BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DAN PROFESIONALISME GURU A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disingkat KTSP, merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/Madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan/Kantor Departemen Agama untuk pendidikan dasar dan Dinas Pendidikan/Kantor Departemen Agama untuk Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau ada yang menyebutnya Kurikulun 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan bebas beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit dikurangi dan ditingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan Komite sekolah/Madrasah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnnya. Sebagai kurikulum oprasional, maka dalam pengembangannya, KTSP tidak lepas dari ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional. Artinya, ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net22 walaupun daerah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan itu hanya sebatas pada pengembangan oprasionalnya saja; sedangkan yang menjadi rujukan pengembangannya itu sendiri ditentukan oleh pemerintah, misalnya jenis mata pelajaran beserta jumlah jam pelajaran, isi dari setiap mata pelajaran itu sendiri, serta kompetensi yang harus dicapai oleh setiap mata pelajaran. Hal ini sejalan dengan ketentuan Undang-Undang RI. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pasal 36 ayat 1, yang menjelaskan: “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Daerah dalam menentukan isi pelajaran terbatas pada pengembangan kurikulum muatan lokal, yakni kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat peserta didik. Jumlah jam pelajaran kedua aspek tersebut ditentukan oleh pemerintah. KTSP adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh murid, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KTSP merupakan seperangkat standar pendidikan yang mengantarkan murid memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. KTSP merupakan kurikulum yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga dapat meningkatkan potensi murid secara utuh. Oleh karena itu, kurikulum ini mengaharapkan proses pembelajaran di sekolah berorientasi pada penguasaan kompetensi yang telah ditentukan secara integratif. KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan dengan prinsip mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan, sesuai dengan perkembangan zaman, dan pengembangannya melalui proses akreditas yang memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi. Dengan demikian, kurikulum ini merupakan pengembangan dari pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa tanggung jawab. Diberlakukannya KTSP dalam dunia pendidikan di Indonesia berimplikasi luas dalam kompleks yang berkaitan dengan pembelajaran, pengalaman belajar dan sistem penilaian. Bentuk-bentuk penilaian dan pembelajaran yang disarankan dari KTSP meliputi pembelajaran autentick (autentic Instruktion), pembelajaran berbasis inquiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran layanan, pembelajaran berbasis kerja, dan pembelajaran berbasis fortofolio. Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses pembelajaran murid berjalan dengan baik. Perhatian utama pada murid yang belajar, bukan pada disiplin guru yang mengajar. Fungsi fasilitator dan mediator begitu berarti, yaitu: (1) menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan proses; (2) menyediakan atau memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan murid dan membantu untuk mengekspresikan gagasan yang menyediakan sarana yang merangsang murid berfikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman konflik; (3) memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan murid berlaku untuk menghadapi persoalan baru. 2. Karakteristik dan Prinsip KTSP Seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan yang lalu bahwa kurikulum dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yakni kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kurung waktu tertentu. Kurikulum sebagai seluruh aktivitas murid untuk memperoleh pengalaman, serta kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran. Demikian juga bila dilihat dari segi desainnya, kurikulum terdiri atas empat desain, yakni desain kurikulum disiplin ilmu atau yang dikenal dengan kurikulum subjek akademis, kurikulum yang berorientasi kepada kehidupan masyarakat atau lebih dikenal rekontruksi sosial serta kurikulum yang bersifat teknologis. Bila dihubungkan dengan konsep dasar dan desain kurikulum, maka KTSP memiliki semua unsur tersebut yang sekaligus merupakan karakteristik KTSP itu sendiri, yakni: a. Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari: Pertama, sruktur program KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran harus dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga ditentukan jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan murid menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil ujian Nasional. Soal-soal dalam Ujian Nasional itu lebih banyak bahkan seluruhnya menguji kemampuan kognitif murid dalam setiap mata pelajaran. b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi kepada pengembangan individu. Hal ini terlihat dari prinsip pembelajaran yang menekankan pada aktivitas murid untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan misalnya, melalui inquiri, pembelajaran fortofolio, dan lain sebagainya. c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak dari salah satu prinsip KTSP; yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan lokalnya, KTSP didasarkan pada keberagaman kondisi, sosial budaya yang berbeda-beda masing-masing daerah. Berdasarkan Karakteristik KTSP di atas, maka dalam pelaksanaannya menggunakan beberapa prinsip, yaitu: 1) Pelaksanaan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan didasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan. 2) Kurikulum ini dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar untuk mampu untuk melaksanakan dan berbuat secara aktif, (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,dan menyenangkan. 3) Pelaksanaan KTSP memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan pribadi murid yang berdimensi KeTuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4) Kurikulum ini dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan). 5) Kurikulum ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multitrategis dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam tak ambang jadi guru (semua yang terjadi, dan berkembang di masyarakat serta lingkungan sekitar). Adapun acuan dasar oprasional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini adalah: Pertama, Peningkatan iman dan takwa kepada Allah SWT. serta akhlak mulia. Artinya pelaksanaan KTSP ini mengedepankan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Kedua, Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid. Artinya KTSP ini disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal. Ketiga, Keragaman potensi dan katakteristik daerah dan lingkungan daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, oleh karena itu KTSP harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah. Keempat, Tuntutan dunia kerja, yakni kurikulum ini memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja. Kelima, Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum ini harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Adapun struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam standar isi yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran, sebagai berikut: 1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengatahuan tekhnologi 4. Kelompok mata pelajaran estetika 5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Adapun struktur kurikulum di SMA untuk kelas X dapat nyatakan dalam bentuk tabel, sebagai berikut: 1) Mata Pelajaran Tabel 1 Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas Kelas X Komponen Alokasi Waktu Semester I Semester II A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 4 4 4 4 6. Fisika 7. Biologi 2 2 2 2 8. Kimia 2 2 9. Sejarah 10. Geografi 1 2 1 2 11. Ekonomi 12. Sosiologi 1 2 1 2 13. Seni Budaya 2 2 14. Penjas, Olahraga, Kesehatan 15. Teknologi Informasi/Komunikasi 2 2 2 2 16. Keterampilan/Bahasa Asing B. Muatan Lokal 2 2 2 2 C. Pengembangan Diri 2 2 Sumber: Jumlah 40 40 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Tabel 2 Struktur Kurikulum SMA Kelas XI dan XII Program IPA Komponen Alokasi Waktu Semester I Semester II A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 4 4 4 4 6. Fisika 7. Kimia 4 4 4 4 8. Biologi 4 4 9. Sejarah 10. Seni Budaya 1 2 1 2 11. Penjas, Olahraga. Kesehatan 12. Teknologi Informasi/Komunikasi 2 2 2 2 13. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2 2 2 2 2 41 41 B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Tabel 3 Struktur Kurikulum SMA Kelas XI dan XII Program IPS Komponen Alokasi Waktu Semester I Semester II A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 4 4 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 4 4 4 4 6. Sejarah 7. Geografi 3 3 3 3 8. Ekonomi 4 4 9. Sosiologi 10. Seni Budaya 3 2 3 2 11. Penjas, Olahraga. Kesehatan 12. Teknologi Informasi/Komunikasi 2 2 2 2 13. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2 2 2 2 2 41 41 B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah Sumber: 2) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikulum untuk mengambangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. 3) Kegiatan Pengembangan Diri Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenang dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan mengembangkan karier peserta didik. 3. Cara Penyusunan KTSP KTSP dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya KTSP harus mencakup komponen: (1) Pengembangan Visi dan Misi; (2) Perumusan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah; (3) Analisis konteks, dengan mengemukakan ciri khas sekolah; Pengembangan (4) Pengembangan Kalender Pendidikan; struktur dan muatan KTSP; (5) (6) Pengembangan Pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Silabus; (7) Dalam proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal; (1) analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya, keadaan sarana dan prasarana pendidikan, biaya atau dana, dan program kerja sekolah; (2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dana pendidikan, dan sumber daya lainnya; (3) mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bertitik tolak proses tersebut di atas, maka di dalam upaya penyusunan KTSP sedikitnya terdapat tujuh langkah yang harus dilaksanakan dalam proses penyusunan KTSP, yaitu: a. Menentukan fokus atau kompetensi dasar b. Menentukan variabel atau indikator c. Menentukan standar d. Membandingkan standar dan kompetensi e. Menentukan kesenjangan yang terjadi f. Merencanakan target untuk mencapai standar g. Merumuskan cara dan program untuk mencapai tujuan dan target. 4. Pengembangan Komponen KTSP Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa secara garis besar KTSP memiliki enam komponen utama, yaitu: a. Visi dan Misi Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan tercapai pada masa yang akan datang. Imajinasi ke depan selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi. Dalam menentukan visi, sekolah harus senantiasa memperhatikan perkembangan dan tantangan yang akan dihadapi, sehingga visi sekolah mampu mengakomodasi sekaligus memanfaatkan peluang yang terkandung pada perkembangan. Sedangkan Misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Jadi, di dalam mengembangkan KTSP, harus pula didasarkan visi dan misi yang sudah dirumuskan bersama dengan guru-guru yang lain. Pengembangan komponen KTSP, harus pula mampu menampung kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta ide dan gagasan guru. b. Tujuan Pendidikan Dalam pengembangan KTSP, sekolah harus menyusun program kerja peningkatan mutu yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang akan dicapai untuk program jangka pendek maupun program kerja jangka panjang. Tujuan sekolah, mata pelajaran harus dirumuskan. Tujuan pendidikan merupakan acuan dalam pengembangan KTSP. Adapun tujuan pendidikan menengah adalah: “Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. c. Menyusun Kalender Pendidikan Dalam rangka implementasi KTSP, setiap sekolah harus menyusun kalender pendidikan yang berisikan perhitungan jam belajar yang efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik dan menyesuaikannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan. Penyusunan Kalender Pendidikan berlaku selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektivitas, dan hak peserta didik. Dalam kalender pendidikan dapat dilihat berapa jam waktu efektif yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur, dan kegiatan lainnya. d. Struktur Muatan KTSP Struktur KTSP memuat: mata pelajaran, muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri; pengaturan beban belajar kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan; pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis kompetensi. e. Silabus Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup: 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Materi Pembelajaran 4. Kegiatan Pembelajaran 5. Indikator 6. Penilaian 7. Alokasi Waktu 8. Sumber/bahan/alat belajar. Isi silabus tersebut dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP silabus merupakan bagian dari kurikulum, sebagai penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran. f. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya serap yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi yang lain RPP dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Adapun langkah menyusun RPP sebagai penjabaran dari Silabus, antara lain: (1) mengambil satu unit pembelajaran dalam silabus yang akan diterapkan dalam pembelajaran, (2) tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit silabus, (3) tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar; (4) tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator, (5) rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, (6) tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, (7) pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran, (8) susun langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, (9) jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dua jam pembelajaran, bagilah langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran. (10) sebutkan sumber belajar, atau media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara kongkret dan untuk setiap bagian unit pertemuan, (11) tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dengan demikian RPP selain berfungsi sebagai perangkat pembelajaran juga sebagai pedoman dan rujukan bagi guru untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih serta penilai. Karena di dalam RPP itu tergambar cara dan metode yang akan dilakukan oleh guru. 5. Kriteria Guru dan Pengembangan RPP Proses pembelajaran dimulai dengan tahap persiapan untuk mengembangkan kompetensi dasar, indikator hasil belajar, dan meteri standar. Untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap tujuan umum sekolah, tujuan mata pelajaran, kemampuan, sikap, kebutuhan dan minat peserta didik, isi kurikulum dan unit pembelajaran yang disediakan dalam bentuk mata pelajaran, serta teknik pembelajaran jangka pendek. Perencanaan merupakan suatu bentuk dari pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, RPP yang dikembangkan guru akan dipengaruhi dua area, yaitu: a. Pengetahuan guru terhadap mata pelajaran, yang ditekankan pada organisasi dan penyajian materi dan pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan materi tersebut. b. Pengetahuan guru terhadap sistem tindakan (action system knowledge) yang ditekankan pada aktivitas guru seperti: mendiagnosis, mengelompokkan, mengatur dan mengevaluasi peserta didik serta mengimplementasi aktivitas pembelajaran dan pengalaman belajar. Guru merupakan pengembangan KTSP di kelas, yang akan menerjemahkan, menjabarkan, dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam mata pelajaran kepada peserta didik. Dalam hal ini tugas guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, akan tetapi lebih dari itu, yakni membelajarkan anak supaya dapat berfikir integral dan komprehensif, untuk membentuk kompetensi dan mencapai makna tertinggi. Kegiatan guru tersebut bukan hanya berwujud proses pembelajaran di kelas tetapi dapat berwujud kegiatan lain, seperti bimbingan belajar kepada peserta didik. Pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan bimbingan. Guru yang memiliki kinerja tinggi akan berusaha meningkatkan kemampuannya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. Untuk meningkatkan kinerja guru sebagai pendidik, pengajar, pelatih dan penilai pendidikan, adalah: 1. Tumbuhnya dorongan untuk bekerja 2. Tanggung jawab terhadap tugas 3. Minat terhadap tugas 4. Penghargaan atas tugas yang baik 5. Peluang untuk berkembang 6. Perhatian dari Kepala Sekolah 7. Hubungan interpersonal sesama guru 8. Bermusyawarah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa KTSP merupakan kurikulum baru yang memiliki ciri dan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan pada kompetensi, yang diwujudkan dalam tingkah laku serta perbuatan. B. Profesionalisme Guru Guru, merupakan salah satu unsur penting bahkan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, dan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam kaitannya dengan pengembangan KTSP sebagai kurikulum pendidikan terbaru dan mutakhir, guru dituntut lebih profesional mengelola, menyusun dan mengimplementasikannya di hadapan peserta didik. Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1 disebutkan: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” Sebagai suatu profesi, atau pekerjaan khusus, maka dilaksanakan berdasarkan prinsip: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Istilah profesionalitas guru, mengandung arti bahwa guru memiliki kemampuan atau kompetensi pedagogi, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial. Juga yang lebih penting ada pada guru adalah memiliki kompetensi moral, spiritual, dan bertakwa kepada Allah swt. Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang secara khusus disiapkan pada bidang itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lain. Kata “dipersiapkan untuk bidang itu”, dapat diartikan luas. Bila dipandang melalui proses pembelajaran, artinya guru melakukan transfer ilmu pengetahuan melalui interaksi antara guru dengan peserta didik. Namun demikian untuk pekerjaan yang bersifat profesional penuh, seperti dokter dan hakim. Kata “dipersiapkan untuk itu” mengacu kepada pross pendidikan bukan sekedar latihan. Makin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhnya makin tinggi pula derajat profesi yang disandangnya. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, disebutkan bahwa kualifikasi guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru Sekolah Menengah Atas, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D.IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Jadi, guru yang mengajar di SMA (Sekolah Menengah Atas) harus berkualifikasi akademik lulusan diploma empat atau sarjana. Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu: a. Kompetensi Pedagogik b. Kompetensi Kepribadian c. Kompetensi Profesional, dan d. Kompetensi Sosial. Keempat kompetensi tersebut harus mencerminkan sikap, pengetahuan dan prilaku dalam bertindak. 1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi ini diimplementasikan oleh guru dalam bentuk pemahaman dan pengetahuan serta prilaku, seperti: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampuh; (4) menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; (6) menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) berkomunikasi secara efektif, empati dan satuan dengan peserta didik; (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (10) melakukan tindakan reflektif untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. 2) Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian seorang guru diaplikasikan dalam bentuk prilaku, yaitu: (1) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; (3) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri; (4) menjunjung tinggi kode etik guru. Jadi, kompetensi kepribadian ini guru harus diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari, sehingga menampilkan diri sebagai sosok yang ideal. 3) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional guru, mencakup berbagai kemampuan untuk diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: (1) menguasai materi struktur, konsp, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran diampuh; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampuh; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampuh secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan tetknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Jadi, kompetensi profesional ini, dijabarkan dalam bentuk prilaku dan tindakan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. 4) Kompetensi Sosial Sebagai guru pendidikan agama, maka guru di SMA harus menjadi sosok pribadi bukan untuk peserta didik di sekolah, tetapi juga untuk masyarakat secara umum. Adapun kompetensi sosial yang dituntut pada guru, antara lain: (1) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; (2) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya; (3) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Dengan demikian kompetensi sosial ini, tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran tetapi kemampuan guru dalam berinteraksi dengan masyarakat secara luas sangat diperlukan. 1. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Mengenai tugas guru, para ahli pendidikan telah bersepakat bahwa tugas utama seorang adalah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu, sebagian dilakukan oleh guru dalam bentuk mengajar, dan sebagian lagi dilakukan dengan cara memberi dorongan, motivasi, memuji, menghukum dan sebagainya. Secara umum tugas guru pendidikan agama Islam meliputi empat hal yaitu: tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan. Sebagai jabatan profesi tugas guru adalah: mengajar, mendidik, melatih dan menilai/mengevaluasi proses hasil-hasil belajar mengajar. Sebenarnya mengajar, mendidik, melatih dan menilai merupakan satu kesatuan yang terpadu dan utuh, tetapi untuk sekedar memperluas pengertian, maka masing-masing komponen pengajaran tersebut dapat dijabarkan. 1. Mengajar Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mentrasfer atau memberikan pengetahuan dan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan. Di dalam kegiatan mengajar ini ada unsur pendidikan. Akan tetapi aspek yang paling dominan untuk dikembangkan dalam mengajar adalah aspek kognitif (pengetahuan). Untuk dapat melaksanakan kegiatan mengajar dengan baik, maka guru dituntut untuk menguasai hal-hal sebagai berikut : a. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran b. Menguasai prinsip-prinsip belajar mengajar c. Menguasai sumber belajar mengajar d. Menguasai dan mampu mengintegrasikan antara; pendekatan, metode dan teknik belajar mengajar. e. Mampu menggunakan sarana belajar mengajar dengan baik’ f. Mendorong siswa untuk aktif. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan pribadi, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi lebih jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru, dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Membuat illustrasi, yaitu menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, pada waktu yang memberikan tambahan pengalaman. 2) Mengidentifikasikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas, dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki peserta didik. 3) Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian untuk memperoleh pengetahuan yang lebih jelas. 4) Bertanya: mengajukan pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi jelas. 5) Merespons, yakni memberikan reaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespons setiap pertanyaan peserta didik. 6) Mendengarkan, artinya memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas bagi guru maupun peserta didik. 7) Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar. 8) Memberikan pandangan yang bervariasi, melihat yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi. 9) Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar. Agar proses pembelajaran memiliki kekuatan yang optimal, guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. Sebagai sumber belajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik. Hubungan itu menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya dalam proses pembelajaran, serta bagaimana peserta didik merasakan apa yang dirasakan gurunya. Oleh karena itu, antara guru dengan peserta didik harus terjalin komunikasi yang baik, serta menciptakan hubungan emosional, sehingga antara satu dengan yang lainnya saling merasakan kepentingannya. 2. Mendidik Mendidik adalah kegiatan guru dalam memberikan contoh, tuntunan, petunjuk dan keteladanan yang dapat diterapkan atau ditiru siswa dalam sikap dan perilaku yang baik (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari. Adapun aspek yang dominan untuk dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah aspek afektif (sikap dan nilai). Di dalam proses pendidikan juga terdapat proses mengajar dan melatih. Agar proses pendidikan ini berjalan dengan baik maka setiap guru dituntut untuk : a. Mampu merumuskan tujuan yang ingin dicapai b. Memahami dan menghayati tugas profesi sebagai guru c. Mampu menjadi teladan yang baik d. Mampu menjadi orang tua kedua di Madrasah e. Memiliki sifat-sifat yang terpuji dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela. Sebagai pendidik, guru harus juga menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma agama dan masyarakat. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, guru harus menjadi contoh dan suri teladan yang baik, baik peserta didik dan masyarakat. Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral dan sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan. Selain itu, terutama yang berkenaan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan sekolah. Guru harus memiliki kemampuan bertindak dan mengambil keputusan secara tepat, cepat, dan kena sasaran, terutama keputusan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan kepentingan peserta didik, tidak mesti menunggu perintah atasan atau kepala sekolah. Keputusan yang cepat dan tepat merupakan implikasi intensitas kegiatan pembelajaran menuju terwujudnya tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan disiplin yang merupakan bagian dari pelaksanaan mendidik, maka dalam hal ini, guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib sekolah secara konsisten, serta kesadaran profesional, karena guru itu sendiri bertugas untuk mendisiplikan peserta didik, terutama ketertiban proses pembelajaran. Karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan prilaku. 3. Melatih Melatih adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, memberi contoh dan petunjuk-petunjuk praktis yang berkaitan dengan gerakan aktivitas, ucapan dan perbuatan lainnya dalam rangka mengembangkan aspek psikomotorik (keterampilan) siswa. Dalam kegiatan melatih ini juga terdapat proses mengajar dan mendidik. Dari segi ilmu pendidikan Islam, secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. berilmu, sehat jasmani, berakhlak mulia, bertanggung jawab dan berjiwa nasional. Secara tradisional, pada masa lalu, tugas guru dan kewajiban guru hanya mengajar di kelas, artinya guru hanya menyampaikan mata pelajaran dari buku kepada anak didik, memberi tugas dan memeriksa/menilai. Pada zaman sekarang ini, cara itu mulai ditingkatkan dan tidak berlaku lagi. Dalam banyak hal tugas guru banyak berhubungan dengan pekerjaan lain. Guru, dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pembantu Kepala Sekolah, sangat tergantung pada penerapan tipe pemimpin sekolah. Apabila ia mendapatkan seorang pemimpin sekolah yang bertipe otoriter, maka guru tersebut hanya melaksanakan hal-hal yang diperintahkan padanya, tanpa mempunyai tanggung jawab lagi, mereka tidak memiliki alternative berinovasi dan berkreasi dalam menjalankan pekerjaan atas perintah maupun atas paksaan tanpa kebebasan berbuat. Apabila Kepala Sekolah seorang tipe pemimpin masa bodoh (laissez faire), maka ia menjadi penanggung jawab penuh dalam melaksanakan administrasi pendidikan di dalam kelas yang diserahkan kepadanya. Guru dapat berbuat sesuai keahliannya dalam memimpin kelasnya. Hasil usaha bergantung sepenuhnya dari kehendaknya. Cara ia melaksanakannya bergantung pada tipe pemimpin yang dimilikinya. Suasana dalam kelas juga bergantung pada tipe tersebut. Dan apabila guru mendapat tipe kepemimpinan yang demokratis, maka guru adalah pemimpin kelas seperti tersebut di atas, tetapi juga ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan administrasi pendidikan di sekolah. Dalam kedudukannya sebagai pengajar juga sebagai pemimpin dan pembantu Kepala Sekolah, maka sistem pembagian tugas harus sesuai dengan latar belakang keahliannya. Dalam hal ini guru adalah menjadi pembantu Kepala Sekolah secara administratif. 1. Guru harus menyadari kedudukannya sebagai pembantu, bukan penanggung jawab dalam kesuluruhan adminsitrasi. Penanggung jawab tertinggi ada pada Kepala Sekolah. 2. Guru harus patuh melaksanakan tugas yang diberikan kepada sekolah; bukannya kepatuhan itu lahir saja, melainkan kepatuhan atas keinsyafan. 3. Guru harus bersikap terbuka menerima pembagian tugas tanggung jawab, mengemukakan pendapat jika tugas itu terlalu berat untuk dilaksanakannya, dan bukan bidang keahliannya. 4. Guru harus mempunyai semangat dan motivasi untuk ikut mensukseskan program penyelenggaraan administrasi pendidikan. 5. Guru harus mampu menciptakan suasana kerja sama dengan guru-guru lain untuk menyelenggarakan administrasi pendidikan. Dengan adanya saling pengertian antara pemimpin atau Kepala Sekolah dengan yang dipimpin atau guru, maka masing-masing pihak melaksanakan tugasnya secara profesional, sehingga tercapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 2. Syarat dan Sifat Guru a. Syarat Guru Untuk menjadi guru yang profesional, dan mampu mengajar, mendidik, melatih, dan menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, maka guru harus memenuhi syarat-syarat. Dari segi ilmu pendidikan, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, antara lain : 1) Tentang umur, harus sudah dewasa Tugas mendidik adalah tugas yang penting dan menuntut kedewasaan, karena menyangkut perkembangan seseorang, jadi berhasil tidaknya seseorang tergantung pada guru. Oleh karena itu harus dilakukan secara bertanggung jawab. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah dewasa. 2) Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani Kesehatan jasmani seringkali menjadi salah satu syarat bagi yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular dapat membahayakan kesehatan anak didik. Disamping itu guru yang sakit-sakitan tidak akan bergairah mengajar. Dari segi rohani, orang gila berbahaya diserahi tugas mengajar. 3) Tentang kemampuan mengajar ia harus ahli Persyaratan ini penting bagi seorang guru yang menyandang jabatan profesional. Ia harus memiliki kemampuan, menguasai teori, pendekatan, dan strategi mengajar. 4) Berkesusilaan dan berdedikasi tinggi Syarat ini penting untuk dimiliki seorang guru, karena berkaitan dengan tugas-tugas mendidik selain mengajar. Bagaimanapun guru harus memberi contoh kebaikan. Dedikasi yang tinggi tidak hanya diperlukan dalam mendidik selain mengajar; dedikasi diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran. Selain keempat syarat tersebut, secara umum, maka seorang guru yang menyandang predikat guru agama (guru pendidikan Agama Islam), hendaknya ditambah satu, yakni beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Syarat ini penting sebab guru agama juga bertugas mendidik anak agar beriman dan bertakwa kepada Allah, bagaimana mungkin mendidik anak beriman kalau gurunya sendiri tidak beriman. Sebab guru agama adalah teladan bagi anak didiknya. b. Sifat-Sifat Guru Untuk menjadi seorang guru yang profesional tidaklah mudah, selain diperlukan syarat yang memadai juga guru dituntut memiliki sifat-sifat yang mencerminkan wujud kepribadiannya sebagai pendidik, dan pengajar. Dalam konteks pendidikan Islam, sifat-sifat seorang, sebagaimana dikemukakan Muhammad Athiyah al-Abrasyi, yaitu : 1) Zuhud, tidak mengutamakan materi, ia mengajar karena hanya untuk mencari keridhaan Allah Swt. 2) Kebersihan guru, seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa, dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan lain-lain sifat yang tercela. 3) Ikhlas dalam pekerjaan. Keikhlasan dan kejujuran seorang guru dalam pengajar merupakan jalan terbaik ke arah kesuksesan dan menjalankan tugas. Tergolong ikhlas, ialah seseorang sesuai dengan kata dengan perbuatan, melakukan apa yang diucapkan. 4) Suka memaafkan. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap anak didiknya, sanggup menahan diri dari kemarahan, lapang hati, banyak sabar. Guru harus berkepribadian, memiliki harga diri, menjaga kehormatan, menghindarkan diri dari hal-hal hina dan rendah, tidak berteriak-teriak sehingga ia dihormati dan dihargai. 5) Guru bertindak sebagai bapak. Guru harus mencintai anak didiknya sebagaimana cintanya kepada anak sendiri, memikirkan keadaannya. 6) Mengetahui tabiat anak didik. Seorang guru yang baik mengetahui tabiat, pembawaan, adat kebiasaan, rasa dan pemikirannya, agar ia tidak kesasar di dalam mendidik. 7) Guru harus menguasai mata pelajaran. Artinya guru sanggup menguasai mata pelajaran yang diajarkan, serta memperdalam pengetahuannya. Sifat-sifat guru yang dikemukakan tersebut, pada garis besarnya dapat dibagi dua. Pertama, sifat yang berkaitan dengan kepribadian, dan kedua sifat yang berkenaan dengan keahlian akademik. Sifat-sifat tersebut, baik untuk dimiliki dan menghiaskan dirinya dengan sifat tersebut, termasuk guru umum dan guru pendidikan agama Islam. Sifat dan syarat guru seperti disebutkan di atas tercermin dari fungsi dan tugasnya. Dalam konteks pendidikan Islam, al Qur’an telah mengisyaratkan, para Nabi dan umatnya dalam pendidikan dan fungsi fundamental dalam pengkajian ilmu dan aplikasinya. Isyarat itu tercermin pada firman Allah swt. dalam Q.S. Ali Imran/3: 79. $tB tb%x. @t±u;Ï9 br& çmuÏ?÷sã ª!$# |=»tGÅ3ø9$# zNõ3ßsø9$#ur no§qç7Y9$#ur §NèO tAqà)t Ĩ$¨Z=Ï9 (#qçRqä. #Y$t6Ïã Ík< `ÏB Èbrß «!$# `Å3»s9ur (#qçRqä. z`¿ÍhÏY»­/u $yJÎ/ óOçFZä. tbqßJÏk=yèè? |=»tGÅ3ø9$# $yJÎ/ur óOçFZä. tbqßâôs? ÇÐÒÈ Terjemahnya: Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. H. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat di atas berisikan informasi dan penegasan, bahwa apapun yang disampaikan oleh Nabi atas nama Allah adalah ibadah, baik dalam pengertiannya yang khusus, yakni ibadah murni, maupun dalam pengertiannya yang umum, yakni segala aktivitas yang dilakukan dengan motivasi mengikuti Rasulullah dan mendekatkan diri kepada Allah. Tidak wajar dan tidak tergambar dalam pikiran, betapapun tinggi kedudukannya bagi seorang manusia, siapapun dia dan betapapun. Allah berikan kepadanya al Kitab dan al Hikmah, yang digunakan untuk mendidik dan menetapkan hukum. Hikmah adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah; dan kenabian, yakni informasi yang diyakini bersumber dari Allah, yang disampaikan kepada orang tertentu pilihan-Nya, yang mengandung ajaran untuk mengesakan-Nya . . . Jadi, keterangan ayat di atas sebagaimana dikemukakan oleh H.M. Quraish Shihab, bahwa guru selaku pendidik, pengajar dan pelatih dalam pendidikan harus menanamkan keimanan, memperkuat aqidah, dan mengesakan Allah swt. Pada sisi yang lain terdapat sejumlah petunjuk dari Allah sebagai penegasan tugas terpenting yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah mengajarkan al Kitab dan al Hikmah, serta mensucikan diri. Hal ini ditegaskan oleh Allah swt. dalam Q.S. Al Baqarah/2: 129. $uZ­/u ô]yèö/$#ur öNÎgÏù Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Gt öNÍkön=tæ y7ÏG»t#uä ÞOßgßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur öNÍkÏj.tãur 4 y7¨RÎ) |MRr& âÍyèø9$# ÞOÅ3ysø9$# ÇÊËÒÈ Terjemahnya: Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Ayat di atas dijelaskan oleh Ahmad Mustafa al Maraghi, Rasul membacakan apa yang diturunkan oleh Allah berupa ayat-ayat al Qur’an kepada mereka, yang banyak mengandung bukti yang menunjukkan keesaan Allah. Al Qur’an banyak mengandungberita tentang akan dibangkitkannya umat manusia dan akan diberi balasan sesuai dengan amal perbuatan, bagi yang berbuat dosa, maksiat, dan kejahatan akan menerima siksaan. Dengan demikian, hal ini akan dijadikan sebagai contoh oleh orang yang Allah beri hidayah dan taufiq di dalam menjalankan kebajikan menuju kebahagiaan. Apabila ayat di atas, berikut penjelasannya dari para pakar di atas dimaknai dalam konteks pendidikan, maka guru bertugas membacakan ayat-ayat Allah kepada peserta didik dalam rangka pembinaan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia, mengajarkan rahasia syariat, dengan tujuan peragaan amal di hadapan umat Islam. Sehingga dapat dijadikan sebagai teladan baik perbuatan maupun perkataan. Guru juga bertugas membersihkan jiwa anakk didiknya dari segala bentuk kemusyrikan dan segala bentuk prilaku maksiat yang merusak jiwa dan mengotori akhlak, disamping meruntuhkan tatanan sosial. Guru juga harus menuntun peserta didik dalam membiasakan diri untuk beramal baik, sehingga tertanamlah naluri kebaikan untuk memperoleh rahmat dan keridhaan Allah swt. Oleh karena itu, guru harus mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Keutamaan profesi guru sangatlah besar, sehingga Allah swt. menjadi Rasulullah saw sebagai pengembang tugas mendidik, memperbaiki keadaan masyarakat (peserta didik). Sebagaimana diisyaratkan pada firman-Nya dalam Q.S. Ali Imraan/3: 164. ôs)s9 £`tB ª!$# n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# øÎ) y]yèt/ öNÍkÏù Zwqßu ô`ÏiB ôMÎgÅ¡àÿRr& (#qè=÷Gt öNÍkön=tæ ¾ÏmÏG»t#uä öNÍkÅe2tãur ãNßgßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê AûüÎ7B ÇÊÏÍÈ Terjemahnya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Ayat di atas Allah swt. mengingat umat manusia betapa besar nikmat-Nya. yang telah diberikan kepada orang mukmin kapan dan dimanapun berada yaitu Allah mengutus di antara mereka sendiri, yakni seorang rasul, yakni jenis manusia yang dikenal kejujuran dan amanahnya, kecerdasan dan kemuliaannya sebelum kenabian, yang berfungsi terus menerus membacakan ayat-ayat Allah, baik dalam bentuk wahyu, maupun alam raya ini, dan terus menerus mensucikan jiwa mereka dari segala kotoran, kemunafikan dan penyakit jiwa melalui bimbingan dan tuntutan, mengajarkan kandungan Al Kitab, yakni al Qur’an atau tulis baca, dan al Hikmah, yakni as Sunnah atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta menghindarkan dari kemudhratan. Oleh karena itu, guru dapat menjadikan petunjuk ayat ini untuk melakukan langkah praktis menjalankan tugas dan fungsinya dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik, di antaranya mensucikan jiwa, membentuk karakter peserta didik melalui berbagai strategi dan pendekatan pembelajaran. C. Kinerja Guru Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa guru profesional pada dasarnya adalah guru yang memilikii kompetensi, dan dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, mengkaji aspek profesionalisme guru berarti juga membahas kompetensi yang harus dimiliki, sekaligus sebagai ukuran kinerjanya. Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan cepat, efektif dan efisien. Kompetensi guru tersebut meliputi; Pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. Kedua, kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat prilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Kemampuan pribadi meliputi kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. Keempat, kompetensi sosial, yaitu perangkat prilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi; kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan sosial. Kelima, kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengamalan kaidah-kaidah keagamaan. Untuk mengimplementasikan kemampuannya sebagaimana disebutkan pada pembahasan yang lalu, guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakekat manusia dan masyarakat. Hal ini perlu untuk mendasari pola pikir dan budaya kerja guru, serta loyalitasnya terhadap profesi pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru harus mampu mengembangkan budaya-budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif, dinamis, bergairah, dialogis sehingga menyenangkan. Dalam rangka mendukung kinerja guru maka untuk menjadi profesional seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal, yaitu: 2. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses pembelajaran. 3. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkan kepada peserta didik. 4. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi. 5. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalaman. Keempat tuntutan ini, sangat relevan dikuasai oleh guru dalam rangka merealisasikan tugas profesionalnya menuju peningkatan kinerja guru yang ditandai dengan ketersediaan perangkat pembelajaran, dan merealisasikan pembelajaran di dalam kelas. Penyampaian materi pembelajaran melalui tingkat interaksi pembelajaran.