STUDI FENOMENOLOGI KUALITAS PEMERIKSAAN ANTENATAL DALAM MENDETEKSI PREEKLAMPSIA DI PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Sarjana Keperawatan Oleh: Dita Puspita 108104000008 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013 Dita Puspita, NIM: 108104000008 Studi fenomenologi kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan xiv + 98 halaman + 6 skema+ 5 lampiran Kata kunci: Kualitas pelayanan, Antenatal care, Preeklampsia, fenomenologi ABSTRAK Preeklampsia merupakan salah satu penyebab tersering kematian ibu di Indonesia. Salah satu strategi Kementrian kesehatan RI untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pelayanan antenatal selama kehamilan dan persalinan yang sesuai dengan program safe motherhood. Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi bagaimana kualitas pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan berjumlah 8 orang terdiri dari 5 partisipan utama (ibu hamil) dan 3 partisipan pendukung (bidan pelaksana antenatal di puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Analisis penelitian ini menggunakan teknik Colaizzi (1978) dengan analisis tematik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tema-tema yang muncul sebagai berikut: 1) komponen anamnesis saat pemeriksaan antenatal 2) komponen pemeriksaan fisik 3) edukasi antenatal pada ibu yang beresiko preeklampsia 4) sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas Ciputat. Hambatan dalam pemeriksaan antenatal diantaranya waktu yang sempit melakukan pemeriksaan antenatal yang lengkap dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan antenatal setiap harinya. Rekomendasi untuk Puskesmas Ciputat, ialah pelayanan melakukan koreksi pelaksanaan antenatal yang lengkap dan tepat serta melakukan evaluasi setelah melakukan pemeriksaan antenatal. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menggali bagaimana kualitas pemeriksaan antenatal pada kehamilan yang beresiko. Referensi :54 (tahun 1995-2012) i FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, January 2013 Dita Puspita, NIM: 108104000008 Phenomenology study; Quality of antenatal care to detect Preeclampsia in Public Health Centre South Tangerang City xiv + 98 pages + 6 scheme + 5 attachments Keywords: Quality, Antenatal Care, Preeclampsia, Phenomenology ABSTRACT Preeclampsia is one of the most common cause of maternal death in Indonesia. One strategy of the Ministry of Health of Indonesia to reduce maternal mortality is to increase antenatal care during pregnancy and labor in appropriate with the safe motherhood program. The purpose of this research is to explore how the quality of antenatal care to pregnant women in the detection of preeclampsia. This research is a qualitative study with phenomenological approach. Informants are 8 people consists of 5 key informants (pregnant women) and 3 supporter informants (implementing antenatal clinic midwives, midwives and midwife coordinator). Data was collected by in-depth interviews and observation. The analysis of this study using techniques Colaizzi (1978) with thematic analysis. The results of this study showed the themes that appear are as follows: 1) component of the anamnesis while antenatal care 2) physical examination component 3) antenatal education on maternal risk of preeclampsia 4) referral system for patient preeclampsia in health centers Ciputat. Barriers to antenatal such little time to doing a complete antenatal patients because there are many of antenatal visitor every day. Recommendations for Ciputat Health Center, is the care to correct the implementation of antenatal care comprehensivly and right along do evaluate after antenatal care. Suggestions for further research is explore how the quality of antenatal care for risk pregnancies. Reference: 54 (years 1995-2012) ii RIWAYAT HIDUP Nama Tempat lahir Tanggal lahir Agama Status Alamat Anak ke Telepon E-mail : Dita Puspita : Depok : 04 Maret 1991 : Islam : Belum menikah : Jalan gelatik 10 No. 127 Rt 004/012 Pancoran Mas Depok Jaya I 16432 : 6 dari 6 bersaudara : 021-7521383 / 081381286264 : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. SDN Depok Baru VI (1996 – 2002) 2. MTS Manaratul Islam Jakarta Selatan (2002 – 2005) 3. MA Manaratul Islam Jakarta Selatan (2005 – 2008) 4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 – 2013) Pengalaman Organisasi : 1. Anggota OSIS tahun 2004-2005 2. Anggota OSIS tahun 2006-2007 3. Wakil koordinator bidang Olahraga OSIS 2007-2008 4. Anggota Eskul PASKIBRA MA Manaratul Islam 2005-2008 5. Seksi koordinator kebersihan OP3MU 2005-2006 6. Ketua koordinator pendidikan OP3MU 2006-2007 7. Bendahara dan Sekretaris OP3MU 2007-2008 8. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Infokom tahun 2010-2011 iii Pengalaman seminar dan pelatihan: 1. Seminar nasional keperawatan “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” 2. Lomba karya tulis ilmiah Temu Ilmiah Nasional V “Peran Perawat dalam Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu” 3. Pelatihan Medical Training Service “Basic Wound Closure Course” 4. Seminar forum pengkajian dan pengamalan islam BEM Fakultas Ilmu Keperawatan UI “The Power of Herbal” 5. Seminar kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” 6. Seminar kesehatan nasional “Combat Antimicrobial Drugs resistance” 7. Nursing Camp ILMIKI Wilayah III “Memaksimalkan Peran Organisasi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” 8. Seminar Profesi Gizi “Nutrition For Nation: Kebijakan Kesehatan dalam Penyelesaian Gizi Buruk di Indonesia, Bagaimana Seharusnya” 9. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Studi Fenomenologi Kualitas Pemeriksaan Antenatal dalam Mendeteksi Preeklampsia Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan”. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana keperawatan (S.Kep), untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang peneliti peroleh selama kuliah. Peneliti menyadari bahwa penyajian karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ns. Waras Budiutomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan motivasi. 3. Ns. Eni Nuraeni Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan motivasi. v 4. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada peneliti. 5. Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti. 6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan membimbing peneliti, serta staff akademik (Bapak azib Rosyidi S. Psi) atas bantuannya yang telah memudahkan dalam proses birokrasi. 7. Orang tua tercinta (Mama dan Papa) atas kasih sayang, do’a dan dukungannya baik secara material dan spiritual yang telah diberikan kepada peneliti selama ini. Semoga kebaikan dan pengorbanan kalian tidak akan sia-sia dan akan dibalas oleh Allah SWT. Semoga peneliti dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amin. 8. Saudara/saudariku (Teh Yulan, Teh Siti, Aa Adrie, Aa kiki) yang selalu memberikan dukungan dan doa serta yang menjadi inspirasi peneliti. 9. Teman-teman PSIK seluruh angkatan 2008 tercinta, Yusuf, Icha, Madun, Enstein, Mbak Fat dan Mbak Leha yang telah memberikan masukan senantiasa dukungan, bantuan serta doa dalam proses penulisan skripsi ini. vi 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semuanya Peneliti menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya. Wassalamu’alaikum wr.wb Ciputat, Januari 2013 Dita Puspita vii DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................iii ABSTRAK ................................................................................................................iv ABSTRACT ..............................................................................................................v RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................vi KATA PENGANTAR ..............................................................................................viii DAFTAR ISI ............................................................................................................xi DAFTAR TABEL ...................................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xv LAMPIRAN .............................................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................7 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................8 D. Manfaat Penelitian .........................................................................................8 E. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Antenatal .......................................................................................10 1. Antenal care.............................................................................................10 2. Kunjungan antenatal care ........................................................................12 viii 3. Kualitas pemeriksaan antenatal care .......................................................14 B. Preeklampsia ..................................................................................................25 1. Pengertian ..............................................................................................25 2. Faktor resiko ...........................................................................................26 3. Etiologi ..................................................................................................29 4. Patofisiologi ...........................................................................................32 5. Gambaran klinis .....................................................................................35 6. Komplikasi..............................................................................................37 7. Penatalaksanaan ......................................................................................39 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ..........................................................................................42 B. Definisi Istilah ...............................................................................................42 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..............................................................................................45 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................47 C. Informan Penelitian .......................................................................................48 D. Teknik Pengambilan Sampel .........................................................................49 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................50 F. Keabsahan Data .............................................................................................54 G. Teknik Analisa Data ......................................................................................58 H. Etika Penelitian ..............................................................................................60 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum wilayah penelitian.............................................................62 ix B. Hasil Penelitian .............................................................................................63 1. Karakteristik informan ...........................................................................63 2. Hasil analisis tematik .............................................................................64 BAB VI PEMBAHASAN A. Hasil intrepretasi dan diskusi ........................................................................78 1. Komponen Anamnesis saat pemeriksaan antenatal ...............................78 2. Komponen pemeriksaan fisik .................................................................81 3. Edukasi antenatal pada ibu yang beresiko preeklampsia .......................84 4. Sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas Ciputat ...................88 B. Keterbatasan penelitian .................................................................................90 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................................91 B. Saran ..............................................................................................................92 DAFTAR PUSTAKA x DAFTAR TABEL Nomor table hal Tabel 2.1 Anamnesa kehamilan 17 Tabel 2.2 Kotak Brosur APEC 25 Tabel 2.3 Faktor resiko preeklampsia 29 Table 2.4 Perbedaan preklampsia ringan dan berat 36 Tabel 5.1 Karakteristik informan utama 54 Tabel 2.2 Karakteristik informan pendukung 55 xi DAFTAR GAMBAR No. Gambar Hal Gambar 2.1 Bagan teori prostaksiklin 31 Gambar 2.2 Patofisiologi preeklampsia 34 Gambar 4.1 Teknik analisa data 46 xii LAMPIRAN No. Lampiran 1. Lampiran persetujuan informan 2. Lampiran observasi pemeriksaan kehammilan 3. Lampiran pedoman wawancara informan kunci 4. Lampiran pedoman wawancara informan pendukung 5. Matriks analisis tematik xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. AKI di Indonesia telah mengalami penurunan pada tahun 2004 sejumlah 270 dari per 100 ribu kelahiran hidup menjadi 248 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2007 (Kemenkes, 2007). Pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI di Indonesia khususnya dalam mencapai target kelima Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2007). AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara. Angka ini 65 kali lebih besar dari angka kematian ibu di Singapura, 9,5% kali dari Malaysia dan 2,5 kali lipat dari Filipina (WHO, 2009). AKI di provinsi Banten mengalami penurunan dari 478 orang pada tahun 2008 menjadi 372 orang pada tahun 2009, sedangkan di Kota Tangerang Selatan telah mengalami penurunan dari 10 per 21703 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 9 per 24312 kelahiran hidup pada tahun 2010 namun ada peningkatan pada tahun 2011 sampai bulan mei menjadi 13 per 29393 kelahiran hidup (Dinkes Tangerang Selatan, 2011). Tentunya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka kematian ibu (Kemenkes, 2010). 1 2 Kasus Angka Kematian Ibu (AKI) meliputi perdarahan 28%, eklampsia 24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan adalah perdarahan, hipertensi saat hamil atau preeklampsia dan infeksi (Kemenkes, 2007). Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan, preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011). Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dapat terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria minimal 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin (Cuningham, 2003). Mayoritas kematian karena preeklampsia dan eklampsia dapat dihindari melalui pelayanan yang tepat waktu dan perawatan efektif kepada perempuan 3 dengan preeklampsia. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi perempuan dengan gangguan hipertensi merupakan langkah penting dalam mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Oleh karena itu, Pemerintah perlu bekerja keras untuk menurunkan angka kematian ibu dengan mempromosikan kesehatan melalui pelayanan kesehatan maternal atau antenatal care secara rutin dan berkualitas (WHO, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan Senewe dan Sulistyawati (2001) di rumah sakit Kendal, Probolinggo menyatakan bahwa ada sebanyak 17% responden yang tidak pernah periksa hamil mengalami komplikasi pada waktu persalinan. Sedangkan diantara responden yang pernah periksa hamil, sebanyak 25% yang mengalami komplikasi pada waktu persalinan. Penelitian yang dilakukan Rozikhan (2007) terkait faktor-faktor terjadinya preeklampsia berat salah satunya adalah antenatal care yaitu ibu hamil yang frekuensi antenatal care kurang atau sama dengan 3 kali dalam kehamilannya mempunyai risiko 1,50 kali untuk terjadi terjadi preeklampsia berat dibandingkan dengan seorang ibu hamil preeklampsia yang frekuensi antenatal lebih dari 3 kali. Salah satu upaya pencegahan awal adalah pelayanan antenatal. Antenatal care (ANC) merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi dini terjadinya masalah risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan, menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (WHO, 2009). Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya secara rutin. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kelainan yang mungkin ada atau timbul lekas diketahui, dan 4 segera dapat diatasi sebelum berpengaruh terhadap kehamilan tersebut (Winkjosastro, 2006). Antenatal merupakan pelayanan untuk memonitor kemajuan dari kehamilan dan mempromosikan kesehatan pada ibu dan bayi (Novita, 2011). Perawatan antenatal mencakup pengawasan kehamilan untuk melihat apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi setiap kelainan yang timbul dan untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan dan periode postnatal (Farrer, 2001).Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, bidan dan perawat (Kemenkes, 2010). Pemeriksaan kehamilan saat antenatal yang berkualitas dapat dilihat dari saat anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa dan terapi. Mutu pelayanan kesehatan dapat diidentifikasi dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap pemeberi pelayanan kesehatan, melakukan wawancara kepada pasien dan petugas kesehatan, mendengar keluhan pasien, masyarakat, membaca dan memeriksa laporan atau rekam medik (Pohan, 2007). Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar pelayanan antenatal (Kemenkes, 2010). Pelayanan yang dilakukan rutin dan berkualitas merupakan upaya untuk deteksi dini kehamilan berisiko sehingga dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Penilaian kualitas (mutu) antenatal akan berorientasi kepada pelaksanaan standar antenatal yang telah ditetapkan. Hal ini mengartikan bahwa berkualitas atau 5 tidaknya pelaksanaan antenatal dapat dilihat dari cakupan terhadap pelaksanaannya dan pelayanan yang diberikan lengkap (Kemenkes, 2007). Dimasa sekarang tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan meningkat, sehingga sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan dituntut bukan saja kemampuan teknis medis petugas tetapi juga kualitasnya (Saifuuddin, 2002). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Peneliti melakukan wawancara kepada bidan koordinator dan pengamatan pada saat pelayanan di Puskesmas didapatkan bahwa : 9 bidan yang terdiri dari 1 bidan koordinator, 3 bidan desa dan 5 bidan pelaksana menyatakan bahwa bidan memiliki peran yang cukup besar dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas. Bidan atau tenaga kesehatan menyatakan bahwa ada kebijakan tentang pedoman kerja di Puskesmas, namun hasil pengamatan pada pelaksanaanya belum sesuai dengan pedoman tersebut. Pengamatan pelayanan antenatal dengan 10 T yang dilakukan pada 10 ibu hamil yang melakukan kunjungan masih belum dilakukan. Enam dari sepuluh ibu hamil mendapat pelayanan antenatal 6 T. Tiga dari sepuluh ibu hamil mendapat pelayanan antenatal 5 T. Satu orang ibu hamil yang hanya mendapatkan pelayanan antenatal lengkap. Pelayanan yang tidak didapatkan seluruhnya seperti pemberian imunisasi TT, tes terhadap penyakit menular seksual, tes laboratorium, dan pemberian tablet Fe. Selain itu, hasil pengamatan peneliti dari pemeriksaan kehamilan sesuai pedoman pelayanan antenatal meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik secara menyeluruh meliputi pengamatan oedema, 6 refleks, tes laboratorium rutin dan penyuluhan masih belum efektif. Hasil wawancara dengan bidan juga mengungkapkan bahwa apabila mendapatkan kehamilan yang beresiko seperti preeklampsia ditemukan saat kunjungan pemeriksaan hanya berdasarkan keluhan klien saja. Hasil wawancara pada bidan juga didapatkan banyak ibu hamil yang datang sudah dalam keadaan preeklampsia. Hal ini menunjukkan bahwa pedoman pemeriksaan kehamilan yang ditetapkan dari pedoman pelayanan antenatal pada pelaksanaanya tenaga kesehatan belum melakukan sesuai dengan pedoman standar pelayanan antenatal. Pelayanan yang tidak diberikan sesuai standar akan merugikan bagi suatu pelayanan, masyarakat dan komplikasi yang tidak diinginkan bagi ibu hamil. Hasil penilaian terhadap kepatuhan pada pemeriksaan kehamilan dapat memberi gambaran bahwa pemahaman terhadap tujuan dan pentingnya prosedur tetap bagi peningkatan kualitas pelayanan dan meningkatkan efektifitas suatu system pelayanan belum baik sehingga timbul kecenderungan untuk tidak mentaati semua item (Utarini dkk, 1999). Kecenderungan ini tentunya berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh pelaksana antenatal karena semakin dipatuhi pedoman atau prosedur tetap semakin baik pencapaian standar pelayanannya (Azwar, 1990). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia”. 7 B. Rumusan Masalah Angka kematian ibu yang masih tinggi yang disebabkan karena preeklampsia yang kurang dilayani tepat dan efektif dalam deteksi dini selama kehamilan akan mengakibatkan komplikasi persalinan baik bagi ibu hamil dan janin. Kasus penyebab AKI meliputi meliputi perdarahan 28%, eklampsia 24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11%. Penyebab lain dari komplikasi dalam kehamilan dan persalinan adalah pelayanan kesehatan seperti antenatal care yang tidak rutin dan kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan belum komprehensif seperti pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Peneliti melakukan wawancara kepada bidan koordinator dan pengamatan pada saat pelayanan di Puskesmas didapatkan pada pemeriksaan antenatal masih ada bidan yang melakukannya tidak sesuai dengan pedoman pada ibu hamil khususnya dalam mendeteksi preeklampsia. Hasil wawancara pada bidan juga didapatkan banyak ibu hamil yang datang sudah dalam keadaan preeklampsia. Hal ini menunjukkan bahwa standar pemeriksaan kehamilan yang ditetapkan dari pedoman pelayanan antenatal pada pelaksanaanya tenaga kesehatan belum melakukan sesuai dengan pedoman standar pelayanan antenatal. Berdasarkan uraian diatas, Peneliti tertarik ingin menggali bagaimana kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. 8 C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana kualitas pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya, serta memberikan informasi dan wawasan mengenai pentingnya antenatal yang teratur dan berkualitas pada ibu hamil dalam melaksanakan pelayanan antenatal yang sesuai dengan pedoman. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Peneliti mendapatkan pengalaman dalam proses belajar-mengajar khususnya dalam bidang metodologi penelitian dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang kualitas pelayanan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat. b. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dalam kesehatan maternal, resiko bahaya kehamilan persalinan dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan terutama dari kualitas pelayanan kepada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia melalui pemeriksaan antenatal. 9 c. Bagi masyarakat atau ibu hamil Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengetahuan antenatal dan risiko bahaya kehamilan dan persalinan, pelaksanaan antenatal yang harus diterima dan informasi mengenai preeklampsia dari pelayanan antenatal. d. Bagi tenaga keperawatan dan pelaksana antenatal Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan perencanaan keperawatan maternitas dan komunitas tentang pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia sesuai pedoman. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan antenatal pada pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi dalam preeklampsia. Penelitian ini dilakukan karena tingginya angka kematian ibu (AKI) meliputi perdarahan 28%, eklampsia 24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11% (Kemenkes, 2007). Peneliti ingin mengetahui hal apa saja yang melatar belakangi pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan teknik wawancara mendalam pada ibu hamil dan tenaga kesehatan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan antenatal 1. Antenatal care (ANC) Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan antenatal yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala. Ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal (ante = sebelum; natal = lahir), hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu : aspek medis, penyuluhan, komunikasi dan motivasi, dan rujukan (Depkes, 1998). Antenatal adalah pengupayaan observasi berencana dan teratur terhadap ibu hamil melalu pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi dan penyakit ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan (Manuaba, 2003). Farrer (2001) menyatakan pemeriksaan antenatal mencakup pengawasan kehamilan untuk meliputi apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi setiap komplikasi yang timbul, dan untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan dan periode postnatal, penyuluhan atau pendidikan mengenai kehamilan dan pemberian petunjuk mengenai segala aspek dalam perawatan bayi, dukungan jika terdapat masalah-masalah sosial atau psikologis. Pemeriksaan antenatal adalah asuhan yang diberikan oleh perawat atau tenaga medis mulai dari konsepsi sampai persalinan. Asuhan diberikan berdasarkan keadaan fisik, emosional, kebutuhan sosial dari ibu, janin, 10 11 pasangan dan anggota keluarga. Asuhan perawatan pada ibu hamil sangat diperlukan untuk menjamin kesehatan ibu dan janin. Masa kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang dapat dikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Risiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi risiko tinggi. Petugas kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini (Hutahaean, 2009). Faktor risiko pada ibu hamil, seperti umur terlalu muda/tua, banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya, adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Risiko tinggi adalah keadaan berbahaya dan mungkin menjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya perdarahan melalui jalan lahir, eklampsia dan infeksi (Depkes, 1998). Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal dan dilakukan secara rutin merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor risiko dapat mendeteksi dini sehingga dengan segera bisa diketahui seawal mungkin dan segera dikurangi atau dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Kelengkapan antenatal terdiri dari jumlah kunjungan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal (Istiarti, 2000 dan Saifuddin dkk, 2002). Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu dan janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan 12 perorangan yang memperhatikan precisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya (Depkes, 2007). Pemeriksaan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi dasar dan khusus (Prawirohardjo, 2006). Selain itu aspek yang lain yaitu penyuluhan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu hamil dan rujukan. 2. Kunjungan antenatal care Pelayanan antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko bagi ibu. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan antenatal standard, dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa 13 kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4) adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan antenatal (Depkes RI, 2007). Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001): a. Kunjungan ibu hamil pertama (Kl) Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. b. Kunjungan ulang Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. c. Kunjungan ibu hamil keempat (K4) K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat: 1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu). 2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28) 3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke 36). 4) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu 14 3. Kualitas pemeriksaan antenatal Pemeriksaan antenatal merupakan salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang sehat. Pemeriksaan antenatal yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuaannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dalam memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes, 2010). Pemeriksaan antenatal sangat penting dan wajib dilakukan oleh para ibu hamil karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan monitoring secara menyeluruh baik mengenai kondisi ibu maupun janin yang sedang dikandungnya. Pemeriksaan antenatal juga dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan kehamilan, sebagai bahan pengetahuan bagi para ibu hamil agar menuju kehamilan yang sehat dan keluarga yang berkualitas (Hutahaean, 2009). Pemeriksaan antenatal ini merupakan upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan, dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku (Manuaba, 2003). 15 Jadwal antenatal care (pemeriksaan antenatal) sebagai berikut (Manuaba, 2003) : a. Trimester I dan II 1) Sebulan sekali 2) Pengambilan data hasil laboratorium 3) Pemeriksaan ultrasonografi 4) Nasihat diet a) Empat sehat lima sempurna b) Protein 0,5/kg BB, ditambah satu telor/hari 5) Observasi a) Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan b) Komplikasi kehamilan 6) Rencana a) Mengobati penyakit b) Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan c) Imunisasi tetanus I b. Trimester III 1) Setiap dua minggu kemudian sampe seminggu sampai tanda kelahiran tiba 2) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan 3) Diet empat sehat lima sempurna 4) Pemeriksaan ultrasonografi 5) Imunisasi tetanus II 6) Observasi 16 a) Penyakit yang menyertai kehamilan b) Komplikasi hamil trimester III c) Berbagai kelainan kehamilan trimester III Adapun pemeriksaan antenatal saat antenatal yang berkualitas dapat dilihat dari saat anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, prognosa dan terapi. Hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan antenatal ialah sebagai berikut: a. Anamnesa Anamnesa adalah pertanyaan terarah yang ditujukkan kepada ibu hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang dimilikinya. Anamnesa dapat membantu untuk mengetahui dukungan terhadap ibu dan pengambilan keputusan dalam keluarga, sehingga membantu ibu dalam merencanakan persalinan yang baik (Depkes, 2007). Menurut Depkes (2007) anamnesa pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil yang perlu diperhatikan meliputi : 1) Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama dan alamat ibu) 2) Keluhan utama atau apa yang diderita, apakah ibu datang untuk memeriksa kehamilan atau ada masalah lain 3) Riwayat haid 4) Riwayat perkawinan 5) Riwayat kehamilan sekarang meliput: HPHT (haid pertama haid terakhir), gerak janin, masalah atau tanda-tanda bahaya, 17 Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan, penggunaan obatobatan (termasuk jamu), kekhawatiran lain yang dirasakan 6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya seperti riwayat hipertensi, perdarahan dan masalah-masalah yang lain 7) Riwayat penyakit yang pernah diderita/kesehatan seperti penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus dll, 8) Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar, penyakit menular dll. 9) Riwayat sosial ekonomi dan budaya meliputi status perkawinan, riwayat KB, reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga, kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi, kebiasaan hidup sehat, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan. No. 1. Anamnesa obstetri Umur penderita 2. 3. Perkawinan Sejarah persalinan 4. Interval kehamilan 5. Sejarah keluarga Risiko rendah Risiko tinggi Kurang 19 tahun Diatas 35 tahun Infertilitas 3-5 tahun Spontan B, aterm, hidup Persalinan premature, Tidak pernah abortus, abortus dan persalinan Persalinan dengan premature tindakan atau operasi Tidak mengalami operasi dalam Rahim/persalinan Tanpa komplikasi kehamilan Diatas 2 tahun atau di Terdapat komplikasi bawah 5 tahun hamil Tanpa metode KB Anak terkecil 5 tahun atau lebih Tanpa penyakit yang Penyakit keturunan dapat menganggu kehamilan Penyakit menyertai - 18 hamil: Penyakit darah, asma, jantung, ginjal dan lever 6. Tanggal menstruasi terakhir 7. Berat badan bayi Kehamilan kembar Menentukan pikiran Umur hamil menurut persalinan menurut tinggi fundus uteri rumus naegle Umur menurut gerak janin dan detak jantung Membandingkan orang bumil lainnya Berdasarkan USG Hamil 2500-3500 gr BB > 4000 gr, Menurut rumus Johnson makrosomia sulit lahir Menurut USG pervaginam Tabel 2.1 anamnesa kehamilan Tabel diatas menjelaskan gambaran khusus dalam anamnesa kehamilan dari hasil anamnesa yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat memberikan gambaran khusus. Anamnesa tersebut juga menunjukan hasil kehamilan yang berisiko rendah dan berisiko tinggi. Pelaksanaan anamnesa yang sesuai pedoman dapat membantu untuk menentukan masalah yang akan ditetapkan (Manuaba, 2003) b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan secermat mungkin. Pemeriksaan ini memerlukan ketelitian sehingga didapat diagnosa yang tepat dan pengobatan yang akurat. Tujuan pemeriksaan fisik ini adalah untuk mendeteksi penyulit atau komplikasi-komplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi : 1) Pemeriksaan luar, terdiri dari ; a) Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum ibu (keadaan gizi, kelainan bentuk badan dan kesadaran), status gizi ibu, 19 tanda vital, oedema, tinggi badan, berat badan, reflek, pemeriksaan laboratorium sederhana bila ada untuk kadar Hb, golongan darah dan urine rutin. b) Pemeriksaan obstetri meliputi melihat kontraksi uterus dan palpasi perut dengan cara leopold yang dibagi dalam 4 tahap 2) Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan trimester III untuk menentukan keadaan panggul. c. Intervensi dasar Intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap: Untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan. Pemberian vitamin dan mineral yang disarankan pada ibu hamil. d. Diagnosa Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka dapat ditegakkan diagnosa. Selain itu dapat diketahui : 1) Hamil atau tidak 2) Primigravida atau multigravida 3) Usia kehamilan 4) Janin hidup atau mati 5) Janin tunggal atau kembar 20 6) Letak anak 7) Anak intrauterin atau extrauterin 8) Keadaan jalan lahir 9) Keadaan umum penderita Tujuan terapi pada ibu hamil adalah untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjenlang persalinan. Keluhan yang mengganggu perlu diperhatikan dan diberi pengobatan. Berikan konseling pada ibu hamil mengenai kehidupan waktu hamil, hygiene dan gizi, pemeriksaan antenatal dan tanda-tanda bahaya kehamilan dll. e. Penyuluhan Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan mmenanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bertujuan mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat. Perilaku baru yang terbentuk, terbatas pada pemahaman sasaran, sedangkan perubahan sikap dan tingkah laku merupakan tujuan tidak langsung (Maulana, 2009). Sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasaran pendidikan kesehatan, meliputi masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat kelompok khusus dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual (Maulana (2009) dan Effendy (1998). 21 Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap saaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat (Effendy, 1998). Perawatan kehamilan adalah memberikan pengawasan atau pemeliharaan ibu hamil sampai melahirkan bayinya, dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu pada ibu-ibu hamil, melahirkan serta nifas. Karenanya seorang ibu hamil kesehatannya perlu diawasi atau dirawat agar ibu hamil selalu dalam keadaan sehat dan selamat, bila timbul kelainan pada kehamilan atau timbul gangguan kesehatan dapat diketahui secara dini dan dapat dilakukan perawatan yang tepat, dapat diberikan penyuluhan tentang cara memlihara sendiri watu hamil dan dapat diberikan suntikan kekebalan terhadap tetanus. Adapun pelaksanaan perawatan kehamilan sebagai berikut (Dainur, 1995): a. Memberikan penyuluhan atau mengajarkan para ibu-ibu untuk pergi memeriksakan kehamilannya ke puskesmas secara teratur b. Memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang c. Kebersihan perorangan, mandi setiap hari, kuku pendek, cukup istirahat dan tidur, makanan bergizi, keluarga berencana, anjuran untuk memepersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk persalinan dan untuk bayi yang akan dilahirkan, tanda-tanda bahaya kehamilan , kehamilan yang beresiko. 22 d. Dengan pengamatan yang cermat bila didapati kelainankelainan pada ibu hamil atau keluhan -keluhan yang tidak wajar kirimlah ke puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan f. Sistem rujukan Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memnungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizintal kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional. Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Syafrudin dan Effendi, 2009). Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan massyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga keterlambatan) yang melatarbelakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (Syafrudin, 2009). Adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada 23 kasus yang tergolong beresiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapipenyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa dan ibu (Syafrudin, 2009). Konsep kesejahteraan ibu merupakan konsep yang kompleks yang memerlukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi (KISS) pelaksanaan yang terarah dengan jelas sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan perinalatal. ditinjau dari struktur pelaksaanaan dengan puskesmas sebagai ujung tombaknya, polindes dan posyandu, maka dapat dibyang sasaran yang hendak vapai akan berhasil. Pesan kesehatreaan ibu pada massyarakat masyarakat sebagai berikut (Manuaba, 1998): 1. Segeralah datang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat a. Melakukan perawatan antenatal b. Melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali c. Menasehati kapan harus datang ke pusat pelayanan kesehatan d. Perut sakit atau terjatuh e. Mengeluarkan darah campur lendir, mengeluarkan darah saja dan mengeluarkan cairan 24 f. Gerakan janin makin berkurang g. Badan panas sebagai tanda infeksi 2. Kepada keluargah diterangkan keadaan yang dapat membahayan saat hamil dan meningkatkan bahaya terhadap bayinya 3. Wanita hamil memerlukan makanan lebih dan istirahat cukup 4. Mendorong kesehatan reproduksi yang optimal 5. Wanita yang sehat jasmani dan rohani sejak saat kanak-kanank mempunyai penyulit kehamilan yang makin berkurang Pemantauan kemajuan kehamilan dilakukan pada setiap kunjungan antenatal (pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tinggi fundus uteri, memantau gerakan janin); mendiagnosa kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi serta penanganannya) dan non medis (konseling perawatan kehamilan dan persiapan rujukan) Pemeriksaan, diagnosis pemantauan serta penanganan harus dilakukan sesuai standar. Namun dalam penerapan operasionalnya menurut Depkes (2010) dikenal standar minimal ”10T” untuk pelayanan Antenatal yang terdiri atas: 1) (Timbang) berat badan 2) Ukur (tekanan) darah 3) Tes nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4) Ukur (tinggi) fundus uteri 5) Tes DJJ (denyut jantung janin) 6) Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap. 25 7) Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan 8) (Tes) terhadap penyakit menular seksual 9) (Temu) wicara dalam rangka pensiapan rujukan 10) Tatalaksana kasus. Kelompok the action on preeclampsia (APEC) mengenalkan sebuah brousur untuk membantu wanita memahami petingnya memeriksa tekanan darah mereka serta instruksi tentang kapan mencari rujukan bidan atau medis (Henderson, 2005). Memperlakukan wanita sebagai mitra kerja-informasi tentang gejala yang dapat menunjukkan preeklampsia a. Sakit kepala berat b. Pandangan kabur atau kilatan cahaya c. Nyeri berat dibawah iga d. Muntah-muntahh e. Pembengkakan mendadak pada wajah, tangan dan kaki secara mendadak Sumber; APEC, 1996 Tabel 2.2 kotak brosur APEC B. Preeklampsia 1. Pengertian preeklampsia Menurut Hacker (2001) preeklampsia dapat disebut sebagai hipertensi yang diinduksi-kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada kehamilan. Preeklampsia tidak semata-mata terjadi pada wanita muda pada kehamilan pertamanya. Preeklampsia ini paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan. Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et 26 al, 2003). Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasopspastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Preeklampsia terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sbelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak dkk, 2005). Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat. Eklamsia didiagnosa bila pada wanita dengan kriteria klinis preeklampsia, timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit neurologis lain seperti epilepsi (Cunningham, F.Gary, 1995). Eklampsia adalah gejala preeklampsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan koma (Manuaba, 2007).Sedangkan menurut Hacker, Moore (2001) eklampsia didefinisikan sebagai penambahan kejang umum pada sindroma preeklampsia ringan atau berat. Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri dan edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar R, 1998). 2. Faktor resiko Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor resiko tersebut meliputi; 27 a. Usia Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 thn) (Wiknjosastro dkk, 2002 dan Dudley, 1992). Wanita yang lebih tua mengalami peningkatan insiden hipertensi kronik seiring dengan pertambahan usia, beresiko lebih besar mengalami preeklampsia pada hipertensi kronik (Cunningham, 2003). b. Paritas Kejadian 80% kasus hipertensi pada kehamilan, 3–8% pasien terutama terjadi pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua (Lewellyn, 2001). Karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat meningkatkan (blocking resiko antibodies) terjadinya belum sempurna preeklampsia. sehingga Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua. c. Kehamilan ganda/multipel Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah dislensia uterus. 28 d. Genetik Preeklampsia/eklampsia bersifat herediter. Cooper dan liston (1997) meneliti kemungkinan bahwa kerentanan terhadap preeklamsia bergantung pada gen resesif. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia. e. Riwayat hipertensi Salah satu faktor predisposing terjadinya preeklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial (Derek 2001 dan Taber 1991). Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahan otak (Cuningham, 2003). f. Status gizi Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di 29 dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia. Tabel 2.3 Faktor resiko preeklammpsia-eklampsia Faktor resiko Frekuensi Usia Berat badan Penyakit kronis Keterangan Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua Usia < 18 atau > 35 < 50 Kg atau gemuk Diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, penyakit pembuluh darah kolagen (lupus eritematosus sistemik) Komplikasi Kehamilan multipel, janin besar, hidrop janin, kehamilan polihidramnion Riwayat kehamilan Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya Genetik Genetik Sumber: Bobak, Lowerdermik, Jensen (2005) 3. Etiologi Dalam teori dikemukakan beberapa penyebab terjadinya preeklampsia, namun penyebab pastinya masih belum diketahui. Teori yang mengemukakan tentang bagaimana dapat terjadi hipertensi pada kehamilan cukup banyak sehingga Zweifel (1922) menyebutkan sebagai "disease of theory". karena banyaknya teori dan tidak satupun dari tersebut dapat menerangkan berbagai gejala yang timbul. beberapa landasan teori di kemukan sebagai berikut : a. Teori genetik Berdasarkan teori ini, penyakit ini dapat diturunkan pada anak perempuannya sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya. Sifat herediternya ada “resesif” sehingga tidak atau jarang terjadi pada menentunya. kejadian hipertensi pada kehamilan berikutnya atau ketiga akan makin berkurang. 30 b. Teori immunologis Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktiva komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria. c. Peran Prostasiklin dan Tromboksan Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh selsel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma (Joko, 2002). d. Teori iskemia regio uteroplasenta Pada kehamilan normal, arteria sprialis yang terdapat pada desidua mengalami pergantian sel dengan tofoblas endovaskular yang akan menjamin lumennya tetap terbuka untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi cukup dan o2 seimbang. Destruksi pergantian ini seharusnya pada trimester pertama yaitu minggu ke 16 dengan perkiraan pembentukan palsenta telah berakhir. Invasi endovaskular trofoblas terus berlangsung pada trimester kedua dan masuk ke dalam arteria miometrium. Hal ini menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga klelangsungan aliran 31 darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal tersebut diperlukan untuk tumbuh kembang janin dalam rahim. Invasi trimester kedua pada preeklampsia dan eklampsia tidak terjadi sehingga terjadi hambatan pada saat memerlukan tambahan aliran darah untuk memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan “iskemia regio uteroplasenter” pada sekitar minggu ke 20. e. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkatkan sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat, 2000 ). f. Teori diet Peranan kalium dalam hipertensi kehamilan sangat penting diperhatikan karena kekurangan kalsium dalam diet dapat memicu terjadinya hipertensi. Ibu hamil memerlukan sekitar 2-2 1/2 gram kalsium per hari. Kehamilan normal ↓ vasokonstriksi ↓ gumpalan trombosit ↓ aktivitas uterus ↑ aliran darah uteroplasenta ↑ Prostasiklin ↑ vasokonstriksi ↑ gumpalan trombosit ↑ aktivitas uterus ↓ aliran darah uteroplasenta ↑ Tromboksan 32 endoperoksin asam arakhodonik ↓ vasokonstriksi ↓ gumpalan trombosit ↓ aktivitas uterus ↑ aliran darah uteroplasenta ↑ Prostasiklin Preeklampsia ↑ vasokonstriksi ↑ gumpalan trombosit ↑ aktivitas uterus ↓ aliran darah uteroplasenta ↑ Tromboksan endoperoksin asam arakhodonik Bagan 2.1 Teori Prostaksiklin Bagan diatas menjelaskan kesimbangan aktivitas biologis prostaksiklin dan tromboksan pada kehamilan normal. Penurunan prostaksiklin pada preeklampsia. Aktivitas tromboksan meningkat pada preeklampsia sedangkan aktivitas prostaksiklinnya menurun. 4. Patofisiologi Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahanan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resintensi vaskular sisteik (Systemic Vascular Resistance (SVR)). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi homo konsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. 33 Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke-unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik leih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen menurun. Vasospasme merupakan sebagian ekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan ketidakseimbang antara prostasiklin prostaglandin dan tromoksan A2 (Consensus Report, 1990 dalam Bobak 2005). Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan partologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respone terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostagladin, tromboxsan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat menpengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kadiosvaskuler meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatanya cardiak output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositpeni. Infark 34 plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhabat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005). kegagalan migrasi trofoblas intertisial sel dan endotelial trofoblas ke dalam arterioli miometrium Penyakit maternal Faktor immunologis - Hipertensi - Kardiovaskular - Penyakit ginjal Kebutuhan darah, nutrisi, dan O2 tidak terpenuhi setelah 20 mg Faktor trofoblas berlebihan Hamil ganda Molahidatidosa Hamil + DM Iskemia regio uteroplasenta Terapi HDK Perubahan terjadi Bahan toksis Medikamentosa menurut Bahan toksis Aktivitas endotelium meningkat Perlu endotel Sitokin Lipid peroksid Kreatinin naik Vasokonstriksi pritchard zupan sibai terminasi kehamilan Hipertensi Permeabilitas kapiler meningkat Perlukaan endotel Iskemia organ vital Edema dan nekrosis Perdarahan Timbunan trombosit Menimbulkan gangguan fungsi khusus darahnya Terjadi fibronolisis hemokonsentrasi hipovolumia Perlekatan fibrin trombositipenia tromboksan A2 meningkat Hemolisis darah Preeklampsia/e klampsia HELLP Syndrome Bagan 2.2 patofisiologi preeclampsia Sumber: Manuaba, 2007 35 5. Gambaran klinis Pembagian preeklampsia sendiri dibagi dalam golongan ringan dan berat. Berikut ini adalah penggolongannya Novita (2008) & Cunningham (2003): a. Preeklampsia ringan Dikatakan preeklampsia ringan bila : Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-110 mmHg, Proteinuria minimal 30 mg/dl/24 jam (< 2g/L/24 jam), Tidak disertai gangguan fungsi organ. b. Preeklampsia berat Dikatakan preeklamsia berat bila : Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg, Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan kuantitatif. Bisa disertai dengan : Oliguria (urine ≤ 400 mL/24jam), Keluhan serebral, gangguan penglihatan, Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael, 1992). c. Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai dengan adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia. Eklampsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada ibu hamil disertai tanda gejala preeklampsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis (Bobak, 2005). Eklampsia 36 mungkin diperberat oleh nyeri epigastrik dan peningkatan suhu diikuti dengan kejang grand mal. Perbedaan Preeklamsia Ringan dan Preeklampsia Berat Efek pada ibu Tekanan darah Preeklampsia Ringan Peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih, peningkatan tekanan darah diastolik sebesar ≥ 15 mmHg MAP 140/90 = 107 Peningkatan Peningkatan berat badan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba sebesar 2 kg setiap kali Proteinuria Protein sebesar 300 mg/l dipstick dalam 24 jam atau > 1g/l kualitatif analisa secara random dengan kualitatif 24 jam memakai contoh urine siang hari yang dikumpulkan pada waktu dengan jarak enam jam karena kehilangan proein adalah bervariasi; dengan dipstick, nilai bervariasi dari sedikit sampai 1+ Edema Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar Refleks Hiperefleksi +3; tidak ada klonus dipergelangan kaki Haluaran urine Keluaran sama dengan masukan; ≥ 30 ml/jam Nyeri kepala Sementara Gangguan Tidak ada penglihatan Iritabilitas/afek Sementara Nyeri ulu hati Tidak ada Kreatinin serum Normal Trombositopenia Tidak ada Peningkatan Minimal AST Hematokrit Meningkat Preeklampsia Berat Peningkatan menjadi ≥ 160/110 mmHg pada dua kali pemeriksaan dengan jarak enam jam pada ibu hamil yang beristirahat di tempat tidur 160/110 = 127 Sama seperti preeklampsia ringan Protein 5 sampai 10 g/l dalam 24 jam atau >+2protein dengan dipstick. Edema umum, bengkak semakin jelas di mata wajah, jari, bunyi paru (rales) bisa terdengar Hiperefleksia +3 atau lebih; klonus dipergelangan kaki Oliguria: 30 ml/jam atau 120 ml/4jam Berat Kabur, berat, fotopobia, bintik buta pada funduskopi Berat Ada Ada Ada Jelas Meningkat 37 Efek pada janin Perfusi plasenta Menurun Perfusi menurun dinyatakan sebagai IUGR pada fetus, DJJ:deselarasi lambat Premature Tidak jelas Pada waktu lahir plasenta placental aging terlihat lebih kecil daripada plasenta yang normal untuk usia usia kehamilan, premature aging terlihat jelas dengan berbagai daerah yang sinsitiannya pecah, banyak terdapat nekroris iskemik (infrark putih), dan defosisi fibrin intervilosa (infrark merah) bias terlihat Tabel 2.3 perbedaan preeclampsia ringan dan berat Sumber : Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005). Buku ajar keperawatan maternitas 6. Komplikasi Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha pertama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut dibawah ini biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia. a. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeclampsia. b. Hipofibrinogenemia. Pada preeklampsia berat Zuspam (1978) menemukan 23% bifofibrinogenemia. c. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan gejala klinik hemilisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan selselhati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati 38 yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklamensia dapat menerangkan ikterus tersebut. d. Pendarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia. e. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadangkadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri. f. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini desebabkan karena payah jantung. g. Nekrosis hati. Nekrosis periporal pada preeklampsia-eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penemuan enzim-enzimnya. h. Sindroma HELLP. Yaitu Haemolisis, Eleved Liver Enzymes, Dan Low Platelet. i. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel edotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. j. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan frakura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) 39 k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin. 7. Penatalaksanaan Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan adalah berbahaya. Semua ibu hamil dengan komplikasi kehamilan memerlukan pengawasan ketat oleh tenga kesehatan, dirujuk dan dipersiapkan agar persalinannya berlangsung di rumah sakit. Penangan komplikasi kehamilan ditingkat pelayanan dasar pada dasarnya hanyalah pertolongan pertama dalam rujukan. Berikut ini terapi preeklampsia menurut Depkes ( 1994): Preeklampsia ringan (tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg) masih mungkin ditangani dipuskesmas dan dibawah pengawasan dokter. Tindakan yang dilakukan adalah: a. Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti) dan menjelaskan kemungkinan adanya bahaya b. Memberikan obat penenang: tablet luminal 3x30 mg/hari atau tablet valium 3x5 mg/hari dan dipantau ketat (diberi obat untuk 3 hari, kemudian tekanan darah diperiksa lagi). Ibu dipesan untuk segera datang bila ada keluhan lain/keadaan memburuk, walaupun obat yang diberikan belum habis. c. Bila dalam satu minggu tekanan darah tidak turun atau makin bertambah, maka ibu di rujuk ke RS. Bila penderita ditemukan dalam preeklampsia berat atau eklampsia, penderita harus langsung dirujuk ke RS. Tujuan dari perawatan adalah menjcegah kejang, menurunkan tekanan darah, menetapkan fungsi ginjal yang adekuat, dan melanjutkan kehamilan sampai janin cukup matur. Bila 40 kehamilan telah 36 minggu atau lebih dan maturitas paru janin telah ditetapkan, dilakukan induksi persalinan atau persalinan caesar. Bila menandakan imaturitas atau kehamilan kurang dari 36 minggu, berikan tindakan untuk mengurangi gejala-gejala pada ibu sehingga memungkinkan tersedianya waktu untuk maturitas janin. Pertolongan yang perlu diberikan dalam rangka merujuk adalah: 1. Infus dextran atau glukosa 5% 2. Pemberian sulfas magnesikus 8 g, i.m di bokong kiri dan kanan (masing-masing 10 cc @4 g) untuk preeklampsia berat. Bila perlu, pemberian dapat diulang tiap 4 jam. 3. Untuk eklampsia diberikan sulfas magnesikus 2 g i.v dan perlu dipasang sendok/tong-spatel pada mulut, agar lidah tidak tergigit pada waktu kejang. 4. Pengukuran/pencatatan cairan yang masuk dan keluar karena itu perlu dipasang kateter dan urin ditampung. Hal ini yang akan diberikan pada pasien selama dirawat di rumah sakit dengan preeklampsia berat, berikut ini: 1. Tirah baring, ruangan yang tenang, tidak ada telepon dan sedikit pengunjung untuk mengurangi stimulus yang dapat mencetuskan serangan kejang 2. Diet tinggi protein, natrium sedang yang dapat ditoleransi bila tidak terdapat mual atau indikasi dari aktivitas yang menimbulkan serangan kejang 41 3. Kesimbangan cairan dan penggantian elektrolit untuk memperbaiki hipovolumia, mencegah kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan serum harian (asupan cairan harus 1000 ml ditambah haluan urin untuk 24 jam sebelumnya) 4. Sedatif seperti diasepam atau fenobarbital untuk meningkatkan istirahat 5. Antihipertensif sepperti hidralazin untuk meningkatkan vasodilatasi tanpa memberikan efek yang berat pada janin (diberikan bila tekanan diastolik lebih tinggi dari 110 mmHg, diberikan drip intravena atau suntikan) 6. Antikonvulsan untuk mengurangi resiko kejang seperti magnesium sulfat (MgSO4) diberikan IM atau IV untuk mempertahankan kadar dalam darah antara 4,0 dan 7,5 mg/dl (pada 10 mg/dl, refleks tendon dalam menghilang dan pada 15 mg/dl terjadi paralisis pernapasan dan atau henti jantungDukungan atau pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang status janin, mendengarpenuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang hangat dan empati yang tepat. BAB III DEFINISI ISTILAH A. Kerangka konsep Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini peneliti telah meneliti mengenai kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia dimana variabel yang akan diteliti meliputi kualitas pemeriksaan antenatal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia, termasuk hambatan atau kendala yang tenaga kesehatan dalam proses pelaksanaan, serta kebutuhan baik yang telah atau belum dilakukan dalam mendeteksi preeklampsia. B. Definisi istilah 1. Pemeriksaan antenatal Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya secara berkala. Asuhan antenatal dapat diberikan oleh perawat atau tenaga medis dan sesuai dengan standar pemeriksaan antenatal. Kualitas tersebut dapat ditinjau dari aspek pemeriksaan kehamilan, meliputi : 42 43 a. Anamnesis Pertanyaan terarah yang ditunjukkan pada ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang dimilikinya. b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi penyulit atau komplikasikomplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik ini meliputi: pemeriksaan luar seperti keadaan umum ibu, status gizi ibu (LILA), tanda vital, oedema, tinggi badan, berat badan, reflek, pemeriksaan laboratorium sederhan (proteinuria dan Hb. c. Penyuluhan atau edukasi Penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Penyuluhan diberikan pada ibu hamil untuk mengegatahui resiko preeklampsia dan bahaya dari penyakit tersebut. d. System rujukan Suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif. Rujukan bagi ibu hamil dengan preeklampsia sangat 44 diperlukan. Oleh karena itu perlu deteksi dini bagi ibu yang beresiko preeklampsia. 2. Preeklampsia Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg. BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi fenomenologis deskriptif. Penilitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Bungin, 2003). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010). Studi fenomenologi mempelajari tentang arti kehidupan beberapa individu dengan melihat konsep pengalaman hidup mereka atau fenomenanya. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Studi fenomenologi penting bagi praktek keperawatan karena pendekatan ini membawa pada pengalaman hidup seseorang mengenai persepsi pada suatu fenomena yang dihadapinya (Streubert, 2003). Tujuan studi fenomenologi adalah memahami makna dari pengalaman kehidupan yang dialami informan dan menjelaskan perspektif filosofi yang mendasari fenomena tersebut (Dharma, 2011). 45 46 Fenomenologi deskriptif mencakup eksplorasi secara langsung, analisis, dan deskripsi dari fenomena tertentu, sebebas mungkin timbul dari prasangka tidak teruji, dengan tujuan presentasi intuisi yang maksimal. Fenomenologi deskriptif menstimulasi persepsi pengalaman hidup mereka dengan menekankan pada kesempurnaan, luasnya dan kedalaman pengalaman yang didapat Spiegelberg (1975) dalam Streubert, (2003). Spiegelberg (1975) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk fenomenologi deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan (describe). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para informan ibu hamil yang berisiko preeklampsia dan pelaksana ANC. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami informan ibu hamil yang berisiko preeklampsia dan pelaksana ANC. Langkah ketiga yaitu deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan dan analisis. Meskipun ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan. Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan 47 mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya. Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini melihat bagaimana kualitas pelayanan ANC dengan melihat pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia dimana penelitian kualitatif bisa memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang alamiah dan pendekatan fenomenologis peneliti akan mempelajari data dan mengulang berkali-kali apa yang informan alami dapat digambarkan sebagai makna kualitas pelayanan (Stainback, 2003 dan Streubert, 2003). Melalui penelitian dan pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali pengalaman hidup informan yang alamiah dan memperoleh penjelasan terperinci tentang suatu fenomena tentang kualitas pelayanan ANC yang dilihat dari pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Poliklinik KIA Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan pada bulan November dan Desember tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di Ciputat karena peneliti melihat kualitas pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada pemeriksaan kehamilan 48 yang belum komprehensif. Hal tersebut dapat dilihat pada studi pendahuluan yang dilakukan peniliti : Pengamatan pada dua orang bidan menyatakan bahwa ada kebijakan tentang pedoman kerja di Puskesmas, namun pelaksanaanya belum sesuai dengan pedoman tersebut. Pengamatan pelayanan antenatal dengan 10 T yang dilakukan pada 10 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC masih belum dilakukan seluruhnya seperti pemberian imunisasi TT, tes terhadap penyakit menular seksual dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh meliputi pengamatan oedema, refleks, anamnesa yang belum lengkap, tes laboratorium rutin jarang dilakukan, dan penyuluhan terkait resiko bahaya preeklampsia masih belum efektif. C. Informan Penelitian Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive) dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka sumber informasi atau informan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan Kunci Informan terdiri dari ibu hamil sebanyak lima orang ibu hamil yang berisiko preeklampsia, dengan kriteria inklusi sebagai berikut: a. Primigravida b. Umur kehamilan lebih dari 20 minggu c. Rutin melakukan kunjungan ANC 49 d. Dapat berpartisipasi dalam penelitian 2. Informan pendukung a. Tiga tenaga kesehatan yaitu Bidan yang bertugas di Poliklinik KIA Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan D. Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian ini yaitu ibu hamil dengan preeklampsia, tenaga kesehatan yang melakukan ANC. Sampel dalam penelitian ini adalah informan yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Moleong, 2000). Penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada redundancy/saturation data (data telah jenuh, jika ditambah informan lagi tidak memberikan informasi yang baru) artinya bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, 1988 dalam Sugiyono, 2010). Penentuan jumlah sampel dapat ditambah apabila data belum mencapai saturasi (Streubert & Carpenter, 2003). 50 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data Pengumpulan data telah dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2012. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan melalui pedoman wawancara dan melakukan observasi. 2. Tahap pengumpulan data a. Tahap persiapan pengumpulan data 1) Sebelum melakukan uji coba pedoman wawancara, peneliti mengurus izin penelitian ke pihak-pihak terkait pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dinas kesehatan setempat, puskesmas dan melakukan kode etik penelitian 2) Setelah melakukan perizinan selesai, peneliti melakukan wawancara pada ibu hamil dengan preeklampsia dengan dibuatkan transkrip wawancara. Hasil transkrip wawancara telah peneliti bicarakan dengan pembimbing. Selanjutnya, peneliti melakukan uji coba pedoman wawancara pada teman sejawat tanpa dibuatkan transkrip hasil wawancara. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada informan nanti. 3) Peneliti mendata informan yang sesuai dengan kriteria. Setelah itu peneliti mengadakan pertemuan dengan informan kunci kemudian 51 pada informan pendukung untuk menjelaskan tujuan penelitian, menyesuaikan jadwal, melakukan informed consent. 4) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada informan kunci yaitu ibu hamil yang berisiko preeklampsia. Setelah selesai peneliti melanjutkan wawancara pada informan pendukung pada bidan. Peneliti membuat transkrip data informan kunci dan pendukung. b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu cara mengumpulkan data dengan: 1) Wawancara mendalam (indepth interview) Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang pendapat, persepsi, penerimaan atau kepercayaan masyarakat terhadap program pelayanan yang telah ada (evaluatif) atau program pelayanan kesehatan yang akan dijalankan (Budiarto, 2004). Wawancara mendalam dibantu dengan alat pencatat dan alat perekam (tape recorder). Pada penelitian ini, peneliti akan menggali informasi yang mendalam tentang pelayanan ANC meliputi pemeriksaan kehamilan apa saja yang didapat oleh 52 informan utama yaitu ibu hamil dengan preeklampsia dan pelaksanaan ANC sebagai informan pendukung tenaga kesehatan yaitu bidan. Peneliti disini sebagai instrumen utama penelitian untuk melakukan pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) melalui pedoman wawancara agar informan mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan pengalmannya secara terbuka tentang fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2003). Alasan peneltian menggunakan teknik wawancara mendalam ingin mendapatkan data lebih dalam tidak hanya terbatas pada pelayanan yang diterima oleh ibu hamil. Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010) mengungkapkan bahwa wawancara mendalam dapat dilakukan dalam waktu satu jam. Peneliti akan melakukan kontrak waktu dengan informan, sehingga responden dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa terganggu oleh wawancara. Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang. Selama wawancara mendalam peneliti juga membuat catatan lapangan (field note) yang berisi deskripsi tentang tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat 53 wawancara seperti tatanan lingkungan, interkasi sosial dan aktivitas yang berlangsung saat wawancara dilakukan. Teknik wawancara dimulai dari hal-hal yang bersifat umum kemudian diarahkan ke hal-hal yang bersifat khusus. Sebelum wawancara terhadap subtansi yang diteliti peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum termasuk data demografi dengan kedekatan ini diharapkan informan merasakan nyaman berbicara dengan peneliti, kemudian peneliti melanjutkan wawancara untuk mengekplorasi inti dari topik penelitian ini. Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat, lebih banyak mendengarkan, menindaklanjuti jawaban informan. Bertanya dengan pertanyaan yang jelas dan terfokus, mengindari pertanyaan yang mengarahkan, menggunakan pertanyaan terbuka, mengindari pertanyaan dengan “mengapa”. Selama wawancara berlangsung peneliti tidak menyela pembicaraan informan, menjaga perhatian informan dan sabar (Patilima, 2007). Teknik ini dapat diharapkan dapat terjalin komunkasi langsung, luwes dan fleksibel serta terbuka, tetap terarah, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas 54 mengenai kualitas pelayanan ANC meliputi pemeriksaan kehamilan yang sesuai dengan pedoman. 2) Observasi Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta untuk cross check data dan memperkaya informasi. Observasi dinilai dengan menggunakan lembar check list dan pengamatan peneliti dalam kegiatan pelayanan antenatal berlangsung. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitasaktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut (Poerwandari, 2009). Dalam penelitian ini, beberapa hal yang di observasi antara lain : 1) Kegiatan pada pelayanan ANC a) Pemeriksaan kehamilan a. Anamnesis b. Pemeriksaan fisik c. Penyuluhan d. Sistem rujukan F. Keabsahan Data Penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena 55 beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin, 2003). Oleh karena itu, penetapan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2010). Adapaun teknik validitas data dalam penelitian ini meliputi : 1. Kredibilitas (Credibility) Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check (Bungin, 2007). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu (Bungin, 2007 & 2003): a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. 56 c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli dalam bidang kualitatif. e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian- pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data. Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas peer drebriefing dan mengadakan member check. Dimana pada setelah peneliti mengumpulkan data peneliti akan membuat transkrip data. Pertama, transkip data yang dibuat peneliti akan dibicarakan oleh pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang dialami informan. Kedua, peneliti akan mengadakan member check setelah transkrip data dibuat dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengkalarifikasi hasil temuan yang didapat peneliti. 2. Transferabilitas (Transferability) Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain dengan subyek lain yang memiliki tipologi yang sama. Dimana peneliti akan menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia 57 ingin membuat keputusan dengan melakukan peneltian kecil untuk memverifikasi usaha tersebut (Bungin, 2003 dan Moleong, 2002). Penelitian ini peneliti tidak akan melakukan transferabilitas pada keabsahan data. 3. Dependabilitas (Dependability) Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak (Bungin, 2003). Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi. Peneliti akan menjelaskan secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian. Peneliti juga akan menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing (auditor) untuk membuat suatu kesepakatan. 4. Konfirmabilitas (Confirmability) Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif (Saryono & Mekar, 2010). Pada penelitian ini hasil penelitian 58 ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data. G. Teknik Analisa Data Penelitian ini bertujuan untuk menyelediki pengalaman ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia. Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert (2003), meliputi: 1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena yang diteliti yaitu kualitas pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsi. 2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai gambaran para informan mengenai kualitas pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia. Data yang dianggap penting kemudian dilakukan pengkodean data. 3. Membaca semua gambaran semua informan secara berulang-ulang dari fenomena yang dialami informan mengenai kualitas pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia dari beberapa aspek meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, intervensi dasar, diagnosa, terapi (konseling dan penyuluhan), sampai diperoleh pemahaman yang benar. 59 4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai kualitas pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia . 5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema dengan membuat kategori-kategori. 6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema. 7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif 8. Peneliti mengulang validasi data ke informan atas gambaran yang diberikan untuk megklarifikasi data hasil penelitian 9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003). Memiliki gambaran yang jelas tentang fenomena yang diteliti Mencatat data yang diperoleh (hasil wawancara dan observasi) Membaca transkrip secara berulang-ulang Mengelompokkan kata kunci Membuat kategori-kategori Merumuskan tema Mengintegrasikan hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif Kembali ke responden untuk klarifikasi data hasil penelitian Menggabungkan data yang baru diperoleh saat dilakukan validasi Gambar 4.1 Teknik analisa data Colaizzi (1978) Sumber: Streubert & Carpenter (2003). 60 H. Etika Penelitian Penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia namun tidak berdampak langsung terhadap fisik, tetapi mungkin akan berdampak terhadap emosional informan. Masalah etika yang harus diperhatikan menurut Polit & Hungler (2001) sebagai berikut : 1. Kemanfaatan (Benefecience) Penelitian ini memberikan beberapa pelaksanaan yang baik bagi ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dan pelaksana ANC. Penelitian ini juga memberikan perlindungan dari bahaya fisik, psikologis dan eksploitasi (nonmalefecience) bagi informan. 2. Aspek kebebasan (Self determination) Selama penelitian berlangsung peneliti memberikan aspek kebebasan untuk menentukan apakah informan bersedia atau tidak untuk mengikuti atau memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dan secara sukarela informan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). 3. Kerahasiaan (Privacy) Selama penelitian informan juga dijaga kerahasiaan identitas selama dan sesudah penelitian. Nama informan akan dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor informan. Selama kegiatan penelitian nama informan akan dirahasiakan sebagai gantinya digunakan inisial (anonimity). Peneliti menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan penelitian (confidentiality). 61 4. Perlindungan dari ketidaknyamanan (Protection from discomfort) Selama pengambilan data peneliti berusaha melakukan wawancara di tempat yang diinginkan informan dan waktu yang ditentukan oleh informan. BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada delapan informan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, observasi serta catatan lapangan, ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara. Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan yakni : Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2. Kota Tangerang Selatan terdapat 14 Rumah Sakit, 11 Puskesmas, 18 Puskesmas Pembantu, 140 Klinik, 97 Rumah Bersalin, 211 dokter praktek, 175 Bidan Praktek dan 913 Posyandu yang semuanya tersebar di 7 Kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Puskesmas Ciputat terletak ± 27 km sebelah tenggara Kota Tangerang, Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 H. Pelayanan KIA di 62 63 puskesmas Ciputat memiliki 9 tenaga kesehatan dengan 6 bidan pelaksana, 2 bidan desa dan 1 bidan koordinator. Dua bidan desa mewakili daerah Ciputat dan Cipayung. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik informan Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah ibu hamil dengan umur kehamilannya diatas 20 minggu yang rutin melakukan pemeriksaan antenatal. Karakteristik dari informan utama yang diperoleh antara lain nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, umur kehamilan, status obstetri, dan pekerjaan ibu. Sedangkan untuk informan pendukung terdiri dari bidan yang melakukan pemeriksaan antenatal di Puskesmas Ciputat, bidan koordinator dari Puskesmas Ciputat dan bidan desa yang mewakili daerah Ciputat. Karakteristik dari informan pendukung yang diperoleh antara lain nama, umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja di Puskesmas Ciputat. a. Informan utama Informan utama yaitu lima ibu hamil dengan umur kehamilan diatas 20 minggu yang rutin melakukan pemeriksaan antenatal di puskesmas Ciputat. Karakteristik informan utama yang peneliti dapatkan sebagai berikut: 64 No Nama JK Tabel 5.1 Karakteristik informan utama Umur Pendidikan Status obstetri 1. 2. 3. 4. 5. P1 P2 P3 P4 P5 P P P P P 32 th 18 th 29 th 31th 22 th D3 SLTP SD SMK SMA G1P0A0/H 21mgg G1P0A0/H 28 mgg G1P0A0/H 30 mgg G1P0A0/H25 mgg G1P0A0/H 32 mgg Pekerjaan IRT IRT IRT IRT IRT b. Informan pendukung Informan pendukung dalam penelitian ini adalah bidan yang bekerja di Puskesmas Ciputat yang terdiri dari bidan yang melakukan pemeriksaan antenatal di puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa yang melayani wilayah Ciputat. Usia responden antara 25 – 40 tahun dengan tingkat pendidikan D3. Tujuan wawancara dengan informan pendukung adalah untuk mendapatkan informasi tambahan, cross check data serta untuk memperkaya data penelitian. Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung Nama Umur Pendidikan No 1. 2. 3. 2. P6 P7 P8 25 th 38 th 33 th D3 D3 D3 Lama bekerja 1 tahun 14 tahun 3 tahun Hasil analisis tematik Tema berdasarkan hasil analisis tematik yang teridentifikasi mengenai kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia yaitu : 1) berbagai hal yang dianamnesis saat pemeriksaan antenatal 2) komponen pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pemeriksaan antenatal 65 3) edukasi antenatal pada ibu yang berisiko preeklampsia 4) sistem rujukan pasien preeklampsia di puskesmas. Tema 1. Komponen anamnesis saat pemeriksaan antenatal Pada pemeriksaan antenatal ada beberapa komponen anamnesa yang ditanyakan oleh Tenaga kesehatan. Pertanyaan mengenai identitas pasien, HPHT, riwayat kehamilan dan riwayat penyakit ditanyakan satu kali saat pemeriksaan antenatal kunjungan pertama kali. Aspek yang selalu ditanyakan setiap kunjungan antenatal ditanyakan adalah keluhan ibu hamil dan kondisi janinnya. a. Berbagai hal yang ditanyakan tenaga kesehatan saat pemeriksaan antenatal 1. Keluhan ibu hamil Sebagian besar informan yaitu yaitu lima dari delapan informan bahwa hal yang sering ditanyakan oleh bidan saat pemeriksaan antenatal yaitu keluhan ibu hamil. Berikut ini merupakan salah satu ungkapan yang usia kehamilan 21 minggu: “....Yang ditanyakan oleh bidan biasanya ya keluhan ajah sih, ga ada yang lain mbak.....”(P1) Dua dari tiga tenaga kesehatan mengungkapan hal yang sering ditanyakan pada ibu hamil ialah keluhan. Berikut ini merupakan salah satu ungkapan tenaga kesehatan yang bekerja selama satu tahun : “...Ya biasanya keluhan saja misalnya keluhannya apa saja bu....”(P6) 66 2. Identitas ibu hamil Satu dari delapan informan mengungkapkan bahwa identitas ibu hamil merupakan hal yang selalu ditanyakan saat pemeriksaan antenatal. Berikut ini merupakan ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 21 minggu: “...kalau HPHT identitas itu pas pertama kehamilan kita ... (P1) Semua tenaga kesehatan yang telah bekerja selama 14 tahun mengungkapkan bahwa identitas merupakan hal yang selalu ditanyakan saat pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapannya: “...kalau pas awal ibu hamil datang itu yang ditanya biasa identitasnya... (P7) 3. HPHT ibu hamil (riwayat kehamilan sekarang) Informan ibu hamil mengungkapkan bahwa HPHT atau riwayat kehamilan sekarang merupakan hal yang ditanyakan saat pemeriksaan antenatal pertama kali. Berikut ini merupakan salah satu ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu: “....HPHT ya pas saya periksa awal ke puskesmas ini...” (P5) Dua dari tiga tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa HPHT biasa ditanyakan saat awal pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapan salah satu informan yang sudah bekerja selama 14 tahun: “...kalau pas awal ibu hamil datang itu yang ditanya biasa identitasnya, HPHTnya...”(P7) 67 4. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu Dua dari tiga tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu pada ibu hamil juga merupakan hal yang ditanyakan saat kunjungan pertama pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapkan tenaga kesehatan yang telah bekerja selama satu tahun di Puskesmas Ciputat selalu menanyakan. “....riwayat kehamilan dan persalinanya itu saat awal pemeriksaan kehamilan si ibu....”(P6) 5. Riwayat penyakit ibu hamil Anamnesa saat pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia biasanya menanyakan tentang riwayat penyakit. Riwayat penyakit pada kehamilan pertama atau kunjungan pertama pemeriksaan antenatal merupakan hal yang ditanyakan saat awal pemeriksaan antenatal. Berikut ini merupakan salah satu ungkapan patisipan ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu: “....Biasanya yang ditanyakan itu ya riwayat penyakit saya, keluarga ada sakit gula ga , hipertensi, jantung atau tidak seputar penyakit sih ya mbak...”(P5) b. Berbagai hal yang ditanyakan ibu hamil pada tenaga kesehatan saat pemeriksaan antenatal Aspek yang selalu ditanyakan oleh sebagian informan ibu hamil adalah keadaan bayi dan berat badan ibu hamil. 68 1. Keadaan bayi Empat dari delapan informan mengungkapkan bahwa keadaan bayi merupakan hal yang sering ditanyakan saat pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 28 minggu dan petugas kesehatan yang melalukan pemeriksaan antenatal: “...kalo kehamilan itu kan cuman lihat kondisi bayinya aja, paling saya tanya gimana keadaan bayi saya ajah...”(P2) Tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa yang sering ditanyakan ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan adalah keadaan bayi. Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan sudah bekerja selam 14 tahun: “...Yang mereka sering tanyakan keadaan bayinya, kalo ibu hamil kan macem-macem yah ada yang diem ada yang rewel...”(P7) 2. Berat bayi Berat bayi merupakan hal yang ditanyakan ibu hamil pada Tenaga kesehatan saat pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapan salah satu ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu: “Misalnya berat bayinya normal apa ngga, kalau terlalu berat palingan makannya bisa diatur karna kan menurut saya itu berat badan saya bisa mempengaruhi bayi saya jadi ya saya perlu tanyakan setiap saya periksa sih ya...” (P5) Hambatan dalam melalkuan pemeriksaan antenatal ialah waktu dan banyaknya pasien. Berikut ungkapan salah satu informan: 69 “…kalau disini bukannya tidak melayani untuk pertanyaan segala macem pertanyaan kan bukan tapi karna waktunya yang terbatas dan pasiennya banyak jadi kadang tidak bisa melayani satu persatu dengan pertanyaan yang segudang, jadi ya hanya sekedar yang perlu diketahui sama dia ajah …(P8)” Tema 2. Komponen pemeriksaan fisik saat pemeriksaan antenatal Komponen pemeriksaan fisik ialah salah satu pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia. Mengukur tekanan darah, menimbang berat badan, tes denyut jantung janin dan pemeriksaan Leopold merupakan pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan. Selain itu, tes refleks dan inspeksi daerah periorbital merupakan pemeriksaan fisik yang jarang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Deteksi dini preeklampsia selain pemeriksaan fisik ialah pemeriksaan laboratorium dengan melakukan tes golongan darah, Hb dan protein urin. Berikut ungkapan beberapa informan: a. Pemeriksaan fisik yang sering di lakukan 1. Pengukuran tekanan darah Seluruh informan mengungkapan bahwa saat pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah pengukuran tekanan darah. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 25 minggu: “....Palingan ya pas masuk kan ditanya keluhannya, terus abis itu nimbang tuh, terus tensi abis tensi tiduran deh...” (P4) 70 Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama 14 tahun di Puskesmas Ciputat: “....Tensi diperiksa melihat tekanan darahnya normal atau tidak Kalau sesuai sop mesti ini itu kan terbentur waktu kasian ibu hamil yang mengantri... (P7) 2. Timbang berat badan Enam dari delapan informan mengungkapan bahwa saat pemeriksaan antenata timbang berat badan merupakan komponen yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 25 minggu: “Palingan ya pas masuk kan ditanya keluhannya, terus abis itu nimbang tuh..(P4) Berikut ini merupakan ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama satu tahun di Puskesmas Ciputat : “...Kan kalau untuk preeklampsia liat berat badan juga bisa .. kenaikannya normal atau tidak...”(P6) 3. Hitung denyut jantung janin Enam dari delapan informan mengungkapan bahwa saat pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah hitung denyut jantung janin. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 30 minggu: “...Perutnya suka diperiksa pake alat itu detaknya jantung bagus...(P3)” 71 4. Pengukuran tinggi fundus uteri Empat dari delapan informan mengungkapan bahwa saat pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah pengukuran tinggi fundus uteri. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 25 minggu: “... kalau periksa perut ya suka diukur... (P4)” Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama satu tahun di Puskesmas Ciputat : “...terus TFU juga gak lupa diukur...(P6) 5. Pemeriksaan Leopold Enam dari delapan informan mengungkapkan bahwa saat pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah pemeriksaan Leopold yang diungkapkan enam dari delapan informan. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 28 minggu: “...Bagian perut ajah sih biasanya yang dipegang-pegang, Dites tuh detak bayinya, terus suka diukur pake meteran abis itu ya dikasih tau posisi bayinya..(P2)” Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama 14 tahun di Puskesmas Ciputat : “...Leopoldnya yang dilakukan ya ukur TFU, denyut jantung janin, puka atau puki, kasih tau posisi bayinya dimana...(P7) 72 6. Waktu pemeriksaan laboratorium Enam dari delapan informan menungkapkan bahwa melakukan pemeriksaan laboratorium pada trimester awal dan trimester akhir. Berikut ini ungkapan ibu hamil dengan usia kehamilan 30 minggu: “...cuman emang disuruhnya 2 kali ajah, kemarin pas 7 bulan dan sekarang kayaknya...(P3) Tenaga kesehatan bidan yang sudah bekerja selama 14 tahun mengungkapkan bahwa waktu memeriksa laboratorium itu saat awal kehamilan dan menjelang persalinan. Berikut ini ungkapannya: “...Biasanya pada trimester pertama sama akhir-akhir menjelang persalinan...”(P7) 7. Analisa pemeriksaan laboratorium Tujuh dari delapan informan mengungkapkan bahwa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan biasanya cek golongan darah , Hb dan cek urin melihat jumlah protein uria. Berikut ini ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu: “cek lab selama kehamilan ini pertama biasanya cek darah , golongan sama hb nya. Saya sih disuruh 2 kali cek lab waktu itu umur 7 bulan kalo urin baru kemaren...”(P5) Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama 14 tahun di Puskesmas Ciputat: “...Biasanya cek golongan darah , Hb dan cek urin kalo test lab disini...”(P7) 73 b. Pemeriksaan fisik yang jarang di lakukan 1. Inspeksi daerah periorbital Inspeksi daerah periorbital merupakan pemeriksaan yang melihat oedema palpebra, conjungtiva, gigi dan payudara. Enam dari delapan informan mengukapkan bahwa inspeksi daerah periorbital saat pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik komponen yang jarang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 32 minggu “...Nggak sih kalau untuk daerah muka, mata palingan dipegangpegang perutnya..”(P5) Berikut ini ungkapan tenaga keseatan yang bekerja selama satu tahun di Puskesmas Ciputat: “...Pemeriksaan daerah muka ya kalau kelihatan anemia bengkak itu dilihat secara kasat mata ajah...”(P6) 2. Tes refleks patela Enam dari delapan informan saat pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik komponen yang jarang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah tes refleks lutut. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 28 minggu: “...Kepala dan mata, ketukan kaki pada dengkul ngga sih...(P2)” Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang bekerja selama satu tahun di Puskesmas Ciputat: “...Kalau refleks ya tergantung keluhannya dan penampakkan ibu hamilnya...”(P6) 74 Selain itu, dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa pada pelaksanaan pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia dari sepuluh ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan fisik tidak ada yang dilakukan pemeriksaan refleks dan inspeksi daerah periorbital. Tema 4. Edukasi penyuluhan antenatal pada ibu yang berisiko preeklampsia Penyuluhan pada ibu yang berisiko preeklampsia diadakan sebulan dua kali baik di Puskesmas maupun di Posyandu. Penyuluhan ini biasanya mengenai preeklampsia yang dibarengi dengan tanda bahaya kehamilan. Selain itu, para ibu hamil yang rutin melakukan kunjungan antenatal ke Puskesmas belum mendapatkan materi penyuluhan mengenai preeklampsia. Penyebab belum mendapatkan info mengenai preeklampsia ialah Tenaga kesehatannya tidak memberikannya, kebanyakan di Posyandu hanya periksa saja dan keinginan para ibu hamil untuk mengikuti masih kurang. Berikut hasil wawancara: 1. Frekuensi penyuluhan Tiga dari delapan informan mengungkapkan bahwa frekuensi penyuluhan di Puskesmas Ciputat biasanya sebulan sekali atau dua bulan sekali. Penyuluhan yang dilakukan sebulan sekali itu biasanya diadakan di Posyandu. Selain itu juga kadang suka diadakan di aula Puskesmas yang berada di lantai 2. Berikut ini ungkapan salah satu 75 partsipan yaitu bidan yang telah lama bekerja di Puskesmas selama 14 tahun: “...Kalau kelompok tiap bulan sekali, pengambilan kelompoknya juga random. Selain di posyandu penyuluhannya, mereka kita undang dateng ke puskesmas untuk mendapatkan penyuluhan di aula...”(P7) Lima dari delapan informan ibu hamil mengungkapkan bahwa saat posyandu mengadakan penyuluhan mengatakan belum pernah mengikuti. Berikut ini salah satu ungkapan informan ibu hamil yang usia kehamilannya 21 minggu: “....Kadang sih suka ada penyuluhan tapi ya saya ga ngikutin, Ya, saya ga pernah ngikutin sih mbak ...”(P1) 2. Materi penyuluhan Ibu hamil setelah pemeriksaan antenatal mendapatkan info kesehatan mengenai materi-materi yang ada didalam buku KIA. Lima dari delapan informan ibu hamil mengungkapkan bahwa belum mendapatkan info terkait apa itu preeklampsia. Berikut ini merupakan ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 21 minggu dan usia kehamilan 30 minggu: “....Ga sih mba, palingan ya saran-saran ajah sih ya mba jangan terlalu banyak makan pedes gitu...” (P1) “.....Belum, palingan saya hanya mencoba-coba baca buku pink dr puskesmas...”(P3) Tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa penyuluhan yang dilakukan untuk ibu yang berisiko preeklampsia di Posyandu atau di Puksesmas biasanya mengenai dimulai dari tanda-tanda bahaya kehamilan yang 76 didalamnya terkait dengan preeklampsia. Tenaga kesehatan mengungkapkan juga bahwa di pelayanan KIA ialah memberikan promotif dan preventif untuk menambah wawasan kepada ibu-ibu hamil yang dapat berisiko preeklampsia dan mencegah komplikasi selanjutnya. Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja 14 tahun di Puskesmas Ciputat: “...Pernah dilakukan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan yang didalamnya terkait preeklampsia...” (P7) Selain itu, dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa setelah pemeriksaan antenatal berlangsung pemberian info mengenai kehamilan sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh ibu hamil. Bidan juga tidak memberikan info mengenai kehamilan pada ibu hamil terkait risiko preeklampsia atau menjelaskan kembali isi dari buku pink (KIA). Tema 5. Sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas Sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas ialah ibu hamil mengalami risiko tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlalu tua, preeklampsia berat (PEB), KEK langsung dirujuk ke Rumah Sakit. 1. Tindakan awal bagi pasien preeklampsia Tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan antenatal dipuskesemas yang sudah bekerja selama satu tahun mengungkapkan bahwa tindakan awal pada preeklampsia apabila selama preeklampsia 77 masih bisa dimonitor selalu dipantau. Apabila tidak akan segera dirujuk. Berikut ini merupakan salah satu ungkapan tenaga kesehatan yang bekerja selama satu tahun dan 14 tahun di Puskesmas Ciputat: “...Ibu hamil berisiko seperti preeklampsia langsung dirujuk jika bahaya untuk janin dan janin, Jika belum waktu melahirkan dan masih dipertahankan dipantau sampai waktunya...” (P6) “...Dirujuk apabila tiga tanda preeklampsia sudah positif semua puskesmas langsung merujuk kalau tes urin belum positif kita akan terus melihat perkembangan si ibu hamil sampai waktu persalinan...”(P7) Bidan desa juga mengungkapkan bahwa kunjungan rumah dilakukan untuk memantau keadaan ibu hamil yang sedang preeklampsia. Berikut ini ungkapannya: “Ya saya bilang kunjungan rumah, kita liat dulu maksudnya tetep kita pantau tensinya begitu mau mendekati sembilan bulan kita harus awasi dia kemungkinan kan kita rujuk sebelum terjadi kejang atau segala macem...”(P8) 2. Kriteria rujukan Kriteria rujukan di Puskesmas Ciputat menurut Tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan antenatal selama 14 tahun mengungkapkan bahwa kriteria rujukan pada ibu hamil ialah kehamilan yang berisiko tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau muda, PEB, anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK. Berikut ini ungkapannya: “...Dirujuk saat ibu hamil mengalami risiko tinggi seperti caesar sudah berkali2, umur sudah terlalu muda dan tua , PEB, anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK dll....”(P7) BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi 1. Komponen anamnesis saat pemeriksaan antenatal Pada pemeriksaan antenatal ada berbagai hal yang di anamnesis yang ditanyakan oleh petugas kesehatan dan berbagai hal yang ditanyakan oleh ibu hamil. Anamnesis ialah tanya jawab antara memeriksa dengan ibu hamil. Tanya jawab ini, banyak keterangan diperoleh untuk membantu menentukan kadaan kehamilan antara lain; nama ibu hamil, nama suami, umur, riwayat kehamilan yang lalu (Dainur, 1995). Saat anamnesis berlangsung biasanya yang sering ditanyakan ialah keluhan ibu hamil dan kondisi janinnya. Pertanyaan mengenai identitas, HPHT, riwayat kehamilan dan riwayat penyakit ditanyakan saat pemeriksaan antenatal kunjungan pertama kali. Adanya keluhan mendorong pasien datang memeriksakan dirinya ke Puskesmas atau dokter. Petugas kesehatan menyatakan bahwa pertanyaan yang sering ditanyakan saat pemeriksaan antenatal ialah keluhan. Begitupun yang dirasakan ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal. Hal ini sesuai dengan saat anamnesis yang sering ditanyakan menurut Manuaba (2009) dan Depkes (2000) menyatakan bahwa kebanyakan keluhan-keluhan itu diatanyakan adalah ketidaknyamanan yang normal dan merupakan bagian 78 79 dari perubahan yang terjadi pada tubuh ibu selama proses kehamilan berlangsung. Namun demikian penting untuk mengetahui dan membedakan antara ketidaknyamanan yang normal dengan tanda-tanda bahaya. Pemberi pelayanan harus mendengarkan, membicarakan tentang berbagai macam keluhan tersebut dan membantu cara untuk mengatasinya. Sebagian penyakit telah dapat ditetapkan hanya dengan melakukan anamnesis. Pada penelitian ini pemeriksaan antenatal perlu diperhatikan kembali saat menanyakan keluhan. Selain yang ditanyakan tenaga kesehatan dan dirasakan ibu hamil, tanyakan keluhan lain yang mengacu pada bahaya risiko preeklampsia. Supaya dapat segera terdeteksi tandatanda bahaya preeklampsia. Pertanyaan-pertanyaan seperti identitas, HPHT,riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu juga riwayat penyakit itu ditanyakan saat awal pemeriksaan. Petugas kesehatan menyatakan bahwa saat kunjungan pertama kali yang ditanyakan itu ialah identitas, HPHT, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu juga riwayat penyakit. Hal ini sesuai dengan anamnesis pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil yang perlu diperhatikan menurut Depkes (2007) menyatakan Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama dan alamat ibu), keluhan utama atau apa yang diderita, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan sekarang meliput: HPHT (haid pertama haid terakhir), riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Puspitasari 80 (2008) hubungan antara umur ibu saat hamil dengan kejadian preeklamsia mempunyai hubungan yang signifikan. Hubungan antara kejadian hipertensi dengan kejadian preeklamsia mempunyai hubungan yang signifikan. Hubungan antara kejadian obesitas dengan kejadian preeklamsia mempunyai hubungan yang signifikan. Menurut Sudinaya (2003) melakukan penelitian menunjukkan bahwa kasus preeklampsia/eklampsia terbanyak pada usia 20-24 tahun terjadi pada kehamilan pertama. Pada primigravida kejadian kehamilan berisiko sangat memungkinkan. Jadi, saat pemeriksaan antenatal identitas, riwayat kehamilan yang lalu perlu ditanyakan saat kunjungan awal itu akan menunjukkan ibu hamil berisiko atau tidak. Menurut Manuaba (2007) primigravida muda dianggap kekuatannya masih baik. Sedangkan, pada primigravida tua risiko kehamilan meningkat bagi sang ibu yang dapat terkena preeklampsia/eklampsia. Sebagian besar informan ibu hamil yang mengungkapkan bahwa saat anamnesis berlangsung hal-hal yang sering ditanyakan ibu hamil saat pemeriksaan antenatal ialah keadaan bayinya. Hal ini sesuai dengan pertanyaan saat kontrol kehamilan menurut Dedeh (2011) menyatakan bahwa setiap kali berkonsultasi ke petugas kesehatan, ibu hamil tentu akan mengajukan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi kehamilan. Ada beberapa pertanyaan favorit di tiap trimester kehamilan antara lain; berapa usia kehamilan dan apakah sesuai? Bagaimana kondisi kehamilan maupun janin?. 81 Ibu hamil sering menanyakan pada tenaga kesehatan saat pemeriksaan antenatal adalah kenaikan berat badan pada bayi normal atau tidak. Hal ini berkaitan dengan Dedeh (2011) mengenai pertanyaan saat kontrol kehamilan menyatakan bahwa pertanyaan mengenai kondisi bayi dan berat badan sering ditanyakan pada saat kontrol pemeriksaan. Namun, pertanyaan tersebut akan muncul saat ibu hamil merasakan keluhan nya menganggu jika tidak terkait dengan masalah kehamilan para ibu hamil kurang waspada terhadap tanda gejala lain seperti preeklampsia. 2. Komponen pemeriksaan fisik Komponen pemeriksaan fisik dalam mendeteksi preeklampsia ini penting untuk dilakukan karena tujuannya untuk menyelamatkan persalinan aman yang sehat dan bayi yang sehat. Selain manfaat untuk ibu hamil, pemeriksaan fisik yang lengkap ini juga memiliki manfaat bagi puskesmas antara lain; status ibu hamil yang berisiko preeklampsia diwilayah tersebut dapat didata, dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang di akibatkan oleh preeklampsia, serta dapat mendeteksi angka kejadian preeklampsia pada ibu hamil. Komponen pemeriksaan fisik ialah salah satu pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia. Sebagian besar ibu hamil menyatakan pada pemeriksaan antental mengukur tekanan darah, menimbang berat badan, tes denyut jantung janin dan Leopold merupakan pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan 82 pemeriksaan fisik dalam mendeteksi preeklampsia menurut Marshall (2000) ialah pemeriksaan fisik tekanan darah apabila tekanan darah meningkat pada trimester kedua, mungkin salah satu tanda preeklampsia, penyakit yang berbahaya untuk ibu hamil dan bayi. Pemeriksaan fisik berat badan dapat menunjukkan apabila pola kenaikan berat badan ibu hamil penting bagi perkembangan bayi. Kenaikan berat badan yang luar biasa, lebih dari 0,9 Kg dalam satu minggu, merupakan tanda pertama dari preeklampsia. Selain itu, tes refleks dan inspeksi daerah periorbital merupakan pemeriksaann fisik yang jarang dilakukan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan dan ibu hamil menyatakan bahwa pemeriksaan fisik dalam mendeteksi preeklampsia sampai saat ini belum terlaksana dengan baik, karena masih ada beberapa komponen penting yang belum dilakukan untuk mendeteksi preeklampsia. Sebagian besar ibu hamil menyatakan bahwa pemeriksaan fisik dalam mendeteksi preeklampsia yang jarang dilakukan ialah tes refleks, inspeksi daerah periorbital. Hal tersebut masih belum sesuai dengan Depkes RI (2007) dan Marshall (2000) yang menyatakan bahwa pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang berisiko preeklampsia harus dilakukan secermat mungkin. Pemeriksaan ini memerlukan ketelitian sehingga didapat diagnosa yang tepat dan pengobatan yang akurat. Pengkajian refleks tendon dalam, hiperrefleksia merupakan temuan yang umum. Hal ini harus didokumentasi dalam catatan medis sehingga petugas kesehatan dapat mengetahui kondisi 83 normal klien. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ariyanti (2010) yang menyatakan dari delapan informan tujuh informan belum patuh terhadap standar pelayanan antenatal, ada bagian yang belum dilaksanakan di antaranya penyuluhan, pengukuran panggul, dan patela reflek. Menurut Wheeler (2003) dan Bobak (2005) banyak petugas kesehatan menganggap hiperrefleksia sebagai tanda preeklampsia. Biasanya kejadian hiperefleksi terjadi sampai +3. Selain tes refleks, pembengkakan yang luas akan tampak kemudian. Sementara pembengkakan kaki dan lutut dianggap normal pada kehamilan, pembengkakan wajah dan jari. Bila wajah ibu hamil menjadi lebih gemuk dan ia tak dapat melepas cincinnya, ia perlu menghubungi dokter. Pada preeklampsia edema terjadi dibeberapa bagian seperti bengkak dimata, wajah, jari. Sehingga tes refleks dan inspeksi daerah bengkak harus perlu dicermati agar risiko preeklampsia dapat segeri diatasi. Tujuan pemeriksaan fisik ini adalah untuk mendeteksi penyulit atau komplikasi-komplikasi kehamilan. Dengan demikian dapat membantu mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan janin. Pada umumnya pemeriksaan fisik di puksesmas ini sudah mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang di berikan depkes akan tetapi pada pelaksanannya masih belum maksimal. Pada ibu hamil yang beresiko preeklampsia sebaiknya perlu dilkaukan tes refleks sebagai data penambah pada preeklampsi dan hasil dari inspeksi dearah periorbital sebaiknya dicatat baik hasilnya negatif atau positif. 84 Deteksi dini preeklampsia selain pemeriksaan fisik ialah pemeriksaan laboratorium dengan melakukan tes protein uria. Ibu hamil melakukan pemeriksaan laboratorium pada trimester awal dan trimester akhir. Petugas kesehatan bidan menyatakan bahwa Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan biasanya cek golongan darah , Hb dan cek urin melihat jumlah protein uria. Hal ini berkaitan dengan Marshall (2000) mengenai pemeriksaan urin pada kunjungan antenatal bahwa sampel urin biasanya diperiksa pada setiap kali kunjungan untuk melihat kadar protein dan gula. Banyak wanita hamil yang normal mengeluarkan urin yang mengandung sedikit gula. Protein diperiksa untuk mendeteksi preeklampsia, tetapi penambahan berat badan dan tekanan darah merupakan indikator awal adanya penyakit preeklampsia. 3. Edukasi Antenatal pada Ibu yang Berisiko Preeklampsia Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan hal yang mutlak dipahami pelaksanaannya oleh semua unsur petugas kesehatan. Petugas kesehatan menyatakan bahwa frekuensi penyuluhan di Puskesmas Ciputat biasanya sebulan sekali atau dua kali sebulan. Penyuluhan yang dilakukan sebulan sekali itu biasanya diadakan di Posyandu. Selain itu juga kadang suka diadakan di aula puskesmas yang berada dilantai dua. Hal ini masih belum efektif dikarenakan frekuensi penyuluhan masih kadang-kadang dilakukan padahal pendidikan antenatal merupakan bagian terpenting pada asuhan maternitas. Setiap kontak dengan ibu hamil dapat memberikan kesempatan bagi petugas untuk melakukan pendidik atau penyuluhan. 85 Pada penelitian ini peneliti melihat ada kurang intensitas penyuluhan terkait ibu hamil yang berisiko preeklampsia atau materi lainnya saat pemeriksaan antenatal. Tenaga kesehatan menyatakan bahwa waktu yang sempit, tidak sesuai keluhan dan pasien yang banyak yang menjadi alasan tidak dilakukan penyuluhan. Hal ini belum sesuai dengan penyuluhan yang baik dipelayanan kesehatan menurut Depkes (2007) Rumah Sakit yang menyelengarakan kelas-kelas penyuluhan sebagai kelompok diskusi kecil guna meningkatkan informan peserta dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menanyakan segala aspek mengenai kehamilan, pusksesmas dan kelompok-kelompok kesehatan dalam masyarakat seperti posyandu, juga melakukan hal serupa. Kelas-kelas semacam ini dapat diselenggarakan pada siang dan malam hari untuk memberikan kesempatan bagi ibu yang bekerja. Ibu hamil menyatakan bahwa mengenai ibu hamil yang berisiko preeklampsia belum saya dapatkan informasinya dari tenaga kesehatan selama saya melakukan kunjungan antenatal. Hal ini masih belum efektif untuk mendeteksi preeklampsia menurut Dainur (1995) disebabkan karena sebagian besar para ibu memiliki pengetahuan yang rendah disamping itu pula dengan sosial budaya/ekonomi yang belum memadai untuk menerima pembaharuan serta modernisasi pelayanan kesehatan dengan teknologi, sehingga sudah wajar apabila ibu-ibu khususnya, memerlukan informasiinformasi yang jelas untuk memudahkan pemahaman serta untuk 86 dilaksanakan dilingkungannya bagi kesejahteraan keluarga serta anggotanya dimasyarakat. Petugas kesehatan menyatakan penyuluhan individu yang diberikan biasanya terkait yang ada didalam buku KIA atau KMS. Setiap ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal mereka tidak pernah lupa membawa KMS tersebut. Hali ini berkaitan mengenai manfaat KMS menurut WHO (2000) menyatakan dalam KMS ibu hamil tercetak informasi untuk membantu promosi kesehatan dan pencegahan. Dibeberapa negara dimana KMS telah diperkenakan, terdapat peningatan kontak dibuat oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan. Frekuensi kontak meningkatkan komunikasi, sehingga tercipat peluang lebih banyak lagi. Sampai saat ini, baik dinegara maju dan berkembang bila program kesehatan ibu dan anak menghendaki setiap ibu hamil memeriksakan kandungannya secara teratur dipuskesmas, maka harus dilakukan penggerakan dan pemeberdayaan, pembinaan suasana lingkungan sosialnya dan advokasi kepada pihak-pihak yang dapat mendukung perilaku mereka. Pada penelitian ini penggunaan KMS masih belum efektif untuk membantu promosi kesehatan dan preventif dikarenakan pada pelaksanaanya KMS hanya dijadikan sebagai laporan perkembangan kehamilan selama awal kehamilan sampai setelah persalinan. Petugas kesehatan menyatakan bahwa penyuluhan yang dilakukan pada ibu hamil yang berisiko preeklampsia mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan khususnya terkait preeklampsia pernah dilakukan. Hal ini 87 berkaitan dengan bahaya preeklampsia menurut Marshall (2000) bahaya preeklampsia adalah ancaman serangan mendadak. Bila kondisi ibu hamil tak membaik sekalipun aktivitas sudah dikurangi, mungkin aia memerlukan perawatan rumah sakit. Oleh karena itu, puskesmas perlu menggalakan konseling atau penyuluhan mengenai ibu hamil yang berisiko preeklampsia. Supaya kejadian preeklampsia segera terdeteksi dan ditangani. Pada penyuluhan yang dilakukan puskesmas umumnya sudah mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan akan tetapi pada pelaksanaan dan pentingnya informasi yang diberikan masih belum maksimal. Penyuluhan yang sudah dilakukan membuktikan bahwa masih ada yang belum mendapatkan informasi mengenai risiko preeklampsia. Hal ini berkaitan mengenai pendidikan antenatal menurut Farrer (2001) merupakan bagian terpenting pada asuhan maternitas dan setiap orang yang terlibat dalam asuhan ini memliki tanggung jawab untuk melanjutkan pendidikan tersebut. Tenaga kesehatan tidak boleh beranggapan bahwa seorang wanita yang pernah mengalami kehamilan tidak memerlukan petunjuk dan nasihat lagi secara formal atau informal pada kehamilan berikutnya. Tenaga kesehatan harus ingat bahwa setiap kehamilan merupakan pengalaman yang unik dan pada kehamilan kedua atau kehamilan berikutnya akan ditemukan gejala kelainan ringan serta risiko yang berbeda. 88 4. Sistem rujukan pasien preeklampsia di puskesmas ciputat Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya antenatal yang kurang baik bagi ibu maupun jannin. Pelayanan merupakan upaya kesehatan perorangan yang memperhatikan percisi dan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya. Petugas kesehatan menyatakan tindakan awal pada preeklampsia apabila selama preeklampsia masih bisa dimonitor tenaga kesehatan selalu memantau. Apabila tidak akan segera dirujuk. Hal ini berkaitan dengan penatalaksaan preeklampsia menurut Wheeler (2003) apabila preeklampsia ringan terdiagnosis saat usia kehamilan ibu cukup bulan, induksi persalinan harus dilakukan jika janin matur (biasanya pada usia gestasi ≥ 37 minggu). Wanita yang mengalami preeklampsia berat harus dirawat di Rumah Sakit. Karena preeklampsia tidak dapat dicegah dengan segera, makan pemantau tanda dan gejala penyakit ini sangat esensial. Sebagian besar informan menyatakan bahwa Kriteria rujukan di Puskesmas Ciputat menurut petugas kesehatan ialah ibu hamil yang berisiko tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau muda, PEB , anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK. Hal ini berkitan dengan kriteria rujukan ibu hamil menurut Syafrudin (2009) menyatakan 89 bahwa riwayat seksio sesaria, perdarahan pervaginam, ketuban pecah, anemia berat, preeklampsia dsb. Selain itu, menurut Manuaba (2009) mengenai angka kematian ibu dan angka kematian anak meningkat dikarenakan beberapa faktor yaitu dapat disebut 4T, terlalu banyak anak, terlalu pendek jarak hamil dan bersalin, terlalu muda hamil dan melahirkan, dan terlalu tua untuk hamil kembali. Penyebab langsung kematian ibu umumnya adalah trias perdarahaninfeksi-eklamsia. Bila ditelusuri lebih lanjut, penyebab langsung itu ternyata bertumpu pada rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil. Akibatnya masih ditemuinya hambatan informasi, hambatan sosial budaya, hambatan ekonomis dan hambatan geografi dalam menjaga kesehatan ibu hamil. Namun apabila ibu memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, komplikasi dapat lebih dini diketahui sehingga akan segera memproleh penanganan dan pelayanan rujukan yang efektif. upaya penanganan masalah kesehatan ibu dan bayi harus dilakukan secara menyeluruh, melibatkan semua pihak dan segenap lapisan masyarakat. Pada penelitian ini pelayanan kesehatan sudah melaksanakan apa yang ditulis pada pedoman pelayanan antenatal yang diberikan depkes. Namun, pelayanan antenatal di Puskesmas perlu meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan program safe motherhood yang mengupayakan menurunkan angka kematian ibu dengan komponen penting pelayanan antenatal yang meliputi skrining dan pengobatan, deteksi dan penanganan, penyuluhan 90 tentang komplikasi yang potensial serta bagaiamana cara memperoleh pelayanan rujukan. Hal ini berkaitan menurut Sugiri (2012) tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal penyebab tidak langsung yaitu rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga terhadap risiko-risiko kehamilan dan persalinan. Banyak masyarakat yang menganggap kehamilan dan persalinan hanya suatu hal yang biasa saja, tidak memerlukan sejumlah persiapan khusus, dan kurangnya pemahaman. B. Keterbatasan penelitian Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan dalam penelitian, adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, hal tersebut menyebabkan masih kurangnya pengalaman peneliti dalm melakukan wawancara mendalam dan analisa data 2. Peneliti memiliki keterbatasan dalam menemukan informan yang terdeteksi preeklampsia saat kehamilan di Puskesmas Ciputat BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan 1. Para petugas kesehatan umumnya mengetahui tentang komponen penting dalam pemeriksaan antenatal, manfaat dan dampaknya. Sedangkan menurut para ibu hamil manfaat dari pemeriksaan antenatal belum diketahui dengan jelas. Hal tersebut membuktikan belum efektifnya penyampaian informasi yang dilakukan oleh para petugas. 2. Petugas kesehatan sudah melaksanakan anamnesis, pemeriksaan fisik, penyuluhan dan sistem rujukan dengan baik akan tetapi ini masih kurang efektif. 3. Anamnesis saat pemeriksaan antenatal umumnya yang sering ditanyakan tenaga kesehatan ialah keluhan. Pada ibu hamil yang sering ia tanyakan pada tenga kesehatan ialah keadaan kandungannya dan bayinya. 4. Pemeriksaan fisik yang sering dilakukan saat pemeriksaan antenatal ialah mengukur tekanan darah, tes denyut jantung janin, menimbang berat badan dan pemeriksaan leopold berupa mengukur tinggi fundus uteri. Pemeriksaan fisik yang jarang dilakukan tes refleks dan inspeksi daerah perorbital. Pada ibu hamil yang beresiko preeklampsia sebaiknya perlu dilkaukan tes refleks sebagai data penambah pada preeklampsi dan hasil dari inspeksi dearah periorbital sebaiknya dicatat baik hasilnya negatif atau positif. 91 92 5. Frekuensi penyuluhan di Puskesmas Ciputat biasanya sebulan sekali atau dua kali sebulan. Penyuluhan dilakukan di Posyandu dan aula puskesmas yang berada dilantai dua. Materi penyuluhan yang biasa diberikan merupakan tanda-tanda bahaya kehamilan. Namun, beberapa ibu hamil masih ada yang belum mengetahui resiko preeklampsia dan tanda-tanda bahaya kehamilan. 6. Tindakan awal pada preeklampsia di Puskesmas Ciputat apabila selama preeklampsia masih bisa dimonitor tenaga kesehatan selalu memantau. Apabila tidak akan segera dirujuk. Kriteria rujukan di Puskesmas Ciputat menurut petugas kesehatan ialah ibu hamil yang berisiko tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau muda, PEB , anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK. 7. Hambatan dalam program ini diantaranya hambatan waktu pemeriksaan dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan tiap harinya. Sedangkan dari ibu hamil diantaranya karena kurangnya pengetahuan deteksi dini pada preeklampsia, kesadaran untuk mengikuti penyuluhan masih kurang. B. Saran 1. Ibu Hamil a. Ibu hamil diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengetahuan ANC dan risiko bahaya kehamilan dan persalinan. 93 b. Rutin melakukan kunjungan antenatal dan mengikuti penyuluhan yang disediakan oleh puskesmas atau posyandu c. Menambahkan wawasan dengan rajin membaca buku mengenai kehamilan atau buku KIA dan aktif menanyakan informasi seputar kehamilan pada tenaga kesehatan 2. Petugas Kesehatan a. Memberikan pemeriksaan yang tepat dan teliti dalam mendeteksi preeclampsia. b. Sebagai penyuluh, metode dalam penyuluhan harus lebih menarik dan interaktif agar informasi yang diberikan dapat tersampaikan dengan lebih baik. c. Dalam penyuluhan, materi yang disampaikan harus singkat, jelas, dan padat serta alat peraga yang digunakan harus legkap dan menarik. d. Dalam memberikan pelayanan antenatal harus sesuai dengan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan, melakukan koreksi pelaksanaan bila ada yang tidak sesuai dan melakukan evaluasi setelah melakukan pelayanan antenatal. e. Pemberdayaan posyandu bukan hanya untuk pemantauan kesehatan balita dan ibu hamil tapi juga sebagai sarana info kesehatan hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil f. Tingkatkan sosialisasi program dengan sosialisasi elektronik seperti televisi dan radio. menggunakan media 94 3. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi gambaran kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia bahwa terbukti yang diteliti masih spesifik. Oleh karena itu peneliti menyarankan perlu adanya penelitian lebih luas dalam mendeteksi kehamilan risiko tinggi, variabel yang berbeda untuk melihat faktor lain yang lebih dominan dan melihat adanya perbedaan pemeriksaan antenatal yang dilakukan pada kehamilan risiko tinggi dengan kriteria informan yang lebih luas. 4. Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang keperawatan maternitas terkait pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia. DAFTAR PUSTAKA Bobak, Lowdermilk, dan Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maernitas.ed.4 Jakarta: EGC. 2005. Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003. Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC. 2004. Budianna, Kelliat. Penatalaksanaan Stress. Editor Yasmin Asih. Jakarta : EGC. 1998. Cunningham, F.G. et all, 2003. Williams Obstetrics. Jakarta : EGC. 2003 Dainur. Kegiatan KIA Dipuskesmas Dan Permasalahannya. Jakarta: EGC. 1995 Depkes RI. Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta : Direktorat jendral bina pelayanan medik. 2007. Depkes. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:Depkes RI.2007-2010 Depkes, RI. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta : Direktorat jendral bina kesehatan masyarakat. 2004. Depkes, RI. Pelayanan Antenatal Tingkat Dasar. Jakarta : Direktorat jendral bina kesehatan masyarakat. 1994. Depkes,RI. Rencana Startegis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Di Indonesia 2001-2010 . Jakarta : Dirjen binkesmas depkes RI. 2001 Depkes RI . Standar Pelayanan Kebidanan Buku. Jakarta : Depkes RI. 2001 Dharma, Kelana Kusuma. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta : CV. Trans Info Media. 2011 Effendy, ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salam Medika. 2009. Effendy, nasrul. Dasar-Dasar Jakarta:EGC.1998. Keperawatan 95 Kesehatan Masyarakat. 96 Errol R. Norwitz & John O. Schorge. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Ed.2. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2008. Farrer, helen. Perawatan Maternitas. Alih andri hartono. Edisi ke 2 . Jakarta : EGC. 2001 Hacker N. F. Esensial Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. 2001. Henderson, christine. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC. 2005. Holloway, imoy & Stephani Wheeler. Qualitative Research in nursing and Healthcare. Blackwell publishing. 2010 Hutahaean. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas Dan Ginekologi. 2009 Istiarti T. Kaitan antara Kemiskinan dan Kesehatan. Yogyakarta : Media Pressindo. 2000. Irwanto. Focused Group Discussion (FGD). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2006. Jones, Derek Lewellyn. Dasar-Dasar Obstetric Dan Ginekologi. Alih bahasa;Hadyanto, Ed.6 . Jakarta : EGC. 2001. John W. Creswell. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. Sage : Thousand Oaks. 2007 Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998. Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 2003. Manuaba, Ida Bagus. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 2007. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. 2009 Marshall, Connie. Awal Menjadi Ibu. Jakarta: Arcan. 2000 Marshall, Connie. Calon Ayah: Membantu Calon Ayah Memahami Dan Menjadi Bagian Dari Pengalaman Kehamilan. Jakarta: Arcan 2000 Maulana, heri D.J. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC. 2009. 97 Michael D. Benson. Obstetrical Pearts A Practical Guide for the Efficient Resident: F.A: David Company. 1992. Mochtar Rustam. Sinopsis Obstetri :Obstetri Operatif – Obstetri Sosial. Jilid 1. Jakarta : EGC. 1998. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2001. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008. Novita, VT Regina. Keperawatan Maternitas. Bogor : Penerbit ghalia indonesia. 2011. Prawirohardjo. Buku Pelayanan Kesehatan Neonatal dan Maternal. 2009 Pohan, Imbalo S. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta : EGC. 2007 Rachma N. Eklampsia : Preventif dan Rehabilitasi Medik Pre dan post Partum, in Holistic and Comprehensive Management Eclampsia. Surakarta : FK UNS. 2008. Rozikhan. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal semarang tahun 2007. Semarang : Universitas Diponegoro. 2007. Saifudin, Abdul bari, dkk. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal . Jakarta : YBPS-POGI. 2002 Saifudin, Abdul bari, dkk. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. 2009. Sastrawinata, sulaiman ,dkk. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi.Ed.2. Jakarta : EGC. 2005 Senewe, Felly P & Ning Sulistyowati. Analisis Lanjut SKRT-Sukernas 2001. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Komplikasi Persalinan Tiga Tahun Terakhir Di Indonesia. Bulletin Penelitian Kesehatan Vol. 3 No.2, 2004. Streubert, Helen J dkk. Qualitative research in nursing advancing the humanistic imperative. Philadhelpia : Lippincott williams & wilkins. 2003. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung. 2007. 98 Syafrudin dan Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC 2009 Taber, B. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 1998. Trihanto. Arrimes Manajamen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2005. Wheeler, Linda. Buku Saku Perawatan Pranatal Dan Pascapartum. EGC: Jakarta. 2004 Wiknojosastro, Hanifa. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005. WHO recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and eclampsia. World Health Organization 2011 WHO Press, World Health Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland (tel.: +41 22 791 3264; fax: +41 22 791 4857; e-mail:[email protected]) http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/ Desember 2011 diakses pukul 12.30 01 http://www.contemporarynurse.com/archives/vol/14/issue/3/article/1898/applicati on-of-colaizzis-method (CarolynSanders Division of Health Care Practice, Auckland University of Technology, New Zealand) diakses pukul 10.25 16 Mei 2011 http://m.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Bekal-Pertanyaan-SaatKontrol-Kehamilan di tulis oleh Dedeh, 2011 dan diakses pukul 10.55 25 Januari 2013 Lampiran 1 Kepada Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari di tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb Sehubungan dengan tuga akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan (S. Kep), saya sebagai peneliti : Nama : Dita puspita NIM : 108104000008 Jurusan : Program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. Telp : 085312365559 Mohon kiranya Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dapat menjadi responden dalam uji coba pedoman wawancara saya dengan judul penelitian kualitas pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia di puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari berikan dalam penelitian ini di jamin kerahasiannya. Jika ada pertanyaan berkaitan dengan penelitian ini Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dapat langsung menghubungi peneliti. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari, peneliti mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Depok, Hormat Saya Dita Puspita 2012 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah diminta dan bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini dan berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang berjudul kualitas pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia di puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengerti bahwa catatan dan hasil dari penelitian ini akan dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan identitas responden hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data responden. Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Jakarta, 2012 Responden ( ) Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Partisipan Kunci A. Petunjuk umum a. Tahap perkenalan b. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan dan waktu yang telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam B. Petunjuk wawancara mendalam a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara b. Patisipan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan pengalaman c. Pendapat, saran, pengalaman dan komentar partisipan sangat bernilai d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin kerahasiannya f. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam penulisan hasil C. Pelaksanaan wawancara I. Perkenalan a. Identitas partisipan Nama pewawancara : Nama pencatat : Tanggal wawancara : Tempat wawancara : Nama lengkap partisipan : Jabatan/pekerjaan partisipan : Pekerjaan suami : Nomor telepon partisipan : Umur kehamilan : Status obstetri : Riwayat kehamilan/persalinan : Keluhan : II. Wawancara a. Pemeriksaan kehamilan 1. Apa yang ibu ketahui tentang pemeriksaan kehamilan? 2. Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan selama kehamilan berlangsung ? berapa kali rutinnnya ? kemana ibu melakukan pemeriksaan? b. Anamnesa 1. Selama pemeriksaan berlangsung apa saja yang ibu tanyakan pada petugas kesehatan/bidan? 2. biasanya apa saja yang suka ditanyakan oleh petugas kesehatan selama berlangsung wawancara? 3. Bagaimana petugas kesehatan/bidan memberikan penjelasan tentang kehamilan ibu ? 4. Bagaimana sikap petugas kesehatan selama berlangsung anamnesa ? c. Pemeriksaan fisik 1. Pada saat pemeriksaan fisik apa saja yang suka diperiksa? Bagian apa saja yang suka diperiksa petugas kesehatan/bidan seperti denyut jantung janin, memeriksa tekanan darah, mata, muka, perut, dan mengetuk kakinya ? 2. Apakah dilakukan pemeriksaan laboratorium ? apakah ibu rutin melalukan pemeriksaan laboratorium ? pemeriksaan rutin seperti apa saja yang biasa ibu lakukan ? 3. Apa saja yang ibu ketahui dari kegunaan pemeriksaan laboratoirun dan penunjang seperti USG ? d. Konseling atau penyuluhan 1. Apakah ibu mendapatkan konseling atau penyuluhan individu/kelompok setelah pemeriksaan kehamilan ? 2. Informasi apa saja yang biasa diberikan oleh petugas kesehatan/bidan ? 3. Informasi apa saja yang ibu butuhkan saat ini ? Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Partisipan Pendukung A. Petunjuk umum a. Tahap perkenalan b. Ucapkan terima kasih kepada partisipan atas kesediaan dan waktu yang telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam B. Petunjuk Wawancara Mendalam a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara b. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan pengalaman c. Pendapat, saran, pengalaman dan komentar partisipan sangat bernilai d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin kerahasiannya f. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam penulisan hasil C. Pelaksanaan wawancara I. Perkenalan b. Identitas partisipan Nama pewawancara : Nama pencatat : Tanggal wawancara : Tempat wawancara : Nama lengkap partisipan : Jabatan/pekerjaan partisipan : Nomor telepon partisipan : II. Wawancara Mendalam pada Tenaga Kesehatan (Bidan) a. Pemeriksaan kehamilan 1. Sudah berapa lama ibu menjadi petugas kesehatan/bidan dalam pemeriksaan kehamilan? 2. Selama melakukan pemeriksaan kehamilan keluhan apa saja yang paling umum didapatkan? 3. Bagaimana antusias pasien dalam melakukan pemeriksaan kehamilan? 4. Bagaimana pengetahuan pasien tentang pemeriksaan kehamilan? 5. Bagaimana sistem rujukan apabila terdapat masalah kehamilan setelah melakukan pemeriksaan kehamilan? b. Anamnesa 1. Selama melakukan anamnesa kasus apa saja yang bidan temukan pada ibu hamil ? 2. Apa saja yang biasa ibu tanyakan pada ibu hamil selama pemeriksaan kehamilan berlangsung ? 3. Apa saja yang biasanya ibu hamil tanyakan pada bidan selama pemeriksaan kehamilan berlangsung ? c. Pemeriksaan fisik 1. Selama pemeriksaan fisik berlangsung apa saja yang bidan temukan ? 2. Pemeriksaan fisik apa saja yang biasa sering bidan lakukan? 3. Kapan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang biasa dilakukan? 4. Apa saja dari pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang biasa dilakukan ? d. Konseling atau penyuluhan 1. Bagaimana jadwal konseling selanjutnya dan penyuluhan individual atau kelompok ? 2. Apa saja yang diberikan saat konseling dan penyuluhan ? 3. Bagaimana pemberian konseling dan penyuluhan selama ini ? Lampiran 4 Lembar observasi Nama responden : Tanggal : No. Aspek yang diteliti Jawaban Ya 1. 2. I. Anamnesa Identitas ibu 1. Nama 2. Umur 3. Nama suami 4. Pekerjaan 5. Alamat Hal-hal yang berkaitan dengan fungsi reproduksi 1. GPA (gravida, partus, abortus) 2. HPHT 3. Keteraturan haid 4. Lama haid 5. Siklus haid 3. Tentang perkawinan 1. Kawin/tidak 2. Lama kawin 4. Riwayat obstetri dan ginekologi 1. Jumlah dan kondisi kehamilan yang lalu 2. Jumlah dan kondisi persalinan yang lalu 3. Jumlah dan kondisi abortus yang lalu 4. Hasil kehamilan (kurang/lebih bulan, BBLR, lahir mati, dll) 5. Riwayata melahirkan anak kembar 6. Riwayat penyakit (jantung, DM, hipertensi, hepatitis, malaria, TBC) 5. Hal-hal yang berkaitan dengan Tidak Ket kehamilan sekarang 1. Gerakan janin a. Masih bergerak 2. Keluhan yang berhubungan dengan perkembangan selama hamil a. Pada kehamilan 1-3 bulan b. Pada kehamilan 4-6 bulan c. Pada kehamilan 7 bln-lebih 3. Keadaan patologis a. Perdarahan melalui jalan lahir b. Preeklampsia c. Keluar cairan ketuban 4. Anamnesa keluarga 1. Riwayat penyakit keluarga 1. 1. 2. 3. II. Pemeriksaan Pemeriksaan luar 1) Pemeriksaan umum a. Tanda-tanda vital b. Tinggi badan c. Berat badan d. Oedema e. Bentuk tubuh f. Reflek lutut g. Pemeriksaan lab. (Hb, urine) 2) Pemeriksaan obstetri a. Inspeksi (oedema palpebra, conjungtiva, gigi, payudara) b. Palpasi :LI-L IV c. Auskultasi :DJJ III. Intervensi Imunisasi 1. Cara pemberian 2. Jumlah pemberian 3. Waku pemberian Tablet zat besi (Fe) 1. Jumlah pemberian Vitamin 1. Jumlah pemberian Matriks Analisis Tematik No Pernyataan signifikan Kategori subtema Tema 1. Biasanya hanya keluhan saja yang ditanyakan Keluhan ibu hamil Berbagai hal yang ditanyak an tenaga kesehata n saat pemeriks aan antenatal Komponen √ anamnesis saat antenatal care 2. Menanyakan identitas ibu hamil saat pemeriksaan antenatal awal kehamilan Menanyakan HPHT ibu hamil saat pemeriksaan antenatal awal kehamilan Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan, jumlah gravida, partus abortus saat pemeriksaan antenatal awal kehamilan Menanyakan riwayat penyakit biasanya ada riwayat diabetes, tekanan darah tinggi saat pemeriksaan antenatal Identitas ibu hamil HPHT ibu hamil 3. 4. 5. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat penyakit ibu hamil √ P8 √ 6. 7. 8. 9. awal kehamilan Menanyakan keadaan bayi yang ada didalam kandungan Keadaan bayi Menanyakan berat badan saya Berat badan normal atau tidak mempengaruhi berat badan bayi atau tidak Pemeriksaan fisik tekanan Pengukuran darah selama kehamilan saat tekanan darah pemeriksaan antenatal Pemeriksaan fisik berat badan selama kehamilan saat pemeriksaan antenatal 10. Pemeriksaan fisik denyut jantung janin selama kehamilan saat pemeriksaan antenatal 11. Pemeriksaan fisik tinggi Timbang berat badan Hitung denyut jantung janin Pengukuran √ Berbagai hal yang ditanyak an ibu hamil pada petugas kesehata n saat pemeriks aan antenatal √ √ √ √ √ Pemeriks aan fisik yang sering di lakukan Komponen pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pemeriksaan antenatal √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ fundus uteri selama kehamilan saat pemeriksaan antenatal 12. Pemeriksaa fisik sesuai standar 10 T 13. Pemeriksaan fisik leopold selama kehamilan saat pemeriksaan antenatal 14. Inspeksi daerah periorbital pada ibu hamil saat pemeriksaan antenatal tidak dilakukan tinggi fundus uteri 15. Pemeriksaan fisik tes refleks patela saat pemeriksaan antenatal tidak dilakukan 16. Pemeriksaan laboratorium pada trimester awal dan trimester akhir. 17. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan biasanya cek golongan darah , Hb dan cek urin melihat jumlah protein uria. 18. Pernah dilakukan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan yang didalamnya terkait preeklampsia 19. Penyuluhan diadakan biasanya sebulan dua kali atau dua bulan sekali. Frekuensi penyuluhan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tes refleks lutut √ √ √ √ √ √ Waktu pemeriksaan laboratorium √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pemeriksaan Leopold Inspeksi daerah periorbital Pemeriks aan fisik yang jarang di lakukan √ Materi penyuluhan √ √ Edukasi antenatal pada ibu yang berisiko preeklampsia √ 20. Penyuluhan setelah pemeriksaan antenatal biasanya yang terkait pada buku KIA 21. Penyuluhan berkelompok yang diadakan puskesmas jarang dikuti oleh ibu hamil 22. Ibu hamil preeklampsia langsung dirujuk jika bahaya untuk janin dan janin, Jika belum waktu melahirkan dan masih dipertahankan dipantau sampai waktunya 23. Dirujuk apabila tiga tanda preeklampsia sudah positif semua puskesmas langsung merujuk kalau tes urin belum positif kita akan terus melihat perkembangan si ibu hamil sampai waktu persalinan 24. Dirujuk saat ibu hamil mengalami risiko tinggi seperti caesar sudah berkali2, umur sudah terlalu muda dan tua , PEB, anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK. 25. tidak melayani untuk pertanyaan segala macem pertanyaan kan bukan tapi karna waktunya yang terbatas dan pasiennya banyak jadi kadang tidak bisa melayani √ Materi penyuluhan √ Tindakan awal bagi pasien preeklampsia Sistem Rujukan pasien preeklampsia di puskesmas √ √ √ √ √ √ √ Kriteria rujukan √ √ satu persatu dengan pertanyaan yang segudang, jadi ya hanya sekedar yang perlu diketahui sama dia saja