PENGARUH INSEKTISIDA PROFENOFOS TERHADAP FEKUNDITAS DAN DAYA TETAS TELUR CACING TANAH (Lumbricus rubellus) Oleh Tuti Marlinda, Nurhadi dan Rina Widiana Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Email: [email protected] ABSTRAK Lumbricus rubellus activity in agriculture area has give more positif character in within increase fertility soil on physics and land chemical. However for the moment agriculture lands trough thick and thin. As fertility land is down by dint offten use of essence chemistry like organofosfat pesticide clasification with profenofos active material by farmer in ficid. This research in then on to know influence profenofos insecticide toward fekundity and viability egg of Lumbricus rubellus at May until 2013 of July and Located in Biology Laboratory Kopertis Wilayah X. This research use randomised completely disign with 5 teratment and 5 recur. That treatment is profenofos insecticide with 0 %, 1 %, 0,2 %, 0,3 % and 0,4 % concentration and by syringe volume dose insecticide solution where commonly use is 1 ml for each treatment. Profenofos insecticide concentration where limit tolerance use for application at site is 0,1 %. Keywords: Profenofos Insecticide, Fekundity and Viability and Lumbricus rubellus PENDAHULUAN Cacing tanah merupakan salah satu organisme yang berperan tanah sehingga memperbaiki pertumbuhan akar tanaman. Mereka menggali lubang dalam tanah yang akan meningkatkan jumlah pori makro tanah sehingga mempercepat gerakan air dan zat hara dalam tanah yang sangat menguntungkan bagi akar tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan cacing tanah terdiri dari: 1) Sifat fisika-kimia tanah meliputi kelembaban tanah, pH, garam-garam organik dan struktur tanah, 2) Ketersediaan makanan terdiri dari sampah daun, pupuk kandang, rumput-rumputan dan bahan organik yang masih utuh dan 3) Potensial reproduksi serta dalam lingkungan (Sevindrajuta, 1996). penting memperbaiki struktur dan ketersediaan air saluran penyebaran spesies cacing tanah itu sendiri kemampuan Tempat yang disukai cacing tanah untuk tumbuh dan berkembang biak adalah tempat yang lembab, mengandung bahan organik dan tidak terkena Kelembaban mempertahankan sinar ini matahari langsung. penting untuk cadangan air dalam tubuhnya. Karena sebanyak 75-90 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air (Ciptanto dan Paramita, 2011). Aktivitas cacing tanah di lahan pertanian memberikan berbagai peran positif dalam meningkatkan kesuburan tanah baik sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Saat ini lahan-lahan pertanian mengalami berbagai persoalan. Persoalan terbesar yang dihadapi adalah menurunnya kesuburan tanah salah satu yang penyebabnya adalah penggunaan zat kimia berupa pestisida yang dapat menurunkan rendahnya produksi kokon cacing tanah selain kesuburan tanah (Ciptanto dan Paramita, dipengaruhi oleh insektisida juga dipengaruhi 2011). oleh jenis dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Pada umumnya petani menggunakan pestisida untuk membasmi hama yang menyerang tanaman, salah satu jenis pestisida Cacing tanah yang ditemukan di lahan pertanian Indonesia sangat bermacam jenisnya salah satunya yaitu Lumbricus rubellus. yang digunakan adalah insektisida profenofos Menurut hasil penelitian Nofyan dkk., (Pentacron 500 EC). Insektisida profenofos (2012) penggunaan insektisida profenofos (Pentacron 500 EC) merupakan golongan terhadap cacing tanah Pontoscolex corethrurus organofosfat yang banyak terdapat di dalam Fr. Mull berpengaruh sangat nyata dalam insektisida karena mempunyai sifat efektif dan menurunkan jumlah kokon dan daya tetas cepat membunuh serangga yang resisten, tetapi cacing tanah. Semakin tinggi konsentrasi di sisi lain insektisida profenofos (Pentacron insektisida profenofos yang digunakan pada 500 EC) ini menyebabkan sangat toksik kematian dan dapat tanah maka semakin rendah jumlah kokon dan organisme bukan daya tetas telur cacing tanah yang dihasilkan. sasaran seperti bakteri, cacing tanah dan lain Adapun konsentrasi sebagainya (Nofyan. Setiawan. Nur dan Tia., yang digunakan adalah 0,1 %, 0,2 %, 0,3 % 2012). dan 0,4 % dengan volume semprot larutan Residu insektisida profenofos bersama bahan pakan yang ada di permukaan tanah insektisida profenofos insektisida yang digunakan adalah 1 ml untuk setiap perlakuan. masuk ke dalam tubuh cacing tanah dan akan Mengingat besarnya penggunaan bahan mempengaruhi reproduksi cacing tanah dan kimia yang berasal dari insektisida profenofos daya tetas kokon cacing tanah itu sendiri. (Pentacron 500 EC) yang di gunakan sebagai Energi yang ada di dalam tubuh cacing tanah pembasmi lebih banyak digunakan untuk memproduksi berdampak pada hewan bukan sasaran seperti kokon, tetapi jika produksi kokon mulai cacing tanah, maka telah dilakukan penelitian menurun atau terhenti maka energi tersebut dengan judul Pengaruh Insektisida Profenofos digunakan untuk memproses jaringan tubuh terhadap Fekunditas dan Daya Tetas Telur cacing tanah. Rendahnya produksi kokon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Adapun diakibatkan energi yang dimiliki terbatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk selain itu media tanah sebagai pakan telah mengetahui Pengaruh Insektisida Profenofos terkontaminasi Kondisi terhadap Fekunditas dan Daya Tetas Telur pencemaran ini dapat mengakibatkan cacing Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Sedangkan tanah secara bertahap menurunkan produksi manfaat dari menelitian ini adalah sebagai kokon. informasi bagaimana oleh Menurut insektisida. Nofyan dkk., (2012) hama serangga oleh petani Pengaruh Insektisida Profenofos Terhadap Fekunditas dan Daya Prosedur kerja dari penelitian ini yaitu, cacing Tetas Telur Cacing Tanah Lumbricus rubellus tanah Lumbricus rubellus diletakkan dalam polybag dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca tentang dampak insektisida yang sudah diisi tanah bercampur sekam padi sebanyak 1000 g dan diberi pakan berupa campuran feses sapi dan batang pisang sebanyak 330 g yang diletakkan profenofos terhadap lingkungan. dipermukaan tanah. Perbandingan antara tanah dengan BAHAN DAN METODA pakan yaitu 3:1 untuk setiap perlakuan. Setiap polybag Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Biologi dimasukkan 4 individu cacing tanah Lumbricus rubellus. Lalu dibiarkan selama satu hari untuk mengetahui apakah media yang disediakan sebagai Kopertis Wilayah X. Sedangkan alat yang tempat hidup cacing tanah sesuai atau tidak dengan digunakan pada penelitian ini adalah: kain lingkungan hidup cacing tanah dilapangan. Setelah itu kasa, kantong plastik hitam, pipet tetes, mikro pada hari selanjutnya masing-masing perlakuan dan pipet, labu erlemeyer, timbangan analitik, ulangan pada penelitian ini disemprotkan insektisida tabung semprot, cawan porselen, sendok profenofos (Pentacron 500 EC) dengan konsentrasi perlakuan yang berbeda–beda yaitu 0 %, 0,1 %, 0,2 %, pengaduk, desikator, gelas plastik, gelas kimia 0,3 %, dan 0,4 % ukuran 500 ml, soil tester, camera digital, Kemudian tutup polybag masing-masing perlakuan termometer, dengan kain kasa agar cacing tidak keluar. Setelah pH meter, furnace (tungku pembakar), oven, polybag berdiameter 10,5 cm dengan tinggi 35 cm, gunting dan alat-alat tulis dan bahan yang digunakan adalah cacing tanah Lumbricus rubellus 100 ekor, tanah, feses sapi polybag ditutup dengan volume semprot 1 ml. dengan menggunakan kantong kain kasa tutup lagi plastik berwarna hitam yang telah di beri lubang sedikit diatasnya agar kondisi selalu gelap dan udara tetap masuk. Kondisi tanah tempat pemeliharaan hewan 3-4 minggu, kompos batang pisang yang telah percobaan diusahakan tetap lembab agar mendekati difermentasi, aluminium foil, kertas saring, keadaan di lapangan yaitu dengan menyiramnya setiap 3 kertas label, air dan insektisida profenofos (Pentacron 500 EC). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 (lima) perlakuan dan 5 (lima) ulangan. Perlakuan yang diberikan mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nofyan dkk., (2012) yaitu, konsentrasi perlakuan tersebut adalah: A. 0 % insektisida proefenofos/polybag B. 0,1 % insektisida profenofos/polybag atau 4 hari sekali. Penghitungan kokon yang dihasilkan cacing tanah dilakukan secara manual sebanyak 2 kali. Penghitungan pertama dilakukan setelah 14 hari cacing dimasukkan kedalam polybag. Masingmasing polybag disortir cacing tanahnya, kemudian hitung jumlah kokon yang dihasilkan. Lalu penghitungan kokon tahap kedua dilakukan pada hari ke-21 setelah penghitungan tahap pertama. Selanjutnya, kokon yang dihasilkan tiap polybag pada penelitian ini dipisahkan untuk diinkubasi. C. 0,2 % insektisida profenofos/polybag Kokon diinkubasi pada gelas aqua yang sudah D. 0,3 % insektisida profenofos/polybag diberi kertas saring yang dilembabkan dan E. 0,4 % insektisida rofenofos/polybag letakkan pada tempat yang berbeda dari tempat media induknya. Agar media inkubasi tetap hari. Kokon yang menetas dihitung setiap minggu setelah 7 hari inkubasi selama 21 hari. Analisis data tentang pengaruh penggunaan daya tetas (%) lembab maka penyiraman dilakukan setiap 50 38,17a32,23ab 25,16bc rubellus digunakan analisis ragam. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang profenofos pengaruh dengan insektisida konsentrasi berbeda terhadap produksi kokon cacing tanah selama 21 hari penelitian, dapat dilihat pada Gambar 4. 8,1c 0 A insektisida profenofos terhadap fekunditas dan daya tetas telur cacing tanah Lumbricus 17,82c B C perlakuan D E Gambar 5: Histogram daya tetas telur cacing tanah pada 21 hari pengamatan Keterangan: A. Kontrol 0% profenofos, B. 0,1% profenofos, C. 0,2% profenofos, D. 0,3% profenofos, E. 0,4% profenofos. Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda nyata pada taraf α 5%. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemakaian insektisida profenofos dalam berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap produksi kokon produksi kokon (butir) cacing tanah perbedaan tersebut bisa dilihat pada Gambar 4. Dalam Gambar 4 menjelaskan 50 24,6a 22,8a 16,2 ab 11,8b bahwa semakin besar konsentrasi insektisida 7b profenofos yang diberikan pada masing-masing 0 perlakuan maka semakin sedikit produksi A B C perlakuan D E kokon yang dihasilkan cacing tanah dan Gambar 4: Histogram produksi kokon cacing tanah pada 21 hari pengamatan Keterangan: A. Kontrol 0% profenofos, B. 0,1% profenofos, C. 0,2% profenofos, D. 0,3% profenofos, E. 0,4% profenofos. Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda nyata pada taraf α 5%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan profenofos tentang dengan pengaruh konsentrasi insektisida berbeda semakin rendah fekunditas dari cacing tanah tersebut. Menurut Yuantari (2011) pestisida sangat berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya karena bahan kimia ini dapat merusak susunan saraf baik sentral ataupun peripheral mengganggu menyebabkan sistem serta endokrin kerusakan dapat juga dan dapat pada sistem terhadap daya tetas kokon cacing tanah selama reproduksi yaitu ovarium dan sistem kekebalan 21 hari penelitian, diperoleh hasil sebagaimana yang terjadi pada mahluk hidup. disajikan pada Gambar 5. Selain itu rendahnya produksi kokon juga dipengaruhi terkontaminasi oleh zat makanan yang telah aktif dari profenofos, sehingga terjadi penurunan produksi kokon cacing tanah. Menurut Nofyan dkk., (2012) rendahnya produksi kokon diakibatkan energi daya tetas telur cacing dan jumlah kokon yang yang dimiliki cacing tanah terbatas karena menetas pada tiap konsentrasi sedikit daripada media tanah terbatas, selain itu media tanah kontrol (Gambar 5). Penurunan daya tetas sebagai kokon cacing tanah ini diakibatkan oleh efek pakan telah terkontaminasi oleh insektisida. Kondisi pencemaran ini dapat samping insektisida mengakibatkan cacing tanah secara bertahap mengganggu sistem saraf dan sistem endokrin. dapat menurunkan produksi kokon. Sedangkan Menurut menurut (Zulfan 2004 dalam Nofyan 2009) mendetoksikasi atau mengekskresikan toksikan kualitas pakan akan mengalami penurunan berkorelasi dengan konsentrasi insektisida apabila sudah terkontaminasi oleh senyawa profenofos. kimia sehingga energi yang diperoleh dari insektisida profenofos semakin rendah maka pakan menjadi berkurang sehingga cacing semakin meningkat daya tetas kokon cacing tanah secara bertahap menurunkan produksi tanah tersebut begitupun sebaliknya jika kokonnya. konsentrasi insektisida profenofos semakin Afriyansyah Pada profenofos (2010) pemberian yang kemampuan konsentrasi Penurunan produksi kokon juga bisa tinggi maka semakin menurun daya tetas terjadi karena energi yang diperoleh oleh kokon cacing tanah. Sedangkan menurut cacing tanah kokon Nofyan (2009) pemberian insektisida pada digunakan untuk memperbaiki jaringan tubuh konsentrasi yang berbeda dapat mempengaruhi yang terganggu oleh senyawa insektisida daya tetas telur cacing tanah. Semakin rendah profenofos yang masuk kedalam tubuh melalui konsentrasi yang diberikan maka semakin berbagai jalur (inhalasi, digesti dan absorbsi). tinggi daya tetas telur cacing tanah selain itu Menurut Afriyansyah (2010) energi yang ada perbedaan ini menunjukkan bahwa pengaruh di dalam tubuh cacing tanah dewasa lebih konsentrasi banyak digunakan untuk memproduksi kokon, menekan dan menurunkan daya tetas kokon tetapi jika produksi kokon mulai menurun atau cacing tanah. untuk memproduksi terhenti karena energi tersebut digunakan insektisida Insektisida profenofos profenofos dapat berpengaruh untuk proses pertumbuhan jaringan tubuh negatif terhadap fekunditas dan daya tetas telur cacing tanah yang rusak akibat senyawa kimia cacing tanah (Gambar 4 dan 5). Pada Gambar 4 berbahaya. menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi Hasil rata-rata daya tetas telur cacing insektisida profenofos yang diberikan pada tanah pada Gambar 5 menjelaskan bahwa media hidup cacing tanah, maka semakin pemberian insektisida profenofos berpengaruh rendah fekunditas cacing tanah. Insektisida terhadap daya tetas telur cacing tanah. Selain profenofos menurunkan insektisida lapangan yaitu dari pada perlakuan B dengan profenofos juga mengakibatkan penurunan konsentrasi 0,1% dan perlakuan C dengan produksi kokon yang masih bisa dipakai di konsentrasi 0,2% kerena telur yang didapatkan masih sama konsentrasi dengan yang kontrol. masih bisa Namun ditoleransi pemakaiannya untuk diaplikasikan di lapangan Bedding. Tesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Ciptanto, S dan U. Paramita. 2011. Mendulang Emas Hitam Melalui Budidaya Cacing Tanah. Yogyakarta. adalah perlakuan B dengan konsentrasi 0,1% sedangkan perlakuan C tidak ditoleransi pemakainnya dilapangan karena sudah terlihat adanya pengaruh dari insektisida profenofos begitupun dengan perlakuan D dan E sudah produksi kokon yang dihasilkan berbeda nyata dengan kontrol. Selain itu pada Gambar 5 menjelaskan bahwa perlakuan B dengan konsentrasi 0,1% daya tetas telur telur cacing tanah yang dihasilkan masih sama dengan kontrol namun sudah terlihat adanya pengaruh dari insektisida profenofos begitupun dengan perlakuan C, D dan E.. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa insektisida profenofos menurunkan produksi kokon dan daya tetas cacing tanah. Konsentrasi insektisida profenofos yang masih bisa Dika, E. 2006. Perfoma Reproduksi Cacing Tanah Lumbricus rubellus yang Mendapat Pakan Sisa Makanan dari Warung Tegal. Skripsi, (Online). http://repository.ipb.ac.id, (diakses 26 Januari 2013). Nofyan, E. 2009. Pengaruh Insektisida Karbofuran terhadap Produksi dan Viabilitas Kokon Cacing Tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull. Jurnal. Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan. Nofyan, E. Setiawan, D. Nur dan Tia, A. S. 2011. Pengaruh Insektisida Profenofos terhadap Produksi dan Viability Kokon Cacing Tanah Pontoscolex corethrurus Fr. Mull. Jurnal. Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan. Sevindrajuta. 1996. Peranan Cacing Tanah (Pontoscolex corethrurus) dan Macam Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat Fisika Ultisol Rimbo Data dan Hasil Kedelai. Thesis. Universitas Andalas. Padang. ditoleransi pemakaiannya untuk diaplikasikan dilapangan adalah 0,1 %. DAFTAR PUSTAKA Afriyansyah, B. 2010. Vermicomposting oleh Cacaing Tanah (Eisenia fetida dan Lumbricus rubellus) Pada Empat Jenis Palungkun, R. 2011. Usaha Ternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Jakarta. Penebar Swadaya. Yuantari, MG. C. 2011. Dampak Pestisida Organoklorin terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan serta Penanggulangannya. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang