmentin (3 x 500 mg)
Codein (3 x 10 mg)
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
s. l.
Infus
Oral
Oral
Oral
02 – 03 / 11 / 2005
03 – 13 / 11 / 2005
02 – 08 / 11 / 2005
02 – 09 / 11 / 2005
2 – 6 / 11 / 2005,
08 / 11 / 2005, dan
10 – 12 / 11 / 2005
02 – 13 / 11 / 2005
04 – 10 / 11 / 2005
11 – 13 / 11 / 2005
05 – 09 / 11 / 2005
10 – 12 / 11 / 2005
06 – 07 / 11 / 2005
08 – 13 / 11 / 2005
07 / 11 / 2005
07 / 11 / 2005
09 – 10 / 11 / 2005
10 – 13 / 11 / 2005
11 – 13 / 11 / 2005
Triatec (1 x 5 mg / pagi)
Norvask (1 x 10 mg / malam)
Lipanthyl 200 M (1 x 200 mg
/ malam)
Catapres (4 x 75 mcg)
Insulin Actrapid (3 x 10 U)
Augmentin (3 x 500 mg)
▪ 02 / 11 / 2005
WBC = 19,9
LIM = 7,3
URE = 82
CREAT = 2,3
AS.URT = 7,8
GDS = 322
▪ 03 / 11 / 2005
GDP = 132
GDPP = 190
▪ 10 / 11 / 2005
GDP = 133
GDPP = 154
▪ 18 / 02 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amoksisilin (S)
Ampisilin (S)
Cefepime (I)
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Cefotaxime (S)
Cefpirome (S)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (S)
Gatifloksasin (S)
Gentamicin (I)
Imipenem (S)
Netilmicin (S)
Teicoplanin (S)
▪ 04 / 11 / 2005
Bahan:
jaringan nekrotomi
Jenis kuman:
gram (+) coccus
Hasil pembiakan:
Staphylococcus
aureus
Hasil:
Amikacin (S)
Amoksisilin (S)
Ampisilin (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Ciprofloksasin (I)
Cotrimoxazole (S)
Gatifloksasin (I)
Gentamicin (S)
Imipenem (S)
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16.
223109, S, L,
52 tahun,
160 cm, 50 kg,
36 °C, 120 / 80 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
02 / 07 / 2005
s. d.
02 / 10 / 2005
Terdapat ulkus bengkak, merah,
dan luka kotor pada kaki kanan.
Tahun 2004 pernah opname
dengan penyakit yang sama.
Pasien menderita DM sejak
tahun 2000 dan telah dilakukan
amputasi jari manis dan jari
kelingking kaki kanan. Tanggal
09 / 09 / 2005 dilakukan
debridement pedis dextra.
Diagnosis:
masuk = ulcus DM pedis
dextra
keluar = ulcus DM pedis
dextra
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = -
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Oral
Nonflamin (3 x 50 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Oral
Oral
Zegase (1 x 1 tablet)
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Ceftriaxone (1 x 1 g)
Insulin RI 3 x 15 U
Profenid E 100 (2 x 100 mg)
Oral
i. v.
i. v.
s. c.
Oral
Glurenorm 30 mg (1 – 1 – 0)
Oral
Glurenorm 30 mg (2 – 1 – 0)
Oral
Novonorm (3 x 1 mg)
Tequin (1 x 400 mg)
Oral
Oral
02 – 03 / 07 / 2005 dan
19 / 09 – 02 / 10 / 2005
02 – 08 / 07 / 2005
09 / 07 – 16 / 08 / 2005 dan
12 / 09 – 02 / 10 / 2005
02 / 07 – 16 / 08 / 2005
03 – 21 / 07 / 2005
12 – 18 / 09 / 2005
04 – 13 / 07 / 2005
05 – 30 / 07 / 2005 dan
02 / 08 / 2005
08 – 11 / 07 / 2005 dan
23 – 26 / 07 / 2005
12 – 22 / 07 / 2005 dan
26 / 07 – 02 / 10 / 2005
16 / 07 – 02 / 10 / 2005
22 / 07 – 18 / 08 / 2005
Glurenorm 30 mg (2 – 1 – 0)
Novonorm (3 x 1 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
▪ 02 / 07 / 2005
LIM = 9,8
GDS = 668
Kanamycin (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
Streptomycin (I)
Teicoplanin (S)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 06 / 07 / 2005
GDP = 322
GDPP = 295
▪ 11 / 07 / 2005
GDP = 210
GDPP = 384
▪ 15 / 07 / 2005
GDP = 176
GDPP = 330
▪ 21 / 07 / 2005
GDP = 148
GDPP = 148
▪ 25 / 07 / 2005
GDP = 220
GDPP = 244
▪ 29 / 07 / 2005
GDP = 216
GDPP = 230
▪ 02 / 08 / 2005
GDP = 155
GDPP = 170
▪ 30 / 08 / 2005
GDP = 160
GDPP = 173
17.
318948, Y, L,
50 tahun,
Terdapat luka pada telapak kaki
kanan karena lecet memakai
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 18 U
s. c.
s. c.
14 – 15 / 06 / 2005
18 – 19 / 06 / 2005
-
▪ 16 / 09 / 2005
GDP = 181
GDPP = 187
▪ 14 / 06 / 2005
WBC = 26,70
Tidak dilakukan
kultur dan
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37, 6 °C, 120 / 80 mmHg,
88x/menit
Tanggal perawatan:
14 / 06 / 2005
s. d.
25 / 06 / 2005
sepatu. Pasien menderita DM
sejak 10 tahun yang lalu. Pasien
meninggal dunia pada tanggal
25 / 06 / 2005 setelah menjalani
perawatan beberapa lama di
RSPR.
Diagnosis:
masuk = ulcus ganggren
diabetic pedis dextra
keluar = komplikasi = nefropati dan
hepatopati
penyakit penyerta = -
18.
352065, SS, P,
59 tahun,
160 cm, 37,7 °C,
150 / 80 mmHg,
130x/menit, 30x/menit
Tanggal perawatan:
10 / 07 / 2005
s. d.
21 / 07 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = -
Terdapat luka melepuh pada
telapak kaki kanan karena
pasien memakai sepatu sandal.
Pernah dibawa ke alternatif di
Bantul, luka tidak sembuh, jari
kelingking dipotong. Semakin
lama luka tidak membaik dan
pasien lemas. Menderita DM
sejak 15 tahun yang lalu.
Tanggal 17 / 07 / 2005
dilakukan debridement pada
luka. Pasien pulang APS karena
ingin dirawat sendiri di rumah.
Pronalges Sup. (1 x 100 mg) k/p
Pronalges (1 x 50 mg) k/p
Asering 20 – 30 tetes / menit
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Sulferazon (2 x 1 g)
Lipitor (1 x 10 mg)
Methycobal (1 x 500 mcg)
Neurontin (1 x 300 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Pletaal (2 x 50 mg)
Praxilene (2 x 200 mg)
Zegase (1 x 1 tablet)
Plasbumin 25 % (100 cc)
Rektum
i. v.
Infus
Oral
i. v.
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Infus
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Sanmol (3 x 500 mg)
Dekstrose 5 %
NaCl 0,9 % 30– 50 tetes / menit
Oral
Oral
Infus
Infus
Ceftriaxone (1 x 2 g)
Kalnex (3 x 100 mg)
Metrofusin (2 x 100 ml)
Vitamin K (1 x 1 ampul)
Zantac (2 x 1 ampul)
Maxipime (2 x 1 g)
NaCl 0,9 % + Insulin RI 30 U 20
tetes / menit
NaCl 0,9 %
Profenid Sup. (1 x 100 mg)
Ceftum (2 x 1 g)
Sanmol (1 x 500 mg)
i. v.
i. v.
Infus
i. v.
i. v.
i. v.
Infus
Dekstrose 5 % + Insulin RI
Dekstrose 40 % (500 ml)
12 U 20 tetes / menit
Primperan (2 x 1 ampul)
Insulin RI 3 x 12 U
Pletaal (2 x 50 mg)
Sulferazon (2 x 1 g)
Darah 2 kantong
Lasix (1 x 1 ampul) sebelum
transfusi
14 – 19 / 06 / 2005
14 – 19 / 06 / 2005
14 – 19 / 06 / 2005
15 / 06 / 2005
15 – 19 / 06 / 2005
15 – 20 / 06 / 2005
15 – 20 / 06 / 2005
15 – 20 / 06 / 2005
15 – 20 / 06 / 2005
15 – 20 / 06 / 2005
15 – 20 / 06 / 2005
15 – 20 / 06 / 2005
15 / 06 / 2005 dan
21 / 06 / 2005
15 – 21 / 06 / 2005
23 – 24 / 06 / 2005
20 / 06 / 2005
20 / 06 / 2005 dan
23 – 24 / 06 / 2005
20 – 21 / 06 / 2005
20 – 24 / 06 / 2005
20 – 24 / 06 / 2005
20 – 24 / 06 / 2005
20 – 24 / 06 / 2005
22 – 24 / 06 / 2005
10 – 11 / 07 / 2005
Infus
Infus
18 / 07 / 2005
10 – 11 / 07 / 2005
10 – 16 / 07 / 2005
11 / 07 / 2005 dan
15 / 07 / 2005
11 – 19 / 07 / 2005
19 / 07 / 2005
i. v.
s. c.
Oral
i. v.
Infus
i. v.
12 – 21 / 07 / 2005
14 – 15 / 07 / 2005
14 – 21 / 07 / 2005
17 – 20 / 07 / 2005
18 / 07 / 2005
18 / 07 / 2005
Infus
Rektum
i. v.
Oral
NEUT = 90,1
LIM = 4,3
SGPT = 80,5
ALBM = 2,55
URE = 68
CREAT = 1,2
sensitivitas tes
▪ 15 / 06 / 2005
GDP = 527
▪ 20 / 06 / 2005
WBC = 21,02
ALBM = 2,13
URE = 127
CREAT = 1,9
Tequin (1 x 400 mg) X
Vometa (3 x 10 mg) XV
Alinamin–F (3 x 1 tablet)
XXX
▪ 10 / 07 / 2005
WBC = 42,38
NEUT = 92,5
LIM = 1,1
URE = 100
AS.URT = 8,8
▪ 14 / 07 / 2005
WBC = 21,78
LIM = 4,0
▪ 12 / 07 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Proteus mirabilis
Hasil:
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Cefpirome (I)
▪ 17 / 07 / 2005
WBC = 20,34
LIM = 5,5
▪ 18 / 07 / 2005
GDP = 315
▪ 20 / 07 / 2005
WBC = 13,96
NEUT = 89,7
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19.
359831, M, P,
50 tahun,
155 cm, 85 kg,
38 °C, 130 / 80 mmHg,
80x/menit, 18x/menit
Semalam badan pasien dingin
dan tiba – tiba tidak sadar.
Tungkai kanan bengkak dan ada
luka melebar.
Tanggal 26 / 07 / 2005
dilakukan nekrotomi pada luka.
Tanggal perawatan:
22 / 07 / 2005
s. d.
26 / 08 / 2005
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 10 U
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = hipertensi,
infeksi
penyakit penyerta = -
20.
368671, NK, P,
Martos (500 ml)
Miconazole Krim (2 x sehari)
Fortum (2 x 1 g)
Metrofusin (2 x 100 ml)
Asering
Sanmol (3 x 500 mg) k/p
Insulin RI 3 x 6 U
Terdapat luka di kaki kiri dan
Infus
Topikal
i. v.
Infus
Infus
Oral
s. c.
s. c.
s. c.
Insulin RI 3 x 15 U
Insulin RI 3 x 18 U
Insulin RI 3 x 20 U
Insulin RI 3 x 24 U
Insulin RI 3 x 26 U
Insulin RI 3 x 28 U
Insulin RI 3 x 12 U
Insulin RI 3 x 14 U
Insulin RI 3 x 8 U
Darah 1 kantong
Sporanox (2 x 100 mg)
Daktarin Krim (2 x sehari)
NaCl 0,9 %
Extra Plasbumin 25 % (100 cc)
Lasix (1 x 1 ampul)
Tienam (2 x 500 mg)
Tienam (3 x 500 mg)
Triatec (1 x 5 mg)
Renapar (2 x 1 tablet)
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
Infus
Oral
Topikal
Infus
Infus
i. v.
i. v.
i. v.
Oral
Oral
Kalsium karbonat (3 x 1 tablet)
Tutofusin OpS (500 ml)
Rantin (2 x 1 ampul)
Toradol (1 x 30 mg) k/p
Extra Dramamine (1 x 50 mg)
Avil (1 x 12,5 mg)
Sulferazon (1 x 1 g)
Glucovance (1 x 2,5 mg)
Glucovance (2 x 2,5 mg)
Zegase (1 x 1 tablet)
Excelase (3 x 1 kapsul)
Lincocin (3 x 500 mg)
NaCl 0,9 % + Insulin RI 40 U
Oral
Infus
i. v.
i. v.
Oral
Oral
i. v.
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Infus
22 / 07 / 2005
22 / 07 / 2005
22 – 26 / 07 / 2005
22 – 27 / 07 / 2005
22 – 28 / 07 / 2005
22 – 28 / 07 / 2005
22 / 07 / 2005 dan
31 / 07 – 02 / 08 / 2005
29 – 30 / 07 / 2005
03 / 08 / 2005,
13 – 14 / 08 / 2005 dan
17 / 08 / 2005
04 – 05 / 08 / 2005
06 / 08 / 2005
07 / 08 / 2005
08 / 08 / 2005
09 / 08 / 2005
10 – 12 / 08 / 2005
15 – 16 / 08 / 2005
16 / 08 / 2005
18 / 08 / 2005
23 – 26 / 07 / 2005
23 – 31 / 07 / 2005
23 / 07 – 03 / 08 / 2005
24 / 07 – 09 / 08 / 2005
26 / 07 / 2005
26 / 07 / 2005
26 – 27 / 07 / 2005
27 / 07 – 08 / 08 / 2005
26 / 07 – 26 / 08 / 2005
27 – 28 / 07 / 2005 dan
30 / 07 – 21 / 08 / 2005
27 / 07 – 21 / 08 / 2005
29 / 07 – 01 / 08 / 2005
29 / 07 – 02 / 08 / 2005
29 / 07 – 06 / 08 / 2005
02 / 08 / 2005
02 – 26 / 08 / 2005
08 – 18 / 08 / 2005
11 – 15 / 08 / 2005
16 – 26 / 08 / 2005
12 – 26 / 08 / 2005
19 – 26 / 08 / 2005
19 – 26 / 08 / 2005
11 / 08 / 2005
Lincocin (3 x 500 mg) II
Excelase (3 x 1 kapsul) II
Glucovance (2 x 2,5 mg)
XXIII
Triatec (1 x 5 mg) VII
Zegase (1 x 1 tablet) XII
Avil (1 x 12,5 mg) 8 ½ tablet
LIM = 4,9
▪ 22 / 07 / 2005
WBC = 10,90
▪ 23 / 07 / 2005
GDP = 45
▪ 26 / 07 / 2005
WBC = 15,75
LIM = 8,3
▪ 28 / 07 / 2005
WBC = 15,48
▪ 02 / 08 / 2005
WBC = 10,76
GDP = 306
GDPP = 317
▪ 04 / 08 / 2005
WBC = 11,26
▪ 18 / 08 / 2005
WBC = 10,74
▪ 04 / 08 / 2005
Bahan:
jaringan nekrotomi
Jenis kuman:
gram (+) coccus
Hasil pembiakan:
Staphylococcus
aureus
Hasil:
Amikacin (I)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (I)
Cefpirome (S)
Ceftazidime (I)
Ceftriaxone (I)
Clindamycin (S)
Erytromisin (S)
Imipenem (S)
Kanamycin (I)
Lincomycin (I)
Meropenem (I)
Netilmicin (S)
▪ 19 / 08 / 2005
GDP = 138
GDPP = 186
DRC steril 2 pak
▪ 11 / 08 / 2005
▪ 16 / 08 / 2005
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72 tahun,
37,5 °C, 150 / 90 mmHg,
90x/menit, 23x/menit
kanan. Luka di kaki kiri tampak
kemerahan dan masih basah.
Sedangkan luka di kaki kanan
kering, tidak bernanah.
Tanggal perawatan:
11 / 08 / 2005
s. d.
29 / 08 / 2005
Diagnosis:
masuk = DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = -
21.
390333, AK, L,
80 tahun,
37,8 °C, 170 / 90 mmHg,
100x/menit, 24x/menit
Tanggal perawatan:
20 / 06 / 2005
s. d.
09 / 07 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = stroke, infeksi
penyakit penyerta = demam
Terdapat luka pada ibu jari
tangan kanan, membengkak dan
kemerahan.
Tanggal 18 / 06 / 2005 pasien
jatuh dan semenjak itu tidak
dapat bangun sendiri. Badan
pasien panas.
Tanggal 23 / 06 / 2005
dilakukan debridement
ibu jari tangan kanan.
NaCl 0,9 %
Ringer Laktat + Insulin 10 U
20 tetes / menit
Amoxsan (2 x 1 g)
Metrofusin (2 x 100 ml)
Metrofusin (2 x 150 mg)
Profenid Sup. (1 x 100 mg) k/p
Insulin RI 3 x 18 U
Insulin RI 3 x 20 U
Insulin RI 3 x 22 U
Insulin RI 3 x 25 U
Insulin 3 x 15 U
Diflucan (1 x 100 mg)
Novonorm (3 x 1 mg)
Dekstrose 10 %
Plasbumin 25 % (100 cc)
Infus
Infus
18 – 29 / 08 / 2005
11 – 14 / 08 / 2005
i. v.
Infus
i. v.
Rektum
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
Oral
Oral
Infus
Infus
11 – 20 / 08 / 2005
11 – 28 / 08 / 2005
21 – 28 / 08 / 2005
13 / 08 / 2005
13 – 15 / 08 / 2005
15 – 17 / 08 / 2005
17 – 19 / 08 / 2005
19 – 22 / 08 / 2005
23 / 08 / 2005
20 – 29 / 08 / 2005
21 – 22 / 08 / 2005
22 – 23 / 08 / 2005
25 / 08 / 2005
Lincocin (3 x 500 mg)
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 1 x 6 U (pk 18.00)
Insulin RI 3 x 10 U
Insulin RI 3 x 4 U
NaCl 0,9 %
Triatec (1 x 2,5 mg) tiap malam
Tutofusin OpS
Oral
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
Infus
Oral
Infus
Sulferazon (2 x 1 g)
Toradol (2 x 30 mg)
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Ciprofloksasin (3 x 500 mg)
Imipenem (2 x 500 mg)
Asering 12 tetes / menit
Primperan (2 x 1 ampul)
Primperan (2 x 10 mg)
Sibelium (1 x 5 mg)
i. v.
i. v.
Oral
Oral
i. v.
Infus
i. v.
Oral
Oral
20 – 23 / 06 / 2005
20 – 25 / 06 / 2005
23 / 06 / 2005
25 – 29 / 06 / 2005
04 – 06 / 07 / 2005
20 – 27 / 06 / 2005
20 / 06 – 08 / 07 / 2005
22 / 06 / 2005 dan
27 / 06 / 2005
24 – 27 / 06 / 2005
24 – 28 / 06 / 2005
26 – 27 / 06 / 2005
02 – 09 / 07 / 2005
28 / 06 – 01 / 07 / 2005
30 / 06 – 01 / 07 / 2005
30 / 06 – 03 / 07 / 2005
04 – 09 / 07 / 2005
01 – 03 / 07 / 2005 dan
DRC gulung 10 buah
Plester micropore 1 buah
Rivanol 200 cc 1 botol
Underpad 10 buah
WBC = 17,16
LIM = 9,9
▪ 15 / 08 / 2005
GDP = 149
GDPP = 332
▪ 17 / 08 / 2005
GDS = 292
▪ 19 / 08 / 2005
GDP = 173
GDPP = 322
Ciprofloksasin (3 x 500 mg)
X
Diamicron (1 x 80 mg / pagi)
VII
Triatec (1 x 2,5 mg / malam)
VII
Primperan (2 x 10 mg) XIV
k/p Sibelium bila pusing (1 x
5 mg) X
▪ 20 / 06 / 2005
LIM = 11,6
MONO = 11,8
URE = 61
CREAT = 1,6
AS.URT = 7,1
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Proteus mirabilis
Hasil:
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Cefpirome (I)
Ciprofloksasin (I)
Imipenem (S)
Kanamycin (I)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
▪ 28 / 08 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amikacin (I)
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Kanamycin (S)
Nalidixic Acid (S)
Streptomisin (S)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 21 / 06 / 2005
GDP = 376
GDPP = 426
▪ 25 / 06 / 2005
GDP = 276
GDPP = 271
▪ 06 / 07 / 2005
GDP = 239
GDPP = 292
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Trosyd Krim (2 x sehari)
Mycospor Krim (2 x sehari)
Diamicron (1 x 80 mg) tiap pagi
22.
409342, CK, P,
51 tahun,
163 cm, 73 kg,
37,1 °C, 140 / 90 mmHg,
76x/menit
Tanggal perawatan:
30 / 05 / 2005
s. d.
03 / 06 / 2005
Terdapat luka di telapak kaki
kanan, bengkak dan dari luka
tersebut keluar cairan bening
berbau, sendi – sendi terasa
sakit. Riwayat DM sejak 16
tahun yang lalu.
Tanggal 01 / 06 / 2005
dilakukan eksisi ulkus telapak
kaki kanan.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = hipertensi dan
infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
23.
442861, S, P,
65 tahun,
37,5 °C, 130 / 50 mmHg,
88x/menit
Tanggal perawatan:
16 / 01 / 2005
s. d.
19 / 01 / 2005
24.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
447007, S, P,
55 tahun,
Kaptopril (2 x 12,5 mg)
Pletaal (2 x 50 mg)
Catapres (1 x 75 mcg) pk 23.00
Neuralgin (1 x 1 tablet) k/p
Diamicron (1 x 80 mg)
Diamicron (1 x 160 mg)
Insulin RI 1 x 8 U
Ciproxin (2 x 500 mg)
Asering
Tutofusin OpS
Bezalip (1 x 200 mg)
Celebex (2 x 200 mg)
Topikal
Topikal
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
s. c.
Oral
Infus
Infus
Oral
Oral
05 – 09 / 07 / 2005
01 – 08 / 07 / 2005
02 – 09 / 07 / 2005
07 – 09 / 07 / 2005
30 / 05 – 03 / 06 / 2005
30 / 05 – 03 / 06 / 2005
31 / 05 / 2005
31 / 05 / 2005
31 / 05 – 01 / 06 / 2005
01 – 03 / 06 / 2005
31 / 05 – 01 / 06 / 2005
31 / 05 – 03 / 06 / 2005
01 / 06 / 2005
01 / 06 / 2005
02 / 06 / 2005
02 – 03 / 06 / 2005
▪ 08 / 07 / 2005
GDS = 271
Ciproxin (2 x 500 mg)
Celebex (2 x 200 mg)
Diamicron (1 x 160 mg/pagi)
Pletaal (2 x 50 mg) XX
Praxilene (2 x 200 mg) XX
Kaptopril (2 x 25 mg) XX
Bezalip (1 x 200 mg) X
▪ 09 / 07 / 2005
GDP = 197
▪ 30 / 05 / 2005
WBC = 11,75
CREAT = 1,1
GDP = 271
▪ 31 / 05 / 2005
GDP = 223
GDS = 319
▪ 01 / 06 / 2005
GDP = 237
▪ 02 / 06 / 2005
GDP = 225
▪ 03 / 06 / 2005
GDP = 234
Pasien mengeluh sakit pegal –
pegal, kaki bengkak, dan ada
luka terbuka tidak kering –
kering. Pasien pulang APS
dengan alasan keterbatasan
dana.
Rawat inap I. Telapak kaki kiri
pasien sakit (senut – senut) dan
Amoksisilin (2 x 1 g)
Metrofusin (2 x 100 ml)
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Lasix (1 x 1 ampul)
Cedocard (2 x 5 mg)
i. v.
Infus
Oral
i. v.
Oral
16 – 18 / 01 / 2005
16 – 18 / 01 / 2005
16 – 18 / 01 / 2005
17 / 01 / 2005
18 – 19 / 01 / 2005
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
X
Cedocard (2 x 5 mg) X
Novonorm (3 x 1 mg) XV
Kemicetine salep
▪ 16 / 01 / 2005
WBC = 17,36
NEUT = 92,0
LIM = 3,5
▪ 31 / 05 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Proteus mirabilis
Hasil:
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (S)
Cefpirome (S)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (S)
Cefuroxime (S)
Ciprofloksasin (S)
Gentamicin (I)
Imipenem (I)
Kanamycin (I)
Meropenem (S)
Nalidixic Acid (S)
Netilmicin (S)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 19 / 01 / 2005
WBC = 20,48
NEUT = 93,1
LIM = 2,9
Glucovance 2,5 mg (1 – 0 – 0)
Oral
18 – 28 / 01 / 2005 dan
30 – 31 / 01 / 2005
Cefadroxil (3 x 500 mg) XX
Glucovance 2,5 mg (1–0–0)
▪ 17 / 01 / 2005
WBC = 14,46
Tidak dilakukan
kultur dan
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157 cm, 58 kg,
36,5 °C, 130 / 80 mmHg,
82x/menit, 18x/menit
Tanggal perawatan:
17 / 01 / 2005
s. d.
31 / 01 / 2005
25.
Diagnosis:
masuk = DM, pembesaran
kaki kiri
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = batuk
berdahak dan nyeri otot dan
sendi
447007, S, P,
56 tahun,
36,2 °C, 140 / 90 mmHg,
88x/menit, 20x/menit
Tanggal perawatan:
21 / 12 / 2005
s. d.
31 / 12 / 2005
26.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = batuk
berdahak
447731, S, L,
56 tahun,
165 cm, 65 kg,
38,5 °C, 100 / 70 mmHg,
106x/menit, 30x/menit
Tanggal perawatan:
16 / 10 / 2005
s. d.
31 / 10 / 2005
Diagnosis:
masuk = DM
tampak membesar. Pasien sudah
menopause. Pasien menderita
DM sudah lebih dari 15 tahun.
Tanggal 22 / 01 / 2005
dilakukan insisi abses pada
tumit kaki kiri.
Reskuin (2 x 250 mg)
Sanadryl Expectorant (4 x 5 cc)
Toradol (2 x 30 mg) k/p
Ceftriaxone (1 x 1 g)
Cefadroxil (3 x 500 mg)
Oral
Oral
i. v.
i. v.
Oral
18 – 29 / 01 / 2005
18 – 31 / 01 / 2005
22 – 24 / 01 / 2005
22 – 26 / 01 / 2005
30 – 31 / 01 / 2005
VII
Sanadryl Expectorant (3 x 15
cc) 1 botol
GDS = 277
sensitivitas tes
▪ 21 / 01 / 2005
GDPP = 181
▪ 25 / 01 / 2005
GDPP = 214
▪ 28 / 01 / 2005
CREAT = 1,7
▪ 30 / 01 / 2005
GDP = 186
GDPP = 369
Glucovance (2 x 2,5 mg)
Oxoferin tetes luka
Dalacin C (3 x 300 mg)
▪ 21 / 12 / 2005
WBC = 32,2
LIM = 7,9
CREAT = 1,4
GDS = 252
s. c.
s. c.
Oral
Oral
Oral
21 / 12 / 2005
21 – 29 / 12 / 2005
21 – 30 / 12 / 2005
22 / 12 / 2005 dan
24 / 12 / 2005
23 / 12 / 2005
26 / 12 / 2005
22 – 31 / 12 / 2005
24 – 29 / 12 / 2005
29 / 12 / 2005
Oral
i. v.
s. c.
s. c.
s. c.
Oral
Oral
Oral
Oral
16 / 10 / 2005
16 – 21 / 10 / 2005
17 / 10 / 2005
18 – 20 / 10 / 2005
21 – 28 / 10 / 2005
21 – 31 / 10 / 2005
24 – 25 / 10 / 2005
25 – 31 / 10 / 2005
26 – 31 / 10 / 2005
Glibenklamid 5 mg (1–1–0)
XX
Metformin (3 x 500 mg)
XXX
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
X
▪ 16 / 10 / 2005
NEUT = 95,5
LIM = 3,2
URE = 76
CREAT = 2,5
GDS = 707
Rawat inap II dengan telapak
kaki kiri yang tambah
membengkak dan keluar nanah.
Tanggal 23 / 12 / 2005
dilakukan insisi pergelangan
kaki kiri.
Codein (1 x 5 mg) pk 24.00
Primperan (2 x 1 ampul) k/p
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Insulin RI 1 x 12 U
Oral
i. v.
i. v.
s. c.
Insulin RI 2 x 16 U
Insulin RI 3 x 8 U
Sanadryl Expectorant (4 x 5 cc)
Esilgan (1 x 1 mg) tiap malam
Glucovance 2,5 mg (1 – 0 – 0)
Pasien mengeluh lemas, pusing.
Terdapat luka pada tumit kiri
karena terkena knalpot 2 minggu
yang lalu. Pasien menderita DM
sejak tahun 1996.
Sanmol (1 x 500 mg)
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Insulin RI 3 x 6 U
Insulin RI 3 x 10 U
Insulin RI 3 x 14 U
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Glibenklamid (1 x 5 mg) tiap pagi
Glibenklamid 5 mg (1 – 1 – 0)
Metformin (3 x 500 mg)
▪ 29 / 10 / 2005
GDPP = 162
GDS = 114
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 27 / 10 / 2005
Bahan: urine
Jenis kuman:
gram (+) coccus
Hasil pembiakan:
Staphylococcus
aureus
Hasil:
Amikacin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Erytromisin (S)
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = 27.
459040, D, L,
49 tahun,
165 cm, 65 kg,
37,2 °C, 130 / 80 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
08 / 01 / 2005
s. d.
20 / 01 / 2005
Pasien mengeluh demam, mual,
terdapat luka pada jari
kelingking kaki kanan yang
menghitam dan keluar nanah.
Pasien menderita DM sejak
tahun 1997.
Tanggal 11 / 01 / 2005
dilakukan debridement luka dan
amputasi jari kelingking kaki
kanan.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM dan
hematuria
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = demam,
mual
Extra Sistenol (1 x 1 tablet)
Insulin RI 3 x 8 U
Oral
s. c.
Insulin RI 1 x 12 U
Insulin RI 3 x 6 U
Insulin RI 3 x 4 U
Ceftum (2 x 1 g)
Primperan (2 x 1 ampul)
Extra Sanmol (2 x 500 mg)
Dulcolax (1 x 5 mg)
Tramal (4 x 75 mg)
Flagyl (3 x 100 ml)
Extra Plantacid (1 x 10 cc)
Plantacid (3 x 10 cc)
Bactrim Forte (2 x 960 mg)
Glucotrol 5 mg (1 – 0 – 0) pk
08.00
s. c.
s. c.
s. c.
i. v.
i. v.
Oral
Oral
i. v.
Infus
Oral
Oral
Oral
Oral
09 / 01 / 2005
09 – 10 / 01 / 2005 dan
15 – 19 / 01 / 2005
11 / 01 / 2005
13 – 15 / 01 / 2005
20 / 01 / 2005
09 – 17 / 01 / 2005
09 – 17 / 01 / 2005
10 / 01 / 2005
11 / 01 / 2005
11 – 13 / 01 / 2005
11 – 17 / 01 / 2005
13 / 01 / 2005
15 – 20 / 01 / 2005
18 – 20 / 01 / 2005
20 / 01 / 2005
Bactrim Forte (2 x 960 mg)
XV
Glucotrol 5 mg (1 – 0 – 0) X
▪ 08 / 01 / 2005
WBC = 22,8
NEUT = 20,4
LIM = 0,8
SGOT = 40,8
SGPT = 87,1
URE = 76
CREAT = 1,9
AS.URT = 8,2
GDS = 392
▪ 10 / 01 / 2005
GDP = 145
▪ 15 / 01 / 2005
GDP = 172
GDPP = 206
▪ 17 / 01 / 2005
GDP = 147
GDPP = 153
▪ 18 / 01 / 2005
CREAT = 1,1
28.
460373, K, P,
82 tahun,
37,6 °C, 160 / 100 mmHg,
82x/menit
Tanggal perawatan:
15 / 01 / 2005
s. d.
21 / 01 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM pedis
sinistra
komplikasi = infeksi
Pasien tampak sakit sedang.
Terdapat ulkus di telapak kaki
kiri diverban. Tidak ada tanda
syok hipo atau hiperglikemia.
Keluhan luka senut – senut.
NaCl 0,9 %
Clacef (1 x 1 g)
Fludilat (1 x 100 mg)
Insulin RI 3 x 7 U
Neurontin (2 x 100 mg)
Triatec 2,5 mg (0 – 0 – 1)
Cordaron (2 x 100 mg)
Infus
i. v.
Oral
s. c.
Oral
Oral
Oral
15 – 20 / 01 / 2005
16 – 20 / 01 / 2005
16 – 20 / 01 / 2005
16 – 20 / 01 / 2005
16 – 20 / 01 / 2005
16 – 20 / 01 / 2005
18 – 20 / 01 / 2005
Fludilat (1 x 100 mg) VI
Neurontin (2 x 100 mg) III
Triatec 2,5 mg (0 – 0 – 1)
Cordaron (2 x 100 mg) 1½
Osadrox (3 x 500 mg) III
Analsik (3 x 1 tablet) III
Nonflamin (3 x 50 mg) III
▪ 15 / 01 / 2005
WBC = 15,13
GDS = 270
▪ 16 / 01 / 2005
GDP = 255
GDPP = 213
Imipenem (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
Streptomycin (S)
Teicoplanin (S)
▪ 17 / 01 / 2005
Bahan:
hapusan pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amikacin (S)
Ampisilin (I)
Ceftazidime (I)
Gentamycin (I)
Kanamycin (I)
Nalidixic Acid (I)
Netilmicin (S)
Gatifloksasin (S)
Streptomycin (I)
Cotrimoxazole (S)
Cefuroxime (I)
Cefepime (I)
Cefotaxime (I)
Meropenem (S)
Cefpirome (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Imipenem (S)
▪ 18 / 01 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Pseudomonas sp.
Hasil:
Gentamycin (S)
Netilmicin (S)
Meropenem (S)
Imipenem (S)
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29.
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
461413, W, P,
56 tahun,
168 cm, 70 kg,
36,5 °C, 110 / 50 mmHg,
119x/menit, 24x/menit
Tanggal perawatan:
24 / 01 / 2005
s. d.
27 / 01 / 2005
Bulan Desember 2004 ada
semacam bisul di punggung dan
diambil nanahnya oleh dokter
bedah RS PKU.
Tanggal 24 / 01 / 2005 pasien
mengeluh lemas kemudian
periksa dan opname di RSPR.
Tanggal 27 / 01 / 2005 pasien
meninggal dunia setelah
menjalani perawatan beberapa
lama.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = komplikasi = encephalopati
dan DM sepsis
penyakit penyerta = -
30.
463159, M, P,
67 tahun,
36,7 °C, 150 / 80 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
06 / 02 / 2005
s. d.
17 / 02 / 2005
31.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM pada
telapak kaki kiri
keluar = ulkus DM
komplikasi = hipertensi,
infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
464258, MWPP, P,
80 tahun,
36,5 °C, 140 / 90 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
Pasien mengeluh kaki kiri
bengkak, nyeri kira – kira
selama 1 bulan terakhir, dan
sering kesemutan pada kedua
kaki. Riwayat DM sudah 1
tahun. Tanggal 11 / 02 / 2005
dilakukan operasi pembersihan
luka (debridement) pada daerah
sakit.
Terdapat ulkus di telapak kaki
kanan. Semalam badan gemetar,
terasa panas, dan tidak dapat
tidur. Tanggal 22 / 02 / 2005
dilakukan operasi debridement
pada ulkus.
-
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Asering
Asering + Dopamin
Extra Kalsium Glukonat 2 ampul
Extra NaCl 5 %
NaCl 0,9 % + Insulin RI 10 U
Flagyl (3 x 1 ampul)
Flagyl (2 x 100 ml)
Maxipime (2 x 1 g)
Nicholin (2 x 250 mg)
Stimuno (3 x 50 mg)
Vometa (3 x 10 mg)
Darah 2 kantong
Lasix (1 x 2 ampul) pk 10.30
Tetagam P (250 UI / ml)
Sanmol (2 x 500 mg) k/p
i. v.
Infus
Infus
i. v.
Infus
Infus
i. v.
Infus
i. v.
i. v.
Oral
Oral
Infus
i. v.
i. m.
Oral
24 – 25 / 01 / 2005
24 – 27 / 01 / 2005
24 – 27 / 01 / 2005
25 / 01 / 2005
25 / 01 / 2005
26 – 27 / 01 / 2005
25 – 26 / 01 / 2005
26 – 27 / 01 / 2005
25 – 27 / 01 / 2005
25 – 27 / 01 / 2005
25 – 27 / 01 / 2005
25 – 27 / 01 / 2005
26 / 01 / 2005
26 / 01 / 2005
26 / 01 / 2005
26 – 27 / 01 / 2005
Pronalges (1 x 100 mg)
Profenid E 100 (2 x 100 mg)
i. m.
Oral
Kaptopril (2 x 12,5 mg)
Reskuin (2 x 250 mg)
Glibenklamid 5 mg (1 – 0 – 0)
Dormicum (1 x 2,5 mg)
Zantac (1 x 50 mg)
Amoxsan (3 x 1 g)
Primperan (3 x 5 mg)
Plantacid (3 x 10 cc)
Tarivid (2 x 200 mg)
Claritin (1 x 10 mg)
Encephabol Forte (3 x 200 mg)
Pirasetam (3 x 1200 mg)
Pletaal (3 x 50 mg)
Oral
Oral
Oral
i. v.
i. v.
i. v.
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
07 / 02 / 2005
08 – 11 / 02 / 2005 dan
13 – 17 / 02 / 2005
07 – 17 / 02 / 2005
07 – 17 / 02 / 2005
08 – 17 / 02 / 2005
12 / 02 / 2005
12 / 02 / 2005
13 – 15 / 02 / 2005
13 – 16 / 02 / 2005
13 – 17 / 02 / 2005
13 – 17 / 02 / 2005
17 / 02 / 2005
17 / 02 / 2005
17 / 02 / 2005
17 / 02 / 2005
Kaptopril (2 x 12,5 mg)
Glibenklamid (1 x 5 mg)
Cravit (1 x 250 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Reskuin (2 x 250 mg)
Asering
Infus
Cefadroxil (2 x 500 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Pletaal (2 x 50 mg)
Diamicron (1 x 240 mg)
Oral
Oral
Oral
Oral
15 – 16 / 02 / 2005 dan
22 – 24 / 02 / 2005
15 – 26 / 02 / 2005
15 – 26 / 02 / 2005
15 – 26 / 02 / 2005
18 – 23 / 02 / 2005
Glucotrol (1 x 10 mg)
Pletaal (2 x 50 mg)
Cefadroxil (2 x 500 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
▪ 24 / 01 / 2005
WBC = 26,07
NEUT = 90,0
LIM = 4,0
LED 1 j = 100
LED 2 j = 150
ALK.FSF= 681
URE = 110
CREAT = 2,8
GDS = 501
▪ 25 / 01 / 2005
Gam.GT=205,0
▪ 26 / 01 / 2005
WBC = 21,09
LIM = 8,0
▪ 06 / 02 / 2005
GDS = 172
▪ 26 / 01 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Proteus mirabilis
Hasil:
Amikacin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (I)
Cefpirome (S)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (S)
Gatifloksasin (S)
Gentamicin (S)
Imipenem (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 07 / 02 / 2005
GDP = 70
GDPP = 147
▪ 10 / 02 / 2005
GDP = 70
▪ 16 / 02 / 2005
GDPP = 184
▪ 15 / 02 / 2006
WBC = 11,50
LIM = 8,0
GDS = 142
AS.URT = 7,4
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Glucophage (3 x 500 mg)
Insulin RI 1 x 4 U
Kalnex (2 x 1 ampul)
Kalnex (1 x 1 ampul)
Martos
Tutofusin OpS
Glucotrol (1 x 5 mg)
15 / 02 / 2005
s. d.
26 / 02 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM (foot
diabetic)
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = demam
Oral
s. c.
i. v.
i. v.
Infus
Infus
Oral
▪ 18 / 02 / 2005
GDP = 321
GDPP = 330
21 – 25 / 02 / 2005
22 / 02 / 2005
22 – 23 / 02 / 2005
24 / 02 / 2005
22 – 24 / 02 / 2005
22 – 24 / 02 / 2005
26 / 02 / 2005
▪ 20 / 02 / 2005
GDP = 255
GDPP = 288
▪ 21 / 02 / 2005
GDS = 120
▪ 22 / 02 / 2005
GDP = 181
▪ 24 / 02 / 2005
GDP = 49
GDS = 197
▪ 25 / 02 / 2005
GDP = 207
32.
464343, W, L,
37 tahun, 170 cm,
38 °C, 130 / 70 mmHg,
80x/menit
Tanggal perawatan:
15 / 02 / 2005
s. d.
23 / 03 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM +
pancreatitis
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta =
pancreatitis
Keluhan saat masuk RS, pasien
merasa sakit perut, perut terasa
panas, muntah – muntah, BAB
cair 5 – 7 kali. Terdapat luka
pada jari II dan jari III kaki
kanan. Riwayat DM sejak 5
tahun yang lalu.
Tanggal 22 / 02 / 2005
dilakukan amputasi jari III kaki
kanan. Tanggal 02 / 03 / 2005
dilakukan operasi debridement
luas pada luka. Pasien pulang
APS karena keberatan biaya.
Vometa (3 x 10 mg) k/p
Asering 20 tetes / menit
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Enzyplex (3 x 1 tablet)
Oral
Infus
Oral
Oral
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Oral
Sanmol (3 x 500 mg) k/p
Oral
Glibenklamid 5 mg (1 – 0 – 1)
Oral
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Insulin RI 12 U – 8 U – 8 U
Insulin RI 8 U – 8 U – 4 U
Insulin RI 3 x 4 U
i. v.
s. c.
s. c.
s. c.
15 / 02 / 2005
15 / 02 – 11 / 03 / 2005
16 – 17 / 02 / 2005
16 – 24 / 02 / 2005,
26 – 28 / 02 / 2005, dan
01 – 07 / 03 / 2005
17 – 18 / 02 / 2005,
20 – 22 / 02 / 2005,
01 / 03 / 2005,
03 – 04 / 03 / 2005, dan
18 / 03 / 2005
19 / 02 / 2005,
23 – 27 / 02 / 2005, dan
20 / 03 / 2005
17 – 19 / 02 / 2005,
21 / 02 / 2005,
23 – 24 / 02 / 2005, dan
26 / 02 / 2005
18 – 24 / 02 / 2005
20 – 21 / 02 / 2005
22 – 27 / 02 / 2005
28 / 02 / 2005 dan
01 – 02 / 03 / 2005
Linkomisin (3 x 500 mg)
Metronidazol (3 x 250 mg)
Enzyplex (3 x 1 tablet)
Pletaal (2 x 50 mg)
Pharmaton F (1 x 1 kapsul)
Neurontin (3 x 100 mg)
Metformin (3 x 500 mg)
Glibenklamid (3 x 2,5 mg)
▪ 26 / 02 / 2005
GDP = 193
▪ 25 / 02 / 2005
WBC = 18,47
LIM = 5,4
GDP = 193
▪ 27 / 02 / 2005
GDP = 158
▪ 28 / 02 / 2005
GDP = 49
▪ 01 / 03 / 2005
WBC = 14,81
NEUT = 89,5
LIM = 3,2
URE = 50
CREAT = 2,4
GDP = 228
▪ 05 / 03 / 2005
GDP = 287
GDPP = 371
▪ 02 / 03 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Imipenem (S)
Meropenem (S)
▪ 21 / 03 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Pseudomonas
aeruginosa
Hasil:
Amikacin (R)
Amoksisilin (R)
Ampicillin (R)
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33.
469332, MN, L,
60 tahun,
36,6 °C, 100 / 70 mmHg,
84x/menit
Tanggal perawatan:
24 / 03 / 2005
s. d.
04 / 04 / 2005
Terdapat luka coklat – coklat
dan nyeri pada telapak kaki
kanan. Pasien kencing tidak
terasa dan BAB terasa tidak
lancar. Pasien kadang – kadang
pusing. Tidak terjadi hipo atau
hiperglikemia (kadar glukosa
darah stabil).
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 12 U
New Diatabs (1 x 2 tablet) k/p
Rantin (1 x 1 g)
Neurobion – 5000 (1 x 1 ampul)
s. c.
s. c.
Oral
i. v.
i. m.
NaCl 0,9 % 20 tetes / menit
Infus
Cefotaxime (3 x 1 g)
Pharmaton F (1 x 1 kapsul)
Pletaal (2 x 50 mg)
Lodia (1 x 2 mg)
i. v.
Oral
Oral
Oral
Neurontin (3 x 100 mg)
Darah 2 kantong
Oral
Infus
Metrofusin (3 x 100 ml)
Infus
Primperan (2 x 1 ampul)
i. v.
Ulsikur (2 x 1 ampul)
Tienam (2 x 500 mg)
i. v.
i. v.
Profenid Sup. (1 x 100 mg)
Aspar – K (2 x 1 tablet)
Kalmethason (2 x 1 ampul) bila
panas
Sanadryl Expectorant (3 x 10 cc)
Becombion Sirup (3 x 10 cc)
Aminosteril 5 % per hari
Rektum
Oral
i. v.
Doveri (3 x 100 mg)
Vitamin C (1 x 1 g)
Amoksisilin (3 x 500 mg)
Parasetamol (3 x 500 mg) k/p bila
suhu ≥ 38,5 °C
Asam Folat (2 x 5 mg)
Becefort (1 x 1 tablet)
Pletaal (2 x 50 mg)
Aminosteril 10 % (100 ml / hari)
Kedacilin (3 x 1 g)
Asering (500 ml)
Metronidazol (3 x 500 mg)
Oral
Oral
Oral
Oral
14 – 22 / 03 / 2005
15 – 18 / 03 / 2005
16 / 03 / 2005 dan
18 – 23 / 03 / 2005
16 – 23 / 03 / 2005
Tiap tanggal ganjil
25 – 26 / 03 / 2005
25 / 03 – 01 / 04 / 2005
Oral
Oral
Oral
Infus
i. v.
Infus
Oral
25 / 03 – 04 / 04 / 2005
25 / 03 – 04 / 04 / 2005
25 / 03 – 04 / 04 / 2005
26 – 28 / 03 / 2005
26 / 03 – 03 / 04 / 2005
28 / 03 – 03 / 04 / 2005
31 / 03 – 04 / 04 / 2005
Oral
Oral
Infus
▪ 08 / 03 / 2005
GDPP = 239
05 – 08 / 03 / 2005
18 – 23 / 03 / 2005
20 – 25 / 02 / 2005
22 / 02 / 2005
22 / 02 / 2005,
15 – 17 / 03 / 2005, dan
19 – 22 / 03 / 2005
25 / 02 – 01 / 03 / 2005 dan
08 – 23 / 03 / 2005
25 / 02 – 06 / 03 / 2005
25 / 02 – 23 / 03 / 2005
25 / 02 – 23 / 03 / 2005
26 – 27 / 02 / 2005,
01 – 07 / 03 / 2005, dan
14 – 15 / 03 / 2005
26 / 02 – 23 / 03 / 2005
27 – 28 / 02 / 2005,
12 / 03 / 2005, dan
14 – 15 / 03 / 2005
01 – 06 / 03 / 2005 dan
15 / 03 / 2005
01 – 07 / 03 / 2005 dan
15 – 16 / 03 / 2005
06 – 07 / 03 / 2005
08 – 10 / 03 / 2005 dan
18 – 23 / 03 / 2005
10 / 03 / 2005
13 – 23 / 03 / 2005
14 – 15 / 03 / 2005
▪ 09 / 03 / 2005
GDP = 260
▪ 11 / 03 / 2005
WBC = 17,86
LIM = 5,4
URE = 75
CREAT = 2,9
▪ 14 / 03 / 2005
WBC = 24,92
LIM = 6,3
▪ 16 / 03 / 2005
WBC = 28,14
LIM = 7,5
▪ 19 / 03 / 2005
GDP = 263
Cefepime (R)
Cefoperazone –
Sulbactam (R)
Cefotaxime (R)
Cefpirome (R)
Ceftazidime (R)
Ceftriaxone (R)
Cefuroxime (R)
Ciprofloksasin (R)
Klindamisin (R)
Cotrimoxazole (R)
Eritromisin (R)
Gatifloksasin (R)
Gentamisin (R)
Imipenem (R)
Kanamycin (R)
Linkomisin (R)
Meropenem (R)
Nalidixic acid (R)
Netilmicin (R)
Streptomisin (R)
Teicoplanin (R)
▪ 22 / 03 / 2005
GDP = 131
GDPP = 187
Pletaal (2 x 50 mg)
Novonorm 0,5 mg (1 – 1 – 0)
Detrusitol (2 x 1 tablet)
Neurontin (1 x 300 mg)
▪ 24 / 03 / 2005
WBC = 15,22
NEUT = 84,3
LIM = 4,5
SGOT = 38,5
SGPT = 45,0
▪ 25 / 03 / 2005
GDP = 115
GDPP = 101
▪ 27 / 03 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Erytromisin (I)
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi, anemia
megaloblastik
473263, SHP, L,
63 tahun,
170 cm, 65 kg,
38,5 °C, 130 / 80 mmHg,
104x/menit, 20x/menit
Tanggal perawatan:
23 / 04 / 2005
s. d.
09 / 05 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = stroke, infeksi
penyakit penyerta = mual
dan muntah
35.
475260, P, L,
55 tahun,
163 cm, 64 kg,
37 °C, 170 / 90 mmHg,
100x/menit
Tanggal perawatan:
09 / 05 / 2005
s. d.
02 / 06 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = hipertensi,
Neurontin (2 x 300 mg)
Novonorm (1 x 0,5 mg)
Detrusitol (2 x 1 tablet)
Oral
Oral
Oral
31 / 03 – 04 / 04 / 2005
01 – 04 / 04 / 2005
02 – 04 / 04 / 2005
▪ 29 / 03 / 2005
GDP = 123
Gentamycin (S)
Imipenem (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
▪ 02 / 04 / 2005
GDP = 110
Tanggal 16 / 04 / 2005 di rumah
pada saat tidur tiba – tiba badan
pasien kaku dan pasien tidak
sadar. Oleh dokter pasien
dinyatakan stroke. Pasien juga
mengalami mual dan muntah.
Cairan yang keluar berwarna
merah – hitam – kuning.
Keadaan umum pasien tampak
sakit. Pasien pulang APS dengan
alasan merasa jenuh dan
keterbatasan biaya perawatan.
Terdapat luka (ulkus) pada jari
II kaki kanan.
Tanggal 14 / 05 / 2005
dilakukan debridement dan
amputasi jari II kaki kanan.
Insulin RI 3 x 6 U
Insulin RI 3 x 10 U
Ka – En 1B
Pletaal (2 x 50 mg)
Rantin (2 x 1 ampul)
Nicholin (2 x 250 mg)
Methycobal 1 ampul (2 hari sekali)
s. c.
s. c.
Infus
Oral
i. v.
i. v.
i. v.
Methycobal (3 x 500 mcg)
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Encephabol Forte (3 x 200 mg)
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Sanmol (3 x 500 mg)
Tarivid (2 x 400 mg)
Inpepsa (3 x 10 cc)
Mucohexin (3 x 5 cc)
Glucotrol (1 x 5 mg)
Oral
i. v.
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Reskuin (1 x 500 mg)
Kaptopril (2 x 25 mg)
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Novonorm (3 x 0,5 mg)
Novonorm (3 x 1 mg)
Novonorm (3 x 1,5 mg)
Novonorm (3 x 2 mg)
NaCl 0,9 % + Tutofusin OpS +
Martos 10 %
NaCl 0,9 %
Toradol (2 x 30 mg) k/p
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Gentamycin (2 x 80 mg)
Aprovel (1 x 300 mg)
Cefotaxime (2 x 1 g)
23 / 04 – 03 / 05 / 2005
04 – 09 / 05 / 2005
23 / 04 – 07 / 05 / 2005
23 / 04 – 09 / 05 / 2005
23 / 04 – 09 / 05 / 2005
24 – 30 / 04 / 2005
24, 26, 28, 30 / 04 / 2005
dan
02, 04, 06 / 05 / 2005
07 – 09 / 05 / 2005
24 / 04 – 06 / 05 / 2005
24 / 04 – 09 / 05 / 2005
26 / 04 / 2005
27 – 30 / 04 / 2005
26 / 04 – 09 / 05 / 2005
28 / 04 – 09 / 05 / 2005
04 / 05 / 2005
09 / 05 / 2005
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Infus
09 – 14 / 05 / 2005
10 / 05 – 02 / 06 / 2005
12, 14, 16, 22 / 05 / 2005
12 – 25 / 05 / 2005
26 – 30 / 05 / 2005
30 – 31 / 05 / 2005
01 – 02 / 06 / 2005
14 – 15 / 05 / 2005
Infus
i. v.
i. v.
i. v.
Oral
i. v.
14 – 27 / 05 / 2005
14 – 16 / 05 / 2005
14 – 18 / 05 / 2005
14 – 18 / 05 / 2005
18 / 05 – 01 / 06 / 2005
18 / 05 – 01 / 06 / 2005
Encephabol Forte (3 x 200
mg) LXI
Pletaal (2 x 50 mg) XXXXI
Tarivid (2 x 400 mg) V
Glucotrol (1 x 5 mg) X
▪ 23 / 04 / 2005
WBC = 13,11
LIM = 10,0
URE = 53
CREAT = 1,6
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 24 / 04 / 2005
GDP = 148
GDPP = 216
▪ 28 / 04 / 2005
LIM = 7,3
MONO = 14,1
▪ 03 / 05 / 2005
WBC = 12,13
GDP = 267
GDPP = 243
Unasyn (3 x 375 mg)
Kaptopril (2 x 25 mg)
Novonorm (3 x 2 mg)
Aprovel (1 x 300 mg)
Tequin (1 x 400 mg)
Flagyl (3 x 500 mg)
▪ 08 / 05 / 2005
URE = 59
CREAT = 1,9
GDP = 203
GDPP = 227
▪ 09 / 05 / 2005
WBC = 12,43
LIM = 5,1
GDS = 117
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 11 / 05 / 2005
GDP = 129
GDPP = 243
▪ 13 / 05 / 2005
WBC = 13,84
LIM = 4,6
▪ 14 / 05 / 2005
GDPP = 245
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
infeksi
penyakit penyerta = -
Metrofusin (3 x 100 ml)
Darah 2 kantong
Darah 1 kantong
Infus
Infus
Infus
18 / 05 – 01 / 06 / 2005
20 / 05 / 2005
21 / 05 / 2005
▪ 18 / 05 / 2005
WBC = 18,74
NEUT = 91,7
LIM = 2,5
▪ 22 / 05 / 2005
WBC = 18,30
NEUT = 89,6
LIM = 3,3
▪ 25 / 05 / 2005
GDP = 113
GDPP = 284
▪ 29 / 05 / 2005
GDPP = 247
▪ 31 / 05 / 2005
GDS = 223
36.
482900, SSH, L,
60 tahun, 165 cm,
38,7 °C, 140 / 90 mmHg,
112x/menit
Tanggal perawatan:
10 / 07 / 2005
s. d.
20 / 07 / 2005
Diagnosis:
masuk = abses pada jari ke–
2 kaki kanan
keluar = ulkus DM kaki
kanan
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = demam
Lebih kurang 8 hari terakhir
kaki kanan bengkak karena
terkena gigitan ular.
Tanggal 10 / 07 / 2005 badan
panas, pasien tidak mau makan,
dan kaki kanan masih bengkak.
Bila digunakan untuk jalan sakit
sekali. Tanggal 17 / 07 / 2005
dilakukan insisi di sekitar ulkus
DM.
Ringer Laktat
Ceftriaxone (1 x 1 g)
NaCl 0,9 %
Nonflamin (3 x 50 mg)
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 10 U
Insulin RI 3 x 12 U
Parasetamol (3 x 500 mg) k/p
Infus
i. v.
Infus
Oral
s. c.
s. c.
s. c.
Oral
Pletaal (2 x 50 mg)
Praxilene (2 x 200 mg)
Kalnex (1 x 500 mg)
Potacol – R 28 tetes / menit
(2 x 500 ml)
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Actos (1 x 15 mg)
Metformin (3 x 500 mg)
Zegase (1 x 1 tablet)
Oral
Oral
i. v.
Infus
10 / 07 / 2005
10 – 18 / 07 / 2005
10 – 18 / 07 / 2005
10 – 20 / 07 / 2005
11 – 12 / 07 / 2005
12 – 14 / 07 / 2005
14 – 19 / 07 / 2005
11 / 07 / 2005 dan
13 / 07 / 2005
11 – 20 / 07 / 2005
11 – 20 / 07 / 2005
17 / 07 / 2005
18 / 07 / 2005
Oral
Oral
Oral
Oral
18 – 20 / 07 / 2005
19 / 07 / 2005
19 – 20 / 07 / 2005
19 – 20 / 07 / 2005
Pletaal (2 x 50 mg)
Metformin (3 x 500 mg)
Actos (1 x 15 mg)
Praxilene (2 x 200 mg)
▪ 01 / 06 / 2005
GDS = 241
▪ 10 / 07 / 2005
WBC = 14,42
LIM = 9,8
CREAT = 1,0
▪ 11 / 07 / 2005
GDP = 231
GDPP = 290
▪ 12 / 07 / 2005
GDP = 220
GDS = 332
▪ 13 / 07 / 2005
GDPP = 294
▪ 11 / 07 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amoksisilin (S)
Ampisilin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (I)
Cefpirome (S)
Ceftazidime (I)
Ceftriaxone (S)
Erytromisin (S)
Gatifloksasin (S)
Gentamycin (S)
Imipenem (S)
Kanamycin (I)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37.
483089, J, P,
70 tahun,
37,5 °C, 120 / 80 mmHg,
96x/menit, 19x/menit
Tanggal perawatan:
11 / 07 / 2005
s. d.
20 / 07 / 2005
Terdapat luka di kaki kanan dan
kiri yang semakin meluas dan
berbau. Riwayat DM sudah 8
tahun. Tanggal 16 / 07 / 2005
dilakukan debridement luas kaki
kanan dan kiri. Pasien pulang
APS dengan alasan tidak
mampu untuk membiayai.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM pedis
bilateral
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = -
38.
486788, K, L,
50 tahun,
160 cm, 42 kg,
37,8 °C, 120 / 80 mmHg,
104x/menit, 19x/menit
Tanggal perawatan:
09 / 08 / 2005
s. d.
16 / 08 / 2005
39.
Diagnosis:
masuk = DM ganggren pada
paha kanan dan kiri
keluar = ulkus DM
komplikasi = penyakit penyerta = demam
488264, AA, L,
61 tahun,
36 °C, 130 / 70 mmHg,
80x/menit
Sejak 6 bulan yang lalu pasien
tidak dapat berjalan. Sejak 1
bulan yang lalu terdapat luka
hitam kecil pada paha kanan dan
kiri. Dua minggu yang lalu luka
tambah melebar. Satu minggu
yang lalu pasien mulai panas,
tidak mau makan, dan luka
tambah kotor. Pasien mulai
menderita DM sejak 1997.
Pasien pulang APS dengan
alasan keterbatasan biaya.
Empat bulan yang lalu jempol
kaki kiri pasien diamputasi.
Amputasinya gagal, luka tidak
kering, kemudian dibawa ke
i. v.
Infus
Oral
Oral
i. v.
Oral
i. v.
Infus
11 – 16 / 07 / 2005
11 / 07 / 2005 dan
16 – 17 / 07 / 2005
15 / 07 / 2005
11 – 17 / 07 / 2005 dan
19 – 20 / 07 / 2005
12 / 07 / 2005
13 – 16 / 07 / 2005
16 – 19 / 07 / 2005
20 / 07 / 2005
12 – 16 / 07 / 2005
14 – 15 / 07 / 2005
14 – 15 / 07 / 2005
15 / 07 / 2005
14 – 15 / 07 / 2005 dan
20 / 07 / 2005
15 – 18 / 07 / 2005
16 / 07 / 2005
16 / 07 / 2005
16 / 07 / 2005
16 – 20 / 07 / 2005
19 – 20 / 07 / 2005
19 – 20 / 07 / 2005
09 / 08 / 2005
Infus
09 / 08 / 2005
Infus
Infus
10 / 08 / 2005
11 – 13 / 08 / 2005
i. v.
Oral
s. c.
s. c.
Rektum
Oral
09 – 15 / 08 / 2005
10 / 08 / 2005
11 – 12 / 08 / 2005
13 – 14 / 08 / 2005
11 – 14 / 08 / 2005
14 – 15 / 08 / 2005
Oral
15 / 08 / 2005
Oral
Oral
Infus
i. v.
22 – 27 / 08 / 2005
23 – 27 / 08 / 2005
23 – 27 / 08 / 2005
23 – 28 / 08 / 2005
Celebex (1 x 200 mg)
Diazepam (1 x 5 mg) k/p
Oral
Oral
Extra Diazepam (1 x 10 mg)
Ringer Laktat
Oral
Infus
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 10 U
Insulin RI 3 x 7 U
Insulin RI 3 x 5 U
Ceftum (2 x 1 g)
NaCl 0,9 %
Plasbumin 25 %
Plasbumin 20 % (100 ml)
Profenid Sup. (1 x 100 mg) k/p
Extra Toradol (2 x 30 mg)
Asering
Narfoz (1 x 4 mg)
Sanmol (1 x 500 mg)
Tienam (2 x 500 mg)
Alinamin – F (3 x 1 tablet)
Primperan (2 x 1 ampul)
NaCl 0,9 % (250 ml) +
Insulin RI 25 U 20 tetes / menit
Ringer Laktat +
Insulin RI 10 U 20 tetes / menit
Ringer Laktat
Ringer Laktat +
Insulin RI 8 U 20 tetes / menit
Ceftriaxone (2 x 1 g)
Sistenol (1 x 1 tablet) k/p
Insulin RI 1 x 8 U
Insulin RI 1 x 12 U
Profenid Sup. (1 x 100 mg) k/p
Neurontin 300 mg (0 – 0 – 1) tiap
malam
Glucovance 2,5 mg (1 – 0 – 0)
Mefinal (1 x 500 mg) k/p
Amoxsan (3 x 500 mg)
Asering
Lasix (2 x 1 ampul)
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
i. v.
Infus
Infus
Infus
Rektum
Diabex (2 x 250 mg)
Alinamin – F (3 x 1 tablet)
Tequin (1 x 400 mg)
▪ 11 / 07 / 2005
WBC = 22,89
LIM = 8,9
▪ 12 / 07 / 2005
GDP = 236
GDPP = 193
▪ 14 / 07 / 2005
GDS = 145
▪ 15 / 07 / 2005
GDPP = 176
Streptomycin (I)
Teicoplanin (I)
▪ 13 / 07 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Eschericia coli
Hasil:
Amikacin (I)
Cefepime (I)
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Imipenem (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (I)
▪ 18 / 07 / 2005
WBC = 11,18
▪ 19 / 07 / 2005
GDP = 117
Glucovance 2,5 mg (1–0–0)
X
Tequin (1 x 400 mg) X
▪ 09 / 08 / 2005
WBC = 22,07
LIM = 8,8
CREAT = 0,5
GDS = 573
Cefspan (2 x 100 mg) X
Asam Mefenamat (3 x 500
mg) XVI
Nonflamin (3 x 50 mg) XIV
▪ 22 / 08 / 2005
SGOT = 48,5
URE = 47
CREAT = 1,4
▪ 14 / 08 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Proteus mirabilis
Hasil:
Cefoperazone–
Sulbactam (I)
Erytromisin (I)
Imipenem (S)
Meropenem (S)
Netilmicin (S)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tanggal perawatan:
22 / 08 / 2005
s. d.
28 / 08 / 2005
40.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = IHD, infeksi
penyakit penyerta = 490784, HM, L,
60 tahun,
170 cm, 55 kg,
36, 2 °C, 130 / 70 mmHg,
88x/menit, 20x/menit
Tanggal perawatan:
12 / 09 / 2005
s. d.
23 / 09 / 2005
41.
Diagnosis:
masuk = ulkus DM (foot
diabetic)
keluar = ulkus DM kaki
kanan dan kiri.
komplikasi = penyakit penyerta = 494797, S, L,
59 tahun,
169 cm, 65 kg,
39,5 °C, 130 / 80 mmHg,
120x/menit, 20x/menit
Tanggal perawatan:
11 / 10 / 2005
s. d.
20 / 10 / 2005
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
RSPR untuk dilakukan
nekrotomi. Nekrotomi tidak jadi
dilakukan, pasien pulang APS
dengan alasan kondisinya sudah
merasa membaik.
Sepuluh bulan yang lalu telah
dilakukan amputasi jempol kaki
kiri (ulkus DM). Sekarang
telapak kaki kiri menebal.
Riwayat DM sejak 12 tahun
yang lalu. Selama perawatan di
RSPR, pada tanggal
19 / 09 / 2005 dilakukan
debridement ulkus jempol kaki
kiri dan telapak kaki kanan dan
kiri. Oleh dokter dianjurkan
untuk opname supaya glukosa
darahnya terkontrol dan lukanya
cepat sembuh.
Terdapat luka di telapak kaki
kanan (bagian tumit), terasa
nyeri dan keluar nanah. Untuk
jalan terasa sakit dan pasien
mengeluh kaki kanan kemeng –
kemeng. Pasien sudah 6 tahun
menderita DM.
Tanggal 14 / 10 / 2005
dilakukan operasi pembersihan
luka (nekrotomi ulkus DM).
Nonflamin (3 x 50 mg)
Dulcolax (1 x 5 mg) pk 15.00
Enzyplex (1 x 1 tablet)
Extra Laxoberon 15 tetes
Extra Rantin (1 x 1 ampul)
Asam Mefenamat (3 x 500 mg)
Cefspan (2 x 100 mg)
Oral
Oral
Oral
Oral
i. v.
Oral
Oral
23 – 28 / 08 / 2005
24 / 08 / 2005
24 / 08 / 2005
24 / 08 / 2005
24 / 08 / 2005
28 / 08 / 2005
28 / 08 / 2005
Aspar – K (2 x 1 tablet) XII
Kaptopril (2 x 6,25 mg) VI
Lasix (2 x 40 mg) XII
Glibenklamid (2 x 5 mg)
Glibenklamid (1 x 5 mg)
Oral
Oral
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
Neurontin (1 x 300 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Pletaal (2 x 50 mg)
Novonorm (3 x 0,5 mg)
Insulin RI 1 x 6 U
Narfoz (1 x 4 mg) k/p
Analsik (2 – 3 x 1 tablet) k/p
Tutofusin OpS
Bactrim Forte (2 x 960 mg)
Extra Kalnex (2 x 500 mg) sampai
lukanya tidak merembes
Zegase (1 x 1 tablet)
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
s. c.
Oral
Oral
Infus
Oral
Oral
13 / 09 / 2005
14 – 18 / 09 / 2005 dan
20 – 23 / 09 / 2005
13 – 18 / 09 / 2005
13 – 23 / 09 / 2005
13 – 23 / 09 / 2005
13 – 23 / 09 / 2005
17 – 23 / 09 / 2005
18 / 09 / 2005
19 / 09 / 2005
19 – 20 / 09 / 2005
19 – 20 / 09 / 2005
19 – 23 / 09 / 2005
19 – 23 / 09 / 2005
Bactrim Forte (2 x 960 mg)
Nonflamin (3 x 50 mg)
Zegase (1 x 1 tablet)
Pletaal (2 x 50 mg)
Glibenklamid (2 x 5 mg)
Novonorm (3 x 0,5 mg)
Neurontin (1 x 300 mg)
Methycobal (2 x 500 mcg)
Oral
19 – 23 / 09 / 2005
Insulin RI 2 x 10 U
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 12 U
Insulin RI 2 x 18 U
Insulin RI 1 x 20 U pk 06.00
Insulin RI 3 x 14 U
Insulin RI 3 x 16 U
Insulin RI 3 x 18 U
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
Sanmol (3 x 500 mg)
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
s. c.
Oral
Oral
Kedacilin (3 x 1 g)
NaCl 0,9 %
NaCl 0,9 % + Tutofusin OpS
(1 : 2)
Glucovance 2,5 mg (1 – 0 – 0)
Glucovance 2,5 mg (1 – 0 – 1)
i. v.
Infus
Infus
11 / 10 / 2005
12 / 10 / 2005
13 – 14 / 10 / 2005
14 / 10 / 2005
15 / 10 / 2005
15 – 16 / 10 / 2005
16 – 17 / 10 / 2005
17 – 20 / 10 / 2005
11 / 10 / 2005
13 – 15 / 10 / 2005 dan
17 / 10 / 2005
11 – 18 / 10 / 2005
11 – 19 / 10 / 2005
15 – 16 / 10 / 2005
Oral
Oral
13 – 18 / 10 / 2005
19 – 20 / 10 / 2005
GDS = 241
▪ 23 / 08 / 2005
GDPP = 196
▪ 28 / 08 / 2005
GDS = 159
▪ 13 / 09 / 2005
GDP = 131
GDPP = 224
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 15 / 09 / 2005
GDP = 146
GDPP = 219
▪ 16 / 09 / 2005
LED 1 j = 98
LED 2 j = 134
Glucovance (3 x 2,5 mg)
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
▪ 11 / 10 / 2005
WBC = 26,2
LIM = 6,4
SGOT = 57,3
SGPT = 59,4
CREAT = 0,9
GDS = 415
▪ 16 / 10 / 2005
GDS = 245
GDPP = 303
▪ 17 / 10 / 2005
WBC = 19,9
GDP = 237
▪ 13 / 10 / 2005
Bahan: pus
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Pseudomonas
aeruginosa
Hasil:
Amikacin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (I)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (S)
Ciprofloksasin (S)
Cotrimoxazole (S)
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Norvask 10 mg (0 – 0 – 1)
Dulcolax Sup. (1 x 10 mg)
Toradol (2 x 30 mg) k/p
Metrofusin (2 x 100 ml)
Ciprofloksasin (2 x 500 mg)
42.
503180, CU, L,
65 tahun,
165 cm, 48 kg,
37,5 °C, 130 / 80 mmHg,
93x/menit, 20x/menit
Tanggal perawatan:
12 / 12 / 2005
s. d.
22 / 12 / 2005
Belum sembuh jempol kaki kiri
sakit (nyeri) sekarang terdapat
luka di telapak kaki kiri, nyeri,
merah, luka berlubang, keluar
nanah, luka kotor dan bau.
Selama perawatan di RSPR,
tanggal 15 / 12 / 2005 dilakukan
debridement ulkus DM.
Oral
Rektum
i. v.
Infus
Oral
NaCl 0,9 %
Infus
Insulin RI 3 x 6 U
Insulin RI 3 x 8 U
Insulin RI 3 x 10 U
Amoksisilin (2 x 1 g)
Amoxsan (2 x 1 g)
Sanmol (1 x 500 mg) k/p
s. c.
s. c.
s. c.
i. v.
i. v.
Oral
Vometa (3 x 10 mg)
Garamycin (2 x 60 mg)
Oral
i. v.
Gatifloksasin (I)
Gentamycin (S)
Imipenem (I)
Kanamycin (I)
Meropenem (S)
Nalidixic Acid (S)
Netilmicin (S)
Streptomycin (I)
13 – 19 / 10 / 2005
14 / 10 / 2005
15 – 16 / 10 / 2005
17 – 19 / 10 / 2005
19 – 20 / 10 / 2005
12 – 15 / 12 / 2005 dan
19 – 21 / 12 / 2005
13 – 14 / 12 / 2005
15 – 20 / 12 / 2005
21 – 22 / 12 / 2005
13 – 20 / 12 / 2005
21 – 22 / 12 / 2005
15 – 16 / 12 / 2005 dan
18 / 12 / 2005
15 – 22 / 12 / 2005
16 – 22 / 12 / 2005
Glucotrol 5 mg (1 – 0 – 0) X
Klindamisin (3 x 300 mg) XX
▪ 13 / 12 / 2005
WBC = 18,5
LIM = 9,5
CREAT = 0,7
▪ 15 / 10 / 2005
Bahan:
jaringan nekrose
Jenis kuman:
gram (-) batang
Hasil pembiakan:
Enterobacter sp.
Hasil:
Amikacin (S)
Cefepime (S)
Cefoperazone–
Sulbactam (S)
Cefotaxime (S)
Cefotiam (I)
Ceftazidime (S)
Ceftriaxone (S)
Ciprofloksasin (S)
Cotrimoxazole (S)
Gatifloksasin (S)
Gentamycin (I)
Imipenem (S)
Kanamycin (I)
Meropenem (S)
Nalidixic Acid (S)
Netilmicin (S)
Streptomycin (I)
Tidak dilakukan
kultur dan
sensitivitas tes
▪ 16 / 12 / 2005
GDS = 179
▪ 20 / 12 / 2005
GDPP = 250
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Diagnosis:
masuk = ulkus DM
keluar = ulkus DM
komplikasi = infeksi
penyakit penyerta = nyeri
otot dan sendi
Sanadryl Expectorant (4 x 5 cc)
Diamicron 80 mg (1 – 0 – 0)
Glucotrol 5 mg (1 – 0 – 0)
Oral
Oral
Oral
16 – 22 / 12 / 2005
18 – 22 / 12 / 2005
22 / 12 / 2005
Keterangan:
I : Intermediate
R : Resisten
S : Sensitif
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
ALBM
ALK.FSF
APS
AS.URT
BAB
CREAT
CRF
DM
Gam.GT
GDP
GDPP
GDS
GLOB
HbA1c
HD
IHD
i. m.
i. v.
j
k/p
L
LED
LIM
MONO
NaCl
NEUT
P
pk
RI
RS
s. c.
s. d.
s. l.
SGOT
SGPT
Sup.
U
URE
WBC
: albumin (mg/dl)
: alkali fosfatase (U/L)
: atas permintaan sendiri
: asam urat (mg/dl)
: buang air besar
: creatinin (mg/dl)
: chronic renal failure (gagal ginjal kronis)
: diabetes mellitus
: gamma GT (U/L)
: glukosa darah puasa (mg/dl)
: glukosa darah post prandial atau 2 jam setelah makan (mg/dl)
: glukosa darah sewaktu (mg/dl)
: globulin (U/l)
: kadar glukosa darah selama 3 bulan terakhir dan diperiksa setiap
3 bulan (%)
: hemodialisa (cuci darah)
: ischaemic heart disease (penyakit jantung iskhemik)
: intramuskular
: intravena
: jam
: kalau perlu
: laki – laki
: laju endap darah (mm)
: limfosit (%)
: monosit (%)
: natrium klorida
: neutropil (%)
: perempuan
: pukul
: regular insulin
: rumah sakit
: subcutan
: sampai dengan
: sublingual
: serum glutamat oksaloasetat transaminase (U/l)
: serum glutamat piruvat transaminase (U/l)
: supositoria
: unit
: ureum (mg/dl)
: white blood cell atau sel darah putih atau lekosit (10^3/ul)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Penggolongan Obat Pasien Ulkus DM di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2005
Obat saluran cerna
No.
Golongan obat
1.
Antasida
2.
Antagonis reseptor–H2
3.
4.
5.
6.
7.
Khelator dan senyawa kompleks
Penghambat pompa proton
Adsorben dan pembentuk massa
Antimotilitas
Pencahar stimulan
8.
Enzim pencernaan
Jenis obat
aluminium hidroksida,
magnesium hidroksida,
dimetil polisiloksan
simetidin
ranitidin
sukralfat
omeprazol
attapulgit
loperamid hidroklorida
bisakodil
natrium pikosulfat
pankreatin
Nama obat
Plantacid®
Ulsikur®
Rantin®, Zantac®
Inpepsa®
OMZ®
New Diatabs®
Lodia®
Dulcolax®
Laxoberon®
Excelase®, Primperan®
Obat darah
No.
1.
Golongan obat
Anemia megaloblastik
Jenis obat
asam folat
Nama obat
Asam Folat®
Obat kardiovaskular
No.
1.
2.
11.
Diuretika kuat
Antiplatelet
Hemostatik dan antifibrinolitik
Obat penurun lipid
kelompok klofibrat
Obat penurun lipid statin
Jenis obat
amiodaron hidroklorida
kaptopril
ramipril
valsartan
klonidin hidroklorida
isosorbid dinitrat
amlodipin besilat
diltiazem hidroklorida
nifedipin
furosemid
silostazol
asam traneksamat
bezafibrat
fenofibrat
atorvastatin
12.
Obat untuk syok dan hipotensi
dopamin hidroklorida
13.
Vasodilator perifer
naftidrofuril oksalat
bensiklan
flunarisin
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Golongan obat
Antiaritmia
Penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE)
Antagonis reseptor angiotensin II
Antihipertensi yang bekerja sentral
Antiangina golongan nitrat
Antiangina golongan antagonis
kalsium
Nama obat
Cordaron®
Kaptopril®
Triatec®
Aprovel®
Catapres®
Cedocard®
Norvask®
Herbesser®
Nifedipine®, Adalat®
Lasix®
Pletaal®
Kalnex®
Bezalip®
Lipanthyl 200 M®
Lipitor®
Dopamine
Hydrochloride
Injection®
Praxilene®
Fludilat®
Sibelium®, Unalium®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Obat saluran napas
No.
1.
2.
3.
4.
Golongan obat
Antihistamin non–sedatif
Antihistamin sedatif
Mukolitik
Antitusif
5.
Ekspektoran
Jenis obat
loratadin
feniramin maleat
bromheksin
kodein fosfat
dekstrometorfan
difenhidramin kombinasi
alkaloida opium dengan morphin
Nama obat
Claritin®
Avil®
®
Bisolvon , Mucohexin®
Codein®
Romilar®
Sanadryl Expectorant®
Doveri®
Obat sistem saraf pusat
No.
1.
Golongan obat
Hipnotik
2.
Ansiolitik
3.
Obat untuk mual dan vertigo
4.
Antiepilepsi
5.
Depresan saraf pusat
Jenis obat
midazolam
estazolam
diazepam
dimenhidrinat
domperidon
ondansetron
klobazam
gabapentin
pirasetam
mekobalamin
Nama obat
Dormicum®
Esilgan®
Diazepam®, Valium®
Dramamine®
Vometa®
Narfoz®
Clobazam®
Neurontin®
Pirasetam®
Methycobal®
Infusi
No.
Golongan obat
1.
Cairan dan elektrolit
2.
Pengganti plasma
Jenis obat
Ca2+, K+, Na+, C-, asetat
Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, asetat, sorbitol
natrium klorida
natrium laktat, Na+, HCO3glukosa
maltosa
Na+, Cl-, glukosa
NaCl, KCl, CaCl2, Na-laktat, maltosa
albumin
Nama obat
Asering®
Tutofusin OpS®
Natrium Klorida®
Laktat Ringer®
Dekstrose®
Martos®
Ka–En 1B®
Potacol–R®
Plasbumin®
Obat lain–lain (suplemen, metabolisme, vaksin, dan tetes mata)
No.
1.
2.
Golongan obat
Suplemen
Metabolisme
3.
4.
5.
Vaksin
Kortikosteroid
Obat lain
Jenis obat
ekstrak phyllanthi herba
sitikolina
piritinol
imunoglobulin G dengan antibodi tetanus toksin
deksametason
tolterodin L–tartrat
Nama obat
Stimuno®
Nicholin®
Encephabol®
Tetagam P®
Cendoxitrol®
Detrusitol®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Obat gizi
No.
Golongan obat
Jenis obat
garam Ca
1.
Mineral
garam K
garam K dan Mg
garam Zn
vitamin B1
vitamin B1, B2, B6, B12, C, E,
Ca-pantotenat, nikotinamida
vitamin B1, B2, B6, B12, nikotinamida,
pantotenol, D (+) biotin
vitamin B1, B2, B6, B12, nikotinamida,
Ca-pantotenat, amilase, protease,
asam desoksikolat, dimetilpolisiloksan
vitamin B1, B6, B12
sari ginseng G 115 konsentrasi tinggi,
dimetilamisetanol bitartrat, vit-A, B1, B2,
B6, B12, C, D, E, besi (II) sulfat dihidrat,
kalsium hidrogen fosfat, Ca-fluorida,
Ca-sulfat, tembaga (II) sulfat monohidrat,
mangan (II) sulfat monohidrat, magnesium
sulfat trihidrat, seng oksida, lesitina
vitamin C
vitamin K
asam amino esensial
2.
Vitamin
Nama obat
Kalsium Karbonat®
Kalsium Glukonate®
Aspar – K®
Renapar®
Zegase®
Alinamin–F®
Becefort®
Becombion®
Enzyplex®
Neurobion–5000®
Pharmaton®
Vitamin C®
Vitamin K®
Ketosteril®, Aminosteril®
Obat analgesik
No.
Golongan obat
1.
Analgesik
non–opioid
2.
Analgesik opioid
Jenis obat
asetosal
parasetamol
parasetamol kombinasi dengan bukan
psikoleptik
asam mefenamat
dipiron kombinasi dengan psikoleptik
tinoridin
ketorolak trometamol
metampiron
tramadol hidroklorida
garam morfin
Nama obat
Aspilet®
Parasetamol®, Sanmol®
Sistenol®
Asam Mefenamat®
Mefinal®
Analsik®
Nonflamin®
Toradol®
Neuralgin®
Tramal®
MST Continus®
Obat otot skelet dan sendi
No.
1.
2.
3.
4.
Golongan obat
Antiinflamasi nonsteroid
(AINS)
Kortikosteroid
Obat untuk mengatasi gout
Antireumatik dan antiencok
Jenis obat
ketoprofen
deksametason natrium fosfat
alopurinol
selekosib
Nama obat
Pronalges®, Profenid®,
Profenid E 100®
Kalmethason®
Zyloric®
Celebex®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Obat antidiabetik
No.
1.
2.
Sulfonilurea
3.
Biguanid
Jenis obat
regular insulin (RI) atau insulin
kerja singkat (short–acting)
gliklazid
glibenklamid
glipizid
glikuidon
glimepirida
metformin hidroklorida
4.
5.
Antidiabetik lain
Antidiabetik
kombinasi
Meglitinid
Thiazolidinedione
akarbosa
glibenklamid dan
metformin hidroklorida
repaglinid
pioglitazone
6.
7.
Golongan obat
Insulin
Nama obat
ACTRAPID HM®
Diamicron®
Glibenklamid®
Glucotrol®
Glurenorm®
Amaryl®
Metformin®, Diabex®,
Glucophage®
Glucobay®
Glucovance®
Novonorm®
Actos®
Obat antiinfeksi
No.
Golongan obat
1.
Penisilin spektrum luas
2.
3.
Penisilin antipseudomonas
Sefalosporin generasi pertama
4.
Sefalosporin generasi ketiga
5.
6.
7.
Sefalosporin generasi keempat
Betalaktam lain
Aminoglikosida
8.
Kuinolon
9.
Sulfonamid dan trimetoprim
10.
Antibiotika anaerob
11.
Antijamur
Jenis obat
amoksisilin
amoksisilin–asam
klavulanat
sulbenisilin
sefadroksil
sefiksim
sefotaksim
seftazidim
seftriakson
sefotiam
sefepim
imipenem
amikasin
gentamisin
ofloksasin
siprofloksasin
gatifloksasin
pefloksasin
levofloksasin
kotrimoksazol
klindamisin
linkomisin
metronidazol
flukonazol
itrakonazol
bifonazol
mikonazol nitrat
tiokonazol
Nama obat
Amoksisilin®, Amoxsan®
Augmentin®
Kedacilin®
Cefadroxil®, Longcef®
Cefspan®
Cefotaxime®, Clacef®
Ceftum®, Fortum®
Ceftriaxone®, Rocephin®
Ceradolan®
Maxipime®
Tienam®
Amikin®
Garamycin®, Gentamycin®
Tarivid®
Ciprofloksasin®,
Baquinor®, Ciproxin®
Tequin®
Peflacine®
Reskuin®
Bactrim®, Trimeta®
Albiotin®
Lincocin®
Metronidazol®,
Metrofusin®, Flagyl®
Diflucan®
Sporanox®
Mycospor®
Miconazole®, Daktarin®
Trosyd®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Evaluasi Penggunaan
Antibiotika pada Pasien Ulkus Diabetes Mellitus di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode 2005” ini lahir di Yogyakarta
pada tanggal 7 Juni 1984 dan anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Ismartoyo dan Ibu Rita
Tri
Purwaningsih. Penulis mengawali pendidikan
formal pada tahun 1988-1990 di TK Pangudi Luhur
Yogyakarta kemudian melanjutkan pendidikan pada
tahun 1990-1996 di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Pada Tahun 1996-1999
penulis menyelesaikan tingkat pendidikan selanjutnya di SMP Maria Immaculata
Marsudirini Yogyakarta kemudian melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi pada
tahun 1999-2002 di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pada tahun 2002 penulis
mengawali pendidikannya sebagai mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2007.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti PSF Veronica selama satu
periode (2004-2005).
Download