1 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang, Kebijakan

advertisement
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Return On Equity dan
Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ-45
M. Luthfi Al Chakim *)
Jeni Susyanti **)
ABSTRACT
The research was conducted in order to test the size of the company, debt policy,
dividend policy, net profit margin and return on equity simultaneously on stock prices and to
examine the effect of a partial measure of the company, debt policy, dividend policy, net profit
margin and return on equity the stock price. The sample used in this study were 12 companies
from 45 companies listed in the LQ45 index during the period of 2009-2011, bringing the total
sample in this study a total of 12 companies. There are 6 variables in this research that the
stock price as the dependent variable, while the size of the company, debt policy, dividend
policy, net profit margin and return on equity as the independent variable. The tool analyzes
using multiple linear regression analysis. Sampling in this study use the purposive sampling.
The results showed that simultaneous size of the company, debt policy, dividend policy,
net profit margin and return on equity have a significant effect on stock prices, while a partial
measure of the company, debt policy, and return on equity have a significant effect on stock
prices, while dividend policy and the net profit margin has no significant effect on stock prices.
Keywords: LQ45 Index, Stock, firm size, debt policy, dividend policy, net profit margin and
return on equity.
PENDAHULUAN
Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi strategis yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan. Pengelolaan ini ditujukan agar perusahaan mampu menghasilkan
keuntungan untuk meningkatkan value of the firm dan meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham. Tujuan Perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba perusahaan.
Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya, seperti dalam bentuk saham bertujuan
untuk memaksimumkan kekayaan yang didapat dari deviden ataupun capital gain. Nilai
sebuah perusahaan dapat tercermin dalam harga saham perusahaan di bursa saham.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan perusahaan
harus mampu menciptakan nilai (value creation) bagi pemiliknya. Perusahaan menggunakan
dana yang bersumber dari pihak internal dan eksternal untuk menjalankan operasinya.
Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari modal pemilik perusahaan dan laba ditahan,
sedangkan sumber dana eksternal berasal dari pemegang saham dan kreditur. Perusahaan
cenderung lebih menyukai berhutang daripada menjual saham untuk kebutuhan dana jangka
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
1
pendek, karena hutang memiliki biaya berupa tingkat bunga yang harus dibayarkan yang dapat
mengurangi laba perusahaan yang kemudian akan mengurangi jumlah pajak yang harus
dibayarkan kepada pemerintah. Namun, pada titik tertentu, hutang justru akan menimbulkan
risiko, yaitu pada saat perusahaan berhutang lebih tinggi dari aktiva yang menjamin hutang
tersebut, sehingga perusahaan tidak dalam keadaan likuid, dan terancam mengalami kesulitan
keuangan.
Perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Salah satunya, pandangan
nilai perusahaan bagi pihak kreditur. Bagi pihak kreditur nilai perusahaan berkaitan dengan
liquiditas perusahaan, yaitu perusahaan dinilai mampu atau tidaknya mengembalikan
pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur. Apabila nilai perusahaan tersirat tidak baik maka
investor akan menilai perusahaan dengan nilai rendah. Manajemen perusahaan harus
berusaha
memaksimumkan
kesejahteraan
pemegang
saham
(shareholder)
melalui
kewenangan yang diberikan dalam membuat kebijakan baik berupa kebijakan hutang dan
kebijakan deviden. Di dalam penelitian Romadhoni (2011:2) terdapat kutipan Sofilda dan
Subaedi (2008:1) pergerakan harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu
ekonomi, sosial, budaya. Politik, informasi dan lain-lain, sedangkan factor internal yaitu kinerja
perusahaan, ukuran perusahaan (firm Size) dan karakteristik kepemilikan. Penilaian harga
saham secara tepat dapat meminimalkan resiko dan memaksimalkan keuntungan kepada
investor.
Makin tinggi ukuran sebuah perusahaan (firms Size) yang dapat dilihat dari tingginya
total asset sebuah perusahaan maka harga saham perusahaan akan semakin tinggi, sedangkan
jika ukuran perusahaan semakin rendah maka harga saham perusahaan akan semakin rendah.
Kebijakan deviden yaitu kebijakan yang di buat oleh perusahaan untuk menetapkan
proporsi pendapatan yang dibagikan sebagai deviden yang dibayar, berarti semakin sedikit
laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan laba
dan harga sahamnya. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya
tetap di dalam perusahaan berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran deviden
adalah semakin kecil. Akibatnya, deviden yang di terima oleh pemegang saham atau investor
tidak sebanding dengan resiko yang meraka tanggung.
Informasi harga saham, investor pun cenderung melihat bagaimana kesanggupan
maupun kebijakan perusahaan terhadap deviden perusahaan. Perubahan deviden adalah
2
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
kenaikan deviden yang merupakan sinyal bahwa manajemen telah menaikkan perkiraan
pendapatan masa depan perusahaan. Oleh karena itu, kenaikan deviden merupakan baik dan
pada gilirannya akan menaikan ekspetasi investor mengenai pendapatan masa depan
perusahaan tersebut. Sebaliknya, penurunan deviden merupakan kabar yang buruk dan akan
menyebabkan investor menurunkan perkiraan masa depan perusahaan.
Satu implikasi dari kenaikan deviden akan menyebabkan penurunan harga saham
perusahaan. Dalam masalah perusahaan, apabila suatu deviden naik akan terjadi reaksi positif
yang signifikan terhadap harga saham perusahaan. Penemuan ini mendukung kandungan
informasi hipotesa deviden, dimana pengumuman deviden berisi informasi mengenai prospek
ke depan perusahaan. Menurut William, 1996:150 (dalam Romadhoni 2011:2).
Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin
besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini
menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba yang tinggi (Bastian dan Suhardjono 2006: 299)
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal
inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE sangat
penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para
pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan
menyebabkan kenaikan saham (Riyadi 2006: 155).
Nurmala (2006) menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan deviden
tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang telah go
publik di BEJ. Purnama dan Sularto (2008) menyatakan hasil meneunjukkan bahwa ketujuh
variabel bebas (pendapatan per saham, nilai buku harga, pengembalian ekuitas, tingkat bunga
SBI, dan tingkat inflasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Rinati (2009) dapat membuktikan bahwa Pada uji regresi secara serempak (bersamasama), semua variabel bebas yang diteliti (NPM, ROA dan ROE) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Pada uji regresi secara parsial, hanya variabel Return On
Assets (ROA) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, maka dapat dikatakan
bahwa ROA memiliki kontribusi dominan terhadap harga saham.
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
3
Nurmalasari (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap
Harga Saham Emiten LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008secara
parsial dari keempat variabel independen Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) yang memiliki pengaruh terhadap
variabel dependen (harga saham) Rosadi (2011) menyatakan hasil penentuan penelitian
menunjukkan dukungan pada teori signaling, dimana laba per saham, tipe penawaran, indeks
harga saham, underwriter financial leverage, dan rate of return on asset berpengaruh
terhadap harga saham secara simultan maupun parsial. Romadhoni (2011) menyatakan
diperoleh hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan, kebijakan deviden, kebijakan
hutang berpengaruh signifikan harga saham secara parsial maupun simultan.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalah
sebagai berikut : 1) Apakah ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, net profit
margin dan return on equity berpengaruh secara simultan terhadap harga saham?; 2) Apakah
ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, net profit margin dan return on
equity berpengaruh secara parsial terhadap harga saham?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis dan mengetahui ukuran
perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, net profit margin dan return on equity
berpengaruh secara simultan terhadap harga saham; 2) Untuk menganalisis dan mengetahui
ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, net profit margin dan return on
equity berpengaruh secara parsial terhadap haga saham.
KONTRIBUSI PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan dapat member manfaat, yaitu sebagai berikut : 1) Sebagai
informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan investasi; 2) Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan
dalam mengaplikasikan Variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan saham
perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan emiten untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan
meningkatkan kinerja manajemen dimasa yang akan datang.
4
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
PENGERTIAN SAHAM
Saham adalah salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal suatu perusahaan
dapat menjual kepemilikannya dalam bentuk stock. Menurut Fred dan Copeland (1999: 166)
saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan kertas (saham) tersebut.
Menurut Weston dan Brigham (1994:25) faktor-faktor internal yang dapat
memperngaruhi harga saham antara lain :
 Proyeksi laba per lembar saham
Perlu dibedakan antara laba perusahaan total dengan laba per lembar saham. Laba total
perusahaan
adalah
jumlah
keseluruhan
keuntungan
yang
diperoleh
perusahaan.Sedangkan laba per lembar saham (EPS) adalah laba bersih perusahaan yang
dibagi pemegang saham maka yang harus diperjuangkan adalah (abs per lembar saham).
Semakin tinggi per lembar saham, maka harga saham akan naik.
 Saat diperolehnya laba
Saat diperolehnya laba itu perlu dipertimbangkan. Misalnya suatu proyek menghasilkan
total laba dalam lima tahun sebesr $ 10, kemudian proyek kedua selama empat tahun
tidak akan mempengaruhi laba, tetapi di tahun kelima diperoleh laba besar $ 1,25.
Proyek manakah yang baik tergantung pada proyek yang memberikan nilai tambah besar
kepada nilai saham.
 Kebijakan pembagian deviden
Kebijakan deviden menyangkut pembayaran deviden kepada pemengang saham. Hal ini
bertentangan dengan penanaman laba dan penginvestasikan kembali, dalam perusahaan
guna meningkatkan deviden tunai tetapi mereka menghendaki pertumbuhan laba per
lembar saham yang dihasilkan dari laba di investasikan kembali dalam perusahaan.
INDEKS LQ45
Indeks LQ45 merupakan perwakilan lebih dari 70 persen total kapitalisasi Bursa Efek
Indonesia dan mencakup 60 saham yang paling banyak diperdagangkan setiap harinya, dalam
hitungan nilai, selama periode 12 bulan. Saham perusahaan yang tercatat dalam indeks ini
dipilih secara seksama, dengan likuiditas menjadi indikator utama karena dianggap sebagai
penunjuk kinerja yang solid dan mencerminkan nilai pasar sebenarnya. Begitu terpilih, sahamsaham tersebut dipantau dengan ketat dan kinerja kuartalan mereka dievaluasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (2008), untuk dapat masuk
dalam pemilihan suatu saham harus memenuhi kriteria tertentu dan melewati seleksi utama
sebagai berikut :
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
5





Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan
Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar reguler
Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara otomatis akan
masuk dalam perhitungan indeks LQ45
Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan menggunakan kriteria
Hari Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi
Pasar.
Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah:
 Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di Pasar Reguler.
 Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan Frekuensi Transaksi di
Pasar Reguler
 Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar,
sehingga akan didapat 45 saham untuk perhitungan indeks LQ45
Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga
keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham
yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas
pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam
bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.
Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat minta
pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam, Universitas dan
profesional di bidang pasar modal yang independen. (Nurmalasari,2009)
UKURAN PERUSAHAAN
Menurut Yendrawati (2006:334) variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini
adalah jumlah total asset yang dimiliki oleh perusahaan pada tahun tersebut. Variabel ini ini
dipakai karena diprediksi mempunyai hubungan negatif dengan risiko ukuran aktiva dipakai
sebagai besarnya perusahaan dengan rumus yang di gunakan:
Size = Total asset
KEBIJAKAN HUTANG
Menurut Baridwan (1999;219) hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat
ekonomi di masa yang akan datang, yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha
pada masa kini untuk mentranfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa
lalu. Rasio ni dirumuskan sebagai berikut :
6
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
KEBIJAKAN DEVIDEN
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:332) menyatkan bahwa kebijakan deviden adalah
sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja
perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan bentuk pembiayaan intern.
Rasio ni dirumuskan sebagai berikut :
NET PROFIT MARGIN
Net profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada
tingkat penjualan tertentu. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin
adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja
perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ni dirumuskan sebagai berikut :
RETURN ON EQUITY
Menurut Riyadi (2006: 155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba
bersih dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang
dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena
ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan
kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. Melihat hubungan hubungan itu, Return
On Equity tidak lain adalah rentabilitas ekonomi. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Variabel data yang digunakan berupa independent variabel (variabel bebas) yang
terdiri dari Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang, Kebijakan Deviden, Net Profit Margin dan
Return on Equity serta dependent variabel (variabel tidak bebas) yaitu harga saham.
HUBUNGAN KEBIJAKAN HUTANG DENGAN HARGA SAHAM
Pendanaan perusahaan yang mengalami hutang menggambarkan suatu tingkatan
keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham. Namun, apabila hutang tersebut tinggi
maka akan menimbulkan resiko yang besar apabila perusahaan tidak dapat melunasinya. Pada
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
7
saat tingkat suku bunga bank tinggi, perusahaan yang memiliki hutang besar cenderung di
hindari oleh investor karena besarnya cost of capital atas hutang berpengaruh terhadap harga
saham. (Matriadi, 2007:1).
HUBUNGAN KEBIAJAKAN DEVIDEN DENGAN HARGA SAHAM
Tujuan pencapaian perusahaan dalam menetapkan kebijakan deviden yaitu kebijakan
yang di buat oleh perusahaan untuk mentapkan proporsi pendapatan yang dibagikan sebagai
deviden yang dibayar, berarti semakin sedikit laba yang ditahan maka berakibat menghambat
tingkat petumbuhan suatu laba dan harga saham. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki
laba yang di tahan banyak tetap didalam perusahaan bearti bagian dari laba yang tersedia
untuk pembayaran deviden adalah semakin kecil. Akibatnya, deviden yang diterima pemegang
saham atau investor bisa dan tidak sebanding dengan resiko yang mereka tenggung.
(Romadhoni, 2011:27)
HUBUNGAN NET PROFIT MARGIN DENGAN HARGA SAHAM.
Net profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada
tingkat penjualan tertentu. Tingginya NPM akan menghasilkan laba yang tinggi, sebaliknya
NPM yang rendah akan menghasilkan laba yang rendah pula. Dengan demikian tinggi
rendahnya NPM akan mempengaruhi harga saham. Net Profit Margin (NPM) adalah
perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan pendapatan operasional perusahaan.
Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham tidak memiliki
pengaruh yang signifikan dan hubungan negatif. Saat laba bersih naik, total penjualan pun
akan naik hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang dikeluarkan sehingga NPM tidak
memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini berarti manajemen mengalami kegagalan
dalam hal operasional (penjualan) dan ini akan mengakibatkan mengurangnya kepercayaan
investor untuk berinvestasi dalam perusahaan LQ45 (Nurmalasari, 2009).
HUBUNGAN RETURN ON EQUITY DENGAN HARGA SAHAM.
ROE adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih yang dikaitkan dengan ekuitas modal sendiri. Return On Equity (ROE) adalah
perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. Hasil dari Uji-t diketahui bahwa Return
On Equity (ROE) terhadap harga saham tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Saat laba
8
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
bersih turun dan modal naik maka ROE akan turun. Hal ini berarti dari total modal yang ada
tidak dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Dengan jumlah equity yang tinggi maka
mengakibatkan banyak dana yang kurang produktif sehingga perlu adanya pengalokasian dana
yang dapat menghasilkan keuntungan, seperti memperluas lahan usaha atau menambah
peralatan pabrik. (Nurmalasari, 2009).
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada
masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu
telah bekerja dengan efisien. Semakin tinggi rasio ROE menandakan kinerja perusahaan
semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio
ROE kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran dividen semakin meningkat dan akan terjadi kecenderungan naiknya harga
saham.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, Net Profit Margin dan Return
On Equity berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.
H2 : Ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, Net Profit Margin dan Return
On Equity berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.
METODE PENELITIAN
POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pada LQ 45 yang listing di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2009 sampai 2011. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:115)
populasi adalah sekelompok orang atau segala suatu yang mempunyai karakteristik tertentu.
Jumlah populasi perusahaan LQ45 yang masuk di Bursa Efek Indonesia sebanyak 45
perusahaan.
SAMPEL PENELITIAN
Pengambilan sampel bertujuan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam
menganalisa data, namun demikian pengambilan sampel harus bersifat representative
sehingga hasil analisis dapat digeneralisasikan. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
9
menggunkan metode purposive sampling pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling)
dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan pertimbangan (judgement)
tertentu atau jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2009:76). Kriteria pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah

Perusahaan selama 2009-2011 secara kontinyu yang masuk daftar LQ-45.

Perusahaan LQ-45 yang mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2009 sampai
2011.

Perusahaan LQ-45 yang aktif membagikan deviden saham periode 2009-2011.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Ukuran Perusahaan
Menurut Husan dan Miswanto (1998:83) menyatakan bahwa ataupun equity dari sebuah
perusahaan jika nilai aktiva total, penjulan equity telalu besar maka nilai aktiva total,
penjualan ataupun equity Size) merupakan ukuran atau beasarnya asset suatu
perusahaan. Di ukur dengan rumus sebagai berikut : = ( )

Kebijakan Hutang
Menurut Romadhoni (2011: 33) Kebijakan deviden merupakan pengukur besarnya aktiva
yang dibiayai dengan hutang-hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari
kreditur, bukan dari pemegang saham ataupun dari investor. Leverage atau solvabilitas
suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut likuidasi pada suatu waktu. Kebijakan
hutang dalam penelitian ini di ukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER).
Rumusnya sebagai berikut :

Kebijakan Deviden
Menurut Romadhoni (2011: 33) Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para
investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan pemberian dividen (Dividend
Policy) tidak saja membagikan keuntungan yang telah diperoleh perusahaan kepada para
investor, Tetapi kebijakan perusahaan laba bersih membagikan dividen harus diikuti
dengan pertimbangan adanya kesempatan. Kebijakan deviden dalam penelitian ini di ukur
10
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
dengan dividend payout ratio dengan menggunaka satuan persen. Rumusnya sebagai
berikut :

Net Profit Margin
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin adalah perbandingan
antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan
semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap
semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Rumusnya
Sebagai beriku :

Return On Equity
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan
oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan
total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang
saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Rumusnya sebagai berikut :

Harga Saham
Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham (Halim, 2005:20). Harga
saham sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran yang secara fundamental yang
di tentukan oleh aktiva yang mewakili. Harga saham dapat berfluktuasi naik dan turun.
Dalam penelitian ini harga saham di ukur dengan menggunakan EPS di mana:
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
11
MODEL PENELITIAN
METODE ANALISIS
Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda yang terdiri dari satu
variabel dependen (Y) dan empat variabel independen (X1- X5). Model regresi berganda yang
di gunakan sebagai berikut :
Y=a +
+
+
+
+
+e
Keterangan :
Y
= Harga Saham
a
= Konstanta
,
,
.
= Koefisien Regresi
= Ukuran Perusahaan
= Kebijakan Hutang
= Kebijakan Deviden
= Net Profit Margin
= Return On Equity
= Variabel Pengganggu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Pemilihan Sampel Penelitian
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan sampel dari populasi berdasarkan
pertimbangan tertentu atau jatah tertentu. Berikut tahap seleksi sampel penelitian :
12
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
Tabel 1. Pemilihan Sampel
Dari seleksi sampel penelitian di tabel 1 diatas, perusahaan yang masuk di LQ 45 20092011 yang secara kontinyu sebanyak 39 perusahaan dari 45 perusahaan. Sebanyak 39
perusahaan LQ 45 selama 2009-2011 yang mempublikasikan laporan keuangan yang
berdasarkan pada kriteria yang kedua, dan sebanyak 12 perusahaan yang berturut-turut
membagikan deviden selama 2009-2011 jadi total sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 12
perusahaan.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif atas varaibel-varaibel yang digunakan dalam penelitian ini dapat
disajikan sebagai berikut :
Tabel 2. Statistik Deskriptif
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
13
Berdasarkan tabel 2, harga saham memiliki rata-rata sebesar 1.02050 dengan nilai
minimum sebesar 0.054 dan nilai maksimum sebesar 100.02. Sedangkan standar deviasi
sebesar 1.243099. Hasil ini menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan sampel memiliki
laba bersih per saham positif. Semakin positif kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan
pendapatan per lembar saham kepada pemegang sahamnya, semakin besar investor untuk
membelinya.
Ukuran perusahaan memiliki rata-rata sebesar 7.4589 dengan nilai minimum sebesar
6.87 dan nilai maksimumnya sebesar 8.51, sedangkan standar deviasi sebesar 0.46628, artinya
semakin besar ukuran perusahaan yang dimiliki perusahaan bearti semakin besar aktiva bisa
dijadikan jaminan untuk memperoleh utang sehingga harga saham meningkat dan minat
investor juga meningkat.
Kebijakan hutang memiliki rata-rata sebesar -.0658 dengan nilai minimum sebesar -0.80
dan nilai maksimumnya sebesar 0.96, sedangkan standar deviasi sebesar 0.40654. Kebijakan
hutang dalam penelitian ini menggunakan debt to equity ratio yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin tinggi level
hutang perusahaan, maka kemungkinan resiko keuangan dan kegagalan perusahaan juga akan
semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat level hutang perusahaan akan semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan level
hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham
termasuk dividen yang akan diterima. Tingkat level hutang yang rendah diharapkan dapat
mengurangi resiko keuangan dan tingkat kebangkrutan perusahaan.
Kebijakan deviden memiliki rata-rata sebesar 44.8061 dengan nilai minimum sebesar
5.75 dan nilai maksimumnya sebesar 0.96, sedangkan standar deviasi sebesar 23.68041. Hasil
ini menyatakan bahwa perusahaan sampel rata-rata pembagian deviden sebesar 44.8061 kali
lebih besar dari laba per lembar saham yang diperoleh. kebijakan dividen merupakan
penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan
berapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiaya investasi perusahaan.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam bentuk dividen,
maka akan mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan
14
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
semakin besar. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan
keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga dapat
memaksimumkan harga saham perusahaan.
Net profit margin memiliki rata-rata sebesar 18.1778 dengan nilai minimum sebesar
2.88 dan nilai maksimumnya sebesar 41.04, sedangkan standar deviasi sebesar 10.12907. Net
Profit Margin perusahaan besar maka menunjukkan bahwa perusahaan baik, karena dapat
menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktivitas penjualan, sehingga digunakan investor
dalam mengambil keputusan untuk membeli saham emiten tersebut.
Return on equity memiliki rata-rata sebesar 40.4581 dengan nilai minimum sebesar
5.41 dan nilai maksimumnya sebesar 114.74, sedangkan standar deviasi sebesar 26.69301.
Tingkat ROE memiliki hubungan positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE
semakin besar pula harga saham karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa
pengembalian yang akan diterima dan menjadikan investor akan tinggi sehingga investor
tertarik untuk membeli saham.
PEMBAHASAN
Uji Normalitas
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Uji Normalitas
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki Asymptot Significancy
diatas 0.05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel berdistribusi
normal.
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
15
Uji Asumsi Klasik
Uji Mutikolinieritas
Hasil pengujian dapat dilihat pada table 4 berikut :
Tabel 4. Uji Mutikolinieritas
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa untuk ke-5 variabel independen tidak
terjadi multikoliniearitas yang ditunjukkan oleh nilai VIF dari variabel independen yang kurang
dari 10, dengan nilai tolerance yang >0.1.
Uji Autokorelasi
Hasil pengujian dapat dilihat pada table 5 berikut :
Tabel 5. Uji Autokorelasi
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa nilai Durbin-Watson dari hasil uji yang dilakukan
adalah sebesar 2,245. Nilai Durbin-Watson yang bebas dari gangguan autokorelasi adalah
terletak pada DU < DW < 4-DU. DU merupakan batas atas (upper bound) di mana dalam
penelitian ini adalah sebesar 1,494. Sehingga ketika dimasukkan hasil uji autokorelasi tersebut
dalam persamaan menjadi 1,494 < 2,245 < 2,506. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian
ini tidak terdapat masalah autokorelasi.
16
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian dapat dilihat pada table 6 berikut :
Tabel 6. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan tidak terjadi heterosdastisitas pada model yang
ditunjukkan oleh nilai sig. yang berada diatas 0.05.
Hasil Analisis Regresi Berganda
Hasil regresi berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Berganda
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
17
Uji F
Dari tabel 4.12 didapatkan hasil F hitung sebesar 3.573 dengan tingkat signifikan sebesar
0.012 (<0.05), yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan
deviden, net profit margin dan return on equity secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap harga saham dengan demikian H1 pada penelitian ini dapat diterima.
R square
Dari tabel 4.12 didapatkan hasil R square sebesar 0.373 hal ini menunjukan bahwa
variabel bebas ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, net profit margin dan
return on equity secara bersama-sama memberikan kontribusi variabel harga saham sebesar
37.3% dan sisanya 62.7% dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak masuk dalam
penelitian ini.
Uji t
Menguji hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan, kebijakan hutang
dan return on equity secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan
kebijakan deviden dan net profit margin terhadap harga saham tidak berpengaruh secara
parsial, dengan melihat dari hasil masing-masing nilai t hitung dari variabel bebas.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan memiliki nilai t hitung sebesar 2.672 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.012 (<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan yang dimiliki perusahaan berarti semakin besar aktiva bisa dijadikan jaminan untuk
memperoleh utang sehingga investor tertarik untuk membeli saham maka harga saham
perusahaan tersebut akan meningkat.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Romadhoni (2011) yang juga dapat membuktikan
secara statistik bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham.
Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang memiliki nilai t hitung sebesar -3.259 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.003 (>0.05). Hasil ini mengindentifikasi bahwa kebijakan hutang berpengaruh
18
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
signifikan terhadap harga saham. Artinya Semakin tinggi level hutang perusahaan, maka
kemungkinan resiko keuangan dan kegagalan perusahaan juga akan semakin tinggi. Oleh
karena itu, semakin rendah tingkat level hutang perusahaan akan semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan level hutang akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk
dividen yang akan diterima. Tingkat level hutang yang rendah diharapkan dapat mengurangi
resiko keuangan dan tingkat kebangkrutan perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian Romadhoni (2011) yang juga dapat membuktikan
secara statistik bahwa kebijakan hutang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden memiliki nilai t hitung sebesar -1.959 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.060 (<0.05). Hasil ini mengindentifikasi bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Artinya kebijakan deviden dalam perusahaan sampel tidak
mengalami pengaruh terhadap harga saham. Hasil ini mengindifikasi bahwa semakin rendah
kebijakan deviden perusahaan maka semakin rendah pula pendapatan yang akan diterima oleh
investor. Kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih yang akan
digunakan untuk membiaya investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba yang diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi total
sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Kebijakan
dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara
dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga
saham perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian Nurmala (2006) yang juga dapat membuktikan secara
statistik bahwa kebijakan deviden tidak berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Net Profit Margin
Net profit margin memiliki nilai t hitung sebesar -1.487 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.148 (<0.05). Hasil ini menjadihkan bahwa net profit margin tidak berpengaruh
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
19
signifikan terhadap harga saham. Artinya net profit margin dalam perusahaan sampel tidak
mengalami pengaruh terhadap harga saham.
Hasil ini mengindentifikasi bahwa Hasil NPM ini memilki pengaruh paling rendah
terhadap harga saham sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba juga
rendah. Keputusan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan yaitu pemilik perusahaan
harus meningkatkan penjualan agar menghasilkan laba yang tinggi karena semakin besar NPM,
maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Hasil ini didukung oleh penelitian Rinati (2009) yang juga dapat membuktikan secara
statistik bahwa net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Return On Equity
Return on equity memiliki nilai t hitung sebesar 3.130 dengan tingkat signifikansi sebesar
0.004 (<0.05). Hasil ini menjadihkan bahwa return on equity berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Artinya semakin tinggi return on equity dalam perusahaan sampel maka semakin
tinggi juga harga saham.
Hasil ini didukung oleh penelitian Nurmalasari (2009) yang juga dapat membuktikan
secara statistik bahwa return on equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Dengan hasil uji t yang telah diuraikan diatas, tampak bahwa variabel ukuran perusahaan,
kebijakan hutang, return on equity berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham,
sedangkan kebijakan deviden dan net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Sedang bila dilihat dari besaran koefisien regresi yang dihasilkan, dapat diketahui
bahwa variabel return on equity yang merupakan koefisien tertinggi diantara variabel koefisien
yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa return on equity lebih dominan terhadap harga
saham.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Dari hasil analisis yang mengenai ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan
deviden, net profit margin dan return on equity terhadap harga saham, dapat disimpulakan
sebagai berikut :
20
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
Secara simultan variabel ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, net
profit margin dan return on equity terhadap harga saham. Hal ini mendapatkan hasil nilai
sebesar 3.573 dengan tingkat signifikan dibawah α = 0,05 yaitu nilai signifikansi 0.012.
Maka
ditolak dan
diterima. Dilihat dari nilai R square sebesar 0.373 menunjukkan
variabel ukuran perusahaan, kebijakan hutang, kebijakan deviden, net profit margin dan return
on equity terhadap harga saham perusahaan hanya sebesar 37.3% sedangkan sisanya sebesar
62.7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.
Secara parsial menyatakan bahwa ukuran perusahaan, kebijakan hutang dan return on
equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dilihat dari hasil signifikansi ukuran
perusahaan dibawah α = 0,05 yaitu 0.012, kebijakan hutang dibawah α = 0,05 yaitu 0.003 dan
return on equity dibawah α = 0,05 yaitu 0.004, sedangkan kebijakan deviden dan net profit
margin terhadap harga saham tidak berpengaruh secara parsial, dengan melihat dari hasil
masing-masing nilai t-hitung dari variabel bebas.dilihat dari hasil signifikan dimana kebijakan
deviden memiliki nilai sebesar diatas α = 0,05 yaitu 0.060 dan net profit margin memiki nilai
sebesar diatas α = 0,05 yaitu 0.148.
SARAN
Saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah : 1) Penelitian berikutnya
diharapkan dapat menggunakan periode penelitian yang lebih lama dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik; 2) Penelitian berikutnya digharapkan dapat menambah
jumlah sampel yang diteliti atau memasukkan variabel bebas yang baru didalam penelitian.
Model penelitian ini juga perlu diuji kembali dengan menggunakan data dari periode yang
berbeda, sehingga didapatkan informasi yang dapa tmendukung atau memperbaiki penelitian
ini; 3) Hasil penelitian ini diharpakan dapat hasil memberikan masukan bagi investor dalam
melakukan investasi saham pada perusahaan LQ 45 dengan melihat kondisi perusahaan
melalui rasio-rasio keuangan yang ada dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan : Teori dan penerapan. Edisi keempat.
Yogjakaerta:BPFE
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
21
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi,
Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma.
Martono dan Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Nurmala, 2006. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan
Otomotif di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Mandiri, Vol. 9:17-24.
Nurmalasari, Indah. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten
LQ45 yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008. Jurusan Akutansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Pernama, Yogi dan Lana Sularto. 2008. Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat
Bunga SBI dan Tingkat Inflasi Terhadap Pergerakan Harga Saham. Jurnal Ekonomi
Bisnis, No. 2, Vol. 13:103-111.
Rinati, Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE)
terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercantum Dalam Indeks LQ45.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Riyanto, Bambang, 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi keempat.
Yogjakarta:BPFE.
Romadhoni, Laili. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang dan Kebijakan
Deviden terhadap Harga Saham Perusahaan LQ-45 yang Listing diBursa Efek
Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang.
Rosadi, Imron Moh. 2011. Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan dan Signaling Terhadap Harga
Saham di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Malang.
Taujik. Kajian Capital Market dan Leverage Terhadap Variasi Harga Saham di Bursa Efek
Jakarta. Staf Pengajar Program Studi MM Unsri.
Weston, J, Fred dan F. Brigham Eugene, 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi
Kesembilan. Jilid 1, Erlangga.
Weston, J, Fred dan Copeland, E, Thomas, 1997, Manajemen Keuangan Edisi kesembilan, jilid
2. Terjemahan A. Jaka Wasana dan Kibandroko. Jakarta : Binarupa Aksara
Jurnalisindo Aksara Grafika.
Yendrawati, Reni. 2006. Pengaruh Inder Ownership dan Resiko Pasar Terhadap Kebijakan
Deviden Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.Jurnal
Keuangan dan Perbankan, TH. X, No.2:327-344.
*) M. Luthfi Al Chakim adalah alumnus Fakultas Ekonomi Universitas islam Malang
**) Jeni Susyanti adalah dosen tetap Fakultas Ekonomi Unisma
22
M. Luthfi Al Chakim, Jeni Susyanti
Download