BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem remunerasi adalah suatu sistem pengupahan yang mengatur gaji,
insentif, merit dan bonus pegawai pada suatu perusahaan. Sistem ini berbeda
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, sangat bergantung kepada
kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memberikan upah terhadap
karyawan. Tujuan dari pengupahan itu adalah untuk membangun image yang
baik dari organisasi, menjamin kesejahteraan karyawan, memberikan
motivasi terhadap kinerja karyawan serta mempertahankan karyawan dalam
organisasi (Subanegara, 2010). Secara umum karyawan bekerja karena
didorong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka akan
bekerja lebih baik untuk memperoleh imbalan yang berupa insentif yang
diberikan oleh perusahaan. Dengan pemberian insentif karyawan merasa
mendapat perhatian dan pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya
sehingga semangat kerja dan sikap loyal menjadi lebih baik.
Rumah sakit adalah salah satu institusi yang mempunyai sumber daya
manusia yang komplek. Ada dua jenis kelompok karyawan yaitu karyawan
yang bekerja pada pelayanan langsung terhadap pasien (misalnya dokter,
perawat, analis,
asisten apoteker dan sejenisnya), kelompok kedua adalah
karyawan yang menunjang pekerjaan para pemberi pelayanan langsung
(misalnya kepala bidang, customer service, laundry dan sejenisnya). Dengan
kompleksitas sumber daya manusia tersebut sistem pembagian insentif yang
dilakukan di rumah sakit menimbulkan kesulitan dalam menentukan besaran
yang layak bagi karyawannya. Hal ini dapat menyebabkan konflik yang
berkepanjangan serta menurunnya komitmen karyawan terhadap rumah sakit.
Hal ini disebabkan karena setiap karyawan dan staf medis di rumah sakit
memiliki tanggungjawab dan beban kerja yang berbeda. Untuk itulah, perlu
adanya pemahaman mengenai sistem yang mengatur pengupahan secara adil
dan transparan serta mampu mendorong peningkatan kinerja.
1
2
Semakin tinggi motivasi kerja karyawan akan semakin besar pula prestasi
kerjanya. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi kerja adalah dengan
memberikan upah berdasar sistem insentif yang baik yang akan berefek pada
peningkatan kinerja, motivasi dan produktivitas karyawan. Semua itu akan
membuat karyawan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit dengan kata lain memberikan dampak yang positif
bagi rumah sakit (Subanegara,2010). Untuk mewujudkannya diperlukan
karyawan yang terampil, berprestasi, profesional dan tanggap akan tugasnya.
Dieleman et al.(2006) dalam penelitiannya menyatakan motivasi akan
memberikan konstribusi pada karyawan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang dapat dicapai dengan perbaikan kinerja. Secara umum sistem
pembagian jasa pelayanan bertujuan meningkatkan motivasi kerja sehingga
terjadi peningkatan prestasi kerja. Jasa pelayanan yang langsung terikat
dengan kinerja dapat memotivasi karyawan untuk menjadi lebih baik
kinerjanya, mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka, akan
tetapi juga mengakibatkan rusaknya motivasi kerja apabila sistem penilaian
kinerja tidak adil atau tidak jelas.
Hasil wawancara dengan beberapa perawat di ruang rawat inap RSUD
Simo Boyolali, mereka merasakan adanya ketidakpuasan terhadap jasa
pelayanan yang mereka terima. Beberapa perawat merasa mempunyai beban
kerja yang tinggi, tetapi jasa pelayanan yang mereka terima tidak sesuai
dengan beban kerja. Beberapa dari mereka merasa adanya kesenjangan
dengan sistem yang diterapkan RSUD Simo Boyolali dengan alasan tidak
adanya penghargaan terhadap beban kerja dan kompetensi. Mereka berharap
sistem pemberian jasa pelayanan dikaitkan dengan prestasi kerja masingmasing.
Persepsi dan harapan dari para perawat mengenai sistem pembagian jasa
pelayanan adalah apabila mereka mendapatkan jasa pelayanan yang kurang
memadai maka mereka akan meningkatkan produktivitasnya atau akan
mengurangi produktivitasnya. Dengan demikian persepsi dan harapan mereka
mengenai insentif akan mempengaruhi kinerjanya (Siagian,2004).
3
Sistem yang digunakan di RSUD Simo Boyolali berbeda antara dokter
spesialis, dokter umum dan perawat. Untuk insentif dokter spesialis
berdasarkan aktifitas individual (individual activity base), untuk insentif
dokter umum berdasarkan aktifitas grup (group activity base) dan indeks
masa kerja. Insentif perawat berdasarkan aktifitas grup perawat dan tingkat
beban kerja unit. Seluruh perawat mendapat standar
insentif yang sama
(basic pay) yang berasal dari bagian yang dikumpulkan secara bersama
(kantong A). Selanjutnya berdasarkan aktivitas tindakan keperawatan
(variable pay) yang dilakukan oleh masing-masing unit kerja yang
dikumpulkan melalui kantong B.
Desain sistem insentif perawat menggunakan sistem insentif kelompok
yang didasarkan pada kinerja keseluruhan perawat RS dan kelompok kerja
dalam satu unit kerja. Kelly (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
insentif berbasis individu mencerminkan kinerja individu, insentif berbasis
kelompok sangat tergantung pada individu-individu dalam kelompoknya,
sehingga terjadi saling ketergantungan antara individu-individu dalam
kelompok dan sulitnya ditentukan individu mana yang bertanggung jawab
terhadap tingkat pencapaian kinerja yang ada. Kelebihan sistem ini adalah
menggalang kerjasama di antara perawat dan karyawan lain sehingga
menghindari kompetisi negatif. Kelemahan sistem ini individu kurang
termotivasi dan karyawan produktif merasa kecewa karena mendapatkan
imbalan yang sama dengan karyawan kurang produktif.
Berdasarkan SK Direktur RSUD Simo Boyolali No 07.06/III/124
tahun 2010 tentang pembagian jasa pelayanan pada RSUD Simo Boyolali
disebutkan bahwa jasa pelayanan yang berasal dari asuhan keperawatan
sebagai berikut: 10% untuk operasional RSUD, 10% untuk biaya umum, 80%
dibagi untuk pelaksana dan pembantu pelaksana. Jasa pelayanan yang berasal
dari jasa tindakan keperawatan adalah 10% untuk operasional RSUD, 10%
untuk
biaya umum, 70% untuk pelaksana dan 10% untuk pembantu
pelaksana. Sistem pembagian jasa pelayanan keperawatan yang diterapkan
RSUD Simo Boyolali dirasakan belum sesuai dengan apa yang mereka
4
harapkan, hal ini disebabkan sistem yang digunakan belum
berdasarkan
kinerja dari masing masing karyawan sehingga muncul kecemburuan diantara
karyawan.
Di samping perlu mengembangkan sistem pembagian jasa pelayanan
untuk perawat perlu dilakukan sosialisasi mengenai bagaimana mekanisme
sistem pembagian jasa pelayanan tersebut, karena sebagian besar dari perawat
merasa tidak mengetahui mekanisme pembagian jasa tersebut. Hal ini terjadi
pada saat rapat di ruangan dan sering ditemukan pertanyaan mengenai sistem
pembagian jasa pelayanan, sehingga meskipun sudah diberikan informasi
mengenai
hal
tersebut
namun
kenyataannya
mereka
masih
selalu
menanyakan. Menurut analisa peneliti hal tersebut mungkin disebabkan
karena kurang keterbukaan dan kurangnya sosialisasi kepada karyawan
mengenai sistem pembagian jasa pelayanan yang diterapkan di RSUD Simo
Boyolali . Sistem pembagian jasa pelayanan yang diterapkan di RSUD Simo
Boyolali memicu
berbagai keluhan dari karyawan, mereka merasakan
ketidakpuasan dengan insentif yang diterima, selain rasa ketidakpuasan
masalah yang lain adalah mereka merasakan tidak adanya keterbukaan dalam
proses pembagian jasa pelayanan tersebut.
Distribusi penempatan tenaga perawat/bidan RSUD Simo Boyolali dapat
dilihat dari Tabel 1:
5
Tabel 1. Distribusi tenaga perawat/bidan RSUD Simo Boyolali menurut
tingkat pendidikan tahun 2012
Nama ruang
S1 Kep
DIII Kep
Jumlah
Non
Non
PNS PNS PNS PNS
Anggrek
8
8
Bougenvile
3
5
8
Cendana
8
6
14
Dahlia
8
8
Edelwis
6
5
11
IGD
1
6
7
Poliklinik
2
4
6
Kamar Operasi
7
5
12
Total
27
47
74
Sumber : Bagian Umum dan Kepegawaian RSUD Simo Boyolali tahun
2012.
Dari Tabel 1 diketahui jumlah tenaga perawat menurut pendidikan yang
terbanyak adalah tenaga perawat yang berpendidikan DIII Keperawatan : 47
orang ( 63,51 %), sedang untuk S1 Kep 27 orang (36,49 %), , sedangkan
menurut status kepegawaian semua perawat adalah PNS : 74 orang ( 100 %).
Data rata-rata jasa pelayanan yang diterima oleh perawat /bidan adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Rata–rata jasa pelayanan keperawatan yang diterima seorang
perawat perbulan tahun 2009 – Desember 2012
Nama Ruang
Rata-rata jasa yang diterima perawat( dalam rupiah )
Th 2009
Th 2010
Th 2011
Th 2012
Anggrek
368.253
411.542
Bougenvile
330.524
387.832
Cendana
493.332
532.175
Dahlia
354.532
384.256
Edeilweis
327.836
423.501
IGD
554.253
564.832
Poliklinik
261.675
281.332
Sumber: Seksi Pelayanan RSUD Simo Boyolali
Dari Tabel 2 diketahui bahwa
412.103
406.250
508.228
346.372
416.425
571.588
264.225
433.215
387.760
517.670
371.307
424.142
636.448
244.458
jasa pelayanan yang diterima oleh
seorang perawat masing-masing ruang tidak ada perbedaan yang menyolok
kecuali poliklinik dan Instalasi Gawat Darurat. Yang menjadi permasalahan
6
disini adalah bahwa jasa pelayanan yang diterima masing-masing perawat
dalam suatu ruang adalah sama sehingga menimbulkan rasa kecewa bagi
perawat yang produktif.
Adapun jumlah tempat tidur ruang rawat inap pada RSUD Simo
Boyolali adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Jumlah tempat tidur Ruang Ruang rawat Inap RSUD Simo Boyolali
bulan Desember 2012.
Kelas perawatan
Nama Ruang
Teladan
I
Anggrek
Bougenvile
Cendana
4
Dahlia
5
Edelweis
10
Total
10
9
Sumber: Seksi Pelayanan RSUD Simo Boyolali
II
III
Jumlah
6
2
7
8
18
5
8
38
7
8
28
12
10
65
Dari Tabel 3 diketahui bahwa jumlah total tempat tidur adalah 65 buah,
yang terbanyak tempat tidur untuk kelas 3.
Berdasarkan SK Menkes No. 446/ Menkes/SK/VI/1993 tentang
berlakunya penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit, diperkuat
dengan SK Dirjen Yanmed No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993, maka seluruh
perawat wajib melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dan
keluarganya.
Hasil evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit
Simo Boyolali dilakukan pada tahun 2010 didapatkan 80,3% pada instrumen
A( studi dokumentasi standar asuhan ). Penerapan standar asuhan keperawatan
dilaksanakan di RSUD Simo Boyolali baru berdasarkan instrumen A dan
belum dilaksanakan secara rutin. Menurut Simamora (2004), penilaian yang
baik dilakukan sekali atau dua kali setahun.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada di latar belakang, bahwa jasa pelayanan
yang diterima masing-masing perawat dalam satu ruang adalah sama, maka
7
dapat
kami rumuskan permasalahannya adalah Bagaimanakah persepsi
perawat tentang sistem insentif terhadap kinerja
perawat di RSUD Simo
Boyolali ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan persepsi perawat tentang sistem insentif di RSUD Simo
Boyolali.
2. Mendeskripsikan kinerja perawat di RSUD Simo Boyolali.
3. Mendeskripsikan hubungan antara sistem insentif dengan kinerja perawat
di RSUD Simo Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk perbaikan sistem insentif yang
mampu memenuhi harapan perawat serta mampu meningkatkan motivasi kerja
mereka.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian
yang
berhubungan dengan sistem insentif dan
kinerja perawat telah dilakukan sebelumnya antara lain :
1. Nofrinaldi (2005) melakukan penelitian tentang persepsi dan pengaruh
sistem pembagian jasa pelayanan terhadap kinerja karyawan di Rumah
Sakit Jiwa Madani Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi dampak revisi sistem pembagian jasa pelayanan di
Rumah Sakit Jiwa Madani, serta hubungan persepsi dan kinerja karyawan.
Sasaran penelitian adalah dokter dan paramedis. Hasil penelitian terdapat
korelasi antara persepsi dengan kinerja pada dokter sangat kuat sedang
pada kelompok paramedis korelasi antara persepsi dengan kinerja cukup
kuat, Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan cek dokumen,
sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
mengenai subyek penelitiannya yaitu perawat di RSUD Simo Boyolali,
alat yang digunakan adalah kuesioner, check list.
2. Subhan (2008) melakukan penelitian tentang evaluasi sistem remunerasi
insentif jasa pelayanan keperawatan di seluruh ruang rawat inap Rumah
8
Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.
Tujuan penelitian ini adalah
secara umum adalah mengevaluasi dan menganalisis sistem remunerasi
insentif jasa pelayanan keperawatan pada Ruang Rawat Inap di RSUD
Ulin Banjarmasin menggunakan rancangan kualitatif. Untuk tujuan
khususnya adalah untuk mengevaluasi sistem remunerasi insentif jasa
pelayanan keperawatan pada Ruang Rawat Inap di RSUD Ulin
Banjarmasin dari aspek ketepatan waktu pemberian, dari aspek keadilan
dan aspek transparansi, alat ukur yang digunakan wawancara mendalam
(in-depth interview) dan cek dokumen, sedangkan penulis ingin
menguraikan persepsi perawat mengenai sistem jasa pelayanan di RSUD
Simo Boyolali dan mengembangkan kinerja perawat, alat
digunakan kuesioner, check list .
ukur yang
Download