G:\Review 1(1) Januari 2013\3.

advertisement
Review Penelitian Kopi dan Kakao 1 (1) 2013,Abdoellah
24-39
PENGELOLAAN NUTRISI TANAMAN TERPADU
DI PERKEBUNAN KOPI
Integrated Plant Nutrient Management
on Coffee Plantation
Soetanto Abdoellah1*)
1)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember, Indonesia
*)
Alamat penulis (Corresponding Author): [email protected]
Naskah diterima (received) 18 September 2012, disetujui (accepted) 22 Oktober 2012
Abstrak
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu (PNTT) merupakan suatu pendekatan
holistik pengelolaan unsur hara tanaman dengan mempertimbangkan secara utuh
semua sumberdaya pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur
hara tanaman. Apabila diterapkan secara konsisten, sistem budidaya tanaman
kopi yang baku telah memenuhi semua prinsip PNTT. Dari aspek keharaan,
penaung merupakan salah satu sumber yang signifikan bagi tanaman kopi, baik
berupa simbiosisnya dengan bakteri penambat nitrogen maupun dari hasil
dekomposisi guguran daun atau hasil pangkasannya. Hasil pangkasan tanaman
penaung Leguminosa ini dapat juga disebut sebagai pupuk hijau. Penggunaan
batang bawah yang sesuai dapat meningkatkan ketahanan tanaman kopi terhadap
kekeringan dan defisiensi unsur hara. Fungsi konservasi tanaman kopi tidak
berbeda dengan tanaman hutan. Penggunaan pupuk kandang dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk kandang dapat mensuplai semua nutrisi
yang diperlukan tanaman meskipun dalam jumlah kecil. Penggunaan pupuk kandang
bersama-sama dengan pupuk anorganik dapat memberikan respon yang baik oleh
tanaman. Nitrogen dan kalium merupakan unsur hara paling penting untuk
memperoleh produksi tinggi pada tanaman kopi. Kadar C total, N total, P tersedia,
dan Mg dapat ditukar pada lapisan tanah 0-20 cm dengan tanaman penutup lebih
tinggi daripada tanah yang tanpa tanaman penutup. Demikian pula kadar K dan
Ca dapat ditukar pada lapisan 0-10 cm. Penurunan pH (H2O) dan kenaikan Al
dapat ditukar dapat dihambat dengan penanaman tanaman penutup tanah. Unsur
hara N, K, Ca, dan Mg yang terkandung di dalam daun tanaman kopi berumur 10
tahun yang gugur maupun dalam bagian tanaman yang dipangkas jauh lebih tinggi
daripada unsur hara yang diserap di dalam buah kopi. Pengembalian kulit tanduk
dan daging buah kopi ke kebun akan membantu mengurangi pengurasan unsur
hara oleh produksi. Pemanfaatan biomassa in situ dapat dilakukan secara langsung
dengan mengandalkan proses dekomposisi alamiah yang terjadi di dalam kebun
ataupun mengintegrasikan ternak ke dalam sistem kebun kopi. Produk biomasa
organik dari kebun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sehingga proses
daur ulang (recycling) hara dapat berlangsung lebih cepat serta dapat memberikan
hasil tambahan berupa daging ternak. Adanya penghasilan tambahan tersebut
akan lebih menjamin keberlanjutan sistem usaha tani PNTT.
24
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
Abstract
Integrated plant nutrient management (IPNM) is a holistic approach
to the management of plant nutrients by considering all the agricultural resources that can be used as a source of plant nutrients. If applied consistently,
coffee cultivation system meets all the principles of IPNM. From the aspect of
nutrients, shade is a significant source for coffee plants, either in the symbiosis with nitrogen-fixing bacteria or from the decomposition of fallen leaves or
pruned materials. The pruned materials of leguminous shade can also be referred to green manure. The use of an appropriate rootstock can improve plant
resistance to drought and coffee nutrient deficiency. The function of coffee crop
on soil conservation is no different with forest trees. The use of manure can
improve the physical, chemical, and biological properties of soil. Manure can
supply all the necessary nutrients plants although in small quantities. The use
of manure along with inorganic fertilizers can give a good benefit to the plant.
Nitrogen and potassium are the most important nutrients to achieve a high
production on coffee. Levels of total C, total N, available P, and exchangeable
Mg in the soil layer of 0-20 cm with cover crops is higher than the soil without
cover crop. Similarly, the levels of exchangeable K and Ca in the layer of 0-10
cm. Decrease in pH (H 2 O) and an increase in exchangeable Al can be inhibited by planting cover crops. Nutrients N, K, Ca, and Mg contained in the fallen
leaves of 10 years old of coffee trees as well as in pruned materials are much
higher than that of absorbed nutrients in the coffee cherries. Returns of pulp
and parchment of coffee into the plantation will contribute in lowering nutrient removal by coffee yield. Utilization of biomass in situ can be done directly
by relying on the natural decomposition process that occurs in the plantation
or integrating livestock into the coffee plantation system. Organic biomass products from the plantation can be used as cattle feed so that the recycling process of nutrients can go faster and can provide additional benefits such as meat.
The existence of the additional income will further ensure the sustainability of
IPNM farming systems.
Key words: Integrated plant nutrient management, coffee.
PENDAHULUAN
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu/
PNTT (integrated plant nutrient management/IPNM) merupakan suatu pendekatan
holistik pengelolaan unsur hara tanaman
dengan mempertimbangkan secara utuh
semua sumberdaya pertanian yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara
tanaman (Aune & Oygard, 1998). PNTT
bertujuan mengoptimumkan penggunaan
unsur hara dari perspektif agronomi,
ekonomi, dan lingkungan (Alley & Vanlauwe,
2009). Dengan PNTT, semua sumber unsur
hara yang tersedia digunakan secara tepat
dan baik di dalam suatu sistem produksi
tanaman total yang spesifik lokasi. PNTT
memastikan bahwa tanaman telah cukup
mendapatkan semua unsur hara essensial,
tetapi tidak sampai berlebihan.
Prinsip utama PNTT adalah memaksimumkan penggunaan masukan organik dan
meminimumkan kehilangan hara serta
menciptakan suplemen pupuk. Upaya
memaksimumkan penggunaan masukan
organik meliputi antara lain mengembalikan
sisa tanaman ke tanah, melibatkan tanaman
legum penambat nitrogen dalam rotasi
tanaman, dan menggunakan bahan organik
yang dihasilkan di luar lahan apabila
memungkinkan. Penggunaan penutup tanah
25
Abdoellah
Gambar 1. Gambaran Hukum Minimum Leibig yang menyatakan bahwa potensi hasil tanaman ditentukan
oleh faktor pembatas terendah di lapangan (Alley & Vanlauwe, 2009).
Figure 1.
Illustration of Leibig’s Minimum Law that stated the potence of yield is controlled by the lowest
limiting factor in the field (Alley & Vanlauwe, 2009).
dan pembuatan gundukan mengikuti kontur
merupakan sebagian kegiatan meminimumkan
kehilangan hara tanaman. Penerapan PNTT
pada tanaman lada terbukti meningkatkan
ketersediaan hara tanah, meningkatkan hasil
antara 30-40%, menurunkan serangan
penyakit busuk pangkal batang Phytophthora
sebesar 2%, dan meningkatkan kadar
oleoresin serta piperine di dalam buah
(Anonimous, 2003).
Secara rinci komponen PNTT adalah
(1) memanfaatkan residu unsur hara tanah
yang tersedia, termasuk kemasaman dan
salinitas; (2) menentukan potensi produktivitas tanah untuk berbagai tanaman melalui
pemanfaatan sifat fisika tanah dengan
perhatian khusus kepada kapasitas penyimpanan air tersedia dan kedalaman perakaran;
(3) menghitung kebutuhan unsur hara
tanaman untuk tempat dan hasil tertentu; (4)
menghitung nilai unsur hara yang berasal dari
lahan setempat seperti bahan organik dan sisa
tanaman; (5) menghitung kebutuhan unsur
hara suplemen (kebutuhan unsur hara total
dikurangi unsur hara yang tersedia di lahan
setempat) yang harus sesuai dengan unsur
hara yang berasal dari luar lahan setempat;
(6) mengembangkan program untuk
26
mengoptimumkan penggunaan unsur hara
melalui pemilihan sumber, waktu dan
penempatan aplikasi unsur hara yang tepat
dan baik. Semua tujuan PNTT tersebut adalah
untuk mencukupi kebutuhan tanaman
seefisien mungkin, dan meminimumkan
potensi dampak negatifnya terhadap
lingkungan (Alley & Vanlauwe, 2009).
Apabila diterapkan secara konsisten,
sistem budidaya tanaman kopi yang baku
telah memenuhi semua prinsip PNTT. Sistem
budidaya tersebut meliputi penggunaan
tanaman penaung dari keluarga Leguminosa,
penggunaan batang bawah yang mampu
bertahan pada tingkat kesuburan tanah
rendah, tata tanam mengikuti kontur,
pembuatan teras, pembuatan rorak, penggunaan pupuk organik sejak di pembibitan
sampai di lapangan, penggunaan pupuk
anorganik sesuai karakteristik tanah dan
tahap perkembangan tanaman, penggunaan
tanaman penutup tanah dari keluarga
Leguminosa, penggunaan hasil pangkasan
tanaman penaung dan kopi sebagai mulsa,
pengembalian kulit buah dan air bekas
pengolahan ke lahan pertanaman, serta
integrasi kopi dengan ternak.
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
Tanaman Penaung Kopi
digunakan adalah spesies Leucaena sp.,
Gliricidia sp., dan Cassia spectabilis.
Secara fisiologis kopi termasuk dalam
kelompok tanaman C3, dengan demikian
tidak tahan kondisi sinar matahari penuh .
Oleh karena itu diperlukan tanaman penaung
guna mengurangi intensitas sinar matahari
yang sampai ke tajuknya, yang besarnya
pengurangan berkisar antara 30-70 % sesuai
dengan umur tanaman kopi, serta bervariasi
untuk saat-saat menjelang perubahan fase
vegetatif-generatif.
Dari aspek keharaan, penaung merupakan salah satu sumber yang signifikan bagi
tanaman kopi, baik berupa simbiosisnya
dengan bakteri penambat nitrogen maupun
dari hasil dekomposisi guguran daun atau
hasil pangkasannya. Hasil pangkasan tanaman
penaung Leguminosa ini dapat juga disebut
sebagai pupuk hijau (green manure). Salah
satu hasil penelitian nilai hara beberapa
kultivar Leucaena sp. disajikan pada
Tabel 1.
Terdapat dua kelompok tanaman
penaung yang digunakan untuk tanaman kopi,
yaitu tanaman penaung sementara dan
tanaman penaung tetap. Tanaman penaung
sementara digunakan pada saat penaung tetap
belum berfungsi, dan keduanya kebanyakan
dari keluarga Leguminosa. Beberapa spesies
tanaman penaung sementara antara lain
Moghania macrophylla, Crotalaria sp.
(terutama untuk kopi robusta di dataran
rendah), dan Tephrosia sp. (terutama untuk
kopi arabika di dataran tinggi). Untuk
tanaman penaung tetap, yang banyak
Tolok ukur yang penting dalam
hubungannya dengan tanaman penaung
keluarga Leguminosa adalah nisbah C/N.
Dekomposisi (mineralisasi) sisa tanaman
akan membebaskan N dari bentuk organik
(yang tidak dapat diserap akar tanaman)
menjadi bentuk mineral (amonium dan nitrat),
sepanjang suhu dan kadar lengas tanah sesuai
untuk kegiatan mikrobia, dan nisbah C/N lebih
kecil daripada 20. Bahan oganik dengan
nisbah C/N lebih besar daripada 30 akan
Tabel 1. Nilai hara beberapa kultivar Leucaena sp. (kg/ha/tahun)
Table 1. Nutrients value of some Leucaena cultivars (kg/ha/yr)
Kultivar
Cultivars
Bahan organic
Organic matter
Nitrogen
Fosfor
Phosphorus
Kalsium
Calcium
PG 62
350
17
3
4
PG 63
300
16
2
2
PG 64
500
24
3
4
PG 65
600
27
5
5
PG 66
350
17
3
3
PG 79
300
16
2
2
(Suhendi & Purwadi, 1994).
membebaskan N lebih lambat, karena
organisme tanah menyukai N mineral untuk
meningkatkan populasinya. Bahan organik
dengan nisbah C/N antara 20-30 menunjukkan sedikit lambat dalam hal mineralisasi
karena adanya proses imobilisasi oleh
mikro-organisme. Bagian tanaman keluarga
Leguminosa mempunyai nilai C/N
di bawah 20. Angka ini menunjukkan
bahwa secara relatif kadar C tidak terlalu
tinggi dibandingkan dengan kadar N,
sehingga mineralisasi terjadi optimum dan
N yang terbebaskan dapat tersedia untuk
tanaman.
27
Abdoellah
Tanaman penaung juga sangat berperan
dalam mengendalikan hilangnya unsur hara
yang terikut erosi. Suatu penelitian di
Colombia menunjukkan bahwa kehilangan
unsur nitrogen setiap tahun dari areal tanpa
penaung lebih besar daripada unsur nitrogen yang terserap tanaman kopi, tetapi pada
perkebunan kopi yang penaungnya baik, erosi
dapat ditekan hingga kurang dari 2% dari
kehilangan yang terjadi pada lahan tanpa
penaung (Hartemink, 2006). Di Venezuela,
total kehilangan tanah karena erosi pada
perkebunan kopi dengan penaung yang baik
kurang dari 2 ton/ha/tahun, sedangkan pada
perkebunan kopi tanpa penaung sebesar
7 ton/ha/tahun.
Tanaman penaung dari keluarga
Leguminosa dapat menambat nitrogen lewat
akarnya dengan bantuan bakteri penambat
nitrogen. Kontribusi nitrogen ke tanaman kopi
melalui proses ini sekitar 35 kg/ha/th, jumlah
ini kira-kira 28% dari nitrogen yang masuk
ke dalam ekosistem perkebunan kopi
(Faminow & Rodriguez, 2001).
Keberadaan tanaman penaung mengurangi pertumbuhan gulma, sehingga
menekan kompetisi unsur hara dengan
tanaman kopi. Sistem tanaman kopi-penaung
juga membentuk mekanisme daur ulang unsur
hara , sehingga mengurangi ketergantungan
suplai unsur hara dari luar sistem. Di samping
itu perakaran tanaman penaung menstabilkan
partikel tanah sehingga mengurangi erosi
(Faminow & Rodriguez, 2001).
Penggunaan Batang Bawah
Penggunaan batang bawah secara
sambungan (grafting) telah dikembangkan
di Indonesia sekitar akhir abad 19, dan telah
ditulis dalam kumpulan tulisan yang lengkap
oleh Cramer di tahun 1957 (Wrigley, 1988).
Meskipun pada awalnya tujuan utama
penggunaan batang bawah ini untuk
28
mendapatkan tanaman yang tahan nematoda
dengan kualitas biji bagus, namun ternyata
juga memberikan dampak positif terhadap
peningkatan serapan air dan unsur hara dari
tanah, karena kebanyakan tanaman yang
tahan nematoda mempunyai perakaran yang
kuat dan jagur. Oleh karena itu guna
memperoleh tanaman yang tahan terhadap
kondisi lahan marginal sekaligus berproduksi
tinggi, maka digunakan tanaman sambungan.
Batang bawah yang digunakan dipilih yang
tahan nematoda parasit, sekaligus mempunyai
perakaran kuat, banyak, dan pertumbuhannya
cepat. Beberapa jenis kopi yang digunakan
sebagai batang bawah adalah Coffea excelsa
serta Coffea canephora klon BP 308 dan
BP 961. Berdasarkan pengalaman di lapangan,
klon kopi yang digunakan sebagai batang
bawah, yang tujuan utamanya untuk
memperoleh tanaman yang tahan serangan
nematoda, ternyata juga diperoleh tanaman
yang mampu menyerap air dan unsur hara
lebih kuat, sehingga tanaman sambungan
menjadi lebih tahan kondisi kekeringan dan
tanah yang miskin unsur hara.
Suatu penelitian di Brazil tentang
tanggapan fisiologi kopi Conilon yang peka
terhadap kekeringan yang disambungkan
pada batang bawah toleran menunjukkan
bahwa penggunaan klon 120 sebagai batang
bawah menyebabkan tanaman mempunyai
perakaran lebih dalam dan kemampuan
menunda dehidrasi pada daun serta efisiensi
penggunaan air lebih tinggi daripada kontrol.
Penggunaan batang bawah yang toleran
terhadap kekeringan dapat memperbaiki
toleransi kekeringan pada tanaman kopi
(Silva et al., 2010).
Penelitian tentang efisiensi penyerapan,
translokasi dan penggunaan kalium, kalsium,
magnesium, boron, seng, tembaga dan
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
mangan pada bibit kopi sambung menunjukkan bahwa Cultivar Catuaí Vermelho IAC
15 lebih efisien dalam hal produksi bahan
kering dan penggunaan Mg, Cu serta Mn
jika dikombinasikan dengan batang bawah
Conilon ‘ES 26’ and ‘ES 23’ (Tomaz et al.,
2008; Tomaz et al., 2011).
Suatu pembandingan kandungan mineral dan organik antara kopi Robusta C2258
dengan kopi Arabika cv. Mundo Novo yang
rentan terhadap nematoda Meloidogyne
incognita menunjukkan bahwa infeksi
nematoda dapat mengubah penyerapan dan
translokasi unsur hara esensial di dalam
tanaman. Konsentrasi kalium dan seng lebih
tinggi pada daun C. canephora yang tahan
nematoda, sedangkan konsentrasi fosfor,
magnesium, besi, boron dan kalsium lebih
rendah (Goncalves et al., 1995 cit. Serracin
& Schmitt, 2000).
Konservasi Tanah dan Air
Sudah lama diketahui bahwa salah satu
metode konservasi tanah dan air adalah
metode vegetatif. Vegetasi hutan adalah
vegetasi ideal untuk konservasi tanah & air.
Namun dari penelitian yang cukup lama dan
mendalam, apabila dikelola secara standard,
vegetasi tanaman kopi juga berfungsi sebagai
sarana konservasi tanah & air. Sifat-sifat
botani dan standard budidaya tanaman kopi
yang berperan dalam konservasi tanah dan
air adalah :
1. Tajuk berlapis-lapis (dengan pangkasan
batang tunggal) dapat melindungi tanah
dari tetesan air hujan langsung sehingga
mencegah splash erosion.
2. Tanaman pendek dengan sistem
pangkasan batang tunggal mengurangi
energi potensial daya erosif tetesan air
hujan yang tertahan daun kopi sampai ke
permukaan tanah.
3. Di atas tajuk tanaman kopi terdapat tajuk
tanaman penaung tetap yang berupa
tanaman leguminosa (lamtoro, glirisidia),
sehingga terbentuk strata lapisan tajuk
yang sangat berperan dalam mengurangi
dampak tetesan air hujan langsung.
4. Pada saat tanaman kopi belum ditanam
atau masih muda, permukaan tanah
tertutup oleh penaung sementara berupa
semak leguminosa, sehingga terlindungi
dari tetesan air hujan langsung.
5. Kopi mempunyai akar tunggang yang kuat
sampai kedalaman hingga 3 m, dan akar
lateral sampai sepanjang 2 m dengan
ketebalan sekitar 0,5 m dari permukaan
tanah dan membentuk anyaman ke segala
arah (Wrigley, 1988). Sifat ini dapat
melindungi dan memegang tanah dari
daya erosif air hujan.
6. Metode kultur teknik pada tanaman kopi
sejalan dengan prinsip konservasi tanah
dan air, meliputi penanaman pohon
penaung sementara dan tetap, pengaturan
jarak tanam dan tata tanam sejajar kontur,
pemangkasan, pemberian bahan organik,
dan pembuatan rorak (Clifford & Willson,
1985).
7. Guna menciptakan lingkungan tumbuh
yang ideal bagi tanaman kopi, setiap
luasan tertentu pertanaman kopi
dikelilingi oleh tanaman kayu, yang
berfungsi sebagai pengendali iklim mikro
sekaligus sebagai pematah angin. Metoda
ini disebut box system.
8. Pengaruh positif box system selain
terhadap iklim mikro dan angin, juga
terhadap sifat kimia tanah seperti pada
Tabel 2.
9. Hasil penelitian besarnya aliran permukaan pada beberapa vegetasi
(termasuk tanaman kopi) tercantum
pada Tabel 3.
29
Abdoellah
10.Budidaya kopi multistrata di samping
memiliki fungsi lindung bagi daerah aliran
sungai, secara financial juga mampu
memberikan keuntungan bagi petani dan
sekaligus menyediakan lapangan kerja
secara berkelanjutan (Budidarsono &
Wijaya, 2004).
Penanaman tanaman rumput penguat
teras Vetiveria zizanioides pada tepi teras
juga dimaksudkan untuk mengurangi erosi
dan kehilangan unsur hara dari lahan tanaman
kopi. Pangkasan rumput tersebut secara
periodik perlu dilakukan, dan hasil pangkasan
digunakan sebagai mulsa.
Dari penelitian di atas terbukti bahwa
tanaman kopi dapat menahan tanah dan air
hampir sama dengan tanaman hutan, dengan
kata lain bahwa fungsi konservasi tanaman
kopi tidak berbeda dengan tanaman hutan.
Tata Tanam Mengikuti Kontur
Pada tanah dengan kemiringan kurang
dari 10%, penanaman kopi memotong
kemiringan atau mengikuti garis kontur
dirasa sudah memadai untuk mengurangi
aliran permukaan maupun erosi (Wrigley,
1988). Tata tanam mengikuti kontur ini
merupakan salah satu metode mengurangi
kehilangan tanah dan unsur hara yang
terkandung di dalamnya, terutama pada
tanah-tanah sedikit miring. Dengan tata tanam
tersebut, akan terbentuk deretan tanaman kopi
yang mengurangi kecepatan aliran permukaan
maupun erosi, sehingga kehilangan unsur
harapun akan berkurang.
Pembuatan Teras
Teras merupakan salah satu metode
konservasi tanah dan air yang lazim
digunakan di perkebunan kopi, khususnya
pada tanah-tanah miring. Teras dapat
mengurangi laju aliran permukaan dan erosi
yang membawa serta unsur hara tanah dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Berdasarkan bentuknya, teras dapat
dipilahkan menjadi beberapa, di antaranya
teras bangku, teras gulud, dan teras individu.
Tabel 2.
Sifat kimia tanah setelah 6 tahun menggunakan tanaman mimba (Melia azedarach) sebagai box system
Table 2.
Soil chemical properties after 6 years used Melia plant as a box system
Unsur
Elements
Non box system
Box system
pH
5.4
6.8
C organik (Organic C), %
0.12
0.57
N total, %
0.013
0.047
KPK (CEC), me %
1.7
2.3
Kejenuhan basa (Base saturation), %
20
98
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006)
Tabel 3. Aliran permukaan pada berbagai vegetasi
Table 3. Run off on various vegetations
Tanaman (Crops)
Hutan (Forest)
% Aliran permukaan (% run off)
2.5
Tanaman kopi (Coffee)
3.0
Rumput (Grass)
18.0
Tanah bera (terbuka) (Bare soil)
60.0
(De Castro cit. Sachs & Sylvain, 1959).
30
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
Tabel 4.
Sifat kimia tanah Oxisol tererosi dan tidak tererosi di bawah tanaman kopi dan tanaman hutan di sekitar Danau
Victoria, Tanzania
Table 4.
Soil chemical properties of eroded and uneroded Oxisol under coffee and forest at surrounding Victoria Lake,
Tanzania
Penggunaan lahan
Kedalaman
pH
C organik
P tersedia
KPK dan kation
tertukar
contoh tanah
Organic C, g/kg
Available P,
CEC and exchangeable
Land use
Soil sample depth, m
mg/kg
cations, mmol/kg
Tanah hutan
Land use
Kopi tidak tererosi
Uneroded coffee soils
Kopi tererosi
Eroded coffee soils
KPK
CEC
Ca
Mg
K
0-0.15
5.2
25.2
12
259
61
40
1.8
0.15-0.30
4.2
14.5
3
249
22
8
1.0
0-0.15
5.2
25.9
33
160
52
21
3.2
0.15-0.30
4.8
12.2
3
128
23
18
1.8
0-0.15
4.1
19.0
5
256
23
14
1.9
0.15-0.30
3.9
13.1
<2
259
8
3
1.6
(Hartemink, 2006).
Gambar 2. Perkebunan kopi berwawasan konservasi di Kebun Percobaan Andungsari, Bondowoso.
Figure 2.
Coffee plantation with conservation practices at Andungsari Experimental Station, Bondowoso.
Hasil penelitian Sotomayor-Ramirez et al.
(2008) me-nunjukkan bahwa banyaknya
sedimen pada pertanaman kopi yang dikelola
dengan menerapkan teras individu lebih
sedikit daripada yang dikelola secara
konvensional.
Pembuatan Rorak
Rorak atau gondang-gandung (pit)
adalah lubang berukuran panjang sekitar 1
m, lebar sekitar 0,3 m dan dalam sekitar 0,3
m yang dibuat di dekat pohon kopi. Rorak
berfungsi sebagai tempat penampung air hujan
serta larutan tanah dan sekaligus unsur hara
yang dibawanya agar dapat meresap di sekitar
perakaran kopi. Rorak juga berfungsi sebagai
penampung bahan organik yang ada di sekitar
pohon kopi.
Pada tanah miring, rorak dibuat
melintang arah kemiringan tanah sebelum
musim hujan. Rorak dengan lebar 20 inci
dan kedalaman 12 inci serta panjang sesuai
dengan keperluan sebaiknya dibuat di antara
larikan tanaman kopi sejajar kontur. Rorak
berfungsi sebagai lubang pembuat kompos
31
Abdoellah
secara mini bagi guguran daun penaung
maupun kopi, gulma, dan semua biomassa
yang ada di kebun. Rorak tersebut akan
membantu mengkonservasi lengas tanah dan
melindungi dari erosi. Rorak perlu diperbarui
setiap 2-3 tahun (Veedhi, 2008).
Penggunaan Pupuk Organik
Pemberian pupuk organik merupakan
satu kegiatan yang rutin dilakukan oleh
banyak petani/pekebun kopi. Sebagian besar
pupuk organik berupa pupuk kandang sapi,
pupuk kandang ayam, pupuk kandang babi,
kompos, bokashi, blotong (sisa pabrik gula),
sisa budidaya jamur, dan kascing. Meskipun
tujuan utama pemberian pupuk organik ini
adalah untuk memperbaiki sifat fisika tanah,
namun pupuk organik juga mengandung
unsur hara yang diberikan ke tanaman
meskipun dalam jumlah yang relatif sedikit.
Tanaman dapat menggunakan unsur
hara yang berasal dari pupuk organik, tetapi
memerlukan proses transformasi terlebih dulu
menjadi bentuk ion. Transformasi ini
tergantung pada stabilitas bahan organik.
Unsur hara yang terkandung di dalam bahan
organik antara lain N, P, S, dan berbagai
unsur mikro.
Tanpa penambahan bahan organik
dengan cara mengelola sisa/residu tanaman,
tanah-tanah pertanian akan kehilangan
banyak bahan organik dan turun produktivitasnya. Data di University of Illinois (USA)
menunjukkan bahwa kadar bahan organik
tanah turun dengan cepat sejak tanah dibuka
untuk kegiatan pertanian, dari 3,75% C
menjadi 2,10% C selama 20 tahun,
selanjutnya tinggal 1,25% setelah 90 tahun
(Alley & Vanlauwe, 2009). Trend yang
sama juga terjadi di Australia dan Inggris.
Karena kadar bahan organik menurun, maka
ketersediaan unsur hara yang berasal dari
bahan tersebut juga menurun. Mempertahankan dan/atau meningkatkan bahan
32
organik tanah memerlukan masukan organik
yang berasal dari sisa tanaman atau pupuk
kandang. Kegiatan yang mempercepat
dekomposisi bahan organik seperti
pengolahan tanah sebaiknya perlu dikurangi.
Salah satu sumber pupuk organik adalah
pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan
pupuk tertua yang digunakan oleh petani
karena ketersediaannya yang relatif mudah
dan mengandung semua unsur hara yang
diperlukan tanaman. Pupuk kandang adalah
campuran faeces dan urin binatang ternak
serta sisa-sisa pakan dan alas lantai kandang
yang telah mengalami dekom-posisi.
Penggunaan pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk kandang dapat mensuplai semua
nutrisi yang diperlukan tanaman meskipun
dalam jumlah kecil. Penggunaan pupuk
kandang bersama-sama dengan pupuk
anorganik dapat memberikan respon yang
baik oleh tanaman. Adapun rata-rata kadar
unsur hara di dalam pupuk kandang
tercantum pada Tabel 5.
Penggunaan Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur
hara. Kebutuhan unsur hara tanaman kopi
dipengaruhi oleh umur tanaman dan
produktivitasnya. Pada saat tanaman masih
muda, kebutuhan unsur hara relatif sedikit,
kemudian meningkat hingga mencapai titik
konstan. Pada saat tanaman sudah dewasa,
kebutuhan unsur hara lebih banyak
ditentukan oleh besarnya produktivitas.
Pemupukan tidak hanya memperbaiki hasil
tanaman tetapi juga meningkatkan jumlah sisa
tanaman yang bermanfaat sebagai bahan
organik tanah.
Komposisi unsur hara yang diperlukan
tanaman kopi dapat diketahui dari susunan
hara yang terkandung di dalam bagian
vegetatif maupun generatif tanaman.
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
Nitrogen merupakan unsur hara terpenting
dan diperlukan sepanjang tahun. Nitrogen
membantu perkembangan tunas dan buah.
Nitrogen juga membantu pembentukan bunga
dan mempertahankan daun agar tidak gugur.
Kecukupan nitrogen akan menghasilkan biji
yang banyak dan berkualitas (Veedhi, 2008).
Nutrisi yang terangkut dalam biji kopi
pasar tercantum pada Tabel 6, sedangkan
jika kulit buah, daging buah, dan kulit tanduk
tidak dikembalikan ke pertanaman, maka
unsur yang terangkut buah kopi utuh (setara
dengan 1000 kg kopi pasar) tercantum pada
Tabel 7.
Kalium merupakan unsur lain yang
penting untuk pembentukan buah, pengisian
biji, pemasakan, dan pengerasan biji. Kalium
memperbaiki vigor dan meningkatkan
toleransi tanaman terhadap penyakit. Fosfor
diperlukan untuk perkembangan akar dan
tunas yang sehat dan kuat (Veedhi, 2008).
Dari arsip penelitian yang cukup lama
di Hawai menunjukkan bahwa nitrogen dan
kalium merupakan unsur hara paling penting
untuk memperoleh produksi tinggi pada
tanaman kopi, sebagaimana tercantum pada
Tabel 8 (Beaumont & Fukunaga, 1958).
Tabel 5. Kadar rata-rata unsur hara dalam pupuk kandang
Table 5. The average of nutrients content in manure
Unsur hara (Nutrients)
Kadar (Content), %
Nitrogen
0.5
Fosfor (Phosphorus)
0.25
Kalium (Potassium)
0.4
Natrium (Sodium)
0.08
Sulfur (Sulphur)
0.02
Seng (Zinc)
0.004
Tembaga (Copper)
0.0003
Mangan (Manganese)
0.007
Besi (Iron)
0.45
(Anonimous, 2012)
Tabel 6.
Unsur hara yang terangkut di dalam biji kopi pasar
Table 6.
Nutrient removal in green bean
Jenis kopi
Coffee type
Negara
Country
kg/1000 kg kopi pasar
kg/1000 kg green bean
g/1000 kg kopi pasar
g/1000 kg green bean
N
P2O5
K2O
Mg
Ca
S
Fe
Mn
Zn
Cu
B
Mo
1.3
61.2
20.4
12.2
13.6
16.3
0.05
Arabika
Arabica
Brazil
17.0
2.5
18.7
2.6
3.9
Arabika
Arabica
PNG
22.0
4.6
20.4
3.3
2.1
Robusta
PNG
25.4
4.6
24.0
4.0
3.6
Liberika
Liberica
Equ. Africa
28.0
6.4
45.0
Ekselsa
Excelsa
Equ. Africa
26.0
6.2
31.0
(Harding, 1992).
33
Abdoellah
Tabel 7. Unsur hara yang terangkut di dalam buah kopi utuh (setara dengan 1000 kg kopi pasar)
Table 7. Nutrient removal in whole fruit (equivalent to 1000 kg green bean)
Jenis kopi
Coffee type
kg/1000kg kopi pasar
kg/1000 kg green bean
Negara
Country
g/1000kg kopi pasar
g/1000 kg green bean
N
P2O5
K2O
Mg
Ca
S
Fe
Mn
Zn
Cu
B
Mo
2.9
112
50
84
31
51
0,12
Arabika (Arabica)
Brazil
34.8
5.7
64.5
4.6
9.9
Arabika(Arabica)
Kenya
31.4
5.5
47.4
4.5
5.0
Arabika(Arabica)
India
34.0
5.0
48.0
Robusta
India
35.0
7.0
39.0
Robusta
Cote d’Ivoire
33.4
6.2
43.8
4.1
5.5
Robusta
Indonesia
35.0
6.0
50.0
4.0
4.0
(Harding, 1992).
Suatu penelitian pemupukan kopi telah
dilakukan di Western Highlands AgroForestry Science & Technical Institute
(WASI) di Buon Ma Thuot, Dak Lak
Province, Vietnam. Di antara 4 dosis
NPK yang dipakai, dosis tertinggi (350 N
+ 175 P 2O 5 +350 K 2 O kg ha-1) menghasilkan keuntungan bersih tertinggi
sebesar US$ 3,688 ha-1. Jika dibandingkan
dengan dosis NPK terendah, dosis tertinggi memberikan tambahan pendapatan
bersih sebesar US$ 1,235 ha-1 yr-1 dan
value: cost ratio (VCR) tertinggi, yaitu
of 5.54 (Ton Nu Tuan Nam, 2001). Dari
total unsur nitrogen pupuk yang diberikan
ke tanaman kopi, 12% N terdapat di dalam
akar, dan 15% mengendap di dalam tanah
(Fenili et al., 2008).
Metoda pemupukan yang dianjurkan
untuk tanaman kopi pada prinsipnya berusaha memaksimumkan penyerapan unsur
hara yang dikandung oleh pupuk oleh akar
kopi, dan meminimumkan kehilangan unsur
hara tersebut ke luar zona perakaran kopi.
Pertama, mulsa di bawah tajuk kopi di
lingkaran sekitar pohon kopi disingkirkan,
kemudian tanah yang telah dibersihkan dari
mulsa diolah ringan dengan garpu. Selanjutnya pupuk ditebarkan secara merata, jika
perlu campuran tanah dan pupuk diolah ringan
lagi. Terakhir kembalikan mulsa untuk
menutupi tanah yang sudah dipupuk. Metoda
ini akan membuat pemberian pupuk sangat
efisien dan menghindarkan volatilisasi
(penguapan) serta pencucian unsur hara.
Untuk tanah miring, pupuk dapat ditempatkan
pada sisi atas pohon kopi (Veedhi, 2008).
Tabel 8. Hasil kopi dari petak pemupukan yang berbeda di Takashiba Farm
Table 8. Yield of coffee from different fertilization site at Takashiba Farm
Hasil (Yield) (kuintal (quintal )/acre)
Perlakuan (Treatments)
1935-1936
1936-1937
½ N-P-K
126
248
1937-1938
85
N-P-K
132
242
84
N-K
139
249
77
P-K
103
168
50
N-P
97
130
16
Standard error
6
18
15
17
50
44
Beda yang diperlukan agar signifikan
Difference required for significance
(Beaumont & Fukunaga, 1958)
34
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
Penggunaan Tanaman Penutup Tanah
Spesies tanaman penutup tanah yang
digunakan di bawah tanaman kopi adalah
Arachis pintoi, sejenis kacang tanah yang
tidak berbuah. Keunggulan spesies ini untuk
tanaman kopi adalah termasuk keluarga
Leguminosa (sehingga dapat bersimbiosis
dengan bakteri penambat nitrogen udara),
pertumbuhannya cepat, biomasanya banyak,
dapat tumbuh di bawah naungan tajuk kopi,
dan tidak menjalar ke batang/tajuk tanaman
kopi.
untuk membentuk kerangka tanaman agar
kokoh dan menghasilkan cabang-cabang
yang produktif, pangkasan pemeliharaan
guna membuang cabang sakit dan tidak
produktif, serta pangkasan lewat panen guna
menyiapkan cabang produktif untuk
pembungaan dan pembuahan yang akan
datang. Pangkas bentuk dilakukan pada saat
tanaman masih muda dalam fase pembentukan kerangka atau karena sudah tua
dan memerlukan rehabilitasi. Pangkas
pemeliharaan dan pangkas lewat panen
dilakukan secara periodik setiap tahun.
Suatu penelitian di Sumatera Selatan
pada tanah miring berbukit dengan tanaman
Paspalum conjugatum Berg. menunjukkan
bahwa setelah empat tahun, kadar C total,
N total, P tersedia, dan Mg dapat ditukar
pada lapisan tanah 0-20 cm lebih tinggi
daripada tanah yang tanpa tanaman penutup.
Demikian pula kadar K dan Ca dapat ditukar
pada lapisan 0-10 cm. Penurunan pH(H2O)
dan kenaikan Al dapat ditukar dapat dihambat
dengan penanaman tanaman penutup tanah.
Dengan demikian penanaman tanaman
penutup tanah pada tanah miring efektif
mempertahankan kesuburan tanah (Sarno
et al., 2004).
Bagian tanaman penaung maupun kopi
yang dipangkas sebaiknya tetap dipertahankan
di dalam kebun kopi, mengingat bagian
tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
mulsa untuk mengurangi evaporasi dan
erosi, sekaligus apabila sudah mengalami
dekomposisi dapat melepas unsur hara yang
dikandungnya ke tanah di sekitar perakaran
kopi. Penelitian Cannell & Kimeu cit. Wrigley
(1988) dan Fenili et al. (2008) menunjukkan
bahwa unsur hara N, K, Ca, dan Mg yang
terkandung di dalam daun tanaman kopi
berumur 10 tahun yang gugur maupun dalam
bagian tanaman yang dipangkas jauh lebih
lebih tinggi daripada unsur hara yang diserap
di dalam buah kopi (Tabel 9).
Penggunaan Hasil Pangkasan Tanaman
Penaung dan Kopi Sebagai Mulsa
Dari total unsur nitrogen pupuk yang
diberikan ke tanaman kopi, 20% N
mengendap di bagian tanaman di atas tanah
(batang, cabang, ranting, dan daun) yang
merupakan bagian tanaman yang dipangkas
secara periodik setiap tahun, sedangkan yang
terdapat di dalam daun yang gugur (litter)
sebanyak 25% (Fenili et al., 2008).
Dalam budidaya baku tanaman kopi,
tanaman penaung dan kopi dipangkas secara
periodik sesuai dengan kepentingannya. Pada
saat menjelang musim hujan, tanaman
penaung dipangkas agar tidak terlalu rimbun,
guna memberikan cahaya matahari yang
diperlukan tanaman kopi untuk memacu
terbentuknya primordia bunga. Pemangkasan
penaung juga berfungsi mengurangi
kelembaban udara agar menghambat
perkembangan jamur penyebab penyakit.
Pemangkasan kopi dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu pangkas bentuk yang bertujuan
Pengembalian Kulit Buah dan Air
Bekas Pengolahan ke Lahan Pertanaman
Kulit buah kopi mengandung unsur hara
yang masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
demikian pula air bekas pengolahan basah.
35
Abdoellah
Selain dapat memperkaya kandungan bahan
organik tanah, setelah mengalami dekomposisi
maka kulit buah kopi dapat melepaskan unsur
hara ke tanah di sekitar perakaran kopi.
Suatu penelitian PNTT kopi arabika yang
diintegrasikan dengan ternak kambing
peranakan Ettawa telah dilakukan di Kebun
Percobaan Andungsari, Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia. Budidaya kambing
selain kotorannya digunakan sebagai pupuk
kandang, sebelumnya diambil dulu biogasnya.
Dengan sistem integrasi budidaya kopikambing-biogas ini, maka setiap tahun per
hektar kebun kopi dapat diperoleh hasil kopi
pasar 1500 kg; kambing 1,5 ekor dengan
pertambahan bobot 17 kg/th; biogas 12 m3/
th untuk mengeringkan kopi HS sebanyak
470 kg; unsur hara setara pupuk berupa
260 kg Bahan Organik, 24 kg Urea, 6 kg
SP-36, 2 kg KCl, 64 kg Dolomit, 7 kg
Kieserit, 4 kg ZA, 166 g MnSO 4, 147 g
FeSO4, 25 g ZnSO4, dan 12 g CuSO4. Nilai
efisiensi yang diperoleh sebesar nilai
tambahan hasil yang diperoleh selain biji kopi
(yaitu peningkatan bobot kambing dan
nutrisi/unsur hara setara pupuk) serta
tambahan energi yang dalam hal ini
digunakan untuk mengeringkan biji kopi hasil
panen. Aspek keberlanjutan diperoleh dari
siklus materi organik dan energi yang
berputar di dalam sistem di suatu hamparan
lahan yang sekaligus mengurangi masukan
terutama masukan anorganik dari luar
sistem (Abdoellah & Mulato, 2007).
Dari total unsur nitrogen pupuk yang
diberikan ke tanaman kopi, 26% N terangkut
oleh buah saat panen (Fenili et al., 2008).
Adapun total unsur hara yang terkandung
di dalam buah kopi tercantum pada
Tabel 10.
Dari Tabel 10 di atas nyata bahwa
pengembalian kulit tanduk dan daging buah
kopi ke kebun akan membantu mengurangi
pengurasan unsur hara oleh produksi.
Integrasi Kopi Dengan Ternak
Dalam konsep PNTT, pemanfaatan
biomassa in situ dapat dilakukan secara
langsung dengan mengandalkan proses
dekomposisi alamiah yang terjadi di dalam
kebun ataupun mengintegrasikan ternak ke
dalam sistem kebun kopi. Produk biomasa
organik dari kebun dimanfaatkan sebagai
pakan ternak sehingga proses daur ulang
hara dapat berlangsung lebih cepat serta dapat
memberikan hasil tambahan berupa daging
ternak. Adanya penghasilan tambahan
tersebut akan lebih menjamin keberlanjutan
sistem usaha tani PNTT.
Tabel 9.
Unsur hara yang terkandung di dalam daun yang gugur dan bagian tanaman yang dipangkas serta buah kopi arabika
di Kenya dalam kg/ha dengan populasi 1500 pohon/ha
Table 9.
Nutrient contained in fallen leaves and prunings as well as removed in whole cherry of arabica coffee in Kenya in
kg/ha at 1500 trees/ha
Di dalam daun yang gugur dan pangkasan
In fallen leaves and prunings
Unsur hara
Nutrients
Serapan
Uptake
N
147
39
97.5
51.5
P
9.2
2.3
5.3
10.6
K
151.5
27
75
37.5
Ca
54
15
44
4.1
Mg
15.5
3.9
10.8
3.0
Umur 5 tahun
5 years old
(Cannell & Kimeu cit. Wrigley, 1988; Fenili et al., 2008).
36
Umur 10 tahun
10 years old
Di dalam buah
In cherry
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
Tabel 10. Kadar unsur hara utama di dalam buah kopi
Table 10. The content of primary macronutrients in coffee cherry
Bagian buah kopi
Part of coffee cherry
Kadar unsur hara utama, kg/ha
Primary macronutrients content, kg/ha
N
P2O5
K2O
Biji (Bean)
34.0
6.0
8.0
Kulit tanduk (Parchment)
2.5
0.6
2.0
Daging buah (Pulp)
15.0
4.0
27.5
Total
51.5
10.6
37.5
(Fenili et al., 2008).
Tabel 11. Produksi kopi robusta di KP Kaliwining pada beberapa macam tipe pengelolaan hara
Table 11. Yield of robusta coffee at Kaliwining Experimental Station on various type of nutrient management
Perlakuan
Treatments
Produksi (kg kopi pasar/ha)
Yield, kg green bean/ha
Kontrol (Control)
1093
PNTT-Ternak (IPNM – with Cattle)
1456
PNTT-Non Ternak (IPNM – no Cattle)
1132
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2007).
Hasil pengamatan produksi kopi
robusta yang diberi perlakuan PNTT ternak
cenderung lebih tinggi dibandingkan kontrol
maupun PNTT non-ternak (Tabel 11).
Peningkatan ini diduga karena adanya
pengaruh positif dari kotoran ternak yang
diaplikasikan. Kotoran ternak (pupuk
kandang) merupakan sumber hara yang
relatif cepat tersedia dibandingkan dengan
bahan organik segar (serasah) tanaman,
sehingga responnya terhadap perbaikan
pertumbuhan dan produksi akan lebih cepat.

Apabila diterapkan secara konsisten,
sistem budidaya tanaman kopi yang baku
telah memenuhi semua prinsip PNTT.

Dari aspek keharaan, penaung merupakan salah satu sumber yang signifikan
bagi tanaman kopi.

Penggunaan batang bawah yang sesuai
dapat meningkatkan ketahanan tanaman
kopi terhadap kekeringan dan defisiensi
unsur hara.

Apabila dikelola secara standard, vegetasi
tanaman kopi juga berfungsi sebagai
sarana konservasi tanah & air.

Penggunaan pupuk kandang dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah.

Nitrogen dan kalium merupakan unsur
hara paling penting untuk memperoleh
produksi tinggi pada tanaman kopi.
KESIMPULAN

Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu/
PNTT merupakan suatu pendekatan
holistik pengelolaan unsur hara tanaman
dengan mempertimbangkan secara utuh
semua sumberdaya pertanian yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara
tanaman.
37
Abdoellah

Tanaman penutup dapat meningkatkan
kadar C, N, P, dan Mg tanah.
and Development Studies, Agriculture
University of Norway.

Unsur hara N, K, Ca, dan Mg yang
terkandung di dalam daun tanaman kopi
yang gugur maupun dalam bagian
tanaman yang dipangkas jauh lebih tinggi
daripada unsur hara di dalam buah kopi.
Beaumont, J.H. & E.T. Fukunaga (1958). Factors Affecting the Growth and Yield of
Coffee in Kona, Hawaii. Hawaii Agricultural Experiment Station, Bulletin 113
June 1958.

Pengembalian kulit tanduk dan daging
buah kopi ke kebun akan membantu
mengurangi pengurasan unsur hara oleh
produksi.

Pemanfaatan biomassa in situ dapat
dilakukan secara langsung dengan
mengandalkan proses dekomposisi
alamiah yang terjadi di dalam kebun
ataupun mengintegrasikan ternak ke
dalam sistem kebun kopi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah, S. & Sri-Mulato (2007). Integrasi
Budidaya Kopi Arabika dengan Ternak
Kambing serta Pemanfaatan Limbah
Ternak untuk Biogas dan Pupuk
Kandang. Seminar Himpunan Ilmu
Tanah Indonesia, Yogjakarta, 5-7
Desember 2007.
Alley, M.M. & B. Vanlauwe (2009). The Role
of Fertilizers in Integrated Plant Nutrient
Management. International Fertilizer
Industry Association, Tropical Soil
Biology and Fertility Institute of the
International Centre for Tropical
Agriculture, Paris.
Anonimous (2003). Research Highlights 2001’02. Indian Institute of Spices
Research.
Anonimous (2012). Fym as a component of
INM. The People's University. http://
agropedialabs.iitk.ac.in/agrilore/
?S=node/4796.
Aune, B.J. & R. Oygard (1998). Guidelines for
Integrated Plant Nutrient Management
(IPNM) in Smallholder Farming Systems. Noragric Brief No. 98/3. Noragric,
Centre for International Environment
38
Budidarsono, S. & K. Wijaya (2004). Praktek
Konservasi dalam Budidaya Kopi
Robusta dan Keuntungan Petani.
Agrivita, 26, 126-138.
Clifford, M.N. & K.C. Willson (1985). Coffee;
Botany, Biochemistry and Production
of Beans and Beverage. Croom Helm
Ltd.
De Castro, F.S. (1959). Soil Conservation on
Coffee Plantation. p. 67-69. In : B. Sachs
& P.G. Sylvain (Eds.). Advances in
Coffee Production Technology. The
Spice Mill. Publ. Co., Inc.
Faminow, M.D. & E.A. Rodriguez (2001).
Biodiversity of Flora and Fauna in
Shaded Coffee Systems. International
Centre for Research in Agroforestry
Latin American Regional Office, Lima,
Peru.
Fenilli, T.A.B.; K. Reichardt; J.L. Favarin; O.O.S.
Bacchi; A.L. Silva & L.C. Timm (2008).
Fertilizer 15N Balance in a Coffee Cropping System: A Case Study in Brazil.
Revista Brasileira de Ciência do Solo,
vol. 32, núm. 4, Sociedade Brasileira de
Física, Brasil, pp. 1459-1469
Harding, P. (1992). Coffee (Coffea arabica L.)
(Arabica coffee); Coffea canephora
Pierre ex Froehner (Robusta coffee);
Coffea liberica Bull ex Hiern. (Liberica
coffee); Coffea excelsa Chev. (Excelsa
coffee). PNG Coffee Research Institute,
Kainantu, Papua New Guinea.
Hartemink, A.E. (2006). Soil Erosion: Perennial
Crop Plantations. ISRIC–World Soil
Information, Wageningen, The Netherlands Encyclopedia of Soil Science
DOI: 10.1081/E-ESS-120041234.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(2006). Optimalisasi lahan kopi dan
kakao melalui pola tanam konservasi
Pengelolaan nutrisi tanaman terpadu di perkebunan kopi
dengan tanaman industri. Laporan
Akhir Kegiatan Penelitian Tahun 2006.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, Jember.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
(2007). Konservasi Air dan Pengelolaan Nutrisi Tanaman Terpadu pada
Perkebunan Kopi dan Kakao. Laporan
Akhir Kegiatan Penelitian Tahun 2007.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, Jember.
Saecho, B. & Sylvain (1959). Advences in
Coffee Production Technology. The
Spice Mill. Publ. Co. Inc.
Sarno; J. Lumbanraja; Afandi; T. Adachi;
Y. Oki; M. Senge & A. Watanabe
(2004). Effect of weed management in
coffee plantation on soil chemical
Properties. Nutrient Cycling in Agroecosystems 69, 1–4, 2004. Kluwer
Academic Publishers. The Netherlands.
Serracin, M. & D.P. Schmitt (2000).
Meloidogyne konaensis and coffee
rootstock interactions at two moisture
regimes in four soils. Nematropica, 32,
65-76.
Silva, V.A.; W.C. Antunes; B.L.S. Guimarães,
R.M.C. Paiva; V.d.F. Silva; M.A.G.
Ferrão; F.M.D. Matta & M.E. Loureiro
(2010). Resposta fisiológica de clone
de café Conilon sensível à deficiência
hídrica enxertado em porta enxerto
tolerante (Physiological response of
Conilon coffee clone sensitive to
drought grafted onto tolerant rootstock). Pesq. agropec. bras., Brasília,
45, 457-464.
Sotomayor-Ramirez, D.; J. Ramirez-Avila; E. Más
& G.A. Marttnez (2008). Erosion and
nutrient loss reduction with an alternative planting method for coffee
(Coffea arabica). J. Agric. Univ. P.R.,
92, 153-169.
Budidaya Kopi Organik. Prosiding Gelar
Teknologi Kopi Arabika Organik,
Takengon (Aceh Tengah) 8-9 November 1994, 155-162.
Tomaz, M.A.; H.E.P. Martinez; C.D. Cruz;
R.B. Ferrari; L. Zambolim & N.S.
Sakiyama (2008). Diferenças genéticas
na eficiência de absorção, na translocação e na utilização de K, Ca e Mg
em mudas enxertadas de cafeeiro
(Genetics differences in the efficiency
of absorption, translocation and use
of K, Ca and Mg in grafted seedlings
of coffee). Ciência Rural, Santa Maria,
38, 1540-1546.
Tomaz, M.A.; H.E.P. Martinez; W.N. Rodrigues,
R.B. Ferrari; A.A. Pereira & N.S.
Sakiyama (2011). Eficiência de
absorção e utilização de boro, zinco,
cobre e manganês em mudas
enxertadas de cafeeiro (Efficiency of
absorption and utilization of boron,
zinc, copper and manganese in grafted
coffee seedlings). Rev. Ceres, Viçosa,
58, 108-114.
Ton Nu Tuan Nam (2001). Effect of four fertilizer NPK nutrient levels (N:P 2O 5:
K2O=2:1:2) on average green bean
yield, cost of fertilizer application, and
economic returns of coffea arabica
(v. Catimor) grown on a Rhodic
Ferralsol derived from basalt in Buon
Ma Thuot, Dak Lak Province in Vietnam.
Veedhi, A. (2008). Coffee Cultivation Guide for
South – West Monsoon Area Growers in India (COFFEE KAIPIDI). Central Coffee Research Institute, Coffee
Research Station, Chikmagalur District,
Karnataka, India.
Wrigley, G. (1988). Coffee. Longman Sci. Tech.
England. 639 p.
***********
Suhendi, D. & B. Purwadi (1994). Lamtoro
Resisten Kutu Loncat Mendukung
39
Download