studi fenomenologi kualitas pemeriksaan antenatal

advertisement
STUDI FENOMENOLOGI
KUALITAS PEMERIKSAAN ANTENATAL DALAM
MENDETEKSI PREEKLAMPSIA DI PUSKESMAS
CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Sarjana Keperawatan
Oleh:
Dita Puspita
108104000008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Januari 2013
Dita Puspita, NIM: 108104000008
Studi fenomenologi kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi
preeklampsia di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
xiv + 98 halaman + 6 skema+ 5 lampiran
Kata kunci: Kualitas pelayanan, Antenatal care, Preeklampsia, fenomenologi
ABSTRAK
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab tersering kematian ibu di
Indonesia. Salah satu strategi Kementrian kesehatan RI untuk menurunkan angka
kematian ibu adalah dengan meningkatkan pelayanan antenatal selama kehamilan
dan persalinan yang sesuai dengan program safe motherhood. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengeksplorasi bagaimana kualitas pemeriksaan kehamilan
pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Informan berjumlah 8 orang terdiri dari 5 partisipan utama (ibu
hamil) dan 3 partisipan pendukung (bidan pelaksana antenatal di puskesmas,
bidan koordinator dan bidan desa). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam dan observasi. Analisis penelitian ini menggunakan teknik
Colaizzi (1978) dengan analisis tematik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tema-tema yang muncul sebagai
berikut: 1) komponen anamnesis saat pemeriksaan antenatal 2) komponen
pemeriksaan fisik 3) edukasi antenatal pada ibu yang beresiko preeklampsia 4)
sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas Ciputat. Hambatan dalam
pemeriksaan antenatal diantaranya waktu yang sempit melakukan pemeriksaan
antenatal yang lengkap dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan
antenatal setiap harinya. Rekomendasi untuk Puskesmas Ciputat, ialah pelayanan
melakukan koreksi pelaksanaan antenatal yang lengkap dan tepat serta melakukan
evaluasi setelah melakukan pemeriksaan antenatal. Saran untuk penelitian
selanjutnya dapat menggali bagaimana kualitas pemeriksaan antenatal pada
kehamilan yang beresiko.
Referensi :54 (tahun 1995-2012)
i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2013
Dita Puspita, NIM: 108104000008
Phenomenology study; Quality of antenatal care to detect Preeclampsia in
Public Health Centre South Tangerang City
xiv + 98 pages + 6 scheme + 5 attachments
Keywords: Quality, Antenatal Care, Preeclampsia, Phenomenology
ABSTRACT
Preeclampsia is one of the most common cause of maternal death in
Indonesia. One strategy of the Ministry of Health of Indonesia to reduce maternal
mortality is to increase antenatal care during pregnancy and labor in appropriate
with the safe motherhood program. The purpose of this research is to explore how
the quality of antenatal care to pregnant women in the detection of preeclampsia.
This research is a qualitative study with phenomenological approach.
Informants are 8 people consists of 5 key informants (pregnant women) and 3
supporter informants (implementing antenatal clinic midwives, midwives and
midwife coordinator). Data was collected by in-depth interviews and observation.
The analysis of this study using techniques Colaizzi (1978) with thematic
analysis.
The results of this study showed the themes that appear are as follows: 1)
component of the anamnesis while antenatal care 2) physical examination
component 3) antenatal education on maternal risk of preeclampsia 4) referral
system for patient preeclampsia in health centers Ciputat. Barriers to antenatal
such little time to doing a complete antenatal patients because there are many of
antenatal visitor every day. Recommendations for Ciputat Health Center, is the
care to correct the implementation of antenatal care comprehensivly and right
along do evaluate after antenatal care. Suggestions for further research is explore
how the quality of antenatal care for risk pregnancies.
Reference: 54 (years 1995-2012)
ii
RIWAYAT HIDUP
Nama
Tempat lahir
Tanggal lahir
Agama
Status
Alamat
Anak ke
Telepon
E-mail
: Dita Puspita
: Depok
: 04 Maret 1991
: Islam
: Belum menikah
: Jalan gelatik 10 No. 127 Rt 004/012 Pancoran Mas
Depok Jaya I 16432
: 6 dari 6 bersaudara
: 021-7521383 / 081381286264
: [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Depok Baru VI (1996 – 2002)
2. MTS Manaratul Islam Jakarta Selatan (2002 – 2005)
3. MA Manaratul Islam Jakarta Selatan (2005 – 2008)
4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 – 2013)
Pengalaman Organisasi
:
1. Anggota OSIS tahun 2004-2005
2. Anggota OSIS tahun 2006-2007
3. Wakil koordinator bidang Olahraga OSIS 2007-2008
4. Anggota Eskul PASKIBRA MA Manaratul Islam 2005-2008
5. Seksi koordinator kebersihan OP3MU 2005-2006
6. Ketua koordinator pendidikan OP3MU 2006-2007
7. Bendahara dan Sekretaris OP3MU 2007-2008
8. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Infokom tahun 2010-2011
iii
Pengalaman seminar dan pelatihan:
1. Seminar nasional keperawatan “Uji Kompetensi Nasional Perawat:
Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi
Tantangan Global”
2. Lomba karya tulis ilmiah Temu Ilmiah Nasional V “Peran Perawat dalam
Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu”
3. Pelatihan Medical Training Service “Basic Wound Closure Course”
4. Seminar forum pengkajian dan pengamalan islam BEM Fakultas Ilmu
Keperawatan UI “The Power of Herbal”
5. Seminar kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah”
6. Seminar kesehatan nasional “Combat Antimicrobial Drugs resistance”
7. Nursing Camp ILMIKI Wilayah III “Memaksimalkan Peran Organisasi
Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global”
8. Seminar Profesi Gizi “Nutrition For Nation: Kebijakan Kesehatan dalam
Penyelesaian Gizi Buruk di Indonesia, Bagaimana Seharusnya”
9. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization
Era”
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Studi
Fenomenologi
Kualitas
Pemeriksaan
Antenatal
dalam
Mendeteksi
Preeklampsia Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan”.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai
gelar
sarjana
keperawatan
(S.Kep),
untuk
menerapkan
dan
mengembangkan teori-teori yang peneliti peroleh selama kuliah.
Peneliti menyadari bahwa penyajian karya tulis ilmiah ini jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang
bertujuan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budiutomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
3. Ns. Eni Nuraeni Agustini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan
motivasi.
v
4. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku dosen pembimbing
I, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
masukan kepada peneliti.
5. Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing
II, yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti.
6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
mengajarkan dan membimbing peneliti, serta staff akademik (Bapak
azib Rosyidi S. Psi) atas bantuannya yang telah memudahkan dalam
proses birokrasi.
7. Orang tua tercinta (Mama dan Papa) atas kasih sayang, do’a dan
dukungannya baik secara material dan spiritual yang telah diberikan
kepada peneliti selama ini. Semoga kebaikan dan pengorbanan kalian
tidak akan sia-sia dan akan dibalas oleh Allah SWT. Semoga peneliti
dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amin.
8. Saudara/saudariku (Teh Yulan, Teh Siti, Aa Adrie, Aa kiki) yang
selalu memberikan dukungan dan doa serta yang menjadi inspirasi
peneliti.
9. Teman-teman PSIK seluruh angkatan 2008 tercinta, Yusuf, Icha,
Madun, Enstein, Mbak Fat dan Mbak Leha yang telah memberikan
masukan senantiasa dukungan, bantuan serta doa dalam proses
penulisan skripsi ini.
vi
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk
semuanya
Peneliti menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Ciputat,
Januari 2013
Dita Puspita
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................................iv
ABSTRACT ..............................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xv
LAMPIRAN .............................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian .........................................................................................8
E. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Antenatal .......................................................................................10
1.
Antenal care.............................................................................................10
2.
Kunjungan antenatal care ........................................................................12
viii
3.
Kualitas pemeriksaan antenatal care .......................................................14
B. Preeklampsia ..................................................................................................25
1.
Pengertian ..............................................................................................25
2.
Faktor resiko ...........................................................................................26
3.
Etiologi ..................................................................................................29
4.
Patofisiologi ...........................................................................................32
5.
Gambaran klinis .....................................................................................35
6.
Komplikasi..............................................................................................37
7.
Penatalaksanaan ......................................................................................39
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep ..........................................................................................42
B. Definisi Istilah ...............................................................................................42
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..............................................................................................45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................47
C. Informan Penelitian .......................................................................................48
D. Teknik Pengambilan Sampel .........................................................................49
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................50
F. Keabsahan Data .............................................................................................54
G. Teknik Analisa Data ......................................................................................58
H. Etika Penelitian ..............................................................................................60
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum wilayah penelitian.............................................................62
ix
B. Hasil Penelitian .............................................................................................63
1.
Karakteristik informan ...........................................................................63
2.
Hasil analisis tematik .............................................................................64
BAB VI PEMBAHASAN
A. Hasil intrepretasi dan diskusi ........................................................................78
1.
Komponen Anamnesis saat pemeriksaan antenatal ...............................78
2.
Komponen pemeriksaan fisik .................................................................81
3.
Edukasi antenatal pada ibu yang beresiko preeklampsia .......................84
4.
Sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas Ciputat ...................88
B. Keterbatasan penelitian .................................................................................90
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................91
B. Saran ..............................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL
Nomor table
hal
Tabel 2.1
Anamnesa kehamilan
17
Tabel 2.2
Kotak Brosur APEC
25
Tabel 2.3
Faktor resiko preeklampsia
29
Table 2.4
Perbedaan preklampsia ringan dan berat
36
Tabel 5.1
Karakteristik informan utama
54
Tabel 2.2
Karakteristik informan pendukung
55
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Hal
Gambar 2.1 Bagan teori prostaksiklin
31
Gambar 2.2 Patofisiologi preeklampsia
34
Gambar 4.1 Teknik analisa data
46
xii
LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Lampiran persetujuan informan
2. Lampiran observasi pemeriksaan kehammilan
3. Lampiran pedoman wawancara informan kunci
4. Lampiran pedoman wawancara informan pendukung
5. Matriks analisis tematik
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam
menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. AKI di Indonesia
telah mengalami penurunan pada tahun 2004 sejumlah 270 dari per 100 ribu
kelahiran hidup menjadi 248 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2007
(Kemenkes, 2007). Pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu
untuk mempercepat penurunan AKI di Indonesia khususnya dalam mencapai
target kelima Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu
AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2007).
AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara. Angka ini
65 kali lebih besar dari angka kematian ibu di Singapura, 9,5% kali dari
Malaysia dan 2,5 kali lipat dari Filipina (WHO, 2009). AKI di provinsi Banten
mengalami penurunan dari 478 orang pada tahun 2008 menjadi 372 orang pada
tahun 2009, sedangkan di Kota Tangerang Selatan telah mengalami penurunan
dari 10 per 21703 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 9 per 24312
kelahiran hidup pada tahun 2010 namun ada peningkatan pada tahun 2011
sampai bulan mei menjadi 13 per 29393 kelahiran hidup (Dinkes Tangerang
Selatan, 2011). Tentunya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi
Pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka kematian ibu (Kemenkes,
2010).
1
2
Kasus Angka Kematian Ibu (AKI) meliputi perdarahan 28%, eklampsia
24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan
lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11%. Berdasarkan data tersebut
disimpulkan tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan adalah
perdarahan, hipertensi saat hamil atau preeklampsia dan infeksi (Kemenkes,
2007).
Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari
morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua
ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua
kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan
seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan
komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan,
preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan
mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011).
Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dapat
terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah
dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15
mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria
minimal 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1
pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin (Cuningham, 2003).
Mayoritas kematian karena preeklampsia dan eklampsia dapat dihindari
melalui pelayanan yang tepat waktu dan perawatan efektif kepada perempuan
3
dengan preeklampsia. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk mencegah
dan mengatasi perempuan dengan gangguan hipertensi merupakan langkah
penting dalam mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Oleh karena
itu, Pemerintah perlu bekerja keras untuk menurunkan angka kematian ibu
dengan mempromosikan kesehatan melalui pelayanan kesehatan maternal atau
antenatal care secara rutin dan berkualitas (WHO, 2011). Hasil penelitian yang
dilakukan Senewe dan Sulistyawati (2001) di rumah sakit Kendal, Probolinggo
menyatakan bahwa ada sebanyak 17% responden yang tidak pernah periksa
hamil mengalami komplikasi pada waktu persalinan. Sedangkan diantara
responden yang pernah periksa hamil, sebanyak 25% yang mengalami
komplikasi pada waktu persalinan. Penelitian yang dilakukan Rozikhan (2007)
terkait faktor-faktor terjadinya preeklampsia berat salah satunya adalah
antenatal care yaitu ibu hamil yang frekuensi antenatal care kurang atau sama
dengan 3 kali dalam kehamilannya mempunyai risiko 1,50 kali untuk terjadi
terjadi
preeklampsia
berat
dibandingkan dengan seorang ibu
hamil
preeklampsia yang frekuensi antenatal lebih dari 3 kali.
Salah satu upaya pencegahan awal adalah pelayanan antenatal. Antenatal
care (ANC) merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi dini terjadinya
masalah risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan, menurunkan angka
kematian ibu dan memantau keadaan janin (WHO, 2009). Idealnya bila tiap
wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya secara rutin. Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi kelainan yang mungkin ada atau timbul lekas diketahui, dan
4
segera dapat diatasi sebelum berpengaruh terhadap kehamilan tersebut
(Winkjosastro, 2006).
Antenatal merupakan pelayanan untuk memonitor kemajuan dari
kehamilan dan mempromosikan kesehatan pada ibu dan bayi (Novita, 2011).
Perawatan antenatal mencakup pengawasan kehamilan untuk melihat apakah
segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi setiap
kelainan yang timbul dan untuk mengantisipasi semua masalah selama
kehamilan, persalinan dan periode postnatal (Farrer, 2001).Tenaga kesehatan
yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara
lain dokter spesialis kebidanan, bidan dan perawat (Kemenkes, 2010).
Pemeriksaan kehamilan saat antenatal yang berkualitas dapat dilihat dari
saat anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa dan terapi. Mutu pelayanan
kesehatan dapat diidentifikasi dengan cara melakukan pengamatan langsung
terhadap pemeberi pelayanan kesehatan, melakukan wawancara kepada pasien
dan petugas kesehatan, mendengar keluhan pasien, masyarakat, membaca dan
memeriksa laporan atau rekam medik (Pohan, 2007). Pelayanan antenatal
disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi
standar pelayanan antenatal (Kemenkes, 2010).
Pelayanan yang dilakukan rutin dan berkualitas merupakan upaya untuk
deteksi dini kehamilan berisiko sehingga dilakukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Penilaian
kualitas (mutu) antenatal akan berorientasi kepada pelaksanaan standar
antenatal yang telah ditetapkan. Hal ini mengartikan bahwa berkualitas atau
5
tidaknya pelaksanaan antenatal dapat dilihat dari cakupan terhadap
pelaksanaannya dan pelayanan yang diberikan lengkap (Kemenkes, 2007).
Dimasa sekarang tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan meningkat,
sehingga sebagai pelayan masyarakat dalam bidang kesehatan dituntut bukan
saja kemampuan teknis medis petugas tetapi juga kualitasnya (Saifuuddin,
2002).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan Peneliti melakukan wawancara kepada bidan koordinator
dan pengamatan pada saat pelayanan di Puskesmas didapatkan bahwa : 9 bidan
yang terdiri dari 1 bidan koordinator, 3 bidan desa dan 5 bidan pelaksana
menyatakan bahwa bidan memiliki peran yang cukup besar dalam pelayanan
kesehatan di Puskesmas. Bidan atau tenaga kesehatan menyatakan bahwa ada
kebijakan tentang pedoman kerja di Puskesmas, namun hasil pengamatan pada
pelaksanaanya belum sesuai dengan pedoman tersebut. Pengamatan pelayanan
antenatal dengan 10 T yang dilakukan pada 10 ibu hamil yang melakukan
kunjungan masih belum dilakukan. Enam dari sepuluh ibu hamil mendapat
pelayanan antenatal 6 T. Tiga dari sepuluh ibu hamil mendapat pelayanan
antenatal 5 T. Satu orang ibu hamil yang hanya mendapatkan pelayanan
antenatal lengkap. Pelayanan yang tidak didapatkan seluruhnya seperti
pemberian imunisasi TT, tes terhadap penyakit menular seksual, tes
laboratorium, dan pemberian tablet Fe. Selain itu, hasil pengamatan peneliti
dari pemeriksaan kehamilan sesuai pedoman pelayanan antenatal meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik secara menyeluruh meliputi pengamatan oedema,
6
refleks, tes laboratorium rutin dan penyuluhan masih belum efektif. Hasil
wawancara dengan bidan juga mengungkapkan bahwa apabila mendapatkan
kehamilan yang beresiko seperti preeklampsia ditemukan saat kunjungan
pemeriksaan hanya berdasarkan keluhan klien saja. Hasil wawancara pada
bidan juga didapatkan banyak ibu hamil yang datang sudah dalam keadaan
preeklampsia. Hal ini menunjukkan bahwa pedoman pemeriksaan kehamilan
yang ditetapkan dari pedoman pelayanan antenatal pada pelaksanaanya tenaga
kesehatan belum melakukan sesuai dengan pedoman standar pelayanan
antenatal. Pelayanan yang tidak diberikan sesuai standar akan merugikan bagi
suatu pelayanan, masyarakat dan komplikasi yang tidak diinginkan bagi ibu
hamil.
Hasil penilaian terhadap kepatuhan pada pemeriksaan kehamilan dapat
memberi gambaran bahwa pemahaman terhadap tujuan dan pentingnya
prosedur tetap bagi peningkatan kualitas pelayanan dan meningkatkan
efektifitas suatu system pelayanan belum baik sehingga timbul kecenderungan
untuk tidak mentaati semua item (Utarini dkk, 1999). Kecenderungan ini
tentunya berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh
pelaksana antenatal karena semakin dipatuhi pedoman atau prosedur tetap
semakin baik pencapaian standar pelayanannya (Azwar, 1990).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti lebih dalam mengenai “kualitas pemeriksaan antenatal dalam
mendeteksi preeklampsia”.
7
B. Rumusan Masalah
Angka kematian ibu yang masih tinggi yang disebabkan karena
preeklampsia yang kurang dilayani tepat dan efektif dalam deteksi dini selama
kehamilan akan mengakibatkan komplikasi persalinan baik bagi ibu hamil dan
janin. Kasus penyebab AKI meliputi meliputi perdarahan 28%, eklampsia 24%,
komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus 5%, persalinan lama
5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11%. Penyebab lain dari komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan adalah pelayanan kesehatan seperti antenatal
care yang tidak rutin dan kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh
tenaga kesehatan belum komprehensif seperti pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan Peneliti melakukan wawancara kepada bidan koordinator
dan pengamatan pada saat pelayanan di Puskesmas didapatkan pada
pemeriksaan antenatal masih ada bidan yang melakukannya tidak sesuai
dengan pedoman pada ibu hamil khususnya dalam mendeteksi preeklampsia.
Hasil wawancara pada bidan juga didapatkan banyak ibu hamil yang datang
sudah dalam keadaan preeklampsia. Hal ini menunjukkan bahwa standar
pemeriksaan kehamilan yang ditetapkan dari pedoman pelayanan antenatal
pada pelaksanaanya tenaga kesehatan belum melakukan sesuai dengan
pedoman standar pelayanan antenatal.
Berdasarkan uraian diatas, Peneliti tertarik ingin menggali bagaimana
kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan.
8
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana kualitas
pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia di
Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan informasi bagi penelitian
selanjutnya, serta memberikan informasi dan wawasan mengenai
pentingnya antenatal yang teratur dan berkualitas pada ibu hamil dalam
melaksanakan pelayanan antenatal yang sesuai dengan pedoman.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dalam proses belajar-mengajar
khususnya dalam bidang metodologi penelitian dan menambah
wawasan
ilmu pengetahuan tentang kualitas pelayanan antenatal
dalam mendeteksi preeklampsia di Puskesmas Ciputat.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam rangka meningkatkan
kesehatan ibu dalam kesehatan maternal, resiko bahaya kehamilan
persalinan dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan terutama
dari kualitas pelayanan kepada ibu hamil dalam mendeteksi
preeklampsia melalui pemeriksaan antenatal.
9
c. Bagi masyarakat atau ibu hamil
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengetahuan antenatal
dan risiko bahaya kehamilan dan persalinan, pelaksanaan antenatal
yang harus diterima dan informasi mengenai preeklampsia dari
pelayanan antenatal.
d. Bagi tenaga keperawatan dan pelaksana antenatal
Sebagai
bahan
masukan
bagi
profesi
keperawatan
dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan maternitas dan komunitas
tentang pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia sesuai
pedoman.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan antenatal
pada pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi dalam preeklampsia. Penelitian
ini dilakukan karena tingginya angka kematian ibu (AKI) meliputi perdarahan
28%, eklampsia 24%, komplikasi masa postpartum 8%, infeksi 11%, abortus
5%, persalinan lama 5%, emboli obstruksi 3%, dan lain-lain 11% (Kemenkes,
2007). Peneliti ingin mengetahui hal apa saja yang melatar belakangi
pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia di
Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengambilan
data dilakukan dengan melakukan teknik wawancara mendalam pada ibu hamil
dan tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan antenatal
1.
Antenatal care (ANC)
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan antenatal yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala. Ditingkat pelayanan
dasar, pemeriksaan antenatal (ante = sebelum; natal = lahir), hendaknya
memenuhi tiga aspek pokok, yaitu : aspek medis, penyuluhan, komunikasi
dan motivasi, dan rujukan (Depkes, 1998).
Antenatal adalah pengupayaan observasi
berencana dan teratur
terhadap ibu hamil melalu pemeriksaan, pendidikan, pengawasan secara dini
terhadap komplikasi dan penyakit ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan
(Manuaba, 2003).
Farrer
(2001)
menyatakan
pemeriksaan
antenatal
mencakup
pengawasan kehamilan untuk meliputi apakah segalanya berlangsung
normal, untuk mendeteksi dan mengatasi setiap komplikasi yang timbul, dan
untuk mengantisipasi semua masalah selama kehamilan, persalinan dan
periode postnatal, penyuluhan atau pendidikan mengenai kehamilan dan
pemberian petunjuk mengenai segala aspek dalam perawatan bayi,
dukungan jika terdapat masalah-masalah sosial atau psikologis.
Pemeriksaan antenatal adalah asuhan yang diberikan oleh perawat atau
tenaga medis mulai dari konsepsi sampai persalinan. Asuhan diberikan
berdasarkan keadaan fisik, emosional, kebutuhan sosial dari ibu, janin,
10
11
pasangan dan anggota keluarga. Asuhan perawatan pada ibu hamil sangat
diperlukan untuk menjamin kesehatan ibu dan janin. Masa kehamilan
merupakan keadaan fisiologis yang dapat dikuti proses patologis yang
mengancam keadaan ibu dan janin. Risiko kehamilan bersifat dinamis,
karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi
risiko tinggi. Petugas kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang
mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada dapat dikenal lebih dini
(Hutahaean, 2009).
Faktor risiko pada ibu hamil, seperti umur terlalu muda/tua, banyak
anak dan beberapa faktor biologis lainnya, adalah keadaan yang secara tidak
langsung menambah risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Risiko
tinggi adalah keadaan berbahaya dan mungkin menjadi penyebab langsung
kematian ibu, misalnya perdarahan melalui jalan lahir, eklampsia dan
infeksi (Depkes, 1998).
Pertama kali ibu hamil melakukan pelayanan antenatal dan dilakukan
secara rutin merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor
risiko dapat mendeteksi dini sehingga dengan segera bisa diketahui seawal
mungkin dan segera dikurangi atau dilakukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut.
Kelengkapan antenatal terdiri dari jumlah kunjungan antenatal dan kualitas
pelayanan antenatal (Istiarti, 2000 dan Saifuddin dkk, 2002).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang
bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik
bagi ibu dan janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan
12
perorangan yang memperhatikan precisi dan kualitas pelayanan medis yang
diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan
kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan
yang optimal. Keadaan kesehatan ibu sangat berpengaruh bagi pertumbuhan
janin yang dikandungnya (Depkes, 2007).
Pemeriksaan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi tertentu serta indikasi
dasar dan khusus (Prawirohardjo, 2006). Selain itu aspek yang lain yaitu
penyuluhan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), motivasi ibu hamil
dan rujukan.
2. Kunjungan antenatal care
Pelayanan antenatal merupakan cara untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi komplikasi. Pelayanan
antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan
berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Kehamilan dapat
berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini
sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko bagi ibu.
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang
pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
antenatal standard, dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa
13
kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4) adalah kontak ibu hamil yang
keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan antenatal (Depkes RI, 2007).
Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil
yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga
kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan
ibu hamil memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001):
a. Kunjungan ibu hamil pertama (Kl)
Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama
kali pada masa kehamilan.
b. Kunjungan ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
c. Kunjungan ibu hamil keempat (K4)
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat
atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan dengan syarat:
1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
setelah minggu ke 36).
4) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
14
3. Kualitas pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal merupakan salah satu tahapan penting menuju
kehamilan yang sehat. Pemeriksaan antenatal yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuaannya adalah untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan
antenatal dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dalam memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil yaitu dokter spesialis kebidanan,
dokter, bidan dan perawat (Depkes, 2010).
Pemeriksaan antenatal sangat penting dan wajib dilakukan oleh para ibu
hamil karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan monitoring secara
menyeluruh baik mengenai kondisi ibu maupun janin yang sedang
dikandungnya. Pemeriksaan antenatal juga dapat mengetahui perkembangan
kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin dan bahkan penyakit
atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan
secara dini. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan kehamilan,
sebagai bahan pengetahuan bagi para ibu hamil agar menuju kehamilan
yang sehat dan keluarga yang berkualitas (Hutahaean, 2009).
Pemeriksaan antenatal ini merupakan upaya menurunkan angka
kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan,
dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim
berlaku (Manuaba, 2003).
15
Jadwal antenatal care (pemeriksaan antenatal) sebagai berikut
(Manuaba, 2003) :
a. Trimester I dan II
1) Sebulan sekali
2) Pengambilan data hasil laboratorium
3) Pemeriksaan ultrasonografi
4) Nasihat diet
a) Empat sehat lima sempurna
b) Protein 0,5/kg BB, ditambah satu telor/hari
5) Observasi
a) Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan
b) Komplikasi kehamilan
6) Rencana
a) Mengobati penyakit
b) Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan
c) Imunisasi tetanus I
b. Trimester III
1) Setiap dua minggu kemudian sampe seminggu sampai tanda
kelahiran tiba
2) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan
3) Diet empat sehat lima sempurna
4) Pemeriksaan ultrasonografi
5) Imunisasi tetanus II
6) Observasi
16
a) Penyakit yang menyertai kehamilan
b) Komplikasi hamil trimester III
c) Berbagai kelainan kehamilan trimester III
Adapun pemeriksaan antenatal saat antenatal yang berkualitas dapat
dilihat dari saat anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, prognosa dan terapi.
Hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan antenatal ialah sebagai
berikut:
a. Anamnesa
Anamnesa adalah pertanyaan terarah yang ditujukkan kepada ibu
hamil, untuk mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang
dimilikinya. Anamnesa dapat membantu untuk mengetahui dukungan
terhadap ibu dan pengambilan keputusan dalam keluarga, sehingga
membantu ibu dalam merencanakan persalinan yang baik (Depkes,
2007).
Menurut Depkes (2007) anamnesa pada kunjungan pelayanan
antenatal pertama dari ibu hamil yang perlu diperhatikan meliputi :
1) Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama dan
alamat ibu)
2) Keluhan utama atau apa yang diderita, apakah ibu datang untuk
memeriksa kehamilan atau ada masalah lain
3) Riwayat haid
4) Riwayat perkawinan
5) Riwayat kehamilan sekarang meliput: HPHT (haid pertama haid
terakhir), gerak janin, masalah atau tanda-tanda bahaya,
17
Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan, penggunaan obatobatan (termasuk jamu), kekhawatiran lain yang dirasakan
6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya seperti
riwayat hipertensi, perdarahan dan masalah-masalah yang lain
7) Riwayat penyakit yang pernah diderita/kesehatan seperti
penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus dll,
8) Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar,
penyakit menular dll.
9) Riwayat sosial ekonomi dan budaya meliputi status perkawinan,
riwayat KB, reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan,
dukungan keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga,
kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi, kebiasaan hidup
sehat, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan
dan penolong yang diinginkan.
No.
1.
Anamnesa obstetri
Umur penderita
2.
3.
Perkawinan
Sejarah persalinan
4.
Interval kehamilan
5.
Sejarah keluarga
Risiko rendah
Risiko tinggi
Kurang 19 tahun
Diatas 35 tahun
Infertilitas 3-5 tahun
Spontan B, aterm, hidup Persalinan premature,
Tidak pernah abortus,
abortus
dan persalinan
Persalinan dengan
premature
tindakan atau operasi
Tidak mengalami
operasi dalam
Rahim/persalinan
Tanpa komplikasi
kehamilan
Diatas 2 tahun atau di
Terdapat komplikasi
bawah 5 tahun
hamil
Tanpa metode KB
Anak terkecil 5 tahun
atau lebih
Tanpa penyakit yang
Penyakit keturunan
dapat menganggu
kehamilan
Penyakit menyertai
-
18
hamil:
Penyakit darah, asma,
jantung, ginjal dan
lever
6.
Tanggal menstruasi
terakhir
7.
Berat badan bayi
Kehamilan kembar
Menentukan pikiran
Umur hamil menurut
persalinan menurut
tinggi fundus uteri
rumus naegle
Umur menurut gerak
janin dan detak jantung
Membandingkan orang
bumil lainnya
Berdasarkan USG
Hamil 2500-3500 gr
BB > 4000 gr,
Menurut rumus Johnson makrosomia sulit lahir
Menurut USG
pervaginam
Tabel 2.1 anamnesa kehamilan
Tabel diatas menjelaskan gambaran khusus dalam anamnesa
kehamilan dari hasil anamnesa yang dilakukan oleh petugas kesehatan
dapat memberikan gambaran khusus.
Anamnesa tersebut juga
menunjukan hasil kehamilan yang berisiko rendah dan berisiko tinggi.
Pelaksanaan anamnesa yang sesuai pedoman dapat membantu untuk
menentukan masalah yang akan ditetapkan (Manuaba, 2003)
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secermat mungkin. Pemeriksaan
ini memerlukan ketelitian sehingga didapat diagnosa yang tepat dan
pengobatan yang akurat. Tujuan pemeriksaan fisik ini adalah untuk
mendeteksi
penyulit
atau
komplikasi-komplikasi
kehamilan.
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi :
1) Pemeriksaan luar, terdiri dari ;
a) Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum ibu (keadaan
gizi, kelainan bentuk badan dan kesadaran), status gizi ibu,
19
tanda vital, oedema, tinggi badan, berat badan, reflek,
pemeriksaan laboratorium sederhana bila ada untuk kadar
Hb, golongan darah dan urine rutin.
b) Pemeriksaan obstetri meliputi melihat kontraksi uterus dan
palpasi perut dengan cara leopold yang dibagi dalam 4
tahap
2) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama
pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada
kehamilan trimester III untuk menentukan keadaan panggul.
c. Intervensi dasar
Intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT
lengkap: Untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemberian (tablet besi)
minimnal 90 tablet selama kehamilan. Pemberian vitamin dan mineral
yang disarankan pada ibu hamil.
d. Diagnosa
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka dapat
ditegakkan diagnosa. Selain itu dapat diketahui :
1) Hamil atau tidak
2) Primigravida atau multigravida
3) Usia kehamilan
4) Janin hidup atau mati
5) Janin tunggal atau kembar
20
6) Letak anak
7) Anak intrauterin atau extrauterin
8) Keadaan jalan lahir
9) Keadaan umum penderita
Tujuan terapi pada ibu hamil adalah untuk mencapai derajat
kesehatan setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjenlang
persalinan. Keluhan yang mengganggu perlu diperhatikan dan
diberi pengobatan. Berikan konseling pada ibu hamil mengenai
kehidupan waktu hamil, hygiene dan gizi, pemeriksaan antenatal
dan tanda-tanda bahaya kehamilan dll.
e. Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan
kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan
mmenanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran
yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bertujuan
mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat. Perilaku baru yang
terbentuk, terbatas pada pemahaman sasaran, sedangkan perubahan
sikap dan tingkah laku merupakan tujuan tidak langsung (Maulana,
2009).
Sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasaran pendidikan
kesehatan, meliputi masyarakat umum dengan orientasi masyarakat
pedesaan, masyarakat kelompok khusus dan individu dengan teknik
pendidikan kesehatan individual (Maulana (2009) dan Effendy (1998).
21
Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap saaran dalam
keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan
masyarakat dan ketersediaan waktu dari masyarakat (Effendy, 1998).
Perawatan kehamilan adalah memberikan pengawasan atau
pemeliharaan ibu hamil sampai melahirkan bayinya, dengan tujuan
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu pada ibu-ibu
hamil, melahirkan serta nifas. Karenanya seorang ibu hamil
kesehatannya perlu diawasi atau dirawat agar ibu hamil selalu dalam
keadaan sehat dan selamat, bila timbul kelainan pada kehamilan atau
timbul gangguan kesehatan dapat diketahui secara dini dan dapat
dilakukan perawatan yang tepat, dapat diberikan penyuluhan tentang
cara memlihara sendiri watu hamil dan dapat diberikan suntikan
kekebalan terhadap tetanus. Adapun pelaksanaan perawatan kehamilan
sebagai berikut (Dainur, 1995):
a. Memberikan penyuluhan atau mengajarkan para ibu-ibu untuk
pergi memeriksakan kehamilannya ke puskesmas secara
teratur
b. Memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang
c. Kebersihan perorangan, mandi setiap hari, kuku pendek, cukup
istirahat dan tidur, makanan bergizi, keluarga berencana,
anjuran untuk memepersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
persalinan dan untuk bayi yang akan dilahirkan, tanda-tanda
bahaya kehamilan , kehamilan yang beresiko.
22
d. Dengan pengamatan yang cermat bila didapati kelainankelainan pada ibu hamil atau keluhan -keluhan yang tidak
wajar kirimlah ke puskesmas untuk pemeriksaan dan
pengobatan
f. Sistem rujukan
Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yang memnungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizintal
kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efesiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Syafrudin dan Effendi,
2009).
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan
rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu
kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan
mendahulukan kebutuhan massyarakat. Kita ketahui bersama bahwa
tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah
dibahas
mengenai
masalah
3T
(tiga
keterlambatan)
yang
melatarbelakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat
mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (Syafrudin, 2009).
Adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada
23
kasus yang tergolong beresiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran
dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk
merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika menghadapipenyulit. Jika bidan lemah atau lalai
dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa dan
ibu (Syafrudin, 2009).
Konsep kesejahteraan ibu merupakan konsep yang kompleks yang
memerlukan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi (KISS)
pelaksanaan yang terarah dengan jelas sehingga dapat menurunkan
angka kematian ibu dan perinalatal. ditinjau dari struktur pelaksaanaan
dengan puskesmas sebagai ujung tombaknya, polindes dan posyandu,
maka dapat dibyang sasaran yang hendak vapai akan berhasil. Pesan
kesehatreaan ibu pada massyarakat masyarakat sebagai berikut
(Manuaba, 1998):
1. Segeralah datang ke pusat pelayanan kesehatan terdekat
a. Melakukan perawatan antenatal
b. Melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali
c. Menasehati kapan harus datang ke pusat pelayanan
kesehatan
d. Perut sakit atau terjatuh
e. Mengeluarkan darah campur lendir, mengeluarkan darah
saja dan mengeluarkan cairan
24
f. Gerakan janin makin berkurang
g. Badan panas sebagai tanda infeksi
2. Kepada
keluargah
diterangkan
keadaan
yang
dapat
membahayan saat hamil dan meningkatkan bahaya terhadap
bayinya
3. Wanita hamil memerlukan makanan lebih dan istirahat cukup
4. Mendorong kesehatan reproduksi yang optimal
5. Wanita yang sehat jasmani dan rohani sejak saat kanak-kanank
mempunyai penyulit kehamilan yang makin berkurang
Pemantauan kemajuan kehamilan dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal (pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, pengukuran tinggi fundus uteri, memantau
gerakan janin); mendiagnosa kehamilan untuk mengetahui ada
tidaknya komplikasi serta penanganannya) dan non medis (konseling
perawatan kehamilan dan persiapan rujukan) Pemeriksaan, diagnosis
pemantauan serta penanganan harus dilakukan sesuai standar. Namun
dalam penerapan operasionalnya menurut Depkes (2010) dikenal
standar minimal ”10T” untuk pelayanan Antenatal yang terdiri atas:
1) (Timbang) berat badan
2) Ukur (tekanan) darah
3) Tes nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4) Ukur (tinggi) fundus uteri
5) Tes DJJ (denyut jantung janin)
6) Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap.
25
7) Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama kehamilan
8) (Tes) terhadap penyakit menular seksual
9) (Temu) wicara dalam rangka pensiapan rujukan
10) Tatalaksana kasus.
Kelompok the action on preeclampsia (APEC) mengenalkan sebuah
brousur untuk membantu wanita memahami petingnya memeriksa tekanan
darah mereka serta instruksi tentang kapan mencari rujukan bidan atau
medis (Henderson, 2005).
Memperlakukan wanita sebagai mitra kerja-informasi tentang gejala yang
dapat menunjukkan preeklampsia
a. Sakit kepala berat
b. Pandangan kabur atau kilatan cahaya
c. Nyeri berat dibawah iga
d. Muntah-muntahh
e. Pembengkakan mendadak pada wajah, tangan dan kaki secara
mendadak
Sumber; APEC, 1996
Tabel 2.2 kotak brosur APEC
B. Preeklampsia
1. Pengertian preeklampsia
Menurut Hacker (2001) preeklampsia dapat disebut sebagai hipertensi
yang diinduksi-kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada kehamilan.
Preeklampsia tidak semata-mata terjadi pada wanita muda pada kehamilan
pertamanya. Preeklampsia ini paling sering terjadi selama trimester terakhir
kehamilan.
Preeklampsia
merupakan
sindrom
spesifik
kehamilan
berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et
26
al, 2003). Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasopspastik, yang
melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan
proteinuria. Preeklampsia terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang
sbelumnya
memiliki
tekanan
darah
normal
(Bobak
dkk,
2005).
Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai
preeklampsia yang berat.
Eklamsia didiagnosa bila pada wanita dengan kriteria klinis
preeklampsia, timbul kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh penyakit
neurologis lain seperti epilepsi (Cunningham, F.Gary, 1995). Eklampsia
adalah gejala preeklampsia berat disertai dengan kejang dan diikuti dengan
koma (Manuaba, 2007).Sedangkan menurut Hacker, Moore (2001)
eklampsia didefinisikan sebagai penambahan kejang umum pada sindroma
preeklampsia ringan atau berat.
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias :
hipertensi, proteinuri dan edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya (Mochtar R, 1998).
2. Faktor resiko
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab
terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan
sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor
resiko tersebut meliputi;
27
a. Usia
Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk
hamil/melahirkan. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya
preeklampsia/eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama
atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 thn)
(Wiknjosastro dkk, 2002 dan Dudley, 1992).
Wanita yang lebih tua mengalami peningkatan insiden hipertensi
kronik seiring dengan pertambahan usia, beresiko lebih besar
mengalami preeklampsia pada hipertensi kronik (Cunningham, 2003).
b. Paritas
Kejadian 80% kasus hipertensi pada kehamilan, 3–8% pasien
terutama terjadi pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua
(Lewellyn, 2001). Karena pada primigravida pembentukan antibodi
penghambat
meningkatkan
(blocking
resiko
antibodies)
terjadinya
belum
sempurna
preeklampsia.
sehingga
Perkembangan
preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan dengan umur
yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
c. Kehamilan ganda/multipel
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6%
preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada
kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah dislensia
uterus.
28
d. Genetik
Preeklampsia/eklampsia bersifat herediter. Cooper dan liston
(1997) meneliti kemungkinan bahwa kerentanan terhadap preeklamsia
bergantung pada gen resesif. Seseorang yang mempunyai riwayat
preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
e. Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposing terjadinya preeklampsia atau
eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit
vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial (Derek 2001
dan Taber 1991). Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial
berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga
diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah
kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20%
menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu
gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri
kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (Supperimposed
preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahan otak
(Cuningham, 2003).
f. Status gizi
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah
juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah
yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin
gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di
29
dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung.
Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia.
Tabel 2.3
Faktor resiko preeklammpsia-eklampsia
Faktor resiko
Frekuensi
Usia
Berat badan
Penyakit kronis
Keterangan
Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua
Usia < 18 atau > 35
< 50 Kg atau gemuk
Diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit pembuluh darah, penyakit pembuluh
darah kolagen (lupus eritematosus sistemik)
Komplikasi
Kehamilan multipel, janin besar, hidrop janin,
kehamilan
polihidramnion
Riwayat kehamilan
Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
Genetik
Genetik
Sumber: Bobak, Lowerdermik, Jensen (2005)
3. Etiologi
Dalam
teori
dikemukakan
beberapa
penyebab
terjadinya
preeklampsia, namun penyebab pastinya masih belum diketahui. Teori
yang mengemukakan tentang bagaimana dapat terjadi hipertensi pada
kehamilan cukup banyak sehingga Zweifel (1922) menyebutkan sebagai
"disease of theory". karena banyaknya teori dan tidak satupun dari tersebut
dapat menerangkan berbagai gejala yang timbul.
beberapa landasan teori di kemukan sebagai berikut :
a. Teori genetik
Berdasarkan teori ini, penyakit ini dapat diturunkan pada anak
perempuannya sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi
kehamilannya. Sifat herediternya ada “resesif” sehingga tidak atau
jarang terjadi pada menentunya. kejadian hipertensi pada kehamilan
berikutnya atau ketiga akan makin berkurang.
30
b. Teori immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada
kehamilan I terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek imun
humoral dan aktiva komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan
terjadinya pembentukan proteinuria.
c. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada
endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh selsel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal
prostasiklin meningkat. Sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan
ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi dan penurunan volume plasma (Joko, 2002).
d. Teori iskemia regio uteroplasenta
Pada kehamilan normal, arteria sprialis yang terdapat pada desidua
mengalami pergantian sel dengan tofoblas endovaskular yang akan
menjamin lumennya tetap terbuka untuk memberikan aliran darah
tetap, nutrisi cukup dan o2 seimbang. Destruksi pergantian ini
seharusnya pada trimester pertama yaitu minggu ke 16 dengan
perkiraan pembentukan palsenta telah berakhir.
Invasi endovaskular trofoblas terus berlangsung pada trimester
kedua dan masuk ke dalam arteria miometrium. Hal ini menyebabkan
pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga klelangsungan aliran
31
darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal tersebut diperlukan untuk
tumbuh kembang janin dalam rahim.
Invasi trimester kedua pada preeklampsia dan eklampsia tidak
terjadi sehingga terjadi hambatan pada saat memerlukan tambahan
aliran darah untuk memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan
“iskemia regio uteroplasenter” pada sekitar minggu ke 20.
e. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting
dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui
dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat
secara signifikan dalam darah wanita hamil preeklampsia. Kenaikan
kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan
kadar fibronektin akan meningkatkan sesuai dengan kemajuan
kehamilan (Drajat, 2000 ).
f. Teori diet
Peranan kalium dalam hipertensi kehamilan sangat penting
diperhatikan karena kekurangan kalsium dalam diet dapat memicu
terjadinya hipertensi. Ibu hamil memerlukan sekitar 2-2 1/2 gram
kalsium per hari.
Kehamilan normal
↓ vasokonstriksi
↓ gumpalan trombosit
↓ aktivitas uterus
↑ aliran darah uteroplasenta
↑
Prostasiklin
↑ vasokonstriksi
↑ gumpalan trombosit
↑ aktivitas uterus
↓ aliran darah
uteroplasenta
↑
Tromboksan
32
endoperoksin
asam arakhodonik
↓ vasokonstriksi
↓ gumpalan trombosit
↓ aktivitas uterus
↑ aliran darah
uteroplasenta
↑
Prostasiklin
Preeklampsia
↑ vasokonstriksi
↑ gumpalan trombosit
↑ aktivitas uterus
↓ aliran darah
uteroplasenta
↑
Tromboksan
endoperoksin
asam arakhodonik
Bagan 2.1 Teori Prostaksiklin
Bagan diatas menjelaskan kesimbangan aktivitas biologis prostaksiklin
dan tromboksan pada kehamilan normal. Penurunan prostaksiklin pada
preeklampsia. Aktivitas tromboksan meningkat pada preeklampsia
sedangkan aktivitas prostaksiklinnya menurun.
4. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan
perubahanan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada
kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi,
penurunan resintensi vaskular sisteik (Systemic Vascular Resistance
(SVR)). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun,
sehingga terjadi homo konsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.
33
Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi
ke-unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik leih lanjut menurunkan
perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga
kapasitas oksigen menurun. Vasospasme merupakan sebagian ekanisme
dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasospasme
merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredaran
darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan ketidakseimbang antara
prostasiklin prostaglandin dan tromoksan A2 (Consensus Report, 1990
dalam Bobak 2005).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
partologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan
oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan
hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respone terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostagladin, tromboxsan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
pendarahan dapat menpengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan
sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria.
Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium
peningkatan
tes
fungsi
hati.
Manifestasi
terhadap
kadiosvaskuler meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatanya
cardiak output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan
hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositpeni. Infark
34
plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhabat
bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).
kegagalan migrasi trofoblas intertisial
sel dan endotelial trofoblas ke dalam
arterioli miometrium
Penyakit maternal
Faktor immunologis
- Hipertensi
- Kardiovaskular
- Penyakit ginjal
Kebutuhan darah, nutrisi,
dan O2 tidak terpenuhi
setelah 20 mg
Faktor trofoblas
berlebihan
Hamil ganda
Molahidatidosa
Hamil + DM
Iskemia regio uteroplasenta
Terapi HDK
Perubahan terjadi
Bahan toksis
Medikamentosa
menurut
Bahan toksis
Aktivitas
endotelium
meningkat
Perlu endotel
Sitokin
Lipid peroksid
Kreatinin naik
Vasokonstriksi
pritchard
zupan sibai
terminasi kehamilan
Hipertensi
Permeabilitas
kapiler meningkat
Perlukaan endotel
Iskemia organ vital
Edema dan nekrosis
Perdarahan
Timbunan
trombosit
Menimbulkan gangguan
fungsi khusus darahnya
Terjadi
fibronolisis
hemokonsentrasi
hipovolumia
Perlekatan fibrin
trombositipenia
tromboksan A2
meningkat
Hemolisis darah
Preeklampsia/e
klampsia
HELLP Syndrome
Bagan 2.2 patofisiologi preeclampsia Sumber: Manuaba, 2007
35
5.
Gambaran klinis
Pembagian preeklampsia sendiri dibagi dalam golongan ringan dan
berat. Berikut ini adalah penggolongannya Novita (2008) & Cunningham
(2003):
a. Preeklampsia ringan
Dikatakan preeklampsia ringan bila :
Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-110 mmHg, Proteinuria minimal 30 mg/dl/24 jam (<
2g/L/24 jam), Tidak disertai gangguan fungsi organ.
b. Preeklampsia berat
Dikatakan preeklamsia berat bila :
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik >
110 mmHg, Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada
pemeriksaan kuantitatif. Bisa disertai dengan : Oliguria (urine ≤ 400
mL/24jam), Keluhan serebral, gangguan penglihatan, Nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium. Selain itu kita juga
akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan
kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak
(Michael, 1992).
c. Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai
dengan adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.
Eklampsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada ibu hamil
disertai tanda gejala preeklampsia. Konvulsi atau koma dapat muncul
tanpa didahului gangguan neurologis (Bobak, 2005). Eklampsia
36
mungkin diperberat oleh nyeri epigastrik dan peningkatan suhu diikuti
dengan kejang grand mal.
Perbedaan Preeklamsia Ringan dan Preeklampsia Berat
Efek pada ibu
Tekanan darah
Preeklampsia Ringan
Peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 30 mmHg
atau lebih, peningkatan
tekanan darah diastolik
sebesar ≥ 15 mmHg
MAP
140/90 = 107
Peningkatan
Peningkatan berat badan
berat badan
lebih dari 0,5 kg/minggu
selama trimester kedua dan
ketiga atau peningkatan
berat badan yang tiba-tiba
sebesar 2 kg setiap kali
Proteinuria
Protein sebesar 300 mg/l
dipstick
dalam 24 jam atau > 1g/l
kualitatif analisa secara random dengan
kualitatif 24 jam memakai contoh urine
siang
hari
yang
dikumpulkan pada waktu
dengan jarak enam jam
karena kehilangan proein
adalah bervariasi; dengan
dipstick, nilai bervariasi
dari sedikit sampai 1+
Edema
Edema dependen, bengkak
di mata, wajah, jari, bunyi
pulmoner tidak terdengar
Refleks
Hiperefleksi +3; tidak ada
klonus dipergelangan kaki
Haluaran urine
Keluaran sama dengan
masukan; ≥ 30 ml/jam
Nyeri kepala
Sementara
Gangguan
Tidak ada
penglihatan
Iritabilitas/afek
Sementara
Nyeri ulu hati
Tidak ada
Kreatinin serum Normal
Trombositopenia Tidak ada
Peningkatan
Minimal
AST
Hematokrit
Meningkat
Preeklampsia Berat
Peningkatan menjadi ≥ 160/110
mmHg
pada
dua
kali
pemeriksaan dengan jarak enam
jam pada ibu hamil yang
beristirahat di tempat tidur
160/110 = 127
Sama seperti preeklampsia
ringan
Protein 5 sampai 10 g/l dalam
24 jam atau >+2protein dengan
dipstick.
Edema umum, bengkak semakin
jelas di mata wajah, jari, bunyi
paru (rales) bisa terdengar
Hiperefleksia +3 atau lebih;
klonus dipergelangan kaki
Oliguria: 30 ml/jam atau 120
ml/4jam
Berat
Kabur, berat, fotopobia, bintik
buta pada funduskopi
Berat
Ada
Ada
Ada
Jelas
Meningkat
37
Efek pada janin
Perfusi plasenta
Menurun
Perfusi menurun dinyatakan
sebagai IUGR pada fetus,
DJJ:deselarasi lambat
Premature
Tidak jelas
Pada waktu lahir plasenta
placental aging
terlihat lebih kecil daripada
plasenta yang normal untuk usia
usia kehamilan, premature aging
terlihat jelas dengan berbagai
daerah yang sinsitiannya pecah,
banyak
terdapat
nekroris
iskemik (infrark putih), dan
defosisi
fibrin
intervilosa
(infrark merah) bias terlihat
Tabel 2.3 perbedaan preeclampsia ringan dan berat
Sumber : Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas
6.
Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha
pertama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia
dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut dibawah ini biasanya terjadi
pada preeklampsia berat dan eklampsia.
a. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang
menderita
hipertensi
akut
dan
lebih
sering terjadi
pada
preeclampsia.
b. Hipofibrinogenemia. Pada preeklampsia berat Zuspam (1978)
menemukan 23% bifofibrinogenemia.
c. Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang
menunjukan gejala klinik hemilisis yang dikenal karena ikterus.
Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan selselhati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
38
yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklamensia dapat
menerangkan ikterus tersebut.
d. Pendarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama
kematian maternal penderita eklampsia.
e. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung selama seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadangkadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
f. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita
dari 69 kasus eklampsia, hal ini desebabkan karena payah jantung.
g. Nekrosis hati. Nekrosis periporal pada preeklampsia-eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga
khas untuk eklamsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit
lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama penemuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP. Yaitu Haemolisis, Eleved Liver Enzymes, Dan
Low Platelet.
i. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel edotelial tubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah
anuria sampai gagal ginjal.
j. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan frakura karena jatuh
akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation)
39
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
7.
Penatalaksanaan
Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan adalah berbahaya. Semua ibu
hamil dengan komplikasi kehamilan memerlukan pengawasan ketat oleh
tenga kesehatan, dirujuk dan dipersiapkan agar persalinannya berlangsung
di rumah sakit. Penangan komplikasi kehamilan ditingkat pelayanan dasar
pada dasarnya hanyalah pertolongan pertama dalam rujukan. Berikut ini
terapi preeklampsia menurut Depkes ( 1994):
Preeklampsia ringan (tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/100
mmHg) masih mungkin ditangani dipuskesmas dan dibawah pengawasan
dokter. Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti) dan
menjelaskan kemungkinan adanya bahaya
b. Memberikan obat penenang: tablet luminal 3x30 mg/hari atau tablet
valium 3x5 mg/hari dan dipantau ketat (diberi obat untuk 3 hari,
kemudian tekanan darah diperiksa lagi). Ibu dipesan untuk segera
datang bila ada keluhan lain/keadaan memburuk, walaupun obat yang
diberikan belum habis.
c. Bila dalam satu minggu tekanan darah tidak turun atau makin
bertambah, maka ibu di rujuk ke RS.
Bila penderita ditemukan dalam preeklampsia berat atau eklampsia,
penderita harus langsung dirujuk ke RS. Tujuan dari perawatan adalah
menjcegah kejang, menurunkan tekanan darah, menetapkan fungsi ginjal
yang adekuat, dan melanjutkan kehamilan sampai janin cukup matur. Bila
40
kehamilan telah 36 minggu atau lebih dan maturitas paru janin telah
ditetapkan, dilakukan induksi persalinan atau persalinan caesar. Bila
menandakan imaturitas atau kehamilan kurang dari 36 minggu, berikan
tindakan
untuk
mengurangi
gejala-gejala
pada
ibu
sehingga
memungkinkan tersedianya waktu untuk maturitas janin.
Pertolongan yang perlu diberikan dalam rangka merujuk adalah:
1. Infus dextran atau glukosa 5%
2. Pemberian sulfas magnesikus 8 g, i.m di bokong kiri dan kanan
(masing-masing 10 cc @4 g) untuk preeklampsia berat. Bila perlu,
pemberian dapat diulang tiap 4 jam.
3. Untuk eklampsia diberikan sulfas magnesikus 2 g i.v dan perlu
dipasang sendok/tong-spatel pada mulut, agar lidah tidak tergigit pada
waktu kejang.
4. Pengukuran/pencatatan cairan yang masuk dan keluar karena itu perlu
dipasang kateter dan urin ditampung.
Hal ini yang akan diberikan pada pasien selama dirawat di rumah sakit
dengan preeklampsia berat, berikut ini:
1. Tirah baring, ruangan yang tenang, tidak ada telepon dan sedikit
pengunjung untuk mengurangi stimulus yang dapat mencetuskan
serangan kejang
2. Diet tinggi protein, natrium sedang yang dapat ditoleransi bila tidak
terdapat mual atau indikasi dari aktivitas yang menimbulkan serangan
kejang
41
3. Kesimbangan cairan dan penggantian elektrolit untuk memperbaiki
hipovolumia, mencegah kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan serum
harian (asupan cairan harus 1000 ml ditambah haluan urin untuk 24
jam sebelumnya)
4. Sedatif seperti diasepam atau fenobarbital untuk meningkatkan
istirahat
5. Antihipertensif sepperti hidralazin untuk meningkatkan vasodilatasi
tanpa memberikan efek yang berat pada janin (diberikan bila tekanan
diastolik lebih tinggi dari 110 mmHg, diberikan drip intravena atau
suntikan)
6. Antikonvulsan untuk mengurangi resiko kejang seperti magnesium
sulfat (MgSO4) diberikan IM atau IV untuk mempertahankan kadar
dalam darah antara 4,0 dan 7,5 mg/dl (pada 10 mg/dl, refleks tendon
dalam menghilang dan pada 15 mg/dl terjadi paralisis pernapasan dan
atau henti jantungDukungan atau pendidikan untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan kerja sama dengan
tetap memberikan informasi tentang status janin, mendengarpenuh
perhatian, mempertahankan kontak mata dan berkomunikasi dengan
tenang hangat dan empati yang tepat.
BAB III
DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka konsep
Konsep
merupakan
abstraksi
dari
suatu
realitas
agar
dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti)
(Nursalam, 2008). Pada penelitian ini peneliti telah meneliti mengenai kualitas
pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia dimana variabel yang
akan diteliti meliputi kualitas pemeriksaan antenatal yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan pada ibu hamil dalam mendeteksi preeklampsia, termasuk
hambatan atau kendala yang tenaga kesehatan dalam proses pelaksanaan, serta
kebutuhan baik yang telah atau belum dilakukan dalam mendeteksi
preeklampsia.
B. Definisi istilah
1. Pemeriksaan antenatal
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya secara berkala. Asuhan antenatal dapat diberikan oleh
perawat atau tenaga medis dan sesuai dengan standar pemeriksaan
antenatal. Kualitas tersebut dapat ditinjau dari aspek pemeriksaan
kehamilan, meliputi :
42
43
a. Anamnesis
Pertanyaan terarah yang ditunjukkan pada ibu hamil untuk mengetahui
keadaan ibu dan faktor risiko yang dimilikinya.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi penyulit atau komplikasikomplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik ini meliputi: pemeriksaan luar
seperti keadaan umum ibu, status gizi ibu (LILA), tanda vital, oedema,
tinggi badan, berat badan, reflek, pemeriksaan laboratorium sederhan
(proteinuria dan Hb.
c. Penyuluhan atau edukasi
Penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik
praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup
sehat. Penyuluhan diberikan pada ibu hamil untuk mengegatahui resiko
preeklampsia dan bahaya dari penyakit tersebut.
d. System rujukan
Suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat, masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif. Rujukan bagi ibu hamil dengan preeklampsia sangat
44
diperlukan. Oleh karena itu perlu deteksi dini bagi ibu yang beresiko
preeklampsia.
2. Preeklampsia
Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia
terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan
darah dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan
diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90
mmHg.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi
fenomenologis deskriptif. Penilitian kualitatif adalah suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia (Bungin, 2003). Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang
merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Penelitian ini dilakukan pada
kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010).
Studi fenomenologi mempelajari tentang arti kehidupan beberapa individu
dengan melihat konsep pengalaman hidup mereka atau fenomenanya.
Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan
fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup.
Studi fenomenologi penting bagi praktek keperawatan karena pendekatan ini
membawa pada pengalaman hidup seseorang mengenai persepsi pada suatu
fenomena yang dihadapinya (Streubert, 2003). Tujuan studi fenomenologi
adalah memahami makna dari pengalaman kehidupan yang dialami informan
dan menjelaskan perspektif filosofi yang mendasari fenomena tersebut
(Dharma, 2011).
45
46
Fenomenologi deskriptif mencakup eksplorasi secara langsung, analisis,
dan deskripsi dari fenomena tertentu, sebebas mungkin timbul dari prasangka
tidak teruji, dengan tujuan presentasi intuisi yang maksimal. Fenomenologi
deskriptif
menstimulasi
persepsi
pengalaman
hidup
mereka
dengan
menekankan pada kesempurnaan, luasnya dan kedalaman pengalaman yang
didapat Spiegelberg (1975) dalam Streubert, (2003).
Spiegelberg (1975) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk fenomenologi
deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan
(describe). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi sepenuhnya terlibat
dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang
fenomena seperti yang dijelaskan oleh para informan ibu hamil yang berisiko
preeklampsia dan pelaksana ANC. Langkah kedua yaitu analisis, yang
melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data
yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan
fenomena tersebut berkaitan dengan elemen atau unsur, peneliti juga
mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang
dialami informan ibu hamil yang berisiko preeklampsia dan pelaksana ANC.
Langkah ketiga yaitu deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan dan
analisis. Meskipun ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi
secara bersamaan. Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan
membawa ke penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen
penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan
47
mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti
akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya.
Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya (Sugiyono, 2010). Penelitian ini melihat bagaimana kualitas
pelayanan ANC dengan melihat pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi
preeklampsia dimana penelitian kualitatif bisa memberikan gambaran yang
menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang alamiah dan pendekatan
fenomenologis peneliti akan mempelajari data dan mengulang berkali-kali apa
yang informan alami dapat digambarkan sebagai makna kualitas pelayanan
(Stainback, 2003 dan Streubert, 2003). Melalui penelitian dan pendekatan ini
diharapkan peneliti dapat menggali pengalaman hidup informan yang alamiah
dan memperoleh penjelasan terperinci tentang suatu fenomena tentang kualitas
pelayanan ANC yang dilihat dari pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi
preeklampsia.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Poliklinik KIA Puskesmas Ciputat
Kota Tangerang Selatan pada bulan November dan Desember tahun 2012.
Penelitian ini dilakukan di Ciputat karena peneliti melihat kualitas pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada pemeriksaan kehamilan
48
yang belum komprehensif. Hal tersebut dapat dilihat pada studi pendahuluan
yang dilakukan peniliti :
Pengamatan pada dua orang bidan
menyatakan bahwa ada kebijakan
tentang pedoman kerja di Puskesmas, namun pelaksanaanya belum sesuai
dengan pedoman tersebut. Pengamatan pelayanan antenatal dengan 10 T yang
dilakukan pada 10 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC masih belum
dilakukan seluruhnya seperti pemberian imunisasi TT, tes terhadap penyakit
menular seksual dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh meliputi
pengamatan oedema, refleks, anamnesa yang belum lengkap, tes laboratorium
rutin jarang dilakukan, dan penyuluhan terkait resiko bahaya preeklampsia
masih belum efektif.
C. Informan Penelitian
Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive)
dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy).
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka sumber informasi atau informan
dalam penelitian ini adalah :
1. Informan Kunci
Informan terdiri dari ibu hamil sebanyak lima orang ibu hamil yang
berisiko preeklampsia, dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
a.
Primigravida
b.
Umur kehamilan lebih dari 20 minggu
c.
Rutin melakukan kunjungan ANC
49
d.
Dapat berpartisipasi dalam penelitian
2. Informan pendukung
a. Tiga tenaga kesehatan yaitu Bidan yang bertugas di Poliklinik KIA
Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
D. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini yaitu ibu hamil dengan preeklampsia, tenaga
kesehatan yang melakukan ANC. Sampel dalam penelitian ini adalah
informan yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Moleong,
2000). Penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila telah sampai
kepada redundancy/saturation data (data telah jenuh, jika ditambah informan
lagi tidak memberikan informasi yang baru) artinya bahwa dengan
menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, 1988 dalam Sugiyono,
2010). Penentuan jumlah sampel dapat ditambah apabila data belum mencapai
saturasi (Streubert & Carpenter, 2003).
50
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data telah dilaksanakan pada bulan November dan
Desember 2012. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan melalui
pedoman wawancara dan melakukan observasi.
2. Tahap pengumpulan data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
1) Sebelum melakukan uji coba pedoman wawancara, peneliti
mengurus izin penelitian ke pihak-pihak terkait pada Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dinas kesehatan
setempat, puskesmas dan melakukan kode etik penelitian
2) Setelah
melakukan
perizinan
selesai,
peneliti
melakukan
wawancara pada ibu hamil dengan preeklampsia dengan
dibuatkan transkrip wawancara. Hasil transkrip wawancara telah
peneliti bicarakan dengan pembimbing. Selanjutnya, peneliti
melakukan uji coba pedoman wawancara pada teman sejawat
tanpa dibuatkan transkrip hasil wawancara. Uji coba pedoman
wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti agar lancar saat
pengumpulan data pada informan nanti.
3) Peneliti mendata informan yang sesuai dengan kriteria. Setelah itu
peneliti mengadakan pertemuan dengan informan kunci kemudian
51
pada informan pendukung untuk menjelaskan tujuan penelitian,
menyesuaikan jadwal, melakukan informed consent.
4) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada
informan kunci yaitu ibu hamil yang berisiko preeklampsia.
Setelah selesai peneliti melanjutkan wawancara pada informan
pendukung pada bidan. Peneliti membuat transkrip data informan
kunci dan pendukung.
b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan
pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode
yang dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian
kualitatif, yaitu cara mengumpulkan data dengan:
1) Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan salah
satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif untuk
memperoleh informasi yang mendalam tentang pendapat,
persepsi, penerimaan atau kepercayaan masyarakat terhadap
program pelayanan yang telah ada (evaluatif) atau program
pelayanan kesehatan yang akan dijalankan (Budiarto, 2004).
Wawancara mendalam dibantu dengan alat pencatat dan alat
perekam (tape recorder). Pada penelitian ini, peneliti akan
menggali informasi yang mendalam tentang pelayanan ANC
meliputi pemeriksaan kehamilan apa saja yang didapat oleh
52
informan utama yaitu ibu hamil dengan preeklampsia dan
pelaksanaan ANC sebagai informan pendukung tenaga
kesehatan yaitu bidan.
Peneliti disini sebagai instrumen utama penelitian untuk
melakukan
pengumpulan
data
dengan
menggunakan
wawancara mendalam (indepth interview) melalui pedoman
wawancara agar informan mendapatkan kesempatan untuk
menjelaskan pengalmannya secara terbuka tentang fenomena
yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2003). Alasan peneltian
menggunakan
teknik
wawancara
mendalam
ingin
mendapatkan data lebih dalam tidak hanya terbatas pada
pelayanan yang diterima oleh ibu hamil.
Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010)
mengungkapkan bahwa wawancara mendalam dapat dilakukan
dalam waktu satu jam. Peneliti akan melakukan kontrak waktu
dengan informan, sehingga responden dapat merencanakan
kegiatannya pada hari itu tanpa terganggu oleh wawancara.
Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding
hanya satu kali dengan waktu yang panjang.
Selama wawancara mendalam peneliti juga membuat
catatan lapangan (field note) yang berisi deskripsi tentang
tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat
53
wawancara seperti tatanan lingkungan, interkasi sosial dan
aktivitas yang berlangsung saat wawancara dilakukan.
Teknik wawancara dimulai dari hal-hal yang bersifat umum
kemudian diarahkan ke hal-hal yang bersifat khusus. Sebelum
wawancara terhadap subtansi yang diteliti peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum termasuk data
demografi
dengan
kedekatan
ini
diharapkan
informan
merasakan nyaman berbicara dengan peneliti, kemudian
peneliti melanjutkan wawancara untuk mengekplorasi inti dari
topik penelitian ini.
Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif
mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan
mencatat, lebih banyak
mendengarkan,
menindaklanjuti
jawaban informan. Bertanya dengan pertanyaan yang jelas dan
terfokus,
mengindari
pertanyaan
yang
mengarahkan,
menggunakan pertanyaan terbuka, mengindari pertanyaan
dengan “mengapa”. Selama wawancara berlangsung peneliti
tidak menyela pembicaraan informan, menjaga perhatian
informan dan sabar (Patilima, 2007).
Teknik ini dapat diharapkan dapat terjalin komunkasi
langsung, luwes dan fleksibel serta terbuka, tetap terarah,
sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas
54
mengenai kualitas pelayanan ANC meliputi pemeriksaan
kehamilan yang sesuai dengan pedoman.
2) Observasi
Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta
untuk cross check data dan memperkaya informasi. Observasi
dinilai dengan menggunakan lembar check list dan pengamatan
peneliti dalam kegiatan pelayanan antenatal berlangsung. Tujuan
observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitasaktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang
terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut (Poerwandari, 2009).
Dalam penelitian ini, beberapa hal yang di observasi antara lain :
1) Kegiatan pada pelayanan ANC
a) Pemeriksaan kehamilan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Penyuluhan
d. Sistem rujukan
F. Keabsahan Data
Penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara
yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena
55
beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam
penelitian kualitatif, sumber data kualitatif yang kurang credible akan
mempengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin, 2003). Oleh karena itu,
penetapan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan.
Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability) (Moleong, 2010). Adapaun teknik validitas data dalam
penelitian ini meliputi :
1. Kredibilitas (Credibility)
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.
Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang
detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan
dengan hasil penelitian lain, dan member check (Bungin, 2007). Cara
memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu (Bungin, 2007 &
2003):
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan
dapat menguji informasi dari responden dan untuk membangun
kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri
peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
56
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer
debriefing
(membicarakannya
dengan
orang
lain)
yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli
dalam bidang kualitatif.
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan
yang
berbeda
dan
mengembangkan
pengujian-
pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada
data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas peer drebriefing dan
mengadakan member check. Dimana pada setelah peneliti mengumpulkan
data peneliti akan membuat transkrip data. Pertama, transkip data yang
dibuat peneliti akan dibicarakan oleh pembimbing untuk mendiskusikan
unsur-unsur yang penting yang dialami informan. Kedua, peneliti akan
mengadakan member check setelah transkrip data dibuat dengan
mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengkalarifikasi hasil temuan
yang didapat peneliti.
2. Transferabilitas (Transferability)
Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada
situasi yang lain dengan subyek lain yang memiliki tipologi yang sama.
Dimana peneliti akan menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia
57
ingin membuat keputusan dengan melakukan peneltian kecil untuk
memverifikasi usaha tersebut (Bungin, 2003 dan Moleong, 2002).
Penelitian ini peneliti tidak akan melakukan transferabilitas pada
keabsahan data.
3. Dependabilitas (Dependability)
Dependabilitas
yaitu
apakah
hasil
penelitian
mengacu
pada
kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan
menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik
kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses
penelitian kualitatif bermutu atau tidak (Bungin, 2003).
Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat
maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi. Peneliti akan menjelaskan
secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian. Peneliti
juga akan menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan
bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing
(auditor) untuk membuat suatu kesepakatan.
4. Konfirmabilitas (Confirmability)
Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan
dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan
tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih
objektif (Saryono & Mekar, 2010). Pada penelitian ini hasil penelitian
58
ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan apakah hasil
temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat
peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti
dalam memeriksakan keabsahan data.
G. Teknik Analisa Data
Penelitian ini bertujuan untuk menyelediki pengalaman ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia. Analisa
data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978)
dalam Streubert (2003), meliputi:
1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran
menyeluruh tentang fenomena yang diteliti yaitu kualitas pemeriksaan
kehamilan dalam mendeteksi preeklampsi.
2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir
mengenai gambaran para informan mengenai kualitas pemeriksaan
kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia. Data yang dianggap
penting kemudian dilakukan pengkodean data.
3. Membaca semua gambaran semua informan secara berulang-ulang dari
fenomena yang dialami informan mengenai kualitas pemeriksaan
kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia dari beberapa aspek
meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, intervensi dasar, diagnosa, terapi
(konseling dan penyuluhan), sampai diperoleh pemahaman yang benar.
59
4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan
mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai kualitas
pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia .
5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema
dengan membuat kategori-kategori.
6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema.
7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif
8. Peneliti mengulang validasi data ke informan atas gambaran yang
diberikan untuk megklarifikasi data hasil penelitian
9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi
gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).
Memiliki gambaran yang jelas
tentang fenomena yang diteliti
Mencatat data yang diperoleh
(hasil wawancara dan observasi)
Membaca transkrip secara
berulang-ulang
Mengelompokkan kata kunci
Membuat kategori-kategori
Merumuskan tema
Mengintegrasikan hasil analisis
ke dalam bentuk deskriptif
Kembali ke responden untuk
klarifikasi data hasil penelitian
Menggabungkan data yang baru
diperoleh saat dilakukan validasi
Gambar 4.1 Teknik analisa data Colaizzi (1978)
Sumber: Streubert & Carpenter (2003).
60
H. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia namun
tidak berdampak langsung terhadap fisik, tetapi mungkin akan berdampak
terhadap emosional informan. Masalah etika yang harus diperhatikan menurut
Polit & Hungler (2001) sebagai berikut :
1. Kemanfaatan (Benefecience)
Penelitian ini memberikan beberapa pelaksanaan yang baik bagi ibu hamil
yang melakukan kunjungan ANC dan pelaksana ANC. Penelitian ini juga
memberikan perlindungan dari bahaya fisik, psikologis dan eksploitasi
(nonmalefecience) bagi informan.
2. Aspek kebebasan (Self determination)
Selama penelitian berlangsung peneliti memberikan aspek kebebasan
untuk menentukan apakah informan bersedia atau tidak untuk mengikuti
atau memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dan secara
sukarela informan menandatangani lembar persetujuan (informed consent).
3. Kerahasiaan (Privacy)
Selama penelitian informan juga dijaga kerahasiaan identitas
selama dan sesudah penelitian. Nama informan akan dirahasiakan sebagai
ganti digunakan nomor informan. Selama kegiatan penelitian nama
informan
akan
dirahasiakan
sebagai
gantinya
digunakan
inisial
(anonimity). Peneliti menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan
hanya menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan penelitian
(confidentiality).
61
4. Perlindungan dari ketidaknyamanan (Protection from discomfort)
Selama pengambilan data peneliti berusaha melakukan wawancara di
tempat yang diinginkan informan dan waktu yang ditentukan oleh
informan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada delapan
informan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, observasi
serta catatan lapangan, ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam
bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut.
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota
di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari
Kabupaten Tangerang, diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28
Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 51 tahun 2008.
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis karena berbatasan
langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara.
Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan yakni
: Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong
Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2.
Kota Tangerang Selatan terdapat 14 Rumah Sakit, 11 Puskesmas, 18
Puskesmas Pembantu, 140 Klinik, 97 Rumah Bersalin, 211 dokter praktek, 175
Bidan Praktek dan 913 Posyandu yang semuanya tersebar di 7 Kecamatan di
Kota Tangerang Selatan.
Puskesmas Ciputat terletak ± 27 km sebelah tenggara Kota Tangerang,
Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 H. Pelayanan KIA di
62
63
puskesmas Ciputat memiliki 9 tenaga kesehatan dengan 6 bidan pelaksana, 2
bidan desa dan 1 bidan koordinator. Dua bidan desa mewakili daerah Ciputat
dan Cipayung.
B. Hasil Penelitian
1.
Karakteristik informan
Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu informan
utama dan informan pendukung. Informan utama adalah ibu hamil dengan
umur kehamilannya diatas 20 minggu yang rutin melakukan pemeriksaan
antenatal. Karakteristik dari informan utama yang diperoleh antara lain
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, umur kehamilan, status
obstetri, dan pekerjaan ibu. Sedangkan untuk informan pendukung terdiri
dari bidan yang melakukan pemeriksaan antenatal di Puskesmas Ciputat,
bidan koordinator dari Puskesmas Ciputat dan bidan desa yang mewakili
daerah Ciputat. Karakteristik dari informan pendukung yang diperoleh
antara lain nama, umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja di
Puskesmas Ciputat.
a. Informan utama
Informan utama yaitu lima ibu hamil dengan umur kehamilan
diatas 20 minggu yang rutin melakukan pemeriksaan antenatal di
puskesmas Ciputat. Karakteristik informan utama yang peneliti
dapatkan sebagai berikut:
64
No
Nama
JK
Tabel 5.1
Karakteristik informan utama
Umur Pendidikan Status obstetri
1.
2.
3.
4.
5.
P1
P2
P3
P4
P5
P
P
P
P
P
32 th
18 th
29 th
31th
22 th
D3
SLTP
SD
SMK
SMA
G1P0A0/H 21mgg
G1P0A0/H 28 mgg
G1P0A0/H 30 mgg
G1P0A0/H25 mgg
G1P0A0/H 32 mgg
Pekerjaan
IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
b. Informan pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah bidan yang
bekerja di Puskesmas Ciputat yang terdiri dari bidan yang melakukan
pemeriksaan antenatal di puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa
yang melayani wilayah Ciputat. Usia responden antara 25 – 40 tahun
dengan tingkat pendidikan D3. Tujuan wawancara dengan informan
pendukung adalah untuk mendapatkan informasi tambahan, cross check
data serta untuk memperkaya data penelitian.
Tabel 5.2
Karakteristik informan pendukung
Nama
Umur
Pendidikan
No
1.
2.
3.
2.
P6
P7
P8
25 th
38 th
33 th
D3
D3
D3
Lama
bekerja
1 tahun
14 tahun
3 tahun
Hasil analisis tematik
Tema berdasarkan hasil analisis tematik yang teridentifikasi
mengenai kualitas pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi preeklampsia
yaitu : 1) berbagai hal yang dianamnesis saat pemeriksaan antenatal 2)
komponen pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pemeriksaan antenatal
65
3) edukasi antenatal pada ibu yang berisiko preeklampsia 4) sistem
rujukan pasien preeklampsia di puskesmas.
Tema 1. Komponen anamnesis saat pemeriksaan antenatal
Pada pemeriksaan antenatal ada beberapa komponen anamnesa yang
ditanyakan oleh Tenaga kesehatan. Pertanyaan mengenai identitas pasien,
HPHT, riwayat kehamilan dan riwayat penyakit ditanyakan satu kali saat
pemeriksaan antenatal kunjungan pertama kali. Aspek yang selalu
ditanyakan setiap kunjungan antenatal ditanyakan adalah keluhan ibu
hamil dan kondisi janinnya.
a. Berbagai hal yang ditanyakan tenaga kesehatan saat pemeriksaan
antenatal
1.
Keluhan ibu hamil
Sebagian besar informan yaitu yaitu lima dari delapan informan
bahwa hal yang sering ditanyakan oleh bidan saat pemeriksaan
antenatal yaitu keluhan ibu hamil. Berikut ini merupakan salah satu
ungkapan yang usia kehamilan 21 minggu:
“....Yang ditanyakan oleh bidan biasanya ya keluhan ajah sih, ga
ada yang lain mbak.....”(P1)
Dua dari tiga tenaga kesehatan mengungkapan hal yang sering
ditanyakan pada ibu hamil ialah keluhan. Berikut ini merupakan
salah satu ungkapan tenaga kesehatan yang bekerja selama satu
tahun :
“...Ya biasanya keluhan saja misalnya keluhannya apa saja
bu....”(P6)
66
2.
Identitas ibu hamil
Satu dari delapan informan mengungkapkan bahwa identitas ibu
hamil merupakan hal yang selalu ditanyakan saat pemeriksaan
antenatal. Berikut ini merupakan ungkapan informan ibu hamil
dengan usia kehamilan 21 minggu:
“...kalau HPHT identitas itu pas pertama kehamilan kita ... (P1)
Semua tenaga kesehatan yang telah bekerja selama 14 tahun
mengungkapkan bahwa identitas merupakan hal yang selalu
ditanyakan saat pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapannya:
“...kalau pas awal ibu hamil datang itu yang ditanya biasa
identitasnya... (P7)
3.
HPHT ibu hamil (riwayat kehamilan sekarang)
Informan ibu hamil mengungkapkan bahwa HPHT atau riwayat
kehamilan sekarang merupakan hal
yang ditanyakan saat
pemeriksaan antenatal pertama kali. Berikut ini merupakan salah
satu ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 32
minggu:
“....HPHT ya pas saya periksa awal ke puskesmas ini...” (P5)
Dua dari tiga tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa HPHT biasa
ditanyakan saat awal pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapan
salah satu informan yang sudah bekerja selama 14 tahun:
“...kalau pas awal ibu hamil datang itu yang ditanya biasa
identitasnya, HPHTnya...”(P7)
67
4.
Riwayat kehamilan dan persalinan lalu
Dua dari tiga tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu pada ibu hamil juga merupakan
hal yang ditanyakan saat kunjungan pertama pemeriksaan
antenatal. Berikut ini ungkapkan tenaga kesehatan yang telah
bekerja
selama
satu
tahun
di
Puskesmas
Ciputat
selalu
menanyakan.
“....riwayat kehamilan dan persalinanya itu saat awal pemeriksaan
kehamilan si ibu....”(P6)
5.
Riwayat penyakit ibu hamil
Anamnesa
saat
pemeriksaan
antenatal
dalam
mendeteksi
preeklampsia biasanya menanyakan tentang riwayat penyakit.
Riwayat penyakit pada kehamilan pertama atau kunjungan pertama
pemeriksaan antenatal merupakan hal yang ditanyakan saat awal
pemeriksaan antenatal. Berikut ini merupakan salah satu ungkapan
patisipan ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu:
“....Biasanya yang ditanyakan itu ya riwayat penyakit saya,
keluarga ada sakit gula ga , hipertensi, jantung atau tidak seputar
penyakit sih ya mbak...”(P5)
b. Berbagai hal yang ditanyakan ibu hamil pada tenaga kesehatan saat
pemeriksaan antenatal
Aspek yang selalu ditanyakan oleh sebagian informan ibu hamil
adalah keadaan bayi dan berat badan ibu hamil.
68
1.
Keadaan bayi
Empat dari delapan informan mengungkapkan bahwa keadaan bayi
merupakan hal yang sering ditanyakan saat pemeriksaan antenatal.
Berikut ini ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 28
minggu dan petugas kesehatan yang melalukan pemeriksaan
antenatal:
“...kalo kehamilan itu kan cuman lihat kondisi bayinya aja, paling
saya tanya gimana keadaan bayi saya ajah...”(P2)
Tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa yang sering ditanyakan
ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan adalah keadaan bayi.
Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan sudah bekerja selam 14
tahun:
“...Yang mereka sering tanyakan keadaan bayinya, kalo ibu hamil
kan macem-macem yah ada yang diem ada yang rewel...”(P7)
2.
Berat bayi
Berat bayi merupakan hal yang ditanyakan ibu hamil pada Tenaga
kesehatan saat pemeriksaan antenatal. Berikut ini ungkapan salah
satu ungkapan informan ibu hamil dengan usia kehamilan 32
minggu:
“Misalnya berat bayinya normal apa ngga, kalau terlalu berat
palingan makannya bisa diatur karna kan menurut saya itu berat
badan saya bisa mempengaruhi bayi saya jadi ya saya perlu
tanyakan setiap saya periksa sih ya...” (P5)
Hambatan dalam melalkuan pemeriksaan antenatal ialah waktu dan
banyaknya pasien. Berikut ungkapan salah satu informan:
69
“…kalau disini bukannya tidak melayani untuk pertanyaan segala
macem pertanyaan kan bukan tapi karna waktunya yang terbatas
dan pasiennya banyak jadi kadang tidak bisa melayani satu
persatu dengan pertanyaan yang segudang, jadi ya hanya sekedar
yang perlu diketahui sama dia ajah …(P8)”
Tema 2. Komponen pemeriksaan fisik saat pemeriksaan antenatal
Komponen pemeriksaan fisik ialah salah satu pemeriksaan antenatal
dalam mendeteksi preeklampsia. Mengukur tekanan darah, menimbang
berat badan, tes denyut jantung janin dan pemeriksaan Leopold merupakan
pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan. Selain itu,
tes refleks dan inspeksi daerah periorbital merupakan pemeriksaan fisik
yang jarang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Deteksi dini preeklampsia
selain pemeriksaan fisik ialah pemeriksaan laboratorium dengan
melakukan tes golongan darah, Hb dan protein urin. Berikut ungkapan
beberapa informan:
a. Pemeriksaan fisik yang sering di lakukan
1.
Pengukuran tekanan darah
Seluruh
informan mengungkapan bahwa saat
pemeriksaan
antenatal komponen pemeriksaan fisik yang sering dilakukan oleh
tenaga kesehatan adalah pengukuran tekanan darah. Berikut ini
ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah 25 minggu:
“....Palingan ya pas masuk kan ditanya keluhannya, terus abis itu
nimbang tuh, terus tensi abis tensi tiduran deh...” (P4)
70
Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama
14 tahun di Puskesmas Ciputat:
“....Tensi diperiksa melihat tekanan darahnya normal atau tidak
Kalau sesuai sop mesti ini itu kan terbentur waktu kasian ibu hamil
yang mengantri... (P7)
2. Timbang berat badan
Enam dari delapan informan mengungkapan bahwa saat
pemeriksaan antenata timbang berat badan merupakan
komponen yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya sudah
25 minggu:
“Palingan ya pas masuk kan ditanya keluhannya, terus abis itu
nimbang tuh..(P4)
Berikut ini merupakan ungkapan tenaga kesehatan yang sudah
bekerja selama satu tahun di Puskesmas Ciputat :
“...Kan kalau untuk preeklampsia liat berat badan juga bisa ..
kenaikannya normal atau tidak...”(P6)
3. Hitung denyut jantung janin
Enam dari delapan informan mengungkapan bahwa saat
pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik yang
sering dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah hitung denyut
jantung janin. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia
kehamilannya sudah 30 minggu:
“...Perutnya suka diperiksa pake alat itu detaknya jantung
bagus...(P3)”
71
4.
Pengukuran tinggi fundus uteri
Empat dari delapan
informan mengungkapan bahwa saat
pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik yang sering
dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah pengukuran tinggi fundus
uteri. Berikut ini ungkapan ibu hamil yang usia kehamilannya
sudah 25 minggu:
“... kalau periksa perut ya suka diukur... (P4)”
Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama
satu tahun di Puskesmas Ciputat :
“...terus TFU juga gak lupa diukur...(P6)
5.
Pemeriksaan Leopold
Enam dari delapan informan mengungkapkan bahwa saat
pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik yang sering
dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah pemeriksaan Leopold yang
diungkapkan enam dari delapan informan. Berikut ini ungkapan ibu
hamil yang usia kehamilannya sudah 28 minggu:
“...Bagian perut ajah sih biasanya yang dipegang-pegang, Dites
tuh detak bayinya, terus suka diukur pake meteran abis itu ya
dikasih tau posisi bayinya..(P2)”
Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama
14 tahun di Puskesmas Ciputat :
“...Leopoldnya yang dilakukan ya ukur TFU, denyut jantung janin,
puka atau puki, kasih tau posisi bayinya dimana...(P7)
72
6.
Waktu pemeriksaan laboratorium
Enam dari delapan informan menungkapkan bahwa melakukan
pemeriksaan laboratorium pada trimester awal dan trimester akhir.
Berikut ini ungkapan ibu hamil dengan usia kehamilan 30 minggu:
“...cuman emang disuruhnya 2 kali ajah, kemarin pas 7 bulan dan
sekarang kayaknya...(P3)
Tenaga kesehatan bidan yang sudah bekerja selama 14 tahun
mengungkapkan bahwa waktu memeriksa laboratorium itu saat
awal
kehamilan
dan
menjelang
persalinan.
Berikut
ini
ungkapannya:
“...Biasanya pada trimester pertama sama akhir-akhir menjelang
persalinan...”(P7)
7.
Analisa pemeriksaan laboratorium
Tujuh dari delapan informan mengungkapkan bahwa pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan biasanya cek golongan darah , Hb dan
cek urin melihat jumlah protein uria. Berikut ini ungkapan
informan ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu:
“cek lab selama kehamilan ini pertama biasanya cek darah ,
golongan sama hb nya. Saya sih disuruh 2 kali cek lab waktu itu
umur 7 bulan kalo urin baru kemaren...”(P5)
Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja selama
14 tahun di Puskesmas Ciputat:
“...Biasanya cek golongan darah , Hb dan cek urin kalo test lab
disini...”(P7)
73
b. Pemeriksaan fisik yang jarang di lakukan
1. Inspeksi daerah periorbital
Inspeksi daerah periorbital merupakan pemeriksaan yang melihat
oedema palpebra, conjungtiva, gigi dan payudara. Enam dari delapan
informan mengukapkan bahwa inspeksi daerah periorbital saat
pemeriksaan antenatal komponen pemeriksaan fisik komponen yang
jarang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Berikut ini ungkapan ibu
hamil yang usia kehamilannya sudah 32 minggu
“...Nggak sih kalau untuk daerah muka, mata palingan dipegangpegang perutnya..”(P5)
Berikut ini ungkapan tenaga keseatan yang bekerja selama satu tahun
di Puskesmas Ciputat:
“...Pemeriksaan daerah muka ya kalau kelihatan anemia bengkak itu
dilihat secara kasat mata ajah...”(P6)
2. Tes refleks patela
Enam dari delapan informan saat pemeriksaan antenatal komponen
pemeriksaan fisik komponen yang jarang dilakukan oleh tenaga
kesehatan adalah tes refleks lutut. Berikut ini ungkapan ibu hamil
yang usia kehamilannya sudah 28 minggu:
“...Kepala dan mata, ketukan kaki pada dengkul ngga sih...(P2)”
Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang bekerja selama satu
tahun di Puskesmas Ciputat:
“...Kalau refleks ya tergantung keluhannya dan penampakkan ibu
hamilnya...”(P6)
74
Selain itu, dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan data
bahwa pada pelaksanaan pemeriksaan antenatal dalam mendeteksi
preeklampsia dari sepuluh ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan
fisik tidak ada yang dilakukan pemeriksaan refleks dan inspeksi
daerah periorbital.
Tema 4. Edukasi penyuluhan antenatal pada ibu yang berisiko
preeklampsia
Penyuluhan pada ibu yang berisiko preeklampsia diadakan sebulan
dua kali baik di Puskesmas maupun di Posyandu. Penyuluhan ini biasanya
mengenai preeklampsia yang dibarengi dengan tanda bahaya kehamilan.
Selain itu, para ibu hamil yang rutin melakukan kunjungan antenatal ke
Puskesmas
belum
mendapatkan
materi
penyuluhan
mengenai
preeklampsia. Penyebab belum mendapatkan info mengenai preeklampsia
ialah Tenaga kesehatannya tidak memberikannya, kebanyakan di
Posyandu hanya periksa saja dan keinginan para ibu hamil untuk
mengikuti masih kurang. Berikut hasil wawancara:
1. Frekuensi penyuluhan
Tiga dari delapan informan mengungkapkan bahwa frekuensi
penyuluhan di Puskesmas Ciputat biasanya sebulan sekali atau dua
bulan sekali. Penyuluhan yang dilakukan sebulan sekali itu biasanya
diadakan di Posyandu. Selain itu juga kadang suka diadakan di aula
Puskesmas yang berada di lantai 2. Berikut ini ungkapan salah satu
75
partsipan yaitu bidan yang telah lama bekerja di Puskesmas selama 14
tahun:
“...Kalau kelompok tiap bulan sekali, pengambilan kelompoknya juga
random. Selain di posyandu penyuluhannya, mereka kita undang
dateng ke puskesmas untuk mendapatkan penyuluhan di aula...”(P7)
Lima dari delapan informan ibu hamil mengungkapkan bahwa saat
posyandu
mengadakan
penyuluhan
mengatakan
belum
pernah
mengikuti. Berikut ini salah satu ungkapan informan ibu hamil yang
usia kehamilannya 21 minggu:
“....Kadang sih suka ada penyuluhan tapi ya saya ga ngikutin, Ya, saya
ga pernah ngikutin sih mbak ...”(P1)
2. Materi penyuluhan
Ibu hamil setelah pemeriksaan antenatal mendapatkan info kesehatan
mengenai materi-materi yang ada didalam buku KIA. Lima dari delapan
informan ibu hamil mengungkapkan bahwa belum mendapatkan info
terkait apa itu preeklampsia. Berikut ini merupakan ungkapan informan
ibu hamil dengan usia kehamilan 21 minggu dan usia kehamilan 30
minggu:
“....Ga sih mba, palingan ya saran-saran ajah sih ya mba jangan
terlalu banyak makan pedes gitu...” (P1)
“.....Belum, palingan saya hanya mencoba-coba baca buku pink dr
puskesmas...”(P3)
Tenaga kesehatan mengungkapkan bahwa penyuluhan yang dilakukan
untuk ibu yang berisiko preeklampsia di Posyandu atau di Puksesmas
biasanya mengenai dimulai dari tanda-tanda bahaya kehamilan yang
76
didalamnya
terkait
dengan
preeklampsia.
Tenaga
kesehatan
mengungkapkan juga bahwa di pelayanan KIA ialah memberikan
promotif dan preventif untuk menambah wawasan kepada ibu-ibu hamil
yang
dapat
berisiko
preeklampsia
dan
mencegah
komplikasi
selanjutnya. Berikut ini ungkapan tenaga kesehatan yang sudah bekerja
14 tahun di Puskesmas Ciputat:
“...Pernah dilakukan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya
kehamilan yang didalamnya terkait preeklampsia...” (P7)
Selain itu, dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan data
bahwa setelah pemeriksaan antenatal berlangsung pemberian info
mengenai kehamilan sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh ibu hamil.
Bidan juga tidak memberikan info mengenai kehamilan pada ibu hamil
terkait risiko preeklampsia atau menjelaskan kembali isi dari buku pink
(KIA).
Tema 5. Sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas
Sistem rujukan pasien preeklampsia di Puskesmas ialah ibu hamil
mengalami risiko tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlalu
tua, preeklampsia berat (PEB), KEK langsung dirujuk ke Rumah Sakit.
1. Tindakan awal bagi pasien preeklampsia
Tenaga
kesehatan
yang
melakukan
pemeriksaan
antenatal
dipuskesemas yang sudah bekerja selama satu tahun mengungkapkan
bahwa tindakan awal pada preeklampsia apabila selama preeklampsia
77
masih bisa dimonitor selalu dipantau. Apabila tidak akan segera
dirujuk. Berikut ini merupakan salah satu ungkapan tenaga kesehatan
yang bekerja selama satu tahun dan 14 tahun di Puskesmas Ciputat:
“...Ibu hamil berisiko seperti preeklampsia langsung dirujuk jika
bahaya untuk janin dan janin, Jika belum waktu melahirkan dan masih
dipertahankan dipantau sampai waktunya...” (P6)
“...Dirujuk apabila tiga tanda preeklampsia sudah positif semua
puskesmas langsung merujuk kalau tes urin belum positif kita akan
terus melihat perkembangan si ibu hamil sampai waktu
persalinan...”(P7)
Bidan desa juga mengungkapkan bahwa kunjungan rumah dilakukan
untuk memantau keadaan ibu hamil yang sedang preeklampsia. Berikut
ini ungkapannya:
“Ya saya bilang kunjungan rumah, kita liat dulu maksudnya tetep kita
pantau tensinya begitu mau mendekati sembilan bulan kita harus awasi
dia kemungkinan kan kita rujuk sebelum terjadi kejang atau segala
macem...”(P8)
2. Kriteria rujukan
Kriteria rujukan di Puskesmas Ciputat menurut Tenaga kesehatan yang
melakukan pemeriksaan antenatal selama 14 tahun mengungkapkan
bahwa kriteria rujukan pada ibu hamil ialah kehamilan yang berisiko
tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau muda,
PEB, anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK. Berikut ini
ungkapannya:
“...Dirujuk saat ibu hamil mengalami risiko tinggi seperti caesar sudah
berkali2, umur sudah terlalu muda dan tua , PEB, anemia atau Hb
rendah bisa menjadi KEK dll....”(P7)
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi
1. Komponen anamnesis saat pemeriksaan antenatal
Pada pemeriksaan antenatal ada berbagai hal yang di anamnesis yang
ditanyakan oleh petugas kesehatan dan berbagai hal yang ditanyakan oleh
ibu hamil. Anamnesis ialah tanya jawab antara memeriksa dengan ibu
hamil. Tanya jawab ini, banyak keterangan diperoleh untuk membantu
menentukan kadaan kehamilan antara lain; nama ibu hamil, nama suami,
umur, riwayat kehamilan yang lalu (Dainur, 1995).
Saat anamnesis berlangsung biasanya yang sering ditanyakan ialah
keluhan ibu hamil dan kondisi janinnya. Pertanyaan mengenai identitas,
HPHT, riwayat kehamilan dan riwayat penyakit ditanyakan saat
pemeriksaan antenatal kunjungan pertama kali. Adanya keluhan
mendorong pasien datang memeriksakan dirinya ke Puskesmas atau
dokter.
Petugas kesehatan menyatakan bahwa pertanyaan yang sering
ditanyakan saat pemeriksaan antenatal ialah keluhan. Begitupun yang
dirasakan ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal. Hal ini sesuai
dengan saat anamnesis yang sering ditanyakan menurut Manuaba (2009)
dan Depkes (2000) menyatakan bahwa kebanyakan keluhan-keluhan itu
diatanyakan adalah ketidaknyamanan yang normal dan merupakan bagian
78
79
dari perubahan yang terjadi pada tubuh ibu selama proses kehamilan
berlangsung.
Namun
demikian
penting
untuk
mengetahui
dan
membedakan antara ketidaknyamanan yang normal dengan tanda-tanda
bahaya. Pemberi pelayanan harus mendengarkan, membicarakan tentang
berbagai macam keluhan tersebut dan membantu cara untuk mengatasinya.
Sebagian penyakit telah dapat ditetapkan hanya dengan melakukan
anamnesis. Pada penelitian ini pemeriksaan antenatal perlu diperhatikan
kembali saat menanyakan keluhan. Selain yang ditanyakan tenaga
kesehatan dan dirasakan ibu hamil, tanyakan keluhan lain yang mengacu
pada bahaya risiko preeklampsia. Supaya dapat segera terdeteksi tandatanda bahaya preeklampsia.
Pertanyaan-pertanyaan seperti identitas, HPHT,riwayat kehamilan dan
persalinan yang lalu juga riwayat penyakit itu ditanyakan saat awal
pemeriksaan. Petugas kesehatan menyatakan bahwa saat kunjungan
pertama kali yang ditanyakan itu ialah identitas, HPHT, riwayat kehamilan
dan persalinan yang lalu juga riwayat penyakit. Hal ini sesuai dengan
anamnesis pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil
yang perlu diperhatikan menurut Depkes (2007) menyatakan Identifikasi
ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama dan alamat ibu), keluhan
utama atau apa yang diderita, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan sekarang meliput: HPHT (haid pertama haid terakhir), riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat penyakit yang pernah diderita,
riwayat keluarga. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Puspitasari
80
(2008) hubungan antara umur ibu saat hamil dengan kejadian preeklamsia
mempunyai hubungan yang signifikan. Hubungan antara kejadian
hipertensi dengan kejadian preeklamsia mempunyai hubungan yang
signifikan.
Hubungan
antara
kejadian
obesitas
dengan
kejadian
preeklamsia mempunyai hubungan yang signifikan.
Menurut Sudinaya (2003) melakukan penelitian menunjukkan bahwa
kasus preeklampsia/eklampsia terbanyak pada usia 20-24 tahun terjadi
pada kehamilan pertama. Pada primigravida kejadian kehamilan berisiko
sangat memungkinkan. Jadi, saat pemeriksaan antenatal identitas, riwayat
kehamilan yang lalu perlu ditanyakan saat kunjungan awal itu akan
menunjukkan ibu hamil berisiko atau tidak. Menurut Manuaba (2007)
primigravida muda dianggap kekuatannya masih baik. Sedangkan, pada
primigravida tua risiko kehamilan meningkat bagi sang ibu yang dapat
terkena preeklampsia/eklampsia.
Sebagian besar informan ibu hamil yang mengungkapkan bahwa saat
anamnesis berlangsung hal-hal yang sering ditanyakan ibu hamil saat
pemeriksaan antenatal ialah keadaan bayinya. Hal ini sesuai dengan
pertanyaan saat kontrol kehamilan menurut Dedeh (2011) menyatakan
bahwa setiap kali berkonsultasi ke petugas kesehatan, ibu hamil tentu akan
mengajukan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi
kehamilan. Ada beberapa pertanyaan favorit di tiap trimester kehamilan
antara lain; berapa usia kehamilan dan apakah sesuai? Bagaimana kondisi
kehamilan maupun janin?.
81
Ibu hamil sering menanyakan pada tenaga kesehatan saat pemeriksaan
antenatal adalah kenaikan berat badan pada bayi normal atau tidak. Hal ini
berkaitan dengan Dedeh (2011) mengenai pertanyaan saat kontrol
kehamilan menyatakan bahwa pertanyaan mengenai kondisi bayi dan berat
badan sering ditanyakan pada saat kontrol pemeriksaan. Namun,
pertanyaan tersebut akan muncul saat ibu hamil merasakan keluhan nya
menganggu jika tidak terkait dengan masalah kehamilan para ibu hamil
kurang waspada terhadap tanda gejala lain seperti preeklampsia.
2. Komponen pemeriksaan fisik
Komponen pemeriksaan fisik dalam mendeteksi preeklampsia ini
penting untuk dilakukan karena tujuannya untuk menyelamatkan
persalinan aman yang sehat dan bayi yang sehat. Selain manfaat untuk ibu
hamil, pemeriksaan fisik yang lengkap ini juga memiliki manfaat bagi
puskesmas antara lain; status ibu hamil yang berisiko preeklampsia
diwilayah tersebut dapat didata, dapat menurunkan angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang di akibatkan oleh
preeklampsia, serta dapat mendeteksi angka kejadian preeklampsia pada
ibu hamil.
Komponen pemeriksaan fisik ialah salah satu pemeriksaan antenatal
dalam mendeteksi preeklampsia. Sebagian besar ibu hamil menyatakan
pada pemeriksaan antental mengukur tekanan darah, menimbang berat
badan, tes denyut jantung janin dan Leopold merupakan pemeriksaan fisik
yang sering dilakukan oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan
82
pemeriksaan fisik dalam mendeteksi preeklampsia menurut Marshall
(2000) ialah pemeriksaan fisik tekanan darah apabila tekanan darah
meningkat pada trimester kedua, mungkin salah satu tanda preeklampsia,
penyakit yang berbahaya untuk ibu hamil dan bayi. Pemeriksaan fisik
berat badan dapat menunjukkan apabila pola kenaikan berat badan ibu
hamil penting bagi perkembangan bayi. Kenaikan berat badan yang luar
biasa, lebih dari 0,9 Kg dalam satu minggu, merupakan tanda pertama dari
preeklampsia.
Selain itu, tes refleks dan inspeksi daerah periorbital merupakan
pemeriksaann fisik yang jarang dilakukan oleh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan dan ibu hamil menyatakan bahwa pemeriksaan fisik dalam
mendeteksi preeklampsia sampai saat ini belum terlaksana dengan baik,
karena masih ada beberapa komponen penting yang belum dilakukan
untuk mendeteksi preeklampsia. Sebagian besar ibu hamil menyatakan
bahwa pemeriksaan fisik dalam mendeteksi preeklampsia yang jarang
dilakukan ialah tes refleks, inspeksi daerah periorbital. Hal tersebut masih
belum sesuai dengan Depkes RI (2007) dan Marshall (2000) yang
menyatakan bahwa pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang berisiko
preeklampsia harus dilakukan secermat mungkin. Pemeriksaan ini
memerlukan ketelitian sehingga didapat diagnosa yang tepat dan
pengobatan yang akurat. Pengkajian refleks tendon dalam, hiperrefleksia
merupakan temuan yang umum. Hal ini harus didokumentasi dalam
catatan medis sehingga petugas kesehatan dapat mengetahui kondisi
83
normal klien. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ariyanti (2010)
yang menyatakan dari delapan informan tujuh informan belum patuh
terhadap standar pelayanan antenatal, ada bagian yang belum dilaksanakan
di antaranya penyuluhan, pengukuran panggul, dan patela reflek.
Menurut Wheeler (2003)
dan Bobak (2005) banyak petugas
kesehatan menganggap hiperrefleksia sebagai tanda preeklampsia.
Biasanya kejadian hiperefleksi terjadi sampai +3. Selain tes refleks,
pembengkakan
yang
luas
akan
tampak
kemudian.
Sementara
pembengkakan kaki dan lutut dianggap normal pada kehamilan,
pembengkakan wajah dan jari. Bila wajah ibu hamil menjadi lebih gemuk
dan ia tak dapat melepas cincinnya, ia perlu menghubungi dokter. Pada
preeklampsia edema terjadi dibeberapa bagian seperti bengkak dimata,
wajah, jari. Sehingga tes refleks dan inspeksi daerah bengkak harus perlu
dicermati agar risiko preeklampsia dapat segeri diatasi.
Tujuan pemeriksaan fisik ini adalah untuk mendeteksi penyulit atau
komplikasi-komplikasi kehamilan. Dengan demikian dapat membantu
mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan janin. Pada umumnya
pemeriksaan fisik di puksesmas ini sudah mengikuti pedoman pelayanan
antenatal yang di berikan depkes akan tetapi pada pelaksanannya masih
belum maksimal. Pada ibu hamil yang beresiko preeklampsia sebaiknya
perlu dilkaukan tes refleks sebagai data penambah pada preeklampsi dan
hasil dari inspeksi dearah periorbital sebaiknya dicatat baik hasilnya
negatif atau positif.
84
Deteksi dini preeklampsia selain pemeriksaan fisik ialah pemeriksaan
laboratorium dengan melakukan tes protein uria. Ibu hamil melakukan
pemeriksaan laboratorium pada
trimester awal dan trimester akhir.
Petugas kesehatan bidan menyatakan bahwa Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan biasanya cek golongan darah , Hb dan cek urin melihat
jumlah protein uria. Hal ini berkaitan dengan Marshall (2000) mengenai
pemeriksaan urin pada kunjungan antenatal bahwa sampel urin biasanya
diperiksa pada setiap kali kunjungan untuk melihat kadar protein dan gula.
Banyak wanita hamil yang normal mengeluarkan urin yang mengandung
sedikit gula. Protein diperiksa untuk mendeteksi preeklampsia, tetapi
penambahan berat badan dan tekanan darah merupakan indikator awal
adanya penyakit preeklampsia.
3. Edukasi Antenatal pada Ibu yang Berisiko Preeklampsia
Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan hal yang mutlak
dipahami pelaksanaannya oleh semua unsur petugas kesehatan. Petugas
kesehatan menyatakan bahwa frekuensi penyuluhan di Puskesmas Ciputat
biasanya sebulan sekali atau dua kali sebulan. Penyuluhan yang dilakukan
sebulan sekali itu biasanya diadakan di Posyandu. Selain itu juga kadang
suka diadakan di aula puskesmas yang berada dilantai dua. Hal ini masih
belum efektif dikarenakan frekuensi penyuluhan masih kadang-kadang
dilakukan padahal pendidikan antenatal merupakan bagian terpenting pada
asuhan maternitas. Setiap kontak dengan ibu hamil dapat memberikan
kesempatan bagi petugas untuk melakukan pendidik atau penyuluhan.
85
Pada penelitian ini peneliti melihat ada kurang intensitas penyuluhan
terkait ibu hamil yang berisiko preeklampsia atau materi lainnya saat
pemeriksaan antenatal. Tenaga kesehatan menyatakan bahwa waktu yang
sempit, tidak sesuai keluhan dan pasien yang banyak yang menjadi alasan
tidak dilakukan penyuluhan. Hal ini belum sesuai dengan penyuluhan yang
baik dipelayanan kesehatan menurut Depkes (2007) Rumah Sakit yang
menyelengarakan kelas-kelas penyuluhan sebagai kelompok diskusi kecil
guna meningkatkan informan peserta dan memberi kesempatan kepada
mereka untuk menanyakan segala aspek mengenai kehamilan, pusksesmas
dan kelompok-kelompok kesehatan dalam masyarakat seperti posyandu,
juga
melakukan
hal
serupa.
Kelas-kelas
semacam
ini
dapat
diselenggarakan pada siang dan malam hari untuk memberikan
kesempatan bagi ibu yang bekerja.
Ibu hamil menyatakan bahwa mengenai ibu hamil yang berisiko
preeklampsia belum saya dapatkan informasinya dari tenaga kesehatan
selama saya melakukan kunjungan antenatal. Hal ini masih belum efektif
untuk mendeteksi preeklampsia menurut Dainur (1995) disebabkan karena
sebagian besar para ibu memiliki pengetahuan yang rendah disamping itu
pula dengan sosial budaya/ekonomi yang belum memadai untuk menerima
pembaharuan serta modernisasi pelayanan kesehatan dengan teknologi,
sehingga sudah wajar apabila ibu-ibu khususnya, memerlukan informasiinformasi yang jelas untuk memudahkan pemahaman serta untuk
86
dilaksanakan
dilingkungannya
bagi
kesejahteraan
keluarga
serta
anggotanya dimasyarakat.
Petugas kesehatan menyatakan penyuluhan individu yang diberikan
biasanya terkait yang ada didalam buku KIA atau KMS. Setiap ibu hamil
yang melakukan kunjungan antenatal mereka tidak pernah lupa membawa
KMS tersebut. Hali ini berkaitan mengenai manfaat KMS menurut WHO
(2000) menyatakan dalam KMS ibu hamil tercetak informasi untuk
membantu promosi kesehatan dan pencegahan. Dibeberapa negara dimana
KMS telah diperkenakan, terdapat peningatan kontak dibuat oleh tenaga
kesehatan untuk meningkatkan pelayanan. Frekuensi kontak meningkatkan
komunikasi, sehingga tercipat peluang lebih banyak lagi. Sampai saat ini,
baik dinegara maju dan berkembang bila program kesehatan ibu dan anak
menghendaki setiap ibu hamil memeriksakan kandungannya secara teratur
dipuskesmas, maka harus dilakukan penggerakan dan pemeberdayaan,
pembinaan suasana lingkungan sosialnya dan advokasi kepada pihak-pihak
yang dapat mendukung perilaku mereka. Pada penelitian ini penggunaan
KMS masih belum efektif untuk membantu promosi kesehatan dan
preventif dikarenakan pada pelaksanaanya KMS hanya dijadikan sebagai
laporan perkembangan kehamilan selama awal kehamilan sampai setelah
persalinan.
Petugas kesehatan menyatakan bahwa penyuluhan yang dilakukan
pada ibu hamil yang berisiko preeklampsia mengenai tanda-tanda bahaya
kehamilan khususnya terkait preeklampsia pernah dilakukan. Hal ini
87
berkaitan dengan bahaya preeklampsia menurut Marshall (2000) bahaya
preeklampsia adalah ancaman serangan mendadak. Bila kondisi ibu hamil
tak membaik sekalipun aktivitas sudah dikurangi, mungkin aia
memerlukan perawatan rumah sakit. Oleh karena itu, puskesmas perlu
menggalakan konseling atau penyuluhan mengenai ibu hamil yang
berisiko preeklampsia. Supaya kejadian preeklampsia segera terdeteksi dan
ditangani.
Pada penyuluhan yang dilakukan puskesmas umumnya sudah
mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan akan tetapi pada pelaksanaan
dan pentingnya informasi yang diberikan masih belum maksimal.
Penyuluhan yang sudah dilakukan membuktikan bahwa masih ada yang
belum mendapatkan informasi mengenai risiko preeklampsia. Hal ini
berkaitan mengenai
pendidikan antenatal
menurut
Farrer (2001)
merupakan bagian terpenting pada asuhan maternitas dan setiap orang
yang terlibat dalam asuhan ini memliki tanggung jawab untuk melanjutkan
pendidikan tersebut. Tenaga kesehatan tidak boleh beranggapan bahwa
seorang wanita yang pernah mengalami kehamilan tidak memerlukan
petunjuk dan nasihat lagi secara formal atau informal pada kehamilan
berikutnya. Tenaga kesehatan harus ingat bahwa setiap kehamilan
merupakan pengalaman yang unik dan pada kehamilan kedua atau
kehamilan berikutnya akan ditemukan gejala kelainan ringan serta risiko
yang berbeda.
88
4. Sistem rujukan pasien preeklampsia di puskesmas ciputat
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang
bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya antenatal yang kurang
baik bagi ibu maupun jannin. Pelayanan merupakan upaya kesehatan
perorangan yang memperhatikan percisi dan kualitas pelayanan medis
yang diberikan. Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman
diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan
status kesehatan yang optimal. Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat
berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Petugas kesehatan menyatakan tindakan awal pada preeklampsia
apabila selama preeklampsia masih bisa dimonitor tenaga kesehatan selalu
memantau. Apabila tidak akan segera dirujuk. Hal ini berkaitan dengan
penatalaksaan preeklampsia menurut Wheeler (2003) apabila preeklampsia
ringan terdiagnosis saat usia kehamilan ibu cukup bulan, induksi
persalinan harus dilakukan jika janin matur (biasanya pada usia gestasi ≥
37 minggu). Wanita yang mengalami preeklampsia berat harus dirawat di
Rumah Sakit. Karena preeklampsia tidak dapat dicegah dengan segera,
makan pemantau tanda dan gejala penyakit ini sangat esensial.
Sebagian besar informan menyatakan bahwa Kriteria rujukan di
Puskesmas Ciputat menurut petugas kesehatan ialah ibu hamil yang
berisiko tinggi seperti riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau
muda, PEB , anemia atau Hb rendah bisa menjadi KEK. Hal ini berkitan
dengan kriteria rujukan ibu hamil menurut Syafrudin (2009) menyatakan
89
bahwa riwayat seksio sesaria, perdarahan pervaginam, ketuban pecah,
anemia berat, preeklampsia dsb. Selain itu, menurut Manuaba (2009)
mengenai angka kematian ibu dan angka kematian anak meningkat
dikarenakan beberapa faktor yaitu dapat disebut 4T, terlalu banyak anak,
terlalu pendek jarak hamil dan bersalin, terlalu muda hamil dan
melahirkan, dan terlalu tua untuk hamil kembali.
Penyebab langsung kematian ibu umumnya adalah trias perdarahaninfeksi-eklamsia. Bila ditelusuri lebih lanjut, penyebab langsung itu
ternyata bertumpu pada rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil.
Akibatnya masih ditemuinya hambatan informasi, hambatan sosial budaya,
hambatan ekonomis dan hambatan geografi dalam menjaga kesehatan ibu
hamil.
Namun apabila ibu memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas,
komplikasi dapat lebih dini diketahui sehingga akan segera memproleh
penanganan dan pelayanan rujukan yang efektif. upaya penanganan
masalah kesehatan ibu dan bayi harus dilakukan secara menyeluruh,
melibatkan semua pihak dan segenap lapisan masyarakat.
Pada penelitian ini pelayanan kesehatan sudah melaksanakan apa yang
ditulis pada pedoman pelayanan antenatal yang diberikan depkes. Namun,
pelayanan antenatal di Puskesmas perlu meningkatkan pelayanan yang
sesuai dengan program safe motherhood yang mengupayakan menurunkan
angka kematian ibu dengan komponen penting pelayanan antenatal yang
meliputi skrining dan pengobatan, deteksi dan penanganan, penyuluhan
90
tentang komplikasi yang potensial serta bagaiamana cara memperoleh
pelayanan rujukan. Hal ini berkaitan menurut Sugiri (2012) tingginya
angka kematian ibu dan anak di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal
penyebab tidak langsung yaitu rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga
terhadap risiko-risiko kehamilan dan persalinan. Banyak masyarakat yang
menganggap kehamilan dan persalinan hanya suatu hal yang biasa saja,
tidak memerlukan sejumlah persiapan khusus, dan kurangnya pemahaman.
B. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan
dalam penelitian, adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu sebagai
berikut:
1. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian, hal
tersebut menyebabkan masih kurangnya pengalaman peneliti dalm
melakukan wawancara mendalam dan analisa data
2. Peneliti memiliki keterbatasan dalam menemukan informan yang
terdeteksi preeklampsia saat kehamilan di Puskesmas Ciputat
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Para petugas kesehatan umumnya mengetahui tentang komponen penting
dalam pemeriksaan antenatal, manfaat dan dampaknya. Sedangkan
menurut para ibu hamil manfaat dari pemeriksaan antenatal belum
diketahui dengan jelas. Hal tersebut membuktikan belum efektifnya
penyampaian informasi yang dilakukan oleh para petugas.
2. Petugas kesehatan sudah melaksanakan anamnesis, pemeriksaan fisik,
penyuluhan dan sistem rujukan dengan baik akan tetapi ini masih kurang
efektif.
3. Anamnesis saat pemeriksaan antenatal umumnya yang sering ditanyakan
tenaga kesehatan ialah keluhan. Pada ibu hamil yang sering ia tanyakan
pada tenga kesehatan ialah keadaan kandungannya dan bayinya.
4. Pemeriksaan fisik yang sering dilakukan saat pemeriksaan antenatal ialah
mengukur tekanan darah, tes denyut jantung janin, menimbang berat badan
dan pemeriksaan leopold berupa mengukur tinggi fundus uteri.
Pemeriksaan fisik yang jarang dilakukan tes refleks dan inspeksi daerah
perorbital. Pada ibu hamil yang beresiko preeklampsia sebaiknya perlu
dilkaukan tes refleks sebagai data penambah pada preeklampsi dan hasil
dari inspeksi dearah periorbital sebaiknya dicatat baik hasilnya negatif atau
positif.
91
92
5. Frekuensi penyuluhan di Puskesmas Ciputat biasanya sebulan sekali atau
dua kali sebulan. Penyuluhan dilakukan di Posyandu dan aula puskesmas
yang berada dilantai dua. Materi penyuluhan yang biasa diberikan
merupakan tanda-tanda bahaya kehamilan. Namun, beberapa ibu hamil
masih ada yang belum mengetahui resiko preeklampsia dan tanda-tanda
bahaya kehamilan.
6. Tindakan awal pada preeklampsia di Puskesmas Ciputat apabila selama
preeklampsia masih bisa dimonitor tenaga kesehatan selalu memantau.
Apabila tidak akan segera dirujuk. Kriteria rujukan di Puskesmas Ciputat
menurut petugas kesehatan ialah ibu hamil yang berisiko tinggi seperti
riwayat operasi caesar, umur sudah terlau tua atau muda, PEB , anemia
atau Hb rendah bisa menjadi KEK.
7. Hambatan dalam program ini diantaranya hambatan waktu pemeriksaan
dikarenakan banyaknya pasien yang melakukan kunjungan tiap harinya.
Sedangkan dari ibu hamil diantaranya karena kurangnya pengetahuan
deteksi dini pada preeklampsia, kesadaran untuk mengikuti penyuluhan
masih kurang.
B. Saran
1. Ibu Hamil
a. Ibu hamil diharapkan meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pengetahuan ANC dan risiko bahaya kehamilan dan persalinan.
93
b. Rutin melakukan kunjungan antenatal dan mengikuti penyuluhan yang
disediakan oleh puskesmas atau posyandu
c. Menambahkan wawasan dengan rajin membaca buku mengenai
kehamilan atau buku KIA dan aktif menanyakan informasi seputar
kehamilan pada tenaga kesehatan
2. Petugas Kesehatan
a. Memberikan pemeriksaan yang tepat dan teliti dalam mendeteksi
preeclampsia.
b. Sebagai penyuluh, metode dalam penyuluhan harus lebih menarik dan
interaktif agar informasi yang diberikan dapat tersampaikan dengan
lebih baik.
c. Dalam penyuluhan, materi yang disampaikan harus singkat, jelas, dan
padat serta alat peraga yang digunakan harus legkap dan menarik.
d. Dalam memberikan pelayanan antenatal harus sesuai dengan
pelayanan antenatal yang telah ditetapkan, melakukan koreksi
pelaksanaan bila ada yang tidak sesuai dan melakukan evaluasi
setelah melakukan pelayanan antenatal.
e. Pemberdayaan posyandu bukan hanya untuk pemantauan kesehatan
balita dan ibu hamil tapi juga sebagai sarana info kesehatan hal-hal
yang perlu diperhatikan pada ibu hamil
f. Tingkatkan
sosialisasi
program
dengan
sosialisasi elektronik seperti televisi dan radio.
menggunakan
media
94
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi gambaran kualitas pemeriksaan
antenatal dalam mendeteksi preeklampsia bahwa terbukti yang diteliti
masih spesifik. Oleh karena itu peneliti menyarankan perlu adanya
penelitian lebih luas dalam mendeteksi kehamilan risiko tinggi, variabel
yang berbeda untuk melihat faktor lain yang lebih dominan dan melihat
adanya perbedaan pemeriksaan antenatal yang dilakukan pada kehamilan
risiko tinggi dengan kriteria informan yang lebih luas.
4. Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
khususnya pada bidang keperawatan maternitas terkait pemeriksaan
antenatal dalam mendeteksi preeklampsia.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, dan Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maernitas.ed.4 Jakarta:
EGC. 2005.
Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2003.
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC. 2004.
Budianna, Kelliat. Penatalaksanaan Stress. Editor Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
1998.
Cunningham, F.G. et all, 2003. Williams Obstetrics. Jakarta : EGC. 2003
Dainur. Kegiatan KIA Dipuskesmas Dan Permasalahannya. Jakarta: EGC. 1995
Depkes RI. Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta : Direktorat jendral bina
pelayanan medik. 2007.
Depkes. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:Depkes RI.2007-2010
Depkes, RI. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta : Direktorat jendral
bina kesehatan masyarakat. 2004.
Depkes, RI. Pelayanan Antenatal Tingkat Dasar. Jakarta : Direktorat jendral bina
kesehatan masyarakat. 1994.
Depkes,RI. Rencana Startegis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Di
Indonesia 2001-2010 . Jakarta : Dirjen binkesmas depkes RI. 2001
Depkes RI . Standar Pelayanan Kebidanan Buku. Jakarta : Depkes RI. 2001
Dharma, Kelana Kusuma. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta : CV. Trans
Info Media. 2011
Effendy, ferry dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salam Medika. 2009.
Effendy, nasrul. Dasar-Dasar
Jakarta:EGC.1998.
Keperawatan
95
Kesehatan
Masyarakat.
96
Errol R. Norwitz & John O. Schorge. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Ed.2.
Jakarta: Penerbit Erlangga. 2008.
Farrer, helen. Perawatan Maternitas. Alih andri hartono. Edisi ke 2 . Jakarta :
EGC. 2001
Hacker N. F. Esensial Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. 2001.
Henderson, christine. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC. 2005.
Holloway, imoy & Stephani Wheeler. Qualitative Research in nursing and
Healthcare. Blackwell publishing. 2010
Hutahaean. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas Dan Ginekologi. 2009
Istiarti T. Kaitan antara Kemiskinan dan Kesehatan. Yogyakarta : Media
Pressindo. 2000.
Irwanto. Focused Group Discussion (FGD). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
2006.
Jones, Derek Lewellyn. Dasar-Dasar Obstetric Dan Ginekologi. Alih
bahasa;Hadyanto, Ed.6 . Jakarta : EGC. 2001.
John W. Creswell. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among
Five Approaches. Sage : Thousand Oaks. 2007
Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.
Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 2003.
Manuaba, Ida Bagus. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 2007.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta: EGC. 2009
Marshall, Connie. Awal Menjadi Ibu. Jakarta: Arcan. 2000
Marshall, Connie. Calon Ayah: Membantu Calon Ayah Memahami Dan Menjadi
Bagian Dari Pengalaman Kehamilan. Jakarta: Arcan 2000
Maulana, heri D.J. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC. 2009.
97
Michael D. Benson. Obstetrical Pearts A Practical Guide for the Efficient
Resident: F.A: David Company. 1992.
Mochtar Rustam. Sinopsis Obstetri :Obstetri Operatif – Obstetri Sosial. Jilid 1.
Jakarta : EGC. 1998.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya. 2001.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Novita, VT Regina. Keperawatan Maternitas. Bogor : Penerbit ghalia indonesia.
2011.
Prawirohardjo. Buku Pelayanan Kesehatan Neonatal dan Maternal. 2009
Pohan, Imbalo S. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-Dasar Pengertian
dan Penerapan. Jakarta : EGC. 2007
Rachma N. Eklampsia : Preventif dan Rehabilitasi Medik Pre dan post Partum, in
Holistic and Comprehensive Management Eclampsia. Surakarta : FK
UNS. 2008.
Rozikhan. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah Sakit
Dr. H. Soewondo Kendal semarang tahun 2007. Semarang : Universitas
Diponegoro. 2007.
Saifudin, Abdul bari, dkk. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal . Jakarta : YBPS-POGI. 2002
Saifudin, Abdul bari, dkk. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. 2009.
Sastrawinata, sulaiman ,dkk. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi.Ed.2.
Jakarta : EGC. 2005
Senewe, Felly P & Ning Sulistyowati. Analisis Lanjut SKRT-Sukernas 2001.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Komplikasi Persalinan Tiga
Tahun Terakhir Di Indonesia. Bulletin Penelitian Kesehatan Vol. 3 No.2,
2004.
Streubert, Helen J dkk. Qualitative research in nursing advancing the humanistic
imperative. Philadhelpia : Lippincott williams & wilkins. 2003.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung. 2007.
98
Syafrudin dan Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC 2009
Taber, B. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
1998.
Trihanto. Arrimes Manajamen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta :
CV. Sagung Seto. 2005.
Wheeler, Linda. Buku Saku Perawatan Pranatal Dan Pascapartum. EGC:
Jakarta. 2004
Wiknojosastro, Hanifa. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2005.
WHO recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and
eclampsia. World Health Organization 2011 WHO Press, World Health
Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland (tel.: +41
22 791 3264; fax: +41 22 791 4857; e-mail:[email protected])
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/
Desember 2011
diakses pukul 12.30 01
http://www.contemporarynurse.com/archives/vol/14/issue/3/article/1898/applicati
on-of-colaizzis-method (CarolynSanders Division of Health Care
Practice, Auckland University of Technology, New Zealand) diakses
pukul 10.25 16 Mei 2011
http://m.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Bekal-Pertanyaan-SaatKontrol-Kehamilan di tulis oleh Dedeh, 2011 dan diakses pukul 10.55 25
Januari 2013
Lampiran 1
Kepada Yth.
Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari
di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Sehubungan dengan tuga akhir dalam penyelesaian studi untuk
mendapatkan gelar sarjana keperawatan (S. Kep), saya sebagai peneliti :
Nama
: Dita puspita
NIM
: 108104000008
Jurusan
: Program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
No. Telp : 085312365559
Mohon kiranya Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dapat menjadi responden
dalam uji coba pedoman wawancara saya dengan judul penelitian kualitas
pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi preeklampsia di puskesmas Ciputat
Kota Tangerang Selatan. Informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari berikan
dalam penelitian ini di jamin kerahasiannya. Jika ada pertanyaan berkaitan dengan
penelitian ini Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dapat langsung menghubungi peneliti.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari, peneliti
mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Depok,
Hormat Saya
Dita Puspita
2012
Lembar Persetujuan Responden
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah diminta dan bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini dan berperan serta sebagai responden dalam
penelitian yang berjudul kualitas pemeriksaan kehamilan dalam mendeteksi
preeklampsia di puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Peneliti telah
menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan.
Saya mengerti bahwa catatan dan hasil dari penelitian ini akan
dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang
mencantumkan identitas responden hanya akan digunakan untuk keperluan
pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya
peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data responden.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Jakarta,
2012
Responden
(
)
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Partisipan Kunci
A. Petunjuk umum
a. Tahap perkenalan
b. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan dan waktu yang
telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara
c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam
B. Petunjuk wawancara mendalam
a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara
b. Patisipan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan
pengalaman
c. Pendapat, saran, pengalaman dan komentar partisipan sangat bernilai
d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah
e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin
kerahasiannya
f. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam
penulisan hasil
C. Pelaksanaan wawancara
I. Perkenalan
a. Identitas partisipan
Nama pewawancara
:
Nama pencatat
:
Tanggal wawancara
:
Tempat wawancara
:
Nama lengkap partisipan
:
Jabatan/pekerjaan partisipan
:
Pekerjaan suami
:
Nomor telepon partisipan
:
Umur kehamilan
:
Status obstetri
:
Riwayat kehamilan/persalinan
:
Keluhan
:
II. Wawancara
a. Pemeriksaan kehamilan
1. Apa yang ibu ketahui tentang pemeriksaan kehamilan?
2. Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan selama
kehamilan berlangsung ? berapa kali rutinnnya ? kemana ibu
melakukan pemeriksaan?
b. Anamnesa
1. Selama pemeriksaan berlangsung apa saja yang ibu tanyakan
pada petugas kesehatan/bidan?
2. biasanya apa saja yang suka ditanyakan oleh petugas kesehatan
selama berlangsung wawancara?
3. Bagaimana petugas kesehatan/bidan memberikan penjelasan
tentang kehamilan ibu ?
4. Bagaimana sikap petugas kesehatan selama berlangsung
anamnesa ?
c. Pemeriksaan fisik
1. Pada saat pemeriksaan fisik apa saja yang suka diperiksa?
Bagian apa saja yang suka diperiksa petugas kesehatan/bidan
seperti denyut jantung janin, memeriksa tekanan darah, mata,
muka, perut, dan mengetuk kakinya ?
2. Apakah dilakukan pemeriksaan laboratorium ? apakah ibu rutin
melalukan pemeriksaan laboratorium ? pemeriksaan rutin
seperti apa saja yang biasa ibu lakukan ?
3. Apa saja yang ibu ketahui dari kegunaan pemeriksaan
laboratoirun dan penunjang seperti USG ?
d. Konseling atau penyuluhan
1. Apakah
ibu
mendapatkan
konseling
atau
penyuluhan
individu/kelompok setelah pemeriksaan kehamilan ?
2. Informasi apa saja yang biasa diberikan oleh petugas
kesehatan/bidan ?
3. Informasi apa saja yang ibu butuhkan saat ini ?
Lampiran 3
Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Partisipan Pendukung
A. Petunjuk umum
a. Tahap perkenalan
b. Ucapkan terima kasih kepada partisipan atas kesediaan dan waktu yang
telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara
c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam
B. Petunjuk Wawancara Mendalam
a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara
b. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan
pengalaman
c. Pendapat, saran, pengalaman dan komentar partisipan sangat bernilai
d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah
e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin
kerahasiannya
f. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam
penulisan hasil
C. Pelaksanaan wawancara
I. Perkenalan
b. Identitas partisipan
Nama pewawancara
:
Nama pencatat
:
Tanggal wawancara
:
Tempat wawancara
:
Nama lengkap partisipan
:
Jabatan/pekerjaan partisipan
:
Nomor telepon partisipan :
II. Wawancara Mendalam pada Tenaga Kesehatan (Bidan)
a. Pemeriksaan kehamilan
1. Sudah berapa lama ibu menjadi petugas kesehatan/bidan dalam
pemeriksaan kehamilan?
2. Selama melakukan pemeriksaan kehamilan keluhan apa saja
yang paling umum didapatkan?
3. Bagaimana antusias pasien dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan?
4. Bagaimana
pengetahuan
pasien
tentang
pemeriksaan
kehamilan?
5. Bagaimana sistem rujukan apabila terdapat masalah kehamilan
setelah melakukan pemeriksaan kehamilan?
b. Anamnesa
1. Selama melakukan anamnesa kasus apa saja yang bidan
temukan pada ibu hamil ?
2. Apa saja yang biasa ibu tanyakan pada ibu hamil selama
pemeriksaan kehamilan berlangsung ?
3. Apa saja yang biasanya ibu hamil tanyakan pada bidan selama
pemeriksaan kehamilan berlangsung ?
c. Pemeriksaan fisik
1. Selama pemeriksaan fisik berlangsung apa saja yang bidan
temukan ?
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang biasa sering bidan lakukan?
3. Kapan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
biasa dilakukan?
4. Apa saja dari pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang
biasa dilakukan ?
d. Konseling atau penyuluhan
1. Bagaimana jadwal konseling selanjutnya dan penyuluhan
individual atau kelompok ?
2. Apa saja yang diberikan saat konseling dan penyuluhan ?
3. Bagaimana pemberian konseling dan penyuluhan selama ini ?
Lampiran 4
Lembar observasi
Nama responden
:
Tanggal
:
No.
Aspek yang diteliti
Jawaban
Ya
1.
2.
I. Anamnesa
Identitas ibu
1. Nama
2. Umur
3. Nama suami
4. Pekerjaan
5. Alamat
Hal-hal yang berkaitan dengan fungsi
reproduksi
1. GPA (gravida, partus, abortus)
2. HPHT
3. Keteraturan haid
4. Lama haid
5. Siklus haid
3.
Tentang perkawinan
1. Kawin/tidak
2. Lama kawin
4.
Riwayat obstetri dan ginekologi
1. Jumlah dan kondisi kehamilan
yang lalu
2. Jumlah dan kondisi persalinan
yang lalu
3. Jumlah dan kondisi abortus
yang lalu
4. Hasil kehamilan (kurang/lebih
bulan, BBLR, lahir mati, dll)
5. Riwayata melahirkan anak
kembar
6. Riwayat penyakit (jantung,
DM, hipertensi, hepatitis,
malaria, TBC)
5.
Hal-hal yang berkaitan dengan
Tidak
Ket
kehamilan sekarang
1. Gerakan janin
a. Masih bergerak
2. Keluhan yang berhubungan
dengan perkembangan selama
hamil
a. Pada kehamilan 1-3 bulan
b. Pada kehamilan 4-6 bulan
c. Pada kehamilan 7 bln-lebih
3. Keadaan patologis
a. Perdarahan melalui jalan
lahir
b. Preeklampsia
c. Keluar cairan ketuban
4. Anamnesa keluarga
1. Riwayat penyakit keluarga
1.
1.
2.
3.
II. Pemeriksaan
Pemeriksaan luar
1) Pemeriksaan umum
a. Tanda-tanda vital
b. Tinggi badan
c. Berat badan
d. Oedema
e. Bentuk tubuh
f. Reflek lutut
g. Pemeriksaan lab. (Hb,
urine)
2) Pemeriksaan obstetri
a. Inspeksi (oedema palpebra,
conjungtiva, gigi, payudara)
b. Palpasi :LI-L IV
c. Auskultasi :DJJ
III. Intervensi
Imunisasi
1. Cara pemberian
2. Jumlah pemberian
3. Waku pemberian
Tablet zat besi (Fe)
1. Jumlah pemberian
Vitamin
1. Jumlah pemberian
Matriks Analisis Tematik
No Pernyataan signifikan
Kategori
subtema
Tema
1.
Biasanya hanya keluhan saja
yang ditanyakan
Keluhan ibu
hamil
Berbagai
hal yang
ditanyak
an tenaga
kesehata
n saat
pemeriks
aan
antenatal
Komponen
√
anamnesis
saat antenatal
care
2.
Menanyakan identitas ibu
hamil saat pemeriksaan
antenatal awal kehamilan
Menanyakan HPHT ibu hamil
saat pemeriksaan antenatal
awal kehamilan
Menanyakan riwayat
kehamilan dan persalinan,
jumlah gravida, partus
abortus saat pemeriksaan
antenatal awal kehamilan
Menanyakan riwayat
penyakit biasanya ada riwayat
diabetes, tekanan darah tinggi
saat pemeriksaan antenatal
Identitas ibu
hamil
HPHT ibu
hamil
3.
4.
5.
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Riwayat
kehamilan dan
persalinan
Riwayat
penyakit ibu
hamil
√
P8
√
6.
7.
8.
9.
awal kehamilan
Menanyakan keadaan bayi
yang ada didalam kandungan
Keadaan bayi
Menanyakan berat badan saya Berat badan
normal atau tidak
mempengaruhi berat badan
bayi atau tidak
Pemeriksaan fisik tekanan
Pengukuran
darah selama kehamilan saat
tekanan darah
pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan fisik berat badan
selama kehamilan saat
pemeriksaan antenatal
10. Pemeriksaan fisik denyut
jantung janin selama
kehamilan saat pemeriksaan
antenatal
11. Pemeriksaan fisik tinggi
Timbang berat
badan
Hitung denyut
jantung janin
Pengukuran
√
Berbagai
hal yang
ditanyak
an ibu
hamil
pada
petugas
kesehata
n saat
pemeriks
aan
antenatal
√
√
√
√
√
Pemeriks
aan fisik
yang
sering di
lakukan
Komponen
pemeriksaan
fisik yang
dilakukan
saat
pemeriksaan
antenatal
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
fundus uteri selama
kehamilan saat pemeriksaan
antenatal
12. Pemeriksaa fisik sesuai
standar 10 T
13. Pemeriksaan fisik leopold
selama kehamilan saat
pemeriksaan antenatal
14. Inspeksi daerah periorbital
pada ibu hamil saat
pemeriksaan antenatal tidak
dilakukan
tinggi fundus
uteri
15. Pemeriksaan fisik tes refleks
patela saat pemeriksaan
antenatal tidak dilakukan
16. Pemeriksaan laboratorium
pada trimester awal dan
trimester akhir.
17. Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan biasanya cek
golongan darah , Hb dan cek
urin melihat jumlah protein
uria.
18. Pernah dilakukan penyuluhan
mengenai tanda-tanda bahaya
kehamilan yang didalamnya
terkait preeklampsia
19. Penyuluhan diadakan
biasanya sebulan dua kali
atau dua bulan sekali.
Frekuensi
penyuluhan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tes refleks
lutut
√
√
√
√
√
√
Waktu
pemeriksaan
laboratorium
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pemeriksaan
Leopold
Inspeksi
daerah
periorbital
Pemeriks
aan fisik
yang
jarang di
lakukan
√
Materi
penyuluhan
√
√
Edukasi
antenatal
pada ibu
yang berisiko
preeklampsia
√
20. Penyuluhan setelah
pemeriksaan antenatal
biasanya yang terkait pada
buku KIA
21. Penyuluhan berkelompok
yang diadakan puskesmas
jarang dikuti oleh ibu hamil
22. Ibu hamil preeklampsia
langsung dirujuk jika bahaya
untuk janin dan janin, Jika
belum waktu melahirkan dan
masih dipertahankan dipantau
sampai waktunya
23. Dirujuk apabila tiga tanda
preeklampsia sudah positif
semua puskesmas langsung
merujuk kalau tes urin belum
positif kita akan terus melihat
perkembangan si ibu hamil
sampai waktu persalinan
24. Dirujuk saat ibu hamil
mengalami risiko tinggi
seperti caesar sudah berkali2,
umur sudah terlalu muda dan
tua , PEB, anemia atau Hb
rendah bisa menjadi KEK.
25. tidak melayani untuk
pertanyaan segala macem
pertanyaan kan bukan tapi
karna waktunya yang terbatas
dan pasiennya banyak jadi
kadang tidak bisa melayani
√
Materi
penyuluhan
√
Tindakan awal
bagi pasien
preeklampsia
Sistem
Rujukan
pasien
preeklampsia
di puskesmas
√
√
√
√
√
√
√
Kriteria
rujukan
√
√
satu persatu dengan
pertanyaan yang segudang,
jadi ya hanya sekedar yang
perlu diketahui sama dia saja
Download