BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam (Samani, dkk, 2012:104). Rasa ingin tahu senantiasa akan memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan memperbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Rasa ingin tahu (Mustari, 2011:103) yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Hal ini berkaitan dengan kewajiban terhadap diri sendiri dan alam lingkungan. Kuriositas atau rasa ingin tahu (Mustari, 2011:104) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar. Karakter individu secara psikologis dimaknai sebagai hasil keterpaduan dari empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olahraga, olah rasa dan karsa (Samani, dkk, 2012:24). Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap dan keyakinan atau keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olahraga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan, motivasi dan kreativitas yang tercermin dalam kepedulian, citra dan penciptaan kebaruan. Rasa ingin tahu merupakan karakter yang bersumber dari olah pikir (Samani, dkk, 2012:25). Rasa ingin tahu membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai fenomena atau kejadian di sekitarnya serta akan membuka dunia-dunia baru yang menantang dan menarik siswa untuk mempelajarinya lebih dalam. Hal yang menarik sangat banyak di dunia ini, tetapi seringkali karena rasa ingin tahu yang rendah, menyebabkan mereka melewatkan hal-hal yang menarik tersebut untuk dipelajari. Dengan adanya rasa ingin tahu dapat mengatasi rasa bosan siswa untuk belajar. Jika jiwa siswa dipenuhi dengan rasa ingin tahu akan sesuatu hal, maka mereka dengan sukarela dan antusias akan mempelajarinya. Sehingga, menjadikan rasa ingin tahu dalam diri siswa perlu dibangun dan dikembangkan. Pengertian rasa ingin tahu dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah suatu rasa atau kehendak yang ada dalam diri manusia yang mendorong atau memotivasi manusia tersebut untuk berkeinginan mengetahui hal-hal yang baru, memperdalam dan memperluas pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 b. Rasa Ingin Tahu Wujud Pendidikan Karakter Bangsa Rasa ingin tahu merupakan salah satu bagian dari 18 nilai karakter Bangsa yang terkandung dalam pendidikan karakter yang di dalamnya terkandung pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Nilai-nilai karakter tersebut merupakan sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum (Samani,dkk 2012:52) nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Rasa ingin tahu menjadi salah satu bagian dari nilai-nilai karakter bangsa yang perlu untuk dikembangkan dalam proses pendidikan karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral (Samani, dkk, 2012:41). Karakter Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Pendidikan karakter dalam pengertian yang sederhana (Samani, dkk, 2012:43) adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan etik para siswa. Pendidikan karakter merupakan upaya proaktif yang dilakukan oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain. Jadi, pendidikan karakter (Samani, dkk, 2012:45-46) adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari- Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter (Azzet, 2011:38) adalah upaya yang harus dirancang dan dilakukan secara sistematis dalam rangka memberikan bantuan kepada anak didik untuk memahami nilainilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Mahakuasa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, bangsa dan Negara. Pemahaman anak didik terhadap nilai-nilai tersebut hendaknya tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, etika, tata karma, budaya, maupun adat istiadat yang dianut. Pendidikan karakter (Samani,dkk 2012:9) berfungsi untuk (1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik; (2) Memperkuat dan membangun bangsa yang multikultur; (3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Tujuan Pendidikan karakter (Muslich, 2011:81) adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pengertian rasa ingin tahu berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan kemampuan Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 bawaan makhluk hidup, mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal baru dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Mengembangkan rasa ingin tahu akan membentuk watak setiap siswa menjadi pribadi yang selalu haus akan ilmu. Sehingga, senantiasa mempelajari hal-hal yang baru untuk memperdalam ilmu pengetahuannya. Tabel 2.1 Indikator rasa ingin tahu (KEMENDIKNAS, 2010:34) yaitu: NILAI Rasa Ingin Tahu INDIKATOR 4–6 Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar. Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Pengertian belajar dalam arti luas (Purwanto, 2011:47) adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang menimbulkanperubahan perilaku. Pengertian belajar secara psikologis (Slameto, 2010:2) merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Definisi belajar (Slameto, 2010:2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Belajar menurut pandangan Skinner (Sagala, 2010:14) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Seorang anak yang belajar sungguh-sungguh pada waktu ulangan, siswa tersebut dapat menjawab semua soal dengan benar. Hasil belajarnya yang baik maka ia akan mendapatkan nilai yang baik dan mendapat pujian, karena mendapatkan nilai yang baik dan mendapat pujian, maka anak akan belajar lebih giat lagi. Nilai dan pujian tersebut dapat merupakan “operant conditioning” atau penguatan (reinforcement). Operant conditioning ada berbagai bentuk seperti tanda penghargaan, ijazah, medali, piala, beasiswa dan lain yang semacamnya. Skinner adalah tokoh operan conditioning dan mengembangkan suatu program pengajaran yang dikenal dengan nama programmed Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 instruction atau pengajaran berprogram. Menurut Skinner dalam belajar ditemukan hal–hal sebagai berikut : (a) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar; (b) respon si pelajar; dan (c) konsekwensi yang bersifat menggunakan respons tersebut, baik konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman (Sagala,2010:14). Pandangan belajar menurut Gagne (Sagala, 2010:17), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif (Sagala, 2010:17). Tahap dalam belajar (Sagala, 2010:19) menurut Gagne yaitu (a) persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali informasi; (b) pemerolehan dan unjuk perbuatan digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali, repon, dan penguatan; dan (c) Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum. Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk memperoleh perubahan pada dirinya dalam berperilaku dan berkemampuan sebagai hasil dari aktivitas dan pengalaman. b. Prinsip-Prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar (Slameto, 2010:27) yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip dalam belajar diantaranya : 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakikat belajar Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan. 3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari a) Balajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memililki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 4) Syarat keberhasilan belajar a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa. (Slameto, 2010:27-28). Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 c. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi (Arifin, 2011:12) merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi kata prestasi yang memiliki arti hasil usaha. Pada dasarnya istilah prestasi berbeda dengan hasil belajar. Prestasi pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga dan pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Fungsi utama dari prestasi belajar (Arifin, 2011:12-13) adalah sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan dan prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) pada peserta didik. Fungsi prestasi belajar di atas menggambarkan betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik. d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan dalam dua golongan (Slameto, 2010:54-72), yaitu faktor intern (dalam diri siswa) dan faktor ekstern (luar diri siswa), yakni sebagai berikut: 1) Faktor Intern (dalam diri siswa), yakni faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan yang akan dijabarkan sebagai berikut: a) Faktor jasmaniah : (1) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 (2) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan lumpuh. b) Faktor psikologis (1) Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. (2) Perhatian menurut Gazali, perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. (3) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. (4) Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk belajar. (5) Motif merupakan penggerak/pendorong seseorang untuk mencapai tujuan. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 (6) Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. (7) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan kematangan berarti dengan kesiapan kematangan, untuk karena melaksanakan kecakapan. c) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang ada dua macam, yaitu kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan kelelahan rohani yang terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2) Faktor Ekstern (luar diri siswa), dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu dari lingkungan keluarga siswa, lingkungan sekolah siswa, dan lingkungan masyarakat siswa, yaitu sebagai berikut: a) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat Faktor ini membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat mencangkup mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, semua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. 3. Pembelajaran Imu Pengetahuan Alam a. Pengertian IPA Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam dan kompleks sejalan dengan berkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam) dan social science (Ilmu Pengetahuan Sosial). Meskipun demikian penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam, yang diindonesiakan sains (Mariana dan Praginda, 2009:14). Secara Etimologi menurut Fisher (Mariana dan Praginda, 2009:14) bahwa kata sains berasal dari bahasa latin, yaitu scientia Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan (knowledge). Kata sains juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu Wissenchaft yang artinya sistematis, pengetahuan yang terorganisasi. Sains diartikan sebagai pengetahuan yang secara sistematis tersusun (assembled) dan bersamasama dalam suatu urutan terorganisasi. Istilah sains secara umum mengacu pada masalah alam (nature) yang dapat diinterpretasikan dan diuji. Dengan demikian keadaan alam merupakan keadaan materi yaitu atom, molekul dan senyawa, segala sesuatu yang mempunyai ruang dan massa, sepanjang menyangkut „natural law‟ yang memperlihatkan „behaviour‟ materi, merupakan pengertian dari sains. Pengertian IPA (Aly dan Eny, 2011:18) adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya saling keterkaitan antara cara yang satu dengan cara yang lain. Keterkaitan dari beberapa pendapat di atas bahwa sebenarnya IPA merupakan produk dan proses yang tidak terpisahkan. Produk berupa kumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum IPA. Sedangkan proses berupa langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 b. Tujuan dan Fungsi Pengajaran IPA 1) Tujuan Mata pelajaran IPA (Makhrus,dkk 2008:4) merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di SD/MI. Pengajaran IPA pada tingkat sekolah dasar setidaknya diharapkan siswa: a) Dapat memahami pengertian-pengertian dasar IPA serta kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, dan b) Dapat memahami lingkungan alam, mampu menerapkan metode ilmiah sederhana dan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan kompetensi peserta didik harus disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Mata pelajaran IPA di SD/MI (Makhrus,dkk 2008:5) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positifdan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTS. 2) Fungsi Kurikulum tingkat satuan pendidikan (Makhrus,dkk 2008:7) mengamanatkan bahwa kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kriitis kreatif dan mandiri. Pendidikan IPA di sekolah dasar harus merupakan proses penguasaan konsep dan manfaat Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 sains dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA juga merupakan bekal dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawaiyah (MTs). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar merupakan fondasi bagi pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, proses awal ini harus benar-benar kuat. IPA di sekolah dasar merupakan tahap awal untuk memberikan bekal kepada siswa agar mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menghadapi tantangan di masyarakat. c. Ruang Lingkup IPA Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI (Makhrus, dkk, 2008:8) meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi zat cair, padat dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 d. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA Prinsip Dasar Pembelajaran IPA Di Sekolah dasar sebagaimana tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam (Makhrus,dkk2008:9) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk menumbuhkan keinginan tahuan dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pamahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA disekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) diperlukan untuk mendukung peserta didik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Aplikasi IPA hasil pemahaman yang diperoleh peserta didik disekolah dasar, hendaknya dapat diimplementasikan secara bijaksana agar lingkungan.Pembelajaran tidak IPA berdampak diSD/MI buruk terhadap diharapkan memiliki penekanan pembelajaran salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar secara langsung untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Informasi dan pemahaman yang diperoleh peserta didik melalui pembelajaran IPA tidak hanya sebatas menghafal fakta, konsep dan Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 dalil-dalil. Siswa seakan-akan menjadi penemu konsep itu sendiri melalui pembelajaran yang dialaminya. Prinsip umum pembelajaran IPA di sekolah dasar (Makhrus, dkk, 2008:13) sebagai berikut : Dari : Ke : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. - Dikenal Didekat Sederhana Konkret Pertanyaan Contoh Benda Nyata Pengalaman pribadi 9. Konsep yang ada 10. Prinsip ilmiah Tidak dikenal Jauh Rumit Abstrak Jawaban Umum Representasi Prinsip sains - Konsep baru - Penerapan secara teknis dan praktis Gambar 2.1 Prinsip Umum Pembelajaran IPA e. Standar Kompetensi Lulusan IPA SD/ MI Sejalan dengan amanat kurikulum maka seorang siswa lulusan sekolah dasar harus memiliki standar kompetensi lulusan. Mata pelajaran IPA memiliki standar kompetensi lulusan (Makhrus, dkk, 2008:6) sebagai berikut: 1) Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis. 2) Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta memanfaatkan hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 pelestariannya dan interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. 3) Memahami bagian-bagian tubuh manusia, hewan dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup. 4) Memahami beragam sifat benda dan hubungannya dengan penyusunan, serta perubahan wujud benda dan kegunaannya. 5) Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya. 6) Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan permukaan bumi dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia. Seluruh aktivitas belajar mengajar IPA di sekolah dasar hendaknya mengacu pada standar isi kurikulum guna mencapai standar kompetensi lulusan. f. Materi Ilmu Pengetahuan Alam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi :5. Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya. Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak dan gaya magnet) 4. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 pelajaran pada khususnya (Sagala, 2010:169). Pengertian yang lainnya tentang metode yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan belajar mengajar memerlukan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir (Djamarah, dkk, 2010:46). Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, baik dalam kegiatan mengorganisasikan kelas maupun kegiatan menyampaikan materi pembelajaran dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Kegiatan belajar mengajar tidak mengharuskan guru terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi dapat menarik perhatian anak didik. Penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan psikologi anak didik. Oleh karena itu, penggunaan metode pembelajaran harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Winarno Surakhmad dalam (Djamarah,dkk, 2010:46), mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut : 1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya; 2) Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya; Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 3) Situasi yang berbagai keadaannya; 4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya; 5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbedabeda. 5. Metode Eksperimen a. Pengertian Metode Eksperimen Eksperimen (Sagala, 2010:220) adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapatdimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Pengertian metode eksperimen (Asmani, 2012:34) adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik, baik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen dilakukan dengan cara siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 hal. Penggunaan metode ini akan dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja. b. Pelaksanaan Metode Eksperimen Bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur (Suprianti,2009) sebagai berikut : 1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. 2) Perlu dijelaskan pula kepada siswa tentang alat-alat serta bahanbahan yang akan digunakan dalam percobaan, agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui variabel yang harus dikontrol ketat, siswa juga perlu memperhatikan urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung. 3) Selama proses eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. 4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikannya di kelas dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu : 1) Persiapan Eksperimen Persiapan yang matang mutlak diperlukan, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu : a) Menentapkan tujuan eksperimen. b) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan. c) Mempersiapkan tempat eksperimen. d) Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada serta daya tampung eksperimen. e) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh siswa atau secara bergiliran) f) Perhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan dan berbahaya. g) Berikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa, yang termasuk dilarang atau membahayakan. 2) Pelaksanaan Eksperimen Setelah semua persiapan kegiatan selanjutnya adalah siswa memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 mendekati untuk mengamati proses percobaan dan memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga eksperimen berhasil.Selama tersebut eksperimen dapat berlangsung, diselesaikan guru dan hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang menghambat dapat segera terselesaikan. 3) Tindak Lanjut Eksperimen Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut: a) Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru. b) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen, memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang digunakan. c. Kelebihan Metode Eksperimen Menurut (Sagala,2010:220-221) metode eksperimen mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja. 2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 3) Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, siswa terhindar jauh dari verbalisme, memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berpikir ilmiah dan hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. d. Kelemahan Metode Eksperimen Metode Eksperimen mengandung beberapa kelemahan (Sagala,2010:221), yaitu: 1) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah. 2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian. 3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. e. Cara Mengatasi Kelemahan-Kelemahan Metode Eksperimen Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen (Sagala, 2010:221) yaitu: Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 1) Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen. 2) Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. 3) Bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. 4) Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membanding-bandingkan hasilnya dengan eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan. B. Penelitian Yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Sunarto (2011) dengan judul “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang Cahaya Merambat Lurus Pada Siswa Kelas V Di SDN Baturetno IV Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2009/2010” disebutkan bahwa metode eksperimen mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Kesimpulan yang diperoleh yaitu persentase aktifitas belajar siswa untuk aspek penilaian sesuai langkah kerja sebesar 0% pada pra tindakan, pada siklus I pertemuan 1 sebesar Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 68%, pada siklus I pertemuan 2 sebesar 75%, pada siklus II pertemuan 1 sebesar 82%, serta 83% pada siklus II pertemuan 2. Pada aspek penilaian kebenaran mencatat data eksperimen, persentase yang didapat sebesar 0% pada pra tindakan, 72% pada pada siklus I pertemuan 1, 73% pada siklus I pertemuan 2, 83% pada siklus II pertemuan 1, serta 88% pada siklus II pertemuan 2. Pada aspek penilaian kerjasama kelompok eksperimen, persentase yang didapat sebesar 0% pada pra tindakan, 53%pada pada siklus I pertemuan 1, 53% pada siklus I pertemuan 2, 60% pada siklus II pertemuan 1, serta 60% pada siklus II pertemuan 2. Penerapan metode eksperimen juga dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang cahaya merambat lurus pada siswa kelas V SDN Baturetno 04 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Siswa yang tuntas pada tahap pra tindakan sebesar 20% (4 siswa) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 80% (16 siswa). Nilai rata-rata evaluasi belajar siswa sebesar 41. Nilai rata-rata prestasi belajar IPA pada siklus I pertemuan 1 sebesar 50. Siswa yang tuntas sebesar 50% (10 siswa) sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 50% (10 siswa). Nilai rata-rata prestasi belajar IPA pada siklus I pertemuan 2 sebesar 53. Siswa yang tuntas sebesar 60% (12 siswa) sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 40% (8 siswa). Nilai rata-rata prestasi belajar IPA pada siklus II pertemuan 1 sebesar 58. Siswa yang tuntas sebesar 70% (14 siswa) sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 30% (6 siswa). Nilai rata-rata prestasi belajar IPA pada siklus II pertemuan 1 sebesar 70. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 Siswa yang tuntas sebesar 90% (18 siswa) sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 10% (2 siswa). C. Kerangka Berpikir Keberhasilan peningkatan mutu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas sekolah, lingkungan sekolah dan lain-lain. Guru memiliki pengaruh yang besar terhadap mutu dan keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari ketercapaian tujuan pembelajaran dan prestasi yang diperoleh siswa. Guru sebagai pemegang kendali di kelas, mempunyai tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mencari model atau metode pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar pada pola pikir siswa. Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas dapat memberikan gambaran masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA pada umumnya dan materi gaya pada khususnya. Berdasarkan permasalahanpermasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang, diharapkan dengan penerapan metode eksperimen dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran di SD N 1 Cilongok serta dapat meningkatkan rasa ingin tahu pada siswa dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan sekurang-kurangnya selama 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tetapi tidak menutup kemungkinan dilakukan siklus III apabila pada pelaksanaan siklus II ternyata permasalahan yang ada Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013 belum teratasi. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Pembelajaran masih berpusat pada guru Rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa rendah KONDISI AWAL TINDAKAN Guru Menerapkan Metode Eksperimen Siklus I : Guru menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi gaya HASIL AKHIR Diduga melalui metode eksperimen dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPA materi gaya di kelas V SD N 1 Cilongok Siklus II : Guru menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi gaya Gambar 2.2 kerangka Berpikir D. Hipotesis tindakan PenelitianPpnPenelitian Penggunaan metode yang tepat dan perencanaan proses pembelajaran yang matang dan terencana dengan baik, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, serta berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka diajukan hipotesis tindakan yaitu: 1. Penggunaan metode eksperimen pada materi Gaya kelas V di SD Negeri 1 Cilongok dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa. 2. Penggunaan metode eksperimen pada materi Gaya kelas V di SD Negeri 1 Cilongok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan Rasa Ingin Tahu..., Ratih Widyaningrum, FKIP UMP, 2013