PDF - Politeknik Negeri Padang

advertisement
Pengaruh Reviu Inspektorat Dan Nilai Temuan Pemeriksaan Terhadap Opinl
Audit BPK
Anda Owl Haryadl
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang
Abstract
The Governrnent Regulation Num. 8 about Financial Reporting And Governmental Intitution
says that each Financial Reporting of Governrnent must be reviewed first by the internal
controller of government before giving it to National Audit Board (BPK) to be audited. By
thisinternal reviewing hoped that the misstatement of financial reporting could be detected
earlier and could be corrected sooner. It is expected that could be minimized audit findings of
BPK so that it could be effected to the audit opinion of BPK But from the data observed showed
that internal control review of financial statement doesn't make the audit opinion of BPK getting
better. One of it caused by the limited ability of internal controller og government.
Keywords: Internal control review, audit findings, audit opinion.
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
't
't
Pemerintah daerah sebagai
pihak
yang
diserahi
tugas
menjalankan roda pemerintahan,
pembangunan, dan layanan sosial
masyarakat wajib menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
keuangan daerahnya untuk dinilai
apakah pemerintah daerah berhasil
menjalankan tugasnya dengan baik
atau tidak (Suprapto,
2006)
Pertanggungjawaban
atas
pengelolaan keuangan daerah
diwujudkan dalam bentuk laporan
keuangan berupa neraca, laporan
realisasi anggaran, laporan arus
kas dan catatan atas laporan
keuangan yang harus disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Disamping
itu,
pengelolaan keuangan negara
harus dilaksanakan secara tertib,
taat pada peraturan perundarigundangan,
efisien,
ekonomis,
dan
efektif,
transparan,
bertanggung
jawab
dengan
memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Salah satu tantangan
yang dihadapi oleh pemerintah
untuk mendukung hal tersebut saat
ini adalah bagaimana menghasilkan
suatu laporan pertanggungjawaban
keuangan yang relevan dan handal,
serta yang auditable dan traceable
(Zanie,2008)
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara Pasal 55
ayat (4) dan Pasal 56 ayat (4), yang
kemudian diatur dalam Pasal 25
Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006, tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah,
MenteriIPimpinan
Lembaga,
Gubernur/BupatiMIalikota
dan
Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah
selaku
Pengguna
Anggaranl Pengguna Barang dalam
menyampaikan
pertanggungjawaban
berupa
laporan keuangan, harus disertai
dengan
pernyataan
tanggung
jawab. Pernyataan tanggung jawab
tersebut selain harus menyatakan
bahwa laporan keuangan itu isinya
telah
menyajikan
informas;
pelaksanaan anggaran dan posis;
keuangan secara layak sesuai
dengan
standar
akuntansi
Pengaruh Reviu Inspektorat Dan Nilai Temuan Pemeriksaan Terhadap Opini Audit BPK
meyakinkan keandalan informasi
yang
disajikan
sebelum
disampaikan oleh Menteri/Pimpinan
LembagaiGubemur/BupatilWalikota
kepada
Badan
Pemeriksa
Keuangan (BPK). Kemudian BPK
menjadikan LKPD tersebut sebagai
bahan/dokumen untuk melakukan
pemeriksaan LKPD yang pada akhir
pemeriksaannya
akan
menghasilkan
OPlnl
mengenai
kewajaran laporan keuangan.
pemerintahan,
juga
harus
menyatakan
bahwa
laporan
keuangan
telah
disusun
berdasarkan sistem pengendalian
intern yang memadai. Pemyataan
tanggung jawab bahwa laporan
keuangan
telah
disusun
berdasarkan sistem pengendalian
intern yang memadai, berarti
pemberi
pemyataan
(MenterilPimpinan
Lembaga,
Gubemur/BupatiIWalikota
dan
Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah
selaku
Pengguna
Anggaranl
Pengguna
Barang)
memberikan
keyakinan
yang
memadai
kepada
pengguna
laporan keuangan tentang (1)
keandalan pelaporan keuangan, (2)
efektivitas dan efisiensi operasi,
dan (3) kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan yang berJaku.
Pemyataan
tersebut
memiliki
makna dan tanggung jawab yang
besar bagi pemberi pemyataan,
dalam
hubungannya
terutama
mendukung upaya pemerintah
dalam tata kelola keuangan yang
baik
dan
dalam
rangka
memberantas berbagai bentuk
aktivitas korupsi.
Pentingnya
pengendalian
internal sejalan dengan pendapat
dari General Accounting Office
(GAO) dalam Comprehensive Audit
Manual (Seperti dikutip Sawyer,
2003:100)
pengendalian
manajemen adalah beberapa cara
atau alat yang digunakan oleh
manajemen dalam melaksanakan
fungsi
pengendalian
dalam
mencapai tujuan entitas, yang salah
satunya
adalah
revlu
intern.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah pasal 33 ayat
(3) menyatakan bahwa : Aparat
Pengawasan Intem Pemerintah
pada
Kementrian
NegaralLembagaiPemerintah
Oaerah melakukan reviu atas
laporan Keuangan Pemerintah
Oaerah (LKPD) dalam rangka
Menurut Pasal 20 UU No. 15
Tahun 2004, menyatakan bahwa
pemerintah
wajib
untuk
menindaklanjuti
laporan
hasil
pemeriksaan
BPK.
Oengan
demikian, dalam laporan hasil
pemeriksaannya,
disamping
memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan,
penyimpangan
dari
ketentuan
perundang-undangan,
dan
ketidakpatutan, harus dilengkapi
dengan tanggapan tertulis dari
pimpinan atau
pejabat yang
bertanggungjawab pada entitas
yang diperiksa mengenai temuan
pemeriksaan dan rekomendasi serta
tindakan
perbaikan
yang
direncanakan.
2.
Pennasalahan Penelltlan
Perumusan masalah penelitian ini
adalah apakah reviu inspektorat
dan Nilai temuan Pemeriksaan
mempengaruhi opini audit BPK?
3.
Landasan Teorl
Keterkaitan
antara
revlu
inspektorat dan opini audit BPK
secara tersirat dapat dilihat dari
lampiran 1 Permendagri No 4
tahun 2008 yang menyatakan
bahwa
Pelaksanaan
revlu
dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan keyakinan terbatas
bahwa
laporan
keuangan
disajikan telah sesuai dengan
SAP.
laporan
Keuangan
Pemerintah Oaerah (LKPO) yang
telah direvlu disampaikan kepada
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Oesember 2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
11
Pengaruh Kualitas Audit dan Komisaris Independen terhadap managemen Laba Real
BPK untuk dilakukan pemeriksaan
dalam
rangka
pemberian
pendapat (opini). Fauzi (2009)
menyatakan dengan hal yang
berbeda namun memiliki makna
yang relatif sarna yaitu hasil kerja
pengawas internal diharapkan
menjadi pintu masuk pemeriksa
dalam
melihat
efektivitas
pengendalian internal entitas.
Selanjutnya, adalah tugas dari
pemeriksa untuk menguji/menilai
apakah
keseluruhan
proses
kegiatan telah berjalan dengan
baik. Banyaknya temuan audit
baik terkait dengan sistematika
pelaporan, sistem pengendalian
internal
dan
kepatuhan
menunjukkan bahwa pengawas
internal tidak melakukan tugasnya
sebagai quality insurance dengan
benar. Demikian juga Tumanggor
dalam Reviu laporsn Keuangan
(2009) menyampaikan bahwa
reviu
sangat
baik
untuk
memberikan keyakinan terbatas
bahwa LKPD telah disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan pada
akhirnya BPK akan memberikan
penilaian baik terhadap LKPD
tersebut.
Untuk menjalankan tugas dengan
baik, Aparat Pengawas Internal
Pemerintah
dalam
hal
ini
berfungsi sebagai auditor internal,
harus berada di luar lini suatu
organisasi, tetapi tidak terlepas
dari hubungan bawahan dan
atasan seperti yang lainnya. Oleh
sebab itu, auditor internal wajib
memberikan
informasi
yang
berharga bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan operasi entitas
(Arens&Loebecke
2003 :7).
Sedangkan
pengertian
pengawasan
intern
menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem
Pengawasan Intern Pemerintah
adalah seluruh proses kegiatan
audit, reviu, evaluasi, pemantauan
dan kegiatan pengawasan lain
12
terhadap penyelenggaraan tugas
adan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan
yang memadai bahwa kegiatan
telah dilaksanakan sesuai dengan
tolak ukur yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
2008 pasal 49 yang telah membagi
tugas dan wewenang masing-masing
lembaga
pengawasan
internal
pemerintah, yaitu sebagai berikut :
1. Ayat (1) menyebutkan bahwa aparat
pengawasan intern pemerintah
terdiri atas BPKP, Inspektorat
Jenderal atau nama lain yang
secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern , inspektorat
provinsi,
Inspektorat
kabupaten/kota.
2. Ayat (2) menjelaskan tugas BPKP
yang harus melakukan pengawasan
intern
terhadap
akuntabilitas
keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi :
a. Kegiatan yang bersifat lintas
sektoral
b. Kegiatan kebendaharaan umum
Negara .
c.
Berdasarkan penetapan oleh
Menteri
Keuangan
selaku
Bendahara Umum Negara dan
melakukan
kegiatan
lain
berdasarkan penugasan dari
presiden.
3. Ayat (3) menjelaskan bahwa dalam
rangka pelaksanaan pengawasan
intern untuk kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b,
Menteri
Keuangan
melakukan
koordinasi kegiatan yang terkait
dengan instansi pemerintah lainnya.
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
Pengaruh Reviu Inspektorat Dan Nilai Temuan Pemeriksaan Terhadap Opini Audit BPK
Ayat (4) menyatakan bahwa
Inspektorat Jenderal atau nama lain
yang
secara
fungsional
melaksanakan pengawasan intern ,
melakukan pengawasan terhadap
seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementrian Negarallembaga yang
didanai
dengan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
4. Ayat (5) menyatakan bahwa
inspektorat provlnsl melakukan
pengawasan
terhadap
seluruh
kegiatan
dalam
rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah
provinsi yang didanai dengan
Anggaran pendapatan dan Belanja
Daerah provinsi.
5. Ayat (6)
menyatakan bahwa
inspektorat
kabupaten/kota
melakukan pengawasan terhadap
seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi
satuan kerja perangkat daerah
kabupaten kota yang didanai
dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten I kota.
b.
Memberikan konsultasi terhadap
instansi
yang
bersangkutan
sehingga
dalam
proses
operasionalnya dapat mencegah
terjadinya segala macam kesalahan
atau eror.
c.
Memberikan nilai tambah terhadap
instansi sehingga output sebuah
instansi pemerintah tidak hanya
dalam bentuk pelayanan terhadap
publik
ataupun
kepuasan
masyarakat secara umum, namun
juga dapat menjadi benchmarking
ataupun contoh bagi instansi
pemerintah negara lainnya.
d.
Meningkatkan kinerja atas kegiatan
operasional
instansi
yang
bersangkutan.
Dasar hukum yang menjadi acuan
dalam menyusun petunjuk teknis Reviu
laporan keuangan antara lain:
1. Undang Undang RI Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara,
2. Undang Undang RI Nomor 1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara,
Dengan demikian, terlepas dari
3. Undang Undang RI Nomor 15
pembagian tugas dan wewenang,
Tahun
2004
tentang
diharapkan Aparat Pengawas Intern
Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pemerintah nantinya benar- benar dapat
Tanggung Jawab Keuangan
memenuhi kriteria menjadi sebuah
Negara,
fungsi
pengawasan
yang
balk.
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor
Diantaranya yaitu (Effendi, 2009)
24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan;
a Memberlkan jaminan keyakinan
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor
6
Tahun
2006
tentang
terhadap publik melalui sebuah
pemeriksaan yang dilakukan oleh
Pengelolaan
Barang
Milik
sebuah lembaga pemeriksa atau
NegaralDaerah;
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor
auditor ekstemal pemerintah dalam
hal ini Badan Pemeriksa Keuangan .
Tahun
2006
tentang
8
Pelaporan
Keuangan
dan
Dimana hasil pemeriksaannya akan
diekspos secara umum ke publik,
Kinerja Instansi Pemerintah,
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor
bahwa sebuah instansi yang ada di
dalamnya
terdapat
fungsi
60 Tahun 2008 tentang Sitem
Pengendalian Intern Pemeritah.
pengawasan yang dimaksud telah
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri
terhindar dari segala macam
penyimpangan- penyimpangan di
No 4 tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reviu
dalamnya, serta dengan kata lain
atas
Laporan
keuangan
telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
Pemerintah Daerah
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 ha11Q-21
13
Pengaruh Kualitas Audit dan Komisaris rndependen terhadap managemen Laba Rear
Berikut merupakan beberapa
pendapat mengenai pengertian reviu
yaitu:
.,
't
1. Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP): Pelaksanaan prosedur
permintaan
keterangan
dan
analisis yang menghasilkan dasar
memadai bagi akuntan untuk
memberikan keyakinan terbatas
bahwa tidak ada
modifikasi
material yang harus dilakukan atas
laporan keuangan agar laporan
keuangan tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi berJaku umum di
Indonesia atau sesuai dengan
basis akuntansi komprehensif yang
lain. Reviu tidak mencakup suatu
pemahaman atas pengendalian
intern, pengujian atas catatan
akuntansi, dan pengujian atas
respon
terhadap
permintaan
keterangan
dengan
cara
pemerolehan bahan bukti dan
prosedur tertentu lainnya yang
biasanya
dilaksanakan dalam
suatu audit.
2. Peraturan
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER44/PBI2006:
Prosedur
penelusuran angka-angka dalam
Japoran keuangan, permintaan
keterangan, dan analitik yang
harus menjadi dasar memadai bagi
Aparat
Pengawasan
Intern
Pemerintah (APIP) untuk memberi
keyakinan terbatas bahwa tidak
ada modifikasi material yang harus
dilakukan atas Japoran keuangan
agar laporan keuangan tersebut
sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
3. Pasal 33 PP No. 8 Tahun 2006:
Reviu yang dilakukan berdasarkan
PP
No.
8
Tahun
2006
dimaksudkan untuk memberikan
keyakinan terbatas atas laporan
keuangan
dalam
rangka
pernyataan
tanggung
jawab
(statement of responsibility) atas
laporan
keuangan
tersebut.
Pernyataan
tanggung
jawab
memuat
menyatakan
bahwa
Japoran keuangan telah disusun
berdasarkan sistem pengendalian
14
intern yang memadai dan sesuai
dengan
standar
akuntansi
pemerintahan (SAP). Reviu yang
akan dilakukan berdasarkan PP
812006 harus meliputi reviu atas
sistem pengendalian intern dan
kesesuaian dengan SAP. Namun
demikian, sistem pengendalian
intern yang direviu dibatasi pada
pengendalian
yang
berkaitan
dengan
penyusunan
laporan
keuangan.
Konsep dasar
sebagai berikut :
reviu
adalah
1. Reviu dilaksanakan secara paralel
dengan
penyusunan
laporan
keuangan Pemerintah Daerah.
Reviu paralel dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tepat waktu
agar koreksi dapat dilakukan
segera. Laporan keuangan yang
disajikan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah diajukan kepada
kepala
daerah
sudah
mengakomodasl hasil reviu APIP.
2. Reviu tertuju pada hal-hal penting
yang
mempengaruhi
laporan
keuangan,
namun
tidak
memberikan
keyakinan
akan
semua hal penting yang akan
terungkap melalui suatu audit.
Reviu memberikan keyakinan bagi
APIP bahwa tidak ada modifikasi
(koreksilpenyesuaian)
material
yang harus dilakukan atas laporan
keuangan agar laporan keuangan
yang direviu sesuai dengan SAP,
baik sagi pengakuan, peniJaian,
pengungkapan dan sebagalnya.
3. Reviu tidak memberikan dasar
untuk menyatakan suatu pendapat
(opinO seperti halnya dalam audit,
meskipun Reviu mencakup suatu
pemahaman atas pengendalian
intern secara terbatas. .
4. Dalam reviu tidak dilakukan
pengujian terhadap kebenaran
substansi dokumen sumber seperti
perjanjian kontrak pengadaan
barang
dan
jasa,
bukti
pembayaranlkuitansi, dan berita
Jumal Akuntansi & Manajemen Vor5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 ha11()"21
Pengaruh Reviu Inspektorat Dan Nilai Temuan Pemeriksaan Terhadap Opini Audit BPK
acara fisik atas pengadaan barang
danjasa.
5. Reviu
dapat
mengarahkan
perhatian aparat pengawasan
intem kepada hal-hal penting yang
mempengaruhi laporan keuangan,
namun
tidak
memberikan
keyakinan
bahwa
aparat
pengawasan
intern
akan
mengetahui semua hal penting
yang akan terungkap melalui suatu
audit.
Panduan
Manajemen
Menurut
Pemeriksaan BPK (2008), temuan
pemeriksaan (TP) merupakan temuan
atau indikasi permasalahan yang
diperoleh selama pemerlksaan. Pada
dasamya temuan pemeriksaan terkait
dengan:
1. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan,
penyimpangan dan ketidakpatutan
yang material untuk dilaporkan
2. Kelemahan sistem pengendalian
Intern
yang
material
untuk
dilaporkan
3. Kegagalan suatu program yang
dipen"ksa
4. Ketidaksesuaian kondisi dengan
krterla yang ditetapkan.
Temuan pemeriksaan memiliki arti
penting untuk disampaikan kepada
entitas yang diperiksa dengan didukung
oleh fakta dan informasi yang akurat,
berhubungan dengan permasalahan
yang diperoleh dari pemeriksaan
lapangan yang mempunyai nilai yang
material.
Berdasarkan
temuan
pemeriksaan tersebut, pimpinan entitas
yang diperiksa memberikan tanggapan.
Temuan pemeriksaan memuat
unsur sebagai berikut (juknis BPI<,
2007):
1. Judul, berisi satu frase yang terdiri
darl dua atau lebih kata, tetapi
bukan kalimat, singkat dan jelas
yang menggambarkan kondisi atau
kombinasi kondisi sebagai akibat
yang signifikan.
2. Kondisi, berisi data/informasilbukti
atas suatu keadaan yang disajikan
secara
objektif
dan
relevan
berdasarkan fakta yang ditemukan
pemerlksa di lapangan.
3. Akibat, menjelaskan secara logis
pengaruh dari perbedaan antar
kondisi (apa yang ditemukan
pemerlksa) dengan kriteria (apa
yang seharusnya terjadi).
4. Sebab, memberikan bukti yang
meyakinkan mengenai faktor yang
menjadi sumber perbedaan antara
kondisi dan krlteria.
5. Komentar
instansi,
merupakan
tanggapan oleh entitas yang
diperiksa terhadap indikasi temuan.
Komentar instansi tidak harus
diperoleh dalam suatu pelaksanaan
pemeriksaan. Temuan Pemeriksaan
ini disampaikan kepada pimpinan
entitas yang diperiksa sebagai
lampiran
dari
laporan
hasil
pemeriksaan (LHP).
Aslkin
(2006)
memahami
temuan audit sebagai hasil dari proses
perbandingan
antara
-apa
yang
seharusnya terdapaf dengan -apa yang
ternyata terdapaf. Secara singkat
dinyatakan bahwa temuan audit adalah
penyimpangan dari norma atau standar
yang telah ditetapkan. Ramadhany
(2004), mengemukakan bahwa terdapat
dua jenis salah saji yaitu kekeliruan
(et']'Ors)
dan kecurangan (fraud).
Kekeliruan adalah salah saji yang tidak
disengaja
sedangkan
kecurangan
disengaja. Contoh kekeliruan adalah
salah menghitung besamya uang
lembur yang dihitung berdasarkan jam
lembur
pegawai.
Jack
Bologna
mendefinisikan kecurangan sebagai
suatu tindakan kriminal yang dilakukan
dengan
upaya
penipuan
guna
mendapatkan keuntungan dari sisi
keuangan. Menurut Arthur W. Holmes
dan David C. Bums, kecurangan adalah
suatu salah saji atas suatu fakta bersifat
material yang diketahui tidak benar atau
disajikan dengan mengabaikan prinsipprinsip kebenaran, dengan maksud
Jumal Akuntansl & Manajemen Vol 5 No.2 Desember2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
15
Pengaruh Kualitas Audit dan Komisaris Independen terhadap managemen Laba Real
menipu terhadap pihak lain dan
mengakibatkan pihak lain tersebut
dirugikan. Sementara itu, ASOSAI
mendefenisikan kecurangan meliputi
penyajian secara keliru dengan sengaja,
fakta dan atau informasi penting, untuk
memperoleh keuntungan illegal atau
tidak semestinya.Berdasarkan definisidefinisi
tersebut,
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa secara umum
kecurangan mencakup unsur-unsur
berikut yaitu : terdapat salah saji
(misrepresentation), masa lampau (past)
atau sekarang (present), fakta bersifat
material (material fact), kesengajaan
atau tanpa perhitungan (make knowingly
or recklessly), dengan maksud (intent)
menimbulkan reaksi dari suatu pihak,
pihak yang dirugikan harus bereaksi
(acted) terhadap salah saji tersebut,
menimbulkan kerugian (detriment) suatu
pihak.
Association of
Examiners, sebuah
Certified
Fraud
organisasi yang
bergerak pada
pencegahan dan
penanggulangan kecurangan di USA,
mengkategorikan kecuarangan menjadi
tiga kelompok, yaitu:
..,..,
1. Kecuarangan Laporan Keuangan,
adalah kecurangan yang dibuat oleh
manajemen dalam bentuk salah saji
material laporan keuangan yang
akan merugikan pengguna laporan
keuangan. Kecurangan laporan
keuangan
ini
dapat
bersifat
keuangan maupun non-keuangan.
2. Penyalahgunaan aset. Kecuarangan
ini terbagi ke dalam kecurangan kas
dan kecurangan atas persediaan
dan aset lainnya.
3. Korupsi. Kecurangan ini terdiri atas
benturan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemeberian
hadiah tidak legal (illegal gratuity)
dan
pemerasan
(economic
extortion).
Terdapat dua jenis kecurangan,
yaitu pencurian aktiva yang sering
atau
disebut
penggelapan
kecurangan
pegawai
dan
pelaporan
keuangan
yang
menyesatkan, yang sering disebut
sebagai
kecurangan
auditan.
16
Contoh pencurian aktiva adalah
seorang bendaharawan mengambil
gaji
pegawai
yang
telah
mengundurkan diri dari pegawai
negeri sipil. Contoh pelaporan
keuangan
yang
menyesatkan
adalah lebih saji yang disengaja
dan harga kontrak pengadaan
barang/jasa.
Opini audit merupakan pendapat
yang diberlkan oleh auditor tentang
kewajaran penyajian laporan keuangan
perusahaan tempat auditor melakukan
audit. Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara
(2007:PSP 03 Standar
Pelaporan Pemeriksaan Keuangan,
paragraph 03) menyatakan bahwa:
"Laporan audit harus memuat suatu
pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau
bahwa
pemyataan
suatu
asersi
demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal jika nama
auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan audit harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sitat
pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul auditor -.
Dalam
Petunjuk
Teknis
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Pemerintah
Daerah
(2007)
menyebutkan bahwa Pendapat auditor
mengenai kewajaran laporan keuangan
yang biasa disebut opini, terdiri dari
empat jenis , yaitu:
a. Wajar
tanpa
pengecualian
(unqualified opinion)
Menyatakan bahwa LKPD disajikan
secara wajar dalam semua hal yang
material sesuai dengan Standar
akuntansi Pemerintahan.
b. Wajar
dengan
Pengecualian
(qualified opinion)
Menyatakan bahwa LKPD disajikan
secara wajar dalam semua hal yang
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal1D-21
Pengaruh Reviu Inspektorat Dan Nilai Temuan Pemeriksaan Temadap Opini Audit BPK
laporan aparat pengawasan intern
pemerintah (Ramadhany, 2004).
Tabel 2.1 Berikut menunjukkan
yang
beberapa
pendapat
menyatakan bahwa reviu internal
(inspektorat) berpengaruh terhadap
opini audit BPK.
material sesuai SAP, kecuali
dampak hal-hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan. Hal- hal
yang dikecualikan dinyatakan dalam
laporan hasll pemeriksaan yang
memuat opini tersebut.
c. Tidak Wajar (adverse opinion)
4.
Menyatakan bahwa LKPD tidak
disajikan secsra wajar POSISI
keuangan sesuai dengan SAP.
d. Menolak memberikan
(disclaimer opinion)
pendapat
Menyatakan bahwa LKPD tidak
dapat diyakini kewajarannya dalam
semua hal yang material sesuai
dengan
SAP.
Ketidakyakinan
tersebut
disebabkan
oteh
pembatasan lingkup pemen1<saan
dan hal tersebut harus diungkapkan
dalam taporan hasil pemeriksaan
yang memuat opini tersebut.
Berdasarkan Petunjuk Teknis
tersebut, penetapan opini dilakukan
dengan mempertimbangkan (1)
Pasal16 UU No. 15 tahun 2004 dan
(2) Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara. Berdasarkan penjelasan
Pasal 16 ayat (1) UU No.15 Tahun
2004, opini merupakan pemyataan
professional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan
yang didasarkan pada kriteria :
Metodologi Penelitian
Berdasarkan jenis data yang
diteliti, penelitian ini merupakan
penelitian empiris. Jadi, dalam
melakukan penelitian ini, peneliti
menggunakan
pendekatan
kuantitatif karena untuk menguji
dan memberikan bukti empiris
reviu
mengenai
pengaruh
inspektorat dan nilai temuan
pemeriksaan terhadap opini audit
BPK. Disamping itu penulis juga
melakukan
analisis
deskriptif
terhadap data yang diperoleh
untuk mendukung hasil pengujian
statistik. Menurut tujuan studi,
penelitlan
ini
merupakan
penelitian pengujian deskriptif,
yang
yaitu
penelitian
menjelaskan fenomena dalam
bentuk
perbandingan
antar
variabel..
4.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan
pembahasan
diatas, maka kerangka konseptual
penelitian diwujudkan sebagai ben1<ut :
Revlu
InspektDrat
(Xd
a.
b.
Kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan
Kecukupan Pengungkapan
Nilai Temuan
Pemeriksaan
Opini Audit
BPI<
(Y)
(X:!)
c.
Kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan
d.
Efektifrtas sistem pengendalian
intern.
Dalam
melaksanakan
pemeriksaan, BPK memperhatikan
Kerangka Konseptual dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis1 : Reviu
inspektorat
berpengaruh
signifikan
terhadap opini audit BPK.
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
17
Pengaruh Kualitas Audit dan Komisaris Independen temadap managemen Laba Real
Hipotesis 2 : Nilai temuan pemeriksaan
berpengaruh
signifikan
terhadap opini audit BPK
Dadang sadeli (2008) Dengan
pelaksanaan audit pemerintahan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan
fungsional intern yang professional akan
mempunyai implikasi kepada kualitas
akuntabilitas
keuangan
instansi
pemerintah daaerah karena dari hasil
audit akan diperoleh masukan dan
saran untuk meningkatkan kualitas
akuntabiitas keuangan.
4.2. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder.
Data tersebut adalah Laporan Hasil
Pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah provinsi Sumatera Barat dan
pemerintah daerah di 19 Kabupatenl
Kota di wilayah Sumatera Barat untuk
tahun anggaran 2006, 2007 & 2008,
Petunjuk Teknis Pemeriksaan BPK RI,
Panduan Manajemen Pemeriksaan,
Rekapitulasi Temuan
Pemeriksaan
BPK, Laporan hasil reviu atas LKPD
kota Padang Tahun Anggaran 2009
dan Kabupaten Lima Puluh kota Tahun
Anggaran
2009, Kota Payakumbuh
Tahun Anggaran 2009 dan data relevan
lainnya.
Definisi
operasional
dari
variabel yang digunakan adalah
sebagaiberikut:
't
't
18
Indikator
Reviu Inspektorat
Ada atau Tidaknya
Reviu yang dilakukan
oleh Inspektorat pada
tahun berjalan
(Xl)
Nilai Temuan
Pemeriksaan
(~
5. Analisa Studi Literatur
Susanto, Daniel (2007) Audit
internal
mampu meminimalisasi kemungkinan
kesa/ahan dan penyelewengan dan
tercapainya
tujuan
pengendalian
kepatuhan manajemen perusahaan
Rismanto, Gregorius (2006)
Risiko
pengendalian berpengaruh signifikan
terhadap nilai temuan pemeriksaan
Rahmadhany (2004)
opini
audit
going concern yang diterima tahun
sebelumnya dengan opini audit going
concern tahun berjalan
yang
Mutchler (1984) perusahaan
menerima opini audit going concern
pada
tahun
sebelumnya
lebih
cenderung untuk menerima opini yang
sama pada tahun berjalan
Habiburrochman
Peranan auditor
intern dalam aspek pengawasan
administratif laporan keuangan itu
penting. Tugas auditor intern dapat
membantu
tugas
direksi
dalam
pengawasan laporan keuangan bank
termasuk memberikan masukan yang
berharga bag; d;reksi! manajemen.
Salah satu tugas auditor intern adalah
menjaga reputasi bank (kesehatan bank
dan opini akuntan)
Variabel
Perbandingan
antara
total
nominal
nllai
temuan
pemeriksaan
tahun berjalan dengan
total reallsasi belanja
tahun berjalan. Variabel
ini dinotasikan dalam
bentuk persentase.
Opini Auditor BPK
(Y)
Opini yang dipero/eh
pemerintah daerah pada
tahun berjalan yang
terdiri dari:
a. Wajar
Tanpa
Pengec:ualian
I
unqualified (WTP)
b. WaJar
Dengan
Pengecualianl
qualified (WOP)
c.
d.
Tidak Memberikan
Pendapal
Idisclaimer (TMP)
Tidak Wajar (TW)I
Advetse
6.
Penutup
6.1. Kesimpulan
Nilai signifikansi statistis (X 1) sebesar
0,124 dimana lebih besar dari a=O,OS.
Hal ini berarti hipotesis 1 yang
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
Pengaruh Reviu Inspektorat Dan Nilai Temuan Pemeriksaan Terttadap Opini Audit BPK
menyatakan bahwa reviu inspektorat
berpengaruh signifikan terhadap opini
audit BPK tidak terdukung secara
statistis.
Hasil ini tidak sejalan dengan
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan
Kine~a Instansi Pemerintah, pasal 33
ayat (3), yang menyatakan bahwa,
sebelum dilakukan pemeriksaan oleh
BPK, Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) melakukan reviu
atas LKPD tersebut untuk memberikan
keyakinan atas keandalan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan.
Selanjutnya
BPK
melakukan
pemeriksaan atas LKPD tersebut dalam
rangka memberikan pendapat (opini)
sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang- Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara.
Nilai
Temuan
Pemeriksaan
berpengaruh signifikan terhadap opini
audit BPK. H2 diterima. Hasil ini sesuai
dengan tinjauan literatur bahwa temuan
pemen'ksaan merupakan temuan atau
indikasi permasalahan yang diperoleh
selama
pemeriksaan
Panduan
Manajemen Pemeriksaan BPK (2008),
dimana
pada
dasamya
temuan
pemeriksaan terkait dengan : (1)
ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang- undangan, penyimpangan
dan ketidakpatutan yang material untuk
dilaporkan, (2) kelemahan sistem
pengendalian intern yang material untuk
dilaporkan, (3) kegagalan suatu program
yang dipen'ksa, dan 4) ketidak sesuaian
kondisi dengan kriteria yang ditetapkan.
6.2. Keterbatasan Penelitian
7. Disebabkan keterbatasan data,
penelitian dilakukan masih terbatas
kepada ada atau tidaknya reviu
inspektorat
terhadap
laporan
keuangan
pemerintah
daerah.
PeneJitian ini akan memperoleh
hasil
yang
lebih
baik jika
pembahasan tidak hanya terbatas
pada ada atau tidaknya reviu tapi
juga kualitas reviu itu sendiri.
Karena bisa jadi ada dugaan bahwa
reviu yang tidak berkualitas tidak
akan berpengaruh terhadap opini
audit BPK walaupun reviu tersebut
ada dilakukan. Disamping itu, data
statistis juga menunjukkan bahwa
reviu
inspektorat
tidak
mempengaruhi opini audit BPK
Dengan demikian, dengan melihat
kualitas
reviu
inspektorat
diharapkan akan menjadikan hasil
penelitian ini menjadi lebih baik.
8. Data tindak lanjut hasil pemeriksaan
dalam penelitian ini adalah data
tindak lanjut hasil pemeriksaan
(TLHP) setelah laporan hasil
pemeriksaan diterima oleh auditee,
sesuai dengan Petunjuk Teknis
Pemeriksaan BPK (2007). Data
TLHP disini hanya melihat dari
jumlah suatu rekomendasi ditindak
lanjuti dibandingkan dengan jumlah
rekomendasi yang dihasilkan BPK
Perhatian terhadap apakah tindak
lanjut yang dilaksanakan oleh
pemerintah telah sesuai atau tidak
dengan harapan BPK dalam hal ini
sesuai
dengan
Panduan
Manajemen Pemeriksaan (2008),
akan membuat hasil penelitian ini
lebih baik. Hal ini disebabkan
karena· terdapat
kemungkinan
bahwa walaupun rekomendasi teJah
ditindaklanjuti namun tidak sesuai
dengan harapan BPKlketentuan,
maka hasil tindak lanjut tersebut
diduga tidak bisa digunakan dalam
pertimbangan opini audit BPK.
Daftar Referensi
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati
(2004). (Edisi ke-5).Jakarta:
Salemba Empat
Jumal Akuntansl & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
19
Pengaruh Kualitas Audit dan Komisaris Independen terhadap managemen Laba Real
Arens,
AA and loebbecke, J.K.
Auditing and Assurance Services,
An
Integrated
Approach,
International Edition, Prentice
Hall., New Jersey, 2003
Asikin
Bachtiar,
Pengaruh Sikap
Profesionalisme Internal Auditor
Terhadap
Peranan
Internal
Auditor Dalam Pengungkapan
Temuan Audit, 2006
Budiartha Ketut, Menelusuri opini
auditor independen atas lKPD
pemerintah provinsi Bali, 2007
Effendi, Muh Arief., Universitas Trisakti,
Jakarta, 2009 Tantangan Untuk
Menjadi Seorang Auditor Internal
yang Profesional (Challenge tobe
the Proffesional Aintemal Auditor)
Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik,
Buletin Teknis Standar Akuntansi
Pemerintahan, Telaah Kritis PP
No 24 Tahun 2005, BPFE
Yogyakarta, 2006.
Henry lilik, Inspektorat Lakukan Reviu
atas
Laporan
Keuangan
Pemerintah Provinsi Jateng TA
2009,
http/ljatengprov.goJdndocument
sr/=4950,2oo9
larry F. Konrath, Auditing, Concept and
Applications, a Risk Analyses
Approach, 1999:208).
Mautz, R.K dan H.A. Sharaf. 1993. The
Philosophy of Auditing. Sarasota:
American Accounting Association.
Mutchler, J., 1985. "A Multivariate
Analysis of the Auditor's Going
Concern
Opinion
Decision"
Journal of Accouning Research.
Autumn. 668 - 68.
PSEKP, Reviu Laporan Keuangan,
Pengalaman
Praktis
di
Pemerintah Daerah, UGM 2009.
Ramadhany, Alexander. 2004. "Analisis
Faktor
Faktor
Yang
Mempengaruhi Penerimaan Opini
Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Mengalami
Financial Distress Di Bursa Efek
Jakarta". Tesis 52, Universitas
Diponegoro, 5emarang. Tidak
Dipublikasikan.
Republik Indonesia. 2004. UndangUndang No. 112004 tentang
Perbendaharaan Negara
IAI-KAP. 2001. Standard Profesional
Akuntan Publik. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta
2006. Peraturan
Pemerintah No. 812006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen
Akuntan Publik. 2001. Standar
Profesional
Akuntan
Publik.
Jakarta: PT Salemba Empat.
2005. Peraturan
Pemerintah NO. 5812005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kuntadi, Cris, Peningkatan Peran
Auditor
Internal
Dalam
Pelaksanaan Reviu Atas Laporan
Keuangan, Majalah- Pemeriksaan
BPK
RI
No
199/AgustusSeptember 2009ITahun XXVIII.
KPMG, -KPMG, 1998 Fraud
New York: ,1998
20
Survey~
2004.
UndangUndang No. 1512004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung
Jawab
Keuangan
Negara.
2006. Peraturan
Pemerintah No.1312006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
Pengaruh Reviu Inspektorat Dan Nilai Temuan Pemeriksaan Temadap Opini Audit BPK
2008. Peraturan
Pemerintah No. 60/2008 tentang
Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah.
2003.
Undang
NO.1712003
Keuangan Negara.
Undangtentang
2007.
Badan
Pemeriksaan Keuangan. Petunjuk
Teknis
Pemeriksaan
Atas
laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
2007. Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan No.
0112007. Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
Fa/dor Pendukungnya Terhadap
Pengendalian
Peningkatan
Intemal Dan Kinerja Perusahaan.
Disertasi Doktor pada Universitas
Padjadjaran Bandung.
Tunggal Widjaja Amin. Internal Auditing
Suatu Pengantar. Harvarindo.
Jakarta 2000
Zanie Abdullah, . Sambutan wakil ketua
BPK
RI,
Seminar
Sistem
Pelaporan keuangan negaral
Daerah, Jakarta, 5 Juni 2008
Zuriah Nurul, Metodologi Penelitian
Sosial dan Pendidikan, TeorlAplikasi, Malang 2005.
_____---.2008.
Badan
Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. Panduan Manajemen
Pemeriksaan.
Rismanto. Gregorius Yorrie. Pengaruh
Resiko Pengendalian Terhadap
Nilai Temuan BPK RI. UGM.
Yogyakarta. 2006.
Sawyer. B. lawrence. & Dittenhover. A.
Mortimer. 2003. Sawyer's Intemal
Auditing,
Fifth edition. The
Institute of Internal Auditor.
Florida
Sinaga. Hasan Bakri. lK WTP Belum
Memuaskan. Majalah Pemeriksa
No. 1151 November-Desember.
2008lTahun XXVIII
Susanto, Daniel,2007. Peranan Audit
Internal terhadap
Kepatuhan
Manajemen Perusahaan (Studi
Kasus
Pada
PT
OTTO
Parmaceuticallndustries ltd)
Suprapto Tri, Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten
Sleman Dalam Masa otonomi
Daerah tahun 2003-2004, 2006
Tugiman Him. 2000. Pengaruh Peran
Auditor Intemal Selta Fa/dorJumal Akuntansi & Manajemen Vol 5 No.2 Desember 2010 ISSN 1858-3687 hal 10-21
21
Download