Dosen Pengampu : Ali Hanafiah, SE. MM. Mata Kuliah : Manajemen Perubahan MINGGU KE - 13 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan : Menguasai Manajemen Konflik sebagai alat dalam Manajemen Perubahan. Bahan Kajian: Manajemen Konflik. Mengacu ke bahan ujian diatas maka modul sesi 13 ini, dikutip dan disarikan dari Winardi (2005: 161-182) dan http://jurnal-sdm.blogspot.com. PENGANTAR Konflik, merupakan suatu peristiwa atau aktivitas, yang sudah dikenal sejak permulaan sejarah umat manusia. Kiranya dapat diramalkan bahwa selama manusia ada di dunia ini, konflik masih akan dialami. Konflik dapat terjadi antara individu dengan individu, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan kelompok. Konflik dapat terjadi di lingkungan rumah tangga, ia dapat pula terjadi dalam lingkungan organisasi-organisasi, baik organisasi yang mengejar laba maupun organisasi nirlaba, dan konflik dapat pula terjadi dalam lingkungan pemerintahan. Konflik dan perubahan merupakan dua macam hal yang berkaitan erat satu sama lain. Kita dapat mengatakan bahwa konflik menimbulkan perubahan, tetapi sebaliknya perubahan dapat pula menimbulkan aneka macam konflik. Maka, dapat dikatakan bahwa secara umum, dalam kegiatan manajemen baik manajemen pada tingkatan mikro, maupun manajemen pada tingkatan makro (ingat bahwa pemerintah merupakan top manager sesuatu perekonomian nasional, yang melaksanakan kegiatan manajemen dan fungsi-fungsi manajemen secara berkesinambungan) manajemen perubahan (the management of change) implisit juga mengandung manajemen konflik (the management of conflicts). Dengan berlangsungnya waktu, muncullah berbagai macam definisi dan pandangan tentang konflik. Kita dapat mendeteksi adanya macam-macam arti yang bersifat divergen, yang berkaitan dengan macam-macam definisi yang disajikan. A. MANAJEMEN KONFLIK VERSI STEPHEN P. ROBINS Stephen P. Robbins berpendapat bahwa konflik perlu dipersepsi oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Terlepas dan adanya konflik atau tidak, konflik itu merupakan sebuah persoalan persepsi. Andai kata tidak ada seorang pun yang menyadari adanya suatu konflik, ‘13 1 Manajemen Perubahan Ali Hanafiah, SE. MM. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id rnenguntungkan kinerja suatu kelompok. Mazhab ini mendominasi teori konflik dan akhir tahun 1940 hingga pertengahan tahun tujuh puluhan. 3. Pandangan Interaksionis Pandangan yang dewasa ini banyak diterima tentang konflik adalah perspektif interaksionis. Seperti diketahui, pendekatan hubungan antarmanusia menerima konflik, tetapi, pendekatan interaksionis menganjurkan konflik berdasarkan alasan bahwa sebuah kelompok yang harmonis, penuh kedamaian, yang tenang, serta yang bekerja sama, cenderung berkembang menjadi kelompok statik, apatik, dan tidak memberikan reaksi apa-apa terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. Sumbangsih utamapendekatan interaksionis adalah bahwa ia merangsang para pemimpin kelompok untuk mempertahankan suatu tingkat konflik minimum yang berkelanjutan—yang cukup merangsang kelompok yang bersangkutan untuk bertahan, dapat mengkritik diri sendiri dan bersifat kreatif. Apabila kita megikuti pandangan-kaum interaksionis, maka kiranya jelas bahwa pernyataan semua konflik baik, ataupun semua konflik buruk tidak tepat, dan ia bersifat naif. Apakah suatu konflik buruk atau baik, tergantung dari tipe konflik yang muncul. Kita perlu membedakan adanya konflik fungsional dan konflik disfungsional. Catatan: Konflik Fungsional Konflik fungsional yaitu konflik yang berbentuk konstruktif. Konflik demikian menunjang tujuan-tujuan kelompok dan memperbaiki kinerjanya. Konflik Disfungsional Konflik disfungsional yaitu konflik yang berbentuk destruktif. Konflik demikian menjadi kendala bagi pencapaian kinerja kelompok. A.2. Proses / Tahapan Konflik menurut Stephen P. Robbins Proses konflik dapat dipandang sebagai proses yang terdiri dari empat macam tahapan yaitu: 1. Oposisi potensial, 2. Kognisi dan personalisasi, 3. Perilaku, dan 4. Hasil (outcomes). Proses yang dimaksud disajikan dalam model berikut: ‘13 3 Manajemen Perubahan Ali Hanafiah, SE. MM. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id sadar, untuk menggangu upaya pihak lain. Dalam situasi demikian berarti bahwa konflik sudah mulai terbuka. Apa yang dinamakan Over Conflict (perilaku yang-dapat diobservasi dan yang dapat diukur) dapat mencakup rentang penuh macam-macam perilaku seperti, misalnya: Perilaku yang kurang menonjol (subtle behavior); Perilaku tidak langsung (indirect behavior); Dan bentuk-bentuk campur tangan yang sangat dikendalikan guna mengarahkan, pertarungan yang agresif, kasar, dan yang tidak terkendalikan. Tahapan IV: Hasil Antarhubungan antara perilaku konflik yang dinamakan: overt conflict behavior dan perilaku-perilaku penanganan konflik menyebabkan timbulnya sejumlah dampak. Dalam model yang disajikan terlibat bahwa ada kemungkinan timbulnya dampak yang bersifat fungsional, dalam aiti bahwa konflik tersebut mengakibatkan timbulnya suatu perbaikan dalam kinerja kelompok yang bersangkutan. Tetapi, sebaliknya kinela kelompok dapat dipengaruhi secara negatif, dalam hal mana kita herbicara tentang hasil yang bersifat disfungsional. B. MANAJEMEN KONFLIK VERSI HELLRIEGEL DAN SLOCUM Don Hellriegel dan John W. Slocum Jr. (1979: 503) mendefinisikan konflik sebagai berikut: "...conflict is defined as any situation in which there are incompatible goals, cognitions, or emotions within or betw,een individuals or groups and that leads to opposition or antagonistic interaction", yang mana definisi tersebut definisi tersebut menekankan suatu situasi penuh pertentangan yang menimbulkan tindakan-tindakan bermusuhan atau balasmembalas. A.1. Tipe Konflik menurut Hellriegel dan Slocum Adanya tiga macam tipe dasar konflik menurut Hellriegel dan Slocum, yaitu: 1. Konflik tujuan (goal conflict), yang terjadi apabila hasil akhir yang diinginkan atau hasil yang dipreferensi, tidak bersifat kompatibel. 2. Konflik kognitif (cognitive conflict), yang muncul apabila individu-individu menyadari bahwa pemikiran mereka atau ide-ide mereka tidak konsisten satu sama lain. 3. Konflik efektif, yang muncul apabila perasaan-perasaan atau emosi-emosi tidak kompatibel satu sama lain (maksudnya orang-orang secara kiasan: makin gila terhadap satu sama lain). ‘13 5 Manajemen Perubahan Ali Hanafiah, SE. MM. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id