BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Rasa Ingin Tahu
a. Pengertian Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk
menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam (Samani,
dkk, 2012:104). Rasa ingin tahu senantiasa akan memotivasi diri untuk
terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan
memperbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan
belajar. Rasa ingin tahu (Mustari, 2011:103) yaitu sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Hal ini berkaitan
dengan kewajiban terhadap diri sendiri dan alam lingkungan.
Kuriositas atau rasa ingin tahu (Mustari, 2011:104) adalah emosi yang
dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti
eksplorasi, investigasi dan belajar.
Karakter individu secara psikologis dimaknai sebagai hasil
keterpaduan dari empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olahraga,
olah rasa dan karsa (Samani, dkk, 2012:24). Olah hati berkenaan
dengan perasaan, sikap dan keyakinan atau keimanan. Olah pikir
berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olahraga berkenaan
dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan
aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan
dengan kemauan, motivasi dan kreativitas yang tercermin dalam
kepedulian, citra dan penciptaan kebaruan. Rasa ingin tahu merupakan
karakter yang bersumber dari olah pikir (Samani, dkk, 2012:25). Rasa
ingin tahu membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai
fenomena atau kejadian di sekitarnya serta akan membuka dunia-dunia
baru yang menantang dan menarik siswa untuk mempelajarinya lebih
dalam. Hal yang menarik sangat banyak di dunia ini, tetapi seringkali
karena rasa ingin tahu yang rendah, menyebabkan mereka melewatkan
hal-hal yang menarik tersebut untuk dipelajari. Dengan adanya rasa
ingin tahu dapat mengatasi rasa bosan siswa untuk belajar. Jika jiwa
siswa dipenuhi dengan rasa ingin tahu akan sesuatu hal, maka mereka
dengan sukarela dan antusias akan mempelajarinya. Sehingga,
menjadikan rasa ingin tahu dalam diri siswa perlu dibangun dan
dikembangkan. Pengertian rasa ingin tahu dari beberapa pendapat para
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah suatu rasa
atau kehendak yang ada dalam diri manusia yang mendorong atau
memotivasi manusia tersebut untuk berkeinginan mengetahui hal-hal
yang baru, memperdalam dan memperluas pengetahuan yang dimiliki
dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi,
investigasi dan belajar.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
b. Rasa Ingin Tahu Wujud Pendidikan Karakter Bangsa
Rasa ingin tahu merupakan salah satu bagian dari 18 nilai
karakter Bangsa yang terkandung dalam pendidikan karakter yang di
dalamnya terkandung pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Nilai-nilai karakter
tersebut merupakan sejumlah nilai pembentuk karakter yang
merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum (Samani,dkk
2012:52) nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan
tujuan pendidikan nasional tersebut adalah : religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab. Rasa ingin tahu menjadi salah satu bagian
dari nilai-nilai karakter bangsa yang perlu untuk dikembangkan dalam
proses pendidikan karakter.
Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang
memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup
bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi
dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan
tindakan-tindakan tidak bermoral (Samani, dkk, 2012:41). Karakter
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu
yang
dapat
membuat
keputusan
dan
siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.
Pendidikan karakter dalam pengertian yang sederhana (Samani,
dkk, 2012:43) adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan
berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan
karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung
pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan
etik para siswa. Pendidikan karakter merupakan upaya proaktif yang
dilakukan oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa
mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja,
seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan
ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan
orang lain. Jadi, pendidikan karakter (Samani, dkk, 2012:45-46) adalah
proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga,
serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter (Azzet, 2011:38) adalah
upaya yang harus dirancang dan dilakukan secara sistematis dalam
rangka memberikan bantuan kepada anak didik untuk memahami nilainilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Mahakuasa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, bangsa dan
Negara. Pemahaman anak didik terhadap nilai-nilai tersebut hendaknya
tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap, perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, etika, tata karma, budaya,
maupun adat istiadat yang dianut.
Pendidikan karakter (Samani,dkk 2012:9) berfungsi untuk (1)
Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan
berperilaku baik; (2) Memperkuat dan membangun bangsa yang
multikultur; (3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif
dalam pergaulan dunia. Tujuan Pendidikan karakter (Muslich,
2011:81) adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pengertian rasa ingin tahu berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan kemampuan
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
bawaan makhluk hidup, mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal
baru dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan anak didik.
Mengembangkan rasa ingin tahu akan membentuk watak setiap siswa
menjadi pribadi yang selalu haus akan ilmu. Sehingga, senantiasa
mempelajari
hal-hal
yang
baru
untuk
memperdalam
ilmu
pengetahuannya.
Tabel 2.1 Indikator rasa ingin tahu (KEMENDIKNAS, 2010:34) yaitu:
NILAI
Rasa Ingin
Tahu
INDIKATOR
4–6
Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks
tentang materi yang terkait dengan pelajaran.
Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru
terjadi.
Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial,
budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru
didengar.
Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi
pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar dalam arti luas (Purwanto, 2011:47) adalah
semua
persentuhan
pribadi
dengan
lingkungan
yang
menimbulkanperubahan perilaku. Pengertian belajar secara psikologis
(Slameto, 2010:2) merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Definisi belajar (Slameto,
2010:2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
banyak sekali sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap
perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti
belajar.
Belajar menurut pandangan Skinner (Sagala, 2010:14) adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada
saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya
bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Belajar ialah suatu
perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.
Seorang anak yang belajar sungguh-sungguh pada waktu ulangan,
siswa tersebut dapat menjawab semua soal dengan benar. Hasil
belajarnya yang baik maka ia akan mendapatkan nilai yang baik dan
mendapat pujian, karena mendapatkan nilai yang baik dan mendapat
pujian, maka anak akan belajar lebih giat lagi. Nilai dan pujian tersebut
dapat
merupakan
“operant
conditioning”
atau
penguatan
(reinforcement). Operant conditioning ada berbagai bentuk seperti
tanda penghargaan, ijazah, medali, piala, beasiswa dan lain yang
semacamnya.
Skinner adalah tokoh operan conditioning dan mengembangkan
suatu program pengajaran yang dikenal dengan nama programmed
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
instruction atau pengajaran berprogram. Menurut Skinner dalam
belajar ditemukan hal–hal sebagai berikut : (a) kesempatan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan respons belajar; (b) respon si pelajar; dan
(c) konsekwensi yang bersifat menggunakan respons tersebut, baik
konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman
(Sagala,2010:14).
Pandangan
belajar
menurut
Gagne
(Sagala,
2010:17), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan
oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi
tadi. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni
kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar,
kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses
kognitif siswa dan hasil belajar yang menggambarkan informasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat
kognitif (Sagala, 2010:17).
Tahap dalam belajar (Sagala, 2010:19) menurut Gagne yaitu (a)
persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan
perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali informasi; (b)
pemerolehan dan unjuk perbuatan digunakan untuk persepsi selektif,
sandi semantik, pembangkitan kembali, repon, dan penguatan; dan (c)
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
alih
belajar
yaitu
pengisyaratan
untuk
membangkitkan
dan
memberlakukan secara umum. Dari beberapa pengertian belajar di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau usaha
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk memperoleh
perubahan pada dirinya dalam berperilaku dan berkemampuan sebagai
hasil dari aktivitas dan pengalaman.
b. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar (Slameto, 2010:27) yaitu prinsip belajar
yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan
oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip dalam belajar
diantaranya :
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar
dengan efektif.
d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
b) Belajar adalah
proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan
discovery.
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian
yang
diharapkan.
Stimulus
yang
diberikan
menimbulkan response yang diharapkan.
3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari
a) Balajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memililki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.
(Slameto, 2010:27-28).
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
c. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi (Arifin, 2011:12) merupakan sebuah kata yang berasal
dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi kata prestasi yang memiliki arti hasil usaha.
Pada dasarnya istilah prestasi berbeda dengan hasil belajar. Prestasi
pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil
belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi
banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain
dalam kesenian, olah raga dan pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran.
Fungsi utama dari prestasi belajar (Arifin, 2011:12-13) adalah
sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,
sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator
intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan dan prestasi belajar
dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) pada peserta didik.
Fungsi prestasi belajar di atas menggambarkan betapa pentingnya kita
mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik secara
perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar
tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu
tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi
belajar
bermanfaat
sebagai
umpan
balik
bagi
guru
dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap
peserta didik.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan dalam dua golongan (Slameto, 2010:54-72),
yaitu faktor intern (dalam diri siswa) dan faktor ekstern (luar diri
siswa), yakni sebagai berikut:
1) Faktor Intern (dalam diri siswa), yakni faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga
faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a) Faktor jasmaniah :
(1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Faktor
kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar
siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya
lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan
kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
(2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan
dan lumpuh.
b) Faktor psikologis
(1) Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis,
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
(2) Perhatian menurut Gazali, perhatian adalah keaktifan jiwa
yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada
suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
(3) Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
(4) Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
belajar.
(5) Motif merupakan penggerak/pendorong seseorang untuk
mencapai tujuan.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
(6) Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru.
(7) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau
bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang
dan
juga
berhubungan
kematangan
berarti
dengan
kesiapan
kematangan,
untuk
karena
melaksanakan
kecakapan.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang ada dua macam, yaitu
kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan
kelelahan rohani yang terlihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang.
2) Faktor Ekstern (luar diri siswa), dikelompokan menjadi tiga faktor,
yaitu dari lingkungan keluarga siswa, lingkungan sekolah siswa,
dan lingkungan masyarakat siswa, yaitu sebagai berikut:
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
c) Faktor masyarakat
Faktor ini membahas tentang kegiatan siswa dalam
masyarakat mencangkup mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat, semua hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap belajar siswa.
3. Pembelajaran Imu Pengetahuan Alam
a. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam dan
kompleks sejalan dengan berkembangan peradaban manusia. Oleh
karena itu ilmu pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu
natural science (Ilmu Pengetahuan Alam) dan social science (Ilmu
Pengetahuan Sosial). Meskipun demikian penggunaan istilah science
masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, yang
diindonesiakan sains (Mariana dan Praginda, 2009:14).
Secara Etimologi menurut Fisher (Mariana dan Praginda,
2009:14) bahwa kata sains berasal dari bahasa latin, yaitu scientia
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan (knowledge). Kata
sains juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu Wissenchaft yang artinya
sistematis, pengetahuan yang terorganisasi. Sains diartikan sebagai
pengetahuan yang secara sistematis tersusun (assembled) dan bersamasama dalam suatu urutan terorganisasi. Istilah sains secara umum
mengacu pada masalah alam (nature) yang dapat diinterpretasikan dan
diuji. Dengan demikian keadaan alam merupakan keadaan materi yaitu
atom, molekul dan senyawa, segala sesuatu yang mempunyai ruang
dan massa, sepanjang menyangkut „natural law‟ yang memperlihatkan
„behaviour‟ materi, merupakan pengertian dari sains. Pengertian IPA
(Aly dan Eny, 2011:18) adalah suatu pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya saling keterkaitan
antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Keterkaitan dari beberapa pendapat di atas bahwa sebenarnya
IPA merupakan produk dan proses yang tidak terpisahkan. Produk
berupa kumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip,
teori dan hukum IPA. Sedangkan proses berupa langkah-langkah yang
harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
b. Tujuan dan Fungsi Pengajaran IPA
1) Tujuan
Mata pelajaran IPA (Makhrus,dkk 2008:4) merupakan salah
satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di SD/MI. Pengajaran
IPA pada tingkat sekolah dasar setidaknya diharapkan siswa:
a) Dapat memahami pengertian-pengertian dasar IPA serta
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, dan
b) Dapat memahami lingkungan alam, mampu menerapkan
metode ilmiah sederhana dan sikap ilmiah dalam memecahkan
masalah yang dihadapi.
Peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut,
pengembangan
kompetensi
peserta
didik
harus
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Mata pelajaran IPA di SD/MI (Makhrus,dkk 2008:5)
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positifdan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan
kesadaran
untuk
berperan
serta
dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau
MTS.
2) Fungsi
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (Makhrus,dkk 2008:7)
mengamanatkan
bahwa
kelompok
mata
pelajaran
Ilmu
Pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk
mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku
ilmiah yang kriitis kreatif dan mandiri. Pendidikan IPA di sekolah
dasar harus merupakan proses penguasaan konsep dan manfaat
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
sains
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan
IPA
juga
merupakan bekal dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawaiyah
(MTs).
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar
merupakan fondasi bagi pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu,
proses awal ini harus benar-benar kuat. IPA di sekolah dasar
merupakan tahap awal untuk memberikan bekal kepada siswa agar
mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam
menghadapi tantangan di masyarakat.
c. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI (Makhrus, dkk,
2008:8) meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi zat cair, padat
dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan
benda-benda langit lainnya.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA
Prinsip Dasar Pembelajaran IPA Di Sekolah dasar sebagaimana
tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam
(Makhrus,dkk2008:9) menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk menumbuhkan keinginan tahuan dan
berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pamahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA disekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI) diperlukan untuk mendukung peserta didik dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Aplikasi IPA hasil pemahaman yang diperoleh
peserta didik disekolah dasar, hendaknya dapat diimplementasikan
secara
bijaksana
agar
lingkungan.Pembelajaran
tidak
IPA
berdampak
diSD/MI
buruk
terhadap
diharapkan
memiliki
penekanan pembelajaran salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar secara
langsung untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana.
Informasi dan pemahaman yang diperoleh peserta didik melalui
pembelajaran IPA tidak hanya sebatas menghafal fakta, konsep dan
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
dalil-dalil. Siswa seakan-akan menjadi penemu konsep itu sendiri
melalui pembelajaran yang dialaminya. Prinsip umum pembelajaran
IPA di sekolah dasar (Makhrus, dkk, 2008:13) sebagai berikut :
Dari :
Ke :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
-
Dikenal
Didekat
Sederhana
Konkret
Pertanyaan
Contoh
Benda Nyata
Pengalaman
pribadi
9. Konsep yang
ada
10. Prinsip ilmiah
Tidak dikenal
Jauh
Rumit
Abstrak
Jawaban
Umum
Representasi
Prinsip sains
- Konsep baru
- Penerapan
secara teknis
dan praktis
Gambar 2.1 Prinsip Umum Pembelajaran IPA
e. Standar Kompetensi Lulusan IPA SD/ MI
Sejalan dengan amanat kurikulum maka seorang siswa lulusan
sekolah dasar harus memiliki standar kompetensi lulusan. Mata
pelajaran IPA memiliki standar kompetensi lulusan (Makhrus, dkk,
2008:6) sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan
hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis.
2) Memahami
penggolongan
hewan
dan
tumbuhan,
serta
memanfaatkan hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
pelestariannya
dan
interaksi
antara
makhluk
hidup
dan
lingkungannya.
3) Memahami bagian-bagian tubuh manusia, hewan dan tumbuhan,
serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup.
4) Memahami beragam sifat benda dan hubungannya dengan
penyusunan, serta perubahan wujud benda dan kegunaannya.
5) Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya.
6) Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan
perubahan permukaan bumi dan hubungan peristiwa alam dengan
kegiatan manusia. Seluruh aktivitas belajar mengajar IPA di
sekolah dasar hendaknya mengacu pada standar isi kurikulum guna
mencapai standar kompetensi lulusan.
f. Materi Ilmu Pengetahuan Alam
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi :5. Memahami hubungan antara gaya, gerak
dan energi serta fungsinya.
Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya,
gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak dan
gaya magnet)
4. Metode Pembelajaran
Metode
adalah
cara
yang
digunakan
oleh
guru
dalam
mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
pelajaran pada khususnya (Sagala, 2010:169). Pengertian yang lainnya
tentang metode yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan belajar mengajar memerlukan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir
(Djamarah, dkk, 2010:46). Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran, baik dalam kegiatan mengorganisasikan kelas
maupun kegiatan menyampaikan materi pembelajaran dalam upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
Kegiatan belajar mengajar tidak mengharuskan guru terpaku
dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan
metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan,
tetapi dapat menarik perhatian anak didik. Penggunaan metode yang
bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila
penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya
dan dengan psikologi anak didik. Oleh karena itu, penggunaan metode
pembelajaran harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaannya. Winarno Surakhmad dalam (Djamarah,dkk, 2010:46),
mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan
metode mengajar sebagai berikut :
1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya;
2) Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya;
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
3) Situasi yang berbagai keadaannya;
4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya;
5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbedabeda.
5. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Eksperimen (Sagala, 2010:220) adalah percobaan untuk
membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen
dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium,
pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dapatdimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Metode
eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa
melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri
sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Pengertian metode
eksperimen (Asmani, 2012:34) adalah metode pemberian kesempatan
kepada anak didik, baik perorangan atau kelompok, untuk dilatih
melakukan suatu proses atau percobaan.
Proses
belajar
mengajar
dengan
menggunakan
metode
eksperimen dilakukan dengan cara siswa diberikan kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
hal. Penggunaan metode ini akan dapat membuat siswa lebih percaya
atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri
daripada hanya menerima kata guru atau buku saja.
b. Pelaksanaan Metode Eksperimen
Bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen perlu
memperhatikan prosedur (Suprianti,2009) sebagai berikut :
1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka
harus memahami masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui
eksperimen.
2) Perlu dijelaskan pula kepada siswa tentang alat-alat serta bahanbahan yang akan digunakan dalam percobaan, agar tidak mengalami
kegagalan siswa perlu mengetahui variabel yang harus dikontrol
ketat, siswa juga perlu memperhatikan urutan yang akan ditempuh
sewaktu eksperimen berlangsung.
3) Selama proses eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi
pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang
menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil
penelitian siswa, mendiskusikannya di kelas dan mengevaluasi
dengan tes atau sekedar tanya jawab.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh
hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus
diperhatikan yaitu :
1) Persiapan Eksperimen
Persiapan yang matang mutlak diperlukan, agar memperoleh hasil
yang
diharapkan,
terdapat
beberapa
langkah
yang
harus
diperhatikan yaitu :
a) Menentapkan tujuan eksperimen.
b) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan.
c) Mempersiapkan tempat eksperimen.
d) Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang
ada serta daya tampung eksperimen.
e) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak
seluruh siswa atau secara bergiliran)
f) Perhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat
memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan dan
berbahaya.
g) Berikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan
tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa, yang termasuk
dilarang atau membahayakan.
2) Pelaksanaan Eksperimen
Setelah semua persiapan kegiatan selanjutnya adalah siswa
memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
mendekati untuk mengamati proses percobaan dan memberikan
dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi
sehingga
eksperimen
berhasil.Selama
tersebut
eksperimen
dapat
berlangsung,
diselesaikan
guru
dan
hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi
hal-hal yang menghambat dapat segera terselesaikan.
3) Tindak Lanjut Eksperimen
Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya
adalah sebagai berikut:
a) Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru.
b) Mendiskusikan masalah-masalah
yang ditemukan selama
eksperimen, memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan
dan peralatan yang digunakan.
c. Kelebihan Metode Eksperimen
Menurut
(Sagala,2010:220-221)
metode
eksperimen
mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku saja.
2) Dapat
mengembangkan
sikap
untuk
mengadakan
studi
eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang
ilmuan.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
3) Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain:
siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu
proses atau kejadian, siswa terhindar jauh dari verbalisme,
memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan
realistis, mengembangkan sikap berpikir ilmiah dan hasil belajar
akan tahan lama dan internalisasi.
d. Kelemahan Metode Eksperimen
Metode
Eksperimen
mengandung
beberapa
kelemahan
(Sagala,2010:221), yaitu:
1) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas
peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah.
2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas
peralatan dan bahan mutakhir.
e. Cara Mengatasi Kelemahan-Kelemahan Metode Eksperimen
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari
metode eksperimen (Sagala, 2010:221) yaitu:
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
1) Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang
ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang
perlu dijawab dengan eksperimen.
2) Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa
tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah
dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel
yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat.
3) Bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan
yang diperlukan.
4) Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia
membanding-bandingkan hasilnya dengan eksperimen orang lain
dan
mendiskusikannya
bila
ada
perbedaan-perbedaan
atau
kekeliruan-kekeliruan.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Sunarto (2011)
dengan judul “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar IPA Tentang Cahaya Merambat Lurus Pada Siswa Kelas V Di SDN
Baturetno IV Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Tahun Pelajaran
2009/2010” disebutkan bahwa metode eksperimen mampu meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Kesimpulan yang
diperoleh yaitu persentase aktifitas belajar siswa untuk aspek penilaian sesuai
langkah kerja sebesar 0% pada pra tindakan, pada siklus I pertemuan 1 sebesar
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
68%, pada siklus I pertemuan 2 sebesar 75%, pada siklus II pertemuan 1
sebesar 82%, serta 83% pada siklus II pertemuan 2. Pada aspek penilaian
kebenaran mencatat data eksperimen, persentase yang didapat sebesar 0%
pada pra tindakan, 72% pada pada siklus I pertemuan 1, 73% pada siklus I
pertemuan 2, 83% pada siklus II pertemuan 1, serta 88% pada siklus II
pertemuan 2. Pada aspek penilaian kerjasama kelompok eksperimen,
persentase yang didapat sebesar 0% pada pra tindakan, 53%pada pada siklus I
pertemuan 1, 53% pada siklus I pertemuan 2, 60% pada siklus II pertemuan 1,
serta 60% pada siklus II pertemuan 2.
Penerapan metode eksperimen juga dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA tentang cahaya merambat lurus pada siswa kelas V SDN
Baturetno 04 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Siswa yang tuntas
pada tahap pra tindakan sebesar 20% (4 siswa) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 80% (16 siswa). Nilai rata-rata evaluasi belajar siswa sebesar 41.
Nilai rata-rata prestasi belajar IPA pada siklus I pertemuan 1 sebesar 50.
Siswa yang tuntas sebesar 50% (10 siswa) sedangkan siswa yang belum tuntas
sebanyak 50% (10 siswa). Nilai rata-rata prestasi belajar IPA pada siklus I
pertemuan 2 sebesar 53. Siswa yang tuntas sebesar 60% (12 siswa) sedangkan
siswa yang belum tuntas sebanyak 40% (8 siswa). Nilai rata-rata prestasi
belajar IPA pada siklus II pertemuan 1 sebesar 58. Siswa yang tuntas sebesar
70% (14 siswa) sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 30% (6 siswa).
Nilai rata-rata prestasi belajar IPA pada siklus II pertemuan 1 sebesar 70.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
Siswa yang tuntas sebesar 90% (18 siswa) sedangkan siswa yang belum tuntas
sebanyak 10% (2 siswa).
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan peningkatan mutu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas sekolah,
lingkungan sekolah dan lain-lain. Guru memiliki pengaruh yang besar
terhadap mutu dan keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan proses
pembelajaran dapat dilihat dari ketercapaian tujuan pembelajaran dan prestasi
yang diperoleh siswa. Guru sebagai pemegang kendali di kelas, mempunyai
tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mencari
model atau metode pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar pada
pola pikir siswa.
Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas dapat
memberikan gambaran masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA pada
umumnya dan materi gaya pada khususnya. Berdasarkan permasalahanpermasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang, diharapkan dengan
penerapan metode eksperimen dapat mengatasi permasalahan dalam
pembelajaran di SD N 1 Cilongok serta dapat meningkatkan rasa ingin tahu
pada siswa dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Penelitian Tindakan
Kelas ini akan dilakukan sekurang-kurangnya selama 2 siklus. Setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan. Tetapi tidak menutup kemungkinan dilakukan
siklus III apabila pada pelaksanaan siklus II ternyata permasalahan yang ada
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
belum teratasi. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir penelitian
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pembelajaran masih berpusat pada guru
Rasa ingin tahu dan prestasi belajar
siswa rendah
KONDISI
AWAL
TINDAKAN
Guru
Menerapkan
Metode
Eksperimen
Siklus I :
Guru menerapkan
metode
eksperimen dalam
pembelajaran IPA
materi gaya
HASIL AKHIR
Diduga
melalui
metode
eksperimen dapat meningkatkan
rasa ingin tahu dan prestasi
belajar IPA materi gaya di kelas
V SD N 1 Cilongok
Siklus II :
Guru menerapkan
metode
eksperimen dalam
pembelajaran IPA
materi gaya
Gambar 2.2 kerangka Berpikir
D. Hipotesis tindakan
PenelitianPpnPenelitian
Penggunaan metode yang tepat dan perencanaan proses pembelajaran
yang matang dan terencana dengan baik, maka tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, serta berdasarkan
landasan teori dan kerangka berfikir, maka diajukan hipotesis tindakan yaitu:
1. Penggunaan metode eksperimen pada materi Gaya kelas V di SD
Negeri 1 Cilongok dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa.
2. Penggunaan metode eksperimen pada materi Gaya kelas V di SD
Negeri 1 Cilongok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013
Download