FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS GEL EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) SEBAGAI OBAT LUKA BAKAR ARTIKEL Oleh : RIA RISTA RINA 050112a075 PROGRAM STUDI ILMU FARMASI SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016 FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS GEL EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) SEBAGAI OBAT LUKA BAKAR ARTIKEL diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas sarjana farmasi (S.Farm) Oleh : RIA RISTA RINA 050112a075 PROGRAM STUDI ILMU FARMASI SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN AGUSTUS, 2016 FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS GEL EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI OBAT LUKA BAKAR Ria Rista Rina Sekolah Tinggi Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Latar Belakang:Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) mengandung senyawa aktif vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin. Vitamin C untuk pembentukan kolagen, flavonoid sebagai antibakteri dan merangsang pertumbuhan sel baru. Tujuan : untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar sediaan gel ekstrak etanol kulit buah naga merah dan konsentrasi ekstrak yang efektif dalam penyembuhan luka bakar pada tikus putih (Rattus norvegicus). Metode :Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif (basis gel), kontrol positif (bioplacenton), konsentrasi 1% b/b, 3% b/b dan 5% b/b. Data yang diperoleh adalah pengurangan diameter dan persentase penyembuhan luka bakar. Data persentase penyembuhan luka dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA), dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil :Hasil penelitian menunjukkan gel ekstrak etanol kulit buah naga merah pada konsentrasi 3% dan 5% b/b secara signifikan memiliki efek yang besar dalam penyembuhan luka bakar derajad dua dangkal ditunjukkan oleh peningkatan persentase penyembuhan luka dengan persentase rata-rata 83% dan 94 %. Simpulan : Gel ekstrak etanol kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terbukti dapat memberikan efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan dengan konsentrasi 3% b/b dan konsentrasi 5% b/b. Kata Kunci :Luka bakar, Gel, Hylocereus polyrhizus, Flavonoid, vitamin C. Kepustakaan : 28 (1979 - 2014) ABSTRACT Background : Burns is a form of tissue damage or loss caused by contact with a heat source such as a fire, hot water, chemicals, electric and radiation. Peel of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus ) contains the active compound of vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloids, terpenoids, flavonoids, thiamine. Vitamin C is to form collagen, flavonoids as an antibacterial and to stimulate new cell growth. Objective : To determine the effect of healing of burn wound of gel preparation from extracted ethanol of red dragon fruit and the extract of concentration which is effective in healing burn wound in mice (Rattus norvegicus). Methods : The study design was completely randomized design (CRD) with five treatments, the negative control group (base gel), the positive control (bioplacenton), the concentrations of 1 % w/w, 3 % w/w and 5 % w/w. The data obtained the reduction in diameter and percentage of healing burn wound. Wound healing percentage data were analyzed by using analysis of variance (ANOVA), followed by LSDtest. Results : The results showed that the extracted ethanol of red dragon fruit at the concentrations of 3 % w/w and 5 % w/w had significantly great effect in healing burns degree two shallow burn wound shown by an increase in the percentage of wound healing by the average percentage of 83 % and 94 % . Conclusion : Gel of extracted ethanol of red dragon fruit ( Hylocereus polyrhizus) proves a healing effect on burn wound in male mice at the concentration of 3 % w/w and the concentration of 5 % w/w . Keywords : Burn wound, Gel, Hylocereuspolyrhizus, flavonoids, vitamin C. Bibliographies : 28 (1979- 2014) A. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang sangat subur, beraneka tumbuhan dapat tumbuh subur. Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan tanaman sebagai alternatif pengobatan untuk berbagai macam penyakit, baik penyakit luar maupun penyakit dalam tubuh. Banyaknya masyarakat yang memanfaatkan tanaman sebagai pengobatan dikarenakan murah dan mudah didapat, serta tidak banyak dan hampir tidak mempunyai efek samping yang membahayakan apabila menggunakannya secara berlebihan. Pada kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan kecil yang berkaitan dengan kulit, diantaranya luka bakar. Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003). Pengobatan luka bakar dilakukan dengan cara memperbaiki jaringan yang rusak atau cedera, baik regenerasi sel ataupun pembentukan jaringan parut (Elizabeth, 2000). Saat ini perawatan luka bakar masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih merupakan penyebab kematian (Effendi, 1999). Tindakan yang dapat dilakukan pada luka bakar adalah dengan memberikan terapi lokal untuk tujuan mendapatkan kesembuhan secepat mungkin. Salah satu tanaman yang bermanfaat dalam pengobatan adalah kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang mengandung senyawa aktif vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten dan fitoalbumin (Jaafar et al, 2009). Penelitian mengenai ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) untuk mengobati luka bakar belum pernah dilakukan. Maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang ekstrak kulit buah naga merah sebagai obat luka bakar pada tikus. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum Untuk mengetahui efek penyembuhan luka bakar sediaan gel ekstrak etanol kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak etanol kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang efektif dalam menyembuhkan luka bakar. C. METODE PENELITIAN 1. Bahan Penelitian kulit buah naga merah, etanol 70%, CMC Na, Gliserin, Propilenglikol, Metilparaben, Aquadest, Kloroform, Nacl 0,9%, Tikus putih jantan. 2. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan untuk memastikan tanaman yang digunakan sesuai dengan tanaman yang dimaksud, dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang. 3. Pembuatan Ekstrak dan Skrining Fitokimia Dimasukan 250 gram simplisia kedalam panci kemudian direndam dengan etanol 70% sebanyak 1875 ml selama 5 hari. Maserat yang diperoleh disaring dengan kain flannel dan ditampung pada wadah. Ampas di remaserasi dengan pelarut etanol sebanyak 625 ml. Kemudian maserat I dan II dicampur dan diuapkan dengan cawan porselen diatas waterbath pada suhu 600 C. Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) diketahui mempunyai kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid dan vitamin C. Kandungan senyawa flavonoid ditunjukan dengan perubahan warna dari merah menjadi warna kuning, terbentuknya warna kuning karena penambahan asam sulfat (H2SO4) pekat (Harborne, 1987). sedangkan adanya kandungan vitamin C ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi bening karena penambahan iodium (Albert, 1937). 4. Pembuatan gel Disiapkan semua bahan yang akan digunakan, bahan ditimbang sesuai dengan formula yang ada, CMC Na di masukkan ke dalam stamfer ditambahkan gliserin gerus ad homogen, ditambah propilen glikol dan metilparaben digerus ad homogen, ditambahkan ekstrak kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit dan diaduk secara kontinyu hingga terbentuk gel. 5. Evaluasi Sediaan Gel a. Uji Organoleptis Gel Pada pengujian organoleptis yang diamati berupa bentuk, warna dan bau. b. Uji Homogenitas Gel Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan gel pada plat kaca, diraba dan diterawang saat digosokkan massa gel harus menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca (Voight, 1995). Pengamatan dilakukan selama 9 hari. c. Uji pH Sediaan Gel Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH universal yang dicelupkan ke dalam sampel gel. Perubahan warna yang terjadi dicocokkan dengan standar pH universal. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007). Pengukuran dilakukan selama 9 hari. d. Uji Daya Sebar Gel sebanyak 0,2 g kemudian diletakkan ditengah kaca arloji. Di atas gel di letakkan kaca arloji lain dengan pemberat dan ada juga yang tanpa pemberat, didiamkan 1-2 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya. e. Uji Daya Lekat Gel Gel diambil sebanyak 0,2 gram kemudian dioleskan pada sebuah plat kaca. Kedua plat ditempelkan sampai plat menyatu, dan ditekan dengan beban seberat 1kg selama 5 menit, setelah itu beban dilepas. Waktu dicatat sampai kedua plat saling lepas (Voight, 1995). 6. Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar Pengujian efek penyembuhan luka bakar dilakukan pada punggung tikus yang dicukur bulunya kemudian dianastesi dengan kloroform dan diinduksi dengan besi panas ukuran 2x2 cm suhu 1200C selama 2 menit. Luka yang terjadi diukur dengan jangka sorong, setelah itu dioleskan gel 0,1 g. 7. Analisis Data Data yang dianalisis yaitu persentase penyembuhan luka bakar yang diperoleh melalui pengukuran diameter luka bakar. Rumus perhitungan diameter penyembuhan luka bakar : dx = Keterangan : dx : diameter luka hari ke-x Rumus perhitungan persentase penyembuhan luka bakar : %= x 100% Keterangan : P% : persentase penyembuhan luka do : diameter luka awal dx : diameter luka pada hari pengamatan Data persentase penyembuhan selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS 16. Analisis yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk mengetahui normalitas data dilakukan uji menggunakan Shapiro wilk. Kemudian dilanjutkan dengan uji Levene’s test, dilanjutkan dengan uji parametrik analisis varian satu arah (ANAVA). Karena ada perbedaan dilakukan analisis LSD. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Determinasi Tanaman Berdasarkan uji determinasi yang telah dilakukan diperoleh bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hylocereus polyrhizus atau tanaman kulit buah naga merah, ditunjukkan dengan hasil determinasi sebagai berikut: 1b - 2b - 3b - 4b - 12b - 13b - 14b - 17b - 18b - 19b - 20b 21b - 22b - 23b - 24b -25b - 26b - 27b - 799b - 800b - 801b - 802b – 803 804b - 805c - 806c - 807c -808c - 809b - 810b - 811c - 812c - 815b - 816b – 818 - 820b - 821a - 822b – 824b - 825b - 826b - 827b - 828b - 829b - 830b 831b - 832b - 833a - 834a - 835a -836a - 837c - 851a - 852b - 853b - 854b 855c - 856b - 857a - 858a - 859c - 860b -872b - 873b - 874b - 875b - 876b 877a - 886a - 887b - 888b - 890b - 892b -983b - 984b - 986b - 991b - 992b 993b - 994a - 995d - 1036b - Famili 78. Cactaceae (Steenis, 1972) -1A-2b4b-6a- (Genus Hylocereus) -1 (Spesies: Hylocereus polyrhizus). 2. Pembuatan Ekstrak Dan Skrining Kimia Proses eksktraksi kulit buah naga merah diperoleh ekstrak kental berwarna coklat sebanyak 46,6 gram dan rendemen sebanyak 18,64 % > dari 10%, hal ini berarti bahwa ekstrak kulit buah naga tersari dengan baik. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) diketahui mengandung senyawa kimia flavonoid dan vitamin C. Kandungan senyawa flavonoid ditunjukan dengan perubahan warna dari merah menjadi warna kuning, terbentuknya warna kuning karena penambahan asam sulfat (H2SO4) pekat (Harborne, 1987), sedangkan adanya kandungan vitamin C ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi bening karena penambahan iodium (Albert, 1937). 3. Pembuatan Gel Dan Evaluasi Sediaan Gel Pembuatan gel dilakukan dengan cara menyiapkan semua bahan yang akan digunakan, bahan ditimbang sesuai dengan formula yang ada, CMC Na di masukkan ke dalam stamfer ditambahkan gliserin gerus ad homogen, ditambah propilen glikol dan metilparaben digerus ad homogen, ditambahkan ekstrak kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit dan diaduk secara kontinyu hingga terbentuk gel. Gel yang diperoleh kemudian diuji organoleptik dan homogenitas, hasilnya disajikan pada Tabel 4.1. Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa sediaan gel homogen secara fisik dan tidak terdapat gumpalan yang menandakan bahwa bahan-bahan dalam gel terlarut dan bercampur sempurna. Hasil uji pH menunjukkan bahwa pH semua formula dapat memenuhi kriteria pH sediaan topikal yaitu rentang pH 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007). Dapat dilihat pada tabel 2. Hasil pengujian daya sebar menunjukkan bahwa semua formulasi dapat memenuhi persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm (Garg et al, 2002). Dapat dilihat pada tabel 3. sedangkan untuk pengujian daya lekat menunjukkan bahwa sediaan gel FI dan KN memiliki daya lekat 7 detik, yang lebih besar bila dibandingkan dengan sediaan F2 dan F3 yaitu 5 detik. Hal ini dapat dipengaruhi adanya kandungan ekstrak kulit buah naga. Semakin tinggi kandungan ekstrak maka konsistensi sediaan semakin cair. Namun semua sediaan telah memenuhi persyaratan uji daya lekat yaitu lebih dari satu detik (Zats dan Gregory,1996). Hasil dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 1. Hasil uji organoleptis dan homogenitas Formula Formula 1 (1%) Formula 2 (3%) Formula 3 (5%) Kontrol negatif Parameter Bentuk Warna ½ padat Coklat orange Coklat tua ½ padat ½ padat ½ padat Coklat kehitaman Putih Bau Khas kulit buah naga Khas kulit buah naga Khas tajam kulit buah naga Khas basis Tabel 2. Hasil Uji pH Gel Formula pH Gel F1 F2 F3 Kontrol Negatif Minggu 1 6 6 6 6 Minggu 2 6 7 7 6 Tabel 3. Hasil Uji Daya Sebar Gel Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Formula Diameter Penyebaran Dengan Beban (cm) 5,5 6,5 7 5 F1 F2 F3 Kontrol negatif Tabel 4. Hasil Uji Daya Lekat Formula F1 F2 F3 Kontrol negatif Waktu Pengelepasan (detik) Dengan Beban 7 5 5 7 4. Efek Penyembuhan Gel Ekstrak Kulit Buah Naga Dalam pengujian efek penyembuhan luka bakar gel ekstrak kulit buah naga merah digunakan lima kelompok perlakuan dengan masing-masing terdiri dari lima ekor tikus yaitu KN adalah kelompok kontrol yang diberikan hanya basis gel, KP adalah kelompok kontrol yang diberikan obat bioplacenton, F1 adalah kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak 1%, F2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak 3%, dan F3 adalah kelompok perlakuan yang diberi ekstrak 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga formula gel ekstrak kulit buah naga merah dapat menyembuhkan luka bakar yang ditunjukkan dengan berkurangnya diameter luka dan meningkatnya persentase penyembuhan luka. Dapat dilihat pada tabel 5 dan 6. Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Rata-rata Diameter Luka (Mean±SD;n=5) Perlakuan Kontrol Negatif Kontrol Positif Formula I Formula 2 Formula 3 Rata-rata diameter luka (cm2) Hari 3 Hari 6 Hari 9 1,94±0,05 1,46±0,11 0,92±0,11 1,6±0,14 0,86±0,23 0,16±0,21 1,86±0,11 1,28±0,08 0,7±0,1 1,74±0,09 1,04±0,11 0,34±0,25 1,5±0,07 0,62±0,20 0,14±0,13 Tabel 6. Rata-Rata % Penyembuhan (Mean±SD; n=5) Perlakuan Rata-rata % Penyembuhan Kontrol Negatif Kontrol Positif Formula I Formula 2 Formula 3 Hari 3 3±2,79 20±7,07 7±5,70 13±4,47 25±3,54 Hari 6 27±5,70 57±11,51 36±4,18 48±5,70 69±10,25 Hari 9 54±5,48 92±10,37 65±5 83±12,55 94±6,52 Peningkatan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah dapat meningkatkan persentase penyembuhan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi pula persentase penyembuhan luka bakar. Hal ini karena kulit buah naga mengandung senyawa flavonoid, vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten dan fitoalbumin (Jaafar, et al.,2009). Adanya kandungan kimia seperti flavanoid dan vitamin C ini yang dapat memberikan efek penyembuhan luka. Flavonoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan merangsang pertumbuhan sel baru pada luka (Assani, 1994). Adapun mekanisme kerja dari flavonoid yaitu melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sebagai agen antiinflamasi, juga berfungsi sebagai antioksidan, dan membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan (Wahyuningsih et al., 2006). Sedangkan vitamin C merupakan zat yang mampu meningkatkan produksi kolagen dengan cara menghidroksi lisin dan prolin sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka (Setyaningrum A, 2002). Kandungan tersebut yang menyebabkan kulit buah naga memiliki kemampuan untuk mengurangi proses inflamasi dan mempercepat penyembuhan luka dibandingkan kelompok kontrol, dimana inflamasi adalah sebuah tahap awal dari respon normal untuk luka atau adanya infeksi, akan tetapi ketika inflamasi menjadi lebih luas dan lama hal itu dapat memperlambat proses penyembuhan atau bisa menyebabkan luka yang lebih berbahaya (Setyoadi dan Sartika, 2010). E. KESIMPULAN 1. Gel ekstrak etanol kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terbukti dapat memberikan efek penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan. 2. Konsentrasi gel ekstrak etanol kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang efektif dalam penyembuhan luka bakar ditunjukkan oleh konsentrasi 3% b/b dan konsentrasi 5% b/b. F. DAFTAR PUSTAKA 1. Assani, S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Candrika, 2006, Hypoglycaemic Action Of The Flavanoid Fraction of Artocarpusheterophyllus Leaf, Afr. J. Trad. CAM, 3 (2) : 42-50. 2. Effendi, C. 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 3. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, 69-76, Penerbit ITB, Bandung. 4. Jaafar, R.A., et al. 2009, Proximate Analysis Of Dragon Fruit (Hylocereus costaricencis). American Journal of Applied Sciences. 63, 106-114. 5. Moenadjat, Y., 2003, Luka Bakar, Pengetahuan Klinis Praktis, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 6. Setyaningrum A. Skripsi : Pengaruh Pemberian Vitamin C Dosis Tertentu Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Penyembuhan Luka Pasca Pencabutan Gigi (tinjauan secara klinis). Yogyakarta : Bagian Bedah Mulut, FKG UGM; 2002. 7. Setyoadi dan Sartika DD. 2010. Efek Lumatan Daun Dewa (Gynura segetum) Dalam Memperpendek Waktu Penyembuhan Luka Bersih Pada Tikus Putih. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nurcing) 5 (3). 8. Tranggono, R.I., dan F. Latifah, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT. Gramedia, Jakarta. 9. Voight R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, oleh Soewandhi S. N. Dan Widianto M. B., Edisi Kelima, Penerbit UGM Press, Yogyakart