kemitraan - Kota Tanpa Kumuh

advertisement
P E D O MAN T E K N I S
KEMITRAAN
KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan
Jakarta Pusat Indonesia - 10210
SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI
www.pnpm-mandiri.org
PENGADUAN
P.O. BOX 2222 JKPMT
SMS 0817 48048
e-mail : [email protected]
www.p2kp.org | www.pnpm-perkotaan.org
BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
PEDOMAN TEKNIS
KEMITRAAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
MANDIRI - PERKOTAAN
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
i
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
ii
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
KATA PENGANTAR
Program Kemitraan merupakan salah satu intervensi PNPM Mandiri Perkotaan pada fase BERDAYA
menuju MANDIRI. Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
dan pencapaian program penanggulangan kemiskinan yang sudah dirancang oleh masyarakat melalui
kerjasama berbagai pihak.
Sebagai Program Kemitraan, maka BKM/LKM dan KSM yang telah memiliki kapasitas dan memiliki
potensi akan difasilitasi untuk bermitra dengan pihak lain. Untuk memastikan BKM/LKM beserta KSM
yang memenuhi syaratan diperlukan Pedoman Teknis Kemitraan.
Pedoman Teknis Kemitraan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan
PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat sehingga proses yang dilakukan memiliki standar acuan yang
sama di seluruh wilayah dengan menjunjung prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam
melakukan kemitraan.
Semoga bermanfaat,
Jakarta, September 2012
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
Ir. Guratno Hartono, MBC
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
i
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
ii
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Daftar Isi
KATA PENGANTAR | i
DAFTAR ISI | iii
I.
PENDAHULUAN | 1
1.1
LATAR BELAKANG | 1
1.2
TUJUAN | 2
1.3
KELUARAN & INDIKATOR | 2
1.4
PRINSIP & PELAKSANAAN | 2
1.5
SASARAN & LOKASI |3
1.6
SASARAN PEMANFAAT | 3
1.7 PENGERTIAN-PENGERTIAN UMUM | 3
II.
PENDEKATAN DAN STRATEGI | 5
2.1 PENDEKATAN | 5
2.2
STRATEGI | 6
1.
Membangun kapasitas BKM/LKM | 6
2.Menguatkan peran dan fungsi TKPKD dan KBP sebagai fasilitator kemitraan | 6
3.
Membangun Kapasitas TKPKD dan KBP | 6
4.
Memfasilitasi Pemasaran Sosial | 7
5.
Membangun Jejaring | 7
III.
TAHAPAN KEGIATAN | 9
A. Penyiapan | 10
B. Inisiasi Kemitraan | 11
C. Pelaksanaan Kerjasama | 13
D. Monitoring, Evaluasi & Pelaporan | 13
E. Keberlanjutan & Replikasi |14
IV.
TATA PERAN PELAKU PELAKSANAAN | 15
A. Tingkat Pusat | 15
B. Tingkat Propinsi |16
C. Tingkat Kota/Kabupaten | 17
D. Tingkat Kelurahan/Desa | 20
LAMPIRAN | 23
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
iii
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
iv
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
I. Pendahuluan
1.1
LATAR BELAKANG
Kemiskinan adalah permasalahan bersama yang memerlukan peran multipihak dalam
pemecahannya. Menyadari hal tersebut dalam tahapan strategi intervensi PNPM mandiri
Perkotaan dari masyrakat berdaya menuju masyarakat mandiri, memfasilitasi proses–proses
kemitraan antara masyarakat (BKM/LKM dan KSM) dengan berbagai pihak luar. Kemandirian
masyarakat yang hakiki adalah adanya kesalingtergantungan antara masyarakat dengan
berbagai pihak lain dalam pemecahan persoalan bersama. Tidak mungkin masyarakat dapat
memecahkan persoalan tanpa bekerjasama dengan pihak lain, akan tetapi masyarakat harus
mampu untuk mengelola program secara otonom.
Rencana pemecahan persoalan kemiskinan dari masyarakat kelurahan/desa dituangkan dalam
PJM Pronangkis Kelurahan/desa - pada seluruh lokasi kelurahan/desa sasaran - dan dalam
RTPLP - pada kelurahan/desa yang mendapatkan intervensi PLPBK. Pelaksanaan program yang
tertuang dalam PJM Pronangkis dan RTPLP masyarakat memerlukan berbagai sumberdaya baik
berupa dana, sumberdaya manusia berupa bantuan teknis pendampingan dan peningkatan
kapasitas serta sumberdaya lainnya yang tidak mungkin dipenuhi semua oleh PNPM Mandiri
Perkotaan.
Peran pemerintah daerah sebagai fasilitator, regulator, dinamisator dan koordinator dalam
pembangunan khususnya penanggulangan kemiskinan perlu ditingkatkan. Pada sisi yang lain
kompleksitas penanggulangan kemiskinan tidak hanya bisa dibebankan kepada masyarakat dan
pemerintah tetapi memerlukan peran aktif pihak swasta, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat dan kelompok peduli lainnya sangat dibutuhkan.
BKM/LKM harus mampu menghimpun sumberdaya dari luar baik itu yang berasal dari
pemerintah, sektor swasta dan berbagai kelompok peduli lainnya. Dalam hal ini, model
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dapat
menjadi model yang bisa dikembangkan, sehingga kerjasama antara ke tiga pilar pembangunan
(masyarakat, sektor swasta dan pemerintah) dapat terjalin.
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
1
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Sumberdaya yang bisa dihimpun oleh masyarakat untuk dapat mengimplementasikan program
menuju visi yang dicita-citakan bukan hanya tersebar di area lokal akan tetapi menyebar dari
tingkat keluraham, kota sampai ke tingkat pusat. Oleh karena itu fasilitasi kemitraan yang
dilakukan PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan pada ketiga area tersebut.
1.2TUJUAN
Tujuan umum kemitraan dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan dan capaian program penanggulangan kemiskinan yang sudah
dirancang oleh masyarakat melalui kerjasama berbagai pihak.
Tujuan umum tersebut diturunkan ke dalam tujuan antara sebagai berikut :
a. P
JM Pronangkis kelurahan/desa dan atau RTPLP mendapat dukungan sumberdaya
dari berbagai pihak baik itu pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM
maupun kelompok peduli lainnya.
b. T erlembaganya prinsip – prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas
dalam program kemitraan.
KM/LKM mempunyai kapasitas dalam membangun kemitraan dengan pihak
c. B
luar
d. T KPKD dan Komunitas Belajar Perkotaan menjadi fasilitator kemitraan antara
dengan berbagai pihak
1.3KELUARAN dan INDIKATOR
Keluaran yang diharapkan dari kemitraan ini adalah :
a. A
danya program kemitraan dengan pemerintah daerah – swasta – perguruan
tinggi – LSM dan kelompok peduli lainnya.
b. P
rogram kemitraan menerapkan sistem transparasni dan pertanggungjawaban
kegiatan dan keuangan yang sudah dirintis oleh PNPM Mandiri Perkotaan.
c. P
rogram kemitraan dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak termasuk
masyarakat miskin dalam perencanaan, monitoring dan evalulasi.
Indikator untuk masing-masing keluaran adalah sesuai dengan Lampiran.
1.4
PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan inisiasi dan kemitraan ini menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. T ransparansi, bahwa pelaksanaan Kegiatan bisa diketahui oleh semua pelaku dan
masyarakat dan kemitraan yang terjadi didasarkan pada semangat keterbukaan
bagi pihak-pihak yang bermitra;
b. A
kuntabel, bahwa pelaksanaan Kegiatan dan kemitraan yang terjadi dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum dan sosial;
c. K
eberpihakan pada Masyarakat Miskin, bahwa orientasi Kegiatan adalah dalam
rangka pemberdayaan masayarakat miskin dan kelompok marjinal;
d. K
esetaraan, bahwa pihak-pihak yang akan melakukan kemitraan mempunyai
kedudukan yang setara;
e. M
utualisme, bahwa kemitraan menghasilkan kemanfaatan bagi pihak-pihak
yang bermitra;
2
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
f. K
epentingan umum, bahwa pelaksanaan dan hasil dari Kegiatan adalah untuk
kepentingan umum bukan untuk kepentingan pribadi;
g. M
anajerial, bahwa pelaksanaan inisiasi dan kemitraan dilakukan melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan evaluasi;
1.5
SASARAN LOKASI
Sasaran program kemitraan adalah :
a.BKM/LKM pada kelurahan sasaran PNPM Mandiri Perkotaan – regular , yang
sudah masuk ke dalam siklus tahun ke–2 dan seterusnya serta mempunyai
kriteria layak;
b.
BKM/LKM yang merupakan lokasi kegiatan PLPBK.
Kriteria layak didasarkan kepada :
Penerima manfaat langsung dari PJM Pronangkis dan RTPLP adalah warga
1.
miskin yang sudah termuat dalam hasil Pemetaan Swadaya yang dilakukan oleh
masyarakat.
2.
Program – program yang dikembangkan dalam PJM Pronangkis berkaitan
langsung dengan target pencapaian MDGs dan pelayanan dasar bagi warga
miskin.
3.BKM/LKM mempunyai sistem transparansi yang dibuktikan dengan pemberian
informasi kegiatan dan keuangan kepada warga melalui forum – forum warga
dan media warga lain seperti radio komunitas, Koran kampung, majalah dinding/
papan informasi dan lain - lain .
4.BKM/LKM mempunyai sistem pembukuan sesuai kriteria dari PNPM Mandiri
Perkotaan;
1.6
SASARAN PEMANFAAT
Sasaran Pemanfaat dari kegiatan Kemitraan PNPM MP adalah:
a.Masyarakat miskin yang teridentifikasi dari kegiatan Pemetaan Swadaya dari
siklus P2KP/PNPM MP;
b.Kelompok Swadaya Masyarkat (KSM) yang dibentuk dalam rangka PNPM MP;
c.Unit Pengelola Keuangan (UPK) untuk memperkuat layanan permodalan bagi
anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM);
d.Unit Pengelola Sosial (UPS) untuk memperkuat layanan sosial bagi masyarakat di
kelurahan/desa;
e.Unit Pengelola Lingkungan (UPL) untuk memperkuat layanan di bidang lingkungan
dan permukiman;
1.7PENGERTIAN-PENGERTIAN UMUM
Dalam Pedoman ini terdapat beberapa pengertian yaitu:
a. F asilitator Kemitraan adalah sukarelawan perorangan atau lembaga yang
berperan melakukan inisiasi/prakarsa dan fasilitasi terjadinya kemitraan antara
BKM/LKM dan Calon Mitra. Fasilitator Kemitraan dapat berasal dari unsur
perorangan, tokoh masyarakat, Forum Komunikasi BKM/LKM, Kemunitas Belajar
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
3
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Perkotaan (KBP), Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), Kementrian Negara,
Lembaga Pemerintah non Kementrian, Perguruan Tinggi, Yayasan, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan lain sebagainya;
b. Inisiasi Kemitraan adalah segala bentuk upaya yang tidak menyalahi hukum yang
dilakukan oleh Fasilitator Kemitraan untuk mendukung terjadinya kemitraan;
alon Mitra adalah perorangan atau lembaga yang dinilai mempunyai potensi
c. C
untuk melakukan kerjasama dengan BKM/LKM dan memiliki penyertaan dalam
kemitraan berupa dana, peralatan, keahlian, sistem dan bentuk penyertaan
yang mendukung upaya pemberdayaan masyarakat. Calon mitra dapat berasal
dari perorangan, SKPD, Kementrian Negara, LSM, Yayasan, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Swasta, Koperasi, Lembaga Donor Nasional dan
Internasional dan bentuk lain yang sesuai dengan peraturan dan perundangan
di negara Indonesia;
d.
Kemitraan adalah kesepakatan antara dua atau lebih orang/lembaga untuk
melakukan kerjasama dalam kegiatan tertentu dan masing-masing pihak
menyetujui hak dan kewajiban dan menandatangani Nota Kesepakatan
(Memorandum of Agreement), Nota Perjanjian Kerjasama, Surat Perjanjian atau
sebutan lain sesuai dengan hukum perikatan yang berlaku;
e. Pelaku Kemitraan adalah BKM/LKM PNPM Mandiri Perkotaan dan calon mitra
yang sudah menandatangani Nota Kesepakatan (Memorandum of Agreement)
atau Nota Perjanjian Kerjasama atau Surat Perjanjian atau sebutan lain sesuai
dengan hukum perikatan yang berlaku;
f. Penyertaan Kemitraan adalah dana, keahlian, teknologi, dan bentuk-bentuk
lain yang disampaikan masing-masing pelaku kemitraan untuk melaksanakan
kegiatan bersama sesuai dengan Nota Kesepakatan;
4
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
II. Pendekatan & Strategi
BAB II - PENDEKATAN DAN STRATEGI
2.1 PENDEKATAN
Perlu dikembangkan berbagai model kemitraan antara BKM dengan
berbagai sumberdaya luar. Secara umum model kemitraan yang dikembangkan
bisa dikategorikan ke dalam 2 model, yaitu : 1) model kemitraan antara BKM
langsung dengan lembaga mitra dan 2) model kemitraan tidak langsung, dimana
pemilik sumberdaya bermitra dengan BKM difasilitasi oleh lembaga lain sebagai
perantara.
Baik dalam model pertama maupun model kedua pendekatan yang
adalah pendekatan pembangunan partisipatif yang melibatkan
masyarakat, pemerintah daerah dan pelaku lain dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Ini berarti lembaga- lembaga lain di luar
pemerintah dalam menjalin kemitraan bekerja sama dengan pemerintah daerah
dengan menggunakan mekanisme pembangunan partisipatif.
2.1 PENDEKATAN
dikembangkan
Secara umum, dalam PNM Mandiri Perkotaan ada dua model kemitraan yaitu: (1) Kemitraan
langsung antara BKM/LKM dan Mitra; dan (2) Kemitraan dengan perantara, ada orang atau
lembaga sebagai mediator
kemitraan antara BKM/LKM dengan mitra. Model-model tersebut
Berbagai model kemitraan BKM dengan berbagai pihak dapat dilihat pada
dapat diilustrasikan
dalam
gambar berikut:
bagan
berikut:
Perguruan Tinggi Kementrian/Lembaga Lembaga Donor Lembaga Swadaya Masyarakat PNPM TKPKD/Pemda KBP Korporasi BKM PJM Pronangkis /RTPLP KSM Kemitaan Langsung antara BKM dengan pihak Luar Kemitraan difasilitasi oleh TKPKD dan KBP Kemitraan langsung maupun melalui mediator dapat terjadi jika BKM/LKM sudah dikenal
dan mendapat kepercayaan dari pihak calon mitra. BKM/LKM dapat dikenal dan mendapat
kepercayaan jika BKM/LKM mempunyai kapasitas memadai yang bisa dibangun ketika
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
5
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
menjalankan kegiatan-kegiatan reguler di PNPM Mandiri Perkotaan dengan menerapkan prinsipprinsip keberpihakan pada warga miskin, transparansi, dan akuntabilitas, dan profesionalisme.
Keberhasilan kegiatan kemitraan untuk pemberdayaan masyarakat dapat didekati dengan
adanya:
a.Sinkronisasi antara kebijakan, program dan anggaran antara Pemerintah, Masyarakat
Sipil dan Masyarakat Ekonomi (dunia usaha);
b.“Ruang Bersama” untuk berpartisipasi, belajar bersama (collective learning), promosi/
sosialiasi, dan bertindak bersama (joint action) ;
Kesesuaian program dengan kebutuhan sasaran;
c.
Ketepatan sasaran atau pemanfaat program kemitraan;
d.
2.2
STRATEGI 1.Membangun kapasitas BKM/LKM
Untuk meraih sumberdaya luar, BKM/LKM memerlukan kapasitas yang cukup baik dari
sisi pengetahuan maupun keterampilan. Kapasitas BKM/LKM dibangun melalui proses
pendampingan secara menerus oleh PNPM Mandiri Perkotaan pada lokasi wilayah
sasaran yang sudah memenuhi kriteria layak untuk dimitrakan. Peningkatan kapasitas
BKM/LKM berupa pelatihan maupun pendampingan langsung dalam praktek nyata
diberikan oleh fasilitator dan berbagai pihak terkait.
2.Menguatkan peran dan fungsi TKPKD dan KBP sebagai fasilitator kemitraan
Salah satu wujud nyata dari peran TKPKD dalam koordinasi penanggulangan kemiskinan
adalah memfasilitasi kemitraan antara masyarakat dengan berbagai pihak. Peran
-peran TKPKD yang bisa dilakukan dalam kemitraan adalah: (1) mengembangkan
kebijakan bersama – sama pemerintah daerah yang berkaitan dengan kemitraan;
(2) mengembangkan database dan sistem informasi untuk kebutuhan kemitraan; (3)
Menggalang sumberdaya luar untuk mendanai program masyarakat dan mendampingi
peningkatan kapasitas BKM/LKM dan KSM; (4) mengembangkan sistem kemitraan yang
transparan, partisipatif dan akuntable dan (5) mengembangkan sistem monitoring dan
evaluasi
3.Meningkatkan Kapasitas TKPKD dan KBP dalam Kemitraan
Dalam menjalankan peran untuk memfasilitasi kemitraan, perlu peningkatan kapasitas
baik bagi TKPKD maupun KBP. Peningkatan kapasitas dilakukan melalui berbagai pelatihan
dan pendampingan. PNPM Mandiri Perkotaan mempunyai keterbatasan sumberdaya
untuk meningkatkan kapasitas TKPKD dan KBP, oleh karena itu PNPM Mandiri Perkotaan
menggalang kerjasama dengan berbagai pihak baik di tingkat kota dengan dimotori oleh
Korkot maupun di tingkat nasional yang dimotori oleh PMU. Pada tingkat kota Korkot
bisa menggalang kerjasama dengan program – program lain, perrguruan tinggi, LSM dan
lembaga lainnya yang ada di tingkat kota. Pada tingkat nasional, PMU bisa menggalang
kerjasama dengan TNP2K, lembaga donor, Kementerian/lembaga, Akademisi dan
berbagai pihak yang mempunyai program yang sama.
6
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
4.Memfasilitasi Pemasaran Sosial
Untuk menggalang dukungan guna mengimplementasikan PJM Pronangkis dan RTPLP,
BKM/LKM, TKPKD dan KBP harus memperkenalkan program kepada pihak luar. Karena
program yang dihasilkan berupa produk gagasan sosial, maka pemasaran yang dilakukan
adalah pemasaran sosial. Keberhasilan pemasaran sosial bukan hanya diukur dari
tergalangnya sumberdaya akan tetapi juga berupa dukungan-dukungan kebijakan dan
penggunaan metodologi yang sudah diperkenalkan oleh program secara lebih luas.
Fasilitasi pemasaran dilakukan pada semua aras, baik itu di kelurahan, kota maupun
nasional. Fasilitasi kemitraan di tingkat kelurahan didampingi oleh fasilitator, pada
tingkat kota dilakukan oleh TKPKD dengan pendampingan Tim Korkot dan pada tingkat
nasional difasilitasi oleh PMU PNPM Mandiri Perkotaan. Khusus untuk pemasaran RTPLP
PNPM Mandiri Perkotaan menyediakan dana stimulan yang termuat dalam BLM PLPBK
yang penggunaannya diatur tersendiri dalam Pedoman Teknis PLPBK.
5.Membangun Jejaring
Salah satu kunci dalam menggalang kemitraan adalah mempunyai jejaring dengan
para pihak yang terkait dengan isu-isu program yang akan dimitrakan. PNPM Mandiri
Perkotaan mendorong BKM/LKM untuk aktif terlibat dalam forum-forum multipihak
yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Fasilitasi juga dilakukan agar BKM/
LKM maupun KSM bisa menjadi bagian dari berrbagai jaringan yang berkaitan dengan
isu program baik itu jaringan program-program sosial, ekonomi maupun lingkungan.
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
7
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
8
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
III. Tahapan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Kemitraan PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan dengan beberapa tahapan
kegitan utama dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut adalah: (1) Penyiapan; (2) Inisiasi
Kemitraan; (3) Pelaksanaan Kemitraan; (4) Monitoring, Evalusi dan Pelaporan. Masing-masing
tahapan utama terdiri dari beberapa sub kegiatan sesuai dengan diagram alur kegiatan seperti
berikut:
Diagram Alur Tahapan Pelaksanaan Kemitraan
PNPM Mandiri Perkotaan
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
9
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Penjelasan dari masing-masing tahapan kegiatan adalah sebagai berikut:
A.Penyiapan
Tujuan dari tahap Penyiapan adalah untuk menyiapkan pelaku, rencana kerja dan
berbagai bahan pemasaran sosial di masing-masing tingkatan (Pusat, Provinsi, Kab/
Kota, Keluarahan/Desa).
Sosialiasi
1.
•
S osialisasi dilakukan untuk memberi pemahaman kepada berbagai pihak
di masing-masing tingkatan tentang dasar pemikiran, tujuan, output,
prinsip-prinsip dan mekanisme pelaksanaan “Kegiatan” sehingga dapat
memberikan dukungan dalam pelaksanaan “Kegiatan”;
•
S osialiasi dilakukan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan desa/
kelurahan;
•
S osialiasi bisa menggunakan media atau event yang sudah ada dalam
kegiatan PNPM MP, Pemerintah Daerah atau masyarakat”;
•
onsultan PNPM MP, Pemda dan atau stakeholder lain bisa bertindak
K
sebagai fasilitator pelaksanaan kegiatan ini.
2.Penyusunan Rencana Kerja
•
enyusunan Rencana Kerja dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai
P
kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tahapan dalam
“Kegiatan” ini termasuk personil yang akan menangani (personnel in
charge/ PIC) dan waktu pelaksanaannya;
•
encana Kerja disusun sesuai dengan tingkatan Pusat, Provinsi,
R
Kabupaten/kota, dan Kelurahan/desa;
•
Rencana kerja mengacu pada semua tahapan pelaksanaan kegiatan;
•
egiatan ini bisa dilakukan dalam satu rangkaian dengan kegiatan
K
sosialisasi;
3.Identifikasi Potensi Internal dan Eksternal
10
•
Identifikasi potensi internal bertujuan untuk menentukan berbagai
potensi kemitraan seperti PJM dan Renta Pronangkis, KSM Daftar
Tunggu, KSM Lulus, potensi pengembangan ekonomi lokal, dan orang
atau lembaga orang yang dinilai mempunyai potensi untuk membantu
pelaksanaan inisiasi kemitraan;
•
Identifikasi internal diawali dari tingkat kelurahan/desa dan hasilnya
akan digunakan sebagai database di tingkat kota/kab dan selanjutnya
akan menjadi data base di tingkat provinsi dan nasional;
•
Identifikasi Potensi Eksternal bertujuan untuk mendapatkan informasi
dan menentukan berbagai potensi kemitraan dari luar PNPM MP
seperti produk atau skema-skema pinjaman dari Lembaga Keuangan
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Formal, orang atau lembaga yang dinilai bisa memberi informasi potensi
kemitraan, lembaga pemberi dana hibah dan CSR, dan lain sebagainya;
4.Penentuan dan Penyusunan Bahan/Media/Instrumen Pemasaran Sosial
(Social Marketing)
Pada dasarnya pemasaran sosial adalah kegiatan “menjual” gagasan untuk
mengubah pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat. Berdasarkan pengalaman,
penerapan strategi pemasaran dalam dunia sosial terbukti dapat memberdayakan
organisasi dalam memperoleh dukungan untuk melanjutkan hidupnya, antara
lain dalam memperoleh sumber dana potensial yang berasal dari masyarakat
secara luas (fund raising). Dalam pemasaran sosial perlu memperhatikan 6P
yaitu promotion (promosi), price (harga), product (produk), place (tempat) serta
partnership (kemitraan) dan policy (kebijakan).
Dengan memperhatikan hasil identifikasi potensi internal dan eksternal dan 6P
tersebut diharapkan dapat ditentukan bahan, instrumen atau media pemasaran
sosial. Bahan, instrumen atau media pemasaran sosial antara lain berbentuk
bahan publikasi atau komunikasi (leaflet, brosur, booklet, prospektus, spanduk,
baliho, talkshow, seminar, lokakarya, bazar kemitraan dan lain sebagainya);
B.Inisiasi Kemitraan
1.Pemasaran Sosial
•
emasaran sosial adalah kegiatan “menjual” gagasan untuk mengubah
P
pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat. Gagasan sosial yang akan
dijual dari “Kegiatan” ini adalah perlunya peran serta semua pihak
untuk mendorong terjadinya kepedulian dan peran serta stakholder
untuk memfasilitasi upaya pemberdayaan usaha ekonomi dari kelompok
masyarakat miskin yang tidak bankable melalui kemitraan BKM/LKM
dengan calon mitra. Agar “perilaku kemitraan” dalam penguatan modal
keuangan KSM terjadi maka sasaran utama pemasaran sosial adalah
publik, calon mitra dan calon pemanfaat;
•
emasaran ke publik dilakukan untuk memberi pemahaman, mendorong
P
dukungan, dan menggugah peran serta berbagai stakeholder
(perorangan atau lembaga) dalam program penanggulangn kemiskinan
dan pemberdayaan masyarakat, khususnya peran serta dalam melakukan
inisiasi kemitraan penguatan modal keuangan KSM;
•
emasaran ke calon mitra bertujuan agar mereka bisa memberi dukungan
P
dan melakukan kemitraan sesuai dengan produk/jasa mereka;
•
Pemasaran ke calon pemanfaat dilakukan kepada Forum BKM/LKM,
BKM/LKM, dan KSM agar mereka mempunyai pemahaman dan rencana
kerja untuk melakukan kemitraan sesuai dengan perannya;
•
Pemasaran sosial dilakukan dengan instrumen, media dan bahan sesuai
dengan rencana kegiatan yang sudah disusun dalam tahap kegiatan
sebelumnya;
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
11
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
•
emasaran sosial dilakukan oleh konsultan PNPM MP, pemda, FKA BKM/
P
LKM, BKM/LKM dan stakeholder lain perlu melakukan pemasaran sosial
secara sinergis agar dapat sebaran sasaran yang luas sehingga menambah
peluang terjaringnya calon mitra.
2.Pembangunan komitmen (Prospecting) dan Pengenalan produk calon mitra;
•
ari kegiatan pemasaran sosial yang dilakukan perlu diidentifikasi
D
berbagai respon dari calon mitra. Calon-calon mitra yang diindikasikan
tertarik untuk berperan serta perlu ditindaklanjuti dengan upaya
membangun komitmen mereka untuk bermitra (prospecting).
•
rospecting dilakukan dengan berbagai metode seperti korespondensi/
P
persuratan, menyampaikan proposal, kunjungan untuk memberi
penjelasan, melakukan lobby personal, menggunakan orang
berpengaruh, “referensi berantai”, lokakarya dan lain sebagainya;
•
Untuk meyakinkan pihak lain biasanya perlu bahan tertulis agar calon
mitra punya fleksibiltas kapan dan dimana bisa mempelajari usulan.
Untuk itu perlu dipersiapkan bahan tertulis yang ringkas dan menarik
bagi calon mitra.
•
ada saat proses pembangunan komitmen calon mitra sekaligus
P
dilakukan upaya pengenalan lebih detil terkait produk-produk calon
mitra yang punya potensi untuk dikerjasamakan. Pengenalan itu antara
lain tekait dengan sifat produk itu hibah atau pinjaman, syarat dan
ketentuan dalam mengakses: siapa yang boleh mengakses (lembaga
atau perorangan), agunan, tingkat suku bunga, besaran pinjaman dan
lain sebagainya. Pengenalan juga dilakukan sebagai media klarifikasi
terhadap bahan-bahan yang sudah dikumpulkan dari tahap “Identifikasi
potensi Eksternal”;
3.Negoisasi Kemitraan
•
S etelah ada calon-calon mitra yang memberi komitmen, masing-masing
BKM/LKM perlu negosiasi. Negosiasi perlu mempertimbangkan kondisi/
kemampuan kelembagaan BKM/LKM dan UP, karakter masyarakat dan
KSM calon pemanfaat, dukungan pemerintah daerah atau pihak peduli
lain.
•
egoisasi terhadap ketentuan dan syarat perlu dilakukan untuk
N
memastikan BKM/LKM mendapatkan “produk” yang paling sesuai
dengan kondisi BKM/LKM dan KSM mendapatkan masukan/saran dari
fasilitator atau mediator, warga calon pemanfaat dan stakeholder tingkat
kelurahan/desa
4.Penandatangan Nota Kesepahaman;
•
12
T ahapan ini diawali melalui pembicaraan rencana pembuatan Perjanjian
diantara pihak-pihak dengan saling menjajaki hal yang disepakati
dalam bisnis sebelum menuangkannya dalam Perjanjian. Dalam bentuk
formalnya penjajakan ini biasanya dituangkan dalam bentuk Letter of
Intent (LoI) atau Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan
dalam LoI atau MoU belum merupakan sebuah kesepakatan Perjanjian,
sehingga tidak mengikat tetapi menjadi garis-garis besar penyusunan
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Perjanjian.
•
enandatanganan Nota Kesepahaman bisa dilakukan oleh pihak yang
P
berperan sabagai fasilitator atau mediator seperti SKPD, FK BKMB, KBP,
LSM dan lain sebagaianya
•
Isi dari Nota Kesepahaman ini lebih bersifat upaya fasilitasi terjadinya
kemitraan antara BKM/LKM dan calon mitra. Hal-hal detil pelaksanaan
kemitraan akan diisikan dalam Nota Perjanjian yang akan ditandatangani
oleh BKM/LKM dan Mitranya;
5.Penyusunan dan Penandatangan Nota Perjanjian Kerjasama
•
Perjanjian atau agreement merupakan pertemuan keinginan (kesepakatan
yang dicapai) oleh para pihak yang memberikan konsekuensi hukum yang
mengikat kepada para pihak untuk melaksanakan poin-poin kesepakatan.
Apabila salah satu pihak ingkar janji atau wanprestasi, maka pihak yang
wanprestasi tersebut diwajibkan untuk mengganti kerugian kepada pihak
yang dirugikan sebagaimana disepakati dalam perjanjian;
•
Perjanjian memuat kepentingan para pihak dan karena kepentingan
pihak-pihak yang telibat dalam Perjanjian berbeda, maka untuk mencapai
kesepakatan perlu dilakukan persesuaian diantara kepentingan tersebut.
Tahapan ini diwarnai dengan tawar menawar keinginan masing-masing
pihak. Dengan demikian klausul-klausul rancangan Perjanjian bisa
mengalami pengurangan dan/atau penambahan;
•
Dalam penyusunan Nota Perjanjian, BKM/LKM perlu memperhatikan
Prinsip-prinsip “Kegiatan” dalam pedoman ini.
•
Hal-hal yang telah disepakati dalam negosiasi kemudian dimasukan kedalam
Perjanjian untuk ditandatangani oleh para pihak. Sebelum Perjanjian ini
ditandatangani, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan pengecekan akhir,
untuk memastikan hal-hal yang dimuat dalam Perjanjian merupakan
hal-hal yang telah disepakati dalam tahapan perundingan, termasuk
pengecekan terhadap pihak-pihak yang menandatangani Perjanjian;
C.Pelaksanaan Kerjasama
Untuk melaksanakan Surat Perjanjian yang sudah ditandatangani, BKM/LKM perlu
memperhatikan kembali isi dari surat perjanjian. Hal dilakukan untuk memastikan bahwa
BKM/LKM melakukan sesuai hak dan kewajiban sesuai yang sudah disepkati dalam Surat
Perjanjian;
D.Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
1.Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan untuk memastikan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan tujuan, ruang lingkup, output dan mekanisme yang
ditentukan dalam Pedoman ini atau dokumen tindaklanjut dari Pedoman ini;
Monev dilakukan di semua tingkatan pelaku dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
dan Kelurahan/Desa melalui jalur fungsional konsultan PNPM MP dan struktural
pemerintahan. Konsultan PNPM MP perlu melibatkan unsur pemerintah dalam
melakukan monev;
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
13
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
2.Pelaporan
Hasil pelaksanaan monev dilaporkan sesuai dengan mekanisme pelaporan di
PNPM MP. Hasil kemitraan di masing-masing wilayah perlu dilakukan rekapitulasi
denganmenggunakan formulir atau instrumen yang ditetapkan oleh PNPM MP;
E.Keberlanjutan dan Replikasi
• S etelah melakanakan menyelesaikan tahapan pelaksanaan diharapkan dalam
pelakasanaan berikutnya Pemerintah Daerah, KBP, FK BKM/LKM. BKM/LKM
diharapkan bisa meningkatkan kualitas pelaksanaan di siklus berikutnya.
uantitas kemitraan juga diharapkan meningkat dengan adanya replikasi atau
• K
adopsi pola kemitraan oleh lokasi lain dari kemitraan yang sudah terjadi;
• D
engan berbekal pengalaman dan pembelajarna dari pelaksanaan kemitraan
diharapkan bisa dikembangkan pola-pola kemitraan secara lebih mandiri di
lokasi-lokasi PNPM MP.
engan replikasi, adopsi dan pengembangan pola-pola kemitraan diharapkan
• D
akan mendorong terjasinya budaya kemitraan di lokasi yang bersangkutan;
14
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
IV. Tata Peran Pelaku Pelaksanaan
Untuk melaksanakan masing-masing tahapan Kemitraan tersebut dilakukan pembagian peran
untuk tingakt Pusat, Provinsi, Kota/Kabiupaten, dan Kelurahan/desa.
Secara umum peran dari masing-masing pelaku di masing-masing tingkatan adalah sebagai
berikut:
A. Tingkat Pusat
Pelaku:
1.PMU dan Satker P2KP/PNPM Perkotaan-DJCK Kementerian PU:
a.
enentukan kebijakan umum di tingkat pemerintahan;
M
b.
elakukan komunikasi dan sosialisasi lintas kementrian dan stakeholder
M
lain di tingkat pusat;
c.
elakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kemitraan di tingkat
M
provinsi bersama stakholder lainnya;
d.
MU dan Satker P2KP/PNPM Perkotaan akan dibantu oleh Tim Advisory
P
dalam menyusun dan merumuskan kebijakan, konsep serta pedoman
dan dibantu oleh KMP dalam pengendalian pelaksanaan operasional.
2.KMP PNPM Mandiri Perkotaan
a.
emfasilitasi pelaksanaan kebijakan yang sudah ditentukan oleh Satker,
M
PMU atau Kementrian PU;
b.
Menyusun dokumen pendukung teknis pelaksanaan Kemitraan yang
diberlakukan secara nasional;
c.
Menyusun rencana kerja pelaksanaan tahapan Kemitraan di tingkat
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
15
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
provinsi untuk bersama stakholder lainnya;
d.
Melakukan sosialisasi dan melaksaakan pelatihan untuk pelaksanaan
Kemitraan;
e.
Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kemitraan di tingkat
pusat bersama stakholder lainnya;
f.
M
enjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat nasional sesuai dengan kapasitasnya;
g.
Memfasilitasi pelaku pelaksanaan Kemitraan di daerah dalam mengatasi
kendala pelaksanaan;
Beberapa contoh bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan para pelaku ditingkat
pusat adalah sebagai berikut:
•
S osialisasi dan pemasaran PJM Pronangkis dan RTPLP kepada berbagai
pihak melalui kegiatan lokakarya nasional, media massa baik cetak, audio
maupun audio visual serta roadshow kepada berbagai pihak;
•
enyusun sistem informasi dan komunikasi nasional yang mendukung
M
kegiatan kemitraan termasuk pengembangan database PJM Pronangkis,
RTPLP, Kegiatan kemitraan serta penyusunan profil BKM/LKM dan KSM
potensial.
•
engelola produk pengetahuan dengan pendokumentasian pengalaman
M
– pengalaman kemitraan seperti best practices dan membagikan
hasil–hasil belajar kepada berbagai pihak. Tukar pengalaman produk
pengalaman dan pengetahuan pelaksanaan kemitraan dilakukan
melalui forum Komunitas Belajar Nasional (KBN), website dan berbagai
media massa lain baik itu media umum maupun media–media yang
dikembangkan oleh berbagai lembaga serta melalui forum nasional
seperti GKPN (Gelar Karya Pembangunan Nasional), lokakarya nasional
kemitraan dan forum –forum lainnya.
•
engembangan sistem monitoring dan evaluasi bersama dengan berbagai
P
pihak seperti TNP2K, Bappenas dan para pihak pelaku kemitraan. Hasil
monitoring dan evaluasi akan menjadi bagian dari proses belajar berbagai
pihak untuk mengembangkan kebijakan–kebijakan baru yang mendukung
kemitraan dan dibagikan kepada pihak lain yang berkepentingan.
B.Tingkat Provinsi
Pelaku:
1.
16
Satker Provinsi atau Pemerintah Provinsi
a.
enindaklanjuti kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Satker Pusat/
M
PMU atau Kementrian Pekerjaan Umum;
b.
engeluarkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan Kemitraan di
M
tingkat Provinsi;
c.
enjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
M
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
d.
2.
Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kemitraan di tingkat
provinsi bersama stakholder lainnya;
SKPD/Pemerintah Provinsi
a.
Menindaklanjuti kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota/
Kabupaten tekait pelaksanaan Kemitraan;
b.
Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
3.KBP Provinsi
Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan di tingkat
provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
4.KMW
a.Memfasilitasi pelaksanakan kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Satker
Kota/Kabupaten;
b.Menyusun dokumen pendukung teknis pelaksanaan Kemitraan yang
diberlakukan di tingkat kota/kabupaten;
c.Melakukan koordinasi dengan berbagai stakeholder untuk mendukung
pelaksanaan Kemitraan;
d.Menyusun rencana kerja pelaksanaan tahapan Kemitraan di tingkat
provinsi untuk bersama stakholder lainnya;
e.Melakukan sosialisasi dan melaksanakan pelatihan untuk pelaksanaan
Kemitraan di tingkat provinsi;
f.Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kemitraan di tingkat
provinsi bersama stakholder lainnya;
g.Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
h.Memfasilitasi pelaku pelaksanaan Kemitraan di wilayah provinsi untuk
mengatasi kendala pelaksanaan;
C.Tingkat Kota/Kabupaten
Pelaku
1.
Satker Kota/Kabupaten atau Pemerintah Kota/Kabupaten
a.
Menindaklanjuti kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Satker Provinsi;
b.
Mengeluarkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan Kemitraan di
tingkat Kota/Kabupaten;
c.Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
17
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
d.Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kemitraan di tingkat
provinsi bersama stakholder lainnya;
2.
SKPD/Pemda
a.Menindaklanjuti kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota/
Kabupaten tekait pelaksanaan Kemitraan;
b.Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
3.Kemunitas Belajar Perkotaan
a.Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
4.Koordinator Kota dan Tim Korkot
a.Memfasilitasi pelaksanakan kebijakan yang sudah ditentukan oleh Satker
Provinsi atau Pemerintah Provinsi;
Menyusun dokumen pendukung teknis pelaksanaan Kemitraan yang
b.
diberlakukan secara di tingkat provinsi sesuai dengan kondisi di
wilayahnya;
Melakukan koordinasi dengan berbagai stakeholder di tingkat kota/
c.
kabupaten untuk mendukung pelaksanaan Kemitraan;
d.Menyusun rencana kerja pelaksanaan tahapan Kemitraan di tingkat kota/
kabupaten bersama stakholder lainnya;
e.Melakukan sosialisasi dan melaksanakan pelatihan untuk pelaksanaan
Kemitraan di tingkat kota/kabupaten;
Mengoordinasikan Tim Korkot dan Tim Faskel dalam mendukung
f.
pelaksanaan Kemitraan;
g.Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kemitraan di tingkat
kota/kabupaten bersama stakholder lainnya;
h.Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
i.Memfasilitasi pelaku pelaksanaan Kemitraan di wilayah provinsi untuk
mengatasi kendala pelaksanaan;
5.
FKA BKM/LKM
a.Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
di tingkat provinsi sesuai dengan kapasitasnya;
Melakukan koordinasi dengan berbagai stakeholder terkait dengan
b.
peluang dan pelaksanaan kemitraaan;
18
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
c.Melakukan kerjasama dengan Tim Korkot dalam melaksanakan Kemitraan;
d.Mengoordinasikan BKM/LKM dalam pelaksanaan Kemitraan;
e.
Memberikan informasi potensi kemitraan kepada BKM/LKM;
Beberapa bentuk kegiatan di tingkat kota/kabupaten adalah sebagai berikut:
•
Sosialisasi dan pemasaran PJM Pronangkis dan RTPLP yang difasilitasi
oleh TKPKD dan KBP kepada para pemangku kepentingan di tingkat
kota. Sosialisasi dan pemasaran dilakukan melalui berbagai forum baik
itu forum yang dikembangkan khusus untuk kemitraan maupun melalui
forum – forum pihak lain, media massa, dengar pendapat dan lain–lain.
•
elatihan bagi anggota TKPKD dan KBP tekait isu–isu yang berkaitan
P
dengan kemitraan. Kurikulum dan modul pelatihan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan masing–masing kota/kab. Tim Korkot membantu
untuk identifikasi kebutuhan pelatihan dan merekomendasikan lembaga/
narsumber/ pemandu yang mempunyai kapasitas yang dibutuhkan. Biaya
pelatihan berasal dari Pemda dan atau lembaga lain yang mempunyai
tujuan yang sama. Dalam hal biaya dari sumber lain, Tim Korkot
memfasilitassi TKPKD untuk bekerjasama dengan berbagai pihak sepert
Donor, Perguruan tiggi atau pihak lainnya.
•
TKPKD menyusun strategi pemasaran sosial untuk memasarkan PJM
Pronangkis dan RTPLP kepada berbagai pihak.
•
engembangan sistem komunikasi dan informasi kemitraan di tingkat
P
kota/kab, termasuk pengembangan database yang mencakup: (1) Sistem
Informasi Manajemen (SIM) kemitraan; (2) Database BKM/LKM, KSM,
PJM Pronangkis, dan RTPLP tingkat kota/kab; (3) Pengembangan website,
(5) potensi kemitraan dari pihak luar; (6) Jaringan komunikasi dengan
pihak–pihak lain yang berkaitan dengan program–program tridaya
maupun PLPBK dan pemberian informasi kegiatan, sumber dana dan
pertanggungjawaban kegiatan kemitraan kepada publik.
•
engelola produk pengetahuan dengan pendokumentasian pengalaman–
M
pengalaman kemitraan, best practices, dan membagikan hasi–hasil belajar
kepada berbagai pihak. Tukar pengalaman produk pengalaman dan
pengetahuan pelaksanaan kemitraan dilakukan melalui forum Komunitas
Belajar Perkotaan (KBP), website dan berbagai media massa lain baik itu
media umum maupun media–media yang dikembangkan oleh SKPD,
perguruan tinggi, dan berbagai lembaga lainnya .
•
enyusun aturan dan kebijakan yang mempermudah BKM/LKM bermitra
M
dengan SKPD dan berbagai pihak lainnya, aturan teknis bagi kemitraan yang
didasarkan pada keterlibatan masyarakat, transparansi dan akuntabilitas.
•
enyusun sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan bersama antara
M
TKPKD, KBP dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam kemitraan.
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
19
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
D.Tingkat Kelurahan/Desa
Pelaku:
1.Pemerintah Desa/Kelurahan
2.
3.
a.
Menindaklanjuti kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Satker Kota/
Kabupaten atau Pemerintah Kota/Kabupateni;
b.
Menindaklanjuti kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota/
Kabupaten yang mendukung pelaksanaan Kemitraan di tingkat Kelurahan/
Desa;
c.
Melakukan sosialiasi dan pembinaan ke stakholder tingkat Kelurahan/
Desa;
BKM/LKM
d.
Melakukan sosialiasi pelaksanaan Kemitraan bersama pemerintah desa/
kelurahan dan Tim Faskel kepada masyarakat khususnya KSM;
e.
Melaksanakan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang
disusun di tingkat kota/kabupaten;
f.
Melakukan sosialiasi dan pembinaan kepada masyarakat, KSM, dan UPK;
g.
Menjadi pelaku pemasaran sosial dan “fasilitator” terjadinya kemitraan
sesuai dengan kapasitasnya;
h.
Melakukan negoisasi kerjasama dan menandatangai surat perjanjian
kerjasama;
i.
Melaksanakan kerjasama sesuai dengan naskah perjanjian dan pola
kemitraan penguatan modal keuangan KSM;
UPK
a.Melakukan identifikasi KSM Daftar Tunggu dan KSM Lulus”;
b.Memfasilitasi kegiatan pengajuan pinjaman modal dan pengembaliannya
sesuai dengan pola kemitraan dan naskah perjanjian yang sudah
ditandatangani oleh BKM/LKM dan mitranya;
1.Tim Faskel
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja pelaksanaan
a.
Kemitraan di tingkat kelurahan/desa;
b.Memfasilitasi pelaksanaan tahapan Kemitraan di tingkat kelurahan/desa;
c.Memfasilitasi penyiapan dan pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh
BKM/LKM;
d.Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kemitraan di tingkat
kelurahan/desa bersama stakholder lainnya;
Beberapa bentuk kegiatan di tingkat kota/kabupaten adalah sebagai berikut:
elatihan untuk anggota BKM/LKM dan Unit Pengelola mengenai kemitraan,
• P
pemasaran sosial, lobby dan negosiasi, strategi komunikasi dan materi– materi
20
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
khusus yang dibutuhkan untuk masing–masing BKM/LKM dan UP.;
KM/LKM mengembangkan database penduduk miskin, KSM, PJM Pronangkis
• B
dan RTPLP, penyusunan database potensi kemitraan untuk KSM, prospektus
kemitraan tingkat kelurahan/desa.
KM/LKM melakukan publikasi dan pemasaran sosial kepada pihak luar melalui
• B
berbagai media baik dalam bentuk katalog, leaflet, bahan presentasi, dan bantuk
lainnya;
engelola produk pengetahuan dengan pendokumentasian pengalaman –
• M
pengalaman kemitraan, best practices, dan membagikan hasil–hasil belajar
kepada berbagai pihak. Tukar pengalaman produk pengalaman dan pengetahuan
pelaksanaan kemitraan dilakukan melalui forum Komunitas Belajar Perkotaan
(KBP) dan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) , website dan berbagai media
massa lain baik itu media umum, media warga maupun media–media yang
dikembangkan oleh SKPD, perguruan tinggi, dan berbagai lembaga lainnya
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
21
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
22
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Lampiran
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
23
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Tabel 1
Keluaran dan Indikator
Tujuan antara 1 :
BKM/LKM mampu mengakses sumberdaya luar untuk menjalankan penanggulangan
kemiskinan
Keluaran
Indikator
Kapasitas BKM/LKM dalam
• Strategi pemasaran sosial BKM/LKM
membangun kemitraan
• Media – media yang dibutuhkan untuk
pemasaran sosial
• Rencana kerja pemasaran sosial
Kerjasama langsung antara
BKM/LKM dengan berbagai
pihak dalam pelaksanaan PJM
Pronangkis
• BKM/LKM menjadi anggota jaringan yang
berkaitan dengan program sosial, eknomi,
lingkungan dan PLPBK
• Minimal di setiap BKM/LKM satu program sosial
mendapat dukungan sumberdaya luar
• Minimal di setiap BKM/LKM satu program
lingkungan mendapat dukungan sumberdaya luar
• Minimal di setiap BKM/LKM satu program
ekonomi mendapat dukungan sumberdaya luar
Kerjasama langsung antara BKM/ • Pembangunan fisik
LKM dengan berbagai pihak
• Investasi
dalam pelaksanaan RTPLP
Tujuan antara 2 :
BKM memfasilitasi kemitraan antara KSM dengan pihak luar
Keluaran
Indikator
Kapasitas KSM dalam
• Minimal 70% KSM telah melaksanakan kegiatan
membangun kemitraan
pengembangan kapasitas KSM
• Minimal 30% KSM telah mengikuti kegiatan
pengembangan kapasitas bermitra dengan pihak
lain
• Minimal 30% KSM mempunyai daftar kebutuhan
kemitraan dan daftar lembaga mitra
24
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Tujuan antara 3 :
Pemerintah Daerah, mau dan mampu menggalang kemitraan antara BKM/LKM dengan
sektor swasta, perguruan tinggi, LSM dan kelompok peduli lainnya
Keluaran
Indikator
Kapasitas Pemerintah Daerah
• Minimal 70% Pemda mempunyai strategi dan
dalam menggalang kemitraan
rencana kerja kemitraan
• Minimal 30% Pemda memiliki daftar kemitraan
Kerjasama TKPKD dengan pihak
luar dalam kemitraan BKM/LKM
• Minimal 70% Pemerintah Kota/Kab mempunyai
strategi dan rencana kerja kemitraan dengan
melibatkan KBP
• Minimal 70% Pemerintah Kota/Kab memfasilitasi
kegiatan kemitraan antar masyarakat dengan
pihak swasta
• Minimal 30% Pemerintah Kota/Kab telah
melaksanakan kegiatan kemitraan
Tujuan antara 4 :
Terlembaganya prisnsip prinsip pembangunan partisipatif, transparansi dan akuntabilitas
dalam kemitraan
Keluaran
Indikator
• Minimal 80% Kemitraan dilaksanakan melalui
serangkaian musyawarah/kesepakatan antara
masyarakat dan pemangku kepentingan
berorientasi pada PJM Pronangkis yang sudah
disusun
Program Kemitraan
dikembangkan dengan
pendekatan partisipatif
• Minimal 80% kegiatan kemitraan telah
dikembangkan bersama oleh BKM/LKM, TKPKD
dan lembaga yang bermitra
• Minimal 80% kegiatan kemitraan telah memiliki
aturan – aturan pelaksanaan kegiatan dan
indikator yang disusun bersama oleh BKM/
LKM,TKPKD dan lembaga yang bermitra
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
25
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
• Minimal 70% Program dan kegiatan kemitraan
telah dipublikasikan melalui media tingkat kota
dan media warga
Program kemitraan dilaksanakan
secara transparan dan akuntabel
26
PEDOMAN TEKNIS | KEMITRAAN
• Minimal 70% Kegiatan kemitraan telah dilaporkan
pertanggungjawabanya kepada pemangku
kepentingan dan dipublikasikan melalui media
tingkat kota dan media warga
P E D O MAN T E K N I S
KEMITRAAN
KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan
Jakarta Pusat Indonesia - 10210
SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI
www.pnpm-mandiri.org
PENGADUAN
P.O. BOX 2222 JKPMT
SMS 0817 48048
e-mail : [email protected]
www.p2kp.org | www.pnpm-perkotaan.org
BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN
Download