BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi Amerika diawali karena adanya dorongan untuk konsumsi (propincity to consume). Krisis tersebut terus merambat ke sektor riil dan non-keuangan di seluruh dunia. Krisis keuangan di Amerika Serikat pada awal dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh dunia. Krisis ekonomi disusul oleh beberapa indikator penting penurunan ekonomi di seluruh dunia. Indikator tersebut adalah tingginya harga minyak dunia, yang menyebabkan krisis pangan dunia (karena ketergantungan produksi makanan terhadap minyak, dan juga penggunaan makanan sebagai alternatif minyak bumi), inflasi tinggi, krisis kredit macet yang menyebabkan bankrutnya beberapa bank besar, meningkatnya pengangguran dan kemungkinan resesi global. Selain itu, penyebab krisis ekonomi lainnya yaitu penumpukkan hutang yang sangat besar, adanya program pengurangan pajak korporasi yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan negara, lembaga pengawas keuangan CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan berjangka, kerugian surat berharga property, dan yang terakhir adalah keputusan suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya spekulasi yang berlebihan. Krisis ekonomi Amerika tersebut semakin lama semakin merambat menjadi krisis ekonomi global karena sebenarnya perekonomian di dunia ini saling terhubung satu sama lainnya, peristiwa yang terjadi di suatu tempat akan berpengaruh di tempat lainnya. Dan tidak jarang dampak yang terjadi jauh lebih besar daripada yang terjadi di tempat asalnya, oleh karena itu Indonesia juga turut 1 2 merasakan krisis ekonomi global ini. Indonesia merupakan Negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis global ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang rupiah. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak berdaya, yang pada ujungnya negara kembalilah yang harus menanggung hutang perbankan dan perusahaan swasta. Selain perbankan ada lembaga lain yang menjadi penggerak perekonomian suatu negara yaitu pasar modal. Pasar modal di Indonesia (Bursa Efek Indonesia) dapat menjadi media pertemuan antara investor dan industri. Husnan (2005:3) mengemukakan pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dalam fungsi ekonominya, menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi keuangan yang dilaksanakan pasar modal yaitu dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh pihak yang membutuhkan dana. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor diantaranya, menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah, bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang, salah satunya adalah saham. Saham merupakan satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen financial yang mengacu pada bagian kepemilikan perusahaan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2008: 5). Harga-harga saham 3 emiten yang listing di BEI tergabung dalam suatu indeks yang disebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG adalah indeks yang menampilkan perkembangan keseluruhan pergerakan harga saham perusahaan yang terdaftar pada pasar modal, yang dalam penelitian ini mengacu pada Bursa Efek Indonesia (BEI), sebagai media resmi transaksi saham di Indonesia. Dengan adanya IHSG, investor dapat menilai kinerja pasar yang berhubungan dengan harga saham dan volume transaksi secara harian. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu sebagai indikator trend pasar, sebagai indikator tingkat keuntungan, sebagai benchmark kinerja suatu portofolio, dan memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. Siegel dalam Tandelilin (2001:211) meyebutkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara saham dan kinerja ekonomi makro, dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Ada dua alasan yang mendasarinya, pertama, harga saham yang terbentuk merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning, dividen, maupun tingkat bunga yang terjadi. Dengan demikian, harga saham yang terbentuk merefleksikan ekspektasi investor atas kondisi ekonomi di masa depan, dan bukan kondisi ekonomi saat ini. Kedua, kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro seperti perubahan tingkat bunga, inflasi, ataupun jumlah uang beredar. Menurut Sunariyah (2010:20-22) bahwa apabila suatu indikator makro menunjukan kinerja yang baik, maka akan berdampak baik pula bagi perkembangan pasar modal, dan sebaliknya. Terdapat beberapa indikator ekonomi yang mempengaruhi pasar modal, variable-variabel tersebut adalah jumlah uang beredar, suku bunga, dan harga minyak dunia. Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam 4 persentase tahunan (Dornbusch, et.all., 2008 : 43). Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa yang akan datang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amin (2012) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Perubahan tingkat suku bunga mempengaruhi perubahan BI rate secara otomatis, pada tahun 2010 perubahan tingkat suku bunga sebesar 6,50% dari Januari sampai akhir Desember tahun 2010, yang mana inflasi pada tahun 2010 sebesar 4,31% dan pada tahun 2011 inflasi cenderung berfluktuasi menjadi 5%. Adapun perkembangan tingkat suku bunga yang mengalami kenaikan dari awal tahun 2011 sampai bulan April 2011 menjadi 6,75% atau mengalami kenaikan 0,25% (www.bi.go.id). Kenaikan BI rate akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga SBI. Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar dalam sebuah perekonomian. Pengertian jumlah uang beredar dapat dilihat secara sempit dan luas. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Jumlah uang beredar dalam artian sempit ini disebut dengan M. Pengertian uang beredar secara luas dinamakan M2, dan M2 adalah M1 ditambah tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek termasuk rekening pasar uang dari pinjaman semalam antar bank (bank overweight). Sedangkan yang dimaksud dengan M3 adalah M2 ditambah komponen-komponen lainnya terutama sertifitikat deposito. Uang beredar dalam artian luas disebut juga dengan uang kuasi (quasy money). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novianto (2011) menunjukan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Himaniyah (2008) menunjukan bahwa variable yang mempengaruhi harga saham adalah jumlah uang beredar. Harga minyak dunia juga mempengaruhi pergerakan harga indeks saham gabungan khususnya pada sektor pertambangan. Nilai kapitalisasi perusahaan tambang yang tercatat IHSG mencapai 12,04% (www.idx.co.id), selain itu 5 berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Desember 2010, transaksi perdagangan saham didominasi oleh sektor pertambangan sekitar 33,05%. Hal ini mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia akan mendorong kenaikan harga saham perusahaan tambang. Minyak juga merupakan komoditi yang cukup penting bagi perekonomian indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2009) menunjukan bahwa harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap IHSG. Hal ini dapat terlihat total kapitalisasi pasar sektor pertambangan dan perkebunan hampir 25 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI. Hal ini terjadi karena dalam satu tahun terakhir ini, minyak di suatu negara mengalami kelangkaan, sehingga harga minyak dunia menjadi tidak stabil. Selain itu, ketidakstabilan politik di suatu negara mempengaruhi harga minyak dunia. Tidak berbeda dengan negara lain, Indonesia juga mengalami ketidakstabilan harga, sehingga berpengaruh terhadap harga minyak nasional (Minas) Indonesia. Turunnya harga minyak dunia dipicu oleh rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Eropa, kondisi ini pada akhirnya akan berdampak pada ekspektasi yang rendah pada pertumbuhan ekonomi global dan menekan harga minyak. Sementara itu proses recovery perekonomian di negara-negara diluar kawasan Eropa belum sepenuhnya menjamin pulihnya perekonomian global. Dalam jangka panjang apabila fundamental perekonomian sudah membaik, minyak tetap akan memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian global dan akan berdampak pada harga saham global. Berikut perkembangan tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, harga minyak dunia, dan IHSG periode 2010 sampai dengan 2012 di Indonesia yang digambarkan dengan grafik. 6 Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Harga Minyak Dunia, dan IHSG Periode 2010-2012 20,00% 15,00% SUKU BUNGA 10,00% JUMLAH UANG BEREDAR 0,00% HARGA MINYAK DUNIA -5,00% JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES 5,00% IHSG -10,00% -15,00% Pada gambar 1.1 menunjukan tingkat suku bunga yang relatif stabil selama tahun 2010 sampai dengan 2012, sedangkan Indeks Harga Saham terus mengalami fluktuasi, hal ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga dengan Indeks Harga Saham Gabungan terjadi inkonsistensi, seharusnya ketika tingkat suku bunga meningkat maka Indeks Harga Saham Gabungan turun, atau jika tingkat suku bunga stabil seharusnya Indeks harga Saham Gabungan juga stabil. Jumlah uang beredar pada tahun 2010-2012 relatif naik, namun tidak terlalu signifikan, akan tetapi dengan naiknya jumlah uang beredar, nilai IHSG terus berfluktuatsi secara signifikan, seharusnya kenaikan jumlah uang beredar diikuti dengan meningkatnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan secara bersamaan, tetapi ada beberapa waktu ketika jumlah uang beredar stabil, Indeks Harga Saham Gabungan mengalami penurunan, hal ini juga menunjukan adanya inkonsistensi. Sedangkan untuk harga minyak dunia relatif konsisten, namun pada bulan November 2011 terjadi inkonsistensi antara harga minyak dunia dengan IHSG, ketika harga minyak dunia naik, IHSG justru mengalami penurunan. Hal ini disebabkan memanasnya sentimen global akan kekhawatiran krisis di Eropa dan pertumbuhan ekonomi AS yang tidak sesuai harapan. Pada kurun waktu 20102012 harga minyak dunia rata-rata mengalami kenaikan, seiring dengan naiknya 7 harga minyak dunia IHSG pun turut mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untu meneliti variabel tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia pengaruhnya dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Untuk itu peneliti menyusun skripsi dengan judul: “PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE 2010-2012” 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan variabel tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan? 2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara simultan periode 2010-2012? 3. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredaar, dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial periode 2010-2012? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran sekaligus masukan tentang pengaruh dan hubungan tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Disamping itu juga sebagai syarat untuk menyelesaikan program sudi Manajemen S-1, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perkembangan variabel tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan. 8 2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara simultan periode 2010-2012. 3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredaar, dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial periode 2010-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Investor Dapat memberikan gambaran tentang keadaan saham perusahaan publik mengenai pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar,dan harga minyak dunia terhadap IHSG sehingga dapat menentukan dan menerapkan strategi perdagangan di pasar modal. 2. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak-pihak lainnya yang terkait dalam mengambil kebijakan yang akan ditempuh sehubungan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek. 3. Bagi Akademisi Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan dasar dan bisa juga dikembangkan secara lebih luas dengan mengambil faktor-faktor ekonomi yang lain. 4. Bagi Penulis Bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat membuka pandangan baru melalui analisis terhadap faktor makro ekonomi nasional dan faktor internasional dalam kaitannya dengan bursa, sehingga penulis bisa membandingkan antara teori yang ada dengan praktiknya. 9 1.5 Kerangka Pemikiran Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik itu dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta, Tjiptono (2001). Perkembangan pasar modal di Indonesia tercermin dari nilai IHSG. Besarnya indeks harga saham gabungan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Faktor tersebut dapat berupa faktor ekonomi maupun faktor nonekonomi. Faktor-faktor ekonomi makro yang dapat mempengaruhi fluktuasi IHSG yaitu jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan harga minyak dunia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek, Sunariyah (2010:101). IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa Anoraga dan Pakarti (2001:19). Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase tahaunan, (Dornbusch, et.all. 2008:43). Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Weston dan Brigham (2001:26) mengemukakan bahwa tingkat bunga mempunyai pengaruh yang besar terhadap harga saham. Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin tinggi pula tingkat suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman dari bank-bank di dalam negeri. Hal ini menyebabkan saham-saham emiten yang tercatat di BEI menjadi tidak menarik lagi bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal sehingga harga saham menjadi turun dan dalam hal ini terefleksi pada melemahnya nilai IHSG. Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. 10 Dayananda dan Ko (dalam Pasaribu, et.all. 2008) melakukan penelitian mengenai tingkat pengembalian pasar saham terhadap variabel makro ekonomi, dimana salah satunya adalah tingkat bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bunga mempunyai hubungan negatif, tetapi umumnya tidak signifikan baik menggunakan data bulanan maupun triwulan. Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar dalam sebuah perekonomian. Pengertian jumlah uang beredar dapat dilihat secara sempit dan luas. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Jumlah uang beredar dalam artian sempit ini disebut dengan M. Pengertian uang beredar secara luas dinamakan M2 dan M2 adalah M1 ditambah tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek termasuk rekening pasar uang dari pinjaman semalam antar bank (bank overweight). Sedangkan yang dimaksud dengan M3 adalah M2 ditambah komponen-komponen lainnya terutama sertifitikat deposito. Uang beredar dalam artian luas disebut juga dengan uang kuasi (quasy money). Berdasarkan dengan teori Keynes, yakni penawaran uang (Money Supply) memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah uang beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan (menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor untuk melakukan investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output dan memicu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang akan memiliki hubungan negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan berdampak pada peningkatan tingkat suku bunga dan pada akhirnya berakibat pada penurunan output. Selain itu, peningkatan IHSG dipengaruhi juga oleh harga minyak dunia. Hal ini terjadi karena investor pasar modal menganggap bahwa naiknya harga energi merupakan pertanda meningkatnya permintaan global, yang berarti 11 membaiknya pemulihan ekonomi global pasca krisis dan sebaliknya. Dengan begitu, jika harga minyak mentah meningkat, ekspektasi terhadap membaiknya kinerja perusahaan-perusahaan juga akan meningkat dan otomatis harga saham akan ikut naik. Saat ini di Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai kapitalisasi perusahaan tambang yang tercatat di IHSG mencapai 12,04% dari nilai kapitalisasi seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Selain itu berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Desember 2010, transaksi perdagangan saham di dominasi oleh sektor pertambangan sekitar 33,05%. mengingat pergerakan IHSG banyak didorong oleh saham-saham yang aktif diperdagangkan, maka kenaikan harga minyak dunia secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong kenaikan harga saham perusahaan tambang. Hal ini tentunya akan mendorong kenaikan IHSG pula. Berdasarkan pendapat diatas, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah fenomena tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan harga minyak dunia berpengaruh terhadap indeks saham gabungan. Dengan demikian, alur kerangka berpikir dari penelitian ini dapat disusun dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1.2 Bagan Kerangka Pemikiran Pasar Uang Investasi Pasar Modal Risiko Tidak Sistematik Sistematik Faktor Fundamental Faktor Non Fundamental - Inflasi - Pengangguran - Sosial Politik - Keamanan IHSG - Suku Bunga - Jumlah Uang Beredar - Minya Dunia 12 Keterangan: Faktor yang diteliti Faktor yang tidak diteliti 1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia dengan IHSG secara simultan. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia dengan IHSG secara parsial. 1.7 Metode Penelitian Bentuk atau jenis penelitian ini dalam pelaksanaannya adalah menggunakan metode deskriptif-verifikatif dengan jenis penelitian explanatory survey. Definisi penelitian explanatory survey menurut Nazir (2005:54) adalah sebagai berikut: “Penelitian explanatory survey adalah penelitian yang bertujuan untuk menafsirkan hubungan antara variabel dengan cara menginterpretasikan terlebih dahulu kesimpulan yang diperoleh melalui hipotesis.” Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Definisi metode deskriptif menurut Nazir (2005:54) ialah: “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki. Selanjutnya definisi metode verifikatif menurut Rasyad (2003:6) adalah sebagai berikut: 13 “Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan dan pengujian hipotesis.” Tujuan dari penelitian verifikatif ini adalah untuk menjawab permasalahan yang ada pada data yang akan diolah dengan menguji hipotesis dari data dan fakta yang ada. Alat analisis yang digunakan menggunakan analisis statistik, yaitu menggunakan analisis uji korealasi, koefisien determinasi, dan analisis regresi. Dengan metode ini penulis dapat mengetahui besarnya pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen serta besarnya hubungan yang terjadi. Untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan dengan cara uji statistik F. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara parsial dengan cara uji statistik t dari masing-masing variabel. 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan, dengan mengambil data sekunder dari situs-situs keuangan dan bisnis seperti www.bps.go.id, www.bi.go.id, www.idx.co.id dengan pencarian melalui www.google.com, perpustakaan Universitas Widyatama dan jurnal-jurnal peneliti lain. Adapun penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2013 sampai dengan Februari 2014.