ISSN tgffi -3170 Volume 04 Nomor 02 Tahun 2{X}9 JURNAT Penelitian dan Pengernbangan I. ANALNSF PRODTJI(SI BIOFUEL BUTANOL SECARA MIKROBIOLOGIS DARI LIilTBAH CANGKANG KELAPA SAWIT Rady Setyo 2. Womo ...i...r......rr. I STUDI PAMANFAATAN SAMPAH ORGANIK I,]N.TUK SAHAN BAKU INDUSTRI Rudy Setyo Utomo 3. ................,...,........:........... . STUDIPENGEMBANCANPLANKTON DALAM RANGKA PENTNGKATAN FRODUI$I IKAN/ UDANG DI KALIMANTAN BARAT Rtady 4. Setlto Utomo .. ' . .. . !. . .. .. .... . . .. ... ... PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUNI(SI MINYAK GONENG DARI KELAPA DALAM (Local Coconat\ DENGAN FERMENTASI DAN SUI{U RENDAH Aomo lz Rafdinal,DiahWhlandairiRoufry................. 4l STUDI HEMATOLOGI IKAN NILA (Oreaehrowis sp) HASIL BUDIDAYA I(ERAMBA APUNC DI TMIAN SWGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT 6. PENERAPAN TEKNOOGI PRODUI(SI BI0DIESSL DART KSI,APA SAWTT 7. T. 24 ..r..!i.. Rudy Setyo 5. lt SKATA RUMAH TANGGA DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI BAHAN KOMPORRUMA}I TAI{GGA Ruidy Setya Uomo ..........,..........,................... STUDI PEMANFAATAN SERASAH / LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK 48 Rudv Setyo 6l Utomo STUDI BUDIDAYA TANAMAN PIRTANIAN DENGAN PEMBARIAN BMARAPA MACAM PUPUK ORGANIK PADA BERBAGAT JENIS TAI\AH DI KALTMANTAN BARAT (Dengan Konscntrasi StuS Pada Budidnya Trnamtn Jagung dan lGdelai &ngan Pemberion Beberapa Macom Doeis Puptk Organik Sinka Pads Tnnah Po&qlik dan Tanah Alurial Di Kalirmntan Barat) 9. IO. Uray Ali Umran PENGARUTI UMUR KELAPA DALAM TERHADAP BNBERAPA .MUTU Viqg i n Co ea nut Ott (VCO) A.M. Yuniardi, Asrawit, Maryati Saprim, M. Sunar TEKNOLOGI PEMBUATAII CAT TEMBOKCAIR DART KAOLIN A.M. Yuniardi, Uray Lusiana, M. Sunar,,Iasrianslah ..i..r.r.... 76 g3 KANTOR PANELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT Jl. Ahmad .ysni,{.Kompleks:Kanfor Gubernur Kalbar} Gednng Bappeda K*tbar Lantai ' PONTIANAK ?8124 III ISSN 1907 -3170 Volume 04 Nomor02 Tahun 2009 JWRF.$Ah Pereelitian dan Pengernbangarr Edisi Teknologi DEWAN REDAKSI Pelindung / Pengarah penanggung Jannb Penyunting : Sekretaris Daerah Kalimantan Bra : Kepala Kantor Penelitian dan Porgernbargur Provinsi Kalfunantm Barat 'ffi,'.Tffi:rhaufik Agus Rosalina Uray AliUmrut Broto Sungkowo Rudi Setyo Utomo Ashmad Nashar Sety abudi Penelaah Pclaksena (Mtra Bestari) Sekrctariat : Dr. Ir. Rahmatullah Rizieq, M.Si (Universitas Panca Bhakti Pontimak) Dra Siti Khotimah, M.Si (Universitas Tanjunpura Pontianak) Ery Niswan, SE, MM (Univasitas Panca Bhakti Pontianak) : AbangAswardi Putra Lismawati Sopiadi Mamo Yenni Yuliani Ismail Purwiko Hoininpih Ibrahim Uqiang PembantuPeldcsanaSehretariat : AriyaniRamadhani Surawan Tomi Supardi Effendi Jurnal Penelitian dan Penpmbargan ini merupakan terbitan berkala terbit dua kali dalam satu tahun. Tulisan dan gambar yarg dimuat dalam jurnal ini dapat dikutip dengan menyebut sumbernya. Penyurting menerima sumbangan tulisan yang belum pernair diterbitkan dalam media lain. Naskatr diketik di atas kertas HVS kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengn format sep€rti yang tercantum dalam halaman kulit dalam belakang Naskah yang masuk dieavaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata-cru:a lainnya- Bagi yang berminat untuk bolanggman dapat menyampaikan permintaan kepada redaksi dengn mengganti biaya c€tak. KAIYTOR PENELITIAN DAI\ PENGEMBANGAI\I PROPINSI KALIMAI\TAII BARAT Jalan Ahmad Yani (Kompleks Kantor Gubernur Kalbar) GedungBappedaKalbar Lantai Telepon 056 1- 7069369, 7 365 4l Psr. 359 F ax 7 3 l2l7 PONTIANAK .78124 III Edisi Teknologi Volume 04 Nomor 02 Tahun 2009 r 2006" 'T L-DI HEMATGLOGI IKAN NILA (Oreochrornis sp.) :,[, DIDAYA KERAMBA AFUNG DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT ", Goreng -{lam : ,. Jumal .. April Rafdinalr), Diah Wulandari Ftousdyr) ,izi. PT. Abstrak ' ,:::-:-:r leiltuk pemanfaatan air sungai Kapuas oleh masyarakat di daerah aliran sungai l:'irrpat budidaya ikan air tawar, salah satunya adalah ikan nila. Namun DAS ".:r -:S tuea menjadi tempat pembuangan limbah yang menumnkan kualitas air sungai dan , -:.:i nen,"-ebabkan gangguan kesehatan dan kematian ikan hasil budidaya. Indikator - ..,:: lkan yang sensitif terhadap perubahan lingkungan perairan adalah darah. Sampel ' :. ":ng diperiksa parameter hematologinya meliputi hemoglobin, hematokrit, jumlah ,"' f{aentoglobin Concentration (MCHC| jumlah leukosit, jumlah leukosit diferensial. - :;:;ambilan sampel darah ikan yakni lokasi i (Kelurahan Banjar Serasan, dekat ,' -1::. penduduk), lokasi 2 (Kelurahan Parit Mayor, dekat pabrik dan daerah industri) dan r iieLurahan Arang Limbung, jauh dari pemukiman penduduk). Berdasarkan hasil ' : . irperoleh data bahwa darah ikan nila pada lokasi keramba 2 (Kelurahan Parit Mayor) tercemar memiliki nilai hematologi di luar kisaran normal yakni kadar Hb, .:.r i, eritrosit dan MCV yang rendah dan jumlah leukosit yang tinggi. Sedangkan pada :.;:inba apung lainnya, parameter hematologi darah ikan nila masih berada dalarn kisaran i{e simpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor kualitas air berpengaruh terhadap ;iir hematologi darah ikan nila yang dibudidayakan di tepian sungai Kapuas. - : :::sial : : -: ': - :: ttlttci Hematologi, Hemoglobin, Hematoltrit, Eritrosil, Leukosit, Ikan Nila. PE]VDAHULUAN tahun 2002 tingkat pemanfaatan baru mencapai 2.829,6 ha atau 25 %o (Anonim,2006). r..:s /l145 km) yang terletak di Jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menjadi komoditas penting : '-,rrrr3r1 urat nadi kesejahteraan :-'::r Barat. Daerah hulu , ::rada di wilayah , :.engalir ke arah barat : - : .epanjang aliran dan : :.:.in. i sekitar 20 km dari daerah aliran sungai -=s . - .1uta Ha (Anonim, , :.::,anlaatan potensi DAS * :sr arakat lokal adalah - ,.- Jf,\'aan ikan air tawar. - --.day'a ikan air tawar di - : :.-ti sungai, rawa, danau :-6 ha, namun sarnpai dalam bisnis ikan air tawar adalah ikan nila nila Indonesia di telah dimulai sejak tahun 1969. (O reo c lt romrs sp.). Pengemban gan budiday a Namun budidaya secara intensif mulai berkembang tahun 1990-an yang berkaitan dengan maraknya budidaya nila oleh masyarakat di keramba jaring apung. Budidaya ikan nila pada keramba jaring apung di Sungai Kapuas menghadapi berbagai kendala. Kendala yang paling sering dihadapi petani keramba adalah kualitas air sungai Kapuas yang menjadi sumber air utama budidaya ikan air tawar. Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alam dan kegiatan manusia. Pencemaran perairan terjadi apabila air di alam dikotori oleh kegiatan manusia sehingga tidak mernenuhi syarat untuk :gi Fakultas MIPA [Jniversitas Tanjungpuru Pontianak _ .,,.' DA]{ PENGEMBANGAN *i I rEdisi Telcnologi Volume 04 Nomor 02 Tahun 20A9 suatu penggunaan yang khusus. Bahan pencemar yang menyebabkan penurunan kualitas air pada sebagian sungai, terutama berasal dari limbah domestik, limbah industri, kegiatan pertambangan dan limbah dari pbnggunaan lahan pertanian (Chahaya,2002). Pencemaran air sungai Kapuas menimbulkan berbagai penyakit pada ikan budidaya petani keramba. Penyakit ikan yang mungkin timbul akibat penurunan kualitas air dapat berupa penyakit infeksi mikroorganisme dan penyakit non-infeksi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan. Indikator biologis pada ikan yang sensitif terhadap perubahan lingkungan perairan ini adalah darah. Perubahan faal darah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar akan timbul sebelum terjadinya kematian (Larsson et al, 1976). Parameter hematologi darah dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah dan sel darah putih (Salasia et a|.,2001; Dickinson er a/., 2002). Perubahan hematologi dan kimia darah baik secara kuantitatif dan kualitatif diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai respon fisiologi ikan terhadap kualitas air. Penelitian ini mencoba memberikan llambaran awal mengenai kondisi dan respgn hematologi ikan nila hasil budidaya keramb;t apung terhadap kualitas air sungai Kapuas. di tepian sungai Kapuas, masing-masing lokasi budidaya terdiri dari 5 ulangan. Ikan nilai beserta media air tempat asal budidaya dibawa ke Laboratorium Ekofisiologi Hewan FMIPA UNTAN. Pengambilan darah dan analisis hematologi darah ikan dilakukan sesegera mungkin untuk meminimalkan pengaruh perubahan lingkungan. Sarnpel darah ikan diambil sebanyak 1 mL melalui arteri caudalis dengan cara jarum ditusukkan cukup dalam melalui garis medial tepat di belakang sirip analis ke arah dorso cranial. Pembuluh darah arteri caudalis berada tepat di bawah vertebra. Kemudian, darah dimasukkan ke dalam mikrotube yang telah diisi antikoagulan NaEDTA (Salasia et al., 2003). Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Sahli, yaitu hemoglobin direaksikan dengan asam klorida 0,1 N sehingga terbentuk senyawa hematin yang berwama coklat tua. Warna tersebut dibandingkan secara visual dengan warna standar pada alat hemometer. Nilai hematokrit (Hct) diperiksa dalam tabung mikrohematokrit yang disentrifuse selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Pengukuran kadar hematokrit dilakukan dengan membandingkan volume padatan sel darah dengan volume seluruh darah pada skala hematokrit (Zainun, 2007 ). Penghitungan jumlah diferensial leukosit dilakukan pada sampel darah yang telah dibuat BAHAN DAN METODB PENELITIAN Penelitian dilakukan menggunakan riset semu preparat apus darah (smear method) menggunakan pewarna Giemsa (Gunarso, 1989). Inti dan granula leukosit akan terwarnai sehingga yaitu plot pengambilan sampel darah ikan dan pengambilan sampel air dilakukan secara dapat dibedakan jenis-jenis leukosit. Penghitungan jumlah leukosit diferensial langsung dengan melihat kondisi rona lingkungan sungai yang berbeda (Hadi, 2005). Sampel ikan dilakukan hingga jumlah total leukosit mencapai 100 sel (Turgeon, 2008). Penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit air tawar yang digunakan adalah ikan nila (Oreochromis sp.) yang dibudidayakan masyarakat di tepian sungai Kapuas. Tempat budidaya ikan nila yang dipilih disesuaikan dengan rona lingkungan sungai, yaitu daerah dskat pemukiman penduduk (Kelurahan Banjar ,Serasan, Kota Pontianak), daerah yang potensial terkontaminasi (Kelurahan Parit Mayor, Kabupaten Kubu Raya) dan daerah jauh dari pemukiman (Kelurahan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya). Sampel ikan nila diambil secara acak dari ketiga tempat budidaya ikan nila total dilakukan secara manual menggunakan hemositometer Improved-Neaubeur. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai angka I dan dilanjutkan dengan menghisap larutan NattHerrick sampai skala l0l dan dikocok homogen. Cairan yang terdapat pada batang pipet dibuang, tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam hemositometer dan ditutup dengan kaca penutup. Penghitungan eritrosit dilakukan pada 80 kotak kecil yang berada di tengah hemositometer sedangkan penghitungan leukosit dilakukan pada JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN rt It - -- lln Lt tlt : -r:- s.: total dihitung l - -* :- .:.::.rsir x 4000 x 100 llllll rendah dibandingkan lokasi keramba :, .,,ilL lillilltt . -* r- i-i.sit r l | ll "lll ' lll .. .1.., r'llT*ll rri lllllll* l'l' I ., ,, ,1 I il - il 100 - ., : adalah Mean : - - _:.:3:iration (MCHC), :.-:-'.; * .:: \{CFi) dan Mean *- ; ', i :', i a-ng dihitung ' -'S r.:::e er al.,2005). -- trj r:::lakukan sebagai ' .: - : = :..:::i ini. Parameter - - -'-- ::.:::a lain suhu, pH, , -' . i.".,::.:isida bebas. Data : :i:. :srameter kualitas I I 160x ' 'l'' luillillilr i,1t11l ii . . -'r lL,lllL, i I - : : .!".r i-ngan DUnCan'S : - :; -:ir3n SOfu afe SPSS -- : ...: :..:n nilai rata-rata + ,LLLLLLIIIIIL ..-I . ?ElIB{HASAN -- - ::::ii dari ikan nila -' -r. t;islrlater kadar Hb, . ::rbeda nyata pada ' I : ;: Jnq. namun tidak ;" .r : ll "- : .. :r:::.;ier \1CV, MCH dan - .-. :.::l tersebut diketahui *:, keramba apung 2, berada dekat pabrik sehinggz potensial untuk terkontaminasi, mempunyai kadat Hb, hematokrit, jumlah eritrosit dan MCV paling I keramba 2 paling rendah (20,16 g/dl,) masit dalam kisaran normal. Hal ini didasarkan padr penelitian yang dilakukan oleh Salasia dkk (2001) yang menyatakan bahwa kadar Hb ikar nila jantan dan betina berkisar antara 5,53-6,30 g dL. Kadar Hb ikan nila yang lebih rendah pade keramba 2 dibandingkan keramba yang lair kemungkinan disebabkan oleh berbagai macar faktor antara lain kadar oksigen terlarut dalam air dan penyakit ikan. Hematokrit merupakan perbandingan antarr volume sel darah dan plasma darah. Data padr Tabel 1 menunjukkan nilai hematokrit terendat dimiliki oleh ikan nila pada lokasi 2 (20,16 yo', dan tertinggi pada lokasi 3 (42,42%). Datr tersebut menunjukkan bahwa pada ikan nila padz keramba 2 yang berada dekat pabrik beradr dalam kondisi anemia. Hal ini sesuai dengar Wederneyer dan Yasutake 1977 dalam Zainur (2007) yang menyatakan bahwa kisarar henratokrit lkan Rainbow throut antara 24-4301 dan menurut Sucipto (2007), apabila P;:su},rlran Parameter Hematologi Untuk Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, - ..., \{CH, MCV ..( d.-.:ttrt :-' .: ; Lokasi 1 12,78 + Lokasi 2 7,38 1,68 a 42,42 + 8,98 a t,654*362651a 263,35 +72,36 a 79,53 + 17,19 a 30,74 +3,77 a * 1,62b 20,16 + 9,71b 0,994 + 184463 b 209,02 + 101,58 a 76,11 *.18,64 a 44.85 +28.0',1 a 'Lokap-|l'';.,;;.'|l 10,72 + 0,33 c 38,5 + 1,13 a 1,823 + 139568 a 212,18 + 17,69 a 59,06 + 4,46 a 27.88 + 1,56 a -" : :- :",am nilai rata-rata * standar deviasi. Huruf yang berbeda untuk nilai dalam baris - , - ; - - .. -itan berbeda nyata untuk (P< 0,05) ' . : * r :i lr B anj ar S erasan, berada dekat pemukiman penduduk . .. ..:' yang berada dekat pemukiman penduduk dan kerdmbr 3 yang berada jauh dari pabrik dan pemukimar penduduk. Hemoglobin (Hb) merupakan protein darat yang berfungsi mengikat oksigen hasi respirasi.Apabila dibandingkan dengan kadar Ht ikan nila sehat, maka kadar Hb ikan nila pad: -:..:an Parit Mayor, berada dekat daerah industri Arans Limbuns- berada iauh dari nemukiman nenduduk dan industri nilar Edisi Telonlogi Volume 04 Nomor 02 Tahun 2009 hematokrit kurang dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan. Jumlah eritrosit terendah dimiliki oleh ikan nila budidaya keramba 2 yakni 994.000 sel /pL. Menurut Adeyemo (2007)jumlah eritrosit normal pada ikan teleost adalah 1,05x106 - 3,0x106 sel/ pL. Hasser 1960 dalam Bastiawan dkk (2006) menyatakan bahwa persentase hematokrit lebih dipengaruhi oleh jumlah eritrosit dibandingkan leukoJit sehingga kedua parameter helmatologis tersebut saling berkorelasi. Namun korelasi nilai hematokrit dan jumlah eritrosit harus dianalisis melalui parameter nilai MCV, MCH dan MCHC darah. Mean Corpuscular Volume (MCV) menunjukkan rasio antara hematokrit dan jumlah eritrosit. Mean Corpuscular Haemoglobir (MCH) menunjukkan kandungan hemoglobin dalam eritrosit dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) menunjukkan kandungan Hb dalam darah total. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel l) diperoleh nilai MCV, MCH dan MCHC yang tidak berbeda nyata, namun nilai MCV terkecil dimiliki oleh ikan nila pada lokasi keramba 2.lkan nila pada kerambak 2 juga mempunyai nilai MCH dan MCHC yang relatif tinggi. Hal ini menandakan bahwa kandungan Hb dan hematokrit dalam darah ikan nila keramba 2 memang rendah namun sebenarnya kandungan hemoglobin dalam tiap eritrosit berada dalam kondisi yang ideal. Nilai MCV yang rdndah dan nilai MCH, MCHC yang tinggi menunjukkan bahwa nilai hematokrit pada tambak 2 tidak dipengaruhi oleh jumlah eritrosit namun lebih Tabel2. dipengaruhi oleh jumlah leukosit yang tinggi. Analisis ini dapat dilihat dari Tabel 2 dimana jumlah leukosit total tertinggi dimiliki oleh ikan nila keramba 2 atau dapat pula dikatakan kondisi anemia ikan pada kerainba 2 lebih disebabkan oleh infeksipenyakit. Ikan nila hasil budidaya keramba 3 yang jauh dari pemukiman mempunyai nilai hemoglobin, hematokrit dan eritrosit yang'normal (Tabel l). Namun dari hasil penghitungan nilai MCV, MCH, MCH yang rendah, ternyata diketahui bahwa kandungan rata-rata hemoglobin dalam tiap sel eritrosit lebih rendah meskipun nilai hemoglobin darah yang sebenarnya berada dalam kondisi normal. Data ini menunjukkan bahwa ikan mulai mengalami gejala anemia akibat kekurangan oksigen. Analisis ini didukung oleh hasil analisis oksigen terlarut (DO) pada lokasi keramba 3 ternyata lebih rendah dibandingkan keramba lainnya (Tabel 3). Leukosit atau sel darah putih merupakan jenis sel darah yang terlibat langsung dalam sistem pertahanan tubuh dari partikel asing dan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh (Ganong, 2005). Oleh sebab itu peningkatan jumlah leukosit dalam darah sering diasumsikan sebagai respon imunitas tubuh terhadap penyakit. Jumlah leukosit ikan nila berbeda nyata untuk ketiga lokasi keramba yang berbeda yakni berkisar antara 31500-58050 sel per pL darah (Tabel 2). Sedangkan menurut Salasia dkk (2001), jumlah leukosit darah ikan nila normal sekitar 11.975-11.730 sel per pL darah. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi penyakit. Jenis leukosit dalam penelitian terlihat bahwa persentase limfosit lebih banyak dibandingkan jenis leukosit lainnya. Menurut Smith et al., Hasil Pengukuran Parameter Hematologi Untuk Leukosit, Granulosit, Monosit, Limfosit =',Parameter Leukosit total (/pL) Granulosit (%) Monosit (%) Limfosit (%) Lokasi 58050 Lokasi 2 1 + 6,0 10230 a * 4,06 a 4,6+2,70 a 89,40 + 3,65 a 31500 + 4834 b 8,4 + 5,39 4 25,20 + 14,34b 66,40 * 13,33 b :Lokasi 3i: 49550 +9663 4,8 * 5,26 8,4 * 6,77 86,80 + 5,36 a a a a * standar deviasi. Huruf yang berbeda untuk nilai dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata untuk (P< 0,05) Lokasi I : Kelurahan Banjar Serasan, berada dekat pemukiman penduduk Lokasi 2 : Kelurahan Parit Mayor, berada dekat daerah industri Lokasi 3 : Kelurahan Arang Limbung, berada jauh dari pemukiman penduduk dan industri Data ditampilan dalam nilai rata-rata JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Edisi Teknologi Volume ::.',\a jumlah limfosit pada : '-. ak dibandingkan pada : limfosit pada ikan " : ,-'59h dari total leukosit ': -rlgkan menllrut Salasia :. :imtbsit pada ikan nila . .,a dibandingkan dengan i,,'1 I'L Nomor 02 Tahun 2009 M L '; :;but. maka persentase r. o1eh ikan nila hasil . -::uns di sungai Kapuas lli, A4 G lvl Limfosit berfungsi '': ilodi dalam fungsi imunitas :ersentase limfosit darah -899/n). : ::r.kan oieh meningkatnya "::"rk melawan infeksi penyakit t' :' ,rr ,i,' ,t r i,*i i ; - .rf !r&r.1 jenis sel darah putih .iilasosit benda asing temasuk :atogen. Persentase mOnosit : -;ida1'a keramba apung sungai ' - -::' o. berbeda nyata untuk lokasi : . I Jumlah monosit paling rendah . .. niia di kerarnba 1 (4"6Yo) dan , . ,.:. keramba 2 (25,2AYo). Menurut , ., L l, persentase monosit normal . -.,r niia sekitar 12-29 % sedangkan : ,,,irr --.:;hii sekitar 0-3%. Tingginya - ; ' :-.:;it pada keramba 2 menandakan r :.lang terinfeksi penyakit. - :-:- dit-erensial leukosit dapat - -dilihat , '-,:- preparat apus darah dengan ' -.: Giemsa (Gambar 1)" Eritrosit 'f ,. ::rtihat "-;ibandr:..l .- Snith E; r - * - : :,ndingkan eritrosit mamalia. Pada .'- j: is dengan pewarnaan Giernsa, nukleus :. Limfos.: kasi 3 i i 1:S VanS S1*,- -..\.IBANG.:. : - irl histologis eritrosit pada preparat ---.- ":renunjukkan bahwa eritrosit ikan nila :. nukieus tunggal yang berada di = , berbentuk oval dan dua kali lebih '" =:pulas biru gelap-ungu dan sitoplasnea ,- ::pah disekeliling nukleus, rnengikuti , " - -'ieus dan terpulas biru pucat. :-:aran histologis leukosit darah ikan nila -. - -:.um hampir sama dengan leukosit darah ' - : Limfosit darah ikan berbentuk bulat :, ,nti besar hampir nternenuhi seluluh - sel dan terpulas biru geiap. Monosit "* , --r:rin jenis leukosit yang berukuran paling -"' 3entuk sel sferis" bulat tidak beraturan, inti " " 11 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Gambar 1. Sel Darah ikan Nila (Oreochromis sp.) Ket : E (eritrosit), M (monosit), L (lirnfosit), G (granulos$ lresar menganbilYz bagian sel dan terpulas ungu. Sitopiasma biru keruh dengan granul kecil atau vakuola. Kadang-kadang tepian sitoplasma rnembentuk pseudopodia atau sitoplasmic protrusions. Granulosit merupakan jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya sehingga .jarang diternukan dalarn darah periftr ikan. Bentuk sel bulat bentuk inti oval, memanjang dan kadng berlobus, inti terpulas ungu terang. Sitoplasma tidak keruh berwarna rnerah rnuda pucat dengan granul besar yang berwarna merah rnuda terang (Gambar l). Kualitas lingkungan perairan rnenjadi syarat mutlak keberhasilan budidaya ikan karena mempengaruhi pros€s pertumbuhan dan reproduksi ikan. Menurut Roberts (1978)" faktor fisik dan kirnia yang berperan penting menentukan kualitas perairan adalah suhu. intensitas cahaya, kelarutan gas-gas dalam air. keasaman dan pencen'raran dalam keberadaan bahan-bahan air. Data pada Tabel 3 menggambarkan keadaan air sungai Kapuas yang menjadi tempat hidup ikan nila yang diarnbil sebagai sampel. Menurut Sucipto (2007), kisaran oksigen terlarut yang dibufuhkan ikan nitra umumnya sekitar 3-5 ppm, derajat keasaman (pH) sekitar 6,5 - 8,5 pprn dan suhu optimal adalah 25-28"C. Data hasil pengukuran kualitas air sungai Kapuas pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kualitas air sungai Kapuas ternpat budidaya ikan nila masih rnemenuhi kisaran optirnum kualitas air untuk Edisi Telcnologi Volume 04 Nomor 02 Tahun 2009 paftrmeter pH air, oksigen terlarut (DO) dan CO2 bebas, hanya saja parameter suhu berada di atas kisaran optimum. Parameter lingkuugan Suhu ('C) pH Do(ppm) Karbondioksida bobas (ppm) Lokasi I: air sedikit Lokasi Lokesi ) Lokasi 3 30 29 30,5 8 7 4,4 4A I 0,14 I 0,1 I 4,0 0,10 Kelurahan Banjar Serasa4 berada dekat pemukiman Pondlduk Lokasi 2 tnkasi 3 : Kelurahan Parit Mayor, berada dekat daerah indusni : Kelurahan Arang Limbung beradajauh dari pemukiman normal yakni kadar Hb, hematokrit, eritrosir dan MCV yang rendah dan jumlah leukosir yang tinggi. Ikan nila hasil budidaya keramba apung lokasi 3 (Kelurahan Arang Limbungr dan lokasi I (Kelurahan Banjar Serasan) yang jauh dari pabrih mempunyai kadar Hbhematokrit, eritrosit, MCV dan leukosit dalarn kisaran normal dan parameter kualitas lingkungan yang mendukung. Hasil penelitian ini perlu dilengkapi dengan data parameter kualitas lingkungan lain terutama kandungan logam berat dalam air sungai Kapuas. pen&dukdan indushi DAFTAR PUSTAKA Toleransi ikan terhadap fluktuasi belpengmuh dalam proses pertumbuhan, dan daya tahan terhadap s€rangan Menurut Roberts (1978), peningkatan suhu air makanan penyakit. suhu air menyebabkan penurunan kelarutan gas oksigen dan karbondioksida dalam air. Hal ini dapat dilihat pada lokasi keramba 3 yang memiliki suhu air relatif lebih tirgg dibandingkan lokasi lain ternyata memiliki kadar DO dan COz bebas yang lebih rendah. Derajat keasaman air (pH) disebabkan oleh kandungafl asam karbonat dan asam-asam organik yang berasal dari tanah, gambut dan rawa. Jenis tanah yang berada di sepanjang DAS sungai Kapuas sebagian besar merupakan tanah gambut yang banyak mengandung asam-asam organik seperti asam humat yang menyebabkan air sungai relatif asam dan berwama kuning kecoklatan. Namun pada lokasi keramba budidaya ikan nil4 pH air sungai Kapuas berada pada kisaran pH netral dan sedikit basa (7-8). Sifat basa ini kemungkinan disebabkan oleh intrusi air laut ke dalam muara sungai Kapuas pada saat penganrbilan sampel dilakukan. Adeyemo O.K. 2007. Ilaemathological Profile of Clmias gwiepinus @urchell, 1822\ Exposed To kad. Twkish Journal of Fisheries md Aquntic Sciences. 7 :163-169. Anonim. 2A06. Info Daerah: Perkembangan Potensi dan Peluang Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat. http://dkp.go.id Anonim. 2009. Smgai Kapuas. http:// wrvw.ppkrnlb.page.tli Akses Sun gai-Kapuas.htm. 2l Jurrr}}A9. Bastiawan D., Taukhid, Alifuddin M., Dermawati T.S. 2006. Perubahan Hematologi dan Jaringan Ikan Lele Dumbo Clarias gmiepinus yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp. I. 2003.Ikan Sebagai Alat Monitor Pencemaran. Fakultas Kesehatan Chahaya Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Dickinson, V.M., Jarchow,J.L., TruebloodJvl.H. 2002. Hematolory and Plasma Biochemistry Reference Range Values For Free-Ranging Desert Tortoises KESIMPULAN DAI\ SARAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa parameter hematologi ikan nila mampu memberikan gambaran kualitas air sungai Kapuas tempat budidaya ikan. Ikan nila hasil budidaya keramba apung lokasi 2 (Kelurahan Parit Mayor) yang berada dekat pabrik sehingga potensial terpapar oleh bahan pencemar mempunyai nilai hematologi di luar kisaran nilai ih ln Arizona. Jownal of Wildlife Deseases. 36:143-1 5 l. Ganong W.F. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Penerbit Buku Kedotteran EGC. Jakarta. Gunarso W. 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Studi Ilmu Hayati, IPB. Bogor. Hadi A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungran. Gramedia Pustaka JURNAL PENELITAN DAN PENGEMBANGAN Edisi Telonlogi Volume 04 Nomor 02 Tahun 2009 L eritrocl t Iblft Perfomance {Haematology) h Fistl Cultrne in Sea Cages at E rm) dil Fit rg Coasf Bontang. Aquaculture &pt5-153. G Ake J.E.G., Idoge E. izl 2005. Chmacteristics of the African Psachanna obscura. A,frican B.E. and Svaberg O. 1976. for Hematologys and BioFi$. Chambridge University NewYork. Melboume. 1978. Fish Patology. Bailliere Sfrjari I d H63- D., Rahawati A. 2001. Ikan Air Tawar. Jurnal D., Thoney D., Hueter R The Elasmobranch Husbandry bBiological Survey Inc. USA Tdmik Pemeriksaan Darah Ikan Buletin Teloik Litknyasa }t4. Menihan Ikan Nila (Oreochromis Jenderal Budidaya Perikanan hgembangan Budidaya Air 2008. Clinical Hematology Practice. Lippincott Williams Ls. USA. N7. Pengamatan Parameter Pada Insang Ikan Mas yang hrrostimulan, Buletin Teknik .6:45-49. l agfl r hcfr UEiM DAN PENGEMBANGAN