plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos
caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus SECARA IN-VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Theresia Astutiningrum
121434039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos
caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus SECARA IN-VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Theresia Astutiningrum
121434039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKR.IPSI
UJI AKTTVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DATiN KENIKIR (Cosmos
Ku n th. ) TERIIADAP PERTUMB UIL{N BAKT E RI Stap h7,I o c o c c u s
nureus SECARA IN-WTRO
c audatas
Yang diajukan cleh
:
There sia Astutiningrum
121434039
Telali disefujui oleh:
Pembimbing
4nnl4
Yoami Mar ia Lauda Feroniasanti, M.Si
tanggal, 3 November 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
UJT
AKTTVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos
caudatus Kunth.) TERTTAIIAP PERTUMBUHAN BAKTERI Stop hy lo coccus
$areus SECARA
IN-\IT*.O
Dipersiapkan dan ditulis oleh
:
Theresia Astutininsrum
t2t434039
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi
JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma
pada tanggal : 14 November 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Srxunan Panitia Penguji Skripsi
]r{ama Lengkap
1. Ketua
Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd.
2. Sekretaris
3. Anggota
Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc.
4.
Puspita Ratna Susilawati, M.Sc.
Anggota
5. Anggota
Yoanni Maria Lauda Feroniasanti, M.Si.
Ika Yuli Listyarini, M.Pd.
Tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
3
He alone is my rock and my salvation, He is my fortness, I will never be shaken. (Psalm 62: 3) Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus, demi kemuliaanMu yang lebih besar
Bunda Maria, demi cinta kasihmu yang tulus
Bapak dan Ibu sebagai tanda bakti dan hormatku
Kepada adik-adik yang memberikan penghiburan dan semangat
Kepada teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat dan
Kepada keluarga besar Pendidikan Biologi Sanata Dharma
iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PER}TYATAAN KEASLIAII KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak
memuat karya atau bagian karya onmg lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutrpan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 November 2016
#p:
+'-'
(Theresia Astutiningrum)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERI{YATAAN PERSETUJUAI\ PUBLIKASI KARYA
ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya sebagai mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama
Astutiningrum
: Theresia
NIM :121434039
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
UJI AKTIVITAS AIYTIBAKTERI EKSTRAK I}AUN KENIKIR (CosMoS
caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus SECARA IN-WTRO
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendishibusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya:
Dibuat di : Yogyakarta
Pada
tanggal:
14
November
akan
v1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyertai dan memberkati penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan
judul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR
(Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
SECARA IN VITRO”
Penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar dan selesai tentunya dengan
adanya bantuan dan juga bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada :
1. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah menyetujui dan mengesahkan skripsi ini.
2. Bapak Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi yang memberi banyak teladan baik.
3. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech selaku Wakil Ketua Program Studi
yang selalu mengingatkan akan penyelesaian skripsi.
4. Ibu Y.M Lauda Feroniasanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang
memberikan masukan, saran dan selalu menyemangati hingga skripsi ini
bisa selesai.
5. Ibu Maslichah Asyar’i, M.Pd selaku DPA dan Kepala Laboratorium
Pendidikan Biologi, yang memberikan kemudahan perijinan dan yang
selalu memberikan teladan baik.
6. Pak Agus dan Pak Warsono selaku laboran, yang selalu siap ketika saya
membutuhkan bantuan selama bekerja di laboratorium.
7. Mas Arif selaku staf kesekretariatan JPMIPA yang memberi kemudahan
terkait surat perijinan.
8. Bapak, Ibuk, dek Lusi dan dek Elis serta segenap keluarga yang selalu
memberi dorongan semangat lewat doa-doa.
vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.
Maranty Boy Rante
perjuangan
di
Allo
dan Tresia Jawa Liwun sebagai teman satu
Lab. Mikrobiologi
yang telah menemani, saling
memberikan masukan dan saling menguatkan hingga penelitian selesai.
10. Teman-temanku
di Pbio, Nugraheni Dina, Christine Pamardining Utami,
Rinanti Anugraheni, Desi Sasmita Nugrah4 Ridha Ayu Damayanti, Rike
Pangestika, Gloria Jessica yang selalu memberikan penghiburan dan tak
lelah untuk saling menyemangati hingga skripsi ini bisa selesai.
11. Teman-teman
PBIO angkatan 2Al2 yang selalu mengobarkan semangat
lewat aksi-aksinya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusrman skripsi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Terakhir, semoga skripsi ini memberikan
sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta 14 November 2016
(Theresia Astutiningrum )
vlll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO
Theresia Astutiningrum
Universitas Sanata Dharma
2016
ABSTRAK
Kulit yang terluka rentan mengalami infeksi bakteri bila tidak segera
dilakukan pengobatan. Salah satu penyebabnya adalah bakteri Staphyloccocus
aureus. Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) sudah lama dimanfaatkan
masyarakat untuk dikonsumsi maupun pengobatan tradisional. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir, menguji
perbedaan aktivitas antibakteri melalui perbedaan metode ekstraksi daun kenikir
dan mengetahui konsentrasi hambat minimum.
Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode
Kirby- Bauer. Aktivitas antibakteri ditandai dengan adanya zona bening disekitar
kertas cakram yang disebut daya hambat. Metode pengujian konsentrasi hambat
minimum dengan dilusi padat. Penelitian menggunakan dua metode ekstraksi,
yakni metode maserasi dengan pelarut etanol dan metode tumbuk dengan pelarut
akuades. Konsentrasi yang digunakan yaitu 30%, 45% dan 60%.
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikir mempunyai daya
antibakteri. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan antara kedua metode
ekstraksi. Ekstrak tumbuk daun kenikir memiliki zona hambat terkecil pada
konsentrasi 30% sebesar 6,76 mm dan zona hambat terbesar sebesar 7,58 mm
pada konsentrasi 60%. Ekstrak etanol daun kenikir konsentrasi 30% memiliki
zona hambat sebesar 7,25 mm dan pada konsentrasi 60% sebesar 8,59 mm.
Pengujian antibakteri tidak mendapat data Konsentrasi Hambat Minimum.
Dengan demikian, ekstrak daun kenikir termasuk bakteriostatik yang hanya
menghambat pertumbuhan bakteri.
Kata kunci : Antibakteri, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.).
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF KENIKIR LEAVES (Cosmos
caudatus Kunth) EXTRACT TOWARD THE GROWTH OF Staphylococcus
aureus BACTERIA IN-VITRO
Theresia Astutiningrum
Sanata Dharma University
2016
ABSTRACT
The skin wound caused bacterial infection if not to be treated. One of the
cause is (Staphylococcus aureus) bacteria. Kenikir leaves (Cosmos caudatus
Kunth.) has been used by people to be consumed and for traditional medication.
This research aims to know the antibacterial activity extract of Kenikir leaves, to
test the difference of antibacterial activity through different extraction method of
Kenikir leaves and also to know minimum inhibitory concentration.
The methodology that was used to test antibacterial activity was KirbyBauer method. Antibacterial activity was characterized by the presence of clear
zone around paper discs which were called an inhibitory zone. Method to test a
minimum inhibitory concentration were solid dilution. The research used two
methods of extraction, namely maceration with ethanol solvent and mashed with
aquades solvent. Extract concentration that were used were 30%, 45%, 60%.
Result showed that Kenikir leaves extracts has antibacterial activity. The
results of antibacterial activity of the extracts showed that there was no difference
between the two extraction method. Mashed extract of Kenikir leaves had a
smallest inhibiton zone in concentration of 30% which were 6,76 mm and the
largest was 7,58 mm in concentration of 60%. Ethanol extract of Kenikir leaves at
concentration of 30% had an inhibiton zone of 7,25 mm and concentration of 60%
had 8,59 mm. Minimum Inhibitory Concentration of antibacterial activity was not
obtained. Kenikir leaves extract belongs to bacteriostatic group because of the
compound could only inhibit the growth of bacteria.
Keyword: Antibacterial, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.)
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .......................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
ABSTRAK .....................................................................................................
ix
ABSTRACT ....................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang .................................................................................
Rumusan Masalah ............................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................
1
4
4
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
6
A. Tanaman Kenikir .............................................................................
1. Klasifikasi Tanaman Kenikir .....................................................
2. Morfologi dan Fisiologi Kenikir ................................................
3. Habitat .......................................................................................
6
6
6
7
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Senyawa dan Manfaat ................................................................
Bakteri .............................................................................................
Bakteri Staphylococcus aureus ........................................................
1. Klasifikasi Staphylococcus aureus ............................................
2. Morfologi dan Identifikasi .........................................................
3. Patogentitas ................................................................................
Antibakteri .......................................................................................
Ekstraksi ..........................................................................................
Penelitian yang Relevan ..................................................................
Kerangka Berpikir ...........................................................................
Hipotesis ..........................................................................................
8
8
14
14
14
15
16
22
25
26
28
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................
30
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
A.
B.
C.
D.
E.
Jenis Penelitian ................................................................................
Variabel Penelitian ..........................................................................
Batasan Penelitian ............................................................................
Alat dan Bahan ................................................................................
Cara Kerja ........................................................................................
1. Tahap Persiapan .........................................................................
2. Tahap Pelaksanaan ....................................................................
3. Tahap Pengumpulan Data ..........................................................
F. Metode Analisis Data ......................................................................
G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ......
30
31
31
32
34
34
38
40
42
43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
44
A. Hasil .................................................................................................
1. Konfirmasi Daun Kenikir ..........................................................
2. Pengumpulan dan Pengamatan Bakteri Uji ...............................
3. Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir .............................................
4. Hasil Pengujian Antibakteri .......................................................
5. Konsentrasi Hambat Minimal ....................................................
B. Pembahasan .....................................................................................
1. Aktivitas Antibakteri .................................................................
2. Kelemahan dan Kelebihan Masing-masing Ekstrak ..................
3. Konsentrasi Hambat Minimal ....................................................
C. Kelemahan / Kendala Penelitian ......................................................
44
44
45
47
49
52
53
53
57
60
61
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V. PENUTUP ........................................................................................
63
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ................................................................................................
C. Implementasi dalam Pembelajaran ..................................................
62
62
63
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
67
LAMPIRAN ...................................................................................................
71
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif ...........
11
Tabel 3.1 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak untuk Pengujian Antibakteri .......
39
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat .....................................
50
Tabel 4.2 Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Daun Kenikir .....................
53
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) ..............................
6
Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus ...................................................
15
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................
28
Gambar 3.1 Peletakan Paper Disc Pada Cawan Petri .....................................
30
Gambar 4.1 Morfologi Sel Bakteri Staphylococcus aureus ............................
45
Gambar 4.2 Pengecatan Gram Bakteri Staphylococcus aureus .......................
46
Gambar 4.3 Morfologi Koloni Bakteri Staphylococcus aureus .......................
47
Gambar 4.4 Hasil Ekstrak Etanol dan Ekstrak Tumbuk Daun Kenikir ..........
48
Gambar 4.5 Zona Hambat Yang Terlihat Pada Sekitar Cakram Kertas .........
49
Gambar 4.6 Diameter Zona Hambat Perlakuan Ekstrak Dengan Pelarut Etanol
Dan Ekstrak Dengan Pelarut Akuades .........................................
xv
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat .................................
71
Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik SPSS Two Way Anova ...........................
72
Lampiran 3. Dokumetasi Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Kenikir ....................................................................................... 74
Lampiran 4. Dokumetasi Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuk Daun
Kenikir ........................................................................................ 75
Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Etanol
Daun Kenikir .............................................................................. 76
Lampiran 6. Dokumentasi Hasil Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Tumbuk
Daun Kenikir .............................................................................. 77
Lampiran 7. Silabus ........................................................................................
78
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...........................................
83
Lampiran 9. Penilaian Kognitif .......................................................................
98
Lampiran 10. Penilaian Afektif ....................................................................... 103
Lampiran 11. Penilaian Psikomotorik ............................................................. 105
Lampiran 12. Penilaian Portofolio .................................................................. 107
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh. Sebagai bagian terluar maka
kulit sering bersentuhan dengan benda-benda di sekitar manusia. Benda-benda
yang berada di sekitar manusia tentu tidak lepas dari mikroorganisme yang bisa
berbahaya untuk kulit. Kulit manusia merupakan pertahanan utama dalam
menghadapi serangan dari beberapa mikroorganisme. Struktur stratum korneum
pada bagian epidermis kulit yang utuh melindungi adanya invasi mikroorganisme
(Brown dan Burns, 2005).
Kulit yang tergores akan menimbulkan adanya luka. Luka adalah rusaknya
kulit yang akan menimbulkan pendarahan, kontaminasi bakteri hingga kematian
sel (Anonim, 2007). Luka gores merupakan luka yang terjadi akibat benda tajam.
Apabila luka gores dibiarkan terbuka maka akan menimbulkan infeksi bakteri.
Salah satu bakteri patogen infeksi pada luka yang terbuka adalah bakteri
Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang telah resisten terhadap
berbagai antibiotik. Berita yang dimuat dalam laman Deutsche Welle (2016)
menyebutkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol di negara-negara
berkembang menyebabkan bakteri menjadi resisten. Bakteri S. aureus merupakan
flora normal pada kulit manusia dalam kondisi atau jumlah yang sedikit. Apabila
jumlahnya sudah banyak dan masuk dalam jaringan tubuh maka akan berbahaya
yakni menyebabkan infeksi berkepanjangan bahkan kematian. Radji (2010)
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 menyatakan bahwa bakteri S. aureus dapat mengganggu sistem imun yang
merupakan pertahanan paling awal tubuh manusia. Cara bakteri ini dalam
mengganggu sistem imun yakni dengan mengikat antibodi, menyerang membran
sel, dapat menyebabkan hemolisis bahkan leukosis yang dapat mematikan sel
tubuh manusia.
Tubuh mempunyai mekanismenya sendiri dalam melindungi kulit. Pada
bagian epidermis yakni pada stratum spinosum terdapat sel-sel Langerhans yang
tersebar. Menurut Brown dan Burns (2005), sel-sel Langerhans ini merupakan
pertahanan imunologis dalam melawan antigen dari luar, selanjutnya antigen
tersebut ditangkap dan diarahkan pada limfosit T, yang kemudian dapat
meningkatkan respon imun. Akan tetapi, tidak setiap saat orang bisa membentuk
sistem pertahanan tubuh yang baik. Oleh karena itu, diperlukan antibakteri untuk
melawan bakteri atau menekan laju pertumbuhannya.
Masyarakat di Indonesia sudah lama memanfaatkan tanaman herbal untuk
pengobatan. Tanaman herbal banyak digunakan sebagai obat karena sering
dijumpai, sehingga mudah diperoleh. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)
merupakan salah satu tumbuhan indiegenous. Tumbuhan indiegenous merupakan
tanaman asli atau tanaman introduksi yang telah lama dikenal masyarakat di suatu
daerah tertentu (Listyorini, 2015). Daun kenikir (C. caudatus) merupakan salah
satu sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain hal itu
daun kenikir juga memiliki manfaat sebagai bahan obat (Listyorini, 2015).
Kandungan ekstrak etanol daun kenikir dalam Dwiyanti, dkk. (2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 menunjukkan adanya senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, terpenoid,
alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang berpotensi sebagai antibakteri.
Selama ini tanaman herbal biasa digunakan masyarakat untuk mengobati
luka gores dengan cara menumbuk atau meremas bagian tanaman tertentu
misalnya daun, kemudian dibalurkan pada bagian tubuh yang mengalami luka.
Cara menumbuk dan meremas ini merupakan cara tradisional agar metabolit
sekunder tanaman yang mengandung khasiat penyembuh keluar dari dalam
tanaman. Tradisi yang telah lama berkembang di masyarakat harus didukung
informasi ilmiah agar senyawa yang terkandung di dalam suatu tanaman bisa
diketahui. Data ilmiah ini bisa diperoleh dengan cara ekstraksi yang lebih modern
dengan menggunakan skala laboratorium sehingga lebih terkontrol. Data senyawa
yang didapat dari suatu ekstrak tanaman nantinya bisa dikembangkan untuk
industri obat.
Menurut Aulia dalam Maryani (2012), antibakteri adalah obat atau
senyawa kimia yang bisa menghambat atau bahkan membunuh bakteri-bakteri
yang bersifat patogen. Hingga saat ini terus dilakukan penelitian tentang
antibakteri secara berkelanjutan karena terancam adanya mikroba yang resisten.
Antibakteri yang berasal dari tanaman juga mulai diteliti, karena banyaknya
tanaman yang dipercaya sebagian masyarakat memiliki khasiat mengobati.
Berdasarkan kandungan senyawa yang ada pada daun kenikir (C.
caudatus), tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai antibakteri terutama terhadap
bakteri S. aureus penyebab infeksi. Penelitian yang dilakukan yakni uji aktivitas
antibakteri menggunakan daun kenikir (C. caudatus) dengan dua
metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 ekstraksi. Metode secara tradisional dengan cara ditumbuk dengan pelarut
akuades dan metode yang lebih terkontrol yakni maserasi dengan pelarut etanol.
Peneliti ingin mengetahui aktivitas antibakteri dengan adanya perbedaan metode
ekstraksi daun kenikir.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat adanya latar belakang, maka rumusan masalah yang bisa
diambil adalah:
1. Apakah ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococus aureus?
2. Apakah perbedaan metode dalam pembuatan ekstrak memberikan pengaruh
berbeda terhadap aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus?
3. Berapa konsentrasi hambat minimum masing-masing metode ekstraksi yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?
C. Tujuan Penelitian
Dari hasil rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menguji adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak daun kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.).
2. Menguji adanya perbedaan aktivitas antibakteri dengan metode ekstraksi daun
kenikir yang berbeda.
3. Mengetahui
konsentrasi
hambat
minimum
yang
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dari kedua metode ekstraksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik harus bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun
untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Manfaat dari penelitian ini yakni :
1. Untuk peneliti:
Menambah pengetahuan tentang potensi antibakteri dari daun kenikir serta
mengetahui cara ekstraksi tanaman untuk pengujian antibakteri.
2. Untuk masyarakat:
Sebagai informasi dan bukti yang ilmiah tentang potensi daun kenikir (C.
caudatus) sebagai antibakteri.
3. Untuk pendidikan:
Hasil penelitian bisa dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran untuk
melengkapi pembelajaran di SMA pada materi Archaebacteria dan Eubacteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
TIN
NJAUAN PUSTAKA
P
A. Tanaman Kenik
kir
1.
Klassifikasi Tannaman Kenikkir
Klasifikasi
K
taanaman kennikir dalam ITIS Cataloogue of Lifee (2016) adaalah
sebagai berikut:
b
Kingddom
: Plantae
P
Divisiio
:M
Magnoliophyyta
Subdivvisio
: Magnoliopsi
M
ida
Classiis
:A
Asteranea
Ordo
: Asterales
A
Familiia
: Asteraceae
A
Genuss
: Cosmos
C
Spesiees
:C
Cosmos caud
datus Kunthh.
Gambar 2.1
2 Tanamaan Kenikir (Cosmos
(
cauudatus Kun
nth.)
Sumber : Dokumenttasi pribadi
2.
Morrfologi dan Fisiologi
F
Kenikir
umur
K
Kenikir
(C. caudatus)m
merupakan tanaman
t
heerba yang mempunyai
m
hingga satu tahun.K
Kenikir mem
mpunyai battang yang kokoh,
k
kuatt, tegak dann juga
bercaban
ng banyak. Tinggi tanaman ini m
mencapai 1-- 2,5 m. Baatangnya beersegi
empat deengan alur membujur
m
d berambuut.
dan
6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Posisi daun berhadapan, mempunyai tangkai yang panjang berbentuk
seperti talang. Helaian daun yang rendah menyirip rangkap 3-4 atau berbagi
menyirip. Panjang dan lebarnya mencapai 15-25 cm. Daun bagian atas berturutturut bertangkai makin pendek, lebih kecil dan kurang berbagi. Daun pembalut
yang terluar berwarna hijau kemudian berujung melengkung kembali. Daun
kenikir menimbulkan bau aromatis bila diremas.
Dasar bunga majemuk mempunyai sisik seperti jerami. Bunga bertepi 8,
pinggiran memanjang hingga bulat telur terbalik dan ujungnya bergigi 3. Bunga
berwarna merah muda. Bunga kenikir memiliki banyak cakram, berkelamin 2,
tinggi mahkotanya 1 cm, bertaju 5, berwarna pucat dengan bagian pangkal
berwarna kuning. Tabung kepala sari berwarna cokelat kehitaman. Jumlah
cabang tangkai putik 2, runcing dan bagian luar berambut panjang. Buah keras
berbentuk spul sempit beralur berwarna coklat kehitaman. Mempunyai bagian
yang berparuh yang panjangnya sekitar 1-1,5 cm ( Steenis, dkk.,2008).
3.
Habitat
Kenikir berasal dari daerah Amerika tropis dan kemudian menyebar ke
daerah tropis. Kenikir biasa ditemukan di pembatas sawah, tepi ladang dan juga
sebagai pagar. Kenikir kadang juga tumbuh liar di semak belukar.
Kenikir tahan terhadap cuaca yang panas. Tanaman kenikir menyukai
tempat tumbuh yang langsung terkena sinar matahari dengan tanah berpasir atau
berbatu, berlempung, liat berpasir atau berlempung dengan kelembaban sedang
atau lebih (Diperta Jabar, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
4.
Senyawa dan Manfaat
Kandungan kimia yang ada dalam daun kenikir yakni saponin, flavonoid,
polifenol dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil
alkohol (CCRC Farmasi UGM, 2014). Daun kenikir memiliki potensi sebagai
sayuran berkhasiat obat karenamemiliki kemampuan menetralisasikan radikal
bebas (Huda,et al., 2009). Daun kenikir sering dikonsumsi masyarakat sebagai
sayuran. Secara tradisional daun ini juga digunakan untuk obat penambah nafsu
makan, lemah jantung, penguat tulang dan pengusir serangga.
Pada penelitian Chotiah (2015) ekstrak etanol daun kenikir (C. caudatus)
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan
Staphylococcus epidermis. Penelitian Dwiyanti, dkk. (2014),ekstrak daun
Kenikir berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Bacillus cereus.
Penelitian Safita, dkk. (2015) juga menunjukkan hasil bahwa daun kenikir
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
dikarenakan ekstrak dari daun kenikir memiliki beberapa kandungan kimia
diantaranya yakni flavonoid, tanin, alkaloid, kuinon dan polifenol.
B. Bakteri
Bakteri merupakan organisme uniseluler yang berarti satu sel bakteri
merupakan individu mandiri (Harti, 2015). Bakteri dikelompokkan menjadi
beberapa golongan mulai dari ukuran, perbedaan suhu pertumbuhan, pewarnaan
Gram, perbedaan pH, dan kebutuhan oksigen. Setiap bakteri mempunyai ukuran
yang berbeda. Ukuran bakteri dinyatakan dalam satuan mikron.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Menurut Irianto (2006) bentuk bakteri dibedakan menjadi 3 macam :
a.
Bulat (Kokus)
Merupakan bakteri dengan bentuk bulat. Bakteri dengan bentuk bulat masih
bisa dibedakan berdasarkan jumlah bulatan yakni:
- Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat tunggal.
- Diplokokus, bakteri berbentuk bulat dan bergandengan dua-dua.
- Sarkina, bakteri berbentuk bulat berkelompok empat-empat, hingga
menyerupai kubus.
- Streptokokus, bakteri berbentuk bulat berkelompok membentuk rantai.
- Stafilokokus, bakteri berbentuk bulat yang bergerombol seperti buah
anggur.
b.
Batang (Basil)
Bakteri dengan bentuk batang dapat juga dibedakan berdasar jumlah batang.
Bentuk basil dapat dibedakan atas :
- Basil tunggal, yakni bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal.
- Diplobasil, yakni bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
- Streptobasil, bakteri bentuk batang yang bergandengan memanjang
membentuk rantai.
c.
Spiral
Bakteri dengan bentuk spiral atau koma dibedakan menjadi tiga macam
yakni :
- Spiral, yakni bakteri dengan bentuk seperti spiral dan sel tubuh umumnya
kaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
- Vibrio, merupakan bakteri dengan bentuk koma atau spiral tak sempurna.
- Spirochaeta, yakni golongan bakteri berbentuk spiral dengan sifat yang
lentur. Pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.
Bakteri juga dibedakan menjadi dua sesuai dengan pewarnaan gram yakni,
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Harti (2015) menyebutkan bahwa
pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri yakni dengan melihat
hasil akhir dari pewarnaan. Pewarnaan gram pertama kali ditemukan oleh
Christian Gram tahun 1884.
Teknik dari pewarnaan ini menurut Alexander et.al.(2003), pertama-tama
bakteri diletakkan pada gelas benda kemudian difiksasi menggunakan aquades,
setelah itu ditetesi dengan kristal violet dan didiamkan beberapa saat. Kedua,
gelas benda dibilas dengan air mengalir setelah itu ditetesi menggunakan larutan
iodium dan didiamkan beberapa saat. Sampai tingkat pengecatan ini maka semua
bakteri akan terwarna ungu. Proses selanjutanya, preparat didekolorisasi
menggunakan alkohol, setelah dicuci dengan air maka preparat diwarna kontras
yakni safranin.
Pada akhir pengecatan akan terlihat bakteri gram positif yang berwarna
ungu sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah. Hal ini terjadi karena
bakteri gram positif mampu menahan zat warna ungu (kristal violet) sehingga zat
warna yang lain (safranin) tidak terlalu berpengaruh. Bakteri gram negatif pada
akhir pewarnaan akan terlihat berwarna merah karena bakteri ini tidak mampu
menahan zat warna ungu (kristal violet) sehingga menyerap warna kontras
safranin yang berwarna merah (Irianto, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Perbedaan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif juga bisa dilihat
pada Tabel 2.1 menurut Harti (2015) :
Tabel 2.1 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif
Keterangan
Gram positif
Gram negatif
Dinding sel
Sederhana
Struktur dinding sel 1 lapisan pepdoglikan
Lebih kompleks
2 lapisan :
a. Bagian luar berupa
lipopolisakarida dan
protein.
b. Bagian dalam berupa
peptidoglikan.
Ketebalan
15-80 nm
10-15 nm
Berat
50% berat kering sel
10% berat kering sel
Syarat nutrisi
Lebih kompleks
Sederhana
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan bakteri yakni :
1. Media Pembiakan/ Nutrisi
Bakteri membutuhkan media yang baik untuk mendukung pertumbuhannya.
Media yang tepat akan menghasilkan bakteri yang sesuai dengan standar
pengujian. Media pembiakan dasar adalah media pembiakan sederhana yang
mengandung zat-zat yang umum diperlukan sebagian besar mikroorganisme
untuk tumbuh. Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah terpenuhinya karbon,
nitorgen, sumber garam-garam anorganik, fosfat dan sulfat sebagai anion;
potasium, sodium magnesium, kalsium, besi dan mangan sebagai kation.
(Harti, 2015 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Suhu
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu pertumbuhan minimum
merupakan suhu terendah bakteri dapat hidup. Suhu optimum merupakan suhu
yang diperlukan bakteri untuk dapat tumbuh secara cepat. Suhu pertumbuhan
maksimum adalah suhu tertinggi yang memungkinkan bakteri dapat hidup.
Perbedaan
suhu
penggolongan
untuk
bakteri
pertumbuhan
sesuai
dengan
pada
suhu
bakteri
membuat
adanya
pertumbuhannya.
Berikut
penggolongan jenis bakteri sesuai dengan suhu optimum pertumbuhannya :
a. Psikrofil,bakteri yang mampu tumbuh pada suhu 0°C. Diambil dari kata
psychros = dingin dan philic = menyukai, maka bakteri ini hanya akan
tumbuh pada kondisi dingin. Pada umumnya bakteri golongan psikrofil
akan mati bila ditempatkan pada suhu 30°C (Irianto, 2006).
b. Mesofil, bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 10-47°C dengan suhu
optimum untuk pertumbuhan 30-45°C. Bakteri yang ada pada golongan ini
biasa hidup dalam tanah, air dan tubuh vertebrata (Irianto, 2006).
c. Termofil, bakteri yang dapat tumbuh pada suhu diatas 45°C(Irianto, 2006).
3. Tekanan Osmotik
Bakteri membutuhkan kondisi dengan tekanan osmosis yang seimbang antara
isi sel dengan keadaan lingkungan yang disebut kondisi isotonik. Apabila
kondisi cairan di lingkungan lebih tinggi (hipertonis) maka sel bakteri akan
lisis. Akan tetapi apabila kondisi cairan di lingkungan lebih rendah (hipotonis)
maka sel bakteri akan kisut(Irianto, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
4. Kondisi pH
Kondisi asam-basa suatu medium juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Pada umumnya bakteri tumbuh pada pH yang netral yakni pH 6,5-7,5. Namun
ada bakteri yang mampu hidup dengan kondisi asam yang mampu tumbuh
pada pH 2,0 disebut bakteri Asidofil. Ada pula bakteri yang hanya mampu
tumbuh pada kondisi basa pada pH 9,0 disebut bakteri Alkalofil(Brooks, dkk.,
2008).
5. Oksigen
Oksigen berperan sebagai akseptor hidrogen pada bakteri. Bakteri yang lain
menggunakan zat lain sebagai akseptor hidrogen. Berdasarkan kebutuhannya
akan oksigen maka bakteri dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bakteri aerob, yakni bakteri yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Bakteri aerob fakultatif, yakni kelompok bakteri yang bisa hidup dengan
oksigen atau tidak adanya oksigen.
c. Bakteri anaerob, merupakan bakteri yang tidak memerlukkan oksigen
dalam pertumbuhannya.
d. Bakteri mikroaerofilik, yakni bakteri yang memerlukan oksigen dalam
jumlah yang sedikit dalam pertumbuhannya(Brooks, dkk., 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
C. Bakteri Staphylococcus aureus
1.
Klasifikasi Staphylococcus aureus
Bakteri S. aureus merupakan salah satu spesies bakteri dari 30 spesies
lainnya dalam genus Staphylococcus. Bakteri yang ada dalam genus ini biasanya
berupa bakteri patogen. Menurut Rosenbach (1884) dalam ITIS Catalogue of
Life (2016) klasifikasi bakteri S. aureus adalah sebagai berikut:
Domain
: Bacteria
Kingdom : Eubacteria
2.
Filum
: Firmicutes
Classis
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Familia
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
Morfologi dan Identifikasi
Staphylococcus aureus adalah bakteri yang berbentuk bulat bergerombol
seperti anggur, termasuk bakteri gram-positif. Pada biakan yang masih muda
akan terlihat coccus berwarna keunguan yang menunjukkan bahwa bakteri
termasuk dalam gram-positif, akan tetapi pada biakan yang sudah tua banyak sel
menjadi gram-negatif. Perubahan sel bakteri yang telah tua menjadi gramnegatif disebabkan sel yang sudah tua tidak mampu lagi menahan warna ungu,
sehingga warna merah dari safranin masuk kedalam dinding sel dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyebaabkan perubbahan pewaarnaan gram
m. Pengujiaan bakteri yang
y
baik adalah
a
24 jam setelah
s
dibiaakkan.Bila ditumbuhkaan dalam media
m
padat maka bakteeri ini
akan tam
mpak bulat, halus,
h
meno
onjol dan beerkilau-kilau
u(Brooks, dkk.,
d
2008).
Gambar 2.2
2 Bakteri Staphylocooccus aureuss
Sumber : Sccience libraary.
B
Bakteri
S. aureus
a
mam
mpu tumbuhh secara op
ptimal pada suhu 37°C
C, tapi
bisa jugga dalam suhu
s
kamarr yakni 200-25°C. Baakteri ini bersifat
b
anaerob
fakultatiff, yang berrarti bahwaa bakteri S.
S aureus bisa
b
hidup dengan okksigen
ataupun tanpa oksiggen (Brookss, dkk., 20088).
3.
Patoogenitas
Bakteri
B
S. aureus
a
meruupakan bakkteri yang sering meny
yebabkan innfeksi
pada maanusia. Infekksi serius akkan terjadi ketika keaddaan inang melemah karena
k
adanya perubahan
p
h
hormon,
adaanya penyakkit, luka, attau perlakuaan menggunnakan
steroid atau
a
obat laiin yang meempengaruhhi imunitas sehingga teerjadi pelem
mahan
inang.
Infeksi S.auureus dihubbungkan
d
dengan
bebberapa
koondisi
patoologi,
diantarannya bisul, jeerawat, pneeumonia, meeningitis, daan arthrititss. Sebagian besar
penyakitt yang disebbabkan oleh
h bakteri inni memprod
duksi nanah, oleh karenna itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bakteri ini disebut piogenik (Madigan,et.al., 2015). Infeksi yang lain terjadi
akibat kontaminasi pada luka yang terbuka (Brooks, dkk., 2008)
Bakteri ini menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi
H2O2 menjadi H2O dan O2, (Madigan,et.al., 2015). S. aureus menghasilkan
koagulase, protein mirip enzim yang menggumpal plasma dan mengandung
oksalat. Koagulase dihubungkan dengan patogenitas karena penggumpalan
fibrin terkumpul di sekitar bakteri sehingga imun dari inang kesulitan mencapai
bakteri dan fagositosis terhambat (Brooks, dkk., 2008).
D. Antibakteri
Antibakteri merupakan suatu zat yang dapat menghambat atau bahkan
membunuh pertumbuhan bakteri dan relatif aman digunakan oleh manusia (Tjay
dan Rahardja, 2007). Pemakaian bahan antibakteri merupakan suatu usaha yang
bertujuan untuk mengendalikan bakteri yang merugikan. Tujuan utama dari
pengendalian adalah mencegah terjadinya infeksi, membasmi bakteri pada inang
yang telah terinfeksi serta mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan
pembusukan mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1988).
Menurut Madigan, et.al (2015), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,
senyawa antibakteri mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan bakteri
yaitu:
1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi
tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis
protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
antibakteri pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah
penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
maupun jumlah sel hidup adalah tetap.
2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi
lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antibakteri
pada kultur bakteri yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat
antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan
jumlah sel hidup menurun.
3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah sel
berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antibakteri. Hal ini
ditunjukkan dengan penambahan antibakteri pada kultur bakteri yang berada
pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik,
jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.
Daya antibakteri diukur secara in vitro agar dapat ditentukan kemampuan
suatu zat antibakteri (Brooks, dkk., 2008). Uji aktivitas antibakteri dapat
dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran. Uji difusi cakram
dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan
petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa
antibakteri dalam ekstrak (Hermawan, 2007).
Metode difusi merupakan merode yang sering dilakukan. Ada tiga cara
metode difusi, yakni dengan metode difusi silinder, metode sumuran dan metode
cakram kertas. Metode cakram kertas diakukan dengan cara merendam cakram
kertas dalam suatu larutan antibakteri dalam waktu tertentu kemudian meletakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
cakram kertas dalam media yang sebelumnya sudah terdapat inokulum bakteri dan
diinkubasi dalam suhu pertumbuhan bakteri (25-37°C) dalam waktu 18-24 jam.
Syarat jumlah bakteri untuk pengujian yakni sesuai dengan standar 10-5 - 10-8
cfu/ml (Vandepitte dkk., 2011). Diameter zona bening disekitar kertas cakram
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri.
Dalam Vandepitte,dkk.(2011), ada beberapa faktor teknis yang bisa
mempengaruhi ukuran zona hambat :
1. Kepekatan bakteri
Pengenceran bakteri yang terlalu encer akan menyebabkan zona hambatan
menjadi lebih lebar, akan tetapi bila pengencerannya terlalu pekat maka ukuran
zona hambatnya akan menjadi lebih sempit.
2. Waktu peletakkan kertas cakram
Peletakkan kertas cakram yang telah direndam dengan zat antibakteri yang
terlalu lama dari waktu penanaman bakteri pada media agar yang menyebabkan
zona diameter mengecil.
3. Suhu inkubasi
Suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri dan untuk standar baku inkubasi
penelitian aktivitas antibakteri adalah 35°C. Apabila suhu lebih rendah maka
mengakibatkan zona yang lebih lebar dan waktu pertumbuhan efektif yang
lebih panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4. Waktu inkubasi
Masa inkubasi standar untuk pengujian adalah 16-18 jam. Apabila data diambil
sebelum masa inkubasi data kurang valid.
5. Ukuran lempeng, ketebalan media dan pengaturan jarak cakram Ukuran standar yang disarankan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah
cawan petri 9-10 cm dan diisi tidak lebih dari 6-7 cakram kertas. Pengaturan
jarak cakram yang baik akan memperjelas ukuran diameter zona hambat. Hal
ini guna menghindari tumpang tindih diameter zona hambat. Ketebalan media
juga berpengaruh pada lebar diameter zona hambat. Semakin tipis media agar
yang digunakan maka akan semakin lebar diameter zona hambat.
6. Potensi zat antibakteri
Diameter zona hambat tergantung pada zat antibakteri yang ada pada paper
disk. Apabila potensi zat antibakteri rusak karena masa penyimpanan maka
akan mengurangi diameter zona hambat.
Kekuatan zat antibakteri bisa digolongkan sesuai dengan lebarnya
diameter zona hambat. Menurut Davis and Stout dalam Putri (2015) menyebutkan
bahwa daerah hambatan ≥ 20 mm mempunyai daya hambat yang sangat kuat.
Daerah hambatan 10-20 mm berdaya hambat kuat, daerah hambatan 5-10 mm
berdaya hambat sedang, dan daerah hambat ≤ 5 mm berdaya hambat lemah atau
tidak berdaya hambat. Hal ini juga disebutkan oleh Rao, et.al dalam Dwiyanti,
dkk. (2014) bahwa daerah hambat ≤ 12 mm mempunyai daya hambat yang lemah
sedangkan daerah hambat ≥ 18 mm mempunyai daya hambat yang kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pengujian antibakteri lanjutan dari metode difusi adalah metode
pengenceran yang disebut dengan metode pour plate. Pengujian ini untuk melihat
kadar hambat minimal suatu larutan antibakteri bekerja. Prinsipnya yakni dengan
menambahkan konsentrasi terendah suatu larutan antibakteri dengan bakteri uji
yang sudah sesuai standar dalam media NA dengan suhu 45°C. Hasil dari
pengujian ini akan nampak pada media uji yang bening tidak ditumbuhi bakteri
uji. Konsentrasi minimal konsentrasi yang telah diuji dan mempunyai
kenampakan bening ditetapkan sebagai KHM (Konsentrasi Hambat Minimal).
Hasil dari KHM dikultur ulang pada media NA yang steril dan diinkubasi selama
18-24 jam. Media yang tetap terlihat bening ditetapkan sebagai KBM
(Konsentrasi Bunuh Minimal) (Idris, 2013).
Mekanisme daya hambat menurut Hugo and Russell (2000) ada lima
bagian vital yang menjadi target suatu zat antibakteri yakni, dinding sel, ribosom,
kromosom, metabolisme folat dan membran sel. Pelczar dan Chan (1988)
menjelaskan bahwa mekanisme kerja daya hambat antibakteri terhadap suatu
bakteri adalah sebagai berikut :
1. Merusak dinding sel
Lapisan dinding sel bakteri disebut peptidoglikan. Sintesis dinding sel
menggunakan banyak reaksi enzim. Zat antibakteriseperti flavonoid yang
mampu menghambat reaksi enzim akan menyebabkan sel bakteri lisis.
Kerusakan dinding sel akan berakibat juga pada kematian sel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Mengubah permeabilitas membran sel
Membran sel hidup mempunyai permeabilitas selektif. Membran sel berfungsi
untuk mengatur keluar masuknya zat antar sel dan lingkungan luar, melakukan
pengangkutan zat-zat yang diperlukan dan mengendalikan susunan dalam diri
sel. Rusaknya dinding sel akan berpengaruh pada membran sel. Bahan
antibakteri seperti fenol, saponin dapat merusak membran sel sehingga
permeabilitasnya terganggu dan mengalami kerusakan. Kerusakan pada
membran sel akan mengakibatkan kematian sel.
3. Kerusakan sitoplasma
Sitoplasma suatu sel terdiri dari air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid,
ion anorganik dan senyawa yang berbobot molekul rendah. Beberapa zat kimia
dengan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan komponen sel.
4. Menghambat kerja enzim
Enzim merupakan katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kimia. Makhluk
hidup memerlukan enzim yang membantu dalam proses metabolisme.
Perubahan protein yang disebabkan oleh senyawa kimia tertentu akan berakibat
pada penghambatan proses enzimatis. Apabila rekasi enzimatis terhambat
maka proses metabolisme juga terganggu dan akan menyebabkan kematian sel.
5. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein
Protein DNA dan RNA mengambil peranan penting dalam sebuah sel. Bahan
antibakteri tertentu mampu menghambat sintesis protein. Terjadinya gangguan
dalam sintesis protein mengakibatkan kerusakan pada sel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
E. Ekstraksi
Kandungan terbesar suatu tanaman adalah air, sebagian lagi berupa
senyawa bermolekul besar dan juga ada zat-zat dengan molekul kecil. Zat kimia
yang bermolekul kecil mempunyai penyebaran yang terbatas, biasanya zat ini
disebut dengan metabolit sekunder. Untuk dapat menyari tanaman ini maka dapat
digunakan pelarut umum seperti air, etanol, eter benzena (Sirait, 2007).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Menurut
Muchtaridi, dkk. (2015) ekstraksi merupakan teknik isolasi senyawa dari bahan
alam. Senyawa aktifyang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke
dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Diketahuinya
senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut
dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).
Ada beberapa metode ekstraksi menurut jenis pelarutnya dibedakan
menjadi dua kelompok besar yakni
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi
adalah
proses
pengekstrakan
simplisia
dengan
menggunakanpelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan
larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. (Ditjen POM,
2000)
b. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Umumnya
proses ekstraksi dilakukan dalam suhu ruangan. Simplisia yang akan
digunakan dipindahkan dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori kemudian pelarut dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia. Pelarut akan melarutkan zat aktif dalam sel simplisia hingga
jenuh. Pada tahap terakhir perkolat yang dihasilkan dikumpulkan dan
dipekatkan (Atmojo, 2015).
2. Cara Panas
a. Soxhletasi
Ekstraksi dengan metode soxhlet yakni dengan cara membungkus simplisia
kering dengan kertas saring dimasukkan dalam pipa kemudian pelarut
dimasukkan pada tabung distilasi. Labu alas bulat dipanaskan sehingga
pelarut menguap. Molekul-molekul pelarut
yang jatuh ke dalam pipa
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika pelarut telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapilerhingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai
bila cairan di sifon tidak berwarna atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Refluksi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara simplisa
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan pelarut lalu
dipanaskan. Uap-uap dari pelarut terkondensasi menjadi titik-titik air
kemudian pelarut turun kembali menuju labu alas bulat. Pelarut yang selalu
dipanaskan akan menjadi uap dan kembali ke dasar labu alas bulat demikian
seterusnya. Pelarut perlu diganti sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015)
c. Destilasi Uap Air
Ekstraksi untuk memisahkan minyak dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air
akan masuk ke dalam labu berisi simplisia. Pada labu yang berisi simplisia
maka akan terjadi ekstraksi minyak. Uap air dan minyak yang telah
terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati
pipa, campuran air dan minyak menguapakan masuk ke dalam corong pisah,
dan akan memisah antara air dan minyak atsiri (Atmojo, 2015)
d. Infusa
Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut air dengan suhu panas air.
Prosesnya yakni bejana infus dicelupkan dalam penangas air mendidih
suhunya 96-98°C selama waktu tertentu yakni antara 15-20 menit. (Atmojo,
2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Secara tradisional proses ekstraksi dikenal dengan cara diseduh, ditumbuk
dan pipisan. Hal ini sudah dikenal sejak lama. Proses seduh biasanya
menggunakan bahan-bahan yang sudah
dikeringkan,
kemudian
diseduh
menggunakan air panas sekitar 50°C. Selain bahan yang kering, untuk proses
ekstraksi seduh bisa juga menggunakan bahan berupa serbuk. Cara tumbuk sering
digunakan karena merupakan pembuatan obat tradisional khas Indonesia
(Aesmoro, 2015). Pembuatan obat ini mulai dengan membersihkan bagian
tanaman yang akan ditumbuk, kemudian menghaluskannya dengan cara ditumbuk
dengan bantuan air matang dan kemudian diperas hingga didapat cairan. Cara
ekstraksi pipisan yakni dengan menggunakan pipisan (batu), tanaman yang akan
diekstrak dihancurkan dengan menggunakan pipisan, kemudian diperas dan
ditambahkan air matang untuk mendapat ekstrak.
F. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang penggunaan daun kenikir (C. caudatus) sebagai
antibakteri sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
Dwiyanti, dkk. (2014). Penelitiannya menggunakan bakteri Bacillus cereus
dengan metode uji aktivitas antibakterinya meggunakan metode sumuran.
Pembuatan ekstraknya menggunakan cara maserasi dengan etanol. Ekstrak
kemudian diencerkan mulai dari konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%,
90% dan 100%.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikir memiliki
pengaruh untuk penghambatan pertumbuhan bakteri Bacillus cereus. Konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
yang optimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah konsentrasi 90%
dan 100%. Kesamaan dengan penelitian ini adalah cara pembuatan ekstrak, yakni
maserasi dengan pelarut etanol. Penentuan konsentrasi terendah untuk uji aktivitas
antibakteri juga mengacu pada penelitian ini. Perbedaannya peneliti menggunakan
konsentasi dengan rentang 15% yakni 30%, 45% dan 60%. Konsentrasi yang
dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa penggunaan antibakteri dimulai
dari konsentrasi yang terendah.
Penelitian relevan lainnya yakni Safita, dkk. (2015) tentang penggunaan
ekstrak daun kenikir (C. caudatus) dan daun sintrong (Crassocephalum
crepidioides) sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kenikir
yang diekstrak menggunakan maserasi etanol bisa dijadikan sebagai antibakteri.
Perbedaan kedua penelitian dengan penelitian yang dilakukan yakni,
penelitian kali ini ingin melengkapi data ilmiah dari apa yang telah dilakukan
masyarakat yakni ekstrak daun kenikir dengan cara tumbuk (tradisional) pelarut
yang digunakan adalah akuades steril dengan ekstrak daun kenikir dengan cara
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.
G. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran didasari oleh adanya infeksi bakteri Staphylococcus
aureus pada luka yang terbuka. Masyarakat sering menggunakan daun kenikir (C.
caudatus untuk pengobatan tradisional. Daun kenikir mengandung senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
flavonoid, tanin dan saponin. Senyawa-senyawa ini bisa mempengaruhi aktivitas
atau pertumbuhan bakteri, untuk itu perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri.
Daun kenikir diekstrak dengan dua metode yakni metode maserasi dengan
pelarut etanol dan metode tumbuk menggunakan pelarut akuades.Uji aktivitas
antibakteri menggunakan konsentrasi 30%, 45% dan 60% dari masing-masing
ekstrak. Pemilihan konsentrasi didasari oleh adanya penelitian sebelumnya,
dimulai dari konsentrasi terendah yang mempunyai daya antibakteri lemah hingga
konsentrasi yang mempunyai daya antibakteri kuat. Pengujian aktivitas antibakteri
ditandai adanya zona bening disekitar kertas cakram disebut diameter zona
hambat. Hasil dari pengukuran diameter zona hambat dilanjutkan dengan uji
KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dan uji KBM (Konsentrasi Bunuh
Minimum). Kerangka berpikir bisa dilihat dalam bentuk bagan pada Gambar 2.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 2.3. Bagan Kerangka
K
Beerpikir
H
H. Hipoteesis
1. Dau
un kenikir (C
C. caudatuss) memiliki aktivitas an
ntibakteri terrhadap baktteri S.
aureeus
2. Perb
bedaan meetode pembbuatan eksstraks dauun kenikir (C. cauddatus)
berppengaruh seecara signiifikan (berbbeda nyataa) terhadap
p hasil akttivitas
antib
bakteri terhadap bakterri S. aureus..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Konsentrasi hambat minimum zat antibakteri ekstrak daun kenikir yang
mampu menghambat pertumbuhan S. aureus ada pada konsentrasi 30%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BA
AB III
METODE
M
P
PENELITI
IAN
A. Jenis Penelitian
nis penelitiian ini merupakan
m
ppenelitian kuantitatif dan dilakkukan
Jen
penelitian “True Exp
xperimental Research”” karena in
ngin melihaat kemungkkinan
adanya seebab-akibat yang terjaadi pada jeenis kelomp
pok yang diberi
d
perlaakuan.
Penelitiann uji aktivitaas antibakterri menggunnakan Rancaangan Acakk Lengkap (R
RAL)
yakni ranncangan yanng homogeen untuk memberikan
m
n pengaruh pada hal yang
diamati.
Raancangan penelitian
p
u aktivitas antibakteeri yakni menggunak
uji
m
kan 2
metode ekkstraksi, 3 kelompok perlakuan, kontrol positif, konttrol negatiff, dan
masing-m
masing dilakkukan 3 kali
k
ulangaan. Bila diiilustrasikan
n, maka desain
d
penelitian tampak sepperti pada Gambar
G
3.1.
Gam
mbar 3.1 Peeletakan papper disc padda cawan peetri.
Keterrangan : 1. paper
p
disc dengan
d
eksttrak 60%; 2. paper discc dengan ekkstrak
30%; 3. Kontrol neegatif; 4. Ko
ontrol positiif; 5. paper disc dengan
n ekstrak 455%.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31 B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel pada penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas
Dalam penelitian ini variabel bebas adalah metode ekstraksi daun kenikir (C.
caudatus) dan konsentrasi ekstrak daun kenikir.
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah daya hambat dan daya bunuh
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
3. Variabel kontrol
Variabel yang terkontrol dalam penelitian ini yakni suhu inkubasi, waktu
inkubasi, media inkubasi dan kepekatan inokulum bakteri (kerapatan bakteri
dalam 10 ml ).
C. Batasan Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Daun kenikir yang digunakan adalah daun muda, berwarna hijau diambil dari
pucuk daun hingga daun keempat.
2. Metode ekstraksi yang dibandingkan adalah metode tradisional (metode
tumbuk pelarut akuades) dengan metode skala laboratorium (metode maserasi
pelarut etanol) yang lebih terkontrol dalam proses ekstraksi tanaman yang
digunakan untuk obat.
3. Hasil akhir ekstrak etanol daun kenikir bukan berupa pasta (tanpa larutan
pengekstrak) akan tetapi berupa cairan kental yang masih terdapat sedikit
larutan pengekstrak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32 4. Metode uji antibakteri yang digunakan yakni metode difusi Kirby-Bauer
dengan menggunakan paper disc (cakram kertas dari kertas saring). Parameter
yang digunakan dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat yang ada di
sekitar kertas cakram pada media kultur dengan satuan milimeter (mm).
5. Metode yang digunakan untuk menguji konsentrasi hambat minimal dan
konsentrasi bunuh minimal adalah metode dilusi padat dengan parameter
media kultur yang digunakan tidak ditumbuhi bakteri setelah diinkubasi.
6. Inokulum bakteri yang digunakan untuk penelitian aktivitas antibakteri
merupakan inokulum bakteri dengan pengenceran 10-4.
7. Suhu yang digunakan untuk inkubasi saat penelitian aktivitas antibakteri adalah
suhu kamar.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
-
Autoklaf
-
Mikroskop
-
Inkubator (Memmert)
-
Mikrocam
-
Lemari pendingin (LG)
-
Jangka sorong digital
-
Laminar
-
Cawan petri (pyrex)
-
Hot plate
-
Beker glass (pyrex)
-
Magnetic stirrer
-
Corong kaca
-
Blender
-
Tabung reaksi (pyrex)
-
Vortex mixer
-
Batang Drigalski
-
Timbangan analitik
-
Erlenmeyer (pyrex)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33 -
Gelas arloji
-
Sprayer alkohol
-
Batang bengaduk
-
Jarum ose
-
Pinset
-
Gelas benda
-
Gelas ukur (pyrex)
-
Gelas penutup
-
Pipet ukur 1 ml dan 10 ml
-
Spidol marker
-
Bunsen
-
Masker dan sarung tangan.
-
Penjepit
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
-
Nutrient agar
-
Akuades
-
Etanol 96%
-
Alkohol 70%
-
Povidone iodine 10%
-
Tinta cina
-
Natrium hipoklorit
-
Kristal violet
-
Daun kenikir (C. caudatus)
-
Iodine
-
Cakram kertas (kertas saring
-
Alkohol 70%
tebal)
-
Safranin
Kapas
-
Minyak imersi.
-
Staphylococcus aureus
Biakan murni
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34 E. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Penyiapan Bakteri dan Bahan Ekstrak
Tahap penyiapan meliputi persiapan bakteri uji dan juga bahan yang
digunakan untuk ekstrak, langkahnya yakni:
- Ketersediaan alat dan bahan yang ada di Laboratorium Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma diperiksa dan disiapkan.
- Daun kenikir diperoleh di Pasar STAN Tajem.
- Daun kenikir diidentifikasi menggunakan buku kunci determinasi sesuai
dengan buku determinasi Stennis, dkk. (2008).
- Bakteri didapat di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
- Bakteri diperbanyak dengan teknik media agar miring.
- Bakteri Staphylococcus aureus diidentifikasi kemurnian dengan melakukan
pengamatan morfologi sel, morfologi koloni dan juga pengecatan gram.
b. Sterilisasi Alat dan Media
Tahap sterilisasi meliputi sterilisasi peralatan yang digunakan untuk
pengujian antibakteri dan sterilisasi media pertumbuhan bakteri, langkahnya
yakni:
- Sterilisasi uap panas yang dilakukan pada alat-alat berbahan kaca (Pyrex)
menggunakan autoklaf pada tekanan 1 atm, pada suhu 121°C selama 15 menit.
Sterilisasi uap panas dilakukan pada bahan (akuades dan natrium agar)
menggunakan autoklaf pada tekanan 1 atm pada suhu 121°C namun waktu
sterilisasi hanya 10 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35 - Sterilisasi dengan pemanasan (dibakar dengan api) dilakukan untuk alat
berbahan logam.
- Sterilisasi kimia dengan alkohol untuk alat berbahan plastik atau kaca yang
tipis (selain Pyrex) dan menggunakan natrium hipoklorit untuk bahan.
c. Pembuatan Media Uji Nutrient Agar (NA)
Proses pembuatan media uji atau media pertumbuhan bakteri adalah sebagai
berikut:
- NA sebanyak 10 g dilarutkan dalam 500 ml akuades
- NA dipanaskan di atas hot plate dan diaduk menggunakan magnetic stirrer.
- Larutan NA dipanaskan hingga didapat larutan berwarna kuning jernih.
- Media NA disterilisasi dan dituang ke cawan petri atau tabung reaksi sesuai
kebutuhan penelitian.
d. Pengamatan morfologi koloni
Pengamatan morfologi koloni menggunakan teknik streak plate langkah
kerjanya adalah sebagai berikut :
- Bakteri diambil sebanyak satu ose, kemudian diinokulasikan dengan teknik
cawan gores pada medium NA dalam cawan petri
- Bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
- Pengamatan morfologi koloni bakteri meliputi bentuk dan warna koloni
(Alexander et.al., 2003).
e. Pengamatan morfologi sel
Pengamatan morfologi sel bakteri menggunakan teknik pengecatan negatif
dengan membuat preparat apusan, langkahnya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36 - Permukaan gelas benda dibersihkan dengan alkohol.
- Bakteri diambil sebanyak satu ose diletakkan di permukaan gelas benda dan
dicampur dengan tinta cina.
- Gelas benda yang lain diletakkan dalam posisi miring sekitar 45° terhadap
gelas benda yang pertama.
- Gelas benda yang miring digoreskan terhadap gelas benda yang pertama secara
merata.
- Preparat apusan bakteri dikeringanginkan kemudian dilakukan pengamatan di
bawah mikroskop dengan perbesaran kuat dengan bantuan minyak imersi
(Alexander et.al., 2003).
f. Pengecatan Gram
Pengecatan Gram dilakukan untuk mengetahui sifat gram dari bakteri.
Langkahnya yakni:
- Gelas benda dibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan di atas api bunsen
sampai kering
- Satu ose bakteri diambil secara aseptis dan diratakan seluas 1 cm pada gelas
benda kemudian difiksasi (bakteri ditetesi dengan akuades dan dilewatkan di
atas api bunsen).
- Objek yang telah difiksasi ditetesi kristal violet pada permukaan lapisan bakteri
dan didiamkan selama 1 menit. Hasil pengecatan kristal violet dicuci bersih
dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
- Objek yang sudah kering ditetesi iodine dan didiamkan selama 1 menit,
kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37 - Proses dekolorisasi dilakukan pada objek dengan cara ditetesi alkohol dan
didiamkan
selama
30 detik
lalu dicuci dengan
air
mengalir dan
dikeringanginkan.
- Objek ditetesi dengan safranin dan didiamkan selama 45 detik, kemudian
dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
- Objek diamati menggunakan mikroskop dengan bantuan minyak imersi.
-
Bakteri dengan gram positif berwarna ungu sesuai dengan pewarna awal
yakni kristal violet sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah sesuai
dengan pewarna akhir yakni safranin (Irianto, 2006).
g. Penyiapan Mikroorganisme Uji
Penyiapan mikroorganisme untuk uji aktivitas antibakteri berupa suspensi
bakteri dengan pengeceran 10-4 . Langkahnya sebagai berikut:
- Satu ose bakteri diambil kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi berisi 10
ml akuades steril kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer.
- 1 ml suspensi bakteri uji diambil dari tabung pertama dan dimasukkan dalam
tabung kedua yang berisi 9 ml akuades steril.
-
Langkah pertama dan kedua dilakukan hingga tabung yang keempat
(pengenceran 10-4).
- Hasil pengenceran diambil 0,1 ml dan diteteskan pada media kultur kemudian
diratakan dengan batang Drigalski secara aseptis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38 2. Tahap Pelaksanaan
a. Pembuatan Ekstrak
1.
Metode Maserasi
Ekstraksi pertama yakni dengan metode maserasi menggunakan pelarut
akuades. Cara pembuatan ekstraknya yakni:
- Daun kenikir segar sebanyak 100 g dicuci lalu dikeringanginkan.
- Daun kenikir yang telah kering dihaluskan menggunakan blender hingga
berbentuk serbuk.
- Serbuk sebanyak 20 g diekstraksi dengan teknik maserasi menggunakan
200 ml pelarut etanol 96% selama 2 x 24 jam dan disaring dengan kertas
saring.
- Simplisia diekstraksi kembali dengan larutan etanol 96% dengan
perbandingan simplisia dan pelarut (1 : 4) untuk hari kedua (Kurnianing,
2012).
- Ekstrak etanol daun kenikir yang telah siap kemudian diuapkan.
2.
Metode Tumbuk
Ekstraksi kedua yakni dengan cara ditumbuk dan menggunakan pelarut
akuades. Cara pembuatan ekstraknya yakni :
- Daun kenikir (C. caudatus) sebanyak 50 g dicuci dengan air mengalir,
kemudian direndam dalam larutan natrium hipoklorit dengan perbandingan
10 ml natrium hipoklorit dalam 3 l akuades selama 15 menit.
- Daun kenikir dicuci dengan akuades steril kemudian ditiriskan.
- Daun kenikir ditumbuk menggunakan mortar dan stamper.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39 - Akuades hangat sebanyak 50 ml ditambahkan pada daun kenikir yang
telah halus.
- Ekstrak daun kenikir disaring menggunakan kertas saring steril sehingga
diperoleh stok 100% ekstrak tumbuk daun kenikir (C. caudatus).
Stok hasil ekstraksi yang telah didapat kemudian dilakukan pengenceran
menjadi 3 konsentrasi yaitu 30%, 45% dan 60% (Dwiyanti dkk., 2014). Cara
pengenceran stok ekstrak mengacu pada penelitian Kristanti (2014) dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pembuatan konsentrasi ekstrak untuk pengujian antibakteri
Konsentrasi
Volume
Volume
Volume total
yang
sampel
akuades (ml)
diinginkan (%)
ekstrak (ml)
(ml)
30
3
7
10
45
4,5
5,5
10
60
6
4
10
b. Pengujian Antibakteri
Pada penelitian ini, uji aktivitas antibakteri menggunakan metode KirbyBauer yang menggunakan cakram kertas. Langkah kerjanya adalah sebagai
berikut :
- Cakram kertas (dari kertas saring) steril dengan diameter 5 mm dicelupkan
dalam variasi konsentrasi ekstrak yang berbeda selama 60 menit.
- Bakteri dengan pengenceran 10-4 diambil sebanyak 0,1 ml kemudian dituang
dalam media dan diratakan dengan batang Drigalski.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40 - Cakram kertas diletakkan pada media berisi bakteri yang sebelumnya sudah
dibagi menjadi 5 kuadran
- Pengujian antibakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.
3. Tahap Pengumpulan Data
a. Pengukuran Daerah Hambat
Daerah hambat biasanya terlihat lebih bening daripada daerah sekitarnya.
Langkah pengukurannya adalah sebagai berikut:
- Jangka sorong digital dieletakkan pada batas luar cakram kertas sampai dengan
batas terpanjang.
- Jangka sorong digital dieletakkan pada batas luar cakram kertas sampai dengan
batas terpendek.
- Diameter daerah hambat terpanjang dan terpendek secara matematis dapat
diukur. Menurut Kristanti (2014) pengukuran secara matematis dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
p+q
R=
2
Keterangan :
R : diameter zona hambat (mm)
p : zona hambat terpanjang (mm)
q : zona hambat terpendek (mm)
b. Uji Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)
Pengujian Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) diperoleh dari konsentrasi
minimal yang didapat dari uji aktivitas antibakteri. Langkah pengujiaannya
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41 - Bakteri pada pengenceran 10-4 yang sudah dihomogenkan dengan Vortex mixer
diambil 0,5 ml menggunakan pipet ukur.
- Bakteri dituangkan dalam cawan petri yang sudah steril.
- Masing-masing ekstrak diambil sebanyak 0,5 ml dan dituangkan dalam cawan
petri.
- Media NA suhu 40°C dituang dalam cawan petri yang sudah berisi bakteri dan
sampel ekstrak.
- Media NA yang sudah bercampur bakteri dan ekstrak digoyang membentuk
angka 8 sesuai dengan langkah pour plate.
- Media NA diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.
- Nilai KHM ditentukan dari konsentrasi terendah pada media yang tidak
ditumbuhi bakteri.
c. Uji Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM)
Hasil dari pengujian KHM digunakan dalam pengujian KBM dengan
metode streak plate. Pengujian KBM dilakukan dengan cara :
- Media NA steril disiapkan.
- Hasil KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) pada bagian permukaan medianya
diambil (digores) menggunakan cotton bud steril.
- Digoreskan pada media NA steril sesuai dengan metode streak plate.
- Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. Media kultur NA yang tetap
terlihat jernih setelah inkubasi merupakan KBM (Konsentrasi Bunuh
Minimum).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42 F. Metode Analisis Data
Penelitian uji aktivitas antibakteri ini terdiri dari 2 metode ekstraksi dengan
5 kelompok yakni 3 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol (positif dan
negatif) dengan 3 kali pengulangan. Hasil perlakuan penelitian dianalisis dengan
uji statistika two way ANOVA (Analysis of Variance) dengan derajat kepercayaan
95% (p < 0,05). Untuk mengetahui ada tidaknya beda nyata dilakukan uji Duncan
pada tingkat signifikansi 5%. Sebelum dianalisis dengan uji ANOVA dilakukan
uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Sminorv dan uji homogenitas dengan uji
Levene. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang telah diperoleh
telah terdistribusi secara normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas digunakan
untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari
populasi yang memiliki variansi sama. Analisis dilakukan dengan program SPSS
versi 21.
Pengambilan keputusan didasarkan pada hipotesis yang telah dibuat. Hi
menunjukkan nilai yang signifikan berarti terdapat pengaruh antara suatu variabel
dengan variabel yang dipengaruhi. Ho menunjukkan nilai yang tidak signifikan
yang berarti tidak ada pengaruh antar variabel. Pada uji Kolmogorov-Sminorv dan
uji Levene adalah pengambilan keputusannya adalah Hi diterima jika nilai hitung
> 0,05 (Ho ditolak) dan Ho diterima jika nilai hitung < 0,05 (Hi ditolak). Pada
pengujian Anova Hi diterima apabila nilai hitung < 0,05 (Ho ditolak) dan Ho
diterima apabila nilai hitung > 0,05 (Hi ditolak). Pengujian Duncan dengan
tingkat kepercayaan 5% (a= 0,05) maka apabila nilai hitung > 0,05 dinyatakan Hi
diterima sedangkan apabila nilai hitung < 0,05 maka Ho diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43 G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran
Hasil penelitian bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran di SMA kelas X
semester I dengan materi Archaebacteria dan Eubacteria. Utamanya pada materi
peran antibakteri dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan dikenalkan pada
berbagai macam antibakteri dan melakukan penelitian tentang antibakteri tersebut.
Siswa akan menarik kesimpulan mengapa antibakteri sangat penting dalam
kehidupan. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam rancangan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
•
KD 3.4 Memahami peranan antibakteri dan antiseptik terhadap pertumbuhan
koloni bakteri serta kaitannya terhadap kegiatan sehari-hari manusia.
•
KD 4.4 Menyajikan data tentang hasil percobaan berbagai antibakteri
terhadap pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk laporan tertulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Konfirmasi Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)
Jenis kenikir ada banyak. Ada yang dimanfaatkan bunganya dan juga ada
yang dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi. Genus Tagetes biasa disebut Tahi
Kotok untuk masyarakat Sunda dan genus Cosmos disebut kenikir. Masyarakat di
daerah Jawa Tengah lebih sering menyebut tanaman dari kedua genus itu dengan
sebutan kenikir.
Kenikir yang digunakan pada penelitian ini adalah C. caudatus, jenis
kenikir yang sudah sejak lama dikenal masyarakat untuk dikonsumsi. Oleh karena
itu perlu dilakukan konfirmasi daun kenikir agar sesuai dengan sampel penelitian
yang dimaksud. Daun Kenikir dari Pasar STAN dibawa ke Laboratorium
Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma untuk dicocokkan dengan kunci
determinasi.
Determinasi dilakukan untuk mendapatkan suatu spesies yang spesifik dan
tepat sasaran, karena tumbuhan ini memiliki banyak spesies. Determinasi
dilakukan dengan menggunakan buku kunci determinasi yang ditulis oleh Steenis,
dkk (2008). C. caudatus mempunyai ciri bunga yang berukuran kecil, mahkota
berwarna merah muda dengan pangkal berwarna kuning. Hasil ini menunjukkan
ciri yang sama sesuai dengan buku kunci determinasi Steenis, dkk. (2008) dan
berbeda dengan jenis Cosmos yang lain ataupun Tagetes.
44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Pengum
mpulan dan Pengamataan Bakteri U
Uji
Baakteri uji yang diguunakan unntuk peneliitian aktiv
vitas antibaakteri
merupakann isolat muurni bakteri Staphylocooccus aureus FNCC 00047. Isolat murni
m
diamati morfologi
m
seel, pengecattan gram daan morfolo
ogi koloni. Pengamataan ini
berfungsi untuk menggetahui kem
murnian bakkteri, kesesuuaian bakteri dengan cirri-ciri
yang telahh ada sebeluumnya, usiaa bakteri uji dan juga mengetahui
m
g
golongan
baakteri
sebelum digunakan
d
u
untuk
penelitian.
Pen
ngamatan pertama
p
terhhadap baktteri yakni morfologi
m
seel menggunnakan
cara penggecatan neggatif.
Pad
da Gambarr 4.1 terlihhat sel baakteri S. aureus
mempunyai kenampaakan berben
ntuk bulat dan bening
g seperti daalam pernyyataan
(Irianto, 2006).
M
seel bakteri Sttaphylococccus aureus
Gaambar 4.1. Morfologi
Keteerangan : Tanda panahh menunjukkkan adanya sel bakteri.
ngamatan selanjutnya
s
dilakukan pengecatan
p
u
Pen
gram yang bertujuan untuk
menentukaan golongaan bakteri uji. Hasilnnya bakterii S. aureuss
yang dilihat
d
menggunaakan mikrooskop denngan perbeesaran 10000 kali berwarna
b
u
ungu,
menggerombol seperrti anggur dan berbenntuk bulat. Bakteri S. aureus deengan
pengecataan gram bisaa dilihat pad
da Gambar 4.2.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
m bakteri Sttaphylococccus aureus
Gambaar 4.2. Penggecatan gram
Keterangaan : Tanda panah
p
meruppakan kolonni bakteri
Staphylocooccus aureuus.
Haasil ini didaapat karenaa bakteri S. aureus meemiliki struuktur dindinng sel
dengan laapisan pepttidoglikan yang teball. Lapisan peptidoglikkan ini maampu
menahan warna kristtal violet (uungu). Prosses dekolorrisasi dengaan alkohol tidak
menghilan
ngkan warnna ungu yanng telah tersserap oleh lapisan
l
perp
ptidoglikan pada
bakteri. Sesuai denggan (Brookss, dkk., 20008) maka bakteri
b
S. aureus
a
term
masuk
gram posittif karena seel bakteri memiliki
m
waarna keunguan.
Pen
ngamatan morfologi
m
koloni
k
S. aureus
a
dilaakukan denngan cara streak
s
plate. Tekknik gores dengan adanya
a
4 daerah
d
(kuaadran) dalaam cawan petri
menunjukkkan goresaan dari jarrum ose yaang membawa bakterri, teknik gores
menghasillkan kolonii bakteri yaang utuh. Hasilnya
H
moorfologi kooloni bisa dilihat
d
pada Gam
mbar 4.3. Kooloni bakterri S. aureus sudah bisaa dilihat di kuadran
k
3 dan
d 4.
Koloni baakteri berbeentuk bulatt, berwarnaa kuning. Bila
B
diamaati dari sam
mping
permukaann koloni liccin dan men
nonjol. Baggian tepi kolloni bakterii utuh dan halus,
h
bila diambbil mengguunakan ose,, koloni sepperti menteega dan berrbau tidak sedap
s
(Irianto, 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
M
k
koloni
bakteeri Staphylo
ococcus aurreus. Keteraangan
Gaambar 4.3. Morfologi
: Angka
A
1,2,33,4 menunju
ukkan kuadrran goresan
n. Tanda pan
nah di kuadrran 4
meenunjukkan 1 koloni baakteri.
3. Pembuatan Ekstrakk Daun Kennikir
Pem
mbuatan ekkstrak daun
n kenikir pada
p
penelitian ini meenggunakann dua
metode ekkstraksi yakkni maserasii dan tumbuuk. Selain metode
m
berbeda pelarut yang
digunakann juga berbeeda yakni maserasi
m
denngan pelarutt etanol dann tumbuk deengan
pelarut ak
kuades. Hal ini dilakukkan karena peneliti
p
telaah melakukaan pra peneelitian
yakni mem
mbuat eksttrak maseraasi daun keenikir menggunakan pelarut
p
akuuades.
Hasilnya ekstrak
e
daunn kenikir beerjamur dann berbau tidaak sedap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pada ekstrakssi etanol, daaun kenikir dibuat mennjadi serbukk kering. Tuujuan
dari membbuat serbukk yakni untu
uk memperluuas kontak dengan zat cair dan baanyak
senyawa yang
y
bisa terekstraksi.
t
. Metode m
maserasi meerupakan metode
m
sederrhana
yang tidakk memerlukkan panas, hal ini cocook digunakkan untuk menyari
m
sennyawa
yang tidakk tahan panas (Kurniaw
wan, 2013). Hasil maseerasi daun kenikir
k
berw
warna
hijau pekaat bisa dilihhat pada Gambar
G
4.4.a . Hasil dari
d maserassi dengan etanol
e
harus diuaapkan karena etanol punya
p
sifat iritatif yan
ng memenngaruhi hassil uji
aktivitas antibakteri.
a
Ekkstraksi denngan metodde tumbuk merupakan metode yaang sudah sejak
lama diguunakan olehh masyarakaat. Metode tumbuk meerupakan saalah satu metode
m
pembuatan
n obat secaara tradisionnal. Ekstrakk tumbuk daun
d
kenikirr yang telahh jadi
kemudian disaring untuk
u
menddapat ekstrrak bening,, hasilnya ekstrak tum
mbuk
berwarna coklat beninng bisa dilih
hat pada Gaambar 4.4. b.
b
a
b
Gambarr 4.4. Ekstraak etanol daaun kenikir (a); Ekstrakk tumbuk daaun kenikir (b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4. Hasil Pengujian
P
A
Antibakteri
Haasil pengujiaan antibakteri, ekstrakk daun kenikkir dengan menggunakkan 2
jenis pelarrut (air dan etanol) berrpengaruh teerhadap perrtumbuhan bakteri
b
S. aureus
secara in vitro
v
karenaa memiliki sifat antibakkteri. Aktiv
vitas antibakkteri ditunjuukkan
dengan addanya zonaa bening disekitar kerrtas cakram
m seperti bisa
b
dilihat pada
Gambar 4.5.
4 Zona tersebut
t
dissebut sebaggai zona haambat. Zon
na hambat yang
terbentuk dihitung deengan jangkka sorong digital
d
dan hasilnya
h
sep
perti yang tersaji
t
dalam Tabbel 4.1.
Gaambar 4.5. Zona
Z
hambaat yang terliihat pada seekitar cakram
m kertas.
zona
Daari Tabel 4..1 dapat dilihat aktivittas antibaktteri yang membentuk
m
bening yaang terkecill ada pada perlakuan ekstrak denngan pelaru
ut akuades pada
konsentrassi 30% yang menunnjukkan diiameter zo
ona hambaatnya 6,76 mm
sedangkan
n pada pelarrut etanol ko
onsentrasi 30%
3
zona haambatnya 7,25
7
mm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
No.
Tabel 4.1. Hasil pengukuran diameter zona hambat
Pelarut Ekstrak
Perlakuan
Diameter
zona
hambat (mm)
1
2
3
Pelarut akuades
Pelarut etanol
Konsentrasi 30%
6,76a
Konsentrasi 45%
7,34b
Konsentrasi 60%
7,58c
Konsentrasi 30%
7,25a
Konsentrasi 45%
7,80b
Konsentrasi 60%
8,59c
Kontrol +
17,88
4
Kontrol 5
Ket: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan ada beda nyata
sesuai dengan uji Duncan (a=0,05)
Zona bening yang terlihat pada pelarut etanol dengan konsentrasi 45%
menghasilkan diameter zona hambat lebih besar dari pada pelarut akuades yakni
7,80 mm. Zona bening pada pelarut akuades dengan konsentrasi 45%
menghasilkan diameter zona hambat 7,34 mm. Diameter zona hambat terbesar ada
pada konsentrasi 60% pelarut etanol yakni 8,59 mm dibandingkan dengan
perlakuan ekstrak dengan pelarut akuades konsentrasi 60% yakni berdiameter
7,58 mm.
Kontrol negatif berupa akaudes steril tidak terdapat zona bening yang
merupakan diameter zona hambat maka nilainya 5 mm sesuai dengan diameter
kertas cakram. Pada kontrol positif yakni povidone iodine 10% rata-rata diameter
zona hambatnya 17,88 mm. Perbandingan keseluruhan ekstrak bisa dilihat dalam
grafik pada Gambar 4.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Diameter zona hambat (mm)
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
17.88
8.59
7.25
7.347.8
6.76
5
akuades
30%
7.58
45%
60%
povidone iodine
10%
Konsentrasi ekstrak
kontrol negatif
Pelarut akuades
Pelarut etanol
Kontrol positif
Gambar 4.6. Diameter zona hambat perlakuan ekstrak dengan pelarut
etanol dan ekstrak dengan pelarut akuades.
Pada Gambar 4.6. dapat diamati adanya hubungan bahwa semakin tinggi
konsentrasi dari suatu ekstrak semakin besar pula diameter zona hambat. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan kuat antara semakin tinggi konsentrasi maka
semakin besar pula diameter zona hambat. Pada kontrol positif yakni povidone
iodine 10% merupakan nilai tertinggi yakni 17,88mm.
Data hasil pengukuran diameter zona hambat kemudian diuji secara
statistik. Pengujian pertama yakni uji kenormalan data menggunakan KolmogrovSminorv. Hasil pengujian mendapat nilai sebesar 0,200 (>0,05) hal ini
menunjukkan bahwa data normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji
homogenitas Levene. Data yang telah diuji memperoleh hasil sebesar 0,208
(>0,05) hal ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Data yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya dilanjutkan dengan
uji Anova. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel bebas (ekstrak
dan konsentrasi ekstrak) berpengaruh terhadap variabel terikat (zona hambat
terhadap bakteri S. aureus). Nilai jenis pelarut (ekstrak) sebesar 0,000 (<0,05)
menunjukkan
nilai yang signifikan maka jenis pelarut berpengaruh terhadap
diameter zona hambat. Sama halnya dengan konsentrasi ekstrak mempengaruhi
diameter zona hambat karena nilainya juga menunjukkan signifikan yakni sebesar
0,000 (<0,05).
Hasil pengujian antara jenis pelarut (ekstrak) dengan konsentrasi ekstrak
bernilai 0,118 (>0,05) berarti tidak signifikan, maka nilai ini menunjukkan bahwa
tidak ada pengaruh yang berarti antara pelarut etanol dengan pelarut akuades dan
juga besaran konsentrasi ekstrak terhadap diameter zona hambat. Bisa dilihat
kembali pada Tabel 4.1 atau Gambar 4.6 bahwa perbedaan diameter zona hambat
antara pelarut etanol dan pelarut akuades hanya berbeda tipis.
5. Konsentrasi Hambat Minimal
Konsentrasi hambat minimal ekstrak daun kenikir baik dengan pelarut
etanol dan pelarut akuades belum bisa diamati. Penelitian yang telah dilakukan
menghasilkan data seperti dalam Tabel 4.2.
Konsentrasi
hambat
minimum
kedua
ekstrak
terhadap
bakteri
Staphylococcus aureus belum ditemukan pada konsentrasi 29%, 28% dan 27%.
Hal ini bisa disebabkan oleh karena pengaruh zat aktif dari ekstrak yang sudah
rusak selama masa penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 4.2. Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Daun Kenikir
No.
Jenis ekstrak
1
Etanol
2
Akuades
Konsentrasi Keterangan
ekstrak (%)
27%
Tidak mampu menghambat bakteri.
Terdapat koloni dalam jumlah kecil
28%
Tidak mampu menghambat bakteri.
Terdapat populasi yang kecil dan juga
ditumbuhi jamur.
29%
Tidak mampu menghambat bakteri,
terdapat koloni bakteri dalam jumlah
yang sangat kecil.
27%
28%
29%
Tidak mampu menghambat bakteri,
terdapat koloni bakteri dalam jumlah
yang kecil dan merata diseluruh
permukaan media.
Tidak mampu menghambat bakteri,
terdapat koloni bakteri dalam jumlah
yang sangat kecil.
B. Pembahasan
1. Aktivitas Antibakteri
Diameter zona hambat merupakan zona bening di sekitar kertas saring
yang tidak ditumbuhi oleh bakteri karena adanya aktivitas dari suatu zat
antibakteri. Zona hambat yang membentuk zona bening disekitar kertas cakram
merupakan hasil dari senyawa yang terlarut kemudian berdifusi dengan adanya
media (Nutrient agar) sehingga menyebabkan senyawa dari suatu larutan tersebut
menyebar keluar. Senyawa dari suatu larutan antibakteri tersebut mampu
menghambat pertumbuhan bakteri yang ada disekitarnya sehingga timbul zona
bening yang tidak ditumbuhi oleh bakteri. Zona bening ini kemudian disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sebagai zona hambat yang menyatakan kekuatan dari suatu larutan antibakteri.
Semakin besar diameter zona hambat maka semakin kuat pula suatu larutan
tersebut sebagai antibakteri.
Dari hasil penelitian ekstrak daun kenikir dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol maupun ekstrak daun kenikir dengan metode tumbuk
menggunakan pelarut akuades memiliki zat antibakteri. Hal ini dikarenakan
adanya kandungan dalam suatu ekstrak yang mempengaruhi suatu bakteri. Dalam
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwiyanti, dkk. (2014), dalam kenikir
terdapat senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid, tanin dan
minyak atsiri. Senyawa aktif ini yang berpotensi sebagai antibakteri.
Flavonoid yang terdapat dalam kenikir merupakan zat yang bisa
difungsikan sebagai antibakteri. Flavonoid menghambat fungsi membran sel
dengan cara membentuk senyawa kompleks yang berikatan dengan protein. Hal
ini menyebabkan rusaknya membran sel bakteri yang selanjutnya diikuti dengan
keluarnya senyawa intraseluler (Rijayanti, 2014).
Selain flavonoid terdapat senyawa lain yakni tanin. Senyawa tanin
menurut penelitian Nuria, dkk., (2009) menyebutkan bahwa senyawa tanin
mampu
mengganggu
membran
plasma
dan
menghambat kerja
enzim.
Penghambatan kerja enzim berkaitan dengan metabolisme bakteri yang akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Tanaman kenikir juga menghasilkan
senyawa saponin. Harborne (2006) menyebutkan bahwa senyawa saponin mirip
seperti detergen yang berupa senyawa polar, akibatnya saponin akan menurunkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tegangan permukaan. Hal ini akan menyebabkan membran sel bakteri terganggu
karena lapisan hidrofob dan hidrofilik bercampur sehingga akan mengganggu
kelangsungan hidup bakteri karena bisa terjadi pecahnya membran sel.
Mekanisme daya hambat menurut Hugo and Russell (2000) ada lima target
yang menjadi target suatu zat antibakteri yakni, dinding sel, ribosom, kromosom,
metabolisme folat dan membran sel. Pada dinding sel suatu zat antibakteri akan
menghambat terbentuknya lapisan peptidoglikan yang merupakan perlindungan
utama bakteri. Senyawa kimia seperti saponin, flavonoid dan tanin yang terdapat
dalam ekstrak pada umumnya mampu menghambat terbentuknya lapisan
peptidoglikan.
Rendahnya daya hambat bisa dipengaruhi berbagai macam hal. Menurut
Vandepitte, dkk. (2011) hal-hal yang mempengaruhi daya hambat suatu zat
antibakteri antara lain kepekatan bakteri, waktu peletakkan cakram kertas, suhu
inkubasi, waktu inubasi, ketebalan media, potensi zat antibakteri. Pada penelitian
ini hal yang paling mempengaruhi adalah potensi zat antibakteri. Potensi zat
antibakteri adalah kemampuan suatu zat antibakteri untuk dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan bakteri.
Potensi zat antibakteri menunjukkan sifat toksisitas dari suatu zat
antibakteri. Potensi zat antibakteri atau kandungan senyawa dalam suatu
konsentrasi tertentu tidak bisa dihitung. Sifat toksisitas zat antibakteri hanya bisa
digolongkan sesuai dengan kemampuan zat antibakteri dalam menghambat atau
membunuh pertumbuhan bakteri. Madigan, et.al. (2015) menyebutkan tiap-tiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
antibakteri
mempunyai kekuatannya
masing-masing.
Pertama
yakni zat
antibakteri yang hanya menghambat pertumbuhan sel bakteri dengan cara
menghambat sintesis protein (bakteriostatik). Kedua, zat antibakteri yang
membunuh bakteri tapi tidak terjadi pecah sel (lisis) disebut bakteriosidal.
Golongan yang ketiga yakni zat antibakteri yang mampu membunuh sel hingga
mengakibatkan sel bakteri pecah disebut bakteriolitik.
Potensi antibakteri bisa mengalami penurunan sifat toksisitas apabila
dalam suatu zat antibakteri terjadi kerusakan selama penyimpanan. Dalam suatu
zat antibakteri utamanya dalam hal ini ekstrak daun kenikir yang memiliki
senyawa-senyawa seperti tanin, flavonoid dan saponin memerlukan tempat
penyimpanan yang tepat. Tempat penyimpanan yang kurang sesuai bisa juga
mengakibatkan kontaminasi dari jamur.
Potensi antibakteri juga bisa dipengaruhi konsentrasi ekstrak yang
digunakan sebagai antibakteri. Pada penelitian yang dilakukan konsentrasi
terendah yang digunakan mulai dari konsentrasi 30% dan yang paling tinggi
konsentrasi 60%. Konsentrasi yang terlalu rendah menunjukkan kandungan
senyawa yang rendah. Pelczar dan Chan (1988) menyebutkan apabila jumlah
ekstrak yang dilarutkan masih terlalu sedikit maka kandungan zat antibakteri yang
terkandung di dalamnya juga sedikit, akibatnya daya hambat terhadap bakteri uji
juga rendah. Hal ini juga mengakibatkan potensi sebagai antibakteri yang
tergolong lemah.
Ekstrak daun kenikir yang berfungsi sebagai zat antibakteri yang
digunakan masih dalam konsentrasi yang rendah. Menurut Rao et.al. dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dwiyanti, dkk. (2014) daya hambat ekstrak daun kenikir terhadap pertumbuhan
bakteri S. aureus termasuk lemah karena zona hambat > 12 mm. Daya hambat
dari kontrol positif yakni povidone iodine 10% termasuk kuat karena zona
hambatnya < 18 mm.
Ekstrak daun kenikir menggunakan daun kenikir yang masih muda atau
yang biasa dikonsumsi masyarakat. Menurut Lakitan (2013), metabolit sekunder
merupakan hasil metabolisme yang berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari
berbagai serangan mulai dari serangga, bakteri, jamur dan jenis patogen lain.
Potensi paling besar metabolit sekunder berada di bagian tubuh tumbuhan yang
sudah tua. Pemilihan bagian tumbuhan mempengaruhi terlarutnya senyawa aktif
yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Pemilihan daun untuk dibuat ekstrak menjadi hal penting karena
didasarkan pada kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengkonsumsi daun
yang masih muda. Daun kenikir (C. caudatus) muda sering diperjualbelikan di
pasar. Daun yang tua pada tanaman kenikir sering terlihat mengering dan rusak
karena daun yang muda lebih sering dipanen. Masyarakat akan lebih mudah
menggunakan daun yang muda untuk dijadikan obat dibandingkan dengan daun
yang sudah tua.
2. Kelemahan dan Kelebihan Masing-Masing Ekstrak
Pada penelitian ini digunakan dua jenis pelarut yakni etanol dan akuades.
Kedua ekstrak memiliki hasil yang berbeda nyata pada tiap konsentrasi (30%,
45%, 60%). Hal ini ditunjukkan dengan uji Duncan (Tabel 4.1) yang telah
dilakukan. Perbedaan huruf yang tertera pada Tabel 4.1 menunjukkan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
perbedaan kekuatan antibakteri pada tiap konsentrasi ekstrak. Akan tetapi pada
ekstrak dengan konsentrasi yang sama tidak ada perbedaan nyata.
Akuades merupakan pelarut universal yang bisa melarutkan senyawa aktif
yang ada dalam suatu tumbuhan. Etanol juga merupakan pelarut universal karena
sifatnya yang polar sehingga bisa menarik senyawa aktif yang ada dalam suatu
bahan aktif. Keadaan konsentrasi yang sama menunjukkan tidak adanya
perbedaan antara ekstrak dengan pelarut etanol dengan pelarut akuades.
Selama proses penelitian bisa diamati kelebihan dan kelemahan masingmasing ekstrak.
1. Ektrak etanol daun kenikir
a. Kelemahan:
-
Tidak praktis dalam pembuatan karena memerlukan banyak peralatan
dan bahan pelarut yang tidak mudah didapat.
b. Kelebihan:
-
Lebih tahan lama jika disimpan dalam suhu kamar.
-
Proses pembuatan yang dihaluskan dengan blender dan direndam dengan
etanol membuat senyawa yang terkandung dari daun kenikir bisa
tersarikan lebih sempurna.
2. Ekstrak tumbuk daun kenikir
a. Kelemahan:
-
Tidak tahan lama disimpan/harus langsung digunakan setelah dibuat.
-
Penumbukan yang kurang halus menyebabkan senyawa yang tersarikan
kurang sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
b. Kelebihan:
-
Mudah dibuat walau dengan peralatan minim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kenikir mempunyai daya
antibakteri tapi masih dibawah povidone iodine 10%. Akan tetapi ekstrak yang
digunakan dalam penelitian ini dalam kadar rendah dan jarak antar konsentrasi
yang terlalu sempit yakni konsentrasi 30%, 45% dan 60%. Pada Gambar 4.4. bisa
terlihat bahwa grafik semakin naik seiring dengan semakin tingginya konsentrasi,
maka hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang terlarut
maka semakin banyak juga zat antibakteri yang terlarut sehingga daya hambat
terhadap bakteri bisa semakin tinggi (Pelczar dan Chan dalam Dwiyanti, dkk.
2014).
Hasil penelitian memang menunjukkan diameter zona hambat yang rendah
bila digolongkan dalam suatu larutan antibakteri. Ditinjau dari penggunaan
ekstrak kenikir oleh masyarakat yang lebih mengutamakan kepraktisan dan
kemudahan
dalam pengobatan,
penelitian
ini
cukup
membantu
dalam
menyediakan data tentang khasiat antibakteri yang ada pada daun kenikir (C.
caudatus). Masyarakat secara tradisional lebih sering membuat larutan ekstrak
100% dari suatu tanaman. Disebutkan diawal bahwa penelitian ini hanya
menggunakan ekstrak dalam konsentrasi rendah, maka apabila semakin tinggi
konsentrasi ekstrak yang digunakan di masyarakat maka ekstrak daun Kenikir
mampu menjadi suatu zat antibakteri yang cukup ampuh digunakan dalam
keseharian masyarakat utamanya dalam kondisi yang mendesak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Antibakteri merupakan suatu pertolongan secara medis apabila terjadi
infeksi pada suatu luka akibat terlalu lama diabaikan. Tubuh sebenarnya sudah
mempunyai mekanismenya sendiri dalam menyembuhkan luka. Menurut GrahamBrown & Burns (2005) sel-sel Langerhans merupakan pertahanan imunologis
dalam melawan antigen dari luar, selanjutnya antigen tersebut ditangkap dan
diarahkan pada limfosit T, yang kemudian dapat meningkatkan respon imun.
Akan tetapi tidak setiap saat tubuh mempunyai respon imun yang tinggi terhadap
suatu luka.
Masyarakat biasanya mengabaikan luka sehingga berakibat luka menjadi
sebuah infeksi. Infeksi merupakan hasil aktivitas suatu bakteri yang sudah terlalu
lama dan berkembang biak. Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka
infeksi ini bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya hingga menyebabkan penyakit
yang lebih kronis. Antibakteri yang bisa didapat dengan mudah dan ada disekitar
masyarakat merupakan jawabannya agar infeksi tidak menyebar menjadi lebih
parah. Hasil penelitian ini bisa menjadi suatu solusi alternatif bagi masyarakat bila
akan membuat suatu larutan antibakteri yang berasal dari daun kenikir.
3. Konsentrasi Hambat Minimal
Konsentrasi Hambat Minimal digunakan untuk menentukan konsentrasi
terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penentuan KHM
perlu dilakukan untuk melihat kekuatan dan sensitivitas suatu zat antibiotik
(Irianto, 2006). Data yang telah tersaji pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tiga
konsentrasi ekstrak di bawah 30% yakni konsentrasi ekstrak 29%, 28% dan 27%
pada kedua jenis ekstrak tidak bisa menghambat bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Dari hasil maka dapat dikaitkan dengan potensi antibakteri. Potensi
antibakteri yang rendah menyebabkan kurang kuatnya aktivitas antibakteri. Masa
penyimpanan yang terlalu lama juga menyebabkan rusaknya senyawa dalam
ekstrak. Penggolongan antibakteri yang hanya bisa menghambat pertumbuhan
bateri tapi tidak bisa membunuh bakteri disebut bakteriostatik.
C. Kelemahan dan Kendala Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan mengalami beberapa kendala dan juga
terdapat beberapa kelemahan penelitian. Kendala yang dialami peneliti saat
penelitian yakni tempat penelitian yang kurang steril. Laboratorium khusus untuk
mikrobiologi dirasa kurang memadai. Lemari yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak dan pengujian (Laminar) terbuat dari kaca plastik yang tidak tahan panas.
Ketika suhu di dalam Laminar terlalu panas karena api dari bunsen maka plastik
akan meleleh. Selain itu lemari yang sama digunakan untuk beberapa teman
penelitian yang lain sehingga meningkatkan resiko kontaminasi.
Selain dari Laminar untuk pengujian, belum tersedianya lemari
penyimpanan alat-alat yang dilengkapi dengan UV menyebabkan kendala dalam
penelitian. Setelah proses sterilisasi, peralatan biasanya belum dipakai. Hanya
sekedar untuk stok peralatan. Peneliti bisa menyimpan alat-alat yang sudah steril
dalam lemari kayu, akan tetapi hal ini menyebabkan alat-alat sering
terkontaminasi oleh jamur.
Kelemahan dari penelitian ini yang pertama, tidak melakukan skrining
fitokimia atau tidak melakukan penelitian tentang kandungan senyawa pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
masing-masing ekstrak. Penelitan hanya mengacu pada kandungan senyawa pada
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini menyebabkan jenis senyawa
masing-masing ekstrak tidak bisa dibandingkan atau tidak diketahui dengan pasti
kuat/lemahnya suatu senyawa tersebut.
Kedua, pada proses pembuatan ekstrak etanol setelah proses penguapan,
ekstrak yang berupa pasta tidak bisa larut dalam akuades. Hal ini juga menjadi
kendala dalam penelitian. Pada akhirnya diputuskan untuk hanya menguapkannya
sebentar (5 menit) sehingga ekstrak etanol kenikir masih bisa larut dalam akuades.
Ketiga, penentuan konsentrasi yang terlalu sempit sehingga hasil yang didapat
menunjukkan
potensi
zat
antibakteri
kategori
lemah-sedang.
Penentuan
konsentrasi yang sempit juga menyebabkan belum bisa ditentukannya Konsentrasi
Hambat Minimum dari suatu zat antibakteri, sehingga bila penentuan konsentrasi
dilakukan dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi akan bisa
mendapatkan Konsentrasi Hambat Minimum bahkan Konsentrasi Bunuh
Minimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan maka bisa diambil kesimpulan :
1.
Ekstrak daun Kenikir (C. caudatus) memiliki aktivitas antibakteri berupa
zona bening disekitar kertas cakram.
2.
Zat antibakteri kedua metode tidak berbeda secara signifikan terhadap
aktivitas bakteri Staphylococcus aureus.
3.
KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) belum bisa didapatkan pada
konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi 30%. Maka antibakteri
digolongkan dalam bakteriostatik karena hanya menghambat pertumbuhan
bakteri.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti bisa memberikan
saran untuk penelitian kedepan tentang penggunaan daun kenikir sebagai
antibakteri seperti berikut :
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan antibakteri
menggunakan bagian dari tanaman kenikir selain daun kenikir.
2.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan rentang konsentrasi
mulai dari yang terendah hingga yang paling tinggi untuk mengetahui besaran
diameter zona hambat aktivitas antibakteri.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64 3.
Perlu dilakukan tindakan lanjut yakni KHM (Konsentrsi Hambat Minimal)
dan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal).
4.
Perlu dilakukan upaya untuk dapat mengekstrasi daun kenikir yang efektif
dan efisien.
5.
Perlu dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak untuk mengetahui
kandungan senyawa dari hasil ekstrak.
6.
Masyarakat belum banyak mengetahui manfaat daun kenikir selain
dikonsumsi. Perlu adanya penyebaran informasi mengenai penggunaan daun
kenikir sebagai bahan antibakteri.
C. Implementasi dalam Pembelajaran
Penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kenikir
(Cosmos caudatusKunth.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In
Vitro yang telah dilakukan menjadi bukti ilmiah dan pengetahuan baru bagi
masyarakat. Daun kenikir yang telah diekstrak menggunakan dua jenis pelarut
ekstrak ternyata mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Ada yang
masih bisa dikembangkan dari penelitian ini yakni penggunaan pelarut lain yang
efektif dan efisien, jumlah senyawa yang dihasilkan dari masing-masing pelarut
dan mencari konsentrasi yang tepat bila diterapkan/ digunakan oleh masyarakat.
Penerapan dalam pembelajaran dari hasil penelitian ini bisa masuk dalam
materi Archaebacteria dan Eubacteria pada jenjang SMA kelas X semester I.
Pada materi peranan bakteri dalam kehidupan, dapat dipelajari bakteri-bakteri
yang normal ada pada manusia, bakteri-bakteri patogen, adanya industri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65 membuat antibakteri dan juga bagaimana antibakteri dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Bakteri juga bisa dihambat dengan bahan-bahan alami salah
satunya ekstrak daun kenikir (C. caudatus).
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus dengan KI :
KI 1 :
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menghayati
dan
tanggungjawab,
mengamalkan
peduli
perilaku
(gotong-royong,
jujur,
kerjasama,
disiplin,
toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 :
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan teknologi seni budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 :
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66 Kompetensi Dasar yang digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
KD 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga
dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran
agama yang dianutnya.
KD 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta,
disiplin,
tanggungjawab,
dan
peduli
dalam
observasi
dan
eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama,
cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan
dan
percobaan
di
dalam
kelas
/laboratorium
maupun
di
luarkelas/laboratorium.
KD 3.4 Memahami peranan antibakteri dan antiseptik terhadap pertumbuhan
koloni bakteri serta kaitannya terhadap kegiatan sehari-hari manusia.
KD 4.4 Menyajikan data tentang hasil percobaan berbagai antibakteri
terhadap pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk laporan tertulis.
Silabus secara lengkap bisa dilihat pada lampiran VII. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bisa dilihat pada lampiran VIII. Instrumen
Penilaian dapat dilihat pada lampiran IX-XII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Aesmoro, T. 2015. Cara Membuat Ekstrak Jamu Tradisional (Jamu Serbuk/ Jamu
Herbal).
http://www.academia.edu/9554736/Cara_Membuat_Ekstrak_Jamu_Tradisi
onal_Jamu_Serbuk_Jamu_Herbal diakses pada tanggal 28 Agustus 2016.
Atmojo, Susilo Tri. 2015. Ektraksi (Pengertian, Prinsip Kerja, Jenis-jenis
Ekstraksi).
http://www.academia.edu/7395598/Ekstraksi_Pengertian_Prinsip_Kerja_je
nis-jenis_Ekstraksi diakses pada tanggal 20 Oktober 2016.
Alexander, K Steve., Denis Strete, Mary Jane Niles. 2003. Laboratory Excercise
in Organsmal and Molecular Microbiology. The McGraw Hill Companies.
Anonim. 2007. Perawatan Luka. www.fkep.unpad.ac.id diakses pada tanggal 10
Februari 2016.
Brooks, Geo F., S. Butel, dan S. A Morse. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz,
Melnick, & Adelberg, Ed. 23. Jakarta: EGC.
Brown, Robin Graham dan Tony Burns.2005. Lecture Notes: Dermatologi. Ed 8.
Jakarta: Erlangga.
CCRC
Farmasi UGM. 2014. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=101 diakses pada tanggal 10 Maret
2016.
Chotiah, Siti. 2015. Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K)
Sebagai Antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus
epidermidis. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/36347/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses
pada tanggal 26 Februari 2016.
Diperta
Jabar.
2010.
Tren
Sayuran
indigenuous
:
Kenikir.
http://www.diperta.jabarprov.com diakses pada tanggal 13 Maret 2016.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Repubik
Indonesia. Jakarta.
Deutsche Welle. 2016. Bakteri Kebal Semua Antibiotika Muncul di AS.
www.dw.com/id/bakteri-kebal-semua-antibiotika-muncul-di-as/a19285971 diakses pada tanggal 10 September 2016.
Dwiyanti, Wariska., Muslimin Ibrahim, Guntur Trimulyono. 2014.Pengaruh
Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus)terhadap Pertumbuhan
Bakteri Bacillus cereus secara In Vitro. LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari
67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68 2014: 1–5. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio diakses pada
tanggal 15 Februari 2016.
Harbone, J. B. 2006. Metode Fitokima: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB.
Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET
Hermawan, Anang. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan Metode
Difusi
Disk.
Skripsi.
Universitas
Airlangga.
Surabaya.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/15.%20Daun%20Sirih.pdf diakses pada
tanggal 8 Maret 2016.
Huda , Faujan N, Noriham A, Norrakiah AS, Babji AS. 2009. Antioxidant activity
of plants methanolic extracts containing phenolic compounds. African
Journal
Biotechnology.Volume
8.
No.3.
http://www.ajol.info/index.php/ajb/article/view/59849
diakses
pada
tanggal 3 Maret 2016.
Hugo, W.B and A. D. Russell. 2000. Pharmaceutical Microbiology. Oxford:
Blackwell Science.
Idris, Maryam. 2013. efektifitas Ekstrak Aloe Vera Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus sanguis. Skripsi. Universitas Hasanudin. Sulawesi.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/67/browse?value=IDRIS%
2C+MARYAM&type=author diakses pada tanggal 4 Maret 2016
Integrated Taxonomic Information System (ITIS) Catalogue of Life.
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt diakses pada tanggal 3
Maret 2016.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung:
Yrama Widya.
Kristanti, MI Karenina Ully. 2014. Uji Aktivitas Antibaketeri Dari Ekstrak
Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) Terhadap Pertumbuhan
Eschericia coli dan Bacillus cereus secara In Vitro Serta Kaitannya
Dengan Pembelajaran Biologi SMA Kelas X. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.
Kurnianing, Dewi TM. 2012. Profil Kromatografi Lapis Tipis dan Uji Aktivitas
Antivirus Ekstrak Etanol Daun Kenikir (cosmos caudatus HBK) terhadap
avian influenza virus.Tesis. Unversitas Muhamadiyah Palembang.
www.digilib.ump.ac.id/gdl.php?mod=browser&op=read&id=jhptump-akurnianing-240&p=kurnianing%202010 diakses pada tanggal 24 Februari
2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69 Kurniawan, Wisnu Fransiskus. 2013.Optimasi Natrium Alginat dan Na-CMC
Sebagai Gelling AgentPada Sediaan Gel Antiinflamasi Ekstrak Daun Petai
Cina (Leucaena leucochepala (Lam) de Wit) Dengan Aplikasi Desain
Faktorial. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2013. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Listyorini. 2015.Kenikir Sayuran Indigenous - Alternatif Bahan Pangan Kaya
Manfaat.
http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/kenikirsayuran-indigenous-alternatif-bahan-pangan-kaya-manfaat diakses pada
tanggal 12 Februari 2016.
Madigan, Michael., John Martinko, Kelly Bender, Daniel Buckley, David Stahl.
2015. Brock Biology of Microorganisms. England: Pearson Education
Limited.
Maryani, Cicilia. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Jarak Tintir (Jatropha
multifida L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Secara InVitro. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Muchtaridi, Aliya Nur Hasanah, Ida Musfiroh. 2015. Ekstraksi Fasa Padat
Aplikasi Pada Persiapan Analisis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nuria, Maulita Cut., Arvin Faizatun, Sumantri.2009. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar (Jantrophacurcas L.) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922 dan
Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian.
http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Mediagro/article/view/559 diakses pada tanggal 20 Agustus 2016.
Pelczar, M. J., dan E. S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Edisi ke-2.
Jakarta:PenerbitUniversitas Indonesia.
Putri, Dayu Nirwana. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun
Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Bakteri Salmonella thypii.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
http://etheses.uin-malang.ac.id/523/13/10620064%20Ringkasan.pdf
diakses pada tanggal 26 Februari 2016.
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar, Mikrobologi (Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran ). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Rijayanti, Rika Pratiwi. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak EtanolDaun
Mangga
Bacang (Mangifera
foetida
L.)terhadap Staphylococcus
aureusSecara In-Vitro.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/viewFile/6330/6509 diakses
pada tanggal 22 MAret 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70 Safita, Gaty., Endah Rismawati Eka Sakti, Livia Syafnir. 2015. Uji Aktivitas
Antibakteri Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dan Daun Sintrong
(Crasephalum erepidioides (Benth.) S. Moore.) terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.. Prosiding
Penelitian SPeSIA Unisba 2015. Farmasi. Fakultas MIPA. Bandung.
http://repository.unisba.ac.id/handle/123456789/3012 diakses pada tanggal
15 Februari 2016.
Science Library.http://www.sciencephoto.com/media/690452/view diakses pada
tanggal 3 Maret 2016.
Sirait, Midian. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit
ITB.
Steenis, C.G.G.J. van., G. Den Hoed, Dr. S. Bloembergen, Dr. P. J. Eyma. 2008.
FLORA. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Tjay, Tan Hoan and Kirana Raharja. 2007. Obat-obat Penting. Khasiat
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya . Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Vandepitte, J., J. Verhaegen, K. Engbaek, P. Rohner, P. Piot, C. C Heuck.
2011. Prosedur Laboratorium Dasar untuk Bakteriologi Klinis. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71 Lampiran I
HASIL PENGUKURAN DIAMETER ZONA HAMBAT AKTIVITAS
ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA
IN-VITRO
Tabel 5.1. Diameter zona hambat ekstrak daun kenikir terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus
No
1.
2.
3.
4.
Jenis
Pelarut
Ekstrak
Etanol
Diameter zona hambat (mm)
Konsentrasi
ekstrak
30%
45%
60%
Akuades 30%
45%
60%
Povidone iodine
10% (Kontrol positif)
Akuades
(Kontrol negatif)
Ulangan
I
Ulangan II
Ulangan
III
7,25
7,95
8,97
6,46
7,11
7,780
7,36
7,68
8,65
7,19
7,59
7,555
7,16
7,80
8,15
6,64
7.33
7,42
Rerata
zona
hambat
(mm)
7,25
7,80
8,59
6,76
7,34
7,58
18,43
15,03
20,20
17,88
5
5
5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72 Lampiran II
HASIL ANALISIS TWO WAY ANOVA (SPSS)AKTIVITAS ANTIBAKTERI
EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN-VITRO
Tabel 5.2 Hasil uji normalitas Kolmogrov-Sminorv terhadap diameter zona hambat
aktivitas antibakteri.
Jenis Perlakuan
Zona Hambat
Pelarut air
Pelarut etanol
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
.167
.134
df
9
9
Sig.
.200*
.200*
Hasil uji 0,200 (> 0,05) distribusi data normal.
Tabel 5.3 Hasil uji homogenitas Levene terhadap diameter zona hambat aktivitas
antibakteri.
Levene
statistic
1.705
df1
df2
5
Sig.
12
.208
Hasil uji 0,208 (> 0,05) distribusi data homogen.
Tabel 5.4 Hasil uji two way anova aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir (Cosmos
caudatus kunth.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro.
Source
Corrected Model
Intercept
Jenis_perlakuan
Konsentrasi
Jenis_perlakuan *
Konsentrasi
Error
Total
Corrected Total
Type III
Sum of
Squares
5.703a
1027.707
1.934
3.491
.278
.864
1034.274
6.567
df
Mean
Square
5
1.141
1 1027.707
1
1.934
2
1.746
2
.139
12
18
17
.072
F
15.839
14271.226
26.855
24.239
1.930
Sig.
.000
.000
.000
.000
.188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73 Hasil uji jenis perlakuan dan konsentrasi terhadap zona hambat menunjukkan nilai
0,000 (<0,05) menunjukkan nilai signifikan, sedangkan jenis perlakuan terhadap
konsentrasi menunjukkan nilai 0,188 (> 0,05) menunjukkan nilai yang tidak
signifikan.
Tabel 5. 5 Hasil uji Duncan terhadap diameter zona hambat aktivitas antibakteri.
Subset
Konsentrasi
N
1
2
3
Konsentrasi
6
7.00833
30%
Konsentrasi
6
7.57333
45%
Konsentrasi
6
8.08667
60%
Sig.
1.000
1.000
1.000
Hasil uji Duncan dengan tingkat kepercayaan 5% (a=0,05), menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada setiap konsentrasi. Hasil yang signifikan
ditunjukkan dengan tiap konsentrasi berada pada subset yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74 Lampiran
n III
DOKUM
MENTASII HASIL UJ
JI AKTIVIITAS ANT
TIBAKTER
RI EKSTRA
AK
ETAN
NOL DAUN
N KENIKIR
R
Gambar 5.1. Hasil Uji Aktivitaas
Antibaakteri Esktrakk Etanol Dauun
Kenikir Ulaangan I
Gambaar 5.2. Hasil Uji
U Aktivitass
Antibak
kteri Esktrak
k Etanol Daunn
K
Kenikir
Ulanngan II
Daerah bening
menunju
ukkan
adanya aktivitas
antibaktteri
Gambarr 5.3. Hasil U
Uji Aktivitas
Antibakkteri Esktrak Etanol Daun
n
Kenikir
K
Ulanggan III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75 Lampiran
n IV
DOKUM
MENTASII HASIL UJ
JI AKTIVIITAS ANT
TIBAKTER
RI EKSTRA
AK
TUMB
BUK DAUN
N KENIKIIR
Gam
mbar 5.4. Hassil Uji Aktiviitas
Antibakteri Esktraak Tumbuk Daun
D
Kenikir Ulangan
U
I
Gamb
bar 5.5. Hasill Uji Aktivitaas
Antibak
kteri Esktrakk Tumbuk Daaun
Kenikir Ulaangan II
Daerah bening
b
menunjuukkan
adanya aktivitas
a
antibakteeri
Gambarr 5.6. Hasil U
Uji Aktivitas
Antibakteeri Esktrak Tumbuk
T
Dauun
Kenikir
K
Ulanggan III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76 Lampiran
nV
DOK
KUMENTA
ASI HASIL
L KONSEN
NTRASI HAMBAT
H
MINIMAL
M
E
EKSTRAK
ETANOL DAUN KE
ENIKIR
Gam
mbar 5.7. Haasil Uji KHM
M
Ekstrak Etanol Daun
D
Kenikiir
Konsentraasi 29%
Gam
mbar 5.8. Hassil Uji KHM
M
Eksttrak Etanol Daun
D
Kenikirr
Konsentrassi 28%
Adanya kooloni
bakteri
Gam
mbar 5.9. Haasil Uji KHM
M
Eksstrak Etanol Daun
D
Kenikiir
Konsentraasi 27%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77 Lampiran
n VI
DOKU
UMENTAS
SI HASIL UJI
U KONSE
ENTRASI HAMBAT
T MINIMA
AL
EKSTRAK TUMBUK
K DAUN KE
ENIKIR
Gam
mbar 5.10. Haasil Uji KHM
M
Ekstrrak Tumbuk Daun Kenikir
Konsentrassi 29%
Gam
mbar 5.11. Hasil
H
Uji KHM
M
Eksttrak Tumbukk Daun Keniikir
Konsentraasi 28%
Adanya kolooni
A
baakteri
Gaambar 5.12. Hasil
H
Uji KH
HM
Eksstrak Tumbukk Daun Keniikir
Konsentrrasi 27%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran VII
SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM
MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/ Semester
: X/I
Alokasi Waktu
: 2 minggu x 4 JP
KI 1
:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2
:
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3
:
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4
:
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KOMPETENSI DASAR
MATERI
POKOK
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
(SUMBER
BELAJAR )
Archaebateria dan Eubactaeria, ciri, karakter, dan peranannya
1.3.
2.1.
Peka dan peduli terhadap permasalahan
lingkungan hidup, menjaga dan
menyayangi lingkungan sebagai
manisfestasi pengamalan ajaran agama
yang dianutnya.
Berperilakuilmiah: teliti, tekun,
jujurterhadap data danfakta, disiplin,
tanggungjawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen,
beranidansantun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi,
pedulilingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai, berpendapat
secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktifdalamdalamsetiaptindakandandal
ammelakukanpengamatandanpercobaan
di dalamkelas/laboratoriummaupun di
luarkelas/laboratorium.
Kingdom
monera
• Eubacteria,
karakteristik
dan
perkembang
biakan.
Mengamati
Tugas
• Mengamati berbagai
macam antibakteri.
• Data bakteri
yang normal
ada pada
manusia.
• Mengamati gambar
berupa macam-macam
antiseptik.
• Koloni
bakteri.
• Mengamati hasil
praktikum.
• Peranan
antibakteri
dalam
penyakit,
industri,
kedokteran
Menanya
• Mengapa dibuat
antibakteri dan
antiseptik?
4 x 45
menit
•
Data tentang
antibakteri.
•
Data tentang
antiseptik.
•
Data bakteri
yang normal
ada pada
manusia.
•
Alat
praktikum
untuk
pengamatan :
media NA,
cawan petri,
autoklaf,
erlenmeyer
• Produk hasil
laporan.
Observasi
• Pengamatan
sikap teliti,
jujur dan
disiplin,
responsif dan
proaktif.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KOMPETENSI DASAR
3.4.
4.4.
Memahamiperananantibakteridan
antiseptik
terhadappertumbuhankolonibakterisertak
aitannya terhadap kegiatan sehari-hari
manusia.
Menyajikan data tentang hasil percobaan
berbagai
antibakteri
terhadap
pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk
laporan tertulis.
MATERI
POKOK
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
• Apakah semua bakteri
penyebab penyakit?
• Bagaimana mengenali
bakteri dan koloninya
serta membedakan
dengan organisme
lainnya?
• Apa peran antibakteri
dan antiseptik dalam
kehidupan?
Mengumpulkan Data
(Eksperimen/Eksplorasi)
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
(SUMBER
BELAJAR )
Portofolio
• Portofolio
laporan
tertulis.
Tes
• Tertulis untuk
menilai
pemahaman
dan kedalaman
konsep.
• Melakukan percobaan
tentang uji antibakteri.
• Mendiskusikan hasil
percobaan.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KOMPETENSI DASAR
MATERI
POKOK
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
(SUMBER
BELAJAR )
• Mendiskusikan jenisjenis penyakit yang
disebabkan oleh bakteri
dan cara
penanggulangannya.
• Mendiskusikan peranan
bakteri dalam kehidupan.
• Melaporkan secara
tertulis hasil pengamatan
dan kegiatan
laboratorium.
Mengasosiasikan
• Mendiskusikan hasil
pengamatan dan berbagi
perspektif tentang
berbagai bakteri dan
peranannya dalam
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KOMPETENSI DASAR
MATERI
POKOK
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
(SUMBER
BELAJAR )
kehidupan.
• Menganalisis bagaimana
antibakteri bisa
menghambat dan juga
bisa membunuh bakteri.
Mengkomunikasikan
• Mempresentasikan hasil
hipotesis mengenai hasil
pengamatan tentang
aktivitas antibakteri.
• Melaporkan hasil
pengamatan secara
tertulis menggunakan
format laporan sesuai
kaidah.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83 Lampiran VIII
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SMA/MA
Kelas
:X
Semester
:1
Mata Pelajaran
: Biologi
Materi
: Archaebacteria dan Eubacteria
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit
1. Kompetensi Inti
KI 1 :
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menghayati
dan
tanggungjawab,
mengamalkan
peduli
perilaku
(gotong-royong,
jujur,
kerjasama,
disiplin,
toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 :
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan teknologi seni budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 :
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84 2. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
Indikator
1.3.1
1.3 Peka dan peduli terhadap
permasalahan lingkungan hidup,
kebersihan diri dan
menjaga dan menyayangi
lingkungan.
lingkungan sebagai manisfestasi
pengamalan ajaran agama yang
1.3.2
Menunjukkan sikap
peduli kebersihan
dianutnya.
2.1
Mampu menjaga
lingkungan.
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, 2.1.1
Menunjukkan ketelitian,
jujur terhadap data dan fakta,
kejujuran dan disiplin saat
disiplin, tanggung jawab, dan
melakukan praktikum.
peduli
dalam
observasi
dan
eksperimen, berani dan santun
dalam
dan
mengajukan
pertanyaan
berargumentasi,
peduli
lingkungan,
gotong
royong,
bekerjasama,
cinta
damai,
berpendapat secara ilmiah dan
kritis,
responsif
dan
proaktif
dalam dalam setiap tindakan dan
dalam
dan
melakukan
percobaan
kelas/laboratorium
pengamatan
di
dalam
maupun
luar kelas/laboratorium.
di
2.1.2
Menunjukkan sikap
responsif dan proaktif
dalam melakukan
praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85 Kompetensi Dasar
Indikator
3.4 Memahami peranan antibakteri
3.4.1
dan antiseptik terhadap
Mendeskripsikan
pengertian antibakteri.
pertumbuhan koloni bakteri serta
kaitannya terhadap kegiatan
3.4.2
Mendeskripsikan
pengertian antiseptik.
sehari-hari manusia.
3.4.3
Membedakan peranan
antibakteri dan antiseptik.
3.4.4
Menjelaskan syarat
pertumbuhan bakteri.
3.4.5
Menjelaskan mekanisme
antibakteri dalam
menghambat pertumbuhan
koloni bakteri.
3.4.6
Menjelaskan peranan
antibakteri dalam
kegiatan sehari-hari.
4.4 Menyajikan data tentang hasil 4.4.1
Menyajikan data berupa
percobaan berbagai antibakteri
laporan tentang hasil
terhadap pertumbuhan
identifikasi berbagai
koloni
bakteri dalam bentuk laporan
macam antibakteri
tertulis.
terhadap pertumbuhan
koloni bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86 4. Tujuan Pembelajaran
1.3.1.1 Dengan melakukan praktikum antibakteri siswa bisa menjaga
kebersihan diri sendiri dan lingkungan.
1.3.1.2 Siswa mampu menunjukkan sikap peduli kebersihan lingkungan
melalui kegiatan pengamatan antibakteri.
2.1.1.1 Kegiatan praktikum membentuk siswa mempunyai sikap teliti, jujur
dan bersikap disiplin selama mengikuti praktikum.
2.1.2.1 Siswa mampu bersikap responsif dan proaktif saat pelaksanaan
kegiatan praktikum. .
3.4.1.1 Melalui pengamatan gambar tentang antibakteri siswa mampu
mendeskripsikan pengertian antibakteri.
3.4.2.1 Melalui pengamatan gambar tentang antibakteri siswa mampu
mendeskripsikan pengertian antiseptik.
3.4.3.1 Melalui studi literatur siswa mampu menjelaskan perbedaan peranan
antibakteri dan antiseptik.
3.4.4.1 Siswa mampu menjelaskan syarat pertumbuhan bakteri melalui studi
literatur.
3.4.5.1 Siswa mampu menjelaskan mekanisme antibakteri dalam menghambat
pertumbuhan koloni bakteri melalui kegiatan praktikum
3.4.6.1 Setelah kegiatan praktikum siswa mampu menjelaskan peranan
antibakteri terhadap kegiatan sehari-hari.
4.4.1.1 Siswa mampu menyusun data berupa laporan tertulis tentang pengaruh
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri dengan kegiatan praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87 5. Materi
Peranan bakteri dalam kehidupan manusia:
1. Bakteri-bakteri yang merupakan flora normal pada manusia.
2. Syarat lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri.
3. Bakteri-bakteri yang mampu menjadi penyebab penyakit pada manusia.
4. Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan.
6. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan
: Kontekstual dan Saintifik
Model
: Picture and picture.
Metode
: Praktikum, Diskusi, Tanya-jawab, Studi literatur.
7. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : Gambar, Laptop, Viewer, LKS, Alat dan bahan laboratorium
Sumber Pembelajaran : Buku Biologi untuk SMA kelas X karangan D. A.
Pratiwi, dan sumber dari internet/ jurnal penelitian
8. Langkah – langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 (2x 45 menit)
Tahap
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
• Salam pembuka, mengecek kesiapan
(5 menit)
siswa.
• Mengecek kehadiran siswa, dan
mengkondisikan kelas,
• Apesepsi :
1. Mengapa ketika terjadi luka
Proses Saintifik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88 berdarah harus segera diobati?
2. Mengapa perlu membersihkan diri
sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas diluar ruangan?
3. Apa pentingnya menjaga
kebersihan diri?
• Motivasi : Poster kebersihan untuk
menjaga pola hidup sehat dan bersih.
• Orientasi : menyampaikan indikator
atau tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
(65 menit)
• Guru menunjukkan gambar macam-
Mengamati
macam bakteri dan antiseptik/ sabun
Guru memberi kesempatan siswa
untuk bertanya yang berkaitan dengan
antibakteri Misalnya :
• Apa bedanya antibakteri dan
antiseptik?
• Mengapa dibuat berbagai macam
sabun dan antibakteri?
• Apa fungsinya?
• Apa saja kandungan dalam
antibakteri ataupun sabun?
• Apakah semua bakteri menyebabkan
penyakit pada manusia?
• Apakah semua bakteri bisa dihambat
dengan antibakteri?
Menanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89 • Siswa dibagi dalam kelompok (4-5
orang)
• Siswa diminta untuk menuju ke
laboratorium .
Mengumpulkan data
• Siswa melakukan pengamatan sesuai
dengan cara kerja yang telah
dibagikan.
• Setiap kelompok membuat hipotesis
mengenai hasil pengamatan nantinya
Mengasosiasikan
berupa cawan petri mana yang lebih
sedikit koloni bakterinya.
• Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil hipotesis
Mengkomuni-
tentang pengamatan antibakteri.
kasikan
Tahap
Penutup (20
menit)
a. Merangkum
• Membimbing siswa untuk
menyimpulkan hal-hal yang telah
dipelajari tentang deskripsi
antibakteri, kegunaan antibakteri,
media pertumbuhan untuk bakteri.
b. Evaluasi
• Siswa menjawab beberapa
pertanyaan terkait materi yang telah
dibahas.
c. Refleksi
• Siswa menyebutkan manfaat yang
dapat diambil dari pelajaran hari ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90 d.Arahan/
Tindak lanjut
• Siswa diberi tugas untuk mencari
apakah di tubuh manusia terdapat
bakteri yang secara normal sudah
ada, apa manfaatnya?
Pertemuan II (1 x 45 menit)
Tahap
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
• Salam pembuka, mengecek kesiapan
(5 menit)
Proses Saintifik
siswa.
• Mengecek kehadiran siswa, dan
mengkondisikan kelas,
• Apresepsi :
1. Apa akibatnya jika tidak
membersihkan diri (mandi)
dalam sehari?
2. Apa akibatnya jika tidak
mencuci tangan sebelum makan.
• Motivasi : Poster kebersihan untuk
menjaga pola hidup sehat dan bersih.
• Orientasi : menyampaikan indikator
atau tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
(25 menit)
• Siswa mengambil dan mengamati
Mengamati
hasil praktikum.
• Siswa diminta menghitung jumlah
Mengumpul-
koloni pada masing-masing
perlakuan.
kan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91 • Siswa mengurutkan jumlah koloni
dari yang terbanyak hingga paling
sedikit.
• Siswa diminta untuk mendiskusikan
hasil pengamatan dari hipotesis yang
Meng-
telah disampaikan pada pertemuan
asosiasikan
sebelumnya.
• Siswa diminta untuk berdiskusi
tentang bagaimana antibakteri
mempunyai daya hambat terhadap
pertumbuhan bakteri.
• Siswa diminta untuk membuat
laporan hasil pengamatan sesuai
dengan format yang telah diberikan
Tahap
Penutup (15
menit)
a. Merangkum
• Membimbing siswa untuk
menyimpulkan hal-hal yang telah
dipelajari yakni tentang peranan
bakteri dalam kehidupan manusia.
b. Evaluasi
• Siswa menjawab pertanyaan terkait
materi yang telah dibahas.
c. Refleksi
• Siswa menyebutkan manfaat yang
dapat diambil dari pelajaran tentang
Mengkomunikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92 peranan bakteri dalam kehidupan
d. Arahan/
Tindak lanjut
manusia.
• Siswa diminta untuk membuat
laporan hasil pengamatan sesuai
dengan format laporan.
Pertemuan III (1 x 45 menit)
Tahap
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
• Salam pembuka, mengecek kesiapan
(5 menit)
Proses Saintifik
siswa.
• Mengecek kehadiran siswa, dan
mengkondisikan kelas,
• Apresepsi :
1. Apa akibatnya jika tidak
membersihkan diri (mandi)
dalam sehari?
2. Apa akibatnya jika tidak
mencuci tangan sebelum makan.
• Motivasi : Poster kebersihan untuk
menjaga pola hidup sehat dan bersih.
• Orientasi : menyampaikan indikator
atau tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
(10 menit)
• Siswa diminta untuk membaca
literatur terkait dengan peranan
antibakteri terhadap kehidupan
sehari-hari manusia.
Mengamati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93 • Siswa diminta untuk berdiskusi
tentang kegiatan sehari-hari atau
keadaan-keadaan yang
membutuhkan peranan
antibakteri/antiseptik.
Tahap
Penutup (30
menit)
a. Merangkum
• Membimbing siswa untuk
menyimpulkan hal-hal yang telah
dipelajari yakni tentang peranan
bakteri dalam kehidupan manusia.
b. Evaluasi
• Guru memberikan post test sesuai
dengan materi yang telah diajarkan.
c. Refleksi
• Siswa menyebutkan manfaat yang
dapat diambil dari pelajaran tentang
peranan bakteri dalam kehidupan
manusia.
d. Arahan/
Tindak lanjut
• Siswa diminta belajar materi Virus.
Mengkomunikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94 9. Penilaian
1. Jenis Penilaian
a. Penilaian Kognitif : Laporan hasil pengamatan, post test
b. Penilaian Afektif: Lembar observasi
c. Penilaian Psikomotor: Lembar observasi
d. Penilaian Portofolio: Laporan praktikum.
2. Bentuk Instrumen :
Soal post test, Rubrik penilaian, Pedoman penilaian, Pedoman skoring.
(Lampiran IX-X)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95 LKS
(Lembar Kerja Siswa)
Judul kegiatan : Pengamatan Koloni Bakteri
Tujuan: 1. Menghitung jumlah koloni bakteri yang ada di lingkungan
2. Mengamati pengaruh bahan antibakteri dan antiseptik terhadap
pertumbuhan koloni bakteri
Alat :
1. Kertas tissu
2. Gelas beker
3. Hot plate magnetic strirer
4. Cawan petri
5. Pemanas spirtus dan bunsen
6. Kertas label
7. Inkubator
Bahan :
1. Akuades 1000 ml
2. Media NA (Natrium Agar) 5 gram
3. Ekstrak Kenikir
4. Sabun mandi
Cara kerja :
1. Siapkan media NA (Natrium Agar) sebanyak 5 gram.
2. Masukkan media NA sebanyak 5 gram ke dalam akuades sebanyak 250 ml
dalam gelas beker.
3. Letakkan dalam hot plate magnetic stirer. Tunggu hingga media berubah
menjadi kuning bening.
4. Tunggu hingga agak hangat kemudian tuangkan media ke beberapa cawan
petri hingga 2/3 bagian dari cawan petri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96 5. Siapkan cawan petri sebanyak 12 buah dibagi menjadi 4 kelompok.
Berilah label A, B, C, dan D pada tiap kelompok dan pengulangannya
diberi label 1,2 dan 3.
Contoh : kelompok A berarti A1, A2, dan A3
6. Tangkap bakteri dengan cara meletakkan cawan petri secara terbuka pada
beberapa tempat. Label A ( didekat tempat sampah), label B (toilet), label
C (ruang kelas), label D (di depan napas mulut). Biarkan terbuka selama 1
menit kemudian tutup cawan petri.
7. Tetesi label 1 dengan ekstrak kenikir , tetesi label 2 dengan larutan sabun
dan tetesi label 3 dengan akuades steril. Tutup cawan petri dan letakkan
pada tempat gelap dengan suhu ruangan selama 24 jam .
8. Amati setelah 24 jam.
9. Buatlah laporan sesuai format.
Tabel Pengamatan :
Jenis Cawan
Jenis mikroba
Jumlah koloni
Lebar diameter
Petri
(bakteri/ jamur)
bakteri
zona hambat
A1
A2
A3
Pertanyaan :
1. Ada mikroba apa saja yang tumbuh dalam cawan petri?
2. Berapa jumlah koloni masing-masing cawan petri?
3. Cawan petri manakah yang jumlah koloninya banyak?
4. Bagaimana zat antibakteri menghambat pertumbuhan bakteri?
Kesimpulan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97 Format Laporan
A. Acara
Judul :
Hari, tanggal:
Tempat :
B. Tujuan
C. Dasar Teori
D. Alat, Bahan dan Cara Kerja
E. Tabel Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
G. Kesimpulan
H. Daftar Pustaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98 Lampiran IX
Penilaian Kognitif Siswa
Tujuan
: Mengukur kemampuan kognitif siswa dalam kegiatan
pembelajaran (penilaian post test)
Materi
: Archaebacteria dan Eubacteria
Kelas / Semester : X/ 1
Tuliskan skor siswa pada nomor soal yang telah tersedia!
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama siswa
Nomor soal
1
2
3
4
Nilai akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99 INSTRUMEN DAN PEDOMAN PENILAIAN POST TEST
A. Instrumen Post Test
1. Kisi-kisi soal Post test
Indikator
No.Soal
Jumlah
C1 C2 C3 C4 C5 C6
soal
3.4.1 Mendeskripsikan
pengertian
antibakteri dan
perbedaannya dengan
antiseptik.
1
3.4.2
Mengetahui syarat
pertumbuhan bakteri.
2
3.4.3
Menjelaskan proses
antibakteri dalam
menghambat
pertumbuhan koloni
bakteri.
3.4.4
Menjelaskan peranan
antibakteri dalam
kegiatan sehari-hari.
Total soal
1
1
4
1
3
2
1
1
1
2. Soal Post-test
1.
Jelaskan perbedaan antibakteri dengan antiseptik!
2.
Jelaskan apa saja syarat yang mendukung pertumbuhan bakteri!
3.
Mengapa banyak industri yang mengembangkan antibakteri?
4.
Bagaimana antibakteri bisa menghambat pertumbuhan bakteri?
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100 B. Pedoman Penilaian
1. Antibakteri merupakan suatu zat yang dapat mengahambat atau bahkan
membunuh pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Antibakteri aman
digunakan mulai dari konsentrasi terendah.
Antiseptik merupakan zat kimia yang menghambat bakteri dan mencegah
adanya infeksi, relatif aman digunakan sehari-hari. Biasanya digunakan
diluar tubuh.
2. Syarat pertumbuhan bakteri yakni :
a. Media pertumbuhan
Media pertumbuhan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri harus
memenuhi unsur-unsur karbon, nitorgen dan sumber garam-garam
anorganik.
b. Suhu
Perbedaan suhu pertumbuhan membedakan jenis bakteri. Suhu
pertumbuhan minimum merupakan suhu terendah bakteri dapat
hidup. Suhu optimum merupakan suhu yang diperlukan bakteri
untuk dapat tumbuh secara cepat. Suhu pertumbuhan maksimum
adalah suhu tertinggi yang memungkinkan bakteri dapat hidup.
c. Tekanan osmotik
Bakteri harus selalu ada pada kondisi yang isotonis.
d. Kondisi pH
Bakteri membutuhkan pH yang normal untuk pertumbuhannya.
Perbedaan kondisi pH membedakan jenis bakteri.
e. Kebutuhan oksigen
Bakteri juga membutuhkan oksigen. Perbedaan kebutuhan oksigen
membedakan jenis bakteri.
3. Antibakteri terus dikembangkan karena banyak bakteri yang semakin
resisten. Tujuan utama adanya antibakteri untuk mengendalikan bakteri
merugikan, mencegah infeksi, membasmi bakteri pada inang yang telah
terinfeksi
serta
mencegah
pembusukan mikroorganisme.
terjadinya
kerusakan
yang
disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101 4. Cara antibakteri menghambat pertumbuhan bakteri yakni :
a. Merusak dinding sel
Lapisan dinding sel bakteri disebut peptidoglikan, sintesis dinding
sel menggunakan banyak reaksi enzim. Zat antimikroba seperti
flavonoid
yang
mampu
menghambat
reaksi
enzim
akan
menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat
juga pada kematian sel.
b. Mengubah permeabilitas membran sel
Membran sel hidup mempunyai permeabilitas selektif. Membran sel
berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat antar sel dan
lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan
dan mengendalikan susunan dalam diri sel. rusaknya dinding sel
akan berpengaruh pada membran sel. Bahan antimikroba seperti
fenol,
saponin
dapat
merusak
membran
sel
sehingga
permeabilitasnya terganggu dan mengalami kerusakan. Kerusakan
pada membran sel akan mengakibatkan kematian sel.
c. Kerusakan sitoplasma
Sitoplasma suatu sel terdiri dari air, asam nukleat, protein,
karbohidrat, lipid, ion anorganik dan senyawa yang berbobot
molekul rendah. Beberapa zat kimia dengan konsentrasi tinggi
menyebabkan kerusakan komponen.
d. Menghambat kerja enzim
Enzim merupakan katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kimia.
Makhluk hidup memerlukan enzim yang membantu dalam proses
metabolime. Perubahan protein yang disebabkan oleh senyawa kimia
tertentu akan berakibat pada penghambatan proses enzimatis.
Apabila rekasi enzimatis terhambat maka proses metabolisme juga
terganggu dan akan menyebabkan kematian sel.
e. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein
Protein, DNA dan RNA mengambil peranan penting dalam sebuah
sel. Bahan antimikroba tertentu mampu menghambat sintesis protein.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102 Terjadinya
gangguan
dalam
sintesis
protein
mengakibatkan
kerusakan pada sel.
C. Kriteria Penilaian
No
1.
Kriteria penilaian
Mampu menjelaskan perbedaan antibakteri
dan antiseptik.
Hanya menjelaskan antibakteri atau hanya
menjelaskan antiseptik.
Tidak menjelaskan antibakteri/antiseptik.
2.
Mampu menjelaskan 5 syarat pertumbuhan
bakteri.
Menjelaskan 4 dari 5 syarat pertumbuhan
bakteri.
Hanya menyebutkan 5 syarat pertumbuhan
bakteri tanpa menjelaskan.
3.
4.
Mampu menerangkan jawaban dengan
alasan-alasan logis.
Skor
5
3
2
15
10
5
5
Jawaban kurang logis.
2
Jawaban tidak sesuai pertanyaan.
1
Mampu menyebutkan 5 mekanisme kerja
antibakteri dengan penjelasan.
Menyebutkan 4 dari mekanisme kerja
antibakteri beserta penjelasannya
Hanya menyebutkan 5 mekanisme kerja
antibakteri tanpa menjelaskan.
Nilai akhir = skor total x 2
25
15
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103 Lampiran X
Penilaian Afektif Siswa
Tujuan
: Mengukur sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Materi
: Archaebacteria dan Eubacteria
Kelas / Semester : X/ 1
Berikan tanda (√) pada poin yang sesuai dengan kriteria penilaian!
N
o.
Nama
siswa
Aspek Penilaian
Kejujuran
Ketelitian
Disiplin
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penilaian Afektif :
Skor yang didapat x 5 = Nilai
Kriteria Nilai
Nilai > 85 : Sangat Baik
Nilai 70-84 : Baik
Nilai 60-69 : Cukup
Nilai 50-59 : Kurang
Nilai 0-49 : Buruk
3
4
Responsif dan
Proaktif
1 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104 Rubrik Penilaian Afektif
No. Aspek
Penilaian
1.
Disiplin
2.
3.
4.
Ketelitian
Kejujuran
Responsif dan
proaktif
Kriteria Penilaian
Skor
Menggunakan jas laboratorium
saat pengamatan.
‐ Menggunakan masker dan
sarung tangan lab.
‐ Tidak makan saat melakukan
pengamatan.
‐ Kegiatan pengamatan sesuai
dengan langkah kerja.
1 kriteria tidak dipenuhi
2 kriteria tidak dipenuhi
3 kriteria tidak dipenuhi
‐ Teliti saat melakukan
pengamatan.
‐ Melakukan percobaan dengan
benar
‐ Data pengamatan diambil
dengan tepat
‐ Tidak melakukan kecerobohan
saat pengamatan
1 kriteria tidak dipenuhi
2 kriteria tidak dipenuhi
3 kriteria tidak dipenuhi
‐ Melakukan kegiatan sesuai
dengan perintah
‐ Data disajikan sesuai fakta
‐ Tidak melakukan plagiat
Kriteria poin 1 tidak dipenuhi
Kriteria poin 1 dan 2 tidak dipenuhi
Tidak memenuhi ketiga kriteria
‐ Mengajukan pertanyaan sesuai
dengan topik pembahasan.
‐ Mau menjawab pertanyaan
dengan inisiatif sendiri dan
jelas.
‐ Mencari sumber pelajaran
sendiri sesuai dengan
kebutuhan.
4
‐
Tidak melakukan poin 1
Tidak melakukan poin1 &2
Tidak melakukan ketiga poin
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
0
4
3
2
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105 Lampiran XI
Penilaian Psikomotor Siswa
Tujuan
: Mengukur ketrampilan siswa dalam kegiatan diskusi.
Materi
: Archaebacteria dan Eubacteria
Kelas / Semester : X/ 1
Berikan tanda (√) pada poin yang sesuai dengan kriteria penilaian!
No.
Aspek Penilaian
Kemampuan
Ketrampilan
menjelaskan
menjawab
permasalahan.
pertanyaan
Nama siswa
1
2
3
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penilaian Psikomotor :
Skor yang didapat
x 100%
Skor maksimal
Kriteria Nilai
Nilai > 85 : Sangat Baik
Nilai 70-84 : Baik
Nilai 60-69 : Cukup
Nilai 50-59 : Kurang
Nilai 0-49 : Sangat Kurang
2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106 Rubrik Penilaian Psikomotorik
No.
1.
2.
Aspek Penilaian
Ketrampilan
menjawab
pertanyaan
Kemampuan
menjelaskan suatu
permasalahan
Kriteria Penilaian
Menjawab pertanyaan dengan
lancar, tegas, sesuai dengan
diskusi kelompok.
Menjawab pertanyaan dengan
lancar, tegas, tapi kurang sesuai
dengan diskusi kelompok.
Mampu menjawab dengan
lancar, tapi kurang tegas dan
tidak sesuai dengan diskusi
kelompok (pendapat pribadi).
Mampu menjelaskan
permasalahan sesuai fakta dan
didasari sumber yang jelas,
menggunakan kata baku dan
mudah dipahami.
Mampu menjelaskan
permasalahan sesuai fakta dan
didasari sumber yang jelas,
menggunakan kata baku tapi
sulit dipahami.
Kurang bisa menjelaskan
permasalahan.
Skor
3
2
1
3
2
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107 Lampiran XII
Penilaian Portofolio Siswa
Tujuan
: Mengukur hasil laporan praktikum siswa.
Materi
: Archaebacteria dan Eubacteria.
Kelas / Semester : X/ 1
Tuliskan skor siswa pada aspek penilaian yang telah tersedia!
Aspek Penilaian
No.
Nama
Penyajian
Penyajian
Penyajian
Penarikan
Ketepatan
laporan
data
pembahasan
kesimpulan
waktu
pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pengumpulan
Nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108 Rubrik Penilaian Laporan
No.
1
2
3
4.
Aspek penilaian
Penyajian laporan
Penyajian data
pengamatan
Penyajian pembahasan
Penarikan kesimpulan
Kriteria penilaian
‐ Ditulis dalam buku laporan
‐ Ditulis tangan
‐ Disajikan sesuai format
laporan
‐ Dasar teori sesuai dengan
praktikum/ pengamatan
‐ Disajikan secara jelas / rapi
Tidak disajikan secara rapi
(berkurang 3 poin)
Skor
20
Tidak dalam buku laporan
(berkurang 5 poin)
15
Tidak ditulis tangan
(berkurang 6 poin)
Dasar teori tidak sesuai
(berkurang 8 poin)
‐ Disajikan dalam tabel
‐ Terdapat judul tabel
‐ Dibuat dengan jelas dan rapi
‐ Data sesuai dengan hasil
percobaan
‐ Data mudah dipahami
‐ Semua kriteria terpenuhi
1 kiteria skor tidak dipenuhi
2 kriteria skor tidak dipenuhi
3 kriteria skor tidak dipenuhi
4 kriteria skor tidak dipenuhi
‐ Pembahasan sesuai dengan
hasil pengamatan
‐ Pembahasan sesuai dengan
dasar teori yang dicantumkan
‐ Pembahasan menggunakan
bahasa yang komunikatif
‐ Pembahasan tidak
mengandung unsur plagiat
1 kiteria skor tidak dipenuhi
2 kriteria skor tidak dipenuhi
Bila hanya membaca data
Bila mengandung unsur plagiat
‐ Kesimpulan menjawab tujuan
‐ Kesimpulan sesuai dengan
14
17
12
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109 No.
5.
Aspek penilaian
Ketepatan waktu
pengumpulan
Kriteria penilaian
pembahasan
‐ Kesimpulan singkat
‐ Kesimpulan jelas
‐ Kesimpulan merangkum
semua kegiatan pengamatan
1 kiteria skor tidak dipenuhi
2 kriteria skor tidak dipenuhi
3 kriteria skor tidak dipenuhi
4 kriteria skor tidak dipenuhi
Tepat waktu
Terlambat 1 hari
Terlambat 2 hari
Terlambat 3 hari
Terlambat 4 hari
Penilaian Laporan :
Skor maksimal
x 100 = Nilai
4
Skor
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Download