Penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan

advertisement
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENJASKES DI KELAS X-1 SMA NEGERI 12 MEDAN T.A 2012/2013
Oleh :
Drs. Arbin Karo-Karo*)
*)
Guru Mata Pelajaran Penjaskes SMA Negeri 12 Medan
Abstract
This study directly apply learning model as an effort to increase the activity of playing basketball and
middle distance running class X-1 SMA Negeri 12 North Sumatera. The application of the model of
action research carried out in two cycles with two meetings (KBM) in each cycle. So the data in this
study is the result of student learning and the learning activity after applying the direct instructional
model. With the research subjects were all students of class X-1 SMA Negeri 12 Medan, Academic
Year 2012/2013, amounting to 46 students.
Data obtained from tests of learning outcomes of each end of the cycle and the data obtained from
observations of student activity for each cycle. The results showed; 1). (A). Student activity data
observed in Cycle I such as observers demonstrated (29%), asking fellow friends (27%), ask the
teacher (18%), and are not relevant to teaching (27%). (B). Student activity data observed in Cycle II
such as demonstrated (51%), asking fellow friends (32%), ask the teacher (13%), and are not relevant
to teaching (5%). Can be concluded that increasing student activity in each cycle. Can be concluded
that increasing student activity in each cycle; 2). Learning with direct instructional model has a
positive impact in improving student achievement is marked by an increase in mastery learning
students in each cycle, i.e. the first cycle (54%) experienced an increase until thoroughly classical in
Cycle II (89%).
Keywords: Learning activities, Models Direct Learning, Learning Outcome
I. Pendahuluan
Sumber daya alam yang banyak dan
melimpah pada suatu negara belum merupakan
jaminan bahwa negara tersebut akan makmur,
bila pendidikan sumber daya manusianya
ditelantarkan. Suatu negara yang mempunyai
sumber daya alam yang banyak, bila tidak
ditangani oleh sumber daya manusia yang
berkualitas, pada suatu saat pasti akan
mengalami kekecewaan.
Upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia merupakan tugas besar dan
berjangka waktu yang panjang karena
masalahnya menyangkut pendidikan bangsa.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
harus melalui proses pendidikan yang baik dan
terarah serta terprogram, sehingga tujuan
pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.
Salah satu pendukung utama tercapainya
tujuan pendidikan adalah suasana kelas yang
baik dalam arti seluas-luasnya. Di kelaslah
segala aspek pengajaran bertemu dan
berproses, sehingga diharapkan di kelas akan
terwujud suasana belajar mengajar yang efektif
dan menyenangkan serta dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai
kemampuan.
Berbagai
cara
digunakan
untuk
meningkatkan mutu lembaga pendidikannya
dari Kurikulum sampai ke hal yang
menyangkut tata tertib sekolahnya, dari kelas
yang dilaksanakan di lingkup ruangan yang
dibatasi tembok sampai kelas yang dilakukan
1
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
di alam terbuka, semua demi meningkatkan
mutu pendidikan maupun menarik perhatian
calon peserta didik.
Begitu juga dengan mata pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
tidak hanya identik dengan mata pelajaran larilari atau mengeluarkan tenaga saja tetapi sudah
saatnya Pendidikan jasmani harus sejajar
dengan mata pelajaran yang lain. Dalam hal
ini seorang guru pendidikan jasmani dituntut
untuk lebih kreatif dalam mengemas paket
mata pelajaran pendidikan jasmani, termasuk
berusaha
untuk
memberdayakan
dan
mengoptimalkan penggunaan sarana dan
prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan
jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan
sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang
sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang
semenarik mungkin, sehingga anak didik akan
merasa senang mengikuti pelajaran penjas
yang diberikan.
Banyak hal-hal sederhana yang dapat
dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk
kelancaran jalannya pendidikan jasmani,
diantaranya dengan menggunakan model
pembelajaran Langsung. Dengan model
pembelajaran Langsung ini dimaksudkan agar
materi yang ada dalam kurikulum dapat
disajikan
sesuai
dengan
tahap-tahap
perkembangan
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik anak. Proses pendidikan dapat
berjalan dan berhasil dengan baik seperti yang
diharapkan juga ditentukan oleh banyak faktor
baik internal maupun eksternal yang harus
didukung oleh semua pihak baik sekolah,
pemerintah, maupun masyarakat, terutama
dalam penyampaian materi yang diberikan
oleh pendidik terhadap anak didiknya dengan
baik. Sesuai dengan hal tersebut bahwa
seorang pendidik (guru) setidaknya harus
menggunakan suatu model pembelajaran
pendidikan jasmani yang tepat agar peserta
didik dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat karakteristiknya.
Kenyataan di lapangan, saat pembelajaran
pendidikan jasmani masih saja ditemui
kegiatan belajar mengajar yang hasil
pembelajarannya kurang maksimal. Paling
tidak ada dua macam faktor yang
menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan
siswa yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya
pengaruh lingkungan dan faktor internal
2
Faktor-faktor yang berpengaruh di
antaranya pendekatan pembelajaran, metode,
media, atau sumber pembelajaran. Jika kondisi
pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarutlarut, bukan tidak mungkin kemampuan
aktifitas jasmani dikalangan siswa akan terus
berada pada tataran yang rendah. Para siswa
akan terus-menerus mengalami kesulitan
dalam
mengekspresikan
kemampuan
menimang bola. Begitu juga dengan KBM di
SMA Negeri 12 Medan siswa kurang aktif
dalam bergerak khususnya saat mengikuti mata
pelajaran olahraga pokok bahasan permainan
bola basket. Dengan berbagai alasan
khususnya siswa perempuan yang sangat malas
bergerak, alasannya kalau berkeringat nanti
bau. Dan untuk itu perlu solusi yang tepat,
salah satunya dengan cara memodifikasi
alatnya, sehingga upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam pencapaian hasil belajar
bola basket tersebut mudah-mudahan dapat
teratasi. Maka perlu dikaji dan diteliti lebih
mendalam baik secara teoritik maupun praktik
melalui Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai
subyek yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan
Tahun Ajaran 2012/2013.
Guna
mewujudkan
harapan
yang
diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka
peneliti menerapkan model pembelajaran aktif
dengan menggunakan teknik pembelajaran
kelompok besar dan pembelajaran kelompok
kecil. Setelah mendemonstrasikan langsung
langkah-langkah bermain basket. Peneliti ingin
membagi siswa kedalam kelompok kecil
dengan membagi siswa yang heterogenitas
kemampuannya dalam berolahraga menjadi
beberapa kelompok agar siswa dapat belajar
bersama dan melatih keterampilan mereka
dalam berolahraga khususnya dalam bermain
basket.
Salah satu model yang dapat diterapkan
dalam upaya penguasaan keterampilan
olahraga adalah model pembelajaran langsung
agar siswa dapat melihat langsung langkahlangkah bermain basket dan lari jarang
menengah yang benar yang diperagakan
langsung oleh peneliti selaku guru bidang studi
yang kemudian dipelajari secara seksama oleh
siswa dalam bentuk berkelompok.
Model Pengajaran langsung adalah salah
satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
yang berakitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedur yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah (Arends, 1997). Istilah lain yang
biasa dipakai untuk menyebutkan model
pembelajaran langsung yakni diantaranya
training model, active teaching model, mastery
teaching, and explicit instructions.
Oleh karena itu penulis melakukan
penelitian berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran
Langsung
Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Penjaskes Di Kelas X-1
SMA Negeri 12 Medan T.A 2012/2013”.
Untuk memperjelas masalah yang akan
dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah aktivitas belajar penjaskes siswa
meningkat dengan menerapkan model
pembelajaran langsung di kelas X-1 SMA
Negeri 12 Medan?
2. Apakah kemampuan bermain bola basket
siswa meningkat (Hasil belajar siswa)
dengan penerapan model pembelajaran
langsung di kelas X -1 SMA Negeri 12
Medan?
Setelah menetapkan rumusan masalah di
atas maka, dapat
ditentukan tujuan
penelitian ini, antaralain:
1. Mengetahui apakah aktivitas belajar
penjaskes siswa meningkat dengan
penerapan model pembelajaran langsung di
kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan.
2. Mengetahui apakah kemampuan bermain
bola basket siswa meningkat (Hasil belajar
siswa)
dengan
penerapan
model
pembelajaran langsung di kelas X-1 SMA
Negeri 12 Medan.
.
II. Kajian Pustaka
Model Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction)
Model Pengajaran langsung adalah salah
satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah (Arends, 1997). Istilah lain yang
biasa dipakai untuk menyebutkan model
pembelajaran langsung yakni diantaranya
training model, active teaching model, mastery
teaching, and explicit instructions.
Pembelajaran langsung diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan
siswa dalam
pembelajaran Penjaskes. Karena tiga dari lima
tahap dalam pembelajaran ini adalah aktivitas
praktik yang jelas melibatkan siswa untuk aktif
secara langsung. Dengan pembelajaran
langsung diharapkan pula keterampilan siwa
dalam berolahraga
akan meningkat, baik
keterampilan
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik.
Tahapan Pembelajaran Langsung
Langkah-langkah
atau
tahapan
pembelajaran langsung menurut Joyce, dkk
(2009:427) terdiri atas lima tahap aktivitas,
yakni, orientasi, presentasi, praktik yang
terstruktur, praktik di bawah bimbingan dan
praktik mandiri. Lebih lanjut Joyce, dkk
menambahkan, penerapan model ini harus
didahului dengan memastikan bahwa siswa
memiliki pengetahuan dan skill yang cukup
untuk menapaki proses pembelajaran baru
terutama saat menapaki level praktik.
a. Tahap-1 : Orientasi
Pada tahap awal ini, kerangka kerja
pembelajaran dibangun. Selama tahap ini guru
menyampaikan harapan dan keinginannya,
menentukan tugas-tugas yang ada dalam
pembelajaran, dan menentukan tanggung
jawab siswa. Ada tiga langkah yang sangat
penting agar tahap ini berhasil, yakni:
“(1) guru memaparkan maksud dari pelajaran
dan tingkat-tingkat performa dalam praktik; (2)
guru menggambarkan isi pelajaran dan
hubungannya dengan pengetahuan atau
pengalaman
sebelumnya;
(3)
guru
mendiskusikan
prosedur-prosedur
pembelajaran, yakni bagian yang berbeda
antara pelajaran dan tanggung jawab siswa
selama aktivitas-aktivitas ini berlangsung”.
(Joyce, dkk, 2009: 428).
b. Tahap-2 : Presentasi
Presentasi
yang
dimaksud
adalah
presentasi oleh guru kepada siswa, yakni guru
menjelaskan konsep atau kecakapan baru dan
memberikan pemeragaan serta contoh. Dalam
melakukan presentasi guru harus menganalisis
keterampilan
yang
kompleks
menjadi
keterampilan yang lebih sederhana dan
3
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil
selangkah demi selangkah.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam penyampaian informasi atau presentasi
menurut Joyce, dkk (2009:428) yaitu:
“Jika materi yang ada merupakan konsep
baru, maka guru harus mendiskusikan
karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut,
aturan pendefinisian dan beberapa contoh. Jika
materinya merupakan kecakapan baru, maka
hal yang harus disampaikan guru adalah
langkah-langkah untuk memiliki kecakapan
tersebut dengan menyajikan contoh disetiap
langkahnya”.
Pada banyak kasus, akan sangat
memebantu jika guru dalam menyampaikan
materi maupun kecakapan baru menggunakan
visualisasi dari konsep maupun kecakapan
yang dimaksud selain hanya melakukan
penyampaian secara lisan. Penyampaian visual
yang dimaksud adalah berupa demonstrasi
tentang konsep maupun kecakapan yang
diharapkan akan dicapai siswa. Selain itu,
demonstrasi
juga
akan
memberikan
pengetahuan awal representasi visual sebagai
referensi dalam awal pembelajaran.
Pengajaran langsung sendiri berpegang
teguh pada asumsi bahwa sebagian besar
pengetahuan yang dipelajari berasal dari
pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku
orang lain yang baik maupun yang buruk
merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat
bahwa belajar melalui pemodelan dapat
mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang
kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena
itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu
keterampilan atau konsep dengan berhasil,
guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau
keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan
berlatih melakukan demonstrasi untuk
menguasai komponen-komponennya.
Untuk memastikan siswa dapat menapaki
proses berikutnya yakni praktikum, maka guru
harus menguji apakah siswa telah memahami
konsep atau menguasai kecakapan yang
diberikan dalam pembelajaran sebelumnya.
c. Tahap-3 : Praktik yang terstruktur
Mulai pada tahap ini dan berikutnya,
kegiatan utama siswa adalah melakukan
kegiatan praktikum secara berkelompok yang
tentu saja dirancang menggunakan perangkat
sedemikianrupa sehingga terbentuk kecakapan
kognitif dan terutama psikomotorik. Sutarman
4
dan sowasono (2003) dalam Wena (2009:179)
menyatakan:
“Dalam kegiatan praktikum siswa dapat
berlatih lebih banyak tentang keterampilan
laboratorium, berlatih semua komponen proses
sains yaitu mulai dari mengamati (observasi),
mengukur,
mengendalikan
variable,
menggolongkan,
membuat
grafik,
menyimpulkan,
memprediksi,
dan
mengomunikasikan”.
Pada tahap ini perangkat penuntun
pembelajaran praktikum seperti LKS mulai
digunakan, namun penjelasan tentang langkahlangkah kegiatan praktikum masih diberikan
oleh guru dimana siswa tetap mengamati
contoh praktik yang diberikan guru dan
merespon dengan melakukan apa yang
dilakukan guru. Pada tahap ini adalah penting
bahwa instruksi langkah kerja diberikan oleh
guru mengingat siswa baru mulai menapaki
kegiatan praktikum sehingga
tindakan
preventif untuk menjamin praktikum berjalan
aman dan lancar. Ini akan mengurangi resiko
kecelakaan praktikum baik manusia maupun
peralatan.
Pengujian penguasaan siswa terhadap
kecakapan baru dari praktikum dapat
dilakukan oleh guru dengan melihat respon
siswa. Selanjutnya guru dapat melakukan
respon balik dan memberikan pengutan atau
pembenahan pada performa yang diberikan
siswa. Joyce, dkk (2009:428) menyatakan
bahwa peran guru dalam tahap ini adalah
member respon balik terhadap respon siswa,
baik untuk menguatkan respon yang sudah
tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan
dan mengarahkan siswa pada performa praktik
yang tepat.
d. Tahap-4 : Praktik di bawah bimbingan guru
Salah satu tahap penting dalam pengajaran
langsung adalah cara guru mempersiapkan dan
melaksanakan
“praktikum
terbimbing.”
Keterlibatan siswa secara aktif dalam
praktikum dapat meningkatkan retensi,
membuat belajar berlangsung dengan lancar,
dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/
keterampilan pada situasi yang baru atau yang
penuh tekanan. Beberapa prinsip yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi guru dalam
menerapkan dan melakukan pelatihan adalah
seperti berikut menurut Kardi dan Nur
(2000:34) dalam Kholil (2009). Tugas siswa
melakukan latihan singkat dan bermakna.
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Berikan
pelatihan
sampai
benar-benar
menguasai konsep atau keterampilan yang
dipelajari. Hati-hati terhadap kelebihan dan
kelemahan latihan berkelanjutan (massed
practice) dan latihan terdistribusi (distributed
practiced). Perhatikan tahap-tahap awal
pelatihan.
e. Tahap-5 : Praktik mandiri
Praktik ini dimulai saat siswa telah
mencapai level akurasi 85 hingga 90 persen
dalam praktik di bawah bimbingan (Joyce,
dkk,
2009:429).
Ini
berarti
untuk
melaksanakan pembelajaran pada tahap ini
guru harus benar-benar memastikan bahwa
siswa telah memiliki kecakapan dasar yang
mendukung praktikumnya secara mandiri. Hal
ini karena pada praktik mandiri siswa
melakukan praktik dengan caranya sendiri
tanpa bantuan dari guru. pada saat ini penuntun
pembelajaran berupa LKS berfungsi penuh.
Lebih lanjut Joyce menyatakan bahwa
tujuan dari praktik mandiri adalah memberikan
materi baru untuk memastikan dan menguji
pemahaman siswa terhadap praktik-praktik
sebelumnya. Praktik mandiri harus ditinjau
sesegera mungkin setelah siswa menyelesaikan
seluruh proses, hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah level akurasi siswa stabil
atau tidak, serta memberikan respon balik yang
sifatnya korektif di akhir praktik terhadap
siswa yang membutuhkan.
Model pembelajaran langsung sangat
cocok untuk mengatasi masalah ini. Model ini
memberikan tindakan yang preventif untuk
meminimalisasi terjadinya kesalahan prosedur
kerja/praktik
yang terus berlanjut, guru
membuat pengelompokkan dan memaparkan
beberapa langkah tertentu pada siswa untuk
bisa terhindar dari masalah (Joyce, 2009:426).
Suatu fase di mana gerakan-gerakan
keterampilan sudah mampu dilakukan hampir
secara otomatis. Dalam tahap awal belajar
keterampilan gerak pemain harus mengetahui
dan memahami gerak yang benar dari
informasi dan bayangan. Dalam fase kognitif,
gerakan yang akan dilakukan terkonsep di
dalam pikiran. Dalam tahap asosiatif pemain
telah menguasai gerak yang benar, tetapi
belum menjadi gerak otomatis. Dengan praktek
berulang-ulang suatu gerakan makin dapat
dikuasai.
III. Metodelogi Penelitian
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 1 kelas
yakni siswa kelas X-1 sebanyak 46 orang.
Dipilihnya kelas ini menjadi kelas penelitian
karena menurut peneliti sebagai guru
Penjaskes, kelas tersebut lebih komunikatif
dibanding dengan kelas lainnya dan memiliki
potensi yang belum tergali dan dikembangkan
secara optomal oleh guru.
B. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini
adalah; 1) tes hasil belajar; 2) lembar observasi
aktivitas siswa.
C.
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali
diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika
yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946
(Aqib, 2006 :13).
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di
sekolah
dengan
penekanan
pada
penyempurnaan atau peningkatan proses
pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib
(2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu
Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting),
observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
D.
Teknik Analisis Data
Metode Analisis Data pada penelitian ini
digunakan
metode
deskriptif
dengan
membandingkan hasil belajar siswa sebelum
tindakan dengan hasil belajar siswa setelah
tindakan.
Langkah-langkah pengolahan data sebagai
berikut:
1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum
tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan
siklus II.
2. Menghitung nilai rerata atau persentase
hasil belajar siswa sebelum dilakukan
tindakan dengan hasil belajar setelah
dilakukan tindakan pada siklus I dan
siklus II untuk mengetahui adanya
peningkatan hasil belajar.
5
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
E. Kriteria Keberhasilan
Penelitian
menggunakan
indikator
ketercapaian yakni KKM Penjaskes SMA
untuk kelas X-1 sebesar 75 untuk individu
siswa. Artinya siswa dikatakan tuntas belajar
jika nilainya dalam formatif mencapai KKM
ini. Sedangkan kelas dikatakan tuntas atau
penelitian berhasil jika paling tidak 85% dari
jumlah siswa dalam kelas subjek memperoleh
nilai mencapai KKM.
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Analisis data Penelitian Persiklus
Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti
melakukan
pengujian
kemampuan
psikomotorik awal siswa untuk permainan bola
basket dan lari jarak menengah. Hasilnya
diperoleh rata-rata kemampuan siswa dalam
permainan bola basket dan lari jarak menengah
sebesar 19 orang dengan nilai terendah 33 dan
tertinggi 83 hanya 4 orang yang tuntas dari 46
orang siswa yang memperoleh diatas KKM,
dengan demikian ketuntasan secara klasikal
hanya mencapai 8,7 % atau kemampuan awal
siswa sangat rendah.
B. Data Siklus I
a. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 21 dan 28 Februari 2013 di kelas X-1
dengan jumlah siswa 46 siswa. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Berikut rekaman pembelajaran
siklus I KBM 1 dan 2.
Berdasarkan siklus I diperoleh data
aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun data
aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I
seperti pada tabel 1 dan 2 berikut:
Tabel 1. Aktivitas Siswa Pada Siklus I
No
Aktivitas
Skor Persentase
1
Memperagakan
17,5
29%
2
Bertanya pada teman
16
27%
3
Bertanya pada guru
10,5
18%
4
Yang tidak relevan
16
27%
Jumlah
60
100%
6
Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Tes Siklus I
Nilai
Frekuensi
Rata-rata
100
25
67
16
81
33
5
Jumlah
46
b. Tahap Refleksi dan Revisi I
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan
belajar mengajar dengan model pembelajaran
langsung sudah dilaksanakan dengan cukup
baik, walaupun peran guru masih cukup
dominant untuk memberikan penjelasan dan
arahan karena model tersebut masih dirasakan
baru
oleh
siswa,
sehingga
kondisi
pembelajaran belum dapat dikendalikan
dengan baik oleh guru. Kondisi ini berdampak
pada nilai kemampuan siswa yang rendah
dimana hanya 35% siswa yang lulus secara
klasikal, sehingga siklus I masih dikatakan
gagal. Aktivitas siswa yang tidak relevan
dengan KBM juga sangat tinggi yakni 27%.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
aktivitas siswa dan dokumentasi penelitian
sebagai berikut:
1. Guru memberikan tujuan pembelajaran
praktek yang kompleks.
2. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa
dan
saat
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
3. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
4. Siswa kurang antusias selama pembelajaran
berlangsung.
Setelah melaksanakan refleksi, peneliti
kemudian mendiskusikan hasil refleksi yang
meliputi data formatif 1 siswa dan juga data
aktivitas belajar siswa dengan nara sumber dari
LPMP, observer, serta guru sejawat yang
mengajar mata pelajaran yang sama dengan
peneliti.
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya tindakan
perbaikan untuk dilakukan pada siklus
berikutnya. Adapun tindakan perbaikan
pelaksanaan yang akan dilakukan yakni:
1. Guru perlu lebih terampil dalam
memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
Dimana siswa diajak untuk terlibat
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
langsung dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara
baik dengan menambahkan informasiinformasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat
dalam memotivasi siswa sehingga siswa
lebih antusias.
4. Guru
harus
memberikan
metode
pembelajaran praktek yang simpel, praktis
dan bertahan.
C. Data Siklus II
a. Tahap Kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 14
dan 21Maret 2013 di kelas X-1 dengan jumlah
siswa 46 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai pengajar. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi
pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar. Sebagai pengamat peneliti
dibantu oleh dua orang guru.
Adapun data yang diperoleh pada siklus II
yakni data aktivitas belajar, hasil belajar dan
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
Penjaskes. Data aktivitas, hasil dan minat
belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3,dan 4
berikut ini:
Tabel 3. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No
Aktivitas
Skor Persentase
1 Memperagakan
28
51%
2 Bertanya pada teman
17,5
32%
3 Bertanya pada guru
7
13%
4 Yang tidak relevan
2,5
5%
Jumlah
55
100%
Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Tes Siklus II
Nilai
Frekuensi
Rata-rata
100
41
67
5
96
Jumlah
46
b.
Tahap Refleksi dan Revisi II
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah
terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan pembelajaran langsung.
Dari data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum
sempurna,
tetapi
persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar berlangsung.
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya
sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
Hasil
belajar
siswa
mengalami
peningkatan tiap siklusnya hingga pada siklus
II mencapai ketuntasan yakni di atas 85%
siswa tuntas secara klasikal.
Pada siklus II guru telah menerapkan
model pembelajaran langsung dengan baik dan
dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan tindakan perbaikan terlalu banyak,
tetapi yang perlu diperhatikan adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa
yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan
proses
belajar
mengajar
selanjutnya
penerapan
pembelajaran
keterampilan dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
IV. Pembahasan
Merujuk pada data-data yang dipaparkan
sebelumnya dapat diulas tiga data diantaranya:
1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran langsung paling
dominan adalah aktivitas memperagakan yaitu
29% pada siklus I naik menjadi 51% pada
siklus II. Aktivitas lain yang persentasenya
cukup besar adalah bertanya pada teman yaitu
27 % pada siklus I naik menjadi 32% pada
siklus II dan bertanya pada guru yaitu 18%
pada siklus I turun menjadi 13% pada siklus II
7
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 206-9681
yang berarti ketergantungan siswa terhadap
guru mulai berkurang. Sedangkan aktivitas
siswa yang lain adalah aktivitas tidak relevan
terhadap KBM yang turun dari siklus I sebesar
27% menjadi sebesar 5% pada siklus II.
Sehingga secara umum penerapan model
pembelajaran
langsung
telah
berhasil
memberikan kemampuan siswa secara tuntas
dalam menguasai teknik bermain bola basket
dan lari jarak menengah.
Namun terdapat beberapa kelemahan yang
dapat dikemukakan dalam pembahasan hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Faktor kesungguhan di antara subjek satu
sama lain tidak dapat diketahui.
2. Kegiatan masing-masing sampel di luar
kegiatan penelitian tidak dapat dikontrol.
3. Bola yang digunakan oleh sampel
kualitasnya tidak sama, misalnya beratnya,
kerasnya,
merknya
sehingga
dapat
mempengaruhi hasil tes.
2. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran langsung memiliki
dampak
positif
dalam
meningkatkan
kemampuan menguasai teknik bermain bola
basket dan lari jarak menengah pada siswa. Hal
ini dapat dilihat dari semakin baiknya
penampilan siswa tiap siklusnya (ketuntasan
belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk
ranah psikomotor yaitu 54 % dan 89 %,
sehingga pada siklus II ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
Sehingga pada siklus II kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan model pembelajaran langsung
menekankan pada beberapa aspek diantaranya:
memotivasi siswa, memberi penekanan pada
aspek yang paling lemah dikuasai siswa,
memodelkan
(mendemonstrasikan)
membimbing siswa merumuskan kesimpulan/
menemukan konsep dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di
atas dan penerapan model pembelajaran
langsung diharapkan siswa dapat menampilkan
dengan baik apa yang telah mereka pelajari
sehingga mereka akan lebih memaknai tentang
apa yang telah mereka lakukan.
V. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama dua siklus dan
berdasarkan seluruh pembahaan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
(a). Data aktivitas siswa menurut pengamatan
pengamat pada Siklus I antaralain
memperagakan (29%), bertanya sesama
teman (27%),
bertanya kepada guru
(18%), dan yang tidak relevan dengan
KBM (27%).
(b). Data aktivitas siswa menurut pengamatan
pada Siklus II antara lain memperagakan
(51%), bertanya sesama teman (32%),
bertanya kepada guru (13%), dan yang
tidak relevan dengan KBM (5%). Dapat
diambil kesimpulan bahwa aktivitas siswa
semakin meningkat pada setiap siklus.
(c). Pembelajaran dengan model pembelajaran
langsung memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
Siklus I (54%) mengalami kenaikan
hingga tuntas klasikal pada Siklus II (89
%).
Daftar Pustaka
Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta PT.
Rineksa Cipta.
Engkos S.R. 1994.
Erlangga.
Penjaskes.
Jakarta;
Ibrahim, R. dan Syaodikin, N. S., 1988.
Perencanaan Pengajaran, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
Joyce, B., W, M., dan Calhoun, 2009. Models
Of
Teaching
Edisi
Kedelapan,
Penerbit Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Purwanto, dkk, 2009. Theory and Application
of Physics, Penerbit Tiga Serangkai,
Solo.
Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi Fisik,
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Slamet, S.R. 1994. Penjaskes 1. Jakarta; Tiga
Serangkai
8
Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681
Syarifuddin, Aib. 1997. Penjaskes 1,2,3,
Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara
Indonesia.
Sugiyono.
2010.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga
Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.
9
Download