BAB II URAIAN TEORITIS

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
2. 1 Komunikasi
Komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap individu. Pada
dasarnya manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Begitu
pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari- hari dan merupakan kegiatan
yang tidak terelakkan lagi. Lazimnya, komunikasi diartikan sebagai kegiatan
interaksi dan bertukar pesan, namun berikut, namun berikut ini akan dijelaskan
beberapa defenisi dari komunikasi.
2. 1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau communication berasala dari bahasa latin, yaitu
communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifat
communis yang bermakana umum atau bersama- sama. Dengan demikian
komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa), menunjuk pada suatu
upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu
menimbulkan sama makna. Dengan kata lain, mengerti makna yang dibawakan
oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan dapat dikatakan komunikatif apabila
kedua- duanya selain mengerti bahsa yang dipergunakan, juga mengerti dari
bahan yang dipercakapkan (Effendy, 2003:9).
Berbicara tentang defenisi komunikasi, tidak ada defenisi yang benar
ataupun salah. Seperti model dan teori, defenisi harus dilihat dari kemanfaatannya
untuk menjelaskan fenomena yang didefenisikan dan mengevaluasinya. Berikut
ini adalah beberapa defenisi komunikasi menurut para ahli (Mulyana, 2007: 6266):
1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefenisikan komunikasi
demikian: “A process by which a source transmits a message to a receiver
through some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber
mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran).
2. Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain- lain. Melalui penggunaan
simbol- simbol seperti kata- kata, gambar- gambar, angka- angka, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Gode (1959), komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang
semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua
orang atau lebih.
4. Barnlund (1964), komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan- kebutuhan
untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego.
5. Harold D. Lasswell (1960), sebagaimana dikutip oleh Sendjaja (1999:7) cara
yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan berikut: Who says what in which channel to whom with what
effect? (Siapa mangatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek
bagaimana?)
Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
dasar:
a. Who (Siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan
b. Says What (Mengatakan Apa): Pesan, pernyataan yang didukung oleh lambang,
dapat berupa ide atau gagasan.
c. In Which Channel (Saluran): Media, sarana atau saluran yang mendukung
pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
d. To Whom (Kepada Siapa): Komunikan, orang yang menerima pesan.
e. With What Effect (Dampak): Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau
dapat juga diartikan sebagai hasil dari proses komunikasi.
Dari defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
komunikasi adalah seni penyampaian informasi untuk mengubah serta
membentuk perilaku komunikan ke pola, sikap pandangan dan pemahaman yang
dikehendaki komunikator.
2. 1. 2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa berupa gagasan, informasi dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu- raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Yang
menjadi
permasalahan
ialah
bagaimana
caranya
agar
“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat
dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2003:11).
Universitas Sumatera Utara
Wilbur
Schramm
(Effendy,
2003:32-33)
dalam
karyanya
“How
Communication Works” mengatakan the conditions of success in communication
diringkaskan sebagai berikut:
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
b. Pesan harus menggunakan tanda- tanda yang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama- sama dapat
dimengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan
menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan yang layak
bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk
memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Komunikasi yang efektif adalah sejauhmana komunikator mampu
berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan
memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan,
cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh
komunikator.
2. 1. 3 Unsur- Unsur Komunikasi
Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan
seseorang yang didasari dengan tujyan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan
dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya
menyertakan unsur- unsur berikut:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi
atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau source,
sender atau encoder.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya
berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat ataupun propaganda.
Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Media
Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan
dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran
atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam- macam bentuknya,
misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indra dianggap sebagai media
komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar, dan media masa lainnya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber.Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran,
komunikan, atau audience . Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima,
maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut
perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
ini biasa terjadi pada pegetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan
Lingkungan atau
situasi adalah
faktor-
faktor tertentu
yang
dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan
psikologis dan dimensi waktu (Cangara,2004:23- 27).
Aristoteles (Cangara, 2004:22) mengatakan bahwa suatu pesan akan
terlaksana dengan baik dan hanya cukup dengan tiga unsur saja yaitu sumber,
pesan dan penerima. Sedangkan Claude E. Shannon dan Warren Weaver
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitter,
sinyal, penerima dan tujuan.
2.1.4 Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi (Effendy,2003:8), yaitu:
1. Menyampaikan informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence)
2.1.5 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi (Effendy,2003:8), yaitu:
1. Perubahan sikap (attitude change)
2. Perubahan pendapat (opinion change)
3. Perubahan perilaku (behavior change)
4. Perubahan sosial (social change)
2.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi
Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2003:7-9):
1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Komunikasi Personal (personal communication)
1. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication)
2. Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication)
b. Komunikasi Kelompok (group communication)
1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
- ceramah (lecture)
- diskusi panel (panel discussion)
- forum
- seminar
- curah saran
- dan lain sebagainya
2. Komunikasi kelompok besar (large group communication)
- retorika
- public speaking
- kampanye
c. Komunikasi Organisasi (organization communication)
d. Komunikasi Massa (mass communication)
1. Komunikasi Massa Elektronik (electronic mass communication)
- pers
Universitas Sumatera Utara
- radio
- film
- televisi
-telepon
- dan lain sebagainya
2. Komunikasi Massa Cetak (printed mass communication)
- surat kabar
- pamflet
- spanduk
- poster
- dan lain sebagainya
2. Berdasarkan Sifat Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Tatap muka (face to face)
b. Bermedia (mediated)
c. Verbal (verbal)
- lisan (oral)
- tulisan/ cetak (written/ printed)
d. Non Verbal (non- verbal)
- isyarat badaniah (gertural)
- bergambar (pictorial)
3. Berdasarkan Teknik Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Jurnalistik (jourmalism)
- jurnalistik cetak (printed journalism)
- jurmalistik elektronik (electronic journalism)
- jurnalistik radio (radio journalism)
- jurnalistik televise (television journalism)
b. Hubungan Masyarakat (public relations)
c. Periklanan (advertising)
d. Pameran (exhibition)
e. Publisitas (publicity)
f. Perang Urat Saraf (psychological warfare)
g. Propaganda
h. Penerangan
4. Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Komunikasi Informatif (informative communication)
b. Komunikasi Persuasif (persuasive communication)
c. Hubungan Manusiawi (human relations)
d. Komunikasi Instruktif/ Koersif (instructive/ coercive communications)
5. Berdasarkan Model Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Komunikasi Satu Tahap (one step flow communication)
b. Komunikasi Dua Tahap (two step flow communication)
c. Komunikasi Multi Tahap (multi step flow communication)
Universitas Sumatera Utara
6. Berdasarkan Bidang Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Komunikasi Sosial (social communication)
b. Komunikasi manajemen/ organisasi (management/ organizational
communication)
c. Komunikasi Perusahaan (business communication)
d. Komunikasi Politik (political communication)
e. Komunikasi Internasional (international communication)
f. Komunikasi Antarbudaya (intercultural communication)
g. Komunikasi Pembangunan (development communication)
h. Komunikasi Lingkungan (environment communication)
i. Komunikasi Tradisional (traditional communication)
2.1.7 Teori S-O-R
Penelitian ini, didukung oleh teori S-O-R (stimulus- organism- response).
Yang beranggapan bahwa organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada
kondisi stimulus pula. Jadi, efek yang ditimbulkan oleh reaksi khusus terhadap
stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Adapun unsur model ini, adalah
sebagai berikut:
a. Pesan (stimulus, S)
b. Komunikan (organism, O)
c. Efek (response, R)
Menurut Effendy (Effendy, 2003:255), perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu itu sendiri. Stimulus atau pesan yang
disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Dan proses berikutnya adalah si
komunikan mengerti dan kemampuan komunikan inilah yang akan melanjutkan
proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka akan
terbentuk sikap terhadap sesuatu yang diperkenalkan, yang dalam hal ini adalah
minat berolahraga.
Dapat dikaitkan pula dengan penelitian ini, yakni mengenai komunikasi
kelompok terhadap minat berolahraga. Maka dapat ditentukan bahwa:
S (pesan)
: Komunikasi Kelompok ABI SUMUT
O (komunikan)
: Anggota ABI SUMUT
R (response)
: Minat Berolahraga ABI SUMUT
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang terjadi pada individu, sangat bergantung pada proses yang
terjadi pada individu itu sendiri. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan mungkin diterima atau ditolak.
Maka setelah terjadinya proses- proses yang ada dalam diri komunikan,
maka perubahan yang terjadi adalah:
1. Perubahan Kognitif, pada perubahan ini pesan ditujukan kepada komunikan
bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan.
2. Perubahan Afektif, yang mana dalam hal ini adapaun tujuan komunikator
bukan hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan aadanya
timbul suatu bentuk perasaan tertentu.
3. Perubahan Behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Dan pada penelitian ini, peneliti terbatas hanya meneliti pada perubahan
Behavioral, dimana dalam diri anggota timbul minat berolahraga melalui
komunikasi kelompok yang diadakan oleh pengurus maupun senior.
2.2 Komunikasi Kelompok
2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian
kita. Sejak kita lahir, kita mulai bergabung dengan kelompok primer yang dekat
yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan
intelektual kita masuk dan terlibat dalam pekerjaan dan kelompok sekunder
lainnya yan sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Ringkasnya, kelompok
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita, karena melalui
kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan
pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human
Communication, A Revisian of Approaching Speech/ Communication, member
batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih
individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti barbagai
informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota
dapat menumbuhkan karateristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the faceto- face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as
Universitas Sumatera Utara
information sharing, self maintenance, or problem solving, such that the member
are able to recall personal characteristics of the members accuratelly).
Ada empat elemen yang tercakup dalam defenisi diatas, yaitu:
1. interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud
dan tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat
menumbuhkan karaterisrik pribadi anggota lainnya.
2. Terminologi tatap muka mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok
lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non
verbal dari setiap anggotanya.
3. Maksud dan tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari defenisi
diatas, bermakna bahwa maksud dan tujuan tersebut akan memberikan
beberapa tipe identitas kelompok. Jika tujuan tersebut adalah berbagi
informasi, maka kommunikasi dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan
pengetahuan. Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri,
biasanya memusatkan perhatiannnya pada anggota kelompok atau struktur dari
kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan
masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe
pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan- kesulitan yang dihadapi.
4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan
karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa
setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama
lain dan maksud atau tujuan kelompok telah terdefenisikan dengan jelas,
disamping ini identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan
permanen. (Sendjaja, 2005:33-34)
Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukankan oleh Ronald
Adler
dan
George
Rodman
dalam
bukunya:
Understanding
Human
Communication. Merka mengatakan bahwa kelompok merupakan sekumpulan
kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama
guna mencapai tujuan tertentu.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
Universitas Sumatera Utara
sama lainnnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut
(Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini biasanya keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah rapat untuk
mengambil suatu keputusan.
2.2.2 Bentuk – bentuk Komunikasi Kelompok
a. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil (small group communication) adalah
komunikasi yang:
- ditujukan kepada kognisi komunikan
- prosesnya berlangsung secara dialogis
Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya
kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi,
seminar, rapat dan lain- lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan
penting. Komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator. Ciri yang
kedua dari komunikasi kelompok kecil adalah bahwa prosesnya berlangsung
secara dialogis, tidak linier, melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secara verbal.
Komunikan dapat menaggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak
dimengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan sebagainya.
Dalam kehidupan sehari- hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok
kecil, antara lain seperti rapat, kuliah, ceramah, diskusi panel, forum, symposium,
seminar, konfrensi, kongres, briefing, penataran, lokakarya daln lain- lain.
Di Indonesia sering dijumpai kesalahan dalam memberikan istilah
mengenai suatu pertemuan tertentu, misalnya “panel diskusi” mestinya “diskusi
panel”. Contoh lainnya adalah “seminar sehari”, padahal kenyataannya bukan
seminar, melainkan symposium. Seminar tidak mungkin satu hari, sebab dalam
seminar masalah yang dibahas untuk menghasilkan kesimpulan, harus ada siding
pleno dan siding komisi. Seminar adalah pertemuan ilmiah, dimana para
pesertanya adlaah undangan yang diminta menyumbangkan pemikirannya. Oleh
karena itu, peserta seminar diberi biaya akomodasi, transportasi, konsumsi
disamping uang siding, bukannya harus membayar seperti yang biasa terjadi
dalam seminar sehari tadi.
Universitas Sumatera Utara
b. Komunikasi Kelompok Besar
Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok
besar (large group communication) adalah komunikasi yang:
- ditujukan kepada afeksi komunikan
- prosenya berlangsung secara linier
Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi
kelompok besar ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada
perasaannya. Contoh untuk komunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat
raksasa di lapangan. Jika komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat
homogeny (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminnya, sama
pendidikannya, atau sama satu status sosialnya), maka komunikan pada
komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen, mereka terdiri dari
individu- individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya.
Mereka yang heterogen dalam jumlah yang relatif sangat banyak dan
berada dalam suatu tempat seperti disebuah lapangan, dalam psikologi disebut
massa, yang dipelajari oleh psikologi massa. Dalam situasi seperti itu, khalayak
yang diterpa suatu pesan komunikasi, menanggapainya lebih banyak dengan
perasaaan daripada pikiran. Logika tidak berjalan. Mereka tidak sempat berfikir
logis tidaknya pesan komunikator yang disampaikan kepada mereka. Oleh karena
pikiran didominasi olehperasaan, maka dalam situasi kelompok besar terjadi apa
yang dinamakan “contagion mentale” yang berarti wabah mental. Seperti halnya
dengan wabah yang cepat menjalar, maka dalam situasi komunikasi seperti itu
jika satu orang menyatakan sesuatu akan segera diikuti oleh anggota kelompok
lainnya secara serentak dan serempak.
Komunikator yang muncul dalam situasi kelompok besar yang
menghadapi massa rakyat dinamakan orator atau retor, yang mahir memukau
khalayak. Ia menyampaikan pesannya dengan suara keras dan lantang, nadanya
bergelombang, tidak monoton, dan kata- katanya bombastis. Khalayak tidak
diajak berfikir logis, melainkan diajak berperasaan gairah. Seperti halnya dengan
pidato Hitler di Studium Neurenberg semasa Perang Dunia II, dalam situasi
Universitas Sumatera Utara
komunikasi seperti itu terjadi apa yang disebut “infectious exaltation” atau
penjalaran semangat yang bernyala- nyala, sejenis histeris atau hipnotis secara
kolektif yang mempengaruhi pikiran dan tindakan.
Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari titik yang
satu ke titik yang lain, dari komunikator kepada komunikan. Tidak seperti
kelompok kecil yang seperti telah diterangkan tadi berlangsung secara sirkular,
dialogis, dan bertanya jawab. Dalam pidato dilapangan, kecil kemungkinannya
terjadi dialog antara orator dengan salah seorang dari khalayak massa. Maka
dengan itu, komunikasi kelompok di Asosiasi BMX Pengda Sumatera Utara di
Taman Sri Deli Medan, sebagai salah satu komunikasi kelompok besar karena
sifatnya yang heterogen dan bersifat linear.
2.2.3 Fungsi Komunikasi Kelompok
Kita mendapati bermacam- macam kelompok di masyarakat. Artinya, ada
faktor- faktor lain yang mendorong terjadinya komunikasi kelompok. Alasan atau
motivasi seseorang masuk dalam kelompok dapat bervariasi, antara lain:
a. Seseorang masuk dalam kelompok pada umumnya ingin mencapai tujuan yang
secara individu tidak dapat atau sulit dicapai.
b. Kelompok dapat memberikan, baik kebutuhan fisiologis (walaupun tidak
langsung) maupun kebutuhan psikologis.
c. Kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan mengembangkan
harga diri seseorang.
d. Kelompok dapat pula memberikan pengetahuan dan informasi.
e. Kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis.
Oleh karena itu, dalam masyarakat kita dapat menjumpai adanya berbagai
macam kelompok yang berbeda satu sama lain. Dengan tujuan yang berbeda,
mereka masuk dalam kelompok yang berbeda pula (Walgito, 2008:13-15).
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya
fungsi- fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi- fungsi tersebut mencakup
fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah, pembuatan
keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Fungsi pertama
dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok
dapat memelihara dan memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya
seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada
anggotanya untuk melakukan aktifitas yang informal, santai dan menghibur.
Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah
kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan
mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhankebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok
akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu
jumlah informasi baru yang didistribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok
serta frekuensi interaksi diantara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini
akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan baru
yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan
masing- masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.
Dalam
fungsi
persuasi,
seorang
anggota
kelompok
berupaya
mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha- usaha persuasif dalam suatu kelompok,
membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika
usaha- usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai- nilai yang
berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut
akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan
kedudukannya dalam kelompok.
Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan- kegiatannya untuk
memecahkan persoalan dan membuat keputusan- keputusan. Pemecahan masalah
berkaitan dengan penemuan alternative atau solusi yang tidak diketahui
sebelumnya, sedangkan pembuat keputusan berhubungan dengan pemilihan antara
dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilakan materi atau bahkan
untuk pembuat keputusan.
Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki
perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai
perubahan sosialnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan
anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya
adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai tujuan.
Anggota kelompok memiliki pengaruh yang sama, satu sama lain untuk
menjadikan orang yang bersama- sam itu sebuah kelompok, setiap anggota harus
terbuka terhadap pengaruh bersama setiap orang dalam kelompok itu harus ikut
serta dalam kegiatan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbalbalik ini meruakan hal yang penting bagi integritas suatu kelompok kecil. Perilaku
setiap anggota ditentukan dan menetukan perilaku orang lain. Kehadiran
seseorang dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap
perilaku dan pemikiran anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok
tersebut. Beberapa orang memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan
pertanyaan- pertanyaan, beberapa orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat
pada tugas.
Seorang anggota dapat memberikan kontribusi pada kelompoknya dengan
menghentikan ketegangan, berurusan dengan konflik, berpegang pada jadwal, atau
bertindak sebagai penyimapan catatan. Seorang pemimpin adalah seorang yang
mempengaruhi kelompok, tetapi tindakan kepemimpinannya membantu para
anggota mencapai tujuan mereka yang sangat diperlukan bagi kesejahteraan
kelompok. Setiap anggota dapat dan harus mempengaruhi anggota- anggota lain
dan keputusan kelompok. Suatu faktor yang kritis dari partisipasi kelompok
adalah
bahwa
setiap
anggota
harus
bersikap
terbuka
dan
mampu
mengesampingkan ambisi pribadi dan menghindarkan perilaku lain yang dapat
merusak kelompok dan hasil akhir tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Minat Berolahraga
2.3.1 Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan suatu
kegiatan tertentu diantara sejumlah kegiatan lain yang berbeda (Sapariah
dkk,1982:10). Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
kecenderungan
hati
yang
tinggi
terhadap
(W.J.S.Purwadarminta,1976:225). Minat
sesuatu
gairah,
keinginan.
merupakan kecenderungan afektif
seseorang untuk membuat pilihan aktivitas, kondisi-kondisi individual dapat
merubah minat seseorang. Sehingga dapat dikatakan minat itu tidak stabil sifatnya
(Muhaimin,1994:4) dan minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih
dan melakukan suatu kegiatan tertentu diantara sejumlah kegiatan lain yang
tersedia (Whiterington,1991:135).
2.3.2 Ciri-ciri Minat
Menurut pendapat dari Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1998:156)
ada beberapa ciri-ciri minat yang dapat didefinisikan, antara lain: (1) cara
mengikuti aktivitas olahraga; (2) serius tidaknya dalam mengikuti aktifitas
olahraga. Orang yang berminat melakukan aktifitas olahraga seperti olahraga
bersepeda, bola voli, sepak bola, bulu tangkis, bola basket dan olahraga lainnya
tidak akan mengenal lelah dan dapat menikmati kegiatan tersebut, bahkan dengan
sendirinya ia berlatih sendiri tanpa ada yang membimbing. Orang yang berminat
terhadap olahraga bersepeda misalnya ia akanmemiliki harapan atau cita-cita dari
kegiatan tadi dalam konteks dengan cara melakukannya secara sungguh-sungguh
dengan saling mendukung seperti: orang tua, teman, dan orang yang ada
disekitarnya.
Selain itu sarana dan prasarana sangatlah penting dalam mendukung minat
tersebut. Dorongan yang ada pada diri individu, menggambarkan perlunya
perlakuan yang luas, sehingga ciri-ciri terlihat lebih terinci dan jelas sesuai dengan
faktor usia. Oleh karena itu ciri-ciri dan minat anak akan menjadi pedoman
penyelenggara program aktifitas olahraga dan yang arahnya akan lebih
dikategorikan kepada hasil latihan berupa: psikomotor, afektif, kognitif,dan
Universitas Sumatera Utara
domain yang lain. Dengan adanya penggunaan pedoman maka pandangan dan
pengembangan program akan sesuai dengan ketepatan masa berlatih dalam
melakukan aktifitas olahraga. Kemudian diharapkan akan muncul dalam pikiran,
bahwa pada umumnya memiliki ragam tentang pengertian sehat secara rohani dan
sehat secara jasmani yang perlu diperhatikan.
2.3.3 Proses Timbulnya Minat
Minat dapat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong individu
menghadapi atau berurusan dengan orang, keinginan atau bisa juga pengalaman
yang diransang oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi
penyebab kegiatan atau partisipasi individu melakukan suatu kegiatan. Arah
pikiran individu barulah berpengaruh jika minat individu itu sendiri dengan situasi
yang individu temukan sendiri.
Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pengalaman dan kesadaran yang
bersifat tanggapan atau jawaban sehingga memungkinkan berubahnya hubungan
antara gagasan dan proses pemikiran ketika hal ini dialami dan diekspresikan.
Sifat pengalaman yang dinamis pada suatu saat akan melahirkan suatu pemikiran
yang mantap dan kuat.
Walaupun demikian, dasar perubahan pemikiran dan pandangan
berdasarkan kondisi lingkungan yang ada adalah karena pengaruh minat yang
melahirkan pengalaman yang nantinya akan mengarahkan pola jiwa individu.
Individu tak menyadari kenyataan bahwa demikian menonjol dan kuatnya selektif
yang digerakkan oleh minat dan perasaan individu.
Minat timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan yang berkenaan
dengan dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Crow & Crow (1984) dalam situs
(http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html) menjabarkan
bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang,
suatu kegiatan atau suatu yang dapat member pengaruh terhadap pengalaman
yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri.
Proses terbentuknya minat sering pula diikuti oleh berkurangnya atau
memudarnya minat individu. Kenyataan demikian sering kali dialami oleh
individu, dan selama objek tersebut berhubungan dengan dirinya maka kedudukan
Universitas Sumatera Utara
minat akan tetap bertahan dan berlangsung selama objek yang menjadi
perhatiannya bermakna bagi dirinya.
2.3.4 Struktur Terbentuknya Minat
Menurut Kars Wohl (1974:37) dikutip oleh Heri Suhartono dan Cahya
Heriawan (2010:19) menggambarkan mengenai terbentuknya minat yang terdiri
dari beberapa komponen. Komponen tersebut dibagi lagi menjadi bagian- bagian
terkecil sehingga memiliki urutan secara hirarki, komponen yang satu dengan
yang lainnya berhubungan secara bertahap. Komponen- komponen tersebut
memiliki sub komponen masing- masing. Secara keseluruhan komponen dan sub
komponen tersebut merupakan suatu struktur terbentuknya minat.
Adapun komponen dan sub komponen terbentuknya minat adalah sebagai
berikut:
1. Receiving (penerimaan atau perhatian)
a. Awareness (kesadaran)
b. Willingness to receive (tertarik atau keinginan untuk menerima)
c. Controlled or selected attention (control atau memberikan perhatian secara
selektif)
2. Responding (penanggapan)
a. Aquinsence in responding (menanggapi terdorong oleh saran)
b. Willingness to respond (tertarik untuk menanggapi)
c. Satisfaction in respond (menaggapi dengan penuh perasaan yang bergairah)
3. Valuing (Penilaian)
a. Acceptance of value (menerima nilai)
b. Preference for a value (tertarik untuk menanggapi)
c. Commitment (komitmen)
4. Organizating (pengornasisasian)
a. Conceptualization of value (mengandung nilai)
b. Organization of value (mengembangkan nilai)
5. Characterization by value complex (karateristik pandangan hidup)
a. Generalized set (penyambung)
b. Charateristic (karateristik)
Yang menimbulkan minat individu pada suatu objek diawali dengan
adanya perhatian atau penerimaan (receiving). Dalam penerimaan ini adanya rasa
kesadaran (awareness), yang selanjutnya timbul keinginan untuk menerima
(willingness to receive). Kemudian perhatian pada objek yang akan menjadi
minatnya dikontrol secara selektif (controlled selected attention), selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
adanya penanggapan responding individu tersebut pada objek yang menjadi
perhatiannya.
Ada tiga tahapan dalam menanggapi, yang pertama adanya tanggapan
karena terdorong oleh saran, permintaan atau suruhan (statisfaction in
responding). Setelah itu baru adanya penilaina (valuing) pada objek yang menjadi
minatnya. Pada penelitian ini, diawali dengan adanya penerimaan suatu nilai
(acceptance of value), hingga akhirnya timbul kesukaan terhadap nilai (preference
of value) pada objek yang menjadi minatnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa struktur
terbentuknya minat pada individu terhadap suatu objek disebabkan karena adanya
komponen penerimaan, penanggapan atau penilaian. Minat tersebut dimulai dari
tahapan adanya kesadaran sehingga akhirnya kesukaan terhadap suatu nilai pada
objek yang menjadi minatnya.
2.3.5 Berolahraga
Arti berolahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak
hanya secara jasmani tetapi juga rohani, dan bertujuan untuk mencapai prestasi
yang setinggi-tingginya. Dalam aktivitas olahraga tentu ada aspek positif dan
negatifnya. Aspek positifnya , yaitu 1) Mampu menggerakkan aktivitas sosial,
ekonomi, dan politik: adanya interaksi antar manusia (individu dan kelompok),
adanya kegiatan jasa, adanya penyerapan tenaga kerja. 2) Mampu mengangkat
harga diri pelaku olahraga/ atlet/
pelatih/
pembina/ organisasi/ daerah dan
bangsa, kesejahteraan pembina olahraga, dan martabat bangsa di dunia
internasional.
Sedang aspek negatifnya, antara lain seperti masih adanya kecenderungan
dari banyak atlet dalam mengikuti suatu pertandingan menggunakan segala cara
dalam upaya memenangkan pertandingan/ perlombaan, misalnya tidak fair play,
tidak
disiplin,
memanipulasi,
melanggar
ketentuan
(peraturan
pertandingan/perlombaan), dan pemakaian doping. Berolahraga adalah sebuah
kata dalam bahasa inggris yang berarti olahraga. Sedang sportif yang merupakan
kata sifat yang berarti jujur dan ksatria atau gagah. Kata sportivitas yang sebagai
kata benda mempunyai arti orang yang melakukan olahraga tersebut (harus)
Universitas Sumatera Utara
memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak dan berprilaku saat
berolahraga, seperti disiplin, mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah
ditetapkan atau yang telah disepakati bersama, terutama saat mengikuti suatu
pertandingan atau perlombaan olahraga.
Makna berolahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan
yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan.
Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta
dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti
berburu
atau
dalam
olahraga
pertandingan.
Menurut Cholik Mutohir berolahraga adalah proses sistematik yang berupa segala
kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina
potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau
anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan
prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas berdasarkan Pancasila.
Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) berolahraga
harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain
mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak
produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games
mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan
fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang
dilembagakan.
Sesuai dengan pengertian diatas maka dapat kesimpulan bahwa minat
berolahraga adalah fungsi kejiwaan atau sambutan yang sadar untuk tertarik
terhadap suatu objek mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi
jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat
dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan untuk mencapai tujuan yang
diminati dalam hal ini olah raga terutama bersepeda.
Universitas Sumatera Utara
Download