PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN-VITRO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : Theresia Astutiningrum 121434039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN-VITRO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : Theresia Astutiningrum 121434039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SKR.IPSI UJI AKTTVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DATiN KENIKIR (Cosmos Ku n th. ) TERIIADAP PERTUMB UIL{N BAKT E RI Stap h7,I o c o c c u s nureus SECARA IN-WTRO c audatas Yang diajukan cleh : There sia Astutiningrum 121434039 Telali disefujui oleh: Pembimbing 4nnl4 Yoami Mar ia Lauda Feroniasanti, M.Si tanggal, 3 November 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SKRIPSI UJT AKTTVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERTTAIIAP PERTUMBUHAN BAKTERI Stop hy lo coccus $areus SECARA IN-\IT*.O Dipersiapkan dan ditulis oleh : Theresia Astutininsrum t2t434039 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 14 November 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Srxunan Panitia Penguji Skripsi ]r{ama Lengkap 1. Ketua Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. 2. Sekretaris 3. Anggota Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. 4. Puspita Ratna Susilawati, M.Sc. Anggota 5. Anggota Yoanni Maria Lauda Feroniasanti, M.Si. Ika Yuli Listyarini, M.Pd. Tangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN 3 He alone is my rock and my salvation, He is my fortness, I will never be shaken. (Psalm 62: 3) Karya ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus, demi kemuliaanMu yang lebih besar Bunda Maria, demi cinta kasihmu yang tulus Bapak dan Ibu sebagai tanda bakti dan hormatku Kepada adik-adik yang memberikan penghiburan dan semangat Kepada teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat dan Kepada keluarga besar Pendidikan Biologi Sanata Dharma iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PER}TYATAAN KEASLIAII KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya onmg lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutrpan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 14 November 2016 #p: +'-' (Theresia Astutiningrum) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERI{YATAAN PERSETUJUAI\ PUBLIKASI KARYA ILMIAH T]NTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama Astutiningrum : Theresia NIM :121434039 Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : UJI AKTIVITAS AIYTIBAKTERI EKSTRAK I}AUN KENIKIR (CosMoS caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN-WTRO Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendishibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya: Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal: 14 November akan v1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai dan memberkati penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO” Penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar dan selesai tentunya dengan adanya bantuan dan juga bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah menyetujui dan mengesahkan skripsi ini. 2. Bapak Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang memberi banyak teladan baik. 3. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech selaku Wakil Ketua Program Studi yang selalu mengingatkan akan penyelesaian skripsi. 4. Ibu Y.M Lauda Feroniasanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan masukan, saran dan selalu menyemangati hingga skripsi ini bisa selesai. 5. Ibu Maslichah Asyar’i, M.Pd selaku DPA dan Kepala Laboratorium Pendidikan Biologi, yang memberikan kemudahan perijinan dan yang selalu memberikan teladan baik. 6. Pak Agus dan Pak Warsono selaku laboran, yang selalu siap ketika saya membutuhkan bantuan selama bekerja di laboratorium. 7. Mas Arif selaku staf kesekretariatan JPMIPA yang memberi kemudahan terkait surat perijinan. 8. Bapak, Ibuk, dek Lusi dan dek Elis serta segenap keluarga yang selalu memberi dorongan semangat lewat doa-doa. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Maranty Boy Rante perjuangan di Allo dan Tresia Jawa Liwun sebagai teman satu Lab. Mikrobiologi yang telah menemani, saling memberikan masukan dan saling menguatkan hingga penelitian selesai. 10. Teman-temanku di Pbio, Nugraheni Dina, Christine Pamardining Utami, Rinanti Anugraheni, Desi Sasmita Nugrah4 Ridha Ayu Damayanti, Rike Pangestika, Gloria Jessica yang selalu memberikan penghiburan dan tak lelah untuk saling menyemangati hingga skripsi ini bisa selesai. 11. Teman-teman PBIO angkatan 2Al2 yang selalu mengobarkan semangat lewat aksi-aksinya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusrman skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Terakhir, semoga skripsi ini memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Yogyakarta 14 November 2016 (Theresia Astutiningrum ) vlll PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO Theresia Astutiningrum Universitas Sanata Dharma 2016 ABSTRAK Kulit yang terluka rentan mengalami infeksi bakteri bila tidak segera dilakukan pengobatan. Salah satu penyebabnya adalah bakteri Staphyloccocus aureus. Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) sudah lama dimanfaatkan masyarakat untuk dikonsumsi maupun pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir, menguji perbedaan aktivitas antibakteri melalui perbedaan metode ekstraksi daun kenikir dan mengetahui konsentrasi hambat minimum. Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode Kirby- Bauer. Aktivitas antibakteri ditandai dengan adanya zona bening disekitar kertas cakram yang disebut daya hambat. Metode pengujian konsentrasi hambat minimum dengan dilusi padat. Penelitian menggunakan dua metode ekstraksi, yakni metode maserasi dengan pelarut etanol dan metode tumbuk dengan pelarut akuades. Konsentrasi yang digunakan yaitu 30%, 45% dan 60%. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikir mempunyai daya antibakteri. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan antara kedua metode ekstraksi. Ekstrak tumbuk daun kenikir memiliki zona hambat terkecil pada konsentrasi 30% sebesar 6,76 mm dan zona hambat terbesar sebesar 7,58 mm pada konsentrasi 60%. Ekstrak etanol daun kenikir konsentrasi 30% memiliki zona hambat sebesar 7,25 mm dan pada konsentrasi 60% sebesar 8,59 mm. Pengujian antibakteri tidak mendapat data Konsentrasi Hambat Minimum. Dengan demikian, ekstrak daun kenikir termasuk bakteriostatik yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri. Kata kunci : Antibakteri, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.). ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF KENIKIR LEAVES (Cosmos caudatus Kunth) EXTRACT TOWARD THE GROWTH OF Staphylococcus aureus BACTERIA IN-VITRO Theresia Astutiningrum Sanata Dharma University 2016 ABSTRACT The skin wound caused bacterial infection if not to be treated. One of the cause is (Staphylococcus aureus) bacteria. Kenikir leaves (Cosmos caudatus Kunth.) has been used by people to be consumed and for traditional medication. This research aims to know the antibacterial activity extract of Kenikir leaves, to test the difference of antibacterial activity through different extraction method of Kenikir leaves and also to know minimum inhibitory concentration. The methodology that was used to test antibacterial activity was KirbyBauer method. Antibacterial activity was characterized by the presence of clear zone around paper discs which were called an inhibitory zone. Method to test a minimum inhibitory concentration were solid dilution. The research used two methods of extraction, namely maceration with ethanol solvent and mashed with aquades solvent. Extract concentration that were used were 30%, 45%, 60%. Result showed that Kenikir leaves extracts has antibacterial activity. The results of antibacterial activity of the extracts showed that there was no difference between the two extraction method. Mashed extract of Kenikir leaves had a smallest inhibiton zone in concentration of 30% which were 6,76 mm and the largest was 7,58 mm in concentration of 60%. Ethanol extract of Kenikir leaves at concentration of 30% had an inhibiton zone of 7,25 mm and concentration of 60% had 8,59 mm. Minimum Inhibitory Concentration of antibacterial activity was not obtained. Kenikir leaves extract belongs to bacteriostatic group because of the compound could only inhibit the growth of bacteria. Keyword: Antibacterial, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... ix ABSTRACT .................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. B. C. D. Latar Belakang ................................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................. Manfaat Penelitian ........................................................................... 1 4 4 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6 A. Tanaman Kenikir ............................................................................. 1. Klasifikasi Tanaman Kenikir ..................................................... 2. Morfologi dan Fisiologi Kenikir ................................................ 3. Habitat ....................................................................................... 6 6 6 7 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Senyawa dan Manfaat ................................................................ Bakteri ............................................................................................. Bakteri Staphylococcus aureus ........................................................ 1. Klasifikasi Staphylococcus aureus ............................................ 2. Morfologi dan Identifikasi ......................................................... 3. Patogentitas ................................................................................ Antibakteri ....................................................................................... Ekstraksi .......................................................................................... Penelitian yang Relevan .................................................................. Kerangka Berpikir ........................................................................... Hipotesis .......................................................................................... 8 8 14 14 14 15 16 22 25 26 28 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 30 B. C. D. E. F. G. H. A. B. C. D. E. Jenis Penelitian ................................................................................ Variabel Penelitian .......................................................................... Batasan Penelitian ............................................................................ Alat dan Bahan ................................................................................ Cara Kerja ........................................................................................ 1. Tahap Persiapan ......................................................................... 2. Tahap Pelaksanaan .................................................................... 3. Tahap Pengumpulan Data .......................................................... F. Metode Analisis Data ...................................................................... G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ...... 30 31 31 32 34 34 38 40 42 43 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 44 A. Hasil ................................................................................................. 1. Konfirmasi Daun Kenikir .......................................................... 2. Pengumpulan dan Pengamatan Bakteri Uji ............................... 3. Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir ............................................. 4. Hasil Pengujian Antibakteri ....................................................... 5. Konsentrasi Hambat Minimal .................................................... B. Pembahasan ..................................................................................... 1. Aktivitas Antibakteri ................................................................. 2. Kelemahan dan Kelebihan Masing-masing Ekstrak .................. 3. Konsentrasi Hambat Minimal .................................................... C. Kelemahan / Kendala Penelitian ...................................................... 44 44 45 47 49 52 53 53 57 60 61 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 63 A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran ................................................................................................ C. Implementasi dalam Pembelajaran .................................................. 62 62 63 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67 LAMPIRAN ................................................................................................... 71 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif ........... 11 Tabel 3.1 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak untuk Pengujian Antibakteri ....... 39 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat ..................................... 50 Tabel 4.2 Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Daun Kenikir ..................... 53 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) .............................. 6 Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus ................................................... 15 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 28 Gambar 3.1 Peletakan Paper Disc Pada Cawan Petri ..................................... 30 Gambar 4.1 Morfologi Sel Bakteri Staphylococcus aureus ............................ 45 Gambar 4.2 Pengecatan Gram Bakteri Staphylococcus aureus ....................... 46 Gambar 4.3 Morfologi Koloni Bakteri Staphylococcus aureus ....................... 47 Gambar 4.4 Hasil Ekstrak Etanol dan Ekstrak Tumbuk Daun Kenikir .......... 48 Gambar 4.5 Zona Hambat Yang Terlihat Pada Sekitar Cakram Kertas ......... 49 Gambar 4.6 Diameter Zona Hambat Perlakuan Ekstrak Dengan Pelarut Etanol Dan Ekstrak Dengan Pelarut Akuades ......................................... xv 51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat ................................. 71 Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik SPSS Two Way Anova ........................... 72 Lampiran 3. Dokumetasi Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kenikir ....................................................................................... 74 Lampiran 4. Dokumetasi Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuk Daun Kenikir ........................................................................................ 75 Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Etanol Daun Kenikir .............................................................................. 76 Lampiran 6. Dokumentasi Hasil Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Tumbuk Daun Kenikir .............................................................................. 77 Lampiran 7. Silabus ........................................................................................ 78 Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................... 83 Lampiran 9. Penilaian Kognitif ....................................................................... 98 Lampiran 10. Penilaian Afektif ....................................................................... 103 Lampiran 11. Penilaian Psikomotorik ............................................................. 105 Lampiran 12. Penilaian Portofolio .................................................................. 107 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh. Sebagai bagian terluar maka kulit sering bersentuhan dengan benda-benda di sekitar manusia. Benda-benda yang berada di sekitar manusia tentu tidak lepas dari mikroorganisme yang bisa berbahaya untuk kulit. Kulit manusia merupakan pertahanan utama dalam menghadapi serangan dari beberapa mikroorganisme. Struktur stratum korneum pada bagian epidermis kulit yang utuh melindungi adanya invasi mikroorganisme (Brown dan Burns, 2005). Kulit yang tergores akan menimbulkan adanya luka. Luka adalah rusaknya kulit yang akan menimbulkan pendarahan, kontaminasi bakteri hingga kematian sel (Anonim, 2007). Luka gores merupakan luka yang terjadi akibat benda tajam. Apabila luka gores dibiarkan terbuka maka akan menimbulkan infeksi bakteri. Salah satu bakteri patogen infeksi pada luka yang terbuka adalah bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang telah resisten terhadap berbagai antibiotik. Berita yang dimuat dalam laman Deutsche Welle (2016) menyebutkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol di negara-negara berkembang menyebabkan bakteri menjadi resisten. Bakteri S. aureus merupakan flora normal pada kulit manusia dalam kondisi atau jumlah yang sedikit. Apabila jumlahnya sudah banyak dan masuk dalam jaringan tubuh maka akan berbahaya yakni menyebabkan infeksi berkepanjangan bahkan kematian. Radji (2010) 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 menyatakan bahwa bakteri S. aureus dapat mengganggu sistem imun yang merupakan pertahanan paling awal tubuh manusia. Cara bakteri ini dalam mengganggu sistem imun yakni dengan mengikat antibodi, menyerang membran sel, dapat menyebabkan hemolisis bahkan leukosis yang dapat mematikan sel tubuh manusia. Tubuh mempunyai mekanismenya sendiri dalam melindungi kulit. Pada bagian epidermis yakni pada stratum spinosum terdapat sel-sel Langerhans yang tersebar. Menurut Brown dan Burns (2005), sel-sel Langerhans ini merupakan pertahanan imunologis dalam melawan antigen dari luar, selanjutnya antigen tersebut ditangkap dan diarahkan pada limfosit T, yang kemudian dapat meningkatkan respon imun. Akan tetapi, tidak setiap saat orang bisa membentuk sistem pertahanan tubuh yang baik. Oleh karena itu, diperlukan antibakteri untuk melawan bakteri atau menekan laju pertumbuhannya. Masyarakat di Indonesia sudah lama memanfaatkan tanaman herbal untuk pengobatan. Tanaman herbal banyak digunakan sebagai obat karena sering dijumpai, sehingga mudah diperoleh. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) merupakan salah satu tumbuhan indiegenous. Tumbuhan indiegenous merupakan tanaman asli atau tanaman introduksi yang telah lama dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu (Listyorini, 2015). Daun kenikir (C. caudatus) merupakan salah satu sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain hal itu daun kenikir juga memiliki manfaat sebagai bahan obat (Listyorini, 2015). Kandungan ekstrak etanol daun kenikir dalam Dwiyanti, dkk. (2014) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 menunjukkan adanya senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang berpotensi sebagai antibakteri. Selama ini tanaman herbal biasa digunakan masyarakat untuk mengobati luka gores dengan cara menumbuk atau meremas bagian tanaman tertentu misalnya daun, kemudian dibalurkan pada bagian tubuh yang mengalami luka. Cara menumbuk dan meremas ini merupakan cara tradisional agar metabolit sekunder tanaman yang mengandung khasiat penyembuh keluar dari dalam tanaman. Tradisi yang telah lama berkembang di masyarakat harus didukung informasi ilmiah agar senyawa yang terkandung di dalam suatu tanaman bisa diketahui. Data ilmiah ini bisa diperoleh dengan cara ekstraksi yang lebih modern dengan menggunakan skala laboratorium sehingga lebih terkontrol. Data senyawa yang didapat dari suatu ekstrak tanaman nantinya bisa dikembangkan untuk industri obat. Menurut Aulia dalam Maryani (2012), antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang bisa menghambat atau bahkan membunuh bakteri-bakteri yang bersifat patogen. Hingga saat ini terus dilakukan penelitian tentang antibakteri secara berkelanjutan karena terancam adanya mikroba yang resisten. Antibakteri yang berasal dari tanaman juga mulai diteliti, karena banyaknya tanaman yang dipercaya sebagian masyarakat memiliki khasiat mengobati. Berdasarkan kandungan senyawa yang ada pada daun kenikir (C. caudatus), tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai antibakteri terutama terhadap bakteri S. aureus penyebab infeksi. Penelitian yang dilakukan yakni uji aktivitas antibakteri menggunakan daun kenikir (C. caudatus) dengan dua metode PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 ekstraksi. Metode secara tradisional dengan cara ditumbuk dengan pelarut akuades dan metode yang lebih terkontrol yakni maserasi dengan pelarut etanol. Peneliti ingin mengetahui aktivitas antibakteri dengan adanya perbedaan metode ekstraksi daun kenikir. B. Rumusan Masalah Dengan melihat adanya latar belakang, maka rumusan masalah yang bisa diambil adalah: 1. Apakah ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococus aureus? 2. Apakah perbedaan metode dalam pembuatan ekstrak memberikan pengaruh berbeda terhadap aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus? 3. Berapa konsentrasi hambat minimum masing-masing metode ekstraksi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus? C. Tujuan Penelitian Dari hasil rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menguji adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.). 2. Menguji adanya perbedaan aktivitas antibakteri dengan metode ekstraksi daun kenikir yang berbeda. 3. Mengetahui konsentrasi hambat minimum yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dari kedua metode ekstraksi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 D. Manfaat Penelitian Penelitian yang baik harus bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Manfaat dari penelitian ini yakni : 1. Untuk peneliti: Menambah pengetahuan tentang potensi antibakteri dari daun kenikir serta mengetahui cara ekstraksi tanaman untuk pengujian antibakteri. 2. Untuk masyarakat: Sebagai informasi dan bukti yang ilmiah tentang potensi daun kenikir (C. caudatus) sebagai antibakteri. 3. Untuk pendidikan: Hasil penelitian bisa dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran untuk melengkapi pembelajaran di SMA pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III TIN NJAUAN PUSTAKA P A. Tanaman Kenik kir 1. Klassifikasi Tannaman Kenikkir Klasifikasi K taanaman kennikir dalam ITIS Cataloogue of Lifee (2016) adaalah sebagai berikut: b Kingddom : Plantae P Divisiio :M Magnoliophyyta Subdivvisio : Magnoliopsi M ida Classiis :A Asteranea Ordo : Asterales A Familiia : Asteraceae A Genuss : Cosmos C Spesiees :C Cosmos caud datus Kunthh. Gambar 2.1 2 Tanamaan Kenikir (Cosmos ( cauudatus Kun nth.) Sumber : Dokumenttasi pribadi 2. Morrfologi dan Fisiologi F Kenikir umur K Kenikir (C. caudatus)m merupakan tanaman t heerba yang mempunyai m hingga satu tahun.K Kenikir mem mpunyai battang yang kokoh, k kuatt, tegak dann juga bercaban ng banyak. Tinggi tanaman ini m mencapai 1-- 2,5 m. Baatangnya beersegi empat deengan alur membujur m d berambuut. dan 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Posisi daun berhadapan, mempunyai tangkai yang panjang berbentuk seperti talang. Helaian daun yang rendah menyirip rangkap 3-4 atau berbagi menyirip. Panjang dan lebarnya mencapai 15-25 cm. Daun bagian atas berturutturut bertangkai makin pendek, lebih kecil dan kurang berbagi. Daun pembalut yang terluar berwarna hijau kemudian berujung melengkung kembali. Daun kenikir menimbulkan bau aromatis bila diremas. Dasar bunga majemuk mempunyai sisik seperti jerami. Bunga bertepi 8, pinggiran memanjang hingga bulat telur terbalik dan ujungnya bergigi 3. Bunga berwarna merah muda. Bunga kenikir memiliki banyak cakram, berkelamin 2, tinggi mahkotanya 1 cm, bertaju 5, berwarna pucat dengan bagian pangkal berwarna kuning. Tabung kepala sari berwarna cokelat kehitaman. Jumlah cabang tangkai putik 2, runcing dan bagian luar berambut panjang. Buah keras berbentuk spul sempit beralur berwarna coklat kehitaman. Mempunyai bagian yang berparuh yang panjangnya sekitar 1-1,5 cm ( Steenis, dkk.,2008). 3. Habitat Kenikir berasal dari daerah Amerika tropis dan kemudian menyebar ke daerah tropis. Kenikir biasa ditemukan di pembatas sawah, tepi ladang dan juga sebagai pagar. Kenikir kadang juga tumbuh liar di semak belukar. Kenikir tahan terhadap cuaca yang panas. Tanaman kenikir menyukai tempat tumbuh yang langsung terkena sinar matahari dengan tanah berpasir atau berbatu, berlempung, liat berpasir atau berlempung dengan kelembaban sedang atau lebih (Diperta Jabar, 2010). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 4. Senyawa dan Manfaat Kandungan kimia yang ada dalam daun kenikir yakni saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol (CCRC Farmasi UGM, 2014). Daun kenikir memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat karenamemiliki kemampuan menetralisasikan radikal bebas (Huda,et al., 2009). Daun kenikir sering dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran. Secara tradisional daun ini juga digunakan untuk obat penambah nafsu makan, lemah jantung, penguat tulang dan pengusir serangga. Pada penelitian Chotiah (2015) ekstrak etanol daun kenikir (C. caudatus) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus epidermis. Penelitian Dwiyanti, dkk. (2014),ekstrak daun Kenikir berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Bacillus cereus. Penelitian Safita, dkk. (2015) juga menunjukkan hasil bahwa daun kenikir memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dikarenakan ekstrak dari daun kenikir memiliki beberapa kandungan kimia diantaranya yakni flavonoid, tanin, alkaloid, kuinon dan polifenol. B. Bakteri Bakteri merupakan organisme uniseluler yang berarti satu sel bakteri merupakan individu mandiri (Harti, 2015). Bakteri dikelompokkan menjadi beberapa golongan mulai dari ukuran, perbedaan suhu pertumbuhan, pewarnaan Gram, perbedaan pH, dan kebutuhan oksigen. Setiap bakteri mempunyai ukuran yang berbeda. Ukuran bakteri dinyatakan dalam satuan mikron. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Menurut Irianto (2006) bentuk bakteri dibedakan menjadi 3 macam : a. Bulat (Kokus) Merupakan bakteri dengan bentuk bulat. Bakteri dengan bentuk bulat masih bisa dibedakan berdasarkan jumlah bulatan yakni: - Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat tunggal. - Diplokokus, bakteri berbentuk bulat dan bergandengan dua-dua. - Sarkina, bakteri berbentuk bulat berkelompok empat-empat, hingga menyerupai kubus. - Streptokokus, bakteri berbentuk bulat berkelompok membentuk rantai. - Stafilokokus, bakteri berbentuk bulat yang bergerombol seperti buah anggur. b. Batang (Basil) Bakteri dengan bentuk batang dapat juga dibedakan berdasar jumlah batang. Bentuk basil dapat dibedakan atas : - Basil tunggal, yakni bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal. - Diplobasil, yakni bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua. - Streptobasil, bakteri bentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai. c. Spiral Bakteri dengan bentuk spiral atau koma dibedakan menjadi tiga macam yakni : - Spiral, yakni bakteri dengan bentuk seperti spiral dan sel tubuh umumnya kaku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 - Vibrio, merupakan bakteri dengan bentuk koma atau spiral tak sempurna. - Spirochaeta, yakni golongan bakteri berbentuk spiral dengan sifat yang lentur. Pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut. Bakteri juga dibedakan menjadi dua sesuai dengan pewarnaan gram yakni, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Harti (2015) menyebutkan bahwa pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri yakni dengan melihat hasil akhir dari pewarnaan. Pewarnaan gram pertama kali ditemukan oleh Christian Gram tahun 1884. Teknik dari pewarnaan ini menurut Alexander et.al.(2003), pertama-tama bakteri diletakkan pada gelas benda kemudian difiksasi menggunakan aquades, setelah itu ditetesi dengan kristal violet dan didiamkan beberapa saat. Kedua, gelas benda dibilas dengan air mengalir setelah itu ditetesi menggunakan larutan iodium dan didiamkan beberapa saat. Sampai tingkat pengecatan ini maka semua bakteri akan terwarna ungu. Proses selanjutanya, preparat didekolorisasi menggunakan alkohol, setelah dicuci dengan air maka preparat diwarna kontras yakni safranin. Pada akhir pengecatan akan terlihat bakteri gram positif yang berwarna ungu sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah. Hal ini terjadi karena bakteri gram positif mampu menahan zat warna ungu (kristal violet) sehingga zat warna yang lain (safranin) tidak terlalu berpengaruh. Bakteri gram negatif pada akhir pewarnaan akan terlihat berwarna merah karena bakteri ini tidak mampu menahan zat warna ungu (kristal violet) sehingga menyerap warna kontras safranin yang berwarna merah (Irianto, 2006). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Perbedaan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif juga bisa dilihat pada Tabel 2.1 menurut Harti (2015) : Tabel 2.1 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Keterangan Gram positif Gram negatif Dinding sel Sederhana Struktur dinding sel 1 lapisan pepdoglikan Lebih kompleks 2 lapisan : a. Bagian luar berupa lipopolisakarida dan protein. b. Bagian dalam berupa peptidoglikan. Ketebalan 15-80 nm 10-15 nm Berat 50% berat kering sel 10% berat kering sel Syarat nutrisi Lebih kompleks Sederhana Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan bakteri yakni : 1. Media Pembiakan/ Nutrisi Bakteri membutuhkan media yang baik untuk mendukung pertumbuhannya. Media yang tepat akan menghasilkan bakteri yang sesuai dengan standar pengujian. Media pembiakan dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum diperlukan sebagian besar mikroorganisme untuk tumbuh. Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah terpenuhinya karbon, nitorgen, sumber garam-garam anorganik, fosfat dan sulfat sebagai anion; potasium, sodium magnesium, kalsium, besi dan mangan sebagai kation. (Harti, 2015 ) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 2. Suhu Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu pertumbuhan minimum merupakan suhu terendah bakteri dapat hidup. Suhu optimum merupakan suhu yang diperlukan bakteri untuk dapat tumbuh secara cepat. Suhu pertumbuhan maksimum adalah suhu tertinggi yang memungkinkan bakteri dapat hidup. Perbedaan suhu penggolongan untuk bakteri pertumbuhan sesuai dengan pada suhu bakteri membuat adanya pertumbuhannya. Berikut penggolongan jenis bakteri sesuai dengan suhu optimum pertumbuhannya : a. Psikrofil,bakteri yang mampu tumbuh pada suhu 0°C. Diambil dari kata psychros = dingin dan philic = menyukai, maka bakteri ini hanya akan tumbuh pada kondisi dingin. Pada umumnya bakteri golongan psikrofil akan mati bila ditempatkan pada suhu 30°C (Irianto, 2006). b. Mesofil, bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 10-47°C dengan suhu optimum untuk pertumbuhan 30-45°C. Bakteri yang ada pada golongan ini biasa hidup dalam tanah, air dan tubuh vertebrata (Irianto, 2006). c. Termofil, bakteri yang dapat tumbuh pada suhu diatas 45°C(Irianto, 2006). 3. Tekanan Osmotik Bakteri membutuhkan kondisi dengan tekanan osmosis yang seimbang antara isi sel dengan keadaan lingkungan yang disebut kondisi isotonik. Apabila kondisi cairan di lingkungan lebih tinggi (hipertonis) maka sel bakteri akan lisis. Akan tetapi apabila kondisi cairan di lingkungan lebih rendah (hipotonis) maka sel bakteri akan kisut(Irianto, 2006). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 4. Kondisi pH Kondisi asam-basa suatu medium juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Pada umumnya bakteri tumbuh pada pH yang netral yakni pH 6,5-7,5. Namun ada bakteri yang mampu hidup dengan kondisi asam yang mampu tumbuh pada pH 2,0 disebut bakteri Asidofil. Ada pula bakteri yang hanya mampu tumbuh pada kondisi basa pada pH 9,0 disebut bakteri Alkalofil(Brooks, dkk., 2008). 5. Oksigen Oksigen berperan sebagai akseptor hidrogen pada bakteri. Bakteri yang lain menggunakan zat lain sebagai akseptor hidrogen. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen maka bakteri dikelompokkan sebagai berikut: a. Bakteri aerob, yakni bakteri yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. b. Bakteri aerob fakultatif, yakni kelompok bakteri yang bisa hidup dengan oksigen atau tidak adanya oksigen. c. Bakteri anaerob, merupakan bakteri yang tidak memerlukkan oksigen dalam pertumbuhannya. d. Bakteri mikroaerofilik, yakni bakteri yang memerlukan oksigen dalam jumlah yang sedikit dalam pertumbuhannya(Brooks, dkk., 2008). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 C. Bakteri Staphylococcus aureus 1. Klasifikasi Staphylococcus aureus Bakteri S. aureus merupakan salah satu spesies bakteri dari 30 spesies lainnya dalam genus Staphylococcus. Bakteri yang ada dalam genus ini biasanya berupa bakteri patogen. Menurut Rosenbach (1884) dalam ITIS Catalogue of Life (2016) klasifikasi bakteri S. aureus adalah sebagai berikut: Domain : Bacteria Kingdom : Eubacteria 2. Filum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales Familia : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus Morfologi dan Identifikasi Staphylococcus aureus adalah bakteri yang berbentuk bulat bergerombol seperti anggur, termasuk bakteri gram-positif. Pada biakan yang masih muda akan terlihat coccus berwarna keunguan yang menunjukkan bahwa bakteri termasuk dalam gram-positif, akan tetapi pada biakan yang sudah tua banyak sel menjadi gram-negatif. Perubahan sel bakteri yang telah tua menjadi gramnegatif disebabkan sel yang sudah tua tidak mampu lagi menahan warna ungu, sehingga warna merah dari safranin masuk kedalam dinding sel dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 menyebaabkan perubbahan pewaarnaan gram m. Pengujiaan bakteri yang y baik adalah a 24 jam setelah s dibiaakkan.Bila ditumbuhkaan dalam media m padat maka bakteeri ini akan tam mpak bulat, halus, h meno onjol dan beerkilau-kilau u(Brooks, dkk., d 2008). Gambar 2.2 2 Bakteri Staphylocooccus aureuss Sumber : Sccience libraary. B Bakteri S. aureus a mam mpu tumbuhh secara op ptimal pada suhu 37°C C, tapi bisa jugga dalam suhu s kamarr yakni 200-25°C. Baakteri ini bersifat b anaerob fakultatiff, yang berrarti bahwaa bakteri S. S aureus bisa b hidup dengan okksigen ataupun tanpa oksiggen (Brookss, dkk., 20088). 3. Patoogenitas Bakteri B S. aureus a meruupakan bakkteri yang sering meny yebabkan innfeksi pada maanusia. Infekksi serius akkan terjadi ketika keaddaan inang melemah karena k adanya perubahan p h hormon, adaanya penyakkit, luka, attau perlakuaan menggunnakan steroid atau a obat laiin yang meempengaruhhi imunitas sehingga teerjadi pelem mahan inang. Infeksi S.auureus dihubbungkan d dengan bebberapa koondisi patoologi, diantarannya bisul, jeerawat, pneeumonia, meeningitis, daan arthrititss. Sebagian besar penyakitt yang disebbabkan oleh h bakteri inni memprod duksi nanah, oleh karenna itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 bakteri ini disebut piogenik (Madigan,et.al., 2015). Infeksi yang lain terjadi akibat kontaminasi pada luka yang terbuka (Brooks, dkk., 2008) Bakteri ini menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, (Madigan,et.al., 2015). S. aureus menghasilkan koagulase, protein mirip enzim yang menggumpal plasma dan mengandung oksalat. Koagulase dihubungkan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin terkumpul di sekitar bakteri sehingga imun dari inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat (Brooks, dkk., 2008). D. Antibakteri Antibakteri merupakan suatu zat yang dapat menghambat atau bahkan membunuh pertumbuhan bakteri dan relatif aman digunakan oleh manusia (Tjay dan Rahardja, 2007). Pemakaian bahan antibakteri merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mengendalikan bakteri yang merugikan. Tujuan utama dari pengendalian adalah mencegah terjadinya infeksi, membasmi bakteri pada inang yang telah terinfeksi serta mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan pembusukan mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1988). Menurut Madigan, et.al (2015), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya, senyawa antibakteri mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan bakteri yaitu: 1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 antibakteri pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah tetap. 2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antibakteri pada kultur bakteri yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan jumlah sel hidup menurun. 3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antibakteri. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antibakteri pada kultur bakteri yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun. Daya antibakteri diukur secara in vitro agar dapat ditentukan kemampuan suatu zat antibakteri (Brooks, dkk., 2008). Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran. Uji difusi cakram dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak (Hermawan, 2007). Metode difusi merupakan merode yang sering dilakukan. Ada tiga cara metode difusi, yakni dengan metode difusi silinder, metode sumuran dan metode cakram kertas. Metode cakram kertas diakukan dengan cara merendam cakram kertas dalam suatu larutan antibakteri dalam waktu tertentu kemudian meletakkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 cakram kertas dalam media yang sebelumnya sudah terdapat inokulum bakteri dan diinkubasi dalam suhu pertumbuhan bakteri (25-37°C) dalam waktu 18-24 jam. Syarat jumlah bakteri untuk pengujian yakni sesuai dengan standar 10-5 - 10-8 cfu/ml (Vandepitte dkk., 2011). Diameter zona bening disekitar kertas cakram menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Dalam Vandepitte,dkk.(2011), ada beberapa faktor teknis yang bisa mempengaruhi ukuran zona hambat : 1. Kepekatan bakteri Pengenceran bakteri yang terlalu encer akan menyebabkan zona hambatan menjadi lebih lebar, akan tetapi bila pengencerannya terlalu pekat maka ukuran zona hambatnya akan menjadi lebih sempit. 2. Waktu peletakkan kertas cakram Peletakkan kertas cakram yang telah direndam dengan zat antibakteri yang terlalu lama dari waktu penanaman bakteri pada media agar yang menyebabkan zona diameter mengecil. 3. Suhu inkubasi Suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri dan untuk standar baku inkubasi penelitian aktivitas antibakteri adalah 35°C. Apabila suhu lebih rendah maka mengakibatkan zona yang lebih lebar dan waktu pertumbuhan efektif yang lebih panjang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 4. Waktu inkubasi Masa inkubasi standar untuk pengujian adalah 16-18 jam. Apabila data diambil sebelum masa inkubasi data kurang valid. 5. Ukuran lempeng, ketebalan media dan pengaturan jarak cakram Ukuran standar yang disarankan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah cawan petri 9-10 cm dan diisi tidak lebih dari 6-7 cakram kertas. Pengaturan jarak cakram yang baik akan memperjelas ukuran diameter zona hambat. Hal ini guna menghindari tumpang tindih diameter zona hambat. Ketebalan media juga berpengaruh pada lebar diameter zona hambat. Semakin tipis media agar yang digunakan maka akan semakin lebar diameter zona hambat. 6. Potensi zat antibakteri Diameter zona hambat tergantung pada zat antibakteri yang ada pada paper disk. Apabila potensi zat antibakteri rusak karena masa penyimpanan maka akan mengurangi diameter zona hambat. Kekuatan zat antibakteri bisa digolongkan sesuai dengan lebarnya diameter zona hambat. Menurut Davis and Stout dalam Putri (2015) menyebutkan bahwa daerah hambatan ≥ 20 mm mempunyai daya hambat yang sangat kuat. Daerah hambatan 10-20 mm berdaya hambat kuat, daerah hambatan 5-10 mm berdaya hambat sedang, dan daerah hambat ≤ 5 mm berdaya hambat lemah atau tidak berdaya hambat. Hal ini juga disebutkan oleh Rao, et.al dalam Dwiyanti, dkk. (2014) bahwa daerah hambat ≤ 12 mm mempunyai daya hambat yang lemah sedangkan daerah hambat ≥ 18 mm mempunyai daya hambat yang kuat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Pengujian antibakteri lanjutan dari metode difusi adalah metode pengenceran yang disebut dengan metode pour plate. Pengujian ini untuk melihat kadar hambat minimal suatu larutan antibakteri bekerja. Prinsipnya yakni dengan menambahkan konsentrasi terendah suatu larutan antibakteri dengan bakteri uji yang sudah sesuai standar dalam media NA dengan suhu 45°C. Hasil dari pengujian ini akan nampak pada media uji yang bening tidak ditumbuhi bakteri uji. Konsentrasi minimal konsentrasi yang telah diuji dan mempunyai kenampakan bening ditetapkan sebagai KHM (Konsentrasi Hambat Minimal). Hasil dari KHM dikultur ulang pada media NA yang steril dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap terlihat bening ditetapkan sebagai KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal) (Idris, 2013). Mekanisme daya hambat menurut Hugo and Russell (2000) ada lima bagian vital yang menjadi target suatu zat antibakteri yakni, dinding sel, ribosom, kromosom, metabolisme folat dan membran sel. Pelczar dan Chan (1988) menjelaskan bahwa mekanisme kerja daya hambat antibakteri terhadap suatu bakteri adalah sebagai berikut : 1. Merusak dinding sel Lapisan dinding sel bakteri disebut peptidoglikan. Sintesis dinding sel menggunakan banyak reaksi enzim. Zat antibakteriseperti flavonoid yang mampu menghambat reaksi enzim akan menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat juga pada kematian sel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 2. Mengubah permeabilitas membran sel Membran sel hidup mempunyai permeabilitas selektif. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat antar sel dan lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan dan mengendalikan susunan dalam diri sel. Rusaknya dinding sel akan berpengaruh pada membran sel. Bahan antibakteri seperti fenol, saponin dapat merusak membran sel sehingga permeabilitasnya terganggu dan mengalami kerusakan. Kerusakan pada membran sel akan mengakibatkan kematian sel. 3. Kerusakan sitoplasma Sitoplasma suatu sel terdiri dari air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion anorganik dan senyawa yang berbobot molekul rendah. Beberapa zat kimia dengan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan komponen sel. 4. Menghambat kerja enzim Enzim merupakan katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kimia. Makhluk hidup memerlukan enzim yang membantu dalam proses metabolisme. Perubahan protein yang disebabkan oleh senyawa kimia tertentu akan berakibat pada penghambatan proses enzimatis. Apabila rekasi enzimatis terhambat maka proses metabolisme juga terganggu dan akan menyebabkan kematian sel. 5. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein Protein DNA dan RNA mengambil peranan penting dalam sebuah sel. Bahan antibakteri tertentu mampu menghambat sintesis protein. Terjadinya gangguan dalam sintesis protein mengakibatkan kerusakan pada sel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 E. Ekstraksi Kandungan terbesar suatu tanaman adalah air, sebagian lagi berupa senyawa bermolekul besar dan juga ada zat-zat dengan molekul kecil. Zat kimia yang bermolekul kecil mempunyai penyebaran yang terbatas, biasanya zat ini disebut dengan metabolit sekunder. Untuk dapat menyari tanaman ini maka dapat digunakan pelarut umum seperti air, etanol, eter benzena (Sirait, 2007). Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Menurut Muchtaridi, dkk. (2015) ekstraksi merupakan teknik isolasi senyawa dari bahan alam. Senyawa aktifyang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000). Ada beberapa metode ekstraksi menurut jenis pelarutnya dibedakan menjadi dua kelompok besar yakni 1. Cara Dingin a. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakanpelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. (Ditjen POM, 2000) b. Perkolasi Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Umumnya proses ekstraksi dilakukan dalam suhu ruangan. Simplisia yang akan digunakan dipindahkan dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori kemudian pelarut dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia. Pelarut akan melarutkan zat aktif dalam sel simplisia hingga jenuh. Pada tahap terakhir perkolat yang dihasilkan dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015). 2. Cara Panas a. Soxhletasi Ekstraksi dengan metode soxhlet yakni dengan cara membungkus simplisia kering dengan kertas saring dimasukkan dalam pipa kemudian pelarut dimasukkan pada tabung distilasi. Labu alas bulat dipanaskan sehingga pelarut menguap. Molekul-molekul pelarut yang jatuh ke dalam pipa menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika pelarut telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapilerhingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 b. Refluksi Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara simplisa dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan pelarut lalu dipanaskan. Uap-uap dari pelarut terkondensasi menjadi titik-titik air kemudian pelarut turun kembali menuju labu alas bulat. Pelarut yang selalu dipanaskan akan menjadi uap dan kembali ke dasar labu alas bulat demikian seterusnya. Pelarut perlu diganti sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015) c. Destilasi Uap Air Ekstraksi untuk memisahkan minyak dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu berisi simplisia. Pada labu yang berisi simplisia maka akan terjadi ekstraksi minyak. Uap air dan minyak yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa, campuran air dan minyak menguapakan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri (Atmojo, 2015) d. Infusa Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut air dengan suhu panas air. Prosesnya yakni bejana infus dicelupkan dalam penangas air mendidih suhunya 96-98°C selama waktu tertentu yakni antara 15-20 menit. (Atmojo, 2015) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Secara tradisional proses ekstraksi dikenal dengan cara diseduh, ditumbuk dan pipisan. Hal ini sudah dikenal sejak lama. Proses seduh biasanya menggunakan bahan-bahan yang sudah dikeringkan, kemudian diseduh menggunakan air panas sekitar 50°C. Selain bahan yang kering, untuk proses ekstraksi seduh bisa juga menggunakan bahan berupa serbuk. Cara tumbuk sering digunakan karena merupakan pembuatan obat tradisional khas Indonesia (Aesmoro, 2015). Pembuatan obat ini mulai dengan membersihkan bagian tanaman yang akan ditumbuk, kemudian menghaluskannya dengan cara ditumbuk dengan bantuan air matang dan kemudian diperas hingga didapat cairan. Cara ekstraksi pipisan yakni dengan menggunakan pipisan (batu), tanaman yang akan diekstrak dihancurkan dengan menggunakan pipisan, kemudian diperas dan ditambahkan air matang untuk mendapat ekstrak. F. Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang penggunaan daun kenikir (C. caudatus) sebagai antibakteri sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Dwiyanti, dkk. (2014). Penelitiannya menggunakan bakteri Bacillus cereus dengan metode uji aktivitas antibakterinya meggunakan metode sumuran. Pembuatan ekstraknya menggunakan cara maserasi dengan etanol. Ekstrak kemudian diencerkan mulai dari konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikir memiliki pengaruh untuk penghambatan pertumbuhan bakteri Bacillus cereus. Konsentrasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 yang optimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah konsentrasi 90% dan 100%. Kesamaan dengan penelitian ini adalah cara pembuatan ekstrak, yakni maserasi dengan pelarut etanol. Penentuan konsentrasi terendah untuk uji aktivitas antibakteri juga mengacu pada penelitian ini. Perbedaannya peneliti menggunakan konsentasi dengan rentang 15% yakni 30%, 45% dan 60%. Konsentrasi yang dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa penggunaan antibakteri dimulai dari konsentrasi yang terendah. Penelitian relevan lainnya yakni Safita, dkk. (2015) tentang penggunaan ekstrak daun kenikir (C. caudatus) dan daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kenikir yang diekstrak menggunakan maserasi etanol bisa dijadikan sebagai antibakteri. Perbedaan kedua penelitian dengan penelitian yang dilakukan yakni, penelitian kali ini ingin melengkapi data ilmiah dari apa yang telah dilakukan masyarakat yakni ekstrak daun kenikir dengan cara tumbuk (tradisional) pelarut yang digunakan adalah akuades steril dengan ekstrak daun kenikir dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. G. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran didasari oleh adanya infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada luka yang terbuka. Masyarakat sering menggunakan daun kenikir (C. caudatus untuk pengobatan tradisional. Daun kenikir mengandung senyawa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 flavonoid, tanin dan saponin. Senyawa-senyawa ini bisa mempengaruhi aktivitas atau pertumbuhan bakteri, untuk itu perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri. Daun kenikir diekstrak dengan dua metode yakni metode maserasi dengan pelarut etanol dan metode tumbuk menggunakan pelarut akuades.Uji aktivitas antibakteri menggunakan konsentrasi 30%, 45% dan 60% dari masing-masing ekstrak. Pemilihan konsentrasi didasari oleh adanya penelitian sebelumnya, dimulai dari konsentrasi terendah yang mempunyai daya antibakteri lemah hingga konsentrasi yang mempunyai daya antibakteri kuat. Pengujian aktivitas antibakteri ditandai adanya zona bening disekitar kertas cakram disebut diameter zona hambat. Hasil dari pengukuran diameter zona hambat dilanjutkan dengan uji KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dan uji KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum). Kerangka berpikir bisa dilihat dalam bentuk bagan pada Gambar 2.3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 Gambar 2.3. Bagan Kerangka K Beerpikir H H. Hipoteesis 1. Dau un kenikir (C C. caudatuss) memiliki aktivitas an ntibakteri terrhadap baktteri S. aureeus 2. Perb bedaan meetode pembbuatan eksstraks dauun kenikir (C. cauddatus) berppengaruh seecara signiifikan (berbbeda nyataa) terhadap p hasil akttivitas antib bakteri terhadap bakterri S. aureus.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 3. Konsentrasi hambat minimum zat antibakteri ekstrak daun kenikir yang mampu menghambat pertumbuhan S. aureus ada pada konsentrasi 30%. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BA AB III METODE M P PENELITI IAN A. Jenis Penelitian nis penelitiian ini merupakan m ppenelitian kuantitatif dan dilakkukan Jen penelitian “True Exp xperimental Research”” karena in ngin melihaat kemungkkinan adanya seebab-akibat yang terjaadi pada jeenis kelomp pok yang diberi d perlaakuan. Penelitiann uji aktivitaas antibakterri menggunnakan Rancaangan Acakk Lengkap (R RAL) yakni ranncangan yanng homogeen untuk memberikan m n pengaruh pada hal yang diamati. Raancangan penelitian p u aktivitas antibakteeri yakni menggunak uji m kan 2 metode ekkstraksi, 3 kelompok perlakuan, kontrol positif, konttrol negatiff, dan masing-m masing dilakkukan 3 kali k ulangaan. Bila diiilustrasikan n, maka desain d penelitian tampak sepperti pada Gambar G 3.1. Gam mbar 3.1 Peeletakan papper disc padda cawan peetri. Keterrangan : 1. paper p disc dengan d eksttrak 60%; 2. paper discc dengan ekkstrak 30%; 3. Kontrol neegatif; 4. Ko ontrol positiif; 5. paper disc dengan n ekstrak 455%. 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 B. Variabel Penelitian Variabel-variabel pada penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas Dalam penelitian ini variabel bebas adalah metode ekstraksi daun kenikir (C. caudatus) dan konsentrasi ekstrak daun kenikir. 2. Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah daya hambat dan daya bunuh pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 3. Variabel kontrol Variabel yang terkontrol dalam penelitian ini yakni suhu inkubasi, waktu inkubasi, media inkubasi dan kepekatan inokulum bakteri (kerapatan bakteri dalam 10 ml ). C. Batasan Penelitian Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Daun kenikir yang digunakan adalah daun muda, berwarna hijau diambil dari pucuk daun hingga daun keempat. 2. Metode ekstraksi yang dibandingkan adalah metode tradisional (metode tumbuk pelarut akuades) dengan metode skala laboratorium (metode maserasi pelarut etanol) yang lebih terkontrol dalam proses ekstraksi tanaman yang digunakan untuk obat. 3. Hasil akhir ekstrak etanol daun kenikir bukan berupa pasta (tanpa larutan pengekstrak) akan tetapi berupa cairan kental yang masih terdapat sedikit larutan pengekstrak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 4. Metode uji antibakteri yang digunakan yakni metode difusi Kirby-Bauer dengan menggunakan paper disc (cakram kertas dari kertas saring). Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat yang ada di sekitar kertas cakram pada media kultur dengan satuan milimeter (mm). 5. Metode yang digunakan untuk menguji konsentrasi hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal adalah metode dilusi padat dengan parameter media kultur yang digunakan tidak ditumbuhi bakteri setelah diinkubasi. 6. Inokulum bakteri yang digunakan untuk penelitian aktivitas antibakteri merupakan inokulum bakteri dengan pengenceran 10-4. 7. Suhu yang digunakan untuk inkubasi saat penelitian aktivitas antibakteri adalah suhu kamar. D. Alat dan Bahan 1. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : - Autoklaf - Mikroskop - Inkubator (Memmert) - Mikrocam - Lemari pendingin (LG) - Jangka sorong digital - Laminar - Cawan petri (pyrex) - Hot plate - Beker glass (pyrex) - Magnetic stirrer - Corong kaca - Blender - Tabung reaksi (pyrex) - Vortex mixer - Batang Drigalski - Timbangan analitik - Erlenmeyer (pyrex) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 - Gelas arloji - Sprayer alkohol - Batang bengaduk - Jarum ose - Pinset - Gelas benda - Gelas ukur (pyrex) - Gelas penutup - Pipet ukur 1 ml dan 10 ml - Spidol marker - Bunsen - Masker dan sarung tangan. - Penjepit 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: - Nutrient agar - Akuades - Etanol 96% - Alkohol 70% - Povidone iodine 10% - Tinta cina - Natrium hipoklorit - Kristal violet - Daun kenikir (C. caudatus) - Iodine - Cakram kertas (kertas saring - Alkohol 70% tebal) - Safranin Kapas - Minyak imersi. - Staphylococcus aureus Biakan murni - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 E. Cara Kerja 1. Tahap Persiapan a. Penyiapan Bakteri dan Bahan Ekstrak Tahap penyiapan meliputi persiapan bakteri uji dan juga bahan yang digunakan untuk ekstrak, langkahnya yakni: - Ketersediaan alat dan bahan yang ada di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma diperiksa dan disiapkan. - Daun kenikir diperoleh di Pasar STAN Tajem. - Daun kenikir diidentifikasi menggunakan buku kunci determinasi sesuai dengan buku determinasi Stennis, dkk. (2008). - Bakteri didapat di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. - Bakteri diperbanyak dengan teknik media agar miring. - Bakteri Staphylococcus aureus diidentifikasi kemurnian dengan melakukan pengamatan morfologi sel, morfologi koloni dan juga pengecatan gram. b. Sterilisasi Alat dan Media Tahap sterilisasi meliputi sterilisasi peralatan yang digunakan untuk pengujian antibakteri dan sterilisasi media pertumbuhan bakteri, langkahnya yakni: - Sterilisasi uap panas yang dilakukan pada alat-alat berbahan kaca (Pyrex) menggunakan autoklaf pada tekanan 1 atm, pada suhu 121°C selama 15 menit. Sterilisasi uap panas dilakukan pada bahan (akuades dan natrium agar) menggunakan autoklaf pada tekanan 1 atm pada suhu 121°C namun waktu sterilisasi hanya 10 menit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 - Sterilisasi dengan pemanasan (dibakar dengan api) dilakukan untuk alat berbahan logam. - Sterilisasi kimia dengan alkohol untuk alat berbahan plastik atau kaca yang tipis (selain Pyrex) dan menggunakan natrium hipoklorit untuk bahan. c. Pembuatan Media Uji Nutrient Agar (NA) Proses pembuatan media uji atau media pertumbuhan bakteri adalah sebagai berikut: - NA sebanyak 10 g dilarutkan dalam 500 ml akuades - NA dipanaskan di atas hot plate dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. - Larutan NA dipanaskan hingga didapat larutan berwarna kuning jernih. - Media NA disterilisasi dan dituang ke cawan petri atau tabung reaksi sesuai kebutuhan penelitian. d. Pengamatan morfologi koloni Pengamatan morfologi koloni menggunakan teknik streak plate langkah kerjanya adalah sebagai berikut : - Bakteri diambil sebanyak satu ose, kemudian diinokulasikan dengan teknik cawan gores pada medium NA dalam cawan petri - Bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. - Pengamatan morfologi koloni bakteri meliputi bentuk dan warna koloni (Alexander et.al., 2003). e. Pengamatan morfologi sel Pengamatan morfologi sel bakteri menggunakan teknik pengecatan negatif dengan membuat preparat apusan, langkahnya sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 - Permukaan gelas benda dibersihkan dengan alkohol. - Bakteri diambil sebanyak satu ose diletakkan di permukaan gelas benda dan dicampur dengan tinta cina. - Gelas benda yang lain diletakkan dalam posisi miring sekitar 45° terhadap gelas benda yang pertama. - Gelas benda yang miring digoreskan terhadap gelas benda yang pertama secara merata. - Preparat apusan bakteri dikeringanginkan kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat dengan bantuan minyak imersi (Alexander et.al., 2003). f. Pengecatan Gram Pengecatan Gram dilakukan untuk mengetahui sifat gram dari bakteri. Langkahnya yakni: - Gelas benda dibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan di atas api bunsen sampai kering - Satu ose bakteri diambil secara aseptis dan diratakan seluas 1 cm pada gelas benda kemudian difiksasi (bakteri ditetesi dengan akuades dan dilewatkan di atas api bunsen). - Objek yang telah difiksasi ditetesi kristal violet pada permukaan lapisan bakteri dan didiamkan selama 1 menit. Hasil pengecatan kristal violet dicuci bersih dengan air mengalir dan dikeringanginkan. - Objek yang sudah kering ditetesi iodine dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 - Proses dekolorisasi dilakukan pada objek dengan cara ditetesi alkohol dan didiamkan selama 30 detik lalu dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. - Objek ditetesi dengan safranin dan didiamkan selama 45 detik, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. - Objek diamati menggunakan mikroskop dengan bantuan minyak imersi. - Bakteri dengan gram positif berwarna ungu sesuai dengan pewarna awal yakni kristal violet sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah sesuai dengan pewarna akhir yakni safranin (Irianto, 2006). g. Penyiapan Mikroorganisme Uji Penyiapan mikroorganisme untuk uji aktivitas antibakteri berupa suspensi bakteri dengan pengeceran 10-4 . Langkahnya sebagai berikut: - Satu ose bakteri diambil kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi berisi 10 ml akuades steril kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer. - 1 ml suspensi bakteri uji diambil dari tabung pertama dan dimasukkan dalam tabung kedua yang berisi 9 ml akuades steril. - Langkah pertama dan kedua dilakukan hingga tabung yang keempat (pengenceran 10-4). - Hasil pengenceran diambil 0,1 ml dan diteteskan pada media kultur kemudian diratakan dengan batang Drigalski secara aseptis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 2. Tahap Pelaksanaan a. Pembuatan Ekstrak 1. Metode Maserasi Ekstraksi pertama yakni dengan metode maserasi menggunakan pelarut akuades. Cara pembuatan ekstraknya yakni: - Daun kenikir segar sebanyak 100 g dicuci lalu dikeringanginkan. - Daun kenikir yang telah kering dihaluskan menggunakan blender hingga berbentuk serbuk. - Serbuk sebanyak 20 g diekstraksi dengan teknik maserasi menggunakan 200 ml pelarut etanol 96% selama 2 x 24 jam dan disaring dengan kertas saring. - Simplisia diekstraksi kembali dengan larutan etanol 96% dengan perbandingan simplisia dan pelarut (1 : 4) untuk hari kedua (Kurnianing, 2012). - Ekstrak etanol daun kenikir yang telah siap kemudian diuapkan. 2. Metode Tumbuk Ekstraksi kedua yakni dengan cara ditumbuk dan menggunakan pelarut akuades. Cara pembuatan ekstraknya yakni : - Daun kenikir (C. caudatus) sebanyak 50 g dicuci dengan air mengalir, kemudian direndam dalam larutan natrium hipoklorit dengan perbandingan 10 ml natrium hipoklorit dalam 3 l akuades selama 15 menit. - Daun kenikir dicuci dengan akuades steril kemudian ditiriskan. - Daun kenikir ditumbuk menggunakan mortar dan stamper. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 - Akuades hangat sebanyak 50 ml ditambahkan pada daun kenikir yang telah halus. - Ekstrak daun kenikir disaring menggunakan kertas saring steril sehingga diperoleh stok 100% ekstrak tumbuk daun kenikir (C. caudatus). Stok hasil ekstraksi yang telah didapat kemudian dilakukan pengenceran menjadi 3 konsentrasi yaitu 30%, 45% dan 60% (Dwiyanti dkk., 2014). Cara pengenceran stok ekstrak mengacu pada penelitian Kristanti (2014) dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Pembuatan konsentrasi ekstrak untuk pengujian antibakteri Konsentrasi Volume Volume Volume total yang sampel akuades (ml) diinginkan (%) ekstrak (ml) (ml) 30 3 7 10 45 4,5 5,5 10 60 6 4 10 b. Pengujian Antibakteri Pada penelitian ini, uji aktivitas antibakteri menggunakan metode KirbyBauer yang menggunakan cakram kertas. Langkah kerjanya adalah sebagai berikut : - Cakram kertas (dari kertas saring) steril dengan diameter 5 mm dicelupkan dalam variasi konsentrasi ekstrak yang berbeda selama 60 menit. - Bakteri dengan pengenceran 10-4 diambil sebanyak 0,1 ml kemudian dituang dalam media dan diratakan dengan batang Drigalski. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 - Cakram kertas diletakkan pada media berisi bakteri yang sebelumnya sudah dibagi menjadi 5 kuadran - Pengujian antibakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. 3. Tahap Pengumpulan Data a. Pengukuran Daerah Hambat Daerah hambat biasanya terlihat lebih bening daripada daerah sekitarnya. Langkah pengukurannya adalah sebagai berikut: - Jangka sorong digital dieletakkan pada batas luar cakram kertas sampai dengan batas terpanjang. - Jangka sorong digital dieletakkan pada batas luar cakram kertas sampai dengan batas terpendek. - Diameter daerah hambat terpanjang dan terpendek secara matematis dapat diukur. Menurut Kristanti (2014) pengukuran secara matematis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : p+q R= 2 Keterangan : R : diameter zona hambat (mm) p : zona hambat terpanjang (mm) q : zona hambat terpendek (mm) b. Uji Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) Pengujian Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) diperoleh dari konsentrasi minimal yang didapat dari uji aktivitas antibakteri. Langkah pengujiaannya sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 - Bakteri pada pengenceran 10-4 yang sudah dihomogenkan dengan Vortex mixer diambil 0,5 ml menggunakan pipet ukur. - Bakteri dituangkan dalam cawan petri yang sudah steril. - Masing-masing ekstrak diambil sebanyak 0,5 ml dan dituangkan dalam cawan petri. - Media NA suhu 40°C dituang dalam cawan petri yang sudah berisi bakteri dan sampel ekstrak. - Media NA yang sudah bercampur bakteri dan ekstrak digoyang membentuk angka 8 sesuai dengan langkah pour plate. - Media NA diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. - Nilai KHM ditentukan dari konsentrasi terendah pada media yang tidak ditumbuhi bakteri. c. Uji Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) Hasil dari pengujian KHM digunakan dalam pengujian KBM dengan metode streak plate. Pengujian KBM dilakukan dengan cara : - Media NA steril disiapkan. - Hasil KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) pada bagian permukaan medianya diambil (digores) menggunakan cotton bud steril. - Digoreskan pada media NA steril sesuai dengan metode streak plate. - Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. Media kultur NA yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi merupakan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 F. Metode Analisis Data Penelitian uji aktivitas antibakteri ini terdiri dari 2 metode ekstraksi dengan 5 kelompok yakni 3 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol (positif dan negatif) dengan 3 kali pengulangan. Hasil perlakuan penelitian dianalisis dengan uji statistika two way ANOVA (Analysis of Variance) dengan derajat kepercayaan 95% (p < 0,05). Untuk mengetahui ada tidaknya beda nyata dilakukan uji Duncan pada tingkat signifikansi 5%. Sebelum dianalisis dengan uji ANOVA dilakukan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Sminorv dan uji homogenitas dengan uji Levene. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang telah diperoleh telah terdistribusi secara normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Analisis dilakukan dengan program SPSS versi 21. Pengambilan keputusan didasarkan pada hipotesis yang telah dibuat. Hi menunjukkan nilai yang signifikan berarti terdapat pengaruh antara suatu variabel dengan variabel yang dipengaruhi. Ho menunjukkan nilai yang tidak signifikan yang berarti tidak ada pengaruh antar variabel. Pada uji Kolmogorov-Sminorv dan uji Levene adalah pengambilan keputusannya adalah Hi diterima jika nilai hitung > 0,05 (Ho ditolak) dan Ho diterima jika nilai hitung < 0,05 (Hi ditolak). Pada pengujian Anova Hi diterima apabila nilai hitung < 0,05 (Ho ditolak) dan Ho diterima apabila nilai hitung > 0,05 (Hi ditolak). Pengujian Duncan dengan tingkat kepercayaan 5% (a= 0,05) maka apabila nilai hitung > 0,05 dinyatakan Hi diterima sedangkan apabila nilai hitung < 0,05 maka Ho diterima. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran Hasil penelitian bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran di SMA kelas X semester I dengan materi Archaebacteria dan Eubacteria. Utamanya pada materi peran antibakteri dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan dikenalkan pada berbagai macam antibakteri dan melakukan penelitian tentang antibakteri tersebut. Siswa akan menarik kesimpulan mengapa antibakteri sangat penting dalam kehidupan. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam rancangan pembelajaran adalah sebagai berikut : • KD 3.4 Memahami peranan antibakteri dan antiseptik terhadap pertumbuhan koloni bakteri serta kaitannya terhadap kegiatan sehari-hari manusia. • KD 4.4 Menyajikan data tentang hasil percobaan berbagai antibakteri terhadap pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk laporan tertulis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Konfirmasi Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) Jenis kenikir ada banyak. Ada yang dimanfaatkan bunganya dan juga ada yang dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi. Genus Tagetes biasa disebut Tahi Kotok untuk masyarakat Sunda dan genus Cosmos disebut kenikir. Masyarakat di daerah Jawa Tengah lebih sering menyebut tanaman dari kedua genus itu dengan sebutan kenikir. Kenikir yang digunakan pada penelitian ini adalah C. caudatus, jenis kenikir yang sudah sejak lama dikenal masyarakat untuk dikonsumsi. Oleh karena itu perlu dilakukan konfirmasi daun kenikir agar sesuai dengan sampel penelitian yang dimaksud. Daun Kenikir dari Pasar STAN dibawa ke Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma untuk dicocokkan dengan kunci determinasi. Determinasi dilakukan untuk mendapatkan suatu spesies yang spesifik dan tepat sasaran, karena tumbuhan ini memiliki banyak spesies. Determinasi dilakukan dengan menggunakan buku kunci determinasi yang ditulis oleh Steenis, dkk (2008). C. caudatus mempunyai ciri bunga yang berukuran kecil, mahkota berwarna merah muda dengan pangkal berwarna kuning. Hasil ini menunjukkan ciri yang sama sesuai dengan buku kunci determinasi Steenis, dkk. (2008) dan berbeda dengan jenis Cosmos yang lain ataupun Tagetes. 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 2. Pengum mpulan dan Pengamataan Bakteri U Uji Baakteri uji yang diguunakan unntuk peneliitian aktiv vitas antibaakteri merupakann isolat muurni bakteri Staphylocooccus aureus FNCC 00047. Isolat murni m diamati morfologi m seel, pengecattan gram daan morfolo ogi koloni. Pengamataan ini berfungsi untuk menggetahui kem murnian bakkteri, kesesuuaian bakteri dengan cirri-ciri yang telahh ada sebeluumnya, usiaa bakteri uji dan juga mengetahui m g golongan baakteri sebelum digunakan d u untuk penelitian. Pen ngamatan pertama p terhhadap baktteri yakni morfologi m seel menggunnakan cara penggecatan neggatif. Pad da Gambarr 4.1 terlihhat sel baakteri S. aureus mempunyai kenampaakan berben ntuk bulat dan bening g seperti daalam pernyyataan (Irianto, 2006). M seel bakteri Sttaphylococccus aureus Gaambar 4.1. Morfologi Keteerangan : Tanda panahh menunjukkkan adanya sel bakteri. ngamatan selanjutnya s dilakukan pengecatan p u Pen gram yang bertujuan untuk menentukaan golongaan bakteri uji. Hasilnnya bakterii S. aureuss yang dilihat d menggunaakan mikrooskop denngan perbeesaran 10000 kali berwarna b u ungu, menggerombol seperrti anggur dan berbenntuk bulat. Bakteri S. aureus deengan pengecataan gram bisaa dilihat pad da Gambar 4.2. 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 m bakteri Sttaphylococccus aureus Gambaar 4.2. Penggecatan gram Keterangaan : Tanda panah p meruppakan kolonni bakteri Staphylocooccus aureuus. Haasil ini didaapat karenaa bakteri S. aureus meemiliki struuktur dindinng sel dengan laapisan pepttidoglikan yang teball. Lapisan peptidoglikkan ini maampu menahan warna kristtal violet (uungu). Prosses dekolorrisasi dengaan alkohol tidak menghilan ngkan warnna ungu yanng telah tersserap oleh lapisan l perp ptidoglikan pada bakteri. Sesuai denggan (Brookss, dkk., 20008) maka bakteri b S. aureus a term masuk gram posittif karena seel bakteri memiliki m waarna keunguan. Pen ngamatan morfologi m koloni k S. aureus a dilaakukan denngan cara streak s plate. Tekknik gores dengan adanya a 4 daerah d (kuaadran) dalaam cawan petri menunjukkkan goresaan dari jarrum ose yaang membawa bakterri, teknik gores menghasillkan kolonii bakteri yaang utuh. Hasilnya H moorfologi kooloni bisa dilihat d pada Gam mbar 4.3. Kooloni bakterri S. aureus sudah bisaa dilihat di kuadran k 3 dan d 4. Koloni baakteri berbeentuk bulatt, berwarnaa kuning. Bila B diamaati dari sam mping permukaann koloni liccin dan men nonjol. Baggian tepi kolloni bakterii utuh dan halus, h bila diambbil mengguunakan ose,, koloni sepperti menteega dan berrbau tidak sedap s (Irianto, 2006) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 M k koloni bakteeri Staphylo ococcus aurreus. Keteraangan Gaambar 4.3. Morfologi : Angka A 1,2,33,4 menunju ukkan kuadrran goresan n. Tanda pan nah di kuadrran 4 meenunjukkan 1 koloni baakteri. 3. Pembuatan Ekstrakk Daun Kennikir Pem mbuatan ekkstrak daun n kenikir pada p penelitian ini meenggunakann dua metode ekkstraksi yakkni maserasii dan tumbuuk. Selain metode m berbeda pelarut yang digunakann juga berbeeda yakni maserasi m denngan pelarutt etanol dann tumbuk deengan pelarut ak kuades. Hal ini dilakukkan karena peneliti p telaah melakukaan pra peneelitian yakni mem mbuat eksttrak maseraasi daun keenikir menggunakan pelarut p akuuades. Hasilnya ekstrak e daunn kenikir beerjamur dann berbau tidaak sedap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Pada ekstrakssi etanol, daaun kenikir dibuat mennjadi serbukk kering. Tuujuan dari membbuat serbukk yakni untu uk memperluuas kontak dengan zat cair dan baanyak senyawa yang y bisa terekstraksi. t . Metode m maserasi meerupakan metode m sederrhana yang tidakk memerlukkan panas, hal ini cocook digunakkan untuk menyari m sennyawa yang tidakk tahan panas (Kurniaw wan, 2013). Hasil maseerasi daun kenikir k berw warna hijau pekaat bisa dilihhat pada Gambar G 4.4.a . Hasil dari d maserassi dengan etanol e harus diuaapkan karena etanol punya p sifat iritatif yan ng memenngaruhi hassil uji aktivitas antibakteri. a Ekkstraksi denngan metodde tumbuk merupakan metode yaang sudah sejak lama diguunakan olehh masyarakaat. Metode tumbuk meerupakan saalah satu metode m pembuatan n obat secaara tradisionnal. Ekstrakk tumbuk daun d kenikirr yang telahh jadi kemudian disaring untuk u menddapat ekstrrak bening,, hasilnya ekstrak tum mbuk berwarna coklat beninng bisa dilih hat pada Gaambar 4.4. b. b a b Gambarr 4.4. Ekstraak etanol daaun kenikir (a); Ekstrakk tumbuk daaun kenikir (b) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 4. Hasil Pengujian P A Antibakteri Haasil pengujiaan antibakteri, ekstrakk daun kenikkir dengan menggunakkan 2 jenis pelarrut (air dan etanol) berrpengaruh teerhadap perrtumbuhan bakteri b S. aureus secara in vitro v karenaa memiliki sifat antibakkteri. Aktiv vitas antibakkteri ditunjuukkan dengan addanya zonaa bening disekitar kerrtas cakram m seperti bisa b dilihat pada Gambar 4.5. 4 Zona tersebut t dissebut sebaggai zona haambat. Zon na hambat yang terbentuk dihitung deengan jangkka sorong digital d dan hasilnya h sep perti yang tersaji t dalam Tabbel 4.1. Gaambar 4.5. Zona Z hambaat yang terliihat pada seekitar cakram m kertas. zona Daari Tabel 4..1 dapat dilihat aktivittas antibaktteri yang membentuk m bening yaang terkecill ada pada perlakuan ekstrak denngan pelaru ut akuades pada konsentrassi 30% yang menunnjukkan diiameter zo ona hambaatnya 6,76 mm sedangkan n pada pelarrut etanol ko onsentrasi 30% 3 zona haambatnya 7,25 7 mm. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 No. Tabel 4.1. Hasil pengukuran diameter zona hambat Pelarut Ekstrak Perlakuan Diameter zona hambat (mm) 1 2 3 Pelarut akuades Pelarut etanol Konsentrasi 30% 6,76a Konsentrasi 45% 7,34b Konsentrasi 60% 7,58c Konsentrasi 30% 7,25a Konsentrasi 45% 7,80b Konsentrasi 60% 8,59c Kontrol + 17,88 4 Kontrol 5 Ket: Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan ada beda nyata sesuai dengan uji Duncan (a=0,05) Zona bening yang terlihat pada pelarut etanol dengan konsentrasi 45% menghasilkan diameter zona hambat lebih besar dari pada pelarut akuades yakni 7,80 mm. Zona bening pada pelarut akuades dengan konsentrasi 45% menghasilkan diameter zona hambat 7,34 mm. Diameter zona hambat terbesar ada pada konsentrasi 60% pelarut etanol yakni 8,59 mm dibandingkan dengan perlakuan ekstrak dengan pelarut akuades konsentrasi 60% yakni berdiameter 7,58 mm. Kontrol negatif berupa akaudes steril tidak terdapat zona bening yang merupakan diameter zona hambat maka nilainya 5 mm sesuai dengan diameter kertas cakram. Pada kontrol positif yakni povidone iodine 10% rata-rata diameter zona hambatnya 17,88 mm. Perbandingan keseluruhan ekstrak bisa dilihat dalam grafik pada Gambar 4.6. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Diameter zona hambat (mm) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 17.88 8.59 7.25 7.347.8 6.76 5 akuades 30% 7.58 45% 60% povidone iodine 10% Konsentrasi ekstrak kontrol negatif Pelarut akuades Pelarut etanol Kontrol positif Gambar 4.6. Diameter zona hambat perlakuan ekstrak dengan pelarut etanol dan ekstrak dengan pelarut akuades. Pada Gambar 4.6. dapat diamati adanya hubungan bahwa semakin tinggi konsentrasi dari suatu ekstrak semakin besar pula diameter zona hambat. Hal ini menunjukkan adanya hubungan kuat antara semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar pula diameter zona hambat. Pada kontrol positif yakni povidone iodine 10% merupakan nilai tertinggi yakni 17,88mm. Data hasil pengukuran diameter zona hambat kemudian diuji secara statistik. Pengujian pertama yakni uji kenormalan data menggunakan KolmogrovSminorv. Hasil pengujian mendapat nilai sebesar 0,200 (>0,05) hal ini menunjukkan bahwa data normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene. Data yang telah diuji memperoleh hasil sebesar 0,208 (>0,05) hal ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Data yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya dilanjutkan dengan uji Anova. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel bebas (ekstrak dan konsentrasi ekstrak) berpengaruh terhadap variabel terikat (zona hambat terhadap bakteri S. aureus). Nilai jenis pelarut (ekstrak) sebesar 0,000 (<0,05) menunjukkan nilai yang signifikan maka jenis pelarut berpengaruh terhadap diameter zona hambat. Sama halnya dengan konsentrasi ekstrak mempengaruhi diameter zona hambat karena nilainya juga menunjukkan signifikan yakni sebesar 0,000 (<0,05). Hasil pengujian antara jenis pelarut (ekstrak) dengan konsentrasi ekstrak bernilai 0,118 (>0,05) berarti tidak signifikan, maka nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang berarti antara pelarut etanol dengan pelarut akuades dan juga besaran konsentrasi ekstrak terhadap diameter zona hambat. Bisa dilihat kembali pada Tabel 4.1 atau Gambar 4.6 bahwa perbedaan diameter zona hambat antara pelarut etanol dan pelarut akuades hanya berbeda tipis. 5. Konsentrasi Hambat Minimal Konsentrasi hambat minimal ekstrak daun kenikir baik dengan pelarut etanol dan pelarut akuades belum bisa diamati. Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan data seperti dalam Tabel 4.2. Konsentrasi hambat minimum kedua ekstrak terhadap bakteri Staphylococcus aureus belum ditemukan pada konsentrasi 29%, 28% dan 27%. Hal ini bisa disebabkan oleh karena pengaruh zat aktif dari ekstrak yang sudah rusak selama masa penyimpanan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Tabel 4.2. Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Daun Kenikir No. Jenis ekstrak 1 Etanol 2 Akuades Konsentrasi Keterangan ekstrak (%) 27% Tidak mampu menghambat bakteri. Terdapat koloni dalam jumlah kecil 28% Tidak mampu menghambat bakteri. Terdapat populasi yang kecil dan juga ditumbuhi jamur. 29% Tidak mampu menghambat bakteri, terdapat koloni bakteri dalam jumlah yang sangat kecil. 27% 28% 29% Tidak mampu menghambat bakteri, terdapat koloni bakteri dalam jumlah yang kecil dan merata diseluruh permukaan media. Tidak mampu menghambat bakteri, terdapat koloni bakteri dalam jumlah yang sangat kecil. B. Pembahasan 1. Aktivitas Antibakteri Diameter zona hambat merupakan zona bening di sekitar kertas saring yang tidak ditumbuhi oleh bakteri karena adanya aktivitas dari suatu zat antibakteri. Zona hambat yang membentuk zona bening disekitar kertas cakram merupakan hasil dari senyawa yang terlarut kemudian berdifusi dengan adanya media (Nutrient agar) sehingga menyebabkan senyawa dari suatu larutan tersebut menyebar keluar. Senyawa dari suatu larutan antibakteri tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang ada disekitarnya sehingga timbul zona bening yang tidak ditumbuhi oleh bakteri. Zona bening ini kemudian disebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 sebagai zona hambat yang menyatakan kekuatan dari suatu larutan antibakteri. Semakin besar diameter zona hambat maka semakin kuat pula suatu larutan tersebut sebagai antibakteri. Dari hasil penelitian ekstrak daun kenikir dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol maupun ekstrak daun kenikir dengan metode tumbuk menggunakan pelarut akuades memiliki zat antibakteri. Hal ini dikarenakan adanya kandungan dalam suatu ekstrak yang mempengaruhi suatu bakteri. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwiyanti, dkk. (2014), dalam kenikir terdapat senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, terpenoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Senyawa aktif ini yang berpotensi sebagai antibakteri. Flavonoid yang terdapat dalam kenikir merupakan zat yang bisa difungsikan sebagai antibakteri. Flavonoid menghambat fungsi membran sel dengan cara membentuk senyawa kompleks yang berikatan dengan protein. Hal ini menyebabkan rusaknya membran sel bakteri yang selanjutnya diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler (Rijayanti, 2014). Selain flavonoid terdapat senyawa lain yakni tanin. Senyawa tanin menurut penelitian Nuria, dkk., (2009) menyebutkan bahwa senyawa tanin mampu mengganggu membran plasma dan menghambat kerja enzim. Penghambatan kerja enzim berkaitan dengan metabolisme bakteri yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Tanaman kenikir juga menghasilkan senyawa saponin. Harborne (2006) menyebutkan bahwa senyawa saponin mirip seperti detergen yang berupa senyawa polar, akibatnya saponin akan menurunkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 tegangan permukaan. Hal ini akan menyebabkan membran sel bakteri terganggu karena lapisan hidrofob dan hidrofilik bercampur sehingga akan mengganggu kelangsungan hidup bakteri karena bisa terjadi pecahnya membran sel. Mekanisme daya hambat menurut Hugo and Russell (2000) ada lima target yang menjadi target suatu zat antibakteri yakni, dinding sel, ribosom, kromosom, metabolisme folat dan membran sel. Pada dinding sel suatu zat antibakteri akan menghambat terbentuknya lapisan peptidoglikan yang merupakan perlindungan utama bakteri. Senyawa kimia seperti saponin, flavonoid dan tanin yang terdapat dalam ekstrak pada umumnya mampu menghambat terbentuknya lapisan peptidoglikan. Rendahnya daya hambat bisa dipengaruhi berbagai macam hal. Menurut Vandepitte, dkk. (2011) hal-hal yang mempengaruhi daya hambat suatu zat antibakteri antara lain kepekatan bakteri, waktu peletakkan cakram kertas, suhu inkubasi, waktu inubasi, ketebalan media, potensi zat antibakteri. Pada penelitian ini hal yang paling mempengaruhi adalah potensi zat antibakteri. Potensi zat antibakteri adalah kemampuan suatu zat antibakteri untuk dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri. Potensi zat antibakteri menunjukkan sifat toksisitas dari suatu zat antibakteri. Potensi zat antibakteri atau kandungan senyawa dalam suatu konsentrasi tertentu tidak bisa dihitung. Sifat toksisitas zat antibakteri hanya bisa digolongkan sesuai dengan kemampuan zat antibakteri dalam menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri. Madigan, et.al. (2015) menyebutkan tiap-tiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 antibakteri mempunyai kekuatannya masing-masing. Pertama yakni zat antibakteri yang hanya menghambat pertumbuhan sel bakteri dengan cara menghambat sintesis protein (bakteriostatik). Kedua, zat antibakteri yang membunuh bakteri tapi tidak terjadi pecah sel (lisis) disebut bakteriosidal. Golongan yang ketiga yakni zat antibakteri yang mampu membunuh sel hingga mengakibatkan sel bakteri pecah disebut bakteriolitik. Potensi antibakteri bisa mengalami penurunan sifat toksisitas apabila dalam suatu zat antibakteri terjadi kerusakan selama penyimpanan. Dalam suatu zat antibakteri utamanya dalam hal ini ekstrak daun kenikir yang memiliki senyawa-senyawa seperti tanin, flavonoid dan saponin memerlukan tempat penyimpanan yang tepat. Tempat penyimpanan yang kurang sesuai bisa juga mengakibatkan kontaminasi dari jamur. Potensi antibakteri juga bisa dipengaruhi konsentrasi ekstrak yang digunakan sebagai antibakteri. Pada penelitian yang dilakukan konsentrasi terendah yang digunakan mulai dari konsentrasi 30% dan yang paling tinggi konsentrasi 60%. Konsentrasi yang terlalu rendah menunjukkan kandungan senyawa yang rendah. Pelczar dan Chan (1988) menyebutkan apabila jumlah ekstrak yang dilarutkan masih terlalu sedikit maka kandungan zat antibakteri yang terkandung di dalamnya juga sedikit, akibatnya daya hambat terhadap bakteri uji juga rendah. Hal ini juga mengakibatkan potensi sebagai antibakteri yang tergolong lemah. Ekstrak daun kenikir yang berfungsi sebagai zat antibakteri yang digunakan masih dalam konsentrasi yang rendah. Menurut Rao et.al. dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Dwiyanti, dkk. (2014) daya hambat ekstrak daun kenikir terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus termasuk lemah karena zona hambat > 12 mm. Daya hambat dari kontrol positif yakni povidone iodine 10% termasuk kuat karena zona hambatnya < 18 mm. Ekstrak daun kenikir menggunakan daun kenikir yang masih muda atau yang biasa dikonsumsi masyarakat. Menurut Lakitan (2013), metabolit sekunder merupakan hasil metabolisme yang berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari berbagai serangan mulai dari serangga, bakteri, jamur dan jenis patogen lain. Potensi paling besar metabolit sekunder berada di bagian tubuh tumbuhan yang sudah tua. Pemilihan bagian tumbuhan mempengaruhi terlarutnya senyawa aktif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Pemilihan daun untuk dibuat ekstrak menjadi hal penting karena didasarkan pada kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengkonsumsi daun yang masih muda. Daun kenikir (C. caudatus) muda sering diperjualbelikan di pasar. Daun yang tua pada tanaman kenikir sering terlihat mengering dan rusak karena daun yang muda lebih sering dipanen. Masyarakat akan lebih mudah menggunakan daun yang muda untuk dijadikan obat dibandingkan dengan daun yang sudah tua. 2. Kelemahan dan Kelebihan Masing-Masing Ekstrak Pada penelitian ini digunakan dua jenis pelarut yakni etanol dan akuades. Kedua ekstrak memiliki hasil yang berbeda nyata pada tiap konsentrasi (30%, 45%, 60%). Hal ini ditunjukkan dengan uji Duncan (Tabel 4.1) yang telah dilakukan. Perbedaan huruf yang tertera pada Tabel 4.1 menunjukkan adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 perbedaan kekuatan antibakteri pada tiap konsentrasi ekstrak. Akan tetapi pada ekstrak dengan konsentrasi yang sama tidak ada perbedaan nyata. Akuades merupakan pelarut universal yang bisa melarutkan senyawa aktif yang ada dalam suatu tumbuhan. Etanol juga merupakan pelarut universal karena sifatnya yang polar sehingga bisa menarik senyawa aktif yang ada dalam suatu bahan aktif. Keadaan konsentrasi yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan antara ekstrak dengan pelarut etanol dengan pelarut akuades. Selama proses penelitian bisa diamati kelebihan dan kelemahan masingmasing ekstrak. 1. Ektrak etanol daun kenikir a. Kelemahan: - Tidak praktis dalam pembuatan karena memerlukan banyak peralatan dan bahan pelarut yang tidak mudah didapat. b. Kelebihan: - Lebih tahan lama jika disimpan dalam suhu kamar. - Proses pembuatan yang dihaluskan dengan blender dan direndam dengan etanol membuat senyawa yang terkandung dari daun kenikir bisa tersarikan lebih sempurna. 2. Ekstrak tumbuk daun kenikir a. Kelemahan: - Tidak tahan lama disimpan/harus langsung digunakan setelah dibuat. - Penumbukan yang kurang halus menyebabkan senyawa yang tersarikan kurang sempurna. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 b. Kelebihan: - Mudah dibuat walau dengan peralatan minim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kenikir mempunyai daya antibakteri tapi masih dibawah povidone iodine 10%. Akan tetapi ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini dalam kadar rendah dan jarak antar konsentrasi yang terlalu sempit yakni konsentrasi 30%, 45% dan 60%. Pada Gambar 4.4. bisa terlihat bahwa grafik semakin naik seiring dengan semakin tingginya konsentrasi, maka hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang terlarut maka semakin banyak juga zat antibakteri yang terlarut sehingga daya hambat terhadap bakteri bisa semakin tinggi (Pelczar dan Chan dalam Dwiyanti, dkk. 2014). Hasil penelitian memang menunjukkan diameter zona hambat yang rendah bila digolongkan dalam suatu larutan antibakteri. Ditinjau dari penggunaan ekstrak kenikir oleh masyarakat yang lebih mengutamakan kepraktisan dan kemudahan dalam pengobatan, penelitian ini cukup membantu dalam menyediakan data tentang khasiat antibakteri yang ada pada daun kenikir (C. caudatus). Masyarakat secara tradisional lebih sering membuat larutan ekstrak 100% dari suatu tanaman. Disebutkan diawal bahwa penelitian ini hanya menggunakan ekstrak dalam konsentrasi rendah, maka apabila semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan di masyarakat maka ekstrak daun Kenikir mampu menjadi suatu zat antibakteri yang cukup ampuh digunakan dalam keseharian masyarakat utamanya dalam kondisi yang mendesak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Antibakteri merupakan suatu pertolongan secara medis apabila terjadi infeksi pada suatu luka akibat terlalu lama diabaikan. Tubuh sebenarnya sudah mempunyai mekanismenya sendiri dalam menyembuhkan luka. Menurut GrahamBrown & Burns (2005) sel-sel Langerhans merupakan pertahanan imunologis dalam melawan antigen dari luar, selanjutnya antigen tersebut ditangkap dan diarahkan pada limfosit T, yang kemudian dapat meningkatkan respon imun. Akan tetapi tidak setiap saat tubuh mempunyai respon imun yang tinggi terhadap suatu luka. Masyarakat biasanya mengabaikan luka sehingga berakibat luka menjadi sebuah infeksi. Infeksi merupakan hasil aktivitas suatu bakteri yang sudah terlalu lama dan berkembang biak. Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka infeksi ini bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya hingga menyebabkan penyakit yang lebih kronis. Antibakteri yang bisa didapat dengan mudah dan ada disekitar masyarakat merupakan jawabannya agar infeksi tidak menyebar menjadi lebih parah. Hasil penelitian ini bisa menjadi suatu solusi alternatif bagi masyarakat bila akan membuat suatu larutan antibakteri yang berasal dari daun kenikir. 3. Konsentrasi Hambat Minimal Konsentrasi Hambat Minimal digunakan untuk menentukan konsentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penentuan KHM perlu dilakukan untuk melihat kekuatan dan sensitivitas suatu zat antibiotik (Irianto, 2006). Data yang telah tersaji pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tiga konsentrasi ekstrak di bawah 30% yakni konsentrasi ekstrak 29%, 28% dan 27% pada kedua jenis ekstrak tidak bisa menghambat bakteri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Dari hasil maka dapat dikaitkan dengan potensi antibakteri. Potensi antibakteri yang rendah menyebabkan kurang kuatnya aktivitas antibakteri. Masa penyimpanan yang terlalu lama juga menyebabkan rusaknya senyawa dalam ekstrak. Penggolongan antibakteri yang hanya bisa menghambat pertumbuhan bateri tapi tidak bisa membunuh bakteri disebut bakteriostatik. C. Kelemahan dan Kendala Penelitian Penelitian yang telah dilakukan mengalami beberapa kendala dan juga terdapat beberapa kelemahan penelitian. Kendala yang dialami peneliti saat penelitian yakni tempat penelitian yang kurang steril. Laboratorium khusus untuk mikrobiologi dirasa kurang memadai. Lemari yang digunakan untuk pembuatan ekstrak dan pengujian (Laminar) terbuat dari kaca plastik yang tidak tahan panas. Ketika suhu di dalam Laminar terlalu panas karena api dari bunsen maka plastik akan meleleh. Selain itu lemari yang sama digunakan untuk beberapa teman penelitian yang lain sehingga meningkatkan resiko kontaminasi. Selain dari Laminar untuk pengujian, belum tersedianya lemari penyimpanan alat-alat yang dilengkapi dengan UV menyebabkan kendala dalam penelitian. Setelah proses sterilisasi, peralatan biasanya belum dipakai. Hanya sekedar untuk stok peralatan. Peneliti bisa menyimpan alat-alat yang sudah steril dalam lemari kayu, akan tetapi hal ini menyebabkan alat-alat sering terkontaminasi oleh jamur. Kelemahan dari penelitian ini yang pertama, tidak melakukan skrining fitokimia atau tidak melakukan penelitian tentang kandungan senyawa pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 masing-masing ekstrak. Penelitan hanya mengacu pada kandungan senyawa pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini menyebabkan jenis senyawa masing-masing ekstrak tidak bisa dibandingkan atau tidak diketahui dengan pasti kuat/lemahnya suatu senyawa tersebut. Kedua, pada proses pembuatan ekstrak etanol setelah proses penguapan, ekstrak yang berupa pasta tidak bisa larut dalam akuades. Hal ini juga menjadi kendala dalam penelitian. Pada akhirnya diputuskan untuk hanya menguapkannya sebentar (5 menit) sehingga ekstrak etanol kenikir masih bisa larut dalam akuades. Ketiga, penentuan konsentrasi yang terlalu sempit sehingga hasil yang didapat menunjukkan potensi zat antibakteri kategori lemah-sedang. Penentuan konsentrasi yang sempit juga menyebabkan belum bisa ditentukannya Konsentrasi Hambat Minimum dari suatu zat antibakteri, sehingga bila penentuan konsentrasi dilakukan dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi akan bisa mendapatkan Konsentrasi Hambat Minimum bahkan Konsentrasi Bunuh Minimum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan maka bisa diambil kesimpulan : 1. Ekstrak daun Kenikir (C. caudatus) memiliki aktivitas antibakteri berupa zona bening disekitar kertas cakram. 2. Zat antibakteri kedua metode tidak berbeda secara signifikan terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. 3. KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) belum bisa didapatkan pada konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi 30%. Maka antibakteri digolongkan dalam bakteriostatik karena hanya menghambat pertumbuhan bakteri. B. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti bisa memberikan saran untuk penelitian kedepan tentang penggunaan daun kenikir sebagai antibakteri seperti berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan antibakteri menggunakan bagian dari tanaman kenikir selain daun kenikir. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan rentang konsentrasi mulai dari yang terendah hingga yang paling tinggi untuk mengetahui besaran diameter zona hambat aktivitas antibakteri. 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 3. Perlu dilakukan tindakan lanjut yakni KHM (Konsentrsi Hambat Minimal) dan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal). 4. Perlu dilakukan upaya untuk dapat mengekstrasi daun kenikir yang efektif dan efisien. 5. Perlu dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak untuk mengetahui kandungan senyawa dari hasil ekstrak. 6. Masyarakat belum banyak mengetahui manfaat daun kenikir selain dikonsumsi. Perlu adanya penyebaran informasi mengenai penggunaan daun kenikir sebagai bahan antibakteri. C. Implementasi dalam Pembelajaran Penelitian tentang Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatusKunth.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro yang telah dilakukan menjadi bukti ilmiah dan pengetahuan baru bagi masyarakat. Daun kenikir yang telah diekstrak menggunakan dua jenis pelarut ekstrak ternyata mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Ada yang masih bisa dikembangkan dari penelitian ini yakni penggunaan pelarut lain yang efektif dan efisien, jumlah senyawa yang dihasilkan dari masing-masing pelarut dan mencari konsentrasi yang tepat bila diterapkan/ digunakan oleh masyarakat. Penerapan dalam pembelajaran dari hasil penelitian ini bisa masuk dalam materi Archaebacteria dan Eubacteria pada jenjang SMA kelas X semester I. Pada materi peranan bakteri dalam kehidupan, dapat dipelajari bakteri-bakteri yang normal ada pada manusia, bakteri-bakteri patogen, adanya industri yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 membuat antibakteri dan juga bagaimana antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri juga bisa dihambat dengan bahan-bahan alami salah satunya ekstrak daun kenikir (C. caudatus). Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus dengan KI : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan tanggungjawab, mengamalkan peduli perilaku (gotong-royong, jujur, kerjasama, disiplin, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi seni budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 Kompetensi Dasar yang digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: KD 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. KD 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggungjawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas /laboratorium maupun di luarkelas/laboratorium. KD 3.4 Memahami peranan antibakteri dan antiseptik terhadap pertumbuhan koloni bakteri serta kaitannya terhadap kegiatan sehari-hari manusia. KD 4.4 Menyajikan data tentang hasil percobaan berbagai antibakteri terhadap pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk laporan tertulis. Silabus secara lengkap bisa dilihat pada lampiran VII. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bisa dilihat pada lampiran VIII. Instrumen Penilaian dapat dilihat pada lampiran IX-XII. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Aesmoro, T. 2015. Cara Membuat Ekstrak Jamu Tradisional (Jamu Serbuk/ Jamu Herbal). http://www.academia.edu/9554736/Cara_Membuat_Ekstrak_Jamu_Tradisi onal_Jamu_Serbuk_Jamu_Herbal diakses pada tanggal 28 Agustus 2016. Atmojo, Susilo Tri. 2015. Ektraksi (Pengertian, Prinsip Kerja, Jenis-jenis Ekstraksi). http://www.academia.edu/7395598/Ekstraksi_Pengertian_Prinsip_Kerja_je nis-jenis_Ekstraksi diakses pada tanggal 20 Oktober 2016. Alexander, K Steve., Denis Strete, Mary Jane Niles. 2003. Laboratory Excercise in Organsmal and Molecular Microbiology. The McGraw Hill Companies. Anonim. 2007. Perawatan Luka. www.fkep.unpad.ac.id diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Brooks, Geo F., S. Butel, dan S. A Morse. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg, Ed. 23. Jakarta: EGC. Brown, Robin Graham dan Tony Burns.2005. Lecture Notes: Dermatologi. Ed 8. Jakarta: Erlangga. CCRC Farmasi UGM. 2014. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.). http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=101 diakses pada tanggal 10 Maret 2016. Chotiah, Siti. 2015. Ekstrak Etanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) Sebagai Antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus epidermidis. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/36347/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses pada tanggal 26 Februari 2016. Diperta Jabar. 2010. Tren Sayuran indigenuous : Kenikir. http://www.diperta.jabarprov.com diakses pada tanggal 13 Maret 2016. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia. Jakarta. Deutsche Welle. 2016. Bakteri Kebal Semua Antibiotika Muncul di AS. www.dw.com/id/bakteri-kebal-semua-antibiotika-muncul-di-as/a19285971 diakses pada tanggal 10 September 2016. Dwiyanti, Wariska., Muslimin Ibrahim, Guntur Trimulyono. 2014.Pengaruh Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus)terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereus secara In Vitro. LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 2014: 1–5. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio diakses pada tanggal 15 Februari 2016. Harbone, J. B. 2006. Metode Fitokima: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB. Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET Hermawan, Anang. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan Metode Difusi Disk. Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/15.%20Daun%20Sirih.pdf diakses pada tanggal 8 Maret 2016. Huda , Faujan N, Noriham A, Norrakiah AS, Babji AS. 2009. Antioxidant activity of plants methanolic extracts containing phenolic compounds. African Journal Biotechnology.Volume 8. No.3. http://www.ajol.info/index.php/ajb/article/view/59849 diakses pada tanggal 3 Maret 2016. Hugo, W.B and A. D. Russell. 2000. Pharmaceutical Microbiology. Oxford: Blackwell Science. Idris, Maryam. 2013. efektifitas Ekstrak Aloe Vera Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus sanguis. Skripsi. Universitas Hasanudin. Sulawesi. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/67/browse?value=IDRIS% 2C+MARYAM&type=author diakses pada tanggal 4 Maret 2016 Integrated Taxonomic Information System (ITIS) Catalogue of Life. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt diakses pada tanggal 3 Maret 2016. Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya. Kristanti, MI Karenina Ully. 2014. Uji Aktivitas Antibaketeri Dari Ekstrak Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) Terhadap Pertumbuhan Eschericia coli dan Bacillus cereus secara In Vitro Serta Kaitannya Dengan Pembelajaran Biologi SMA Kelas X. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Kurnianing, Dewi TM. 2012. Profil Kromatografi Lapis Tipis dan Uji Aktivitas Antivirus Ekstrak Etanol Daun Kenikir (cosmos caudatus HBK) terhadap avian influenza virus.Tesis. Unversitas Muhamadiyah Palembang. www.digilib.ump.ac.id/gdl.php?mod=browser&op=read&id=jhptump-akurnianing-240&p=kurnianing%202010 diakses pada tanggal 24 Februari 2016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Kurniawan, Wisnu Fransiskus. 2013.Optimasi Natrium Alginat dan Na-CMC Sebagai Gelling AgentPada Sediaan Gel Antiinflamasi Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena leucochepala (Lam) de Wit) Dengan Aplikasi Desain Faktorial. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Lakitan, Benyamin. 2013. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers. Listyorini. 2015.Kenikir Sayuran Indigenous - Alternatif Bahan Pangan Kaya Manfaat. http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/kenikirsayuran-indigenous-alternatif-bahan-pangan-kaya-manfaat diakses pada tanggal 12 Februari 2016. Madigan, Michael., John Martinko, Kelly Bender, Daniel Buckley, David Stahl. 2015. Brock Biology of Microorganisms. England: Pearson Education Limited. Maryani, Cicilia. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Jarak Tintir (Jatropha multifida L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Secara InVitro. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Muchtaridi, Aliya Nur Hasanah, Ida Musfiroh. 2015. Ekstraksi Fasa Padat Aplikasi Pada Persiapan Analisis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nuria, Maulita Cut., Arvin Faizatun, Sumantri.2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar (Jantrophacurcas L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922 dan Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Mediagro/article/view/559 diakses pada tanggal 20 Agustus 2016. Pelczar, M. J., dan E. S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Edisi ke-2. Jakarta:PenerbitUniversitas Indonesia. Putri, Dayu Nirwana. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Bakteri Salmonella thypii. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/523/13/10620064%20Ringkasan.pdf diakses pada tanggal 26 Februari 2016. Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar, Mikrobologi (Panduan Mahasiswa Farmasi & Kedokteran ). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Rijayanti, Rika Pratiwi. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak EtanolDaun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.)terhadap Staphylococcus aureusSecara In-Vitro. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/viewFile/6330/6509 diakses pada tanggal 22 MAret 2016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Safita, Gaty., Endah Rismawati Eka Sakti, Livia Syafnir. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dan Daun Sintrong (Crasephalum erepidioides (Benth.) S. Moore.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.. Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015. Farmasi. Fakultas MIPA. Bandung. http://repository.unisba.ac.id/handle/123456789/3012 diakses pada tanggal 15 Februari 2016. Science Library.http://www.sciencephoto.com/media/690452/view diakses pada tanggal 3 Maret 2016. Sirait, Midian. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Steenis, C.G.G.J. van., G. Den Hoed, Dr. S. Bloembergen, Dr. P. J. Eyma. 2008. FLORA. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Tjay, Tan Hoan and Kirana Raharja. 2007. Obat-obat Penting. Khasiat Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya . Jakarta : Elex Media Komputindo. Vandepitte, J., J. Verhaegen, K. Engbaek, P. Rohner, P. Piot, C. C Heuck. 2011. Prosedur Laboratorium Dasar untuk Bakteriologi Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 Lampiran I HASIL PENGUKURAN DIAMETER ZONA HAMBAT AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN-VITRO Tabel 5.1. Diameter zona hambat ekstrak daun kenikir terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus No 1. 2. 3. 4. Jenis Pelarut Ekstrak Etanol Diameter zona hambat (mm) Konsentrasi ekstrak 30% 45% 60% Akuades 30% 45% 60% Povidone iodine 10% (Kontrol positif) Akuades (Kontrol negatif) Ulangan I Ulangan II Ulangan III 7,25 7,95 8,97 6,46 7,11 7,780 7,36 7,68 8,65 7,19 7,59 7,555 7,16 7,80 8,15 6,64 7.33 7,42 Rerata zona hambat (mm) 7,25 7,80 8,59 6,76 7,34 7,58 18,43 15,03 20,20 17,88 5 5 5 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Lampiran II HASIL ANALISIS TWO WAY ANOVA (SPSS)AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN-VITRO Tabel 5.2 Hasil uji normalitas Kolmogrov-Sminorv terhadap diameter zona hambat aktivitas antibakteri. Jenis Perlakuan Zona Hambat Pelarut air Pelarut etanol Kolmogorov-Smirnova Statistic .167 .134 df 9 9 Sig. .200* .200* Hasil uji 0,200 (> 0,05) distribusi data normal. Tabel 5.3 Hasil uji homogenitas Levene terhadap diameter zona hambat aktivitas antibakteri. Levene statistic 1.705 df1 df2 5 Sig. 12 .208 Hasil uji 0,208 (> 0,05) distribusi data homogen. Tabel 5.4 Hasil uji two way anova aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus kunth.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro. Source Corrected Model Intercept Jenis_perlakuan Konsentrasi Jenis_perlakuan * Konsentrasi Error Total Corrected Total Type III Sum of Squares 5.703a 1027.707 1.934 3.491 .278 .864 1034.274 6.567 df Mean Square 5 1.141 1 1027.707 1 1.934 2 1.746 2 .139 12 18 17 .072 F 15.839 14271.226 26.855 24.239 1.930 Sig. .000 .000 .000 .000 .188 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Hasil uji jenis perlakuan dan konsentrasi terhadap zona hambat menunjukkan nilai 0,000 (<0,05) menunjukkan nilai signifikan, sedangkan jenis perlakuan terhadap konsentrasi menunjukkan nilai 0,188 (> 0,05) menunjukkan nilai yang tidak signifikan. Tabel 5. 5 Hasil uji Duncan terhadap diameter zona hambat aktivitas antibakteri. Subset Konsentrasi N 1 2 3 Konsentrasi 6 7.00833 30% Konsentrasi 6 7.57333 45% Konsentrasi 6 8.08667 60% Sig. 1.000 1.000 1.000 Hasil uji Duncan dengan tingkat kepercayaan 5% (a=0,05), menunjukkan perbedaan yang signifikan pada setiap konsentrasi. Hasil yang signifikan ditunjukkan dengan tiap konsentrasi berada pada subset yang berbeda. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Lampiran n III DOKUM MENTASII HASIL UJ JI AKTIVIITAS ANT TIBAKTER RI EKSTRA AK ETAN NOL DAUN N KENIKIR R Gambar 5.1. Hasil Uji Aktivitaas Antibaakteri Esktrakk Etanol Dauun Kenikir Ulaangan I Gambaar 5.2. Hasil Uji U Aktivitass Antibak kteri Esktrak k Etanol Daunn K Kenikir Ulanngan II Daerah bening menunju ukkan adanya aktivitas antibaktteri Gambarr 5.3. Hasil U Uji Aktivitas Antibakkteri Esktrak Etanol Daun n Kenikir K Ulanggan III PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Lampiran n IV DOKUM MENTASII HASIL UJ JI AKTIVIITAS ANT TIBAKTER RI EKSTRA AK TUMB BUK DAUN N KENIKIIR Gam mbar 5.4. Hassil Uji Aktiviitas Antibakteri Esktraak Tumbuk Daun D Kenikir Ulangan U I Gamb bar 5.5. Hasill Uji Aktivitaas Antibak kteri Esktrakk Tumbuk Daaun Kenikir Ulaangan II Daerah bening b menunjuukkan adanya aktivitas a antibakteeri Gambarr 5.6. Hasil U Uji Aktivitas Antibakteeri Esktrak Tumbuk T Dauun Kenikir K Ulanggan III PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Lampiran nV DOK KUMENTA ASI HASIL L KONSEN NTRASI HAMBAT H MINIMAL M E EKSTRAK ETANOL DAUN KE ENIKIR Gam mbar 5.7. Haasil Uji KHM M Ekstrak Etanol Daun D Kenikiir Konsentraasi 29% Gam mbar 5.8. Hassil Uji KHM M Eksttrak Etanol Daun D Kenikirr Konsentrassi 28% Adanya kooloni bakteri Gam mbar 5.9. Haasil Uji KHM M Eksstrak Etanol Daun D Kenikiir Konsentraasi 27% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Lampiran n VI DOKU UMENTAS SI HASIL UJI U KONSE ENTRASI HAMBAT T MINIMA AL EKSTRAK TUMBUK K DAUN KE ENIKIR Gam mbar 5.10. Haasil Uji KHM M Ekstrrak Tumbuk Daun Kenikir Konsentrassi 29% Gam mbar 5.11. Hasil H Uji KHM M Eksttrak Tumbukk Daun Keniikir Konsentraasi 28% Adanya kolooni A baakteri Gaambar 5.12. Hasil H Uji KH HM Eksstrak Tumbukk Daun Keniikir Konsentrrasi 27% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran VII SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA Satuan Pendidikan : SMA Kelas/ Semester : X/I Alokasi Waktu : 2 minggu x 4 JP KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU MEDIA, ALAT, BAHAN (SUMBER BELAJAR ) Archaebateria dan Eubactaeria, ciri, karakter, dan peranannya 1.3. 2.1. Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. Berperilakuilmiah: teliti, tekun, jujurterhadap data danfakta, disiplin, tanggungjawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, beranidansantun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, pedulilingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktifdalamdalamsetiaptindakandandal ammelakukanpengamatandanpercobaan di dalamkelas/laboratoriummaupun di luarkelas/laboratorium. Kingdom monera • Eubacteria, karakteristik dan perkembang biakan. Mengamati Tugas • Mengamati berbagai macam antibakteri. • Data bakteri yang normal ada pada manusia. • Mengamati gambar berupa macam-macam antiseptik. • Koloni bakteri. • Mengamati hasil praktikum. • Peranan antibakteri dalam penyakit, industri, kedokteran Menanya • Mengapa dibuat antibakteri dan antiseptik? 4 x 45 menit • Data tentang antibakteri. • Data tentang antiseptik. • Data bakteri yang normal ada pada manusia. • Alat praktikum untuk pengamatan : media NA, cawan petri, autoklaf, erlenmeyer • Produk hasil laporan. Observasi • Pengamatan sikap teliti, jujur dan disiplin, responsif dan proaktif. 79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMPETENSI DASAR 3.4. 4.4. Memahamiperananantibakteridan antiseptik terhadappertumbuhankolonibakterisertak aitannya terhadap kegiatan sehari-hari manusia. Menyajikan data tentang hasil percobaan berbagai antibakteri terhadap pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk laporan tertulis. MATERI POKOK KEGIATAN PEMBELAJARAN • Apakah semua bakteri penyebab penyakit? • Bagaimana mengenali bakteri dan koloninya serta membedakan dengan organisme lainnya? • Apa peran antibakteri dan antiseptik dalam kehidupan? Mengumpulkan Data (Eksperimen/Eksplorasi) PENILAIAN ALOKASI WAKTU MEDIA, ALAT, BAHAN (SUMBER BELAJAR ) Portofolio • Portofolio laporan tertulis. Tes • Tertulis untuk menilai pemahaman dan kedalaman konsep. • Melakukan percobaan tentang uji antibakteri. • Mendiskusikan hasil percobaan. 80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU MEDIA, ALAT, BAHAN (SUMBER BELAJAR ) • Mendiskusikan jenisjenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan cara penanggulangannya. • Mendiskusikan peranan bakteri dalam kehidupan. • Melaporkan secara tertulis hasil pengamatan dan kegiatan laboratorium. Mengasosiasikan • Mendiskusikan hasil pengamatan dan berbagi perspektif tentang berbagai bakteri dan peranannya dalam 81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU MEDIA, ALAT, BAHAN (SUMBER BELAJAR ) kehidupan. • Menganalisis bagaimana antibakteri bisa menghambat dan juga bisa membunuh bakteri. Mengkomunikasikan • Mempresentasikan hasil hipotesis mengenai hasil pengamatan tentang aktivitas antibakteri. • Melaporkan hasil pengamatan secara tertulis menggunakan format laporan sesuai kaidah. 82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Lampiran VIII RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas :X Semester :1 Mata Pelajaran : Biologi Materi : Archaebacteria dan Eubacteria Alokasi Waktu : 4 x 45 menit 1. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan tanggungjawab, mengamalkan peduli perilaku (gotong-royong, jujur, kerjasama, disiplin, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi seni budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 2. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar Indikator 1.3.1 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, kebersihan diri dan menjaga dan menyayangi lingkungan. lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang 1.3.2 Menunjukkan sikap peduli kebersihan dianutnya. 2.1 Mampu menjaga lingkungan. Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, 2.1.1 Menunjukkan ketelitian, jujur terhadap data dan fakta, kejujuran dan disiplin saat disiplin, tanggung jawab, dan melakukan praktikum. peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam dan mengajukan pertanyaan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam dan melakukan percobaan kelas/laboratorium pengamatan di dalam maupun luar kelas/laboratorium. di 2.1.2 Menunjukkan sikap responsif dan proaktif dalam melakukan praktikum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Kompetensi Dasar Indikator 3.4 Memahami peranan antibakteri 3.4.1 dan antiseptik terhadap Mendeskripsikan pengertian antibakteri. pertumbuhan koloni bakteri serta kaitannya terhadap kegiatan 3.4.2 Mendeskripsikan pengertian antiseptik. sehari-hari manusia. 3.4.3 Membedakan peranan antibakteri dan antiseptik. 3.4.4 Menjelaskan syarat pertumbuhan bakteri. 3.4.5 Menjelaskan mekanisme antibakteri dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri. 3.4.6 Menjelaskan peranan antibakteri dalam kegiatan sehari-hari. 4.4 Menyajikan data tentang hasil 4.4.1 Menyajikan data berupa percobaan berbagai antibakteri laporan tentang hasil terhadap pertumbuhan identifikasi berbagai koloni bakteri dalam bentuk laporan macam antibakteri tertulis. terhadap pertumbuhan koloni bakteri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 4. Tujuan Pembelajaran 1.3.1.1 Dengan melakukan praktikum antibakteri siswa bisa menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan. 1.3.1.2 Siswa mampu menunjukkan sikap peduli kebersihan lingkungan melalui kegiatan pengamatan antibakteri. 2.1.1.1 Kegiatan praktikum membentuk siswa mempunyai sikap teliti, jujur dan bersikap disiplin selama mengikuti praktikum. 2.1.2.1 Siswa mampu bersikap responsif dan proaktif saat pelaksanaan kegiatan praktikum. . 3.4.1.1 Melalui pengamatan gambar tentang antibakteri siswa mampu mendeskripsikan pengertian antibakteri. 3.4.2.1 Melalui pengamatan gambar tentang antibakteri siswa mampu mendeskripsikan pengertian antiseptik. 3.4.3.1 Melalui studi literatur siswa mampu menjelaskan perbedaan peranan antibakteri dan antiseptik. 3.4.4.1 Siswa mampu menjelaskan syarat pertumbuhan bakteri melalui studi literatur. 3.4.5.1 Siswa mampu menjelaskan mekanisme antibakteri dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri melalui kegiatan praktikum 3.4.6.1 Setelah kegiatan praktikum siswa mampu menjelaskan peranan antibakteri terhadap kegiatan sehari-hari. 4.4.1.1 Siswa mampu menyusun data berupa laporan tertulis tentang pengaruh antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri dengan kegiatan praktikum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 5. Materi Peranan bakteri dalam kehidupan manusia: 1. Bakteri-bakteri yang merupakan flora normal pada manusia. 2. Syarat lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri. 3. Bakteri-bakteri yang mampu menjadi penyebab penyakit pada manusia. 4. Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan. 6. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Kontekstual dan Saintifik Model : Picture and picture. Metode : Praktikum, Diskusi, Tanya-jawab, Studi literatur. 7. Media dan Sumber Pembelajaran Media : Gambar, Laptop, Viewer, LKS, Alat dan bahan laboratorium Sumber Pembelajaran : Buku Biologi untuk SMA kelas X karangan D. A. Pratiwi, dan sumber dari internet/ jurnal penelitian 8. Langkah – langkah Pembelajaran Pertemuan 1 (2x 45 menit) Tahap Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan • Salam pembuka, mengecek kesiapan (5 menit) siswa. • Mengecek kehadiran siswa, dan mengkondisikan kelas, • Apesepsi : 1. Mengapa ketika terjadi luka Proses Saintifik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 berdarah harus segera diobati? 2. Mengapa perlu membersihkan diri sebelum dan sesudah melakukan aktivitas diluar ruangan? 3. Apa pentingnya menjaga kebersihan diri? • Motivasi : Poster kebersihan untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih. • Orientasi : menyampaikan indikator atau tujuan pembelajaran Kegiatan Inti (65 menit) • Guru menunjukkan gambar macam- Mengamati macam bakteri dan antiseptik/ sabun Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya yang berkaitan dengan antibakteri Misalnya : • Apa bedanya antibakteri dan antiseptik? • Mengapa dibuat berbagai macam sabun dan antibakteri? • Apa fungsinya? • Apa saja kandungan dalam antibakteri ataupun sabun? • Apakah semua bakteri menyebabkan penyakit pada manusia? • Apakah semua bakteri bisa dihambat dengan antibakteri? Menanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 • Siswa dibagi dalam kelompok (4-5 orang) • Siswa diminta untuk menuju ke laboratorium . Mengumpulkan data • Siswa melakukan pengamatan sesuai dengan cara kerja yang telah dibagikan. • Setiap kelompok membuat hipotesis mengenai hasil pengamatan nantinya Mengasosiasikan berupa cawan petri mana yang lebih sedikit koloni bakterinya. • Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil hipotesis Mengkomuni- tentang pengamatan antibakteri. kasikan Tahap Penutup (20 menit) a. Merangkum • Membimbing siswa untuk menyimpulkan hal-hal yang telah dipelajari tentang deskripsi antibakteri, kegunaan antibakteri, media pertumbuhan untuk bakteri. b. Evaluasi • Siswa menjawab beberapa pertanyaan terkait materi yang telah dibahas. c. Refleksi • Siswa menyebutkan manfaat yang dapat diambil dari pelajaran hari ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 d.Arahan/ Tindak lanjut • Siswa diberi tugas untuk mencari apakah di tubuh manusia terdapat bakteri yang secara normal sudah ada, apa manfaatnya? Pertemuan II (1 x 45 menit) Tahap Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan • Salam pembuka, mengecek kesiapan (5 menit) Proses Saintifik siswa. • Mengecek kehadiran siswa, dan mengkondisikan kelas, • Apresepsi : 1. Apa akibatnya jika tidak membersihkan diri (mandi) dalam sehari? 2. Apa akibatnya jika tidak mencuci tangan sebelum makan. • Motivasi : Poster kebersihan untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih. • Orientasi : menyampaikan indikator atau tujuan pembelajaran Kegiatan Inti (25 menit) • Siswa mengambil dan mengamati Mengamati hasil praktikum. • Siswa diminta menghitung jumlah Mengumpul- koloni pada masing-masing perlakuan. kan data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 • Siswa mengurutkan jumlah koloni dari yang terbanyak hingga paling sedikit. • Siswa diminta untuk mendiskusikan hasil pengamatan dari hipotesis yang Meng- telah disampaikan pada pertemuan asosiasikan sebelumnya. • Siswa diminta untuk berdiskusi tentang bagaimana antibakteri mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri. • Siswa diminta untuk membuat laporan hasil pengamatan sesuai dengan format yang telah diberikan Tahap Penutup (15 menit) a. Merangkum • Membimbing siswa untuk menyimpulkan hal-hal yang telah dipelajari yakni tentang peranan bakteri dalam kehidupan manusia. b. Evaluasi • Siswa menjawab pertanyaan terkait materi yang telah dibahas. c. Refleksi • Siswa menyebutkan manfaat yang dapat diambil dari pelajaran tentang Mengkomunikasikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 peranan bakteri dalam kehidupan d. Arahan/ Tindak lanjut manusia. • Siswa diminta untuk membuat laporan hasil pengamatan sesuai dengan format laporan. Pertemuan III (1 x 45 menit) Tahap Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan • Salam pembuka, mengecek kesiapan (5 menit) Proses Saintifik siswa. • Mengecek kehadiran siswa, dan mengkondisikan kelas, • Apresepsi : 1. Apa akibatnya jika tidak membersihkan diri (mandi) dalam sehari? 2. Apa akibatnya jika tidak mencuci tangan sebelum makan. • Motivasi : Poster kebersihan untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih. • Orientasi : menyampaikan indikator atau tujuan pembelajaran Kegiatan Inti (10 menit) • Siswa diminta untuk membaca literatur terkait dengan peranan antibakteri terhadap kehidupan sehari-hari manusia. Mengamati PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 • Siswa diminta untuk berdiskusi tentang kegiatan sehari-hari atau keadaan-keadaan yang membutuhkan peranan antibakteri/antiseptik. Tahap Penutup (30 menit) a. Merangkum • Membimbing siswa untuk menyimpulkan hal-hal yang telah dipelajari yakni tentang peranan bakteri dalam kehidupan manusia. b. Evaluasi • Guru memberikan post test sesuai dengan materi yang telah diajarkan. c. Refleksi • Siswa menyebutkan manfaat yang dapat diambil dari pelajaran tentang peranan bakteri dalam kehidupan manusia. d. Arahan/ Tindak lanjut • Siswa diminta belajar materi Virus. Mengkomunikasikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 9. Penilaian 1. Jenis Penilaian a. Penilaian Kognitif : Laporan hasil pengamatan, post test b. Penilaian Afektif: Lembar observasi c. Penilaian Psikomotor: Lembar observasi d. Penilaian Portofolio: Laporan praktikum. 2. Bentuk Instrumen : Soal post test, Rubrik penilaian, Pedoman penilaian, Pedoman skoring. (Lampiran IX-X) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 LKS (Lembar Kerja Siswa) Judul kegiatan : Pengamatan Koloni Bakteri Tujuan: 1. Menghitung jumlah koloni bakteri yang ada di lingkungan 2. Mengamati pengaruh bahan antibakteri dan antiseptik terhadap pertumbuhan koloni bakteri Alat : 1. Kertas tissu 2. Gelas beker 3. Hot plate magnetic strirer 4. Cawan petri 5. Pemanas spirtus dan bunsen 6. Kertas label 7. Inkubator Bahan : 1. Akuades 1000 ml 2. Media NA (Natrium Agar) 5 gram 3. Ekstrak Kenikir 4. Sabun mandi Cara kerja : 1. Siapkan media NA (Natrium Agar) sebanyak 5 gram. 2. Masukkan media NA sebanyak 5 gram ke dalam akuades sebanyak 250 ml dalam gelas beker. 3. Letakkan dalam hot plate magnetic stirer. Tunggu hingga media berubah menjadi kuning bening. 4. Tunggu hingga agak hangat kemudian tuangkan media ke beberapa cawan petri hingga 2/3 bagian dari cawan petri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 5. Siapkan cawan petri sebanyak 12 buah dibagi menjadi 4 kelompok. Berilah label A, B, C, dan D pada tiap kelompok dan pengulangannya diberi label 1,2 dan 3. Contoh : kelompok A berarti A1, A2, dan A3 6. Tangkap bakteri dengan cara meletakkan cawan petri secara terbuka pada beberapa tempat. Label A ( didekat tempat sampah), label B (toilet), label C (ruang kelas), label D (di depan napas mulut). Biarkan terbuka selama 1 menit kemudian tutup cawan petri. 7. Tetesi label 1 dengan ekstrak kenikir , tetesi label 2 dengan larutan sabun dan tetesi label 3 dengan akuades steril. Tutup cawan petri dan letakkan pada tempat gelap dengan suhu ruangan selama 24 jam . 8. Amati setelah 24 jam. 9. Buatlah laporan sesuai format. Tabel Pengamatan : Jenis Cawan Jenis mikroba Jumlah koloni Lebar diameter Petri (bakteri/ jamur) bakteri zona hambat A1 A2 A3 Pertanyaan : 1. Ada mikroba apa saja yang tumbuh dalam cawan petri? 2. Berapa jumlah koloni masing-masing cawan petri? 3. Cawan petri manakah yang jumlah koloninya banyak? 4. Bagaimana zat antibakteri menghambat pertumbuhan bakteri? Kesimpulan : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 Format Laporan A. Acara Judul : Hari, tanggal: Tempat : B. Tujuan C. Dasar Teori D. Alat, Bahan dan Cara Kerja E. Tabel Hasil Pengamatan F. Pembahasan G. Kesimpulan H. Daftar Pustaka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 Lampiran IX Penilaian Kognitif Siswa Tujuan : Mengukur kemampuan kognitif siswa dalam kegiatan pembelajaran (penilaian post test) Materi : Archaebacteria dan Eubacteria Kelas / Semester : X/ 1 Tuliskan skor siswa pada nomor soal yang telah tersedia! No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nama siswa Nomor soal 1 2 3 4 Nilai akhir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 INSTRUMEN DAN PEDOMAN PENILAIAN POST TEST A. Instrumen Post Test 1. Kisi-kisi soal Post test Indikator No.Soal Jumlah C1 C2 C3 C4 C5 C6 soal 3.4.1 Mendeskripsikan pengertian antibakteri dan perbedaannya dengan antiseptik. 1 3.4.2 Mengetahui syarat pertumbuhan bakteri. 2 3.4.3 Menjelaskan proses antibakteri dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri. 3.4.4 Menjelaskan peranan antibakteri dalam kegiatan sehari-hari. Total soal 1 1 4 1 3 2 1 1 1 2. Soal Post-test 1. Jelaskan perbedaan antibakteri dengan antiseptik! 2. Jelaskan apa saja syarat yang mendukung pertumbuhan bakteri! 3. Mengapa banyak industri yang mengembangkan antibakteri? 4. Bagaimana antibakteri bisa menghambat pertumbuhan bakteri? 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 B. Pedoman Penilaian 1. Antibakteri merupakan suatu zat yang dapat mengahambat atau bahkan membunuh pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Antibakteri aman digunakan mulai dari konsentrasi terendah. Antiseptik merupakan zat kimia yang menghambat bakteri dan mencegah adanya infeksi, relatif aman digunakan sehari-hari. Biasanya digunakan diluar tubuh. 2. Syarat pertumbuhan bakteri yakni : a. Media pertumbuhan Media pertumbuhan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri harus memenuhi unsur-unsur karbon, nitorgen dan sumber garam-garam anorganik. b. Suhu Perbedaan suhu pertumbuhan membedakan jenis bakteri. Suhu pertumbuhan minimum merupakan suhu terendah bakteri dapat hidup. Suhu optimum merupakan suhu yang diperlukan bakteri untuk dapat tumbuh secara cepat. Suhu pertumbuhan maksimum adalah suhu tertinggi yang memungkinkan bakteri dapat hidup. c. Tekanan osmotik Bakteri harus selalu ada pada kondisi yang isotonis. d. Kondisi pH Bakteri membutuhkan pH yang normal untuk pertumbuhannya. Perbedaan kondisi pH membedakan jenis bakteri. e. Kebutuhan oksigen Bakteri juga membutuhkan oksigen. Perbedaan kebutuhan oksigen membedakan jenis bakteri. 3. Antibakteri terus dikembangkan karena banyak bakteri yang semakin resisten. Tujuan utama adanya antibakteri untuk mengendalikan bakteri merugikan, mencegah infeksi, membasmi bakteri pada inang yang telah terinfeksi serta mencegah pembusukan mikroorganisme. terjadinya kerusakan yang disebabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 4. Cara antibakteri menghambat pertumbuhan bakteri yakni : a. Merusak dinding sel Lapisan dinding sel bakteri disebut peptidoglikan, sintesis dinding sel menggunakan banyak reaksi enzim. Zat antimikroba seperti flavonoid yang mampu menghambat reaksi enzim akan menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat juga pada kematian sel. b. Mengubah permeabilitas membran sel Membran sel hidup mempunyai permeabilitas selektif. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat antar sel dan lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan dan mengendalikan susunan dalam diri sel. rusaknya dinding sel akan berpengaruh pada membran sel. Bahan antimikroba seperti fenol, saponin dapat merusak membran sel sehingga permeabilitasnya terganggu dan mengalami kerusakan. Kerusakan pada membran sel akan mengakibatkan kematian sel. c. Kerusakan sitoplasma Sitoplasma suatu sel terdiri dari air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion anorganik dan senyawa yang berbobot molekul rendah. Beberapa zat kimia dengan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan komponen. d. Menghambat kerja enzim Enzim merupakan katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kimia. Makhluk hidup memerlukan enzim yang membantu dalam proses metabolime. Perubahan protein yang disebabkan oleh senyawa kimia tertentu akan berakibat pada penghambatan proses enzimatis. Apabila rekasi enzimatis terhambat maka proses metabolisme juga terganggu dan akan menyebabkan kematian sel. e. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein Protein, DNA dan RNA mengambil peranan penting dalam sebuah sel. Bahan antimikroba tertentu mampu menghambat sintesis protein. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 Terjadinya gangguan dalam sintesis protein mengakibatkan kerusakan pada sel. C. Kriteria Penilaian No 1. Kriteria penilaian Mampu menjelaskan perbedaan antibakteri dan antiseptik. Hanya menjelaskan antibakteri atau hanya menjelaskan antiseptik. Tidak menjelaskan antibakteri/antiseptik. 2. Mampu menjelaskan 5 syarat pertumbuhan bakteri. Menjelaskan 4 dari 5 syarat pertumbuhan bakteri. Hanya menyebutkan 5 syarat pertumbuhan bakteri tanpa menjelaskan. 3. 4. Mampu menerangkan jawaban dengan alasan-alasan logis. Skor 5 3 2 15 10 5 5 Jawaban kurang logis. 2 Jawaban tidak sesuai pertanyaan. 1 Mampu menyebutkan 5 mekanisme kerja antibakteri dengan penjelasan. Menyebutkan 4 dari mekanisme kerja antibakteri beserta penjelasannya Hanya menyebutkan 5 mekanisme kerja antibakteri tanpa menjelaskan. Nilai akhir = skor total x 2 25 15 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 Lampiran X Penilaian Afektif Siswa Tujuan : Mengukur sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran. Materi : Archaebacteria dan Eubacteria Kelas / Semester : X/ 1 Berikan tanda (√) pada poin yang sesuai dengan kriteria penilaian! N o. Nama siswa Aspek Penilaian Kejujuran Ketelitian Disiplin 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Penilaian Afektif : Skor yang didapat x 5 = Nilai Kriteria Nilai Nilai > 85 : Sangat Baik Nilai 70-84 : Baik Nilai 60-69 : Cukup Nilai 50-59 : Kurang Nilai 0-49 : Buruk 3 4 Responsif dan Proaktif 1 2 3 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 Rubrik Penilaian Afektif No. Aspek Penilaian 1. Disiplin 2. 3. 4. Ketelitian Kejujuran Responsif dan proaktif Kriteria Penilaian Skor Menggunakan jas laboratorium saat pengamatan. ‐ Menggunakan masker dan sarung tangan lab. ‐ Tidak makan saat melakukan pengamatan. ‐ Kegiatan pengamatan sesuai dengan langkah kerja. 1 kriteria tidak dipenuhi 2 kriteria tidak dipenuhi 3 kriteria tidak dipenuhi ‐ Teliti saat melakukan pengamatan. ‐ Melakukan percobaan dengan benar ‐ Data pengamatan diambil dengan tepat ‐ Tidak melakukan kecerobohan saat pengamatan 1 kriteria tidak dipenuhi 2 kriteria tidak dipenuhi 3 kriteria tidak dipenuhi ‐ Melakukan kegiatan sesuai dengan perintah ‐ Data disajikan sesuai fakta ‐ Tidak melakukan plagiat Kriteria poin 1 tidak dipenuhi Kriteria poin 1 dan 2 tidak dipenuhi Tidak memenuhi ketiga kriteria ‐ Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik pembahasan. ‐ Mau menjawab pertanyaan dengan inisiatif sendiri dan jelas. ‐ Mencari sumber pelajaran sendiri sesuai dengan kebutuhan. 4 ‐ Tidak melakukan poin 1 Tidak melakukan poin1 &2 Tidak melakukan ketiga poin 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 0 4 3 2 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 Lampiran XI Penilaian Psikomotor Siswa Tujuan : Mengukur ketrampilan siswa dalam kegiatan diskusi. Materi : Archaebacteria dan Eubacteria Kelas / Semester : X/ 1 Berikan tanda (√) pada poin yang sesuai dengan kriteria penilaian! No. Aspek Penilaian Kemampuan Ketrampilan menjelaskan menjawab permasalahan. pertanyaan Nama siswa 1 2 3 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Penilaian Psikomotor : Skor yang didapat x 100% Skor maksimal Kriteria Nilai Nilai > 85 : Sangat Baik Nilai 70-84 : Baik Nilai 60-69 : Cukup Nilai 50-59 : Kurang Nilai 0-49 : Sangat Kurang 2 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 Rubrik Penilaian Psikomotorik No. 1. 2. Aspek Penilaian Ketrampilan menjawab pertanyaan Kemampuan menjelaskan suatu permasalahan Kriteria Penilaian Menjawab pertanyaan dengan lancar, tegas, sesuai dengan diskusi kelompok. Menjawab pertanyaan dengan lancar, tegas, tapi kurang sesuai dengan diskusi kelompok. Mampu menjawab dengan lancar, tapi kurang tegas dan tidak sesuai dengan diskusi kelompok (pendapat pribadi). Mampu menjelaskan permasalahan sesuai fakta dan didasari sumber yang jelas, menggunakan kata baku dan mudah dipahami. Mampu menjelaskan permasalahan sesuai fakta dan didasari sumber yang jelas, menggunakan kata baku tapi sulit dipahami. Kurang bisa menjelaskan permasalahan. Skor 3 2 1 3 2 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 Lampiran XII Penilaian Portofolio Siswa Tujuan : Mengukur hasil laporan praktikum siswa. Materi : Archaebacteria dan Eubacteria. Kelas / Semester : X/ 1 Tuliskan skor siswa pada aspek penilaian yang telah tersedia! Aspek Penilaian No. Nama Penyajian Penyajian Penyajian Penarikan Ketepatan laporan data pembahasan kesimpulan waktu pengamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. pengumpulan Nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 Rubrik Penilaian Laporan No. 1 2 3 4. Aspek penilaian Penyajian laporan Penyajian data pengamatan Penyajian pembahasan Penarikan kesimpulan Kriteria penilaian ‐ Ditulis dalam buku laporan ‐ Ditulis tangan ‐ Disajikan sesuai format laporan ‐ Dasar teori sesuai dengan praktikum/ pengamatan ‐ Disajikan secara jelas / rapi Tidak disajikan secara rapi (berkurang 3 poin) Skor 20 Tidak dalam buku laporan (berkurang 5 poin) 15 Tidak ditulis tangan (berkurang 6 poin) Dasar teori tidak sesuai (berkurang 8 poin) ‐ Disajikan dalam tabel ‐ Terdapat judul tabel ‐ Dibuat dengan jelas dan rapi ‐ Data sesuai dengan hasil percobaan ‐ Data mudah dipahami ‐ Semua kriteria terpenuhi 1 kiteria skor tidak dipenuhi 2 kriteria skor tidak dipenuhi 3 kriteria skor tidak dipenuhi 4 kriteria skor tidak dipenuhi ‐ Pembahasan sesuai dengan hasil pengamatan ‐ Pembahasan sesuai dengan dasar teori yang dicantumkan ‐ Pembahasan menggunakan bahasa yang komunikatif ‐ Pembahasan tidak mengandung unsur plagiat 1 kiteria skor tidak dipenuhi 2 kriteria skor tidak dipenuhi Bila hanya membaca data Bila mengandung unsur plagiat ‐ Kesimpulan menjawab tujuan ‐ Kesimpulan sesuai dengan 14 17 12 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 No. 5. Aspek penilaian Ketepatan waktu pengumpulan Kriteria penilaian pembahasan ‐ Kesimpulan singkat ‐ Kesimpulan jelas ‐ Kesimpulan merangkum semua kegiatan pengamatan 1 kiteria skor tidak dipenuhi 2 kriteria skor tidak dipenuhi 3 kriteria skor tidak dipenuhi 4 kriteria skor tidak dipenuhi Tepat waktu Terlambat 1 hari Terlambat 2 hari Terlambat 3 hari Terlambat 4 hari Penilaian Laporan : Skor maksimal x 100 = Nilai 4 Skor 4 3 2 1 5 4 3 2 1