Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula
pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi Amerika diawali karena
adanya dorongan untuk konsumsi (propincity to consume). Krisis tersebut terus
merambat ke sektor riil dan non-keuangan di seluruh dunia. Krisis keuangan di
Amerika Serikat pada awal dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan
menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal
sebagai konsumen terbesar atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh
dunia.
Krisis ekonomi disusul oleh beberapa indikator penting penurunan
ekonomi di seluruh dunia. Indikator tersebut adalah tingginya harga minyak
dunia, yang menyebabkan krisis pangan dunia (karena ketergantungan produksi
makanan terhadap minyak, dan juga penggunaan makanan sebagai alternatif
minyak bumi), inflasi tinggi, krisis kredit macet yang menyebabkan bankrutnya
beberapa bank besar, meningkatnya pengangguran dan kemungkinan resesi
global. Selain itu, penyebab krisis ekonomi lainnya yaitu penumpukkan hutang
yang sangat besar, adanya program pengurangan pajak korporasi yang
mengakibatkan berkurangnya pendapatan negara, lembaga pengawas keuangan
CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak mengawasi ICE (Inter
Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan
berjangka, kerugian surat berharga property, dan yang terakhir adalah keputusan
suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya spekulasi yang berlebihan.
Krisis ekonomi Amerika tersebut semakin lama semakin merambat
menjadi krisis ekonomi global karena sebenarnya perekonomian di dunia ini
saling terhubung satu sama lainnya, peristiwa yang terjadi di suatu tempat akan
berpengaruh di tempat lainnya. Dan tidak jarang dampak yang terjadi jauh lebih
besar daripada yang terjadi di tempat asalnya, oleh karena itu Indonesia juga turut
1
2
merasakan krisis ekonomi global ini. Indonesia merupakan Negara yang masih
sangat bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis
global ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari
Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang rupiah. Aliran dana
asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk
menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak
berdaya, yang pada ujungnya negara kembalilah yang harus menanggung hutang
perbankan dan perusahaan swasta.
Selain perbankan ada lembaga lain yang menjadi penggerak perekonomian
suatu negara yaitu pasar modal. Pasar modal di Indonesia (Bursa Efek Indonesia)
dapat menjadi media pertemuan antara investor dan industri. Husnan (2005:3)
mengemukakan pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena memiliki fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dalam fungsi ekonominya,
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki
kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi keuangan yang
dilaksanakan pasar modal yaitu dengan cara menyediakan dana yang diperlukan
oleh pihak yang membutuhkan dana. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif
investasi bagi para investor diantaranya, menabung di bank, membeli emas,
asuransi, tanah, bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah
melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang, salah satunya adalah
saham. Saham merupakan satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen
financial yang mengacu pada bagian kepemilikan perusahaan.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2008: 5). Harga-harga saham
3
emiten yang listing di BEI tergabung dalam suatu indeks yang disebut Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
IHSG adalah indeks yang menampilkan perkembangan keseluruhan
pergerakan harga saham perusahaan yang terdaftar pada pasar modal, yang dalam
penelitian ini mengacu pada Bursa Efek Indonesia (BEI), sebagai media resmi
transaksi saham di Indonesia. Dengan adanya IHSG, investor dapat menilai
kinerja pasar yang berhubungan dengan harga saham dan volume transaksi secara
harian.
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang
menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Indeks Harga Saham
Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran kinerja suatu
bursa diantaranya, yaitu sebagai indikator trend pasar, sebagai indikator tingkat
keuntungan, sebagai benchmark kinerja suatu portofolio, dan memfasilitasi
pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
Siegel dalam Tandelilin (2001:211) meyebutkan bahwa adanya
hubungan yang kuat antara saham dan kinerja ekonomi makro, dan menemukan
bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan
ekonomi. Ada dua alasan yang mendasarinya, pertama, harga saham yang
terbentuk merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning, dividen,
maupun tingkat bunga yang terjadi. Dengan demikian, harga saham yang
terbentuk merefleksikan ekspektasi investor atas kondisi ekonomi di masa depan,
dan bukan kondisi ekonomi saat ini. Kedua, kinerja pasar modal akan bereaksi
terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro seperti perubahan tingkat bunga,
inflasi, ataupun jumlah uang beredar.
Menurut Sunariyah (2010:20-22) bahwa apabila suatu indikator makro
menunjukan kinerja yang baik, maka akan berdampak baik pula bagi
perkembangan pasar modal, dan sebaliknya. Terdapat beberapa indikator ekonomi
yang mempengaruhi pasar modal, variable-variabel tersebut adalah jumlah uang
beredar, suku bunga, dan harga minyak dunia.
Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau
investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam
4
persentase tahunan (Dornbusch, et.all., 2008 : 43). Suku bunga mempengaruhi
keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau
menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah
harga yang menghubungkan masa kini dengan masa yang akan datang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amin (2012) menunjukkan bahwa
tingkat suku bunga merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terhadap harga
saham. Perubahan tingkat suku bunga mempengaruhi perubahan BI rate secara
otomatis, pada tahun 2010 perubahan tingkat suku bunga sebesar 6,50% dari
Januari sampai akhir Desember tahun 2010, yang mana inflasi pada tahun 2010
sebesar 4,31% dan pada tahun 2011 inflasi cenderung berfluktuasi menjadi 5%.
Adapun perkembangan tingkat suku bunga yang mengalami kenaikan dari awal
tahun 2011 sampai bulan April 2011 menjadi 6,75% atau mengalami kenaikan
0,25% (www.bi.go.id). Kenaikan BI rate akan diikuti dengan kenaikan tingkat
suku bunga SBI.
Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar
dalam sebuah perekonomian. Pengertian jumlah uang beredar dapat dilihat secara
sempit dan luas. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan deposito
yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Jumlah uang beredar dalam artian sempit
ini disebut dengan M. Pengertian uang beredar secara luas dinamakan M2, dan
M2 adalah M1 ditambah tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya
lebih pendek termasuk rekening pasar uang dari pinjaman semalam antar bank
(bank overweight). Sedangkan yang dimaksud dengan M3 adalah M2 ditambah
komponen-komponen lainnya terutama sertifitikat deposito. Uang beredar dalam
artian luas disebut juga dengan uang kuasi (quasy money). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Novianto (2011) menunjukan bahwa jumlah uang beredar
berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Begitu pula hasil penelitian yang
dilakukan
oleh
Himaniyah
(2008)
menunjukan
bahwa
variable
yang
mempengaruhi harga saham adalah jumlah uang beredar.
Harga minyak dunia juga mempengaruhi pergerakan harga indeks saham
gabungan khususnya pada sektor pertambangan. Nilai kapitalisasi perusahaan
tambang yang tercatat IHSG mencapai 12,04% (www.idx.co.id), selain itu
5
berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Desember 2010, transaksi
perdagangan saham didominasi oleh sektor pertambangan sekitar 33,05%. Hal ini
mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia akan mendorong kenaikan harga
saham perusahaan tambang. Minyak juga merupakan komoditi yang cukup
penting bagi perekonomian indonesia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2009) menunjukan
bahwa harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap IHSG. Hal ini dapat
terlihat total kapitalisasi pasar sektor pertambangan dan perkebunan hampir 25
persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI. Hal ini terjadi karena
dalam satu tahun terakhir ini, minyak di suatu negara mengalami kelangkaan,
sehingga harga minyak dunia menjadi tidak stabil. Selain itu, ketidakstabilan
politik di suatu negara mempengaruhi harga minyak dunia. Tidak berbeda dengan
negara lain, Indonesia juga mengalami ketidakstabilan harga, sehingga
berpengaruh terhadap harga minyak nasional (Minas) Indonesia. Turunnya harga
minyak dunia dipicu oleh rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara
di kawasan Eropa, kondisi ini pada akhirnya akan berdampak pada ekspektasi
yang rendah pada pertumbuhan ekonomi global dan menekan harga minyak.
Sementara itu proses recovery perekonomian di negara-negara diluar kawasan
Eropa belum sepenuhnya menjamin pulihnya perekonomian global. Dalam jangka
panjang apabila fundamental perekonomian sudah membaik, minyak tetap akan
memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian global dan akan
berdampak pada harga saham global.
Berikut perkembangan tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, harga
minyak dunia, dan IHSG periode 2010 sampai dengan 2012 di Indonesia yang
digambarkan dengan grafik.
6
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Harga
Minyak Dunia, dan IHSG Periode 2010-2012
20,00%
15,00%
SUKU BUNGA
10,00%
JUMLAH UANG
BEREDAR
0,00%
HARGA MINYAK
DUNIA
-5,00%
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGU
SEP
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGU
SEP
OKT
NOV
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGU
SEP
OKT
NOV
DES
5,00%
IHSG
-10,00%
-15,00%
Pada gambar 1.1 menunjukan tingkat suku bunga yang relatif stabil selama
tahun 2010 sampai dengan 2012, sedangkan Indeks Harga Saham terus
mengalami fluktuasi, hal ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga dengan
Indeks Harga Saham Gabungan terjadi inkonsistensi, seharusnya ketika tingkat
suku bunga meningkat maka Indeks Harga Saham Gabungan turun, atau jika
tingkat suku bunga stabil seharusnya Indeks harga Saham Gabungan juga stabil.
Jumlah uang beredar pada tahun 2010-2012 relatif naik, namun tidak terlalu
signifikan, akan tetapi dengan naiknya jumlah uang beredar, nilai IHSG terus
berfluktuatsi secara signifikan, seharusnya kenaikan jumlah uang beredar diikuti
dengan meningkatnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan secara bersamaan,
tetapi ada beberapa waktu ketika jumlah uang beredar stabil, Indeks Harga Saham
Gabungan mengalami penurunan, hal ini juga menunjukan adanya inkonsistensi.
Sedangkan untuk harga minyak dunia relatif
konsisten, namun pada bulan
November 2011 terjadi inkonsistensi antara harga minyak dunia dengan IHSG,
ketika harga minyak dunia naik, IHSG justru mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan memanasnya sentimen global akan kekhawatiran krisis di Eropa dan
pertumbuhan ekonomi AS yang tidak sesuai harapan. Pada kurun waktu 20102012 harga minyak dunia rata-rata mengalami kenaikan, seiring dengan naiknya
7
harga minyak dunia IHSG pun turut mengalami peningkatan yang cukup
signifikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untu meneliti variabel
tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga minyak dunia pengaruhnya
dengan Indeks Harga Saham Gabungan. Untuk itu peneliti menyusun skripsi
dengan judul: “PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, JUMLAH UANG
BEREDAR, DAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE 2010-2012”
1.2
Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian, maka penulis mengidentifikasi
masalah dalam penelitian tersebut sebagai berikut:
1.
Bagaimana perkembangan variabel tingkat suku bunga, jumlah uang
beredar, dan harga minyak dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan?
2.
Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan harga
minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara simultan
periode 2010-2012?
3.
Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredaar, dan harga
minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial
periode 2010-2012?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran sekaligus
masukan tentang pengaruh dan hubungan tingkat suku bunga, jumlah uang
beredar, dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Disamping itu juga sebagai syarat untuk menyelesaikan program sudi Manajemen
S-1, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui perkembangan variabel tingkat suku bunga, jumlah
uang beredar, dan harga minyak dunia dan Indeks Harga Saham
Gabungan.
8
2.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dan
harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara
simultan periode 2010-2012.
3.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredaar,
dan harga minyak dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara
parsial periode 2010-2012.
1.4
Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Dapat memberikan gambaran tentang keadaan saham perusahaan publik
mengenai pengaruh tingkat suku bunga, jumlah uang beredar,dan harga
minyak dunia terhadap IHSG sehingga dapat menentukan dan menerapkan
strategi perdagangan di pasar modal.
2. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak-pihak lainnya yang
terkait dalam mengambil kebijakan yang akan ditempuh sehubungan dengan
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek.
3. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan dasar dan bisa juga dikembangkan
secara lebih luas dengan mengambil faktor-faktor ekonomi yang lain.
4. Bagi Penulis
Bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat membuka pandangan baru melalui
analisis terhadap faktor makro ekonomi nasional dan faktor internasional
dalam kaitannya dengan bursa, sehingga penulis bisa membandingkan antara
teori yang ada dengan praktiknya.
9
1.5
Kerangka Pemikiran
Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrument keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik itu dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta, Tjiptono (2001).
Perkembangan pasar modal di Indonesia tercermin dari nilai IHSG. Besarnya
indeks harga saham gabungan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor tersebut dapat berupa faktor ekonomi maupun faktor
nonekonomi. Faktor-faktor ekonomi makro yang dapat mempengaruhi fluktuasi
IHSG yaitu jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan harga minyak dunia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi
historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham
gabungan di bursa efek, Sunariyah (2010:101). IHSG merupakan indeks yang
menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek
yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini
bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah
harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh
harga saham yang tercatat di bursa Anoraga dan Pakarti (2001:19).
Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau
investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam
persentase tahaunan, (Dornbusch, et.all. 2008:43). Suku bunga mempengaruhi
keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau
menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Weston dan Brigham (2001:26)
mengemukakan bahwa tingkat bunga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
harga saham. Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin tinggi pula tingkat suku
bunga deposito dan suku bunga pinjaman dari bank-bank di dalam negeri. Hal ini
menyebabkan saham-saham emiten yang tercatat di BEI menjadi tidak menarik
lagi bagi para investor untuk berinvestasi di pasar modal sehingga harga saham
menjadi turun dan dalam hal ini terefleksi pada melemahnya nilai IHSG. Tingkat
bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham.
10
Dayananda dan Ko (dalam Pasaribu, et.all. 2008) melakukan penelitian
mengenai tingkat pengembalian pasar saham terhadap variabel makro ekonomi,
dimana salah satunya adalah tingkat bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat bunga mempunyai hubungan negatif, tetapi umumnya tidak signifikan
baik menggunakan data bulanan maupun triwulan.
Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar
dalam sebuah perekonomian. Pengertian jumlah uang beredar dapat dilihat secara
sempit dan luas. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan deposito
yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Jumlah uang beredar dalam artian sempit
ini disebut dengan M. Pengertian uang beredar secara luas dinamakan M2 dan M2
adalah M1 ditambah tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih
pendek termasuk rekening pasar uang dari pinjaman semalam antar bank (bank
overweight). Sedangkan yang dimaksud dengan M3 adalah M2 ditambah
komponen-komponen lainnya terutama sertifitikat deposito. Uang beredar dalam
artian luas disebut juga dengan uang kuasi (quasy money).
Berdasarkan dengan teori Keynes, yakni penawaran uang (Money Supply)
memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah
uang beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal
ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Jumlah uang beredar berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi kelebihan
jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan (menurunkan)
tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong para investor untuk melakukan
investasi, yang pada akhirnya akan menciptakan kenaikan output dan memicu
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, permintaan uang akan memiliki hubungan
negatif terhadap output, meningkatnya permintaan uang akan berdampak pada
peningkatan
tingkat
suku
bunga
dan
pada
akhirnya
berakibat
pada
penurunan output.
Selain itu, peningkatan IHSG dipengaruhi juga oleh harga minyak dunia.
Hal ini terjadi karena investor pasar modal menganggap bahwa naiknya harga
energi merupakan pertanda meningkatnya permintaan global, yang berarti
11
membaiknya pemulihan ekonomi global pasca krisis dan sebaliknya. Dengan
begitu, jika harga minyak mentah meningkat, ekspektasi terhadap membaiknya
kinerja perusahaan-perusahaan juga akan meningkat dan otomatis harga saham
akan ikut naik. Saat ini di Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai kapitalisasi
perusahaan tambang yang tercatat di IHSG mencapai 12,04% dari nilai
kapitalisasi seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id). Selain itu berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per
Desember 2010, transaksi perdagangan saham di dominasi oleh sektor
pertambangan sekitar 33,05%. mengingat pergerakan IHSG banyak didorong oleh
saham-saham yang aktif diperdagangkan, maka kenaikan harga minyak dunia
secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong kenaikan harga saham
perusahaan tambang. Hal ini tentunya akan mendorong kenaikan IHSG pula.
Berdasarkan pendapat diatas, maka akan dilakukan penelitian untuk
mengetahui apakah fenomena tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan harga
minyak dunia berpengaruh terhadap indeks saham gabungan. Dengan demikian,
alur kerangka berpikir dari penelitian ini dapat disusun dalam bagan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1.2
Bagan Kerangka Pemikiran
Pasar Uang
Investasi
Pasar Modal
Risiko
Tidak Sistematik
Sistematik
Faktor Fundamental
Faktor Non Fundamental
- Inflasi
- Pengangguran
- Sosial Politik
- Keamanan
IHSG
- Suku Bunga
- Jumlah Uang
Beredar
- Minya Dunia
12
Keterangan:
Faktor yang diteliti
Faktor yang tidak diteliti
1.6
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis
sebagai berikut:
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga, jumlah uang
beredar, dan harga minyak dunia dengan IHSG secara simultan.
2.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga, jumlah uang
beredar, dan harga minyak dunia dengan IHSG secara parsial.
1.7
Metode Penelitian
Bentuk
atau
jenis
penelitian
ini
dalam
pelaksanaannya
adalah
menggunakan metode deskriptif-verifikatif dengan jenis penelitian explanatory
survey. Definisi penelitian explanatory survey menurut Nazir (2005:54) adalah
sebagai berikut:
“Penelitian explanatory survey adalah penelitian yang bertujuan untuk
menafsirkan hubungan antara variabel dengan cara menginterpretasikan
terlebih dahulu kesimpulan yang diperoleh melalui hipotesis.”
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verifikatif. Definisi metode deskriptif menurut Nazir (2005:54)
ialah:
“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki. Selanjutnya definisi metode
verifikatif menurut Rasyad (2003:6) adalah sebagai berikut:
13
“Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan
perkiraan dan pengujian hipotesis.”
Tujuan dari penelitian verifikatif ini adalah untuk menjawab permasalahan
yang ada pada data yang akan diolah dengan menguji hipotesis dari data dan fakta
yang ada. Alat analisis yang digunakan menggunakan analisis statistik, yaitu
menggunakan analisis uji korealasi, koefisien determinasi, dan analisis regresi.
Dengan metode ini penulis dapat mengetahui besarnya pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen serta besarnya hubungan yang
terjadi. Untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan dengan cara uji
statistik F. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara parsial dengan cara uji
statistik t dari masing-masing variabel.
1.8
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan, dengan mengambil data sekunder dari situs-situs
keuangan dan bisnis seperti www.bps.go.id, www.bi.go.id, www.idx.co.id dengan
pencarian melalui www.google.com, perpustakaan Universitas Widyatama dan
jurnal-jurnal peneliti lain. Adapun penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2013
sampai dengan Februari 2014.
Download