BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak (Kemenkes, 2015). Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk menurunkan angka kematian anak. Salah satu indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi (Kemenkes, 2015). Salah satu penyebab kematian adalah infeksi. Jika tidak meninggal, keadaan ini akan meninggalkan masalah bayi dengan cacat (Prawirohardjo, 2010). Salah satu penyebab infeksi yang terjadi pada bayi ialah tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril dan teknik perawatan tali pusat yang salah (Kemenkes, 2015). Data World Health Organization (WHO) (2015) bahwa kematian neonatal yang diakibatkan oleh tetanus neonatorun berdasarkan data WHO tahun 2015 untuk negara bagian Asia Tenggara sebanyak 581 bayi (WHO, 1 2 2015). Sedangkan, kasus Tetanus neonatorum di Indonesia Tahun 2014 dilaporkan terdapat 84 bayi dari 15 provinsi dengan jumlah meninggal 54 bayi dengan faktor risiko perawatan tali pusat dengan alkohol atau iodium sebanyak 15 bayi, tradisional sebanyak 32 bayi, lain-lain sebanyak 26 bayi, dan yang tidak diketahui cara perawatan tali pusatnya sebanyak 7 bayi. Case Fatality Rate (CFR) tetanus neonatorum pada tahun 2014 sebesar 64,3%, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 53,8% (Kemenkes, 2014). Tahun 2014 di Provinsi Jawa Tengah terdapat 2 kasus tetanus neonatorum. Kabupaten atau kota yang melaporkan adanya kasus tersebut, yaitu Kota Semarang sebanyak 1 kasus dan Kabupaten Brebes sebanyak 1 kasus (Dinkes Jateng, 2014). Hasil penelitian Azizah (2015) menunjukkan bahwa waktu lepasnya tali pusat bayi yang dibungkus dengan kassa steril paling lama lepasnya (>7 hari) terdapat 4 responden (40%) dan tali pusat yang lepasya normal (5-7 hari) sebanyak 6 responden (60%). Hasil penelitian yang menggunakan perawatan terbuka waktu lepasnya paling cepat (<5 hari) terdapat 3 responden (30%) dan tali pusat yang lepasnya normal (5-7 hari) terdapat 7 responden (70%). Rerata waktu lepas tali pusat bayi yang dibungkus dengan kassa steril adalah 7,30 hari, sedangkan rerata waktu lepas tali pusat bayi yang dirawat dengan perawatan terbuka lebih cepat yaitu 5,10 hari. Keaslian penelitian dapat dilihat dari beberapa penelitian yaitu Sukarni (2012) dengan judul “Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat antara Perawatan Terbuka dan Tertutup Pada Bayi Baru Lahir di Bidan Praktik Mandiri Soraya 3 Kecamatan Kemuning Palembang Tahun 2012”. Kemudian, Penelitian Zuniyati (2009) dengan judul “Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat Berdasarkan Jenis Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas Tahun 2009”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tali pusat akan pelepasan lebih cepat dengan menggunakan perawatan kasa kering. Perbedaan penelitian yang ditulis peneliti dengan penelitian Sukarni dan Zuniyati terletak pada jenis besar sampel, desain penelitian, teknik sampling. Penelitian oleh Permanasari (2009) dengan judul “Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Antara Perawatan Tertutup Dengan Yang Dibiarkan Terbuka”. Kesimpulan dari penelitian ini ialah lama pelepasan tali pusat ditinjau dari reratanya yang paling cepat adalah perawatan tali pusat terbuka, kemudian perawatan tali pusat dengan kasa kering dan yang paling lama adalah perawatan tali pusat dengan kasa alkohol. Perbedaan penelitian terletak pada jenis penelitian, desain penelitian, dan besar sampel. Dewi (2013) dengan judul “Perbedaan Waktu Pelepasan Tali Pusat antara Perawatan Tali Pusat Metode Kasa Kering dengan Metode Kering Terbuka di BPS Widyawati Semarang dan BPS Peni Susilawati Semarang”. Hasil penelitian diperoleh terdapat perbedaan waktu pelepasan tali pusat antara perawatan metode kasa kering dengan metode kering terbuka. Perbedaan penelitian Dewi dengan penelitian yang ditulis peneliti terletak pada teknik sampling dan besar sampel penelitian. 4 Penulis melakukan studi pendahuluan ke beberapa instansi kesehatan. Cara perawatan tali pusat pada beberapa instansi kesehatan masih terdapat perbedaan. Puskesmas Gajahan masih menerapkan perawatan tali pusat dengan kasa kering, sedangkan Puskesmas Sibela, RS Dr. Moewardi, RSUD Surakarta, dan RS Amanah Ibu dan Anak telah menerapkan perawatan tali pusat terbuka. Teknik perawatan tali pusat yang tidak benar akan menimbulkan infeksi tali pusat. Semakin cepat pelepasan tali pusat akan mengurangi risiko terjadinya infeksi. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka dan Kasa Kering dengan Lama Pelepasan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir”. B. Perumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Membandingkan dan mengetahui perbedaan perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir yang dirawat dengan kasa kering. 5 b. Untuk mengetahui lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir dengan perawatan tali pusat terbuka. c. Untuk mengetahui perbedaan perawatan tali pusat terbuka dan kasa kering dengan lama pelepasan tali pusat pada bayi baru lahir. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi pada bidang ilmu kesehatan khususnya mengenai perawatan tali pusat bayi baru lahir dalam rangka mempercepat proses pelepasan tali pusat dan menurunkan angka kematian neonatus yang di sebabkan infeksi tali pusat. 2. Manfaat Aplikatif a. Masyarakat Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat ketika melakukan perawatan tali pusat kepada bayi baru lahir. Adanya penelitian ini masyarakat dapat mengubah teknik perawatan tali pusat menjadi terbuka agar pelepasan tali pusat berlangsung cepat. b. Instansi Kesehatan Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh instansi kesehatan ketika melakukan perawatan tali pusat kepada bayi baru lahir. Adanya penelitian ini instansi kesehatan dapat menyamakan persepsinya mengenai teknik perawatan tali pusat sesuai anjuran WHO. 6 c. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian yang menunjang riset peneliti lain mengenai tema yang hampir sama sehingga dapat dilakukan pemilihan teknik perawatan tali pusat yang efektif untuk membantu percepatan pelepasannya tali pusat.