BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru. 7 8 Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah. Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam 9 sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA. Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan (Agus. S. 2003: 11). Pengertian IPA menurut Trowbridge and Bybee (1990) sains atau IPA merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama yaitu the extant body of scientific knowledge, the values of science and the method and procecces of science” yang artinya sains merupakan produk dan proses , serta mengandung nilai-nilai. IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia kealaman. IPA sebagai proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap 10 dan langkah-langkah kegiatan scientis untuk untuk memperoleh produk-produk IPA, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan, menguji hipotesa, mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi. IPA dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam, sebagai cara untuk melakukan penyelidikan dan sebagai kumpulan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Collete dan Chiapetta (1994) “IPA harus dipandang sebagai suatu cara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry”. Menurut kurikulum sekolah dasar 1994, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperolehnya melaui serang kaian proses ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah. Hasil observasi yang berwujud fakta dalam proses ilmiah itu di organisasi sehingga pengalaman yang rumit dapat menjadi sederhana dengan sistematika “fakta-konsep”. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi, dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya. 2.1.2 Hasil Belajar Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. 11 Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni, 2005). Namun, faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa, yaitu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah intelegensi dimana intelegensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati, 2009). Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus dilakukan dengan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni, 2009) Alustina Isyunarsih (Skripsi, 2012:8) Taksonomi Horward Kingsle dalam (Sudjana 2011:22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni : ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalan kurikulum. Sedangkan Gagne dalam (Sudjana 2011:22), membagi lima kategori hasil belajar yakni : informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketampilan motoris. Sementara itu Kratwol dan Bloom dalam (Winkel 2004:274-279) membagi hasil belajar dalam 3 ranah, ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. 1. Ranah kognitif meliputi : a. Pengetahuan : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. b. Pemahaman : mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. c. Penerapan : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang konkret dan baru. d. Analisi : mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga stuktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. 12 e. Sintesis : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. f. Evaluasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenahi sesuatu atau beberapa hal , bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu,yang berdasarkan kreteria tertntu. 2. Ranah afektif meliputi : a. Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. b. Partisipasi : Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. c. Penilaian/penentuan sikap : mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. d. Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. e. Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk menghayati nilainilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri. 3. Ranah Psikomotorik meliputi : a. Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciriciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. b. Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan c. Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi) d. Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah secukupnya,tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. dilatih 13 e. Gerakan kompleks : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. f. Penyesuain pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuain pola gerak gerik dengan kondisi setempat dengan menunjukkan suatu traf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. g. Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerakgerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. 2.1.3 Media Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal, Gagne dan Briggs (1979: 3). Carey (1986: 7) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus / dihasilkan respon terhadap situasi tertentu”. Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. 14 Memperhatikan begitu banyak media yang dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran, beberapa ahli mencoba mengidentifikasi dan membuat klasifikasi media.Schramm mengklasifikasi media menjadi 2 jenis, yaitu: a. Media sederhana (papan tulis, gambar, poster, peta) b. Media canggih (radio, film, televisi, komputer) Sedangkan Bretz yang mengklasifikasikan media berdasarkan 3 unsur, yaitu suara, bentuk, dan gerak. Bretz diantaranya menggolongkan media ke dalam kelompok media cetak, media audio, media visual diam, media visual gerak, media audio visual diam, media audio visual gerak. Selain itu, Tosti dan Ball juga menyusun pengelompokan media menjadi enam kelompok media penyaji, yaitu: 1. Kelompok kesatu : grafis, bahan, cetak, dan gambar diam. 2. Kelompok kedua : media proyeksi diam 3. Kelompok ketiga : media audio 4. Kelompok keempat : media gambar hidup atau film 5. Kelompok kelima : media televisi 6. Kelompok keenam : multimedia Dari berbagai pengelompokan media pembelajaran tersebut, secara sederhana media pembelajaran dapat dipilih menjadi tiga bagian saja, yaitu: a. Media Visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visual) dan media yang dapat diproyeksikan (projected visual. Media yang dapat diproyeksikan ini dapat berupa gambar diam (still picture) atau gambar bergerak (motion picture). Contoh media visual adalah tabel, poster, foto, dan slide. 15 b. Media Audio Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio adalah bentuk dari media audio. Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara memanfaatkan madia lainnya. c. Media Audiovisual Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut pandang-dengar. Media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Sudah barang tentu apabila anda menggunakan media ini akan semakin lengkap dan optimalah penyajian bahan ajar kepada para siswa. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi. Penyaji materi dapat digantikan oleh media. Peran guru beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memudahkan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari media audiovisual diantaranya program vidio/ televisi pendidikan, vidio/ televisi instruksional, dan program slide suara (suodslide) dan pembelajaran dengan komputer. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan itu . secara umum media berfungsi sebagai : a. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar mengajar yang efektif. b. Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak ehinnga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme. 16 c. Bagan integral dari keseluruhan situasi mengajar. d. Membangkitkan motivasi belajar siswa. e. Mempertinggi mutu belajar mengajar. Dari beberapa pengertian tentang media pembelajaran yang telahdipelajari, tersirat tujuan dari penggunaan satu , media yaitu untuk membantu guru menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara cepat dan akurat. Dalam kerangka proses belajar mengajar yang dilakukan guru, penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme, yakni mengetahui kata-kata yang disampaikan guru tetapi tidak mengetahui arti atau maknanya. Media pembelajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang palin tepat menurut karakteristik bahan. b. Memberikan pengalaman belajar yan berbeda dab bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar. c. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik. Kemp dan Dayton, 1985 (dalam Aristo Rahadi, 2003 : 15) proses pembelajaran akan lebih jelas, lengkap, dan menarik minat siswa apabila didukung melalui program media. Menurutnya bahwa penggunaan media dalam pembelajaran sangat bermanfaat karena ada beberapa alasan yaitu: 1. Penyampaian materi pelajaran yang diseragamkan. 2. Proses pembelajaran akan lebih jelas dan menarik. 3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. 4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga. 5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa 6. Meningkatkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja 7. Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. 8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. 17 Menurut Diknas. (2001) Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif..Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam penyusunan rencana pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja yang akan kita sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan teknik penggunaannya. Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja. Siswa sadar bahwa media yang digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan selalu muncul setiapkali guru menggunakan media. Penggunaaan media yang sembarangan, asal asalan, atau "daripada tidak dipakai", akan membawa akibat negatif yang lebih buruk. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses pembelajaran tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita akan menggunakan media elektronik. Hamalik (1994) menyatakan fungsi utama penggunaan media pembelajaran antara lain: a. Fungsi Edukatif adalah mendidik dan menberikan pengaruh positif pada pendidikan. b. Fungsi Sosial adalah memberikan interaksi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang. c. Fungsi Ekonomis adalah dalam pembinaan prestasi kerja secara maksimal. d. Fungsi Politis adalah berpengaruh pada politik pembangunan. Kenyataannya, peranan media pembelajaran di sekolah dasar kurang begitu diperhatikan oleh pendidik. Peserta didik yang seharusnya dapat mengoptimalkan pembelajaran dengan baik, namun tidak didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang relevan cenderung menjadikan siswa sebagai peserta didik menjadi verbalistik (hanya sebatas teori tanpa didukung dengan data yang konkrit). Sebagai contoh, siswa mempelajari jenis alat transportasi darat berupa delman, di Jakarta sebagaimana di tempat penulis bertugas, tidak semua siswa di sekolah dasar mengenal, mengetahui, dan 18 memahami delman sebagaimana kenyataannya karena tidak semua siswa pernah menjumpai kereta beroda dua ini. Oleh sebab itu penggunaan media untuk menghilangkan kesan verbalistik ini sangat penting peranannya. Penggunaan media pembelajaran pada tiap satuan pendidikan saat ini sangat dianjurkan bahkan diupayakan untuk ada pada tiap-tiap proses pembelajaran khususnya di tingkat satuan pendidikan dasar. Media ini tentunya tidak hanya atas dasar ada saja, tetapi kesesuaian dan ketepatan penggunaan dalam proses penyampaian pesan pembelajaran yang akan diberikan. Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas guru yang lain seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini akan terus terjadi selama guru menganggap dirinya merupakan satu-satunya sumber dalam proses pembelajaran. Jika guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar secara optimal. Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam proses pembelajara (Muhamad Fajri 2010:30) Dengan memperhatikan pendapat di atas dan melaksanakan secara optimal, maka guru dalam penggunaan media audio visual (video) dan juga harus memperhatikan hal-hal tersebut. Media yang dipergunakan sebagai alat bantu dapat saja menjadi pendorong bagi anak didik dan mempermudah untuk memahami materi yang disajikan. Sehingga dapat meningkat hasil belajar siswa. 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Audio Visual (Video) Angkowo dan Kosasih, (2007) langkah-langkah pembelajaran menggunakan Audio Visual (Video) pada intinya meliputi: 1. Persiapan Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran , guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut : 19 a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topic dan program belajar yang sudah dibuat. b. Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan peralatan dengan tegangan listrik yang tersedia di sekolah. c. Mempelajari bahan penyerta d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau tidak perlu disajikan dalam kegiatan pembelajaran e. Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain yang diperlukan. g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar dengan baik 2. Pelaksanaan Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran, ajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik. b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dalam program yang akan dimanfaatkan d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya. e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/petunjuk teknis dan bahan penyerta f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk gambar di layar, atau mondar-mandir berkeliling kelas. Lebih baik guru mengajarkan : 1. Menjaga agar suasana kelas tetap tertip. 2. Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh siswa yang ada di ruangan. 20 3. Mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat televise, sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa. g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan. i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi kepada siswa. 3. Tindak lanjut a. Memberikan tugas kepada siswa. b. Memberikan pertanyaan/umpan balik. c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak siswa untuk mengadakan praktek di laboratorium. d. Bagi mata pelajaran yang membutuhkan tambahan referensi yang lebih lengkap, guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan. e. Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan/mendengarkan program video pembelajaran untuk pemanfaatan program video pembelajaran berikutnya. f. Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang relevan dengan materi yang dipelajari. 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nini Herlina, Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Benda Langit di Kelas IV SDN 3 Cibodas yang menyimpulkan bahwa melalui media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA. Dapat dilihat dari kondisi awal atau pra siklus siswa yang nilainya dibawah KKM sekitar 70% siswa. Siklus I menerapkan media audio visual terjadi peningkatan signifikan yaitu 63% yang di atas KKM . Kemudian siklus II terjadi peningkatan yaitu 87% yang sudah memenuhi KKM. Siklus III 100% sudah memenuhi KKM. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan karena sama-sama menggunakan media sebagai variabel untuk menyelesaikan masalah 21 pada penelitian. Namun, hasil yang diamati dalam penelitian peneliti lebih menekankan pada variabel hasil belajar sedangkan subyek yang digunakan adalah siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga. Keberhasilan penggunaan media audio visual pada penelitian oleh Nini Herlina tersebut telah memberikan motivasi kepada kami untuk meneliti lebih lanjut tentang keberhasilan penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar. 2.4 Kerangka Pikir Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPA pada kelas 4 Sekolah Dasar Kanisius Cungkup ialah hasil belajar siswa rendah karena siswa kurang tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa menggunakan media audio visual (video) Upaya yang di lakukan dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan tersebut adalah peneliti merancang pembelajaran dan penggunaan media audio visual yang pada akhirnya dapat membantu siswa dalam proses belajar dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran karena siswa dapat terlibat langsung dalam penyampaian materi sehingga pembelajaran akan mudah dipahami oleh siswa dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran. 22 PEMBELAJARAN IPA : KD 9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi 9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari kehari Siswa menjadi pasif. Mudah jenuh dan bosan. Pembelajaran menjadi kurang efektif Proses pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensioanal, Guru mendominasi PBM Penilaian Hasil Belajar Tes Formatif Media Audio Visual (Video) : “Terjadinya Siang dan Malam” 1. Menyimak Video Hasil belajaran siswa rendah 1. Rubrik Menyimak 2. Diskusi terjadinya siang dan malam siang 2. Rubrik Diskusi 3. Praktik terjadinya Siang dan Malam 3. Rubrik Praktik Penilaian Proses Belajar Tes Formatif Hasil Belajar Tinggi >KKM Penilaian Hasil Belajar Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran IPA dengan menggunakan Media Audio Visual (Video) 23 2.5 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan penelitian ini dengan menggunakan media pembelajaran Audio Visual (Video) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Kenampakan Bumi kelas 4 Sekolah Dasar Kanisius Cungkup, Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/ 2013.