Pengaruh Motivasi terhadap Keputusan pembelian A. Motivasi Konsumen Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Schiffman dan Kanuk (2000:69), motivasi adalah The Driving Force with in individual that impels then to action. Motivasi merupakan kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). Motivasi juga dibagi menjadi motivasi yang bersifat utilitarian dan hedonis. Motivasi Rasional adalah pembelian yang didasarkan pada kenyataan – kenyataan yang ditunjukkan oleh produk kepada konsumen dan merupakan atribut produk yang fungsional serta objektif keadaannya misalnya, kualitas produk, harga barang, ketersediaan produk, efisiensi kegunaan barang tersebut dapat diterima. Sedangkan motivasi hedonis, dalam pembelian berkaitan dengan perasaan, kesenangan yang dapat ditangkap oleh pancaindra, misalnya dengan memiliki suatu barang tertentu dapat meningkatkan status sosial, peranan merk menjadikan pembeli menunjukkan status ekonominya dan pada umumnya bersifat subjektif dna simbolik pada saat seseorang akan mengambil keputusan untuk membeli suatu produk tentunya dipengaruhi oleh kedua jenis motivasi tersebut. Menurut penelitian Tauber (1972), mengembangkan mengenai masalah motivasi belanja konsumen, dengan premis dasar bahwa pembeli termotivasi oleh berbagai kebutuhan psikososial selain yang berkaitan erat dengan produk. Motif ini dapat diklasifikasikan kedalam motif yang bersifat pribadi ( yaitu mempelajari mengenai tren terbaru, kepuasan terhadap diri sendiri dn lain – lain ). Dan motif sosial ( misalnya pengalaman sosial, komunikasi dengan orang lain ). Berbelanja dengan demikian terjadi ketika kebutuhan seorang konsumen untuk berbelanja tidak hanya mengalokasikan waktu dan uang mereka untuk berbelanja atau ketika konsumen ingin bertemu dengan minat yang sama, mereka hanya perlu memiliki waktu luang (tauber,1972) Westbrook dan Black (1985), terkait dengan Tauber (1972) kerangka kerja McGuire (1974) untuk tipologi manusia mendasar terdapat 16 motivasi, menunjukkan bahwa perilaku belanja muncul karena tiga alasan mendasar: untuk mengakuisisi produk, untuk mendapatkan kedua produk yang diinginkan dan memberikan kepuasan dengan non-produk yang berhubungan dengan kebutuhan, atau terutama mencapai tujuan yang tidak terkait dengan akuisisi produk. Ini motif belanja mendasar terdapat di tujuh dimensi motivasi belanja berlabel, "utilitas diantisipasi," "Diberlakukannya peran," "negosiasi," optimasi pilihan," "Afiliasi," "kekuatan / kekuasaan," dan "rangsangan" Sementara. semua motivasi dapat digambarkan sebagai mengandung unsur baik hedonis dan utilitarian, Westbrook dan Black (1985) mencatat bahwa beberapa lebih utilitarian di alam sementara yang lain lebih hedonis di alam. Motivasi seseorang juga dipengaruhi oleh perbedaan gender. Perempuan lebih sering dijadikan studi untuk perilaku berbelanja mereka dibandingkan dengan laki – laki (Otnes and McGrath, 2001). Meskipun kurangnya penelitian terhadap laki – laki, namun terlihat jelas bahwa perempuan lebih sering berbelanja dibandingan dengan laki – laki (Benson, 1994, Danzinger, 2006, Hine, 2002) dan lebih menikmasni berbelanja dibandingkan dengan laki – laki (Campbell, 1997, Fischer and Arnold 1994). Selain itu, mereka mungkin lebih termotivasi oleh faktor yang berbeda dibandingkan dengan laki – laki sebagai bagian dari pengaruh umum gender pada perilaku konsumen (Yang and Lester, 2005). B. Kerangka Konseptual C. Teori motivasi Menurut Kotler (2005) ada 6 macam teori motivasi yaitu: 1. Teori Isi (Content Theory) Teori ini berkaitan dengan beberapa nama, seperti Moslow, McGregor, Herzberg, Atkinson, dan McCelland. Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang ada di dalam konsumen yang menimbulkan tingkah laku tertentu. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menerapkan teori ini adalah: a) Kebutuhan konsumen sangat bervariasi. b) Perwujudan kebutuhan adalah tindakan juga sangat bervariasi antara satu konsumen dengan konsumen yang lain. c) Para konsumen tidak selalu konsisten dengan tindakanya, karena dorongan suatu kebutuhan. 2. Teori Proses (Process Theory) Teori ini menekankan bagaimana dengan tujuan apa setiap konsumen dimotivasi. Menurut teori, kebutuhan hanyalah sebagai salah satu elemen dalam suatu proses, tentang bagaimana konsumen itu bertingkah laku. Dasar dari teori proses mengenai motivasi adalah adanya pengharapan, yaitu apa yang dipercayai oleh konsumen dan apa yang diperoleh dari perilakunya. 3. Teori Penguatan (Reinforcment Theory) Teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku di masa yang lalu mempengaruhi tindakan di masa yang akan datang dalam siklus proses belajar. Menurut teori ini konsumen bertingkah laku tertentu karena telah belajar, bahwa perilaku tertentu akan menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan dan konsumen akan menguasai perilaku yang akan menghasilkan konsekuensi yang menyenangkan. 4. Teori Motivasi Freud Teori ini menjelaskan hal terbesar yang membentuk perilaku konsumen adalah segi psikologisnya. Yang dimaksud di sini adalah konsumen yang tidak mengerti akan motivasinya sendiri dalam melakukan suatu pembelian. 5. Teori Motivasi Hezberg Teori ini menjelaskan dua faktor teori motivasi yaitu teori motivasi yang terdiri dari faktor yang memuaskan konsumen dan teori yang terdiri dari faktor yang berakibat ketidakpuasan konsumen 6. Teori Motivasi Abraham Maslow Teori Maslow dikenal juga sebagai Teori Hirarki disebutkan darimana kebutuhan manusia dapat disusun secara hirarki. Kebutuhan paling atas menjadi motivator utama jika kebutuhan tingkat bawah semua sudah terbenuhi. Dari teori hirarki kebutuhan tersebut, oleh Maslow dikembangkan atas dasar tiga asumsi pokok, yaitu: a) Manusia adalah makhluk yang selalu berkeinginan, dan keinginannya tidak selalu terpenuhi. b) Kebutuhan yang sudah terpenuhi, tidak akan menjadi pendorong lagi. c) Kebutuhan manusia tersusun menurut hirarki tingkat pentingnya kebutuhan. D. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsungterlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurutKotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilankeputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibatdalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.Ada tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses keputusan pembelianoleh konsumen yaitu (Hahn, 2002:69) : a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian. b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian. c. Komitemen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk pesaing Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni: 1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli. 2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal). 3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. 5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan. Model Keputusan Pembelian E. Hubungan Motivasi Konsumen dengan Keputusan Pembelian Motivasi ada pada seorang (konsumen) akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan oada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh suatu kekuatan dalam diri orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi. Dalam motivasi terdapat hubungan saling berkaitan dengan faktor – faktor kebudayaan, sosial, dan pribadi. Faktor-faktor tersebut membangun atau mempengaruhi motivasi pembeli untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi seseorang sangat berhubungan erat dengan perilakunya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, dan pribadi (Kotler 2005). Selanjutnya, faktor - faktor tersebut berperan sangat besar pula dalam melatarbelakangi dan menentukan motivasinya untuk melakukan keputusan pembelian.