Penggunaan Media Audio Visual (Video) Dalam Meningkatkan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1
Hakikat Pelajaran IPA di SD
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(IPA)
didefinisikan
sebagai
kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum
KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat
empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam
tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal
ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk
menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai
proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan
proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses
yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar
misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,
mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi
misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun
hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,
menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa
ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,
mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi
ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat
melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk
menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan
teori-teori baru.
7
8
Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat
mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran
merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya.
Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data
yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa
memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir
secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu
memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga
perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat
menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual,
keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,
berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa
yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di
SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia.
Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan
pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA,
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan
formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
9
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
(7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek
yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi
kegiatan
penyelidikan,
berkomunikasi
ilmiah,
pengembangan
kreativitas,
pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam
Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi
yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses
kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya
meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi,
panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta
meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan
demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling
berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau
penemuan konsep IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin
scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Kuslan Stone menyebutkan
bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan (Agus. S. 2003: 11).
Pengertian IPA menurut Trowbridge and Bybee (1990) sains atau IPA
merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama
yaitu the extant body of scientific knowledge, the values of science and the method
and procecces of science” yang artinya sains merupakan produk dan proses ,
serta mengandung nilai-nilai. IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia
kealaman. IPA sebagai proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap
10
dan langkah-langkah kegiatan scientis untuk untuk memperoleh produk-produk
IPA,
misalnya
observasi,
pengukuran,
merumuskan,
menguji
hipotesa,
mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi.
IPA dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam, sebagai cara
untuk melakukan penyelidikan dan sebagai kumpulan pengetahuan. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Collete dan Chiapetta (1994) “IPA harus
dipandang sebagai suatu cara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia
alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry”.
Menurut kurikulum sekolah dasar 1994, Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar yang diperolehnya melaui serang kaian proses
ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah. Hasil observasi yang berwujud fakta
dalam proses ilmiah itu di organisasi sehingga pengalaman yang rumit dapat
menjadi sederhana dengan sistematika “fakta-konsep”.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, IPA adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA
mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang
muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat
objektif. Jadi, dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif
tentang alam sekitar beserta isinya.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat
perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak
belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil
yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru.
11
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni, 2005). Namun, faktor
lain yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa, yaitu faktor internal
yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah
intelegensi dimana intelegensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan
keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar
keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati, 2009). Perolehan aspek-aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh
karena itu, apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka
perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk
mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus
dilakukan dengan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni, 2009) Alustina Isyunarsih
(Skripsi, 2012:8)
Taksonomi Horward Kingsle dalam (Sudjana 2011:22), membagi tiga
macam hasil belajar, yakni : ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah ditetapkan dalan kurikulum. Sedangkan Gagne dalam
(Sudjana 2011:22), membagi lima kategori hasil belajar yakni : informasi verbal,
ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketampilan motoris.
Sementara itu Kratwol dan Bloom dalam (Winkel 2004:274-279) membagi hasil
belajar dalam 3 ranah, ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
1. Ranah kognitif meliputi :
a.
Pengetahuan : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan.
b.
Pemahaman : mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari.
c.
Penerapan : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu kasus/problem yang konkret dan baru.
d.
Analisi : mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga stuktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik.
12
e.
Sintesis : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau
pola baru.
f.
Evaluasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenahi sesuatu atau beberapa hal , bersama dengan pertanggung
jawaban pendapat itu,yang berdasarkan kreteria tertntu.
2. Ranah afektif meliputi :
a.
Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran
atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
b.
Partisipasi : Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c.
Penilaian/penentuan sikap : mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
d.
Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
e.
Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk menghayati nilainilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupan sendiri.
3. Ranah Psikomotorik meliputi :
a.
Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciriciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
b.
Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan
c.
Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi)
d.
Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian
gerak
gerik
dengan
lancar,
karena
sudah
secukupnya,tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
dilatih
13
e.
Gerakan kompleks : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat
dan efisien.
f.
Penyesuain pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan penyesuain pola gerak gerik dengan kondisi setempat
dengan menunjukkan suatu traf keterampilan yang telah mencapai
kemahiran.
g.
Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerakgerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti
pembelajaran ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
2.1.3
Media Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa yang bersifat internal, Gagne dan Briggs (1979: 3). Carey (1986: 7)
menyatakan “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus / dihasilkan respon terhadap situasi tertentu”.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran,
yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari
sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur
pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan
informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan
dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media
meskipun tanpa keberadaan guru.Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara
guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
14
Memperhatikan begitu banyak media yang dapat digunakan untuk
kepentingan pembelajaran, beberapa ahli mencoba mengidentifikasi dan membuat
klasifikasi media.Schramm mengklasifikasi media menjadi 2 jenis, yaitu:
a.
Media sederhana (papan tulis, gambar, poster, peta)
b.
Media canggih (radio, film, televisi, komputer)
Sedangkan Bretz yang mengklasifikasikan media berdasarkan 3 unsur, yaitu
suara, bentuk, dan gerak. Bretz diantaranya menggolongkan media ke dalam
kelompok media cetak, media audio, media visual diam, media visual gerak,
media audio visual diam, media audio visual gerak.
Selain itu, Tosti dan Ball juga menyusun pengelompokan media menjadi enam
kelompok media penyaji, yaitu:
1. Kelompok kesatu
: grafis, bahan, cetak, dan gambar diam.
2. Kelompok kedua
: media proyeksi diam
3. Kelompok ketiga
: media audio
4. Kelompok keempat
: media gambar hidup atau film
5. Kelompok kelima
: media televisi
6. Kelompok keenam
: multimedia
Dari berbagai pengelompokan media pembelajaran tersebut, secara sederhana
media pembelajaran dapat dipilih menjadi tiga bagian saja, yaitu:
a. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan
indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk
membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas
media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visual) dan media yang
dapat diproyeksikan (projected visual. Media yang dapat diproyeksikan ini dapat
berupa gambar diam (still picture) atau gambar bergerak (motion picture). Contoh
media visual adalah tabel, poster, foto, dan slide.
15
b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan
program radio adalah bentuk dari media audio. Penggunaan media audio dalam
kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang
berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang
auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara
memanfaatkan madia lainnya.
c. Media Audiovisual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual
atau biasa disebut pandang-dengar. Media audio visual adalah seperangkat alat
yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Sudah barang tentu
apabila anda menggunakan media ini akan semakin lengkap dan optimalah
penyajian bahan ajar kepada para siswa.
Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan
peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji
materi. Penyaji materi dapat digantikan oleh media. Peran guru beralih menjadi
fasilitator belajar, yaitu memudahkan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari
media audiovisual diantaranya program vidio/ televisi pendidikan, vidio/ televisi
instruksional, dan program slide suara (suodslide) dan pembelajaran dengan
komputer.
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk
mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu
dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang
disampaikan itu . secara umum media berfungsi sebagai :
a.
Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar mengajar yang efektif.
b.
Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak ehinnga
dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.
16
c.
Bagan integral dari keseluruhan situasi mengajar.
d.
Membangkitkan motivasi belajar siswa.
e.
Mempertinggi mutu belajar mengajar.
Dari beberapa pengertian tentang media pembelajaran yang telahdipelajari,
tersirat tujuan dari penggunaan satu , media yaitu untuk membantu guru
menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada peserta didik sehingga
peserta didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara cepat dan akurat.
Dalam kerangka proses belajar mengajar yang dilakukan guru, penggunaan media
dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar
dari gejala verbalisme, yakni mengetahui kata-kata yang disampaikan guru tetapi
tidak mengetahui arti atau maknanya.
Media pembelajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut :
a.
Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep,
prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang
palin tepat menurut karakteristik bahan.
b.
Memberikan pengalaman belajar yan berbeda dab bervariasi sehingga lebih
merangsang minat peserta didik untuk belajar.
c.
Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
Kemp dan Dayton, 1985 (dalam Aristo Rahadi, 2003 : 15) proses
pembelajaran akan lebih jelas, lengkap, dan menarik minat siswa apabila
didukung melalui program media. Menurutnya bahwa penggunaan media dalam
pembelajaran sangat bermanfaat karena ada beberapa alasan yaitu:
1. Penyampaian materi pelajaran yang diseragamkan.
2. Proses pembelajaran akan lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Meningkatkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
7. Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
17
Menurut Diknas. (2001) Penggunaan media harus dapat memperlakukan
siswa secara aktif..Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang
dalam penyusunan rencana pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja
yang akan kita sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan
teknik penggunaannya. Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan
sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja. Siswa sadar bahwa
media yang digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan
selalu muncul setiapkali guru menggunakan media. Penggunaaan media yang
sembarangan, asal asalan, atau "daripada tidak dipakai", akan membawa akibat
negatif yang lebih buruk. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup
sebelum penggunaaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses
pembelajaran tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran
proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita akan
menggunakan media elektronik.
Hamalik (1994) menyatakan fungsi utama penggunaan media pembelajaran antara
lain:
a. Fungsi Edukatif adalah mendidik dan menberikan pengaruh positif pada
pendidikan.
b. Fungsi Sosial adalah memberikan interaksi yang autentik dan pengalaman
berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap
orang.
c. Fungsi Ekonomis adalah dalam pembinaan prestasi kerja secara maksimal.
d. Fungsi Politis adalah berpengaruh pada politik pembangunan.
Kenyataannya, peranan media pembelajaran di sekolah dasar kurang
begitu diperhatikan oleh pendidik. Peserta didik yang seharusnya dapat
mengoptimalkan pembelajaran dengan baik, namun tidak didukung dengan
penggunaan media pembelajaran yang relevan cenderung menjadikan siswa
sebagai peserta didik menjadi verbalistik (hanya sebatas teori tanpa didukung
dengan data yang konkrit). Sebagai contoh, siswa mempelajari jenis alat
transportasi darat berupa delman, di Jakarta sebagaimana di tempat penulis
bertugas, tidak semua siswa di sekolah dasar mengenal, mengetahui, dan
18
memahami delman sebagaimana kenyataannya karena tidak semua siswa pernah
menjumpai kereta beroda dua ini. Oleh sebab itu penggunaan media untuk
menghilangkan kesan verbalistik ini sangat penting peranannya.
Penggunaan media pembelajaran pada tiap satuan pendidikan saat ini
sangat dianjurkan bahkan diupayakan untuk ada pada tiap-tiap proses
pembelajaran khususnya di tingkat satuan pendidikan dasar. Media ini tentunya
tidak hanya atas dasar ada saja, tetapi kesesuaian dan ketepatan penggunaan
dalam proses penyampaian pesan pembelajaran yang akan diberikan.
Peranan
media
yang
semakin
meningkat
sering
menimbulkan
kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih
banyak tugas guru yang lain seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara
individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini
akan terus terjadi selama guru menganggap dirinya merupakan satu-satunya
sumber dalam proses pembelajaran. Jika guru memanfaatkan berbagai media
pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru
akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab
menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar secara optimal.
Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan
fasilitator dalam proses pembelajara (Muhamad Fajri 2010:30)
Dengan memperhatikan pendapat di atas dan melaksanakan secara
optimal, maka guru dalam penggunaan media audio visual (video) dan juga harus
memperhatikan hal-hal tersebut. Media yang dipergunakan sebagai alat bantu
dapat saja menjadi pendorong bagi anak didik dan mempermudah untuk
memahami materi yang disajikan. Sehingga dapat meningkat hasil belajar siswa.
2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Audio Visual (Video)
Angkowo
dan
Kosasih,
(2007)
langkah-langkah
pembelajaran
menggunakan Audio Visual (Video) pada intinya meliputi:
1.
Persiapan
Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran , guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut :
19
a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topic dan program
belajar yang sudah dibuat.
b. Memeriksa kelengkapan
peralatan termasuk menyesuaikan tegangan
peralatan dengan tegangan listrik yang tersedia di sekolah.
c. Mempelajari bahan penyerta
d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu
atau tidak perlu disajikan dalam kegiatan pembelajaran
e. Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera
f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain
yang diperlukan.
g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan
mendengar dengan baik
2.
Pelaksanaan
Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut
a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran, ajak
siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.
b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan
c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dalam program yang akan
dimanfaatkan
d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.
e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/petunjuk
teknis dan bahan penyerta
f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.
Selama program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk
gambar di layar, atau mondar-mandir berkeliling kelas.
Lebih baik guru mengajarkan :
1. Menjaga agar suasana kelas tetap tertip.
2. Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh
siswa yang ada di ruangan.
20
3. Mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat televise,
sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa.
g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program
h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.
i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi
kepada siswa.
3.
Tindak lanjut
a. Memberikan tugas kepada siswa.
b. Memberikan pertanyaan/umpan balik.
c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak siswa
untuk mengadakan praktek di laboratorium.
d. Bagi mata pelajaran yang membutuhkan tambahan referensi yang lebih
lengkap, guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan.
e. Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan/mendengarkan
program video pembelajaran untuk pemanfaatan program video
pembelajaran berikutnya.
f. Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain
yang relevan dengan materi yang dipelajari.
2.3
Kajian Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nini Herlina, Universitas Pendidikan
Indonesia dengan judul Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Benda Langit di
Kelas IV SDN 3 Cibodas yang menyimpulkan bahwa melalui media audio visual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA.
Dapat dilihat dari kondisi awal atau pra siklus siswa yang nilainya dibawah KKM
sekitar 70% siswa. Siklus I menerapkan media audio visual terjadi peningkatan
signifikan yaitu 63% yang di atas KKM . Kemudian siklus II terjadi peningkatan
yaitu 87% yang sudah memenuhi KKM. Siklus III 100% sudah memenuhi KKM.
Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan karena
sama-sama menggunakan media sebagai variabel untuk menyelesaikan masalah
21
pada penelitian. Namun, hasil yang diamati dalam penelitian peneliti lebih
menekankan pada variabel hasil belajar sedangkan subyek yang digunakan adalah
siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga. Keberhasilan penggunaan media
audio visual pada penelitian oleh Nini Herlina tersebut telah memberikan motivasi
kepada kami untuk meneliti lebih lanjut tentang keberhasilan penggunaan media
audio visual dalam meningkatkan hasil belajar.
2.4
Kerangka Pikir
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPA pada kelas 4 Sekolah
Dasar Kanisius Cungkup ialah hasil belajar siswa rendah karena siswa kurang
tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran, maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa menggunakan media audio visual (video)
Upaya yang di lakukan dalam menyelesaikan masalah dan mencapai
tujuan tersebut adalah peneliti merancang pembelajaran dan penggunaan media
audio visual yang pada akhirnya dapat membantu siswa dalam proses belajar dan
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran karena siswa
dapat terlibat langsung dalam penyampaian materi sehingga pembelajaran akan
mudah dipahami oleh siswa dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran.
22
PEMBELAJARAN IPA : KD
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari kehari
 Siswa menjadi pasif.
 Mudah jenuh dan bosan.
 Pembelajaran menjadi
kurang efektif
Proses pembelajaran yang dilakukan
guru masih bersifat konvensioanal,
Guru mendominasi PBM
Penilaian Hasil Belajar
Tes Formatif
Media Audio Visual (Video) :
“Terjadinya Siang dan Malam”
1.
Menyimak Video
Hasil belajaran siswa
rendah
1.
Rubrik Menyimak
2.
Diskusi terjadinya
siang dan malam
siang
2.
Rubrik Diskusi
3.
Praktik terjadinya
Siang dan Malam
3.
Rubrik Praktik
Penilaian Proses Belajar
Tes Formatif
Hasil Belajar Tinggi
>KKM
Penilaian Hasil Belajar
Gambar. 2.1
Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran IPA
dengan menggunakan Media Audio Visual (Video)
23
2.5 Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan
penelitian
ini
dengan
menggunakan
media
pembelajaran Audio Visual (Video) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada
materi Kenampakan Bumi kelas 4 Sekolah Dasar Kanisius Cungkup, Salatiga
semester 2 tahun pelajaran 2012/ 2013.
Download