HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS SIMO MULYO SURABAYA MAHILDA HAYU P. A PRODI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA ABSTRACT Antenatal care is education that given for mother pregnancy until before give birth. Antenatal care education important to guarantee that the natural process from pregnancy run normal and also detection if mother pregnancy beginning detection also handled according to sufficient. The design of this study is the analytic correlation. Samples were obtained by 30 respondents with a simple random sampling technique. The independent variable was the support of her husband and the dependent variable is the level of compliance with prenatal care. The research instrument using sheet questionnaire and interview sheet. Data were analyzed using Chi-square statistical test with a significance level of P <0.05. The results showed that the average respondent husband with less support as many as 15 respondents (50%) and the average non-adherent antenatal care as much as 19 respondents (63.3%). The results of the statistical test Chi Square there is a relationship of husband support the compliance level of antenatal care in health centers primigravida Simo Mulyo Surabaya. P = 0.000 The implication of this research is the relationship of husband support the compliance level antenatal primigravida. Health workers should provide education about the benefits of antenatal care. Key words: Husband’s support, compliance, antenatal care, primigravid. Pemeriksaan kehamilan sangat penting pada ibu hamil pertama (primigravida) karena ini merupakan pengalaman pertama kali. Berdasarkan penelitian WHO di dunia tahun 2007 didapatkan cakupan antenatal care pada ibu hamil sebanyak (76,4%). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006, angka cakupan antenatal care masih (73,2%). Cakupan antental care di Indonesia lebih rendah dari pada cakupan antenatal care di negara maju (Sarwono, 2007). Pada saat ini PENDAHULUAN Primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali (Saifuddin, 2010). Ibu hamil di Puskesmas Simo Mulyo mayoritas yang datang untuk memeriksakan kehamilannya tidak diantar suami, sedangkan sebagian kecil dari ibu hamil datang memeriksakan kehamilan diantar oleh suaminya. Mereka mengatakan alasan suami tidak dapat mengantar untuk memeriksakan kehamilan dikarenakan sibuk bekerja. 1 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif lebih tinggi dibanding dengan negara anggota ASEAN, bahkan lebih tinggi dari negara Vietnam yaitu 95 per100.000 kelahiran hidup ditahun 2003. Negara anggota ASEAN lain misalnya Malaysia yang tercatat 30 per100.000 dan Singapura 9 per100.000 kelahiran hidup (Siswono, 2009). Gambaran penurunan AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 1994, 1997, sampai 2000 adalah 390/100.000 kelahiran hidup, 334/100.000 kelahiran hidup dan 307/100.000 kelahiran hidup. Lima penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan, infeksi, eklampsi, partus lama dan komplikasi abortus. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, sebanyak 51% menurut Survei Kesejahteraan Rumah Tangga tahun 1995; Kekurangan Energi protein (KEP) dan Kekurangan Energi Kalori, sebanyak 4,8% menurut sensus tahun 2000 (Sulistyawati, 2011). Di Jawa Timur, cakupan antenatal care pada tahun 2008 di Surabaya tentang pengaruh keikutsertaan masyarakat khususnya suami dan orang tua dengan praktik ibu dalam pelayanan antenatal didapatkan bahwa variabel peran suami mempunyai kemungkinan (42,5%) lebih erat dibandingkan dengan peran orang tua hanya (18,6%) terhadap praktik ibu dalam melakukan antenatal care (Dinkes Jatim, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti setelah mengobservasi buku register kohort ibu hamil pada tanggal 1 maret – 31 mei 2014 di Puskesmas Simo Mulyo didapatkan data sebanyak 53 ibu hamil primigravida. Sebagian dari ibu patuh terhadap ANC sebanyak 19 orang atau sekitar (36%), tetapi mayoritas ibu hamil tidak patuh terhadap ANC sebanyak 34 orang atau sekitar (64%). Kurangnya dukungan suami dalam antenatal care disebabkan oleh suami sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk mengantarkan ibu dan pengetahuan suami yang kurang tentang manfaat antenatal care. Kurangnya dukungan suami dapat menyebabkan ibu kurang teratur dalam melakukan antenatal care. Selain itu, keteraturan ibu melakukan antenatal care dipengaruhi oleh paritas, usia, pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografi dan informasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah Ibu primigravida yang melakukan ANC berjumlah 30 orang di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya. Variabel independen adalah dukungan suami dan variabel dependen adalah kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida. Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar kuisioner dukungan suami menggunakan skala likert. Lembar kuesioner dukungan suami diadaptasi dari Nursalam (2010) yang dimodifikasi oleh penulis dengan jumlah 20 soal untuk mengetahui dukungan suami terhadap kepatuhan pemeriksaan kehamilan ibu primigravida. Berdasarkan hasil uji reabilitas didapatkan data bahwa nilai alpha cronbach pada instrumen dukungan suami sebesar 0,957. Uji reabilitas dianggap reliabel, jika nilai 2 alpha cronbach > 0,6 atau < 1,0. Dan lembar wawancara ibu hamil primigravida berdasarkan data yang diambil dari buku regristrasi kohort ibu hamil di Puskesmas Simo Mulyo. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 5.11 Menunjukkan bahwa dari 8 responden yang dukungan suami baik seluruh patuh terhadap pemeriksaan kehamilan. Sedangkan 7 reponden yang dukungan suami cukup didapatkan sebanyak 4 (57,1%) tidak patuh pada pemeriksaan kehamilan dan 3 (42,9%) patuh pada pemeriksaan kehamilan. Responden yang mendapat dukungan suami kurang rata-rata 15 responden seluruhnya tidak patuh pada pemeriksaan kehamilan. Hasil uji statistik Chi Square terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya. ( = 0,000 1. Tabel dukungan suami pada ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya Tabel 5.9 Menunjukkan bahwa ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya sejumlah 30 responden dengan dukungan suami kurang sebanyak 15 responden (50%), dukungan suami baik sebanyak 8 responden (26,7%), dan dukungan suami cukup sebanyak 7 responden (23,3%). PEMBAHASAN 2. Tabel tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya 1. Dukungan suami pada ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dukungan suami baik sebanyak 8 responden (26,7%), dukungan cukup sebanyak (23,3%) dan dukungan suami kurang sebanyak 15 responden (50%). Secara teoritis dukungan suami adalah partisipasi dalam kesehatan reproduksi merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan keikutsertaan suami dalam upaya-upaya kesehatan reproduksi. Asuhan Kehamilan kehamilan merupakan salah satu bentuk dari upaya pemeliharaan reproduksi (BKKBN, 2001). Ada Tabel 5.10 Menunjukkan bahwa dari 30 responden, didapatkan tidak patuh melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 19 responden (63,3%), dan 11 responden patuh melakukan pemeriksaan (36,7%). 3. Tabel silang hubungan dukungan suami dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya 3 beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan suami diantaranya adalah kerekatan emosional, integrasi sosial, adanya pengakuan, ketergantungan yang diandalkan, bimbingan, kesempatan untuk mengasuh. Menurut karakteristik responden berdasarkan dukungan suami kurang didapatkan data sebanyak 15 responden (50%). Hal ini dipengaruhi oleh faktor bimbingan (guidance). Menurut Azizah, 2011 Dukungan ini adalah berupa adanya hubungan kerjasama atau pun hubungan sosial yang memungkinkan individu mendapat informasi, saran, nasihat, yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Dari data didapatkan pada soal nomer 12 yaitu suami tidak memberi tahu tentang pemeriksaan memiliki nilai terendah sebanyak 30 ibu primigravida menjawab dengan skor total 58. Dari hasil wawancara pada ibu primigravida data yang didapatkan bahwa kurangnya dukungan suami dikarenakan suami mementingkan pekerjaan, apabila ibu bertanya tentang pemeriksaan kehamilan suami tidak bersedia memberikan informasi kepada ibu. Dapat disimpulkan bahwa ibu primigravida sangat bergantung kepada suami karena kehamilan yang dijalani adalah pengalaman pertama kali. Penulis berasumsi bahwa setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Dalam menjalani proses itu, ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari suami dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Lain halnya dengan faktor jarak yang mempengaruhi dukungan suami kurang. Menurut karakteristik responden berdasarkan jarak antara rumah dengan puskesmas sejauh 15 20 km didapatkan data sebanyak 26 responden (86,7%). Menurut Azizah, 2011 hal ini dipengaruhi oleh faktor dukungan suami yaitu ketergantungan yang dapat diandalkan (realible reliance). Bentuk dukungan suami dapat diwujudkan dengan mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan (BKKBN, 2001). Suatu usaha dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan pemeriksaan kehamilan adalah jarak dan waktu, biasanya ibu cenderung malas melakukan pemeriksaaan kehamilan pada tempat yang jauh (Niven, 2002). Data hasil wawancara didapatkan bahwa ibu mengatakan kurang mendapat dukungan suami karena suami tidak memberi dorongan dan mengantar ibu periksa kehamilan ke puskesmas. Suami tidak dapat diandalkan bantuannya karena jarak rumah dengan puskesmas yang jauh. Penulis berasumsi bahwa dukungan suami berupa jaminan suami yang dapat diandalkan batuannya ketika ibu membutuhkan bantuan tersebut maka ibu akan lebih patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Menurut karakteristik responden berdasarkan dukungan suami baik didapatkan data sebanyak 8 responden seluruhnya patuh melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini dipengaruhi faktor ekonomi. Fakta di lapangan berdasarkan penghasilan responden tiap bulan sebagian besar ibu primigravida berpendapatan > Rp.2.000.000.sebanyak 22 responden (73,3%). Menurut Sulistyawati, 2011 tingkat ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan 4 psikologis ibu hamil. Pada ibu dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Tersedianya sumber daya (resources) mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya (WHO dalam Notoadmodjo, 2010). Peneliti berasumsi bahwa status sosial ekonomi yang baik akan mempengaruhi tingginya dukungan yang diberikan oleh suami terhadap kehamilan ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo. dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya (Sulistyawati, 2011). Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar peluang untuk mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa ibu primigravida dengan pendidikan SLTP memiliki pengetahuan yang kurang dikarenakan tingkat pendidikan yang mereka capai dapat mempengaruhi ibu hamil untuk berusaha mencari informasi tentang kesehatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan mengatasi kepatuhan ibu. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan, apabila pengetahuan seorang ibu primigravida kurang, maka tingkat kepatuhan dalam pemeriksaan kehamilan menjadi tidak teratur. 2. Tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan pada ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya Berdasarkan tabel 5.10 Menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pemeriksaan pada ibu primigravida sejumlah 30 responden sebagian besar responden dengan ibu tidak patuh sebanyak 19 responden (63,3%). Sedangkan responden yang patuh melakukan antenatal care sebanyak 11 (36,7%). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut Feurstein et al (1986) yang dikutip oleh (Niven, 2002) diantaranya adalah pendidikan, akomodasi, lingkungan dan sosial, model terapi, interaksi profesional kesehatan, pengetahuan, dan usia. Menurut karakteristik reponden berdasarkan tingkat pendidikan ibu primigravida didapatkan data sebagian besar berpendidikan terakhir adalah SLTP sebanyak 12 responden (40%). Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah usia. Menurut karakteristik responden berdasaarkan usia didapatkan data dari 30 responden ibu primigravida berusia antara 16 – 25 tahun tidak patuh melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 15 responden (50%). Umur yang terhitung sejak mulai dilahirkan 5 sampai saat klien akan berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya (Notoadmodjo, 2010). Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah, karena kondisi fisik belum 100 % siap. Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di umur ini adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, resiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan (Tobing, 2007, dalam Astria, 2009). Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa semakin dewasa seseorang maka cara berfikir semakin matang dan semakin besar resiko ibu primigravida pada usia < 20 tahun sebaiknya ibu lebih teratur dalam melakukan antenatal care. Berdasarkan hasil crosstabulation antara jarak rumah dengan kepatuhan ibu didapatkan data sebanyak 26 reponden yang jarak rumahnya antara 15 km - 20 km, rata-rata sebanyak 15 responden (57,7%) tidak patuh pada pemeriksaan kehamilan dan 11 responden (42,3%) responden patuh pada pemeriksaan kehamilan. Menurut Green (1980) dalam Notoadmodjo (2010) faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, jarak, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Peneliti berasumsi bahwa apabila jarak lokasi rumah yang jauh dengan fasilitas kesehatan biasanya ibu cenderung malas melakukan permeriksaan kehamilan di tempat yang jauh. 3. Hubungan dukungan suami terhadap tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya Berdasarkan tabel hubungan dukungan suami dengan tingkat kepatuhan pemeriksaaan kehamilan primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya tanggal 15 – 25 Juni 2014 didapatkan hasil uji statistik Chi Square dengan signifikasi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan dukungan suami dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida. Hasil secara umum tentang dukungan suami dengan tingkat kepatuhan didapatkan bahwa responden yang mendapat dukungan suami kurang cenderung tidak patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan/ antenatal care (ANC). Sesuai yang dikemukakan oleh Green (1980) dalam Notoadmodjo (2010), faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, jarak, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Jika fasilitas dan sarana kesehatan dapat terpenuhi, maka dapat merubah perilaku ibu yang tidak patuh menjadi patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian ini dapat dibuktikan dengan adanya rata-rata ibu primigravida yang mendapatkan dukungan suami kurang sebanyak 15 responden (50%), 8 responden (26,7%) responden mendapatkan dukungan baik dan 7 responden (23,3%) mendapatkan dukungan suami cukup. Hal diatas sesuai dengan teori bahwa dukungan suami 6 adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istrinya yang sedang hamil, dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata berupa tingkah laku istrinya dalam hal ini adalah dukungan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Suami merupakan bagian dari keluarga, maka dukungan suami sangat diperlukan dalam hal menentukan berbagai kebijakan dalam keluarga. Dukungan merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku (Green dalam Notoatmodjo, 2010). Ibu akan lebih patuh dalam kunjungan antenatal jika suami memberikan dukungannya dengan baik. Pada data didapatkan sebanyak 19 responden (63,3%) ibu tidak patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dan 11 responden (36,7%) ibu patuh melakukan pemeriksaan kehamilan. Menurut Sarafino yang dikutip oleh Lekahena (2012), mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang disarankan oleh petugas kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan merupakan ketaatan seseorang untuk melaksankan kegiatan atau aktivitas seperti yang disarankan petugas kesehatan. Perhitungan tingkat kepatuhan dapat menjadi kontrol bahwa pelaksana program telah melaksanakan program sesuai standar. Dalam hal ini kepatuhan kunjungan antenatal care (ANC) dapat diartikan ketaatan dalam berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan oleh ibu hamil sesuai dengan saran petugas kesehatan berdasarkan standar antenatal care (ANC) yang ditetapkan. Bila ibu tidak melakukan kunjungan sesuai standar tersebut dapat dikatakan bahwa ibu tidak patuh dalam melaksanakan kunjungan antenatal. Pemeriksaan kehamilan yang baik dinilai dari jumlah kunjungan yang dilakukan peneliti menggunakan lembar wawancara yang diajukan kepada ibu primigravida, yaitu apabila kunjungan 4 kali atau lebih dengan distribusi 1 kali pada trimerster I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Sedangkan pemeriksaan kehamilan yang tidak baik jika kunjungan kurang dari 4x dan distribusinya 1 kali pada trimester I, kurang dari 1 kali pada trimester II dan kurang dari 1 kali pada trimester III. Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menentukan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan tebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) (Sulistyawati, 2011). SIMPULAN DAN SARAN 1. SIMPULAN a. Dukungan suami pada ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya rata-rata berada pada kondisi dukungan kurang. b. Rata-rata ibu primigravida di Puskesmas Simo Mulyo Surabaya tidak patuh terhadap pemeriksaan kehamilan. c. Ada hubungan dukungan suami terhadap tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida di Puskesmas 7 Simo Mulyo Surabaya. kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta 2. SARAN Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah : a. Bagi Responden Perlunya peran aktif masyarakat untuk mencari pengetahuan baru tentang kesehatan dengan mengikuti kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan memberikan yang terbaik untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya. b. Bagi Profesi Keperawatan Perawat di puskesmas hendaknya dapat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dalam pemberian dukungan suami, sehingga tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida mendapatkan kriteria patuh. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat menggunakan penelitian ini untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang dukungan suami terhadap tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan Kala I pada ibu dengan penyakit penyerta. d. Azizah, L. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Astria, Yonne. (2009). Majalah keperawatan Nursing Journal of Padjadjaran university . Judul jurnal : “Hubungan katakteristik ibu hamil trimester III dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit X Jakarta”. Bandung : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Bastable, Susan.B. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta : EGC BKKBN. (2001). Partisipasi Pria dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : BKKBN Carpenito, L.J. (2009). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Cunningham, F. Gary. (2005). Obstetri Williams. Jakarta : EGC Dagun, Save,M. (2013). Psikologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta Bagi Tempat Penelitian Perlunya peran aktif petugas kesehatan untuk selalu memantau dan memberikan masukan dan penyuluhan kesehatan tentang cara memberikan dukungan suami dan memperbaiki tingkat kepatuhan pemeriksaan kehamilan primigravida. Gusti salvari, ADP. (2013).Buku ajar asuhan keperawatan keluarga. Jakarta : TIM Handayani, Eko. 2008.Tips Mengatasi Stress Akibat Kehamilan. http://www.nusaku/forum/archiv 8 e/index.php/t.4800 Diakses pada 5 Mei 2014 jam 22.30 WIB Notoatmojo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Niven, neil. (2000). Psikologi kesehatan : pengantar untuk perawat & professional kesehatan lain. Jakarta : EGC Indrawati. (2008). Kecemasan Wanita Menghadapi Pramenapause Ditinjau dari Dukungan Sosial Suami dan Kepercayaan Diri. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang : Skripsi Tidak Dipublikasikan. Nursalam (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Rahmi, L. (2009). Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan, Dukungan Suami, Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan menjelang persalinan pada ibu primigravida trimester III di poli klinik kebidanan RSUD DR. M. Djamil Padang. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang : Skripsi Tidak Dipublikasikan Jayalangkara. (2005). Gangguan Jiwa pada Kehamilan. http://74.125.153.132/search?q =cache:OjjSBxtA3sYJ:med.un has.ac.id/, Diakses pada 20 Juni 2014 jam 19.10 WIB Kusmiyati, yuni., Wahyuningsih, heni puji., Sujiyatini. (2010). Perawatan ibu hamil. Yogyakarta : penerbit fitramaya. Saifuddin, Abdul Bahri., George Adrianz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro & Djoko Waspodo. (2010). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Lekahena, P.W. (2012). Hubungan Dukungan Soisal Suami selama Masa Kehamilan sampai Persalinan dengan Lama Persalinan Kala I dan II pada Wanita Primigravida di RS Bersalin Mutiara Bunda Salatiga. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga : Skripsi Tidak Dipublikasikan. Sarwono. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawirohardjo Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Notoatmojo (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogykarta : Graha Imu 9 Siswono. (2009). Kematian Ibu Indonesia Tertinggi di ASEAN. http//www.gizi.net Diakses pada 24 April 2014 jam 19.30 WIB Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta : Salemba Medika Sugiyono.(2007). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta 10