Identifikasi Elemen Arsitektur Khas CP Wolff - Seminar

advertisement
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | DISKURSUS
Identifikasi Elemen Arsitektur Khas C.P. Wolff Schoemaker
dalam Arsitektur Masjid Raya Cipaganti
Raudina Rachmi(1), Bambang Setia Budi(2)
[email protected]
(1)
P rogram S tudi A rsitektur, S ekolah A rsitektur, P erencanaan, dan P engembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.
A sisten P rofesor, Kelompok Keahlian S ejarah Teori dan kritik A rsitektur, P rogram S tudi Teknik A rsitektur, Institut Teknologi
Bandung.
(2)
Abstrak
Prof. Charles Prosper Schoemaker merupakan seorang arsitek berdarah Belanda yang banyak
menorehkan karya di Indonesia khususnya Bandung selama masa kolonial. Banyak sekali bangunan bangunan penting di Bandung yang merupakan hasil karya tangan dingin beliau. Salah satu yang
masih kokoh berdiri dan juga dikonservasi yaitu Masjid Raya Cipaganti. Tempat ibadah dengan
nuansa masjid Jawa kuno ini merupakan hasil dari akulturasi bentuk arsitektur lokal dan barat.
Dengan tetap membubuhkan elemen-elemen arsitektur khas beliau, Schoemaker berhasil membuat
sebuah masjid bernilai arsitektur Islam se kaligus berkearifan lokal. Beberapa elemen-elemen
arsitektur tersebut juga ditemukan pada karya-karya Schoemaker lainnya seperti Grand Hotel
Preanger, Gereja Bethel, dll. Makalah in i bertujuan untuk mengidentifikasi elemen arsitektur apa saja
yang dibubuhkan oleh Schoemaker pada Masjid Raya Cipaganti, yang juga memiliki kemiripan
dengan elemen-elemen arsitektur pada karyanya yang lain.
Kata-kunci : arsitektur, bangunan, bersejarah, C.P. Wolff Schoemaker, Masjid Raya Cipaganti
Pendahuluan
Kurang lebih 3,5 abad lamanya Pemerintah Belanda menduduki Indonesia. Tentu saja 3,5 ab ad
merupakan waktu yang sangat cukup bagi Belanda dalam menanamkan pengaruh -pengaruhnya.
Bukan hanya pengaruh politik, sosial, ekonomi, namun juga budaya — termasuk arsitektur. Tidak
sedikit bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang hingga saat ini masih berdiri kokoh di
beberapa kota di Indonesia, Bandung salah satunya.
Kokoh berdirinya bangunan-bangunan bersejarah di Kota Bandung juga turut mengangkat nama
besar arsitek yang ada dibaliknya. Salah satunya yaitu Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker, atau
yang lebih sering disebut dengan C.P. Wolff Schoemaker. Karya-karya Schoemaker merupakan
sedikit dari sekian banyak peninggalan kolonial Belanda yang hingga saat ini masih dipelihara dan
dikonservasi dengan baik. Sebut saja Villa Iso la (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung), Gedung
Merdeka, Majestic, Hotel Grand Preanger, Gereja Bethel Bandung, dan Masjid Raya Cipaganti.
Salah satu karya Schoemaker yang menarik untuk dilihat adalah Masjid Raya Cipaganti. Artefak
bangunan Masjid Raya Cipaganti ini masih bisa dilihat dan dikunjungi di Jalan Cipaganti no.85 Kota
Bandung. Desainnya sangat merespon konteks Bandung sebagai kota yang beriklim tropis dengan
menggunakan atap piramida bertumpuk khas masjid Jawa yang dipadukan arsutektur Eropa melalui
penggunaan struktur kuda-kuda dan juga detail-detail ornamen khas Schoemaker.
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 145
Menelusuri Jejak C.P. Wolff Schoemaker dalam Arsitektur Masjid Cipaganti
Gambar 1 Kondisi Masjid Cipaganti saat ini.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Makalah ini membahas tentang kekhasan elemen arsitektur C.P. Wolff Schoemaker yang terdapat
pada Masjid Raya Cipagant i dengan cara mencari kesamaan yang ada pada karya-karyanya yang lain
seperti Villa Iso la (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung), Gedung Merdeka, Bioskop Majestic,
Hotel Grand Preanger, dan Gereja Bethel Bandung. Tujuannya untuk mengidentifikasi elemen
arsitektur pada Masjid Raya Cipaganti yang juga terdapat pada karya C.P. Wolff Schoemaker lainnya.
Objek dan Persoalan
Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker merupakan salah seorang arsitek penting berdarah Belanda
yang berkontribusi banyak dalam pembangunan Indonesia pada masa kolonial. Beliau memulai karir
justru di dunia militer. Hingga kemudian beliau mendirikan sebuah biro arsitek bersama adik
kandungnya Richard Leonard Arnold Schoemaker. Namun biro ini harus tutup saat C.P. Wolff
Schoemaker resmi diangkat menjadi Profesor di Technische Hoogeschool Bandoeng atau yang lebih
sekarang dikenal dengan ITB. Seorang art-historian Belanda bernama C.J. van Dullemen dalam
bukunya berjudul Tropical Modernity: Life and Work of C.P. Wolff Schoemaker mengelompokkan
karya-karya Schoemaker dalam tiga periodisasi waktu seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Periodisasi karya C.P. Wolff Shoemaker
Periodisasi
Tahun
1918-1920
Karakteristik
Contoh Bangunan
Menggunakan material beton
yang sangat fungsional dan
modern serta kental dengan
gaya Eropa.
Gambar 2 Kodam III S iliw angi (1918).
S umber: kebuday aan.kemendikbud.go.id
A 146 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Raudina Rachmi
Periodisasi
Tahun
1921-1924
Karakteristik
Contoh Bangunan
Penambahan ornamen lokal.
Schoemaker berfikir bahwa
konstruksi gaya barat harus
dilestarikan, sementara
kearifan lokal hanya
dijadikan dekorasi saja.
Gambar 3 G edung N ew M ajestic (1924).
S umber: Dokumen pribadi
1925-1940
Dekorasi lokal hilang dan
bentuk bangunannya
didominasi elemen horizontal
dan vertikal danlayered
dome yang dipinjam dari
stupa-stupa India
Gambar 4 V illa Isola (1933).
S umber: hotel-r.net
Gambar 5 Plakat pembangunan Masjid Raya Cipaganti.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 6 Struktur atap Masjid Raya Cipaganti.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 147
Menelusuri Jejak C.P. Wolff Schoemaker dalam Arsitektur Masjid Cipaganti
Salah satu masterpiece C.P. Wolff Schoemaker yaitu Masjid Raya Cipaganti — merupakan sebuah
masjid yang dibangunnya pada tahun 1933. Masjid ini terletak di daerah Cipaganti tepatnya Jalan
Cipaganti no.85 Kota Bandung — sebuah daerah permukiman elit Belanda yang dulu dikenal dengan
nama Nijlandweg . Schoemaker memadukan kearifan lokal arsitektur masjid Jawa dengan sentuhansentuhan gaya arsitektur Eropa.
Namun berbeda dengan karya-karya Schoemaker lainnya yang berskala lebih monumental dan
kental dengan gaya Eropa, Masjid Raya Cipaganti in i skalanya lebih kecil. Selain itu masjid ini
mengadopsi tipologi masjid Jawa pada umumnya yang khas dengan atap tumpuk dan empat kolom
utama. Namun tetap, strukturnya menggunakan teknologi Eropa yaitu kuda-kuda kayu segitiga.
Tidak ketinggalan, ornamen-ornamen khas Schoemaker juga dibubuhkan dalam desain masjidnya ini.
Pembahasan
C.P. Wolff Schoemaker memiliki beberapa ciri yang khas yang terdapat pada bangunan-bangunan
yang didesainnya. W alaupun Masjid Raya Cipaganti ini lebih kental dengan nuansa kejawen khas
masjid Jawa pada umumnya, namun Schoemaker masih meninggalkan jejak-jejak berupa elemenelemen arsitektur khas dirinya pada bangunan peribadatan ini.
Salah satu kekhasan bentuk plafon overhang atau teritisan di bagian serambi samping masjid yang
dibentuk oleh elemen-elemen garis. Plafon overhang ini terbilang unik karena justru memiliki
kemiringan yang yang berlawanan dengan kemiringan atap. Elemen garis pada overhang ini miring
ke dalam bangunan, sedangkan overhang pada umumnya miring ke arah luar bangunan karena
fungsinya memang untuk menghalau air hujan masuk ke dalam bangunan. Elemen garis pada
overhang ini juga terdapat pada karya Schoemaker lainnya yaitu Menara Gereje Bethel Bandung.
Gambar 7 Elemen garis pada overhang serambi.
Sumber: masjid-photograph.blogspot.co.id (disunting)
Gambar 8 Elemen garis pada overhang menara
Gereja Bethel Bandung.
Sumber: scontent.cdninstagram.com (disunting)
Bentuk atap pada Masjid Raya Cipaganti juga memiliki kemiripan dengan Gereja Bethel, yaitu bentuk
pyramidal stacked roof atau yang biasa d isebut dengan atap tumpuk. Atap tumpuk ini juga
merupakan ciri khas dari masjid-masjid tradisional di Jawa. Dalam keyakinan Jawa jumlah tumpukan
atap haruslah ganjil. Hal in i terlihat pada bentuk atap Masjid Raya Cipaganti yang bertumpuk tiga.
Tumpukan paling atas merupakan sebuah ruang yang hingga saat ini dapat diakses menggunakan
tangga. Schoemaker mendesain ruangan ini untuk pengeras suara. Karena itulah suara adzan dari
masjid ini bisa terdengar hingga Cihampelas.
A 148 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Raudina Rachmi
Gambar 9 Atap Masjid Raja Cipaganti.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Detail arsitektur lain yang kembali diu lang oleh Schoemaker yaitu bentur arc sebagai entrance
bangunan. Arc atau arkus juga digunakannya pada beberapa bangunan seperti Gereja Bethel dan
Gedung Biofarma yang terletak di Pasteur. Bidang arkus pada Gedung Biofarma Pasteur dihiasi
dengan ornamen dekoratif khas arsitektur Art Deco yang kebarat-baratan, namun pada Masjid Raya
Cipaganti bidang arkusnya dihiasi oleh kaligrafi Arab bertuliskan La ghaliba ilallah yang berarti
‘Hanya Allah satu-satunya penakluk’.
Gambar 3 Entrance Masjid Raya Cipaganti.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 11 Entrance pada Gedung Biofarma Pasteur.
Sumber: republika.co.id
Desain Masjid Raya Cipaganti juga cenderung ornamental sangat khas Schoemaker dalam rentang
Gambar 4 Kaligrafi La ghaliba ilallah pada entrance Masjid Raya Cipaganti.
Sumber: Dokumentasi pribadi
periodisasi karyanya pada tahun 1921-1924 — walaupun masjid ini dibangun pada tahun 1933.
Menurut Schoemaker, unsur vernakular pada bangunan cukup diimplementasikan dalam wujud
ornamen saja. Struktur dan konstruksi seharusnya menggunakan gaya Barat yang pada saat itu
lebih maju. Hal ini berlawanan dengan beberapa arsitek besar lainnya yang justru mengemban gkan
arsitektur vernakular seperti Henri Maclaine Pont dan Thomas Karsten. Kemiripan desain yang
ornamental bisa dibandingkan dengan Grand Hotel Preanger.
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 149
Menelusuri Jejak C.P. Wolff Schoemaker dalam Arsitektur Masjid Cipaganti
Gambar 13 Detail ornamen pada entrance Masjid
Raya Cipaganti.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 14 Detail ornamen pada Grand Hotel Preanger.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Dalam mendesain masjid, nampaknya Schoemaker menghindari ornamen kala-head atau ornamen
kepala Batara Kala yang sudah menjadi ciri khas nya dalam mendesain bangunan. Dalam mitologi
pewayangan Jawa, Batara Kala merupakan seorang raksasa dengan rupa yang menyeramkan .
Penggunaan ornamen sulur tanaman yang lebih dipilih daripada ornamen kepala Batara Kala ini
dikarenakan Islam tidak menganjurkan adanya replika makhluk hidup.
Gambar 15 Detail ornamen pada kolom Masjid
Raya Cipaganti.
Sumber: Dokumentasi pribadi
A 150 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Gambar 16 Perwujudan Batara Kala dalam
pewayangan Jawa.
Sumber: 3.bp.blogspot.com
Raudina Rachmi
Gambar 17 Ornamen kala-head pada Gedung New Majestic Bandung.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 18 Ornamen kala-head pada Gedung Landmark Braga.
Sumber: dolandolen.com
Kesimpulan
Masjid Raya Cipaganti merupakan salah satu masjid yang bernilai sejarah dan didesain oleh seorang
arsitek besar yaitu Prof. Charles Prosper Schoemaker. Beliau merupakan seorang profesor di
Technische Hoogeschool Bandoeng yang berkontribusi banyak dalam membangun Kota Bandung
pada masa kolonial. Terbukti dengan banyaknya bangunan-bangunan penting karya beliau di Kota
Bandung. Dari banyaknya karya-karya Schoemaker ini, bisa dilihat kesamaan desain yang juga beliau
terapkan pada desain Masjid Raya Cipaganti. Beberapa kesamaan di antaranya yaitu elemen garis
pada overhang Masjid Raya Cipaganti yang juga terdapat pada menara Gereja Bethel, pyramidal
stacked roof, entrance yang berupa arkus, dan juga kekhasan ornamen-ornamen yang juga bisa
ditemukan pada Grand Hotel Preanger.
Daftar Pustaka
Dewiyanti, D. & Budi, B.S. (2015). The Salman Mosque: The Pioneer of The Mosque Design Idea, The Driving
Force Behind The Coinage of The Term “Campus Mosque” in Indonesia. Jurnal Arsitektur Islam, Vol. 3, 2086 2636. doi: http://dx.doi.org/10.18860/jia.v3i4.2746
Gedung Landmark Jalan Braga. (n.d.). Diambil dari http://dolandolen.com/travel-directory/gedung-landmarkjalan-braga/
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 151
Menelusuri Jejak C.P. Wolff Schoemaker dalam Arsitektur Masjid Cipaganti
Harahap, Muhammad A.E.P. (2016). Ragam Akulturasi Seni Bangunan Tradisional Jawa Barat dan Bela nda pada
Masjid Besar Cipaganti Karya Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Makalah Non Seminar Mata Kuliah
Perkembangan Seni Rupa dan Bangunan Belanda FIPB Universitas Indonesia. Diambil dari:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-11/20434565-MK-Muhammad%20Armedi%20Eka%20Purdini%20H.pdf
Veenendaal, Martijn. (2015). Building Modernity Indische Architecture and Colonial Autonomy, 1920-1940.
Bachelor Thesis Utrecht University. Diambil dari:
https://dspace.library.uu.nl/bitstream/handle/1874/316437/Bachelor%20Thesis%20final%20version%2022%20J
une%20Martijn%20Veenendaal.pdf?sequence=2
J.N., Santi. (2014). Wolff Schoemaker dan M. Natsir. Diambil dari
http://www.santijehannanda.com/2014/01/11/wolff-schoemaker-dan-m-natsir/
Masjid cipaganti Bandung. (2012.). Diambil dari http://masjid-photograph.blogspot.co.id/2012/05/masjidcipaganti-bandung.html
Murdaningsih, Dwi. (2015). Bio Farma Lestarikan Budaya Baduy. Diambil dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/bio-farma/15/04/20/nn30c6-bio-farma-lestarikan-budaya-baduy
Omar. Roaimah. Hasan, B. & Geraldine, de M. (2014). Islamic Perspectives Relating to Business, Arts, Culture,
and Communication. Singapura, Spinger Singapore.
Puspitorini, D. (2015). Cagar Budaya di Kawasan Militer Kota Bandung. Diambil dari
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/2015/04/13/cagar-budaya-di-kawasan-militer-kota-bandung/
Suganda, H. (2007). Jendela Bandung Pengalaman Bersama KOMPAS. Jakarta, Penerbit Buku Kompas.
Usmani, A.R’. (2015). Jejak-Jejak Islam. Sleman, PT Bentang Pustaka.
van Dullemen, C. J. (2010). Tropical Modernity: Life and Work of C.P. Wolff. Amsterdam, SUN.
van Roosmalen. & Pauline K. M. (2013). Confronting Built Heritage: Shifting Perspectives on Colonial Architecture
in Indonesia. Journal Article, 3, 2275-6639. doi: uuid:420b6a97-3e6c-490d-8ca4-981e308aaacc
Villa Isola. (n.d.). Diambil dari http://www.hotel-r.net/it/villa-isola
A 152 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Download