PENDAHULUAN Latar Belakang Laguna Segara Anakan merupakan estuari semi tertutup berada dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah mempunyai dua inlet-outlet (disebut pelawangan) di sebelah timur dan barat. Pelawangan sebelah timur merupakan akses pelabuhan perniagaan dan industri, sedangkan pelawangan barat merupakan akses nelayan Kawasan Laguna Segara Anakan dan Samudera Hindia. Menurut Purba dan Sujastani (1989), kondisi Pelawangan Timur tidak mengalami perubahan yang nyata, dan Laguna Segara Anakan sebelah barat mendapat tekanan berupa masukan sedimen terutama dari Sungai Citanduy (masuk wilayah Jawa Barat) sebesar 5 juta m3 per tahun, dan Sungai Cimeneng/Palindukan dan Sungai Cibeureum (masuk wilayah Jawa Tengah) sebesar 770 ribu m3 per tahun, yang akhirnya keluar ke laut. Perairan Pelawangan Barat (selanjutnya ditulis PPB) merupakan inlet-outlet bagian barat Laguna Segara Anakan menuju Samudera Hindia, dengan kondisi geografis bukitan 70-190 m dpl (dari permukaan laut) dengan muara Nusa Were (SACDP-BAKOSURTANAL 1998). Hidrologi laguna dipengaruhi sungai-sungai yang bermuara di laguna sebelah barat diantaranya Sungai Citanduy, Sungai Cibeureum, dan Sungai Cikonde, bersama pasang surut akan mempengaruhi kondisi hidrodinamika PPB. Sungai Citanduy sebagai sungai terbesar dan menyumbang 80% debit air dan sedimen melayang masuk ke dalam laguna (Purba dan Sujastani 1989; Matsuyama et al. 1994; Nugrahadi dan Tejakusuma 2007), 20% debit dari sungai-sungai lain. Isu pengelolaan PPB terintegrasi dengan Kawasan Segara Anakan adalah tingginya laju sedimentasi dengan akibat primer berkurangnya luas area perairan. Hidrodinamika dan sebaran Muatan Padatan Tersuspensi (selanjutnya ditulis MPT) merupakan aspek penting dalam pengelolaan Segara Anakan dan PPB yang erat kaitannya dengan transpor material, kualitas air, dan sedimentasi. Sedimentasi merupakan material sedimen yang masuk ke dalam perairan baik yang berada di dasar perairan (bed load) maupun yang melayang (suspended load) (van Rijn 1993; Lin dan Falconer 1995). Dalam penelitian ini hanya membahas tentang dinamika sedimen melayang, dimana MPT merupakan salah satu bentuk dari sedimen melayang. Masuknya MPT ke laut mempunyai 2 karakteristik tersendiri, dimana mekanisme transpornya dipengaruhi oleh musim, hidrodinamika, angin, arus, gelombang, pasang surut, dan bentuk dasar perairan. Menurut Triatmodjo (1999), pantai dan dasar laut tersusun dari material-material sedimen seperti pasir, lumpur, lempung serta material-material lainnya yang sangat dipengaruhi oleh dinamika gerak air seperti arus, gelombang, dan pasang surut laut disamping sifat fisik sedimen tersebut. Selama bertahun-tahun MPT yang terbawa oleh aliran sungai-sungai, masuk ke Laguna Segara Anakan dan diendapkan di laguna, sehingga menjadi dangkal dalam waktu yang cepat (Purba dan Sujastani 1989; Matsuyama et al. 1994). Ongkosongo et al. (1986) menyatakan bahwa sebagian besar sedimen yang membentuk dataran lumpur berasal dari Sungai Citanduy dan diendapkan di laguna sebesar 65% dan sisanya diangkut ke laut melalui PPB. Dinamika arus dan sebaran MPT di PPB perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian tentang Laguna Segara Anakan sudah cukup banyak, tetapi penelitian hidrodinamika di Segara Anakan dan PPB belum banyak dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan di Kawasan Laguna Segara Anakan dan PPB dapat dilihat pada Tabel 1. Perumusan Masalah Materi padatan tersuspensi dari Laguna Segara Anakan terdistribusi ke laut melalui PPB (Ongkosongo et al. 1986). Sebaran MPT dipengaruhi oleh kondisi hidrodinamika perairan lokal dan laut, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi adalah arus, pasang-surut, angin, kondisi dasar perairan, salinitas (Holtermann et al. 2008). Dinamika pergerakan air di Segara Anakan didominasi oleh pasang surut (Purba dan Sujastani 1989; Matsuyama et al. 1994; Nugrahadi dan Tejakusuma 2007; Holtermann et al. 2008) yang juga mempengaruhi hidrodinamika di PPB. Kondisi hidrodinamik, terutama arus yang dibangkitkan oleh pasang surut dan interaksinya dengan sebaran MPT di PPB perlu dikaji dengan pendekatan observasi dan pemodelan. Kerangka pemikiran perumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 1. 3 Tabel 1 Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di PPB Nomor Peneliti Tahun 1 Ongkosongo et al. 1986 2 Purba dan Sujastani 1989 3 Matsuyama et al. 1994 4 ECI (Engineering Consultants Inc.) 1994 5 Kusnida et al. 2003 6 Nugrahadi dan Tejakusuma 2007 7 Holtermann et al. 2008 Tentang Pertukaran dan percampuran massa air laut Samudera Hindia dengan massa air tawar Sungai Citanduy di Segara Anakan, Jawa Tengah Geografi dan Proses Fisik Segara Anakan Pemodelan numerik pasang surut dan distribusi MPT di Laguna Segara Anakan Model matematika di Laguna Segara Anakan Batimetri, pola arus dan perubahan garis pantai di Segara Anakan, Cilacap Aspek hidrodinamika Segara Anakan sebagai dasar pertimbangan pengembangan kawasan Hidrodinamika Segara Anakan Hal penting berkaitan dengan PPB Masukan air campuran dari Sungai Citanduy dan air dari laguna masuk ke dalam PPB sebesar 35% Perubahan kedalaman di PPB Tipe pasang surut di daerah PPB Perubahan kedalaman Dominasi pasang surut Arus yang ditimbulkan oleh S. Citanduy sangat dominan dan mencapai 1,5 m/detik Pola arus daerah PPB Penentuan parameter model Membahas skenario sudetan S. Citanduy Membahas sedikit tentang batimetri di PPB membahas sedikit tentang PPB Batimetri di laguna Rekonstruksi kedalaman di laguna dan PPB Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian 4 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji dinamika arus dan sebaran Muatan Padatan Tersuspensi di Perairan Pelawangan Barat dengan pendekatan observasi dan model. 2. Mengetahui beban Muatan Padatan Tersuspensi yang keluar dari Perairan Pelawangan Barat. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh suatu gambaran perkiraan transpor MPT yang disebabkan arus. Diharapkan dalam pengembangan lebih lanjut hasil penelitian berupa pola arus dan sebaran MPT dapat digunakan sebagai masukan dalam pengelolaan Perairan Pelawangan Barat dan Kawasan Laguna Segara Anakan.